16

ISSN 1997-293X -. - STIA BANTEN

Embed Size (px)

Citation preview

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XI No.2, Desember 2019

i

ISSN 1997-293X Vol. XI No. 2, Desember 2019

TIM REDAKSI

Penanggung Jawab : Ir. Pryo Handoko, MM. (Ketua STIA Banten)

Pembina : Dr. Agus Lukman Hakim, SE., M.Si. (Plt. Wakil Ketua I STIA Banten) : Ihin Solihin, S.AP, M.Si. (Wakil Ketua III STIA Banten)

Mitra Bestari : Prof. Dr. Drs. H. Sam’un Jaja Raharja, M.Si. (Guru Besar Ilmu Administrasi FISIP Universitas Padjadjaran) : Prof. Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si. (Guru Besar Komunikasi Lintas Budaya

Universitas Sultan Agung Tirtayasa)

Pemimpin Umum : Dra. Atik Atiatun Nafisah, MM. (Ketua LPPM STIA Banten)

Dewan Editor

Ketua : Dr. Agus Lukman Hakim, SE., M.Si. Anggota : Dr. Agus Sjafari, M.Si : Leo Agustino, Ph.D : Dr. Juliannes Cadith, S.Sos, M.Si : Dra. Atik Atiatun Nafisah, MM Redaksi Pelaksana

Ketua : Ade Hadiono, ST, M.Si Sekretaris : Nopi Andayani, S.AP., MA. Bendahara : Reni Tania, S.Pd., MA. Tata Usaha dan Kearsipan : Litono, S.TP., S.AP. Distribusi dan Sirkulasi : Adi Purwanto, S.AP Alamat Redaksi : LPPM STIA Banten

Jl Raya Serang Km. 1.5 Cikondang Pandeglang 42211 Telp. (0253)5500250 – 5207579 – 5207577

Website: http//www.stiabanten.ac.id. Email : [email protected]

Jurnal Niagara merupakan media komunikasi ilmiah, diterbitkan dua kali setahun oleh Lembaga Penellitian dan Pengabdian Masyarakat berisikan ringkasan hasil penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi.

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XI No.2, Desember 2019

ii

iii

ISSN 1997-293X Vol. XI No. 2, Desember 2019

PENGANTAR REDAKSI

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Illahi Rabbi, Jurnal Ilmiah

Niagara Vol. XI, No. 2, Desember 2019 dapat kembali hadir dan sampai pula ditangan Anda,

baik dari komunitas ilmuwan, praktisi dan pemerhati ilmu administrasi.

Terbitan edisi Desember 2019 ini, berisikan tulisan dari rekan-rekan dosen di lingkungan

STIA Banten dan Dosen dari FISIP UNTIRTA dan yang dengan setia selalu mengisi agar

konsistensi penerbitan jurnal ini tetap terjaga. Redaksi berharap semua artikel dalam jurnal kali

ini dapat bermanfaat untuk menambah informasi dan wawasan pengetahuan, baik dalam

bidang administrasi ataupun lainnya.

Kami menyadari dalam penyajian materi jurnal edisi kali ini tidak luput dari kekurangan

dan kekhilafan, untuk itu kami mohon maaf dan mohon masukan untuk penyempurnaaan edisi

mendatang. Selamat membaca, dan terima kasih atas partisipasi dan dukungannya.

Pandeglang, Desember 2019 Redaktur Pelaksana

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XI No.2, Desember 2019

iv

v

ISSN 1997-293X Vol. XI No. 2, Desember 2019

DAFTAR ISI

Tim Redaksi ..................................................................................................................... i

Pengantar Redaksi .......................................................................................................... iii

Daftar Isi .......................................................................................................................... v

IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN SWADAYA (BSPS) OLEH DINAS PERUMAHAN KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2018 (STUDI KASUS KECAMATAN PANIMBANG)

Oleh : Mochamad Faishal Afif, Ade Hadiono .................................................................. 110 - 122

RESPONSIFITAS PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI DALAM PELAKSANAAN KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAHAN PROVINSI BANTEN

Oleh : Rina Yulianti .......................................................................................................... 123 - 132

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN SEPEDA MOTOR YAMAHA PADA CV. PUSAKA ABADI MOTOR PANDEGLANG

Oleh: Rt. Khoirunnisa, Atik Atiatun Nafisah .................................................................... 113 - 144

