Upload
independent
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pembangunan yang sesungguhnya senantiasa menempatkan manusia sebagai
titik sentral pembangunan sebagai subjek yang berperan aktif, sehingga pembangunan
mempunyai ciri dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Untuk itu pembangunan
nasional seyogyanya diselenggarakan melalui pemberdayaan yang ditujukan untuk
meningkatkan partisipasi dalam pembangunan.Untuk mencapai tujuan tersebut perlu
dilakukan upaya pemberdayaan peningkatan kualitas penduduk sebagai sumber daya
manusia, baik dari aspek fisik, mental, dan spiritual (kesehatan), aspek intelektualitas
(pendidikan), aspek ekonomi (daya beli), serta aspek moralitas (iman dan taqwa)
sehingga pembangunan diselenggarakan dengan pendekatanholistik (menyeluruh) pada
seluruh aspek kehidupan.
Di Indonesia, terjadi pegeseran paradigma dan kebijakan pembangunan, yakni
dari pembangunan ke pemberdayaan. Tepatnya pembangunan desa terpadu pada tahun
1970-an, bergeser menjadi pembangunan masyarakat desa pada tahun 1980-an dan awal
1990-an, kemudian bergeser lagi menjadi pemberdayaan masyarakat (desa) mulai akhir
1990-an hingga sekarang. Kini, dalam konteks reformasi, demokratisasi dan
desentralisasi, wacana pemberdayaan mempunyai gaung luas dan populer.Wrihatnolo
dan Dwijiwinoto (2007) menyimpulkan perkembangan konsep pembangunan yang
berkembang di Indonesia terdiri dari: (1) strategi pertumbuhan, (2) pertumbuhan dan
distribusi, (3) teknologi tepat-guna, (4) kebutuhan dasar, (5) pembangunan
berkelanjutan, dan (6) pemberdayaan.
Kesejahteraan masyarakat menurut UNDP (2004) diukur oleh Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) yang merupakan
indikator komposit terdiri atas tiga indikator sektor pembangunan yaitu pendidikan,
kesehatan dan ekonomi. Indikator pendidikan ditentukan oleh angka rata-rata lama
sekolah (RLS) dan angka melek huruf (AMH). Indikator kesehatan diukur oleh angka
harapan hidup (AHH) yaitu rata-rata lama hidup yang mungkin dicapai oleh penduduk
2
sejak usia satu tahun yang dihitung dari angka kematian bayi (AKB). Sedangkan
indikator ekonomi ditentukan oleh daya beli masyarakat. IPM Indonesia berdasarkan
penelitian UNDP pada2012 menduduki ranking ke - 121dari 187 negara (UNDP, 2012).
Fakta ini menunjukkan makin merosotnya kualitas hidup manusia Indonesia
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
sepakat untuk mengadopsi Deklarasi Milenium. Tujuan Deklarasi disebut Tujuan
Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals-MDGs), menempatkan
manusia sebagai fokus utama pembangunan.Delapan tujuan MDGsadalah
menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua
orang, promosi kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka
kematian anak usia di bawah lima tahun, meningkatkan kesehatan ibu yakni
menurunkan angka kematian ibu, memerangi HIV/AIDS, tuberkulosis, malaria, dan
penyakit menular lainnya,dan menjamin keberlanjutan lingkungan hidup.(Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional BAPPENAS, 2010).
Indonesia berkali-kali masuk kategori negara yang lamban langkahnya dalam
mencapai MDGs. Sumber kelambanan ditunjukkan dari masih tingginya AKI dan AKB,
belum teratasinya laju penularan HIV/AIDS, makin meluasnya laju deforestasi,
rendahnya pemenuhan air bersih dan sanitasi yang buruk, beban utang luar negeri yang
terus menggunung, belum adanya pengakuan inisiatif masyarakat, baik organisasi
masyarakat sipil maupun sektor swasta, yang selama ini berperan dalam upaya
pencapaian MDGs. Pemerintah RI belum pernah mendorong rasa kepemilikan bersama
(owenship) MDGs kepada seluruh rakyatnya. Laporan yang disusun oleh Pemerintah RI
sangat kuat kesan bahwa pencapaian MDGs identik dengan pelaksanaan program
pemerintah(Susilo, 2010). Dengan kata lain pencapaian MDGs belum melalui
pendekatan pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat hendaknya didasarkan pada pemberdayaan fitrah
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Tujuan mendasar
pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Upaya peningkatan kualitas SDM antara lain melalui program Pos Pemberdayaan
Keluarga (Posdaya) yang diprakarsai Yayasan Damandiri. Posdaya adalah forum
1
3
silaturahmi, komunikasi, advokasidan wadah kegiatan penguatan fungsi-fungsi
keluargasecara terpadu. Dalam hal-hal tertentu bisa juga menjadiwadah pelayanan
keluarga secara terpadu. Penguatan fungsi-fungsi utama tersebutdiharapkan
memungkinkan setiap keluarga makin mampumembangun dirinya menjadi keluarga
sejahtera, mandiri, dan sanggup menghadapitantangan masa depan.
B. Dasar Hukum Penyelengaraan KKN Tematik Posdaya UNS
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1999 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 78);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas PP Nomor 17
Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran
Negara RI Tahun 2010 Nomor 112);
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1976 tentang Pendirian
Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret;
4. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0201/0/1995 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Universitas Sebelas Maret;
5. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 45/U/2002 tentang Kurikulum
Inti Pendidikan Tinggi;
6. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 112/O/2004 tentang Statuta
Universitas Sebelas Maret;
7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 52/KMK.05/2009 tentang Penetapan
Universitas Sebelas Maret Surakarta pada Departemen Pendidikan Nasional sebagai
Instansi Pemerintah yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum;
8. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 118/MPN.A4/KP/2011 tentang
Pengangkatan Prof. Dr. R. Karsidi, M.S. sebagai Rektor Universitas Sebelas Maret.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Latar Belakang Pemberdayaan Masyarakat
Upaya pemberdayaan masyarakat dilakukan dalam rangka mengatasi berbagai
keterbelakangan masyarakat. Beberapa penyebab keterbelakangan diantaranya ada enam
sumber yang utama: (1) kebodohan (illiteracy) yaitu suatu keadaan di mana jumlah
penduduk yang mengenyam pendidikan, minimal pendidikan dasar, sangat sedikit; (2)
kekakuan tradisi (tradition rigidity) yaitu suatu keadaan di mana sebagian masyarakat
masih mempertahankan tradisi; (3) penduduk yang tidak trampil (unskilled people) yaitu
suatu keadaan di mana kecukupan jumlah penduduk yang terampil kurang memadai; (4)
konsumtif yaitu sebagian besar masyarakat berperilaku sebagai konsumen bukan sebagai
produsen; (5) ketidak mampuan alih teknologi atau waralaba (disfranchised) yaitu berkaitan
dengan ketidak mampuan negara kita meyakinkan negara-negara investor untuk
mempercepat pelaksanaan alih teknologi, karena negara kita daya saingnya sangat rendah;
(6) salah penempatan/penggunaan di bawah kemampuan (displacement) yaitu suatu
keadaan di mana banyak tenaga ahli yang berkategori tenaga ahli ternyata bekerja bukan
pada bidang yang sesuai. Sebagian faktor penyebab keterbelakangan tersebut, selain
berpengaruh pada rendahnya kemampuan masyarakat dalam bidang ekonomi, namun juga
berpengaruh pada bidang kesehatan (Krianto, 2005).
Hakikat pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan kemampuan, mendorong
kemauan, dan keberanian, serta memberikan kesempatan bagi upaya-upaya masyarakat
lokal untuk mengembangkan kemandiriannya demi terwujudnya perbaikan kesejahteraan
secara berkelanjutan. Kemandiriandalam arti kemampuan dan keberanian untuk mengambil
keputusan yang terbaik berdasarkan pertimbangan-pertimbangan: (1) keadaan sumberdaya
yang dimiliki dan atau dapat dimanfaatkan, (2) penguasaan dan kemampuan pengetahuan
teknis untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, (3) sikap kewirausahaan dan
keterampilan manajerial yang dikuasai, (4) kesesuaian sosial-budaya dan kearifan
tradisional yang diwariskan serta dilestarikan secara turun temurun (Mardikanto, 2009).
5
Beberapa cara pandang terhadap pemberdayaan menururt Eko (2002). Pertama,
pemberdayaan dimaknai dalam konteks menempatkan posisi masyarakat. Posisi
masyarakat bukanlah objekpenerima manfaat (beneficiaries) yang tergantung pada
pemberian dari pihak luar seperti pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subyek(agen
atau partisipan yang bertindak) yang berbuat secara mandiri. Pemberian layanan publik
(kesehatan, pendidikan, perumahan, transportasi dan seterusnya) kepada masyarakat
merupakan tugas (kewajiban) negara secara given. Masyarakat yang mandiri sebagai
partisipan berarti terbukanya ruang dan kapasitas, mengembangkan potensi-kreasi,
mengontrol lingkungan dan sumberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara
mandiri, dan ikut menentukan proses politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi
dalam proses pembangunan dan pemerintahan.
Kedua, pemberdayaan secara prinsipil berurusan dengan upaya pemenuhan
kebutuhan (needs)masyarakat. Persoalannya adalah sumberdaya untuk pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat itu sangat langka (scarcity) dan terbatas (constrain).
Masyarakat tidak mudah bisa mengakses pada sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan
hajat hidupnya. Karena itu, pemberdayaan adalah sebuah upaya memenuhi kebutuhan
masyarakat di tengah-tengah kelangkaan dan keterbatasansumber daya. Berbagai sumber
daya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat bukan hanya terbatas dan langka, melainkan
ada problem struktural (ketimpangan, eksploitasi, dominasi, hegemoni, dll) yang
menimbulkan pembagian sumber daya secara tidak merata. Dari sisi negara, dibutuhkan
kebijakan dan program yang memadai, canggih, pro-poor untuk mengelola sumberdaya
yang terbatas itu. Dari sisi masyarakat, membutuhkan partisipasi (voice/bersuara, akses,
ownership/kepemilikandan kontrol) dalam proses kebijakan dan pengelolaan sumberdaya.
Ketiga, pemberdayaan terbentang dari prosessampai visi ideal. Dari sisi proses,
masyarakat sebagai subyek melakukan tindakan atau gerakan secara kolektif
mengembangkan potensi-kreasi, memperkuat posisi tawar, dan meraih kedaulatan. Dari sisi
visi ideal, proses tersebut hendak mencapai suatu kondisi dimana masyarakat mempunyai
kemampuan dan kemandirian melakukan voice, akses dan kontrol terhadap lingkungan,
komunitas, sumberdaya, dan relasi sosial-politik dengan negara. Proses untuk mencapai visi
ideal tersebut harus tumbuh dari bawah dan dari dalam masyarakat sendiri. Namun,
6
masalahnya, dalam kondisi struktural yang timpang masyarakat sulit sekali membangun
kekuatan dari dalam dan dari bawah, sehingga membutuhkan “intervensi” dari luar.
Hadirnya pihak luar (pemerintah, LSM, organisasi masyarakat sipil, organisasi agama,
perguruan tinggi, dan lain-lain) ke komunitas bukanlah mendikte, menggurui, atau
menentukan, melainkan bertindak sebagai fasilitator (pendamping) yang memudahkan,
menggerakkan, mengorganisasi, menghubungkan, memberi ruang, mendorong, dan
membangkitkan. Hubungan antara komunitas dengan pihak luar itu bersifat setara, saling
percaya, saling menghormati, terbuka, serta saling belajar untuk tumbuh berkembang
secara bersama-sama.
Keempat, pemberdayaan terbentang dari level psikologis-personal (warga
masyarakat) sampai ke level struktural masyarakat secara kolektif. Pemberdayaan
psikologis-personalberarti mengembangkan pengetahuan, wawasan, harga diri,
kemampuan, kompetensi, motivasi, kreasi, dan kontrol diri individu. Pemberdayaan
struktural-personal berarti membangkitkan kesadaran kritis individu terhadap struktur
sosial-politik yang timpang serta kapasitas individu untuk menganalisis lingkungan
kehidupan yang mempengaruhi dirinya. Pemberdayaan psikologis-masyarakatberarti
menumbuhkan rasa memiliki, gotong rotong, mutual trust, kemitraan, kebersamaan,
solidaritas sosial dan visi kolektif masyarakat. Sedangkan pemberdayaan struktural-
masyarakatberarti mengorganisasi masyarakat untuk tindakan kolektif serta penguatan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pemerintahan.
Mewujudkan cita-cita pemberdayaan masyarakat memerlukan proses dan waktu
yang cukup panjang serta memerlukan banyak pengorbanan. Sejak dahulu masyarakat
mempunyai keahlian diberbagai bidang seperti kesehatan, pertanian, industri, perdagangan,
kelautan, dan sebagainya. Namun di era globalisasi yang kompetitif, kemampuan dan
potensi masyarakat tersebut harus disejajarkan dengan pihak-pihak lain. Masyarakat
menempati posisi utama yang merencanakan, mengelola dan menikmati pembangunan.
Negara adalah fasilitator dan membuka ruang yang kondusif bagi tumbuhnya prakarsa,
partisipasi, serta institusi dan masyarakat lokal. Menyitir pendapat Dilla (2007) muatan
gagasan ini tidak hanya mendayagunakan potensi sumber daya lokal bagi kepentingan
7
rakyat, tetapi lebih dari itu, melindungi hak-haknya, dan pengelolaannya sesuai
kepentingan sosil-budaya.
B. Dasar Hukum Penyelengaraan Pemberdayaan Masyarakat
1. Amandemen kedua UUD 1945 tahun 2000 Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) telah meletakkan dasar-dasar politik pemberdayaan masyarakat seperti
termaktub dalam pasal 28 A (Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya). Pasal 28 B ayat 1 (Setiap orang berhak
membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang syah)
dan ayat 2 (Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi). Pasal 28 C ayat 1
(Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas kehidupannya dan demi
kesejahteraan umat manusia) dan ayat 2 (Setiap orang berhak untuk memajukan
dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
masyarakat dan negaranya). Pasal 28 D ayat 1 (Setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama
dihadapan hukum), ayat 2 (Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat
imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja), serta ayat 3
(Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan).
2. Undang-undang RI No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan
otonomi luas kepada daerah yang diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, peran
serta masyarakat, dan peningkatan daya saing daerah.
C. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan berasal dari penerjemahan “empowerment” yang bermakna
“pemberian kekuasaan” karena “power” bukan sekedar “daya”, tetapi juga “kekuasaan”,
8
sehingga kata “daya” tidak saja bermakna “mampu”, tetapi juga “ mempunyai kuasa”.
Karena itu ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep kekuasaan. Kekuasaan
senantiasa hadir dalam konteks hubungan sosial antar manusia. Kekuasaan tercipta dalam
relasi sosial. Karena itu, kekuasaan dan hubungan kekuasaan dapat berubah melalui
pemberdayaan. Dengan demikian pengertian pemberdayaan meliputi : (a) to give power or
authority (memberikan/mengalihkan kekuasaan atau mendelegasikan wewenang), dan (b)
to give ability or enable (memberi kemampuan atau keberdayaan). Mendelegasikan
wewenang pada dasarnya adalah memberikan kepercayaan kepada orang/pihak lain.
