Upload
itb
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN GEOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
POTENSI DIMENSION STONE DI SULAWESI UTARA, TENGAH, DAN SELATAN
MEILANI 12014083
ERYK YUNSA 12014084
IRFAN BUDIAJI 12014086
Hasbi M Assidiqi 12312005
Elvira Yuliani Yurista 12312012
Siska Kurnia Wati 12312036
Ulvienin H 12312052
Deviyanti 12312068
Amajid Sinar 12313020
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah dalam rangka menyelesaikan tugas
besar Mata Kuliah Geologi Bahan Konstruksi ini dengan baik dan lancar. Hal yang mendasari
penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah perlunya pengetahuan yang mendasar
tentang aplikasi dari potensi batuan konstruksi diamond stone di Sulawesi
1
Dalam penyusunan karya ilmiah ini, tentu saja penulis menemui hambatan-hambatan
yang memang lazim ditemui, seperti keterbatasan pengetahuan penulis mengenai batuan
sedimen yang dikaitkan dengan bahan konstruksi. Akan tetapi, hal tersebut dapat diantisipasi
dengan mencari sumber-sumber yang relevan. Selain itu, penulis juga melakukan survey
langsung ke lapangan dan mengambil data untuk melengkapi makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, yaitu :
1. Bapak Kristian N. Tabri, Dosen Geologi Bahan Konstruksi ITB, yang telah
membimbing penulis dalam penyusunan makalah ini.
2. Pihak-pihak lain yang telah membantu penulis yang tidak dapat kami sebutkan satu
per satu.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun belum sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sekalian. Penulis mengucapkan terima kasih atas perhatian pembaca sekalian
terhadap makalah ini. Semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
2
DAFTAR ISI
PRAKATA………...................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................4
1.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data...............................................4
1.5 Sistematika Penulisan…………………………………....………….4
BAB II ANALISIS RUMUSAN MASALAH
2.1 Stratigrafi wilayah pulau Sulawesi.....................................................6
2.2 Tektonik wilayah Pulau Sulawesi.................................................... 12
2.3
2.4 Potensi Batuan Kontruksi Diamond Stone di Pulau Sulawesi ….........15
BAB III SIMPULAN
3.1 Simpulan…....................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 34
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sulawesi terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik,dan
IndoAustralia serta sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang menyebabkan
kondisi tektoniknya sangat kompleks. Kumpulan batuan dari busur kepulauan, batuan
bancuh, ofiolit, dan bongkah dari mikrokontinen terbawa bersama proses penunjaman,
tubrukan, serta proses tektonik lainnya (Van Leeuwen, 1994). Oleh karena itu, jenis batuan
sulawesi sangat variatif, termasuk pula batuan yang biasa digunakan sebagai bahan
konstruksi yaitu dimension stone.
Dimension stone memiliki arti material dari batuan alam yang ditambang dengan
tujuan untuk memperoleh spesifikasi ukuran (lebar, panjang, dan tebal) dan bentuk tertentu
(Barton, 1968, p.4). Proses ini dilakukan tanpa mengubah/menghancurkan bentuk asal batuan
seperti pada pembuatan beton dari agregat. Beberapa kegunaan dimension stone tersebut
antara lain sebagai pembuatan ubin, membantu dalam pengaspalan jalan, penghias dan
penutup interior ruangan, penghias monument bangunan, pembuatan patung, dan restorasi
bangunan.
Warna, tekstur dan pola butir,daya tahan, kekuatan merupakan kebutuhan dasar dari
dimension stone. Meskipun berbagai batuan beku, metamorf, dan batu sedimen digunakan
sebagai batu dimensi, jenis batuan utama adalah granit, batu kapur, marmer, batu pasir, dan
slate. Variasi lain dimension stone jenis minor termasuk alabaster (gipsum besar), soapstone
(slate besar), dan berbagai produk dibuat dari batu alam.
Batugamping merupakan sedimen tediri dari kalsium karbonat dengan atau tanpa
magnesium. Termasuk dalam kategori ini adalah calcitic kapur, dolomit, dolomit kapur, dan
travertine. Marmer termasuk batuan hasil metamorfosa batu gamping dan serpentinit.
Anggota penting dari klasifikasi ini adalah serpentine marmer, juga dikenal sebagai verde
antik. Batu granit adalah hasil intrusi batuan beku yang terbentuk di kedalaman 50 km dan
memiliki struktur gain yang kasar dan kuat.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas mengenai potensi batuan bahan
konstruksi untuk dimension stone khususnya batuan granit, batu gamping, dan marmer di
daerah Sulawesi. Pembahasan tersebut termasuk stratigrafi, tektonik dan potensi batuan
4
bahan konstruksi di daerah Sulawesi baik jenis batuan, jenis bahan konstruksi, akses, dan
estimasi harga batuan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka muncul berbagai persoalan dalam bentuk
beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana startigrafi dari daerah Pulau Sulawesi?
