110
KEDUDUKAN ANAK TERHADAP ORANG TUA (Kajian Tafsir Tematik) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Ulfah Nur Azizah 11140340000065 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018 M

KEDUDUKAN ANAK TERHADAP ORANG TUA (Kajian Tafsir

Embed Size (px)

Citation preview

KEDUDUKAN ANAK TERHADAP ORANG TUA

(Kajian Tafsir Tematik)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Ulfah Nur Azizah

11140340000065

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018 M

i

ABSTRAK

Ulfah Nur Azizah

Kedudukan Anak Terhadap Orang Tua :Kajian Tafsir Tematik, Skripsi

Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Anak tidak menjadi sebab kesulitan atau kesengsaraan orang tua, dan orang

tua tidak menjadi penyebab kesulitan dan kesengsaraan anak, banyak anak pernah

dianggap suatu sumber kekuatan dan kekuasaan, menurut para orang tua kekayaan

dan keluarga besar itu adalah suatu ujian dan percobaan karena waktu hidup mereka

hanya digunakan untuk mencari dan mengumpulkan uang demi kehidupan sebuah

keluarga terutama dalam masalah anak dan kebahagiaan anak merupakan tujuan

hidup semata, atau dalam kata lain, kehidupan hanya digunakan untuk mengabdi

kepada anak. Tetapi, ditengah kesibukan ini, para orang tua lupa ujung perjalanan

dan tujuan utama hidup yang kelak akan kembali kepada sang Ilahi, semuanya dapat

berbalik menjadi keruntuhan rohani, jika salah ditangani, atau jika kecintaan anak

itu menyisihkan kecintaan kepada Allah SWT., dari sinilah penulis memfokuskan

diri pada term anak ,orang tua, dan keluarga sehingga dapat diketahui makna anak

yang sesungguhnya dalam al-Quran.

Bentuk penelitian ini menggunakan metode penelitian pustaka (Library

Research) yaitu pengumpulan data dan informasi dengan buku-buku dan materi

pustaka lainnya, sementara itu pembahasannya sendiri menggunakan pendekatan

metode Mauḍū‘i, yaitu dengan mengambil dan menghimpun ayat-ayat yang

berbicara tentang topik pembahasan. Semuanya diletakkan dibawah satu judul lalu

ditafsirkan dengan metode Mauḍū‘i.

Setelah melakukan kajian tentang pengaruh anak terhadap orang tua, dapat

disimpulkan beberapa hasil dari penelitian ini bahwa pengaruh baik anak terhadap

orang tua dapat memberikan ikatan erat kepada kedua orang tua karena anak

merupakan anugerah dan amanah dari Allah SWT., sebagai pembawa rezeki, dan

anak adalah sosok yang sangat dicintai, akan tetapi anak dapat memberikan

pengaruh buruk terhadap orang tua karena anak hanyalah perhiasan dunia, yang

bisa menjadi cobaan , bahkan bisa menjadi musuh.

Kata Kunci: Anak, Orang Tua, Keluarga.

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT., tiada Tuhan yang

berhak disembah melainkan Allah Yang Esa dan tiada sekutu baginya yang tidak

pernah putus memberikan nikmat, rahmat dan kasih sayang-nya. Penulis

bersyukur atas pertolongan, taufik, dan hidayah-nya akhirnya penulisan skripsi ini

dapat diselesaikan.

Salawat serta salam kita curahkan kepada junjungan kita, Baginda Nabi

Muhammad SAW., sebagai hamba-nya dan Rasul-nya yang mengeluarkan

manusia dari kegelapan kepada cahaya petunjuk, beserta segenap seluruh keluarga

dan sahabat beliau yang tidak pernah tertipu oleh kesenangan duniawi. Semoga

salawat dan salam itu terus menerus terlimpahkan kepada mereka sepanjang masa.

Dalam kesempatan yang bahagia ini, sudah sepatutnya penulis ingin

menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya dan penghargaan yang tulus

kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis hingga skripsi ini dapat

diselesaikan. Dengan segala kerendahan hati ucapan terima kasih penulis

sampaikan kepada:

1. Bapak Prof.Dr.Dede Rosyada,MA., selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer,MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta para staf

pembantu dekan.

iii

3. Ibu Dr.Lilik Ummi Kaltsum, MA., selaku Ketua Program Studi Ilmu al-

Qur’an dan Tafsir dan Ibu Dra.Banun Binaningrum, M.Pd., selaku

Sekretaris Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.

4. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Bukhori Saleh. S.Ag dan Ibunda Siti

Hijriah yang selalu ikhlas mencurahkan doa, kasih sayang, semangat, dan

motivasi, tanpa doa dan ridho dari keduanya maka penulis tidak akan

mendapatkan kemudahan, kelancaran, serta hasil yang maksimal untuk

menyelesaikan skripsi ini, juga kepada adik-adik ku yang juga

memberikan semangat kepada penulis.

5. Ibu Dr. Faizah Ali Syibromalisi, MA., selaku dosen penasehat akademik

yang selalu memberikan masukan dan arahan dari awal perkuliahan

hingga proses pemilihan akhir judul skripsi ini berlangsung dan selaku

dosen pebimbing skripsi yang sudah meluangkan waktunya untuk

memberikan arahan, bimbingan, nasehat, dan motivasi, sehingga

penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. KH. Syukron Ma’mun, BA selaku murabbi dan Guru-guru besar Ponpes

Daarul Rahman yang dengan ikhlas dan sabar mendidik, mendoakan

menjadi suri tauladan bagi penulis semoga selalu dinaungi rahmat Allah

SWT.

7. Segenap jajaran dosen dan civitas academica Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu tanpa

mengurangi rasa hormat, khususnya program studi Ilmu al-Qur’an dan

Tafsir yang ikhlas dan sabar untuk mendidik kami agar menjadi manusia

yang cerdas, berkualitas dan berintelektual.

iv

8. Seluruh teman-teman Ilmu al-Qur’an dan Tafsir angkatan 2014, khususnya

sahabat-sahabatku Pramudita Suciati, Alvi Luthfiah, Qurrata a’yun,

Umdatul Banat, Muhammad Ilham, Aswar Saleh dan Iva rustiana, serta

sahabat-sahabat kelas TH B yang telah mendukung kepada penulis untuk

segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Keluarga besar Daarul Rahman, santriawan dan santriawati periode 34,

Ikdar 34 Ciputat khususnya sahabatku Nurul Awaliyah yang selalu setia

menemani, menyemangati dan berjuang bersama semoga kebersamaan

kita tak lekang oleh waktu.

10. Keluarga besar Hafidz Indonesia RCTI 2018 dan sahabatku Muawwanah

yang telah memotivasi, dan mendoakan semoga kita dapat berkumpul di

Surga nya Allah SWT., dan Teman-teman KKN Simpati 132 yang pernah

memberikan pengalaman dan cerita hidup, semoga segala kegiatan yang

telah kita kerjakan menjadi amal kebaikan yang diridhoi Allah SWT.

Ucapan terima kasih ini juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang

tidak bisa disebutkan satu per satu, penulis hanya bisa mendoakan semoga jasa

dan kebaikan yang telah diberikan dibalas Allah SWT., Penulis menyadari

sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata

sempurna, Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis

harapkan. Akhirnya, semoga karya yang sederhana ini dapat bermanfaat

khususnya bagi penulis pribadi dan bagi para pembaca. Āmīn..

Ciputat, 5 september 2018

Ulfah Nur Azizah

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ v

PEDOMAN TRANSLITERASI........................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 5

C. Rumusan Masalah .......................................................................................... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

E. Metode Penelitian .......................................................................................... 8

F. Metode Analisis Data ..................................................................................... 9

G. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 10

H. Sistematika Penulisan .................................................................................... 13

BAB II HUBUNGAN ANAK DAN ORANG TUA

A. Pengertian Anak ............................................................................................. 14

B. Pengertian Orang Tua ................................................................................... 19

C. Derivasi Anak dalam Al-Quran ..................................................................... 23

D. Ketegantungan Orang Tua Terhadap Anak ................................................... 32

BAB III KEDUDUKAN ANAK TERHADAP ORANG TUA

A. Anak adalah Anugerah yang Diminta ........................................................... 38

B. Harapan Mendapatkan Anak yang Menjadi Penyenang Hati ....................... 45

C. Anak adalah Amanah ..................................................................................... 49

D. Anak sebagai Sumber Rezeki ........................................................................ 53

E. Mencintai Anak Gharizah .............................................................................. 61

F. Anak sebagai Perhiasan Dunia ...................................................................... 66

G. Anak sebagai Fitnah .................................................................................... 69

H. Anak bisa menjadi Musuh ............................................................................ 77

vi

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................... 84

B. Saran .............................................................................................................. 85

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 86

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ayat-Ayat Ibn ....................................................................................... 25

Tabel 2.2 Ayat- Ayat Gulām ............................................................................... 27

Tabel 2.3 Ayat- Ayat Walad ................................................................................. 29

Tabel 2.4 Ayat- Ayat Ṣabī ................................................................................... 30

Tabel 2.5 Ayat- Ayat Dzurrīah ........................................................................... 30

Tabel 2.6 Ayat- Ayat Ṭifl .................................................................................... 31

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan

bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I.

Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.

1. Konsonan

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin

dapat dilihat pada halaman berikut:

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

Alif اTidak

dilambangkan

Tidak

dilambangkan

Ba B Be ب

Ta T Te ت

Ṡa Ṡ ثEs (dengan titik di

atas)

Jim J Je ج

Ḥa Ḥ حHa (dengan titik

di bawah)

Kha Kh Ka dan Ha خ

Dal D De د

Żal Ż ذZet (dengan titik

di atas)

Ra R Er ر

Zai Z Zet ز

Sin S Es س

Syin Sy Es dan Ye ش

Ṣad Ṣ صEs (dengan titik di

bawah)

Ḍad Ḍ ضDe (dengan titik

di bawah)

Ṭa Ṭ طTe (dengan titik

di bawah)

ix

Ẓa Ẓ ظZet (dengan titik

di bawah)

Ain ‘ Apostrof terbalik‘ ع

Gain G Ge غ

Fa F Ef ف

Qof Q Qi ق

Kaf K Ka ك

Lam L El ل

Mim M Em م

Nun N En ن

Wau W We و

Ha H Ha ه

Hamzah ’ Apostrof ء

Ya Y Ye ي

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa

diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka

ditulis dengan tanda (’).

2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,

transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf latin Nama

x

Fatḥah A A ا

Kasrah I I ا

Ḍammah U U ا

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan

antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Tanda Nama Huruf latin Nama

Fatḥah dan ya Ai A dan I ى ي

Fatḥah dan wau Au A dan U ى و

Contoh:

haula = ه و ل kaifa : ك ي ف

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan

huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harkat dan Huruf Nama Huruf dan

tanda Nama

ي ا | ... ... fatḥah dan alif

atau ya ā a dan garis di atas

ي Kasrah dan ya ī i dan garis di atas

و ḍammah dan wau ū u dan garis di atas

xi

Contoh:

matā : م ات

ramā : ر م ى

qīla : ق ي ل

yamūtu : ي و ت

4. Ta Marbūṭah

Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: ta marbūṭah yang

hidup atau mendapat harkat fatḥah kasrah, dan ḍammah, transliterasinya

adalah [t]. Sedangkan ta marbūṭah yang mati atau mendapat harkat sukun,

transliterasinya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbūṭah diikuti oleh kata

yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah,

maka ta marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh:

rauḍah al-aṭfāl : ر و ض ة األط ف ال

ل ة al-madīnah al-fādilah : ال م د ي ن ة ال ف اض

ة م al-ḥikmah : ال ك

5. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda tasydīd ( ) dalam transliterasi ini dilambangkan

dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

Contoh:

rabbanā : ر ب ن ا

ن ا najjaīnā : ن ي

al-ḥaqq : ال ق

al-ḥajj : ال ج

nu‘‘ima : ن ع م

aduwwun‘ : ع د و

xii

Jika huruf ى ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf

kasrah ( ى ), maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah ( ī ). Contoh:

Alī (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)‘ : ع ل ي

Arabī (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)‘ : ع ر ب

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

huruf ال (alif lam ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang

ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiah

maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung

yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang

mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-). Contohnya:

س م الش : al-Syamsu (bukan asy-syamsu)

ة ل ز ل ز ال : al-Zalzalah (bukan az-zalzalah)

ة ف س ل ف ال : al-Falsafah

د ل ب ال : al-Bilādu

7. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya

berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila

hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan

Arab ia berupa alif. Contohnya:

ta’murūna : أتمرون

’al-nau : النوء

syai’un : شيء

umirtu : أمرت

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia

xiii

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata,

istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata,

istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari

pembendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan

bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas.

Misalnya kata al-Qur’an (dari al-Qur’ān), Sunnah, khusus dan umum.

Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks

Arab, maka mereka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh:

Fī Ẓilal al-Qur’ān

Al-Sunnah qabl al-tadwīn

Al-‘Ibārāt bi ‘umūm al-lafẓ lā bi khuṣūṣ al-sabab

9. Lafẓ al-Jalālah ( )هللا

Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf

lainnya atau berkedudukan sebagai muḍāf ilaih (frasa nominal),

ditransliterasi tanpa huruf hamzah. Contoh:

Adapun ta marbūṭah di akhir kata yang disandarkan kepada Lafẓ al-

Jalālah ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh:

hum fī raḥmatillāh ه م ف ر ح ة للا

10. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps),

dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang

penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang

berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf

awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan

kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis

dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal

kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata

sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama

juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata

xiv

sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan

(CK, DP, CDK, dan DR).

Contoh:

Wa mā Muḥammadun illā rasūl

Inna awwala baitin wuḍi‘a linnāsi lallażī bi Bakkata mubārakan

Syahru Ramaḍān al-lażī unzila fīh al-Qur’ān

Naṣīr al-Dīn al-Ṭūsī

Abū Naṣr al-Farābī

Al-Gazālī

Al-Munqiż min al-Ḍalāl.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pandangan al-Quran tentang anak secara global dapat diformulasikan dalam

prinsip bahwa anak tidak menjadi sebab kesulitan atau kesengsaraan orang tua, dan

orang tua tidak menjadi penyebab kesulitan dan kesengsaraan anak-anak1,

kebahagiaan dalam keluarga akan lengkap jika dianugerahkan seorang anak, semua

orang tua pasti mengharapkan anaknya yang saleh dan salehah, Anak merupakan

karunia Allah SWT., yang sangat besar nilai dan fungsinya bagi kehidupan

keluarga, sumber kebahagiaan keluarga, karunia Allah, penerus dari keturunan,

pelestarian pahala orang tua,dan merupakan amanah Allah SWT.

Maka setiap orang tua senantiasa selalu bersyukur apabila telah dikaruniai

anak dan menyadari bahwa anak adalah amanat yang dititipkan oleh Allah SWT.,

kepada orang tuanya.2

Anak adalah sebuah perhiasan, salah satu buktinya adalah ketika orang tua

medapatkan anak begitu menyenangkan hatinya sehingga disebut-sebut sebagai

buah hati, menurut Hamzah Hasan anak dapat dikatakan bisa sebagai musuh atau

sebagai fitnah ketika anak sudah tidak lagi diposisikan secara proposional atau

ketika anak sudah berubah peran menjadi pemicu fitnah dan permusuhan hal ini

sama seperti emas dan berlian ketika jatuh ditangan penjahat maka fungsinya sudah

1 Sayyid Sabiq, fiqh al-Sunnah al Qāhirah (Dār al-Fattah li al-A‛lam al ‛Arābī, 1972), h.5 2 M Nipan Abdul Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: MitraPustaka, 2003),

cet. III.h. 8

2

tidak lagi ternilai, sebagaimana sudah dikatakan sebelumnya bahwa anak dapat

membuat orang tua jauh dari mengingat Allah.3

نة وأنم ٱللم عندهۥ أجر عظيم لكم وأولدكم فت ا أمو وٱعلموا أنم “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai

cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”

(Q.s. al-Tagābūn/64: 15)

Secara berulang-ulang dalam keluarga, sejak lahir seorang anak sudah

memiliki berbagai kebutuhan seperti kebutuhan psikologis, makan, minum,

kebutuhan kasih sayang, kebutuhan tersebut seyogyanya dapat dipenuhi anak dalam

suatu lingkungan yang merangsang seluruh aspek perkembangan anak.4

Pada tema pemahaman-pemahaman status anak , sejarah telah menampilkan

bagaimana di dunia ini memposisikan anak-anak yang mereka miliki, cerminan

bagaimana kondisi masyarakat di dunia ini mempersepsikan anak sesuai dengan

pemahaman konsumtif mereka, banyak dari mereka yang beranggapan bahwa anak

bukan sebagai lahan investasi ke depan, generasi penerus dan meneruskan misi

kemanusiaan, banyak orang mewarisi anak dengan air mata bukan dengan mata air,

maka jadilah generasi yang tidak bermutu baik untuk dunia maupun akhirat,

tepatlah gagasan bahwa “ janganlah kita wariskan air mata untuk generasi kita

akan tetapi wariskan mata air untuk masa depan mereka”.5

Karena tidak semua anak tumbuh menjadi apa yang diinginkan oleh kedua

orangnya, kita harus mengetahui perkembangan pribadi anak, menurut psikologi

3 Hamzah Hasan , melejitkan tiga potensi dasar anak agar menjadi shaleh dan cerdas

(Jakarta: Kultum Media, 2009), cet I hal 11. 4 Diana Mutiah psikologi bermain anak usia dini (Jakarta: Kencana prenada media gruup

2010) cet.1 hal .85 5 Heru Juabdin Sabda “ Konsep Pembentukan Kepribadian Anak dalam Prespektif al-

Quran” (surat Luqmān ayat 12-19) jurnal pendidikan islam , vol 6, diterbitkan (November 2015); h

259-260

3

perkembangan berlangsung sejak konsepsi sampai mati, yaitu sejak terjadinya sel

ibu dan bapak sampai mati, individu senantiasa mengalami perubahan-perubahan

atau perkembangan, sejak masa konsepsi sampai meninggal dunia, individu tidak

pernah statis, melainkan senantiasa mengalami perubahan- perubahan yang bersifat

progresif dan berkesinambungan, selama masa kanak-kanak hingga menginjak

remaja. 6

Nurchalis Majid mengutip pendapat A. Yusuf Ali yang menyatakan bahwa

banyak anak pernah dianggap suatu sumber kekuatan dan kekuasaan, menurut nya

kekayaan dan keluarga besar itu adalah suatu ujian dan percobaan, semuanya dapat

berbalik menjadi keruntuhan rohani, jika salah ditangani, atau jika kecintaan

keduanya itu menyisihkan kecintaan kepada Allah SWT., anak akan menjadikan

kekuatan yang memberikan pengaruh baik dalam kedudukan maupun kehormatan

karena sebagaimana yang dijelaskan A.Yusuf Ali bahwa banyak anak akan

menjadikan seseorang penuh dengan busur panah yang bisa berpengaruh dalam

masyarakat, seperti halnya metode yang diberikan Luqman dalam mendidik

anaknya adalah metode suri tauladan, Luqman berwasiat kepada anaknya selalu

memberikan contoh-contoh langsung yang dilakukan oleh Luqman yakni dengan

perbuatan nyata yang diperlihatkan (dicontohkan) kepada anaknya.7

Begitupula, Anak adalah penolong atau pemberi syafa’at bagi orang tua,

sudah sepantasnya keberadaan anak ketika masih hidup selalu mendoakan orang

tua yang sudah meninggal sebagai bukti birru al-walidain , hal tersebut sebenarnya

6 Nafia Wafiqni, M pd& Asep Ediana Latip, M.Pd. psikologi perkembangan anak usia MI

(Jakarta: Uin Press, 2015), h.11-12 7 Heru Juabdin Sabda “ Konsep Pembentukan Kepribadian Anak dalam Prespektif al-Quran”

(surat Luqmān ayat 12-19) jurnal pendidikan islam , vol 6, diterbitkan (November 2015); h 259-260

4

juga tidak terlepas kesuksesan orang tua dalam membimbing dan mengarahkan

anak-anaknya, sehingga sudah sepantasnya balasan dari Allah kepada mereka

dengan menyadarkan anak-anaknya untuk mendoakan.

Pertolongan Allah kepada orang tua juga dalam hal ketika anak yang belum

baligh meninggal mendahului orang tuanya maka pada saatnya nanti dia akan

memberikan syafa’at kepada mereka karena sudah pasti kesucian jiwanya

menuntut dia masuk kedalam surga, jiwa yang masih suci dalam fitrahnya

kemudian menjadi syafa’at bagi kedua orang tuanya, hal inilah yang kemudian

menjadikan Allah menghadiahi mereka dengan adanya syafa’at yang diberikan

anak yang telah meninggal dikarenakan mereka menghadapinya dengan penuh

kesabaran dan penyandaran sepenuhnya hanya kepada Allah8.

Sebagaimana pada tahun 2006 menurut H.M Arifin, guru besar dalam bidang

pendidikan, ia berpendapat bahwa seorang anak tergantung kepada orang tua dan

pendidikannya, hati seorang anak itu bersih, murni, laksana permata yang amat

berharga, sederhana dan bersih dari gambaran apapun, dalam kata lain adalah fitrah,

jika anak menerima ajaran yang baik, dari kebiasaan hidup yang baik, maka anak

itu menjadi baik, jika anak itu dibiasakan melakukan hal yang buruk dan dibiasakan

kepada hal-hal yang jahat maka anak itu akan berakhlak buruk.

Pendidikan islam yang menjadi suatu tuntutan dan kebutuhan mutlak umat

manusia untuk menyelamatkan anak-anak dari ancaman dan hilang sebagai korban

hawa nafsu para orang tua terhadap kebendaan, pemberian kebebasan yang

berlebihan dan pemanjaan serta menyelamatkan anak-anak dilingkungan bangsa-

8 Jurnal Moh.Luthfi Nurcahyono yang berjudul Pandangan terhadap anak dalam ajaran

islam, vol 01, no 02 diterbitkan 2013, h 148-154

5

bangsa sedang berkembang dan lemah dari ketundukan, kepatuhan dan penyerahan

diri kepada penzaliman dan penjahahan9.

Mengingat betapa pentingnya posisi anak dalam keluarga, maka islam pun

menyerukan agar mengelola potensi anak dengan sungguh-sungguh, seruan ini

untuk menghindari agar jangan sampai anak ditelantarkan sehingga tumbuh

menjadi manusia yang lemah dalam segala hal.10

Penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh anak karena melihat

banyaknya pada orang tua dikalangan masyarakat berlomba-lomba dalam

membanggakan anak perihal kehidupan, jodoh, pekerjaan, pendidikan, oleh karena

itu berangkat dari permasalahan diatas penulis hendak meneliti Kedudukan anak

terhadap orang tua dalam prespektif al-Qur’an dengan menggunakan kitab tafsir

kontemporer, saya mengambilnya karena untuk melihat relevansi penafsiran ulama

dengan isu-isu kontemporer terkait anak dengan corak penafsiran Adab al- Ijtimā‘ī.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis belum menemukan penelitian

yang membahas pengaruh anak terhadap orang tua berdasarkan tafsir kontemporer

serta relevansinya dikehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penulis mengambil

judul: “Kedudukan Anak Terhadap Orang Tua ” (kajian Tafsir Tematik).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

a. Hakikat anak merupakan amanah yang dititipkan Allah SWT., kepada orang

tua, lalu apakah anak hanya sebatas perhiasan dunia yang bisa menjadi fitnah

9 Hamdani Rizal dan Saifuddin Zuhri Pemikiran al-Gazali tentang pendidikan akhlak

(Fakultas agama islam Muhammadiyah Surakarta), laporan penelitian, Vol XVIII, no. 2, November

2006, h 177 10 Santi Awaliah Konsep Anak Dalam al-Qur’an dan Implikasinya Terhadap Pendidikan

Islam dalam Keluarga, skripsi,(Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga,2008), h. 3

6

dan musuh,Sehingga banyak para orang tua yang jatuh dalam tipu daya

seorang anaknya? Dan Bagaimana cara menyikapi seorang anak dalam

keluarga dengan baik ?.

b. Bagaimana pengaruh anak bagi kedua orang tua yang terdapat dalam al-

Qur’an?.