IMPLEMENTASI PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA TATANAN RUMAH TANGGA DI WILAYAH PUSKESMAS MAJASARI PANDEGLANG

Oleh: Tatu Zahrotul Uyun, Natta Sanjaya ....................................................................... 145 - 152

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INTRUCTIONAL SYSTEM DESIGN (ISD) PENDIDIKAN TINGGI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 (Penelitian di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Banten)

Oleh: Trisna Sonjaya, Agus Widiarto, dan M. Taufik Harsana ........................................ 153 - 164

PENGARUH PRESTASI DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP PENINGKATAN KARIR PEGAWAI (study kasus pada tenaga kependidikan dan non kependidikan di LP3I Cilegon)

Oleh: Arief Rahman ......................................................................................................... 165-171

EVALUASI KINERJA PEMERINTAHAN JOKOWI-JK 2014-2018 DI BIDANG POLITIK

Oleh: Tjahyo Rawinarno, Suhud Alynudin ...................................................................... 172 - 180

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP EFEKTIVITAS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI KECAMATAN MANDALAWANGI KAB. PANDEGLANG-BANTEN

Oleh: Ridwanullah, Marsalino ......................................................................................... 181 - 187

STRATEGI PEMERINTAH DALAM PERLINDUNGAN PASAR RAKYAT

Oleh : Jumanah ............................................................................................................... 188 – 195

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XI No.2, Desember 2019

145 STIA BANTEN

IMPLEMENTASI PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA TATANAN RUMAH TANGGA

DI WILAYAH PUSKESMAS MAJASARI PANDEGLANG

Oleh:

Tatu Zahrotul Uyun, Natta Sanjaya [email protected], [email protected]

Program Studi Ilmu Administrasi Negara STIA Banten

ABSTRAK

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan tindakan atas dasar kesadaran dari hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang anggota keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Salah satu upaya penting yang dilakukan adalah meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui pendekatan tatanan rumah tangga. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk mengetahui Implementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga di wilayah Puskesmas Majasari Pandeglang. Permasalahan dalam penelitian ini masih adanya penanganan persalinan oleh tenaga non medis, masih kurangnya kesadaran menimbang balita setiap bulan, masih kurangnya kesadaran memberikan ASI eksklusif dan kurangnya kesadaran masih merokok di dalam rumah. Peneliti menggunakan teori Implementasi kebijakan yaitu teori implementasi Edward III yang mempunyai 4 (Empat) elemen diantaranya komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Peneliti juga menggunakan pendekatan 10 indikator PHBS sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor: 2269/MENKES/PER/XI/2011 Hasil penelitian Implementasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga di wilayah Puskesmas Majasari Pandeglang adalah dari 10 indikator yang ada, hanya beberapa indikator saja yang pencapaiannya sudah baik. Itu menandakan bahwa keberhasilan Program PHBS di wilayah Puskesmas Majasari Pandeglang masih belum maksimal. Diantaranya, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, menimbang balita setiap bulan, memberikan bayi ASI eksklusif, memberantas jentik sekali seminggu, dan tidak merokok didalam rumah termasuk kedalam indikator-indikator yang sulit tercapai keberhasilannya karena beberapa faktor dan kondisi yang terjadi di lapangan.

Kata Kunci: Implementasi, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

ABSTRACT

PHBS (Clean and Healthy Life Behavior) is action based on the result of learning which makes a family member be able to help him in health and be active in realizing health for his community, one of the attempts is by increasing PHBS through a household structure. The problem identification in this study is lack of awareness of got childbirth aid by health by care providers, exclusive breastfeeding, weighed their children each month and not smoke inside the house. This research used qualitative study which was aimed to find out the implementation of PHBS in a household structure in the working area of Puskesmas Majasari Pandeglang. This researchers used the Public Implementation theory by Edward III which included communication, resources, disposition, and bureaucratic structure. In this researchers combined with Minister of Health Regulations Republic of Indonesia Number: 2269/MENKES/PER/XI/2011. The result of this

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XI No.2, Desember 2019

STIA BANTEN 146

research is of the 10 indicators, only a few indicators have achieved good result. That signified that achieved of PHBS (Clean and Healthy Life Behavior) program are not maximal. Among them, got childbirth aid by health by care providers, exclusive breastfeeding, weighed their children each month, eradicate larvae once a week and not smoke inside the house are difficult to achieve indicators because of several condition factors.

