27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, pembelajaran disekolah masih bersifat konvensial. Pembelajaran konvensional biasanya menggunakan pembelajaran yang bersifat langsung atau disebut sebagai model pembelajaran langsung. Model pembelajaran ini memiliki berbagai ciri dua diantara ciri-ciri tersebut adalah pembelajaran yang terpusat pada guru dan memiliki urutan pembelajaran. Pembelajaran yang terpusat pada guru mengakibatkan peserta didik kurang aktif, oleh karena itu perlu digeser sedemikian rupa sehingga menjadi lebih terpusat pada peserta didik.demikian pula adanya asumsi bahwa seluruh peserta didik di kelas mempunyai karakteristik sama membawa konsekuensi pada pemberian perlakuan belajar yang sama pada mereka. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkatn aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan 1

Model Belajar Kooperatif

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya, pembelajaran disekolah masih bersifat

konvensial. Pembelajaran konvensional biasanya menggunakan

pembelajaran yang bersifat langsung atau disebut sebagai model

pembelajaran langsung. Model pembelajaran ini memiliki

berbagai ciri dua diantara ciri-ciri tersebut adalah

pembelajaran yang terpusat pada guru dan memiliki urutan

pembelajaran. Pembelajaran yang terpusat pada guru

mengakibatkan peserta didik kurang aktif, oleh karena itu

perlu digeser sedemikian rupa sehingga menjadi lebih terpusat

pada peserta didik.demikian pula adanya asumsi bahwa seluruh

peserta didik di kelas mempunyai karakteristik sama membawa

konsekuensi pada pemberian perlakuan belajar yang sama pada

mereka.

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat

mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam

penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan

dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses

pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan

sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis

dan berpedoman pada seperangkatn aturan dan rencana tentang

pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum

secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu

pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan

1

nasional, tampaknya belum dapat direalisasikan secara

maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia

pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran.

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga

pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi

kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan

pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan

pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru.

Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode

ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan

apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk

bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak

kondusif sehingga siswa menjadi pasif.

Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas

dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini,

diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran

menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana

kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan

menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat

memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain

sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang

optimal. Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari

seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa,

guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar

suasana kelas lebih hidup.

Pembelajaran kooperatif terutama teknik Jigsaw dianggap

cocok diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai

2

dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai

gotong royong. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik

untuk menyusun makalah dengan judul “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif”

1.2 Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif?

2. Apa saja model pembelajaran kooperatif?

3. Apa saja unsur-unsur dan karakteristik pembelajaran

kooperatif?

4. Apa saja kelebihan dan kekurangan pembelajaran

kooperatif?

1.3 Tujuan1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran kooperatif

2. Untuk mengetahui tujuan dari model pembelajaran

kooperatif

3. Untuk mengetahui unsur-unsur dan karakteristik

pembelajaran kooperatif

4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran

kooperatif

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

(Cooperative learning)Arends (1997:87) menyatakan bahwa model pembelajaran

adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan

yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.

Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran

yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan

pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,

lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengoganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,

dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan

aktivitas belajar mengajar (Trianto, 2007:7). Merujuk pada

definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran memberikan kerangka konseptual yang

menggambarkan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi

perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan

4

pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran sangat

dipengaruhi oleh sifat materi yang akan diajarkan, tujuan

yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta

tingkat kemampuan peserta didik. Beberapa macam model

pembelajaran yang sering digunakan guru dalam mengajar

yaitu: pengajaran langsung (direct instruction), pembelajaran

kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah (problem base

instruction), dan diskusi.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran

yang mengutamakan kerjasama siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh

struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa

yang belajar dalam kondisi pembelajaran kooperatif

didorong dan atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu

tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya

untuk menyelesaikan tugasnya.

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu

model pembelajaran yang mendukung pembelajaran

kontekstual. Sistem pembelajaran kooperatif dapat

didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang

terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah

lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling

ketergantungan positif, tanggung jawab individual,

interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses

kelompok.

Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative

Learning”, bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama

dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur

5

dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang

dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengatakan

bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap

pembelajaran kooperatif, untuk itu harus diterapkan lima

unsur model pembelajaran gotong royong yaitu :

1.Saling ketergantungan positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha

setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang

efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa

sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan

tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan

mereka.

2.Tanggung jawab perseorangan

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur

model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa

bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar

yang efektif dalam model pembelajaran kooperatif membuat

persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga

masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung

jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok

bisa dilaksanakan.

3.Tatap muka

Dalam pembelajaran kooperatif setiap kelompok harus

diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi.

Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar

untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.

6

Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,

memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.

4. Komunikasi antar anggota

Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali

dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena

keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan

para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan

mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan

berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses

panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat

bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman

belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional

para siswa.

5. Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi

kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan

hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama

dengan lebih efektif.

Urutan langkah-langkah perilaku guru menurut model

pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Arends (1997)

adalah sebagaimana terlihat pada table berikut ini:

7

Tabel Sintaks Pembelajaran Kooperatif

2.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok

konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana

keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang

lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah

menciptakan situasi di mana keberhasilan individu

ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya

(Slavin, 1994).

8

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang

dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu:

1. Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam

tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-

tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat

bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami

konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah

menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif

telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik

dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil

belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan

baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang

bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

2. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah

penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda

berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan

ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang

bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk

bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik

dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar

saling menghargai satu sama lain.

3. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah,

mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan

9

kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting

dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih

kurang dalam keterampilan sosial.

2.3 Unsur-Unsur dan Karakteristik

Pembelajaran Kooperatif2.3.1 Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif

1.   Saling Ketergantungan PositifSaling ketergantungan positif menuntut adanya

interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa salingmemberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yangoptimal. Tiap siswa tergantung pada anggota lainnyakarena tiap siswa mendapat materi yang berbeda atau tugasyang berbeda, oleh karena itu siswa satu dengan lainnyasaling membutuhkan karena jika ada siswa yang tidak dapatmengerjakan tugas tersebut maka tugas kelompoknya tidakdapat diselesaikan.2 .  Tanggung Jawab Perseorangan

Pembelajaran kooperatif juga ditujukan untukmengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaransecara individual. Hasil penilaian individual tersebutselanjutnya disampaikan guru kepada kelompok agar semuakelompok dapat mengetahui siapa anggota kelompok yangmemerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapatmemberikan bantuan. Karena tiap siswa mendapat tugas yangberbeda secara otomatis siswa tersebut harus mempunyaitanggung jawab untuk mengerjakan tugas tersebut karenatugas setiap anggota kelompok mempunyai tugas yang

10

berbeda sesuai dengan  kemampuannya yang dimiliki setiapindividu.3   Interaksi Tatap Muka

Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalamkelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapatmelalukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi jugadengan sesama siswa. Interaksi semacam ini memungkinkansiswa dapat sa- ling menjadi sumber belajar sehinggasumber belajar lebih bervariasi dan ini juga akan lebihmemudahkan siswa dalam belajar. Adanya tatap muka, makasiswa yang kurang memiliki kemampuan harus dibantu olehsiswa yang lebih mampu me- ngerjakan tugas individu dalamkelompok tersebut, agar tugas kelompoknya dapatterselesaikan.4   Komunikasi antar Anggota Kelompok

Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosialseperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman,mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, beranimempertahan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain,mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalammenjalin hubungan antar pribadi se- ngaja diajarkandalam pembelajaran kooperatif ini.