1 . Pembatasan Masalah

Berdasarkan permasalahan masalah diatas, penulis membatasi pembahasan

dalam skripsi ini pada ayat-ayat tentang anak dalam surat al-Isrāʼ ayat 31, al-

Tahrīm ayat 6, al-Furqān ayat 74, al-Tagābūn ayat 14 dan 15,Ᾱli ‘Imrān ayat 14,

dan surat al- Kahfi ayat 46, penulis mengambil ayat ini dengan alasan bahwa

delapan ayat ini mewakili makna anak dalam al-Quran .

Pembatasan ini bertujuan agar pembahasan tentang pengaruh anak terhadap

orang tua lebih fokus dan tidak keluar dari tema yang dibahas, dan begitu juga tidak

keluar dari aspek-aspek yang diidentifikasi dengan mengaitkannya dengan ayat-

ayat yang berkaitan dengannya, namun tidak terlepas dengan penafsiran al-Quran

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka penulis mengambil perumusan

masalah ini sebagai berikut: Bagaimana kedudukan seorang anak terhadap orang

tua dalam pandangan al-Qur’an?.

D. Tujuan dan manfaat penelitian

Berangkat dari ketertarikan penulis dalam mengkaji ayat mengenai pengaruh

anak terhadap orang tua, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini

sebagai berikut :

7

1. Untuk mengetahui penafsiran ayat-ayat anak dalam tafsir kontemporer dari

masa ke masa, dan memberikan pemahaman terhadap kedua orang tua dalam

mendidik anak.

2. Mendeskripsikan ayat-ayat yang berkaitan dengan pengaruh anak yang

disajikan oleh para mufassir kontemporer dalam tafsirnya sehingga

menghasilkan sebuah kesimpulan.

Adapun siginfikasi penelitian ini terlihat dari segi teoritis dan praktisnya:

1. dalam aspek teoritis

a. Memberikan wawasan tambahan mengenai penafsiran Ulama

kontemporer yang memiliki corak penafsiran yang sama dari mufassir

di dunia Timur dan Nusantara

b. Memberikan pemahaman lebih luas tentang pengaruh anak dalam al-

Quran.

c. Menyebarluaskan khazanah keilmuan khususnya produk tafsir tematik

tentang pengaruh anak dalam al-Quran.

2. Dalam aspek praktis

a. Penelitian ini akan berguna bagi mahasiswa yang hendak menambah

kelilmuannya dan menjadi refrensi dalam memberikan proses belajar

mengajar di Fakultas masing-masing, serta menjadi perbandingan

terhadap penelitian-penelitian yang membahas tentang anak dalam al-

Quran.

8

E. Metodologi Penelitian.

Berhasil atau tidaknya suatu penelitian akan tergantung kepada metode dan

teknik yang akan dipergunakan dalam penelitian tersebut, karena itu memilih

metode yang tepat adalah suatu keharusan.

Dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini, penulis menggunakan unsur-

unsur aspek penelitian beirkut:

Metode pengumpulan data pada skripsi ini melakukan metode penelitian

kepustakaan (Library research) , yaitu mengumpulkan data yang memliki

relevansinya dengan masalah yang akan dibahas, baik yang bersumber dari buku

atau sumber tertulis lainnya, kitab-kitab hadis, ayat al-Quran , makalah, artikel,

skripsi , tesis, disertasi, dan laporan penelitian dan bahan-bahan yang berkaitan

tentang masalah yang akan dibahas adalah sumber data primer pada penelitian ini,

ditambah dengan buku-buku lain yang memuat informasi sekitar pemimpin sebagai

data sekunder.

Adapun sumber data primer yang penulis gunakan dalam pembuatan skripsi

ini adalah kitab suci al-Quran, mushaf yang digunakan sebagai pegangan adalah al-

Quran dan terjemahnya yang ditashih oleh Kementrian Agama RI dan kitab

Mu‘jam al-Mufahras Li Alfāẓ al-Qurʼān al karīm karya Muhammad Fuʼād ‘Abd al-

Bāqī untuk mempermudah melacak ayat-ayat al-Quran yang terkait kitab yang

menjadi analisa utama adalah kitᾱb Tafsīr al-Sya‘rāwī karya Muhammad

Mutawallī al-Sya‘rāwī, tafsīr al-Munīr karya Wahbah al-Zuhaili, tafsīr al-Quran

dan Tafsirnya karya Kementrian Agama RI , tafsīr Hamka karya Buya Hamka dan

tafsīr al-Maraghi karya Ahmad mustafa al-Maraghi, penulis menilai para mufassir

9

tersebut representatif dalam kajian kebahasaan, akhlak tasawuf dan sosial

kemasyarakatan.

sumber data sekunder yang terdiri dari buku dan artikel dan lain- lainnya

yang memiliki relevansi dengan pokok permasalahan yang dibahas dalam

permasalahan ini, semua itu dilakukan melalui proses pengumpulan data-data

pendapat para ulama akan dijadikan analisis kesimpulan akhir pada proposal ini.

F. Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka data-data Tersebut dianailisi melauli metode

sebagai berikut

1. Metode Interpretatif

Metode ini digunakan untuk menyelami isi buku, lebih tepatnya mengungkap

arti makna yang disajikan, metode ini penting perannya dalam usaha mencari

makna yang tersirat maupun tersurat.

2. Metode Maudhū‘ī

Metode ini adalah suatu metode yang mengarahkan pandangan kepada satu

tema tertentu, lalu mencari pandangan al-Qur’an tentang tema tersebut

dengan ayat yang membicarakannya, menganalisis, dan memahami ayat demi

ayat, adapun langkah penerapan metode maudhū‘ī

1. menetapkan masalah yang akan dibahas (topik/tema)

2. melacak dan menghimpun masalah yang dibahas dengan menghimpun

ayat-ayat al-Qur’an yang dibicarakan

3. memperhatikan sabab al- Nuzūl

10

4. menyusun runtutan ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan ayat yang

sesuai dengan masa turunnya.

5. Memahami korelasi ayat dengan surah nya masing-masing

6. Melengkapi penjelasan ayat dengan hadis, riwayat sahabat, dan lain-lain

bila dipandang perlu.

7. Mengompromikan antara yang umum dan khusus, mutlaq dan muqayyad,

atau yang pada lahirnya bertentangan sehingga lahir satu kesimpulan

tentang pandangan al-Quran menyangkut tema yang dibahas11

G. Tinjauan Pustaka

Setelah melakukan penelusuran dari berbagai penelitian, sejauh pengamatan

dan pencarian yang dilakukan, penulis menemukan beberapa karya ilmiah baik

yang berbentuk buku, artikel dan skripsi yang terkait dengan pembahasan ini, akan

tetapi penulis mendapati hasil penelitian yang telah dihasilkan sebelum ini

mempunyai tinjauan dari perspektif yang berbeda-beda, berikut akan diterangkan:

Penelitian yang berupa jurnal yang dilakukan Nur Zahidah tentang Model

Keluarga Bahagia Menurut Islam pada tahun 2011 , dijelaskan bahwa Keluarga

bahagia itu ialah satu keluarga yang merasa senang terhadap satu sama lain, dan

terhadap hidup sendiri sehingga mempunyai objektif pembinaan keluarga yang

jelas dan positif, elemen kebahagiaan dalam islam sebenarnya adalah penyatuan

antara iman dan amal serta cabang-cabang lain seperti akidah, akhlak, ilmu, sosial,

niat , amanah dan keselamatan fisikal yang akhirnya mencetuskan situasi yang

sakinah mawaddah wa al-Rahmah.

11 M.Quraish Syihāb Kaidah Tafsir syarat, ketentuan, dan aturan yang patut anda ketahui

dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an (Tangerang:Penerbit Lentera Hati,2013), cet I h..385.

11

Penelitian yang berupa skripsi yang dilakukan oleh Suriadi yang berjudul

anak dan istri dalam surat al-Thagabun ayat 14-15 pada tahun 2015 dijelaskan

bahwa yang dimaksud musuh dalam surat al taghabun ayat 14-15 adalah sebagian

pasangan dan anak merupakan musuh dapat dipahami dalam arti sebenarnya yaitu,

yang menaruh kebencian dan ingin memisahkan diri dari ikatan perkawinan , dalam

hal kegagalan seorang pemimpin keluarga menanamkan nilai-nilai pendidikan pada

istri dan anak-anaknya , sehingga istri dan anak yang di bangga-banggakan ternyata

sering menjadi penghalang baginya dalam melaksanakan perintah Allah SWT.

Penelitian yang berupa jurnal yang dilakukan oleh Ani Nuraeni pada tahun

2011 tentang Menanamkan Disiplin Anak Melalui Dairy Activity menurut ajaran

islam menjelaskan bahwa prinsip-prinsip pendidikan pada anak: 1. Berorientasi

pada perkembangan anak, 2. Berorientasi pada kebutuhan anak, 3. Bermain sambil

belajar, 4. Lingkungan yang kondusif , 5.berpusat pada anak, 6.menggunakan

pembelajaran yang terpadu, 7.mengembangkan berbagai kecakapan hidup

8.menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar 9.dilaksanakan secara

bertahap dan berulang-ulang 10. Aktif, kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan.

Penelitian yang berupa skripsi yang dilakukan oleh Aminah Zahra tentang

Tipologi Anak Dalam al-Quran pada tahun 2010, dalam skripsi ini dinyatakan

bahwa tipe anak ada empat yaitu Qurrata a‘yun, ‘aduwwun, fitnah, dan zīnati hayatī

Dunia, dijelaskan secara terperinci dan detail melalui penafsiran kontemporer dan

klasik yaitu Hasbī al- ṣiddiqī, Quraish Syihāb, Sayyid Qutb dan Ibn katsīr,

menurutnya tipologi anak dalam al-Quran terdiri dari empat tipe yaitu Qurrata

a‘yun, ‘aduwwun, fitnah, dan zīnati hayatī Dunia, dengan menggunakan istilah

Dzurriyyah, Banūn, dan Aulād.

12

Penelitian yang berupa Jurnal yang dilakukan oleh Annora Mentari Putri dan

Agus Santoso tentang Presepsi Orang tua Tentang Kekerasan Verbal Anak pada

tahun 2012, dijelaskan bahwa kekerasan verbal menimbulkan dampak yang tidak

kalah buruknya dengan kekerasan fisik, orang tua menyebutkan bahwa kekerasan

pada anak hanya kekerasan berbetuk fisik saja, kenyataan nya kekerasan fisik

hampir selalu disertai dengan kekerasan verbal seperti, membentak, meneriaki dan

mengabaikan anak, faktor orang tua melakukan tindakan tersebut karena dua hal

yang pertama karena faktor dari anak dan kedua orang tua, orang tua yang

menganggap bahwa anak mereka yang berusia tiga dan empat tahun adalah anak

yang nakal, sehingga mereka sering melakukan hal tersebut pada anak mereka dan

faktor dari orang tua adalah dikarenakan karakter yang dimiliki dari orang tua itu

sendiri.

Penelitian berupa skripsi yang dilakukan oleh Endah yang berjudul Peran

keluarga dalam membangun karakter anak pada tahun 2017, dijelaskan bahwa

keluarga adalah peran yang penting dalam pembentukan kepribadian anak, anak

dapat diibaratkan seperti selembar kertas putih kosong yang harus diisi, dalam hal

ini peran orang tualah yang sangat dominan, orang tua harus mendidik anak

semenjak dini agar mereka dapat berperilaku sesuai apa yang dia harapkan,

komunikasi dua arah yang efektif sangat diperlukan untuk membentuk hubungan

yang harmonis antara orang tua dan anak, orang tua harus berusaha mendengar dan

memahami kemauan anak, ciptakan suasana agamis dirumah sehingga akan lebih

mudah membentuk kecerdasan emosi (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) anak,

orang tua harus memberikan perhatian dan kasih sayang serta kejujuran dan saling

pengertian dalam keluarga.

13

H. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang utuh dan terpadu, maka dalam skripsi

ini, penulis membagi pembahasan kedalam lima bab, masing-masing bab

mempunyai spesipikasi pembahasan mengenai topik-topik tertentu, yaitu :

Bab Pertama, berisi pendahuluan mencakup ruang lingkup penulisan yaitu

merupakan gambaran-gambaran umum dari keseluruhan isi skripsi meliputi:

latar belakang masalah, Perumusan dan Pembatasan masalah, Tujuan dan

manfaat penilitian, metode penelitian, metode analisi data, Tinjauan Pustaka,

dan Sistematika Penulisan.

Bab ke Dua, membahas tentang hubungan anak dan orang tua yang

didalamnya mencakup pengertian anak , pengertian orang tua beserta

derivasinya , direvasi anak dalam al-Quran, ketergantungan orang tua

terhadap seorang anak .

Bab ke Tiga, berisi analisis tematik yang akan membahas bagaimana

penafsiran para mufassir tentang makna ayat-ayat yang terkait dengan anak

adalah anugerah yang dipinta, harapan mendapatkan anak saleh, anak adalah

amanah, anak sebagai sumber rezeki , dan mencintai anak gharizah, anak

sebagai perhiasan dunia, anak bisa menjadi fitnah , dan anak bisa menjadi

musuh.

Bab ke Empat, merupakan bab penutup dari skripsi penulis yang didalamnya

mencakup tentang kesimpulan pokok hasil penelitian serta saran-saran dan

penutup.

14

BAB II

HUBUNGAN ANAK DAN ORANG TUA

A. Pengertian Anak

Anak menurut arti kata adalah keturunan yang kedua, dan menurut istilah

adalah keturunan yang lahir dari induknya merupakan hasil proses pembuahan dari

lawan jenisnya1, berdasarkan keterangan yang ada didalam naṣ-naṣ islam kita

mengetahui bahwa seorang anak hakikat nya adalah: sumber kebahagiaan keluarga,

karunia Allah, penerus garis keturunan, pelestari pahala orang tua , amanat Allah,

anak adalah batu ujian keimanan orang tua, anak adalah orang yang dianggap belum

mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dibawah tanggung jawab orang

lain, yaitu keluarga (orang tua)2, anak terbagi dalam beberapa pengertian, sebagai

berikut:

a. Pengertian Anak secara Sosiologis

Pada umumnya anak diartikan sebagai seseorang yang lahir dari hubungan

biologis antara pria dan wanita ada juga yang mengatakan bahwa anak adalah lelaki

dan perempuan yang belum dewasa pubertas, sedangkan yang diartikan anak adalah

seseorang yang masih dibawah usia tertentu dan belum dewasa, serta belum

menikah.3

1 Moh.Luthfi Nurcahyono “ Pandangan terhadap anak dalam ajaran islam”, Jurnal, vol 01,

no 02 diterbitkan 2013, h 148-154. 2 Rahmat Rohadi Pendidikan islam dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini, Konsep

dan Praktik Paud Islami (Jakarta: Rajawali Press,2013) cet.1, h.33. 3 Liza agnesta krisna Hukum perlindungan anak panduan memahami Anak yang berkonflik

dengan hukum, (Yogyakarta: Debpublish ,2018) cet.1 h.6.

15

b. Pengertian Anak secara Psikologis

masa anak-anak merupakan salah satu fase kehiduoan manusia saat terjadinya

proses pembentukan kepribadian seseorang, pada masa ini seseorang membutuhkan

perlindungan dari orang dewasa adapun masa anak-anak terbagi dalam beberapa

fase.

Masa anak-anak : masa bayi, masa anak-anak pertema 2-5 tahun masa anak-

anak terakhir 5-12 tahun, masa remaja 13-20 tahun, masa dewasa muda 20-25

tahun, para pakar berbeda pendapat dalam membatasi frase kanak-kanak ini, para

psikolog membagi fase kanak-kanak ke dalam dua jenjang: fase kanak-kanak awal

sejak lahir hingga 6 tahun, fase anak-anak akhir: 6 tahun hingga 12 tahun, senada

dengan para psikolog, para sosiolog menetapkan bahwa yang dimaksud dengan

masa kanak-kanak adalah rentang waktu sejak manusia lahir hingga usia 12 tahun,

sementara antara usia 12-18 merupakan masa remaja.

Berbeda dengan para psikolog dan sosiolog,para pakar hukum berpendapat

bahwa masa kanak-kanak merupakan rentang waktu sejak manusia lahir hingga

usia 18 tahun.

Dalam batasan usia balig, Fuqahāʼ berbeda pendapat, Imam Hanafi

menyebutkan bahwa usia balig 18 tahun bagi laki-laki dan 17 tahun bagi

perempuan, sementara Imam Syāfi‘ī menetapkan 15 tahun sebagai tanda balig

seseorang, meskipun sampai saat itu tidak mendapatkan mimpi bagi laki-laki atau

haid bagi perempuan.

Sementara dalam UU NO.13 Th.2003 tantang ketatanegaraan dan UU no.23

Th.2003 tentang perlindungan anak, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan anak

16

adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 tahun, definisi ini sesuai dengan

pendapat pakar hukum dalam menetapkan masa kanak-kanak yang dibatasi dengan

usia 18 tahun4

c. Pengertian Anak secara Yuridis5

Secara yuridis pengertian anak didasarkan pada batas usia tertentu, urgensi

terhadap kepastian bahwa usia anak secara yuridis dikarenakan terkait kepada hak

dan kewajiban anak jika dalam lapangan hukum perdata, batas usia secara yuridis

ini menyangkut persoalan kekuasaan orang tua, perwalian, pendewasaan, hak

warisan, perkawinan dan lain-lain , sedangkan dalam lapangan hukum pidana

menyangkut pertanggung jawaban hukum pidana hak-hak dalam peradilan anak

dan sistem penjatuhan hukuman yang jelas harus berbeda dari orang dewasa karena

anak memiliki kelemahan dan keterbatasan dalam pola pikirnya.6

Dalam al-Quran anak disebut sebagai berita baik, hiburan pada pandangan

mata, dan perhiasan hidup, anak telah menjadi perhatian ajaran islam sejak ia

belum dilahirkan, bahkan sejak ia belum berbentuk, ini dapat dilihat pada prinsip-

prinsip agama islam tentang perkawinan dan pentingnya memelihara kebersihan

keturunan, memelihara kebersihan keturunan adalah salah satu dari lima prinsip (al-

Qā‘waid al-Khamsah) yang dirumuskan oleh ilmu usul fikih tentang tujuan syariat

dan hukum-hukum islam7, anak yang lahir dari pasangan orang tua atau suami istri

4 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Tafsir al-Quran tematik h. 292-295. 5 Menurut hukum secara hukum bantuan, bantuan bantuan hukum (diberikan oleh

pengacara kepada kliennya dimuka pengadilan). Tim Redaksi. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Pusat Bahasa. (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2012) cet.4, h.1567. 6 Liza agnesta krisna Hukum perlindungan anak panduan memahami Anak yang berkonflik

dengan hukum h.8 7 1.Terpeliharanya jiwa, 2. Terpeliharanya agama, 3. Terpeliharanya keturunan, 4.

Terpeliharanya akal, 5. Terpeliharanya harta. Dewan Redaksi Ensiklopedia islam Ensiklopedia

islam, (Jakarta: Ichtiar BaruVan Hoeve,1994) cet 2, h. 141.

17

yang jauh ikatan kekerabatannya secara genetika mempunyai kemungkinan lebih

besar untuk menjadi anak yang kuat (dari segi fisik dan mental) dan cerdas8.

Menurut Ibn al-Syumail ketika ibunya melahirkan anak itu maka kata Walad

itu mencakup satu dan banyak, serta lelaki dan perempuan, Ibn al-Sa‘īdah berkata

bahwa al- Walad dan al- Walūd dengan baris ḍammah adalah sesuatu yang

dilahirkan apapun ia, kemudian berlaku bagi satu dan banyak serta bagi lelaki dan

perempuan, dan, para Ulama juga ada yang menjamaʾnya dengan mengatakan

Aulᾱd, Allah telah menganugrahkan kita dengan mengeluarkan dari sulbi kita

keturunan-keturunan yang berbentuk seperti kita dan memberitahukan bahwa anak

perempuan adalah sama status nya dengan anak lelaki, yaitu sebagai anugerah dari

Allah SWT.9

Berkenaan dengan pemeliharaan keturunan, pengawasan perkembangan

dan pertumbuhannya ialah suatu peristiwa mulai dari bersatunya sel-sel telur

dengan sel mani ayah pada kandungan ibunya dan berakhir pada balighnya seorang

remaja.10

Berbeda dengan orang dewasa, anak belum bisa berfikir secara abstrak dan

belum bisa mengenali dirinya sendiri, ia peka terhadap gangguan fisik atau

kecelakaan serta terhadap masalah-masalah psikis (jiwa), dan perilakunya yang

8 Dewan Redaksi Ensiklopedia islam Ensiklopedia islam, (Jakarta: Ichtiar BaruVan

Hoeve,1994) cet 2, h.141. 9 ʻAbdul Munʾīm Ibrᾱhīm Mendidik Anak Perempuan (Jakarta:Gema Insani Press, 2005)

cet. I, h.6 10 Perpustakaan Nasional RI etika berkeluarga bermasyarakat dan berpolitik

(Jakarta:Lajnah pentashihan Mushaf al-Quran, 2009) cetI, h.409.

18

belum stabil, pada setiap anak terdapat bakat, yaitu kemampuan yang menonjol

dalam salah satu aspek kerpibadian, yang diperoleh sebagai pembawaan11.

Anak saleh adalah anak yang tumbuh bahkan setelah menjadi manusia

dewasa, mengetahui dan mengamalkan kewajiabn-kewajibannya terhadap Allah,

orang tua dan masyarakat dilingkungan hidupnya, anak durhaka adalah anak yang

salah asuh dalam pertumbuhannya, setelah dewasa ia mengabaikan kewajibannya

kepada Allah, orang tuanya dan masyarakat12.

Rasulullah SAW bersabda: “jika manusia mati maka terputuslah amalnya

kecuali tiga hal, sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang

mendoakan kedua orang tuanya”13

Menurut Imām al- Gazālī usaha dalam melatih anak adalah perkara yang

paling penting dan paling kuat, dan seorang bayi adalah amanah bagi orang tuanya,

hatinya yang bersih merupakan berlian yang berharga yang sederhana dan kosong

dari seluruh pahatan dan bentuk, dan ia dapat menerima semua pahatan, cenderung

kepada arah yang mengajaknya, maka jika ia dibiasakan dengan kebaikan,

diajarkan hal itu serta tumbuh besar dengan kebaikan itu, niscaya ia akan

berbahagia di dunia dan akhirat dan kedua orang tuanya akan turut mendapatkan

pahalanya, demikian juga seluruh gurunya dan orang yang mendidiknya, sementara

jika orang tuanya membiasakan dengan keburukan kepadanya serta menyia-

nyiakan nya seperti binatang, niscaya anak tersebut akan menderita dan binasa dan

dosanya akan menjadi tanggung jawab orang tuanya.

11 Dewan Redaksi Ensiklopedia islam Ensiklopedia islam, (Jakarta: Ichtiar BaruVan

Hoeve,1994) cet 2, h 142.

12 Dewan Redaksi Ensiklopedia islam Ensiklopedia islam, h 142. 13 hadis shohih Ahmad 2/372, abu dawud 3/157 dan an nasai 2/129

19

Anak salah satu yang disebut dalam al-Quran sebagai muhrim, dalam ilmu

fikih anak belum termasuk kedalam kategori mukallaf, yaitu manusia dewasa yang

dibebani kewajiban agama seperti solat dan puasa.