Keywords: Implementations, Clean and Healthy Life Behavior A. Pendahuluan

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, penanggulangan kemiskinan dan pembangunan ekonomi.

Dalam sistem kesehatan nasional disebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatnya status kesehatan masyarakat dan meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial dibidang kesehatan (Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019).

Salah satu upaya menuju kearah perilaku hidup sehat dengan melalui satu program yang dikenal dengan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dilaksanakan secara sistematis dan terkoodinir. Perkembangan program pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Indonesia dimulai sejak tahun 1996 oleh Departemen Kesehatan, atau saat ini oleh Kementrian Kesehatan Indonesia.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan tindakan atas dasar kesadaran dari hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang anggota keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Salah satu upaya penting yang dilakukan adalah meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui pendekatan tatanan rumah tangga.

PHBS rumah tangga memiliki indikator-indikator yang harus terlaksana dengan baik secara keseluruhan. Namun peneliti melihat ada beberapa indikator yang pelaksanaannya belum sepenuhnya

terpenuhi. Permasalahan dalam penelitian ini masih adanya penanganan persalinan oleh tenaga non medis, masih kurangnya kesadaran menimbang balita setiap bulan, masih kurangnya kesadaran memberikan ASI eksklusif dan kurangnya kesadaran masih merokok didalam rumah.

Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang bagaimana implementasi program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam tatanan rumah tangga di Puskesmas Majasari Kabupaten Pandeglang serta faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat keberhasilan dari ke 10 indikator tersebut.

Adapun tujuan dari penilitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana implementasi program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam tatanan rumah tangga di Puskemas Majasari Kabupaten Pandeglang. B. Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian adalah di wilayah kerja Puskesmas Majasari Pandeglang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2019. Penentuan informan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik purposive sampling. Terdapat 2 (dua) informan dalam penelitian ini yaitu informan kunci dan informan tambahan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian antara lain observasi, wawancara dan studi dokumen.

Teknik penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk uraian kata-kata dan kutipan-kutipan langsung dari informan. Teknik validitas data dalam penelitian ini adalah menggunakan triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triangulasi waktu.

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XI No.2, Desember 2019

147 STIA BANTEN

C. Analisis dan Pembahasan Penerapan PHBS sangat penting dalam

kehidupan sehari-hari. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ini akan sangat berpengaruh kepada derajat kesehatan pada masyarakat. Banyak penyakit yang bisa dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat antara lain munculnya penyakit seperti diare, penyakit jantung dan paru, hypertensi dan obesitas, serta penyakit infeksi menular lainnya. Penyakit-penyakit ini dapat dicegah dengan menerapkan PHBS yang dimulai dari tatanan rumah tangga.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada beberapa indikator yang belum tercapai keberhasilannya diantaranya masih adanya persalinan tidak di tolong oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI eksklusif, menimbang balita setiap bulan, memberantas jentik sekali seminggu dan tidak merokok didalam rumah.

a. Komunikasi

Komunikasi yang dibangun berbagai pihak yang terlibat dalam program PHBS ini sudah terlaksana dengan baik. Karena teori Edward III mengatakan bahwasanya komunikasi yaitu keberhasilan sebuah implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, dimana tujuan-tujuan tersebut harus berhasil di transmisikan kepada kelompok sasaran. Hal ini terjadi ketika Dinas Kesehatan berperan dalam sosialisasi meskipun tidak terlibat langsung kepada masyarakat, tapi tujuan-tujuan program bisa ter transmisi ke Puskesmas sebagai perpanjangan tangan dari Dinas Kesehatan, dan selanjutnya disampaikan kepada masyarakat sehingga masyarakat menjadi tahu dan mau melaksanakan apa yang diamanatkan oleh implementor, dalam hal ini mengenai program PHBS.

b. Sumber daya

Setiap elemen pihak yang terkait dalam implementasi program ini sudah mengerti tugas pokok dan tanggung jawabnya masing-masing, jadi diharapkan keberhasilan implementasi ini bisa terjadi

meski menjadi hal yang tidak mudah juga untuk dilakukan mengingat semua dihadapkan dengan karakter manusia yang berbeda.

