Upload
independent
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KONSEP SEKSUALITAS
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KebutuhanSeksualitas dan Reproduksi
Koordinator : Ns. Sari Sudarmiati, M.Kep, S.Kep.Mat
Disusun oleh :
Kartika Nurindah Prasetyanti 22020110141005
Emi Rahmawati 22020110141008
Ghilma Agustia Rohaina 22020110141010
Nurul Hidayati 22020110141011
Nunun Pratiwi 22020110141013
Intan Herdini Devi 22020110141015
Abi Nugroho 22020110141018
Garendra Graha Swandana 22020110141019
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNVERSITAS DIPONEGORO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Seksualitas merupakan bagian integral dari
kehidupan manusia. Seksualitas di definisikan sebagai
kualitas manusia, perasaan paling dalam, akrab, intim
dari lubuk hati paling dalam, dapat pula berupa
pengakuan, penerimaan dan ekspresi diri manusia sebagai
mahluk seksual. Karena itu pengertian dari seksualitas
merupakan sesuatu yang lebih luas dari pada hanya
sekedar kata seks yang merupakan kegiatan fisik
hubungan seksual. Seksualitas merupakan aspek yang
sering di bicarakan dari bagian personalitas total
manusia, dan berkembang terus dari mulai lahir sampai
kematian. Banyak elemen-elemen yang terkait dengan
keseimbangan seks dan seksualitas. Elemen-elemen
tersebut termasuk elemen biologis; yang terkait dengan
identitas dan peran gender berdasarkan ciri seks
sekundernya dipandang dari aspek biologis. Elemen
sosiokultural, yang terkait dengan pandangan masyarakat
akibat pengaruh kultur terhadap peran dan kegiatan
seksualitas yang dilakukan individu. Sedangkan elemen
yang terakhir adalah elemen perkembangan psikososial
laki-laki dan perempuan. Hal ini dikemukakan
berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang kaitannya
antara identitas dan peran gender dari aspek
psikososial. Termasuk tahapan perkembangan psikososial
yang harus dilalui oleh oleh individu berdasarkan
gendernya.
Kesehatan reproduksi merupakan keadaan seksualitas
yang sehat yang berhubungan dengan fungsi dan proses
sistem reproduksi. Seksualitas dalam hal ini berkaitan
erat dengan anatomi dan fungsional alat reproduksi atau
alat kelamin manusia dan dampaknya bagi kehidupan fisik
dan biologis manusia.
II. TUJUAN
a. Umum
Untuk mengidentifikasi kebutuhan seksualitas
dan reproduksi pada manusia.
b. Khusus
1. Untuk mengidentifikasi pengertian pengertian,
setiap tumbuh kembang, etnik legal dalam
seksualitas.
2. Untuk mengidentifikasi anatomi dan fisiologi
organ seksualitas wanita dan pria (interna &
eksterna).
3. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
berhubungan dengan seksualitas.
4. Untuk mengidentifikasi pengkajian kebutuhan
seksualitas.
5. Untuk mengidentifikasi pemeriksaan fisik
genetalia dan payudara (observasi dan palpasi).
BAB II
PEMBAHASAN
I. PENGERTIAN SEKSUALITAS
Seks merupakan kegiatan fisik, sedangkan
seksualitas bersifat total, multi-determined dan multi-
dimensi. Oleh karena itu, seksualitas bersifat holistik
yang melibatkan aspek biopsikososial kultural dan
spiritual.
Identitas seksual adalah pengenalan dasar tentang
seks diri sendiri secara anatomis yang sangat
berhubungan dengan kondisi biologis, yaitu kondisi
anatomis dan fisiologis, organ seks, hormon dan otak
dan saraf pusat. Seorang anak dapat menafsirkan secara
jelas perilaku orang lain yang sesuai dengan identitas
seksualnya, yang bagaimana seorang memutuskan untuk
menafsirkan identitas seksual untuk dirinya sendiri
atau citra diri seksual (sexual self-image) dan konsep
diri.
Peran jender berhubungan dengan bagaimana
identitas jender seseorang diekspresikan secara sosial
dalam perilaku jenis seks yang sama atau berbeda.
Identitas jender mulai berkembang sejak usia 2 hingga 3
tahun yang dipengaruhi oleh faktor biologis (embrionik
dan sistem saraf pusat), anatomi genital dan pola orang
tua terhadap anak. Dengan demikian, sebenarnya peran
jender terbina melalui pengamatan.
Dalam hal ini dapat disimpulkan, bahwa pada
dasarnya seksualitas tidak terbatas hanya di tempat
tidur atau bagian tubuh saja, tetapi merupakan ekspresi
kepribadian, perasaan fisik dan simbolik tentang
kemesraan, menghargai dan saling memperhatikan secara
timbal balik. Perilaku seksual seseorang sangat
ditentukan oleh berbagai kebutuhan, antara lain
kebutuhan akan cinta dan kasih sayang, rasa aman
psikologis, serta harga diri sebagai wanita atau pria.
Pada kondisi dimana kesehatannya mengalami gangguan,
seseorang kemungkinan besar akan mengalami gangguan
pemenuhan kemenuhan kebutuhan seksualitasnya, yang
dapat ditampilkan melalui berbagai perilaku seksual.
Tinjauan Seksual Dari Beberapa Aspek
Makna seksual dapat ditinjau dari berbagai aspek,
diantaranya:
1. Aspek Biologis
Aspek ini memandang dari segi biologi seperti
pandangan anatomi dan fisiologi dari sistem
reproduksi (seksual), kemampuan organ seks, dan
adanya hormonal serta sistem saraf yang berfungsi
atau berhubungan dengan kebutuhan seksual.
2. Aspek Psikologis
Aspek ini merupakan pandangan terhadap
identitas jenis kelamin,sebuah perasaan dari diri
sendiri terhadap kesadaran identirasnya, serta
memandang gambaran seksual atau bentuk konsep diri
yang lain.
3. Aspek Sosial Budaya
Aspek ini merupakan pandangan budaya atau
keyakinan yang berlaku di masyarakat terhadap
kebutuhan seksual serta perilaku di masyarakat.
II. PERKEMBANGAN SEKSUALITAS
Perkembangan seksualitas diawali dari masa
pranatal dan bayi, kanak-kanak, masa pubertas, masa
dewasa muda dan pertengahan umur, serta dewasa.
Masa Pranatal dan Bayi
Pada masa ini komponen fisik atau biologis sudah
mulai berkembang. Berkembangnya organ seksual mampu
merespon rangsangan, seperti adanya ereksi penis pada
laki-laki dan adanya pelumas vagina pada wanita.
Perilaku ini terjadi ketika mandi, bayi merasakan
adanya perasaan senang. Menurut Sigmund Freud, tahap
perkembangan psikoseksual pada masa ini adalah:
1. Tahap oral, terjadi pada umur 0-1 tahun.
Kepuasaan, kesenangan, atau kenikmatan dapat
dicapai dengan cara menghisap, menggigit,
mengunyah, atau uk mendapat bersuara. Anak
memiliki ketergantungan sangat tinggi dan selalu
minta dilindungi untuk mendapat rasa aman. Masalah
yang diperoleh pada tahap ini adalah masalah
menyapih dan makan.
2. Tahap anal, terjadi pada umur 1-3 tahun. Kepuasan
pada tahap ini terjadi pada saat pengeluaran
feses. Anak mulai menunjukkan keakuannya, sikapnya
sangat narsistik (cinta terhadap diri sendiri),
dan egois. Anak juga mulai mempelajari struktur
tubuhnya. Pada tahap ini anak sudah dapat dilatih
dalam hal kebersihan.
Masa Kanak-Kanak
Masa ini dibagi dalam usia toddler, prasekolah,
dan sekolah. Perkembangan seksual pada masa ini diawali
secara biologis atau fisik, sedangkan perkembangan
psikoseksual pada masa ini adalah:
1. Tahap oedipal/phalik, terjadi pada umur 3-5 tahun.
Kepuasan anak terletak pada rangsangan otoerotis,
yaitu meraba-raba, merasakan kenikmatan dari
beberapa daerah erogennya. Anak juga mulai
menyukai lain jenis. Anak laki-laki cenderung suka
pada ibunya daripada ayahnya, sebaliknya anak
perempuan lebih suka pada ayahnya. Anak mulai
dapat mengidentifikasikan jenis kelamin dirinya,
apakah laki-laki atau perempuan, belajar malalui
interaksi dengan figur orang tua, serta mulai
mengembangkan peran sesuai dengan jenis kelamin.
2. Tahap laten, terjadi pada umur 5-12 tahun.
Kepuasan anak mulai terintegrasi, mereka memasuki
masa pubertas dan berhadapan langsung pada
tuntutan sosial, seperti suka hubungan dengan
kelompoknya atau teman sebaya, dorongan libido
mulai mereda. Pada masa sekolah ini, anak sudah
banyak bertanya tentang hal seksual melalui
intetraksi dengan orang dewasa, membaca, atau
berfantasi.
Masa Pubertas
Pada masa ini sudah terjadi kematangan fisik dari
aspek seksual dan akan terjadi kematangan secara
psikososial. Terjadinya perubahan secara psikologis ini
ditandai dengan adanya perubahan citra tubuh (body
image), perhatian yang cukup besar terhadap perubahan
fungsi tubuh, pemelajaran tentang perilaku, kondisi
sosial, dan perubahan lain, seperti perubahan berat
badan, tinggi badan, perkembangan otot, bulu di pubis,
buah dada, atau menstruasi bagi wanita. Tahap yang
disebut Freud sebagai tahap genital ini terjadi pada
umur lebih dari 12 tahun. Kepuasaan anak pada tahp ini
akan kembali bangkit dan mengarah pada perasaan cinta
yang matang terhadap lawan jenis.
Masa Dewasa Muda Dan Pertengahan Umur
Pada tahap ini perkembangan secara fisik sudah
cukup dan ciri seks sekunder mencapai puncaknya, yaitu
antara umur 18-30 tahun. Pada masa pertengahan umur
terjadi perubahan hormonal, pada wanita ditandai dengan
penurunan esterogen, pengecilan payudara dan jaringan
vagina, penurunan cairan vagina, selanjutnya akan
terjadi penurunan reaksi, pada pria ditandai dengan
penurunan ukuran penis serta penurunan semen. Dari
perkembangan psikososial, sudah mulai terjadi hubungan
intim antara lawan jenis, proses pernikahan dan
memiliki anak, sehingga terjadi perubahan peran.
Masa Dewasa Tua
Perubahan yang terjadi pada tahap ini pada wanita
di antaranya adalah atropi pada vagina dan jaringan
payudara, penurunan cairan vagina, dan penurunan
intensitas orgasme pada wanita ; sedangkan pada pria
akan mengalami penurunan jumlah sperma, berkurangnya
intensitas orgasme, terlambatnya pencapaian ereksi, dan
pembesaran kelenjar prostat.
III. DIMENSI AGAMA DAN ETIK
Seksualitas juga berkaitan dengan standar
pelaksannan agama dan etik. Ide tentang pelaksanaan
seksual etik dan emosi yang berhubungan dengan
seksualitas membentuk dasar untuk pembuatan keputusan
seksual. Spektrum sikap yang ditujukan pada seksualitas
direntang dari pandangan tradisional tentang hubungan
seks hanya dalam perkawinan sampai sikap yang
memperbolehkan individu menentukan apa yang benar bagi
dirinya. Keputusan seksual yang melewati batas kode
etik individu dapat mengakibatkan konflik internal.
