13
Prosiding SEMNAS BIO 2021 Universitas Negeri Padang Volume 01 2021, hal 526-538 e-ISSN: XXXX-XXXX DOI: https://doi.org/10.24036/prosemnasbio/vol1/66 Integrasi Kurikulum Merdeka Belajar dalam Menghasilkan Produk Sains berbasis Kearifan Lokal 526 Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme Lokal Pupuk Organik Cair Kombinasi Rebung Bambu dan Kulit Pisang Fitria Ramadhanty Usdar 1) , Jamilah 1) , Ahmad Ali 1) 1) Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar JL.H.M Yasin Limpo No.36 Sulawesi Selatan,Indonesia Email: [email protected] _____________________________________________________________________________ ABSTRACT Liquid Organic Fertilizer (LOF) a combination of bamboo shoots and banana peels is the result of decomposition of materials fulfilled by decomposing microorganisms. The purpose of this study was to identify macroscopic, microscopic and biochemical tests to determine the genus of microorganisms in LOF , a combination of bamboo shoots and banana peels. This research was a descriptive qualitative research. The samples of microorganisms identified were taken from the LOF fermentation process, a combination of bamboo shoots and banana peels, which consisted of two phases of bacterial growth, namely A (Exponential) and B (Stationary). The research results of LOC combination of bamboo shoots and banana peels indicated 8 isolates consisting of 4 genera and 1 species. The isolates were the genera Bacillus sp, suspected of being Bacillus panthotenticus, Bacillus circulans, Bacillus polymyxa and Bacillus alvei. Genera Lactobacillus sp, genera yeast cell and species of Staphylococcus aureus. Keywords: Identification, Microorganisms, Liquid Organic Fertilizer _____________________________________________________________________________ PENDAHULUAN Generasi muda di era modern merupakan sumber daya manusia yang diharapkan mampu memberikan inovasi dan kreasi di masa mendatang terutama pada pengelola bidang pertanian. Riset pengembangan produk yang memanfaatkan teknologi modern menjadi perbincangan dalam dunia pertanian khususnya penghasil produk-produk pertanian tanpa melibatkan zat sintetis seperti halnya pupuk dengan starter mikroorganisme lokal. Beberapa kalangan petani cukup prihatin terhadap persebaran pupuk yang berbahan kimia di masyarakat. Memang benar pupuk sintetis dapat menyuburkan tanaman, jika dilihat secara fisik sangat membantu petani dalam proses pertumbuhan karena dapat menyuburkan tanaman, mempercepat pertumbuhan, dan mudah didapatkan namun menurut (Zainudin, 2018) dapat menimbulkan ketergantungan akibatnya penggunaan

Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme Lokal Pupuk Organik

Embed Size (px)

Citation preview

Prosiding SEMNAS BIO 2021

Universitas Negeri Padang

Volume 01 2021, hal 526-538

e-ISSN: XXXX-XXXX

DOI: https://doi.org/10.24036/prosemnasbio/vol1/66

Integrasi Kurikulum Merdeka Belajar dalam Menghasilkan Produk Sains berbasis Kearifan Lokal 526

Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme Lokal Pupuk Organik Cair

Kombinasi Rebung Bambu dan Kulit Pisang

Fitria Ramadhanty Usdar1), Jamilah 1), Ahmad Ali 1) 1)Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar JL.H.M Yasin Limpo No.36 Sulawesi Selatan,Indonesia

Email: [email protected] _____________________________________________________________________________

ABSTRACT

Liquid Organic Fertilizer (LOF) a combination of bamboo shoots and banana peels is the result

of decomposition of materials fulfilled by decomposing microorganisms. The purpose of this

study was to identify macroscopic, microscopic and biochemical tests to determine the genus of

microorganisms in LOF , a combination of bamboo shoots and banana peels. This research was

a descriptive qualitative research. The samples of microorganisms identified were taken from the

LOF fermentation process, a combination of bamboo shoots and banana peels, which consisted

of two phases of bacterial growth, namely A (Exponential) and B (Stationary). The research

results of LOC combination of bamboo shoots and banana peels indicated 8 isolates consisting

of 4 genera and 1 species. The isolates were the genera Bacillus sp, suspected of being Bacillus

panthotenticus, Bacillus circulans, Bacillus polymyxa and Bacillus alvei. Genera Lactobacillus

sp, genera yeast cell and species of Staphylococcus aureus.

Keywords: Identification, Microorganisms, Liquid Organic Fertilizer

_____________________________________________________________________________

PENDAHULUAN

Generasi muda di era modern merupakan sumber daya manusia yang diharapkan mampu

memberikan inovasi dan kreasi di masa mendatang terutama pada pengelola bidang

pertanian. Riset pengembangan produk yang memanfaatkan teknologi modern menjadi

perbincangan dalam dunia pertanian khususnya penghasil produk-produk pertanian

tanpa melibatkan zat sintetis seperti halnya pupuk dengan starter mikroorganisme lokal.