2. Bagaimana tektonik dari daerah pulau Sulawesi?
3. Bagaimana potensi batuan konstruksi untuk diamond stone di daerah Pulau Sulawesi?
1.3 Tujuan Penulisan
Sesuai dengan perumusan masalah, tujuan yang dijadikan landasan pada pelaksanaan
pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah :
1. Mengetahui stratigrafi wilayah Pulau Sulawesi
2. Mengetahui tektonik wilayah Pulau Sulawesi
3. Mengetahui potensi batuan konstruksi untuk diamond stone di daerah Pulau Sulawesi
1.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
1.4.1 Metode
Penelitian ini bersifat ekspositif, yaitu menjelaskan dan mejabarkan tentang
suatu persoalan tanpa keinginan untuk memengaruhi sikap atau pendapat pembaca,
dan hal yang dipentingkan adalah memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang
yang membacanya. Jenis dari penelitian ini adalah kualitatif, yaitu jenis penelitian
yang hasil atau penyimpulannya dititikberatkan pada data-data deskriptif.
1.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian kali ini, kami menggunakan teknik pengumpulan data berupa
studi literatur. Metode ini bersumber dari buku-buku referensi dan sumber internet
yang relevan mengenai potensi batuan konstruksi untuk diamond stone di daerah
Pulau Sulawesi
5
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan penelitian ini terbagi menjadi tiga bab, yaitu pendahuluan,
pembahasan masalah, dan simpulan.
Pada bab satu akan dibahas mengenai latar belakang pengangkatan aspek laporan
penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode dan teknik pengumpulan data pada
data laporan penelitian ini, serta sistematika penulisan.
Bab dua akan menjabarkan dan menganalisis masalah-masalah yang dirumuskan
secara lengkap pada bab pendahuluan berupa stratigrafi wilayah Pulau Sulawesi, tektonik
wilayah Pulau Sulawesi, potensi batuan konstruksi untuk diamond stone di daerah Pulau
Sulawesi
Bab tiga berisi tentang kesimpulan dari penulis mengenai permasalahan yang kami
angkat pada makalah ini berdasarkan hasil analisis penulis mengenai rumusan masalah.
6
BAB II
ANALISIS RUMUSAN MASALAH
2.1 Stratigrafi Pulau Sulawesi
2.1.1 Stratigrafi Sulawesi Utara
Berdasarkan stratrigrafi, susunan batuan yang membentuk Sulawesi Utara dari tua ke
muda adalah; Batu gamping Gatehouse, Batu lumpur Rumah kucing, Batu gamping
Ratatotok, Intrusi Andesit Porfiri, Volkanik Andesit, Epiklastik Volkanik dan Aluvial
Endapan sungai dan Danau. Stratigrafi daerah eksplorasi yang berada di pulau Sulawesi.
7
2.1.2 Sulawesi Selatan
Batuan yang tersingkap di daerah Sulawesi Selatan terdiri dari 5 satuan, yaitu :
Satuan Batuan
Gunungapi Formasi Carnba
Satuan Batuan
Gunung api Formasi
Camba berumur
Miosen Tengah-
Miosen Akhir,
terdiri dari breksi
gunungapi, lava,
konglomerat, dan
tufa halus hingga
batuan lapili.
Formasi Walanae
Formasi Walanae
berumur Miosen
Akhir - Pliosen
Awal, terdiri dari
batupasir,
konglomerat, batu lanau, batu lempung, batu gamping, dan napal dengan lingkungan
pengendapan berupa laut
Satuan Intrusi Basal
Satuan Intrusi Basal berumur Miosen Akhir - Pliosen Akhir, terdiri dari terobosan
basal berupa retas, silt, dan stok.
Satuan Batuan Gunung api Lompobatang
Satuan Batuan Gunungapi Lompobatang berumur Pleistosen, terdiri dari breksi, lava,
endapan lahar, dan tufa.
Endapan aluvial, Rawa, dan. Pantai.
Endapan Aluvial, Rawa, dan Pantai berumur Holosen, terdiri dari kerikil, pasir,
lempung, lumpur, dan batugarnping koral.
Intrusi Basal, yang merupakan retas-retas yang mengintrusi Formasi Walanae.
Sebagian besar dari basal ini bertekstur afanitik. Pada beberapa lokasi ditemukan bertekstur
8
porfiritik dengan enokris plagioklas, piroksen, mika, olivin, tertanam dalan) masadasar
afanitik. Intrusi basal ini di permukaan umumnya telah terkekarkan dan di beberapa tempat
telah terubah menjadi batuan ubahan (zona argilik) yang didominasi mineral lempung
(smektit, kaolinit, haloisit). Batuan ubahan ini dijumpai di sekitar mata air panas Kampala,
mata air panas Ranggo, dan Kainpung Buluparia. Menurut Pusat Sumber Daya Geologi
satuan ini berumur Miosen Akhir - Pliosen Akhir.
Endapan Aluvial Sungai, merupakan endapan permukaan hasil rombakan dari batuan
yang lebih tua, terdiri dari material kerikil, pasir, lempung. Batuannya tersebar di tepi-tepi
sungai dan dasar sungai. Satuan ini berumur Holosen – Resen.
2.1.3 Sulawesi Barat
Stratigrafi Sulawesi bagian Barat didominasi oleh batuan Neogen, tetapi di dalamnya
termasuk juga formasi batuan yang berumur Jurasic. Geologi daerah Bonehau dan sekitarnya
didominasi oleh batuan beku dan metamorf, termasuk batuan sedimen yang sedikit
termetamorfkan.
Batuan tertua di daerah
penelitian adalah Formasi
Latimojong, yang berumur
Kapur, Di atas Formasi
Latimojong diendapkan Formasi
Toraja (Tet) secara tidak selaras.
