Upload
independent
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya, pembelajaran disekolah masih bersifat
konvensial. Pembelajaran konvensional biasanya menggunakan
pembelajaran yang bersifat langsung atau disebut sebagai model
pembelajaran langsung. Model pembelajaran ini memiliki
berbagai ciri dua diantara ciri-ciri tersebut adalah
pembelajaran yang terpusat pada guru dan memiliki urutan
pembelajaran. Pembelajaran yang terpusat pada guru
mengakibatkan peserta didik kurang aktif, oleh karena itu
perlu digeser sedemikian rupa sehingga menjadi lebih terpusat
pada peserta didik.demikian pula adanya asumsi bahwa seluruh
peserta didik di kelas mempunyai karakteristik sama membawa
konsekuensi pada pemberian perlakuan belajar yang sama pada
mereka.
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat
mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru
sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan
dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses
pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan
sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis
dan berpedoman pada seperangkatn aturan dan rencana tentang
pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum
secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan
1
nasional, tampaknya belum dapat direalisasikan secara
maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia
pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga
pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi
kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan
pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan
pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru.
Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode
ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan
apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk
bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak
kondusif sehingga siswa menjadi pasif.
Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas
dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini,
diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran
menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana
kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan
menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat
memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain
sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang
optimal. Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari
seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa,
guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar
suasana kelas lebih hidup.
Pembelajaran kooperatif terutama teknik Jigsaw dianggap
cocok diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai
2
dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai
gotong royong. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik
untuk menyusun makalah dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif”
1.2 Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif?
2. Apa saja model pembelajaran kooperatif?
3. Apa saja unsur-unsur dan karakteristik pembelajaran
kooperatif?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan pembelajaran
kooperatif?
1.3 Tujuan1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran kooperatif
2. Untuk mengetahui tujuan dari model pembelajaran
kooperatif
3. Untuk mengetahui unsur-unsur dan karakteristik
pembelajaran kooperatif
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran
kooperatif
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative learning)Arends (1997:87) menyatakan bahwa model pembelajaran
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran
yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengoganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar (Trianto, 2007:7). Merujuk pada
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran memberikan kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi
perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan
4
pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh sifat materi yang akan diajarkan, tujuan
yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta
tingkat kemampuan peserta didik. Beberapa macam model
pembelajaran yang sering digunakan guru dalam mengajar
yaitu: pengajaran langsung (direct instruction), pembelajaran
kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah (problem base
instruction), dan diskusi.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
yang mengutamakan kerjasama siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh
struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa
yang belajar dalam kondisi pembelajaran kooperatif
didorong dan atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu
tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya
untuk menyelesaikan tugasnya.
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu
model pembelajaran yang mendukung pembelajaran
kontekstual. Sistem pembelajaran kooperatif dapat
didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang
terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah
lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling
ketergantungan positif, tanggung jawab individual,
interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses
kelompok.
Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative
Learning”, bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama
dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur
5
dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang
dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengatakan
bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap
pembelajaran kooperatif, untuk itu harus diterapkan lima
unsur model pembelajaran gotong royong yaitu :
1.Saling ketergantungan positif
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha
setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang
efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa
sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan
tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan
mereka.
2.Tanggung jawab perseorangan
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur
model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa
bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar
yang efektif dalam model pembelajaran kooperatif membuat
persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga
masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung
jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok
bisa dilaksanakan.
3.Tatap muka
Dalam pembelajaran kooperatif setiap kelompok harus
diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi.
Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar
untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.
6
Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,
memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.
4. Komunikasi antar anggota
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali
dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena
keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan
para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan
mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan
berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses
panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat
bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman
belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional
para siswa.
5. Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi
kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan
hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama
dengan lebih efektif.
Urutan langkah-langkah perilaku guru menurut model
pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Arends (1997)
adalah sebagaimana terlihat pada table berikut ini:
7
Tabel Sintaks Pembelajaran Kooperatif
2.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok
konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana
keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang
lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah
menciptakan situasi di mana keberhasilan individu
ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya
(Slavin, 1994).
8
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang
dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu:
1. Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam
tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-
tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat
bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami
konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah
menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif
telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik
dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil
belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan
baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang
bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah
penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda
berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan
ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang
bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk
bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik
dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar
saling menghargai satu sama lain.
3. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah,
mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan
9
kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting
dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih
kurang dalam keterampilan sosial.
2.3 Unsur-Unsur dan Karakteristik
Pembelajaran Kooperatif2.3.1 Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
1. Saling Ketergantungan PositifSaling ketergantungan positif menuntut adanya
interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa salingmemberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yangoptimal. Tiap siswa tergantung pada anggota lainnyakarena tiap siswa mendapat materi yang berbeda atau tugasyang berbeda, oleh karena itu siswa satu dengan lainnyasaling membutuhkan karena jika ada siswa yang tidak dapatmengerjakan tugas tersebut maka tugas kelompoknya tidakdapat diselesaikan.2 . Tanggung Jawab Perseorangan
Pembelajaran kooperatif juga ditujukan untukmengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaransecara individual. Hasil penilaian individual tersebutselanjutnya disampaikan guru kepada kelompok agar semuakelompok dapat mengetahui siapa anggota kelompok yangmemerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapatmemberikan bantuan. Karena tiap siswa mendapat tugas yangberbeda secara otomatis siswa tersebut harus mempunyaitanggung jawab untuk mengerjakan tugas tersebut karenatugas setiap anggota kelompok mempunyai tugas yang
10
berbeda sesuai dengan kemampuannya yang dimiliki setiapindividu.3 Interaksi Tatap Muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalamkelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapatmelalukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi jugadengan sesama siswa. Interaksi semacam ini memungkinkansiswa dapat sa- ling menjadi sumber belajar sehinggasumber belajar lebih bervariasi dan ini juga akan lebihmemudahkan siswa dalam belajar. Adanya tatap muka, makasiswa yang kurang memiliki kemampuan harus dibantu olehsiswa yang lebih mampu me- ngerjakan tugas individu dalamkelompok tersebut, agar tugas kelompoknya dapatterselesaikan.4 Komunikasi antar Anggota Kelompok
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosialseperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman,mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, beranimempertahan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain,mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalammenjalin hubungan antar pribadi se- ngaja diajarkandalam pembelajaran kooperatif ini.
Unsur ini juga menghendaki agar para siswa dibekalide- ngan berbagai keterampilan berkomunikasi.Sebelummenugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu mengajarkancara-cara berkomunikasi, karena tidak semua siswamempuanyai keahlian mendengarkan danberbicara. Keberhasilan suatu kelompok tergantung padakesediaan para anggotanya untuk sa- ling mendengarkandan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.Adakalanya siswa perlu diberitahu secara jelas mengenai
11
cara menyanggah pendapat orang lain tanpa harusmenyinggung perasaan orang lain.5 Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagikelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok danhasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perludiadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisadiadakan selang beberapa waktu setelah beberapapembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative
learning.
2.3.2 Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
1. Dalam kelompoknya, siswa haruslah beranggapan bahwamereka “sehidup sepenanggungan”.
2. Siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lainnyadalam kelompok, di samping tanggung jawab terhadapdiri mereka sendiri dalam mempelajari materi yangdihadapi.
3. Siswa haruslah berpandangan bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yangsama diantara anggota kelompoknya.
5. Siswa akan diberikan evaluasi atau penghargaan yangakan berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggotakelompok.
6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkanketerampilan untuk belajar bersama selama prosesbelajarnya.
12
7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secaraindividual materi yang ditangani di dalam kelompoknya.
2.3.3 Tipe-Tipe dari Pembelajaran KooperatifBerikut ini adalah beberapa tipe dari model pembelajaran kooperatif.1. Tipe STAD (Student Team Achievement Division)
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division(STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin danteman-temannya di Universitas John Hopkin merupakanpembelajaran kooperatif yang paling sederhana, danmerupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakanoleh guru yang baru menggunakan pembelajaran kooperatif.Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari limatahapan utama sebagai berikut:
a. Presentasi kelas. Materi pelajarandipresentasikan oleh guru dengan menggunakanmetode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasiguru dengan seksama sebagai persiapan untukmengikuti tes berikutnya.
b. Kerja kelompok. Kelompok terdiri dari 4-5 orang.Dalam kegiatan kelompok ini, para siswabersama-sama mendiskusikan masalah yangdihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaikimiskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja samadengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalammemahami materi pelajaran.
c. Tes. Setelah kegiatan presentasi guru dankegiatan kelompok, siswa diberikan tes secaraindividual. Dalam menjawab tes, siswa tidakdiperkenankan saling membantu.
