79
LAMPIRAN A

LAMPIRAN A - KC UMN - Universitas Multimedia Nusantara

Embed Size (px)

Citation preview

LAMPIRAN A

Kampus UMN, Scientia Garden | Jl. Boulevard Gading Serpong – Tangerang | P. +62 21 5422 0808 | F. +62 21 5422 0800 | www.umn.ac.id

Nomor : 393/S.Ijin-Genap/Fikom/UMN/V/2020

Perihal : Permohonan Izin Penelitian / Skripsi

Tempat/Tanggal : Tangerang, 5 Mei 2020

Kepada Yth,

PT Dan Liris Kelurahan Banaran, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah 57193. Dengan hormat, Dengan ini kami mohon agar kepada mahasiswa Program S1 Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara tersebut di bawah ini,

Nama : Edelia Gloria Handri NIM : 000000013389 No HP : 081381321997 Diberikan izin untuk mengadakan penelitian dalam rangka skripsi / tugas akhir. Kesetaraan Gender dalam Kinerja Corporate Communication di Perusahaan Tekstil dan

Produk Tekstil: Studi pada Karyawan Perempuan PT Dan Liris

Mohon diberikan kesempatan untuk melakukan penelitian guna mendapatkan informasi dan data yang relevan dan akurat. Untuk membantu mahasiswa melakukan analisa mendalam sehingga penulisan skripsi dapat dilakukan secara optimal. Hasil penelitian tidak untuk dipublikasikan, hanya untuk kepentingan tugas akhir. Pengambilan data akan dilakukan dengan,

Wawancara

Demikian permohonan kami. Terimakasih atas perhatian dan kerjasamanya. Diketahui oleh,

(Inco Hary Perdana, M.Si.) Kaprodi Ilmu Komunikasi

PT DRH LTIIISHead Office : Kelurahan Banaran, Kecamatan Grogol,Sukoharjo - lndonesiaPO BOX'166 Solo 57100reb. $2 27 11 7 40888, 7 1 4400 (Hunting)F ax. (02 27 1 ) 7 35222, 7 40777Website : www.danliris"com

Bersama ini diberitahukan, bahwa kami tidak keberatan dan bisaKomunikasi Universitas Multimedia Nusantara untuk melakukanorang, sbb:

ffiCERTIFICATE IDO3 / 0106

Nomor : bWIDI-UM-PERSN/IV/2020Hal : Pemberitahuan

Kepada Yth.Inco Hary Perdana, M.Si.Kaprodi Ilmu Komunikasi

Dengan hormat,

Sehubungan dengan surat Bapak nomor: 393/S.Ijin-Genap/Fikom/UMN/IV/2020 teftanggal 05Mei 2020 perihal Permohonan Ijin Penelitian sebagaimanatersebut dalam pokok surat.

menerima mahasiswa IlmuPenelitian sebanyak l(satu)

o Namao NiMo Progdio Judul

: Edelia Cloria Handri:000000013389: IImLr Komunil<asi: Kesetaraarr Gender dalam

perusahaan tel<stil dan prodr_rl< tekstil stucliLiris

kinerja corporilte cornrnuliication dipacla: haryau,an perempuan PT' Dan

untuk melakukan Penelitian di pT. Dan Liris

Demikian pemberitahuan ini kami sampaikan. Atas perhatian Bapak. kami mengucapkan terimakasih.

Sukoharjo, 13Mei2020

PT. Dan Liris

4%SIMILARITY INDEX

3%INTERNET SOURCES

0%PUBLICATIONS

2%STUDENT PAPERS

1 <1%

2 <1%

3 <1%

4 <1%

5 <1%

6 <1%

7 <1%

8 <1%

SkripsiORIGINALITY REPORT

PRIMARY SOURCES

Submitted to iGroupStudent Paper

Submitted to Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Gadjah MadaStudent Paper

adoc.tipsInternet Source

www.academia.eduInternet Source

www.scribd.comInternet Source

id.123dok.comInternet Source

Submitted to Universitas Pendidikan IndonesiaStudent Paper

Submitted to Fakultas Ekonomi UniversitasIndonesiaStudent Paper

9 <1%

10 <1%

11 <1%

12 <1%

13 <1%

14 <1%

15 <1%

16 <1%

17 <1%

18 <1%

19 <1%

kc.umn.ac.idInternet Source

zir.nsk.hrInternet Source

Submitted to Binus University InternationalStudent Paper

www.dewannahin.comInternet Source

Submitted to Atma Jaya Catholic University ofIndonesiaStudent Paper

es.scribd.comInternet Source

docplayer.infoInternet Source

analisis.kontan.co.idInternet Source

pt.scribd.comInternet Source

eprints.uny.ac.idInternet Source

mafiadoc.comInternet Source

20 <1%

21 <1%

22 <1%

23 <1%

24 <1%

25 <1%

26 <1%

27 <1%

28 <1%

29 <1%

30 <1%

31

eprints.undip.ac.idInternet Source

technobusiness.idInternet Source

Submitted to Universitas Islam IndonesiaStudent Paper

repository.uinjkt.ac.idInternet Source

www.fifgroup.co.idInternet Source

Submitted to University of Technology, SydneyStudent Paper

multiparadigma.lecture.ub.ac.idInternet Source

www.progresifonline.comInternet Source

zahrainiz.blogspot.comInternet Source

eprints.umm.ac.idInternet Source

media.neliti.comInternet Source

eprints.walisongo.ac.idInternet Source

<1%

32 <1%

33 <1%

34 <1%

35 <1%

36 <1%

37 <1%

38 <1%

39 <1%

40 <1%

41 <1%

42 <1%

repositori.umsu.ac.idInternet Source

biz.kompas.comInternet Source

wentipenuhsemangat.mhs.narotama.ac.idInternet Source

repository.unpar.ac.idInternet Source

tulisanelratnakazuhana.blogspot.comInternet Source

Submitted to University of NottinghamStudent Paper

于 2012-06-06 提交至 iGroupStudent Paper

vdocuments.siteInternet Source

docobook.comInternet Source

danielstephanus.wordpress.comInternet Source

www.bbc.comInternet Source

43 <1%

44 <1%

45 <1%

46 <1%

47 <1%

48 <1%

49 <1%

50 <1%

51 <1%

52 <1%

53 <1%

54

de.scribd.comInternet Source

repositori.kemdikbud.go.idInternet Source

Submitted to Universiti Sains MalaysiaStudent Paper

id.scribd.comInternet Source

www.republika.co.idInternet Source

aangcoy13.blogspot.comInternet Source

lib.unnes.ac.idInternet Source

repository.widyatama.ac.idInternet Source

digilib.unila.ac.idInternet Source

fe.ubhara.ac.idInternet Source

komunikasi.usInternet Source

ar.scribd.com

<1%

55 <1%

56 <1%

57 <1%

58 <1%

59 <1%

60 <1%

61 <1%

62 <1%

Exclude quotes On

Exclude bibliography On

Exclude matches < 3 words

Internet Source

marlianisulaiman.blogspot.comInternet Source

Submitted to Sriwijaya UniversityStudent Paper

Submitted to Universitas Negeri JakartaStudent Paper

Submitted to Udayana UniversityStudent Paper

Submitted to Universitas Sebelas MaretStudent Paper

Submitted to Lambung Mangkurat UniversityStudent Paper

Submitted to Universitas Muria KudusStudent Paper

Submitted to Geneva CollegeStudent Paper

LAMPIRAN B

PEDOMAN WAWANCARA

Untuk melengkapi data dalam penelitian ini, maka diperlukan rumusan pedoman wawancara yang

berisikan daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada partisipan pada saat wawancara. Maka

dari itu, berikut adalah pedoman wawancara yang telah disusun.

Pertanyaan di bawah ini tentang pemahaman partisipan terkait kesetaraan gender di

lingkungan kerja.

1. Menurut Anda, apakah laki-laki dan perempuan harus sama? Bagaimana keluarga Anda

mengajarkan tentang pemahaman peran, status, dan kewajiban/hak laki-laki dan perempuan?

2. Sebelum bekerja di sini, sebelumnya Anda pernah bekerja di mana dan bagaimana kondisinya

terkait laki-laki dan perempuan, apakah sama atau ada perbedaan?

3. Bagaimana kondisi karyawan laki-laki dan perempuan di perusahaan ini, apakah dipandang

sama atau ada perbedaan?

4. Bagaimana tindakan dan upaya perusahaan untuk mewujudkan keadilan tersebut?

5. Sebagai karyawan perempuan, pernahkah Anda mengalami, mendengar, atau melihat kejadian

yang menunjukkan ketidakadilan perempuan yang dilakukan oleh laki-laki di perusahaan? dari

perusahaan, dari manajer, direktur, atau jajaran yg lain?

6. Bagaimana upaya perusahaan untuk memberdayakan karyawan perempuannya?

7. Apakah Anda memiliki kewajiban di rumah dan tempat kerja secara bersamaan, bagaimana

kebijakan perusahaan untuk memerhatikan kehidupan Anda sebagai pegawai dan personal?

Pertanyaan di bawah ini tentang kinerja Corporate Communication melakukan fungsi

employee communication.

8. Anda pernah bekerja di tempat lain sebelumnya, mengapa pada waktu itu memutuskan untuk

berhenti dan kemudian bekerja di perusahaan ini? Sudah berapa lama Anda bekerja di

perusahaan ini?

9. Ada informasi terbaru yang Anda tahu mengenai perusahaan? Dari mana mengetahui informasi

tersebut?

10. Apakah Anda mengetahui visi, misi, dan corporate/ brand value? Bagaimana Anda

mengetahui dan mendapatkan informasi tersebut? Bagaimana cara lain perusahaan berinteraksi

dan berkomunikasi dengan karyawannya?

11. Apakah di perusahaan ada divisi Corporate Communication/Humas? Apakah Anda

mengetahui tugas dari Humas?

12. Di tempat Anda bekerja sebelumnya, bagaimana kinerja Corporate Communication di sana?

13. Bagaimana kinerja Corporate Communication di perusahaan ini, apakah ada perbedaan atau

persamaan di tempat Anda bekerja dahulu dan sekarang?

14. Menurut Anda, bagaimana kinerja Corporate Communication yang ideal? Bagaimana

penilaian Anda terkait kinerja Corporate Communication di perusahaan ini?

15. Selama bekerja di sini, apakah sebelumnya pernah mengemban tugas/jabatan yang lain di sini?

Jika ya, bagaimana perusahaan membujuk Anda untuk melakukan perpindahan jabatan

tersebut?

16. Sebelum Anda bekerja saat ini, bagaimana perusahaan mendeskripsikan pekerjaan Anda secara

jelas dan rinci?

17. Bagaimana pendapat Anda mengenai pernyataan-pertanyaan yang diberikan oleh supervisi,

manajer, atau direktur terkait Anda dan pekerjaan Anda?

18. Bagaimana pengalaman dan perasaan Anda selama bekerja sebagai karyawan di perusahaan

ini?

19. Bagaimana perusahaan mampu memotivasi Anda untuk bekerja dengan baik dan benar?

20. Apa harapan Anda sebagai karyawan di perusahaan ini? Sampai sejauh ini, apakah perusahaan

sudah mampu untuk mewujudkan keinginan Anda sebagai karyawan?

21. Sejauh mana Anda percaya dan yakin bahwa perusahaan dapat memberikan kesejahteraan bagi

Anda?

TRANSKRIP WAWANCARA

Tema penelitian : Kesetaraan Gender dalam Kinerja Corporate Communication di Perusahaan Tekstil dan Produk Tekstil

Fasilitator : Edelia Gloria Handri Partisipan : Sasha

Hari, tanggal : Jumat, 24 April 2020

Sesi Pembuka oleh Edelia Gloria Handri

(00:00-02:03)

Sasha: Hahaha (partisipan tertawa). Kak Putri kagak lo tanyain, ini gue doang? Edelia: Belum, nanti ada waktunya. Nanti kalau memang… aku tuh jadi ada di Jakarta sama di Solo. Aku wawancara, aku 4 orang wawancara,

nah nanti aku ada. Nah, Kak Sasha yang pertama, tetapi harus masing-masing jangan kumpul-kumpul semua. Kalau hari Senin mah aku

enggak bisa. Sasha: Hahaha (partisipan tertawa). Rame-rame, seru kan, lebih seru? Hahaha (partisipan masih tertawa).

Edelia: Hihihi (peneliti tertawa) iya sih… okay, okay, iya sih seru, tapi gak bisa kayak gitu masalahnya, kalau kayak gitu udah FGD hihihi

(peneliti tertawa). Sasha: Hahaha (partisipan tertawa). Ya udah.

Edelia: Okay, Kak Sasha. Halo, selamat siang.

Sasha: Siang. Edelia: Okay. Hari ini tanggal 24 April 2020, saya di sini selaku Edelia yang akan menanyakan beberapa pertanyaan ke Kak Prashasta

Adiandini atau yang lebih sering disebut Kak Sasha. Nah, di sini, Kak, e… aku ini kan lagi mau penelitian judulnya Kesetaraan Gender dalam

Kinerja Corporate Communication di Perusahaan Tekstil dan Produk Tekstil, nah dengan studi kasus pada karyawan perempuan PT Dan Liris, gitu. Nah, sebelumnya e… Kak Sasha dari judul aku, ada yang ingin ditanyain terlebih dahulu gak? Ada yang belum ngerti? Misalnya istilah

corporate communication, gitu.

Sasha: Iya. Edelia: Okay, istilah Corporate Communication itu sama aja sekarang cuma lebih modern penyebutannya PR, kalau orang-orang lebih taunya

atau Public Relations atau Humas.

Sasha: He eh. Edelia: Gitu.

Sasha: Okeh.

Sesi Tanya Jawab I

Pertanyaan mengenai kesetaraan gender.

(02:04-12:35)

Edelia: Okey, Kak Sasha, jadi kita mulai, ya wawancaranya. Okay, hm… aku pengen tahu dulu nih menurut Kak Sasha sebenarnya

karyawan… sebenarnya laki-laki dan perempuan itu harus dianggap sama atau engga?

Sasha: Hm… Sebenarnya pasti beda ya, tapi harusnya kayak cara… apa namanya? Kayak ngadepinnya gitu-gitu atau kayak kesetaraannya, ya harusnya sama aja sih, maksudnya perlakuannya, ya. Tapi kan, di satu sisi sebenernya emang dua yang beda, gitu.

Edelia: Iya, adalah dua hal yang berbeda. Cuma maksudnya dalam perlakuan apanya nih Kak Sasha yang emang… perlakuannya harus sama

atau berbeda, berarti? Sasha: Kayak sebenarnya ada, yang pasti ada… bedanya ya pasti ada. Tapi, kayak misalnya di dalam haknya dan lain-lain gitu, pasti harusnya

sama. Maksudnya kan sama-sama seseorang, e, maksudnya sama manusia, gitu kan yang punya hak yang sama, gitu.

Edelia: He eh, tapi memang beberapa… ada memang yah secara kodrat dan kebutuhan memang berbeda, ya, Kak Sasha? Sasha: Iya, iya, pastinya hehehe (partisipan tertawa).

Edelia: Jadi, makanya perlu untuk ada perbedaan.

Sasha: He eh. Edelia: Okay. Kak Sasha ini di keluar… di keluarga Kak Sasha anak ke- berapa?

Sasha: Kedua.

Edelia: Anak kedua, punya…? Sasha: Dari dua keluarga… e! dari dua sodara.

Edelia: He… Kak Sasha berarti anak paling terakhir, ya? Sasha: Iya, paling kecil.

Edelia: Yang pertama, anak laki-laki atau anak perempuan, Kak?

Sasha: E… Kakak… cowo. Edelia: Hm, nah, ini aku pengen tahu nih e… Kak Sasha kan punya Kakak laki-laki. Nah, di sini biasanya orangtua itu e… mengajarkan Kak

Sasha biasanya seperti apa sih? Apakah ada perbedaan perlakuan, atau misalnya kalau ada perbedaan perlakuan, e seperti apa biasanya yang

orangtua lakukan, tapi kalau misalnya ada persamaan e diantara kakak Kak Sasha dengan Kak Sasha sendiri, apa itu, ada gak, biasanya orangtua ngajarinnya seperti apa?

Sasha: Kalo perbedaan tuh lebih kayak misalnya anak cewe gak boleh pulang sendirian atau gimana, gak boleh pulang malem-malem, yang

kayak gitu kan (partisipan sembari tersenyum menyeringai). Soalnya takut, kan orangtua pasti mau gak mau, cewe kan pasti lebih ke… ah gak bisa ngapa-ngapain nih, kasian, takut, kayak bahaya, gitu kan?

Edelia: Iya, iya.

Sasha: Tapi misalnya, persamaannya tuh kayak kalau orangtua gue kayak… lo harus mandiri juga, lo gak bisa bergantung sama cowo terus (partisipan sedang menyontohkan pernyataan orangtuanya). Misalnya kayak nyetir, harus mau gak mau, harus belajar nyetir dong, masa

kayak… Nah, itu kan di satu sisi, maksudnya kakak gue diajarin, gue juga diajarin, jadi kayak lo harus bisa nyetir sendiri gak usah tergantung

ama orang, nungguin orang disupirin, dan lain-lain, gitu, salah satunya. Edelia: Okay, adalagi gak Kak Sasha, aku juga mendeng… ingin dengerin cerita Kak Sasha nih gimana sih…? Jadi, dari situ aku bisa tahu

nih orangtua Kak Sasha itu e… biasanya, ternyata, maksudnya antara… gak ada perbedaan, maksudnya menyamaratakan antara perempuan

atau laki-laki, kayak gitu. Tapi, maksudnya secara hak, apa, sama?

Sasha: Sama, sih, kebanyakan semuanya, pasti. Tapi, ya, misalnya kayak anak cowo mungkin kayak… lebih ke anak paling tua kali ya, bukan

anak cowo. Maksudnya kayak, kakaknya harusnya jadi contoh, makanya harus apa, kayak bukan sebagai cowonya juga sih, tapi kayak lebih

ke kakak. Kakak kan harusnya contoh. Edelia: Okay, okay. Nah, kalau diri Kak Sasha sendiri kan sebagai perempuan nih, berarti melihat punya… atau melihat punya kakak cowo,

bener gak, maksudnya kakak cowo itu sebagai teladan, kayak gitu. Maksudnya Kak Sasha sendiri ngerasa gak kalo diri Kak…oh, perlu nih,

kan anak pasti kasih… memberikan yang terbaik, kasih teladan juga, kayak gitu?

Sasha: Oh, iya, pasti sih. Maksudnya kayak contoh, pasti kan orang kayak mau gak mau ngeliat kakaknya kayak gimana sih biasanya. Tapi kan gak semuanya harus diikutin apa yang dia kerjain, kenapa gue harus kerjain juga? Maksudnya kan enggak… belum tentu yang dikerjain

semuanya sama, maksudnya itu cocok buat dia, belum tentu cocok buat gue, kalo gue sih mikirnya gitu, ya.

Edelia: Hm, okay, okay. Sasha: Jadi, yang buat teladannya yang bagus-bagus iya, cuman gak semuanya yang dia lakuin, misalnya sebener itu kan, misalnya itu cocok

buat dia, belum tentu buat gue, cocok, kalo gue sih, gitu.

Edelia: He eh, he eh. Okay, Kak Sasha. Tapi kalau di rumah sendiri, gimana? Kan ada tuh beberapa… aku pengen tahu kalau di rumah itu, beberapa peran, ya maksudnya Kak Sasha nih sebagai anak juga dan perempuan, terus banyak kan perannya kayak sibuk di dapur, terus juga

e, misalnya ya, e beres-beres rumah, atau gimana. Nah itu, biasanya pembagian tugas rumah atau apa, itu semua dilakukan… ada pembagian

tugas atau dilakukan bersama atau seperti apa? Sasha: Kalau itu biasanya, sama-sama sih. Misalnya kalau lagi enggak ada Mba gitu, terus kayak harus nyapu dan lain-lain, misalnya gue

nyapu, kakak gue ngepel, kayak gitu, jadi maksudnya kayak…

Edelia: Bagi tugas? Sasha: Bagi tugas, gitu, jadi enggak ada yang kayak harus apa, harus apa. Maksudnya gak semuanya harus cewe doang, gitu tuh, enggak sih.

Edelia: Okay, okay, berarti orangtua juga maksudnya ya… yang enggak terlalu harus… harus cewe harus cowo, itu gak harus. Maksudnya

ini harus dilakuin sama cowo, ini harus dilakuin sama cewe, kayak gitu, enggak yah? Sasha: Enggak sih. E… kalau orangtua aku sih, enggak ya.

Edelia: Okay, okay, iya. Okay, Kak Sasha terus… oh berarti di rumah ada Mba, ya berarti?

Sasha: Ada, tapi kayak pulang pergi gitu, jadi gak selalu ada di sini. Edelia: Hm, okay. Terus kalo menurut Kak Sasha, Kak Sasha ini kan bekerja di Bateeq nih, salah satu grupnya Dan Liris. Sebelumnya Kak

Sasha itu bekerja di mana?

Sasha: Aku di desainer. Ikat Indonesia. Edelia: Itu perusahaan… perusahaan termasuk perusahaan yang besar atau… atau dia kayak kere… (belum selesai peneliti melanjutkan

pernyataan sudah direspon oleh partisipan).

Sasha: Kayak butik gitu sih, butik desainer. Edelia: Okey, itu berarti berapa orang tuh, Kak? Maksudnya di sana Kak Sasha bekerja ada berapa orang?

Sasha: Hm…kayak office-nya ber-10 kali yah, tapi nanti abis itu ada tukang jahit lagi di belakang. Edelia: Berarti termasuk ling… lingkupnya kecil ya?

Sasha: He eh, lumayan.

Edelia: Okay, terus kalo di sana itu berarti… kalo itu kan berarti masuknya lingkupnya kecil, terus desainer itu kan bener-bener ibaratnya pribadi gitu ya? Tapi itu di situ dia ada divisi ini nya gak, Kak, divisi bagian komunikasi, atau Public Relations-nya yang kayak gitu ada gak?

Sasha: Hm, ada sih marcom-nya ada, pasti.

Edelia: Oh, dia ada bagian marcom-nya, Kak? Sasha: Iya, ada.

Edelia: Itu kalau di situ, dia ngapain, fungsinya marcom itu yang Kakak tahu?

Sasha: E… biasanya tuh kayak yang announce show ke luar-luar, lebih kayak ke PR-nya. Pokonya yang contact sama… dari luar-luar yang ada, misalnya ada tawaran apa lah-apa lah gitu pasti PR-marcom-nya gitu yang ngurusin.

Edelia: Hm, okay, itu kan berarti marcom-nya lebih ke pihak luar?

Sasha: He eh. Edelia: He eh kan? Kayak marcom kan biasanya promosi gitu-gitu, maksudnya lebih ke pihak luar, kan? Nah, kalau biasanya komunikasi

yang dilakukan ke pihak dalemnya siapa? Maksudnya ke… jadi, ada orang apa? Dari bagian perusahaannya, maksudnya dari designer boutique

ini atau butik desainer yang ngomong-ngomong ke pihak dalem, biasanya. Sasha: Maksudnya? HR gitu?

Edelia: Contohnya… Oh, iya, ada HR. Selain HR, ada lagi gak, Kak?

Sasha: Gak ada sih, HR doang. Ya, paling kalau engga ya…manajernya langsung. Edelia: Iya, hm, manajer, ada manajernya langsung juga, ya?

Sasha: He eh.

Edelia: Tapi, itu Kak Sasha komunikasi sama HR-nya itu… ngomongnya berkelanjutan, maksudnya atau tiap pas pertama kali Kak Sasha masuk, atau setiap bulan ada komunikasi, atau gimana?

Sasha: Maksudnya komunikasi gimana?

Edelia: Jadi, ngomong…jadi, Public Relations, Public Relations itu kan komunikasi perusahaan ke karyawan, misalnya bisa pihak internal ada juga eksternal, gitu. Jadi, PR itu e… dia bisa menjalankan komunikasinya ke pihak internal atau pun ke pihak eksternal. Nah, kalau ke

pihak eksternal itu biasanya seperti cust… customer, abis itu bisa juga ada kayak misalnya ada supplier, atau dan lain sebagainya, atau investor.

Sasha: He eh. Edelia: Kayak gitu. Nah, tapi kalau misalnya internal artinya PR juga menjalani komunikasi terhadap karyawannya, seperti itu, gitu, nah.

(12:36-20:31)

Sasha: Iya, paling sih yah, engga ngomong mulu sih, yah kalo ada pengumuman atau yang penting-penting gitu baru dikabarin sama HR-nya. Edelia: Hm, kabarin yang penting-penting, tapi maksudnya yang penting itu contohnya seperti apa, Kak, yang dia biasanya omongin, dulu,

inget gak?

Sasha: Hm… misalnya kayak mau persiapan event apa, jadi nanti dia yang ngasih tahu kayak gimana, gitu-gitu. Maksudnya kek yang ngaturin orangnya, butuh apa, butuh apa, gitu-gitu, sih, kebanyakan.

Edelia: Okay, berarti, tapi, maksudnya cuma tertentu aja ya, kayak ada event… lebih kalo ada event-nya tapi ini event luar berarti, fashion

show gitu? Sasha: Iya ada fashion show, ada juga misalnya kayak ulang tahun kantor lah atau apa, kayak gitu-gitu.

Edelia: Hm, ada juga ulangtahun kantor. Terus ada event-event apalagi gak di sana yang targetnya itu bukan ke customer, tetapi targetnya ke

karyawan? Kan kayak ulang tahun kantor itu kan termasuk ke karyawan, ke internal. Kalo fashion show. Sasha: Paling sih itu doang ya.

Edelia: Oh, berarti hanya melakukan itu doang yah… komunikasi internalnya dia pas ulang tahun aja, ya, pas ulang tahun kantor.

Sasha: Iya sih, seinget aku.

Edelia: Okay, Kak Sasha

Sasha: (partisipan seperti senyum menyeringai karena lupa dan gak tahu).

Edelia: Hihihi (peneliti tertawa). Okay, Kak Sasa, gak papa (berusaha menenangkan partisipan). Terus berarti HR, marcom, oke. Tapi marcom sering ya koordinasi sama Kak Sasha, karena…

Sasha: Lumayan sih.

Edelia: Okay, tapi itu…

Sasha: Soalnya kan aku kan juga desain. Jadi, mau gak mau dia kalau ada event atau apa, pasti butuhnya ngomong ke aku kan. Edelia: Okay, okay. Terus Kak Sasha, waktu pas e… desainer butik itu… Kak Sasha mau sebutin gak desainernya siapa, boleh tau gak?

Sasha: Ikat, Didiet Maulana. Ikat Indonesia.

Edelia: Kak Sasha berarti kalau di perusahaan sana, mayoritas masih perempuan yang kerja? Sasha: Hm… mix juga sih, tukang jahitnya juga ada yang cowo. Desainernya juga cowo.

Edelia: Berarti di sana Kak Sasha kerja… berarti sama… banyak juga ya cowonya? Campur ya?

Sasha: Campur sih. banyakan yang di office sih cewe ya. Edelia: Berarti Kak Sasha termasuk yang di office?

Sasha: Iya.

Edelia: Ini marcom-nya cewe atau cowo? Sasha: Marcom-nya cewe.

Edelia: Kalo yang HR-nya tadi cewe atau cowo?

Sasha: E… Edelia: Masih ingat gak?

Sasha: Pernah cewe, pernah cowo.

Edelia: Okay. Terus kalo di sana Kak Sasha berarti e… di sana kebudayaan terhadap laki-laki dan perempuan apakah… maksudnya kan mix ya, kerjanya campur.

Sasha: He eh.

Edelia: Berarti ada gak perbedaan yang Kak Sasha lihat atau persamaan kayak laki-laki dan perempuan di sana ya…wajar, sewajar-wajarnya aja?

Sasha: Sama aja sih kayaknya, wajar-wajar aja. Gak yang kayak gitu banget.

Edelia: Okay, gak ada yang kaya diskriminasi gitu, ya? Gak ada? Sasha: Gak, sih.

Edelia: Okay, okay. Terus Kak Sasha sekarang kan Kak Sasha kan udah kerja nih di Bateeq, awalnya Kak Sasha pindah itu alasannya pindah

karena apa, Kak? Memutuskan untuk berhenti di Ikat, kemudian e… pindah ke Bateeq, waktu itu kenapa Kak Sasha, boleh tahu gak? Sasha: Pas itu gara-gara diajak Ayi, terus kan beda aja kan kalo di perusahaan ama di desainer. Pengen tahu juga kayak belajar buat di fast

fashion tuh kayak gimana. Edelia: Memangnya yang tadi di desainer itu, bukannya ini juga, Kak, fashion juga?

Sasha: E… tapi kan beda. Kalau desainer kan pasti lebih… apa ya? Limited, eksklusif gitu loh, ngerti gak sih?

Edelia: Bajunya ya? Produknya lebih eksklusif gitu, ya? Sasha: Iya, kebanyakan lebih eksklusif, terus kayak bikin bajunya juga kadang-kadang kan kayak buat pesenan dan lain-lain, kebaya gitu-

gitu, kan. Kan, kalo sekarang ready-to-wear, fast fashion. Maksudnya kayak yang mass product, gitu.

Edelia: Hm, okay, jadi gara-gara sekarang ngikutin tren fashion it uke ready-to-wear dan juga fast fashion, jadi, akhirnya di perusahaan, kerja di perusahaan.

Sasha: Iyah.

Edelia: Ada alasan lain gak, Kak waktu itu, selain itu? Sasha: Sama lebih ini aja kali ya, lebih…apa? Aman. Kalo perusahaan gede kan, maksudnya lebih terjamin kan untuk karyawannya.

Edelia: Aman, terjamin untuk karyawannya ini berarti maksudnya dalam segi apa aja nih, Kak?

Sasha: E… kek semuanya sih. Kayak financial, terus misalnya aku dikasih kayak lebih… apa namanya? Yang kayak kartu sehat, dan lain-lainnya, kayak asuransi dan lain-lain, gitu-gitu.

Edelia: Oh, jaminan kayak jaminan kesehatan?

Sasha: Iya, yang kayak gitu-gitu, maksudnya kayak lebih lengkap kan? Lebih lengkap aja. Edelia: Hm, okay. Emang dulu pas Kakak di perusahaan itu, enggak di ini Kak, engga di ini… gak ada hal-hal yang kayak gitu?

Sasha: E… ada juga sih tapi kayak kurang lengkap, soalnya kan kayak mereka butik kecil gitu kan? Jadi, bukan yang korporat banget. Kalo

korporat kan jauh lebih ini… lebih lengkap. Edelia: Okay, okay, iya sih, berarti ada keinginan lebih, ya, Kak Sasha yang pengen… biar lebih aman, begitu yah ketika bekerja?

Sasha: Iyah.

Edelia: Okey, terus kalo di perusahaan ini sekarang itu yang… Kak Sasha kan sering nih biasanya kan kerjanya di Jakarta, tapi dinasnya kadang harus pergi ke Solo. Misalnya berapa kali ya, Kak Sasha pergi ke Solo?

Sasha: Hm, biasanya paling sebulan sekali sih.

Edelia: Okay. Sasha: Tapi kalau misalnya ada event-event, pasti lebih.

Edelia: Akan lebih sering, gitu, ya?

Sasha: He eh. Edelia: Hm… Nah, itu, Kak Sasha melihat sebenernya banyakan karyawan perempuan atau laki-lakinya sih, Kak, di perusahaan, di Dan Liris?

Sasha: Kalau pas di Solo, maksudnya?

Edelia: He… boleh, boleh. Pas di Solo seperti apa kondisinya? Karena aku kan belum pernah ke Solo, jadi, aku pengen tahu di sana itu kondisinya seperti apa?

(20:32-32:50)

Sasha: Hm… banyak cowo kali, ya. Apa, enggak, ya? Aku gak hapal, hihihi (partisipan tertawa karena merasa malu tidak mengingat). Edelia: Oh… gak apa, yang penting, orang-orang yang berinteraksi sama Kak Sasha aja, yang Kak Sasha lihat, gitu.

Sasha: Oh. (partisipan terdiam sebentar). Kebanyakan kalo yang ngerjain baju gitu, ya, cewe sih. Cuman kalo misalnya yang di office gitu, ya

banyak cowonya juga. Tapi kan aku biasanya sama tukang pola, sama orang jahit, sama fitting, itu biasanya cewe. Edelia: Hm, dan itu apakah banyak, Kak. Maksudnya kuantitasnya itu… biasanya sampe seberapa?

Sasha: Hm (partisipan berusaha mengingat) maksudnya, beda…

Edelia: Kalo Kak Sasha bikin… kan katanya Kak Sasha berinteraksi sama kayak lagi bikin baju, pola, jahit, kayak gitu kan? Nah, itu kan biasanya sama cewe, nah, itu biasanya ada berapa orang yang berinteraksi biasanya sama Kak Sasha? Atau kalau gak salah Kakak melihat…

kalo gak salah tukang jahitnya banyak gak sih, Kak, di Dan Liris itu?

Sasha: Banyak banget (partisipan menjawab sembari tersenyum).

Edelia: Hihihi (peneliti tertawa). Banyak banget, itu cewe atau cowo semua?

Sasha: E… dua-duanya oke sih.

Edelia: Okay, okay. Tapi Kak Sasha gak berinteraksi sama mereka, ya? Sasha: E… kalo lagi di Solo buat pola, gitu-gitu, ya pasti ketemu, ngomong.

Edelia: Hm, okay, okay. Pasti ngomong itu sama satu pimpinannya atau…? Satu pimpinannya kan biasanya ada satu perwakilan gitu?

Sasha: E… enggak juga sih. Pasti kayak sama mba-mba jahitnya, sama tukang polanya, gitu-gitu. Soalnya aku ngecek semuanya, kan.

Edelia: Hm, okay, okay. Jadi, Kak Sasha bisa langsung ngelihat ya? Mari kita samakan persepsi. Sasha: Apa?

Edelia: Jadi, sama-sama memahami ini ya, Kak… aku kan ga pernah tahu nih di Solo.

Sasha: He eh. Edelia: Kondisinya seperti apa, tapi aku sering ngeliat itu foto-fotonya Dan Liris.

Sasha: He eh.

Edelia: Yang, apa? Tukang jahitnya tuh banyaaaak banget gitu kan di foto. Sasha: He eh.

Edelia: Nah, itu memang bener keadaannya seperti itu, ya, Kak?

Sasha: Iya, emang begitu. Hahaha (partisipan tertawa). Edelia: Ho… berarti Kak Sasha beneran samperin gitu, ngecek satu-satu?

Sasha: Iya. Eh, tapi maksudnya kan itu… sebanyak itu tuh pasti ada pesanan orang lain juga. Nah, aku yang sampel timnya, kalau sampel tim

tu kaya paling 15 orang, isinya. Edelia: Okay, okay, okay. Iya, ya, itu maksudnya karena gak cuman ngerjain Bateeq doang kan, Kak?

Sasha: He eh.

Edelia: Maksudnya ada yang lain, gitu. Sasha: He eh.

Edelia: Okay, okay. Terus Kak Sasha kalau di office, berarti di Jakarta, ya?

Sasha: Iyah. Edelia: Nah, kalo di Jakarta itu kebanyakan perempuan atau laki-laki?

Sasha: Kalau di kantor kita sih, perempuan, ya.

Edelia: Okeh. Sekarang berapa orang, Kak, jadi totalnya? Sasha: Hm, berapa yah? Ber-10-an, soalnya ada nambah lagi Major Minor.

Edelia: Okay, berarti ini udah 10 sama… atau Bateeq doang?

Sasha: Udah sama Major Minor. Edelia: Hm… okay.

Sasha: Seinget aku. Edelia: Okay. Terus, Kak kalau di perusahaan sekarang, di perusahaan Dan Liris ini, perlakuan laki-laki dan ke perempuannya sama gak?

Sasha: Sama aja sih, kalo dari aku sih.

Edelia: Kalau menurut Kakak… Sasha: Biasa aja sih.

Edelia: Biasa aja yah?

Sasha: He eh. Edelia: Okay, okay. Tapi kalo menurut Kak Sasha sendiri harusnya gimana sih? Maksudnya gini… Harusnya perusahaan itu…

Sasha: Apa?

Edelia: Perusahaan itu harusnya mengakomodasi karyawan laki-laki dan perempuan itu seharusnya sama atau berbeda, kalau dari Kak Sasha sendiri?

Sasha: …. (partisipan diam cukup lama). Sama. Tapi maksudnya dari segi apa dulu samanya?

Edelia: Sama? Kalau sama berarti dari segi hak, ya, Kak Sasha? Sasha: Iyah, sih.

Edelia: Kayak hak dan kewajiban gitu, ya Kak? Hak dan kewajiban yang Kak Sasha tahu yang seharusnya dimiliki oleh perempuan, apa tuh,

Kak? Kan Kak Sasha bilang beda, beda maksudnya sama nih memang, sama-sama haknya sama, hm apa? Manusia lah apa adanya, gitu kan? Misalnya kita bebas e… berpendapat kayak gitu. Nah, tapi di sisi lain, ada perbedaan juga. Sama tapi beda, perbedaan itu seharusnya apa tuh?

(sembari menyampaikan penjelasan, partisipan terlihat sedang mengetik dari laptopnya seperti urusan pekerjaan).

Sasha: Perbedaanya…? Edelia: Iya, seharusnya menurut Kak Sasha kan beda nih, berarti ada kebutuhan lain perempuan itu kan seharusnya.

Sasha: Oh, misalnya kalau yang aku tahu tuh beberapa company ada yang kasih, misalnya cuti… cuti, cuti, apa? Cuti… menstruasi.

Edelia: Haid? Iya, terus apalagi, Kak? Sasha: Hm, apalagi, ya. Cuti mens, cuti hamil, udah sih kayaknya, apalagi, ya? (partisipan kesulitan menyebutkan hak dan kebutuhan

perempuan).

Edelia: Okay, berarti kalau laki-laki kan gak perlu cuti-cuti yang seperti itu, atau perlu? Ada kebutuhan yang perlu, gak, cuti…? Sasha: Enggak sih, kayaknya.

Edelia: Okeh. Tapi kalau di Dan Liris, ada gak, Kak cuti itu. Cuti hamil, cuti menstruasi?

Sasha: Cuti hamil, ada. Tapi menstruasi enggak ada, setahu aku. Edelia: Hm… Jadi, kerja, kerja aja ya? Gak ada cuti-cutinya, ya?

Sasha: He eh.

Edelia: Okeh, selain itu adalagi gak, Kak, misalnya dalam bentuk fasilitas, gitu? Ada gak yang dikhususkan untuk perempuan, atau yang dikhususkan untuk laki-laki?

Sasha: Kayaknya enggak ada, sih.

Edelia: Maksudnya? Sasha: Kalau yang hapal begitu-begitu, biasanya orang Solo.

Edelia: Hm, gak papa, gak papa, gak papa Kak Sasha. Berarti ini di Jakarta berarti enggak ada fasilitas atau sarana yang memang kayak

dikhususkan untuk perempuan kan? Jadi, ya… mau perempuan, laki-laki, sama aja, gitu, ya? Sasha: Engga, sih. Iyah.

Edelia: Okey,berarti…

Sasha: Tapi mungkin kalo di Solo kan pabrik, jadi kayak ada beberapa kadang beda. Jadi, aku kurang paham. Edelia: Okey, okey, gak papa. Okey… Kak Sasha abis itu mau nanya lagi. Kalau menurut Kak Sasha, berarti keadilan antara laki-laki dan

perempuan itu ditunjukkan dengan apa?

Sasha: Maksudnya dalam pekerjaan?

Edelia: Iya, dalam pekerjaan.

Sasha: Hm… misalnya hak-haknya itu, maksudnya sama aja, beberapa. Terus, misalnya, gaji juga… maksudnya kan kadang orang kalau yang

aku lihat, biasanya pasti perempuan gajinya lebih dikit daripada cowo, kan? Edelia: He eh. Itu yang Kak Sasha lihat di mana atau Kak Sasha tahu?

Sasha: Enggak sih, aku baca-baca doang, kayak pernah liat, beberapa.

Edelia: Okay.

Sasha: Gitu. Maksudnya ya… kalo kerjaannya sama, ya, gajinya… maksudnya yah gajinya sama. Edelia: Iya, tapi Kak Sasha, di sana gak ada desainer laki-laki, ya? Ada gak?

Sasha: Iya. Adanya di Solo.

Edelia: Hm, okay, okay. Sasha: Dan dia desainer motif.

Edelia: Hm, kalau begitu, mohon maaf nih, tapi tahu apakah di sana berarti dibayarnya e… sama rata?

Sasha: Oh, e… engga, sih. Maksudnya di Jakarta aja kan beda-beda gajinya. Edelia: Okey, itu berdasarkan apa sih, Kak, kalau yang Kakak tahu?

Sasha: E… kalo gaji?

Edelia: Iyah. Sasha: E… berdasarkan orangnya, pengalamannya, terus misalnya lulusannya juga, misalnya bisa beda.

Edelia: Hm, okay.

Sasha: Dan kerja… (partisipan berbicara namun tidak jelas putus-putus) Edelia: Iyah, kenapa, Kak Sasha, sorry gak denger?

Sasha: Dan job-job desk-nya apa aja, kan beda-beda.

Edelia: He eh, okeh, iya, Kak Sasha. Terus berarti kalo di perusahaan ini, di Dan Liris, ada gak kegiatan atau aktivitas yang dikhususkan untuk perempuan aja, atau ada aktivitas yang dikhususkan buat laki-laki, aja, gitu ada gak, Kak?

Sasha: Hm… enggak ada sih kayaknya.

Edelia: Hm, kalo di Jakarta enggak ada, ya? Sasha: He eh.

Edelia: Okeh, berarti kalo di Jakarta apa dong keseimbang… gimana Kak Sasha membagi… berarti kan Kak Sasha di Jakarta kerjaaaa… kerja

terus misalnya? Sasha: He eh.

Edelia: Ada gak sih yang bikin yah…seimbang lah antara kehidupan bekerja dan kehidupan personal Kak Sasha, gitu? Jadi, gak monoton

kerja terus, gitu, ada gak? Sasha: Maksudnya pas kantor?

Edelia: Iyah, pas di kantor. Sasha: Apa ya? Kayak ngobrol sama temen-temen aja, sih.

Edelia: Maksudnya sama temen-temen aja, ya, ngobrol, gitu?

Sasha: Iyah, misalnya di kantor, kerja, terus ada break time-nya, ketawa-ketawa kan, Edel udah tahu seperti apa? Hahaha (partisipan tertawa mengingat kebiasaan sehari-harinya di kantor). Jadi, enggak bakal monoton.

Edelia: Hihihi (peneliti tertawa). Okeh, jadi itu hiburannya lebih kepada ya… kita-kita aja, gitu kan, ya? Grup-grup, sesama grup-grup itu.

Sasha: Iyah. Edelia: Tapi, dari perusahaan gak pernah ada, maksudnya dari pusat gak pernah ada suatu kegiatan atau aktivitas atau mungkin fasilitas yang

memang mengupayakan karyawan supaya gak monoton aja, gitu kerja di kantor, gitu. Ada gak?

Sasha: Enggak, sih, kayaknya. Enggak ada. Edelia: Okeh, kalau di Jakarta… berarti ini kondisinya di Jakarta, ya, Kak Sasha?

Sasha: He eh.

Edelia: Okeh, tapi kalo di Solo, Kak Sasha tahu gak?

(32:51-34:27)

Sasha: Hm… setau aku sih enggak ada, ya.

Edelia: Okay, Kak Sasha. Ini aku coba rangkum yah dari tadi yang Kak Sasha bilang. Berarti laki-laki dan perempuan itu e… harus disamakan sesuai dengan hak dan kewajibannya, contohnya seperti e… hak-haknya perempuan lah kayak sebagai manusia, terus dari gaji juga, terus

berdasarkan e… apa? Oh, okey, gaji juga, kemudian kalo misalnya untuk kehidupan keseimbangan nih buat kaya maintenance antara di

kerjaan sama hiburan atau kebutuh… kehidupan personalnya Kak Sasha, berarti gak ada, perusahaan gak melakukan upaya apa-apa, ya, untuk mengupayakan kesetaraan karyawan laki-laki dan perempuan itu?

Sasha: Engga, sih.

Edelia: Okay, berarti ini kan Kak Sasha sekarang belum menikah, ya Kak Sasha? Sasha: Belum, Edel (partisipan sembari tersenyum ke peneliti).

Edelia: Hihihi (peneliti tersenyum). Berarti tidak ada kewajiban di rumah ya, secara bersamaan? Jadi, maksudnya sekarang ini Kak Sasha

sibuknya kerjaaa… tidak ada urusan rumah tangga yang harus dikerjakan kan?

Sasha: Belum.

Sesi Tanya Jawab II Pertanyaan mengenai kinerja Corporate Communication terkait employee communication.

(34:28-40:06)

Edelia: Belum ada, yah. Okay, Kak Sasha. Okay, sekarang kita mulai berlanjut. Okey, pertanyaan mengenai kesetaraan gender sudah selesai. Nah, kemudian sekarang, aku mau nanyain tentang gimana sih kerjanya Corporate Communication di perusahaan. Kak Sasha kenal Ibu ini

gak… Ibu Dian Koernia?

Sasha: Hm, kenal biasa aja. Eh, maksudnya dia di Solo kan, jadi aku gak kenal banget. Edelia: Oh, okay, ya, ya, ya, ya. Kalau menurut… Itu kan Kak Sasha di perusahaan itu, tapi Kak Sasha tau dia… beliau itu berfung-…

perannya sebagai apa?

Sasha: Sekretaris… kalo gak salah. Sekretarisnya Bu Michelle. Edelia: Hm, okay. Kemudian, tadi, sekarang Sekretarisnya Bu Michelle, ya? Bukan Kepala Bagian apa gitu, Kak Sasha tahu gak?

Sasha: Gak tahu. Kak Putri yang lebih tahu (partisipan menyebutkan nama rekan kerjanya yang lebih mengetahui jawaban persis dari

pertanyaan tersebut). Edelia: Hm, okay, berarti tentang… apa? Struktur… struktur organisasi itu Kak Sasha enggak tahu?

Sasha: Enggak, maksudnya aku tahu yang desainer aja, tapi kalo yang di luar-luar itu, aku gak hapal.

Edelia: Hm, okay, okay. HR atau perusahaan gak pernah ngasih, ya, Kak? Sasha: Engga sih, seinget aku.

Edelia: Okay. Kak Sasha kemudian berarti Kak Sasha nih tahu kan Public Relations itu seperti apa, ya, Kak sejauh ini.

Sasha: Tau. Edelia: Okeh, menurut Kak Sasha, Public Relations itu kerjanya seperti apa, sih?

Sasha: Kalau di company aku, maksudnya?

Edelia: E… boleh, menurut Kak Sasha, kemudian di perusahaan Kak Sasha, gak papa, boleh, itu dua-duanya gak papa. Sasha: Hm, yah, itu sih. Lebih kayak nge-PR-in branding-branding gitu ke luar, ke orang-orang, gitu.

Edelia: Okeh, berarti branding ke eksternal, ya?

Sasha: He eh. Edelia: Tapi ada juga gak Kak Sasha yang dilakukan untuk internalnya, ke dalem?

Sasha: Biasanya HR sih kalo kayak gitu.

Edelia: Hm, okay, berarti… Sasha: Kalau yang untuk orang dalem, yah.

Edelia: Berarti yang orang dalem, Kak Sasha taunya… Kak Sasha tahunya itu tugasnya HR, gitu, ya?

Sasha: He eh. Edelia: Biasanya HR kerjanya ngapain sih, Kak memangnya? Biasanya kerjaannya HR yang Kakak tahu?

Sasha: Hm, ngurusin semua karyawan sih. Terus kayak apa yang mereka butuhin dan lain-lain, gitu.

Edelia: Apa yang dibutuhkan. Okeh, dibutuhkannya ini maksudnya apa yang karyawan butuhin… contohnya seperti apa tuh, Kak? Sasha: Misalnya mau show, terus kayak butuh supir, apa, gini, gini, gini, kayak gitu. Nanti kan mereka yang ngaturin jadwal-jadwal, gitu.

Edelia: Hm, okay, berarti HR ini ngurusin orang dalem, abis itu juga melaku… apa? Menyiapin apa yang karyawan butuhkan terkait pekerjaan,

ya, misalnya ada event fashion show, seperti itu. Sasha: He eh.

Edelia: Iyah.

Sasha: (terdengar suara ketikan dari laptop, partisipan seperti sedang berkomunikasi dengan orang lain). Edelia: Kemudian, mengatur orang-orang kalo misalnya ini kan, ya, kalo untuk siapa supirnya, siapa yang bagi tugas dalam kerjaannya yang

kaitannya sama event, yah?

Sasha: He eh. Edelia: Ada lagi gak Kak, yang Kakak tahu pekerjaan HR itu ngapain?

Sasha: Misalnya ngasih training, gitu-gitu.

Edelia: Okeh, berarti Kak Sasha pernah di-training gak? Sasha: Problem solving, pernah, sih.

Edelia: Pernah ini… maksudnya sering? Sasha: E… baru sekali.

Edelia: Selama berapa ini… berarti Kak Sasha sudah bekerja berapa lama?

Sasha: Tiga. Edelia: Tiga tahun?

Sasha: Iyah, 3 tahun.

Edelia: 3 tahun, baru sekali training, ya? Sasha: Iyah.

Edelia: Waktu itu training-nya tentang apa, Kak? Masih inget, gak?

Sasha: Problem solving, gitu. Edelia: Hm, okay. Tapi Kak Sasha sering juga kan ngadain… ada dateng ke meeting-meeting, begitu, sering?

Sasha: Meeting? Pasti ada, he eh. Slalu ada itu.

Edelia: Meeting itu selalu ada, itu biasanya di sana ada siapa aja, Kak? Sasha: Meeting kalo di Jakarta?

Edelia: Sorry…

Sasha: Kenapa, Del? (partisipan multitasking untuk mengurusi pekerjaannya di laptop dan menjawab sesi wawancara). (40:07-47:59)

Edelia: Iyah, gak kedengeran, Kak, sorry, tadi meeting kenapa, Kak?

Sasha: Maksudnya sama siapa aja, sama ada yang di Jakarta? Edelia: Iyah, kalau meeting yang di Jakarta, sama siapa aja?

Sasha: E… tergantung ngomonginnya tentang apa, misal sama fotografer, sama Ibu kalo tentang kerjaan, sama Kak Putri juga kalo misalnya

ada event, gitu-gitu. Edelia: Ah, okay. Kalau di Solo?

Sasha: Solo, lebih kayak semuanya sih. Banyaknya, banyak…

Edelia: Divisi? Sasha: He eh.

Edelia: Hm, berarti itu rapatnya, rapat besar gitu?

Sasha: Lumayan ba… rame sih, iya. Edelia: Berarti itu… karena Kak Sasha ke Solonya sebulan sekali, berarti ya minimal di sana ada meeting besar itu sebulan sekali, ya?

Sasha: Iyah.

Edelia: Okay. Kak Sasha itu ada ininya gak sih, Kak, e… supervisinya? Sasha: Supervisi maksudnya?

Edelia: Kayak yang di atasnya Kak Sasha siapa lagi?

Sasha: E… sekarang ada Head Designer. Edelia: Head Designer, itu siapa?

Sasha: Si… Eh, kok Head Designer sih, eh…e… Creative Director sekarang, Pak Ari.

Edelia: Iyah, hm ada Pak Ari sebagai Creative Director. Sasha: He eh.

Edelia: Kak Sasha lagi sibuk gak? (peneliti akhirnya bertanya kepada partisipan yang daritadi seperti ada pekerjaan mengetik laptopnya).

Sasha: Kenapa? Engga, tiba-tiba Ayi nanya hahaha (partisipan mengakui bahwa tiba-tiba ada rekan kerjanya yang menanyakan tentang hal pekerjaan kepadanya ketika sedang proses wawancara). Kamu mau nanya apalagi?

Edelia: Iya, iya, gak papa. Hihihi (peneliti tertawa).

Sasha: Kenapa, terus? (partisipan tetap ingin melanjutkan proses wawancara).

Edelia: Iya, terus berarti Kak Sasha kalau sekarang, berarti di perusahaan, kinerja Public Relations-nya ada gak di sana? Sebenarnya ada gak

sih jabatan itu di perusahaan?

Sasha: Kalo di tempat aku, engga ada sih. Paling ya, jadinya kayak Kak Putri gitu, promosi. Edelia: Hm, iya, iya. Tapi itu juga yang Kak Sasha tahu berarti PR itu… atau Corporate Communication itu, ya… berhubungannya dengan

pihak eksternal, gitu kan, ya?

Sasha: Iyah.

Edelia: Berarti… apa? Kerjanya… kinerjanya PR yang bener itu harus bisa… apa nih Kak? Jadi, kerjaannya yang ideal untuk seorang PR itu seharusnya seperti apa, di pandangan Kak Sasha?

Sasha: Ya, itu, komunikasi sama orang luar, kalo aku sih ngertinya, gitu.

Edelia: Komunikasi sama orang luar, okeh. Orang luar di sini berarti ap… siapa aja? Sasha: Yah… client, terus kayak orang-orang yang perlu di… Misalnya perlunya branding-nya itu, pasti ketemu orang luar buat nge-promote

brand-nya itu kan.

Edelia: Iyah, kayak endorser, kayak gitu-gitu, ya? Sasha: He eh.

Edelia: Berarti Kak Sasha, kalau dari kerja PR perusahaan, apa? Di perusahaan waktu dulu itu kan, di butik, butiknya Ikat Indonesia, dia kan

adanya bagian marcom. Nah, terus yang biasanya ngurusin karyawan, HR. Sasha: Iyah.

Edelia: Terus kalau di Bateeq, PR-nya juga mengurusi branding eksternal, yang HR yang ngurusin orang dalem? Berarti sama, ya

ininya…fungsinya mereka, berarti PR itu kan… berarti PR-nya mereka sama ya, sama-sama mengurusi hubungan eskternal. Sasha: Iyah, kalau aku mudengnya, gitu.

Edelia: Okay, okay, Kak Sasha. Terus kalo menurut Kak Sasha berarti yang menjalani komunikasi ke karyawannya siapa? HR?

Sasha: Iyah, sama. Kalo dua kali aku kerja sih, biasanya sih HR. Edelia: Menurut… He eh?

Sasha: Kalau sama orang internal.

Edelia: Okay, menurut Kak Sasha pekerjaan mereka sudah bekerja dengan baik, belum? Sasha: Hm, kurang sih kayaknya kalo buat company gede, gitu.

Edelia: Kurang… kenapa tuh kalo menurut Kak Sasha? Kenapa alasannya kok Kak Sasha bisa bilang kurang?

Sasha: Kayak penyuluhannya kadang-kadang kurang, terus gara-gara… kan HR-nya di Solo kan? Jadi, kadang-kadang kalo kita butuh, kebutuhan kita kadang-kadang enggak tahu.

Edelia: Kebut… He eh, terus?

Sasha: Iyah, kadang-kadang jadinya gak diurusin aja. Gara-gara kita jauh. Edelia: He eh, okeh, berarti kurangnya karena… penyuluhan itu penyuluhan apa nih, Kak yang Kakak maksud?

Sasha: Yah, misalnya awal masuk kerja kan, gak ketemu HR, gara-gara HR-nya di Solo. Jadi, aku cuma tahu orang di Jakarta yang memang aku harus kenal siapa aja, cuma tau gitu-gitu doang kan? Baru taunya gara-gara pas di Solo.

Edelia: Hm, okay, okay. Ho… berarti sebelumnya berarti belum dijelasin ya? Maksudnya belum diperkenalkan kayak perusahaan besarnya

seperti apa, struktur organisasi seperti apa gitu, ya? Jadi, apa? Udah diterima kerja, abis itu langsung ya udah kerja, terus entar tiba-tiba setelah 1 bulan disuruh meeting ke Solo?

Sasha: Iyah, paling kayak se… semingguan gitu.

Edelia: Berarti Kak Sasha learning by doing, dong? Sasha: Iyah, jadinya ya… ya udah, jalanin aja.

Edelia: Okeh, he eh. Tapi Kak Sasha tertarik ga sih buat pengen tahu?

Sasha: Apa maksudnya? Edelia: Visi, misi perusahaan, atau corporate value, nilai-nilai perusahaan. Kak Sasha tertarik gak? Hihihi (peneliti tertawa karena melihat

ekspresi partisipan yang tampaknya tidak tertarik untuk mengetahui informasi perusahaan, tersenyum sembari menggelengkan kepala).

Sasha: (partisipan menggelengkan kepala sembari tersenyum pertanda tidak tertarik untuk mengetahui informasi tersebut) hihihi. Edelia: Tapi menurut… Okay, berarti gak tertarik, ya? Kayak yah… gak perlu tahu lah ya?

Sasha: Hahaha (partisipan tertawa). Kalo diminta, ya udah. Hahaha (partisipan masih tertawa).

Edelia: Tapi berarti… yang penting yang mau Kak Sasha pengennya kan ini kurang nih terhadap penyuluhan pas masuk kerja, sama kadang kebutuhan Kak Sasha, eh kebutuhan desainer, yah, karena jauh di Jakarta, dicuekin, padahal kita lagi butuh. Jadi, ya udah Kak Sasha kerjanya,

terus tahu-tahu tentang informasi segala macemnya cuma dengan learning by doing, gitu?

(48:00-57:04) Sasha: He eh.

Edelia: Okay. Terus Kak Sasha berarti tahu… maksudnya siapa yang memberikan apa? Penjabaran job desk-nya siapa?

Sasha: E… Pas itu aku ada Head Designer, jadi waktu itu dia yang ngasih tahu aku harus kerjain apa, apa, apa, gitu. Edelia: Oh, jadi tuh pas Kakak masuk kerja, itu diwawancarainya sama siapa?

Sasha: Aku sama Head Designer.

Edelia: Oh, di Jakarta? Sasha: Di Jakarta, he eh.

Edelia: Oh, berarti Kak Sasha enggak ke Solo, yah?

Sasha: E… sebelum masuk sih enggak ke Solo, terus pas udah keterima, kerja di Jakarta bentar, terus ke Solo. Edelia: Hm, okay, berarti tugasnya semua dijelasin sama Head Designer. Okeh, terus e… sejauh ini Head… ada Creative Director nih, ya

berarti yang sebagai pimpinan desainer, yah, Kak Sasha?

Sasha: He eh. Edelia: Itu gimana? Maksudnya apakah komunikasinya baik, apakah ada masalah?

Sasha: Hm, sebenarnya kalo yang ini Creative Director-nya kan buat semuanya, ya? Sampe Dan Liris juga. Jadi, kurang detail aja kadang-

kadang. Edelia: Kurang detail, maksudnya kurang detail dalam hal apa nih, Kak Sasha?

Sasha: Maksudnya kayak dia cuma kasih tahu kalian buat ini, buat itu. Cuma maksudnya kan kalau Creative Director itu harusnya dia yang

ngasih tahu juga pengennya kayak gimana, tapi ini jadinya akhirnya kita yang nyari sendiri. Edelia: Hm…

Sasha: Cuma kayak ngarahin doang, gitu lah.

Edelia: Hm, okay, tapi sejauh ini maksudnya e… apakah Creative Director itu kalo… misalnya Kak Sasha dan para desainer itu mengalami kebingungan, gitu kan bingung. E… Kak Sasha bisa tanya langsung saat itu juga?

Sasha: Bisa. Soalnya di Jakarta orangnya.

Edelia: Okeh, berarti secara ini… maksudnya Creative Director juga terbuka untuk menerima masukan, untuk tanya jawab gitu, maksudnya

orangnya komunikasinya juga lancar ya, Kak, berarti gak ada kendala?

Sasha: He eh.

Edelia: Cuma memang pas pertama kali… pertama kali ketika diminta untuk suruh ngapain, gak detail aja gitu, ya? Harus… Sasha: He eh, iya.

Edelia: Okay, okay. Terus gimana Kak Sasha tadi kan katanya sering berinteraksi sama Ibu.

Sasha: He eh.

Edelia: Ibu itu berarti sebagai apa ya, Kak Sasha di perusahaan? Sasha: Sebagai CEO-nya, yang punya.

Edelia: CEO Dan Liris, ya?

Sasha: He eh. Edelia: Itu Kak Sasha bisa sampe berinteraksi langsung?

Sasha: Bisa sih, soalnya biasanya Ibu kayak pengen tahu semuanya, kayak gitu, ngecekin gitu lah, biasa. Tapi gara-gara udah ada Creative

Director-nya udah agak berkurang, dikiiit. Tapi tetep ada komunikasi lah. Edelia: Hm, okay. Kak Sasha kalau ini berhubungan dengan Creative Director, Ibu juga, selain tatap muka, berarti ada juga pake media

komunikasi lain?

Sasha: Hm… (partisipan seperti bingung maksud pertanyaan peneliti) Edelia: Kaya grup…

Sasha: Oh, ada grup, grup kerja ada.

Edelia: Grup kerja dan di situ ada Ibu juga? Sasha: Ada, yang fashion show dan desain, pasti ada Ibu.

Edelia: He eh.

Sasha: Terus ada juga kayak Slack gitu buat approve kalau via online. Edelia: Oh, sekarang gara-gara ada WFH ini, ada approval via online?

Sasha: Oh, engga sih, dari dulu. Soalnya kan Ibu kerjaannya padet ya, kalo misalnya nge-chat gitu, gak bisa via email. Kalau email itu takutnya

ada yang kelewat atau apa. Jadi, pake Slack gitu, ada aplikasi. Edelia: Hm.

Sasha: Buat approval desain, gitu-gitu.

Edelia: Apa itu, Kak, namanya? Sasha: Slack.

Edelia: E… bisa di-spell?

Sasha: S L A C K (partisipan mengeja nama aplikasi) Edelia: SLACK. Slack. Ini lebih gampang dari email, Kak atau gimana?

Sasha: E… lebih gampang sih, soalnya dia kayak… kan soalnya kita approval desain, jadi nanti kita ng-upload, mention Ibu, terus langsung keluar kayak dia ngomong apa, gitu-gitu, approval-nya gitu.

Edelia: Hm… berarti ini khusus untuk desain aja, ya?

Sasha: Iyah. Edelia: Okey, kalau untuk… maksudnya untuk divisi lain, Kak Sasha enggak tau ya? Cuma pasti kerja ada… maksudnya grup kerja WhatsApp

pasti ada ya?

Sasha: He eh. Edelia: Okay, kalau desainer sendiri berarti e… grup kerjanya itu WhatsApp aja, atau ada media lain yang digunakan?

Sasha: WhatsApp sama Line, aja. Sama email, udah.

