25
LISTRIK MAGNET MAGNETICALLY LEVITATED (MAGLEV) TRAIN OLEH: Nyoman Ari Cahyani Damawati (0813021024) JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 1

MAGLEV Train

  • Upload
    upi

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

LISTRIK MAGNET

MAGNETICALLY LEVITATED (MAGLEV)TRAIN

OLEH:

Nyoman Ari Cahyani Damawati

(0813021024)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

1

2011

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan terhadap teknologi dan ilmu pengetahuan

sangat pesat seiring berjalannya waktu. Perkembangan

teknologi dan ilmu pengetahuan tentunya tidak dapat

dipisahkan, karena kedua hal ini saling mendukung satu sama

lain. Bila diibaratkan dengan sebuah sistem yang terdiri

dari dua komponen, maka bila salah satu komponen hilang

atau rusak akan berdampak besar pada sistem itu sendiri.

Perkembangan IPTEK ini tentu saja sangat berkaitan erat

dengan kebutuhan manusia yang beragam dan terus meningkat,

karena perkembangan IPTEK ini memang bertujuan untuk

mempermudah kehidupan manusia.

Sepertihalnya dengan alat transportasi yang merupakan

alat yang digunakan oleh manusia untuk berpindah dari satu

tempat ke tempat lainnyajuga mengalami perkembangan yang

pesat dengan berbagai macam inovasi baru serta fasilitas

dan kenyamanan yang ditawarkan. Banyak inovasi baru yang

dikembangkan pada alat transportasi baik transportasi

darat, laut, maupun udara. Berbagai macam piranti keras dan

piranti lunak ditambahkan untuk menunjang sistem operasi

dari alat transportasi tersebut. Alat transportasi ini

dikembangkan atas tuntuan manusia akan kenyamanan dan

2

keamanan dalam berkendara, efisiensi watu dan biaya, serta

kemudahan akses pada alat trasportasi tersebut.

Salah satu alat trasportasi darat yang banyak

mengalami perombakan baik pada sistem operasi, maupun dari

bentuknya adalah kereta api (train). Dimana dulu kita

mengenal adanya kereta api uap yang berbahan bakar batu

bara, yang kemudian bertransformasi menjadi kereta listrik

dan sekarang kita mengenal adanya kereta terbang atau

Maglev train (Magnetically Levitated Train). Kereta terbang ini

merupakan inovasi terbaru pada alat transportasi darat pada

jenis ini. Berdasarkan nama dari kereta ini tentu saja

muncul berbagai macam pertanyaan tentang cara kerja dari

kereta ini, mengingat alat transportasi ini tidak memiliki

sayap seperti pesawat atau baling-baling pada helicopter

yang dapat membuat alat tersebut terangkat dari

lintasannya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah didapaparkan

sebelumnya, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut.

1.2.1Apakah yang dimaksud dengan Maglev train?

1.2.2Bagaimanakan prinsip kerja dari Maglev train?

1.2.3Apakah keuntungan dan kerugian dari Maglev train?

1.3 Tujuan Penulisan

3

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai

berikut.

1.3.1Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan

Maglev train.

1.3.2Untuk mengetahui bagaimanakah prinsip kerja dari

Maglev train.

1.3.3Untuk mengetahui apakah keuntungan dan kerugian

dari Maglev train.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk

memberikan informasi tentang perkembangan teknologi yang

berkaitan dengan ilmu pengetahuan terutama pada bidang

Fisika, sehingga akan timbul rasa ingin tahu yang besar

untuk mengupas keterlibatan ilmu pengetahuan dalam

perkembangan teknologi ini.

1.5 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah

metode kajian pustaka, dimana penulis mengumpulkan

informasi-informasi terkait mengenai Maglev train dari

literatur-literatur maupun dari sumber-sumber internet yang

kemudian disusun secara sitematis.

4

BAB II

PEMABAHASAN

2.1. Magnetically Levitated Train (Maglev train)

Maglev train atau Magnetically Levitated Train merupakan kereta

api super cepat yang memanfaatkan gaya tolak maget sebagai

daya angkatnya. Jepang merupakan negara pertama yang

mengembangkan jaringan kereta Maglev yang pertama kali

diluncurkan pada tahun 1964. Mengingat Jepang merupakan

salah satu Negara industry di Asia, dengan mobilitas yang

sangat tinngi maka diperlukan alat transportasi darat yang

mendukung seluruh aktifitas penduduk Jepang. Namun karena

struktur tanah di Jepang berbukit-bukit, keberadaan

jaringan kereta api (KA) 3-6 kaki (1067 mm) yang terbilang

cukup sempit untuk ukuran kereta dengan kecepatan tinggi.

