Upload
khangminh22
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM TRADISI
MASSORONG DI DESA RAJANG KECAMATAN LEMBANG
KABUPATEN PINRANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganeraan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
HASMIAH
105430017715
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Tak Akan Ada Keberhasialan Tampa Usaha dan Doa
Tak Akan Ada Keseksesan Tampa Ujian
Maka, Memulailah dengan Penuh Keyakinan
Menjalankan dengan Penuh Keikhlasan
“maka sesungguhnya bersama dengan kesulitan ada
Kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai ( dari
Sesuatu urusan ), tetaplah bekerja keras ( untuk urusan yang
lain ). Dan hanya kepada tuhanmulah engkau berharap.”
( QS. Asy-Syarh,6-8 )
Karya ini kupersembahkan untuk
Orang-orang yang telah memberikan arti bagi hidupku.
Dengan pengorbanan, kasih sayang dan ketulusannya.
Kepada ibunda , Ayahanda dan Partner hidupku
Yang saya sayangi dan cintai…
Terimah kasih atas segala doa yang tiada terhenti,
Bimbingan, dukungan dan atas segala pengorbanannya untukku.
Untuk sodaraku dan sahabatku tersayang
Yang tak pernah henti memberi semangat hingga penulisan skripsi ini selesi.
Dan semua orang yang telah membantu dan berbuat baik kepadaku,
Juga teman-temanku PPkn’015.
Semoga Allah membalas dengan sebaik-baik kebaikan…
Serta untuk almamater biru tercinta…
ABSTRAK
Hasmiah. 2020. Hubungan Nilai-Nilai Pancasila Dalam Tradisi Massorong di Desa Rajang
Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang(Studi Kasus d iDesa rajang), Skripsi Program
Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Makassa
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimanaka nilai-nilai pancasila
dalam Tradisi Massorong. (2) Apa faktor penghambat dan faktor pendukung nilai-nilai
pancasila dalam kegiatan Tradisi Massorong. Manfaat penelitian ini menggunakan manfaat
teoritis dan manfaat praktis. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dan teknik analisis data menggunakan
wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Penerapan nilai
ketuhanan tampak terlihat dari ketaatan masyarakat saat melaksanakan tradisi Massorong.
Penerapan nilai kemanusiaan tampak dari pelaksaan tradisi Massorong. Penerapan
Masyarakat melakukan gotong royong mengambil bambu dalam pembuatan walasuji dan
mempersiapkan makanan. Penerapan Keluarga yang melaksanakan tradisi Massorong
terlebih dahulu melakukan musyawarah dengan orang yang dituankan dalam kampung. siapa
saja boleh ikut serta melaksanakan atau meramaikan tradisi Massorong baik anak-anak
maupun orang dewasa. (2) Faktor yang mendukung tradisi Massorong masi tetap
dilaksanakan oleh sebagian masyarakat di desa Rajang karena kurangnya pemahaman
masyarakat terhadap ajaran agama Islam.sehingga mereka tetap melaksanakan tradisi-tradisi
leluhur meraka meskipun tradisi tersebut bertentangan syari’ad Islam. Faktor yang
menghambat pelaksaan tradisi Massorong adalah salah satu pihak orang tua dari anak yang
diaqiqah tidak setuju dan mengangap tradisi massorong merupakan salah satu bentuk
perbuatan syirik, karena meminta perlindungan selain allah S.W.T sehingga masyarakat yang
mempercai tradisi tersebut meniggalkan tradisi masssorong untuk menhormati
pasangannya.Serta takoh-tokoh agama yang sangat keras menentang tradisi tersebut.
Kata kunci: Hubungan Nilai-nilai pancasila dalam tradisi Massorong.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan baik, sebagai salah
satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Sholawat serta salam tetap tercurah
kepada keharibaan pemimpin sang Ilahi Rabbi Nabi Besar Muhammad SAW, Sang revolusioner
sejati, Sosok pemimpin yang terpercaya, jujur, dan berakhlak karimah yang telah bersusah payah
mengeluarkan manusia dari kungkungan kebiadaban, sehingga sampai saat ini manusia mampu
memposisikan diri sebagai warga negara yang senantiasa beriman dan bertaqwa dijalan Allah
SWT.
Dalam penyelesaian skripsi ini penulis telah melibatkan berbagai pihak sehingga skripsi
ini dapat tersusun dengan baik, meskipun terdapat hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam
penyusunan skripsi ini, namun atas dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga semua
dapat terselesikan dengan baik. Untuk itu dengan hati yang tulus penulis menyampaikan terima
kasih dan penghargaan tak terhingga kepada kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Halim dan
Ibunda Bulung yang telah mengasuh dan membesarkan dengan penuh kasih sayang, serta
memberikan bantuan moril dan materil. Beliau telah banyak memberikan doa, nasehat, dorongan
dan semangat, begitupun saudara yang selalu menjadi penyemangat dan menjadi motivasi
tersendiri buat penulis sehingga dapat menyelesaikan studi ini. Semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan
terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :
1. Ucapan terima kasih pula yang tak terhingga kepada kedua orangtua saya yang sangat
banyak memberikan bantuan moril, material, arahan, dan selalu mendoakan keberhasilan
dan keselamatan selama menempuh pendidikan.
2. Prof. Dr. H. Ambo Asse.,M.Ag Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Dr. Erwin Akib, M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Dr. Muhajir M.Pd., Ketua Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
5. Dr. Andi Sugiati . M.Pd dan Dr. Muhajir M.Pd.,dosen pembimbing 1 Dan dosen
pembimbing 2 yang telah memberikan kritik dan saran yang senantiasa menjadi arah dan
dorongan dalam penyelesaian skripsi ini
6. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
khususnya kelas PPKn C yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis baik
selama dalam mengikuti perkuliahan maupun dalam penulisan proposal ini.
7. Para dosen pengajar Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang
tidak bisa saya sebut satu persatu, terima kasih atas didikan dan ilmu yang diberikan
selama perkuliahan.
8. Seluruh staf tata usaha pada lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
9. Seluruh informasn penulis di Desa Rajang yang bersedia meluangkan waktunya untuk
memberikan banyak informasi yang sangat bermanfaat kepada penulis.
10. Teman-teman P2K Universitas Muhammadiyah Makassar Kecamatan Maritengngae,
Kabupaten Sidrap. Khususnya teman serumah (Posko Allakkuang) selama kurang lebih 2
bulan menjalani pengabdian kepada masyarakat Allakkuang.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan
dukungan dan bantuan kepada penulis.
Akhir kata, penulis mengucapkan permohonan maaf atas segala kekurangan dan
kekhilafan. Terima kasih, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh.
Makassar, Agustus 2020
Hasmiah
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………………………… ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING …….................……………………………………………. iii
SURAT PERNYATAAN ...... .....................................................................................................iv
SURAT PERJANJIAN.................................................................................................................v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................................................vi
ABSTRAK....................................................................................................................................vii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………… viii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….. ix
DAFTAR TABEL........................................................................................................................x
DAFTAR BAGAN.......................................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………….. 1
A. LatarBelakang …………………………………………………………………… 1
B. RumusanMasalah ………………………………………………………………… 5
C. TujuanPenelitian …………………………………………………………………. 5
D. ManfaatPenelitian ………………………………………………………………... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP …………………………….. 7
A. PengertianPersepsi ……………………………………………………………….. 7
B. PengertianMasyarakat ……………………………………………………………. 8
C. TradisiMassorong ……………………………………………………………….... 9
D. PengertianAdat …………………………………………………………………... 10
E. PengertianBudaya ………………………………………………………………... 11
F. KeterkaitanNilai-nilaiPancasilaDenganBudaya ……………………………….. 13
G. KajianNilai-nilaipancasila ………………………………………………………. 15
1. PengertianNilai ………………………………………………………………. 15
2. PengertianPancasila ………………………………………………………….. 18
3. Nilai-nilaiPancasila …………………………………………………………... 21
H. KerangkaPikir ……………………………………………………………………. 28
I. DefenisiOperasionalVariabel …………………………………………………… 29
1. Tradisi ………………………………………………………………………… 29
2. TradisiMassorong ……………………………………………………………. 29
3. Nilai-nilaiPancasila ………………………………………………………….. 30
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………………………... 32
A. JenisPenelitian …………………………………………………………………... 32
B. Lokasi Dan WaktuPenelitian ……………………………………………………. 33
C. Sumber Data Penelitian ………………………………………………………….. 33
D. InformanPenelitian ……………………………………………………………… 34
E. InstrumenPenelitian ……………………………………………………………... 35
F. TeknikPengumpulan Data ………………………………………………………. 36
G. TeknikAnalisis Data …………………………………………………………….. 37
BAB IV………………………………………………………………………………………. 39
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………………………………….39
A. DeskripsiLokasiPenelitian…………………………………………………….....39
B. DepkripsiInformanPenelitian…………………………………………………….43
C. HasilPenelitian…………………………………………………………………….44
D. Pembahasan………………………………………………………………………..58
BAB V………………………………………………………………………………………….66
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………66
B. Saran………………………………………………………………………………..68
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..69
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Daftar Mata Pencarian Desa Rajang…………………………………………………40
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Desa Rajang………………………………………………………40
Tabel 4.3 Jumlah Tempat Ibadah Desa Rajang…………………………………………………41
Tabel 4.4 Jumlah Perangkat Desa Rajang………………………………………………………42
Tabel 4.5 Sarana Pelayanan Desa Rajang………………………………………………………42
Tabel 4.6 Sarana Pendidikan Desa Rajang……………………………………………………..42
Tabel 4.7 Sarana Olahraga Desa Rajang……………………………………………………….43
Tabel 5.1 Daftar Informan Penelitian di Desa Rajang…………………………………………72
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila merupakan ideologi dasar bagi negara Indonesia dan untuk
menjadi warga negara yang baik (good citizen) di Indonesia harus sesuai dengan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa adalah konsepsi dasar tentang kehidupan yang di cita-citakan bangsa
dalam menghadapi tantangan kehidupan. Mengingat Pancasila adalah sumber
dari sumber hukum memiliki peranan penting sebagai acuan ataupun pedoman
bagaimana berperilaku yang baik di Indonesia( AL Subandi Marsudi H 2014:10).
Dalam makna Pancasila di sebutkan bahwa seluruh komponen dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara harus mengamalkan amanat dari nilai yang
terkandung dalam Pancasila itu sendiri mulai bagaimana cara hidup individu
sampai kelompok baik itu dalam hal pemerintahan maupun non pemerintahan
sesuai dengan tujuan di bentuknya Pancasila oleh pendiri bangsa. Pengamalan
nilai Pancasila adalah kewajiban seluruh rakyat Indonesai tak terkecuali pemuda
sebagai penerus bangsa yang menjadi tumpuan utama nasib bangsa di masa yang
akan datang. Artinya pengamalan nilai-nilai Pancasila di kalangan generasi muda
harus lebih mendalam sesuai dengan harapan bangsa kepada pemuda itu sendiri.
Pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil dari
perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok orang sebagaimana
1
2
ideologi-ideologi lain di dunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-
istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai-nilai religius yang terdapat dalam
pandangan hidup masyarakat Indonesia. Didalam Pancasila banyak terkandung
nilai-nilai yang bersumber dari budaya seperti, nilai ketuhanan, nilai
kemanusiaan, nilai persatuan, nilai musyawarah/mufakat dan nilai keadilan
yang dapat dijadikan sebagai acuan masyarakat dalam menghadapi persoalan-
persoalan yang dianggap baik dan buruk, mengenai apa yang harus dikerjakan
dalam hidup bersama, dan mengenai apa yang tidak harus dikerjakan (Ani Sri
Rahayu, 2016:31).
