Upload
iaard
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Prosiding Seminar Nasional Serealia, 2015
1
KRITERIA INDEKS TOLERAN JAGUNG TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN DAN NITROGEN RENDAH
Roy Efendi dan Muh. Azrai
Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros, Sulawesi Selatan
ABSTRAK
Perhitungan kriteria toleran sangat berguna untuk menyeleksi suatu genotipe yang toleran pada kondisi cekaman, namun beberapa perhitungan kriteria toleran berdasarkan nilai indeks perlu dikaji agar dapat digunakan dengan tepat dalam melakukan seleksi genotipe tanaman yang toleran. Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan petak-petak terbagi (split-split plot) dengan tiga ulangan. Sebagai petak utama adalah tingkat cekaman kekeringan yang terdiri dari cekaman kekeringan dan pengairan normal. Sebagai anak petak adalah tingkat pemupukan N rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kriteria toleran genotipe jagung hibrida berdasarkan nilai indeks sensitivitas cekaman (ISC) dan indeks stabilitas hasil (ISH) pada kondisi cekaman kekeringan dan N rendah ditentukan oleh kemampuan genotipe jagung menekan kehilangan, namun tidak memperhitungkan tingkat produktivitas biji pada kondisi cekaman kekeringan dan N rendah. Kriteria toleran genotipe jagung berdasarkan nilai indeks toleran (ITC) dan indeks harmonik (IH) mengacu pada kemampuan suatu genotipe jagung memiliki tingkat produktifitas yang tinggi pada kondisi cekaman dan optimum, namun kriteria toleran berdasarkan IH lebih akurat dalam menyeleksi genotipe jagung yang tingkat produktivitasnya tinggi baik pada kondisi cekaman kekeringan dan N rendah serta optimum. Genotipe jagung hibrida yang toleran cekaman kekeringan dan N rendah berdasarkan ITC dan IH adalah genotipe hibrida H25, H57 dan H58 dengan hasil pada lingkungan cekaman kekeringan berkisar 10,30 – 10,72 t/ha, pada lingkungan dengan kombinasi cekaman kekeringan dan N rendah berkisar 8,38 – 8,61 t/h, dan pada kondisi optimum berkisar 11,32 - 12,21 t/ha.
Kata kunci: cekaman kekeringan, cekaman N rendah, indeks toleran, dan kriteria toleran
PENDAHULUAN
Luas areal panen tanaman jagung di Indonesia pada tahun 2013 sekitar 3,86
juta hektar dengan produksi mencapai sekitar 18,51 juta ton (BPS 2014). Produksi
tersebut belum mampu mencukupi kebutuhan jagung domestik, dimana dalam kurun
waktu 2010 – 2013 rata-rata impor jagung per tahun sebesar 3,4 juta ton (Direktorat
Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 2014). Upaya peningkatan
produksi jagung untuk mengurangi impor mengalami berbagai kendala, dimana
sebagian besar budidaya jagung dilakukan di lahan kering sekitar 69% dan sawah
irigasi 21%. Kendala utama yang dihadapi pada lahan tersebut adalah terbatasnya
ketersediaan air dan unsur hara N dalam tanah sehingga tidak mencukupi kebutuhan
tanaman jagung (Faesal and Syuryawati 2009; Sutoro 2012).
Suplai air untuk lahan pertanian semakin terbatas karena selain bersaing
dengan kebutuhan air di sektor industri dan pemukiman dan diperparah dengan
adanya anomali iklim yang mengakibatkan ketidakpastian suplai air ke lahan pertanian.
Pada musim kemarau, luas penanaman jagung menurun akibat suplai air yang
terbatas, sehingga produksi jagung pada musim kemarau lebih rendah dibanding
Roy Efendi dan Muhammad Azrai: Kriteria Indeks Toleran Jagung ....
2
musim hujan. Hanya sekitar 24% produksi biji jagung di Indonesia dihasilkan pada
musim kemarau (MK) I dan dan dan 19% pada MK II (Kasryno 2002). Selain luas
tanam jagung menurun pada musim kemarau, resiko tanaman mengalami cekaman
kekeringan sangat luas. Pada tahun 2010, pertanaman jagung yang mengalami
kekeringan mencapai sekitar 33.000 ha (Direktorat Jendral Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian 2014). Pada daerah tropis cekaman kekeringan
mengakibatkan penurunan hasil jagung 17–60% (Monneveux et al. 2006).
Salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut adalah merakit varietas
jagung yang toleran cekaman kekeringan dan N rendah sehingga dapat memanfaatkan
lahan-lahan yang ketersediaan air dan N yang terbatas. Varietas unggul dapat
diperoleh melalui program pemuliaan tanaman yang berkelanjutan (Banziger et al.
2000; O’Neill et al. 2004). Salah satu kegiatan tersebut adalah melakukan evaluasi
atau seleksi pada lingkungan target yaitu (lingkungan suboptimal). Seleksi pada
lingkungan target dapat memaksimalkan ekspresi gen-gen yang mengendalikan daya
adaptasi maupun daya hasil tanaman pada kondisi cekaman (Ceccarelli et al. 1994;
Jambormias 2011) sehingga diperoleh genotipe tanaman yang toleran sesuai dengan
tujuan.
Beberapa kriteria seleksi yang diusulkan untuk memilih genotipe berdasarkan
kemampuan tingkat produktivitas pada kondisi cekaman dan optimum Ada beberapa
perhitungan nilai indeks seleksi untuk mengetahui tingkat toleran genotipe tanaman
pada kondisi cekaman yang dikemukakan oleh Fischer and Maurer (1978), Bouslama
and Schapaugh (1984), Fernandez (1992), dan Jafari et al. (2009), namun masing-
masing perhitungan nilai indeks sebagai kriteria tingkat toleran tanaman pada kondisi
cekaman perlu dikaji satu persatu agar dapat digunakan secara tepat. Penelitian ini
dilakukan bertujuan untuk menentukan nilai indeks cekaman dan menyeleksi genotipe
jagung hibrida yang toleran cekaman kekeringan dan N rendah.