Edelia: Hm, okeh. Kak Sasha ini gak… seneng gak kerja di perusahaan ini? Sasha: Seneng, seneng aja, hehehe (partisipan tertawa).

Edelia: Seneng-seneng aja, kenapa Kak Sasha?

Sasha: Maksudnya? Edelia: Cerita dong. Maksudnya kan terlepas dari itu… apa? Kekurangan… perusahaan Dan Liris masih ada kekurangannya, kayak pertama,

komunikasinya Creative Director, abis itu juga HR-nya masih kurang optimal, begitu kan? Tapi secara pekerjaan, Kak Sasha senang

melakukan pekerjaan di Bateeq. Sasha: He eh.

Edelia: Nah, itu senangnya tuh… apa sih yang membuat Kak Sasha senang dan betah untuk bekerja, masih tetap bekerja di sini?

Sasha: Hm, soalnya… better juga dari yang sebelumnya. Terus kayak kalo di sini, perusahaan… maksudnya kayak perusahaan tapi aku masih ada fashion show, gitu-gitu. Padahal kan perusahaan fast fashion, sedangkan kalo kamu lihat biasanya fast fashion yang lainnya kayak

ZALORA, atau Berry Benka, atau apa kan mereka kerjaannya ngedesain doang, kan? Enggak ada kayak event-event-nya. Maksudnya ada

event, tapi paling event-nya kayak acara launching atau apa. Kalau ini kan, aku masih… di Bateeq masih ikut Fashion Week-lah, masih ikut apa, jadi kayak gak boring-boring banget, gitu loh.

Edelia: Hm, terus… okay, itu kan tentang pekerjaan sebelum… okay, karena ada event, acara di luar, jadi enggak bosen. Better lebih dari

sebelumnya ini, better dalam hal apa nih, Kak? Sasha: E… ya, company itu. Maksudnya aku kan jadi lebih aman dan terjamin, gitu loh.

Edelia: Okey, kalau dari lingkungan kerjanya, gimana, Kak?

Sasha: Lebih… sama-sama aja sih, enak-enak aja dua-duanya. Edelia: Hm, okay, berarti kurang lebih lingkungan kerja, terus budaya pekerjaannya sekarang di Dan Liris sama sebelumnya di Ikat Indonesia

itu, sama yah? Maksudnya kan…

Sasha: He eh. Edelia: Hm, he eh, boleh diceritain gak, Kak Sasha gimana sih lingkungan kerjanya di kantor itu gimana?

Sasha: Di kantor yang sekarang?

Edelia: Iyah, di Jakarta. Sasha: Lingkungan kerjanya fun-fun aja sih, semuanya, baik-baik, juga. Terus kalo misalnya komunikasi, komunikasi baik-baik aja. Gak ada

drama-drama gitu sih di Jakarta.

Edelia: Oh, jadi karena gak ada drama? Hahaha (peneliti tertawa). Sasha: He eh.

Edelia: Tapi e… berarti itu di sini…kerjaannya itu… apa? Mejanya juga enggak yang qubical gitu kan?

Sasha: E… di Jakarta? Edelia: Iya.

Sasha: Engga sih, yang biasa.

Edelia: Okeh, berarti maksudnya antara Kak Sasha dengan yang lain itu bisa berinteraksi, gitu, ya?

Sasha: Iya, tetap bisa berinteraksi.

Edelia: Emang ada yang qubical juga, Kak? Meja qubic…

Sasha: Kalo di Solo sih, iya. Kalau di Jakarta sih, enggak. Edelia: Oh, di Solo, masih.

Sasha: He eh.

(57:05-1:06:59) Edelia: Okeh, berarti Kak Sasha e… senengnya kerjanya selain karena lingkungan pekerjaannya, terus better juga dari sisi keamanan sebagai

karyawan, abis itu juga gak boring, gitu kan, gak di kantor aja, gak… gak… gak ngedesain aja.

Sasha: He eh. Edelia: Nah, tapi kan ada juga… itu kan dari sisi Kak Sasha nih, seneng karena itu semua. Tapi ada juga gak perusahaan… apa yang

perusahaan, ada gak memotivasi Kak Sasha supaya bisa bekerja lebih baik? Ada gak yang dilakukan sama perusahaan untuk memotivasi Kak

Sasha? Sasha: Hm, maksudnya motivasinya dari penyuluhan, gitu-gitu, atau apa?

Edelia: Iya, bisa. Bisa aja dari penyuluhan, atau bisa kayak training, atau enggak bahkan bisa jadi yang gara-gara e… Bateeq ini masih sering

fashion show juga, jadi itu yang membuat Kak Sasha semakin termotivasi nih untuk kerja, gitu. Sasha: Ya… ini aja sih, kayak selalu disuruh keep up, maksudnya kan setiap tahun selalu di… (suara partisipan tidak jelas karena putus-putus)

kan sama Ibu, dikasih tahu.

Edelia: Kenapa, sorry, Kak, nge-lag? Tiap tahun…? Sasha: Oh, ya, maksudnya tiap tahun harus jadi lebih baik, lah. Kayak Ibu kan selalu ngomong, juga ngasih tahu, gitu-gitu.

Edelia: Oh, Ibu… Ibu… Ibu selalu support gitu, ya, Kak Sasha?

Sasha: Iya, pasti kok, setiap show juga pasti dateng. Edelia: Hm. Bentuk dukungan Ibu itu seperti apa?

Sasha: Yah… ngecekin kita sih. Maksudnya kan kadang-kadang bos kan gak ngecekin, ya? (partisipan tersenyum sekaligus heran). Ini sampe

ikut… kadang-kadang sampe ikut photoshoot-nya, dateng photoshoot-nya, ada di backstage juga, gitu-gitu. Edelia: Okay, biasanya kayak… bos itu, ibaratnya Ibu itu bos, tapi… biasanya jarang ngecekin, tapi ini Ibu mau turun tangan langsung yah

ngecekin ada yang sala, gitu. Jadi, itu secara… secara apa yah? Implisit yah, berarti, yah, Kak Sasha? Secara implisit Ibu juga mendukung,

gitu kan? Maksudnya ada gak kayak, semangat ya, semangat! Kayak gitu? Sasha: Iyah, sih. Itu pasti kok.

Edelia: Biasanya Ibu kalau itu… itu yang kalo dateng gitu-gitu, yah? Ibu dateng buat nanyain kalo misalnya ada problem?

Sasha: Iyah, kadang-kadang pasti dia nyempetin kita meeting juga, dan pasti kalau misalnya kita deket-deket deadline, dia nungguin. Misalnya kayak pas itu, kemaren waktu di Solo, bajunya belum selesai dijahit, dan dia sampe nungguin di situ, ikutan buat ngecekin, kayak gitu-gitu,

kan. Edelia: Hm, okay, sampe ngecekin yah?

Sasha: He eh.

Edelia: Berarti secara gak langsung dengan disitu, wih ada Ibu… ada bos gue nih juga ngedukung gue, gitu yah? Sasha: Iyah.

Edelia: Jadi, Kak Sasha juga merasa gi… merasa gimana gitu, ya, semakin ini ya…Wih, bos gue aja maksudnya ibaratnya kayak bos gue aja

mau bela-belain untuk ke sini, masa gue gak kerja lebih baik, gitu. Sasha: Iya, kan jadinya harus better.

Edelia: He eh, okay, ada gak sih… ada gak sih harapan yang Kak Sasha pengenin dari perusahaan sampai sejauh ini? Harapan apa?

Sasha: Yah, berkembang lebih bagus aja, sih. Edelia: Berkembang lebih bagus. Emang kenapa tuh, Kak, masih stagnant atau gimana?

Sasha: Masih… kadang-kadang susah merubah perspektifnya dari orang-orang, contohnya kan orang-orang pabrik kan engga terlalu mengerti

fashion kan? Jadi, kadang-kadang tuh pasti lebih ke mikirin, pasti lebih ke masalah uang, padahal kan branding juga penting. Malah mikirinnya tuh pasti jualan doang, gitu loh, padahal kan gak semuanya tentang jualan, gimana brand itu biar orang lihat kan juga susah.

Edelia: Hm, iyah, berarti masih kurang, ya, Kak?

Sasha: He eh, soalnya kebanyakan pasti kalo orang pabrik mikirinnya jualannya doang, kayak harus bikin baju banyak, harus bikin ini banyak, padahal kan enggak gitu.

Edelia: Hm, okay, okay. Berarti untuk kebutuhan Kak Sasha sendiri sebagai karyawan, apakah perusahaan menjamin dan memenuhi

semuanya? E… maksudnya kalo dari segi hak, kayak hak cuti, terus abis itu misalnya e… kemampuan Kak Sasha itu bisa dioptimalkan, abis itu Kak Sasha bisa ambil keputusan, terus didenger, itu perusahaan mau ini… mau coba untuk membuka diri?

Sasha: Mau sih, pasti, kalau yang gitu-gitu, pasti tinggal ngomong aja, kan nanti kayak bisa di-discuss lagi.

Edelia: Okey, okey, berarti sampe sekarang apakah perusahaan Dan Liris mampu memberikan kesejahteraan bagi Kak Sasha? Sasha: Untuk saat ini sih, bisa-bisa aja.

Edelia: Okay, berarti Kak Sasha, happy, ya kerja di sini?

Sasha: E… aman-aman aja sih. Happy-happy juga, lingkungannya juga baik-baik aja. Edelia: Okey. Iyah, Kak Sasha berarti masih 3 tahun, yah setelah pindah sampai sekarang?

Sasha: Iya, di Dan Liris udah 3 tahun.

Edelia: Okeh, okay, Kak Sasha. Udah sih, aku sudah mendapatkan ininya… sudah menjawab pertanyaan semua, aku sudah mendapat sih… apa? Gambaranlah sedikit mengenai ini, mengenai bagaimana kesetaraan gender di Dan Liris. Kak Sasha tahu gak sih, kalau itu… Dan Liris

kan ini, baru kemaren kan ini kayaknya kemaren Kak Anna yang nge-post, siapa yah?

Sasha: Siapa? Edelia: Yang baru aja dapet sertifikat kesetaraan gender.

Sasha: Hihihi (partisipan tertawa). Gue gak tahu. Itu tuh kalau kayak gitu-gitu biasanya disuruh, dan Anna mungkin nge-post gara-gara itu.

Biasanya disuruh, kita gak ngerti apa-apa di Jakarta. Clueless semua. Edelia: Oh, okey, okey, kalau di Jakarta tuh pokoknya e… out of reach aja ya, unreachable, ya? Hehehe (peneliti tersenyum).

Sasha: Agak di… tersisihkan gitu.

Edelia: Hm, okay, okay, agak tersisihkan. Tapi sama, mau yang di Sisinga sama yang di mana? Equity? Itu sama? Sasha: E… Beda. Soalnya Dan Liris kalau di Equity, kalo di Sisinga kan Efrata.

Edelia: Hm, okay, okay. Berarti Kak Sasha juga gak mengerti yah, informasi tentang prestasi itu… Dan Liris yang baru aja dapet itu…

sertifikat itu? Sasha: Clueless gue mah.

Edelia: Okay, okay. Okay, Kak Sasha. Aku sudah cukup pertanyaannya untuk hari ini, terima kasih telah menyempatkan waktunya untuk

bersedia diwawancara.

Sasha: Okeh, Edel (jawab partisipan dengan tersenyum).

Edelia: Okay, kemudian Kak Sasha ada ingin menanyakan sesuatu gak yang berkaitan dengan penelitian aku?

Sasha: Enggak tahu. Edelia: Yah, gak papa, kalau misalnya ada yang masih bingung atau ada yang mau nanya, gak papa ditanya, takutnya bingung.

Sasha: Engga ada sih, udah.

Edelia: Engga ada? Okey, Kak Sasha kita boleh foto sebentar gak ini, aku gedein dulu. Sebentar, aku foto atau screenshot, ya? Okeh, aku screenshot dulu. 3…2…1… (peneliti mengajak partisipan untuk berfoto untuk dokumentasi penelitian). Okay, satu lagi, satu lagi, satu lagi,

sabar. Hihihi (peneliti tertawa).

Sasha: Kok pake HP? Edelia: Iyah, ada juga, aku ada juga pake itu… (peneliti mengambil gambar partisipan dan menunjukkan pengambilan gambar juga sudah

menggunakan kamera) Okeh. Okey, Kak Sasha, nanti kalau misalnya ada apa-apa, aku boleh tanya Kak Sasha lagi, gak?

Sasha: Boleh. Edelia: Gak papa? Makasih banget Kak Sasha.

Sasha: Hehehe (partisipan tertawa). Lu gak nelpon Kak Putri?

Edelia: Belum, nanti, kalau Kak Putri tuh pasti tahu. Aku udah ini… Sasha: Oh, soalnya gue gak tahu apa-apa, soalnya hahaha (partisipan tertawa). Ignorant ya? Hahaha (partisipan masih tertawa).

Edelia: Ih, bukan, bukan kayak gitu. (peneliti meluruskan maksud pernyataan tersebut dan rekaman terputus).

Catatan Penelitian:

• Sasha merupakan anak yang berasal dari keluarga campuran. Ayah berasal dari Padang dan ibu berasal dari Jawa, tetapi sejak lahir

di Jakarta.

• Sejak dahulu, Sasha ingin untuk bekerja dan diperbolehkan oleh orangtua. Bahkan, orangtuanya mengharuskan ia untuk bekerja.

• Sesaat sebelum bekerja di Ikat Indonesia, Sasha memiliki keinginan untuk santai-santai terlebih karena baru lulus kuliah. Namun,

sebulan di rumah saja bosan, akhirnya memutuskan untuk bekerja.

• Di Ikat Indonesia bekerja selama satu tahun.

• Selain bekerja, Sasha juga menerima pekerjaan freelance design dan membantu temannya untuk jadi model. Pekerjaannya ini

semua dibayar, tetapi untuk model, ia terima jarang-jarang karena malu. Hal ini dilakukan untuk menambah pemasukan dan

mengeksplorasi desain baru selain di Bateeq.

• Prosedur Covid-19 yang dijalankan di kantor Jakarta adalah sering cuci tangan dan menggunakan masker. Namun, prosedur di

Solo berbeda dan banyak protokolnya karena pabrik.

• Sasha kurang mengetahui aktivitas perusahaan untuk lingkungan, tetapi pernah membagikan sembako. Dirinya tidak mencari tahu

juga terkait informasi perusahaan, tapi kadang melihat dari Instagram dan grup untuk mencari tahu informasi perusahaan.

• Sasha mendapatkan undangan untuk training problem solving dari HRD dan Kepala Desainer di Solo.

• Sasha kurang mengetahui tugas dari Corporate Communication karena tidak pernah berhubungan dengan Bu Dian. Namun, Sasha

yang tidak mengetahui bahwa Bu Dian Koernia adalah Corporate Communication-nya Dan Liris menyatakan bahwa Bu Dian

Koernia adalah sekretaris Bu Michelle karena mengetahui tugasnya yang mengatur jadwalnya Ibu dan bertemu dengan orang lain, hal ini Sasha ketahui dari Kak Putri.

• Sasha juga melihat bahwa Kak Putri mengerjakan double job sebagai marketing communication dan sekretaris Bu Michelle. Atas

dasar penetapan double job tersebut tidak diketahui oleh Sasha dan bergantung pada pimpinannya karena sebelum menjadi marcom,

Kak Putri menjalankan tugasnya sebagai sekretaris.

TRANSKRIP WAWANCARA

Tema penelitian : Kesetaraan Gender dalam Kinerja Corporate Communication di Perusahaan Tekstil dan Produk Tekstil

Fasilitator : Edelia Gloria Handri Partisipan : Anita

Hari, tanggal : Sabtu dan Minggu, 25-26 April 2020

Sesi Pembuka oleh Edelia Gloria Handri

(00:00-01:29)

Edelia: Selamat… Selamat siang, Mba Anita. Anita: Selamat siang, Mba Edel.

Edelia: Terima kasih sudah menyempatkan waktunya untuk saya

Anita: Sama-sama. Edelia: Pada kesempatan hari ini. Jadi… Mba, e…saya di sini akan mewawancarai Mba dan Mba terpilih sebagai partisipan dalam penelitian

saya

Anita: Terima kasih. Edelia: yang berjudul “Kesetaraan Gender dalam Kerja… Kinerja Corporate Communication di Perusahaan… di Perusahaan Tekstil dan

Produk Tekstil. Nah, saya studi kasusnya mempelajari, ingin dari… apa… karyawan perempuan di PT Dan Liris”.

Anita: Oh, iya. Iya. Edelia: Nah, dalam wawancara kali ini, jadi, aku akan membagi ada dua bagian besar pertanyaan yang akan aku ajuin. Yang pertama, nanti

akus akan membahas tentang kesetaraan gender secara umum, kemudian di bagian kedua, aku akan menanyakan tentang kinerja Corporate

Communication atau yang lebih sering dikenal dengan Humas atau Public Relation… Public Relations, seperti itu. Nah, jadi kita mulai aja, ya Mba langsung untuk sesi pertanyaan yang pertama.

Anita: Okay, tanya dulu, suara saya cukup jelas, kan?

Edelia: Iya, suara Mba cukup jelas kok sampai sekarang. Anita: Okay, hihihi (partisipan tertawa ringan), silakan.

Sesi Tanya Jawab I

Pertanyaan mengenai kesetaraan gender.

(01:30-07:04) Edelia: Jadi, yang pertama, kita akan membahas dulu… aku akan nanya dulu tentang kesetaraan gender secara umum. Aku pengen tau nih

menurut Mba, sebenarnya perempuan dan laki-laki itu harus disamaratakan atau tidak?

Anita: Dalam hal di pekerjaan, ya?

Edelia: Hm… enggak pekerjaan sih, Mba, ini lebih ke secara umum terlebih dahulu.

Anita: Oh, gitu. Kalau menurutku sih, iya, harus disetarakan karena sebenarnya kalau perbedaan itu pasti ada, ya. Namanya kodratnya juga

beda ‘kan laki-laki dan perempuan. Tapi, dalam banyak hal, misalnya dalam… untuk pendidikan, pekerjaan, secara sosial, baik laki-laki mau pun perempuan punya peluang yang sama untuk berkembang, untuk bisa maju mendapatkan, misalnya pendidikan terbaik, juga untuk

mendapatkan karir yang sama-sama maju, misalnya kayak gitu.

Edelia: Iya, iya, okay, berarti Mba Anita pun setuju nih, ya bahwa perempuan dan laki-laki harus disamaratakan? Nah, ini… Mba ini bisa mendapatkan konsep ini dan karena diajarkan orangtua atau e… maksudnya pernah dengar karena ikut pelatihan, atau seperti apa? Maksudnya,

kenapa kok Mba Anita bisa akhirnya memilih, mendapatkan “Oh iya, kalau perempuan dan laki-laki itu harus setara.”?

Anita: Betul, setuju. Pertama, dari orangtua. Jadi, dari keluarga itu, kami sekeluarga besar itu, ya… antara kayak misalnya anak laki-laki, anak perempuan, cucu laki-laki, cucu perempuan itu diperlakukan dalam tanda kutip itu sama, ya. Sama dalam arti itu ya, perhatiannya,

kesempatannya yang diberikan untuk kami, misalnya sekolah sampai mau di mana, kalau misalnya mau les, mau apa segala macam diberikan

kesempatan yang sama. Jadi, pertama, dari keluarga, kemudian kebetulan aku bisa masuk ke perusahaan ini juga punya… apa namanya? Perlakuan yang sama juga antara laki-laki dan perempuan. Jadi, kayak klop gitu, dari pribadi udah dididik kayak itu, terus di sini juga kebetulan

perusahaannya juga menerapkan kesetaraan gender, kan, gak ada perbedaan.

Edelia: Okay, okay, berarti dari keluarga sendiri juga menerapkan kesetaraan itu, ya, Mba? Anita: Betul.

Edelia: Hm, begitu, jadi baik keluarga besar mau pun di keluarga kecil Mba sendiri, ya? Anita: Iya, kebetulan kan kalau di keluargaku tuh, aku sama adeku, dua-duanya perempuan kan. Cuma kami tidak diperlakukan… kayak

misalnya karena perempuan, terus… ya udah sekolahnya gak usah tinggi-tinggi, kerjanya gak usah jauh-jauh, sekolahnya gak usah jauh-jauh,

gitu, enggak kayak gitu. Jadi, apapun yang kami mau kerjakan selama itu baik, meskipun mungkin kesannya kami menjadi rada tomboi karena gara-gara itu, tapi selalu didukung. Intinya, menurut orangtuaku, anak perempuan juga bisa maju seperti anak laki-laki, mau apa, bisa pasti.

Edelia: Hm, okay, okay. Untuk sekarang ini, Mba Anita masih… e… udah tinggal di rumah sendiri atau masih bersama orangtua?

Anita: Kebetulan cuma sama mamaku, jadi kami cuma berdua. Hehehe (partisipan tersipu malu sambal tertawa kecil). Edelia: Okay, okay. Masih sama mama, ya. Tapi, berarti saudara juga gak ada yang laki-laki, ya, Mba?

Anita: Kalau anaknya mama papaku, gak ada yang laki-laki. Perempuan semua.

Edelia: Cuma dua bersaudara, ya? Anita: Iya, cuma kami kayak laki-laki. Maksudnya dalam arti kaya cowo tuh kemana-mana pergi sendiri, oke. Apa-apa dikerjain sendiri, oke,

gitu. Enggak merasa kayak misalnya perempuan itu nomor dua, engga kayak gitu. Kepedean kayaknya malahan.

Edelia: Hahaha (peneliti tertawa). Lalu ada pembatasan-pembatasan begitu, gak, Mba? Namanya kan anak perempuan gitu… Anita: Pembatasan… Pembatasan misalnya dalam hal apa nih?

Edelia: Misalnya, karena Mba punya dua bersaudara, abis itu dua-duanya perempuan, nah, kebetulan berarti perlakuannya kan kurang lebih

sama, diperlakukan oleh orangtua. Nah, ada kalanya laki-laki gitu kan kalau bersodaranya laki-laki itu kan, otomatis ya ibaratnya kita mau pergi deh atau mau mejeng gitu kan misalnya. Nanti kita mau pergi… Kamu jangan malem-malem… pulang kemaleman, ya atau ada jam

waktunya untuk pulang malem-malem, atau gimana?

Anita: Oh… kalau dalam hal misalnya pergaulan atau apa segala macam, kami gak dibatesin dalam tanda kutip gak dibatesin tuh maksudnya

kayak ada kepentingan yang memang bisa dipertanggungjawabkan. Oh, ini ada kegiatan sekolah, kegiatan kampus, atau pekerjaan, atau ada

kegiatan di gereja, misalnya kayak gitu, selama jelas kami perginya mau ke mana, ngapain, sama siapa, itu aku dari zaman sekolah pulang

jam 11 jam 12 gitu juga gak dilarang sih, tapi itu yang penting, kamu mau ke mana, sama siapa, ngapain, apa yang dilakukan. Cuma kalau ke daerah-daerah yang maksudnya kayak… oh ya, perginya malam gitu, biasanya ya itu… temennya siapa. Tapi kalau misalnya ada kegiatan

yang gak ada temannya, pasti dianter sama dijemput. Tapi setelah gede, ya, pergi sendiri, itu waktu kecil aja sih.

(07:05-11:45)

Edelia: Iya, iya, iya, berarti dari kecil juga Mba karena… Mba tuh berarti anak paling tua? Anita: Iya, aku sulung.

Edelia: Hm okay. Berarti di situ juga Mba dijadikan contoh, ya untuk adenya?

Anita: Iya, benar. Adeku lebih tomboi, jadi lucu begitu. Hihi (partisipan tertawa geli). Edelia: Oh, justru dia yang lebih tomboi, ya, Mba?

Anita: E… Dalam arti tomboi itu karena kayak aku dulu… ekstrakurikuler itu misalnya kayak PMR, terus kayak tari, kaya gitu-gitu, atau

bahasa asing. Kalau adeku enggak, dia suka karate, dia suka taekwondo, dia suka olahraga-olahraga kayak gitu sih. Jadi, dia lebih… lebih laki, gitu.

Edelia: Okay, okay, nah berarti kalau di rumah ini kan ada Ibu sama Mba sendiri ini kan perempuan. Nah, berarti Mba… semua pekerjaan

dilakukan sama Mba sendiri atau perempuan semua satu rumah? Anita: Iya, nanti kalau misalnya ada yang… mau ngebenerin apa gitu, kita panggil tukang service kan ada. Cuma kalau mau tau, ya… tukang

service-nya, dia suka bantu-bantu di rumahku, tapi dia bisa mengerjakan pekerjaan laki-laki dan dia perempuan juga. Jadi, si Mba-nya itu

kalau misalnya kayak pintu rusak, dia yang ngebenerin, terus hihihi (partisipan tertawa geli heran sendiri). Mau ngerapihin… maksudnya mau nambahin dinding samping buat ditambah beberapa meter begitu, dia bisa kerjain. Jadi, dia tuh laki-laki eh perempuan perkasa pokoknya, jadi

bisa mengerjakan pekerjaan laki-laki. Jadi, yang ngebantuin juga udah kayak cowo banget, malah lebih cowo daripada suaminya. Iya, makanya

kami tu begitu, makanya lucu banget. Edelia: Oh, gitu, wah ada, ya? Tapi itu memang deket banget rumah Mba? Tetangga?

Anita: Dia tinggalnya di kampung rada jauh, cuma kan kalau misalnya kami kalau bersih-bersih biasa bisa dikerjakan berdua, tapi kalau

misalnya rapi-rapi, mau mindah-mindahin layout rumah, misalnya kayak ruang, furniture-nya digeser-geser, atau pintunya agak gak enak, gini-gini, terus ganti lampu apa segala macem. Jadi, dia gak selalu datang setiap hari, itu semua si Mba-nya itu, tetapi dia kayak cowo.

Edelia: Hahaha (tertawa karena terheran ada yang unik). Berarti tapi cuma itu doang berarti? Ada gak yang laki-laki yang juga ngebantuin

membantu pekerjaan dalam rumah? Anita: Kalau yang laki, paling ini, anak si Mba-nya itu juga bisa serba bisa, disuruh apa-apa bisa. Terus, ipar aku juga kebetulan adeku kan

udah nikah, iparku tuh kalau misalnya ada kerjaan yang kayak sini dong… nganterin mama ke mana, itu juga butuh pengawalan, kan, dia.

Tapi kadang aku yang ngawal sih. Gaya hihi (partisipan menanggapi pernyataan dirinya sendiri karena terlalu pede). Gitu lah. Edelia: Hihihi (peneliti ikut senyum geli) Iya, iya. Berarti… berarti adenya Mba termasuk jagoan juga, ya?

Anita: E… Mulutnya yang jagoan, soalnya dia galak banget soalnya. Hahaha (partisipan tertawa). Edelia: Hahaha (peneliti tertawa menanggapi partisipan). Okeh, okeh, Mba. Jadi, dari situ dari keluarga memang Mba Anita sudah diterapkan

untuk menerapkan ya… keadilan ya, buat laki-laki dan perempuan.

Anita: Betul. Edelia: Dan itu gak cuma berlaku di keluarga kecil Mba aja, tapi itu juga di keluarga besar, ya? Okey. Nah sebelumnya aku boleh tahu…

sebelumnya itu Mba di Dan Liris tuh udah berapa lama ya, kerja?

Anita: Aduh, lama deh. Berapa ya? (partisipan mencoba menngingat dan menghitung) 12 apa ya? 12 atau 13 gitu ya. Edelia: 13 tahun?

Anita: Iyas hihihi (partisipan tertawa geli).

Edelia: Wah… Eh hari ini… hari ini ulang tahun, ya, Dan Liris, ya? Anita: Eh, betul. Hari ini Dan Liris ulang tahun yang ke-46.

Edelia: Wah, happy birthday. Terus, gak ada ngapa-ngapain nih, Mba?

Anita: Iya nih, itu sedihnya, berdoa aja masing-masing, gak ada apa-apa kan suasananya lagi kayak gini, ya. Jadi, gak ngapa-ngapain deh. Edelia: Iya… tapi Mba Anita cukup lama, ya, 13 tahun itu, berarti usia Mba Anita dari berapa ketika pertama kali?

Anita: Jadi, apa namanya? Waktu itu aku abis lulus dari kuliah kan. Terus, sempet kerja di itu… GAMA, bimbel… bimbel… mengajar.

Edelia: Oh, begitu, iya tahu… tahu. Anita: Terus ditawarin kan. “Eh, ini nih loh… ada perusahaan baru Dan Liris Group, kamu mau gak kerja di sini?” Oh iya, sesudah itu aku

masuk. Jadi itu, Dan Liris itu adalah perusahaan manufaktur pertama, maksudnya perusahaan secara corporate yah yang besar pertama kali

sampai sekarang. (11:46-15:52)

Edelia: Luar biasa. Hahaha (peneliti tertawa tidak habis pikir)

Anita: Ih, gue mau pindah-pindah gak bisa, soalnya. Hahaha (partisipan tertawa). Gak boleh sama ortu… gak boleh keluar kota. Edelia: Iya, berarti itu GAMA juga di Solo, ya, Mba?

Anita: Iya.

Edelia: Di GAMA dulu, Mba sempat mengajar? Anita: Iya, jadi kita kan dari semester akhir itu udah jarang-jarang masuk ke kampus tinggal bikin TA dan skripsi gitu, aku udah mulai apply,

mulai mengajar, sampai lulus, kemudian setahun masih menikmati mengajar, terus ditawarin itu. “Kalau kamu bekerja di perusahaan begini,

ada karirnya loh.” Aku doain dulu, terus kebetulan dulu banget, waktu aku zaman SMP, SMA, iklannya Batik Keris. Ih kayaknya keren ya kalau bekerja di situ, ya, perusahaannya pasti gede banget tuh. Pasti bisa ketemu banyak orang, pasti bisa belajar macam-macam, nah kayak

gitu aku bayangannya. Cuma waktu pas dikasih info ada lowongan gitu, aku enggak mengerti kalau… waktu itu kan Ambassador ya, aku

enggak tahu kalo Ambassador itu satu grup sama Dan Liris, dan Dan Liris itu satu saudaraan sama Batik Keris, aku enggak ngerti. Abis itu, woah…. ternyata. Ya sudah sih, sekarang aku menikmati saja.

Edelia: Waktu kuliah dahulu, Mba ambil jurusan apa? Ada hubungannya tidak dengan pekerjaan?

Anita: Sebenarnya kuliahnya ambil Kriya Tekstil. Cuma aku enggak apply ke desainer. Karena waktu itu adanya officer untuk quality… QC, QA, gitu. Kebetulannya perusahaannya baru kan, produksi gitu-gitu. Ambassador itu lebih ke garmen, jadi dia tidak butuh desainer. Oh, buat

apa sih? Tapi yaudah akhirnya bekerja di situ. Sekarang, di marketing, beda lagi.

Edelia: Baik, nanti kita akan membahas itu secara lebih dalam di bagian dua ya, Mba. Berarti di GAMA, Mba bekerja dalam waktu yang singkat ya, berapa lama kira-kira?

Anita: Kalau di GAMA-nya sekitar dua tahun kan. Satu tahun sebelum aku lulus sampai satu tahun sesudah aku lulus.

Edelia: Nah, Mba di GAMA itu sebagai guru, ada juga guru laki-laki dan perempuan kan di sana? Anita: Iya, dan sama, diperlakukan sama juga. Maksudnya, persamaan prestasinya kayak jenjang prestasinya terus kayak penghargaan. Kan

kalau misalnya guru yang bagus akan mendapatkan jam terbang mengajar lebih banyak, kan, jadi duitnya lebih banyak kaya gitu, itu sama

juga sih. Enggak dilihat karena ini laki-laki atau perempuan.

Edelia: Baik, berarti secara gaji juga tergantung dari keuletan dan intelektual gurunya, dan attitude, ya?

Anita: Betul, iya. Jadi, tidak dilihat gendernya.

Edelia: Di sana biasanya ada aktivitas atau kegiatan yang biasanya digunakan untuk menyuarakan perempuan dan laki-laki itu sama atau hanya berupa tindakan-tindakan nyata saja?

Anita: Tindakan-tindakan aja sih. Jadi, enggak yang heboh untuk mempropagandakan kesetaraan gender kaya gitu, enggak.

Edelia: Artinya tindakan tersebut dilakukan secara implisit saja ya, bukan yang secara terang-terangan begitu, ya?

Anita: Iya, enggak secara terang-terangan. Mungkin karena bimbel ya, biar lebih aman begitu. (15:53-21:20)

Edelia: Iya, lalu kalau di perusahaan Dan Liris sekarang, bagaimana Mba?

Anita: Iya, kalau di Dan Liris itu dominan perempuan kali, banyak banget perempuannya. Edelia: Memang benar ya banyak perempuannya, baik di Solo dan di Jakarta?

Anita: Coba aja kamu lihat. CEO perempuan, Vice President perempuan, direkturnya memang yang perempuan tidak banyak, tapi di

bawahnya itu… ada kadiv dan kabag itu banyak perempuan, yang kebanyakan laki-laki di tekstil, yang lainnya perempuan-perempuan kan. Edelia: Oh, begitu ya, baik. Kemudian, kalau Mba Anita di Dan Lirisnya di bagian mana? Efrata?

Anita: Saya di Efratanya, di PT Efrata.

Edelia: Baik, jadi para pemimpin perusahaan Dan Liris itu perempuan ya kebanyakan? Anita: Kalau pimpinan yang perempuan itu CEO, Vice President, Direktur Produksi, garmen itu perempuan. Yang lainnya adalah laki-laki,

ada keuangan, marketing lokal, Direktur IT, personalia itu semua laki-laki. Cuma kalau yang kebanyakan laki-laki hanya perusahaan tekstil

ya, karena kita ada tekstil dan garmen. Sedangkan kita kalau dijumlah saja, pasti jumlah pekerja perempuan di garmen lebih banyak dibandingkan tekstil. Jadi, kalau seluruh Dan Liris itu dihitung mungkin banyak juga perempuannya malahan.

Edelia: Baik. Sebenarnya Mba, perusahaan Dan Liris ini bergerak di tekstil dan garmen, sebenarnya adakah kriteria khusus para pekerja untuk

tekstil dan pekerja untuk garmen, dan adakah perbedannya? Anita: Sebenarnya, tidak ada kriteria khusus. Dulu, kecenderungan kaya penjahit pasti perempuan, laki-laki pasti bagian cutting, packing

begitu. Sekarang, tidak. Operator sewing laki-laki itu juga lumayan banyak, anak-anak muda juga banyak yang bekerja, laki-laki juga menjahit.

Kalau tekstil itu kenapa kok lebih banyak yang laki-laki dari yang aku lihat, ya karena tekstil kan mesin, orangnya sedikit, satu orang bisa pegang tujuh mesin yang gede-gede gitu. Jadi, kebutuhannya lebih banyak laki-laki STM begitu yang mondar-mandir ngebenerin mesin-

mesin. Jadi, mungkin memang karena kebutuhannya begitu, lebih banyak laki-lakinya. Kalau perempuan biasanya di QC, kantor, seperti itu.

Edelia: Apa saja produk dari tekstil dan produk dari garmen, Mba? Anita: Kalau produknya tekstil itu benang, kain grey yaitu kain polosan, finishing, printing. Jadi, kain-kain yang berwarna-warni dan bermotif,

begitu.

Edelia: Kalau garmen? Anita: Kalau garmen itu ada yang garmen lokal, garmen untuk eskpor, ada yang bikin baju Barbie, ada yang retail seperti Efrata, begitu.

Edelia: Oh berarti kalau Efrata masuknya ke garmen, ya? Anita: Iya, garmen dan retail karena kita ada garmennya, tapi ada penjualannya juga kan.

Edelia: Okay, berarti yang bekerja di perusahaan yang misalnya merujuk pada pekerjaan tertentu, misalnya menjahit, tidak harus hanya

perempuan, tetapi laki-laki juga bisa bekerja di situ. Kemudian, begitu juga beberapa jabatan yang memang biasanya laki-laki, tetapi juga bisa dikerjakan oleh perempuan? Contohnya apa Mba yang biasanya dikerjakan oleh laki-laki, tetapi sekarang perempuan juga bisa

mengerjakannya yang terjadi di perusahaan?

Anita: Iya, betul sekali. Di perusahaan ya? Yang aku tahu itu, misalnya kaya posisi Kepala Produksi, biasanya kan kalau kepala-kepala begitu biasanya laki-laki dulu, ya. Dan Liris dahulu pun Kepala Produksi Garmennya setahu aku laki-laki, namanya Pak Putut, tapi sekarang itu

perempuan. Mereka bisa sampai di posisi sebagai Kadiv, Kabag, bahkan direkturnya kan Bu Sanggam itu perempuan juga. Terus kaya Kepala

Gudang biasanya identik dengan laki-laki gitu kan? Aku pernah lihat yang di Ambassador itu, bagian yang mengurusi shipment yang pengiriman begitu sama gudang barang itu perempuan. Jadi, contohnya seperti itu.

(21:21-27:05)

Edelia: Menarik, ya. Berarti apakah Mba sempat mengalami dahulu zaman-zamannya perusahaan… sekarang kan pimpinannya perempuan, Ibu Michelle. Sebelumnya itu kan papanya Ibu Michelle, ya? Nah, Mba Anita mengalami pada masa Bapak memimpin tidak?

Anita: Jadi, aku tuh masuk ke DL itu bareng sama Ibu. Jadi, aku mengalami zamannya pemimpinnya sudah berbeda kan? Udah yang… view-

nya, perspektifnya itu sudah berbeda banget. Jadinya pas zaman transisi itu, untunglah. Jadi, aku hanya mendapat berita Bapaknya sakit kemudian diganti oleh Ibu Michelle, jadi saya pas di zaman Ibu Michelle-nya.

Edelia: Baik, kemudian Mba tau dari mana kalau misalnya ada perbedaan persperktif di perusahaan semenjak pergantian pemimpin?

Anita: Ya… dari bos-bosnya kalau lagi pada cerita. Terus, Ibu juga suka cerita kalau pas Leadership kan. Ibu cerita… “zaman Bapakku itu ya kalau misalnya mau beli ini itu aja harus disposisi tanda tangan tujuh meja. Kalau aku enggak mau lah ada delegasi. Ngapain ada direktur

banyak, bayar mahal. Ini kan kita kerjanya bareng, begini… begini…” Beliau kalau lagi Leadership tuh sedikit-sedikit suka cerita bedanya

manajemennya versinya Ibu dengan versinya Bapaknya, begitu, beda-bedanya di mana. Terus setiap direktur kan sudah mengalami zamannya Bapak dan Ibu kan, itu juga cerita, “Wah, kalau Ibu Michelle itu beda banget, dia gak begini, gak begini, maunya begini, begini.” Jadi, kaya

bandinginnya jadi mengerti. Oh, zaman Bapak kaya begitu, sekarang begini. Namun, aku gak tahu persisnya zaman dulu seperti apa.

Edelia: Baik, tapi ada perubahan itu apakah menuju hal yang positif, semakin baik, atau justru…? Anita: Sangat. Sangat positif. Jadi, kalau perusahaan-perusahaan Indonesia pada zaman dulu kan, apa-apa lebih ke senioritas kan. Yang

kerjanya lama, pasti dia akan di-progress lebih dahulu. Sekarang kan, gak seperti itu. Jadi, kalau Ibu itu orang yang usianya lebih muda pun

bisa progress karirnya karena semua menggunakan kompetensi, ada kesempatan yang sama buat generasi yang muda dengan generasi yang senior banget, begitu. Terus juga yang aku ngerasain beda gitu adalah ada banyak perubahan, misalnya sistemnya diperbaiki, jadi banyak

sistem yang membuat kita bisa bekerja lebih efektif dan mudah untuk hasil yang lebih bagus. Misalnya seperti Ibu itu sangat loyal untuk

investasi mesin otomatis karena mencari mesin itu susah, jadi sekarang sudah ada beberapa mesin jahit yang otomatis yang tidak membutuhkan orang, sehingga orangnya bisa dialokasikan untuk yang lainnya. Kemudian, komputerisasi seperti kertasnya gak usah banyak-banyak, nge-

print. Kalau dahulu kan rangkap delapan atau lima, zaman Ibu menggunakan soft file, by email, PDF, Ibu gak mau pake kertas, banyak banget

perubahan. Edelia: Iya, semakin maju juga, ya.

Anita: Betul, pemikirannya Ibu sangat maju.

Edelia: Baik, kemudian perusahaan mengakomodir kesetaraan gender secara implisit atau eksplisit, Mba? Anita: Kalau menurutku, dua-duanya, ya.

Edelia: Bagaimana upaya perusahaan yang menunjukkan perlakuan perempuan dan laki-laki harus setara itu digaungkannya?

Anita: Iya, jadi misalnya pas ada progress kenaikan jenjang karir, ada training, screening-nya gitu yang biasanya melalui kelas-kelas begitu, itu dibuka “pendaftarannya” itu bagi yang dianggap okey untuk bisa dikembangkan, orangnya mau untuk dikembangkan, tidak peduli apakah

dia misalnya laki-laki atau perempuan, lalu yang kerjanya baru 2 tahun atau 20 tahun, tidak seperti itu. Jadi, mau 2 tahun, tetapi dia memang

ada progress-nya, anaknya juga punya potensi, mau dia laki-laki atau perempuan bisa dimasukkan ke training-training bahkan ke kelas

leadership yang langsung di-handle oleh Ibu. Kelas leadership, kelas problem solving kayak gitu. Jadi kan, screening leader di Dan Liris itu

memang harus melewati kelas-kelas kayak gitu, dari situ kan nanti bibit-bibitnya akan terlihat.

(27:06-33:37) Edelia: Okey, okey. Ini berlaku hanya di Solo atau di Jakarta juga berlaku?

Anita: Semua. Semua. Semua yang di Jakarta juga yang aku lihat sama kan. Buktinya yang di Jakarta banyak perempuannya daripada laki-lakinya hahaha (partisipan tertawa). Laki-lakinya apa? Pak Ari doang, sama driver, sama janitor palingan, yang lainnya perempuan semua

(partisipan masih tertawa).

Edelia: Nah, yang Mba lihat sendiri… Aku kan belum pernah Mba ke Solo sebelumnya, nah kondisinya di sana itu memang tepatnya di mana ya, Mba? Sukaharjo, ya?

Anita: Cemani, Sukoharjo.

Edelia: Nah, di Sukoharjo itu memang banyak pabrik garmen tekstil juga atau gimana sih? Anita: Cukup banyak. Jadi, kalau Sukoharjonya sendiri itu memang kayak kawasan industri, lebih banyak kawasan industrinnya, jadi bukan

hanya garmen, tapi juga pabrik-pabrik, banyak industri, perkantoran-perkantoran, begitu. Tapi tidak semua punya konsep perusahaan yang

bagus, misalnya kayak itu tadi, kesetaraan gender atau kesejahteraan karyawan yang bagus kayak Dan Liris, enggak semua. Yang aku tahu sih, enggak semua. Contoh misalnya masalah gaji, gitu ya, gaji standarnya kan kalau Dan Liris…UMK, maksudnya tapi semua karyawan Dan

Liris menerima tunjangan UMK, tapi kalau tempat lain itu bisa antara yang karyawan harian sama staff itu bisa beda banget, begitu.

Edelia: Jomplang? Anita: He em (partisipan mengiyakan). Terus kayak cuti-cuti, hak cuti kayak cuti melahirkan, terus cuti haid, kayak gitu juga. Kalau aku

dengar cerita-cerita begitu, itu jauh banget bedanya.

Edelia: Okey, nah, ngomong-ngomong tentang cuti ini, Mba. Ini berarti Mba… Dan Liris menerapkan hak cuti haid, Mba? Anita: Iya, semua. Semua karyawan asal sudah berstatus kontrak satu tahun minimal, ya, itu kan punya hak cuti itu kan. Itu dapat hak cuti

semua, cutinya kan kalau setahun 12 hari kan? Diambil setiap bulan satu, istilahnya setiap bulan satu. Tapi kalau perempuan kan ada misalnya

yang cuti melahirkan, itu ada juga, terus cuti haid bagi yang haid-nya bermasalah kayak gitu sampai misalnya sakit banget ada juga ambil cuti haid.

Edelia: Itu yang bisa sampe pingsan-pingsan begitu, ya Mba?

Anita: Iya, ada yang kayak gitu. Ada kan kayak temenku tuh setiap kali dia haid, pasti dia apa namanya? (partisipan berusaha mengingat) anemia, pucet-pucet gitu sampe pingsan-pingsan. Ya… dia kalo pas haid pasti pake gak masuk sehari, gitu. Mungkin setahun itu bisa lima

bulan atau lima kali dia sampe gak masuk pas haid gara-gara sakit.

Edelia: Hm… dan kebetulan karyawan Dan Liris juga, teman Mba ini? Anita: Iya, he eh. Itu asal… pas dia haid itu ke klinik, kan, kasih rujukan buat istirahat, gitu.

Edelia: Hm, itu ke kliniknya ke klinik mana, Mba? Anita: Kan di perusahaan ada klinik, kan. Bekerjasama dengan BPJS, tapi perusahaan ada kliniknya sendiri.

Edelia: Hm, ada klinknya sendiri.

Anita: He eh, ada kliniknya, ada dokter, ada perawat, segala macem. Kalau misalnya sampe perlu dibawa ke rumah sakit, perusahaan juga siapin mobil buat nganter ke rumah sakit.

Edelia: Okey, berarti Mba selain… hahaha (tertawa karena melihat partisipan tersenyum makna mengarah ke arah rekan kerjanya di samping)

Anita: (tertawa) Iya nih, dia ngelirik aku, dia ngelirik aku. Makanya lagi ngomong sama dirimu nih, tapi dia emang suka begitu sih. Hm, gimana gitu loh. Tuh tuh lihat dia (partisipan mengarahkan handphone-nya memperlihatkan reaksi rekannya). Haduh…

Edelia: Iya, Mba.

Anita: Serius, Bet (berbicara pada rekan kerjanya yang melirik partisipan). Iya, ya, ya, lanjutin. Edelia: Nah, berarti, ini kan dikhususkan untuk karyawan perempuan, ya, Mba? Jadi, untuk hak cuti, ada cuti hamil dan cuti haid. Abis itu…

e… apa? (peneliti membaca catatan wawancara) secara gaji, juga ternyata sama, disamain, tergantung…

Anita: Sama. Sama. Edelia: Pokonya tergantung potensi seseorang, ya?

Anita: Betul, yes.

Edelia: Nah, kemudian di sini juga ada fasilitas kesehatan yang disediakan oleh perusahaan. Nah, kemudian ada lagi gak, Mba fasilitas, sarana, prasarana yang memang dikhususkan untuk perempuan? Selain…

Anita: Itu. Ada ruang laktasi, buat ibu-ibu yang… yang menyusui, supaya mereka bisa melakukan proses pumping dengan aman dan nyaman.

Edelia: Itu… itu memang rutin dipake, Mba ruangannya? Anita: Iya, rutin kok. Ada… aku lihat setiap jam-jam pumping, kayak contohnya kebetulan aku ada staff-ku yang kebetulan dia sedang masa

menyusui, itu dia sehari, gak tau berapa… satu… dua… (partisipan sedang menghitung) dua kali, dia dua kali sehari.

Edelia: Dua kali sehari, itu jam kerja… jam kerjanya jam berapa sampai jam berapa, Mba kalau di Solo? Anita: Kalau di Solo, jam delapan sampai jam empat.

Edelia: Itu hari apa?

Anita: Jadi memang… itu dari Senin sampai hari… E… (partisipan jeda sebentar sambil mengingat), beda perusahaan ya. Jadi, ada perusahaan yang sudah ada yang lima hari kerja, ada yang masih lima setengah hari kerja. Kalau yang lima setengah hari kerja tuh Senin sampai Jumat

itu tujuh jam, Sabtu lima jam, kan empat puluh jam. Tapi kalau yang lima hari kerja berarti Senin sampai Jumat, delapan jam.

Edelia: Hm, okay… (peneliti jeda sebentar melihat catatatan wawancara). Kalau selain yang ruang laktasi untuk menyusui, adalagi gak yang Mba lihat?

Anita: Kalau yang ku lihat lagi itu, musholla, gitu ya. Musholla-nya kan ada sekatnya untuk laki-laki dan perempuan. Terus kayak toilet,

toiletnya juga sendiri, laki-laki sendiri, perempuan sendiri. Kalau yang transgender enggak ada sih, cuma laki-laki dan perempuan. Hahaha (partisipan tertawa). Hm, bentar… aku mungkin engga tau semua, tapi yang aku lihat itu sih, kayak toilet, musholla, terus ruang laktasi kayak

gitu-gitu.

(33:38-37:14) Edelia: He eh, itu kan secara fasilitas dan prasarana, Mba. Kalau… ada gak kalau bentuk… kalau bentuk prestasi dari pelatihan yang tadi Mba

bilang.

Anita: Betul, yes. Yang dilihat kinerjanya. Gak lihat laki-laki atau perempuannya. Edelia: Iya, jadi memang ada pelatihan yang… jadi pelatihan itu bebas, ramah gender ya sifatnya, mau perempuan atau laki-laki.

Anita: Betul. Betul sekali.

Edelia: Lalu, apakah ada pelatihan yang dikhususkan untuk perempuan? Anita: Pelatihan yang dikhususkan untuk perempuan. Hm…. (partisipan berpikir) kayaknya aku pernah baca sih, tapi bukan pelatihan sih, ya.

Edelia: Iya, apa itu Mba?

Anita: Jadi, kayak seminar buat ibu-ibu hamil waktu itu.

Edelia: Okey, itu bagaimana maksudnya, Mba?

Anita: Itu di conference room. Jadi, untuk ibu-ibu yang hamil minimal dibekalkan kaya seminar gitu, bukan training, tapi seminar. Aku lupa

apa aja waktu itu, tapi waktu itu aku koordinasi, karena waktu itu timku ada beberapa yang ikut kan. Terus adalagi itu yang apa? (partisipan berpikir berusaha mengingat-ingat) pap smear, kanker serviks. Nah itu sampai waktu itu kayaknya sampe kaya ada pengujian gitu, jadi dites

kesehatan, free untuk karyawan.

Edelia: Hm, okay, okay. Berarti ini sifatnya… dan ini berarti bisa siapa saja kan yang ikut?

Anita: Iya, bisa siapa aja. Gak hanya staff bahkan karyawan harian pun bisa. Edelia: Hm, okay. Mba, tadi kan ruang laktasi nih tadi di-mention sama Mba, itu tapi berarti kan menyusui dia simpan ya, kalau ruang laktasi

itu kan disimpan…

Anita: Iya, ada freezer-nya. Edelia: Iya, berarti nanti di bawa pulang?

Anita: Iya, jadi nanti kan mereka bawa botol-botol sendiri, nanti dilabel, gitu kan.

Edelia: Hm, okay. Berarti gak ada yang bawa anak ya, Mba ketika bekerja? Anita: Gak ada sih.

Edelia: Memang… maksudnya diperbolehkan atau tidak untuk seperti itu?

Anita: Tidak diperbolehkan kan karena kan lingkungan industri, ini ya… maksudnya tidak ramah untuk anak-anak kan, banyak material, mesin-mesin apa segala macem kayak gitu, jadi kalau untuk ada anak-anak rada riskan.

Edelia: Iya…

Anita: Yang bawa anak Ibu Michelle aja. Hahaha (partisipan tertawa). Edelia: Hahaha (peneliti tertawa) Iya, Mba. Berarti ini Mba aktif… Mba Anita ini tahu-tahu seminar-seminar ini yang tadinya perempuan itu

kayak seminar ibu hamil, terus juga pap smear, itu karena kebetulan Mba sebagai koordinator staff-staff Mba yang mengikuti, ya?

Anita: Iya, he eh. Jadi, waktu itu aku posisinya masih di Ambassador tuh, Kepala Produksi. Jadi, anak operator banyak. Kalau mau ikut seminar kan kami harus membagi harinya supaya di produksi juga jalan, teman-teman yang harus ikut seminar juga jalan, bisa ikut, yang mau

tes kayak pap smear atau apa segala macem kayak gitu juga bisa ikut. Jadi, diatur. Oleh sebabnya tahu karena koordinasi sama Personalia

kan, kayak ngatur jadwalnya. Edelia: Hm, okay, berarti Mba dulu sempat menjabat sebagai Kepala Produksi yang di Ambassador, ya?

Anita: Iya, ya itu. Terus pindah ke sini, gitu, hahaha (partisipan tertawa), ketemu Adel deh.

Edelia: Jadi, kemudian dipindahtugaskan ke Efrata? Sekarang bagian marketing? Anita: He eh, betul.

(37:15-44:25)

Edelia: Sekarang, bagian marketing. Oke, dulu berarti sebagai Kepala Produksi itu berapa lama, Mba? Anita: … (hening sejenak partisipan berusaha mengingat) dua tahun sih kalau di posisi itu. Kan aku maksudnya dari staff biasa.

Edelia: Iya, iya. Sekarang marketing Efrata, ya, Mbanya? Anita: Iya.

Edelia: Hm, berarti fokusnya ke penjualan dong?

Anita: Ember hahaha (partisipan tertawa). Edelia: Ohya, Mba. Tapi… oh ya musholla, Mba kan gak pake, ya. Tapi berarti ruang ibadahnya, musholla atau ada tempat… chapel gitu

atau bagaimana?

Anita: Jadi, begini. Kalau chapel gak ada, cuma kan ada guest house atau di conference room itu kami bisa pinjem kalau misalnya mau ada ibadah. Jadi, kayak misalnya kayak yang selama ini ya… sebelum ada corona ini setiap dua minggu sekali pasti ada ibadah untuk teman-

teman Nasrani. Mau ibadah bareng kayak oikumene gitu, boleh di conference room, boleh di guest house, kan di guest house itu ada lokasi

yang luas, gitu buat bisa duduk lesehan, doa bareng, nyanyi, dengerin Firman Tuhan, kayak gitu. Edelia: Hm, okay. Ini secara rutin dilakukan atau ketika…?

Anita: Kalau selama ini sih, rutin apabila tidak ada apa-apa hihihi (partisipan tertawa kecil).

Edelia: Iya, iya. Anita: Soalnya kalau misalnya Desember, Natalan pasti enggak ada. Terus pas lagi kayak gini covid, enggak ada, libur semua.

Edelia: Ini di hari apa Mba biasanya? Diperbolehkan di jam kerja atau di luar…?

Anita: Enggak, enggak di jam kerja. Kalau Jumat itu kan istirahatnya satu setengah jam. Jadi, kami bisa makan, makannya disediain sama panitia, kita makan. Habis kita makan, ibadah bareng. Jadi, karena Jumat itu istirahatnya cukup panjang, jadi, ya… teman-teman yang muslim

kan sholat Jumat, kan? Kami bisa oikumene juga.

Edelia: Oh, okay, jadi, tetap ada aktivitas dan itu sama-sama beribadah ya dilakukan bersama. Anita: Iya, betul.

Edelia: Hm, okay, okay. Mba Anita nih sebagai karyawan perempuan di perusahaan ini pernah gak sih mengalami, atau mendengar, melihat

kejadian di perusahaan yang menunjukkan ketidakadilan pada perempuan? Nah, pernah gak, baik yang dilakukan oleh laki-laki atau pun perempuan, pernah gak tuh?

Anita: Kalau yang selama aku di sini, enggak. Malah kayaknya wanitanya lebih dominan daripada cowo-cowo di sini hahaha (partisipan

tertawa). Edelia: Hahaha (peneliti tertawa) maksudnya dalam hal apa nih dominannya?

Anita: Mulutnya hahaha (partisipan semakin tertawa keras). Kalau kayak misalnya di garmen tuh kerasa banget, kan cewe-cewenya lebih

banyak kan? Jadi, udah heboh-heboh gitu, misalnya kayak meeting aja, meeting quarter gitu ya, itu tuh garmen banyak wanitanya gitu, kalau tekstil lebih… lebih banyak cowonya. Itu pasti yang ngerumpi duluan sebelum dimulai meeting itu, teruruuut… (mengandaikan perempuan

yang sedang berbicara tanpa henti) jadi, kelihatan lebih menonjol aja. Hihihi (partisipan tertawa lagi).

Edelia: Okey, berarti di sini laki-lakinya justru kalah sama suara… jadi, kayak ibaratnya lebih ini ya… tapi… dominan maksudnya karena lebih banyak quantity-nya ya?

Anita: Yes, karena banyak jumlahnya, tetapi kalau secara pendapat atau segala macem, sama sih. Karena Ibu juga ngasih contohnya tuh…

apa? (partisipan berpikir sejenak) sama aja. Jadi, kami terbiasa mau laki-laki atau perempuan, kamu bisa berpendapat dengan leluasa. Edelia: He eh, berarti Mba Anita belum pernah dengerin sebuah… ada tindakan ketidakadilan ya?

Anita: Belom, belom. Cuma, kalau cowo-cowonya… apa namanya? Kalau cewenya naksir cowo satu tapi cewenya ada beberapa orang itu

bukan ketidakadilan kan? Mereka naksir cowo yang sama. Biasa, kalau di garmen begitu tuh. Edelia: Hahaha (peneliti tertawa) bagaimana, Mba, sorry gak kedengeran?

Anita: Kalau misalnya ada mekanik ganteng gitu ya. Itu dia itu udah ada yang naksir, udah ada yang ngelirikin gitu. Nah, itu kan bukan

ketidakadilan kan namanya? Namanya, perebutan. Hihihi (partisipan mengajak bercanda). Edelia: Oh, iya ya. Hahaha (peneliti tertawa). Iya sih ya pasti terjadi… namanya juga mata, ya. Lumayan, ya, buat motivasi kerja, ya?

Anita: Betul.

Edelia: Tapi dari pimpinan, maksudnya perlakuan yang mendiskriminasi dari pimpinan atas sampai bawah gitu?

Anita: Enggak, gak ada. Enggak ada.

Edelia: Okey, berarti Mba sebagai karyawan perempuan merasa aman di perusahaan?

Anita: Aman. Aman, aman. Edelia: Okey, kemudian ada gak sih, Mba, kok senyum-senyum si Mba Anita? (peneliti melihat partisipan senyum-senyum sendiri).

Anita: Heh, engga maksudnya kayak kamu mau nanya apa, serius gitu nanyanya. Gimana? Nanya apa?

Edelia: Okey, kemudian Mba Anita… ada ini. Aku kan pernah baca juga tuh kalau Dan Liris juga pernah membudayakan… entah ibu-ibu yang sudah tua, ya? Yang biasanya mengerjakan…

Anita: Oh, iya. Iya. Jadi pengrajin.

Edelia: Nah, itu kan kebanyakan… kebetulan itu perempuan, ibu-ibunya kan? Anita: Betul.

Edelia: Nah, itu kan berarti di luar… kalau secara internal, jadi untuk karyawan sendiri ada gak upaya perusahaan untuk memberdayakan

karyawan perempuan-perempuannya? Jadi… Anita: Jadi, kan, kalau misalnya PT MAS contohnya, ya. PT MAS itu… jadi, kalau misalnya kayak aku gitu. Aku mau ngumpulin tetangga-

tetanggaku misalnya supaya dilatih untuk menganyam, itu bisa. Otomatis kan kalau gitu, aku kumpulin orang-orang di rumah, orang dari PT

MAS, eh perwakilan dari PT MAS dateng, ngajarin mereka, terus nanti bahan-bahannya diturunin di rumahku, terus orang-orang, ya, ngambil bahan, nganyam di rumahku. Nanti, sudah jadi kerajinan, diambil sama PT MAS, aku bisa dapet income kan? Dari situ… tambahan loh

istilahnya.

Edelia: Oh, iya… Anita: Terus misalnya juga kayak di Efrata itu, bahkan boleh kayak misalnya contohlah aku di gereja ada kegiatan gitu, cari dana kan? Itu

aku pake surat peminjaman resmi itu pinjem… pinjem barang-barang bazaar, baju-baju gitu, tak bawa ke gereja, anak remaja ikut jualin, kami

dapet untung, gitu kan? Yang laku, dibayarlah uangnya ke Efrata, terus sisa barangnya dibalikin. Jadi, intinya tuh perusahaan memberikan secara… apa ya? Terbuka dan jujur bagi karyawan yang mau berusaha, bisa.

Edelia: Hm… (menyimak partisipan) okay…

Anita: Bahkan beberapa kayak bikin makanan, ikut dititipin di kantin kayak gitu juga ada. (44:26-52:53)

Edelia: Oh, iya. Nah, itu makanan kantin itu aku pernah lihat difoto, memang itu tuh luas gitu ya, Mba? Maksudnya kayak… apa ya? Kantinnya

kantin emang ada yang jualan, ada yang nyediain makanan atau gimana? Anita: He eh, he eh (mengiyakan pertanyaan di atas). Jadi, kantinnya itu… apa ya istilahnya? Pake… vendor-vendor. Siapin gedungnya, terus

dari luar, mereka daftar untuk jualan di kantin.

Edelia: Ada tenant-tenant ya? Anita: Ah, iya, tenant. Cuma ini, apa? Ada persyaratan-persyaratan kayak setiap beberapa bulan harus… harus nunju’in surat dokter dari

orang-orang kantin… kru kantin yang ikut jualan di situ, yang masak, terus standar kebersihannya harus gimana-gimana gitu, setau aku ada. Ada persyaratan-persyaratannya.

Edelia: Ho… oke. Berarti makan di perusahaan, tapi boleh makan di luar juga?

Anita: Kalau hari Jumat, pas sebelum ada covid ini ya. Hari Jumat itu untuk karyawan pake izin, bisa ke luar. Tapi kalau enggak, kan perusahaan menyiapkan kantin itu sebenarnya tujuannya supaya bisa terjamin kebersihannya kan? Karena orang-orang yang jualan di kantin

kan pake tes kesehatan, kayak ada standarnya. Tapi kalau jajan-jajan terus di luaran, kan kita gak tau standar kesehatannya.

Edelia: Iya.. iya.. iya. Fasilitas di perusahaan itu ada apa aja sih, Mba memangnya, selain yang Mba sudah sebutkan, seperti udah, ruang laktasi…?

Anita: Untuk secara umum, ya? Bukan untuk perempuan kan?

Edelia: Iya, secara umum. Anita: Kalau secara umum itu, fasilitas perusahaan yang pasti ada… udah apa aja sih yang aku sudah sebutin? Ada ruang laktasi, musholla,

poliklinik, parkiran, lokator karyawan. Jadi, sekarang setiap karyawan punya lokator untuk naruh barang-barang. Terus apa lagi to, Bet,

fasilitas perusahaan? (menanyakan kepada rekan kerja di sebelahnya). Hihihih (tertawa geli karena tidak mengingat fasilitas perusahaan). Parkir… itu juga fasilitas kan ya? Hahaha (partisipan tertawa). Oh ya, koperasi.. koperasi. Jadi, kalau ada orang mau beli-beli kebutuhan…

mau minjem duit juga bisa di koperasi hihihi (partisipan tertawa). Apa lagi to, Bet? (partisipan menanyakan kepada rekan kerjanya). Tempat

untuk ibadah juga kita dapat fasilitas… Oh, ini! (partisipan baru teringat) kalau misalnya konsultasi psikologi, kan ada psikolog-psikolog perusahaan bisa, mau konsultasi bisa.