Pancasila sebagai weltanschauung berarti nilai-nilai Pancasila
merupakan etika kehidupan bersama bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut atau
praksis kehidupan di dalam masyarakat bangsa Indonesia diatur oleh nilai-nilai
Pancasila. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan kristalisasi
nilai-nilai yang dipandang baik diwujudkan menjadi ciri perilaku dalam
kehidupan sehari-hari yang kemudian menjadi karakter. Karakter yang terbentuk
akan memunculkan sebuah kepribadian bangsa Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila selalu ada dalam adat, kebiasaan, budaya, agama,
dan tradisi yang dianut masyarakat Indonesia, artinya ada kaitan antara hidup
manusia dengan nilai-nilai Pancasila yang terkandung di tiap sila-sila Pancasila.
Nilai-nilai Pancasila dalam tradisi dan budaya sangat berpengaruh pada
masyarakat karena nilai-nilai Pancasila menjadi inti dari pedoman masyarakat
3
Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Segala keputusan,
tindakan, dan perilaku sebagai penyelenggara negara harus selaras dengan nilai-
nilai Pancasila.
Melihat kenyataan bahwa saat ini banyak masyarakat yang mulai
melupakan ajaran Pancasila. Pemahaman Pancasila pada masyarakat dipengaruhi
banyak hal misalnya menurunnya nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat,
pendidikan masyarakat, sikap apatisme, serta kepribadian yang menjadi faktor-
faktor yang menyebabkan masyarakat meninggalkan nilai-nilai Pancasila.
Namun yang menjadi permasalahan adalah dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya membawa pengaruh positif
melainkan pengaruh negatif dalam budaya masyarakat Indonesia yang mulai
luntur, nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam suatu budaya yang semula
menjadi acuan masyarakat menjadi goyah karena masuknya budaya baru dari
luar. Demikian juga budaya yang merupakan nilai bagi pendukungnya lambat
laun akan mulai terkikis oleh modernisasi dan munculnya nilai-nilai baru.
Ditengah mengikisnya tradisi karena masuknya budaya-budaya baru,
ternyata masih ada kelompok masyarakat tertentu yang masih mempertahankan
eksistensi budayanya dari generasi ke generasi yaitu kebudayaan yang ada di
Kabupaten Pinrang. Tradisi yang sudah melekat dalam masyarakat dan sudah
turun temurun sejak dulu, akan semakin terkonsep dalam kehidupan masyarakat
sehingga menjadi sebuah kepercayaan terhadap hal-hal yang berhubungan
4
dengan sebuah keyakinan yang sulit untuk dihilangkan seperti kepercayaan
masyarakat Pinrang terhadap tradisi Massorong.
Tradisi Massorong adalah salah satu warisan leluhur yang masih
dilaksanakan oleh masyarakat di Desa R ajang. Tradisi Massorong adalah prosesi
menghanyutkan makanan di aliran sungai dengan menggunakan Walasuji.
Walasuji adalah sejenis pagar bambu yang berbentuk belah ketupat. Dimana
makan tersebut bisa diambil oleh masyarakat setempat,namun tidak boleh
diambil oleh pihak keluarga yang melaksanakan Tradisi Massorong. Adapun isi
dari Walasuji (makanan) seperti, manu cella, manu dengeng, tallo,sokko,barra
batang, barra cella, putti barangang.Dengan menyadari bahwa Pancasila
memiliki peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara dalam mengatur kehidupan negara Indonesia, serta Pancasila digali
dari nilai budaya sehingga nilai Pancasila harus tersisipkan dalam sebuah
kebudayaan Indonesia baik kebudayaan lokal maupun kebudayaan nasional. Oleh
karena itu tradisi Massorong haruslah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis berinisiatif untuk melakukan
penelitian di Desa Rajang Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang yang
merupakan salah satu desa yang sering melakukan tradisi Massorongdi Desa
Rajang Kecamatan LembangKabupaten Pinrang. Jadi peneliti tertarik untuk
mengkaji “Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Tradisi Massorong di
Desa Rajang Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang ”.
5
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apa Nilai-nilai
Pancasila yang terkandung dalam tradisi Massorong di Desa Rajang Kecamatan
Lembang Kabupaten Pinrang ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan rumusan masalah maka
tujuanpenelitian ini adalah : Untuk mengetahui nilai-nilai Pancasila yang
terkandung dalam dalam tradisi Massorong di Desa Rajang Kecamatan Lembang
Kabupaten Pinrang.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang
nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam tradisi Massorong di Desa
Rajang Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang.
b. Dapat memberi sumbangan untuk mengembangkan teori penelitian
Pendidikan Kewarganegaraan pada umumnya, serta teori dan konsep
pada khususnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat diharapkan penelitian ini dapat membantu
masyarakat agar tetap mempertahankan dan melestarikan budaya
tradisi Massorong yang sudah ada sejak dulu.
6
b. Bagi pemerintah diharapkan memberi dukungan agar tradisi
Massorongtetap dilaksanakan karena mengandung nilai-nilai Pancasila
serta dapat memberi banyak manfaat.
c. Serta bagi peneliti diharapkan dapat memberikan informasi baik
melalaui media elektronik ataupun media sosial agar wilayah lain
dapat mengakses atau mengetahui informasi tentangnilai-nilai
Pancasila yang terkandung dalam tradisi Massorong.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Nilai-Nilai Pancasila
1. Pengertian Nilai
Nilai secara etimologi kata nilai berasal dari bahasa Latin vale’re yang
artinya berguna, mampu akan, berdaya, berlaku. Nilai adalalah kualitas suatu
hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan
dapat membuat orang yang menghayatinya menjadi bermartabat (Satardo
Adisusilo, 2012: 54). Nilai adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa
cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial
dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan. Nilai
memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu
mengenai hal-hal benar,baik, atau diinginkan. Sehingga nilai dapat diartikan
sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan
seseorang atau kelompok. Sedangkan pengertian nilai secara terminologi ada
beberapa pendapat sebagai berikut:
1) Dalam buku “Pendidikan Profetik”, Khoirul Rosyadi (2013: 115)
menuturkan bahwa nilai merupakan realitas abstrak. Nilai kita rasakan
dalam diri kita masing-masing sebagai daya pendorong atau prinsip yang
menjadi penting dalam kehidupan sampai pada suatu tingkat dimana
sementara orang lebih siap untuk mengorbankan hidup mereka daripada
mengorbankan nilai.
2) Dalam buku “Pemikiran Pendidikan Islam” ditulis oleh Muhaimin dan
Abdul Mujib, (2010: 110) berpendapat bahwa nilai itu bersifat praktis dan
efisien dalam jiwa dan tindakan manusia serta melembaga secara objektif
di masyarakat.
8
3) Menurut Wabster dalam buku “Pendidikan Islam: Mengurai Benang
Kusut Dunia Pendidikan” yang dikutip oleh Muhaimin (2011: 148) bahwa
nilai adalah suatu keyakinan yang menjadi dasar bagi seseorang atau
sekelompok orang untuk memilih tindakannya atau menilai suatu yang
bermakna atau yang tidak bermakna bagi kehidupannya.
4) Menurut Liliweri (2010:50) nilai adalah sebuah unsur penting dalam
kebudayaan, nilai juga membimbing manusia untuk menentukan apakah
sesuatu itu boleh atau tidak boleh dilakukan.
5) Menurut Max Scheler dalam buku “Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan” yang dikutip oleh Ani Sri Rahayu (2016:20)
mengemukakan bahwa nilai-nilai yang ada, tidak sama luhurnya dan sama
tingginya. Nilai-nilai itu secara nyata ada yang lebih tinggi dan ada yang
lebih rendah dibandingkan nilai-nilai lainnya.
6) Menurut Rafiek, (2012:67) nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna,
bermutu, menunjukkan kualitas dan berguna bagi manusia. Sesuatu
bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.
Nilai menjadi sesuatu yang abstrak dan hanya bisa dipikirkan, dipahami,
dan dihayati. Nilai berkaitan cita-cita, harapan, keyakinan, dan hal-hal
yang bersifat alamiah.
Menurut tinggi rendahnya, nilai dapat dikelompokkan dalam empat
tingkatan sebagai berikut:
a) Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkat ini terdapat deretan nilai yang
mengenakkan dan tidak mengenakkan, yang menyebabkan orang
senang atau menderita tidak enak.
b) Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapatlah nilai-nilai yang
penting bagi kehidupan misalnya kesehatan.
c) Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan
yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun
lingkungan. Nilai semacam ini ialah keindahan, kebenaran, dan
pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat.
d) Nilai-nilai kerohanian: dalam tingkat ini terdapatlah modalitas nilai-
nilai dari yang suci dan tak suci. Nilai semacam ini terdiri dari nilai-
nilai pribadi.
Dalam buku “Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan” yang
ditulis oleh Ani Sri Rahayu (2010:96) Walter G. Evereltmenggolongkan nilai-
nilai manusiawi kedalam delapan kelompok yaitu sebagai berilkut:
9
a. Nilai-nilai ekonomis (ditujukan oleh harga pasar meliputi semua
benda yang dapat dibeli).
b. Nilai-nilai kejasmanian (membantu pada kesehatan, efisiensi dan
keindahan dari kehidupan badan).
c. Nilai-nilai hiburan (nilai-nilai permainan dan waktu senggang ).
d. Nilai-nilai sosial (berasal dari bentuk perserikatan manusia).
e. Nilai-nilai watak (keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan
sosial yang diinginkan).
f. Nilai-nilai estetis (nilai keindahan alam dan karya seni).
g. Nilai-nilai intelektual (nilai pengetahuan dan pengajaran
kebenaran).
h. Nilai-nilai keagamaan (nilai alam sekitarnya sebagai wujud
rahasia kehidupan alam semesta).
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa nilai
merupakan sesuatu yang positif dan bermanfaat bagi kehidupan manusia dan
harus dimiliki setiap manusia sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam
setiap tingkah laku dan perbuatan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
Nilai juga dapat mencerminkan kualitas tindakan dan pandangan hidup yang
dipilih oleh seseorang atau masyarakat. .
2. Nilai-Nilai Pancasila
Bangsa Indonesia dalam hal ini merupakan pendukung nilai-nilai
Pancasila. Bangsa Indonesia yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang
berkesatuan, yang berkerakyatan dan berkeadilan sosial. Sebagai pendukung
nilai bangsa Indonesia itulah yang menghargai, mengakui, menerima Pancasila
sebagai sesuatu yang bernilai. Pengakuan, penghargaan, dan penerimaan
Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai itu akan menggejala dalam sikap,
tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia (Ani Sri Rahayu, 2016:24).
10
Pancasila sebagai ideologi terbuka diartikan sebagai ideologi yang
dapat mengikuti perkembangan ideologi negara lain yang berbeda. Ideologi
terbuka mengandung tiga tatanan nilai yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan
nilai praksis. Nilai dasar adalah nilai yang ada dalam ideologi Pancasila yang
merupakan representase dari nilai atau norma dalam masyarakat, bangsa, dan
negara Indonesia. Nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam tradisi yaitu nilai
ketuhanan yang Maha Esa tercermin dalam prilaku jujur, ikhlas memberi,
berdoa dan kerukunan antar umat beragama; Nilai kemanusiaan yang adil dan
beradab tercermin dalam prilaku toleransi, budaya mengucap salam; Nilai
persatuan indonesia tercermin dalam prilaku cinta tanah air dan persatuan; Nilai
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyarawatan/
perwakilan tercermin dalam perilaku mengutamakan kepentingan bangsa,
musyawarah; dan Nilai-nilai keadilan sosial bagi seluru rakyat indonesia
tercerin dalam sikap adil dan gotong royong. Nilai Instrumental adalah nilai
yang merupakan pendukung nilai Pancasila, nilai ini menikuti setiap
perkembangan zaman, baik dalam negeri maupun luar negeri. Nilai praksis
adalah nilai yang harus ada dalam bantuk penyelenggaraan negara. Pancasila
menjadi satu kesatuan yang terdiri atas lima dasar yang saling berhubungan dan
saling mempengaruhi. Kelima dasar tersebut yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan
yang beradab, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itu mempunyai tingkatan
dan bobot yang berbeda, namun nilai-nilai itu tidak saling bertentangan. Akan
11
tetapi nilai-nilai itu saling melengkapi. Hal ini disebabkan sebagai suatu
substansi, Pancasila itu merupakan kesatuan yang bulat dan utuh, atau kesatuan
organik. Dengan demikian berarti nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh pula. Nilai-nilai itu saling
berhubungan secara erat dan nilai-nilai yang satu tidak dapat dipisahkan dari
nilai yang lain(Choisilin 2013:19).