Beberapa pendekatan umum terhadap pembuatan
keputusan seksual etik disarankan oleh Masters,
Johnson, dan Kolodny, (1982). Dalam suatu pendekatan,
keputusan seksual didasarkan terutama pada agama. Apa
yang dianggap seseorang sebagai benar dan salah secara
seksual sangat berkaitan dengnan sikap dan keyakinan
agama. Keyakinan agama kontemporer memandang secara
berbeda terhadap nilai, perilaku dan ekspresi seksual
yang dapat diterima (Zawid, 1994). Beberapa badan
gereja besar di Amerika Serikat telah mengeluarkan
kertas pernyataan tentang seksualitas untuk menunjukkan
posisi atzu keyakinan mereka. Seseorang juga dapat
menyatakan pada public bahwa ia menyakini system
seksual tetentu tetapi berperilaku cukup berbeda secaa
pribadi. Pendekatan kedua memandang setiap tindakan
seksual antara orang dewasa yang cukup umur dalam
kehidupan pribadinya sebagai moral. Sebagian orang
percaya bahwa moral seksualitas meningkatkan
pertumbuhhan pribadi dna hubungan interpersonal.
Sedangkan oaranglain percaya bahwa morallitas tentang
tindakan seksual harus diputuskan dengan dasar situasi
di mana hal tersebut terjadi.
Akibatnya individu mempunyai perbedaan keyakinan
dan nilai seksual mereka. Michael et al (1994)membagi
responden menhjadi 3 kategori dengan dasar sikap dan
keyakinan. Individu yang masuk ked dalam kategori
“tradisional” mengatakan bahwa keyakinan keagamaan
mereka selalu memberikan pedoman perilaku seksual
mereka, dan bahwa homoseksualitas, aborsi, dan hubungan
seks pranikah dan di luar nikah selalu di anggap salah.
Kategori “relasional” berkeyakinan bahwa seks harus
menjadi bagian dari hubungan salaing mencintai tetapii
tidak harus terjadi dalam perkawinan.
Moralitas yang bersifat lebih individualistic
meluas pada tahun 1960-1970. Banyak orang mengevluasi
kembali kode moral mereka dan mulai melihat seksualitas
sebagai suatu cara ekspresi diri. Wanita mengajukan
hak-hak mereka untuk mengontrol reproduksi dan ekspresi
perasaan seksual mereka. Moralitas baru ini menekankan
kepemilikan tubuh dan perasaan seseorang, pikiran bebas
dan aktualisasi diri. Perjuangan dari tahun 1990-an
tampak sebagaimana menggabungkan moralitas
individualitas ini (tanpa kehilangan apa yang telah
dicapai) dengan ekspansi seksualitas yang lebih
monogamy. Peningkatan angka penyakit seperti gonorea,
klamidia, human papiloma virus (HPV), dan HIV telah
mempengarui penekanan kembali pada hubungan monogami.
IV. ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN SEKSUALITAS PRIA
A. Anatomi Organ Seksualitas Pria
1. Skrotum
Merupakan kantong longgar yang tersusun atas
kulit, fasia, dan otot polos yang membungkus dan
menopang testis di luar tubuh yang pada suhu
optimum untuk produksi spermatozoa. Ada otot dartos
yaitu suatu lapisan serat dalam fasia dasar yang
berkontraksi untuk membentuk kerutan pada kulit
scrotal sebagai respon terhadap udara dingin atau
eksitasi seksual. Ada dua kantong scrotal, yang
setiap scrotal berisi satu testis tunggal yang
dipisahkan oleh septum internal.
2. Testis
Merupakan organ lunak tempat spermatozoa dan
hormon pria dibentuk. Kelenjar testis, bentuknya
seperti telur, banyaknya 2 buah menghasilkan sel
mania tau sperma. Testis berbentuk oval agak
gepeng dengan panjang 4-5 cm dan diameter 2,5 cm.
Fungsi untuk menghasilkan hormon testoteron dan
sperma. Dibagian kelenjar testis ada beberapa
bagian yaitu :
a. Tunika albuginea, yaitu kapsul yang membungkus
testis yang merentang ke arah dalam yang terdiri
dari sekitar 250 lobulus.
b. Tubulus seminiferus, yaitu tempat berlangsungnya
spermatogenesis yang terlilit dalam lobulus. Di
dalamnya terdapat sel sertoli yang fungsinya adalah
memberi nutrisi pada spermatozoa yang sedang
berkembang, pembentukan hormone testosterone dan
estrogen serta produksi hormone inhibin
(negative feedback) sehingga FSH turun.
c. Duktus, yang membawa sperma matur dari testis ke
bagian eksterior tubuh.
d. Epididimis, yaitu tuba terlilit yang panjangnya
mencapai 4-6 meter yang teletak di sepanjang
sisi posterior testis. Di bagian ini menerima
sperma dari duktus aferen. Fungsi epididimis
sebagai tempat pematangan sperma. Epididimis
menyimpan sperma dan mampu mempertahankannya
sampai enam minggu. Selama enam minggu ini
sperma akan menjadi motil, matur, sempurna dan
mampu melakukan fertilisasi.
e. Duktus deferen, adalah kelanjutan dari epididimis
yang berupa tuba lurus yang terletak dalam korda
spermatic yang mengandung pembuluh darah dan
pembuluh limfatik, saraf SSO, otot kresmater dan
jaringan ikat. Duktus ini mengalir dibalik
kandung kemih bagian bawah untuk bergabung
dengan duktus ejaculator.
3. Duktus ejaculator
Merupakan tempat pertemuan pembesaran (ampula)
dibagian kedua ujung duktus deferen dan duktus
dari vesika seminalis. Panjang mencapai sekitar 2
cm dan menembus kelenjar prostat untuk bergabung
dengan uretra yang berasal dari kandung kemih.
4. Uretra
Merupakan saluran kemih yang merentang dari
kandung kemih sampai ujung penis sebagai saluran
sperma dan urine. Pengeluaran urine tidak
bersamaan dengan ejakulasi karena diatur oleh
kegiatan kontraksi prostat.
5. Kelenjar aksesoris
a. Sepasang vesikel seminalis, yang merupakan kantong
terkonvulsi (berkelok-kelok) yang bermuara
kedalam duktus ejaculator menghasilkan secret
berupa cairan kental dan basa yang kaya akan
fruktosa, yang berfungsi untuk melindungi dan
memberi nutrisi sperma, meningkatkan pH ejakulat
dan mengandung prostaglandin yang mneyebabkan
gerakan spermatozoa lebih cepat, sehingga lebih
cepat sampai ke tuba falopi. Setengah lebih
sekresi vesika seminalis adalah semen.
b. Kelenjar prostat, merupakan kelenjar yang terletak
di bawah vesika urinaria melekat pada dinding
bawah vesika urinaria di sekitar uretra bagian
atas. Kelenjar prostat kira-kira sebesar buah
kenari. Prostat mengeluarkan cairan basa yang
menyerupai susu yang menetralisir asiditas
vagina selama senggama dan meningkatkan
motilitas sperma yang optimum pada pH 6.0 sampai
6.5. Fungsi untuk menambah cairan alkalis pada
cairan seminalis berguna untuk melindungi
spermatozoa terhadap tekanan yang terdapat pada
uretra dan vagina.
c. Kelenjar bulbouretral (cowper), adalah sepasang
kelenjar kecil yang ukurannya dan bentuknya
menyerupai kacang polong. Kelenjar ini
mensekresi cairan basa yang mengandung mucus ke
dalam uretra penis untuk melumasi dan melindungi
serta ditambahkan pada semen
(spermatozoa+secret).
6. Penis
Merupakan organ yang berfungsi untuk tempat
keluar urine, semen serta sebagai organ kopulasi.
Penis terdiri dari 3 bagian, yaitu zakar, badan,
dan glans penis yang banyak mengandung ujung-ujung
saraf sensorik. Glans penis dilapisi oleh lapisan
kulit tipis berlipat yang dapat ditarik ke
proksimal, yang disebut prepusium atau kulit luar,
prepusium ini dibuang saat melakukan pembedahan
sirkumsisi. Badan penis dibentuk dari tiga massa
jaringan erektil silindris, yang terdiri dari 2
korpus kavernosum dan 1 korpus spongiosum venetral
disekitar uretra.
B. Fisiologi Reproduksi Pria
- Spermatogenesis
Pada tubulus seminiferus mengandung banyak
sel epitel germinativum yang berukuran kecil,
dinamakan spermatogenia menjadi spermatosit
membelah diri membentuk dua spermatosit yang
masing-masing mengandung 23 kromosom. Setelah
beberapa minggu menjadi spermatozoa spermatid,
pertama kali dibentuk masih mempunyai sifat umum
sel epiteloid. Kemudian sitoplasma menghilang,
spermatid memanjang menjadi spermatozoa terdiri
dari kepala, leher, badan dan ekor.
- Sperma
Setelah pembentukan tubulus seminiferus,
sperma masuk ke seminiferus selama 18 jam sampai
10 hari hingga mengalami proses pematangan.
Epididimis menyekresi cairan yang mengandung
hormone, enzim, dan gizi yang sangat penting dalam
proses pematangan sperma. Sebagian besar pada vas
deferens dan sebagian kecil di dalam epididimis.
Setelah terbentuk dalam tubuls seminiferus,
sperma membutuhkan waktu beberapa hari untuk
melewati epididimis, bergerak dari tubulus
seminiferus bagian awal epididimis selama 18 jam-
24 jam. Kedua testis dapat membentuk sperma kira-
kira 120 juta setiap hari, sejumlah kecil sperma
dapat disimpan dalam epididimis, dan sebagian
besar disimpan dalam vas deferens dan ampula vas
deferens. Testis dapat mempertahankan
fertilitasnya dalam duktus genitalis selama 1
bulan, dengan aktifitas seksual yang tinggi
penyimpanan hanya beberapa hari saja.
Motilitas dan fertilitas sperma karena
gerakan flagella melalui medium cairan sperma
normal cenderung untuk bergerak lurus berputar,
aktivitas ini ditingkatkan dalam medium netral dan
sedikit basa. Pada medium yang sangat asam dapat
mematikan sperma dengan cepat. Aktifitas sperma
meningkat bersamaan dengan peningkatan suhu dan
kecepatan metabolisme. Sperma pada traktus
genitalia wanita hanya dapat hidup 1-2 hari.
- Semen
Berasal dari vas deferens, merupakan cairan
yang terakhir diejakulasi. Semen berfungsi
mendorong sperma keluar dari duktus ejakulatorius
dan uretra, cairan dari vesikula seminalis membuat
semen lebih kental. Enzim pembeku dari cairan
prostat menyebabkan fibrinogen dari cairan
vesikula seminalis membentuk kuagulum yang lemah.
Walaupun sperma dapat hidup beberapa minggu dalam
duktus genitalia pria, setelah sperma diejakulasi
ke dalam semen jangka hidup maksimal sperma hanya
24-48 jam.