Beberapa kalangan petani cukup prihatin terhadap persebaran pupuk yang berbahan

kimia di masyarakat. Memang benar pupuk sintetis dapat menyuburkan tanaman, jika

dilihat secara fisik sangat membantu petani dalam proses pertumbuhan karena dapat

menyuburkan tanaman, mempercepat pertumbuhan, dan mudah didapatkan namun

menurut (Zainudin, 2018) dapat menimbulkan ketergantungan akibatnya penggunaan

527

Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme Lokal Pupuk Organik Cair Kombinasi Rebung Bambu dan Kulit

Pisang

e-ISSN: XXXX-XXXX

Prosiding SEMNAS BIO 2021

yang berlebihan dan terus-menerus akan menyebabkan tanah menjadi keras dan air

tercemar sehingga keseimbangan alam akan terganggu.

Definisi yang dikemukakan oleh International Organization for Standardrization (ISO)

bahwa pupuk organik adalah bahan organik atau bahan karbon pada umumnya berasal

dari tumbuhan dan hewan. Draf nasional standar Filipina yang dikeluarkan oleh biro

standarisasi produk melihat bahwa hasil metabolisme mikroorganisme berupa hasil

ternak atau bahkan berasal dari tumbuhan merupakan hasil yang diperoleh dari proses

dekomposisi yang memiliki karakteristik seperti humus dan juga mengandung unsur

hara makro dan sedikit mikro (Hadisuwito, 2007) hal ini sejalan yang dikatakan oleh

(Yuliarti, 2009) bahwa didalam pupuk organik ketersediaan anion-anion untuk

pertumbuhan tanaman seperti nitrat, fosfat, borat dan klorida sebagai komponen yang

berfungsi meningkatkan hara untuk kebutuhan tanaman merupakan salah satu fungsi dari

penggunaan pupuk organik.

Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan

jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami”. Pupuk organik mengandung

unsur nitrogen dan karbon dalam jumlah yang sangat bermacam-macam. Keseimbangan

unsur tersebut sangat penting dalam mempertahankan atau memperbaiki kesuburan

tanah dalam artian produk yang dihasilkan terlepas dari bahan-bahan kimia (Huda

Khoirul, 2013).

Salah satu strategi dalam dunia pertanian modern adalah dengan membuat produk pupuk

organik cair yang berkolaborasi dengan mikroorganisme lokal. Pupuk Organik Cair

(POC) merupakan teknologi untuk menunjang dalam prospek pertanian ramah

lingkungan, menekan penggunaan pupuk kimia dan menghasilkan bahan yang terhindar

dari bahan kimia sehingga sehat dan bersih untuk dikonsumsi (Kasi, Suaedi and

Angraeni, 2018).

Mikroorganisme lokal (MOL) sebagai agen dekomposer pada pembuatan pupuk organik

yang mampu mengubah struktur fisik dan kimia suatu bahan. Aktivator biologis ini

tumbuh dan berkembang secara alami dalam suatu media biakan khusus yang memiliki

kandungan zat-zat penting sebagai pendukung tumbuhnya mikroba. Menurut

(Manullang, Rusmini and Daryono, 2018) mikroorganisme lokal memiliki beberapa

peranan utama yakni sebagai dasar komponen pupuk, sebagai dekomposisi bahan

organik, limbah pertanian, limbah rumah tangga dan limbah industri.

Selain itu, Mikroorganisme Lokal (MOL) adalah cairan hasil fermentasi dari substrat

atau media tertentu yang berada di sekitar kita misalnya nasi, buah-buahan, telur, susu,

keong, dan lain-lain. Mikroorganisme lokal juga merupakan salah satu jasad renik yang

mulai dikembangkan untuk pupuk hayati yang ternyata tidak hanya dapat mempercepat

pengomposan, akan tetapi juga memperbaiki kualitas kompos (Mursalim, Mustami and

Ali, 2018).

Fitria Ramadhanty Usdar, et.al 528

https://semnas.biologi.fmipa.unp.ac.id

Bahan yang mengandung unsur makro dan mikro merupakan salah satu aspek terpenting

sebagai media biakan bakteri. Hal ini dikarenakan unsur-unsur tersebut merupakan unsur

yang dibutuhkan tanaman sebagai bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tanaman

(Eleazu CO, 2014). Salah satu bahan yang dapat dimanfaatkan peneliti sebagai medium

pembuatan pupuk organik cair dan perkembangan mikroorganisme adalah kombinasi

kulit pisang dan rebung bambu. Berdasarkan penelitian hasil analisis kimia komposisi

kulit pisang adalah air 69,8%, karbohidrat 18,5%, lemak 2,11%, protein 0,32%, kalsium

715 mg/100g, fosfor 117 mg/100g, besi 1,6 mg/100g, vitamin B 0,12 mg/100g, vitamin

C 17,5 mg/100g (Hikmatun, 2014). Sementara itu kandungan hara dari rebung bambu

menurut Andoko (2003) memiliki beberapa komponen seperti Air 85,63 g, Protein 2,50

g, Lemak 0,20 g, Glukosa 2 g, Fosfor 50 mg, dan Kalsium 28 mg.