Menurut PBB pemberdayaan masyarakat adalah proses dimana upaya dari orang-
orang itu sendiri bersama-sama dengan pemerintah yang berwenang meningkatkan kondisi
ekonomi, sosial, dan budaya komunitas serta mengintegrasikan komunitasnya ke dalam
kehidupan bangsa, sehingga memungkinkan untuk memberikan kontribusi/dukungan
sepenuhnya kepada kemajuan nasional. Semenara itu menurut Bank Dunia pemberdayaan
masyarakatadalah upaya untuk memberikan kesempatan kepada kelompok masyarakat
(miskin) untuk mampu dan berani bersuara (voice) - menyuarakan pendapat, ide, atau
gagasan-gagasannya serta kemampuan dan keberanian untuk memilih (choice) suatu
konsep, metode, produk, tindakan, dll yang terbaik bagi pribadi, keluarga, dan masyarakat
(World Bank, 2001). Menurut WHO (1978)pemberdayaan masyarakat adalah suatuproses
membuat orang mampu meningkatkan kontrol lebih besar ataskeputusan dan tindakan yang
mempengaruhikesehatan masyarakat, bertujuan untukmemobilisasiindividudankelompok
rentan denganmemperkuatketerampilan dasarhidup merekadan meningkatkanpengaruh
mereka pada hal-hal yangmendasarikondisi sosial dan ekonomi.
Sanders (1958 cit.Wass, 1997)berpendapat bahwapemberdayaan masyarakatdapat
dilihatsebagai proses, metode,program,dangerakan. Pemberdayaan masyarakat sebagai
proses yaitu serangkaianlangkah-langkah di luar kebiasaan yang dilakukan dalam
membangunpemberdayaan masyarakat. Langkah-langkah pemberdayaan masyarakat terdiri
dari menentukan kebutuhan yang dirasakan, menggunakan
kepemimpinanlokal,menumbuhkan kemampuan menolong diri sendiri, dan menindak
lanjuti dengansebuah lembaga/organisasiuntuk meneruskan pencapaian tujuan
pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat sebagai metode yaitu cara yang
9
digunakan untuk meningkatkan otonomi dan kemampuan masyarakat, melalui
keikutsertaannya dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
Pemberdayaan masyarakat sebagai program yaitu programyang dalam pelaksanaannya
menggunakan metode dan proses pemberdayaan masyarakat.Sementara itu, pemberdayaan
masyarakat sebagai gerakan yaitu landasan kebersamaan dan pemberdayaan dalam
pengembangan masyarakat sejalan dengan filosofi kehidupan (baca: Pancasila).
D. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Mathew cit.Mardikanto (2009) menyatakan bahwa prinsip adalah suatu
pernyataan tentang kebijakan yang dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan dan
melaksanakan kegiatan secara konsisten. Beberapa prinsip pemberdayaan masyarakat
menurutIfe dan Tesoroero (2008) terdapat 26 prinsip, yaitu :
1) Prinsip-prinsip ekologis, terdiri atas 5 prinsip : (i) Holisme, artinya segala sesuatu
berhubungan dengan yang lain. (ii) Keberlanjutan (sustainability), artinya
pemberdayaan ditujukan untuk mengurangi dan/atau menghilangkan ketergantungan
pada sumber daya yang tidak dapat diperbaharui dan diganti dengan sumber-sumber
daya yang dapat diperbaharui. (iii) Keanekaragaman, meliputi dua level yaitu
keanekaragaman diantara masyarakat dan keanekaragaman di dalam masyarakat. (iv)
Perkembangan organik, artinya suatu masyarakat pada dasarnya bersifat organik
(seperti tanaman) bukan mekanistik (seperti mesin). (v) Perkembangan yang seimbang,
artinya adanya keseimbangan dalam enam dimensi yaitu sosial, ekonomi, politik,
budaya, lingkungan dan pengembangan personal (spiritual) yang merupakan aspek
esensial dari kehidupan masyarakat.
2) Prinsip-prinsip keadilan sosial dan Hak Asasi Manusia, terdiri atas 5 prinsip : (i)
Mengatasi struktur yang merugikan, artinya pemberdayaan harus menjamin tidak
memperkuat bentuk penindasan struktural, mencoba untuk menghadapi dan melawan
penindasan dengan cara apa pun yang sesuai dengan konteks spesifik. (ii) Mengatasi
wacana-wacana yang merugikan, artinya struktur kekuasaan dan wacana kekuasaan
sangat penting dalam membentuk relasi kekuasaaan dan untuk mempengaruhi
kehidupan masyarakat. (iii) Pemberdayaan, artinya menyediakan sumber daya,
10
kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan kepada masyarakat untuk meningkatkan
kemampuan mereka untuk menentukan masa depan mereka sendiri, dan untuk
berpartisipasi serta mempengaruhi kehidupan masyarakatnya. Menemu. (iv) Hak Asasi
Manusia, artinya struktur dan program masyarakat seharusnya dibuat dengan cara
sedemikian sehingga tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia
(HAM). (v) Definisi kebutuhan (need definition), meliputi dua prinsip dalam
pendefinisian kebutuhan: (1) Berupaya merumuskan kesepakatan di antara berbagai
pendefinisi kebutuhan yaitu definisi kebutuhanmenurut masyarakat, parapengguna
layanan, penyedia layanan, dan pakar, serta upayakan dialog efektif antara para
pembuat definisi kebutuhan tersebut; (2) definisi kebutuhan dari masyarakat yang
seharusnya lebih diutamakan.
3) Prinsip-prinsip menghargai yang lokal, terdiri atas 5 prinsip : (i) Menghargai
pengetahun lokal, artinyapengetahuan dan keahlian lokal menjadi paling bernilai
dalam memberikan informasi. (ii) Menghargai budaya lokal, artinya proses budaya
lokal diakui dan didukung sebagai bagian dari proses pemberdayaan. (iii) Menghargai
sumber daya lokal, artinya masyarakat seharusnya berupaya memanfaatkan sumber
dayanya sendiri. (iii) Menghargai keterampilan masyarakat lokal, artinya masyarakat
memilki keterampilan yang telah dikembangkan secara lokal dan sangat dibutuhkan
dalam lingkungan tersebut. (iv) Menghargai proses lokal, artinya mengembanagkan
dari dalam masyarakat, dengan cara yang sesuai dengan konteks yang spesifik dan
sangat peka terhadap budaya masyarakat lokal, tradisi dan lingkungan.
4) Prinsip-prinsip proses, terdiri atas 9 prinsip : (a) Proses, hasil dan visi, artinya proses
dan hasil merupakan dua hal esensial yang sama pentingnya dan harus terintegrasi. (b)
Integritas proses, artinya proses dalam pemberdayaan masyarakat lebih penting
daripada hasil, tetapi dalam pengertian yang sesungguhnya, hasil lebih penting;
bagaimanapun tujuan pemberdayaan diharapkan dapat membangun proses
pemberdayaan masyarakat. (c) Menumbuhkan kesadaran, artinya membantu
klien/penerima manfaat untuk bersama-sama menemukan pengalaman hidup mereka,
dan menghubungkan antara pengalaman mereka dengan struktur atau wacana
kekuasaan dan penindasan dengan suatu pandangan untuk menciptakan ruang untuk
11
aktivitas yang efektif untuk perubahan. (d) Partisipasi, artinya demokrasi partisipasi
dan partisipasi semua orang dalam aktivitas masyarakat merupakan cita-cita yang
sangat penting dalam pemberdayaan masyarakat. (e) Kerjasama dan konsensus, artinya
perspektif ekologis dan pendekatan tanpa kekerasan keduanya menekankan pentingnya
struktur kooperatif, bukan struktur kompetitif. (f) Langkah pembangunan, artinya
dinamika percepatan serta irama pemberdayaan disesuaikan dengan kondisi dan situasi
yang ada di masyarakat. (g) Perdamaian dan anti kekerasan, artinya anti membebaskan
kekerasan fisik, kekerasan struktural. (h) Inklusivitas (mengikut sertakan orang dalam),
dan (i) Membangun masyarakat, artinya selalu berupaya menyadarkan orang-
orangnya, memperkuat ikatan di antara anggota-anggotanya, dan menekankan ide
tentang saling ketergantungan, bukan ketergantungan, memperkuat hubungan di antara
orang-orang melalui membangun masyarakat
5) Prinsip-prinsip global dan lokal: (a) Menghubungkan yang global dan lokal, artinya
selalu menyadari hubungan antara lokal dan global dan menyelidiki cara-cara yang
dapat menghubungkan masyarakat dengan gerakan global. (b) Praktik anti kolonialis.
E. Maksud dan Tujuan Pemberdayaan, Tujuan KKN Tematik Posdaya dan Tujuan
Posdaya
Tujuan mendasar pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan kualitas sumber
daya manusia dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.Tujuanutamapemberdayaan masyarakat adalah memperkuat kekuasaan rakyat,
khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi
internal (misalnya persepsi mereka sendiri) maupun karena kondisi eksternal (misalnya
ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil).
Tujuan pemberdayaan masyarakat terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum adalah meningkatnya kemandirian masyarakat dan keluarga sehingga
masyarakat dapat memberikan andil dalam meningkatkan kesejahteraan. Sedangkan
tujuan khusus adalah: (1) meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam bidang
pembangunan, (2) meningkatnya kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan dan
peningkatan kesejahteraan, (3) meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan keluarga
12
oleh masyarakat, dan (4) terwujudnya pelembagaan upaya pelayanan keluarga oleh
masyarakat di tingkat desa/kelurahan (Departemen Kesehatan, 2007).
Posdaya ditujukan untuk tercapainya hal-hal sebagai berikut:
1. Dihidupkannya dukungan sosial budaya atau modal sosial seperti hidup gotong
royong dalam masyarakat untuk menolong keluarga lain membantu pemberdayaan
secara terpadu atau bersama-sama memecahkan masalah kehidupan, melalui wadah
atau forum yang memberi kesempatan para keluarga untuk saling asah, asih, dan asuh,
dalam memenuhi kebutuhan membangun keluarga bahagia dan sejahtera;
2. Terpeliharanya infrastruktur sosial kemasyarakatan yang terkecil dan solid, yaitu
keluarga, yang dapat menjadi perekat atau kohesi sosial, sehingga tercipta suatu
kehidupan yang rukun, damai dan memiliki dinamika yang tinggi;
3. Terbentuknya lembaga sosial dengan keanggotaan dan partisipasi keluarga di
desa/kelurahan yang dinamis dan menjadi wadah atau wahana partisipasi masyarakat.
Adapun tujuan Posdaya adalah :
1. Menguatkan fungsi-fungsi keluarga.
2. Mendorong keluarga untuk mampu membangun dirinya, sehingga meningkat
kemampuan keluarga dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
3. Mendorong meningkatkan mutu keluarga.
4. Mendorong terpeliharanya infrastuktur sosial berdasarkan kearifan budaya lokal,
sehingga memperkuat keutuhan sebagai bangsa Indonesia.
5. Memperkuat modal sosial.
Adapun maksud diselenggarakannya KKN Tematik Posdaya UNS adalah :
1. Terselenggarannya upaya pemberdayaan dalam masyarakat.
2. Membantu keluarga tidak mampu melaksanakan fungsi-fungsi keluarga.
3. Mewujudkan keluarga sejahtera dan mandiri.
Adapun tujuan umum diselenggarakannya KKN Tematik Posdaya UNS adalah :
1. Membekali mahasiswa kemampuan pendekatan masyarakat dan membentuk sikap
serta perilaku untuk senantiasa peka terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat,
13
khusunya bidang kesehatan dan keluarga berencana, pendidikan, kewirausahaan dan
industri rumah tangga, pengembangan lingkungan, serta keagamaan dan budaya;
2. Memberi pengalaman belajar mahasiswa dalam kehidupan masyarakat;
3. Mendewasakan kepribadian dan memperluas wawasan mahasiswa;
4. Memberdayakan masyarakat melalui berbagai aspek pembangunan sebagai upaya
mencapai kesejahteraan;
5. Menguatkan fungsi-fungsi keluarga dan mendorong meningkatkan kualitas
keluarga;
6. Mendorong keluarga untuk mampu membangun dirinya, sehingga
meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi permasalahan yang
dihadapi keluarga;
7. Mendorong terpeliharanya infrastuktur sosial berdasarkan kearifan budaya
lokal, sehingga memperkuat keutuhan sebagai bangsa Indonesia.
Adapun tujuan khusus diselenggarakannya KKN Tematik Posdaya UNSadalah :
1. Mensosialisasikan Posdaya;
2. Mengidentifikasi potensi SDM dan kelembagaan yang mendukung pembentukan
dan pengembangan Posdaya;
3. Pembentukan Posdaya (berbasis : PKK, Posyandu, Masjid, Karang Taruna);
4. PenerbitanSK Kepengurusan Posdaya (minimal disyahkan oleh Kepala
Desa/Lurah).
5. Pembuatan Profil Posdaya dan pendampingan/pengisian kegiatan : Pendidikan,
Kesehatan, Kewirausahaan, Lingkungan Hidup serta Agama dan Kehidupan
Keagamaan;
6. Pendampingan aktivitas Posdaya (memperkuat dan mengembangkan program).
F. Sasaran Posdaya
Sasaran program Posdaya terdiri dari :
14
a. Sasaran primer :Individu atau kelompok yang : (1) terkena masalah, (2) diharapkan
akan menerima dan melaksanakan program Posdaya seperti yang diharapkan, (3)
akan memperoleh manfaat paling besar dari program Posdaya.
b. Sasaran sekunder :Individu atau kelompok individu yang berpengaruh atau disegani
oleh sasaran primer. Sasaran sekunder diharapkan mendukung program Posdaya.
c. Sasaran tersier :para pengambil keputusan dan kebijakan, para penyandang dana, dan
lain-lain pihak yang berpengaruh.
1) Tingkat Desa/Kelurahan : Kepala Desa/Lurah dan aparatnya (Kepala Urusan
Kesejahteraan Rakyat/Kesra, Kepala Dusun/RW, RT, BPD, LPMD/LPMK,
Lembaga sosial masyarakat yang ada (Tim Penggerak PKK, Lembaga
Keagamaan, Lembaga Adat, DKM, Karang Taruna, Muslimat NU, Aisyiah
Muhammadiyah, MTA dll) agar meningkat peran dan fungsinya, kader
2) Tingkat kecamatan : Muspika, Dinas terkait (Puskemas, KUA, Dinas Dikbud)
3) Tingkat Kabupaten/Kota : Muspida, Kepala Dinas terkait (Bappermas, Dinas
Dikbud, Kesehatan, Perindustrian, Perdagangan, dan lain-lain ).