BAHAN DAN METODE
Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Serealia,
di Maros pada bulan Juni – Oktober 2015, dengan menggunakan rancangan petak-
petak terbagi (split-split plot) dengan tiga ulangan. Sebagai petak utama adalah tingkat
cekaman kekeringan yang terdiri dari cekaman kekeringan dan pengairan normal.
Sebagai anak petak adalah tingkat pemupukan N, yaitu 0, 100 kg dan 200 kg N/ha.
Sebagai anak-anak petak adalah 56 genotipe jagung hibrida hasil silang dialel dan 4
varietas jagung hibrida yaitu P 27, NK 33, Bima 3, dan Bisi 2.
Cekaman kekeringan yang merujuk metode CIMMYT (Banzinger et al. 2000)
yaitu (a) cekaman kekeringan pada fase pembungaan, diamana saat tanaman berumur
40 hst (12 – 15 hst menjelang berbunga) pemberian air dihentikan sehingga cekaman
kekeringan akan berlangsung saat fase pembungaan – sampai dua minggu setelah
berbunga, kemudian diberikan air kembali pada saat tanaman 75 hst, (b) pengairan
normal sebagai kontrol adalah pemberian air interval 10 hari mulai saat tanaman
hingga menjelang masak fisiologis.
Tingkat toleran genotipe jagung hibrida dihitung berdasarkan hasil biji pada
kondisi lingkungan cekaman (cekaman kekeringan dan N rendah) dan optimum. Hasil
Prosiding Seminar Nasional Serealia, 2015
3
biji dikonversi dari luas panen dari petak plot ke per hektar pada kadar air biji 15%
dengan menggunakan rumus:
Hasil biji (t/ha) .
Rendemem biji dihitung dengan rumus
Data hasil biji digunakan untk menghitung indeks cekaman kekeringan dan N
rendah. Perhitungan nilai indeks cekaman kekeringan dan N rendah adalah:
1. Indeks stabilitas hasil (ISH)
ISH = Ysi / Ypi ………………………… …. (Bouslama and Schapaugh 1984)
2. Indeks sensitivitas cekaman (ISC)
ISC = [1-YSI]/[1-(Ys/Yp)] ……… ……….. (Fischer and Maurer 1978)
Kriteria untuk menentukan tingkat toleran terhadap cekaman kekeringan adalah jika
nilai ISC≤0.5 maka genotipe tersebut toleran, jika 0,5<ISC≤1,0 maka genotipe
tersebut medium toleran, dan jika ISC>,.0 maka genotipe tersebut peka.
3. Indeks toleran cekaman (ITC)
ITC = (Ypi x Ysi)/Yp2…………………….. (Fernandez 1992)
Kriteria untuk menentukan tingkat toleran terhadap cekaman kekeringan adalah jika
nilai ITC≤0.5 maka genotipe tersebut peka, jika 0.5<ITC≤1.0 maka genotipe tersebut
medium toleran, dan jika ITC>1.0 maka genotipe tersebut toleran.
4. Indeks harmonik
IH = [2 x (Ypi x Ysi)]/[Ypi + Ysi]……………. (Jafari et al. 2009)
Keterangan
Ysi = Hasil biji dari suatu genotipe pada kondisi cekaman
Ypi = Hasil biji dari suatu genotipe pada kondisi optimum
Ys = Rata-rata hasil biji dari seluruh genotipe pada kondisi cekaman
Yp = Rata-rata hasil biji dari seluruh genotipe pada kondisi optimum
Indeks toleran setiap genotipe dikelompokkan dalam: (1) genotipe toleran
kekeringan diperoleh dengan membandingkan perlakuan yang mendapat cekaman
kekeringan dengan perlakuan pengairan normal dengan takaran pemupukan 150 kg
N/ha, (2) genotipe toleran N rendah diperoleh dari perlakuan pemupukan 0 dan 75 kg
N/ha dibandingkan dengan pemupukan 150 kg N/ha dengan pemberian air normal, (3)
genotipe toleran kombinasi cekaman kekeringan dan N rendah diperoleh dari
perlakuan cekaman kekeringan dengan pemupukan 0 dan 75 kg N/ha dibandingkan
dengan perlakuan pemberian air normal dengan pemupukan 150 kg N/ha.
Roy Efendi dan Muhammad Azrai: Kriteria Indeks Toleran Jagung ....
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hubungan Kriteria Toleran dengan Tingkat Penurunan Hasil
Toleran tanaman adalah kemampuan untuk bertahan hidup dan berproduksi
pada kondisi atau lingkung yang tercekam (Simms 2000). Tanaman yang mengalami
cekaman umumnya akan mengalami penurunan hasil dimana tingkat penurunan hasil
tiap genotipe tanaman akan berbeda-beda tergantung kemampuan adaptasi dari setiap
genotipe pada kondisi cekaman. Tingkat toleran suatu genotipe jagung pada
lingkungan cekaman (kondisi cekaman kekeringan dan N rendah) dapat ditentukan
berdasarkan nilai indeks cekaman yang dihitung berdasarkan perbandingan hasil pada
kondisi cekaman dan optimum. Beberapa nilai indeks cekaman untuk menentukan
tingkat toleran genotipe tanaman adalah indeks sensitivitas cekaman (ISC), indeks
stabilitas hasil (ISH), indeks toleran cekaman (ITC), dan indeks harmonik.
