488
NOTA KEUAI{GAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1994/95 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUAI{GAN - Kementerian Keuangan RI

Embed Size (px)

Citation preview

NOTA KEUAI{GAN

DAN

RANCANGAN ANGGARAN

PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

TAHUN ANGGARAN 1994/95

REPUBLIK INDONESIA

DAF'LAR IS I

DAIiTAR TABEL

flalaman

272737384 l5257-5965"701 ^

741 A

/ 0

t o

82

85

96

114

118

118

vl

x i i i

XV

I

ZJ

LJ

DAFTAR GRAFIK

DAFTAR LAMPIRAN

BAB

BAB

I

II ANGGARAN IENDAPA'I'AN DAN BELAN.IA NI'GARA

2.1. Pendahuluan

2.2. Perkembangan pelaksanaan APBN sampai dengan tahun

1993/94. . . . . , . . . . . , . . .2 ,2.1. Kebi jaksanaan pokok d i b i t lang APBN.. . . . . . . . . . . . . , . . . . , . . . . . . . . . . .2.2.2. Penerinaan dalam negeri....

2.2.2.1. Penertnaan minyak bumi dan gas alam2.2.2.2. Pcnerimaan perpajakan......2.2.2.3. Penerin aan negara bukan pajak..... -..

2.2.3. P eneritnaan pernbangunan

2.2.4. Pcngeluaran rut in . . . . . . . . . . - . . . . . .2.2.4-1. Penbiay aan aparatur pemerintah

2.2 -4.?. Pembiayaan opetasional dan pemeliharaan ..,.......7.2.4.3. Pembayaraan bunga dan cicilan hutang.......,........

2-2.4.3.1. Pembayaran hutang dalam negeri .........2.2.4.3.2. Pembayaran hutang luar negeri .,..........

2.2.4.4. Subsirli2.2,5. Tabungan pemerintah

2,2,6. Pengeluaran pembangunan2.2.6.7. Pengeluaran pembangunan berdasarkan sektor dan

subsektor . . . . . . . . . . . . .2-2.6.2. Pengeluaran pembangunan berdasarkau jenis

pembiayaanlrya ...2.2.6.3. Pengeluaran pembangunan berdasarkan sumber

pembiayaan ..,,...,

2.3, Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara(RAPBN) 1994i95

2.3.1. Rinskasan

Halaman

2.3.2. Penerimaan dalam negeri....... 1242.3.2.1. Penerimaan minyak bumi dan gas alam 1252.3.2.2. Peneimaan perpajakan..., 1272.3.2.3. Penerimaan negara bukan pajak........ 133

2.3.3. Penerimaan pembangunan 1352.3.4. Pengeluaran rutin .......,......... 135

2.3.4.1. Pengeluaran rutin berdasarkan jenis pengeluaran. 1372.3-4.2. Pengeltaran ruiin berdasarkan sektor dan

subsektor............. 1422.3.5. Tabungan pemerintah .....,,...,.............,.... 1622.3.6. Pengeluaran pembangunan 166

2.3.6.1. Pengeluaran pembangunan berdasarkan sektordan subsektor..... 168

2.3.6.2. Pengeluaran pembangunan berdasarkan jenispernbiayaannya .. 199

2.3.6.3. Pengeluaran pembangunan berdasarkan sumberpembiayaan........ 208

BAB III MONETER DAN PERKREDITAN 212

2t23.1. Pendahuluan

3.2. Perkembangan harga dan upah 2133.2.1. Indeks harga konsumen (IHK) .................. 2743.2.2. Harga beberapa barang konsumsi utama............................. 2213.2.3. HNga emas dan mata uang asing ...............,... 2213.2,4. Harya barang-barang ekspor..,.............. ,, 2243.2.5. Indeks harga perdagangan besar................ 23O3.2.6. Indeks harga perdagangan besar bahan bangunan/

konstruksi 230

230

3.4. Perkembangan uang beredar dan faktor-faktor yangmempengaruhinya.. . . . . . . . . . . . , . . . . . . . . . .

3.5, Perkiraan jumlah uang beredar (Ml), likuiditas pereko-nomian (M2), dan kredit pebankan pada akhir tahun anggaran1994195

3,6. Pembinaan dan pengerahan dana perbankan dan lembagakeuangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . , . , . , , . . . . 235

3.3. Gaji dan upah di berbagai sektor

z-t-,

ll

Halarnan

235242

3.6.1. Lembaga keuangan perbankan3.6.2. Perkembangan dana perbankan

3.6.2.1. Giro . . . . . .3.6.2.2. Deposito berjangka............3.6.2.3. Tabungau.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

3,6.3. Pasaruang.. . . . . . . . .3.6.3. l . Pinjaman antar bank., . . . . . . . . .3.6.3.2. Sert i f ikat Bank Indonesia (SBI). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3.6.3.3. Surat berharga pasar uang (SBPU)3.6.3.4. Sertifikat deposito

3.6.4. Suku bunga3.6.5. Pasarmodal. . . . . . . .3.6.6. Asuransi3.6.7. Lembaga pembiayaan ....................3.6.8. Dana pensiun3.6.9. Irmbagalembaga perkreditan lainnya .............................

3,7. Pemanfaatan dana..............3.7. l. Kredit perbankan ................

3.7.1.1. Kebi jaksanaan dan perkembangan kredi tperbankan

3.7 .l.2. Kredit perbankan menurut sektor ekonolni .......3.7.1.3. Kredit investasi .............3.7.1.4. Kredit untuk golongan ekonomi lemah ...........-..

BAB IV PERDAGANGAN LUAR NEGERI DAN NERACA PEM-BAYARAN4.1. Pendahuluan

4.2. Perkembansan ekonomi dan moneter internasional dalamtahun 1993

4.3, Kebijaksanaan di bidang perdagangan luar negeri ..................4.3.1. Kebijaksanaan di bidang ekspor........,........4.3.2. Kebijaksanaan di bidang impor ..................

4.4. Perkembangan neraca pembayaran dalam tahun anggaran

243L+ -t

249249252252254254254256261262266268

270270

279

279

270271

281

293295297

l

-

4.4.3. Pengeluaran jasa-jasa (neto)4.4.4. Lalu lintas modal dan transfer

4.5. Perkiraan neraca pembayaran dalam tahun anggaran19941954.5.1. Perkiraan penerimaan minyak bumi dan gas alam (neto)4.5.2. Perkhaan nilai ekspor bukan minyak bumi dan gas

a1am... . . . . . . . . . . . . . . . . .4.5.3. Perkiraan nilai impor bukan minyak bumi dan gas

aIam.. , . . , . . . . , , . . . . . . , .4.5,4. Perkiraan pos lainnya

BAB V KEUANGAN DAERAH

5.1. Pendahuluan

5.2. Kebijaksanaan keuangan daerah

5.3. Anggaran pendapatan dan belanja daerah tingkat I ............... 3455.3.1. Pendapatan asli daerah 345

5.3.1.1. Pajak daerah . . . . . . . . . . . . . . . . 3475.3.1.2. Retribusi daerah............... 3505.3.1.3. Bagian laba badan usaha milik daerah ............... 3535.3.1.4. Penerimaandinas-dinas daerah........................... 3565.3.1.5. Penerimaan lainlain ........,. 356

5.3.2. Bagi hasil pajak dan bukan pajak........ .............................. 3575.3.2.1. Pajak bumi dan bangunan 3575.3.2.2. Itran hasil hutan dan iuran hak pengusahaan

hutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3575.3.3. Sumbangan dan bantuan pusat ................... 359

5.3.3.1. Sumbangan pusat. . . . . . . . . . . . . . . 3595.3.3.2. Bantuan pusat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 360

5.3.4. Pinjaman pemerintah daerah tingkat I... 3675.3.5. Pengeluaran rutin daerah 3675.3.6. Pengeluaran pembangunan daerah ................. 369

5.4, Anggaran pendapatan dan belanja daerah tingkat II

Halaman

3t43ir

322323

323

J,LJ

324

326

326

342

5.4.1. Pendapatan asli daerah5.4.1.1. Pajak daerah5.4.1.2. Retribusi daerah5.4.1.3. Bagian laba badan usaha milik daerah

372

372379382382

lv

Halaman

5,4.1.4. Penerimaan dinas-dinas daerah.......,...................5.4. 1.5. Penerimaan lainlain.......,

5.4.2. Bagi hasil pajak dan bukan pajak........5.4.2.1. Pajak bumi dan bangunan ............5.4.2.2. BaEi hasil bukan pajak ...................

5.4.3. Sumbangan dan bantuan pusat serta daerah tingkat I.......5.4.3.1. Sumbangan pusat dan daerah tingkat I.......,.......5.4.3.2. Bantual pusat dan daerah tingkat I....................

5.4.4. Pinjaman pemerintah daerah tingkat II5.4.5, Pengeluaran rutin daerah

5.4.6. Pengeluaran pembangunan daerah .................

5.5. Pemblayaan perkotaan

5,5.1. Kebijaksanaan pembangunan perkotaan

5.5.2. Perkembangan pembiayaan pembangunan perkotaanmenurut sektor prasarana......,.........

5.5,3. Perkembangan pembiayaan pembangunan perkotaanmenurut sumber dana

5.6.Badan usaha millk daerah dan lembaga dana dan kreditperd€stan

5.6.1. Badan usaha milik daerah 4175,6.2. Lembaga dana dan kredit perdesaan 425

5.7. Produk domestlk regional bruto 429

384386

386386387

387387392

396

398

400

403

403

405

408

417

' l 'abel lI.l

Tabel II.2'l'abel ll.3

Tabel II.4'l'abel II.5

Tabel IL6

Tabel II.7

T'abel lL8

Tabel II.9'Label l I . I0

Tabel I I . l I

Tabel I I . l2'I'abel II.l3

Tabel II.l4

Tabel II.l5

Tabel II.16'l'ahel I l.l7

Tabel ILlS

Tabel I l . l9

Tabel II.20

Tabel II.2l

Tahel IL22

Tabel II.23

DAFTAR TABEL

Pelaksanaan APBN dalarn Rcpelita I, II, III, IV, dan V, (1969f0 -I qq 1iq4r

Harga ekspor rn inyak hurn i I r rdorres ia

Penerirnaan cukai, 1969/70 - 1993194

Perrerinaan pajak, 1969/70 - 1993194

Penelirnaan dafam negeli, 19691'70 - 1993194 ...............

Penerimaan pembarngunan, 1969 17 O - 1993 /94 ...............

Pengeluaran rutin, 1969/70 - 1993194

Belanja pegawai , 1969l7O - 1993/94 . . , . . . . , . . . . . , .

Pernbiayaan aparatur pemerintah, l9(r9f0 - |.993194..........................

Peranarr pembayalan bunga dan cicilan hutang luar negeri terhatlappengef uararr rutin dan realisasi APtsN, 1969/i0 - 1993194....,.............

Subsid i pangan dan subsid i bahan bakal minyak, 1969/70 -1qq1 /q4

Tabungan pemelintah, 1969l7O - 1993194 ...............

Pengeluaran pembangunan beldasarkan sektor, Repel i ta I -Rcpel i ta V

Pcngcluaran pembangunan bctdasarkan jcnis pcrnbiayaan, 1969nO -lu0'l/r)4

Inprcs pernbangunan dcsa, 1969/70 - 1993194............

lrrpres pembangunan Dati ll, 1969/10 - 1993194 ...........,...

lnpres penrbangunan Dati I, 1969/70 - 1993194 ...............

Inpres sekolah dasat, 1973/74 - 1993/94............

Inpres kesehatarr, 1913174 - 1993194 ...............

Inprcs pembangunan dan pernugaran pasar, 197 6/7 7 - 1993 194 ..........

Inpres penghijauan dan reboisasi, 1976177 - 1993194 ..........................

Irrpres penunjang .ialan, 1979/80 - 1993194

Pengeluaran pembangunan di luar bantuan proyek, 1984/85 -

1993 194 . . . . . . . . . . . . . . .

Ilalaman

28

50

53

5-5

60

69

7T

77

80

83

95

97

100

102

104

106

108

109

l l 1

\12

115

VI

Halaman

Tabel II.24 Pengeluaran pembangunan berdasarkan sumber pembiayaan,1969170 - t993194 ... 119

Tabel II.25 Peranau penerimaan dari minyak bumi dan gas alam, perpajakan, danbukan pajak, terhadap penerimaan dalam negeri, APBN 1993194 dxtRAPBN 1994/95 122

Penerimaan dalam negeri, APBN 1993/94 dan RAPBN 1994/95 ........ 136

Anggaran belanja rutin, APBN 1993/94 dan RAPBN 1994195 .......,... t4j

Anggaran belanja rutin berdasarkan sektor/subsektor, RAPBN1994195.. . . . . . . . . . . . . . 163

Pengeluaran pembangunan berdasarkan sektor/subsektor, RAPBN1994195............... 200

Pengeluaran pembangunan betdasarkan jenis pembiayaan, RAPBN1994195............".. 209

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,1994195 ..,,....,.., 2ll

Perubahan indeks harga konsumen, 1984/85 - 1993194....................... 216

Perubahan indeks umum harga konsumen di 27 koaa di Indonesia,1984/85 - 1993194............... 2r7

Harga rata-rata beras mutu menengah, tepung terigu, gula pasir, dantekstil di beberapa kota besar, 1985/86 - 1993194............. 222

Harga rata-rata emas di pasar Jakarta dan di pasar London,1984/85 - 1993194............... 22t

Harga rata-rata beberapa jenis mata uang asing di Jakarta, 1984/85 -1993194............... 22s

Harga rata-rata beberapa barang ekspor di pasar Jakarta, 1984/85 -1993194 1.)'7

228

231

Tabel III.7 Harga rata-rata beberapa barang ekspor utama di pasar intemasional,

Indeks harga pefdagangan besar bahan bangunan/konstruksi merufutjenis bangunan, 1984 - 1993......... 232

Upah minimum dan maksimum di berbagai sektor, 1985 - 1993........ 234

Jumlah uang beredar, 1984/85 - 1993194 236

Tabel II.26

TqDel U.27

Tabel II.28

Tabel II.29

Tabel IL30

Tabel II.31

Tabel III.1

Tabel III.2

Tabel III.3

Tabel III.4

Tabel III.5

Tabel III.6

Tabel III.8

Tabel III.9

Tabel III.10

Tabel IILll

1984/85 - 1993194 .........

Indeks harga perdagangan besar, 7984 - 1993

I

vll

Tabel III.l2'l'abel III.13

Tabel IILI4

Tabel III.l5

Tabel llI.16

Tabel IILl7'l'abel III.18

Tabel Ill.l9

Tabel III.20

Tabel IlI.2l'l'abel lll.22

Tabel III.23

Tabel IIL24

I'abel III.25

Tabel III.26

Tabel lIL27

Tabel lII.28

Tabel III.29

Tabel IV.l

Tabel IV.2

Tabel lV.3

Likuid i tas perekonornian, I984lB5 - 1993194. . . . . . . . . . . . . . .

Frktor faktor yang melnpengaruhi julnlah uirng beledar, l9g4/8-5 _1993 194 . . . . . . . . . . . . . . .

Jurnlah bank dan kanror bank di Indonesia, 1969/10 - l9g3/94 ..........

Dana perbankau nrerrumt jenisnya, 1984/8-5 - l9g3l94

Dana perbankarr menur.ut kelompok bank, 1984/85 - lgg3lg4....._......

Deposi to ber jangka sc luruh bank. 1984/85 - tgg3lg4. . , , . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Tabungan perbankan, 1984/85 - 1993/94 ...............

S impanan pcdesaan, 1984/85 - 1993/94 . . . . . . . . . . . . . . .

Nilai tlansaksi dan tingkat bunga pasar uang antarbank cli Jakarra,1984 - 1993

Serrifikat deposito, t984l8' - 1993/94

Pelkernbangan juurlah erlisi saharn perusahaan/badan usaha cli pasarmodal , l9 l l4 - 1993 . . . . . . . . . . . . . . . . .

Per*errbangan jumlalr ernisi obligasi dan sekuritas kredit perusahaan/badan usaha di pasar motlal, 1984 - 1993.........

Pcrkembangan julnlah seltifikat yang diterbitkan oleh pT Danareksa,1984 - i993

Total aset, dana investasi, premi bruto, dan tul]tutatr gatrti rugiper usahaan-perusahaan asuransi dan reasuransi, i985 - 1992Perkembangan kcgiatan lembaga pembiayaan, l,9BS - lggzKredi t perbankan mcnurut b idang ekonorni , l9 t j5 /g6 _1993 194 . . . . . . . . - . . . . . .

Kredit investasi perbaltkan menurut sektor ekononri, l9g5/U6 _1qq1/04

Krecfit umum pedcsaan, 1985/86 - 1993194 ......-........

Laju peLturnbuhan ekonomi dunia, negara-negara il.rdnstri, negara-negara berkembang, dan ASEAN, l99O - 1993

Tingkat pengangguran negara-negara industri Lrtama, 1990 - 1993 .....

Laju inflasi negara-negara industri, negara-negara belkembang, dan

flalanrarr

237

238

241

244

245

241

2.50

251

253

255

25tt

259

260

263

z o l

2'72

275

777

285

28',7

288ASEAN, I99O - 1993

vl l l

Tabel lV.4

Tabel IV,5

Tabel lV.6

Tabel IV.7

Tabel IV.E

Tabel IY.9

Tabel fV.10

Tabel IV.ll

Tebel V,l

Tabel VJ

Tabel V3

Tabel V.4

Tabel V.5

Tabel V.6

Tebel V.7

Tabel V.8

Tabel V.9

Tabel V.10

Tabel V,11

Halaman

Transaksi berjalan negara-negara industri dan negara-negara'berkembang,

1990 - 1993 291

Neraca pembayaran, 1984i85 - 1993194........,,., 302

Nilai ekspor, 1984/85 - 1993194............... 305

Nilai ekspor bukan minyak bumi dan gas alam, 1984/85 -1993194............... 309

Nilai ekspor menurut negara tujuan,.lgBgl9o - 1993194 312

Nilai impor bukan minyak bumi dan gas alam menurut golonganbarang, 1984/85-- 1993194 ............... 315

Nilai impor menurut negara asal, 1989/90 - 1993194 ......,..........-....... 319

Perkiraan neraca pembayaran, 1994D5 325

Penerimaan daerah tingkat I seluruh Indonesia, dibandingkan denganproduk domestik bruto tanpa migas, 1988/89 dan 199U93 ................. 327

Pengeluaran daerah tingkat I seluruh Indonesia, dibandingkan denganproduk domestik bruto tranpa migas, 1988/89 dan l992l9t ................. 328

Anggaran pendapatan daerah tingkat I per propinsi, 1988i89 -

r992D1 ............... 329

Anggaran belanja daerah tingkat I per propinsi, 1988/89 -

1992191 ............... 330

Penerimaan daerah tingkat II seluruh Indonesia, dibandingkan denganproduk domestik bruto tanpa migas, 1988/89 dar 1991P2................ 333

Pengeluaran daerah tingkat II seluruh lndonesia, dibandingkan denganproduk domestik bruto tanpa migas, 1988/89 dan l99ll92 ................' 334

Jumlah daerah tingkat n per propinsi, 1988/89 - l99l92,,.....,........... 335

Anggaran pendapatan daerah tingkat II per propinsi, 1988/89 -

199U92............... 336

Anggaran belanja daerah tingkat tr per propinsi, 1988/89 - 1991192.. 337

Pendapatan asli daerah tingkat I per propinsi, 1988/89 - 1992193 ,,...,, 346

Pendapatan asli daemh tingkat I dan proporsinya terhadap p€nerimaandaerah tingkat I dan produk domestik bruto tanpa migas, 198E69 -

1992193............... 348

D(

Halaman

Tabel V.I2

Tabel V.13

Tabel V.14

Tabel V.15

Tabel V.l6

Tabel V.17

Tabel V.18

Tabel Y.19

Tabel V.20

Tabel V.21

Tabel Y.22

Tabel V,23

Tabel V.24

Tabel Y.25

Tebel V.26

Komposisi pendapatan asli daerah tingkat I seluruh Indonesia,1988/89 dan l992l9J ..................

Penerimaan pajak daerah tingkat I per propinsi, 1988/89 -1992193 ..,............

Peranan PKB dan BBN-KB terhadap penerimaan pajak daerah tingkatI per ptopinsi, 1988/89 dan 199WJ...............

Penerimaan retribusi daerah tingkat I per propinsi, 1988/89 -

Penerimaan bagian laba perusahaan daerah tingkat I per propinsi,1988i89 - t992193 ...............

Penerimaan pajak bumi dan bangunan daerah tingkat I per propinsi,1988i89 - 1992193 ..............

Penerimaan subsidi daerah otonom daerah tingkat I per propinsi,1988189 - 1992193

Persentase subsidi daerah otonom terhadap pengeluaran rutin daerahtingkat I per propinsi, 1988/89 dm 1992193

Bantuan pembangunan daerah tingkat I per kapita per propinsi,1988189 dan1992193

Pengeluaran rutin daemh tingkat I seluruh Indonesia, 1988/89 -

r992l9tPengeluaran rutin daerah tingkat I per propinsi, 1988/89 -

r992l9t .........................

Pengeluaran pembangunan daerah tingkat I per sektor, 1988/89 -

1992193 ...............

Pengeluaran pembangunan daerah tingkat I per propinsi, 1988/89 -

1992193 ...............

Persentase pengeluaran pembangunan terhadap total pengeluaran daerahtirrgkat I per propinsi, 1988/89 darr 1992193

Pendapalan asli daerah tingkat fl dan proporsinya terhadap pendapatanasli daerah tingkat I dan terhadap produk domestik bruto tanpa migas,t98889 - t99t92

Pendapatan asli daerah tingkat II per propinsi, 1988/89 -

r99 | D2 ...............

351

355

358

361

362

365

J t l

374

316

Tabel V.27

Halaman

378Tabel V.28

Tabel V.29

Tabpl V.30

Tabel V.3l

Tabel V,32

Tabel V.33

Tabel V.34

Tabel V.35

Tabel V.36

Tabel V.37

Tabel V.38

Tabel V,39

Tabel V.40

Tabel V.4l

Tabel Y.42

Tabel V.43

Komposisi pendapatan asli daerah tingkat II selumh Indonesia,1988/89 dan l99l l92 . . , . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Persentase PAD tingkat II terhadap PDRB tanpa migas per propinsr,| 988/89 - t99t/92 . . . . . . . . . . . . . . .

Pencrimaan pajak daerah tingkat II per propinsi, 1988/89 -

r99 | 192 . . . . . . . . . . . , . . .

Penerimaan retribusi daerah tingkat II pcr propinsi, 1988/89 -

r99 | 192 . . . . . . . . . . . . . . .

Penerimaan bagian laba perusahaan claerah tingkat II per propinsi,

1988/89 - 1991192 . . . . . . . . . . . . . . .

Penerimaan pajak bumi dan bangunan dacrah tingkat II perpropinsi, 1988/89 - 199U92..,............

Sumbangan pusat dan daerah tingkat I untuk daerah tingkat II perpropinsi, 1988/89 - 1991192...............

Subsidi daerah otonom t ingkat I I per propinsi , 1988/89199 | 192 ...............

Persentase subsidi daerah otonom tcrhadap pcngcluaran rutin daerahtingkat II, 1988/89 dan 199U92...............

Bantuan pusat dan daerah tingkat I untuk daerah tingkat II pel propinsi,

1988/89 - r99U92 ...............

Pengeluaran rutin daerah tingkat II seluruh Indouesia, 1988/89 -

r99 u92 ...............Pengeluaran rutin daerah tingkat II per propinsi, 1988/89 -

r99 u92 ...............Pengeluaran pembaugunan daerah tilrgkat lI per sektor, 1988/89 -

t99 | 192 ...............

Pengeluaran pembangunan daerah tingkat II per propinsi,1988i89 - 1991192 ..............,

Pembiayaan pembangunan perkotaan menurut sektor/komponenprasarana kota, I 989/90 - 1992193 .,......,...

Pembiayaan pembangunan perkotaan menurut sektor prasarana kota,1989190 - 1992193 ...............

380

381

383

388

390

391

397

399

401

404

407

XI

409

Halaman

'Iabel V.44

Tabel V,45

Tabel V.46

Tabel V.47

Tabel V.4E

Tabel V.49

Tabel Y,50

Tabel V,51

Tabel V.52

Tabel V.53

Tabel V,54

Tabel V,55

Tabel V.56

Tabel V.57

Tabel V.58

Tabel V.59

Jumlah, proporsi, dan pertumbuhan pembiayaan pembangunan per-kotaan menurut sektor per jenisTkategori kota, 1g9B9l9O - l99Ll93 ...Pembiayaan pembangunan perkotaan menurut sumber dana, l9g9/90 -1992 193 .,.............

Pembiayaan pembangunan perkotaan menurut sumber dana per jelis/kategori kota, 1989/90 - 1992/93 ...............

Jumlah, proporsi, dan pertumbuhan pembiayaan pembangunanperkotaan menurut sumber dana per jenis/kategori kota, 1989/90 -I OO?/q1

Posisi dana bank pernbangunan daerah seluruh Indonesia menurutsumbemya, per 3l Desember 1987 - 1992.........

Unit pelaksana pelayanan air bersih per propinsi, taht:n l992l9j .....,.Penambahan pelayanau air bersih perkotaau per propinsi, tahun1991192 dan 1992193 ...............

Kapasitas produksi dau pelayanan air bersih perkotaan seluruhIndonesia, 1989/90 - 1992193 ...............

Lembaga dana dan kredir perdesaan seluruh Indonesia menurut jumlahunit, aset, modal, penabung, tabultgan, nasabah, kedit. dan jangkauanpelayanan, per 3l Desember, 1990 - 1992 ....,.

Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku per propinsi,1984 - l99l

Produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan 1983 perpropinsi, 1984 - l99l

Produk domestik regional bruto tanpa migas atas dasar harga bcrlakuper propinsi, 1984 - 1991

Produk dornestik regional bruto tanpa migas atas dasar harga konstan1983 per propinsi, 1984 - l99l

Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku dan hargakonstan 1983 menurut lapangan usaha, 1984 dan l99l .......................

Produk domestik regional bruto tanpa migas per kapita atas dasarharga berlaku per propinsi, 1984 - l99l

Elastisitas pendapatan asli daerah tingkat I dan tingkat II terhadapproduk domestik regional bruto tanpa migas per propinsi,1989 - 1991

410

4 t l

414

415

418

421

423

424

426

431

432

433

434

431

439

xlr

DAFTAR GRAFIK

Halaman

1969170 - 1993194............... 56

J - 1993194 64

nan di luar bantuan proyek, 1969/70 -

116

r berdasarkan sumber pembiayaan, 1979/80 -

;;;;;;;; ;;,;;;; ;;;";.;,";;;";";

120

973174 - 1991194. 220

:lii:::: i:ii: ::::.:::::i: 1l :*ir 226arang ekspor utama di pasar intemasional,

229

lan l ikuiditas perekonomian, 1984/85 -

,:;;;; "i2luruh bank menurut jattgka waktu, 1973 -

u8rrerni bruto, dan tuntutan gzurti rugi perusahaan-easulansi, 1985 - 1992....,.... 264

rt sektor ekonomi, 1985/86 - 1993194 .......... n3

t93194.. . . . . . . . . . . . . . . . . 306

Graf ik IV.2 Ni la i ekspor bukan minyak bumi dan gas alam, 1984/85 -

1992193.. . . . . . . . . . . . . . 3 i1

Graftk IV.3 Nilai impor bukan minyak bumi dan gas alam menurut golongan barang,1984/8s - 1992193............... 317

Grafik lV.4 Nilai impor beberapa barang modal, 1984/85 - 1992193 ......'..........,.. ... 318

Gratik Y.l Sumber-sumber penerimaan daerah tingkat I seluruh Indonesia, 1988/89danl992l93 331

r Gratik V.2 Pengeluaran daerah lingkat I seluruh Indonesia, 1988/89 dan

xltl

Graflrk V.3 Sumber-sumber penerimaan daerah tingkat II seluruh Indonesia,1988i89 dan 1991192 ...............

Grafik V.4 Pengeluaran daerah tingkat II seluruh Indonesia, 1988i89 danr99 r 192 ...............

Grafik V.5 Persentase SDO terhadap pengeluaran rutin daerah tingkat I' 1988/89dan 1992193

Grafik Y.6 Bantuan pembangunan daerah tingkat I per kapita per propinsi' 1988/89dan 1992193

Grafik V.7 Persentase SDO terhadap pengeluaran rutin daerah tingkat II, 1988/89dan l99ll92

Grafik V.8 Proporsi pembiayaan pembangunan perkotaan menuru[ sektor dan

sumber dana, 1989/90 - 1992193 " "'.." ..

Grafik V,9 Proporsi pembiayaan pembangunan perkotaan menurut sumber danaper jenis/kategori kota, 1989/90 - 1992193 ..........'....

Grafik V.10 Produk domestik regional bruto tanpa migas atas dasar harga konstan1983 per propinsi, 1984 dan 1991 .'.............'...'

Grafik Y.ll Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku menurutlapangan usaha, 1984 dan l99l .".............'...

Grafik V.12 Produk domestik regional bruto tanpa migas per kapita atas dasar harga

berlaku, 1984 dan 1991 ....................

Halaman

338

339

363

366

394

413

4r6

435

438

MO

xlv

I

DAF'TAR LAMPIRAN

Perkiraan Penerimaan Negara Tahun Anggaran 1994/95 . . .".. " ..."..

Anggaran Belanja Rutin Tahun Anggaran 1994/95 diperinci menurut

sektor/subsektor .

Anggaran Belanja Pembangunan Tahun Anggaran 1994/95 diperinci

menurut sektor/subsektor....,....,......

Rancangan Undang-undang Republik Indonesia Nomor

Tahun 1994 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun

Anggaran 1994195 ...............

Halaman

443

450

454

Lampiran I

Lampiran 2

Larnpiran 3

Lampiran 4

t

xv

BAB I

UMUM

Tahun anggaran 1994/95 yang juga merupakm tahun pcnama Repelita VI adalah tahunyang monumental dan sangat penting dalam menentukan sejarah pembangunan bangsa Indonesia,

karena menandai dimulainya awal tahun pcmbangunan pada pcriodc pcmbangunan .iangkapanjang kedua scbagai kclanjutan dari tahap sebelurnnya @JP I). Dengan dimulainya tahunpenama dalam Repelita VI ini, berarti bangsa Indonesia di dalam usahanya untuk mengisi

kemerdekaan telah melewati kurun waktu dua puluh lima tahun sejak dipancangkamya tiangpembangunan yang penarna oleh pemcrinuh Orde Baru dengan penuh pcrjuangan' Pcngorbanan,pemikiran, tenaga dan keringat yang selama ini tclah drkucurkan dalam upaya mengisi kemer-

dekaan Indonesia untuk menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia telah membuahkan berbagaikemajuan yang telah dapat dinikmati oleh bangsa Indonesia. Kemajuan-kemajuan yang lclah

dicapai rersebut sckaligus merupakan kerangka landasan baru yang cukup kuat bagi bangsa

Indonesia untuk melangkah ke dalam pcriode pembangunan selanjutnya.

Pembangunan nasional Indonesia adalah suau program pembangunan di mana manusia

dilctakkan scbagai faktor pelaku dan penggerak pembangunan, dan sekaligus menjadi fokus

dalam tujuan pembangunan, yaitu dalam rangka mewujudkan kualitas manusia Indonesia yang

maju dan mandiri, sejahtera lahir batin seperti telah dicanangkan scbagai tujuan pcmbangunanjangka panjang kedua dalam GBHN 1993. Pcmbangunan nasional adalah pembangunan dari

rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pembangunan dari rakyat berarti, rakyat sebagat faktor

dominan diberikan peran sentral dalam menggerakkan pembangunan, dan perlu ditingkatkan

kcmampuannya untuk berproduksi dengan lebih baik melalui investasi di bidang sumberdayamanusia, Pembangunan oleh rakyat berarti memberikan setiap manusia Indoncsia kesempatanyang adil untuk dapat bcrpanisipasi dalam proses pembangunan nasional. Pembangunan untukrdkyat berarti menjamin bahwa setiap kemajuan yang diperclch sebagai hasil dari program-program pembangunan dipergunakan semata-mata untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat

banyak.

Rcntang waktra dua puluh lima tahun pembangunan nasional yang telah berlalu itu telahmernbuahkan berbagai kemajua.n yang sudah dinikmati oleh bangsa Indonesia, dalam hal ini

berani kescjahteraan bangsa Indonesia telah meningket menjadi lebih baik lagi' Pendapatan pcr

kapim selama dua puluh lima tahun tersebut, telah menunjukkan kcmajuan yang sangatmenggembirakan, yaitu dengan meningkatnya pendapatan <tari US$ 70 per kapita pada awalRepelita I menjadi sekitar US$ 700 per kapita pada akhir Repelita V. Seiring dengan itu, jumlah

penduduk yang dikategorikan miskin telah dapat dikunngi dari 70 juta orang dalam tahun 1970menjadt 27,2 juta orang dalam tahun 1990, yang berani kurang dari 15 persen dari seluruhpenduduk. Kcbcrhasilan ini merupakan wujud dari tekad Pemerintah dal am memerangi kcmiskinandan mengupayakan pemerataan hasil-hasil pembangunan. Selain daripada itu Pemerintah juga

selalu berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia melalui berbagai upaya,

2

sepeni upaya-upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat agar semakin membaik' yang

antan lain tercermin dali meningkab:lya angka rata-rala harapan hidup m anusia Indonesia mutjadi

62,5 tahun pada akhir Repelita v. Membaiknya tingkat kesehatan masyarakat dapar pula dilihat

dari tlngkat kematian bayi yang telah dapat diturunkan menjadi 5 8 per seribu kelahiran. sementafa

itu, tingkat p€fiumbuhan penduduk tetah dapat dikendalikan dad rata-rata 2,32 persen dalam

pedode 1971- 1980 menjadi sekiBr 1,7 persen pada akhirRepelita v, yang pada gilirannya tingkat

pertumbuhan pcnduduk yang semakin rendah ini akan dapat memberikan sumbangan teftadap

peningkaan kesejahteraan masyarakat.

Angka-angka tersebut di atas hanyalah sekedar contoh indikator, namun yang rnenjadi

tujuan pembangunan adalah peningkatan kesejahteraan secara riil dari penduduk Indonesia.

Kesejahteraan ma.syarakat ini, antara lain berupa perasaan aman dan tenteram yang datang dari

kepastian untuk memPercleh pangan, sandang, papan, dan kcperluan-keperluan yang lain pada

hafi esok dan seterusnya. Dalam kaitan ini, dapat disaksikan bahwa produksi pangan, khususnya

befas, telah ,nencapar tingkat swasembada sejak tahun 1984, yaitu dengan angka prcduksi seb€sar

159,9 kilognm per jiwa. Prestasi iru merupakan peningkatan dari tingkat produksi sebelumnya

yang tranya 105,8 kilogram per jiwa dalam tahun 1989. seiring dengan itu, tingkat konsumsi

pangan penduduk telah dapat ditingkatkan menjadi 2.?81 kalori per kapita per hari pada akhir

iepettaV, dari 2.035 kalori per kapita per had pada awalRepelital. Semenaraitu, dalam.periode

yang sama konsumsi protein per kapita telah dapat ditingkatkan dari 43,3 gram menjadi 6l,8 gram

per -hari

per orang. Kesemuanya itu telah menunjukkan dngkat kesejahteraan masyarakat

Indonesia yang semakin membaik. Di bidang sandang, prcduksi tektil telah dapat ditinSkatkan

dad 2,8 meter per jiwa per tahun pada awal Repelita I menjadi 28,5 meter per jiwa per tahun pada

akhir Repelita V. Saar ini Indoneiia bahkan termasuk negara pengekspor tekstil dan pakaian jadr

dengan volume 162.661 ton senilai kurang lebih us$ 6.516,? juta peI tahunnya. sedangkan dt

bidang perumahan, sampai saat ini telah dibangun sejumlah 841.154 unit perumahan, baik yang

dibangun oleh Perum Perumnas maupun perusahaafl-perusahaan pembangunan perumahan swaSta,

belum termasuk yang dibangun oleh masyarakat secara p€r omngan'

Meningkamya pendapamn masyarakat ddaklah cukup sebagai indikator kesejahtelaan'

tanpa meningkamya kemampuan masyarakat untuk menikmati kesejahteraannya. Kemampuan

masyarakat tersebut akan meningkat seiring dengan meningkatnya kecerdasan dan intelektualitas

yan! diperoleh dui pendidikan. Hal ini sangat erat hubungannya dengan semakin membaiknya

tinglat metet huruf Qiteracy rate) yang diperkirakan telah mencapai 82 penen. Prestasi ini

merupakan hasil dari program peningkatan pendidikan yang dilakukan Pemerintrh bersama

masyarakat selafira dua puluh lima tahun terakhir. sampai dengan talrun anggaran 1990/91 telah

dibangun 147.066 unit sekolah dasar,32,098 unit sekolah menengah lanjutan, dut 976 buah

universitas, baik negeri mauprur swasta, dengan jumlah pelajar dan mahasiswa 375 juta orang.

Meningkamya kesempatan bagi warga masyarakat untuk mendapa&an pendidikan formal pada

akhimya akan meningkatkan kesempatan mercka umlk Urut sena dalam proses produtsi nasional

dalam benruk berbagai kegiatan-, baik di sektor formal maupun informal. Dalam kaitan ini'

3

walaupuntingkatpenganggurandapatsemakindikulangi,namuntantangantetapmenghadangdenganbertambahnyupu,apen.u'ikerjabarusebagaiakibatberubahnyaStrukturdemografrspenluduk Indonesia, scna bcrubahnya struktur perekonomian akibat pembangunan' Penting pula

untuk disebutkan bahwa salah satu indikator kemajuan adalah meningkatnya kesempatan wanita

dalam memperoleh pendidikan dan pekerjaan. Saat ini penduduk wanita yang telah menikmati

fndiatan iormal telah meningkat menjadi g4 pcrscn untuk tingkat pendidikan dasar, dan 40,6

persenuntuktingkatpendidikarrlanjutan.Demikianpulaangkatankerjawanitatelahmenrngkatmenjadi kurang lebih 40 persen dari keseluruhan angkatan kerja di tahun 1990'

Kemajuan-kemajuan sebagai hasil dari dua puluh lima tahun pembangunan jangka

panjang yang pertama dicapai di tcngah situasi perekonomian dunia yang selalu berubah secara

iO.t t*ir".n . Sebagai negara dengan perekonomian yang terbuka, faktor-faktor ekstemal sangat

berpengaruhterhadapperekonomiannasional,danmenjadisangatpentinguntukdiperhitungkansebagJ asumsi-asumsi dasar dalam menetapkan strategi pembangunan' baik jangka pcndek'

menengah, maupun jangka panjang Pengalaman telah menunjukkan bahwa perkembangan-

pertembangan di pasar dunia, khususnya di negara-negara tujuan ekspor Indonesia perlu diikuti-.r"uru

r.*ut untuk dapat diambil manfaat baiknya dan dihindarkanpengaruh negatifnya terhadap

perekonomian dalam negeri'

Perkembanganperekonomianduniaditahun-tahunyangakandatangtidakbisaterlepasdarisejarahpertumbuharutyasclamalebihdariduadekadelefakhir,yanghanyatumbuhdenga.ntingkai rata-rata 3,8 persen per tahunnya. Selelah melalui masa perUmbuhan terendah di bawah

,rti p.o.n dalam tahun 1991, penumbuhan nilai riil PDB dunia saat ini tengah mengalami

pemulihan yang agak menggcmbirakan untuk kembali mencapai angka rata-rata tersebut. seiring

oenganitu,pertumbuhannilaiperdaganganduniadiharapkanakankembalimendekatiangka5persen, seteiah mengalami stagnasi pernrmbuhan nilai perdagangan dalam tahun 1975 dan 1982.

Pemulihankembaliperekonomianduniaditahunmendatang,dlharapkandatangdaripertumbuhan negara-negara berkembang, yang diproyeksikan akan mencapaitingkat pefiumbuhan

iekitar 5,5 persen dalam tahun 1994. Kawasan Asia diperkirakan akan memimpin penumbuhan

dunia dengan laju pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 7'1 pcrscn dalam tahun 1994'

penycbab utamanya adalah penumbuhan ekonomi di cina yang mencapai realisasi lebih besar dari

yang diperkiratan semula, yang mengkompensasi pertumbuhan ekonomi yang agak melemah di

korea dan philipina. penumbuhan ekonomi yang cukup kuat juga diperkirakan akan terjadi di

Indonesia, Taiwan, Thailand, dan sejumlah negara lainnya di kawasan tersebut. Di antara negara-

negara ASEAN, Malaysia, Thailand dan Singapura, diperkirakan akan mengalami tingkat

pertumbuhan yang paling tinggi masing'masing sebesar 8 persen, 7,5 persen' dan 8 persen'

iementara Indonesia sendiri <liperkirakan akan tumbuh antara 6 sampai 6'5 persen per tahunnya,

Pertumbuhan yang cukup menggembirakan juga diharapkan akan terjadi di

beberapa negara bcrkcmbang di kawasan Timur Tengah dan Eropa' yang diperkirakan akan

tumbuh dengan 4,6 persen dalam tahun 1994, walarrpun masih dalam pengaruh konflik'konflik

fegional yang terjudi duri tuhun 1991. sauch Arabia sebagai salah satu mitra dagang Indonesia

4

yang cukup penting di kawasan itu, diperkirakan akan mengalami penurunan laju peftumbuhanpada tahun depan sehubungan dengan melemahnya harga minyak dunia. Sebaliknya Irandiperkirakan akan mengalami penumbuhan yang menguat walaupun masih dilingkupi olehmasalah hutang-hutang luar negerinya.

Sementara itu, negara-negara di kawasan Amerika Larin diperkirakan akan mengalamipertumbuhan yang cukup menggembirakan sebesar 3,5 persen dalam tahun depan, di mana Chilidiharapkan akan memirnpin dengan tingkat pemlmbuhan yang cukup tinggi. Pertumbuhan diMexico masih akan diwamai banyak hambatan akibat hutang luar negerinya yang masih cukupbesar, dan berbagai kebijaksanaan untuk mengurangi defisit transaksi berjalannya.

Apabila negara-negara berkembang memperlihatkan harapan pertumbuhan ekonomiyang menggembirakan, sebalikrya pertumbuhan di negara-negara industri utama memperlihatkangambaran yang agak suram. Negara-negara yang tergabung dalam kelompok G-7 dalam tahun1993 diperkirakan hanya akan tumbuh dengan rata-rata 1,3 persen, yang berani lebih rendah lagidari penumbuhan tahun sebelumnya yangmencapai sebesar 1,8 persen. Pertumbuhan yang rendahini disebabkan terutama oleh menurunnya tingkal perhlmbuhan di Jerman, Perancis, Italia, danJepang. Sebaliknya, pemulihan ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, Kanada dan Inggrisbelum cukup kuat untuk mengimbangi menurunnya tingkat penumbuhan ekonomi di negara-negara yang disebut terdahulu. Dalam tahun mendatang, pertumbuhan ekonomi di AmerikaSerikat diperkirakan akan mencapai sebesar 2,6 persen yang berani sedikit lebih rcndahdibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 2,7 persen, Tingkat pertumbuhan ini dapatdipenahankan melalui kebijaksanaan penekanan suku bunga yang rendah, yairu di sekirar 3 persenper tahun, yang merupakan tingkat bunga tercndah di Amerika Serikat selama dua puluh limatahun terakhir. Sementara ltu Kanada dan Inggris diperkirakan akan tumbuh dengan 2,9 persendan 2,6 persen dalam uhun 1994, yang berani membaik dari kondisi dalam uhun yang lalu.

Pertumbuhan ekonomi yang tidak merata di berbagai belahan bumi tersebut diperkirakanakan memberikan berbagai dampak yang berbeda-beda terhadap perekonomian Indonesia,mengingat pasar ekspor Indonesia, khususnya ekspor nonmigas, pada saat ini teftagi-bagi keempat daerah tujuan utama yaitu Amerika Serikat, Jepang, Eropa dan ke beberapa negara dikawasan Asia. Namun di tengah perubahan perekonomian dunia yang tidak menentu itu, selamasepuluh tahun terakhir ini, perckonomian Indonesia telah mampu tumbuh dengan tingkat yangcukup menggembirakan yaitu sekitar 6,6 persen per tahunnya. Penumbuhan yang cukup tinggidan stabilitas ekonomi yang cukup mantap tersebut dapat dipertahankan, karena pemerintahselama ini telah melaksanakan manajemen ekonomi makro secara hati-hati dan baik.

Walaupun pertumbuhan ekonomi Indoncsia selama kurun waktu dua puluh lima tahunyang lalu cukup menggembirakan, namun pertumbuhan tersebut tidak terlepas dari kendala-kendala struktural yang ada, Suatu kendala yang bersifat struktural di antara negara-negaraberkembang termasuk Indonesia sampai saat ini, adalah terdapatnya kesenjangan antara tabungandan investasi yaitu fenomena kelangkaan dana pembangunan yang bersumber dari dalam negeri,guna membiayai investasi yang diperlukan. Pada awal Repelita I kelangkaan tersebut bersumber

)

dari masih rendalvrya tingkat pendapamn nasional, dan struktur kelembagaan keuangan saat itu

yang tidak menunj ang kegairahan untuk menabung, sehingga tlngkat tabungan nasional Indonesia

saniat renoair, tatxan termasut yang terendah di antara negara-negara berkembang di dunia,

ead-a saat yang bersamaan, faktor produksi nasional larnnya sangat ddakmencukupi' baik dari segi

jumlahdankualitasnya'Kelangkaaninimeliputikelangkaanakansumberdayamanusiayangberkualitas, sarana dan prasarana yang tidak mencukupi, dan modal fisik yang tidak tersedia'

Kendala lain yang bersifat struktural pada waktu itu adalahjumlah populasi penduduk Indonesia

yang sangat b.rui d.ngun tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi, sehingga merupakan beban

y-! t*gut U"rut bagi bangsa Indonesia untuk bertumbuh' Kendala struktural lainnya yang sangat

nrr,iousal pada wakiu iN adalah struktur perekonomian Indonesia yang bersifat agraris yang

bemrmpu iepada produksi komoditas penanian. Kelemahan struktur perekonomian agraris

bersumber dari ketidakmamppannya untuk dapat benumbuh dengan cepat' sehingga tidak dapat

diharapkan untuk menyerap tenaga kerja yang bertambah dengan cepat akibat Penumbuhan

penduduk yang riuggr. Di samping itu' produk-p(oduk sektor agraris pada umumnya memiliki

daya saing yang kurang kuat serta nilai tukar perdagangan (term of trade) yang rendah di pasar

aunia, setingga t asil_hisil ekspomya tidak dapat diandalkan untuk menurupi kebutuhan devisa

untuk membiayai impor barang-barang yang diperlukan dari luar negeri' Hal ini mengakiba*an

neraca perdagangan indonesia di masa yang lalu selalu mengalami defrsit yang kronis'

Namunditengahberbagaikendalatersebut,Indonesiamasihmemilikibeberapapeluangyang dapat dimanfaatkan sebagai modal unluk membangun' Pefiama' bangsa Indonesia memiliki

iekad yang kuat dan bulat untuk memajukan nasibnya sendiri, tekad yang telah ditempa oleh

berbagaip€ngalamandalampasang-surumyaperjuangan,baiksebelumdansesudahproklamasikemerdekaan pada tanggal 17 Aglstus 1945' Semangat perjuangan dan rasa persa$an sefta

kesatuan bangia yang kemudian tergalang dibawah pemerintahan orde Baru, telah memberikan

modal dasar datam bentuk stabilitas nasional yang dinamis dan terkendali untuk dapat dimulainya

pembangunan jangka panjang' Peluang yang kedua adalah tedapahya beberapa sumber daya

alam yang daiat dimanfaarkan sebagai modal awal un$k membiayai pembangunan' sepeni

kurrtunganminyakmentahdanberbagaimineralyangcukuptcrlimpah,hutantropisyangbelumUimanfaa*an, dan kekayaan berupa flora dan fauna yang terdapat di bumi dan di laut dalam

wilayah Indonesia. Peluang selebihnya adalah hubungan intemasional yang baik dengan be6agat

nrg.o ..rt. lembaga intemasional yang dapat dimanfaatkan, baik sebagai peluang unok

mendapa&an bantuan luar negeri, maupun sebagai miua dagang untuk memasaftan barang-

barang dan komoditi produksi Indonesia.

Repelita I menrpakan langkah awal dalam meninggalkan periode yang paling suram

dalam sejarah perekonomian Indonesia, di mana tingkat inflasi yang tinggr sangat membebani

rakyat, ti-clak tenedianya barang dan jasa yang mencukupi, dan tidak teNedianya likuiditas yang

cukup bagi mereka yang ingin melakukan investasi. Dengan dimulainya Orde Baru memegang

kendali pemerintahan, pmgram stabilisasi ekonomi segera dimulai guna mernb€rikan landasan

yang tototr untuk melaksanakan berbagai program pembangunan' Walaupun perangkat

6

kebijaksanaan fiskal dan moneter yang ada masih belum sempuma, namun prinsip-prinsipmanajemen ekonomi makro telah mulai diterapkan. Dengan tingginya tingkat inflasi di masa lalu,pada hakekatnya telah terjadi sistem moneter yang bcrsifat represif, di mana suku bunga tabunganriil menjadi negatifsehingga kegairahan masyarakat dalam menabung tidak berkembang, Dengandrtenpkannya prinsip anggaran berimbang dalam kebijaksanaan fiskal, tingkat inflasi yangkurang lebih 650 persen segera dapat dikendalikan menjadi hanya sekitar 30 persen pada akhirRepelita I. Kondisi yang membaik ini memungkinkan dilaksanakannya reformasi-reformasimoneter selanjutny.a.

Guna menanggulangi kendala kelangkaan dana pembangunan, maka dicanangkanlahstrategi pendayagunaan dan mobilisasi dana dalam negeri melalui serangkaian deregulasi dibidang moneter, yang diawali dengan dilepaskannya pengendalian suku bunga bank oleh Peme-rinhh, dan dipromosikannya usaha pengerahan dana masyarakat melalui berbagai prognmtabungan. Seiring dcngan itu berbagai kebijaksanaan deregulasi di sektor keuangan dengan Pakto1988 sebagai puncaknya, telah menyebabkan suatu perubahan yang bersifat struktural di sektormoneter di Indonesia, di mana proses pendalaman finansial telah mempercepat laju penumbuhanaset finansial. Tingkat pendalaman finansial yang diukur dengan rasio likuiditas perekonomian(M2) terhadap produk domestik bruto telah menunjukkan peningkatan yang pesat, dari 10,7 persendalam tahun l97l meningkat mcnjadi 17,7 pcrsen dalam tahun 1982, yang akhimya meningkatlagi menjadi 46 persen di akhir tahun 1992.

Salah satu tujuan kebijaksan aan moneter adalah untuk menciptakan tersedianya likuiditasyang cukup bagi pembiayaan kegiatan ekonomi dan kegiatan investasi, Tujuan ini diwujudkandengan besamya tingkat tabungan yang berhasil dimobilisasi dalam masyarakat. Dengandilaksanakannya kebijaksanaan deregulasi moneter selama ini, dana masyarakat yang dapatdihimpun dalam bentuk deposito, giro, dan tabungan telah meningkat menjadi sekitar Rp 137,7triliun di penengahan tahun anggaran 1993194, dan hanya Rp 15,5 triliun dalam tahun 1984.Sementara itu, danaperbankan yang telah disalurkan dalam bentuk pinjam an telah meningkatpuladari tahun ke tahun, dari Rp 18,8 triliun dalam tahun 1984 menjadi Rp 143,7 triliun di pertengahantahun anggaran 199384.

Keberhasilan dalam rnenghimpun dan menyalud(an dana-dana masyarakat ke sektor-sektor yang membutuhkannya, tidakterlepas dari usaha yang terus menerus dilaksanakan Pemerintahdalam menyempumakan kelembagaan keuangan dalam struktur moneter Indonesia. Untuk iniPemerintah telah mengeluarkan beftagai undang-undang dan peraturan untuk menyempumakankeberadaan lembagalembaga keuangan tersebut, yang antara lain berupa Undang-undang No.7Tahun 1992 tentang perbankan yang mengatur berbagai perizinan, permodalan, kepemilikan, danpengawasan perbankan. Sebagai hasil dari deregulasi bidang perbankan tersebut, jumlah bank diIndonesia telah berkembang dari hanya 1 11 dalam bulan Marct tahun 1989 menjadi 225 padrpenengahan rahun 1993, dengan sekitar 4.500 cabang-cabangnya yang menyebar di seluruhpelosok tanah air,

I

Prinsip-prinsip pcndalam an hna.nsial bertujuan antara lain untuk memberikan kclcluasaankepada masyarakat dalam mengalokasikan dana kepada sektor-sektorusaha yang dapat memberikantingkat penghasilan (rate of retum) yang ringgi. Kcleluasaan ini akan dapat terwujud apabilakeragirm an lcmbaga-lcmbaga pembiayaan cukup mem adai untuk mcmenuhi keinginan masyarakatdalam cara-cara pcmbiayaan yang dikchendaki. Untuk ini, selain dari perbankan, melalui paketpaket deregulasi selama ini tclah dikembangkan pula bentuk-bentuk lcmbaga keuangan lainnya,scpcrti asuransi yang kini telah berkembang jumlahnya menjadi 145 pada pertengahan tahun 1993.Diawali dengan paker kcbijaksanaan 20 Desember 1988, Pemerintah tclah melakukan berbagaipenyempumaan tcrhadap ketentuan-ketentuan yang mcnyangkut industri asuransi, sepefti asuransijiwa, asuransi kerugian, reasuransi, brokcr asuransi, adjuster asuransi, se$a pcngaturan mengenaiusaha asufalrsi campuran. Peraturan tcrscbut meliputi perizinan pendiri an usaha asuransi, ketentu anmengenai besamya pcrmodalan, dal tingkat solvabilitas perusahaan, guna menjamin kesehatanpcrusahaan asuransi, sehingga mampu mclaksanakan kewajiban kepada para nasabahnya denganbaik.

Seiring dcngan itu, guna mcmenuhi kebutuhan dana invcstasi jangka menengah danjangka pimjang, dipandang perlu untuk rnengembangkan lcmbaga-lembaga keuangan yang lcbihsesuai untuk maksud terscbut, znLara lain mclalui lembaga dana pensiun. Dalam pcrckonomianyang semakin maju, keberadaan lembaga dana pcnsiun menjadi sangat penting sckurang-kurangnya dalarn dua hal. Pertama, lcmbaga dana pensiun memberikan pcrlindungan kepadapara pckerja untuk dapat tctap mcnperoleh pcnghasilan untuk mcnopang hidupnya dan hidup.keluarganya kctika memasuki masa pcnsiun. Jaminan unLuk mendapatkan kcpastian akanpenghasilan di masa pensiun mcrupakan pcrwujudan dari kesejalttcraan sosial, dan sekaligus akanbcrdampak positif terhadap produktifitas tenaga kerja nasional. Kcdua, bersama-sama lembagakeuangan lainnya, lcmbaga dana pensiun bet,pcran scbagai penyedia dana bagi il.lvestasi bcrjangkamenengah dall panjang, sepcrti ployck-proyek prasarana komersial dan real estate, yangmembul.uhkan dana sangat bcsar dan jangka waktu pcngcmbalian yang cukup panjang.

Di samping asurrnsi dan lembaga dana pcnsiun, scmakin maju dan semakin mclfngkatkcgiatan investasi di suatu ncgara, kcbcradaa.n paslrmodal, scbagai lcmbaga keuargan penghimpundana semakin mutlak dipcrlukan. Berbeda dengan lcmbaga dana pensiun, pasar modal dapatmembcrikan kesempaLan kepada invcstor perorangan, baik investor dalam maupun luar negeri,untuk turut scfia menanamkan modalnya di perusahaan-perusahaan yang dikehendakinya.Keberadaan pasar modal yang mcrnbcrikan kescmpatan kepada para investor untuk menanamkanmodalnya melalui pcnycrtaan (equity) merupakan pclengkap terhadap kebcradaan pcrbankanyang membcrikan kesempatan kepada para investor melalui pinjaman. Dengan hadimya pasarmodal di Indoncsia, maka para invesl.or akan semakin mudah dan leluasa dalam mclaksanakanusahanya. Oleh karena iLulah Pemerintah secara terus menerus berusaha mengembangkan pasarmodal Indonesia yang didirikan dalam tahun 1977, agar menjadi suatu pasar modal denganstruktur yang terbuka, eflsicn, dan kondusif terhadap mobilisasi dana untuk investasi melaluipasar modal. Sebagai hasilnya, jumlah perusahaan yang telah memperoleh izin untuk menjual

6

sahamnya kepada masyarakar (go public) sampai dcngan bulan November 1993, telah berkcmbangmenjadi 230 perusahaan dengan kapitalisasi sebesar Rp 22,2 tr iun. Dari jumlah tersebut, yangtercatat di dalam bursa efek bcrjumlah 215 perusahaan, yang terdiri dari 178 perusahaan penerbitsaham dan 37 perusahaan penerbit obligasi, dengan nilai emisi saham sebesar Rp 13,7 triliun danemisi obligasi sebesar Rp 5,6 triliun. sedangkan di bursa paralel telah tercatat l5 perusahaan, yangterdiri dari 5 pcrusahaan penerbit saham dan l0 perusahaan pencrbit obligasi, <lengan nilai emisimasing-masing sebcsar Rp 1 triliun dan Rp 1,8 triliun.

Selain melalui perbankan, asuransi, lembaga dana pensiun dan pasar modal, likuiditasperekonomian juga ditingkatkan dengan mobilisasi <tana melalui berbagai lembaga pembiayaanlain seperti modal ventura, anjak piutang, sewa guna usaha, kanu kredit, serta lembaga kreditkonsumsi lainnya. untuk mcmperluas dan mendorong pcran lembaga-lembaga pembiayaan iniPemerintah mclalui kebijaksanaan oktober 1988 telah membcrikan berbagai kemudahan gunapendirian lcrnbaga-lembaga kcuangan tersebut.

Dana investasi untuk pembangunan, selain diharapkan dari tabungan masyarakat yangdimobilisasi melalui berbagai lcmbaga keuangan, diupayakan juga melalui pcmupukan tabunganpemerintah, yang pada dasamya adalah selisih positif antara penerimaan dalam negeri denganpcngeluaran rutin. Dengan demikian, pcmupukan tabungan pemcrintah ini harus diupayakanmelalui peningkatan penerimaan dalam negeri dan pcngcndalian pengeluaran rutin.

Pencrimaan dalam negeri, yang terutama bersumber dari penerimaan minyak danpenerimaan pajak, dalam kurun waktu dua puluh lima tahun yang lalu tclah menunjukkanperubahan yang bersifat struktural, di mana peranan penerirnaan pemerintah dari scktor migasmulai mcnurun, dan digantikan oleh penerimaan dalam negeri nonmigas. pada awal masapembangunan, peranan pcncrimaan migas melonjak dari 35 persen di awal Repelita I mendekati70 persen dalam Repelita III, sebagai dampak dari meningkatnya harga minyak mentah di pasarintemasional. Namun dengan melosotnya harga minyak mcntah di pasar intelnasional sebagaiakibat kelcsuan perekonomian dunia, kelebihan produksi minyak dunia, dan scmakin meningkatnyapangsa penerimaan nonmigas, maka dominasi migas dalam penerimaan dalam negeri mulaimerosot sehingga menurun menjadi sekitar 50 pcrsen dalam Repelita IV, dan diperkirakan akanmenurun lagi mcnjadi sekitar 35 persen pada akhir Rcpclita v. peran pcnerimaan migas dalamanggaran pemerintah dipcrkirakan akan semakin merosot di masa mendatang, seiring denganharga minyak mentah dunia yang tidak menentu. satu dan lain hal, ini disebabkan olch perubahan-perubahan politik yang terjadi di negara-negara penghasil minyak utama di dunia, seperti Irak danIran.

Merosotnyaharga minyakmerupakan sesuatu yang telahlama diantisipasi olehpemerintahIndoncsia. Peranan pencrimaan minyak, ccpat arau lambal harus digantikan oleh pcnerimaanpcmerintah dari sckrorperpajakan dan pcnerimaan bukan pajak. Menyadari akan hal ini, pada awalRepelita IV Pcmerintah telah mclakukan reformasi perpajakan yang berupa perombakan bcsar-besaran terhadap prinsip-prinsip perpajakan yang telah dipergunakan scjak jaman kolonial.Pcraturan perpajakan yang diwarisi dari pemerintah kolonial terbukti mempunyai berbagai

9

kelemahan teknis yang menyebabkan penerimaan pajak tidak berkembang sesuai denganmeningkatnya pcndapatan dan transaksi bisnis dalam masyarakat. peraturan-peraturan lamaterscbut juga memiliki berbagai lubang yang sering dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidakbenarggung jawab untuk merugikan negara. D samping itu peratuftln perpajakan yang lamacukup rumit untuk dilaks anakan, sehingga tingkat kepatuhan wajib pajak menjadi rendah. peraturdn-peraturan perpajakan yang lama tersebut sangat tidak mendorong dunia usaha dalammengembangkan usahanya.

Menyadari akan hal-hal tersebut di atas, pembaharuan sistem perpajakan yangpersiapamya telah dimulai sejak tahun 1982, mclahirkan suatu paket peraturan pcrpajakan yangbaru, yang mengandung prinsip-prinsip perpajakan yang modem. prinsip yang utama dalamsistcm perpajakan yang baru adalah diperkenalkannya dasar pengenaan pajak yang luas @roadbased tax) dalam hal pajak penghasilan (PPh), sehingga seluruh potensi obyck pajak yang adadapat tcrjaring dalam sistem pengcnaan pajak. Dengan dasar pengcnaan pajak (tax base) yangdipcrluas itu, fasilitas-fasilitas pembebasan yang sering disalahgunakan oleh pihak-pihak yangtidak bertanggung jawab sekaligus dihapuskan, sehingga penerimaan pajak diharapkan akanmeningkat. Prinsip yang kedua adalah diterapkamya asas kesedcrhanaan, baik dalam strukturtarif yang diterapkan maupun dari uta cara pemungutarnya. Seiring dengan prinsip ini, asasmenghitung pajak sendiri (self asscsment) juga diberlakukan. Dcngan kombinasi prinsip-prinsiptersebut, biayapemungutan bagi aparat perpajakan, danjuga biaya pembayaran pajak (compliancecost) yang ditanggung wajib pajak dapar direkan, sehingga tingkat kepatuhan wajib pajakmcningkat, dan iklim kcsadaran membayar pajak semakin membaik. peraturan perpajakan yangsederhana dan transparan ini telah tcrbukti sangat efektif di dalam membangun kepercayaan dankepastian dalam dunia usaha, dan sckaligus meningkatkan lxnerimaannegara dari sektorperpajakan.Sejak disahkamya Undang-undang No.7 Tahun 1983 rcnrang pajak penghasilan yang kemudiandisempumakan dcngan Undang-undang No.7 Tahun 1991, penerimaan pajak penghasilan telafidapat ditingkatkan dari Rp 43 miliar pada awal Repelita I menjadi Rp 14.848,5 miliar pada tahuntcrakhir Repelita V.

Apabila pajak pcnghasilan diharapkan menjadi sumber penerimaan negara yang mantapdan stabil untuk jangka panjang, dan diharapkan meningkat sejalan dengan meningkatnya ringkatpendapatan masyarakat, maka penerimaan negara yang relatif cepat diharapkan akan datang daripajak pcrtambahan nilai (PPN) yang merupakan pembaharuan dari pajak penjualan @pn) dengandiberlakukannya Undang-undang No.8 Tahun 1983 tentang pajak penambahan Nilai. selain darisifatnya yang dapat menghasilkan penerimaan yang tinggi dan relatif cepat, penerimaan pajakpenambahan nilaijuga diharapkan lebih srabil rerhadap fluktuasi tingkar penghasilan masyarakat,mengingat tingkat konsumsi masyarakat pada hakekatnya relatiflebih stabil dari pendapatafflya.Demikian pula PPN morupakan sarana bagi mcreka yang tidak teftena kewajiban membayarpajak penghasilan, untuk turut menyumbang kepada negara sesuaidengan asas kegotong-rcyongansosial dalam sistem pcrpajakan, di mana setiap warga negara berhak dan berkewajiban untuk turutserta dalam pembangunan nasional.

l 0

Bcrbcda dengan pajak pcnjualan sebelumnya yang dapat memberikan beban berganda

dan meningkatkan harga barang di setiap transaksi, pajak penambahan nilai memberikan dampak

ckonomis yang lebih sehat kalena hanya mengambil sebagian dari nilai tambah yang dihasilkan

dalam suatu transaksi. Selain daripada itu, pajak pertambahan nilai atas transaksi-transaksi dalam

negeri maupun pajak pertambahan nilai yang dikenakan alas impor, secara otomatis akan

direstitusi pada waktu suatu barang diekspor ke luar negeri. Mekanisme ini akan sangat mcmbantu

para pengusaha eksportirkarena harga barang-barang yang diekspor akan menjadi lcbih kompetitif.

Sejak pajak pertambahan nilai dibcrlakukan dalam tahun 1985, penerimaan dari pajak ini telah

menunjukkan peningkatan yang amat pesat. Di masa yang akan datang, peran dari pajak

pertambahan nilai akan tetap penting, walaupun diperkirakan akan dilampaui oleh pcnerimaan

dari pajak penghasilan yang diharapkan akan terus meningkal seiring dengan meningkatnya

dngkat pendapatan masyarakat. Namun kcberhasilan paj ak pcnghasilirn di masa mcndatang dalam

membcrikan sumbangannya kepada penerimaan negara akan tetap menghadapi beberapa masalah

sebagai tantangan di masa depan. Pefiama, pclbaikan administrasi perpajakan merupakan syaratyang mutlak apabila kccepatan dan pengamanan penerimaan menjadi tujuan. Kedua, peliputan

obyek pajak (tax coverage) juga harus terus diperluas, di samping erosi terhadap dasar pengenaan

pajak harus tetap <Iihindarkan agar potensi pendapatan tetap bisa dipertahankan.

Sclanjutnya, penerimaan negara dalam bentuk pajak bumi dan bangunan (PBB)' yang

diperuntukkan sebagai pencrimaan pemerintah daerah, diperkirakan akan meningkat peranannya

di masa yang akan datang. Bcrbeda dengan kedua jenis pajak di atas, pembaharuan sistemperpajakan di sektor PBB, yang ditandai dengan disahkarurya Undang-undang No.l2 Tahun 1985'

lcbih mempertimbangkan dampak sosialnya sebagai hal yang sangat sensitif mengingat sifatnya

sebagai pajak kebendaan. oleh karena itulah, Pemerintah mclaksanakan PBB ini dcngan penuh

kehati-hatian, yang tercermin dari rcr.rdahnya tarif efckdf yang diberlakukan. Tantangan yang

cukup berat bagiPBB bersumberdari sistcm administrasi obyckPBB yang masihbelum memadai,yang menyebabkan idenrifikasi obyek pajak sulir dilakukan. scmentara itu, PBB berlaku atas

semua obyek pajak yang ditentukan tanpa mcmbeda-be<lakan kondisi ekonomi para subyckpajaknya, sehingga perlu dibantu dengan ketentuan-kctentuan mengenai kcringanan pajaknya

agar lebih terasa keadilaffiya terhadap para wajib pajak. Sejalan dengan itu pula' dengan

berkembangnya pembangunan, harga-harga tanah dan bangunan mcningkat dengan pesat di

beberapa daerah sehingga meningkatkan tugas aparat pcrpajakan untuk menentukan nilai juitt

obyek pajak (NJOP) yang sesuai dengan harga berlaku. Namuu dcngan berbagai kebijaksanaan

yang sementara ini ditempuh, penerimaan PBB telah menunjukkan peningkatan yang cukup

menggembirakan. Bila dalam tahun anggaran 1984/85 penerimaal PBB masih sebesar Rp 180'6

miliar, dalam tahun arggaran 1992/93 penerimaan PBB mencapai sebesar Rp 1.100'6 miliar'

Penerimaan perpajakan yang diperkirakan akan menurun peranannya dalam strukturpenerimaan di masa yang akan datang adalah pungutan-pungutan yang bersumber dari kegiatanperdagangan luar negeri, sepeni bca masuk, PPN Impor, dan sejenisnya. Hal ini disebabkankarena sesuai tuntutan globalisasi dan perdagangan bebas dalam pasar intemasional, tarif rata-rata

il

hampir di setiap negara diperkirakan akan mengalami penurunan' Selain dari itu, pembangunut

ekonomi nasional yang berubah orientasinya ke arah ekspor, secafa teoritis dituntut untukmengurangi tinggnya tarif perlindungan efektiftrya unNk dapat meningkatkan tingkat efisiensidalam proses produksi di dalam negerinya. Kesemuanya itu pada akhimya akan memberikandampak berupa menurunnya peran pajak-pajak atas impor dalam penerimaan negara dari sektorperpajakan, Dalam tahun anggaran 1992193 misalnya, penerimaan bea masuk adalah sebesar

Rp 2.652,2miliar atau 9,10 persen dari selurulr penerimaan pajak, yang berarti menurun peranan-

nya dari 33 persen pa<la awal Repelita I.