Formasi ini berumur Eosen
Tengah sampai Akhir. Formasi
Toraja tertindih tak selaras oleh
Formasi Sekala dan Batuan
Gunungapi Talaya. Aktivitas
vulkanik ini kemudian diikuti
oleh kehadiran Formasi Sekala
(Tmps) pada Miosen Tengah -
Pliosen, yang dibentuk oleh
batupasir hijau, grewake, napal,
batulempung dan tuf, sisipan
lava bersusunan andesit-basalt.
9
Formasi sekala berhubungan menjemari dengan batuan Gunung api Talaya (Batuan
Vulkanik Talaya, Tmtv) yang terdiri dari breksi gunungapi, tuf dan lava bersusunan andesit-
basal, dengan sisipan batu pasir dan napal, setempat batubara. Batuan Gunungapi Talaya
menjari dengan batuan Gunung api Adang (Tma) yang terutama 37 bersusunan leusit-Basalt,
dan berhubungan menjemari dengan Formasi Mamuju (Tmm) yang Berumur Miosen Akhir.
Formasi Mamuju terdiri atas napal, batupasir gampingan, napal tufaan, dan batugamping
pasiran bersisipan tufa. Formasi ini mernpunyai Anggota Tapalang (Tmmt) yang terdiri dari
batu gamping koral, batu gamping bioklastik, dan napal yang banyak mengandung moluska.
Formasi Lariang terdiri dari batupasir gampingan dan mikaan, batulempung, bersisipan
kalkarenit, konglomerat dan tuf, umurnya Mieseh Akhir – Pliosen awal. Endapan termuda
adalah aluvium (Qal) yang terdiri dari endapan endapan sungai, pantai, dan antar gunung
2.1.4 Sulawesi Tengah
10
2.1.5 Stratigrafi untuk daerah yang berpotensi
Stratigrafi untuk daerah yang berpotensi bahan konstruksi dimension stone di
Pulau Sulawesi diwakili oleh beberapa daerah yaitu :
- Tilamuta
- Poso
11
2.2 Tektonik Pulau Sulawesi
Pulau Sulawesi terletak pada zona pertemuan diantara tiga pergerakan lempeng besar
yaitu pergerakan lempeng Hindia-Australia dari selatan kecepatan rata – rata 7 cm/tahun,
lempeng Pasifik dari arah timur dengan kecepatan sekitar 6 cm/tahun dan lempeng Asia
bergerak relative pasif ke tenggara ± 3 cm/tahun. 2 Perkembangan tektonik di kawasan Pulau
Sulawesi berlangsung sejak zaman Tersier hingga sekarang, sehingga bentuknya yang unik
menyerupai huru “K”, dan termasuk daerah teraktif di Indonesia, mempunyai fenomena
geologi yang kompleks dan rumit.
Secara regional, Pulau Sulawesi mendapat tekanan dari luar sehingga terjadi
deformasi secara terus menerus, seperti tekanan dari Laut Flores di bagian selatan
mengaktifkan patahan Palu-Koro dan Walanae, Banggai-Sula dan Laut Banda dari timur
mengaktifkan patahan Matano, Batui, Lawanoppo dan Kolaka, Laut Sulawesi dari utara
mengaktifkan subduksi laut Sulawesi dan patahan Gorontalo dan aktivitas gunungapi di utara
serta tekanan dari lempeng Laut Maluku dari timur menimbulkan gempa dan gunungapi di
Sulawesi Utara. Sehubungan dengan fenomena tektonik tersebut diatas, maka di kawasan
Pulau Sulawesi terdapat empat buah patahan transcurrent yaitu Sorong – Matano transcurrent
bersifat sinistral, Palu-Koro transcurrent bersifat sinistral, Gorontalo transcurrent bersifat
destral dan Walanae transcurrent bersifat sinistral.
13
Secara tektonik/struktur dan sejarah perkembangannya, Pulau Sulawesi dibagi dalam
4 (empat) mintakat geologi (Endarto dan Surono, 1991) yaitu busur volkanik Sulawesi Barat,
kontinental kerak Banggai Sula, oseanik kerak Sulawesi Timur dan kompleks metamorf
Sulawesi Tengah. Keempat mintakat tersebut dipisahkan oleh batas – batas tektonik yang
saling mempengaruhi satu sama lain.
Di kawasan Pulau Sulawesi terdapat sedikitnya 9 unsur tektonik dan struktur yaitu
patahan Walanae, patahan Palu-Koro, patahan MatanoLawanoppo, patahan Kolaka, patahan
Paternoster, patahan Gorontalo, patahan naik Batui-Balantak, subduksi lempeng Laut
Sulawesi dan subduksi lempeng Maluku. Struktur – struktur tersebut diatas merupakan
dampak dari pada aktivitas tektonik Neogen yang bekerja di kawasan Sulawesi
.
14
1. Patahan Walanae
Patahan Walanae berada di bagian selatan Sulawesi Selatan membentang dari
selatan (sebelah timur Pulau Selayar) ke utara melalui Bulukumba, Sinjai, Bone,
Soppeng, Sidrap, Pinrang dan Majene - Mamuju dan berakhir di Selat Makassar. Sifat
pergerakan adalah sinistral atau mengiri. Patahan Walanae merupakan percabangan dari
lanjutan patahan Palu-Koro yang melalui Teluk Bone dan di ujung baratlaut menerus
hingga patahan Paternoster di Selat Makassar.
