7
SISTEM PROPORSIONAL REPRESENTATIVE 1. List Proporsional Representative (LPR) 1. Daftar tertutup : Pemilih memilih partai (calon-calon ditentukan partai secara tertutup) 2. Daftar terbuka : Pemilih memilih calon-calon yang disediakan partai Dalam mentransfer suara pemilih ke dalam kursi di parlemen ada dua metode penghitungan yang biasa digunakan: 1. Metode devisor Metode ini menggunakan nilai rata-rata tertinggi atau biasa disebut BP (Bilangan Pembagi). Artinya kursi-kursi yang tersedia pertama-tama akan diberikan kepada partai politik yang mempunyai jumlah suara rata-rata tertinggi kemudian rata-rata tersebut akan terus menurun berdasarkan nilai bilangan pembagi. Prosedur ini akan terus berlaku sampai semua kursi terbagi habis. dan satu hal yang harus diingat bahwa rata-rata yang dimaksud berbeda dengan istilah mean dalam statistika, rata-rata disini berarti seperangkat bilangan pembagi. Dalam menggunakan metode devisor ada dua formula yang dapat digunakan, yaitu d’Hondt dan The Sainte Lague. D’Hondt Bilangan pembaginya merupakan urutan bilangan utuh 1,2,3,4,5 dst. Namun penggunaan formula d’Hondt akan cenderung menguntungkan partai besar. Misal total di Kota X dilakukan sebuah pemilihan umum, terdapat suara 100 dan alokasi 6 kursi yang tersedia. Tabel Penghitungan Dengan d’Hondt Parta Suara Kurs

Metode Penghitungan Suara

  • Upload
    ugm

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

SISTEM PROPORSIONAL REPRESENTATIVE

1. List Proporsional Representative (LPR)

1. Daftar tertutup : Pemilih memilih partai (calon-calonditentukan partai secara tertutup)

2. Daftar terbuka : Pemilih memilih calon-calon yangdisediakan partai

Dalam mentransfer suara pemilih ke dalam kursi di parlemenada dua metode penghitungan yang biasa digunakan:

1. Metode devisor

Metode ini menggunakan nilai rata-rata tertinggi atau biasadisebut BP (Bilangan Pembagi). Artinya kursi-kursi yang tersediapertama-tama akan diberikan kepada partai politik yang mempunyaijumlah suara rata-rata tertinggi kemudian rata-rata tersebut akanterus menurun berdasarkan nilai bilangan pembagi. Prosedur iniakan terus berlaku sampai semua kursi terbagi habis. dan satu halyang harus diingat bahwa rata-rata yang dimaksud berbeda denganistilah mean dalam statistika, rata-rata disini berartiseperangkat bilangan pembagi. Dalam menggunakan metode devisorada dua formula yang dapat digunakan, yaitu d’Hondt dan TheSainte Lague.

D’Hondt Bilangan pembaginya merupakan urutan bilangan utuh 1,2,3,4,5dst. Namun penggunaan formula d’Hondt akan cenderungmenguntungkan partai besar. Misal total di Kota X dilakukansebuah pemilihan umum, terdapat suara 100 dan alokasi 6kursi yang tersedia.

Tabel Penghitungan Dengan d’Hondt

Parta Suara Kurs

i iV v/1 v/2 v/3A 41.000 41.000

(1)20.500(3)

13.667(6)

3

B 29.000 29.000(2)

14.500(5) 9.667 2

C 17.000 17.000(4) 8.500 1

D 13.000 13.000 0Total 100.00

06

The Sainte LagueBilangan pembagi dimulai dengan pecahan 1,4 dan diikutisecara berurut oleh bilangan ganjil, yaitu 1,4|3|5|7|9 dst.Penggunaan formula The Sainte Lague lebih menguntungkanpartai kecil.

Tabel Penghitungan Dengan The Sainte Lague

Partai Suara Kursiv v/1.4 v/3 v/5A 41.000 29.286

(1)13.667(3)

8.200

2

B 29.000 20.714(2)

9.667(5)

5.800

2

C 17.000 12.143(4) 5.667 1

D 13.000 9.286(6)

1

Total 100.000

6

2. Metode Kuota

Metode ini biasa disebut Larges Remainder atau suara sisaterbesar. Dalam metode kuota setidaknya terdapat tiga formulayang digunakan, yaitu Kuota Hare, Kuota Droop, dan KuotaImperiali. Langkah-langkahnya adalah menentukan kuota suara.Setelah itu menentukan besarnya kursi yang diperoleh masing-masing partai berdasarkan jumlah suara yang diperoleh. Sementarasisa suara yang belum terbagi akan diberikan kepada partaipolitik yang mempunyai jumlah sisa suara terbesar. Untuk lebihjelasnya, formula-formula di metode kuota akan dibahas sepertiberikut.