Edelia: Hm… okay, okay. Berarti ini… tapi semua… semua karyawan punya kebebasan untuk memanfaatkan kan, ya, Mba?

Anita: Betul. Edelia: Nah, okey, kemudian e… aku pernah melihat juga nih, Mba. Kan tadi kalau misalnya perempuan-perempuan itu dikasih seminar,

pelatihan, terus juga diberikan kebebasan untuk mengembangkan potensinya. Nah, ada juga gak, Mba, kegiatan atau aktivitas lain?

Anita: Maksudnya? Edelia: Misalnya senam… atau yang memang…

Anita: Oh, ada. Kalau gak salah, di guest house itu setiap hari Selasa atau Rebo gitu ada senam bersama bagi yang mau ikut, bisa, cobain.

Edelia: Hihihi (peneliti tertawa geli). Okey, okey, Mba. Berarti di sini, perusahaan memberdayakan perempuan itu, selain dengan pelatihan, ternyata juga diberikan kebebasan kayak tadi yang Mba bilang, kalau PT MAS itu boleh juga, diberikan kebebasan buat income-nya lebih

berarti bisa ngajak-ngajakin orang untuk gimana cara belajar menganyam, ya?

Anita: He eh, jadi pengrajin lah. Jadi, pengrajin-pengrajin gitu. Edelia: Iya, berarti di situ Mba yang mengajarkan, ya atau bagaimana, atau gimana?

Anita: Ada, ada yang mengajarkan. Kan ada bagian kayak Tim Sampel itu dia yang akan ngajarin caranya nganyam, caranya membuat,

spesifiknya gimana, kayak gitu. Orang masuk di Dan Liris itu, bahkan misalnya kayak penjahit gitu ya? E… dia gak bisa ngejahit sama sekali pun, perusahaan ngasih fasilitas… kan kami ada BLK, punya BLK sendiri. Balai Latihan Kerja, itu kerjasama dengan BLKI, itu selama dilatih

itu gratis, jadi orang kalau belajar jahit, atau belajar bagian-bagian lain yang gak cuma jahit gitu, di sana itu gratis. Kalau lulus, kan langsung

diterima masuk kerja di Dan Liris Group, gitu. Edelia: Hm, okay, ada kerjasamanya ya.

Anita: Iya, jadi bahkan karyawan kan, e… apa namanya? Dia dapet skill kan? Lumayan dapet skill, kemudian bisa langsung dapet kerja

Edelia: He eh, okay, tapi, Mba di perusahaan diberikan kebebasan untuk melakukan apa yang Mba Anita mau, gak? Misalnya ide-ide kreatif Mba Anita… diberikan kebebasan untuk berkreasi, berinovasi, seperti itu?

Anita: Ada. Diberikan ruang untuk bisa mengeksploitasi kemampuan dan kebutuh… maksudnya kemampuan kami dan pemikiran kami sesuai

kebutuhan perusahaan. Jadi, kami boleh menyampaikan ide, bisa dicoba. Edelia: Hm, okey, okey. Kemudian, Mba berarti Mba sampai sekarang sudah memiliki kewajiban di rumah belum?

Anita: Maksudnya?

Edelia: Kan Mba masih di rumah belum menikah nih, ya?

Anita: Iya, he eh.

Edelia: Kemudian, belum punya pekerjaan lebih… maksudnya untuk mengurus orangtua atau mengurus anak, begitu, Mba?

Anita: Hahaha (partisipan tertawa). Enggak, apa yang mau diurus? Edelia: Berarti belum, ya?

Anita: Belum, sih.

Edelia: Punya kewajiban untuk itu.

Anita: Masih sendiri. Edelia: Tapi, berarti orangtua umur berapa, Mba?

Anita: Kalau mamaku umur 60.

Edelia: 60… tapi, mohon maaf ada… masih sehat kan? Anita: Puji Tuhan, sehat, mama sehat.

Edelia: Puji Tuhan, sehat.

Anita: Malah itu… apa? Punya toko, jadi kan supaya gak sepi juga kan? Jadi, begitu dia menjelang masa tua kan, bikin toko malahan, jualan, gitu-gitu.

Edelia: Iya, iya, tapi, waktu itu, Mba Anita pernah sempat gak beberapa waktu ke belakang, maksudnya ada something happened, sesuatu

terjadi urusan keluarga… itu di… apakah Mba Anita diperbolehkan untuk pulang atau izin? Anita: Boleh. Bahkan aku pernah gak masuk seminggu karena waktu itu papaku sakit dan mamaku operasi. Jadi, aku ama adeku, dua-duanya

izin dari tempat kerja kami masing-masing, kami gak masuk seminggu. Dan okeh, gak masuk seminggu.

Edelia: Okay, dan itu… berarti hitungan seperti apa? Masuknya ke cuti atau bagaimana? Anita: Selama aku masih punya cuti, ambi cuti.

Edelia: Hm, okay, tapi kalau itu di luar cuti, Mba?

Anita: Kalau misalnya di luar cuti, kami ada namanya cuti di luar tanggunga, jadi, ada izin atas acc dari pimpinan juga bahwa kami misalnya gak punya cuti tapi gak masuk.

Edelia: Iya.

Anita: Beda kan kalau aku gak pake surat izin gitu, kesannya kayak gimana kayak mau mangkir kan. Kalau mau mangkir kan, 5 hari mangkir dianggap keluar kan? Tapi, kalau kayak gitu… kayak izin di luar cuti resmi, kayak gitu sih, istilahnya.

Edelia: Tapi diperbolehkan?

Anita: Iya, diperbolehkan. Edelia: Dengan…

Anita: Asal alasan kita jelas

Edelia: Dengan alasan misalnya, berarti untuk keperluan urusan keluarga atau personal, mengurus orang tua, atau sakit itu diperbolehkan, ya? Anita: He eh. Bahkan, misal kayak di sini tuh kan ada cuti setengah hari istilahnya, jadi, setengah. Misalnya ada keperluan keluarga kayak

misalnya kapan hari itu… ada staff-ku yang mamanya sakit, dia bilang, “aku masuknya siang, ya karena mau nganter dulu ibunya kontrol ke dokter.” Itu bisa ambil cuti setengah hari, jadi maksudnya setengah hari kerja.

Edelia: Iya, iya, setengah hari kerja.

Anita: Terus ada juga yang anaknya… ada yang anaknya rewel, gitu kan? Mau berangkat, terus rewel, gitu. Hiks hiks (partisipan mencontohkan tangisan anak yang rewel), drama-drama, gitu kan? Itu, “Mba, aku masuknya setengah hari, ya, soalnya ini masih drama-drama

gitu.” Iyah. Jadi, ada yang kayak gitu.

(52:54-1:00:44) Edelia: Tapi nanti… berarti itu hitungannya bagaimana tuh, Mba secara nanti pas…?

Anita: Cutinya… nanti dipotong setengah. Jadi, cutinya gak harus satu, gak harus ngambil satu hari, gitu, boleh setengah hari, jadi cuti

setengah hari istilahnya. Edelia: Okay, berarti dalam sa… dalam 12 kali cuti, itu berapa dalam jangkauan waktu, Mba?

Anita: Kalau 12 hari… kalau kami kan gini cuti itu kan setiap tanggal… (partisipan berusaha menghitung dan mengingat) intinya kan 12 hari

cuti, Cuma cuti tahun ini itu bisa berlaku sampai bulan Juni tahun depan. Sisa cuti tahun lalu, misalnya tahun lalu aku jarang gak masuk kan karena kepentingan sendiri itu, jadi cutiku misalnya dikurangi cuti-cuti bersama, aku masih punya 3, gitu ya. Cutiku tahun 2019 itu masih isa

tak pake sampe Juni 2020. Ini aku aja kemarin, cutiku 2019 itu habisnya di bulan Februari, makanya tak ambil-ambil gitu. Jadi, cutiku tahun

ini masih aman, masih utuh. Edelia: Hm, okay, okay. Berarti tentang cuti itu kan, perusahaan juga memikirkan keseimbangan, keadilan gimana sih, ya… kita juga punya…

selain kita juga punya kewajiban untuk bekerja, tapi kita juga punya kewajiban untuk kehidupan, ya… pribadi kita ya, kan, Mba? Setuju gak

dengan itu? Anita: Ulang-ulang, ulang. Yang ini putus-putus nih, diulang.

Edelia: Okeh, berarti kalau misalnya perusahaan itu memberikan cuti, apakah itu Mba Anita setuju bahwa perusahaan itu juga mengimbangi,

selain kebutuhan kita untuk bekerja… tapi kebutuhan keperluan kita secara pribadi… itu juga perlu diupayakan? Setuju? Anita: He eh, iya, setuju, karena kalau misalnya kerja tapi pikiran kita pecah kemana-mana. Jadi, kita juga gak maksimal kan hasil kerjanya?

Edelia: He eh, iya.

Anita: Jadi, lo beresin, cuti aja dulu, lo beresin. Edelia: Okay, berarti secara umum, perusahaan apakah memberi…. Memperhatikan Mba, dimulai dari Mba bekerja sebagai pegawai sampai

kehidupan… kehidupan pribadi atau personal, Mba?

Anita: Iya, yas, tapi karena di luar cuti itu ada yang namanya izin resmi. Izin resmi itu misalnya menikah, itu dapat izin resmi. Melahirkan… eh kok melahirkan, melahirkan kan masuk cuti hamil, ya. Apa namanya kalau misalnya buat para suami saat istrinya melahirkan, dia bisa

dapet izin resmi, terus kayak nyunatin anaknya, baptisin anaknya, naik haji, Yerusalem, kayak gitu-kayak gitu itu juga ada izin resmi. Jadi,

poinnnya kan berarti kaya itu di luar cuti ya, tidak memengaruhi cuti. Jadi, cuti tetep 12, tapi dapet izin resmi dalam kondisi-kondisi tertentu. Orangtua meninggal, anggota keluarga rumah meninggal, kayak gitu-gitu juga dapat izin resmi.

Edelia: He eh, okay…izin resmi, ya, berarti boleh, ya itu dilakukan?

Anita: Iya, selain dapet IR dalam beberapa hal, itu ada sumbangan dari perusahaan, misal kayak nikah… pernikahan istri pertama, itu dapet sumbangan dari perusahaan, terus kayak melahirkan sampe anak nomor 3 itu dapet sumbangan, misalnya kayak gitu-gitu.

Edelia: Hm, okay, dan itu berlaku untuk semua karyawan yang bekerja?

Anita: Semua. Mau dari karyawan yang tukang sapu sampai bos, semuanya dapet. Edelia: Hm, okay okay. Baik, Mba ini untuk sesi pertanyaan pertama sudah selesai mengenai kesetaraan gender. Selanjutnya, kita mulai

memasuki…

Anita: (tenggorokan partisipan terasa gatal) Edelia: Mba, kalau seret, boleh minum dulu. Hehehe (partisipan mengajak bercanda), takutnya aku lama.

Anita: Engga, engga, ini aku tanya dulu nih. Sesi kedua banyak gak pertanyaannya?

Edelia: E… lumayan.

Anita: Hahaha (partisipan tertawa). Harus selesai hari ini?

Edelia: Iya, kenapa? Kenapa? Mba-nya ada ini, ya, keperluan?

Anita: Heh, ini jam tiga, say. Iya, hihihi (partisipan tertawa geli menyindir sekaligus meminta untuk izin melakukan keperluan lain). Edelia: Waduh, iya sih, jadi bagaimana nih… Mba Anita enaknya gimana? Mau dilanjutin atau gimana?

Anita: Hm, gini. Gimana kalau format pertanyaanmu ada kan?

Edelia: Ada, sih.

Anita: Okey, jadi, kalau misalnya bisa kasih aja format pertanyaannya ke aku dulu. Edelia: He eh.

Anita: Nanti kalau udah di rumah, kalau udah nyantai, aku info, ya, jadi terus nanti kita bisa diskusi lagi, tapi aku lebih siap dengan jawabannya

kan? Edelia: Iya, boleh-boleh.

Anita: Malah, misalnya aku yang bahas kayak nomor 1, upamanya nih, apakah ada ginininini (partisipan menyebutkan contoh pertanyaan

secara cepat) untuk aku biar karirnya bagus, misalnya? Oh ada, nanti kalo misalnya ada yang gak jelas, Adel bisa tambahin, eh Edelia. Edelia: Iyah, boleh, boleh.

Anita: Hahaha (partisipan tertawa). Ini kok yang di-interview malah ngatur yang interview, ya?

Edelia: Hahaha (peneliti tertawa), gapapa. Cuman maksudnya kalau ini kan, lebih… maksudnya kemampuan… aku tau lah kemampuan seseorang untuk mengingat itu kan sebenarnya terbatas, jadi, aku juga pengennya ya, yang seinget dan ada di kepala Mba-nya tuh apa, jadi

biar tahu kan, seperti itu.

Anita: Hihihi (partisipan tertawa). Edelia: Iya, jadi gak terlalu maksa. Jadi, maksudnya aku juga gak pengen terlalu maksa Mba untuk mikir… kayak aduh apa aja ya kalau gue

ikut training, aduh apa aja ya… enggak, aku gak mau kayak gitu.

Anita: He eh, itu yang kedua lebih ke… apa? Pekerjaan kan? Edelia: Iya.

Anita: Wah, butuh persiapan, makanya kan supaya jawabanku lebih akurat. Hahaha (partisipan tertawa). Kalau tadi kan, umum.

Edelia: Ya, boleh, boleh, ini mengenai ini…kinerja Corporate Communication atau Public Relations-nya Dan Liris. Anita: Oh, iya.

Edelia: Jadi, ini kita sambung aja?

Anita: He eh, tapi kamu share ini aja, tadi yang pertanyaan-pertanyaannya. Edelia: He eh, boleh, boleh, boleh.

Anita: Soalnya, gue masih nganterin masker nih. Hahaha (partisipan tertawa).

Edelia: Iya, boleh, boleh, boleh. Iya, Mba. Okey deh, kalau begitu, nanti ini aku kirim ke mana? Anita: Iya.

Edelia: Ke WhatsApp atau Line, lebih baik? Anita: Terserah, mau lewat Line boleh, lewat WhatsApp boleh.

Edelia: Okay, pertanyaannya aku kirim, nanti Mba kalau udah ready, ya kabarin aku aja, maksudnya kapan pun.

Anita: Siap, iya. Edelia: Yang penting disesuaikan sama Mba aja, gitu.

Anita: Dan yang penting, kamu juga dapet ini kan… mendapat jawaban untuk menyusun tugas

Edelia: Betul, iya, Mba Anita. Baik, Mba Anita terima kasih sebelumnya telah menyempatkan waktunya untuk saya. Anita: Sama-sama.

Edelia: Nanti kita lanjutkan lagi, ya, Mba? Hehehe (peneliti tertawa)

Anita: Okay. Edelia: Okay, terima kasih, Mba, maaf karena udah mengganggu Mba, nih.

Anita: Oh, nyantai aja. Makasih juga ya, Edel, Tuhan berkati, ya.

Edelia: Iya, terima kasih, Tuhan berkati. Eh, Mba… Mba… Mba… (memanggil partisipan karena ada yang baru diingat) Anita: Apa, apa, apa?

Edelia: Kita foto dulu dong.

Anita: Oh, gitu ya? Edelia: Ini aku screenshot. Hahaha (peneliti tertawa)

Anita: Hahaha (partisipan tertawa).

Sesi Tanya Jawab II

Pertanyaan mengenai kinerja Corporate Communication.

(00:00-05:23) Edelia: Okay, baik, Mba Anita kemarin kita sempet keputus, kemudian sekarang mari kita lanjut lagi ya wawancaranya. Okay, Mba. Kemarin

akhirnya aku sempet baca-baca juga dan denger kalau Mba itu… waktu dulu sempat bekerja sebagai pengajar di GAMA. Kemudian…

Anita: Tunggu, tunggu, tunggu. Edelia: Iya, kedengeran gak Mba suara aku?

Anita: Tak duduknya yang enak hihihi (partisipan tertawa sembari mengatur posisi duduknya yang nyaman saat wawancara). Iya, tadi putus-

putus makanya. Bentar deh, aku pindah ke ruang tamu aja. Okey, sudah. Edelia: Okay, iya, Mba jadi di sesi kedua ini saya akan menanyakan tentang kinerja Corporate Communication. Nah, sebelumnya kan sudah

tentang kesetaraan gender secara umum, kemudian di bagian pertanyaan ini, saya akan mengajukan pertanyaan tentang kinerja Corporate

Communication (peneliti mengulang pernyataan karena sepertinya partisipan tidak mendengar dengan jelas suara peneliti). Nah, sebelumnya kemarin aku juga udah mendengar cerita dari Mba Anita yang sebelumnya pernah mengajari di GAMA, kemudian selama dua tahun kemudian,

akhirnya memutuskan untuk pindah karena ada lowongan pekerjaan di Dan Liris. Nah, itu… kemarin itu sih aku mendengarnya bahwa di

GAMA juga sebenarnya gak ada masalah, kemudian juga jaminan karyawan juga dengan sangat baik dilakukan, kemudian juga… apa ya? antara prestasi atau apa itu semua dijamin kan ya, Mba oleh GAMA, betul gak?

Anita: He eh, iya betul.

Edelia: Lalu, apa sih yang sebenarnya e… memutuskan Mba untuk akhirnya okeh saya pindah dari… maksudnya saya berhenti mengajar, kemudian saya bekerja di Dan Liris. Itu apa sih, Mba sebenarnya keinginan Mba?

Anita: Kalau yang jelas sih ada beberapa hal. Yang pertama diantaranya adalah karena kalau misalnya… ngajar itu menurut aku progress

karirnya ya… kan lambat, ya. Paling cuma ngajar, paling nanti jadi manajernya di situ, misalnya yang kayak gitu-gitu. Atau misalnya pun harus formal, aku mesti masuk ke sekolahan, gitu kan?

Edelia: Iya.

Anita: Nah kebetulan kan, kalau dari kuliahnya kan aku bukan FKIP kan?

Edelia: He eh, he eh.

Anita: Jadi, kalau… waktu itu memang masuknya kan karena waktu kuliahnya sudah semakin longgar waktunya, maksudnya aku ngisi waktu

tapi dapet income, gitu kan? Edelia: Nah, iya, iya.

Anita: Nah, terus e… begitu lulus karena masih nyari kerjaan yang menurut aku cocok sama hatiku, jadi aku sementara mengajar di situ. Jadi, salah satu faktornya itu, karena menurutku jenjang karirnya tuh lebih terbuka kalau di bidang… kayak di sebuah perusahaan yang besar, gitu.

Terus, yang kedua e… aku ingin mencoba sesuatu yang baru, kan beda banget tuh dari dunia ngajar-mengajar ke dunia industri.

Edelia: Iya. Anita: Itu kan hal yang baru. Soalnya aku tuh kan suka melakukan sesuatu yang baru, suka mempelajari hal yang baru. Jadi, aku tuh kayak,

wah gak pernah nih.

Edelia: He eh, he eh, he eh. Anita: Terus alasan ketiganya adalah hihihi (partisipan tertawa). Waktu itu kan dikasih tau kalau itu tuh nanti tuh buat perusahaan yang bikin

baju-baju Barbie. Wah, aku mikir… kalau gitu kan perusahaan multinasional ya.

Edelia: He eh, he eh. Anita: Keren nih, kerjasama dengan perusahaan yang besar kan pasti akan banyak yang bisa aku pelajari dengan hal-hal yang pasti nanti aku

bisa dapetin lagi, terus kayak ketemu banyak orang yang baru, kayak gitu tuh kok kayaknya seru. Jadi, waktu dikasih info kayak gitu tuh

semangat buat apply. Karena kalau kerja di luar kota kan, kalau misalnya perusahaan-perusahaan multinasional, misalnya kayak di Solo dan sekitarnya kan sangat-sangat jarang ya, mesti pergi ke kota-kota besar kan?

Edelia: Oh… okay.

Anita: Sedangkan waktu itu kan kalau misalnya pergi-pergi merantau karena gak banyak sodara di tempat kerja, jauh, jadi kayak orangtuaku, ah nanti kalau kerja gimana? Nanti sama siapa? Kayak gitu-gitu. Jadi, aku cari kerja yang ya udahlah Solo-Solo aja. Nah, terus begitu ada info

kalau yang namanya PT Ambassador itu nantinya akan bekerjasama dengan perusahaan yang bikin baju Barbie, terus udah gitu, aku tahu kalo

PT Ambassador itu di bawah grupnya Dan Liris yang perusahaannya juga besar, aku oke. Karena pikirku kalau perusahaannya besar, itu pasti kayak kesejahteraan, kayak peraturan-peraturan perusahaan yang terkait dengan ketenagakerjaan dan segala macem pasti akan lebih

profesional, daripada kerja di perusahaan yang kecil, kan?

Edelia: Iya, iya. He eh, paham. Anita: Bayanganku gitu sih, itu tiga alasannya diantaran… diantara kenapa aku mulai pindah bekerja.

(05:24-16:01)

Edelia: Okay, berarti yang pertama karena… yang pertama karena jenjang karir di perusahaan itu pasti lebih terbuka. Anita: Betul.

Edelia: Yang kedua karena Mba Anita tertarik mencoba hal-hal yang lebih baru. Anita: Iya lah.

Edelia: Kemudian, yang ketiga karena menurut Mba Anita juga perusahaan besar itu mampu e… mengoptimalkan kesejahteraan dari tenaga

kerjanya, ya, Mba? Anita: Betul. Karena sebelumnya aku mempelajari juga kan Dan Liris itu gimana-gimana, gitu, kan ada cukup banyak perusahaan besar juga

di Solo Raya, tapi kan menurut update dari… waktu itu aku cari dari begitu, tidak semuanya memberikan kesejahteraan yang adil, adilnya

dalam tanda kutip, ya, kepada karyawan-karyawannya. Edelia: Hm, okay, berarti di sini Mba sempet riset ya sebelum melamar kerja, ya?

Anita: Iya! (partisipan menjawab dengan lantang)

Edelia: Berarti informasi itu… Maksudnya Mba kan riset, selama riset itu, Mba mendapatkan kesimpulan oh di sini nih kesejahteraannya pasti… e… pasti… di… apa? Dioptimalkan dan pasti adil gitu, maksudnya ya lebih terjamin lah, gitu kan? Itu… itu e… informasinya Mba

Anita bisa dapet dari mana?

Anita: Nah, kebetulan kan ada tetangga-tetangga gitu kan dan mereka ada yang kerjanya di industri-industri, di perusahaan-perusahaan besar-besar gitu, termasuk ada yang di Dan Liris, ada yang di Batik Keris juga. Terus aku juga dapet info dari browsing-browsing gitu kan untuk

lihat profil-profil perusahaannya. Terus di sisi lain juga aku kebetulan ketemu… terus ada kenalan juga beberapa orang yang menjadi

karyawan. Jadi, mereka karyawan-karyawan biasa gitu loh di perusahaan yang… perusahaan yang beberapa di antaranya yang aku lagi browsing itu. Terus aku nanya-nanya, kalau aku kerja di situ gimana? Jam kerjanya gimana? Gitu, apa? Oh… jadi ngerti kan, terus ngebanding-

bandingkan… kayaknya kalau aku masuk sini itu bagus sih.

Edelia: Hm, begitu, okay. Berarti awalnya… awalnya berarti langsung Mba itu mendaftarkan diri karena waktu itu bukanya tentang quality… ya? Quality control, ya waktu itu?

Anita: Oh… waktu itu kan aku gak tahu buat posisi apa karena lowongannya banyak kan, terus kebetulan yang tadi aku bilang… ada

tetanggaku yang kerja di perusahaan Batik Keris juga, dia bilang, “Eh ada info loh… ada lowongan kerja tuh, yang namanya Dan Liris tuh bikin perusahaan baru. Ini lowongan kalau misalnya mau berkarir di perusahaan, bisa tuh, nyoba lamar ke situ.” Gitu, terus… “Oh, iya, Om!”

terus aku nitip kan, daripada aku jauh-jauh, mending sama tetanggaku. Waktu itu terus kebetulan pas ketemu banyak calon-calon staff gitu,

aku baru ngerti kalau lowongannya ada beberapa. Nah, dari interview apa segala macem kan, nanti ada penempatan kan? Edelia: Iya.

Anita: Oh ini, misalnya yang ini. Ini cocoknya ke mana, ini cocoknya ke mana. Nah, waktu itu aku masuknya ke quality.

Edelia: Hm, okay, okay, begitu. Kemudian, Mba, ini kan Mba sudah cukup lama bekerja di Dan Liris selama 13 tahun. Nah, itu menurut Mba sendiri gimana sih perusahaan itu berinteraksi, ngomong sama Mba, gitu tuh, caranya seperti apa?

Anita: Kalau cara perusahaan berinteraksi dengan kami, karyawan itu… ada banyak cara sih. Misalnya seperti sosialisasi secara… kan kami

bisa akses macem-macem ya, kayak ada web yang bisa kami baca-baca, terus di perusahaan juga ada peraturan perusahaan yang akan disosialisasikan pada waktu awal masuk kan, kayak diterangin perusahaan tuh kayak begini, begini, begini. Terus kemudian juga kalau ada

peraturan-peraturan baru yang diluncurkan itu juga ada sosialisasi di setiap anak perusahaan itu ada sosialisasi di setiap unit-unit disosialisasi

juga, baik yang tertulis mau pun kayak di forum meeting gitu disampaikan tentang peraturan-peraturan yang baru. Edelia: He eh.

Anita: Terus juga… apa namanya? E… kebetulan kalau yang aku tau gitu. Jadi, misalnya kayak ada… ini loh kayak yang khusus untuk visi,

misi, brand value, kayak gitu gitu tuh dipasang di… apa namanya tuh? Kayak pigura ditaruh di setiap dinding-dinding unit. Jadi, kita bisa baca oh visinya ini, misinya ini…

Edelia: Nah, okay, okay. Ini yang web-nya kalau boleh tau web apa ya Mba? Itu memang ada yang dikhususkan untuk karyawan atau gimana?

Anita: Engga sih. Web-nya kan web perusahaan itu bisa kita akses, orang lain juga bisa akses, yang www.danliris itu atau pun Bateeq. Edelia: He eh, ah, itu dari situ, ya? Nah, kemudian itu kalau yang sosialisasi itu siapa, Mba? Itu kan katanya peraturan perusahaan dari awal…

begini, kalau briefing tentang peraturan perusahaan semenjak awal itu siapa yang melakukan?

Anita: Kalau yang dari awal itu… ada yang namanya bagian rekrutmen kan?

Edelia: He eh, okay.

Anita: Jadi kita kan yang ngurusin tes-tes segala macem punya kita, terus nanti kalau udah diterima kayak pas tanda tangan perjanjian-

perjanjian kerja. Nah, mereka yang akan mensosialisasikan tentang perusahaan ini gimana, terus secara garis besar apa saja hak-hak karyawan, apa saja kewajibannya terkait dengan misalnya jam kerja, kemudian kayak hak cuti, upah, terus penghitungan lembur, gitu secara… yang

umum-umum sih.

Edelia: Iya, iya. Nah, ini berarti perekrutan ini sosialisasi peraturan perusahaan... dilakukan oleh HRD, betul gak, Mba?

Anita: He eh, itu timnya dari HRD. Edelia: Tapi penyebutan HRD di Dan Liris… HRD atau ada sebutan lain?

Anita: Apa ya? Kayaknya HRD sih. Eh, karena kami tuh biasa menyebutkan kalau misalnya kami ngomong begini… Personalia Pusat.

Padahal Personalia Pusat itu isinya ada Sekretariat, ada bagian Humas, ada bagian hukum yang Legal, ada bagian macem-macem, tapi suka latahnya ngomongnya e… ke Personalia Pusat, padahal sebenarnya HRD, ya mestinya, ya? Hahaha (partisipan tertawa) HRD sih nyebutnya,

ya.

Edelia: Oalah, iya, iya. Itu apa sih, Mba maksudnya? Anita: Latah mulutnya… ngomongnya Personalia itu satu bagiannya HRD kan sebenernya?

Edelia: He eh. Nah, itu dia… Personalia Pusat itu sebenarnya ada apa aja tadi… yang Mba… tadi bisa disebutin satu-satu gak biar aku…?

Anita: Setau aku, setau aku ya? Itu tuh ada bagian yang itu… tadi Rekrutmen, kemudian ada bagian BLK itu kan masih di bawah benderanya HRD.

Edelia: BLK itu yang Balai…

Anita: Balai Latihan Kerja, yang kemaren aku ceritain. Jadi, kalau ada orang-orang yang belum punya pengalaman akan dilatih dulu di Balai Latihan Kerja, free, terus nanti kalau lulus dialokasikan ke unit-unitnya Dan Liris Group maksudnya kayak gitu-gitu, itu di bawah benderanya

HRD.

Edelia: Iya, iya. Anita: Terus ada bagian Legal.

Edelia: Oh, itu hukum ya?

Anita: He eh, itu yang misalnya hubungan kontrak, apa segala macem, kontrak kerja, segala hal itu, terus sama kontrak… kontrak-kontrak misalnya antara unit di Dan Liris dengan PT-PT lain, kan gitu pasti ada perjanjian-perjanjiannya, kan? Nanti mereka yang ngurusin. Terus ada

bagian e… tadi yang udah ku bilang apa aja sih? (partisipan berusaha mengingat)

Edelia: E… ada…(peneliti ingin menyebutkan tetapi sudah dilanjutkan oleh partisipan) Anita: Oh! Ada yang bagian Kesra, Kesra. Jadi, Kestra tuh dia yang ngurusin semua asuransi BPJS, ketenagakerjaan, terus maksudnya yang

mengadakan e… apa namanya? (partisipan berusaha mengingat) sosialisasi kalau misalnya ada perubahan. BPJS kan pernah ada perubahan

asuransi kan? Sebelumnya BPJS kan ada asuransinya kita pake swasta, gitu, nah yang ngurusin kesejahteraan-kesejahteraan, termasuk pengelolaan poliklinik, itu di bawah Kesra.

Edelia: Hm, iya. Anita: Terus kayak kantin-kantin itu yang ngurus juga Kesra, jadi kesejahteraan di kantin, kesehatannya lapornya gitu ke Kesra. Lalu ada

bagian yang Sekretariat, Sekretariat itu isinya ada Humas, ada bagian yang ngurus… Sekretariat itu yang termasuk ngurusin CSR-CSR gitu

kalau gak salah. Edelia: Hm, iya.

Anita: Lalu… ada lagi yang bagian upah. Jadi, ngurusin upahnya…seluruh Dan Liris kan, bagian penggajian itu loh, kayak perhitungan

lembur, gitu loh. Nah, itu semua masuk ke database-nya tadi kan yang bagian upah. Terus apalagi, ya? Hm… (partisipan berpikir cukup lama) kayaknya itu sih. Dan bagian kepersonaliaannya sendiri, di dalamnya situ juga ada orang psikolognya yang kemarin aku cerita. Jadi, kalau

misalnya butuh konseling, butuh konsultasi secara psikis merasa gimana-gimana gitu, itu juga personalianya.

Edelia: Hm, okay, okay. Jadi, ini Personalia ini e… ada unit khusus yang memang untuk, berfungsi untuk mengurus tiap-tiap personal di perusahaan, ya, seperti karyawan…?

Anita: Iya, istilahnya, he eh, kepersonaliaannya gitu. Jadi, kalau misalnya ada orang pelanggaran, nanti perlu konseling, atau pun nanti dikasih

surat peringatan kayak gitu-gitu itu Personalia. Edelia: He eh, okay, okay. Ini Kesra ada singkatannya atau…?

Anita: Kesra itu Kesejahteraan… kesejah…. kes… kesejahteraan apa ya? Karena kami ngomongnya cuma Kesra-Kesra gitu. Pokonya itu

bagian kesejahteraan karyawan gitu sih. (16:02-21:03)

Edelia: Hm, okay, tapi itu kepanjangan… atau berarti penulisannya huruf besar semua atau gimana?

Anita: Hm… kayaknya engga sih, Kesra-Kesra aja, kayaknya kesejahteraan gitu. Kalau istilah-istilah aku juga suka latah ngikut yang biasa suka diomongin sih. Jadi, kalau kepanjangannya gitu tuh, sebenarnya mungkin kadang ada namanya tapi ku nyebutnya Kesra, kayak tadi tuh.

HRD… tapi karena orang selalu bilang “Eh, ke kantor Personalia Pusat.” Gitu, jadi kayak kan sebenarnya ada banyak bagian-bagian di HRD

itu. Edelia: Iya, iya, Mba. Ini Personalia Pusat atau di HRD ini di Solo, ya?

Anita: Di Solo, di Solo.

Edelia: Ini ruangannya berdekatan atau gimana, Mba? Anita: Iya, masih di dalam… dalam lingkungannya Dan Liris Group sih sebenarnya, jadi satu kompleks gitu.

Edelia: Hm, iya, iya.

Anita: Di bagian HRD itu ada beberapa bagian ruangan yang berbeda-beda tapi mereka satu kompleks. Edelia: Oh, okay, okay. Okay, Mba, berarti kalau terkait penjelasan Mba tadi, informasi-informasi perusahaan yang Mba tahu itu salah satunya

dari sosialisasi kan yang dilakukan oleh perusahaan itu ada peraturan perusahaan yang secara umum sejak awal Mba masuk itu dilakukan oleh

bagian HRD. Anita: He eh, betul.

Edelia: Kemudian, kalau peraturan baru itu, Mba disosialisasi oleh siapa biasanya?

Anita: Kalau peraturan baru… karena kebetulan saya di anak perusahaan kayaknya akan disosialisasikan oleh bagian Personalia setiap unit. Edelia: Hm, okay. Di setiap unit juga ada bagian Personalianya, ya?

Anita: Iya, betul. Jadi, Personalia yang aku bilang tadi tim ini atau HRD Pusat, lalu kemudian kayak ada representatifnya di setiap anak

perusahaan gitu. Itu pun representatifnya juga ada wakil-wakilnya juga, maksudnya kayak di setiap unitnya itu pasti ada yang bagian kepersonaliaan, bagian upah karyawan, bagian kesra itu juga pasti ada.

Edelia: Okay, berarti tiap-tiap tadi yang Mba sudah sebutkan juga ada selain di pusat, tapi ada juga di unit-unit gitu, di perusahaan-perusahaan

kecil lainnya? Anita: Iya. Yang gak ada di setiap unit… anak-anak perusahaan adalah bagian Legal, terus kayak bagian yang berurusan dengan AMDAL,

dengan apa namanya? pengetesan-pengetesan gitu adanya di pusat juga. Sertifikasi-sertifikasi terpusat, hanya ada dua bagian itu, kayaknya

yang lain di setiap anak perusahaan, ada yang ngurus-ngurus gitu.

Edelia: Iya, itu.. itu.. AMDAL itu apaan ya, Mba?

Anita: AMDAL itu… itu loh… apa namanya? (partisipan berusaha mengingat) Pengendalian lingkungan itu loh. Jadi, kan misalnya

perusahaan harus e… melakukan pengetesan tingkat polusi, kemudian punya unit pengolahan limbah, berapa sih kadarnya… terus kayak tingkat kebisingannya berapa, apakah masih cukup aman untuk karyawan… kayak gitu-gitu, ada.

Edelia: Oh, iya iya, kayak sertifikasi…

Anita: Terus ada bagian-bagian yang kayak tukang ngelas-ngelas gitu kan, itu kan pekerjaan yang enggak… enggak bisa sembarang orang mengerjakan, itu harus ada sertifikatnya khusus, yang kayak gitu-gitu yang ngurus ada sendiri.

Edelia: Oh, okay, okay. Itu di bagian HRD juga, ya?

Anita: He eh, he eh. Edelia: Oh, okay, berarti ini tapi… aku mau nanya selanjutnya nih. E… berarti di sini kan Mba sudah mention bagian HRD itu ada yang

namanya Humas.

Anita: He eh. Edelia: Nah, Humas itu merupakan salah satu topik penelitian saya atau modernnya sekarang itu kan Public Relations atau yang lebih modern

lagi khusus yang untuk mengatur corporate aja untuk perusahaan besar itu namanya ada untuk Coporate Communication.

Anita: Hm, he eh. Edelia: Nah, biasanya pecah gitu, dibagi dua gitu loh Mba. Karena biasanya Public Relations kan juga mengurus marketing, biasanya.

Anita: Iya.

Edelia: Nah, jadi sekarang itu konsepnya sudah diperbarui… jadi, dipecah menjadi ada namanya Corporate Communication sama Marketing Communication.

Anita: Oh, iya, iya, iya.

Edelia: Nah, jadi seperti itu. Kemudian, tadi Mba udah mention nih ada divisi Humas di sini. Nah, yang Mba tahu tadi Mba sudah menyebutkan salah satu tugasnya Humas itu… itu loh yang mengurus CSR-CSR begitu, gitu kan tadi kata Mba, ya?

Anita: He eh. Iya, salah satunya.

Edelia: Iya, salah satunya. Nah, selain itu adalagi gak, Mba yang Mba tahu tugas apa sih yang dikerjakan oleh Humas itu? Anita: Aku menjelaskannya sepanjang yang aku paham aja, ya.

(21:04-26:23)

Edelia: Iya, gak papa. Anita: Soalnya aku juga jarang berurusan dengan mereka.

Edelia: Iya, Mba.

Anita: Jadi, kalau yang aku tahu itu kayaknya… kalau bagian Humas itu… berarti istilahnya Corporate Communication-nya ya? Edelia: Iyah, he eh.

Anita: Itu e… mereka berkomunikasi dengan pihak luar. Misalnya seperti… selain CSR, yang ku tahu tuh kayak kemaren misal kayak ada… Dan Liris itu kan punya lahan luas, kan?

Edelia: Iyah.

Anita: Nah, itu dikerjakan oleh orang-orang sekitar untuk ditanami padi, kayak gitu. Edelia: Oh, okay, berarti itu lahan kosong, ya?

Anita: Iya, jadi Dan Liris itu kan kayak satu kelurahan hampir semua tanahnya punya Dan Liris kan, kalau yang sawah-sawah kayak gitu. Itu

kan yang ngu… yang mengerjakan, mengolah tanah-tanah yang belum dipake untuk perusahaan itu adalah kayak warga gitu loh. Ya… berkomunikasi kayak dengan, ya… kelurahan, dengan pihak… istilahnya pemerintah-pemerintah setempat yang pengelolannya itu tuh bagian

Corporate Communication itu, karena setau aku gitu, kapan…ada kayak panen raya gitu.

Edelia: Itu apa, Mba? Maksudnya itu kayak event atau gimana? Anita: Bukan, bukan. Jadi, karena dia luas banget, jadi panennya bisa barengan gitu kan. Jadi, ada acara panen bersama gitu loh.

Edelia: Oh, ada acaranya…?

Anita: Iya, kayak dibikin celebration gitu. Edelia: Apa? Sorry, Mba gak kedengeran.

Anita: Oh, jadi dibikin kayak celebration gitu.

Edelia: Hm, okay, perayaan panen raya, gitu ya? Anita: Iya, he eh, he eh.

Edelia: Itu di… apa namanya? Kampung deket situ atau di…?

Anita: Di sawahnya, di sawahnya yang mau dipanen. Edelia: Oh… okay, okay. Tapi itu dibentuk… diinisiasi oleh Dan Liris, maksudnya acara tersebut?

Anita: Iya. Iya… karena lahannya lahan Dan Liris kan? Terus kalau gak salah sama… kelurahannya. Jadi, panen bersama gitu lah istilahnya.

Edelia: Ini tahun berapa, Mba inget gak? Anita: Waduh, aku lupa. Tapi, belum terlalu lama beberapa tahun yang lalu kayaknya ya. 3/5 tahun yang lalu, apa? Duh, lupa deh.

Edelia: Okay, okay. Iya, iya, iya.

Anita: Karena itu… aku gak terlalu banyak ngikuti e… apa? Bagiannya Corporate Communication. Edelia: Oh, iya, iya.

Anita: Terus kalau yang aku tahu lagi kayak misalnya kapan itu ada… itu gak tahu masih CSR atau enggak, ya?

Edelia: Iya, gak papa. Anita: Jadi, misalnya pemberdayaan masyarakat di Kota Solo, ya.

Edelia: He eh, nah itu ngapain Mba?

Anita: Itu sampe yang pergi ke… kerjasama sama PT yang kemarin yang dirimu nanya itu pemberdayaannya kayak gimana ya. Jadi, kan kayak ada warga-warga…

Edelia: Oh, iya, iya.

Anita: Ex Dan Liris yang sudah pensiun yang tinggal di beberapa daerah gitu kan. Jadi, dari bagian Corporate Communication ini ke tempat-tempat itu. Ke tempat-tempat tersebut kerjasama dengan karyawan… ex karyawan Dan Liris yang sudah tugas, terus dengan kayak RT RW,

ya setempat kayak gitu. Mereka bikin kayak pelatihan-pelatihan untuk memberdayakan warga di situ agar mereka bisa punya penghasilan

kayak gitu. Edelia: Hm, okay, okay. Berarti Mba… He eh, ada lagi yang ingin Mba tambahkan?

Anita: Apa lagi, ya? Kayak kapan itu… kayak aku pernah… waktu aku masih di Ambassador sih ada lembaga-lembaga perempuan yang…

ingin bekerjasama dengan Dan Liris untuk misalnya kayak minta-minta bahan-bahan karena mau disalurkan ke… kalau gak salah ke penjara-penjara wanita gitu untuk mereka berkarya bikin apa, bikin apa butuh kain gitu-gitu kan. Biasanya yang suka e… yang ngurus gitu kayaknya

Corporate Communication karena aku taunya si Mba… Mba… si Bu Dian… Bu Dian itu kan dia kepala bagian… manajernya Corporate

Communication. Jadi, pernah tau karena itu minta-minta, “E… tahu gak sih kalau bikin baju bikin gitu bahannya berapa ya?” “Hm buat apa,

Mba?” Terus akhirnya dia jelasin. Itu dia juga yang ngurus sih, jadi kayaknya masih ada beberapa yang lain cuma aku kurang engeh, kurang

terlalu mengikuti perkembangannya.

Edelia: Iya, iya, iya. Anita: Tapi yang aku tahu memang jaringannya kalau ke luar- ke luar gitu berurusan dengan apa namanya… bagian masyarakat luas ya untuk

memperkenalkan bahan-bahan produk Dan Liris.

Edelia: H, okay, itu tadi Mba Anita tadi menyebutkan Ibu Dian. Ibu Dian siapa yah yang dimaksud? Nama lengkapnya Mba tahu gak?

Anita: Bu Dian Koerniawati, Dian Koerniawati. Kenal kah? Edelia: E… sebelumnya aku gak kenal sih. Aku kurang tahu.

Anita: Oh… hihihi (partisipan tertawa geli).

Edelia: Belum tahu, soalnya belum pernah ketemu juga waktu di Jakarta gak ketemu sih, gitu. Jadi…. Anita: Oh, iya. Bu Diannya… biasanya kalau pergi biasanya sama Pak Oni, sama direkturnya misalnya kayak ada undangan… forum apa

gitu, misalnya waktu itu pernah apa ya? Jadi, kayak CSR, perusahaan dengan bidang-bidang sosial sama yang lainnya, mereka sering kayak

ada seminar, ada pertemuan gitu-gitu sih. (26:24-30:56)

Edelia: Oh, okay, okay. Iyah, Mba.

Anita: Cuma pernah ke Jakarta juga, mungkin gak ke Ssm (kantor Efrata di Jakarta) mungkin. Edelia: He eh, mungkin. Ini Bu Dian ini sering sama Pak Oni. Sering juga gak sama Ibu Michelle?

Anita: Iyah, Bu Dian itu e… sering banget. Bu Dian, Pak Oni, semuanya, juga Ibu.

Edelia: Hm, iyah iya. Nah, Mba sepengetahuan Mba ini kan kalau Corporate Communication ini kan menjalin hubungan dengan pihak luar ya? Komunikasi dengan pihak luar?

Anita: Iya.

Edelia: Tadi yang Mba sudah sebutin kayak pemerintah, kelurahan, atau warga di sekitar kampung sini gitu kan? Tapi menurut Mba, Mba tahu gak sih kalau Corporate Communication itu juga menjalani komunikasi di pihak dalam perusahaan?

Anita: …. (partisipan diam sejenak menjawab) Yang aku tahu kalau misalnya… program CSR kita kan sebenarnya ini kan ada dua ini

kan…dua tujuan istilahnya. Misalnya kayak masker, masker ini kan ada CSR yang buat ke luar, jadi setiap orang beli 1 pack masker di Bateeq atau di Dan Liris, itu artinya menyumbangkan 1 pcs ke PMI, nah otomatis misalnya kayak Dan Liris udah jual 5.000.000 masker berarti yah

tinggal 5.000.000 dibagi 5, itu tanggung jawabnya Dan Liris untuk pihak luar kayak dibagiin ke PMI, ke rumah sakit, kayak gitu. Tapi, di sisi

lain ada juga CSR yang dilakukan ke internal perusahaan. Misal, dalam kondisi pandemi corona ini tuh, dari bagian tadi… HRD pusat dan… mungkin lebih tepatnya si Ibu Dian tadi yang kerja karena ku lihat Ibu… Ibu Michelle berkomunikasi… maksudnya komunikasinya ke Bu

Dian bikin kayak paket sembako murah buat karyawan.

Edelia: He eh. Anita: Harganya memang murah banget. Ada beberapa paket, paket… misalnya paket buat anak-anak, misalnya kayak susu, milo, kayak gitu-

gitu. Terus ada paket yang mie, minyak… mie, minyak, apa lagi ya? (partisipan berusaha mengingat) gula, atau apa. Pokoknya aku baca juga sih tapi aku gak paham.

Edelia: Iya, iya.

Anita: E… Jadi tuh itu memang diarahkan untuk karyawan yang mau, membutuhkan, bisa membeli barang dengan harga yang miring yang berkoordinasi dengan koperasi. Oh iya, ada koperasi. Kalau koperasi itu yang ngurus… masih di bawah benderanya HRD juga, koperasi

karyawan namanya. Nah, e… Bu Dian ini mengoordinasi koperasi karyawan, orang Dan Liris Group bahkan termasuk anak-anak pertokoan

aku yang diberbagai pulau itu, mereka yang membutuhkan dan ingin beli, mereka bisa mendaftarkan terus kayak transfer uangnya nanti akan dikirimkan ke rumah karyawan. Tapi kalau yang di Dan Liris sendiri bisa ambil ada periodenya, contohnya kayak gitu.

Edelia: Iya.

Anita: Terus kayak CSR-CSR yang setiap unit juga kami di… e… kami kan bisa memang pertama kami kan prioritasnya CSR ke karyawan sendiri, misalnya kayak kemarin yang punya Efrata gitu ya. Ada karyawan yang gak masuk… gak masuk kan karena alasannya keluarga gitu.

Akhirnya, kita coba gali kan, ni anak kenapa sih, gitu. Ternyata memang, maaf kata, keluarganya itu gak mampu, rumahnya juga udah reot

kayak mau ambruk gitu. Nah, kita CSR-nya benerin rumahnya. Benerin rumahnya…terus kan kayak punya kamar mandi itu bikinin kamar mandi/WC biar layak lah sama punya jamban istilahnya.

Edelia: Iya…

Anita: Terus ngasih mereka bantuan… bantuan usaha supaya yang kerja gak cuman karyawannya Efrata tok ini, tapi keluarganya juga bisa secara ekonomi bisa lebih bagus karena dikasih apa namanya? Jualan gitu loh, dibikinin kayak warung kecil-kecilan.

Edelia: Iya, oh…

Anita: Itu di unit-unit yang lain juga gitu. Jadi, CSR-nya ada yang memang segmennya ke luar, ada yang e… diarahkan untuk ke karyawan sendiri.

Edelia: Hm okay, nah iya, Mba, berarti dari pernyataan Mba tadi artinya perusahaan itu kan juga melakukan e… upaya terutama gak cuman

komunikasi… upaya komunikasi ke luar, tetapi juga ke dalam, secara internal atau kepada karyawannya. Anita: He eh, he eh, he eh.

(30:57-36:20)

Edelia: Nah, fokus penelitian aku ini kan memang kepada karyawan. Jadi, memang Humas yang berhubungan dengan karyawannya, jadi lebih ke bagian internal, nah begitu.

Anita: Iya, oh… okay, okay. Oh, berarti ada… Corporate Communication sendiri jadi concern-nya ada baik eksternal mau pun internal, gitu

ya? Edelia: Betul, betul, Mba. Jadi, Corporate Communication gak cuman eksternal, tapi juga internal, seperti itu.

Anita: Okay, okay.

Edelia: Memang Dan Liris ini memang aku ingin mengkhususkan ke internalnya, yaitu ke karyawan. Anita: Oh… iya.

Edelia: Nah, di sini tadi Mba terima kasih nih atas penjelasannya sudah kasih tau tentang eksternal kan ya? Nah, di sini kan internalnya tentang

yang… bagus banget tentang yang Efrata bantu karyawan itu kan, yang kurang mampu? Nah, ada lagi gak tuh Mba upaya perusahaan yang memang e… berhubungan langsung dengan karyawannya? Kayak kemarin Mba udah mention nih seperti ada upaya-upaya yang perusahaan

lakukan dalam kesetaraan gender, itu kan contohnya seperti ada kayak… apa? E… (peneliti mencari catatan wawancara kemarin) training!

Ada training, kemudian ada seminar, kayak gitu kan. Nah, itu biasanya… biasanya dilakukan rutin… nah itu termasuk salah satunya upaya perusahaan berkomunikasi dengan karyawannya, Mba seperti itu.

Anita: Oh, iya, iya, iya. Malah maksudku… itu dilakukan tapi aku gak tahu kalau misalnya termasuk dalam Corporate Communication.

Hehehe (partisipan tertawa geli). Oh, aku baru tau ilmunya. Edelia: Iya, gak papa.

Anita: Iya sih rutin dilakukan dengan tema-tema yang berbeda. Jadi, kayak waktu… waktu itu misalnya ada mulai musim panas yang pas

musim panas kering banget yang pas tahun berapa ya? Kayaknya tiga tahun lalu deh kayaknya. Yang udaranya tuh berdebu banget. Maksudnya

pernah kan yang panasnya dalam setahun lebih panjang, kita pernah ngalamin ya kan?

Edelia: Iyah.

Anita: Nah, itu tuh sampe dibikin kayak seminar juga tapi di setiap unit tentang masalah ISPA. Jadi, orang biar ngerti apa sih ISPA, terus bagaimana pencegahannya dalam kondisi yang fit itu ada, terus ada juga training yang kayak… kebetulan kalau Dan Liris itu e… beberapa

tahun terakhir ini kan karyawannya itu orang mudanya banyak gitu loh, generasi milenialnya banyak kan?

Edelia: Oh, iya, okay, okay.

Anita: Jadi, kayak ada sosialisasi resiko kepada karyawan mengenai masalah berkendara. Jadi, bagaimana berkendara yang benar, terus aturannya bagaimana, peraturan helm, peraturan lalu lintas, kayak gitu-gitu kami juga ada sosialisasi waktu itu.

Edelia: He em, iya, iya. Nah…

Anita: Untuk… gimana, gimana? Edelia: Berarti pernah juga ada sosialisasi mengenai ini…oh sekarang itu generasi yang bekerja udah pada generasi muda atau…

Anita: He eh.

Edelia: Itu juga dikasih tau begitu? Anita: Jadi, e… beberapa case memang dari HRD-nya yang kayak mereka mungkin melihat tren yang ada di perusahaan apa, yang ada di

sekitar masyarakat apa, mereka yang melihat dan mengadakan sesuai dengan tema dari HRD Pusat. Tapi, bisa juga kayak kami dari unit,

mengasih masukan gitu sih ke Personalia setiap unit, terus nanti disampein, terus diadain, kayak gitu. Edelia: Oh…

Anita: Jadi, bisa dari dua belah pihak. Kami merasa kalau butuh, ya kami berkomunikasi. Nanti mereka yang mengadakan bagi kami. Ada

yang dari HRD yang mengadakan sesuai dengan tema yang… mungkin kan HRD juga udah punya plan ya? Bagian Corporate Communication punya plan gitu kan kayak ada quarter 1 apa, quarter 2 apa bisa saling menyesuaikan gitu, menurut aku ya, karena pernah yang waktu itu…

waktu… pernah ya kami ngetrennya pas ada yang udah kecelakaan kerja karena orang gak hati-hati di jalan kayak gitu-gitu kita sampein kan.

Bekerjasama dengan Satlantas waktu itu bikin kayak seminar gitu. Edelia: Hm, okay, okay, berarti ini Mba biasanya dalam pengadaannya gitu berarti yang ada di situ siapa? Itu ada HRD?

Anita: He eh, HRD.

Edelia: Maksudnya yang… Anita: Dalam arti kalau misalnya setiap yang kayak kami ada seminar gitu kan, aku pasti akan lihat Bu Dian itu, Bu Dian terus apa namanya?

manajernya kepersonaliaan juga ada. Jadi, mungkin kerjasama kan?

Edelia: Iya. Anita: Cuma aku gak engeh sih siapa yang meng-arrange, tapi pasti mereka jadi panitianya gitu. Menghadirkan narasumber-narasumber,

memberikan materi, gitu.

Edelia: He eh. Okay, okay, Mba. Hm, kemudian e… sebentar yah, Mba. Berarti… berarti di sini walaupun dalam sosialisasi, training, atau segala macem itu upaya komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan itu panitianya ya… HRD, Personalia, kemudian juga ada Bu Dian, ada

manajer-manajer yang lain? Anita: Iya yang terkait di HRD, biasanya di HRD.

(36:21-48:25)

Edelia: Iya, nah, menurut Mba Anita sendiri nih tadi fungsi… apa? Tugas mereka sudah Mba tahu sedikit-sedikit, gitu kan ya, apa aja kegiatannya?

Anita: He eh.

Edelia: Nah, menurut Mba, gimana sih… kinerja mereka seperti apa? Bagaimana menurut Mba sepenglihatan Mba atau yang Mba rasakan, kinerja mereka seperti apa atau performance mereka seperti apa ketika bekerja di perusahaan?

Anita: Kalau menurut aku sih, bagus ya. Maksudnya begitu mulai ada sounding… sounding corona di Indonesia kan. Itu, mereka langsung

bergerak cepat untuk mensosialisasikan ke karyawan, terus mulai kayak bikin protokol-protokol yang… yang kami harus selalu jalani setiap masuk perusahaan mulai dari gerbang, terus nanti begitu masuk ke unit-unit kayak gitu. Jadi, begitu isunya udah mulai berhembus pun itu

sudah langsung yang… mereka buat sosialisasi dan persiapan. Terus begitu semakin ke sini, virusnya kan dalam tanda kutip semakin berat

gitu, itu… ada, ada diadakan kayak pasar murah buat karyawan, kapan itu ada kayak service murah kerjasama dengan AHASS. Maksudnya orang ke bengkel kan mungkin parno ya.

Edelia: Ke mana, Mba mungkin parno?

Anita: Jadi, kayak… misalnya ada service motor murah banget di perusahaan kerjasama dengan perusahaan AHASS-AHASS Honda itu loh. Edelia: Okay, okay. Iyah..

Anita: Iya, itu ada juga.

Edelia: Karena mayoritas juga karyawan masih bolak-balik pergi pake kendaraan motor gitu ya? Anita: Iya! Mayoritas karyawan pake motor. Udah gitu kan e… dengan jam kerja kantor ini, mungkin kalau mau ke bengkel nunggu hari

Sabtu atau hari Minggu kan? Masih lama.

Edelia: Oh, okay, berarti ini upaya ini yang dilakukan pada saat corona lagi melanda ini nih ya yang lagi melanda, sedang diulang ya? Halo… (peneliti tidak mendengarkan suara dari partisipan).

Anita: Sorry, bisa diulang, rada keputus.

Edelia: Oh, iya. Suara aku udah kedengeran belom Mba? Anita: Bentar… bentar… bentar… (partisipan seperti mencari sinyal internet dengan pindah tempat duduk) Okay, coba ulangi lagi.

Edelia: Halo? Halo?

Anita: Iya, iya, he eh. Edelia: Berarti ini… upaya yang dilakukan ini e… pas lagi corona ini ya, Mba?

Anita: Em… Kalau yang kayak pas corona ini, iya, ada, tapi sebelum-sebelumnya juga ada beberapa hal yang dilakukan kok. Misalnya

kayak… apa tadi servis murah itu udah lebih dari 1 kali. Edelia: He eh, iya.

Anita: Terus kayak juga dalam tanda kutip pasar murah lewat koperasi, itu juga kan ada. Cuma ini e… biasanya yang pasar murah ini untuk

hanya di Dan Liris yang ada di Solo kan. Edelia: Iyah.

Anita: Tapi yang edisi corona ini itu bahkan karyawan-karyawan yang di tokoku di berbagai kota pun, mereka beli, dikirim dari perusahaan

dengan ongkos kirim yang miring banget. Edelia: Hm, okay, okay, he eh. Okay, berarti sejauh ini Mba Anita menilai bahwa kinerja yang dilakukan oleh… kayak bagian Personalia,

HRD, Bu Dian itu termasuknya sudah cukup bagus?

Anita: Ya, menurutku cukup bagus sih. Edelia: Hm, okay. Ada gak, Mba yang kurang atau harus lebih dioptimalkan gitu… harus e… ada untuk apa? Ada upaya perusahaan untuk

memperbaiki diri, ada gak yang sepenglihatan Mba? Harusnya begini ni… kurang…

Anita: Tunggu, tunggu… Sebentar… sebentar… pertanyaannya mengarah ke nomor berapa? Hahaha (partisipan tertawa) sampe memahami

juga nih.

Edelia: Hahaha (peneliti tertawa karena berusaha memahami dan mencari poin pada pedoman wawancara)

Anita: Iya, soalnya putus-putus. Edelia: E… saya gak ada sih, Mba. Hehehe (peneliti tertawa), pertanyaannya saya…

Anita: Hahaha (partisipan tertawa). Oh gitu? Okeh, ulang, ulang, pas rada putus soalnya.

Edelia: Jadi, ini tadi Mba Anita bilang cukup bagus kinerjanya bagian Bu Dian, HRD, Personalia… itu bagus, cukup bagus. Nah, tapi apakah masih ada yang memang harus diperbaiki atau harus lebih dioptimalkan itu menurut Mba ada gak?

Anita: Oh, ada dong! Pasti ada, hahaha (partisipan tertawa).

Edelia: Iya, boleh, nah itu apa dan boleh diceritakan? Anita: Tapi…

Edelia: He eh?

Anita: Tapi ini ya, bukan hanya untuk corporate-nya, tapi untuk umumnya kan ya? Edelia: Iya. Untuk umum juga gak papah.

Anita: Okey, kalau misalnya kayak… itu lebih ke ini sih…setiap unit ya, jadi kan perusahaan Dan Liris Group itu kan secara overall menurut

aku, bagus. Cuma kadang di unit-unitnya itu… misal kayak contoh lebih ke fasilitas sih sebenernya, kan di bawah Personalia juga kan? Edelia: Iya.

Anita: Kantinnya kan ada beberapa. Misalnya kayak kantin, kantin itu kayak ada yang kadang e… menurutku kondisinya rada panas,

sebenarnya kayak gitu, gak, gak yang major-major gitu sih, ada kantin yang teduh. Jadi, lebih ke pengelolaan setiap unit… Personalia yang di unit yang melihat fisiknya.

Edelia: Hm, iya, iya.

Anita: Terus misalnya kamar mandi gitu, ya. Ada yang sudah tepat sih, karena ada yang pake rasio kan, 1 kamar mandi itu sebenarnya kalau gak salah, kalau ngikutin GMD itu 1 kamar mandi buat 40 orang, rasionya. Jadi, kalau karyawannya 400, ya harus punya 10 kamar mandi,

kayak gitu. Eh, toilet maksudnya (partisipan meralat).

Edelia: Hm, iya, iya. Anita: Nah, itu tuh kayak perusahaan-perusahaan yang unit-unit lama gitu…?

Edelia: Iyah?

Anita: Toiletnya…menurut aku kayak masih ada yang kurang, cuma aku melihatnya kurang karena kepencar-pencar. Jadi, beberapa toilet ada yang di blok sebelah sini, terus ada yang sebelah sana. Jadi, kayak enggak. Kalau misalnya Ambassador itu kan gedung baru, ya?

Edelia: Iya.

Anita: Istilahnya gedung baru. Kalau gedung baru itu kan waktu ngedesain udah diset kamar mandinya 1… toiletnya 1 blok gitu kan, panjuaang gitu kan. Tapi kalau yang gedung-gedung lama itu… karena mungkin dulu standarnya beda, ya. Jadi, beberapa blok sana, blok sini.

Menurut aku lebih ke… kalau secara overall-nya tadi aku bilang, bagus, tapi kalau lebih ke pengelolaan yang di unit-unit kecilnya, kayak gitu kadang kurang rapi.

Edelia: Hm, iya, iya.

Anita: Lebih ke fasilitas, ya, bukan ke kinerja ininya. Edelia: Iya, iya, jadi maksudnya bukan ke kaya dalam rangka kegiatan atau event atau training kayak gitu, ya Mba?

Anita: Bukan, bukan. Ada yang beli, ada yang beli? (partisipan berbicara dengan mamanya). Sebentar, sebentar ada yang beli, ku kasih tahu

mamaku dulu (partisipan izin untuk merespon pelanggaran warung mamanya di rumah). Iyah, gimana, gimana? Edelia: Iya, Mba, itu udah, udah? Maksudnya sama mamanya Mba?

Anita: Gak, udah, tadi ada pembeli hihihi (partisipan tertawa).

Edelia: Okay, iya, jadi, kalau di sini kan ini kan salah satu tugas mereka juga bikin aktivitas gitu kan Mba? Kayak training, event, gitu segala macem. Nah, tapi di situ Mba melihatnya di situ enggak ada kekurangan, gitu?

Anita: Sejauh ini menurut aku cukup bagus, ya sesuai kebutuhan kami sih masih okay.

Edelia: Berarti sesuai kebutuhan, ya, karyawan? Anita: Iya, he eh.

Edelia: Tapi ternyata masih ada beberapa fasilitas yang memang kurang dalam pengelolaannya, seperti itu ya?

