11
IDENTIFIKASI SESAR LOKAL SEGMEN MUSI KABUPATEN KEPAHIANG - BENGKULU MENGGUNAKAN METODE SECOND VERTICAL DERIVATIVE (SVD) DATA ANOMALI GAYABERAT Sabar Ardiansyah 1 , Yoki Gustiawan 2 1,2 Stasiun Geofisika Kepahiang-Bengkulu e-mail : [email protected] ABSTRAK Metode gayaberat dapat diaplikasikan untuk memetakan daerah yang mengalami deformasi struktural berupa sesar. Metode ini juga dapat digunakan untuk melihat daerah kemungkinan terjadinya mineralisasi berdasarkan keberadaan struktur tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi keberadaan Sesar Segmen Musi di Kabupaten Kepahiang-Bengkulu. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data anomali gayaberat hasil pengukuran Geodetic Satellite (GeoSat). Metode yang digunakan adalah metode second vertical derivative (SVD) dengan menganalisis grafik SVD. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa Sesar Segmen Musi merupakan jenis sesar geser (strike slip) dan beberapa lokasi menunjukkan mekanisme oblique. Panjang sesar ini berkisar 70 km dengan potensi gempabumi di wilayah ini mencapai 7,2 Mw. Kata Kunci : Anomali gravity, SVD, Sesar Segmen Musi. ABSTRACT Gravity method can be applied to map the areas experiencing structural deformation in the form of fault. This method can also be used to look at the possibility of a mineralized area based on the existence of such structures. The purpose of this study was to identify the presence of Musi Segment Fault in Kepahiang-Bengkulu District. The data used in this study is the measurement of the gravity anomaly data Geodetic Satellite (Geosat). The method used is the method of second vertical derivative (SVD) to analyze charts SVD. Based on the results of the analysis indicate that the Fault Segments Musi is the type of fault shear (strike-slip) and some locations showed oblique mechanism. The length of this fault about 70 km with a potential earthquake in the region of 7.2 Mw. Key Word : Gravity anomaly, SVD, Musi Segment Fault.

Identifikasi Sesar Lokal Segmen Musi Kabupaten Kepahing Menggunakan Metode SVD Data Anomali Gayaberat

Embed Size (px)

Citation preview

IDENTIFIKASI SESAR LOKAL SEGMEN MUSI KABUPATEN

KEPAHIANG - BENGKULU MENGGUNAKAN METODE SECOND

VERTICAL DERIVATIVE (SVD) DATA ANOMALI GAYABERAT

Sabar Ardiansyah1, Yoki Gustiawan

2

1,2Stasiun Geofisika Kepahiang-Bengkulu

e-mail : [email protected]

ABSTRAK

Metode gayaberat dapat diaplikasikan untuk memetakan daerah yang mengalami deformasi

struktural berupa sesar. Metode ini juga dapat digunakan untuk melihat daerah kemungkinan

terjadinya mineralisasi berdasarkan keberadaan struktur tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengidentifikasi keberadaan Sesar Segmen Musi di Kabupaten Kepahiang-Bengkulu. Data

yang digunakan pada penelitian ini adalah data anomali gayaberat hasil pengukuran Geodetic

Satellite (GeoSat). Metode yang digunakan adalah metode second vertical derivative (SVD)

dengan menganalisis grafik SVD. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa Sesar Segmen

Musi merupakan jenis sesar geser (strike slip) dan beberapa lokasi menunjukkan mekanisme

oblique. Panjang sesar ini berkisar 70 km dengan potensi gempabumi di wilayah ini mencapai 7,2

Mw.

Kata Kunci : Anomali gravity, SVD, Sesar Segmen Musi.

ABSTRACT

Gravity method can be applied to map the areas experiencing structural deformation in the form of

fault. This method can also be used to look at the possibility of a mineralized area based on the

existence of such structures. The purpose of this study was to identify the presence of Musi

Segment Fault in Kepahiang-Bengkulu District. The data used in this study is the measurement of

the gravity anomaly data Geodetic Satellite (Geosat). The method used is the method of second

vertical derivative (SVD) to analyze charts SVD. Based on the results of the analysis indicate that

the Fault Segments Musi is the type of fault shear (strike-slip) and some locations showed oblique

mechanism. The length of this fault about 70 km with a potential earthquake in the region of 7.2

Mw.