Untuk melihat lebih jelas, sejauh mana kewajiban dan tanggung jawab

terhadap anak yang dilahirkannya, orang tua terlebih dahulu harus menyadari siapa

sebenarnya anak itu sendiri.14

B. Pengertian Orang Tua

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia orang tua adalah ayah ibu kandung,

orang tua yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli dan sebagainya dan

dihormati)15yang merupakan guru atau contoh utama untuk anak-anaknya karena

orang tua yang menginterpretasikan tentang dunia dan masyarakat pada anak-

anaknya16

Orang tua yang shaleh merupakan contoh suri tekadan yang baik bagi

perkembangan jiwa anak yang sedang tumbuh, karena pengaruh mereka sangat

besar sekali dalam pendidikan anak, apabila orang tua sudah berakhlak baik, taat

kepada Allah dan menjalankan syariat islam dan berjuang sepenuhnya dijalan Allah

serta memiliki jiwa sosial , maka dalam diri anak pun akan terbentuk dan tumbuh

ketaatan pula dan mengikuti apa yang telah dicontohkan orang tuanya dalam

perilaku mereka sehari-hari17.

14 Rahmat Rohadi Pendidikan islam dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini, Konsep

dan Praktik Paud Islami ( Jakarta: Rajawali Press,2013) cet.1, h.33. 15 16 Ika Istiani Pengaruh peran Orang Tua dan spiritual terhadap kekerasan remaja di SMP

Negeri 2 Rembang Kabupaten Purbalingga (Purwokerto:UMP Fakultas Ilmu Kesehatan,2013), h.12. 17 Muhammad Nūr ʾAbdul Hᾱfiz Mendidik anak bersama Rasulullah (Kairo: Dᾱr al-

ṬibᾱʾAH wa al-Nasyr al-Islamiah,1988) cet.II ,h. 65.

20

Rasulullah SAW bersabda : “ orang tua adalah pintu pertengahan menuju

surga” bila engkau mau silahkan engkau pelihara, bila kau tak mau silahkan untuk

tidak memperdulikannya.

Hadis diatas menjelaskan bahwa jika kita memelihara orang tua dengan ikhlas

dan tulus maka pintu surga akan kita masuki, sebaliknya jika kita tidak

memperdulikannya, maka pintu surga akan tertutup rapat untuk kita.

Rasulullah SAW bersabda, “keridha’an Allah terletak pada Ridha orang tua

dan kemurkaan Allah terletak pada murka orang tua” .karena itulah jika kita mampu

untuk memelihara dan mengasuh orang tua kita seperti mereka mengasuh kita sejak

kecil maka Allah akan memberikan Ridha nya kepada kita, jika tidak maka Allah

akan memurkai kita seandainya kita durhaka kepada kedua orang tua kita.18

Keberadaan orang tua dan anak disitulah terbentuklah sebuah keluarga,

adalah merupakan suatu hubungan yang mempunyai pertalian darah dan ikatan

emosional tertentu yang mendasari seseorang untuk saling berbagi dan

memahami19.

Menurut Said Ishaq Hosseini Kohsari , keluarga merupakan sebuah pondasi

dan institusi yang paling dicintai dalam islam sedangkan menurut Hamzah Yaʾqub

adalah persekutuan hidup berdasarkan perkawinan yang sah dari suami dan istri

yang juga selaku dari orang tua yang melahirkan anak-anaknya, menurut

pandangan islam keluarga adalah batu bata pertama untuk membangun istana

masyarakat muslim, dan untuk merupakan madrasah iman yang diharapkan dapat

18 ʻAbdul al- Qadīr al- Ṣalīh buah hati antara perhiasan dan ujian keimanan ( Yogyakarta:

Diandra kreatif 2017) cet.1,h. 5 19 ʻAbdul al- Qadīr al- Ṣalīh Buah Hati Antara Perhiasan dan Ujian Keimanan

(Yogyakarta: Diandra kreatif ,2017) cet.1,h 6.

21

mencetak generasi-generasi muslim yang mampu meninggikan kalimat Allah

dimuka bumi20.

Karena begitu pentingnya keluarga dalam tumbuh kembang peradaban

manusia maka islam memberikan perhatian besar terhadap permasalahan keluarga,,

dengan keluarga akan lahir generasi penerus islam yang akan mengisi dan

menyampaikan risalah-risalah agama yang agung pada setiap masanya, selain itu

keluarga juga menjadi faktor pendukung penting untuk menjalankan peran

pengabdiannya kepada Allah SWT.21 Setelah penulis paparkan pengertian orang tua

disini penulis akan jelaskan mengenai derivasi ibu dan bapak dalam al-Quran

1. Al-Umm kata umum dalam a-Quran disebut 34 kali terdapat dalam 20

surat dan terdiri dari 31 ayat, adapun kata Umm yang dimaksud disini

Untuk menyatakan tentang wanita yang melahirkan anaknya .

a. Ibu sebagaimana dalam surat al-Luqman 35: 14 dan al-Ahqāf 46:15, ayat

ini mengandung perintah untuk menghormati orang tua, khususnya ibu

yang telah mengandung, melahirkan dan menyapih dengan susah payah.

b. Kata al-Ummu dalam al-Quran berbicara tentang perempuan baik-baik,

seperti Maryam yang melahirkan Nabi Isa sebagaimana manusia yang

lain, sebagaimana yang terdapat dalam surat al-Mᾱidah 5: 15, 17,75, 116,

dan al-Muʻminūn 23:50 adapun pembicaraan mengenai ibu Nabi Mūsa

dapat ditemukan dalam surat al-Aʻrᾱf 7:150, Maryam 19:28, dan al-Qaṣāṣ

28:7,10,13 dan 38 .

20 ʻAbdul al- Qadīr al- Ṣalīh Buah Hati Antara Perhiasan dan Ujian Keimanan h.7.

21 ʻAbdul al- Qadīr al- Ṣalīh Buah Hati Antara Perhiasan dan Ujian Keimanan h.9.

22

c. Istilah ini disamping berarti ibu, ia juga berarti inti dan pokok seperti

dalam surat Ᾱli ‘Imrᾱn ayat 7 yang berbunyi Hunna Ummu al - Kitᾱb wa

akhoru Mutasyaᾱbihᾱt) “itulah inti / pokok-pokok isi al-Quran dan yang

lainnya ( ayat-ayat Mutasyabihᾱt)” dan tempat tinggal atau tempat

kembali seperti dalam surat al Qᾱri‘ah ayat 9 yang berbunyi fa Ummuhu

Hᾱwiah = maka tempat kembali atau tempat tinggalnya neraka Hᾱwiah.22

2. Wālidah:Istilah ini terulang sebanyak empat kali, tiga kali

diantaranya dalam bentuk mufrad atau tunggal al-Wālidah الوالدة atau Al-

Wᾱlidᾱt الوالداتistilah al-Wᾱlidah dalam al-Quran diartikan dalam

kapasitasnya sebagai ibu, seperti dalam surat al Baqarah ayat 233 yang

artinya: “ para Ibu hendaklah menyusukan anak –anaknya selama dua tahun

penuh , yaitu yang ingin menyempurnakan penyusuan”, adapun istilah kata

al-Ummu األم yang juga sering diartikan ibu, justru pengertiannya lebih luas

dari pertama.

Wᾱlid (bapak atau ayah) istilah ini terulang sebanyak tiga kali istilah lain

yang digunakan dalam pengertian bapak atau ayah adalah al-Ab اب, ditemukan

perbedaan-perbedaan, menurut al Aṣfahanī ialah segala sesuatu yang menyebabkan

terwujudnya sesuatu, memperbaiki atau yang menampakkan nya maka disebut (

Ab) karena itu Nabi disebut Abu al- Muʻminīn = bapak atau ayah orang-orang

muʻmīn.

al-Abu pengertian nya lebih luas, dari al-Walīd, karena al-Walīd lebih

cenderung menekankan aspek jenis kelamin (seks) misalnya kapasitas ayah

22 Quraish Syihāb Ensiklopedia al-Quran kajian kosakata dan tafsīrnya (Jakarta:PT

Intermasa, 1997)h.393.

23

dinyatakan dengan al-Walīd seperti dalam surat al-Luqmᾱn ayat 33 jadi kata al-Abu

berbeda dengan kata al-Walīd berasal dari kata Walada yaitu melahirkan).

Bentuk ketiga yaitu Wᾱlidᾱn atau Wᾱlidain yaitu ayah ibu, untuk kedua orang

tua biologis yaitu ayah dan ibu, al-Quran lebih sering menggunakan kata Wᾱlidᾱn

atau Wᾱlidain, istilah ini digunakan sebanyak 20 kali dalam al-Quran, dapat

dibandingkan dengan penggunaan kata Mutsanna dari kata al-Ab اب, yakni Abawain

atau Abawᾱni ibu atau bapak, yang jarang digunakan untuk menyatakan kedua

orang tua, bahkan bentuk tersebut sering kali menunjuk kepada kedua kakek nenek

moyang manusia, Adam dan Hawa, seperti dalam surat al AʻRᾱf ayat 27, dalam

ayat tersebut Tuhan menggunakan istilah Abawaikum untuk Adam dan Hawa dan

tidak pernah memakai kata Wᾱlidain atau Wᾱlidain untuk Adam dan

Hawa.23

C. Derivasi anak dalam al-Quran

Anak dalam al-Quran datang dalam beberapa kata dengan derivasinya,

dalam skrispi berikut akan dipaparkan:

1. Ibn

Berasal dari Banā- yabnī yang berarti membangun, menyusun, membuat

pondasi, kata ibn berasal dari akar kata banawa atau banawun yang berarti (sesuatu

yang dilahirkan dari sesuatu) atau bisa juga berarti al- Walad ( seorang anak laki-

laki) bentuk jama‘ dari kata Ibn adalah abnāʼ dan bentuk tasgir nya adalah Bunaiyya

23 Quraish Syihāb Ensiklopedia al-Quran kajian kosakata dan tafsīrnya (Jakarta:PT

Intermasa, 1997)h.1060.

24

(anakku), menurut al- Ṣafahanī kata Ibn diartikan sebagai “ sesuatu yang dilahirkan

karena bapaklah yang telah membuat anak dan Allah lah yang mewujudkannya.24

Secara umum kata Ibn dalam al-Quran mengacu pada status anak, menurut

al- Aṣfahani istilah abna lebih tepat disebut sebagai tahapan penyusunan organ-

organ tubuh hingga anak dapat mencapai tingkat kesempurnaan atau kedewasaan,

lafadz ini dipergunakan untuk menjelaskan hubungan antara anak dengan ibu

misalnya: melalui Maryam diberi amanah mengandung seorang pembawa risalah

ketuhanan melalui tanggung jawab pemeliharaan isa dalam kandungan25,

pemeliharaan anak ketika berada dalam suasana kritis, menghadapi bencana dan

kebutuhan dalam pembinaan dan dari bencana badai besar26, pembinaan dan

pendidikan keagamaan melalui kisah Luqmān27, nasihat Ya‘qūb kepada anak-

anaknya untuk teguh dalam keimanan28, dan penyelamatan anak dari

kecenderungan melanggar syariat.29kata Ibn disebutkan sebanyak 35 kali dalam al-

Qur’an. 30

Didalam penggunaan kata Ibn dapat di sandarkan dengan kata lain dan

memiliki arti lain seperti Ibn al-Sabīl sebutan untuk orang yang bepergian dan

merantau, Ibn al- Lail ( sebutan untuk orang mencuri) kata ibn dalam al-Quran

disebutkan sebanyak 35 kali yang berbeda sesuai dengan konteks kalimatnya

selebihnya kata Ibn disandarkan pada sebutan lain seperti Uzair Ibn Allah, Ibn al-

24 Quraish Syihᾱb Ensiklopedia al-Quran kajian kosakata dan tafsīrnya (Jakarta:PT

Intermasa, 1997)h.144 25 QS.Al-Baqarah/2:87. 26 QS. Hūd/ 11:42 dan 45. 27 QS. Luqmān/31: 13. 28 QS. Al-Baqarah/21:133. 29 QS. Ibrāhīm/14:35 30 Quraish Syihᾱb Ensiklopedia al-Quran kajian kosakata dan tafsīrnya (Jakarta:PT

Intermasa, 1997)h.145.

25

Sabīl, Ibn Ummī, Ibn dan Bunayya, Kata Ibn (al- Masih ‘Isā ibn Maryam) dalam

surat Āli ‘Imrān 3:45 berkaitan dengan kisah maryam melahirkan anak tanpa

seorang ayah, anak yang dilahirkan oleh Maryam yang bernama Isa adalah

keturunan atau putra Maryam, oleh sebab itu, didalam al-Quran disebut dengan

‘Isā Ibn Maryam, ayat 45 surat Āli ‘Imrān ini menegaskan status Isa yaitu sebagai

putra Maryam dan status kemanusiaannya, setiap kata Ibn yang diiringi oleh kata

Isa dan Maryam menunjuk dan menegaskan status keturunan yaitu ‘Isā putra

Maryam.31

Berikut adalah tabel kata Ibn dalam al-Quran 2.1

No. TN Surah MK/MD No. Ayat

1. 39 Al-a‘rāf Makkiyyah 150

2. 44 Maryam Makkiyyah 34

3. 45 Ṭāhā Makkiyyah 94

4. 50 Al-Isrāʼ Makkiyyah 26

5. 63 al-Zuhrūf Makkiyyah 57

6. 74 Al-Mu‘minūn Makkiyyah 50

7. 84 Al-Rūm Makkiyyah 38

8. 87 Al-Baqaraḥ Madaniyyah 87,177,210,253

9. 88 Al-Anfāl Madanyyiah 41

10. 89 Alī Imrān Madaniyyah 45

11. 90 Al-Aḥzāb Madaniyyah 7

12. 92 Al-Nisāʼ Madaniyyah 36,157,171

13. 94 Al-Ḥadīd Madaniyyah 27

31 Quraish Syihᾱb Ensiklopedia al-Quran kajian kosakata dan tafsīrnya h.145.

26

14. 101 Al-Ḥasyr Madaniyyah 7

15. 109 Al-Ṣaf Madaniyyah 6

16. 112 Al-Māʼidah Madaniyyah 17,46,72,75,110,

112,114,116.

17. 113 Al-Taubaḥ Madaniyyah 30,31,60.

2. Gulām :

Dari segi bahasa kata Gulām berarti anak laki-laki dalam usia remaja

menjelang dewasa, atau anak laki-laki sejak lahir sampai remaja, dengan demikian

pengertian sosok seorang anak laki-laki yang baru tumbuh kumis, serta memiliki

jiwa yang sangat labil, terutama dorongan biologis yang bergejolak, antara umur

15-20 tahun32, arti itu berbeda dengan arti kata walad yang mengacu pada semua

anak baik anak laki-laki ataupun anak perempuan baik besar maupun kecil.33

Pengertian kata Gulam dalam al-Quran dapat diklarifikasikan menjadi tiga:

1. Seorang anak yang belum dewasa yakni anak-anak yang tahap

perkembangannya belum remaja, sehingga belum memiliki gejolak biologis

terhadap lawan jenisnya dalam surat al-kahfi ayat 74 dan 82, dalam ayat

tersebut dibicarakan bahwa ketika hamba Allah berjalan bersama Nabi

Musa mereka menemukan seseorang gulam( anak laki-laki yang masih

kecil), lalu anak itu dibunuhnya, ditempat lain mereka membangun tembok

yang hampir roboh milik dua orang gulam ( anak yang belum dewasa)

32 Santi Awaliah Konsep Anak dalam al-Qur’an serta implikasinya terhadap pendidikan

islam dalam keluarga, skripsi, (Yogyakarta: Uin Sunan Kalijaga, 2008) h. 98 33 Quraish Syihᾱb Ensiklopedia al-Quran kajian kosakata dan tafsīrnya (Jakarta:PT

Intermasa, 1997)h.114.

27

2. Anak laki-laki yang dalam kondisi remaja dalam surat Yusuf ayat 19

mengemukakan ketika Yusuf ditemukan oleh musafir , musafir itu berkata:

ini Gulam ( seorang anak muda) dalam kisah itu dikemukakan oleh para

musafir bahwa Nabi Yusuf ketika telah remaja ( muda belia) semuanya

memiliki arti “ orang yang sedang bepergian tidak untuk berbuat maksiat

Bayi (Maryam 19:8, dan 20) ayat tersebut memaparkan Zakariā yang pada

usia lanjut merasa putus asa karena tidak akan mempunyai keturunan,

sehingga ia berkata “ bagaimana mungkin saya akan mempunyai Gulām (

bayi) padahal istriku adalah seorang yang mandul?, demikian juga hal nya

dengan Maryam yang menyangkal akan punya gulam ( bayi) karena ia tidak

pernah berhubungan badan dengan laki-laki.34

Berikut adalah tabel kata Gulām dalam al-Qur’an 2.2

NO

TN SURAT MK/MD No.Ayat

1. 44 Maryam Makkiyyah 7,8,20

2. 54 Al- Hajar Makkiyyah 53

3. 56 Al-Ṣaffāt Makkiyyah 101

4. 67 Al- Dzāriāt Makkiyyah 28

5. 69 Al-kahfi Makkiyyah 80

3. Walad :

34 Quraish Syihᾱb Ensiklopedia al-Quran kajian kosakata dan tafsīrnya ,h.114.

28

Walad asal kata walada- yalidu-wilᾱdatan : melahirkan dan mengeluarkan,

kata walad dalam al-Quran berarti anak laki-laki kata walad dengan segala

derivasinya disebutkan sebanyak 102 kali dalam al-Quran dengan makna-makna

yang berbeda sesuai dengan bentuknya, walad: anak laki-laki, jamaknya adalah

aulād yang pengertian dan penggunaan nya tidak berbeda dengan kata Ibn ( anak

laki-laki).35

Sebagaimana dalam surat al-Nisᾱ ayat 176 yang berbunyi “Mereka meminta

fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu

tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak

dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu

seperdua dari harta yang ditinggalkannya”.

Sembilan ayat berikutnya dalam bentuk fi‘īl, lima diantaranya dalam bentuk

fi‘īl yaitu walada/ wulida (melahirkan atau dilahirkan) terdapat dalam surat al-

Ṣaffᾱt ayat 152 (Allah melahirkan dan sesungguhnya mereka benar-benar orang

yang berdusta) , al-Balad ayat 3, al-Mujᾱdilah ayat 2, al-Maryam ayat 15 dan 33,

sedangkan empat diantaranya dalam bentuk Muḍāri‘ terdapat dalam surat al- Hūd

ayat 72 istrinya berkata: “sungguh mengeherankan,, apakah aku akan melahirkan

seorang anak, padahal aku seorang wanita tua..”) , al-Ikhlᾱṣ ayat 23 ( dua kali)

dan surat al-Nūh ayat 27, semua kata walad tersebut berarti melahirkan atau

dilahirkan ,Maulūd: yang dilahirkan/ anak, terulang sebanyak tiga kali dalam al-

Quran yaitu dalam surat al-Baqarah ayat 233 ( dua kali) , al- Luqmān ayat 33 ketiga

kata tersebut mempunyai arti yang berbeda bergantung pada kata yang menyertai

35 Quraish Syihᾱb Ensiklopedia al-Quran kajian kosakata dan tafsīrnya, h.1059.

29

dibelakangnya seperti kata Maulūd yang berarti bapak/ayah dalam surat al-Baqarah

233 karena disertai dengan kata له sedangkan dalam surat Luqmān berarti anak

karena tidak disertai oleh kata tersebut.36

Berikut adalah tabel kata Walad dalam al-Qur’an 2.3

No TN SURAT MK/MD NO AYAT

1.

44

Maryam

Makkiyyah

35

2. 55 Al-An‘ᾱm Makkiyyah 101

3. 63 Al-Zuhruf Makkiyyah 81

4. 74 Al- Mu‘minūn Makkiyyah 91

5. 89 Alī-‘Imrᾱn Madaniyyah 47

6. 92 Al- Nisᾱʼ Madaniyyah 11,12,171,17

6

4. Ṣabī :

Kata Ṣabī terambil dari akar kata ص ب ي, secara khusus kata ini memiliki

rentang waktu yaitu bayi yang pantas ditimang dalam usia 0-2 tahun atau yang biasa

disebut fase al-Raḍā‘ah37, menurut Ibnu Faris akar kata tersebut mengandung

makna usia muda, kata Ṣabī terdapat pada dua tempat yaitu surat Maryam ayat 12

dan 29, penggunaan kata tersebut berkaitan dengan sifat-sifat keutamaan Nabi

36 Quraish Syihᾱb Ensiklopedia al-Quran kajian kosakata dan tafsīrnya, h.1059. 37Santi Awaliah Konsep Anak dalam al-Qur’an serta implikasinya terhadap pendidikan

islam dalam keluarga, skripsi, (Yogyakarta: Uin Sunan Kalijaga, 2008) h. 96.

30

Yahya diantaranya sejak ia masih anak-anak ia sudah diberi hikmah, sedangkan

dalam surat Maryam 29, kata itu berkaitan dengan pembelaan Nabi Isa terhadap

ibunya ketika ibunya dituduh oleh kaumnya telah berbuat mesum sehingga

melahirkan bayinya tanpa ayah, ia menunjuk anaknya yang masih bayi sehingga

mereka berkata: “bagaimana kami akan berbicara kepada anak kecil yang masih

didalam ayunan”?.38

Berikut adalah tabel kata Ṣabī dalam al-Qur’an 2.4

No TN Surat Makkiyah/madaniah No ayat

1. 44 Maryam Makkiyyah 12,29

5. Dzurrīah :

Dari akar kata Dzarᾱ ini juga terambil kata Dzurrīah yang bermakna anak

cucu atau keturunan.39

Berikut adalah tabel kata Dzurriyyah dalam al-Quran 2.5

No. TN. Surat MK/MD No. Ayat

1.

39

Al-araf

Makkiyyah 173

2. 42 al-Furqᾱn Makkiyyah 74

3. 44 Maryam Makkiyyah 58

4. 50 Al-isra Makkiyyah 3

38 Quraish Syihᾱb Ensiklopedia al-Quran kajian kosakata dan tafsīrnya,h.890. 39 Ahmad Warson Munawir Kamus al-Munawwir (Surabaya:Pustaka Progresif,1997),

h.444.

31

5. 51 Yunus Makkiyyah 83

6. 55 al-an‘ᾱm Makkiyyah 87,133

7. 56 al- Ṣaffᾱt Makkiyyah 113

8. 60 Gᾱfir Makkiyyah 8

9. 66 al- Ahqᾱf Makkiyyah 15

10. 72 Ibrᾱhīm Makkiyyah 37

11. 87 al-Baqarah Madaniyyah 124, 128, 266

12. 89 Āli‘Imrᾱn Madaniyyah 34,38

13. 92 al-Nisᾱʼ Madaniyyah 9

14. 94 al-Hadīd Madaniyyah 26

15. 96 al-Ra‘d Madaniyyah 23,38

6. Ṭifl

Dalam kamus al-Munawwir diartikan dengan bayi atau anak kecil, secara

bahasa tifl dapat dirumuskan lebih kurang antara umur 2 tahun setelah menyusu

secara penuh sampai dengan menjelang baligh40,Dalam surat al- Nūr ayat 31 dan

59 surat al- hajj ayat 5.

No. TN Nama surat MK/MD No.ayat

1. 102 Al-Nūr Madaniyyah 31,59

2. 103 Al-Hajj Madaniyyah. 5

40 Santi Awaliah Konsep Anak dalam al-Qur’an serta implikasinya terhadap pendidikan

islam dalam keluarga, skripsi, (Yogyakarta: Uin Sunan Kalijaga, 2008) h. 97.

32

D. Ketergantungan Orang Tua Terhadap Anak.

Allah telah mewasiatkan agar berbakti kepada orang tua dan memperbanyak

dalam wasiatnya apabila sudah dapat mengambil manfaat dari apa yang telah ia

dengar dan telah membaca dan mengamalkannya serta berbakti kepada orang

tuanya, jika tidak maka neraka itu lebih utama baginya.41

لغنا عندك ٱلكب أحدها أو كلها فل ت قلوقضى ربك ألا ت عبدوا نا إماا ي ب لدين إحس ه وبٱلو إلا إيا

ما أ هرها ول ف لا ما وقل ت ن هما كما وٱخفض لما جناح ٱلذل من ٱلراحة وقل را كرميا ق ول لا ب ٱرح ا رب ايان صغري

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah

selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan

sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya

sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah

kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu

membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh

kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,

sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”(Qs.al-

isrāʼ/17:23).