Walaupun prosp€k penerimaan negam dari sektor perpajakan memberikan gambaran

yang berbeda-bda dari tiap komponenpenerimaannya, namun secalakcseluruhan rasio penerim aanpajak terhadap produk domestik bruto drharapkan akan meningkat di masa-masa yang akan

darang. Hal ini adalah sebagai dampak positifdari perbaikan sisterir administrasi perpajakan dan

upaya-upaya intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan yang dilaksanakan secara terus menerus

oleh aparat perpajakan. Rasio tersebut di Indonesia dari tahun ke tahun telah menunjukkanpeningkatan, yaitu dari 10,8 pcrscn dalam tahun pertama Repelita IV (1989/90) dan diperkinkanmenjadi l3,l persen dalam tahun 1993194. Sementara itu, pada tahun pertama Repelita VI

diperkirakan akan mencapai 13,9 persen.

Salah satu asas pembangunan yang telah digariskan dalam GBHN 1993 adalah asas

dicapainya tingkat kemandirian yang semakin mantap, yang mengalrdung arti bahwa danapembangunan haruslah diupayakan melalui sumber-sumber dari dalam negeri. Dengan demikian,

sumber- sumber penerimaan dari luar negeri, seperti bantuan luarnegeri, haruslah diupayakan agar

semakin menurun peranannya datam st$ktur anggaran belanja negara. Namun kendalakelangkaan modal yang bersifat struktural memerlukan jangka wakru yang panjang untuk dapat

diatasi. Dalam kondrsi sepcni ini pinjaman luar negeri masih diperlukan " keberadaaflnya'

walaupun dalam hal-hal yang sangat dibatasi penggunaannya. Di lain pihak' masih terdapatkecenderungan, bahwa kebutuhan devisa bagr pembiayaan impor bahan baku, bahan penolong'

dan barang modal yang diperlukan untuk mempercepat pcmbangunan semakin meningkat' dan

tidak selalu dapat dipenuhi oleh penerimaan devisa dari ekspor barang dan jasa. Hal ini telah

menimbulkan kesenjangan antara devisa yang diperlukan untuk impor dan devisa yang tenedia

dari perolehan ekspor barang dan jasa. Selama keterbatasan modal masih berlangsung' dan

kelangkaan devisa masih belum bisa dipenuhi dari hasil ekspor, bamum luar negeri masih

diperlukan walaupun dengan peftnan yang semakin berkurang'

Walaupun bantuan luar negeri masih berperan dalam menambah kekurangan dana untukinvestasi, pemanfaatan bantuan luar negeri mempunyai keterbatasan-kelerbatasan, yang antaralain bergantung kepada kondisi permintaan dan penawaran di pasar pinjaman intemasional. D

masa-masa yang lalu bantuan luar negeri yang berupa bantuan be$ifat lunak, dapat diperoleh

dengan relatif mudah dan murah, namun dengan perkembangan-perkembangan ekonomi yang

terjadi di beberapa belahan dunia, maka prioritas-priorims negara donor juga turut berubah

12

sehingga bantuan luar negeri menjadi lebih sulit diperolch. Pcrkcmbangan di negara-negarasosialis yang tengah mclaksanakan pembaharuan sistem ekonominya, dan pertumbuhanpcrckonomian yang cepat di Cina misalnya, turut mempengaruhi posisi Indonesia dalam mem-peroleh pinj nan lunak dari negara-ncgara donor. Namun demikian Indonesia yang selama inidapat menunjukkan penumbuhan ekonomi yang mantap, manajemen ekonomi makro yang baik,dan sebagai negara peminjam yang selalu berhasil membayar kembali pinjamamnya, masihmempunyai peringkat kredit (credit rating) yang cukup tinggi di mata negara-ncgara donor.Mengingat hal tersebut di atas, dan dalam rangka mengurangi ketergantungan sefta laju pinjamanluar negeri, Pemerintah telah mclakukan scrangkaian tindakan-tindakan pengamanan berupaupaya-upaya pemanfaatan pinjaman secara lebih efektif, seleksi yang lcbih ketat bagi proyek-proyek yang menggunakan pinjaman, dan pcnctapan pinjaman melalui tim pinjaman komersialluar negcri.

Sebagai upaya mengurangi kctcrgantungan kepada bantuanluarnegeri, di samping terusmeningkatkan sumbcr-sumber penerimaan dalam negeri, Pemerinrah juga terus mengupayakanpeningkatan penanaman modal langsung daripcngusaha-pcngusaha luarnegeri. Hal ini diupayakansecara terus mencrus agar kondisi perekonomian Indonesia menjadi sangat menarik bagi parainvcstor luar negeri untuk menanamkiur modalnya di Indonesia. Langkah-langkah pcnting dalamhal ini adalah secara tcrus menenrs dilakukannya penyederhanaan-penyederhanaan di bidangpcrizinan usaira, dan memperbaiki sistem perundangan agar dapat mcmbcrikan keamanan dankepastian kepada para investor. Salah satu kebijaksanaan penting yarg telah diambil dalam hal iniadalah diterapkarnya daftar negatif investasi (negative list) scbagai pengganti daftar skalaprioritas bidang-bidang yang terbuka untukinvcstasi. Sclanjutnya, peningkatan penyediaan saranadan prasarana produksi, scperti penyedian lahan usaha, penyediaan air, listrik, serta saranakomunikasi dan transportasi, merupakan langkah-langkah pcnting yang telah dilakukan selamaini. Dalam pelaksanaannya, Pcmcrintah bahkan telah memberikan kesempatan kepada investorswasta untuk turut serta dalam pcnycdiaan zona-zona industri (industrial zone). Selain daripadaitu, Pemerintah juga memberikan kemudahan-kemudahan kcuangan dan perpajakan, sena selalumenyempumakan prasarana kcuangan seperl-i sislem pembiayaandan sebagainya, yangkesemuanyaitu telah meningkatkan arus investasi yang masuk ke Indonesia. Namun demikian, di masa yangakan datang masih akan terdapat tantangaur-tantangan yang pcrlu diatasi yang bersumber darinegara-negara lain, yang juga melaksanakan reformasi ekonominya sehingga menarik menjaditujuan invcstasi.

Upaya-upaya pemerintah yang selama ini dilakukan untuk meningkatkan penyediaandana pembangunan dari dalam negeri sendiri, berupa tabungan pemerintah dan tabungan swasta,pada gilirannya akan memperkecil peranan bantuan luar negeri dalam pcmbiayaan p€mbangunan.Dalam Repelita vI, peranan bantuan luar negcri scbagai dana pcmbangunan nasional dibanding-kan dengan tabungan dalam negeri diharapkan akan semakin mengecil. Dalam kurun waktu duapuluh lima [ahun PJP I, bantuan luar negeri scbagai bagian dari keseluruhan dana pembangunanbaik swasta maupun pemerintah, telah sangat menurun peranannya dari sekitar 20 persen dalamRepelita I menjadi hanya sekitar 6 pcrscn dalam Repelita V.

t 3

Produktivitas modal dalam proses produksi nasional pada akhimya akan ditcntukan olchkualitas sumbcr daya manusia dan tingkat tcknologi yang dipergunakan. Salah satu kendalastruktural yang dihadapi oleh banyak negara berkembarg termasuk Indonesia sampai saat iniadalah kelangkaan dan kctcrbatasan sumbcr daya manusia yang bcrkualitas dalam bentuk tenagakcrja yang al i dan tcrlatih. Oleh karerra itulah program pendidikan dan pelatihan menjadi sangatdiutarnakan dalam pembangunan. GBHN 1993 telah menggariskan bahwa iklim bclajar danmcngajar pcrlu dikembangkan secara terus menerus, agar menumbuhkan sikap dan perilaku yangkrcatif, inovatif dan keinginan unLuk maju.

Dalam arus globalisasi yang mclanda dunia saat ini, pembangunan nasional akan sangatterkait dcngan pcrkembangan dunia intemasional di mana tcrjadi pcrsaingan yang semakin tajamantar ncgara-ncgala produscn, apalagi sctelah berlakunya nanti hasil-hasil persetujuan PutalanUruguay. Untuk dapat bcftahan dalam pcrsaingan yang semakin ketat di pasar dunia, produsenIndonesia dituntut ulituk dapat mcnawarkan harga yang semakin bersaing, mutu produk yiurgsemakin mcmbaik, dan waktu penyerahan yang scmakin cepat. Ini semua hanya dapat dipcnuhiapabila elisicnsi produksi tcrus ditingkatkan mclalui program-program pclatihan dan pendidikan,riset dan pcngcrrbangan, serLa alih tcknologi. Pcnguasaan leknologi merupakan hal yang rnutlak,bukan hanya bagi industri bcsar, melainkan juga bagi industri mcncngah dan kecil. Dewasa inipenguasaan tcknologi scdcrhana pada industri kccil semirkin meluas, scpcni tcknologi pcngolahankulit, pcngccoran logam, dan pembuatan barang-barang kctamik, Scmcntara itu bagi industribesar, teknologi di bidang telckolnunikasi, clcktlonika dan komputer, robotics, cryogenic dan bio-tcknologi, serLa bcrbrgai bidang teknologi di sekror kcdit€antaraan dan kclautan, akan menjadisemakin penting untuk dikuasai. Sciring dcngali mcningkatnya penguasaan tcknologi industri,kemampuannasional dalarl bidang pcrekayasaan indusLri dan rancang bangun semakinberkembang.Kegiattui ini nampak pada bcrbagai scklor industri scperti industri pengolahan pertanian dankehutanan, industri kimia. dan lainlain.

Pcrtumbuhan yang cukup menggembirakan yang dialami olch pcrckonomiatr Indonesiaselama PJP I tidak dapat dilcpaskan dari strategi pembangunan yiurg baik dan rcrcncana. Stl ategiyang diarahkan dalam CBIIN di rnasa yang lalu telah mcmbuahkan perubahan struktural yangsangat pcntixg pengaruhnya lerhadap pcftumbuhan ckonomi Indonesia, yaiLu perubahan dariekonomi yang bcrsifat aglatis rnenuju perekonomian dengan struktur industli yang didukung olehscktor pertanian yang kuat. Scktor pcrtanian scbagai basis ekonomi yeurg merupakan sumbcr matapencaharian dari sebagian bcsar masyarakat, lelap diperkuat untuk tcrciptanya kemandirianekonomi, sedangkan scktor industri yang menjanjikan penumbuhan nilai tambah yang cepat sertadapatmenampung pertumbuhan tcnaga ke rja yang meningkat, dikembangkan sccara tcrus mcncrus.

Dalam mcnuju sasaran tumbuhnya sektor industri yang maju dan kuat, GBHN 1993 telahmenggariskan arahan agar pembangunan industri bcltumpu kcpada pembangunan industribcrspektrum luas dan berorientasi pada pasar intemasional, dengan mcningkatkan kemampuanteknol ogi untuk mcnghasilkan produk-produk unggulan yang dapat menembus pasarintemasional,Melalui serangkaian kcbijaksanaan di masa yang lalu, proses industrialisasi dalarn pJp I felah

t4

berhasil membawa perubahan-perubahan yang mendasar dalam struktur ekonomi Indonesia.Industri pengolahan yang pada akhir Pelita I hanya menyumbangkan nilai tambah 9,6 persen dariPDB, dalam tahun 1992 telah berhasil meningkatkan sumbangannya menjadi lebih dari 20 persen.Dalam PJP I sektor industri telah tumbuh dengan tingkat rata-rata 12 persen per tahunnya, bukanharya dalam volume melainkan juga dalam banyaknya kcragaman produk yang dihasilkan. Jikapada awal Pelita I hanya tcrdapat 28 jenis industri, maka pada akhir Repelita V jumlah tersebuttelah berkembang menjadi kurang lebih 400 jcnis industri..

Salah satu perubahan yang juga sangat mendasar dalam struktur industri nasional adalahberkembangrya industri-industri yang berorientasi ekspor, yang scbclumnya bcrorientasi substitusiimpor. Hasil industri nonmigas yang tclah diekspordalam tahun 1969 hanya berjumlah US$ 310jun, kini telalr meningkat menjadi US$ 19.613 juta pada akhir rahun 1992. Ekspor hasil industrinonmigas selama tahun 1969-1984 telah meningkat dcngan laju pertumbuhan 18,8 persen pertahunnya, dan selanjutnya meningkat lagi menjadi 22,5 pcrscn per tahufftya selarna tahun 1984-1992. Pertumbuhan yang cukup tinggi ini tcrutama didukung oleh jenis-jenis industri yangbersifat padat karya, seperti industd tekstil, kayu olahan, dan barang barang dari kulit. Seiringdengan itu, ekspor hasil industri, scpcfii alat-alat listrik dan elekrronika, kimia, besi dan baja,jugasemakil rneningkat. Sccara keseluruhan, jumlah jenis komodiri yang mampu memasuki pasardunia telahmencapai sekitar 4.000jenis komoditi dalam tahun 1993. Su m bangan ekspor nonmigastelah meningkat dari 23,7 persen dalam tahun 1983 menjadi 68,6 persen dalam tahun 1992 darikeseluruhan nilai ekspor Indonesia. Scmcntara itu sumbangan ekspor hasil industri teftadapckspor nonmigas telah meningkat, dari 64,2 persen dalam tahun 1983 menjadi 85,3 perscn dalamHhun 1992. Peningkatan yang menggembirakan ini tidak terlepas dari usaha peningkatan elisiensiproduksi dan mutu produk yang ditempuh antara lain melalui program standarisasi industri,pengembangan kalibrasi, dan scnifikasi mutu produk Indone$ra yarg dikenal dengan StandardNasional Indonesia (SNI) yang telah mencakup lebih dai 2.563 produk saat ini. Seiring denganitu standarisasi melalui ISO-9000 juga semakin ditingkatkan karena merupakan persyaramn yangdiminta untuk produk-produk yang mcmasuki kawasan Pasar Tunggal Eropa.

Pada saat yfig sama, peningkatan ekspor juga ditandai dcngan pcnycbaran ekspor kenegara tujuan ckspor yang semakin meluas. Jika dalam tahun 1986 pemasaran barang-barangekspor hanya menuju ke 105 negara tujuan, maka dalam tahun 1993, ncgara tujuan pemasaranbarang-barang ekspor telah bertambar\ menjadi 137 negara. Sekitar 90,1 persen dari keseluruhanekspor dalam tahun 1986 ditujukan ke negara-negera Jepang, Amerika Serikat, Singapura, danMasyarakat Eropa. Dalam tahun 1992, keempat pasar tersebut mcnurun pcranannya dengan hanyamenyerap 58,2 persen dari keseluruhan ekspor Indonesia. Di kawasan Asia, sclain Jepang danSingapura, negara-negara tujuan ekspor yang cukup potensial adalah Korea Selatan, Taiwan, danCina. Namun demikian dengan berkembangnya blok-blok perdagangan seperti NAFTA, danpenyatuan Masyarakat Eropa ( ME) ke wilayah Eropa Tengah dan Eropa Timur, dikhawatirkanakanberdampak negatiftcrhadap perckonomian dunia ketiga di Asia termasuk Indonesia. Harapanakan terciptany a perdagangan bebas nampaknya akanmenjadi kenyataan dengan telahtercapainya

l )

kcscpakatan Putaran Uruguay pada pcnghujung tahun 1993, sehingga dapat diharapkan harmbatan-harnbatan pcrdagangan, baik tarif maLrpun nontarif, akan tcrhapus. Hal ini akan membedkanpcluang sekaligus tanlangan bagi perdagangan luar negeri Indonesia. Di satu sisi, peluang untukmempcrluas pasar barang ekspor dan jasa-jasa akan scm akin tcrbuka, dan di sisi lain tidak tcrtutupkemungkinan masuknya barang-barang impor danjasa-jasa dari luar negeri. Untuk mengatasi haltcrscbut, tingkat ehsiensi perckonomian Indoncsia pcrlu secara terus mcncrus ditingkatkanmelalui kcbijaksanaan dcrcgulasi dan dcbirokratisasi sena pcningkatan kualitas sumber dayamanusia yang sclama ini tclah dilakukan.

Pembangunan Jangka Panjang ll tidak harya bcrtujuan untuk mencapai pertumbuhanekonomi yang tinggi, mclainkan juga bcrrujuan untuk dapat tercapainya pemerataar hasil-hasilpcmbangunan sccara adil dan mcrata bagi sctiap warga ncgara Indoncsia, scbagaimana tclahdiarahkan dalam Trilogi Pembangunan. Srlirh satu bcnLuk strategi yang cfektif dalam mencapaipcmcrataan nilai tambah scbagai hiriil pcrnbangunan, adalah mclalui penciplaan lapangan kerjayalg seluas-luasnya hagi seluruh rakyat Indoncsia. Strategi ini menggariskan agar setiap upayapcmbanguna-ti harus diarahkan kepada pcnciptaan lapangan kerja yang terbuka bagi setiap wargancgara, agar mereka dapat mcmperoleh kehidupan yang layak secara kemanusiaan.

GBHN 1993 mcngamanatk0n bahwa dalam Rcpclita VI, pcnciptaan dan pcrluasanlapargankerja akiln tcrus diupayakan, tcrutama melalui peningkatandan pemerataan pembangunanilrdustri, pcrtanian, dan jasa, yang mampu menyerap banyak tenaga kerja, dan yang mampumcningkatkan pendapatan masyarakat, Upaya tersebut harus didukung olch keterpaduankebijaksanaan investasi, liskal dan monetcr, pendidikzm dan pelarihan, penelilian, pengembangiurdan pcnyuluhan, pcncrapan teknologi, scrta pcngcrnbangan dan pcmanfaatan pusat infonnasipasar dalam dan luar negcri. Kebijlksauran pcmerataan dan peningkatan kesempalan kerja sertapclatihan tcnaga kcrja terus dilanjutkan dan diLingkaLkan agar menjangkau setiap warga negara,d n terarah kcpada tcrwujudnya angkatan kcrja yang tcrampil dan tangguh. Kcscrnpatan kcrjaharus tcrbuka bagi sctiap orang sesuai dcngan kemampuan, keterampilan, dan keahliamya senadidukung oleh kemudahan mempcroleh pcndidikan dan pelatihan, penguasaan tcknologi, informasipasar kctcnagakcrjaan, scrta tingkar upah yang sesuai dengan prestasi dan kualihkasi yangdipcrsyaratkan.

Pcmbangunan yang bc|langsung selama PJP I tclah berhasil menciptakan lapangan kerjadalam jumlah yang memadai, dan dengan mutu yang scmakin meningkat. llal ini tcrccmin daribanyaknya angkatan kcrja balu yang memperoleh pekerjaan. Antara tahun 1980 dan 1990,angkatan kerja bertambah scbcsar 21 ,5 juta olang. Dalam kunrn waktu yang sama jumlah pckcrja(angkatan kerja yang bekerja) juga bertambah sebesar 20 juta orang. Dilihat dari jumlah pekerjadi perkotaan, komposisi penduduk umur 25-39 tahun yang masuk pasarkerja cenderung meningkat,khususnya pckerja wanita. Dalam tahun 1980 komposisi penduduk yang berumur 25-39 yangmasuk pasar kcrja di pcrkotaan adalah sebcsar 40 persen dan meningkat menjadi 43 persen padatahun 1990" Khusus pekerja wanita di perkotaan pada kurun waktu yang sama meningkat darisebesar 33 pcrscn mcnjadi 38 persen. Peningkatan ini ierutama disebabkan oleh terjadinya

l 6

urbanisasi, di mana banyak pekcrja muda yang biasanya bekerja sebagai pckerja keluarga atauburuh tidak tetap di sektor pertanian di perdesaan, pindah ke perkotaan untuk mencari pekerjaandi luar sektor pertanian. Proses urbanisasi ini mengakibatkan semakin berkurangnya tenaga kerjamuda di sektor pertanian.

Struktur lapangan kerjajuga ditandai dengan pcrgeseran dari sektor produksi agraris kesektor produksi nonagraris dan jasa, dengan muatan teknologi yang lebih besar. Dalam tahun1980, sejumlah 55,9 persen dari seluruh pekerja bckcrja di sektor pertarfan, dan sisanya bekerja discktor industri dan sektor-sektor lainnya. Dalarn tahun 1990 pekerja di scktor pertanian menurunmenjadi 49,9 persen, sedangkan di scktor industri dan jasa meningkat mcnjadi 50,1 persen.Pcrgeseran struktur pekerja dan peningkatan mutu pekerja, bukan saja terjadi dari sektorpertanianke sektor nonpenanian, melainkan juga dari sektor infcrmal ke sektor formal. pekcrja di sektorinformal menurun dari sebesar 69,5 pcrsen dalam tahun 1980, menjadi 63 percen dalam tahun1990.

Perubahan struktural dalam angkatan kcrja tidak hanya ditandai dengan transformasisecara sektoral, melainkan ditandai pula dengan perubahan dari segi latar belakang pendidikan.Persentase pckerja dengan tingkat pcndidikan sekurang-kurangnya sekolah dasar menunjukkanpcningkar.an, yairu dari 32,8 persen dalam rahun 1980 menjadi 54,4 persen dalam tahun 1990. HaIini menandakan bahwa proses industrialisasi yang tengah berlangsung berhasil dalammengikutseftakan strata paling bawah dari tenaga kerja rerdidik secara formal. Hal yang cukupmenggembirakan yang mengiringi keadaan itu adalah kenyataan bahwa proporsi pekerja wanitadalam angkatan kerja telah mcningkat dalam satu dasa warsa tcrakhir, yaitu dari sebesar 32,3persen dalam tahun 1980 menjadi 35,6 pcrscn dalarn tahun 1990.

Indikator pemcrataan juga dinyatakan sccara tidak langsung dengan besamya nilaitambah yang diperoleh tenaga kerja dibandingkan dengan nilai tambah yang diperoleh pemilikmodal. Dcngan meningkatnya kualitas lenaga kerja, yang dibarengi dcngan pemanfaatan ilmupcngetahuan dan teknologi untuk memproduksi barang dan jasa, produktivitas marjinal tenagakcrja telah meningkat bila dibandingkan dengan produktivitas marjinal pemili,k modal, yangsecara tidak langsung tercermin dad menurunnya tingkat bunga . Selama kurun waktu 1980- 1990,kemampuan tenaga kerja untuk mcnghasilkan barang durn jasa per tenaga kerja telah meningkatsebesar 24,1 persen, yaitu darj Rp 1.296 ribu dalam tahun 1980menjadi Rp 1.608 ribudalam tahun1990. Hal ini menunjukkan bahwa bagian yang diterima oleh para pekerja sebagai indikasipemerataan cukup menggembirakan.

Untuk mengurangi pengangguran atau setengah pengangguran di daerah perdesaan,khususnya pada waktu sepi kerja (paceklik), dalam PJp I dilaksanakan proyek padat karya yangsejak Repelita II dinam akan proyek padar karya gayabaru @KGB). Pelaksanaan proyek PKGB inidiprioritaskan di kecamatan-kecamatan miskin, padat penduduk, dan rawan terhadap bencanaalam. Masyarakat perdcsaan yang menganggur diberi kesempatan untuk membangun danmerehabilitasi prasarana desa, scpertijalan desa, saluran irigasi tenier, dan sebagainya, denganimbalan upah. Sclama PJP I telah didayagunakan secara produktifsebanyak 13,2jura orang tenaga

kcrja pcnganggur dan setengah pcnganggur dalam sclatus hari kerja di 16.359 lokasi/kecamatan.Berkaitan dengan kcgiatan PKGB, di daerah perdesaan yang rclatif tcrtinggal dan padat pen-duduknya, dikembangkan teknologi padat karya. Dalarn rangka itu, telah diterapkan dandikcmbangkan 29 jenis teknologi padat karya sclama PJP I.

Dalam upaya mempertemukan pencari kerja dan pcmbcri kcrja menurut lapangan usaha,jabatan, dan tingkat pendidikan, telah dikcmbangkan sistcm inlormasi ketenagakerjaan. Untukmengatasi kekurangan angkatan kerja di daerah yang kurang penduduknya, disalurkan tenagakerja mclalui mckanisme antar kerja lokal (AKL) dan antar kcrja antar daerah (AKAD). Seiringdengan itu, untuk mcndukung peningkatan kemampuan dan mutu tcnaga kcrja, telah dilakukanantara lain pelatihan ketrampilan yang dilaksanakan secara terpadu, dengan mclibatkan unsur-unsur pemerintah dan swasta sebagai pcnyelenggara pelatihan, dan pcngguna tenaga kerja.

Selama PJP I juga dilaksanakan pcrnbinaan hubungan indusldal dan pcrlindungantenaga kerja, khususnya di sektor formal, dalam rangka mcnciptakan hubungan kerja yang scrasiartara pengusaha dan pekerja, agar tcrwujud ketenteraman dan ketenangan bcrusaha, pcningkatanproduktivitas, serta pcningkatan kcscjahtcraan pckerja. Dalarn hubungan industrial, kcbcradaanscrikat pekerja dan lembagalcmbaga ketcnagakerjaar sangat penting peranannya. Di samping iLu,sejak tahun 1978, guna mcningkatkan pcrlindungan dan kcsejahteraan tcnaga kerja, pemcrintahtelah memberlakukan asuransi sosial [cnaga kerja (Astek). Dalam taliun 1992, sesuai denganUndang-undang No. 3 Tahun 1992 tcntang jaminan sosial tcnaga kerja, program Astckditingkatkzur mcnjadi jaminan sosial tenaga kcrja (Jamsostck), dcngan jumlah peserta sebanyak40.000 perusahaar yang mencakup lcbih kurang 5,5 juta orang lenaga kcrja. Dengan dibcrlakukannyasistem perlindungan ini diharapkan produktivitas dan kesejahLeraan tenaga kcrja di Indoncsia akansemakin mcningkat. Upaya peningkatan dan perlindungan tcrhadnp pckerja juga diberikan dalambcntuk kebijaksanaan penetapan upah.minimum. Pada awal Repelita V upah minimum rata-ratanasional adalah 67 persen dari kcbutuhan fisik minimum pekerja lajang per hari, dan pada tahunkeempat Repelita V angka ini relah ditingkatkan mcnjadi 78 pcrsen dari kebutuhan fisik minimum.

Indikator pcningkatan dan pemerataan pendapatan pada umulnuya dinyatakan dengankcnaikan pendapatan per kapita, dan pcrbaikan ptda indikator pcmcrafaan yang mcmpcrgunakarrpendaparan scbagai unsurutama pcnghitungan. Namundcmikian, dcwasaini semakin diaku'i olehberbagai kalangan, bahwa pcndapatan bukan merupakan indikaror satu-satunya untukmcnggambarkan kesejahteraan masyalakat, sebab pendapatan hanyalah salah satu dari sckianbanyak dimcnsi kcsejahteraan. Selain dari pcndapatan pcr kapita, kescjahl.eraan masyarakat dapatpula drukur dengan memperhitungkan bcrbagai elemen kesejahteraan hidup, scpcrti kcscmpatanuntuk memperolch pendidikan, kesempatfln untuk mcndapatkanjarninan pemeli}laraan kesehatan,dan sebagainya.

Walaupun pendapatan per kapita di Indoncsia tclah mcningkat dengan menggembirakanselarna PJP I, namun yang lebih menggembirakan lagi adalah bahwa program-program peningkatimkesejahtcraan melalui program-program pcrdcsaan yalg langsung menyentuh pada sendi-scndikehidupan masyarakat, telah dilakukan scmcnjak awal pembangunan. Program wajib bclajar

enam tahun adalah salah satu contoh, di samping peningkatan pembangunan fisik sekolah'sekolah

dasarmelalui program Inpres SD. Program peningkatan kcschatan ibu dan anak scnapemasyankatan

keluarga berencana melalui pos pcl ayanan te rpadu (Posyandu) merupakan program yang langsung

dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Pembangunan puskesmas-puskesmas di daerah Serta

pcmbangunan berbagai fasilitas kesehatan untukpenduduk berpenghasilan rendah adalah mcrupakan

usaha peningkatan kesejahteraan rakyat, belum termasuk berbagai program sosial lainnya yang

disclenggarikan secara scntral maupun scktoral.

Datam hal ini pcrlu disimak laporan UNDP dalarn human development report tahun

1993, yang mcnghitung tingkat kesejahtcraan 173 negara di dunia, termasuk Indoncsia, berdasarkan

indeks pembangunan manusia (human development index), yaitu suatu besaran yang tidak hanya

menghitung tingkat kesejahteraan bcrdasarkan pendapatan perkapita, melainkanjuga memasukkan

bcrbagai elemen kesejahteraan rakyat seperti discbut di atas. Indonesia yang ditempatkan dalamperingkat ke-I22 dari 173 negara di dunia ber<lasarkan pcndapatan per kapita, mcningkat relatif

pesat ke peringkat 108 bila mempergunakan human developmcnt index. Hal ini menunjukkan

bahwa Indoncsia telah melalcukan usaha yang sangat produktif dalam meningkatkan kualitas

hidup, dibandingkan dcngan negara lain yang memiliki pendapatan per kapita yang hampir sama.

Pcningkatan dan pemerataan hasil pembangunan serta pemerataan keseiahteraalr rakyat

ridak hanya dilakukan mclalui penciptaan lapangan kerja di sektor-scktor formal, melainkan juga

dilakukan dalam Sektor-sektor informal. Salah satu lembaga dalam masyarakat yang sangat erat

kaitannya dengan scktor informal adalah para pengusaha mencngah, pengusaha kecil dan koperasi

serta lembaga-lembaga swadayamasyarakat yang tersebar di berbagai pelosok tanah air. Lembaga-

lembaga ini mempunyai karakteristik mempckerjakan lebih banyak tenaga malrusia, kltususnya

yang bcrpcndidikan rendah dengan muatan teknologi yang sederhana, dan beroperasi dalam

sektor-sektor tradisional yang erat dengan sen<Ii-sendi kchidupan masyarakat scpcrti sektor

penanian, petemakan, perikanan, kerajinan rakyat, dan j asa-jasa tradisional. Karakteristik scpcni

ini sangat menguntungkan untuk dapat dipergunakan sebagai wahana di dalam meningkatkan

kesejahteraan scktor nonformal.

Namun dcmikian, pada umumnya lembagalelnbaga tersebut mempunyai berbagai

kcndala struktural ya-ng cukup rumit untuk dipccahkan, seperti rendahnya aksesibilitas terhadap

modal perbankan, dan kescmpatan untuk mendapat petunjuk tekris di bidang produksi, pemasaran

danmanajemen. Menyadari akanhal itu, dalam upaya meningkatkan pemcrataanhasil pembangunan

sampai kepada scktor-sektor informal tersebut, Pemerintah telah melaksanakan berbagai

kebijaksanaan, baik yang terkandung dalam kebijaksanaan flskal dan moneter maupun kebij aks anaan

sosial lairnya. Melalui kebijaksnaan moneter, Pemerintah telah menetapkan 20 persen dana

perbankan untuk disalurkalr scbagai pinjaman kcpada pengUsaha kecil dan menengah dalam

bentuk kredit usaha kecil (KUK), di samping paket-paket perkreditan untuk pengusaha kecil

seperti KIK dan KMKP yang relah terlebih dahulu diberlakukan. Dari segi fiskal, sejak tahun 1990

telah disalurkan kepada pengusaha golongan ekonomi lcmah dan koperasi, 1-5 pcrsen dari laba

BUMN setelah pajak dalam bentuk pinjaman dengan bunga sangat rendah dan persyaratan yang

19

mudah. Sementara ilu program-program peningkfltan mutu produksi sena jarninan pemasaranbagi industri kccil dan mcncngah lclah dikembangkan dalam prcgram bapak angkat, keterkaitandan kemitraan usaha, scrta pcrkcbunan inti rakyat (PIR). Hubungan antara pengusaha kecil dcnganpcngusaha bcsar juga dijalin dengan jalan lebih mendorong subkontrak (subcontracting) dalampcngcmbangan indusLri,

Pcrncrataan hasil pembmgunan yurg efekLif tidak cukup hanya melalui pendekatansektoral. Pcndckatan dari sudut pcnycbarfln rcgional lurut mcnentukan dalam berhasilnyapcmcrataan. Da'lam pcndckatan ini pcmcrintah daenth yang tncrupakan pct'wujudan dari representasimasyarakat dacrah, mcmiliki kepckaan ying lcbih bcsar tcthadap keinginan dan kemampuanmasyarakat di daerahnya. Olch karena itu pcmbangunan dacrah mcrupakan strategi pemerataanhasil pcmbangunan yang cukup cfcktif. Untuk ini Pcmcrintah menggalakkiut peningkatankemampuan pcmcrintah dacrah mclalui pclaksanaan Undang-undang No. 5 Taltun 1974 tcntangOtonomi Pcmerintahan Drcrah. Bcrbagai pcndidikandan latihan telahdilakukan guna meningkatkankcmampuan pcmcrintah dacrah untuk menggali scndiri sumber-sumbcr pcndapatan dactah yangcukup potcnsial. Sclain dari pada itu, guna mcncapai perkcrnbangan dacrah yang merata,pcmerinlah pusaL tel a.h mcnyisihkan scbagian anggamn pcmbangunan ke dulam sektor pembangunandacrah, dcsa diln kota, yang sebcnamya mcruplkan alokasi anggaran sccara rcgional. Dcngansemakin mcningkatnyr kcmampuiln pcmcrintah daerah dalam membangun dacrahnya, programpemerataan pembangunan akan scrnakin cfcktif dan hasilnya dapat sccara riil menirgkatkankcsejilhteraan rikyat di dacrlh.

Pada akhimya, program pcmcrataan ini tncmasuki dimcnsi paling penting dalampcmbangunan ckonomi Indonesia dalam bcntuk program pcngcntasatr kcmiskinan yang saat initcngah dirintis nclalui Prograrn Inprcs Dcsa Terdnggal. Melalui program ini diupayakan agardikclnudian hari jumlah pcnduduk miskin di Indonesia akan ditekan sampai serendah mungkindari jumlah saat ini yang masih scbcsar l5 pcrsen dari populasi Indoncsia.

Aspck tcrakhir dalam sLrategi pcmbangunan jangka panjrng adalith tttcujaga stabilitasckonomi scbagai landasan pcnting bagi pcrtumbuhan dan pcmcralaan. Stabilisasi ckonomimcmpunyai afii y ng sangat spcsifik, yaitu mcngatasi berbagai gcjolak skonomi yang dapatmcnghambat pembangunan, scpcrli masalah-masalah inl-lasi, uang beredar dan likuiditasperckonomian, nilai tukar, kecukupan cadangan devisa, kelancaran arus barang, scna pcngcndalianlogistik bararg-barang kcbutuhan pokok dan stratcgis.

Salah satu faktor pcndukung terciptanya stabilitas ckonomi adalah terkendalinya lajuinflasi pada tingkat yang rcndah. Inflasi yang rendah membcrikan kcpastian kcpada dunia usahaakan kcstabilan harga barang-barang dan juga memberikan ketenangan kepada masyarakat karcnadaya belinya tidak menurun. Di tingkat makro, Pemerintah mengcndalikan tingkat inflasi dcnganmemelihara keseimbangan yang dinamis antara pcrubahan pcrmintaan agregat dengan perfumbuhanpenawaran agregat. Da'lam mempengaruhi sisi permintaan agregat, kebijaksanaan yang cfcktifadalah pengendalian uang beredar sebagai salah satu piranti kcbijaksanaan moneter. Pertumbuhanuang beredar atau likuiditas perekonomian yang terlalu tinggi akan menyebabkan ekspansi

20

perekonomian yang berlebihlcbihan (ovcrhciltcd), Dalam tahun anggarar 1989/90, ketikaekonomi mengalarni ovcrheatcd akibat pertumbuhan sektor moneter yang cukup pcsaI, otoritasmonctcr mcngupayakan pcnyejukan ekonomi melalui kebijaksanaan uang kctat dan konsolidasiperbar|kan, danhasil daripada kcbijaksanaantcrscbut diwujudkan dalam Lahun anggaran berikutnya,yaitu tcrkcndalinya jumlah uang beredar (M2) dln laju inflasi dalam tingkar yang cukup rcndah.

Di samping pcngendalian harga dan pcrtumbuhan likuiditas, stabilisasi ckonomi jugamcncakup pcngendalian tingkat suku bunga, baik simpanan maupun pinjaman, yang cukupkondusif, baik terhadap pcmupukan tabungan maupun tclhadap invcstasi. Kebijirksanaanpengendalian likuiditas, dan pcngcndalian harga dan suku bunga perbankan, menlpakankebijaksanaan yang salirg terkait yang pada umumnya dilakukan olch otoriLas monetcr denganmemakai berbagai instrumen kcbijaksanaan monctcr, sepcrti kcbijlksaraan pasar terbuka, tingkatdiskonto dan lain-lainnya. Insrrumcn kcbijaksanaan monctcr yang sangat aktifdigunakan dewasaini adalah melalui lclang SBI dan SBPU guna rncmpcngaruhi uang bcrcdar.

Kcbijaksaraan stabilisasi moncrcr tidak hanya mcrnpcrhatikan variabel-variabelmonetcr yang bcrpcngalxh Iangsung ke dalam ncgeri, melainkan juga mcncakup pcngcndalianvariabcl-variabel monetcr yang menyangkut kaitan pcrckonomian dalam negeri <lcnganpcrckonomian luar ncgcri, yaitu dcngan mcnjaga stabilitas nilai Lukar rupiah dcngan nilata uangasing. Sebagai ncgara dcngan pcrckonomian tcrbuka, nilai tukarvaluta asing dan tingkat cadangandcvisa yang terscdia bagi pembiayaan im por rncn:pakan variabcl yang sccara Lcrus menerus harusdijaga. Scjak pertengahan Novcmbcr 1978, Pcmcrintah mcnganut sistcm devisa bcbas, yang Lclahbcrjalandcngan baik dan tclah bcrhasil mcrangsang kcgiatiur investasi. Dalam pcngcndalial nilaitukar, dikandung maksud agar triliri tukar rupiah selalu menccrminkan perkembangan yangrealistis, schingga dapat me mpcrtilhankan daya saing balang ckspor Indoncsia di pasarintemasional.Dcpresiasi rupiah Lcrhadap mata uang dolar Amcrika Scrikat sclalu dijaga agar kepcrcayaflnmasyarakat terhadap nrpiah lctnp manLap. Scmentara iLu, cadangan dcvisa yang cukr.lp untukmcmbiayai sctidak-tidaknya 3 bulan nilai impor sangat penting dalaln mcnjaga stabilitaspcrckonomian. Cadangan devisa aLau cadangan valuta asiltg mcmpunyai arti strategis karenamencctminkan kcmampuan untuk menyclcsaikan transiksi keuangan intcrrasional d laln jangkapcndck, scpcrti pcmbayaran impor barang clan jasa, pcmbayaran cicilan pokok hutang luar ncgcribcscfla bunganya, dan pcmbayaran-pcrnbayaran lainnya. Cadangan dcvisa tcrscbut dihimpun dtrisurplus ncracr pembayaran yang tcljadi scti0p tithun.

Pada akhimya, stubilitas ckonomi di scktor lronctcr harus didukung olch stabilitas disektor riil, yaitu dcngan kclancaran penycdiaan barang-barang dan jrsa. Hambatan-hambatanyang terjadi pada penyediaan barang dan jasa tcrscbut mcnycbabkan ckonomi biaya tinggi yangmelemahkan daya saing barang-barang pmduksi Indonesia di pasar intcmasional. McnyadariakanhaliLu, Pcmcrhtah secara terus mcncrus mclakukan pcnyempumaan-pcnyempumaan pclltumndi bidang pcrdlgangan dan induslri mclalui berbagai paket dcrcgulasi, yang diawali dcngan InpresNomor 4 Tahun 1985, yang mcrombak dan mcnycdcrhanakan tatalaksana ekspor-impor danpelayaran antarpulau, scrta talalaksana di bidang operasional pclabuhan. Selanjul.nya sccara

berrurut-turut dikclua*an paket 6 Mci 1986, pakct 25 Oktober 1986, Inpres Nomol3 tahun 1991'

serta yang terakhir berupa paket oktober 1993, yang merupakan penyempumaan lebih lanjut di

bidang tata niaga ekspor dan impor scl'ta pcnurunan berbagai tarif bea masuk dan bea masuk

tambahan, yang kesemuanya itu d naksudkan untuk mendorong kelancaran pcnyediaan bahan

baku produksi, dan akan menghilangkan biaya tinggi scna pada gili r;urnya meningkatkan daya

saing industri yang bcroricntasi ekspor. Paket deregulasi yang tcrakhir tersebut di atas juga

mencakup penyeclerhtnaan di bidang pcrizinan, khususnya perizinan pencadangan tanah dan izin

lokasi untuk bangunan industri rJan pergudangan, yang diharapkan dapat mendorong pcnyediaan

sararia pcrdagangan clan industri, sehingga sekaligus mcndorong kelancaran arus penyediaan

barang dan jasa.

Pcmbangunan Jangka Panjang I selama kurun waktu dua puluh lima tahun yang lalu

telah membcrikan berbagai kernajuan yang dapat dinikmati oleh bangsa Indoncsia. Kcmajuan-

keDrajuan tcr.scbur juga menjadi peluang serta membentuk kcrangka lanclasan bagi bangsa

Indonesia untuk memasuki tahap pembangunan bcrikutnya menuju terciptanya masyarakat adil

dan makmur. Namun demikian, pcrjalanan bangsa Indonesia akan menghadapi bcrbagai tantangan

di masa depan, yang perlu dianrisipasi sejak saat ini. Tantangan pertama adalah peflumbuhan

jumlflh penduduk yang siugat besar, yang merupakan bcban yang sangat berat bagi perekonomian

Intloncsia. Oleh karena itu gr.lna mcmpcrtahankan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, maka laju

pcfiumbuhan jumlah pcnduduk perlu terus ditckan. Dalam hubungan ini program kcluarga

bcrcncana pctlu terus menerus ditingkatkan pclaksanaannya

Pertumbuhan penduduk yang cukup besar dan perubahan pola dcmografis masyarakat

akan mcnuntut tersedranya lapangan kcrja Sckitar 2,5 juta pcr tahun. Untuk mcnampung angkatan

kcrja scbesar ini, peflumbuhan sektor industri pcrlu dipcrluas, dan karena itu proses transformasi

struktural pcrckonomian Indonesia dari perekonomian agragris mcnuju pcrekonomian berstruktur

industfi perlu dipercepa!. Namun tidak semua scktor industri dapat diharapkan berkembang

dcngan cepat karena pasar hasil produksinya sangat terbatas. Dalam kaitan ini, pengalaman

mcnunjukkan bahwa pilihan terbaik saal ini bagi ncgara bcrkcmbang adalah pasar dunia yang

dapat membedkan harapan untuk mcnampung hasil industri yarlg dikembangkAn. Olch kalena itu,

nampak denganjclas b hwa indusl.rialisasi dcngan oricntasi ekspor merupakan pilihan yang paling

tcpat bagi pcmbangunan jangka menengah dan jangka panjang.

Pcrubahan stulktural perekonomian menuju perekonomian yang benumpu pada industri

akan menyebabkan pcrubahan pola kcpcndudukan, khususnya melzrlui urbanisasi yang merupakan

tantangon kcdua, Urbanisasi pada akhitnya akan menimbulkan tekanan-tekanan pada pcfmintaan

fasilitas dan prasarana kehidupan yang lebih banyak dan lebih baik di pusat-pusat industri dan

pcrkotaan. Prasarana kehirlupan ini akan meliputi berbagai plasarana pcndidikan dan kesehatan,

listrik, air, dan jaringan tclekomunikasi, sarana pcrdagangan dan kemasyarakatan lainnya, yang

pada umumnya merupakan ranggung jawab dari pemerintah daerah untuk pengadaannya. Oleh

karena itu program pembangunan daerah, perkotaan dan perdesaan perlu ditingkatkan dan

dipercepat untuk mengantisipasi ledakan urbanisasi yang akan timbul di masa yang akan dalang

22

sebagai akibat transformasi ekonomi yang terjadi. Dalam kaitan ini desentralisasi dan otonomip€merintah daerah perlu untuk segera diwujudkan.

Tantangan ketiga yang dihadapi adalah semakin menipisnya sumber-sumber dayaalami yang saat ini sangat berperan dalam memberikan sumbangan bagi dana pembangunan, danmerupakan andalan ekspor Indonesia di pasar dunia. oleh karena itu proscs industrialisasi yangdiharapkan akan meningkatkan nilai tarnbah, perlu diusahakan untuk bertumpu pada sumber-sumberdaya alami yang dapat diperbaharui. Dalam kaitanini, sektor-sektorindustri manufakturilgharus lebih berorientasi kepada industri dcngan bahan baku yang mudah didapat, baik dari dalarnnegeri maupun dari luar negeri. Paralel dengan itu, muatar teknologi dalam industri perluditingkatkan, dan sektor-sektor industd frontier, seperti industri kompurer dan komunikasi,bioteknologi, kedirgantaraan serta kelautan, perlu dikembangkan, di sampingindustri konvensional,sepeni industri alas kaki dan pakaian jadi yang masih berperan penting dalam ekspor nonmigas.

Tantangan yang keempat bersumber dari perubahan-perubahan perekonomian dunia, dimana beberapa negara diramalkan akan mengalarni tingkat pertumbuhan yang cukup pesat scperticina dan beberapa negara di Asia Tenggara danEropa. pertumbuhan yang tidak seimbang itu akanmenimbulkan persaingan baru dalam mempcrcbutkan modal di pasar intemasional. Seiringdengan itu, keberhasilan GATT dalam Putaran Uruguay, akan mcndorong perclagangan duniayang lebih bebas, yang pada akhimya akan mcndorong pertumbuhan perckonomian dunia.Pertumbuhan ekonomi dunia menuntut investasi yang mcnilgkat pula, sehingga ketersediaanmodal invcstasi akan diperebutkan dengan kompetisi yang lebih ketat. oleh karena itu, artikemandirian dalam mendapatkan sumber dana pcmbangunan yang digariskan dalam GBI,INmenjadi semakin penting.

Akhimya, kemajuan-kemajuan yang telah dicapai sebagai hasil pembangunan harustetap dijaga terhadap dampak sampingan dari pembangunan itu sendiri dalam benruk kerusakanlingkungan dan kerusakan sosial. Pelestarian sumber daya alam dan sumber daya manusia pcr{umendapatkan perhatian sejakdari awal pembangunan, dan ini nerupakan tantangan tcrsendiri bagibangsa Indonesia untuk memelihara penumbuhan yang berkesinambungan.

BAB II

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

2.1. Pendahuluan

Sebagai tahun terakhir pelaksanaan tahunan rencana pembangunan lima tahun kelima(Repelita V), APBN 1993/94 mempunyai arti yang sangat strategis. Di samping sebagai penutupbagi pelaksanaan pembangunan jangka panjang I (PJP I), juga sebagai pengantar bagi pelaksanaanpembangunan menuju pada PJP II yang diharapkan akan membawa bangsa Indonesia menujumasyarakatyang dicita-citakan, yaitu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan PancasiladanUndang-Undang Dasar | 945. Segala hasil yang dicapai selama PJP I merupakan modal dasar yangkuat untuk menyongsong PJP II, dimana beban pembangunan akan terasa semakin berat. Hal inikarena pembiayaan untuk memelihara hasil-hasil pembangunan selama PJP I akan semakinmeningkat, serta makin besamya kebutuhan investasi baru agar dapat mendukung kesinambunganpettumbuhan ekonomi yang mampu memenuhi permintaan masyarakat yang semakin meningkat.

Investasi-investasi baru yang diperlukan berasal dari sektor pemerintah maupun darisektor swasta. Investasi sektor pemerintah dilakukan melalui APBN, sedangkan investasi yangdilaksanakan oleh swasta dilakukan melalui penanaman modal, baik modal dalam negeri maupunmodal asing. Dalam perkembangannya, kebutuhan investasi nasional akan lebih banyak dipenuhidari sektor swasta, dengan sektor pemerintah bertindak sebagai penyedia piranti-piranti bagitumbuhnya investasi swasta tersebut.

Investasi di sektor pemerintah dibiayai terutama dengan tabungan pemerintah, yangmerupakan selisih lebih antara penerimaan dalam negeri dan pengeluaran rutin. Oleh karena itutabungan pemerintah terus diupayakan semakin meningkat, dengan rneningkatkan penerimaandalam negeri terutama yang berasal dari sumber nonmigas, diiringi dengan upaya meningkhtkanefisiensi dan ef'ektivitas penggullaan pengeluaran mtin. Dengan makin meningkatnya tabunganpemerintah, maka kemandirian dalam pernbiayaan pembangunan juga semakin meningkat.

Sesuai dengan GBHN, pengclolaan APBN tetap dalam kerangka kebijaksanaan fiskalyang didasarkan pada prinsip anggaran berimbang dan dinamis, yang menjamin pemerataanpembangunan yang meluas, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dan stabilitas ekonomi yangnrantap. Dari pengalaman selama PJP I, kebijaksanaan ini telah menunjuklan hasil yang nyata danbermanfaat bagi perkembangan ekonomi. Hal ini terccrmin dari scmakin membaiknya distribusipendapatan, yaitu dengan makin menurunnya jumlah penduduk yang berada di bawah gariskemiskinan, dari sebanyak 70juta orang dalam tahun l970 hingga tinggal 15 persen atau sekitar 27juta orang dalam fahun 1990. Sementara itu, alokasi pengeluaran negara telah diarahkan padasektor-sektor yang Inemacu pedumbuhan ekonomi, narnun tidak berdanrpak menambah tekananinllasi. Pertumbuhan ekonomi selama empat tahun pelaksanaan Repelita V mencapai rata-rata 7persen, yang berarti lebih tinggi dari sasaran Repelita V sebesar rata-rata 5 persen per tahun.

23

24

Dalam pada itu, tingkat inflasi telah pula berhasil dikendalikan pada tingkat di bawah 10 persen

dalam dekade belakangan ini, dan bahkan dalam tahun 1992 tingkat inflasi hanya mencapai 4,94persen, yang merupakan angka inflasi terendah selama empat tahun pelaksanaan Repelita V.

Sementara itu, walaupunpengaruh ekstemal dan lebihJebih intemal akan selalu mewamai

pelaksanaan APBN, kebijaksanaan anggaran yang berimbang dan dinamis yang telah dirasakan

manfaatn1a selama ini akan tetap dipertahankan dalam pelaksanaan APBN-APBN berikutnya.

Perubahan-perubahan perekonomian dunia dan nasional kadang-kadang membawa keuntungan

bagi penerimaan negara, namun tidak jarang juga membawa kesulitan dalam penerimaan negara.

Perubahan-perubahan ekstemal dan intemal tersebuttelah membawapengaruh terhadap perubahan

struktural dalam perekonomian negara, terutama dalam penerimaan negara. Cejolak perkembangan

harga minyak yang tidak menggembirakan sejak satu dekade yang lalu telah membawa perubahan

struktur dalam penerimaan dalam negeri. Gejolak tersebut walaupun dari segi penerimaan migas

kurang menggenrbirakan, namun membawa hikmah bagi struktur penerimaan dalam negeri. Sejak

tahun 1986/87 penerimaan dalam negeri telah berhasil melepaskan ketergantungannya pada

penerimaan migas dan makin didominasi oleh penerimaan dari sektor perpajakan. Hal ini sangatmenguntungkan, karenadi samping minyak merupakan sumber alam yang tida.k dapatdiperbaharui

dan harganya sangat dipengaruhi oleh fattor-faktor nonekonomi, penerimaan sektor perpajakanjuga mencerminkan sikap kemandirian pembiayaan pembangunan yang sumbemya dapatdiharapkan

secara mantap dalatn jangka panjang.

Sementa;a itu, belum pulihnya kondisi perekonomian dunja juga mempunyai pengaruh

terhadap permintaan pasar intemasional akan komoditas Indonesia, khususnya komoditas primer,

yang pada gilirannya dapat menurunkan harga serta penerimaan devisa eksponrya. Dalam hal ini,

melalui berbagai kebijaksanaan ekonomi, Pemerintah terus berusaha agarkomoditi ekspor Indonesia

tetap kompetitif di pasar intemasional.

Berbeda dengan kondisi pasar internasional, kondisi pasar dalam negeri cukup

menggcmbirakan. Perekonomian nasional selama Repelita V tumbuh melampaui sasarannya,

sehingga memberikan pengaruh yang sangat besar bagi peningkatan penerimaan negara, yang pada

gilirannya membawa dampak positif kepada upaya pemupukan tabungan pemerintah. Selama

Repel i ta V tabungan pemer intah mengalami peningkatan dalam jumlah yang cukup

menggembirakan. Sebagai cerminan dari kemandirian pernbiayaan pembangunan, upaya untuk

terus meningkatkan tabungan pemerintah telah semakin digalakkan dengan mengusahakanpeningkatan penerimaan dalam negeri yang melebihi laju pengeluaran rutin.

Mel ihat kepada perkembangan keuangan negara sej ak awal PJP I, dapatdisimak perubahan

struktural dalam penerimaan negara yang mengarah kepada sumber pembiayaan pembattgunan

yang semakin kokoh dan mandiri. Dalam masa Repelita I, peranan pajak sebagai pembiayaan

pembangunan masih cukup besar, yaitu rata-rata sekitar 62 persen dari penerimaan dalam negeri,

dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 32,3 persen per tahun, sedangkan penerirnaan minyak

burni rnenyumbang rata-rata sekitar 33,4 persen dalam penerimaan dalam negeri dengan laju

/.J

pertumbuhan rata-rata sebesar 55,2 persen per tahr.rn. Memasnki Repelita II dan III, harga minyakbunri cli pasar internasional menunjukkan perkernbangan yang meningkat, sehingga dominasipenerimaan pajak dalani penerimaan dalanr ncgcri lergeser oleh penelirnaan migas. Dalam keduaperiode tersebut pcncrimaan migas menyurnbang rata-rata sekitar 61 pcrsen tlengan la-ju pedumbuhan

sekitar 23 persen per tahun, sedangkan pencrimaan pajak mempunyai peranan sckitar 35 persendari penerinraan dalarn ncgeri tlengan laju pertumbuhan sekitar 2l persen per tahrn. Dalam tahunteraklir Rcpelita IIi, harga minyak bumi mulai rnengalarni penurunan akibat resesi yang dialarnioleh negara-negala industri. Pcnurunan harga minyak tersebut mernbawa hikmah positif bagipelkembangan struktur penerimaan dalam negeri, dinrana Perncrintah berupaya untuk mewujudkan

sumber penerimaan dalatn negeri yang rcntan terhadirp gejolak perekonomian intcrnasiolal. Upayaitu dirnulai dcngan mengadakan pembaharuan sistern perpajakan nasional yang ditandai dengandiundangkannya serangkaian undang-undang perpajakan, yaitu Undang-undang Nomor 6 Tahun1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan, Undang-undang Nomor 7'I'ahun l9tl3tentang Pajak Penghasilan, dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak PertambahanNilai, yang kemudian dilengkapi dengan Untlang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang PajakBumi dan Bangunan clan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tenl,ang Bea Meterai.

Upaya pcmbaharuan perpajakan tersebut telah mcmbawa struktur pelrerinraan Degarayang bersandar pada sumber penerimaan dalam negeri yang kokoh dan tidak tergoyahkan olehgejolak perekonomian inlernasional. Dalarri Repelita IV, pcncrirraan perpajakan menyumbangrata-rata sekitar 4l persen dari penerimaan clalam negeri dengan laju peltumbuhan sekitar 26 persenper tahun, sedangkan pcnerimaan migas yang menyurnbatrg fata-rata sekilar 50 pelsen daripcnerimaan tlalam negerihanya turrbuli del)gan laju rala-rata yang menurun, sebcsar 2,2 persen pertahun. Memasuki Rcpelita V, sebagai Repelita telakhir dalarn PJP I, kemandirian pernbiayaanpembangunan semakin kokoh, sebagaimana tcrlihat clari tlominasi penelimaan pcrpajakan yang

semakin mantap dalanr penerimaan dalam negeli. Dalam tahun pertama Rcpelita V, sumbanganpenetimaan perpajakan mencapai 53,7 persen dali pencrimaan clalam negeri, dau dalam tahunterakhir Repelita V peranannya dipcrkirakan akan rneningkat menjadi 64,1 persen dari penerimaandalarn negeri. Dengan demikian, laju pettumbuhan pcnerimaan perpajakan dalam Rcpclita Vdiperkirakan sekitar 22 perscn per tahun, sementara dalam periode yang samr, pertumbuhanpenerimaan migas dipcrkirakan sebesar 7,7 persen pel tahun dengan kecenderungan penurunan

dalam peranannya, sehingga diperkirakan mcnjadi sekitar 28,6 persen dari pcnerimaan dalamnegeri keseluruhan dalam tahun terakhir Repelita V.

Dalarn kurun waktu hampir satu dekade sejak dibcrlakukannya sistem perpajakannasional, lerjadi lonjakan dalam jumlah waj ib pajak (WP) yang tcrdaftar, dari sebanyak 1 .282.045 WPdalam bulan Januari 1984 rneujadi -5.393.783 WP dalam bulan Januari 1993. Dari tiga jenis wajibpa.iak, yaitu wajib pajak PPh badan, wajib pajak PPh perorangan, dan wajib pajak PPN, wajib pajakPPh perorangan mengalarni peuingkatan yang cukup tinggi, yaitu dari sebanyak 1.189.832 WPdalam bularr Januari 1984 menjadi sebanyak 4.216.119 WP dalam bulan Januari 1993. Di pihak

lain, wajib pajak PPh badan walaupun mengalami peningkatan namun tidak setinggi PPh

26

perseorangan. Bila dalam bulatr Januari 1984 jumlah wajib p:tjak PPh badan baru sebanyak

92.213 WP, maka dalam bulan Januari 1993 telah tnencapai 326.715. Sementara itu, pengusaha

kena pajak PPN, yang semula berjumlah 6 | .335 WP dalam bulan Januari 1986 telah meningkat

mefiad\ 234547 WP dalam bulan Januari 1993.

Hasil-hasil pembanguuan yang telah dicapai selama PJP I memerlukan biaya pemeliharaan

dan pengoperasian yang semakin besar pula. Untuk itu, pengeluaran rutin selama PJP I senantiasa

meningkat seiring dengan meningkatnya hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Pengeluaran

rutin antara lain dipergunakan untuk pembiayaan aparatur petnerintah, penyediaan biaya operasional

dan pemeliharaarr bagi hasil-hasil pembangunan, pelunasan kewajiban-kewajiban pemerintah

termasuk pembiayaau bunga dan cicilan atas pinianran ltrar negeri, serta pembiayaan berbagai

program pemerintah Iainnya. Seiring dengan semakin besartrya organisasi, tugas dan fungsi

pernerintah, baik dalam pelaksanaan opcrasional pemerintahan maupun pelaksanaan tugas-tugas

pembangunan, berbagaijenis pengeluaran rutin mengalami penirrgkatan dalam jumlah yang cukup

berarti. Peningkatan pengeluaran rutin tersebut berhubungan erat dengan upaya peningkatan

kualitas aparatur pemerintah secara terus-menerusr agAr aparatur pemerintah mampu memberikan

mutu pelayanan yang optimal kepada masyarakat.

Di samping itu, pengeluaran rutin juga menampung pengeluaran untuk subsicli kepada

daerah otonom, untuktnembantu pemerinlah daerah membiayai kegiatan operasionai pemerintahan

dan pelaksanaan program-program pemeritrtah yang dilakukan di daerah. Selaras dengan semakin

meningkatnya usaha pembangunan ke daerah-daeral, maka subsidi daerah otonom juga semakin

meningkat. Sementara itu, kewajiban pembayaran bunga tlan cicilan hutamg merupakan komponen

terbesar dalam pengeluaratr rutin. Peningkatan kewajiban pembayaran kembali bunga dan cicilan

hutang ini lebih disebabkan oleh faktor'-faktor eksternal seperti apresiasi rnata uang asing, terutama

apresiasi yen Jepang terhadap dolar Amerika, dan apresiasi llilai tukar mata uang asing terhadap

rupiah, di samping meningkatnya hutang-hutang luar negeri yang telah jatuh tempo.

Setelah dipergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin, maka sisa lebih penerimaan

dalanr negeri merupakan tabungan pemerintah yang digunakan untuk mernbiayai pengeluaran

pembangunan bagi pembangunan berbagai sarana dan prasaratra fisik, serta peningkatan kualitas

hidup masyarakat banyak. Dengan pertutnbuhan penerimaan dalam negeli yang semakin meningkat

dan efisiensi pengeluaran rutin yang semakin menthaik, maka tabungan pemerintah yang dapat

dihimpun juga sernakin mertingkat.

Sejalan dengan itu, pengeluaran petnbanguuan yang merupakan investasi pemerintah

Senantiasa nreningkat sesuai dengan kebutuhan perekonomian nasional. Peranan Pemerintah

sebagai pendorong pertumbuhan ekonomidan pengemban Trilogi Pcmbangunan, yakni pemerataan

pembangunan dan hasil-hasilnya menuju terciptanya kemakmuran yang berkeadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dan stabilitas nasional yang

sehat dan dinamis, menyebabkan pengeluaran pembangunan senantiasa meningkat

Sesuaidengan amanatGBIlN, maka dalamRepelita Vpliot itas pengeluaran pembangunan

diarahkan kepada bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian untuk memantapkan

swascmbada pangan dan meningkatkrr produksi hasil pertanian lainnya, serta seklor industrikhususnya industri yang menghasilkan barang ekspot, industti yang banyak menyerap tenagakerja, industri pengolahan hasil pertanian, serta industri yang dapat menghasilkan mesin-mesinindustri. Atas dasar prioritas tersebut, maka kebijaksanaan pengeluaran pembangunan dalam

Repelita V diarahkan terutama padapembangunan sarana danprasarana dasar yang dapat menunjang

kegiatan ekonomi dan pembangunan pada umumnya, penyediaan fasilitas pelayanan dasar yang

makin luas bagi rakyat, pengernbangan sumber tlaya manusia secala menyeluruh dan mendasar,

serta penyediaan biaya operasional dan perneliharaan bagi sarana dan prasarana yang telah

dibangun.

Mengingat jumlah tabungan pemerintah belum mampu untuk membiayai keseluruhanpengeluaran pembangunan yang diperlukan, maka selama kurun waktu PJP I penerimaanpembangunan berupabantuan program dan bantuanproyek masih dibutuhkan, walaupun peranannya

tetap hanya sebagai pelengkap bagi pembiayaan yang berasal dari dalam negeri. Hal ini terlihat dariperanan penerimaan pembangunan dalam pembiayaan pembangunan yang semakin menurun. Bila

dalam tahun 1988/89 peranan penerimaan pembangunan mencapai sebesar 81,6 persen daripengeluaran pembangunan, dalam tahun 1992/93 peranannya telah menurun menjadi sebesar 44,4persen, sedangkan dalam APBN 1993/94 perananuya diperkirrikan hanya sebesar 37,9 persen.

Pelaksanaan APBN selama Repelita I sampai dengan Repelita V dapat diikuti dalam Tabel II.l.

2.2. Perkembangan pelaksanaan APBN sampai dengnn tahun 1993/94

2.2.1. Kebijaksanaan pokok rli bidang APBN

Kebijaksanaan APBN yang dilaksanakan sejak tahun pertama Repelita I didasarkan padaprinsip anggaran yang berirnbaug dan dinamis. Berimbang dalirm arti jumlah keseluruhanpengeluaran, baik rutin maupun pembangunan, selalu sama denganjumlah keseluruhan penerimaan

ncgara. Dinamis berarti bahwa dalarr hal penerimaan lebih rendah dari yang direncanakan semula,Pemerintah akan menyesuaikan pengeluaran agar tctap terjaga keseimbangan. Demikian pula

dalam hal penerimaan mclampaui tencana semula, Pemerintah akan meningkatkan pengeluaran

agar keseimbangan tetap dapat dipertahankan.

Dengan prinsip anggaran berimbang dan dinamis, diupayakan tabungan pemerintah yang

semakin bcsar. Tabungan pemerintah yang meruparkan selisih lebih dari penerimaan dalam negeridan pengeluaran rutin akan sangat berarti dalam metnbiayai ployek-proyek pembangunan.

Peningkatan tabungan pernerintzrh diupayakan dengan mcningkatkan penerimaan dalam negcri,

serta rnelakukan efisicnsi dalam pengeluaran rutin, tanpa mengabaikan peningkatan kesejahteraanpegawai negeri, dan tetap meningkatkan mulu pclayanan aparat pemerintah kepada masyarakat.

Di bidang penerimaan, kebijaksanaan yang ditempult adalah mengusahakan agarpenerimaan terutama bersumber dari dalarn negeri, karena sumber luar negeri sangat dipengzruhi

oleh perkernbar.rgan ekonomi di luar ncgeri dan mengurangi kemandirian dalam pembiayaan

pembangunan. Sementara kebijaksanaan di bidang pengeluaran rutin, selalu didasarkan pada

28

E

I

a-

c\

z

t' i ?

z

zz

E.J

p

'6

ao

d.5

jfit5c{

t4

g

o-

j

o-

IRt!

F

,tri

e

6&

F p $ Rtg $ $g

& EtFJ

R5

4

R€ - 1 r . c q q Q 1 r !

EECDsS:H

T E€xF

a. g

c

a6tit

Eo.€ - o - o . q S q q q

sE$8s8F i3

.gEI

$ ts89F ;Fe

!P

/

q . q . o " q e e - q a qF g S R F S S S E S

'aE e t F f v i

F " q " r q q Q . ts 9 F d € R 3

td

o - o - q o " E E c . o .K838sHRA

I

4 !

i . 8

'=

F

rl

E

It

H; F gHE$ EH.8u ' F i r i o . o i i d

T

&

II.t.I

II3; -SEqEqE

F

ilJl

&

E! Bqq€ssE

*d

I

&II

..1tlI

I9.x

\o.

ai

t

,o- o) 6^ dh E H 9 HF - - i . tq

I

E

Isc..:I8fDq

'a,9

Ea( ts *$st&

;E

q v I* " o r n o -

hi$H

.uD'

t q F - n !

F E S F Fv ! r 1 o

''.sR

a[9

jx

t I

qIFR

c.I

gte

o ! 9 0 9 o l q

E9FPtsr : 1f r :ssr : 9

IE

IIIIIE

€ i= e

d tE E€ F

F

!

p

2.E

xl* * a g3$$frfr I I i :3:;

apssI

F. cl o:

( ! c ? \ q

F

,t

e q : I ;;a Ei d5o i g O

Q n r;6 It

^ i . . a o 6 f+ ++ d i q i c i

IIfl?n3

I, o - ca

F 9 =s

II

r v r . \ c lB 9 , r P F

e r :. i . . i e r

n o\ o- '1 N" oI

| c l i l : l 9

IIIs

c @ . - -h8s. ! o q a

Iol rr- q $"

e4f fc

< t \ d . r : r dn q q 9 n€E

BII

++

eE

5 ii E

4 6i)

e r l

3 l

-'=

F

,.t

I

Pq i . c , - v r 6 q F - r . a q6 o d ' i + rq:4qsqaEe€

- c r c r e J

T

a- o!