Unsur ini juga menghendaki agar para siswa dibekalide- ngan berbagai keterampilan berkomunikasi.Sebelummenugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu mengajarkancara-cara berkomunikasi, karena tidak semua siswamempuanyai keahlian mendengarkan danberbicara. Keberhasilan suatu kelompok tergantung padakesediaan para anggotanya untuk sa- ling mendengarkandan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.Adakalanya siswa perlu diberitahu secara jelas mengenai

11

cara menyanggah pendapat orang lain tanpa harusmenyinggung perasaan orang lain.5   Evaluasi Proses Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagikelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok danhasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perludiadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisadiadakan selang beberapa waktu setelah beberapapembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative

learning.

2.3.2  Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

1.  Dalam kelompoknya, siswa haruslah beranggapan bahwamereka “sehidup sepenanggungan”.

2. Siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lainnyadalam kelompok, di samping tanggung jawab terhadapdiri mereka sendiri dalam mempelajari materi yangdihadapi.

3. Siswa haruslah berpandangan bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yangsama diantara anggota kelompoknya.

5. Siswa akan diberikan evaluasi atau penghargaan yangakan berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggotakelompok.

6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkanketerampilan untuk belajar bersama selama prosesbelajarnya.

12

7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secaraindividual materi yang ditangani di dalam kelompoknya.

2.3.3 Tipe-Tipe dari Pembelajaran KooperatifBerikut ini adalah beberapa tipe dari model pembelajaran kooperatif.1.  Tipe STAD (Student Team Achievement Division)

Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement

Division(STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin danteman-temannya di Universitas John Hopkin merupakanpembelajaran kooperatif yang paling sederhana, danmerupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakanoleh guru yang baru menggunakan pembelajaran kooperatif.Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari limatahapan utama sebagai berikut:

a.   Presentasi kelas. Materi pelajarandipresentasikan oleh guru dengan  menggunakanmetode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasiguru  dengan seksama sebagai persiapan untukmengikuti tes berikutnya.

b.   Kerja kelompok. Kelompok terdiri dari 4-5 orang.Dalam kegiatan  kelompok ini, para siswabersama-sama mendiskusikan masalah yangdihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaikimiskonsepsi.  Kelompok diharapkan bekerja samadengan sebaik-baiknya dan saling  membantu dalammemahami materi pelajaran.

c. Tes. Setelah kegiatan presentasi guru dankegiatan kelompok, siswa  diberikan tes secaraindividual. Dalam menjawab tes, siswa tidakdiperkenankan saling membantu.

13

d.   Peningkatan skor individu. Setiap anggotakelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggikarena skor ini akan memberikan kontribusiterhadap peningkatan skor rata-rata kelompok.

e.   Penghargaan kolompok. Kelompok yang mencapairata-rata skor tertinggi, diberikan penghargaan.

2. Tipe Think-Pair-ShareThink-Pair-Share merupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dariUniversitas Maryland pada tahun 1985. Think-Pair-Share memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikirdan merespon serta saling bantu satu sama lain. Sebagaicontoh, seorang guru baru saja menyelesaikan suatusajian pendek atau para siswa telah selesai membacasuatu tugas. Selanjutnya guru meminta kepada para siswauntuk menyadari secara serius mengenai apa yang telahdijelaskan oleh guru atau apa yang telah dibaca. Tahapanpembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah sebagaiberikut.

a.   Berpikir (Think): Guru mengajukan pertanyaan atauisu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberiwaktu untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebutsecara mandiri.

b.  Berpasangan (Pair): Guru meminta para siswa untukberpasangan dan  mendiskusikan mengenai apa yangtelah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapatmenghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaantelah diajukan atau penyampaian ide bersama jikasuatu isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya gurumengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untukberpasangan.

14

c. Berbagi (Share): Pada langkah akhir ini guru memintapasangan-pasangan tersebut untuk berbagi ataubekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenaiapa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah iniakan menjadi efektif jika guru berkeliling kelasdari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehinggaseperempat atau setengah dari pasangan-pasangantersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.

3.  Tipe JigsawJigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan

oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di UniversitasTexas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas JohnHopkins. Arends (1997:123) dalam bukunya menyimpulkandengan kutipan sebagai berikut:

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu

tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari

beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung

jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu

mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam

kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa

belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6

orang secara heterogen dan bekerja sama saling

ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas

ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus

dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada

anggota kelompok.