- Pengaturan fungsi reproduksi
Pengaturan fungsi reproduksi dimulai dari
sekresi hormone. Pelepasan hormone gonadotropin
(GnRH) oleh hipotalamus merangsang kelenjar
hipofisis anterior untuk menyekresi LH, hormon
perangsang LH, dan FSH. Hipotalamus melepaskan
GnRH yang diangkut ke kelenjar hipotalamus
anterior dalam merangsang pelepasan LH dan FSH
darah porta. Perangsangan hormon ini ditentukan
oleh frekuensi dari siklus sekresi dan jumlah GnRH
yang dilepaskan setiap siklus. Sekresi LH
mengikuti pelepasan GnRH dan sekresi FSH berubah
lebih lambat sebagai respons perubahan jangka
panjang GnRH.
- Pengaturan spermatogenesis
FSH melekat pada sel-sel dalam tubulus
seminifirus, pengikatan ini mengakibatkan sel
tumbuh dan mensekresi berbagai unsur spermatogenik
secara bersamaan. Testosteron berdifusi ke dalam
tubulus dalam ruang interstisial, mempunyai efek
tropic terhadap spermatogenesis. Untuk
membangkitkan spermatogenesis spermatogenesis
dibutuhkan FSH maupun testosteron, dan testosteron
dapat mempertahankan spermatogenesis untuk waktu
yang lama.
V. ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN SEKSUALITAS WANITA
A. Anatomi Organ Seksualitas Wanita
Genetalia Eksterna
Genetalia eksterna secara kesatuan disebut
vulva atau pudendum. Genetalia eksterna terdiri
dari :
1. Tundun (Mons Veneris). Bagian yang menonjol
meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan dan
lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu pada masa
pubertas.
2. Labia mayora (bibir besar), adalah dua lapisan
kulit longitudinal yang merentang kebawah dari
mons veneris dan menyatu pada sisi posterior
perineum. Labium mayor analog dengan skrotum
pada alat kelamin pria.
3. Labia minora (bibir kecil), adalah lipatan
kulit diantara labium mayora, tetapi mengandung
kelenjar sebasea dan beberapa kelenjar keringat.
Pertemuan lipatan-lipatan labia minora dibawah
klitoris disebut prepusium dan area lipatan
dibawah klitoris disebut frenulum.
4. Klitoris, homolog dengan penis pada laki-laki,
tetapi lebih kecil dan tidak memiliki mulut
uretra. Klitoris terdiri dari dua krura (akar),
satu batang dan satu glans klitoris bundar yang
banyak mengandung banyak ujung saraf dan sangat
sensitive. Batang klitoris mengandung dua
corpora kavernosum yang tersusun dari jaringan
erektil. Saat mengembung dengan darah selama
eksitasi seksual, bagian ini bertanggung jawab
untuk ereksi klitoris.
5. Vestibula, merupakan rongga yang berada di
antara labia minora, muka belakang dibatasi oleh
klitoris dan perineum. Dalam vestibula terdapat
muara-muara dari :
Liang senggama (introitus vagina)
Uretra
Kelenjar Bartolin
Klenjar Skene (parauretral) kiri dan kanan
6. Orifisium uretra, adalah jalur keluar urin dari
kandung kemih, tepi lateralnya mengandung duktus
untuk kelenjar skene yang dianggap homolog
dengan kelenjar prostat pada pria.
7. Mulut vagina, terletak dibawah orifisium
uretra. Himen (selaput dara) adalah suatu membran
yang bentuk dan ukurannya bervariasi, melingkari
mulut vagina.
8. Perineum (kerampang), yaitu kulit antara
pertemuan dua lipatan labia mayor dan anus yang
merupakan area berbentuk seperti intan yang
terbentang dari simpisis pubis di sisi anterior
sampai ke koksiks di sisi posterior dan ketuberositas
iskial di sisi lateral. Panjangnya lebih kurang 4
cm.
Genetalia Interna
Alat genetalia bagian dalam terdiri dari :
1. Ovarium, panjang 3-5 cm, lebar 2-3 cm dan
tebal 1 cm dan dengan bentuk seperti kacang
kenari, terletak kiri dan kanan uterus dibawah
tuba uterine dan terikat di sebelah belakang
oleh ligamentum latum uterus. Struktur ovarium
dilapisi epitelium germinal (permukaan) jaringan
ovarium tersusun dari :
- Medula ovarium, merupakan area terdalam yang
mengandung pembuluh darah dan limfatik,
serabut saraf, sel-sel otot polos dan sel-sel
jaringan ikat.
- Korteks, merupakan lapisan stroma luar yang
rapat, yang mengandung folikel ovarium (unit
fungsional pada ovarium).
2. Tuba falopi (dua tuba uterin), fungsi menerima
dan mentransport oosit ke uterus setelah
ovulasi, menyediakan tempat untuk pembuahan.
Panjang kira-kira 12 cm dan diameter 3-8 mm,
yang ditopang ligamen besar uterus. Fertilisasi
biasanya terjadi di 1/3 bagian atas tuba falopi.
Tuba falopi terdiri atas :
- Infundibulum, adalah bagian ujung tuba yang
terbuka ke arah abdomen dan mempunyai umbai
yang menyerupai jaring (fimbria) untuk menangkap
telur kemudian menyalurkan telur ke dalam
tuba.
- Pars interstialis, bagian yang terdapat di
dinding uterus.
- Pars ismika/ismus, bagian medial tuba yang
sempit seluruhnya.
- Pars ampularis, bagian yang berbentuk saluran
leher tempat konsepsi agak lebar.
Lumen tuba falopi dibungkus oleh epitel
kolumnar dengan silia yang panjang pada permukaan
selnya. Silia berfungsi untuk memfasilitasi
pergerakan zigot nonmotil ke arah rongga uterus
untuk berimplantasi. Ketika silia mengalami
kerusakan atau tidak mampu bergerak, embrio
dapat berimplantasi di dalam tuba falopi itu
sendiri, sehingga menimbulkan kehamilan ektopik.
3. Uterus, merupakan organ tunggal muscular dan
berongga berbentuk seperti buah pir terbalik
dengan ukuran saat tidak hamil panjang 7 cm,
lebar 5 cm, dan diameter 2-3 cm. Organ ini
terletak dalam rongga pelvis diantata rectum dan
kandung kemih. Fungsi uterus untuk menahan ovum
yang telah dibuahi selama perkembangan, ovum
yang telah keluar dari ovarium dihantarkan
melalui tuba uterine ke uterus.
Bagian-bagian uterus :
- Dinding uterus, terdiri dari bagian terluar
serosa (perimetrium), bagian tengah (meometrium)
yang merupakan lapisan otot polos dan bagian
terdalam (endometrium), bagian ini yang
menjalani perubahan siklus selama menstruasi
dan membentuk lokasi implantasi untuk ovum
yang dibuahi.
- Fundus uterus, yang merupakan bagian bundar yang
letaknya superior terhadap mulut tuba falopi
atau antara kedua pangkal saluran telur.
- Badan uterus, merupakan luas berdinding tebal
yang membungkus rongga uterus
- Serviks, merupakan leher bawah uterus yang
terkonstriksi
- Portio vaginalis, merupakan bagian serviks yang
menonjol kedalam ujung bagian atas vagina.
4. Vagina, adalah tuba fibromuskularis yang dapat
berdistansi yang merupakan jalan lahir bayi dan
aliran menstrual yang fungsinya sebagai organ
kopulasi perempuan. Ukuran vagina bervariasi
tetapi panjang sekitar 8-10 cm. Organ ini
menghadap uterus pada sudut sekitar 45o. Vagina
dilembabkan dan dilumasi oleh cairan yang
berasal dari kapiler pada dinding vaginal dan
sekresi dari kelenjar-kelenjar serviks.
B. Fisiologi Reproduksi Wanita
Fisiologi reproduksi wanita jauh lebih rumit
daripada fisiologi reproduksi pria. Tidak seperti
produksi sperma yang terus-menerus dan sekresi
tertosteron yang pada hakikatnya konstan pada pria,
pelepasan ovum bersifat intermiten dan sekresi
hormon-hormon seks wanita memperlihatkan pergeseran
siklik yang lebar. Jaringan yang dipengaruhi oleh
hormon-hormon seks ini juga mengalami perubahan
siklik, dengan yang paling jelas adalah siklus haid
bulanan. Pada setiap siklus, saluran reproduksi
wanita dipersiapkan untuk fertilisasi dan implantasi
ovum yang dibebaskan dari ovarium saat ovulasi. Jika
pembuahan tidak terjadi maka siklus berulang. Jika
pembuahan terjadi maka siklus terhenti sementara
sistem pada wanita tesebut beradaptasi untuk
memelihara dan melindungi makhluk hidup yang baru
terbentuk tersebut sampai ia berkembang menjadi
individu yang mampu hidup di luar lingkungan ibu.
Ovarium, sebagai organ reproduksi primer
wanita, melakukan fungsi ganda menghasilkan ovum
(oogenesis) dan mengeluarkan hormone seks wanita,
estrogen dan progesterone. Hormon-hormon ini bekerja
sama untuk mendorong fertilisasi ovum dan
mempersiapkan sistem reproduksi wanita untuk
kehamilan. Estrogen pada wanita mengatur banyak
fungsi serupa dengan yang dilakukan oleh
testosterone pada pria, misalnya pematangan dan
pemeliharaan keseluruhan sistem reproduksi wanita
dan membentuk karakteristik seks sekunder wanita.
Secara umum, kerja estrogen penting pada proses-
proses prakonsepsi. Estrogen penting bagi pematangan
dan pembebasan ovum, pembentukan karakteristik fisik
yang menarik secara seksual bagi pria, dan transpor
sperma dari vagina ke tempat pembuahan di tuba
uterina. Selain itu, estrogen ikut berperan dalam
perkembangan payudara dalam antisipasi menyusui.
Steroid ovarium lainnya, progesteron, penting dalam
mempersiapkan lingkungan yang sesuai untuk
memelihara mudigah/janin serta berperan dalam
kemampuan payudara untuk menghasilka susu.
Potensi reproduksi wanita terhenti selama usia
pertengahan saat menopause pada usia 45 sampai 50
tahun, siklus seksual biasanya menjadi tidak teratur
dan ovulasi tidak terjadi selama beberapa siklus
sesudah beberapa bulan sampai beberapa tahun, dan
siklus terhenti sama sekali. Hormon-hormon kelamin
wanita menghilang dengan cepat sampai hampir tidak
ada. Penyebab menopause adalah matinya ovarium.
Sepanjang kehidupan seksual seorang wanita kira-kira
400 folikel primordial, tumbuh menjadi folikel
vesikular, dan berovulasi, sementara ratusan ribu
ovum berdegenerasi.
Ketika produksi estrogen turun dibawah nilai
kritis, estrogen tidak lagi dapat menghambat
produksi FSH dan LH, juga tidak dapat merangsang
lonjakan LH dan FSH untuk menimbulkan ovulasi.
Hilangnya estrogen menimbulkan perubahan fisiologis
tubuh :
- Rasa panas ditandai dengan kemunduran kulit yang
ekstrem
- Gelisah, letih, dan ansietas
- Penurunan kekuatan pada tulang seluruh tubuh
VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKSUALITAS
1. Pertimbangan perkembangan
Proses perkembangan manusia mempengaruhi aspek
psikososial, emosianal dan biologi kehidupan yang
selanjutnya akan mempengaruhi seksualitas individu.
Sejak lahir, gender, atau seks mempengaruhi perilaku
individu sepanjang kehidupannya.