Diantara perbuatan baik kepada orang tua adalah menemani hidup keduanya

dengan cara yang baik, memberikan makan apabila mereka lapar, memakaikan baju

apabila keduanya telanjang, membantunya apabila keduanya memerlukan bantuan,

meyambut pabggilan keduanya, melaksanakan perintah keduanya dalam kebaikan

dan berbicara dengannya dengan lembut, dan sebagainya .42

41 ‘Abdul ‘Azhim b. Badawi al- Khalafi 40 karakteristik mereka yang dicintai Allah

berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah (Jakarta: Dᾱr al-Haq ,2012) cet I, h. 299. 42 ‘Abdul ‘Azhim b. Badawi al- Khalafi 40 karakteristik mereka yang dicintai Allah

berdasarkan al-Quran dan sunnah .h. 302

33

Apabila kedua orang tua salah seorang dari keduanya sudah meninggal, maka

berbuat baik kepada keduanya setelah meninggal adalah dengan bersungguh-

sungguh dalam ketaatan dan beribadah karena setiap amal shalih yang ia kerjakan

akan mengalir bagi keduanya seperti pahalanya, tanpa berkurang darinya

sedikitpun, maka berbuat baiklah dan jauhilah oleh kalian sifat durhaka karena

sesungguhnya hal itu adalah merupakan dosa yang paling besar, jauhilah oleh

kalian sifat durhaka itu, karena sesungguhnya hal itu akan menghalangi masuk

surga, barang siapa yang tidak takut akan siksa diakhirat, maka dia akan mendapat

hukuman yang akan ia terima didunia, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: ada

dua dosa yang di segerakan ( kedzaliman dan memutuskan silaturahim dengan

orang tua)43

Dan diantara hukuman yang didahulukan bagi orang yang durhaka kepada

kedua oirang tuanya, yaitu anak-anaknya yang berlaku buruk terhadapnya,

sebagaimana kamu berbuat kebaikan, maka kamu juga akan dibalas dengan

kebaikan44

Dalam perintah agama islam, amat sedikitlah anjuran agar orang tua

menyayangi anaknya, tetapi sebaliknya yang lebih banyak ialah bahwa

diperintahkan agar sang anak mengasihi ayah dan bundanya, apa sebab demikian?

Sebabnya ialah karena walaupun tidak diperintahkan untuk mengasihi anak, secara

43 ‘Abdul ‘Azhim b. Badawi al- Khalafi 40 karakteristik mereka yang dicintai Allah

berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah h. 310 44 ‘Abdul ‘Azhim b. Badawi al- Khalafi 40 karakteristik mereka yang dicintai Allah

berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah, h. 311

34

otomatis orang tua tentu mengasihi anak-anaknya, kasih sayang orang tua kepada

anak sebagai suatu hal yang diingini (gharizah) telah tertanam didalam batinnya.45

Adapun perhatian islam pada anak sejak masa kelahiran: menyambutnya

dengan gembira dan perasaan senang, memberikan nama yang baik untuknya,

mendoakan anak yang baru lahir dan keluarganya , melaksanakan aqiqah sesuai

dengan kemampuan, hendaknya ibu menyusui bayinya dengan air susu ibu

semenjak ia lahir46

Anak bukanlah orang dewasa mini mereka memang khas anak-anak, bukan

hanya orang dewasa ukuran saku, anak-anak mudah sekali meniru, mereka akan

meniru apa yang mereka lihat dan mencontoh dari orang dewasa, anak-anak pada

dasarnya sangat kreatif, ia memiliki gagasan yang cemerlang, asli dan tidak

terpikirkan oleh orang tua.47

Diriwayatkan dari ‘Abdullah b. ‘Amr b. Aṣ r.a, d menghadap ia berkata,

“seorang laki-laki menghadap Nabi SAW”., lalu mengatakan, “ Aku berbaiat

kepada anda untuk berhijrah dan berjihad agar aku memperoleh pahala dari

Allah, Rasulullah SAW., bertanya, “ apakah salah satu dari orang tua mu

masih hidup?” laki-laki itu menjawab “ ya, bahkan dua-duanya.” Rasulullah

SAW., bertanya lagi, “ kamu menginginkan pahala dari Allah?”, laki-laki itu

menjawab “ya”, Rasulullah berasbda, pulanglah! Ke kedua orang tuamu dan

berbaktilah kepada mereka berdua!”.48

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dia berkata, Rasulullah SAW., bersabda

“Rugi besar dia, rugi besar dia, rugi besar dia, ditanyakan: Siapa dia ya

Rasulallah? , beliau menjawab, “Orang yang pada usia dewasa mempunyai

kedua orang tua yang masih hidup, baik salah satu atau keduanya, tapi

kemudian orang tersebut tidak bisa membuatnya masuk surga”.49

45 ‘Umār Hasyim Anak Shaleh , ( Surabaya: PT Bina Ilmu 1990), cet I h. 1 46 Evi manai kak Seto sahabat anak-anak ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 2010) cet.1

hal. 130 47 Evi manai kak Seto sahabat anak-anak,hal. 130. 48 Al-Hāfiẓ ‘Abd ‘aẓim b.abl-Qawī Zakiyuddin al-Mundziri Mukhtaṣar ṣahīh Muslim,

(Riyâḍ: Dār Ibn Khuzaimah,1994), cet 1, h. 1040. 49 Al-Hāfiẓ ‘Abd ‘aẓim b.abl-Qawī Zakiyuddin al-Mundziri Mukhtaṣar ṣahīh Muslim,

(Riyâḍ: Dār Ibn Khuzaimah,1994), cet 1, h. 1041.

35

Salah satu bentuk manfaat pengaruh orang tua yang saleh adalah adanya

peristiwa dibangunnya kembali dinding yang sudah runtuh oleh Nabi Khidir a.s

yang membuat Nabi Musa a.s mempertanyakan sebab beliau tidak mengambil upah

dari pembangunan dinding tersebut, dan Nabi Khidir menjawab: “ ayahnya adalah

seorang yang shaleh” (al-Kahfi /18:82), hingga para Malaikatpun mendoakan anak

dikarenakan kesalehan orang tua, apabila anak dan keturunannya telah tumbuh

dalam ketaatan pada Allah niscaya mereka akan saling bertemu di surga adn, oleh

karena itu Syaikh al-Tustari berupaya mendoakan anaknya yang saat itu masih

berada diantara tulang sulbinya (masih berupa air mani) dengan mengamalkan

beberapa amalan shlaeh dengan harapan Allah akan mengaruniainya anak yang

saleh.50

Orang tua berhak mendapatkan tempat tertinggi dan hak-hak yang utama hal

ini diperkuat dengan memperhatikan ayat-ayat al-Quran berikut ini, maka akan

menjadi jelas pokok-pokok berikut: Hak-hak orang tua didalam islam memiliki

kedudukan nyaris menyamai hak-hak terhadap Allah SWT, hal ini dibuktikan oleh

kenyataan, bahwa setelah mendeskripsikan tentang keesaan Allah, al-Quran telah

mengulang-ulang memerintahkan agar berperilaku yang menyenangkan dan patuh

terhadap orang tua.51

Menjalin hubungan dengan anak tidak selalu menjadi hal mudah bagi setiap

orang tua, kedekatan anak dengan orang tua tidak datang begitu saja, melainkan

50 Muhammad Nūr ʾAbdul Hᾱfiz Mendidik anak bersama Rasulullah h.66 51 Akhlaq Husain Menjadi orang tua muslim yang terhormat ( Surabaya: Risalah Gusti,

2000), cet. I h. 1-2

36

harus diciptakan, diantaranya dengan membangun kebersamaan, tersedianya waktu

komunikasi yang baik dan rasa cinta dan kasih sayang dalam berkeluarga.52

Orang tua yang perhatian, melalui sikap baik mereka, akan memenuhi

kebutuhan bayinya dan memberinya lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan fisik

dan jiwanya, mereka mengajarkan moral dan kebiasaan baik kepadanya, anak

adalah individu sosial yang lemah, tanpa pertolongan orang lain ia tak akan dapat

hidup , namun demikian anak memiliki kemampuan untuk menggunakan indra-

indranya, melalui kejadian yang dialaminya53, Dan Allah mengeluarkan kamu dari

rahim ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan dia memberimu

pendengaran penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.

تكم ل ت علمون شي أخرجكم م ن بطون أماه ر وٱلف لكم وجعل ئا وٱللا دة لعلاكم ٱلسامع وٱلبص تشكرون

‘’Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan

dan hati, agar kamu bersyukur (Qs. al-Nahl/16: 78)

Islam berpesan kepada orang tua agar memberikan pendidikan kepada anak

sedini mungkin, mengajarkan cara shalat kepada anak apabila telah mencapai usia

tujuh tahun, mengajarkan anak tentang aqidah dan ketakwaan kepada Allah,

berbuat adil terhadap semua anak dan memberikan perhatian serius terhadap fisik

anak, mengajarkan anak dalam membaca al-Quran dan memberikan ajaran nilai-

nilai baik dalam syariat islam54

52 Yati priati , M. Zainal Arifin pesan moral al-Quran dibalik kisah Yusuf as (Yogyakarta:

Pustaka pelajar2014) cet.1 h. 142. 53 Ibrahim amini anakmu amanatnya (Jakarta: PT al-Huda, 2006) cet.I,h. 120 54 Adil Fathi ʾAbdullah Menjadi Ibu ideal ( Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2003) cet. I ,h. 70

37

Dari sisi anak, sangat penting mengajarkan buah hati untuk merasakan

kekompakan sikap dan konsistensi orang tua mereka, sebab jika anak merasa yakin

bahwa yang dilakukan orang tuanya adalah konsisten, mereka akan menjadi anak

yang patuh dan bertanggung jawab.55.

Dari penjelasan diatas penulis meyimpulkan bahwa seorang anak hakikat

nya adalah sumber kebahagiaan keluarga, karunia Allah, penerus garis keturunan,

pelestari pahala orang tua , amanat Allah, dan anak merupakan batu ujian keimanan

orang tua, orang tua yang saleh merupakan contoh suri teladan yang baik bagi

perkembangan jiwa anak yang sedang tumbuh, dalam al-Qur’an, anak disebutkan

dalam beberapa derivasi disini penulis hanya menjelaskan makna Ibn, Walad, Ṣabī,

Gulām dan Dzurrīah,dan Tifl peran anak terhadap kedua orang tua ialah berbakti

terhadapnya begitu pula orang tua terhadap anaknya yang mempunyai kewajiban

merawat dan mendidik anaknya dengan baik, dari semua penjelasan yang telah

penulis paparkan hendaklah orang tua memberikan cinta dan menjadikan seorang

anak sebagai anugerah dan amanah yang harus dijaga maka dari itu pada bab III

penulis akan menjelaskan apa saja pengaruh baik anak dalam al-Qur’an terhadap

Orang tua.

55 ʻAbdul Munʾīm Ibrᾱhīm Mendidik Anak Perempuan (Jakarta:Gema Insani Press, 2005)

cet. I, h.90.

38

BAB III

KEDUDUKAN ANAK TERHADAP ORANG TUA

A. Anak adalah Anugerah yang Dipinta

Sebelum penulis masuk lebih dalam terhadap makna anak sebagai anugerah,

disini penulis paparkan beberapa makna anugerah yang terkandung dalam al-Quran

sebagai berikut:

Dalam kamus populer bahasa Indonesia anugerah adalah ganjaran, dan

karunia, sedangkan dalam Ensiklopedi Islam anugerah dalam bahasa arab yaitu

wahaba diartikan dengan memberi.

Secara etimologis kata wahaba pada mulanya digunakan sebagai lambang

terhadap kegiatan memberi sesuatu kepada orang lain, tanpa tuntutan imbalan,

orang yang memberi disebut (wᾱhib), orang yang menerima pemberian disebut

(muttahib) dan sesuatu yang diberikan disebut (Mauhūb), jika seseorang sering

memberi sesuatu pada orang lain disebut (Wahhᾱb) oleh karena itu salah satu

diantara nama Tuhan adalah Wahhᾱb (maha pemberi).

Dalam al-Quran kata tersebut digunakan untuk menunjukan arti memberi

tanpa ganti seperti dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian wahaba dalam al-

Quran juga mengahruskan adanya subjek (yang memberi) objek pertama (orang

menerima) dan objek kedua (sesuatu yang diberikan).

Penelitian terhadap ayat-ayat yang menggunakan kata wahaba dengan segala

bentuk derivasinya menunjukan bahwa bila kata itu digunakan untuk menunjukan

arti “ memberi” maka ia mengandung beberapa arti:

39

Pertama: yang memberi itu hanya Allah, baik secara langsung seperti dalam

surat Ibrahīm ayat 39, surat al- Anbiyᾱ ayat 90, surat al-An‘ᾱm ayat 84, yang

menyatakan bahwa Allah langsung menganugerahkan hikmah dan keturunan

(Ismᾱ‘īl dan Ishᾱq) kepada Ibrᾱhīm maupun secara tidak langsung seperti dalam

surat al-Anbiyᾱ ayat 72 dimana Allah memberi keturunan kepada Maryam melalui

Malaikat Jibril.

Kedua, yang diberikan itu selalu yang bernilai besar, misalnya dalam surat

al-‘Ankabūt ayat 27 diberitahukan bahwa Allah memberi anak Yahya kepada

Zakaria, dalam surat al-Syu‘arᾱ ayat 83, Allah memberi hikmah kepada Ibrᾱhīm

dan lain-lain dan dalam surat Ṣᾱd ayat 35 Sulaimᾱn meminta agar Allah memberi

kepadanya kerajaan yang tak pernah dimiliki oleh siapapun sesudahnya.

Ketiga, bahwa yang menerima pemberian itu selalu orang-orang terhormat

atau orang pilihan, seperti para nabi, orang mukmin yang saleh dan sebagainya,

misalnya dalam surat al-Anbiyᾱ ayat 72 bahwa yang menerima pemberian itu ialah

Zakaria dan ayat 90 didalam surat yang sama, yang menerima pemberian Tuhan itu

ialah Ibrᾱhīm.

Dari semua ayat yang menggunakan kata wahaba dan yang seasal dengan itu,

hanya sekali disebut yang tidak termasuk kepada ketiga butir diatas yaitu dalam

surat al-Ahzᾱb ayat 50,maksud dari kata wahaba disini bukanlah Allah yang

memberi, melainkan seorang wanita mukmin yang datang menyerahkan dirinya

kepada Rasul untuk dikawini, menurut riwayat Ibnu Sa‘ad yang diterimanya dari

Munīr b. ‘Abdillah wanita yang menyerahkan dirinya itu bernama Ummu Syarik

Ghazih bt. Jabir b. Hakīm ia menyerahkan dirinya agar dikawini oleh Rasul,

40

menurut riwayat ini, rasul menerimanya, Aisyah berkata: tidak baik seorang wanita

menawarkan dirinya kepada laki-laki maka turun ayat yang diberi julukan

mukminah kepada wanita tersebut.

Disini terdapat perbedaan dengan kata وهب dan اعطى yang juga berarti

memberi, akan tetapi, penggunaan kata اعطى ini lebih luas dari kata وهب karena

dapat digunakan untuk melambangkan arti memberi, dimana yang memberiاعطى

itu ada kalanya Allah seperti dalam surat al-Ḍuhᾱ ayat 5 yang menjelaskan bahwa

Allah lah yang akan memberi karunia nya kepada Nabi Muhammad dan adakalanya

selain Allah dalam surat al-Taubah ayat 58, disebut dalam konteks sikap orang

munafik terhadap pemberian sedekah, jika kepada orang munafik itu diberi zakat,

mereka senang, tetapi jika tidak diberi mereka langsung marah disini yang memberi

dengan kata ialah orang mukmin, yang menerima orang munafik dan yang اعطى

diberikan adalah zakat, dengan demikian dari segi arti kata wahaba dan a‘ṭᾱ adalah

sama, tetapi dari segi penggunaannya dalam al-Quran terdapat perbedaan seperti

disebut diatas.1

Sebagaimana penjelasan makna anugerah diatas ketika dikaitkan dengan

kat aAnak maka memiliki arti bahwa anak adalah anugerah yang diberikan kepada

orang tua, dan diberikan kepada orang pilihan, serta pemberian tersebut merupakan

nilai yang sangat besar.

1 Quraish Syihāb Ensiklopedia al-Quran kajian kosakata dan tafsīrnya (Jakarta:PT

Intermasa, 1997)h.1047-1048.

41

Sebagaimana firman Allah dalam surat (Qs. Ibrāhim/14: 39).

عاء ق إنه رب لسميع ٱلد ح عيل وإسح كب إسح د لله ٱلهذي وهب ل على ٱلح مح ٱلح“Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari

tua(ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha

Mendengar (memperkenankan) doa”. (QS. Ibrāhim/14: 39)

Bimbingan dan pendidikan dari orang tua kepada anak bisa optimal dengan

pengajaran dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari yang diterima oleh anak

dalam hubungannya dengan orang tuanya, karena orang tua yang paling mengetahui

karakter anaknya perkembangan emosi positif sangat penting dalam perkembangan

jiwa anak dan perkembangan itu sangat dipengaruhi oleh peran orang tua.2

Kehadiran anak memiliki dua sasaran dalam menyikapinya yaitu, Hablum

min Allah dan Hablum min al-Nᾱs dalam kehadiran anak ini menjadi sasaran dalam

bentuk syukur kita kepada Allah dan memohon bimbingan dan harapan agar anak

ini menjadi saleh dan salehah, sedangkan hablum min al-Nᾱs ini adalah sebagai

bentuk mengabarkan keberadaan anak kita untuk mengimplementasikan rasa

bahagia kita yang merupakan anjuran agama dan sekaligus sebagai bentuk berbagi

secara sosial.3

Berbeda hal nya jika seseorang yang mengalami kemandulan, dalam tafsir

Sya‘rāwī dijelaskan bahwa jika seseorang tersebut menilai hal itu sebagai

pemberian dari Allah maka dia akan menyatakan pada diri dan orang disekitarnya

tentang kerelaannya, karena mensyukuri pemberian keturunan biasanya

diungkapkan oleh pemuda yang terlambat dapat momongan, apalagi mereka yang

2 Chairinniza Graha keberhasilan anak ditangan orang tua ( Jakarta: Pt Elex Media

Komputindo Gramedia 2007) cet. I hal. 18 3 ʻAbd al- Munʾīm Ibrᾱhīm Mendidik Anak Perempuan (Jakarta:Gema Insani Press, 2005)

cet. I, h.90.

42

telah berusia lanjut, Ibrᾱhīm berkata لكب ي وهب ل عل ٱ له

ٱ لحمد لله

segala puji bagi’‘ ٱ

Allah yang telah menganugerahkan kepadaku dihari tuaku”.4

لكب makna dari kata tersebut bahwa Ibrᾱhīm memperoleh ‘Ismᾱ‘īl dan عل ٱ

Ishᾱq ketika usia sudah lanjut, kata على membuktikan bahwa kuasa Allah lebih

berperan walaupun usia telah tua, ayat ini ditutup dengan عاء دل نه رب لسميع ٱ

Atas إ

doa yang dipintanya pada ayat 37.5

Hamka dalam tafsirnya juga menafsirkan bahwa dipujinya Allah dengan

sepenuh-penuh puji, karena selalu mengaharapkan keturunan yang akan

menyambung cita-citanya, agar ajaran yang diberikan Tuhan itu putus sehingga dia

saja, ada hendaknya anak dan keturunan yang akan menyambung setelah

sepeninggalnya.6

Hal ini serupa dengan penafsiran departemen agama bahwa Ibrahim

memanjatkan puji dan syukur kepada Allah yaitu, mengabulkan doa-doanya seperti

menjadikan tanah Mekah disekitarnya sebagai tanah haram, menjadikan dia dan

sebagian keturunanya orang saleh bahkan mengangkat dua orang putranya Ismail

dan Ishaq menjadi Nabi dan Rasul, apa yang dirasakan ini dapat dimaklumi, betapa

bahagianya ia dan keluarganya setelah berusaha dengan keras.7

4 Syekh Muhammad Mutawalli al- Sya‘rāwī Tafsīr al- Sya‘rāwī khawāṭiri ḥaula al- Qurʼān

al-kaīm , penerj Zainal Arifin (Kairo: Akhbar al-Yaum,1991) jilid 7 cet. 1, h. 357.

م ربنا ليقيموا ٱلص 5 يتي بواد غير ذي زرع عند بيتك ٱلمحر بنا إن ي أسكنت من ذر ن ٱلناس تهوي إليهم وٱرزقهم لوة فٱجعل أف ر دة م

ت لعلهم يشكرون ن ٱلثمر ٣٧م

“ Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di

lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati,

ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian

manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan

mereka bersyukur” 6 Hamka Tafsīr al-Azhār ( Jakarta: Pt Pustaka Panjimas, 1983) jilid XII-XIV, h.156 7 Kementrian agama RI al-Quran dan tafsirnya (Jakarta: Departemen agama RI,2006) cet

I, jilid 5, h.178 .

43

Menurut Wahbah bahwa Nabi Ibrahim sebenarnya ingin memohon kepada

Allah agar menolong dan memerhatikan istrinya setelah dirinya meninggal kelak,

namun ia tidak menyatakan maksud nya secara eksplisit, tetapi ia mengatakan “ya

Tuhanku, sesungguhnya engkau mengetahui apa yang ada dalam hati dan pikiran

kami” ini merupakan doa untuk istri dan putranya dalam bentuk ungkapan isyarat

tidak langsung, adapun fiqih kehidupan dalam ayat ini adalah pensyariatan berdoa

untuk diri sendiri, keturunan, dan negeri tempat tinggal, bahkan seyogyanya setiap

orang yang berdoa hendaknya berdoa untuk diri sendiri, kedua orang tua dan

keturunan.8

Maragi menjelaskan bahwa Ibrahim memohon kepada Allah agar

dianugerahi anak dengan doanya.9

لحني رب ه بح ل من ٱلصه“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk

orang-orang yang saleh”. (QS. al-Ṣaffāt/37: 100)

Sebagaimana Zakaria memohon kepada Allah agar diberinya keturunan yang

baik, terdapat dalam surat Āli ‘Imrān/3:38.10

Nabi Muhammad SAW., juga mendoakan kepada pelayannya yang mana

beliau berdoa “Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya, dan berkahilah pada

apa yang engkau anugerahkan kepadanya”.

8Wahbah al-Zuhaili Tafsir al-Munīr penerj ‘abd al-Hayyi al-Kattani (Jakarta:Gema

Insani,2016), jilid 7, cetI h 254-257. 9 Ahmad mustafa al-Maraghi Tafsir al-maraghi (Semarang:

PT.CV Toha putra ,1993) jilid 13,cet 2, h 206.

٣٨ ٱلدعاء سيع إنهك طيبة ۥ قال رب هبح ل من لهدنك ذريهة هنالك دعا زكريه ربهه 10

‘’Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku

dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”.

(QS. Āli ‘Imrān/3: 38).

44

Dari berbagai penjelasan diatas disini penulis sertakan beberapa kasus yang

relevan bahwa anak itu adalah sebuah anugerah yang sangat diharapkan, penulis

mengambil kasus Inul Daratista pada tahun 2015 yang kala itu sangat

diperbincangkan di social media karena ia sangat menginginkan seorang anak

,melalui proses bayi tabung inilah cara ia dapat memiliki seorang anak.

“Tahukah dia bagaimana perjuangan saya sampai saya punya anak?”

,Mendapatkan satu anak ini saja bagi Inul teramat susah. Ada biaya yang

harus dikeluarkan dan usaha bertubi-tubi, saya dan Mas Adam ini bolak-balik

konsultasi kepada dokter. Lalu dokter menyarankan bayi tabung. Ya, kenapa

tidak coba? Mau bagaimana lagi? Tapi jalan itu pun ternyata enggak mudah.