Anita: Iya, lebih ke pengelolaannya sih. Edelia: Hm, okay, okay. Nah, Mba, kemudian… Mba bisa denger suara aku gak? (peneliti mendengar suara lelaki yang sedang berbicara

dengan partisipan)

Anita: Denger, denger, denger, hihihi (partisipan tertawa geli). Edelia: Iya, soalnya tadi kayak ada suara orang ngobrol, jadi takutnya Mba lagi ngobrol gitu.

Anita: Enggak sih, entar kalau misalnya enggak jelas tar ku bilang kayak tadi. Ulang, ulang gitu.

Edelia: Boleh, boleh, boleh. Mba… Mba, ini kan kemarin juga mau nanya nih kebetulan. Kemarin kan ulang tahun Dan Liris. Anita: Iya!

Edelia: Sempet mention, katanya Mba “Oh, iya biasanya ada acara-acara, tapi kan karena sekarang jadinya enggak gitu.” Maksudnya gak ada

gitu… Anita: Gak ada apa-apa, iya, he eh.

Edelia: Nah, biasanya memang acara-acara kayak gitu ada ya dilakukan?

Anita: Jadi, kalau setiap perusahaan ulang tahun itu yang selama beberapa tahun terakhir sudah jadi kayak kegiatan rutin ada lah. Hehehe (partisipan tertawa). E… pasti bikin kayak panggung hiburan rakyat gitu, buat masyarakat Dan Liris bahkan tiga atau empat tahun terakhir

keluarga karyawan boleh ikut supaya bisa ikut kebahagiaannya Dan Liris ulang tahun tuh bawa keluarga, jadi e… dibatesin sih, maksimal 4

orang, gitu. Terus pas itu juga kita biasanya kayak ada bazaar gitu loh. Bazaar itu pasar murah ya. Edelia: Iya.

Anita: Itu… baik, misalnya kayak pake tenant-tenant luar, misalnya kerjasama dengan Orangtua, dengan Nestle, dengan tenant-tenant

makanan yang lain, misalnya kayak Indomie, Mie Sedaap, kayak gitu. Terus ada juga tenant-nya dari masing-masing unit bisa jualan murah, misalnya kayak Efrata, jualan t-shirt aja t-shirt-nya kalau buat karyawan itu cuma Rp35.000,00. Padahal tahu sendiri kan kalau Bateeq itu

pasti harganya mahal?! Tapi buat karyawan cuma Rp30.000,00-Rp35.000,00, kaosnya misalnya kayak gitu-gitu. Dan Liris jual baju-baju juga

murah-murah juga, bajunya murah-murah juga Rp30.000,00-Rp40.000,00, seprei… yang tekstil itu jualan seprei kayak gitu, 1 set cuman berapa ya? Rp40.000,00 kayaknya. Eh… Rp55.000,00 itu udah seprei yang guedeee banget ukuran 180 kalau gak salah, udah sama sarung

bantal dan sarung gulingnya kayak gitu. Terus ada juga tenant-tenant, maksudnya bukan kayak tenant tapi kayak e… stand-stand yang

disewakan, tapi maksudnya sebenarnya gak disewakan, gak bayar, cuma judulnya disewakan gitu kepada karyawan yang mau jualan. Edelia: Oh, okay, jadi boleh ya?

Anita: Jadi, e… he eh, jadi kalau misalnya. Aku sempet sama temen-temen, eh kita jualan es teh yuk! Gitu, kan kita dapet duit tuh, gak bayar

kan cuma judulnya nyewa tapi gak bayar stand-nya, kami jualan es teh, kami jualan makanan, gitu duitnya balik ke kami lagi.

Edelia: Hm…

Anita: Itu sudah menjadi tradisi setiap beberapa tahun. Jadi, masyarakat Dan Liris dan keluarganya bisa terhibur, gitu loh ikut happy-happy

dengan ulang tahunnya Dan Liris. Edelia: Iyah…

Anita: Terus biasanya meeting-nya juga khusus untuk laporan Q1 tuh pake edisi kostum, jadi pake tema-tema, macem-macem sih.

Edelia: Oh, ini Q1, quarter 1 itu ada siapa aja Mba di situ?

Anita: Quarter 1 itu yang ikut meeting adalah junior/manajer ke atas dari semua unitnya Dan Liris Group. Terus kami pake kostum-kostum tertentu gitu kan? Terus, apa? Ada paradenya, ada acara perform-nya, ada kadang nge-dance, kadang apa, itu buat menghibur karyawan sih.

Jadi, karyawan tuh boleh pada saat itu boleh… maksudnya dalam tanda kutip itu boleh berhenti silakan mau lihat, jadi buat happy-happy.

Menghibur karyawan gitu jadi seneng kami dikerjain, hihihi (partisipan tertawa membayangkan momen tersebut) Edelia: Hahaha (peneliti tertawa) okay, okay. Ini biasanya yang mengadakan parade ini siapa nih, Mba atau aktornya siapa dari karyawan

atau…?

(48:26-56:11) Anita: Semua! Jadi, kami semua yang ikut meeting itu pake kostum, tapi ditemain gitu, misal kayak tema tahun kemaren, korean… korean

style.

Edelia: He eh… Anita: Terus kayak tahun sebelumnya itu kalau gak salah superhero apa ya? Itu ya panitianya, ya itu, panitianya HRD termasuk Bu Dian, Pak

Herry, dan tim itu, mereka panitianya, ngerjain gitu kan. Terus kadang tuh seneng gitu kan ngeliat kami jalan dari rumahnya Ibu, karena Ibu

itu kan ada rumah di Solo. Edelia: Iya, iya, iya.

Anita: Dari rumahnya Ibu, muterrr lewat… lewat jalan raya…

Edelia: Oh, iya? Anita: Masuk ke perusahaan, terus nanti kan kami kayak ada e… lahan luas banget gitu kan di depan kantin itu…

Edelia: Iya.

Anita: Perform per unit, kadang per divisi, tapi bos-bos juga perform, terus kadang haha hihi, kasih supporter, pada foto-foto… Edelia: Oh, iya, iya…

Anita: Terus abis itu kepanasan, meleleh, terus meeting hihihi (partisipan tertawa).

Edelia: Hahaha (peneliti tertawa). Iya, jadi ada upaya perusahaan untuk menghibur, ya? Anita: Iya, betul.

Edelia: Termasuk Ibu Michelle sendiri turun tangan, ya, Mba?

Anita: Oh, iya! Bu Michelle sendiri ikut. Jadi, kayak misalnya… biasanya dari Bu Dian sama Pak Harry tuh ngajuin temanya ini, okeh, begitu okeh langsung di-sounding. Jadi, mereka yang mempersiapkan dari itu, bagian Sekretariat dan Humas yang menyiapkan tema-temanya apa,

terus acaranya nanti apa gitu. Jadi, kami suka merasa dikerjain untuk membahagiakan karyawan di situ sih. Tapi, seru juga sih karena ada kayak penghargaan juga, ya kostum terbaik lah, yang tim terbaiklah, apa dapet apa.

Edelia: Hm, okay, okay, Mba. Berarti ada acara lain gak yang di kepala Mba yang “aduh, seru banget.”

Anita: Hihihi (partisipan tertawa geli seperti mengingat momen tersebut). Edelia: Atau satu acara…

Anita: Itu acaranya yang seru-seru tuh itu pasti itu yah, kalau lagi ulang tahun perusahaan, terus pada saat 17 Agustus, nah itu seru, pasti ada

lomba, lomba buat karyawan antarunit. Edelia: Iya, he eh.

Anita: Jadi, biasanya sih kayak lomba olahraga, lomba seni gitu. Kayak yang kapan itu lomba vocal group, paling lomba nyanyi gitu, lomba

seni kayak ajang-ajang cari bakat gitu sih. Aku ikut juga, aku pun bisa ikut. Hihihi (partisipan tertawa). Edelia: Iya, Mba? Ngapain aja tuh waktu itu?

Anita: E… kalau waktu itu aku sama temen bikin kayak grup musik gitu sih. Cuma karena lagunya waktu itu lagunya Didi Kempot, jadi aku

gak hapal syair lagunya, ambyarrr pokonya hahaha (partisipan tertawa). Edelia: Hahaha (peneliti tertawa) okay, okay. Iya, iya.

Anita: Terus ada juga kegiatan selain yang keseruan kayak gitu, pas 17 Agustus itu ya, eh pas 17 Agustus… pokoknya pas kemerdekaan itu

selain ada lomba-lomba yang tadi itu, entah lomba seni, entah lombanya lomba olahraga, kayak gitu kan setiap tahun beda-beda temanya, itu juga ada pemilihan karyawan teladan. Jadi, ada karyawan-karyawan dapet penghargaan khusus dari perusahaan.

Edelia: Hm okay.

Anita: Biasanya voucher buat belanja kayak gitu. Edelia: Itu di…

Anita: Lalu ada juga di setiap tahun belakangan ini udah mulai kayak karyawan-karyawan yang lama, yang dedikasinya sangat bagus, terus

loyal, terus memenuhi persyaratan-persyaratan gitu ada yang diumrohkan, kalau yang Nasrani pergi ke Yerusalem kayak gitu, ada juga. Edelia: Oh, iya Mba?

Anita: He eh.

Edelia: Oh, tapi ada kriteria khususnya, ya? Anita: Iya, maksudnya kalau karyawan baru masuk setahun, enggak mungkin kan ikut. Jadi, misalnya orangnya udah minimal sekian tahun

bekerja.

Edelia: Oh, okay, okay. Tapi bukan mantan juga kan? Bukan yang ex karyawan kan? Anita: Bukan, bukan, masih aktif, yang masih aktif.

Edelia: Hm, okay, okay. Tapi Mba yang itu…

Anita: Oh, ada satu lagi yang kurang! Hihihi (partisipan tertawa karena baru mengingat). Edelia: Apa tuh, Mba?

Anita: Hihihi (partisipan tertawa). Kayaknya jadi banyak. Jadi, setiap beberapa tahun sekali, jadi enggak setiap tahun ya, tapi beberapa tahun

sekali itu kayak piknik karyawan gitu sih. Edelia: Ah, piknik itu di mana dilakukannya?

Anita: Kalau yang terakhir ke Bali.

Edelia: Oh ya?? Anita: Iya. Sampe… berapa bis gitu kok. Karena kebetulan tetanggaku kerja di tour and travel yang ngurus itu. Jadi, tuh sekali berangkat

berapa bis, sekali berangkat berapa bis gitu sampe selesai berapa bulan, ya? Kalau gak salah selesai tiga bulan… atau dua bulan.

Edelia: Oh, jadi kayak ada kloternya gitu? Anita: Iya, jadi batch 1 berangkat. He eh. Kan nanti batch 1, kan balik, gitu kan. Batch 2… batch 3 gitu.

Edelia: Hm, iya. Biasanya berarti dilakukan pas kapan itu, Sabtu Minggu atau gimana?

Anita: Engga, di hari kerja. Jadi, di atur jadwal, kan kalau Sabtu Minggu, kalau misalnya ke Bali kan gak mungkin Sabtu Minggu, pasti butuh

beberapa hari kan?

Edelia: Iya, he eh.

Anita: Ya… di hari kerja, di atur di setiap unit per batch itu cuma berangkat berapa orang. Jadi, nanti kan dari setiap unit-unit digabung-gabung kan udah banyak.

Edelia: Hm, okay, okay. Berarti itu… di situ juga ada Personalia, maksudnya semua tim personalia ada di situ?

Anita: Iya, betul, mereka panitianya itu.

Edelia: Oh, okay, okay. Berarti Mba kalau di situ sebagai penikmat acara ya? Anita: Hahaha (partisipan tertawa). Kalau ulang tahun, kadang-kadang suruh nge-MC, suruh jadi sie-sie acara-acara, yang ngurus-ngurus gitu.

misalnya gak jadi MC, tapi jadi sie acara, ngurusin acaranya seru-seruan gitu.

Edelia: Iya. Oh, di situ Mba juga bisa dilibatkan, ya? Anita: Jadi, kolaborasi sih. Mostly, panitianya kalau yang Dan Liris Group itu ulang tahun… itu Personalia Pusat, tapi kayak beberapa bagian

mereka akan comot-comot temen-temen dari setiap… beberapa unit gitu untuk jadi timnya. Kan Personalia tim, HRD tim kan ga terlalu banyak

kan orangnya. Edelia: Hm… gak terlalu banyak, ya?

Anita: Enggak, enggak banyak. Gak kayak pasukannya… (suara partisipan tidak jelas)

Edelia: Apa? Maaf, Mba putus-putus. Gak kayak pasukan siapa? Anita: Produksi kan orangnya banyak. Kalau Personalia, HRD tim itu kan gak banyak, dikit.

Edelia: Hm, okey, okey. Mba, dari tadi tuh kan ngomong unit, tiap unit-unit. Unit itu di Dan Liris itu apa sih maksudnya kayak produksi,

sewing, gitu, atau apa? Anita: Hm, gak gitu. Jadi, kalau misalnya Dan Liris Group itu ya punya anak perusahaan cuma kami biasanya pake istilah unit-unit. Jadi,

kalau Dan Liris Group itu unitnya ada unit spinning itu ada 2, unit spinning itu yang bikin benang.

Edelia: Iya. Anita: Satu… dua… tiga (partisipan sedang mencoba mengingat dan menghitung tiap unit). E… spinning-nya ada 3 deh. Terus ada unit

weaving itu yang bikin… menenun kain itu ada 2. Lalu ada unit dying, printing itu ada 1, tapi sebenarnya mereka ada 2 bagian yang terpisah

gitu. Lalu, kaya garmennya sendiri, garmen itu ada central, ada 2A, ada 2 apa 3, aku gak hapal sih. Edelia: He eh.

Anita: Lalu kayak Efrata itu unit sendiri.

Edelia: Oh, okay. Anita: Tapi Efrata kan juga ada MMKN, ada La Perla, Tabor, ada Ambassador 1, Ambassador 2, masih ada PT MAS, masih ada lagi sekarang

JET, terus ada lagi kayaknya Bapak sama Ibu tuh kayaknya bikin pabrik helm keliatannya, satu lagi. Hihihi (partisipan tertawa).

(56:12-1:02:31) Edelia: Oh, okay.

Anita: Jadi, sebenarnya anak perusahaan tapi kan biasanya nyebutnya unit-unit, gitu. Edelia: Oh… gitu. Iya, jadi biar menyamakan persepsi aja gitu soalnya aku bingung unit-unit apa.

Anita: Hehehe (partisipan tertawa). Iya, unit itu anak perusahaan.

Edelia: He eh. Anita: Cuma kalau biasanya nyebutnya e… daripada PT-PT, mending unit ini.

Edelia: Hm, okay, okay. Berarti ini di sini Mba kan sekarang marketing ya? Itu ada jabatan di atas Mba gak? Ada pimpinan ininya gak, Mba?

Anita: Kalau di atas aku, direktur marketing lokal, Pak Henis. Edelia: Hm, okay, Pak Henis itu laki-laki ya?

Anita: Hihihi (partisipan tertawa) iya, namanya juga Pak Henis, dek.

Edelia: Nah, okay artinya kan Mba punya atasan, apalagi laki-laki, kemudian… Nah, gimana sih biasanya e… pastinya kan sering berinteraksi dong, sering ngomong tentang hal pekerjaan apa segala macem. Nah, itu gimana menurut Mba apakah pernyataan-pernyataan yang diberikan

cukup jelas buat Mba, kemudian apalagi Mba kan perempuan, pimpinan perempuan gitu dalam marketing ini, nah gimana cara ngomongnya

beliau, gitu? Anita: E… Kalau aku sih gini… dulu kan perempuan semua tuh yang di garmen. Bu Sanggam, Bu Bekti, pokoknya semuanya perempuan.

Nah, terus ketika di marketing tuh belajar juga sih, pimpinannya kan beda, ya, bapak-bapak gitu. Jadi, adaptasi aja karena sebenarnya setiap…

menurut aku setiap orang pasti punya cara berkomunikasi yang berbeda-beda. Iya kan? Edelia: He eh, iya.

Anita: Tapi yang penting adalah bahwa kita e… saling beradaptasi untuk caranya berkomunikasi, gitu. Kan ada orang yang caranya

berkomunikasi yang detil, aku mesti bawa semua data, gitu. Ada yang komunikasinya datanya e…inti-intinya, terus kemudian kita yang menjelaskan, kayak gitu-gitu kalau bagiku sih tidak ada kendala dengan komunikasi. Cuma memang awal-awal perlu adaptasi, beradaptasi,

ya, misalnya beberapa istilah yang aku gak familiar, ada beberapa hal yang aku harus belajar karena aku memang dari produksi ke manufactur-

nya ke marketing, itu kan beda banget. Edelia: Iya, iya.

Anita: Jadi, akunya beradaptasi lebih ke ini bidang baru, tapi kalau misalnya masalah caranya berkomunikasi menurut aku sih selama ini so

far so good sih. Gak masalah gitu. Edelia: Oh, okay, okay. Berarti selama Mba bekerja di Dan Liris itu gimana pengalaman dan perasaan Anda sebagai karyawan, Mba?

Anita: Kalau buatku pribadi, ya, kerja di Dan Liris itu lebih dari sekedar bekerja sih. Maksudnya adalah karena e…perusahaannya itu besar,

orangnya banyak, jadi aku merasa banyak belajar juga, tidak hanya tentang pekerjaan secara profesional, tapi juga cara bermasyarakat, cara bersosialisasi, itu di Dan Liris Group dan di banyak orang, aku anggap semuanya adalah guru, baik dari pimpinan sampe bahkan karyawan

yang ada di bawahku, bagiku semuanya adalah guru soalnya kan bisa belajar macem-macem gitu di situ.

Edelia: Hm, okay. Anita: Jadi, aku merasa e… apa yang aku ingin dan butuhkan dari sebuah dunia kerja itu, aku merasa terakomodir sih di Dan Liris Group.

Edelia: Hm, ini yang Mba ingin dan butuhkan itu seperti apa, Mba?

Anita: Kalau buatku kerja itu… pasti kita bekerja itu supaya kita mandiri ya, dalam arti mandiri ini secara finansial atau bagaimana. Mandiri karena kita punya penghasilan sendiri, kita juga mandiri dalam arti kalau sudah dewasa bisa membuat keputusan. Di tempat kerja itu, aku

butuh tempat kerja yang bisa memberikan aku peluang untuk itu… belajar untuk bertumbuh, belajar untuk… banyak belajar hal yang baru,

belajar untuk bisa membuat keputusan-keputusan, gitu. E… termasuk misalnya kayak yang aku rasa adalah kesempatan untuk belajar, kan aku disekolahin juga tuh sama Dan Liris, selain ikut kelas-kelasnya Ibu Michelle, sama seminar-seminar, training-training yang dilakukan

oleh HRD, aku juga ikut kuliah. Jadi, kami di Dan Liris itu ada program kuliah.

Edelia: Oh, ya? Anita: Yang dibiayai oleh perusahaan. Betul… ada kuliah yang di tekstil, ada kuliah yang jurusan garmen, bahkan ada juga yang S2

difasilitasi… yang difasilitasi sampe S2 sama perusahaan.

Edelia: Hm…

Anita: Jadi, untuk menjawab kebutuhkan ke depan kan?

Edelia: Iya.

Anita: Kompetensi, sertifikasi itu kan dibutuhkan dan tidak semua dari kami yang… masuknya bekerja kan punya background yang sesuai kan?

Edelia: Iya, he eh.

Anita: Nah, perusahaan memfasilitasi itu… kayak aku sendiri, karena aku dari Kriya Tekstil.

Edelia: Iya? Anita: Teknik garmennya kan enggak-enggak terlalu paham, ya. Bisa karena belajar karena aku di situ bekerja. Nah, itu aku dikuliahin juga

Teknik Garmen, sehingga aku jadi ngerti kayak misalnya gimana kalkulasi di garmen, teknik-teknik yang mulai dari cutting, sewing, finishing,

packing itu kayak gimana. Edelia: He eh, he eh, he eh. Hm, gitu ya Mba? Jadi, di sini Mba yang aku tangkep nih, yang udah aku tangkep… keinginan dan kebutuhan

Mba ini karena apa? Pertama, mandiri secara finansial. Yang kedua, belajar lebih banyak lagi, ya Mba dan semua di situ dapet ilmunya gitu

dan di perusahaan juga memfasilitasi keinginan dan kebutuhan Mb aitu? Anita: Betul. He eh, termasuk kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri menjadi berkat buat orang lain, ya.

Edelia: Hm, okay, mengaktualisasi…

Anita: Jadi, aku tuh kalau misalnya bisa bekerja dengan banyak orang, sebenarnya kesempatan buat aku menjadi berkat kan? (1:02:32-1:08:11)

Edelia: He eh, iya. Jadi, ini yang Mba bilang kayak misalnya kayak event, bisa menjadi MC, seperti itu, atau ada kegiatan lain yang

maksudnya… yang nanti Mba masker atau yang gimana? Anita: Untuk yang apa nih?

Edelia: Yang akutualisasi diri, kesempatan untuk menjadi berkat.

Anita: Oh. Misalnya… misalnya kayak yang rohani, ya. Kan ada oikumene kan? Edelia: Iya, he eh.

Anita: Di situ saya bisa melayani kalau pas bagiannya PT Efrata yang tugas gitu, aku bisa melayani, entah sharing firman Tuhan, entah pimpin

doa, misalnya gitu. Terus kayak dalam pekerjaan sendiri, memimpin orang lain itu sebenarnya kan itu kesempatan bagi kita untuk e… sebenarnya memimpin itu adalah seni untuk memengaruhi kan? Hahaha (partisipan tertawa).

Edelia: Iya.

Anita: Bagaimana memengaruhi orang-orang di bawah kita untuk punya pemikiran yang sama, untuk punya visi yang… menyatukan visi yang sama misalnya e… anak buahku gak terlalu peduli dengan masa depannya, misalnya pokoknya dia hidup hari ini, cukuplah untuk hari

ini, besok-besok ga usah dipikirin, gitu.

Edelia: He eh, nah itu…? Anita: Dengan aku menjadi pemimpinnya, kan aku bisa kayak ngasih tahu mereka bahwa hidup itu harus ada visinya, terus visi itu harus

dihidupin, mesti gini, strateginya gini. Nah, aku bisa ngomong gitu, salah satunya karena pelajaran-pelajarannya, misalnya pelajarannya dari training leadership, ada yang namanya Vision, gitu. Jadi, aku bisa nge-share juga ke orang-orang di bawahku. Nak, hidupmu harus punya visi

loh. Kalau kamu gak punya visi tuh hidup kan kayak… kamu lari tapi kamu gak tahu finish-mu tuh nantinya bakal di mana, bakal mau kayak

apa (partisipan sedang membayangkan ketika berbicara dengan staff-nya). Edelia: Iya. Oh, ini Mba juga dapet…e… jadi selain dapet… Mba kan ini cukup baik mengajarkan karyawan di bawah Mba tentang visi itu

yang kaitannya tentang leadership itu. Nah, Mba berarti sebelumnya memang punya basic itu, atau memang diajarin, atau gimana? Mba dapet

tahunya dari mana? Anita: Jadi, saya… kalau di gereja kan kami ada kayak buat leadership/ camp leadership, gitu-gitu, Jadi, di gereja juga diajarkan tentang

bagaimana e… leadership, terus misalnya kayak gimana membangun karakter, terus ada banyak-banyak yang aku dapet dari gereja karena

banyak kegiatan-kegiatan. Terus kebetulan juga perusahaan juga ada training, seminar yang juga sama kan e… membangun karakter… membangun karakterku untuk memimpin, terus bagaimana mengelola pekerjaan, mengelola hidup, mengelola orang-orang di bawah yang

dipimpin, kayak gitu.

Edelia: Hm… Anita: Di sisi lain, aku juga kayak ikut… misalnya kayak seminar di luar kayak gitu-gitu aku ikut sih. Jadi, kolaborasi dari berbagai.

Edelia: Okay, seminar… (peneliti mencatat) Okeh, berarti Mba tadi Mba sempet mention kalau perusahaan juga mengajarkan Mba bagaimana

me-manage waktu, ya? Anita: Iya, jadi di kelas leadership itu materinya kan kalau gak salah ada 12, misalnya… aku gak hapal semua, tetapi diantaranya misalnya

kayak tadi tuh tentang vision, gimana punya visi, visi hidup tuh satu, tapi di setiap aspek juga harus ada visinya juga. Nah, terus tentang e…

time management, bagaimana me-manage keuangan karena gampangannya kamu kalau mau jadi pemimpinin, me-manage keuangan kamu sendiri, me-manage kamu sendiri aja kacau, gimana kamu me-manage orang lain, kan gitu?

Edelia: Iya, iya.

Anita: Mo gimana kamu mau me-manage perusahaan dan uangnya perusahaan sih gak bagus juga kalau kamu aja gak bisa manage, gimana kamu me-manage orang lain dan juga perusahaan, kan sederhananya kayak gitu. Terus adalagi materinya misalnya e…tentang… banyak sih

ya, 12 tuh apa aja toh? (partisipan berusaha mengingat) Hihihi (partisipan tertawa).

Edelia: Gapapa, seingetnya Mba aja kok. Anita: Oh, terus tentang itu… tentang apa namanya? E… bagaimana menyelesaikan masalah.

Edelia: Hm, iya.

Anita: Kalau nyelesein masalah, yang harus kamu lihat apa sih, yang terutama apanya? Terus kayak teknik-tekniknya gitu, terus gimana, terus juga tentang adalagi materi yang tentang gini… Kalau sesuatu itu butuh dan sesuatunya itu penting, gimana kamu membuat suatu keputusan

dalam situasi yang sama-sama susah. Di satu sisi kamu butuh, di satu sisi kamu penting. Di satu sisi ini benar, di satu sisi ini baik, gini, gimana

sih kamu membuat keputusannya, kayak gitu-gitu juga ada materinya. Edelia: Hm, iya, iya.

Anita: Terus ada juga materi pengenalan jadi kalau jadi pemimpin itu enggak… leadership-nya kan ada tiga kelas, kelas 1, kelas 2, kelas 3.

Terus adalagi tentang misalnya gimana membaca laporan keuangan, membuat business plan, terus ada juga misalnya kayak e… gimana mengenali dunia tekstil secara keseluruhan, mengenal dunia garmen secara keseluruhan. Intinya gitu sih. Ada banyak, ada banyak materinya

di setiap kelas gitu.

Edelia: Oh, okay, ini materinya disampaikan oleh siapa, Mba? Ada narasumbernya? Anita: Materinya… kalau ada yang beberapa disampaikan oleh Bu Michelle sendiri, beberapa disampaikan oleh Pak Peter, beberapa

disampaikan oleh bos-bos, atau pun kan di Dan Liris ada kayak consultant gitu, itu dari bos yang pernah tugas tapi masih di-extend gitu jadi

consultant-nya Dan Liris, consultant ahlinya, nah beliau-beliau yang mengajarkan kami di kelas-kelas leadership. (1:08:12-1:14:12)

Edelia: Hm, okay, okay. Iya, iya. Berarti, Mba dengan adanya kegiatan segala…kegiatan yang sudah tadi Mba ceritain nih ke saya. Itu, berarti

di situ apakah perusahaan mampu memotivasi Mba supaya bekerja lebih baik lagi?

Anita: Iya. Buatku, iya, jadi fair gitu loh. Di satu sisi, kita diminta untuk bisa jadi pemimpin, bisa jadi orang yang bertanggung jawab untuk

perusahaan ini, tapi di sisi lain juga kami merasa mendapat bekal yang cukup, gitu. Jadi, kayak kamu kalau disuruh perang, tapi kamu dibekali,

gitu. Edelia: Iya, iya, iya.

Anita: Dibekali dengan…

Edelia: Senjata?

Anita: Semua peralatannya, kemudian juga strateginya, jadi gak perang tuh pasang badan doang. Edelia: Hm, okay. Nah, kemudian ada gak nih… masih adakah harapan lain yang Mba Anita inginkan di perusahaan? Masih ada gak harapan

itu karena tadi kan kalau secara kebutuhan, keinginan nih, sudah cukup perusahaan. Nah, ada gak harapan lain yang Mba Anita inginkan dari

perusahaan? Anita: Kalau harapanku buat perusahaan sih kalau malah justru aku harapannya dan doanya adalah perusahaan ini bisa bertahan dalam kondisi

wabah saat ini, ya. Karena untuk tetap bisa menjamin karyawan ada dalam kesejahteraan yang baik itu butuh doa dan usaha bersama kan ya?

Edelia: He eh. Anita: Maksudnya dalam hal ini perusahaan adalah kami semua. Di saat banyak perusahaan yang sudah tutup, banyak perusahaan yang sudah

mengurangi gaji karyawan, dan Dan Liris Group masih tetap memberikan gaji kepada karyawan secara penuh, masih memenuhi semua

tanggung jawab itu butuh pengertian dan kerjasama dari kami semua. Itu sih, aku doanya malah itu. Edelia: He eh.

Anita: Kalau tuntutan ke perusahaan malah menurut aku, kayaknya udah… mungkin masih ada perusahaan-perusahaan yang jauh lebih baik

daripada Dan Liris, aku juga tau kayak perusahaan-perusahaan multinasional tuh jauh lebih bagus cuman untuk ukuran perusahaan e… seperti Dan Liris dibandingkan kompetitor-kompetitornya, perusahaan sudah memberikan yang terbaik buat karyawan sesuai kapasitas dan

kemampuan perusahaan.

Edelia: Hm, okay, okay. Baik, jadi, Mba, apakah Mba Anita itu percaya dan yakin kalau perusahaan itu mampu memberikan kesejahteraan, keadilan, dan kebahagiaan untuk Mba beserta karyawan yang lain?

Anita: Iya, aku yakin sih.

Edelia: Okay. Anita: Perusahaannya bisa.

Edelia: Perusahaannya bisa, Mba. Okay, Mba Anita. Sudah, sudah cukup pertanyaannya saya.

Anita: Hihihihi (partisipan tertawa). Edelia: Sepanjang ini saya juga jadi tahu. Terima kasih atas waktunya, Mba Anita. Saya juga jadinya mengerti apa aja sih yang udah dilakukan

sama perusahaan Dan Liris, gitu kan. Terima kasih sebelumnya Mba Anita sudah meluangkan waktunya, maaf kalau Edel ada… masih kurang-

kurang dalam hal berbicara atau tutur kata yang berkenan ya, Mba. Anita: Saya juga terima kasih hihihi (partisipan tertawa). Karena kalau… apa namanya? Kayak di-interview gini itu jadi ngerti, okey ada

beberapa yang mungkin perlu saya belajar lebih dalem lagi karena setiap orang di perusahaan sebenarnya adalah juru bicaranya perusahaan, kan gitu kan sebenarnya?

Edelia: Iya.

Anita: Jadi, sebenarnya ada beberapa pertanyaan yang saya harus… aduh, tunggu, tunggu, dulu. Ada pertanyaan yang masih mikir kan berarti ada beberapa hal yang peduli banget bahwa itu… bagian itu ada dan hahaha (partisipan tertawa) sudah melakukan banyak hal untuk kami

juga, itu buat masukan saya buat belajar juga.

Edelia: He eh. Anita: Terus juga terima kasih mengingatkan saya tentang value-value apa yang saya selama ini dari pekerjaan hahaha (partisipan tertawa).

Itu me-remind untuk tetap bersyukur, Edel, thankyou ya.

Edelia: Puji Tuhan kalau memang… Anita: Mohon maaf kalau tidak bisa maksimal karena ya itu tadi, ada beberapa keterbatasan yang mungkin kurang terlalu paham dengan apa

yang ditanyakan.

Edelia: Iya, gapapa, Mba, tapi sampai sejauh ini informasinya sudah cukup lengkap, terima kasih, dan sangat baik sekali mau berbicara… ini kita 2 jam loh wawancaranya.

Anita: Iya… Gimana-gimana, putus-putus! (partisipan berteriak).

Edelia: Iyah, kita nyambung 2 jam, Mba sama kemaren hihihi (peneliti tertawa). Anita: Opo iyo toh? Wah luar biasa hahaha (partisipan tertawa).

Edelia: Iya, jadi saya tadinya… tadinya kan saya ke Solo gitu kan, tadinya memang saya mau ke sana langsung penelitian, tapi saya sama Pak

Dadang, ya kalau gak salah, saya sudah mengajukan juga ke Pak Dadang. Pak Dadang yang ngurus BLK bukan atau apa bukan…? Anita: Iya, betul Pak Dadang yang ngurus BLK.

Edelia: Iyah, saya sudah ngajuin proposal saya ke Pak Dadang, abis itu rencananya sih kalau memang diizinkan mau wawancara Bu Dian gitu

kan, tapi kata Pak Dadang, waduh, Mbak kalau lagi kayak gini mah susah ya, kayak gitu soalnya kita juga lagi menunda semua penelitian, lah waduh, jadi saya juga kayak gitu…

Anita: Betul-betul.

Edelia: He eh, jadi saya juga… saya juga aduh, gak bisa ke sana, gitu, tapi apa daya skripsi, UN bisa dihentikan, Mba tapi skripsi saya tetap berjalan. Hihihi (peneliti tertawa).

Anita: Betul, betul, betul. Apa namanya? Jadi, memang perusahaan ini… kalau misalnya kondisinya seperti ini kami ekstra effort-nya

bagaimana kami menjaga seluruh Dan Liris Group tetap dalam kondisi sehat, tetap jangan ada yang kena. Edelia: Iya.

Anita: Covid kan? Itu juga bagaimana menjaga kesejahteraan karyawan meskipun kondisinya kayak gini dan produk… supaya kami tetap

produktif karena perusahaan harus tetap berjalan kan? (1:14:13-1:19:48)

Edelia: Iya. iya, he eh. Iya, jadi sampai saat sekarang pun, Pak Dadang belum kasih kabar, tapi ya sudahlah. Jadi, ada yang aku kenal, memang

partisipan utamanya karyawan perempuan, Mba, terus ada yang aku kenal termasuk Mba Anita juga. Jadi, wah saya juga merasa sangat beruntung gitu bisa kenal sama temen-temen karyawan. Boong (ada suara adek peneliti).

Anita: Hahaha (partisipan tertawa) siapa tuh?

Edelia: Itu, ade saya. Jadi, begitu. Anita: Eh, tapi Edel. Tadi kan Edel sempet nyampein juga ada yang sekarang itu namanya e… marketing communication sama corporate

communication, boleh dong… (suara partisipan putus-putus tidak jelas).

Edelia: Apa, Mba gimana? Putus-putus. Anita: Ada materinya, gak? Ada materinya gak tentang yang marketing communication, kek gitu-gitu? Buat aku pelajarin.

Edelia: Ada sih, Mba. Hihi (peneliti tertawa karena heran). Itu seriusan? Ada sih, aku ada materinya.

Anita: Ehhhhh, mau dong! (partisipan antusias). Jadi, kalau ada mahasiswa yang lagi magang gitu kan. Entar dulu, kamu jurusan apa?

Edelia: Aku? Aku sendiri?

Anita: Kenapa? Sebentar… (partisipan seperti berbicara dengan orang lain). Jadi, aku tuh suka tanya kalau misalnya jurusannya ini, oh mata

kuliahnya apa sih? Aku suka mintain bukunya… (suara partisipan tidak jelas). Apalagi ada aura kata-kata marketing-marketing, aaaaaaww (partisipan antusias sekali) mau dong materi-materinya? Kenapa? Supaya gak menyesatkan kan? Hahaha (partisipan tertawa)

Edelia: Iya, iya, tapi anak magang banyak juga, Mba? Maksudnya di Efrata itu ada juga yang magang. Maksudnya aku kan kemarin…

Anita: Ada. Ada, sih.

Edelia: Oh iya. Anita: Kan aku gak tahu, gak semuanya masuk ke department-ku kan, ada yang kadang department PU. Cuman dia tetep kan, meskipun

magangnya di bidang mana, dia akan tetep butuh data-data untuk menyusun biasanya apa ya? Bagian umumnya, umum… umum…umumnya

perusahaan kan biasanya dia harus tahu kan, makanya kayak gitu suka, maaf ya Mba mau nanya-nanya beberapa (partisipan mencontohkan anak magang yang sedang bertanya-tanya seputar perusahaan secara umum) kayak gitu-gitu, terus aku tanya balik, kamu jurusannya apa, dari

mana, oh apa aja sih mata kuliahnya, kalau menurutku ada yang menarik, aku… biasanya aku minta share juga.

Edelia: Iya, iya, iya. Aku kan itu… aku kan di UMN, di Multimedia Nusantara. Anita: Oh, iya, ya?

Edelia: Itu deket juga sama Paramount, Paramount kan di Gading Serpong, jadi…

Anita: Oh gitu? Edelia: Iya, jadi aku tuh iyah masih… aku sering lihat juga tuh story-nya Bu Michelle kalau lagi ke Paramount, gitu kan. Ya, aku tahu, oh

lagi ke Serpong, kayak gitu.

Anita: Iya, Ibu sekarang lagi di Paramount. Edelia: Iya, aku di situ, di kampus Multimedia Nusantara punyanya Kompas, aku ambil jurusan e… jurusannya masih Ilmu Komunikasi, nanti

sarjananya pun masih Sarjana Ilmu Komunikasi, tapi kami fokusnya, spesialisasinya itu kita ada ke marketing communication sama corporate

communication, kayak gitu. Anita: Hem….

Edelia: Jadi, bedanya e… apa ya? Dulunya sih kalau… Public Relations, sekarang itu ada perubahan nama, perubahan kurikulum gitu ya

Mba? Kan sekarang juga tren terus berubah. Nah, yaudah terus akhirnya dispesialisasiin lagi, jadi ada marcom dan corcom. Anita: Hihihi (partisipan tertawa). Bukan kokon ya?

Edelia: Corcom, corcom. Iya, jadi pokonya semua tentang komunikasi, cuma bedanya kalau marketing itu lebih ke branding produk…

marketing communication itu lebih ke branding product, kalau corporate communication itu lebih ke branding perusahaan. Anita: Oh, iya, iya. Berarti Edel gak punya buku materinya yang marketing communication, ya?

Edelia: Ada kok, aku belajar semua. Hihihi (peneliti tertawa).

Anita: Oh, itu. Nah, iya. Mau dong! Edelia: Boleh, boleh, boleh, nanti aku… nanti aku share, ya?

Anita: Boleh. Kenapa? Edelia: Iya, tadi kalau Bateeq pake pomade gak? (pertanyaan iseng dari ade peneliti) Ya, enggak lah.

Anita: Hahaha (partisipan tertawa).

Edelia: Maaf ya, Mba itu ade aku daritadi ini… Anita: Gak papa, lucu banget hihihi (partisipan masih tertawa).

Edelia: Okay, Mba, nanti aku share deh e… nanti. Email Mba apa?

Anita: Email-nya entar abis ini… atau ku ejain, [email protected]. Edelia: anita.purnamaningrum

Anita: Iya, digabung purnamaningrum.

Edelia: He eh… Anita: @bateeq.com.

Edelia: Okay, @bateeq.com. Okay, udah, terima kasih, Mba sudah cukup. Nanti aku kirim materinya, ya. Hihihi (peneliti tertawa) udah kayak

ini… Anita: Iya.

Edelia: Okay.

Anita: Sami-sami. Edelia: Terima kasih, Mba, selamat hari Minggu, selamat menjalani aktivitas selanjutnya, ya.

Anita: Iya, Tuhan berkati.

Edelia: Iya, Tuhan berkati, bye bye. Anita: Amin, bye.

TRANSKRIP WAWANCARA

Tema penelitian : Kesetaraan Gender dalam Kinerja Corporate Communication di Perusahaan Tekstil dan Produk Tekstil

Fasilitator : Edelia Gloria Handri Partisipan : Nuke

Hari, tanggal : Minggu, 10 Mei 2020

Sesi Pembuka oleh Edelia Gloria Handri

(00:00-01:26)

Edelia: Selamat pagi, Mba Nuke. Nuke: Iya, selamat pagi.

Edelia: Perkenalkan, nama saya Edelia Gloria, mahasiswa UMN, yang saat ini sedang menjalani skripsi dan skripsi saya berjudul “Kesetaraan

Gender dalam Kinerja Corporate Communication di Perusahaan Tekstil dan Produk Tekstil dengan Studi Karyawan Perempuan di PT Dan Liris.

Nuke: Iyah.

Edelia: Nah, Mba Nuke ini terpilih sebagai partisipan saya dan terima kasih Mba Nuke telah menyempatkan waktunya untuk bersedia di wawancara.

Nuke: Baik.

Edelia: Wawancara kali ini akan ada e… dua sesi, Mba. Yang pertama, nanti saya akan menanyakan beberapa pertanyaan terkait kesetaraan gender secara umum. Kemudian, di bagian kedua, nanti saya akan menanyakan beberapa pertanyaan terkait kinerja Corporate Communication

atau Humas yang kaitannya dengan komunikasi internal atau komunikasi kepada karyawannya, Mba. Iyah, sampai situ, sudah jelas yah?

Nuke: Jelas.

Sesi Tanya Jawab I

Pertanyaan mengenai kesetaraan gender.

(01:27-14:31)

Edelia: Okeh, baik. Mba gimana kabarnya? Apakah sehat sekeluarga?

Nuke: Alhamdulillah, sehat. Di rumah ini, jadi nanti banyak suara-suara anak-anak hehehe (partisipan tertawa sembari memberitahu kalau nanti akan berisik karena ada anaknya di rumah).

Edelia: Iya, gak papa, Mba. Mba sudah berkeluarga, sudah dianugerahi berapa anak?

Nuke: 2, anak saya dua. Edelia: Baru dua, iya, okay, baik, Alhamdulillah semua sehat. Mba, gara-gara lagi Covid kayak gini, apakah ada perubahan, Mba yang terjadi

kebiasaaan di rumah?

Nuke: Kan anak-anak banyak di rumah, ya. Jadi, kalau misalnya mereka sekolah tuh dari pagi sampe sore. Yah, kalo mereka di rumah, jadinya

ini… kita harus banyak ngajarin mereka di rumah.

Edelia: Iyah, ya, itu mengajar dari Senin sampai Jumat?

Nuke: Senin sampai Jumat, iya. Edelia: Okay, berarti hari Sabtu, Minggu ini waktunya Mba istirahat juga, ya?

Nuke: Iya, Sabtu. Enggak, kalo saya kan kerjanya sampe Sabtu, Sabtu setengah hari.

Edelia: Hm, okay. Nuke: He eh, jadi kalo di rumahnya Sabtu setengah hari sama Minggu.

Edelia: Hm, okay, berarti ini gara-gara Covid, karena anak-anak juga belajar di rumah, berarti Mba harus standby mengajari dong?

Nuke: Iya, jadi abis pulang kerja, pulang kerja… pas kita di rumah ngajarin anak-anak lagi, ngecek tugas mereka, terus ngirimin ke guru. Edelia: Hm, iya, iya. Setiap ini buat…

Nuke: Ekstra.

Edelia: He eh, iyah, kerjanya ekstra, ya, Mba. Nuke: Sampe kadang sampe malem jam 11, jam 12 itu, kita ngajarin.

Edelia: Hm, iya, berarti Mba…

Nuke: (partisipan berbicara tetapi tidak jelas karena putus-putus). Edelia: Iyah?

Nuke: Agak repot, selama Covid ini tambah repot hahaha (partisipan tertawa). Edelia: Hihihi (peneliti tertawa). Iyah, Mba, berarti pulang kerja jam berapa, Mba? Sampe…?

Nuke: Sebenernya jam 4 sih. Jam 4 kita, jam 4, jam 5, tapi biasanya saya sampai rumah jam 6 baru sampe rumah, gitu.

Edelia: Sorry, Mba gak kedengeran. Jam berapa, Mba sampe di rumah? Nuke: Jam kerja saya kan 7.30 sampai jam 4 sore, tapi biasanya saya pulang jam 5, sampe rumah 5.30, jam 6 gitu, biasa jemput anak-anak

dulu ke rumah neneknya, abis itu… apa? Kadang ke rumah neneknya, jenguk. Tiap hari saya ke rumah orangtua saya.

Edelia: Ah, iya, iya. Berarti cukup dekat ya, Mba dengan rumah ibunya Mba? Nuke: Iyah, iyah, iya. Satu kilo jaraknya rumah orangtua saya.

Edelia: Hm, okay, berarti selama Covid ini, selama Mba bekerja, anak-anak kalau pas siang di rumah neneknya?

Nuke: Kalau siang, kadang kala di rumah neneknya, kadang kala. Edelia: He eh.

Nuke: Iya. Kadang kala di rumah sendiri.

Edelia: Okey, baik, Mba, baik. Mba di sini… Okey, tadi terjadi perubahan di rumah gara-gara Covid. Nah, kemudian di tempat kerja Mba apakah ada perubahan juga, Mba yang Mba alami?

Nuke: Ada, banyak. Kalau di pekerjaan, banyak.

Edelia: Iyah, bisa diceritain, gak, Mba? Nuke: Kayak kita misalnya kan… iya, berkaitan dengan kedisiplinan. Jadi, kalau kita kan dulu, maksudnya gak pake masker itu gak papa,

sekarang harus ada protokol-protokol kesehatan yang harus diikuti supaya pabrik kita atau perusahaan kita itu safe. Karena kan di situ

mempekerjakan, kalau di tempat saya kerja kan sekitar 700-an orang di area Efrata Retail itu. Jadi, kalau kita masuk kerja itu harus mengikuti

protokol kesehatan, seperti pake masker, kemudian masuk ke tempat kerja harus melalui ruang disinfektan, gitu. Terus, e… apa? Gak boleh

bersentuhan, harus jarak jauh, maksudnya 1 meter minimal, itu harus kita taati, ya.

Edelia: Iya. Nuke: He eh, jadi semakin orang ke sini, semakin disiplin lah dalam melakukan protokol kesehatan ini karena kan kalo sekali ada orang kita

yang kena, nanti bisa berakibat ke se-factory secara keseluruhan. Jadi, kita bisa ditutup nih, kalo ditutup, nanti kita kerja apa, kan gitu?

Edelia: Betul, betul, iya, jangan sampe yang kayak Sampoerna itu, ya, Mba?

Nuke: Iya. Itu kan yang kena 2 orang, kan? Tapi akhirnya, satu factory ditutup. Jadi, di tempat kita tuh seperti ada hal-hal tentang … (suara partisipan tidak terdengar dengan jelas putus-putus) karena kalau factory ditutup otomatis gak ada pemasukan, kita gak bisa memproduksi

kan? Memproduksi barang, kita gak bisa kirim, kita gak dapet omset, gitu dan itu semua karyawan sudah mengerti dan memahami banget,

gitu. Jadi, mereka tuh udah gak usah disuruh lagi, kan hari-hari pertama itu, mereka kesulitan. Jadi apa? Kayak masih bandel gitu, tapi seminggu sesudahnya ketika di luar itu banyak sekali pabrik tutup, mereka banyak yang takut, terus mereka tanpa disuruh pun mereka udah

disiplin banget.

Edelia: Wah, Alhamdulillah, ya, Mba. Iya, berarti tapi… itu kan secara kalo protokol kesehatan memulai aktivitas di perusahaan dari awal dateng dari pos satpam sampai ke kantor.

Nuke: He eh, disiplin.

Edelia: He eh, nah itu selama pekerjaan Mba, tetep… apakah ada perubahan juga atau tetap sama aja aktivitas-aktivitasnya? Nuke: Sama, sih. Sama kalau secara pekerjaan saya, saya sebagai Kepala Produksi, ya.

Edelia: Iya.

Nuke: Kepala bagian produksi… saya sama aja sih, cuma kita harus lebih disiplin, jadi lebih banyak ngingetin lah kalau misalnya ada satu, dua karyawan yang memang dia tidak sesuai dengan aturan perusahaan, gitu. Misalnya, ada satu orang pake maskernya itu di bawah dagu,

jadi apa gunanya pake masker kalo di bawah dagu? Nah, itu kita harus lebih keras, gitu. Terus misalnya kalo kita masuk kan ada pengecekan

panas, ya, suhu temperatur pake pengecekan suhu kayak kamera gitu kan, itu ada yang pake helm. Nah, kita harus… harus memahami satpam harus cerewet, banyak cerewet-cerewet. Itu aja sih, tapi kalo selama keseluruhan secara pekerjaan, gak ada perubahan.

Edelia: Hm, okey, apakah dengan… dengan apa? Interaksi kan harus 1 meter, gitu yah, gak boleh berdekatan. Apakah itu memengaruhi tugas

Mba juga? Nuke: E… ini, ada sih pengaruh sedikit, Mba. Jadi, kita misalnya meeting, itu kan meeting kadang tempat duduknya deket-deket, nah itu,

gitu-gitu aja sih. tapi gak ngaruh yang gimana, terus meeting juga gak lama-lama, itu aja. Gak ngaruh banyak.

Edelia: He eh, okey, baik, baik. Baik, Mba tadi sempet bilang kalau Mba kan sekarang di bagian produksi. Nuke: Iya.

Edelia: Kemudian Mba menjabat sebagai Kepala Produksi, betul tidak?

Nuke: Iya. Kepala bagian… Edelia: Kepala Produksi… Sorry, Mba gak kedengeran.

Nuke: Iya, kalau saya jabatannya Kasie Senior Produksi. Edelia: Kasie Senior Produksi.

Nuke: Iya.

Edelia: Kasie Senior Produksi, okey, baik, Mba. Ini Mba sudah menjabat berapa lama? Nuke: Saya kan e… kalo Kasie itu berapa lama ya? Hehehe (partisipan tertawa karena lupa-lupa ingat). Intinya saya bekerja di Dan Liris

Group itu sudah 13-14 tahun, ya, hampir 14 tahun. Terus saya juga udah pindah-pindah sih. Waktu itu saya di Dan Liris, terus di Ikar… (suara

partisipan tidak jelas menyebutkan nama unit) di Ambassador Garmindo, terus sekarang saya pindah di Efrata. Jadi, kalo saya menjabat ini berapa lama, berapa lama ya? Kalau menjadi Kasie-nya itu sudah e… sekitar 9 tahun.

Edelia: Wah, lama juga, ya, Mba.

Nuke: Sudah 9 tahun… tapi kan saya pindah-pindah, jadi saya gak bisa nyebutin satu-satu nanti panjang jadinya. Hahaha (partisipan tertawa). Edelia: Iya, hahaha (peneliti tertawa), iya, Mba, tapi gak papa, secara garis besar Mba berarti termasuk karyawan yang cukup lama ya bekerja

di Dan Liris Group?

Nuke: Iya, 13 atau 14 tahun, ya? Kayaknya 13 deh. Edelia: Iya, Mba.

Nuke: Kalau untuk Kasienya kalau gak salah 9 apa…? 9 tahun.

Edelia: Iya, kalau untuk menjabat sebagai Kasienya itu, ya. Nuke: Iya.

Edelia: Baik, Mba biasanya kan jabatan Kepala Sie ini terutama senior apalagi, itu kan merupakan sebuah seperti penghargaan bisa diberikan

kepada seorang perempuan. Nuke: Iya.

Edelia: Biasanya kan kalo kepala-kepala atau pimpinan itu biasanya diberikan kepada laki-laki, bener gak, Mba?

Nuke: E… kalau selama saya bekerja di Dan Liris itu enggak ada sih yang istilah laki-laki atau perempuan. Kalau memang dia berkompeten dan dan dia bisa secara skill, itu bisa naik sih. Jadi… apa? Gak ada perbedaan.

Edelia: Hm, baik, baik, berarti tadi ku ulang ya, Mba. Apabila di Dan Liris tidak ada perbedaan laki-laki dan perempuan…

Nuke: Memang tidak ada perbedaan, cuman mungkin ke pengalokasian, karena contohnya, misalnya e… kayak di accounting, itu kan kebanyakan yang masuk ke accounting kan laki-laki, otomatis pimpinannya pun nanti akan dari laki-laki. Kalau kebanyakan orang produksi,

itu kebanyakan kan yang bertahan itu kan wanita, jadi nanti pasti akan jadi pimpinannya wanita (partisipan berbicara sembari tersenyum).

Kalau misalnya ada pria pun, tidak masalah gitu loh. Edelia: Hm, okay, baik, baik. Berarti memang e… trennya itu Mba kalau produksi itu kebanyakan perempuan, gitu ya? Jadi, sehingga

pimpinannya juga yang perempuan, seperti itu?

Nuke: Iya, produksi garmen. Kan di Dan Liris ada produksi tekstil, garmen, gitu kan? Ada yang spinning, weaving, finishing, printing. Nah, itu dikasih sendiri-sendiri karena misalnya di finishing & printing, itu kan memang dari bawah-bawahnya itu banyakan cowo, jadi nantinya

pun yang akan jadi pimpinannya banyakan pria, gitu. Jadi, memang seperti itu, Mba.

Edelia: Hoo, iya. Nuke: Jadi, kalau secara generasi, ndak ada perbedaan antara pria sama wanita tuh, enggak ada.

Edelia: Baik, baik, baik, iya, Mba. Tapi, kalau menurut dari Mba sendiri nih e… saya pengen tahu gimana pandangan Mba mengenai laki-

laki dan perempuan, apakah e… laki-laki dan perempuan itu harus disamaratakan? Nuke: Hm, oh, gitu. Kalo menurut saya sih, menurut pandangan saya, ya. Sejak saya sekolah lah itu, e… sama rata, ya. Jadi, menurut

pandangan saya, yah, harus disamaratakan. Bukannya harus, memang sudah seperti itu.

Edelia: He eh. Nuke: He eh, jadi memang tidak … (suara partisipan tidak jelas) kalau memang wanita secara skill atau ilmunya lebih bagus daripada laki-

laki, kenapa tidak, gitu?

Edelia: Iya. Oke, baik. Berarti e… untuk… berarti Mba memahami perempuan dan laki-laki harus disamaratakan itu belajar semenjak sekolah,

ya, Mba?

Nuke: Iya, semenjak saya sekolah, itu sama sekali gak ada perbedaan apa pun, antara transgender (maksudnya perbedaan gender) ini, malah

mau laki-laki mau perempuan, kalau mereka punya upaya untuk lebih maju dan mereka berlomba-lomba untuk maju, kenapa tidak, gitu? Edelia: Iya, baik.

Nuke: Iyah, dan orangtua saya pun juga nerapin dalam keluarga tidak ada perbedaan antara laki-laki… kebetulan ade saya kan laki-laki. Nah, itu antara laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan. Semuanya sama, semuanya berhak, semuanya berhak untuk maju, semuanya berhak

untuk berkembang. Jadi, sama sih, enggak ada perbedaan sama sekali.

(14:32-31:56) Edelia: Baik, Mba berapa bersaudara memangnya?

Nuke: Cuma dua.

Edelia: Oh, berarti orangtua Mba punya anak Mba perempuan dan adenya laki-laki, ya. Nuke: Iya, ade saya laki-laki.

Edelia: Dan itu juga, orangtua mengajarkan bahwa enggak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki, ya, Mba?

Nuke: Iya, semuanya e… antara saya dan ade saya semua diberikan kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan yang diinginkan. Jadi, kalo ade saya ingin di dunia kesehatan, ya lebih banyak bersosialita begitu, e… ya orangtua saya memberikan kesempatan itu. Jadi,

maunya dia kan, mungkin kalo orangtua, dana, ya, sekolah ke mana pun, boleh. Misalnya dia pengen maju ke mana pun cita-citanya apa,

boleh. Saya pun juga gitu, saya punya cita-cita apa, boleh, mau kuliah ke mana pun, boleh. Jadi, mereka sebagai orangtua itu menyediakan apa yang bisa mereka lakukan.

Edelia: Baik, nah salah satu bentuk e… disamaratakan selain pendidikan yang diajarkan oleh orangtua, bisa diceritakan Mba, apalagi?

Nuke: … (partisipan tidak bersuara dan menjawab) Edelia: Halo? (peneliti memastikan bahwa partisipan mendengar pertanyaan).

Nuke: Bagaimana, Mba? Maaf, iya, iya, iya?

Edelia: Gak kedengeran ya, Mba? Nuke: Kedengeran, cuman ini ada……. (suara partisipan tidak terdengar putus-putus) anak kecil hihihi (partisipan tertawa).

Edelia: Gak papa, Mba, gak papa.

Nuke: He eh, Mba, lanjut. Edelia: Iyah. Jadi, tadi dari orangtua sendiri sudah menerapkan kesetaraan laki-laki dan perempuan, salah satu bentuk keadilannya itu kan,

dalam bentuk pendidikan. Nah, kemudian ada lagi, gak Mba, bentuk-bentuk kesamarataan yang diajarkan orangtua yang diterapkan di

keluarga? Nuke: E… ini, apa? Contoh misalnya adalah misi… keuangan atau finansial gitu, terus semua kebutuhan yang mereka… yang kita pake

misalnya kayak pakaian, kamar, kemudian transportasi, itu sama. Jadi, tidak ada perbedaan antara saya dan anak saya, kayak gitu hihihi (partisipan tertawa).

Edelia: Iya. Baik, baik, jadi itu terjadi baik di keluarga kecil mau pun di keluarga besar Mba, ya?

Nuke: Iya, di keluarga kecil saya sama di keluarga besar saya, bahkan sampe sekarang saya punya anak cowo, anak cewe pun itu saya samakan, tidak ada perbedaan. Semua saya penuhi, karena kan sebagai anugerah Tuhan, ya? Jadi, kalo kita dikasih apapun, ya, kita harus bersyukur,

salah satu caranya adalah dengan tidak membeda-bedakan antara satu dengan yang lain, gitu.

Edelia: Iya, betul, tapi Mba secara kebutuhan, kebutuhan… sifat, karakter, itu kan baik anak perempuan atau pun anak laki-laki itu kan memang pada kodratnya memang berbeda, ya, kita sama-sama tahu lah, gitu kan?

Nuke: He eh.

Edelia: Nah, nah, lalu bagaimana e… orangtua juga Mba selaku orangtua itu mengupayakan tetap melakukan tindakan yang setara itu? Nuke: Gimana, Mba? Sebenernya kan… sebenernya kan kita harus menyamakan anak perempuan sama anak laki-laki, cuma kan dalam

kondisi psikologis mereka kan beda. Jadi, kalo anak wanita itu mungkin lebih sensitif, kalo anak laki-laki itu mungkin lebih berani, dia lebih

cuek, kayak gitu kan? Edelia: Iya.

Nuke: Nah, itu yang kita bedakan. Jadi, meskipun secara financial, secara kebutuhan pendidikan, itu kita samakan, mereka berhak meraih

apapun yang mereka inginkan gitu, kita enggak ada perbedaan oh ini laki-laki atau perempuan, tapi secara karakter, kita tetap membedakan, Mba.

Edelia: Baik, baik. He eh, iya.

Nuke: Karena kan… contoh, ya. E… kalo anak saya yang cewe itu kan dia lebih mellow, jadi, karena dia lebih mellow, maka dia lebih banyak dekat sama suami saya, sama ayahnya, supaya dia tidak begitu mellow banget. Hihihi (partisipan tertawa). Jadi, nanti kalo dia deket sama

saya, nanti dia semakin mellow, gitu. Jadi, dia selama usia e… 2 tahun lah, 2 tahun, rentang 2-10 tahun, bahkan sampai sekarang ia harus saya

deketkan lebih cenderung ke suami saya, ke ayahnya, gitu. Jadi, supaya membentuk dia tidak cengeng lah kayak gitu. Untuk yang anak laki-laki, nah dia supaya… kan biasanya anak laki-laki keras, lebih keras kan? Jadi, dia supaya tidak terlalu keras, dia lebih banyak mendekat ke

saya, lebih saya dekatin, di usia antara 2 tahun sampai dengan 11-12 tahun. Tujuannya supaya dia tidak begitu… apa? Kadang laki-laki gak

punya hati, terlalu nalar lah, tapi dia tidak memikirkan perasaannya, nah seperti itu. Jadi, biar mereka itu e… rata-rata setelah usia… nanti setelah usia 12 tahun ke atas, mungkin mereka bisa kembali ke semula, jadi sesuai dengan gender mereka masing-masing gitu loh.

Edelia: Iya, iya, Mba.

Nuke: Supaya… supaya tidak e… apa ya? Satunya tidak terlalu nalar banget, satunya juga tidak terlalu… apa? Mellow banget, gitu, Mba, gitu sih.

Edelia: Baik, baik. Iya, Mba, karena biar bagaimana pun juga keluarga itu kan pendidikan yang terutama, ya buat anak-anak?

Nuke: Iyah. Itu sangat berpengaruh sekali di cara mereka sekolah, Mba. Jadi, kalo yang cewe ini, mereka terlalu mellow, maka mereka nanti sekolah pun, ada apa sedikit, mereka nangis, nah begitu-begitu ngaruhnya di situ.

Edelia: Iya, iya, kemudian berarti sekarang anak Mba sudah usia berapa? Kalau yang laki-laki…

Nuke: Kalau yang laki-laki itu kelas 1 SD, kalau yang besar itu kelas 6 SD. Edelia: Ah…

Nuke: Usianya yang besar 11 tahun, yang kecil itu 8 tahun.

Edelia: Hm, iya, iya, ini kan Mba dengan suami berusaha semaksimal mungkin untuk mendidik anak-anak Mba, apalagi mereka beda gender, ya. Nah, di sini berarti berpengaruh sekali, ya mereka di sekolah?

Nuke: Iyah, sangat. Hal itu sangat berpengaruh di sekolahnya.

Edelia: Iyah, nah ini, planning seperti ini maksudnya Mba bisa sampe tahu kalau Mba harus mendidik sampe usis 12 tahun, kemudian cara-caranya, gitu kan? Oh, kalo misalnya perempuan supaya nanti dia gak cengeng, didekatkan oleh ayahnya. Tapi kalo laki-laki, supaya dia tetep

imbang, gak terlalu keras, didekatkan oleh ibunya. Nah, informasi ini, pengetahuan ini, Mba kalau boleh tahu, tahu dari mana, ya, Mba?

Nuke: Baca. Baca buku. Baca buku, Mba. Ada juga di internet juga banyak kok sekarang, di media sosial. Di internet sih, di booklet-booklet, cara mendidik anak, terus saya juga ngikutin parenting gitu kan?

Edelia: Iya.

Nuke: Di sekolah juga ada. Edelia: He eh.

Nuke: Parenting. Apa? Di media sosial juga ada. Sekarang banyak sekali kan media yang bisa kita pelajari.

Edelia: Iya.

Nuke: Misalnya kita gak sempet ke Gramedia beli buku, kita cukup buka Google, itu udah, udah… semuanya udah ada. Edelia: Iya, iya. Berarti di situ juga Mba dan suami sama-sama belajarnya, kita cari-cari tahu dari mana pun lah ya sumbernya.

Nuke: Iyah.

