Upload
khangminh22
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KEDUDUKAN ANAK TERHADAP ORANG TUA
(Kajian Tafsir Tematik)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Ulfah Nur Azizah
11140340000065
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
i
ABSTRAK
Ulfah Nur Azizah
Kedudukan Anak Terhadap Orang Tua :Kajian Tafsir Tematik, Skripsi
Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Anak tidak menjadi sebab kesulitan atau kesengsaraan orang tua, dan orang
tua tidak menjadi penyebab kesulitan dan kesengsaraan anak, banyak anak pernah
dianggap suatu sumber kekuatan dan kekuasaan, menurut para orang tua kekayaan
dan keluarga besar itu adalah suatu ujian dan percobaan karena waktu hidup mereka
hanya digunakan untuk mencari dan mengumpulkan uang demi kehidupan sebuah
keluarga terutama dalam masalah anak dan kebahagiaan anak merupakan tujuan
hidup semata, atau dalam kata lain, kehidupan hanya digunakan untuk mengabdi
kepada anak. Tetapi, ditengah kesibukan ini, para orang tua lupa ujung perjalanan
dan tujuan utama hidup yang kelak akan kembali kepada sang Ilahi, semuanya dapat
berbalik menjadi keruntuhan rohani, jika salah ditangani, atau jika kecintaan anak
itu menyisihkan kecintaan kepada Allah SWT., dari sinilah penulis memfokuskan
diri pada term anak ,orang tua, dan keluarga sehingga dapat diketahui makna anak
yang sesungguhnya dalam al-Quran.
Bentuk penelitian ini menggunakan metode penelitian pustaka (Library
Research) yaitu pengumpulan data dan informasi dengan buku-buku dan materi
pustaka lainnya, sementara itu pembahasannya sendiri menggunakan pendekatan
metode Mauḍū‘i, yaitu dengan mengambil dan menghimpun ayat-ayat yang
berbicara tentang topik pembahasan. Semuanya diletakkan dibawah satu judul lalu
ditafsirkan dengan metode Mauḍū‘i.
Setelah melakukan kajian tentang pengaruh anak terhadap orang tua, dapat
disimpulkan beberapa hasil dari penelitian ini bahwa pengaruh baik anak terhadap
orang tua dapat memberikan ikatan erat kepada kedua orang tua karena anak
merupakan anugerah dan amanah dari Allah SWT., sebagai pembawa rezeki, dan
anak adalah sosok yang sangat dicintai, akan tetapi anak dapat memberikan
pengaruh buruk terhadap orang tua karena anak hanyalah perhiasan dunia, yang
bisa menjadi cobaan , bahkan bisa menjadi musuh.
Kata Kunci: Anak, Orang Tua, Keluarga.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT., tiada Tuhan yang
berhak disembah melainkan Allah Yang Esa dan tiada sekutu baginya yang tidak
pernah putus memberikan nikmat, rahmat dan kasih sayang-nya. Penulis
bersyukur atas pertolongan, taufik, dan hidayah-nya akhirnya penulisan skripsi ini
dapat diselesaikan.
Salawat serta salam kita curahkan kepada junjungan kita, Baginda Nabi
Muhammad SAW., sebagai hamba-nya dan Rasul-nya yang mengeluarkan
manusia dari kegelapan kepada cahaya petunjuk, beserta segenap seluruh keluarga
dan sahabat beliau yang tidak pernah tertipu oleh kesenangan duniawi. Semoga
salawat dan salam itu terus menerus terlimpahkan kepada mereka sepanjang masa.
Dalam kesempatan yang bahagia ini, sudah sepatutnya penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya dan penghargaan yang tulus
kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis hingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Dengan segala kerendahan hati ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada:
1. Bapak Prof.Dr.Dede Rosyada,MA., selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer,MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta para staf
pembantu dekan.
iii
3. Ibu Dr.Lilik Ummi Kaltsum, MA., selaku Ketua Program Studi Ilmu al-
Qur’an dan Tafsir dan Ibu Dra.Banun Binaningrum, M.Pd., selaku
Sekretaris Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.
4. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Bukhori Saleh. S.Ag dan Ibunda Siti
Hijriah yang selalu ikhlas mencurahkan doa, kasih sayang, semangat, dan
motivasi, tanpa doa dan ridho dari keduanya maka penulis tidak akan
mendapatkan kemudahan, kelancaran, serta hasil yang maksimal untuk
menyelesaikan skripsi ini, juga kepada adik-adik ku yang juga
memberikan semangat kepada penulis.
5. Ibu Dr. Faizah Ali Syibromalisi, MA., selaku dosen penasehat akademik
yang selalu memberikan masukan dan arahan dari awal perkuliahan
hingga proses pemilihan akhir judul skripsi ini berlangsung dan selaku
dosen pebimbing skripsi yang sudah meluangkan waktunya untuk
memberikan arahan, bimbingan, nasehat, dan motivasi, sehingga
penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.
6. KH. Syukron Ma’mun, BA selaku murabbi dan Guru-guru besar Ponpes
Daarul Rahman yang dengan ikhlas dan sabar mendidik, mendoakan
menjadi suri tauladan bagi penulis semoga selalu dinaungi rahmat Allah
SWT.
7. Segenap jajaran dosen dan civitas academica Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu tanpa
mengurangi rasa hormat, khususnya program studi Ilmu al-Qur’an dan
Tafsir yang ikhlas dan sabar untuk mendidik kami agar menjadi manusia
yang cerdas, berkualitas dan berintelektual.
iv
8. Seluruh teman-teman Ilmu al-Qur’an dan Tafsir angkatan 2014, khususnya
sahabat-sahabatku Pramudita Suciati, Alvi Luthfiah, Qurrata a’yun,
Umdatul Banat, Muhammad Ilham, Aswar Saleh dan Iva rustiana, serta
sahabat-sahabat kelas TH B yang telah mendukung kepada penulis untuk
segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.
9. Keluarga besar Daarul Rahman, santriawan dan santriawati periode 34,
Ikdar 34 Ciputat khususnya sahabatku Nurul Awaliyah yang selalu setia
menemani, menyemangati dan berjuang bersama semoga kebersamaan
kita tak lekang oleh waktu.
10. Keluarga besar Hafidz Indonesia RCTI 2018 dan sahabatku Muawwanah
yang telah memotivasi, dan mendoakan semoga kita dapat berkumpul di
Surga nya Allah SWT., dan Teman-teman KKN Simpati 132 yang pernah
memberikan pengalaman dan cerita hidup, semoga segala kegiatan yang
telah kita kerjakan menjadi amal kebaikan yang diridhoi Allah SWT.
Ucapan terima kasih ini juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang
tidak bisa disebutkan satu per satu, penulis hanya bisa mendoakan semoga jasa
dan kebaikan yang telah diberikan dibalas Allah SWT., Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna, Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan. Akhirnya, semoga karya yang sederhana ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis pribadi dan bagi para pembaca. Āmīn..
Ciputat, 5 september 2018
Ulfah Nur Azizah
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
PEDOMAN TRANSLITERASI........................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 5
C. Rumusan Masalah .......................................................................................... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
E. Metode Penelitian .......................................................................................... 8
F. Metode Analisis Data ..................................................................................... 9
G. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 10
H. Sistematika Penulisan .................................................................................... 13
BAB II HUBUNGAN ANAK DAN ORANG TUA
A. Pengertian Anak ............................................................................................. 14
B. Pengertian Orang Tua ................................................................................... 19
C. Derivasi Anak dalam Al-Quran ..................................................................... 23
D. Ketegantungan Orang Tua Terhadap Anak ................................................... 32
BAB III KEDUDUKAN ANAK TERHADAP ORANG TUA
A. Anak adalah Anugerah yang Diminta ........................................................... 38
B. Harapan Mendapatkan Anak yang Menjadi Penyenang Hati ....................... 45
C. Anak adalah Amanah ..................................................................................... 49
D. Anak sebagai Sumber Rezeki ........................................................................ 53
E. Mencintai Anak Gharizah .............................................................................. 61
F. Anak sebagai Perhiasan Dunia ...................................................................... 66
G. Anak sebagai Fitnah .................................................................................... 69
H. Anak bisa menjadi Musuh ............................................................................ 77
vi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 84
B. Saran .............................................................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 86
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ayat-Ayat Ibn ....................................................................................... 25
Tabel 2.2 Ayat- Ayat Gulām ............................................................................... 27
Tabel 2.3 Ayat- Ayat Walad ................................................................................. 29
Tabel 2.4 Ayat- Ayat Ṣabī ................................................................................... 30
Tabel 2.5 Ayat- Ayat Dzurrīah ........................................................................... 30
Tabel 2.6 Ayat- Ayat Ṭifl .................................................................................... 31
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan
bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I.
Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.
1. Konsonan
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin
dapat dilihat pada halaman berikut:
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
Alif اTidak
dilambangkan
Tidak
dilambangkan
Ba B Be ب
Ta T Te ت
Ṡa Ṡ ثEs (dengan titik di
atas)
Jim J Je ج
Ḥa Ḥ حHa (dengan titik
di bawah)
Kha Kh Ka dan Ha خ
Dal D De د
Żal Ż ذZet (dengan titik
di atas)
Ra R Er ر
Zai Z Zet ز
Sin S Es س
Syin Sy Es dan Ye ش
Ṣad Ṣ صEs (dengan titik di
bawah)
Ḍad Ḍ ضDe (dengan titik
di bawah)
Ṭa Ṭ طTe (dengan titik
di bawah)
ix
Ẓa Ẓ ظZet (dengan titik
di bawah)
Ain ‘ Apostrof terbalik‘ ع
Gain G Ge غ
Fa F Ef ف
Qof Q Qi ق
Kaf K Ka ك
Lam L El ل
Mim M Em م
Nun N En ن
Wau W We و
Ha H Ha ه
Hamzah ’ Apostrof ء
Ya Y Ye ي
Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa
diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka
ditulis dengan tanda (’).
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf latin Nama
x
Fatḥah A A ا
Kasrah I I ا
Ḍammah U U ا
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan
antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:
Tanda Nama Huruf latin Nama
Fatḥah dan ya Ai A dan I ى ي
Fatḥah dan wau Au A dan U ى و
Contoh:
haula = ه و ل kaifa : ك ي ف
3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan
huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Harkat dan Huruf Nama Huruf dan
tanda Nama
ي ا | ... ... fatḥah dan alif
atau ya ā a dan garis di atas
ي Kasrah dan ya ī i dan garis di atas
و ḍammah dan wau ū u dan garis di atas
xi
Contoh:
matā : م ات
ramā : ر م ى
qīla : ق ي ل
yamūtu : ي و ت
4. Ta Marbūṭah
Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: ta marbūṭah yang
hidup atau mendapat harkat fatḥah kasrah, dan ḍammah, transliterasinya
adalah [t]. Sedangkan ta marbūṭah yang mati atau mendapat harkat sukun,
transliterasinya adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbūṭah diikuti oleh kata
yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah,
maka ta marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh:
rauḍah al-aṭfāl : ر و ض ة األط ف ال
ل ة al-madīnah al-fādilah : ال م د ي ن ة ال ف اض
ة م al-ḥikmah : ال ك
5. Syaddah (Tasydīd)
Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda tasydīd ( ) dalam transliterasi ini dilambangkan
dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.
Contoh:
rabbanā : ر ب ن ا
ن ا najjaīnā : ن ي
al-ḥaqq : ال ق
al-ḥajj : ال ج
nu‘‘ima : ن ع م
aduwwun‘ : ع د و
xii
Jika huruf ى ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf
kasrah ( ى ), maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah ( ī ). Contoh:
Alī (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)‘ : ع ل ي
Arabī (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)‘ : ع ر ب
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan
huruf ال (alif lam ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang
ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiah
maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung
yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-). Contohnya:
س م الش : al-Syamsu (bukan asy-syamsu)
ة ل ز ل ز ال : al-Zalzalah (bukan az-zalzalah)
ة ف س ل ف ال : al-Falsafah
د ل ب ال : al-Bilādu
7. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya
berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila
hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan
Arab ia berupa alif. Contohnya:
ta’murūna : أتمرون
’al-nau : النوء
syai’un : شيء
umirtu : أمرت
8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia
xiii
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata,
istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata,
istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari
pembendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan
bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas.
Misalnya kata al-Qur’an (dari al-Qur’ān), Sunnah, khusus dan umum.
Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks
Arab, maka mereka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh:
Fī Ẓilal al-Qur’ān
Al-Sunnah qabl al-tadwīn
Al-‘Ibārāt bi ‘umūm al-lafẓ lā bi khuṣūṣ al-sabab
9. Lafẓ al-Jalālah ( )هللا
Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf
lainnya atau berkedudukan sebagai muḍāf ilaih (frasa nominal),
ditransliterasi tanpa huruf hamzah. Contoh:
Adapun ta marbūṭah di akhir kata yang disandarkan kepada Lafẓ al-
Jalālah ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh:
hum fī raḥmatillāh ه م ف ر ح ة للا
10. Huruf Kapital
Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps),
dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang
penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang
berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf
awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan
kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis
dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal
kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata
sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama
juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata
xiv
sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan
(CK, DP, CDK, dan DR).
Contoh:
Wa mā Muḥammadun illā rasūl
Inna awwala baitin wuḍi‘a linnāsi lallażī bi Bakkata mubārakan
Syahru Ramaḍān al-lażī unzila fīh al-Qur’ān
Naṣīr al-Dīn al-Ṭūsī
Abū Naṣr al-Farābī
Al-Gazālī
Al-Munqiż min al-Ḍalāl.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pandangan al-Quran tentang anak secara global dapat diformulasikan dalam
prinsip bahwa anak tidak menjadi sebab kesulitan atau kesengsaraan orang tua, dan
orang tua tidak menjadi penyebab kesulitan dan kesengsaraan anak-anak1,
kebahagiaan dalam keluarga akan lengkap jika dianugerahkan seorang anak, semua
orang tua pasti mengharapkan anaknya yang saleh dan salehah, Anak merupakan
karunia Allah SWT., yang sangat besar nilai dan fungsinya bagi kehidupan
keluarga, sumber kebahagiaan keluarga, karunia Allah, penerus dari keturunan,
pelestarian pahala orang tua,dan merupakan amanah Allah SWT.
Maka setiap orang tua senantiasa selalu bersyukur apabila telah dikaruniai
anak dan menyadari bahwa anak adalah amanat yang dititipkan oleh Allah SWT.,
kepada orang tuanya.2
Anak adalah sebuah perhiasan, salah satu buktinya adalah ketika orang tua
medapatkan anak begitu menyenangkan hatinya sehingga disebut-sebut sebagai
buah hati, menurut Hamzah Hasan anak dapat dikatakan bisa sebagai musuh atau
sebagai fitnah ketika anak sudah tidak lagi diposisikan secara proposional atau
ketika anak sudah berubah peran menjadi pemicu fitnah dan permusuhan hal ini
sama seperti emas dan berlian ketika jatuh ditangan penjahat maka fungsinya sudah
1 Sayyid Sabiq, fiqh al-Sunnah al Qāhirah (Dār al-Fattah li al-A‛lam al ‛Arābī, 1972), h.5 2 M Nipan Abdul Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: MitraPustaka, 2003),
cet. III.h. 8
2
tidak lagi ternilai, sebagaimana sudah dikatakan sebelumnya bahwa anak dapat
membuat orang tua jauh dari mengingat Allah.3
نة وأنم ٱللم عندهۥ أجر عظيم لكم وأولدكم فت ا أمو وٱعلموا أنم “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai
cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”
(Q.s. al-Tagābūn/64: 15)
Secara berulang-ulang dalam keluarga, sejak lahir seorang anak sudah
memiliki berbagai kebutuhan seperti kebutuhan psikologis, makan, minum,
kebutuhan kasih sayang, kebutuhan tersebut seyogyanya dapat dipenuhi anak dalam
suatu lingkungan yang merangsang seluruh aspek perkembangan anak.4
Pada tema pemahaman-pemahaman status anak , sejarah telah menampilkan
bagaimana di dunia ini memposisikan anak-anak yang mereka miliki, cerminan
bagaimana kondisi masyarakat di dunia ini mempersepsikan anak sesuai dengan
pemahaman konsumtif mereka, banyak dari mereka yang beranggapan bahwa anak
bukan sebagai lahan investasi ke depan, generasi penerus dan meneruskan misi
kemanusiaan, banyak orang mewarisi anak dengan air mata bukan dengan mata air,
maka jadilah generasi yang tidak bermutu baik untuk dunia maupun akhirat,
tepatlah gagasan bahwa “ janganlah kita wariskan air mata untuk generasi kita
akan tetapi wariskan mata air untuk masa depan mereka”.5
Karena tidak semua anak tumbuh menjadi apa yang diinginkan oleh kedua
orangnya, kita harus mengetahui perkembangan pribadi anak, menurut psikologi
3 Hamzah Hasan , melejitkan tiga potensi dasar anak agar menjadi shaleh dan cerdas
(Jakarta: Kultum Media, 2009), cet I hal 11. 4 Diana Mutiah psikologi bermain anak usia dini (Jakarta: Kencana prenada media gruup
2010) cet.1 hal .85 5 Heru Juabdin Sabda “ Konsep Pembentukan Kepribadian Anak dalam Prespektif al-
Quran” (surat Luqmān ayat 12-19) jurnal pendidikan islam , vol 6, diterbitkan (November 2015); h
259-260
3
perkembangan berlangsung sejak konsepsi sampai mati, yaitu sejak terjadinya sel
ibu dan bapak sampai mati, individu senantiasa mengalami perubahan-perubahan
atau perkembangan, sejak masa konsepsi sampai meninggal dunia, individu tidak
pernah statis, melainkan senantiasa mengalami perubahan- perubahan yang bersifat
progresif dan berkesinambungan, selama masa kanak-kanak hingga menginjak
remaja. 6
Nurchalis Majid mengutip pendapat A. Yusuf Ali yang menyatakan bahwa
banyak anak pernah dianggap suatu sumber kekuatan dan kekuasaan, menurut nya
kekayaan dan keluarga besar itu adalah suatu ujian dan percobaan, semuanya dapat
berbalik menjadi keruntuhan rohani, jika salah ditangani, atau jika kecintaan
keduanya itu menyisihkan kecintaan kepada Allah SWT., anak akan menjadikan
kekuatan yang memberikan pengaruh baik dalam kedudukan maupun kehormatan
karena sebagaimana yang dijelaskan A.Yusuf Ali bahwa banyak anak akan
menjadikan seseorang penuh dengan busur panah yang bisa berpengaruh dalam
masyarakat, seperti halnya metode yang diberikan Luqman dalam mendidik
anaknya adalah metode suri tauladan, Luqman berwasiat kepada anaknya selalu
memberikan contoh-contoh langsung yang dilakukan oleh Luqman yakni dengan
perbuatan nyata yang diperlihatkan (dicontohkan) kepada anaknya.7
Begitupula, Anak adalah penolong atau pemberi syafa’at bagi orang tua,
sudah sepantasnya keberadaan anak ketika masih hidup selalu mendoakan orang
tua yang sudah meninggal sebagai bukti birru al-walidain , hal tersebut sebenarnya
6 Nafia Wafiqni, M pd& Asep Ediana Latip, M.Pd. psikologi perkembangan anak usia MI
(Jakarta: Uin Press, 2015), h.11-12 7 Heru Juabdin Sabda “ Konsep Pembentukan Kepribadian Anak dalam Prespektif al-Quran”
(surat Luqmān ayat 12-19) jurnal pendidikan islam , vol 6, diterbitkan (November 2015); h 259-260
4
juga tidak terlepas kesuksesan orang tua dalam membimbing dan mengarahkan
anak-anaknya, sehingga sudah sepantasnya balasan dari Allah kepada mereka
dengan menyadarkan anak-anaknya untuk mendoakan.
Pertolongan Allah kepada orang tua juga dalam hal ketika anak yang belum
baligh meninggal mendahului orang tuanya maka pada saatnya nanti dia akan
memberikan syafa’at kepada mereka karena sudah pasti kesucian jiwanya
menuntut dia masuk kedalam surga, jiwa yang masih suci dalam fitrahnya
kemudian menjadi syafa’at bagi kedua orang tuanya, hal inilah yang kemudian
menjadikan Allah menghadiahi mereka dengan adanya syafa’at yang diberikan
anak yang telah meninggal dikarenakan mereka menghadapinya dengan penuh
kesabaran dan penyandaran sepenuhnya hanya kepada Allah8.
Sebagaimana pada tahun 2006 menurut H.M Arifin, guru besar dalam bidang
pendidikan, ia berpendapat bahwa seorang anak tergantung kepada orang tua dan
pendidikannya, hati seorang anak itu bersih, murni, laksana permata yang amat
berharga, sederhana dan bersih dari gambaran apapun, dalam kata lain adalah fitrah,
jika anak menerima ajaran yang baik, dari kebiasaan hidup yang baik, maka anak
itu menjadi baik, jika anak itu dibiasakan melakukan hal yang buruk dan dibiasakan
kepada hal-hal yang jahat maka anak itu akan berakhlak buruk.
Pendidikan islam yang menjadi suatu tuntutan dan kebutuhan mutlak umat
manusia untuk menyelamatkan anak-anak dari ancaman dan hilang sebagai korban
hawa nafsu para orang tua terhadap kebendaan, pemberian kebebasan yang
berlebihan dan pemanjaan serta menyelamatkan anak-anak dilingkungan bangsa-
8 Jurnal Moh.Luthfi Nurcahyono yang berjudul Pandangan terhadap anak dalam ajaran
islam, vol 01, no 02 diterbitkan 2013, h 148-154
5
bangsa sedang berkembang dan lemah dari ketundukan, kepatuhan dan penyerahan
diri kepada penzaliman dan penjahahan9.
Mengingat betapa pentingnya posisi anak dalam keluarga, maka islam pun
menyerukan agar mengelola potensi anak dengan sungguh-sungguh, seruan ini
untuk menghindari agar jangan sampai anak ditelantarkan sehingga tumbuh
menjadi manusia yang lemah dalam segala hal.10
Penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh anak karena melihat
banyaknya pada orang tua dikalangan masyarakat berlomba-lomba dalam
membanggakan anak perihal kehidupan, jodoh, pekerjaan, pendidikan, oleh karena
itu berangkat dari permasalahan diatas penulis hendak meneliti Kedudukan anak
terhadap orang tua dalam prespektif al-Qur’an dengan menggunakan kitab tafsir
kontemporer, saya mengambilnya karena untuk melihat relevansi penafsiran ulama
dengan isu-isu kontemporer terkait anak dengan corak penafsiran Adab al- Ijtimā‘ī.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis belum menemukan penelitian
yang membahas pengaruh anak terhadap orang tua berdasarkan tafsir kontemporer
serta relevansinya dikehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penulis mengambil
judul: “Kedudukan Anak Terhadap Orang Tua ” (kajian Tafsir Tematik).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Hakikat anak merupakan amanah yang dititipkan Allah SWT., kepada orang
tua, lalu apakah anak hanya sebatas perhiasan dunia yang bisa menjadi fitnah
9 Hamdani Rizal dan Saifuddin Zuhri Pemikiran al-Gazali tentang pendidikan akhlak
(Fakultas agama islam Muhammadiyah Surakarta), laporan penelitian, Vol XVIII, no. 2, November
2006, h 177 10 Santi Awaliah Konsep Anak Dalam al-Qur’an dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Islam dalam Keluarga, skripsi,(Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga,2008), h. 3
6
dan musuh,Sehingga banyak para orang tua yang jatuh dalam tipu daya
seorang anaknya? Dan Bagaimana cara menyikapi seorang anak dalam
keluarga dengan baik ?.
b. Bagaimana pengaruh anak bagi kedua orang tua yang terdapat dalam al-
Qur’an?.