Pengertian Pancasila itu merupakan suatu sistem nilai dapat dilacak
dari sila-sila Pancasila yang merupakan suatu sistem. Antara sila-sila Pancasila
itu saling berkaitan, saling berhubungan secara erat, bahkan saling
mengkualifikasi. Dengan demikian dalam pengertian umum, dalam artian
bahwa bagian-bagiannya saling berhubungan erat sehingga membentuk suatu
struktur yang menyeluruh(Ani Sri Rahayu, 2016:10)..
Dari uraian nilai-nilai yang terkandung dalam sila Pancasila itu
pula,tampak jelas bahwa nilai-nilai yang termuat dalam Pancasila termasuk
dalam tingkatan nilai yang tinggi, dengan urutan sila Ketuhanan Yang Maha
Esa menduduki tingkatan dan bobot nilai tertinggi, karena secara jelas
mengandung nilai religius. Pada tingkat dibawahnya adalah keempat nilai
manusiawi dasar. Apabila keempat nilai manusiawi diberikan tingkatan dan
bobot nilainya, maka nilai kemanusiaan, tingkatan dan bobot nilainya layak
dinyatakan berada dibawah nilai ketuhanan. Nilai keadilan sebagai salah satu
nilai manusiawi dasar, dalam hubungannya dengan tingkatan bobot nilai
kiranya harus diletakkan dalam tempat ketiga dibawah nilai kemanusiaan.
12
Namun sesuai dengan sifat dasar bangsa Indonsia yang sangat menekankan
kerukunan, maka nilai persatuan mempunyai tingkatan dan bobot yang lebih
tinggi dari nilai kerakyatan, karena nilai kerakyatan lebih merupakan sarana
yang perlu untuk mencapai persatuan (Ani Sri Rahayu, 2016:25).
Secara kualitas bahwa nilai-nilai Pancasila adalah bersifat objektif dan
subjektif. Artinya esensi nilai-nilai Pancasila adalah bersifat universal, yaitu
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan, sehingga
dimungkinkan dapat diterapkan pada negara lain walaupun barangkali namanya
bukan Pancasila. Artinya jika suatu negara menggunakan prinsip filosofi bahwa
negara berketuhanan, berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan, dan
berkeadilan, maka negara tersebut pada hakikatnya menggunakan dasar filsafat
dari sila-sila Pancasila (Ani Sri Rahayu, 2016:27).
Nilai-nilai Pancasila bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai berikut
(Ani Sri Rahayu, 2016:27):
a. Rumusan dari sila-sila menunjukkan adanya sifat-sifat umum universal
dan abstrak karena meru
b. pakan suatu nilai.
c. Inti nilai-nilai Pancasila akan ada tetap ada sepanjang masa dankehidupan
bangsa Indonesia.
d. Pancasila yang terkandung dalam UUD 1945, menurut ilmu hukum
memenuhi syarat sebagai pokok kaidah yang fundamental negara
sehingga merupakan sumber hukum positif di Indonesia.
Nilai-nilai subjektif Pancasila dapat diartikan bahwa keberadaan nilai-nilai
Pancasila itu bergantung atauterletak pada bangsa Indonesia itu sendiri.
Penjelasan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Ani Sri Rahayu, 2016:2):
13
a. Nilai-nilai Pancasila itu timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa
Indonesia sebagai kuasa materialis.
b. Nilai Pancasila merupakan jati diri bangsa Indonesia yang diyakini
sebagai sumber nilai atas kebenaran, kebaikan, keadilan, dan
kebijaksanaan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
c. Nilai-nilai Pancasila didalamnya terkandung tujuh nilai-nilai kerohanian
yaitu kebenaran, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis, dan nilai religius
yang manifestasinya sesuai dengan hati nurani.
Pancasila sebagai suatu dasar filsafat negara maka sila-sila Pancasila
merupakan suatu sistem nilai, oleh karena itu sila-sila Pancasila itu merupakan
suatu kesatuan. Meskipun dalam setiap sila terkandung nilai-nilai yang
memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya namun kesemuanya itu
tidak lain merupakan suatu kesatuan yang sistematis. Adapun nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila adalah sebagai berikut (Ani Sri Rahayu, 2016:32):
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
Keyakinan adanya Tuhan yang Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
bukanlah suatu kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya
melalui penalaran, melainkan suatu kepercayaan yang berpangkal dari
kesadaran manusia sebagai makhluk Tuhan. Keyakinan yang demikian
maka negara Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, dan
negara memberi jaminan sesuai dengan keyakinannya, dan untuk
beribadat menurut agama dan kepercayaannya.
Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa negara
yang didirikan adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, segala hal yang
14
berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara bahkan moral
negara, hukum dan peraturan dan perundang-undangan negara, politik
negara, pemerintah negara, hukum dan peraturan perundang-undangan
negara, kebebasan dan hak asasi warga negara harus dijiwai nilai-nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dalam sila pertama ini mencakup nilai religi yang mengatur hubungan
negara dan agama, sehubungan dengan manusia dengan sang Pencipta,
serta nilai yang menyangkut hak asasi.
2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa negara harus
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang
beradab. Oleh karena itu, dalam kehidupan kenegaraan terutama dalam
peraturan perundang-undangan negara harus mewujudkan tercapainya
tujuan ketinggian harkat dan martabat manusia, terutama hak-hak kodrat
manusia sebagai hak dasar yang harus dijamin dalam peraturan
perundang-undangan. Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah
mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia
yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam hubungan
dengan norma-norma dan kebudayaan pada umumnya baik terhadap diri
sendiri, terhadap sesama manusia maupun terhadap lingkungannya.
15
3) Persatuan Indonesia
Dalam sila persatuan Indonesia terkandung nilai-nilai kerohanian dan
nilai etis yang mencakup kedudukan dan martabat manusia untuk
menghargai keseimbangan antara kepentingan pribadi dan masyarakat.
Nilai yang menjunjung tradisi kejuangan dan kerelaan untuk berkorban
dan membela kehormatan bangsa dan negara. Negara adalah suatu
persekutuan hidup yang bersama diantara elemen-elemen yang
membentuk negara berupa suku, ras, kelompok, golongan, maupun
kelompok agama.
4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Kebijaksanaan
dalamPermusyawaratan/Perwakilan
Hakikat negara sebagai penjelma sifat kodrat manusia. Sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial. Hakikat rakyat adalah merupakan
sekelompok manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang
bersatu yang bertujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam
wilayah negara.
Nilai yang terkandung dalam sila kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan/perwakilan adalah bahwa
asas demokrasi yang bersumber kepada nilai-nilai kehidupan berakar
dalam budaya bangsa Indonesia. Perwujudan demokrasi itu dipersepsi
sebagai paham kedaulatan rakyat, yang bersumber dari nilai kebersamaan,
kekeluargaan, dan kegotongroyongan.
16
5) Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sila ini mengandung
arti bahwa negara Indonesia merupakan negara yang bertujuan untuk
mewujudkan suatu kesejahteraan untuk seluruh warganya, sila ini secara
bulat berarti bahwa setiap rakyat Indonesia mendapat perlakuan yang adil
di bidang hukum, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
keamanan.
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila ini meliputi keselarasan,
keseimbangan, dan keserasian menyangkut hak dan kewajiban dimiliki
oleh rakyat Indonesia, tanpa membedakan asal suku, agama yang dianut,
keyakinan politik, serta tingkat ekonominya. Sila kelima ini juga
mengembangkan nilai untuk menghargai karya dan menolak adanya
kesewenang-wenangan, serta pemerasan terhadap sesama.Nilai-nilai yang
tercakup dalam sila ini memberi jaminan untuk mencapai taraf kehidupan
yang layak dan terhormat sesuai dengan kodratnya, dan menempatkan
nilai demokrasi dalam bidang ekonomi, soisal dan budaya.
Dengan demikian dapatdiketahui bahwa nilai-nilai Pancasila adalah
sebagai landasan, serta motivasi atas segala perbuatan baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan kenegaraan dan menjadi
cita-cita tentang kebaikan yang harus diwujudkan menjadi kenyataan.
Nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan dan
17
menjiwai satu sama lain. Sehingga dari semua nilai sila-sila Pancasila
menjadi acuan dalam penyelenggaraan bernegara.
B. Tradisi Massorong Sebagai Budaya dalam Masyarakat
1. Pengertian Tradisi dan Massorong
Berbicara mengenai Tradisi, hubungan antara masa laludan masa kini
haruslah lebih dekat. Tradisi mencakup kelangsungan masa lalu di masa kini
ketimbang sekedar menunjukkan fakta bahwa masa kini berasal dari masa lalu.
Kelangsungan masa lalu di masa kini mempunyai dua bentuk yaitu material dan
gagasan, atau objektif dan subjektif. Menurut Tasikuntan, Tradisi berasal dari
kata “traditium” pada dasarnya segala sesuatu yang di warisi dari masalalu.
Tradisi merupakan hasil cipta dan karya manusia objek material, kepercayaan,
khayalan, kejadian, atau lembaga yang diwariskan dari sesuatu generasi
kegenerasi berikutnya. Seperti misalnya adat-istiadat, kesenian dan properti
yang digunakan.
Sesuatu yang diwariskan tidak berarti harus diterima, dihargai,
diasimilasi atau disimpan sampai mati. Bagi para pewaris setiap apa yang
mereka wariskan tidak dilihat sebagai “tradisi”. Tradisi yang diterima akan
menjadi unsur yang hidup didalam kehidupan para pendukungnya. Ia menjadi
bagian dari masa lalu yang dipertahankan sampai sekarang dan mempunyai
kedudukan yang sama dengan inovasi-inovasi baru. Jadi Tradisi adalah
keseluruhan benda material dan gagasan yang berasal dari masa lalu namun
18
benar-benar masih ada kini, belum dihancurkan, dirusak, dibuang, ataupun
dilupakan. Tradisi berarti segala sesuatu yang disalurkan atau diwariskan dari
masa lalu ke masa kini.
(Tasikuntan.https://tasikuntan-wordpress-com./2012/11/30/pengertian-
tradisi/amp/)
Tradisi dalam bahasa latin disebut Traditio, “Diteruskan” atau kebiasaan,
merupakan suatu tingkah laku atau perbuatan yang dilakukan secara berulang-
ulang oleh suatu kelompok masyarakat dan sudah berlangsung sejak lama dan
menjadi bagian dari masyarakat. Tradisi Massorongsalah satu warisan leluhur
yang masih dilaksanakan oleh masyarakat di Desa Rajang.Tradisi Massorong
adalah prosesi menghanyutkan makanan di aliran sungai dengan menggunakan
Walasuji.Walasuji adalah sejenis pagar bambu yang berbentuk belah
ketupat.Dimana makanan tersebut diambil kembali oleh masyarakat setempat,
namun tidak boleh diambil oleh pihak keluarga yang melaksanakan Tradisi
Massorong.Adapun isi dari Walasuji(makanan) seperti, manu cella
,manudengeng,tallo,sokko buaya, ,barra’batang,barra cellai,dalle sisi,banno dan
putti barangang.