Sehingga Jepang lebih membutuhkan jaringan rel kereta api

yang cukup lebar untuk disesuaikan dengan kereta

berkecepatan tinggi yang memiliki potensi untuk

dikembangkan dikemudian hari. Walaupun teknologi mengenai

Maglev ini sudah diketahui pada awal abad ini, namun hanya

Jepang dan Jerman saja yang siap memasuki dunia Maglev,

bila dilihat dari teknologi Maglev yang telah terbukti

mencapai kecepatan yang mencengangkan hasil dari kedua

Negara tersebut.

5

2.1.1 Shinkansen (Bullet Train) Jepang

Shinkansen atau yang dikenal juga dengan nama Bullet

Train, merupakan jaringan rel kereta api dengan kecepatan

tinggi yang dioperasikan oleh empat perusahaan

pengembangan jaringan kereta api di Jepang. Kereta

supercepat ini memiliki kecepatan 210 km/jam (130

mil/jam) pada tahun 1964 (pada jalur Tokaido Shinkansen),

kini jaringan kereta dengan panjang 2459 km (1528 mil)

telah dikembangkan untuk menghubungkan kota-kota besar

pada pulau utama di Jepang yaitu pulau Honshu dan Kyushu

dengan kecepatan yang mencapai 300 km/jam (186 mil/jam).

Pada uji coba yang dilaksanakan pada tahun 1996, kecepatan

yang berhasil dicapai kereta ini adalah 443 km/jam (275

mil/jam) untuk rel konvensional, dan menorehkan prestasi

karena dinobatkan sebagai kereta tercepat di dunia dengan

kecepatan 581 km/jam (361mil/jam) pada tahun 2003.

Pada akhir perang dunia II teknologi Maglev train ini

terlupakan selama beberapa tahun, sementara itu arus

penumpang dan barang meningkat secara konstan pada jalur

utama Tokaido yang masih menggunakan kereta api

kovensional, dimana pada saat itu Jepang sedang mengalami

perbaikan pada bidang ekonomi dan industry pasca perang

dunia II. Pada pertengahan tahun 1950an jalur Tokaido

mulai beroperasi, pada tahun 1957 Odakyu Electric Railway

memperkenalkan kereta “Romancecar” seri 3000, yang

memecahkan rekor dunia dengan kecepatan 145 km/jam

6

(90mil/jam). Hal ini memberi para designer keyakinan bahwa

mereka dapat dengan aman membangun jaringan kereta dengan

kecepatan tinggi pada waktu yang relative singkat.

Sehingga hadirlah Shinkansen (Bullet Train) untuk pertama

kalinya.

Walaupun pada era 1950an keberadaan kereta api sebagai

alat transportasi tidak lagi diminati di seluruh penjuru

dunia (terutama Eropa dan Amerika) karena digantikan oleh

kemunculan pesawat terbang. Namun pemerintah Jepang tetap

kukuh untuk mengembangkan teknologi Maglev ini.

Pengembangan terhadap jaringan kereta magnet (jalur

Tokaido) ini terus dilakukan dari tahun ke tahun. Seperti

jalur barat, yaitu Hiroshima dan Fukuoka (Sanyo

Shinkasen), jalur Tohoku Shinkansen, dan Jalur Joetsu

Shinkansen serta Chuo Shinkansen yang merupakan jalur yang

menghubungkan kota Tokyo dan Osaka. Dengan keberadaan

jaringan kereta ini memberikan keuntungan yang besar

terhadap negara dengan mobilitas tinggi ini. Selain

diterapkan di Jepang, Shinkansen (teknologi Maglev Jepang)

juga diadaptasi oleh beberapa negara seperti berikut

antara lain, Taiwan, China, Brasil, UK (United Kingdom),

Vietnam, Amerika (US), dan Kanada.