2. Patahan Palu-Koro
Patahan Palu-Koro memanjang dari utara (Palu) ke selatan (Malili) hingga teluk
bone sepanjang ± 240 km. Bersifat sinistral dan aktif dengan kecepatan sekitar 25-30
mm/tahun (Kertapati, 2001 dan Permana, 2005). Patahan Palu-Koro berhubungan dengan
patahan Matano-Sorong dan Lawanoppo-Kendari, sedang di ujung utara melalui Selat
Makassar berpotongan dengan zona subduksi lempeng Laut Sulawesi.
3. Patahan Matano dan Lawanoppo
Patahan Matano dan Lawanoppo berpotongan atau menyatu di ujung utara dengan
patahan PaluKoro, yang mendapat energi dari perpanjangan patahan Sorong dan Tukang
Besi di Laut Banda. Kedua patahan ini bersifat sinistral dan aktif, berhubungan dengan
pembentukan danau Matano, Towuti dan beberapa depresi kecil lainnya.
4. Patahan Kolaka
Dampak dari pada perkembangan tektonik Kuarter Laut Banda membentuk
patahan geser Kolaka yang bersifat sinistral dan aktif. Patahan ini memanjang dari
tenggara ke baratlaut melalui Kolaka hingga Teluk Bone memotong patahan Palu-koro
(bawah laut) berlanjut ke kota Palopo ke arah puncak Palopo-Toraja.
5. Patahan Paternoster
Patahan ini terbentang memanjang dari tenggara ke baratlaut di Selat Makassar
bersifat destral (menganan) dan aktif. Patahan ini berhubungan dengan patahan Walanae
di daratan Sulawesi. Pada bagian selatannya sejajar dengan patahan Flores Barat yang
memotong patahan naik Selat Makassar yang juga sifatnya destral.
15
6. Patahan Gorontalo
Patahan Gorontalo terbentang melalui kota Gorontalo dari tenggara ke baratlaut.
Pembentukannya berhubungan dengan keaktifan subduksi lempeng Laut Sulawesi.
Sifatnya destral dan aktif.
7. Patahan naik (thrust) Batui-Balantak
Patahan Batui-Balantak terbentuk oleh pengaruh pergerakan lempeng Pasifik
Barat ke barat melalui patahan Sorong dan Matano membentuk patahan naik yang aktif.
8. Subduksi lempeng Laut Sulawesi
Terletak di laut Sulawesi sebelah utara Pulau Sulawesi memanjang dari barat ke
timur. Subduksi lempeng ini menunjam masuk ke selatan di bawah Sulawesi Utara dan
Gorontalo. Subduksi lempeng laut Sulawesi yang aktif diduga membentuk gunungapi
Una-una dan deretan gunungapi Manado-Sangihe.
9. Subduksi lempeng Laut Maluku
Zona subduksi lempeng Laut Maluku terbentang di utara Sulawesi dari utara ke
selatan di sebelah timur Manado. Lempeng Laut Maluku menunjam ke barat masuk di
bawah busur Manado-Sangihe, berhubungan dengan volkanisme dan gempa di kawasan
ini.
16
2.2 Cara Penambangan dan Pesyaratan Teknis
A. Cara Penambangan Batuan Sedimen untuk Dimension Stone
Blok batuan dipotong dari suatu rockmass dengan kombinasi metode line drilling,
wedging, splitting,dan-kadang-kadang-gentle blasting. Dimensi blok secara
khususnya adalah kubik berukuran 1.5m x 1.5m x 1.5 m atau prisma berukuran 1,5m
x 1.5m x 3m. Metode yang biasa dipakai dalam penggarisbesaran blok adalah dengan
line drilling dengan panjang tengahnya sekitar 100-300mm. Proses pelubangan
dilakukan secara vertikal dan horizontal untuk menyelubungi blok yang dituju, dan
suatu baji disisipkan untuk melepaskannya. Teknik wire saws menggunakan kabel
baja tipis, kerek, dan pasir basah abrasive untuk memotong sandstone. Metode
channel cutting dengan rata-rata diameter 2m efektif digunakan untuk sandstone dan
limestone, akan tetapi untuk limestone akan lebih efektif jika digunakan mobile
circular saws dan large tungsten carbide chain saws karena limestone bersifat lunak
dan tidak abrasive.
17
1.Stone dressing (warna )
Strength (uniaxial (unconfined) compressive strength (UCS)
Limestone: 10-80 MPa
Granit : 60-200 MPa
2. Physical properties and testing (ketahanan terhadp pelapukan-durability)
Bulk density (stone dengan densitas 1.8-2.2 t/m3 -> most suitable for handworking)
untuk batuan yang hard, unweathered, non porous -> 2.6-3 t/m3)
Porosity
Saturasi koefisien (porositas efektif) 0.05-0.95
2.3 Potensi Granit dan Batugamping sebagai Dimension Stone
Batugamping dapat dijadikan sebagai
1.Cladding stone/facing stone/batu tempel,
19
2. Split
3. Tile.
Batu granit dan granodiorit dapat dijadikan sebagai
1.Cladding stone/facing stone/batu tempel,
2. Split
3. Tile.
4. Paving Stone
2.4 Harga Dimension Stone
GRANIT
Selain itu, estimasi harga untuk batuan konstruksi juga diperkirakan, yaitu harga
granit di Sulawesi sejak awal tahun 2016 sebesar 1-5 persen atau sekitar Rp 500 – Rp 10.000.