Edelia: Karena sekarang sudah lebih mudah didapatkan. Nuke: Iyah, kalo dulu kan saya pergi ke toko buku, kan, Mba? Harus banyak baca buku. Tapi sekarang udah jarang karena di internet udah

banyak, tinggal lihat HP. Hehehe (partisipan tertawa).

Edelia: Iya, iya, betul, Mba. Lalu, kalau misalnya kita lihat dari keluarga Mba, baik keluarga besar mau pun keluarga kecil ini Mba sendiri kan menerapkan kesetaraan gender. Nah, lalu kemudian bagaimana di tempat Mba bekerja sekarang? Kondisinya laki-laki dan perempuan,

tadi juga Mba sudah sempat sebutkan kalo Dan Liris juga e… melakukan generalisasi antara laki-laki dan perempuan.

Nuke: Iyah, bener. Edelia: Bener? Nah, bisa diceritakan, Mba salah satu bentuk perusahaan yang mengeneralisasi laki-laki dan perempuan, tadi pertama sudah

disebutkan terkait kepemimpinan jabatan gitu kan?

Nuke: Iya. Edelia: Selain itu, yang Mba ketahui ada apa lagi, Mba?

Nuke: E… ini, jadi, pada saat kita menempatkan seseorang untuk posisi jabatan-jabatan tertentu atau fungsional tertentu, itu kita tidak

membedakan itu laki-laki atau perempuan cuman kita hanya bedakan berdasarkan pendidikan, pendidikan atau pun dari kemampuan skill mereka. Contohnya, misalnya e… sisi Personalia, Personalia itu kan kebanyakan dimana-mana laki-laki.

Edelia: Iya.

Nuke: Gitu kan? Tapi di tempat kita ada juga Personalia, staff Personalia yang perempuan, jadi kita gak harus terima laki-laki atau perempuan, cuma kita menempatkannya sesuai dengan fungsi tertentu. Jadi, misalnya dia Personalia, dia di bagian Kesra, kalo Kesra itu kebanyakan laki-

laki karena memang dari bawah laki-laki, nah karena Kesra itu dia harus standby dalam kondisi apapun, baik siang atau pun malam, dalam

kondisi bahaya atau pun tidak, maka kalo dia diperlukan e… penempatan wanita, itu biasanya agak riskan. Jadi, kita lebih ke pria, lebih ke laki-laki, gitu dan misalnya contoh kayak security, Kepala Security, Kepala Security kan itu e… laki-laki, ya. Tempat kita juga ada Kepala

Security wanita, yang wanita juga ada, cuman karena dalam kondisi-kondisi tertentu pria itu lebih fight daripada yang wanita. Maka, yang pria

ini dia lebih banyak ditempatkan di posisi e… kepala gitu. Jadi, kita kan taro dia di posisi yang sekiranya aman, gitu, tapi tanpa membedakan pria atau pun wanita. Dan untuk jabatan-jabatan yang di atas saya pun juga, apalagi yang lebih atas, itu kalau menurut saya sih hanya secara

fungsional aja, ya, Mba yang dia memang… harus wanita atau pria, tapi memang semakin ke atas, dia tidak melihat itu pria atau pun wanita, gitu.

Edelia: Ah, iya. Berarti ini di sini Mba juga diikutsertakan dalam memilih kandidat, jabatan, gitu, gak, Mba?

Nuke: Gimana, maksudnya gimana? Sebentar, sebentar saya koceh… gimana, Mba? Edelia: Iya, gak papa. Ini berarti Mba di sini diberikan kesempatan juga untuk memilih seseorang yang tepat gitu untuk e…?

Nuke: Bener, the right man in the right place, gitu kan, ya, orang bilang, ya?

Edelia: Iya. Nuke: Jadi, kita memberikan kesempatan pada orang yang tepat. Sebenernya, sama sekali tidak ada perbedaan antara itu mau ditempatin pria

atau pun wanita, tapi secara jabatan fungsional yang semakin dia ke skill, semakin dia ke skill, maka dia itu secara otomatis pasti ada perbedaan

antara pria dan wanita, gitu. Contohnya misalnya, ya tadi saya sebutkan seperti Personalia, kayak gitu, Security, itu kan dia memang ada security wanita, ada security pria, tapi dalam kondisi-kondisi tertentu, pria itu dianggap mungkin lebih… apa ya? lebih… lebih kuatlah kalo

dalam hal sesuatu hal yang dia posisi first major, gitu, lebih kuat. Nah, makanya kita biasanya ngambilnya itu yang pria, nah, begitu, tapi itu

secara skill, jabatan yang secara fungsional atau skill. Tetapi semakin ke atas, semakin dia jabatannya naik ke atas, itu tidak dibedakan antara mana itu pria, mana itu wanita karena bukan skill-nya, tapi lebih ke soft skill. Kalo soft skill itu antara pria dan wanita, sama, jadi, sama, gitu.

Edelia: Hm, okay, baik, itu…

Nuke: Hihihi (partisipan tertawa) Mohon maaf, ya, Mba, ini saya ngomongnya berbelit-belit, yah? Edelia: Gak, papa, Mba, yang penting di sini aku juga memberikan kebebasan kepada Mba untuk cerita, itu saya juga seneng dengernya

hehehe (peneliti tertawa). Mba, di sini tadi sempet Mba mention, semakin ke atas jabatan, maka yang dibutuhkan lagi itu bukan secara

fungsional atau hard skill, tetapi lebih kepada soft skill. Nuke: Iya, itu soft skill.

Edelia: Semakin jabatan ke atas itu, contohnya jabatan atas itu apa aja, tuh, Mba, maksudnya?

Nuke: Kepala Divisi ke atas. Jadi, lebih ke Kepala Divisi, lebih ke Manajer, eh bukan Manajer, ya. Eh…? (partisipan berusaha mengingat) Jabatan Kepala Divisi ke atas, Direktur, Kadiv ke atas jadi e… apa ya? Jadi, Kadiv ke atas ada Direktur sama Kepala Divisi ke atas, gitu,

Kepala Bagian ke atas.

Edelia: Hm, iya. Nuke: Kalau di sini kan, habis Kepala Direktur, ada Kepala Divisi, Kepala Bagian di bawahnya. Kepala Bagian… baru Kasie-Kasie. Tapi

kalo Kepala Bagian ke atas itu dia lebih ke soft skill, jadi siapa yang memang dia lebih ke soft skill, lebih baik sudah menguasai dari secara

teknis mau pun bukan teknis yang nanti akan dipertimbangkan untuk … (suara partisipan terputus-putus) Edelia: Iya, jadi, Mba, termasuk Kasie ini termasuk bagian bawahnya Kabag, ya, Mba?

Nuke: Hm, mungkin seperti itu.

Edelia: Baik, baik. Tapi Mba diberikan kesempatan untuk memilih jabatan… maksudnya Mba diberikan kesempatan untuk memilih orang diletakkan di jabatan mana itu Mba diberikan kesempatan untuk itu, gak?

Nuke: Iyah, karena kan anak buah saya lebih banyak. Saya kan di area yang lebih besar kan? Kayak bagian produksi kan gede banget, kan.

Jadi, ada bagian cutting e… bagian potong, cutting, sewing, gudang, packing, itu kan saya yang bawahi sekitar 500-an orang. Jadi, lebih banyak fungsional yang saya tempatkan, di situ.

Edelia: Iya, iya, iya. Berarti sorry, Mba tadi rada putus-putus, sorry, ini sebelumnya Mba loudspeaker, ya?

Nuke: Iya, loudspeaker hehehe (partisipan tertawa). Edelia: Hm… Okeh, baik, baik.

Nuke: Ho... gak usah loudspeaker, ya?

Edelia: Soalnya kalau loudspeaker, itu kan e… suaranya lebih gaung. Nuke: Putus-putus, ya, Mba? Soalnya putus-putus.

Edelia: Iya, betul, Mba putus-putus. Hehehe (peneliti tersenyum). Mba bisa pake headset?

Nuke: Biar lebih kedengeran, apa saya pake headset, ya?

Edelia: Iya, kayaknya lebih baik pake headset.

Nuke: Baiklah, sebentar. (partisipan sedang menyiapkan headset). Gimana tadi? Hehehe (partisipan tertawa).

(31:57-55:39) Edelia: Gak papa, Mba soalnya baru gak jelas banget, gitu.

Nuke: He eh. Udah, padahal aku pake Simpati loh ini hehehe (partisipan tersenyum).

Edelia: Iyah, saya juga, Mba, tapi sudah bisa, gak papa. Tapi kalo Simpati harusnya bisa, ya?

Nuke: Iyah. Udah? Edelia: Iyah, tapi sudah, sudah, sudah sangat jelas dibandingkan sebelumnya, Mba.

Nuke: He eh, kenapa?

Edelia: Nah, jadi, saya mau ulangi lagi, soalnya tadi gak kedengeran dengan jelas. Nuke: He eh.

Edelia: Nah, tadi, katanya Mba diberikan kebebasan untuk memilih jabatan yang lain yang secara lebih fungsional di bawah Mba, itu ada apa

saja tadi? Aku tuh dengernya ada potong, sewing, packing… Iya, bisa disebutkan lagi, Mba? Nuke: Iyah, gudang. Iyah, okeh. Jadi, jabatan di bawah saya adalah staff-staff dari mulai bagian preparation, staff-staff Produksi dari mulai

bagian staff preparation sampai dengan up-going. Jadi, preparation apa saja? Yaitu bagian sampel, pola, kemudian stock gudang incoming,

terus ada cutting atau bagian potong, bagian produksi atau sewing, bagian finishing, quality, mechanic, terus bagian gudang packing, bagian PDU itu semua di bawah saya.

Edelia: Hm, iyah, baik, baik. Mba Nuke, ini speaker-nya dibiasain aja, gak papa, gak perlu dideketin ke ini… sudah terdengar jelas kok, Mba.

Nuke: Sudah terdengar? Edelia: Iyah, sudah terdengar.

Nuke: Ini, denger gak, Mba?

Edelia: Iyah, denger, denger. Jadi, udah cukup jelas. Nah, Mba berarti di sini cukup banyak ya orang-orangnya? Nuke: Ya, 600-an orang. Kan kalau produksi memang banyak banget orangnya karena kan kita… factory kita kan garmen, Mba. Jadi, di situ

kan banyak orangnya.

Edelia: Hm, iya, iya, iya, cuman maksudnya orang 600 orang ini khusus untuk Efrata? Nuke: Iyah, saya khusus Efrata.

Edelia: Hm, banyak juga ya, berarti. Sedangkan, Dan Liris Group aja, itu kan banyak ya, Mba unit-unitnya.

Nuke: Kalau Dan Liris Group banyak unitnya. Jadi, kalau kita kan, kalo Dan Liris itu kan induk… induk perusahaan, kan? Dia punya beberapa unit, kayak garmen, tekstil, spinning, weaving, finishing, printing, gitu, itu garmen. Nah, garmen itu… garmen Dan Liris, eh sorry, Dan Liris

Group itu punya anak perusahaan yaitu PT Efrata Retailindo, PT MAS, Ambassador Garmindo. Nah, saya khusus di bagian Efrata Retailindo-

nya di bagian produksi. Edelia: Iya, iya, iya, berarti kalau untuk di Efrata sendiri ini, Mba, kebanyakan perempuan atau laki-laki atau campur?

Nuke: Kalau produksi, kebanyakan saat ini perempuan. Edelia: Hm, iya, iya, tapi tidak menutup kemungkinan ada juga yang bekerja laki-laki kan?

Nuke: Iya. E… ada poin-poin tertentu, misal kayak gudang, packing, itu banyak laki-laki, incoming… di gudang incoming itu kebanyakan

laki-laki, cutting juga kebanyakan laki-laki, karena mereka membutuhkan fungsi atau skill tertentu yang memang lebih cenderung ke laki-laki, contoh misalnya bagian packing kan itu pe-nge-pack-an, kan, Mba? Dan dia banyak ngangkat, gitu. Kalau banyak cewenya nanti malah e…

bubar, yah? Hihihi (partisipan tertawa). Kasian, kan.

Edelia: Iyah. Nuke: Kayak ngangkat fabric gitu, kayak orang incoming itu kan dia ngangkat fabric gitu, terus inspecting itu, ya itu kan barang fabric-nya

besar-besar kan. Jadi, dia lebih ke laki-laki.

Edelia: Baik, baik. Nah, Mba sebelumnya itu bekerja di mana, sebelum di Dan Liris? Nuke: Saya pertama kali lulus langsung masuk ke sini hihihi (partisipan tertawa).

Edelia: Wah…

Nuke: Iya, berarti termasuk setia, ya? Edelia: Iyah, termasuk loyal, Mba termasuk karyawan loyal.

Nuke: Iyah, jadi, saya betul, saya di Dan Liris itu sebagai engineering, kan saya lulusan Teknik Industri kan? Saya engineering, terus saya

dipercayakan untuk memegang produksi di garmen, abis itu di Dan Liris, saya pindah ke Ambassador Garmindo 2, habis itu ke sini Ambassador Garmindo 1, habis dari Ambassador Garmindo 1, saya ke Efrata.

Edelia: Hm, iya, iya. Loh, Mba dulu ambil Teknik Industri dan itu engineering, ya.

Nuke: Iya, betul. Edelia: Nah, berarti itu kebanyakan kalo mahasiswa Teknik Industri itu ada tren tertentu gak sih, Mba? Kayak biasanya tuh laki-laki, atau ada

juga gimana?

Nuke: Hm, engga sih, kalau laki-laki gak banyak, sama, ya. Kalau dulu sih saya, perbandingannya 50:50, ya. Edelia: Iya, berarti dulu Mba masuk bagian engineering itu kan termasuk yang biasanya dilakukan oleh laki-laki, Mba?

Nuke: Gimana? (partisipan sepertinya tidak mendengar suara peneliti)

Edelia: Halo? Nuke: Iya, he eh gimana?

Edelia: Iyah, Mba pernah masuk bagian engineering. Ini engineering-nya itu merupakan kegiatan ini, ya… kegiatan yang dilakukan biasanya

oleh laki-laki, bener, gak? Nuke: Iyah, tapi ini Teknik Industri bukan hanya untuk laki-laki, engineering itu kan luas. Engineering itu gak seperti yang kita bayangkan

kayak engine…, teknik, atau insinyur, atau apa… teknik-teknik yang gitu, enggak. Tapi kita lebih ke analisa, jadi analisa produksi, contohnya

analisa kapasitas, ekonomi kerja, kayak gitu. Jadi, tidak harus laki-laki, malah justru mungkin lebih cenderung ke perempuan yah, menurut saya sih, gitu.

Edelia: Oh, iya, iya, iya. Saya juga baru tahu kalo salah satu pekerjaan engineering itu membuat analisa-analisa seperti ini.

Nuke: Iyah, analisa untuk bekerja, kemudian second time… waktu kerja kita berapa banyak, kemudian cara untuk meningkatkan kapasitas seperti apa, efisiensi dalam produksi seperti apa, gitu. Kan kebanyakan kan produksi itu kan sulit, ya, meningkatkan efisiensi supaya dia bisa

menekan penyumbatan-penyumbatan. Nah, engineering itu lebih ke situ. Bagaimana supaya kita kerja itu bisa lebih efektif dianalisa dari

berbagai sumber, banyak sumber, nanti kalo diceritain malah panjang hihihi (partisipan tertawa). Edelia: Gak papa, Mba. Jadi, aku biar tahu juga. Baik, baik. Berarti termasuk cukup panjang, ya, perjalanan Mba di Dan Liris Group.

Nuke: Iyah.

Edelia: Kemudian, berarti Mba selain jabatan, dan juga… jabatan sih berarti sampai saat ini kan masih yang tadi kita bahas sebelumnya terkait kesamarataan perempuan dan laki-laki. Ada gak upaya perusahaan lain dalam mewujudkan perempuan dan laki-laki yang setara?

Nuke: Upaya perusahaan lain?

Edelia: Maksudnya upaya perusahaaan Dan Liris, tapi yang lain selain jabatan?

Nuke: Oh, upaya perusahaan kami… apa ya? Maksudnya contohnya gimana, ya maksudnya?

Edelia: Contohnya sebagai karyawan itu kan pasti menerima upah.

Nuke: Gaji, gitu yah? Upah? Edelia: Iyah, bisa.

Nuke: Oh, gitu.

Edelia: Bisa training, bisa upah, gitu. Mba bisa ceritakan gak, gimana sih perusahaan, mereka mengadain training, bagaimana mereka memberikan upah yang memang itu setara gitu untuk laki-laki dan perempuan?

Nuke: Hm, iya. Kalo selama masalah gaji kan, setahu saya itu ada lah gaji staff saya di bawah dan Kasie-Kasie setara di bawah saya. Jadi,

yang saya lihat baru sebatas itu, karena saya gak bisa ke atas, kan? Edelia: Iyah.

Nuke: Nah, kalo yang selama ini secara upah antara pria atau pun wanita itu tidak ada perbedaan. Jadi, kalau dia misalnya mau dia laki-laki,

mau wanita, itu sama, secara penggajian itu sama. Kemudian training, kesempatan untuk … (suara partisipan tidak terdengar karena anak laki-lakinya sedang berada di dekat partisipan dan mengajaknya bicara) atau menuntut, jadi apa? Ada training seperti itu, kita juga sama, kita

bisa mendaftarkan training, baik untuk wanita atau pun pria, itu sama.

Edelia: Iya, iya. Mba, gak papa adenya diresponi dulu hihihi (peneliti tersenyum memaklumkan) Nuke: Iya, hihihi (partisipan tersenyum seperti ada rasa tidak enak) itu tadi minta cium.

Edelia: Hahaha (peneliti tertawa) lucu banget.

Nuke: Hihihi (partisipan tertawa). Iya, jadi begitu, Mba. Kalau training dalam hal… kita kan ada semacam apa, sekolah ya. Jadi, kalo dalam jabatan tertentu, kita ada sekolah, jadi disekolahin lagi, itu juga disamakan antara pria dan wanita, gitu. Termasuk untuk kesempatan untuk…

apa? Melakukan perjalanan, itu juga disamakan, jadi tidak harus pria atau wanita saja, tidak ada perbedaan. Hihihi (partisipan tertawa karena

tiba-tiba anaknya menghampirinya kembali). Edelia: Iya, baik, ini maksudnya kesempatan untuk…

Nuke: Maaf, ya, Mba (partisipan meminta maaf karena selama proses wawancara akan ada anaknya).

Edelia: Iya, Mba, gak papa. Namanya juga… Nuke: Namanya juga anak-anak, jadinya repot hehehe (partisipan tersenyum untuk peneliti memaklumkan kondisi tersebut). Kalau di

pekerjaan, saya gak mungkin sambil telepon-teleponan selama ini, soalnya, Mba.

Edelia: Iya, Mba, bener, tapi maaf nih Mba aku bakal ganggu waktu Mba, tapi ini aku bakal cepet aja, gapapa? Nuke: Iyah, gak papa.

Edelia: Nah, iya, Mba, ini maksudnya kesempatan untuk melakukan perjalanan ini gimana maksudnya?

Nuke: Jadi, kadang kala kan ada beberapa kesempatan untuk ke luar negeri, misalnya, ya control gitu kan. Itu juga tidak dipilih sih mau wanita atau pria.

Edelia: Hm, iya, ini untuk urusan apa Mba ke luar negeri? Nuke: E… kadang kan kita dari supplier-supplier gitu ada semacam training ke luar negeri gitu kan, Mba. Itu juga sama.

Edelia: Hm, baik, baik.

Nuke: Ada training atau pendidikan, jadi misalnya ada kesempatan pendidikan kuliah lagi. Kuliah lagi di pertekstilan atau di accounting gitu, itu baik pria mau pun wanita tidak dibedakan. Jadi, yang beda department dan ingin menempati posisi atau jabatan tertentu, itu dia diberikan

kesempatan untuk meng-upgrade pendidikan dia. Karena kan kita kebetulan perusahaan kita bekerjasama dengan beberapa universitas atau

akademisi, ya untuk lebih meningkatkan secara ilmunya masing-masing bagian, gitu loh. Edelia: Hm, baik.

Nuke: Jadi, kebetulan saya juga kuliah. Jadi saya sudah S1, ini saya dikuliahkan lagi ke tekstil hihihi (partisipan tertawa geli).

Edelia: Oh, iya, Mba? Nuke: Iyah.

Edelia: Sekarang di… sekarang lagi kuliah lagi?

Nuke: Iyah, saya kuliah lagi. Edelia: Oh, dan itu memang maksudnya fasilitas perusahaan atau gimana?

Nuke: Iya, itu fasilitas perusahaan. Jadi, perusahaan ini tuh bekerjasama dengan universitas tertentu gitu, ya, kayak UNS, Akademi Teknologi

Warga supaya kita itu bisa mendapatkan ilmu yang dulu kita belum pernah dapet. Jadi, misalnya saya kan dari e… Teknik Industri, ya, jadi lebih banyak ke analisa produksi, nah saya tidak paham mengenai tekstil, tetapi secara proses kinerja dari mulai awal-awal pembuatan kain

sampai dia jadi, termasuk untuk penghitungan accounting itu, nah kita disekolahin supaya kita paham. Supaya nanti misalnya suatu saat

ditempatkan di posisi yang lebih tinggi, kita siap untuk menjalani itu, gitu karena sudah mendapatkan bekal. Edelia: Baik, baik, berarti sampai saat ini dari jabatan, gaji, terus training, kesempatan untuk belajar lagi gitu kan dengan adanya sekolah lagi,

terus melakukan perjalanan ke tempat lain, nah itu kalo secara personal, gimana Mba? Seperti kita mengemukakan pendapat itu gimana?

Nuke: Oh, gitu. Kebebasan mengemukakan pendapat. Iya, dalam setiap kali pertemuan misalnya kayak meeting gitu-gitu, antara pria dan wanita secara pekerja itu tidak masalah. Jadi, kalo kita mengemukakan pendapat sepanjang itu masih dalam koridor aturan itu diperbolehkan.

Jadi, tidak menganggap, oh ini wanita atau ini pria yang mengemukakan pekerja, justru dari mereka masing-masing itu malah timbul sesuatu

yang berbeda, gitu. Misalnya kalau kita lebih banyak mendengar dari pria misalnya, itu kan dia lebih cenderung ke ke nalar yah, padahal pekerja kita kebanyakan wanita. Tapi kalau lebih ke wanita, kita lebih ke rasa, lebih ke otak kiri, yah? Hihihi (partisipan tertawa). Jadi, kita

memang harus mempertimbangkan dua-duanya, baik itu pendapat dari laki-laki atau perempuan, itu sama aja.

Edelia: Iya. supaya nanti… Nuke: Biar nanti imbang, iya. Supaya nanti bisa menghasilkan keputusan yang bisa mencakup untuk semuanya, bisa diterima oleh banyak

pihak.

Edelia: Betul, iya. Nuke: Makanya Dan Liris selama ini… jarang sekali di tempat kerja kita, jarang sekali ada demo. Iya, karena apa? Karena kita menampung,

di saat kita ada Serikat Pekerja. Sebenarnya, Serikat Pekerja hanya untuk menampung… apa? Dari buruh-buruh kan? Menampung…?

Edelia: Aspirasi? Nuke: Iya, menampung aspirasi dari buruh-buruh, cuman itu akan menjadi balik, maksudnya balik itu gimana ya? Akan menjadi kembali lagi

ke kita kalo ternyata kita tidak bisa e… merangkum apa yang menjadi inspirasi dari buruh atau pekerja, gitu. Tapi karena selama ini Dan Liris

tidak ada perbedaan atau lebih membebaskan mengemukakan pendapat, jadinya selama ini tidak pernah ada semacam demo seperti itu dan owner dari perusahaan kita, yaitu Ibu Michelle, ya? Itu selalu membuka media sosial dia dalam bentuk Instagram atau Insta Story, di situ kita

juga bisa mengemukakan pendapat kita lewat situ, unek-unek kita. Jadi, misalnya ini contoh aja ya, hal kecil, misalnya ada yang pekerja dia

PKWT, dia sebenarnya sudah diangkat menjadi PKWTT. Nah, dia mengemukakan unek-unek di Insta Story-nya Bu Michelle itu, kok saya masih PKWT padahal dia sendiri yang enggak paham, begitu. Jadi semua orang di sini yang di perusahaan kita yang di Dan Liris Group ini

semua orang tuh berhak untuk ngomong di Instastory-nya, bahkan ditanggapi sendiri oleh owner perusahaan ini, gitu. Jadi, bebas banget kita

mengemukakan pendapat, tapi ketika kita mengemukakan pendapat kita di situ, kan bisa dibaca banyak orang, Mba?

Edelia: Iya.

Nuke: Nanti oleh si pemilik perusahaan atau owner kita ini, nanti akan di-cross check ke pimpinan. Bener gak sih apa yang dikatakan oleh

orang ini? Benar gak sih apa yang dikatakan oleh karyawan ini? Gitu, sehingga kita bisa mengecek kebenarannya, ada yang memang benar, tapi ada juga yang salah, tapi setelah itu kita luruskan benar atau salah. Kalau memang itu benar, ya, nanti kita akan klarifikasi dengan pihak

terkait yang berkaitan dengan comment atau apa yang dia ungkapkan di Story IG-nya pengirim.

Edelia: Baik, baik.

Nuke: Benar-benar sampe sebebas itu, ya, kita terbuka. Bahkan, setiap orang bisa mengemukakan di situ dengan bebas, seperti itu. Edelia: Baik, baik, nah itu, Mba. Ini kan nanti… ini yang mengklarifikasi siapa? Ibu Michelle?

Nuke: Iyah. Jadi, Ibu Michelle kan membuka Instastory dia, apakah ada yang bertanya, kalian boleh bertanya atau apapun, gitu. Kemudian

akan ditanggapi, kalau memang tidak berhubungan dengan peraturan, maka dia akan menanyakan langsung di WA Grup ke beberapa pimpinan. Betul gak sih begini? Nanti diklarifikasi, kita cari faktanya, datanya, gitu. Itu dijawab sendiri oleh Ibu Michelle, ya, tanpa

membutuhkan data-data, kalau Bu Michelle engeh gitu, dia langsung memberikan jawaban di IG-nya.

Edelia: Baik, baik, Mba. Ini saya boleh nanya tadi ada pegawai yang PKWT dan PKWTT itu apa ya, Mba kepanjangannya, kalau boleh tahu? Nuke: PKWTT Pegawai… hehehe (partisipan tersenyum karena lupa-lupa ingat). Pegawai Tetap. E… Pegawai Tetap Waktu Tertentu. PK…

apa sih singkatannya saya juga lupa?

Edelia: Tadi Mba bilangnya PKWTT (peneliti mengeja singkatan tersebut). Nuke: Penetapan Karyawan Waktu Tertentu.

Edelia: Oh, okay.

Nuke: Kalo PKWTT, Penetapan Karyawan Waktu Tidak Tertentu, jadi kalo di IG itu sebenernya orang itu cuma menanyakan gini, kenapa dia sudah dinyatakan tetap tapi kok statusnya masih PKWTT? Padahal yang namanya PKWTT itu Penetapan Karyawan Waktu Tidak Tertentu,

jadi dia tidak ditentukan waktunya sampai kapan. Nah, itu pengertiannya itu dia merasa bukan sebagai karyawan tetap, yang kita tahunya kan

cuma karyawan tetap sama karyawan tidak tetap. Nah, dia dikasih jabatan e… dikasih apa? PKWTT itu dia tidak paham, gitu loh. Jadi, kalo hal itu harus dikasih ke Personalia Bagian, itu contoh kecilnya, sih, Mba.

Edelia: Iya, iya. Terus Mba sendiri apakah pernah ikut ambil bagian di story-nya Ibu Michelle?

Nuke: Saya, yah? Kalau saya, hihihi (partisipan tertawa kecil), kalau saya tidak pernah ambil bagian dalam Story, tapi selalu ambil bagian dalam WhatsApp Grup itu. Jadi, misalnya aspirasi apa dari karyawan gitu, itu nanti kita yang mengumpulkan datanya.

Edelia: Baik, baik, ini WhatsApp Grup terdiri dari siapa aja nih, Mba yang ada di grup ini?

Nuke: Lebih ke Kepala Bagian ke atas. Edelia: Hm, baik, jadi Mba juga memonitor, jadi Mba tahu beberapa informasi mengenai ini juga karena di WA Grup itu ya?

Nuke: Iya.

Edelia: Baik, baik, jadi selama ini di Dan Liris jarang terjadi demo karena ya… aspirasi buruh, aspirasi karyawan selalu didengar dan ada feedback-nya gitu ya?

Nuke: He eh, iya, selalu didengar dan selalu ada feedback langsung, itu yang kita kasih jempol untuk owner perusahaan ini. Edelia: Baik, baik, berarti ini…

Nuke: Baik, iyah saya kasih contoh, ya sekali lagi. Saya contohkan juga waktu itu kan kita lagi… apa? Awal-awal kita kena Covid-19 itu kan,

kita langsung action nih, langsung action dengan menggunakan screen untuk temperatur, ada juga tempat untuk cuci tangan, nah itu bahkan karyawan… hal yang kecil pun dia pada saat itu masuk malem, dia masuk malem, tetapi di tempat cuci tangan itu sabunnya habis, tinggal

sedikit banget, terus dia comment di Instastory-nya, kenapa kalo pagi itu sabunnya penuh? Itu saya kasih contoh aja, ya, kalau kita bener-bener

demokratis. Itu selalu penuh sabunnya, tapi kalo malem itu gak penuh, jadi selalu habis. Terus kalo pagi itu, dikasih tembakan temperatur itu, screen temperatur, tapi kalo malem, enggak. Nah, itu Ibu Michelle langsung, dia di grup langsung kita action, semua, semua Kabag ke atas

harus gerak, ya. Kenapa bisa terjadi seperti itu? Langsung pada saat itu juga kita… apa? Lakukan action di lapangan supaya hal itu tidak

terjadi lagi. Nah, setelah itu Bu Michelle baru ngomong lagi di grup bahwa dia sudah melakukan perbaikan, secepat itu bahkan. (55:40-1:03:54)

Edelia: Baik, baik, baik. Wow, luar biasa, ya itu.

Nuke: Iya, sangat luar biasa. Edelia: Berarti itu komunikasi via WhatsApp ya berarti?

Nuke: Kalau kita yang action, kita lewat WhatsApp. Termasuk ada unek-unek dari karyawan juga dia lewat Instastory, dia langsung ditanggepi

dan kita langsung meeting-kan, kemudian kita tanggapi, kita rapatkan action yang dilakukan, langsung cepet banget, Mba. Jadi, memang kita ini, kalau menurut saya yah, Dan Liris ini adalah perusahaan yang sangat amat kooperatif. Soalnya kita juga sudah mengikuti e… apa

transgender, yah. Semua staff itu diminta, Kabag ke atas diminta untuk mengisi apa yang kayak di medsos, itu apa yah? Kayak sama dengan

yang Mba lakukan ini, tapi… Edelia: Kuesioner?

Nuke: Iya, kuesioner. Sampe staff ke atas itu udah ngisi kuesioner dan terbukti bahwa Dan Liris adalah perusahaan yang memang tidak

membeda-bedakan transgender. Edelia: Hm, baik, baik, berarti ini Mba menurut Mba sendiri, peran Ibu Michelle berarti sangat dominan yah ke perusahaan?

Nuke: Iyah, iya sangat dominan. Karena beliau mengajarkan itu untuk… jadi dia biasanya ya kalo perusahaan itu ya, itu lebih menekan ke

biasanya setiap orang itu bekerja kayak semacam robot, tapi Bu Michelle enggak gitu. Tidak hanya semata-mata orang itu bekerja, tetapi bagaimana orang itu bisa mencintai pekerjaannya dia, dan bagaimana orang itu bisa berharap pada perusahaan, sehingga akan timbul dalam

dirinya dengan sendirinya itu bekerja dengan sepenuh hati tanpa disuruh pun, begitu. Dia mencintai apa yang dia lakukan.

Edelia: Baik, baik, iya karena dengan dia mencintai apa yang dia lakukan, pasti output-nya juga dalam bekerja, ya kita juga pasti mengerjakan dengan baik, yah?

Nuke: Iya, produktivitasnya pasti akan semakin naik kan? Jadi, tidak menekan secara harus begini, harus begitu, tidak. Tapi, kenapa kamu

harus begini? Tujuannya untuk apa? Lebih ke situ. Jadi, orang dengan sendirinya, dia akan bergerak tanpa disuruh, gitu. Edelia: Baik itu berarti Mba Nuke bisa bilang seperti itu, maksudnya Bu Michelle selalu mengajari supaya kita enggak kerja kayak robot gitu,

kan, ya, tapi dengan mencintai pekerjaan kita. Nah, itu bagaimana cara… caranya gimana, Mba perusahaan Mba memberitahu tentang itu?

Nuke: He eh, banyak sekali media-media yang beliau lakukan ya. Kebetulan beliau kan orang yang inspiratif, ya. Jadi, kayak ya, salah satunya dia membuka Instastory dia, dia membuka agar bebas untuk siapa pun tuh bisa WhatsApp ke dia, bisa kirim ke IG-nya dia, terus setiap kali

dia ke sini kunjungan ke kita, ya dia banyak sekali sosialis… sosialis banget ya. Jadi, orang yang gak mampu itu diburuhkan, diberi bantuan

ekonomi, dan ketika musim pandemi ini kan itu bikin status di IG bahwa dia akan mempertahankan semaksimal mungkin, meski dalam kondisi PSBB untuk perusahaan ini tetap jalan dan tidak ada sedikit pun orang yang di-PHK dimana semua perusahaan itu sudah banyak yang PHK

karyawan, garmen sudah tutup, tapi dia berusaha mencari cara bagaimana perusahaannya tetap berjalan, dengan cara apa sih yang sekarang

laku dijual? Jadi, orang tuh tetep bisa kerja, gitu dan beliau sangat dekat sekali dengan karyawannya. Jadi, seringkali dia bertanya pada apa? Dekat sama contoh kayak APT, kayak operator gitu, dan mereka terbiasa untuk mengungkapkan pendapatnya ke beliau, gitu, Mba.

Edelia: Hm, iya.

Nuke: Jadi, orang kalo sudah seperti itu kan… ya, kalo dia pendapat yang kecil aja, gimana pendapat yang besar? Makanya orang lebih…

pada seneng kan, gitu, karena dia sangat dekat sekali dengan karyawannya.

Edelia: Iya, betul. Jadi, karena Ibu Michelle dekat dengan karyawan, jadi karyawan juga respect, ya?

Nuke: Iya, karyawan juga otomatis juga respect, kan dengan beliau. Habis orang kalo udah respect, diberi aturan apapun dan aturan itu pastinya sudah kita pertimbangkan dengan kita menerima pendapat dan laporan itu, yah, yang akhirnya bisa lah tanpa memberatkan sedikit

pun. Jadi, lalu ada kayak kejutan… (suara iforman terputus-putus) pihak rumah sakit, jadi kadang kala ada perusahaan yang dia menerapkan

peraturan hanya dari sisi logis tanpa perasaan, ada juga perusaahan yang dari sisi rasa, tapi gak logis nih aturannya. Terus terakhir kita tanya pimpinan, terus kita cari yang terbaik yang tidak memberatkan pihak mana pun.

Edelia: Baik. Halo, Mba? (tiba-tiba suara partisipan tidak terdengar).

Nuke: Iya, denger gak? Edelia: Iyah, Mba tadi suaranya sedikit putus-putus tapi aku berusaha buat ini…buat mengetahui. Tadi Mba, sorry yang jabatan yang tadi

disebut Mba Nuke, jabatan yang kecil-kecil aja… tadi selain operator apalagi, ya, Mba?

Nuke: (suara partisipan tidak terdengar dan tidak merespon pertanyaan). Edelia: Halo, halo, Mba, apakah Mba mendengar suara saya?

Nuke: (partisipan masih tidak merespon sama sekali tetapi teleponnya masih tersambung).

Edelia: Okeh, jadi pembicaraan ini, lagi unstable connection. Nuke: (tiba-tiba partisipan menutup telepon).

Edelia: Okeh, mari kita coba hubungi lagi Mba Nuke-nya, karena sinyalnya lagi unstable tadi koneksinya, mari kita coba lagi, ya. (peneliti

berusaha mencoba menghubungi kembali partisipan). Nuke: Nanti, ya, Mba. (partisipan mengangkat telepon tetapi partisipan meminta waktu sebentar untuk jeda dan menutup teleponnya kembali).

Edelia: Iya, Mba. Okeh, sebentar, sepertinya Mba Nuke-nya sedang ada urusan. (Wawancara sempat terputus dan rekaman I dengan file

berjudul Mba Nuke 1 telah disudahi, kemudian dilanjutkan dengan rekaman II dengan file berjudul Mba Nuke 2 yang rekamannya diulang dari awal lagi).

(00:00-21:10)

Nuke: Halo… Edelia: Halo, Mba. Iya, Mba tadi maaf, tadinya aku kira, makanya aku telepon gara-gara gangguan sinyal.

Nuke: Gimana, Mba, tadi kok bisa putus?

Edelia: Iya, tadi sinyalnya unstable. Nuke: Hm, okay.

Edelia: Terus tadi aku telepon lagi kan? Eh, tapi tadi Mba-nya bilang nanti dulu. Jadi, ku kira Mba lagi ngurusin yang lain dulu, gitu.

Nuke: Oh, enggak. Hihihi (partisipan tertawa). Edelia: Iya, begitu, iyah, jadi tadi Mba abis ngapain tadinya?

Nuke: Apa? Gimana? Edelia: Iya, takutnya masih ada yang ini… anak Mba atau gimana, sudah bisa?

Nuke: Sebentar, mau buka puasa yang kecil ini, buka puasa jam 12. Hihihi (partisipan tertawa kecil).

Edelia: Oh… iya, iya. Jadi, sudah disiapin, Mba? Nuke: Ini baru disiapin.

Edelia: Ini gak papa sambal telfon kita?

Nuke: Gak papa, soalnya ini masih berapa lama lagi? Hihihi (partisipan tertawa kecil). Edelia: Iyah, lumayan sih, Mba tapi ini aku cepetin yah, udah setengah jalan.

Nuke: Iyah.

Edelia: Baik, Mba, maaf, ya, tadi keputus akhirnya. Oke, kita langsung aja, ya. Nuke: Iya.

Edelia: Baik, Mba tadi sempat menyebut bahwa Ibu Michelle itu ramah… apa? Dekat juga dengan karyawan-karyawan yang statusnya

mungkin masih kecil, gitu, masih di bawah seperti operator dan apa ya tadi, soalnya putus, Mba? Nuke: PRTT, operator, pokoknya operator paling bawah deh dia paling deket lah.

Edelia: Hm, baik, baik, baik. Berarti Mba itu kan tadi merupakan upaya perusahaan nih untuk mewujudkan keadilan tersebut. Nah, jadi selama

Mba bekerja apakah… Nuke: Kenapa ini putus-putus, ya? Gimana, gimana?

Edelia: Halo, udah kedengeran belum?

Nuke: Denger, denger. Edelia: Okeh, jadi selama Mba bekerja, pernah gak Mba merasa gak nyaman gitu karena ada status sebagai karyawan perempuan di

perusahaan?

Nuke: Tidak ada. Selama saya bekerja, tidak ada rasa ketidaknyamanan karena gender, itu tidak ada. Edelia: Hm, gak ada. Berarti biasanya yang bikin gak nyaman itu karena apa, Mba?

Nuke: Ketidaknyaman itu mungkin karena pekerjaan, ya, murni karena pekerjaan. Jadi, misalnya ada memang dari fungsi kerja kita itu, ada

beberapa pekerjaan yang… ya, banyak lah namanya bekerja kan pasti ada suatu hal yang membuat kita tidak nyaman, ya, misalnya dari kerjaan kita sendiri, atau dari anak buah kita, atau dari pimpinan kita, banyak kan faktor-faktor lainnya yang memengaruhi.

Edelia: Tapi maksudnya selama itu masih oke, maksudnya masih bisa mengalir gitu maksudnya?

Nuke: Iyah, masih bisa, oke sih. Kenyamanan kerja itu kan tergantung dari cara kita mensikapi, ya. Jadi, tidak harus, maksudnya setiap orang pasti akan mengalami hal yang sama pada saat bekerja, dia pasti akan ada ketidaknyamanan seperti itu yang berhubungan dengan pekerjaan

dia, dengan rekan kerja, dengan atasan, bawahan, gitu. Cuman bagaimana cara kita mensikapi, jadi bukan karena kita wanita atau dia pria atau

gimana itu bukan. Edelia: Baik, kemudian selama ini apakah pekerjaan Mba itu hambatannya dari komunikasi?

Nuke: Gimana, gimana, Mba? Pekerjaan saya gimana?

Edelia: Apakah… apakah kan yang tadi Mba gak nyaman itu sama rekan kerja atau pekerjaan Mba itu, nah itu tuh apakah ada kaitannya dengan komunikasi? Mungkin komunikasinya gak enak, kok atasan ngomongnya kayak gitu, ya, atau gimana permasalahannya?

Nuke: Iya, bisa jadi kayak gitu. Itu kan hal yang biasa, ya, Mba, ya?

Edelia: He eh. Nuke: Ketidaknyamanan bisa terjadi karena komunikasi. Nah, karena komunikasi… kadang kan tidak efektif. Jadi, misalnya pimpinannya

bilang apa, atau anak buah kita bilang apa, kita kadang merasa apa, gitu. Jadi, memang tujuannya berbeda, jadi misalnya pimpinan bermaksud

seperti ini dengan cara dia memang seperti ini, bawahan pun misalnya ngomong seperti ini, bisa jadi kita tanggapi dengan hal yang lain, jadi tergantung cara pandang kita. Kalau kita memandang hal itu sebagai hal yang positif, itu tidak masalah, tapi kalo kita anggap itu sebagai hal

yang negatif, dan kalo itu bertumpuk-tumpuk tidak segera di-clear-kan atau diklarifikasi, itu akan menjadi bom waktu, gitu buat kita sendiri

mau pun buat orang lain.

Edelia: Iyah.

Nuke: Jadi, bergantung pada cara pandang kita. Kalau kita memandang itu sebagai sesuatu yang negatif, tapi kita segera mengklarifikasinya

dengan anak buah kita atau dengan atasan kita, itu akan lancar. Jadi, pekerjaan kita pun akan ngaruh ke diri kita dan kerjaan kita, tapi kalo itu kita anggap sebagai hal yang positif itu lebih baik lagi, gitu, Mba.

Edelia: Iya, baik, Mba. Berarti kaitannya…

Nuke: He eh, iya, makanya kan tempat kita kadang ada training kan? Pernah ada training untuk komunikasi efektif, gitu. Supaya kita lebih bisa cara ngomong. Kadang, ada orang yang ngomongnya itu pengennya baik, tapi dia salah mengungkapkan atau memilih kata-kata. Jadi,

dirasa seperti negatif kesannya, gitu.

Edelia: Iya, iya, kemudian selain training ini ada lagi gak, Mba upaya perusahaan yang khusus untuk karyawan? Nuke: Untuk karyawan?

Edelia: Iya.

Nuke: Ada sih. Jadi, kita, apa ya? Ya, training aja sih, Mba. Jadi, kita akan training, terus pendekatan individual, kita adakan chit chat. Jadi, kalau misalnya ada yang merasa tersinggung, kemudian ngomong apa gitu, chit chat ya, chit chat itu seperti kayak e… curhat gitu loh. Jadi,

kayak apa? Tempat curhat buat kita bisa mengungkapkan apa yang kita rasakan, tentang yang ingin kita katakan, gitu. Jadi, kita membuka

sebagai forum dengan karyawan supaya mereka juga bisa mengungkapkan pendapat mereka. Edelia: Oh, forum itu di mana, Mba?

Nuke: Gimana, Mba?

Edelia: Forum itu dilakukan di mana, Mba?

Nuke: Di area masing-masing. Jadi, misalnya kita pake mediasi Personalia, misalnya ada karyawan yang dia merasa kepentingannya tidak

terakomodir, gitu kan. Kemudian dia ungkapkan mungkin lewat posting-an media, nanti kita akan meeting-kan dengan dia dengan mediasi

Personalia, masalahnya di mana, kita cari jalan tengah, win-win solution yang tidak merugikan karyawan dan juga tidak merugikan perusahaan,

gitu, Mba.

Edelia: Iya, iya, iya, baik, Mba. Berarti selama ini merasa nyaman aja kalo kita… secara gender gitu, ya, gak ada masalah.

Nuke: Gak ada masalah. Edelia: He eh, tapi pernah gak Mba mengalami, mendengar, atau bahkan melihat kejadian nih yang lain di sesama karyawan yang

menunjukkan ketidakadilan gitu, baik untuk perempuan atau laki-laki, pernah gak?

Nuke: Hm… pernah gak ya? Kalo sepanjang karir saya sih enggak pernah yah, bukan karena dia gender laki-laki atau perempuan, tapi lebih ke skill, gitu, Mba lebih banyak ke situ. Gak pernah, hampir tidak pernah.

Edelia: Baik, berarti skill-nya… di sini pasti ada masalah, tapi lebih ke skill-nya gitu, ya?

Nuke: Iya, lebih ke skill. Edelia: Oke, jadi bukan karena menunjukkan kayak misalnya… menghina atau melecehkan seperti itu, Mba?

Nuke: Enggak, gak pernah, ya. Menghina atau melecehkan itu kan terjadi karena sesuatu hal yang menyinggung, gitu, kan, Mba. Sesuatu hal yang mungkin dia tampak mata secara visual, secara objektif atau subjektif, kan gitu? Soalnya bukan karena faktor dia laki-laki atau

perempuan.

Edelia: Baik, baik, kalau masalah gender ini berarti enggak ada, ya, Mba? Untuk penghinaan atau pelecehan itu kan bisa juga dialami oleh perempuan karena kan banyak juga laki-laki yang kadang maksudnya ya, ibaratnya kalau di tempat kerja itu kan, seperti… ya, kita enggak

ada yang tahu lah seperti apa, aku juga gak tahu di perusahaan Dan Liris terjadi atau enggak, kayak misalnya kedipan mata lah yang dilakukan

oleh laki-laki, gitu, nah hal-hal seperti itu kan sebenarnya mungkin sepele gitu, ya? Tapi sebenernya itu kan menunjukkan, ih kok saya digituin

sih? Mungkin ada perempuan yang jadinya berpandangan dia meledek saya, seperti itu misalnya. Tapi, sejauh ini tidak ada tindakan seperti

itu, ya?

Nuke: Tidak ada, tidak ada dan jarang, atau mungkin hampir gak pernah ya ditemukan kasus-kasus seperti itu. Mungkin, mungkin, mungkin menurut pendapat saya, sepanjang pengetahuan saya selama ini, itu e… tidak pernah menjadi kasus ya dalam perusahaan kami, tidak pernah

menjadi kasus atau mungkin di luar sana terjadi seperti itu, tapi karena mungkin hal itu, mungkin ya dianggap wajar, atau mungkin tidak

sampe case sampe besar, gitu. Edelia: Iya, iya, jadi maksudnya tidak pernah ada kasus yang di-blow up gitu, ya?

Nuke: Iya, mungkin ya sudah saling memahami, ya. Ya, itu kan sesuatu hal yang wajar, gitu, ya.

Edelia: Hm, okay. Nuke: Tapi tidak sampe ke pelecehan, oh kalo misalnya wanita itu dipegang apanya, saya gak pernah mendengar ya, kasus seperti itu, ya.

Edelia: Iyah.

Nuke: Karena kita kan memang… apa? Mungkin kalo kita cenderung orang Jawa, ya. Orang Solo tuh kan lebih menghormati satu sama lain. Jadi, kita ada tepo seliro kalo orang bilang itu, orang Jawa.

Edelia: Tepo seliro itu apa, Mba, menghormati orang lain?

Nuke: He eh, jadi menghormati orang yang lebih tua, menghormati orang lain. Ewuh pakewuh, jadi merasa malu dia mengatakan sesuatu hal yang mungkin buruk gitu.

Edelia: Hm, iya, baik, itu pun tidak pernah dilakukan, baik sesama karyawan, pimpinan, itu juga enggak ya, Mba?

Nuke: Iya. Sepanjang saya bekerja, itu menurut pandangan saya, ya?

Edelia: Iya, iya.

Nuke: 13 tahun lebih saya bekerja, saya belum pernah mengalami secara pribadi atau pun dengar dari orang lain mengalami seperti itu tuh

belum pernah. Edelia: Baik, iya Mba. Nah, kemudian Mba menurut Mba ada gak upaya perusahaan yang dilakukan untuk memberdayakan karyawan

perempuan?

Nuke: Hm, ada sih, Mba. Edelia: Apa itu, Mba, bisa diceritain?

Nuke: E… gini, kan kita ada anak perusahaan PT MAS itu, dia lebih ke handicraft. Nah, di lingkungan kerja kami, di masyarakat lingkungan

sekitar kami itu ada ibu-ibu yang dia sudah pensiun, masa pensiun, sudah sepuh, sepuh sudah tua, lebih ke ibu-ibu, ya. Itu dia kan tidak memiliki penghasilan. Nah, di perusahaan kami itu ada upaya untuk mempekerjakan mereka tapi secara kayak freelance itu bebas. Kita

mengirimkan e… handicraft, jadi semacam rotan kayak gitu untuk dikerjakan di rumah-rumah mereka sendiri gitu. Terus kayak membuat

kain tenun dari sisa-sisa produksi menjadi kain lurik. Nah, itu kita pekerjakan juga untuk ibu-ibu yang di desa-desa, kayak gitu. Itu sebagai upaya untuk memberdayakan mereka supaya mereka lebih produktif, gitu, Mba.

Edelia: Baik, baik, tapi kalo untuk karyawan di dalam sendiri ada gak? Berarti paling melalui…

Nuke: Iya, kalo karyawan sendiri, ada sih, kayak misalnya BLK itu kan kalo wanita di BLK, ya, misalnya orang tekstil, dia gak bisa menjahit, karena kan kadang kala kita… tekstil tuh harus berhenti karena gak ada order. Maka, yang karyawan wanita itu cenderung, orang menjahit itu

lebih ke wanita, kan? Nah, itu pria pun juga diajari untuk bisa menjahit, supaya mereka bisa menghasilkan, gitu, Mba.

Edelia: Iya, iya, baik. BLK ini Balai Latihan Kerja, ya, Mba? Nuke: Iya, Balai Latihan Kerja.

Edelia: Betul, tadi Mba sempat sebut tuh di awal Kesra… Kesra itu kan? Nah, Kesra itu apa, ya, Mba?

Nuke: Kesra itu Kesejahteraan Rakyat hihihi (partisipan tertawa). Jadi, memang dia bertujuan untuk mengakomodir apakah karyawan itu dia secara kehidupan dia itu sejahtera atau tidak, gitu, Mba.

Edelia: Hm...

Nuke: He eh, jadi misalnya ada kayak menangani BPJS gitu kan? Nah, Kesra itu mengurusi tentang itu, BPJS, asuransi karyawan, terus kecelakaan kerja, kemudian… apa? Misalnya ada karyawan yang enggak bisa makan, mungkin karena dia anak baru belum dapet penghasilan

dia kos, nah, itu nanti dia urusin, gitu.

Edelia: Hm, baik, baik, baik. Jadi bagian itu ya yang mengurusi kesejahteraan… Nuke: He eh, termasuk kecelakaan kerja juga dia urusin.

Edelia: Iya, iya, baik. Mba kan sebagai perempuan, Mba sebagai ibu rumah tangga, iya. Terus juga Mba bekerja, terus sama satu lagi katanya

Mba kuliah ya? Nah, itu gimana Mba membagi tiga peran… Nuke: Hihihi (partisipan tertawa) membagi waktu?

Edelia: Iya, membagi waktu tiga peran sekaligus, gimana tuh, Mba?

Nuke: Hehehe (partisipan tertawa). Saya sempat bingung juga ya. Jadi, tapi e… saya nganggep gini kan semakin kita aktif ya, bagi saya, ya, semakin kita aktif, itu semakin kita lebih berguna buat orang lain. Nah, saya anggap itu, itu hal yang bisa ng-improve diri saya sendiri. Jadi,

saya sempet di awal-awal bingung sendiri membagi. Jadi, saya kerja full dari jam 8, pagi tuh bangun… pagi bangun paling pagi, kebetulan

saya di sini kan cuma punya pembantu itu kan kebetulan dia enggak tiap hari di sini, gitu kan. Jadi, pagi itu saya bangun pagi-pagi, nyiapin kebutuhan anak sekolah, kemudian langsung berangkat kerja sampe sore jam 5 jam 6 sampai di rumah, itu nanti ngajarin anak-anak belajar,

dan malemnya saya ngerjain tugas kuliah. Apalagi kan sekarang tugas kuliah makin nambah.

Edelia: Iya. Nuke: Iya. Jadi, kadang sampe malem gitu bangun, gitu. Ya…itu, jadi saya penuh banget. Jadi, saya semaksimal mungkin itu semua bisa saya

kerjakan. Semaksimal mungkin itu saya bisa bagi waktu.

Edelia: Baik, baik, tapi, Mba… Nuke: Kadang anak saya pun pernah protes. Kenapa sih mamah kok kerja terus? Gitu, terus sampe rumah pun kadang masih pegang laptop,

belum kalo melayani WA di grup tuh, saya juga banyak sekali grup saya yang pekerjaan itu, semuanya hampir Dan Liris Group itu saya ikut.

Itu saya harus melayani itu semua, gitu. Saya juga bingung kadang, aduh ini waktu saya habis. Tapi semakin kita aktif seperti itu, semakin saya bisa bermanfaat buat orang lain, gitu, Mba.

Edelia: Hm… iya, berarti prinsipnya itu…

Nuke: Iya, makanya kita pinter-pinternya bagi waktu. Edelia: Iya, prinsip itu ya, yang Mba pegang. Baik, tapi dari… itu tadi kan usaha Mba sendiri nih, ada gak Mba perusahaan juga memerhatikan

kehidupan Mba e… untuk bagi waktu gitu? Nuke: Eee, mereka ini ya, Mba, memberikan kebebasan untuk cuti. Jadi, kita kan satu bulan diberi cuti satu kali dan kalau ada keperluan-

keperluan tertentu yang memang harus mendesak, kita boleh izin kok, Mba, he eh.

Edelia: Hm… iya, tapi, Mba, apakah diberikan juga ini… cuti, yah? Berarti di luar cuti, gak bisa kan? Nuke: Iya. Bisa juga kalo misalnya udah gak punya cuti, misalnya cuti di luar tanggungan juga bisa.

Edelia: Hm, iya, iya, tapi…

Nuke: Yang penting ada izin. Edelia: Tapi, kaitannya dengan gimana sih Mba bisa membagi waktu, apakah itu juga ada training-nya gak, Mba?

Nuke: Ada training-nya? Ada, ada, Mba. E… maksudnya secara personal saya atau pekerjaan saya?

Edelia: E… secara pekerjaan. Nuke: Mama makan… (terdengar suara anak laki-lakinya). Hihihi bentar ya, Mba (partisipan meminta izin untuk meresponi anaknya).

Edelia: Iya, Mba, udah sambil nyediain buka?

Nuke: Iya, makan hihihi (partisipan tertawa geli sembari menyiapkan buka puasa untuk anaknya). Iya, udah buka puasa hihihi (partisipan masih tertawa).

Edelia: Hihihi (peneliti tertawa). Iya, udah tapi Mba, udah lagi buka?

Nuke: Udah buka puasa, itu yang kecil hihihi (partisipan tertawa). Edelia: Okey, okey, maaf nih, Mba, jadi gara-gara ini jadi sulit deh.

Nuke: Iya.

Edelia: Jadi gimana tuh, Mba? Nuke: Iya, gimana, ulang lagi hihihi (partisipan tertawa).

Edelia: Yang dilakukan… Jadi, ini kan Mba bisa tahu nih gimana e… bisa bagi waktu. Mau gak mau harus bagi waktu, gitu ya? Nah, terus

Mba juga prinsipnya, okeh saya aktif artinya saya bermanfaat buat orang lain. Nah, itu, prinsip itu, prinsip yang Mba pegang sendiri atau Mba juga belajar dan dapatkan dari perusahaan?

Nuke: E… itu kami dapat saya disamping pribadi, juga dapatkan dari perusahaan, Mba karena gini, saya… saya bekerja di Efrata ini atau di

Dan Liris Group ini, itu kan sebenarnya kan tidak… karena saya berada di posisi pimpinan, sebenarnya saya kan tidak sedang bekerja sendiri untuk diri saya sendiri, tapi saya juga bekerja bagaimana memikirkan atau nasib orang-orang yang bekerja di tempat saya kerja, gitu. Jadi,

bagaimana mereka bisa tetap bekerja, mendapatkan penghasilan, mereka bisa menghidupi keluarga mereka. Makanya saya harus bisa pinter-

pinter bagi antara keluarga saya, bagaimana mereka tidak terabaikan dengan saya bekerja, suami saya pun juga begitu tidak terabaikan, dan pekerjaan saya pun juga cepat beres, dan sekaligus saya pun bisa meng-upgrade diri saya lewat kuliah mau pun kegiatan keagamaan, gitu.

Jadi, ya… mungkin Mba bisa lihat, ya. Kalau saya kerja, saya udah bener-bener di kerjaan itu, satu jam dua jam apa? Udah gak bisa diganggu

di luar pekerjaan saya hehehe (partisipan tertawa). Edelia: Iya, iya.

Nuke: Karena memang urusannya banyak banget. Bisanya kalo pas lagi free gini, itu pun saya masih ada sama keluarga, gitu.

(21:11-25:58) Edelia: He eh, iya, iya, tapi perusahaan memberitahu Mba gak, gimana caranya supaya bisa bagi waktu?

Nuke: Iyah, saya kebetulan ikut Leadership, jadi kayak programnya perusahaan bagaimana cara membagi waktu biar lebih efektif, yah. Di

Leadership itu, dulu… dulu yah, tapi udah 2 tahun yang lalu itu, karena kita kan wanita, kayak orang bilang kan semacam wanita karir, ya, Mba, ya? Hehehe (partisipan tertawa), tidak hanya kerja untuk diri kita sendiri, tetapi buat orang lain, untuk keluarga, gitu. Jadi, e… perusahaan

itu memberikan, apa? bukan perusahaan…tapi kita diberi training bagaimana kita bisa mengakomodir semua keperluan kita, apa sih tujuan

dari hidup kita itu apa, terus di bawah itu apa aja yang harus kita cover itu apa aja. Misalnya, keluarga, yang nomor satu apa, nomor kedua apa, lantas ketiga apa. Nah, dari situ kalo kita udah tahu tujuan hidupnya itu apa, apa yang menjadi prioritas utama, kedua, ketiga, keempat,

kelima, dan seterusnya itu, nanti baru kita bisa mengatur dan diantara semua ini gak boleh ada satu pun yang terlupakan atau terabaikan, semua

harus bisa rangkum semua. Nah, itu kan pasti membutuhkan pengalaman, membutuhkan masukan, dan juga ilmu, kan, Mba?

Edelia: Iya.

Nuke: Jadi, kita ada satu training khusus dari perusahaan yang namanya Leadership. Nah, kebetulan ini kita Leadership 1, Leadership 2,

Leadership 3, Leadership 4, saya baru tahap 2, itu tujuannya adalah bagaimana kita bisa mengatur diri kita sendiri untuk bisa mengakomodir semua kepentingan kita, gitu, Mba.

Edelia: Iya, iya, tapi itu juga diberlakukan untuk seluruh karyawan, baik perempuan mau pun laki-laki kan?

Nuke: Iya, semuanya, semuanya. Leadership itu ada level-level-nya, ada yang dia level apa? Operator itu ada, level staff, level Kasie, level Kepala Bagian itu ada, level Direktur itu ada.

Edelia: Baik, baik.

Nuke: Dan ada juga di Leadership itu problem solving. Jadi, kita bisa mengatasi masalah-masalah kita, baik masalah perusahaan mau pun… masalah pekerjaan mau pun masalah keluarga, tentang problem solving itu juga ada.

Edelia: Hm, itu biasanya…

Nuke: He eh, jadi perusahaan itu tidak hanya dia sedang mempekerjakan kita sebagai karyawan, tapi bagaimana dia bisa… (seketika anaknya teriak meminta perhatian mamanya, tapi partisipan tetap melanjutkan wawancara). Jadi, bagaimana kita tuh bisa mengatur diri kita supaya…

(anaknya memanggil partisipan lagi). Sebentar anak saya mengacau ini (partisipan meminta izin untuk menangkan anaknya dahulu).

Edelia: Iya, Mba. Nuke: Anak saya ini sayang banget hihihi (partisipan tertawa).

Edelia: Iya, sayang banget ya sama mamanya.

Nuke: (partisipan sedang berbicara dengan anaknya) Hihihi (partisipan tertawa), anak saya tuh kalo di rumah, dia itu cari perhatian. Edelia: Iya lah, Mba. Mba-nya lagi di rumah, ya.

Nuke: Iyah, cari perhatian, katanya apa aja dilakukan biar deket sama mamanya hehehe (partisipan tertawa geli).

Edelia: Iya, Mba, lalu ini gimana? Masih mau tetap lanjut atau gimana? Nuke: He eh, kira-kira berapa lama lagi hihihi (partisipan tertawa geli).

Edelia: E… 30 menit lagi, Mba, bisa gak?

Nuke: Boleh, sampe jam 12:30 gitu, yah hehehe (partisipan tertawa meminta dipercepat wawancaranya). Edelia: Iya, iya, baik. Halo, Mba? E… dah bisa atau gimana, Mba?

Nuke: Gimana, Mba?

Edelia: Iya, udah bisa aku lanjut atau belum? Nuke: Lanjut aja, ayo, gak papa.

Edelia: Iyah, jadi Leadership program ini biasanya ada narasumbernya atau bagaimana, Mba?

Nuke: Ada narasumber, ada narasumbernya. Jadi, nanti dari narasumbernya itu baik dari perusahaan kita sendiri mau pun dari orang lain, dari luar.

Edelia: He eh, iya, biasanya yang panitianya siapa sih, Mba? Kalau program kayak gitu… Nuke: Dari HRD, HRD.

Edelia: He eh.

Nuke: Panitianya dari HRD, tapi narasumbernya dari apa? Kadang kadang owner juga jadi narasumber kita.

Sesi Tanya Jawab II

Pertanyaan mengenai kinerja CorpComm menjalankan employee communication.

(25:59-53:15)

Edelia: Oke, iya, iya, baik, oke, Mba. Kemudian kita mulai berlanjut ke tahap yang kedua nih ya, Mba tentang kinerja Humas terkait

komunikasi internal. Nah, Mba kan se… Mba bilang tadi dari lulus langsung bekerja di Dan Liris. Nah, itu kok Mba bisa langsung menerima, eh maksudnya emang Mba daftar atau gimana? Apa yang membuat Mba itu bertahan sampe 14 tahun?