2.1.2 ICE (Intercity Express) Jerman

Pada awal tahun 1990an German meresmikan kereta

expressnya, dengan jalur Hannover, Wurzburg, Mannheim, danStuttgart. Kereta ini bergerak di atas monorel dengan kekuatan

7

gaya tolak magnet (Maglev ), kecepatan yang dibangun oleh

Siemens dapat mencapai kecepatan 280 km/jam. Sepertihalnya

dengan jaringan Shinkansen, ICE juga terus mengalami

perkembangan, dimana ICE ini dikembangkan berdasarkan lintasan

(rel) kereta api konvensional, sehingga pada awal tahun 2000an

Jerman resmi membuka jalur transrapidnya yang memiliki

kecepatan menyaingi kecepatan 550 km/jam jaringan kereta

Shinkasen milik Jepang. Teknologi Maglev Jerman terus

dikembangkan dan diadopsi oleh beberapa negara yang tertarik

untuk memasang jaringan kereta berkecepatan tinggi ini seperti

China, Iran, Amerika (US), Spanyol dan Korea Selatan.

2.1.3 Shanghai-Hangzhou Maglev China

Pada bulan maret 2000 China menyetujui pembangunan

Maglev dengan menggunakan teknologi Jerman. Berdasarkan

persetujuan ini, China akan membangun jaringan kereta

komersial terpanjang di dunia. Pembangunan teknologi

Maglev ini direncanakan mencapai kecepatan 430 km/jam (270

mil/jam) dan akan menjadi jaringan kereta Maglev

terpanjang di dunia. China menggunakan German Transrapid

sistem dengan rute bandara internasional Pudong, Shanghai-

Longyang, melalui 2 jalur metro (subway/jalur bawah tanah)

yang ditempuh dalam waktu delapan menit. Dengan adopsi

teknologi Jerman, China mengembangkan jalur baru dengan

rute Shanghai-Hangzhou yang beroperasi tahun 2010.

2.2. Prinsip Kerja Magnetically Levitated Train (Maglev

train)

8

Pada umumnya prinsip kerja dari Maglev train adalah

dengan memanfaatkan daya tolak-menolak dan gaya tarik-

menarik antara medan magnet yang berada pada rel (railway)

dengan kereta itu sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa

untuk membuat kereta ini terangkat dari lintasannya

dibutuhkan medan magnet yang sangat kuat. Tentu saja untuk

mendapat medan magnet yang kuat dibutuhkan magnet batang

dengan jumlah yang sangat banyak, namun permasalahan

tersebut dapat dipecahkan dengan penerapan hukum Lenz.

Dalam hukum Lenz disebutkan bahwa,

“Arus imbas akan muncul dalam arah yang sedimikan rupa

sehingga arah tersebut menentang perubahan yang

menghasilkannya”

Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa hukum Lenz ini hanya berlaku pada

rangkaian penghantar ruangan tertutup. Sehingga bila

terdapat perubahan fluks magnet dalam ruang yang

dikelilingi sistem kawat yang membentuk kumparan tertutup

(rangkaian sistem tertutup), maka akan mengakibatkan

terciptanya medan magnet yang melawan perubahan fluks

magnet dalam sitem itu. Daya angkat magnet dapat dilihat

berdasarkan material magnet dan system yang dapat menarik

atau menekan bagian masing-masing (antara kereta dengan

dinding lintasan) secara bersama-sama dengan gaya yang

bergantung pada medan magnet dan area dari magnet itu

sendiri, sehingga tekanan oleh magnet (magnetic pressure)

9

dapat diketahui. Tekanan magnetic dari magnet dapat

dihitung dengan menggunakan rumus berikut.

Dimana Pmag merupakan tekanan magnetic persatuan luas

(Pacal/Pa), B adalah medan magnet (Tesla), dan μ0 =

4π×10−7 N·A−2 adalah permeabilitas vakum.

Biasanya design dari Maglev train ini dibuat streamline

(langsing) atau aerodinamis yang bertujuan untuk mengurangi

gesekan terhadap udara, sehingga kereta ini dapat bergerak

dengan cepat mengingat tidak terdapat gesekan antara kereta

dengan rel (lintasannya).

2.2.1 Teknologi Maglev Train

Saat ini terdapat tiga jenis teknologi Maglev, yaitu

Electromagnetic Suspension (EMS), Electrodynamic Suspension (EDS),

dan Inductrack .