Key Word : Gravity anomaly, SVD, Musi Segment Fault.

1. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan daerah rawan

gempabumi karena dilalui oleh jalur 4

(empat) lempeng tektonik yaitu : Lempeng

Indo-Australia, Lempeng Eurasia, Lempeng

Pasifik, dan Lempeng Laut Filipina.

Lempeng Indo-Australia bergerak relatif ke

arah utara dan menyusup ke dalam Lempeng

Eurasia, sementara Lempeng Pasifik

bergerak relatif ke arah barat. Pertemuan

antar dua lempeng dapat bergerak saling

menjauhi (spreading), saling mendekat

(collision), dan saling geser (transform).

Umumnya pergerakan tersebut berlangsung

lambat dan tidak dapat dirasakan, tapi

kadang-kadang gerakan lempeng ini macet

dan saling menyunci sehingga terjadi

pengumpulan energi yang berlangsung terus

menerus sampai pada suatu saat batuan pada

lempeng tektonik tidak lagi kuat menahan

gerakan tersebut sehingga terjadi pelepasan

energi mendadak yang kita kenal sebagai

gempabumi (Permana, 2012) [7].

Kondisi geografis Indonesia yang

demikian menyebabkan Indonesia menjadi

negara yang harus terus waspada terhadap

ancaman bencana tektonik yang bisa terjadi

kapan saja disepanjang jalur konvergensi

maupun transform. Salah satu ancaman

tektonik ini adalah masyarakat yang tinggal

di pulau Sumatera yang dekat dengan jalur

Sesar Sumatera. Tidak terkecuali untuk

kawasan di Provinsi Bengkulu khususnya

Kabupaten Kepahiang yang dilalui oleh

sesar Sumatera segmen Musi. Untuk

keperluan mitigasi kebencanaan gempabumi,

maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui posisi dan struktur Sesar

Segmen Musi ini. Melalui tulisan ini, penulis

akan menganalisis posisi dan struktur Sesar

Segmen Musi berdasarkan data anomali

gayaberat.

2. DATA DAN METODE

2.1. Data

Data yang digunakan pada penelitian

ini adalah data anomali gayaberat hasil

pengukuran Geodetic Satelite (GeoSat) yang

diambil melalui website

http://topex.ucsd.edu/cgibin/getdata.cgi [1].

Wilayah penelitian berada pada wilayah

Kabupaten Kepahiang – Bengkulu dengan

rentang wilayah penelitian meliputi -2.5 LS,

-3.5 LS dan 102.5 BT, 104 BT seperti yang

ditampilkan pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Peta wilayah penelitian (kotak merah) serta plot fokal mekanisme historis gempabumi

signifikan yang pernah terjadi di wilayah penelitian.

2.2. Metode

2.2.1. Gayaberat

Metode gayaberat didasarkan pada

hukum Newton tentang gravitasi yaitu tarik

menarik antara benda yang satu dengan

benda lainnya yang diakibatkan oleh

pengaruh massa benda serta jarak antara

keduanya. Besarnya nilai gaya gravitasi (F)

antara dua benda bermassa (m1,m2)

sebanding dengan massa kedua benda dan

berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya

(r) (Lillie, 1999) [4].

F = (1)

Dengan G adalah konstanta

gayaberat (6.6 x10-11

Nm2/kg

2). Metode

gayaberat merupakan salah satu metode

geofisika yang memiliki tingkat ambiguitas

tinggi. Hal ini dikarenakan nilai yang

didapatkan ketika pengukuran dipengaruhi

oleh beberapa faktor, sehingga perlu

dilakukan koreksi untuk menghilangkan

faktor-faktor tersebut. Koreksi tersebut

antara lain: koreksi tidal, koreksi drift,

koreksi lintang, koreksi udara bebas, koreksi

bouger, dan koreksi terrain. Pada

pengukuran menggunakan satelite, anomali

gayaberat yang kita dapatkan adalah anomali

free air. Sehingga untuk mendapatkan

anomali bouger, cukup melakukan koreksi

bouger.

