Upload
khangminh22
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Prosiding SEMNAS BIO 2021
Universitas Negeri Padang
Volume 01 2021, hal 526-538
e-ISSN: XXXX-XXXX
DOI: https://doi.org/10.24036/prosemnasbio/vol1/66
Integrasi Kurikulum Merdeka Belajar dalam Menghasilkan Produk Sains berbasis Kearifan Lokal 526
Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme Lokal Pupuk Organik Cair
Kombinasi Rebung Bambu dan Kulit Pisang
Fitria Ramadhanty Usdar1), Jamilah 1), Ahmad Ali 1) 1)Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar JL.H.M Yasin Limpo No.36 Sulawesi Selatan,Indonesia
Email: [email protected] _____________________________________________________________________________
ABSTRACT
Liquid Organic Fertilizer (LOF) a combination of bamboo shoots and banana peels is the result
of decomposition of materials fulfilled by decomposing microorganisms. The purpose of this
study was to identify macroscopic, microscopic and biochemical tests to determine the genus of
microorganisms in LOF , a combination of bamboo shoots and banana peels. This research was
a descriptive qualitative research. The samples of microorganisms identified were taken from the
LOF fermentation process, a combination of bamboo shoots and banana peels, which consisted
of two phases of bacterial growth, namely A (Exponential) and B (Stationary). The research
results of LOC combination of bamboo shoots and banana peels indicated 8 isolates consisting
of 4 genera and 1 species. The isolates were the genera Bacillus sp, suspected of being Bacillus
panthotenticus, Bacillus circulans, Bacillus polymyxa and Bacillus alvei. Genera Lactobacillus
sp, genera yeast cell and species of Staphylococcus aureus.
Keywords: Identification, Microorganisms, Liquid Organic Fertilizer
_____________________________________________________________________________
PENDAHULUAN
Generasi muda di era modern merupakan sumber daya manusia yang diharapkan mampu
memberikan inovasi dan kreasi di masa mendatang terutama pada pengelola bidang
pertanian. Riset pengembangan produk yang memanfaatkan teknologi modern menjadi
perbincangan dalam dunia pertanian khususnya penghasil produk-produk pertanian
tanpa melibatkan zat sintetis seperti halnya pupuk dengan starter mikroorganisme lokal.
Beberapa kalangan petani cukup prihatin terhadap persebaran pupuk yang berbahan
kimia di masyarakat. Memang benar pupuk sintetis dapat menyuburkan tanaman, jika
dilihat secara fisik sangat membantu petani dalam proses pertumbuhan karena dapat
menyuburkan tanaman, mempercepat pertumbuhan, dan mudah didapatkan namun
menurut (Zainudin, 2018) dapat menimbulkan ketergantungan akibatnya penggunaan
527
Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme Lokal Pupuk Organik Cair Kombinasi Rebung Bambu dan Kulit
Pisang
e-ISSN: XXXX-XXXX
Prosiding SEMNAS BIO 2021
yang berlebihan dan terus-menerus akan menyebabkan tanah menjadi keras dan air
tercemar sehingga keseimbangan alam akan terganggu.
Definisi yang dikemukakan oleh International Organization for Standardrization (ISO)
bahwa pupuk organik adalah bahan organik atau bahan karbon pada umumnya berasal
dari tumbuhan dan hewan. Draf nasional standar Filipina yang dikeluarkan oleh biro
standarisasi produk melihat bahwa hasil metabolisme mikroorganisme berupa hasil
ternak atau bahkan berasal dari tumbuhan merupakan hasil yang diperoleh dari proses
dekomposisi yang memiliki karakteristik seperti humus dan juga mengandung unsur
hara makro dan sedikit mikro (Hadisuwito, 2007) hal ini sejalan yang dikatakan oleh
(Yuliarti, 2009) bahwa didalam pupuk organik ketersediaan anion-anion untuk
pertumbuhan tanaman seperti nitrat, fosfat, borat dan klorida sebagai komponen yang
berfungsi meningkatkan hara untuk kebutuhan tanaman merupakan salah satu fungsi dari
penggunaan pupuk organik.
Pupuk organik merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan
jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami”. Pupuk organik mengandung
unsur nitrogen dan karbon dalam jumlah yang sangat bermacam-macam. Keseimbangan
unsur tersebut sangat penting dalam mempertahankan atau memperbaiki kesuburan
tanah dalam artian produk yang dihasilkan terlepas dari bahan-bahan kimia (Huda
Khoirul, 2013).