2. Kebisaan hidup sehat dan kondisi kesehatan
Tubuh, jiwa da emosi yang sehat merupakan
persyaratan utama untuk dapat mencapai kepuasan
seksual. Trauma atau stres dapat mempengaruhi
kemampuan individu untuk melakukan kegiatan atau
fungsi kehidupan sehari-hari yang tentunya juga
mempengaruhi ekspresi seksualitasnya, termasuk
penyakit. Kebiasaan tidur, istirahat, gizi yang
adekuat dan pandangan hidup yang positif
mengkontribusi pada kehidupan seksual yang
membahagiakan.
3. Peran dan hubungan
Kualitas hubungan seseorang dengan pasangan
hidupnya sangat mempengaruhi kualitas hubungan
seksualnya. Cinta dan rasa percaya merupakan kunci
utama yang memfasilitasi rasa nyaman seseorang
terhadap seksualitas dan hubungan seksualnya dengan
seseorang yang dicintai dan dipercayainya.
4. Konsep diri
Pandangan individu terhadap dirinya sendiri
mempunyai dampak langsung terhadap seksualitas.
5. Budaya, nilai dan keyakinan
Faktor budaya termasuk pandangan masyarakat
tentang seksualitas dapat mempengaruhi individu. Tiap
budaya mempuyai norma-norma tertentu tentang
identitas dan perilaku seksual. Budaya turut
menentukan lama hubungan seksual, cara stimulasi
seksual, dan hal lain terkait dengan kegiatan
seksual.
6. Agama
Pandangan agama tertentu diajarkan, ternyata
berpengaruh terhadap ekspresi seksuallitas seseorang.
Konsep tentang keperawanan, dapat diartikan sebagai
kesucian dan kegiatan seksual dianggap dosa, untuk
agama tertentu.
7. Etik
Seksualitas yang sehat menurut Taylor, Lillis &
Le Mone (1997) tergantung pada terbebasnya individu
dari rasa bersalah dan ansietas. Sebenarnya yang
penting dipertimbangkan adalah rasa nyaman terhadap
pilihan ekspresi seksual yang sesuai, yang hanya bisa
dicapai apabila bebas dari rasa bersalah dan perasaan
cemas.
VII. PENGKAJIAN
A. Faktor yang Mempengaruhi Seksualitas
Keinginan seksual beragam diantara individu:
sebagian orang menginginkan dan menikmati seks setiap
hari, sementara yang lainnya menginginkan seks hanya
sekali satu bulan, dan yang lainnya lagi tidak
memiliki keinginan seksual sama sekali dan cukup
merasa nyaman dengan fakta tersebut. Keinginan
seksual menjadi masalah jika semata-maata
menginginkan untuk merasakan keinginan hubungan seks
lebih sering, jika keyakinan klien adalah penting
untuk melakukannnya pada beberapa norma kultur, atau
jika perbedaan dalam keinginan seksual dari pasangan
menyebabkan konflik.
a. Faktor fisik
Klien dapat mengalami penurunan keinginan
seksual karena alasan fisik. Aktivias seksual
dapat menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan.
Bahkan hanya membayangkan bahwa seks dapat
menyakitkan sudah menurunkan keinginan seks.
Penyakit minor dan keletihan adalah alasan
seseorang untuk tidak merasakan seksual. Medikasi
dapat mempengaruhi keinginan seksual. Citra tubuh
yang buruk, terutama ketika diperburuk oleh
perasaan penolakan atau pembedahan yang mengubah
bentuk tubuh, dapat menyebabkan klien kehilangan
perasaannya secara seksual.
b. Faktor hubungan
Masalah dalam berhubungan dapat mengalihkan
perhatian seseorang dari keinginan seks. Setelah
kemesraan hubungan telah memudar, pasangan mungkin
mendapati bahwa mereka dihadapkan pada perbedaan
yang sangat besar dalam nilai atau gaya hidup
mereka. Tingkat seberapa jauh mereka masih merasa
dekat satu sama lain dan berinteraksi pada tingkat
intim bergantung pada kemampuan mereka untuk
bernegosiasi dan berkompromi. Keterampilan seperti
ini memainkan peran yang sangat penting ketika
menghadapi keinginan seksual dalam berhubungan.
Penurunan minat dalam aktivitas seksual dapat
mengakibatkan ansietas hanya karena harus
mengatakan kepada pasangan perilaku seksual apa
yang diterima atau menyenangkan.
c. Faktor gaya hidup
Faktor gaya hidup, seperti penggunaan atau
penyalahgunaan alcohol atau tidak punya waktu
untuk mencurahkan perasaan dalam berhubungan,
dapat mempengaruhi keinginan seksual. Dahulu
perilaku seksual yang dikiatkan dengan periklanan,
alcohol dapat menyebabkan rasa sejahtera atau
gairah palsu dalam tahap awal seks. Namun
demikian, banyak bukti sekarang ini menunjukkan
bahwa efek negatif alcohol terhadap seksualitas
jauh melebihi cuforia yang mungkin dihasilkan pada
awalnya.
Menemukan waktu yang tepat untuk aktivitas
seksual adalah factor gaya hidup yang lain.
Sebagian klien tidak mengetahui bagaimana
menetapkan waktu bekerja dan di rumah untuk
mencakupkan perilaku seksual. Pasangan yang
bekerja, misalnya mungkin merasa terlalu terbeban
sehingga mereka cumbuan seksual dari pasangannya
sebagai tuntutan tambahan bagi mereka. Klien
seperti ini sering mengungkapkan bahwa mereka
perlu waktu untuk menyendiri untuk berpikir dan
istirahat sebagai hal yang lebih penting dari
seks. Individu yang lain mungkin tidak memiliki
pasangan seksual.
d. Faktor harga diri
Tingkat harga diri klien juga dapat
menyebabkan konflik yang melibatkan seksualitas.
Jika harga diri seksual tidak pernah dipelihara
dengan mengembangkan perasaan yang kuat tentang
seksual diri dan dengan mempelajari keterampilan
seksual, seksualitas mungkin menyebabkan perasaan
negatif atau menyebabkan tekanan perasaan seksual.
Harga diri seksual dapat menurunkan dalam banyak
cara. Perkosaan, inses, dan penganiayaan fisik
atau emosi meninggalkan luka yang dalam. Rendahnya
harga diri seksual dapat juga diakibatkan oleh
kurang adekuatnya pendidikan seks, model peran
yang negative dan upaya untuk hidup dalam
pengharapan pribadi atau kultural yang tidak
realistik. Mungkin ada baiknya untuk menggali
factor fisik, hubungan, gaya hidup, dan harga diri
secara lebih mendalam bergantung pada aspek lain
dari pengkajian.
B. Riwayat Kesehatan Seksual
Setiap riwayat keperawatan, apakah riwayat
tersebut dikumpulkan di klinik, rumah sakit, atau
kantor praktisi harus mencakup beberapa pertanyaan
yang berkaitan dengan seks untuk menentukan apakah
klien mempunyai masalah atau kekhawatiran seksual.
Pernyataan ini dapat dipadukan ke dalam wawancara
sistem dan ditunjukkan dengan cara rutin. Perawat
harus mengetahui alasan dari pertanyaan dan mampu
memberikan penjelasan tentang rasional atau alasan
tersebut kepada klien ketika klien menanyakannya.
Menanyakan informasi hanya semata-mata untuk memenuhi
rasa keingintahuan adalah suatu hal yang tidak tepat.
Suatu pernyataan pembukaan seperti “Seks adalah
bagian yang penting dalam kehidupan kita dan
sebaliknya. Untuk lebih memahami dengan baik tentang
kesehatan anda, penting artinya untuk mengetahui ….”
Adalah contoh yang baik untuk digunakan. Pertanyaan
lainnya yang dapat diajukan kepada orang dewasa
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perasaan Anda tentang bagian seksual
dari hidup Anda?
2. Apakah Anda memperhatikan adanya perubahan dalam
cara Anda merasakan tentang diri Anda sebagai
pria, wanita, suami atau istri?
3. Bagaimana penyakit, medikasi, atau pembedahan yang
Anda alami telah mempengaruhi kehidupan seks Anda?
4. Bukan hal yang tidak umum bagi seseorang dengan
kondisi seperti Anda mengalami beberapa masalah
seksual. Apakah hal tersebut menjadi kekuatiran
Anda?
Pertanyaan yang mungkin ditujukan kepada
orangtua anak mencakup yang berikut:
1. Apakah Anda memperhatikan anak Anda mengeksplorasi
tubuhnya, misalnya saja menyentuh penisnya?
2. Apakah anak Anda telah mulai mengajukan pertanyaan
tentang dari mana bayi berasal?
3. Pernahkah Anda membicarakan dengan anak Anda
tentang seks, kehamilan, dna kontrasepsi?
Remaja mungkin merespons dengan baik terhadap
pertanyaan seperti yang berikut ini:
1. Banyak remaja mempunyai pertanyaan tentang PMS
atau apakah tubuh mereka telah berkembang dengan
ukuran (kecepatan) yang tepat. Apakah Anda punya
pertanyaan tentang seks atau hal-hal lainnya?
Sebagian klien mengkin merasa terlalu malu atau
tidak mengetahui bagaimana cara mengajukan pertanyaan
seksual secara langsung. Sehingga mereka mungkin
sangat samar dalam menanyakan informasi ini. Perawat
harus mewaspadai isyarat yang menunjukkan pertanyaan
atau masalah. Isyarat tersebut dapat mencakup hal
yang berikut:
1. Membicarakan tentang pulang kerumah setelah
perawatan dirumah sakit dan merasa takut terhadap
pikaran atau pengharapan dari pasangan mereka.
2. Mengajukan secara langsung pertanyaan yang mudah
dan kemudian tampak ragu-ragu mengenai pertanyaan
berikutnya.
3. Membuat lelucon tentang sifat seksual.
4. Mengajukan pertanyaan yang menunjukkan kekuatiran
tentang pencapaian orgasmus seperti “Ketika
episiotomy saya diperbaiki, mungkinkan dokter
menjahitnya terlalu kuat?”
5. Membuat komentar sadar-diri seperti, “Baiklah,
saya cuma tidak lagi semuda dulu”
6. Menggunakan eufemisme seperti, “Saya hanya ingin
menjadi pasangan yang baik”
7. Melihat kearah lain atau ke bawah ketika
mengajukan pertanyaan tentang seksualitas, tampak
wajah memerah dan mengganti topic pembicaraan.
8. Mengajukan pertanyaan tentang perilaku normal
seperti, “Apakah normal bagi pria untuk tidak
mengalami ejakulasi ketika ia menjadi semakin
tua?”
Dalam mengamati dan mendengarkan kekuatiran
klien mengenai seksualitas membutuhkan praktik.
Perawat mengklarifikasi dan meringkaskan pertanyaan
mengenai kekuatiran seksual yang akan membantu klien
lebih langsung. Jika teridentifikasi kekuatiran
seksual, perawat mungkin berkeinginan untuk
mengumpulkan riwayat seksual secara lebih rinci.
Dengan mencakupkan seksualitas dalam pembicaraan,
perawat menunjukkan bahwa seksualitas adalah suatu
komponen penting perawatan kesehatan dan mengenali
kebutuhan klien untuk mendiskusikan kekuatiran
tersebut. Ketika mengumpulkan riwayat seksual,
perawat dapat menggunakan strategi wawancara untuk
meningkatkan kenyamanan.
