25
LAPORAN BASELINE PENGAWASAN MUTU MAKANAN MP-ASI DI DESA BATURETNO KECAMATAN SINGOSARI MALANG Oleh: Kelompok 6 / III B 1. Firlia Elok Megawati ( 1203000069) 2. Muchibbah Ilmi ( 1203000071) 3. Ive Nowitasari ( 1203000073) 4. Meifita Uswatun Khasanah ( 1203000096) 5. Devi Kusumandani ( 1203000099) 6. Niekita Damayanti ( 1203000107) 7. Dzurrotul Ersa Azizah ( 1203000115) KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN BASELINE PMM MP ASI

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN BASELINE

PENGAWASAN MUTU MAKANAN MP-ASI

DI DESA BATURETNO KECAMATAN SINGOSARI

MALANG

Oleh:

Kelompok 6 / IIIB

1. Firlia Elok Megawati ( 1203000069)

2. Muchibbah Ilmi ( 1203000071)

3. Ive Nowitasari ( 1203000073)

4. Meifita Uswatun Khasanah ( 1203000096)

5. Devi Kusumandani ( 1203000099)

6. Niekita Damayanti ( 1203000107)

7. Dzurrotul Ersa Azizah ( 1203000115)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANGJURUSAN GIZI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI MALANG2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT

atas berkah dan rahmad-Nya, penulis telah menyelesaikan

laporan baseline ”PMM untuk MP-ASI” ini dengan baik dan

selesai tepat waktu. Shalawat serta salam semoga tetap

dilimpahkan kepada Rasulullah SAW.

Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis telah

banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk

itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

terima kasih kepada,

1. Bapak Yohanes Kristanto, ……….. selaku dosen

pembimbing

2. Orang tua

yang telah memberikan dukungan dan motivasi selama

pembuatan laporan ini, memberikan bimbingan, arahan,

serta saran hingga terselesainya pembuatan laporan ini.

Demikian pula penulis menyadari bahwa laporan ini

masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan

saran-saran perbaikan dari para pembaca, para ahli dan

sejawat yang membangun sangat kami harapkan guna

perbaikan laporan ini selanjutnya dan membantu dalam

memberikan informasi dan bahan-bahan yang diperlukan

dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini

bermanfaat bagi kita semua.

Malang, 19 November

2014

Penulis

DAFTAR ISI

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang1.2 Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MP-ASI

Setelah bayi berumur 6 bulan, makanan pendamping

ASI (MP-ASI) mulai diperkenalkan kepada bayi, namun

pemberian ASI harus tetap dilanjutkan setidaknya sampai

bayi berumur 2 tahun. Pada usia 6 bulan, bayi perlu

diperkenalkan dengan makanan pendamping, yaitu makanan

tambahan selain ASI untuk memenuhi kebutuhn gizi bayi

yang meningkat. Jenis makanan yang dikonsumsi bayi juga

mempengaruhi jumlah kebutuhan airnya. Umumnya,

kebutuhan cairan bayi pada usia 6-11 bulan dapat

dipenuhi dari ASI saja. Cairan tambahan dapat diperoleh

dari buah atau jus buah, sayuran, atau sedikit air

matang setelah pemberian makan. Ibu harus memastikan

bahwa air putih dan cairan lain tidak menggantikan ASI.

Air dapat menghilangkan atau mengencerkan kandungan

gizi dari makanan pendamping kaya energi. Energi yang

dihasilkan dari bubur, sop, kaldu, dan makanan cair

lain yang diberikan kepada bayi umurnya di bawah batas

yang dianjurkan untuk makanan pendamping (0,6 kkal/g).

Mengurangi jumlah air yang ditambahkan pada makanan ini

dapat meningkatkan kondisi gizi anak dalam kelompok

usia ini (Nurheti, 2010).