Salah satu strategi dalam dunia pertanian modern adalah dengan membuat produk pupuk
organik cair yang berkolaborasi dengan mikroorganisme lokal. Pupuk Organik Cair
(POC) merupakan teknologi untuk menunjang dalam prospek pertanian ramah
lingkungan, menekan penggunaan pupuk kimia dan menghasilkan bahan yang terhindar
dari bahan kimia sehingga sehat dan bersih untuk dikonsumsi (Kasi, Suaedi and
Angraeni, 2018).
Mikroorganisme lokal (MOL) sebagai agen dekomposer pada pembuatan pupuk organik
yang mampu mengubah struktur fisik dan kimia suatu bahan. Aktivator biologis ini
tumbuh dan berkembang secara alami dalam suatu media biakan khusus yang memiliki
kandungan zat-zat penting sebagai pendukung tumbuhnya mikroba. Menurut
(Manullang, Rusmini and Daryono, 2018) mikroorganisme lokal memiliki beberapa
peranan utama yakni sebagai dasar komponen pupuk, sebagai dekomposisi bahan
organik, limbah pertanian, limbah rumah tangga dan limbah industri.
Selain itu, Mikroorganisme Lokal (MOL) adalah cairan hasil fermentasi dari substrat
atau media tertentu yang berada di sekitar kita misalnya nasi, buah-buahan, telur, susu,
keong, dan lain-lain. Mikroorganisme lokal juga merupakan salah satu jasad renik yang
mulai dikembangkan untuk pupuk hayati yang ternyata tidak hanya dapat mempercepat
pengomposan, akan tetapi juga memperbaiki kualitas kompos (Mursalim, Mustami and
Ali, 2018).
Fitria Ramadhanty Usdar, et.al 528
https://semnas.biologi.fmipa.unp.ac.id
Bahan yang mengandung unsur makro dan mikro merupakan salah satu aspek terpenting
sebagai media biakan bakteri. Hal ini dikarenakan unsur-unsur tersebut merupakan unsur
yang dibutuhkan tanaman sebagai bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tanaman
(Eleazu CO, 2014). Salah satu bahan yang dapat dimanfaatkan peneliti sebagai medium
pembuatan pupuk organik cair dan perkembangan mikroorganisme adalah kombinasi
kulit pisang dan rebung bambu. Berdasarkan penelitian hasil analisis kimia komposisi
kulit pisang adalah air 69,8%, karbohidrat 18,5%, lemak 2,11%, protein 0,32%, kalsium
715 mg/100g, fosfor 117 mg/100g, besi 1,6 mg/100g, vitamin B 0,12 mg/100g, vitamin
C 17,5 mg/100g (Hikmatun, 2014). Sementara itu kandungan hara dari rebung bambu
menurut Andoko (2003) memiliki beberapa komponen seperti Air 85,63 g, Protein 2,50
g, Lemak 0,20 g, Glukosa 2 g, Fosfor 50 mg, dan Kalsium 28 mg.
Beberapa unsur diatas merupakan sebagian dari unsur mikro dan makro khususnya
kandungan mineral yang dimiliki kulit pisang. Tanaman memerlukan unsur fosfor (P),
Kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan natrium (Na). Selain itu mengandung
unsur hara mikro yang cukup beragam seperti besi (Fe) beberapa unsur inilah yang
memiliki peranan positif dalam proses pertumbuhan tanaman (Eleazu CO, 2014).
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi secara makroskopis, mikroskopis dan uji
biokimia untuk mengetahui mikroorganisme yang berperan pada pupuk organik cair
kombinasi rebung bambu dan kulit pisang.