Beberapa unsur diatas merupakan sebagian dari unsur mikro dan makro khususnya

kandungan mineral yang dimiliki kulit pisang. Tanaman memerlukan unsur fosfor (P),

Kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan natrium (Na). Selain itu mengandung

unsur hara mikro yang cukup beragam seperti besi (Fe) beberapa unsur inilah yang

memiliki peranan positif dalam proses pertumbuhan tanaman (Eleazu CO, 2014).

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi secara makroskopis, mikroskopis dan uji

biokimia untuk mengetahui mikroorganisme yang berperan pada pupuk organik cair

kombinasi rebung bambu dan kulit pisang.

METODOLOGI PENELITIAN

Pengambilan sampel

Pengambilan sampel Laboratorium Pendidikan Biologi dilakukan pada fase log

(eksponensial) dengan parameter yang dilihat pada pH 5.0-8.0 dan suhu ada pada kisaran

0-50oC oleh karenanya dilakukan pengamatan untuk fase log yakni diantara hari ke 3

hingga hari ke 7 dengan melihat suhu, pH warna dan aroma. Setelah pengambilan

sampel pengamatan fase eksponensial dilanjutkan pada fase stasioner pada hari ke 14

untuk melihat beberapa bakteri yang melakukan fermentasi yang ditandai dengan adanya

bercak putih yang menempel pada pinggir wadah. Pengamatan tetap dilakukan hingga

hari ke 21.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, tapisan, timbangan

analitik, ember, baskom, botol, gelas ukur, termometer dan alat yang digunakan dalam

analisis pH, cawan petri, jarum ose bulat , jarum ose lurus, pipet tetes, mikropipet,

tabung reaksi, rak tabung reaksi, labu erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, spatula,

batang pengaduk,bunsen, thermometer, Autoclave, inkubator dan Lamina Air Flow

(LAF), rebung bambu, terasi, gula merah air cucian beras, dan kulit pisang, sampel

pupuk organik cair rebung bambu dan kulit pisang, aquades, BHBI (Brain Heart Infusion

Broth),SDA (Sabouraud Dextrose Agar), NA (Nutrient Agar), Macconkey, MRSA

529

Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme Lokal Pupuk Organik Cair Kombinasi Rebung Bambu dan Kulit

Pisang

e-ISSN: XXXX-XXXX

Prosiding SEMNAS BIO 2021

medium (de Mann Ragosa Sharpe Agar), MSA medium ( Mannitol Salt Agar),pepton,

yest extract, dextrose, kristal violet, larutan lugol, alkohol 96%, NaCL, CHSIN Alkali,

buffer fosfat dan lain-lain.

Pembuatan Pupuk Organik Cair Rebung Bambu dan Kulit Pisang

Pada pembuatan pupuk organik cair yakni menggunakan kulit pisang, rebung bambu, air

beras, terasi, dan gula merah. Rebung bambu sebanyak 1 kg dihaluskan menggunakan

blender dan dicampurkan kulit pisang sebanyak 1,5 kg yang telah dicacah terlebih

dahulu selanjutnya tambahkan terasi sebanyak 50 gr, gula merah 125 gr dan air cucian

beras sebanyak 2 liter di homogenkan dalam sebuah wadah. Setelah itu dimasukkan

kedalam botol dan ditutup dengan rapat. Proses fermentasi dilakukan selama 3 minggu.

Identifikasi Mikroorganisme

Identifikasi mikroorganisme dilakukan pada 8 isolat secara makroskopis dengan

mengamati morfologi koloni, mikroskopis dengan melakukan pewarnaan gram dan

pengamatan bentuk sel bakteri serta beberapa uji aktivitas biokimia yang meliputi uji

voges-proskauer, uji penggunaan sitrat, NaCl 6,5%, uji medium MRSA dan MSA.

Selanjutnya hasil pengamatan di atas diidentifikasi menggunakan prinsip kerja Bergey’s

Manual of Determination Bacteriology (Holt et al, 1994).