Selanjutnya yaitu mengenai dana yang tersedia untuk menunjang keberhasilan program PHBS ini, dari wawancara yang sudah peneliti lakukan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dana yang tersedia cukup memadai mengingat untuk PHBS ini sendiri didanai oleh anggaran khusus.

Sarana dan prasarana di Puskesmas Majasari sudah cukup memadai untuk menunjang program PHBS agar mencapai keberhasilan yang diharapkan.

Dari beberapa elemen penunjang sumberdaya yang terlibat dalam program PHBS di Puskesmas Majasari ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pada elemen sumber daya, program PHBS di wilayah Puskesmas Majasari sudah mencukupi dan memenuhi kriteria ketersediaan sumberdaya baik sumber daya manusia, sarana dan prasarana maupun sumber daya finansial.

c. Disposisi

Disposisi yang baik akan menghasilkan hasil program yang baik juga. Yang terjadi di Puskesmas Majasari adalah seorang implementor yang mempunyai sikap demokratis, yaitu selalu mengedepankan aspirasi-aspirasi dari anggotanya, juga selalu melibatkan anggota disetiap program yang berjalan. Hasilnya adalah para anggota tidak segan untuk berbagi aspirasi sehingga semakin banyak aspirasi maka akan semakin banyak juga masukan-masukan untuk mendukung keberhasilan sebuah program. Hal ini tentu berkaitan dengan sikap para anggota yang mempunyai jiwa bertanggung jawab yang tinggi dalam mengemban amanah yang diberikan oleh implementor dalam hal ini Kepala Puskesmas, sehingga tercipta kerja sama yang baik untuk mencapai tujuan bersama yaitu tercapainya keberhasilan pada program PHBS ini.

d. Struktur Birokrasi

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XI No.2, Desember 2019

STIA BANTEN 148

Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Puskesmas Majasari sudah dilakukan sesuai Prosedur yang sudah ditetapkan. Peneliti juga dapat memberi kesimpulan bahwasanya, program PHBS ini sangat diharapkan sekali keberhasilannya, akan tetapi perlu diingat bahwa semua bukan tanpa kendala, salah satunya adalah pada cara merubah pola pikir masyarakat, karena pada program ini kebanyakan adalah menyangkut bagaimana implementor bisa menggerakkan masyarakat agar mau menjalankan program ini. Perlu diketahui bahwa merubah pola pikir masyarakat itu tidak dapat dilakukan dengan mudah, perlu adanya waktu dan kompetensi para implementor untuk mengusahakan keberhasilan program ini.

e. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

Kemiteraan bidan dengan dukun adalah suatu bentuk kerjasama bidan dengan dukun yang saling menguntungkan dengan prinsip keterbukaan , kesetaraan, dan kepercayaan dalam upaya untuk menyelamatkan ibu dan bayi dengan menempatkan bidan sebagai penolong persalinan dan mengalihfungsikan dukun dari penolong persalinan menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayi pada masa nifas, dengan berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat antara bidan dan dukun, serta melibatkan seluruh unsur/elemen masyarakat yang ada. (Kemenkes RI, 2018)

Kemiteraan yang dilaksanakan ini dirasa belum optimal hal tersebut dikarenakan antara lain paraji kurang koordinatif dan komunikatif, susah diajak bekerja sama, dan sering melanggar aturan dan prinsip kemiteraan.

Selain hal itu, pelaksanaan program KIA pada linakes belum mencapai target disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya bersalin di tenaga kesehatan, sosialisasi mengenai BPJS/Jampersal juga pendataan Bumil ke masyarakat masih belum optimal, adat istiadat yang masih kental bahwa

melahirkan di dukun merupakan salah satu bagian dari hal yang sudah turun temurun dan harus dilakukan menjadi beberapa alasan masih adanya persalinan tidak di tolong oleh tenaga kesehatan.

f. Bayi diberi ASI eksklusif

Dari wawancara peneliti dengan beberapa informan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa penyebab kegagalan ASI eksklusif di kalangan masyarakat setempat adalah rendahnya pengetahuan masyarakat setempat tentang manfaat ASI eksklusif dan cara menyusui yang benar. Penyebab lainnya adalah kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan, Ibu harus bekerja atau membantu suami berkebun, serta kebudayaan daerah setempat yang mulai memberikan makanan padat seperti pisang saat bayi masih berumur dibawah 6 bulan.