METODOLOGI PENELITIAN
Pengambilan sampel
Pengambilan sampel Laboratorium Pendidikan Biologi dilakukan pada fase log
(eksponensial) dengan parameter yang dilihat pada pH 5.0-8.0 dan suhu ada pada kisaran
0-50oC oleh karenanya dilakukan pengamatan untuk fase log yakni diantara hari ke 3
hingga hari ke 7 dengan melihat suhu, pH warna dan aroma. Setelah pengambilan
sampel pengamatan fase eksponensial dilanjutkan pada fase stasioner pada hari ke 14
untuk melihat beberapa bakteri yang melakukan fermentasi yang ditandai dengan adanya
bercak putih yang menempel pada pinggir wadah. Pengamatan tetap dilakukan hingga
hari ke 21.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, tapisan, timbangan
analitik, ember, baskom, botol, gelas ukur, termometer dan alat yang digunakan dalam
analisis pH, cawan petri, jarum ose bulat , jarum ose lurus, pipet tetes, mikropipet,
tabung reaksi, rak tabung reaksi, labu erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, spatula,
batang pengaduk,bunsen, thermometer, Autoclave, inkubator dan Lamina Air Flow
(LAF), rebung bambu, terasi, gula merah air cucian beras, dan kulit pisang, sampel
pupuk organik cair rebung bambu dan kulit pisang, aquades, BHBI (Brain Heart Infusion
Broth),SDA (Sabouraud Dextrose Agar), NA (Nutrient Agar), Macconkey, MRSA
529
Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme Lokal Pupuk Organik Cair Kombinasi Rebung Bambu dan Kulit
Pisang
e-ISSN: XXXX-XXXX
Prosiding SEMNAS BIO 2021
medium (de Mann Ragosa Sharpe Agar), MSA medium ( Mannitol Salt Agar),pepton,
yest extract, dextrose, kristal violet, larutan lugol, alkohol 96%, NaCL, CHSIN Alkali,
buffer fosfat dan lain-lain.
Pembuatan Pupuk Organik Cair Rebung Bambu dan Kulit Pisang
Pada pembuatan pupuk organik cair yakni menggunakan kulit pisang, rebung bambu, air
beras, terasi, dan gula merah. Rebung bambu sebanyak 1 kg dihaluskan menggunakan
blender dan dicampurkan kulit pisang sebanyak 1,5 kg yang telah dicacah terlebih
dahulu selanjutnya tambahkan terasi sebanyak 50 gr, gula merah 125 gr dan air cucian
beras sebanyak 2 liter di homogenkan dalam sebuah wadah. Setelah itu dimasukkan
kedalam botol dan ditutup dengan rapat. Proses fermentasi dilakukan selama 3 minggu.
Identifikasi Mikroorganisme
Identifikasi mikroorganisme dilakukan pada 8 isolat secara makroskopis dengan
mengamati morfologi koloni, mikroskopis dengan melakukan pewarnaan gram dan
pengamatan bentuk sel bakteri serta beberapa uji aktivitas biokimia yang meliputi uji
voges-proskauer, uji penggunaan sitrat, NaCl 6,5%, uji medium MRSA dan MSA.
Selanjutnya hasil pengamatan di atas diidentifikasi menggunakan prinsip kerja Bergey’s
Manual of Determination Bacteriology (Holt et al, 1994).
Metode Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif yang
bertujuan untuk menyederhanakan data agar lebih mudah dipahami.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil pengamatan makroskopis mikroorganisme POC rebung bambu dan kulit
pisang
No. Kode Isolat Bentuk Elevasi Permukaan Tepi Warna
1 RKP1 TBR TBL MK BL PS
2 RKP2 B C MK BM PB
3 RKP3 B C MK BM PS
4 RKP4 B C MK R PB
5 RKP5 B C MK R PS
6 RKP6 B C MK R PS
7 RKP7 B C TM BM PB
8 RKP8 B C MK R PS
Sumber: Data primer
Fitria Ramadhanty Usdar, et.al 530
https://semnas.biologi.fmipa.unp.ac.id
Keterangan: a) TBR= Tidak Beraturan b) B= Bulat c) TBL= Timbul d) C= cembung e)
MK= Mengkilap f) TM= Tidak Mengkilap g)BL= Berlekuk h) R=Rata i) BM=
Berombak j) PS=Putih Susu k) PB= Putih Bening.
Tabel 2. Hasil pengamatan mikroskopis mikroorganisme POC rebung bambu dan kulit
pisang
No. Kode Isoat Bentuk sel Sifat Gram Endospora
1 RKP1 Basil (batang) + Berspora (jelas)
RKP2 Basil (batang) + Berspora (kurang jelas)
3 RKP3 Coccus (bulat) +
Tidak berspora
4 RKP4 Basil (batang) +
Tidak berspora
5 RKP5 Basil (batang) +
Berspora (jelas)
6 RKP6 Basil (batang) +
Berspora (jelas)
7 RKP7 Basil (batang) +
Berspora (jelas)
8 RKP8 Basil (batang) + Berspora (jelas)
Sumber: Data primer
Tabel 3. Hasil pengamatan uji biokimia mikroorganisme POC rebung bambu dan kulit
pisang
No. Kode
Isolat VP Citrat NaCl 6,5% MSA MRSA
1 RKP1 - - - - -
2 RKP2 + - - - -
3 RKP3 - - - + -
4 RKP4 - - - - +
5 RKP5 - - - - -
6 RKP6 - - - - -
7 RKP7 - - - - -
531
Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme Lokal Pupuk Organik Cair Kombinasi Rebung Bambu dan Kulit
Pisang
e-ISSN: XXXX-XXXX
Prosiding SEMNAS BIO 2021
8 RKP8 - - - - -
Sumber: Data primer
Isolat RKP1,RKP2
Berdasarkan karakter tersebut isolat RKP1 dan RKP 2 masuk dalam genus Bacillus sp.