G F B I r r g g r lq i v i o i o ; e t

Fi

.tql

ad

i 6 5 iF . A Q o .8 S 8 Eq q q q

dr o- dlr q | q5 i..r xF i a c i

II

or c. o!

g v t -

4

@ ^ a a Q. 1 ' l ' q . !

g 9

. r q 6 - o "

0 q a e -O F

T r + 9 r r1 9. \o" @"

v] .: o9 I

F i . f . j +

6 F l v ? . :

9 9g

6'd o i j . . i F '

.o di ..{ vi -.i

(Ie

!9

,E* - o r 1 F - - t8 F F g 8n i q c c n 9

6

F. vl c) ro"

c l q c t f l

II

@. oq o. o-

. : q \ q

4

I

5 9 6 6 9 r 3

vr o- v1

Eq!

I

aE

+ -

E=

R ! -

t1 6

32

t

F

,t

z

d 5

1 6 - c l c lo i + +

. i r v i

; FR

qiK

ad i r c , l 6 6

d + + F i c i

c ) \ r :

a t

t

. r q q1 t _ r - € I@_ €" .1

j d t

r 8 8 lv a a v

I\EGa

q o - q asqsSa . l q v 1

c -

* . F . \

oi oi oi

vr .o. or o" o: o.I$ R 8 € r r g € r l=t c \q vt ".i ..:s F v : 9 9

'a

!

d L a l A o "

oi t @ Fi

S;E@ + +

IBd{.

E

6-

E T

cfisicnsi dan usaha-usaha pcnghcmatan, taupa nrcngabaikan pcrlunya dukungan yang mernadaibagi kesejahteraan aparatur, serta cuknp tersedianya biaya operasi dan pemelihalaan hasil-hasilpembangunan. [Intuk rnencapai efisiensi pelekonomian, sejauh mungkin akan dih indari pembcriansubsidi-subsidi, karena tlapat menyebabkan alokasi sumber-sumber ekonomi menjadi tidak efisien.

Sementara itu, di bidang pengeluaran pembangunan kebijaksanaan yang ditempuhdidasarkan pada reucana proyek sektolal dan regional, yang pada gili lannya mengacu kepadarcncana dan prioritas yang telah ditetapkan dalam Repclita. Pcmilihan proyek-proyek pembangunanyang dituangkan dalarn datiar isian ployek (DIP) didasar kan pada azas efisiensi dan efektivitas,untuk nremilih proyek proyek clalam sektor dan subsektor yang telah ditetapkan, yang palingproduktif, rnenunjang pemelataan, selta menciptakau lapangan kerja.

Dengan prinsip-plinsip kebijaksanaan pokok tersebut, maka pelaksanaan APBN1993/94 yang merupakan pelaksanaan operasional tahunan lcrakhir tlariRepelila V tetap diselaraskandengan prioritas yang akan dicapai, dengan telap lrellandaskan kepada Tlilogi Pembangunan danprioritas sasaran yang akan dicapai rlalam kurLrn waktu lima tahunan. Sementara ittr PJP I telahmampu memantapkan perckonomian nasional, yang tercermirr dari tingkat pcrtumbuhan ckonomiyang cukup tinggi, yang dalam tahun 1992 mencapai 6,3 persen. Selain pertumbuhan ekonomiyang cukup tinggi tersebut, stabilitas harga batang kebutuhan masyarakatjuga scrnakin mantap danterkendali, sebagaimana iercermin dari laju inflasi yang dapat dipertahankan di bawah dua digit,bahkandalam tahun 1992 berhasil ditekan hanya mencapai 4,94 perscn. Guna mcncapai hasil-hasilpembangunan seperti yang dirasakan saat ini, diperlukan tlana pembangunan yang jumlahnya kianmembesar, seiring dengan semakin rneningkahya kegiatan pem[]angunan. Sejalan dengan arnanatGaris-garis Besar Haluan Negara (GBHN), clana pcmbangunan cliupayakan dihimpun terutamadari surnber dalam negeri, baik berupa tabungan pemerintah maupun tabungan Inasyalakat,sementara bantuan luar negeri tl imanfaatkan sebagai pclcngkap bagi pembiayaan pembangunan.

Tabungan pcmerintah, yartg merupakan selisih positif al)tara pcncrimaan dalam negeritlan pengeluaran rutin, senantiasa diusahakan agar dapat terus meningkat, karena semakin tinggitabungan pernerintah yang disertai dengan semakin Ineuingkatnya tabungan masyarakatmencerminkan semakin meningkatnya kemandiri;rn dalam menbiayai pembangunan. Dalamhubungan ini upaya peningkatan tahungarr pernelintah ditempuh rnelalui peningkatan pcncrimaandalam negeri yang diikuti oleh pengendalian peugeluaratr rutin pada tingkat yang wa.jar. Upaya-upaya pcningkatzur peneIimaan dalan negeri tersebut lebih dititikbcratkan pada upaya peningkatanpenerimaan dalam negeri di luar minyak bumi dan gas alam (migas), khususnya penerimaanperpajakan, mcngingat pencrimaau migas menunjrkkan perkembaugan yang tidak menentu,Langkah-laugkah pcnitrgkatan penerimaan di luar migas tclscbut drawali sejak tahun anggaran1983/84, yaitu dengan diundangkannya serangkaian undang-undang pajak baru. Pembaharuanperpajakan tetscbut dilakukan, baik terhadap peraturan perundang-unda[gan, sistcm, proscdur,peraturan pelaksanaan, pelayanan kepada masyarakat, maupun organisasi aparat perpajakan.Di samping itu, telah diupayakan pula penciptaan iklin yang mendorong perekonornian nasionalke arah yang lebih wajar, dengan mengalasi kendala infrastruktur, peningkatan mrilu sumber daya

34

manusia, kebijakan moneter secara berhati-hati, se a terus dilanjutkannya langkahJangkahderegulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang, yang pada akhimya akan meningkatkan pulapenerimaan negara di sektor perpajakan.

Upaya-upaya peningkatan penerimaan di luar migas selama PJP I telah memberikan hasilyang rnenggembirakan, antara lain tercermin dari semakin meningkatnya rasio penedmaanperpajakan terhadap produk domestik bruto (PDB) di luar migas. Kalau dalam tahun pertamaRepelita V rasio penerimaan perpajakan (meliputi penerimaan pajak, bea masuk, cukai, dan pajakekspor) baru mencapai 10,8 persen, maka dalam tiga tahun berikutnya rasio tersebut berturutturutmeningkat mdnjadi 11,8 persen, 12,6 persen, dan 13 persen, sedangkan dalam tahun anggaran1993/94 rasio tersebut diperkirakan mencapai 13,1 persen, Meningkahrya rasio pajak terhadapPDB t€rsebut berarti bahwa laju peningkatan pajak lebih besar daripada laju pertumbuhanekonomi, yang berarti pula mencerminkan makin besarnya peranan penerimaan pajak tlalampembentukan tabungan pemerintah,

Seiring dengan perjalanan waktu, telah terjadi perubahan yang sangat pesit, baik ataskondisi perekonomian nasional maupun atas perekonomian intemasional. Keadaan ltu telahmendomng Pemerintah secara bertahap melanjutkan langkahJangkah kebijaksanaan deregulasidan debirokatisasi di sektor keuangary'moneter dan sektor riel, agar perekonomian nasional tetaptumbuh ke arah yang lebih sehat. Dampak daripada deregulasi dan debirokratisasi tersebut adalahberupa perekonomian nasional yang menjadi lebih efisien, dan laju pertumbuhan ekonomi rata-rataselama empat tahun terakhir telah melampaui sasaran Repelita V sebesar 5 persen per tahun.

Untuk mengimbangi peningkatzn aktivitas perekonomian nasional tersebut, telah puladitempuh berbagai langkah penyesuaian kebijaksanaan operasional, sebagaimana tertuang dalamberbagai peraturan pelaksanaan. Dalam bidang pajak penghasilan (PPh) antara lain meliputipengenaan PPh atas keuntungan yang diperoleh dari penjualan saham bonus yang diterimapemegang saham dari konversi agio saham, pengenaan PPh atas bunga deposito berjangka,sertifikat deposito dan tabungan, sebagaimana diatur dalam Peratwan Pemerintah (PP) Nomor 74Tahun 1991 tentang Pajak Penghasilan Atas Bunga Deposito Berjangka, Sertifikat Bank Indonesia,Sertifftat Deposito Dan Tabungan, penegasan kembali perlakuan PPh atas pemindahtanganirnharta (akuisisi), dan juga dilakukan penelitian secafa material surat pemberitahuan (SPT) tahunanPPh. Di bidang pajak pertambahan nilai @PN), terus ditingkatkannyaupaya intensifikasi pemungutanpajak dan ekstensifikasi jumlah wajib pajak, peningkatan kegiatan verifikasi lapangan terhadappengusaha kena pajak (PKP) dan calbn PKP dalam rangka pengukuhan sebagai pengusaha kenapajak (PI(P), melalui kerja sama dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Di samping itu, PPN telah dipungut sampai tingkat pedagangeceran besar, sedangkan pajak penjualan atas barang mewah (PPn-BM) tarifnya telah mengalamipenyesuaian, dari tiga lapisan tarif menjadi empat lapisan tarif, yaitu 10 persen, 20 persen,25 persen, dan35 persen, khususnya bagi kendaraan bermotor, sesuai dengan tingkht kemewahannya.Lain halnya dengan pajak bumi dan bangunan (PBB), upaya yang ditempuh antara lain meliputipenyesuaian nilai jual obyek pajak (NJOP), pengembangan sistem tempat pembayaran (Sistep) dan

35

sistem manajemen intbrrnasi obyek paj ak (Sismiop), pengenaan PBB atas rumah sakit swasta, serta

terus dilanlutkannyapemutakhiran data. Sedangkan peningkatan penerimaan pajak lainnya ditempuh

mclalui peningkatan pengawasan pelaksanaan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea

Meterai melalui kerja sama dengan iustansi terkait, seperti Perum Pos dan Giro, Perum Percetakan

Uang Republik Indonesia (Peruri), dan Polri. Di samping itu, juga tems ditingkatkan upaya

pencegahan beredamya meterai palsu, serta peningkatan pelayanan kepacla masyarakat dalam

pclaksanaan lelang.

Dalam pada itu, kebijaksanaan di bidang bea masuk di samping diarahkan untuk

menghimpun pencrimaan negarajuga ditujukan untuk melinclungi dan mendorong industri dalam

negeri. Kebijaksanaan tersebut antara lain berqra peningkatan kualitas pelayanan, baik dalam

bentnk kelancaran arus barang nraupun pengamanan pemberian kcmudahan di bidattg kepabeanan.

Sementara itu, dalam rangka menunjang kebijaksanaan pemerintah di bidang perdagangan

intemasional, dalarn kaitannya dengan peningkatan daya saing hasil produksi dalam negeri, lelah

dikeluarkan berbagai paket dcregulasi di bidang investasi, perclagangan dan keuangan, seperti

paket deregulasi di sektor riel tlalam bulan Juni 1993 (PakjLrn). Selanjutnya dalam rangka

meningkatkan efisiensi industri nasional pada umumnya, serta untuk mengembangkan indnstri

hilir dan industri penunjang ekspor, maka dikeluarkan pzrket tleregulasi 23 Oktober 1993 (Pakto

1993). Salah satu kebijakan yang tertuang clalam paket lersebut menyangkut penurunan tarif bea

masuk dan bea masuk tambahan, serta pelonggaran tata niaga impor bagi produk-produk irnpor

tertentu, terutama yang dapat menunjang peningkatan ekspor, Sedangkan di bidang cukai, khttsusnya

dalam halcukai tembakau, kebijaksanaan yang ditempuh diselaraskan dengan ptogram pembangunan

industri rokok yang lnernperluas lapangankerja dan bcrusaha. Hal itu, adalah rnerupakan kelanjutan

dari upaya mendorong perkembangan peningkatan ploduksi indr.tstri hasil tembakau dalam negeri,

sebagaimana tartuang dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 364 Tahun 1992 aentang

Pembebasan Sebagian Cukai Hasil Tembakau Dalam Negeri.

Di bidang pajak ekspor, kcbijaksanaan yang diambil dimaksudkan untuk mendorong.

peningkatan ekspor, terutama ekspor nonmigas, dan pcrluasan lapaugan kerja, dengan tetap

memperhatikan kelestarian sumber alam dan litrgkuugan hidup. Rangkaian kebijaksanam yang

telah ditempuh di bidang pajak ekspor mencakup pengembangart komoditiekspor yang kompetitif,

penetapan kembali tarif pajak ekspor dan pajak ekspor tambahan, serta penyelnpurnaan tata cara

penyetoran.

Selain penerimaan dari sektor perpajakan, sumber penerimaan negara di luarmigas yang

mernpunyai peranan semakin penting dalam menopang pcrnbiayaan pembangunzrn adalah

penerimaan negara bukan pajak. Penelimaan negara bukan paj ak antara lain terdiri dari penerimaan

negara yang bersumberdari penerimaan departemertflelnbaga, dan penerimaan yang berupa bagian

pemerintah atas laba badan usaha milik negara (BUMN), termasuk bank-bank pemerintah. Dari

pengalaman tahun-tahun sebelumnya, kontribusi terbesar dalam keseluruhan penerimaan negara

bukan pajak berasal dari bagian pemerintah atas laba BUMN. Oleh sebab itu, berbagai upaya telah

dilakukan untuk meningkatkan laba BUMN, antara lain melalui efisiensi operasional dan

36

penyempumaan manajemen BUMN. Di samping itu, juga terus dilakukan upaya peningkatanpenerimaan departemenflembaga, tnelalui penyempurnaan administrasi dan tata cara penyetorannyaserta pengawasan di dalam pclaksanaannya.

Dalam pada itu, pengalokasian anggaran belanja rutin diupayakan semakin efektif danefisien, derrgan tetap memperhatikan kelancaran pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan,meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, serta diupayakan tetap Inemberikandukunganpembiayaan yang memadai bagi pemeliharaan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai.Di samping itu, kebijaksanaan pengeluaran rutin juga mencakup upaya perbaikan kesejahteraanaparat pemerintah, dan diarahkan untuk memenuhi berbagai kewajiban terhadap pihak luar negeridalam bentuk pembayaran bunga dan cicilan hutang luar negeri sesuai dengan jumlah dan jadual

pembayarannya.

Salah satu pengeluaran rutin yang mengalami peningkatan cukup besar adalah pembiayaan

aparatur pemerintah, sejalan dengan semakin bertambahnya jumlah aparatur pemerintah, sertaadanya kebijaksanaan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas aparatur pemerintah. Sesuaidengan prinsip pengelolaan anggaran belanja rutin, pengendalian dalam pembiayaan aparaturpemerintah senantiasa, dilaksanakan dengan selalu menjaga keserasian antara laju pertambahanpegawai negeri dengan kebutuhan pelayanan yang dibutuhkan oleh ma.syarakat. Dalam kaitannyadengan peranan Pemerintah di dalam menggerakkanroda pemerintahan, serta memberikan pelayananyang terbaik kepada masyarakat, senantiasa diupayakan perbaikan kesejahteraan bagi aparatumya.

Di dalam pengeluaran rutinjuga dialokasikan pengeluaran berupa subsidi kepada daerahotonom, untuk membantu pemerintah daerah dalam membiayai belanja pegawai daerah danberbagai kegiatan operasional pemerintahan di daerah, serta pelaksanaan program-programpemerintah yang dilaksanakan di daerah. Sementara itu, pembayaran hutang luar negeri masihmenunjukkan peningkatan yang cukup berarti, sebagai akibat banyaknya hutang luar negeri yangjatuh tempo dan diperburuk lagi oleh terjadinya apresiasi beberapa mata uang kuat dunia terhadapdolar Amerika, dan menguatnya nilai tukar dolar Amerika terhadap rupiah pada beberapa tahunbelakangan ini.

Selanjutnya anggaran belanja pembangunan yang meliputi pembiayaan rupiah danbantuan proyek, dialokasikan ke berbagai sektor dan subsektor sesuai dengan urutan prioritas dan

kebijaksanaan pembangunan sebagaimana ditetapkan di dalam GBHN dan Repelita. Titik beratpembangunan jangka panjang diletakkan pada pembangunan di bidang ekonomi, dengan sasaranutamamencapai keseimbangan dalam struktur ekonomi dimana terdapat kemampuan dan kekuatanindustri yang didukung oleh kekuatan dan kemampuan pertanian yang tangguh. Pelaksanaanstrategi dasar dan kebijaftsanaan pembangunan tersebut dilakukan secara bertahap sesuai dengan

keadaan dan perkembangan pembangunan.

Dengan berpedoman pada arah dan sasaran pembangunan tersebut, maka dalam rangka

menunjang upaya penciptaan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis, serta mendorong lajupertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dalam periode Repelita I dan Repelita II, prioritas

J I

pembangunan diletakkan pada upaya pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak, berupa pangan,

sandang dzur papan, serta mewujudkan keseimbangan antara sektor pertanian dengan sektor

industri. Sementara itu, guna mewujudkan swasembada pangan dan meningkatkan industri yang

mengolah bahan baku menj adi barangjadi, dalam periode Repelita III prioritas alokasi pengeluaran

pembangunan diberikan kepadasektorpertambangan dan energi, sektor perhubunga n dan pariwisata,

sektor pertanian, serta sektor pendidikan. Selanjutnya alokasi anggaran pembangunan dalam

Repelita IV diarahkan pada usaha untuk melanjutkan swasembada paugan dan meningkatkan

industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri, baikindustri berat maupun indu stri

ringan. Sedangkan arah kebijaksanaan pengeluaran pembangunan dalam Repelita V dialokasikan

kepada lima sektor utama, yaitu (1) sektor perhubungan dan pariwisata, (2) sektor pertanian danpengairan, (3) sektor pertambangan dan energi, (4) sektor pembangunan daerah, desa dan kota,

serta (5) sektor pendidikan, generasi muda, kebudayaan nasional dan kepercayaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa.

Meningkatnya kegiatan pembangunan mengakibatkan semakin meningkatnya dana

pembangunan yang diperlukan. Namun dari pengalaman !erlihat bahwa tabungan pemerintah yang

berhasil dibentuk belum sepenuhnya mencukupi untuk membiayai seluruh proyek-proyek

pembangunan. Oleh sebab itu, walaupun hanya sebagai pelengkap, dana yang bersumber dari luar

negeri masih tetap diperlukan, dengan tetap memegang prinsip bahwa bantuan luar negeri tersebut

dapat diterima sepanjang tidak mempunyai ikatan politik, dan sesuaidengankemampuan pemerintah

untuk membayar kembali. Selanjutnya bantuan luar negeri tersebut senantiasa diarahkan kepadapembiayaan proyek-proyek yang produktif, membantu penyediaan lapangan kerja, serta mendorongpeningkatan ekspor nonmigas.

2,2,2, Penerimaan dalam negeri

Penerimaan dalam negeri terdiri dari penerimaan migas, penerimaan perpajakan, danpenerimaan bukan pajak. Sejak diberlakukannya pembaharuan sistem perpajakan, telah terjadipembahan struktur penerimaan dalam negeri menuju ke arah sumber penerimaan yang mandiri dan

kokoh, serta lebih tahan terhadap perubahan-perubahan perekonomian internasional. Hal ini

menjadikan perangkat fiskal menjadi lebih luwes, sehingga melalui pengaturan kebijaksanaan

fiskal, tujuantujuan perekonomian lebih mudah dicapai. Dalam rangka mendukung kemandirianpembiayaan p.embangunan tersebut, berbagai langkah telah diambil untuk lebih menyempumakanpengelolaan penerimaan dalam negeri.

Dengan melihat perkembangan penerimaan migas yang kurang menggembirakan,penerirnaan perpajakan dalam penerimaan dalam negeri sejak tahun anggaran 1986/87 lebih

dimantapkan. Di bidang perpajakan telah dilakukan intensifikasi pemungutan dan ekstensifikasijumlah wajib pajak. Intensifikasi pemungutan pajak dilakukan melalui pengelolaan potensi pajak

yang telah dapat dibina dengan tertib dan berkesinambungan, serta upaya peningkatan kepatuhan

wajib pajak melalui verifikasi lapangan dan pemeriksaan terhadap wajib pajak yang belum

melakukan kewajibannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Semencara itu, ekstensifikasi

jumlah wajib pajak dilakukan dengan berupaya meningkatkan jumlah wajib pajak dari sektor-

sektor tertentu yang belum dapat terjangkau'

Sementara itu, penerimaan bukan pajak yang terdifi dari bagian pemerintah atas laba

BUMN dan penerimaan departemen/lembaga terus diupayakan untuk memberikan sumbangan

yanglebihberartibagipenerimaandalamnegeri'Halilri,diupayakanmelaluipeningkatanefisiensidan penyempumaan manajemen BUMN, penyempumaan administrasi dan tata cara penyetoran

berbagai jenis penerimaan, serta peningkatan pengawasan dalam pelaksanaannya'

Melalui upaya-upaya tersebut di atas, maka laju penerimaan dalam negeri telahmeningkat

dengan cukup pesai. Kalau dalam tahun pertama Repelita I penerimaan dalam negeri baru sebesar

wpi+z,l miliar, maka dalarn ApBN tahun terakhir Repelita v direncanakan sebesar Rp 52.769

*ili"r, yurrg berarti laju petumbuhan selama lima Repelita rata-rata adalah sebesar 25,1 persen

per tahun. p-enerimaanmilas dalam awal Repelita I adalah sebesar Rp 65,8 miliar, yang diperkirakan

meningkat menjadi Rp 15.127,6 miliar dalam tahun tetakhir Repelita v. sedangkan penerimaan

bukan-migas poda awal Repelita I adalah sebesar Rp 177,9 miliar, dan diperkirakan meningkat

menjadi Rp 37.641,4 miliar dalam tahun terakhir Repelita V'

2.2.2.1. Penerimaan minyak bumi dan gas alam

Kegiatanpenambangandanpengolahansumberdayaalamnasionaldarihasileksplorasidaneksploi tasiminyakbumidangasalam(migas)merupakanSalahSatubidangusahayangpentinglagi perekonomian nasional, baik sebagai sumbet penerimaan negara dan penerimaan

ievisa untuk membiayai pe.mbangunan, maupun untuk memenuhi kebutuhan konsumsi energi

dalam negeri. Selama PJP I, penerimaan yang berasal dari sektor migas telah memberikan

sumbangaln yang cukuppenting dalam struktur penerimaan negara dalam APBN DalamRepelita I'

p"rr".im-aan-milu. rnenyu-bung sekitar 36 persen dari penerimaan dalam negeri' dan sebesar

28persendaripenerimaannegarasecarakeseluruhan'Dalampembangunanlimatahunpertama'kenaikan rata-rata penerlmaan migas adalah sebesar 55,2 persen per tahun' yaitu dari sebesar

Rp 65,8 miliar dalam tahun anggaran 1969/70 menjadi sebesar Rp 382'2 miliar dalam tahun

ungg"run 197317 4. Pada irwal periode tersebut harga minyak bumi relatif rendah, yaitu sekitaf

UJd 2 per barel. Dalam periode tersebut, produksi OPEC cukup dominan dalam mensuplai minyak

mentah dunia secara keseluruhan, sehingga kelompok negara pengekspor minyak tersebut

mempunyai pengaruh yang kuat dalam menentukan tingkat harga minyak'

MemasukiRepelitall,telahterjadipeningkatanpermintaanminyakduniasebagaiakibatkis isenergidalampertengahantahunlgT3yangmendorongter jadinyapeningkatanhargaminyak, sehingga dalam bulan April 1974 harga minyak Minas mencapai sebesar US$ l1'7

per borel. Kenaikan hatga tersebut menyebabkan penerimaan migas dalam awal Repelita II

Leningkat pesat hampir tiga kali lipat dibandingkan penerimaan migas dalam tahun sebelumnya,

dan sumbangannya pada penerimaan dalam negeri melampaui 50 persen' Dampak dari rezeki

minyak tersJbut mempenlarutri keseluruhan dana pembangunan, dimana tabungan pemerintah

pada saat itu tneningkat hampir tiga kali l ipat bila dibandingkan dcngan tabungan pemer.intaltlalam tahun scbelumnya. Dalam tahLtn-tahun bcrikutnya halga rninyak Inrloncsia terus ntcningkat,dan mencapai puncakrya dalarn tahur l98l pada tirgkat harga uS$ 35 pcr barel. Dengan tirgkatharga tersebut, dalam tahun anggaran l9{lI/82 peranan nenerirnaan migas mencapai sckirar7l persen rlari penetimaan dalam tregeri, atau sebesar' 62 persen dali keseluruhan pcnerinraannegara,

Kelesuatl pel ekonomian dunia yang berlamtlarut, dan adanya kclebihan protluksi milyakdunia dengan munculnya kekuatan non-opEC yang terladi selama Repelita IV rnengakibatkanharga minyak tidak stabil dan cende'ung menurun, usaha opEC dengan membatasi kuota procluksitcmyata belurn dapat mengendalikan harga minyak, tlimana harga minyak bumi terus nrengalamipenurunan' yang dalam bulan Agustus 1986 harga rninyak Minas mencapai titik tercndah, yaituhanya sebesar us$ 9,83 per barel. Upaya mengembalikan ha'ga minyak ke ti.gkat yang lebihmenjamin bagi nega'a-negara oPEC diusahakan rrelalui sidang burzur Desember 19g6, yangmenghasilkan kesepakatan untuk mcmbatasi kuota produksi maksimal pada tingkat l5,g juta barelper hari. Namun hal it 't idak terlalu nrembantu, karena harga minyak hurni tli pasar dunia tetapberfluktuasi. Fluktuasi harga minyak bumi selama Repelita IV menyebabkan terjadinya penurunarrpenerimaan rnigas dalam tahun anggaran 1986/87 dibandingkan tahun sebelumnya, dan dernikianjuga dalam tahun anggaran 198t3/89 dibandingkan tahun anggaran I 9g7/gg. Selain itu, mulai tahunanggaran I 986/87 telah terjadi pembahan yang meldasar pada struktur penerimaan negara, dimanasurnbangan penerimaan migas pada penerimaau dalam negeri menjadi tidak dominan lagidibandingkan pcnerimaan di luar migas.

Dalam usaha meningkatkan dau nrenstabilkan harga rninyak cli pasar intemasional, tclahdilakukan upaya-ufaya diplomatik mclalui pendekatan ke nega'a-ncgara opEC agar mematuhikuota produksi masing-masing yang telah discpakati, serta rnclakukan kerja sama dengan ncgara-negara non-oPEC untuk mengendalikan suplainya di pasar rlunia. Di samping variabel harga,tingkat produksi minyak burni dan gas alarn juga merupakan faktor yang nrempcngz*uhi besamyapenerimaan migas. sebagaimana diketahui, nsaha pertambangan rnigas merupakan usaha padatmodal dan bertcknologi tinggi, schingga untuk dapat memantaatkan potensimigas secara maksirnal,telah dilakukan kerja sama clengan pihak asing atas dasar prinsip saling mcnguntungkan, agar dapatmenjaga kestabilan produksi migas, serta memenuhi kebutuhan encrgi dan dana pcmbangunannasional jangka panjang. Schubungan de,gan upaya tersebut, pemerintah telah menawarkankemudahan-kemudahan danperangsang dalam bentukpemberian insentif. Dalam bulan septen.rber.1988 telah dikeluarkan ketentuan baru bcrupa perlakuan khusus di bidang perpajakan,penyempumaan pola bagi hasil, penyesuaian harga prorata, dan kemudahan dalam pengaclaanbarang keperluan eksplorasi. Selain itu, untuk meningkatkan kegiatan cksplorasi minyak rli wilayahIndonesia bagian timur, dalam bulan Februari 1989 telah dikeluarkan kebijaksanaan pemberianinsentif, melalui penyempumaan kontrak bagi hasil. Dalam kebijaksanaan tersebut, perbandinganbagi hasil untuk kontrak baru atas lahan konvensional adalah 80 persen untuk pemerintah dan20 petsen untuk kontraktor, sedangkan bagikontrak baru atas lahan frontier adalah 7-5 oersen untuk

40

Pemerintah dan 25 persen untuk kontraktor. Di samping kebijaksanaan tersebut, telah dilakukan

pula usaha enhanced oil recovery (EOR) pada lapanganJapangan yang telah belproduksi untuk

meningkatkan cadangan terambil (recoverable reserves)

Dalam Repeliia V, untuk mempertahankan posisi Indonesia sebagai tempat penanaman

modal bidang migas yang tetap menarik di kawasan Asia-Pasifik, dalam bulan september 1992

telah dikeluarkan paket insentif baru di bidang migas, yang berlaku surut mulai 1 Januari 1992.

Paket insentif tersebut antara lain mengatur pembagian hasil gas alam yang sebelumnya 70 persen

untuk Pemerintah tlan 30 persen untuk kontraktor, kini untuk lahan baru daerah frontier

perbandingannya menjadi 60 persen untuk Pemerintah dan 40 persen untuk kontraktor, sedangkan

untuk lahan baru daerah konvensional adalah 65 persen untuk Pemetintah dan 35 persen untuk

kontraktor. Kemudian untuk pembagian hasil minyak bumi di daerah frontier, kalau pada waktu

yang lalu dibagi menurut produksi minyak per hari, kini disamaratakan, yaitu 80 persen untukpemerintah dan 20 persen untuk kontfaktor. selanjutnya bagi hasil minyak bumi untuk pengembangan

lapangan pada kedalaman laut lebih dari 1.500 meter, yang sebelumnya juga dibagi menurut

produksi per hari, kini untuk seluruh lahan berlaku pembagian hasil 75 persen untuk Pemerintah

dan 25 persen untuk kontraktor.

Sejalan dengan upaya menuju kemandirian dalam mengelola potensi migas secara

maksimal, maka Pemerintah menerapkan strategi dasar yang meliputi penillgkatan kualitas dan

kuantitas tenaga ahli dan peneliti yang profesional, serta pemberian kesempatan dan kepelcayaall

yang lebih besar kepada swasta nasional untuk mengelola industri migas. Di samping itu,pemerintah juga memantapkan kebijaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi pencarian dan

pengolahau migas, serta peningkatan upaya penggantian peranan migas sebagai bahan baku

industri dan sumber energi.

Dalam perkembangannya selama ini, perubahan harga minyak di pasar dunia tidak hanya

dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, seperti perrnintaan dan penawaran di pasar dunia, tetapi

juga dipengaruhi oleh pembahan faktor-faktor nonekonomi. Sewaktu terjadi krisis perang teluk

dalam bulan Agustus 1990, pasokan minyak dari negara lrak dan Kuwait ke negara-negara industri

menjadi berkurang, dan secara psikologis menimbulkankekhawatiran konsumen minyak menghadapi

kemungkinan sulitnya memperoleh minyak rnentah dan produk-produk minyak lainnya di tahun-

tahun berikutnya. Dampak dari keadaan tersebut adalah terjadinya peningkatan harga minyak

secara tajam, sehingga dalam bulan Oktober 1990 harga ekspor minyak mentah Indonesia jenis

Minas mencapai us$ 35,29 per barel, yang mengakibatkan penerimaan ntigas mencapai titik

tertinggi selama PJP L Dalam tahun anggaran 1990/91, penerimaan migas mencapai sebesar

Rp 17.711,9 miliar, terdiri dari penerimaan minyak bumi sebesar Rp 14.577,5 miliar dan

penerimaan gas alam sebesar Rp 3.134,4 miliar. sejak 1 April | 989 realisasi harga rata-raia minyak

mentah Intlonesia dihitung berclasarkan formula Indonesian Crude Oil Price (ICP). Dalam tahun

anggaran l99ll92 dan 1992/93 realisasi rata-rata harga minyak Indonesiamencapai sekitarUS$ 18

per barel, yang berarti masih di bawah tingkat harga referensi rninyak mentah yallg ditetapkan

opEC dalam tahun 1990 sebesar US$ 21 per barel. Kebutuhan minyak dunia dalam tahun 1993

4 1

sekitar 66 juta barel per hari, dimana sekitar 60 persen dipasok oleh negara-ncgara non-OPEC dan

sisanya dari negara-negara OPEC. Keprihatinan yang dihadapi negara-negaLra pengekspol tltittyakpada saat ini dan yang akan datang adalah lendahnya tingkat harga, dan rendahnya Permintaanminyak dunia yang disebabkan belum pulihnya pertutlbuhan ekonomi negara-negara industri

maju, serta adanya rencana pengenaan pajak euetgi yang akan dilaku\an negara-l'tegara barat

Dengan adanya perbaikan harga minyak dalaln Repelita V dibandingkan Repelita

sebelumnya, maka penerimaanmigas menunjukkan pcrkembangau yang menggembilakan. Bila pada

akhir Repelita IV penerimaan nrigas adalah sebesar Rp9.527 miliar, dalam tahun anggaran

1992/93 jrmlahnya menjadi sebesar Rp 15.330,4 miliar, yang menunjukkan bahwa selatna periodc

tersebut penerimaan migas meningkat rata-rala sebesar 12,6 persen pcr tahun. Dalam tahun

anggaran 1992/93, sumbangan penerimaan migas tedraclap penerimaan dalam negeri adalah

sebesar 32,3 persen clan terhadap keseluruhau penerimaan negara sebesat 26,4 persen. Walaupun

secara absolut penerimaan migas dalam Repelita V masih cukup bcsar, namun secara relatif

peranannya pada struktur penerimaan uegara semakin menurun, terutalna disebabkan adanya

peningkatan sumber peuerimaan dalam negeri di luat migas yang cuktrp pesat, khususnya yang

berasal dari perpajakan, sebagai hasil dari petnbaharuan sistem perpaiakan sejak tahun 1983.

Perkembangan harga ekspor minyak bumi Indonesia secala rinci dapat dilihat pada Tabel II.2.

2.2.2.2. P ener imaan perpaj a ka n

Realisasi penerimaan dalam negeri di luar migas banyak ditopang oleh penelilnaan

perpajakan. Dalam hubungan ini, scjak diberlakukannya undang-undang perpajakan yaug baru

dalam tahun 1984, perkembangan penerimaan pajak penghasilan sangat menggembirakan. Sebagai

salah satu jcnis pajak yang memberikan kontribusi terbesar dalam keseluruhan pcncrimaan

perpajakan, selarna Repclita IV pajak penghasilan (PPh) menyumbang sebesar 33,5 persetr dati

seluruh penerimaan perpajakan. .selanjutnya, dalam empat tahun pelaksatraart Rcpclita V peranan

PPh terhadap seluruh penerimaan perpajakan telah meningkat mcnjadi 38,2 persen. Dilihat dari

perkembangannya sejak tahun pertama Repelita IV sampai dengan tahun keenrpat Repelita V'

penerimaan PPh rata-rata meningkat scbesar 24,1 persen per tahull. Perkembangan penerimaan

PPh yang cukup mengesankan tersebut tidak terlepas dari bcrbagai kebijaksanaan di bidang PPh

yang ditempuh selama ini. Upaya-upaya tersebut, antara lain berupa program pe yempurnaan

administrasi perpajakan, penillgkatan kualitas aparat perpajakan, pembinaan dan peningkatan

penyuluhan perpajakan, peningkatan mutu pelayanan, pcmeriksaan pajak, serta berbagai langkah

pengaturan kembali pengenaan pajak penghasilan terhadap perkernbat)gan aktivitas transaksi

perekonomian. Khusus dalam hal intensifikasi pemuttgutan pajak, usaha tersebut ditempuh dengan

memanfaatkan data pihaklGtiga, peningkatan pcngawasan administratif, dan penagihansecara aktif.

Dalam sistem perpajakan yang baru, khususnya bagi PPh, telah diterapkan azas keadilan

yang sesuai dengan karakteristik sistem perpajakan yang maju, yakni dengan dianutnya definisi

yang luas mengenai penghasilan, adanya penghasilan tidak kena pajak (PTKP), dan diterapkannya

struktur tarif yang sederhana tetapi cukup progresif. Seperti diketahui bahwa terdapat tiga lapisan

tarif PPh, yaitu 15 persen untuk penghasilan kena pajak (PKP) sampai denganRpl0juta, 25 persen

42

Tabel II.2

HARGA EKSPOR MINYAK BUMI INDONESIA(dalam US$ per barel)

T a h u nHarga rninyak

Minas/lClT a h u n

Harga minyak

Minas/ICP

1969tg'to19'7 |t912t913t9t 4t9t 5t916t977l9?8t91919E0198119821983198419851986

AprilAp r i LApri lApri lApri lApri lApri lApr!lApDlApriLAprilAprilAprilAprilApri lApri lApril

Januari

MaretAprilMeiJuniIul iAgustusSeptemberOktoberNovemberDesefirber

JanuariAprjlAgustusDesember

Janu|liMaretMeiOktoberDesember

JanuariAprilMeiSeptemberDesembei

1,671,612,212,963,73

11,70t2,6012,80

13,5515,6529,5035,003-5,0029,53

28,5325,112l,00t4,4510,6610,38t 2 , t l10,259,83

12,20t2,27tz,3r13,071s,3911,5',118,7616,93t7,2215,4511,5613,20t?,5015,00 ..18 ,21 r )18,64t't,0218,07

1990 JanuariFebnuriMaretAprilMeiJuniJuliAguslusSepiemberOktoberNovemberf)esemller

JannariFcbruariMaretAprilMeiJuniJul iAguslusSeptemberOktoberNovemberDesernber

JalruariFebruariMaretAprilMciJuniJul iAgtrstusSeptemberOktoberNovenlherDesember

JanuariFebruariMaretAprilMeiJuniJul iAgustusSeptadberOktoberNovemberDesember

1991

1993

19,24t9,3218,n311,4916,30

14,8119,1928,03

33,5?29,Ol25,482 t ; t 917,'.72t'l,3'l18 ,0118,3018,5619,0019,4920,452 r , 0 120,3418,32r7 ,88I7,35t1,4'718,2019,5120,6720,22t9,6419 Jf,t9,4718,70n,E917, .5118,4218,8418,6718.41t7,4417,56l? ,01t'7 ,t316,0'l14 .15 2)

1) SeJ.* I Apdl 1989 harga minyak dihitung berdasarkan formula IcP'

2) Angkasemenlara.

43

untuk PKP di atas Rp 10 juta sampai dengan Rp 50juta, clan 35 persen untuk PKP di atas Rp 50juta,berlaku baik atas penghasilan badan usaha maupun atas penghasilan perorangan. Dengan penerapansistem tarif tersellut, pengenaan PPh telah turut setta dalam menciptakan iklim yang kondusif bagiberkernbangnya perekonomian nasional, termasuk kemampuan bersaing dalam perdaganganinlernasional, khususnya dalam menarik investasi dari luar negeri.

Dalam pada itu, upaya ekstensifikasi jumlah wajib pajak PPh secara bertahap terusdilaksanakan. Mclalui Peraturan Perneliutah Nomor 74 Tahun 1991 tentang Pajak PenghasilanAtas Bunga Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito Dan Tabungan, dan Surat Keputusan MenteriKeuangan Nornor 1287 Tahun l99l tentang Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, Dan PelaporanPajak Penghasilan Atas Bunga Deposito Berjangka, Sertifikat Bank Indonesia, Sertifikat Depositodan Tabungan, scjak tanggal 15 Januari 1992 telah diberlakukan kebijaksanaan pengenaan PPh atasbunga dcposito berjangka, settifikat deposito dan tabungau. Kebijaksanaan tersebut bertujuanuntuk memberi perlakuan yang sama terhadap penghasilan yang berasal dari surnber-sumber yanglrcrbeda, di samping untuk meningkatkan peran serta masyarakatdalam pembiayaan dan pelaksanaanpembangunan nasional. Dalam pada itu, juga telah ditegaskan kembali perlakuan PPh ataspemindahtanganan harta atau akuisisi dalam benhrk penjualan, pengalihan/tukar-menukar, hibah,warisan, dan penyertaan dalam bentuk halta, sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undangNotnor 7 Tahun 1983 tentaug Pajak Pcnghasilan, yang telah diubah dengan Undang-undangNomor 7 Tahun 1991. Penegasan ini dimaksudkan untuk mengaLrnankan penerimaan negara, sertaagat adanya kepastian hukum dalam perlakuan perpajakan atas pemindahtanganan harta, baik yangdilakukan antarperorangan, antara perorangan deDgan badan usaha, maupun aDtarbadan usaha.

Selanjutnya, dalam rangka merangsang dan meningkatkan peuanaman modal yangberasal dari luar negeri, utamanya pada sektor-sektor yang banyak membuka kesempatan kerja,kcpada investordari luar ncgeri diberikan kemudahan dalam penyelenggaraan pembukuan, dengantetap berpegang pada ketontuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Pemberianketnudahan tersebut ditetapkan mclalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor I 171 Tahun 1992tentang Penyelenggaraan Pembukuan Dalam BahasaAsing Dan Mata Uang Asing Bagi PerusahaanDalam Rangka Penanaman Modal Asing, Kontrak Karya, dan Kontrak Bagi Hasil.

Di samping itu, peningkatan penerimaan PPh juga disebabkan oleh meningkatnyapendapatan masyarakat sejz an dengan kondisi perckonomian nasional yang semakin mernbaik.Salah satu indikasi rnembaiknya perekonomian masyarakat adalah semakin bergairahnya kegiatanpasar rrodal. Dalam rangka mengirnbangi kegiatan pasar modal tersebut, serta dalam rangkamengamankatt penerimaan PPh, semua jenis saham bonus yang berasal dari konversi kecuali darikonversi agio, diperlakukan sebagai obyek pajak, kecuali yang diterima oleh badan usaha teltentusebagaimana diatur dalam Undang-umlang Nomor 7 Tahun 1991. Demikian pula telah ditegaskanpenghitungan PPh atas keuntungan yang diperoleh dari penjualan saham (capital gain). Di sarnpingupaya penggalian potensi pajak yang masih cukup besar, juga dilakukan berbagai penyempumaanterhadzrp berbagai peraturan, antara lain berupa penegasan bahwa saham bonus dari agio tidaktermasuk sebagai obyek pajak kecuali keuntungan dari penjualan saham bonus tersebut. Hal itu

l t

dinaksLrtlkan, agar tidak menirnbulkan keragu-raguan bagi masyarakat/waj jb pajak, scrta lebih

rnerrjanrin kepastiarr hukunr dalam pelaksanaan undang-undang perpajakau yang baru.

Penerirnaan pajak pertambahan nilai (I'PN) juga mcrupakatr salah satu suntbet utalna

pcnelirnaan pelpajakarr, yang sclarna Repelita V telah rnembetikau peranan yang sangat besar

rlalarn rnendukuug kemandirian pernbiayaan penrbangunan. Kalau dalam tahult anggaran 19t34/tl-5penerimaar I'PN Lraru mcncapai Rp 878 rniliar, dalam tahun angg ran 1992193 Ielah meningkatmen.jadi Rp 10,714,4 miliar, yang bcrarti rata-r'ata mengalami pelturnbuhan 36,7 persen per tahun,

Scclangkar dalanr APBN 1993/94 penerimaan PPN direncanrkan sebesar Rp 11.682,6 miliat.

Pelkembangan penerirnaan PPN tcrscbut discbabkan olelr semakin nreningkatrrya potensi

I'[ 'N, rncningkatnya kernarrpuan dalam memungut pajak, dan bertarnbah baiknya pcrckonomian

dallrr negeli. Konclisi perekononrian sclama Rcpelita lV dan ernpat tahun peltaura Repelita V

cLrkup baik, clinrana peltumbuhau ekonouri rata-ratir empat tahun pertama Repelita V mcncapai

sekilar 7 persen per tahun. Tinggirya pcrturnbuhan ekonorni tersebut rnenunjukkan teljaclinya

peringkllan dalanr kegiatan pelekononrian yang berbentuk nilai Lanrbah, yang sclanjutnyanrendorong peningkatar potcnsi PPN. Di samping metringkahya potensi PPN, pengelolaau

adrlirrislrasi perpajakan yang setlakin baik juga tulut mendorong peningkalan penclintaan PPN.

Pcningkatan pengelo laan ar l r r t in is t ras i PPN antara la in d i lakukan mela ln i upaya-upaya

pengembangan dan penyetnputnaan terhadap satana dan pr silrarna pemungulan pajak, scpcrti

upaya pcnyempurnilan l)craturan pelpajakan, peniugkatan kemampuan aparat perpajakan, scrta

pcnyerrlpuuraarl proseclLrr pembayaran pajak. Penycntpurnaan tcrhadap salarra darr ptasalaua

lentungular pajak yang djlakukan, di sarnping dimaksudkan untuk rneningkatkan penerirnaan

PPN, juga Lrntuk meniugkatkan pelayanan kepa.la masyarakat, agar wajib pajak dapat menjalankan

kcwiLliban pelpajakannya dcngan baik dan Iancar, yang pada akhirnya akan meudoroug peningkatanpener i rnaan PPN.

l.lpaya-upaya tcrsebut terutama diarahkan kepada penyempurnaan kebijaksarraan

opcrasionalnya. Sedangkan rlalam hal peraturan-peraturan pokok PPN yang bellaku, ttlasih tetap

berdasar kan kcbijaksanran-kebijrksanaan dalatn tahun-tahun sebelumnya, clemikian jLrga tarif

PPN rnasih tetap berlaku tariItunggal scbcsar 10persen. Sementala itu, dalam fangka intensifikasi

pcnrurrgutan pajak, upaya-upaya yang dilakukan dititikberatkan pada upaya meningkatkan kcpatuhan

waiib pajak, yaitu dengan melakukan pcnclitian formal dan Inatelial, selta melakukan verifikasi

lupangarr tLar pcmeriksaan, terutama sehubungan tlengan masih banyaknya wajib pajak danpcrllungut pajak yang bch:m melaksanakan kewajibannya sesuai dengan peraturan yang berlakLl,

baik sccara tidak disengaja manpun rlengan sengaja melakukan kcsalahan dalam pembayaran dan

penyetorrn pajaknya. Upaya-upaya tersebut anlara lain diwujudkan melalui kerla sama yang

tlilakukan dengan herbagai instansi, seperti Badan Pcngawasan Kcuangan dan Pernbangunan(BPKP) dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), untuk melakukan penreriksaan. Sementara iltL,

dcngan pengenaan PPN yang telah mencakup seluruh lapisan produksi, rnulai dar i pabl ikan sampai

dengan pedagang eceran bcsar (PEB), rnaka upaya ekstensifikasi yang dilakukan adalah dengan

mcmpcrluas jenis-.jenisjasa kena pajak, serta penalnbahan jumlah wajib pajak. khususnya dari

sektor usaha tertentu, yang sebclumnya belun tetjangkau.

45

Dalam pada itu, berhagai lenyempurnaan peraturan dan perundangan yang dilakukandalarr bidang PPN, disamping bertujuan untuk nreningkatkan penerimaan PPN, juga dimaksudkanuntuk mcndorong sektor-sektor terter'ltu dalam rangka mendukung perkenrbangan perekonomiandalam negeri. Sehubungan dengan hal tersebut, dalarn rangka meningkatkan efisiensi danpernanfaatan potensi industri kendaraan llermotor (lalam negeri, seiak tanggal l0 Juni 1993 telahdiberlakr.rkan Pelaturan Pemcrintah Nomor 36 Tahun 1993 tentang Perubahan Atas PeraturanPernelintah Nornor 22 Tahun 1985 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Pajak PcrtambahanNilai 1984 Sebagaiurana Telali Bcberapa Kali Diubah Terakhir l)engan Peraturan PemerintahNomor 76 Tahun 1991. Melalui kebijaksarlaan tersebut telah dilakukan reklasifikasi tcrhadap tarifpajak penjnalan barang tnewah (PPn-BM) yang sebeluunya terdiri clari tiga lapisan talif, yaitu10persen, 20 pcrsen, rlan 35 persen, menjadi empat lapisan tarif yaitu l0 persen, 20 persen,25 pcrscn, dan 35 persen, Perubahan Iapisan tarif tcrsebut hanya menyangkut PPn-BM kendaraanbermotor, sedangkan PPn-BM atas komoditi lainnya masih tetap.

Pajak bumi dan bangunan (I'BB) adalah pajak kebendaan atas tanah dan bangunandcngan menggabungkan antala lain iuran pernbangunan daerah (tpeda) dan pajak kekayaan. PBBmerupakan pajak langsung, yang secara bertahap perananmya semakin mantap, dan mempunyaiprospek yang cerah untuk dikembangkan di nrasa yang akan datang. Kalau dalam tahun anggaran1986/87, yang melupakan tahun pertama diberlakukannya undang-undang pajak bumi dan bangunan,realisasi pcnerimaan PBB balu mencapai Rp 190 miliar, maka dalam tahun keempat Repelita Vrealisasi tersebut telah mcningkat menjadi Rp L 100,6 miliar, yang berarti meningkat sebesar 34persen pcr tahun. Berbagai fiktor yang mendolong peningkatan PBB antara lain berupa pcnyesuaiannilai jual obyek pajak (NJOP) sccara periodik, pengembangan sistem tcmpat pembayaran (Sistep),selta sistcrn informasi manajemen obyek pajak (Sisrniop) yang telah dilaksanakan di beberapadaerah.

Khusus rnengenai NJOP, scsuai rlengan Pasal 6 ayat (2) Undang-undang Nomor 12Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, besarnya ditdtapkan setiap tiga tahun oleh McnteriKeuangan, Namun demikian untuk dacrah-daerah tertentu, NJOP-rrya dapat ditetapkan setiaptahutr sesuai dcngan perkembangan daerah seter')rpat. Sejak diberlakukannya undang-undang pajakbumi dan bangunan, telah beberapa kali tlilakukan penyesuaian NJOP, terakhir melalui KeputusanMenteri Keuangan Nomor 174 Tahun 1993 tentang Penentuan Klasifikasi tlan Besarnya Nilai JualObyek Pajak Sebagai Dasar Pengenaart Pajak Bumi dan Bangunan, tanggal 23 Februari 1993,dirrana ditetapkan klasifikasi dan besarnya NJOP yang disesuaikan clengan perkernbanganpcrekonomian nasional. Dalam keputusan terscbut ditetapkan 50 kelas burni dengan penggolongannilai jual tertinggi sebesar Rp 3,1 juta dan lerendah sebesar Rp 140 pet metcr persegi, Untuk nilaittausaksi obyek pajak yang nyata-nyata di atas Rp 3,1 juta per meter persegi, digunakan nilaitransaksinya. Di sanrping itu, unsur keadilan dalam penerapan PBB juga tercermin dari atlanyapemberian fasilitas pengurangan bagi yang kurang mampu dan pcngajuan keberatan bagi wajibpajak yang merasa terdapat kesalahan dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT)-nya.Besalnya pengurangan dapat ditetapkan paling tinggi 7-5 persen, sedangkan untuk keberatan tidaktertutup kemungkinan bisa sampai l00persen. Semcntara itu, dalam rangka membantu wajibpajak

46

perorlngan yang l)elpenghasilan tidak tetap, sejak I Januari 1992 nilai bangunan tidak kcna prrilk

telah dinaikkan rlaLj Rp 3,5 jLrta menjadi Rp 7.iuta, Di lain pihak terhadap I Lrmah sakit swasta yarrg

dalarn perkernbangannya dinilai sudah mengatah kepada upayt mempcrolch keutltullgan di

samping fungsinya sebagai lembaga sosial, kini Lclah dikenakan PBB, sebagaimana tliatur clalrnr

Sural Keputusan Menleri Kcuangan Nomot 796 Tahun 1993 tentang Pcngenaan Pajak Bulni dan

Bangunan Atas Rurnalr Sakit, tanggal 20 Agustus 1993.

Senrent:lra itu, guna lebih mcnjamin agal surat pemberitahuan pajak tcrhutang (SPPT)

PBB yang dikirim dapat sanrpai kepada wajib pajak, telah dilakukan kooldinasi dengan inslansi-

instansi telkait dalam bentuk kerja sama dengan pemerintah daerah (Pemtla), pcjabat pelnbuat akte

tanah (PPAT), Badan Peltanahan Nasional (BPN), notaris, Pcrum Pos datr Giro, dan lain sebagainya

Di bidang bea urasuk, dalam rangka menunjang kebijaksanaan petnerintah di bidang

perdagangan internasional, peningkatan ekspor nontnigas, tlan pcmbitraall serta petrgernbangatt

industri dalam negeri, telah dilakukan pcrubahan dan penyempuruaan bLrku tarif bea tnasuk

Indonesi:r (BTBMD yang sejak I Januari 1989 telah menganut "harlnonized systern" (HS)

rnenggantikan "custorn cooperation council nornenclatute" (CCCN) yang tlipakai scbclumnya.

Sementara itu, dalam rangka mendorong pertumbuhan industri dalam negeri, serta meningkatkarl

daya saing ploduksi dalam negeri, telah dikeluarkan serangkaian paket deregulasi, antara lain

rnenyangkut kebijaksanaan tarif belupa penurunan tarif, kenaikan tarif, serta penyesuaian klasifikasi

tari[. Kebijaksar)an ini sesuai dengan ketentuan yang dianut dalatn General Agreement on Trrilf.s

and Tlade (GATT),

Dalarn kaitannya dengan penerimaan bea masuk yang dikenakan atas impor barall[l

konsurnsi, barang modal, serta bahan baku/penolong, besarnya penerimaan bea masuk tergantutlg

pada kebijaksanaan yang telah diarnbil, baik yang berupa pcrubahan tarif dan adauya bea masuk

tambahan, maupun penyempurnaan dalam klasifikasi baraug impor. Di samping itu, dalam I angka

peningkatan pcnet irraanuya juga dilakukan peningkatan kualitas pelayanan, baik dalarn bentuk

kelancalarr arus barang impor, maupun pengamanan pemberian kemudahan di bidang kepabeanan.

Dalam rangka ntendorong dan merangsang ekspor nonmigas, secara bertahap telah diluncut kan

paket-paket deregulasi di bidang investasi, perdagangan dan keuangan, yang terakhir atlalah

dcrcgulasi di sektor riel dalam bulan Juni I 993 (Pakjun), antara lain bcrupa penulunan tarif yang

melipLrti 221 pos larifbea masuk dan 76 pos tarifbea masuk tanrbahau, serta penghapusan tata niaga

irnpor terhadap 140 pos tarif. Selanjutnya disusul dengan paket deregulasi dalarn bulan Oktober

1993 (Pakto 1993), yang antara lain mencakup penurunan bea masuk sebesar 5 sampai dengan

15 persen terhadap 198 pos tarif. Bersamaau dengan itu, dihapuskan pula 92 pos tatifbea masuk

tambahan, dan diturunkan 27 pos tarif lainnya. Kebiiaksanaan tersebut dimaksudkan untuk

mengurangi perlinclungan nontarif menjadi perlindungan melalui tarif', dalam rangka makin

mengefisienkan sektor-sektor produksi, sehingga diharapkan dzrpat meningkatkan daya saing hasil

produksidalam negeri di pasar internasional. Hal tersebul akan berdampak kepada berkembangnya

iklim berusaha, mendorong terciptanyakesempatan kerja baru, serta menghasilkan p[odukkomoditi

ekspor yang memiliki nilai tambah yang lebih baik.

47

Dalam pada itu, dalam upaya memperlancar arus barang impor dan dokumen yangmengacu kepada praktek-praktek kepabeanan intemasional, telah dilakukan tata laksana pabeandi bidang impor yang dikenal dengan pelayanan "customs fast release syslem" (CFRS). Sistem initelah diberlakukan sejak I Desember 1990, berdasarkan Surat Keputusan Menteri KeuanganNomor 1318 Tahun 1990 tentang Penyempumaan Tatalaksana Pabean Di Bidang Impor, tanggal27 Oktober 1990, yang kemudian dilakukan penyempurnaan sebagaimana tertuang dalam SuratKeputusan Menteri Keuangan Nomor 737 Tahun 1991 tentang Tatalaksana Pabean Di BidangImpor, tanggal 29 Juli 1991, yang disesuaikan dengan ketentuan hpres Nomor 3 Tahun 1991tentang Kebijaksanaan Kelancaran Arus Barang Untuk Menunjang Kcgiatan Ekonomi. Tatalaksana pabean di bidang irnpor tersebut memberikan kewenangan kepada Direktorat Jenderal Beadan Cukai untuk dapat memeriksa barang impor yang dilindungi laporan penieriksaan surveyor(LPS), dimana pemeriksaan suryeyor belum sepenuhnya merupakan pemeriksaan yang bersifatfinal. Dalam kaitan tersebut, terhadap impor barang dengan nilai sebesar US$ 5.000 ke atas, wajibdilakukan pemeriksaan prapengapalan di pelabuhan muat oleh surveyor yang ditunjuk PemerintahRepublik Indonesia. Demikian pula perhitungan atas bea masuk dan pungutan impor lainnya,ditetapkan oleh surveyor dalam LPS. Sedangkan impor barang dengan nilai di bawah US$ 5.000,pengenaan bea masukny a ditetapkan berdasarkan harga yang tcrcantum dalarn invoice, yang sesuaidengan Profil Hiuga I yang disusun Kantor Pusat Direktorat Jenderal tsea dan Cukai dan ProfilHarga II yang disusun oleh Kantor Inspeksi Direktorat Jcnderal Bea dan Cukai. Mengacu kepadakebijaksanaan yang telah dilakukan tersebut, penerimaan bea masuk dalamkurun waktu Repelita Vmenunjukkan peningkatan fata-rata sekitar 19 persen per tahunnya. Sebagian besar daripadapenerimaan bea masuk tersebut dihimpun dari impor barang yang dikenakan bea masuk denganmenggunakan fasilitas LPS, yang kontribusinya rata-rata sekitar 96 persen per tahun.

Di bidang penerimaan cukai, yang dikenakan atas hasil tembakau, gula, bir, dan alkoholsulingan, kebijaksanaan yang ditempuh adalah di samping neningkatkan penerimaan cnkai jugadimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan industri barang-barang tertrefltu, serta dalam rangkapenciptaan lapangan kerja yang lebih luas. Untuk jenis cukai hasil tembakau, kebijaksanaan dalampengenaan cukainya, yang didasarkan atas harga eceran, tidak lagi berdasarkan jenis produksimglainkan berdasarkan konsep produksi total dalam satu tahun takwim, dimana semakin besarproduksi hasil tembakau akan semakin tinggi pengenaan cukainya. Kebijaksanaan tersebutdi samping memberikan perlindungan kepada pabrikar.r kccil/K-lfi)0 dalam persaingannyadengan pabrikan berskala besar, serta mendorong perkembangan dan peningkatan produksiperusahaan hasil tembakau, juga dimaksudkan untuk menciptakan iklim berusaha yang lebih baik.Dalam pada itu, telah diberlakukan kebijaksanaan baru sebagai perhitungan.dan penetapan cukaiyang mengatur penggolongan pabrikanjenis-jenis hasil tembakau menjadi pabrikan yang berskalabesar, menengah besar, menengah, kecil, dan K-1000. Demikian pula diatur mengenai jumlah isidalam setiap kemasan terhadap jenis hasil tembakau serta pelekatan jenis pita dan tarif cukainya,sesuai dengan Keputusan Menieri Keuangan Nomor 324 Tahun 1993 tentang Penetapan Pembebasan

48

Sebagian Cukai llasil Tembakau Buatan Dalam Negeri, yang bcrlaku sejak 1 April 1993.

Kebijaksanaan tersebut mempakan pembahattan dari Keputusan Menteri Keuangan Nomor I I 8l

Tahun l99l tentang Perubahan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 3361KMK.00/1991 Tentang

Penetapan Pembebasan Sebagian Cukai Ilasil Tembakau Buatan Dalam Negeri Sebagaimana

Telah Diubah Terakhir Dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 359/KMK.00/199 | , yang

berlaku sejak tanggal I Desember 1991, dan telah diperpanjang dengan Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 364 Tahun 1992 tentang Perpanjangan Masa Berlakunya Keputusan Menteri

Kcuangan Nomor 336/KMK.00/1991 Tentang Penetapan Pembebasan Sebagian Cukai Hasil

Tenrbakau Buatan Dalam Negeri Sebagaimana Telah Diubah Terakhir Dengan Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 1181/KMK.00/1991, tanggal 31 Maret 1992. Untuk jenis sigaret kretek dibuat

dengan mesin (SKM) pakai filter ata tidak, tcrdapat tLrjuh lapisan tarif, yang masing-masing

disesuaikan dengan produksi total dalam satu tahun takwirn, dimana produksi terendah samlai

dengan ?50 juta batang dikenakan tarif cukai sebesar 20 persen terhadap harga eceraunya,

sedangkan produksi tertinggi yang mencapai di atas 45 tniliar batang clikenakan tarifcukai sebesar

38 persen terhddap harga ecerannya.

Untuk sigaret kretek dibuat sccara lain daripada dengan mesin (sKT) pakai filter atau

tidak, termasuk sigalet klembak menyan (KLM) dan klobot (KLB), tefdapat delapan lapisan tarif,

yang masing-masing clisesuaikan dengan produksi total dalam satu tahun takwim. Produksi

tercndah sampai dengan 50juta batang termasuk pabrikan K-1000, dikenakan tarifcukai scbesat'

I persen tcrhadap harga ccerannya, setlangkan produksi tertinggi di atas 45 miliarbatang dikenakan

tarif cu kai sebesar | 8 perscn te rhadap harga ecet an n ya

untuk jenis sigaret putih dibuat dengan mesin (sPM) pakai tilter atau tidak terdapat tiga

lapisan tarif, yang pengenaan cukainya berdasarkan ltarga eceran per batang. Harga cceran

per batang sampai dengan Rp45 dikenakan tarif sebesar 22,5 persen, untuk lErga eceran

per hatang di atas Rp 45 sampai dengan Rp 60 dikenakan tarif sebesar 35 persen, sedangkan untuk

harga ccerau per batang di atas Rp 60 dikenakan tarif sebesar 37,5 persen.

Dalam pacla itu, untuk jenis hasil tembakau lainnya yang berupa ccrutu terdapat lalif

tunggal sebesar 12,5 persen lerhadap harga ecerannya, delnikian juga tcrhadap jenis tembakau iris

yang dibuat dari tembakau berasal dari luar negeri (impor) dikenakan tarif tunggal sebcsar

12,-5 persen tlari harga ecerannya. Sedangkan jenis tembakau iris yang dihasilkan selumhnya

secara lain daripada dcngan mesin, yarrg sebagian dihasilkan dengan mesin, dan yang dihasilkan

scluruhnya dengan mesin, dikcnakan tarif masing-lnasing 0,5 pelsen,2 persen, dan 6 persen,

terhadap harga ecerannYa.

Dalam kaitannya dengan kebijaksanaan tersebut, telah pula diberlakukan penctapan

sanksi atas pelanggaran ketentuan pelekatan pita cukai berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan

Nomor 536 Tahun 1993 tentang Penetapan Sanksi Atas Pelanggaran Kctentuan Pelekatan Pita

Cukai Bertlasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 324/KMK.00/1993 Tentang Penetapan

Pembebasan Sebagian Cukai Hasil Ternbakau Buatan Dalam Negeri, tanggal 18 Mei 1993' dengan

dq

nraksrd agaf pcmbcbasan sebagiat l cukai hasi l ternbakaLr dala; r neger i dapat d ipa(uhidan dilaksanakan oleh wajib cukai/pabrikan.

Sementara itu. untuk jeuis a[eka cukai yflng rerdiri dari cukai gula, cukai bit , dan cukaialkohol sulingan, peningkatan penelit.naannya dipcngaruhi oleh perkelrtrangan dan pcningkatalpr oduksi, selta penyesuaian har ga das.tr atas produk-produknya. tlnlukjelis protluk gula penetaplncukainya masih tetap menggunakan talif sebcsar 4 pcrserr dali harga dasarnya, Untuk jcnis ploclLLkbir yang banyak dikonsumsi oleh golongan menengah ke atas, datr tlalam rangka melrberikandrkungan terhaclap subsektol pariwisata, scsuai Surat Keputusan Meuteri Keuangiur Ngpror 332Tahun 1992 tentang IIarga Dasar Untuk Memungnt Cukai Bir, tanggal l9 Maret 1992, telahdilakukan penyesuaian harga dasar bat u yang besarnya Rp 1.000 setiap liternya dengan taliI tctapsebesar 50 persen. Tcrhadap jenis alkohol sulingan yang hanyak tlipctgunakan sebagai bahanpcmbantu at.au bahan baku bagi penrbuatan barang-barang hasil akhir, serta terhadap pr6tlukminuman keras untuk kebutuhan dalam negeri, pengenaan tar:if cukainya rnasih letap 70 persenterhadap harga dasarnya sebesar Rp tt00 per IiteL. Data pcrkembangan penerimaan cukai dapatdilihat dalam 'I'abel

IL3.

Patla tlasarnya perjak lainnya, yang terdiri dali pcnerirnaal bea metelai dan bca lclang,merupakan salah satu sumbcr penerimaan sektor perpa-jakan yang cukup penting, nanlunprosentascnya tlari keseluruhan peneritnaan pajak cendcrung rnenurun. Dalam hal ini, belbagaiupaya penyempumaan terus dilakukan, agar pcncrimaan pajak lainnya dapat ditingkatkan scoptimalnrungkin. Scbelum pcmbaharuan sistem perpajakan 1984, pcrnungutan bea meterai diatulbenlasarkan Aturan Bea Meterai l92l (ARM 1921), yang mempunyai banyak kctcntuan clengantarif yang bcrbccla-beda, sehingga di dalarn peuefapannya banyak rnengalami harnbatan, karenasnlihrya memaharni ABM 1921. Bcrdasarkan hal itu, lahirlah Undang-undang Nomor l3'l 'ahun198-5 tentang Bea Metcrai, yang mulai berlaku efektil 'sejak I Januari 1986, dan merlpakanperubahan menyeluruh telhadap ABM 1921. Dalam urrdang untlang tersebut hanya dikcnal 2 jenistarif bea rnetcrai, yaitu sebesar Rp 1.000 clan Rp -50t). Tarif Rp 1.000 dikenakal bagi sernuadokumen yang berbentuk sur at perjanjian, akta tanah, akta notaris, dan sulat yaug mclnuat nilaiuang dalam jumlah lebih dari Rp 1 juta dan dokutnen-dokunren yang akan digunakan untuk huktipengadilan. Sedangkan tarif sebesar Rp 500, dikcnakan atas clokumen yang berbentuk surat yangmempunyai harga nominal lebih dari Rp 100 ribu tetapi tidak lebih dari Rp I juta. Dengandcmikian, besamya penelirnaan bea meterai pada dasarnya dipcngaruhi oleh banyaknya surat-surat/dokurnen yang memerlukan bea meterai derni kesahihan secara hukum. Peningkatanpenggunaan meterai ini sejalan dengan tingkat kegiatan perekononrran secara umum.

Dalam tahunpertama dan keduaRepelita V, realisasipener imaan pajak lainnya mengalarnipcnurunan, masing-masing menj adi sebesar Rp 275,5 miliar danRp 243,5 miliar. Hal ini sehubungandengan diturunkannya bea meterai atas cek dan bilyet giro menjadi Rp 500, sebagailnana diaturdalam Peraturan Pemerintah Nornor 13 Tahun 1989 tentang Perubahan Besarnya TarifBca MetcraiDan Besamya Batas Harga Nominal Yang Dikenakan Bea Meterai Atas Cek Dan Bilyet Gilo.

Tabel II.3

PENERIMAAN CUKAI, 1969170 - 1993194(dalam miliar rupiah)

TahunCukai Cukai

tembakau lainnyaJurnlah

REPI'I,ITA I

t96911019tol1 |197 | 1721912/73$73n4

REPITLITA II

t9'74/75t97sn61976fi7t9771'78r978n9

REPEI,I'I'A III

r 979i 801980/81r98t/82t982/831983184

REPELITA IV

1984/85l9tt5/861986/871987/88r988/89

REPELITA V

1989190199019l1991/92t9921931993194',)

28,133,635 , I40,65 t 5

65,7rJ3,0

1t2,9159,9227 ,1

" o l a

390,1491 ,7565,4697,7

785,9886,9993,0

t.035,2r.302,3

1 .391 ,61 .78 r ,52,102,82.238.02.360,8

4,04 55 ?

o , /8,2

8,714,317,822,0')\ )

32,647,8

54,7

86,756,862,870,581,6

R 5 ?