Harga granit Granito ukuran 20x20 cm Rp 99.000 menjadi Rp 105.000, granit Platinum
polos 60x60cm Rp 89.000 menjadi Rp 91.000 dan granit Vicenza 80x80cm Rp 200.000
menjadi Rp 209.000
Solfen Matt
Solfen Matt merupakan jenis lantai granit dengan harga yang murah. Harga yang diberikan
sesuai dengan kualitas dan ukuran keramik. Untuk Surface matt coal ukuran 60 x 60
harganya Rp 209.00. Sedangkan untuk surface matt laterite ukuran 40x40 harganya 189 ribu
rupiah. Untuk Surface matt shade ukuran 60x60 dan surfac matt pearl ukuran 30 x 60
harganya sama, yaitu Rp 169.000.
Yura
Harga keramik lantai granit 60x60 jenis Yura yaitu Rp 250.000 dengan spesifikasi foggy.
Sedangkan untuk ivoruy dan snow harganya berkisar 250 ribu rupiah.
Nordik Stone
Harga keramik granit jenis Nordik Stone lebih murah dari yang jenis Yura. Untuk beige
ukuran 30 x 60 dibandrol dengan harga 180 ribu rupiah. Begitu juga dengan harga Nordik
stone jenis bora, kosawa, fohn, dan mistral, harga yang dipatok juga Rp 180.000.
Veinstone Lappato
20
Salah satu jenis keramik granit yang mahal yaitu Veinstone Lappato. Warna dan juga kualitas
yang diberikan sangat bagus. Untuk jenissurface Lappatobeige dengan ukuran 30 x 60 meter
persegi, harganya dilempar ke pasaran 280 ribu rupiah. Sedangkan untuk Lappato brown,
grey, black, dengan ukuran 60x60 meter persegi harganya dijual dengan harga yang sama,
yakni 280 ribu rupiah.
Magalito
Harga keramik granit jenis Magalitoini dijual kurang dari 200 ribu, namun ada juga harganya
yang hampir 300 ribu rupiah. Untuk Magalito jenis Structured Bianco dengan ukuran 30 x 60,
harganya dibandrol 188 ribu. Sedangkan untuk Structed Marrone, Gigio, dan Neru dengan
ukuran 60 x 60 sentimeter persegi, harga yang ditawarkan 380 ribu rupiah.
2.5 Potensi batuan konstruksi untuk diamond stone di daerah Pulau Sulawesi
Sulawesi Utara : Manado Tilamuta
Sulawesi Tengah: Toli-Toli Poso
Sulawesi Selatan: Majene Mamuju Malili
Berikut adalah berbagai daerah di Pulau Sulaesi yang berpotensi sebagai bahan
kontruksi dimension stone yaitu :
1. Manado
DIMENSION STONE DI MANADO SUMATERA UTARA DAN MAMILI SULAWESI SELATAN
Jenis batuan:
Batu yang berpotensi untuk menjadi Dimension stone di Manado adalah Batugamping formasi Ratatotok (Tml) merupakan batugamping terumbu, batugamping pasiran, dan batugamping melensa, dimana pada formasi batugamping ini
21
terdapat fosil yang dapat dikenali seperti Miogypsina, Lepidocyclina sp., dan Textularia sp.
Batugamping formasi ratatotok ini memiliki rentang umur Miosen awal-Miosen tengah (Kadar, D.G) dan menurut Koperberg (1928) mengatakan bahwa umur batugamping berumur Burdigalian
Jenis bahan konstruksi:Batugamping dapat dijadikan sebagai cladding stone/facing stone/batu tempel, split, dan tile.
Akses jalan dan Estimasi Resources
Berikut adalah akses jalan yang dapat ditempuh dari pusat kota Manado.
22
Lokasi pabrikTerdapat Pabrik Marmer, di Jl. Kel Bahu Lingk III, Bahu, Malalayang.Akses jalan sebagai berikut dari arah kota Manado. Dibutuhkan waktu sekitar 15menit untuk menuju pabrik dari kota Manado.
Berikut Rute Jalan dari Kotabunan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur menuju lokasi Pabrik Marmer. Dibutuhkan waktu sekitar 3 jam 40 menit dengan menggunakan transportasi darat.
23
Daerah Peta Resources
Desa Basaan, Kec. Belang, Kab. Minahasa Tenggara, Kota Manado, Sulut
17.595 miliar meter kubik
Gunung Tandu, Kec. Lolak, Kab. Bolaang Mongondouw
Gunung Tapagalon, kec. Passi, Kab. Bolaang Mongondouw
Desa Siniung, Kec. Dumoga
Gunung Tolok, Kec. Pangi, Kab. Bolaang Mongondouw Utara
53800 juta meter kubik
1.375 miliar meter kubik
70 juta meter kubik
83.563 juta meter kubik
2. Tilamuta
Tilamuta terletak di Sulawesi Utara. Tilamuta terdapat cukup
banyak batuan diorit yang sangat cocok untuk dimension stone.
Berikut adalah daerah yang cukup kaya akan diorit dan granodiorit.
24
Tanda pabrik menunjukkan lokasi pabrik yang akan dibuat. Lokasi tersebut dipilih
karena 2 faktor utama, yaitu kedekatan dengan air dan kedekatan dengan jalan utama. Bisa
dilihat diatas terdapat 2 pabrik utama yang cukup dekat dengan jalan dan air.