Nuke: Yang membuat saya bertahan? Hehehe (partisipan tertawa).

Edelia: Iya, iya soalnya dari Mba lulus kuliah, kemudian akhirnya memutuskan untuk bekerja, kemudian bertahan sampe sekarang ini. Luar biasa, Mba.

Nuke: Iya, ini Mba. Satu, mungkin rumah saya deket, ya dengan perusahaan, kira-kira 1 km dari perusahaan. Terus kedua, nyaman, ya, saya

merasa nyaman di sini kerja. Terus yang ketiga, support dari keluarga. Jadi, kalo wanita itu… kalo di keluarga saya ya, kalo wanita bekerja, dia tidak terbatas untuk hal-hal tertentu. Jadi, lebih berharga kalo seorang wanita itu dia bisa menentukan masa depannya sendiri tanpa

bergantung pada orang lain atau mungkin kadang-kadang suaminya, gitu, tapi misalnya tidak bekerja pun tidak masalah. Jadi, saya di sini saya

masih di sini 13 tahun karena memang e… dari sisi saya sendiri, kalo saya cuma jadi ibu rumah tangga di rumah atau saya buka usaha saya sendiri, saya juga belum siap, gitu, saya lebih senang bekerja di situ, gitu. Hehehe (partisipan tertawa kecil).

Edelia: Iya.

Nuke: Dari keluarga saya juga banyak men-support, gitu. … (suara partisipan mulai terganggu seperti ada yang memainkan HP-nya) bertengkar nih dengan anak saya. Yu, terus, Mba.

Edelia: Iya, lalu kalau yang pertama kali mengapa memutuskan untuk kerja di perusahaan ini?

Nuke: Gimana ya? Hihihi (partisipan tertawa kecil, bingung, sekaligus berusaha mengingat). Karena saya ingin deket… satu hal yang saya bekerja karena saya ingin deket dengan orangtua karena rumah orangtua saya itu kan deket dengan perusahaan. Nah, saya cuman dua

bersaudara, jadi kalo… kalo yang satunya itu pengennya kerja di luar kota, salah satu harus ada di sini menjaga orangtua, gitu, Mba. Jadinya

saya tidak pindah-pindah ke mana pun, supaya saya bisa tetap merawat orangtua saya. Itu salah satu alasan saya teteap bekerja di perusahaan ini tidak pindah-pindah ke tempat yang lain, gitu hehehe (partisipan tertawa).

Edelia: Baik, baik, baik, iya, Mba. Terus kemudian Mba ini sudah banyak banget kan pindah-pindah kerja ya, maksudnya tadi di Ambassador

2, 1, Efrata, terus sebelumnya Dan Liris, gitu kan? Nah, itu gimana caranya perusahaan membujuk Mba supaya ada pindah gitu, kalo Mba tuh dipindahin, seperti itu?

Nuke: Iya, awalnya membujuk saya. Jadi, saya sebenarnya… sebenarnya gini, di aturan perusahaan kan bersedia… harus bersedia ditempatkan

di kondisi apa pun dan di mana pun tanpa tawar menawar, kan gitu, kan. Awalnya saya berat pindah ya. Wong udah enak di sini kok dipindah, udah enak di sini dipindah, gitu, tapi e… pimpinan saya meyakinkan saya bahwa saya kan Sarjana Teknik Industri, ya. Jadi, saya lebih

cenderung ke analisa, misalnya ada satu perusahaan yang dianggapnya dia lagi berkembang, ya, itu saya dianggap di situ lebih ke analisa,

bagaimana supaya perusahaan itu bisa improve. Nah, otomatis kan dia seperti menganggap saya penting, gitu kan. Kalo orang sudah dianggap penting kan dia mau ditempatin di mana pun, dia pasti bersedia kan, Mba?

Edelia: Iya, he eh, okey, baik, jadi pas pertama kali…

Nuke: Aaaa (partisipan atau anaknya berteriak) Aduh, aduh. Hihihi (partisipan tertawa kecil) anak saya. Edelia: Lucu banget.

Nuke: (anaknya berusaha berbicara di telepon) Maaf ya, Mba, ya.

Edelia: Iya, gapapa. Terus pas pertama kali itu siapa yang mendeskripsikan…

Nuke: Iya, Mba? (suara anaknya masih terdengar dan partisipan berusaha untuk mendiamkan anaknya dan tetap melanjutkan wawancara).

Edelia: Pas pertama kali siapa yang mendeskripsikan pekerjaan ini Mba?

Nuke: Gimana, Mba? Siapa yang pertama kali gimana? Edelia: Mendeskripsikan pertama kali pekerjaan Mba secara jelas?

Nuke: Yang mendeskripsikan maksudnya jobdesc saya apa, apa, gitu ya?

Edelia: Iya betul

Nuke: Eee… di peraturan perusahaan itu kan sudah ada prosedur ya, Mba. Jadi, sudah ada prosedur yang jelas saya kerjanya ngapain, gitu, disamping juga dari pimpinan saya yang menjelaskan pekerjaan saya, dan Personalia juga ada.

Edelia: Hm, baik, iya, iya. Kemudian Mba, Mba tau visi, misi perusahaan, kemudian nilai-nilai perusahaan gitu Mba tahu?

Nuke: Iyah, tahu, karena itu di-share-kan dipapang di… apa? Depan-depan pabrik itu ada, ada di depan, itu aja. Hehehe (partisipan tertawa), tapi saya gak hapal.

Edelia: Oh, itu selalu dipasang, ya?

Nuke: He eh, iya. Edelia: Tapi maksudnya secara… udah mengalir lah ya? Udah mengetahui, udah paham, ya?

Nuke: He eh, salah satunya itu. Membahagiakan karyawan dan pemegang saham. Hahaha (partisipan tertawa). Jadi, memang tujuan

perusahaan bukan hanya secara ekonomi, ya. Maksudnya tidak secara… apa? Finansial saja, tapi perusahaan ini lebih cenderung ke bagaimana karyawan itu sejahtera.

Edelia: Iya, iya.

Nuke: Ada juga pemilik saham sama pemilik perusahaan itu sejahtera, lebih ke situnya. Edelia: Iya, jadi nilai itu yang Mba pegang juga ya?

Nuke: He eh. Iya, karena visi itu seperti kembali lagi ke tadi, orang menjadi tanpa disuruh, dia sudah respect.

Edelia: Baik, baik, baik, kemudian tadi ketika dilakukan training, apa segala macem, itu kan merupakan upaya perusahaan ya, Mba untuk bisa berbicara dengan karyawan. Nah, terus tadi juga disebut bahwa yang melakukan hal itu, biasanya ada orang dari HRD atau Personalia.

Nah, kemudian apakah ada Divisi Humas, Mba di perusahaan?

Nuke: Ada, Divisi Humas, ada, tapi Divisi Humasnya terpusat, jadi apa ya? Di Dan Liris Group-nya, di induknya perusahaan. Edelia: Iya, iya, Humasnya terpusat, nah itu siapa yang Mba tahu memegang jabatan itu?

Nuke: Mba Dian Koernia, diwawancarai juga kan?

Edelia: Kenapa? Nuke: Dian Koernia.

Edelia: Iya, Mba Dian Koernia itu. Nah, apakah Mba mengetahui tugas dari Humas itu apa, tau gak Mba?

Nuke: E… ya, tadi, memberikan visi, misi perusahaan, kemudian sosialisasi program-program perusahaan, apalagi, ya? Hehehe (partisipan tertawa karena berusaha mengingat). Gak begitu detail sih, tapi dia… Jadi, jadi … (suara partisipan tidak terdengar jelas) owner atau dari para

direksi, direktur… itu dia punya apa? Tujuannya seperti apa, kemudian program-program seperti apa, ya, Humas nanti yang akan mendeskripsikannya ke setiap karyawan atau ke unit-unit yang lainnya, dan juga untuk masyarakat di sekitarnya, gitu.

Edelia: Hm, jadi Bu Dian ini juga ikut dalam training atau apa, ya. Itu selalu ada?

Nuke: Ada, selalu ada. Edelia: Hm, baik, baik. Kemu… berarti e… menurut Mba, Mba udah mengetahui nih tugasnya, salah satunya untuk tadi, baik secara internal

mau pun eksternal kan komunikasinya, ya?

Nuke: Iya. Edelia: Nah, itu menurut Mba tugas yang dilakukan oleh Humas itu sudah dijalankan dengan baik atau masih ada yang kurang, Mba?

Nuke: Kalau menurut saya, sudah cukup, ya, dijalankan dengan baik, sepanjang pengetahuan saya, itu.

Edelia: He eh, baik. Berarti kinerja dan performance-nya sudah baik, ya, Mba? Nuke: Iya, sudah cukup baik.

Edelia: Iya, he eh. Apa ada yang perlu di-improve gak menurut Mba terkait kinerja Humas yang terutama dalam menjalani komunikasi

terhadap karyawan? Nuke: Apa ya? Kalau menurut saya sih sudah optimal, ya, Mba, ya, karena dari kesetaraan gender juga tidak ada masalah, terus juga apa yang

menjadi apa? Pendapat karyawan juga sudah terakomodir, terus program-program perusahaan juga sudah diketahui apa? … diketahui oleh

karyawan. Jadi, menurut saya sih sudah cukup ya, bahkan lebih, hihihi (partisipan tertawa). Edelia: Iya, iya, ya, Mba, ya?

Nuke: He eh, iya. Setiap kegiatannya hampir semuanya tidak ada yang terlewatkan termasuk untuk kesej… misalnya ada karyawan yang tidak

sejahtera, seperti CSR, itu kita lakukan per-(suara partisipan tidak terdengar jelas), itu juga termasuk program Humas Mba. Misalnya dari masyarakat sekitar itu membutuhkan bantuan untuk pembuatan apa atau pembuatan jalan, itu… itu menurut saya sih di sini rata-rata sejahtera

sih soalnya. Soalnya bener-bener diperhatikan oleh perusahaan karena mengarah visinya tadi, ya.

Edelia: He eh, baik, baik. Kemudian apakah masih ada kebutuhan dan harapan Mba yang masih belum diakomodir oleh perusahaan? Nuke: Gimana, gimana?

Edelia: Apakah masih ada kebutuhan dan juga harapan Mba…

Nuke: Kebutuhan apa? Kamu jangan nyanyi (partisipan berbicara kepada anaknya berusaha mendiamkan anaknya yang sedang bernyanyi sehingga partisipan tidak mendengar dengan jelas suara peneliti).

Edelia: Kebutuhan misalnya…. Hihihi (peneliti tertawa memaklumi anak-anak). Iyah, ini sudah bentar lagi. Kebutuhannya ini… kebutuhan…

Nuke: Ade… (partisipan menegur anaknya). Sebentar, sebentar ya, Mba (partisipan izin untuk menenangkan anaknya). Kamu sonoo… (partisipan meminta anaknya untuk menjauh). Pindah tempat lagi ah, diganggu. Udah, udah, Mba.

Edelia: Iya. jadi, Kebutuhan di sini maksudnya ini, Mba. Kalau kebutuhan perempuan, misalnya Mba apalagi udah punya anak nih, ya, kayak

misalnya hak… hak untuk cuti sudah bisa. Terus waktu itu Mba pernah mendapatkan hak melahirkan juga? Nuke: Mendapatkan apa, Mba?

Edelia: Cuti melahirkan.

Nuke: Iya, kita ada cuti melahirkan, e… setiap bulan ya, gitu. Kita kalo udah apa? Orang hamil misalnya contoh, ya, sebagai perempuan kan misalnya memiliki kebutuhan khusus, kayak misalnya dia ada cuti haid, gitu, setiap bulan itu ada cuti haid, terus ada apa? misalnya tunjangan

pernikahan, tunjangan melahirkan, sumbangan melahirkan, itu ada. Terus apa? Misalnya kita apa? Abis melahirkan kan butuh untuk tempat

kayak menyusui, ya, ASI, gitu kan? Itu ada, ada juga di setiap unit itu ada tempat khusus untuk pemberian ASI, gitu. Terus ada asupan gizi juga ada, extra food juga ada.

Edelia: Hm… jadi disediain juga, ya?

Nuke: Iya. Edelia: Nah, iya, Mba, tadi kalau itu fasilitas-fasilitas yang dikhususkan untuk perempuan ya?

Nuke: Iya, dan juga misalnya dia dalam kondisi hamil, kita ada e… apa? Perlakuan khusus, jadi dia harus dalam kondisi duduk, tidak boleh

berdiri. Terus usia kehamilan 5/4 bulan ke atas kalo Operator itu dia diharuskan apa? Pake kursi yang dia nyaman dipake, gitu. Terus dia

dipastikan misalnya dia kan… kakinya orang hamil itu kan bengkak, ya?

Edelia: Iya.

Nuke: Nah, itu dia dikasih apa? Kayak semacam keset. Keset tuh apa ya? Alas, iya, alas, jadi pada saat dia duduk, dia butuh buat berdiri gak terlalu banyak duduk, dikasih alas supaya dia tidak bengkak kakinya, itu ada, Mba.

Edelia: Hm, baik, baik, jadi, kebutuhan… kebutuhan karyawan perempuan itu semua sudah difasilitasi?

Nuke: Iya, iya, dan juga pada saat dia apa? Memberi ASI, itu ada tempat buat memberi ASI kan? Ada lemari es, terus ada ruangan khusus, terus dia juga diperbolehkan untuk… kalo kebetulan rumahnya deket, itu… ingin menyusui, itu ada.

Edelia: Oh, bisa?

Nuke: Sampai usia anak 2 tahun. Edelia: Hm, jadi bisa izin untuk pulang dulu…?

Nuke: Iya, bisa izin. Iya, izin pulang. Dulu, saya sempet juga izin pulang selama dua tahun berturut-turut untuk memberi ASI, karena kebetulan

rumah saya deket, gitu. Edelia: Hm, baik, baik, tapi abis itu Mba bekerja balik lagi, ya?

Nuke: Iya, bekerja balik lagi.

Edelia: Hm, baik, baik. Kemudian berarti kalo harapan Mba ke depannya terhadap perusahaan apa nih, Mba, ada gak harapan Mba terhadap perusahaan untuk ke depannya?

Nuke: E… hehehe (partisipan tertawa). Karena semua haknya perempuan menurut saya, ya, termasuk cuti haid, cuti hamil itu diberikan, jadi

saya sebagai orang yang mungkin udah lama bekerja di sini, kalau menurut saya sih sudah terakomodir, ya, Mba, ya. Edelia: Iya, iya.

Nuke: He eh, jadi mungkin kalo harapan saya e… kalo secara apa ya? karena gini… karena gini… e… saya itu sudah menjelaskan bahwa

perusahaan ini memberikan hak saya sebagai karyawan secara penuh, ya, kalau saya sebagai Kasie, ya. Kalau misalnya sebagai karyawan pun juga sudah memberikan gaji sesuai dengan… bahkan lebih dari UMR di sini, dan gizi juga udh dikasih, jadi lebih dari cukup ya apa yang

diberikan perusahaan ini.

Edelia: Hm, baik, baik, berarti apakah masih ada sedikit-sedikit yang perlu di-improve, Mba? Nuke: Hm, prosedur sih, lebih ke prosedur.

Edelia: Gimana itu, Mba?

Nuke: Prosedur, ya. Jadi, kan perusahaan ini sangat ketat terhadap prosedur, mungkin ada beberapa orang-orang tertentu yang diam-diam secara resmi itu sudah ada, cuman ada beberapa kelonggaran, gitu. He eh, jadi mungkin orang-orang ya… mungkin tidak terjadi dengan

department saya, mungkin department yang lain. Ada beberapa kelonggaran, yaitu itu adalah hal yang wajar, ya kadang kala ada pimpinan

yang mungkin lebih mengistimewakan anak buah satu daripada yang lain, tapi kan itu kan personal, ya, Mba, ya, bukan secara aturan. Edelia: Hm, oke, jadi ini sebenernya ada prosedur yang apa ya? secara objektif tuh ada, sudah di…e… apa?

Nuke: Iya, sudah diterapkan sebenernya, tapi ada orang-orang tertentu yang mungkin itu personal sih. Dia tidak melakukan prosedur dengan benar, tapi tidak mendapatkan teguran gitu, tapi itu case tertentu, ada yang seperti itu sih.

Edelia: Hm, iya. Kemudian Mba mengetahui hal ini apakah sudah dibicarakan kepada pihak yang…

Nuke: Karena itu tidak menyangkut department saya Edelia: Hm…

Nuke: Karena tidak menyangkut department saya, ya. Jadi, saya merasa itu bagian orang lain lah, ya? Hehehe (partisipan tertawa).

Edelia: Iya, iya, iya. Berarti ini Mba sempet mendengar ya, berarti, ya, kabar ini? Nuke: He eh. Gimana Mba?

Edelia: Iya, berarti Mba sempet mendengar kalo ada orang-orang yang seperti ini tuh, Mba, mendengar berarti ya?

Nuke: Ada lah, itu, Mba (partisipan menyembunyikan sumber mendapatkan informasi tersebut). Itu, ya…. (suara partisipan tidak terdengar jelas putus-putus).

Edelia: Kenapa, sorry, Mba gak kedengeran?

Nuke: Itu kan masuknya personal ya, kan, Mba, ya? Masalah personal gitu kan, bukan ke perusahaan sih. Karena sepanjang saya tahu owner perusahaan ini sangat concern banget mengikuti peraturan pemerintah, bahkan e… sangat takut lah kalo misalnya ada sesuatu hal yang

melanggar hukum. Jadi, semua peraturan pemerintah itu semua sudah dilakukan, bahkan termasuk audit-audit, itu tidak ada yang tidak di-

audit, tidak ada, semua bener-bener transparan. Edelia: Baik, baik. Terus kemudian, itu juga transparan berarti karyawan juga tahu, ya, Mba segala…

Nuke: Gimana?

Edelia: Berarti karyawan juga tahu segala progress yang terjadi di perusahaan? Nuke: Iya, karyawan juga tahu, termasuk untung rugi, apa? Hasil accounting seperti apa, kita rugi apa laba, itu kita tahu.

Edelia: Baik, itu disampaikan lewat mana?

Nuke: Gajian karyawan itu mereka tahu semua. Meeting¸ ya, kita biasanya dari meeting, kan ada meeting, jadi, tapi tidak secara gamblang terus kita umumkan ke karyawan, tidak. Tapi, kita bilang general bahwa kondisinya seperti ini, gitu. Jadi, progress perusahaan seperti ini, itu

mereka tahu.

Edelia: Hm, iya, iya. Nuke: Jadi, makanya sangat transparan.

Edelia: He eh, Mba sebelumnya pernah apa? Mengetahui gak informasi bahwa perusahaan mendapatkan sertifikasi kesetaraan gender?

Nuke: Hm, gimana, Mba? Edelia: Apakah Mba mengetahui bahwa perusahaan itu pernah mendapatkan sertifikasi kesetaraan gender?

Nuke: Belum, belum pernah, kan kalo sertifikasi belum pernah, belum pernah, iya.

Edelia: Oh, jadi… Nuke: Kita hanya berdasarkan kuesioner aja, jadi kita mengisi waktu itu dari bagian Humas diminta untuk mengisi kuesioner kesetaraan

gender, itu saja. Tapi e… sertifikasinya, kalo ada sertifikasinya kayaknya tidak ada, tidak ada sertifikasinya.

Edelia: Baik, baik, baik. Mba, kalau biasanya mengetahui informasi-informasi yang terjadi di perusahaan itu, Mba biasanya ingin tahu gak? Nuke: Kalau itu berhubungan dengan pekerjaan saya, saya pengen tahu, gitu, Mba. Hehehe (partisipan tertawa) karena saya sudah terlalu

banyak, full, ya. Jadi, kalo saya harus mengetahui yang lain… paling juga ini biasanya dari pimpinan kita atau dari owner itu, dia selalu

memberikan informasi yang berkaitan dengan perekonomian, misalnya kondisinya seperti apa, itu di grup. Jadi, kita bisa mendapatkan pengetahuan di situ juga.

Edelia: Iya, iya, baik.

Nuke: Dan itu yang perlu kita tahu, tapi kalau ada hubungannya dengan pekerjaan kita, tapi kalau yang tidak ada hubungannya dengan unit kita atau pekerjaan kita, itu kayaknya saya sudah terlalu penuh hehehe (partisipan tertawa karena benar-benar merasa tidak sanggup untuk

menerima informasi lain karena padatnya aktivitasnya). Jadi, tidak harus mengetahui itu hehehe (partisipan masih tertawa).

Edelia: Iya, iya.

Nuke: Tapi selama ini Humas selalu… selalu… memberikan informasi perusahaan pada kita, progress perusahaan sudah sampai mana, gitu.

Edelia: Iya, iya, baik, Mba. Kemarin, terus kemarin itu Dan Liris ulang tahun ya, Mba?

Nuke: Iya, ulang tahun. Edelia: He eh, lalu gara-gara Covid, apakah ada acara, Mba?

Nuke: Tidak ada acara. Biasanya kita setiap tahun itu selalu ada acara, tapi karena… karena ini ada Covid, kita cuma ada acara bazaar yang

dilakukan oleh pihak Humas, tapi bazaar online. Jadi, kita pesennya tuh juga lewat online, transfer uang gitu.

Edelia: Hm, iya, iya, ada lagi gak Mba kegiatan… acara yang… Nuke: Ada sih, ada, donor darah, terus CSR, kemaren-kemaren sempet ada CSR pembagian sembako, masker, APD, dan itu dari Divisi Humas

diinformasikan di Grup WhatsApp, apa aja kegiatannya apa aja, gitu, donasi, gitu.

Edelia: He eh, selain acara… ini satu lagi pertanyaan Mba, selain acara seperti itu, selain acara ulang tahun, ada lagi gak Mba acara yang biasanya memotivasi Mba juga untuk bekerja?

Nuke: Ada. Kita ada outing class gitu. Hihihi (partisipan tertawa). Kalau anak-anak, outing class. Jadi, kita acara semacam outbound, gitu,

ya. Terus kita meeting di luar area factory, supaya menstimulasi semangat kita kerja, gitu, Mba. Edelia: He eh, baik, baik, Mba. Okeh, Mba Nuke, ada lagi yang ingin Mba tambahkan?

Nuke: Untuk sementara tidak ada hahaha (partisipan tertawa). Nanti kalau ada yang, justru saya tanya, nanti kalo Mba Edelia ada yang masih

dibutuhkan, bisa hubungi saya lagi. Edelia: Baik, baik, Mba. Aduh, terima kasih sekali dengan senang hati saya mau ini…

Nuke: Kalau mungkin ada yang kurang, gitu, mungkin bisa hubungi saya lagi.

Edelia: Iya, baik, Mba. Baik, pertanyaannya sudah cukup, Mba, terima kasih, semoga nanti ini bisa menjawab kalo memang nanti masih ada yang kurang, gak papa, ya, Mba nanti saya tanya kembali?

Nuke: Iyah, gak papah, gak papah.

Edelia: Okeh, Mba. Nuke: Sekadar informasi aja, Mba, e… mungkin kalo Mba mau nanya ke saya, kalau pada saat hari jam kerja, ya, hari itu bisa, tapi sekitar

jam 11/12 istirahat saya, atau di luar jam kerja, jam 5 ke bawah, gitu. Saya Insyaallah, bisa, gitu, tapi kalo dalam jam kerja, HP saya itu sudah

full buat menjawab WhatsApp dari itu, grup-grup itu, banyak banget grupnya hahaha (partisipan tertawa). Edelia: Iya, iya, baik, baik, Mba. Saya paham itu.

Nuke: Kadang kala saya gak bisa dihubungi itu… bisa dihubungi cuma gak sebanyak waktu yang dibutuhkan, gitu, waktunya enggak banyak.

Edelia: Hm, iya, Mba, okeh, sudah saya catat, Mba. Okeh, Mba maaf sekali lagi sudah mengganggu waktunya, terus… halo? Nuke: (terdengar suara anaknya mengambil alih telepon) Maaf, ya, Mba.

Edelia: Haii (peneliti berusaha mengajak anak laki-lakinya berbicara). Gak papa, Mba, mungkin dia mau ngomong kali, Mba.

Nuke: Hehehe (partisipan tertawa) nanyanya nanti gak jelas tuh. Edelia: Hahaha (peneliti tertawa), iya, lucu masih 1 SD juga, ya.

Nuke: Iya. Edelia: Baik, Mba, maaf nih susah menganggu waktunya padahal hari Minggu waktunya keluarga. He eh, terus maaf kalo ada kata-kata saya

yang kurang berkenan juga di Mba.

Nuke: He eh, iya, Mba, gini. Saya pun juga mengungkapkan mungkin kalo misalnya ada kata-kata saya yang kurang berkenan atau mungkin informasi yang kurang jelas, saya juga mohon maaf hihihi (partisipan tertawa kecil).

Edelia: Iyah, gak papa, saya memaklumi…

Nuke: Itu sebatas pemahaman saya aja, seperti itu sih. Edelia: Iya, Mba, gak papa.

Nuke: Tapi, Insyaallah gak ada yang ditutupi dari informasi ini.

Edelia: Iya, semoga, ya, Mba. Nanti kalo ada apa-apa, nanti saya kabarin Mba sesuai dengan catatan yang Mba kasih ke saya. Terimakasih, ya, Mba sebelumnya.

Nuke: Iya, sama-sama.

Edelia: Assalamualaikum, selamat siang, Mba, Tuhan memberkati. Nuke: Iya, Walaikumsalam, selamat siang.

Edelia: Iya, selamat menjalani ibadah puasa.

Nuke: Terimakasih.

TRANSKRIP WAWANCARA

Tema penelitian : Kesetaraan Gender dalam Kinerja Corporate Communication di Perusahaan Tekstil dan Produk Tekstil

Fasilitator : Edelia Gloria Handri Partisipan : Ayi

Hari, tanggal : Sabtu, 16 Mei 2020

Sesi Pembuka oleh Edelia Gloria Handri

(00:00-03:17)

Ayi: Egeeeeee… Edelia: Haiiii, Kak Ayi. Hihihi (peneliti tertawa).

Ayi: Haiii… Apa kabar?

Edelia: Baik, Kak Ayi gimana? Ayi: Baiik, aku abis bangun tidur, hehehe (partisipan tertawa).

Edelia: Hah? Baru banget bangun tidur?

Ayi: Iyaaa… Edelia: Beneran, aku ganggu, gak?

Ayi: Enggak, gak papa kok, udah cuci muka, itu ini, segala macem.

Edelia: Hahaha (peneliti tertawa). Iya, eh kita mau… Kak Ayi baik bang- baik kan? Sehat sehat aja? Ayi: Sehat kok…

Edelia: Okeh, Kak Ayi lagi di…

Ayi: Edel lagi di mana, sehat, kan? Di rumah, ya? Edelia: Iya, sehat. Aku lagi di rumah, ya mau gimana aku apa… skripsi online jadinya.

Ayi: Oh… okey.

Edelia: Gitu, okey... Kak Ayi kita mau langsung aja atau gimana? Ayi: Emang kalo gak langsung, kita mau ngapain? Lari pagi dulu apa gimana nih? Hihihi (partisipan tertawa).

Edelia: Hahaha (peneliti tertawa). Okey, okey, ya udah. Kak Ayi lagi di kos ya?

Ayi: Iya. Edelia: Okeh... yaudah kita e… mulai aja dulu, langsung ya.

Ayi: Iya. (partisipan bersuara, tapi tidak terdengar jelas).

Edelia: Okey, selamat siang Kak Ayi… Ayi: Sianggg…

Edelia: Iya, perkenalkan nama saya Edel, saya sedang melakukan penelitian. Skripsi saya berjudul “Kesetaraan Gender dalam Kinerja

Corporate Communication di Perusahaan Tekstil dan Produk Tekstil, dengan studi kasus pada karyawan perempuan di PT Dan Liris”. Nah,

pada saat wawancara ini, sebelumnya terimakasih karena Kak Ayi telah menyempatkan waktunya untuk menjadi partisipan saya dan Kak Ayi

juga terpilih menjadi partisipan saya, terimakasih Kak Ayi atas kesediaan waktunya. Nah Kak Ayi, kita akan ada di sesi wawancara, itu akan

ada dua sesi pertanyaan, nah, nah yang pertama itu nanti akan saya tanya seputar kesetaran gender secara umum. Nah, yang kedua, nanti saya akan bertanya tentang kinerja Corporate Communication atau Public Relations atau yang lebih sering dikenal dengan Humas di perusahaan,

seperti itu. Sebelum… sampai disitu apakah ada pertanyaan?

Ayi: Enggak, belom lanjut aja. Edelia: Okeh, okeh, Kak Ayi, sebelumnya pada sesi wawancara ini saya akan mendokumentasikan semuanya, baik secara foto, kamera juga

ada disitu, video, abis aku juga rekam ya, Kak. Nah, kemudian nanti untuk selanjutnya ini kan karena sifatnya kan nanti data ini bersifat

confidential, jadi Kak Ayi inginnya seperti apa? Namanya apa, nama samaran atau inisial atau gimana? Ayi: Hmm… (partisipan berpikir cukup lama), gak papa nama Ayi aja.

Sesi Tanya Jawab I Pertanyaan mengenai kesetaraan gender.

(03:18-46-19)

Edelia: Nama Ayi aja, yah? Oke, oke, ya Kak Ayi kita mulai pertanyaannya, sebelumnya ini, gimana Kak Ayi mm… kan sekarang lagi WFH nih, ya, berarti?

Ayi: Iya... kantor, WFH juga. Edelia: Oke, tapi masih sesekali berangkat ke kantor?

Ayi: Iyaa… kalo desainer gitu disuruh seminggu sekali ke kantor.

Edelia: Hm, disuruh sesekali ke kan… seminggu sekali yah? Ayi: Okeh, Kak Ayi sebelumnya boleh memperkenalkan dan mendeskripsikan terlebih dahulu gak? Kak Ayi itu… e… nama gapapa berarti

sebut Kak Ayi, kemudian usia, tempat, umur berapa, bekerja di mana, sebagai apa, terus keluarganya di keluarga berapa bersaudara, kemudian

apakah tinggal jauh dari orangtua atau bersama dengan orang tua? Silakan. Ayi: Oh, biodata ya?

Edelia: Iya.

Ayi: Aku, biodata. Hm… Aku Ayi, aku usianya sekarang jalan 24, eh aku lupa, aku 24 tahun. Aku sekarang kerja di PT Dan Liris, lebih tepatnya di anak perusahaannya PT Efrata, di Bateeq jadi desainer spesialisasiin menswear. E… aku tinggal di Jakarta, tapi asal aku sebenernya

Jogja, keluargaku terpisah antara di Jogja dan di Jakarta, cuman mostly di Jogja, di sini aku tinggal sendiri di Jakarta dan sehari-harinya ke

kantor berangkat sendiri juga, terus apalagi tadi, tentang perusahaan ya? Edelia: Terus, kalo ini Kak, di keluarga, Kakak anak ke berapa?

Ayi: Oh, aku di keluarga anak pertama dari 3 bersaudara, ade aku cowo, yang kedua terus yang ketiga cewe, yang satu SMA udah mau kuliah,

yang satu baru masuk kelas 1 SMA. Edelia: Oke… e… Kak Ayi di sini apa tadi? Keluarga merupakan anak pertama yang ade, adenya yang kedua itu cowo?

Ayi: Iyah.

Edelia: Oke... ini SMA ya? Atau lulus?

Ayi: Dua-duanya SMA.

Edelia: Hm, oke, yang anak ket…anak terakhir berarti cewe?

Ayi: Iyah. Edelia: Oke, berarti sekarang Kak Ayi sekarang ngekos ya?

Ayi: Iyah.

Edelia: Oke... oke Kak Ayi, terimakasih sudah cukup perkenalan dirinya, Oh, iya, Kak Ayi sudah bekerja di... Bateeq berapa lama?

Ayi: Oh... e… di Bateeq aku berarti udah jalan 4 tahun, berapa ya, 4 tahun. Edelia: Jalan 4 tahun yah? Oke.. oke, nah semenjak Covid ini ada perubahan gak yang Kak Ayi rasain di diri Kak Ayi sendiri?

Ayi: Hm... kalo dari diri sendiri, pas Covid sih… apa ya, perubahan apa, ya, dari luar gitu?

Edelia: Iya, misalnya jarang keluar, terus gimana apakah sehat, apa, maksudnya makanannya gimana? Apalagi kan sekarang Kak Ayi kan ngekos gitu, maksudnya apa masak sendiri atau gimana, gitu? Ya, perubahannya apa lah semenjak…

Ayi: Oh, perubahannya kalo menurut aku sih lebih ke arah positif dari akunya. Jadi, kayak yang tadinya gak bisa masak, jadi masak, terus e…

jadi kayak bisa eksplor diri lagi, kan? Terus, abis itu jadi punya beberapa waktu yang biasanya aku 8 jam di kantor setiap hari, dari jam 8 sampe jam 5, terus aku masih ada kayak spare waktu gitu, aku jadi bisa kayak lebih… lebih… explore lagi sih dari kerjaan aku, gitu. Kalo

biasanya di kantor, even kadang gak ada kerjaan, kita juga ngebantuin orang lain punya kerjaan, kayak gitu kan. Nah, kalo di sini bener-bener

pure, kita selesai kerja, kalo misalnya kita cepet selesainya, kita bisa kayak bikin sesuatu lain, konten atau apa, kayak gitu sih, gitu. Terus juga jadi lebih fleksibel, aku suka flexibility-nya, jadi misalnya, kayak aku ni bangunnya siang, jadi kayak aku gak bisa standby dari jam 8, tapi aku

bisa standby lebih dari jam 6, jadi bisa lebih dari seharusnya jam pulang kantor gitu, dan orang-orang lain dari divisi lain juga jadi kaya gitu,

jadi lebih fleksibel, kalo misalnya mau nanya-nanya, gitu, gitu sih. Edelia: Hm, okey. Berarti itu... okey, berarti secara personal pun, ya, Kak Ayi ambil dari sisi positifnya aja ya?

Ayi: Iya.

Edelia: Kemudian kalo secara pekerjaan, Kak ada yang berubah, gak? Ayi: Hm… Kalo pekerjaan desainer enggak sih, karena kan basically kalo desainer bisa dibawa kemana-mana kerjaanya, jadi sebenernya gak

usah standby di kantor, kita bisa kerja even di café juga, pokoknya di luar, sebenernya bisa. Jadi gak ada pekerj… eh gak ada perubahan dari

segi pekerjaannya, tetep normal. Edelia: Hm... Okey, nah, kata Kak Ayi tadi sempet seminggu sekali itu kan tetep ke kantor gitu, nah itu biasanya apasih yang dilakukan? Dan

ada gak prosedur yang harus dilakukan ketika pertama kali masuk kantor, sampe akhirnya duduk di meja gitu, semenjak ada Covid?

Ayi: Jadi kalo misalnya kita seminggu sekali ngantor, kalo desainer disuruh bertemu tatap langsung sama Creative Director-nya, disuruh update perkembangannya sampe mana, kadang kala kita kayak ditunjukkin contoh mock-up sample baju secara langsung dimana kita gak bisa

lakuin itu di rumah atau video call kaya gini karena kalo langsung kita bisa lebih detail, kita feel ini, bahannya, gitu-gitu... terus... atau enggak

content mapping, jadi kaya bikin konten secara langsung yang emang harus kumpul sama tim kita yang laen gitu, terus kalo prosedur-prosedur yang harus dilakukan kalo masuk kantor, standar sih kita jaga kebersihan diri sesuai yang diaturin oleh pemerintah, hand sanitizer ada dimana-

mana, terus sabun cuci juga, sabun cuci tangan juga yang bagus buat ngehilangin kuman sama bakteri, terus kayak… itu aja sih yang jelas. Edelia: Dan di kantor juga selalu pake masker, ya?

Ayi: Oh iya, selalu, selalu pake masker.

Edelia: Hm... Okey... berarti posisi Kak Ayi ini e... kan desainer, kemudian Kak Ayi punya atasan, punya pimpinan yaitu Creative Director, ya?

Ayi: Iya, baru… (suara partisipan tidak terdengar jelas).

Edelia: Sorry, kenapa, Kak? Ga kedengeran. Ayi: Jadi desainer, atasnya Creative Director, atasnya lagi baru owner-nya, Bu Michelle-nya gitu.

Edelia: Hm... Okey, okey, itu… secara langsung gitu, Kak? Maksudnya itu secara struktural atau... bisa langsung komunikasi gitu?

Ayi: Secara struktural sih. Edelia: Hm... Okey, berarti memang strukturnya juga seperti itu ya, langsung ya, berarti Kak Ayi juga bisa langsung berkomunikasi dengan

owner ya?

Ayi: Bisa. Edelia: Okey, okey, baik. Kemudian kita langsung ke pertanyaan kesetaraan gender nih Kak. Kak Ayi kan tadi di keluarga, sendiri sekarang

ini ngekos, kerja. Nah, selain kerja, Kak Sasha, Kak Sasha lagi kan (peneliti salah menyebut nama partisipan), Kak Ayi, sering… Kak Ayi itu

ada kegiatan lain ga? Halo… Ayi: Gak kedengeran, Ge (suara partisipan tidak jelas). Putus-putus, ya?

Edelia: Halo? Halo? Kak Ayi… kayaknya putus-putus deh.

Ayi: Halo? (suara gak jelas) Edelia: Okey... atau kita Whatsapp aja ya lebih enaknya? Tapi aku gak bisa, eh jangan deh. Kalo enggak kita voice call aja juga bisa… coba…

(peneliti menutup telepon karena videocall sinyalnya tidak stabil). Kita matiin dulu, kita matiin dulu, kita hubungin lagi (peneliti berusaha

menghubungi kembali partisipan). Halo?? Ayi: Halo?

Edel: Okey, Kak Ayi udah bisa denger suara aku belum?

Ayi: Tadi putus-putus banget yah? Edelia: Iya tadi putus-putus gak kedengeran...

Ayi: Oh… yaudah telfon aja voice call…

Edelia: Iyah gak papa, soalnya kalo Whatsapp aku rada susah kan Whatsapp aku harus rekam juga kan soalnya dan… Ayi: Oh, ini kamu dari ini, dari laptop, ya?

Edelia: Iya ini kan dari laptop, terus HP aku buat ngerekam...

Ayi: Okeh… Edel: Okey, jadi tadi Kak Ayi, gini, tadi Kak Ayi kan tinggal jauh dari orangtua, kemudian Kak Ayi ini bekerja sebagai desainer di Bateeq,

nah, apakah ada kegiatan lain atau kesibukan lain yang Kak Ayi kerjakan saat ini?

Ayi: E… aku kalo selain ngantor, aku ngerjain kerjaan aku sendiri sih kaya brand sendiri gitu, mulai kayak bisnis kecil-kecil sendiri gitu, terus apa ya, apalagi ya, ya itu sih ngejalanin hobi sama ngejalanin usaha sendiri.

Edelia: Okey, berarti Kak Ayi sekarang punya brand… brand sendiri juga ya di bidang fashion ya?

Ayi: Oh, iya sama aku suka freelance juga, jadi emang kalo desainer kan aku bisa terima ini kan kaya jasa pembuatan desain, apa segala macam gitu, itu aku juga jualin gitu.

Edelia: Hm, jasa membuat desain gitu, okey.

Ayi: Kaya kadang seragam, atau gak orang lain mau bikin desain apa, eh mau bkin brand apa, terus aku yang kayak nge-build branding image-nya gitu.

Edelia: Oh okey, dan itu emang diperbolehkan oleh perusahaan atau gimana?

Ayi: Personaly dari Bu Michelle dia gak ada masalah dengan aku ambil itu sih. Dia juga tahu kok sejauh ini aku ngerjain freelance, aku

ngerjain brand aku sendiri, dan bahkan dia malah support gitu. Aku sukanya sama owner aku disini adalah dia gak membatasi karyawannya

kalo misalnya mau eksplorasi, mau lebih berkembang, dia membebaskan itu gitu.

Edelia: Hm... okey... Itu Kak Ayi berarti cerita dulu yah sebelumnya? Berarti kasih tahu? Atau Ibu Michelle tiba-tiba tahu? Ayi: Hm, buk… karena aku emang udah ini kan kayak barengan sebelumnya. Jadi gak sengaja sih awalnya, gak sengaja Bu Michelle-nya tahu

karena aku juga ikut JFW, Bu Michelle kan, Bateeq juga ikut JFW, terus abis itu tahu-tahu aja dari satu lingkungan yang sama gitu, terus ya

udah dia malah support.

Edelia: Hm… okey, okey, okey, nanti kita akan bahas lebih jauh lagi nih tentang yang ini, sebelumnya… sebelumnya aku mau nanya nih ke Kak Ayi? Kak Ayi di keluarga itu gimana, keluarga apalagi disini ada cewe sama cowo ya di keluarga Kakak?

Ayi: Iya.

Edelia: Nah, ini apakah orang tua mengajarkan tentang laki-laki dan perempuan itu harus disamaratakan atau seperti apa, bagaimana cara orang tua mengajarkan kepada Kak Ayi terkait… terkait kesetaraan gender?

Ayi: Hm… kalo tentang... hubungannya sama apa? Kebebasan untuk belajar atau enggak, hak-hak yang bisa kita dapet itu setara sih kalo dari

keluarga aku, mau cewe mau cowo, itu kalian kayak… kita diajar kan kalian masing-masing punya hak untuk maju sama-sama, boleh gak, gak harus yang cowo harus lebih maju daripada yang cewe, enggak. Bener-bener kalian punya hak yang sama untuk menuju itu gitu, cuman

kalo dari segi tanggung jawab, tetap cowo diberi tanggung jawab lebih kalo di keluarga aku.

Edelia: Em... itu mak… berarti itu ade, oh berarti ade kedua Mbak, ya? Ayi: Iya, ade kedua aku.

Edelia: Itu maksudnya diberikan tanggung jawab lebih itu seperti apa tuh, Kak?

Ayi: Hm, mungkin lebih dari segi keagamaannya sih, soalnya kalo misalnya aku di agama muslim kan gimana pun juga nanti waktu kita udah berkeluarga, nanti anak-anaknya udah berkeluarga, kalo yang cewe kan ikut tanggung jawab suaminya kelak gitu, nah kalo misalnya adeku

yang cowo, even nanti dia udah berkeluarga, dia tetap harus tanggung jawab ke ibunya sendiri, gitu, jadi lebih ke… dari segi ke situnya.

Edelia: Okey... berarti lebih dari segi keagamaan, terus melihat nanti masa depan juga ya tanggung jawab kedepan. Ayi: Iya, tapi kalo hak tetep semuanya sama, gak ada perbedaan dari situ.

Edelia: Hm... okey. Salah satu tindakannya, tindakan nyatanya, Kak yang diajarkan oleh keluarga terkait hal itu apam, Kak?

Ayi: Tindakan nyata? Belum… soalnya belum berkeluarga semua... Hehehe (partisipan tertawa). Edelia: Hihihi (peneliti tertawa). Iya, iya... maksudnya yang waktu… misalnya tindakan nyata sampe sekarang, misalnya e… mau pendidikan,

pendidikan di mana aja ga ada masalah, itu pertama pendidikan, kemudian…

Ayi: Oh... kalo pendidikan, ya, semuanya gak ada masalah. Semua bebas memilih jalannya masing-masing, gak ada yang diatur harus jadi apa, harus seperti apa, enggak, gitu. Aku bahkan cewe, aku dilepas di luar kota, gak papa gitu. Dulu juga tadinya kayak di luar negara juga

gak papa, kaya gitu. Ade aku yang cowo juga kayak gitu, sama.

Edelia: Hm, okay. Oh, Kak Ayi dulu sempet di luar negeri juga? Ayi: Lebih ke ini aja sih apa namanya, e... kan apa diajak kan jadi pengajaran, tapi akhirnya aku milihnya di sini, akhirnya aku jalanin di luar

kota. Edelia: Iya, iya, iya. Okey, itu jadi sempet dulu ada planning untuk keluar negeri, tapi akhirnya memilih untuk di dalam negeri, cuman beda

kota aja?

Ayi: Iya dan gak masalah, even cewe juga gak ada apa-apa gitu. Edelia: Hm, iya, iya, berarti Kak Ayi juga nih sekarang kan anak pertama yah, jadi, yang kerja berarti sekarang ini Kak Ayi lagi…

Ayi: Baru aku.

Edelia: He eh, iya, iya dan Kak Ayi masih sering pulang gak, tapi? Ayi: Aku bener-bener kayak anak rantau ya. Kayaknya bener-bener kalo Lebaran atau gak kalo lagi Christmas kayak gitu, pulangnya.

Desember sama Juni.

Edelia: Hm, okey. Ayi: Eh, Mei, ya kalau Lebaran, Mei.

Edelia: Hmm… iya, iya, iya, berarti yang masih pulang tapi maksudnya ya... kalo ada event- apa, ada…

Ayi: Libur panjang biasanya. Edelia: Hm… iya, iya, iya, kalo kayak sebentar-sebentar gitu enggak lah ya?

Ayi: Hm, dulu masih ini sih kayak sebelum Covid gini kan, aku sering ke Solo kalo dari kerjaan, nah itu beberapa kali aku bisa mampir ke

Jogja tuh. Edelia: Hm, okey, tapi itu karena kebetulan di Sabtu-Minggu atau cuti atau gimana, Kak?

Ayi: Kebetulan di Sabtu-Minggu, jadi kayak cuman 2 hari di Jogja terus balik Jakarta.

Edelia: Ah… okey, okey, berarti itungannya itu gak termasuk cuti juga kan? Ayi: Enggak termasuk.

Edelia: Hm, iya, iya. Nah, tapi kalo menurut Kak Ayi sendiri apakah laki-laki dan perempuan itu harus disamaratakan, Kak?

Ayi: Hm... menurut aku sih, kalo disamaratakan maksudnya luas gitu, misalnya gimana? Edelia: Boleh gak papa yang menurut Kak Ayi paham seperti apa, misalnya dari yang luas nya Kak Ayi gimana atau dari segi pekerjaan,

pendidikan seharusnya seperti apa gitu, maksudnya yang Kak Ayi tahu seputar kese… setara itu apa?

Ayi: Kalo menurut aku e…berarti aku enggak ada masalah sih sama laki-laki dan perempuan disetarakan gitu. Sekarang kayak dari zamannya... kita juga udah, udah banyak CEO-CEO perempuan yang dibawahnya tuh banyak laki-laki yang bekerja buat dia juga gitu, dan kalo dari segi

kemampuan, perempuan banyak memiliki kemampuan-kemampuan yang bisa… apa ya, bukan disandingkan, tapi kayak bisa dijalanin bareng-

bareng sama laki-laki gitu, jadi, aku setuju sih. Edelia: Hm… okey, dan nanti dan memang di keluarga Kak Sasha juga…

Ayi: Kak Ayi!!

Edelia: Iya, sorry. Ayi: Eyyy, gimanee! Hihihi (partisipan tertawa)

Edelia: Hehehe (peneliti tertawa mengaku salah menyebut nama). Di keluarga Kak Ayi… di keluarga Kak Ayi juga diterapkan kesetaraan

gender itu ya? Ayi: Iyah.

Edelia: Jadi ya, Kak Ayi juga melihat dari orang tua ya?

Ayi: Iyap. Edelia: Okey, berarti secara… walaupun ini Kakak punya ade cowo, tapi ya perlakuannya tetap sama ya, Kak?

Ayi: Iya tetep sama. Dan bahkan juga kalo di rumah tangga gitu gak masalah cewenya tetap kerja, kan kadang ada tuh, yang kalo cewe jangan

kerja, mendingan yang cowo aja, yang cewe di dapur aja. Nah, kalo di keluarga aku, kita kayak menganut sistem gak papa cewe kalo mau kerja, cuman emang gak wajib, gitu.

Edelia: Hm... okey, itu ibu Kakak sendiri bekerja atau enggak, atau gimana?

Ayi: Kalo di keluargaku, emang yang paling dominan tetap ayah aku karena dia bekerja secara continously, kalo ibu aku itu dia kerjanya lebih

ke kayak apa yang bisa dia kerjain di rumah, contohnya kayak dia waktu itu buka rumah makan, dia jualan bawang, dia kayak usaha bikin

apa, bikin ini itu. Nah, itu semua yang bisa dia lakukan dari rumah, gitu.

Edelia: Hm, okey, berarti mamah juga maksudnya tetap menjalankan kegiatan di rumah tapi ya, sembari kalo bisa diuangkan seperti itu, ya kenapa enggak gitu ya?

Ayi: Iya, he eh. Jadi bener-bener usaha yang bisa dia lakukan di rumah sih.

Edelia: He eh, jadi lebih produktif begitu ya, dan, dan tapi ayah Mbak juga maksudnya, ayah Kakak gak melarang kan?

Ayi: Sama sekali enggak, sih. Edelia: Okey, berarti orangtua juga men-support ya apa yang sedang Kak Ayi lakukan ini sekarang? Bekerja di luar kota?

Ayi: Iya, he eh.

Edelia: Apalagi sebagai desainer ya, Kak? Ayi: Iya, apalagi sebagai desainer karena kan lebih fleksibel bisa di mana aja.

Edelia: Hm, baik. Kak Ayi dulu, eh sekarang ini kan jadi desainer, dulu e… sempet mengenyam pendidikan berarti sarjana atau S1 S2 atau

gimana, Kak? Ayi: Aku langsung dari SMA masuk ke sekolah desain yang… yang emang resmi fashion designer gitu, jadi langsung penjuruan gitu.

Edelia: He eh.

Ayi: Dan itu kalo bisa diliat dari gelar, kalo di sini di akuinnya sebagai Diploma 3... Edelia: Hm, okey... okey... kalo, emang kalo di luar apa, Kak?

Ayi: Jadi kalo misalnya setelah aku selesai sekolah aku kemarin, studi aku yang kemaren, dan aku mau melanjutkan ke tahap berikutnya kan

harusnya diploma ke S1 ya, tapi kalo misalnya aku gak bisa ke S1, jadi dari aku Diploma itu langsung ambilnya Master jalurnya aku kayak gitu.

Edelia: Hm, okey, okey, sistemnya seperti itu. He eh, baik, baik. Okey, Kak Ayi tadi aku dah tau, kalo Kak Ayi setuju-setuju aja dengan

kesetaraan itu tapi, Kak Ayi menurut Kak Ayi gimana, kan ada tuh berapa kayak case tertentu yah misalnya, sekarang ini memang nih lagi menggembor-gemborkan kesetaraan gender, tapi kan ada di satu sisi bahwa perempuan itu memang memiliki sebenernya kebutuhan khusus

ya? Jadi ya pada kodratnya kan memang harus disamakan tapi antara laki-laki dan perempuan sama-sama punya kebutuhan. Nah, itu menurut

Kak Ayi seperti apa sih Kak Ayi melihat bahwa pandangan “oh iya kalo perempuan itu harus dikhususkan” gitu? Ayi: Hm… Ege ulangin boleh nggak? Hahahaha (partisipan tertawa, nampaknya antara partisipan tidak menyimak karena berpikir cukup

lama).

Edelia: Boleh, iya jadi kan, Kak kalo perempuan itu dia kadang misalnya dalam bekerja lah ya misalnya, itu ada, kita ada misalnya cuti haid, cuti hamil, kemudian ada juga disaat kita cuti menyusui, atau bahkan cuti melahirkan, ya kalo gak salah. Nah itu, itu kan case-case tertentu

yang cowo itu tidak mengalami hal-hal seperti itu. Nah, maksudnya nah, itukan sebenernya perbedaan ya, Kak. Nah, sebenernya perbedaan.

Nah, menurut Kak Ayi seperti apa menanggapi hal itu, karena memang harus setara, tapi di sisi lain perempuan itu kebutuhan… Ayi: Kita juga punya kebutuhan lebih daripada pria gitu?

Edelia: Iya betul, nah, kan, seperti itu ya. Bener gak sih, menurut Kak Ayi, pandangan Kak Ayi mengenai hal itu seperti apa? Ayi: Hm… menurut aku dengan diberlakukan yang kayak perbedaan dari segi situ nggak akan mempengaruhi kinerja si individu itu ya, dia

cewe ataupun cowo gitu karena gimana pun juga dari psikis si cewe butuh yang namanya melahirkan, butuh yang namanya kayak menyusui

kayak gitu, dan gak ada masalah sih, kalo misalnya tetap diberlakukan itu walaupun kesetaraan gender tuh udah ada, emang kayak udah bawaan biologisnya seperti itu gitu.

Edelia: Okey... baik, baik... berarti menurut Kak Ayi ya, enggak ada masalah karena memang itu…

Ayi: Iya, kan toh kayak gak mempengaruhi kinerja juga, dan itu memang sudah bisa diatur dalam pola atau jam kantor gitu, jadi gak ada masalah sih.

Edelia: Okeh, baik.

Ayi: Gak mempengaruhi gitu. Edelia: Iya, iya, baik, Kak. Berarti di sini Kak Ayi ya… gak ada masalah itu bahkan perbedaan itu dan hak-hak itu merupakan salah satu

upaya kesetaraan itu kan?

Ayi: Iya, karena kalau objek kesetaraan ini adalah hasil pekerjaan yang sama, nah itu tidak mempengaruhi untuk bisa merubah hasil pekerjaan itu tadi gitu menurut aku sih.

Edelia: Iya, baik. Selama individu itu dia bisa bekerja…

Ayi: Bisa bertanggung jawab dengan apa yang dia ambil, gitu, itu gak ada masalah. Edelia: Iya... okey, baik Kak. Baik, kemudian kalau… baik, kalo… tadi itu Kak Ayi sempet bilang kalau Kak Ayi dari SMA, kemudian

langsung melanjutkan sekolah, kemudian apakah Kakak langsung bekerja di perusahaan ini sekarang atau seperti apa?

Ayi: Pada waktu kuliah, emang sempet magang, cuman magang gak lama yah, cuma probation doang gitu 3 bulan, terus habis itu lanjut kerja yang beneran tuh baru di tempat aku kerja sekarang. Jadi, ini bener-bener pertama kali aku officialy as karyawan tuh di sini, dari awal aku abis

kuliah.

Edelia: Hm, okey, oh berarti sempat ada magang tapi magang itu di luar kampus juga kan, ya, Kak? Maksudnya bukan… Ayi: Iya di luar kampus.

Edelia: Okey... dan itu magang itu udah lulus berarti posisinya?

Ayi: Belom, jadi in the middle of college, di tengah-tengah apa? aku ngampus, aku ambil magang, dan waktu itu magang aku bisa menyesuaikan, jadi, aku cuman ketemu weekend selebihnya aku tetep masuk kelas seperti biasa.

Edelia: Baik, okeh berarti Kak Ayi sudah 4 tahun, yah?

Ayi: Iya… udah 4 tahun. Edelia: Jalan 4 tahun bekerja.

Ayi: Juni ini aku genap 4 tahun di Bateeq.

Edelia: Hm... okey, iyah nah, menurut Kakak gimana lingkungan di perusahaan ini di Bateeq, apakah perusahaan ini itu juga menerapkan kesetaraan laki-laki dan perempuan, Kak, terutama pada karyawannya?

Ayi: Iya, banget. Di Bateeq, even di Dan Liris sama Efrata bener-bener keseteraan gender banget sih, bahkan kita juga CEO-nya cewe kan,

direktur-direktur kita rata-rata cowo, cewenya cuman paling bisa diitung jari lah, 2 gitu, tapi CEO kita sendiri kan cewe, jadi disitu sendiri jadi salah satu bukti di kantor emang bikin kesetaraan gender tuh ada gitu.

Edelia: Hm, selain CEO… karena adanya CEO itu, Kak jadi orang yang memimpin perusahaan, apalagi contoh nyatanya yang ditunjukkan

di perusahaan? Bentuk kesetaraan gender itu, bisa diceritain gak, Kak? Ayi: Hm... Mungkin kaya dari segi dipanggil meeting kaya gitu, kalo misalnya setiap meeting, kita lebih menurut golongan gitu sih jadi even

kalau kamu cewe, tapi golongan kamu setara dengan cowo yang rata-rata golongannya di atas, kamu tetep dipanggil, gak ada diskriminasi

dari ras sama gender itu. Edelia: Hm, okey… maksudnya golongan ini, tingkat, tingkatan jabatan?

Ayi: Level, tingkat jabatan.

Edelia: Hm... Okey, berarti di jabatan itu berarti mix yah, mau cewe atau cowo?

Ayi: Iya, bener-bener dinilai dari segi kinerja.

Edelia: Hm... Okey, berarti disini juga, gimana Kak dalam hak kalo pada saat meeting untuk mengemukakan pendapat?

Ayi: Iya, itu juga. Jadi gak masalah kamu cewe atau pun cowo, setiap kamu ngomong, mengemukakan pendapat, kamu tinggal ngomong aja dan gak ada yang akan mempermasalahkan itu.

Edelia: Hm... Okey, terus apalagi Kak Ayi, yang Kak Ayi lihat?

Ayi: Mungkin dari segi sosialnya juga, antara cowo dan cewe, mereka gak terlihat or terasa dominan gak terasa kayak... lebih otoriter daripada cewe gitu sih, mereka bener-bener sama in general, mereka kayak memperlakukan karyawan temen cewenya, kolega cewenya itu seperti

mereka memperlakukan kolega cowonya juga.

Edelia: Hm... Okey, ini sosial ini maksud Kak Ayi di mana nih? Kan Kak Ayi sekarang kerjanya di Jakarta, tapi, tadi sesekali ke Solo karena pusatnya kan ada di Solo, nah ini sosial yang Kak Ayi maksud di mana?

Ayi: Dua, dua-duanya sih, di Jakarta sama di Solo.

Edelia: Hm... Iya, iya, berarti itu contohnya apa nih yang Kak Ayi sering lihat dalam hal sosial itu? Ayi: Hm...

Edelia: Interaksi dari sama, apa... interksinya sama siapa? Misalnya Kak Ayi sama fotografer, atau misalnya Kak Ayi melihat rekan kerja kak

Ayi, atau seperti apa? Ayi: Iya, misalnya bisa kayak waktu ke interaksi sama fotografer, kita enggak harus ngikutin apa yang di-direct dari si fotografer itu, kita

bisa kalau kita punya kayak punya pendapat, kita bisa nge-direct mereka buat ngikutin kita, kayak gitu bisa juga dan kalau misalnya kayak

dari kolega, cowo gitu, temen kantor cowo juga kita tuker pikiran misalnya kalo misalnya dia bingung atau ada yang mau dia sharing atau diskusiin, dia kayak langsung discuss aja gitu kayak minta tolong, “eh kalo ini gimana ya” jadi kayak minta pendapat dari cewe, terus cewe

juga minta pendapat dari cowo dan kayak gitu sih, jadi enggak keliatan ada perbedaan.

Edelia: Okey... Iya, baik, baik, baik... Kemudian berarti tadi yang… Ayi: Jobdesc juga. Dari jobdesc, kalo misalnya selama aku desainer, ya, maksudnya sesama desainer, desainer aku kan juga ada yang cowo

yang di Solo, tim Solo aku, kalau misalnya kita dikasih sebuah project kaya gitu, kalau misalnya emang yang kosong waktu itu adalah yang

cewe, ya itu project turun ke cewe, tapi kalo misalnya yang kosong lagi si B, dan dia cowo, project itu turun ke yang cowo begitu. Edelia: Hm… okey, iya berarti bener-bener kalau bekerja ya based on kinerjanya, ya dan bukan gendernya, ya?

Ayi: Iya, he eh. Terlepas dari kaya misalnya kan ada beberapa hal yang bisa di diskusiin gitu contoh: nyetir kayak gitu... kalau misalnya

cewenya gak bisa, terus yang bisa yang cowo, yaudah cowo yang nyetir. Atau gak angkat barang, biasanya kita kalau sama anak toko yang ngebantuin, dia… kita bawa barang besar, nanti anak toko yang cowo, dia langsung bawain barang yang gede-gede kayak gitu yang cowo,

gitu, sih.

Edelia: Okey, berarti dari yang lelakinya juga ada inisiatif untuk membantu ya? Ayi: Iya untuk membantu. He eh... kayak misalnya fashion show gitu contohnya, memang kita gak ada mempermasalahkan mau dia cewe atau

pun cowo, cuman kita lihat lagi kondisi dan situasinya, misalkan mayoritas modelnya ada cewe-cewe, otomatis yang ngebantuin yang di belakang ada yang cewe juga, gitu dan kalo misalnya modelnya mayoritas cowo, otomatis yang ngebantuin kita di belakang cowo juga, gitu

jadi bisa didiskusiin sesuai situasi dan kondisi yang ada, kalau kaya gitu.

Edelia: Hm... Iya, iya, iya... Okey... karena itu kalau misalnya fasihon show itu ya lebih ke mereka ganti baju gitu ya, Kak, maksudnya? Ayi: Iya, he eh...

Edelia: Hm... okey, iya, nah ini kalau secara ini kan secara apa yah namanya... seperti ya meeting, pendapat, sosial, jobdesc gitu, kan itu secara

tindakan-tindakan gitu kan, nah, kalo untuk secara sarana, prasarana atau fasilitas yang disediakan oleh perusahaan untuk mengupayakan kesetaraaan gender itu ada gak, Kak?

Ayi: Hm... mungkin lebih ke kaya enggak ada batasan gitu kali ya, kalau mau ke Solo gitu, naik pesawat pun gak masalah, dia cewe atau pun

cowo, gak akan mempengaruhi kayak gitu? Edelia: Heeh? Itu maksudnya Kak Ayi nanya?

Ayi: Iya kayak gitu gapapa kan? Eh, bisa masuk gak, sih?

Edelia: Iya masuk, itu kan salah satu hak untuk perjalanan gitu. Ayi: Iya, hak perjalanannya disamaratakan sih, gitu...

Edelia: Hm, iya... kemudian apa? Ada lagi gak, Kak? Kalau di Jakarta sendiri nih, apalagi Kak Ayi kan di Jakarta ya yang merasakan langsung

seperti apa, tapi nanti kalau misalnya Kak Ayi sudah biasa di Jakarta, tapi karena sudah berjalan 4 tahun, Kak Ayi juga aware nih dengan kondisi di Solo, dan ingin… apa? ingin menceritakan itu juga gapapa.

Ayi: Hm... Sama aja sih, Solo sama Jakarta mah.

Edelia: Apanya nih, Kak yang sama? Ayi: Cara tadi cara... cara.... kalo misalnya mereka komunikasi sama mengambil keputusan tuh bener-bener setara antara cewe maupun cowo.

Edelia: Hm... Iya, iya, iya, iya... Okey... tapi kalau untuk fasilitas dan sarana itu? Seperti apa, Kak atau normal-normal aja, gak ada yang

khusus? Ayi: Normal sih wajar... kendaraan... terus fasilitas hotel... Oh, kecuali kalau kamar ya, tetep cewe dengan cewe dan cowo dengan yang cowo.