4. Tipe NHT (Numbered Heads Together)

15

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads

together (Kepala bernomor) dikembangkan Spencer Kagan.

Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk

saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban

yang paling tepat. Selain itu teknik ini mendorong

siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama

mereka. Maksud dari kepala bernomor yaitu setiap anak

mendapatkan nomor tertentu, dan setiap nomor

mendapatkaan kesempatan yang sama untuk menunjukkan

kemampuan mereka dalam menguasai materi.

Dengan menggunakan model ini, siswa tidak hanya

sekedar paham konsep yang diberikan, tetapi juga

memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan teman-

temannya, belajar mengemukakan pendapat dan menghargai

pendapat teman, rasa kepedulian pada teman satu

kelompok agar dapat menguasai konsep tersebut, siswa

dapat saling berbagi ilmu dan informasi, suasana kelas

yang rileks dan menyenangkan serta tidak terdapatnya

siswa yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran

karena semua siswa memiliki peluang yang sama untuk

tampil menjawab pertanyaan. Adapun langkah-langkah

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads

together antara lain:

a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalamsetiap kelompok mendapat                 nomor.

b.   Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompokme-ngerjakannya.

16

c.   Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar danmemastikan tiap anggota                       kelompok dapatmengerjakannya/menge-tahui jawabannya.

d.   Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomoryang dipanggil                        melaporkan hasilkerjasama mereka.

e.   Tanggapan dari teman yang lain, kemudian gurumenunjuk nomor yang lain.

5.  Tipe GI (Group Investigation)

Pembelajaran kooperatif tipe GI didasari oleh

gagasan John Dewey tentang pendidikan yang

menyimpulkan bahwa kelas merupakan cermin masyarakat

dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar

tentang kehidupan di dunia nyata yang bertujuan

mengkaji masalah-masalah sosial dan antar

pribadi. Pada dasarnya model ini dirancang untuk

membimbing para siswa mendefinisikan masalah,

mengeksplorasi berbagai hal mengenai masalah itu,

mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan men

guji hipotesis.

Tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran

kooperatif GI adalah sebagai berikut:

a. Tahap Penyelidikan (Investigation)

Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek

investigasi siswa. Pada tahap ini, siswa melakukan

kegiatan sebagai berikut:pertama siswa mengumpulkan

informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan

17

terkait dengan permasalahan-permasalahan yang

diselidiki, kemudian masing-masing

anggota kelompok memberikan pada setiap kegiatan kel

ompok, lalu siswa saling bertukar, berdiskusi,

mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat.

b.   Tahap Pengorganisasian (Organizing)

Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap

ini kegiatan siswa sebagai berikut: pertama anggota

kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam

proteknya masing-masing, kemudian anggota kelompok

merencanakan

apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana memprese

ntasikannya, lalu wakil dari masing-masing kelompok

membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi

investigasi.

c.   Tahap Presentasi (Presenting)

Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir.

Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah

sebagai berikut:pertama, penyajian kelompok pada

keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk

penyajian,  kelompok

yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif seb

agai pendengar, kemudian

pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajuk

an pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang

disajikan. 

18

d. Tahap Evaluasi (Evaluating)Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja

dan hasil proyek siswa. Pada tahap ini, kegiatanguru atau siswa dalam pembelajaran sebagaiberikut: pertama siswa menggabungkan masukan-masukantentang topiknya, pekerjaan yang telah merekalakukan, dan tentang pengalaman-pengalamanefektifnya, kemudianguru dan siswa mengkolaborasi,mengevaluasi tentang pembelajaran yang telahdilaksanakan, dan penilaian hasil belajar haruslahmengevaluasi tingkat pemahaman siswa.