Hasil identifikasi Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology9th edition Isolat RKP
1 merujuk pada bakteri B.ciculans dan B.panthotenticus dan RKP2 B.polymyxa dan
B.alvei (Holt et al, 1994).
Beberapa penelitian belum menemukan perbedaan secara signifikan antara B.circulans
dan B.Panthotenticus. Penelitian sebelumnya hanya memberikan informasi tentang
habitat B.circulans yang umumnya ada pada tanah sebagai bakteri penghasil antibiotik
dan enzim sementara itu B.Panthotenticus juga merupakan bakteri yang ditemukan pada
tanah dan membutuhkan asam pantotenat (Efendi 2000). Ditinjau dari pengamatan
makrosopis dan mikroskopis B.Panthotenticus dan B.circulans juga memiliki ciri dan
karakteristik yang hampir sama, termasuk gram positif, memiliki bentuk koloni yang
besar, permukaan datar, tepi tidak rata,warna cream hampir putih (B.Panthotenticus) dan
cream ke coklat muda (B.circulans), morfologi sel basil panjang, tersebar merantai, dan
letak endospora yang sentral (Zulkifli, Jekti and Bahri, 2018).
Dilihat dari warna koloni pada penelitian ini isolat RKP1 mendekati B.Panthotenticus.
Selain itu menurut Amar et al. (2004) adanya endospora yang terletak terminal ada juga
yang sentral, berbentuk oval atau kadang-kadang sferis. Salah satu sifat inilah yang
menandakan isolat masuk dalam spesies B.Panthotenticus. Beberapa informasi di atas
telah memberikan dugaan yang mengarah pada B.Panthotenticus namun belum
memberikan data secara lengkap mengenai genus yang terindikasi hingga ke spesies.
Pada isolat RKP2 merujuk pada B.polymyxa dan B.alvei. Habitat B.polymyxa ada pada
tanah dan berfungsi mengikat nitrogen serta penghasil antibiotik dan enzim sedangkan
B.alvei ada pada lebah sakit sebagai patogen terhadap serangga (Efendi 2000). Hal ini
senada dengan penelitian Department of Veterinary Science, College of Aricultur
Osaka, Japan dimana pembentukan koloni motil pada B.alvei hidup pada kultur madu
kontaminasi kondisi aerob (Nakano and Sakagucki, 1991)
. Hasil pengamatan penelitian ini memiliki perbedaan dengan pengamatan sebelumnya,
seperti yang dikatakan (Hastuti, U.S., Nugraheni, F.S., dan Asna, 2017) B.alvei
berwarna putih, berbentuk benang-benang, elevasi datar, tepi tak beraturan, sifat gram
positif berbentuk basil dan memiliki endospora. Lain halnya dengan B.polymixa yang
berwarna putih bening, kelihatan transparan, tepi rata, permukaan halus dan termasuk
dalam anaerob fakultatif (Kurusu et al., 1987) serta memiliki kemampuan dalam
fermentasi glukosa dengan menghasilkan asam gas CO2 (Amar, Tampubolon and
Triwardani, 2004). Beberapa ciri diatas menyerupai isolat RKP1 namun hasil identifikasi
Fitria Ramadhanty Usdar, et.al 532
https://semnas.biologi.fmipa.unp.ac.id
penelitian ini belum mendeteksi isolat secara spesifik.
Menurut (Sukmawati, 2017) bakteri dari genus Bacillus sp. bersifat motil selain
itu karakteristik lainnya menurut Efendi (2000) Bacillus sp.menunjukkan bentuk koloni
yang berbeda-beda warna koloni pada umumnya putih sampai kekuningan.Tepi koloni
bermacam-macam namun pada umumnya tidak rata. Selain itu setiap jenis Bacillus sp.
memiliki ketahanan yang berbeda-beda dalam menghadapi kondisi lingkungannya
misalnya terhadap panas, asam, garam dan lain sebagainya.
