Upload
poltekkesmalang
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN BASELINE
PENGAWASAN MUTU MAKANAN MP-ASI
DI DESA BATURETNO KECAMATAN SINGOSARI
MALANG
Oleh:
Kelompok 6 / IIIB
1. Firlia Elok Megawati ( 1203000069)
2. Muchibbah Ilmi ( 1203000071)
3. Ive Nowitasari ( 1203000073)
4. Meifita Uswatun Khasanah ( 1203000096)
5. Devi Kusumandani ( 1203000099)
6. Niekita Damayanti ( 1203000107)
7. Dzurrotul Ersa Azizah ( 1203000115)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANGJURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI MALANG2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
atas berkah dan rahmad-Nya, penulis telah menyelesaikan
laporan baseline ”PMM untuk MP-ASI” ini dengan baik dan
selesai tepat waktu. Shalawat serta salam semoga tetap
dilimpahkan kepada Rasulullah SAW.
Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis telah
banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk
itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada,
1. Bapak Yohanes Kristanto, ……….. selaku dosen
pembimbing
2. Orang tua
yang telah memberikan dukungan dan motivasi selama
pembuatan laporan ini, memberikan bimbingan, arahan,
serta saran hingga terselesainya pembuatan laporan ini.
Demikian pula penulis menyadari bahwa laporan ini
masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan
saran-saran perbaikan dari para pembaca, para ahli dan
sejawat yang membangun sangat kami harapkan guna
perbaikan laporan ini selanjutnya dan membantu dalam
memberikan informasi dan bahan-bahan yang diperlukan
dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua.
Malang, 19 November
2014
Penulis
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 MP-ASI
Setelah bayi berumur 6 bulan, makanan pendamping
ASI (MP-ASI) mulai diperkenalkan kepada bayi, namun
pemberian ASI harus tetap dilanjutkan setidaknya sampai
bayi berumur 2 tahun. Pada usia 6 bulan, bayi perlu
diperkenalkan dengan makanan pendamping, yaitu makanan
tambahan selain ASI untuk memenuhi kebutuhn gizi bayi
yang meningkat. Jenis makanan yang dikonsumsi bayi juga
mempengaruhi jumlah kebutuhan airnya. Umumnya,
kebutuhan cairan bayi pada usia 6-11 bulan dapat
dipenuhi dari ASI saja. Cairan tambahan dapat diperoleh
dari buah atau jus buah, sayuran, atau sedikit air
matang setelah pemberian makan. Ibu harus memastikan
bahwa air putih dan cairan lain tidak menggantikan ASI.
Air dapat menghilangkan atau mengencerkan kandungan
gizi dari makanan pendamping kaya energi. Energi yang
dihasilkan dari bubur, sop, kaldu, dan makanan cair
lain yang diberikan kepada bayi umurnya di bawah batas
yang dianjurkan untuk makanan pendamping (0,6 kkal/g).
Mengurangi jumlah air yang ditambahkan pada makanan ini
dapat meningkatkan kondisi gizi anak dalam kelompok
usia ini (Nurheti, 2010).
2.1.1 Pengertian MP-ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk
bayi karena merupakan makanan alamiah yang sempurna,
mudah dicerna oleh bayi dan mengandung zat gizi yang
sesuai dengan kebutuhan bayi untk pertumbuhan,
kekebalan dan mencegah berbagai penyakit serta untuk
kecerdasan bayi, aman, dan terjamin kebersihannya
karena langsung diberikan kepada bayi agar terhindar
dari gangguan pencernaan seperti diare, muntah, dan
sebagainya. (Albertus, 2009)
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan
pendamping ASI yang diberikan pada bayi umur 6-23
bulan. Bayi siap untuk makan makanan padat, baik
secara pertumbuhan maupun secara psikologis, pada
usia 6-9 bulan. Kemampuan bayi baru lahir untuk
mencerna, mengabsorpsi, dan memetabolisme bahan
makanan sudah adekuat, tetapi terbatas hanya pada
beberapa fungsi. (Wargiana, dkk)
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang
mengandung gizi diberikan pada bayi atau anak yang
berumur 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizinya.