2.2.2. Anomali Bouger

Anomali Baouger adalah perbedaan

nilai gayaberat terukur dengan nilai

gayaberat acuan, yaitu nilai gayaberat

teoritis untuk suatu model teoritis bumi.

Perbedaan tersebut merefleksikan variasi

rapat massa yang terdapat pada suatu daerah

dengan daerah sekelilingnya ke arah lateral

maupun ke arah vertikal. Setelah dilakukan

koreksi terhadap data percepatan gayaberat

hasil pengukuran, maka akan diperoleh

persamaan anomali Bouger yaitu (Lestari

dan Sarkowi, 2013) [3] :

Anomali Bouger sederhana ( gbgs)

∆gobs = gob – gn + 0.3086h – 0.04193 h (2)

Anomali Bouger Lengkap (∆gbg)

∆gbg=gob–gn+0.3086h–0.04193 h+TC (3)

2.2.3. Second Vertical Derivative (SVD)

Second vertical derivative (SVD)

merupakan salah satu teknik filtering yang

dapat memunculkan anomali residual (efek

dangkal). Dengan metode ini, keberadaan

struktur patahan di suatu daerah akan dapat

diketahui dengan baik. Medan potensial U

dengan sumber tidak berada didalamnya

akan memenuhi persamaan Laplace sesuai

dengan persamaan berikut (Lestari dan

Sarkowi, 2013) [3] :

(4)

Untuk metode gayaberat,

persamaannya sesuai dengan persamaan :

(5)

+ + (6)

Untuk SVD, persamaanya sesuai

dengan persamaan berikut :

(7)

Berdasarkan persamaan di atas,

tampak bahwa untuk suatu penampang satu

dimensi (1D), anomali SVD dapat

dihitung dari turunan satu kali terhadap data

first horizontal derivative atau FHD-

. Sedangkan kriteria untuk

menentukan jenis struktur sesar adalah :

sesar turun (8)

sesar naik. (9)

Terdapat beberapa operator filter SVD

antara lain yang dihitung oleh Handerson

dan Zeits (1944), Elkins (1951), dan

Rosenbach (1952). Dalam penelitian ini

penulis menggunakan operator filter SVD

hasil perhitungan Elkins.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari data elevasi daerah penelitian,

dibuat peta elevasi untuk melihat posisi

Sesar Segmen Musi secara umum. Peta

kontur elevasi dua dimensi (2D) dan tiga

dimensi (3D) ini diperlihatkan seperti pada

Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Peta kontur topografi dua dimensi (2D) peta sebelah kiri, dan topografi tiga dimensi

(3D) peta sebelah kanan.

Pada peta kontur tiga dimensi (3D) di

atas dapat dilihat perkiraan posisi Sesar

Segmen Musi ditandai dengan garis merah

yang memanjang pada arah barat laut-

tenggara. Dengan identifikasi langsung

terhadap citra permukaan wilayah

Kepahiang dalam peta topografi, ditemukan

bahwa medan penelitian terdiri dari bukit-

bukit yang terbagi dua secara rapi oleh suatu

daerah dataran rendah yang memanjang.

Dataran rendah ini bisa menjadi perkiraan

awal lokasi sesar karena sifat sesar itu

sendiri yang memanjang, dinamis,

membelah batuan, dan senantiasa

berkembang. Kontur topografi ini dapat

digunakan untuk membantu deskripsi data

dan validasi terhadap koreksi-koreksi yang

berhubungan dengan elevasi atau topografi

(Julius, 2014) [2].