Electromagnetic Suspension (EMS)

Gambar 1. ICE Jerman dengan system EMS

10

Pmag =B2

2μ0

Pada sistem kereta Maglev, terdapat tiga komponen

utama, yaitu sumber daya listrik yang besar, kumparan

logam yang melingkupi sebuah jalur pemandu (guideway)

serta magnet pemandu besar yang dipasang di bagian

bawah kereta api. Pada teknologi EMS, kereta terangkat

diatas lintasan baja karena adanya medan magnet yang

dihasilkan oleh electromagnet (rel mendorong kereta

ke atas). Medan magnet dibentuk oleh kumparan yang

dialiri listrik di sepanjang dinding jalur pemandu

pada kereta dan pada rel yang dikombinasikan untuk

menggerakkan kereta api. Kumparan bermagnet sepanjang

rel, yang disebut jalur pemandu, akan menolak magnet

yang terletak di bawah gerbong kereta. Hal ini akan

membuat kereta mengambang (levitate) antara 0,39-3,93

inch (1-10 sentimeter) di atas jalur pemandu.

Pada saat kereta terangkat, daya listrik diberikan

ke kumparan di dalam dinding jalur pemandu untuk

membentuk medan magnet yang menarik dan mendorong

kereta sepanjang jalur pemandu. Arus listrik yang

diberikan ke kumparan pada dinding jalur pemandu

secara berganti-ganti mengubah polaritas kumparan

magnet. Perubahan polaritas ini menyebabkan medan

magnetik di depan kereta menarik kereta ke depan,

sementara medan magnet di belakang kereta menambahkan

gaya dorong ke depan.

11

Gambar 2. Lintasan (railway) Maglev train system EMS

Electrodynamic Suspension (EDS)

Pada system EDS, baik pada lintasan (rel) dan

kereta terdapat medan magnet, kereta terangkat oleh

gaya tolak antara kedua gaya magnet tersebut. Medan

magnet pada kereta dihasilkan oleh elektomagnet atau

oleh magnet permanen. Gaya tolak pada lintasan

dihasilkan oleh induksi medan magnet pada kumparan

yang terdapat pada dinding lintasan. Keuntungan utama

dari sistem gaya tolak Maglev adalah tingkat

kestabilannya, yang membatasi jarak antara lintasan

dan kereta magnet yang menghasilkan gaya yang kuat

sehingga dapat menggembalikan kereta ke posisi semula.

12

Gambar 3. JR MLX01 Shinkansen,

EDS juga mempunyai kekurangan, pada kecepatan

rendah arus listrik yang dihasilkan oleh kumparan pada

guideway dan resultan fluks magnetic tidak cukup besar

untuk menopang berat kereta. Sebab itu, kereta harus

mempunyai roda karet untuk menopang kereta sampai

mencapai kecepatan dimana kereta dapat melayang di

atas lintasan. Karena kereta dapat berhenti dimana

saja bila terjadi kesalahan teknis, maka seluruh

lintasan harus dapat menopang pengoperasian kereta

baik pada kecepatan tinggi maupun rendah. Fungsi lain

dari roda adalah menopang kereta supaya tetap bisa

meluncur bila listrik mendadak mati atau alirannya

mengalami gangguan. Selain itu kelemahan lain dari

sistem ini adalah sistem gaya tolak ini secara alami

akan menghasilkan medan di bagian depan dan belakang

kereta yang akan memberikan perlawanan pada lintasan

sehingga akan terbentuk hambatan. Namun secara umum

hal tersebut hanya terjadi pada kecepatan rendah,

pada kecepatan tinggi hal tersebut tidak berdampak

pada laju dari kereta itu sendiri.

Pada sistem yang menggunakan elektromagnet

superkonduksi, ekstradingin ini listrik akan tetap

mengalir meskipun sumber daya utamanya sudah

dimatikan. Pada sistem EMS, yang menggunakan

elektromagnet standar, kumparan hanya dapat

menyalurkan listrik bila terdapat pasokan dari power

supply. Dengan mendinginkan kumparan pada suhu beku,

13

sistem milik Jepang ini lebih unggul karena hemat

energi. Sehingga pada ICE/Trasrapid Jerman dilengkapi

dengan sumber daya (baterai) cadangan bila pasokan

daya terputus.