2.1.1 Pengertian MP-ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk

bayi karena merupakan makanan alamiah yang sempurna,

mudah dicerna oleh bayi dan mengandung zat gizi yang

sesuai dengan kebutuhan bayi untk pertumbuhan,

kekebalan dan mencegah berbagai penyakit serta untuk

kecerdasan bayi, aman, dan terjamin kebersihannya

karena langsung diberikan kepada bayi agar terhindar

dari gangguan pencernaan seperti diare, muntah, dan

sebagainya. (Albertus, 2009)

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan

pendamping ASI yang diberikan pada bayi umur 6-23

bulan. Bayi siap untuk makan makanan padat, baik

secara pertumbuhan maupun secara psikologis, pada

usia 6-9 bulan. Kemampuan bayi baru lahir untuk

mencerna, mengabsorpsi, dan memetabolisme bahan

makanan sudah adekuat, tetapi terbatas hanya pada

beberapa fungsi. (Wargiana, dkk)

MP-ASI adalah makanan atau minuman yang

mengandung gizi diberikan pada bayi atau anak yang

berumur 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizinya.

(Depkes, 2006), (Albertus, 2009) semakin meningkat

umur bayi atau anak, kebutuhan akan zat gizi semakin

bertambah karena proses tumbuh kembang, sedangkan ASI

yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan gizi. MP-

ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan

keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus

dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun

jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi

atau anak. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam kualitas

dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan

perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat

pada periode ini (Depkes, 2000), (Albertus 2009).

MP-ASI dini adalah makanan/ minuman yang

diberikan kepada bayi sebelum berusia 6 bulan. WHO

mendefinisikan ASI eksklusif bila bayi hanya mendapat

ASI tanpa tambahan makanan atau minuman lain, kecuali

vitamin, mineral dan obat-obatan. (Gibney, MJ et al

2009), (Albertus 2009) Bayi yang mendapat ASI dan

mendapat MP-ASI berupa cairan termasu vitamin,

mineral, dan obat-obatan didefinisikan sebagai

predominant breast-feeding. Bayi yang mendapat ASI dan

mendapat MP-ASI berupa makanan padat, semi padat dan

atau cairan termasuk vitamin, mineral dan obat-obatan

dideinisikan sebagai partial breast-feeding.

Pemberian makanan pendamping ASI berarti memberi

makanan lain selain ASI. Makanan lain ini disebut

makanan tambahan. Selama periode pemberian makanan

tambahan, seorang bayi perlahan-lahan terbiasa

memakan makanan keluarga. Pada akhir periode ini

(biasanya sekitar usia 2 tahun), ASI sudah digantikan

seluruhnya dengan makanan keluarga, walaupun seorang

anak kadang-kadang masih ingin menetek untuk

kenyamanan (WHO, 2004).

Menurut James Akre (1994) yang dimaksud dengan

pemberian makanan tambahan adalah perpindahan yang

progresif dari bayi yang semula mendapat ASI menjadi

bayi yang mendapat makanan seperti anggota keluarga

lainnya (makanan keluarga).

Krisnatuti dan Yennrina (2000) mengatakan bahwa

makanan pendamping ASI ialah makanan tambahan yang

diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 4-6 bulan

sampai bayi berusia 24 bulan.

2.1.2 Syarat MP-ASI

Makanan pendamping ASI yang diberikan kepada bayi

dan anak harus memenuhi persyaratan yang ditentukan.

Menurut Soetjiningsih (2002), dalam pemberian MP-ASI

kepada bayi dan anak harus memenuhi persyaratan yaitu

: kebutuhan zat-zat makanan terpenuhi secara adekuat,

yaitu tidak berlebihan atau kekurangan, mudah

diterima dan dicerna, jenis makanan dan cara

pemberian sesuai dengan pemberian kebiasaan makanan

yang sehat, terjamin kebersihannya dan bebas dari

bibit penyakit, susunan menu seimbang (berasal dari

10-15% dari protein, 25-35% dari lemak dan 50-65%

dari karbohidrat).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian

makanan bayi dan anak, yaitu :

a. Bayi baru ahir yang sehat, aktif, menangis,

kuat, refleks menghisap dan menelannya baik,

harus segera disusui.

b. Makanan yang diberikan kepada bayi atau anak

termasuk juga susu, harus memenuhi kecukupan

gizi dianjurkan.