Upaya untuk meningkatkan angka cakupan ASI eksklusif harus melibatkan setiap komponen masyarakat mulai dari keluarga, tenaga kesehatan, tokoh kesehatan, tokoh agama, sampai pemerintah. Keberhasilan pemberian ASI eksklusif bukan hanya berasal dari kemauan sang ibu namun juga perlu didukung oleh lingkungan sekitarnya. Dukungan dari lingkungan sekitar sangat dibutuhkan oleh ibu menyusui karena dengan dukungan sekitar, ibu menyusui juga dapat lebih mendapatkan pengetahuan tentang pentingnya memberi ASI eksklusif baik dari sudut pandang kesehatan, agama, maupun regulasi pemerintah.

g. Menimbang balita setiap bulan

Dari serangkaian wawancara peneliti dengan beberapa informan mengenai pentingnya menimbang balita setiap bulan, peneliti dapat memberi kesimpulan bahwa antusias masyarakat pada umumnya bisa dikatakan sudah baik, hanya saja masyarakat masih beranggapan bahwa yang perlu ditimbang adalah anaknya yang masih bayi saja sedangkan anaknya yang sudah memasuki usia 3-5 tahun sudah tidak begitu penting lagi untuk di timbang,

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XI No.2, Desember 2019

149 STIA BANTEN

kebanyakan dari mereka beranggapan bahwa anaknya yang sudah besar (walaupun masih dibawah 5 tahun) tidak perlu lagi menimbang dan memeriksakan anaknya di Posyandu setelah anak selesai melewati tahap imunisasi pada usia 3 tahun, selain itu anak balita bisa terlihat sehat atau tidaknya dari keaktifan atau intensitas makan dan minum yang masih baik tanpa melihat angka timbangan setiap bulannya. Selain itu, mereka mengaku bahwa terkadang, untuk mengajak balitanya untuk ke Posyandu juga sulit dilakukan dengan alasan tidak mau.

Peneliti merasa bahwa perlu adanya integritas antara Posyandu dengan pihak lain, contohnya PAUD, sehingga orang tua bisa sekaligus membawa anaknya untuk di timbang. Selain itu juga peneliti beranggapan bahwa peran kader sangat dibutuhkan dalam keberhasilan indikator ini serta berperan aktif dalam menjemput bola dengan mengunjungi rumah orang tua yang malas membawa anaknya untuk menimbang.

Posyandu juga menjadi sarana penunjang yang baik untuk keberhasilan indikator menimbang balita setiap bulan. Bisa dibayangkan ketika kegiatan Posyandu tidak berjalan, masyarakat harus memeriksakan kesehatan ke Puskesmas yang memerlukan waktu yang lebih lama karena harus mengantre.

h. Menggunakan air bersih

Air merupakan kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur dan sebagainya, agar terhindar dari penyakit. Manfaat menggunakan air bersih adalah seseorang akan terhindar dari gangguan penyakit seperti diare, kolera, disentri, thypus, kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan. Dan setiap anggota keluarga terpeliharan kebersihan dirinya.

Pada indikator ini peneliti berpendapat bahwa masyarakat sudah mempunyai

kesadaran yang cukup baik untuk menggunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan bisa dilihat dari hasil wawancara diatas, ketika kemarau tiba dan kualitas air sedang tidak baik, masyarakat memilih membeli air yang terjamin kualitasnya untuk dipergunakan sehari-hari. Itu menandakan bahwa masyarakat sudah memiliki kesadaran yang baik.

i. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Pengetahuan tentang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sudah banyak diketahui oleh masyarakat, dan sebagian besar masyarakat juga sudah menjadikan mencuci tangan sebagai hal yang biasa dilakukan sebelum atau sesudah melakukan aktifitas yang menggunakan tangan. Akan tetapi, pengetahuan masyarakat mengenai tata cara mencuci tangan dengan air bersih dan sabun masih belum maksimal, banyak diantara masyarakat yang masih asal-asalan dalam mencuci tangan dengan beranggapan mencuci tangan dengan hanya air sudah cukup membuat kuman-kuman ditangan mati.