Tradisi Massorong di Desa Rajang telah berlangsung lama dan sampai
saat ini masih tetap dijaga kelestariannya oleh sebagian masyarakat, karena
tradisi Massorong perlu dipertahankan bagi keturunan\orang yang melaksanakan
tradisi Massorong karena apabila tidak dilaksanakan akan mendapat teguran dari
19
penunggu air.Sehingga mereka tetap melaksanakan tradisi-tradisi leluhur mereka
meskipun tradisi tersebut bertentangan dengan syari’at islam.
2. Pengertian Budaya
Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
di biasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya
itu. Kebudayaan dalam Bahasa Indonesia sama dengankulturdan dalam Bahasa
inggris yaitu culture, berasal dari kata latin cultura yang berarti mengolah,
mengerjakan. Dari makna ini berkembang pengertian culture sebagai segala
daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah
alam.Hingaa saat ini terdapat lebih dari 179 pengertian kebudayaan, namun
yang paling popular adalah pengertian kebudayaan yang di kemukakan oleh
E.B.Taylor tahun 1897.Ia mengatakan bahwa kebudayaan adalah pemahaman
perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan,
seni, moral, hukum, adat istiadat/kebiasaan, dan pembawaan lainnya yang di
peroleh dari anggota masyarakat.
(Wikipedia.https://id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya).
Menurut Koentjaraningrat, kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta
budhayah yang berarti budi atau akal, hal yang bersangkutan dengan akal.
Sedangkan budaya merupakan bentuk jamak dari budi-daya, yaitu daya dari
budi yang berupa cipta, rasa dan karsa, sementara kebudayaan berarti hasil
daricipta rasa dan karsa.Meskipun banyakdefenisi tentang kebudayaan.
20
Kebudayaan yang luhur di namakanperadaban (civilization). Peradaban yang
tinggi tercermin dari cara berfikir, cara bertingkah laku, dan budi pekerti.
Menurut Ki Hajar Dewantara, kebudayaan berati buah budi manusia
adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan
alam yang merupakan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan
damai. Sedangkan menurut Parsudi Suparlan, kebudayaan didefinisikan sebagai
keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya
untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalamannya,
serta menjadi landasan bagi tingkahlakunya.
(Wikipedia.https://id.m.wikipedia.org/wiki/Budaya).
Jadi pengertian kebudayaan dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, sikap dan perilaku yang menjadi
landasan bagi tingkahlakunya sebagai pedoman yang potensial untuk perilaku
manusia.
2. Masyarakat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di jelaskan bahwa masyarakat
adalah sejumlah manusia dalam arti luas dan terikat oleh suatu kebudayaan
yang mereka anggap sama atau kelompok orang yang merasa memiliki bahasa
bersama yang merasa termasuk kelompok itu, atau yang berpegang pada bahasa
21
standar yang sama. Koentjaraningrat (2010:115)menjelaskan bahwa :
“Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan
istilah ilmiah, saling “berinteaksi”. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai
prasarana agar warganya dapat saling berinteraksi. Kamanto Sunanto
(2010:117) menjelaskan bahwa:“Masyarakat adalah orang hidup bersama yang
menghasilkan kebudayaan”.Dengan demikian, tak ada masyarakat yang tidak
mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa masyarakat
sebagai wadah dan pendukungnya. walaupun secara teoritis dan untuk
kepentingan analitis, kedua persoalan tersebut dapat dibedakan dan dipelajari
secara terpisah.
Marion Levy(2010:120) menjelaskan empat kriteria yang perlu dipenuhi
agar suatu kelompok dapat disebut masyarakat, yaitu:
(1) Kemampuan bertahan melebihi masa hidup seorang individu.
(2) Rekrutmen seluruh atau sebagian anggota melalui reproduksi.
(3) Kesetiaan pada suatu “sistem tindakan utama bersama”.
(4) Adanya sistem tindakan utama bersifat “ swasembada”.
Suatu kelompok hanya dapat dinamakan masyarakat bila kelompok tersebut
memenuhi keempat kriteria tersebut, atau bila kelompok tersebut dapat bertahan
stabil untuk beberapa generasi walaupun sama sekali tidak orang atau kelompok
lain di luar kelompok tersebut. Diantara istilah (konsep) masyarakat yang telah
dikemukakan, tidak ada perbedaan ungkapan yang mendasar, justru yang ada
yaitu mengenai persamaannya.Dapat disimpulkan bahwa, masyarakat itu
merupakan kelompok atau kolektivitas manusia yang melakukan antarhubungan
22
sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta
telah melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif
lama.
C. Keterkaitan Nilai-Nilai Pancasila dengan Budaya
Kebudayaan Indonesia yang telah ada sebelum terbentuknya negara
Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan tempat yang berasal daripada
kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam suku-suku. Kebudayaan tersebut
telah mengikat dan mempersatukan setiap kelompok suku bangsa Indonesia. Di
samping itu, perlu kita ketahui bahwa alampun ikut menentukan serta memberi
ciri yang khas terhadap corak kebudayaan. Namun tidak sepenuhnya pengaruh
lingkungan akan menimbulkan akibat seragam terhadap kebudayaan.
Bangsa Indonesia sendiri sebagai asal mula dari terbentuknya nilai-nilai
Pancasila, sehingga Pancasila itu pada hakikatnya nilai-nilai yang merupakan
unsur-unsur Pancasila yang digali dari bangsa Indonesia yang berupa nilai-nilai
adat istiadat kebudayaan serta nilai-nilai religiusyang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari bangsa Indonesia. Seperti kita ketahui bahwa Pancasila sebagai dasar
negara, Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila sebagai sumber
dari segala sumber hukum yang ada, dan Pancasila sebagai roh kebudayaan.
Dikatakan roh kebudayaan dikarenakan setiap kebudayaan yang dimiliki bangsa
Indonesia selalu beralaskan Pancasila, Pancasila sebagai penyaring kebudayaan-
kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia, dan pola perilaku nampak dalam
kebudayaan Indonesia dapat mewakili kepribadian bangsa.
23
Nilai-nilai Pancasila sebagai budaya bangsa hidup dan berkembang
dalam masyarakat Indonesia, nilai-nilai tersebut menjadi sumber moral dalam
menciptakan suatu kebudayaan. Pancasila sebagai sumber dari kebudayaan
bangsa dapat meliputi seni, adat istiadat, pemikiran, tata carabergaul, ekonomi,
sikap, dan sifat manusia Indonesia.
(LeniLestari.http://lennylesthari.blogspot.com/2017/01/makalahketerkaitanpanc
asiladengan ).
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan tuntunan dan
pegangan dalam mengatur sikap perilaku manusia Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat Indonesia yang menjadi sumber moral dan menjelma dalam wujud
beranekaragam kebudayaan dapat dikembangkan dalam rangka memperkaya
nilai-nilai Pancasila, yang merupakan nilai-nilai luhur bangsa. Nilai-nilai
tersebut adalah nilai baru yang tumbuh dalam kehidupan bangsa Indonesia yang
mulai membangun, yang sedang teruji sebagai nilai luhur yang perlu
dikembangkan.
(sidiq.http://sosiologis.com/nilai-nilai pancasila/amp?)
Dalam konteks pengembangan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam
Pancasila, perlu diperhatikan perubahan sikap masyarakat terhadap nilai-nilai
yang ada sebagai akibat dinamika yang terjadi dalam kehidupan bangsa
Indonesia.Pancasila yang digali dan dirumuskan para pendiri bangsa ini adalah
sebuah rasionalitas kita sebagai bangsa yang majemuk, multi agama, multi
24
bahasa, multi budaya, dan multi ras, yang bergambar dalam Bhineka Tunggal
Ika.
(Agungwidodo.Sampaiujungpelangi.blogspot.com/2016/03/makalah-
implementasi-nilai-nilai-Pancasila.html?m=1).
Jadi dapat diketahui bahwa dalam Pancasila terdapat nilai-nilai yang
digunakan bangsa Indonesia sebagai landasan serta motivasi atas segala
perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan
kenegaraan. Nilai-nilai tersebut dapat memberikan solusi atas masalah yang
terjadi dalam negara Indonesia, nilai-nilai Pancasila tertuang dalam setiap butir-
butir sila-sila Pancasila.
D. Kerangka Pikir
Masyarakat di Kabupaten Pinrang memiliki tradisi dan adat istiadat yang
harus dijaga kelestariannya. Tradisi lahir dikalangan masyarakat sosial dan
berkembang menjadi budaya atau kebudayaan berdasarkan masyarakatnya.
Tradisi masyarakat di Desa Rajang yang bertahan sampai sekarang salah
satunya adalah Massorong.
Nilai-nilai Pancasila dalam tradisi dan budaya sangat berpengaruh pada
masyarakat karena nilai-nilai Pancasila menjadi inti dari pedoman masyarakat
Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Segala keputusan,
tindakan, dan perilaku sebagai penyelenggara negara harus sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila. Oleh karena itu tradisi Massorong haruslah sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila. Karena Pancasila mengajarkan kita sebagai makhluk sosial
25
tentu kita bisa membedakan mana baik dan buruk, bagaimana menjalankan
tradisi dari nenek moyang tapi tetap berpegang teguh dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari penafsiran keliru, maka perlu di kemukakan definisi
operasional sebagai berikut:
1. Nilai-Nilai Pancasila
Nilai-nilai Pancasila adalah sebagai landasan, serta motivasi atas
segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan
kenegaraan dan menjadi cita-cita tentang kebaikan yang harus diwujudkan
Tradisi Massorong
Nilai-Nilai Pancasila:
1. Nilai Ketuhanan
2. Nilai Kemanusiaan
3. Nilai Persatuan
4. Nilai Kerakyatan/permusyawaratan
5. Nilai Keadilan
Masyarakat
26
menjadi kenyataan. Nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan yang saling
berhubungan dan menjiwai satu sama lain. Sehingga dari semua nilai sila-sila
Pancasila menjadi acuan dalam penyelenggaraan bernegara.
2. Tradisi
Tradisi merupakan hasil cipta dan karya manusia objek material,
kepercayaan, khayalan, kejadian, atau lembaga yang diwariskan dari sesuatu
generasi kegenerasi berikutnya
3. Massorong
Massorong adalah prosesi menghanyutkan makanan di aliran sungai
dengan menggunakan Walasuji.Walasuji adalah sejenis pagar bambu yang
berbentuk belah ketupat.Dimana makanan tersebut diambil kembali oleh
masyarakat setempat, namun tidak boleh diambil oleh pihak keluarga yang
melaksanakan Tradisi Massorong.Adapun isi dari Walasuji(makanan) seperti,
manu cella ,manu dengeng,tallo,sokko buaya,sokko ,barra’batang,barra
cella,kladi,dalle sisi,banno dan putti barangang
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif karena peneliti ingin menggambarkan atau melukiskan fakta-fakta atau
keadaan ataupun gejala yang tampak dalam tradisi Massorong.
Sugiyono (2015:15) mengemukakan penelitian kualitatif sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data tringulasi, analisis data bersifat induktif atau
kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada
generalisasi.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Rajang Kecamatan Lembang Kabupaten
Pinrang dalam waktu kurang lebih dua bulan. Berdasarkan pertimbangan sebagai
berikut:
1. Peneliti sudah melakukan observasi dan tertarik untuk meneliti di Desa
Rajang Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang.
2. Desa Rajang Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang sering melakukan
tradisi Massorong yang menjadi topik dalam penelitian ini.
28
3. Peneliti mempertimbangkan waktu, biaya dan tenaga karena lokasi
tersebutterjangkau oleh peneliti.