Habitat Bacillus sp.pada umumnya berada pada tanah dan air. Bacillus sp.membentuk
endospora, merupakan gram positif, bergerak dengan flagel peritricus dan dapat bersifat
aerobik dan fakultatif anaerobik (Pelczar M.J and E.C.S Chan, 1976). Bacillus
digolongkan dalam kelas bakteri heterofilik yaitu protista bersifat uniseluler termasuk
dalam golongan mikroorganisme redusen yang lazim disebut sebagai dekomposer
(G.Rheinheimer, 1987). Penelitian sebelumnya mengemukakan bahwa Bacillus sp. juga
masuk dalam kelompok bakteri Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) sebagai
bakteri yang mampu menghasilkan enzim kitinase, sidropore dan antibiotik yang
diketahui mampu menghambat pertumbuhan dan perkembangan jamur patogen secara in
vitro dan menekan penyakit rebah semai pada tanaman (Abidin, Aini and Abadi, 2015).
Beberapa spesies Bacillus sp.mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui tiga
mekanisme ekologi yang berbeda seperti pemberian unsur nutrisi tanaman, pertumbuhan
tanaman dan antagonisme terhadap penyakit seperti jamur patogen (Santos et al., 2011).
Genus Bacillus sp termasuk dalam urutan 16SrRNA yang identik sebagai isolat yang
terdeteksi mewakili 96% peran antagonis terhadap fitoplankton pada tanaman, sehingga
kelompok Bacillus sp. juga termasuk bakteri penekan penyakit yang terdapat pada akar
tanaman (Köberl et al., 2011). Senyawa peptida dan lipopeptida yang terdapat pada
Bacillus sp. memiliki aktivitas antibakteria dan sufraktan. Proses pengeringan pada
media kultur akan membentuk spora yang tahan terhadap panas sehingga dapat dijadikan
formulasi stabil dan tahan lama (Correa and Soria, 2010).
Gambar 1. Bacillus sp (RKP1) Gambar2. Bacillus sp. (RKP2)
533
Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme Lokal Pupuk Organik Cair Kombinasi Rebung Bambu dan Kulit
Pisang
e-ISSN: XXXX-XXXX
Prosiding SEMNAS BIO 2021
Isolat RKP 4
Isolat RKP4 menurut kunci determinasi Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology
9th edition merujuk dalam genus Lactobacillus (Holt et al, 1994). Lactobacillus sp.
merupakan salah satu bakteri gram positif (Maldonado, Ruiz-Barba and Jiménez-Díaz,
2004) berbentuk batang biasanya non motil, tidak berspora serta hidup pada kondisi
anaerob, menghasilkan katalase negatif dan menggunakan glukosa dalam proses
fermentasi (Liu, 2011). Keberadaannya pada lingkungan Lactobacillus sp sering
ditemukan pada saluran pembuangan kontaminasi terhadap kotoran manusia dan
biasanya terdapat di tanah bagian Rhizosphere tanaman, namun bakteri ini termasuk
komponen langka dan minor dari endofit tanaman dan hanya terdeteksi pada tanaman
dalam jumlah kecil yakni pada permukaan tanaman dimana jejak gula dapat mendukung
pertumbuhannya (Duar et al., 2017). Hal ini menjadi asumsi bahwa bakteri ini hanya
berperan dalam proses fermentasi sebagai dekomposer mempercepat pembuatan pupuk
organik cair.
Asumsi diatas berbeda dengan yang dikemukakan pada penelitian (Irianto Ketut, 2013)
Lactobacillus sp.merupakan salah satu starter yang terdapat dalam kultur campuran yang
juga berperan merangsang perkembangan mikroorganisme lainnya yang menguntungkan
bagi kesuburan tanah dan bermanfaat bagi tanaman seperti pengikat nitrogen, pelarut
fosfat dan bersifat antagonis terhadap penyakit tanaman.
Gambar 3. Lactobacillus sp
Fitria Ramadhanty Usdar, et.al 534
https://semnas.biologi.fmipa.unp.ac.id
Isolat RKP3
Berdasarkan prinsip kerja kunci determinasi Bergey's Manual of Determinative
Bacteriology 9th edition isolat RKP3 terindikasi Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus sapropiticus (Holt et al, 1994) Isolat ini lebih terindikasi pada S.aureus
karena menunjukkan hasil yang positif pada saat isolat diinokulasikan pada medium
(Mannitol Salt Agar). S.aureus merupakan bakteri gram positif (Nahimana, Francioli
and Blanc, 2006) selain itu berbentuk bulat dengan diameter 0,8-1,0 µm dan tersusun
bergerombol tidak beraturan, kadang-kadang seperti untaian buah anggur tidak dapat
bergerak tergolong bakteri aerob (Rollando, 2019) namun dikatakan oleh (Manafi and
Kneifel, 1990) ada juga yang merupakan anaerob fakultatif.