1 . Pembatasan Masalah
Berdasarkan permasalahan masalah diatas, penulis membatasi pembahasan
dalam skripsi ini pada ayat-ayat tentang anak dalam surat al-Isrāʼ ayat 31, al-
Tahrīm ayat 6, al-Furqān ayat 74, al-Tagābūn ayat 14 dan 15,Ᾱli ‘Imrān ayat 14,
dan surat al- Kahfi ayat 46, penulis mengambil ayat ini dengan alasan bahwa
delapan ayat ini mewakili makna anak dalam al-Quran .
Pembatasan ini bertujuan agar pembahasan tentang pengaruh anak terhadap
orang tua lebih fokus dan tidak keluar dari tema yang dibahas, dan begitu juga tidak
keluar dari aspek-aspek yang diidentifikasi dengan mengaitkannya dengan ayat-
ayat yang berkaitan dengannya, namun tidak terlepas dengan penafsiran al-Quran
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka penulis mengambil perumusan
masalah ini sebagai berikut: Bagaimana kedudukan seorang anak terhadap orang
tua dalam pandangan al-Qur’an?.
D. Tujuan dan manfaat penelitian
Berangkat dari ketertarikan penulis dalam mengkaji ayat mengenai pengaruh
anak terhadap orang tua, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini
sebagai berikut :
7
1. Untuk mengetahui penafsiran ayat-ayat anak dalam tafsir kontemporer dari
masa ke masa, dan memberikan pemahaman terhadap kedua orang tua dalam
mendidik anak.
2. Mendeskripsikan ayat-ayat yang berkaitan dengan pengaruh anak yang
disajikan oleh para mufassir kontemporer dalam tafsirnya sehingga
menghasilkan sebuah kesimpulan.
Adapun siginfikasi penelitian ini terlihat dari segi teoritis dan praktisnya:
1. dalam aspek teoritis
a. Memberikan wawasan tambahan mengenai penafsiran Ulama
kontemporer yang memiliki corak penafsiran yang sama dari mufassir
di dunia Timur dan Nusantara
b. Memberikan pemahaman lebih luas tentang pengaruh anak dalam al-
Quran.
c. Menyebarluaskan khazanah keilmuan khususnya produk tafsir tematik
tentang pengaruh anak dalam al-Quran.
2. Dalam aspek praktis
a. Penelitian ini akan berguna bagi mahasiswa yang hendak menambah
kelilmuannya dan menjadi refrensi dalam memberikan proses belajar
mengajar di Fakultas masing-masing, serta menjadi perbandingan
terhadap penelitian-penelitian yang membahas tentang anak dalam al-
Quran.
8
E. Metodologi Penelitian.
Berhasil atau tidaknya suatu penelitian akan tergantung kepada metode dan
teknik yang akan dipergunakan dalam penelitian tersebut, karena itu memilih
metode yang tepat adalah suatu keharusan.
Dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini, penulis menggunakan unsur-
unsur aspek penelitian beirkut:
Metode pengumpulan data pada skripsi ini melakukan metode penelitian
kepustakaan (Library research) , yaitu mengumpulkan data yang memliki
relevansinya dengan masalah yang akan dibahas, baik yang bersumber dari buku
atau sumber tertulis lainnya, kitab-kitab hadis, ayat al-Quran , makalah, artikel,
skripsi , tesis, disertasi, dan laporan penelitian dan bahan-bahan yang berkaitan
tentang masalah yang akan dibahas adalah sumber data primer pada penelitian ini,
ditambah dengan buku-buku lain yang memuat informasi sekitar pemimpin sebagai
data sekunder.
Adapun sumber data primer yang penulis gunakan dalam pembuatan skripsi
ini adalah kitab suci al-Quran, mushaf yang digunakan sebagai pegangan adalah al-
Quran dan terjemahnya yang ditashih oleh Kementrian Agama RI dan kitab
Mu‘jam al-Mufahras Li Alfāẓ al-Qurʼān al karīm karya Muhammad Fuʼād ‘Abd al-
Bāqī untuk mempermudah melacak ayat-ayat al-Quran yang terkait kitab yang
menjadi analisa utama adalah kitᾱb Tafsīr al-Sya‘rāwī karya Muhammad
Mutawallī al-Sya‘rāwī, tafsīr al-Munīr karya Wahbah al-Zuhaili, tafsīr al-Quran
dan Tafsirnya karya Kementrian Agama RI , tafsīr Hamka karya Buya Hamka dan
tafsīr al-Maraghi karya Ahmad mustafa al-Maraghi, penulis menilai para mufassir
9
tersebut representatif dalam kajian kebahasaan, akhlak tasawuf dan sosial
kemasyarakatan.
sumber data sekunder yang terdiri dari buku dan artikel dan lain- lainnya
yang memiliki relevansi dengan pokok permasalahan yang dibahas dalam
permasalahan ini, semua itu dilakukan melalui proses pengumpulan data-data
pendapat para ulama akan dijadikan analisis kesimpulan akhir pada proposal ini.
F. Metode Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka data-data Tersebut dianailisi melauli metode
sebagai berikut
1. Metode Interpretatif
Metode ini digunakan untuk menyelami isi buku, lebih tepatnya mengungkap
arti makna yang disajikan, metode ini penting perannya dalam usaha mencari
makna yang tersirat maupun tersurat.
2. Metode Maudhū‘ī
Metode ini adalah suatu metode yang mengarahkan pandangan kepada satu
tema tertentu, lalu mencari pandangan al-Qur’an tentang tema tersebut
dengan ayat yang membicarakannya, menganalisis, dan memahami ayat demi
ayat, adapun langkah penerapan metode maudhū‘ī
1. menetapkan masalah yang akan dibahas (topik/tema)
2. melacak dan menghimpun masalah yang dibahas dengan menghimpun
ayat-ayat al-Qur’an yang dibicarakan
3. memperhatikan sabab al- Nuzūl
10
4. menyusun runtutan ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan ayat yang
sesuai dengan masa turunnya.
5. Memahami korelasi ayat dengan surah nya masing-masing
6. Melengkapi penjelasan ayat dengan hadis, riwayat sahabat, dan lain-lain
bila dipandang perlu.
7. Mengompromikan antara yang umum dan khusus, mutlaq dan muqayyad,
atau yang pada lahirnya bertentangan sehingga lahir satu kesimpulan
tentang pandangan al-Quran menyangkut tema yang dibahas11
G. Tinjauan Pustaka
Setelah melakukan penelusuran dari berbagai penelitian, sejauh pengamatan
dan pencarian yang dilakukan, penulis menemukan beberapa karya ilmiah baik
yang berbentuk buku, artikel dan skripsi yang terkait dengan pembahasan ini, akan
tetapi penulis mendapati hasil penelitian yang telah dihasilkan sebelum ini
mempunyai tinjauan dari perspektif yang berbeda-beda, berikut akan diterangkan:
Penelitian yang berupa jurnal yang dilakukan Nur Zahidah tentang Model
Keluarga Bahagia Menurut Islam pada tahun 2011 , dijelaskan bahwa Keluarga
bahagia itu ialah satu keluarga yang merasa senang terhadap satu sama lain, dan
terhadap hidup sendiri sehingga mempunyai objektif pembinaan keluarga yang
jelas dan positif, elemen kebahagiaan dalam islam sebenarnya adalah penyatuan
antara iman dan amal serta cabang-cabang lain seperti akidah, akhlak, ilmu, sosial,
niat , amanah dan keselamatan fisikal yang akhirnya mencetuskan situasi yang
sakinah mawaddah wa al-Rahmah.
11 M.Quraish Syihāb Kaidah Tafsir syarat, ketentuan, dan aturan yang patut anda ketahui
dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an (Tangerang:Penerbit Lentera Hati,2013), cet I h..385.
11
Penelitian yang berupa skripsi yang dilakukan oleh Suriadi yang berjudul
anak dan istri dalam surat al-Thagabun ayat 14-15 pada tahun 2015 dijelaskan
bahwa yang dimaksud musuh dalam surat al taghabun ayat 14-15 adalah sebagian
pasangan dan anak merupakan musuh dapat dipahami dalam arti sebenarnya yaitu,
yang menaruh kebencian dan ingin memisahkan diri dari ikatan perkawinan , dalam
hal kegagalan seorang pemimpin keluarga menanamkan nilai-nilai pendidikan pada
istri dan anak-anaknya , sehingga istri dan anak yang di bangga-banggakan ternyata
sering menjadi penghalang baginya dalam melaksanakan perintah Allah SWT.
Penelitian yang berupa jurnal yang dilakukan oleh Ani Nuraeni pada tahun
2011 tentang Menanamkan Disiplin Anak Melalui Dairy Activity menurut ajaran
islam menjelaskan bahwa prinsip-prinsip pendidikan pada anak: 1. Berorientasi
pada perkembangan anak, 2. Berorientasi pada kebutuhan anak, 3. Bermain sambil
belajar, 4. Lingkungan yang kondusif , 5.berpusat pada anak, 6.menggunakan
pembelajaran yang terpadu, 7.mengembangkan berbagai kecakapan hidup
8.menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar 9.dilaksanakan secara
bertahap dan berulang-ulang 10. Aktif, kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan.
Penelitian yang berupa skripsi yang dilakukan oleh Aminah Zahra tentang
Tipologi Anak Dalam al-Quran pada tahun 2010, dalam skripsi ini dinyatakan
bahwa tipe anak ada empat yaitu Qurrata a‘yun, ‘aduwwun, fitnah, dan zīnati hayatī
Dunia, dijelaskan secara terperinci dan detail melalui penafsiran kontemporer dan
klasik yaitu Hasbī al- ṣiddiqī, Quraish Syihāb, Sayyid Qutb dan Ibn katsīr,
menurutnya tipologi anak dalam al-Quran terdiri dari empat tipe yaitu Qurrata
a‘yun, ‘aduwwun, fitnah, dan zīnati hayatī Dunia, dengan menggunakan istilah
Dzurriyyah, Banūn, dan Aulād.
12
Penelitian yang berupa Jurnal yang dilakukan oleh Annora Mentari Putri dan
Agus Santoso tentang Presepsi Orang tua Tentang Kekerasan Verbal Anak pada
tahun 2012, dijelaskan bahwa kekerasan verbal menimbulkan dampak yang tidak
kalah buruknya dengan kekerasan fisik, orang tua menyebutkan bahwa kekerasan
pada anak hanya kekerasan berbetuk fisik saja, kenyataan nya kekerasan fisik
hampir selalu disertai dengan kekerasan verbal seperti, membentak, meneriaki dan
mengabaikan anak, faktor orang tua melakukan tindakan tersebut karena dua hal
yang pertama karena faktor dari anak dan kedua orang tua, orang tua yang
menganggap bahwa anak mereka yang berusia tiga dan empat tahun adalah anak
yang nakal, sehingga mereka sering melakukan hal tersebut pada anak mereka dan
faktor dari orang tua adalah dikarenakan karakter yang dimiliki dari orang tua itu
sendiri.
Penelitian berupa skripsi yang dilakukan oleh Endah yang berjudul Peran
keluarga dalam membangun karakter anak pada tahun 2017, dijelaskan bahwa
keluarga adalah peran yang penting dalam pembentukan kepribadian anak, anak
dapat diibaratkan seperti selembar kertas putih kosong yang harus diisi, dalam hal
ini peran orang tualah yang sangat dominan, orang tua harus mendidik anak
semenjak dini agar mereka dapat berperilaku sesuai apa yang dia harapkan,
komunikasi dua arah yang efektif sangat diperlukan untuk membentuk hubungan
yang harmonis antara orang tua dan anak, orang tua harus berusaha mendengar dan
memahami kemauan anak, ciptakan suasana agamis dirumah sehingga akan lebih
mudah membentuk kecerdasan emosi (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) anak,
orang tua harus memberikan perhatian dan kasih sayang serta kejujuran dan saling
pengertian dalam keluarga.
13
H. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang utuh dan terpadu, maka dalam skripsi
ini, penulis membagi pembahasan kedalam lima bab, masing-masing bab
mempunyai spesipikasi pembahasan mengenai topik-topik tertentu, yaitu :
Bab Pertama, berisi pendahuluan mencakup ruang lingkup penulisan yaitu
merupakan gambaran-gambaran umum dari keseluruhan isi skripsi meliputi:
latar belakang masalah, Perumusan dan Pembatasan masalah, Tujuan dan
manfaat penilitian, metode penelitian, metode analisi data, Tinjauan Pustaka,
dan Sistematika Penulisan.
Bab ke Dua, membahas tentang hubungan anak dan orang tua yang
didalamnya mencakup pengertian anak , pengertian orang tua beserta
derivasinya , direvasi anak dalam al-Quran, ketergantungan orang tua
terhadap seorang anak .
Bab ke Tiga, berisi analisis tematik yang akan membahas bagaimana
penafsiran para mufassir tentang makna ayat-ayat yang terkait dengan anak
adalah anugerah yang dipinta, harapan mendapatkan anak saleh, anak adalah
amanah, anak sebagai sumber rezeki , dan mencintai anak gharizah, anak
sebagai perhiasan dunia, anak bisa menjadi fitnah , dan anak bisa menjadi
musuh.
Bab ke Empat, merupakan bab penutup dari skripsi penulis yang didalamnya
mencakup tentang kesimpulan pokok hasil penelitian serta saran-saran dan
penutup.
14
BAB II
HUBUNGAN ANAK DAN ORANG TUA
A. Pengertian Anak
Anak menurut arti kata adalah keturunan yang kedua, dan menurut istilah
adalah keturunan yang lahir dari induknya merupakan hasil proses pembuahan dari
lawan jenisnya1, berdasarkan keterangan yang ada didalam naṣ-naṣ islam kita
mengetahui bahwa seorang anak hakikat nya adalah: sumber kebahagiaan keluarga,
karunia Allah, penerus garis keturunan, pelestari pahala orang tua , amanat Allah,
anak adalah batu ujian keimanan orang tua, anak adalah orang yang dianggap belum
mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dibawah tanggung jawab orang
lain, yaitu keluarga (orang tua)2, anak terbagi dalam beberapa pengertian, sebagai
berikut:
a. Pengertian Anak secara Sosiologis
Pada umumnya anak diartikan sebagai seseorang yang lahir dari hubungan
biologis antara pria dan wanita ada juga yang mengatakan bahwa anak adalah lelaki
dan perempuan yang belum dewasa pubertas, sedangkan yang diartikan anak adalah
seseorang yang masih dibawah usia tertentu dan belum dewasa, serta belum
menikah.3
1 Moh.Luthfi Nurcahyono “ Pandangan terhadap anak dalam ajaran islam”, Jurnal, vol 01,
no 02 diterbitkan 2013, h 148-154. 2 Rahmat Rohadi Pendidikan islam dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini, Konsep
dan Praktik Paud Islami (Jakarta: Rajawali Press,2013) cet.1, h.33. 3 Liza agnesta krisna Hukum perlindungan anak panduan memahami Anak yang berkonflik
dengan hukum, (Yogyakarta: Debpublish ,2018) cet.1 h.6.
15
b. Pengertian Anak secara Psikologis
masa anak-anak merupakan salah satu fase kehiduoan manusia saat terjadinya
proses pembentukan kepribadian seseorang, pada masa ini seseorang membutuhkan
perlindungan dari orang dewasa adapun masa anak-anak terbagi dalam beberapa
fase.
Masa anak-anak : masa bayi, masa anak-anak pertema 2-5 tahun masa anak-
anak terakhir 5-12 tahun, masa remaja 13-20 tahun, masa dewasa muda 20-25
tahun, para pakar berbeda pendapat dalam membatasi frase kanak-kanak ini, para
psikolog membagi fase kanak-kanak ke dalam dua jenjang: fase kanak-kanak awal
sejak lahir hingga 6 tahun, fase anak-anak akhir: 6 tahun hingga 12 tahun, senada
dengan para psikolog, para sosiolog menetapkan bahwa yang dimaksud dengan
masa kanak-kanak adalah rentang waktu sejak manusia lahir hingga usia 12 tahun,
sementara antara usia 12-18 merupakan masa remaja.
Berbeda dengan para psikolog dan sosiolog,para pakar hukum berpendapat
bahwa masa kanak-kanak merupakan rentang waktu sejak manusia lahir hingga
usia 18 tahun.
Dalam batasan usia balig, Fuqahāʼ berbeda pendapat, Imam Hanafi
menyebutkan bahwa usia balig 18 tahun bagi laki-laki dan 17 tahun bagi
perempuan, sementara Imam Syāfi‘ī menetapkan 15 tahun sebagai tanda balig
seseorang, meskipun sampai saat itu tidak mendapatkan mimpi bagi laki-laki atau
haid bagi perempuan.
Sementara dalam UU NO.13 Th.2003 tantang ketatanegaraan dan UU no.23
Th.2003 tentang perlindungan anak, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan anak
16
adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 tahun, definisi ini sesuai dengan
pendapat pakar hukum dalam menetapkan masa kanak-kanak yang dibatasi dengan
usia 18 tahun4
c. Pengertian Anak secara Yuridis5
Secara yuridis pengertian anak didasarkan pada batas usia tertentu, urgensi
terhadap kepastian bahwa usia anak secara yuridis dikarenakan terkait kepada hak
dan kewajiban anak jika dalam lapangan hukum perdata, batas usia secara yuridis
ini menyangkut persoalan kekuasaan orang tua, perwalian, pendewasaan, hak
warisan, perkawinan dan lain-lain , sedangkan dalam lapangan hukum pidana
menyangkut pertanggung jawaban hukum pidana hak-hak dalam peradilan anak
dan sistem penjatuhan hukuman yang jelas harus berbeda dari orang dewasa karena
anak memiliki kelemahan dan keterbatasan dalam pola pikirnya.6
Dalam al-Quran anak disebut sebagai berita baik, hiburan pada pandangan
mata, dan perhiasan hidup, anak telah menjadi perhatian ajaran islam sejak ia
belum dilahirkan, bahkan sejak ia belum berbentuk, ini dapat dilihat pada prinsip-
prinsip agama islam tentang perkawinan dan pentingnya memelihara kebersihan
keturunan, memelihara kebersihan keturunan adalah salah satu dari lima prinsip (al-
Qā‘waid al-Khamsah) yang dirumuskan oleh ilmu usul fikih tentang tujuan syariat
dan hukum-hukum islam7, anak yang lahir dari pasangan orang tua atau suami istri
4 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Tafsir al-Quran tematik h. 292-295. 5 Menurut hukum secara hukum bantuan, bantuan bantuan hukum (diberikan oleh
pengacara kepada kliennya dimuka pengadilan). Tim Redaksi. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pusat Bahasa. (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2012) cet.4, h.1567. 6 Liza agnesta krisna Hukum perlindungan anak panduan memahami Anak yang berkonflik
dengan hukum h.8 7 1.Terpeliharanya jiwa, 2. Terpeliharanya agama, 3. Terpeliharanya keturunan, 4.
Terpeliharanya akal, 5. Terpeliharanya harta. Dewan Redaksi Ensiklopedia islam Ensiklopedia
islam, (Jakarta: Ichtiar BaruVan Hoeve,1994) cet 2, h. 141.
17
yang jauh ikatan kekerabatannya secara genetika mempunyai kemungkinan lebih
besar untuk menjadi anak yang kuat (dari segi fisik dan mental) dan cerdas8.
Menurut Ibn al-Syumail ketika ibunya melahirkan anak itu maka kata Walad
itu mencakup satu dan banyak, serta lelaki dan perempuan, Ibn al-Sa‘īdah berkata
bahwa al- Walad dan al- Walūd dengan baris ḍammah adalah sesuatu yang
dilahirkan apapun ia, kemudian berlaku bagi satu dan banyak serta bagi lelaki dan
perempuan, dan, para Ulama juga ada yang menjamaʾnya dengan mengatakan
Aulᾱd, Allah telah menganugrahkan kita dengan mengeluarkan dari sulbi kita
keturunan-keturunan yang berbentuk seperti kita dan memberitahukan bahwa anak
perempuan adalah sama status nya dengan anak lelaki, yaitu sebagai anugerah dari
Allah SWT.9
Berkenaan dengan pemeliharaan keturunan, pengawasan perkembangan
dan pertumbuhannya ialah suatu peristiwa mulai dari bersatunya sel-sel telur
dengan sel mani ayah pada kandungan ibunya dan berakhir pada balighnya seorang
remaja.10
Berbeda dengan orang dewasa, anak belum bisa berfikir secara abstrak dan
belum bisa mengenali dirinya sendiri, ia peka terhadap gangguan fisik atau
kecelakaan serta terhadap masalah-masalah psikis (jiwa), dan perilakunya yang
8 Dewan Redaksi Ensiklopedia islam Ensiklopedia islam, (Jakarta: Ichtiar BaruVan
Hoeve,1994) cet 2, h.141. 9 ʻAbdul Munʾīm Ibrᾱhīm Mendidik Anak Perempuan (Jakarta:Gema Insani Press, 2005)
cet. I, h.6 10 Perpustakaan Nasional RI etika berkeluarga bermasyarakat dan berpolitik
(Jakarta:Lajnah pentashihan Mushaf al-Quran, 2009) cetI, h.409.
18
belum stabil, pada setiap anak terdapat bakat, yaitu kemampuan yang menonjol
dalam salah satu aspek kerpibadian, yang diperoleh sebagai pembawaan11.
Anak saleh adalah anak yang tumbuh bahkan setelah menjadi manusia
dewasa, mengetahui dan mengamalkan kewajiabn-kewajibannya terhadap Allah,
orang tua dan masyarakat dilingkungan hidupnya, anak durhaka adalah anak yang
salah asuh dalam pertumbuhannya, setelah dewasa ia mengabaikan kewajibannya
kepada Allah, orang tuanya dan masyarakat12.
Rasulullah SAW bersabda: “jika manusia mati maka terputuslah amalnya
kecuali tiga hal, sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang
mendoakan kedua orang tuanya”13
Menurut Imām al- Gazālī usaha dalam melatih anak adalah perkara yang
paling penting dan paling kuat, dan seorang bayi adalah amanah bagi orang tuanya,
hatinya yang bersih merupakan berlian yang berharga yang sederhana dan kosong
dari seluruh pahatan dan bentuk, dan ia dapat menerima semua pahatan, cenderung
kepada arah yang mengajaknya, maka jika ia dibiasakan dengan kebaikan,
diajarkan hal itu serta tumbuh besar dengan kebaikan itu, niscaya ia akan
berbahagia di dunia dan akhirat dan kedua orang tuanya akan turut mendapatkan
pahalanya, demikian juga seluruh gurunya dan orang yang mendidiknya, sementara
jika orang tuanya membiasakan dengan keburukan kepadanya serta menyia-
nyiakan nya seperti binatang, niscaya anak tersebut akan menderita dan binasa dan
dosanya akan menjadi tanggung jawab orang tuanya.
11 Dewan Redaksi Ensiklopedia islam Ensiklopedia islam, (Jakarta: Ichtiar BaruVan
Hoeve,1994) cet 2, h 142.
12 Dewan Redaksi Ensiklopedia islam Ensiklopedia islam, h 142. 13 hadis shohih Ahmad 2/372, abu dawud 3/157 dan an nasai 2/129
19
Anak salah satu yang disebut dalam al-Quran sebagai muhrim, dalam ilmu
fikih anak belum termasuk kedalam kategori mukallaf, yaitu manusia dewasa yang
dibebani kewajiban agama seperti solat dan puasa.
Untuk melihat lebih jelas, sejauh mana kewajiban dan tanggung jawab
terhadap anak yang dilahirkannya, orang tua terlebih dahulu harus menyadari siapa
sebenarnya anak itu sendiri.14
B. Pengertian Orang Tua
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia orang tua adalah ayah ibu kandung,
orang tua yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli dan sebagainya dan
dihormati)15yang merupakan guru atau contoh utama untuk anak-anaknya karena
orang tua yang menginterpretasikan tentang dunia dan masyarakat pada anak-
anaknya16
Orang tua yang shaleh merupakan contoh suri tekadan yang baik bagi
perkembangan jiwa anak yang sedang tumbuh, karena pengaruh mereka sangat
besar sekali dalam pendidikan anak, apabila orang tua sudah berakhlak baik, taat
kepada Allah dan menjalankan syariat islam dan berjuang sepenuhnya dijalan Allah
serta memiliki jiwa sosial , maka dalam diri anak pun akan terbentuk dan tumbuh
ketaatan pula dan mengikuti apa yang telah dicontohkan orang tuanya dalam
perilaku mereka sehari-hari17.