Sasaran kegiatan Posdaya meliputi :
a. Peningkatan komitmen dan dukungan para pemimpin : (1) Para Kepala Desa/Lurah
dan aparatnya : diharapkandapat memberi perhatian dan bantuanpembentukan
Posdaya di desanya; (2) Para Camat, Bupati atau Walikota dan Tim Penggerak PKK
: dapat membantu dan mendampingi pengembangan Posdaya sebelum masyarakat
sendiri mampu mengelola Posdaya;
b. Pemberdayaan bidang Kesehatan -KB : (1) Wanita Usia Subur, Pasangan Usia
Subur, Ibu hamil, ibu melahirkan; dan ibu menyusui; Bayi (0- l tahun), anak Balita
(1-5 tahun);
c. Pemberdayaan Bidang Pendidikan : (1) Anak-anak usia sekolah (6-15 tahun) yang
belum sekolah; (2) Mengusahakan sekolah di desa untuk menerima anak-anak
tersebut sekolah; (3) Mengembangkan kemungkinan kursus-kursus ketrampilan
untuk anak putus sekolah;
d. Pemberdayaan Bidang Wirausaha (industri Rumah Tangga) : (1) Mengadakan
pelatihan kewirausahaan (industri Rumah Tangga) bagi keluarga; (2) Menjajagi
15
kerjasama dengan bank yang ada di desa atau di kecamatan dan mempunyai jaringan
ke desa.
e. Pemberdayaan Bidang Lingkungan Hidup : (1) Pemanfaatan halaman untuk
dijadikan taman gizi dan taman buah, (2) Penciptaan lingkungan yang sehat dan
bersih, serta (3) Kehidupan bertetangga.
G. Kebijakan Dan Strategi Pembentukan Dan Pengembangan Posdaya
1. Kebijakan pembentukan dan pengembangan Posdaya
Pada dasarnya Posdaya adalah pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan
kemandirian keluarga. Oleh karena itu wadah gerakan ini di tingkat Desa/Kelurahan
adalah Lembaga Pemberdayn Masyarakat Desa/Kelurahan (LPMD/LPMK). Di
dalam memasyarakatkan Posdaya perlu disinkronkan dengan kelembagaan
organisasi masyarakat seperti PKK dan kader, sehingga Posdaya benar-benar dapat
dimanfaatkan oleh setiap anggota keluarga di bawah bimbingan kader dan
koordinasi (LPMD/LPMK) dan PKK. Gerakan masyarakat dalam Posdaya perlu
didukung komunikasi informasi edukasi (KIE) secara terkoordinasikan dan terpadu
dengan memperhatikan dinamika gotong royong masyarakat
Desa/Kelurahan.Penanggung jawab Posdaya adalah Kepala Dusun atau Ketua RW
dibawah koordinasi Kepala Desa/Lurah.
2. Strategipemberdayaandan pembentukan Posdaya
Ada 3 (tiga) strategi pemberdayaan masyarakat meliputi akronim ABG
yaitu
a. Advokasi:Mencari dukungan dari para pengambil keputusan untuk melakukan
perubahan tata nilai atau peraturan yang ada untuk meningkatkan mutu hidup
Kelompok sasaran adalah kelompok sasaran tersier.Bentuk operasional dari
strategi advokasi ini biasanya berupa pendekatan kepada pimpinan dan instansi.
b. Bina suasana dan dukungan sosial (social support) : Membuat lingkungan sekitar
bersikap positif terhadap program Posdaya yang ingin dicapai yaitu peningkatan
pengetahuan yang diikuti perubahan perilaku. Strategi ini biasanya digunakan
16
untuk kelompok sasaran para pimpinan masyarakat dan/atau orang-orang yang
mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan dan perilaku kelompok sasaran
utama. Kelompok sasaran untuk strategi ini adalah kelompok sasaran
sekunder.Bentuk operasional berupa pelatihan, sosialisasi program, pertemuan-
pertemuan, yang dapat memanfaatkan metode komunikasi modern dan formal
maupun metode sederhana (tatap muka) dan informal.
c. Gerakan masyarakat: Membuat pengetahuan kelompok sasaran utama (yaitu
mereka yang memiliki masalah) meningkat yang diikuti dengan perubahan
perilaku mereka sehingga dapat mengatasi masalah yang dihadapi. Kelompok
sasaran untuk strategi ini adalah kelompok sasaran primer, yaitu mereka yang
pengetahuan dan perilakunya hendak diubah.Bentuk operasional dari strategi ini
biasanya berupa tatap muka langsung atau penyuluhan kelompok, dan lebih sering
memanfaatkan metode komunikasi yang lebih sederhana dan informal, misalnya
melakukan latihan bagi kader.
Adapun strategi pembentukandan pengembangan Posdaya terdiri atas tiga
strategi yaitu perluasan jangkauan, pembinaan, serta pelembagaan dan
pembudayaan.
1) Strategi perluasan jangkauan meliputi : (a) Pengembangannya diprakarsai oleh
masyarakat, yaitu (i) Diprakarsai oleh perorangan, misalnya sebuah keluarga
mampu yang ingin membantu tetangganya yang kurang mampu untuk berbagi
kesejahteraan; (ii) Diprakarsa masyarakat, melalui lembaga yang ada dalam
lingkungan pedesaan seperti PKK Desa, Pengurus Panti Asuhan, Sekolah yang
ada di desa, Taman Pendidikan AlQur'an (TPA), atau lembaga lain yang
bergerak dalam bidang sosial kemasyarakatan; (b) Dukungan Yayasan
Damandiri : pengembangan Posdaya dilakukan melalui kerjasama antara LPPM
Perguruan Tinggi; (c) Dukungan Pemda, Camat, Kepala Desa dan perangkat
desa lainnya, bersama-sama mengembangkan Posdaya, Poskesdes, dsb.
17
2) Pembinaan : Setelah pendataan maka perorangan, pengurus PKK, Pengurus
Panti, dan lainnya, yang mengambil prakarsa pembentukan Posdaya menyusun
pengurus, atau Tim Kerja.
3) Pelembagaan dan Pembudayaan : Kegiatan rutin sudahdapat dikembangkan
dalam bidang keagamaan, cintatanah air, cinta kepada sesamanya, perlindungan,
KBdan kesehatan reproduksi, pendidikan, wirausaha dan sebagianya.
H. Langkah Pemberdayaan Dan Pembentukan Posdaya
Secara garis besar, langkah pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Penggalangan komitmen dan dukungan para penentu kebijakan dan para pengambil
keputusan di berbagai tingkatan administrasi pemerintahan, mulai tingkat
kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan, dan organisasi masyarakat, yang
dilaksanakan melalui advokasi, silaturahim/anjang sana, dialog, seminar dan
lokakarya, pertemuan rutin, dsb
2. Pemberdayaan fasilitator dan kader Posdaya serta kerjasama lintas sektor melalui
pelatihan, orientasi atau sarasehan kepemimpinan;
3. Pemberdayaan masyarakat melalui rangkaian kegiatan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan masalah keluarga dan
masyarakat. Rangkaian kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui Posdaya di
tingkat desa terdiri atas :
a) Penilaian kebutuhan (need assessment) dan masalah serta pemetaan sosial,
untuk mengenali kebutuhan dan masalah keluarga dan masyarakat (diagnosa
masalah keluarga dan masyarakat oleh masyarakat)
b) Lokakarya Posdaya untuk penentuan bersama rencana pemecahan masalah
keluarga dan masyarakat yang dihadapi (penetapan pemecahan masalah
keluarga dan masyarakat oleh masyarakat);
c) Pendidikan dan pelatihan kader Posdaya;
d) Tindak lanjut rencana kerja hasil Lokakarya Posdaya dengan melaksanakan
kegiatan oleh dan untuk masyarakat dengan kader yang telah terlatih sebagai
motor penggeraknya,
18
e) Monitoring dan evaluasi,
f) Pengembangan dan pelestarian kegiatan Posdaya.
I. Program Posdaya
Program Posdaya menitik beratkan 5 (lima) bidang, yaitu :
1. Bidang pendidikan : mengarus utamakan pada pendidikan usia dini (PAUD);
2. Bidang kesehatan dan Keluarga Berencana : mengarus utamakan pada program yang
mempunyai daya ungkit tinggi terhadap penurunan tingkat kelahiran, serta kematian
ibu dan anak, seperti program pos pelayanan terpadu (posyandu) dan pos kesehatan
desa (Poskesdes);
3. Bidang kewirausahaan : mengarus utamakan pada industri rumah tangga;
4. Bidang pengembangan lingkungan : mengarus utamakan pada kebun bergizi;
5. Bidang keagamaan dan budaya : mengarus utamakan pada Posdaya berbasis Masjid
dan pengembangan budaya lokal. Kegiatan tersebut ditunjang dengan pemberdayaan
kader dan kelembagaan Posdaya dengan mengarus utamakan pada aktivasi kegiatan
kader, peningkatan kemampuan mengidentifikasi dan memecahkan masalah dan
kebutuhan, kepemimpinan, pengorganisasian, pengelolaan, dan penggerakan sumber
daya program Posdaya.
J. Partisipasi Masyarakat
Tujuan yang ingin dicapai dalam pemberdayaan adalah meningkatkan partisipasi.
Partisipasi masyarakat merupakan komponen penting dalam pembangkitan kemandirian
dan proses pemberdayaan masyarakat. Masyarakat harus diikutsertakan dalam proses
tersebut sehingga mereka dapat lebih memperhatikan hidupnya, memperoleh rasa percaya
diri, memiliki harga diri, dan pengetahuan untuk mengembangkan keahlian
baru.Pemberdayaan masyarakat harus selalu berupaya untuk memaksimalkan partisipasi
masyarakat, dengan tujuan membuat setiap orang dalam masyarakat terlibat secara aktif
dalam proses-proses dan kegiatan masyarakat, serta untuk menciptakan kembali masa
depan masyarakat dan individu. Dengan demikian, partisipasi merupakan suatu bagian
penting dari pemberdayaan masyarakat.Pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya
19
ditujukan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat, dan untuk tercapainya
kemandirian masyarakat diperlukan partisipasi masyarakat.
Beberapa pengertian partisipasi didefinisikan para ahli sepertiTheodorson (1969)
mengartikan partisipasi sebagai keikutsertaan seseorang di dalam kelompok sosial untuk
mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri.
Sedangkan Uphoff dan Cohen (1979) menekankan pada rakyat memiliki peran dalam
pengambilan keputusan. Pearse dan Stifel (1979, disitir oleh Kannan, 2002) memfokuskan
pada rakyat yang memiliki kendali atas sumberdaya dan institusi. Paul (1987, disitir
Kannan, 2002) berpendapat bahwa partisipasi harus mencakup kemampuan rakyat untuk
mempengaruhi kegiatan-kegiatan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraannya. Gahi (1990, disitir Kannan, 2002) mengambil posisi keadilan dan HAM
dengan menampilkan partisipasi sebagai sebuah proses pemberdayaan yang dilakukan oleh
kaum tersingkir karena adanya perbedaan kekuasaan di antara kelompok-kelompok dalam
masyarakat (Ife, 2008). Sementara itu Sumarto (2004) berpendapat bahwa partisipasi
adalah proses anggota masyarakat sebagai individu maupun kelompok sosial dan
organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan
dan pemantauan kebijakan-kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka.
Dalam pengertian partisipasi terkandung tiga komponen, yaitu interaksi,
pengambilan keputusan, dan kesetaraan kekuasaan. Interaksi terjadi antara yang mengajak
dan yang diajak berpartisipasi. Interaksi yang berlangsung harus dilandasi asas kesamaan
dan kesetaraan derajat kekuasaan dan bukan didasari atas hubungan subordinasi. Walaupun
ada perbedaan status formal dan keahlian, namun dengan adanya kesetaraan kekuasaan,
keahlian dan sumber-sumber daya yang dimiliki masing-masing pihak dipadukan untuk
memecahkan masalah. Berdasarkan pengertian partisipasi ini, maka partisipasi
mengandung konsekuensi kesediaan berbagi kekuasaan antara yang mengajak dan yang
diajak berpartisipasi. Pengambilan keputusan atau pemecahan masalah berkaitan dengan
suatu proses untuk mengatasi adanya kesenjangan antara keadaan yang ada dan keadaan
yang diinginkan. Untuk berlangsungnya proses ini, maka semua pihak yang terlibat dalam
pengambilan keputusan harus menyadari adanya masalah, termotivasi untuk mengatasinya
20
dan memiliki kemampuan serta sumber daya untuk mengatasi masalah (Krianto cit.
Notoatmodjo, 2005).
Terdapat kondisi-kondisi yang mendukung dan menghambat partisipasi. Adapun
kondisi-kondisi yang mendukung partisipasi adalah: (1) orang akan berpartisipasi apabila
mereka merasa bahwa isu atau aktivitas tersebut penting, (2) orang harus merasa bahwa
aksi mereka akan membuat perubahan, (3) berbagai bentuk partisipasi harus diakui dan
dihargai, (4) orang harus bisa berpartisipasi, dan didukung dalam partisipasinya, serta (5)
struktur dan proses tidak boleh mengucilkan (Ife dan Tesoriero, 2008). Sedangkan
penghalang/hambatan partisipasi menurut Bolman (1974) terdiri atas hambatan intrinsik
dan ekstrinsik. Hambatan ekstrinsik adalah faktor-faktor yang terletak di luar batas-batas
organisasi. Hambatan intrinsik secara umum berkaitan dengan ciri-ciri birokrasi dan
profesionalisme. Hambatan birokrasi mencakup beberapa aturan dan peraturan organisasi,
struktur organisasi, benturan antara kepentingan dan tujuan birokrasi dan tujuan
masyarakat. Hambatan ekstriksik terhadap partisipasi adalah konteks sosial, ekonomi,
politik, dan budaya.
Sementara itu, Karsidi (2005 cit.Slamet, 1992) berpendapat bahwa partisipasi
adalah proses aktif dan inisiatif yang muncul dari masyarakat yang akan terwujud sebagai
suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi oleh tiga faktor pendukung yaitu: (1) adanya
kemauan, (2) adanya kemampuan, dan (3) adanya kesempatan untuk berpartisipasi.
Kemauan dan kemampuan berpartisipasi bersumber dari warga atau kelompok masyarakat,
sedangkan kesempatan berpartisipasi datang dari negara atau penyelenggara pemerintahan.
Apabila ada kemauan tapi tidak ada kemampuan dari warga atau kelompok dalam
masyarakat, sekalipun telah diberi kesempatan oleh negara atau penyelenggara
pemerintahan, maka partisipasi tidak akan terjadi. Demikian pula, jika ada kemauan dan
kemampuan tetapi tidak ada ruang atau kesempatan yang diberikan oleh negara atau
penyelenggara pemerintahan kepada warga atau kelompok dalam masyarakat, maka tidak
mungkin juga terjadi partisipasi. Untuk itu dalam pemberdayaan masyarakat, perlu
ditumbuhkan kemauan dan kemampuan warga, keluarga dan kelompok dalam masyarakat
untuk berpartisipasi dan negara atau penyelenggara pemerintahan perlu memberikan ruang
21
dan/atau kesempatan kepada warga, keluarga dan kelompok dalam masyarakat untuk
berpartisipasi.