Walaupun begitu, belum ada jalan yang menghubungkan pabrik dengan jalan utama,
sehingga masih harus dibuat jalan lagi untuk akses ke pabrik. Daerah 3 dan 4 tidak dibangun
pabrik karena luas daerah prospek yang tidak seimbang dengan biaya yang dikeluarkan untuk
membangun pabrik. Apabila budgetnya tidak cukup untuk membuat 2 pabrik, maka prioritas
utama adalah membangun pabrik di daerah 2 terlebih dahulu, baru pabrik di daerah 1
kemudian di daerah 4, dikarenakan pabrik di daerah 1 cukup dekat dengan jalan utama,
sehingga cukup mudah melakukan penambangan kemudian diolah di pabrik daerah 2.
Berikut merupakan detil akses ke pabrik 1 dari Marisa dengan jalur 1 (kiri) yaitu Unnamed
Rd, Soginti, Paguat, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo. Sedangkan jalur 2 (kanan) unnamed
rd, sidoarjo, tolangohula, marisa.
25
3. Toli Toli, Sulawesi Tengah
Batuan yang berpotensi dijadikan
dimension stone di daerah tolitoli adalah
batuan intrusi berupa granit, marmer dan juga
batugamping.
1) Batugamping Terumbu
Terdiri dari batugamping koral, sebagian
batugamping lempungan dengan kepadatan
yang rendah-sedang. Penyebaran setempat-
setempat umumnya di daerah tanjung dan
pulau-pulau kecil, yaitu Pulau Bambangala, Pulau Tengelangan, Pulau Lurungan. Dengan
umur formasi Pleistosen-Holosen. Namun batugamping terumbu ini kurang ekonomis untuk
dijadikan penambangan apabila dibandingkan jika dijadikan objek wisata
2) Batuan Beku Granit
Penyebaran batuan ini antara lain sebelah timur Kota Tolitoli yang memanjang ke
utara berbatasan dengan Kabupaten Buol dan penyebarannya yang luas memanjang dari
Tinabogan sampai ke arah timur Bangkir. Pada beberapa tempat bagian atas. Dimensi batuan
ini mencapai 500km3
3) Kompleks Batuan Metamorf
26
Kompleks batuan metamorf ini terdiri dari sekis mika, sekis hijau, sekis amphibolit,
dan marmer. Sekis mika lebih dominan dibanding sekis hijau dan batuan lainnya. Di
Kabupaten Tolitoli kompleks batuan ini terdapat di bagian selatan pada batas Kabupaten
Parimo yaitu di sekitar Gunung Tinombala, Gunung Salusupande dan Gunung Silondou,
kompleks batuan ini berumur Mesozoikum.
Dilihat dari luas daerah dan kemungkinan
prospeknya, batuan yang paling sesuai untuk diambil
sebagai dimension stone adalah granit. Penentuan
kuantitas cadangan bahan galian granit di wilayah
penelitian digunakan metode perhitungan secara kasar
yang dilakukan atas luas penampang beberapa potongan
yang dibuat pada beberapa bagian wilayah yang secara
fisik dan geologi disusun oleh granit.
Dari penghitungan dengan metode luas rata-rata
penampang didapatkan volume total granit sebesar
5.029.895.833 m3 pada daerah telitian dengan luas
sebaran 30,362 km2.
27
Dari hasil total perhitungan tersebut digunakan harga mineable sebesar 25 % maka
akan didapatkan cadangan sebesar 1.257.473.958 m3. Dari nilai cadangan mineable tersebut
didapatkan harga tonase : 3.336.155.399 ton, dengan harga berat jenis sebesar 26 kN/m3.
aerah
Dengan tanda pabrik merupakan daerah yang dapat dijadikan sebagai lokasi pabrik,
hal tersebut ditentukan berdasarkan ketersediaan akses jalan, posisi daerah penambangan, dan
sumber air.
Akses yang digunakan berupa Unnamed Rd, Luok Manipi, Dondo, Kabupaten Toli-
Toli, Sulawesi Te
ngah.
28
4. Poso
Poso terletak di Sulawesi Tengah (ditandai dengan area merah) dengan luas sekitar
24.197 km2. Pada daerah ini, dimension stone yang ditambang adalah batu gamping dan batu
pualam (marble), yang dapat diolah menjadi marmer (tile). Hasil marmer (tile) ini telah
didistribusikan baik untuk sekitar Poso hingga keluar Pulau Sulawesi. Marmer ini terkenal
dengan nama Marmer Poso, yang memiliki keunikan warna yaitu krem kehijauan.
Berdasarkan peta geologi regional di aras, maka batuan yang ditambang (ditandai dengan
garis pink yang melingkari) memiliki informasi sebagai berikut:
Dimensi untuk potensi batu gamping malih
adalah sekitar 40 km x 20 km x 0.3 km. Sedangkan
dimensi untuk potensi kompleks pompangeo adalah
sekitar 60 km x 40 km x 0.3 km
Seperti yang telah disebutkan, bahwa Marmer
Poso berwarna hijau karena dari kandungannya,
terdapat pualam dan batu gamping terdaunkan, serta
adanya mineral pengotor seperi epidot.
Karena potensi sumber daya alam batu gamping yang berlimpah ini, terdapat
perusahaan yang telah melakukan penambangan pada daerah tersebut.
29
Pabrik perusahaan tersebut terdapat di kecamatan Poso Pesisir kecamatan Pamona
Utama, dan kecamatan Lage (lihat gambar di bawah ini). Akses jalan pada ketiga kecamatan
tersebut sangat mudah karena pada akhir 2015, telah dilakukan pelebaran jalan yang
dilakukan oleh PT Tunggal Mandiri Jaya, serta terdapatnya jalan trans Sulawesi. Pada
kecamatan Poso Pesisir terdapat bandara domestik semakin mempermudah akses menuju
lokasi.