14 Rahmat Rohadi Pendidikan islam dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini, Konsep
dan Praktik Paud Islami ( Jakarta: Rajawali Press,2013) cet.1, h.33. 15 16 Ika Istiani Pengaruh peran Orang Tua dan spiritual terhadap kekerasan remaja di SMP
Negeri 2 Rembang Kabupaten Purbalingga (Purwokerto:UMP Fakultas Ilmu Kesehatan,2013), h.12. 17 Muhammad Nūr ʾAbdul Hᾱfiz Mendidik anak bersama Rasulullah (Kairo: Dᾱr al-
ṬibᾱʾAH wa al-Nasyr al-Islamiah,1988) cet.II ,h. 65.
20
Rasulullah SAW bersabda : “ orang tua adalah pintu pertengahan menuju
surga” bila engkau mau silahkan engkau pelihara, bila kau tak mau silahkan untuk
tidak memperdulikannya.
Hadis diatas menjelaskan bahwa jika kita memelihara orang tua dengan ikhlas
dan tulus maka pintu surga akan kita masuki, sebaliknya jika kita tidak
memperdulikannya, maka pintu surga akan tertutup rapat untuk kita.
Rasulullah SAW bersabda, “keridha’an Allah terletak pada Ridha orang tua
dan kemurkaan Allah terletak pada murka orang tua” .karena itulah jika kita mampu
untuk memelihara dan mengasuh orang tua kita seperti mereka mengasuh kita sejak
kecil maka Allah akan memberikan Ridha nya kepada kita, jika tidak maka Allah
akan memurkai kita seandainya kita durhaka kepada kedua orang tua kita.18
Keberadaan orang tua dan anak disitulah terbentuklah sebuah keluarga,
adalah merupakan suatu hubungan yang mempunyai pertalian darah dan ikatan
emosional tertentu yang mendasari seseorang untuk saling berbagi dan
memahami19.
Menurut Said Ishaq Hosseini Kohsari , keluarga merupakan sebuah pondasi
dan institusi yang paling dicintai dalam islam sedangkan menurut Hamzah Yaʾqub
adalah persekutuan hidup berdasarkan perkawinan yang sah dari suami dan istri
yang juga selaku dari orang tua yang melahirkan anak-anaknya, menurut
pandangan islam keluarga adalah batu bata pertama untuk membangun istana
masyarakat muslim, dan untuk merupakan madrasah iman yang diharapkan dapat
18 ʻAbdul al- Qadīr al- Ṣalīh buah hati antara perhiasan dan ujian keimanan ( Yogyakarta:
Diandra kreatif 2017) cet.1,h. 5 19 ʻAbdul al- Qadīr al- Ṣalīh Buah Hati Antara Perhiasan dan Ujian Keimanan
(Yogyakarta: Diandra kreatif ,2017) cet.1,h 6.
21
mencetak generasi-generasi muslim yang mampu meninggikan kalimat Allah
dimuka bumi20.
Karena begitu pentingnya keluarga dalam tumbuh kembang peradaban
manusia maka islam memberikan perhatian besar terhadap permasalahan keluarga,,
dengan keluarga akan lahir generasi penerus islam yang akan mengisi dan
menyampaikan risalah-risalah agama yang agung pada setiap masanya, selain itu
keluarga juga menjadi faktor pendukung penting untuk menjalankan peran
pengabdiannya kepada Allah SWT.21 Setelah penulis paparkan pengertian orang tua
disini penulis akan jelaskan mengenai derivasi ibu dan bapak dalam al-Quran
1. Al-Umm kata umum dalam a-Quran disebut 34 kali terdapat dalam 20
surat dan terdiri dari 31 ayat, adapun kata Umm yang dimaksud disini
Untuk menyatakan tentang wanita yang melahirkan anaknya .
a. Ibu sebagaimana dalam surat al-Luqman 35: 14 dan al-Ahqāf 46:15, ayat
ini mengandung perintah untuk menghormati orang tua, khususnya ibu
yang telah mengandung, melahirkan dan menyapih dengan susah payah.
b. Kata al-Ummu dalam al-Quran berbicara tentang perempuan baik-baik,
seperti Maryam yang melahirkan Nabi Isa sebagaimana manusia yang
lain, sebagaimana yang terdapat dalam surat al-Mᾱidah 5: 15, 17,75, 116,
dan al-Muʻminūn 23:50 adapun pembicaraan mengenai ibu Nabi Mūsa
dapat ditemukan dalam surat al-Aʻrᾱf 7:150, Maryam 19:28, dan al-Qaṣāṣ
28:7,10,13 dan 38 .
20 ʻAbdul al- Qadīr al- Ṣalīh Buah Hati Antara Perhiasan dan Ujian Keimanan h.7.
21 ʻAbdul al- Qadīr al- Ṣalīh Buah Hati Antara Perhiasan dan Ujian Keimanan h.9.
22
c. Istilah ini disamping berarti ibu, ia juga berarti inti dan pokok seperti
dalam surat Ᾱli ‘Imrᾱn ayat 7 yang berbunyi Hunna Ummu al - Kitᾱb wa
akhoru Mutasyaᾱbihᾱt) “itulah inti / pokok-pokok isi al-Quran dan yang
lainnya ( ayat-ayat Mutasyabihᾱt)” dan tempat tinggal atau tempat
kembali seperti dalam surat al Qᾱri‘ah ayat 9 yang berbunyi fa Ummuhu
Hᾱwiah = maka tempat kembali atau tempat tinggalnya neraka Hᾱwiah.22
2. Wālidah:Istilah ini terulang sebanyak empat kali, tiga kali
diantaranya dalam bentuk mufrad atau tunggal al-Wālidah الوالدة atau Al-
Wᾱlidᾱt الوالداتistilah al-Wᾱlidah dalam al-Quran diartikan dalam
kapasitasnya sebagai ibu, seperti dalam surat al Baqarah ayat 233 yang
artinya: “ para Ibu hendaklah menyusukan anak –anaknya selama dua tahun
penuh , yaitu yang ingin menyempurnakan penyusuan”, adapun istilah kata
al-Ummu األم yang juga sering diartikan ibu, justru pengertiannya lebih luas
dari pertama.
Wᾱlid (bapak atau ayah) istilah ini terulang sebanyak tiga kali istilah lain
yang digunakan dalam pengertian bapak atau ayah adalah al-Ab اب, ditemukan
perbedaan-perbedaan, menurut al Aṣfahanī ialah segala sesuatu yang menyebabkan
terwujudnya sesuatu, memperbaiki atau yang menampakkan nya maka disebut (
Ab) karena itu Nabi disebut Abu al- Muʻminīn = bapak atau ayah orang-orang
muʻmīn.
al-Abu pengertian nya lebih luas, dari al-Walīd, karena al-Walīd lebih
cenderung menekankan aspek jenis kelamin (seks) misalnya kapasitas ayah
22 Quraish Syihāb Ensiklopedia al-Quran kajian kosakata dan tafsīrnya (Jakarta:PT
Intermasa, 1997)h.393.
23
dinyatakan dengan al-Walīd seperti dalam surat al-Luqmᾱn ayat 33 jadi kata al-Abu
berbeda dengan kata al-Walīd berasal dari kata Walada yaitu melahirkan).
Bentuk ketiga yaitu Wᾱlidᾱn atau Wᾱlidain yaitu ayah ibu, untuk kedua orang
tua biologis yaitu ayah dan ibu, al-Quran lebih sering menggunakan kata Wᾱlidᾱn
atau Wᾱlidain, istilah ini digunakan sebanyak 20 kali dalam al-Quran, dapat
dibandingkan dengan penggunaan kata Mutsanna dari kata al-Ab اب, yakni Abawain
atau Abawᾱni ibu atau bapak, yang jarang digunakan untuk menyatakan kedua
orang tua, bahkan bentuk tersebut sering kali menunjuk kepada kedua kakek nenek
moyang manusia, Adam dan Hawa, seperti dalam surat al AʻRᾱf ayat 27, dalam
ayat tersebut Tuhan menggunakan istilah Abawaikum untuk Adam dan Hawa dan
tidak pernah memakai kata Wᾱlidain atau Wᾱlidain untuk Adam dan
Hawa.23
C. Derivasi anak dalam al-Quran
Anak dalam al-Quran datang dalam beberapa kata dengan derivasinya,
dalam skrispi berikut akan dipaparkan:
1. Ibn
Berasal dari Banā- yabnī yang berarti membangun, menyusun, membuat
pondasi, kata ibn berasal dari akar kata banawa atau banawun yang berarti (sesuatu
yang dilahirkan dari sesuatu) atau bisa juga berarti al- Walad ( seorang anak laki-
laki) bentuk jama‘ dari kata Ibn adalah abnāʼ dan bentuk tasgir nya adalah Bunaiyya
23 Quraish Syihāb Ensiklopedia al-Quran kajian kosakata dan tafsīrnya (Jakarta:PT
Intermasa, 1997)h.1060.
24
(anakku), menurut al- Ṣafahanī kata Ibn diartikan sebagai “ sesuatu yang dilahirkan
karena bapaklah yang telah membuat anak dan Allah lah yang mewujudkannya.24
Secara umum kata Ibn dalam al-Quran mengacu pada status anak, menurut
al- Aṣfahani istilah abna lebih tepat disebut sebagai tahapan penyusunan organ-
organ tubuh hingga anak dapat mencapai tingkat kesempurnaan atau kedewasaan,
lafadz ini dipergunakan untuk menjelaskan hubungan antara anak dengan ibu
misalnya: melalui Maryam diberi amanah mengandung seorang pembawa risalah
ketuhanan melalui tanggung jawab pemeliharaan isa dalam kandungan25,
pemeliharaan anak ketika berada dalam suasana kritis, menghadapi bencana dan
kebutuhan dalam pembinaan dan dari bencana badai besar26, pembinaan dan
pendidikan keagamaan melalui kisah Luqmān27, nasihat Ya‘qūb kepada anak-
anaknya untuk teguh dalam keimanan28, dan penyelamatan anak dari
kecenderungan melanggar syariat.29kata Ibn disebutkan sebanyak 35 kali dalam al-
Qur’an. 30
Didalam penggunaan kata Ibn dapat di sandarkan dengan kata lain dan
memiliki arti lain seperti Ibn al-Sabīl sebutan untuk orang yang bepergian dan
merantau, Ibn al- Lail ( sebutan untuk orang mencuri) kata ibn dalam al-Quran
disebutkan sebanyak 35 kali yang berbeda sesuai dengan konteks kalimatnya
selebihnya kata Ibn disandarkan pada sebutan lain seperti Uzair Ibn Allah, Ibn al-
24 Quraish Syihᾱb Ensiklopedia al-Quran kajian kosakata dan tafsīrnya (Jakarta:PT
Intermasa, 1997)h.144 25 QS.Al-Baqarah/2:87. 26 QS. Hūd/ 11:42 dan 45. 27 QS. Luqmān/31: 13. 28 QS. Al-Baqarah/21:133. 29 QS. Ibrāhīm/14:35 30 Quraish Syihᾱb Ensiklopedia al-Quran kajian kosakata dan tafsīrnya (Jakarta:PT
Intermasa, 1997)h.145.
25
Sabīl, Ibn Ummī, Ibn dan Bunayya, Kata Ibn (al- Masih ‘Isā ibn Maryam) dalam
surat Āli ‘Imrān 3:45 berkaitan dengan kisah maryam melahirkan anak tanpa
seorang ayah, anak yang dilahirkan oleh Maryam yang bernama Isa adalah
keturunan atau putra Maryam, oleh sebab itu, didalam al-Quran disebut dengan
‘Isā Ibn Maryam, ayat 45 surat Āli ‘Imrān ini menegaskan status Isa yaitu sebagai
putra Maryam dan status kemanusiaannya, setiap kata Ibn yang diiringi oleh kata
Isa dan Maryam menunjuk dan menegaskan status keturunan yaitu ‘Isā putra
Maryam.31
Berikut adalah tabel kata Ibn dalam al-Quran 2.1
No. TN Surah MK/MD No. Ayat
1. 39 Al-a‘rāf Makkiyyah 150
2. 44 Maryam Makkiyyah 34
3. 45 Ṭāhā Makkiyyah 94
4. 50 Al-Isrāʼ Makkiyyah 26
5. 63 al-Zuhrūf Makkiyyah 57
6. 74 Al-Mu‘minūn Makkiyyah 50
7. 84 Al-Rūm Makkiyyah 38
8. 87 Al-Baqaraḥ Madaniyyah 87,177,210,253
9. 88 Al-Anfāl Madanyyiah 41
10. 89 Alī Imrān Madaniyyah 45
11. 90 Al-Aḥzāb Madaniyyah 7
12. 92 Al-Nisāʼ Madaniyyah 36,157,171
13. 94 Al-Ḥadīd Madaniyyah 27
31 Quraish Syihᾱb Ensiklopedia al-Quran kajian kosakata dan tafsīrnya h.145.
26
14. 101 Al-Ḥasyr Madaniyyah 7
15. 109 Al-Ṣaf Madaniyyah 6
16. 112 Al-Māʼidah Madaniyyah 17,46,72,75,110,
112,114,116.
17. 113 Al-Taubaḥ Madaniyyah 30,31,60.
2. Gulām :
Dari segi bahasa kata Gulām berarti anak laki-laki dalam usia remaja
menjelang dewasa, atau anak laki-laki sejak lahir sampai remaja, dengan demikian
pengertian sosok seorang anak laki-laki yang baru tumbuh kumis, serta memiliki
jiwa yang sangat labil, terutama dorongan biologis yang bergejolak, antara umur
15-20 tahun32, arti itu berbeda dengan arti kata walad yang mengacu pada semua
anak baik anak laki-laki ataupun anak perempuan baik besar maupun kecil.33
Pengertian kata Gulam dalam al-Quran dapat diklarifikasikan menjadi tiga:
1. Seorang anak yang belum dewasa yakni anak-anak yang tahap
perkembangannya belum remaja, sehingga belum memiliki gejolak biologis
terhadap lawan jenisnya dalam surat al-kahfi ayat 74 dan 82, dalam ayat
tersebut dibicarakan bahwa ketika hamba Allah berjalan bersama Nabi
Musa mereka menemukan seseorang gulam( anak laki-laki yang masih
kecil), lalu anak itu dibunuhnya, ditempat lain mereka membangun tembok
yang hampir roboh milik dua orang gulam ( anak yang belum dewasa)
32 Santi Awaliah Konsep Anak dalam al-Qur’an serta implikasinya terhadap pendidikan
islam dalam keluarga, skripsi, (Yogyakarta: Uin Sunan Kalijaga, 2008) h. 98 33 Quraish Syihᾱb Ensiklopedia al-Quran kajian kosakata dan tafsīrnya (Jakarta:PT
Intermasa, 1997)h.114.
27
2. Anak laki-laki yang dalam kondisi remaja dalam surat Yusuf ayat 19
mengemukakan ketika Yusuf ditemukan oleh musafir , musafir itu berkata:
ini Gulam ( seorang anak muda) dalam kisah itu dikemukakan oleh para
musafir bahwa Nabi Yusuf ketika telah remaja ( muda belia) semuanya
memiliki arti “ orang yang sedang bepergian tidak untuk berbuat maksiat
Bayi (Maryam 19:8, dan 20) ayat tersebut memaparkan Zakariā yang pada
usia lanjut merasa putus asa karena tidak akan mempunyai keturunan,
sehingga ia berkata “ bagaimana mungkin saya akan mempunyai Gulām (
bayi) padahal istriku adalah seorang yang mandul?, demikian juga hal nya
dengan Maryam yang menyangkal akan punya gulam ( bayi) karena ia tidak
pernah berhubungan badan dengan laki-laki.34
Berikut adalah tabel kata Gulām dalam al-Qur’an 2.2
NO
TN SURAT MK/MD No.Ayat
1. 44 Maryam Makkiyyah 7,8,20
2. 54 Al- Hajar Makkiyyah 53
3. 56 Al-Ṣaffāt Makkiyyah 101
4. 67 Al- Dzāriāt Makkiyyah 28
5. 69 Al-kahfi Makkiyyah 80
3. Walad :
34 Quraish Syihᾱb Ensiklopedia al-Quran kajian kosakata dan tafsīrnya ,h.114.
28
Walad asal kata walada- yalidu-wilᾱdatan : melahirkan dan mengeluarkan,
kata walad dalam al-Quran berarti anak laki-laki kata walad dengan segala
derivasinya disebutkan sebanyak 102 kali dalam al-Quran dengan makna-makna
yang berbeda sesuai dengan bentuknya, walad: anak laki-laki, jamaknya adalah
aulād yang pengertian dan penggunaan nya tidak berbeda dengan kata Ibn ( anak
laki-laki).35
Sebagaimana dalam surat al-Nisᾱ ayat 176 yang berbunyi “Mereka meminta
fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu
tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak
dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu
seperdua dari harta yang ditinggalkannya”.
Sembilan ayat berikutnya dalam bentuk fi‘īl, lima diantaranya dalam bentuk
fi‘īl yaitu walada/ wulida (melahirkan atau dilahirkan) terdapat dalam surat al-
Ṣaffᾱt ayat 152 (Allah melahirkan dan sesungguhnya mereka benar-benar orang
yang berdusta) , al-Balad ayat 3, al-Mujᾱdilah ayat 2, al-Maryam ayat 15 dan 33,
sedangkan empat diantaranya dalam bentuk Muḍāri‘ terdapat dalam surat al- Hūd
ayat 72 istrinya berkata: “sungguh mengeherankan,, apakah aku akan melahirkan
seorang anak, padahal aku seorang wanita tua..”) , al-Ikhlᾱṣ ayat 23 ( dua kali)
dan surat al-Nūh ayat 27, semua kata walad tersebut berarti melahirkan atau
dilahirkan ,Maulūd: yang dilahirkan/ anak, terulang sebanyak tiga kali dalam al-
Quran yaitu dalam surat al-Baqarah ayat 233 ( dua kali) , al- Luqmān ayat 33 ketiga
kata tersebut mempunyai arti yang berbeda bergantung pada kata yang menyertai
35 Quraish Syihᾱb Ensiklopedia al-Quran kajian kosakata dan tafsīrnya, h.1059.
29
dibelakangnya seperti kata Maulūd yang berarti bapak/ayah dalam surat al-Baqarah
233 karena disertai dengan kata له sedangkan dalam surat Luqmān berarti anak
karena tidak disertai oleh kata tersebut.36
Berikut adalah tabel kata Walad dalam al-Qur’an 2.3
No TN SURAT MK/MD NO AYAT
1.
44
Maryam
Makkiyyah
35
2. 55 Al-An‘ᾱm Makkiyyah 101
3. 63 Al-Zuhruf Makkiyyah 81
4. 74 Al- Mu‘minūn Makkiyyah 91
5. 89 Alī-‘Imrᾱn Madaniyyah 47
6. 92 Al- Nisᾱʼ Madaniyyah 11,12,171,17
6
4. Ṣabī :
Kata Ṣabī terambil dari akar kata ص ب ي, secara khusus kata ini memiliki
rentang waktu yaitu bayi yang pantas ditimang dalam usia 0-2 tahun atau yang biasa
disebut fase al-Raḍā‘ah37, menurut Ibnu Faris akar kata tersebut mengandung
makna usia muda, kata Ṣabī terdapat pada dua tempat yaitu surat Maryam ayat 12
dan 29, penggunaan kata tersebut berkaitan dengan sifat-sifat keutamaan Nabi
36 Quraish Syihᾱb Ensiklopedia al-Quran kajian kosakata dan tafsīrnya, h.1059. 37Santi Awaliah Konsep Anak dalam al-Qur’an serta implikasinya terhadap pendidikan
islam dalam keluarga, skripsi, (Yogyakarta: Uin Sunan Kalijaga, 2008) h. 96.
30
Yahya diantaranya sejak ia masih anak-anak ia sudah diberi hikmah, sedangkan
dalam surat Maryam 29, kata itu berkaitan dengan pembelaan Nabi Isa terhadap
ibunya ketika ibunya dituduh oleh kaumnya telah berbuat mesum sehingga
melahirkan bayinya tanpa ayah, ia menunjuk anaknya yang masih bayi sehingga
mereka berkata: “bagaimana kami akan berbicara kepada anak kecil yang masih
didalam ayunan”?.38
Berikut adalah tabel kata Ṣabī dalam al-Qur’an 2.4
No TN Surat Makkiyah/madaniah No ayat
1. 44 Maryam Makkiyyah 12,29
5. Dzurrīah :
Dari akar kata Dzarᾱ ini juga terambil kata Dzurrīah yang bermakna anak
cucu atau keturunan.39
Berikut adalah tabel kata Dzurriyyah dalam al-Quran 2.5
No. TN. Surat MK/MD No. Ayat
1.
39
Al-araf
Makkiyyah 173
2. 42 al-Furqᾱn Makkiyyah 74
3. 44 Maryam Makkiyyah 58
4. 50 Al-isra Makkiyyah 3
38 Quraish Syihᾱb Ensiklopedia al-Quran kajian kosakata dan tafsīrnya,h.890. 39 Ahmad Warson Munawir Kamus al-Munawwir (Surabaya:Pustaka Progresif,1997),
h.444.
31
5. 51 Yunus Makkiyyah 83
6. 55 al-an‘ᾱm Makkiyyah 87,133
7. 56 al- Ṣaffᾱt Makkiyyah 113
8. 60 Gᾱfir Makkiyyah 8
9. 66 al- Ahqᾱf Makkiyyah 15
10. 72 Ibrᾱhīm Makkiyyah 37
11. 87 al-Baqarah Madaniyyah 124, 128, 266
12. 89 Āli‘Imrᾱn Madaniyyah 34,38
13. 92 al-Nisᾱʼ Madaniyyah 9
14. 94 al-Hadīd Madaniyyah 26
15. 96 al-Ra‘d Madaniyyah 23,38
6. Ṭifl
Dalam kamus al-Munawwir diartikan dengan bayi atau anak kecil, secara
bahasa tifl dapat dirumuskan lebih kurang antara umur 2 tahun setelah menyusu
secara penuh sampai dengan menjelang baligh40,Dalam surat al- Nūr ayat 31 dan
59 surat al- hajj ayat 5.
No. TN Nama surat MK/MD No.ayat
1. 102 Al-Nūr Madaniyyah 31,59
2. 103 Al-Hajj Madaniyyah. 5
40 Santi Awaliah Konsep Anak dalam al-Qur’an serta implikasinya terhadap pendidikan
islam dalam keluarga, skripsi, (Yogyakarta: Uin Sunan Kalijaga, 2008) h. 97.
32
D. Ketergantungan Orang Tua Terhadap Anak.
Allah telah mewasiatkan agar berbakti kepada orang tua dan memperbanyak
dalam wasiatnya apabila sudah dapat mengambil manfaat dari apa yang telah ia
dengar dan telah membaca dan mengamalkannya serta berbakti kepada orang
tuanya, jika tidak maka neraka itu lebih utama baginya.41
لغنا عندك ٱلكب أحدها أو كلها فل ت قلوقضى ربك ألا ت عبدوا نا إماا ي ب لدين إحس ه وبٱلو إلا إيا
ما أ هرها ول ف لا ما وقل ت ن هما كما وٱخفض لما جناح ٱلذل من ٱلراحة وقل را كرميا ق ول لا ب ٱرح ا رب ايان صغري
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”(Qs.al-
isrāʼ/17:23).