Sehingga menurut peneliti, perlu adanya sosialisasi yang lebih menarik perhatian agar masyarakat mau merubah perilaku mencuci tangan dan paham cara mencuci tangan dengan baik dan benar, misalnya dengan melakukan senam cuci tangan sehingga praktik cuci tangan yang baik dan benar dapat dengan dilakukan dengan menyenangkan. Selain itu, perlu adanya penyesuaian kebiasaan bagi masyarakat dan harus dilatih agar

j. Menggunakan jamban sehat

Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat tidak menggunakan jamban sehat yaitu, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya BAB sembarangan yaitu pendidikan tentang memanfaatkan jamban yang baik dan sehat merupakan suatu proses mengubah kepribadian, sikap, dan pengertian tentang jamban yang sehat sehingga tercipta pola kebudayaan dalam menggunakan jamban

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XI No.2, Desember 2019

STIA BANTEN 150

secara baik dan benar tanpa ada paksaan dari pihak manapun, kepemilikan jamban sehat itu sendiri artinya masyarakat sudah memiliki jamban hanya belum memenuhi kriteria sehingga indikator ini belum tercapai maksimal, selain itu juga kesadaran dan dukungan dari keluarga sendiri untuk hidup lebih sehat dengan sanitasi yang sehat juga, artinya ketika ada satu anggota keluarga berkeinginan untuk memiliki jamban sedangkan anggota keluarga yang lain tidak, maka akan terpengaruh untuk tidak memiliki jamban.

k. Memberantas jentik dirumah sekali seminggu

Dari beberapa point diatas, peneliti berkesimpulan bahwa kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pemberantasan jentik ini menjadi salah satu penyebab masyarakat tidak melakukan tindakan pencegahan 3M plus. Peneliti berharap dilakukan sosialisasi yang lebih intens lagi terkait hal ini agar masyarakat segera melaksanakan pencegahan-pencegahan penyakit yang ditimbulkan oleh jentik nyamuk, bisa dilakukan dengan cara door to door agar sosialisasi lebih bisa mengena ke masyarakat.

l. Makan buah dan sayur setiap hari

Kemudahan mendapatkan buah dan sayur sekarang ini juga membuat masyarakat dengan mudah menerapkan kebiasaan makan buah dan sayur. Selain itu, masyarakat juga bisa merasakan langsung manfaat makan buah dan sayur terutama untuk kesehatan.

Kesadaran masyarakat yang sudah mulai tumbuh untuk menerapkan pola hidup sehat membuat masyarakat juga bahwa mengonsumsi buah dan sayur setiap hari merupakan hal yang baik bagi kesehatan mereka, maka dari itu banyak dari masyarakat mulai memanfaatkan lahan rumahnya untuk menanam buah dan sayur yang mudah ditanam, sehingga masyarakat dapat mengonsumsi buah dan sayur tanpa harus membelinya.

m. Melakukan aktifitas fisik setiap hari

Dari hasil wawancara, peneliti dapat menyimpulkan bahwa untuk indikator aktifitas fisik sudah dilakukan dengan sadar oleh masyarakat. Kategori aktifitas fisik yang dilakukan oleh masyarakat adalah kategori aktifitas ringan sampai sedang.

Masyarakat desa pada umumnya melakukan kegiatan berkebun sebagai kegiatan sehari-hari mereka, selain memang sebagai salah satu mata pencaharian, berkebun juga merupakan salah satu aktifitas fisik yang baik dilakukan karena secara otomatis seluruh tubuh akan bergerak dan hal tersebut baik bagi kesehatan.

n. Tidak merokok di dalam rumah

Peneliti dapat menyimpulkan bahwa kurangnya rasa peduli terhadap diri sendiri dan orang lain masih sangat rendah, masyarakat perokok hanya memikirkan diri sendiri padahal perokok pasif pun mempunyai resiko yang sama atau bahkan lebih besar. Dalam hal merubah kebiasaan dan pola pikir masyarakat memang tidak mudah, perlu adanya konsistensi dalam memberikan sosialisasi dan penyuluhan-penyuluhan terkait bahaya merokok di dalam rumah baik bagi diri sendiri dan orang lain. Masyarakat juga harus bekerja sama dengan pemerintah terkait untuk mewujudkan Indonesia yang terbebas dari asap rokok atau paling tidak bisa berkurang.