C. Sumber Data Penelitian
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
Data yang dikumpulkan melalui pengamatan langsung pada obyek.Untuk
melengkapi data, maka melakukan wawancara secara langsung dan mendalam
dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebagai alat
pengumpulan data.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian yang relevan dan data yang
tidak secara langsung diperoleh dari responden, tetapi diperoleh dengan
menggunakan dokumen yang erat hubungannya dengan pembahasan.
D. Informan Penelitian
Penentuan informan dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti mulai
memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung. Sejalan dengan hal
tersebut menurut Sugiyono (2015):
Penentuan informan caranya dengan peneliti memilih orang tertentu yang
dipertimbangkan akan memberikan informasi yang diperoleh dari informan
sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan sampel lainnyayang dipertimbangkan
akan memberikan data lebih lengkap.
29
Teknik penetuan informan yang digunkan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang disesuiakan dengan
kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Informan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Aparat Desa
2.Tokoh Masyarakat
3. Masyarakat
E. Instrumen Penelitian
Menurt Notoatmodjo (2010) teknik pengumpulan data yang di gunakan
dalam penelitian ini adalah:
1) Observasi
Observasi yaitu teknik penelitian dengan mendatangi lokasi penelitian,
mengadakan pengamatan secara langsung terhadap permasalahan yang akan
diteliti khususnya pada objek dan subjek penelitian.Observasi dilakukan
dengan cara pemusatan perhatian secara teliti terhadap suatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indra (pengamatan langsung).
2) Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik yang dilakukan oleh peneliti melalui
tatap muka berulang antara peneliti dengan subjek penelitian, dalam rangka
memahami pandangan subjek mengenai hidupnya, pengalamannya,
ataupun situasi sosial sebagaimana diungkapkan dalam bahasanya
sendiri.Adapun teknik wawancara terstruktur dan mendalam yakni
30
dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan sesuai dengan
permasalahan yang diteliti.
3) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data sekunder yang
dilakukan dengan menyimpan data dari hasil penelitian, meliputi buku-buku
dan data-data yang relevan. Mencari data mengenai beberapa hal, baik yang
berupa catatan yang berkenaan dengan judul penulis dan data dari
responden atau catatan-catatan lain yang berhubungan dengan permasalahan
yang ingin di teliti peneliti.
F. Teknik Analisis Data
Menurut Miles and Huberman (Sugiyono, 2014: 91) mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, selama penelitian berlangsung, bahkan
sebelum data benar-benar terkumpul. Aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan:
a. Reduksi data
Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam
penarikan kesimpulan.
b. Penyajian data
31
Penyajian data yang sering digunakan pada data kualitatif adalah
bentuk naratif. Penyajian-penyajian data berupa sekumpulan informasi yang
tersusun secara sistematis dan mudah dipahami.
c. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam analisis data,
peneliti kemudian menginterpretasi atau menyimpulkan data-data atau
informasi yang telah direduksi dan disajikan.
G. Teknik Pengabsahan Data
Pengabsahan data atau vasilitas data ini diterapkan dalam rangka
membuktikan kebenaran temuan hasil penelitian dengan kenyataan dilapangan.
Dalam pengujian keabsahan data menggunakan triangulasi yaitu teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi
yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber Iainnya.Untuk
memperkuat keabsahan data, maka peneliti mengadakan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data yang telah dikumpulkan. Ada empat trianggulasi yang
dilakukan dalam pengabsahan data yaitu triangulasi sumber, trianggulasi
teknik,trianggulasi peneliti dan trianggulasi waktu.
1. Trianggulasi sumber adalah data yang diperoleh oleh beberapa sumber dengan
menggunakan cara wawancara, observasi dan dokumentasi.
2. Trianggulasi teknik adalah penelitimenggunakan teknik yang berbeda-beda
dengan sumber yang sama. yaitu awalnya menggunakan teknik wawancara
32
kemudian peneliti menggunakan teknik observasi kepada sumber yang sama.
Dan peneliti juga menggunakan teknik dukumentasi kepada sumber yang
sama. Hal ini untuk lebih memudahkan peneliti mendapatkan hasil yang akurat
dan terpercaya.
3. Trianggulasi peneliti adalah peneliti melihat atau memeriksa kembali hasil data
yang telah didapatkan atau diperoleh di lapangan dengan cara mencocokkan
hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang telah didapatkan dari
beberapa sumber yang terkait dalam masalah yang diangkat oleh peneliti.
Dengan melakukan cara seperti itu maka hasil yang diperoleh peneliti dapat
lebih dipercaya.
4. Trianggulasi waktu adalah data yang telah dikumpulkan dengan cara
memveriflkasi kembali data melalui informasi yang sama pada waktu yang
berbeda. Peneliti. menggunakan wawancara dengan waktu yang berbeda
dengan sumber lainnya, dengan mendapatkan hasil tersebut dilakukan dengan
waktu beberapa minggu untuk merangkum semua hasil yang telah
didapatkanoleh peneliti, baik itu hasil wawancara, observasi dan document.
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1.Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah di Desa Rajang yang berada di dalam
wilayah Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang. Secara geografis Desa Rajang
berada di bagian barat Kabupaten Pinrang tepatnya di Pinrang barat. Data desa
tahun 2018 menyebutkan bahwa Luas wilayah Desa Rajang adalah 37 Km²dengan
ketinggian dari permukaan Laut 60,41% Meter. Disamping itu Desa Rajang diapit
tiga desa diantaranya adalah Desa Pakeng, Desa Bunging, dan Desa Sabbang Paru.
Adapun batas-batasnya adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Desa Letta
Sebelah Selatan : Desa Buttu Sawe
Sebelah Timur : Desa Pakeng
Adapun Jarak Desa Rajang dari pusat pemerintahan kecamatan adalah7 Km,
jarak dari ibu kota kabupaten adalah 60 Km dan jarak dari ibu kota provinsi yaitu
241 Km. Sementara tanah potensial adalah hamparan persawahan adalah +424,2
ha dan perkebunan dengan luas +733,18 ha. Secara keseluruhan telah
dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat Desa Rajang.
34
Iklim Desa Rajang sebagaimana desa-desa lainnya diwilayah Indonesia
mempunyai iklim kemarau dan penghujan. Sehingga berpengaruh langsung
terhadap pola tanaman di Desa Rajang Kabupaten Pinrang.
Berikut adalah daftar mata pencaharian masyarakat Desa Rajang menurut
pekerjaan sebagai berikut:
Tabel 1
Daftar mata pencaharian menurut pekerjaan di Desa Rajang.
No Jenis pekerjaan Jumlah
1 Petani 1358
2 Pedagang/wiraswasta/sopir 332
3 PNS/TNI/POLRI 22
4 Karyawan Perusahaan/Swasta 107
5 Tenaga Kontrak/Sukarela 40
6 Buruh/Tenaga Lepas 93
7 Pensiunan 5
Desa Rajang memiliki penduduk dengan jumlah kepala keluarga di Desa
Rajang sebanyak 1457. Berikut adalah daftar jumlah penduduk Desa Rajang
Tabel 2
Daftar jumlah penduduk Desa Rajang
Laki-laki 2677
Perempuan 2818
Jumlah keseluruhan 5495
35
Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di
Desa Rajang sebanyak 5495 masing-masing 2677 laki-laki dan 2818 perempuan.
Ini menunjukkan jumlah perempuan lebih banyak dari pada laki-laki dengan
selisih 141.
Dalam perspektif agama bisa dilihat bahwa masyarakat di Desa Rajang semua
beragama islam bisa dibuktikan hanya ada masjid dan mushollah sebagai tempat
ibadah yang ada di Desa Rajang dengan jumlah 5 masjid.
Didukung dengan fasilitas-fasilitas lain yang ada di Desa Rajang seperti pada
tabel-tabel berikut.
Dalam perspektif agama bisa dilihat bahwa masyarakat di Desa Rajang semua
beragama islam bisa dibuktikan hanya ada masjid dan mushollah sebagai tempat
ibadah yang ada di Desa Rajang dengan jumlah 5 masjid. Berikut adalah tabel
daftar masjid yang ada di Desa Rajang.
Tabel 3
Jumlah tempat ibadah di Desa Rajang
No Tempat Ibadah Lokasi
1 Masjid Nurul Huda Dusun Patumbu
2 Masjid Nurul Yakin Dusun Pattumbu
3 Masjid AL-Taqwa Dusun Pattumbu
4 Masjid AL- Agung Dusun Pattumbu
5 Masjid AL-Aqsah Dusun Boddi
36
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana ibadah di Desa Rajang hanya
terdapat tempat ibadah bagi umat Islam yaitu masjid , yang masing-masing 4
masjid di Dusun Patumbu, 1 masjid di Dusun Boddi.
Tabel 4
Jumlah Perangkat Desa Rajang
No Perangkat desa Jumlah
1 Kepala Desa 1
2 Kepala Dusun 2
3 RK 7
Tabel 5
Sarana Pelayanan masyarakat dan kesehatan Desa Rajang
No Sarana Pelayanan masyarakat dan kesehatan Jumlah
1 Kantor Desa 1
2 Kantor BPD 1
3 Pustu(puskesmas pembantu) 1
4 Pasar 1
5 Posyandu 6
Tabel 6
Sarana Pendidikan yang ada di Desa Rajang
No Sarana Pendidikan Lokasi
1 SMPN 3 Lembang Dusun Patumbu
2 SDN 148 Lembang Dusun Patumbu
3 SDN 272 Lembang Dusun Pattumbu
4 SDN 186 Lembang Dusun Pattumbu
5 SDN 300 Boddi Dusun Boddi
37
6 SDN Inpres Arra Dusun Boddi
Tabel 7
Sarana Olahraga yang ada di Desa Rajang
No Sarana Olahraga Jumlah
1 Lapangan Sepak Bola 1
2 Lapangan Volly Ball 2
3 Lapangan Bulu Tangkis 1
4 Lapangan Tennis Meja 1
5 Lapangan Sepak Takraw 1
Penyediaan fasilitas-fasiltas yang ada adalah bentuk atau cara
pemerintah Desa Rajang untuk meningkatkan fungsi tatanan kehidupan
masyarakat di Desa Rajang.
2. Deskripsi Informan Penelitian
Informan (subjek) dalam penelitian ini terdiri dari aparat desa, tokoh
masyarakat dan masyarakat. Jumlah informan (subjek) terdiri dari 4 orang yaitu
berinisial MA, BL, SN, dan OB . Berikut ini profil dari masing-masing
responden.
1. Informan I, nama MA umur 56 tahun, pendidikan terakhir SMP, profesi
sebagai ketua RK. Wawancara dilakukan pada tanggal 03 Januari 2020pada
pukul 11.15 WITA, di rumah responden.
38
2. Informan II, nama BL umur 60 tahun, pendidikan terakhir SD, sebagai tokoh
masyarakat yang berprofesi petani. Wawancara dilakukan pada tanggal 07 Januari
2020 pada pukul 10.21 WITA, di rumah responden.
3. Informan III, nama SN umur 45 tahun, pendidikan terakhir SD, sebagai tokoh
masyarakat sekaligus kepala dusun dan berprofesi petani. Wawancara dilakukan
pada tanggal 10 Januari 2020 pada pukul 13.05 WITA di rumah responden.
4. Informan IV, nama OB umur 55 tahun, pendi
dikan terakhir SD, berprofesi petani sekaligus tokoh Agama,Wawancara
dilakukan pada tanggal 15 Januari 2020 pada pukul 11.05 WITA di rumah
responden.
3. Hasil Penelitian
A. Berdasarkan Hasil Observasi selama meneliti yaitu:
No. Hasil observasi Kesimpulan Ket
1 Proses Persiapan Tradisi
Massorong
a. sokko patarupa (nasi
ketan 4 macam).
b. Selain sokko, yang
perluh dipersiapkan juga
yaitu ayam, telur, beras,
kelapa, daun sirih, dan
pisang.
c. Walasuji tempat
39
memasukan semua sesajen.