135,8120,0r42,8137 ,4

32 ,138 ,140,447,361,7

74,4q7 'l

130,7l [ r1 ,9)<t a

43'7,9544,2620,1173,2

8'72,6943,7

1.055,81.10-5,71.389,9

L476,8| .917 ,32.2?2,82.380,82.498,2

5 l

Pcraturan ini dikcluarkan setelah mempertimbangkan bahwa otomatisasi kliring yang sedangdikembangkan rlempakan salah satu usaha untuk meningkatkan pelayanau di bidangjasa perbankan.Dalarn pada itu, delgan dilakukannya pcncrtiban dan pcnycmpurnaan pelaksanaan lelang, sertaupaya pencegahan penjualan serta pemalsuan benda meterai palsu, dalam tahun ketiga dan kccmpatRepelita V lealisasi penerirnaan pajak lainnya tclah kcmbali meningkat menjadi sebesarRp 302,6 miliar rlan Rp 359,9 miliar.

Sementara ilu, bea lelang diharapkan akan semakin meningkat dengan disempurnakannyashuktul organisasi Badan tlusan Piutang Negata (BUPN) menjadi Badan Urusan Piutzrrg danLelang Negara (BUPLN), Diharapkan dari penyempurnaan struktur olganisasi ini pelaksanaanlelatrg akan scrnakin baik, schingga bca lclang juga akan meningkat. Dengan mempertimbangkanberbagai langkah dan kebijaksanaau telsebr.rt, maka dalarn APBN 1993/94 penerimaan pajaklainnya dilencanakan sebesal Rp 363,8 miliar, Bila dibandingkan dcngan rcalisasi dalam tahunanggaran 1992/93 rnaka jumlah tersebut meugalami peningkatan sebesar Rp 3,9 miliar ataul , l pe lsen.

Mengenai penelimaan pajak ekspot, dalam tahun pertama Rcpclita I (tahun anggaran1969/70) rcalisasinya baru mencapai Rp 7,4 rpiliar, sedangkan clalam tahun anggaran l9ll9/9(),yang merupakan tahrur per tama Repelita V, telah nrengalami peningkatan menjadi Rp 171,5 miliar.Namun dernikian, sejak tahun anggaran 1990/91 hingga tahun auggaran 1992/93 realisasi penerirnaanpajak ekspor l)erlurut-turut hanya mencapai seLresal Rp 44,2 rri)iar, Rp 18,8 miliar, dan Rp 8,5 miliar.Penurunan penerimaan pajak ekspor tersebut terutama tlisebabkan oleh adanya kebijaksanaanuntuk rlendorong ekspor nonmigas, sehingga sebagian besar dali komoditi ekspol dibebaskan daripajak. Scrncntara itu, salah satu komoditi ckspor yang dikcnakan pajak ekspor dengan tarif yangcukup tinggi adalah kayu gelga.jian dan kayu olahan (KGKO). Kebijaksanaan tersebut adalahsebagai upaya agar pcmanfaatan sunbcr daya hutan tropis dapat lcbih cfisicn (mcnjaga kelestarianalam dan lingkungatr), di sanrping untuk menclorong ekspor barang jacli yang bahan bakunya dariKGKO, serta unt k nle[]pel luas kesernpatan ker]a.

Dalarr langka mernacu peningkatan ekspor balang jadi, dan rnemperluas kcscmpatankerja, serta rneningkatkan hasil devisa, telah dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan Republiklntlonesia Nomor 534 Tahun 1992 tentang Penetapan Besarnya Tarif Dan Tata Cala PembayaranScrta Pcnyctoran Pajak Ekspor clan atau Pajak Ekspor Tarnbahan, tanggal 27 Mei 1992, dimanabesarnya taLif pajak ekspor dan palak ekspor tambahan atas barang-balang ditetapkan denganad valorem (pcrsentase) dan ad naturam (spesifik). Khusus unluk produk kayu olahan tertentu danrotan sepelti fingel jointed, decoratiye rnoulding, palet kotak, dan palet papan, dikenakan pajakekspor US$ 0 pcr mctcr kubik. Scdangkan untuk produk kayu olahan tcrtentu yang tidak memenuhispesifikasi yang dipersyaratkan dikenakan pajak ekspor, dengan ketentuan apabila produk tersebuttcrdiri dari bcbcrapa jenis kayu, maka dikenakan tarif pajak ekspor yang tertinggi dari jenis kayuyang bersangkutan. Walaupun demikian, tetap dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkanpenerirnaan pajak ekspor dengan meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait, antara laindengan Departemen Perdagangan, Departemen Kehutanan, Deparlemen Perindustrian,

dan PT Sucoflndo, betsamaan dengan npaya penyedcrhanaan sistem dan prosedur pelayanan

ckspor. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penerimaan pajak ekspor dalam APBN 1993/94

direncanakan sebesar Rp 30 miliar. sementara itu petkembangan pcneritnaan perpajakan secara

rirrci dapat dilihat dalaln'fabel II.4.

2.2.2.3. Penerimaaan negara bukan pajak

Penerimaannegaradiluarmigas,yangtelahberhasilrrremberikankontribusiyangcukup

besar dan menggantikan posisi dominan peuerimaan nligas telhadap penerintaan dalam negeri,

selain dihimpun dari belbagai penerimaatr pajak juga diLrpayakan melalui penerimaall negara

bukan pajak. Pada hakekatnya penelilnaan negara bukan pa.jak merupakan peneritnaan negara yang

bersun.rber dari penerimaan departemen/lcmbaga dalam upayanya tnenjalankan fungsi pelayanan

masyarakat. Penerimaan negara bukan pajak terdiri dati peuerimaan bukatl pajak di luar negen,

penerimaan pendidikan, penerimaan penjualan, penerimaan sewa dan jasa, penerimaan keiaksaan

dan peradilan, penerimaan kembali pinjaman, serta penerimaa kembali dan lainJain. Di samping

itu, juga penerimaan yang bersumber dari bagian pemerintah atas laba badan usaha milik negara

(BUMN), terrnasuk bank-bank Pemerintah, sehubungan dengan tulut sertallya Pemerintah dalam

berbagai aktivitas dunia usaha.

Sejalan dengan berbagai upaya peningkatan pcnerimaan dalam negcri' khususnya

penerimaan di luar migas, penetimaan bukan pajakjuga diharapkan terus mengalami peningkatan'

sehingga pada gilirannya dapat membcrikan kontribusi yang cukup besar terhadap penerimaan

,r"gara. B"rbagui upaya yang telah dilaksanakan seiring dengan laju gerak dinamika pembangunan'

antara Iain berupapeltyernpurnaan admillistrasi pengelolaan, tata cara penyetoran, dan inteusifikasi

pemungutan, sefia pengawasan dalam pelaksanaan berbagai penerinraan yang diterima oleh

departemen/lembaga. Di samping itu, dalanr rangka mendorong peningkatan efisiensi BUMN agar

dalat mernher ikan kontribusi yang lebih besar dalarn keseluruhau penerimaan uegara bukan pajak,

yangb"ropalabaatasBUMN,senantiasadilakukanpenyempurl)aanmanitjemenmauPunsistem

,lun-pror"ju, op"rasionalnya. Selain bertujuan untrk meni.gkatkan pcneritnaan bagian pemeritltah

atas laba BUMN, upaya peningkatan laba BUMN juga bertujuan agar BUMN dapat tnembantu

p a r a p e n g u s a h a g o l o n g a n e k o n o n r i l e m a h , s e h i n g g a t l a p a t b c r p e r a r t a k t i f d a l a m k c g i a t a np"."korro1niun nasional. Sehubungan dengan itu, telah dikeluarkan Inpres Notnor 5 tahun 1988

terrtang Pedoman Penyehatan dan Pengelolaan BUMN, selta Surat Keputusan Mcnteri Keuangan

Nomor 740 Tahun 1989 tcnrang Peningkatan Efisiensi dan Procluktivitas BUMN, tanggal28 Juni

lggg, yang telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuaugan Nomor 826 Tahun 1992 Tanggal

24Juli 1993 tentang Perubahan Kepulusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 740/

KMK.00/1989 Tanggal 28 Juni 1989. Dalam surat keputusan tersebut antafa lain dimual cara

pengukuran kinerjaBUMN yangdidasarkan kepada lingkat likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas

setiap BUMN dalam suatu periode, sehingga secala kuantitatif dapat diketahui kondisi setiap

BUMN yang ada. Dari penilaian tcrsebut dari tahun kc tahun terlihat adanya pcningkatan kinerja

perusahaan, yaitujika dalam tahun 1987 dari 187 BUMN hanya 40 perusahaan yang diklasifikasikan

sebagai perusahaan yang"sangat sehat", maka clalam tahun 1992 meningkat menjadi 49 perusahaan'

53

E

b ee gt {

! ; t

A A G E

E E R z

0\

E

1 9 : ' r l - . ! . f : . : - . d - o , + . 1 v t o , . t 1 q - : v t L n @ . o ) € -

= : 9 F j R F r 3 3 3

.g rc

+ 9

(J

: g

d : E z

a

c : !

F

54

Sedangkan jumlah BUMN yang "tidak sehat" dalam tahun 1987 adalah sebanyak 88 perusahaan,

yang menumn menjadi 53 perusahaan dalam tahun 1992.

Berkaitan dengan berbagai upaya guna mcningkatkan penerimaan negara bukan pajak

tersebut, hasilnya telah ditunjukkan dengan perkembangan penerimaan negara bukan pajak yang

terus meningkat. Pada awal Repelita IV (1984/85), penerilnaan negara bukan pajak bam mencapai

Rp 687,3 miliar, dan pada awal Repelita v (1989/90) telah meningkat lebih dari 3 kali menjadi

Rp 2.062,1 miliar. Dalam tahm 1992193 penerimaan negara bukan pajak bahkan meningkat

menjadi sebesar Rp 2.993,1 miliar atau naik45,1 persen dari awal Repelita v. sementara itu, dalam

APBN 1993/94 penerimaan negara bukan pajak direncanakan sebesar Rp 3.582,6 miliar, atau

19,7 persen lebih tinggi daripada realisasi dalam tahtn 1992193. Penerimaan tersebut terdiri dari

rencanr penerimaan departemenflembaga sebesar Rp 2.182,6 rniliar dan sisanya scbesar Rp 1.400

miliar merupakan rencana penerimaan bagian pemerintah atas laba BUMN.

Perkembangan dari dua komponen penerimaan negara bukan pajak tersebutmenunjukkan

peningkatan-peningkatan yang cukup linggi. Bilapada akhir Repelita IV, penerimaan departemen/

lembaga masih mencapai Rp 932,4 miliar, maka pada awal Repelita v telah meningkat 42,8 persen

menjadi sebesar Rp 1.331,1 miliar. Dalam tahun 1992/93, penerimaan departemervlembaga telah

meningkat lagi menjadi Rp 1.993,1 miliar atau meningkat 49,7 persen dari awal Repelita V.

Dengan demikian, sejak tahun ierakhir Repelita IV sarnpai dengan tahun keempat Repelita v,

penerimaan departemenlembaga lelah meningkat rata-rata sebesar 20,9 persen per tahun. Dengan

perkembangan tersebut, penerimaan departemenflembaga dalarn tahun 1992/93 telah memberikan

kontribusi lebih dari 60 persen terhadap penerimaan negara bukan pajak. Sedangkan penerimaan

bagian pemerintah atas laba BUMN, sehubungan dengan berbagai kebijakan di atas, dalam kurun

waktu lima tahun terakhir telah meningkat dengan 57,1 persen, dari scbesar Rp 636,4 miliar dalam

tahun 1988/89 menjadi Rp 1.000 miliar dalam tahun 1992193, ata:u meningkat rata-rata sebesar 12

persen per tahun.

Dalam pada itu, dengan turunnya harga minyak mentah di pasar internasional dalam

tahun-tahun oerakhir Repelita V, maka dalam penerimaan negata di luar migas diperoleh pula

penerimaan berupa laba bersih minyak (LBM). Timbulnya penerimaan ini adalah sebagai akibat

dari lebih rendahnya biaya pokok pengadaan bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri

dibandingkan dengan hasil penjualannya. Di samping karena penurunan harga minyak mentah,

yang dipakai sebagai bahan baku BBM bagi konsumsi dalam negeri, LBM juga berhubungan erat

dengan penyesuaian harga BBM, yang terakhir dilaksanakan dalam bulan Januari 1993. Dalam

APBN l9S3l94 LBM direncanakan sebesar Rp 210,1 miliar, berdasarkan kepada asumsi harga

minyak mentah sebesar US$ 18 per barel selama tahun a nggann 1993/94.Perkembangan penerimaan

dalam negeri, yang terdiri dari penerimaan migas; penerimaan pajak, dan penerilnaan negara

di luar pajak, sejak awal Repelita I (1969/70) sampai dengan tahun terakhir Repelita v (1993194)

daoat disimak dalam Tabel II.5 dan Gralik II.l'

PENERIMAANTabel I i .S

DALAM NEGl.lRr, 1969170 - 1993t94(dalam mi l iar ruoiah)

T n h u nPenerimaan

rninyak bumi ,,dan gas alam

-'Penerimaanperpa.iakan

Penerimaanbukanpajak

Penerimaandalam negeri

REPELITA I1969n0197On I19',7W21972n3r973174

REPELITA II197 4/7 51975n61976n71977 n81978fi9

REPELITA IIIl9?9/801980/81198r18219821831983/84

REPELITA IV1984/851985/861986/871987/88l98E/89

REPELITA V1989/901990/911991/921992/93lgg3/94 3)

65,899,0

140,7230,5382,2

957 ,21.248,01.63s,3t.948,72.308,7

4.259,67.0r9,68.627,88.170,49.520,2

10.429,9lt.t44,46.3f7 ,6

to.Q47 ,29.527,0

11.252,11 7 . 7 l I , 915.039, I15.330,4t5 - t27 ,6

174,8231,6259,81 r ( 5

7 ta o

883,51.152,21.443,l1 .7 66,0

2.249,92.89t,73.248,43.812,34.393,5

4,788,36.616,97.645,78.779,4

11.908,5

t5.425,619.7 t9,724.058,429.129,033.848,7

1 1 , 527,534,649,8

66,6110,41 1 8 , 5143,6191,4

187,3315,7336,4435,6519,0

687,31.491,52.157 32)1.9'.7 6,71.568,8

2.062,1z.t14,8?.487 ,32.993,13.792,7 2)

243,7342,7428,0590,6967,7

1.753,72.24t,92.906,O3.535,44.266,1

6.696,810.227 ,012,2t2,612.418,314.432,7

15.905,519.252,816.140,620.803,323.004,3

28.739,839.s46,441.584,841.452,552.769,O

Sampai dengan 1976,r/7 termasuk penerimaan mjnyak lainnyaTermasuk LBM

56

G r a f l k I L l

PENERIMAAN DALAI'T NEGERI, 1969/70 - 1993/94(dalam milyar rupiah)

( Repelita ldan Rep€lita ll) ( Repelita llls/d Repellta v )

I,g,

1969n0 fillt Ttnz nl3 73174 14t15 15n6 76177 17118 78119

I

l9?9@ 3O/Br aroz A2/B aJ/U u/45 36t& 36/a7 a7t3a @ftg 69/90 90A1 9l/92 92/93 93D4

2.2,3. Penerimaan pembangunan

Pelaksanaan pembangunan yang berkesinarnbungan selama pembangunanjangka panjangpertama (PJP I) merupakan bagian dari upaya perwujudan cita-cita bangsa untuk mencapai suatumasyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual. Pelaksanaan pembangunanselama PJP I ini membutuhkan dana pembangunan yang cukup besar, baik yang dihimpun darisumber dalam negeri maupun yang bersumber dari luar negeri. Bantuan luar negeri sebagai salahsatu sumber dana pembangunan mempunyai manfaat yang cukup besar selama pJp I, terutamapada awal PJP I, dimana sumber dana pembangunan yang berasal dari dalam negeri belummencukupi atau pada saat-saat adanya kesulitan di dalam pembiayaan rupiah sebagai akibatmerosotnya harga minyak secara tajarn dalam tahun anggaran 1986/87.

Sesuai dengan fungsinya sebagai pelengkap sumber dana pembangunan yang berhasildihimpun dari dalamnegeri, perkembangan bantuan luar negeri selamaPJPI senantiasadisesuaikandengan perkembangan perekonomian, kebutuhan dana yang dihadapi, dan kemampuan pembangunanuntuk menghimpun sumber-sumber dari dalam negeri dalam suatu waktu tertentu. Dalampelaksanaannya, penerimaan bantuan luarnegeri ini tidak terlepas dari prinsip-prinsipkebijaksanaanmengenai penerimaan bantuan luar negeri yang telah digariskan dalam Garis-garis Besar HaluanNegara selama PJP I, yaitu bahwapinjaman luar negeri sebagai unsur pelengkap dana pembangunandapat diterima sepanjang tidak ada ikatan politik, syarafsyaratnya tidak memberatkan keuangannegara, dan dalam batas kemampuanuntuk membayarkembali. Berdasarkan kepada kebijaksanaanpenerimaan bantuan luar negeri yang ditempuh selama PJP I, peranan bantuan luar negeri dalamkeseluruhan dana pembangunan pada awal Repelita I mencapai sekitar 77 persen, sedangkan padatahun keempat pelaksanaan Repelita V peranannya telah menurun menjadi hanya sebesar 44,4persen.

Pada awal pembangunan jangka panjang pertama, kondisi perekonomian Indonesiamasih sangat memprihatinkan, ditandai dengan angka inflasi yang tinggi dan langkanya bahankebutuhan pokok. Pada saat itu, baik kemampuan pemerintah maupun dunia usaha untukmeningkatkan investasi masih belum berkembang, sehingga bantuan/pinjaman dari luar negeridalam bentuk bantuan program dan bantuan proyek, dimanfaatkan untuk menstabilkan perekonomiannasional. Bantuan program berupa bantuan devisa kedit (valuta asing) dan bantuan panganmerupakan sumber tambahan yang cukup membantu dalam usaha penciptaan stabilitasperekonomian. Sedangkan bantuan proyek, yang porsinya pada saat itu lebih kecil dari bantuanprogram, digunakan untuk membiayai berbagai proyek sarana dan prasarana dasar di berbagaibidang ekonomi dan sosial. Dalam perkembangannya selama kurun waktu Repelita I, bantuanproyek meningkat lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan bantuan program. Namun demikian,secara keseluruhan penerimaan bantuan program masih lebih besar daripada bantuan proyek,masing-masing 59,3 persen dan 40,7 persen dari keseluruhan bantuan luat negeri. Sementara itu,peranan bantuan luarnegeri ddlam keseluruhan dana pembangunan yang berhasil dihimpun selamaRepelita I adalah sebesar 55,5 petsen dengan nilai sebesar Rp 708 miliar.

) 6

Dengan menurunnya tingkat inflasi dalam Repelita I, perekonomian nasional semakin

membaik, begitu pula pelaksanaan pembangunan berjalan dengan pesat. Hal ini ditandai dengan

peningkatan penerimaan dalam negeri yang cukup besar, sehingga dana pembangunan yang dapat

dihimpun dari dalam negeri, berupa tabungan pemerintah, meninSkat dalam jumlah yang cukup

besar pula. Keadaan ini mengakibatkan peranan bantuan luar negeri selama Repelita II turun

menjadi sebesar 36,3 persen dari seluruh dana pembangunan yang berjumlah Rp 9.148,3 miliar.

Demikian juga peranan bantuan pfogram, yang dalam Repelita I mencapai 59,3 persen terhadap

keseluruhan bantuan luar negeri menurun dengan tajam menjadi 4,5 persen. Hal ini terutama

disebabkan oleh tidak diperlukannya lagi bantuan devisa kedit untuk membiayai impor barang,

sehingga dalam Repelita II bantuan progtam hanya berupa bantuan pangan dan nonpangan seperti

pupuk. Sementara itu, bantuan proyek meningkai cukup pesat, sehingga peranannya mencapal

95,5 persen dari keseluruhan bantuan luar negeri.

Dalam periode Repelita III, keadaan perekonomian semakin membaik, yang ditandai

dengan meningkatnya harga minyak mentah yang cukup tajam di pasar intemasional. Keadaan ini

memungkinkan terjadinya surplus transaksi berjalan dalam dua tahun pertama Repelita III dan

tingkat cadangan devisa yang cukup besar, yang sekaligus mengurangi ketergantungan pada dana

pembangunan yang bersumber dari luar negeri. Hal ini memberikan indikasi bahwa stabilitas

perekonomian sudah semakin mantap. Dalam Repelita III, peranan bantuan luar negeri semakin

berkurang menjadi 30,5 persen dari seluruh danapembangunan yang berjumlah Rp 34.146,2 miliar.

Demikian pula dengan bantuan program peranannya dalam keseluruhan bantuan luar negeri juga

semakin mengecil, yaitu sebesar 2 persen.

Membaiknya situasi perekonomian dalam periode Repelita IV tidak berlangsung lama,

karena dalam bulan Agustus 1986 harga minyak mentah Indonesia di pasar intemasional menurun

dengan sangat tajam menjadi hanya sebesar US$ 9,83 per barel, jauh di bawah halga patokan yang

ditetapkan dalam APBN 1986/87 sebesar US$ 25 per barel. Keadaan ini telah menyebabkan

turunnya peranan minyak bumi dan gas alam, baik sebagai sumber devisa maupun sebagai sumber

penefimaan negara. Dengan keadaan itu, maka dana rupiah untuk membiayai pembangunan

menjadi sangat terbatas, sehingga untukmengatasinyadiambil kebijaksanaan untuk memanfaatkan

fasilitas khusus berupa bantuan program yang dapat cepat dicairkan. Kebijaksanaan ini

mengakibatkan bantuan program meningkat dengan cepat dalam tahun anggaran 1986/87 menjadi

sebesar Rp L957,5 miliar atau 34 persen dari keseluruhan bantuan luar negefi, dan jauh lebih besar

dibandingkan dengan peranan bantuan program dalam ke seluruhan bantuan luar negeri dalam

Repelita III. Sehubungan dengan kondisi tersebut, peranan bantuan luar negefi terhadap keseluruhan

dana pembangunan dalam Repelita IV meningkat kembali menjadi 56,9 persen

Memasuki periode Repelita V, berbagai kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi,

baik di sektor keuangan maupun di sektor riel, yang dilakukan sejak tahun 1983 setahap demi

setahap telah mampu mendorong usaha-usaha untuk terus memobilisasi dana dari dalam negeri,

t

i

59

guna meningkatkan kemandirian pembiayaan pembangunan nasional yang tengah berlangsungdan memantapkan persiapan menuju proses tinggal landas. Usaha-usaha tersebut !elah menunjukkanperkembangan yang cukup menggembirakan bagi perekonomian Indonesia, ditandai denganmakin meningkatnya penerimaan di luar migas, khususnya di sektor perpajakan. Keadaan ini telahmengakibatkan berkurangnya peranan bantuan luar negeri terhadap keseluruhandana pembangunan,dari 56,9 persen dalam Repelita IV menjadi 51,1 persen dalam periode empat tahun pelaksanaanRepelita V. Sementara itu, dalam tahun terakhir Repelita V, bantuan luar negeri diharapkan hanyamencapai sebesar Rp 9.553,1 miliar atau 37,9 persen dari keseluruhan dana pembangunan. Rincianperkembangan penerimaan pembangunan, yang terdiri dari bantuan program dan bantuan proyek,dapat diikuti dalam Tabel II.6.

2.2.4. Pengeluaran rutin

Pada dasamya setiap pengeluatan negara dilakukan dengan berlandaskan pada prinsipoptimalisasi pemanfaatan dana untuk mencapai sasaran-sasaran yang ditetapkan. Pengeluaranrutin harus mampu mencapai beberapa sasaran, seperti peningkatan produktivitas kerja aparaturpemerinlah, perluasanjangkauan dan peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat, pembinaandan pengawasan pelaksanaan pembangunan, serta terpeliharanya berbagai aset negara dan hasil-hasil pembangunan. Anggarfln belanja rutin dimaksudkan untuk mendukung program pemerataanmelalui bantuan kepada daerah, serta menjaga dan mempertahankan kedibilitas dan nama baikbangsa Indonesia di mata dunia internasional melalui pemenuhan kewajiban pembayaran bungadan cicilan pinjaman luar negeri secara tepat, baik jumlah maupun waktu pembayarannya.Untuk itu, anggaran belanja rutin dialokasikan ke dalam belanja pegawai, belanja barang, subsididaerah otonom, pembayaran hutang, dan lainJain pengeluaran rutin.

Pembiayaan untuk kegiatan-kegiatan tersebut senantiasa didasarkan pada prinsip efisiensi,terarah, dan terkendali, sesuai dengan rencana dan program/kegiatan, serta fungsi masing-masingdepartemenlembaga. Hal ini perlu dilakukan mengingat anggaran belanjarutin memegang perananyang sangat penting, baik di dalam mendukung kelancaran jalannya operasi pemerintahan danpembangunan, maupun dalam mendukung upaya peningkatan tabungan pemerintah sebagaisumber utama dana pembangunan. Sehubungan dengan itu, anggaran belanja rutin senantiasadiserasikan dan dimantapkan penggunaannya berdasarkan pada perencanaan penganggaran yangbe anjut, berlahap, dan terkendali, dengan orientasi daya guna dan hasil guna yang maksimal.

Salah satu pengeluaran rutin yang mengalami peningkatan cukup besar adalah pembiayaanaparatur pemerintah, sejalan dengan semakin bertambahnya jumlah aparatur pemerintah, sertaadanya kebijaksanaan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas aparatur pemerintah. Sesuaidengan prinsip pengelolaan anggaran belanja rutin, pengendalian dalam pembiayaan apafatutpemerintah senantiasa dilaksanakan dengan selalu menjaga keserasian antara laju pertambahanpegawai negeri dengan kebutuhan pelayanan yang dibutuhtan oleh masyarakat. Dalam kaitannyadengan peranan Pemerintah di dalam menggerakkan roda pemerintahan serta memberikan pelayananyang terbaik kepada masyarakat, senantiasa diupayakan perbaikan kesejahteraan bagi aparatumya.

+

t

Tabel II.6

PENERTMAAN PEMBANGUNAN, 1969/70 - r993t94(dalam miliar rupiah)

TahunBantuan l)program

-Bantuanproyek Jumlah

REPELITA I1969nOB70nr'97W2r9721731973174

REPELITA IIr974175r915n6876n71977fl8l978n9

REPELITA IIIr9791801980/8 rr98tl821982/831983/84

REPELITA IV1984/851985/861986/871987/881988/89

REPELITA V1989190199019l199119219921931993/94 2)

65,778,2Q n 5

o {589,8

36,120,210,2? S R

48,2

64,864,145,rl ) , t14,9

69,369,2

1.957,57n,8

2.O40,7

1.OO7,21.396,81.563,4

511 ,7426,8

7< 7,

41,645,062,3

114,1

195,9471,4773,6'137,6

987,3

L316,31.429,71.663,9r.924,93.867,5

3.408,73.503,43.794,75.430,27,950,0

8.422,18.507,88.845,7

10.204,09.126,3

91,OI19,8135,5157,8203,9

232,O491,6783,8773,4

L035,5

1 .38 t , r1.493,81.709,01.940,03.882,4

3.478,O3.572,65.752,26.158,09.990,7

9.429,39.9M,6

10.409,110.715,79.553,1

l) Sej0k 1986i87, bant an progr.m temasuk bantuan luar negeri dalam b€ntuk runiEh

2) APBN

ru

6 l

Namun demikian, upaya tersebut selalu diusahakan untuk sesedikit mungkin berbenturan clenganpencapaian sasar l-sasaran pembangutran yang lain, yang secala keseluruhan harus dicapaidengan dana yang terbatas. Untuk itulah kcbijaksanaan peningkatan kescjahteraan aparatur terusdikembangkan seraya tetap rnernperhatikan pencapaian sasaran-sasaran pokok yang lain.

Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan aparatur pemerintah yang telah dilaksanakanselama ini antara lain melalui kebijaksanaan kcnaikan gaji, perbaikan bcbcrapa tunjangan,dan perbaikan berbagai kebijaksanaan nonfinansial seperti pelayanan kesehatan, kenaikan pangkatotoinatis, dan lain sebagainya. Dalam kaitan ini, dengan semakin beratnya tugas aparaturpelnerintah,perhatian yang lebih besar terhadap upaya peningkatan kualitas aparatur pemerintah senanliasadiberikan, mengingatpeningkatan mutupelayanan pemerintah kepada masyarakat dan keberhasilanpelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan yang semakin berat sangat tergantungpada kualitas aparatur pelaksananya. Dengan demikian, peningkatan kualitas aparatur pemerintahdiharapkan dapat memberikan pcranan dan makna yang lebih besar terhadap upaya peningkatankegiatan ekonomi nasional dan pelaksanaan berbagai program pembangunan.

Dalam pada itu, dengau makin meningkatnya pembangunan, diperlukan dana yangmemadai bagi pembiayaan operasional dan pemcliharaannya. Pembiayaan operasionaldan pemeliharaan tersebut diarahkan pada pengendalian pengadaan barang dan jasa, sehinggabenar-benar sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, dalam rangka mcnunjang mutu danperluasan pelayanan kepada masyarakat. Selanjutliya, dalam upaya rnemperpanjang umurekonomis dan meningkatkan produktivitas barang-barang milik negara, sistem pemeliharaandan perawatan terhadap aset negara senantiasa disempumakan. Oleh karena itu, pembiayaanoperasional dan pemeliharaan melalui belanja barang akan terus dilaksanakan secara efisien,sesuai ketentuan teknis yang disyaratkan. Pembiayaan operasional dan pemeliharaanjuga diarahkandan dikendalikan agar sesuai dengan rencana program/kegiatan dari masing-masing departemen/lembaga. Sementara itu, untuk rneningkatkan efisiensi, efektivitas, dan memberikan sumbanganpositif bagi perekonomian nasional, pengadaan barang dan jasa senantiasa dilaksanakan dengantepat, baik jumlah, mutu, maupun harganya, dengan mengutamakan pada pengusaha golonganekonomi lemah danpengusaha setempat, serta sejauh mungkin menggunakan hasil pro<lu ksi dalamnegeri.

Di dalam pengeluaran rutin juga ditampung pengeluaran bempa subsidi kepada daerah,untuk membantu pemerintah daerah dalam membiayai belanja pegawai daerah dan berbagaikegiatan operasional pemerintahan, serta pelaksanaan program-program pemerintah yangdilaksanakan di daerah. Bantuan keuangan tersebut pada dasamya merupakan upaya pemerataanpembangunan ke seluruh wilayah Indonesia, yang pada gilirannya diharapkan akan makinmenyeimbangkan pelnbangunan antardaerah. Sebagian besar dari subsidi tersebut digunakanuntuk pembayaran gaji dan tunjangan bagi pegawai daerah otonom dan pegawai negeri sipil pusatyang diperbantukan di daerah, seperti guru Inpres, dokter, danparamedis. Sementara itu, pembiayaanoperasional dan pemeliharaan yang dialokasikan melalui belanja nonpegawai daerah otonomdimaksudkan untuk membantu pemerintah daerah dalam pembiayaan operasional dan pemeliharaan.

r

oz

Selain itu, belanja nonpegawai daerah digunakan pula untuk biaya pcngembangan obyek-obyek

wisata daerah, dalam rangka pengembangan perekonomiau daerah yang bersangkutan.

Dengan demikian, kemampuan pemerintah daerah dalam menghimpun pendapatan asli dacrah

dapat makin ditingkatkan, schingga secara bertahap daerah akan mampu mcmbiayai berbagai

urusan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya, baik di dalam penyelenggaraan pemerintahan

rnaupun dalam pelaksanaan pembatrgunan di daerah.

Pos pengeluaran yang tnenyerap dana yang cukup besar dalam pengelual an rutin sejak

akhir Repelita IV adalah untuk melunasi kewajiban pembayaran hutang terhadap pihak luar ncgeri,

baikpemtrayaran bungamaupun cicilannya, yang merupakan kewajiban yang tidak dapat dihindari,

dan harus dilaksanakan secara tepat waktu dan jumlahnya. Sampai dengan akhir Rcpclita V,

pembayaran hutang luar negeri masih menunjukkan peningkatan yang cukup betarti, sebagai

akibat menguatuya nilai tukar dolar Amerika terhadap rupiah dan makin banyaknya hutang luar

negeri yang jatuh tempo. Membesamya pembayaran hutang luar negeri tcrsebut diperburuk lagi

oleh terjadinya apresiasi beberapa mata uang kuat dunia terhadap dolar Amerika pada beberapa

tahun belakangan ini. Selain itu, dalam alokasi pembayalan hutang juga lermasuk pembayaran

hutang dalam negeri, yang antara lain bet hubungan erat clcngan meningkatnya kewajiban atas daya

dan jasa yang dipergunakan oleh berbagai instansi pemerintah.

Sementara itu, anggaran belanja rutinjuga digunakan untuk membiayaiberbagai kegiatanyang bersifat mendukung dan menunjang program-program pemerintah, seperti subsidi bahan

bakar minyak, biaya penyelenggaraan Pemilu, dan berbagai macaln bantuan l6innya yang

dikelompokkan dalam lainJain pengeluaran rutin. Selain itu, anggaran lainJain pengeluarau rutinjuga digunakan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintahan, seperti pengeluaran untukgiro pos dalam rangka melaksanakan sebagian tugas perbendaharaan negara, bebas potto, dan lain-

lain. Dalam pclaksanaannya,lain-lain pengeluaran rutin mengalami perkembangzm yang berfluktuasi,yang besarnya sangat didoniinasioleh subsidi bahan bakar minyak, sebagai akibat dari meningkatnya

harga nrinyak mentah di pasar internasional. Hal ini tercermin dari pos penyediaan subsidi bahan

bakar minyak (BBM), dalam rangka menjaga kestabilan hargajual BBM di dalam negeri.

Sasaran dan pokok-pokok kcbijaksanaan pengeluaran rutin di atas pada gilirannya

mempunyai pengaruh tet hadap arah dan perkcmbangan realisasi pengcluaran rutin setiap tahunnya.

Selama 25 tahun terakhir bcsarnya pengeluaran rutin telah meningkat dari Rp 216,5 miliar dalant

tahun 1969/70 menjadi Rp 37.094,9 miliar dalam APBN tahun 1993/94, atau rata-rata meninllkat

sebesar 23,9 persen per talrun. Khususnya selama Repelita V, realisasi pengeluaran rr.rtin telah

meningkat dari Rp 24.331,1 miliar dalam tahun 1989/90 menjadi Rp 37.094,9 miliar dalam APBN

tahun 1993/94 atau rata-rata meningkat sebesar l1,l persen per tahun. Sebagian besar dari

peningkatan pengeluaran rutin tersebut, di samping disebabkan oleh meningkatnya pembiayaan

untuk belanja pegawai, baik pusat ntaupun daerah, juga disebabkan meningkatnya kewajiban

Pemerintah untuk pembayaran bunga dan cicilan hutang luar negeri. Perkembangan pengeluaran

rutin sejak tahun anggaran 1969f0 sampai dengan tahun anggaran 1993/94 dapat dilihat dalam

Tabel II.7 dan Grafik II.2.

Tabel IL7

PENGELUARAN RUTIN, L969I7O _ 1993194(dalam miliar rupiah)

T a h u n BelanJapegawai

Belaqlabarang

Subsidldaeraholonom

Bunga danclcllanhutang

Laln.lain Jumlah

REPELITA I

t969l7Or97qn I197 tl72'972n3p73n4

REPELITA IIt974n5197 5n619761771977 fi819'78fi9

REPELITA IIIr9791801980/81l98l/8219821831983/84

REPELITA IV

1984/851985/86r986/871987/88l9E8/89

REPELITA V1969/90r990l9l199U921992193tgg?'p4'')

103,8t31,4t63l200,4268,9

420,15 q 1 S

636,6893,2

1.001,6

|.4t9,92.023,3) )11 I

2.4t8,12.7 57 ,0

3.M6,84.018,34.310,64.616,94.998,2

6.201,57.053,58.1m,59.465,7

10.894,5

50,3

67,195,4

110,1

t75,2304,9339,8376,8419,5

569,0670,6922,'t

1.04r,21.057,1

1.182,8| .367, l1.366,s| ?ro ' l1 .49t ,6

1.701,61.830,3a 1,14 1

2.870,17 0101

44,156,266,883,9

108,6

201,9284,5313,04',t8,4511 a

669,9976,1

1,.209,11.315,41.54',t,o

1.883,32.489,O2.649,72.815,63.037,7

3.566,44.236,64.834,2{ ? R ? ?

6.028,9

14,4) < A46,6{ 1 470,7

73,778,5

189,5228,3534,5

684,1784,8931,1

1.224,52.102,6

2.7'16,53.323,r5.058,I8.204,6

10.940,2

11.938,713.394,613.433,8t5.217,l16.711,9

? o

12,4< 1

5,0r55,0

145,270,8

150,9

265,8

7 r8,91.345,2l OJ / ,O

997,1948,1

539,67 54,0174,4515,12't1,3

o?, o

3.482,7r.48441.195, I

479,9

2t6,5288,2349,1438,1713,3

1.016,11.332,61.629,82.t48,92;143,7

4.061,85.800,06.9'77,66.996,38.411,8

9.429,0I l .951,513.559,317.481,520.739,O

24.331,129-997,730.227,634.031,237.W4,9

G t ' a f i k I L 2PENGELUARAN ROTIN, 1969/70 - 1993/54

(dalam milyar rupiah)

( R€pelita I dan Repelita ll )

3 300

( Repelita lll s/d Repelita V )

lJ69ln 1lllt ltnl 7UlJ 1\114 74t1' 75n6 1617 71118 1819

40 000

I 1 0 0

fl

f lf lf l

1979/30 00/01 8l/82 82/S3 8tl34 utaa 6v36 a6ft1 altan aafig a9l9o 90191 91192 924J1 9J194(APBN)

?

o')

2,2.4.1. Pembizy aan aparatur pemerintah

Peningkatan jurnlah, kualitas, dan cakupan penyclenggaraan tugas-tugas umumpemerintahan danpembangunan, serta pelayanan kepada masyarakat sebagai akibatdari kcbcrhasilanpembangunan nasional, memerlukan dukungan pembiayaan aparatur pemerintah yang sernakiumeningkat. Dukungan dana tersebut sangat diperlukan terutama sebagai salah satu unsurpenunjangyang sangat penting dalam menggerakkan roda pemerintahan dan meningkatkan mutu pelayanankepada masyarakat. Untuk itu, pembiayaan aparatur pemerintah senantiasa diarahkan agar mampumemberikan dukungan terhadap upaya peningkatan kualitas dan kemampuan profesional, sertapenyempurnaan seluruh unsur aparatur pemerintah, sehingga terwujud administrasi pcmerintahanyang tertib, bersih, dan berwibawa dalam penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintahan danpembangunan. Peningkatan kualitas dan kemampuan profesional aparatur pemerintah mutlakdiperlukan bukan saja agar lebih mampu melayani, mengayomi, dan menumbuhkan prakarsa, ser.taperan serta aktifmasyarakat dalam pembangunan, tetapidiarahkan puJa agar mampu rnembangkitkankepekaan aparatur pemerintah terhadap bcrbagai pandangan dan aspirasi yang hidup dalammasyarakat. Selain itu, meningkatnya kualitas dan kemampuan profesional diharapkan akanmenghasilkan aparatur yang mampu memanfaatkan potensi dan peluang dari perkembanganekonomi nasional dan internasional bagi kepentingan pembangunan nasional.

Selain daripada itu, dalam rangka rnemperjelas wewenang, tanggung jawab, tugas danfungsi aparatur pemerintah, maka upaya peningkatan dan penyempurnaan pendayagunaan erparaturpemerintah tersebut dilaksanakan pada seluruh unsur aparaturpemerintah, yang meliputi peningkatandan penyempurnaan di bidang kelembagaan dan ketatalaksanaan, serta kepegawaian. Peningkatandan penyempumaan pendayagunaan bidang kelembagaandan ketatalaksanaan antara lain dilakukanmelalui upaya penataan kembali susunan dan hubungan organisasi dan tata kerja, serta koordinasipada organisasi pemerintah pusat, pernerintah daerah, dan perwakilan Republik Indonesia di luarnegeri. Peningkatan ketatalaksanaan juga dilakr.tkan melalui langkah-langkah penyernpurnaanperaturan, ketentuan, dan prosedur administrasi pcmerintahan. Sedangkan peningkatan danpenyempumaan pendayagunaan di bidang kepegawaian dilakukan melalui peningkatan kualitasapafatur pemerintah, antara lain melalui penyempumaan sistem forrrasi dan pengadaan pegawai,pembinaan karier pegawai, dan peningkatan kesejahteraan dan pcrbaikan penghasilan pegawai.Peningkatan kualitas aparatur pemerintah mendapat perhatian yang cukup besar, mcngingataparatur pemerintah yang berkualitas clan mempunyai kemampuan profesional tinggi, sangatdiperlukan dalarn melaksanakan tugas-tugas pemerintahan yang semakin berat.

Dalam kaitan dengan penentuan formasi dan pengadaan pegawai, sejak awatRepelita Vpelaksanaannya tidak saja mempertimbangkan kemampuan keuangan negara, tetapi lebih ditekankanpada upaya efisiensi, yaitu dengan didasarkan pada kebutuhan nyata satuan kerja berdasarkananalisis jabatan. Sedangkan dalam pembinaan karier pegawai, kebijaksanaan yang ditempuhdiarahkan untuk mencapai produktivitas aparatur yang optimal melalui penernpatan pegawai padatugas dau jabatan yang tepat. Pembinaan karier diupayakan melalui penyempurnaandan penyederhanaan prosedur dalam bidang kepegawaian, termasuk di dalamnya adalah kenaikan

I

66

pangkat, penilaian pelaksanaan pekerjaan, penerapan disiplin pegawai, pendidikan dan pelatihan

pegawai, serta pemberian penghargaan yang wajar, sehingga pada gilirannya dapat tercipta

keserasian dan keseirnbangan antara hak dan kewajiban pegawai. Dalam rangka memberikan

penghargaan atas pengabdian pegawai, dan sekaligus sebagai upaya untuk mendorong prestasi

kerja, telah dilakukan berbagai perbaikan dalaln sistem kenaikan pangkat dan pengurusan pensiun,

melalui penyempumaan administrasi dan informasi kepegawaian. Di samping itu, telah pula

diberlakukan sistem kenaikan pangkat otomatis bagi aparatur yang menjabat tenaga pendidik,

tenaga medis dan tenaga paramedis, dan pensiun otomatis bagi pegawai yang sudah mencapaibatas

usiapensiun. Selanjutnya, dalamrangka memberikan pelayanan yang lebih baikdalam pembayaran

gaji dan pensiun agar tepat waktu dan jumlah, telah pula dilakukan pembayaran gaji dan pensiun

melalui bank dan kantor pos terdekat. Sernentara itu, usaha peningkatan pelayanan kesehatan bagi

pegawai negeri dilakukan melalui asuransi kesehatan (Askes), sedangkan upaya untuk membantu

pegawai dalam memenuhi kebutuhan perumahan, diupayakan dengan penyediaan bantuan uang

muka perumahan melalui tabungan perurnahan pegawai negeri sipil, sejalan dengan upaya

peningkatian kesejahteraannya,

Sementara itu, dalam rangka mendukung perbaikan kesejahteraan dan peningkatan

produktivitas aparatur pemerintah, selain upaya penyempumaan berbagai peraturan kepegawaian'

juga telah dilakukan perbaikan penghasilan aparatur pemerintah pusat, dan aparatur pemerintah

daerah, anggota ABRI, serta para pensiunan. Perbaikan penghasilan aparatur pemerintah antara

lain dilakukan melalui penyempumaan sistem penggajian, perbaikan strukturgaji pokok, pemberian

gaji bulan ketiga belas, pemberian tunjangan perbaikan penghasilan (TPP), dan penyesuaian

tunjangan struktural dan tunjangan isteri/suami, serta perluasan pemberian tunjangan fungsional.

Unluk penyempurnaan sistem penggajian dan perbaikan struktur gaji pokok telah dilakukan

perubahan dan penyempumaan terhadap Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (PGPS) 1968

sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1967, dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil, yang kemudian

disernpurnakan sebanyak tiga kali, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1993.

Dengan berlakunya ketentuan baru tersebut, maka gaji pokok pegawai negeri sipil terendah

dan tertinggimasing-masing mengalami peningkatan sebanyak 195 kali dan 54 kali dari gajipokok

pegawai negeri sipil terendah dan tertinggi menurut PGPS-1968. Sedangkan dalam rangka

memperkecilkesenjangan antaragajipokok terendah dengan gaji pokok tertinggi, makaperbandingan

gaji pokok pegawai negeri sipil terendah dan gaji pokok pegawai negeri sipil tertinggi yang

menurut PGPS-1968 adalah I berbanding 25, secara bertahap telah diperkecil sehingga menjadi

I berbanding 7 menurut Peraturan Pemerintah Nomor l5 Tahun 1993.

Selain penyempurnaan sistem penggajian dan pemberian tunjanganperbaikan penghasilan

serta perbaikan gaji pokok, peningkatan penghasilan aparatur pemerintahjuga diupayakan melalui

pemberian kenaikan tunjangan strukturaldan tunjangan isteri/suami, serta pengcmbangan tunjangan

fungsional bagi aparatur pemerintah yang memangku jabatan teitentu. Sejak tahun 1977 sampai

dengan tahun keempat Repelita V, telah diberikan sebanyak 32 tunlangan jabatan fungsional,

I

67

16 di antaranya .merupakan tunjangan jabatan fungsional yang diberikan dalam Repelita V.

Tunjangan jabatan fungsional tersebut antara lain diperuntukkan bagi jabatan fungsional penilai

pajak bumi dan bangunan, pemeriksa bea dan cukai, pengawas ketenagakerjaan, pengamat

meteorologi dan geofisika, penyuluh kehutanan, juru penerang, pekerja sosial, dan pengawas

keuangan dan pembangunan.

Berbagai langkah dan upaya perbaikan penghasilan aparatur pemerintah tersebut,

di samping merupakan sarana peningkatan kesejahteraan aparatur, juga dirasakan efektif di dalam

memacu peningkatan produktivitas, tanggung jawab, dan prestasi kerja, serta pembinaan aparatur

secara lebih optimal. Kcbijaksanaan pemberian kenaikan gaji dan berbagai tunjangau memberikan

dampak yang sangat luas terhadap seluruh sendi kegiatan ekonomi masyarakat, karena pemberian

kenaikan gaji dan berbagai tunjangan tnemberikan jaminan perbaikan penghasilan riel dan tambahan

kcmampuan ekonomis terhadap penerirnanya, sehingga mengubah permintaan potensial menjadi

permintaan efektif, yang melalui proses multiplikasi, kecenderungan tersebut mempengaruhi

kegiatan produksi dan perekonomian pada umumnya.

Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa kebijaksanaan kenaikan gaji akan

meningkatkan kebutuhan anggaran bagi pembayaran gaji dan pensiun. Dengan demikian, karena

pos gaji dan pensiun merupakan salah satu unsur terbesar dari pembiayaan aparatur pemerintah,

maka setiap kebijaksanaan kenaikan gaji akan mengakibatkan peningkatan pembiayaan aparatur

pemerintah, yang pada gilirannya akan meningkatkan pengeluaran rutin dan volume APBN dalam

tahun yang bersangkutan dalam jumlah yang cukup besar. Keadaan tersebut apabila tidak didukung

oleh peningkatan penerimaan dalam negeri yang cukup akan mempengaruhi kemampuan dalam

mengupayakan peningkatan tabungan pemerintah. Oleh sebab itu, kcbijaksanaan kenaikan gaji

tetap dikaitkan dengan pencapaian sasaran pembangunan yang telah ditetapkan dan kemampuan

keuangan negara. Selain daripada itu, perlu diperhatikan pula bahwa kebijaksanaan kenaikan gaji

dalarn batas tertentu dapat menimbulkan akibat yang kurang dikehendaki, berupa kenaikan harga

barang dan jasa. Untuk itu, agar kebijaksanaan kenaikan gaji tersebut dapat benar-benar dirasakan

sebagai pcrbaikan tingkat kesejahteraan pegawai, anggota ABRI dan pensiunan, maka telah

dilakukan berbagai usaha untuk mengendalikan kenaikan harga yang timbul sebagai akibat dari

kenaikan gaji. Usaha tersebut, antara lain dilakukan dengan menjaga tersedianya bahan-bahan

kebutuhan pokok rakyatdalam jumlah yang mer.rcukupi, dan menjaga agar distribusinya ke seluruh

wilayah Indonesia dapat berjalan dengan lancar, serta melakukan operasi pasar guna menambah

pasokan bahan-bahan kebutuhan pokok langsung kepada masyarakat'

Selain disebabkan oleh upaya peningkatan dan penyempumaan pendayagunaan aparatur

pcmeriutah, peningkatan anggaran belanja aparatur pemerintahjuga dipengaruhi oleh pembiayaan

tunjangan beras, uang makan dan lauk-pauk, lain-lain belanja pegawai dalam negeri, dan belanja

pegawai luar negeri. Tunjangan beras, antara lajn diberikan kepada pegawai dan calon pegawai

negeri sipil, anggota ABRI, dan guru/pegawai negeri yang diperbantukan pada sekolah swasta.

Bcsamya pembiayaan bagi tunjangan beras menunjukkan perkembangan yang semakin meningkat,

selaras dengan semakin meningkatnya jumlah pegawai beserta tanggungannya yang mendapat hak

68

menerima tunjangan beras menurut ketentuan yang berlaku, dan harga pembelian beras olehPemerintah kepada Bulog. Selama Repelita V, penyesuaian harga pembelian berirs kepada Bulogdilakukan setiap tahun, terakhir disesuaikan menjadi sebesar Rp 684 per kilogram sejak bulanApril 1993, yang berarri mengalami peningkatan sebesar Rp I 59 atau 30,3 persen bila dibandingkandengan tahun pertama Repelita V ( 1989/90), yaitu sebesar Rp 525 per kilogram. Selaras denganpeningkatan tunjangan bcras, pembiayaan uang makan dan lauk-paukjuga mengalami peningkatansetiap tahunnya. Peningkatan tersebut, antara lain dibutuhkan untuk tambahan pembiayaan uangmakan anggota ABRI, pelaut, petugas penjaga lampu suar, pasien rumah sakit pemerintah,anak asuh dan orang jompr: pada panti-panti asuhan negara, serta orang tahanan dan narapidana.

Sementara itu, lainlain belanja pegawai dalam negeri dan belanja pegawai luar negerijuga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan biaya lainJain belanja pegawai dalamnegeri, antara lain disebabkan oleh adanya peningkatan honorarium dan uang lembur bagi aparaturyang karena beban tugasnya harus bekerja melebihi jam kerja yang telah ditetapkan. Sedangkanpeningkatan belanja pegawai luar negeri berkaitan erat dengan meningkatnya hubungan dengannegara lain, serta pembukaan beberapa kantor perwakilan baru di luar negeri. Peningkatanpembiayaan bagi belanja pegawai luar negeri dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah pegawaiyang ditempatkan pada kantor perwakilan di luar negeri. Di sampitg itu, juga dipengaruhi olehbesarnya gaji pokok dan berbagai tunjangan yang didasarkan pada angka dasar tunjangatr luarnegeri (ADTLN) dan angka pokok tunjangan luar negeri (AITILN), serta penrbahan nilai tukarmata uang dari negara bersangkutan terhadap dolar Amerika dan rupiah. Perkenrbangan belanjapegawai dari tahun anggaran 1969,40 sampai dengan tahun anggaran 1993/94 dapatdiikuti dalamTabel II.8.

Selain belanja pegawai aparatur pemerintah pusat, pembiayaau aparahrjuga mencakupsubsidi belanja pegawai untuk daerah otonom, yang pada dasarnya rnerupakan bantuan pcmerintahpusat kepada pcrnerintah daerah dalam rangka mewujudkan aparalur pemerintah daerah yangberdaya guna, berhasil guna, bersih dan berwibawa, serta mampu mewrljudkan keserasian dalalrrpelaksanaan kcwajiban dan tugas umum pcmerintahan dan pembangunan ilaerah. Subsidi belanjapegawai daerah otonom selain digunakan untuk mernbiayai belanja pegawai aparatur pemelintahdaerah, juga dipergunakan untuk mcnampung pengeluaran bagi aparatur pemerintah pusat yangditempatkan di daerah, seperti gL:ru SD Inpres, tenaga medis dan paramedis di pusaGpusatkesehatan masyarakat (Puskesmas). Dengan demikian, belanja pegawai daerah otonom pacladasarnya diarahkan pula untuk menunjang tcrselcnggaranya upaya pemerataan kesempatan untukmemperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan yang lebih memadai. Mengingat perangkatperaturan kepegawaian dan kebijaksanaan pemberian kenaikan ga.ii berlaku secara umumbagi seJuruh aparatur pemerintah, baik pegawai negeri sipil pusat maupun pegawai daerah otonom,rnaka belanja pegawai aparatur pernerintah daerah juga telah rnengalami peningkatan searahdengan kenaikan belanja pegawai aparatur pemerinlah pusal.

Berbagai kebijaksanaau peningkatan dan penyempurnaan pendayagunaan aparaturpemerintah tersebut telah mempengaruhi arah darr perkembangarr pembiayaar) aparatur pernerintah

!

Tabel II.8

BELANJA PEGAWAI, 196917O - 1993194(dalam miliar rupiah)

T a h u nTu4jangan

berasGrJi dan Uang

Densiun tnakan

LainJainbelanja

peg. d.n.

Bclanjapegawai

l.n.Jumlah

REPELI'I'A I1969110r970l7 r19 ' / ln2191?1711973114

REPELITA II

t91417 5t975116t9'7 611'/t97',71781978n9

REPELITA III

t9'791801980/81l98t/821982/831983184

REPEI,ITA IV

1984/851985/861986/87t98'7 /881988/89

REPELITA V

1989/901990/91t99u921992/931993/94 *)

28,833,53 t , 93 1 , 350,6

l 1 1 , 9I 14,9126,2132,8

179,9252,O251.3289,9346,1

407,0402,0406,1450,6518,3

588,4639,8922,4887,9905,2

56,410,699,1

1 3 t , 6173,9

)ot;1400,0424.8672,9'/60,3

1,053,9|.482,9|.660,41.749,O1.996,0

2.?06,63.072,63.330,03,561,03.832,7

4.826,05.570,56.299,37.532,88.868,0

10,7l l ,7t2 , r14,616,8

24,441,545,74'7,85t,2

109,9I S'l t

240,5254,926r ,3

n t,4300,4288,3fqo l

326,9

373,r381,71t|'l 1

473,4481,9

3,8r0,8t 4 5

11,3zo,2

24,'125.836,931,533,6

41 ,16l,2'/9,5

78,687,6

89J1 6 1 , 1r76,6176,3185, I

242,6263,6? 7 f 5

342,2

4 , t4,85 )

1,4

9,812;71 4 , 314,823,7

29,134,043,445;/66,0

82,2r09,6t ? ( ) o

t35,2

l't t,4t9'7 ,9209,lt s R 5

297,2

i03,8l 3 l , 4t63,4200,4268,9

420,1sq'l s636,6893,2

l 001,6

r.419,92.023,32.2',7'1,12.418,12.757,O

3,046,84,018,34.3 r0,64.616,94.998,2

6.?01,57,053,58.102,59.465,7

10.894,5

70

sectra keseluruhan. Selirnla lima tahun pelaksanaan Repelita V, penrbiayaan apar atur pemel intahp sat mengalatn i peningkatan dar i Rp ( r .201,5 rn i l iar da larn tahun 1989/90 lncnjndiRp 10.t394,5 nriliar dalanr APBN | 993/94, atau nrengalanr i pen ingkltan rata ratasebesarl5,l petsenpel tallun. Sedangkan pembiayaan aparatuI pemerintah tlacrah telah mengalami pcningkatan d:uiRp 3.331t, I rniliar rlalam tahun 1989/90 rncnjadi Rp 5.(r-5 1,3 nriliar dalam APBN 1993i 94, ataunrengalanri peningkatan rata rirta scbesal l4, I per.se pcr tlhun. Dengan demikiau, pcmbiayaauaparalur pentcrit)talr secara keseluruhan selarra Repelita V tclah menga]arri peningkatan dar.iRp 9.539,(r rniliar dalam tahun l9tt9/90 menjadi RP 16.545,U rniliar dalam ApBN 1993/94 alaunrengalami pcningkatan rata-ratir scbcsar 14,13 persen per tahuu. Perkenbangal secara rjncipernbiayaan aparatur perncriDtah dari tahul 1969/70 sanrpai dengan 1993i94 tlapat diikuti tlalarn'l 'abel

1I.9.

2.2.4.2. Pernbiayaan operasional dan perneliharaan

Pet ketnbangatt kcgiatatr penrerintahatt dan kegiatarn pembangunan rrasiolal yang selnakinnteluas, selain harLrs didttktrng olclt sclut uh tatar)an dan sistcm al)afatul pernerintah yarrg scnrakinandal, juga iranrs didukurrg dengan pembiayaan kegiatan opelasional rlan pcrneliharaan yangnreuradai. olch karena itu, p[0grarn pcndayagunaafl dan peningkatau kualitas pelayanan aparltur.pclnel inlah kep (la masyarakal, serta kegiatan opelasional tian pe|lreliharaan lrerbagai aset negara,senantiasa rncndlpatkan alokasi pernbiayaan yang sernakin rneningkat. l ']eniDgkatan pcnrbiayaantcrsebut.selain ditrlukan untuk merrperlancar penyelenggaraan lrerbagai kegiatan pemerinlahan,. juga d ia lokasikan bagi peurc l iharaan bcrbagai sc l t rcgara dan hasi l -has i l pctnbangunan.Pcngalokasian pembia),aan telsebut "enantiasa rrengacu kepada plinsip cfisiensi, yang anlara 1ai;tli laksanakatt lnelalui koordinasi, serta penerapan sistern klasifikasi dan standardisasi tet-hadapberbag:ri jelis barang dan.j:rsa ke.bulLrhan perner intah. Kebijaksanaan 1et sebut selain djrnaksudkalagar daPat dipeloleh bararg danjasa yang sesuai clengan kebutuhan perlcrintah, baik kualitasDraupun krantitasnya, juga diuraksLrdkan agar dapat dipeloleh barang drn.jasa clengan halga yarrgwajar- Dalaur altggalan belanja lutin, pembiayaan kegiatan operasiolal dan penreliharaan anLaLillain tlialokasikan untuk belanja blrang da)anr negeli. belalja barang lual negeri, belanja norpcgawaitlaerah, selta lain-lain pcngcluarau rutin,:li luar subsidi BBM.

Pellk.sanaan kcgiatan operasional dan penrelihlraal senalliasa diara|kan unlukmeningkatkan cfisiensi dan elektivitas alokasi anggaran bclanja, sehingga terbatasnya kcmarnpuankeuangan rregala litJak fcr lalu rnenjadi harnbatan hagi upaya pelirgkatan laju pertumbuhan dantranstbmrasi ckonotri. Perhatian khusus ter lradap pelaksauaan kcgiatan operasionaldan pernclilraraanselair dinrak.srdkan untuk rnenjaga efisiensj anggaran belanja negara, juga bcrkaitan erat derganullaya mempertahankaD tingkat pro(luktivitas berbagaiaset negara yang telah ada. Hal ini rnengingatbahwa biaya yang dibuluhkan bagi pemeliharaan bcrbagai aset negara pada umunrnya lebih rendahdibandingkan tlengan biaya yang dipcrlukan untuk membangun sarana dan prasarana baru.Seclangkan di lain pihak. manfaat yang dapat dipctik dari kegiatan tersebut sangat besar, karenadengan terpeliharanya berbagai aset ncgala tersebut umur ckonomisnya dapat cliperpanjang,sehingga produktivitasnya dapat dipergunakan secara maksimal untuk menunjang proscs

t

Tabel lI.9

PEMBIAYAAN APARATUR PEMERINTAH, 1969170 - 1993194(dalam miliar rupiah)

T a h u nBclanjapegawai

pusat%

Belaqiapcgawai ,,dacreh "

Vo JumlahPengeluaran

ruaino/.

REPELITA I

1969170t9'70/'t r1911112r912n3t913114

REPELITA II

t97 4/'7 5r97 5n6t9'7617'ltg't'1/18t9't8/'t9

REPELITA III

1979/801980/81t9811821982183r983/84

REPELITA IV

1984/851985/861986/8'11987/881988/89

RT]PELI'I'A V

1989/90199019lt9911921992/931993194 2)

103,81 3 1 , 4163,4200,4268,9

420,1593,9636,6893,2

1.001,6

1 .419,92.023,32.2'17,12.418,12;75't ,O

3.046,84 .0r8 ,34 310,64.6t6,94.998,2

6 .201,57.053,58 .102,59.465;1

10.894,5

"to,210,0'7 I ,O

70,.5'11 )

64,564,164,164,064,3

67,5

67,06-5,165,'1

67,96't,565,364,864,1

65,064,064,264,264,4

44,1

66,883,9

108,6

201,9284,53 1 3 , 0478,45 ) ) 1

669,9916,1

1 ,209,11 .315,41 541,0

1.680,12.24'1,62.4t0,2t 5 0 ) ' t

2.778,6

3 ,338, I3 .961,44 ,519,84 906,35 ,651,3

29,830,029,029,528,8

1 ? 5

32,433,0t 4 a

34,1

32,r

34,735,2

35,535,93-5,936,035,7

35,036,035,834,134,2

50,053,45 1 , 2

14't ,9187,6230,2284,337'7,5

622,0878,4949,6

r . 3 7 1 , 6|.523,9

2.089,82.999,43.486,23;731,54.304,0

4.726,96.265,96.',|20,87 .2{)9,2'/;7'r6,8

9.539,6I t.041,9'12.622,1t4.3"72,0l6 545,8

2 t ( t .5288.2349,l4 3 8 , 17 13,3

1 . 0 1 6 , I|.332,6r.629,82 .148,92.'7 43,'I

4 .061,8_5 800,06.977,66.996,38 .4r 1 ,8

68,:l65 . r65,964,9

6 t , 26.5.9-5 8,363,8

5 L ' , l

9 A29 ,O i 50, I

1) Belanja peSawai daerah oto'torn. Data s/d 1983i84 termasuk belanja nonpegnwai

2 ) A P B N

petnbangultan. Sasaran lain yang hendakdicapai melalui kebijaksanaan operasional dan pemeliharaanadalah peningkatan gailah produksi nasional tlan perluasan kesempatan kerja. Kegiatan tersebutantara lain diarahkan untuk mendorong berkembangnya partisipasi masyarakat dan dunia usaha,dan sejauh mungkin dilaksanakan melalui kegiatan yang bersifat padat karya, serta melibatkanperan serta pengusaha setempat, khususnya pengusaha kecil dan menengah. Dengan demikian,kegialan operasional dan pemeliharaan mempunyaiperanan yang sangatpenting bagi keberhasiJanpelaksanaan pembangunan, mcngillgat masalah keterbatasan keuangan negara serta rendahnyalapangan kerja merupakan salah satu masalah pokok yang harus ditangani dalam pembangunandi masa rnendatang. Selain daripada itu, kcgiatan operasional dan pemeliharaan juga berkaitan eratdengan upaya memelihara dan mempertahankan momentum pembangunan, agar kcsinambunganpelaksanaan pemhangunan di berbagai sektor sccara kollsisten daDat diper tahankan. Pernbangunannasional yang berkesinambungan dan berdimensi jangka panjang, di sarnping membutuhkaninvestasi bagi pembangunan di bcrbagai sektor, juga halus disertai dengan pembinaan tlanpemeliharaan berbagai hasil pembangunan yang telah tlicapai. Pembinaan dan pemeliharaanberbagai hasil petnbangunan tersebut dirnaksudkan agar berbagai sektor yang selama i1i telahberkembang, senantiasa dapat memberikan stimulasi yang positif terhadap pelaksanaan kegiatanpembangunan pada tahap berikufnya.

Sejalan dengan semakin meluasnya pl ograln-prograrn pembangunan, dalam rangkamenunjang perturnbuhan, pengembangan tlan transformasi ckonomi pada belbagai sektol., sertapernerataan danpemantapan stabilitas nasional yang diuamis, kegiakln operasional dan pemeliharaalberbagai aset negara dan hasil-hasil pembangunan juga memerlukan dukungan penrbiayaan yangseurakin meningkat. Peningkatan alokasi pernbiayaan tersebut terjadi pada scmua pos pengeluarandalam pembiayaan operasional dan pemeliharaan, yang antara lain diperlukan untuk memenuhikebutuhan sarana, prasarana, dan semakin bertambahnya hasil-hasil pembangunan di scluruhwilayah tanah air, serta sebagai akibat dari adanya pengembangan berbagai struktur organisasipemerintahan. Sejak awal pelaksanaan Repelita I (1969/70) sampai dcngan tahun terakhir Repelita V(1993/94), pernbiayaan operasional dan pernelihalaan hampir selalu mengalami peningkatan.

Dalam APBN 1993/94, pernbiayaan operasional dan pemeliharaan telah mencapaisebesar Rp 3,837,2 miliar. Dengan demikian, biaya operasional dan pemeliharaan diperkilakanmengalami kenaikan secara rata-rata sebesar 15,6 persen per tahun, selama pelaksanaan Repelita V"Dalam rentang waktu tersebut terjadi kenaikan pada seluruh pos pembiayaan operasional danpemeliharaan, yaitu belanja barang dalam negeli, belanja barang luar negeri, belanja nonpegawaidaerah dan lain-lain pengeluaran rutin di luar subsidi BBM, yang masing-masing mengalamikenaikan rata-rata sebesar 15,4 persen, 10 persen, 13,4 persen, dan 21,9 pcrsen per tahutr.

Peningkatan bclanja barang dalam negeri, antara lain diperlukan untuk mendukungtersedianya saralla dan prasarana kerja, baik perangkat keras maupun perangkat lulak, sertapengadaan kebutuhan administrasi dau herbagai peralatan kantor lainnya, untuk menunjangpeningkatan fungsi dan beban kerja di bcrbagai instansi sejalan dengan adanya pengembanganberbagai struktur organisasi pemerintahan. Selain daripada itu, pcningkatau tersebutjuga diperlukan

I

t -1

ulltuk menalnpung pellingkatan kcgiatan opcrasional dan pemeliharaan bagi sarana dan prasaranakerja yang irda, serta bagi proyek-proyek yang baru diselesaikan pembangunannya. Sedangkaupeningkatan belartia bat ang luar treget i, antara lain sebagai akibat dari peningkatan berbagai satuanbiaya dalam belanja barang luar.egeri, dan adanya penambahan berhagai kantor perwakilanpemerintah di luar negeri. Selain dar ipada itu, pernbiayaan tcrscbut juga dipergunakan untukpcmbayaran berbagai iuran keanggotaan Lrdonesia pada berbagai folurn internasional, biayapengiriman wakil penrerintah dalam berbagai sidang internasional, terrnasuk biaya penyelenggaraansidang-s idang in tc l t ras ional d i luar ncgcr i .

sernerrtala itu, cla]arn bclanja nonpegawai tlaerah otonom, peningkatan anggal an tcrsebutantara lain ditujukan untuk mendukung peningkatan kernampuan daerah clalam menghimpunpendapatannya, sehingga sccnra bcrtahap sernakin mampu mernbiayai be'bagai kegiatan yangmenjadi tugas dan ranggung jawabnya, baik dalam penyelenggalaan kegiatan pemerintahanmaupun dalarn pelaksanaan pernhanguuan daerah. Alokasi pembiayaan belanja nonpegawaidaerah diarahkan penggunaannya untuk membantu daerah otonom, dalam rangka penyelenggaraanpelayanan kepada masyarakat, pengembangan pcrckonomian claerah, serta penyediaan danpemeliharaan sarana dan prasarana yang wewenang dan tanggung .iawabnya dilaksanakan olelrpemeriutah daerah, Pernbiayaan tersebut antala lain ditujukan nntuk subsicli belanjapenyelelggalaalurusan dekonsentrasi dan pembantuar daerah tingkat I, daerah tingkat II, kotamadya, kotaadministratif, biaya dekonsentrasi kecarnfltan, selta pernbiayaan tunjangan kurang penghasilanaparatur (lesa. Anggaran lersebut juga rnenampung pembiayaan kegiatan pcmbinaan lembagaketahanan masyarakat desa (LKMD), pembinaan kesejahteraan kcluarga (pKK), pembinaangenerasi nrucla, pcnyclcnggaraan pcmerintahan desa, serta program peningkatan pcndapatan aslidaerah (PAD) dan pengelolaa' keuangan daelah. Selain daripada itu, dalam anggaran belanjanonpegawai daerah disediakan pula bantuan pembiayaan penyelenggaraan sckolah dasar (sD)negeri, bantuan pembiayaan operasional runtah sakit umurn dacrah (RSUD), serta bantuanpengembangan dan pemeliharaan obyek wisata claerah. Bantuan pembiayaan penyelenggalaan SDnegeri selain erat kaitannya dengan dihapuskannya sunrbangan pcnyclcnggaraan pendidikan(sPP), juga dipcruntukkan bagi pcngadaa' berbagai kebLLtuha., sepefii kebutuhan tata usahasekolah, biaya pemeliharaan sekolah, serta biaya penyelenggaraan cvaluasi belajar tahap akhir(EBTA). Bantuan pembiayaan operasional RSUD dipcruntukkan bagi perneliharaan opelasionalilan pemeliharaan rumah sakit, termasuk langganan daya dan jasa, serta pcngadaan berbagaikebutuhan rumah sakit lainnya, dalam ratrgka peningkatan pclayanan kesehatan kepada rnasyar akat.Sedangkan banhran pengembangan tlan pemeliharaan obyek wisata daetah selain dit jukt,t unlukbiaya pemeliharaan, pengembangan, can pengarrekaragaman berbagai obyek rvisata daerah,juga ditujukanuntuk rncngcmbangkan kcgiatanperekonomian daerah, sehinggatidak saja menunjangperluasan kesempatan kerja, tetapijuga untuk meningkatkatr petrdapatan asli claerah.