Metode Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif yang

bertujuan untuk menyederhanakan data agar lebih mudah dipahami.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil pengamatan makroskopis mikroorganisme POC rebung bambu dan kulit

pisang

No. Kode Isolat Bentuk Elevasi Permukaan Tepi Warna

1 RKP1 TBR TBL MK BL PS

2 RKP2 B C MK BM PB

3 RKP3 B C MK BM PS

4 RKP4 B C MK R PB

5 RKP5 B C MK R PS

6 RKP6 B C MK R PS

7 RKP7 B C TM BM PB

8 RKP8 B C MK R PS

Sumber: Data primer

Fitria Ramadhanty Usdar, et.al 530

https://semnas.biologi.fmipa.unp.ac.id

Keterangan: a) TBR= Tidak Beraturan b) B= Bulat c) TBL= Timbul d) C= cembung e)

MK= Mengkilap f) TM= Tidak Mengkilap g)BL= Berlekuk h) R=Rata i) BM=

Berombak j) PS=Putih Susu k) PB= Putih Bening.

Tabel 2. Hasil pengamatan mikroskopis mikroorganisme POC rebung bambu dan kulit

pisang

No. Kode Isoat Bentuk sel Sifat Gram Endospora

1 RKP1 Basil (batang) + Berspora (jelas)

RKP2 Basil (batang) + Berspora (kurang jelas)

3 RKP3 Coccus (bulat) +

Tidak berspora

4 RKP4 Basil (batang) +

Tidak berspora

5 RKP5 Basil (batang) +

Berspora (jelas)

6 RKP6 Basil (batang) +

Berspora (jelas)

7 RKP7 Basil (batang) +

Berspora (jelas)

8 RKP8 Basil (batang) + Berspora (jelas)

Sumber: Data primer

Tabel 3. Hasil pengamatan uji biokimia mikroorganisme POC rebung bambu dan kulit

pisang

No. Kode

Isolat VP Citrat NaCl 6,5% MSA MRSA

1 RKP1 - - - - -

2 RKP2 + - - - -

3 RKP3 - - - + -

4 RKP4 - - - - +

5 RKP5 - - - - -

6 RKP6 - - - - -

7 RKP7 - - - - -

531

Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme Lokal Pupuk Organik Cair Kombinasi Rebung Bambu dan Kulit

Pisang

e-ISSN: XXXX-XXXX

Prosiding SEMNAS BIO 2021

8 RKP8 - - - - -

Sumber: Data primer

Isolat RKP1,RKP2

Berdasarkan karakter tersebut isolat RKP1 dan RKP 2 masuk dalam genus Bacillus sp.

Hasil identifikasi Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology9th edition Isolat RKP

1 merujuk pada bakteri B.ciculans dan B.panthotenticus dan RKP2 B.polymyxa dan

B.alvei (Holt et al, 1994).

Beberapa penelitian belum menemukan perbedaan secara signifikan antara B.circulans

dan B.Panthotenticus. Penelitian sebelumnya hanya memberikan informasi tentang

habitat B.circulans yang umumnya ada pada tanah sebagai bakteri penghasil antibiotik

dan enzim sementara itu B.Panthotenticus juga merupakan bakteri yang ditemukan pada

tanah dan membutuhkan asam pantotenat (Efendi 2000). Ditinjau dari pengamatan

makrosopis dan mikroskopis B.Panthotenticus dan B.circulans juga memiliki ciri dan

karakteristik yang hampir sama, termasuk gram positif, memiliki bentuk koloni yang

besar, permukaan datar, tepi tidak rata,warna cream hampir putih (B.Panthotenticus) dan

cream ke coklat muda (B.circulans), morfologi sel basil panjang, tersebar merantai, dan

letak endospora yang sentral (Zulkifli, Jekti and Bahri, 2018).

Dilihat dari warna koloni pada penelitian ini isolat RKP1 mendekati B.Panthotenticus.

Selain itu menurut Amar et al. (2004) adanya endospora yang terletak terminal ada juga

yang sentral, berbentuk oval atau kadang-kadang sferis. Salah satu sifat inilah yang

menandakan isolat masuk dalam spesies B.Panthotenticus. Beberapa informasi di atas

telah memberikan dugaan yang mengarah pada B.Panthotenticus namun belum

memberikan data secara lengkap mengenai genus yang terindikasi hingga ke spesies.

Pada isolat RKP2 merujuk pada B.polymyxa dan B.alvei. Habitat B.polymyxa ada pada

tanah dan berfungsi mengikat nitrogen serta penghasil antibiotik dan enzim sedangkan

B.alvei ada pada lebah sakit sebagai patogen terhadap serangga (Efendi 2000). Hal ini

senada dengan penelitian Department of Veterinary Science, College of Aricultur

Osaka, Japan dimana pembentukan koloni motil pada B.alvei hidup pada kultur madu

kontaminasi kondisi aerob (Nakano and Sakagucki, 1991)

. Hasil pengamatan penelitian ini memiliki perbedaan dengan pengamatan sebelumnya,

seperti yang dikatakan (Hastuti, U.S., Nugraheni, F.S., dan Asna, 2017) B.alvei

berwarna putih, berbentuk benang-benang, elevasi datar, tepi tak beraturan, sifat gram

positif berbentuk basil dan memiliki endospora. Lain halnya dengan B.polymixa yang

berwarna putih bening, kelihatan transparan, tepi rata, permukaan halus dan termasuk

dalam anaerob fakultatif (Kurusu et al., 1987) serta memiliki kemampuan dalam

fermentasi glukosa dengan menghasilkan asam gas CO2 (Amar, Tampubolon and

Triwardani, 2004). Beberapa ciri diatas menyerupai isolat RKP1 namun hasil identifikasi

Fitria Ramadhanty Usdar, et.al 532

https://semnas.biologi.fmipa.unp.ac.id

penelitian ini belum mendeteksi isolat secara spesifik.