Gambar 4. Lintasan (railway) Maglev train

sistem EDS

Inductrack

Inductrack merupakan jenis baru dari EDS yang

menggunakan magnet permanen pada suhu kamar untuk

menghasilkan medan magnet dari pada menggunakan

electromagnet atau elektromagnet superkonduksi yang

dingin. Inductrack menggunakan sumber daya untuk

mepercepat laju kereta hanya sampai pada saat kereta

mulai terangkat. Bila pasokan daya terputus atau

mengalami gangguan maka kereta akan melambat secara

perlahan dan berhenti dengan roda karet sebagai

penopangnya. Lintasan untuk sistem ini berupa sirkuit

elektrik pendek yang terdiri atas kabel yang

14

terisolasi, sirkuit ini seperti anak tangga. Ketika

kereta bergerak, medan magnet akan menolak magnet pada

kereta sehingga kereta dapat terangkat dari lintasan.

Terdapat dua jenis design Inductrack yaitu

Inductrack I dan Inductrack II. Dimana Inductrack I

dibuat untuk kecepatan tinggi sedangkan Inductrack II

dibuat untuk kecepatan rendah. Inductrack dapat

melayang lebih tinggi (~2,54 cm) dan memiliki tingkat

kestabilan yang lebih baik. Karena jarak yang cukup

jauh dari lintasan hal ini berarti kereta dengan

sistem ini tidak membutuhkan sistem yang rumit untuk

menjaga kereta agar tetap stabil. Sebelumnya magnet

permanen tidak digunakan karena para ilmuan menduga

bahwa magnet ini tidak akan dapat menghasilkan daya

angkat yang cukup.

2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan dari Masing-masing

Teknologi Maglev

Setiap penerapan dari prinsip magnetic levitation (Maglev)

memiliki kekurangan dan kelebihan. Berikut merupakan tabel

kekurangan dan kelebihan dari setiap teknologi Maglev.

Teknologi

(sistem)

Kelebihan Kekurangan

EMS (Jerman) Medan magnet yang

dihasilkan sistem

Jarak atara kereta

dan guideway harus

15

EMS diluar dan di

dalam kereta kurang

dari sistem EDS,

Keberadaan teknologi

yang terbukti

secara komersial

dapat mencapai

kecepatan

(500 km/jam)

Tidak memiliki roda

sehingga tidak

memerlukan sistem

pendorong sekunder.

dipantau terus-

menerus melalui

sistem computer

untuk menghindari

tabrakan karena

sifat alami dari

gaya tarik

elektromagnet yang

tidak stabil.

Karena sistem tidak

stabil dan

dibutuhkan

pemantauan secara

terus-menerus oleh

sistem luar (sistem

computer berada di

luar kereta), maka

terdapat

kemungkinan

terjadinya getaran.EDS (Jepang) Adanya magnet pada

kereta dan jarak

antara lintasan

(rel) yang cukup

jauh menyebabkan

kereta dapat

bergerak dengan

Medan magnet yang

kuat di dalam

kereta dapat

membuat keretatidak

dapat diakses oleh

penumpang yang

membawa media

16

kecepatan sangat

tinggi (581 km/jam)

dan dengan

kapasitas

pengangkutan yang

besar. Dimana telah

dilakukan uji coba

pada Desember 2005,

proses

pengoperasian

berjalan dengan

sukses dengan

menggunakan

superkonduktor

bersuhu tinggi pada

magnet dalam kereta

, yang didinginkan

dengan menggunakan

nitrogen cair yang

tergolong murah.

penyimpanan data

magnetic seperti

Harddisk, dan kartu

kredit. Sehingga

diperlukan

perlindungan

magnetik terhadap

benda-benda semacam

ini.

Pembatasan pada

induksi guideway

menyebabkan

pembatasan terhadap

kecepatan maksimum

dari kereta.

Kereta harus

dilengkapi dengan

roda untuk menopang

kereta pada

kecepatan rendah.Inductrack Failsafe Suspension –

tidak dibutuhkan

daya untuk

mengaktifkan magnet

Medan magnet

diletakkan dibawah

kereta.

Membutuhkan roda

atau jalur yang

bersekat/bersegmen

yang dapat bergerak

bila kereta

berhenti.

Teknologi baru yang

17

Dapat mengahsilkan

gaya yang cukup

untuk mengangkat

kereta pada

kecepatan rendah (5

km/jam).

Bila terjadi ganguan

terhadap suplay

daya kereta dapat

melambat dengan

aman.