Selain dialokasikan melalui belanja halang dan belanja nonpegawai daerah otonom,pembiayaan opcrasional dan pcmcliharaan juga dialokasikan ke dalam pos lain-lain pengeluaranrutin. Alokasi pembiayaan tersebLrt tliarahkan penggunaannya untuk rnendukung bcbcrapa kegiatan

I

14

pemerintahan yaug hersifat umum, antara lain biaya jasa kebendaharaan yang dilaksanakan oleh

Perunr Pos dan Giro, pengeluaran bebas porto, serta biaya pengembalian pungutan negara yang

dibcrikan dalam upaya meningkatkan pelayanan dan kemudaha., ekspor. Selain daripada itu'

dzrlam pos tersebutjuga ditarnpung biaya pemeliharaan stok beras pegawai negeri, bantuan kepada

Komite Nasional Olahraga Inclonesia (KONI), serta subsidi untuk pemeliharaan kesehatan bagi

para anggota lembaga legislatif, para anggota veteran, dan perintis kemerdekaan.

2.2,4.3. Pembayaran bunga dan cicilan hutang

2.2.4.3.1. Pernbayaran hutang dalam negeri

Peurbayaran hutang dalam negeri merupakan kewajiban finansial pemerintah kepada

pihak lain di dalam ncgcri. Kewajiban tersebut timbul sebagai akibat adanya hubungan kerja antara

Pemcrintah dengan pihak-pihak lain di dalam negeri, yang dalam beberapa hal mengakibatkan

timbulnya hutang pemerintah, seperti kewajiban atas tunggakan tagihan pemakaian daya dan jasa,

serta kewajiban terhadap pihak ketiga berdasarkan keputusan pengadilan. Sejak awal pelaksanaan

Repelita I sampai dcngan tahun terakhir Repelita V, realisasi pembayaran hutang dalam negeri

cenderung mengalami peningkatan dari sebesar Rp 1,7 miliar dalam tahun 1969/70 menjadi

sebesar Rp 286,1 miliar dalam APBN 1993/94, atau rata-rata meningkat 23,8 persen per tahun.

Sementara itu, selaura lima tahun pelaksanaan Repelita V, realisasi pembayaran hutang dalam

negeri telah mcningkat dari sebesar Rp 148,8 miliar dalam tahun 1989/90 menjadi sebesar

Rp 286,1 miliar dalarn APBN 1993/94, atau rata-rata meningkat dengan 17,8 persen pef tahun.

Peningkatan tersebut, antara lain berkaitan dengan meningkatnya kegiatan pemerintah dalam

mcmbcrikan pelayanan kepada masyarakat, sertapembayaran kewajiban pemerintah kepada pihak

lain tli dalam negeri yang belum dapat diselesaikan dalam periode anggaran yang sedang berjalan.

Narnun demikian, selamaRepelita V peranan petnbayaran hutang dalam negeri terhadap pengeluaran

rutin secara relatif adalah sangat kecil, yaitu sekitar 0,8 persen.

2.2.4.3,2. Pembayaran hutang luar negeri

Salah satu pengeluaran yang cukup bcsar dalam pengeluaran rutin ad:rlah pembayaran

bunga dan cicilan hutang luar ncgcri. Kewajiban pembayaran hutang luar negeri tersebut timbul

sebagaiakibat dari pemanlaatan bantuan luar negeri untukmembiayai proyek-proyek pembangunan,

yang halus dikernbalikan sehubungan dengan berakhimya masa tenggang waktu, dan telah jatuh

tenrpo penrbayarannya. Dengatr demikian, pembayaran bunga dan cicilan hutang luar negeri pada

hakekatnya merupakan kontra prestasi dari penggunaan sumber-sumber dana luar negeri yang

telah dipakai untuk meningkatkan tersedianya barang modal dan prasarana. Pemanfaatan hutang

tersebut bukarn silja telah mampu menciptakan peningkatan hasil produksi nasional yang sangat

berguna untuk pernbayaran kewajiban atas pinjaman, tetapi juga dapat menumbuhkan"unit-unit

prodtrksi yang mampu berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Sejak tahun pertama Repelita I sampai dengan tah'rn terakhh Repelita V, pembayaran

bunga dan cicilan hutang luar negeri telah rncngalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan

I

75

tersebut mencerlninkan semakin besar nya beban pembayalan bunga dan cicilan hulang luar ncgeri,baik dalam jumlah maupun peranannya terhadap pcngeluaran rutin sccara keseluluhan. Besamyabeban pembayaran bunga dan cicilan hutang Iuar negeri tersebut selain dipengaruhi oleh besar.nyacicilan pokok dan jumlah buuga atas pinjaman yang tclah jatuh tempo pembayalannya, jugadipengaruhi oleh perkembangan nilai tukar', baik antarvah.rta asing maupun alltara vaftlta asipgdengan rupiah. Sekalipun kewaliban iui terus semakin berat, Pemelintah bertekad uutuk tetapmemcnuhi kewajiban pembayaran bunga dan cicilan hutang luar ncgeri sesuai clcngan junrlahdan jadual yang telah disepakati. Hal ini, di samping karcna beban pembayaran bunga dan cicilanhutang luar negel i masih dalam batas-batas kcrnarnpuan .untuk rncmbayar kernbali, juga kalenapenundaan pembayaran bunga dan cicilan hutang luar ncgeri justm akan rnenimbulkan masalah-masalah yang lebih bcrat terhadap petekonornian dan pada gilirannya akan rncnirnbulkan bebananggaran bclanja negara yang sernakin bcrat cli kenrudian hari,

l)alam masir Repelita I, Rcpelita II, dan Repelira III, pernbayaran bunga dan cicilanhutang luar negeri ltanya merupakan bagian kecii dari keselurulran pcngehraran rutin, yaitu masing-masing baru mencapai 9,3 perscn, l l,8 persen, dan 17,3 persen. Nanrrur sejak memasuki tahunpertama Repelita IV, beban pcmbayaran bunga dan cicilaD hutang luar neget.i tersebut met)galamipeningkatan yang cukup pesat, sehingga selarna l{epelita IV, peranannya ter.harlap keseluruhanpengeluaran ruti11 telah mcncapai 41,2 pelsen. Kcadaan tersebut, di sanrping disebabkan karenaadanya kebijaksanaan penyesuaiatr nilai tLrkar rupiah terhadap dolal Amerika dalarn tahul 1983dan 1986, masing-rnasing sekitar 38 pel sen dan 45 persen, juga diakibatkiur oleh adanya depresiasidolar Amcrika terhadap mata uang kuat clunia, khusnsnya yen Jeparrg dan mark Jerman, sehinggajunlah rupiah yang harus clisediakan nrttuk pclnbayaran bunga dan cicilan hutang luar negeri.jugasemakin membesar. Selain dalipada itu, tiugginya pernbayaran hutang terscbut juga er.at kaitannyadengan semakin banyaknya hutang lual negcli yang telah.iatuh tcmpo, Berbagai pcrkembangantersebut tclah meningkatkan pelnbryaran bu:tga dan cicilan lrutang luar. ncgeri dari sehesarRp 2.737,2 miliar dalatn tahln pertama Repelita IV rnenjadi seltesar Rp 10.862,6 nriliar tlalamtahun terakhir Repelita lV, yang bcrarti mengalami peningkatan rata-rata scbesar 41,1 persenper tanr.rn.

Ser entara itu, selama I{epelita V bcsaurya pembayaran bunga dan cicilan hulang luarnegerijuga mcngalarni peningkatan dari scbesar Rp I I .789,9 nriliar tlalant tahutl 1989i90 menjadisebesar Rp 16.425,8 miliar datarl APBN 1993/94, ataLr met)iugkat lata-rata sebesat 8,6 persensetiap tahunnya. Sebagaimana dalam Repelita lV, peningkatan pernbayaran bunga dan cicilauhutang luar negeli selama Repelita V tersebut, di salnping disebabkan oleh semakin banyaknyahutang lual negeri yang telah jatuh tetnpo, juga terutama diakibatkan oJeh apresiasi yen Jepangtelhadap dolar Amerika dan dolar Amerika terhadap Iupiah, sehinggajurnlah rupiah yang harusdisediakan untuk pembayaran hutang tet sebut scmakin meningkat. Sckalipun demikian, sclamaRepelita V, peranan pembayaran bunga dan cicilan hutang luar negeri terhadap pengcluaran rutintelah mengalami pcnurunan, yaitu dari 48,5 perscn dalam tahun anggaran 1989/90 menjadi 44,3persen dalam APBN 1993/94. Penurunan pcrallau tersebrt telutama disebabkan oleh pcrcepatan

pcningkatan per bayalan bunga dan cicilan hutang hrar negeri relatif lebih kecil bila dibandingkandengan percepatan peningkatan pengeluaran rutir) sccara kescluruhan, yang tcrutama disebabkanoleh peningkatan yang cukup besar pada pembiayaan aparatur pemerintah. Perkembangan realisasipernbayaran bunga tlan cicilan hutang luar ncgcri, scrta pcranannya terhatlap anggaran belanja rutinsecara keseluruhan dapat diikuti dalatn

'l 'abel Il.l0.

2.2.4.4. Subsidi

Dalam rangka menjaga stabilitas nasional yang sehat dan dinamis, khususnya stabilitasekonomi, agar kcpastiau perkembangan ekononri lebih terjamin, telah dilakukan pengendalian

halga balang-barang tertentu, terutama barang kebutuhan pokok yang sangat strategis. Terhadapbarang-barang yang perkcmbangan harganya berfluktuasi dan lnenyangkut kepentingan rakyatbanyak, diupayakan agar harga barang-barang tersebut tetap stabil dan tersedia dalam jrimlah yang

cukLrp bagi masyarakat luas. Dalam rangka pengendalian harga tersebut, maka dalarh keadaaniertentu per'lu disediakan dana yang cukup besar untuk sLtbsidi. Namun demikian, dengan semakinmeningkatnya kesejahtcraan masyarakat, sementara pernberian subsidi secara terus-menerusnlernberikan dampak yang kurang menguntungkan, maka secara bertahap besarnya subsidi semakindiknrangi dan pada saahrya dapat dihapuskan. Hal ini adalah sesuai dengan prinsip pengcndaliandalam anggaran belanja rutin ke arah efisiensi penggunaan untuk mendukung terbentuknyatabungan pemerintah yang semakin besar. Dengan demikian, dana yang senrestinya digunakanuntuk subsidi dapat dialokasikan pada berbagai program pembangunan lainnya yang prioritasnya

lebih tittggi.

Upaya pengendalian anggaran belanja rutin yang dilaksanzrkan melalui subsidi initercermin dalam penghapusan subsidi pangan yang pernah diberikan sejak tahun 1973174 sampaidengan tahun | 982/tt3. Subsidi pangan tersebut diberikan sehubungan dengan adanya impor beras,karena produksi beras di dalam negeri masih bclum mencukupi. Sernentara itu, harga beras impordirasakan masih terlalu tinggi bagi masyarakat golongan ekonomi lemah, sehingga Pemerintahpcrlu menycdiakan anggaran untuk menutup selisih antara hargajual dengan biaya pengadaannya.Namun demikian, dengan berhasilnya Indonesia dalam swasembada beras maka impor beras tidakdilakukan lagi, sehingga scjak tahun 1983/84 tidak disediakan subsidi pangan.

Sementara itu, dalam pengadaan bahan bakar minyak (BBM) untuk konsumsi dalamnegeri diperlukan adanya dana untuk subsidi BBM. Pada dasamyasubsidi yang diberikan merupakankekurangan dari hasil penjualan BBM dalam negeri terhadap seluruh biayapengadaan yang harusdikeluarkan. Dalam hal ini, subsidi yang diberikan seringkali di luar perhitungan semula karenabesamya subsidi BBM sangat dipengaruhioleh fluktuasi harga minyak mentahdipasar intemasional.Kebutnhan subsidi BBM yang cukup besar mulai dirasakan sejak Repclita III, sehubungan denganharga rninyak mentah yang terus meningkat dengan cukup cepat. Untuk mengurangi beban subsidiBBM tersebut telah dilakukan penyesuaian hargajual BBM dalam negeri, dalam tahun 1979, 1980,1982, 1983, 1984, dan 1985. Dalam Repelita IV harga minyak bumi cenderung mengalamipenurunan, sehingga subsidi BBM jugacenderung menurun, bahkan dalam tahun 1986/87, dimana

Tabel II.l0PERANAN PEMBAYARAN BUNGA DAN CICII,AN HUTANG LUAR NEGDRI

TERHADAP PENGELUARAN RUTIN DAN REALISASI APBN.1969t70 - 1993t94

(dalam rniliar rupiah)

T a h u nBunga dan

cicilan hutangluar negeri

Pengeluaranrutin

Vo RealisasiA P B N

REPELITA I1969170)9701'11I9'711',721972173r97317 4

REPELITA IIt974175197 5l',l61976177t9't11781978/79

REPELITA IIIt979fto1980/8 rt98 t/8219821831983184

REPELI:I'A IVr984/851985/86r986/871987/EE1988/89

REPEI,ITA V1989/90t99019 |1991192t992193 _,t993t94 '

12,723,64 t ,046,O62,5

6',7 ,37 r ; l

165,122t ,O

647,6'154,t)q t 5 1

1.204,72.0'72,8

2.73'7 ,23.303,15.058, I8.165,5

1o.862,6

r.'789,913.145,1t3.182,514.942,016.425,8

216,5288,2349,1438,1713,3

t . 0 r 6 , lr .332,61.629,82.1+8,92.7 41,7

4.061,85,800,06.91',7,66.996,38 , 4 1 1 , 8

9.429,0I r . 9 5 1 , 5r 3,559,317.481,520.739,0

24.331,129.997,730.227,634.03r,237.094,9

s a8,2

1 | , ' 7t0,58,8

o,o\ 4

10, I10,319,2

15,913,01 3 , 117,724,6

29,0

3't,346,752,4

d R 5

43,8416d l q

u,3

11L1A.sJ 9

545,0'736,3

t .164,2

r.977,92.730,33.684,34.305,75 ? O O r

8.076,0I 1 . 7 1 6 , l13.917,714_355,91 8 . 3 1 1 , 0

19.380,922.824,62t ,891,326,958,932.989;7

38.165,449.449,751.991,858.166,062.322,1

3,8\ ' )

6,2

1 d

2,04 5

9,9

ti,06,46,68,4

I 1 ,3

1 4 , 114,523,130,332,9

30,926,2) 5 425,7

'18

harga minyak jauh lebih rendah dari harga yang ditetapkan dalam APBN, diperoleh laba bersihminyak sebesar Rp l .0 l0 mi l iar .

Selanjutnya, secara keseluruhan realisasi subsidi BBM dalam Repelita V mengalamipeningkatan yang cukup berarti apabila dibandingkan dengan Repelita sebelumrya' Secara umum,

tingginya subsidi BBMdalam Repelita Vselain disebabkan oleh meningkatnya hargaminyak bumisebagai akibat dari kisis teluk dalam bulan Agustus tahun 1990, juga diakibatkan oleh depresiasirupiah dan meningkatnya konsumsi BBM di dalam negeri yang cukup tinggi. Dalam Repelita III

dan Repelita IV pertumbuhan konsumsi BBM rata-rata sekitar 6 perscn dan 2 persen per tahun,

sedangkan dalam Repelita V pertumbuhan tersebut meningkat rata-rata sekitar 9 persen per tahutt.

Sementata itu, dengan terbatasnya kemampuan kilang minyak di dalatn negeri, peningkatan

konsumsi BBM tersebut menyebabkan kebutuhan BBM impor menjadi lebih banyak, sedangkanharga BBM di luar negeri jauh lebih tinggi daripada harga BBM di dalam negeri. Keadaan ini

mendorong peningkatan kebutuhan devisa untuk mengimpor BBM, yang pada gilirannya

memperbesar biaya pengadaan BBM di dalam negeri. Dalam tahun 1989/90, subsidi BBM

mencapai sebesar Rp 705'9 miliar dan dalam tahun 1990/91 subsidi BBM meningkat menjadiRp 3.301 miliar. Namun dalam tahun l99ll92 dan 1992193 subsidi BBM mengalami penurunan

tajam menjadi sebesar Rp |,029,7 miliar dan Rp 691,8 miliar, bahkan dalam semester I tahun

1993/94 diperoleh laba bersih,rninyak sebesar Rp 256,9 miliar.

, Gambarair tersebut menunjukkan bahwa sekalipun masih menyerap dana yang cukupbesar, realisasi subsidi BBM dalam 3 tahun terakhir cenderung mengalami penurunan. Hal tersebutsejalan dengan upaya Pemerintah untuk mengurangi besamya subs idi BBM dengan menyesuaikanhargajual BBM, yang selama Repelita V telah dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu dalam tahun 1990,

i991, dan 1993. Upaya pengurangan subsidi BBM dilaksanakan melalui penyesuaian harga BBM

secara berkala, karena pada dasamya pemberian subsidi tidak mencerminkan alokasi sumberekonomi yang efisien dan tidak menunjang kebijaksanaan konservasi energi nasional, mengingatminyak bumi termasukjenis energi yang sifatnya tidak dapat diperbaharui Di samping itu' dengan

beban subsidi yang semakin besar berarli pula alokasi dana untuk membiayai pembangunan akan

semakin terbatas, sementara dalam situasi perekonomian nasional yang berat dan situasiperekonomian dunia yang semakin kompetitif, setiap pengeluaran negara harus diarahtan padapenggunaan yang paling tepat dan berdaya guna. Dengan demikian, pengeluaran negaia bagipembiayaan subsidi senantiasa dapat diatahkan pada penggunaan y?ng lebih bermanfaat bagi

masyarakat dan perekonomian, sehingga memenuhi azas efisiensi dan efektifitas seperti yang

diharapkan. Sekalipun demikian, penyesuaian harga berbagai jenis BBM diupayakan agar tetap

realistis dan wajar, serta disesuaikan dengan kegunaan dan kemampuan konsumen pemakainya.

Untuk jenis BBM yang dikonsumsi oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah dan yang

mempunyai dampak bagi pengembangan sektor industri, seperti minyak tanah dan solat, peningkatan

harganya ditetapkan paling rendah. Selain itu, Pemerintah juga berupaya untuk mengurangipenggunaan minyak tanah sebagai bahan bakar untuk rumah tangga, di antaranya dengan

memperkenalkan batu bara dalam bentuk briket. Penyesuaian harga BBM ke tingkat yang wajar

i

79

bersama-sarna dengan upaya penggunaan energi alternatif tersebut akan senantiasa dilakukan

dalam waktu-waktu mendatang. Perkembangan subsidi pangan dan BBM selama 25 tahun terakhirsecara rinci dapat dilihat dalam Tabel II.1l.

2.2.5. Tabungan pemeirintah

Keberhasilan pernbangunan nasional dalam tafin 1993194 akan mempunyai arti yang

sangat strategis bagi kelanjutan pelaksanaan pembangunan di masa mendatang, karena dalam

tahun terakhir pelaksanaan pembangunan jangka panjang pertama ini diharapkan akan dapattercipta landasan yang kokoh clalam memasuki era tinggal landas dirlam Repelita VI, yang

sckaligus rnerupakan kerangka dasar pernbangunan jangka panjang kcdua. Oleh karena itu,tersedianya dana yang cukup memadai bagi terlaksananya pembangunan nasional akan sattgat

menentukan kcbcrhasilan pencapaian sasaran pembangunan Repelita V.

Sesuai dengan arahan GBIIN danRepelita, dana untukmembiayai pcmbangunan terutamadigali dari sumber dalam negeri, dengan sumber dana dari luar negeri sebagai pelengkap. Hal ini

scjalan dcngan prinsip peningkatan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan. Terbentuknyatabungan pemerintah yang terus meningkat sebagai salah satu sumber petnbiayaan pembangunan

sangat diharapkan, karena mcmungkinkan tcrciptanya suatu shuktur pembiayaan pembangunanyang berhrmpu pada kemampuan sendiri, Selain daripatla itu, meningkatnya tabungan pemerintah

dzui tahun ke tahun menunjukkart kemampuan untuk meningkatkan invcstasi/pcmbcntukan

modal nasional.

Sebagaimana diketahui, tabungan pemerintah merupikan selisih positifantarapenerirnaan

dalam negeri dengan pengeluaran rutin. Dengan demikian, pembentukan tabungan pemerintah

tli satu sisi berkaitan erat dengan upaya untuk meningkatkan penerimaan dalam negeri, dan di sisi

lain berkaitan dengan upaya peningkatan efisiensi pengeluaran mtin, Peningkatan tabunganpemerintah hanya dapat terjadi apabila kenaikan penerimaan dalam negeri belgerak lebih cepat

daripada kcnaikan pcngcluaran rutin. Namun dcmikian, upaya pcngerahan tabungan pemerintah

yang tinggi senantiasa diupayakan agar tidak mengorbankan pengeluaran rutin, Di samping itu,

semua upaya dilaksanakan dalarn kelangka kebijaksanaan fiskal yang tetap didasarkan pada

prinsip anggaran berimbang dan dinamis, yang menjamin pemerataan pembangunan yang makinluas, dan per tuurbuhan ekononri yang cukup tinggi, serta tercapainya stabilitas ekonorni yang sehatdan dinamis.

Scjak awal Repelita I sampai dengan tahun kedua Rcpclita IV, realisasi tabunganpemerintah senantiasa mengalami peningkatan, rata-rata sebesar 41,8 persen per tahun. Natnundemikian, pcningkatan tcrscbrrt bclum menunjukkan landasan yang kokoh bagi pembiayaanpembangunan, karena sebagian besar dari penerimaan dalam negeri masih didominasi penerimaan

rnigas, sedang peningkatan pengritnaan di luar migas masih belum mampu rnengimbangi laju

kenaikan penerimaan migas. Dengan meningkatnya penerimaan dalam negeri yang lebih cepatdaripada peningkatan pengeluaran rutin, rnaka tabungan pemerintah yang berhasil dihimpun

t

80

Tabel II.llSUBSIDI PANGAN DAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK.

1969170 - 1993194(dalam miliar rupiah)

T a h u nSubsidipangan

Subsidlbahan bakar

minyak

REPELITA T1969ftOl970nrlg't | ftzt972n3t9731'.7 4

REPELITA II197 4fl5t97 5n61W6n71977 n8t978119

REPELITA III19',t9180r980/8 r1981/821982/831983184

REPELITA IV1984/851985/861986/871987/881988/89

REPELITA V1989/901990/91199U9219921931993194 *)

153,4

141,050,039,r

d ? s

l t Lq

281,7223,5

I , l

65,1197,0

514 0

| .02t ,7L316,4

q6t 5

928,r

506,7374,2

401,8133, I

70s,93.301,01.O29,7

691,8

* , ) A P B N

l

8 1

selama Rcpclita I sebcsal Rp 566,9 miliar, dalam Repelita II telah meningkat lebih dari 10 kali lipatmenjadi sebesar Rp 5.832 miliar. Peningkatan yang cukup besar ini terutama disebabkan olehmeningkatnya penerimaan dalarn negeri, sebagai akibat meningkatnya harga minyak mentahdi pasar intemasional yang cnkup pesat. Dalam Repelita III, tabungan pemerintah yang berhasildihimpun meningkat lebih dari 4 kali lipat dibandingkan dengan Rcpclita sebelumnya, yaiturnenjadi sebesar Rp 23.739,9 miliar. Namun demikian, keadaan ini tidak berlangsung larna, karenaadanya penurunan harga rninyak mentah di pasar intenrasional sebagai akibat dari kelesuanperekonomian dunia dan kelebihan produksi minyak dunia, yang secara otomatis berpengaruh pula

terhadap besamya pcnerimaan dalam negeri, khususnya dari sektor migas. Dalam kurun waktuyang sama, penerimaan di luar migas behm mampu mengimbangi penurunan peneLimaan migas,sedangkan besamya pengeluaran rutin scnantiasamcningkat sciring dengan perkembangan kegiatanpernerintahan dan pembangunan. Sebagai akibatnya tabmgan pemerintah yang belhasil dihimpunselama Repelita IV hanya sebesar 92,4 pcrscn dari tabungan pcmcrintah yang berhasil dihimpundalarn Repelita III, yaitu sebesar Rp 2l .946,2 miliar. Hal ini menunjukkan betapa besarnya pcrananpenerimaal migas clalam menentukan tabungan pcmcrintah dalam kedua periode tersebut.

Bcrkaitan dengan hal tersebut, rntuk mengurangi ketergantungan tcrhaclap penerimaanmigas dan memperkuat struktur pembiayaan pembangunan, maka berbagai upaya untukmeningkatkan peranan pcncrimaan di luar migas, khususnya pcncrimaan sektor perpajakan,senantiasa dilakukan. Selain itu juga diupayakan langkahJangkah penghernatan pada berbagaipengeluaran rutin dan pcngurangan pcmbcrian berbagai rnacam subsidi sccara bertahap, tanpamengganggu jalannya roda pemerintahan dan mulu pelayanan aparatur pemerintah kepadamasyarakat serta pemeliharaan hasiliasil peurbangunan yang telah dicapai.

Memasuki awal Repelita V, upaya untuk menggali dan menganekaraganrkan pcnerimaandi luar migas telah menampakkan hasilnya, sehingga tlengan kontribusi sebesar 60,8 persen dalikeseluruhan penerirnaan dalam negeri, penerimaan tli luar niigas mampu tnenggantikan perananpenerimaan migas. Mcningkatnya pcnelimaan di luar migas dan rncmbaiknya kembali hargaminyak di pasar intemasional telah menyebabkan penerimaan dalam negeri mengalarni peningkatan.

Peningkatan ini, yang disertai dengan pcningkatan cfisicnsi dan cfcktivitas alokasi pengeh.raranrutin, telah Inemungkinkan laju peningkatan pengeluaran nrtin tidak lebih tinggi dali laju peningkatanpcncrimaan dalam negeri, sehingga tal)ungan pemelintalr yang berhasil dihrmpun dalam tahunpertama Repelita V rnencapai sebesar Rp 4,408,7 miliar, atau mengalami peningkatan 94,6 persendibandingkan dengan tahun sebeluurnya dan lebih dari 2 kali l ipat dar i sasaran tflhun pcrtamaRepelita V, L)alam tahun kedua Repelita V, tabungan pemerinlah mengalami peningkatan lebihdali dua kali l ipat dibanding awal Repelita V, yaitu menjadi sebesar Rp 9.548,7 rniliar', sedalgdalam tahun ketiga dan keernpat Rcpclita V, tabungan pcmcrintah meningkat masing-masingsebesar 18,9 persen dan l l l ,2 pelsen, sehingga urenjadi sebesal Rp I1.357,2 mi l ia l danRp 13.421,3 mi l iar .

Dengan bcrbagai upaya untuk menillgkatkan penerimaan dalam ncgcri, khususnyapenerimaan di luar: migas, yang disertai dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas pengeluaran

82

rutin, Pemcrintah senantiasa berupaya untuk meningkatkan peranan tabungan pernerintah dalampernbiayaan pembangunan, sehingga komposisi pernbiayaan pembangunan lebih bertumpu padapembiayaau yang bersumber dari dalam negeri.

Sciring dengan makin tirrgginya penerimaan diluarmigas dari lahuD ke tahun, di sampingmakin tingginya pencrimaan dalarn negeri, juga telah memungkinkan peningkatan tabunganpemcrintah. Bahkan dalam tahun 1990/91 dan 1991/92, Pemerintah telah mampu rnenghimpuncadangan anggaran pembangunan (CAP), masing-masing scbesar Rp 2.000 miliar dan

Rp 1.500 rniliar. Dana caclangan anggaran pembangunan ini hanya akan dipergunakan apabilarencana penerimaan dalarn negeri yang berasal clari pcnerimaan migas dan atau rel)cana penerilnaan

pembangunan tidak dapal lerealisasi. Dengan demikian, dana cadangrm anggaran pembangunan

mempakan dana untuk berjaga-jaga tlan hanya dipergunakan untuk membiayai kegiatanpembangunan.

Sementara itu, terlihat bahwa peranan tabungan pemerintah tcrhadap dana pembangunan

sejak Repelita I sampai dengan Repelita III senantiasa ,nengalami peningkatan. Dalam Repelita I,kontribusi tabungan pemerintah terhadap dana pembangunan hanya sebesar 44,4 persen, kemudiandalarn Repelita II meningkat mcnjadi 63,7 persen, dan bahkan dalam Repelita III kontribusitabungan pemcrintah hampir mencapai 70 persen dari keseluruhan dana pembangunan.

Namun de4ikian, bersamaan dengan turunnya penerimaan migas, kontribnsi tabungan pemerintah

tbrhadap dana pembangunan dalam Repelita IV mengalami penurunan yang cukup tajam menjadi

sebesar 43,1 persen, yang berarti lebih kecil daripada kontribusi tabungan pemerintah terhadapdana pcrnbangunan dalam Repelita L Meskipun demikian, selalna elnpat tahun pelaksamaan

Repelita V, kontribusi tabungan pemerintah terhadap dana pembangunan kembali meningkathampir mencapai 50 persen. Hal ini menunjukkan bahwa harapan untuk membiayai pembangunan

sektor pemerin tah dengan mengcrahkan dana yang bersumber dari dalam negeri, khususnyapajak,akan dapat telwujud.

Selama empat tahun pelaksanaan Rcpelita V, perketnbangan penerimaan dalam negeridan pengeluaran rutin mcngalami peningkatan masing-masing sebesar 18,2 persen per tahun dan

11,8 persen per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan penerimaan dalam negeri lebihbesar daripada peningkatan pengeluaran rutin. Dalam tahun terakhir pelaksanaan Repelita Vtallungan pemerintah direncanakan mencapai Rp 15.674,1 miliar, atau peningkatan sebesar

16,8 persen dibanding tahun sebelumnya. Dalam Tabel IL12 dapat diikuti perkembangan tabunganpemerintah sejak awal Repclita I (1969/70) sampai dengan tahun terakhir Repelita V (1993/94).

2.2,6, P engeluar an pembangunan

Pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan tarafhidup dan kesej ahteraan seluruhrakyat yang dilaksanakan secara berencana, bertahap, dan berkesinambungan melalui rangkaian

Repelita demi Repelita, hingga kini telah sampai pada pelaksanaan tahun terakhir Repelita V,yang sekaligus juga merupakan tahap terakhir dari penyelesaian pembangunan jangka panjang

pertama (PJP I). Penyelenggaraan pembangunan dalam periode tersebut, di samping telah mampu

p

I

t

Tabel II.l2

TABUNGAN PEMERINTAH, 1969170 _ 1993194(dalam miliar rupiah)

T a h u n JumlahKenaikan (+)/P€nurunan (-)

REPELITA I

1969n01970n It97 tl'tz1972n3|973n4

REPELITA IIp74ns197 s/7 61976177r977n81978n9

REPELITA III

1979/80r980El198U8219821831983/84

REPELITA IV1984/851985/861986/871987/8 81988/89

REPELITA V1989/9O1990/9r199tl9Z1992/931993194 ')

)1 ',)

{ l o78,9

152,52s4,4

'137 ,6

909,3r-276,21.386,51.52?,4

2.635,04.427,O5 ? 1 5 n

5.422,06.020,9

6.476,57.301,32.581,33.32t ,87.265,3

4.408,79.548,7

1r.357 ,213.421,3t5.67 4,l

26,725,O/ J , O

101,9

483,2171,7366,9110,3r ? 5 0

|.112,6r.792,0

808,0187,0598,9

455,6824,8

4,720,O14fi \

1.056,5

2.r43,45.140,01.808,52.W,12.252,8

84

menghasilkan berbagai pcrkembangan dan kemajuan yang sangat ntellgesankan dalam segenap

aspek kehidupan bangsa,juga sekaligus berhasil mclctakkan landasan yang kokoh bagi bangsa

Inclonesia dalam memasuki awal periode ptoses tinggal landas dalam pembangunan jangka

panjang kedua (PJP II). Keberhasilan tersebut dapat dicapai selain berkat adanya perencanaan,

pelaksanaal, pemantauan dan petrgendalian proyek-proyek pembangunan secara terarah' terpadu

tlan terkoordinasi, juga ditunjang oleh pendanaan yang mernadai melalui anggaratl belanja

pembangunan dalam APBN.

Sebagai salah satu pcfangkat kebijaksanaan fiskal dan ujung tombak pelaksanaan

operasional Repelita tti sektor pemerintah, julnlah anggaran pembangunan, sesuai dengan prinsip

anggaran berimbang dan dinamis, senantiasa tlisesuaikan dengan dana yang berhasil dihimpun,

baik clari sumber-sumbcr dalam negeri maupun sumber-sumber luar negeri. Oleh karena itu,

sejalan dengan bertambah bcsafnya kemampuan keuangan negara dan semakin meningkatnya

kompleksitas permasalahan yang dihadapi dalam pcmbangunau, maka jumlah anggaran

pembangunan selama PJP I senantiasa menunjukkan peningkatan clari tahun ke tahun. Apabila

dalam Repelita I realisasi anggaran pembangutran barrt mencapai sebesar Rp 1,232,8 miliar, maka

dalam Rcpel i ta v jumlah anggaran pembangnnan d iperk i rakan mencapai sebcsar

Rp 104.412,2 miliar. Ini belarti bahwa selama kurun waktu dua setengah dasa warsa, yaitu dari

periode Rcpelita I sampai tlengan Repelita V, realisasi anggaran pembangunan telah mengalami

kenaikan rata-rata sebesar 25 persen per tahun, atau meningkat lebih dari 84 kali l ipat.

Dengan perkembangan tersebut, maka secara keseluruhan jumlah anggaran pembangunan selama

PJP I diperkirakan nrencapai sebcsar Rp 199.785,7 miliar.

Di samping peningkatan volume anggaran pembangunan, faktor penting lainnya yang

menjatli penentu bagi keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan adalah ketepatan di dalam

pemilihan proyck, serta penentuan jenis dan sumber-sumber pembiayaannya. Di dalam kerangka

alokasi anggaran pembangunan, pemilihan ployek-proyek pembangunan, selain didasarkan pada

pendekatan sektolal juga senantiasa dikaitkan dengan alokasi regional. Ini berarti bahwa selain

kiteria ploduktivitas, penentuan proyck sejauh mungkin juga hams mempertimbangkan kriteria

lokasi dimana proyek beracla. Kedua pendekatan tersebut diperlukan agar proyek-proyek yang

dibiayai dengan tlana APBN dapai menghasilkan manfaat yang optimal, baik dalam kerangka

pencapaian perturnbuhan ekonomi maupun dalam upaya pemelataan pembangunan dalam arti

luas. Dari perspektif sektoral, priorilas alokasi anggaran diberikan kepada proyek-proyek yang

paling produktif, efisien dan benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat, baik proyek fisik maupun

proyek nonfisik. sementara itu, alokasi regional dimaksudkan sebagai ikhtiar untuk mengurangi

kesenjangan tingkat pertumbuhan antardaerah dan menjaga keseimbangan antaftegional melalui

penentuan lokasi proyek secara tepat. Keseluruhan strategi pembiayaan pembangunan tersebut

tergambar secara jelas pada perirnbangan alokasi anggaran pembangunan berdasafkan sektor

dan subsektor, berdasarkan jenis pembiayaan, serta pengeluaral pembangunan atas dasar sumber

pembiayaan.

q

E-5

2.2.6.1. Pengeluaran pembangunan berdasarkan sektor dan subsektor

Anggaran bclanja pcmbangunan, yang meliputi pembiayaan nrpiah dan bantuatl proyek,dialokasikan ke berbagai sektor dan subsektor sesuai dengan urutan priotitas dan kcbijaksanaanpembangunan sebagaimana ditetapkan di dalam GBHN dan Repelita. Dalam periode pembangunanjangka panjang pertama (PJP I), kebijaksanaan pembangunan selalu dilaksanakan dengan bertumpupada Trilogi Pembangunan, dengan senantiasa rncngusahakan keseimbangan, keharmonisan dankeserasian antara upaya pemerataan penrbangunan dan hasil-hasilnya menuju terciptanya keadilansosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dengan pertunrbulran ekonomi yang cukup tinggi, sertastabilitas nasional yang sehat dan dinanris. Scdangkan titik beral pembangunan jangka panjangdiletakkan pada pembangunan di bidang ekonomi dengan sasaran utarna mencapai kcscimbangandalam struktur ekonorni dimana tcrdapat kcmampuan dan kekuatan industri yang rnaju yangdidukung oleh kekuatan dan kemampuan pertanian yang tangguh. Pelaksanaan strategi dasar dankebijaksanaan peurbangunan tersebut dilakukan secara bertahap sesuai dcngan keadaan danperkembangan pembangunan.

Dengan berpedoman pada arah dan sasaran pembangunan tersebut, rnaka dalam rangkamenunjang penciptaan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis, serta rnendorong laju pertumbuhanekonomi yang cukup tinggi, dalam periode Repelita I dan llepelita II prioritas pernbangunandiletakkan pada upaya pemcnuhan kcbutuhan pokok rakyat banyak, berLLpa pangan, sandang,dan papan, serta mewujudkan keseimbangan antara sektor pedanian dengan sektor industri.Oleh karena itu, alokasi anggaran pembangunan dalam periode lersebul diarahkan terutarna padaupaya peningkatan produksi beras, melalui pembukaan dan perluasan areal persawahan,pembangunan jaringan irigasi dan bendungan, serta pcnycdiaan prasarana dan sarana penunjangproduksi pertanian. Sementara itu, guna mewujudkan swasembada pangan dan mellingkatkaninduslri yang mengolah bahan baku menjadi barangjadi, maka dalam periode Repelita III prioritasalokasi pengeluaran pembangunan diberikan kepatla sektor pertambangan dan enelgi,sektor perhubungan dan pariwisata, sektor pertanian, serta sektor pendidikan. Selanjutnya denganberbekal pada keberhasilan dalam3encapaian swasembada pangan di sektor pertanian pada akhirRepelita III, maka prioritas alokasi anggaran pembangunan dalam Repclita IV diarahkan padausaha untuk melanjutkan swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat rnenghasilkanmesin-mesin industri sendiri, baik industri berat naupun industri ringan.

Dalam Repelita V prioritas pembangunan diletakkan pada bidang ekonorni dengan titikberat pada sektor pertanian unauk memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan produksihasil pertanian lainnya, serta sektor industri, khususnya industri yang rnenghasilkan barang untuktujuan ekspor, industri yang banyak nrenyerap tenaga kerja, industri pengolahan hasil pertanian,serta induslri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri. Atas dasar prioritas tersebut,maka kebijaksanaan pengeluaran pembangunan dalaln periode tersebut diarahkan terutama padapembangunan sarana dan prasarana dasar yang dapat menunjang kegiatan ekonomi dan pembangunanpada umumnya, penyediaan fasilitas pelayanan dasar yang makin luas bagi rakyat, pengembangan

sumber daya manusia secara menyeluruh dan mendasar, serta penyediaan biaya operasional dan

I

86

peneliharaan bagi sarana dan prasarana yang telah dibauguu. Deugan arah kebijaksanaan terscbut,maka dalam Repelita V alokasi anggaran yang cukup besar diberikan kepada lima sektor utama,yaitu (1) sektor perhubungan dan pariwisata, (2) sektor pertanian dan pengairan, (3) sektor'peflambangan dan energi, (4) sektor pembangunan daerah, dcsa dan kota, serta (5) sektorpenclitlikan, generasi mirda, kebudayaan nasional dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam rangka rnendukung upaya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi nasional danmenunjang pemerataan pcmbangunan ke seluluh wilayah tanah air, alokasi pengeluaranpcmbangunan di sektor perhubungan dan pariwisata dari tahun ke tahun diupayakan untuk terusditiugkatkan, sehingga dalam PJP I secara keseluruhan jurnlahnya diperkirakan nrencapai sebesarRp 33.866,3 rniliar, Alokasi zmggiran tersebutdiarahkan pemanfaatannya terutama untuk mendukungkawasan-kawasan yang mcngalami peltumbrlran ekonomi yang cepat, melalui peningkatan

kemampuan pelayanan transportasi guna mcngimbangi mcningkatnya volume lalu lintas,peningkatan jaringan transportasi di p sat-pusat pertumbuhan dal] pusat-pusat produksi,

selta pembangnnanjaringan transportasi yang menghubungkan daerah produksi dan pemasarannya.

Selain daripada itu, anggaran telsetrutjuga telah digunakan untuk mernbuka isolasi dan rnendorongperkembangan daerah-daerah yang rclatifkurang bcrkernbang dan pcrlu dipacu pembangunarnya,

scpcrti daerah perdesaan, daerah terpencil, daelah transrrigrasi dan daerah perbdtasan.

Dalam l{epelita V jumlah pengeluaran pembangunan sektor perhubungan dan pariwisatatlipcrkirakan rnencapai sebesar Rp 19.863,8 miliar, yang berarti mengalami peningkatan hampir76 kali l ipat bila dibandingkan dengan realisasinya tlalam Repelita I sebesar Rp 261,6 rniliar'.Jurnlah anggaran telsebut telah dialokasikan masing-masing pada subsektor plasalanajalan sebcsarl{p 12.005 miliar, subsektor perhubungan clarat scbesar Rp 2.449,6 miliar, subsektor perhubunganlaut scbcsal Rp I .812,1 miliar', subsektor perhubungarr udara sebesar Rp 2.-502,2 Iniliar, subscktorpos dan telekonrunikasi sebesar Rp 936,8 miliar, serta subsektor pariwisala sebesar Rp 158,1 miliar.

Di subscktor prasarana jalan, alggalan tersebut telah djmanfaatkan untuk menbiayairchlbilitasi dan penrelihalaanjalan danjernbatan yang telah ada, peningkatanjalan dan penggantian

.jenrbatan, serla pembangunan jalan dan jcmbatan baru, terufama di kawasan tirnur Indonesiir,scperti di lian Jaya dan Sulawesi Tenggara. l)engan dukungan pembiayaarr pernbangunan

subsektor plasarirnajalan tcrsebut, maka sampai dcngan tahun tcrakhir Rcpelita V, harnpir seluruhjalan nasional dan sekiLar 80 persen jalan propinsi tclah berada pada kondisi yang cukup mantap.Di sLrbscktor perhubungan darat, anggaran pembangunan telah dimanfaatkan antara lain untukrrernbiayai program peningkatan sarana angkutan kereta api, pengembangan fasilitas angkutan

.jalan raya, scrta peningkatan pengawasan ketertiban dan keselamatan lalu linias.

Sementara itu, di subsektor perhuburgan laut, tlalam rangka menunjang upayapenillgkatankualitas dur kLrantitas angkutan sungai, danau dan penyeberangan, scrta mcndukung pengembanganlasilitas pelabuhan laut dan alrnada pelayaran, khususnya di kawasan tirnul lndonesia, anggaranpembangunan diarahkan pemanfaatannya pada penyediaan dan peningkatan kualitas sarana/fnsilitas penyeberangan, pembangunan dennaga pelabuhan umum dan pelabuhan perintis, sertapenanggulangan berbagai hambatan dalam pclaksanaan pclayaran. Sampai dengan tahun terakhir

?

87

Repelita V, jumlah armada pelayaran nusantara telah mencapai 344 buah, sementara kapalpenumpang yang rnelayani kebutuhan transportasi nasional mencapai 10 buah, sebanyak 6 buahdi antaranya diarahkan untuk melayani transportasi ke kawasan timur Indonesia. Peningkatanjurnlah arrnada yang didukung oleh peningkatan jumlah pelabuhan tersebut telah mampumeningkatkan produktivitas dan kapasitas muatan, sehingga mendorong peningkatan kelancaranaktivitas perekonomian rakyat-

Di subsektor perhubungan udara, guna menunjang peningkatan kualitas dan kuantitassarana dan prasarana perhubungan udara yang mampu menjangkau seluruh wilayah tanah air,melalui anggaran penrbanguuan subsektor tersebuttelah d ilakukan pengembangan dan peremajaanarmada perhubungan udara, penambahan lrekuensi dan jalur penerbangan, serta pembangunan,pemeliharaan, dan penambahan fasilitas landasan udara. Sedangkan di subsektor pos dantclekomunikasi, dalam rangka perluasanjaringan clan sambungan telekomunikasi, sertapeningkatanmutu dan keandalan pelayanannya, alokasi anggaran pembangunan telah dimanfaatkan untukpenyediaan dan penambahan jumlah telepon umum coin (TUC), pembangunan telepon umumkartu (TUK), dan pembangunan warung telekomunikasi (Wadel), dengan sejauh mungkin melibatkandunia usaha, Demikian pula untuk menunjang upaya perluasan jaringan, peningkatan mutu,dan kecepatan pelayanan jasa pos dan giro, melalui anggaran yang sama juga telah dilakukanmekanisasi peralatan, tlan penambahan trayek-trayek pelayanan pos, termasuk unit pos kelilingdesa dan pos keliling kota. Dengan berbagai program tersebut, maka sampai dengan tahun terakhirRepelita V, seluruh keczunatan di Indonesia telah memperoleh pelayanan fasilitas jasa pos dan giro.Sementala itu, di subsektor pariwisata, dalam rangka mendayagunakan sumber dan polensikepariwisataan nasional sebagai komoditas industri yang mampu menjadi penggerak kegiatanekonorni dan andalan bagi penerimaan devisa, anggaran pembanguhan telah diarahkanpemanfaatannya untuk mendukung kegiatan pembinaan lingkungan wisata dan kegiatan-kegiatanpromosi pariwisata, baik di dalam negeri maupun di beberapa negara.

Selanjutnya sebagai basis perekonomian dan sumber kehidupan dari bagian terbesarpenduduk Inclonesia, pembangunan di sektor pertanian dan pengairan diarahkan terutama untukmenunjang peningkatan produksi dan kualitas produk-produk pertanian guna memenuhi bahanbaku industri dalam negeri dan ekspor, serta penganekaragaman komoditas pertanian untukmemperluas pasar dan kesempatan kerja. Sasaran tersebut dicapai antara lain melalui berbagaiusaha inrcnsifikasi pcrtanian yang didukung oleh penerapan teknologi pasca panen, pengendalianhama terpadu, serta usaha ekstensifikasi pertanian, petemakan, perikanan, dan perkebunan, Untukmenunjang bcrbagai usaha terscbut, maka besamya alokasi anggaran belanja pembangunanbagi sektor perlanian danpengairan terus diupayakan untuk ditingkatkan. Apabiladalam Repelita Ijumlah anggaran pembangunan sektor pertanian dan pengairan baru mencapai sebesarRp 261 ,8 miliar, maka dalam Repelita V jumlah anggaran pembangunan tersebut diperkirakannrencapai sebesal Rp 13.392,4 mrliar, atau naik rata-rata sekitar 19,6 persen per tahun, Dalam rangkamendorong peningkatan produktivitas usaha tani, nilai tambah komoditas pertanian, sefia pendapatanpetani, peternakdan nelayan, anggaran sektor tersebut diarahkan penggunaannya untuk membiayai

8 8

berbagai proglarn peningkatan produksi, baik produksi tanaman p ngan, produksi perkebunan,produksi petemakan marpun produksi perikanan, program pendidikan dau latihan pertanian,program penelitian dan pengembangan pcrtatrian, serta program pengembangan dan perbaikanjaringan irigasi. Dengan dukungar) anggaran pembangunan terscbut, maka sejak tahun terakhirRepelita III Indonesia telah berhasil mcncapai swasembada beras, yang hingga berakhirnyaRepelita V, prestasi terscbut nlasih tetap dapat dipertahankan. Kcbcrhasilan tersebut bukan sajatelah dapat mendorong terciptanya bcrbagaipeluang usaha di bidang pertanian, terutama hortikultura,akan tetapi juga memberikan pengaruh positif terhadap upaya peniugkatan pendapatan, perbaikangizi masyarakaf, dan pengurangan kemiskinan. Selain dat ipada iht, peningkatan hasii-hasil perlaniantanarnan pangan, perikallan, pelkebunan, dan kehutanan tersebutjuga ikut bcrperan dalam mendorongmasuknya invcstor-investor swasta ttntuk mcnanalnkan modalnya, terutanra dalam pengolahanhasil produksi, yang manrpu r,emberikan pengaruh positif bagi penyerapan tenaga ket ia, peningkatanlaju pcrlumbnhan ekononri, tlan pcngcmbangan wilayah.

Seiring dengan peningkttan pernbaltgunan pertanian, maka dalam rangka mewujudkanstruktur ekonomi yang senrakin kokoh dan seimbang, anggalan penrbangunan sektor industrijugasecara beltahap ditiugkatkan, agar industli nasional dapat rneningkatkan ekspor, menyediakanbarang konsumsi guna metnenuhi kebuluhan rakyat blnyak, rnenghasilkan bahan bakLl tlan barangrnodal yang diperlukan olch sektot industli dan sektor ekonomi laitrnya, serta rneningkatkan nilaitambah dan mcrnpelluas kesempatan kerja. Selama PJP I,.jumlah anggaran pernbangunan sektorindustri secara keseluruhan dipelkirakan tnencapai sebesar Rp8.374,5 rniliat. Setnetrtara itu,dalam periode Repelita V jLrnrlah anggarar penrtrangunan sektor lersebut diperkirakan mcncapaisebesar Rp 2.590,5 miliar, atau rnengalami peningkatan sckitar 30 kali l ipat, jika dibandingkandengan realisasi sebesar Rp 85,7 nriliar dalam peliode Repelita I. Anggaran tersebut tclahdirnanfaatkan bagi pernbiayaan plogram bimbingan dan penyuluhan industri, serta progran.lpcngembangan industri. Melalui prograln bir bingan dan penyuluhan incluslr'i, anggaraDpembangunan antara laiu dignrtakan untuk rnenunjirng upaya penrbinaan indlstli guna meningkatkanekspor hasil industri kecil, meningkatkan kctclkaitan antara indnshi kecil rlengan industri besar/ntenengah, tennasuk pola bapak angkat, serta mengernbangkan sistern infolnasi industri kecil.Sedangkan nrclalui progrzrm peugembangan itrdustri, anggaran pembangunan terutama t-clahdiarahkan untuk nrcndukung upayzr peningkatan penguasaan teknologiplodr,rk, teknologipengolahan,kernarnpuan rancang bangun clan pcrekayasaan industri, serta pengcrrrbangan jaringan kalibr.asi"Dengan tlukungan anggflran penrbangunan sektor industri terseb t, selatna PJP I produk-produkindustri rnakin beragam, volumc produksi dan nilai tambah sektor industli rnakin mcningkirt, seftjumlah konroditi ekspor yang rrampu ntcncnrbus pasal internasional rnakin bellarnbah banyak"IIal ini mengakibatkln laju pertrul[]uhan sektorindustri telah rncncapai rata-rala sekital l2 persenper tahun, dan sumbangantrya terhtrt{ap PDB rnakin beltarnbah besar. Pertumbuhal seklor inclustlilersebut, di sampirrg nrernberi penganrh positiI terhadap pcnycrapan tenaga kelia, yang dalatntahun 1990 telah dapat menyerap teuaga kctja sekitar ll.l77 ribu orang, atau ll,4 pcrscn dalikeseluruhan angkatan kelja, juga memberi pengaruh positif bagi peningkatan nilai tambah,pengttasaan rancang bangLrn dan rckayasa in(lustli, serta memperkuat struktur industri-

a

!.tq

Sementara itu, scjalan rlcngln semakin meuingkatrrya kcbutuharr nilsional Lerlladrp

enelgi, baik untuk kcperlLran industri nraupun t u:nah tall!!ga, serla pemanlaatau kekayaan tarnbangbagi kcsejahteraan nrasyarakat, selarna PJP I scktor pertambangan dau enelgi juga merrperolchplioritas penrbiayaan yanli cukup tinggi. Dalam PJP I,.jumlah anggamn peurbauguuln scktorpertarnbangan clan energi diperkirakan nrencapai scLrcsar Rp 25.899,9 rniliat. Sedlrgkan tlalarnper iode l {epel i la V jumlah anggaran sektor lersebut d iperk i lakarr mencapai sehesar

Rp 12.373,4 miliar, atau rneningkat lebih dari I l4 kali I ipat, j ika dibandingkan dengan t erlisasi:tyl

scbcsar Rp 108 rniliar dalam periode Repelita I. Alokasi anggaran telsetrutdiatahkan pemiLnfiralannya

terutamn untuk tncnunjang upaya pernanfaatan seoptirnal rnungkin kekayaan lambrng bagipcnrbangunan nasional , dan pengelo l lan cnerg i secara henlat dal l e f is icn, delgan tcLap

rnemper tirnbangkan aspck kcterpatluan antalberbagai nsrlra dan kclestarian sumber dayr alarn.

Di subsektor peftxrnbangan, anggaran pembaugunan atrtara laiu LelaLr dimanlartkan

untuk pengcmbangarl pertambangan dan pengembmgan gcologi. Melalui proglatn pcngcmbanganpe iimbangan tersebut, selarna periodc 1988/89 - 1992/93 produksi bcbclapa sunrber encrgi

kornersial di luar nrilyak burni telah belhasil ditingkatkan, rli anttranya ploduksi batu bara naikrata-rata 45,7 persen per tahun, prodlksi gas alam rneningkat rata-rata 8,4 pctscn net tahut.t,

clan produksi LNG naik rata-rata 6,7 persen per tahnn. Sedangkan dj subsektor euergi, anggatan

pcrnbangunan antara lain telah dimanfaatkan bagi pernbiiryaan prograur intensifikasi, rliversifikasi,

dan ko:rselvasi enelgi. Mclalui program diversifikasi energi, telah lreflrasil ditiugkatkan pcranan

pcnggunaan beberapa sumber energi bukan minyak scbagai energi alteruatif, scpcrti penggunaan

briket batu bara untuk industri kecil dan rurnah tangga.

Di birlang kelistlikan, dalarn raugka lrremenuhi peningkatan perminlaan akan konsnmsi

elergi, khususnya di scktor intlustri, alggalan pembangunan subsektor energi telah diarahkanpcnggunaannya antara lain untuk penrbangunan salauai dan prasarana kelistrikarr, yang rr.reliputiprmbangkit listlik tcnaga air, lenrga gas/uap, tenaga panas bumi, lcnaga diesel, serta tenallamicr ohirlro, berikut jariugan transmisi dan distlibusinya. Dengan berbagai plogralr peurbangunan

di bklang kelistlikan terscbut, sclama periode i988/89 - 1992193 produksi listlik meningkat tata-lata l3,l pcrsen pel tahun, jurnlah penjualannya rnenlngkal rata-rata 14,9 perscu per tahun,

sernentara daya listtik tersambung mcningkat rata-rata ll,3 perscn. Pcuingkatau kairasitas

ketersediaan listr ik, yang discrtai rlengan peningkatan kualitas pelayanan dau pendisllibusiannya

secara lcbih tersebar tersebut, baik untuk konsumsi induslri maupun ruurall tangga, diharapkan

mampu Inendorong kcgiatan ckonomi, khususnya sektor industri, clatt pada gili lannya dapat

mcningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik di dacrah perkotaan maupnn di perdcsaan.

Dalam rangka mempercepat pernerataan laju pcrtumtruhan ekononri antatdacrah,

serta menyelaraskan penrbangunan sektoral dan regional, anggalan pcmbangunan sektorpembangunan dacrah, desa dan kota senantiasa ditingkatkau dan diarahkan pemanfaatannya selain

untuk menunjang penyediaan salana dan prasarana dasar di masing-nrasing daerah, juga sekaligus

untuk mempercepat upaya penanggulangan kemiskinan, perluasan kesempatan kerja dan penataan

luang di kawasan-kawasan tertentu yang dianggap strategis dan mendeserk untuk segera ditangani.

90

Selama pelaksanaan PJP I, jurnlah arrggaran petnbangunarr sektor pembangunan daerah, desadan kota diperkirakan mencapai sebesar Rp 2l .042,8 n.ril iar. Sedangkan dalam periotle Repelita Vjtrnrlalr anggalan pembangunan sektor tersebut dipelkirakan rnencapai sebesal Rp 12.267 miliar,atau urengalami pcningkatan lebih dari 58 kali l ipat bila dibandingkan dengan realisasinya sebesarRp 210 lniliar dalam pcriode Repelita I. Bagian ter'lresar daripada anggalan pernbangunan sektortelsebut tlialokasikan dalam bentuk belbagai progran bantuan pembangunan dacrah (prograrnInpres), antara lain bautuan pembangunan desa (Inpres desa), bantuarr peurbangunan kabupaten/kotamadya (Inpres Dati II), dan bantuan pembangunan daerah tingkat I (Inples Dati I).Selain daripada itu, untuk menunjlng upaya penanggulangan kemiskinan dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat, mclalui anggaran sektor pernbangunan daerah, (lesa dan kota, dalamRepcl i ta V juga tc lah d imasukkan prograrn pengembangan kawasan terpadu (PKT).Dengaur pclaksanaan program tersebut, maka jumlalt wilayah yang terbelakang dan belum terj angkauolch kegiatan pembangunal, serta dacrah yang terisolir secara bertahap telah banyak berkurang.Sementara itx, untuk menauggulangi kemiskinan di wilayah perkotaan dan kawasan kumuh,clcngan anggaran scktot yang sama telah pula dilaksanakan program pembangunan prasarana kotaterpadu (P3KT) dan program uerbaikan kampung. Sedangkan nntuk mewujudkan keseimbanganpertumbuhan, baik dalarn sr:alu wilayah mauprn antarwilayah, dan penataan pertnnzrhan, melaluianggaran pcntbangunan sektor tersebut juga clilaksanakan prograrm penataan ruang, denganprioritas khusus pada kawasan-kawasan tertentu yang dianggap strategis dan menclesak untuksegera ditangani.

Selanjutrrya, untuk rnernpercepat pcningkatan kualitas manusia Indonesia, terutamildalarn rrempersilpkan tenag:l-tenaga pcmbangunan yang lerdidik, terampildan tangguh, maka dalamrangka proglarn pengembangan surnber daya manusia, sektol pendidikan, gencrasirnuda, kebudayaannasional dan kelrcrcayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa senantiasa rnemperoleh priodlas yangcukup tinggi di dalam alokasi pembiayaan penrbangnnau, Selama PJP I, jumlah anggaranpembangunan sektor penditlikan, generasi rr.ruda, kebudayaan nasional dan kepercayaan tet{radapTuharr Yang Maha Esa secara keseluruhan diperkirakan mencapai sehesar Rp 23.540,6 miliar.Seureutara itu, dalam periode Rcpelita V jumlah anggaran pernbangunan sektor lersebut diperkirakannrencapai sebesar Rp 12.(r8(r,5 miliar, atau mengalami peningkatan lebih dari 151 kali l ipat,jika dibandingkan dengan rcalisasirrya sebesar Rp 83,8 rniliar dalam periodc Repelita I. Anggaranterscbut dialokasikan rnasing-masing pada subsektor pendidikan urnunr dan generasi muda sebesarRp 11.389,8 nriliar', subsektor pcndidikan kedinasan scbesar Rp 1.158,9 miliar, scrta subsektorkebuclayaan nasional dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebesar Rp | 37,8 miliar.Di subsektor pendidikan urnum dan generasi muda, anggaran pembangunan diarahkanpemanfaatannya terulama un(uk mempetluas pemetataan kesempafan rnetnperoleh pendidikan,

meningkatkan mutu pendidikan di bcrbagaijenjang/tingkat pendidikan, serta pemeliharaan fasilitaspendidikan. Upaya pemerataan memperoleh pcndidikan tersebut ditempuh, antara lain melaluipembangunan gedung sekolah beserta perlengkapannya, serta pengadaan guru dan tenagakependidikan. Sedangkan untuk menunjang upaya peningkatan kualitas pendidikan di semua

jenjang pcntlidikan, arggiLlil l pcmblngunrtr tersebut juga tclah rlirnlnthrtkan utltuk ltembil),iriproglaun Penyempurnaan k[fikulum, penrllrrrn guru rlan tenrga keperdidikan ltcngadaan bukubacaan dan alat peraga pcndidikan, setta pelrbanguniln lrboraloliunr. Berkat clukungarr anrgalaltbelanja pcnbangtrnan vrng seuanliasa nlcniugkat telsebut. sanrpoi dergirn l ahLrn tcrakh ir'peltksanaauPJP I, angka buta ilks ra padr kclompok penduduk yang Lrcrunluf l0 tahun ke llus tclah bclhasildikurangi, datr sasaran kebijaksanaan wajib hclalar pendidikan rlastr'6 taltun harnpil sclulLrhnyadapat dicapai. Hal ini antara lain ditunjukkan dcngan tingginya angka paltisipasi ltLrr.ni (APM)tingkat sckolah dasar (SD), yaug dalam tahun 1992/93 telah rnencapai 91,5 pclscl. Kcltelhasilantc fscbut d i rnungkinkan tercapai bcrkat d i laksatrakanl tya ptogra l r Inpres SD sejak t rhun 1973/74yang kernu(liart clitlLrkung tlengan pencararrgan prograrn wajib bclalar 6 tahurl pacl tahLrrr 1984.Sclanjutnya, t la lam tahr . rn tahunlcr lkh i rRepel i taV,arrggaranpcnrbangunansLrbsckto lpendid ikanumtrtn _juga diatahkan uuluk nreudukung kcbijaksanaan wajib belajar pentlidikan ilasar scutbilantahun. yang akan tnulai dilaksanakan secara nasional pada awal PJP II. Kebijaksanaan tersebuttelah mu lai dirintis scjak awal l{epelita V rnelalLri pcnyelenggaraan SMP kecil tl i rlacr ah kcpulauan(lan dacfah telpencil, sebagai Lrpaya untnk makin Ineningkalkan kualitas snnrbcl daya lnanLrsia.serta Inelnpcr [unsjcnis dan menittgkltkan mulu pcndldikan dan keter atlpilan. Dcngalt kcbijaksanrantcrsebut, nraka dalam tahun 1992/93 angka par tisipasi kasar' (APK) bagi sekolah nrcneugalt tingkatpettatna (SLTP) dan sckolah ianjutau tingklt atas (SLTA) rrasing-ntasiug lcliLh l rcncapai 43,9 pcr.scnclan 31,3 pelsen. Sedangkatr d i subsektor peudid ika l t kcc l i r rasan, rnggatan pcrr l rangr . rnaldimlnfattkall tcrutama untuk menirgkatkiur pcngetahuan dan keteranrpilarr uparalul 1;crncrinltlrsesttai dengan prioritas bidang-bidang peurbnrrgunan. Scrnelltftlfl i lu, di subscktor kcbudavaarrnasional dalt kepetcayaan terhadirp Tuhan Yang Malia Esa, alokasi auggafal pcnrLlrugrrnan anlar.alain telah digunakan ttniuk tnctnbiayai (it) prograrn pcnrbinaan kebrhasaan. kesusastcraau clarrpelptt51nft1n1, (b) prograrn petnbiunln kcscnian, (c) plogranr penrbirraalI lraclisi, pcninggrlanseJalah, dan petmuseurnan, serta (d) progran pernbinaar Denghayat kcpelcayaan terhaclapTuhan Yang Maha Esa.

Di samping pentlidikan. dalanr langka pengernbiurgrn sunlber daya rnanusia, rraka untukntenunjang upaya pcningkatan kesejahleraart hidnp tlan peningkatau rlerajat kesehatan rnasyalakrt,alokasi anggaral pernbangunan bagi sektol kesehatan, kescjahtcraan sosial. per.anan wanita dankeluarga bcrcncana secara bertahap rlitingkatkan. Selarra i,JP I, jutnlah anggalan pernbangunansektot kesehatan, kesejahtcraan sosial, peranan wanita dan keluarga berencana secara keselur uhatrcliperkirakan rncncapai sebesar Rp 7.209,3 miliaL. Sementara itu. dallrn per iodc Rcpclita V junlahanggalan pembangunfln scktol tersebr.lt rliperkilakan mencapai sebesar I{p4,127,8 miliar,atau mengalarri peningkatan lcbih daLi l5t kali l ipatjika dibaudingkan dengan retlisasi sebesarl{p 27,3 miliar clalntn peliode ltepelita L Alokasi anggaran tersebut masing-rnasing tcrdir i dar!subsektor kesehatan sebesar Rp 2.89 I ,3 miliar, subsektor kcscjahtclaan sosial dan peranan walitasebesar Rp 252,6 rniliar, serta subsektor kcpendudukan dal keluarga berencana scbesalRp 983,9 rni ar. Di subsektor kcsehatan. tlalam rangka mcnunjang upaya peningkatan derajatkesehatan masyalakat, perbaikan gizi rnasyarakat, serta peningkatan kemampuan dan perlu:rsan

92

.jangkauan pelayanan keschatan, anggaran pembangunan antara lain telah dimanfaatkau uutltk

pendirian Puskesmas, Puskesmas pembantu, Puskesmas kelil ing dan Puskesmas terapung,

penambahan jumlah tcnaga medis tlan paratnedis, serta pcnirigkatan jtrmlah bantuan obilt-obat n

Rerkat dukungan anggaran pembangunan di subsektor kesehartan tcrsebut, angka kematian bayi

telah clapat diturunkan mcnjadi 60 per 1.000 kelahiran hidup dalarn tahun 1992, sclnentaa angka

harapan hidup penduduk lndonesia telah mengalami peningkatan menjadi 62,3 tahr.tn dalarn tahun

1992. Setlangkan di subsektor kesejahteraan sosial dan pcrauan wanitir, dalam rallgka pellil lgkatan

taraf kesejahteraan sosial, serta peningkatan pelanan dan keduclukan wattita dalam pemballgunan.

anggaran pcmbangunan antara lain telah dimantaatkan untuk perluasan penyantunan lanjut usia,

rak terlantar, yatirn piatn, tlan penyandang cacat, serta perluasan pengentasan kemiskinan.