Menurut (Sukmawati, 2017) bakteri dari genus Bacillus sp. bersifat motil selain

itu karakteristik lainnya menurut Efendi (2000) Bacillus sp.menunjukkan bentuk koloni

yang berbeda-beda warna koloni pada umumnya putih sampai kekuningan.Tepi koloni

bermacam-macam namun pada umumnya tidak rata. Selain itu setiap jenis Bacillus sp.

memiliki ketahanan yang berbeda-beda dalam menghadapi kondisi lingkungannya

misalnya terhadap panas, asam, garam dan lain sebagainya.

Habitat Bacillus sp.pada umumnya berada pada tanah dan air. Bacillus sp.membentuk

endospora, merupakan gram positif, bergerak dengan flagel peritricus dan dapat bersifat

aerobik dan fakultatif anaerobik (Pelczar M.J and E.C.S Chan, 1976). Bacillus

digolongkan dalam kelas bakteri heterofilik yaitu protista bersifat uniseluler termasuk

dalam golongan mikroorganisme redusen yang lazim disebut sebagai dekomposer

(G.Rheinheimer, 1987). Penelitian sebelumnya mengemukakan bahwa Bacillus sp. juga

masuk dalam kelompok bakteri Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) sebagai

bakteri yang mampu menghasilkan enzim kitinase, sidropore dan antibiotik yang

diketahui mampu menghambat pertumbuhan dan perkembangan jamur patogen secara in

vitro dan menekan penyakit rebah semai pada tanaman (Abidin, Aini and Abadi, 2015).

Beberapa spesies Bacillus sp.mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui tiga

mekanisme ekologi yang berbeda seperti pemberian unsur nutrisi tanaman, pertumbuhan

tanaman dan antagonisme terhadap penyakit seperti jamur patogen (Santos et al., 2011).

Genus Bacillus sp termasuk dalam urutan 16SrRNA yang identik sebagai isolat yang

terdeteksi mewakili 96% peran antagonis terhadap fitoplankton pada tanaman, sehingga

kelompok Bacillus sp. juga termasuk bakteri penekan penyakit yang terdapat pada akar

tanaman (Köberl et al., 2011). Senyawa peptida dan lipopeptida yang terdapat pada

Bacillus sp. memiliki aktivitas antibakteria dan sufraktan. Proses pengeringan pada

media kultur akan membentuk spora yang tahan terhadap panas sehingga dapat dijadikan

formulasi stabil dan tahan lama (Correa and Soria, 2010).

Gambar 1. Bacillus sp (RKP1) Gambar2. Bacillus sp. (RKP2)

533

Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme Lokal Pupuk Organik Cair Kombinasi Rebung Bambu dan Kulit

Pisang

e-ISSN: XXXX-XXXX

Prosiding SEMNAS BIO 2021

Isolat RKP 4

Isolat RKP4 menurut kunci determinasi Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology

9th edition merujuk dalam genus Lactobacillus (Holt et al, 1994). Lactobacillus sp.

merupakan salah satu bakteri gram positif (Maldonado, Ruiz-Barba and Jiménez-Díaz,

2004) berbentuk batang biasanya non motil, tidak berspora serta hidup pada kondisi

anaerob, menghasilkan katalase negatif dan menggunakan glukosa dalam proses

fermentasi (Liu, 2011). Keberadaannya pada lingkungan Lactobacillus sp sering

ditemukan pada saluran pembuangan kontaminasi terhadap kotoran manusia dan

biasanya terdapat di tanah bagian Rhizosphere tanaman, namun bakteri ini termasuk

komponen langka dan minor dari endofit tanaman dan hanya terdeteksi pada tanaman

dalam jumlah kecil yakni pada permukaan tanaman dimana jejak gula dapat mendukung

pertumbuhannya (Duar et al., 2017). Hal ini menjadi asumsi bahwa bakteri ini hanya

berperan dalam proses fermentasi sebagai dekomposer mempercepat pembuatan pupuk

organik cair.

Asumsi diatas berbeda dengan yang dikemukakan pada penelitian (Irianto Ketut, 2013)

Lactobacillus sp.merupakan salah satu starter yang terdapat dalam kultur campuran yang

juga berperan merangsang perkembangan mikroorganisme lainnya yang menguntungkan

bagi kesuburan tanah dan bermanfaat bagi tanaman seperti pengikat nitrogen, pelarut

fosfat dan bersifat antagonis terhadap penyakit tanaman.