Kriteria tingkat toleran tanaman pada kondisi cekaman kekeringan dan N
rendah berdasarkan nilai ISC dan ISH berkaitan dengan kemampuan genotipe jagung
menekan kehilangan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai ISC dan ISH yang berkorelasi
nyata secara linier dengan persentase penurunan hasil relatif pada kondisi cekaman
dengan nilai koefisien determinan (r) sebesar 1,00 (Gambar 1). Korelasi tersebut
menunjukkan bahwa semakin kecil persentase penurunan hasil suatu genotipe jagung
pada kondisi cekaman kekeringan dan N rendah maka semakin toleran genotipe
tersebut. Kriteria toleran berdasarkan ISC dan ISH sebaiknya digunakan untuk
menyeleksi jagung inbrida atau koleksi plasma nutfah jagung.
Genotipe jagung yang toleran memiliki nilai ISC yang semakin kecil atau nilai
ISH yang semakin besar. Gambar 1 menunjukkan bahwa semakin kecil nilai ISC
semakin rendah persentase penurunan hasil atau semakin toleran terhadap kondisi
cekaman. Sedangkan Nilai ISH yang semakin besar menunjukkan bahwa suatu
genotipe semakin mampu menekan kehilangan hasil atau semakin toleran pada
kondisi cekaman. Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kondisi cekaman kekeringan dan
N rendah (CK+NR) genotipe jagung hibirda H41, H42, H43, dan H44 memiliki nilai ISC
yang semakin meningkat atau nilai ISH yang semakin menurun. Genotipe jagung
hibirda H41, H42, H43, dan H44 masing-masing memiliki nila ISC sebesar 0,36 dan
0,90 dengan kriteria toleran, 0,6 dan 0,83 dengan kriteria medium toleran, 0,91 dan
0,75 dengan kriteria peka, dan 0,15 dan 0,57 dengan kriteria sangat peka pada kondisi
cekaman kekeringan dan N rendah.
Prosiding Seminar Nasional Serealia, 2015
5
Keterangan: CK = cekaman kekeringan CK+NR = kombinasi cekaman kekeringan dengan nitrogen rendah CK+NRS = kombinasi cekaman kekeringan dengan nitrogen sangat rendah
Gambar 1. Hubungan nilai indeks sensitivitas cekaman, indeks stabilitas hasil, indeks
toleran dan indeks harmonik stabilitas hasil dengan persentase penurunan hasil pada kondisi cekaman kekeringan dan N rendah
Kriteria tingkat toleran genotipe jagung berdasarkan ISC dan ISH tidak dapat
memberikan informasi tentang perbedaan potensi hasil antar genotipe jagung yang
sama-sama memiliki tingkat kriteria toleran yang sama, karena genotipe yang berdaya
hasil tinggi dan rendah dapat memiliki nilai ISC yang relatif sama. Pada Tabel 1
menunjukkan bahwa pada kondisi cekaman kekeringan hibrida H16 memiliki nilai ISC
sebesar 0,26 dan ISH sebesar 0,97 yang hampir sama dengan H58 yang memiliki nilai
ISC dan ISH masing-masing sebesar 0,25 dan 0,97, namun produktivitas H58 lebih
besar yaitu 11,37 t/ha dibanding H16 dengan produktivitas 6,62 t/ha pada kondisi
cekaman kekeringan.
Roy Efendi dan Muhammad Azrai: Kriteria Indeks Toleran Jagung ....
6
Tabel 1. Hasil pada kondisi cekaman dan optimum serta nilai indeks sensitivitas cekaman (ISC)
dan indeks stabilitas hasil (ISH) pada beberapa jagung hibrida
No. Genotipe Hasil biji (t/ha) pada kondisi
Nilai ISC dan kriteria toleran pada kondisi
Nilai ISH pada kondisi
CK+NSR CK+NR CK OPT CK+NSR CK+NR CK CK+NSR CK+NR CK
1 H1 3.78 6.13 6.95 7.65 0.91 P 0.71 MT 0.91 P 0.49 0.80 0.91 2 H2 2.84 4.26 6.57 7.17 1.09 SP 1.46 SP 0.83 P 0.40 0.59 0.92 3 H3 4.82 7.21 9.66 10.24 0.96 P 1.06 SP 0.56 MT 0.47 0.70 0.94 4 H4 3.83 7.24 8.61 9.89 1.11 SP 0.96 P 1.28 SP 0.39 0.73 0.87 5 H5 4.39 6.82 7.66 8.76 0.90 P 0.79 P 1.25 SP 0.50 0.78 0.87 6 H6 4.06 6.38 7.32 9.19 1.01 SP 1.10 SP 2.02 SP 0.44 0.69 0.80 7 H7 3.92 7.03 8.12 8.90 0.96 P 0.59 MT 0.43 T 0.47 0.84 0.97 8 H8 3.44 5.29 6.56 7.59 0.99 P 1.08 SP 1.34 SP 0.45 0.70 0.87 9 H9 3.32 5.44 8.20 8.83 1.13 SP 1.38 SP 0.71 MT 0.38 0.62 0.93