Diantara perbuatan baik kepada orang tua adalah menemani hidup keduanya
dengan cara yang baik, memberikan makan apabila mereka lapar, memakaikan baju
apabila keduanya telanjang, membantunya apabila keduanya memerlukan bantuan,
meyambut pabggilan keduanya, melaksanakan perintah keduanya dalam kebaikan
dan berbicara dengannya dengan lembut, dan sebagainya .42
41 ‘Abdul ‘Azhim b. Badawi al- Khalafi 40 karakteristik mereka yang dicintai Allah
berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah (Jakarta: Dᾱr al-Haq ,2012) cet I, h. 299. 42 ‘Abdul ‘Azhim b. Badawi al- Khalafi 40 karakteristik mereka yang dicintai Allah
berdasarkan al-Quran dan sunnah .h. 302
33
Apabila kedua orang tua salah seorang dari keduanya sudah meninggal, maka
berbuat baik kepada keduanya setelah meninggal adalah dengan bersungguh-
sungguh dalam ketaatan dan beribadah karena setiap amal shalih yang ia kerjakan
akan mengalir bagi keduanya seperti pahalanya, tanpa berkurang darinya
sedikitpun, maka berbuat baiklah dan jauhilah oleh kalian sifat durhaka karena
sesungguhnya hal itu adalah merupakan dosa yang paling besar, jauhilah oleh
kalian sifat durhaka itu, karena sesungguhnya hal itu akan menghalangi masuk
surga, barang siapa yang tidak takut akan siksa diakhirat, maka dia akan mendapat
hukuman yang akan ia terima didunia, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: ada
dua dosa yang di segerakan ( kedzaliman dan memutuskan silaturahim dengan
orang tua)43
Dan diantara hukuman yang didahulukan bagi orang yang durhaka kepada
kedua oirang tuanya, yaitu anak-anaknya yang berlaku buruk terhadapnya,
sebagaimana kamu berbuat kebaikan, maka kamu juga akan dibalas dengan
kebaikan44
Dalam perintah agama islam, amat sedikitlah anjuran agar orang tua
menyayangi anaknya, tetapi sebaliknya yang lebih banyak ialah bahwa
diperintahkan agar sang anak mengasihi ayah dan bundanya, apa sebab demikian?
Sebabnya ialah karena walaupun tidak diperintahkan untuk mengasihi anak, secara
43 ‘Abdul ‘Azhim b. Badawi al- Khalafi 40 karakteristik mereka yang dicintai Allah
berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah h. 310 44 ‘Abdul ‘Azhim b. Badawi al- Khalafi 40 karakteristik mereka yang dicintai Allah
berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah, h. 311
34
otomatis orang tua tentu mengasihi anak-anaknya, kasih sayang orang tua kepada
anak sebagai suatu hal yang diingini (gharizah) telah tertanam didalam batinnya.45
Adapun perhatian islam pada anak sejak masa kelahiran: menyambutnya
dengan gembira dan perasaan senang, memberikan nama yang baik untuknya,
mendoakan anak yang baru lahir dan keluarganya , melaksanakan aqiqah sesuai
dengan kemampuan, hendaknya ibu menyusui bayinya dengan air susu ibu
semenjak ia lahir46
Anak bukanlah orang dewasa mini mereka memang khas anak-anak, bukan
hanya orang dewasa ukuran saku, anak-anak mudah sekali meniru, mereka akan
meniru apa yang mereka lihat dan mencontoh dari orang dewasa, anak-anak pada
dasarnya sangat kreatif, ia memiliki gagasan yang cemerlang, asli dan tidak
terpikirkan oleh orang tua.47
Diriwayatkan dari ‘Abdullah b. ‘Amr b. Aṣ r.a, d menghadap ia berkata,
“seorang laki-laki menghadap Nabi SAW”., lalu mengatakan, “ Aku berbaiat
kepada anda untuk berhijrah dan berjihad agar aku memperoleh pahala dari
Allah, Rasulullah SAW., bertanya, “ apakah salah satu dari orang tua mu
masih hidup?” laki-laki itu menjawab “ ya, bahkan dua-duanya.” Rasulullah
SAW., bertanya lagi, “ kamu menginginkan pahala dari Allah?”, laki-laki itu
menjawab “ya”, Rasulullah berasbda, pulanglah! Ke kedua orang tuamu dan
berbaktilah kepada mereka berdua!”.48
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dia berkata, Rasulullah SAW., bersabda
“Rugi besar dia, rugi besar dia, rugi besar dia, ditanyakan: Siapa dia ya
Rasulallah? , beliau menjawab, “Orang yang pada usia dewasa mempunyai
kedua orang tua yang masih hidup, baik salah satu atau keduanya, tapi
kemudian orang tersebut tidak bisa membuatnya masuk surga”.49
45 ‘Umār Hasyim Anak Shaleh , ( Surabaya: PT Bina Ilmu 1990), cet I h. 1 46 Evi manai kak Seto sahabat anak-anak ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 2010) cet.1
hal. 130 47 Evi manai kak Seto sahabat anak-anak,hal. 130. 48 Al-Hāfiẓ ‘Abd ‘aẓim b.abl-Qawī Zakiyuddin al-Mundziri Mukhtaṣar ṣahīh Muslim,
(Riyâḍ: Dār Ibn Khuzaimah,1994), cet 1, h. 1040. 49 Al-Hāfiẓ ‘Abd ‘aẓim b.abl-Qawī Zakiyuddin al-Mundziri Mukhtaṣar ṣahīh Muslim,
(Riyâḍ: Dār Ibn Khuzaimah,1994), cet 1, h. 1041.
35
Salah satu bentuk manfaat pengaruh orang tua yang saleh adalah adanya
peristiwa dibangunnya kembali dinding yang sudah runtuh oleh Nabi Khidir a.s
yang membuat Nabi Musa a.s mempertanyakan sebab beliau tidak mengambil upah
dari pembangunan dinding tersebut, dan Nabi Khidir menjawab: “ ayahnya adalah
seorang yang shaleh” (al-Kahfi /18:82), hingga para Malaikatpun mendoakan anak
dikarenakan kesalehan orang tua, apabila anak dan keturunannya telah tumbuh
dalam ketaatan pada Allah niscaya mereka akan saling bertemu di surga adn, oleh
karena itu Syaikh al-Tustari berupaya mendoakan anaknya yang saat itu masih
berada diantara tulang sulbinya (masih berupa air mani) dengan mengamalkan
beberapa amalan shlaeh dengan harapan Allah akan mengaruniainya anak yang
saleh.50
Orang tua berhak mendapatkan tempat tertinggi dan hak-hak yang utama hal
ini diperkuat dengan memperhatikan ayat-ayat al-Quran berikut ini, maka akan
menjadi jelas pokok-pokok berikut: Hak-hak orang tua didalam islam memiliki
kedudukan nyaris menyamai hak-hak terhadap Allah SWT, hal ini dibuktikan oleh
kenyataan, bahwa setelah mendeskripsikan tentang keesaan Allah, al-Quran telah
mengulang-ulang memerintahkan agar berperilaku yang menyenangkan dan patuh
terhadap orang tua.51
Menjalin hubungan dengan anak tidak selalu menjadi hal mudah bagi setiap
orang tua, kedekatan anak dengan orang tua tidak datang begitu saja, melainkan
50 Muhammad Nūr ʾAbdul Hᾱfiz Mendidik anak bersama Rasulullah h.66 51 Akhlaq Husain Menjadi orang tua muslim yang terhormat ( Surabaya: Risalah Gusti,
2000), cet. I h. 1-2
36
harus diciptakan, diantaranya dengan membangun kebersamaan, tersedianya waktu
komunikasi yang baik dan rasa cinta dan kasih sayang dalam berkeluarga.52
Orang tua yang perhatian, melalui sikap baik mereka, akan memenuhi
kebutuhan bayinya dan memberinya lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan fisik
dan jiwanya, mereka mengajarkan moral dan kebiasaan baik kepadanya, anak
adalah individu sosial yang lemah, tanpa pertolongan orang lain ia tak akan dapat
hidup , namun demikian anak memiliki kemampuan untuk menggunakan indra-
indranya, melalui kejadian yang dialaminya53, Dan Allah mengeluarkan kamu dari
rahim ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan dia memberimu
pendengaran penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.
تكم ل ت علمون شي أخرجكم م ن بطون أماه ر وٱلف لكم وجعل ئا وٱللا دة لعلاكم ٱلسامع وٱلبص تشكرون
‘’Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur (Qs. al-Nahl/16: 78)
Islam berpesan kepada orang tua agar memberikan pendidikan kepada anak
sedini mungkin, mengajarkan cara shalat kepada anak apabila telah mencapai usia
tujuh tahun, mengajarkan anak tentang aqidah dan ketakwaan kepada Allah,
berbuat adil terhadap semua anak dan memberikan perhatian serius terhadap fisik
anak, mengajarkan anak dalam membaca al-Quran dan memberikan ajaran nilai-
nilai baik dalam syariat islam54
52 Yati priati , M. Zainal Arifin pesan moral al-Quran dibalik kisah Yusuf as (Yogyakarta:
Pustaka pelajar2014) cet.1 h. 142. 53 Ibrahim amini anakmu amanatnya (Jakarta: PT al-Huda, 2006) cet.I,h. 120 54 Adil Fathi ʾAbdullah Menjadi Ibu ideal ( Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2003) cet. I ,h. 70
37
Dari sisi anak, sangat penting mengajarkan buah hati untuk merasakan
kekompakan sikap dan konsistensi orang tua mereka, sebab jika anak merasa yakin
bahwa yang dilakukan orang tuanya adalah konsisten, mereka akan menjadi anak
yang patuh dan bertanggung jawab.55.
Dari penjelasan diatas penulis meyimpulkan bahwa seorang anak hakikat
nya adalah sumber kebahagiaan keluarga, karunia Allah, penerus garis keturunan,
pelestari pahala orang tua , amanat Allah, dan anak merupakan batu ujian keimanan
orang tua, orang tua yang saleh merupakan contoh suri teladan yang baik bagi
perkembangan jiwa anak yang sedang tumbuh, dalam al-Qur’an, anak disebutkan
dalam beberapa derivasi disini penulis hanya menjelaskan makna Ibn, Walad, Ṣabī,
Gulām dan Dzurrīah,dan Tifl peran anak terhadap kedua orang tua ialah berbakti
terhadapnya begitu pula orang tua terhadap anaknya yang mempunyai kewajiban
merawat dan mendidik anaknya dengan baik, dari semua penjelasan yang telah
penulis paparkan hendaklah orang tua memberikan cinta dan menjadikan seorang
anak sebagai anugerah dan amanah yang harus dijaga maka dari itu pada bab III
penulis akan menjelaskan apa saja pengaruh baik anak dalam al-Qur’an terhadap
Orang tua.
55 ʻAbdul Munʾīm Ibrᾱhīm Mendidik Anak Perempuan (Jakarta:Gema Insani Press, 2005)
cet. I, h.90.
38
BAB III
KEDUDUKAN ANAK TERHADAP ORANG TUA
A. Anak adalah Anugerah yang Dipinta
Sebelum penulis masuk lebih dalam terhadap makna anak sebagai anugerah,
disini penulis paparkan beberapa makna anugerah yang terkandung dalam al-Quran
sebagai berikut:
Dalam kamus populer bahasa Indonesia anugerah adalah ganjaran, dan
karunia, sedangkan dalam Ensiklopedi Islam anugerah dalam bahasa arab yaitu
wahaba diartikan dengan memberi.
Secara etimologis kata wahaba pada mulanya digunakan sebagai lambang
terhadap kegiatan memberi sesuatu kepada orang lain, tanpa tuntutan imbalan,
orang yang memberi disebut (wᾱhib), orang yang menerima pemberian disebut
(muttahib) dan sesuatu yang diberikan disebut (Mauhūb), jika seseorang sering
memberi sesuatu pada orang lain disebut (Wahhᾱb) oleh karena itu salah satu
diantara nama Tuhan adalah Wahhᾱb (maha pemberi).
Dalam al-Quran kata tersebut digunakan untuk menunjukan arti memberi
tanpa ganti seperti dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian wahaba dalam al-
Quran juga mengahruskan adanya subjek (yang memberi) objek pertama (orang
menerima) dan objek kedua (sesuatu yang diberikan).
Penelitian terhadap ayat-ayat yang menggunakan kata wahaba dengan segala
bentuk derivasinya menunjukan bahwa bila kata itu digunakan untuk menunjukan
arti “ memberi” maka ia mengandung beberapa arti:
39
Pertama: yang memberi itu hanya Allah, baik secara langsung seperti dalam
surat Ibrahīm ayat 39, surat al- Anbiyᾱ ayat 90, surat al-An‘ᾱm ayat 84, yang
menyatakan bahwa Allah langsung menganugerahkan hikmah dan keturunan
(Ismᾱ‘īl dan Ishᾱq) kepada Ibrᾱhīm maupun secara tidak langsung seperti dalam
surat al-Anbiyᾱ ayat 72 dimana Allah memberi keturunan kepada Maryam melalui
Malaikat Jibril.
Kedua, yang diberikan itu selalu yang bernilai besar, misalnya dalam surat
al-‘Ankabūt ayat 27 diberitahukan bahwa Allah memberi anak Yahya kepada
Zakaria, dalam surat al-Syu‘arᾱ ayat 83, Allah memberi hikmah kepada Ibrᾱhīm
dan lain-lain dan dalam surat Ṣᾱd ayat 35 Sulaimᾱn meminta agar Allah memberi
kepadanya kerajaan yang tak pernah dimiliki oleh siapapun sesudahnya.
Ketiga, bahwa yang menerima pemberian itu selalu orang-orang terhormat
atau orang pilihan, seperti para nabi, orang mukmin yang saleh dan sebagainya,
misalnya dalam surat al-Anbiyᾱ ayat 72 bahwa yang menerima pemberian itu ialah
Zakaria dan ayat 90 didalam surat yang sama, yang menerima pemberian Tuhan itu
ialah Ibrᾱhīm.
Dari semua ayat yang menggunakan kata wahaba dan yang seasal dengan itu,
hanya sekali disebut yang tidak termasuk kepada ketiga butir diatas yaitu dalam
surat al-Ahzᾱb ayat 50,maksud dari kata wahaba disini bukanlah Allah yang
memberi, melainkan seorang wanita mukmin yang datang menyerahkan dirinya
kepada Rasul untuk dikawini, menurut riwayat Ibnu Sa‘ad yang diterimanya dari
Munīr b. ‘Abdillah wanita yang menyerahkan dirinya itu bernama Ummu Syarik
Ghazih bt. Jabir b. Hakīm ia menyerahkan dirinya agar dikawini oleh Rasul,
40
menurut riwayat ini, rasul menerimanya, Aisyah berkata: tidak baik seorang wanita
menawarkan dirinya kepada laki-laki maka turun ayat yang diberi julukan
mukminah kepada wanita tersebut.
Disini terdapat perbedaan dengan kata وهب dan اعطى yang juga berarti
memberi, akan tetapi, penggunaan kata اعطى ini lebih luas dari kata وهب karena
dapat digunakan untuk melambangkan arti memberi, dimana yang memberiاعطى
itu ada kalanya Allah seperti dalam surat al-Ḍuhᾱ ayat 5 yang menjelaskan bahwa
Allah lah yang akan memberi karunia nya kepada Nabi Muhammad dan adakalanya
selain Allah dalam surat al-Taubah ayat 58, disebut dalam konteks sikap orang
munafik terhadap pemberian sedekah, jika kepada orang munafik itu diberi zakat,
mereka senang, tetapi jika tidak diberi mereka langsung marah disini yang memberi
dengan kata ialah orang mukmin, yang menerima orang munafik dan yang اعطى
diberikan adalah zakat, dengan demikian dari segi arti kata wahaba dan a‘ṭᾱ adalah
sama, tetapi dari segi penggunaannya dalam al-Quran terdapat perbedaan seperti
disebut diatas.1
Sebagaimana penjelasan makna anugerah diatas ketika dikaitkan dengan
kat aAnak maka memiliki arti bahwa anak adalah anugerah yang diberikan kepada
orang tua, dan diberikan kepada orang pilihan, serta pemberian tersebut merupakan
nilai yang sangat besar.
1 Quraish Syihāb Ensiklopedia al-Quran kajian kosakata dan tafsīrnya (Jakarta:PT
Intermasa, 1997)h.1047-1048.
41
Sebagaimana firman Allah dalam surat (Qs. Ibrāhim/14: 39).
عاء ق إنه رب لسميع ٱلد ح عيل وإسح كب إسح د لله ٱلهذي وهب ل على ٱلح مح ٱلح“Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari
tua(ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha
Mendengar (memperkenankan) doa”. (QS. Ibrāhim/14: 39)
Bimbingan dan pendidikan dari orang tua kepada anak bisa optimal dengan
pengajaran dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari yang diterima oleh anak
dalam hubungannya dengan orang tuanya, karena orang tua yang paling mengetahui
karakter anaknya perkembangan emosi positif sangat penting dalam perkembangan
jiwa anak dan perkembangan itu sangat dipengaruhi oleh peran orang tua.2
Kehadiran anak memiliki dua sasaran dalam menyikapinya yaitu, Hablum
min Allah dan Hablum min al-Nᾱs dalam kehadiran anak ini menjadi sasaran dalam
bentuk syukur kita kepada Allah dan memohon bimbingan dan harapan agar anak
ini menjadi saleh dan salehah, sedangkan hablum min al-Nᾱs ini adalah sebagai
bentuk mengabarkan keberadaan anak kita untuk mengimplementasikan rasa
bahagia kita yang merupakan anjuran agama dan sekaligus sebagai bentuk berbagi
secara sosial.3
Berbeda hal nya jika seseorang yang mengalami kemandulan, dalam tafsir
Sya‘rāwī dijelaskan bahwa jika seseorang tersebut menilai hal itu sebagai
pemberian dari Allah maka dia akan menyatakan pada diri dan orang disekitarnya
tentang kerelaannya, karena mensyukuri pemberian keturunan biasanya
diungkapkan oleh pemuda yang terlambat dapat momongan, apalagi mereka yang
2 Chairinniza Graha keberhasilan anak ditangan orang tua ( Jakarta: Pt Elex Media
Komputindo Gramedia 2007) cet. I hal. 18 3 ʻAbd al- Munʾīm Ibrᾱhīm Mendidik Anak Perempuan (Jakarta:Gema Insani Press, 2005)
cet. I, h.90.
42
telah berusia lanjut, Ibrᾱhīm berkata لكب ي وهب ل عل ٱ له
ٱ لحمد لله
segala puji bagi’‘ ٱ
Allah yang telah menganugerahkan kepadaku dihari tuaku”.4
لكب makna dari kata tersebut bahwa Ibrᾱhīm memperoleh ‘Ismᾱ‘īl dan عل ٱ
Ishᾱq ketika usia sudah lanjut, kata على membuktikan bahwa kuasa Allah lebih
berperan walaupun usia telah tua, ayat ini ditutup dengan عاء دل نه رب لسميع ٱ
Atas إ
doa yang dipintanya pada ayat 37.5
Hamka dalam tafsirnya juga menafsirkan bahwa dipujinya Allah dengan
sepenuh-penuh puji, karena selalu mengaharapkan keturunan yang akan
menyambung cita-citanya, agar ajaran yang diberikan Tuhan itu putus sehingga dia
saja, ada hendaknya anak dan keturunan yang akan menyambung setelah
sepeninggalnya.6
Hal ini serupa dengan penafsiran departemen agama bahwa Ibrahim
memanjatkan puji dan syukur kepada Allah yaitu, mengabulkan doa-doanya seperti
menjadikan tanah Mekah disekitarnya sebagai tanah haram, menjadikan dia dan
sebagian keturunanya orang saleh bahkan mengangkat dua orang putranya Ismail
dan Ishaq menjadi Nabi dan Rasul, apa yang dirasakan ini dapat dimaklumi, betapa
bahagianya ia dan keluarganya setelah berusaha dengan keras.7
4 Syekh Muhammad Mutawalli al- Sya‘rāwī Tafsīr al- Sya‘rāwī khawāṭiri ḥaula al- Qurʼān
al-kaīm , penerj Zainal Arifin (Kairo: Akhbar al-Yaum,1991) jilid 7 cet. 1, h. 357.
م ربنا ليقيموا ٱلص 5 يتي بواد غير ذي زرع عند بيتك ٱلمحر بنا إن ي أسكنت من ذر ن ٱلناس تهوي إليهم وٱرزقهم لوة فٱجعل أف ر دة م
ت لعلهم يشكرون ن ٱلثمر ٣٧م
“ Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di
lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati,
ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian
manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan
mereka bersyukur” 6 Hamka Tafsīr al-Azhār ( Jakarta: Pt Pustaka Panjimas, 1983) jilid XII-XIV, h.156 7 Kementrian agama RI al-Quran dan tafsirnya (Jakarta: Departemen agama RI,2006) cet
I, jilid 5, h.178 .
43
Menurut Wahbah bahwa Nabi Ibrahim sebenarnya ingin memohon kepada
Allah agar menolong dan memerhatikan istrinya setelah dirinya meninggal kelak,
namun ia tidak menyatakan maksud nya secara eksplisit, tetapi ia mengatakan “ya
Tuhanku, sesungguhnya engkau mengetahui apa yang ada dalam hati dan pikiran
kami” ini merupakan doa untuk istri dan putranya dalam bentuk ungkapan isyarat
tidak langsung, adapun fiqih kehidupan dalam ayat ini adalah pensyariatan berdoa
untuk diri sendiri, keturunan, dan negeri tempat tinggal, bahkan seyogyanya setiap
orang yang berdoa hendaknya berdoa untuk diri sendiri, kedua orang tua dan
keturunan.8
Maragi menjelaskan bahwa Ibrahim memohon kepada Allah agar
dianugerahi anak dengan doanya.9
لحني رب ه بح ل من ٱلصه“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk
orang-orang yang saleh”. (QS. al-Ṣaffāt/37: 100)
Sebagaimana Zakaria memohon kepada Allah agar diberinya keturunan yang
baik, terdapat dalam surat Āli ‘Imrān/3:38.10
Nabi Muhammad SAW., juga mendoakan kepada pelayannya yang mana
beliau berdoa “Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya, dan berkahilah pada
apa yang engkau anugerahkan kepadanya”.
8Wahbah al-Zuhaili Tafsir al-Munīr penerj ‘abd al-Hayyi al-Kattani (Jakarta:Gema
Insani,2016), jilid 7, cetI h 254-257. 9 Ahmad mustafa al-Maraghi Tafsir al-maraghi (Semarang:
PT.CV Toha putra ,1993) jilid 13,cet 2, h 206.
٣٨ ٱلدعاء سيع إنهك طيبة ۥ قال رب هبح ل من لهدنك ذريهة هنالك دعا زكريه ربهه 10
‘’Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku
dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”.
(QS. Āli ‘Imrān/3: 38).
44
Dari berbagai penjelasan diatas disini penulis sertakan beberapa kasus yang
relevan bahwa anak itu adalah sebuah anugerah yang sangat diharapkan, penulis
mengambil kasus Inul Daratista pada tahun 2015 yang kala itu sangat
diperbincangkan di social media karena ia sangat menginginkan seorang anak
,melalui proses bayi tabung inilah cara ia dapat memiliki seorang anak.
“Tahukah dia bagaimana perjuangan saya sampai saya punya anak?”
,Mendapatkan satu anak ini saja bagi Inul teramat susah. Ada biaya yang
harus dikeluarkan dan usaha bertubi-tubi, saya dan Mas Adam ini bolak-balik
konsultasi kepada dokter. Lalu dokter menyarankan bayi tabung. Ya, kenapa
tidak coba? Mau bagaimana lagi? Tapi jalan itu pun ternyata enggak mudah.
Begitu, sejarahnya saya punya anak,” Dokter dari RS Siloam Surabaya, dr.