Gambar 3. Lactobacillus sp

Fitria Ramadhanty Usdar, et.al 534

https://semnas.biologi.fmipa.unp.ac.id

Isolat RKP3

Berdasarkan prinsip kerja kunci determinasi Bergey's Manual of Determinative

Bacteriology 9th edition isolat RKP3 terindikasi Staphylococcus aureus dan

Staphylococcus sapropiticus (Holt et al, 1994) Isolat ini lebih terindikasi pada S.aureus

karena menunjukkan hasil yang positif pada saat isolat diinokulasikan pada medium

(Mannitol Salt Agar). S.aureus merupakan bakteri gram positif (Nahimana, Francioli

and Blanc, 2006) selain itu berbentuk bulat dengan diameter 0,8-1,0 µm dan tersusun

bergerombol tidak beraturan, kadang-kadang seperti untaian buah anggur tidak dapat

bergerak tergolong bakteri aerob (Rollando, 2019) namun dikatakan oleh (Manafi and

Kneifel, 1990) ada juga yang merupakan anaerob fakultatif.

Bakteri ini berwarna putih sampai kekuningan (Rohimah and Kurniasih, 2015) tetapi

pada medium MSA (Mannitol Salt Agar) akan terlihat sebagai pertumbuhan koloni

berwarna kuning yang dikelilingi zona kuning karena kemampuannya

memfermentasikan mannitol (Jawetz, E., Melnick, J.L. and Adelberg, 2001). Penelitian

sebelumnya juga menyatakan bahwa S.aureus merupakan bakteri non motil berbentuk

coccus dan non spora. S.aureus ini merupakan bakteri kontaminan, tergolong mikroflora

normal yang terdapat dikulit manusia (Press, 2016).

Gambar 4. Staphylococcus aureus

Isolat RKP5 RKP6 RKP7 RKP8

Berdasarkan prinsip kerja kunci determinasi Bergey’s Manual of Determinative

Bacteriology 9th edition berdasarkan ciri dan karakteristik diatas diduga isolat ini masuk

dalam kelompok yeast cell (Holt et al, 1994). Penelitian sebelumnya isolat yang diambil

pada sampel tanah yang dilakukan oleh (Kurakov et al., 2008) kelompok yeast cell

umumnya bersifat anaerobik fakultatif. Beberapa yeast cell juga termasuk dalam

probiotik obligat yang merupakan aerob obligat dan tidak dapat tumbuh secara anaerob

(Arthur and Watson, 1976). Yeast cell termasuk gram positif (Powers, 1995) mengenai

penampakan morfologi pada kelompok ini juga diutarakan oleh (Puspita et al., 2020)

morfologi koloni yeast cell pada penelitian sampel nira air kelapa memberikan gambaran

yang mirip dengan hasil penelitian POC rebung bambu dan kulit pisang yakni berwarna

putih, berbentuk coccus menonjol dan permukaan yang halus mengkilap dan licin, selain

535

Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme Lokal Pupuk Organik Cair Kombinasi Rebung Bambu dan Kulit

Pisang

e-ISSN: XXXX-XXXX

Prosiding SEMNAS BIO 2021

itu ciri yang menandakan isolat termasuk Yeast cell adalah adanya tunas sebagai bentuk

regenerasinya.

Peran Yeast amilolitik pada fermentasi tradisional sangat besar yaitu bersama dengan

jamur amilolitik akan mempercepat proses degradasi pati menjadi gula sederhana yang

dihasilkan akan diubah menjadi asam organik dan alkohol yang menyebabkan adanya

aroma khas pada akhir fermentasi (Nurhartadi and Rahayu, 2011). Adanya kemampuan

yeast cell sebagai dekomposer sehingga bakteri ini masuk dalam stater EM-4 (Effective

Microorganism) seperti yang dikatakan oleh (Indriani, 2011) bahwa ada sekitar 80 genus

kelompok mikroorganisme yang terkandung dalam EM4 sementara ada 5 golongan

mikroorganisme pokok, yeast cell merupakan salah satu stater pokok yang digunakan

dalam pembuatan EM4.

Gambar 5. Yeast cell

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa

bakteri yang terdapat pada pupuk organik cair kombinasi rebung bambu dan kulit

pisang adalah 4 genus dan 1 spesies dari 8 isolat. Berdasarkan pengamatan mikroskopis,

makroskopis dan uji biokimia isolat-isolat tersebut adalah genus Bacillus sp yang diduga

Bacillus panthotenticus, Bacillus circulans, Bacillus polymyxa dan Bacillus alvei.

Genus Lactobacillus sp, genus Yeast cell dan spesies Staphylococcus aureus.