13
d. Peningkatan skor individu. Setiap anggotakelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggikarena skor ini akan memberikan kontribusiterhadap peningkatan skor rata-rata kelompok.
e. Penghargaan kolompok. Kelompok yang mencapairata-rata skor tertinggi, diberikan penghargaan.
2. Tipe Think-Pair-ShareThink-Pair-Share merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dariUniversitas Maryland pada tahun 1985. Think-Pair-Share memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikirdan merespon serta saling bantu satu sama lain. Sebagaicontoh, seorang guru baru saja menyelesaikan suatusajian pendek atau para siswa telah selesai membacasuatu tugas. Selanjutnya guru meminta kepada para siswauntuk menyadari secara serius mengenai apa yang telahdijelaskan oleh guru atau apa yang telah dibaca. Tahapanpembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah sebagaiberikut.
a. Berpikir (Think): Guru mengajukan pertanyaan atauisu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberiwaktu untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebutsecara mandiri.
b. Berpasangan (Pair): Guru meminta para siswa untukberpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yangtelah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapatmenghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaantelah diajukan atau penyampaian ide bersama jikasuatu isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya gurumengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untukberpasangan.
14
c. Berbagi (Share): Pada langkah akhir ini guru memintapasangan-pasangan tersebut untuk berbagi ataubekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenaiapa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah iniakan menjadi efektif jika guru berkeliling kelasdari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehinggaseperempat atau setengah dari pasangan-pasangantersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.
3. Tipe JigsawJigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan
oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di UniversitasTexas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas JohnHopkins. Arends (1997:123) dalam bukunya menyimpulkandengan kutipan sebagai berikut:
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu
tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari
beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung
jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6
orang secara heterogen dan bekerja sama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas
ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus
dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada
anggota kelompok.
4. Tipe NHT (Numbered Heads Together)
15
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads
together (Kepala bernomor) dikembangkan Spencer Kagan.
Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk
saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban
yang paling tepat. Selain itu teknik ini mendorong
siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama
mereka. Maksud dari kepala bernomor yaitu setiap anak
mendapatkan nomor tertentu, dan setiap nomor
mendapatkaan kesempatan yang sama untuk menunjukkan
kemampuan mereka dalam menguasai materi.
Dengan menggunakan model ini, siswa tidak hanya
sekedar paham konsep yang diberikan, tetapi juga
memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan teman-
temannya, belajar mengemukakan pendapat dan menghargai
pendapat teman, rasa kepedulian pada teman satu
kelompok agar dapat menguasai konsep tersebut, siswa
dapat saling berbagi ilmu dan informasi, suasana kelas
yang rileks dan menyenangkan serta tidak terdapatnya
siswa yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran
karena semua siswa memiliki peluang yang sama untuk
tampil menjawab pertanyaan. Adapun langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads
together antara lain:
a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalamsetiap kelompok mendapat nomor.
b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompokme-ngerjakannya.
16
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar danmemastikan tiap anggota kelompok dapatmengerjakannya/menge-tahui jawabannya.
d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomoryang dipanggil melaporkan hasilkerjasama mereka.
e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian gurumenunjuk nomor yang lain.
5. Tipe GI (Group Investigation)
Pembelajaran kooperatif tipe GI didasari oleh
gagasan John Dewey tentang pendidikan yang
menyimpulkan bahwa kelas merupakan cermin masyarakat
dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar
tentang kehidupan di dunia nyata yang bertujuan
mengkaji masalah-masalah sosial dan antar
pribadi. Pada dasarnya model ini dirancang untuk
membimbing para siswa mendefinisikan masalah,
mengeksplorasi berbagai hal mengenai masalah itu,
mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan men
guji hipotesis.
Tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran
kooperatif GI adalah sebagai berikut:
a. Tahap Penyelidikan (Investigation)
Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek
investigasi siswa. Pada tahap ini, siswa melakukan
kegiatan sebagai berikut:pertama siswa mengumpulkan
informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan
17
terkait dengan permasalahan-permasalahan yang
diselidiki, kemudian masing-masing
anggota kelompok memberikan pada setiap kegiatan kel
ompok, lalu siswa saling bertukar, berdiskusi,
mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat.
b. Tahap Pengorganisasian (Organizing)
Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap
ini kegiatan siswa sebagai berikut: pertama anggota
kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam
proteknya masing-masing, kemudian anggota kelompok
merencanakan
apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana memprese
ntasikannya, lalu wakil dari masing-masing kelompok
membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi
investigasi.
c. Tahap Presentasi (Presenting)
Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir.
Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah
sebagai berikut:pertama, penyajian kelompok pada
keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk
penyajian, kelompok
yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif seb
agai pendengar, kemudian
pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajuk
an pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang
disajikan.
18
d. Tahap Evaluasi (Evaluating)Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja
dan hasil proyek siswa. Pada tahap ini, kegiatanguru atau siswa dalam pembelajaran sebagaiberikut: pertama siswa menggabungkan masukan-masukantentang topiknya, pekerjaan yang telah merekalakukan, dan tentang pengalaman-pengalamanefektifnya, kemudianguru dan siswa mengkolaborasi,mengevaluasi tentang pembelajaran yang telahdilaksanakan, dan penilaian hasil belajar haruslahmengevaluasi tingkat pemahaman siswa.
6. Tipe CIRC (Cooperatif Integrated Reading And Composition)Pembelajaran CIRC dikembangkan oleh Stevans,
Madden, Slavin dan Farnish. Pembelajaran kooperatiftipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagaisuatu model pembelajaran kooperatif yangmengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruhkemudian mengkomposisikannya menjadi bagian-bagianyang penting.
Dalam model pembelajaran ini, siswa ditempatkandalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yangterdiri atas 4 atau 5 siswa. Dalam kelompok initerdapat siswa yang pandai, sedang atau lemah, danmasing-masing siswa sebaiknya merasa cocok satu samalain. Dalam kelompok ini tidak dibedakan jeniskelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa.Dengan pembelajaran kelompok, diharapkan siswa dapatmeningkatkan pikiran kritisnya, kreatif, danmenumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Sebelum dibentukkelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalamsuatu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yangbaik, siswa juga dapat memberikan penjelasan kepadateman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain
19
untuk bekerjasama, menghargai pendapat teman lain,dan sebagainya. Model pembelajaran ini, dibagimenjadi beberapa fase:
a. Fase OrientasiPada fase ini, guru memberikan pengetahuan awal siswatentang materi yang akan diberikan. Selainitu guru juga memaparkan tujuan pembelajaran yangakan dilakukan kepada siswa.
b. Fase OrganisasiGuru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, denganmemperhatikan keheterogenan akademik. Membagikanbahan bacaan tentang materi yang akan dibahas kepadasiswa. Selain itu menjelaskan mekanisme diskusikelompok dan tugas yang harus diselesaikan selamaproses pembelajaran berlangsung.
c. Fase Pengenalan KonsepDengan cara mengenalkan tentang suatu konsep baruyang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi.Pengenalan ini bisa didapat dari keterangan guru,buku paket, film, kli ping, poster atau medialainnya.
d. Fase PublikasiSiswa mengkomunikasikan hasil temuan-temuannya,membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahasbaik dalam kelompok maupun di depan kelas.
e. Fase Penguatan dan RefleksiPada fase ini guru memberikan penguatan berhubungandengan materi yang dipelajari melalui penjelasan-penjelasan ataupun memberikan contoh nyata dalamkehidupan sehari-hari. Selanjutnya siswa pun diberi
20
kesempatan untuk mere- fleksikan dan mengevaluasihasil pembelajarannya.
7. Tipe Make A Match (Membuat Pasangan)a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa
konsep atau topik yang cocok untuk sesi pemilihan,satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartujawaban.
b. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yangbertuliskan soal/jawaban.
c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yangdipegang.
d. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocokdengan kartunya.
e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunyasebelum batas waktu diberi poin.f. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan
kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soalatau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yangtelah disepakati bersama.
g. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiapsiswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya,demikian seterusnya.
h. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswalainnya yang memegang kartu yang cocok.i. Guru bersama-sama dengan siswa membuat
kesimpulan terhadap materi pelajaran.