2 Proses pelaksanaan tradisi
Massorong
a. Melakukan ritual mabaca-
baca (berdoa).
b. Turun kesungai membawa
nampan dan walasuji yang
berisi makanan dan
mendorong ke aliran sungai
kesungai.
3. Penerapan Nilai-nilai
Pancasila dalam tradisi
Massorong.
a.Nilai Ketuhanan.
b.Nilai Kemanusiaan.
c.Nilai Persatuan.
a. Masyarakat melakukan doa
dalam bentuk rasa syukur
kepada tuhan pada saat
pelaksanaan tradisi
Massorong di mulai.
b. Masyarakat ikut serta
membantu tanpa pamrih dan
tidak ada perbedaan antara
ras satu dengan yang lainnya.
c. Masyarakat mengutamakan
persatuan dan kesatuan dari
40
d.Nilai Permusyawaratan.
e. Nilai Keadilan.
pada kepentingan pribadi.
d.Keluarga yang melaksanak
an tradisi Massorong terlebih
dahulu melakukan
musyawarah dengan orang
yang dituankan dalam
kampung.
e. Siapa saja boleh ikut serta
melaksanakan atau
meramaikan tradisi
Massorong baik anak-anak
maupun orang dewasa.
B. Hasil Wawancara
Adapun tahap yang dilakukansebelum pelaksanaan tradisi Massorongyaitu
berikut adalah hasil wawancara dengan informan.
Menurut hasil wawancara dengan MA bahwa:
“Tradisi Massorong yaitu tradisi dari nenek moyang yang dilakukan setiap
pelaksanaan acara aqiqah.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwah tradisi
Massorongadalah tradisi yang dilakukan masyarakat yang merupakan warisan
leluhur.
Berdasarkan wawancara dengan BL yang mengatakan bahwa:
41
“Tradisi Massorong kegiatan yang sudah turun-temurun dilakukan masyarakat
sampai sekarang ini.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dikatakan bahwa tradisi Massorong
merupakan tradisi yang sudah dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat.
Adapun hasil wawancara dengan SN yang mengatakan bahwa:
“Tradisi Massorong yaitu tradisi menghanyutkan makan disungai padasaat acara
aqiqah yang sudah ada sejak dahulu sampai sekarang.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dikatakan bahwa tradisi Massorong
merupakan tradisi yang dilakukan sejak dahulu pada saat aqiqah.
Memasuki tahap pelaksanaan persiapan bahan dan alat musik dan kebutuhan
lainnya telah selesai maka masuklah pada proses pelaksanaan tradisi Massorong.
Adapun tatacara dalam proses pelaksanaan dalam tradisi Massorong berikut adalah
hasil wawancara dengan informan.Menurut wawancara dengan MA bahwa:
“Bapak-bapak, Ibu-ibu serta anak-anak lainnya berkumpul ditepi sungai, salah satu
kelurga yang melakukan aqiqah turun kesungai dengan membawa walasuji dan baki
yang berisi sokko,ayam,pisang,telur ayam kampung,berasjagung lalu mendorongnya
ke aliran sungai.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas pelaksanaan tradisi Massorong yang
dilakukan masyarakat berkumpul ditepi sungai dari semua kalangan menyaksikan
tradisi Massorong yang dilakukan oleh salah satu keluarga yang melaksanakan
aqiqah dengan membawa nampan yg berisi makanan-makanan yang didorongnya ke
aliran sungai.
Adapun hasil wawancara dengan BL bahwa:
“Bapak-bapak memainkan gendang mulai dari rumah keluarga yang melakukan acara
aqiqah menuju ketepi sungai dengan salah satu keluarga yang memegang nampan dan
Walasuji yang berisi makanan,setelah sampai ketepi sungai salah satu keluarga turun
kesungai membawa namapan dan walasuji kemudian mendorongnya ke aliran sungai.
42
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan tradisi
Massorong dilakukan oleh keluarga yang melaksanakan aqiqah.
Menurut wawancara degan SN bahwa:
“Bapak-bapak dan ibu-ibu ramai-ramai menghadiri tradisi Massorong yang dilakukan
oleh keluarga yang melaksanakan aqiqah dan berkumpul ditepi sungai kemudian
salah satu keluarga memegang nampan dan Walasuji yang berisi makanan kemudian
mendorongnya ke aliran sungai.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas masyarakat berbondong-bondong menyaksikan
pelaksanaan taradisi Massorong yang dilakukan keluarga yang melaksanakan aqiqah.
C. Tujuan Pelaksanaan Tradisi Massorong di Desa Rajang
Hal ini menunjukkan bahwa Tradisi Massorong ini dilaksanakan untuk
memperingati acara tertentu seperti acara Aqiqah. Tradisi Massorong sudah ada sejak
dulu dan merupakan warisan leluhur masyarakat Desa Rajang. Namun seiring dengan
perkembangan zaman, sebagian masyarakat meninggalkan tradisi tersebut.
Seperti yang dikemukakan oleh MA, bahwa:
“Dulunya banyak yang menganggap pelaksanaan tradisi Massorong yang
bertujuan untuk perlindungan dari tolak bala tapi sebagian masyarakat sudah tidak
melakukannya lagi.”
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa tujuan dilaksanakan tradisi
Massorong adalah agar anak yang dilahirkan keluarga terhindar dari penuggu air,
namun sebagian masyarakat sudah tidak melaksanakan tradisi Massorong.
Berdasarkan wawancara dengan SN salah satu tokoh adat, bahwa:
“Tujuan Massorong dilaksanakan supaya anak yang diaqiqah tidak mendapat
gangguan dari penunggu air.”
43
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa tujuan dilaksanakan tradisi
Massorong adalah masyarakat khususnya keluarga yang melaksanakan tradisi
Massorong percaya bahwa akan terhindar dari bahaya ataupun musibah.
Senada dengan hal diatas, berdasarkan wawancara dengan BL yang
mengungkapkan bahwa:
“Massorong dilakukan tujuannya agar anak yang diaqiqah memiliki
kembaran di air, dan untuk menghindarkan anak yang diaqiqah dan keluarganya dari
hal-hal yang tidak diinginkan.”
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa tujuan dilaksanakan tradisi
Massorongadalah agar keluarga yang melakukan aqiqah terhindar dari segala macam
marabahaya dari penuggu air sungai.
D. Nilai-Nilai Pancasila yang tekandung dalam Tradisi Massorong
Pelaksanaan tradisi Massorong yang dilakukan masyarakat di Desa Rajang
terkandung nilai-nilai Pancasila didalamya seperti penuturan informan-informan
berikut ini.
Sebagaimna hasil wawancara peneliti dengan informan menyatakan bahwa:
“Sila pertama dilaksanakannya tradisi Massorongsebagai bentuk rasa syukur
masyarakat kepada Sang Pencipta atas nikmat yang telah diberikan. Sila
kedua mengungkapkan sebelum pelaksaan tradisi Massorong tentu
dilakukandalam musyawarah dengan keluaarga dan tokoh adat dengan sopan
menyampaikan. Sila ketiga selalu membangun sikap gotong royongan dan
persatuan masyarakat.Sila keempat melakukan musyawarah sebelum
pelaksanaan tradisi Massorong. Sila kelima yaitu siapa saja berhak ikut
menghadiri pelaksanan tradisi Massorong tidak pandang bulu, semua
kalangan masyarakat anak-anak, dewasa, orang tua boleh hadir menonton
serta melihat pertunjukan tradisiMassorong.”
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa dalam tradisi Massorong
terdapat nilai-nilai sila Pancasila pada semua sila Pancasila. Sila pertama “Ketuhanan
Yang Maha Esa” ditunjukkan bahwa tradisi Massorong sebagai bentuk rasa syukur
44
masyarakat kepada Sang Pencipta atas nikmat yang diberikan. Sila kedua
“Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” ditunjukan dengan sikap masyarakat yang
tidak dipaksakan untuk melakukannya. Sila ketiga “Persatuan Indonesia”
ditunjukkan dengan sikap gotong royong masyarakat setempat. Sila keempat
“Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan” ditunjukkan dengan sikap masyarakat yang selalu
mengutamkan mu syawarah dalam mengambil keputusan demi kepentingan bersama.
Dan terakhir sila kelima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia”ditunjukkan dengan masyarakat berhak menghadiri atau meramaikan
tradisi Massorong dengan tidak memandang status sosial masyarakat.
Adapun hasil wawancara oleh OB bahwa:
”Tradisi Massorong yang dilakukan mengandung nilai-nilai persatuan karena
masyarakat bersatu melasanakan tradisi Massorong.
Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa tradisi Massorong terdapat nilai-
nilai pancasila yaitu nilai persatuan.
Menurut wawancara dengan SN bahwa:
“Terdapat nilai-nilai keadilan sosial karena pelaksanaan tradisi Masssorong
disaksikan dari semua kalangan mulai dari anak-anak samapai yang dewasa.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa dalam tradisi
Massorong terdapat nilai-nilai pancasila yaitu pada sila ke lima Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.
Menurut wawancara dengan BL bahwa:
“Pelaksanaan tradisi Massorong dilakukan doa bersama dalam bentuk rasa syukur
kepada Tuhan, keluarga yang melakukan acara aqiqah agar pelakasanaan dapat
berjalan lancar.”
45
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan tradisi
Massorong terdapat nilai-nilai pancasila sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha
Esa.
Menurut hasil wawancara MA bahwa:
“Tradisi Massorong yang dilakukan masyarakat dilakukan musyawarah dirumah
keluarga dan dihadiri masyarakat untuk membahas tradisi Massorong yang akan
dilakukan.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa tradisi
Massorong terdapat nilai-nilai pancasila yaitu Kerakyatan Yang di Pimpin
Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan.
E. Pandangan Masyarakat Tentang Tradisi Massorong
Berikut adalah pandangan masyarakat tentang tradisi Massorong berikut
adalah wawancara dengan informan.
Seperti hasil wawancara dengan MA bahwa:
“Dulunya banyak yang melaksanakan hal seperti itu, tapi setelah mereka
mengetahui bahwa perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang tidak seharusnya
dilakukan, merekapun mulai meninggalkan meskipun masih ada sebagian masyarakat
yang tetap mempertahankannya.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa masyarakat
menyadari tradisi Massorong adalah kegiatan yang mengandung unsur syirik namun
hanya sebagian masyarakat yang menyadari daan berhenti melaksanakan tradisi
Massorong.
Adapun wawancara dengan BL bahwa:
46
“Tradisi Massorong adalah kegitan yang mengalirkan makanan ke aliran
sungai agar terhindar dari bahaya dan musibah bagi keluarga yang
melaksanakannya.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan
tradisi Massorong adalah krgiatan yang dipercaya sebagian masyarakat sebagai tolak
bala.
Adapun hasil wawancara degan SN bahwa:
“Tradisi Massorong adalah kegiatan yang dilakukan masyarakat dengan
memainkan gendang dan membawa makanan kesungai namu sekarang ini sudah
banyak masyarakat yang berhenti melakukan tradisi Massorong.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa masyarakat sudah
menyadari bahwa tradisi Massorong tidakmemiliki manfaat dan hanya sebagian
masyarakat yang melakukannya.
D. Pembahasan
Nilai-nilai Pancasila dalam tradisi Massorong tidak bertentangan dengan Nilai-
nilai pancasila dimana tradisi Massorong memiliki Nilai Pancasila yaitu Nilai
Ketuhanan, Kemanusiaan,Nilai Persatuan,Nilai Permusyawaratan,nilai Keadilan.