Begitu, sejarahnya saya punya anak,” Dokter dari RS Siloam Surabaya, dr.

Aucky Hinting, PhD, yang menangani Inul “dalam proses bayi tabungnya

dapat menjadi saksi, tak ada yang namanya anak haram, melewati masa-

masa kritis, sampai saya berhasil punya anak. Saya ini kalau enggak program

bayi tabung, enggak pernah bisa punya anak. Karena ada kista dan miom di

rahim,” kata Inul.11

Istri yang belum dikaruniai keuturunan mengalami problem psikologis,

problem-problem yang dialami karena seorang ibu mengalami stress yang disebut

dengan stress infertilitas, dimana stress tersebut berasal dari tekanan lingkungan

yang mengharuskan subjek mempunyai seorang anak secara biologis, faktor lain

juga bersumber dari biaya pengobatan yang mahal, adapun gejala-gejala stress

tersebut adalah merasa tertekan denyut jantung berdetak lebih cepat apabila

mendapatkan pertanyaan sudah hamil atau belum, sedih, marah, dan lebih

emosional ketika disinggung perihal anak.

Kedua, depresi gejala-gejalanya adalah subjek merasa takut jika mereka tidak

bisa hamil, was-was, sulit tidur, merasa bersalah kepada suami karena belum bisa

11 Valesca Souisca Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “kalau enggak

bayi tabung, saya enggak bisa punya anak” diterbitkan 28 nov

2015https://www.tabloidbintang.com/berita/gosip/read/29555/inul-daratista-kalau-enggak-bayi-

tabung-saya-enggak-bisa-punya-anak .

45

hamil dan merasa malu jika bertemu degan orang-orang karena belum

hamil,gangguan pola pikir, semua subjek mengakui bahwa dalam fikiran mereka

hanya dipenuhi satu hal yaitu kapan hamil, berangggapan bahwa Allah tidak adil,

menyalahkan diri sendiri, menyalahkan suaminya dan merasa dia tidak sempurna,

perempuan yang mengalami problem psikologis mempunyai upaya-upaya untuk

mengatasi problem psikologis yang mereka alami, dengan cara memilih untuk tetap

dirumah dan menghindari keramaian, berusaha untuk tetap melakukan pengobatan

baik tradisional atau secara medis, melakukan program hamil, pasrah dan berdoa

kepada Allah SWT., dan berusaha untuk tetap bersabar.12

B. Harapan Mendapatkan Anak Yang Menjadi Penyenang Hati.

جعلنا للمتهقي إ

ة ٱعي وٱ تنا قره ه جنا وذري هنا هب لنا من ٱزو ين يقولون رب له

ماما وٱ

“Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada

kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami),

dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.(Qs. Al-

Furqān/ 25:74).

Dalam tafsīr al-Azhᾱr surat al- Furqān ayat 74 disebutkan bahwa‘Ibᾱd al-

rahmᾱn itu senantiasa bermohon kepada Tuhannya agar istri-istri mereka dan anak-

anak mereka dijadikan buah hati permainan mata, obat jerih pelerai demam,

menghilangkan segala luka dalam jiwa, penawar segala kekecewaan hati dalam

hidup.13

Menurutnya inti kekayaan adalah putera-putera yang berbakti dan berhasil

dalam hidupnya, yang akan menjadi obat hati diwaktu tenaga telah lemah, apakah

12 Nur Azizah Problem Psikologis Istri Yang Belum Dikaruniai Keturunan Di Desa Sridadi

Kecamatan Sirampog Kabupaten Brebes, Skripsi Program Studi Bimbingan dan Konseling,

(Purwakerto: IAIN Purwakerto,2016), h. 95-97. 13 ‘Abd al-Malik ‘Amrullah Tafsīr al-Azhār ( Jakarta: Pt Pustaka Panjimas, 1983) juz . h.49.

46

hasil itu? Dia berilmu dan beriman, dia beragama dan dia pun dapat menempuh

hidup dalam segala kesulitannya, dan setelah ia dewasa dapat tegak sendiri dalam

rumah tangganya, inilah anak yang akan menyambung keturunan, dan inilah

bahagia yang tidak ada habis-habisnya maka seorang ayah akan tenang menutup

mata jika ajal sampai.14

Itulah dia ‘Ibād al-rahmān orang-orang yang telah menyediakan jiwa

raganya menjadi hamba Allah dan bangga dengan penghambaan itu, mukanya

selalu tenang dan sikapnya yang lemah lembut.15

Menurut penafsiran Wahbah dijelaskan Nabi Zakaria berusia seratus tahun

dan istrinya pun dalam kaedaan mandul16, keadaan istrinya yang mandul itu saja

sudah cukup sebagai alasan untuk menolak permohonannya, meskipun begitu,

Zakaria tetap memohon kepada Allah agar dikaruniai anak dan berseru kepada

Allah dengan seruan yang perlahan, yang menggambarkan kehinaan, ketundukan

dan kepatuhan.17

Mutawalli al-Sya‘rāwī menjelaskan dalam tafsirnya sebab keinginan Zakaria

memiliki anak dilatar belakangi ketika Maryam mengatakan kepada Zakaria

(paman Maryam) bahwa rezeki yang ada padanya datang dari Tuhan sebagai

pemberi rezeki kepada siapa yang dikehendakinya, dari sisi keimanan kembali

menyentuh hatinya yang paling dalam yang menyebabkannya berkata kepada

14 Hamka Tafsīr al-Azhār,h.49. 15 Hamka Tafsīr al-Azhar h.50. 16 Tidak dapat mempunyai anak kamus indo Eddy Soetrisno Kamus Populer Bahasa

Indonesia (Jakarta,PT Ladang Pustaka Indonesia) h 422. 17Wahbah al- Zuhaili Tafsir al-Munīr , penerj ‘abd al-Hayyi al-Kattani, (Jakarta: Gema

Insani, 2016) jilid 2, juz 21-22, cet.1, h. 123.

47

dirinya sendiri: “bagaimana kalau saya memohon kepada Tuhan agar

mengabulkan keinginanku” apabila Zakaria berkata demikian jelas dia percaya

bahwa apa yang terjadi pada Maryam adalah datang dari Allah, adapun bukti lain

atas kepercayaannya, bahwa dia melihat berbagai jenis rezeki yang ada di mihrab

Maryam pada musim panas dan sebaliknya disamping itu terdapat makanan yang

sangat langka diperoleh didaerah Maryam tinggal, semua itu terjadi di Mihrabnya.18

Dia pun berdoa ketika berada didalam Mihrab هك نبة إ هة طي نك ذري رب هب ل من دله

عاء دل يع ٱ ,ya Tuhanku berilah saya disisi engkau seorang anak yang baik’‘ س

sesungguhnya engkau maha pendengar doa” perlu diperhatikan disini bahwa

permintaan nya akan seorang anak tidak sama dengan apa yang di minta oleh

manusia biasa, dia meminta keturunan yang baik sebagai bukti bahwa dia

mengetahui dan melihat banyak keturunan yang tidak baik, sebagaimana doa

Zakaria pada ayat yang lain dalam al-Quran yang akan mewarisi saya dan mewarisi

sebagian keluarga Yaʾqub (Qs.Maryam/19:6)19,Doa Zakaria ini merupakan

penjabaran baik yaitu menjadi pewaris kenabian , norma , etika, dan manhaj dijalan

Allah, dia meminta keturunan yang baik untuk misi dan tujuan yang besar.

Maksud dari Kata هب لي ya Tuhanku berilah saya, yaitu meminta sesuatu رب

tanpa imbalan, dia mengakui bahwa dia tidak memilki unsur-unsur yang

membuatnya mempunyai keturunan karena dia mempunyai istri yang sudah tua dan

wanita yang mandul, pemberian Tuhan kepada nya merupakan sebuah هبة, dari

18 Syekh Muhammad Mutawalli al- Sya‘rāwī Tafsīr al- Syaʾrawi khawāṭiri ḥaula al-

Qurʼān al-karīm penerj Zainal Arifin (Kairo: Akhbar al-Yaum,1991) jilid 2 cet. 1, h. 318. 19 Syekh Muhammad Mutawalli al- Sya‘rāwī Tafsīr al- Sya‘rāwī khawāṭiri ḥaula al-

Qurʼān al-karīm h.319

48

penjelasan ini ada hal yang penting yang harus dipahami yaitu tidak selamanya

kelengkapan unsur akibat menjadi satu kemutlakan bagi seseorang untuk memiliki

seorang anak, pada akhirnya kekuasaan Allah lah yang paling mutlak dan

menentukan segalanya.20

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang

Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang

Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia

kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan

(kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa

yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha

Kuasa” ( Qs. al- Syūra /42 : 49-50).

Maraghi menegaskan bahwa Zakaria berharap agar ia mempunyai anak Saleh

seperti Maryam, sebagai karunia dan kemurahan dari sisinya, melihat anak-anak

yang cerdas, tampaknya sangat memikat hati orang-orang yang melihatnya, dan

membuat mereka berharap agar mereka dikaruniai anak seperti mereka ( anak-anak

yang cerdas tersebut).21

Dalam tafsir Kemenag dijelaskan bahwa keinginan mereka agar anak cucu

keturunan nya menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa bukanlah karena

ingin kedudukan yang tinggi atau kekuasaan mutlak, tetapi semata-mata karena

keinginan yang tulus dan ikhlas agar penduduk dunia ini dipenuhi orang-orang yang

beriman dan bertakwa, juga bertujuan, agar anak cucu mereka melanjutkan

perjuangan menegakkan keadilan dan kebenaran, dengan demikian, walaupun

20 Syekh Muhammad Mutawalli al- Sya‘rāwī Tafsīr al- Sya‘rāwī khawāṭiri ḥaula al-

Qurʼān al-karīm h.320 21 Ahmad mustafa al-Maraghi Tafsir al-Maraghi (Semarang:PT.CV Toha putra ,1993) jilid

3 ,cet 2, h 192-193.

49

mereka sendiri telah mati, tetapi mereka tetap menerima pahala perjuangan anak-

cucu mereka.22

Sebagai penutup dari doa itu, ia memohon lagi kepada Allah agar dia

dijadikan imam daripada orang-orang yang bertakwa, setelah berdoa kepada Allah

agar istri dan anak menjadi buah hati, permainan mata karena takwa kepada Allah

maka ayah atau suami sebagai penanggung jawab menuntun istri dan anak

menempuh jalan itu, dia mendoakan dirinya sendiri agar menjadi imam berjalan

dimuka sekali menuntun mereka menuju jalan Allah.23

Al- Asy‘ats b.Qais berkata “Aku mendatangi Rasulullah bersama rombongan

Kindah, beliau bertanya kepadaku, “ Apakah kamu mempunyai anak?”, aku

menjawab “ada, anak saya baru lahir ketika saya pergi menuju kepadamu,

aku ingin kalau saja anak itu digantikan dengan makanan yang

mengenyangkan kaumku”.

Rasulullah bersabda “jangan berkata demikian, diantara mereka ada

penyejuk mata dan pahala jika mereka meninggal, karena sesungguhnya

mereka menjadi sebab kekhawatiran dan kesedihan.24

C. Anak adalah Amanah25

Amanah adalah segala sesuatu yang dipercayakan kepada manusia baik yang

menyangkut hak dirinya, hak orang lain maupun hak Allah SWT, pengertian kata

amanah disesuaikan dengan konteksnya dalam al-Quran yang memuat kata itu. ,

amanah dikaitkan dengan larangan menyembunyikan keberanian kesaksian

ataukeharusan memberikan kesaksian yang benar (Qs.al-Baqarah/2:283, kedua,

22 Departemen agama RI al-Quran dan tafsirnya (Jakarta: Departemen agama RI,2006)

jilid 3,cet I, h 55. 23 Hamka, Tafsir al-Azhar h.50 24 HR. Imam al-Tirmidzī,3774. 25 Amanat adalah suatu barang yang dipercayakan, titipan. Eddy Soetrisno Kamus Populer

Bahasa Indonesia (Jakarta,PT Ladang Pustaka Indonesia), h. 23.

50

kata amanah dikaitkan dengan keadilan atau pelaksanaan hukum secara adil (Qs.al-

Nisāʼ/4:58), kata amanah dikaitkan dengan sifat khianat (Qs. al-Anfāl/8:27).

Kata amanah jika dikaitkan dengan sifat manusia yang mampu memelihara

kemantapan (stabil)rohaninya, tidak berkeluh kesah bila ditimpa musibah dan tidak

melampaui batas jika tertimpa kesenangan (Qs.al-Ma‘ārij/70.32).

Amanah adalah sesuatu yang diberikan kepada seseorang yang dinilai

memiliki kemampuan untuk mengembannya namun dengan kemampuaannya itu ia

juga bisa menyalahgunakan amanah tersebut artinya, dari penyerahan amanah

kepada manusia adalah Allah percaya bahwa manusia mampu mengemban amanah

tersebut sesuai dengan keinginan Allah.26

Dari semua penjelasan mengenai makna amanah diatas, sudah jelas bahwa

ketika Allah memberikan seorang anak kepada orang tua maka disitulah tanggung

jawab orang tua untuk menjaga sebuah amanah dari Allah, mendidik dan

merawatnya dengan baik serta mampu memberikan perhiasan yang sangat berharga

bagi kehidupan di dunia maupun kelak di akhirat, karena titipan tentu harus

dipertanggungjawabkan dihadapan yang memilikinya, dalam diri anak terdapat dua

hal yang akan mempengaruhi kehidupan kita di dunia maupun di akhirat, satu sisi

anak akan membawa kita menuju kebahagiaan jika kita mampu mengasuh,

mendidik dan merawat sebagai titipan Allah, disisi lain anak juga dapat membawa

kita kepada kemurkaan Allah, jika kita tidak mampu merawat dan memelihara

titipan Allah tersebut dengan baik.27

26Dewan Redaksi Ensiklopedia islam Ensiklopedia islam, (Jakarta: Ichtiar BaruVan

Hoeve,1994) cet 2, h.133-134. 27 ʻAbd al- Qadīr al- Ṣalīh Buah Hati Antara Perhiasan dan Ujian Keimanan h30

51

ليكمح ن ي ها ٱلهذين ءامنوا ق وا أنفسكمح وأهح ئكة غل وقودهارا ي ها مل جارة علي ح له د شدا ظ ٱلنهاس وٱلحصون مرون ي عح علون ما ي ؤح ٱلله ما أمرهمح وي فح

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya

malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap

apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa

yang diperintahkan " ( QS. Al-Tahrīm/ 66:6).

Keluarga adalah orang yang paling butuh perhatian, penjagaan, pembinaan,

dan pendidikan,seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, maka

orangtua harus memperhatikan perkembangan potensi anak, karena pendidikan

adalah basic need bagi setiap manusia, baik pendidikan formal maupun

nonformal.28

Menurut penafsiran Wahbah bahwa Allah SWT memerintahkan kepada

kaum mukminin agar memelihara diri dan keluarga mereka dari api neraka dengan

amal perbuatan mereka, dan memelihara keluarga mereka dari neraka dengan

nasihat, didikan, bimbingan, tuntunan, dan pengajaran, hal ini menuntut konsistensi

dan komitmen total kepada hukum-hukum syara‘ baik yang berupa perintah

maupun larangan, mendorong dan memerintahkan anak dan istri untuk menunaikan

kewajiban dan menjauhi larangan serta terus memantau, mengawasi mereka.29

Dalam tafsir Kemenag dijelaskan bahwa diantara cara menyelamatkan diri

dari api neraka dengan shalat dan sabar, karena neraka itu dijaga oleh malaikat yang

keras dan kasar, yang pemimpinnya berjumlah sembilan belas malaikat , mereka

diberi kewenangan mengadakan penyiksaan didalam neraka, mereka adalah para

28 Kaharuddin Mencetak generasi anak Saleh dalam Hadis h 5 29 Wahbah al-Zuhaili Tafsir al-Munīr penerj ‘abd al-Hayyi al-Kattani,(Jakarta:Gema

Insani,2016),jilid 14, cetI h 674.

52

malaikat yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan nya dan

selalu mengerjakan apa yang diperintahkannya.30

Namun menurut Maragi mengajarkan kepada keluargamu perbuatan yang

dengannya mereka dapat menjaga diri mereka dari api neraka, dan hendaklah

membawa mereka kepada yang demikian ini dengan nasihat dan pengajaran.31

Menurut Hamka yang bermula diperingatkan agar memelihara diri sendiri

lebih dahulu, setelah itu memelihara istri dan anak-anaknya, maka hendaklah

perangai dan perilakunya dapat menjadi contoh bagi anak dan istrinya, dapatlah

hendaknya dia menjadi kemegahan dan kebanggaan bagi keluarga.32

Sebagaimana anak adalah amanah yang harus dijaga meski dalam kondisi

apapun seperti Pada tahun 2018 ini, Firda berusia 10 tahun Hafidz Indonesia 2018,

di usianya yang masih belia dan memiliki keterbatasan sebagai tuna netra, Firda

menjadi hafiz (penghapal Al Quran). Saat ini, siswi SLB Al-Fitri tersebut sudah

bisa menghapal 6 juz, Sang ayah, Yarisman, menceritakan kisah hidup Firda hingga

akhirnya menjadi hafiz. Sejak lahir, Firda sudah berbeda dari anak-anak normal

lainnya. Bahkan ahli neurologi anak, saat itu mengatakan Firda mengalami

gangguan motorik permanen sehingga tidak akan bisa berjalan. Aktivitas lainnya

pun akan terganggu. "Tapi saya tidak yakin. Saya optimis tidak ada prediksi

manusia yang sempurna dan tetap berupaya untuk kesembuhannya," ucap

Yarisman. Di usia 3 tahun, Firda akhirnya bisa berjalan. Baru pada usianya yang

30 Departemen agama RI al-Quran dan tafsirnya (Jakarta: Departemen agama RI,2006)

jilid 10,cet I, h 204. 31 Ahmad mustafa al-Maraghi Tafsir al-Maraghi (Semarang:PT.CV Toha putra ,1993) jilid

15 ,cet 2, h.272. 32 Hamka, Tafsir al-Azhar ( Jakarta: Pt Pustaka Panjimas, 1983) jilid h 310-311.

53

keempat, Firda diajari surat pendek oleh ibunya. "Saat itu belum punya Quran

(braile). Baru usia 7 tahun Firda punya Quran (braile)," ucapnya, Meski tanpa Al

Quran braile, sang ibu pantang menyerah, Dengan telaten ia mengajarkan anaknya

baca tulis baik huruf latin ataupun hijaiyah.

Bagi Yurisman, apa yang terjadi pada Firda adalah ujian dari Allah,Ia kerap

meyakinkan Firda, yang membedakannya dengan anak lain hanyalah fisik, namun

Firda bisa sukses seperti anak lainnya. "Saya yakin, melalui Al Quran, Firda bisa

menapaki masa depan yang lebih baik dibanding orangtuanya," ungkapnya.33

D. Anak Sebagai Sumber Rezeki

Nasihat dan peringatan terhadap orang tua agar tidak membunuh anak karena

miskin.

ل ية إمح لدكمح خشح ت لوا أوح ن ق ول ت قح ح زق همح نه كمح ن رح لهمح إنه وإيه ا كبريأ خطح كان ق ت ح“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.

Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu.

Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar”(QS.al-

Isrā‘/17:31)

Hamka menjelaskan pada ayat ini diingatkan jangan membunuh anak karena

takut miskin, anak tidak terbelanjai, karena perbuatan yang demikian itu hanya

terjadi pada orang jahiliah yang kepercayaan nya kepada Allah sangatlah tipis,

sedangkan lanjutan ayat ini Allah berkata: “kamilah yang memberi rezeki kamu dan

33 Reni Susanti "Firda: Kalau Bisa Melihat, Saya Ingin Lihat Al Quran"Artikel ini telah

tayang di Kompas.com dengan judul "Firda: Kalau Bisa Melihat, Saya Ingin Lihat Al Quran",1 juni

2018, https://regional.kompas.com/read/2018/06/01/08330071/firda--kalau-bisa-melihat-saya-

ingin-lihat-al-quran.

54

kepada mereka”,itu sebabnya maka pegangan hidup yang pertama ialah percaya

kepada Allah.34

Bagi pendidikan anak sendiripun sangat berbahaya jika orangtuanya

membayangkan bahwa kedatangannya kedunia ini hanyalah semata-mata akan

memberati hidupnya, sampai sekarang masih terdapat bangsa yang miskin menjual

anaknya karena tidak terberi makan, dan ada yang meracuni jiwa anak sendiri

dengan memberikan didikan yang salah karena mengharapkan jaminan hidup,

orang yang menyerahkan anaknya masuk sekolah kristen, karena pengaruh

pendidikan kolonial yang mengajarkan bahwa hidup yang teratur ialah meniru

hidup orang barat.35

Disini, Hamka menegaskan bahwa larangan membunuh anak sejak masa

kandungan sampai orang tua kecuali dengan hak, yaitu mencabut nyawa seseorang

hanya boleh apabila ada hak hakim buat membunuhnya karena dia merugikan

masyarakat, tegasnya karena ia telah salah memakai hak hidup yang diberikan

tuhan kepadanya.36

Menurut Mutawalli al- Sya‘rāwī kata pembunuhan dalam ayat ini berarti

usaha yang dilakukan untuk menghilangkan nyawa kehidupan seseorang, ia juga

berarti mematikannya, akan tetapi antara keduanya terdapat perbedaan yang harus

diperhatikan, membunuh adalah menghilangkan kehidupan seseorang dengan

merusak struktur fisik, sedangkan kematian adalah suatu proses yang dimulai

dengan berpisahnya nyawa dari raga, kemudian terjadilah pembunuhan pada fisik

34 Hamka,Tafsir al-Azhar ( Jakarta: Pt Pustaka Panjimas, 1983) jilid xv. h103. 35 Hamka, Tafsīr al-Azhār, h.104. 36 Hamka, Tafsīr al-Azhār ,h.104.

55

itu, jadi, kematian disebut untuk hilang nya nyawa secara alami, oleh sebab itu

didalam syariat tidak dinyatakan dosa besar atas orang yang mati secara alami, akan

tetapi yang membunuh dirinya sendiri itulah yang dinyatakan dosa besar.37

Adapun kata اولد dalam ayat bahasa ini menurut Sya‘rāwī digunakan untuk

laki-laki dan perempuan, akan tetapi yang masyhur dalam pengamatan sejarah

bahwa mereka hanya mengubur hidup-hidup anak perempuan tidak anak laki-

laki38,di dalam al-Quran disebutkan “ Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur

hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh” (QS.al- Takwīr /81: 8-9).

Kamilah yang akan memberi rizki kepada mereka نن نرزقكم و إيكم

, dalam ayat ini terdapat isyarat halus yang harus kita perhatikan dan pahami

agar kita dapat memberikan jawaban kepada musuh-musuh islam yang

menyebarkan isu bahwa didalam al-Quran terdapat kontradiksi, Allah mengatakan

disini, خشية إملق pada saat ayat ini turun, kefakiran belum terjadi akan tetapi

dimasa akan datang hal itu mungkin terjadi, orang yang membunuh anaknya dalam

keadaan ini bukan khawatir akan rezekinya, akan tetapi khawatir akan rezeki

anaknya dimasa mendatang, oleh sebab itu, urutan pertama yang disebutkan dalam

ayat ini adalah نن نرزقكم , hal ini disebabkan karena seorang anak dilahirkan

37 Syekh Muhammad Mutawalli al- Sya‘rāwī Tafsīr al- Sya‘rāwī khawāṭiri ḥaula al-

Qurʼān al-karīm, h. 121. 38 Syekh Muhammad Mutawalli al- Sya‘rāwī Tafsīr al- Sya‘rāwī khawāṭiri ḥaula al-

Qurʼān al-karīm ,h. 121.