Dari reduksi data gayaberat yang telah

diproses, diperoleh densitas rata-rata

permukaan (ρ) untuk wilayah penelitian

sebesar 2,6 g/cc dengan menggunakan

metode Parannis. Untuk mendapatkan nilai

anomaly Bouger, anomali free air yang kita

dapakan dari hasil pengukuran satellite

terlebih dahulu harus kita koreksi dengan

koreksi Bouger. Setelah nilai anomali

Bouger kita dapatkan, kemudian dibuat peta

anomali Bouger wilayah penelitian seperti

yang ditunjukkan pada Gambar 3 di bawah

ini.

Gambar 3. Peta kontur anomali Bouger wilayah penelitian.

Pada Gambar 3 di atas dapat dilihat

bahwa kisaran anomali Bouger wilayah

penelitian adalah berkisar antara 50 mGal

hingga 240 mGal. Anomali Bouger rendah

dengan nilai sebesar 50 mGal hingga 90

mGal terletak di utara perkiraan posisi Sesar

Segmen Musi. Pada peta geologi, daerah ini

berasosiasi dengan formasi batuan kuarsa,

batu pasir, konglomeratan, dan selang-seling

batu lanau dengan batu lempung.

Anomali Bouger pada metode

gayaberat ini disebabkan oleh benda

anomali, baik yang berada dekat dengan

permukaan (residual) maupun yang jauh dari

permukaan (regional). Oleh karena itu perlu

dilakukan pemisahan efek dua anomali

tersebut untuk mendapatkan peta anomali

regional dan anomali residual. Pada

penelitian ini pemisahan anomali regional

dan residual menggunakan metode second

vertical derivative (SVD) dengan operator

matrik Elkins. Setelah dilakukan pemisahan

antara anomali regional dan anomali

residual, kemudian masing-masing anomali

ini dibuat peta konturnya. Peta kontur

anomali regional dan residual berturut-turut

diperlihatkan pada Gambar 4 dan Gambar 5

di bawah ini.

Gambar 4. Peta kontur anomali regional daerah penelitian.

Gambar 5. Peta kontur anomali residual 2D (kiri) dan anomali residual 3D yang diputar 45 derajat

(kanan).

Anomali residual merupakan nilai

percepatan gravitasi bumi yang disebabkan

oleh batuan yang dekat dengan permukaan.

Dikarenakan densitas batuan yang

mempengaruhi nilai percepatan gravitasi ini

dekat dengan permukaan, maka perbedaan

nilainya merefleksikan perbedaan densitas

batuan (Sidik, 2014) [8]. Pada kontur

anomali residual Gambar 5 di atas

menunjukkan adanya perbedaan nilai

anomali yang dipisahkan oleh struktur

kelurusan rapat massa yang berarah barat

daya-tenggara yang ditunjukkan garis hitam

dan merah putus-putus pada Gambar 5 kiri,

dan garis putus-putus merah gambar kanan.

Hal ini sesuai dengan sifat anomali

gayabaerat yang disebebkan oleh patahan

yaitu sesar berada di antara anomali

gayaberat maksimum dan anomali minimum

(Nurwidyanto dan Setiawan, 2011) [6]. Pada

peta kontur anomali residual ini dapat

dijadikan peta kontur terbaik untuk

penentuan posisi sesar.

Untuk menentukan jenis sesar, maka

dilakukan analisis grafik second vertical

derivative (SVD). Nilai dari garifk SVD ini

didapat dengan cara membuat potongan

melintang (slice) pada peta kontur anomali

Bouger. Data slice yang digunakan hanya

nilai anomali Bouger dan X (sampling data)

yang diambil untuk perhitungan selanjutnya

pada metode SVD ini. Nilai SVD didapat

dari perkalian antara turunan ketiga anomali

Bouger dengan nilai komponen vertikal

yang dipindahruaskan menjadi -1 (Julius,

2014) [2]. Garifk SVD hasil pengolahan data

diperlihatkan pada Gambar 6 di bawah ini.

Gambar 6. Grafik second vertical derivative (SVD) wilayah penelitian.