c. Bayi perlu makan lebih dari satu kali dalam

sehari untuk melengkapi ASI. Karena lambung

bayi kecil, maka volume setiap kali makan

harus tidak terlalu besar. Jadi ayi atau anak

harus makan lebih sering daripada dewasa.

d. Anak umur 1-3 tahun, hanya bisa makan sekitar

200-300 ml sekali makan. Oleh karena itu untuk

mendapatkan energi/ nutrien yang cukup, bayi

harus diberi makanan dengan konsentrasi

energi/ nutrient yang tinggi atau diberi

makanan yang sering.

e. Bayi umur lebih dari 6 bulan memerlukan makan

4-6 kali/ hari disamping ASI, agar kebutuhan

energi/nutrien terpenuhi. Jika terdapat

kesulitan makan pada anak, maka dapat

dilakukan hal-hal seperti dibawah ini :

Dapat ditambahkan minyak/lemak/gula

kedalam makanannya agar kebutuhan energi

terpenuhi.

Meningkatkan frekuensi makan menjadi 4-6

kali.

Makanan kecil (snack) yang bergizi

diantara makan.

f. Sekali bayi menerima dengan baik makanan yang

diberikan, maka berikanlah makanan tersebut

setelah bayi menyusu.

g. Sampai umur 2 tahun mungkin tidak semua anak

sudah bisa makan makanan dewasa. Untuk anak

dengan masalah ini masih bisa diberikan

makanan lumat/ nasi tim, sambil secara

bertahap diperkenalkan makanan keluaga.

h. Gunakan sendok/gelas/cangkir untuk

makan/minum. Hampir semua bayi usia diatas 6

bulan bisa dilatih minum melalui

gelas/cangkir.

2.1.3 Usia Pemberian MP-ASI

Menurut Depkes RI (2007), usia pada saat pertama

kali pemberian makanan pendamping ASI pada anak yang

tepat dan benar adalah setelah anak berusia enam

bulan, dengan tujuan agar anak tidak mengalami

infeksi atau gangguan pencernaan akibat virus atau

bakteri.

Dalam deklarasi innocenti yang dilakukan antara

perwakilan WHO dan UNICEF pada tahun 1991,

mendefinisikan bahwa pemberian makan bayi yang

optimal adalah pemberian ASI eksklusif mulai dari

saat lahir hingga usia 4-6 bulan dan terus berlanjut

hingga than kedua kehidupan. Makanan tambahan yang

sesuai baru diberikan ketika bayi berusia sekitar 6

bulan. Selanjutnya WHO menyelenggarakan konvensi

Expert Panel Meeting yang meninjau lebih dari 3000 makalah

riset dan menyimpulkan bahwa periode 6 bulan

merupakan usia bayi yang optimal untuk pemberian ASI

Eksklusif (Gibney, MJ et al, 2009), (Albertus, 2009).

Pemberian makan setelah bayi berusia 6 bulan

memberikan perlindungan besar dari berbgai penyakit.

Hal ini disebabkan imunitas bayi > 6 bulan sudah

lebih sempurna dibandingkan umur bayi < 6 bulan.

Pemberian MP-ASI dini sama saja dengan membuka

gerbang masuknya berbagai jenis kuman penyakit. Hasil

riset menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan MP-ASI

sebelum berumur 6 bulan lebih banyak terserang diare,

sembelit, batuk pilek, dan panas dibandingkan bayi

yang mendapatkan ASI eksklusif (William, L & Wilkins,

2006), (Albertus, 2009).

WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting

yang harus dilakukan untuk mencapai tumbuh kembang

optimal di dalam Global Strategy for Infant and Young Child

Feeding, yaitu : pertama memberikan air susu ibu kepada

bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir,

kedua memberikan hanya Air Susu Ibu (ASI) saja atau

pemberia ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi

berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping

ASI (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24

bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai

anak berusia 24 bulan.

2.1.4 Jenis MP-ASI

Secara umum, ada 2 MP-ASI, yaitu hasil pengolahan

pabrik atau disebut dengan MP-ASI pabrikan dan hasil

pengolahan rimah tangga atau disebut dengan MP-ASI

lokal (Nurheti, 2010).