6. Tipe CIRC (Cooperatif Integrated Reading And Composition)Pembelajaran CIRC dikembangkan oleh Stevans,

Madden, Slavin dan Farnish. Pembelajaran kooperatiftipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagaisuatu model pembelajaran kooperatif yangmengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruhkemudian mengkomposisikannya menjadi bagian-bagianyang penting.

Dalam model pembelajaran ini, siswa ditempatkandalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yangterdiri atas 4 atau 5 siswa. Dalam kelompok initerdapat siswa yang pandai, sedang atau lemah, danmasing-masing siswa sebaiknya merasa cocok satu samalain. Dalam kelompok ini tidak dibedakan jeniskelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa.Dengan pembelajaran kelompok, diharapkan siswa dapatmeningkatkan pikiran kritisnya, kreatif, danmenumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Sebelum dibentukkelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalamsuatu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yangbaik, siswa juga dapat memberikan penjelasan kepadateman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain

19

untuk bekerjasama, menghargai pendapat teman lain,dan sebagainya. Model pembelajaran ini, dibagimenjadi beberapa fase:

a. Fase OrientasiPada fase ini, guru memberikan pengetahuan awal siswatentang materi yang akan diberikan. Selainitu guru juga memaparkan tujuan pembelajaran yangakan dilakukan kepada siswa.

b.   Fase OrganisasiGuru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, denganmemperhatikan keheterogenan akademik. Membagikanbahan bacaan tentang materi yang akan dibahas kepadasiswa. Selain itu menjelaskan mekanisme diskusikelompok dan tugas yang harus diselesaikan selamaproses pembelajaran berlangsung.

c.  Fase Pengenalan KonsepDengan cara mengenalkan tentang suatu konsep baruyang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi.Pengenalan ini bisa didapat dari keterangan guru,buku paket, film, kli ping, poster atau medialainnya.

d.   Fase PublikasiSiswa mengkomunikasikan hasil temuan-temuannya,membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahasbaik dalam kelompok maupun di depan kelas.

e.   Fase Penguatan dan RefleksiPada fase ini guru memberikan penguatan berhubungandengan materi yang dipelajari melalui penjelasan-penjelasan ataupun memberikan contoh nyata dalamkehidupan sehari-hari. Selanjutnya siswa pun diberi

20

kesempatan untuk mere- fleksikan dan mengevaluasihasil pembelajarannya.

7. Tipe Make A Match (Membuat Pasangan)a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa

konsep atau topik yang cocok untuk sesi pemilihan,satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartujawaban.

b. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yangbertuliskan soal/jawaban.

c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yangdipegang.

d.  Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocokdengan kartunya.

e.     Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunyasebelum batas waktu diberi       poin.f. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan

kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soalatau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yangtelah disepakati bersama.

g. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiapsiswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya,demikian seterusnya.

h. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswalainnya yang memegang kartu yang cocok.i. Guru bersama-sama dengan siswa membuat

kesimpulan terhadap materi                 pelajaran.

8. Tipe Two Stay Two Stray  (TS-TS)

Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray  (TS-TS) dikembangkan oleh Spencer Kagan. Metode

ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan

untuk semua tingkatan usia. Metode pembelajaran

21

kooperatif tipe Two Stay Two Stray merupakan sistem

pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat

saling bekerjasama, bertanggung jawab, saling

membantu memecahkan masalah dan saling mendorong

untuk berprestasi. Metode ini juga melatih siswa

untuk bersosialisasi dengan baik. Langkah-langkah

pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay

Two Stray seperti yang diungkapkan, antara lain:

a.  Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yangsetiap kelompoknya terdiri dari empatsiswa. Kelompok yang dibentuk pun merupakankelompok heterogen seperti pada pembelajarankooperatif tipe Two Stay Two Stray yang bertujuanuntuk memberikan kesempatan pada siswa untuk salingmembelajarkan dan saling mendukung.

b. Guru memberikan subpokok bahasan pada tiap-tiapkelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggotakelompoknya masing-masing.

c. Siswa bekerjasama dalam kelompok beranggotakanempat orang.Hal ini bertujuan untuk memberikankesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secaraaktif dalam proses berpikir.

d. Setelah selesai, dua orang dari masing-masingkelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kekelompok lain. 

e.  Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugasmembagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamumereka.

f. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok merekasendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompoklain.

g.  Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasilkerja mereka.