(Depkes, 2006), (Albertus, 2009) semakin meningkat
umur bayi atau anak, kebutuhan akan zat gizi semakin
bertambah karena proses tumbuh kembang, sedangkan ASI
yang dihasilkan kurang memenuhi kebutuhan gizi. MP-
ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan
keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus
dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun
jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi
atau anak. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam kualitas
dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat
pada periode ini (Depkes, 2000), (Albertus 2009).
MP-ASI dini adalah makanan/ minuman yang
diberikan kepada bayi sebelum berusia 6 bulan. WHO
mendefinisikan ASI eksklusif bila bayi hanya mendapat
ASI tanpa tambahan makanan atau minuman lain, kecuali
vitamin, mineral dan obat-obatan. (Gibney, MJ et al
2009), (Albertus 2009) Bayi yang mendapat ASI dan
mendapat MP-ASI berupa cairan termasu vitamin,
mineral, dan obat-obatan didefinisikan sebagai
predominant breast-feeding. Bayi yang mendapat ASI dan
mendapat MP-ASI berupa makanan padat, semi padat dan
atau cairan termasuk vitamin, mineral dan obat-obatan
dideinisikan sebagai partial breast-feeding.
Pemberian makanan pendamping ASI berarti memberi
makanan lain selain ASI. Makanan lain ini disebut
makanan tambahan. Selama periode pemberian makanan
tambahan, seorang bayi perlahan-lahan terbiasa
memakan makanan keluarga. Pada akhir periode ini
(biasanya sekitar usia 2 tahun), ASI sudah digantikan
seluruhnya dengan makanan keluarga, walaupun seorang
anak kadang-kadang masih ingin menetek untuk
kenyamanan (WHO, 2004).
Menurut James Akre (1994) yang dimaksud dengan
pemberian makanan tambahan adalah perpindahan yang
progresif dari bayi yang semula mendapat ASI menjadi
bayi yang mendapat makanan seperti anggota keluarga
lainnya (makanan keluarga).
Krisnatuti dan Yennrina (2000) mengatakan bahwa
makanan pendamping ASI ialah makanan tambahan yang
diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 4-6 bulan
sampai bayi berusia 24 bulan.
2.1.2 Syarat MP-ASI
Makanan pendamping ASI yang diberikan kepada bayi
dan anak harus memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Menurut Soetjiningsih (2002), dalam pemberian MP-ASI
kepada bayi dan anak harus memenuhi persyaratan yaitu
: kebutuhan zat-zat makanan terpenuhi secara adekuat,
yaitu tidak berlebihan atau kekurangan, mudah
diterima dan dicerna, jenis makanan dan cara
pemberian sesuai dengan pemberian kebiasaan makanan
yang sehat, terjamin kebersihannya dan bebas dari
bibit penyakit, susunan menu seimbang (berasal dari
10-15% dari protein, 25-35% dari lemak dan 50-65%
dari karbohidrat).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian
makanan bayi dan anak, yaitu :
a. Bayi baru ahir yang sehat, aktif, menangis,
kuat, refleks menghisap dan menelannya baik,
harus segera disusui.
b. Makanan yang diberikan kepada bayi atau anak
termasuk juga susu, harus memenuhi kecukupan
gizi dianjurkan.
c. Bayi perlu makan lebih dari satu kali dalam
sehari untuk melengkapi ASI. Karena lambung
bayi kecil, maka volume setiap kali makan
harus tidak terlalu besar. Jadi ayi atau anak
harus makan lebih sering daripada dewasa.
d. Anak umur 1-3 tahun, hanya bisa makan sekitar
200-300 ml sekali makan. Oleh karena itu untuk
mendapatkan energi/ nutrien yang cukup, bayi
harus diberi makanan dengan konsentrasi
energi/ nutrient yang tinggi atau diberi
makanan yang sering.
e. Bayi umur lebih dari 6 bulan memerlukan makan
4-6 kali/ hari disamping ASI, agar kebutuhan
energi/nutrien terpenuhi. Jika terdapat
kesulitan makan pada anak, maka dapat
dilakukan hal-hal seperti dibawah ini :
Dapat ditambahkan minyak/lemak/gula
kedalam makanannya agar kebutuhan energi
terpenuhi.