MP-ASI lokal memiliki beberapa dampak positif,

antara lain (Nurheti, 2010) :

1. Ibu lebih memahami dan lebih terampil dalam

membuat MP-ASI dari bahan pangan lokal sesuai

dengan kebiasaan dan aspek sosial budaya

setempat sehingga ibu dapat melanjutkan

pemberian MP-ASI lokal secara mandiri.

2. Meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan

masyarakat, serta memperkuat kelembagaan,

seperti PKK, dan posyandu.

3. Memiliki potensi meningkatkan pendapatan

masyarakat melalui penjualan hasil pertanian.

4. Sebagai sarana dalam pendidikan atau penyuluhan

gizi.

Dalam pemilihan jenis makanan, biasanya diawali

dengan proses pengenalan terlebih dahulu mengenai

jenis makanan yang tidak menyebabkan alergi, umumnya

yang mengandung kadar protein paling rendah seperti

serealia (beras merah atau beras putih). Khusus

sayuran, mulailah dengan yan rasanya hambar seperti

kentang, kacang hijau, labu. Kemudian memperkenalkan

makanan buah seperti alpukat, pisang, apel, dan pir.

Menurut (Brinch, 1986), jenis makanan tambahan

yang baik diberikan kepada bayi dan bila mulai

memberikannya :

1. Makanan terbaik sebagai makanan tambahan

permulaan bagi bayi adalah pisang matang yang

dihancurkan.

2. Apabila bayi telah berumur kira-kira 7 bulan

atau lebih, berikanlah kepadanya aneka ragam

makanan yang bergizi.

3. Bubur atau nasi tim untuk bayi janganlah

terlalu encer dan asin , dan jangan pula

memakai bumbu penyedap.

4. Apabila bayi bayi berumur 7 bulan atau lebih

berilah air minum dengan menggunakan cangkir,

kemudian beri sari buah-buahan yang tidak

diberi gula.

Menurut Depkes RI (2007), jenis makanan

pendamping ASI yang baik adalah terbuat dari bahan

makanan yang segar, seperti tempe, kacang-kacangan,

telur ayam, hati ayam, ikan, sayur mayor dan buah-

buahan. Jenis-jenis makanan pendamping yang tepat

dan diberikan sesuai dengan usia anak adalah sebagai

berikut :

1. Makanan Lumat

Makanan lumat adalah makanan yang dihancurkan,

dihaluskan atau disaring dan bentuknya lebih

lembut atau halus tanpa ampas. Biasanya makanan

lumat ini diberikan saat anak berusia enam sampai

Sembilan bulan.

Contoh dari makanan lumat itu sendiri antara

lain berupa bubur susu, bubur sumsum, pisang

saring atau dikerok, papaya saring dan nasi tim

saring.

2. Makanan lunak

Makanan lunak adalah makanan yang dimasak

dengan banyak air atau teksturnya agak kasar dari

makanan lumat. Makanan lunak ini diberikan ketika

anak usia Sembilan sampai 12 bulan.

Contoh makanan lunak antara lain bubur nasi,

bubur ayam, nasi tim, kentang pure.

3. Makanan Padat

Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak

nampak berair dan biasanya disebut makanan

keluarga. Makanan ini mulai dikenalkan pada anak

saat berusia 12-24 bulan.

Contoh makanan padat adalah kentang, nasi, lauk-

pauk, sayur bersantan, dan buah-buahan.

Tabel 1. Pemberian ASI/MP-ASI

Golong

an

Umur

(bulan

)

Pola Pemberian ASI/MP-ASIASI Makanan

Lumat

Halus

Makana

n

Lumat

Makanan

Lunak

Makanan

Padat

0 - 44 - 66 - 99 - 1212 -

24

2.1.5 Cara Pemberian MP_ASI

Menurut Depkes RI (2007), pemberian makanan

pendamping ASI pada anak yang tepat dan benar adalah

sebagai berikut :

1. Selalu mencuci tangan sebelum mulai mempersiapkan

makanan pada bayi atau anak, terutama bila kontak

dengan daging, telur, atau ikan mentah. Mencuci

tangan sebelum memberi makanan pada bayi dan

mencuci tangan bayi atau anak.