22

h. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjamereka.

2.4 Kelebihan dan kekurangan dari Pembelajaran

Kooperatif

2.4.1   Keunggulan Pembelajaran Kooperatifa.     Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak

terlalu menggantungkan pada guru, tetapi dapatmenambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri,menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajardari siswa yang lain.

b.     Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkankemampuan, mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ideorang lain.

c.   Model pembelajaran kooperatif dapatmembantu siswa untukmenhargai orang lain dan menyadariakan segala keterbatasannya serta menerima segalaperbedaan.

d.    Model pembelajaran kooperatif dapat memberdayakansetiap siswauntuk lebih bertanggung jawab dalambelajar.

e.    Model pembelajaran kooperatif merupakan strategiyang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademiksekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkanrasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif

23

dengan orang lain, mengembangkan keterampilan, dansikap positif terhadap sekolah.

f. Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkankemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamansendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat memecahkanmasalah tanpa takut membuat kesalahan, karenakeputusan yang dibuat adalah tanggung jawabkelompoknya.

g. Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa mengelola informasi dan kemampuan belajarabstrak menjadi nyata.

h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapatmeningkatkan motivasi dan memberikan rangsanganberfikir. Hal ini berguna untuk pendidikan jangkapanjang.

2.4.2   Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatifa.     Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara

matang, di- samping itu memerlukan lebih banyaktenaga, pemikiran, dan waktu.

b.     Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancarmaka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat danbiaya yang cukup memadai.

c.   Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung,ada kecenderungan topik permasalahan yang dibahasmeluas sehingga banyak yang tidak sesuai denganwaktu yang telah ditentukan.

d.     Saat diskusi terkadang didominasi seseorang,hal ini meng-akibatkan siswa yang lain menjadipasif.

e.    Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip. Halini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai

24

kedisiplinan dalam belajar, seperti datangterlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktuberlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajarmenjadi sia-sia.

BAB III

25

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model

pembelajaran yang       mendukung pembelajaran kontekstual.

Sistem pembelajaran kooperatif dapat       didefinisikan

sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur.

Yang termasuk       di dalam struktur ini adalah lima unsur

pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu       saling

ketergantungan positif, tanggung jawab individual,

interaksi personal, keahlian       bekerja sama, dan proses

kelompok.

2. Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan

situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau

dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Model

pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang

dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu:

a. Hasil belajar akademik

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

c. Pengembangan keterampilan sosial

3. Unsur-unsur dan karakteristik pembelajaran kooperatif

Adapun unsur-unsur pembelajaran kooperatif itu sendiri

yaitu saling ketergantungan positif, tanggup jawab

perseorangan interaksi tatap muka, komunikasi antar

kelompok, dan evaluasi proses kelompok.

5. Adapun kelebihan dan kekurangan pembelajaran pembelajaran

itu sendiri yaitu, siswa lebih mandiri dan tidak terlalu

26

bergantung kepada guru, pembelajaran aktif dilaksanakan

antara siswa dan guru. Adapun kekurangan nya yaitu guru

harus mempersiapkan materi secara matang, disamping itu

membutuhkan tenaga, pemikiran dan waktu yang banyak.

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran dalam penulisan

makalah ini adalah:

1. Para pembaca diharapkan dapat mengetahui apa itu

pembelajaran kooperatif secara spesifik

2. Dengan adanya pembahasan seputar Cooperative Learning

harapannya dapat mengaplikasikan dalam pengajaran terlebih

kepada kita sebagai calon guru

3. Harapannya pembaca lebih memaknai peranan pembelajaran

kooperatif itu sendiri, karena akan dapat menambah wawasan

dan juga pengetahuan mengenai pembelajaran kooperative

27