Aucky Hinting, PhD, yang menangani Inul “dalam proses bayi tabungnya
dapat menjadi saksi, tak ada yang namanya anak haram, melewati masa-
masa kritis, sampai saya berhasil punya anak. Saya ini kalau enggak program
bayi tabung, enggak pernah bisa punya anak. Karena ada kista dan miom di
rahim,” kata Inul.11
Istri yang belum dikaruniai keuturunan mengalami problem psikologis,
problem-problem yang dialami karena seorang ibu mengalami stress yang disebut
dengan stress infertilitas, dimana stress tersebut berasal dari tekanan lingkungan
yang mengharuskan subjek mempunyai seorang anak secara biologis, faktor lain
juga bersumber dari biaya pengobatan yang mahal, adapun gejala-gejala stress
tersebut adalah merasa tertekan denyut jantung berdetak lebih cepat apabila
mendapatkan pertanyaan sudah hamil atau belum, sedih, marah, dan lebih
emosional ketika disinggung perihal anak.
Kedua, depresi gejala-gejalanya adalah subjek merasa takut jika mereka tidak
bisa hamil, was-was, sulit tidur, merasa bersalah kepada suami karena belum bisa
11 Valesca Souisca Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “kalau enggak
bayi tabung, saya enggak bisa punya anak” diterbitkan 28 nov
2015https://www.tabloidbintang.com/berita/gosip/read/29555/inul-daratista-kalau-enggak-bayi-
tabung-saya-enggak-bisa-punya-anak .
45
hamil dan merasa malu jika bertemu degan orang-orang karena belum
hamil,gangguan pola pikir, semua subjek mengakui bahwa dalam fikiran mereka
hanya dipenuhi satu hal yaitu kapan hamil, berangggapan bahwa Allah tidak adil,
menyalahkan diri sendiri, menyalahkan suaminya dan merasa dia tidak sempurna,
perempuan yang mengalami problem psikologis mempunyai upaya-upaya untuk
mengatasi problem psikologis yang mereka alami, dengan cara memilih untuk tetap
dirumah dan menghindari keramaian, berusaha untuk tetap melakukan pengobatan
baik tradisional atau secara medis, melakukan program hamil, pasrah dan berdoa
kepada Allah SWT., dan berusaha untuk tetap bersabar.12
B. Harapan Mendapatkan Anak Yang Menjadi Penyenang Hati.
جعلنا للمتهقي إ
ة ٱعي وٱ تنا قره ه جنا وذري هنا هب لنا من ٱزو ين يقولون رب له
ماما وٱ
“Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada
kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami),
dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.(Qs. Al-
Furqān/ 25:74).
Dalam tafsīr al-Azhᾱr surat al- Furqān ayat 74 disebutkan bahwa‘Ibᾱd al-
rahmᾱn itu senantiasa bermohon kepada Tuhannya agar istri-istri mereka dan anak-
anak mereka dijadikan buah hati permainan mata, obat jerih pelerai demam,
menghilangkan segala luka dalam jiwa, penawar segala kekecewaan hati dalam
hidup.13
Menurutnya inti kekayaan adalah putera-putera yang berbakti dan berhasil
dalam hidupnya, yang akan menjadi obat hati diwaktu tenaga telah lemah, apakah
12 Nur Azizah Problem Psikologis Istri Yang Belum Dikaruniai Keturunan Di Desa Sridadi
Kecamatan Sirampog Kabupaten Brebes, Skripsi Program Studi Bimbingan dan Konseling,
(Purwakerto: IAIN Purwakerto,2016), h. 95-97. 13 ‘Abd al-Malik ‘Amrullah Tafsīr al-Azhār ( Jakarta: Pt Pustaka Panjimas, 1983) juz . h.49.
46
hasil itu? Dia berilmu dan beriman, dia beragama dan dia pun dapat menempuh
hidup dalam segala kesulitannya, dan setelah ia dewasa dapat tegak sendiri dalam
rumah tangganya, inilah anak yang akan menyambung keturunan, dan inilah
bahagia yang tidak ada habis-habisnya maka seorang ayah akan tenang menutup
mata jika ajal sampai.14
Itulah dia ‘Ibād al-rahmān orang-orang yang telah menyediakan jiwa
raganya menjadi hamba Allah dan bangga dengan penghambaan itu, mukanya
selalu tenang dan sikapnya yang lemah lembut.15
Menurut penafsiran Wahbah dijelaskan Nabi Zakaria berusia seratus tahun
dan istrinya pun dalam kaedaan mandul16, keadaan istrinya yang mandul itu saja
sudah cukup sebagai alasan untuk menolak permohonannya, meskipun begitu,
Zakaria tetap memohon kepada Allah agar dikaruniai anak dan berseru kepada
Allah dengan seruan yang perlahan, yang menggambarkan kehinaan, ketundukan
dan kepatuhan.17
Mutawalli al-Sya‘rāwī menjelaskan dalam tafsirnya sebab keinginan Zakaria
memiliki anak dilatar belakangi ketika Maryam mengatakan kepada Zakaria
(paman Maryam) bahwa rezeki yang ada padanya datang dari Tuhan sebagai
pemberi rezeki kepada siapa yang dikehendakinya, dari sisi keimanan kembali
menyentuh hatinya yang paling dalam yang menyebabkannya berkata kepada
14 Hamka Tafsīr al-Azhār,h.49. 15 Hamka Tafsīr al-Azhar h.50. 16 Tidak dapat mempunyai anak kamus indo Eddy Soetrisno Kamus Populer Bahasa
Indonesia (Jakarta,PT Ladang Pustaka Indonesia) h 422. 17Wahbah al- Zuhaili Tafsir al-Munīr , penerj ‘abd al-Hayyi al-Kattani, (Jakarta: Gema
Insani, 2016) jilid 2, juz 21-22, cet.1, h. 123.
47
dirinya sendiri: “bagaimana kalau saya memohon kepada Tuhan agar
mengabulkan keinginanku” apabila Zakaria berkata demikian jelas dia percaya
bahwa apa yang terjadi pada Maryam adalah datang dari Allah, adapun bukti lain
atas kepercayaannya, bahwa dia melihat berbagai jenis rezeki yang ada di mihrab
Maryam pada musim panas dan sebaliknya disamping itu terdapat makanan yang
sangat langka diperoleh didaerah Maryam tinggal, semua itu terjadi di Mihrabnya.18
Dia pun berdoa ketika berada didalam Mihrab هك نبة إ هة طي نك ذري رب هب ل من دله
عاء دل يع ٱ ,ya Tuhanku berilah saya disisi engkau seorang anak yang baik’‘ س
sesungguhnya engkau maha pendengar doa” perlu diperhatikan disini bahwa
permintaan nya akan seorang anak tidak sama dengan apa yang di minta oleh
manusia biasa, dia meminta keturunan yang baik sebagai bukti bahwa dia
mengetahui dan melihat banyak keturunan yang tidak baik, sebagaimana doa
Zakaria pada ayat yang lain dalam al-Quran yang akan mewarisi saya dan mewarisi
sebagian keluarga Yaʾqub (Qs.Maryam/19:6)19,Doa Zakaria ini merupakan
penjabaran baik yaitu menjadi pewaris kenabian , norma , etika, dan manhaj dijalan
Allah, dia meminta keturunan yang baik untuk misi dan tujuan yang besar.
Maksud dari Kata هب لي ya Tuhanku berilah saya, yaitu meminta sesuatu رب
tanpa imbalan, dia mengakui bahwa dia tidak memilki unsur-unsur yang
membuatnya mempunyai keturunan karena dia mempunyai istri yang sudah tua dan
wanita yang mandul, pemberian Tuhan kepada nya merupakan sebuah هبة, dari
18 Syekh Muhammad Mutawalli al- Sya‘rāwī Tafsīr al- Syaʾrawi khawāṭiri ḥaula al-
Qurʼān al-karīm penerj Zainal Arifin (Kairo: Akhbar al-Yaum,1991) jilid 2 cet. 1, h. 318. 19 Syekh Muhammad Mutawalli al- Sya‘rāwī Tafsīr al- Sya‘rāwī khawāṭiri ḥaula al-
Qurʼān al-karīm h.319
48
penjelasan ini ada hal yang penting yang harus dipahami yaitu tidak selamanya
kelengkapan unsur akibat menjadi satu kemutlakan bagi seseorang untuk memiliki
seorang anak, pada akhirnya kekuasaan Allah lah yang paling mutlak dan
menentukan segalanya.20
“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang
Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang
Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia
kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan
(kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa
yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha
Kuasa” ( Qs. al- Syūra /42 : 49-50).
Maraghi menegaskan bahwa Zakaria berharap agar ia mempunyai anak Saleh
seperti Maryam, sebagai karunia dan kemurahan dari sisinya, melihat anak-anak
yang cerdas, tampaknya sangat memikat hati orang-orang yang melihatnya, dan
membuat mereka berharap agar mereka dikaruniai anak seperti mereka ( anak-anak
yang cerdas tersebut).21
Dalam tafsir Kemenag dijelaskan bahwa keinginan mereka agar anak cucu
keturunan nya menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa bukanlah karena
ingin kedudukan yang tinggi atau kekuasaan mutlak, tetapi semata-mata karena
keinginan yang tulus dan ikhlas agar penduduk dunia ini dipenuhi orang-orang yang
beriman dan bertakwa, juga bertujuan, agar anak cucu mereka melanjutkan
perjuangan menegakkan keadilan dan kebenaran, dengan demikian, walaupun
20 Syekh Muhammad Mutawalli al- Sya‘rāwī Tafsīr al- Sya‘rāwī khawāṭiri ḥaula al-
Qurʼān al-karīm h.320 21 Ahmad mustafa al-Maraghi Tafsir al-Maraghi (Semarang:PT.CV Toha putra ,1993) jilid
3 ,cet 2, h 192-193.
49
mereka sendiri telah mati, tetapi mereka tetap menerima pahala perjuangan anak-
cucu mereka.22
Sebagai penutup dari doa itu, ia memohon lagi kepada Allah agar dia
dijadikan imam daripada orang-orang yang bertakwa, setelah berdoa kepada Allah
agar istri dan anak menjadi buah hati, permainan mata karena takwa kepada Allah
maka ayah atau suami sebagai penanggung jawab menuntun istri dan anak
menempuh jalan itu, dia mendoakan dirinya sendiri agar menjadi imam berjalan
dimuka sekali menuntun mereka menuju jalan Allah.23
Al- Asy‘ats b.Qais berkata “Aku mendatangi Rasulullah bersama rombongan
Kindah, beliau bertanya kepadaku, “ Apakah kamu mempunyai anak?”, aku
menjawab “ada, anak saya baru lahir ketika saya pergi menuju kepadamu,
aku ingin kalau saja anak itu digantikan dengan makanan yang
mengenyangkan kaumku”.
Rasulullah bersabda “jangan berkata demikian, diantara mereka ada
penyejuk mata dan pahala jika mereka meninggal, karena sesungguhnya
mereka menjadi sebab kekhawatiran dan kesedihan.24
C. Anak adalah Amanah25
Amanah adalah segala sesuatu yang dipercayakan kepada manusia baik yang
menyangkut hak dirinya, hak orang lain maupun hak Allah SWT, pengertian kata
amanah disesuaikan dengan konteksnya dalam al-Quran yang memuat kata itu. ,
amanah dikaitkan dengan larangan menyembunyikan keberanian kesaksian
ataukeharusan memberikan kesaksian yang benar (Qs.al-Baqarah/2:283, kedua,
22 Departemen agama RI al-Quran dan tafsirnya (Jakarta: Departemen agama RI,2006)
jilid 3,cet I, h 55. 23 Hamka, Tafsir al-Azhar h.50 24 HR. Imam al-Tirmidzī,3774. 25 Amanat adalah suatu barang yang dipercayakan, titipan. Eddy Soetrisno Kamus Populer
Bahasa Indonesia (Jakarta,PT Ladang Pustaka Indonesia), h. 23.
50
kata amanah dikaitkan dengan keadilan atau pelaksanaan hukum secara adil (Qs.al-
Nisāʼ/4:58), kata amanah dikaitkan dengan sifat khianat (Qs. al-Anfāl/8:27).
Kata amanah jika dikaitkan dengan sifat manusia yang mampu memelihara
kemantapan (stabil)rohaninya, tidak berkeluh kesah bila ditimpa musibah dan tidak
melampaui batas jika tertimpa kesenangan (Qs.al-Ma‘ārij/70.32).
Amanah adalah sesuatu yang diberikan kepada seseorang yang dinilai
memiliki kemampuan untuk mengembannya namun dengan kemampuaannya itu ia
juga bisa menyalahgunakan amanah tersebut artinya, dari penyerahan amanah
kepada manusia adalah Allah percaya bahwa manusia mampu mengemban amanah
tersebut sesuai dengan keinginan Allah.26
Dari semua penjelasan mengenai makna amanah diatas, sudah jelas bahwa
ketika Allah memberikan seorang anak kepada orang tua maka disitulah tanggung
jawab orang tua untuk menjaga sebuah amanah dari Allah, mendidik dan
merawatnya dengan baik serta mampu memberikan perhiasan yang sangat berharga
bagi kehidupan di dunia maupun kelak di akhirat, karena titipan tentu harus
dipertanggungjawabkan dihadapan yang memilikinya, dalam diri anak terdapat dua
hal yang akan mempengaruhi kehidupan kita di dunia maupun di akhirat, satu sisi
anak akan membawa kita menuju kebahagiaan jika kita mampu mengasuh,
mendidik dan merawat sebagai titipan Allah, disisi lain anak juga dapat membawa
kita kepada kemurkaan Allah, jika kita tidak mampu merawat dan memelihara
titipan Allah tersebut dengan baik.27
26Dewan Redaksi Ensiklopedia islam Ensiklopedia islam, (Jakarta: Ichtiar BaruVan
Hoeve,1994) cet 2, h.133-134. 27 ʻAbd al- Qadīr al- Ṣalīh Buah Hati Antara Perhiasan dan Ujian Keimanan h30
51
ليكمح ن ي ها ٱلهذين ءامنوا ق وا أنفسكمح وأهح ئكة غل وقودهارا ي ها مل جارة علي ح له د شدا ظ ٱلنهاس وٱلحصون مرون ي عح علون ما ي ؤح ٱلله ما أمرهمح وي فح
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan " ( QS. Al-Tahrīm/ 66:6).
Keluarga adalah orang yang paling butuh perhatian, penjagaan, pembinaan,
dan pendidikan,seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, maka
orangtua harus memperhatikan perkembangan potensi anak, karena pendidikan
adalah basic need bagi setiap manusia, baik pendidikan formal maupun
nonformal.28
Menurut penafsiran Wahbah bahwa Allah SWT memerintahkan kepada
kaum mukminin agar memelihara diri dan keluarga mereka dari api neraka dengan
amal perbuatan mereka, dan memelihara keluarga mereka dari neraka dengan
nasihat, didikan, bimbingan, tuntunan, dan pengajaran, hal ini menuntut konsistensi
dan komitmen total kepada hukum-hukum syara‘ baik yang berupa perintah
maupun larangan, mendorong dan memerintahkan anak dan istri untuk menunaikan
kewajiban dan menjauhi larangan serta terus memantau, mengawasi mereka.29
Dalam tafsir Kemenag dijelaskan bahwa diantara cara menyelamatkan diri
dari api neraka dengan shalat dan sabar, karena neraka itu dijaga oleh malaikat yang
keras dan kasar, yang pemimpinnya berjumlah sembilan belas malaikat , mereka
diberi kewenangan mengadakan penyiksaan didalam neraka, mereka adalah para
28 Kaharuddin Mencetak generasi anak Saleh dalam Hadis h 5 29 Wahbah al-Zuhaili Tafsir al-Munīr penerj ‘abd al-Hayyi al-Kattani,(Jakarta:Gema
Insani,2016),jilid 14, cetI h 674.
52
malaikat yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan nya dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkannya.30
Namun menurut Maragi mengajarkan kepada keluargamu perbuatan yang
dengannya mereka dapat menjaga diri mereka dari api neraka, dan hendaklah
membawa mereka kepada yang demikian ini dengan nasihat dan pengajaran.31
Menurut Hamka yang bermula diperingatkan agar memelihara diri sendiri
lebih dahulu, setelah itu memelihara istri dan anak-anaknya, maka hendaklah
perangai dan perilakunya dapat menjadi contoh bagi anak dan istrinya, dapatlah
hendaknya dia menjadi kemegahan dan kebanggaan bagi keluarga.32
Sebagaimana anak adalah amanah yang harus dijaga meski dalam kondisi
apapun seperti Pada tahun 2018 ini, Firda berusia 10 tahun Hafidz Indonesia 2018,
di usianya yang masih belia dan memiliki keterbatasan sebagai tuna netra, Firda
menjadi hafiz (penghapal Al Quran). Saat ini, siswi SLB Al-Fitri tersebut sudah
bisa menghapal 6 juz, Sang ayah, Yarisman, menceritakan kisah hidup Firda hingga
akhirnya menjadi hafiz. Sejak lahir, Firda sudah berbeda dari anak-anak normal
lainnya. Bahkan ahli neurologi anak, saat itu mengatakan Firda mengalami
gangguan motorik permanen sehingga tidak akan bisa berjalan. Aktivitas lainnya
pun akan terganggu. "Tapi saya tidak yakin. Saya optimis tidak ada prediksi
manusia yang sempurna dan tetap berupaya untuk kesembuhannya," ucap
Yarisman. Di usia 3 tahun, Firda akhirnya bisa berjalan. Baru pada usianya yang
30 Departemen agama RI al-Quran dan tafsirnya (Jakarta: Departemen agama RI,2006)
jilid 10,cet I, h 204. 31 Ahmad mustafa al-Maraghi Tafsir al-Maraghi (Semarang:PT.CV Toha putra ,1993) jilid
15 ,cet 2, h.272. 32 Hamka, Tafsir al-Azhar ( Jakarta: Pt Pustaka Panjimas, 1983) jilid h 310-311.
53
keempat, Firda diajari surat pendek oleh ibunya. "Saat itu belum punya Quran
(braile). Baru usia 7 tahun Firda punya Quran (braile)," ucapnya, Meski tanpa Al
Quran braile, sang ibu pantang menyerah, Dengan telaten ia mengajarkan anaknya
baca tulis baik huruf latin ataupun hijaiyah.
Bagi Yurisman, apa yang terjadi pada Firda adalah ujian dari Allah,Ia kerap
meyakinkan Firda, yang membedakannya dengan anak lain hanyalah fisik, namun
Firda bisa sukses seperti anak lainnya. "Saya yakin, melalui Al Quran, Firda bisa
menapaki masa depan yang lebih baik dibanding orangtuanya," ungkapnya.33
D. Anak Sebagai Sumber Rezeki
Nasihat dan peringatan terhadap orang tua agar tidak membunuh anak karena
miskin.
ل ية إمح لدكمح خشح ت لوا أوح ن ق ول ت قح ح زق همح نه كمح ن رح لهمح إنه وإيه ا كبريأ خطح كان ق ت ح“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.
Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar”(QS.al-
Isrā‘/17:31)
Hamka menjelaskan pada ayat ini diingatkan jangan membunuh anak karena
takut miskin, anak tidak terbelanjai, karena perbuatan yang demikian itu hanya
terjadi pada orang jahiliah yang kepercayaan nya kepada Allah sangatlah tipis,
sedangkan lanjutan ayat ini Allah berkata: “kamilah yang memberi rezeki kamu dan
33 Reni Susanti "Firda: Kalau Bisa Melihat, Saya Ingin Lihat Al Quran"Artikel ini telah
tayang di Kompas.com dengan judul "Firda: Kalau Bisa Melihat, Saya Ingin Lihat Al Quran",1 juni
2018, https://regional.kompas.com/read/2018/06/01/08330071/firda--kalau-bisa-melihat-saya-
ingin-lihat-al-quran.
54
kepada mereka”,itu sebabnya maka pegangan hidup yang pertama ialah percaya
kepada Allah.34
Bagi pendidikan anak sendiripun sangat berbahaya jika orangtuanya
membayangkan bahwa kedatangannya kedunia ini hanyalah semata-mata akan
memberati hidupnya, sampai sekarang masih terdapat bangsa yang miskin menjual
anaknya karena tidak terberi makan, dan ada yang meracuni jiwa anak sendiri
dengan memberikan didikan yang salah karena mengharapkan jaminan hidup,
orang yang menyerahkan anaknya masuk sekolah kristen, karena pengaruh
pendidikan kolonial yang mengajarkan bahwa hidup yang teratur ialah meniru
hidup orang barat.35
Disini, Hamka menegaskan bahwa larangan membunuh anak sejak masa
kandungan sampai orang tua kecuali dengan hak, yaitu mencabut nyawa seseorang
hanya boleh apabila ada hak hakim buat membunuhnya karena dia merugikan
masyarakat, tegasnya karena ia telah salah memakai hak hidup yang diberikan
tuhan kepadanya.36
Menurut Mutawalli al- Sya‘rāwī kata pembunuhan dalam ayat ini berarti
usaha yang dilakukan untuk menghilangkan nyawa kehidupan seseorang, ia juga
berarti mematikannya, akan tetapi antara keduanya terdapat perbedaan yang harus
diperhatikan, membunuh adalah menghilangkan kehidupan seseorang dengan
merusak struktur fisik, sedangkan kematian adalah suatu proses yang dimulai
dengan berpisahnya nyawa dari raga, kemudian terjadilah pembunuhan pada fisik
34 Hamka,Tafsir al-Azhar ( Jakarta: Pt Pustaka Panjimas, 1983) jilid xv. h103. 35 Hamka, Tafsīr al-Azhār, h.104. 36 Hamka, Tafsīr al-Azhār ,h.104.
55
itu, jadi, kematian disebut untuk hilang nya nyawa secara alami, oleh sebab itu
didalam syariat tidak dinyatakan dosa besar atas orang yang mati secara alami, akan
tetapi yang membunuh dirinya sendiri itulah yang dinyatakan dosa besar.37
Adapun kata اولد dalam ayat bahasa ini menurut Sya‘rāwī digunakan untuk
laki-laki dan perempuan, akan tetapi yang masyhur dalam pengamatan sejarah
bahwa mereka hanya mengubur hidup-hidup anak perempuan tidak anak laki-
laki38,di dalam al-Quran disebutkan “ Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur
hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh” (QS.al- Takwīr /81: 8-9).
Kamilah yang akan memberi rizki kepada mereka نن نرزقكم و إيكم
, dalam ayat ini terdapat isyarat halus yang harus kita perhatikan dan pahami
agar kita dapat memberikan jawaban kepada musuh-musuh islam yang
menyebarkan isu bahwa didalam al-Quran terdapat kontradiksi, Allah mengatakan
disini, خشية إملق pada saat ayat ini turun, kefakiran belum terjadi akan tetapi
dimasa akan datang hal itu mungkin terjadi, orang yang membunuh anaknya dalam
keadaan ini bukan khawatir akan rezekinya, akan tetapi khawatir akan rezeki
anaknya dimasa mendatang, oleh sebab itu, urutan pertama yang disebutkan dalam
ayat ini adalah نن نرزقكم , hal ini disebabkan karena seorang anak dilahirkan
37 Syekh Muhammad Mutawalli al- Sya‘rāwī Tafsīr al- Sya‘rāwī khawāṭiri ḥaula al-
Qurʼān al-karīm, h. 121. 38 Syekh Muhammad Mutawalli al- Sya‘rāwī Tafsīr al- Sya‘rāwī khawāṭiri ḥaula al-
Qurʼān al-karīm ,h. 121.