Bakteri ini berwarna putih sampai kekuningan (Rohimah and Kurniasih, 2015) tetapi
pada medium MSA (Mannitol Salt Agar) akan terlihat sebagai pertumbuhan koloni
berwarna kuning yang dikelilingi zona kuning karena kemampuannya
memfermentasikan mannitol (Jawetz, E., Melnick, J.L. and Adelberg, 2001). Penelitian
sebelumnya juga menyatakan bahwa S.aureus merupakan bakteri non motil berbentuk
coccus dan non spora. S.aureus ini merupakan bakteri kontaminan, tergolong mikroflora
normal yang terdapat dikulit manusia (Press, 2016).
Gambar 4. Staphylococcus aureus
Isolat RKP5 RKP6 RKP7 RKP8
Berdasarkan prinsip kerja kunci determinasi Bergey’s Manual of Determinative
Bacteriology 9th edition berdasarkan ciri dan karakteristik diatas diduga isolat ini masuk
dalam kelompok yeast cell (Holt et al, 1994). Penelitian sebelumnya isolat yang diambil
pada sampel tanah yang dilakukan oleh (Kurakov et al., 2008) kelompok yeast cell
umumnya bersifat anaerobik fakultatif. Beberapa yeast cell juga termasuk dalam
probiotik obligat yang merupakan aerob obligat dan tidak dapat tumbuh secara anaerob
(Arthur and Watson, 1976). Yeast cell termasuk gram positif (Powers, 1995) mengenai
penampakan morfologi pada kelompok ini juga diutarakan oleh (Puspita et al., 2020)
morfologi koloni yeast cell pada penelitian sampel nira air kelapa memberikan gambaran
yang mirip dengan hasil penelitian POC rebung bambu dan kulit pisang yakni berwarna
putih, berbentuk coccus menonjol dan permukaan yang halus mengkilap dan licin, selain
535
Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme Lokal Pupuk Organik Cair Kombinasi Rebung Bambu dan Kulit
Pisang
e-ISSN: XXXX-XXXX
Prosiding SEMNAS BIO 2021
itu ciri yang menandakan isolat termasuk Yeast cell adalah adanya tunas sebagai bentuk
regenerasinya.
Peran Yeast amilolitik pada fermentasi tradisional sangat besar yaitu bersama dengan
jamur amilolitik akan mempercepat proses degradasi pati menjadi gula sederhana yang
dihasilkan akan diubah menjadi asam organik dan alkohol yang menyebabkan adanya
aroma khas pada akhir fermentasi (Nurhartadi and Rahayu, 2011). Adanya kemampuan
yeast cell sebagai dekomposer sehingga bakteri ini masuk dalam stater EM-4 (Effective
Microorganism) seperti yang dikatakan oleh (Indriani, 2011) bahwa ada sekitar 80 genus
kelompok mikroorganisme yang terkandung dalam EM4 sementara ada 5 golongan
mikroorganisme pokok, yeast cell merupakan salah satu stater pokok yang digunakan
dalam pembuatan EM4.
Gambar 5. Yeast cell
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
bakteri yang terdapat pada pupuk organik cair kombinasi rebung bambu dan kulit
pisang adalah 4 genus dan 1 spesies dari 8 isolat. Berdasarkan pengamatan mikroskopis,
makroskopis dan uji biokimia isolat-isolat tersebut adalah genus Bacillus sp yang diduga
Bacillus panthotenticus, Bacillus circulans, Bacillus polymyxa dan Bacillus alvei.
Genus Lactobacillus sp, genus Yeast cell dan spesies Staphylococcus aureus.
SARAN
Diperlukan penelitian lanjutan hingga ke tahap spesies melalui uji molekuler, sementara
itu diperlukan pula penelitian lanjutan terkait pengaplikasian pupuk organik cair rebung
bambu dan kulit pisang pada tanaman dan diperlukan pula penelitian lanjutan terkait
pemanfaatan isolat sebagai starter pembuatan pupuk organik cair.
REFERENSI
Abidin, Z., Aini, L. Q. and Abadi, A. L. (2015) ‘Pengaruh Bakteri Bacillus sp. dan
Fitria Ramadhanty Usdar, et.al 536
https://semnas.biologi.fmipa.unp.ac.id
Pseudomonas sp. Terhadap Pertumbuhan Jamur Patogen Sclerotium rolfsii Sacc.