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses aktif, di mana sasaran/klien dan
masyarakat yang diberdayakan harus berperan serta aktif (berpartisipasi) dalam kegiatan
dan program pembangunan. Sedangkan partisipasi adalah peran serta aktif sasaran/klien
dan masyarakat dalam berbagai kegiatan dan program. Ditinjau dari konteks pembangunan,
partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan dan kemitraan masyarakat dan fasilitator
(pemerintah, LSM) dalam pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
dan penilaian kegiatan dan program kesehatan serta memperoleh manfaat dari
keikutsertaannya dalam rangka membangun kemandirian masyarakat.
Partisipasi adalah suatu proses sosial di mana sasaran/klien mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhannya, mengambil keputusan dan memanfaatkan sarana dan layanan
yang disediakan untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk itu dapat dirumuskan ada tiga
dimensi partisipasi, yaitu :
1. Keikutsertaan dalam proses pengambilan keputusan: Keikutsertaan ini biasanya
direpresentasikan oleh pejabat formal seperti aparat pemerintahan desa/kelurahan
sampai tingkat dusun/RW dan pejabat informal dari lembaga-lembaga masyarakat
seperti Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Desa/Kota (LPMD/LPMK), PKK, Karang Taruna, lembaga sosial keagamaan (seperti
Muslimat NU, Aisyiah Muhammadiyah, dll), organisasi profesi di bidang kesehatan
(seperti IDI, IBI, PPNI, dll) serta tokoh masyarakat yang mewakili kelompoknya
seperti tokoh agama, pemuka adat, tokoh wanita, dan lain-lain.
2. Keikutsertaan masyarakat sebagai pelaksana program: Ada 3 (tiga) kemungkinan
tanggapan masyarakat yang muncul, yaitu: (a) menerima keputusan dan bersedia
melaksanakannya, (b) menolak, namun tidak secara terbuka, sambil menunggu
perkembangan, dan (c) secara terbuka menolaknya. Pengambil keputusan sebagai
fasilitator harus terus menerus mendorong agar semua masyarakat menerima keputusan
secara bertanggung jawab dan melaksanakannya.
3. Anggota masyarakat secara bersama-sama menikmati hasil dari program yang
dilaksanakan. Sering terjadi karena merasa paling berjasa, ada pihak tertentu menuntut
22
bagian manfaat yang paling besar, sehingga perlu adanya keselarasan antara asas
pemerataan dan asas keadilan.
Adapun syarat-syarat terwujudnya partisipasi menurut Krianto (2005) adalah :
1. Adanya saling percaya antar warga masyarakat maupun antara warga masyarakat dan
pihak petugas: Ketidak percayaan dapat merusak semangat untuk berpartisipasi.
2. Adanya ajakan dan kesempatan bagi semua warga masyarakat untuk berperan serta
dalam kegiatan atau program: Partisipasi masyarakat akan muncul dan berkembang bila
seluruh warga masyarakat diajak dan diberi kesempatan yang sama.
3. Adanya manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat: Tujuan utama pemberdayaan
adalah memberikan manfaat yang sebesar-besar bagi masyarakat dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan.
4. Adanya contoh dan keteladanan dari para pemimpin dan tokoh masyarakat, terutama
pada masyarakat yang bercorak paternalistik: Keteladanan akan menjadi penguat
motivasi bagi masyarakat.
Chapin (1939) berpendapat bahwa partisipasi dapat diukur dari yang terendah
sampai yang tertinggi, yaitu: (1) kehadiran individu dalam pertemuan-pertemuan, (2)
memberikan bantuan dan sumbangan keuangan, (3) keanggotaan dalam kepanitiaan, dan
(4) posisi kepemimpinan. Berdasarkan pendapat Chapin, partisipasi yang tertinggi
dilakukan oleh pemimpin, karena pemimpin menentukan keberhasilan partisipasi.
Sedangkan Ife (2008) menetapkan indikator-indikator yang dapat dikembangkan
dalam mengevaluasi partisipasi yang terdiri atas indikator kuantitatif dan indikator
kualitatif. Indikator-indikator kuantitatif mencakup: (1) perubahan-perubahan positif dalam
layanan-layanan lokal, (2) jumlah pertemuan dan jumlah peserta, (3) proporsi berbagai
bagian dan kehadiran masyarakat, (4) jumlah orang yang dipengaruhi oleh isu yang
digarap, (5) jumlah pemimpin lokal yang memegang peranan, (6) jumlah warga lokal yang
memegang peranan dalam proyek, dan (7) jumlah warga lokal dalam berbagai aspek proyek
dan pada waktu yang berbeda-beda.
Sedangkan indikator-indikator kualitatif mencakup: (1) suatu kapasitas masyarakat
yang tumbuh untuk mengorganisasi aksi, (2) dukungan yang tumbuh dalam masyarakat dan
jaringan yang bertambah kuat, (3) peningkatan pengetahuan masyarakat tentang hal-hal
23
seperti keuangan dan manajemen proyek, (4) keinginan masyarakat untuk terlibat dalam
pembuatan keputusan, (5) peningkatan kemampuan dari mereka yang berpartisipasi dalam
mengubah keputusan menjadi aksi, (6) meningkatnya jangkaun partisipasi melebihi/di luar
proyek untuk mewakilinya dalam organisasi-organisasi lain, (7) pemimpin-pemimpin yang
muncul dari masyarakat, (8) meningkatnya jaringan dengan proyek-proyek, masyarakat dan
organisasi lainnya, dan (9) mulai memengaruhi kebijakan.
Bickman, et al (1989) memakai jenis-jenis indikator untuk mengukur profil
partisipasi masyarakat yang berfokus pada proses ketimbang kegiatan. Profil partisipasi
masyarakat diukur oleh 5 (lima) aspek yaitu: (1) mengidentifikssi kebutuhan, (2)
kepemimpinan, (3) organisasi, (4) pengelolaan, dan (5) menggerakan sumber daya. Setiap
aspek diberi jenjang 1 sampai 5, di mana 1 melambangkan partispasi masyarakat yang
minimum dan 5 yang maksimum. Metodologi ini dikembangkan untuk program kesehatan
di Nepal. Indikator-indikator tersebut bersifat deskriptif dan dirancang sebagai sebuah alat
untuk pembangunan ketimbang sebuah metodologi untuk evaluasi final.
K. Indikator Pemberdayaan Masyarakat
Untuk mengukur keberhasilan pemberdayaan diperlukan adanya indikator yaitu
membandingkan kriteria normatif dengan realita. Indikator keberdayaan menurut
Mardikanto (2009) adalah : (1) jumlah warga yang secara nyata tertarik untuk hadir dalam
tiap kegiatan yang dilaksanakan, (2) frekuensi kehadiran tiap-tiap warga pada pelaksanaan
tiap jenis kegiatan, (3) tingkat kemudahan penyelenggaraan program untuk memperoleh
pertimbangan atau persetujuan warga atas ise baru yang dikemukakan, (4) jumlah dan
jenis ide yang dikemukakan oleh masyarakat yang ditujukan untuk kelancaran pelaksanaan
program, (5) jumlah dana yang dapat digali dari masyarakat untuk menunjang pelaksanaan
kegiatan, (6) intensitas kegiatan petugas dalam pengendalian masalah, (7) meningkatnya
kapasitas skala partisipasi masyarakat, (8) berkurangnya masyarakat yang menderita, (9)
meningkatnya kepedulian dan respon terhadap perlunya peningkatan mutu hidup, (10)
meningkatnya kemandirian masyarakat.
Adapun indikator program pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan meliputi:
indikator input (masukan), proses, output (keluaran), dan outcome (dampak). Indikator
24
masukan terdiri atas: (a) sumber daya manusia, (b) besarnya dana, dan (c) bahan alat
material lain. Indikator proses terdiri atas: (a) jumlah penyuluhan kesehatan, (b) frekuensi
dan jenis pelatihan, (c) jumlah tokoh masyarakat yang ikut serta, (d) pertemuan
masyarakat. Indikator keluaran terdiri atas: (a) jumlah dan jenis upaya kesehatan, (b)
jumlah orang yang meningkat perilaku kesehatan, (c) jumlah anggota keluarga yang
meningkat pendapatan keluarganya, dan (d) fasilitas umum meningkat. Sedangkan
indikator dampak terdiri atas: (a) menurunnya angka kesakitan, (b) menurunnya angka
kematian, (c) menurunnya angka kelahiran, dan (d) meningkatnya status gizi (Departemen
Kesehatan, 2010).
Sementara itu indikator pemberdayaan menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah (2011) meliputi: (1) masyarakat mampu mengidentifikasi kebutuhan
permasalahan, (2) masyarakat mampu menentukan prioritas kebutuhan permasalahan, (3)
masyarakat mengetahui sumber daya yang dimiliki, (4) Semakin banyak pemimpin/kader
local yang muncul, (5) masyarakat makin mandiri, (5) masyarakat mampu menyelesaikan
permasalahan sendiri, dan (6) swadaya masyarakat semakin kuat.
L. Peran Mahasiswa KKN Tematik PosdayaUNS sebagai Fasilitator
Mahasiswa KKN Tematik PosdayaUNS seyogyanya dapat berperan sebagai
fasilitator/pendamping/pemandu (community worker). Menurut Mayo (1994 citAdi, 2001)
ada beberapa keterampilan dasar yang sebaiknya dikuasai oleh community worker.
Keterampilan-keterampilan tersebut adalah keterampilan menjalin relasi (engagement
skill), keterampilan dalam melakukan penilaian (assessment), termasuk penilaian
kebutuhan, keterampilan melakukan riset atau investigasi, keterampilan melakukan
advokasi, bekerja dalam dinamika kelompok, keterampilan bernegosiasi, keterampilan
berkomunikasi, keterampilan dalam melakukan konsultasi, keterampilan manajemen,
termasuk manajemen waktu dan dana, keterampilan mencari sumber dana, termasuk pula
pembuatan permohonan bantuan, keterampilan dalam penulisan laporan dan pencatatan
kasus, serta keterampilan dalam melakukan pemantauan dan evaluasi.
Dari berbagai keterampilan di atas, Mayo (1994) menginventarisasi beberapa tugas
fasilitor sebagai berikut: (1) menjalin kontak dengan individu, kelompok, ataupun
25
organisasi, (2) mengembangkan profil komunitas, menilai (assess) kebutuhan dan sumber
daya masyarakat, (3) mengembangkan analisis strategis, merencanakan sasaran, tujuan
jangka pendek, dan tujuan jangka panjang, (4) memfasilitasi kemapanan kelompok-
kelompok sasaran, (5) bekerja secara produktif dalam mengatasi konflik, baik konflik
antar kelompok ataupun antar organisasi, (6) melakukan kolaborasi dan negosiasi dengan
berbagai lembaga dan profesi, (7) menghubungkan isu yang ada secara efektif dengan
pembuatan keputusan dan implementasinya, termasuk menjalin relasi dengan politisi di
tingkat lokal, (8) berkomunikasi baik dalam bentuk lisan maupun tulisan dengan berbagai
individu, kelompok, dan organisasi, (9) bekerja bersama individu dalam komunitas,
termasuk melakukan konsultasi bila diperlukan, (10) mengelola sumber daya yang ada,
termasuk waktu dan dana, (11) mendukung kelompok dan organisasi guna mencapai
sumber daya yang dibutuhkan, misalnya dalam hal memenuhi kebutuhan akan dana
dilakukan dengan membuat proposal permohonan dana, (12) memantau dan mengevaluasi
perkembangan program atau kegiatan, terutama dalam pemanfaatan sumber daya yang ada
secara efektif dan efisien, (13) menarik diri dari kelompok yang sudah berkembang,
dan/atau memfasilitasi proses perpisahan yang efektif, serta (14) mengembangkan,
memantau dan mengevaluasi strategi yang serupa.
Karakteristik yang sebaiknya dimiliki seseorang yang bergerak dalam
pemberdayaan masyarakat menurut Hasanuddin (2010) adalah: (1) kemampuan
berkomunikasi; (2) kemampuan dalam mengidentifikasi dan menilai kebutuhan sasaran
pemberdayaan masyarakat; (3) kemampuan membuat perencanaan dan evaluasi program
pemberdayaan masyarakat; (4) kemampuan dalam mengambil keputusan; (5) kemampuan
berempati; (6) kemampuan dalam menjalankan peran sesuai dengan keadaan sasaran
pemberdayaan masyarakat; (7) kemampuan dalam menjalin hubungan; (8) memahami
proses pemberdayaan masyarakat yang sedang dilakukan; (9) kemampuan memahami
struktur sosial budaya sasaran pemberdayaan masyarakat; (1) memahami filosofi dan
prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat.
Sedang peranan fasilitator dalam pemberdayaan masyarakat adalah: (1) Katalis
yaitu mendorong timbulnya perasaan tidak puas di masyarakat mengenai hasil
pembangunan yang sudah ada; (2) Penemu solusi yaitu memberikan kejelasan gagasan
26
pembangunan yang diajukan kepada sasaran perubahan; (3) Pendamping yaitu
mendampingi dalam proses menentukan solusi permasalahan aplikasi inovasi
pembangunan. Sebagai Pendamping: berperan untuk (a) membantu khalayak sasaran
pemberdayaan masyarakat dalam mengenali dan mendefinisikan kebutuhan mereka; (b)
membantu khalayak sasaran pemberdayaan masyarakat dalam mendiagnosa masalah dan
menetapkan tujuan perubahan yang ingin dicapai; (c) membantu khalayak sasaran
pemberdayaan masyarakat dalam memperoleh sumber-sumber informasi, sarana, dan
prasarana pemberdayaan masyarakat yang diperlukan; (d) membantu khalayak sasaran
pemberdayaan masyarakat dalam memilih dan mengkreasi suatu solusi permasalahan yang
disesuaikan dengan kondisi khalayak yang bersangkutan; (e) membantu khalayak sasaran
pemberdayaan masyarakat dalam memodifikasi dan menempatkan solusi-solusi; (f)
membantu khalayak sasaran pemberdayaan masyarakat dalam mengevaluasi kemanfaatan
suatu solusi dalam memenuhi kebutuhan mereka dan mengantisipasi permasalahan yang
mungkin akan timbul pada masa yang akan datang (4) Perantara yaitu mempersatukan
antara dua kepentingan (pembuat kebijakan dan sasaran pembangunan) dengan membuat
keputusan terbaik dalam menggunakan sumberdaya yang tersedia di dalam dan di luar
sistem kehidupan khalayak sasaran pembangunan); (5) Motivator yaitu memberikan
dorongan; dan (6) Memfasilitasi proses pemberdayaan masyarakat (Hasanuddin, 2010).