Sementara itu, di subscktor kepencludukan dan keluarga berencana, untuk menunjang upaya

pengendalian laju pertumbuhan penduduk dan meningkalkan pelayauan keluarga bcrencaua bagi

akscptor KB, zrnggaran pembangunan antara lain telah dimanfaatkrm trntuk pengadlan alat kontrasepsi

serta peningkatan pelayanan KB. Berkat kebelhasilan pelaksanaan proglam keluarga berencana,

rnaka dalam perio.dc 1980 - 1990 laju pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan menjadi scbesar

I ,9 persen dari sebesar 2,3 persen dalam peliode 1970 - 1980.

selanjutnya, rnenyadari artipentingnya peranan ilmu pengetahuan dan teknologi di tlalam

rneningkatkan pembangunan dan kemampuan nasional dalam segala aspek kehidupan,

ntaka anggaran pembangunan sektor ilmu pengetahuan, teknologi dan penelitian selama PJP Ijuga

scnantiasa ditingkatkan untuk mempercepat proses pembaharuan menuju terciptanya masyarakat

yang maju dan sejahtera. Selama pclaksanaan PJP I, jurnlah anggaran pcmbangunan sektor ihnu

pcngetahuan, teknologi dan penelitian secara keselut-tthan diperkirakan rnencapai sebesar Rp 4.974

miliar. Scdangkan clalam periode Rcpelita V jLLmlah anggaran pembangunan sektor terscbut

diperkirakan mcncapai sebesar Rp 2.564,3 miliar, atau mengalami peuingkatan lebih dari 42 kali

l ipat, jika dibantlingkan dengan realisasinya scbesar Rp60,l miliar dalam periode RcPelita I.

Anggaran pembangunan scktor tersebut dialokasikan masing-masing untLrk subscktot petlgembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi sebesar Rp 1.344,9 miliar clan subsektor petrelitian sebesar

Rp 1.219,4 miliar. Di subsektor ilmu pengetahuan dan teknologi, anggaran pembangunan antara

lain lelah dirnanfaatkan untuk pengembangan kctnampuan nasional dalam melancang Satelit,

pengembangan sislem informasi kedirgatrtaraan, serta pengkajian dan pengembangan safatla

teknologi dan industri. Sedangkau di subscktor penelitian, anggalan pembangunan antara lain

dirnanfaatkan bagi pembiayaan prograrn penelilian Lrmum, penelitian daerah, desa dan kota,

sefta penyempurnaan dan pengemhangan statistik. Melalui berbagai program penelitian tersebut,

selain telah berhasil ditemukan teknologi baru dalam pemanfaatan limbah batu bara untuk

menghasilkan bahan bangunan bermuru dan berdaya saing tinggi, juga tclah berhasil dibuat

beberapa prototipe peralatan clektronik yang dapat mendukung ind stri telekomunikasi.

Di samping itu, jnga telah berhasil tl ikembarrgkan silo fcrosemen penyimpan gabah, pembuatall

antibiotik oksiterasiklin pada skala laboratorium, pilot plant daur ulang rninyak pclumas bekas,

Serta penerapan teknologi metalurgi selbuk untuk membuat beberapa kotnponen kendaraan.

e

Sejalan dengan upaya perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, sertapeningkatan pendayagunaau tenaga kerja dan pcmerataan penyebaran penduduk, sektor tenagakerja dan transmigrasi diusahakan untuk memperoleh alokasi anggaran pembangunalt yangmemadai. Selama PJP I anggaran pembangunan sektor tenaga kerja dan transrnigrasi diperkirakanmencapai sebesar Rp 7.273,8 miliar, Sedangkzur dalam Repelita V jurnlah auggaran pembangunansektor tersebut diperkirakan mencapai sebesar Rp 3.430,3 miliar, atau meningkat lebih dari1.372 kali lipat bila dibandingkan dengan realisasinya dalam periode Repelita I sebesar Rp 2,5 rniliar.Anggaran tersebut telah dialokasikan masing-masing untuk subsektor tenaga kerja sebesarRp 498,8 miliar dan subsektor transmigrasi scbesar Rp 2.931,5 miliar. Di subsektor tenaga kerja,dalam rangka penyebarluasan pembangunan, pembinaan usaha mandiri dan penciptaan kader-kader wiraswasta sebagai motivator pembangunan perdesaan, anggaran pembangunan telahdimanfaatkan untuk membiayai proyek penyaluran tenaga kerja saljana terdidik (TKST), yangdalam tahun 1992/93 mampu menjangkau sekitar 2.234 tenaga sarjana. Sementara itu, dalamrangka mendukung terciptanya iklim ketenagakerjaan yang lebih baik, melalui anggaranpembangunan subsektor tenaga kerja juga tblah dilakukan pcmbangunan dan penclayagunaanbalai-balai latihan kerja (BLK) sebagai tempat pendidikan dan latihan kerj a, danpemagangan calontenaga kerja. Demikian pula, guna mendukung upaya penyaluran tenaga kerja, ntelalui anggaranpembangunan subsektor tenaga kerja, telah pula dilaksanakan program penyediaan informasiketenagakerjaan, melalui mekanisme antarkerja lokal (AKL), autarkerja antardaerah (AKAD),dan antarkerja antarnegara (AKAN). Sedangkan di subsektor transmigrasi, dalam rangkapenyebaduasan dan pemerataan penduduk, melalui anggaran pembangunan, selama Repelita Vantafa lain telah dilaksanakan pemindahan dan penempatan lebih dari 500 ribu kepala keluarga,dan perbaikan mutu kehidupan bagi 250 ribu kepala keluarga transmigran.

Dalam rangka memperluas pellyediaall pelayanan dasar bagi rakyat, anggaranpembangunan sektor perumahan rakyar dan permukiman juga ditingkatkan untuk memeltuhikebutuhan masyarakat akan tempat tinggal dalam lingkungan yang aman, nyaman, sehat, tertib,dan serasi. Dalam hal ini, perhatian khusus dituiukan bagi penduduk yang berpenghasilan rcndahdan penduduk yang tinggal di kawasan kumuh perkotaan. Selama PJP I, jumlah anggaranpembangunan sektor perumahan dan permukirnm secara kescluruhan diperkirakan mencapaisebesarRp 6,871,3 miliar. Sementara itu, dalam periocle Repelita V jumlah anggiran pembangunansektor tersebut diperkirakan mencapai sebesar Rp 3.998,1 miliar, atau mengalami peningkatanlcbih dari 168 kali lipat, jika dibandingkan dengan realisasi sebesar Rp 23,7 miliar dalam periodeRepelita L Anggaran tersebut telah dimanfaatkan bagi pembiayaan program perumahan rakyat,program penyediaan air bersih, serta programpenyehatan lingkunganpermukiman. Melalui prograrnperumahan rakyat, selama periode 1988189-1992193 berhasil dibangun sebanyak 216,210 rumahsederhana dan rumah sangat sederhana (RSS) oleh Perum Perumnas, diperbaiki sekitar 119 ribuhektar kampung, serta dipugar sekitar 448,5 ribu rumah di 29.949 desa. Selain daripada itu,melalui program penyediaan air bersih, dalamperiode yang samakapasitas produksi air bersih bagi

t

94

daerah perkotaan dan daerah perdesaan masing-masing telahdapatditingkatkan menjadi 14.300 liter

per detik dan 3.500 liter per detik. Selanjutnya, menyadari arti pentingnya pembangunan sektof

perumahan dan permukiman tersebut, dalam pelaksanaannya terus diupayakan keterlibatan dan

peranan yang lebih attif dari masyarakat dalam menyediakan prasarana dan saranapenunjang yang

dibutuhkan. Hal ini karena keberhasilan pembangunan sektor tersebut juga akan memberikan

sumbangan kepada perbaikan kesejahteraan rakyat, terutama dalam rangka pengentasan kemiskinan.

Sementara itu, sejalan dengan bertambah besamya perhatian terhadap kelestarian fungsi

dan kemampuan ekosistem, maka dalam rangka pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, sejak

Repelita III masalah sumber alam dan lingkungan hidup telah dicakup dalam sektor tersendiri.

Besamya anggaran pembangunan sektor sumber alam dan lingkungan hidup selama PJP I juga

terus ditingkatkan untuk mencegah dan menanggulangi kerusakan sumber alam dan lingkungan

hidup. Selama pelaksanaan PJP I, jumlah anggaran pembangunan sektor sumber alam dan

iingkungan hidup secara keseluruhan diperkirakan mencapai sebesar Rp 4.162,8 miliar. Sedangkan

dalam periode Repelita v jumlah anggaran pembangunan sektor tersebut diperkirakan telah

mencapai sebesar Rp2.251,6 miliat, aiau mengalami peningkatan sebesar 110,4 persen jika

dibandingkan dengan realisasinya sebesar Rp 1.070,4 miliar dalam periode Repelita IV.

Anggaran pembangunan sektor tersebut telah dimanfaatkan bagi program inventarisasi danevaluasi

sumber alam dan lingkungan hidup, program penyelamatan hutan, tanah dan air, program pengelolaan

sumber alam dan lingkungan hidup, program pengembangan meteorologi dan geofisika,

program pembinaan daerah pantai, pengendalian pencemaran lingkungan hidup, serta program

rehabilitasi hutan dan tanah kritis. Dengan pelaksanaan berbagai program tersebut, selama periode

lggglSg-1992193 lelah berhasil diselesaikan penataan batas kawasan hutan sepanjang 100.901

kilometer serta perbaikan lingkungan permukiman kota seluas 76.072 hektar' Di samping itu,juga

telahberhasil dilaksanakan rehabilitasi lahan kitis seluas lebih dari 4,37 juta hektar serta penanaman

dan peremajaan areal bekas tebangan seluas lebih dari 1,8 juta hektal. Demikian pula melalui

program pengembangan meteorologi dan geofisika, dalam periode yang sama juga telah berhasil

dibangun I 14 stasiun meteorologi, 6.394 stasiun klimatologi, serta 28 stasiun geofisika.

Perkembangan realisasi pengeluaran pembangunan menurut sektor/subsektor sejak Repelita I

sampai dengan Repelita V, dapat diikuti dalam Tabel II.13.

Dengan segala daya dan dukungan dana pembangunan yang tersedia, serta ketepatan

pemilihan strategi pembangunan dengan titik berat pada bidang ekonomi dan penerapan Trilogi

Pembangunan pada seluruh bidang dan sektor pembangunan, maka sasaran utama pembangunan

jangka panjang pada PJP I, yaitu keseimbangan antara bidang pertanian dan bidang industri serta

lerpenuhinya kebutuhan pokok rakyat, telah dapat diwujudkan. Dewasa ini, struktur ekonomi

nasional telah menjadi lebih kokoh dan seimbang, dimana pangsa sektor industri terhadap produk

domestik bruto (PDB) naik dari 9,2 persen dalam tahun 1969 menjadi sekitar 2l persen dalam

tahun 1992, dan sebaliknya sumbangan sektor pertanian dalam periode yang sama turun dari

49,3 persen menjadi 19,2 persen.

95

T a b e l I I . 1 3

PDNGELUARAN PEMBANGUNAN BERDASARKAN SEKTOR,REPELITA I - REPELITA V II

(dalam miliar rupiah)

S € k t o r R€p€llta I R€pelila Il R€p€litt lII Repeli|{ lV Repelih V I

l. Pertanian dan Pengairon

2 . I n d u s t r i r )

3, Pertambrngan dtn Energi ''

4. Pe ubungan dan Pariwisata

5, Perdagangan dar Koperasi

6. Tena8a Kerja danTransmigrasi

7. Pembangunan Daerah, Desa dan Kota ri

8 . A g a m a 6 r9. Pendidikan, Cenerasi Muda, Kebudayaao

Nasionai dan Kepercayaan Terh8dapTuhan Yang Maha Esa t)

10. KesehEtan.KesejahteraanSosial,Peranan waniia, Kepndudukm danKeluargo Berencana

I l. Perumahan Ral(yat dan Pemuklnan sl

1 2 . I l u k u r n

13. Penshanan dan KeamaDan Nasional

14. PeDerangan, Pers, dfln Komunikasi Sosial

15. Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan PenElitian

16. Aparatff Pemerintah

l?. Pengembangan Dunia Usaharo)

18- Sumber AIam dan Lingkungan Hidup

261,8

85,7

10E,0

26t,6

210,0

83,8

21,3

23,1

n,3

60,I'

71,1

686,1

961,5

1.631,8

r9t,91.024,5

26,0

758,1

262,0

195,3

333,7

8't.9

t33 ,1

2t2,8

790,0

4,235.2

2.320,1

5.t75,0

4.457,0

52t,9

r.'tg't,5

2.894,r

195,9

3.397,1

1.184,0

845,9

2,377,l

t7E,5

671,6

1,019,2

l.?58,5

840,8

7.27',t,6

2.692,1

7,276,0

7.652,r

l , l94,z

1.844,6

4.U7,2

ztr,f

6.615,1

1.ffig,2

l.EoE,3

ur,22.915,4

m4,6

90t,2

1,180,7

1.070,4

13.392,4

2.590.5

12.373,4

19.863.8

|.849,7

3.430,3

t2.261.0

263,6

12.686,5

4.127,E

3.998,r

270,E

5.090,2

394,4

2.564,3

t.3ul

2,173,4

2.251,6

J u m l a h L23Z,a 9.126,4 v.129,2 50't$,1 roo.9l2,2 "'

)

P.mbrsian scktor datan Rcpllita I adal.I 13 &klor, R.Flit ll17 sktor, Rcf€lha lll

dd R.Dclita MI scklor. Nma s.kror RqEh! I Udak s.lmhnya srm. dcngdn RcFlita II

l) Tcmdsuk bartuhr n.oy!k:2) Sanpnt d.ngd lahu t.lima R.Plilav;3) Dalm RcrElitd I dd lI nms scklor dd.leh Indnslri dm P.rtanbsSan;

4) Datm RcF.lira I dan Il ns'n s.klor edahh TEn.8! LislJik:

5) Dalm Rcplila I dan Il nafta s.klor ddalah Fcnbegun& thcrai dM R%ionsli

6) Dalan RcFrltla I namd sckror adat.n Agsro dan KcpctctyaM T.rnldaP Ttrhd Ym8 Mala Em;

?) Dal.rn Rcp.lild I nama scttd 6dalan Pddidiksn dan Kcbudavom;

8) Dalaft Rcpclild Idsn II nma sttor adalah K.sciailc6{n S6iali

9) Mcrupatdn jumbn realissi sktoFscl(or 5, 14, 15 dar 16;

10) Ddlhm R.rElila I nd. scktot sddlhn Pcf,lq&an Mod6l I'd.rint0h;

l l) Tid.t !.mNUk Caddgan Ang€arsn Pcnbansund 3.b.sr RP 3 50i),0 trdliar'

96

2.2.6.2. P engeltuaran pembangunan berdasarkan jenis pembiayaannya

Selama periode pembangunan jangkapanjang pertama(PJP I), pengeluaranpembangunan,

baik pembiayaan pembangunan rupiah tnaupun bantuan proyek, sekalipun mengalami pasang

surut sejalan dengan kemampuan keuangan negara, secara umum cenderung menunjukkanpeningkatan scirama dengan makin luasnya cakupan dan jangkauan kegiatan pembangunan.

Apabila dalarn tahun pertama Repelita I realisasi pengeluaran pembangunan rupiah baru mencapaisebesar Rp 92,9 miliar, maka dalam tahun terakhir Repelita V jumlah pembiayaan pembangunan

rupiah diperkirakan mencapai sebesar Rp 16.100,9 miliar. Ini berarti bahwa selama periode PJP I,

anggaran pembangunan rupiah telah mengalami peningkatan rata-rata 24 persen per tahun,atan naik lebih dari 173 kali lipat. Dengan peningkatan tersebut, maka secara keseluruhan jumlah

anggaran pembangunan rupiah selama PJP I diperkirakan mencapai sebesar Rp I 13'436,7 miliar.Pengeluaran pembangunan fupiah menurut jenis pembiayaannya dialokasikan masing-masinguntuk (a) pembiayaan pembangunan bagi departemen/lembaga, (b) bantuan pembangunan daerah,

dan (c) pengeluaran pembangunan lainnya. Perkembangan pengeluaran pembangunan berdasarkanjenis pembiayaannya selama periode PJP I dapat diikuti dalam Tabel II.14.

Anggaran pembangunan departemen/embaga diarahkan pemanfaatannya lerutama untuk

membiayai proyek-proyek produktif, baik proyek-proyek fisik maupun proyek-proyek nonfisik diberbagai bidang dan sektor, sesuai dengan fungsi dan tanggungjawab masing-masing departemer/lembaga dalam pelaksanaan tugas-tugas pokoknya, baik tugas umum pemerintahan, pelaksanaanpembangunan maupun pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, sejalan dengan bertambahbesamya tugas pokok dan fungsi pemerintah, berkembangnya organisasi departemenlembaga,serta meningkatnya jangkauan dan cakupan kegiatan pembangunan, anggaran pembangunan

departemenflernbaga terus mengalami peningkatan. Apabila dalam tahun pertama Repelita Ipengeluaran pembangunan departemenilembaga baru berjumlah Rp 79,8 miliar, maka dalamtahun keempat Repelita V realisasinya telah mencapai sebesar Rp 7.858 miliar, yang berartimengalami peningkatan sekitar93 kali lipat, atau naik rata-ftta22,1persen per tahun. Selanjutnya,

dalam tahun terakhir Repelita V jumlah anggaran pernbangunan depar0emen/lembaga diperkirakanmencapai sebesar Rp 9.265,3 miliar, yang berarti mengalami peningkatan sebesar Rp 1.407'3

miliar, atau 17,9 persen lebihtinggi dari realisasi dalam tahun anggaran sebelumnya. Sesuai denganprioritas pembangunan dalam PJP I, yaitu dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi danpeningkatan kesejahteraan masyarakat, anggaran tersebut antfia lain telah dipergunakan untukmembiayai pembangunan dan pemeliharaan berbagai prasarana dan sarana dasar di bidang

ekonomi, seperti prasarana dan sarana pertanian melalui daftar isian proyek (DIP) DepartemenPertanian, prasaranajalan danjatingan irigasi melalui DIP Departemen Pekerjaan Umum, prasarana

dan sarana transportasi dan telekomunikasi melalui DIP Departemen Perhubungan, sertapembangunan jaringan distlibusi dan pembangkit tenaga listrik melalui DIP Departemen

Pertambangan dan Energi. Sedangkan untuk menunjang upaya pembangunan dan peningkatan

kualitas sumber daya manusia, anggaran tersebut antara lainjuga dimanfaatkan untuk memperluaspenyediaan fasilitas pelayanan dasar bagi masyarakat, seperti pembangunan dan pemeliharaan

97

Tabe l I I . 14PENGELUARAN PEMBANGUNAN BERDASARKAN JENIS PEMBIAYAAN .)

t969n0 - L993194 t)( delam miliar ruPlah )

T a h u nDepartemen/l,cmbrg. a

D|eish/lnprcs

Lalnnyr!) Jumlah

REPELITA I,969nOBTO1 |197 W2D72n3rn3n4

REPELTTA IIr974115l975n6r97617',191'tn8Dl8n9

REPELTTA IIIr9791801980/8rr98u8219821831983/84

REPELITA IV19841851985/8619861811987/881988/89

REPELITA V1989/901990t9r199v9219921931993194 6'

19,883,0

1o2,6150,Ot6't,3

.221,6384,6<on o't44,5

851,0

r.480,3, < 1 ? t

2.1U,63.2ffi,91.2r9,6

1.474,44.466,52.003,51.384,61.855,3

2.508,84.853,75.9',11,47.858,09.265,3

57,885,7

158,3234,2285,0366,3431, I

548,9807,6

1.134,01.090,41.447,5

1.526,21.502,61.466,51.334,31.491,7

L12n,lt o o ? t

1 ( l < 1 '

5.040,35.895,9

7,6t ) a11,028,r83,8

386,0301,2405,0308,4286,2

668,71.145,61.417,61.083,4r.3@,6

1.542,61.400,6t.M1,31.328,3

s5? 7

1.r83,31.092,81.493,81.032,5

939,7

92,9128, t150,9t15 ()

336,8

't65,9

926,11.280,91.4t9,21.568,3

2.697,94.486,45.276,25.434,76.031,7

6.543,21.369;l4.51',t,34.M1,24.300,7

\ 4 1 ) )

8.944,2'l11.418,4 !)

13.930,816.100,9

r)

7l3)4'

5)

Di lu& banhan proyekiUntuk iahufl sngglmn 1969t0 Vd 1992/93 adalsh sngka redisati scsuai d€ng0nUU APBN T/? tofiun Fng bccEngkutoniT€tmaiuk Hankam:Terdiri dsri PMP, LPP don Subsidi PlrputiTidak rcrnaluk Cadangan Anggonn Penbsngunan sebesar Rp 2 000,0 mliarlTidak terin0sut CEdangan Anggff0n PanbanSunan seh€ser Rp t 5m,0 miliariA P B N .

98

prasarana dan sarana pendidikan melalui DIP Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,pembangunan dan pemeliharaan prasarala dan sarana kesehatan melalui DIP Departemen Kesehatan,

serta pembangunan dan pemeliharaan prasarana dan safana peribadatan melalui DIP Departemen

Agama. Demikian pula dalam rangka pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, anggaran tersebut

antara lain juga telah dimanfaatkan untuk membiayai berbagai upaya pemeliharaan tnutu dan

firngsi lingkungan hidup, seperti proBram penyelamatan hutan, tanah, dan air melalui DIP Departemen

Kehutanan, serta progam pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup dan program pengendalian

pencematan lingkungan hidup melalui DIP lembaga pemerintah nondepartemen.

Selain dialokasikan bagi pembiayaan proyek-proyek sektoral di berbagai departemen/

lembaga, maka dalam rangka mewujudkan asas pemerataan pembangunan antarwilayah, memperluas

otonomi daerah dan mendorong peningkatan kemampuankeuangan daerah, anggaran pembangunan

nrpiah juga dialokasikan untuk bantuan pembangunan daerah. Program tersebut diberikan dalam

bentuk berbagai proyek Inpres dan dana bagi hasil penerimaan PBB, yang dimaksudkan terutama

untuk mendorong prakafsa dan partisipasi masyarakat di daerah secara lebih nyata dan bertanggungjawab <lalam pelaksanaan pembangunan daerahnya, menyelaraskan laju pertumbuhan ekonomi

antardaerah, serta menanggulangi keseniangan pendapatan antara desa dan kota' Penggunaan

bantuan lersebut diarahkan terutama untuk pembangunan prasarana dan sarana ekonomi dan sosial

secara lebih merata ke seluruh wilayah tanah air, dengan pemberian perhatian khusus kepada

daerah yang relatif miskin dan terbelakang, daetah minus, daerah kritis, daerah kepulauan

terpencil, serta daerah perbatasan. Sejalan dengan semakin besamyaperhatian Pemerintah terhadap

upaya pemerataan pembangunan dan peningkatan laju pertumbuhan antardaerah, realisasi bantuanpembangunan daerah terus mengalami peningkatan. Apabila dalam periode Repelita I realisasi

bantuan pembangunan bagi daerah mencapai sebesar Rp 219 miliar, maka dalam periode Repelita

v jumlah bantuan pembangunan bagi daerah diperkirakan mencapai sebesar Rp 19.6O7,2 mtliar,

atau naik sekitat 89 kali dari realisasinya dalam Repelita I.

Berdasarkan kepada sifat alokasi dan otorisasi penggunaannya, bantuan pembangunan

daerah tersebut pada dasamya dapat dikelompokkan menjadi duajenis, yaitu (a) bantuan umum

(Inpres umum), dan (b) bantuan khusus (Inpres khusus). Program bantuan umum atau yang lebih

dikenal dengan Inpres umum pada dasamya merupakan subsidi atau bantuan pembangunan yang

tanggung jawab perencanaan, pengelolaan, dan pelaksanaan pengunaan dananya sepenuhnya

diserahkan kepada pemerintah daerah. Bantuan tersebut meliputi bantuan pembangunan desa

(Inpres desa), banruan pembangunan Dati II (Inpres Dati II), bantuan pembangunan Dati I (Inpres

Dati I), dan subsidi dana bagi hasil penerimaan PBB. Sedangkan bantuan pembangunan khusus

meliputi bantuan pembangunan sekolah dasar (Inpres SD), bantuan pembangunan kesehatan

(Inpres kesehatan), bantuan pembangunan penghijauan dan reboisasi (Inpres penghijauan dan

reboisasi), bantuzm pembangunan peningkatan jalan (Inpres jalan), serta bantuan pembangunan

dan pemugaran pasar (Inpres pasar). Pada bantuan pembangunan khusus tersebut, tanggungjawabperencanaannya menjadi urusan pemerintah pusat atas usulan pemerintah daerah, sedangkan

fanggungjawab pengelolaan dan pelaksanaan penggunaan dananya diserahkan kepada pemerintah

,

99

daerah. Besarnya bantuan pembangunan daerah untuk setiap jcnis Inprcs didasarkau pada kiteriatertentu yang berbeda beda.

Dalarn kelornpok pertama daripada program bantuan pembangunan daerah, tiap-tiapdesa, Dati II, dan Dati I diberikan alokasi anggaran masing-masing dalam hentuk Inpres desa,Inpres Dati II, dan Inpres Dati I, yang besarnya didasarkan kepada kriteria tertentu. Untuk InprcsDati I, penentuan besamya bantuan didasarkan atas luas wilayah sertajumlah dan jenis prasaranayang perlu dipelihara, sedangkan unluk bantuan pembangunan Dati II penentuannya didasarkanatas jumlah penduduk. Di samping itu, bagi daerah-daerah yang mempunyai potensi lebih darikriteria yang telah ditentukan, juga ditetapkan suatu batas minirnum dan maksimurn bantuan.Scmcntara itu, untuk Inpres desa jumlah bantuan yang diberikan besamya ditentukan sama untukmasing-masing desa. Dalam rangka menampung aspirasi dan kebutuhan daerah, B adan PerencanaanPembangunan Daerah (Bappeda) dari tiap daerah yang bersangkutan senanliasa diikutsertakandalam proses perencanaanr serta perumusan prograrn dan proyek yang akan dibiayai dengan danabantuan pernbangunan daerah. Hal ini dimaksudkan agar proyek-proyek tersebut dapat lebih scsuaidengan kebutuhan dan kondisi masing-masing daerah, setta mampu nendukr.rng proyek-proyekpembangunan lainnya.

Bantuan pembangunan desa diberikan dengan maksud untuk mendorong, lnenggerakkandan meningkatkan swaclaya gotong-loyong, serta menumbuhkan keativitas dan otoaktivitasmasyalakat dalam pembangunan desa. Blntuan tersebut, selain dipgrgunakan untuk lnembiayaiproyek-proyek prasarana dan sarana dasar yang dibutuhkan oleh rnasyarakat desa, seperti praszrranaproduksi, prasarana perhubungan, prasarana pemasaran, dan prasarana sosial, juga dirnanfaatkanbagi penataan dan pcnnukiman kerntrali penduduk, serta pemugaran perumahan dan lingkungandesa. Di sarnping dialokasikan bagi pembiayaan proyek-proyek fisik, bantuan tersebut jugadigunakan untukmembiayai berbagai proyek-proyek nontisik, sepefti proyek peningkatan peranandan fungsi lernbaga ketahanan masyarakat desa (LKMD), proyek pelatihan kader pembangunandesa, dan proyek pclatihan usaha ekonomi desa. Guna lebih meningkatkan keikutsertaan wanitadalam rnendorong dan menggerakkan pembangunan dcsanya, maka sejak tahun anggaran1985/ 86, di dalam dana bantuan pembangunan desajuga dialokasikan bantuan bagi pembiayaanprogram pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK). Besamya bantuan yang diberikan kepadamasing-masing desa ditetapkan sama, dan jumlahnya diusahakan untuk terus ditingkatkansetiap tahunnya. Seiring dengan peningkatan jumlah desa dan peningkatan jumlah bantuan yangdiberikan untuk masing-masing desa, realisasi bantuan pembangunan desa senantiasa mengalamikenaikirn. Apabila dalam Repelita I jumlah bantuan pembangunan desa baru mencapai sebesarRp 24,9 miliar, maka dalam periode Repelita V jumlah bantuan pembangunan desa diperkirakanmencapai sebesar Rp 1.259,2 miliar, yang berarti mengalami peningkatan lebih dari 50 kali darirealisasinya dalam Repelita I. Perkembangan bantuan pembangunan desa sejak Repelita I sampaidengan Repelita V, dapat diikuti dalam Tabel II.15.

Program bantuan pembangunan daerah tingkat II (Inpres Dati II) dilaksanakan sejakahun 197O/T l sebagai usaha untuk membantu kabupatenlkotamadya daerah tingkat II dalam

a

100

l) unhlk rslDn .n88nsn 1969t0 s/d I92l93 adalah msterEdis*ri rcsooi d.ng!n.w APBN T/" .ohun yanS bcrsangku|rn;2) Rp 250,000 untut PKK. Rp 1.100.000 untut dcssl3) Rp 3m.0m untul PKK, Rp I .2m.0m ontut &e0;4) Rp 500,m0 unruk PRK, RP 2.00O.00O onhrft des45) Rp 7m,m0 utlok PKX, Rp 2"800.m0 unn k dcstiO Rp 900.m0 ulltlt PKX, Rp 3.600-mo ufltuk {hr8;7) Rp 1.0m,000 ubhrt PKK, Rp 4 5m (m u !k dcatl8) APBN,

T a b t l I l , 1 5

INPRES PEMBANGUNAN1969h0 - 19931941)

DESA,

T a h u r | Jumlah DeltBantuen lbp Desa

( rlbu ruplih )Jumlah banluan(miliar ruplah)

REPELITA I1969n0191On I197 rl721972173t973fl4

REPELITA IIr974fi51975t16$76n7D77n8D78n9

REPELITA III19791801980/8119811821982/831983/84

REPELITA IY1984/851985/86B8qa71987/881988/89

REPELTTA V198980r90l9lr99rp2r99W319931943)

44.41844.62244.63045.57545.587

45.3034s,30358,67559.O't I60,645

61.15863.0s864.65065.r2766.43',1

67.44866.r'1366.391ffi.59466;144

66.97966.n967.03368.76263.721

100100100100100

200300300350350

450750

1.0001.2501.250

1.2501.350 a1.350 a1.350 2)

1.500 r)

1.5GO t)

2.5N "3.500 t

4.500 6)

5.500 ?)

5,65 ?

11,415,919,8

24,O

31,0soJ'1o,5

88,4o t 6

o ? t

98,686,4

102,2tl2,o

112,0180,6249,9416 7

390,2

?

1 0 1

meningkatkan kemampuan keuangan daerah, menggali potensi, dan melaksanakan kegiatanpembangunan dalam ruang lingkup tugasnya. Bantuan terscbut dimaksudkan untuk memperluasdan menciptakan lapangan kerja di dacrah yang bersangkutan, melalui pendirian, pengopcrasiandanpemeliharaan proyek-proyek prasarana perhubungan danprasarana pertanian, terutama irigasi,pada daerah tingkat II. Di samping itu, bantuan tersebut juga dimanfaatkan untuk membiayaiprogram penataan ruang di kawasan tertentu yang dianggap mendesakdan strategis, serta membiayaiproyek-proyek yang mernanfaatkan potensi alam dan tenaga kcrja yang ada di masing-rnasingdaerah tingkat IL Jumlah bantuan pembangunan yang diberikan kepada rnasing-masing Dati IIdihitung atas dasarjumlah penduduk dengan menggunakan satuan biaya per kapita dengan indeksyang sama. Bagi daerah yang berpenduduk kurang dari suatu jumlah yang ditentukan ataupenduduknya sangat jarang, diberikan bantuan minimum yang jumlahnya telah ditetapkan.Sedangkan bagi Dati II yang dalam pemungutan PBB-nya berhasil melarnpaui sasaran yang telahditentukan juga diberikan bantuan perangsang. sejak tahun pertama pelaksanaannya hingga tahunterakhir Repelita v, jurnlah bantuan pembangunan Dati II terus menunjukkan peningkatan.Apabila dalam Repclita I realisasi bantuan pembangunan Dati II baru mencapai Rp 46,4 miliar,maka dalam Repelita V jumlah bantuan tersebut diperkirakan mencapai sebesar Rp 3.099,8 miliar,yang berarti nrengalami peningkatan hampir 67 kali lipat. Ini berarti secara keseluruhan jumlahbantuan pembangunan Dati II selama PJP I diperkirakan mencapai Rp 5.308,9 rniliat. pcrkcmbangan

bantuan pembangunau Dati II sejak Repelita I sarnpai dcngan Rcpelita.V secara keselnruhan dapatdiikuti dalam Tabel II.l6.

Bantuan pembangunan dacrah tingkat I yang lebih dikenal dengan Inpres Dati I,diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan keselarasan antara pemtrangunan sektgral clalregional, meningkatkan keserasian pertumbuhan antardaerah, serta meningkatkan paftisipasidaerah dalam pembangunan nasional. I)ada dasarnya bantr.ran tersebut merupakan kelanjutan darikebijaksanaan pemberian subsidi anggaran pembangunan ntelalui alokasi dcvisa otomatis (ADO)atau surnbangan pcmcrintah pengganti ADO (SPP-ADO), yang alokasinya didasalkan atas nilaiekspor tiap Dati l. Namun kareua kedua sistem tersebut dirasakan tidak rnarnpu mcmlorong daerahbukan pcnghasiI ekspor untuk mengembangkan perekonomiannya, maka sejak awal Repelita IIsistem tersebut diganti dengan bantuan pembangunan Dati I, yarrg pengalokasiannya untuk setiappropimi tidak lagididasalkan pada nilaiekspor. Sampai deugan tahun anggaran 1989/90, penggunaandana bantuan pembangunan daerah tingkat I dikelompokkan atas dua bagian, yaitu (a) bagian yangditetapkan secara pasti, khusus dipergunakan untuk metntriayai penunjangan jalan dan jembatanpropinsi, perbaikan dan peningkatan irigasi, serta pengoperasian dan perneliharaan jaringanpengairan, dan (b) bagian yang diarahkan, yang dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatanlainnya sesuai dengan prioritas pembangunan masing-masing daerah, Sejalandengan kebijaksanaanpemberian otonomi yang lebih luas kepada daerah, maka sejak tahun anggaran 1990/91 pcmbagiantersebut dihapuskan, kecuali untuk penanganan opcrasional dan pemeliharaan pengairan masihtetap diartrhkan secara khusus oleh Pemerintah Pusat. Dengan demikian, maka kepada masing-masing daerah tingkat I telah diberikan kewenangan yang semakin besar dalam penggunaan dana

t02

T a b c l I L 1 6

INPRES PEMBANGUNAN DATI II,t969170 - 1993194 t)

T a h u nBantufln rninimum

tiap Dati tI(1u1, rupiah)

llantunntiap.i iwa(rupiah)

Jumlahpcnduduk

firta)

Jrlnrl ih

(nri l iar nrpiah)

REPELITA I19691'1019'101't I19111'1219'72173r973174

RI'I'EI,ITA II19'7 411519'7 511619'7 6l'711917/1819781'19

RETELITA III19'79180l98o/81l98t /8219821831983/84

RI]PEI,ITA IV1984/8.51985/8(rt98618'l198?/881988/89

RI]PEI,ITA V1989/90t990/91t99l1921992193t993194 '1)

1 62t)304050

65100150160r60

160l'tot70170t70

200500630750

1.000

50'75

100150

300400400450450

550750

1,000L l501.150

1.150|.2501.250t.2501.450

1.4502 0003.0004.0005.000

I t2,3I14 ,8117,5120,1

126,1t29,1132,1135,2136,6

t39,4142,3l4'/,5150,9t54,4

158, I161,6165,3168,8r'12,2

l'.l5,6't79,1

182,6183,0189,I

5 ,6I,lt

12 ,819,2

59,162,469,1'70,()

87 ,1I19 ,4162,7193,9194,1

194,6188,6188, I263,026',1,2

270,0391,8583,3825,1

L029,6

UnLllk Lahufl t969r0 s/d 199?93 adalal angkR renlisasi seswidensan UU APBN T/P tahun ysot bersdslut0n;A P B N .

F

103

tersebut sesuai dengan kebutuhan dan prioritas pembangunan daerah sebagaimana yang telahdisusun dalam Repelita daerah. Pada umumnya bantuan tersebut dipergunakan untuk mernbiayaipembangunan berbagai prasarana fisik di bidang ekonomi, terutama di sektor pertanian Canpengairan, perhubungan dan pariwisata, serta sektor-sektor pembangunan lainnya yang dapatmeningkatkan pertumbuhan ekonomi dacrah, serta menunjang penciptaan lapangan kcrja dankesernpatan berusaha. Selain daripada itu, bantuan tersebut juga digunakan untuk meningkatkankemampuan aparaturpemerintah daerah dalanr pelaksanaan, pengendalian dan pemantauan proyek-proyek pembangunan daerah. Melalui bantuan ini, kepada masing-masing Dati I diberikan bantuandasar yang besarnya sama bagi setiap daerah, ditambah dengan kriteria bam yang didasarkan pada

luas wilayah daratan yang dimiliki oleh setiap daerah. Jumlah bantuan yang rliberikan kcpadamasing-masing Dati I tersebut senantiasi diupayakan untuk ditingkatkan. Apabila pada awalpelaksanaannya, jumlah bantuan minimum yang diberikan kepada tiap Dati I adalah sebesarRp -500 juta dan bantuan maksimum sebesar Rp 5.600 juta, maka dalam tahr.rn terakhir Repelita V

bantuan yang diterima oleh masing-masing Dati I telah meningkat menjadi scbcsar Rp 25.000juta.Dengan peningkatan jumlah bantuan, baik bantuan dasar yang diterima bagi setiap Dati I maupunbantuan minimum, realisasi bantuan pcmbangunan Dati I terus merunjukkan kenaikan. Apabiladalam Repelital, realisasi bantuan pembangunan Dati I bam berjumlah Rp 83,1 miliar, maka dalamRepelita V jumlah bantuan tersebut dipcrkirakan rnencapai sebesar Rp 2.868,1 miliar, atau sekitar34 kali lebih besar dari realisasinya dalam Repelita I. Perkembangan bantuan pembangunan DatiI sejak Repelita I sampai dengan Repelita V, dapat diikuti dalam Tabel II.17.

Bentuk lain daripada bantuan pembiayaan petnbangunan daerah yang bersifat umumadalah dana yang berasal dari bagi hasil penerimaan pajak bumi rlan bangunan (PBB). Bantuanjenis ini pada dasamya merupakan sumber dana yang potensial bagi pembiayaan proyek-proyekpembangunan di daerah. Hal ini terutama karena adanya karakteristik dasar yang mclekat pada

bentuk pembiayaan tersebut, yaitu sumber dananya yang berasal dari daerah itu sendiri, sehinggapemerintah daerah lebih dipacu untuk menggali sumber penerimaan tersebut sebesar-besarnya agar

dapat mernbiayai proyek-proyek potensiztl yang lebih banyak di daerah. Dengan adanyakebijaksanaan pemberian otonomi daerah yang lebih luas, maka perencallaan, pemanfaatan danpengelolaan bantuan tersebut seluruhnyadiserahkan kepada daerah, dan digunakan untttk membiayaipengadaan berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh daerah. Besamya jumlah pembiayaan yang

berasal dari dana bagi hasil pemungutan PBB tersebut berganlturg kepada kcrnampuan daerah

di dalam menggali potensi penerimaan PBB di daerahnya masing-I4asing. Dengan semakin

meningkatnya penerimaan PBB, maka realisasi pembiayaan pemt angur.an daerah dari dana bagi

hasil PBB juga mengalami peningkatan. Apabila dalam periode -Lepelita IV realisasi anggaranpembangunan daerah yang dibiayai dari dana bagi hasil

"BB baru meucapai sebesar

Rp 1.062,1 miliar, maka dalam periode Repelita V jumlah bantuan terseLut diperkirakan telah

mencapai sebesar Rp 3.804,3 rniliar, yang berarti mengalami peningkatan lebih dari 3 kali lipat.

Selain daripada program bantuan pembangunan daerah dalan berbagai hentuk Inpres

umum, melalui APBN juga disediakan bantuan yang penggunaannya tclah ditentukan secara

D

104

Tabe l I I . 17INPRES PEMRANGUNAN DATI

1969170 - 1993194 DI,

T a h u nRanluen minimurn

tiap Dati I0uta ruplah)

l lant l |an maksimum . lunlnhl iep Dt i t i I bantuan

(uta rupiah) (nr i t iar rupiah)

REPELITA I196917019'7ll't I191 | n219',12173r9131'14

RT]PFJLITA IIrg't4l'15t9'7s176rg't 6/'t'11977178r978119

REPELI'I'A IIIr979180r 980/81r 98l/821982/83t983184

REPELITA IV1984/85198-5/86t98618't1987881988/89

REPT]LT'I'A Vr989/90199019 |t99ll9219921931993194 s)

500750

1.0001.5002.000

2,5005.0007.5009.0009.000

9.00010.00010.00010.00012,000

12.OOO14.00018.00022.5l]{)25.000

5 6006.4007 1007.8008.200

8.8009,900

t0 00011.000I1 .000

l r.000r2.00012.00012.000l2_000

12.00014.00018.00022,50025.000

2 )

20.7 r)

20,8 il20.8

-',

20,8 -',

4'7,454,06 l , 5

86,8

t00,8166,'l2 t 5 , 0253,0253,O

253,028'7 ,l293,1290,4334,3

324,0486,0"',573,9" ''tor,2" )783,0")

1)l )4 )

s)

Unhrk Lahu 196910 s/d 1992/93 adalah arskr realsa$ sesuai densmUU APBN TE talud yang bersln8kotan;DiteriM lrngsw8 oleh Dati I berupe Alokasi D€visaOtomatis (ADO);

StrmbsnBsn Ie enntah sebagai pentganti ADOi'l'eflasuk bantuan t{mbahan sebese Rp 108,0 milia.rdi}agi ler D0ri Isecsra propDrsionrl nenuJut lua! wil0ya}l dnerah d.raian dtasinS_ntsmg;A P A N ,

L

105

khusus oleh Pemerintah Pusat untuk (a) pembangunan dan pemeliharaan berbagai fasilitas pelayanandasar kepada masyarakat, yaitu fasilitas pendidikan melalui Inpres SD untuk meningkatkan potensidasar masyarakat, fasilitas kesehatan melalui Inpres kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatanrakyat, fasilitas perdagangan melalui Inpres pasar untuk meningkatkan kemampuan usaha golonganekonomi lemah, dan prasaranajalan melalui Inpres jalan untuk memperlancar roda perekonomiandaerah, serta (b) pelestarian lingkungan hidup melalui Inpres penghijauan dan reboisasi.

Bantuan pembangunan sekolah dasar (Inpres SD) dikembangkan sebagai upaya untukmemperluas pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa,dan meningkatkan mutu sumber daya manusia sebagai modal dasfi untuk mencapai tingkatpembangunan yang lebih tinggi. Bantuan tersebut digunakan antara lain untuk membiayaipembangunan gedung SD, penambahan ruang kelas, rehabilitasi gedung, pengadaan peralatanpenunjang pendidikan, penyediaan buku perpustakaan, pembangunanrumah dinas gurudan kepalasekolah, serta pengadaan dan penempatan guru. Dalam hubungan ini, perhatian khusus diberikankepada daerah perdesaan, daerah perkotaan yang berpenghasilan rendah, dan daerah permukimanbaru, seperti daerah tmnsmigrasi, dan Perumnas. Dalam tahun anggaran 1973/74, sebagai tahunpertama pelaksanaan program Inpres SD, dengan anggaran sebesar Rp 17,2 miliar telah dibangun6 dbu gedung SD. Selanjutnya, dalam rangka menunjang pelaksanaan program wajib belajar enamtalrun bagi arak usia 7 - 12 tahun, jumlah bantuan tersebut ditingkatkan setiap tahunnya. Sampaidengan tahun keempat Repelila V telah berhasil dibangunpuluhan ribu gedung SD lengkap denganperalatannya di setiap desa di seluruh wilayah tanah air. Jumlah anggaran bantuan pembangunanSD dalam APBN 1993/94 telah mencapai sebesar Rp 747,9 miliar, yang berarti sebesar Rp 93,4 miliaratau 14,3 persen lebih tinggi dari realisasinya dalam tahun anggamn 1992/93 sebesar Rp 654,5 miliar.Jumlah anggaran tersebut antara lain digunakan untuk membiayai pembangunan 699 gedung baru,penambahan 1.6fi) unit ruang kelas, rehabilitasi 23.747 unit gedung SD, pembangunan kembali1.508 unit ruang kelas, pembangunan 1.559 unit rumah guru dan kepala sekolah, serta pengadaan36 juta unit buku bacaan. Dengan semakin baitnya fasilitas pendidikan yang dibangun melaluipelaksanaan Inpres SD tersebut, maka angka partisipasi mumi tingkat sekolah dasar dapatditingkatkan, dari sekitar 66,6 persen dalam tahun terakhir Repelita I menjadi sebesar 91,5 persendalam tahun keempat Repelita V. Perkembangaa bantuan pembangunan sekolah dasar sejakRepelita I sampai dengm Repelita V, dapat dikuti dalam Tabel IL1E.

Di samping bantuan pembangunan sekolah dasar, dalam rangka pengembangan sumberdaya manusia dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat, sejak tahun anggann L974fl5kepada daerah diberikan bantuan pembangunan sarana kesehatan. Pembangunan sarana kesehatan0ersebut dilaksanakan secara lebih merata dan sedekat rnungkin kepada masyarakat, terutama bagimasyarakat yang berpenghasilan rendah, daerah kumuh perkotaan, daerah perdesaan, daerahterpencil atau terisolir, daerah hansmigrasi, serta daerah permukiman baru. Jumlah bantuant€rsebut senantiasa ditingkatkan setiap tahunnya. Apabila dalam tahun anggaran 1974f5, realisasibantuan pembangunan sarana kesehatan baru fiFncapai sebesar Rp 5,3 miliar, maka dalam tahunterakhir Repelita V jumlah bantuan tersebut telah dianggarkan sebesar Rp 393,3 miliar, yang

I

| 0(r

tZE: {

3 Eq ?

I

F-

cr6 q

; i

- 4 ,o {

F <..1

Y

taa

z

* F croi i L

d - r : o ; " t q @ - c 9 0 9 f , t " ) q . . 1 q - . ! o = v ' l l v l o .

: e9Eg= f rsxE+ SRSeg 3FRf i5- _ d o d o - . , ] n \ o F

gtr€E!E

R: t t t l88 8S8

r r r a Q 9 | : 1 1 r r| | l o \ o \ D F . r | |t t t t l

r F =

q r l v t - . q| | | | | h r 6 0 0 0 0 1 c r

HfEE T

o o o

I o \ N s r . l r q v - lt t t t lI t I

9 R = | R R A R SI I O . 9 h h

Es€ ia€=P!

. . F 8888R eeF?8

i"gE 88+58 R8S3ea r c r ( ! @ + i ! t \ o r \ o8 88888 88889q c q q q q q q q 9 -

\ o \ o o o h h

F

- t rEE. ( + { n € r @ 0 1 < o - N a - r 4 o o r - o o 4 o - c o =

Es qsssss E-u9s=s-e E*ex-€ss !s33^qsEl o \ r rJ o l o o \ o \ o , I : l q l o . o \ o o \o . L lo \o .oo < , \4 - A . - + - e - O .rl') ld Ii l{ trl& & & E F

a

107

berarti mengalami peningkatan lebih dari 74 kali lipat, Dengan peningkatau tersebut, jumlah

anggaran yang dialokasikan bagi bantuan pembangunan sarana kesehatan selama PJP I mencapai

sebesar Rp 2.174,6 miliar. Dana tersebut dialokasikan dalam bcntuk bantuan obat-obatan bagi

Puskesmas dan rumah sakit kabupaten/kotamadya, bantuan vaksin, pembangunan dan rehabilitasi

Puskesmas baru, Puskesmas pcmbantu, Puskesmas terapnng, dan Puskesmas kelil ing,

serta pembangunan rumah dokter dan paramedis. Di sarnping itu, dana bantuan tersebut juga

digunakan untuk memenuhi keperluan tenaga medis melalui penycdiaan biaya untuk penempatarV

pengangkatan dokter umum, dokter gigi, paramedis dan tenaga kesehatan nonmedis/pekarya

kesehatan. Perkembangan bantuan pernbangunan sarana keschatau sejak Repelita II sampai

dengan Repelita V dapat diikuti dalam Tabel II.19.

Sementara itu, dalam rangka pembinaan dan peningkatan kemampuan bcrusaha bagi

pedagzrng kecil dan pengusaha ekonomi lemah lainnya, sejak tahun anggaran 1976fi1 kepada

pemerintah daerah diberikan bantuan pembangunan sarana dan pemugaran pasar. Bantuan tersebut

diberikan tlalam bentuk subsidi bunga dari pinjaman yang digutakan untuk membangun dan

memugar pasar di daerah masing-masing. Jumlah bantuan yang dircalisasikan sangat bewariasi,

tergantung kepada realisasi pinjaman atau kredit pembattgunan dan pemugaran pasar, serta jumlah

pasar yang dibangun dan dipugar. Dalam pelaksanaannya, scmula jumlah realisasi bantuan

pembangunan dan pemugaran sarana pasar mengalami peningkatan yang cukup berarti, yaitu dari

sebesar Rp 2,5 miliar dalam Repelita II menjadi sebesar Rp 36 miliar dalam Repelita III, atau naik

lebih dari 14 kali lipat. Bahkan dalam Repelita IV realisasi Inpres pasar mencapai sebcsar

Rp 47,4 miliar, yang berarti 3 1,7 persen lebih tinggi dari realisasinya dalam Repelita sebelumnya.

Namun demikian, sejalan dengan penurunan realisasi jumlah kredit yang dipergunakan untuk

pembangunan dan pemugaran pasar, maka dalam Repelita V jumlah bantuan pembangnnan dan

pemugaran pasar diperkirakan hanya mencapai sebesar Rp 14,5 miliar, yang bcrarti mengalami

penurunan sebesar Rp 32,9 milial atau 69,4 persen bila dibandingkan dengan realisasinya dalam

Repelita sebelurnnya. Perkembangan bantuan pembangunarn dan pemugaran pasar sejak Repelita II

sampai dengan Repelita V dapat diikuti dalam Tabel II'20.

Program bantuan pembattgunan penghijauan dan Ieboisasi (Inpres penghijauan dan

reboisasi) dikcrnbangkan sebagai ikhtiar untuk (a) mengernbalikan kondisi alam dari kerusakannya

sebagai akibat semakin luasnya pembukaan lahan baru dan eksploitasi sumber alam secara

berlebihan, (b) mempertahankan dan menirtgkatkan produktivitas lahan, serta (c) rnengurangi

tingkat kerusakan hutan lindung dan suaka alam sebagai akibat dari semakin meningkatnya bentuk-

bentuk gangguan hutan, seperti pencbangan liar, pencurian hasil hutan, petatnbahan kawasan

hutan, kebakaran hutan, dan perburuan liar. Melalui bantuan penghijauan dan reboisasi, usaha-

usaha pelestarian sumbcr alam dan lingkungan hidup ditilrgkatkan dengan pendekatan daerah

aliran sungai (DAS) sebagai satuan perencanaannya, dan dilaksanakan kegiatan reboisasi untuk

rnempertahankan dan meningkatkan mutu kawasan hutan lindung dengan jenis-jenis pohon yang

sesuai. Upaya reboisasi juga dilakukan melalui kegiatan penanaman dan penambahan jenis hutan

lindung, sertapenanaman di kawasan hutanproduksi yang rusak untuk mengimbangi lajukerusakan

?

108

ta

a

E

eI

Fr3\ >Fi c\

- to<

E t ir ! <

q)llXv)

z

EEEa a

$ggss SigB'HFr 6 ! . r . " q q . o .q@"d:d)

| - N d

P c

+gE Ef;EEE EqFSE EEEBE ENSAS| = r e R F F K F S S 3 8 S - * 3 ' " . d 9 9

3s^+i3t 7

r rBEf f qqqeF EeEqq| | . l N d i 6 6 o \ 9I l n @ r d

a gc€ ECEef r

I rF€s EFSEE Fg$Rq EEEPF

H:"aEt"

t t t rFI lFgf ;F HHFrr EEESF

HEaa e9EB .

EEEUU EEEEE, r r FEFEE

E ^TEt re

, 8 8 8 X 8 8 8 8 8 8 8 8 8 . . 8 8 F € F

, . ,€€F 6 :RFF FFHSE E$f i9€

F

109

I

Tabe l I I . 20INPRES PEMBANGUNAN DAN PEMUGARAN PASAR,

1976177 - 1993/94 t'

T a h u nJurnlah Bantuan( miliar rupiah )

REPELITA II

'976n7twnEt978189

REPELITA III

t979/80

1980/81

r9E1l82

1982/83

1983/84

REPELITA IV

1984/85

1985/86

1986187

198?/88

1988/89

REPELITA V

t989190

1990Dl

t991/92

1992193

1993/94 2)

0,02

1,2

lz,4' ) <

6,04 5

10,6

t ( (

4,41 l {

3,03,0

? n

3,0

2,0l {

5,0

l )

2)

Untuk tahun 1916n1 sft 1992193 adslEh anBka realisasisesuai dengan UU APBN T/P tahun yang belsargkutaniA P B N .

l l 0

hutan alam akibat pengusahaan hutan dan pemanfaatan hutan secara tidak bertanggung jawab'

s"t*;ut ryn untuk meningkatkan efektiviias dan efisiensi pelaksanaan kegiatan pelestarian

sumber tlaya alam, tanggungJawab pengelolaan dana bantuan tersebut dibagi antara Dati I untuk

prog** uuntuun ."boisasi dan Dati II untuk progfam bantuan penghijauan. Sedangkan jumlah

Lantuan yang diberikan bergantung padajenis proyek dan kualitas fisik proyek yang dilaksanakan

dalam satu wilayah DAS, yang trngkat kekritisarurya telah ditentukan dalam saiu skala prioritas

untuk diperbaiki. Bantuan pembangunan penghijauan dan reboisasi yang diberikan sejak tahun

*ggu.un 1976/77 senantiasa menunjukkan peningkatan' Apabila dalam Repelita II bantuan

p"irlbungunun p"nghijauan danreboisasimasih berjumlah sebesar Rp 76'5 miliar' dalam Repelita V

jumlahb"antuantersebutdiperkirakanmencapaisebesarRp323,2m||izt,yangberartimengalamipeningkatan lebih dari 4 kali lipat. Perkembangan bantuan pembangunan penghijauan dan

rebois-asisejakawalRepelitallsampaidenganRepelitaVdapatdiikutidalamTabelll.2l.

Bantuan pembangunan jalan rlan jembatan yang pada mulanya bantuan dikenal dengan

Inpres penunjang jalan katupaten (IPJK)' dimaksudkan untuk mendukung dan meningkatkan

t"giurun "t

onolni, mempermudah pemasaran hasil produksi' memperluas lapangan kerja di daerah'

s"ia membuka isolasi suatu daerah terhadap daerah lainnya yang telah maju Bantuan tersebut

lip".gunokun untuk membiayai pembangunan ptasarana jalan dan jembatan' perbaikan badan

loi* i,* p"ng".^an permukaanjalan kabupaten yang kemampuan pelayanannya sudah berkurang'

serta perbaikan dan pengganfian jembatan yang sudah rusak Sejak awal Repelita V' sejalan

dengan makin meningkatnya kegiatan ekonomi di daerah' program Inpres penunjang jalan dan

jemf,atan diganti menjadi program Inpres peningkatan jalan dengan maksud untuk lebih"meningkatkan

kualitas jalan yang ada, dan memperluasjangkauan kegiatamyahingga mencakup

penanfanan jalan propinsi. semula penanganan jalan propinsi dilakukan oleh Dinas Pekerjaan

u.o,,' e'opln,i dengan sumber dana dari APBN yang disa|urkan melalui DIP Depaftemen

PekerjaanUmumdanbantuanpembangunanDatilmelaluiAPBDDatil'Ditingkatpropinsi,bantuanpeningkatanjalandanjembatandigunakanuntukmemperbaikijalanyangkondisinyat riti,

"g- r"toiuttjalan propinsi berada dalam kondisi yang mantap' Diharapkan sampai dengan

berakhimya periode pJp I, sudah tidak adajalan propinsi yang kondisinya kitis. Apabila dalam

periodeRepelitalllrealisasibantuanpenunjangjalanbarumencapaisebesarRp200,Tmiliar,'maka selama empat tahun Repelita V realisasi bantuan peningkatan jalan diperkirakan mencapai

sebesar Rp 3.170,6 miliar, yang berarti mengalami penirrgkatan lebih dari l6 kali lipat' Sedangkan

datamAPBNlgg3/g4,dialokasikananggaransebesarRpl'373'3miliar'atau12'lpersenlebihtinggi dari realisasi tahun 1992/93. Dengan demikian selatna periode Repelita V' bantuan

peiingkatan jalan dan jembatan mencapai sebesar Rp 4-543'9 miliar' yang berarli Rp 3'953'5

rnirio,-utuoeol,opersenlebihtinggidarirealisa.sinyaselamaperiodeRepelitalV.Perkembanganbantuan peningkatan jalan dan jembaun sejak Repelita III sampai dengan Repelita v dapat

diikuti dalam Tabel II.22.

Dengan dukungan berbagai bentuk bantuan pembangunan daetah tersebut' maka

pelaksanaan p"mbangunan daerah bukan saja telah mampu menciptakan pembangunan yang

l l l

Tabe l I I . 2 l

INPRES PENGHIJAUAN DAN REBOISASI,

r976t77 - 1993t94 \)

T a h u nJumlah llantuan( miliar rupiah )

REPELITA II

D76n'7t977n8

1918/89

REPELITA III

r979180

1980/81

l98l /82

1982183

1983/84

REPELITA IV

1984/85

1985/861986187

1987/88

1988/89

REPELITA V

1989/90

1990/91

t991192

1992193

1993/94 2)

16,0) A \

36,0

40,8

48,6

10,4

49,65 0 4

61,2L 7 \

30,6

16,2

16,5

16,2

33,r74,6q { n

104,3

1) Untuk tshun 1976t? s/d 1991/92 adalah angka rEalisasisesuai dengan UU APBN T/P tahun yang benangkutan;

2 ) A P B N ,

-

112

Tabe l I I . 22

INPRES PENUNJANG JALAN, 1979180 - 19931941\

T a h u n Jalan( k m )

Jembalan( m )

Junrlah'r( miliar Rp )

REPELITA III

1979/80

1980i8 r

198t/82

1982183

1983/84

REPELITA

1984/85

1985/86

1986/87

1987/88

1988/89

REPELITA

1989/90

1990/91

r99r/97

1992193

19931941)

IV

2.088

4.360

11.466

7 .607

?.500

7.500

6.085

3.905

5.871

16.241

6.350

12.841

15.028

15,998

3.692

4.246

15.385

19.660

19.400

19.050

2.521

5.7 t7

7.320

4.400

r3,0)\ (t

t/ )t

L ) L

64,6

r01,270,1

1 4 q

164,2

180,0

)aL \

679,4

9',11,7

1.225,O

1.373,3

l )2)

3)

Scjdk REPELTTA v IipEs Pc.unjeS ralm dkcbuL !.ba8di banhtan P.ninBtarn j'ld iUnlut l6iun 1979/80 Vd | 992,41 tdalah 4gka rulllasl s.suhi dcnBe UU APBN T/P

lahun yang bcrsd$uhn ;A P B N

1 1 3

lebih melata di seluruh wilayah, tetapi juga dapat menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasiaktif dalam pembangunan. Selain daripada itu, pembangunan dacrah telah pula bcrhasil membaltuupaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini antara lain tercermin daii scmakin terbukanyahubungan ke daerah-daerah tcrisolasi, meningkatnya kemampuan beberapa t-lacrah untukberswasembada pangan, meningkatnya pclayanan kesehatan, mel)*runnya angka kematian bayidan meningkatnya usia harapan hidup, serta meningkatnya kemarnpuan pemerintah daerah tlalarnmenangani pembangunan di daerah masing-masing.

Selain dialokasikan pada berbagaiproyck sektoraldan regional, pengeluatan pcmbangunanrupiah juga dialokasikan untuk pembiayaan pembalgunan lainnya, yang mcncakup subsidi pupuk,pcnyertaan modal pemerintah.(PMP), dan lain-lain pengeluatan pcrnbangunan, Idc clasar daripa6apemberian subsidi pupuk adalah untuk mempertahankan harga pnpuk dan pcstisida agar tcrjaugkauoleh daya beli petani, sehingga para petani telaugsang untuk meniugkatkan produksi pertaniannya.Namun demikian, scjalan dengan semakin membaiknya penghasilan petani scbagai akibat clarikebijaksanaan kenaikan harga gabah, maka dalarn rangka menurur ran beban anggaran negalaserta meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan pupuk oleh petani, secara bertahapbesarnya subsidi pupuk dikulangi, dan diharapkan pada saatnya dapat dihapuskan. upaya tcrsebutdilaksanakan dengan melakukan penyesuaian lrarga eceran pupuk di tingkat petani, seiriug dengankebijaksanaan kenaikan harga gabah. Kebiiaksanaan tersebut telali bcberapa kali dilakukal,terakhir bersamaan dengan kebiiaksanaan kcnaikan harga dasar gabah yang akan rnulai diber lakukansejak Januari 1994. Dalarn bulan oktober 1993 harga eceran pupuk dinaikkan, sebesar g,3 persenuntuk pupuk ulea dan ZA, yaitu dari setresar Rp 240 menjadi scbesar Rp 260 pcr kilogr.arn, tlan9,7 persen untuk pLrpuk rSP, yaitu rlari Rp 310 rnenjadi Rp 340 per kilograrn. sejalan rlcngan itu,subsidi untuk pupuk jcnis KCL, KS, ZK, dan KNO,, telah lula dihapuskan, karcna je'is_jenispupuk tersebut hanya digunakan olch sebagian kecil petani sebagai pupuk tarnbahan pada luas arealdan komoditi yang terbatas. Demikian pula untuk meningkatkan claya guna, hasil guna, danproduktivitas pertanian, petani dianjurkan untuk lebih banyak memakai pupuk jenis urea tablct,karena penggunaannya yang lebih efektif dan efisicn, Dengan alah kcbijaksanaan rerscbrrr., nakadalam Repelita V jumlah subsidi pupuk diperkirakan rnencapai sebesar Rp 1 .193,9 rniliar.

Penyefiaan modal pemerintah (PMP) diberikan secara selektif kepada bcrbagai programdan badan usaha milik negara (BUMN), terutama yang rncnyangkut hajat hidup orarg banyak,berprioritas tinggi dan bcrsifat strategis dalatl pcmbangturan, baik scbagai tanttrahan rnodal kerjaataupun sebagai pembiayaan investasi, untuk menun jang pcngembangan dunia usaha nasional agardapat mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Besarnya anggaran yang disediakan bagi pMpsenantiasa disesuaikan dengan kebutuhan dan kemarnpuan kcuangan negar,a, dan tlialokasikanantara lain untuk menunjang pcngembrmgan usaha cli berbagai sektor clan bidang usaha yangstrategis, seperti pertanian, industri, perhubungan, dan pariwisata. Di salnping itu, anggarantersebutjuga dialokasikan untuk penyediaan perurnahan rakyat melalui KpR-B'rN, perntrinaan danpengembangan perbankan, serta pernbinaan dan pengernbangan industri strategis. Dalam periodeRepelita I sampai dengan Repelita III realisasi pMp mcngalami peningkatan selaras dengan

t

-

114

meningkatnya penerimaan migas. Namun demikian, dengan semakin terbatasnya kemampuan

keuangan negara sebagai akibat dari semakin menurunnya penerimaan migas, dalam Repelita IV

penyertaan modal oleh pemerintah kepada BUMN-BUMN dibatasi. selanjutnya dalam ralgka

meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran negara yang makin terbatas dan mendorong

pengelolaan BUMN secara lebih profesional, efisien, danmandiri dalam Pembiayaan investasinya,

maka dalam Repelita v alokasi anggaran bagi PMP tetap dibatasi dan hanya diberikan sebagai

sumber tlana terakhir, setelah BUMN yang bersangkutan mengusahakannya terlebih dahulu dari

(a) dana yang terkumpul dari usaha perusahaan itu sendiri, (b) kredit sektor perbankan, atau

(c) pinjaman luar negeri yang ditetuskan oleh pemerintah melalui lembaga perbankan (two-step-

loan). Meskipun demikian, dengan masih besamya peranan BUMN dalam pertumbuhan ekonomi

nasional, terutama peranannya sebagai penyelenggara pelayanan umum dan perintis kegiatan

usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan kopefasi, maka peranan PMP dalam

BUMN jumlahnya cenderung tetap meningkat, terutama untuk mendorong meningkatnya efisiensi

dan produktivitas BUMN tersebut. Untuk itu, dalam Repelita V jumlah alokasi anggaran bagi PMP

diperkirakan mencapai sebesar Rp 1.209,3 miliar, yang berarti mengalami peningkatan sebesar

Rp 192,6 miliar atau 18,9 persen lebih tinggi dari realisasi sebesar Rp 1016,7 miliar dalam

Repelita IV.

Pembiayaan lain-lain pengeluaran pembangunan (LLP) disediakan terutama untuk

menampung pembiayaan berbagai program pemerintah yang tidak tercakup dalam pembiayaan

departemen/lembaga dan pembiayaan bagi daerah, seperti iuran pada berbagai lembaga intemasional,

pengembangan kawasan terpadu, pengadaan air bersih perkotaan, pengadaan satana kehidupan

beragama, penyehatan lingkungan permukiman, pengembangan benih, dan pengembangan pabrik

obat. Apabila dalam periode Repelita IV realisasi LLP mencapai sebesar Rp 2.643,4 miliar' maka

dalam Repelita v jumlah LLP mencapai sebesar Rp 3.338,8 miliar, yang berarti Rp 695,4 miliar

atau 26,3 persen lebih tinggi bila dibandingkan dengan realisasinya dalam periode Repelita IV.

sedangkan dalam APBN 1993/94 anggaran yang disediakan bagi lain-lain pengeluaran pembangunan

adalah sebesar Rp 639,2 miliar, yang berarti mengalami penurunan 9,7 persen dari realisasinya

dalam tahun 1992/93. Perkembanganpengeluaranpembangunandi luarbantuanproyek berdasarkanjenis pembiayaannya sejak tahun anggaran 1984/85 sampai dengan tahun 1993/94 dapat diikuti

dalam Tabel IL23 dan Grafik II.3.

2.2,6,3. Pengeluaran pembangunan berdasarkan sumber pembiayaan

Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dinyatakan bahwa pembangunan

memerlukan investasi dalam jumlah yang besar, yang pelaksanaannya hafus berlandaskan pada

kemampuan sendiri, sedangkan bantuan luar negeri merupakan pelengkap. Ini berarti bahwa

kemampuan sumber pembiayaan dalam negeri berupa tabuogan pemerintah harus dapat lebih

ditingkatkan agar dapat berperan lebih besar sebagai unsur dana pembangunan, dan sebaliknya

peranan bantuary'pinjaman luar iregeri terus diupayakan semakin kecil.

Dengan semakin meningkatnya kemampuan sumber dana dalam negeri, maka jumlah

dan peranan tabungan p€merintah di dalam keseluruhan pembiayaan pembangunan selama periode

I l-5

S

Iss€&

< ! q

3 "Rs q

a s sa € xa o o

! g E

3 ! ! z* € € o- i : F <

'l1

zDFz

t r \ ^

z

?F]

E]

7

..1

r{

eI

8 R ' J $u t ' i d . j { : i E . d c t F i 6

c q ! F N - -

q d t . ! o _ n - n o . . l n o - N _ o ^ d t - r . { - ' 1

n . t - d - n F

q

s*

q q @" a- o . o " a - N- n n . { d - e -@" 1or

! v ] 9 r c +

id E a - a J r i i j * h i , ! . ; ; d a . c

1 1 6

Gra f i k t r . 3PENCELAARAN PEIVIBANC(NAN DI L(AR BANTOAN PROYEK.