Riwayat seks singkat akan mencakup jawaban dari
pertanyaan berikut:
1. Bagaimana pandangan klien terhadap kekuatiran
seksual mereka?
2. Kapan mulai timbulnya kekuatiran seksual ini dan
bagaimana kekuairan telah berubah sepanjang waktu?
3. Apa yang klien anggap sebagai penyebab dari
kekuatiran tersebut?
4. Tindakan seperti apa yang klien cari untuk
menghilangkan kekuatiran ini?
5. Bagaimana klien menghendaki kekuatiran untuk
diselesaikan dan apa tujuan mereka terhadap
pengobatan?
Pembahasan antara perawat dank lien dapat
mencakup pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaiman metoda yang digunakan berfungsi?
2. Risiko apa saja yang terkandung dalam penggunaan
metoda tersebut?
3. Adakah kontraindikasi yang menyingkirkan metoda
tertentu?
4. Bagaimana metoda tersebut akan mempengaruhi
hubungan seksual?
5. Apakah pasangan merasa keberatan dengan metoda
tersebut?
6. Akankah metoda tersebut menyebabkan
ketidaknyamanan?
7. Apakah metoda tersebut tersedia secara bebas,
terjangkau, dan mudah untuk digunakan?
8. Apakah kedua pasangan merasa malu untuk
menggunakan metoda tersebut?
9. Apakah resiko terhadap kehamilan dapat diterima?
10. Apakah ada alternatif lainnya?
Seperti yang ditunjukkan oleh usia, jenis
kelamin dan tinjauan sistem tubuh, riwayat kesehatan
harus mencakup aspek yang berhubungan dengan
pengkajian seksual. Riwayat harus mencakup pokok
pikiran tentang PMS seperti pemajanan yang diketahui,
rabas genital, dan banyak pasangan. Keadekuatan atau
kebutuhan kontrasepsi adalah pokok yang sesuai
tentang mengajukan pertanyaan bagi semua pria dan
wanita premenstrual yang aktif secara seksual.
Menentukan apakah klien terutama wanita,
mempunyai hubungan abusive, juga penting. Pertanyaan
seperti “Apakah Anda terlibat dalam hubungan di mana
seseorang menyakiti Anda?” dapat membuka pintu klien
untuk menjelaskan penganiayaan yang dialami baik
sekarang atau di masa lalu. Suatu pertanyaan tambahan
seperti “Apakah sesorang telah memaksa Anda untuk
berhubungan seks yang tidak ingin Anda lakukan?”
dapat secara spesifik lebih menginformasikan klien
tentang pilihan untuk mendiskusikan masalah pada sesi
pertanyaan diajukan atau selama kontak berikutnya
dengan pemberi perawatan kesehatan.
Pengkajian rinci tentang masalah seksual yang
sudah berlangsung lama atau kekuatiran seperti
disfungsi efektif atau vaginismus diluar jangkauan
praktik keperawatan umum. Klien ini harus dirujuk
pada pemberi perawatan kesehatan yang mempunyai
keahlian khusus dalam bidang terapi seks. Namun
demikian, sering kali perawat dapat mengidentifikasi
kekuatiran seks yang berkaitan dengan medikasi,
kurang pengetahuan, atau ketakutan tentang
abnormalitas. Intervensi yang ditujukan untuk
mengatasi kekuatiran sesuai untuk praktik keperawatan
dalam setiap bidang keahlian keperawatan.
C. Pengkajian Riwayat Kesehatan Genetalia Wanita
1. Apakah klien pernah mengalami penyakit atau
pembedahan sebelumnya yang melibatkan organ
reproduksi, termasuk penyakit menular akibat
hubungan seksual?
2. Kaji ulang riwayat mestruasi, meliputi usia saat
mengalami menarche, frekuensi dan lamanya siklus
menstruasi, karakteristik cairan (contoh,
banyaknya jumlah bantalan atau tampon yang
digunakan selama 24 jam. Serta adanya gumpalan),
adanya dismenorea (nyeri pada saat menstruasi) dan
gejala pramenstruasi (sakit kepala, peningkatan
berat badan, edema dan perubahan mood)
3. Kaji riwayat haid. Riwayat haid harus ditanyakan
apakah siklus haid teratur/tidak, banyaknya darah
yang keluar, disertai nyeri atau tidak dan kapan
siklus haid terakhir normal. Perdarahan yang
sifatnya tidak normal sering dijumpai. Perlu
ditanyakan apakah perdarahan itu ada hubungannya
dengan siklus haid atau tidak, serta banyak dan
lamanya perdarahan, jadi, perlu diketahui apakah
yang sedang dihadapi itu menoragia, hipermenorea,
polimenorea, hipomenorea, oligomenorea, atau
metroragia.
4. Minta klien menjelaskan riwayat tentang irigasi
cairan yang meliputi fekruensi, lamanya menjalani
irigasi tersebut, metode dan larutan yang
digunakan, serta alasan dilakukannya irigasi
cairan tersebut.
5. Minta klien menjelaskan riwayat obstetric,
meliputi kehamilan, riwayat aborsi, dan kelahiran
usia muda (premature).
6. Tentukan apakah klien melakukan praktik seksual
yang aman. Mintalah klien menjelaskan praktik
pemakaian kontrasepsi saat ini, masa lampau, dan
masalah yang berkaitan. Identifikasi risiko
penyakit yang tertular melalui hubungan seksual
dan infeksi HIV.
7. Apakah klien mengalami gejala masalah
genitourinaria seperti disuria, frekuensi, tiba-
tiba (urgensi), nokturia, hematuri, inkontinensia,
atau inkontinesia akibat stes?
8. Kaji perilaku atau perasaan klien tentang pasangan
seksual dan gaya hidup seksual.
9. Apakah klien pernah memperhatikan pengeluaran
vaginal, jaringan perianal yang membengkak, atau
lesi genitalia?
10. Untuk wanita mengandung, tentukan tanggal
harapan partus (HP) atau usia per minggu
kehamilan, saluran involunter cairan, adanya
perdarahan, dan gejala yang berhubungan.
D. Pengkajian Riwayat Kesehatan Payudara
1. Kaji apakah mereka mempunyai riwayat kanker
payudara pada keluarga, pernah mengalami kanker
payudara sebelumnya atau tidak pernah punya anak.
(untuk klien wanita berusia diatas 40 tahun)
2. Periksa bila wanita melahirkan anak pertama
setelah berusia diatas 30 tahun, pernah mengalami
menarke sebelum berumur 12 tahun, menopause
setelah berusia lebih dari 50 tahun atau belum
pernah menyusui seorang anakpun.
3. Lakukan langkah pengkajian apakah klien (semua
jenis kelamin) pernah melihat adanya benjolan,
penebalan, nyeri, atau perlunakkan pada payudara:
pengeluaran, kelainan, penarikan, atau adanya
sisik pada putting atau perubahan pada ukuran
payudara. Minta klien menunjukkan apabila terdapat
massa.
4. Tanya klien wanita tersebut apakah dia melakukan
pemeriksaan peyudara sendiri setiap bulan
(SADARI). Bila iya, tentukan saatnya sehubungan
dengan siklus menstruasi wanita tersebut. Minta
klien menggambarkan atau mendemonstrasikan teknik
yang digunakan.
5. Apakah klien menggunakan kontrasepsi oral,
digitalis, diuretik, steroid, estrogen atau
makanan berkadar kafein tinggi?
6. Tentukan tanggal hari pertama periode menstruasi
terakhir. Bila klien telah mengalami menopause,
kaji ulang timbulnya, lamanya dan masalah yang
berhubungan.
7. Untuk wanita hamil tentukan riwayat sensai pada
payudara penggunaan bra penyangga dan prosedur
persiapan menyusui.
8. Untuk wanita mnyusui tentukan penggunaan bra
penyangga, rutinitas perawatan, penggunaan pompa
payudara, prosedur pembersihan payudara, dan
riwayat ketidaknyamanan atau masalah lain yang
berkenaan dengan putting.
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan Fisik Payudara
Inspeksi
Klien membuka pakaian atas atau selimutnya
untuk menungkinkan visualisasi simultan pada kedua
payudara. Untuk mengenali adanya abnormalitas,
perawat harus mengetahui tampilan normal payudara.
Perawat menggambarkan obserservasi atau hasil
yang diperoleh dalam kaitannya dengan garis imajiner
yang membagi payudara menjadi empat kuadran dan satu
ekor. Garis-garis tersebut melintang putting. Setiap
ekor mengarah ke luar dan kuadran luar atas.
Payudara diinspeksi ukuran dan kesimetrisannya.
Payudara biasanya terdapat pada iga ketiga sampai
keenam dengan putting sejajar rongga iga keempat.
Satu payudara biasanya lebih besar daripada payudara
lainnya. Tetapi, perbedaan ukuran dapat disebabkan
oleh inflamasi atau massa. Semakin bertambahnya usia
wanita, ligament yang menopang jaringan payudara
akan semakin lemah sehingga menyebakan payudara
menurun dan putting ke bawah.
Perawat mengobservasi kontur atau bentuk
payudara dan mencatat adanya massa, dataran,
retraksi, atau lesung. Bentuk payudara bervariasi
dari cembung sampai menggantung atau kerucut.
Retraksi atau lesung terjadi akibat invasi ligament
oleh tumor. Ligament menjadi fibrotic dan menarik
lapisan kulit luar ke dalam ke arah tumor. Edema
juga mengubah kontur payudara. Untuk menampilkan
retraksi atau perubahan bentuk pada payudara,
perawat meminta klien melakukan tiga posisi:
mengangkat lengan di atas kepala, bertolak pinggang,
dan mengekstensikan lengan lurus ke depan pada saat
duduk dan condong ke depan. Setiap maneuver
menyebabkan kontraksi otot-otot pectoral yang akan
memunculkan retraksi.
Lapisan kulit diinspeksi warna dan pola
venanya. Pola vena mudah terlihat pada klien yang
kurus atau wanita hamil. Adanya lesi, edema, atau
inflamasi juga harus dicatat. Perawat mengangkat
setiap payudara jika perlu, untuk mengobservasi
warna dan perubahan tekstur pada payudara bagian
bawah dan samping. Payudara memiliki warna sama
dengan kulit sekitarnya dan pola vena sama secara
bilateral. Untuk wanita dengan peyudara besar,
perawat harus memastikan bahwa ia memeriksa dengan
cermat bagian bawah payudara tersebut daerah umum
terjadinya kemerahan dan ekskoriasi akibat gesekan
permukaan kulit.
Perawat menginspeksi ukuran, warna, bentuk,
rabas pada putting dan areola serta arah tumbuhnya
putting. Areola normal berbentuk bulat atau oval dan
hamper sama secara bilateral. Warna memiliki rentang
dari merah muda sampai coklat. Pada wanita berkulit
terang areola berubah menjadi coklat selama
kehamilan dan tetap berwarna gelap. Pada wanita
berkulit gelap, areola berwarna gelap sebelum
kehamilan (Potter, 2005). Normalnya putting mengarah
ke arah yang simetris, ke luar, dan tanpa drainase.
Permukaannya halus atau keriput. Jika putting masuk
ke dalam, perawat menanyakan apakah hal tersebut
terjadi seumur hidup. Inversi putting yang baru saja
terjadi dapat mengindikasikan adanya pertumbuhan di
bawahnya. Ruam atau ulkus tidak normal terjadi pada
payudara atau putting.