Edelia: Hm... iya itu karena kalo ini ya Kak, apa? ketika dinas ya?

Ayi: Kenapa? Iya ketika dinas. Edelia: Hm... Okey... itu Kak Ayi dinasnya berapa lama ke Solo berarti mampirnya?

Ayi: Normalnya tuh 3 harian, kalo misalnya di luar normal, itu sampai dengan seminggu atau 2 minggu.

Edelia: Hmmm... lama juga, itu... sebulan sekali? Atau gimana? Ayi: Biasanya yang normal sebulan sekali, itu 3 harian, tapi kalo misalnya sampe 2 minggu itu... setaun 2 kali lah...

Edelia: Hm... sebenernya bedanya apa sih, Kak? Maksudnya apa yang menyebabkan “Oke ini 3 hari ini” biasanya Kak Ayi ke Solo ngapain?

Kemudian bisa sampe 7-2 minggu ini eh apa 7 hari sampai 14 hari di Solo ini ngapain dan di Jakarta emangnya tidak bisa melakukan hal itu atau gimana?

Ayi: Dilihat dari porsi kerja. Jadi, seberapa banyak yang harus dilakukan di Solo, semakin banyak semakin lama juga kamu di Solo. Terus

kalo dari segi perbedaan Jakarta/Solo itu karena memang kan headquarters kita ada di Solo, nah itu yang seringkali mengharuskan kita secara rutin dalam sebulan 3 kali pergi ke Solo, karena mereka mengadakan meeting. Meeting yang ada CEO dan diikutin seluruh bagian. Nah, disitu,

dirasa akan lebih gampang memanggil yang di Jakarta untuk datang ke Solo, dibandingkan orang Solo yang dibawa ke Jakarta, karena

headquarters kita di Solo kan lebih banyak orang di Solo, gitu. Makanya, kenapa kalo cuman sekadar meeting aku cuman butuh waktu 3 hari, karena selain meeting aku cuman tinggal kontrol apa yang ada di Solo aja gitu, gak harus... literally seminggu lamanya karena memang gak

segitu banyak pekerjaan yang harus aku lakukan di Solo, karena poin utama cuman ngikutin meeting gitu, selebihnya ngikutin aja, mumpung

di Solo ya udah kayak ngontrol ini, ngontrol itu, gitu... cuman kalo emang pekerjaannya lagi banyak, aku dibutuhin untuk di Solo ya, itu seminggu sampai dengan 2 minggu...

Edelia: Hm... Okey, baik, baik, baik... Baik, dan itu juga yang Kak Ayi lihat juga gak ada perbedaan yah secara fasilitas apa semua sama, baik

yang di Jakarta atau di Solo?

Ayi: Heh eh, iya sama aja mau cewe juga kalo disuruh dateng pagi-pagi, ya harus dateng bisa gitu, even mau ampe malem juga kalo dibutuhin

ya juga harus, gitu.

Edelia: Hm... Okey, okey... berarti selain itu, itu yang tadi nih Kak Ayi, aku ulang lagi ya, yang upaya atau tindakan yang sudah dilakukan perusahaan Dan Liris atau Efrata terkait mendukung kesetaraan gender, yang pertama mulai dari panggilan meeting, kemudian,

mengemukakan pendapat... kemudian, secara sosial berinteraksi itu mau cewe mau cowo gak ada masalah... kemudian, secara jobdesc juga

dilihat ya, yang sempet siapa gitu kan? Terus untuk kayak aktifitas-aktifitas seperti yang biasanya dilakukan oleh cowo, seperti nyetir atau angkat barang tapi itu kalo bisa dilakukan oleh cewe bisa, yaudah dilakukan tapi… Heeh, terus…

Ayi: Jadi lebih bener-bener... ke… ea lanjut...

Edelia: Iyah... iyah... kemudian sama fashion show itu kan, itu kan salah satu case-nya, nah, iya tadi kak Ayi mau melanjutkan apa? Ayi: E... Cuman itu sih intinya kayak even angkat-angkat barang, itu cewe juga ngelakuin, tapi itu lebih ke kayak komunikasi, jadi antara

masing-masing orang bukan antara gender ya… jadi kayak kalo misalnya dia cewe dan kebetulan dia cowo, terus abis itu misalnya yang cowo

gak kuat lagi ada sakit apa, terus yang cewe lebih mampu, ya kita lakuin pake yang cewe kayak gitu. Edelia: Iya, iya, iya, itu menurut Kak Ayi, itu sudah merupakan salah satu upaya perusahaan untuk mewujudkan kesetaraan gender tersebut

ya?

Ayi: Iya dan itu salah satu bukti nyata yang terjadi di lingkungan sih. Edelia: Hm... Okey, baik, baik… Nah, selama di… Kak Ayi ini kan sebagai karyawan di perusahaan, apakah Kak Ayi pernah merasa tidak

nyaman ketika bekerja yang kaitannya dengan ketidakadilan gender di perusahaan, ada gak, Kak?

Ayi: Gak pernah sih... sejauh ini aku kerja, gak ada. Edelia: Okey... berarti… berarti kak Ayi gak pernah mengalami langsung?

Ayi: Hm… iya... gak pernah.

Edelia: Heeh... kalo pernah mendengar dari orang lain gak, Kak? Bentuk ketidakadilan itu, baik biasanya dilakukan oleh rekan kerja, atau pimpinan, atau bahkan misalnya… ya bisa siapapun lah gitu, yang melakukan ketidakadilan tersebut, ada gak, Kak?

Ayi: Hm... gak ada sih...

Edelia: Kenapa, sorry? Ayi: Gak... gak ada...

Edelia: Gak ada yah? Sebuah tindakan ketidakadilan itu?

Ayi: Enggak... justru malah kadang cewenya yang lebih vokal daripada orang cowonya di tempat ini. Edelia: Oh, gitu ya, Kak? Jadi maksudnya, maksudnya gimana tuh?

Ayi: Em... kaya apa namanya, malah cowo, orang karyawan cowonya yang lebih merasa cewe-cewe di perusahaan ini lebih dominan gitu.

Edelia: I-iya... jadi apakah kira-kira menurut Kak Ayi laki-lakinya merasa minder atau gimana? Ayi: Aku enggak ngerti sih, becandaan doang sih, ya. Jadi, kayaknya gak akan mempengaruhi ini... kayanya enggak sih, tetap kesetaraan

gender banget sih kalo disini. Edelia: Oke baik... berarti gak ada masalah ya, baik kepada manajer, direktur, atau kolega-kolega yang lain gak ada ya?

Ayi: Gak ada.

Edelia: Okey. Nah ini kemudian berhubungan sama jajaran yang lain nih, Kak Ayi kan di atas… e… di…di bawahi oleh Creative Director sebagai pimpinan Mbak, nah, bener gak?

Ayi: Iya.

Edelia: Betul… dan kemudian kebetulan laki-laki juga? Ayi: Heeh...

Edelia: Heeh... Nah, itu bagaimana komunikasinya yang terjadi apakah tetep nyambung atau kadang suka ada miss atau seperti apa? Karena

kan kita tahu sendiri bahwa perempuan dan laki-laki kan memang orientasi untuk komunikasinya dan pemikirannya berbeda yah... Nah, itu apakah sempet ada permasalahan atau gimana, Kak?

Ayi: Kalo sama Creative Director aku sendiri, enggak, karena mungkin kita sama-sama dari background yang sama which is fashion design,

jadi lebih satu bahasa gitu, karena kalo dari sekolah juga kalo dilihat dari sekolah, cewe mau pun cowo kan mendapatkan pendidikan yang sama, jadi aku rasa itu salah satunya kenapa kalo aku ngomong sama orang desain, walaupun dia cowo, itu... akan lebih nyambung

dibandingkan aku ngomong sama cowo yang di luar desain.

Edelia: Hihihi (penliti tertawa), begitu ya? Ya, iya sih, Kak karena memang sama-sama satu bidang gitu ya? Ayi: Iya...

Edelia: Heeh okey. Nah, tapi kan secara bekerja, ketika bekerja, Kak Ayi itu kan tidak hanya berinteraksi dengan Creative Director, tetapi

memungkinkan juga untuk berinteraksi dengan divisi yang lain di luar desainer, betul gak, Kak? Ayi: He eh...

Edelia: Nah itu, biasanya divisi-divisi apa sih yang biasanya berinteraksi dengan Kak Ayi, biasanya?

Ayi: Mmm... merchandising, pertokoan, sama marketing. Edelia: Hm... dan ini ada yang laki-lakinya atau campur atau gimana?

Ayi: Campur, ada cewe, ada cowo. Sama gudang, orang yang kayak sering banget berkomunikasi sama desainer tuh lebih ke gudang sih

karena kita butuh bahan-bahannya semuanya dan kayak dia yang megang gitu.

(46:20-1:07:16)

Edelia: Hm, baik, ini berarti gudang yang paling sering berinteraksi? Ayi: He eh. Eh, enggak sih, sama rata ding, sorry sama rata kok.

Edelia: Oke, baik, dan ini cewe cowo dan tetep tidak ada masalah komunikasi di situ, ya?

Ayi: Iya, sama sekali enggak. Edelia: Hm, okeh. He eh, ini kebanyakan di Solo, ya, Kak?

Ayi: He eh.

Edelia: Baik, baik. Nah, ini kan Kak Ayi berinteraksi juga sama… maksudnya bikin baju, artinya juga bikin produk… apa? Produksi gitu kan? kayak ada yang jahit, seperti itu, nah itu termasuk di divisi yang mana ya, Kak?

Ayi: Itu produksi.

Edelia: Hm, okay, berarti Kak Ayi juga berinteraksi dengan bidang produksi… Divisi Produksi itu, ya? Ayi: Iya.

Edelia: Atau itu termasuk gudang?

Ayi: Enggak, itu termasuk… itu beda sih. Kalo mau disebutin salah satu, banyak sih. Tadi kan kayak ada pertokoan, marketing, gudang, produksi, merchandising, terus ada pembelian umum, penjualan umum, itu yang sering kita ini.

Edelia: Okeh, dan enggak ada masalah, ya apalagi berin… walaupun berinteraksi dengan banyak divisi, tapi Kak Ayi tidak merasa ada masalah

di situ?

Ayi: Iya, gak ada masalah, sih.

Edelia: Okeh… Kalo pun ada masalah, apakah masing-masing, setiap individu itu, maksudnya mau membuka dirinya untuk

mengkonfirmasi…? Ayi: Iya, kan tergantung… apa? Kayak topiknya apa, terus tiba-tiba ada masalahnya di mana, kita langsung ngomongin ke objeknya itu

objektif, jadi gak ke subjektif lagi cowo dan cewe, kayak gitu, enggak.

Edelia: Okeh, baik. Kak Ayi, lingkungannya kalo di Jakarta dan di Solo menurut Kak Ayi ada perbedaan, gak?

Ayi: Lingkungan… tentu beda sih. Edelia: Secara lingkunga, ya, tempat kerja, gitu? Sama? Beda? Bedanya gimana tuh, Kak?

Ayi: Beda, dong. Gimana pun juga karena beda kota, beda kebiasaan, beda gaya hidup, itu pasti akan memengaruhi juga dari lingkungan

kantornya, ya. Terus bedanya, di Jakarta lebih fleksibel, dibandingkan di Solo. Edelia: Fleksibelnya maksudnya ini dalam hal apa aja nih, Kak?

Ayi: Hm… dalam hal waktu bekerja. Jadi, misalnya kalo di Solo kan karena kita kantornya ada di dalam pabrik. Jadi, sebagian besar kita

mengikuti aturan pabrik dimana mereka punya aturan kerja dari jam sekian sampai jam sekian, tet! Kerja bener-bener selesai, kayak gitu. Nah, kalo di Jakarta, kita lebih fleksibel karena kita juga sering ada hambatan lalu lintas yang padat, jadi, kalo misalnya kita off hours pun

dibutuhkan, kita kayak di-expect untuk tetap kerja di situ, kalo di Jakarta, ya, gitu.

Edelia: Hm, he eh iya, iya. Okeh berarti memang… berarti tadi sempet dibedakan, ya, beda kota berarti beda juga kebiasaan dan gaya hidupnya. Nah, selain flexibility itu, apalagi tuh, Kak yang membedakan? Kalo gaya hidupnya memang kenapa, Kak?

Ayi: Mahal dong di Jakarta, kan beli makannya aja lebih mahal daripada di Solo. Hahaha (partisipan tertawa).

Edelia: Hihihi (peneliti tertawa). Iya, maksudnya kayak kaitannya dengan ketika Kak Ayi bekerja gitu, suasananya, mungkin? Ayi: E… kalau suasananya sih… beda juga sih, bedanya itu kita lebih… lebih santai, lebih chill, lebih ber-… apa ya? ngomongnya gak jelas,

ya, aku. Lebih santai aja gitu kalo misalnya ngomong yang… atau meeting gitu, gak harus… gak harus dipersiapkan seperti di Solo, karena

mungkin kalo di Solo kan orangnya lebih banyak. Jadi, kaya harus ada yang schedule, harus kayak ada sekretaris yang ngumumin ini itu segala macem kayak lebih teratur dan tersusun, gitu kalo di Solo. Kalo di Jakarta, kita bisa secara spontan karena emang orangnya enggak sebanyak

di Solo, jadi secara spontan kalo dibutuhin ya kita butuh meeting, ya udah kita langsung meeting di tempat, gitu.

Edelia: Hm, iya, iya, iya. Ayi: Dan kalo dari segi lifestyle, ya udah jelas tadi, makanannya aja udah lebih mahal daripada Solo. Hihihi (partisipan tertawa).

Edelia: Iya, dan apakah itu memengaruhi dalam pekerjaan juga, Kak?

Ayi: Oh, enggak sih kalo itu. Edelia: Hm, okey, terus kalo secara ininya… Kak, tempat kerjanya gimana?

Ayi: Tempat kerja…

Edelia: Kalo Kak Ayi kan tadi kalo di Solo itu pabrik, terus kantornya… kantornya juga ada di dalam pabrik, gitu kan? Nah, lalu kalo di Jakarta kondisinya seperti apa dan gimana?

Ayi: E… kondisi kantornya, kalo di Jakarta lebih homey karena kita gak gabung ama pabrik kalo di Jakarta. Kalo yang di Solo, kadang suka lebih panas aja sih, karena mungkin pabrik ya, suasananya.

Edelia: Hm, iya, tapi memang lebih luas ya, Kak yang di Solo ini?

Ayi: Iya, sekian hektar sendiri, gitu. Edelia: Hm, okay, dan ini juga berarti karyawannya cukup banyak, ya, Kak?

Ayi: 8.000-an karyawan.

Edelia: Waw… banyak, yah. Ayi: Iya, oh, iya kalo di Jakarta, itu juga kita mobilitasnya lebih tinggi dibandingkan di Solo.

Edelia: Mobilitasnya ketemu siapa aja nih, Kak, maksudnya? Mobilitas…

Ayi: Misal kalo di Solo, e… memang orang lebih banyak di sana, tapi kalo kita datang mau ke kantor di Solo, kita cukup dateng ke satu kantor dan semua orang udah ada di situ, gitu kan dan paling kemana-mana juga keluar, kalo desainer cuman ke toko kain, gitu, selebihnya itu semua

dilakukan di kantor. Kalo di kantor Jakarta, kita e… sering banyak event yang mengharuskan kita standby kan di setiap titik itu dilangsungin,

gitu. Terus kita meeting dengan perusahaan lain gitu, kita harus ketemu di public spot, mungkin kadang di café, kadang di kantor si klien, kayak gitu loh. Yang mana misalnya itu di Solo, semuanya bisa dilakukan di satu kantor.

Edelia: Okeh, okeh, dan Kak Ayi pernah merasakan hal itu, pernah melakukannya juga di Solo? Maksudnya kan kalo di Jakarta kan, karena

Kak Ayi di Jakarta berarti memang sering melakukan hal-hal itu, kayak event, atau kumpul, harus meeting di public spot gitu. Ayi: Iya.

Edelia: Nah, kalo di Solo, berarti sama sekali tidak pernah melakukan hal itu?

Ayi: Iya, bener-bener semuanya aku lakuin di kantor sih kalo di Solo. Edelia: Oh, jadi orang kalo misalnya mau ketemu, misalnya klien atau apa juga di kantor, ya?

Ayi: Datengnya ke kantor, iya.

Edelia: Hm… Ayi: Meskipun kadang kala di Jakarta juga begitu. Jadi, kadang kala emang ke kantor, gitu, yang perlu kita di Jakarta, cuman lebih banyak

kita dateng ke mereka sih dibandingin kalo di Solo. Kalo di Solo sama sekali gak pernah pokoknya yang perlu, ada keperluan apa segala

macem, pasti dateng ke kantor kita di Solo, beda sama di Jakarta. Edelia: Hm, okay, berarti kalo kayak gini, secara pengeluaran gimana, Kak, secara cost? Apakah itu maksudnya apa ya? di-reimburse sama

perusahaan atau hitungannya seperti apa?

Ayi: Di-reimburse. Kita ada supir juga, driver sama mobil perusahaan kan di Jakarta, kemana-mana bisa nganter cuman kalo misalnya dia lagi gak bisa nganter, kita pake taksi dan itu bisa di-reimburse.

Edelia: Hm, okeh, okeh. Kalo di Solo, berarti juga ada fasilitas ini juga, ya, Kak?

Ayi: Iyah, sama. Edelia: Okeh, baik. Iya, berarti untuk saat ini, Kak Ayi gak ada… gak memiliki kewajiban khusus di rumah gitu, kan untuk keluarga, kan

belum menikah juga, ya, Kak Ayi?

Ayi: He eh. Kalo untuk keluarga sih, enggak. Kewajiban kantor aja paling. Edelia: Hm, iya, sama paling kewajiban mengaktualisasi diri Kak Ayi, ya? Hihihi (peneliti tertawa).

Ayi: Iya hihihi (partisipan tertawa).

Edelia: Iyah, salah satu… maksudnya Kak Ayi juga freelance, maksudnya bikin brand sendiri, itu juga salah satu bentuk Kak Ayi juga ingin mengaktualisasi diri, ya, selain bekerja?

Ayi: Iya, kalo freelance, sama aja sih kayak kerja, cari duit juga ujung-ujungnya. Hihihi (partisipan tertawa).

Edelia: Iya, iya, sebenernya kenapa… apa yang menyebabkan Kak Ayi e… apa ya? memutuskan untuk ini… pekerjaan yang lain di luar mengerjakan desain untuk Dan Liris?

Ayi: Hm, kayaknya mungkin aku gak mau bergantung dari satu penghasilan aja, gitu, loh. Jadi, dan kebetulan kayak ada yang butuh aku juga,

terus aku juga masih ada kemampuan, kenapa aku enggak aku bantu dan juga di sisi lain, aku juga mendapatkan keuntungan kan? Jadi, sama-

sama membutuhkan, aku juga membutuhkan keuntungan lebih dari satu titik, dan dia juga butuh kemampuan aku gitu, jadi kenapa enggak.

Edelia: He eh, dan apalagi juga perusahaan tidak melarang, bahkan mendukung gitu ya?

Ayi: Iya, bahkan mendukung, tapi emang prioritas utama, kantor. Jadi, misalnya lagi ada meeting atau apa, pasti aku sesuaiin sama jam kantor aku, gitu.

Edelia: Hm, okeh, iya, iya. Berarti ini karena murni… murni karena penghasilan Kak, mandiri secara finansial? Apa ada alasan lain?

Ayi: Kalo freelance murni secara penghasilan, tapi kalo yang satunya emang bikin project sendiri, itu idealisme.

Edelia: Hm, okay, idealismenya ini maksudnya apa nih? Ayi: Lebih ke yang tadi… yang eksplorasi diri sendiri.

Edelia: Okeh, eksplorasi diri sendiri, okeh. Nah, ini kan Kak Ayi gak cuma bekerja, juga freelance, juga bikin, juga eksplor diri. Nah, ini

gimana caranya Kak Ayi mampu untuk mengatur gitu, membagi waktunya itu seperti apa? Ayi: Hm… skala prioritas aja sih. Jadi, misalkan e… kan memang prioritas utama aku di pekerjaan kantor, cuman aku masih… sepanjang aku

bekerja kan, aku masih ada waktu-waktu luang, kayak lagi off hours gitu, aku bisa isi sama kegiatan aku yang lainnya, gitu sih. Terus kalo

lagi emang, kantor lagi gak terlalu padet, aku kan lebih fleksibel lagi buat bikin prioritas lainnya di luar kantor. Edelia: Oh, iya, berarti pekerjaan Kak Ayi di kantor ini juga enggak melulu tuh kerjaaaa mulu, jadi ada nafasnya, ya, setidaknya?

Ayi: Iya, kan tetap ada peraturan jam 8 sampe jam 5, kan, sebenernya, dan hari Sabtu aku libur. Jadi, aku cuman kerja Senin sampe Jumat.

Edelia: Hm, iya, iya. Ini berlaku di Jakarta aja atau di Solo juga berlaku, Kak? Ayi: Cuman di Jakarta, karena kalo di Solo, Senin ampe Jumat, eh sampe Sabtu (partisipan meralat pernyataannya).

Edelia: Okeh, itu menurut Kak Ayi kenapa kok ada perbedaan seperti itu?

Ayi: Karena kalo di Solo pulangnya jam 4 sore, kalo di Jakarta pulangnya jam 5 sore. Jadi, kalo di total secara satu minggu, itu sebenernya sama, gitu, cuman kalo di Jakarta, Sabtu dibuat libur.

Edelia: Hm, okay, okay, baik. Jadi, secara jam kerja juga sebenarnya tidak ada perbedaan, ya, mau di Jakarta atau pun di Solo.

Ayi: Iya, he eh. Edelia: Okay, berarti e… Kak Ayi ini bilang tadi skala prioritas. Okay, hm, cara bagi waktunya dengan skala prioritas. Nah, ini, Kak Ayi

dapatkan ilmunya, maksudnya tahu-nya ini tahu sendiri aja atau Kak Ayi cari-cari tahu atau emang perusahaan juga kasih informasi?

Ayi: Engga sih, itu based on experience aja, apa yang kita alamin aja, gitu, belajar dari situ, gitu. Edelia: Hm, based on experience. Ini experience di mana nih, Kak Ayi memangnya?

Ayi: Karena kayak aku kan… dulu aku juga sempet ambil kuliah sertifikasi sebenernya, waktu selama kerja. Jadi, itu kan aku harus ngebagi

waktu Senin-Jumat aku kerja, terus Sabtu-Minggu, aku ikut kuliah, kayak gitu aja gitu. Jadi, gimana kita ada waktu kosong, ya udah kita masukin aja, tapi kalo misalnya kita emang gak kosong, kita emang gak memaksakan buat masukin itu, gitu.

Edelia: Hm, okay, okay, baik, berarti perusahaan belum ada ini ya… belum ada sharing atau kasih tahu Mba caranya untuk supaya bagi waktu

itu belum ada usaha tersebut, ya? Ayi: Engga sih, enggak, itu di luar pekerjaan sih, di luar kantor banget aku belajarnya.

Edelia: Iya, iya, iya, okey, based on experience. Nah, berarti e… Kak, ini salah satu, kan Bu Michelle sebagai owner perusahaan juga mendukung pekerjaan Mba di luar… di luar pekerjaan utama Mba nih sebagai desainer Bateeq. Nah, itu…

Ayi: Kenapa? Support? Keputus, Ge.

Edelia: Halo, halo? Udah jelas belom? Ayi: Halo, he eh.

Edelia: Iya.

Ayi: Udah, udah, tadi ulangi. Edelia: Iya, Bu Michelle sebagai owner perusahaan itu kan mendukung… mendukung pekerjaan Kak Ayi nih yang di luar kerjaan utama?

Nah, menurut Kak Ayi apakah itu merupakan bentuk dari perusahaan itu memerhatikan kehidupan Kakak, baik sebagai karyawan, juga sebagai

personal, jadi diri Mba, diri Kakak sendiri? Ayi: Iya, I think so, sih, karena Bu Michelle tuh e… percaya dengan dia tidak membatasi karyawannya, otomatis dia memberi ruang untuk

karyawannya lebih berkembang lagi, gitu dan dia memilih lebih baik memiliki karyawan berkembang daripada karyawan yang tidak

berkembang dong? Edelia: Iya, okeh, apakah ada hal, apa sih, Kak salah satu dukungan nyata, dukungan real yang Ibu Michelle berarti kan pada saat ini

konteksnya, itu lakukan untuk mendukung Kakak selain dari pekerjaan utama?

Ayi: E… waktu itu Bu Michelle bahkan dia pernah sponsorin aku. Jadi, aku kan bikin baju di luar kantor pake brand aku sendiri, terus dengan apa? E… Bu Michelle, dia nge-support secara kain, secara pembuatan, di… enggak cuman untuk aku tapi untuk pihak ketiga yang

menyelenggarakan event itu, itu sih salah satu bentuk support Bu Michelle, dan dia kan juga tahu karyawannya adalah salah satu yang

mengikuti event itu. Jadi, itu salah satu bentuk real yang Bu Michelle kasih untuk dia men-support karyawannya supaya lebih berkembang di luar kantor.

Edelia: Hm, okay, okay, Kak Ayi bisa disebutkan ini event-nya ini apa?

Ayi: Event Jakarta Fashion Week Menswear Fashion Show, gitu. Terus apa namanya? Di situ memang dari Jakarta Fashion Week-nya sendiri sudah menghubungi langsung ke Bu Michelle, dan di situ Bu Michelle tahu aku a part of Jakarta Fashion Week designer, terus Bu Michelle

nge-acc untuk nge-support bahan dan pembuatan selama produksi satu koleksi menswear, iya.

Edelia: Hm, okey, okey. Ini disponsorin, di-sponsor-innya acaranya atau secara gimana, berarti maksudnya…? Ayi: Sponsor-in acara jatuhnya.

Edelia: Hm, okay, tapi ada Kak Ayi juga ya disitu?

Ayi: Iya, dia juga tahu aku ada di situ. Jadi, otomatis kan dia gak masalah dan malah men-support karyawannya yang juga berkarya di luar kantor.

Edelia: Hm, okey, okey, baik, Kak. Tapi selain Bu Michelle, apakah ada yang lain yang menurut Kak Ayi juga mendukung di dalam

perusahaan? Ayi: Hm…

Edelia: Atau menurut Kakak udah cukup, wah CEO-nya aja, owner perusahaannya aja sudah seperti ini, gitu, jadi e… Kak Ayi menganggap

bahwa perusahaan sudah support saya gitu. Ayi: Hm… Iya sih, udah cukup sih, soalnya kan apa yang dikatakan owner, maka semua sistemnya akan ngikutin dia kan. Jadi, even bawah-

bawahnya juga membantu. Oh! Bahkan kayak direkturnya juga ikut bantuin karena kalo owner kan dia e… hanya memberikan keputusan gitu,

tapi selama eksekusi kan yang ngejalanin tim, kan yang ngejalanin timnya. Nah, selama berjalannya waktu dan berjalannya eksekusi itu, aku banyak tanya-tanya dan banyak discuss sama timnya, dan timnya sangat open untuk bantu aku secara real, kayak ngebukain gudang buat cari

bahan, terus ngirim bahan langsung direct ke rumah aku, terus open for discussion, kayak gitu.

Edelia: Hm, jadi tim direksi gitu, ya, Kak maksudnya? Ayi: Tim Pembelian Umum. Biasanya kayak tahu tentang kayak bahan, terus yang emang pegang kunci buat gudang, kayak gitu, mereka open

banget, kayak ngebantuin gitu.

Edelia: Oh, okay.

Ayi: Padahal aku juga kayak e… di luar ini kan, maksudnya aku juga orang kantor, tapi waktu itu karena aku beda sama desainer yang lainnya,

jadi aku butuh waktu sendiri, jadi aku kayak butuh appointment sendiri, gitu, dan aku masih kayak diladenin gitu.

Edelia: Oh, ini berarti konteksnya masih dalam perlombaan yang di Jakarta Fashion Week itu, Kak? Ayi: E… udah bukan lomba lagi sih, ini setelahnya.

Edelia: Hm, okay, okay, berarti ini pekerjaan ya, maksudnya?

Ayi: He eh.

Edelia: Hm, okay. Kok tadi Kak Ayi bilang kalo Kak Ayi sendiri, maksudnya gimana desainer sendiri? Ayi: E… Jadi, itu kan dikurasi sama Jakarta Fashion Week kan sama desainer-desainer yang dia pilih buat ngisi acara itu. Nah, sementara

Jakarta Fashion Week ada kerjasama sama Dan Liris, terus desainer-desainer yang dia pilih dia kurasi, terus aku salah satunya. Nah, mereka

kayak kasih e… kasih waktu di mana desainer-desainer ini bisa turut ikut langsung datang ke pabrik untuk ngomongin tentang bahan, kayak gitu, dan karena waktu itu aku gak sempet karena aku lagi di luar negeri. Jadi, aku gak sempet ikut ke rombongan mereka, jadi aku butuh

waktu lain buat meeting sama orang kain, gitu. Jadi, aku appointment sendiri dan itu di situ aku dibantu secara full tanpa ada yang kurang sih.

Edelia: Hm, iya, wah luar biasa, ya, Kak. Ayi: He eh.

Edelia: Ini tadi Kak Ayi e… sempet mention ini ya, dijagurasi, ya?

Ayi: Dikurasi. Curated. Kurasi. Edelia: Okay, iya, iya, ya, berarti walaupun Kak Ayi ini, diberikan akses ya, walaupun ternyata pada saat itu Kak Ayi ternyata berhalangan,

tapi masih bisa diberikan akses untuk itu.

Ayi: Iya, berhalangan, he eh.

Sesi Tanya Jawab II

Pertanyaan mengenai kinerja CorpComm menjalankan employee communication.

(1:07:17-1:31:36)

Edelia: Oke, baik. Okay, Kak Ayi, pertanyaan seputar kesetaraan gender sudah selesai. Nah, kemudian ini selanjutnya aku akan

e…melanjutkan fase kedua, pertanyaan kedua, yaitu tentang kinerja Corporate Communication yang… Ayi: Corporate Communication?

Edelia: Iya, atau Public Relations yang lebih sering dikenalnya, begitu.

Ayi: Oh, okay. Edelia: Nah, dalam melakukan komunikasi internal atau kepada karyawannya.

Ayi: He eh.

Edelia: Gitu, jadi salah sat… Okeh, kemudian kita mulai aja, ya untuk fase berikutnya itu… Kak Ayi tadi sudah bekerja 4 tahun dan awalnya… awalnya dulu pas SMA sekolah desain khusus (ralat maksudnya sekolah tinggi sejajar universitas), kemudian magang dulu, dan akhirnya

memutuskan untuk e… bekerja di Bateeq. Nah, pertama kali waktu itu Kak Ayi bisa… itu gimana, kok bisa direkrut gitu, apakah Kak Ayi melamar atau gimana?

Ayi: Jadi, kalo di kampus aku itu ada namanya career day. Nah, di situ e… didatengin beberapa perusahaan-perusahaan yang memang dia

lagi merekrut, gitu, dan salah satunya adalah perusahaan yang aku kerja sekarang, Bateeq. Di situ jadi, memang kebetulan ketemunya di kampus aku, terus di situ aku kasih CV aku secara langsung dan ternyata aku dihubungin. Dan waktu dihubungin, aku ngejalanin interview

kedua, di situ langsung ketemu sama CEO-nya dan di hari yang sama, aku diterima dan dikenalkan sama seluruh tim.

Edelia: Oh, wah, itu berlangsung berapa lama, Kak? Ayi: Hm… dalam kurun waktu sebulan, ya?

Edelia: Cepet juga ya, berarti.

Ayi: Cepet sih itu. Bahkan, itu kayak udah lagi balik ke Jogja, bentar, terus langsung dipanggil lagi ke Jakarta karena disuruh interview. Edelia: Hm, okeh, nah masalahnya pada waktu itu kan, career day itu, ibaratnya waktu itu banyak kan perusahaan-perusahaan yang, ya…

maksudnya juga desain juga lah yang perlu gitu, kan, apalagi khusus untuk fashion kan apalagi kalo masuk ke kampus, Kak Ayi. Nah, berarti

Kak Ayi ini gak hanya melamar CV di Bateeq kan? Ayi: Oh, iya. Kebetulan aku ngelamarnya di Jakarta tuh ada di 3 tempat, terus 1-nya di Bali. Nah, kebetulan aku diterima di Jakarta di 2 tempat

sama 1 di Bali. Jadi, di waktu yang bersamaan di situ aku kayak mesti mutusin dalam sebulan tadi, akhirnya aku pilih yang di Jakarta, di sini,

di Bateeq. Edelia: Oh, okey, kenapa waktu itu, alasan utama atau ada beberapa alasan kah yang menentukan akhirnya okeh saya di sini, itu, apa, Kak?

Ayi: Hm, karena sebenernya waktu dulu tuh pertimbanganku adalah dari segi ini, ya, kota, terus sama idealisme, sama apa yang bener-bener

aku butuhin, gitu. Oh, ya sama 1-nya di Jogja, Jadi, 2 di Jakarta, 1 di Jogja, 1 di Bali. Nah, kalo menurut aku, yang akhirnya aku milih dari segi yang aku butuhin which is aku mau tahu kayak pengetahuan dasar sistem operasional dari manufactures. Nah, di situ e… dari situ sendiri

yang di Bali udah gak bisa tuh karena gak termasuk dari ini aku, karena di Bali, dia bukan manufacture, bukan pabrik. Nah, sisa di Jogja 1

sama yang di Jakarta 2, akhirnya aku pilih di Jakarta. Kenapa? Karena kalo aku pikir aku di Jogja, aku akan stay in my comfort zone, terus aku takutnya gak berkembang karena terlalu enak di rumah sendiri. Jadi, aku milih untuk di luar kota. Akhirnya, aku yang di Jogja, enggak, terus

tinggal tersisa 2 kan di Jakarta. Nah, antara 2 ini di Jakarta, sama-sama manufactures, sama-sama punya pabrik yang besar, sama-sama ngebuat

untuk brand-brand yang besar juga, tapi yang membedakan adalah yang satu dia pure manufacture, pure pabrik yang mengerjakan desain-desain luar dan yang satu, dia pabrik tapi ternyata dia juga punya brand-nya sendiri dan dia ada eksistensi di Jakarta Fashion Week, event.

Nah, di situ kayak aku bisa ngambil dua-duanya, aku bisa dapet sistem manufactures dan aku tetep bisa dapet event-event yang bergengsi di

Jakarta Fashion Week, gitu, di fashion, gitu. Jadi, akhirnya aku pilih Bateeq. Edelia: Hm, okay. Iya, iya, berarti karena ketertarikan itu, ya, Kak Ayi…?

Ayi: Iya, jadi kayak dilihat dari segi kebutuhan, dari segi keinginan, sama ya, objektif yang aku pilih tadi, gitu.

Edelia: Hm, okay, Kak Ayi berarti memilih untuk bekerja di Bateeq karena Kak Ayi itu kan butuh pengetahuan dasar untuk operasional manufacture, itu terpenuhi, terus kemudian masih juga pengen keluar dari comfort zone, itu juga terpenuhi, terus ternyata kebetulan keinginan

Kak Ayi untuk mengeksplor diri, maksudnya oh ada juga nih event-event, jadi biar gak bosen juga, ternyata itu juga ada, gitu, ya.

Ayi: Iya, he eh. Edelia: Iya, kemudian akhirnya memilihlah di Bateeq.

Ayi: Iya.

Edelia: Waktu itu branding-nya itu seperti apa sih, Kak, maksudnya aku penasaran di as, maksudnya yang pas di sekolah, college Kakak itu, mereka itu presentasinya itu as apa brand-nya? Dan Liris kah, Bateeq kah, Efrata, atau gimana?

Ayi: Mereka present as Dan Liris, Bateeq, gitu. Jadi, emang mereka gak presentasi satu-satu di atas stage, di depan semua orang banyak,

enggak, jadi kalo career day di tempat aku adalah di satu aula, semua perusahaan yang dipanggil tuh punya stand masing-masing dan kita yang tertarik, kita bisa dateng ke stand itu dan cari tahu lebih, gitu. Nah, saat aku cari tahu lebih aku dateng ke stand itu, di situlah mereka

presentasi kecil-kecilan gitu, memperkenalkan perusahaannya mereka.

Edelia: Hm, okay. Kak Ayi berarti tahu ada Bateeq di situ, maksudnya orang kan, Kak Ayi termasuk orang yang awam gak sih Dan Liris itu

apa?

Ayi: Iya, awam banget.

Edelia: Iya kan, jadi kayak kurang…? Jadi dari awalnya gak tahu, sampe akhirnya oh di ada begini, begini. Nah, itu Kak Ayi riset sendiri atau… maksudnya informasi-informasi kayak gitu dikumpulkan dari mana?

Ayi: E… awalnya sih karena kebetulan enggak sengaja. Jadi, awalnya aku gak dateng ke stand-nya Bateeq ini, tapi temen aku yang dateng.

Nah, aku menemani temen aku, terus aku duduk juga di sebelahnya temen aku, terus e… ternyata di situ, maksudnya ada Head Designer-nya,

sekarang udah resign, tapi waktu itu Head Designer-nya yang kayak e… memperkenalkan tentang perusahaan itu, terus di situ aku ga terlalu tertarik sama Bateeq, soalnya kan aku menswear, aku lulusan menswear, dan Bateeq waktu aku masuk tuh menswear-nya enggak ada

desainnya, gitu.

Edelia: Oh ya? Ayi: Bener-bener cewe, bener-bener womenswear aja, gitu. Nah, waktu aku nemenin temen aku tadi yang dia womenswear, aku juga ditanya

gitu, kamu ini juga gak papa kirim aja. Oh, terus aku bilang, aku bukan womenswear, aku menswear, nah di situ Head Designer-nya juga

ngomong ke aku, oh gak papa, kita juga mau nge-develop menswear-nya juga kok, kita lagi mau ngelebarin ini kita, apa? Kayak kategori kita. Jadi, kamu kalo emang menswear, kita juga siapa tahu butuh kamu nantinya karena kan under develop masih. Oh, gitu, ya udah, oke, gak

papa, akhirnya aku iseng, kirim juga, gitu. Ternyata, e… waktu dipanggil, dihubungin balik, terus aku di-interview kedua kalinya, di situ baru

mereka bilang kalau mereka saat itu sama sekali gak ada menswear, desain menswear mereka bener-bener yang standar, sama sekali belum terolah, dan di situ diharapkan aku masuk buat mengolah menswear-nya mereka. Jadi, baru setelah aku masuk, baru ada menswear-nya, kayak

gitu, sih. Dulu, sebelumnya, enggak ada.

Edelia: Hm, okay, okay, berarti Kak Ayi termasuk pioneer menswear, ya di Bateeq? Ayi: E… yang pertama, iya. Kok kayaknya serius banget kalo pioneer. Hahaha (partisipan tertawa). Aku gak confident.

Edelia: Hahaha (peneliti tertawa).

Ayi: Ya, pokoknya yang pertama aja sih, karena dia kan enggak ada jadi ada, gitu, biar gampang dibedain. Hihihi (partisipan tertawa kecil). Edelia: Iya, iya, nah ini Kak Ayi mau tanya juga, lah ini Kak Ayi sempet juga di-interview langsung oleh CEO?

Ayi: Iya.

Edelia: Oh, itu berarti sebelumnya ada dua kali interview? Ayi: E… sebelumnya ada sekali interview yang di kantor, eh di kampus aku doang, ketemu HRD sama Head Designer. Terus waktu

dihubungin, itu kan interview aku yang kedua, nah itu ketemu CEO-nya langsung di kantor.

Edelia: Oh, okay, di situ ada siapa aja tuh, Kak? HRD juga berarti? HRD, Head Designer, CEO? Ayi: Ama HRD. Oh, waktu di kampus cuman Head Designer ama HRD, nah waktu aku dateng di kantornya itu ada Head Designer sama

CEO-nya doang, 2 orang.

Edelia: Hm, okay, okay, okay, dan itu di Jakarta, ya dilakukannya, ya? Ayi: Iya, di Equity Tower.

Edelia: Oh, waktu itu di Equity. Ayi: He eh, waktu itu belum ada kantor di Sisinga. Jadi, pertama, aku ngantornya di Equity.

Edelia: Oh, begitu, berarti yang di Sisinga itu kantor baru?

Ayi: Baru. Edelia: Oh…

Ayi: He eh.

Edelia: Baru berapa lama itu, Kak? Ayi: Hm… 2 tahunan.

Edelia: Oh, belum lama, ya.

Ayi: He eh. Edelia: Oh, dulu Kak Ayi sempet di Equity, berarti sempet berubah, dan itu maksudnya tetep vibes-nya juga nyaman-nyaman aja, ya, anak-

anaknya juga asik-asik, seperti itu, ya?

Ayi: Iya. Iya. Edelia: Yang tadi dibilang kalo chill, kayak gitu, ya, berarti gak ada, ya… nyaman-nyaman aja, ya?

Ayi: Iya, nyaman-nyaman aja sih, even sama orang yang apa? Divisi lain, juga nyaman-nyaman aja.

Edelia: Hm, okay, berarti selama empat… berjalan nih selama 4 tahun, Kak Ayi masih jabatannya desainer ya? Ayi: Iya, selalu staf desainer, gitu.

Edelia: Okay, he eh. Nah, yang pertama kali menjelaskan deskripsi tugas Mba, eh Mba kan, job desc Kakak…?

Ayi: Kenapa sih? Edelia: Iya, soalnya kemarin aku abis interview juga sama orang Solo, Kak.

Ayi: Siapa aja emang? Mba Yunita yah?

Edelia: Hm? Siapa? Ayi: Eh, kamu di Solo, tapi Dan Liris?

Edelia: Iya, eh, enggak, maksudnya Efrata juga. Aku sempet wawancara Mba Anita sama Mba Nuke.

Ayi: Oh… kamu sama Mba Anita juga? Loh, kamu dapet contact Mba Anita dari mana? Edelia: Loh, kan aku pernah kenalan di JFW, kan?

Ayi: Oh, iya, ya? Ampe lupa aku. Soalnya Mba Anita kan baru di Efrata, tadinya kan dia di AG, aku lupa kalo kamu masuk udah ada Mba

Anita. Edelia: Oh, iya, iya. Iya, oh, baru juga ya Mba Anita itu di Efrata, di Efrata?

Ayi: Iya, dia baru pegang Efrata, sebelumnya di AG.

Edelia: Hm, iya, tapi, wah dia sih udah lama banget Kak di Dan Liris, hehehe (peneliti tertawa). Ayi: Iya, dia di Dan Liris-nya udah lama, kalo di Efrata-nya dia kayak setahun atau setahun setengah gitu, dia baru masuknya.

Edelia: Iya? Oh, okey, okey, okey.

Ayi: Tapi tadinya dia di ini… Dan Liris, terus di AG, terus abis itu Bu Michelle pindah di Efrata, nah di situ aku baru ketemu Mba Anita. Edelia: Hm, iya, iya. Waktu itu aku udah sempet ketemu Mba Anita yang waktu mau presentasi itu loh… yah, gak tahu lah mungkin…

Ayi: Hah? Lupa, sumpah.

Edelia: Ya, pokoknya mau presentasi klien lah. Ayi: Hm.

Edelia: Kayak gitu, dan waktu itu udah mepet-mepet. Ke JFW juga, dan di JFW kan ada Mba Anita juga, dateng. Ya, jadi ya… aku kan

interaksinya sama Mba Anita, Kak Putri, sama ada Kak Anna juga kan? Ayi: Oalah, iya sih, kamu kan dulu anak magangnya Kak Putri, ya. Aku sampe lupa. Hehehe (partisipan tertawa).

Edelia: Hahaha (peneliti tertawa). Memangnya aku siapa, Kak?

Ayi: Hahaha (partisipan tertawa). Terus, terus?

Edelia: Iya, haduh sampe lupa tadi di mana, oh, iya, iya, Mba yah tadi. Okeh, terus…

Ayi: Eh, Mba Anita… Mba Anita sama siapa lagi, kamu?

Edelia: Mba Nuke, tahu gak? Ayi: Oh… iya, iya. Mba Nuke kamu juga tanyain kayak gini?

Edelia: Iya.

Ayi: Oh, okay, hahaha (partisipan tertawa gak nyangka).

Edelia: Hehehe (peneliti tertawa). Kenapa emang Kak Ayi, Mba Nuke-nya? Ayi: Enggak, dia kan baru juga jadi Kepala Produksi di Solo.

Edelia: Iya. Loh, emang sebelumnya di mana?

Ayi: AG. Edelia: Iya, iya.

Ayi: Ambassador.

Edelia: Iya, oh berarti Kak Ayi tahunya mereka itu di AG, abis itu gak lama… berarti lamaan Kak Ayi gitu, kalo di Efrata? Ayi: Kalo di Efrata, iya, lamaan aku, tapi kalo di Dan Liris, lamaan mereka kali. Aku gak tahu tuh mereka dari tahun berapa.

Edelia: Oh, iya, hm… dan kebetulan mereka berdua temenan, gitu.

Ayi: Hm. Edelia: Jadi, aku dapet contact-nya dari mereka. Eh, dari Mba Anita itu.

Ayi: Oalah.

Edelia: Seperti itu. Ayi: Kamu berarti dari Efrata, e… berapa orang, Dek, Del?

Edelia: Empat.

Ayi: Mba Nuke, Mba Anita, aku, Sasha. Edelia: Iya, Kak.

Ayi: (partisipan diam, tidak menjawab)

Edelia: Halo? Ayi: Halo.

Edelia: Iya, Kak. Kenapa?

Ayi: Kak Putri, enggak? Edelia: Aku kemarin itu pengen coba Kak Putri, cuma Kak Putri tuh lagi hektiiiiikk banget. Aku udah coba…

Ayi: Iya sih, dia sibuk banget sih.

Edelia: Aku udah coba, aku udah contact-contact dia, Kak, tapi dianya gak nge-read gitu kan, terus maksudnya responnya cukup lama. Jadi, maksudnya aku kayak… apalagi ya, aku tahu kan gara-gara masker itu, lah, apa… Kak Putri juga cerita e… iya nih, sorry, Del, gini-gini, lagi

hektik gini-gini, pokoknya Kak Putri cerita juga, terus kayak haduh gak enak banget, gitu kan. Jadi, ya udah deh, akhirnya… Ayi: Iya, soalnya ini kan ngejar mau libur lebaran, kantor Solo, tutup, jadi dia harus ngejarin semua sebelum minggu depan which is kemarin,

Jumat tuh kemarin dia.

Edelia: Oh, ya? Ini berarti udah mau libur, Kak Ayi? Ayi: Iya, jadi kantor Solo tuh libur dari minggu depan sampai awal Juni.

Edelia: Ho… berarti tetep ya, tetep kayak biasa, ya?

Ayi: Kenapa? Edelia: Kayak biasa aja, kan, libur lebaran.

Ayi: Lebih panjang sih, lebih kayak misalnya kayak cuman seminggu, tapi ini diberlakuin dua minggu gitu.

Edelia: Hm, iyah. Iya, bener, kemarin juga cerita sih Kak Putri, aku tuh maaf banget semalem tuh, eh kemarin itu aku bener-bener harus ngejar itu tuh yang tadi Kak Ayi bilang.

Ayi: He eh, iya, bener, dia sibuk sih.

Edelia: Iya, jadi kayak aduh, aku juga kan kayak at the same time aku juga contact Kak Ayi, gitu kan, dan Kak Ayi, bisa, jadi ya, udah Kak Ayi aja. Sebenernya sama aja, maksudnya mau Kak Putri, mau Kak Ayi, mau Kak Sasha itu sama aja karena kan kriterianya pun sesuai, gitu,

karyawan… karyawan Dan Liris dan perempuan, kayak gitu. Jadi, ya, sebenernya sama aja.

Ayi: Iya. Edelia: Gak ada perbedaan sih, gitu, tapi kita udah… sebelumnya aku udah contact-contact-an sama Kak Putri, tapi ternyata Kak Putri gak

bisa, ya sudah deh, okeh. Kak Ayi, kita lanjutin ya. Nah, pas yang HRD itu kan tadi, Kak Ayi udah nih direkrutmen ya sama HRD, Head

Designer, sama CEO. Nah, siapa yang menjelaskan atau mendeskripsikan pekerjaan Kakak tuh siapa, ngapa-ngapainnya, job desc-nya? Ayi: Hm… aku lupa. Awalnya tuh kayaknya si Head Designer, gitu, terus yang netapin kayak aku menswear itu CEO-nya.

Edelia: Hm, okay, okay, lah selama ini…

Ayi: Tapi, ya aku sembari berjalannya waktu, aku ngerjain semua sih, Del. Jadi, kayak cewe, anak kecil, gak ngerti juga. Hehehe (partisipan tertawa).

Edelia: Iya, iya, iya. Nah, ini Kak Ayi dijelasin semua prosesnya di Jakarta atau di Solo?

Ayi: Di Jakarta, semuanya. Edelia: Oh, berarti pas itu memang udah pindah ke Jakarta, gitu?

Ayi: Belom, belom. Aku emang… kan di Jakarta, emang stay-nya, cuman lagi pulang tuh aku ke Jogja waktu dipanggil interview. Terus ya

udah deh aku beli tiket ke Jakarta cuman buat interview doang. Edelia: Hm, okay, iya, iya.

Ayi: Terus balik lagi ke Jogja karena itu waktu jamannya puasa, jadi belum Lebaran gitu, loh. Jadi, aku balik lagi ke Jogja dan masuk kantornya

pas Lebaran, eh pas setelah Lebaran. Edelia: Hm… iya, iya, iya, terus kemudian tahunya kalo pusatnya ada di Solo, Kak Ayi tau dari mana?

Ayi: Waktu di-interview pertama, waktu masih di kampus itu udah dibilangin headquarters-nya tuh ada di Solo, jadi kalo daftar di sini,

masalahnya gak kalo kamu harus sering bolak-balik kota, luar kota, karena kan beberapa orang mungkin ada yang keberatan kan kalo musti mobilitas kayak gitu, cuman aku gak masalah, jadi, ya udah.

Edelia: Hm, okay. Berarti sebelumnya udah dikasih tahu juga, ya.

Ayi: He eh. Edelia: He eh, berarti waktu itu, Kak Ayi, tapi awalnya memang dari yang gak tahu itu perusahaan apa, sampe akhirnya… sampe akhirnya….?

Ayi: Tahu.

Edelia: Tahu, ya. Ayi: Iya dan itu yang presentasiin aku tuh, CEO-nya sendiri waktu aku interview kedua. Jadi, dia kayak punya power point gitu tentang kayak

ini e… perusahaan profil lah, brand profile-nya gitu, terus dia kayak cerita, jadi kita tuh bergerak di bidang ini, perusahaannya tuh segini

dengan karyawan sekian, gimana nih, apakah kamu masih tertarik, kayak gitu tuh CEO-nya sendiri yang nanyain aku. Sebelumnya, aku belum

searching-searching di Google, gitu, belum. Baru aku tahunya tuh dari dia langsung yang presentasi gitu.

Edelia: Oh, gitu… Itu as Bateeq, ya, Kak?

Ayi: As Bateeq, karena aku masuknya yang buat Bateeq. Edelia: Hm, iya, iya, itu… hal itu juga dilakukan oleh… maksudnya Kak Ayi nih kan desainer nih, nah hal itu itu apakah juga diperlakukan

hal yang sama desainer yang lain? Kak Ayi kan timnya ada berapa orang?

Ayi: Kalau yang sekarang, timnya ada 3, eh ada 2 sih.

Edelia: Maksudnya gimana, 2 orang? Ayi: He eh.

Edelia: 2 orang di Jakarta?

Ayi: dan di Solo ada 4. Edelia: Di Solo ada 4, okeh. 2 orang di Jakarta dan 4 orang di Solo. Nah, yang di Jakarta ini apakah juga mendapatkan kesempatan yang sama

dengan Kak Ayi, waktu itu dipresentasikan langsung oleh CEO, atau bagaimana?

Ayi: Waktu angkatan aku, iya, tapi angkatan setelah aku, enggak. Jadi, e… aku tuh… setelah aku tuh ketemunya cuman sama aku sama Head Designer, udah, udah gak ketemu ama CEO lagi, tapi yang waktu angkatan aku dulu, kan dulu sebelum aku masuk ada satu orang baru juga

masuk, nah dia juga sama, langsung ketemu CEO, terus dipresentasiin sama CEO-nya gitu, tapi setelah aku, enggak, gitu.

Edelia: Hm, okay, apa mungkin karena… menurut Kak Ayi kenapa, kok bisa? Ayi: Kalo menurut aku sih karena ininya udah mulai banyak timnya, dulu kan timnya masih belum ada. Jadi, mungkin CEO eager untuk

ngejelasin langsung gitu loh. Kalo sekarang, timnya udah mulai ada dan emang kayak udah, kayak kuat kayak gitu, ya, jadi dia juga udah

mempercayakan gitu, Edelia: Hm, iya, iya, iya. Berarti Bateeq waktu itu masih belum lama, ya, Kak, atau gimana?

Ayi: Iya. Waktu itu masih belum lama sih kayaknya. Eh, aku lupa deh.

Edelia: Okeh… He eh? Ayi: Mungkin…. Eh, enggak tahu deh aku lupa. Hehehe (partisipan tertawa)

Edelia: Hihihi (peneliti tertawa). Okeh, ini, Kak Ayi kok berdua doang di Jakarta?

Ayi: Iya, kan soalnya aku mau ke Jogja, tapi dikarantina, misalnya pulang. Edelia: Hah, maksudnya?

Ayi: Eh. Oh, maksudnya ini di kantor?

Edelia: Iya. Ayi: Tuh kan, aku gak nyambung kan, aku kira kamu nanyain aku mudik apa enggak. Hehehe (partisipan tertawa). Ini udah kepengen mudik,

ini lihat berita, orang-orang pada mudik, jadi pengen mudik, gitu. Jadi, di Jakarta tinggal aku sama Sasha, Del.

Edelia: Oh, iya? Ayi: Soalnya tadinya tuh ada satu baru masuk, tapi e… gak lulus probasi, jadi keluar.

Edelia: Probasi itu apa, ya, Kak? Ayi: Probation.

Edelia: Hm… emang ada kayak gitunya?

Ayi: Iya, kalo di sini, Bateeq desainer, di sini juga 3 bulan dulu probation, kalo lulus lanjut, kalo enggak yah, di-cut. Tapi kalo misalnya probation, dibayar juga kalo di sini.

Edelia: Oh, maksudnya itu masa percobaan gitu?

Ayi: Iya, masa percobaan. (1:31:37-1:51:22)

Edelia: Itu biasanya ngapain sih, Kak, kalo karyawan yang di, sedang melakukan probation itu?

Ayi: Langsung ini sih, langsung terjun ke pekerjaan. Jadi, enggak ada basi-basi apa gitu, segala macem, enggak. Jadi, langsung terjun ke pekerjaan, cuman masa probation 3 bulan ini buat kantor melihat apakah dia itu mampu, apakah dia itu sesuai ekspetasi dari atasan atau

enggak, gitu.

Edelia: Oh, okay, okay. Okay, Kak, nanti kita ngobrolnya di luar rekaman aja deh, hehehe (peneliti tertawa). Ayi: Hihihi (partisipan tertawa kecil) iya.

Edelia: Okay, okay, Kak Ayi kita e… lanjut lagi.

Ayi: He eh. Edelia: Okeh, berarti iya sih, tapi Bu Michelle itu sudah… pas angkatannya Kak Ayi menjelaskan tentang brand itu, brand Bateeq, tapi

setelah, setelah udah ada tim, kemudian orangnya juga udah banyak, dipercayakanlah ke Kak Ayi sama Head Designer.

Ayi: Iya. Eh, tapi kemaren terakhir, karena kita juga kan Creative Director kita masih baru juga, kan? Edelia: Oh, iya, he eh?

Ayi: Jadi, Bu Michelle waktu nge-rekrut desainer baru, dia tetep ketemu langsung sih.

Edelia: E… maksudnya gimana, sorry, karyawan yang mana nih, Kak? Yang ikut masuk… Ayi: Jadi, kan setelah aku udah sempet gak ketemu lagi, nah terus beberapa saat kemudian, ada beberapa perubahan, ini itu keluar, ini itu

masuk. Jadi, kayak masih e… awal-awal perubahan kayak ini, Bu Michelle akhirnya, kalo ada desainer masuk, dia juga ikut interview.

Edelia: Oh, okay, berarti ini, setelah yang ikut, yang karyawan yang masa probation ini Ibu Michelle akhirnya turun? Ayi: Iya.

Edelia: Semenjak apa, baru yang kemarin ini?

Ayi: He eh, baru yang kemaren. Edelia: He eh, okeh, karena kebetulan Creative Director-nya baru dan supaya melihat juga, ya.

Ayi: He eh.

Edelia: Okeh, okeh, dan Kak Ayi juga dilibatkan di situ, ya? Ada Kak Ayi juga pada saat interview itu. Ayi: Enggak sih. Jadi, kemaren tuh prosesnya cuman e… apa namanya? Si CEO, sama Creative Director itu mereka juga gak tergabung. Satu,

satu, jadi si ini yang anak baru ini masuk ke ruangan yang ada Bu Michelle dulu, baru dia masuk ke ruangan yang ada Pak Ari-nya.

Edelia: Oh gitu. Ayi: Terpizzahh.

Edelia: Oh, aku kira bareng-bareng, tapi waktu pas… pas, Pak Ari ini Creative Director, ya?

Ayi: He eh. Edelia: He eh, tapi pas waktu Kak Ayi, satu ruangan?

Ayi: Iya, pas aku dulu pertama kali di-interview, satu ruangan.

Edelia: Oh, okeh, okeh, okeh. Ayi: Dan belum ada Creative Director, Creative Director-nya masih Bu Michelle sendiri sih, CEO.

Edelia: Hm, iya, dan sekarang ada perubahan ya?

Ayi: He eh.

Edelia: Dan menurut Kak Ayi gimana, apakah perubahan itu, perubahan yang terjadi di Bateeq ini membawa perkembangan yang positif atau

masih masa penyesuaian, adaptasi semuanya, jadi masih banyak yang harus apa ya? Yah, masih banyak kah problem atau seperti apa?

Ayi: Iya, masih adaptasi sih. Edelia: Okeh, masih adaptasi. Jadi, e… Kak Ayi mengalami kesulitan di mana?

Ayi: E… enggak, kalo kesulitan sih engga, cuman kalo bisa dibilang membawa ke seberapa positif, seberapa perubahannya itu e… berubah gitu, masih belum bisa aku lihat, karena masih baru banget, jadi kayaknya masih proses adaptasi juga, dari segi Creative Director-nya, dari

kita sebagai timnya juga.

Edelia: Hm, okay, dan menurut Kak Ayi, proses adaptasinya itu kira-kira bakal berlangsung berapa lama? Ayi: Ya, dua season lah.

Edelia: Hm, okay.

Ayi: Dua sampe tiga season, we’ll see. Edelia: Okeh, berarti di sini Kak Ayi belum menentukan keputusan, ya?

Ayi: Iya. Enggak bisa dilihat sih, kalo menurut aku, sekarang.

Edelia: Okeh, jadi jalanin aja. Ayi: He eh. Sekalian berjalan.

Edelia: Okey, tapi apakah dalam proses adaptasi itu banyak, ada masalah?

Ayi: Hm, ada masalah sih enggak, mungkin lebih ke perbedaan pendapat. Jadi, beda inilah, beda sudut pandang, beda pendapat, beda cara kerja, itu pasti lah, makanya kita lagi sama-sama buat enaknya gimana nih, gitu.

Edelia: Hm, itu caranya seperti apa, Kak, yang sudah dilakukan?

Ayi: Contoh real-nya? Edelia: Iya, kan ini cara kerjanya beda, kemudian perspektifnya juga beda. Nah, cara untuk, iya e… pelan-pelan mengadaptasi jadi biar sama-

sama tahu, gimana?

Ayi: E… ini sih, penyesuaian. Jadi, kan itu kebiasaan kan? Semakin lama dia… eh semakin lama orang baru ini masuk ke sebuah lingkungan, malah kan semakin biasa juga dia, gitu. Jadi, memang harus berdasar waktu karena menurut aku, ini masih sebentar, masih belum terbiasa,

jadi, emang harus ditunggu, gitu caranya.

Edelia: Hm, okeh. Ayi: Untuk bisa biasa, ngebiasain, gitu.

Edelia: Okeh, berarti di sini Kak Ayi menuntut untuk supaya yang baru bisa mengikuti kebiasaan yang biasanya di kantor, atau…?

Ayi: Contohnya tuh kayak ini aja, jadi kayak misalnya kita kan kerja sistemnya udah manufacture, pabrik, kita punya kayak schedule, timelines sendiri kayak gitu, kan. Nah, e… kalo gak biasa ngikutin schedule dari manufactures, mereka pasti akan agak ter-… ter- apa ya? ter- apa ya,

pokoknya kalo misalnya gak bisa ikut sistem tuh biasanya mereka akan bertanya kenapa e… harus seperti itu, gitu, kenapa kalo misalnya ada perubahan, kenapa, ternyata prosesnya panjang, ya, gak bisa langsung secara praktis, gitu. Karena misalnya kita kerja sendiri kan, akan lebih

praktis buat ngegantiin, eh sorry sorry, buat… kalo misalnya kita kerja sendiri, kalo misalnya ada perubahan akan lebih praktis buat langsung

mengganti, gitu. Tapi, kita sudah berhubungan dengan sistem, kita sudah berhubungan dengan schedule yang teratur, kita gak bisa merubah secepat yang kita bisa lakukan itu sendiri, kan, karena hubungannya sama banyak orang, gitu.

Edelia: Iya, iya. Hm, dan kebetulan e… Creative Director ini apa? Kan kalo…

Ayi: Terbiasa dengan… kerja dengan timnya sendiri, gitu, jadi lebih enak mungkin, gitu kan. Edelia: Oh, okay, dan sedangkan kalo di perusahaan itu kan pabrik, manufacture…

Ayi: Iya, manufacture yang dia punya timeline-nya sendiri, jadi harus memang, susahnya itu harus yang biasanya bisa kerja lebih cepat dengan

ini tim yang lebih kecil gitu, harus menyesuaikan schedule yang udah ada. Edelia: Okeh, iya. Terus cara untuk ambil jalan tengahnya seperti apa, Kak? Ada upaya…

Ayi: Jalan tengahnya, ya kita ngelihat dari deadline-nya aja udah. Jadi, kalo misalnya kita harus mutusin sesuatu, kalo misalnya deadline-nya

sudah deket, ya kita mau gak mau harus ngikutin itu. Jadi, kita jadiin deadline itu sebagai acuan, itu sih jalan tengahnya. Edelia: Hm, okay, iya, iya. Okay, Kak Ayi, nah kemudian Kak Ayi berarti ini masih masa adaptasi ya sama Creative Director yang sama…

ya, pimpinan Mba ya, ibaratnya, bener gak?