27
BAB III
METODE DAN TEKNIK ANALISIS SOSIAL
A. Tahap kegiatan KKN Tematik Posdaya UNS
KKN Tematik Posdaya UNS bersifat kolektif yang pelaksanaannya dilaksanakan
secara berkelompok. Proses persiapan sampai evaluasi kegiatan dilaksanakan
sebagai:
1. Pra KKN Tematik Posdaya UNS
a. Menyusun Pola Dasar KKN Tematik Posdaya UNS sesuai dengan Pola Induk
Pengembangan UNS Surakarta;
b. Menentukan darak lokasi KKN Tematik Posdaya UNS;
c. Melakukan pendekatan dan konsolidasi kepada berbagai pihak baik internal
maupun eksternal kampus, sekaligus mengajukan izin kegiatan KKN Tematik
Posdaya kepada Bupati/Walikota lokasi KKN Tematik Posdaya UNS;
d. Melakukan rapat koordinasi antara Damandiri dan UP KKN LPPM UNS;
e. Melakukan observasi ke daerah lokasi KKN Tematik Posdaya UNS sebagai
studi kelayakan oleh Dosen Pendamping Posdaya (DPP) dan Dosen
Pembimbing Lapangan (DPL);
f. Menyusun Buku Modul KKN Tematik Posdaya UNS.
2. Capacity building bagi Dosen Pendamping Posdaya (DPP)dan Dosen
Pendamping Lapangan (DPL)
Bertujuan untuk menyamakan pola pikir dan persepsi serta gerak dan
langkah diantara para DPP dan DPL dalam pelaksanaan KKN Tematik Posdaya
UNS sehingga pelaksanaannya sesuai panduan dan dapat mencapai tujuan.
3. Pembekalan bagi mahasiswa KKN Tematik Posdaya UNS
Pembekalan adalah usaha memberikan bekal metodologis dan materi dalam
rangka pemberdayaan masyarakat (community empowerment)kepada mahasiswa
calon peserta KKN Tematik Posdaya UNS. Pembekalan diharapkan mahasiswa
28
mampu memahami langkah-langkah dan posisi mereka sebagai fasilitator,
katalisator, dan dinamisator Posdaya.
a. Sistem Kelas
1) Peserta diklat dibagi ke dalam beberapa kelas, setiap kelas maksimal 40
mahasiswa;
2) Setiap kelas diampu oleh 2 orang fasilitator Dosen Pendamping Posdaya
(DPP) dan didampingi Dosen Pembimbing Lapangan (DPL).
b. Materi dan Metode
1) Model KKN Tematik Posdaya UNS;
2) Bagaimana melakukaan penilaian kebutuhan dan masalah serta pemetaan
sosial desa/kelurahan lokasi KKN Tematik Posdaya UNS dengan
mengaplikasikan modelPRECEDE/ PROCEED (Green & Kreuter, 2005).
3) Bagaimana melakukaanLokakarya penyusunan program dan pembentukan
Posdayadi lokasi KKN Tematik Posdaya UNS;
4) Bagaimana melakukan monitoring dan evaluasi secara partisipatif.
Pembekalan menggunakan metode: (1) Brainstorming, (2) ceramah, (3)
tanya jawab, (4) diskusi, (5) penugasan, dan (6) praktik lapangan.
B. Daur Program KKN Tematik Posdaya UNS : Model pembentukan dan pengembangan Posdaya berbasis penilaian kebutuhan masyarakat
Kegiatan KKN Tematik Posdaya UNS dilakukan dengan merujuk pada
Model PRECEDE/PROCEED (Green dan Kreuter, 2005) terdiri dari :
1. Identifikasi sosial (keluarga berkualitas) : Menghasilkan diagnosis sosial tentang
keluarga berkualitas dengan tolok ukur Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
meliputi pendidikan, kesehatan dan ekonomi.
2. Identifikasi masalah keluarga berkualitas : Mengidentifikasi masalah keluarga
berkualitas dibandingkan dengan capaian program Desa Siaga dan
Posyandudihubungkan dengan faktor perilaku, dan lingkungan baik mikro
maupun makro. Selanjutnya menetapkan urutan prioritas masalah keluarga
berkualitas disesuaikan dengan ketersediaan sumber daya.
29
3. Identifikasi perilaku, gaya hidup, dan lingkungan : mengidentifikasi tiga kategori
faktor-faktor yang mempunyai dampak langsung pada masalah keluarga
berkualitas:
a. Faktor pengaruh (predisposing factors) – yaitu faktor yang mempengaruhi
seseorang untuk berperilaku dalam cara tertentu atau mempengaruhi situasi
untuk terjadi, meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan, kesukaan pribadi, dan
self-efficacyyaitu persepsi kemampuan orang untuk mengontrol terhadap
perilaku yang diinginkan yang mempengaruhi motivasi perubahan perilaku.
b. Faktor pendukung (enabling factors) – yaitu faktor yang dapat menyebabkan
perilaku atau situasi terjadi, meliputi keterampilan,ketersediaanfasilitas dan
akses terhadap sumber daya atau layanan yang memfasilitasi perubahan
perilaku, Adanya hambatan yang diciptakan oleh kekutan sosial atau sistem,
seperti, aturan/hukum, kekuatan, dsb.
c. Faktor penguat (reinforcing factors) – yaitu faktor yang mengganjar atau
menghukum pelaksanaan dari suatu perubahan perilaku atau
pemeliharaannya.Seperti, dukungan sosial, modal sosial, gotong royong,
kepemimpinan, penghargaan ekonomi, dan norma sosial.
4. Identifikasi pendidikan, keterampilan dan lingkungan yang dibutuhkan : Dengan
mempertimbangkan tiga kategori faktor yang mempunyai dampak langsung,
meliputi faktor pengaruh, penguat dan pendukung perubahan perilaku.
5. Identifikasi organisasi dan manajemen, serta dukungan keuangan dan sumber-
sumber daya yang dibutuhkan: Menentukan kemampuan organisasi dan
manajemen serta dukungan sumber-sumber daya program Posdaya.
6. Implementasi : Mengimplementasikan program Posdaya meliputi kebijakan,
dukungan sumberdaya, pengorganisasian, manajemen dan komponen program
Posdaya;
7. Evaluasi : Mengevluasi setiap langkah dari keseluruhan model, meliputi evaluasi
proses (langkah 7), evaluasi hasil (langkah 8), dan evaluasi dampak (langkah 9)
program Posdaya.
30
C. Jenis Kegiatan KKN Tematik Posdaya UNS
Kegiatan KKN Tematik Posdaya UNS menitik beratkan pada :
1. Penilaian kebutuhan dan masalah serta pemetaan sosial desa/kelurahan lokasi
KKN Tematik Posdaya UNS
Pengkajian wilayah/kawasan secara partisipatif (bersama-sama masyarakat)
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Fase 5 Identifikasi kebijakan,
organisasi dan manajemen, serta sumberdaya yang
dibutuhkan
Fase 3
Identifikasi Perilaku dan Lingkungan
Fase 2
Identifikasi masalah keluarga
berkualitas
Fase 1
Identifikasi sosial
Kebijakan
Faktor Pengaruh
Perilaku dan Gaya hidup
Sumberdaya
Organisasi dan Manajemen
Faktor Penguat
PRECEDE
FASE PERENCANAAN
Fase 4
Identifikasi pendidikan,
keterampilan dan lingkungan yang
dibutuhkan
IPM Keluarga berkualitas
Komponen Pelayanan/ Program
Faktor Pendukung Lingkungan
Fase 9 Evaluasi dampak
Fase 8 Evaluasi hasil
Fase 7 Evaluasi proses
Fase 6 Implementasi
FASE EVALUASI
PROCEDE
31
a. Mahasiswa melakukan pemetaan (mapping) wilayah yaitu menggambar kondisi
wilayah (wilayah dusun, RW, RT, atau kampung) bersama-sama masyarakat.
Teknik ini dilakukan untuk memfasilitasi masyarakat dalam menggambarkan
keadaan wilayah secara umum, kemudian ditarik ke keadaan wilayah secara
khusus terkait dengan peta sosial terkait program Posdaya (topikal). Hasil yang
diperoleh adalah peta atau sketsa keadaan umum wilayah dan keadaan sosial
program Posdaya.
b. Mahasiswa membuat hubungan kelembagaan (diagram venn) untuk melihat
pola hubungan masyarakat dengan berbagai lembaga yang terdapat di wilayah.
Diagram Venn digunakan dalam diskusi untuk mengidentifikasi apa
(permasalahan wiiayah), siapa (pihak-pihak yang terlibat), mengapa (hubungan
sebab), di mana (menunjuk peran doininan), bagaimana (bentuk dan pola peran
yang dimainkan).
c. Mahasiswa membuat bagan perubahan dan kecenderurungan (trend and change)
untuk mengenali perubahan dan kecenderungan berbagai keadaan, kejadian
serta kegiatan masyarakat dari waktu ke waktu.
d. Mahasiswa membuat matrix ranking (bagan peringkat) yang berisikan urutan,
posisi, kedudukan, dan penggolongan. Data ini dipergunakan untuk urutan
prioritas, pilihan masyarakat yang paling memungkinkan untuk dicarikan solusi
dan perhatian.
2. Perencanaan Kebutuhan Program Posdaya
Setelah melakukan kegiatan penilaian kebutuhan dan masalah serta pemetaan
sosial desa/kelurahan dengan cermat dan detil, langkah berikutnya adalah
menyusun atau membuat perencanaan program Posdaya secara partisipatif
(participatory planning). Perencanaan program secara partisipatif didasarkan
ternuan yang sudah dibuat dalam bentuk matrix ranking.
Perencanaan dimaksudkan sebagai sebuah proses dalam menyusun satuan
rencana kegiatan yang akan dilakukan. Tahap perencanaan (planning) diawali
dengan kajian keadaan per-dusun/RW secara partisipatif yang kemudian
32
dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiataan (aksi). Perlu diingat bahwa setiap daur
program selalu dilakukan monitoring dan evaluasi. Sedangkan planning
merupakan proses yang tidak bisa lepas dari proses sebelum dan sesudahnya.
3. Lokakarya Penyusunan Program dan Pembentukan Posdaya
Agenda acara Lokakarya adalah membangun pentingnya peran serta aktif
masyarakat dalam identifikasi dan pemecahan masalah keluarga dan masyarakat
yang dihadapi. Dengan diawali presentasi hasil penilaian kebutuhan daan
masalah serta pemetaan sosial tingkat desa/kelurahan); Pentingnya pemanfaatan
dan pendayagunaan potensi sumber daya setempat dan sarana yang ada
(Puskesmas, Poskesdes, Posyandu, Koperasi, Perbankan, dan lain-lain); dan
perlunya dibentuk Posdaya sebagai forum silaturahmi, komunikasi, advokasi dan
wadah kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu.
Adapun tujuan Lokakarya adalah :(a) Pendekatan dan silaturahmi dengan
pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan desa, kepada aparat/pamong
desa, Badan Perwakilan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Desa/Kelurahan (LPMD/LMMK), Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
(PKK)Tingkat desa/kelurahan, pemuka/tokoh masyarakat, serta calon kader
Posdaya yang akan dilatih (1 orang/RT); (b) Sosialisasi dan pentingnya
pembentukan Posdaya, serta pentingnya pemanfaatan dan pendayagunaan potensi
sumber daya setempat dan sarana yang ada; (c) Penyamaan persepsi dan pola
pikir aparat pemerintahan desa/kelurahan dan tokoh masyarakat desa/kelurahan
terhadap permasalahan dan pemecahan masalah dengan potensi yang ada dan
bergotong royong secara swadaya untuk membentuk dan mengembangkan
Posdaya; (d) Penyusunan rencana program dan kegiatan Posdaya, serta
pembentukan kepengurusan Posdaya; (e) Terbentuknya Posdaya dan
kepengurusannya tingkat dusun dan desa/kelurahan yang solid, kompeten, dan
berkemampuan yang disetujui dan didukung oleh seluruh unsur desa; dan (f)
Disetujui dan dikukuhkannya calon kader dari masing-masing RT yang akan
dilatih.
33
4. Pelaksanaan dan Pemantauan (Action dan Monitoring)
Antara pelaksanaan kegiatan dan monitoring merupakan satu rangkaian utuh
yang tidak terpisahkan. Setiap kegiatan harus ada pemantauan secara terus
menerus untuk melihat apakah kegiatan itu terarah sebagaimana tujuan yang
ditetapkan. Monitoring ini dilakukan untuk melihat proses kegiatan itu dilakukan,
keluaran berdasarkan input yang ada.
Kegiatan penting pada tahap ini adalah: (a) mengadakan sosialisasi program
Posdaya, (b) melakukan persiapan pembentukan Posdaaya di lokasi kegiatan dan
dilakukan terus menerus, (c) melakukan advokasi, (d) melakukan kunjungan ke
lokasi, dan (e) mengadakan pertemuan rutin.
5. Evaluasi dan Refleksi
Langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan pencatatan
sistematis dan analisis berkala bersama-sama dengan masyarakat terhadap
informasi yang telah dipilih selama program berlangsung, sehingga penyesuaian
dapat dilakukan jika diperlukan. Refleksi dan evaluasi yang dilakukan adalah
penilaian terhadap relevansi, penampilan, efisiensi, dan dampak program Posdaya
dalam konteks yang sudah ditetapkan bersama.
6. Pendidikan dan Pelatihan Kader Posdaya (tindak lanjut).
D. Target Luaran KKN Tematik Posdaya UNS
Adapun luaran KKN Tematik Posdaya UNS yang diharapkan adalah :
1. Terbentuknya Posdaya di desa/kelurahan lokasi KKN Tematik Posdaya UNS;
2. Terselengaraanya kegiatan pendampingan dan penguatan Posdaya (Program
Pendidikan, Kesehatan-KB, Wirausaha/Ekonomi, Lingkungan Hidup, serta
Keagamaan dan Budaya).
34
E. Evaluasi KKN Tematik Posdaya UNS
Mahasiswa peserta KKN Tematik Posdaya UNS setelah menyelesaikan
kegiatan di lokasi, masih ada kegiatan wajib yang harus diikuti, yaitu :
1. Membuat Laporan
Laporan KKN Tematik Posdaya UNS, minimal memuat hal-hal berikut :
a. Garnbaran umum wilayah yang meliputi: Peta wilayah baik fisik maupun non-
fisik dan keadaan masyarakat setempat terkait program Posdaya.
b. Alur kegiatan (Awal dan Akhir).
c. Bentuk-bentuk kegiatan dan proses kegiatan dijalankan.
d. Tanggapan masyarakat.
e. Hasil yang dicapai.
f. Dampak perubahan yang terjadi.
g. Rencana tindak lanjut.
h. Refleksi (Hikmah).
i. Lampiran (gambaran/sketsa, foto, dsb).
j. Catatan Lapangan.