Catat adanya perdarahan atau rabas pada
putting. Rabas kuning jernih yang terdapat dua hari
setelah melahirkan hal yang umum terjadi. Sambil
menginspeksi payudara, perawat menjelaskan
karakteristik yang diobservasi. Klien harus
diajarkan tentang tanda yang signifikan atau gejala
abnormal.
Palpasi
Palpasi memungkinkan perawat menetukan kondisi
jaringan payudara dan nodus limfe. Jaringan payudara
terdiri atas jaringan kelenjar, ligament penopang
fibrosa, dan lemak. Jaringan kelenjar terbagi dalam
lobus-lobus yang berakhir pada duktus yang terbuka
di permukaan putting. Bagian terbesar dari jaringan
kelenjar terdapat pada kuadran luar atas dan ekor
payudara. Ligament suspensori berhubungan dengan
kulit dan fasia di bawah payudara untuk menopang
payudara dan memepertahankannya pada posisi tegak.
Jaringan lemak terdapat di permukaan dan disamping
payudara.
Sebagian besar limfe dari payudara mengalir
kedalam nodus limfe aksilarais. Jika lesi kanker
bermetastase (menyebar), umumnya melibatkan nodus
limfe. Perawat mempelajari lokasi nodus
supraklavikular, infraklavikular, dan aksilaris.
Nodus aksilaris mengalirkan limfe dari dinding dada,
payudara, lengan dan tangan. Tumor pada salah satu
payudara juga dapat melibatkan nodus pada payudara
lainnya.
Nodus limfe paling mudah di palapasi pada saat
klien duduk, meskipun pemeriksaan tersebut dapat
dilakukan dengan klien terlentang. Akses yang mudah
ke nodus aksilaris diperoleh dengan kedua lengan
klien berada disamping dan otot rileks. Sambil
menghadap klien dan berdiri disisi yang sedang
diperiksa, perawat menopang lengan klien dalam
posisi sedikit fleksi dan mengabduksikan lengan
menjauh dari dinding dada. Kemudian perawat
meletakkan tangan yang bebas pada dinding dada klien
dan masuk ke cekungan aksila. Ujung jari perawat
menekan ke bawah permukaan iga dan angkat secara
perlahan. Nodus aksilaris dipalapasi dengan ujung
jari. Normalnya limfe nodus tidak dapat dipalpasi.
Setiap area harus dikaji dengan cermat karena nodus
yang membesar mudah untuk terlewatkan, perawat
mencatat juga, konsistensi, mobilitas, dan
ukurannya. Satu atau dua nodus kecil, lunak, tidak
nyeri tekan merupakan hal yang normal. Nodus yang
terpalpasi teraba seperti massa kecil yang keras,
nyeri tekan, dan tidak dapat digerakkan. Perawat
juga memalpasi sepanjang bubungan klavikula alas dan
bawah. Prosedur tersebut dibalik untuk sisi yang
lain.
Sulit bagi klien untuk mempelajari palpasi
limfe nodus. Berbaring dengan lengan terabduksi
membuat area tersebut lebih mudah di jangkau. Klien
diinstruksikan untuk menggunakan tangan kirinya
untuk area aksilaris dan klavikular kanan. Perawat
dapat memgang ujung jari klien dan menggerakkannya
denga gerakan memutar. Kemudian klien menggunakan
tangan kanannya untuk memalpasi nodus disisi kiri.
Palpasi jaringan payudara yang terbaik
dilakukan denga klien pada posisi terlentang dan
satu lengan dibelakang kepala (bergantian untuk
setiap payudara). Posisi terlentang memungkinkan
jaringan payudara tersebar merata pada dinding dada.
Klien harus mengangkat tangannya dan meletakkannnya
dibelakang leher untuk lebih meregangkan dan
memosisikan jaringan payudara secara merata.
Pemeriksa sering meletakkan bantal kecil atau handuk
dibelakang belikat untuk memosisikan jaringan
payudara.
Konsistensi jaringan payudara normal sangat
bervariasi. Payudara pada klien yang masih muda
cenderung keras dan elastic, sedangkan pada klien
lansia, jaringan tersebut terasa berserabut dan
noduler.
Jika klien mengelugh adanya massa, perawat
memeriksa payudara yang berlawanan terlebih dahulu
untuk memastikan perbandingan yang objektif anatara
jaringan normal dan abnormal. Palpasi dilakukan
secara sistematik dengan salah satu dari dua arah,
searah jarum jam atau berlawanan dengan arah jarum
jam, membentuk lingkaran kecil dengan jari sepanjang
setiap kuadran serta ekor atau teknik kedepan dan
kebelakang dengan jari-jari bergerak keatas dan
kebawah setiap kuadran. Apapun pendekatan yang
digunakan perawat harus memastikan bahwa seluruh
payudara dan ekor sudah diperiksa, serta member
perhatian pada area yang mengalami nyeri tekan.
Ketika memalpasi payudara yang besar dan
menggantung, perwat menggunakan teknik bimanual.
Bagian inverior dari payudara di topang dengan satu
tangan sementara perawat menggunkan tangannya yang
lain untuk memalpasi jaringan payudara kearah
ytangan yang menopang.
Selama palpasi perawat mencatan konsisitensi
hjaringan payudara. Normalnnya jaringan payudara
terasa padat, keras, dan elastic. Pada pennyakit
fibrokistik, masalah umum pada wanita, jaringan
terasa tidak halus, tetapi hnya pada satu payudara.
Pada wanita menopause, jaringan payudara menyusut
dan menjadi lebih lunak. Lobular yang teraba seperti
jaringan dan kelenjar merupakan hal yang normal.
Tepi bawah setiap payudara terasa keras. Hal
tersebut merupakan bubungan inframammari yang normal
dan bukan tumor. Memindahkan tangan klien agar ia
dapat merasakan variasi jaringan normal merupakan
hal yang sangat membantu.
Lesi kangker bersifat keras, tidak dapat
digerakkan, tidak nyeri tekan dan bentuknya tidak
teratur. Kondisi benigna payudara yang bnyak terjadi
adalah penyakit payudara fibrokistik. Kondisi ini di
tandai dengan adanya benjolan payudara yang nyeri
dan terkadang rabas puting. Gejala tersebut lebih
nyata terjadi pada periode menstruasi. Jika
dipalpasi, kista terasa lunak, berbeda dan dapat
digerakkan. Kista yang terletak didalam terasa
keras.
Pada saat perawat klien melanjutkan
pemeriksaan, pertalian khusus diberikan untuk
palpasi lembut pada seluruh permukaan putting dan
areola. Ibu jari dan jari telunjuk menekan putting
secara perlahan, lalu perawat mencatat adanya rabas.
Pada saat perawat memeriksa putting dan areola,
putting dapat mengalami ereksi denga mengeriputkan
areola. Perubahan ini merupakan perubahan yang
normal.
Setelah perawat menyelesaikan pemeriksaan klien
dapat mendemonstrasikan palpasi sendiri.
Mengobservasi teknik yang dilakukan klien membantu
perawat menekan pentingnya pendekatan yang
sistematik. Klien di anjurkan untuk menemui dokter
bila ia menemukan adanya massa abnormal pada saat
SADARI rutin setiap bulan. Selain itu, klien juga
harus mengetahui semua tanda dan gejala kanker
payudara (Potter, 2005) .
a. Payudara Wanita
1 Pastikan pasien merasa nyaman, hangat, dan
memahami apa yang akan anda lakukan. Juga
pastikan kehadiran seorang pendamping.
2 Lakukan inspeksi payudara dalam empat posisi
yaitu kedua lengan di samping, tangan menekan
pinggul, lengan di atas kepala, serta membungkuk
ke depan. Lihat bentuk, ukuran, simetri,
abnormalitas kulit, dan jaringan parut. Cari
adanya benjolan yang tampak, pengerutan, tarikan
kulit. Minta pasien mengangkat kedua lengan di
atas kepala dan lakukan inspeksi lagi.
3 Lihat putting untuk mencari adanya retraksi,
perubahan kulit, atau secret. Bandingkan ukuran,
bentuk, dan arah putting. Perhatikan setiap
ruam, ulkus, atau rabas putting.
4 Palpasi payudara. Jaringan payudara harus dalam
posisi datar dan pasien telentang. Palpasi area
rectangular yang meluas dari klavikula sampai
lipatan inframamari atau garis bra, dan dari
garis aksila posterior serat ke bagian dalam
aksila untuk melihat ujung Spence.
5 Lakukan palpasi payudara, mulai dengan lembut
kemudian semakin keras menggunakan bantalan tiga
jari tangan. Lakukan gerakan berputar perlahan
dan periksa setiap kuadran payudara serta bagian
yang meluas di aksila. Luangkan waktu untuk
memeriksa dengan teliti. Jika menemukan
benjolan, periksa dengan teliti untuk menilai
ukuran, konsistensi, hubungan dengan kulit di
atasnya atau struktur di bawahnya. Mungkin akan
membantu bila saat memeriksa kedua lengan
diangkat ke atas kepala dan pasien berbaring
datar.
6 Lakukan palpasi untuk mencari limfadenopati
aksilaris dan supraklavikularis.
7 Catat konsistensi, nyeri tekan, nodulus, jika
ada, perhatikan letak ukuran, bentuk,
konsistensi, delimitasi (batas), nyeri tekan,
dan mobilitas.
8 Gunakan pola garis vertical (saat ini merupakan
teknik validasi terbaik untuk mendeteksi massa
payudara) atau pola melingkar atau baji. Palpasi
dengan gerakan lingkaran konsentrik, jangkauan
sedikit.
Untuk bagian lateral payudara, minta pasien
untuk memiringkan tubuh kea rah pinggul yang
berlawanan, letakkan tangan wanita di atas
dahinya, tetapi tetap jaga posisi bahu menekan
tempat tidur atau di atas meja periksa.
Untuk bagian medial payudara, minta pasien
untuk berbaring dengan posisi bahu datar
terhadap tempat tidur atau meja periksa,
meletakkan tangan pada leher dan mengangkat
siku sampai sejajar bahu.
9 Palpasi setiap putting
b. Payudara Pria
Inspeksi dan palpasi putting dan areola.
Pemeriksaan payudara relative mudah. Putting dan
areola diinspeksi untuk adanya nodul, edema, dan
ulserasi. Pembesaran payudara pria dapat terjadi
akibat obsesitas atau pembesaran kelenjar.
Pembesaran payudara pada pria muda dapat menjadi
indikasi adanya penggunaan steroid. Jaringan lemak
terasa lunak, sedangkan jaringan kelenjar terasa
liat. Massa yang dipalpasi untuk karakteristik
yang sama dengan payudara wanita. Karena kanker
payudara pria relative jarang, pemeriksaan
payudara rutin pada pria tidak diperlukan.
Massa payudara yang dapat dipalpasi
Usia (tahun) Lesi yang lazim
ditemukan
Karakteristik
15-25 Fibroadenoma Biasanya lunak,
bulat, dapat
digerakkan, tidak
ada nyeri tekan25-50 Kista Biasanya lunak
sampai keras,
bulat, dapat
digerakkan,
sering nyeri
tekanPerubahan
fibrokistik
Nodular, seperti
jalinan taliKanker Tidak teratur,
berbentuk
stelata, keras,
batasan tidak
jelas dengan
jaringan sekitar.50 atau lebih Kanker sampai
terbukti
sebaliknya
Seperti di atas
Wanita hamil/
laktasi
Adenoma pada masa
laktasi, kista,
mastitis, dan
kanker
Seperti di atas
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
a. Posisi telentang
1. Berbaring dengan satu bantal di bawah bahu kanan
anda. Letakkan lengan kanan di belakang kepala.