5. Majene, Sulawesi Barat
30
Jenis batuan yang dapat dijadikan dimension stone di daerah Majene adalah Batu
gamping kelabu hingga putih (Anggota batugamping formasi Toraja) yang mempunyai
kedalaman 500m. Pada peta geologi formasi toraja ditandai dengan lingkaran merah.
Adapun batuan gamping yang
terdapat pada kabupaten majene
tersebar di berbagai daerah yaitu:
a. batu gamping di Desa Tubo
dan Desa Onang, Kecamatan
Sendana. Menurut Yasril
Ilyas dkk (1985), kandungan kimia yang penting adalah 52,99% CaO; 1,93% SiO2;
0,98% Al2O3; 0,60% Fe2O3; dan 0,35% MgO.
b. Batugamping juga terdapat di Desa Tamo, Kelurahan Baurung, Kecamatan Banggae,
sebagai penyusun utama Endapan Aluvial Pantai (Qal) yang berasosiasi dengan
batupasir tufaan, batulanau, batulempung dan konglomerat. Di lapangan
31
batuganping ini berwarna putih kotor sampai keabu-abuan, keras - lunak, sangat
pelapukan, berbutir halus – sedang, tersebar pada morfologi pedataran yang
tumbuhi coklat dan ilalang, serta sebagian besar merupakan tempat pemukiman
penduduk. Kandungan kimia penting adalah CaO=45,87%, SiO2=5,87%,
Al2O3=1,35%, Fe2O3=1,25%, MgO=2,89%, Na2O=0,84%, K2O=0,60%,
TiO2=0,12%. Hasil analisis kimia peneliti terdahulu adalah CaO=52,99%;
SiO2=1,93%; Al2O3=0,98%; Fe2O3=0,60%; dan MgO=0,35%.
c. Batugamping di Desa Labuang, Kelurahan Baurung, Kecamatan Banggae, berwarna
putih bersih, banyak mengandung cangkang-cangkang kerang, panjang singkapan
± 50 meter, tebal 0,5– 1 meter. Di wilayah kelurahan ini batugamping tersingkap
pada morfologi perbukitan rendah. Analisis kimia menunjukkan kandungan CaO=
55,32%; SiO2=0,07%; Al2O3=0,05%; Fe2O3= 0,29%; dan MgO=0,33%.
d. Batugamping kristalin dijumpai tersingkap di kanan kiri jalan Desa Baruga Dhua,
Kecamatan Ranggae, berwarna putih kelabu, tebal rata-rata tersingkap 1-1,5 meter,
dan telah dimanfaatkan oleh penduduk setempat untuk bahan bangunan walaupun
terdapat mataair pada batugamping.
Dari berbagai data diatas dapat diperkirakan Jenis bahan konstruksi yang dapat dibuat
dari batugamping kabupaten majene adalah : paving stone, batu tempel atau cladding stone,
split, tile, facing stone. Kabupaten Majene mempunyai posisi wilayah yang strategis, terletak
sekitar 302 km sebelah utara Kota Makassar. Kabupaten ini dilengkapi dengan terminal induk
dan terminal pembantu, sarana pelabuhan seperti pelabuhan Majene di kecamatan Banggae,
Pelabuhan Palipi di kecamatan Sendana serta Pelabuhan Laut yang ada di kecamatan
Pamboang dan kecamatan Malunda. Terdapat pabrik PT. BOSOWA TAMBANG
INDONESIA di Kab. Majene provinsi Sulawesi Barat (Tambang Batu Pecah).
6. Mamuju
32
Mamuju mempunyai jenis batuan granit pada formasi batuan terobosan yang dapat
dijadikan dimension stone. Pada peta geologi formasi toraja ditandai dengan lingkaran merah.
Granit dijumpai berdekatan dengan dasit porfir di Dusun Panao, Desa Sondoang,
Kecamatan Kalukku kira-kira sebesar 2,313x10^12 meter kubik. Bahan galian ini menempati
morfologi perbukitan rendah, tinggi bukit ± 20 m, serta tersebar berupa bongkah-bongkah
mencapai 3 m, yang ditumbuhi semak belukar, ilalang dan sebagian kebun penduduk (coklat,
pisang, pohon gamal). Kecamatan kaluku berjarak 40km dari kabupaten mamuju dengan
waktu tempuh kira-kira 1 jam 8 menit. Lokasi pabrik kami buat di kecamatan Kalukku yang
berdekatan dengan jalan utama sehingga memudahkan untuk akses jalan pabrik
Lokasi pabrik daerah mamuju :
33
7. Malili, Sulawesi Selatan
1.
Batugamping Formasi Toraja (Tets, hijau tua)
Batuann penyusun: serpih, batugamping, dan batu pasir dengan sisipan konglomerat.
Serpih warna merah tua sampai merah hati, padat dank eras, perlapisan cukup baik
dengan tebal lapisan antara 5-30 cm.