Pada Gambar 6 di atas

memperlihatkan bahwa anomali yang

disebabkan oleh struktur Sesar Segmen Musi

mempunyai nilai harga mutlak minimum

SVD selalu lebih kecil daripada harga

maksimumnya. Nilai minimum grafik SVD

di atas berkisar -0.0002 sedangkan nilai

maksimumnya berkisar 0.00023. Untuk

anomali yang disebabkan oleh struktur

intrusi berlaku sebaliknya, dimana harga

mutlak minimum SVD selalu lebih besar

daripada harga maksimumnya. Dengan

demikian dapat diinterpretasikan dugaan

sementara bahwa sesar segmen Musi ini

merupakan jenis sesar turun. Namun,

kecilnya selisih harga minimum dan

maksimum belum dapat menjadikan

interpretasi ini mutlak benar. Nilai grafik

SVD pada Gambar 6 di atas lebih cenderung

memungkinkan patahan yang sebenarnya

adalah strike slip atau oblique.

Hasil ini diperkuat dengan data

historis gempabumi signifikan yang pernah

terjadi di wilayah Sesar Segmen Musi ini.

Berikut ini ditampilkan mekanisme fokus

gempabumi signifikan yang pernah terjadi di

wilayah ini seperti ditampilkan pada Gambar

7.

Gambar 7. Mekanisme fokus historis gempabumi signifikan yang pernah terjadi di kawasan Sesar

Segmen Musi.

Data historis gempabumi yang dipakai

pada penelitian ini adalah data hasil analisa

pada Stasiun Geofisika Kepahiang yang

belum dilakukan relokasi. Terlihat pada

Gambar 7 di atas ada dua gempabumi yang

berada cukup jauh dari jalur sesar Sumatera.

Untuk memperoleh lokasi episenter yang

lebih akurat, sebaiknya dilakukan relokasi

terlebih dahulu.

Berdasarkan data mekanisme fokus

historis gempabumi yang pernah terjadi di

segmen Musi ini, dapat dilihat bahwa secara

umum gempabumi yang pernah terjadi

adalah dengan mekanisme sesar mendatar

(strike slip) dan beberapa berjenis oblique.

Kedalaman gempabumi rata-rata berkisar 10

km hingga 25 km.

Patahan segmen Musi ini sangat dekat

dengan pemukiman dan pusat kota

Kabupaten Kepahiang. Bahkan hanya

berjarak beberapa kilo meter, komplek

perkantoran dan taman kota Kabupaten

Kepahiang berada di sekitar patahan ini.

Sehingga, potensi bencana geofisika cukup

besar jika terjadi gempabumi di massa yang

akan datang di sekitar segmen ini.

Gempabumi terbesar di wilayah ini

yang pernah tercatat di stasiun seismik

(Stasiun Geofisika Kepahiang) adalah

gempabumi pada tanggal 15 Desember 1979

dengan kekuatan 6.0 SR terletak pada

koordinat 03.5 LS, 102.4 BT dengan

kedalaman 25 km. Gempabumi ini memiliki

intensitas VII-IX MMI sehingga

mengakibatkan kerusakan 3600 bangunan

rusak berat dan ringan serta korban jiwa

sebanyak 4 orang. Gempabumi merusak

lainnya yang pernah terjadi di Sesar Segmen

Musi ini adalah gempabumi pada tanggal 15

Mei 1997 dengan kekuatan 5.0 SR yang

mengakibatkan setidaknya 65 bangunan

rusak berat dan ringan.

Menurut Natawidjaja, (2007) [5] yang

pernah melakukan penelitian sesar

Sumatera, Sesar Segmen Musi yang ada di

wilayah Kabupaten Kepahiang ini memiliki

panjang 70 km. Segmen ini memiliki slip

rate rata-rata 1 cm pertahun. Dengan

demikian dalam 100 tahun slip mencapai 10

cm serta 20 cm dalam 200 tahun. Secara

teoritis momen seismik (Mo) adalah 6.67 x

1025

untuk periode ulang 100 tahun. Artinya

dalam satu dekade segmen ini menyimpan

potensi gempabumi sebesar 7.2 Mw.