2. Gunakan bantalan jari dari ketiga jari tengah
tangan kiri untuk meraba adanya benjolan pada
payudara kanan. Bantalan jari adalah bagian puncak
ketiga pada setiap jari.
3. Tekan dengan cukup kuat untuk mengetahui bagaimana
keadaan payudara. Batasan tegas di bawah bagian
lengkung setiap payudara adalah normal. Jika anda
tidak yakin seberapa keras harus memberi tekanan,
bicarakan dengan tenaga kesehatan atau usahakan
untuk meniru cara yang dilakukan oleh perawat.
4. Tekan dengan cukup kuat payudara dengan pola ke
atas dan ke bawah atau mengikuti pola garis. Anda
dapat juga menggunakan pola sirkular atau baji,
tetapi pastikan untuk menggunakan pola yang sama
setiap kali melakukan pemeriksaan. Periksa seluruh
bagian payudara, dan perhatikan apa yang anda
rasakan pada area payudara setiap bulannya.
5. Ulangi pemeriksaan pada payudara kiri, menggunakan
bantalan jari tangan kanan.
6. Jika anda menemukan perubahan, periksakan ke
dokter secepatnya.
b. Posisi berdiri
1. Ulangi pemeriksaan kedua payudara ketika anda
dalam posisi berdiri, dengan satu lengan di
belakang kepala. Posisi tegak memudahkan untuk
memeriksa bagian atas luar payudara (di depan
ketiak). Di bagian ini tempat kemungkinan
ditemukan setengah dari kebanyakan kanker
payudara. Anda mungkin ingin melakukan SADARI
dengan posisi tegak ketika anda sedang mandi.
Tangan anda yang bersabun akan memudahkan untuk
memeriksa payudara anda, karena terasa licin pada
kulit yang basah.
2. Untuk tambahan keamanan, anda mungkin ingin
memeriksa payudara anda dengan berdiri di sisi
kanan cermin, setelah melakukan SADARI setiap
bulan. Lihat apakah ada perubahan pada penampilan
payudara anda,seperti lesung pada kulit, perubahan
pada putting, kemerahan atau pembengkakan.
B. Pemeriksaan Fisik Genetalia Pria
Satu-satunya alat yang digunakan untuk
pemeriksaan genetalia pria adalah sarung tangan
karet. Banyak mahasiswa khawatir mengenai kemungkinan
pasien mengalami ereksi selama pemeriksaan. Meskipin
hal ini terjadi, pria jarang menjadi terangsang
karena secara seksual, karena biasanya ia akan
menjadi gelisah dalam keadaan ini. Jika pemeriksaan
dilakukan secara objektif, tidak akan menjadi sumber
rangsangan bagi pasien.
Meskipun pemakaian sarung tangan protektif dapat
mengurangi sensitivitas pemeriksa, sarung tangan
karet yang disposable harus dipakai.
Pemeriksaan genetalia pria dilakukan mula-mula
pada pasien dalam posisi berbaring kemudian berdiri.
Perubahan sikap tubuh ini penting karena hernia atau
massa skrotum mungkin tidak terlihat jelas dalam
posisi berbaring.
Pemeriksaan genetalia pria terdiri atas:
- Inspeksi dan palpasi dengan pasien berbaring
- Inspeksi dan palpasi dengan asien berdiri
- Pemeriksaan hernia
- Inspeksi dan palpasi dengan pasien berbaring
- Inspeksi kulit dan rambut
- Sementara pasien berbaring, kulit lipat paha harus
diperiksa untuk melihat adanya infeksi jamur
superfisial, ekskoriasi, atau ruam lainnya.
Ekskoriasi mungkin menunjukkan infeksi skabies.
- Perhatikanlah distribusi rambut. Periksalah rambut
pubis untuk melihat adanya kutu rambut atau nits
(kumpulan telur) yang melekat pada rambut itu.
- Inspeksi penis dan skrotum
Pada pemeriksaan penis dan skrotum,
perhatikanlah hal-hal berikut ini:
1. Apakah pria ini disunat?
2. Perhatikanlah ukuran penis dan skrotum.
3. Apakah ada lesi di penis? Apakah ada edema penis?
Skrotum diperiksa untuk melihat adanya luka atau
ruam. Lesi teleangiektasi kecil, merah tua, agak
menonjol pada skrotum lazim ditemukan pada inidivdu
di atas 50 tahum. Keadaan ini disebut angiokeratoma
dan bersifat jinak. Ada suatu penyakit yang disebut
penyakit Fabry, yang merupakan kesalahan bawaan
metabolisme glikosfingolipid. Keadaan yang jarang
ditemukan dan berkaitan dengan kromosom seks ini
ditandai dengan nyeri, demam, dan angiokeratoma
difusi dalam distribusi “pakaian mandi”, terutama di
sekitar umbilikus dan skrotum. Pasien dengan penyakit
Fabry dan angiokeratoma multipel.
Skrotum diangkat oleh pemeriksa diangkat oleh
pemeriksa untuk memeriksa perinium dengan cermat,
untuk melihat adanya pemandangan, ulserasi, kutil,
abses, atau lesi lain. Biasanya tidak ada apa-apa.
Palpasi Nodus Inguinal
Dengan menggerakkan jari secara memutar
sepanjang ligamentum inguinal, pemeriksa dapat
menentukan adanya adenopati inguinal. Biasanya nodus-
nodus limfeberukuran kecil (0,5cm) dan dapat
dikerakan dengan bebas ditemukan di daerah ini.
Karena pembuluh limfe dari perineum, tungkai, dan
kaki bermuara ke dalam daerah ini, tidak mengherankan
bahwa nodus-nodus limfe berukuran kecil sering
dijumpai disini.
Inspeksi massa di Lipat Paha
Suruhlah pasien utnuk batuk atai mengejan
sementara anda memeriksa lipat paha. Suatu tonjolan
yang timbul secara tiba-tiba mungkin menunjukkan
suatu hernia inguinal atau femoral.
Inspeksi Dan Palpasi Dengan Pasien Berdiri
Pasien kemudian diminta berdiri sementara
pemeriksa duduk di depannya.
Inspeksi penis
Jika laki-laki itu disunat, kulupnya harus
diretraksikan. Sebagian permeriksa lebih suka meminta
pasien untuk menarik kulupnya sendiri, sedangkan
pemeriksa lainyya lebih suka melakukan sendiri untuk
menentukan keketatan kulut itu. Bahan puti sperti
keju di bawah kulup adalah smegma dan itu adalah
normal.
Fimosis ada kalau kulup tidak dapat
diretraksikan dan menghalangi pemeriksaan glans
secara memadai. Karena glans juga tidak dapat
dibersihkan, smegma bertumpuk disitu, sehingga dapat
menimbulkan peradangan glans dan prepusium yang
disebut balanopostitis. Peradangan glans penis saja
disebut balanitis. Iritasi kronis ini dapat menjadi
faktor penyebab kanker penis. Glans diperiksa untuk
melihat adaya ulkus, kutil, nodulus, parut, atau
tanda peradangan.
Inspesksi Meatus Eksternus
Pemeriksaan harus memperhatikan posisi meatus
uretra ekstermus. Letaknya harus ditengah glans.
Meatus diperiksa oleh pemeriksa dengan meletakkan
kedua tangannya di sisi glans penis dan membuka
meatus. Meatus harus diperiksa untuk melihat adanya
skret, kutil, atau stenosis. Kutil venral, yang
disebut kondilomata akuminata, dapat ditemukan di
dekat meatus, di glans, di perineum, anus, atau di
batang penis. Kadang-kadang meatus uretra akan
bermuara pada permukaan ventral penis, suatu keadaan
yang disebut hipospadia. Keadaan yang kurang sering
ditemukan adalah epispadia, suatu keadaan dimana
meatus terletak pada permukaan dorsal penis.
Palpasi Penis
Palpasi batang mulai dari glans sampai basis
penis. Adanya parut, ulkus, nodulus, indurasi, atau
tanda-tanda peradangan harus dicatat. Palpasi
korpora kavernosa dilakukan dengan memegang penis
diantara jari-jari kedua tangan dan memakai jari
telunjuk untuk memeriksa indurasi. Adanya indurasi
yang tidak nyeri tekan atau daerah fibrotik di bawah
kulit batang penis mengarah ke penyakit peyronie,
pasien dengan keadaan ini mungkin mengeluh diviasi
penis selama ereksi.
Palpasi Uretra
Ureta harus di palpasi mulai dari meatus
eksternus, melalui korpus spongiosum sampai ke
pangkalnya. Untuk palpasi pangkal uretra, pemeriksa
mengangkat penis dengan tangan kiri sementara jari
telunjuk kanan menentukan skrotum di garis tengah dan
mempalpasi jauh ke pangkal korpus spongiosum. Bantal
jari telunjuk kanan harus mempalpasi selruh korpus
spongiosum mulai dari meatus sampai pangkalnya. Jika
ada sekret “pemerahan uretra” dapat menghasilkan
setetes sekret yang harus ditempatkan di atas gelas
objek untuk pemeriksaan mikroskopik. Kulup, jika
diretraksi, harus dikembalikan ke tempatnya semula.
Parafimosis adalah keadaan dimana kulup dapat
diretraksikan tetapi tidak dapat dikembalikan ke
tempat semula dan tertahan di belakang korona.
Inspeksi skrotum
Sekarang skrotum diperiksa kembali dalam posisi
berdiri. Perhatikan kontur dan isi skrotum. Harus ada
dua testis. Biasanya testis kiri lebih rendah
dibandingkan yang kanan. Adanya massa yang tidak
terlihat ketika pasien berbaring harus dicatat.
Palpasi Testis
Tiap testis dipalpasi secara terpisah. Pakailah
kedua tangan untuk memegang testis dengan lembut.
Sementara tangan kiri memegang kutub superior dan
inferior testis, tangan kanan melakukan palpasi
permukaan anterior dan posterior.
Transiluminasi setiap massa skrotum
Jika menemukan massa skrotum, lakukanlah
transiluminasi. Di dalam suatu ruang yang gelap,
sumber cahaya diletakkan pada sisi pembesaran
skrotum. Struktur vaskular, tumor, darah, hernia dan
testis tidak normal tidak dapat ditembus sinar.
Transmisi dengan sinar merah menunjukkan rongga yang
mengandung cairan serosa, seperti hidrokel atau
spermatokel. Hidrokel adalah kumpulan abnormal cairan
jernih di dalam tunika vaginalis. Spermatokel adalah
massa tidak nyeri tekan berukuran sebesar kacang
polong yang mengandung spermatozoa, biasanya melekat
pada kutub atas epididimis. Pasien dengan hidrokel,
yang hanya terlihat sebagai pembesaran skrotum secara
masif.
Pemeriksaan Hernia
Inspeksi Daerah Inguinal dan Femoral
Meskipun hernia dapat didefinisikan sebagai
setiap penonjolan viskus, atau sebagian daripadanya,
melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua
hernia ditemukan di daerah inguinal. Biasanya, impuls
hernia lebih jelas dilihat daripada diraba.