Batugamping warna putih kekuningan sampai kelabu kebitaman, berupa batugamping
koral, padat dan sangat keras, tidak berlapis, tebal mencapai 50m. ditemukan fosil
foraminifera berupa Muniditics, Discocyclina, Bordis Lepidocyclina, Operculina,
Cydoclypcus, dan Miogypsina yang menunjukan umur Eosen-Miosen. Satuan ini
diedapkan di lingkungan dangkal sampai air payau. Sebarannya berada di sekitar desa
Maro, memanjang ke barat dan selatan melewati desa Tondon hingga di Lembar
Majene. Ketebalan formasi mencapai 1000m
2. Granit Kambuno (Tpkg, pink)
Granit warna putih berbintik hitam kebiruan, berbutir sedang sampai kasar,
holokristalin, tekstruk porfiritik. Granodiorit warna putih berbintik hitam, pejal dan
bertekstur porfiritik dan sedikit fanerik, holokristalin, hipidiomorf, butiran berukuran
34
3
1
1
32
sedang. Kondisi segar dan terkekarkan. Sebaran meliputi pegunungan di sekitar Bulu
Kambuno di bagian barat Lembar Malili. Di baratlaut desa Sabbang tampak gejala
peruntuhan tektonik dengan batuan dan Formasi Latimojong di daerah Rampi satuan
ini menerobos satuan gunungapi Tinemba yang menunjukan gejala alterasi dan
pemineralan.
3. Formasi Matano (Kml, biru muda)
Terdiri dari batuanbatugamping hablur dan kalsilutlit, napal serpih, dengan sisipan
rijang dan batusabak. Bagian bawah formasi berupa batugamping kalsilulit berlapis
dan lensa rijang, sedangkan bagian atas merupakan perselingan antara batugamping
pejal dan terhablur ulang, napal, serpih dengan lensa batusabak dan rijang.
Batugamping warna putih kotor sampai kelabu, endapan kalsilulityang terhablur ulang
dan berbutir halus, perlapisan baik dengan ketebalan mencapai 10-15 cm. Formasi ini
diendapkan di dalam lingkungan laut dalam, sebaran formasi antara daerah Ulu Uwoi
dan Balu Wasopute, memanjang pada arah baratdaya-timurlaut dan Sungai Bantai
Hulu sampai pegunungan Tometindo. Ketebalan lapisan mencapai 550 meter.
Terdapat sesar naik dengan kompleks Ultramafik
No. Perusahaan Komoditi
1. ANEKATAMA BUMI SERASI, PT
Siloro Desa Mangilu, Pangkajene Dan Kepulauan, Sulawesi
Selatan
Telp.
Batu Blok Marmer
2. ANUGRAH DELTA ABADI, PT
Kamp Mangilu Dalam, Pangkajene Dan Kepulauan, Sulawesi
Selatan
Telp.
Batu Blok Marmer
3. BATARA INDOSURYA SEJAHTERA ABADI, PT
Desa Tabo-tabo, Pangkajene Dan Kepulauan, Sulawesi
Selatan
Telp.
Batu Marmer
4. CITRA METROJAYA PUTRA , PT
Mangilu Dalam, Pangkajene Dan Kepulauan, Sulawesi
Batu Marmer
35
Selatan
Telp.
5. GRAHA TUNGGAL TATA PERSADA, PT
Mangilu Dalam. Bungoro, Pangkajene Dan Kepulauan,
Sulawesi Selatan
Telp.
Batu Blok Marmer
6. GUNUNG MARMER RAYA, PT
Jl Poros Raya Tabo-tabo, Pangkajene Dan Kepulauan,
Sulawesi Selatan
Telp.
Batu Blok Marmer
7. HJ. ARISAH, USH BATU NISAN
Jl. Salotungo, Soppeng, Sulawesi Selatan
Telp. 23512
Batu Nisan
8. RUDI JAYA H. AMPA, UD
Kalukuan, Takalar, Sulawesi Selatan
Telp.
Batu Bata
9. USAHA RUNTU
Tinjo Bali Tabo-tabo Rk Iv.rti, Pangkajene Dan Kepulauan,
Sulawesi Selatan
Telp.
Batu Slate (batu
Asah)
36
BAB III
SIMPULAN
1. Pulau sulawesi memiliki potensi sumber daya non logam yg melimpah, seperti granit,
diorit, dan batugamping yg dapat dijadikan bahan dasar konstruksi bangunan, seperti
paving stone, batu tempel, batu hias, lantai, split
2. Jumlah pabrik di pulau sulawesi yg beroperasi di bidang pengolahan sumber daya
mon logam masih sangat sedikit, sehingga diperlukan adanya pendirian pabrik di
lokasi2 yg dekar dengan resources
3. Melimpahnya sumber daya pulau sulawesi dapat memenuhi kebutuhan bahan
konstruksi di wilayah tersebut dan sekitarnya, sehingga tidak perlu mendatangkan dari
luar pulau seperti sumatra
37
DAFTAR PUSTAKA
Kaharuddin MS, Ronald Hutagalung, and Nurhamdan. "PERKEMBANGAN TEKTONIK DAN IMPLIKASINYA TERHADAP POTENSI GEMPA DAN TSUNAMI DI KAWASAN PULAU SULAWESI." (2011)
G.H.McNally, “ Soil and Construction Material” 1998, New York http://www.academia.edu/8630547/Struktur_Geologi_Sulawesi_Oleh diakses pada 10
April 2016 http://minerals.usgs.gov/minerals/pubs/commodity/stone_dimension/800400.pdf
diakses pada 10 April 2016 http://www.naturalstonecouncil.org/content/file/LCI%20Reports/Granite_LCIv1.pdf
diakses pada 10 APril 2016
38