SARAN

Diperlukan penelitian lanjutan hingga ke tahap spesies melalui uji molekuler, sementara

itu diperlukan pula penelitian lanjutan terkait pengaplikasian pupuk organik cair rebung

bambu dan kulit pisang pada tanaman dan diperlukan pula penelitian lanjutan terkait

pemanfaatan isolat sebagai starter pembuatan pupuk organik cair.

REFERENSI

Abidin, Z., Aini, L. Q. and Abadi, A. L. (2015) ‘Pengaruh Bakteri Bacillus sp. dan

Fitria Ramadhanty Usdar, et.al 536

https://semnas.biologi.fmipa.unp.ac.id

Pseudomonas sp. Terhadap Pertumbuhan Jamur Patogen Sclerotium rolfsii Sacc.

Penyebab Penyakit Rebah Semai Pada Tanaman Kedelai’, Jurnal HPT, 3(1), pp. 1–10.

Amar, A., Tampubolon, E. S. and Triwardani, D. (2004) ‘Isolasi dan Identifikasi Bakteri

dalam Proses pembuatan Sari buah Mengkudu (Morinda citrifolia, L)’, in. Seminar

PATPI.

Andoko (2003) Budidaya Rebung Bambu. Yogyakarta: Kanisius.

Arthur, H. and Watson, K. (1976) ‘Thermal adaptation in yeast: growth temperatures,

membrane lipid, and cytochrome composition of psychrophilic, mesophilic, and

thermophilic yeasts’, Journal of Bacteriology, 128(1), pp. 56–68. doi:

10.1128/jb.128.1.56-68.1976.

Correa, O. S. and Soria, M. A. (2010) ‘Potential of Bacilli for biocontrol and its

exploitation in sustainable agriculture’, in Plant Growth and Health Promoting Bacteria.

Springer, pp. 197–209.

Duar, R. M. et al. (2017) ‘Lifestyles in transition: evolution and natural history of the

genus Lactobacillus’, FEMS microbiology reviews, 41(1), pp. S27–S48. doi:

10.1093/femsre/fux030.

EFENDI, R. & Z. dalam (2000) ‘SPP. oleh Ariani Hatmanti *)’, XXV(1), pp. 31–41.

Eleazu CO, O. DO (2014) ‘Nutrient and Heavy Metal Composition of Plantain (Musa

paradisiaca) and Banana (Musa paradisiaca) Peels’, Journal of Nutrition & Food

Sciences, 05(03), pp. 10–12. doi: 10.4172/2155-9600.1000370.

G.Rheinheimer (1987) ‘Aquatic Microbiology’, Journal of Basic Microbiology, 27(10).

Hadisuwito, S. (2007) Membuat pupuk kompos cair. AgroMedia.

Hastuti, U.S., Nugraheni, F.S., dan Asna, P. . (2017) ‘Identifikasi dan Penentuan Indeks

Hidrolisis Protein pada Bakteri Proteolitik dari Tanah Mangrove di Margomulyo,

Balikpapan’, Proceeding Biology Education Conference, 14(1), pp. 265–270.

Hikmatun, T. (2014) ‘Eksperimen Penggunaan Filler Tepung Kulit Pisang dalam

Pembuatan Nugget Tempe’, Food Science and Culibary Education Journal, 3(1), pp. 1–

6.

Holt et al (1994) Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. 9th edn. USA:

William and Wilkins Baltimore.

Huda Khoirul, M. (2013) Pembuatan Pupuk Organik Cair dari urin Sapi. Surabaya:

Skripsi Unnes Program Studi Kimia.

537

Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme Lokal Pupuk Organik Cair Kombinasi Rebung Bambu dan Kulit

Pisang

e-ISSN: XXXX-XXXX

Prosiding SEMNAS BIO 2021

Indriani, Y. H. (2011) Membuat kompos secara kilat. Penebar Swadaya Grup.

Irianto Ketut (2013) Mikrobiologi Lingkungan Peranan Effective Microorganisme Em-4

dalam Pengelolaan Sampah Daerah. Bali: Warmadewa Press.

Jawetz, E., Melnick, J.L. and Adelberg, E. A. (2001) Mikrobiologi Kedokteran. 2nd edn.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Kasi, P. D., Suaedi, S. and Angraeni, F. (2018) ‘Pemanfaatan Pupuk Organik Cair

Rebung Bambu U Ntuk Pertumbuhan Kangkung Secara Hidroponik’, Biosel: Biology

Science and Education, 7(1), p. 42. doi: 10.33477/bs.v7i1.391.

Köberl, M. et al. (2011) ‘Desert farming benefits from microbial potential in arid soils

and promotes diversity and plant health’, PLoS ONE, 6(9). doi:

10.1371/journal.pone.0024452.

Kurakov, A. V. et al. (2008) ‘Diversity of facultatively anaerobic microscopic mycelial

fungi in soils’, Mikrobiologiia, 77(1), pp. 103–112. doi: 10.1134/s002626170801013x.