8. Tipe Two Stay Two Stray (TS-TS)
Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two
Stray (TS-TS) dikembangkan oleh Spencer Kagan. Metode
ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan
untuk semua tingkatan usia. Metode pembelajaran
21
kooperatif tipe Two Stay Two Stray merupakan sistem
pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat
saling bekerjasama, bertanggung jawab, saling
membantu memecahkan masalah dan saling mendorong
untuk berprestasi. Metode ini juga melatih siswa
untuk bersosialisasi dengan baik. Langkah-langkah
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay
Two Stray seperti yang diungkapkan, antara lain:
a. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yangsetiap kelompoknya terdiri dari empatsiswa. Kelompok yang dibentuk pun merupakankelompok heterogen seperti pada pembelajarankooperatif tipe Two Stay Two Stray yang bertujuanuntuk memberikan kesempatan pada siswa untuk salingmembelajarkan dan saling mendukung.
b. Guru memberikan subpokok bahasan pada tiap-tiapkelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggotakelompoknya masing-masing.
c. Siswa bekerjasama dalam kelompok beranggotakanempat orang.Hal ini bertujuan untuk memberikankesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secaraaktif dalam proses berpikir.
d. Setelah selesai, dua orang dari masing-masingkelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kekelompok lain.
e. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugasmembagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamumereka.
f. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok merekasendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompoklain.
g. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasilkerja mereka.
22
h. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjamereka.
2.4 Kelebihan dan kekurangan dari Pembelajaran
Kooperatif
2.4.1 Keunggulan Pembelajaran Kooperatifa. Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak
terlalu menggantungkan pada guru, tetapi dapatmenambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri,menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajardari siswa yang lain.
b. Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkankemampuan, mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ideorang lain.
c. Model pembelajaran kooperatif dapatmembantu siswa untukmenhargai orang lain dan menyadariakan segala keterbatasannya serta menerima segalaperbedaan.
d. Model pembelajaran kooperatif dapat memberdayakansetiap siswauntuk lebih bertanggung jawab dalambelajar.
e. Model pembelajaran kooperatif merupakan strategiyang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademiksekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkanrasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif
23
dengan orang lain, mengembangkan keterampilan, dansikap positif terhadap sekolah.
f. Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkankemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamansendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat memecahkanmasalah tanpa takut membuat kesalahan, karenakeputusan yang dibuat adalah tanggung jawabkelompoknya.
g. Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa mengelola informasi dan kemampuan belajarabstrak menjadi nyata.
h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapatmeningkatkan motivasi dan memberikan rangsanganberfikir. Hal ini berguna untuk pendidikan jangkapanjang.
2.4.2 Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatifa. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara
matang, di- samping itu memerlukan lebih banyaktenaga, pemikiran, dan waktu.
b. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancarmaka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat danbiaya yang cukup memadai.
c. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung,ada kecenderungan topik permasalahan yang dibahasmeluas sehingga banyak yang tidak sesuai denganwaktu yang telah ditentukan.
d. Saat diskusi terkadang didominasi seseorang,hal ini meng-akibatkan siswa yang lain menjadipasif.
e. Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip. Halini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai
24
kedisiplinan dalam belajar, seperti datangterlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktuberlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajarmenjadi sia-sia.
BAB III
25
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model
pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual.
Sistem pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan
sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur.
Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur
pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling
ketergantungan positif, tanggung jawab individual,
interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses
kelompok.
2. Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan
situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau
dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Model
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang
dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu:
a. Hasil belajar akademik
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
c. Pengembangan keterampilan sosial
3. Unsur-unsur dan karakteristik pembelajaran kooperatif
Adapun unsur-unsur pembelajaran kooperatif itu sendiri
yaitu saling ketergantungan positif, tanggup jawab
perseorangan interaksi tatap muka, komunikasi antar
kelompok, dan evaluasi proses kelompok.
5. Adapun kelebihan dan kekurangan pembelajaran pembelajaran
itu sendiri yaitu, siswa lebih mandiri dan tidak terlalu
26
bergantung kepada guru, pembelajaran aktif dilaksanakan
antara siswa dan guru. Adapun kekurangan nya yaitu guru
harus mempersiapkan materi secara matang, disamping itu
membutuhkan tenaga, pemikiran dan waktu yang banyak.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran dalam penulisan
makalah ini adalah:
1. Para pembaca diharapkan dapat mengetahui apa itu
pembelajaran kooperatif secara spesifik
2. Dengan adanya pembahasan seputar Cooperative Learning
harapannya dapat mengaplikasikan dalam pengajaran terlebih
kepada kita sebagai calon guru
3. Harapannya pembaca lebih memaknai peranan pembelajaran
kooperatif itu sendiri, karena akan dapat menambah wawasan
dan juga pengetahuan mengenai pembelajaran kooperative
27