Penyebab Penyakit Rebah Semai Pada Tanaman Kedelai’, Jurnal HPT, 3(1), pp. 1–10.
Amar, A., Tampubolon, E. S. and Triwardani, D. (2004) ‘Isolasi dan Identifikasi Bakteri
dalam Proses pembuatan Sari buah Mengkudu (Morinda citrifolia, L)’, in. Seminar
PATPI.
Andoko (2003) Budidaya Rebung Bambu. Yogyakarta: Kanisius.
Arthur, H. and Watson, K. (1976) ‘Thermal adaptation in yeast: growth temperatures,
membrane lipid, and cytochrome composition of psychrophilic, mesophilic, and
thermophilic yeasts’, Journal of Bacteriology, 128(1), pp. 56–68. doi:
10.1128/jb.128.1.56-68.1976.
Correa, O. S. and Soria, M. A. (2010) ‘Potential of Bacilli for biocontrol and its
exploitation in sustainable agriculture’, in Plant Growth and Health Promoting Bacteria.
Springer, pp. 197–209.
Duar, R. M. et al. (2017) ‘Lifestyles in transition: evolution and natural history of the
genus Lactobacillus’, FEMS microbiology reviews, 41(1), pp. S27–S48. doi:
10.1093/femsre/fux030.
EFENDI, R. & Z. dalam (2000) ‘SPP. oleh Ariani Hatmanti *)’, XXV(1), pp. 31–41.
Eleazu CO, O. DO (2014) ‘Nutrient and Heavy Metal Composition of Plantain (Musa
paradisiaca) and Banana (Musa paradisiaca) Peels’, Journal of Nutrition & Food
Sciences, 05(03), pp. 10–12. doi: 10.4172/2155-9600.1000370.
G.Rheinheimer (1987) ‘Aquatic Microbiology’, Journal of Basic Microbiology, 27(10).
Hadisuwito, S. (2007) Membuat pupuk kompos cair. AgroMedia.
Hastuti, U.S., Nugraheni, F.S., dan Asna, P. . (2017) ‘Identifikasi dan Penentuan Indeks
Hidrolisis Protein pada Bakteri Proteolitik dari Tanah Mangrove di Margomulyo,
Balikpapan’, Proceeding Biology Education Conference, 14(1), pp. 265–270.
Hikmatun, T. (2014) ‘Eksperimen Penggunaan Filler Tepung Kulit Pisang dalam
Pembuatan Nugget Tempe’, Food Science and Culibary Education Journal, 3(1), pp. 1–
6.
Holt et al (1994) Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. 9th edn. USA:
William and Wilkins Baltimore.
Huda Khoirul, M. (2013) Pembuatan Pupuk Organik Cair dari urin Sapi. Surabaya:
Skripsi Unnes Program Studi Kimia.
537
Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme Lokal Pupuk Organik Cair Kombinasi Rebung Bambu dan Kulit
Pisang
e-ISSN: XXXX-XXXX
Prosiding SEMNAS BIO 2021
Indriani, Y. H. (2011) Membuat kompos secara kilat. Penebar Swadaya Grup.
Irianto Ketut (2013) Mikrobiologi Lingkungan Peranan Effective Microorganisme Em-4
dalam Pengelolaan Sampah Daerah. Bali: Warmadewa Press.
Jawetz, E., Melnick, J.L. and Adelberg, E. A. (2001) Mikrobiologi Kedokteran. 2nd edn.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Kasi, P. D., Suaedi, S. and Angraeni, F. (2018) ‘Pemanfaatan Pupuk Organik Cair
Rebung Bambu U Ntuk Pertumbuhan Kangkung Secara Hidroponik’, Biosel: Biology
Science and Education, 7(1), p. 42. doi: 10.33477/bs.v7i1.391.
Köberl, M. et al. (2011) ‘Desert farming benefits from microbial potential in arid soils
and promotes diversity and plant health’, PLoS ONE, 6(9). doi:
10.1371/journal.pone.0024452.
Kurakov, A. V. et al. (2008) ‘Diversity of facultatively anaerobic microscopic mycelial
fungi in soils’, Mikrobiologiia, 77(1), pp. 103–112. doi: 10.1134/s002626170801013x.
Kurusu, K. et al. (1987) ‘New peptide antibiotics Li-F03, F04, F05, F07, and F08,
produced by bacillus polymyxa I. isolation and characterization’, The Journal of
Antibiotics, 40(11), pp. 1506–1514. doi: 10.7164/antibiotics.40.1506.