7969/70 - 1993/94(dalam milyar rupiah)

( Repel i ta ldan Repelrra l l ) ( Repelita lll s/d Repelita V )

fr,g,

Pembiayaan depanemen/lembasa

Pembiayaan pehbdigrndn bagi ddehh

Cadangan angsaian penbangrmn

EI

t969ltn lDFt 7V72 72113 711t4 14175 15n6 16177 71fi8 18119

r979lg0 80/0r Et/42 848) g3/84 M/85 B5t6 N|BT S7l8B @/49 g9/SD 9O/9t 91/92 92/53 93/54(APBN)

1r7

pembangunan jangka panjang pertama (PJP I), senantiasa menunjukkan kecenderutlgan yang

semakin meningkat, Apabila dalam Repelita I peranan tabungan pemerintah terhadap pembiayaan

pembangunan baru mencapai sekitar 44,5 persen, maka sejalan dengan makin meningkatnyapenerimaan dalam negeri yang berasal dari sektor migas, peranan tabungan pemerintah terhadappembiayaan pembangunan lelah mengalami peningkatan menjadi sebesar 63,7 persen dalam

Repelita II dan sebesar 69,5 persen dalam Repelita III. Namun demikian, dengan meuurunnyapenerimaan minyak bumi dan gas alam dalam jumlah yang cukup besar sebagai akibat dari

merosotnya harga minyak mentah Indonesia di pasar intemasional secara taj am dalam tahun 1986,

maka dalam Repelita IV peranan tabungan pemerintah terhadap pembiayaan pembanlunan sedikitmengalami penurunan, yaitu menjadi hanya sebesar 43,1 persen.

Menyadari arti penting dan peranan tabungan pemerintah sebagai sumber danapembangunan, Pemerintah 0elah mengambil berbagai kebijaksanaan yang mengarah pada upayapeningkatan penerimaan dalam negeri di luar migas, terutama dari sektor perpajakan dan penerimaan

bukan pajak. Di bidang perpajakan, telah dilakukan pembaharuan sistem perpajakan, penataan

organisasi dan penyempumaan perangkat kelembagaan perpajakan, peningkatan intensifikasipemungutan pajak dan ekstensilikasijunrlah wajib pajak, pelalsanaan penegakan hukum, penyuluhanperpajakan, serta pemberian pelayanan yang lebih baik kepada wajib pajak. Sejalan dengan itu,penerimaan bukan pajak, terutama yang berasal dari penerimaan departemen/ lembaga dan bagianpemerintah atas laba badan usaha milik negara (BUMN), Iebih ditingkatkan dan didayagunakan

secara optimal, melalui usaha-ubaha peningkatan efisiensi dan efektivitas pemungutan danpengelolaannya. Demikian pula BUMN terus ditingkatkan profesionalisme, efisiensi, danproduktivitasnya, sehingga lebih mampu berperau dalam pembangunan, khususnya dalam ikutmembiayai pembangunan. Berbagai upaya tersebut telah menunjukkan hasil yang cukupmenggembitakan, sehingga dalam lima tahun terakhir, jumlah dan peranan penerimaan dalam

negeri dalam pembiayaan pembangunan secara berangsur-angsurkembali mengalami peningkatan.

Apabila dalam tahun anggaran 1988/89 peranan tabungan pemerintah terhadap keseluruhan danapembangunan masih sekitar 18,5 persen, maka dalam tahun anggaran 1992/93 peranan tersebuttelah meningkat menjadi 55,6 persen, atau hampir tiga kali lipat. Sedangkan dalam APBN 1993/94,peranan tabunganpemerintah menjadi sekitar 62,1 persen dari keseluruhan anggaran pembangunanyang direncanakan dalam tahun anggaran tersebut.

Peningkatanjumlah dan peranan tabungan pemerintah tersebut, di samping menunjukkankesungguhan Pemerintah untuk meningkatkan kemandirian dalatrt pembiayaan pembangunan,

sekaligus juga mengurangi ketergantungan terhadap sumber-sul rer dana ekstemal. Ini berarti

bahwa dalam periode yang sama, peranan penerimaan pembangunan yang berasal dari bantuan luarnegeri, baik berupa bantuan program maupun bantuan proyek, terhadap keseluruhan anggaranpembangunan cenderung mengalami penurunan. Apabila dalamtahun anggaran 1988/89 perananpenerimaan pembangunan yang betsumber dari bantuan luar negeri terhadap dana pembangunan

masih sekitar 81,5 persen, mafta dalam tahun anggaran 1992/93 peranan tersebut menurun hanya

l t 8

tinggal44,4 perscn. Sclanjutnya dalam APBN 1993/94 peranan penerimaan pembangunan terhadapdana pembangunan yang direncanakan menurun lagi, sehingga hanya mencapai 37,9 persen.Perkembangan pengeluaran pembangunan berdasarkan sumber pembiayaan, sejak Repelita Isampai dengan Repelita V, dapat diikuti dalam Tabel IL 24 dan Grafik IL4,

2.3. Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) L994195

2.3.1. Ringkasan

RAPBN 1994/95 merupakan tahun pertama pelaksanaan pembangunan jangka panjangkedua (PJP II) yang merupakan tahappemantapan pembangunan dalam rangka menuju masyarakatadil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993, maka penyusunan RAPBN 1994195 tetap didasarkanpada prinsip anggaran yang berimbang dan dinamis dengan memungkinkan dibentuknya danacadangan pada masa penerimaan negara melebihi yang direncanakan, dan dimanfaatkannya danacadangan tersebut pada masa penerimaan negara tidak cukup mendukung program yang telahdirencanakan, sehingga terjaminkesinambungan pembiayaan, yang diiringi oleh stabilitas ekonomiyanS manrap.

Seperti padatahun-tahun sebelumnya, penyusunan RAPBN 1994/95 tetap memperhatikankondisi perekonomian intemasional dan nasional yang mewamainya. Perkembangan perekonomianintemasional yang patut diamati adalah perkembangan harga minyak bumi, yang diperkirakantidak begitu menggembirakan pada tahun mendatang, yang berakibat menumnnya penerimaanminyak bumi dan gas alam (migas). Perkembangan lersebut di satu segi kurang menguntungkan,karena sebagai sumber penerimaan yang sangat betarti, penurunan penerimaan migas inimenyebabkan penerimaan dalam negeri menjadi berkurang. Akan tetapi di segi lain, penurunanpenerimaan migas ini telah menyebabkan upaya penggalian dan pengembangan penerimaannonmigas yang berasal dari perpajakan dan sumber penerimaan nonmigas lainnya semakinditingkatkan. Keadaan ini merupakan cerminan kemandirian pembiayaan pembangunan yang

selama ini terus diupayakan peningkatannya.

Sementara itu, kondisiperekonomian nasional dalam tahun anggaran 1994/95 diperkirakanakan lebih cerah. Melihat pertumbuhan ekonomi nasional dalam tahun 1992 yang diperkirakansebesar 6,3 persen, dan angka inflasi dalam tahun yang sama yang hanya sebesar 4,96 persen, makastabilitas perekonomian nasional secara umum dapat dikatakan semakin mantap. Denganmemperhatikan jumlah penduduk yang t€rus meningkat, walaupun laju pertumbuhannya telahmenurun, maka selama Repelita VI pertumbuhan ekonomi direncanakan rata-rata sebesar 6,2 persenper tahun. Guna mencapai sasaran pedumbuhan tersebut diperlukan investasi dalam jumlah yangcukup besar. Pembiayaan investasi di sektor pemerintah akan dipenuhi dari pemupukan tabuiganpemerintah melalui peningkatan penerimaan dalam negeri, terutama yang berasal dari sektornonmigas, sedangkan di sektor swasta melalui peningkatan tabungan masyarakat.

119

T a b e l I I . 2 4

PENGELUARAN PDMBANGTINAN BERDASARKAN SUMBER PEMBIAYAAN'1969170 - 1993194 t\

( dalam miliar ruPiah )

I a h u n , l r m l r h l l

Sunb€r I'emblayaan

Tabungnn% %

REPELITA

1969nOs70n I1911n21912n31913n4

RE?ELITA

t914n 5s75n6t916n',\l971nEt978n9

REPELITA TTI

1979/801980/8rt9E1l82r982/831983/E4

REPtrLITA

I984/85

1985/86

1986/8?

t9E7l88

1988/89

REPELITA V

1989n0

1990p1

199t/91.

t992D3

1993194 4

I 1 8 , 2

113;1

z l 4 A

3r0 ,3458,3

969,6

t.400,9

2 060,0

2159,9

z 551 ,9

4 0 1 6 , 1

5.920,8

6 944,0'I362.0

9.903,3

9 954,5

t0.873,9

8 333,5

9419,8

t2 2569

!1.838,0

l 9 1 5 3 , 3 "

24 t3',t,O

25.227,2

100,0t00,0r00,0r00,0lcro,0

I00,0t00,0100,0100,0lm,0

I00,0100,0100o100,0100,0

r 00,0100,0100.0100,0100,0

Itro,0

| 00,0

100,0

100,0

r00,0

21,2

78,9

254,4

137,6

909,3

| 2',16,2

1.3E6,5

t.522,4

2 615,0

4 42',7 p

5 ?35,0

5 422,0

6.020,9

6 476,5

? 101,3

1.581.3

3 3 2 r , 8

2 265,3

4 405,7

9-548,7't1.357,2

t3 421,1

15.6?4,1

23,O

3 1 , 0

16,8

49,1

76,1

64,9

a.{)u,259,5

65,6

'75,4

?3,6

60,8

6 5 , 1

67, l

3 l , 0

35,0

18,5

31,9

49,1

55,6

62,1

9 l , 0

119,8

135,5

157,8

2o3,9

232,0

4 9 1 , 6

t83,8

11f ,4

1.03-5,5

l 3 8 L , l

l 4 9 l , E

1.709,0

L940,0

3 882,4

3 478,0

1512,6

5.',t52,2

6. tJ8,0

9 99n;l

9.429,3

9 904,6

10.409,t

r0.715,7

9 553,1

'1',l,D

69,0

50,9

44,5

21,9

35,1

38,0

:15,8

40,5

34,4

25,2

24,6

26,4

419,2

34,9

32,9

69,0

65,0

81,5

68,r

50,9

41,E

f7,9

2)3J

4)

Unruk trhdn 1969t0 yd 199?,41 adatah angka rcaLisNi s*uai dcneEn UU APBN T/P

rahdn ydg bersd8kutan :

dan RF 1.500,0 niliu unruk lat'ln 1991,92;

A}BN

120

q - z

s?

tt

z

EEI

tqJ

EoZ

' z d E

; F !

z

EI!

z

Jlrla,/,!.1

9 ! g

! 6 >

a

t2l

Penyusunan ITAPBN 1994/95 juga didasarkan kcpatla kenilala-kendala yang rnungkinakan dihadapi dalam tahun anggaran 1994/95, yang tellihat dari pclaksanaan APBN 1993i94sampai pacla saat penyusunan ITAPBN | 994/9-5- Salah satu kcndala atlalah masih titlak menentunyrharga tniuyak bumi rli pasar internasional. Dalant peuyusunan APBN I 993/94 harga rl iuyak bumidiperkirakan scbcsar US$ l8 per barel, namun dalam pelaksanaannya sarnpai dengan seu)ester Itahun anggalan 1993/94 harga rninyak bumi hanya lrencapai sebesar' [JS$ I 7,64 pcr balel, Bahkanperkembangan hargarata-rata rriuyak rnentah Indoncsia dalarn bulan Oktobeldan Novetnber 1993semakin menurun, yaitu nrasing-masing llSS 16,75 dan US$ 15,69 per balel. Mclihat kontlisipcrckonornian dunia saat ini, dalam tahun ilnggaran 1994/95 sulir tl iharapkan lralga ntinyak bLrnridapat nrcrnbaik. Berdasarkan hal tersebut. mlka clalarn RAPBN 1994/9-5 halga nrinyak bunrjdiperkirakan hanya scbcsar US$ 16 pel balel, Dengan lnemperhatikrl tingktt protluksi nrinyaksebesaL l , -53 ju ta barc l per har i ternrasuk kondensai sebanyak lT0r ibub.r re l per har i , n takadiperkirakan akan dapat dihimpun pL:ncr irrraan dari rninyak [rurn i dan gas alaln scbcsat Rp 12.85 1,2miliar. Bila dibandingktn dcngan pcrkilaan daltm APIIN 1993/94 berarti tcr(li lpat peuLtr.llansebesal Rp 2.276,4 nilittr atau sebesar l-5 perscn.

Metru runnya penet inraan nr igas tla larn lah u rr atrgga ran I 994/95 d iperk ira kan akarl dapatdiimbangi tlengan peningkatrn llenelitnaan dar i scklor rourn igas, baik dari penerinrlan pcrpajakanmaupun dari pcncrimaatt tregara bukan pajak, sehingga rercrna pcrirrgkatan penerintaan dalirnrnegeri masih tlaprt tlicapai. I'eningkatatr rencatta penetirnaan nonnrigas ini dirnungkinkan karcnrperekonomian nasional d ipcrk i lakan melnbaik dalanr t rhun ngsaran 1994/95, yang akanmenyeltatrkan kcmampuart urrtuk rneningkatkan pcncrimrrn pclp jnkan nrc[jac1i sctuakin besat.Di sanrpirrg itu, llcmtlrgrlan yrajak dilnrkirakan jLrga akan rnerrjadi lehih bcrluyl gula, sehinggamembawa dalnpak positif pada pcner imaan dengan tetap rnenjaga kcadilalr dtlarr pctnulgrLtlnpajak, baik secara vertikal tn.trtputt hotisortlal. Kcarlilan sccara vertikal rnenganclulg nrti bahwawajiLr pajak yang pentlapatatrnya tinggi lnenrbayal ptlak lebih besar clibandingkan dcngan wajibpajak yang belpenghasilan lebih lendah, scdangkar keaclilan horisontal rnengaudung alti wajibpajak yang mctnpunyai kenrampuan ekonornis yirnq srn)l rrcrnbayar kewajiban pajakrrya dalarnjurnlah yang sama puLa, Sebagai hasilnya diharrpkan pcrrcr irluan pajak langsung akan lncnjatlisemakin besar, yang bcrarti scsuai dengan amanat GBIIN unlLlk rncningkatkan peran peneriuraanpajak langsung, sehingga rnampu bcrfungsi sebagai aJat untllk nlenunjang pernbangunan, danmcningkalkau serta memeratakan kesejahteraan r akvat, Mcrnbaikuya konclisi perekonomian nasionaltcrsebuL diharapkan pula semakin nteningkatkan upaya ekstensifikasi dalanr bcntuk perluas:urobyek pajak tlan menambah wajib palak batl. Dengan rncrnperhatikan kondisi-kondisi tcrsebu[,maka penerimaan nonrnigas dalam RAPBN 1994/95 dipcrkirakan sebesar l{p 46.ti8-5,9 miliar,yang helarti 24,6 pcrscn lebih tinggi dari rencananya dalam APBN 1993/94.

Bcrdasarkan perkiraan penerimaan migas dan penerirnaan nonnrigas tersebut, makapenerimaan dalam ncgeri dalam RAPBN 1994i9-5 dlpcrkirakan mencapai Rp 59.737 ,1 nriliar, yangberarti l'3,2 persen lebih tinggi dari penerimaan dalam negcri yang dianggarkan dalam tahull

t22

allggaran 1993/94. Adapuu pcncrirnaan dalam negeri tersebut tcrtliri dat i 21,-5 persen penerimaan

nrigas. 67, 1 pelsen pcncrimaan perpajakan, dan I I ,4 pcrscn petret ilnaan negara bukan pajak' Bila

tlibandingkan dengan APRN I993i94, terlihat pcrubahan strLtktur penet imitttn negara ntcnuju

kepacla scrnakin pentingnya peueritnaan nonmigas dalam peuerimaan dalatn neget i. Gambatan

tenlang pclannn penerintaan migas, pcncrinraan pelpajakan, tlan pencrimaatt negal a bukan pajak

tcrhadap penerimaan rlalan ncgcri dalam At'BN 1993/94tlan RAPBN 1994i95 dapat dilihat tlalant'l 'abel IL2-5.

'N) l ernasuk LBM

Sementara itu, scsuai dettgatl amitnat GBHN, pengeluaran negara clircncanakan secata

ccrrnat beldasarkan prior itns yang semakin clipertajam, untuk memberikan dampak yang sebesar-

besarlya bagi pembangurtan. Di dalam pengeluaran negat a terkandung pengeluaranutrtuk membiayai

kelancaran tngas-tugas pemeritrtah dan mernbiayai pemeliharaan hasil-hasil pcmbangunan yang

telah dicapai, scrta pemennhan kewajiban negala untuk membayar bunga dan cicilan hutang, yang

Tabcl II.25

PtrRANAN PF]NT.]RIMAAN DARI MINYAK ItI.JNTI DAN (}AS ALAM' PERPAJAKAN'

DAN I}UKAN PA.IAK.'I'ERHADAP PF]N!]RIMAAN DALAM NEGEIII,

. AI'DN lq9j/94 DAN RAPIiN 1994/q5(tlalarn persentase)

No. Jenis PeuerimaanAPBN1993194

RAPBN1994/95

( l )

(2)

Minyak bumi dau gas alam(migas)

Penerirnaan di luar lnigas

a. Penerimaanper'pajakan

b. Penerirnaan bukan pajak ")

28,7

71,,3

64,1

7,2

2t,5

78,5

61 , I

,4

Jum lah 100,0 r 00,0

t23

ke semuanya lertampung dalam pcngcluaran 1utin, Di.samping itu, tcrdapat pula pengeluaran bagipembangunan sarana dan prasalana fisik yang diper lukan guna semakin melnantapkan kerangkalandasan pembangunan.

Pengeluaran r utin dalarn RAPBN 1994/9-5 dipeLkirakan setresar Rp 42.350,8 lniliar, yang

berarti Rp 5.25-5,9 miliar alar 14,2 persen letrih tinggi dari APBN 1993/94. Lebih tingginyaperkiraan pengelnaran rutin ini disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah rneningkatnyapengeluaran untuk rnembiayai gaji dan pensiun aparatur negara grna lnenarnpung kenaikan junrlah

pegawai, baik dalam rangka mengisi forrrasi yang kosong rnaupun sebagai penggarrtJ pegawaiyaug sudah pensiun, dan peningkatan biaya lauklauk bagi auggota ABRI. Di sanping ilu,menirrgkatnya pengelualan rrrtinjugadisebabkan olelr semakin ureniugkatnya kcwajiban pcrnbayar anbunga dan cicilan hutang, terutama sebagai akibat dali pelkernbangan nilai tukar rnata uang asingterhadap rupiah, terutama apresiasi nilai mata uang yen Jepang terhadap beberapa mata uang kr.tatlainnya. Dengan masih terbatasnya keuangan negara, muka pengeluaran rutin dalam tahun anggaran1994/95 tetap disertai dengan peningkatan dalam efisiensi peuggunlanrya, sejalan dengan upayauntuk mcningkatkan kualitas pclayanan pcmcrintah kcpada nrasyalakat, serta petrgatnauatr danpemeliharaan kekayaan negara dan hasiliasil pembangunan.

Dengan memperhatikan perkiraan penerimaatu dalaur negeri dan pengehraran rutin dalanrRAPBN 1994/95, maka besarnya tabungan pcmcrintah yang dapaL dihimpun dalarn ltAI'l lN1994/95 direncanakan sebesar Rp 17.386,3 rniliar, yang berarti mengalami kenaikan sebesarRp I .7 | 2,2 rniliat atau 10,9 pelsen dari APBN 1 993/94. Sekalipun tabungan pernerinlah nrengalarnikenaikan, namun dana telsebut belum cukup untuk mernbiayai scpcnuhnya pengelLraranpembangunan. Oleh karena itu tetap diupayakan tlana dari lual neger i yang berfungsi sebagaipelengkap bagi pembiayaau pembangunan. Walaupun demikian, sernakin meningkfttnya kemarrrDuanpemcrintah dalam mcndukung kcbutuhan dana pembangunan, yang tercermin dari setlakinn.leningkatnya peranan tabungalt penrerintah dalarn pembiayaan pembarrgurran di sektor negara,berartipula bahwa sunrbangan penerimaan pernbangunan dalam pembiayaan pembatrguran nrenj adisemakin menurun. Dalam tahun anggaran 1994/95 penerimaan pembangunan dipcrkirakan sebesarRp 10.012 miliar, yang berarti Rp 458,9 miliar atau 4,8 petsen lebih tinggi dari jurnlah yangdircncanakan dalam APBN 1993/94, Tabungan pemerintah dan perrerirnaan pernbangunanmembcntuk dana pembangunan yang berhasil dihimpun dalam RAPBN 1994/95 diperkirakansebesar Rp 27.398,3 rniliar.

Pengeluaran pembangunan dalam RAPBN 1994/9-5 sernakin mempuuyai arti yangsangat penting, terutama sebagai penyambung pelaksanaan pembangunan dalam PJP I yang telahmemberikan hasil dan kemajuan yang cukup menggembirakan. Dana pembangunall untukpembiayaan rupiah akan dialokasikan secara sektoral kepada berbagai proyek pernbangunan yangdilaksanakan oleh berbagai departemen/embaga sebesarRp 9.945,6 miliar, secara regional tenn asukdana bagi hasil PBB untuk lebih memeratakan pembangunan antardaerah sebesar Rp 6.822,4miliar, untukpembiayaan lainJain sebesar Rp 61 8,3 miliar, dan bantuan proyek sebesar Rp 10.012

t24

rniliar. Bila dibandingkan dengan rcucanatrya dalam APBN 1993/94, pengeluaran pembangunan

tlalam RAPBN 1994/95 rnengalami peningkatan sebesar Rp2.171,1 miliar atau 8,6 persen.

Peningkatan ini sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan sarana dan prasaraua petnbaugunan

pada tahap pernbangunan yang lebih tinggi, serta upaya ulltuk meningkatkan kesejahteraan

nasyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan, terutama yang berada di desa-desa yang

lertiuggal.

2.3.2. Penerimaan dalam negeri

Tahun anggaran 1994/95 mempunyai nilai strategis karena merupakan tahun pertama

daripada Repelita Vl. Sebagai awal dari proses tinggal landas dalam pelaksanaan pembangunan

jangka panjang kedua, kegiaturn pembangunan dalam Repelita VI akan semakin ditingkatkan,

diperdalam, serta diperluas cakupan dan jangkauan kegiatannya. Sebagai akibatnya, diperlukan

pembiayaan yang jumlahnya juga semakin besar. Dalam hal pembiayaan pembangunan, Garis-

garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 memberikan penekanan akan pentingnya kemandirian

di dalam pembiayaan pembangunanl

Kebijaksanaan penerimaan dalam negeri yang ditempuh dalam dua Repelita terakhir

pada dasanrya diarahkan untuk memacu peningkatan penerimaan dalam negeri di luar migas.

Berbagai upaya tersebut secara berangsut telah berhasil mengurangi ketergantungan terhadap

penerimaan migas, sehingga sejak tahun anggaran 1986/87 penerimaan dalam negeri lebih banyak

ditopang oleh penerimaan sektor perpajakan. Meningkatnya penerimaan dalam uegeri tersebut

telah pula memberikan kemampuan yang lebih besar dalam pembentukau tabungan pemerintah,

yang merupakan komponen utama dana pembangunan. Mengingat perkembangan sumber

penerimaan minyak bumi dan gas alam (migas) masih tidak menentu,'maka upaya peningkatan

penerimaan dalam negeri dalam tahun 1994/95 dititikberatkan kepada penerimaan di luar migas,

utamanya dari perpajakan. Kebijaksanaan di bidang perpajakan untuk tahun mendatang lebih

menitikberatkan pada upaya penggalian potensi yang belum sepenuhnya tergali sesuai ketentuan

undang-undang yang berlaku. Untuk itu, akan terus dilanjutkan upaya ekstensifikasi wajib pajak

dan intensifikasi pemungutan pajak, terrnasuk peningkatan kualitas pelayanan, serta efektivitas

pengawasan dan penegakan hukum.

Selain da;ipada itu, kebijaksanaan dibidang penerimaan negara bukan pajak dalam tahun

anggaran 1994/95 masih tetap melanjutkan kebijaksanaan yang telah berjalan baik dalam tahun'

tahun sebelumnya. Kebijaksanaan lersebut meliputi peningkatan efisiensi dan produktivitas BUMN,

penertiban pemungutan pada semua departemen/ernbaga, penyempumaan administrasi dan prosedur

penyetoran, intensifikasi pemungutan, dan peningkatan pengawasan di dalam pelaksanaannya.

Dalam pada itu, perkembangan penerimaan dalam negeri di masa mendatang tidak

terlepas dari pengaruh perubahan-perubahan yang terjadi akhit-akhir ini, baik yang menyangkut

kondisi perekonomian dunia maupun perekonomian nasional' Dewasa ini perekonomian dunia

belum terlepas dari lilitan fesesi, dimana tingkat pertumbuhan ekonomi negara-negara industri

125

dalam tahun 1993 diperkirakan sedikit lebih rcnclah tlibandingkan dengan pertumbuhan dalamtahun 1992, Selain rlaripada masalah pcrtumbuhan, ncgara-negara berkembang pada unumnya

masih menghadapi berbagai kcntlala pcrclagangan intcrnasional, antara lain bcrupa tindakan-tindakan yang bersifat ploteksionistis, nilai tukar pefdagangan internasional yang rendah bagibarang-barang ckspor ncgara negara berkembaug, serta tirnbulnya blokJrlok perdagangan regional,seperti pasar tunggal Elopa dan kawasan perdagangan bebas Amerika Utara (NAFTA). Belumpulihnya kondisi perekonomian tlunia, sertzuberbagai kentlala yang dihadapi tersebut menyebabkanlemahnya permintaan pasar internasional akan komoditas negara-negara berkembang termasnkIndonesia, yang pacla gilirannya akan mempengaruhi harga-harga komoditi ekspor primer. Selainitu, menurunnya harga minyak mentah di pasar intemasional sebagai akibat kelebihan pasokan

minyak juga berpengaruh terhadap pcncrimaan dalarn ncgcri dari sektor migas.

Sementara itu, dalam empat tahun pertama l{epelita V, ekonomi lndonesia tunrbulldengan rata rata 7 persen per tahun, Prestasi tcrscbut surrgguh rncnggernbirakan, karena tingkalpertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tcrscbutdapat dicapaijuslru pada saat tingkatpcrtumbuhanekonomi dunia sccara kescluruhan sedang rnelenrah. Namnrr sukses pelekonomian Indonesiatersebut bukan suatu keajaiban, melainkan merupakan hasil daripacla kerja keras yang tiadaheniinya, disertai dengan kebijakan Pemerintah yang berhati-hati, dan peranserta sektor swastayang semakin besar, Di sarnping itu, upaya Penrerintah untuk merngerrdllikan laju inflasi, telahberhasil menekan tingkat iuflasi di bawah 10 perscn. Bcrdasarkan kondisi ckonorni nasional saalini, dalarn tahr.rn anggaran 1994/9-5 tiugkat inflasi dihalapkan dapat diturunkan menjadi sekitar -5pcrscn. Sclain daripada itu, tirgkat pertumbuhan petekonontian clalam negeri yang cukup tinggidihar apkan akan meuyebabkan semakin rneluasnya aktivitas nrasyalakat, terrrrasuk semakiubergairahnya kegiatan pasar nrodal, selringga rnernungkinkan per'luasan jumlah wa.jih pajak danobyek pajak. Dengan latar belakang hal-hal tersebut, rnarka dalzrnr tahun anggalan 1994/95penerimaan dalam negeri clirencauakan sebesar Rp 59,737,1 miliar, yang tenliri clari penerimaan

migas sebesar Rp 12.851,2 nriliar ilan perrerirnaan di lLrar rnigas sebesal Rp46.885;9 miliar.Dcngan jumlah tcrscbut, berarti penerimaan dalarn neger idalam RAPBN 1994/9-5 akan rnengalarnipcningkatan scbcsar 13,2 pcrsen dari perkiraanuya dalam APBN 1993/94. Penerinraau dalamnegeri ini diupayakan agar terus rneningkat, untnk membentuk labungan penrer intah yang semakinbesar, sehinggapada gilirannya akan meningkatkan kemandirian dalam pembiayaur pembangunan.

2.3.2.1. Penerimaan minyak bumi dan gas alam

Memasuki PJP II, sektor migas masih tetap urempunyai peranan yang penting dan

strategis dalam struktul keuangan negara dan pembangunan nasional, baik sebagai sun.rberpenerirnaan negara dan penelimaan devisa, maupun sebagai salah satu faktor yirng mempengaruhikehidupan masyarakat dalam segala bidang pembangunan. Di samping itu, kegiatan di bidangmigas secara tidak langsungjuga mampu melingkatkan peranan swasta, meningkatkan daya serap

terhadap tenaga kerja, menirrgkatkan ihnu pengetahuau dan alih teknologi, seda lnendorongpembangunan regional secara keseluruhan. Oleh karena itu, Pemerintah berusaha semaksimal

t26

Inungkin untLrk meningkrtkfln pener irnran migas (lan rncnrenuhi kebutuharr BtsM tli clalam ncguli

melalui ke€iiatan terpadu, rnulai dari kegialan eksplorasi, prorlu.ksi, pcngolahan, trflnsporllsi,

pelnasalan. darr kegiatan hinnya.

Dalanr pcr kcnrbarrgannya selanra ini, kendalr yang tlihaclapi tlalarn usaha rneningkalkal

penerimaan migas adalah lclanya faktor ekster nal, lraik laktol ekonomirnaupun nonekonorui, yang

menyebabkan kctidakstabilnn halgr minyak di pasar dunia. Selain itu, sebagai sunrber daya irlarn

yang tidak dapat dipelbahalui (unlenewable), dan caclangannya semakin menipis, dihadapkrn

kcpada kcbutuharr enelgi di dalarr negeri yang tems rneningkat, maka penerimaan migas tidak

dapat diharapkan lagi sebagai sumber utama penerirnaan ncgara, tctapi hauya scbagai peodukung

sumbcr penerirnaan di lLrar rnigas. Oleh karena itu, upaya rncrnaksimalkan pcncrimaan negara

dilakukan terutarna rnelalui peningkatirn penerirnaan di luar migas, khususttya penerimaau pajak,

yar)g selain ditujukan nntuk mengurangi kelerganlungan pcnerintaan negata pada sumbet dana dari

luar negeri,.iuga dinraksuclkau rrrrtLrk mengurangi ketergatrtungan pada sektor rnigas. Melalui usaha

tersebut, kelangsungan penyediaan dana pctnbangunan diharapkan dapat lebih terjamin karena

dananya berasal dari surnber-sumbct penerinraan yang lebih stabil, terus berkembang, dapat

rlianclalkan, dan bersumber dar i dalam neget i.

Sesirai dengan arah pembangunan yang digariskan dalam GBHN, ltpaya-upaya

pengembangan sektor rnigas yang telah dilakukan selama ini akan semakin ditingkatkan, antata

lain dalam memproduksi rnigas dan menemukan cadangan minyak baru, scrta memperluas

pemasaran produk hasil pengolahan migas dalam rangka pcningkatan dan penganekaragalnan

sumber penerimaan dan devisa negara. Selain itu, dengan makin terbatasnya cadangan nrinyak dan

makin sulitnya menemukan ladang minyak baru, upaya peugauekaragaman sumber energi akan

terus ditingkatkan, agar ketergantungan pada migas rnakin berkurang. Selanjutnya, untuk

memberikan manfaat sebesar-besarnya bagipembangunan nasional dan dalam rangka alih tcknologi,

khususnyateknologieksplorasi dan eksploitasi bahan tambang {i daratdan di lauiguna meningkatkan

keterampilan dan keahlian di sektor pertambangan, maka penanaman modal swasta, baik PMDN

maupun PMA, akan terus ditingkatkan.

Dalam tahun terakhir Repelita V, perkembangan harga minyak di pasat dunia cenderung

menurun, sehingga realisasi rata-rata harga minyak mentah Indonesia selama semester I 1993/94

berada di bawah harga patokan minyak yang ditetapkan dalam APBN 1993/94 sebesar US$ 18

per barel. Keadaan tersebut antara lain disebabkan oleh kelebihan suplai minyak di pasar dunia,

penumnan permintaan konsumen minyak akibat melemahnya pertumbuhan ekonomi negara-

negara industri, dan tingginya cadangan minyak yang dimiliki negara-negara industri. Selain itu,

disebabkan pula oleh spekulasi pasar menghadapi kemungkinan masuknya kembali minyak Irak

ke pasar dunia. Dalam semester II tahun anggaran 1993/94, perkembangan hargaminyak cenderung

lebih rendah lagi karena dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas, walaupun datangnyamusim dingin

di beberapa belahan dunia diperkirakan akan meningkatkan permintaan minyak dari negara-negara

konsumen dan akan membantu mencegah penurunan lebih lanjut harga -ninyak. Di sisi lain,

127

kepatuhan negara-negara oPEC dalarn rnengikuti ketentuan pernbagian kuota yang ditetapkanpada sidang di Jemewa akhir september 1993 juga akan menentukan pelkembangan harga rninyakyang akan datang. Dari hasil sidartg tersebut, Indonesia memperoleh scdikit kenaikau kuotamenjadi sebesar 1,33 juta barel per hari, dari kescluruhan kuota produksi opEC se$esar 24.5 iutabarel per hari.

Berdasarkan perkembangan harga minyak tlan kapasitas produksinya dalarn bulan bulanterakhir, serta melihat prospeknya pada tahun yang akan datang, dalam tahun anggar.an 1994/95rata-rata harga minyak bumi diperkirakan sebesar uSg 16 per barel. Dengan tirgkat ploduksisekitar 1.530 ribu barel per hari (termasuk kondensat sekital 170 ritru barel), maka penerimaanminyak bumi dan gas a lam dalam RAPBN 1994/95 d iper .k i rakan mencapai sebesarRp 12.851,2 miliar, atau 15 persen lebih rendah dari rencana penerimaannya dalam ApBN1993/94. Pencrimaan minyak bumi dan gas alam tersebut diharapkan berasal dari penerimaanminyak bumi sebesar Rp 9.-504 rniliar dan dari penerimaan gas alam sebesar Rp3.347,2 nlliar.

2.3,2.2. P enerimaan perpa iakan

Pcnerimaan diluar migas, khususnya penerimaan perpajakan, menunjukkan perkembanganyang semakin penting dan strategis, dilihat dari peranannya sebagai sumber pernbiayaanpernbangunan. Hal ini tercermin dari laju perturnbuhan pcnerimaan pcrpajakan yang cukup tinggidalam I{epelita V, yaitu sekitar 22 pcrscn p.-r tahun, sedangkan peranannya dalam pener.imaandalam negeri pada akhirRepelita V diperkirakan mencapai 64,1 persen. senrentara dalam periodeyang sama, perlumbuhan pcnerimaan migas hanya sekital E persen per tahun dengan peranannyahanya tinggal sekitar 29 pcrsen terhadap pener.imaan dalam negen.

Peningkatan penerimaan perpajakan yang cukup pesat tetsebut telah mentper.cepalproses transformasi struktur penerimaan dalam negeri dari sektol migas ke sektor di lual migas.f)engan demikian landasan pembiayaan penrbangunan men jadijauh lebih stabil, dan ketergantunganterhadap sumber-sumber eksternal telah semakin berkurang. Dalam tahun anggaran 1994/95,penerimaan perpajakan diharapkan akan lebih meningkat lagi, baik tlalam jumlah maupunperanannyadalam penerimaan negara. Untuk itu, upaya peningkatan pc crimaan perpajakan yang telahberjalan baik selama pelaksanaan Repelita v akan semakin ditingkatkan rlan disempurnakan,diikuti dengan peningkatan kemampuan aparat perpajakan melalui program pendidikan danpelatihan, serta peningkatan dalam pelayanal administrasi dan penerapan peraturan perpajakan.Pada dasamya pelaksanaan intensifikasi pemungutan pajak dan ekstensifikasi jumlah wajib pajakakan terus dilanjutkan dan ditingkatkan. upaya intensifikasi dititikberatkan patla pengelolaanpotensi pajak yang telah dapat dtbina dengan tertib dzrn berkesinambungan, serta upaya peningkatankepatuhan wajib pajak melalui kegiatan penelitian formal dan material, serta verifikasi lapangandan pemeriksaan. sedangkan dalam hal ekstensifikasi, upaya yang dilakukan diarahkan untukmeningkatkan jumtah wajib pajak dari sektor-sektor usaha yang selama ini belum dapat dijangkau.

Sektor perpajalan masih memiliki peluang untuk dikembangkan pada masa yang akandatang, khususnya pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (ppN), dan pajak bumi dan

128

bangunan (PBB), yang merupakan tiga pajak utama di samping bea masuk dan cukai yang masihmemberikan penerimaan yang cukup besar. Penerimaan bea masuk dan pajak ekspor diperkirakantidak akan banyak meningkat, mengingat kebijaksanaan yang ditempuh dalam bidang bea masukdan pajak ckspor lebih diarahkan untuk mendukung pengembangan induslri dalam negeri,mempcrlancar perdagangan luar negeri, memperluas lapangan kerja, dan tujuan terkait lainnya,yang diharapkan mampu mendorong terwujuclnya struktur perekonomian yang semakin tangguh.Sedangkan penerimaan pajak lainnya secara rclatifpcranannya masih kecil dan petkembangannyadiperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan tiga pajak utama tersebut.

Kebijaksanaan di bidang perpajakan ditetapkan sccara scrasi dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi lainnya, oleh karena kebijaksanaan perpajakan selalu berkaitan dengankebijaksanaan lainnya. Dalarn hubungan ini, kebijaksanaan di bidang perpajakan yang termasukdalam paket deregulasi Okrobcr 1993 (Pakto 23 Oktober t993) menyangkut kemudahan danperlakuan perpajakan atas kegiatan ekonorni dan dunia usaha di daerah tertentu, sebagaimanatertuang dalam Keppres Nomor 95 Tahun 1993 tentang Perubahan Keppres Nomor 53 Tahun 1993teutang Fasilitas Dan Kemudahan Pabean, Perpajakan, Dan Tata Niaga Impor Bagi EntrepotProduksi Untuk Tujuan Ekspor (EPTE), dan Kcpprcs Nornor 96 Tahun 1993 tentang perlakuan

PPN Dan PPn-BM Atas Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) Ke, Dari Dan Antar-KawasanBerikat (KB) dan EPTE. Kcbijaksanaan tersebut mellcerminkan kesungguhan Pemerintah untukterus memperbaiki dan memantapkan iklim dunia usaha, yaug pada gilirannya akan memberikanpenerimaan pajak yang lebih besar lagi bagi pembiayaan pembangunan di sektor negara.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi setiap jenis pajak, serta mengingatperekonomian dalam negeri yang diperkirakan akan lebih baik dalarn tahun anggaran 1994/95,rnaka dalam RAPBN 1994/95 penerimaan pajak direncanakan sebesar Rp 40.074,4 miliar. Biladibandingkan dengan perkiraannya dalam APBN 1993/94, berarti terdapat peningkatan sebesarRp 6.225,7 miliar atau 18,4 persen- Sasaran penerimaan perpajakan tersebut diuraikan seqara riucimenurut jenis pajak, sebagai berikut.

Dalam RAPBN 1994195, pajak penghasi lan (PPh) d i rencanakan sebesar .Rp l8.842,9 miliar, yang berarti mengalanri peningkatan sebesar Rp 3.994,4 miliar atau 26,9 persendari perkiraannya dalam APBN 1993/94 yang besarnya Rp 14.848,5 miliar. Rencana tersebutdidasarkan pada asumsi bahwa pet tulnbuhan ekonomi dalam tahun 1994 adalah sebesar 6 persen,dan tingkat inflasi dalam tahun 1994/95 diperkirakan sekitar 5 persen. Faktor-faktor lain yangrnendasari rencana penerimaan PPh tersebul antara lain terus dilanjutkan dan ditingkatkannyaupayaekstensifikasijumlah wajib pajak dan intensifikasi pemungutan pajak, dengan memanfaatkansecara maksimal data internal (closs checking dengan data PBB dan PPN), serta data pihak ketigayang diperoleh dari berbagai sumber. Kedua upaya tersebutjuga akan ditrurjang dengarr sernakindigiatkannya pelaksanaan penegakan hukunr, pel luasan withholding, perbaikrn sistem administrasiperpzUakan, peningkatan kemampuan dau integritas aparaturperpajakan, pernbinaan dan peningkatanpenyuluhan pcrpajakan, serta pelayanan yang lebih baik kepada wajib pajak.

l

129

Upaya intensifikasi pemungutan pajak antara lain dilakukan melalui peningkatan disiplindan kepatuhan wajib pajak. Untuk itu, akan lebih ditingkatkan kerja sama dengall instansi terkait,seperti Bank Indonesia, Kepolisian RI, PTTelkom, danPI-N, dalan bentuk persyaratan pencantumanNPWP bagi masyarakat yang memerlukan pelayanan. IIal tcrsebut dilakukan dalaln rangkamenguji kebtinaran SPT wajib pajak, sehingga nremudahkan bagi aparat pajak, bailq-clalammelakukan verifikasi lapangan, pemeriksaan, maupun dalam penyidikan. Sedangkan langkah-langkah ekstensifikasi pajak diupayakan rnelalui perluasan jumlah wajib pajak dan pengenaanpajak atas sumber-sumber pendapatan yang selama ini belum sepenuhnya terjangkau sesuaiclengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Kebijaksanaan di bidang pajak pcnghasilan, di samping diarahkan untuk menghimpunpenerimaan negara, juga diarahkan untuk mendukung penciptaan iklim yang kondusifbagi duniausaha. Kebijaksanaan tersebut, antara lain berupa tidak dipungutnya PPh pasal 22 masing-masingatas inrpor barang modal dan peralatan pabrik yang bcrhubungan langsung dengan kegiatanproduksi dalam kawasan berikat (KB), dan atas impor barang dan/atau bahan untuk diolah dalamEntrepot Produksi untuk Tujuan Ekspor (EPTE), yang aturan pelaksanaannya masing-masingtertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 854 Tahun 1993 tentang Tatalaksana pabean

Mengenai Pemasukan Dan Pengeluaran Barang Ke Dan Dari Kawasan Berikat, dan KeputusanMenteri Keuangan Nomor 855 Tahun 1993 tentang Entrepot Produksi tlntuk Tujuan Ekspor,

Dalam pada itu, perekonomian nasional yang setnakin baik telah mendorong sernakinbelgairahnya kcgiatan pasar nodal. Dalam rangka mengamankan dan meningkatkan penerilnaanPPh, maka berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 39 T'ahun 1993 tentang Perubahan PeraturatrPemerintah Nomor 42 Tahun 1985 tentang Pelaksauaan Undang-Undang pajak penghasilan 1984,terhadap bunga obligasi dan dividen dari sekulitas yang dipertlagangkan di pasar rnotlal yangditerima oleh subyek pajak dalam negeri perorangan yang jumlahnya melebihi batas pcnghasilantidak kcna pajak (PTKl']) untuk diri sendiri, clikenakan PPh pasal 23 sebesar 15 persen dali junrlahbruto.

Dalam rangka lebih rncningkatkan penerintaalt PPh, dalam tahun anggaran 1994/95 akantcrus diintensifkan pengenaan PPh terhadap keuntungan yang diperoleh dari penjualan saham dantanah (capital gain), Sementara itu, pr insip keadilan dan pemelataan dapat dilihat pada bebau pajakyang ditanggung oleh wajib pajak. Wajib pajak yang berpenghasilan tinggi akan membayarpajakyang lebih tinggi dibandingkan dengan wajib pajak yang berpendapatan rendah. Untuk itu, dalarnrangka membautu golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, maka dalaln tahun anggaran1994/95 besamya PTKP dinaikkan sebesar 20 persen dari yang berlaku sekarang, sebagaimanadiatur dalam Keputnsan Menteri Kcuangan Nomor 928 Tahun 1993 tentang Faktor penyesuaian

Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak, tanggal 8 Desember 1993. Berdasarkan keputusantersebut, maka mulai I Januari I994 penghasilan titlak kena pajak (PTKP) bagi wajib pajak yangkawin dengan maksimal 3 orang anak telah dinaikkan menjadi Rp5.184.000 dari sebesarRp 4.320.000 dalam keterrluan sebelumnya.

130

Selama tahun anggaran 1985/86 sampaidengan 1990/91' penerimaan pajak pertambahan

nilai merupakatt sumber penerimaan perpajakan terbesar di antara jenis-jenis pajak yang lain'

namuns" iaktahunanggaranlggl /g2posis i tersebut te lahdigant ikanolehpener imaanpajakpenghasilan. Ini berarti struktur pcnerimaan pajak telah bergeser dari pajak tidak langsung ke pajak

iungrong. Melihat kinerja penerimaan PPN dalam empat tahun terakhir' dalam tahun 1994/95

ttipirtirakan peningkatannya juga akan lcbih rendah dari peningkatan penerimaan pph. Hal pokok

y*g ."nao.uri perkiraan tersebut antara lain adalah bahwa mang lingkup pengenaan PPN telah

meliputi seluruh mata rantai produksi, serta telah diberlakukannya tatif maksimal pajak penjualan

atas Larang mewah (PPn-BM). Di samping itu, dalam rangka mendukung langkah deregulasi yang

teiah dilali-ukan, kebijaksanaan dalam bidang PPNiuga tu'rt berperan dalam rneningkatkan daya

saing perekonomian. Kebijaksanaau dalam bidang perpajakan tersebut diharapkatl mampu

*eriberikun rangsangan dan dorongan yang konstruktif bagi dunia usaha' serta upaya mendorong

ekspor nonmigas. Hal ini tertuang dalam Kcputnsan Presiden Republik Indonesia Nomor 95 Tahun

1991 tentang perubahan Keputusan Presideu Republik Indoncsia Nomor -53 Tahun 1993 tentang

Fasilitas Dan Kemudahan Pabean, Perpajakan Dan Tata Niaga Impor Bagi Entrepot Produksi

UntukTujuanEkspor.(EPTE),darrKeputusanPresidenRepubliklndonesiaNomoL96Tahunl993tentangPer lakuanPajakPertambahanNi la iDanPajakPenjualanAtasBarangMewalrAtasPenyeiahan Barang Kena Pajak Ke, Dari Dan Antar Kawasan Berikat Dan Entrepot Produksi

Unruk Tujuan Ekspor. Dalarn Keputusan Presiden tersebut ditetapkan antara lain bahwa terhadap

p"ny"rnhan barang kcna pajak (BKP) ke' dari, clan antarkawasan berikat dan entrepot produksi

untot tulu"n ekspor (EPTE), tidak dipungut PPN dan PPn-BM yang terhutang Sedangkan atas

penyerahan BKP hasil pengolahan PKP di kawasan berikat atau EPTE ke dalatn daerah pabean

indonesia lainnya dikenakan ppN dan PPn-BM serta pungutan negara lainnya yang tcrhutang,

sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku

Dengan memperhatikan perkembangan perekononian dan kinerja penerimaan PPN

dalam Repelitu V serta hal-hal tersebut di atas' penerimaatr PPN dalarn tahun anggaran 1994/95

diperkirakanakanrnencapaisebesarRpl3.23S,6miliar,yangberartiRpl.556rniliarataul3,3perscnlebih tinggi aari yang diperkirakan tlalarn APBN 1993/94 sebesar Rp l t '682'6 miliar' Peningkatan

penerimian IPN tersebut diharapkan dapat dicapai dari upaya petrerapan peraturan peruudangan

yang lebih efektif terhadap petlagang besar/pedagang eceran besar' dan komputerisasi data yang

Lerkaitan dengan ppN. Selain itu,jrga mclalui peni'gkatan intensifikasi yang dititikberatkan Pada

peningkatan Lpatuhan wajib pajak tlengan melakukan penelitian forlnal dan nlaterial' serta

melakukan verifikasi lapangan dan perneriksaan' Setnenlara itu, peningkatan penerirnaan PPN juga

akan tlilakukan melalui peningkatan ekstensifikasi, yaitu dengan memperluas jumlah wajib pajak,

khususnya dari sektor usaha tertentu, yang scbelumnya belum ierjangkau

Pet ler imaanpajakbumidanbangunatr (PBB)dalamRAPBN1994/9.5di rencanakan

mencapai Rp 1.628,7 rniliar, yang berarli Rp 308,6 miliar atau 23'4 pelsen lebih tinggi dari yang

di rencanakarrdalamAPBNlgg3lg4yangbesarnyaRpl ,320, l rn i | iar .Bcberapafaktoryang

1 3 1

mendasari rencana penerimaan PBB trersebut adalah terus dilanjutkannya npaya pemutakhirandata, upaya penagihan tunggakan pajak PBB secara aktif, serta pcnyesuaian nilai jual obyek pajak

sesuai dengan halga pasar setempat yang berlaku.

Di sarnping itu, akau terus dilaksanakan langkah-langkah kebijaksanaan operasionaldalarn rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas administrasi PBB, scpcrti pemberian pclayananyang lebih baik kepada wajib pajak melalLri pemantapan sistem tempat pembayaran (Sistep) danpengembangan sistem manajemen informasi obyck pajak (Sismiop). Selanjutnya dalam rangkalebih meningkatkan pcnerimaan PBB, terhadap rumah sakit swasta telah dikenakan PBB,sebagaimaua diatur dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 796 Tahun 1993 tentangPengenaan Pajak Bumi Dan Bangunan Atas Rumah Sakit.

Penerimaan PBB adalah merupakan bagian pencrimaan yang dipungut oleh PemerintahPusat dan selanjutnya dikerntralikan kepada daerah. Dengan demikian, makin besar penerimaanPBB, makin besar pula bagian yang dapat dimanfaatkan oleh daerah. Dalam rangka lebihmenunjang dana pembangunan bagi daerah, maka penerimaan PBB sebesar l0 persen yang semulamerupakan bagian pemerinlah pusat akan diserahkan kepada daernh, sehingga bagi hasil daerahdari pcncrirnaan PBB akan mcningkat menjadi sebesar 91 persen, dari sebesar 81 persen dalamperiodc-periode sebclumnya.

DaIamRAPBN 1994/95 penerimaan bea masuk direnoanakzn mencapai sebesar Rp 3.443,3miliar, atau 10,9 persen lebih tinggi dari yang ditetapkan dalam APBN 1993/94 sebesar Rp 3.105,5miliar, Penerimaan bca masuk sangat crat kaitannya dengan jumlah nilai barang impor yang dapatdikenakan bea masuk, dan nilai tukar/kurs valuta asing terhadap mata uang rupiah. Dalam upayameningkatkan penerirnaan bea masuk, telah dilakukan peningkatan daya guna dan hasil gunabidang verifikasi melalui penelitian ulang yang intensif terhadap kebenaran dokumen impor, sertamelakukan intensifikasi pemungutan yang meliputi penetapan jaminan yang sudah jatuh tempo,pemungutan secafa intensif terhadap tambah bayar yang belum diselesaikan, dan peningkatankegiatan pelelangan barang yang tidak dikuasai.

Dalam rangka meningkatkan kegiatan ekspor nonmigas, memperkuat strukturperekonomian, rnempe ancar arus bararg dan jasa, serta mernperkuat struktur industri di dalamnegeri, secara bertahap telah diluncurkan paket-paket deregulasi. Kebijaksanaan deregulasi yang

dimulai sejak tahun 1985 sampai dengan tahun 1993 telah mampu mendorong peningkatan ekspornonmigas, serta memberikan dampak yang positif terhadap pemupukan dana dari sektol nonmigasdalam fungsinya sebagai sumber penerimaan devisa. Selaras dengan kebijaksanaan tersebut,penyempumaan tarif akan terus dilakukan, baik berupa penurulan tarif bea masuk dan bea masuktambahan, maupun berupa penyempumaan klasifikasi barang impor dan pemberian fasilitaskemudahan di bidang kepabeanan, sehingga mampu meningkatkan efisiensi perekonomian dalammenghadapi percepatan proses globalisasi dan meningkatkan daya saing produk nasional di pasar

intemasional. Selanjutnya terus dilakukan kebijaksanaan untuk mengurangi hambatan nontarif

t32

tlengan mengubahnya menjadi hambatan tarif, sesuai dengan kebijaksanaan yang dianul dalam

General Agreement on Tariffs and Trade (GATT), utamanya setelah selesainya Putaran Urugttay.

Di samping itu, telah dilakukan perubahan tata niaga impor bagi mobilitas barang/bahan anlara,

entrepot prr.rcluksi untuk tujuan ekspor (EPTE), kawasan berikat, dan daerah pabean Indonesia

lainnya, yang dimaksudkan untuk meningkalkan daya tarik bagi penanam modal, utamanya dalam

rarrgka nrerrirrgkatkan ekspor nonmigas.

Dalam pada itu, telah dilakukan pula usahapeningkatanPencegahan tinclak penyelundupan,

yang meliputi peningkatan pengawasan di bidang kepabeanan dengan menyempumakan sistem

intclijen, lraik melalui peningkatan sumberdaya manusia(SDM) maupun peralatannya. Berdasarkan

infonnasi intelijen, aparat pemerintah secata selektif melakukan operasi petneriksaan terhadap

arus barang inpor dan ckspot, meningkatkan dan mcndayagunakan prasarana dan sarana operasi

pencegahan dan penyidikan penyelundtrpan, serta rnclaksallakatl penegakan hukum terhadap

pelauggaran pcraturan pet undang-undangan kcpabeanan.

SelanjLrtnya pencritnann cukai, yang merupakan pungutan yang dilakukan terhadap

enrpat.jelis kornoditi hasil industri, yang rneliptrti hasil tcmbakau, gula, bir, dan alkohol sulingan,

dalarn RAPBN 1994/95 diharapkan mencapai scbesat Rp 2.622,8 miliar, atau 5 persell lebih tinggi

dali yang diperkirakan rlalarn APBN 1993i94 yang besatnya Rp 2.498,2 miliar' Untuk jenis cukai

hasiI ternbakau, yang trenrpakan bagian tcrbesal dar ipenerinaan cukai, |eningkatatt penetimaatrttya

tlidasalkan paila kebijaksanaan petryesuaian tarif dan harga, walaupun diberikan pembebasan

sctragian cukai hasil tembakau buatan dalam negeri agar kescirnbangatr pelkembangan procluksinya

clapat tcrjarnin. IIal ini dirnaksudkan untuk rDembelikan perlindungarl terhadap perusahaan hasil

tetlbakau, tel utama pemsahaan-perusahaan yatrg bermoclal rclatif lenrah, sehingga pada gilirannya

tlapat ntenciptakan iklim berusaha yang lebih baik, mcmpetluas kesempatarn kerja, serta

meningkatkan produksi hasil tembakaunya. Terhadap pabrikatr yaug menghasilkan lebih dari satu

jenis hasil tembakau yang tar if cukainya bervariasi, seperti sigaret ketek langan (SKT), sigaret

kletek mesin (SKM), klobot (KLB), danklembak menyan (KLM),pengenaan cukainya berdasarkan

pernesanau pita cukai dari semua jenis hasil tenrbakau yang diproduksi dalam satu tahun takwim.

Di samping itu, juga diatur jumlah isi dalam setiap kemasannya yang digolongkan dalam pabrikan

berskafa besar, rnenengah besar, menengah, kecil, dan K- 1000. Sedangkan terhadap jenis sigaret

putih mesin (SPM), tarif cukainya dikenakan berdasarkan harga eceran per batang dan diatur pula

jumlah isi setiap kemasannya.

Dalani hal jenis cukai gula, upaya peningkatan penerimaan cukainya masih diarahkan

patla kondisi untuk menjamin tingkat produksi gula, dan dalam rangka menjaga kestabilan harga

pada tingkat yang wajar. Usaha meningkatkan produksi gula di dalam negeti dilakukan dengan

diberlakukannya konsep hubungan kemitraan antara pabrik gula dan petani lebu yang merupakan

mitra kerja yang saling menguntungkan. Pelaksanaan sistem kerja sama operasi (KSO) dalam

bentuk penanaman dan pemeliharaan sampai masa tebang, merupakan langkah operasional yang

melibatkan petani tebu dalam alih ieknologi dari pabrik gula untuk mencapai sasaran peningkatan

t

133

produktivitas lahau, sehingga memacu peuingkatan produksi dan mutu gula, serta mencapai hargayang lebih baik.

Sehubungan dengan penerimaan cukai bir yang dikonsumsi oleh golongan menengahke atas, serta dimaksudkan pula untuk menunjang kegiatan pariwisata, peningkatan penerimaannyadisesuaikan dengan kondisi tingkat produksi dan harga jual di pasar. Terhadap jenis alkoholsulingan yang banyak dipergunakan sebagai bahan pembantu atau bahan baku bagi pembuatanbarang-barang hasil akhir, serta terhadap produk minuman keras untuk kebutuhan dalarn negeri,tarif cukainya dikenakan terhadap harga dasar yang disesuaikan dengan harga jual di peredaran.

Dalam RAPBN 1994/95, penerimaan pajak lainnya direncanakan sebesar Rp 281,7 miliar,yang berarti Rp 82,1 milizratau 22,6 persen lebih rendah bila dibandingkan dengan yang direncanakandalam APBN 1993194. Hal tersebut berkaitan erat dengan rnasih adanya masalah pemalsuanmeterai, belum optimalnya pelaksanaan lelaug, serta belum mcratanya penggunaan meterai dalamtransaksi{ransaksi ekonomi. walaupun diperkirakan lebih rendahdaripada APBN tahun sebelumnya,penerimaan pajak lainnya tetap diusahakan untuk dapat ditingkatkan, antara lain dcnganmeningkatkan kerja sama dengan instansi terkait untuk menanggulangi/meucegah terjadinyapenjualan benda meterai palsu, mcningkatkan pelayanan dan pengawasan dalam pemberian ijindan pengisian deposit mesin tcraan bea meterai, serta melalui r,tpaya peningkatan kesadaranmasyarakat terhadap perlunya dasar hukum yang mantap dalam kegiatan ekonomi sehari-hari.Sedangkan untuk penerilnaan bealelang akan terus dilakukan upaya penertiban dan penyetnpurnaanpelaksanaan lelang, serta pengenalan Ielang secara luas kcpada masyarakat sebagai salah satu carapenjualan yang menguntungkan.

Sementara itu, dalam rangka mcmacu peningkalan ekspor barang jadi dan nremperluaskesempatan kerja, dipandang pellu untuk menyesuaikan tarif pajak ekspor dan pajak eksportambahan, seperti yang tertuang dalant Keputusan Meutcri Keuangan Nomor 534 Tahun 1992tentang Penetapan Besamya Tarif Dan Tata Cara Pembayaran Serta Penyetoran Pajak Ekspor DanAtau Pajak Ekspor Tambahan. Sedangkzrr untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan,terhadap komoditi tertentu sepefti kayu dan rotan dikenakan pajak ekspor yang sangat tiuggi,sehingga dalam pelaksanaannya barang-barang yang dikenakan pajak ekspor yang sangat tinggitcrsebut, volume ekspomya cenderung semakin menurun. Sehubungan dengan hal itu pajak ekspordalam RAPBN 1994/95 hanya direncanakan sebesar Rp 16,4 mitiar, yang berarti Rp 13,6 miliaratau 45,3 persen lebih rendah bila dibandingkan dengan perkiraannya dalam APBN tahunsebelumnya.

2.3.2.3. Penerimaan negara bukan pajak

Sebagaimana halnyadengan penerimaandi luar migas lainnya, penerimaan negara bukanpajak dalam tahun 1994/95 juga diharapkan akan mampu rnenopang pembiayaan pembangunan,guna makin rnemantapkan struktur penerimaan yang lebih mandiri. Oleh karena itu, berbagaiupaya akan lerus ditingkatkan dan ditumbuhkembangkan, sehingga penerimaan negara bukanpajak dapat menjadi sumber penerimaan yang dapat diandalkan.

]

134

Guna memacu penerimaan negara bukanpajak dalam tahun 1994i95, kebijaksanaan yangtelah berjalan selama Repelita V akan tetap dilanjutkan, bahkan akan semakin ditingkatkan.Sebagaimana diketahni, penerimaan negara bukan pajak terutama terdiri dari penerimaan departemery'lembaga dan bagian pemerintah atas laba BUMN. Peningkatan penerimaan departemen/embagadilakukan rnelalui penyempurnaan administrasi pengelolaan dan penyempumaan tarif pungutan,antara laill melalui upaya penertiban pemungutan pada semua departemenlembaga sehubungandengan pelayanan yang diberikan, seperti penyempumaan administrasi dan prosedur penyetoran,inteusifikasi pemungutan dan peningkatan pengawasan terhadap pelaksanaan, dan penyempumaanpola tarif, serta koordinasi dengan departemen/embaga terkait. Berbagai upaya tersebut diharapkanakan makin mcnyetnpumakan administrasi pengelolaan, mulai dari proses pemungulan sampaipenyetoran, serta rnendorong peningkatan penerimaan departemen /lembaga, fthususnya penerimaanfungsional departemen/lembaga. Dalam pada itu, Pemerintah akan meninjau kembali tarifpemungutan yaug sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan perekonomian, serta penyempumaanketentuan-ketentrran yang berhubungan dengan pengelolaan penerimaan departemen/lembaga.

Scmeutara itu, BUMN sebagai salah satu sokoguru pembangunan ekonomi nasionaldalam jangka panjang diupayakan menjadi perusahaan yang tangguh dan mandiri, sehinggamampu rnewujudkan dunia usaha nasional yang sehat dan tangguh, dengan fungsi gandanyasebagai lernbaga bisnis yang memberikan kontribusi kepada negara dalam rangka pembangunannasional, maupun sebagai wahana pembangunan dalam melaksanakan program-programpenrbangunan yang ditugaskan Pemerintah. Untuk itu, program peningkatan efisiensi danproduktivitas BUMN akan dilaksanakan secara terus menerus, antara lain melalui restrukturisasiBUMN dengan mengubah status hukum BUMNke arah yang lebih menunjang pencapaian maksuddan hiuan pcrusahaan, mengadakan kerja sama operasi atau kontrak manajemen dengan pihakketiga, konsolidasi atau merger, pemecahan badan usaha, penjualan saham melalui pasar modal,penjualan saham secara langsung, serta pembentukan perusahaan patungan. Berbagai upayatcrsebuf diharapkan dapat rneningkatkan kualitas pengelolaan, meningkatkan daya saing, danrneningkatkan laba BUMN, serta mempercepat kemandirian BUMN. Pada gilirannya upayatersebut diharapkan tidak hanya mampu meningkatkan penerimaan negara bukan pajak berupakontribnsi keuntungan BUMN clalam APBN, tetapi juga manrpu mendukung penerimaan pajak,dalam bentukpajak penghasilan (PPh), yang selama ini peranannya sudah cukup besar. Di sampingitu, juga dihaLapkan akan mengurangi ketergantungan BUMN terhadap investasi negiua, baikdalam bentuk penyertaan modal pemerintah (PMP), bantuan/pinjaman luar negeri, maupun dalambentuk sulrsidi guna menu njang kegiatan operasinya, sehingga dana yang semula disediakan unhlkBUMN dapat dialokasikan untuk mendukung berbagai program pembangunan inftastruktur ekonominasional yang mempunyai prioritas tinggi dan dapat menciptakan lapangan kerja yang lebih luas.

Mengacu kepada berbagai pertirnbangan di atas, maka penerimaan negara bukan pajakdalam tahuu pertama Rcpelita VI diharapkan mencapai sebesar Rp 4.292,5 miliar, yang berarti19,8 persen lebih tinggi daripada penerirnaan negara bukan pajak dalam APBN 1993/94. Jumlah

135

penerinaan ncgara bukan pajak tersebut terdiri daij l lenelilnaan tlepaltemen/lcmbaga sebesar

Rp 2.742,5 niliar dan pelerimaan )'ang merupakan bagiau pemerintah atas laba BUMN

sebesar Rp L-550 miliat..

Sementala itu, dengan harga patokan minyak bumi yang diperkirakan scbcsar US$ l6

per balel, dan tingkat ptoduksi sebesar 1,53 juta barel per hari, serta keuaikan konsumsi BBM

dalanr ncgcli sekitar'3 persen, rnaka dalarn RAPBN 1994/95 diperkirakan akan diperoleh laba

bersih nriuyak (LBM) sebesar Rp 2,519 rniliar. Seperti diketahui bahwa laba bersih minyak (LBM)

mcrupakan kelehihan hasil penjualan bahau bakar minyak (BBM) di dalam negeri dari biaya

pengadaannya,

f)cngrn rencana penerimann migas, penerintaan perpajakan, dan penerimaan negara

bukan pajak, serta diperolehnya I.BM, maka besamya penerimaan dalam negeri yang dapat

dihimpun dalarn tahun alrggaran 1994/95 diperkirakan akan mcncapai Rp 59.737,1 miliar, yang

berarli I{p 6,968, I rniliar rtau I3,2 persen lebih tinggi daripada rencananya dalam APBN 1993/94.

Dalam Tabel II.26 dapat ctil ihat lincian bcsatnya penetirnaan dalaur negeri dalam RAPBN

1994i95, serta pclbanrlingannya dengan bcsarnya peneritraan dalam negeri dalanr APBN 1993/94.

2.3.3. Penerirnaan pembangulran

I'enelirrraan pcmtrlngnnan yarrg rnerupakan nilai lawart dari pinjaman/bantuan luar

negeri clalarn RAPBN 1994/1995 rlitcrtcanakatt setresal Ilp 10,012 miliar, yang seluruhnya

merupakan banluan proyek. Apabila dibandingknn dengarr reucana penerimaan pembangunan

dalam APBN 1993/94 sebesar Rp 9.553,1 miliar, berar.ti hanya terjadi peningkatan sebesar 4,8

persen. Hal ini sejalan dengan upaya untuk secala bertahap rnengurangi peranan pinjamalvbantuan

lual negeri sebagai sumber dana pembangunan, serta meningkatkan kematnpuan pembiayaan

pembangunan dari sumbcr rlalam neger.

Kebijaksanaan keuangan negara yang berkaitan dengan penerimaanpembangunan dalam

tahun anggaran 1994/95, yang merupakan tahun pertanra dzrlam Repelita VI, pada prinsipnya tidak

berbeda dengan kebijaksanaan dalam Repel ita-repelita sebelumnya. Pemerintah akan tetap

mengupayakan pemanfaatan bantuan luar negeri yang bersyarat lunak, dalam jumlah yang

disesuaikan dengan batas kernampuan untuk membayar kembali, dan derrgan syarat tidak disertai

ikatan politik apapun. Di samping itu, akan terus diupayakan agar ketergantungan kepada sumber

pembiayaan luat negeri semakin mengecil.

2.3.4, Pengeluaran rutin

Keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan sangat dilentukan oleh kebijaksanaan

fiskal yang semakin lerarah, sesuai dengan program-program yang direncanakan. Pengelolaan

anggaran belanja rutin, sebagai salah satu piranti kebijaksanaan fiskal, memegang peranan yang

sangat penting dalam mendukung terselenggaranya kegiatan pemerintahan, tedaksananya program-

prograrn pemerataan, terwujudnya stabilitas nasional yang sehat dan dinamis, serta upaya pemupukan

PENERIMAAN DALAM NEGERI.APBN T993l94 DAN RAPBN 1994/95

(dalam miliar rupiah)

Jenis penerimaanAPBN1993t94

RAPBNr994195

L Vo thd.

APBN

Penerimaan dari minyak bumi

dan gas alam (migas)

(l) Minyak bumi

(2) Gas alam

Penerimaan di luar migas

(l) Pajak penghasilan

(2) Pajak pertambahan nilai

(3) Bea masuk

(4 ) Cuka i

(5) Pajak ekspor

(6) Pajak bumi dan bangunan

(7) Pajak lainnya

(8) Penerimaan bukan pajak

(9) Laba betsih tninyak

15.127,6

I 1.807,3

3.320,3

37.6411

14.848,5

11.682,6

3.105,5

2.498,2

30,0

1.320,1

363,8

3.582,6

270,1

12.E51,2

9.504,0.\ CA1 J

46.885,9

18.842,9

13.238,6

3.M3,3

2.622,8

16,4

t.628,7

281,7

4.292,5

2.519,0

15,0

19,5

0,8

24,6

+ 26,9

+ 13 ,3

+ 10,9

+ 5,0

- 45,3

+ 23,4

- '22,6

+ 19,8

+ 1.099,0

Jumlah s2,769,0 59.737,L 13,2

T

L ' '

tabungan pemerintah yang semakin besar dalam rangka mewuj udkan prinsip kemandirian. Untuk itu'

memasuki tahun pertama proses era tinggal landas dalam PJP II, pelaksanaan proFam-progrsm

anggatan belanja rutin dalam RAPBN 1994/95 tetap diutamakan pada pengembangan aspek

pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, pemberian bantuan kepada daerah, serta pembayaran

kewajiban kepada luar negeri.