Meningkatkan frekuensi makan menjadi 4-6
kali.
Makanan kecil (snack) yang bergizi
diantara makan.
f. Sekali bayi menerima dengan baik makanan yang
diberikan, maka berikanlah makanan tersebut
setelah bayi menyusu.
g. Sampai umur 2 tahun mungkin tidak semua anak
sudah bisa makan makanan dewasa. Untuk anak
dengan masalah ini masih bisa diberikan
makanan lumat/ nasi tim, sambil secara
bertahap diperkenalkan makanan keluaga.
h. Gunakan sendok/gelas/cangkir untuk
makan/minum. Hampir semua bayi usia diatas 6
bulan bisa dilatih minum melalui
gelas/cangkir.
2.1.3 Usia Pemberian MP-ASI
Menurut Depkes RI (2007), usia pada saat pertama
kali pemberian makanan pendamping ASI pada anak yang
tepat dan benar adalah setelah anak berusia enam
bulan, dengan tujuan agar anak tidak mengalami
infeksi atau gangguan pencernaan akibat virus atau
bakteri.
Dalam deklarasi innocenti yang dilakukan antara
perwakilan WHO dan UNICEF pada tahun 1991,
mendefinisikan bahwa pemberian makan bayi yang
optimal adalah pemberian ASI eksklusif mulai dari
saat lahir hingga usia 4-6 bulan dan terus berlanjut
hingga than kedua kehidupan. Makanan tambahan yang
sesuai baru diberikan ketika bayi berusia sekitar 6
bulan. Selanjutnya WHO menyelenggarakan konvensi
Expert Panel Meeting yang meninjau lebih dari 3000 makalah
riset dan menyimpulkan bahwa periode 6 bulan
merupakan usia bayi yang optimal untuk pemberian ASI
Eksklusif (Gibney, MJ et al, 2009), (Albertus, 2009).
Pemberian makan setelah bayi berusia 6 bulan
memberikan perlindungan besar dari berbgai penyakit.
Hal ini disebabkan imunitas bayi > 6 bulan sudah
lebih sempurna dibandingkan umur bayi < 6 bulan.
Pemberian MP-ASI dini sama saja dengan membuka
gerbang masuknya berbagai jenis kuman penyakit. Hasil
riset menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan MP-ASI
sebelum berumur 6 bulan lebih banyak terserang diare,
sembelit, batuk pilek, dan panas dibandingkan bayi
yang mendapatkan ASI eksklusif (William, L & Wilkins,
2006), (Albertus, 2009).
WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting
yang harus dilakukan untuk mencapai tumbuh kembang
optimal di dalam Global Strategy for Infant and Young Child
Feeding, yaitu : pertama memberikan air susu ibu kepada
bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir,
kedua memberikan hanya Air Susu Ibu (ASI) saja atau
pemberia ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi
berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping
ASI (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24
bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai
anak berusia 24 bulan.
2.1.4 Jenis MP-ASI
Secara umum, ada 2 MP-ASI, yaitu hasil pengolahan
pabrik atau disebut dengan MP-ASI pabrikan dan hasil
pengolahan rimah tangga atau disebut dengan MP-ASI
lokal (Nurheti, 2010).
MP-ASI lokal memiliki beberapa dampak positif,
antara lain (Nurheti, 2010) :
1. Ibu lebih memahami dan lebih terampil dalam
membuat MP-ASI dari bahan pangan lokal sesuai
dengan kebiasaan dan aspek sosial budaya
setempat sehingga ibu dapat melanjutkan
pemberian MP-ASI lokal secara mandiri.
2. Meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan
masyarakat, serta memperkuat kelembagaan,
seperti PKK, dan posyandu.
3. Memiliki potensi meningkatkan pendapatan
masyarakat melalui penjualan hasil pertanian.
4. Sebagai sarana dalam pendidikan atau penyuluhan
gizi.
Dalam pemilihan jenis makanan, biasanya diawali
dengan proses pengenalan terlebih dahulu mengenai
jenis makanan yang tidak menyebabkan alergi, umumnya
yang mengandung kadar protein paling rendah seperti
serealia (beras merah atau beras putih). Khusus
sayuran, mulailah dengan yan rasanya hambar seperti
kentang, kacang hijau, labu. Kemudian memperkenalkan
makanan buah seperti alpukat, pisang, apel, dan pir.
Menurut (Brinch, 1986), jenis makanan tambahan
yang baik diberikan kepada bayi dan bila mulai
memberikannya :
1. Makanan terbaik sebagai makanan tambahan
permulaan bagi bayi adalah pisang matang yang
dihancurkan.
2. Apabila bayi telah berumur kira-kira 7 bulan
atau lebih, berikanlah kepadanya aneka ragam
makanan yang bergizi.
3. Bubur atau nasi tim untuk bayi janganlah
terlalu encer dan asin , dan jangan pula
memakai bumbu penyedap.
4. Apabila bayi bayi berumur 7 bulan atau lebih
berilah air minum dengan menggunakan cangkir,
kemudian beri sari buah-buahan yang tidak
diberi gula.
Menurut Depkes RI (2007), jenis makanan
pendamping ASI yang baik adalah terbuat dari bahan
makanan yang segar, seperti tempe, kacang-kacangan,
telur ayam, hati ayam, ikan, sayur mayor dan buah-
buahan. Jenis-jenis makanan pendamping yang tepat
dan diberikan sesuai dengan usia anak adalah sebagai
berikut :
1. Makanan Lumat
Makanan lumat adalah makanan yang dihancurkan,
dihaluskan atau disaring dan bentuknya lebih
lembut atau halus tanpa ampas. Biasanya makanan
lumat ini diberikan saat anak berusia enam sampai
Sembilan bulan.
Contoh dari makanan lumat itu sendiri antara
lain berupa bubur susu, bubur sumsum, pisang
saring atau dikerok, papaya saring dan nasi tim
saring.
2. Makanan lunak
Makanan lunak adalah makanan yang dimasak
dengan banyak air atau teksturnya agak kasar dari
makanan lumat. Makanan lunak ini diberikan ketika
anak usia Sembilan sampai 12 bulan.
Contoh makanan lunak antara lain bubur nasi,
bubur ayam, nasi tim, kentang pure.
3. Makanan Padat
Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak
nampak berair dan biasanya disebut makanan
keluarga. Makanan ini mulai dikenalkan pada anak
saat berusia 12-24 bulan.
Contoh makanan padat adalah kentang, nasi, lauk-
pauk, sayur bersantan, dan buah-buahan.
Tabel 1. Pemberian ASI/MP-ASI
Golong
an
Umur
(bulan
)
Pola Pemberian ASI/MP-ASIASI Makanan
Lumat
Halus
Makana
n
Lumat
Makanan
Lunak
Makanan
Padat
0 - 44 - 66 - 99 - 1212 -
24
2.1.5 Cara Pemberian MP_ASI
Menurut Depkes RI (2007), pemberian makanan
pendamping ASI pada anak yang tepat dan benar adalah
sebagai berikut :
1. Selalu mencuci tangan sebelum mulai mempersiapkan
makanan pada bayi atau anak, terutama bila kontak
dengan daging, telur, atau ikan mentah. Mencuci
tangan sebelum memberi makanan pada bayi dan
mencuci tangan bayi atau anak.
2. Mencuci bahan makanan (sayuran, beras, ikan,
daging, dll) dengan air mengalir sebelum diolah
menjadi makanan yang akan diberikan kepada bayi
atau anak.