56

bersama rezekinya , maka janganlah kalian khawatir akan masalah ini, karena

rezeki bukanlah urusan kalian.39

Rezeki anak-anak tersebut didahulukan atas rezeki kalian, dapat juga

dipahami dengan makna, janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena

takut miskin karena kami telah memberi kalian rezeki dengan melalui kehadiran

mereka, ayat utama ini tidak kontradiksi dan bukan pengulangan dengan ayat yang

berbunyi: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah

terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu

karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada

mereka, ( al-An-‘ām ayat 151), pada ayat ini disebutkan bahwa kami akan memberi

rezeki kepada kalian dan kepada mereka, dan diakhir ayat ini dijelaskan bahwa “

karena kemiskinan”, sedangkan dalam surat al-Isrᾱʼ ayat 31 ini dijelaskan karena

”takut kemiskinan”, dan dalam ayat ini (kami akan memberi rezeki kepadamu dan

kepada mereka) sedangkan dalam surat al- Isrāʼ (kami akan memberikan rezeki

kepada mereka dan kepada mu) perbedaan nya dikarenakan dalam surat al-

IsrāʼAllah berbicara kepada orang-orang kaya, untuk memahami al-Quran

diperlukan dzauq ( insting berbahasa) semua ayat memiliki makna yang sempurna

sesuai dengan konteksnya masing-masing, meskipun kedua ayat nampak sama

secara sepintas akan tetapi diantara keduanya terdapat perbedaan makna yang besar.

Lalu yang perlu diperhatikan dalam ayat ini yaitu, bahwa larangan ditujukan

kepada orang banyak dalam bentuk jama‘sebagaimana telah dikatakan sebelumnya

bahwa apabila jamak dihadapkan dengan perintah berbentuk jamak maka perintah

39 Syekh Muhammad Mutawalli al- Sya‘rāwī, h. 122.

57

tersebut mencakup masing-masing indvidunya, hal ini berarti, janganlah setiap

orang dari kalian membunuh setiap anak kalian.40

Kata dosa disini sama seperti kesalahan yang menunjuk kepada sesuatu yang

menyalahi kebenaran akan tetapi kesalahan itu sendiri terkadang dilakukan karena

kamu tidak mengetahui yang benar dan terkadang kamu sudah mengetahuinya

namun kau tetap melakukannya.41

Menurut Maraghi didahulukan penyebutannya dikarenakan sebagai suatu

isyarat bahwa Allah menjadikan hamba-hamba nya menjadi penyebab untuk

memperoleh rizki jadi tidak seperti yang diangan-angankan oleh sebagian orang

yang kemudian tidak mau lagi bekerja karena alasan suatu keraguan tentang

jaminan Allah atas rizki mereka.42

Menurut Hamka dapat kita ketahui yang menjadi sebab turun ayat ini ialah

kebiasaan buruk orang-orang arab jahiliah membunuh anak perempuannya karena

anak perempuan tidak mendatangkan keuntungan tidak dapat menolong ayah

bundanya dalam mencari penghidupan, bahkan sampai kepada zaman sekarang pun

masih ada orang yang merasa mendapat bala jika mendapat anak perempuan dan

bangga mendapat anak laki-laki43, menurutnya kepercayaan orang Arab sama

dengan kepercayaan orang Tionghoa, mendasarkan keluarga kepada perbapaan,

sebab itu mereka lebih suka anak laki-laki.44

40 Syekh Muhammad Mutawalli al- Sya‘rāwī Tafsīr al- Sya‘rāwī khawāṭiri ḥaula al-

Qurʼān al-karīm h.123 41 Syekh Muhammad Mutawalli al- Sya‘rāwī Tafsīr al- Sya‘rāwī h.123 42 Ahmad mustafa al-Maraghi Tafsir al-Maraghi (Semarang:PT.CV Toha putra ,1993) jilid

15 ,cet 2, h.114-115. 43 Hamka, Tafsīr al-Azhār ( Jakarta: Pt Pustaka Panjimas, 1983) juz xv. h.56 44 Hamka, Tafsīr al-Azhār, h.56.

58

Seperti kepercayaan orang Thionghoa berbeda halnya dengan apa yang

terjadi di Minangkabau dinegerinya berkeluarga,mereka lebih suka anak

perempuan, zaman sekarang banyak yang beranggapan bahwa anak adalah beban

berat, orang-orang miskin ada yang menjual anak, orang-orang kaya ada yang

mengadakan operasi pada rahim untuk mencegah agar tidak mendapatkan anak,

maka al-Quran memberikan ajaran budi agar seluruh manusia dalam segala zaman

tidak membunuh anak karena takut miskin, karena kesukaran hidup dapat diatasi.

Perhatikanlah ayat ini kembali, bersama-sama ayat sebelumnya ayat ini

melarang membunuh anak karena takut miskin, sesudah ayat 25 sampai 30 yang

menuntun orang-orang yang mampu membantu yang miskin, tersebab ayat ini

timbulah pendapat-pendapat Ulama tentang membatasi kelahiran atau keluarga

berencana45,tidak ada Ulama islam yang memperbolehkan membunuh anak, Ulama

mujtahid pun berpendapat bahwa menggugurkan anak dalam kandungan yang

bernyawa sama hal nya dengan membunuh. 46

Disini, dapatlah direnungkan betapa nilai hidup menurut agama suatu nyawa

yang wajib dipelihara, ada kehidupan maka ada rezeki, dari ayat ini dinyatakan

larangan pembunuhan anak dengan cara lain, akan tetapi sebenarnya sama, yaitu

takut kemiskinan, tidak memberikan pendidikan agama kepada anaknya walaupun

45 KB (Keluarga Berencana) atau Family Planning yang dalam bahasa arab disebut tandzim

al-nasl artinya pengaturan keturunan, bukan tahdīd al-Nasl (pembatasan keturunan) dalam arti

pemandulan (taqim) atau aborsi (isqot al-haml), KB merupakan salah satu bentuk yang

diprogramkan pemerintah sejak 1970 khusunya dalam menangani masalah pertumbuhan penduduk

yang meningkat cepat, bertujuan untuk menekan angka kelahiran dan membatasi masalah

bertambahnya penduduk, pada prinsip nya KB ini bertujuan untuk menciptakan nilai-nilai

kemaslahatan, yaitu mewujudkan kesejahteraan material dan spiritual, sehingga KB bisa dimaknai

sebagai salah satu bentuk upaya mempersiapkan generasi-generasi tangguh yang dapat diandalkan,

Zaitunah Subhan Al-Quran dan perempuan menuju kesetaraan gender dalam penafsiran

(Jakarta:PT.Prenada Media Group,2015), cet I h 103. 46 Hamka, Tafsīr al-Azhār h.56.

59

jasmani anak itu disenangkan, dizaman modern ini banyak orang tua yang

menyerahkan anak nya bersekolah yang didirikan oleh agama lain, yang memang

sengaja hendak menarik anak keluar dari agama islam yang dipeluk orang tuanya

dan masuk keagama yang diempunya di sekolahnya, banyak diluar sana yang orang

tuanya islam namun anak nya murtad, dengan perlainan agama, putuslah pertalian

dunia dan akhirat serta tidak waris mewarisi, anak yang sudah lain agamanya sudah

boleh dihitung mati.47

Menurut Wahbah Informasi tentang rezeki untuk anak-anak disini

didahulukan karena konteksnya, Allah berbicara kepada orang-orang kaya dan

menyebutkan perhatian terhadap rezeki mereka, ayat ini menunjukan bahwa Allah

lebih menyayangi hamba-hambanya dibanding seorang ayah kepada anaknya

sendiri, karena Allah melarang orang tua membunuh anaknya, sebagaimana Allah

juga menetapkan bahwa para orang tua memberi waris untuk anak-anaknya,

sedangkan orang jahiliah terdahulu tidak memberi waris untuk anak-anak

perempuan mereka.48

Dalam tafsir Kemenag disamping itu dapat dikatakan bahwa tindakan

membunuh anak karena takut kelaparan adalah berburuk sangka kepada Allah, bila

tindakan itu dilakukan karena takut malu, maka tindakan itu bertentangan dengan

nilai-nilai kemanusiaan karena mengarah pada upaya menghancurkan

kesinambungan eksistensi umat manusia di dunia, selain mengungkapkan

47 Hamka, Tafsīr al-Azhār, h.56. 48 Wahbah al-Zuhaili Tafsir al-Munīr penerj ‘abd al-Hayyi al-Kattani,(Jakarta:Gema

Insani,2016), cetI, h.85.

60

kebiasaan jahat yang dilakukan oleh orang-orang Arab dimasa jahiliah, ayat ini juga

mengungkapkan tabiat mereka yang sangat bakhil.49

‘Abdullah b. Mas‘ud bercerita “aku bertanya “Wahai Rasulullah, dosa apa

yang paling besar? Beliau menjawab, “kamu membuat tandingan bagi Allah

padahal ia telah menciptakanmu, aku bertanya lagi, lalu apalagi? Beliau

menjawab “kamu membunuh anakmu karena takut dia akan makan

bersamamu”, aku bertanya lagi, lalu apalagi? “ beliau menjawab, “kamu

berzina dengan istri tetanggamu”.( HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Zaid b. Wahab dari ‘Abdillah ia berkata “ Rasulullah SAW menuturkan

kepada kami dan beliau adalah al-Ṣadiq al-Masdūq (orang yang benar lagi

dibenarkan perkataannya), beliau bersabda “sesungguhnya seorang dari

kalian dikumpulkan penciptaanya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam

bentuk nuṭfah (bersatunya sperma dengan ovum), kemudian menjadi ‘alaqah

(segumpal darah) seperti itu pula kemudian menjadi muḍgah (segumpal

daging) seperti itu pula kemudian seorang Malaikat diutus kepadanya untuk

menipukan ruh didalamnya dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu

menuliskan rezekinya, ajalnya, amalnya dan celaka atau bahagianya, maka

tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, sesungguhnya salah

seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli surga, sehingga jarak

antara dirinya dengan surga hanya tinggal sehasta tetapi catatan (takdir)

mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka, maka dengan itu

ia memasukinya, dan sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal

dengan amalan ahli neraka, sehingga jarak antara dirinya dengan neraka

hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal

dengan amalan ahlu surga maka dengan itu ia memasukinya.50

Untuk konteks sekarang ini harus dipahami dengan mengarahkan para orang

tua untuk berkeyakinan bahwa banyak anak agar tidak dipahami secara kuantitas,

melainkan kualitas anak harus didahulukan, banyak rezeki harus dipahami dengan

memposisikan anak sebagai lahan investasi jangka panjang, dengan begitu menurut

Lutfi Nur Cahyono bukan banyak anak banyak rezeki melainkan kualitas yang

dimiliki oleh anak sebagai motivasi untuk meraih rezeki.51

49Departemen agama RI al-Quran dan tafsirnya (Jakarta: Departemen agama RI,2006) jilid

5,cet I, h 470-471. 50 Imām Abī al-Husain Muslim b. Al-Hajjāj b.Muslim al-Qusyairī al-Naisābūrī al-Jāmi‘

al-Ṣahīh kitāb al-Qadr bab Penciptaan manusia dalam perut ibu dan penulisan rezekinya, ajalnya,

amalnya, penderitaan dan kebahagiaan, (Libanon: Dār al-Fikr), juz 8, h.44. 51 Moh.Lutfi Nur Cahyono Pandangan terhadap anak dalam al-Qur’an (Uin Sunan

Kalijaga) Konsentrasi Hukum Keluarga vol.01, no2, November 2013, h. 154.

61

Jika dikaitkan pada zaman sekarang ini, sebagaimana pernyataan Lutfi Nur

Cahyono yang mana kualitas anak harus didahulukan oleh karena itu permasalahan

anak sangat diperhatikan, dalam kasus ini, salah satu cara yang dibentuk oleh

pemerintah ialah meluncurkan program Kb (keluagra berencana) bertujuan Untuk

menekan pertumbuhan jumlah penduduk, Indonesia seharusnya mencontoh negara-

negara maju, dengan semboyan “ dua anak cukup”,pada tahun 2016, Monique

Soesman dari Rutgers WFP Indonesia mengatakan, “pendidikan program KB yang

mencakup kesehatan reproduksi dan seksualitas kepada remaja di Indonesia masih

sangat kurang. Akibatnya, banyak remaja yang mengalami masalah reproduksi

dan seksualitas. “Banyak remaja yang melahirkan karena banyak remaja menikah

dengan umur di bawah 18 tahun. Kematian ibu dan bayi jadi tinggi,” Menurut

Monique, program KB yang inklusif kepada remaja dapat mencegah kehamilan

tidak diinginkan dan membantu perempuan mengatur jarak keluarga.52

E. Mencintai Anak Adalah Gharizah

Gharizah terbagi atas tiga macam yaitu naluri mempertahankan diri, naluri

melestarikan seksual dan naluri beragama.53

Menurut Eddy Soetrisno dalam kamus besar Bahasa Indonesia gharizah

adalah naluri dan insting.54

52 Dian Maharani pentingnya program KB dikenalkan kepada remaja , versi 6 november

2015 Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul pentingnya program KB dikenalkan

kepada remaja

https://lifestyle.kompas.com/read/2015/11/06/155100723/Pentingnya.Program.KB.Dikenalkan.Ke

pada.Remaja 53 Aminah Zahra, “Tipologi Anak Dalam al-Qur’an”, (Surabaya: IAIN SUNAN

AMPEL,2010), h.2.

54 Eddy Soetrisno. Kamus Populer Bahasa Indonesia (Jakarta,PT Ladang Pustaka Indonesia)

h 207

62

فضهة مقنطرة من ٱلذههب وٱلح قنطري ٱلح بنني وٱلح ت من ٱلنساء وٱلح مسوهمة زين للنهاس حب ٱلشههول ٱلح يح وٱلح

م ن ٱلح عندهۥ حسح يا وٱلله ن ح ة ٱلد ي ولك متع ٱلح ث ذ رح م وٱلح ع ن ح ب ا وٱلح

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa

yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis

emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.

Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang

baik (surga)”.(QS.Āli ‘imrān/3 :14)

Sedangkan syahwat adalah keinginan-keinginan yang menimbulkan selera

yang menarik nafsu untuk menyukainya, menurut Sya‘rāwī syahwat ialah

kecenderungan diri yang kuat untuk melakukan suatu perbuatan, apabila

diperhatikan lebih cermat, kecenderungan itu berguna untuk melanjutkan

keberadaan manusia didalam kehidupan ini, namun bila ternyata kecenderungan ini

melebihi tujuannya, maka dia akan binasa.55

Dalam tafsir Kemenag kata زين adalah Fi‘il Mᾱḍī (kata kerja telah lalu) dalam

bentuk Majhūl (bentuk pasif) artinya “ dihiaskan”, arti bahasa dalam permulaan

ayat ini ialah “ dihiaskan kepada manusia rasa suka kepada hal-hal yang diinginkan

berupa perempuan, anak, harta benda yang banyak berupa emas, perak, kuda yang

bagus , binatang ternak, dan sawah serta ladang, siapakah yang menghiaskan

kepada manusia sehingga ia menjadi suka kepada hal-hal tersebut? Dalam hal ini,

di kalangan para Ulama ada dua pendapat: pertama yang menjadikan manusia yang

suka kepada wanita, anak dan harta adalah setan karena pada akhir ayat ini bahwa

disisi Allah adalah tempat kembali yang baik, yaitu surga yang jauh lebih baik dari

harta di Dunia.56

55Hamka, Tafsīr al-Azhār ( Jakarta: Pt Pustaka Panjimas, 1983) jilid IV cet I h 117.

56 Departemen agama RI al-Quran dan tafsirnya (Jakarta: Departemen agama RI,2006)

jilid I,cet I, h 459.

63

Adapun Pendapat yang kedua yaitu, yang menjadikan manusia suka kepada

wanita, anak harta adalah Allah, juga untuk menguji kemampuan orang-orang

mukmin mengendalikan perasaan suka dan cintanya itu, tidak berlebih-lebihan

melainkan wajar dan tetap mengikuti ketentuan agama dan aturan-aturan syariat

yang benar, pendapat kedua inilah yang disetujui oleh -Jumhur Ulama.57

Perempuan (istri) dalam ayat ini mencintai istri disebutkan lebih dahulu

daripada mencintai anak-anak walaupun cinta pada istri itu dapat luntur namun

cinta pada anak-anak tidak, karena cinta pada anak jarang sekali berlebih-lebihan

seperti halnya mencintai perempuan, kedua: anak laki-laki atau perempuan, cinta

kepada anak adalah fitrah manusia, karena anak merupakan penerus keturunan dari

generasi ke generasi.58

Setelah syahwat kepada wanita lalu disebutkan daya tarik terhadap anak-

anak, sedangkan harta benda disebutkan pada urutan ketiga, karena kecintaan

manusia kepada anak lebih dominan daripada kecintaannya kepada harta, sehingga

dia berani menebus anak nya dengan harta melimpah, sekiranya manusia disuruh

memilih antara kehilangan anak dengan kehilangan harta tentu dia akan memilih

kehilangan harta, sebab cinta terhadap anak merupakan naluri yang lebih dahulu

daripada kecintaan kepada harta, dan pada ayat ini diakhiri dengan “ itulah

kesenangan hidup di dunia dan disisi Allah lah tempat kembali yang baik (Surga)”,

dengan kata lain, itulah beberapa macam syahwat yang merupakan kesenangan dan

57 Departemen agama RI al-Quran dan tafsirnya, h 460. 58 Departemen agama RI al-Quran dan tafsirnya (Jakarta: Departemen agama RI,2006)

jilid I,cet I, h 462-463.

64

perhiasan kehidupan dunia yang pasti akan berakhir, dan disisi Allah lah tempat

kembali dan pahala bagi orang yang bertakwa dan taat kepadanya.59

Menurut syaikh Wahbah dalam tafsirnya al- Munīr Didalam ayat ini, al-

Quran mengungkapkan hal-hal yang diingini dengan menggunakan kata al-

Syahwᾱt yang berarti keinginan atau kecintaan itu sendiri, hal ini termasuk

Mubalaghah atau penekanan bahwa hal-hal tersebut adalah hal-hal yang sangat

diinginkan dan disenangi.60

Hamka menjelaskan dalam ayat ini disebutkan kata al-Banīn kesukaan

karena ingin mempunyai anak, terutama anak laki-laki, yang membedakan syahwat

wanita dengan anak ialah , jika syahwat pada wanita pada kulitnya karena syahwat

kelamin atau bersetubuh, sedangkan pada batinnya ialah karena kerinduan

mendapat keturunan, menurut Hamka dalam ayat ini sudah jelas bahwa Tuhan adil

karena pada pertama disebutkan bahwa laki-laki menginginkan perempuan tetapi

pada yang kedua diterangkan bahwa laki-laki menginginkan anak laki-laki, disini

tidak disebut menginginkan anak perempuan, karena yang akan menginginkannya

bukan lagi ayahnya, tetapi ibunya, namun Rasulullah saw sangat menyayangi anak-

anak perempuannya, Fatimah al-Zahra, Ummu Kultsum dan Ruqaiyah.61

Menurut Mutawalli al-Sya‘rᾱwī bahwa dalam ayat ini tidak menggunakan

kata al-Banāt karena anak laki-laki lah yang selalu diharapkan untuk mengokohkan

serta membuat harum nama keluarga, anak laki-laki dianggap tidak akan

59 Muhammad ʾ Ali Al-Ṣabunī Cahaya al-Quran tafsir tematik surat al- Baqarah- al- anʿam

judul asli Qabas min Nūrul Qurʿan ( Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2000) cet.1 h. 110 60 Wahbah al-Zuhaili Tafsir al-Munīr penerj ‘abd al-Hayyi al-Kattani (Jakarta:Gema

Insani,2016),jilid 2, cetI, h 198. 61 Hamka, Tafsir al-Azhar ( Jakarta: Pt Pustaka Panjimas, 1983) jilid IV cet I h 119-120.

65

mendatangkan aib bagi keluarganya, Sya‘rāwī mengatakan“jadi, jika ternyata

Allah ingin menjauhkan kita dari keburukan semua ini mengapa Allah masih

menciptakannya”?, menurut Sya‘rᾱwī adalah selama Allah telah mengatakan

Zuyyina dan menjadikannya dalam bentuk pasif (yaitu tidak menyebutkan subjek

pelaku dari kata kerja ini), maka siapakah yang akan menghiasi dunia?.

Mungkin kunci kelemahan orang lain adalah harta atau hewan ternak,

mungkin saja ia tidak terpancing nafsunya ketika melihat wanita atau emas yang

berlimpah ruah, namun dia sangat mencintai anak-anaknya, sehingga cinta butanya

inilah yang akan menjadi kunci kelemahannya.

Menurut Maragi faktor-faktor penyebab mencintai anak laki-laki lebih kuat

daripada mencintai anak perempuan karena :

1. Anak laki-laki merupakan tulang punggung keturunan yang berkait

dengan dirinya, karena anak lelaki selalu diharapkan yakni kelanggengan

nama dan menjadi buah bibir orang banyak yang tetap lestari.

2. Ketika anak sudah dewasa dapat menjadi tempat bergantung ketika

orang tua mencapai usia lanjut.

3. Yang diharapkan pada anak laki-laki ialah kemuliaan yang tidak

terdapat pada anak perempuan, seperti penguasaan disiplin ilmu, pekerjaan,

kepemimpinan.

4. Pendapat yang beranggapan bahwa wanita jika sudah menikah akan

berpisah dengan keluarganya dan berkumpul dengan keluarga lain.62

62 Ahmad Mustafa al-Maraghi tafsir al-maraghi (Semarang:PT.CV Toha putra ,1993) jilid

3 ,cet 2, h .191.

66

Allah menjadikan fitrah manusia mencintai wanita dan anak -anak, karena

itulah pemuda pada awal-awal kehidupannya merasa kesulitan, karena harus

membentuk dirinya dan masa depannya, ia harus mampu membuka pintu rumah

yang didalamnya ia menjadi seorang suami dan menjadi seorang bapak, apabila ia

diberi rizki setelah merasakan kesusahan dan kesulitan maka ia menikah, lalu ingin

mendapatkan keturunan, maka bertambahlah perhatiannya kepada istrinya dan

rakus akan keselamatan nya atas keselamatan karena anak yang dikandungnya.63

Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa anak adalah anak adalah

anugerah yang sangat diharapkan oleh orang tua, sebagai amanah maka anak dan

keluarga harus dijaga agar tidak terjerumus kedalam api neraka, janganlah kalian

takut akan kemiskinan dan beranggapan bahwa karena anak lah yang dapat

menyebabkan kemiskinan tersebut, manusia dihiasi untuk mencintai anak dengan

cintanya yang disertai dengan syahwat, namun sebagaimana yang telah kita ketahui

bahwa anak memiliki pengaruh buruk yang dapat menjerumuskan orang tuanya

kedalam api neraka, berikut akan penulis paparkan.

F. Anak sebagai Perhiasan Dunia

kehadiran anak ini adalah sebagai perhiasan yang sangat indah karena itu

harus diperlakukan dengan cara yang baik-baik dan indah sesuai dengan petunjuk

dan tuntunan agama.

عند ربك ث وات خريح لح قيت ٱلصه ب يا وٱلح ن ح ة ٱلد ي و

ب نون زينة ٱلح مال وٱلح ب ٱلح ل أم وخريح

63 ʻAbd al- Qadīr al- Ṣalīh Buah Hati Antara Perhiasan dan Ujian Keimanan (Yogyakarta:

Diandra kreatif ,2017) cet.1,h. 27.

67

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-

amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu

serta lebih baik untuk menjadi harapan”. (QS.al-Kahfi/18:46).