Liu, D. (2011) Molecular detection of human bacterial pathogens. CRC press.
Maldonado, A., Ruiz-Barba, J. L. and Jiménez-Díaz, R. (2004) ‘Production of
plantaricin NC8 by Lactobacillus plantarum NC8 is induced in the presence of different
types of gram-positive bacteria’, Archives of Microbiology, 181(1), pp. 8–16.
Manafi, M. and Kneifel, W. (1990) ‘Rapid methods for differentiating Gram-positive
from Gram-negative aerobic and facultative anaerobic bacteria’, Journal of Applied
Bacteriology, 69(6), pp. 822–827. doi: https://doi.org/10.1111/j.1365-
2672.1990.tb01579.x.
Manullang, R. R., Rusmini, R. and Daryono, D. (2018) ‘KOMBINASI
MIKROORGANISME LOKAL SEBAGAI BIOAKTIVATOR KOMPOS Combination
of Local Microorganism as Compose Bioactivators’, Jurnal Hutan Tropis, 5(3), p. 259.
doi: 10.20527/jht.v5i3.4793.
Mursalim, I., Mustami, M. K. and Ali, A. (2018) ‘PENGARUH PENGGUNAAN
PUPUK ORGANIK MIKROORGANISME LOKAL MEDIA NASI, BATANG
PISANG, DAN IKAN TONGKOL TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
SAWI (Brassica juncea)’, Jurnal Biotek, 6(1), p. 32. doi: 10.24252/jb.v6i1.5127.
Nahimana, I., Francioli, P. and Blanc, D. S. (2006) ‘Evaluation of three chromogenic
Fitria Ramadhanty Usdar, et.al 538
https://semnas.biologi.fmipa.unp.ac.id
media (MRSA-ID, MRSA-Select and CHROMagar MRSA) and ORSAB for
surveillance cultures of methicillin-resistant Staphylococcus aureus’, Clinical
Microbiology and Infection, 12(12), pp. 1168–1174.
Nakano, H. and Sakagucki, G. (1991) ‘An unusually heavy contamination of honey
products by Clostridium botulinum type F and Bacillus alvei’, FEMS Microbiology
Letters, 79(2–3), pp. 171–178. doi: 10.1111/j.1574-6968.1991.tb04524.x.
Nurhartadi, E. and Rahayu, E. S. (2011) ‘Isolasi dan karakterisasi yeast amilolitik dari
ragi tape isolation and characterization of amylolytic yeast from ragi tape’, Jurnal
Teknologi Hasil Pertanian, IV(1), pp. 66–73.
Pelczar M.J and E.C.S Chan (1976) Microbiology. New York: MC Graw Hill Book
Company 896 pp.
Powers, E. M. (1995) ‘Efficacy of the Ryu nonstaining KOH technique for rapidly
determining gram reactions of food-borne and waterborne bacteria and yeasts’, Applied
and Environmental Microbiology, 61(10), pp. 3756–3758. doi: 10.1128/aem.61.10.3756-
3758.1995.
Press, U. B. (2016) Skin Infection: It’s A Must Know Disease. Universitas Brawijaya
Press.
Puspita, D. et al. (2020) ‘Isolasi , Identifikasi dan Uji Produksi Yeast yang Diisolasi Dari
Nira Kelapa’, J. Biosfer, 5(1), pp. 1–5.
Rohimah, S. and Kurniasih, E. L. I. (2015) ‘Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Volume 13 Nomor 1 Februari 2015’, 13, pp. 213–227.
Rollando, S. (2019) Senyawa Antibakteri dari Fungi Endofit. Puntadewa.
Santos, S. N. et al. (2011) Plant Growth and Health Promoting Bacteria. doi:
10.1007/978-3-642-13612-2.
Sukmawati (2017) ‘Identify of Floc-Forming Bacteria in Shrimp’, BioScience, 1(2), pp.
13–20.
Yuliarti, N. (2009) ‘1001 cara menghasilkan pupuk organik’, Andi. Yogyakarta.
Zainudin, M. (2018) ‘the Effect of Liquid Organic Fertilizer From Tofu Cake and’, 5,
pp. 70–77.
Zulkifli, L., Jekti, D. S. D. and Bahri, S. (2018) ‘Isolasi, Karakterisasi Dan Identifikasi
Bakteri Endofit Kulit Batang Srikaya (Annona Squamosa) Dan Potensinya Sebagai
Antibakteri’, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, 4(1). doi: 10.29303/jppipa.v4i1.98.