10 H10 3.97 5.87 8.48 9.63 1.06 SP 1.40 SP 1.19 SP 0.41 0.61 0.88 11 H11 3.16 7.00 9.33 10.05 1.24 SP 1.09 SP 0.71 MT 0.31 0.70 0.93 12 H12 4.19 5.62 7.40 8.45 0.91 P 1.20 SP 1.23 SP 0.50 0.67 0.88 13 H13 4.59 5.87 8.36 9.17 0.90 P 1.29 SP 0.87 P 0.50 0.64 0.91 14 H14 3.33 6.70 7.88 8.32 1.08 SP 0.70 MT 0.52 MT 0.40 0.81 0.95 15 H15 3.23 7.05 7.38 8.24 1.10 SP 0.52 MT 1.04 SP 0.39 0.86 0.90 16 H16 3.18 5.47 6.62 6.80 0.96 P 0.70 MT 0.26 T 0.47 0.80 0.97 17 H17 4.42 8.29 10.07 10.92 1.08 SP 0.87 P 0.78 P 0.40 0.76 0.92 18 H18 4.40 8.05 9.84 11.25 1.10 SP 1.02 SP 1.25 SP 0.39 0.72 0.87 19 H19 4.64 6.93 8.41 9.34 0.91 P 0.92 P 0.99 P 0.50 0.74 0.90 20 H20 4.22 6.39 9.10 9.83 1.03 SP 1.25 SP 0.74 MT 0.43 0.65 0.93 21 H21 3.95 5.22 8.96 9.52 1.06 SP 1.62 SP 0.58 MT 0.41 0.55 0.94 22 H22 4.41 8.10 8.40 10.16 1.02 SP 0.72 MT 1.72 SP 0.43 0.80 0.83 23 H23 4.45 6.03 7.91 8.50 0.86 P 1.04 SP 0.70 MT 0.52 0.71 0.93 24 H24 4.57 7.29 8.28 9.90 0.97 P 0.94 P 1.62 SP 0.46 0.74 0.84 25 H25 4.13 8.85 10.30 12.21 1.20 SP 0.99 P 1.55 SP 0.34 0.72 0.84 26 H26 4.82 7.07 8.96 9.92 0.93 P 1.03 SP 0.96 P 0.49 0.71 0.90 27 H27 4.36 7.32 8.59 9.70 1.00 P 0.88 P 1.14 SP 0.45 0.75 0.89 28 H28 4.32 7.62 8.85 10.04 1.03 SP 0.86 P 1.18 SP 0.43 0.76 0.88 29 H29 4.63 7.30 8.75 10.18 0.98 P 1.01 SP 1.40 SP 0.46 0.72 0.86 30 H30 3.69 6.30 9.22 9.72 1.12 SP 1.26 SP 0.51 MT 0.38 0.65 0.95 31 H31 4.63 7.05 8.06 9.61 0.94 P 0.96 P 1.60 SP 0.48 0.73 0.84 32 H32 5.16 8.48 9.23 10.72 0.94 P 0.75 MT 1.38 SP 0.48 0.79 0.86 33 H33 4.40 7.06 8.27 9.09 0.93 P 0.80 P 0.89 P 0.48 0.78 0.91 34 H34 3.58 6.78 9.77 10.71 1.20 SP 1.31 SP 0.87 P 0.33 0.63 0.91 35 H35 4.97 6.77 9.43 10.88 0.98 P 1.35 SP 1.33 SP 0.46 0.62 0.87 36 H36 4.33 6.74 8.19 8.87 0.92 P 0.86 P 0.77 P 0.49 0.76 0.92 37 H37 3.84 6.34 8.30 8.86 1.02 SP 1.02 SP 0.63 MT 0.43 0.72 0.94 38 H38 4.40 6.19 8.06 9.14 0.94 P 1.16 SP 1.18 SP 0.48 0.68 0.88 39 H39 3.96 7.42 9.33 10.81 1.15 SP 1.12 SP 1.36 SP 0.37 0.69 0.86 40 H40 3.68 7.45 8.33 9.17 1.08 SP 0.67 MT 0.91 P 0.40 0.81 0.91 41 H41 4.74 7.31 7.70 8.11 0.75 P 0.36 T 0.51 MT 0.58 0.90 0.95 42 H42 3.62 6.50 7.09 7.84 0.97 P 0.61 MT 0.95 P 0.46 0.83 0.90 43 H43 5.03 7.14 8.94 9.56 0.86 P 0.91 P 0.65 MT 0.53 0.75 0.93 44 H44 3.99 5.20 8.61 9.17 1.02 SP 1.55 SP 0.60 MT 0.44 0.57 0.94 45 H45 3.80 7.10 8.34 9.27 1.07 SP 0.84 P 1.00 P 0.41 0.77 0.90 46 H46 4.34 6.89 9.38 11.03 1.10 SP 1.34 SP 1.49 SP 0.39 0.62 0.85 47 H47 4.21 7.61 9.72 10.24 1.06 SP 0.92 P 0.51 MT 0.41 0.74 0.95 48 H48 4.92 7.09 8.00 8.74 0.79 P 0.68 MT 0.85 P 0.56 0.81 0.91 49 H49 3.78 6.95 7.83 8.29 0.98 P 0.58 MT 0.56 MT 0.46 0.84 0.94 50 H50 3.95 5.15 7.20 9.05 1.02 SP 1.54 SP 2.04 SP 0.44 0.57 0.80 51 H51 4.66 5.90 7.05 8.03 0.76 P 0.95 P 1.21 SP 0.58 0.73 0.88 52 H52 3.25 6.12 7.65 8.22 1.09 SP 0.92 P 0.69 MT 0.40 0.74 0.93 53 H53 3.68 6.42 8.95 9.83 1.13 SP 1.24 SP 0.88 P 0.37 0.65 0.91 54 H54 3.69 7.06 8.21 9.47 1.10 SP 0.91 P 1.32 SP 0.39 0.75 0.87 55 H55 4.84 6.50 7.82 8.62 0.79 P 0.88 P 0.92 P 0.56 0.75 0.91 56 H56 5.67 6.55 7.07 8.50 0.60 MT 0.82 P 1.67 SP 0.67 0.77 0.83 57 H57 5.83 8.61 10.72 11.32 0.88 P 0.86 P 0.52 MT 0.51 0.76 0.95 58 H58 5.32 8.38 10.37 11.67 0.98 P 1.01 SP 0.55 MT 0.46 0.72 0.97 59 H59 3.82 6.59 7.93 9.03 1.04 SP 0.97 P 1.22 SP 0.42 0.73 0.88 60 H60 4.01 5.91 8.52 8.96 1.00 P 1.22 SP 0.49 T 0.45 0.66 0.95
Keterangan:ISC = indeks sensitivitas cekaman, ISH = indeks stabilitas hasil, CK+NSR = kombinasi cekaman kekeringan dan N sangat rendah, CK+NR = kombinasi cekaman kekeringan dan N rendah, CK = cekaman kekeringan, T = toleran, MT = medium toleran, P = peka, SP = sangat peka
Prosiding Seminar Nasional Serealia, 2015
7
Hal yang sama pada kondisi cekaman kekeringan dan N rendah (CK+NR) dimana
hibrida H1 memiliki nilai ISC dan ISH masing-masing sebesar 0,71 dan 0,91, nilai
tersebut hampir sama pada H22 dengan nilai ISC dan ISH masing-masing sebesar
0,72 dan 0,83, namun produktivitas H22 lebih besar yaitu 8,10 t/ha dibanding H1
dengan produktivitas hanya 6,13 t/ha pada kondisi cekaman kekeringan + N rendah.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kriteria tingkat toleran berdasarkan nilai ISC dan ISH
tidak terkait dengan tingkat produktifitas suatu genotipe jagung pada kondisi cekaman
namun ditentukan oleh kemampuan genotipe jagung menekan penurunan hasil pada
kondisi cekaman. sehingga dalam memilih genotipe jagung yang toleran berdasarkan
ISC dan ISH perlu juga diperhatikan tingkat produktivitas.