Dalam tafsir Kemenag dijelaskan bahwa ayat ini mengabarkan kepada kita

bahwa anak itu adalah perhiasan yang harus dijadikan jalan bagi kita untuk

melakukan amal sholeh yang akan mengantarkan kita kepada ridha Allah, jika tidak

mampu diperlakukan dengan cara yang tidak baik layaknya sebagai sebuah

perhiasan yang tidak mampu mengundang pahala dan ridha Allah maka kehadiran

anak ini tentu saja akan berubah menjadi cobaan.64

Allah menjelaskan bahwa yang menjadi kebanggaan manusia di Dunia ini

adalah harta benda dan anak-anak, karena manusia sangat memperhatikan

keduanya, banyak harta dan anak dapat memberikan kehidupan dan martabat yang

terhormat kepada orang yang memilikinya, harta dan anak dapat menjadikan

seseorang Takabur dan merendahkan orang lain, Allah menegaskan bahwa

keduanya hanyalah perhiasan hidup duniawi bukan perhiasan dan bekal untuk

ukhrawi, padahal manusia sudah menyadari bahwa keduanya akan segera binasa

dan tidak patut dijadikan bahan kesombongan.

Berbeda dengan penjelasan sebelumnya dalam tafsir surat alī ‘Imrān ayat

14 yang menjelaskan bahwa anak lebih berharga dari harta sedangkan dalam urutan

ayat ini, harta didahulukan daripada anak padahal anak lebih dekat kehati manusia,

karena nya harta sebagai perhiasan lebih sempurna daripada anak, harta dapat

menolong orang tua dan anak setiap waktu dengan harta kelangsungan hidup

64 Departemen agama RI al-Quran dan tafsirnya (Jakarta: Departemen agama RI,2006)

jilid 5,cet I, h 616.

68

keturunan dapat terjamin, kebutuhan manusia terhadap harta lebih besar daripada

kebutuhannya terhadap anak.

Kemudian Allah Swt menjelaskan bahwa yang patut dibanggakan hanyalah

amal kebajikan yang buahnya dirasakan oleh manusia sepanjang zaman sampai

akhirat, amal kebajikan lebih baik pahalanya disisi Allah daripada harta dan anak-

anak yang jauh dari petunjuk Allah dan tentu menjadi pembela dan pemberi syafaat

bagi orang yang memilikinya dihari akhirat kelak ketika harta dan anak tidak lagi

bermanfaat.65

Menurut Maraghi dengan demikian karena keperluan terhadap harta lebih

dirasakan dari pada kebutuhan kepada anak-anak, menuruttnya harta merupakan

sebuah perhiasan meskipun tidak mempunyai anak, dan bukan sebaliknya, karena

orang yang mempunyai anak sedang dia tidak mempunyai harta maka orang itu

berada dalam kesengsaraan dan kemelaratan.66

Menurut ‘Abd al- Baṣīṭ ‘abd al-.‘Azīz beliau mengibaratkan jika seseorang

yang memiliki anak dia akan berhias dengan nya, bayangkan seandainya anda

sebagai tuan rumah yang akan kedatangan tamu dan anda memiliki 10 anak laki-

laki yang muda belia mengelilingi anda disamping kanan, kiri tengah dan belakang

maka anda akan mendapatkan sesuatu yang sangat berharga dari perhiasan dunia

ini, tapi disana ada yang lebih baik dari semuanya itu.67

65 Departemen agama RI al-Quran dan tafsirnya (Jakarta: Departemen agama RI,2006)

jilid 5,cet I, h 617. 66 Ahmad mustafa al-Maraghi Tafsir al-maraghi (PT.CV Toha putra semarang ,1993), jilid

15, cet 2 303-305 67 ‘Abd al- Baṣīṭ ‘abd al-.‘Azīz Tafsīr al-Kahfi ( Jakarta: Pustaka al-Sunnah ,2005)cet. 1,

h. 153-155 judul asli Tafsīr al- Qurᾱn al-Karīm Sūrat al-Kahfi Muhammad b. Ṣᾱlih al-‘Utsaimīn

69

Dikuatkan dalam tafsir al- Sya‘rᾱwī bahwasanya anak tidak akan diperoleh

kecuali dengan harta karena anak diperoleh dari pernikahan dan nafkah untuk istri,

kata perhiasan bukan merupakan kebutuhan primer, ia hanya sekedar pelengkap,

menurutnya permasalahan anak terkadang mencekik leher sebagian orang tua.68

Menurut Hamka dalam tafsir al-azhar dijelaskan pada akhir ayat ini rayuan

yang sangat indah sekali, Allah memberi peringatan bahwa harta dan anak benda

itu memang perhiasan namun perhiasan itu sangat terbatas waktunya.69

Wahbah menambahkan dalam tafsrinya bahwa perumpamaan dalam ayat ini

menunjukan betapa cepatnya dunia menghilang dan mengalami kehancuran,

adapun amal-amal saleh yang kekal berupa ketaatan kepada Allah maka pahala nya

lebih baik daripada harta yang berlimpah dan anak banyak.70

G. Anak sebagai Fitnah

Fitnah secara etimologi menurut bahasa adalah berasal dari perkataan fatanta

firdhatu wa adz-Dzahab jadi maksdunya Adzabtahumᾱ binnᾱri artinya engkau telah

melelehkan emas atau perak itu dengan api guna membedakan yang buruk dari yang

bagus ,sedangkan makna umum kata fitnah secara terminologi adalah ujian,

ternyata ada hubungan nya antara fitnah secara bahasa dan istilah, lafadz fitnah, ,

secara bahasa, fitnah berarti memperlihatkan asal dari barang tambang, secara

terminologi fitnah yaitu memperlihatkan asal hakikat dan derajat keimanan kepada

Allah SWT.

68 Syekh Muhammad Mutawalli al- Sya‘rāwī Tafsīr al- Sya‘rāwī( (Kairo: Akhbar al-

Yaum,1991) jilid 8, cet I, h 407-408. 69Hamka tafsir al-Azhar ( Jakarta: Pt Pustaka Panjimas, 1983) jilid XV, cet I, h 212 70 Wahbah al-Zuhaili Tafsir al-Munīr (Jakarta:Gema Insani,2016), jilid 8, cet I, h.258.

70

Al-Quran menggunakan kata fitnah dengan arti kezaliman dalam surat al-

Burūj ayat 10, al-Baqarah ayat 191, al-Quran menggunakan kata ini dengan

pengertian membakar orang-orang yang berdosa di neraka, dalam surat Adz-

Dzāriāt ayat 13 kata fitnah dengan arti siksaan atau hukuman misalnya digunakan

dalam surat al-Anfāl ayat 25 dinyatakan bahwa kaum Mu‘mīn bertanggung jawab

atas terpeliharanya akhlak sosial sehingga tidak turun siksaan Tuhan kalau siksaan

itu tiba, ia akan menimpa bukan hanya orang-orang yang zalim saja tetapi merata

kepada semuanya.

Kata Fitnah dengan arti cobaan atau ujian terhadap keimanan bagi orang-

orang beriman pada umumnya, bermacam wujudnya, diantaranya cobaan atau ujian

terhadap keimanan bagi orang-orang beriman pada umumnya, bermacam

wujudnya, diantaranya

a. Anak dan harta dalam surat al-Taghābūn ayat 15 dan surat al-anfāl ayat

28 karena anak dan harta yang dimiliki dapat menjauhkan pemiliknya

dari sifat takwa.

b. Kebaikan dan keburukan, kebaikan berupa: kesehatan, kekayaan

kepandaian dan sebagainya, ataupun penderitaan karena kemiskinan,

penyakit dan tekanan, semuanya merupakan cobaan keimanan yang

terdapat dalam surat al-Anbiyāʼ ayat 35 dan al-Nahl ayat 110.

c. Ilmu sihir dalam surat al-Baqarah ayat 102 dan yang sejenis dengan itu

karena ilmu sihir dapat menyengsarakan orang lain dan menjatuhkan

diri kedalam kekafiran.

d. Kezaliman dan kekacauan yang mengancam kaum Mu‘mīn dalam surat

al-Baqarah ayat 193, bahkan al-Quran menegaskan bahwa kezaliman

71

dan kekacauan keburukannya melebihi pembunuhan dalam surat al-

Baqarah ayat 217.

e. Kenikmatan hidup juga dinamakan fitnah dalam surat al-Zumar ayat

49.

f. Godaan dan pengaruh-pengaruh luar yang dapat mengarahkan orang

untuk mengikuti hawa nafsu dan bertindak melanggar ketentuan Allah

dalam surat al-Māidah ayat 48-49.71

Sedangkan dalam kamus populer Bahasa Indonesia bermakna penghinaan,

menghinakan dan memburukkan nama orang72, berdasarkan pemaparan kata fitnah

diatas jika dikaitkan kata fitnah dengan kata anak maka yang dimaksud ialah ujian

atau cobaan .

ن لدكمح فت ح لكمح وأوح و ا أمح ر عندهۥ وٱلله ة إنه م عظي أجح“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan

di sisi Allah-lah pahala yang besar”. (Qs. al- Taghᾱbūn/ 64: 15).

Dalam tafsir Kemenag Allah menerangkan bahwa cinta terhadap harta dan

anak hanyalah cobaan jika tidak berhati-hati akan mendatangkan bencana, tidak

sedikit orang karena cintanya yang berlebihan kepada harta dan anaknya berani

melanggar ketentuan agama,dalam ayat ini harta didahulukan dari anak karena

71Quraish Syihāb Ensiklopedia al-Quran kajian kosakata dan tafsīrnya (Jakarta:PT

Intermasa, 1997), h. 232. 72 Eddy Soetrisno Kamus Populer Bahasa Indonesia (Jakarta,PT Ladang Pustaka

Indonesia) h 191.

72

bencana harta itu lebih besar dalam ayat ini73 , ayat lain memiliki makna serupa

dalam surat al-anfāl ayat 28.74

Menurut wahbah Sesungguhnya harta dan anak tidak lain hanyalah ujian dan

cobaan, terkadang yang mungkin mendorong kalian melakukan hal yang haram,

tidak menunaikan hak Allah SWT., dan melakukan perbuatan dosa.75 Fitnah anak

juga dapat memalingkan atau menyibukkan menjadi penghalang seseorang dari

mengingat dan mengerjakan amal taat kepada Allah, seperti yang digambarkan oleh

Allah tentang orang munafik sehingga ia menghindarkan orang-orang beriman dari

kecenderungan76 ini dalam firman nya

ومن لله ك عن ذكر ٱ لك ول ٱودل ين ءإمنوإ ل تلهك ٱمو له

ا ٱ أي ون ي س لخ

ئك ه ٱ ل فأول ٩يفعل ذ

“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu

melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian

maka mereka itulah orang-orang yang merugi”.(QS.al-Munāfiqūn/ 63:9).

Dalam penafsirannya Wahbah mengutip penafsiran al-Rāzi yang mengatakan

bahwa ayat ini bisa dijadikan sebagai dalil untuk menyibukan diri dengan amalan-

amalan sunnah lebih utama daripada menikah, karena amalan sunnah

mendatangkan pahala yang besar sedangkan menikah mendatangkan anak dan

mengharuskan kebutuhan kepada harta, namun menurut Wahbah jika seseorang

dalam kondisi stabil (tidak ada hasrat yang hebat untuk menikah) jelas bahwa

73Departemen agama RI al-Quran dan tafsirnya (Jakarta: Departemen agama RI,2006) jilid

3,cet I, h 117. نة وأنه ٱلله 74 لدكمح فت ح لكمح وأوح و ا أمح لموا أنه ر عظيم وٱعح ٢٨ عندهۥ أجح

‘’Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan

sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar” (QS. al-Anfᾱl /8:28).

75 Wahbah al- Zuhaili Tafsir al-Munīr ,jiid 2 juz 21-22 ( Jakarta: Gema Insani, 2016) jilid

5 cet.1 h.278. 76 Larry Koenig Menanamkan disiplin dan menumbuhkan percaya diri pada anak(Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2003) cet I h,20.

73

menikah dapat membantu untuk mencapai takwa dan kesucian diri77dan diantara

hal yang dapat menghapus fitnah anak adalah ibadah puasa, shalat mengajak kepada

kebenaran dan melarang suatu kemungkaran.78

Dikuatkan oleh pendapat Maragi yang mengatakan bahwa Fitnah anak

muncul dari berbagai arah diantaranya: karunia Allah berupa anak terkadang

membuat manusia menjadi angkuh dan tidak mensyukuri nikmat Allah yang

diberikan kepadanya.79

Pada ayat ini, harta benda didahulukan atas anak-anak karena harta benda

merupakan fitnah paling besar, namun bagi orang yang mencintai dan mentaatinya

diatas kecintaan dan ketaatan kepada anak-anaknya.80

Namun menurut Hamka bahwa seharusnya anak lebih dulu disebutkan dari

pada harta , karena betapapun kaya, berlimpah-limpah harta benda jika anak tidak

ada hidup terasa masih kosong tetapi kalau anak telah ada kita pun giat mencari

harta, dan jika anak dan harta telah ada , timbullah kebanggaan hidup disini mulai

datang fitnah artinya cobaan, orang bisa lupa kepada pemberi nikmat karena

terpukau kepada nikmat itu sendiri, “buah hati pengarang jantung” demikian

ungkapan pepatah bangsa kita tentang anak, lantaran anak ,orang bisa jadi pengecut,

takut berjuang, takut mati, takut tampil untuk mengerjakan pekerjaan besar, sebab

anak mengikat kaki, menimbulkan bakhil tidak mau berkorban, tidak mau

77 Wahbah al- Zuhaili Tafsir al-Munīr ,h 279 78 Muhammad Nūr ‘Abdul al- Hᾱfiz Mendidik bersama Rasulullah ( Kairo: Dᾱr al-

Thibaʾah wa al- Nasyr al-Islamiah, 1988) cet II h.63. 79 Mustafa al-Adawī Fiqih pendidikan anak : membentuk kesalehan anak sejak dini

trj.Umar Mujtahid san Faisal Saleh,(Jakarta: Qisti Press Anggota Ikapi, 2006), h 35. 80 Ahmad mustafa al-Maraghi tafsir al-maraghi trj.Hery nur Aly,(Semarang: PT.CV Toha

putra ,1993) jilid 9 ,cet 2, h 367-368.

74

membantu sesama, tetapi anakpun kerap membawa duka cita, setelah anak-anak itu

jadi besar.

Dalam tafsir Sya‘rawi dijelaskan bahwa fitnah sebagaimana diketahui tidak

dapat dihina atau dipuji kecuali setelah melihat hasilnya, seseorang dipuji bila

berhasil dalam ujian dan dicela bila gagal, Pada awal ayat ini merupakan peringatan

yang sangat tegas, berhati-hatilah kamu agar jangan gagal dalam menempuh

ujian.81

Menurut Amirullah Syarbini Musibah adalah sesuatu (baik kesusahan

maupun kemudahan) yang dapat menjauhkan kita dari Allah sedangkan nikmat

adalah sesuatu (baik kesusahan maupun kemudahan)yang bisa mendekatkan kita

kepada Allah, jika diuji dengan kesusahan kita menjadi semakin jauh dari Allah

(menyikapi dengan rasa putus asa dan berburuk sangka)maka kita gagal

menghadapi ujian tersebut sehingga menjadi musibah, tetapi jika ujian (kesusahan)

kita semakin dekat dengan Allah dan menyikapi nya dengan berbaik sangka

evaluasi diri, bertaubat dan memperbaiki diri maka kita sukses menghadapi ujian

itu sehingga menjadi nikmat.82

Buraidah berkata, “ Rasulullah SAW., berkhutbah, lalu datang al-Hasan dan

al-Husain dengan memakai pakaian merah, mereka berjalan lalu jatuh,

kemudian Rasulullah turun dari mimbar menggendong keduanya,

meletakkan mereka didepan beliau lalu bersabda, Maha Benar Allah dan

Rasulnya, “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan

bagimu, aku melihat dua anak ini berjalan, lalu jatuh, aku tidak tahan sampai

aku memutus khutbahku dan menggendong mereka”.83

81 Syekh Muhammad Mutawalli al- Sya‘rᾱwī Tafsīr al-Sya‘rᾱwī,(Kairo: Akhbar al-

Yaum,1991) jilid 2 cet. 1, h. 316-317. 82 Amirullah Syarbini Mencetak anak hebat ,h 9. 83 Imām Muslim, Musnad al- Jāmi‘,no 1842, h. 404.

75

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya anak menjadi penyebab sifat

pelit, pengecut, bodoh, dan sedih”.84

Dari seluruh penafsiran mengenai fitnah anak diatas, disini penulis

memberikan beberapa kasus yang terjadi mengenai anak bisa menjadi fitnah bagi

orang tua .

Seperti kasus pada tahun 2016 seorang ayah yang rela mencuri demi

kehidupan seorang anak inilah alasan nya Didasari alasan kemanusiaan kepolisian

akan membebaskan ayah tujuh anak yang dikeroyok massa karena mencuri susu di

sebuah minimarket di Makassar, Sulawesi Selatan.

Kapolsekta Rappocini Kompol Mauri, Selasa mengatakan, “rencananya

Arman warga Kabupaten Gowa itu akan dibebaskan. Namun, untuk sementara dia

masih ditahan sambil menunggu luka-lukanya sembuh. "Arman hanya dikenakan

dakwaan tipiring (tindak pidana ringan) Pasal 362 tentang pencurian. Kita masih

tahan dia sambil luka-lukanya sembuh. Jangan sampai kita lepas dengan cepat,

nanti diamuk massa lagi. Kita lepas dia karena rasa kemanusiaan," ujar Kapolsek.

Mauri mengatakan,” Arman terpaksa mencuri karena desakan ekonomi. Pria itu

mencuri susu untuk memenuhi kebutuhan gizi tujuh anaknya yang masih kecil.

"Arman tidak punya pekerjaan tetap dan dia harus memenuhi kebutuhan

keluarganya. Dia terpaksa mencuri dan dari pengakuannya baru kali ini dia

melakukan hal tersebut," tambahnya. Sebelumnya diberitakan, Arman diamuk

massa setelah mencuri beberapa kaleng susu di minimarket Alfamart di Jl Pinang

Raya, Makassar. Saat melakukan aksinya, Arman tertangkap kamera CCTV

memasukkan beberapa kaleng susu. Namun setibanya di kasir, dia tidak membayar

84 Jāmi‘ al-Hadīts, no.7544, juz 8, h.367.

76

susu yang diambilnya. Saat ditagih oleh pegawai minimarket, dia malah kabur.

Akibatnya, dia menjadi bulan-bulanan massa. Nyawa Arman diselamatkan seorang

warga yang melindunginya hingga aparat Polsekta Rappocini datang di lokasi.

Dalam kasus itu, polisi menyita 10 kaleng susu merek Omela, dua kaleng susu Cap

Beruang dan dua kaleng susu merek Frisian Flag. Di sepeda motor milik Arman

juga ditemukan dua kaleng susu merek Omela dan empat kaleng susu kaleng Frisian

Flag.85

Pada tahun 2018 Seorang ibu berusia 41 tahun asal Menanggal, Kota

Surabaya, hendak menjual ginjalnya demi membeli telepon seluler untuk anaknya.

Namun upaya itu segera dicegah petugas Posko Terpadu Tanggap Bencana

Wilayah Selatan, Kota Surabaya, Senin (5/3/2018). Perempuan berinisial Ny J ini

kemudian diamankan petugas. Awalnya, Ny J dipergoki petugas ketika sedang

duduk di emperan Mal City of Tomorrow (Cito) sambil memegang potongan kardus

yang bertulis tawaran ginjal murah itu , Ny J terpaksa menawarkan ginjalnya karena

terdesak tuntutan ekonomi. Informasi lain menyebutkan, Ny J ingin memenuhi

tuntutan anaknya untuk mendapatkan ponsel baru. Padahal si anak sudah berkali-

kali dibelikan ponsel tetapi selalu hilang, Ny J diantarkan pulang setelah dinasihati

untuk tidak melanjutkan niatnya menjual ginjal. Lebih lanjut dijelaskan, ia akan

mendapat bantuan dari Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Sosial Kota

Surabaya. "Kami koordinasikan dengan pihak Kelurahan, agar si ibu bisa

mendapatkan bantuan sosial dari Pemkot Surabaya," dalam rilis posko terpadu

85 Hendra Cipto ,Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Alasan

Kemanusiaan, Polisi Bebaskan Bapak Tujuh Anak Pencuri Susu" ,diterbitkan

2016. https://regional.kompas.com/read/2016/01/05/17084801/Alasan.Kemanusiaan.Polisi.Bebas

kan.Bapak.Tujuh.Anak.Pencuri.Susu.

77

tersebut ,pihak Linmas Kota Surabaya yang tergabung dalam Posko Terpadu

enggan memberikan keterangan lebih lanjut untuk menghormati privasi Ny J dan

keluarganya.86

H. Anak bisa sebagai Musuh

Musuh dalam bahasa keagamaan adalah musuh kaum muslim yakni non-

muslim atau kaum kuffār , sehingga memerangi mereka berarti menegakkan agama

islam, musuh dalam arti kedua adalah musuh kenegaraan atau musuh politik dalam

arti musuh negara islam madinah, siapa saja islam maupun non islam yang berusaha

melawan kepemimpinan negara berarti harus diperangi, pengertian ini jelas

konteksnya adalah kenegaraan87, dalam kamus populer bahasa indonesia musuh

ialah seteru, lawan (memusuhi), melawan sebagai musuh (permusuhan), keadaan

bermusuhan.88

Musuh dalam bahasa Arab adalah عدو Berasal dari kata kerja ‘adᾱ-ya‘dū

menurut Ibn al-Fāris kata ini mengandung arti melampaui batas kewajaran atau jauh

dari akar kata ini terbentuklah Kata ‘Aduwun yang berarti musuh, karena orang

yang bermusuhan berjauhan hatinya pikiran dan fisiknya, ia pun telah mengambil

sikap yang melampaui batas-batas kewajaran yang dikarenakan didalam etika

pergaulan.89

إ ك عدو جك وٱودل نه من ٱزوين ءإمنوإ إ له

ا ٱ أي حيم ي غفور ره لله

نه ٱ

ن تعفوإ وتصفحوإ وتغفروإ فا

وإ حذروه

هك فأ ل

86 Farid Assifa Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Seorang Ibu di

Surabaya Jual Ginjal demi Beli Ponsel untuk Sang Anak" diterbitkan

2018, https://regional.kompas.com/read/2018/03/07/08513281/seorang-ibu-di-surabaya-jual-

ginjal-demi-beli-ponsel-untuk-sang-anak. 87 Hilmᾱn Laṭīf dan Zezen Zaenal Muttaqīn Islam dan Urusan Kemanusiaan: konflik

perdamaian dan Filantropi ( Jakarta: Pt Serambi Ilmu Semesta, 2015), cet.1 h.35 88 Eddy Soetrisno Kamus Populer Bahasa Indonesia (PT Ladang Pustaka Indonesia) h 453. 89 Quraish Shihab.Ensiklopedia al-Quran (Jakarta:Yayasan Bimantara,1997), h 1014.

78

“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-

anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu

terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta

mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang”. (QS.al-Tagābūn/64:14).

terdiri dari dua kata, kata ‘Adūw dan kata lakum kata ‘Adūw yang عدو ل كم

artinya musuh atau lawan, dari fi‘il ‘adᾱ-ya‘dī - ‘adwan wa ‘adᾱwanan wa

‘udwᾱnan yang berarti memusuhi membenci dan berbuat zalim, kata عدو ل كم pada

ayat 14 berarti musuh bagi kamu.

Dalam tafsir Kemenag dijelaskan maksudnya sebagian para istri dan anak-

anak bagaikan musuh, karena kadang-kadang mereka dapat memalingkan para

suami atau para ayah dari tuntunan agama atau menuntut sesuatu yang berada diluar

kemampuan sehingga akhirnya suami atau ayah itu melakukan pelanggaran.90

Sedangkkan menurut Wahbah anak dan istri adalah sebagai penghambat

dalam menjalankan kebaikan dan amal-amak saleh yang bermanfaat diakhirat

kelak, sebab dan latar belakang turunnya ayat ini adalah sejumlah orang dari

penduduk Makkah masuk islam dan ingin berhijrah, namun istri-istri dan anak-anak

mereka menghalang-halangi mereka untuk pergi berhijrah, Allah pun

memerintahkan mereka untuk berhati-hati terhadap istri-istri dan anak-anak mereka

itu, jangan sampai mereka menuruti semua kemauan para istri dan anak-anak- anak

tersebut.91

90 Departemen agama RI Al-Quran dan Tafsīrnya (Jakarta:Departemen Agama,2006) jilid

cet.I,h.149. 91 Wahbah al-Zuhaili Tafsir al-Munīr (Jakarta:Gema Insani,2016), jilid 14 , cet I, h 632.