Tradisi Massorong merupakan salah satu kesenian tradisional yang dilakukan
masyarakat Desa Rajang dan merupakan tradisi yang sudah turun temurun dilakukan.
Tradisi Massorong adalah tradisi menghanyutkan nampan dan Walasuji yang berisi
makanan ke aliran sungai pada acara aqiqah anak pertama untuk meminta
keselamatan agar anak yang diaqiqah tidak diganggu oleh penunggu air dan
menganggap bahwa anak tersebut memiliki kembaran di air. Selain itu tradisi
47
Massorong akan mendatangkan berkah dan tolak bala serta sebagai bentukungkapan
rasa syukur atas rahmat yang diperoleh. Tradisi Massorong juga merupakan
penghormatan kepada nenek moyang dan apabila tidak dilaksanakan, salah satu dari
keluarga akan sakit. Tradisi Massorong merupakan salah satu tradisi yang masih
dilaksanakan dan dipertahankan di Kabupaten Pinrang terutama di Desa Rajang.
Adapun tujuan dilaksanakan tradisi Massorong menunjukkan bahwa tradisi
Massorong ini dilaksanakan untuk memperingati acara tertentu seperti acara Aqiqah.
Tradisi Massorong sudah ada sejak dulu dan merupakan warisan leluhur
masyarakat Desa Rajang. Namun seiring dengan perkembangan zaman, sebagian
masyarakat meninggalkan tradisi tersebut.Dulunya banyak yang menganggap
pelaksanaan tradisi Massorong yang bertujuan untuk perlindungan dari tolak bala tapi
sebagian masyarakat sudah tidak melakukannya lagi karena dianggap sebagai
perbuatan syirik.
Dan adapun sebagian masyarakat masi melaksanakan tradisi Massorong
karena masi mempercayai tujuan dilaksanakan tradisi Massorong agar anak yang
dilahirkan keluarga terhindar dari penuggu air dan terhindar dari bahaya ataupun
musibah.Namun dalam perkembangan sekarang tradisi Massorong tersebut,
mengalami perubahan bukan hanya untuk menolak bala saja yang menimpah
masyarakat setempat dimasa lampau, akan tetapi juga untuk meminta kemurahan
rezki, dan sebagai ucapan syukur dan sebagai untuk memenuhi segala sesuatu hajat
masyarakat bersangkutan. Atas dasar itulah, maka masyarakat desa Rajang tersebut
sebagian besar mereka masih melakukan tradisi tersebut, bahkan pendukung ritual ini
sudah menjadi tradisi yang turun temurun dari generasi ke generasi, dan hingga saat
ini masih tetap dilaksaanakan.Demikianlah secara singkat tentang awal mula
48
keberadaan tradisi ritual Massorong, yang merupakan salah satu tradisi ritual
masyarakat desa rajang yang dahulu diyakini sebagai tolak bala dalam hal
penyembuhan segala penyakit dan kini bukan hanya tolak bala saja, namun
adalah,bentukrasa syukur kepada Allah SWT.
Adapun nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam tradisi merupakan
pedoman hidup masyarakat dalam bertingkah laku. Nilai-nilai Pancasila yang
tekandung dalam Tradisi Massorong adalah sebagai berikut:
a. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
Tradisi Massorong yang dilakukan masyarakat Desa Rajang terdapat nilai
Pancasila sila pertama karena tradisi Massorong ini adalah bentuk rasa syukur
kepada Tuhan atas limpahan rezki kepada hamba-Nya.
b. Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Nilai kemanusiaan terdapat dalam Tradisi Massorong yaitu seperti kita
ketahui bahwa bukan hanya laki-laki yang sibuk berperan dalam pelaksanaan
Tradisi Massorong tetapi juga ada partisipasi ibu-ibu setempat yang
membawa makanan khas Tradisi Massorongyaitu sokko dan makanan
tradisoanal lainnya. Serta dalam musyawarah antara wanita dan laki-laki yang
ikut hadir turut serta menyampaikan pendapatnya dengan sopan santun dan
tanpa ada tebang pilih demi tercapainya kesepakatan bersama dalam
pelaksanaan tradisi Massorong.
c. Nilai Persatuan Indonesia
49
Dalam tradisi Massorong banyak mengandung nilai-nilai Pancasila ketiga bisa
kita ketahui bahwa dalam nilai Persatuan ditunjukkan pada sikap persatuan, kerja
sama dan gotong royongan masyarakat dalam mempersiapkan keperluan Tradisi
Massorong sampai selesainya acara Tradisi Massorong
d. Nilai Kerakyatan YangDipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Bisa kita ketahui bahwa sebelum pelaksanaan Tradisi Massorong dilakukan
musyawarah yang termasuk nilai-nilai Pancasila sila keempat karena segala
sesuatu yang ingin dilaksanakan termasuk Tradisi Massorong adalah selalu
mengutamakan musyawarah demi keberhasilan acara Tradisi Massorong
tersebut.
e. Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Didalam pelaksanaan Tradisi Massorongdiketahui bahwa terdapat nilai-
nilai Pancasila kelima karena pada pelaksanaanTtradisi Massorong siapa saja
boleh ikut berpartisipasi dalam acara Tradisi Massorong tanpa memandang
status sosial. Siapa saja boleh hadir dalam memeriahkan dan menyaksikan
pertunjukan tradisi Massorong baik itu anak-anak, remaja, dewasa, maupun
orang tua bahkan orang yang sudah tua sekalipun.
Adapun pandangan masyarakat tentang tradisi Massorongdi Desa Rajang
adalah pandangan masyarakat dan tokoh Agama tentang tradisi Massorong dulunya
banyak yang melaksanakan hal seperti itu, tapi setelah mereka mengetahui bahwa
50
perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan,
merekapun mulai meninggalkan meskipun masih ada sebagian masyarakat yang tetap
mempertahankannya namun sebagian masyarakat menyadari tradisi Massorong
adalah kegiatan yang mengandung unsur syirik namun hanya sebagian masyarakat
yang menyadari dan berhenti melaksanakan tradisi Massorong.
Dan adapun pandangan tokoh adat tentang tradisi Massorong dilaksanakan
karena Tradis Massorong tidak bertentang dengan dengan ajaran agama islam ,dan
tradisi ini dilakukan karena leluhur mereka melaksanakannya sehingga mereka
memiliki kewajiban untuk melaksanakan atau melanjutkan tradisi tersebut dan tradisi
Massorong tidak apa-apa dilaksanakan karena tradisi Massorong hanya merupakan
tardisi atau warisan leluhur. Tradisi Massorong dilakukan karena anak yang diaqiqah
memiliki kembaran di air,sebagai bentuk rasa syukur serta untuk menghindarkan anak
yang diaqiqah dan keluarganya dari hal-hal yang tidak diinginkan.
51
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka, penulis dapat menyimpulkan hasil
penelitian yaitu
Massorong adalah salah satu tradisi yang ada di Sulawesi Selatan khususnya
yang dilakukan di Desa Rajang Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang.
Massorong atau lebih dikenal dengan salah satu propesi menghayuntkan makanan
dialiran sungai dengan mengunakan walasuji.Walasuji adalah sejenis pagar bambu
yang berbentuk belah ketupat.Dimana makanan tersebut diambil kembali oleh
masyarakat setempat, namun tidak boleh diambil oleh pihak keluarga yang
melaksanakan tradisi Massorong.Adapun isi dari Walasuji(makanan) seperti, manu
cella ,manu dengeng,tallo,sokko buaya,sokko patanrupa ,barra’batang,barra
cella,dalle sisi,banno dan putti barangang.
Tradisi Massorong terkandung nilai-nilai Pancasila dalam pelaksanaannya
yaitu:
52
Nilai-nilai yang terkandung dalam Tradisi Massorong
a. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
Nilai Ketuhanan terkandung dalam tradisi Massorong yang dilakukan
masyarakat karena tradisi ini adalah bentuk rasa syukur masyarakat kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
b. Nilai Kemanusiaan yang Adil dan beradab
Nilai sila kedua ini dapat diketahui bahwa selalu mengutamakan sikap
menghargai dan sopan santun menyampaikan pendapat dalam musyawarah.
c. Nilai Persatuan Indonesia
Tradisi Massorong menggambarkan bagaimana sikap tolong menolong,
kerjasama, gotong royong dan persatuan masyarakat dalam mensukseskan
tradisi Massorong.
d. Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Nilai musyawarah, nilai musyawarah selalu dibuktikan dengan diadakannya
tradisi Massorongselalu mengedepankan musyawarah dalam mengambil
keputusan.
e. Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia
Dalam pelaksanaan tradisiMassorong di meriahkan dan dihadiri oleh banyak
kalangan masyarakat tanpa memandang status sosial sehingga tercipta
keadilan seperti yang tertuang dalam sila kelima Pancasila.
53
B. Saran
Berdasarkan isi dan tujuan skripsi, peneliti mengusulkan saran-saran sebagai
berikut:.
a. Diharapkan kepada masyarakat Desa Rajang agar dapat melestarikan tradisi
Massorongdan juga kepada generasi muda yang ada di Desa Rajang ikut
memperaktekan dalam memelihara serta menjaga budaya dan tradisi yang
sudah ada sejak dahulu agar tidak terjadi kepunahan akibat arus globalisasi
dan faktor-faktor lainnya karema tradisi Massorong sebagai budaya terdapat
nilai-nilai Pancasila di dalamnya.
b. Hendaknya pihak pemerintah ikut peduli dan turut serta aktif melestarikan
tradisi Massorong agar lebih dikenal baik tingkat nasional maupun
internasional sebagai budaya bangsa Indonesia
55
DAFTAR INFORMAN PENELITIAN
NO Nama Umur Keterangan
1 MA 60 tahun Kepala RK
2 BL 55 tahun Masyarakat
3 OB 60 tahun Tokoh Masyarakat
4 SN 50 tahun Ibu Rumah Tangga
56
Nama Informan : MA
Umur: 60
Pekerjaan: Kepala RK
No
Pertanyaan Jawaban Responden
1 Bagaimana
persepsi
bapak(tokoh
agama) tentang
tradisi
Massorong?
Ada’ Massorong yake di pugaukki mubassir i tau bosa
nabawai to kande-kande dongosalu mane namaliran
donggo salu to kande-kande.
(Tradisi Massorong merupakansuatu perbuatan
mubassir karna membawa makanan ke sungai untuk
dihanyutkan).
2
Tahap
pelaksanaan
tradisi
Massorong ?
Yake rannami dipugaung to ada’ Massorong joke budai
kendalana saba lisena to balasuji marawarai diruntu
padanna manung cella, manung dengeng, tallo, barra
cella, banno sola putti barangang joke mawatang di
onga.
((Tahap pelaksanaan tradisi Massorong tidak
terdapatkendala, karena isi dari wala suji (Makanan)
seperti, manu cella ,manu dengeng, tallo, sokko,barra’
batang, barra’ cellai, banno dan putti barangang tidak
sulit untuk didapatkan)
Proses
pelaksanaan
tradisi
Massorong ?
Yake di pugaungmi to ada’ Massorong buda rupa-
rupanna bahangna tapi denne masussa di runtu lisena
to balasuji. Iamo na padanna manung sappasang,
kaluku, daung siri, tallo, putti,sola sokko di patamang
bosa joke mawatang i di runtu.
(Dalam pelaksanaan tradisi Massorong selain sesajen
ada beberapa bahan yang sulit ditemukan, maka isi
walasuji dapat berupa sepasang ayam, kelapa, daun
sirih, telur, pisang, dan sokko).
Tujuan
dilaksanakan
tradisi
Massorong?
Ada’ Massorong denne battuangna iamo na di pugaung
mana dona nakannai to pea mane jadi daunna
naganggui pangonrong wai sola kelurgana mana joke
nakannai abala.