2. Mencuci bahan makanan (sayuran, beras, ikan,

daging, dll) dengan air mengalir sebelum diolah

menjadi makanan yang akan diberikan kepada bayi

atau anak.

3. Mencuci kembali peralatan dapur sebelum dan

sesudah digunakan untuk meamsak, walaupun

peralatan tersebut masih tampak bersih.

4. Peralatan makan bayi atau anak, seperti mangkuk,

sendok, dan cangkir, harus dicuci kembali sebelum

digunakan oleh bayi atau anak.

5. Dalam pemberian makanan pendamping pada bayi atau

anak, hendaknya berdasarkan tahapan usia anak.

6. Jangan menyimpan makanan yang tidak dihabiskan

bayi atau anak. Ludah yang terbawa oleh sendok

bayi atau anak menyebarkan bakteri.

Menurut Depkes RI (2007), pemberian makanan

pendamping ASI pada anak yang tepat dan benar adalah

sebagai berikut :

1. Selalu mencuci tangan sebelum mulai mempersiapkan

makanan pada bayi atau anak, terutama bila kontak

dengan daging, telur, atau ikan mentah. Mencuci

tangan sebelum memberi makanan pada bayi dan

mencuci tangan bayi atau anak.

2. Mencuci bahan makanan (sayuran, beras, ikan,

daging, dll) dengan air mengalir sebelum diolah

menjadi makanan yang akan diberikan kepada bayi

atau anak.

3. Mencuci kembali peralatan dapur sebelum dan

sesudah digunakan untuk meamsak, walaupun

peralatan tersebut masih tampak bersih.

4. Peralatan makan bayi atau anak, seperti mangkuk,

sendok, dan cangkir, harus dicuci kembali sebelum

digunakan oleh bayi atau anak.

5. Dalam pemberian makanan pendamping pada bayi atau

anak, hendaknya berdasarkan tahapan usia anak.

6. Jangan menyimpan makanan yang tidak dihabiskan

bayi atau anak. Ludah yang terbawa oleh sendok

bayi atau anak menyebarkan bakteri.

2.2 Mutu Organoleptik

Mutu organoleptik atau penilaian sensorik adalah

sekelompok parameter yang digunakan untuk menilai

mutu komoditi hasil pertanian dan makanan yang

melibatkan panca indra. Indra penglihat, pencicip,

dan pembau merupakan alat yang sangat penting untuk

menilai pangan (Soekarto, S.T., 1985). Penilaian

dengan indera menjadi suatu ilmu setelah penilaian

dibakukan, dirasionalkan, dan dihubungkan dengan

penilaian secara objektif. Terkadang penilaian ini

dapat memberikan hasil yang sangat teliti atau bahkan

melebihi ketelitian suatu alat. Dalam hal ini

prosedur penilaian memerlukan analisis data.

Penentuan mutu makanan pada umumnya sangat tergantung

pada beberapa faktor diantaranya cita rasa, warna,

dan nilai gizi (Winarno, 2004).

Soekarto, S.T (1985) menyebutkan bahwa untuk

melakukan suatu penilaian organoleptik diperlukan

panelis. Panelis dalam uji organoleptik berfungsi

sebagai instrumen. Instrumen ini terdiri dari orang

atau kelompok orang yang bertugas menilai sifat mutu

benda berdasarkan penilaian subjektifnya. Orang yang

menjadi anggota panel disebut dengan panelis. Dalam

uji organoleptik dikenal beberapa jenis panelis yang

penggunaan tiap-tiap panel ini tergantung tujuan. Ada

6 panel yang biasa digunakan dalam penilaian

organoleptik yaitu panel pencicip perseorangan, panel

pencicip terbatas, panel terlatih, panel tak

terlatih, panel agak terlatih, dan panel konsumen.