Magnet permanen

Halbach array

terbukti lebih

evektif daripada

kereta dengan

sistem EMS.

masih dalam tahap

pengembangan dan

belum memiliki

bentuk komersial

atau prototype

dengan skala penuh.

2.3. Keuntungan dan Kerugian Magnetically Levitated Train

(Maglev train)

Pengoperasian Maglev train mempunyai kelebihan dan

kekurangan atara lain seperti yang dipaparkan di bawah ini.

2.3.1 Keuntungan

Keuntungan dari pengoperasian Maglev train adalah

sebagai berikut.

Maglev train merupakan trasportasi yang lebih baik untuk

mengangkut manusia dan barang dari pada alat

18

transportasi lain yang telah ada. Maglev train lebih

murah, lebih cepat, tidak terlalu banyak dan mempunyai

life time yang lebih panjang. Maglev train dapat mengangkut

10.000 penumpang tiap harinya. Biaya pengoperasian

Maglev train hanya 3 sen (penumpang) per mil dan 7 sen

per ton per mil (barang), jauh lebih murah dari pada

pengoperasian pesawat terbang (15 sen (penumpang) per

mil) dan 30 sen (barang) per ton per mil untuk

angkutan truk antar kota. Guideway dari Maglev train

dapat bertahan hingga 50 tahun atau lebih dengan

perawatan minimal, karena tidak adanya kontak secara

mekanik dan karena beban pada kereta terdistribusi

merata (tidak terpusat oada roda). Maglev train memiliki

waktu hidup lebih panjang daripada pesawat terbang,

mobil, dan truk.

Maglev sangat efisien terhadap energi. Tidak seperti

mobil, bus, truk, dan pesawat terbang yang menggunakan

bahan bakar fosil, Maglev memanfaatkan tenaga listrik

yang dapat diproduksi dengan tenaga nuklir, pembakaran

bahan bakar fosil, tenaga air, reaksi susi, tenaga

angin atau biosolar.

Maglev train tidak menimbulkan polusi. Krena menggunakan

tenaga listrik, sehingga tidak ada karbon dioksida

yang dikeluarkan. Walaupun listrik yang digunakan

berasal dari pembakaran bahan bakar fosil atau

biosolar, CO2 yang dihasilkan lebih sesikit daripada

yang dihasilkan oleh pesawat terbang, mobil, dan truk.

19

Maglev train juga tidak menimbulkan suara bising, hal

ini karena tidak adanya gesekan antara roda dan rel.

Tingat keamanan Maglev train lebih tinggi, karena kerta

tidak mungkin keluar dari jalur seperti yang biasa

terjadi pada kereta api konvensional. Hal ini terjadi

karena jarak atara kereta pada guideway serta

kecepatan kereta diatur secara otomatis dan dijaga

oleh frekuensi dari suplay daya yang mengalir pada

guideway.

2.3.2 Kerugian

Kerugian dari pengoperasian Maglev train adalah sebagai

berikut

Pengoperasian Maglev train tidak sesuai dengan lintasan

kereta konvensional, sehingga dibutuhkan pembangunan

infrastruktur baru untuk pengoperasiannya. Dimana

pembangunan lintasan kereta (railway) ini membutuhkan

biaya yang lebih mahal dari pembangunan litasan kereta

konvensional (lebih mahal 3 kali lipat per mil dari

kereta konvensional).

Maglev train dengan sistem EMS membutuhkan sistem

control dengan respon yang sangat cepat untuk menjaga

agar kereta tetap stabil di atas lintasan. Hal ini

membutuhkan design bila terjadi gangguan untuk

menghindari tabrakan dalam lintasan selama terjadi

fluktuasi daya.

Pengembangan cabang pada jalur utama akan menghabiskan

biaya yang besar dibandingkan pengembangan cabang pada

20

kereta api konvensional. Terutama bila jarak antara

rute yang akan dikembangkan relative pendek, maka

pengembangan ini akan sia-sia karena biaya

pengoperasiannya tidak sebanding dengan manfaat yang

diperoleh.

21

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan

sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu.

1. Magnetically Levitated Train merupakan kereta dengan

kecepatan tinggi yang dengan menggunakan tenaga

listrik untuk menginduksi magnet sehingga menghasilkan

gaya yang cukup untuk mengangkat kereta dari

lintasannya.