Ayi: Iya, he eh. Edelia: Iya, okey, betul. Kemudian, Kak Ayi tahu gak kalo dalam waktu beberapa belakang terakhir ini, ada informasi terbaru apa yang

diberitahukan oleh…

Ayi: Informasi apa tuh? Tentang apa? Edelia: Tentang perusahaan, apapun, ada yang tahu gak? Selain…

Ayi: Hm…. Itu sih paling. Kita lagi produksi masker karena sebelumnya kita belum pernah produksi masker dan kayak ada, ada kayak situasi

Covid kayak gini, pabrik jadi memproduksi masker yang banyak, gitu, sama baju APD, itu informasi itu sih, paling. Edelia: Hm, he eh, okay, tapi Kak Ayi apa? Maksudnya desain tetep Bateeq, tetep jalan kan?

Ayi: Tetep, tetep jalan. Pokoknya dari segi desain, semua berjalan normal, yang memang ada perubahan hanya di produksi, karena kan

memang yang diproduksi yang tadinya enggak diproduksi jadi diproduksi kan seperti itu, contohnya masker. Jadi, perubahannya di situ. Edelia: Oh, okay, okay, tapi berarti dari Kak Ayi tetep berjalan seperti biasa, ya?

Ayi: Iya.

Edelia: Okeh, informasi kemarin… Kak Ayi tahu gak kalo perusahaan Dan Liris habis ulang tahun? Ayi: Gak tahu, Ege, aku gak hafal. Hehehe (partisipan tertawa).

Edelia: Oh, kurang tahu ya. Apa emang gak pernah dirayain atau gimana?

Ayi: Enggak. Biasanya tuh dibikin acara, cuman kalo misalnya kayak gini gak bisa juga kali bikin acara. Edelia: Iya, tapi, oh, memang Kak Ayi tahu memang biasanya kayak gak Covid kayak gini, selalu dibikin acara yang ulangtahun itu?

Ayi: Iya, selalu, Efrata, Dan Liris, Ambassador, kalo lagi ulang tahun selalu ada acara dan itu semuanya di Solo acaranya.

Edelia: Oh, gitu, dan tapi diundang kan yang dari Jakarta? Ayi: E… diundang cuman enggak diwajibkan gitu loh.

Edelia: Oh, tapi kalo…

Ayi: Jadi, otomatis yang dateng lebih yang di Solo, di Jakarta sih ini sih, cuman yang di… apa? Cuman yang memang sedang di sana gitu. Edelia: Ho…okay, berarti diundang tetapi tidak diwajibkan, tapi kalo misalnya mau dateng itu…?

Ayi: Iya, gak papa, gak papa juga.

Edelia: Okey, dan itu diperboleh… maksudnya biayanya dari perusahaan kan? Ayi: Iya, biaya transportasi di perusahaan

Edelia: Hm, okay, dan, tapi Kak Ayi pernah dateng gak atau enggak?

Ayi: Halo?

Edelia: Halo, Kak Ayi.

Ayi: Ah, sorry, keputus tadi. Kenapa?

Edelia: Tapi Kak Ayi pernah dateng ke acara… acara event di perusahaan? Ayi: Eee… (partisipan menjawab cukup lama), pernah sekali, tapi lupa itu event apa. Hehehe (partisipan tertawa). Ini deh kayaknya, ulang

tahun Efrata.

Edelia: Ho… okay.

Ayi: Tapi itu karena kebetulan aku di sana gitu, tapi kalo misalnya aku hanya datang untuk event, enggak sih. Edelia: Hm, iya, iya, iya, kenapa tuh, Kak, alasannya?

Ayi: Karena e… kan gak diwajibin juga, terus biasanya yang dateng itu adalah kayak Kak Putri, kayak gitu tuh dateng, karena dia sekalian

ada meeting, meeting yang ngewajibin golongan dia buat dateng. Nah, aku sama Kak Putri kan golongannya beda, gitu. Saat golongannya Kak Putri diwajibin dateng buat meeting dan sekalian dateng buat itu, aku tuh gak harus gitu. Jadi, aku enggak ikut gitu, sih.

Edelia: Hm, okay, dan biasanya…

Ayi: Dan enggak ada kepentingan juga, gitu loh. Edelia: Iya, iya, iya, dan lebih memilih untuk melakukan aktivitas yang lain, seperti itu ya, karena tidak diwajibkan.

Ayi: Iya, he eh.

Edelia: Oh, waktu itu Kak Ayi pernah ikut ulang tahun Efrata, waktu itu Kak Ayi ngapain? Ayi: Gak ngapa-ngapain sih.

Edelia: Seperti apa suasananya, Kak?

Ayi: Cuman karena kebetulan itu lagi ada urusan kan di Solo, terus lagi ada pada ngerayain ulang tahun itu. Hm, pada diminta pake kostum, karena ada lomba kostum juga sebenernya, cuman gak harus semuanya harus pake kostum gitu, enggak sih. Yang wajib tapi yang ini, yang

ikut meeting, jadi ada meeting gitu biasanya, nah yang ikut meeting itu wajib untuk pake kostum, cuman di luar itu, enggak terlalu.

Edelia: Hm, okay, iya, iya, iya. Ini memang kalo setiap ulang tahun, memang selalu ada meeting atau gimana, Kak? Ayi: Enggak sih, waktu itu karena bertepatan sama quartal meeting, kayaknya, aku lupa, itu antara ulang tahun Dan Liris atau ulang tahun

Efrata, gitu, yang bertepatan sama itu.

Edelia: Berarti itu udah lama, ya? 3 tahun yang lalu atau 2 tahun yang lalu? Ayi: Lupa… Hehehe (partisipan tertawa).

Edelia: Okey, gak papa, tidak papa. Okeh, berarti ini Kak Ayi juga gak tertarik untuk mengetahui informasi terbaru dari perusahaan, ya,

tertarik gak sih, Kak, pengen tahu? Ayi: Informasi, e… tertarik lah, maksudnya kita gak tertarik pun, pasti kita diinfoin gitu.

Edelia: Oh, ya, diinfoin?

Ayi: He eh, oleh perusahaan. Edelia: Siapa, siapa, Kak yang biasanya menginformasikan hal itu?

Ayi: Biasanya HRD. Kadang-kadang kayak direktur ininya, operasionalnya, kayak gitu, tapi biasanya dari HRD sih. Edelia: Apa biasanya, informasi seperti apa, Kak yang biasanya disampaikan oleh HRD itu?

Ayi: Biasanya mereka kasih informasi, kan di WA gitu kayak ditulis kayak, buat semua karyawan Efrata atau Dan Liris, misalnya kayak

kemaren masker, kita sekarang lagi jualan masker, ya. E… kita sekarang juga udah mulai jual APD, ya, dan APD ini udah resmi, udah official kita mengikuti aturan dari pemerintah, ya, gitu. Jadi, for your information, kita sekarang bikin ini, kayak gitu, misalnya.

Edelia: Hm, okay, selain gara-gara Covid ini, ada apalagi tuh informasi yang waktu itu sempet juga dibagikan dan nyantol waktu itu di Kak

Ayi? Ayi: Hm, itu sih, masker, terus abis itu kayak baju APD, terus juga karena Covid kayak gini kan, jadi semakin gak relevan stand-alone store,

jadi lebih di-push di penjualan online, kayak gitu.

Edelia: Hm, okay, iya, tadi gak bisa di-push di penjualan offline, maka di-push-nya di penjualan online. Ayi: Iya, jadi yang tadinya penjual… mungkin yang tadinya kayak penjualan online kita itu di nomor dua setelah store, stand-alone store gitu,

tapi sekarang dibalik, jadi kayak penjualan online kita nomor satu, baru yang stand-alone store-nya kayak yang mengikuti, gitu.

Edelia: Oh, iya, iya, okey. Oh, itu di WA Grup itu ada… WA Grup di mana, Kak? Ayi: Semua. Semua karyawan Efrata.

Edelia: Oh, okay, itu bagian HRD yang menginformasikan?

Ayi: Kenapa? Edelia: Itu berarti bagian HRD yang me-… menginformasikan?

Ayi: Iya, HRD, kadang juga Direktur Produksi, kadang juga direktur lain, bagian lain, pokoknya yah kita kerja satu tim gitu, jadi gak harus

semuanya apa-apa HRD, gitu. Edelia: Hm, okay, okay, okay. Nah, itu berarti… berarti gak selalu… kalo misalnya ada progress atau ada yang terbaru, itu selalu di-update

di grup itu, ya?

Ayi: (partisipan tidak menjawab). Edelia: Halo?

Ayi: Halo?

Edelia: Kak Ayi denger gak? Ayi: Iya, denger, tadi keputus.

Edelia: Halo, berarti setiap… setiap progress selalu di-update kan?

Ayi: Ih, keputus, Edel, gak denger. Edelia: Hah? Halo, enggak kedengeran?

Ayi: Halo, denger? Jelas gak aku?

Edelia: Jelas. Aku? Ayi: Jelas, sekarang jelas.

Edelia: Okeh, okeh ni Kak Ayi berarti karena satu tim, berarti siapapun bisa memberikan informasi ya?

Ayi: Kenapa? Satu tim, berarti apa? Edelia: Bisa memberikan informasi tentang perusahaan.

Ayi: E… kenapa? Keputus.

Edelia: Bisa memberikan informasi perusahaan. Ayi: Iya, bisa.

Edelia: Hm, okay. Iya, tapi Kak Ayi cukup tahu aja kan, seperti itu, ya?

Ayi: Kenapa? Edelia: Halo?

Ayi: Halo.

Edelia: Coba aku putus, ya.

Ayi: Ih, putus-putus, Edel.

Edelia: Ya udah aku putus, aku matiin dulu, nanti aku telfon lagi, ya?

Ayi: Okeh. Edelia: Okeh, Kak. (peneliti mematikan telepon karena sinyal yang tidak stabil daritadi, dan mencoba menelpon kembali).

Ayi: Halo.

Edelia: Halo.

Ayi: YES! Edelia: Okeh, udah denger suara aku?

Ayi: Denger.

Edelia: Okay, Kak Ayi, aku mau nanya nih, informasi perusahaan seperti visi, misi, coporate value, atau brand value, itu Kak Ayi tahu gak? Ayi: Ih, putus-putus, Edel.

Edelia: Waduh.

Ayi: Kalo kamu telfon di WA, ini gak, apa sih, bisa gak? Voice call? Edelia: Hah? Sorry, kenapa, Kak?

Ayi: Kalo voice call di WA, gimana?

Edelia: Hm, voice call di WA, tapi kan ini… atau pake Zoom aja atau gimana, ya? Enggak, kalo di WA… Ayi: Putus-putus.

Edelia: Halo. Kalo di WA itu, Kak. Halo?

Ayi: (partisipan mematikan telepon karena sinyal tidak stabil). Edelia: Okeh, sebentar, kita matikan, kita hentikan terlebih dahulu rekamannya.

(00:00-23:59)

Ayi: Iya, semoga. Edelia: Okeh, semoga gak putus-putus, kemudian rekaman juga aku lanjutin. Oke, Kak Ayi.

Ayi: He eh.

Edelia: Kita lanjutkan tadi, pembicaraan kita yang sebelumnya terputus karena sinyal. Ayi: Baiklah.

Edelia: Hihihi (peneliti tertawa kecil). Kak Ayi sebenernya… tadi aku nanya sebenarnya Kak Ayi tertarik gak sih denger informasi

perusahaan? Ya, tertarik, tertarik aja, karena setiap kali aku juga baca kalo misalnya ada informasi-informasi kayak gitu, ya? Cuma itu buat diketahuin aja gitu, kan, buat ditahu diri sendiri, gitu, kan?

Ayi: He eh.

Edelia: He eh, nah, kalau untuk visi misi, kemudian corporate value atau nilai-nilai perusahaan itu Kak Ayi tahu gak? Ayi: Maksudnya perlu diketahuin semua karyawan atau enggak?

Edelia: Kalau dari Kak Ayi sendiri, apakah Kak Ayi mengetahui atau enggak? Dan boleh… menurut Kakak apakah perlu untuk diketahui oleh semua karyawan?

Ayi: Hm… menurut aku perlu sih karena biar bisa geraknya itu bareng gitu, jadi, kalo misalnya kita tahu visi kita satu, semuanya tahu hal

yang sama kan, jadi lebih bisa bergerak gitu kan? Edelia: He eh, iya, nah, berarti visi misi di sini… visi misi perusahaan kan, Kak, maksudnya?

Ayi: Kalau aku lebih ke Bateeq sih, karena kan aku bener-bener ngurusinnya Bateeq aja, gitu, ya. Jadi, yang aku tahu, ya, aku visi misi yang

aku kerjain, visi misinya Bateeq, gitu. Edelia: Hm, okay. Jadi, Kak Ayi tahu visi misinya Bateeq dan e… memegang prinsip itu, ya?

Ayi: Memegang apa?

Edelia: Prinsip itu? Visi misi itu? Ayi: Iya… ngejadiin itu jadi acuan.

Edelia: Iya, namun… namun ternyata yang Kakak lihat tidak semua orang mengetahui itu, gitu?

Ayi: Kalo dari segi desain desainernya sih udah pasti tahu, karena kan kita gak mungkin bisa gerak kalo kita gak tahu itu. Gak tahu kalo dari divisi lain, ya, kan pengaruhnya beda-beda, kan? Kalo dari desain, soalnya sangat mempengaruhi.

Edelia: Hm… iya, iya, iya, iya sih bener juga kalo desain memang memengaruhinya ke situ, ya?

Ayi: He eh, mau dijadiin seperti apa brand ini, kan itu harus diketahuin. Edelia: Iya, iya, oh, okay. Makanya kalau desainer harus wajib tahu, kalo enggak, ya nanti gak tahu kan arahinnya mau ke mana, gitu, ya,

mau di bawa ke mana.

Ayi: Iya. Edelia: He eh, tapi untuk divisi lain Kak Ayi kurang tahu, yah?

Ayi: Iya, karena aplikasinya beda-beda.

Edelia: Hm, okay. Bener sih apa yang Kak Ayi bilang, apalagi untuk profesi desainer, ya. Ayi: He eh.

Edelia: Nah, kemudian biasanya tuh, Kak, kalau di kantor itu e… gimana sih perusahaan itu berinteraksi dan berkomunikasi sama

karyawannya? Misalnya, salah satunya tadi, HRD yang bilang di WA Grup, nah, itu kan salah satu usaha atau upaya yang perusahaan lakukan untuk berinteraksi dengan karyawan, dengan Kakak sebagai karyawan. Nah, adalagi gak upaya perusahaan yang dilakukan untuk

berkomunikasi dengan karyawannya, yang Kakak tahu?

Ayi: Kalau di Jakarta, dari HRD yang di Jakarta juga sih, dan itu lebih enak karena kan ketemu langsung. Jadi, biasanya dia juga udah ngomongin dari timnya sendiri, gitu, atau gak dia memang udah dikasih… dikasih info gitu secara langsung, baru dia ngomong ke kitanya

secara langsung, dari satu orang ini, gitu.

Edelia: Hm, okay. Ini HRD-nya ini, Kak, berarti HRD di Efrata yang ada di Jakarta itu ada, ya. Ayi: Iya, HRD Dan Liris sih, jadi megangnya lebih luas lagi, itu kalo HRD yang di sini.

Edelia: Ho... okay, nah, kemudian berarti HRD ini tugasnya ngapain sih, Kak, sebenarnya?

Ayi: E… jujur aku juga engga hafal karena kayaknya banyak banget. Dia tuh kayak ngurusin kita-kita juga, terus ngurusin kayak kantor juga. Aku kalo misalnya kamu tanya apa aja kerjaannya apa aja, aku gak bisa jawab secara exactly, tapi yang jelas dia tanggung jawab sama kita

semua, gitu.

Edelia: Kak, sama kita semua itu, maksudnya sama semua karyawan, gitu, Kak? Ayi: Iya, sama karyawan-karyawan yang di Jakarta.

Edelia: Hm, okay, dalam hal apa contohnya, Kak mengerjakan… biasanya bantu-bantu untuk apa?

Ayi: Misalnya kayak kemaren, Covid, e… perusahaan di Jakarta dilarang beroperasi kecuali yang memang dia pangan, ada kan kayak 11 kriteria perusahaan yang boleh tetep jalan, gitu. Nah, kayak gitu kan, perlu adanya surat, surat yang ditandatangani oleh pemimpin yang

memang menyatakan si perusahaan itu bergerak di bidang dari 11 bidang yang disebutkan pemerintah tadi. Nah, dia yang kayak ngasih kita,

yang nyetakin surat itu, yang kayak ngasih kita kartu buat bisa masuk tanpa kita harus dicegat di tengah jalan kalo kita mau ke kantor.

Edelia: Hm, okay. Kalo selain Covid, selain gara-gara Covid surat itu, apalagi, Kak?

Ayi: Misalnya kayak ada perekrutan anak baru juga melalui dia, jadi nanti dia yang ngurus, ng-schedule-in kapan bisa ketemu Creative

Director, kapan bisa ketemu Ibu Michelle, gitu. Edelia: Hm, okay, iya, iya, iya

Ayi: Dia yang mengatur schedule, pokonya itu semua. Entar kalo misalnya kita butuh supir, kita juga bisa ke dia, driver kira-kira available

gak tanggal sekian, jam sekian, itu juga sama dia, gitu.

Edelia: Hm, okay, berarti HRD ini yang mengurusi semua kebutuhan karyawan di sana, ya? Ayi: Kantor.

Edelia: Iya, kantor, yah, okay. Nah, tapi e… Kak Ayi tahu gak sih kalo di perusahaan itu apakah ada Divisi Humas, Kak?

Ayi: Enggak tahu deh. Humas tuh berarti apa sih? Edelia: PR.

Ayi: PR? Kurang tahu deh. Pasti di Solo, soalnya kalo di Jakarta sih, enggak yah.

Edelia: Hm, okay. Jadi, Kak Ayi kurang tahu kalo di perusahaan itu apakah ada Divisi PR atau tidak karena di Jakarta sendiri, tidak ada. Ayi: Iya.

Edelia: Okay, tapi kenapa Kakak yakin kalo di Solo tuh ada?

Ayi: Karena headquarter-nya di sana. Jadi, lebih lengkap, gitu. Aku asumsinya jadi kalo misalnya ada Humas gitu, pasti ada, tapi pastinya di Solo.

Edelia: Hm, okay, iya berarti gak pernah berinteraksi langsung, ya, Kak, dengan PR-nya?

Ayi: Gak pernah ada keperluan sih sama PR-nya. Mungkin kalo Dan Liris, ya, kalo Bateeq kan enggak ada PR sebenernya, kalo Bateeq. Edelia: Iya, he eh. Bateeq tidak ada PR, adanya paling marcom, ya, untuk branding.

Ayi: Iya.

Edelia: Okeh, artinya Kak Ayi bisa ngomong kalo mungkin PR-nya lebih ke Dan Liris, di Bateeq enggak perlu ada PR, itu konsep apa yang Kakak mengerti soal PR?

Ayi: Hm… (partisipan nampak bingung). Coba bisa kamu jelasin gak PR yang menurut kamu di situ kayak gimana?

Edelia: Hm, tapi sepertinya aku harus mengetahui lebih dulu yang dimaksud PR oleh Kak Ayi seperti apa. Hihihi (peneliti tertawa). Ayi: Hahaha aaa Edel… (partisipan tertawa sekaligus kecewa). Ah, pokoknya begitu deh (partisipan tampak ragu untuk menjawab

pertanyaan). Hahaha (partisipan tertawa).

Edelia: Iya, iya, soalnya kalo aku kasih tahu ada jawabannya dong. Ayi: Hahaha (partisipan tertawa). Gak tahu, Edel.

Edelia: Oh, jadi Kak Ayi enggak tahu PR itu apa atau gimana maksudnya? Iya, yang Kakak tahu aja.

Ayi: Hm, gini kalo misalnya brand gitu, dia yang menghubungkan antara kita punya desain dan antara dia punya koneksi ke buyer, dia yang punya koneksi ke consignment store, dia yang punya koneksi ke mana. Itu kalo misalnya di fashion dan misalnya kaya Bateeq, kita pernah

pake PR, tapi PR kita itu gak terikat, dalam arti itu bukan karyawan. Kita nge-hire secara lepas PR-PR ini, dan biasanya pada waktu fashion show, karena kita di situ butuh yang namanya audience kan, kita butuh yang namanya buyer buat ngambil koleksi kita, kita butuh yang

namanya kayak consignment store, department store, nah di situ kita butuh PR-nya as in branding. Nah, tapi kalo aku enggak ngerti nih kalo

misalnya kayak Dan Liris itu… dia kan kebetulan beda sama branding, makanya aku gak tahu maksud kamu PR itu lebih ke secara apa, secara general atau segmen. Kalau segmented kayak aku kan, brand kayak yang itu tadi aku jelasin. Kita butuhnya waktu fashion show.

Edelia: Okay, iya, iya, iya. Kalo PR secara brand seperti itu. Oh, berarti ini PR-nya memang pernah di-hire lepas…

Ayi: Tapi secara lepas, iya. Edelia: Hm, okay.

Ayi: Dan itu e… kebetulan lagi ada event, ya. Jadi, sekalian gitu sama event itu berlangsung, sekalian kita dapet… apa tuh? Kalau fasilitas,

PR juga. Edelia: Fasilitas PR itu maksudnya seperti apa, Kak?

Ayi: Misalnya nih kita kayak mau fashion show, nah kalo kita mau ngadain fashion show atau kalo kayak kita mau ikut sebuah event fashion

show, itu kan kalo dipecah ada banyak banget ininya, kayak komponen-komponennya, gitu loh, contohnya kayak stage, director, terus abis itu kayak choreographer, terus abis itu kayak makeup artist (MUA), terus salah satunya ada PR juga. Nah, waktu kita mau ikut fashion show,

contohnya waktu di Tokyo itu kita kan bayar satu kali untuk dapet event itu, untuk dapet posisi dan space di event itu. Itu tuh paketnya kayak

udh sekalian dapet PR juga, gitu lah. Jadi, itu terhitungnya PR lepas, gak terikat. Edelia: Hm, okay, berarti event yang tadi Kakak maksud yang… hire PR lepas itu di fashion show yang di Tokyo?

Ayi: He eh.

Edelia: Oh, okay. Ini baru sekali? Ayi: Kenapa?

Edelia: Baru sekali doang, ya?

Ayi: Yang di Tokyo, iya. Edelia: E… maksudnya nge-hire PR lepas?

Ayi: E… setahu aku, sejauh ini yang memang dia ada komponen PR-nya, iya, waktu di Tokyo, karena kalo di Indonesia itu tuh udah sekalian

sama pihak penyelenggara biasanya, jadi udah gak disebut PR lagi gitu. Itu memang sudah termasuk pihak penyelanggaranya, karena kalo di Indo kan, pihak penyelenggaranya sendiri, media udah,

Edelia: Iya, he eh.

Ayi: Gitu. Edelia: Okay, dan ini yang Kakak tahu PR yang di sini, yang di fashion show Tokyo ini, dia mengerjakan e… ya, apa? Untuk mengkoneksikan,

menghubungkan kepada buyer atau pun consignment store, berarti pihaknya lebih ke pihak eksternal, seperti itu, ya?

Ayi: Iya, lepasan, eksternal. Edelia: Nah, betul tadi kata Kak Ayi bahwa PR itu atau yang terbarunya yang lebih dikhususkan untuk perusahaan as branding, perusahaannya

as branding bukan brand-nya, itu namanya Corporate Communication. Nah, Public Relations itu atau Corporate Communication itu juga

menjalani hubungan, baik itu dengan pihak eksternal, yang tadi kata Kak Ayi bilang, juga ke pihak internal. Pihak internal di perusahaan. Nah, pihak internal di perusahaan itu e… adalah karyawan.

Ayi: Oke.

Edelia: Jadi, PR itu juga harus perlu tahu caranya gimana sih berkomunikasi dengan karyawannya, gitu. Nah, salah satu yang tadi udah… misalnya dari semua yang tadi udah Kak Ayi sebutin, itu salah satu cara, bentuk sebenarnya PR-nya itu kayak yang e… apa? Tadi, WA, ada

informasi yang ter-up to date tuh, iya gara-gara covid, jadinya perusahaan kita lagi memproduksi APD yang sesuai sama aturan, ya. Terus

kita juga sekarang lagi produksi masker, kayak gitu. Nah, cuma di situ, tapi yang Kak Ayi sebut bahwa yang menyebarkan adalah HRD, ya kan?

Ayi: He eh.

Edelia: Nah, abis itu jadi, aku jadinya… jadi mikir gitu maksudnya, oh ada, oh ternyata diimplementasinya itu bisa saja bukan diberitahu

langsung oleh Humasnya, gitu, apalagi kan…

Ayi: Kalo Humas tadi PR itu, ya?

Edelia: Iyap, iyap. Humas itu Hubungan Masyarakat, bahasa Indonesianya. Bahasa Inggris-nya itu… Ayi: Public Relations. Oh, iya, Yaolo.

Edelia: Betul, betul, gitu, Kak. He eh, jadi aku menanyakan, aku menanyakan tadi, apakah ada Divisi Humas, kalo di Efrata sendiri… apa?

Gak ada, kalo di Efrata sendiri enggak ada, mungkin di Solo, ya, itu baru asumsi karena itu…

Ayi: Itu asumsi sih. Edelia: He eh, karena itu adalah headquarters-nya.

Ayi: E, dan aku berpikiran kenapa Dan Liris karena kan yang berhubungan dengan buyers selama ini kan Dan Liris, gitu kan? Jadi, masih ada

kemungkinan. Kalo misalnya Efrata, Bateeq, gitu kan, enggak. Edelia: Hm, okay, baik, baik. Nah…

Ayi: Iya. Well, aku baru tahu loh Humas tuh Hubungan Masyarakat, kepanjangannya. Sumpah. Hihihi (partisipan tertawa).

Edelia: Yah, gak papa. Itu, gak papa, gak semua orang tahu juga, karena ya… taunya. Ayi: Karena… karena… apa? Terms-nya gak biasa denger gitu, loh.

Edelia: Iya, iya, gak biasa denger, ya?

Ayi: Gak biasa banget. Kalo kayak PR, Public Relations, gitu kan? Edelia: Iya, iya, jadi e… Kak Ayi lebih enakan aku sebut mana, PR?

Ayi: PR aja. Hihihi (partisipan tertawa).

Edelia: Okeh, okeh, jadi… Hehehe (peneliti tertawa). Jadi, kalo buyer ini kan pihaknya lebih ke eksternal, ya, Kak. Ayi: He eh.

Edelia: Nah, menurut Kak Ayi ada gak hal yang dilakukan oleh PR, tapi untuk karyawan perusahaan?

Ayi: E…(partisipan berpikir cukup lama), mungkin kamu lebih bisa ngasih tahu aku sih, karena aku gak kebayang, karena selama ini aku e… langsung dari HRD kan, gak ada dari PR dalam kantor.

Edelia: Okay, okay, iya, gak papa, Kak. Oh, berarti… berarti selama ini gak pernah Kak Ayi, entah… kalo pun berinteraksi sama PR juga

maksudnya enggak ada urusan, ya, bener, bener gak? Ayi: Iya, di kantor.

Edelia: Iya, di kantor gak ada urusan, kemudian Kak Ayi sendiri juga tidak pernah ditemui oleh PR, gitu kan?

Ayi: Dari kantor? Iya. Edelia: He eh, okay. Hm, jadi sama sekali enggak tahu PR itu di perusahaan itu seperti apa, atau mereka melakukan tugas yang kayak gimana,

gitu.

Ayi: Iya, kalo di sini aku belum kebayang sih. Kalau misalnya di kantor ini, gitu. Edelia: He eh, he eh, tapi pengetahuan tentang PR itu sendiri yang Kak Ayi tahu itu tadi ya, yang ke koneksi buyer sama untuk koneksi ke

consignment store, kalp untuk fashion. Ayi: Iya, jadi kalo misalnya memang kita butuh kayak apa? Sama... eksternal tadi, di situ lah PR itu aku tahu fungsinya, kalo di dalem, aku

makanya gak familiar.

Edelia: Hm, okay, baik. Terus, kemudian tapi Kak Ayi tahu gak Ibu Dian Koernia? Ayi: Oh, itu yang Dan Liris. Di situ dia jadi PR-nya, pas itu?

Edelia: Enggak, aku nanya aja sih, hihihi (peneliti tertawa).

Ayi: Aku tahunya dia itu asisten. Edelia: Hm, gimana tuh, Mba maksudnya? Asisten siapa?

Ayi: Asisten Bu Michelle, selama ini tahunya.

Edelia: Hm, okay, memangnya e… maksudnya tahunya dari mana, Kak Ayi bisa men-judge, eh bukan nge-judge sih. Ayi: Eh, kok asisten sih. Bukan asisten, sorry, sekretaris. Jadi, kayak apa namanya beberapa, ada beberapa sekretaris di Solo cuman Bu Dian

ini kayak yang paling senior kali, ya. Dia udah lama banget. Nah, tapi jadi nyambung tuh soalnya kenapa tadi aku pikir, oh mungkin bisa jadi

dia Humasnya karena kalau kita ada hubungan sama kayak company luar, atau gak kayak ada… kayak apa sih? Kerjasama web set kayak gitu, dia yang nulis email, dia yang kayak ngasih tahu ke pihak eksternalnya, dan dia juga ngasih tahu ke pihak kitanya. Jadi, dia penghubung antara

pihak eksternal dan pihak internal. Bisa jadi dia mungkin PR-nya kali, gitu, Humas yang kamu bilang tadi.

Edelia: Iya, iya, iya, yang saya tahu sih memang beliau PR-nya, Kak. Ayi: Ah, iya. Aku selama ini tahunya dia sektretaris, secretary.

Edelia: Okay, okay, sekretariat maksudnya?

Ayi: Emang beda, ya? Sekretaris sih, lebih ke secretary. Edelia: Okay, itu maksudnya gimana tuh, Kak Ayi, maksudnya yang Kakak lihat, kenapa Kakak bisa… bisa Kak Ayi bilang bahwa Ibu Dian

itu sekretaris Bu Michelle, maksudnya pekerjaan apa sih memangnya yang biasanya beliau lakukan?

Ayi: Kalo… yang terkait buat Bu Michelle, Bu Michelle tuh sering banget bikin yang namanya acara-acara atau gak kelas-kelas pengembangan diri gitu yang emang buat ngembangin karyawannya kan di dalam kantor, sifatnya, dan Bu Dian tuh ngatur semua schedule-nya, jadi kapan

kelas ini, kloter ini masuk, entar kloter 1, 2, 3 bulan apa masuk ini itu segala macem, si Bu Dian ini, gitu.

Edelia: Hm, okay. Loh, Kak Ayi tahu dari mana ini, seperti ini, tahunya? Ayi: Tahu dari mana? Tau dari ini, yang mereka jalanin.

Edelia: Oh, maksudnya Kak Ayi melihat langsung, atau gimana?

Ayi: Dia yang berperan langsung, gitu. Terus misalnya, misalnya kalo aku di Solo, terus aku mau butuh ruangan di Dan Liris, nah ini bedanya. Kalo Bu Dian itu kan Dan Liris, ya, aku kan Efrata. Jadi, aku tuh gak langsung komunikasi ama Bu Dian kalo misalnya gak ada… gak ada

ke-… apa itu namanya? Kepentingan sama Dan Liris.

Edelia: Oh, okay. Ayi: Bu Dian juga kalo kepentingannya sama Dan Liris, dia juga gak terlalu bisa, apa namanya? Mengatur, karena itu kan balik ke perusahaan

masing-masing tadi kan dan contohnya kalo misalnya aku ada urusan sama hubungannya sama Dan Liris adalah kita ada kerjasama misalnya

sama e… pihak eksternal. Nah, kita tahu nih kalo eksternal ini e… kerjasama awalnya tuh ama Dan Liris, walaupun kita sama-sama satu perusahaan, tapi kan beda perusahaan tadi. Nah, aku gak bisa minta kayak gini dari perusahaan aku, aku harus minta ke perusahaannya si Dan

Liris ini which is si Bu Dian ini.

Edelia: He eh. Ayi: Dia kayak nyiapin ruangan, dia kayak nyiapin apa? Kayak proyektor, ya, gitu, laptop, segala macem, kayak gitu.

Edelia: Okeh, nanti ini… berarti bakal adain meeting gitu, Kak, pertemuan antar… dengan klien, baik buyer gitu?

Ayi: Bisa jadi, seperti itu atau gak, kita ada tim Jepang itu kita harus video call dan itu kita lakukannya di Dan Liris juga karena… karena gak tahu ya, mungkin memang kerjasamanya atas nama Dan Liris karena Dan Liris kan lebih besar.

Edelia: Iya, iya. He eh.

Ayi: Nah, kalo kayak gitu. Iya tuh, Bu Dian, tapi kalo di Efrata, enggak sih.

Edelia: Okeh. Iya, iya, Kak. Eh, tadi Kak Ayi sempet mention nih kalo Ibu Dian itu bikin schedule… apa? Kalo ada suka bikin kelas-kelas

pengembangan…

Ayi: Iya, ada kelas-kelas kayak gitu, nah, karena itu semua berhubungan sama Dan Liris. Jadi, kalo misalnya ada kelas itu tuh, semua perusahaan itu dicampur gitu loh, Del. Mau Dan Liris, mau Efrata, mau Ambassador, pokoknya tuh kelas umum yang dibuat sama Bu Michelle.

Nah, itu tuh semua yang ngatur tuh Bu Dian schedule-nya.

Edelia: Ho… okay. Kak?

Ayi: Tentu dari arahan Bu Michelle, ya, dari approval Bu Michelle juga, cuman yang mengeksekusi itu, Bu Dian. Edelia: Oh, begitu. Lah, ini informasi begini Kak Ayi tahu dari mana atau Kak Ayi pernah mengikuti kelas tersebut atau gimana?

Ayi: Iya, aku pernah ngikutin kelas itu, terus ya memang yang email pasti Bu Dian, gitu loh. Jadi, memang sesuai apa? … memang sesuai

yang aku jalanin sih, yang aku alamin sih. Edelia: Hm, okay. Apa yang waktu itu kelas yang diikuti oleh Kak Ayi?

Ayi: Misalnya problem solving, leadership, ya, gitu deh.

Edelia: Okay, apalagi? Ada lagi gak yang Kak Ayi ikutin? Ayi: E… itu aja sih, soalnya itu aja ber… ber-apa ya? berkali-kali.

Edelia: Oh ya?

Ayi: Ada segmen-segmennya, jadi kayak problem solving, abis itu leadership, Leadership 1, 2, 3, gitu. Terus misalnya ada kayak buat direktur-direktur gitu, direktur nanti ada yang namanya kelas kayak… kelas untuk mengetahui lebih tentang tekstil, kaya gitu tuh, juga.

Pokoknya semua yang berkaitan dengan kayak gitu, sama Bu Dian, ke Bu Dian, ke Dan Liris, otomatis, jadi enggak ada ke Efrata kayak

gitu, engga. Efrata ngikut ke Bu Dian, gitu.

(24:00-39:20)

Edelia: Iya, iya, iya, okay, Kak, berarti ke perusahaan. Selain ada kelas, apalagi, Kak yang model-modelnya seperti itu, jadi yang memang PR itu dikhususkan untuk berkomunikasi ke pihak internalnya yaitu karyawan, salah satunya… salah satu caranya adalah bikin event, kaya

event internal, misalnya ulang tahun perusahaan, baik itu perusahaan di Dan Liris atau pun Efrata, itu bisa. Nah, yang kedua tadi Kak Ayi

sempet sebutkan bahwa diadakannya kelas-kelas pengembangan. Nah, pengembangan itu kan ditujukkan untuk karyawan, termasuk Kak Ayi, ya, betul, ya? Nah, itu cara-cara untuk tiap… apa sih Kak yang diajarin sebenernya kayak taktik-taktik gitu, ya, gimana cara problem solving,

terus…?

Ayi: Iya, gimana cara problem solving, sama gimana untuk menjadi leader, gitu. Edelia: Hm, iya. Itu merupakan event internal kan, Kak? Jadi, ditunjukkan untuk karyawan.

Ayi: Iya.

Edelia: Nah, ada lagi gak yang Kak Ayi ikut… ikut serta juga? Ayi: Hm… (partisipan berpikir cukup lama). Itu aja sih, kali.

Edelia: Itu aja, ya, dan itu apakah udah lama? Ayi: Udah, udah lama.

Edelia: Okey. Itu Leadership 1, 2, 3 itu Kak Ayi ikut semua?

Ayi: Kenapa? Edelia: Itu yang Leadership itu kan kata Kak Ayi ada tahapnya, ada 1, Leadership 2, ada 3, nah itu Kak Ayi ikut semua?

Ayi: Itu hm… aku baru Leadership 1, gitu. Jadi, per step. Emang ada 1, 2, 3 cuman step-step-nya yang aku alamin baru 1.

Edelia: Hm, okay, okay. Nah, Kak Ayi ikut… Ayi: Terus kayak problem solving sendiri itu kan berkali-kali. Jadi, enggak cuman sekali, misal kayak bulan ini, terus nanti kayak bulan ini

dalam setahun tuh ada lagi, ada lagi problem solving, kayak gitu.

Edelia: Oh, okay, itu ada narasumbernya, Kak? Ayi: Gak ada narasumber, tapi yang ngebawain atau yang ngisi itu Bu Michelle sendiri.

Edelia: Hm, baik. Baik itu problem solving mau pun yang Leadership itu?

Ayi: Iya. Edelia: Hm, iya, ada sesuatu yang Kakak dapet dari situ, ilmu yang Kakak dapet?

Ayi: Dapet pusing sih hihihi (partisipan tertawa).

Edelia: Hahaha (peneliti tertawa). Gimana tuh sampe pusing? Ayi: Kalo problem solving intinya, pokoknya intinya aja nih, dia tuh kayak menyederhanakan masalah yang di awal terlihat rumit, itu

objective-nya dari problem solving. Kalau Leadership, aku juga baru menjajaki nih, baru mulai. Jadi, kayak enggak bisa ngejelasin secara ini

deh, pokoknya bagaimana jadi seorang leader yang oke, gitu. Edelia: Hm, okay dan apakah ilmu itu bisa Kakak terapkan atau bahkan sudah diterapkan di kerjaan Mba? Eh, Mba, Kakak.

Ayi: (partisipan menarik napas terlebih dahulu) Yah… lumayan (suara partisipan seperti merasakan kurang puas akan ilmu yang didapatkan).

Hihihi (partisipan tertawa). Edelia: Hihihi (peneliti tertawa). Ya, kalo selama pekerjaan, ya, Kak Ayi jalanin itu berdasarkan based on experience, juga, juga… apa?

Semuanya ya, jalanin aja, gitu kan dari adanya kerjaan.

Ayi: Iya, he eh. Edelia: Okay.

Ayi: Iya bener Bu Dian Humas, iya, dia.

Edelia: Hahaha (peneliti tertawa). Kak Ayi lagi nginget-nginget atau gimana? Ayi: Aku baru engeh. Engga, aku baru engeh kalo misalnya di Dan Liris, kan… apa? Apa-apa ama Bu Dian, gitu.

Edelia: Apa aja tuh, Kak, apa-apa sama Bu Dian, apa-apa sama Bu Dian, gimana tuh?

Ayi: Iya, itu tadi yang kita omongin tadi. Hihihi (partisipan tertawa), banyak, panjang. Edelia: Oh… okey, tadi itu maksudnya kayak tadi ada ruangan, proyektor, email-email, ada kelas-kelas.

Ayi: Iya, bahkan tuh kadang Bu Dian yang nyediain makan, jadi aku kira dia itu sekretaris.

Edelia: Ho… okay. Makan, makan… maksudnya gimana? Ayi: Iya, jadi nyediaiin makan, nyediain tempat, dan waktu, dipersilakan. Hehehe (partisipan tertawa), kayak gitu.

Edelia: Hm, okey, maksudnya jadi MC gitu, Kak atau gimana?

Ayi: E… enggak sih kalo MC, mungkin ngebuka, ngebuka aja, kayak misalnya, selamat pagi, udah mau dimulai ya kelas ini, terus abis itu baru Bu Michelle yang isi, gitu. Pokoknya dia ngomong persilakan waktu, dia ngomong persilakan tempat, semuanya dia siapkan.

Edelia: Ho, okay, okay, tapi ini khusus untuk Dan Liris, ya?

Ayi: Iya, Dan Liris. Edelia: Hm, okay, tapi kalo misalnya ada apa-apa, sebenernya ini kan bagian dari Dan Liris juga, kan, Kak, Efrata itu?

Ayi: Efrata? Iya.

Edelia: Maksudnya tapi dikontrol juga gak, Kak Ayi?

Ayi: Maksudnya?

Edelia: Kan karyawan perusahaan Dan Liris, kan Efrata termasuk dalam Dan Liris Group. Itu kan tadi Kak Ayi aja bahkan sempat bilang

bahkan, ah 8.000 orang. Nah, itu… dan Kak Ayi termasuk salah satu diantaranya, gitu kan? Nah, apakah perusahaan itu bisa apa? Menjangkau semua karyawan?

Ayi: Si peran Humas ini?

Edelia: Iya, he eh, peran PR itu.

Ayi: Seharusnya sih dia bisa, ya. Kalo misalnya aku kan e… yang berkepentingan aja selama ini. Edelia: He eh, dan yang berkepentingan selama ini tadi, ya yang kaitannya dengan buyer, sama kelas-kelas pengembangan itu, ya?

Ayi: Iyah, sama meeting sama pihak eksternal sih.

Edelia: Iya, meeting sama pihak eksternal dan email-email tentang kelas pengembangan. Ayi: He eh.

Edelia: Betul? Berarti selain itu Kak Ayi gak ada interaksi lagi kan dengan Bu Dian selaku PR Dan Liris?

Ayi: Gak ada interaksi sama PR Dan Liris, maksudnya? Edelia: Iya, maksudnya gak ada komunikasi, ngomong-ngomong gitu.

Ayi: Enggak, enggak.

Edelia: Okey, okey, Kak. Kemudian, Kak Ayi merasa ini gak, ada masalah ketika interaksi atau komunikasi sama atasan Kakak kan tadi enggak yah, Creative Director?

Ayi: Enggak

Edelia: Engga ada masalah, paling cuma karena masih baru jadi adaptasi. Terus sama Ibu Michelle juga baik-baik aja, ya, gak ada masalah? Ayi: Gak ada masalah, cuma memang waktunya kan sibuk banget doi. Jadi, kita mesti masuk anteran gitu.

Edelia: Hm. Oh yah?

Ayi: Jadi, kita kayak musti nge-contact ke sekterarisnya. Nah, tadi kan sekretarisnya Bu Michelle yang ku bilang tadi ada banyak, yang di Solo ada sendiri, di Jakarta ada sendiri. Jadi, e… tergantung posisi kita, kalo di Jakarta, kita harus ngehubungin ke sekretaris yang di Jakarta,

kita harus minta waktu, tanya waktu yang tersedia kapan, terus kita minta waktu beliau Ibu Michelle, kalau beliau acc, baru kita bisa ketemu.

Itu sama juga kalo di Solo. Di Solo juga kita harus ngehubungin sekretarisnya dulu, gitu. Edelia: Oh, jadi masih acc Bu Michelle, Kak Ayi, secara desain?

Ayi: Enggak, tadi kan acc waktu kan yang kamu tadi nanya, pertama, cara gimana ketemu Bu Michelle.

Edelia: He eh. Ayi: Acc waktu soalnya kadang kalo kita nanya ke Bu Michelle langsung, Bu Michelle kadang kan gak hafal kegiatannya apa aja, kan karena

semuanya kan yang tahu justru sektretarisnya kan, yang tahu schedule-nya. Makanya kita diarahinnya lebih ke sekretarisnya yang udah tahu

schedule-nya. Edelia: Hm, okay. Berarti tadi itu secara waktu harus ke asisten, tapi kalo maksudnya kan kalo nyisain waktu berarti ada sesuatu yang ingin

diomongin kan, Kak, sama Ibu Michelle? Ayi: Kenapa?

Edelia: Kalau misalnya cari waktu dengan asisten, berarti kan ada sesuatu yang ingin dibicarakan dengan Bu Michelle?

Ayi: Iya. Edelia: Nah, itu biasanya desain Bateeq?

Ayi: Biasanya… iya.

Edelia: Berarti masih di-acc langsung juga sama Ibu? Ayi: Kalau yang koleksi runaway, iya. Kan konsep, tema besar, gitu lumayan mempengaruhi tahap-tahap berikutnya kan? Jadi, kayak tema,

konsep awalnya gitu pasti kita approval, seengaknya fyi, gitu. Jadi, kita sama Creative Director kita tuh udah mutusin mau bikin apa, terus…

kita harus fyi sama owner-nya kita mau bikin apa karena kan nanti anggarannya ini itu segala macem, urusannya sama dia juga kan akan di-acc apa enggak. Jadi, dia harus udah tahu dari awal.

Edelia: Hm, okay, iya, iya. Biasanya berarti itu ketemu langsung, Kak? Meeting?

Ayi: Iya. Edelia: By meeting atau biasanya bisa…

Ayi: Iya, biasanya, normalnya meeting.

Edelia: Hm, okay, atau ada media komunikasi lain yang di…? Ayi: Meeting sih.

Edelia: Hm, gitu.

Ayi: Langsung gitu. Edelia: Hm, langsung, tapi enggak… ada juga kan grup desainer, WA Grup, gitu, ya, ada?

Ayi: Iya, grup Line ada, WhatsApp ada. Yang ada Bu Michelle-nya ada, yang ada semua direkturnya ada, yang cuma internal team ada, itu

udah pasti. Edelia: Hm, okay, iya, iya. Nah, selama ini nih Kak Ayi kan apakah merasa happy bekerja di perusahaan ini?

Ayi: E… di bulan-bulan tertentu hektiknya, jadi ada bulan di mana kita bener-bener hektik yang ampe malem-malem gitu, ampe jam 12, jam

12 gitu. Tapi ada juga bulan-bulan di mana itu relatif standar, jadi kita masih bisa santai ngerjainnya, masih bisa nafas, gitu, ada. Edelia: Hm, okay. Jadi, pas nafas itu juga Kak Ayi bisa juga sambil… ya, karena tadi ya cenderung di Jakarta juga kantornya fleksibel, jadi

gak semua, gak melulu hari itu tentang kerjaan, maksudnya bisa juga kita melakukan aktivitas yang lain, gitu, ya?

Ayi: Di luar jam kerja, kalo di kantor tetep ngelakuin ini sih kerjaan kantor, tapi relatif santai, jadi, kayak cuma desain. Kalo desain gitu kan, kayak apa? Relatif tergantung orang-orang yang ngerjain kan masing-masing, secepet apanya gitu. Tapi, kalo misalnya di bulan-bulan yang

hektik gitu kayak Fashion Week gitu, itu hektik banget sih karena kita hubungannya gak cuma sama diri kita kan, kita hubungannya sama

orang lain, jadi kita harus ngikutin, tahan-tahan juga. Edelia: Iya, okey, Kak. Berarti sejauh ini, apakah perusahaan ini mampu memotivasi Kakak untuk bekerja lebih baik lagi?

Ayi: Iya, sih, kalo dipikir-pikir, iya.

Edelia: Gimana caranya tuh, Kak? Ayi: Dengan mereka men-challenge kita setiap ada kesempatan, ada lah challenge-nya lagi, di situ kita termotivasi untuk tidak duduk diam.

Edelia: Oh, gitu. Challenge-nya itu biasanya gimana tuh, Kak?

Ayi: E… (partisipan berusaha mengingat). Misalnya kayak ada project-project, nih lagi ada project e… kolaborasi sama si A, si B, si C. Ya udah deh mesti ini kan, mesti kita godok lagi tuh tema baru lagi lah, apa lah, gitu.

Edelia: Iya, tapi itu menurut Kak Ayi itu memotivasi Kak Ayi, ya, dengan adanya challenge-challenge baru itu?

Ayi: Kenapa, menurut aku kenapa? Edelia: Menurut Kak Ayi, itu semakin… yang tadi challenge-challenge itu, memotivasi Kak Ayi untuk bisa bekerja lebih baik lagi?

Ayi: Iya, cukup.

Edelia: Cukup, okey, ada yang masih di-improve, Kak?

Ayi: Dari segi mananya improve maksudnya?

Edelia: Dari… bisa dari mana aja sih improve-nya, bisa dari sisi kerjaan, dari sisi komunikasi, misalnya dari structural, atau banyak sih, bisa

apa aja sih, Kak, ada gak, Kak sampai saat ini yang masih harus di-improve oleh perusahaan, dikembangkan oleh perusahaan? Ayi: Kalo dari apa? Menurut aku personally, ya.

Edelia: Ya.

Ayi: Dari struktur menurut aku bisa lebih diper-simple karena tu eee… apa ya? suka gak langsung gitu, gak direct gitu, akan lebih mudah kalo apa-apa dibikin lebih direct.

Edelia: Okey, maksudnya contohnya apa, Kak misalnya?

Ayi: Prosedur. Misalnya kayak eee… kita mau melakukan apa, gitu. Nah, untuk ke situ tuh kita ada prosedurnya sendiri. Nah, prosedur ini itu aku gak menyalahkan dari prosedur, cuman kalo bisa dipersingkat dari 1-5 prosedur mungkin bisa dibikin menjadi 3 prosedur aja tuh udah

cukup dan kalo bisa lebih direct, kenapa enggak, mungkin dari segi situnya sih aku bisa bilang.

Edelia: Okeh, dan itu… dan ini juga ada hubungannya juga dengan sama desain terkait kerjaan Kakak, ya? Ayi: Iya.

Edelia: Okeh, kemudian apalagi, Kak, selain struktur itu prosedur, yang harus dipangkas?

Ayi: Diper-simple, iya, dipangkas. E… apa ya? (partisipan terdiam cukup lama). Itu aja sih kayaknya. Edelia: Okeh, itu aja, ya. berarti kalo dari segi Jakarta, Solo itu ya enggak ada perbedaan apa-apa kan? Maksudnya secara… maksudnya

perbedaan pasti ada karena based on, ya, latar belakang kota tersebut, orang-orangnya juga seperti apa, itu pasti ada, cuma secara perlakuan

gitu, loh, Kak. Ayi: Secara perlakuan… mungkin kalo di Jakarta lebih deket sama Ibu Michelle, kayak kalo apa-apa lebih deket, lebih enak kan, ngomongnya.

Kalo di Solo lebih jauh ama Bu Michelle karena Bu Michelle juga gak ada setiap hari ada di Solo, gitu.

Edelia: Hm, gitu, ya, jadi ada akses khusus gitu, ya Kak? Ayi: Akses lebih deket, kalo kita mau ketemu sama CEO, karena CEO-nya tinggalnya di Jakarta, gitu.

(39:21-49:08)

Edelia: Iya. Hm, okay, okay, iya, iya, sih dan di sini juga maksudnya apakah… kayak misalnya pertemuan Kak Ayi nih dengan Ibu Michelle, terus kan sering gitu, ya tiba-tiba Bu Michelle ke kantor gitu, sering kan?

Ayi: Iii… gak sering, cuman kayak apa? Beberapa kali tuh dia bisa aja langsung dateng ke kantor tanpa ada janjian ama kita atau apa.

Edelia: Hm, iya, dia bisa tiba-tiba dateng, abis itu di situ, ya ngomong-ngomong gitu, kan tentang apa aja, gitu, ya? Ayi: He eh.

Edelia: He eh, okay, tapi di situ juga, maksudnya bisa langsung ngomong, langsung tukar pikiran atau nanya gitu, kan kalo misalnya ada yang

bingung, seperti itu kan? Ayi: He eh.

Edelia: Nah, tapi kalo di Solo, yang menurut Kak Ayi lihat itu gak bisa seperti itu? Ayi: Iya, gak bisa karena belum tentu Bu Michelle ada di Solo.

Edelia: Hm, okay, tapi kalo pun Ibu Michelle ada di Solo, apakah kayak harus ada prosedurnya lagi atau seperti apa?

Ayi: Makanya tiap Bu Michelle ada jadwal ke Solo, pasti sekretaris sudah menginfokan ke direktur masing-masing dan direktur masing-masing udah kayak men-schedule-kan apa-apa aja yang perlu diajukan ke Bu Michelle, dari kayak bawahannya juga, kaya dari staf-staf-nya

ada yang diajukan segala macem, udah dikumpul, di-compile, dan saat ada Bu Michelle udah dateng di Solo, di situ lah diberi waktu untuk

ngajuin semuanya. Jadi, memang harus lebih ter-schedule kalo di Solo. Edelia: Hm, okay, iya, iya, Kak, paham, karena Bu Michelle jarang, ya ke Solo. Jadi, sekalinya dateng harus semua beres, gitu, kan?

Ayi: He eh, tapi jarangnya Ibu Michelle itu, normalnya dalam 1 bulan, 4x gitu, at least. Jadi, seminggu pasti ada meeting.

Edelia: Hm, okay, iya, iya, oke, Kak. Nah, kemudian nih kalo dari kinerjanya tadi e… PR, PR-nya Dan Liris, menurut Kak Ayi, kinerjanya seperti apa, apakah performance-nya baik, sudah cukup atau belum? Yang untuk ke karyawannya, ya.

Ayi: Hm… (partisipan cukup lama berpikir). Balik lagi sih, dia lebih ke Dan Liris, mungkin kalo aku di Efrata, bisa bilang cukup, ya, karena

sepanjang yang Efrata ada kepentingan, dia juga bisa ini, gitu. Edelia: Bisa jangkau, ya?

Ayi: Bisa jangkau.

Edelia: He eh, baik. Ayi: Tapi kan dia lebih ke Dan Liris, jadi mungkin orang yang pernah di Dan Liris yang lebih bisa ngerti dan menilai.

Edelia: Okeh, jadi, menurut Kak Ayi di sini, Kak Ayi bisa menilai tapi tidak optimal gitu, ya, karena kebetulan juga keterlibatan beliau dengan

Efrata itu maksudnya enggak sesering itu, ya. Ayi: Iya, or at least, keterlibatan dia sama pihak aku, gitu, dan desainer, gitu, itu gak terlalu sering.

Edelia: Hm, okay, okay, tapi yang sering melakukan kayak kasih-kasih informasi, eh perusahaan kita ada ini loh, perusahaan kita ada ini,

perusahaan kita ini, itu HRD, ya, biasanya seringnya? Ayi: Iya, lebih ke HRD.

Edelia: Okey, okey, Kak Ayi. Berarti kalo menurut Kak Ayi sampai saat ini, apakah perusahaan udah mampu…

Ayi: Untuk? Edelia: Mewujudkan keinginan Kakak sebagai karyawan?

Ayi: Hm… Ya, so, so lah.

Edelia: So, so, ya. Apakah ada harapan lagi, Kak yang Kakak inginkan supaya perusahaan bisa lebih baik lagi ke depannya. Ayi: Hm… (partisipan cukup lama berpikir). Structural lagi biar kayak dipangkas aja, terus… okay, itu aja kali, ya.

Edelia: Okay. Kenapa sih?

Ayi: Gak kepikiran yang lain. Hehehe (partisipan tertawa) Edelia: Hihihi (peneliti tertawa). Kenapa Kak Ayi so so aja, Kak? Apakah itu sesuai gak sama… kan tadi kalo kita lihat lagi ke belakang, Kak

Ayi udah tuh, udah ada ininya, apa? Waktu pas pertama kali, balik lagi, ya, nginget-nginget pertama kali Kakak memilih untuk masuk Dan

Liris kan ada tuh spesifikasinya, alasannya karena ini, ini, ini. Nah, apakah itu semua sudah diakomodir oleh perusahaan, gitu, atau masih ada yang kurang atau seperti apa?

Ayi: Sebenernya kalo dari yang awal kalo yang aku expect, memang ya, seperti ini, gak jauh-jauh sama apa yang aku alamin secara langsung,

sebenernya. Cuman karena aku dari kayak desain gitu, terus kayak eee… harus kayak ketemu cocok sama si manufacture study, itu sistem manufacture study itu yang bikin aku baru sadar sih ternyata kayak ini juga, ya, ribet juga ya kalo misalnya harus ngikutin prosedur, misalnya

sekarang simple aja, dari Senin sampe Jumat harus masuk kayak gitu, ada kerjaan, gak ada kerjaan harus tetap standby gitu. Jadi, kan pinter-

pinternya kita kayak ngatur ini sebenernya, ngatur kerjaan kan, tapi kenapa… kalo misalnya kita udah bisa cepat lebih… eh udah bisa selesai lebih cepat dan lebih dulu, kenapa saat, kenapa kita harus dalam satu minggu harus tetep masuk, kayak gitu loh, gitu dan itu kita gak bisa

merubah karena itu udah prosedur dari kantor, dari perusahaan. Nah, kayak gitunya sih yang menurut aku, kalo misalnya bisa lebih fleksibel,

lebih baik, gitu.

Edelia: Okay, iya, memang udah susah ya karena itu perusahaan ya, Kak, bukan bisa kayak desainer… kayak apa yah?

Ayi: Iya, kayak home industry atau small start-up gitu.

Edelia: Iya, iya, iya, betul, okeh, baik. Berarti sampe sejauh ini apakah Kak Ayi yakin kalo perusahaan bisa memberikan kesejahteraan bagi Kakak sampe sekarang?

Ayi: Hm… iya, kalo kesejahteraan sih, ya cukup-cukup aja, gitu loh, engga berlebih, namanya juga karyawan. Hihihi (partisipan tertawa).

Edelia: Ya, tapi siapa tau ada, maksudnya… ya, walaupun karyawan, tapi tetep, ya apa? kayak pendapat diperhatikan, gaji juga oke, di situ semua hak-hak Kak Ayi diterima, seperti itu, sejauh itu sudah cukup?

Ayi: Hm (partisipan cukup lama berpikir). Cukup sih.

Edelia: Okay, Kak Ayi sampe sejauh ini apakah ada lagi yang ingin ditambahkan? Ayi: Yang diapakan?

Edelia: Yang ditambahin, ada lagi?

Ayi: E… enggak. Edel ada pertanyaan apalagi? Hehehe (partisipan tertawa). Edelia: Hihihi (peneliti tertawa). Udah, sih, Kak. Iya, kalau sampe sejauh ini oke pertanyaannya sudah selesai nih, Kak Ayi.

Ayi: Okey.

Edelia: Okey, terimakasih sudah menjawab seluruh pertanyaan. Ayi: Jadi, seperti hari renungan, ya, hari ini. Aku kayak hari ni jadi kayak dibalik, inget lagi awal-awal aku masuk tuh tujuannya apa, ya. Oh,

iya, ya, ini, jadi inget lagi deh. Hihihi (partisipan tertawa).

Edelia: Hehehe (peneliti tertawa). Maaf nih, Kak Ayi, kalau misalnya aku mengganggu, apalagi ini sebenernya hari ni lagi puasa, tapi Kak Ayi akhirnya disuruh curhat, gitu.

Ayi: Hahaha (partisipan tertawa). Gak papa. Terus aku juga jadi tahu, oh, iya, ya, ternyata Dan Liris punya Humas, hihihi (partisipan tertawa).

Edelia: Hehehe (peneliti tertawa). Okeh, Kak Ayi, sebelumnya kita bisa minta foto, gak aku? Ayi: Di mana tuh?

Edelia: Ini, di sini, aku screenshot aja gimana, kita coba video call?

Ayi: Oh, okeh, coba (partisipan dan peneliti mencoba video call). Edelia: Bisa gak ya?

Ayi: Wait, wait, wait. Bisa.

Edelia: Okeh, okeh, aku screenshot, ya. Okeh, terus aku foto dulu dong, pake kamera, sebentar, takutnya ada… Ayi: Kamu skripsinya, jadi online nanti?

Edelia: Iya, skripsi online. Okey, Kak, 3…2…1 (peneliti mengambil gambar partisipan). Okey, untuk sement… terimakasih, Kak, nanti untuk

saat ini rekamannya akan aku sudahi, ya, untuk rekamannya. Ayi: Okeh.

Strategic Communications

-Relevan courses: Organizational Communication,

Corporate Communication Management, Events and

Brand Activation, Corporate Social Responsibility,

Writing fot Public Relations, Digital Marketing and

SEO, Crisis Communication, 

-GPA: 3.91 / 4

Multimedia Nusantara University , Tangerang

EDUCATION

EDELIAGLORIAHANDRI

CORPORATE

COMMUN ICAT IONS

PERSONAL PROFILE

I am enterprising young college student

intending to continue my development as

a corporate communication specialist. I'm

capable for making, developing, and

executing campaign and content on

corporate communications assets to

stakeholders. I'm enthusiastic, finish my

work professionally , and able to find

positive way to engage with people.

SKILLS & ABILITIES

CONTACT INFORMATION

Address: Kelapa Kopyor Street IX, Block CB

9 NO. 17, Gading Serpong, Tangerang

Mobile: +62813-8132-1997

Email: [email protected]

Corporate Social Responsibility

- Wrote proposal and made a deal with sponsor candidate

- Gathering four sponsor: Crystalline, SMAX Rings, PT

Indowarna Cemerlang Indonesia, and Kuaci Rebo

- Built 100 biopori hole and verticulture aquaponics

Sponsorship Coordinator  

Event

- Made an event planning, budgeting, and wrote a proposal

- Coordinated with President and other team to be prepared

Vice President

EXPERIENCES

I am an actress who love to sing. I won karate and gymnastics

competition. I'm interested in reading and learning about new things.

INTERESTS AND HOBBIES

Event planning

SEO / SEM Marketing

Microsoft Office

Design

Presentations

Confident in English

2016 -

Present

2019

Got sponsor to support "Satu Asa Seratus Resapan"

2018

Ensured the event named "XYZ GAME FEST 2018" goeswell form the preparation until the execution.

2016 Event

Head of Project/Producer

Coordination and completion on "MAXIMA: TEATERKATAK" on time within budget and within scope.

- Ensured the preparation on stage and back stage were

completely ready

- Managed the financial flow in the production

PORTOFOLIO

Portofolio: https://bit.ly/edeliaport

2019 Promotion Intern (Promotion Division)

DAN LIRIS GROUP

- Created strategic marketing public relations, event, sales

promotions, direct marketing, and social media planning

- Built relationship with sponsors, endorsers, and other brands

- Contributed in Bateeq's Launching Spring/Summer

Collection 2020 in Jakarta Fashion Week 2020

Made marketing communication planning for Bateeqand MAJOR MINOR