Terdapat dua pengelompokan kriteria toleran suatu tanaman berdasarkan ISC
dan ISH, yaitu (a) genotipe jagung yang toleran dengan produktivitas tinggi baik pada
kondisi cekaman kekeringan maupun kondisi optimum, yaitu hibrida H7 dan H8
dengan produktivitas 8,12 dan 8,52 t/ha pada kondisi cekaman kekeringan dan 8,90
dan 8,96 t/ha pada kondisi optimum (Tabel 1), (b) genotipe jagung yang toleran
dengan produktivitas rendah pada kondisi cekaman kekeringan dan optimum, yaitu
jagung hibrida H 16 dengan produktivitas 6,62 t/ha pada kondisi cekaman kekeringan
dan 6,80 t/ha pada kondisi optimum.
B. Hubungan kriteria toleran dengan tingkat produktifitas
Kriteria toleran suatu genotipe jagung didasarkan pada tingkat produktifitasnya
pada kondisi cekaman sebaiknya berdasarkan ITC dan IH . Hal tersebut terlihat pada
Gambar 2 dimana nilai ITC dan IH berkorelasi nyata linier dengan tingkat produktivitas
genotipe jagung pada kondisi cekaman kekeringan dan N rendah dengan nilai
koefisien determinan sebesar 0,768 – 0,964. Namun demikian nilai IH lebih kuat
berkorelasi dengan tingkat produktivitas pada berbagai kondisi cekaman dimana nilai
korelasi koefisien determinan (r) IH dengan hasil pada tiga kondisi cekaman (cekaman
kekeringan, cekaman kekeringan+ N rendah, dan cekaman kekeringan + N sangat
rendah) adalah 0,914 – 0,964 sedangkan ITC memiliki r antara 0,768 – 0,959.
Kriteria suatu genotipe jagung yang toleran berdasarkan nilai ITC atau IH yaitu
semakin besar nilai ITC dan IH dari suatu genotipe jagung maka semakin besar
produktifitas genotipe tersebut pada kondisi cekaman (Gambar 2) atau semakin toleran
terhadap kondisi cekaman kekeringan dan N rendah (Tabel 2). Hal tersebut
menunjukkan bahwa kriteria toleran ITC dan IH dapat menyeleksi genotipe jagung
yang mempunyai produktivitas tinggi pada kondisi cekaman. Hal serupa juga
dikemukakan oleh Moradi et al. (2012) bahwa pemilihan jagung hibrida berdasarkan
ITC dapat menyaring genotipe jagung hibrida yang toleran dengan potensi hasil tinggi
pada kondisi cekaman.
Tingkat toleran suatu genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan dan N
rendah berdasarkan nilai ITC dan IH yang dikaitkan dengan kemampuan suatu
genotipe jagung memiliki tingkat produktifitas yang tinggi pada kondisi cekaman. Hal
tersebut ditunjukkan pada jagung hibrida H25, H57 dan H58, dimana pada kondisi
cekaman kekeringan memiliki nilai ITC lebih besar dari 1,31 dan nilai IH lebih besar
dari 11,00 dimana tingkat produktivitasnya juga paling tinggi yaitu 10,30 – 10,72 t/ha
pada kondisi cekaman kekeringan (Tabel 2).
Roy Efendi dan Muhammad Azrai: Kriteria Indeks Toleran Jagung ....
8
Keterangan: CK = cekaman kekeringan CK+NR = kombinasi cekaman kekeringan dengan nitrogen rendah CK+NRS = kombinasi cekaman kekeringan dengan nitrogen sangat rendah
Gambar 2. Hubungan nilai indeks sensitivitas cekaman, indeks stabilitas hasil, indeks
toleran dan indeks harmonik stabilitas hasil dengan persentase penurunan hasil pada kondisi cekaman kekeringan dan N rendah.