1. Warna

Warna adalah faktor mutu yang sangat

mempengaruhi daya terima tepung labu kuning. Jika

warna tepung labu kuning menarik maka akan

semakin menarik konsumen. Suatu bahan makanan

yang dinilai bergizi, enak, dan teksturnya sangat

baik tidak akan dimakan bila memiliki warna yang

tidak sedap atau memberi kesan menyimpang dari

warna yang seharusnya (Winarno, 2004).

2. Aroma

Aroma merupakan daya tarik yang sangat kuat

dan mampu merangsang indera penciuman sehingga

membangkitkan selera.timbulnya aroma makanan

disebabkan oleh terbentuknya senyawa yang mudah

menguap. Terbentuknya senyawa yang mudah menguap

tersebut sebagai akibat reaksi kerja enzim,

tetapi dapat juga terbentuk tanpa terjadi reaksi

enzim (Moehji, 1992). Aroma merupakan kriteria

utama dan penting dalam penilaian organoleptik,

di mana setelah itu diikuti oleh faktor rupa dan

kemudian tekstur. Kelezatan suatu makanan banyak

ditentukan oleh aroma makanan.

3. Rasa

Cita rasa makanan akan ditentukan oleh

rangsangan terhadap indera penciuman dan

pengecap. Cita rasa makanan terdiri dari tiga

komponen yaitu bau, rasa dan rangsangan mulut.

Bau makanan dapat menentukan kelezatan bahan

makanan seperti bau harum, asin, tengk, dan

hangus. Sedangkan untuk menentukan rasa banyak

melibatkan panca indera lidah.

Secara langsung dan tidak langsung proses

blanching memengaruhi rasa pada berbagai produk

pangan dengan menginaktivasi enzim tertentu dalam

produk tersebut. Selain itu blanching juga

meningkatkan retensi rasa dan seringkali

menghilangkan rasa pahit yang tidak diinginkan

dalam pangan (Vennyciaw, 2012).

4. Tekstur

Tekstur adalah sifat produk yang hanya bisa

diukur dengan rabaan tangan, keempukan, dan mudah

tidaknya untuk dikunyah. Cookies memiliki

kandungan air yang rendah sehingga teksturnya

menjadi renyah. Cookies merupakan salah satu

jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak,

berkadar lemak tinggi, relatif renyah bila

dipatahkan dan penampang potongannya bertekstur

padat. Cookies dapat dibagi menjadi 2 (dua)

golongan yaitu adonan keras (hard dougth) dan

adonan lunak (soft dougth). Bahan pembuat

cocokies terdiri dari tepung terigu, gula, lemak,

telur, susu skim, garam, bahan pengembang

(leavening agents), bahan tambahan cocokies.

Kualitas cookies pada umumnya ditentukan dari

tekstur, bentuk, ketebalan, kadar air, struktur

(berporsi besar/kecil) dan juga warnanya. Masing-

masing kriteria mutu ini bervariasi tergantung

dari jenis cookies yang diproduksi. Sebagai

contoh, untuk cookies teksturnya berpori-pori

kecil dan halus, sedangkan cream crackers, adanya

blister menjadi parameter mutu yang penting,

sementara parameter itu tidak akan ditemui pada

cookies karena jenis adonan adalah short dough.

Untuk mendapatkan mutu cookies dan biskuit yang

berkualitas, tidak hanya dari formula yang bagus,

namun yang lebih penting adalah mendapatkan bahan

baku yang konsisten mutunya sehingga proses

produksi dapat lebih dikontrol sesuai dengan

standar yang sudah ditetapkan.

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKAIndonesia. Pedoman umum pemberian makanan pendamping Air

Susu Ibu (MPASI) lokal. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia; 2006.

James Akre .1994. Pemberian Makanan Untuk Bayi. Jakarta:perkumpulan perinatology Indonesia

Krisnatuti, D dan Yenrina, R. 2000. Menyiapkan makananpendamping ASI.http://hidayat2.wordpress.com/2010/01/10/jurnal-01 (30 Mei 2014)

Rohmani Afiana. 2010.Jurnal Pemberin Makanan Pendamping ASI(MP-ASI) pada anak usia 1-2 tahun di Kleurahan Lamper TengahKecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang.

Setiawan, albertus.2009.FKMUI