3. Mencuci kembali peralatan dapur sebelum dan
sesudah digunakan untuk meamsak, walaupun
peralatan tersebut masih tampak bersih.
4. Peralatan makan bayi atau anak, seperti mangkuk,
sendok, dan cangkir, harus dicuci kembali sebelum
digunakan oleh bayi atau anak.
5. Dalam pemberian makanan pendamping pada bayi atau
anak, hendaknya berdasarkan tahapan usia anak.
6. Jangan menyimpan makanan yang tidak dihabiskan
bayi atau anak. Ludah yang terbawa oleh sendok
bayi atau anak menyebarkan bakteri.
Menurut Depkes RI (2007), pemberian makanan
pendamping ASI pada anak yang tepat dan benar adalah
sebagai berikut :
1. Selalu mencuci tangan sebelum mulai mempersiapkan
makanan pada bayi atau anak, terutama bila kontak
dengan daging, telur, atau ikan mentah. Mencuci
tangan sebelum memberi makanan pada bayi dan
mencuci tangan bayi atau anak.
2. Mencuci bahan makanan (sayuran, beras, ikan,
daging, dll) dengan air mengalir sebelum diolah
menjadi makanan yang akan diberikan kepada bayi
atau anak.
3. Mencuci kembali peralatan dapur sebelum dan
sesudah digunakan untuk meamsak, walaupun
peralatan tersebut masih tampak bersih.
4. Peralatan makan bayi atau anak, seperti mangkuk,
sendok, dan cangkir, harus dicuci kembali sebelum
digunakan oleh bayi atau anak.
5. Dalam pemberian makanan pendamping pada bayi atau
anak, hendaknya berdasarkan tahapan usia anak.
6. Jangan menyimpan makanan yang tidak dihabiskan
bayi atau anak. Ludah yang terbawa oleh sendok
bayi atau anak menyebarkan bakteri.
2.2 Mutu Organoleptik
Mutu organoleptik atau penilaian sensorik adalah
sekelompok parameter yang digunakan untuk menilai
mutu komoditi hasil pertanian dan makanan yang
melibatkan panca indra. Indra penglihat, pencicip,
dan pembau merupakan alat yang sangat penting untuk
menilai pangan (Soekarto, S.T., 1985). Penilaian
dengan indera menjadi suatu ilmu setelah penilaian
dibakukan, dirasionalkan, dan dihubungkan dengan
penilaian secara objektif. Terkadang penilaian ini
dapat memberikan hasil yang sangat teliti atau bahkan
melebihi ketelitian suatu alat. Dalam hal ini
prosedur penilaian memerlukan analisis data.
Penentuan mutu makanan pada umumnya sangat tergantung
pada beberapa faktor diantaranya cita rasa, warna,
dan nilai gizi (Winarno, 2004).
Soekarto, S.T (1985) menyebutkan bahwa untuk
melakukan suatu penilaian organoleptik diperlukan
panelis. Panelis dalam uji organoleptik berfungsi
sebagai instrumen. Instrumen ini terdiri dari orang
atau kelompok orang yang bertugas menilai sifat mutu
benda berdasarkan penilaian subjektifnya. Orang yang
menjadi anggota panel disebut dengan panelis. Dalam
uji organoleptik dikenal beberapa jenis panelis yang
penggunaan tiap-tiap panel ini tergantung tujuan. Ada
6 panel yang biasa digunakan dalam penilaian
organoleptik yaitu panel pencicip perseorangan, panel
pencicip terbatas, panel terlatih, panel tak
terlatih, panel agak terlatih, dan panel konsumen.
1. Warna
Warna adalah faktor mutu yang sangat
mempengaruhi daya terima tepung labu kuning. Jika
warna tepung labu kuning menarik maka akan
semakin menarik konsumen. Suatu bahan makanan
yang dinilai bergizi, enak, dan teksturnya sangat
baik tidak akan dimakan bila memiliki warna yang
tidak sedap atau memberi kesan menyimpang dari
warna yang seharusnya (Winarno, 2004).