Sebagai masyarakat yang hidup dan

“menumpang” tinggal di kawasan seismik

aktif, kita harus selalu memiliki sikap

waspada terhadap ancaman bencana

gempabumi. Patahan segmen Musi ini

tergolong patahan aktif. Hal ini terbukti

dengan data gempabumi histori yang pernah

terjadi di kawasan patahan ini. Akhir-akhir

ini, patahan segmen ini menunjukkan

aktivitasnya dengan beberapa kejadian

gempabumi terasa antara lain gempabumi

pada tanggal 14 Juni 2013 yang terletak

pada koordinat 3.52 LS, 102.41 BT pada

kedalaman 10 km dengan kekuatan 4.6 SR

dengan intensitas berkisar II-III MMI. Pada

tanggal 25 Maret 2014, patahan ini juga

menunjukkan aktivitasnya dengan terjadinya

gempabumi berkekuatan 3.0 SR pada

koordinat 3.63 LS,102.5 BT pada kedalaman

17 km.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis second

vertical derivative (SVD) di atas, dapat

disimpulkan bahwa Sesar Segmen Musi

merupakan jenis sesar geser (strike slip) dan

beberapa lokasi menunjukkan mekanisme

oblique. Sesar segmen musi ini berorientasi

berarah baratdaya-tenggara dengan perkiraan

panjang sesar berkisar 70 km. Melihat slip

rate rata-rata 1 cm pertahun, maka dalam

satu dekade Sesar Segmen Musi ini memiliki

potensi gempabumi sebesar 7,2 Mw.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Free Air Anomaly and Thopography

Data.

http://topex.ucsd.edu/cgibin/getdata.cgi.

Diakses tanggal 30 Maret 2014 pukul :

22.30 WIB.

[2]Julius, Admiral Musa. 2014.

Perbandingan Metode Turunan Kedua

Vertikal Dengan Data Gempabumi

Historis Untuk Identifikasi Langsung

Posisi dan Struktur Sesar Metano.

Seminar Sehari Hari Meteorologi Dunia

Ke-64 Balai Besar Meteorologi dan

Geofisika Wilayah 2, Ciputat. 27 Maret

2014.

[3] Lestari, Intan., dan Muh. Sarkowi. 2013.

Analisis Struktur Patahan Daerah

Panasbumi Lahendong-Tompaso

Sulawesi Utara Verdasarkan Data

Second Vertical Derivative (SVD)

Anomali Gayaberat. Seminar Nasional

Sains dan Teknologi V Lembaga

Penelitian Universitas Lampung, 19-20

November 2013.

[4]Lillie, R. J. 1999. Whole Earth

Geophysics. Prentice-hall, Inc. USA.

[5] Natawidjaja, Danny Hilman. 2007.

Gempabumibumi dan Tsunami di

Sumatra dan Upaya Untuk

Mengembangkan Lingkungan Hidup

Yang Aman Dari Bencana. Laporan

Survey.

[6]Nurwidyanto, M.Irfan., dan Ari Setiawan.

2011. Pemodelan Anomali Gravitasi

Sesar Dengan Pendekatan Model Sheet

(Modelling Gravity Anomalies Of Fault

By Sheet Model Approach). Berkala

Fisika. Vol. 14, No. 3, Juli 2011, hal

129-134.

[7] Permana, Ikhwan., Irwan Meilano., dan

Dina Anggraini Sarsito. 2012. Analisa

Deformasi Gempa Padang Tahun 2009

Berdasarkan Data Pengamatan GPS

Kontinu Tahun 2009-2010. J. Geofisika

Vol. 13 No. 2/2012.

[8] Sidik, Ibnu Fajar., Adi Susilo., dan Ganjar

Sulastomo. 2014. Identifikasi Sesar Di

Daerah Pongkor Bogor Jawa Barat

Dengan Menggunakan Metode

Gayaberat. Phisycs Students Journal.

Vol.2 No.1 2014.