Pada lingkungan dengan kombinasi cekaman kekeringan dan N rendah
(CK+NR) genotipe hibrida H25, H57 dan H58 juga memiliki nilai ITC > 1,10 dan nilai IH
> 9,75 dengan produktivitas paling tinggi yaitu berkisar 8,38 – 8,61 t/h dibanding
genotipe lainnya pada lingkungan kombinasi cekaman kekeringan dan N rendah
(CK+NR). Hal yang sama juga diperlihatkan di lingkungan dengan kombinasi cekaman
kekeringan dan N sangat rendah (CK+NSR) genotipe hibrida H57 dan H58 juga
memiliki nilai ITC > 0,70 dan nilai IH > 7,30 dengan produktivitas paling tinggi yaitu
berkisar 5,32 - 5,83 t/h dibanding genotipe lainnya pada lingkungan kombinasi
cekaman kekeringan dan N rendah (CK+NR) (Tabel 2).
Prosiding Seminar Nasional Serealia, 2015
9
Tabel 2. Tabel 1. Hasil pada kondisi cekaman dan optimum serta nilai indeks toleran cekaman (ITC) dan indeks harmonik (IH) pada beberapa jagung hibrida
No Geno-
tipe
Hasil biji (t/ha) pada kondisi Nilai ITC dan kriteria toleran pada
kondisi Nilai IH pada kondisi
CK+NSR CK+NR CK OPT CK+NSR CK+NR CK CK+NSR CK+NR CK
1 H1 3.78 6.13 6.95 7.65 0.33 SP 0.53 MT 0.61 MT 5.06 6.81 7.28 2 H2 2.84 4.26 6.57 7.17 0.23 SP 0.35 SP 0.54 MT 4.07 5.34 6.86 3 H3 4.82 7.21 9.66 10.24 0.56 MT 0.84 P 1.13 T 6.56 8.46 9.94 4 H4 3.83 7.24 8.61 9.89 0.43 SP 0.81 P 0.97 P 5.52 8.36 9.20 5 H5 4.39 6.82 7.66 8.76 0.44 SP 0.68 MT 0.76 P 5.85 7.67 8.17 6 H6 4.06 6.38 7.32 9.19 0.42 SP 0.67 MT 0.77 P 5.63 7.53 8.15 7 H7 3.92 7.03 8.12 8.40 0.37 SP 0.67 MT 0.78 P 5.34 7.65 8.26 8 H8 3.44 5.29 6.56 7.59 0.30 SP 0.46 SP 0.57 MT 4.73 6.23 7.04 9 H9 3.32 5.44 8.20 8.83 0.33 SP 0.55 MT 0.82 P 4.82 6.73 8.50
10 H10 3.97 5.87 8.48 9.63 0.44 SP 0.64 MT 0.93 P 5.63 7.30 9.02 11 H11 3.16 7.00 9.33 10.05 0.36 SP 0.80 P 1.07 T 4.81 8.25 9.68 12 H12 4.19 5.62 7.40 8.45 0.40 SP 0.54 MT 0.71 MT 5.60 6.75 7.89 13 H13 4.59 5.87 8.36 9.17 0.48 SP 0.61 MT 0.87 P 6.12 7.15 8.75 14 H14 3.33 6.70 7.88 8.32 0.32 SP 0.63 MT 0.75 MT 4.75 7.42 8.09 15 H15 3.23 7.05 7.38 8.24 0.30 SP 0.66 MT 0.69 MT 4.64 7.60 7.79 16 H16 3.18 5.47 6.62 6.80 0.25 SP 0.42 SP 0.51 MT 4.34 6.06 6.71 17 H17 4.42 8.29 10.07 10.92 0.55 MT 1.03 T 1.25 T 6.29 9.42 10.81 18 H18 4.40 8.05 9.84 11.25 0.56 MT 1.03 T 1.26 T 6.32 9.39 10.50 19 H19 4.64 6.93 8.41 9.34 0.49 SP 0.74 MT 0.89 P 6.20 7.96 8.85 20 H20 4.22 6.39 9.10 9.83 0.47 SP 0.71 MT 1.02 T 5.90 7.75 9.45 21 H21 3.95 5.22 8.96 9.52 0.43 SP 0.57 MT 0.97 P 5.58 6.75 9.24 22 H22 4.41 8.10 8.40 10.16 0.51 MT 0.94 P 0.97 P 6.15 9.01 9.19 23 H23 4.45 6.03 7.91 8.50 0.43 SP 0.58 MT 0.77 P 5.84 7.05 8.19 24 H24 4.57 7.29 8.28 9.90 0.51 MT 0.82 P 0.93 P 6.25 8.39 9.02 25 H25 4.13 8.85 10.30 12.21 0.57 MT 1.23 T 1.43 T 6.17 10.26 11.17 26 H26 4.82 7.07 8.96 9.92 0.54 MT 0.80 P 1.01 T 6.49 8.25 9.41 27 H27 4.36 7.32 8.59 9.70 0.48 SP 0.81 P 0.95 P 6.01 8.34 9.11 28 H28 4.32 7.62 8.85 10.04 0.49 SP 0.87 P 1.01 T 6.04 8.66 9.41 29 H29 4.63 7.30 8.75 10.18 0.54 MT 0.85 P 1.01 T 6.37 8.50 9.41 30 H30 3.69 6.30 9.22 9.72 0.41 SP 0.70 MT 1.02 T 5.35 7.65 9.46 31 H31 4.63 7.05 8.06 9.61 0.51 MT 0.77 P 0.88 P 6.25 8.13 8.77 32 H32 5.16 8.48 9.23 10.72 0.63 MT 1.04 T 1.13 T 6.97 9.47 10.47 33 H33 4.40 7.06 8.27 9.09 0.46 SP 0.73 MT 0.86 P 5.93 7.95 8.66 34 H34 3.58 6.78 9.77 10.71 0.44 SP 0.83 P 1.19 T 5.37 8.30 10.22 35 H35 4.97 6.77 9.43 10.88 0.61 MT 0.84 P 1.17 T 6.82 8.35 10.10 36 H36 4.33 6.74 8.19 8.87 0.44 SP 0.68 MT 0.83 P 5.82 7.66 8.52 37 H37 3.84 6.34 8.30 8.86 0.39 SP 0.64 MT 0.84 P 5.36 7.39 8.57 38 H38 4.40 6.19 8.06 9.14 0.46 SP 0.64 MT 0.84 P 5.94 7.38 8.57 39 H39 3.96 7.42 9.33 10.81 