2. Aroma
Aroma merupakan daya tarik yang sangat kuat
dan mampu merangsang indera penciuman sehingga
membangkitkan selera.timbulnya aroma makanan
disebabkan oleh terbentuknya senyawa yang mudah
menguap. Terbentuknya senyawa yang mudah menguap
tersebut sebagai akibat reaksi kerja enzim,
tetapi dapat juga terbentuk tanpa terjadi reaksi
enzim (Moehji, 1992). Aroma merupakan kriteria
utama dan penting dalam penilaian organoleptik,
di mana setelah itu diikuti oleh faktor rupa dan
kemudian tekstur. Kelezatan suatu makanan banyak
ditentukan oleh aroma makanan.
3. Rasa
Cita rasa makanan akan ditentukan oleh
rangsangan terhadap indera penciuman dan
pengecap. Cita rasa makanan terdiri dari tiga
komponen yaitu bau, rasa dan rangsangan mulut.
Bau makanan dapat menentukan kelezatan bahan
makanan seperti bau harum, asin, tengk, dan
hangus. Sedangkan untuk menentukan rasa banyak
melibatkan panca indera lidah.
Secara langsung dan tidak langsung proses
blanching memengaruhi rasa pada berbagai produk
pangan dengan menginaktivasi enzim tertentu dalam
produk tersebut. Selain itu blanching juga
meningkatkan retensi rasa dan seringkali
menghilangkan rasa pahit yang tidak diinginkan
dalam pangan (Vennyciaw, 2012).
4. Tekstur
Tekstur adalah sifat produk yang hanya bisa
diukur dengan rabaan tangan, keempukan, dan mudah
tidaknya untuk dikunyah. Cookies memiliki
kandungan air yang rendah sehingga teksturnya
menjadi renyah. Cookies merupakan salah satu
jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak,
berkadar lemak tinggi, relatif renyah bila
dipatahkan dan penampang potongannya bertekstur
padat. Cookies dapat dibagi menjadi 2 (dua)
golongan yaitu adonan keras (hard dougth) dan
adonan lunak (soft dougth). Bahan pembuat
cocokies terdiri dari tepung terigu, gula, lemak,
telur, susu skim, garam, bahan pengembang
(leavening agents), bahan tambahan cocokies.
Kualitas cookies pada umumnya ditentukan dari
tekstur, bentuk, ketebalan, kadar air, struktur
(berporsi besar/kecil) dan juga warnanya. Masing-
masing kriteria mutu ini bervariasi tergantung
dari jenis cookies yang diproduksi. Sebagai
contoh, untuk cookies teksturnya berpori-pori
kecil dan halus, sedangkan cream crackers, adanya
blister menjadi parameter mutu yang penting,
sementara parameter itu tidak akan ditemui pada
cookies karena jenis adonan adalah short dough.
Untuk mendapatkan mutu cookies dan biskuit yang
berkualitas, tidak hanya dari formula yang bagus,
namun yang lebih penting adalah mendapatkan bahan
baku yang konsisten mutunya sehingga proses
produksi dapat lebih dikontrol sesuai dengan
standar yang sudah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKAIndonesia. Pedoman umum pemberian makanan pendamping Air
Susu Ibu (MPASI) lokal. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia; 2006.
James Akre .1994. Pemberian Makanan Untuk Bayi. Jakarta:perkumpulan perinatology Indonesia
Krisnatuti, D dan Yenrina, R. 2000. Menyiapkan makananpendamping ASI.http://hidayat2.wordpress.com/2010/01/10/jurnal-01 (30 Mei 2014)
Rohmani Afiana. 2010.Jurnal Pemberin Makanan Pendamping ASI(MP-ASI) pada anak usia 1-2 tahun di Kleurahan Lamper TengahKecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang.
Setiawan, albertus.2009.FKMUI