(Tradisi Massorong memiliki manfaat yaitu sebagai
57
tolak bala agar anak yang diaqiqah dan keluarganya
dapat terhindar dari bahaya).
3
Apa saja nilai-
nilai Pancasila
yang terkandung
pada tradisi
Massorong?
Sila kemesa dipugaung to ada’Massorong bentu rasa
sakkuruna to masaraka sola puangngatala sa nadengan
i taucege. Sila kedua mappauda sebelumna na pugaug i
to ada’Massorong. Sila ke tallu denne rasa melona
mabbangung solo makkareso sola denne rasa
persatuangna to masaraka. Sila ke appa musawara to
masaraka asa lanapugaung i to ada’Massorong .sila ke
lima wading manang to tau gabung roakan i to
ada’Massorong joke mappasilaengan i to tau wading
pea-pea, tomatua sola anaddara onjo nontong i to
ada’Massorong.
Sila pertama dilaksanakannya tradisi Massorong
sebagai bentuk rasa syukur masyarakat kepada Sang
Pencipta atas nikmat yang telah diberikan. Sila kedua
mengungkapkan sebelum pelaksaan tradisi Massorong.
Sila ketiga selalu membangun sikap gotong royong dan
persatuan masyarakat. Sila keempat melakukan
musyawarah sebelum pelaksanaan tradisi Massorong.
Sila kelima yaitu siapa saja berhak ikut menghadiri
pelaksanan tradisi Massorog tidak pandang bulu, semua
kalangan masyarakat anak-anak, dewasa, orang tua
boleh hadir menonton serta melihat pertunjukan
tradisiMassorong.
58
Nama Informan : BL
Umur : 50
Pekerjaan : Masyarakat
N
No
Pertanyaan Jawaban Responden
\
1
Bagaimana persepsi
ibu/bapak tentang tradisi
Massorong
Ada’Massorong yake di pugaukki mubassir i
tau bosa nabawai to kande-kande dongo salu
mane namaliran donggo salu to kande-
kande,padahal denne cegena ke di padengan i
lako tau to jo mampu mana nakandei denne
tomo amala diruntu.
(Tradisi Massorong merupakan suatu
perbuatan mubassir karena membawa
makanan ke sungai, padahal lebih baik
makanan tersebut dibagikan kepada orang
yang tidak mampu).
2
Bagaimana tahap
pelaksanaan tradisi
Massorong,Apa saja
yang harus dilakukan
masyarakat?
Sikumpulu manang ijolo mane musyawarah sola
mangandinna yato sempa ratu apakana ladi
pasadia mane di pugaung i te ada Massorong.
9(Melakukan musyawarah terlebih dahulu
kepada keluarga yang sempat hadir apa saja
yang harus di persiapkan dalam tradisi
Massorong).
Proses pelaksanaantradisi
Massorong ?
Denne jolo na pasadia to masaraka padanna
sokko patanrupa.
(Dimana masyarakat menyiapkan sesajen
yang akan disuguhkan yang terdiri dari sokko
patanrupa (nasi ketan empat macam).
Apa tujuan dilaksanakan
tradisi Massorong?
Ada’Massorong dipugaung i bosa to pea mane
jadi denne kembarangna di wai, denne rasa
sakkuruna lako paunggatala, mana dona
nakannai abala to ta dipuelo.
(Massorong dilakukan karena anak yang
diaqiqah memiliki kembaran di air, sebagai
bentuk rasa syukur, serta untuk
59
menghindarkan anak yang diaqiqah dan
keluarganya dari hal-hal yang tidak
diinginkan).
3
Apa saja nilai-nilai
Pancasila yang
terkandung dalam tradisi
Massorong?
Ada’Massorong dipugaung i saba rasa
sakkuruna lako puanggatala to cege na
dengan i.
(Tradisi Massorong yang dilakukan sebagai
bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas nikmat
yang diberikan itu termasuk pada sila
Ketuhanan).
60
Nama Informan : SN
Umur : 50
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No
Pertanyaan Jawaban Responden
1 Bagaimana persepsi
bapak(tokoh agama)
tentang
tradiMassorong?
Ada’Massorong yato napugaung to tau jolo-jolo yake
mane purai kianang denne rasa sakkuruna lakoi
puanggatala saba di dengan i kamalekeang lakoi
puanggatala.
(TradisiMassorong yang dilakukan oleh orang zaman
dahulu pada saat selesai melahirkan sebagai
ungkapan rasa syukur kepada Tuhan).
2
Bagaimana tahap
pelaksanaan tradisi
MassorongApa saja
yang harus
dilakukan
masyarakat?
Yato tomatua tubene di porang i kua ladi pugaukki to
ada Massorong saba ada Massorong kebiasangna
napugaung ke maccerakki tau mane bawai tau
kande-kande lakoi salu sa ladi sorong i mane kabuai
tau sokko patanrupa.
(Ibu-ibu mendapat informasi bahwa akan
dilaksanakan tradisi Massorong dan telah menjadi
kebiasaan untuk membawa makanan khas Massorong
seperti sokko patarupa).
Bagaimana proses
pelaksanaan tradisi
Massorong ?
Yaku kurang i ku isseng tu ada’Massorong sa yato
tubene disuro kanarai bawa kande-kande donggo to
ladi patamang di balasuji mane kepurami di
patamang to kande-kande manontong rami tau.
(Saya kurang pemahaman tentang bagaimana proses
pelaksanaan tradisi Massorong perempuan hanya
bertugas membawa makanan khas massorong
kedalam walasuji kemudian menonton).
Apatujuan
dilaksanakan tradisi
Massorongg?
Battuangna to ada Massorong denne rasa sakkuruna
lakoi puanggatala iamo nadi pugaung to ada’
Massorong.
(Tujuan tradisiMassorong yaitu menyatakan rasa
syukur kepada Tuhan) .
61
3
Apa saja nilai-nilai
Pancasila yang
terkandung dalam
tradisi Massorong?
Denne nilai pancasilana to ada’Massorong sa gotong
royong i to tau, mane krja sama toi, mane denne rasa
persatuangna.
(Nilai-nilai Pancasila dalam tradisi Massorong yaitu
sikap gotong royong, kerja sama dan persatuan dalam
tradisi Massorong).
62
Nama Informan : OB
Umur : 60
Pekerjaan : Tokoh Masyarakat
No
Pertanyaan Jawaban Responden
1 Bagaimana persepsi
bapak(tokoh agama)
tentang
dilakukannya tradisi
Massorong?
Ada’Massorong di caccai pole agama saba ada’
Massorong kepercayaangna to agama hindu iamo na
madosa tau ke di pugaung i.
(Tradisi Massorong dilarang dalam agama Islam
karena tradisi massorong merupakan kepercayaan
agama Hindu dan termasuk dalam perbuatan syirik).
2
Sebelum
pelaksanaan tradisi
MassorongApa saja
yang harus
dilakukan
masyarakat?
Masaraka sipulung manang i kabua bala suji ke alloi
saba ada’ Massorong allo pi acarana sa yake bongi
na di pugaung malaja i donggo salu mane to tubene
denne manag jamanna disuroi mabbawa to ladi
sorong donggo salu.
(Masyarakat bergotong royong membuat walasuji
pada siang hari dilakukan acara tradisi
Massorong,dilakukan pada siang hari karena pada
malam hari masyarakat semua sudah takut turun ke
sungai dan juga perempuan memiliki tugas sendiri
yaitu membawa makanan tradisional yang nantinya
akan di hanyutkan di aliran sungai).
Proses pelaksanaan
tradisi Massorong ?
Sebelum di pugaung to ada’ Massorong yato barang-
barang di paralluang sa lana pakei to tau magandang
selumna di pugaung to ada’Massorong, mane to
tubene di suroi patamang manang i to kande-kande
lalang bala suji yake pura managmi mane mabaca-
baca to guru mane di pugaung mi to ad’ Massorong.
(Sebelum dilakukan tradisi Massorong semua alat,
bahan dan para pemain serta makanan yang dibawa
oleh perempuan sudah ada dalam walasuji kemudian
dilakukan doa bersama setelah itu dimulailah acara
tradisi Massorong).
Apa tujuan Ada’Massorong joke na dengan i tau battuang taeng
63
dilaksanakan tradisi
Massorong?
battuangna di pugaung to ada’ Massorong sama dosa
di runtu ke dipugaung i sa bawai tau kande-kande
lako salu na padanna telako nakabacci to
puanggatala.
(Tradisi Massorong tidak memberikan manfaat bagi
manusia, karena hal tersebut merupakan perbuatan
yang dibenci Allah SWT. Hal tersebut merupakan
perbuatan syirik karena mereka meminta sama apa
yang ada disungai).
3
Apa saja nilai-nilai
Pancasila yang
terkandung dalam
tradisi Massorong?
Denne nilai pancasilana to ada’Massorong sa gotong
royong i to tau, mane kerja sama toi, mane denne rasa
persatuangna.
(Tradisi Massorong sebagai bentuk rasa syukur
kepada Tuhan atas nikmat yang diberikan termasuk
sila Ketuhanan, tolong-menolong, gotong-royong,
termasuk pada sila Persatuan).
64
DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo, Satardo.2012. Pembelajaran nilai karakter.Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Subandi H, Marsudi.2003. Pancasila dan UUD’45 dalam paradigma Reformasi.
Jakarta: Raja Wali Pers.
Choisilin.2013. Ilmu Kewarganegaraan. Yogyakarta: Ombak.
Dipoyudo, Kirdi.2011.Pancasila Arti dan Pelaksanaannya. Jakarta: CSI
Hadari Nawawi, dan Martini. 1996. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Lestari, Leni.2017. Makalah keterkaitan Pancasila dengan Budaya.
http://lennylesthari.blogspot.com/2017/01/makalah-keterkaitan-pancasila-
dengan.html?m=1diakses pada tanggal 20 Mei 2019.
Liliweri, Alo.2010. Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya. Jakarta: PT Pustaka
Pelajar.
Levy Marion. 2010. Hak Masyarakat Adat Atas Sumber Daya Alam. Jakarta: Humah
Kahfi, Bilal. 2017. Nilai-Nilai Yang terkandung Dalam Pancasila.
http://materi4belajar.blogspot.com/2017/03/nilai-nilai-yang-terkandung
dalam. html?m=1diakses pada 17 Mei 2019.
Kamanto, Sunanto. 2010. Pewarisan Budaya Dalam Masyarakat. Bandung: Alfabeta.
Koentjaraningrat.2010.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta: Rineka Cipta.
Mujib Abdul,dan Muhaimin.2010. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda
Karya.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Prastowo, Andi. 2011. “Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian”. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Rafiek, M. 2012. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Rahayu, Ani Sri.2016. Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan (PPKn).
Jakarta:Bumi Aksara.
Rhosyadi, Khairol.2013. Pendidikan Profetik. Yogyakarta: Pusat Belajar.
Sidiq. 2018. Nilai-Nilai Pancasila.
65
http://sosiologis.com/nilai-nilai pancasila/amp? diakses pada 17 Mei 2019.
Sugiyono.2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Tasikuntan.2012. Pengertian Tradisi.
https://tasikuntan-wordpress-com./2012/11/30/pengertian-tradisi/amp /Diakses
pada 19 Juni 2019
Thegorbalsla. 2019. Pengertian Pancasila.
http://thegorbalsla.com/pengertian-pancasila/diakses pada 15 Mei 2019.
Widodo,Agung.2016.Makalah implementasi nilai-nilai Pancasila.
Sampaiujungpelangi.blogspot.com/2016/03/makalah-implementasi-nilai-nilai-
Pancasila.html?m=1 /diakses pada 20 juni 2019.
Winarno.2015. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara.
Wikipedia. 2019. Budaya.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Budayadiakses pada 18 Mei 2019.