Kuota HareKuota Hare (HQ) dihitung berdasarkan jumlah total suara yangsah (v) dibagi dengan jumlah kursi yang disediakan dalamsuatu distrik (s). Penggunaan kuota Hare lebih menguntungkanpartai-partai kecil.

HQ=vs

Misal, terdapat 100.000 suara dan tersedia 8 kursiuntuk diperebutkan, maka:

HQ=100.000

8=12.500

Tabel Penghitungan Dengan Kuota Hare

Partai Suara KuotaHare

KuotaKursi

SisaKursi

TotalKursi

A 41.000 3.28 3 0 3B 29.000 2.32 2 0 2C 17.000 1.36 1 1 2D 13.000 1.04 1 0 1Total 100.00

08.00 7 1 8

Kuota DroopKuota Droop (DQ) dihitung dari jumlah kursi yang

disediakan dalam suatu distrik (s) ditambah 1. Penggunaankuota Droop lebih menguntungkan partai-partai besar.

DQ=v

s+1

DQ=100.0008+1

=11.11

Tabel Penghitungan Dengan Kuota Droop

Partai Suara KuotaDroop

KuotaKursi

SisaKursi

TotalKursi

A 41.000 3.69 3 1 3B 29.000 2.61 2 0 2C 17.000 1.53 1 0 2D 13.000 1.17 1 0 1Total 100.00

09.00 7 1 8

Kuota ImperialiKuota Imperiali (IQ) dihitung dari jumlah kursi yangdisediakan dalam suatu distrik (s) ditambah 2. Pada dasarnyaformula kuota Imperiali sama dengan kuota Droop. Namunmetode ini secara khusus digunakan di Itali.

DQ=v

s+1

DQ=100.0008+2

=10

Tabel Penghitungan Dengan Kuota Imperiali

Partai Suara KuotaDroop

KuotaKursi

SisaKursi

TotalKursi

A 41.000 4.10 4 0 4B 29.000 2.90 2 0 2

C 17.000 1.70 1 0 1D 13.000 1.30 1 0 1Total 100.00

010.00 8 0 8

2. Single Transferable Vote (STV)

STV menggunakan satu distrik lebih dari satu wakil, danpemilih merangking calon menurut pilihannya di kertas suaraseperti pada Alternate Vote. Dalam memilih, pemilih dibebaskanuntuk merangking ataupun cukup memilih satu saja. Sistem inidipakai di Malta dan Republik Irlandia.

Setelah total suara yang memperoleh rangking pertamadihitung, perhitungan dilanjutkan dengan membuat kuota yangdibutuhkan bagi seorang calon. Kuota yang digunakan umumnya kuotaDroop, dengan rumus :

DQ=v

s+1+1

Hasil ditentukan melalui serangkaian perhitungan. Padaperhitungan pertama, total jumlah suara rangking pertama tiapkandidat didahulukan. Setiap calon yang punya suara rangkingpertama lebih besar atau sama dengan kuota otomatis terpilih.

Setelah itu perhitungan dilanjutkan dengan, suara lebih kandidatterpilih (yang suaranya di atas kuota) didistribusikan kepadapilihan rangking kedua di surat suara. Demi keadilan, seluruhsurat suara masing-masing calon didistribusikan. Contohnya, jikaseorang calon punya 100 suara, dan kelebihannya 5 suara, lalusetiap kertas suara diredistribusikan senilai 1/20 kali dari 1suara.

Setelah perhitungan selesai, jika tidak ada calon yang punyakelebihan suara lebih dari kuota, calon dengan total suaraterendah tersingkir. Suara mereka diredistribusikan keperhitungan selanjutnya dari para calon yang masih bersaing untukrangking kedua dan seterusnya. Perhitungan diteruskan hinggaseluruh kursi di distrik ditempati pemenang yang menerima kuotaatau jumlah calon yang tersisa dalam proses perhitungan tinggalsatu atau lebih dari jumlah kursi yang nantinya diduduki.

Kelebihan Single Transferable Vote sama dengan Proporsionalsecara umum, sebab memungkinkan pilihan dibuat baik antarpartaimaupun antarcalon dalam satu partai. Kelemahan dari STV adalahrumitnya proses perhitungan serta membutuhkan tingkat kenal hurufdan angka yang tinggi dari para pemilih. Sistem ini jugamemancing fragmentasi di dalam internal partai poitik oleh sebabcalon-calon dari partai yang sama saling bersaing satu sama lain. 

Belajar dari Indonesia