Kurusu, K. et al. (1987) ‘New peptide antibiotics Li-F03, F04, F05, F07, and F08,

produced by bacillus polymyxa I. isolation and characterization’, The Journal of

Antibiotics, 40(11), pp. 1506–1514. doi: 10.7164/antibiotics.40.1506.

Liu, D. (2011) Molecular detection of human bacterial pathogens. CRC press.

Maldonado, A., Ruiz-Barba, J. L. and Jiménez-Díaz, R. (2004) ‘Production of

plantaricin NC8 by Lactobacillus plantarum NC8 is induced in the presence of different

types of gram-positive bacteria’, Archives of Microbiology, 181(1), pp. 8–16.

Manafi, M. and Kneifel, W. (1990) ‘Rapid methods for differentiating Gram-positive

from Gram-negative aerobic and facultative anaerobic bacteria’, Journal of Applied

Bacteriology, 69(6), pp. 822–827. doi: https://doi.org/10.1111/j.1365-

2672.1990.tb01579.x.

Manullang, R. R., Rusmini, R. and Daryono, D. (2018) ‘KOMBINASI

MIKROORGANISME LOKAL SEBAGAI BIOAKTIVATOR KOMPOS Combination

of Local Microorganism as Compose Bioactivators’, Jurnal Hutan Tropis, 5(3), p. 259.

doi: 10.20527/jht.v5i3.4793.

Mursalim, I., Mustami, M. K. and Ali, A. (2018) ‘PENGARUH PENGGUNAAN

PUPUK ORGANIK MIKROORGANISME LOKAL MEDIA NASI, BATANG

PISANG, DAN IKAN TONGKOL TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

SAWI (Brassica juncea)’, Jurnal Biotek, 6(1), p. 32. doi: 10.24252/jb.v6i1.5127.

Nahimana, I., Francioli, P. and Blanc, D. S. (2006) ‘Evaluation of three chromogenic

Fitria Ramadhanty Usdar, et.al 538

https://semnas.biologi.fmipa.unp.ac.id

media (MRSA-ID, MRSA-Select and CHROMagar MRSA) and ORSAB for

surveillance cultures of methicillin-resistant Staphylococcus aureus’, Clinical

Microbiology and Infection, 12(12), pp. 1168–1174.

Nakano, H. and Sakagucki, G. (1991) ‘An unusually heavy contamination of honey

products by Clostridium botulinum type F and Bacillus alvei’, FEMS Microbiology

Letters, 79(2–3), pp. 171–178. doi: 10.1111/j.1574-6968.1991.tb04524.x.

Nurhartadi, E. and Rahayu, E. S. (2011) ‘Isolasi dan karakterisasi yeast amilolitik dari

ragi tape isolation and characterization of amylolytic yeast from ragi tape’, Jurnal

Teknologi Hasil Pertanian, IV(1), pp. 66–73.

Pelczar M.J and E.C.S Chan (1976) Microbiology. New York: MC Graw Hill Book

Company 896 pp.

Powers, E. M. (1995) ‘Efficacy of the Ryu nonstaining KOH technique for rapidly

determining gram reactions of food-borne and waterborne bacteria and yeasts’, Applied

and Environmental Microbiology, 61(10), pp. 3756–3758. doi: 10.1128/aem.61.10.3756-

3758.1995.

Press, U. B. (2016) Skin Infection: It’s A Must Know Disease. Universitas Brawijaya

Press.

Puspita, D. et al. (2020) ‘Isolasi , Identifikasi dan Uji Produksi Yeast yang Diisolasi Dari

Nira Kelapa’, J. Biosfer, 5(1), pp. 1–5.

Rohimah, S. and Kurniasih, E. L. I. (2015) ‘Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada

Volume 13 Nomor 1 Februari 2015’, 13, pp. 213–227.

Rollando, S. (2019) Senyawa Antibakteri dari Fungi Endofit. Puntadewa.

Santos, S. N. et al. (2011) Plant Growth and Health Promoting Bacteria. doi:

10.1007/978-3-642-13612-2.

Sukmawati (2017) ‘Identify of Floc-Forming Bacteria in Shrimp’, BioScience, 1(2), pp.

13–20.

Yuliarti, N. (2009) ‘1001 cara menghasilkan pupuk organik’, Andi. Yogyakarta.

Zainudin, M. (2018) ‘the Effect of Liquid Organic Fertilizer From Tofu Cake and’, 5,

pp. 70–77.

Zulkifli, L., Jekti, D. S. D. and Bahri, S. (2018) ‘Isolasi, Karakterisasi Dan Identifikasi

Bakteri Endofit Kulit Batang Srikaya (Annona Squamosa) Dan Potensinya Sebagai

Antibakteri’, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, 4(1). doi: 10.29303/jppipa.v4i1.98.