56
bersama rezekinya , maka janganlah kalian khawatir akan masalah ini, karena
rezeki bukanlah urusan kalian.39
Rezeki anak-anak tersebut didahulukan atas rezeki kalian, dapat juga
dipahami dengan makna, janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena
takut miskin karena kami telah memberi kalian rezeki dengan melalui kehadiran
mereka, ayat utama ini tidak kontradiksi dan bukan pengulangan dengan ayat yang
berbunyi: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah
terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu
karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada
mereka, ( al-An-‘ām ayat 151), pada ayat ini disebutkan bahwa kami akan memberi
rezeki kepada kalian dan kepada mereka, dan diakhir ayat ini dijelaskan bahwa “
karena kemiskinan”, sedangkan dalam surat al-Isrᾱʼ ayat 31 ini dijelaskan karena
”takut kemiskinan”, dan dalam ayat ini (kami akan memberi rezeki kepadamu dan
kepada mereka) sedangkan dalam surat al- Isrāʼ (kami akan memberikan rezeki
kepada mereka dan kepada mu) perbedaan nya dikarenakan dalam surat al-
IsrāʼAllah berbicara kepada orang-orang kaya, untuk memahami al-Quran
diperlukan dzauq ( insting berbahasa) semua ayat memiliki makna yang sempurna
sesuai dengan konteksnya masing-masing, meskipun kedua ayat nampak sama
secara sepintas akan tetapi diantara keduanya terdapat perbedaan makna yang besar.
Lalu yang perlu diperhatikan dalam ayat ini yaitu, bahwa larangan ditujukan
kepada orang banyak dalam bentuk jama‘sebagaimana telah dikatakan sebelumnya
bahwa apabila jamak dihadapkan dengan perintah berbentuk jamak maka perintah
39 Syekh Muhammad Mutawalli al- Sya‘rāwī, h. 122.
57
tersebut mencakup masing-masing indvidunya, hal ini berarti, janganlah setiap
orang dari kalian membunuh setiap anak kalian.40
Kata dosa disini sama seperti kesalahan yang menunjuk kepada sesuatu yang
menyalahi kebenaran akan tetapi kesalahan itu sendiri terkadang dilakukan karena
kamu tidak mengetahui yang benar dan terkadang kamu sudah mengetahuinya
namun kau tetap melakukannya.41
Menurut Maraghi didahulukan penyebutannya dikarenakan sebagai suatu
isyarat bahwa Allah menjadikan hamba-hamba nya menjadi penyebab untuk
memperoleh rizki jadi tidak seperti yang diangan-angankan oleh sebagian orang
yang kemudian tidak mau lagi bekerja karena alasan suatu keraguan tentang
jaminan Allah atas rizki mereka.42
Menurut Hamka dapat kita ketahui yang menjadi sebab turun ayat ini ialah
kebiasaan buruk orang-orang arab jahiliah membunuh anak perempuannya karena
anak perempuan tidak mendatangkan keuntungan tidak dapat menolong ayah
bundanya dalam mencari penghidupan, bahkan sampai kepada zaman sekarang pun
masih ada orang yang merasa mendapat bala jika mendapat anak perempuan dan
bangga mendapat anak laki-laki43, menurutnya kepercayaan orang Arab sama
dengan kepercayaan orang Tionghoa, mendasarkan keluarga kepada perbapaan,
sebab itu mereka lebih suka anak laki-laki.44
40 Syekh Muhammad Mutawalli al- Sya‘rāwī Tafsīr al- Sya‘rāwī khawāṭiri ḥaula al-
Qurʼān al-karīm h.123 41 Syekh Muhammad Mutawalli al- Sya‘rāwī Tafsīr al- Sya‘rāwī h.123 42 Ahmad mustafa al-Maraghi Tafsir al-Maraghi (Semarang:PT.CV Toha putra ,1993) jilid
15 ,cet 2, h.114-115. 43 Hamka, Tafsīr al-Azhār ( Jakarta: Pt Pustaka Panjimas, 1983) juz xv. h.56 44 Hamka, Tafsīr al-Azhār, h.56.
58
Seperti kepercayaan orang Thionghoa berbeda halnya dengan apa yang
terjadi di Minangkabau dinegerinya berkeluarga,mereka lebih suka anak
perempuan, zaman sekarang banyak yang beranggapan bahwa anak adalah beban
berat, orang-orang miskin ada yang menjual anak, orang-orang kaya ada yang
mengadakan operasi pada rahim untuk mencegah agar tidak mendapatkan anak,
maka al-Quran memberikan ajaran budi agar seluruh manusia dalam segala zaman
tidak membunuh anak karena takut miskin, karena kesukaran hidup dapat diatasi.
Perhatikanlah ayat ini kembali, bersama-sama ayat sebelumnya ayat ini
melarang membunuh anak karena takut miskin, sesudah ayat 25 sampai 30 yang
menuntun orang-orang yang mampu membantu yang miskin, tersebab ayat ini
timbulah pendapat-pendapat Ulama tentang membatasi kelahiran atau keluarga
berencana45,tidak ada Ulama islam yang memperbolehkan membunuh anak, Ulama
mujtahid pun berpendapat bahwa menggugurkan anak dalam kandungan yang
bernyawa sama hal nya dengan membunuh. 46
Disini, dapatlah direnungkan betapa nilai hidup menurut agama suatu nyawa
yang wajib dipelihara, ada kehidupan maka ada rezeki, dari ayat ini dinyatakan
larangan pembunuhan anak dengan cara lain, akan tetapi sebenarnya sama, yaitu
takut kemiskinan, tidak memberikan pendidikan agama kepada anaknya walaupun
45 KB (Keluarga Berencana) atau Family Planning yang dalam bahasa arab disebut tandzim
al-nasl artinya pengaturan keturunan, bukan tahdīd al-Nasl (pembatasan keturunan) dalam arti
pemandulan (taqim) atau aborsi (isqot al-haml), KB merupakan salah satu bentuk yang
diprogramkan pemerintah sejak 1970 khusunya dalam menangani masalah pertumbuhan penduduk
yang meningkat cepat, bertujuan untuk menekan angka kelahiran dan membatasi masalah
bertambahnya penduduk, pada prinsip nya KB ini bertujuan untuk menciptakan nilai-nilai
kemaslahatan, yaitu mewujudkan kesejahteraan material dan spiritual, sehingga KB bisa dimaknai
sebagai salah satu bentuk upaya mempersiapkan generasi-generasi tangguh yang dapat diandalkan,
Zaitunah Subhan Al-Quran dan perempuan menuju kesetaraan gender dalam penafsiran
(Jakarta:PT.Prenada Media Group,2015), cet I h 103. 46 Hamka, Tafsīr al-Azhār h.56.
59
jasmani anak itu disenangkan, dizaman modern ini banyak orang tua yang
menyerahkan anak nya bersekolah yang didirikan oleh agama lain, yang memang
sengaja hendak menarik anak keluar dari agama islam yang dipeluk orang tuanya
dan masuk keagama yang diempunya di sekolahnya, banyak diluar sana yang orang
tuanya islam namun anak nya murtad, dengan perlainan agama, putuslah pertalian
dunia dan akhirat serta tidak waris mewarisi, anak yang sudah lain agamanya sudah
boleh dihitung mati.47
Menurut Wahbah Informasi tentang rezeki untuk anak-anak disini
didahulukan karena konteksnya, Allah berbicara kepada orang-orang kaya dan
menyebutkan perhatian terhadap rezeki mereka, ayat ini menunjukan bahwa Allah
lebih menyayangi hamba-hambanya dibanding seorang ayah kepada anaknya
sendiri, karena Allah melarang orang tua membunuh anaknya, sebagaimana Allah
juga menetapkan bahwa para orang tua memberi waris untuk anak-anaknya,
sedangkan orang jahiliah terdahulu tidak memberi waris untuk anak-anak
perempuan mereka.48
Dalam tafsir Kemenag disamping itu dapat dikatakan bahwa tindakan
membunuh anak karena takut kelaparan adalah berburuk sangka kepada Allah, bila
tindakan itu dilakukan karena takut malu, maka tindakan itu bertentangan dengan
nilai-nilai kemanusiaan karena mengarah pada upaya menghancurkan
kesinambungan eksistensi umat manusia di dunia, selain mengungkapkan
47 Hamka, Tafsīr al-Azhār, h.56. 48 Wahbah al-Zuhaili Tafsir al-Munīr penerj ‘abd al-Hayyi al-Kattani,(Jakarta:Gema
Insani,2016), cetI, h.85.
60
kebiasaan jahat yang dilakukan oleh orang-orang Arab dimasa jahiliah, ayat ini juga
mengungkapkan tabiat mereka yang sangat bakhil.49
‘Abdullah b. Mas‘ud bercerita “aku bertanya “Wahai Rasulullah, dosa apa
yang paling besar? Beliau menjawab, “kamu membuat tandingan bagi Allah
padahal ia telah menciptakanmu, aku bertanya lagi, lalu apalagi? Beliau
menjawab “kamu membunuh anakmu karena takut dia akan makan
bersamamu”, aku bertanya lagi, lalu apalagi? “ beliau menjawab, “kamu
berzina dengan istri tetanggamu”.( HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Zaid b. Wahab dari ‘Abdillah ia berkata “ Rasulullah SAW menuturkan
kepada kami dan beliau adalah al-Ṣadiq al-Masdūq (orang yang benar lagi
dibenarkan perkataannya), beliau bersabda “sesungguhnya seorang dari
kalian dikumpulkan penciptaanya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam
bentuk nuṭfah (bersatunya sperma dengan ovum), kemudian menjadi ‘alaqah
(segumpal darah) seperti itu pula kemudian menjadi muḍgah (segumpal
daging) seperti itu pula kemudian seorang Malaikat diutus kepadanya untuk
menipukan ruh didalamnya dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu
menuliskan rezekinya, ajalnya, amalnya dan celaka atau bahagianya, maka
tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, sesungguhnya salah
seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli surga, sehingga jarak
antara dirinya dengan surga hanya tinggal sehasta tetapi catatan (takdir)
mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka, maka dengan itu
ia memasukinya, dan sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal
dengan amalan ahli neraka, sehingga jarak antara dirinya dengan neraka
hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal
dengan amalan ahlu surga maka dengan itu ia memasukinya.50
Untuk konteks sekarang ini harus dipahami dengan mengarahkan para orang
tua untuk berkeyakinan bahwa banyak anak agar tidak dipahami secara kuantitas,
melainkan kualitas anak harus didahulukan, banyak rezeki harus dipahami dengan
memposisikan anak sebagai lahan investasi jangka panjang, dengan begitu menurut
Lutfi Nur Cahyono bukan banyak anak banyak rezeki melainkan kualitas yang
dimiliki oleh anak sebagai motivasi untuk meraih rezeki.51
49Departemen agama RI al-Quran dan tafsirnya (Jakarta: Departemen agama RI,2006) jilid
5,cet I, h 470-471. 50 Imām Abī al-Husain Muslim b. Al-Hajjāj b.Muslim al-Qusyairī al-Naisābūrī al-Jāmi‘
al-Ṣahīh kitāb al-Qadr bab Penciptaan manusia dalam perut ibu dan penulisan rezekinya, ajalnya,
amalnya, penderitaan dan kebahagiaan, (Libanon: Dār al-Fikr), juz 8, h.44. 51 Moh.Lutfi Nur Cahyono Pandangan terhadap anak dalam al-Qur’an (Uin Sunan
Kalijaga) Konsentrasi Hukum Keluarga vol.01, no2, November 2013, h. 154.
61
Jika dikaitkan pada zaman sekarang ini, sebagaimana pernyataan Lutfi Nur
Cahyono yang mana kualitas anak harus didahulukan oleh karena itu permasalahan
anak sangat diperhatikan, dalam kasus ini, salah satu cara yang dibentuk oleh
pemerintah ialah meluncurkan program Kb (keluagra berencana) bertujuan Untuk
menekan pertumbuhan jumlah penduduk, Indonesia seharusnya mencontoh negara-
negara maju, dengan semboyan “ dua anak cukup”,pada tahun 2016, Monique
Soesman dari Rutgers WFP Indonesia mengatakan, “pendidikan program KB yang
mencakup kesehatan reproduksi dan seksualitas kepada remaja di Indonesia masih
sangat kurang. Akibatnya, banyak remaja yang mengalami masalah reproduksi
dan seksualitas. “Banyak remaja yang melahirkan karena banyak remaja menikah
dengan umur di bawah 18 tahun. Kematian ibu dan bayi jadi tinggi,” Menurut
Monique, program KB yang inklusif kepada remaja dapat mencegah kehamilan
tidak diinginkan dan membantu perempuan mengatur jarak keluarga.52
E. Mencintai Anak Adalah Gharizah
Gharizah terbagi atas tiga macam yaitu naluri mempertahankan diri, naluri
melestarikan seksual dan naluri beragama.53
Menurut Eddy Soetrisno dalam kamus besar Bahasa Indonesia gharizah
adalah naluri dan insting.54
52 Dian Maharani pentingnya program KB dikenalkan kepada remaja , versi 6 november
2015 Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul pentingnya program KB dikenalkan
kepada remaja
https://lifestyle.kompas.com/read/2015/11/06/155100723/Pentingnya.Program.KB.Dikenalkan.Ke
pada.Remaja 53 Aminah Zahra, “Tipologi Anak Dalam al-Qur’an”, (Surabaya: IAIN SUNAN
AMPEL,2010), h.2.
54 Eddy Soetrisno. Kamus Populer Bahasa Indonesia (Jakarta,PT Ladang Pustaka Indonesia)
h 207
62
فضهة مقنطرة من ٱلذههب وٱلح قنطري ٱلح بنني وٱلح ت من ٱلنساء وٱلح مسوهمة زين للنهاس حب ٱلشههول ٱلح يح وٱلح
م ن ٱلح عندهۥ حسح يا وٱلله ن ح ة ٱلد ي ولك متع ٱلح ث ذ رح م وٱلح ع ن ح ب ا وٱلح
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang
baik (surga)”.(QS.Āli ‘imrān/3 :14)
Sedangkan syahwat adalah keinginan-keinginan yang menimbulkan selera
yang menarik nafsu untuk menyukainya, menurut Sya‘rāwī syahwat ialah
kecenderungan diri yang kuat untuk melakukan suatu perbuatan, apabila
diperhatikan lebih cermat, kecenderungan itu berguna untuk melanjutkan
keberadaan manusia didalam kehidupan ini, namun bila ternyata kecenderungan ini
melebihi tujuannya, maka dia akan binasa.55
Dalam tafsir Kemenag kata زين adalah Fi‘il Mᾱḍī (kata kerja telah lalu) dalam
bentuk Majhūl (bentuk pasif) artinya “ dihiaskan”, arti bahasa dalam permulaan
ayat ini ialah “ dihiaskan kepada manusia rasa suka kepada hal-hal yang diinginkan
berupa perempuan, anak, harta benda yang banyak berupa emas, perak, kuda yang
bagus , binatang ternak, dan sawah serta ladang, siapakah yang menghiaskan
kepada manusia sehingga ia menjadi suka kepada hal-hal tersebut? Dalam hal ini,
di kalangan para Ulama ada dua pendapat: pertama yang menjadikan manusia yang
suka kepada wanita, anak dan harta adalah setan karena pada akhir ayat ini bahwa
disisi Allah adalah tempat kembali yang baik, yaitu surga yang jauh lebih baik dari
harta di Dunia.56
55Hamka, Tafsīr al-Azhār ( Jakarta: Pt Pustaka Panjimas, 1983) jilid IV cet I h 117.
56 Departemen agama RI al-Quran dan tafsirnya (Jakarta: Departemen agama RI,2006)
jilid I,cet I, h 459.
63
Adapun Pendapat yang kedua yaitu, yang menjadikan manusia suka kepada
wanita, anak harta adalah Allah, juga untuk menguji kemampuan orang-orang
mukmin mengendalikan perasaan suka dan cintanya itu, tidak berlebih-lebihan
melainkan wajar dan tetap mengikuti ketentuan agama dan aturan-aturan syariat
yang benar, pendapat kedua inilah yang disetujui oleh -Jumhur Ulama.57
Perempuan (istri) dalam ayat ini mencintai istri disebutkan lebih dahulu
daripada mencintai anak-anak walaupun cinta pada istri itu dapat luntur namun
cinta pada anak-anak tidak, karena cinta pada anak jarang sekali berlebih-lebihan
seperti halnya mencintai perempuan, kedua: anak laki-laki atau perempuan, cinta
kepada anak adalah fitrah manusia, karena anak merupakan penerus keturunan dari
generasi ke generasi.58
Setelah syahwat kepada wanita lalu disebutkan daya tarik terhadap anak-
anak, sedangkan harta benda disebutkan pada urutan ketiga, karena kecintaan
manusia kepada anak lebih dominan daripada kecintaannya kepada harta, sehingga
dia berani menebus anak nya dengan harta melimpah, sekiranya manusia disuruh
memilih antara kehilangan anak dengan kehilangan harta tentu dia akan memilih
kehilangan harta, sebab cinta terhadap anak merupakan naluri yang lebih dahulu
daripada kecintaan kepada harta, dan pada ayat ini diakhiri dengan “ itulah
kesenangan hidup di dunia dan disisi Allah lah tempat kembali yang baik (Surga)”,
dengan kata lain, itulah beberapa macam syahwat yang merupakan kesenangan dan
57 Departemen agama RI al-Quran dan tafsirnya, h 460. 58 Departemen agama RI al-Quran dan tafsirnya (Jakarta: Departemen agama RI,2006)
jilid I,cet I, h 462-463.
64
perhiasan kehidupan dunia yang pasti akan berakhir, dan disisi Allah lah tempat
kembali dan pahala bagi orang yang bertakwa dan taat kepadanya.59
Menurut syaikh Wahbah dalam tafsirnya al- Munīr Didalam ayat ini, al-
Quran mengungkapkan hal-hal yang diingini dengan menggunakan kata al-
Syahwᾱt yang berarti keinginan atau kecintaan itu sendiri, hal ini termasuk
Mubalaghah atau penekanan bahwa hal-hal tersebut adalah hal-hal yang sangat
diinginkan dan disenangi.60
Hamka menjelaskan dalam ayat ini disebutkan kata al-Banīn kesukaan
karena ingin mempunyai anak, terutama anak laki-laki, yang membedakan syahwat
wanita dengan anak ialah , jika syahwat pada wanita pada kulitnya karena syahwat
kelamin atau bersetubuh, sedangkan pada batinnya ialah karena kerinduan
mendapat keturunan, menurut Hamka dalam ayat ini sudah jelas bahwa Tuhan adil
karena pada pertama disebutkan bahwa laki-laki menginginkan perempuan tetapi
pada yang kedua diterangkan bahwa laki-laki menginginkan anak laki-laki, disini
tidak disebut menginginkan anak perempuan, karena yang akan menginginkannya
bukan lagi ayahnya, tetapi ibunya, namun Rasulullah saw sangat menyayangi anak-
anak perempuannya, Fatimah al-Zahra, Ummu Kultsum dan Ruqaiyah.61
Menurut Mutawalli al-Sya‘rᾱwī bahwa dalam ayat ini tidak menggunakan
kata al-Banāt karena anak laki-laki lah yang selalu diharapkan untuk mengokohkan
serta membuat harum nama keluarga, anak laki-laki dianggap tidak akan
59 Muhammad ʾ Ali Al-Ṣabunī Cahaya al-Quran tafsir tematik surat al- Baqarah- al- anʿam
judul asli Qabas min Nūrul Qurʿan ( Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2000) cet.1 h. 110 60 Wahbah al-Zuhaili Tafsir al-Munīr penerj ‘abd al-Hayyi al-Kattani (Jakarta:Gema
Insani,2016),jilid 2, cetI, h 198. 61 Hamka, Tafsir al-Azhar ( Jakarta: Pt Pustaka Panjimas, 1983) jilid IV cet I h 119-120.
65
mendatangkan aib bagi keluarganya, Sya‘rāwī mengatakan“jadi, jika ternyata
Allah ingin menjauhkan kita dari keburukan semua ini mengapa Allah masih
menciptakannya”?, menurut Sya‘rᾱwī adalah selama Allah telah mengatakan
Zuyyina dan menjadikannya dalam bentuk pasif (yaitu tidak menyebutkan subjek
pelaku dari kata kerja ini), maka siapakah yang akan menghiasi dunia?.
Mungkin kunci kelemahan orang lain adalah harta atau hewan ternak,
mungkin saja ia tidak terpancing nafsunya ketika melihat wanita atau emas yang
berlimpah ruah, namun dia sangat mencintai anak-anaknya, sehingga cinta butanya
inilah yang akan menjadi kunci kelemahannya.
Menurut Maragi faktor-faktor penyebab mencintai anak laki-laki lebih kuat
daripada mencintai anak perempuan karena :
1. Anak laki-laki merupakan tulang punggung keturunan yang berkait
dengan dirinya, karena anak lelaki selalu diharapkan yakni kelanggengan
nama dan menjadi buah bibir orang banyak yang tetap lestari.
2. Ketika anak sudah dewasa dapat menjadi tempat bergantung ketika
orang tua mencapai usia lanjut.
3. Yang diharapkan pada anak laki-laki ialah kemuliaan yang tidak
terdapat pada anak perempuan, seperti penguasaan disiplin ilmu, pekerjaan,
kepemimpinan.
4. Pendapat yang beranggapan bahwa wanita jika sudah menikah akan
berpisah dengan keluarganya dan berkumpul dengan keluarga lain.62
62 Ahmad Mustafa al-Maraghi tafsir al-maraghi (Semarang:PT.CV Toha putra ,1993) jilid
3 ,cet 2, h .191.
66
Allah menjadikan fitrah manusia mencintai wanita dan anak -anak, karena
itulah pemuda pada awal-awal kehidupannya merasa kesulitan, karena harus
membentuk dirinya dan masa depannya, ia harus mampu membuka pintu rumah
yang didalamnya ia menjadi seorang suami dan menjadi seorang bapak, apabila ia
diberi rizki setelah merasakan kesusahan dan kesulitan maka ia menikah, lalu ingin
mendapatkan keturunan, maka bertambahlah perhatiannya kepada istrinya dan
rakus akan keselamatan nya atas keselamatan karena anak yang dikandungnya.63
Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa anak adalah anak adalah
anugerah yang sangat diharapkan oleh orang tua, sebagai amanah maka anak dan
keluarga harus dijaga agar tidak terjerumus kedalam api neraka, janganlah kalian
takut akan kemiskinan dan beranggapan bahwa karena anak lah yang dapat
menyebabkan kemiskinan tersebut, manusia dihiasi untuk mencintai anak dengan
cintanya yang disertai dengan syahwat, namun sebagaimana yang telah kita ketahui
bahwa anak memiliki pengaruh buruk yang dapat menjerumuskan orang tuanya
kedalam api neraka, berikut akan penulis paparkan.
F. Anak sebagai Perhiasan Dunia
kehadiran anak ini adalah sebagai perhiasan yang sangat indah karena itu
harus diperlakukan dengan cara yang baik-baik dan indah sesuai dengan petunjuk
dan tuntunan agama.
عند ربك ث وات خريح لح قيت ٱلصه ب يا وٱلح ن ح ة ٱلد ي و
ب نون زينة ٱلح مال وٱلح ب ٱلح ل أم وخريح
63 ʻAbd al- Qadīr al- Ṣalīh Buah Hati Antara Perhiasan dan Ujian Keimanan (Yogyakarta:
Diandra kreatif ,2017) cet.1,h. 27.
67
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-
amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu
serta lebih baik untuk menjadi harapan”. (QS.al-Kahfi/18:46).
Dalam tafsir Kemenag dijelaskan bahwa ayat ini mengabarkan kepada kita
bahwa anak itu adalah perhiasan yang harus dijadikan jalan bagi kita untuk
melakukan amal sholeh yang akan mengantarkan kita kepada ridha Allah, jika tidak
mampu diperlakukan dengan cara yang tidak baik layaknya sebagai sebuah
perhiasan yang tidak mampu mengundang pahala dan ridha Allah maka kehadiran
anak ini tentu saja akan berubah menjadi cobaan.64
Allah menjelaskan bahwa yang menjadi kebanggaan manusia di Dunia ini
adalah harta benda dan anak-anak, karena manusia sangat memperhatikan
keduanya, banyak harta dan anak dapat memberikan kehidupan dan martabat yang
terhormat kepada orang yang memilikinya, harta dan anak dapat menjadikan
seseorang Takabur dan merendahkan orang lain, Allah menegaskan bahwa
keduanya hanyalah perhiasan hidup duniawi bukan perhiasan dan bekal untuk
ukhrawi, padahal manusia sudah menyadari bahwa keduanya akan segera binasa
dan tidak patut dijadikan bahan kesombongan.