Suruhlah pasien memutar kepalanya ke samping dan
batuk atau mengejan. Lakukan inspeksi daerah inguinal
dan femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak
selama batuk, yang dapat menunjukkan hernia. Terlihat
benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi
dan bandingkan impuls ini dengan impuls pada sisi
lainnya. Jika pasien nyeri dan periksalah kembali
daerah itu.
Palpasi Hernia Inguinal
Palpasi hernia inguinal dilakukan dengan
meletakkan jari jari telunjuk kanan pemeriksa di
dalam skrotum di atas testis kiri dan menekan kulit
skrotum ke dalam. Harus ada kulit skrotum yang cukup
banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari
harus diletakkan dengan kuku menghadap ke luar dan
bantal jari ke dalam.
Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti korda
spermatika di lateral masuk ke dalam kanal inguinal
sejajar dengan ligamentum inguinal dan digerakkan ke
atas ke aarah cincin inguinal eksterna, yang terletak
superior dan lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin
eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh jari
tangan.
Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin
eksterna atau di dalam kanal inguinal, mintalah
pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk
atau mengejan. Seandainya ada hernia, akan terasa
impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantal
jari pemeriksa. Jika ada hernia, suruh pasien
berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah hernia
itu dapat direduksi dengan tekanan yang lembut dan
terus-menerus pada massa itu. Jika pemeriksaan
herniadilakukan dengan kulit skrotum yang cukup
banyak dan dilakukan dengan perlahan-lahan, tidakan
ini tidak akan menimbulkan nyeri.
Setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini
diulangi dengan memakai jari telunjuk kanan untuk
memeriksa sisi kanan. Sebagian permeriksa lebih suka
memakai jari telunjuk kanan untuk meriksa sisi kanan
pasien, dan jari telunjuk kiri untuk memeriksa sisi
kiri pasien. Cobalah kedua teknik ini dan lihatlah
cara mana yang anda rasa lebih nyaman.
Jika ada massa skrotum berukuran besar yang
tidak tembus cahaya, satu hernia inguinal indirek
mungkin ada di dalam skrotum. Auskultasi massa itu
dapat dipakai untuk menentukan apakah ada bunyi usus
di dalam skrotum, suatu tanda yang berguna untuk
menegakkan diagnosa hernia inguianal indirek.
Beberapa contoh penulisan hasil pemeriksaan
genetalia pria.
Penis dikhitan. Kedua testis berada di dalam
skrotum dan dalam batas-batas normal. Tidak ada massa
skrotal abnormal. Tidak ada hernia inguinal. Tidak
ada adenopati inguinal.
Penis tidak dikhitan. Kulupnya mudah diretraksi.
Hemiskrotum kiri jauh membesar karena ada massa tak
nyeri, yang bertransimulasi. Testis kiri tidak dapat
dipalpasi. Testis kanan dalam batas-batas normal.
Tidak ada hernia inguinal. Di daerah inguinal kanan
ditemukan nodus limfe kecil, 2x2 cm, lunak, tidak
terfiksasi, tidak nyeri tekan.
Penis dikhitan. Ada massa verukosa 1-2 cm pada
meatus eksterna. Sekret uretra yang kental, kuning,
purulen, yang dapat diperah dari uretra, terlihat di
meatus. Isi skrotum dalam batas-batas normal. Tidak
ada hernia inguinal.
C. Prosedur Inspeksi dan Palpasi Genetalia Eksternal
Wanita.
1. Memberi kesempatan pada klien untuk menggosokkan
kandung kemihsebelum pemeriksaan dimulai
2. Anjurkan klien membuka celana mengatur posisi
litotomi dan menutupibagian yang tidak dinikmati.
3. Mengatur pencahayaan sehingga area parineal
mendapatkan sinar dengan baik
4. Memakai sarung tangan pada kedua tangane.
5. Jangan menyentuh area parineal tanpa memberi tahu
klien, atau sentuh salahsatu paha terlebih dahulu.
6. Inspeksi kuantitas dan penyebaran pertumbuhan bulu
pubis dan dibandingkansesuai usia perkembangan
klien.
7. Observasi kulit dan area pubis. Perhatikan adanya
lesi,eritema,fisura,leuplakiadan exkoriasi
8. Tarik lembut radia minora,orivisium uretra,
selaput darah,orifisium vagina danperinuium
9. Perhatikan setaip adanya pembengkakan
alkus,keluarkan,nedula,dll
10. Palpasi pada kelenjar skene untuk mengetahui
adanya discharge maupun kekakuan.
11. Palpasi pada kelenjar bartholin
Tabel di bawah ini menunjukkan hal-hal yang
difokuskan pada tiap bagian genitalia:
No Bagian Cara pemeriksaan1. Kulit dan area
pubis
1. Inspeksi :
Rambut pubis
- Kuantitas sesuai usia
klien.
- Penyebaran merata atau
tidak.
Warna kulit dan area pubis :
- Penampilan umum ( warna
kulit,hygiene )
- lesi,eritema,fisura dan
ekskoriasi.
.
2. Palpasi : rambut pubis :
Tekstur halus atau tidak.
2. Labia mayor Inpeksi : inspeksi karakteristik
permukaan labia mayor.
- Adakah ditemukannya
inflamasi, edema, lesi,
atau laserasi.
- Apakah bisa membuka atau
menutup.
- Tampak kering atau
lembab.
- Kesimetrisan.
3. Labia minor Sebelumnya perawat meletakkan
ibu jari dan jari telunjuk
tangan non dominan di dalam
labia minor dan meretraksi
jaringan tersebut keluar.
1. Inpeksi : inspeksi
karakteristik pada labia
minor.
- Labia minora normalnya
lebih tipis dari pada
labia mayor, dan satu
sisinya kan lebih besar.
- Adakah atrofi, inflamasi,
atau adesi.
- Jika terinflamasi,
klitoris akan tampak
merah terang.
2. Palpasi : perawat
menggunakan tangan yang lain
untuk mempalpasi labia minor
di antara ibu jari dan jari
kedua.
- Palpasi tekstur dari
labia minor. Labia minora
harus terasa lunak.
- Adakah nyeri tekan.
3. Perineum 1. Inspeksi : inspeksi
karakteristik perineum.
- Amati warna, kebersihan.
2. Palpasi : normalnya kulit
perineum halus.4. Klitoris Sebelumnya perawat meletakkan
ibu jari dan jari telunjuk
tangan non dominan di dalam
labia minor dan meretraksi
jaringan tersebut keluar.
1. Inpeksi : inspeksi
karakteristik klitoris.
- Adakah lesi sifilis atau
syangker (cancre) yang
tampak seperti ulkus
terbuka kecil, yang
mengeluarkan materi
serosa.
5. Orifisium
uretra
Sebelumnya perawat meletakkan
ibu jari dan jari telunjuk
tangan non dominan di dalam
labia minor dan meretraksi
jaringan tersebut keluar.
1. Inpeksi :
- inspeksi dengan cermat
warna dan posisinya.
Normalnya berwarna merah
muda, dan berada di
anterior orifisium
vagina.
- Inspeksi adakah
inflamasi, rabas, polip,
atau fistula.
6. Orifisium
vagina
Sebelumnya perawat meletakkan
ibu jari dan jari telunjuk
tangan non dominan di dalam
labia minor dan meretraksi
jaringan tersebut keluar.
1. Inpeksi : inspeksi adakah
inflamasi, edema, perubahan
warna, rabas dan lesi.
2. Palpasi : kilen diminta
berkontraksi atau menutup
orifisium vagina, perawat
mempalpasi adanya ketegangan
di otot. Wanita yang sudah
pernah melahirkan per vagina
memiliki tonus otot yang lebih
sedikit dibandingkan wanita
yang tidak pernah melahirkan.7. Kelenjar skene
dan bartholin
Beri tahu klien bahwa perawat
akan memasukkan satu jari ke
dalam vaginanya dan bahwa ia
akan merasakan tekanan. Dengan
telapak tangan menghadap ke
atas, perawat memasukkan jari
telunjuk dari tangan yang akan
diperiksa ke dalam vagina sejauh
sendi kedua. Beri tekanan ke
atas, perawat memeras kelenjar
skene dengan menggerakkan jai
keluar. Rabas dan nyeri tekan
merupakan hal yang abnormal.
Pemeriksaan dilakukan pada
kedua sisi uretra dan kemudian
langsung pada uretra. Teknik ini
dapat menyebabkan keluarnya
rabas. Jika demikian perawat
harus mencatat warna, bau, dan
konsisitensi serta ambil
kulturnya.
Jika inflamasi dan edema
ditemukan di dekat ujung
posterior dari orifisium vagina,
kelenjar bartolin dapat
terinfeksi. Kelenjar tersebut
normalnya tidak dapat dipalpasi.
D. Prosedur Inspeksi dan Palpasi Genetalia Eksternal
Pria.
1. Memakai sarung tangan
2. Inspeksi penis mengenai kulit, ukuran dan kelainan
lainnya
3. Pada pria yang belum disirkumsisi (khitan), tarik
prepursium / kulup untuk menginspeksi kepala penis
dan meatus uretra terhadap adanya cairan,
resi,edema, dan emplamasi
4. Inspeksi batang penis untuk mengetahui adanya lesi,
jaringan parut atau areaedema.
5. Memakai sarung tangan
6. Palpasi lembut batang penis diantara ibu jari dan
kedua jari ± jari utama untuk mengetahui adanya
area pengerasan atau nyeri lokal.
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Seksualitas merupakan bagian integral dari
kehidupan manusia. Pada dasarnya seksualitas tidak
terbatas hanya di tempat tidur atau bagian tubuh saja,
tetapi merupakan ekspresi kepribadian, perasaan fisik
dan simbolik tentang kemesraan, menghargai dan saling
memperhatikan secara timbal balik. Pada kondisi dimana
kesehatannya mengalami gangguan, seseorang kemungkinan
besar akan mengalami gangguan pemenuhan kemenuhan
kebutuhan seksualitasnya, yang dapat ditampilkan
melalui berbagai perilaku seksual.
II. SARAN
Diharapkan pemahaman mengenai kebutuhan
seksualitas dan reproduksi di informasikan sejak dini,
agar dapat menjaga kesehatan seksual dan reproduksi,
sehingga tidak terjadi gangguan pada kebutuhan
seksualitas dan reproduksinya. Selain itu, kita sebagai
calon perawat harus lebih memahami tentang kebutuhan
dasar seksualitas agar dapat memberikan intervensi yang
tepat kepada klien gangguan seksualitas dan reproduksi
sehingga klien dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H, Aziz. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia
Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Bickley, Lynn S. 2008. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan
Bates. Jakarta : EGC.
Hamid, Achir Yani S. 1999. Buku Ajar Aspek Psikoseksual dalam
Keperawatan. Jakarta: Widya Medika
Gleadle, Jonathan. 2007. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan
Fisik. Jakarta : Erlangga.
Heffner, Linda J & Danny J Schust. 2006. At a Glance Sistem
Reproduksi Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga.
Muttaqin, Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada
Praktik Klinik. Jakarta: Salemba Medika.
Patricia A. Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, dan Praktik. Vol 1 Edisi 4.Jakarta: EGC.
Setiadi. 2007. Anatomi & Fisiologi Manusia. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia ; Dari Sel ke Sistem,
Edisi 6. Jakarta : EGC.