0.49 SP 0.91 P 1.15 T 5.80 8.80 10.02 40 H40 3.68 7.45 8.33 9.17 0.38 SP 0.78 P 0.87 P 5.26 8.22 8.73 41 H41 4.74 7.31 7.70 8.11 0.44 SP 0.67 MT 0.71 MT 5.99 7.69 8.00 42 H42 3.62 6.50 7.09 7.84 0.32 SP 0.58 MT 0.63 MT 4.95 7.11 7.45 43 H43 5.03 7.14 8.94 9.56 0.55 MT 0.78 P 0.97 P 6.60 8.17 9.24 44 H44 3.99 5.20 8.61 9.17 0.42 SP 0.54 MT 0.90 P 5.56 6.63 9.04 45 H45 3.80 7.10 8.34 9.27 0.40 SP 0.75 MT 0.88 P 5.39 8.04 8.78 46 H46 4.34 6.89 9.38 11.03 0.54 MT 0.86 P 1.18 T 6.22 8.48 10.14 47 H47 4.21 7.61 9.72 10.24 0.49 SP 0.89 P 1.13 T 5.97 8.74 9.98 48 H48 4.92 7.09 8.00 8.74 0.49 SP 0.71 MT 0.80 P 6.29 7.83 8.35 49 H49 3.78 6.95 7.83 8.29 0.36 SP 0.66 MT 0.74 MT 5.20 7.56 8.06 50 H50 3.95 5.15 7.20 9.05 0.41 SP 0.53 MT 0.74 MT 5.50 6.57 8.02 51 H51 4.66 5.90 7.05 8.03 0.43 SP 0.54 MT 0.65 MT 5.89 6.81 7.51 52 H52 3.25 6.12 7.65 8.22 0.30 SP 0.57 MT 0.72 MT 4.66 7.01 7.93 53 H53 3.68 6.42 8.95 9.83 0.41 SP 0.72 MT 1.00 T 5.35 7.76 9.37 54 H54 3.69 7.06 8.21 9.47 0.40 SP 0.76 P 0.89 P 5.31 8.09 8.80 55 H55 4.84 6.50 7.82 8.62 0.47 SP 0.64 MT 0.77 P 6.20 7.41 8.21 56 H56 5.67 6.55 7.07 8.50 0.55 MT 0.63 MT 0.68 MT 6.80 7.40 7.72 57 H57 5.83 8.61 10.72 11.32 0.75 P 1.11 T 1.38 T 7.69 9.78 11.01 58 H58 5.32 8.38 10.37 11.67 0.71 MT 1.11 T 1.51 T 7.31 9.75 11.52 59 H59 3.82 6.59 7.93 9.03 0.39 SP 0.68 MT 0.81 P 5.37 7.62 8.44 60 H60 4.01 5.91 8.52 8.96 0.41 SP 0.60 MT 0.87 P 5.54 7.12 8.73
Keterangan: ITC = indeks toleran cekaman, I = indeks hamonik, CK+NSR = kombinasi cekaman kekeringan dan N sangat rendah, CK+NR = kombinasi cekaman kekeringan dan N rendah, CK = cekaman kekeringan, T = toleran, MT = medium toleran, P = peka, SP = sangat peka
Roy Efendi dan Muhammad Azrai: Kriteria Indeks Toleran Jagung ....
10
Selain memiliki potensi hasil yang tinggi pada kondisi cekaman. Hal di atas
menunjukkan bahwa kriteria toleran genotipe jagung terhadap kondisi cekaman
berdasarkan nilai ITC dan IH mengacu pada tingkat produktivitas yang tinggi pada
kondisi cekaman dan potensi hasil pada kondisi optimum. Genotipe jagung hibrida
H25, H57 dan H58 yang memiliki tingkat produktivitas yang tinggi pada kondisi
cekaman juga memiliki potensi hasil yang tinggi pada kondisi optimum yaitu 11,32 -
12,21 t/ha. Hal tersebut sejalan dengan beberapa hasil penelitian yang juga
menyatakan bahwa IST dan IH berkorelasi positif dengan hasil biji pada kondisi
cekaman dan optimum (Mhike et al. 2012; Ngugi et al. 2013; Andjelkovic et al. 2014;
El-Mohsen et al. 2015). Amiri et al. (2014) dan Menezes et al. (2014) juga
menambahkan dari beberapa perhitungan indeks toleran cekaman kekeringan pada
tanaman gandum menunjukkan bahwa kriteria tingkat toleran berdasarkan nilai IST
dan IH lebih tepat dalam menyeleksi genotipe tanaman dengan tingkat produktivitas
tinggi dibanding berdasarkan nilai ISC dan ISH. Oleh karena itu, penggunaan kriteria
toleran cekaman dengan menggunakan IST dan IH sebaiknya digunakan untuk
menyeleksi calon-calon varietas jagung hibrida yang akan dilepas untuk memperoleh
jagung hibrida yang toleran dengan tingkat produktivitas tinggi pada kondisi cekaman
maupun optimum.
KESIMPULAN
Kriteria toleran genotipe jagung hibrida berdasarkan nilai indeks sensitivitas
cekaman (ISC) dan indeks stabilitas hasil (ISH) pada kondisi cekaman kekeringan dan
N rendah ditentukan oleh kemampuan genotipe jagung menekan kehilangan hasil
pada kondisi cekaman kekeringan dan N rendah. Kriteria toleran berdasarkan ISC dan
ISH sebaiknya digunakan untuk menyeleksi jagung inbrida atau koleksi plasma nutfah
jagung.