79

Istri dan anak adakalanya membawa bahaya kehidupan keagamaan yang

berimbas pada kehidupan yang ukhrawi dan adakalanya bahaya fisik yang

berhubungan dengan keduniawian.

Menurutnya Permusuhan ini biasanya tidak terjadi kecuali sebab kekafiran

dan menghalang-halangi dari beriman, para istri dan anak bukanlah para musuh

pada sisi dzatnya, tetapi mereka adalah musuh karena sikap dan perbuatan mereka,

jadi yang menjadi musuh bukanlah diri mereka, akan tetapi sikap dan perbuatan

mereka, namun jika seorang istri dan anak melakukan perbuatan seperti musuh

maka ia adalah musuh.92

Sedangkan Maragi dalam tafsirnya bahwa anak-anak dan istri-istri itu adalah

musuh bagi bapak-bapak mereka dan suami-suami mereka yang mengahalangi

mereka dari ketaatan dan memalingkan mereka dari penunaian dakwah yang

mengandung pengangkatan urusan agama dan peninggian kalimahnya.

Permusuhan ini, permusuhan duniawi dan mengatakan “ sesungguhnya istri-

istri dan anak-anak itu terkadang mengganggu, menyengsarakan dan menyulitkan

para suami dan para bapak mereka.

Bila permusuhan ukhrawi yang dimaksudkan adalah permusuhan dunia,

maka permusuhan itu adalah permusuhan hakiki antara mereka dan mempunyai

bekas-bekasnya yang duniawi pula, kemudian Allah menunjukan kepada mereka

agar memaafkan sebagian kesalahan itu.93

92 Wahbah al-Zuhaili Tafsir al-Munīr (Jakarta:Gema Insani,2016), jilid 14 , cet I, h 632. 93Ahmad mustafa al-Maraghi tafsir al-maraghi (PT.CV Toha putra semarang ,1993) jilid 28

,cet 2, h 217-219.

80

Dalam Tafsīr al-Azhᾱr hasil dari sikap anak dan istri merupakan suatu musuh

yang menghambat cita-cita seorang Mu’min sebagai suami atau sebagai ayah,

contoh dari isteri yang jadi musuh suami akan kita temukan kelak pada hari akhir

surat al Tahrīm yaitu isteri-isteri dari dua orang Nabi, Nabi Nuh dan Nabi Luth :

lain sikap suami mereka lain pula pekerjaan mereka, contoh permusuhan dari pihak

anak bertemu pula pada Nabi Nuh ketika salah seorang dari anaknya tidak suka ikut

beliau menaiki bahtera yang telah disediakan sehingga anak itu turut tenggelam.94

Sebab itu, si anak sudah dianggap orang lain, bukan keluarga lagi, sikap isteri

dan anak-anak yang demikian samalah dengan memusuhi, tetapi karena mereka

bukanlah musuh yang harus ditentang dihadapi, Allah pun memberikan bimbingan

bagaimana cara menghadapi mereka, pertama: hendaklah memberi maaf saja ,

kedua: anggap saja seolah itu telah habis dan janganlah berputus asa , bimbinglah

mereka dengan lapang dada, moga-moga mereka akan tunduk juga akhirnya kelak,

sebab suami atau ayahnya menghadapi mereka dengan bijaksana, jika mereka

terlanjur berbuat tantangan tetapi akhirnya mereka tunduk dan patuh, maka

kesalahan mereka yang telah lalu hendaklah diampuni.95

لح فل تسح 94 ص

لك إنههۥ عمل غريح س منح أهح أعظك أن تكون من قال ينوح إنههۥ ليح إنم س لك بهۦ علح ن ما ليح لح

هلني .ٱلح

“Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang

dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu

janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya.

Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang

tidak berpengetahuan" ) Qs.Nūh /71:46).

95 Hamka tafsir al-Azhar h.44

81

Dan Allah disisnya lah pahala yang besar, begitulah halusnya didikan yang

diberikan oleh ayat, orang tidak lah langsung ditegur karena mencintai harta benda

dan anak keturunan, akan tetapi hanya diberi peringatan.

Terkadang menjerumuskan kepada perbuatan maksiat perbuatan haram yang

dilarang oleh agama, karena rasa cinta dan sayang kepada istri dan anaknya agar

keduanya hidup mewah dan senang, seorang suami atau ayah tidak segan berbuat

yang dilarang oleh agama oleh karena itu ia harus hati-hati terhadap anak dan

istrinya.96

Dalam hadis Nabi “bukanlah musuh engkau yang jika engkau bunuh dia

adalah kemenangan buat engkau dan jika engkauh yang dibunuhnya engkau

masuk syurga, tetapi, yang mungkin akan jadi musuh besar mu ialah anakmu

yang keluar dari sulbi mu sendiri, kemudian yang akan menjadi musuhmu

paling besar ialah harta benda yang engkau miliki sendiri” (HR. al- Ṭabrāni

dari Abū Mᾱlik al- asyʾarī).

Adapun dari penjelasan anak ini, bukanlah berarti mencegah orang ragu-ragu

mengurus harta benda dan anak-anaknya melainkan menyuruh berhati-hati karena

yang dituju ialah hidup yang diridhai oleh Allah. 97

غفور رحيم ١٤إون تعفوا وتصفحوا وتغفروا فإن ٱلل “Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni

(mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang” .

Di akhir ayat ini dijelaskan jika kalian memafkan kesalahan-kesalahan yang

dilakukan istri dan anak kalian dengan tidak menghukum mereka dan berlapang

dada dengan tidak memarahi, mencela dan mencerca mereka, serta meutup-nutupi

kesalahan mereka, sebagai langkah persiapan untuk memaafkan mereka,

96 Departemen agama RI Al-Quran dan Tafsīrnya 169 97 Hamka tafsir al-Azhar h. 49

82

sesungguhnya Allah SWT maha pengampun terhadap dosa para hamba nya serta

maha penyayang kepada mereka, memperlakukan mereka dengan hal yang lebih

baik dari apa yang telah mereka lakukan.98

Sebagaimana kasus pada tahun 2017 disini penulis mencantumkan kasus

anak sebagai musuh dalam bentuk dzatnya sebagai berikut: seorang anak yang

menggugat ibunya ke pengadilan dengan tuduhan hutang 1,8 miliyar pada tahun

2017 lalu, Meski dimenangkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Garut dalam

perkara gugatan perdata utang piutang, keluarga Siti Rokayah akan tetap membayar

hutang ke sang anak dan suami yang menggugatnya. "Utang mah tetap harus

dibayar, kami mau ngumpul keluarga semua bicarakan masalah ini hari ini," ujar

Asep Ruhendi, anak Amih yang jadi tergugat dua, dalam perkara dengan Handoyo

dan istrinya. Menurut Asep, besaran utang kepada Handoyo sesuai dengan yang

diterimanya adalah Rp 21,5 juta. Namun, besaran biaya yang akan dibayarkan

kepada Handoyo baru akan ditentukan bersama keluarganya yang lain.

Asep mengaku tidak terlalu kaget dengan putusan hakim yang memenangkan

dirinya dan Amih dalam perkara tersebut. Karena bukti yang diajukan Handoyo

dalam persidangan tidak kuat Majelis Hakim menolak semua gugatan Yani Suryani

dan Handoyo, suaminya, terhadap ibunya Siti Rokayah (85), alias Amih sebesar Rp

1,8 miliar dalam persidangan di Pengadilan Negeri Garut, Rabu (14/7/2017).

"Intinya semua gugatan penggugat ditolak dan penggugat jadi pihak yang kalah,

tergugat menang," ucap ketua majelis hakim Endratno Rajama usai memimpin

persidangan Rabu (14/6/2017). Yani dan Handoyo juga diwajibkan membayar biaya

98 Wahbah al-Zuhaili Tafsir al-Munīr (Jakarta:Gema Insani,2016), jilid 14 , cet I, h 632

83

perkara senilai Rp 600.000 lebih. Putusan hakim yang menolak semua gugatan pun

langsung disambut keluarga Amih. Anak-anaknya satu persatu menghampiri Amih

dan memeluknya.99

99 Ari Maulana Karang Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Meski

Menang, Keluarga Akan Bayar Utang ke Anak yang Gugat Sang Ibu" diterbitkan 14 juni,

2017, https://regional.kompas.com/read/2017/06/14/15140931/meski.menang.keluarga.akan.bayar.

utang.ke.anak.yang.gugat.sang.ibu.

84

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di bab-bab sebelumnya mengenai penafsiran

tentang anak, penulis berpendapat bahwa Ulama sepakat bahwasanya anak dapat

memberikan dan berperan sebagai pengaruh yang baik untuk kedua orangtuanya

karena anak adalah anugerah yang sangat diharapkan oleh orang tua dalam keadaan

mandul sekalipun, penyenang hati yang bukan hanya sekedar kedudukan atau

kekuasaan yang diharapkan dari seorang anak, namun semata-mata karena

keinginan tulus agar dipenuhi oleh orang bertakwa untuk melanjutkan perjuangan

dan menegakkan keadilan, selain itu, merupakan amanah yang harus dijaga dan

didik dengan baik dengan cara ṣalat dan sabar serta nasihat dan pengajaran , Allah

mengingatkan agar orang tua tidak membunuh anak karena kemiskinan, mencintai

anak merupakan naluri yang kuat,disini wanita lebih dulu disebutkan karena lebih

besar syahwatnya dibanding syahwat terhadap anak , ada dua pendapat yang

menjadikan manusia cinta kepada wanita, anak dan harta yaitu setan, karena pada

akhir ayat ini tempat kembali ialah surga yang jauh lebih baik dari dunia dan

pendapat kedua adalah Allah, untuk menguji kemampuan orang mukmin,

mengendalikan perasaan suka dan cinta dan tidak berlebih-lebihan tetap mengikuti

aturan dan syariat yang benar, dari pengaruh baik ini memberikan ikatan erat

kepada kedua orang tua dan anak, sehingga dapat menjadi pelipur lara menjadi

penerus perjuangan orang tuanya kelak.

85

Namun perlu kita ketahui, selain anak bisa menjadi sumber kebaikan untuk

orang tuanya anak juga dapat memberikan pengaruh buruk terhadap orang tua

karena anak itu merupakan perhiasan dunia semata,hiasan dalam keluarga dan

kebanggaan dunia, meskipun beberapa orang tua akan hampa jika tidak memiliki

harta dibanding tidak memiliki anak, para mufasir sepakat bahwa harta lebih

berharga dibanding anak sebagaimana penjelasan sebelumnya, namun menurut

Hamka anak seharusnya lebih dulu diprioritaskan dibanding harta jika anak tidak

ada akan terasa kosong akan tetapi jika ada anak, akan timbullah rasa semangat dan

giat dalam mencari harta dan disinilah timbul rasa kebanggaan hidup yang

mendatangkan fitnah atau cobaan bahkan bisa menjadi musuh , para mufasir

memberikan kriteria musuh sebagai berikut: menurut Wahbah musuh yang

dimaksud adalah yang menghambat dalam menjalankan amal saleh yang

bermanfaat diakhirat kelak menurut Maraghi adalah yang memalingkan mereka

dari penunaian dakwah yang mengandung peninggian kalimatnya menurut Hamka

ialah yang mencegah cita-cita seorang bapak dan menurut tafsir Kemenag ialah

yang menuntut sesuatu yang berada diluar kemampuan sehingga akhirnya suami

atau ayah itu melakukan pelanggaran, dampak-dampak buruk ini muncul

disebabkan karena ikatan orang tua kepada anak lebih diprioritaskan daripada

ikatan dengan Allah, lebih-lebih malah tidak adanya lagi ikatan dengan Allah, cinta

kepada Allah disini menjadi landasan atas perintah mencintai anak, jadi, al-Qur’an

seakan-akan memerintahkan orang tua untuk selalu mencintai dan mendidik

anaknya karena Allah SWT.

86

B. Saran

Dalam rangka melengkapi penelitian ini penulis menganggap perlu

merekomendasikan untuk dijadikan bahan penelitian lanjut penelitian studi al-

Qur’an dengan model pendekatan living Qur’an dan diharapkan bagi peneliti

selanjutnya untuk mengembangkan tema ini dengan lebih baik lagi karena ini masih

kurang membahas, dan pembahasan mengenai penafsiran ayat-ayat anak secara

mendetail, terkait tidak semua ayat penulis kaji tafsirnya dan kitab tafsir yang

penulis rujuk terbatas.

86

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

‘Abd al- ‘Aẓim, al-Hāfiẓ b.abl-Qawī Zakiyuddin al-Mundziri. Mukhtaṣar ṣahīh

Muslim. Riyâḍ: Dār Ibn Khuzaimah. 1994.

‘Abd al- ‘Azīz,‘Abdu al- Baṣīṭ. Tafsīr al-Kahfi. Jakarta: Pustaka al-Sunnah . 2005.

‘Abd al- Hᾱfiz, Muhammad Nūr. Mendidik bersama Rasulullah. Kairo:Dᾱr al-

Thibaʾah wa al- Nasyr al-Islamiah. 1988.

al-Adawī, Mustafa.Fiqih pendidikan anak : membentuk kesalehan anak sejak dini.

Jakarta: Qisti Press Anggota Ikapi. 2006.

Departemen Agama RI. al-Quran dan tafsirnya. Jakarta: Departemen agama RI.

2006.

Dewan Redaksi Ensiklopedia islam. Ensiklopedia islam. Jakarta: Ichtiar BaruVan

Hoeve. 1994.

Diana, Mutiah. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenadamedia

Group. 2010.

Fathi ,Adil Abdullah. Menjadi Ibu ideal. Jakarta: Pustaka al-Kautsar. 2003.

Halīm, ‘Abdū. kisah bapak dan anak dalam al-Quran al- abaa wal abnaa fi al-

Quran al- karīm. Jakarta Gema Insani. 2007.

Halim, Abdul, M Nipan. Anak Saleh Dambaan Keluarga. Yogyakarta:

MitraPustaka. 2003.

Hamka. tafsir al-Azhar. Jakarta: Pt Pustaka Panjimas. 1983.

Hanifah, Muhammad Nur Abdul. Mendidik Bersama Rasulullah/ Bandung: al-

Bayan. 1997.

Hasan, Hamzah. melejitkan tiga potensi dasar anak agar menjadi shaleh dan

cerdas. Jakarta: Kultum Media. 2009.

Hasyim, ‘Umār Anak Shaleh . Surabaya: PT Bina Ilmu 1990.

87

Hilmᾱn, Laṭīf dan Zezen Zainal Muttaqin. Islam dan Urusan Kemanusiaan: konflik

perdamaian dan Filantropi ,Jakarta: Pt Serambi Ilmu Semesta/ 2015.

Husain, Akhlaq. Menjadi orang tua muslim yang terhormat. Surabaya: Risalah

Gusti. 2000.

Ibrᾱhīm, ʻAbdul Munʾīm. Mendidik Anak Perempuan ,Jakarta:Gema Insani Press.

2005.

Kaharuddin. Mencetak generasi anak Saleh dalam Hadis. Yogyakarta: Deepublish

PT CV Budi Utama. 2016.

Khairiyah, Husain Thaha, MA. Konsep Ibu Teladan Kajian Pendidikan

Islam, Surabaya:Risalah Gusti, 1992.

al- Khalafi ,‘Abdul ‘Azhim b. Badawi. 40 karakteristik mereka yang dicintai Allah

berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah. Jakarta: Dᾱr al-Haq. ,2012.

Krisna, liza Agnesta. Hukum perlindungan anak panduan memahami Anak yang

berkonflik dengan hokum. Yogyakarta: Debpublish .2018 .

Larry, Koenig. Menanamkan disiplin dan menumbuhkan percaya diri pada anak.

Jakarta,Gramedia :Pustaka Utama. 2003.

Manai, Evi .kak Seto sahabat anak-anak. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2010.

al-Maraghi , Ahmad Mustafa. Tafsir al-maraghi. Semarang: PT.CV Toha

putra.1993

Mash‛ari, Anwar. Akhlak al-Quran . Surabaya: Pt Bina Ilmu. 1990.

Mutiah , Diana. Psikologi bermain anak usia dini Jakarta: Kencana prenada media

gruup. 2010.

Nur, Muhammad Abdul Hanifah. Mendidik Anak Bersama Rasulullah. al Bayan,

Bandung. 1997.

88

Perpustakaan Nasional RI. Etika Berkeluarga Bermasyarakat Dan Berpolitik

,Jakarta:Lajnah pentashihan Mushaf al-Quran. 2009.

Priati, Yati dan M.Zainal Arifin. Pesan Moral al-Quran dibalik kisah Yusuf as.

Yogyakarta: Pustaka pelajar. 2014.

Rohadi, Rahmat. Pendidikan islam dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini

Konsep dan Praktik Paud Islami. Jakarta: Rajawali Press. 2013.

Sābiq, Sayyid. Fiqh al-Sunnah al-Qāhirah . Dār al-Fattah li al-a‛lam al ‛arābī.

Al-Ṣabūnī ,Muhammad ‘Alī. Cahaya al-Quran tafsir tematik surat al- Baqarah- al-

anʿam. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.2000.

Soetrisno, Eddy. Kamus Populer Bahasa Indonesia. Jakarta,PT Ladang Pustaka

Indonesia.

Subhan, Zaitunah .Al-Quran dan perempuan menuju kesetaraan gender dalam

penafsiran. Jakarta:PT.Prenada Media Group. 2015.

al- Sya‘rāwī , Muhammad Mutawalli. Tafsīr al- Sya‘rāwī, penerj Zainal Arifin ,

Kairo: Akhbar al-Yaum. 1991.

Syarbini, Amirullah. Mencetak anak hebat ,Jakarta:Pt Media Komputindo.2014.

Syihᾱb, Quraish. Ensiklopedia al-Quran kajian kosakata dan tafsīrnya Jakarta:PT

Intermasa. 1997.

Tim Redaksi. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta:PT Gramedia

Pustaka Utama. 2012.

Wafiqni, Nafia dan Asep Ediana Latip. Psikologi Perkembangan Anak Usia MI.

Jakarta: Uin Press. 2015.

Warson , Ahmad Munawir .Kamus al-Munawwir. Surabaya:Pustaka Progresif. 1997.

al-Zuhaili, Wahbah .Tafsir al-Munīr . Jakarta:Gema Insani. 2016.

89

skripsi, tesis, dan disertasi :

Anwar, Muhammad Khoirul “Peran Keluarga Dalam Membentuk Karakter

Anak”(telaa’ah Surat an-Nahl ayat 78), Salatiga: IAIN SALATIGA, 2017.

Awaliah ,Santi “Konsep Anak dalam al-Qur’an serta implikasinya terhadap

pendidikan islam dalam keluarga”, skripsi, Yogyakarta: Uin Sunan Kalijaga,

2008.

Azizah , Nur “ Problem Psikologis Istri Yang Belum Dikaruniai Keturunan Di Desa

Sridadi Kecamatan Sirampog Kabupaten Brebes”, Skripsi Program Studi

Bimbingan dan Konseling, Purwakerto: IAIN Purwakerto,2016.

Suriadi, “Anak dan Istri Dalam Surah al-Tagābūn ayat 14-15,Skripsi,

Surabaya:UIN SUNAN AMPEL,2015.

Zahra,Aminah “Tipologi Anak Dalam al-Qur’an”, Surabaya: IAIN SUNAN

AMPEL,2010.

Jurnal :

Aeni, Nur Ani “Menanamkan Disiplin Pada Anak Melalui Dairiy Activity Menurut

Ajara Islam” Jurnal Pendidikan Islam ,vol.9, no.01,(2011).

Mentari, Annora Putri “ Presepsi Orang Tua Tentang Kekerasan Verbal pada

Anak”, Jurnal Pendidikan, vol 01, no.01, (2012).

Nurcahyono , Moh.Luthfi “ Pandangan Terhadap Anak Dalam Ajaran islam” ,

jurnal, vol 01, no 02, (2013).

Sabda , Heru Juabdin “ Konsep Pembentukan Kepribadian Anak dalam Prespektif

al-Quran” (surat Luqmān ayat 12-19) jurnal pendidikan islam,vol 6,

(November 2015).

Zahidah, Nur “Model Keluarga Bahagia Menurut Islam” Jurnal Fiqih,

No.08,(2011).

90

Laporan :

Rizal, Hamdani dan Saifuddin Zuhri Pemikiran al-Gazali tentang pendidikan

akhlak (Fakultas agama islam Muhammadiyah Surakarta), laporan penelitian,

vol XVIII no. 2, November 2006.

Website :

Cipto ,Hendra "Alasan Kemanusiaan, Polisi Bebaskan Bapak Tujuh Anak Pencuri

Susu" , versi 5 januari 2016, Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan

judul "Alasan Kemanusiaan, Polisi Bebaskan Bapak Tujuh Anak Pencuri

Susu", https://regional.kompas.com/read/2016/01/05/17084801/Alasan.Ke

manusiaan.Polisi.Bebaskan.Bapak.Tujuh.Anak.Pencuri.Susu.

Farid ,Assifa "Seorang Ibu di Surabaya Jual Ginjal demi Beli Ponsel untuk Sang

Anak" versi 7 maret 2018 Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan

judul "Seorang Ibu di Surabaya Jual Ginjal demi Beli Ponsel untuk Sang

Anak" https://regional.kompas.com/read/2018/03/07/08513281/seorang-

ibu-di-surabaya-jual-ginjal-demi-beli-ponsel-untuk-sang-anak.

Karang , Ari Maulana "Meski Menang, Keluarga Akan Bayar Utang ke Anak yang

Gugat Sang Ibu" versi 14 juni 2017, Artikel ini telah tayang

di Kompas.com dengan judul"Meski Menang, Keluarga Akan Bayar Utang

ke Anak yang Gugat Sang

Ibu" https://regional.kompas.com/read/2017/06/14/15140931/meski.menang

.keluarga.akan.bayar.utang.ke.anak.yang.gugat.sang.ibu.

Maharani , Dian pentingnya program KB dikenalkan kepada remaja, versi 6

november 2015 Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul

pentingnya program KB dikenalkan kepada remaja

https://lifestyle.kompas.com/read/2015/11/06/155100723/Pentingnya.Progr

am.KBDikenalkan.Kepada.Remaja.

Rachmaningtyas,, "Cegah Kasus KekerasanAnak,Keluarga dan Lingkungan Harus

Lebih Berperan",2016, Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul

"Cegah Kasus KekerasanAnak,Keluarga dan Lingkungan Harus Lebih

91

Berperan"https://nasional.kompas.com/read/2016/06/14/17592551/cegah.ka

sus.kekerasan.anak.keluarga.dan.lingkungan.harus.lebih.berperan.

Susanti ,Reni "Firda: Kalau Bisa Melihat, Saya Ingin Lihat Al Quran"Artikel ini

telah tayang di Kompas.com dengan judul "Firda: Kalau Bisa Melihat, Saya

Ingin Lihat al-Quran",1,juni

2018, https://regional.kompas.com/read/2018/06/01/08330071/firda--kalau-

bisa-melihat-saya-ingin-lihat-al-Qur’an.

Souisca ,Valesca “kalau enggak bayi tabung, saya enggak bisa punya anak” versi

28 nov 2015, Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “kalau

enggak bayi tabung, saya enggak bisa punya anak”

https://www.tabloidbintang.com/berita/gosip/read/29555/inul-daratista-

kalau enggak-bayi-tabung-saya-enggak-bisa-punya-anak.

Wardiantro,Glori"Mandul,SuamiPotongTanganIstriPakaiParang",versi 3 agustus

2016Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul

"Mandul,SuamiPotongTanganIstriPakaiParang". https://internasional.komp

as.com/read/2016/08/03/15250971/mandul.suami.potong.tangan istri

pakai.parang.