2. Presentasi Hasil Laporan
Presentasi hasil laporan KKN Tematik Posdaya UNS dilakukan secara
individual di depan tim penilai yang terdiri atas: Dosen Pembimbing Lapangan
(DPL) dan Dosen Pendamping Posdaya (DPP). Laporan KKN Tematik Posdaya
UNS yang tidak memenuhi syarat harus dilakukan revisi oleh peserta KKN
Tematik Posdaya UNS dengan batas waktu yang ditentukan oleh kedua belah
pihak, baik tim penguji maupun peserta. Apabila batas waktu yang disepakati,
peserta tidak sanggup menyelesaikan laporan, maka peserta tersebut dinyatakan
tidak lulus dan harus mengulangi kegiatan KKN Tematik Posdaya UNS pada
angkatan berikutnya.
3. Penilaian KKN Tematik Posdaya UNS
Komponen penilaian meliputi hal-hal sebagai berikut :
35
a. Pembekalan mahasiswa KKN meliputi: (1) partisipasi, (2) kedisiplinan, dan (3)
penguasaan materi;
b. Penilaian dari Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) meliputi: (1) kedisiplinan,
(2) pelaksanaan program, (3) penyesuaian diri dengan rnasyarakat, dan (4)
presentasi hasil dan laporan tertulis Kuliah kerja;
c. Penilaian dari Dosen Pendamping Posdaya (DPP) meliputi: (1) kedisiplinan,
(2) pelaksanaan program, (3) penyesuaian diri dengan masyarakat, dan (4)
presentasi hasil dan laporan tertulis KKN Tematik Posdaya UNS.
DAFTAR PUSTAKA
Adi. 2001. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis). Jakarta. Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Adiyoso. 2009. Menggugat Perencanaan Partisipatif Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Surabaya. ITS Press Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Baqui, Rosecrans, Emma, Williams, at, al.,NGO Facilitation of a Government Community-Based Maternal and Neonatal Health Programme in Rural India: Improvements In Equity. Diunduh 1 Januari 2011.
Barber and Gertler. Empowering Women to Obtain High Quality Care: Evidence From an Evaluation of Mexico’s Conditional Cash Transfer Programme. Diunduh 1 Januari 2011.
Boehm and Staples. The Functions of the Social Worker in Empowering: The Voices of Consumers and Professionals. Social Work/Volume 47. Number 4/Oktober 2002. Diakses Maret 2010.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta.
_____________________. 2002. Paradigma Sehat Menuju Indonesia Sehat, Jakarta.
_____________________. 1980. Pendekatan Edukatif Suatu Alternatif Pendekatan Dalam Membangun Masyarakat. Jakarta.
_____________________. 1985. Pedoman Pelaksanaan Keterpaduan Keluarga Berencana-Kesehatan untuk Dati II dan Kecamatan, Bagian Kedua Pedoman Penyuluhan Terpadu Keluarga Berencana-Kesehatan di Tingkat Kecamatan. Jakarta.
36
_____________________. 1985. Pedoman Pelatihan Penyusunan Rencana Kegiatan (POA) Keterpaduan KB-Kesehatan. Jakarta.
_____________________. 1985. Pedoman Kegiatan Kader di Pos Pelayanan Terpadu KB-Kesehatan, Jakarta.
_____________________. Seri PSM Nomor 2. 1987. Pedoman Kegiatan Kader Di luar Jadwal Pos Pelayanan Terpadu. Jakarta.
_____________________. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. 1987. Penerapan Pemasaran Sosial dalam Kegiatan Promosi Posyandu. Jakarta.
_____________________. 1989. Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas (Microplanning) Untuk Pelatihan Teknis Fungsional Dokter Puskesmas. Jakarta.
_____________________. 1995. ARRIF Pedoman Manajemen Peran Serta Masyarakat. Jakarta.
_____________________. Direktorat Bina Kesehatan Keluarga Ditjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1997. Kebijakan Nasional Dalam Gerakan Sayang Ibu, Jakarta.
_____________________. Balai Pelatihan Kesehatan Salaman Magelang. 2001. Modul Konsep dan Delapan Elemen PHC. Magelang.
_____________________. dan Kesejahteraan Sosial Direktorat Promosi Kesehatan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. 2000. Buku Strategi Promosi Kesehatan Di Indonesia. Jakarta.
_____________________. 2000. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/ Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas. Jakarta.
_____________________. Bekerjasama dengan United Nations Population Fund 2002. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) Kesehatan Reproduksi untuk Petugas Kesehatan di Tingkat Pelayanana Dasar. Jakarta. UNFA.
_____________________. 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 serta Pedoman Penetapan Indikator Propinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta.
_____________________. 2006. Pedoman Pengembangan Desa Siaga. Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 564/Menkes/VIII/2006. Jakarta.
_____________________. 2007. Paket Pelatihan Kader Kesehatan Dan Tokoh Masyarakatdalam Pengembangan Desa Siaga (Untuk Peserta). Jakarta.
_____________________. 2007. Buku Pegangan Kader Kesehatan dan Tokoh Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Siaga.Jakarta.
_____________________ Bekerjasama dengan United Nations Population Fund 2003. Pedoman Operasional Pelayanan Kesehatan Reproduksi di Puskesmas. Jakarta. UNFA
37
_____________________Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. 2009. Pedoman Pengembangan Model Operasional Desa Siaga. Jakarta.
Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Tingkat Jawa Barat. 1987. Buku Pedoman Promosi Posyandu untuk LKMD. Bandung.
Departemen Dalam Negeri RI. 2007. Paket Informasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Generasi Sehat dan Cerdas. Jakarta.
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. 2001. Pola Pengambangan Pelayanan Kesehatan Berbasis Masyarakat, Bandung.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2011. Standarisasi Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah. Semarang.
Ewles-Simnett. 1994. Promoting Health, A Practical Guide. Second Edition. Terjemahan Ova Emilia: Promosi Kesehatan, Petunjuk Praktis. Cetakan Pertama. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Eko 2010. Pembangunan Politik, Pemberdayaan Politik dan Transformasi Politik, diakses Tanggal 18 Maret 2010, http://www.ireyogya.org/sutoro/pemberdayaan_dan_transformasi_politik.pdf.
Fakih. 2009. Runtuhnya Teori Pembangunan Dan Globalisasi. Cetakan Pertama. INSIST Press.Yogyakarta.
Foster dan Anderson. 1986. Antropologi Kesehatan. Cetakan Pertama. Penerbit Univeersitas Indonesia.Jakarta.
Fleming, ML & Parker, E. 2007. Health Promotion: Principles and practice in the Australian Context. 3rd Edition. Ligare Book Printer. Sydney.
Geno. 2009. Faktor Sukses Menuju Desa Siaga, Diakses Tanggal 3 Maret 2010.
Hasanuddin, Tubagus. 2010. Dasar-Dasar Penyuluhan Pembangunan. Program studi Penyuluhan Pembangunan Program pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Hikmat. 2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung. Penerbit Humaniora Utama.
Ife dan Tesoriero. 2008. Community Development: Community-Based Alternatives in on Age of Globalisation (Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi). Pustaka Pelajar.Yogyakarta.
Krianto. 2006. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Promosi Kesehatan, dalam Notoatmodjo, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Karsidi. 2005. Sosilogi Pendidikan. Cetakan I. Lembaga Pengembangan Pendidikan dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press). Surakarta.
38
Laverack & Labonte. 2000. A planning framework for community empowerment goals within health promotion. Oxford University Press. Diakses 12 Juli 2010.
Mardikanto. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Cetakan Pertama. Surakarta. UNS Press.
_________.2010. Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat Acuan Bagi Aparat Birokrasi, Akademisi, Praktisi, dan Peminat/Pemerhati Pemberdayaan Masyarakat. Cetakan I. Fakultas Pertanian UNS Dengan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press).Surakarta.
_________. 2010a. Model-Model Pemberdayaan Masyarakat. Cetakan I. Surakarta. Fakultas Pertanian UNS Dengan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press).
Mantra. 1979. Pendekatan Edukatif dalam PKMD. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Maldonado. 2002. Building Partnership with the Community: Lessons from the Camden Health Improvement Learning Collaborative.Journal of Health Care Management 45: 3 May/June 2002. Diakses 12 Juli 2010.
Martin. 2006. A real-a real community: The empowerment and full particiraption of people with an intectual disability in teir community.Journal of Intelectual & Developmental Disability, Juni 2006; 31 (2): 125-127. Dinduh. Nopember 2020.
Notoatmodjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Cetakan Pertama. PT. Rineka Cipta.Jakarta.
Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009.
People and Quinney A. Theory and Practice of Community Development a Case Study From The United Kingdom.Journal of the Community Development Society Vol. 33. No. 1 2002. Diakses februari 2010.
Postma. 2007. Elucidating empowerment in El Proyecto Bienertar (the Well-Being Project), JAN original Research. Diakses 12 Juli 2010.
Rogers. 1999. Diffusion of Innovations. Third Edition. The Free Press. Collier Macmillan Publishers.London.
Susilo. Wajah Muram MDGs di Indonesia. Kompas, 4 Agustus 2010.
Suhendra. 2006. Peranan Birokrasi dalam Pemberdayaan Masyarakat. Cetakan kesatu. Alfabeta.Bandung.
Suharto. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Cetakan Pertama. PT Refika Aditama.Bandung.
Sulaeman. 2009. Manajemen Kesehatan, Teori dan Praktek di Puskesmas, Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
39
Slamet. 2004. Kesehatan Lingkungan. Cetakan keenam. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Shrestha. 2003. A Conseptual Model for Empowerment of the Female Community Health Volunteers in Nepal. Education for Health. Vol. 16, November 2003, 318-327. Diakses 12 Juli 2010.
Talcot, L & Verrinder, G. 2005. Promoting Health The Primary Health Care Approach. 3rd edition. Elsevier. Australia.
Topatimasang dkk (Tim Penyusun & Penyunting). 2005. Sehat Itu Hak Panduan Advokasi Masalah Kesehatan Masyarakat. Cetakan Kedua. Koalisi untuk Indonesia sehat. INSIST. Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan. FKM UI. Jakarta
United Nations Population Fund. 2005. Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia. Jakarta: UNFA.
Usman. 2006. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Cetakan IV. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.
Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Varkey, Kureshi, Lesnick. 2010. Empowerment of Women and Its Association with the Health of the Community, Journal of Women’s Health, Volume 19, Number 1, 2010. Diakses 12 Juli 2010.
Wrihatnolo dan Dwidjowijoto. 2007. Manajemen Pemberdayaan Sebuah Pengantar Panduan Untuk Pemberdayaan Masyarakat. PT Elex Media Komputindo.Jakarta.
World Health Organization. 2008. Primary Health Care Now More Than Ever. The World Health Report .
______________________GenevaUNDP-World Bank Waterand Sanitation Program. 2000. ParticipatoryHygiene andSanitationTransformationA new approach toworking with communities. WHO/EOS/96.11 Original: English. Diakses 30 Oktober 2010.
______________________, Social Mobilization and Training Unit (SMT) Departement of Control-Prevention-Eradication (CPE), Communicable Disease Programme (CDS). 2002. Mobilization for Action. Communication-for-Behavioural-Impact (COMBI). Diakses 1 November 2010.
Zubaedi. 2007. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pesantren, Konstribusi Fiqh Sosial Kiai Sahal Mahfudh dalam Perubahan Nilai-nilai Pesantren. Cetakan Pertama. Pustaka pelajar.Yogyakarta.
41
LAMPIRAN 1 :
Contoh Format Laporan KKN Tematik Posdaya
PANDUAN FORMAT LAPORAN AKHIR KULIAH KERJA NYATA TEMATIK POSDAYA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
DISUSUN OLEH:
TIM UPKKN UNS DAN DAMANDIRI UNS
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIT PENGELOLA KULIAH KERJA NYATA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2014
42
Format Laporan Akhir Mahasiswa KKN Tematik Posdaya
Halaman Pengesahan Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Lampiran BAB I. PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum Lokasi KKN B. Maksud dan Tujuan Laporan C. Program Pembangunan Yang Telah Ada Di Lokasi D. Metode dan Sistematika Pembahasan
BAB II. BIDANG PERMASALAHAN DI LOKASI A. Bidang Kesehatan dan Keluarga Berencana, Pendidikan, Kewirausahaan dan
Industri Rumah Tangga, Pengembangan Lingkungan, serta Keagamaan dan Budaya. B. Prasarana dan Sarana C. Produksi D. Administrasi dan Pemerintahan Desa
BAB III. REALISASI KEGIATAN MAHASISWA KKN A. Kegiatan Mandiri (Kegiatan masing-masing individu)
1. Bidang Kegiatan yang dipilih 2. Maksud, Tujuan dan Sasaran yang ingin Dicapai 3. Hasil yang Dicapai dan Tindak Lanjut 4. Faktor Pendukung dan Penghambat
B. Kegiatan Kelompok 1. Bidang-Bidang Kegiatan 2. Hasil yang Dicapai dan Tindak Lanjut 3. Partisipasi Masyarakat dan Peran serta Pemda/Dinas/ Instansi 4. Kegiatan Yang Belum Terlaksana
BAB IV. PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-Saran
LAMPIRAN 1. Jadwal Kegiatan/ Program Kerja/ Matrik Jadwal Kegiatan 2. Peta Desa Lokasi KKNTematik Posdaya 3. Rekapitulasi Biaya Pelaksanaan Kegiatan 4. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa 5. Piagam Penghargaan (jika ada) 6. Dokumentasi kegiatan
43
Penjelasan Format Penulisan Laporan Akhir
• Pada Bab Pendahuluan, yang perlu ditekankan mengenai keadaan umum lokasi KKNTematik Posdaya, seperti: letak demografis dan luas wilayah desa KKNTematik Posdaya, jumlah/kepadatan penduduk, mata pencaharian, tingkat pendidikan, kondisi pertanian, keadaan tanah, persawahan, perkebunan, perikanan, batas wilayah desa, topografi, ketinggian dari permukaan laut, curah hujan rata-rata pertahun dan lain-lain yang dianggap perlu untuk dipaparkan dalam deskripsi wilayah lokasi KKN Tematik Posdaya. Serta gambaran khusus terkait program Posdaya, khusunya bidang kesehatan dan keluarga berencana, pendidikan, kewirausahaan dan industri rumah tangga, pengembangan lingkungan, serta keagamaan dan budaya. Data kondisi wilayah KKN Tematik Posdayadapat diperolah dari data statistik, data monograf desa/kelurahan, data Profil Kesehatan Puskesmas, Pos Kesehatan Desa, Posyandu, sera data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan tokoh-tokoh desa, serta sumber buku potensi desa yang diisi oleh mahasiswa KKN Tematik Posdayaselama masa observasi.
• Maksud dan tujuan penulisan laporan berisi informasi mengenai tujuan dari kegiatan KKNTematik Posdaya, baik untuk mahasiswa KKNTematik Posdaya, Unit Pengelola KKN UNS, Kepala Desa beserta perangkat desa dan untuk Pemerintah Kecamatan, Kabupaten, Dinas/Instansi terkait serta pihak-pihak lain yang berpartisipasi dalam pelaksanaan KKNTematik Posdaya.Termasuk tujuan model PRECEDE PROCEED yang dipakai (Cukup 4-5 Halaman).