Berbeda dengan penjelasan sebelumnya dalam tafsir surat alī ‘Imrān ayat
14 yang menjelaskan bahwa anak lebih berharga dari harta sedangkan dalam urutan
ayat ini, harta didahulukan daripada anak padahal anak lebih dekat kehati manusia,
karena nya harta sebagai perhiasan lebih sempurna daripada anak, harta dapat
menolong orang tua dan anak setiap waktu dengan harta kelangsungan hidup
64 Departemen agama RI al-Quran dan tafsirnya (Jakarta: Departemen agama RI,2006)
jilid 5,cet I, h 616.
68
keturunan dapat terjamin, kebutuhan manusia terhadap harta lebih besar daripada
kebutuhannya terhadap anak.
Kemudian Allah Swt menjelaskan bahwa yang patut dibanggakan hanyalah
amal kebajikan yang buahnya dirasakan oleh manusia sepanjang zaman sampai
akhirat, amal kebajikan lebih baik pahalanya disisi Allah daripada harta dan anak-
anak yang jauh dari petunjuk Allah dan tentu menjadi pembela dan pemberi syafaat
bagi orang yang memilikinya dihari akhirat kelak ketika harta dan anak tidak lagi
bermanfaat.65
Menurut Maraghi dengan demikian karena keperluan terhadap harta lebih
dirasakan dari pada kebutuhan kepada anak-anak, menuruttnya harta merupakan
sebuah perhiasan meskipun tidak mempunyai anak, dan bukan sebaliknya, karena
orang yang mempunyai anak sedang dia tidak mempunyai harta maka orang itu
berada dalam kesengsaraan dan kemelaratan.66
Menurut ‘Abd al- Baṣīṭ ‘abd al-.‘Azīz beliau mengibaratkan jika seseorang
yang memiliki anak dia akan berhias dengan nya, bayangkan seandainya anda
sebagai tuan rumah yang akan kedatangan tamu dan anda memiliki 10 anak laki-
laki yang muda belia mengelilingi anda disamping kanan, kiri tengah dan belakang
maka anda akan mendapatkan sesuatu yang sangat berharga dari perhiasan dunia
ini, tapi disana ada yang lebih baik dari semuanya itu.67
65 Departemen agama RI al-Quran dan tafsirnya (Jakarta: Departemen agama RI,2006)
jilid 5,cet I, h 617. 66 Ahmad mustafa al-Maraghi Tafsir al-maraghi (PT.CV Toha putra semarang ,1993), jilid
15, cet 2 303-305 67 ‘Abd al- Baṣīṭ ‘abd al-.‘Azīz Tafsīr al-Kahfi ( Jakarta: Pustaka al-Sunnah ,2005)cet. 1,
h. 153-155 judul asli Tafsīr al- Qurᾱn al-Karīm Sūrat al-Kahfi Muhammad b. Ṣᾱlih al-‘Utsaimīn
69
Dikuatkan dalam tafsir al- Sya‘rᾱwī bahwasanya anak tidak akan diperoleh
kecuali dengan harta karena anak diperoleh dari pernikahan dan nafkah untuk istri,
kata perhiasan bukan merupakan kebutuhan primer, ia hanya sekedar pelengkap,
menurutnya permasalahan anak terkadang mencekik leher sebagian orang tua.68
Menurut Hamka dalam tafsir al-azhar dijelaskan pada akhir ayat ini rayuan
yang sangat indah sekali, Allah memberi peringatan bahwa harta dan anak benda
itu memang perhiasan namun perhiasan itu sangat terbatas waktunya.69
Wahbah menambahkan dalam tafsrinya bahwa perumpamaan dalam ayat ini
menunjukan betapa cepatnya dunia menghilang dan mengalami kehancuran,
adapun amal-amal saleh yang kekal berupa ketaatan kepada Allah maka pahala nya
lebih baik daripada harta yang berlimpah dan anak banyak.70
G. Anak sebagai Fitnah
Fitnah secara etimologi menurut bahasa adalah berasal dari perkataan fatanta
firdhatu wa adz-Dzahab jadi maksdunya Adzabtahumᾱ binnᾱri artinya engkau telah
melelehkan emas atau perak itu dengan api guna membedakan yang buruk dari yang
bagus ,sedangkan makna umum kata fitnah secara terminologi adalah ujian,
ternyata ada hubungan nya antara fitnah secara bahasa dan istilah, lafadz fitnah, ,
secara bahasa, fitnah berarti memperlihatkan asal dari barang tambang, secara
terminologi fitnah yaitu memperlihatkan asal hakikat dan derajat keimanan kepada
Allah SWT.
68 Syekh Muhammad Mutawalli al- Sya‘rāwī Tafsīr al- Sya‘rāwī( (Kairo: Akhbar al-
Yaum,1991) jilid 8, cet I, h 407-408. 69Hamka tafsir al-Azhar ( Jakarta: Pt Pustaka Panjimas, 1983) jilid XV, cet I, h 212 70 Wahbah al-Zuhaili Tafsir al-Munīr (Jakarta:Gema Insani,2016), jilid 8, cet I, h.258.
70
Al-Quran menggunakan kata fitnah dengan arti kezaliman dalam surat al-
Burūj ayat 10, al-Baqarah ayat 191, al-Quran menggunakan kata ini dengan
pengertian membakar orang-orang yang berdosa di neraka, dalam surat Adz-
Dzāriāt ayat 13 kata fitnah dengan arti siksaan atau hukuman misalnya digunakan
dalam surat al-Anfāl ayat 25 dinyatakan bahwa kaum Mu‘mīn bertanggung jawab
atas terpeliharanya akhlak sosial sehingga tidak turun siksaan Tuhan kalau siksaan
itu tiba, ia akan menimpa bukan hanya orang-orang yang zalim saja tetapi merata
kepada semuanya.
Kata Fitnah dengan arti cobaan atau ujian terhadap keimanan bagi orang-
orang beriman pada umumnya, bermacam wujudnya, diantaranya cobaan atau ujian
terhadap keimanan bagi orang-orang beriman pada umumnya, bermacam
wujudnya, diantaranya
a. Anak dan harta dalam surat al-Taghābūn ayat 15 dan surat al-anfāl ayat
28 karena anak dan harta yang dimiliki dapat menjauhkan pemiliknya
dari sifat takwa.
b. Kebaikan dan keburukan, kebaikan berupa: kesehatan, kekayaan
kepandaian dan sebagainya, ataupun penderitaan karena kemiskinan,
penyakit dan tekanan, semuanya merupakan cobaan keimanan yang
terdapat dalam surat al-Anbiyāʼ ayat 35 dan al-Nahl ayat 110.
c. Ilmu sihir dalam surat al-Baqarah ayat 102 dan yang sejenis dengan itu
karena ilmu sihir dapat menyengsarakan orang lain dan menjatuhkan
diri kedalam kekafiran.
d. Kezaliman dan kekacauan yang mengancam kaum Mu‘mīn dalam surat
al-Baqarah ayat 193, bahkan al-Quran menegaskan bahwa kezaliman
71
dan kekacauan keburukannya melebihi pembunuhan dalam surat al-
Baqarah ayat 217.
e. Kenikmatan hidup juga dinamakan fitnah dalam surat al-Zumar ayat
49.
f. Godaan dan pengaruh-pengaruh luar yang dapat mengarahkan orang
untuk mengikuti hawa nafsu dan bertindak melanggar ketentuan Allah
dalam surat al-Māidah ayat 48-49.71
Sedangkan dalam kamus populer Bahasa Indonesia bermakna penghinaan,
menghinakan dan memburukkan nama orang72, berdasarkan pemaparan kata fitnah
diatas jika dikaitkan kata fitnah dengan kata anak maka yang dimaksud ialah ujian
atau cobaan .
ن لدكمح فت ح لكمح وأوح و ا أمح ر عندهۥ وٱلله ة إنه م عظي أجح“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan
di sisi Allah-lah pahala yang besar”. (Qs. al- Taghᾱbūn/ 64: 15).
Dalam tafsir Kemenag Allah menerangkan bahwa cinta terhadap harta dan
anak hanyalah cobaan jika tidak berhati-hati akan mendatangkan bencana, tidak
sedikit orang karena cintanya yang berlebihan kepada harta dan anaknya berani
melanggar ketentuan agama,dalam ayat ini harta didahulukan dari anak karena
71Quraish Syihāb Ensiklopedia al-Quran kajian kosakata dan tafsīrnya (Jakarta:PT
Intermasa, 1997), h. 232. 72 Eddy Soetrisno Kamus Populer Bahasa Indonesia (Jakarta,PT Ladang Pustaka
Indonesia) h 191.
72
bencana harta itu lebih besar dalam ayat ini73 , ayat lain memiliki makna serupa
dalam surat al-anfāl ayat 28.74
Menurut wahbah Sesungguhnya harta dan anak tidak lain hanyalah ujian dan
cobaan, terkadang yang mungkin mendorong kalian melakukan hal yang haram,
tidak menunaikan hak Allah SWT., dan melakukan perbuatan dosa.75 Fitnah anak
juga dapat memalingkan atau menyibukkan menjadi penghalang seseorang dari
mengingat dan mengerjakan amal taat kepada Allah, seperti yang digambarkan oleh
Allah tentang orang munafik sehingga ia menghindarkan orang-orang beriman dari
kecenderungan76 ini dalam firman nya
ومن لله ك عن ذكر ٱ لك ول ٱودل ين ءإمنوإ ل تلهك ٱمو له
ا ٱ أي ون ي س لخ
ئك ه ٱ ل فأول ٩يفعل ذ
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian
maka mereka itulah orang-orang yang merugi”.(QS.al-Munāfiqūn/ 63:9).
Dalam penafsirannya Wahbah mengutip penafsiran al-Rāzi yang mengatakan
bahwa ayat ini bisa dijadikan sebagai dalil untuk menyibukan diri dengan amalan-
amalan sunnah lebih utama daripada menikah, karena amalan sunnah
mendatangkan pahala yang besar sedangkan menikah mendatangkan anak dan
mengharuskan kebutuhan kepada harta, namun menurut Wahbah jika seseorang
dalam kondisi stabil (tidak ada hasrat yang hebat untuk menikah) jelas bahwa
73Departemen agama RI al-Quran dan tafsirnya (Jakarta: Departemen agama RI,2006) jilid
3,cet I, h 117. نة وأنه ٱلله 74 لدكمح فت ح لكمح وأوح و ا أمح لموا أنه ر عظيم وٱعح ٢٨ عندهۥ أجح
‘’Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan
sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar” (QS. al-Anfᾱl /8:28).
75 Wahbah al- Zuhaili Tafsir al-Munīr ,jiid 2 juz 21-22 ( Jakarta: Gema Insani, 2016) jilid
5 cet.1 h.278. 76 Larry Koenig Menanamkan disiplin dan menumbuhkan percaya diri pada anak(Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2003) cet I h,20.
73
menikah dapat membantu untuk mencapai takwa dan kesucian diri77dan diantara
hal yang dapat menghapus fitnah anak adalah ibadah puasa, shalat mengajak kepada
kebenaran dan melarang suatu kemungkaran.78
Dikuatkan oleh pendapat Maragi yang mengatakan bahwa Fitnah anak
muncul dari berbagai arah diantaranya: karunia Allah berupa anak terkadang
membuat manusia menjadi angkuh dan tidak mensyukuri nikmat Allah yang
diberikan kepadanya.79
Pada ayat ini, harta benda didahulukan atas anak-anak karena harta benda
merupakan fitnah paling besar, namun bagi orang yang mencintai dan mentaatinya
diatas kecintaan dan ketaatan kepada anak-anaknya.80
Namun menurut Hamka bahwa seharusnya anak lebih dulu disebutkan dari
pada harta , karena betapapun kaya, berlimpah-limpah harta benda jika anak tidak
ada hidup terasa masih kosong tetapi kalau anak telah ada kita pun giat mencari
harta, dan jika anak dan harta telah ada , timbullah kebanggaan hidup disini mulai
datang fitnah artinya cobaan, orang bisa lupa kepada pemberi nikmat karena
terpukau kepada nikmat itu sendiri, “buah hati pengarang jantung” demikian
ungkapan pepatah bangsa kita tentang anak, lantaran anak ,orang bisa jadi pengecut,
takut berjuang, takut mati, takut tampil untuk mengerjakan pekerjaan besar, sebab
anak mengikat kaki, menimbulkan bakhil tidak mau berkorban, tidak mau
77 Wahbah al- Zuhaili Tafsir al-Munīr ,h 279 78 Muhammad Nūr ‘Abdul al- Hᾱfiz Mendidik bersama Rasulullah ( Kairo: Dᾱr al-
Thibaʾah wa al- Nasyr al-Islamiah, 1988) cet II h.63. 79 Mustafa al-Adawī Fiqih pendidikan anak : membentuk kesalehan anak sejak dini
trj.Umar Mujtahid san Faisal Saleh,(Jakarta: Qisti Press Anggota Ikapi, 2006), h 35. 80 Ahmad mustafa al-Maraghi tafsir al-maraghi trj.Hery nur Aly,(Semarang: PT.CV Toha
putra ,1993) jilid 9 ,cet 2, h 367-368.
74
membantu sesama, tetapi anakpun kerap membawa duka cita, setelah anak-anak itu
jadi besar.
Dalam tafsir Sya‘rawi dijelaskan bahwa fitnah sebagaimana diketahui tidak
dapat dihina atau dipuji kecuali setelah melihat hasilnya, seseorang dipuji bila
berhasil dalam ujian dan dicela bila gagal, Pada awal ayat ini merupakan peringatan
yang sangat tegas, berhati-hatilah kamu agar jangan gagal dalam menempuh
ujian.81
Menurut Amirullah Syarbini Musibah adalah sesuatu (baik kesusahan
maupun kemudahan) yang dapat menjauhkan kita dari Allah sedangkan nikmat
adalah sesuatu (baik kesusahan maupun kemudahan)yang bisa mendekatkan kita
kepada Allah, jika diuji dengan kesusahan kita menjadi semakin jauh dari Allah
(menyikapi dengan rasa putus asa dan berburuk sangka)maka kita gagal
menghadapi ujian tersebut sehingga menjadi musibah, tetapi jika ujian (kesusahan)
kita semakin dekat dengan Allah dan menyikapi nya dengan berbaik sangka
evaluasi diri, bertaubat dan memperbaiki diri maka kita sukses menghadapi ujian
itu sehingga menjadi nikmat.82
Buraidah berkata, “ Rasulullah SAW., berkhutbah, lalu datang al-Hasan dan
al-Husain dengan memakai pakaian merah, mereka berjalan lalu jatuh,
kemudian Rasulullah turun dari mimbar menggendong keduanya,
meletakkan mereka didepan beliau lalu bersabda, Maha Benar Allah dan
Rasulnya, “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan
bagimu, aku melihat dua anak ini berjalan, lalu jatuh, aku tidak tahan sampai
aku memutus khutbahku dan menggendong mereka”.83
81 Syekh Muhammad Mutawalli al- Sya‘rᾱwī Tafsīr al-Sya‘rᾱwī,(Kairo: Akhbar al-
Yaum,1991) jilid 2 cet. 1, h. 316-317. 82 Amirullah Syarbini Mencetak anak hebat ,h 9. 83 Imām Muslim, Musnad al- Jāmi‘,no 1842, h. 404.
75
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya anak menjadi penyebab sifat
pelit, pengecut, bodoh, dan sedih”.84
Dari seluruh penafsiran mengenai fitnah anak diatas, disini penulis
memberikan beberapa kasus yang terjadi mengenai anak bisa menjadi fitnah bagi
orang tua .
Seperti kasus pada tahun 2016 seorang ayah yang rela mencuri demi
kehidupan seorang anak inilah alasan nya Didasari alasan kemanusiaan kepolisian
akan membebaskan ayah tujuh anak yang dikeroyok massa karena mencuri susu di
sebuah minimarket di Makassar, Sulawesi Selatan.
Kapolsekta Rappocini Kompol Mauri, Selasa mengatakan, “rencananya
Arman warga Kabupaten Gowa itu akan dibebaskan. Namun, untuk sementara dia
masih ditahan sambil menunggu luka-lukanya sembuh. "Arman hanya dikenakan
dakwaan tipiring (tindak pidana ringan) Pasal 362 tentang pencurian. Kita masih
tahan dia sambil luka-lukanya sembuh. Jangan sampai kita lepas dengan cepat,
nanti diamuk massa lagi. Kita lepas dia karena rasa kemanusiaan," ujar Kapolsek.
Mauri mengatakan,” Arman terpaksa mencuri karena desakan ekonomi. Pria itu
mencuri susu untuk memenuhi kebutuhan gizi tujuh anaknya yang masih kecil.
"Arman tidak punya pekerjaan tetap dan dia harus memenuhi kebutuhan
keluarganya. Dia terpaksa mencuri dan dari pengakuannya baru kali ini dia
melakukan hal tersebut," tambahnya. Sebelumnya diberitakan, Arman diamuk
massa setelah mencuri beberapa kaleng susu di minimarket Alfamart di Jl Pinang
Raya, Makassar. Saat melakukan aksinya, Arman tertangkap kamera CCTV
memasukkan beberapa kaleng susu. Namun setibanya di kasir, dia tidak membayar
84 Jāmi‘ al-Hadīts, no.7544, juz 8, h.367.
76
susu yang diambilnya. Saat ditagih oleh pegawai minimarket, dia malah kabur.
Akibatnya, dia menjadi bulan-bulanan massa. Nyawa Arman diselamatkan seorang
warga yang melindunginya hingga aparat Polsekta Rappocini datang di lokasi.
Dalam kasus itu, polisi menyita 10 kaleng susu merek Omela, dua kaleng susu Cap
Beruang dan dua kaleng susu merek Frisian Flag. Di sepeda motor milik Arman
juga ditemukan dua kaleng susu merek Omela dan empat kaleng susu kaleng Frisian
Flag.85
Pada tahun 2018 Seorang ibu berusia 41 tahun asal Menanggal, Kota
Surabaya, hendak menjual ginjalnya demi membeli telepon seluler untuk anaknya.
Namun upaya itu segera dicegah petugas Posko Terpadu Tanggap Bencana
Wilayah Selatan, Kota Surabaya, Senin (5/3/2018). Perempuan berinisial Ny J ini
kemudian diamankan petugas. Awalnya, Ny J dipergoki petugas ketika sedang
duduk di emperan Mal City of Tomorrow (Cito) sambil memegang potongan kardus
yang bertulis tawaran ginjal murah itu , Ny J terpaksa menawarkan ginjalnya karena
terdesak tuntutan ekonomi. Informasi lain menyebutkan, Ny J ingin memenuhi
tuntutan anaknya untuk mendapatkan ponsel baru. Padahal si anak sudah berkali-
kali dibelikan ponsel tetapi selalu hilang, Ny J diantarkan pulang setelah dinasihati
untuk tidak melanjutkan niatnya menjual ginjal. Lebih lanjut dijelaskan, ia akan
mendapat bantuan dari Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Sosial Kota
Surabaya. "Kami koordinasikan dengan pihak Kelurahan, agar si ibu bisa
mendapatkan bantuan sosial dari Pemkot Surabaya," dalam rilis posko terpadu
85 Hendra Cipto ,Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Alasan
Kemanusiaan, Polisi Bebaskan Bapak Tujuh Anak Pencuri Susu" ,diterbitkan
2016. https://regional.kompas.com/read/2016/01/05/17084801/Alasan.Kemanusiaan.Polisi.Bebas
kan.Bapak.Tujuh.Anak.Pencuri.Susu.
77
tersebut ,pihak Linmas Kota Surabaya yang tergabung dalam Posko Terpadu
enggan memberikan keterangan lebih lanjut untuk menghormati privasi Ny J dan
keluarganya.86
H. Anak bisa sebagai Musuh
Musuh dalam bahasa keagamaan adalah musuh kaum muslim yakni non-
muslim atau kaum kuffār , sehingga memerangi mereka berarti menegakkan agama
islam, musuh dalam arti kedua adalah musuh kenegaraan atau musuh politik dalam
arti musuh negara islam madinah, siapa saja islam maupun non islam yang berusaha
melawan kepemimpinan negara berarti harus diperangi, pengertian ini jelas
konteksnya adalah kenegaraan87, dalam kamus populer bahasa indonesia musuh
ialah seteru, lawan (memusuhi), melawan sebagai musuh (permusuhan), keadaan
bermusuhan.88
Musuh dalam bahasa Arab adalah عدو Berasal dari kata kerja ‘adᾱ-ya‘dū
menurut Ibn al-Fāris kata ini mengandung arti melampaui batas kewajaran atau jauh
dari akar kata ini terbentuklah Kata ‘Aduwun yang berarti musuh, karena orang
yang bermusuhan berjauhan hatinya pikiran dan fisiknya, ia pun telah mengambil
sikap yang melampaui batas-batas kewajaran yang dikarenakan didalam etika
pergaulan.89
إ ك عدو جك وٱودل نه من ٱزوين ءإمنوإ إ له
ا ٱ أي حيم ي غفور ره لله
نه ٱ
ن تعفوإ وتصفحوإ وتغفروإ فا
وإ حذروه
هك فأ ل
86 Farid Assifa Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Seorang Ibu di
Surabaya Jual Ginjal demi Beli Ponsel untuk Sang Anak" diterbitkan
2018, https://regional.kompas.com/read/2018/03/07/08513281/seorang-ibu-di-surabaya-jual-
ginjal-demi-beli-ponsel-untuk-sang-anak. 87 Hilmᾱn Laṭīf dan Zezen Zaenal Muttaqīn Islam dan Urusan Kemanusiaan: konflik
perdamaian dan Filantropi ( Jakarta: Pt Serambi Ilmu Semesta, 2015), cet.1 h.35 88 Eddy Soetrisno Kamus Populer Bahasa Indonesia (PT Ladang Pustaka Indonesia) h 453. 89 Quraish Shihab.Ensiklopedia al-Quran (Jakarta:Yayasan Bimantara,1997), h 1014.
78
“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-
anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu
terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta
mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”. (QS.al-Tagābūn/64:14).
terdiri dari dua kata, kata ‘Adūw dan kata lakum kata ‘Adūw yang عدو ل كم
artinya musuh atau lawan, dari fi‘il ‘adᾱ-ya‘dī - ‘adwan wa ‘adᾱwanan wa
‘udwᾱnan yang berarti memusuhi membenci dan berbuat zalim, kata عدو ل كم pada
ayat 14 berarti musuh bagi kamu.
Dalam tafsir Kemenag dijelaskan maksudnya sebagian para istri dan anak-
anak bagaikan musuh, karena kadang-kadang mereka dapat memalingkan para
suami atau para ayah dari tuntunan agama atau menuntut sesuatu yang berada diluar
kemampuan sehingga akhirnya suami atau ayah itu melakukan pelanggaran.90
Sedangkkan menurut Wahbah anak dan istri adalah sebagai penghambat
dalam menjalankan kebaikan dan amal-amak saleh yang bermanfaat diakhirat
kelak, sebab dan latar belakang turunnya ayat ini adalah sejumlah orang dari
penduduk Makkah masuk islam dan ingin berhijrah, namun istri-istri dan anak-anak
mereka menghalang-halangi mereka untuk pergi berhijrah, Allah pun
memerintahkan mereka untuk berhati-hati terhadap istri-istri dan anak-anak mereka
itu, jangan sampai mereka menuruti semua kemauan para istri dan anak-anak- anak
tersebut.91
90 Departemen agama RI Al-Quran dan Tafsīrnya (Jakarta:Departemen Agama,2006) jilid
cet.I,h.149. 91 Wahbah al-Zuhaili Tafsir al-Munīr (Jakarta:Gema Insani,2016), jilid 14 , cet I, h 632.