Kriteria toleran genotipe jagung berdasarkan nilai indeks toleran (ITC) dan
indeks harmonik (IH) mengacu pada kemampuan suatu genotipe jagung memiliki
tingkat produktifitas yang tinggi pada kondisi cekaman dan optimum. Penggunaan
kriteria toleran cekaman berdasarkan IST dan IH sebaiknya digunakan untuk
menyeleksi calon-calon varietas jagung hibrida yang akan dilepas untuk memperoleh
jagung hibrida yang toleran dengan tingkat produktivitas tinggi pada kondisi cekaman
maupun optimum.
Genotipe jagung hibrida yang toleran cekaman kekeringan dan N rendah
berdasarkan ITC dan IH adalah genotipe hibrida H25, H57 dan H58 dengan hasil pada
lingkungan cekaman kekeringan berkisar 10,30 – 10,72 t/ha, pada lingkungan dengan
kombinasi cekaman kekeringan dan N rendah berkisar 8,38 – 8,61 t/h, dan pada
kondisi optimum berkisar 11,32 - 12,21 t/ha.
DAFTAR PUSTAKA
Amiri, R., S. Bahraminejad, S. Sasani, and M. Ghobadi. 2014. Genetic evaluation of 80 irrigated bread wheat genotypes for drought tolerance indices. Bulgarian Journal of Agricultural Science 20(1) 101-111.
Prosiding Seminar Nasional Serealia, 2015
11
Andjelkovic, V., N. Kravic, V. Babic, D. Ignjatovic-Micic, Z. Dumanovic, and J. Vancetovic. 2014. Estimation of drought tolerance among maize landraces from mini-core collection. Genetika 46: 775-788.
Bouslama, M. and W. T. Schapaugh. 1984. Stress tolerance in soybean. Part 1: evaluation of three screening techniques for heat and drought tolerance. Crop Sci 24: 933-937.
BPS. 2014. Luas panen, Produksi, dan Produktivitas Komoditas Palawija. Retrieved 2 April 2015, 2013.
Ceccarelli, S., W. Erskine, J. Hamblin, and S. Grando. 1994. Genotype by Environment Interaction and International Breeding Programmes. Experimental Agriculture 30: 177-187.
Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2014. Statistik Ekspor Impor Komoditas Pertanian 2001-2013. pp. 39. Kementerian Pertanian RI, Jakarta.
El-Mohsen, A. A., M. A. El-Shafi, E. M. S. Gheith, and H. S. Suleiman. 2015. Using different statistical procedures for evaluating drought tolerance indices of bread wheat genotypes. Advance in Agriculture and Biology 4.
Faesal and Syuryawati. 2009. Kendala dan prospek pengembangan jagung pada lahan sawah tadah hujan di Sulawesi Selatan. Inovasi Teknologi Serealia Menuju Kemandirian Pangan dan Agroindustri, Maros, 29 Juli 2009.
Fernandez, G. C. J. 1992. Effective selection criteria for assessing stress tolerance. Tainan. Taiwan.
Fischer, R. and R. Maurer. 1978. Drought resistance in spring wheat cultivars. I. Grain yield responses. Australian Journal of Agricultural Research 29: 897-912.
Jafari, A., A. Paknejad, and J. Al-Ahmad. 2009. Evaluation of selection indices for drought tolerance of corn (Zea mays L.) hybrids. Int. J. Plant. Prot. 3: 33-38.
Jambormias, E. 2011. Peragaan grafis GGE-Biplot untuk evaluasi keragaan genotipe-genotipe dan perubahan lingkungan bercekaman di pulau-pulau kecil. . Universitas Pattimura.
Kasryno, F. 2002. Perkembangan produksi dan komsumsi jagung dunia selama empat dekade yang lalu dan implikasinya bagi Indonesia Makalah disampaikan pada diskusi nasional agribisnis jagung. Badan Litbang Pertanian, Bogor.
Menezes, C. B., C. A. Ticona-Benavente, F. D. Tardin, M. J. Cardoso, E. A. Bastos, D. W. Nogueira, A. F. Portugal, C. V. Santos, and R. E. Schaffert. 2014. Selection indices to identify drought-tolerant grain sorghum cultivars. Genet Mol Res 13: 9817-9827.
Mhike, X., P. Okori, C. Magorokosho, and T. Ndlela. 2012. Validation of the use of secondary traits and selection indices for drought tolerance in tropical maize (Zea mays L.). African Journal of Plant Science 6: 96-102.
Monneveux, P., C. Sa¡nchez, D. Beck, and G. O. Edmeades. 2006. Drought Tolerance Improvement in Tropical Maize Source Populations: Evidence of Progress. Crop Science 46: 180-191.
Moradi, H., G. A. Akbari, S. K. Khorasani, and H. A. Ramshini. 2012. Evaluation of drought tolerance in corn (Zea mays L.) new hybrids with using stress tolerance indices. European Journal of Sustainable Development 1: 543-559.
Roy Efendi dan Muhammad Azrai: Kriteria Indeks Toleran Jagung ....
12
Ngugi, K., J. O. Collins, and S. Muchira. 2013. Combining, earliness, short anthesis to silking interval and yield based selection indices under intermittent water stress to select for drought tolerant maize. Australian Journal of Crop Science 7(13): 2014-2020
Simms, E. 2000. Defining tolerance as a norm of reaction. Evolutionary Ecology 14: 563-570.
Sutoro. 2012. Kajian penyediaan varietas jagung untuk lahan suboptimal. Iptek Tanaman Pangan 7(2): 108-112.