• Pada sub bab program pembangunan desa yang telah ada perlu diuraikan tentang sejarah desa, asal usul nama desa, tokoh-tokoh desa, dan potensi wilayah termasuk pariwisata baik spiritual maupun nonspiritual yang dapat dikembangkan. Perlu diuraikan pula program pembangunan desa yang telah disusun perangkat desa baik perencanaan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek.
• Bab II. PENILAIAN KEBUTUHAN DAN MASALAH SERTA PEMETAAN SOSIAL (SOCIAL ASSESSMENT}: KAJIAN KEADAAN DESA/ KELURAHAN SECARA PARTISIPATIF : Berisikan informasi hasil kajian setiap langkah model PRECEDE/PROCEED untuk penilaian kebutuhan dan masalah serta pemetaan sosial yang dilaporkan dengan cara sebagai berikut : • Langkah 1 : Identifikasi sosial (keluarga berkualitas) : Menghasilkan diagnosis
sosial tentang keluarga berkualitas dengan tolok ukur IPM (Pendidikan, Kesehatan dan Ekonmi).
• Langkah 2 : Identifikasi masalah keluarga berkualitas : Mengidentifikasi masalah keluarga berkualitas dibandingkan dengan capaian program Desa Siaga dan Posyandu (Lampiran 7 : Data Bidang Kesehatan – Keluarga Berencana) dihubungkan dengan faktor perilaku dan lingkungan. Selanjutnya menetapkan
44
urutan prioritas masalah keluarga berkualitas disesuaikan dengan ketersediaan sumber daya.
• Langkah 3 : Identifikasi perilaku, gaya hidup, dan lingkungan : mengidentifikasi tiga kategori faktor-faktor yang mempunyai dampak langsung pada masalah keluarga berkualitas: Faktor pengaruh (predisposing factors), pendukung (enabling factors), dan penguat (reinforcing factors).
• Langkah 3 : Identifikasi pendidikan, keterampilan dan lingkungan yang dibutuhkan : Dengan mempertimbangkan tiga kategori faktor yang mempunyai dampak langsung.
• Langkah 4 : Identifikasi kebijakan, organisasi dan manajemen, serta dukungan sumber-sumber daya termasuk keuangan yang dibutuhkan.
• Langkah 5 : Implementasi : Mengimplementasikan program Posdaya meliputi kebijakan, pengorganisasian, manajemen dan dukungan sumberdaya, serta komponen program Posdaya;
• Langkah 6 Evaluasi : Mengevluasi setiap langkah dari keseluruhan model, meliputi evaluasi proses (langkah 7), evaluasi hasil (langkah 8), dan evaluasi dampak (langkah 9) program Posdaya.
• Bab III menguraikan tentang pelaksanaan KKN Tematik Posdayayang mencakup kegiatan mandiri dan kegiatan kelompok (termasuk didalamnya kegiatan utama, penunjang, pendukung, dan tambahan). Kegiatan mandiri harus mencerminkan disiplin ilmu yang bersangkutan atau keterampilan khusus yang dimiliki peserta KKN Tematik Posdaya. Kegiatan mandiri disusun oleh oleh masing-masing anggota kelompok.Berisikan informasi hasil setiap bidang untuk analisis masalah dan tujuan serta rencana kerja (Matrik Rangking, Matrik Penyelesaian Masalah, Analisis Pohon Masalah, Analisis Pohon Tujuan dan Matrik Rencana Kerja).
• Bab III juga menguraikan maksud dan tujuan kegiatan, manfaat dan sasaran, partisipasi masyarakat dan Pemda, Dinas/Instansi, peserta kegiatan (baik warga desa maupun mahasiswa KKN Tematik Posdaya). Selain itu dalam Bab III juga menguraikan faktor pendukung dan penghambat, hasil yang dicapai, rekapitulasi biaya dan rencana tindak lanjut.
• Bab IV membahas mengenai kesimpulan dari hasil kegiatan KKN Tematik Posdayayang dilaksanakan. Kesimpulan berupa uraian singkat dari uraian bab ke bab, namun tidak tertutup kemungkinan bila ada hal-hal lain yang dapat disimpulkan asalkan berkaitan dengan pelaksanaan KKN Tematik Posdaya. Pada bagian saran menguraikan rekomendasi demi peningkatan dan kesempurnaan lebih lanjut, terutama dalam rangka pelaksanaan pembangunan desa. Saran dapat ditujukan kepada Kepala Desa yang bersangkutan serta segenap warga desa, Pemda setempat (baik Camat, Bupati,Dinas, Instansi yang berkaitan termasuk Unit Pengelola KKN UNS dan Damandiri UNS).
• Laporan diketik dengan format: Times New Roman; Font size 12, dengan 1,5 spasi
45
• Sebelum dikumpulkan, laporan harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) untuk mendapat bimbingan, arahan, revisi, serta perbaikan-perbaikan. Apabila telah mendapatkan persetujuan dan pengesahan dari DPL, laporan dapat dijilid dan dikumpulkan ke Kantor Damandiri UNS atau melalui Dosen Pembimbing Lapangan (DPL).
• Nilai akhir mahasiswa disampaikan oleh UPKKN kepada pihak Fakultas sebagai laporan.
LAMPIRAN :
� FOTO-FOTO KEGIATAN (sebaiknya masuk di dalam keterangan pada masing-
masing kegiatan)
� FIELD NOTE PESERTA KKN Tematik Posdaya PER HARI PER ORANG
SELAMA PROSES KKN Tematik Posdaya (Lampiran Wajib)
46
Format Halaman Cover (Warna Biru UNS)
LAPORAN PELAKSANAAN KULIAH KERJA NYATA TEMATIK POSDYA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
(PERIODE ……………….TAHUN 2014)
DESA : …………… KELURAHAN : …………… KECAMATAN : …………… KABUPATEN : ……………
DISUSUN OLEH:
NAMA
……………………… ……………………… ……………………… ……………………… ……………………… ……………………… …………….………... …………….………...
NIM
……………………… ……………………… ……………………… ……………………… ……………………… ……………………… …………….………... …………….………...
FAKULTAS/ JURUSAN ……………………… ……………………… ……………………… ……………………… ……………………… ……………………… …………….………... …………….………...
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIT PENGELOLA KULIAH KERJA NYATA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2014
47
Contoh: Lembaran Pengesahan Tema/ Judul : ___________________________________________
_________________________________
Oleh:
NAMA
……………………… ……………………… ……………………… ……………………… ……………………… ……………………… …………….………... …………….………...
NIM
……………………… ……………………… ……………………… ……………………… ……………………… ……………………… ……………………… ………………………
FAKULTAS/ JURUSAN ……………………… ……………………… ……………………… ……………………… ……………………… ……………………… ……………………… ………………………
Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing Lapangan KKN Tematik Posdaya,
( Nama Terang ) NIP……………………………..
Mengetahui:
Kepala Desa, Kepala UPKKN LPPM Desa : Universitas Sebelas Maret Kecamatan :
(Nama Terang ) Dr.Sc. Agr. Rahayu, SP.,MP. NIP. 197505292003121001
49
LAMPIRAN 2 :
EVALUASI KINERJA MAHASISWA KKNTEMATIK POSDAYA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FORMULIR EVALUASI DOSEN PEMBIMBING LAPANGAN
KABUPATEN/KOTA: ………………………… DESA : …………………………
KECAMATAN : ………………………… DUSUN : …………………………
KELURAHAN : ………………………… PERIODE/TAHUN : …………………………
NO
NAMA NIM NILAI NILAI
Pb KD* Kegiatan
Utama
Kegiatan
Penunjang
Kegiatan
Masyarakat
LAP TOTAL HURUF
A B C
Bobot Nilai (poin) maksimum 10 20 30 20 10 10 100
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
KETERANGAN:
*) 50% nilai diambil dari nilai yang diberikan oleh Kepala Desa
A : lebih dari 85 Pb : Pembekalan
B+ : 75-84 KD : Kerjasama dan Disiplin Surakarta, ………………………….
B : 65-74 Lap : Laporan
C+ : 55-64
C : 45-54
D : 35-44 ( Nama lengkap dan gelar )
E : kurang dari 34 NIP.
50
LAMPIRAN 3 :
EVALUASI KINERJA MAHASISWA KKN TEMATIK POSDAYA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FORMULIR EVALUASI KEPALA DESA
KABUPATEN/KOTA : ………………………… DESA : …………………………
KECAMATAN : …………………………DUSUN : …………………………
KELURAHAN : …………………………PERIODE/TAHUN : …………………………
NO NAMA NIM NILAI KINERJA DAN DISIPLIN *)
1 Sangat
baik
Baik Cukup Kurang
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Keterangan: Lingkari Nilai Yang Diberikan
Sangat baik : 85-100 Tanggal,
…………………………………….
Baik : 75-84
Cukup : 65-74
Kurang : 55-64
Nama Kepala Desa.
51
Lampiran 4 : Contoh Cover Catatan Lapangan
CATATAN LAPANGAN
KULIAH KERJA NYATA TEMATIK POSDAYA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
Disusun Oleh :
Nama :
NIM :
Kelompok :
Desa/Kelurahan :
Kecamatan :
Kabupaten :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
52
LAMPIRAN 5 :
Tata Cara Penulisan Laporan KKN Tematik Posdaya dalam BentukArtikel Jurnal 1. Ukuran Kuarto A4 dan jumlah halaman artikel antara I5 – 20 halaman, dengan spasi
1,5 cm dan jenis font Times New 12point.
2. Setiap kata asing yang bukan nama orang, tempat, dan lain-lain ditulis italic.
3. Artikel mencakup hal-hal berikut ini:
� Judul
� Abstrak
� Gambaran keadaan masyarakat sesuai topik/Tematik Posdaya (berisikan data-data
sekunder dan hasilsocial assessment, dilengkapidengan foto, sketsa dsb).
� Analisis masalah dan potensi masyarakat sesuai topik/Tematik Posdaya (berisikan
uraian-uraian hasil analisis masalah, kearifan lokal (lokal wisdom), dan
sumberdaya lokal (local reseourches)
� Harapan-harapan masyarakat sesuai topik/Tematik Posdaya(berisikan uraian hasil
analisis tujuan/harapan)
� Dinarnika untuk menjawab harapan/problematik (berisikan uraian mengenai
strategi, rencana kegiatan dan program yang dilaksanakan dalam melakukan
pemberdayaan masyarakat melalui Posdaya)
� Penutup : Kesimpulan dan Rekomendasi
Teknik penulisan rujukan/sitasi mengikuti aturan Harvard
53
LAMPIRAN 6 :
DATA DASAR POSDAYA
No Sasaran program Posdaya
Jumlah Tingat Desa
Jumlah di Dusun 1
…………..
Jumlah di Dusun 2
…………..
Jumlah di Dusun 3
…………..
Jumlah di Dusun 4
…………..
Jumlah di Dusun 5
………….. 1 Wanita Usia
Subur
2 Pasangan Usia Subur
3 Ibu hamil 4 Ibu
melahirkan
5 Ibumenyusui 6 Bayi (0-
ltahun)
7 Anak Balita (1-5tahun)
8 Anak-anak usia sekolah (6-15 tahun)
9 Remaja 10 Usia lanjut 11 Kelompok
pengajian
12 Taman Pendidikan Al-Qur’an
13 Industri kecil-Rumah Tangga
14 Pemanfaatan halaman pekarangan
54
LAMPIRAN 7 :
DATA BIDANG KESEHATAN – KELUARGA BERENCANA
A. INDIKATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BIDANG KESEHATAN PADA PROGRAM DESA SIAGA
Desa/Kelurahan : ………………………. Nama Kecamatan : ………………………. Kabupaten : ……………………… MASUKAN No Tolok ukur Keadaan Keterangan 1 Ada/tidaknya Forum
Masyarakat/Kesehatan Desa Ada/tidak
2 Ada/tidaknya Poskesdes dan sarana bangunannya)
Ada/tidak
3 Ada/tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat (Posyandu dll)
Ada/tidak
4 Ada/tidaknya tenaga kesehatan di Poskesdes
Ada/tidak
5 Ada/tidaknya dana untuk program pemberdayaan masyarakat
Ada/tidak
a. Desa Siaga Ada/tidak b. Posyandu Ada/tidak PROSES 1 Frekuensi pertemuan Forum
Masyarakat/Kesehatan Desa Setiap bulan
2 Berfungsi/tidaknya pelayanan kesehatan dasar di Poskesdes
Berfungsi/tidak
3 Berfungsi/tidaknya Sistem Kegawatdaruratan dan Penanggulangan Kegawatdaruratan dan Bencana
Berfungsi/tidak
4 Berfungsi/tidaknya Sistem Surveilans Berbasis Masyarakat
Berfungsi/tidak
5 Ada/tidaknya kegiatan promosi kesehatan untuk Kadarzi dan PHBS
Ada/tidak
KELUARAN (OUTPUT) 1 Cakupan pelayanan kesehatan
dasar/Poskesdes Lampirkan
2 Cakupan pelayanan UKBM (Posyandu)
Terlampir di point B
Tahun : 2014 Jumlah penduduk : …………………….
55
3 Jumlah kasus kegawat-daruratan dan KLB yang dilaporkan
4 Cakupan rumah tangga yang memperoleh penyuluhan Kadarzi dan PHBS
HASIL AKHIR ( OUTCOME) 1 Jumlah penduduk yang menderita
sakit (dalam setahun)
2 Jumlah penduduk yang menderita gangguan jiwa (dalam setahun)
3 Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia (dalam setahun)
4 Jumlah bayi (0-1 tahun) yang meninggal dunia
5 Jumlah anak balita (1-5 tahun) yang meninggal dunia
6 Jumlah balita dengan gizi buruk
CATATAN :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
56
B. INDIKATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BIDANG KESEHATAN PADA PROGRAM POSYANDU : TINGKAT KEMANDIRIAN POSYAND U
Desa/Kelurahan : …………………. Lokasi Posyandu (Dusun/RW) : ………………….
No Indikator Target Hasil Keterangan
1 Frekuensi penimbangan Setiap bulan ………
2 Rerata kader tugas 5 kader/ Posyandu
……….
3 Rerata cakupan D/S 80% …… %
4 Rerata cakupan N/S 70% …… %
4 Cakupan kumulatif KB 70% …… %
5 Cakupan kumulatif KIA
a. Cakupan kunjungan ibu hamil K4
95 % ……. %
b. Persalinan oleh tenaga kesehatan
90 % ……. %
6 Cakupan kumulatif imunisasi
a. Polio 4 100 % ……. %
b. Campak 100 % ……. %
7 Program tambahan Ada/Tidak ada Sebutkan : ……………
8 Cakupan dana sehat …….. %
CATATAN :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Tahun : 2014 Jumlah penduduk : …………...