79
Istri dan anak adakalanya membawa bahaya kehidupan keagamaan yang
berimbas pada kehidupan yang ukhrawi dan adakalanya bahaya fisik yang
berhubungan dengan keduniawian.
Menurutnya Permusuhan ini biasanya tidak terjadi kecuali sebab kekafiran
dan menghalang-halangi dari beriman, para istri dan anak bukanlah para musuh
pada sisi dzatnya, tetapi mereka adalah musuh karena sikap dan perbuatan mereka,
jadi yang menjadi musuh bukanlah diri mereka, akan tetapi sikap dan perbuatan
mereka, namun jika seorang istri dan anak melakukan perbuatan seperti musuh
maka ia adalah musuh.92
Sedangkan Maragi dalam tafsirnya bahwa anak-anak dan istri-istri itu adalah
musuh bagi bapak-bapak mereka dan suami-suami mereka yang mengahalangi
mereka dari ketaatan dan memalingkan mereka dari penunaian dakwah yang
mengandung pengangkatan urusan agama dan peninggian kalimahnya.
Permusuhan ini, permusuhan duniawi dan mengatakan “ sesungguhnya istri-
istri dan anak-anak itu terkadang mengganggu, menyengsarakan dan menyulitkan
para suami dan para bapak mereka.
Bila permusuhan ukhrawi yang dimaksudkan adalah permusuhan dunia,
maka permusuhan itu adalah permusuhan hakiki antara mereka dan mempunyai
bekas-bekasnya yang duniawi pula, kemudian Allah menunjukan kepada mereka
agar memaafkan sebagian kesalahan itu.93
92 Wahbah al-Zuhaili Tafsir al-Munīr (Jakarta:Gema Insani,2016), jilid 14 , cet I, h 632. 93Ahmad mustafa al-Maraghi tafsir al-maraghi (PT.CV Toha putra semarang ,1993) jilid 28
,cet 2, h 217-219.
80
Dalam Tafsīr al-Azhᾱr hasil dari sikap anak dan istri merupakan suatu musuh
yang menghambat cita-cita seorang Mu’min sebagai suami atau sebagai ayah,
contoh dari isteri yang jadi musuh suami akan kita temukan kelak pada hari akhir
surat al Tahrīm yaitu isteri-isteri dari dua orang Nabi, Nabi Nuh dan Nabi Luth :
lain sikap suami mereka lain pula pekerjaan mereka, contoh permusuhan dari pihak
anak bertemu pula pada Nabi Nuh ketika salah seorang dari anaknya tidak suka ikut
beliau menaiki bahtera yang telah disediakan sehingga anak itu turut tenggelam.94
Sebab itu, si anak sudah dianggap orang lain, bukan keluarga lagi, sikap isteri
dan anak-anak yang demikian samalah dengan memusuhi, tetapi karena mereka
bukanlah musuh yang harus ditentang dihadapi, Allah pun memberikan bimbingan
bagaimana cara menghadapi mereka, pertama: hendaklah memberi maaf saja ,
kedua: anggap saja seolah itu telah habis dan janganlah berputus asa , bimbinglah
mereka dengan lapang dada, moga-moga mereka akan tunduk juga akhirnya kelak,
sebab suami atau ayahnya menghadapi mereka dengan bijaksana, jika mereka
terlanjur berbuat tantangan tetapi akhirnya mereka tunduk dan patuh, maka
kesalahan mereka yang telah lalu hendaklah diampuni.95
لح فل تسح 94 ص
لك إنههۥ عمل غريح س منح أهح أعظك أن تكون من قال ينوح إنههۥ ليح إنم س لك بهۦ علح ن ما ليح لح
هلني .ٱلح
“Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang
dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu
janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya.
Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang
tidak berpengetahuan" ) Qs.Nūh /71:46).
95 Hamka tafsir al-Azhar h.44
81
Dan Allah disisnya lah pahala yang besar, begitulah halusnya didikan yang
diberikan oleh ayat, orang tidak lah langsung ditegur karena mencintai harta benda
dan anak keturunan, akan tetapi hanya diberi peringatan.
Terkadang menjerumuskan kepada perbuatan maksiat perbuatan haram yang
dilarang oleh agama, karena rasa cinta dan sayang kepada istri dan anaknya agar
keduanya hidup mewah dan senang, seorang suami atau ayah tidak segan berbuat
yang dilarang oleh agama oleh karena itu ia harus hati-hati terhadap anak dan
istrinya.96
Dalam hadis Nabi “bukanlah musuh engkau yang jika engkau bunuh dia
adalah kemenangan buat engkau dan jika engkauh yang dibunuhnya engkau
masuk syurga, tetapi, yang mungkin akan jadi musuh besar mu ialah anakmu
yang keluar dari sulbi mu sendiri, kemudian yang akan menjadi musuhmu
paling besar ialah harta benda yang engkau miliki sendiri” (HR. al- Ṭabrāni
dari Abū Mᾱlik al- asyʾarī).
Adapun dari penjelasan anak ini, bukanlah berarti mencegah orang ragu-ragu
mengurus harta benda dan anak-anaknya melainkan menyuruh berhati-hati karena
yang dituju ialah hidup yang diridhai oleh Allah. 97
غفور رحيم ١٤إون تعفوا وتصفحوا وتغفروا فإن ٱلل “Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni
(mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang” .
Di akhir ayat ini dijelaskan jika kalian memafkan kesalahan-kesalahan yang
dilakukan istri dan anak kalian dengan tidak menghukum mereka dan berlapang
dada dengan tidak memarahi, mencela dan mencerca mereka, serta meutup-nutupi
kesalahan mereka, sebagai langkah persiapan untuk memaafkan mereka,
96 Departemen agama RI Al-Quran dan Tafsīrnya 169 97 Hamka tafsir al-Azhar h. 49
82
sesungguhnya Allah SWT maha pengampun terhadap dosa para hamba nya serta
maha penyayang kepada mereka, memperlakukan mereka dengan hal yang lebih
baik dari apa yang telah mereka lakukan.98
Sebagaimana kasus pada tahun 2017 disini penulis mencantumkan kasus
anak sebagai musuh dalam bentuk dzatnya sebagai berikut: seorang anak yang
menggugat ibunya ke pengadilan dengan tuduhan hutang 1,8 miliyar pada tahun
2017 lalu, Meski dimenangkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Garut dalam
perkara gugatan perdata utang piutang, keluarga Siti Rokayah akan tetap membayar
hutang ke sang anak dan suami yang menggugatnya. "Utang mah tetap harus
dibayar, kami mau ngumpul keluarga semua bicarakan masalah ini hari ini," ujar
Asep Ruhendi, anak Amih yang jadi tergugat dua, dalam perkara dengan Handoyo
dan istrinya. Menurut Asep, besaran utang kepada Handoyo sesuai dengan yang
diterimanya adalah Rp 21,5 juta. Namun, besaran biaya yang akan dibayarkan
kepada Handoyo baru akan ditentukan bersama keluarganya yang lain.
Asep mengaku tidak terlalu kaget dengan putusan hakim yang memenangkan
dirinya dan Amih dalam perkara tersebut. Karena bukti yang diajukan Handoyo
dalam persidangan tidak kuat Majelis Hakim menolak semua gugatan Yani Suryani
dan Handoyo, suaminya, terhadap ibunya Siti Rokayah (85), alias Amih sebesar Rp
1,8 miliar dalam persidangan di Pengadilan Negeri Garut, Rabu (14/7/2017).
"Intinya semua gugatan penggugat ditolak dan penggugat jadi pihak yang kalah,
tergugat menang," ucap ketua majelis hakim Endratno Rajama usai memimpin
persidangan Rabu (14/6/2017). Yani dan Handoyo juga diwajibkan membayar biaya
98 Wahbah al-Zuhaili Tafsir al-Munīr (Jakarta:Gema Insani,2016), jilid 14 , cet I, h 632
83
perkara senilai Rp 600.000 lebih. Putusan hakim yang menolak semua gugatan pun
langsung disambut keluarga Amih. Anak-anaknya satu persatu menghampiri Amih
dan memeluknya.99
99 Ari Maulana Karang Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Meski
Menang, Keluarga Akan Bayar Utang ke Anak yang Gugat Sang Ibu" diterbitkan 14 juni,
2017, https://regional.kompas.com/read/2017/06/14/15140931/meski.menang.keluarga.akan.bayar.
utang.ke.anak.yang.gugat.sang.ibu.
84
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di bab-bab sebelumnya mengenai penafsiran
tentang anak, penulis berpendapat bahwa Ulama sepakat bahwasanya anak dapat
memberikan dan berperan sebagai pengaruh yang baik untuk kedua orangtuanya
karena anak adalah anugerah yang sangat diharapkan oleh orang tua dalam keadaan
mandul sekalipun, penyenang hati yang bukan hanya sekedar kedudukan atau
kekuasaan yang diharapkan dari seorang anak, namun semata-mata karena
keinginan tulus agar dipenuhi oleh orang bertakwa untuk melanjutkan perjuangan
dan menegakkan keadilan, selain itu, merupakan amanah yang harus dijaga dan
didik dengan baik dengan cara ṣalat dan sabar serta nasihat dan pengajaran , Allah
mengingatkan agar orang tua tidak membunuh anak karena kemiskinan, mencintai
anak merupakan naluri yang kuat,disini wanita lebih dulu disebutkan karena lebih
besar syahwatnya dibanding syahwat terhadap anak , ada dua pendapat yang
menjadikan manusia cinta kepada wanita, anak dan harta yaitu setan, karena pada
akhir ayat ini tempat kembali ialah surga yang jauh lebih baik dari dunia dan
pendapat kedua adalah Allah, untuk menguji kemampuan orang mukmin,
mengendalikan perasaan suka dan cinta dan tidak berlebih-lebihan tetap mengikuti
aturan dan syariat yang benar, dari pengaruh baik ini memberikan ikatan erat
kepada kedua orang tua dan anak, sehingga dapat menjadi pelipur lara menjadi
penerus perjuangan orang tuanya kelak.
85
Namun perlu kita ketahui, selain anak bisa menjadi sumber kebaikan untuk
orang tuanya anak juga dapat memberikan pengaruh buruk terhadap orang tua
karena anak itu merupakan perhiasan dunia semata,hiasan dalam keluarga dan
kebanggaan dunia, meskipun beberapa orang tua akan hampa jika tidak memiliki
harta dibanding tidak memiliki anak, para mufasir sepakat bahwa harta lebih
berharga dibanding anak sebagaimana penjelasan sebelumnya, namun menurut
Hamka anak seharusnya lebih dulu diprioritaskan dibanding harta jika anak tidak
ada akan terasa kosong akan tetapi jika ada anak, akan timbullah rasa semangat dan
giat dalam mencari harta dan disinilah timbul rasa kebanggaan hidup yang
mendatangkan fitnah atau cobaan bahkan bisa menjadi musuh , para mufasir
memberikan kriteria musuh sebagai berikut: menurut Wahbah musuh yang
dimaksud adalah yang menghambat dalam menjalankan amal saleh yang
bermanfaat diakhirat kelak menurut Maraghi adalah yang memalingkan mereka
dari penunaian dakwah yang mengandung peninggian kalimatnya menurut Hamka
ialah yang mencegah cita-cita seorang bapak dan menurut tafsir Kemenag ialah
yang menuntut sesuatu yang berada diluar kemampuan sehingga akhirnya suami
atau ayah itu melakukan pelanggaran, dampak-dampak buruk ini muncul
disebabkan karena ikatan orang tua kepada anak lebih diprioritaskan daripada
ikatan dengan Allah, lebih-lebih malah tidak adanya lagi ikatan dengan Allah, cinta
kepada Allah disini menjadi landasan atas perintah mencintai anak, jadi, al-Qur’an
seakan-akan memerintahkan orang tua untuk selalu mencintai dan mendidik
anaknya karena Allah SWT.
86
B. Saran
Dalam rangka melengkapi penelitian ini penulis menganggap perlu
merekomendasikan untuk dijadikan bahan penelitian lanjut penelitian studi al-
Qur’an dengan model pendekatan living Qur’an dan diharapkan bagi peneliti
selanjutnya untuk mengembangkan tema ini dengan lebih baik lagi karena ini masih
kurang membahas, dan pembahasan mengenai penafsiran ayat-ayat anak secara
mendetail, terkait tidak semua ayat penulis kaji tafsirnya dan kitab tafsir yang
penulis rujuk terbatas.
86
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
‘Abd al- ‘Aẓim, al-Hāfiẓ b.abl-Qawī Zakiyuddin al-Mundziri. Mukhtaṣar ṣahīh
Muslim. Riyâḍ: Dār Ibn Khuzaimah. 1994.
‘Abd al- ‘Azīz,‘Abdu al- Baṣīṭ. Tafsīr al-Kahfi. Jakarta: Pustaka al-Sunnah . 2005.
‘Abd al- Hᾱfiz, Muhammad Nūr. Mendidik bersama Rasulullah. Kairo:Dᾱr al-
Thibaʾah wa al- Nasyr al-Islamiah. 1988.
al-Adawī, Mustafa.Fiqih pendidikan anak : membentuk kesalehan anak sejak dini.
Jakarta: Qisti Press Anggota Ikapi. 2006.
Departemen Agama RI. al-Quran dan tafsirnya. Jakarta: Departemen agama RI.
2006.
Dewan Redaksi Ensiklopedia islam. Ensiklopedia islam. Jakarta: Ichtiar BaruVan
Hoeve. 1994.
Diana, Mutiah. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group. 2010.
Fathi ,Adil Abdullah. Menjadi Ibu ideal. Jakarta: Pustaka al-Kautsar. 2003.
Halīm, ‘Abdū. kisah bapak dan anak dalam al-Quran al- abaa wal abnaa fi al-
Quran al- karīm. Jakarta Gema Insani. 2007.
Halim, Abdul, M Nipan. Anak Saleh Dambaan Keluarga. Yogyakarta:
MitraPustaka. 2003.
Hamka. tafsir al-Azhar. Jakarta: Pt Pustaka Panjimas. 1983.
Hanifah, Muhammad Nur Abdul. Mendidik Bersama Rasulullah/ Bandung: al-
Bayan. 1997.
Hasan, Hamzah. melejitkan tiga potensi dasar anak agar menjadi shaleh dan
cerdas. Jakarta: Kultum Media. 2009.
Hasyim, ‘Umār Anak Shaleh . Surabaya: PT Bina Ilmu 1990.
87
Hilmᾱn, Laṭīf dan Zezen Zainal Muttaqin. Islam dan Urusan Kemanusiaan: konflik
perdamaian dan Filantropi ,Jakarta: Pt Serambi Ilmu Semesta/ 2015.
Husain, Akhlaq. Menjadi orang tua muslim yang terhormat. Surabaya: Risalah
Gusti. 2000.
Ibrᾱhīm, ʻAbdul Munʾīm. Mendidik Anak Perempuan ,Jakarta:Gema Insani Press.
2005.
Kaharuddin. Mencetak generasi anak Saleh dalam Hadis. Yogyakarta: Deepublish
PT CV Budi Utama. 2016.
Khairiyah, Husain Thaha, MA. Konsep Ibu Teladan Kajian Pendidikan
Islam, Surabaya:Risalah Gusti, 1992.
al- Khalafi ,‘Abdul ‘Azhim b. Badawi. 40 karakteristik mereka yang dicintai Allah
berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah. Jakarta: Dᾱr al-Haq. ,2012.
Krisna, liza Agnesta. Hukum perlindungan anak panduan memahami Anak yang
berkonflik dengan hokum. Yogyakarta: Debpublish .2018 .
Larry, Koenig. Menanamkan disiplin dan menumbuhkan percaya diri pada anak.
Jakarta,Gramedia :Pustaka Utama. 2003.
Manai, Evi .kak Seto sahabat anak-anak. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2010.
al-Maraghi , Ahmad Mustafa. Tafsir al-maraghi. Semarang: PT.CV Toha
putra.1993
Mash‛ari, Anwar. Akhlak al-Quran . Surabaya: Pt Bina Ilmu. 1990.
Mutiah , Diana. Psikologi bermain anak usia dini Jakarta: Kencana prenada media
gruup. 2010.
Nur, Muhammad Abdul Hanifah. Mendidik Anak Bersama Rasulullah. al Bayan,
Bandung. 1997.
88
Perpustakaan Nasional RI. Etika Berkeluarga Bermasyarakat Dan Berpolitik
,Jakarta:Lajnah pentashihan Mushaf al-Quran. 2009.
Priati, Yati dan M.Zainal Arifin. Pesan Moral al-Quran dibalik kisah Yusuf as.
Yogyakarta: Pustaka pelajar. 2014.
Rohadi, Rahmat. Pendidikan islam dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini
Konsep dan Praktik Paud Islami. Jakarta: Rajawali Press. 2013.
Sābiq, Sayyid. Fiqh al-Sunnah al-Qāhirah . Dār al-Fattah li al-a‛lam al ‛arābī.
Al-Ṣabūnī ,Muhammad ‘Alī. Cahaya al-Quran tafsir tematik surat al- Baqarah- al-
anʿam. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.2000.
Soetrisno, Eddy. Kamus Populer Bahasa Indonesia. Jakarta,PT Ladang Pustaka
Indonesia.
Subhan, Zaitunah .Al-Quran dan perempuan menuju kesetaraan gender dalam
penafsiran. Jakarta:PT.Prenada Media Group. 2015.
al- Sya‘rāwī , Muhammad Mutawalli. Tafsīr al- Sya‘rāwī, penerj Zainal Arifin ,
Kairo: Akhbar al-Yaum. 1991.
Syarbini, Amirullah. Mencetak anak hebat ,Jakarta:Pt Media Komputindo.2014.
Syihᾱb, Quraish. Ensiklopedia al-Quran kajian kosakata dan tafsīrnya Jakarta:PT
Intermasa. 1997.
Tim Redaksi. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta:PT Gramedia
Pustaka Utama. 2012.
Wafiqni, Nafia dan Asep Ediana Latip. Psikologi Perkembangan Anak Usia MI.
Jakarta: Uin Press. 2015.
Warson , Ahmad Munawir .Kamus al-Munawwir. Surabaya:Pustaka Progresif. 1997.
al-Zuhaili, Wahbah .Tafsir al-Munīr . Jakarta:Gema Insani. 2016.
89
skripsi, tesis, dan disertasi :
Anwar, Muhammad Khoirul “Peran Keluarga Dalam Membentuk Karakter
Anak”(telaa’ah Surat an-Nahl ayat 78), Salatiga: IAIN SALATIGA, 2017.
Awaliah ,Santi “Konsep Anak dalam al-Qur’an serta implikasinya terhadap
pendidikan islam dalam keluarga”, skripsi, Yogyakarta: Uin Sunan Kalijaga,
2008.
Azizah , Nur “ Problem Psikologis Istri Yang Belum Dikaruniai Keturunan Di Desa
Sridadi Kecamatan Sirampog Kabupaten Brebes”, Skripsi Program Studi
Bimbingan dan Konseling, Purwakerto: IAIN Purwakerto,2016.
Suriadi, “Anak dan Istri Dalam Surah al-Tagābūn ayat 14-15,Skripsi,
Surabaya:UIN SUNAN AMPEL,2015.
Zahra,Aminah “Tipologi Anak Dalam al-Qur’an”, Surabaya: IAIN SUNAN
AMPEL,2010.
Jurnal :
Aeni, Nur Ani “Menanamkan Disiplin Pada Anak Melalui Dairiy Activity Menurut
Ajara Islam” Jurnal Pendidikan Islam ,vol.9, no.01,(2011).
Mentari, Annora Putri “ Presepsi Orang Tua Tentang Kekerasan Verbal pada
Anak”, Jurnal Pendidikan, vol 01, no.01, (2012).
Nurcahyono , Moh.Luthfi “ Pandangan Terhadap Anak Dalam Ajaran islam” ,
jurnal, vol 01, no 02, (2013).
Sabda , Heru Juabdin “ Konsep Pembentukan Kepribadian Anak dalam Prespektif
al-Quran” (surat Luqmān ayat 12-19) jurnal pendidikan islam,vol 6,
(November 2015).
Zahidah, Nur “Model Keluarga Bahagia Menurut Islam” Jurnal Fiqih,
No.08,(2011).
90
Laporan :
Rizal, Hamdani dan Saifuddin Zuhri Pemikiran al-Gazali tentang pendidikan
akhlak (Fakultas agama islam Muhammadiyah Surakarta), laporan penelitian,
vol XVIII no. 2, November 2006.
Website :
Cipto ,Hendra "Alasan Kemanusiaan, Polisi Bebaskan Bapak Tujuh Anak Pencuri
Susu" , versi 5 januari 2016, Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan
judul "Alasan Kemanusiaan, Polisi Bebaskan Bapak Tujuh Anak Pencuri
Susu", https://regional.kompas.com/read/2016/01/05/17084801/Alasan.Ke
manusiaan.Polisi.Bebaskan.Bapak.Tujuh.Anak.Pencuri.Susu.
Farid ,Assifa "Seorang Ibu di Surabaya Jual Ginjal demi Beli Ponsel untuk Sang
Anak" versi 7 maret 2018 Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan
judul "Seorang Ibu di Surabaya Jual Ginjal demi Beli Ponsel untuk Sang
Anak" https://regional.kompas.com/read/2018/03/07/08513281/seorang-
ibu-di-surabaya-jual-ginjal-demi-beli-ponsel-untuk-sang-anak.
Karang , Ari Maulana "Meski Menang, Keluarga Akan Bayar Utang ke Anak yang
Gugat Sang Ibu" versi 14 juni 2017, Artikel ini telah tayang
di Kompas.com dengan judul"Meski Menang, Keluarga Akan Bayar Utang
ke Anak yang Gugat Sang
Ibu" https://regional.kompas.com/read/2017/06/14/15140931/meski.menang
.keluarga.akan.bayar.utang.ke.anak.yang.gugat.sang.ibu.
Maharani , Dian pentingnya program KB dikenalkan kepada remaja, versi 6
november 2015 Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul
pentingnya program KB dikenalkan kepada remaja
https://lifestyle.kompas.com/read/2015/11/06/155100723/Pentingnya.Progr
am.KBDikenalkan.Kepada.Remaja.
Rachmaningtyas,, "Cegah Kasus KekerasanAnak,Keluarga dan Lingkungan Harus
Lebih Berperan",2016, Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul
"Cegah Kasus KekerasanAnak,Keluarga dan Lingkungan Harus Lebih
91
Berperan"https://nasional.kompas.com/read/2016/06/14/17592551/cegah.ka
sus.kekerasan.anak.keluarga.dan.lingkungan.harus.lebih.berperan.
Susanti ,Reni "Firda: Kalau Bisa Melihat, Saya Ingin Lihat Al Quran"Artikel ini
telah tayang di Kompas.com dengan judul "Firda: Kalau Bisa Melihat, Saya
Ingin Lihat al-Quran",1,juni
2018, https://regional.kompas.com/read/2018/06/01/08330071/firda--kalau-
bisa-melihat-saya-ingin-lihat-al-Qur’an.
Souisca ,Valesca “kalau enggak bayi tabung, saya enggak bisa punya anak” versi
28 nov 2015, Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “kalau
enggak bayi tabung, saya enggak bisa punya anak”
https://www.tabloidbintang.com/berita/gosip/read/29555/inul-daratista-
kalau enggak-bayi-tabung-saya-enggak-bisa-punya-anak.
Wardiantro,Glori"Mandul,SuamiPotongTanganIstriPakaiParang",versi 3 agustus
2016Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul
"Mandul,SuamiPotongTanganIstriPakaiParang". https://internasional.komp
as.com/read/2016/08/03/15250971/mandul.suami.potong.tangan istri
pakai.parang.