2. Maglev train dapat terangkat dan bergerak dengan

memanfaatkan prinsip dari Hukum Lenz, dimana bila

terjadi perubahan fluks magnet dalam ruang yang

dikelilingi sistem kawat yang membentuk kumparan

tertutup (rangkaian sistem tertutup), maka akan

mengakibatkan terciptanya medan magnet yang melawan

perubahan fluks magnet dalam sitem itu. Gaya tolak

ini terjadi antara kereta dengan guideway sehingga

kereta dapat terangkat beberapa cm dari lintasan.

3. Keuntungan dari Maglev train adalah lebih cepat, lebih

murah, ramah lingkungan, tidak berisik, dan memiliki

lifetime yang relative lebih panjang dari alat

transportasi lainnya. Kerugian dari Maglev train adalah

22

dibutuhkan biaya yang besar dalam pembangunan

infrastruktur.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan berkaitan

dengan topic yang dibahas pada makalah ini adalah sebagai

berikut.

Kepada pemeritah Indonesia yang berencana

mengembangkan jaringan Maglev train dengan rute Jakarta-

Surabaya, hendaknya mengkaji lebih jauh terutama masalah

pembangunan infrastruktur yang biasanya mengalami kendala

pada pengadaan lahan (pembebasan lahan) dan pembiayaan yang

bisanya mengalami kemacetan di tengah jalan akibat oknum-

oknum yang tidak bertanggung jawab. Mengingat biaya yang

dibutuhkan sangat mahal dan melibatkan nyawa banyak orang

sehingga diharapkan pemerintah memiliki rencana yang matang

demi lancarnya pembangunan.

DAFTAR PUSTAKA

______, 2009. Maglevs (Magnetivally Levitated Train). Terdapat pada,

http://www.glencoe.com/sec/science/cgi.bin/splitwindow

.cgi?top=http://www.gencoe.com/sec/science/

top2.html&link=http://www.amasci.com/ Maglev / train .htm

Diakses pada tanggal 7 Januari 2011

Bonsor, Kevin. 2010. The Maglev Track. Terdapat pada

http://science.howstuffworks.com/transport/engines-

23

equipment/ Maglev - train 2.htm Diakses pada tanggal 15

Desember 2010

Bonsor, Kevin. 2010. Electrodynamic Suspension (EDS). Terdapat

pada

http://science.howstuffworks.com/transport/engines-

equipment/ Maglev - train .htm Diakses pada tanggal 15

Desember 2010

Dwi Susilo. 2010. Magnetic Levitation Train. Terdapat pada

http://dwisusilo.com/index.php/iptek/479-magnetic-

levitation- train Diakses pada tanggal 7 Januari 2011

Powell, James. 2005. Maglev

The New Mode of Transport for the 21st Century. Terdapat pada

http://www.21stcenturysciencetech.com/articles/Summer0

3/ Maglev 2.html Diakses pada tanggal 15 Desember 2010

Resnick, Halliday. 1984. Fisika Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga

Ruwanto, Bambang. 2005. Asas-Asas Fisika. Jakarta : Yudistira

Surya, Yohanes. 2006. Kereta Terbang. Terdapat pada

http://www.yohanessurya.com/download/penulis/Teknologi

_16.pdf. Diakses pada tanggal 14 Nopember 2010

Waluyo, Agung. 2004. Alternatif Transportasi Masa Mendatang :

Melayang dengan Kereta Maglev. Terdapat pada

http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?

cetakartikel&1081688852 Diakses pada tanggal 13

Desember 2010

24

Wikipedia. 2010. Magnetic Levitation. Terdapat pada

http://en.wikipedia.org/wiki/Magnetic_levitation

Diakses pada tanggal 13 Desember 2010

Wikipedia. 2010. Shinkansen. Terdapat pada

http://en.wikipedia.org/wiki/Shinkansen-Railway

Diakses pada tanggal 3 Januari 2011

Wikipedia. 2010. Maglev (Transport). Terdapat pada

http://en.wikipedia.org/wiki/ Maglev transport Diakses

pada tanggal 13 Desember 2010

Wikipedia. 2010. JR-Maglev. Terdapat pada

http://en.wikipedia.org/wiki/JR-

Maglev #Fundamental_technology_elements Diakses pada

tanggal 7 Januari 2011

Wikipedia. 2010. Transrapid. Terdapat pada

http://en.wikipedia.org/wiki/Transrapid#Technology

Diakses pada tanggal 7 Januari 2011

25