57
LAMPIRAN 8 :
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM/FOKUS GROUP DISKUSI MODEL PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN POSDAYA
BERBASIS PENILAIAN KEBUTUHAN MASYARAKAT A. Informan
1. KelompokAparat Pemerintahan Desa/Kelurahan: Kepala desa/Lurah, Kepala urusan
kesejahteraan rakyat dan kepala dusun; 2. Kelompok komunitas : Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan
(LPMD/LPMK), Organisasi Masyarakat (Pengurus PKK Desa/Kelurahan, Karang Taruna), RT, kader, dan tokoh masyarakat (tokoh agama, wanita, pemuda).
B. Identitas Informan (KelompokAparat Pemerintahan Desa/Kelurahan/Kelompok komunitas) - Nama informan : ………………………………… - Jabatan : ………………………………… - Tanggal wawancara/FGD : …………………………………
C. Materi Wawancara Mendalam/Fokus Group Diskusi 1. Menurut bapak/ibu, apa itu keluarga berkualitas? 2. Menurut bapak/ibu, apa tolok ukur keluarga berkualitas?
a. Aspek pendidikan : …………………………………………………………….. b. Aspek kesehatan : ……………………………………………………………. c. Aspek ekonomi : …………………………………………………………….. (Indikator subjektif dari keluarga berkualitas dapat mencakup kesejahteraan, kebahagiaan dan rasa harga diri/self-esteem, diskriminasi, pengagguran, dan kriminal; Indikator kesehatan dipergunakan untuk menentukan hidup sehat dan panjang umur, diukur dengan angka harapan hidup, dihitung dari angka kematian bayi)
3. Menurut bapak/ibu, apa masalah keluarga berkualitas?
a. Aspek pendidikan : …………………………………………………………….. b. Aspek kesehatan : ……………………………………………………………. c. Aspek ekonomi : ……………………………………………………………. (Menggunakan data epidemiologi untuk menentukan masalah keluarga berkualitas yang memberi kontribusi terhadap masalah sosial dan kesehatan yang ada pada jawaban pertanyaan 1 dan 2, yang diidentifikasi dengan mengutamakan tujuan kesehatan atau masalah yang mungkin memberi kontribusi untuk mengidentifikasi kebutuhan pada jawaban pertanyaan 1 dan 2. Data epidemiologi bersama dengan data klinis dan hasil investigasi data (Kinerja program Desa Siaga dan Posyandu) sangat berguna untuk pengambilan keputusan.Data epidemiologi mencakupangka kematian, kesakitan, kesuburan, serta ketidakmampuan dan dimensi-dimensinya
58
(kejadian, distribusi, intensitas dan durasi). Pada KKN Tematik Posdaya menitik beratkan pada cakupan kinerja program Desa Siaga, Posyandu, dan kinerja Puskesmas berdasarkan standar pelayanan kesehatan/SPM. Juga memasukan beberapa faktor determinan lain (seperti pendidikan, pekerjaan, ekonomi, sosial budaya, dll) yang dapat mempengaruhi keluarga berkualitas. Setelah mengidentifikasi masalah keluarga berkualitas, selanjutnya menetapkan prioritas masalah untuk menentukan program Posdaya yang akan disusun).
4. Bagaimana perilaku dan gaya hidup, serta lingkungan berhubungan dengan masalah keluarga berkualitas dihubungkan dengan faktor pengaruh, penguat dan pendukung? (Mengidentifikasi perilaku dan gaya hidup, serta lingkungan yang berhubungan dengan masalah keluarga berkualitas pada fase 2. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi hubungan perilaku dan gaya hidup, serta lingkungan dengan keluarga berkualitas seperti yang diasosiasikan dengan mengutamakan masalah keluarga berkualitas yang telah diseleksi pada fese 2. Juga menetapkan prioritas, menentukan tujuan dari perilaku dan gaya hidup, serta lingkungan yang akan dituju dalam program Posdaya. Mengidentifikasi perilaku dan gaya hidup, serta lingkunganmana yang penting ataupun yang dapat berubah. Juga pada fase 3 mengidentifikasi faktor keturunan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dan lingkungan yang dapat berakibat pada keluarga berkualitassebagai faktor tambahan pada perilaku. Lingkungan lebih menunjukkan pada faktor-faktor luar dari individu yang mempunyai pengaruh pada perilaku, kesehatan dan keluarga berkualitas. Faktor-faktor risiko yang spesifik juga dapat berakibat pada kekuatan sosial. Fase ini dapat diselesaikan dengan menggunakan tabel 2x2).
59
TABEL HUBUNGAN PERILAKU DAN GAYA HIDUP DENGAN MASALAH KELUARGA BERKUALITAS
No Aspek Masalah Keluarga Berkualitas
1 Perilaku dan Gaya hidup
Faktor pengaruh
Faktor penguat
Faktor pendukung
2 Lingkungan Fisik dan Biologi
Faktor pengaruh
Faktor penguat
Faktor pendukung
3 Lingkungan Sosial-Budaya
Faktor pengaruh
Faktor penguat
Faktor pendukung
60
5. Bagaimana hubungan perilaku dan gaya hidup, serta lingkungan kesehatan dengan
masalah keluarga berkualitas?
a. Apa faktor yang mempengaruhi (predisposing factors)keluarga
berkualitas(seperti, pengetahuan, sikap, keyakinan, kesukaan, dan self-
efficacy(persepsi kemampuan orang untuk mengontrol terhadap perilaku yang
diinginkan)?
1) Pengetahuan : ………………………………………………………………….
2) Sikap : ………………………………………………………………….
3) Keyakinan : ………………………………………………………………….
4) Kesukaan : ………………………………………………………………….
5) Self-efficacy: ………………………………………………………………….
b. Apa faktor yang mendukung (enabling factors) keluarga berkualitas(seperti
keterampilan, ketersediaan dan akses terhadap sumber daya atau layanan
kesehatan, penghasilan atau asuransi kesehatan, hukum, peraturan, regulasi, dan
politik, adanya ganjaran atau hukuman)?
c. Apa faktor yangmemperkuat (reinforcing factors) keluarga berkualitas(seperti,
dukungan sosial, modal sosial, gotong royong, kepemimpinan, penghargaan
ekonomi, norma sosial)?
d. Bagaimana gaya hidup (merokok, alkohol, diet, minum alkohol) berhubungan
dengan masalah keluarga berkualitas?
e. Bagaimana faktor lingkungan kesehatan (fisik, sosial-budaya) berhubungan
dengan masalah keluarga berkualitas?
1) Faktor fisik : ………………………………………………………….
2) Faktor sosial-budaya : ………………………………………………………….
6. Jelaskan pendidikan, keterampilan dan lingkungan yang dibutuhkan.
a. Pendidikan apa yang dibutuhkanuntuk mewujudkan keluarga berkualitas?
b. Keterampilan apa yang dibutuhkanuntuk mewujudkan keluarga berkualitas?
c. Lingkungan (fisik, sosial-budaya) apa yang dibutuhkanuntuk mewujudkan
keluarga berkualitas?
1) Lingkungan fisik : ……………………………………………………..
61
2) Lingkungan sosial-budaya: …………………………………………………….
(Fase keempat: mengidentifikasi pendidikan, keterampilan dan lingkungan yang dibutuhkan, serta mengidentifikasi dan mengklasifikasikan faktor pengaruh, pendukung, dan penguat yang mempunyai potensi mempengaruhi perilaku kesehatan. Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi, memilih danmengkategorikan pada tiga kelompok dari faktor-faktor yang berpotensi pada kesehatan dan perubahan perilaku yaitu faktor-faktor pengaruh (predisposisi), pendukung dan penguat. Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan faktor pengaruh, penguat dan pendukung mempunyai potensi untuk mempengaruhi keluarga berkualitas. Faktor-faktor ini juga dapat memudahkan atau menghalangi keluarga berkualitas. Dengan menentukan prioritas, faktor-faktor yang telah diidentifikasi di fase ini menjadi fokus intervensi program Posdaya yang akan direncanakan).
7. Bagaimanarencana kebijakan program Posdayadi Desa?
8. Bagaimanarencanapengorganisasi program Posdaya di Desa?
9. Bagaimanarencanamanajemen/pengelolaan program Posdaya di Desa?
10. Bagaimanarencanadukungan keuangan untuk program Posdaya di Desa?
11. Bagaimanarencanadukungan sumber daya lokal untuk program Posdaya?
a. Sumber daya alam : ………………………………………………………………
b. Sumber daya manusia (kader, tokoh masyarakat) : ……………………………..
c. Sarana program : …………………………………………………………………
d. Dana : ………………………………………………………………………….....
12. Bagaimana implementasi/pelaksanaan program Posdaya meliputi kebijakan,
pengorganisasian, manajemen, dukungan sumberdaya,dan komponen program
Posdaya?
a. Bagaimana kebijakan program Posdaya?
b. Bagaimana pengorganisasian program Posdaya?
c. Bagaimana manajemen/pengelolaan program Posdaya?
d. Bagaimana dukungan sumber daya program Posdaya?
e. Apakah perlu dilakukan pembentukan Posdaya?
f. Apakah perlu dilakukan pelatihan kader Posdaya?
13. Bagaimana melakukan evaluasi program Posdaya?
a. Bagaimana melakukan evaluasi proses pembentukan dan pengembangan
program Posdaya?
62
b. Bagaimana melakukan evaluasi hasil program Posdaya?
1) Kapan melakukan evaluasi program Posdaya?
2) Apa aspek yang dievaluasi pada program Posdaya?
3) Siapa yang melakukan evaluasi program Posdaya?
4) Apa indikator keberhasilan program Posdaya?
63
LAMPIRAN 9 :
IDENTIFIKASI MASALAH, POTENSI LEMBAGA, POKOK-POKOK RENCANA KEGIATAN POSDAYA
Desa/Dusun/Dukuh/Rw : Desa/ Kelurahan : Kecamatan : Kabupaten : …………….
No Bidang Posdaya
Identifikasi Masalah
Identifikasi Potensi,
Lembaga, Sumber
daya
Bentuk kegiatan
yang direkomen
dasikan
Pokok Rancangan Kegiatan
Hasil Yang Diharapkan
Manfaat Jangka Pendek
Jangka Panjang
1 Pendidikan 2 Kesehatan
dan KB
3 Kewirausahaan
4 Pengemba ngan lingkungan
5 Keagamaan dan budaya
2014
Mengetahui Dosen Pembimbing Lapangan Ketua Kelompok ………………. ………………………………… …………………………………. Nama Terang dan Tanda Tangan Nama Terang dan Tanda Tangan
64
LAMPIRAN 10 :
RENCANA PROGRAM POSDAYA
No Bidang Posdaya Rencana program
Tujuan Sasaran Pelaksana
1 Pendidikan
2 Kesehatan dan Keluarga Berencana
3 Kewirausahaan
4 Pengembangan lingkungan
5 Keagamaan dan Budaya
65
LAMPIRAN 11 :
PEDOMAN LOKAKARYA PEMBENTUKAN POSDAYA
DI LOKASI KKN TEMATIK POSDAYA UNS
AGENDAACARA:
1. Pentingnya peran serta aktif masyarakat dalam identifikasi dan pemecahan masalah keluarga dan masyarakat yang dihadapi � (diawali presentasi hasil penilaian kebutuhan daan masalah serta pemetaan sosial tingkat desa/kelurahan);
2. Pentingnya pemanfaatan dan pendayagunaanpotensi sumber daya setempat dan sarana yang ada (Puskesmas, Poskesdes, Posyandu, Koperasi, Perbankan, dll);
3. Perlunya dibentuk Posdaya sebagai forum silaturahmi, komunikasi, advokasidan wadah kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluargasecara terpadu.
TUJUAN:
1. Pendekatan dan silaturahmi dengan pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan desa, kepada aparat/pamong desa, Badan Perwakilan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan (LPMD/LMMK), Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)Tingkat desa/kelurahan, pemuka/tokoh masyarakat, serta calon kader Posdaya yang akan dilatih (1 orang/RT);
2. Sosialisasi dan pentingnya pembentukan Posdaya, serta pentingnya pemanfaatan dan pendayagunaanpotensi sumber daya setempat dan sarana yang ada;
3. Penyamaan persepsi dan pola pikir aparat pemerintahan desa/kelurahan dan tokoh masyarakat desa/kelurahan terhadap permasalahan dan pemecahan masalah dengan potensi yang ada dan bergotong royong secara swadaya untuk membentuk dan mengembangkan Posdaya;
4. Penyusunan rencana program dan kegiatan Posdaya, serta pembentukan kepengurus Posdaya;
5. Terbentuknya Posdaya dan kepengurusannya tingkat dusun dan desa/kelurahan yang solid, kompeten, dan berkemampuan yang disetujui dan didukung oleh seluruh unsur desa;
6. Disetujui dan dikukuhkannya calon kader dari masing-masing RT yang akan dilatih.
PIMPINAN/PENANGGUNGJAWAB: Kepala Desa/Lurah.
PESERTA:
1. Aparat/Pamong Desa (Kepala Desa/Lurah, KepalaUrusan Kesejahteraan Rakyat, dan Kepala Dusun).
2. Pengurus Badan Perwakilan Desa (BPD) 3. Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan (LPMD/LMMK),
66
4. Pengurus Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)Tingkat desa/kelurahan PKK 5. Pengurus Karang taruna Tingkat Desa/Kelurahan; 6. Pengurus Pengajian Majelis Ta’lim, Majelis Tafsir Al-Qur’an, Aisyiah
Muhammaddiyah, Muslimat NU, dsb 7. Pemuka/Tokoh masyarakat, 8. Camat atau yang mewakili kantor kecamatan 9. Kepala Puskesmas, Bidan Desa dan Pegawai kesehatan dan KB yang bertempat
tinggal di desa/kelurahan tersebut. 10. Ketua RT dan calon kader Posdaya dari setiap RT
METODE: Presentasi, Ceramah, Curah pendapat, Tanya jawab/Diskusi.
WAKTU: Sesuai kesepakatan antara pemimpin desa, fasiltator dan dosen pembimbing
HASIL:
1. Semua pemangku kepentingan (stakeholders) desa menyetujui, mendukung, dan berperan aktif dalam pembentukan, pengembangan dan pelestarian kegiatan program Posdaya;
2. Tersusunya program dan kegiatan Psdaya 3. Terbentuknya Posdaya dan kepengurusannya 4. Disetujui dan dikukuhkannya calon kader dari masing-masing RT yang akan
mengikuti pelatihan Posdaya
70
LAMPIRAN 12 :
DAFTAR HADIR MAHASISWA PESERTA KKN TEMATIK POSDAYA TAHUN AKADEMIK 2014/2015 NAMA DESA : KELOMPOK : Minggu ke : KECAMATAN : KABUPATEN: DPL : No Nama Mahasiswa NIM Tgl.. Tgl.. Tgl.. Tgl.. Tgl.. Tgl.. Tgl..
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2014
Mengetahui Dosen Pembimbing Lapangan Kelompok Nama Terang dan Tanda Tangan Nama Terang dan Tanda Tangan