Indikator PHBS tidak merokok didalam rumah merupakan salah satu indikator yang sulit tercapai keberhasilannya, jika ada satu orang saja yang merokok didalam rumah, maka indikator ini dianggap gagal karena tidak memenuhi syarat.

D. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan

data, peneliti memperoleh kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai Impelmentasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga di Wilayah Puskesmas Majasari Pandeglang adalah bahwasanya

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XI No.2, Desember 2019

151 STIA BANTEN

pada implementasi program PHBS ini keberhasilan program ditentukan oleh elemen-elemen yang ada pada teori implementasi yang peneliti gunakan yaitu teori Edward III diantaranya komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur birokrasi.

Secara keseluruhan ke empat unsur tersebut sudah terpenuhi dengan baik oleh orang-orang yang terlibat di dalam proses implementasi tersebut. Komunikasi yang terjadi pada proses implementasi program ini sudah terlaksana dengan baik, pasalnya para impelentor sudah sangat mengetahui tentang apa yang harus dilakukan agar program yang dijalankan berhasil.

Selanjutnya unsur sumber daya juga sudah sangat memadai baik dari sumber daya manusia sampai sumber daya finansial sehingga dapat menunjang keberhasilan program. Disposisi atau sikap dari implementor juga sudah sesuai dengan yang diharapkan sehingga tercipta koordinasi yang baik, lalu yang terakhir adalah mengenai struktur birokrasi yaitu implementasi Program PHBS ini sudah dilakukan sesuai Standard Operating Procedure (SOP).

Selanjutnya, ke-10 indikator PHBS menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2269/MENKES/PER/XI/2011 ada yang sudah ter implementasi dengan baik, ada juga yang masih kurang dalam pelaksanaannya. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang dihadapi dalam pelaksanaan setiap indikator yang ada sebagaimana telah peneliti tuliskan dalam analisis dan pembahasan. DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. (2014). Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

AW, Suranto. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Budi Winarno. (2008). Sistem Politik Indonesia Era Reformasi. Yogyakarta: Media Pressindo.

Creswell W. John. (2013). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed

Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat. (2002). Buku Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta.

Francin, P. (2005). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.

Islamy, Irfan. (2010). Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Moleong. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho. (2007). Manajemen Pemberdayaan. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.

Subarsono. (2011). Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tanjung, M. (2010). Gambaran Perilaku Siswi dalam Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah Medan tahun 2012. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Wahab, Solichin Abdul. (2008). Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara. Jakarta: Sinar Grafika.

Undang-undang:

Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang No. 26 Tahun 2007

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2269/MENKES/PER/XI/2011

Jurnal Ilmiah Niagara Vol. XI No.2, Desember 2019

STIA BANTEN 152

Dokumen:

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang 2018

Profil Puskesmas Majasari Kabupaten Pandeglang

Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Retrieved January 10, 2019 http://kbbi.web.id/eutanasia

Renstra Puskesmas Majasari Kabupaten Pandeglang

Profil kesehatan Indonesia 2017

Laporan data Kecamatan Majasari Tahun 2018

Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Kesehatan Provinsi Banten 2012-2017

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019

Direktorat Jenderal PPM & PL. (2003). Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat.

Kementerian kesehatan RI Booklet PHBS Rumah Tangga 2018

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pedoman Gizi Seimbang 2014. [online] Available at:

http://gizi.depkes.go.id/pgs-2014-2 [Accessed January 7, 2019]

Skripsi:

Trisya Alnuara. Analisis Implementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga oleh Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru (Studi Kasus Puskesmas Sidomulyo: Rawat Inap) Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau (http://repository.uin-suska.ac.id/19092/) [Accessed: September 17, 2019 21:34 WIB]

Jurnal:

Ernawati Roesli dan Adang Bachtiar Analisis Persiapan Implementasi Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (Indikator 8: Kesehatan Jiwa) di Kota Depok Tahun 2018 (https://jurnal.ugm.ac.id/jkki/article/view/36222) [Accessed: September 16, 2019 20:36 WIB]

Riskesdes 2018, Tim Field Lab FK UNS. (2013). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. FK-UNS, Jebres Surakarta.