Aspek pelayanan kepada masyarakat mendapat perhatian yang besar, mengingat

pelaksanaan berbagai kegiatan pemerintahan pada dasamya merupakan sarana yang utama agar

semua program pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah, dunia usaha, sefta masyarakat

dapat berjalan dengan lancar. Dalam hal ini, upaya pengembangan aspek pelayanan tersebut

dilakukan dengan memberikan dukungan dana yang sesuai dengan peningkatan kebutuhan yang

diperlukannya, baik dukungan yang menyangkut aparat pelaksananya maupun berbagai sarana

lerkait lainnya. Demikian pula agar aspek pelayanan yang semakin baik tersebut merata ke seluruh

daerah di Indonesia, sementa(a kemampuan keuangan daerah dalam mendukung peningkatan

kebutuhan pelayanan masih belum mencukupi, maka kepada daerah diberikan subsidi daefah

otonom. Bantuan kepada daerah tersebut sebagian besar digunakan untuk pembiayaan apafatur

pemerintah daerah dan selebihnya dipergunakan untuk membantu pemerintah daerah dalam

pembiayaan operasional dan pemeliharaan. selain daripada itu, program-progam dalam pengeluaran

rutin juga dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban pembayaran hutang-hutang pemerintah'

terutama hutang-hutang luarnegeri, secara tepat waktu dan jumlah, sesuai dengan persetujuan yang

telah disepakati. Komitrnen tersebut sangat penting dalam upaya menjaga nama baik bangsa, serta

kelancaran hubungan ekonomi Indonesia dengan luar negeri, sehingga pada gilirannya mampu

mendukung terciptanya stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

Sementara itu, sejalan dengan semakin meluasnya pembangunan dan meningkatnya

kebutuhan pelayanan masyarakat, kenaikan pengeluaran rutin diupayakan dalam batas-batas yang

terkendali. Hal ini dimaksudkan, agar peningkatan penerirnaan dalam negeri mempunyai peranan

yang semakin besar dalam mendukung pembentukan tabungan pemerintah. Kebutuhan pengelualan

rutin yang semakin besar yang berhadapan dengan tersedianya dana yang terbatas telah mengharuskan

adanya pengelolaan yang benar-benar efisien dan efektif agar dapat memberikan hasil yang

optimal, untuk mencapai sasaran-sasaran program yang diinginkan. Hal itu dilaksanakan melalui

perbaikan mutu aparatur pemerintah, termasuk sistem kelembagaannya, agar kualitas pelayanan

semakin meningkat, perbaikan prosedur pemeliharaan terhadap kekayaan negara sehingga daya

gunanya dapat ditingkatkan, serta peningkatan kualitas perencanaan dalam penyusunan anggaran

agar alokasi anggaran belanja rutin benar-benar sesuai dengan prioritasnya. Dengan berbagai

pertimbangan tersebut, besamya pengeluaran rutin dalam RAPBN I 994/95 diperkirakan mencapai

Rp 42.350,8 miliar, atau meningkat 14,2 persen dari APBN sebelumnya.

2.3.4.1. Pengeluaran rutin berdasarkan jenls pengeluaran

Pembangunan nasional yang saat ini memasuki tahun pertama Repelita 1rI dihadapkan

pada berbagai tugas berat yang harus dilaksanakan, khususnya dengan meningftahya kemajemukan

r38

permasalahan dalam penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan, serta

semakin besarnya kebutuhan pelayanan kepada masyarakat. Untuk mengemban tugas tersebut,

clalam RAPBN 1994/95 diperlirkan dukungan anggaran belanja rutin yang memadai, yang

dialokasikan untuk pembiayaan aparatur pemerintah, pembiayaan operasional dan pemeliharaan,

serta pembayaran bunga dan cicilan hutanS.

Senrakirt beratnya tugas-tugas yang dihadapi, yang berkaitan dengan semakin luasnya

kegiatan pembangunan dan perubahan struktural dalam rangka pencapaian sasaran pembangunanyang telah ditetapkan, semakin diperlukan dukungan aparatur pemerintah yang profesional, cakap,dan berdedikasi tinggi. Selain itu, aparatur pemerintah dituntut pula agar mengembangkan sikap

mental, pola pikir dan perilaku, serta cara kerja yang semakin baik, yang mengarah kepadapeningkatan produktivitas dan efisiensi kerja. Peningkatan produktivitas dan efisiensi kerja sangat

diperlukan, terlebih lagi di dalam situasi perekonomian dunia yang semakin kompetitif, dimana

setiap sendi kegiatan ekonomi harus berjalan secara lebih efisien, agar setiap peluang yang ada

dapat dimanfaatkan dengan baik bagi kepentingan pembangunan nasional. Dalam situasi yang

demikian, tugas dan tanggung jawab aparatur pemerintah sebagai abdi negara, abdi masyarakat,serta sebagai fasilitator pembangunan dalam menciptakan keadaan ekonomi nasional yang makin

berdayaguna dan berhasilguna, sangatlah besar. Keberhasilan pelaksanaan tugas dan tanggungjawab aparatur pemerintah tersebut antara lain ditentukan oleh adanya dukungan alokasi anggaranyang memadai bagi pembiayaan aparatur pemerintah, yang mencakup belanja pegawai aparaturpemerintah pusat dan belanja pegawai aparatur pemerintah daerah.

Dalam RAPBN 1994/95, pembiayaan aparatur pemerintah direncanakan sebesarRp 19.675,8 miliar, atau mengalami peningkatan sebesar 18,9 persen bila dibandingkan dengan

anggaran yang disediakan dalam APBN 1993194. Pembiayaan aparatur pemerintah tersebut

mencapai 46,5 persen dari pengeluaran rutin, yang sebagian besar dipergunakan untuk pembiayaan

aparatur pemerintah pusat, yaitu sebesar Rp 13.010,5 miliar atau meningkat sebesar 19,4 persen

dari yang disediakan dalam APBN 1993/94. Sedangkan sisanya sebesar Rp 6.665,3 miliardipergunakan untuk pembiayaan aparatur pemerintah daerah. Pernbiayaan aparatur pemerintah

pusat, yang merupakan 66,1 persen dari keseluruhan pembiayaan aparatur pemerintah, terutamadialokasikan untuk belanja gaji dan pensiun. Dalam RAPBN 1994/95, belar{a gaji dan pensiun

dircncanakan sebesar Rp 10.456,2 miliar, yang berarti mengalami peningkatan sebesar Rp 1.588,2mif iar atau 17,9 persen dari anggaran yang disediakan dalam APBN 1993194. Penin$katan belanjagaji dan pensiun tersebut antara lain dibutuhkan untuk menampung adanya kenaikan pangkat,

kenaikan gaji berkala, dan kenaikan tunjangan keluarga, karena bertambahnya tanggungan sesuaidengan peraturan yang berlaku. Selain datipada itu, kenaikan belanja gaji dan pensiun juga

diperlukan untuk menampung tambahan anggaran karena adanya rencana pengangkatan pegawai

negeri sipil dan anggota ABRI, lenaga dokter pegawai tidak tetap, bidan pegawai tidak tetap, dan

pemberian tunjangan pengabdian bagi pegawai yang bertempat tinggal dan bekerja di daerah

terpencil, serta perluasan pemberian tunjangan jabatan fungsional baru.

a

139

Selain digunakan untuk perrbayaran gaji dan pensiun, pcmbiayaart aparatur pemerintah

pusat juga dialokasikan untuk tunjangan beras, uang makanflauk-pauk, lain-lain belanja pegawai

dalam negeri, dan belanja pegawai luar negeri. Dalam RAPBN 1994/9-5, tuniangan beras

direncanakan sebesat Rp 1.039,3 niliar atau rncugalalni petringkatau l4,S persen clari yang

dianggarkan dalam APBN 1993/94. Peningkatan anggaran telsebut temtalna ditencanakan uutuk

menarnpung tambahan anggaran yang disebabkan oleh penyesuaian harga pembelian beras kcpada

Bulog dan tambahan jumlah pegawai beselta anggota keluarga yang menjadi tatlggungannya.

Sernentara itu, alokasi uang rnakan/lauk-pauk tlirencanakan sebcsar Rp 783 miliat, yang bel al ti

mengalami pcningkatxn sebesar Rp 301,1 rniliar atau mcuingkat 62,5 persen dari anggaran yang

disediakan dalam APRN yang lalu. Peningkatan uang rnakau/lauk-pauk disediakau terutama untuk

menampung ltrnbalran anggaran sebagai akibat dari peuingkatan uang makan/lauk-patrk para

anggota ABRI, dari Rp I .800 per orang per hari mcnjadi sebesar Rp 3.000 per orang per hari, yang

akan ber'laku nrulai I April 1994, Selain darfada itu, peningkatan uang makan/lauk-pauk antara

lain jrga kareua adanya pengangkatan anggota ABRI baru, dan uutuk menampung tambahanjumlah pasien dan siswa perawat pada rtrnah sakit pemerintah, serta anak asuh dan orang jolnpo

pada panti asuhan ncgara. Sedangknn peningkatan belanja pcgawai lual negeri tetutatna disediakan

untuk menampung tambahan petrbiayaan bagi mutasi dan pcncmpatan se.iumlah pegawai di luar

negeli, sehubungan dengan t encaua pembukaan kantot-kantor perwakilan barl di Athena (Yunani),

Kiev ( Ukraina), rlan Taskenr (Uzbekistan), pembukaan atasc keuatlgan baru di Tokyo (Jepang) dan

Seoul (Korca Sclatan), pembukaan atase pcrdagangau batu di Beijing (Cina), serta penrbukaan

atase pertahanan baru di Riyadh (Saudi Arabia) dan Phnotn Phen (Kambo.ia) Selain itLr, kenaikan

belanja pcgawai lual negeri.iuga disetliakan untuk menalnpuug kenaikan anggarau karena perubahan

nj ln i t r rkar rupiah lerhrdap valu l r as ing,

Pembiayaan aparatur pernerintah tidak dapat dipisahkan dengan upaya pengembangan

sumber rlaya rnanusia dan pernerataan pembangunan ke seluttth wilayah tanah air. Dukungan

terhaclap usaha pcmerataan tersebut berkaitan tlengan upaya peningkatan.iumlah dan mutu pegawai

yang diangkat dan diperbantukan di daerah-daerah, khusustrya dalam rangka pelaksanaan berbagai

proyck ftrprcs. Pengangkatan dan penempatan guru SD Inpres, tenaga medis tlan paramcdis

Puskesmas, tenaga penyuluh pertanian, dan.iuru peueraug, ke daerah daerah, antara laiu dintaksudkan

urltuk rrellunlang upaya pemerataan keserrpatan lnelnperoleh pentlidikarr, pcmcrataan memperoleh

pelayanan kesehatan, dan pcrnerataau memperoleh informasi, yang mengal ah kepada peningkatan

kesejahteraan masyarakal. Rcrbagai upaya tersebut patla gilirannya diharapkan tnalrpu mendukung

program pengembangan sunrbel daya manusia, mengingat pelluasau kesempatan memperoleh

pentlidikan dan inl'onnasi serta pelayanan kcsehatan yang semakin baik, akan meningkatkan

kualitas masyaLakat di daerah. Berkenaan tlengan itu, dalam RAPBN 1994/95 pembiayaan aparatur

pcmerintah daelah direncanakan sebesar Rp 6.665,3 miliar, yang berarti mengalami pcningkatan

sebesar Rp 1.014 rniliar atau 17,9 perscn dari anggarar) yang disediakan dalam APBN 1993/94.

Peningkatan anggaran tersebut, selain diperlukan untuk menampung tambahan anggaran karena

adanya rencana penambahan jumlah pegawai daerah serta untuk tuniangan pengabdian bagi

t

l

i40

pengawai daerah yang ditempatkan di daerah terpencil, juga berkaitan dengan perluasan pemberian

tunjangan fungsional baru, yangjuga berlaku bagi aparatur pemerintah yang ditempatkan di daerah.

Sementara itu, sejalan dengan upaya untuk meningkatkan produktivitas nasional yang

berasal dari sumber daya manusia, sumber daya modal (dana), dan sumber daya alam, tuntutantethadap peranserta masyarakat yang lebih aktif dalam pembangunan di masa-masa mendatangmenjadi semakin besar. Untuk mengimbangi peranserta masyarakat yang semakin aktif tersebut

diperlukan adanya peningkatan kualitas pelayanan bagi masyarakat dan dunia usaha. Tuntutanpeningkatan kualitas hasil pembangunan merupakan konsekuensi logis dari perkembangan dan

tantangan yang dihadapi, baik yang bersifat nasional, regional, maupun intemasional, dan sangat

dipengaruhi oleh kondisi sarana dan prasarana kerja yang terawat secara baik. Perawatan tersebuttidak saja akan memperlancar berbagai tugas-tugas pemerintahan, namun sekaligusjuga dimaksudkanuntuk mempertahankan usia pakainya, yang pada gilirannya mampu menghemat petlgeluaran

negara, sehingga dana negara dapat dialokasikan kepada kegiatan-kegiatan dan proyek-proyekyang lebih diprioritaskan.

Sehubungan dengan itu, dukungan dana yang memadai bagipembiayaan operasional danpemeliharaan sangat diperlukan, dengan senantiasa memperhatikan berbagai sasaran pengeluaran

negara yang lain. Untuk itu, dalam RAPBN 1994/95 pembiayaan operasional dan pemeliharaan

diperkirakan sebesar Rp 4.705,3 miliar, atau meningkat 22,6 persen dibandingkan denganperkiraannya dalam APBN 1993i94. Dari jumlah tersebut sebagian besar digunakan untuk belanjabarang dalam negeri, yang direncanakan sebesar Rp 3.525,5 miliar atau meningkat 26,6 persen dariperkiraan tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut berkaitan erat dengan semakin meluasnyakebutuhan untuk belanja barang danjasa sebagai akibat dari bertambahnya volume kegiatan, yang

antara lain digunakan untuk pengadaan sarana kerja dan biaya petawatan barang inventaris dangedung kantor pemerintah. Demikian pula dengan belanja barang luar negeri, dalam RAPBN1994/95 direncanakan sebesar Rp 225 miliar atau meningkat sebesar 15,9 persen dari perkiraannya

dalam tahunsebelumnya. Peningkatan tersebut antara lain digunakan untuk menampung tambaltananggaran karena meningkatnya volume kegiatan sehubungan dengan upaya untuk meningkaikandaya guna dan hasil guna perwakilan RI di luar negeri, dalam membina hubungan dengan luar

negeri yang dilandasi oleh prinsip politik luar negeri bebas aktif.

Sementara itu, kebutuhan pembiayaan operasional dan pemeliharaan yang dialokasikan

melalui belanja nonpegawai daerah diperkirakan memerlukan dana sebesar Rp 429,6 miliar, atau

naik sekitar 13,8 persen jika dibandingkan dengan rencananya dalam tahun anggaran 1993J94'

Belanja nonpegawai daerah otonom ini antara lain digunakan untuk membiayai penyelenggaraan

urusan desentralisasi, yang meliputi subsidi/bantuan pembiayaan penyelenggaraan sekolah dasar

neged (SBPP-SDN), subsidi/bantuan biaya operasional rurnah sakit umum daerah (SBBO-RSUD),

subsidi/bantuan pengembangan dan pemeliharaan obyek pariwisata daerah (SBPP-OPD), serta

subsidi/bantuan pengembangan usaha penambangan daerah (SBP-UPD). Selain itu, belanja

nonpegawai juga digunakan untuk subsidi belanja penyelenggaraan urusan dekonsentrasi, yang

f

141

meliputi biaya dekonsentrasi kecamalan, serta ganjarun kepada propinsi, kabupaten, kotamadya,dan kota adminisfatif. Sementara itu , dalam rangka pengembangarVpenyempumaan kelembagaanpendidikan dan latihan serta t4ta laksana kerja, juga diberikan subsidi belanja pengembanganinstitusi dan pembinaan daerah otonom kepada pemerintah daerah. Melalui berbagai bantuan yangberkaitan dengan urusal desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas perbantuan tersebut, program-program pembanglnan sektoral maupun regional diharapkan dapat berjalan dengan kualitas yanglebih baik, serta mampu mendukung upaya peningkatan pendapatan asli daerah maupun kesejahteraanmasyarakahya.

Pembiayaan operasional dan pemeliharaan juga dialokasitan ke dalam pos lain-lainpengeluaran rutin. Alokasi pembiayaan tersebut diarahkan penggunaannya untuk mendukungbeberapa kegiatan pemerintahan yang bersifat umum dan mendukung progam-program pemedntah,seperti biayajasa pos dan giro, pengeluaran bebas porto, upah pungut PBB, dan berbagai macambantuan, yang antara lain mencakup bantuan kepada komite nasional olalraga Indonesia (KONI),serta subsidi untuk para anggota veteran dan perintis kemerdekaan, Dalam RAPBN 1994/95,alokasi lain-lain pengeluaran rutin direncanakan menyerap dana sebesar Rp 525,2 miliar, ataumeningkat sebesar 9,4 persen jika dibandingkan dengan rencananya dalam tahun 1993i94.

Selain dialokasikan untuk memberikan dukungan bagi penyelenggaraar tugas-tugasumum pemerintahan dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan, anggaran belanja rutin juga

dialokasikan untuk pembayaran bunga dan cicilan hutang. Anggaran pembayaran bunga dancicilan hutang tersebut dipergunakan untuk memenuhi kewajiban pemerintah terhadap pihak lain,baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kebijaksanaan yang ditempuh dalam memenuhikewajiban pembayaran hutang t€rsebut adalah melakukan pembayaran bunga dan cicilan hutangluar negeri secara tepat waktu dan jumlah, sesuai dengan perjanjian yang lelah disepakati.Kebijaksanaan tersebut ditempuh, selain karena beban pembayaran bunga dan cicilan hutang luarnegeri masih dalam batas-batas kemampuan membayar kembali, juga dimaksudkan untuk menjagaagar beban pembayaran bunga dan cicilan hutang luar negeri tidak menimbulkan beban anggaranbelanja negara yang semakin berat di masa-masa mendatan'g. Pemenuhan kewajiban sesuai denganperjanjian yang telah disepakati tersebut juga dimaksudkan untuk menjaga kepercayaan pihakpemberi pinjaman terhadap pengelolaan pinjaman luar negeri, sekaligus sebagai bukti telahsemakin mapannya kondisi perekonomian Indonesia, sehingga kerja sama yang telah terjalinselarna ini dapat lebih ditingkatkan.

Dalam RAPBN 1994195, alokasi pembayaran bunga dan cicilan hutang direncanakanseb€sar Rp 17.969,7 miliar, atau naik 7,5 persen bila dibandingkan dengan yang disediakan dalamAPBN 1993/94. Sebagian besar dari anggaran tersebut dipergunakan untuk pembayaran bunga dancicilan hutang luar negeri, yaitu sebesar Rp 17.652,3 miliar, yang berarti mengalami peningkatansebesar Rp I .226,5 miliar atau 7,5 persen bila dibandingkan dengan yang disediakan dalam APBN1993/94 sebesar Rp 16.425,8 miliar. Hal ini selain dipengaruhi oleh semakin besamya kewajibanpembayaran cicilan atas hutang luar negeri yang jatuh tempo, juga diperlukan untukmengakomodasikan perubahan nilai tukar antarmat4 uang kuat dunia dan perubahan nilai tukar

i

142

rupiah terhadap berbagai valuta asing tersebut. Dari jumlah tersebut akan dipergunakan untukcicilan pokok sebesar Rp 10.521,3 miliardanpembayaran bunga sebesarRp 7.131 miliar. Sekalipunsecara nominal pembayaran hutang luar negeri masih mengalami peningkatan bila dibandingkandengan tahun anggaran sebelumnya, namun peranannya terhadap anggaran belanja rutin secarakeseluruhan menunjukkan penurunan, yaitu dari 44,3 persen dalam APBN 1993194 menjadisebesar 41,7 persen dalam RAPBN 1994/95.

Dalam pada itu, selain untuk memenuhi kewajiban pembayaran hutang luar negeri,pembayaran bunga dan cicilan hutangjuga dipergunakan untuk pembayaran hutang dalam negeri.Dalam RAPBN 1994/95, pembayaran hutang dalam negeri dianggarkan sebesar Rp 317,4 miliar,yang antara lain akan digunakan untukpembayaran tunggakanatas dayadanjasa yang telah dipakaioleh berbagai kantor/satuan kerja pemerintah, dan berbagai kewajiban lain kepada pihak ketigayang belum terselesaikan dalam tahan anggaran sebelumnya. Semenlara itu, mengingat biayapokok pengadaan BBM diperkirakan lebih rendah dari hasil penjualannya, maka dalam RApBN1994i95 tidak disediakan airggaran bagi subsidi bahan bakar minyak, bahkan akan diperolehkeftlbihan dari hasil penjuatan BBM di dalam negeri dalam bentuk laba bersih minyak. Anggaranbelanja rutin secara rinci dan peranan masing-masing jenis pengeluaran rutin dalam ApBN1993/94 dan RAPBN 1994/95 dapat diikuti dalam Tabel IL27.

2,3.4.2, Pengeluaran rutin berdasarkan sektor dan subsektor

Memasuki tahun pertama Repelita VI, pelaksanaan kegiatan pemerintahan danpembangunan telah memberikan hasil yang menggembirakan. Keberhasilan tersebut tidak hanyameliputi kemajuan di bidang fisik, akan tetapi juga metiputi berbagai bentuk pelayanan dan jasa,yang telah berkembang seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk menyelaraskandengan perkembangan tersebut, alokasi sektoral anggaran belanja rutin dalam RAPBN 1994i95telah dikembangkan dari 16 sektor dalam Repelita V menjadi 20 sektor dalam tahun pertamaRepelita VL Dalam albkasi sektoral tersebut, sektor-sektor yang dibiayai dengan anggaran belanjarutin diselaraskan dengan sektor-seklbr yang dibiayai dengan anggaran belanja pembangunan.Namun demikian, mengingat sifat pembiayaannya yang berbeda, maka penjabaran program-programnyajuga mengalami penyesuaian. Pada dasamya, pengalokasian anggaran belanja rutin kedalam 20 sektor tersebut merupakan penyesuaian dan penyempumaan dari sistem alokasi anggaranbelanja negara yang dilaksanakan dalam tahun-tahun anggaran sebelumnya. Penyesuaian danpenyempumaan tersebut juga dimaksudkan agar pengalokasian anggaran belanja negara dapatdilaksanakan selaras dengan butir-butir kebijaksanaan dan prioritas pembangunan dalam RepelitaVI, sebagaimana tertuang dalamGBHN 1993. Selain daripada itu, penyesuaian danpenyempumaantersebutjuga ditujukan agar berbagai sektor yang telah dikembangkan pada periode pembangunansebelumnya, di samping tetap dilanjutkan, sekaligus juga dapat ditingkatkan di masa mendatang.Dengan demikian usaha secara maksimal dalam pengerahan dan pendayagunaan sumber-sumberpenerimaan negiira, dapat dialokasikan ke dalam anggaran belanja rutin dan anggaran betanja

*

Tabel II.27ANGGARAN BELANJA RUTIN,

APBN 1993/94 DAN RAPBN 1994/95(dalam miliar rupiah)

Jenls pcngcluaranA P B N

tyr3/g4

Peranan

(%')

RAPBN

r994195

Pergnan

(%)

Kenaikan

(%',

Pemblayaan sparetur

a. Belaqia pegawai

1, Gaji dan pemiun2. Tunjangan beras3. Uang makan/auk pauk4. Lain-lain belanja pegawai

dalam negeri5, Belanja pegawai luar negeri

b. Belanja pegawai daerah

P€mblayaan operssionaldtrn pemeliharsan

a. Belaqla barang

1. Belanja barang dalam negeri2. Belanja barang luar negeri

b. Bela4ii nonpegawal dserah

c, Laln-lain pengeluaran rudn

Pembayaran bunga dancicilan hutang

l. Hut4g dalam neged

2. Hutang luar negeri

Subsldl BBM

16.5+S,8

10.E94,5

8.868,0905,2481,9

342,2101 )

5.651,3

3.831,2

2,979J

2.785,s194,2

377,6

479,9

16.711,9

286,1

16.425,8

15,z

10,3

8,0

0,5

1,0

113

45,1

0,EM,3

44,6

29,4.r1 0

t , J

0,9O,E

19.67sfl

13.010,5ro.456,21.039,3783,0

? q t {

340,5

6.665,3

4.70513

3.750,51 < r < <

225,0

429,6

525,2

17.969,7

3r'1,4

t7.652,3

46,5

30,7u,7

t <

1,8

11,1

8'9

8,30,5

1,0

lr2

0,90,8

15,E

42,4

0,74r,7

18,9

19A

l'1,914,862,5

14,414,6

17 19

7,5

10,9

22,6

25,9

26,6158

13r8

9,4

J u m l a h !7.09+9 lm,0 42.350,8 100,0 t4,2

t44

pembangunan secara efisien, dengan tetap mengacu kepada kerangka anggaran berimbang

dan dinamis.

Dalarn RAPBN 1994/95, sektor-sektor yang mendapatkan alokasipembiayaan rutin yang

cukup besar antara lain metiputi sektor perdagangan, pengembangan usaha nasional, keuangan dan

koperasi, sektor pembangunan daerah dan transmigrasi, sektor pedahanan dan keamanan, sektorpendidikan, kebudayaan nasional, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pemuda dan olah

raga, serta sektor aparatur negara dan pengawasan, yang masing-masing mendapatkan alokasipembiayaan rutin lebih dari Rp 2 triliun. Penyediaan anggaran belanja rutin yang cukup besar bagi

kelima sektor tersebut disebabkan karena sektor-sektor tersebut memiliki aspek dan ruang lingkup

tugas yang memerlukan penyediaan dana yang cukup besar. Namun demikian, hal itu tidak berarti

bahwa pengembangan berbagai sektor lain menjadi tidakdiberikan bobotperhatian yang seimbang'

Penyediaarr anggaran belanja yang cukup besarbagi sektor-sektor tersebut dimaksudkan agar dapat

memberikan dorongan terhadap upaya pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, sejalan

dengan sasaran berbagai ptogram pembangunan yang akan dilaksanakan dalam Repelita VI.

Sektor perdagangan, pengembangan usaha nasional, keuangan dan koperasi dalam

RAPBN 1994i95 disediakan anggaran sebesarRp 23.467,9 miliar. Anggaran tersebut dialokasikan

ke dalam 4 subsektor, yaitu subsektor perdagangan dalam negeri sebesar Rp 42,6 miliar, subsektorperdagangan luar negeri sebesar Rp 13,l miliar, subsektor keuangan sebesar Rp 23.345'4 miliar'

serta subsektor koperasi danpengusahakecil sebesarRp 66,8 miliar. Anggaran su bsektor perdagangan

dalam negeri diperuntukkan bagi penyelenggaraan berbagai kegiatan, yang antara lain meliputi

kegiatan pembinaan perdagangan dalam negeri dan pembinaan sistem distribusi, kegiatan usaha

dan lembaga perdagangan, kegiatan pemantauan dan analisa pasar, se a kegiatan perlindungan

konsumen. Pembiayaan tersebut juga diarahkan untuk penyebarluasan berbagai informasi

perdagang4n kepada dunia usaha, dan pelayanan jasa kemeterologian, seperti pengawasan tertib

ukur bagi timbangan dan takaran, serta pengujian dan sertifikasi mutu barang. Sasaran lain dari

pelaksanaan berbagai program dan kegiatan tersebut adalah untuk mengembangkan kemitraan

usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil, menengah dan besar, agar secara

bettahap dapat menjadi kekuatan ekonomi nasional yang semakin tangguh dalam menunjangpelaksanaan pembangunan nasional di masa mendatarig. Sementara itu, anggaran subseklor

perdagangan luar negeri diarahkan untuk membiayai program dan kegiatan yang berkaitan dengan

pembinaan hubungan dan kerja sama perdagangan intemasional, peningkatan daya saing dan

prornosr produk-produk ekspor, standardisasi dan peningkatan mutu komoditas ekspor, serta

kegiatan pengendalian impor. Program tersebut antara lain ditujukan untuk menunjang pembinaan

berbagai usahayang berkaitan dengan upaya pemantapan, pengembangan, dan diversifikasi ekspor

nonmigas melalui usahapenetrasi pasar secara agresif dar betkesina1nbungan, serta pembinaan danpengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan impor produk-produk kebutuhan dalam negeri.

{

I

I

145

Dalaln RAPBN l994/95, anggaran subsektor keuangan diarahkan penggunaannya untukmerunjang pelaksanaan berbagai program dan kegiatan yang berkaitan erat dengan upayameningkatkan kemandirian pembiayaan pembangunan, serta usaha menciptakan keserasian dalamkebijaksanaan fiskal, kebijaksanaan moneter, dan neraca pembayaran. Pernbiayaan tersebut selaindiarahkan untuk menunjang penggalian berbagai potensi penerimaan dalam negeri dan potensipendanaan pembangunan dari dalam ncgcri lainnya, juga diarahkan bagi bcrbagai program yang

berkaitan dengan efisiensi dan efektivitas penggunaannya, serta peugawasan dan keterliban

administrasi dalam alokasi anggaranbelanjanegara. Upayapenggalian berbagai potensi penerimaan

negara antara lain dilakukan melalui usaha interisifikasi dan ekstensifikasi pemungutan pajak,penggalian penerimaan negara bukan pajak, serta upaya menghirnpun pengerahau dana darimasyarakat melalui lembaga-lernbaga keuangan dan pasar modal- Berkaitan dengan hal tersebut,

anggaran subsektor keuangan dialokasikan melalui belbagai plogram, yaitu meliputi proglarnpenerimaan dan pengamanan keuangan negara, progran stabilisasi ekonomi dan keuangan,program pembinaan efisiensi pengeluaran negara, program pembinaan akuntansi keuangan negara,serta program pembinaan dan pengembangan badan usaha milik negara. Program penerimaan danpengamanankeuangan negara selaindipergunakan untuk pembiayaan kcgiatan administrasi umurn,juga dipergunakzrr untuk menunj ang berbagai kegialan, yang antaralain mcncakup pcnyelcnggaraanperadilan pajak, pengurusan piutang negara dan Denyelenggataan lelang, penyelenggataanpemeriksaan, penyuluhan, penctapan, dan penagihan pajak, serta penyelenggaraan pengenaanpajak bumi dan bangunan. Selanjutnya, anggaran tersebut juga dipergunakan untuk menunjang

kegiatan penyelenggaraan kcpabeanan dan kecukaian, pernbelantasan penyeluudupan danperdagangan gelap, pembinaan lembaga keuangan, serta pengelolaan penerimaan migas danpenerirnaan negara bukan pajak. Program stabilisas.i ekonomi dan keuangan dipergunakan untrkmenunjang pelaksanaan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan dan pengawasan

pasar modal, kegiatan analisa anggaran pendapatan dan belanja negara, analisa rnoneter, analisa

keuangan daerah, pengkajian ekonorli dan keuangan negara, serta berbagai kegiatan yang berkaitandengan pelayanan kemndahan ekspor dan pengolahan data keuangan negara. Semenlara itu,programpembinaanefisiensi pengeluaran negara selain dipergunakan untukmelaksanakan kegiatanadministrasi umum, juga diarahkan bagi kegiatan penatalaksanaan dan pcnatausahaan anggaran

belanja negara, serta penyelenggaraan perbenclaharaan dan kas ncgara. Pclaksanaan progfam

tersebut antara lain meliputi kegiatan untuk mcningkatkan efisiensi dan efektivitas pengeluaran

negara, kegiatan pengawasan dan ketertiban administrasi ang€iaran, serta upaya menghindarkanterjadinya penyimpangan di bidang pelaksanaatr anggaran belanja negara. Sedaugkan program

pembinaan akuntansi keuangan negara dan program pembindan dan pengembangan badan usaha

miliknegaradiarahkanpenggunaaunyauntukpembinaanakuntansi keurmgan negaradan inventarisasi

kekayaan negara, serta kegiatan pembinaan perusahaan-perusahaan negara. Selanjutnya, anggaran

subsektor keuangan juga dipergunakan menunjang pelaksanaan program pembiayaan pensiun dan

uang tunggu, prograrn pembiayaan hutang negara, sertaprogrampembiayaan lain-lain. Pombiayaanpensiun dan uang tunggu antara lain dipergunakan untuk pembiayaan tunjangan pensiun pejabat

t

r46

negara, pegawai negeri pusat, pegawai daerah otonom dan tunjal)gan pensiun anggota ABRI, sertapemberian tunjanganbagi paraveterandan perintis kemerdekaan. Sedangkan program pembiayaan

hutang negara dan program pernbiayaan lain-lain antara lain ditujukan untuk pembayaran hutang

dalzun negeri, pembayaran bungadancicilan hutang luar negeri, biayakerjasama tekrikintemasional,

biaya bpbas porto, biayajasa pos dan giro sehubungan dengan tugas-tugas perbendaharaan negara,

serta berbagai jenis pembiayaan lainnya yang ditarnpung dalam anggaran belanja rutin.

Sementara itu, anggaran bagi subsektor koperasi dan pengusaha kecil akan dialokasikan

untuk berbagai program dan kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan usaha perkoperasian danpengusaha kecil. Pembiayaan tersebut terutama diarahkan untuk membiayai kegiatan kelembagaan

dalam usaha perkoperasian dan pengusaha kecil, dalarn upaya meningkatkan kemampuan sumber

daya, organisasi, kewirausahaan, serta kemampuan manajerial agar semakin andal dan profesional.

Pelaksanaan berbagai program dan kegiatan tersebut juga dimaksudkan untuk meningkatkan

kemampuan koperasi dan pengusaha kecil dalatn melakukan persaingan usaha, peduasan pasar,

penguasaan usaha strategis untuk kepentingan anggota dan masyarakat, serta menjalin kerja sama

koperasi dengan BUMNdan swasta. Disamping itu, anggaran tetsebutjuga akan dipergunakan bagipengembangandanpenyebarluasan informasiperkoperasian, sefta pengembanganpoladanperangkat

pembinaan koperasi, yang meliputi aspek-aspek manajemen sumber daya, perkeditan, pemasatan,

serta penciptaan lapangan kerja.

Perwujudan keserasian antara pelaksanaan pembangunan daerah dengan penyebaran

penduduk tiari wilayah padat penduduk ke berbagai wilayah yang tingkat kepadatan penduduknya

masih rendah, bukan hanya ditujukan untuk menggali potensi seluruh wilayah tanah air demi

terciptanya sentra-sentra produksi baru, tetapijugadimaksudkan untuk memperluas lapangan kerja,

menunjang pemer ataan prembangunan, serta memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa. Dalam

RAPBN 1994/95 sektor pembangunan daerah dan transmigrasi memperoleh alokasi pembiayaan

sebesar Rp 7.206,4 miliar. Anggaran sektor tersebut akan dialokasikan ke dalam dua subsektor,yaitu subsektor pembangunan daerah sebesar Rp 7.160,5 miliar, serta subsektor transmigrasi dan

pemukiman perambah hutan sebesar Rp 45,9 miliar.

Anggaran subsektor pembangunan daerah diarahkan penggunaannya untuk membiayaipelaksanaan berbagai kegiatan pembinaan masyarakat dan pembangunan desa, serta pelaksanaan

berbagai program dan kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan dan pembangunan daerah.

Penyediaan anggaran tersebut ditujukan untuk menunjang peningkatan kualitas pelayanan aparaturpemeintah daerah, sejalan dengan upaya mendorong prakarsa dan peranserta masya-rakat dalam

pembangunan daerah, serta pelaksanaan otonomi daerah yang semakin meluas. Selain daripada itu,

anggaran subsektor pembangunan daerah juga diarahkan untuk pembiayaan subsidi belanja

penyelenggaraan urusan dekonsentrasi dan pembantuan (medebewind) bagi daerah tingkat I,

daerah tingkatll, kota administratif, serta biayadekonsentrasikecamatan. Selanjutnya, pembiayaan

te$ebut menampung banhran pembiayaan penyelenggaraan sekolah dasar (SD) negeri, bantuanpembiayaan operasional rumah sakit umum daerah (RSUD), bantuan pengembangan dan

F

t4'1

pemeliharaan obyek wisata daerah, pembiayaan bagi tenaga penyuluh pefanian, serta pembinaanberbagai kegiatan penambangan/galian C. Bantuan pembiayaan penyelenggaraan SD negeridiperuntukkan bagi pengadaan berbagai kebutuhan, sepetti kebutuhan tata usaha sekolah, biayapemeliharaan sekolah, serta biaya penyelenggaraan evaluasi belajar tahap akhir (EBTA). Bantuanpembiayaan operasional RSUD dirnanfaatkan bagi pemeliharaan operasional dan pemeliharaanrumah sakit, termasuk langganan daya dan jasa, serta pengadaan berbagai kebutuhan rumah sakitlainnya, dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sedangkan bantuanpengembangan dan pemeliharaan obyek wi'sata daerah selain ditujukan untuk biaya pemeliharaan,pengembangan, dan penganekaragaman berbagai obyek wisata daerah, juga ditujukan untukmengembangkan kegiatan perekonomian daerah, sehingga tidak saja menunjang perluasankesempatan kerja, tetapijuga untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Sedangkan pembiayaanbagi tenagapenyuluh pertanian,dan biaya penambangan/galian C, dipergunakan untukpembiayaansegenap tenaga penyuluh pertanian di berbagai daerah, serta untuk mendukung biaya pembinaankegiatan penggalian berbagai hasil tambang yang tanggung jawab sepenuhnya diserahkan kepadadaerah, seperti penyelenggaraan kegiatan pemetaan, serta pemberian perijinan usaha penggalianberbagai jenis pasir, batu manner, dan berbagai jenis bahan galian lainnya. Selain daripada itu,pembiayaan tersebut juga menampung pembiayaan kegiatan pembinaan lembaga ketahananmasyarakatdesa(LKMD), pembinaau kesejahteraan keluarga (PKK),penyelenggaraanpemerintahandesa, pembinaan generasi muda, setla pembiayaan tunjangan kurang penghasilan aparatur desa.Penyediaan pembiayaan berbagai kegiatan tersebut diharapkan dapat semakin mcningkatkankemampuan daerah dalam menghirnpun pendapatannya, sehingga secara bertahap semakin mampumembiayai berbagai kegiatan yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya, baik dalampenyelenggaraan kegiatan pemerintahanmaupun dalam pelalisanaan pembangunan daerah. Dengandukungan pembiayaan tersebutjuga diharapkan dapat mernberikan rangsangan bagi pertumbuhzmberbagai potensi ekonomi daerah, yang pada gilirannya akan mampu memberikan dorongan yanglebih besar terhadap perkembangan ekonomi nasional, yaug sekaligus menunjang programpemerataan pembangunan.

Anggaran subsektor transmigrasi dan pemukiman perambah hutan diarahkanpenggunaannya untuk melaksanakan berbagai program dan kegiatan yang berkaitan denganpembinaan dan pelaksanaan koordinasi dalam penyusunan dan pelaksanaan persiapan pemukimantransmigrasi, serta penyelenggaraan pelatihan para transmigran dan masyarakat perambah hutan.Anggaran tersebut juga dipergunakan untuk membiayai kegiatan penyiapan lahan dan sarana

Pemukiman transmigran baru, biaya pengerahan, pendaftaran, seleksi, pengangkutan, penempatandan pembinaan transmigran, biayapeningkatan kualitas calon transmigran dalam rangka percepatanpembinaan, serta kegiatan pemantapan dan pengembangan usaha di lokasilokasi lemukimanhansmigrasi, melalui pemberianpendidikandanpelatihan ketefampilan praktis. Selain daripada itu,pembiayaan 0ersebut juga ditujukan untuk mendukung pelaksanaan penataan pemukiman danpembinaan perambah huian. dalam rangka pelestarian alam dan lingkungan hidup.

148

Salah satu aspekpenting yang merupakan prasyarat bagi tetap terpeliharanya momentumdan kesinambungan pembangunan, adalah tetap terpeliharanya suatana kehidupan masyarakatyang aman dan tertib, seda terpeliharanya kondisi stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.Berkaitan dengan hal tersebut, dalam RAPBN 1994/95, sektor pertahanan dan keamanan disediakananggaran belanja rutin sebesar Rp 3.853,5 miliar, yang akan dialokasikan ke dalam dua subsektor.Subsektor angkatan bersenjata Republik Indonesia (ABRI) memperoleh anggaran belanja rutinsebesar Rp 3.853,4 miliar yang direncanakan untuk membiayai program sosial politik ABRI,prograrnpembinaan teritorial, program bala pertahanan keamanan wilayah,programbala pertahanan

keamanan pusat, program bala cadangan Tentara Nasional Indonesia, program intelijen danstrategis, program dukungan administrasi, serta program survei dan pemetaan. Sedatlgkan anggaransubsektor pendukung memperoleh alokasi sebesar Rp 0,1 milyar. Berbagai program tersebut selainditujukan untukmembina dan memeliharaketahanan nasional,juga dimaksudkan untukmemantapkandan meningkatkanketangguhan ABRI sebagai kekuatan penangkal efektifyang memiliki mobilitastinggi dalam mewujudkan suasana aman, tertib dan stabil, dalam rangka menunjang keberhasilanpelaksanaan program-progrz n pembangunan.

Sebagai sarana yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia, sektorpendidikan, kebudayaan nasional, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pemuda dan olahraga, juga mendapatkan alokasi anggaran belanja rutin ya g cukup besar dalam RAPBN 1994/95.Alokasi pembiayaan tersebut terutama diarahkan untuk mendukung usaha peningkatan kualitassumber daya manusia, serta peningkatan kesejahteraan rakyat dan taraf hidup masyarakat, Dalamrangka meningkatkan kualitas manusia Indonesia sangat diperlukan penyelenggaraan berbagaijenis, jenjang, dan kualifikasi pendidikan yang semakin mampu menghasilkan berbagai keahliandan spesialisasi yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Dalam RAPBN 1994/95, sektorpendidikan, kebudayaan nasional, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pemuda dan olahragadisediakan anggaran sebesarRp 2.320,4miliar. Anggaran tersebutmasing-masing dialokasikanuntuk subsektor pendidikan sebesar Rp 2.109,8 miliar, subsektor pendidikan luar sekolah dankedinasan sebesar Rp 152,9 miliar, subsektor kebudayaan nasional dan kepercayaan terhadapTuhan Yang Maha Esa sebesarRp 50,9 miliar, serta subsektor pemuda dan olah raga sebesar Rp 6,8miliar.

Anggaran subsektor pendidikan akan diara rkan untuk pembinaan berbagai program dankegiatan, yang meliputi program pembinaan pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan

tinggi, serta program pendidikan luar biasa. Anggaran bagi program pembinaan pendidikan dasardisediakan untuk menunjang berbagai kegiatan yang berkaitan dengan upaya perluasan danpemerataan kesempatan belajar, terutama dalam rangka menunjang keberhasilan pelaksanaanprogram wajib belajar sembilan tahun, yang akan dimulai dalam tahun anBgaran 1994/95. Selaindaripada itu, program tersebut juga diarahkan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan yang

berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan prasekolah dan sekolah dasar, pendidikan sekolah

e

149

larirrlan lingkat pertanra (SLTP) ulnuln, dfln Sl-TP keterampilatt. Progrnm pclnbilaan pendidikan

rrenergalr antillfl lrin tlitujukan untuk pcluksanaan kegiatan penyelenggaraan kegiatan dan usaha

penditlikrn sekolalr larrjutan tingkat atas (SL'fA), sekolah kcjuruan datr teknologi, serta kegiatan

pernbinran tcknis adrrrinisllasi. Sedangkan ptogratn petnbinaan pcndidikan tinggi dan program

pcrnbinrarr penclidikan luar biasa tlittahkatr penggttra nnya uttltlk kcgiatlln penyelellggaraan

kcgialr n dun Lrsaha pentliclikan tinggi, scr tr kegiatan penyelenggariran kegiatan dan usaha pendidikan

luar biasa. Sclanjutnya, rnggal an subsektor perrtlitl ikan juga diarahkan bagi pembinaan semua-jalur,jeLrjang darr lcnis pcndidikan, bark yang dilaksanakau Pclnel irltflh Inaupud swasta, melalui upaya

penirgkatkan kualitns tcnagl pencliclik, pengetnbangal clatt pcnyetnputtlaan kurikulum, serta

penrbial,aan berbagai sirnna clal plasarana pcnrlidikan, Selain daripada itu, anggarau tersebutjttga

tliarahkln untuk rnetlbetikiur bantuan/subsidi kepada berbagai sekolah dan pergur[an tinggi

srvasta, mclalLri pcrnbelian berbagai satana pctrdidikari.

Arrggalan subsektor pcndidikan Iual sckolah tlan kedinasan akan dialokasikan untuk

plr.rgrarn pcndidikan luar sekolah dan ptogt'anr pendidikan kediuasan. Program pendidikan luar

sckollh antara lain akan diarahkarr urttuk bctbagai kegiatan guna lnenittgkatkan kcrnampuan dan

keterampilan rnasyarakat dalam kcgiatan pembangunan, melalui penyelenggaraan kegiata

pentliclikan teknis dan adrnirtistrasi, Sedangkan prograrn pendidikan kedinasan selain akan

rlipclgLLnakan urrtuk penyclertggaraan kegiatan i'eugkoonlinasian pcndidikan dan latihan pegawai

ncgcri, jrga diarahkan nntuk peryclenggataan berbagaijenis pendidikan dan pelatihan kedinasan

yang tliperlukarr olch bertragai depattenretr dan lcmbaga. Pendidikan dan pelatihan kedinasan

icrsebut antara lain meJiputi pcndidikan dan pelatihan biilang pcrdagangatt, persandian, statistik,

pendidikan kader penrerintaltatr dalam neget i, penyelenggaraan pendidikatr ilmu pelnasyarakatan,

pcndidikan dan pelatihan peltauitut, scrta pcndidikan dan pelatihan pertanahau, dan pendidikan

birlarg kehutanan. Selain daripada itu, juga dipergunakan untuk penyclenggaraan pendidikan

bidang industri, tcknologi urineral, pendidikan bidang jasa konsh uksi, peralatan dan perbengkclan,

pendidikan bidang transpoltasi, pendiclikan kejuruan kesehatan dan kejuruan pariwisata, scrta

penyelenggaraan sekolah tinggi kcsejahteraan sosial.

Semcntara itu, anggaran yang tlisediakan dalaln subsektor kebudayaan nasional dan

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa selaindipergunakan ulltuk Inelldukung penyelenggaraan

pernbinaan teknis atfuninistrasi,ju-ea dipergunakan untukmenunjang kcgiatan pembiuaan kebudaya::m,

pernbinaan museurn, pembinaan bahasa nasional, peningkatarr kualitas dan kuantitas bahan pustaka,

pcmbinaan dan penelitian arkeologi nasional, serta peningkatan pengelolaan dan pelayanan

kcpnstakaan. Bertragaikegiatan tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan nilai budaya bangsa,

menumbuhkan sikap tanggung jawab sosial dan disiplin nasional, memantapkan usaha persatuan

bangsa, serta mcncegah pengaruh budaya asing yang kurang sesuai dengan kepribadian bangsa.

Sedangkan anggaran subsektor petnuda dan oiah raga akan dipergunakan untuk berbagai kegialan

yang berkaitan dengan penyclenggaraan program pembinaan kepemudaan dan kepramukaan, serta

I

berbagai kegiatan pembinaan kcolahragaan.

150

Percepatan, perluasan, dan pendalaman pembangunan sebagairnana diisyaratkan dalam

GBHN 1993, di samping memerlukan dukungan infrastruktur yang memadai, juga memeflukan

dukungan administrasi negara yang lebih dinamis. Sehubungan dengan hal itu, peranan aparatur

pemerintah selaku perumus dan sekaligus selaku pelaksana kebijaksanaan negara, tidak hanya

berfungsi menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan, namun sekaligus juga berperan sebagai

pendorong dan pemberi arah terhadap jalannya roda pembangunan. Dengan demikian, program

pendayagunaan aparatur pemerintah menempati posisi yang sangat stlategis sebagai mata rantai

penggerak roda pembangunan dalam menciptakan keadaan ekonomi nasional yang semakin

berdayaguna. Dalam RAPBN i994/95, sektor aparatur negara dan pengawasan mendapatkan

alokasi anggaran belanja rutin sebesar Rp 2.213 miliar, yang akan dipergunakan untuk subsektor

aparatur negara sebesar Rp 2.064,9 miliar, dan subsektor pendayagunaan sistem dan pelaksanaan

pengawasan sebesar Rp 148,1 miliar.

Anggaran subsektor aparatur negara akan dipergunakan bagi pelaksanaan program

pembinaan prasarana dan sarana aparatur negafa, pembinaan efisiensi aparatur negara, pendidikan

dan pela tihan aparaturnegara, penelitian danpengkajian kebijaksanaan, penyelenggaraan pimpinan

kenegaraan dan pemerintahan, penyelenggaraan pimpinan departemenfiembaga, serta pembinaan

produk legislatif. Melalui berbagai program tefsebut antara lain dilakukan pembinaan kegiatan

administrasi umum, pembinaan perbukuan, penyelenggaraan Diklat pemerintahan dalam negeri,

penyelenggaraan Diklatdiklat kedilrasan berjenjang maupun nonjenjang, sefia kegiatan penelitian

dan pengembangan administrasi pemerintahan, dan pengkajian kebijaksanaan pengawasan.

Di samping itu, program tersebut juga menampung kegiatan petlyelenggaraan pengolahan tlata'

evaluasikebijaksanaan, danpengembanganperdagangan, kegiatan yang berkaitandengan pemberian

pertimbangan dan nasehat kepada Pemerintah, kegiatan pembinaanpersandian, kegiatanoperasional

intelijen, kegiatan pelaksanaan kebijaksanaan penanaman modal, penyelenggaraan pefumusan

kebijaksanaanbidangpertahanandankeamanannasional, sertapembinaanadministrasikepegawaian

danpensiun. Selanjutnya, dalam rangka pembinaan produk legislatif, alokasi dana program tefsebut

digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan kedaulatan

rakyat secara penuh, serta pelaksanaan tugas-tugas legislatif.

sementara itu, penyediaan anggaran subsektor pendayagunaan sistem dan pelaksanaan

pengawasan d.iarahkan untuk penyelenggaraan berbagai program dan kegiatan yang berkaitan

dengan pelaksanaan pemeriksaan tanggung jawab atas keuangan negara, pengawasan dan

pemeriksaan keuangan negara yang berasal dari APBN dan APBD, pengawasan dan pemeriksaan

kekayaan negara yang dipisahkan, pengawasan dan pemeriksaan badan usaha perminyakatr, serta

penyelenggaraanperencanaantlan analisa hasilpemeriksaan seluruh aparatpengawasan pemerintah

pusat/pemerintah daerah dan tata kerja instansi pemerintah. Selanjutnya, pembiayaan tersebutjuga

disediakan untukpenyelenggaraan perneriks aan khusu s ataskasus penyimpangan, pengawasan atas

kelancaran pelaksanaan pembangunan, seda pendayagunaan sistem dan pelaksanaan pengawasan

bagi segenap jajaran instansi pemerintah'

P

i 5 l

Upaya memel ihat 'a nrouenturn dan kesi rar lb t rugan pcrnbangunan nasionl l . r l i sanrp i r rgnlcmbutuhkan dukungau dan peranserta rnasyarakat sccar a nktil ', juga rnembrluhkan pcrnbinaan,bitnbjngan, dan pengalahan secara illensif lcrhadirp scktor'sektor yang merniliki pcranan cLrkupbesar dalaur menunjang perneralaart, pcningkatan kualitas hidLrp dan kesejahteraur lrlsyalrkrt,sella terciptanya stabilitas ekononri ylng tlinauris. Ketrijaksanaan tersebLrl dilraksurlkan agalalokasi sektolal ilalam anggar an lrclan ja rutin sejauh mungkirr dapal salin-rr rncngis i dan nrelcngkapidcngan sektor-sektor yang didukung pernbiayaannya rnclalui anggarln belarrja pentbangunan,

Sehubungan dengan hal lersebut, arggaran belanja rutin dalanr RAPBN 1994/95 dialokasikan pLrla

untuk mennnjang pergembangan bcrbagai sektol yang rneliputi sektor poJitik. hubungan lLrarnegeri, penerangan, konr unikasi d ar r rnctlia massa, scktor rganra, sektor hu kr-rnr, scktor kcsej ahlclaansosial, kesehatan, pelanan warri[a, arak dan rerna.ja, sektol ilnru pengetuhLrirn rlarr lckrrologi, scktortlanspol tasi, meteorologi tlan gcofisika, sektor kependudukau dan kelualga sejalrlcril, scr La sckloipertanian dan kehutanan.

Terwujudnya tatanan kehidupan politik dalrn neger i yang rnantap dan clinanris, scr luhubungan lual negeri yang dilandasi prinsip politik Juar negeri bcbas tktif, eral pula kaitirnnyadengan terselenggaranya kcgiatan pcner angan dan kornunikasi media nrassa dalam nrcnggclakkarrdan menggairahkan parlisipasi aktiI masyaraklt dalam peurbangunan. Untuk rncndukulg haltersebut, sektor politik, hubungan luat neger.i, peneraugirn, kornrrnikasi rlan nrcdia rnassa dalamRAPBN 1994/95 disctliakan anggafan belanja rltin sebesar Rp 797,3 miliar'. Anggaran tersebutakan tlialokasikart ke dalarn subsektor politik, subscktor. hubungan Iual negeri, dan subsektorpenerangan, komunikasidan rnedia rnassr, yurg masing-r rrasing nrcnrLapatkan alokasi pembiayaan

sebcsar Rp 46,8 miliar', Rp 551 nriliat, dan Rp 199,-5 rnillar.

Anggaran subscktor politik akan digunakan urrtuk menunjang pclaksaniran plogranrpembinaan politik dalaln negeri, serta progranr penye)errggaraan pcrncrintahan urnurn da:r otolouridaerah. Program pembinaan politik dalam ncgcri antarfl Iain dituiukan untnk melaksanakarrberbagai kcgiatatt yang belkaitan dengan upaya pcningkatan kesadaran dan peranserta masyal akaLdalam kehidupan politik, yang dilandasi olch molal, sikap, dan etika politik yarrg sesuai dcngannila.i-nilai Pancasi.la. Selanjulnya, pembiayaan tersebutjuga diarahkal untuk nendukung bclLragaikegiatan yang berkaitan dengan upaya pernantapan dalam pembinaan pertahanan sipildan pr ograrn-program perlindungan masyarakat. Selain dalipada itn, pembiayaan rufin subscktor politik dalarntahun anggaran 1994/95 fuga menalnpung beberapa pembiayaan tambahan, sehagai akibat dariadanya pengembangan organisasi dan penambahan beberapa satuan ketja- Pembiayaan telsebutantara lain digunakan untuk menunjang pernbiayaan Sekolah Tinggi Pernerintahan Dalam Negeri(STPDN) Jatinangor, pembentukan bcberapa unit kelja barr.r, seperti kantor pusat pengolahan data,DirektoratPernerintahan Kota, penambahan 35 kantorvertikal di tujuh daerah tingkat Il,pembcntukankantor Diklat pada 16 propinsi, serta biaya penempatan lulusan STPDN. Scmentara itu, proglanrpenyelenggaraan pemerintahan urnum dan otonomi daerah diarahkan pcnggunaannya untukmendukung upaya perwujudan otonomi daerah secara nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung

t52

jawab. Upaya pengembangan otonomi daerah tersebut diarahkan untuk Inemacu pembangunan

daerah dan memperluas peranserta maSyarakat, serta menunjang upayl pemer tilan penlbangunan

untuk mewujudkan tercapainya kemandiriau daerah dan tercapainya keurajuan yang semakin

merata cli seluruh wilayah tanah air. Selain daripatla itu, pembiayaan tersebut juga dipergunakan

bagi penyelenggalaan catatan sipil di ber'bagai daerah.

Anggaran subsektor hubungan luat negeri diarahkan perlggtlll i lannya untuk nlcnunjallg

pelaksanaan berbagai program dan kegiatan yang bcrkaitan dengan pembinaan hubungan lnar

negeri. Pembiayaan tersebut antara lain melipnti biaya pertyeletlggaraan hutrungan diplomatik di

bitlang politik, hukum internasional, dan kerja sarna teknik luar negeri, scrta pelnbinaan penerangan

dan pengumpulan informasi luar negeri. Selanjutnya, pembiayaan tcrsetrut dipergunakan unhlk

mcmbiayai kegiatan hubungan konsuler, perntrinaan hubungan (kornunikasi) antarbaclan-badau

pernerintah dengan perwakilan-perwakilan di luarnegeri, penyelcnggaraan komunikasi antarbadan-

badan pemerinlah dengan perwakilan pemelintah di luar ncgcri, serta penyelenggaraan kool dinasi

usalra dalam rangka ker.ja sama ASEAN. Selain daripada itu, anggaran tersebtttjuga menalnpung

pembiayaan bagikegiatan baru, yaitu biaya operasional duta besarkeliling Gerakan NonBlok, biaya

pembukaan kantor perwakilan balu di Athena, Kiev, dan 'I 'askent, pembukaan kantor atase

keuangan di Tokyo tlan Seoul, atase perdagangan di Reijing, serta pembukaau atase pertahauirn di

Riyadh dau Phnom Phen.

Upaya pcnyetralan iuformasi datl pesatl-pesatr pcrnbangunatr kepada nasyarakat luas

memiliki peranan yang strategis tlalatn peningkatan kesaclaran dan keikutsertaan masyarakrt dalam

pembangunan nasional. Petyediaan angggaran belanja rutin subsekkrr penerangan, komunikasi,

dan media massa terutama akan dipergunakan untuk membiayai berbagai kegiatan rutin dalam

rangkapembinaanpenerangan dan peningkatan perananberbagai mediamassadalampembangunan,

serta penyediaan berbagai sarana untuk menunjang peningkatan kuantitas dan kualitas produk-

produk penerangan. Anggaran tersebut akan digunakan untuk membiayai program pengembangan

operasi penerangan, program pembinaandalt pengembangan radio, televisidan film, sertaprogram

pembinaan dan pengembangan pers. Program pengembangan operasi penerangan ditujukan untuk

pembinaan dan operasional penerangan dalarn negeri, pembinaan dan penyelenggaraan koordinasi

operasional penerangan, pembinaan pendapat umum dan koordinasi Humas antardepartemery'

lembaga tinggi/tertinggi negara, penyelenggaraan koordinasi penyelenggaraan parneran nasional,

dan berbagai jenis pamerar lainnya yang diselenggarakan pemerintah, serta koordinasi pameran

pemerintah. Program pembinaan dan pengembangan radio, televisi, dan film dipergunakan untuk

menunjang pembinaan dan operasional stasiun radio, pembinaan film dan rekaman :video, serta

kegiatan penyensoran film. sedangkan program pembinaan dan pengembangan pers dipergunakan

untuk penyelenggaraan penerbitan pemerintah dan kegiatan penyebarannya, serta pembinaan pers

dan grafrka. Selain daripada itu, pembiayaan subsektor penerangan, komunikasi, dan media massa

juga menampung pembiayaan kegiatan baru, seperti biaya operasional kantor penerangan PBB

di Jakarta, biaya museum penerangan di Taman Mini Indonesia Indah, serta biaya pembukaan

stasiun RRI di Sungai Liat, Tual, dan Lhok Seumawe'

i

153

Kebijaksanaan pengembangan sumbet daya manusia, selain ditempuh melalui berbagaiaspek yang bersifat material, juga dilaksanakan melalui berbagai program yang ditujukan untukmemperkokoh landasan moral dan spiritual masyarakat, melalui pembinaan berbagai aspek yangmenyentuh sendi-sendi kehidupan keagamaal. Untuk menunjang kebijaksanaan tersebut, dalamRAPBN 1994i95 sektor agama memperoleh alokasi anggaran belanjarutin sebesarRp 720,7 miliar.Arrggaran tersebut akan dialokasikan ke dalam subsektor pelayanan kehidupan beragama sebesarRp 105,7 miliar dan subsektor pembinaan pendidikan agama sebesar Rp 615 miliar. Anggaransubsektor pelayanan kehidupan beragama antara lain disediakan untuk menunjang kegiatanpelayanan, penerangan, bimbingan dan pembinaan agama Islam, Kristen Protestan dan Katholik,Hindu, dan Budha, pembinaan dan pelayanan urusan ibadah haji, termasuk penyediaan biayaoperasional atasepelayanan ibadah ha.ii di Saudi Arabia, peuyelenggaraan bimbingandanpembinaanagama, serta pe.mbinaan perpustakaan pada ber$agai rumah ibadah. Melalui berbagai kegiatantersebut,juga diharapkan upaya pemantapan kerukunan hidup beragama dapat semakin meningkat,selaras dengan peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan masing-masing umat beragama.l,ebih daripada itu, upaya mewujudkan kehidupan beragama yang serasi dan harmonis tersebutberkaitan erat dengan upaya menciptakan stabilitas nasional yang mantap dan dinamis. Sedangkananggaran subsektor pembinaan pendidikan agama diarahkan penggunaannya bagi pelaksanaanberbagai program dan kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan agama,temrasuk penyelenggaraan perguflran tinggi agama. Sementara itu, penyediaan anggaran rutinsekttrr agama dalam tahun anggaran 1994/95 iuga digunakan menampung peningkatan biayaoperasional sebagai akibat dari adanya pengembangan dan penambahan kantor/satuan kerja barudi lingkungan Departemen Agama, antara lain meliputi pembentukan 145 kanlor urusan agama(KUA) di berbagai daerah, serta pembentukan dan penegerian 354 perguruan setingkat madrasah.Selanjutnya anggafan tersebut juga diperlukan untuk biaya pengganti sumbangan pembinaanpendidikan (SPP) perguruan tsanawiyah negeri, sebagai akibat dari mulai dilaksanakannyaprogrampendidikan dasar sembilan tahun.

Pembangunan sektor hukurrr memiliki peranan yang strategis dalam upaya mewujudkantata kehidupan berbangsa dan bemegara yang semakin baik, yang bukan saja akan sangatbermanfaat dalam menunjang perkembarrgan kehidupan sosial politiknasional, tetapijugamerupakanprasyarat bagi tumbuhnya iklim pelekonomian yang semakin sehat. Di samping itu, pembangunansektor hukum merupakan sarana yang sangat diperlukan dalam pengembangan disiplin nasional,serta penciptaan iklirn yang kondusif yang mendukung upaya pemantapan dan pengamananberbagai hasil-hasil pembangunan yzmg telah dicapai selama ini. Sebagai sarana untuk mewujudkantata hukum yang bermuara pada kepentingan nasional, kebijaksanaan pembangunan sektor hukumsenantiasa diarahkan pada upaya peningkatan kesadaran dan perwujudan wibawa hukum bagiseluruh lapisan masyarakat, sehingga selain dapat berperan sebagai pengayom dan sarana pendidikanmasyarakat, juga merupakan sarana pembangunan untuk mewujudkan terciptanya keadilan dalamberbagai aspek kehidupan bangsa. Untuk menunjang kebijaksanaan tersebut, dalam RAPBN1994/95 sektor hukum mendapat alokasi anggaran belanja rutin sebesar Rp 428 miliar. Penyediaan

t54

anggaran tefsebut terutama diarahkan untuk menunjang pelaksanaan penyusunan berbagai produk

hukum pengganti peraturan perundang-undangan kolonial, penyempumaan dan pembaharuan

mekanisme dan prosedur tatanan hukum nasional, serta peningkatan keahlian dan peranan sumber

daya manusia di bidang profesi hukum dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan

pertahanan keamanan.

Penyediaan anggaran sektor hukum tersebut dialokasikan pada subsektor pembinaan

hukum nasional dan subsektor pembinaan aparatur hukum, yang masing-masing mendapat alokasi

pembiayaan sebesar Rp 380 miliar dan Rp 48 miliar. Pembiayaan subsektor pembinaan hukum

nasional antaralain dimanfaatkan untukpelaksanaan berbagaiprogram dankegiatan yang mencakup

pembinaan hukum dan perundang-undangan, pembinaan badan peradilan umum dan peradilan tata

usaha negara, pembinaan hak cipta, paten dan merek, penyelenggaraan pembinaan hukum dan

peradilan, pembinaan hukum nasional, pelaksanaan hukum dalam bidang keperdataan, serta

kegiatan penyelenggaraan peradilan tingkat banding dan peradilan tingkat pertama. Selain daripada

itu, pembiayaan subsektor tersebutjuga dipergunakan untukpembinaan masyarakat dan reklasering,

penyelenggaraan bimbingan kemasyarakatan dan pengentasan anak (Bispa), pembinaan dan

penyelenggaraan pemasyarakatan, pembinaan dan penyelenggaraan keimigrasian, serta kegiatan

penyidikan, penuntutan, dan pemberantasan terhadap pelanggaran, penanganan berbagai perkara

perdata dan perkara tata usaha negara. Sedangkan pembiayaan subsektor pembinaan aparatur

hukum diarahkan untuk pelaksanaan berbagai program dan kegiatan yang berkaitan dengan

penyelenggaraan peradilan perkara kecelakaan dan pelanggaran peraturan transport si laut,

pelaksanaan hukum dan peradilan tertinggi, serta penyelenggaraan peradilan agama Islam.

Selain daripada itu, anggaran rutin sektor hukum untuk tahun anggaran 1994195 iugamenampung pembiayaan operasional 8 satuan kerja baru, biaya penyelenggaraan sistem jaringan

dan dokumentasi hukum (SJDH), serta dukungan pembiayaan bagi kegiatan pengkajian, serta

tanggapan tlan saran atas berbagai rancangan undang-undang yang disusun oleh berbagai deparlemen

dan lembaga. Melalui alokasi pembiayaan rutin sektor hukum, dihmapkan upaya peningkatan

kesadaran, perolehan pelayanan dan kepastian hukum dapat semakin terwujud, untuk memberikan

rasa aman dan tenteram bagi segenap lapisan masyafakat, agar mampu mendukung peningkatan

kreativitas dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, serta mendukung stabilitas nasional

yang sehat dan dinamis.

sejalan dengan upaya meningkatkan kualitas hidup dan tingkat kesejahteraan, serta

semakin terpelihara dan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, dalam RAPBN 1994/95'

sektor kesejahteraan sosial, kesehatan, peranan wanita, anak dan remaja mendapatkan alokasi

anggaran belanja rutin sebesar Rp 303 miliar. Anggaran tersebut dialokasikan untuk subsektor

kesejahteraan sosial sebesar Rp 66,4 miliar, dan subsektor kesehatan sebesar Rp 236,6 miliar.

Anggaran subsektor kesejahteraan sosial diaralrkan penggunaannya untuk menunjang pembinaan

dan bimbingan kesejahteraan sosial, pembinaan nilai-nilai kepeloporan dan keperintisan bidang

kemasyafakatan, pembinaan dan bimbingan rehabilitasi sosial, pembinaan dan pembelian bantuan

C

155

sosial kepada para korban bencana alam, serta pembinaan masyarakat suku terasing dan repatriasi.Melalui anggaran tersebut, diharapk an pembinaatt dan pemberian pelayanan terhadap pal.a tunasosial (gelandangan dan pengcmis), korban bcncana alam, penderita cacat, anak nakal dan korbanpenyalahgunaan narkotika, fakir rniskin, suku terasing, serta beberapa warga negara yang kurangberuntung lainnya, dapat terselenggara dengan baik, sehingga secara b ertahap dapat hidup secaramandiri, serta mampu berperan secara aktifdalam kegiatan pembangunan. sementaraitu, anggaransubsektor kesehatan akan dipergunakan untuk mcnunjang pelaksanaan berbagai program yangberkaitan dengan penyuluhan kesehatan, pclayanan kes ehatann,asyatakat dan rujukanrurnah sakit,pembinaan kesehatan umum, pencegahan dan pemberantasan penyakit rnenular, serta kegiatanpengawasan produksi dan peredaran obat, makanan, dan minuman. pelaksanaan program-programtersebulantara lain ditujukan untukmembiayai berbagai kegiatanpembinaall kesehaiannasyarakal,sepertipenyelenggaraan penyuluhankesehatan masyarakat, pemelilaraandanpemulihan kesehatan,pelayanan laboratorium kesehatan, serta perluasan cakupan dan efisiensi pelaksanaan rujukanmedis dan mjukan kesehatan secara terpadu, agar semua unit pelayanan kesehatan yang adatli daerahdapat semakin mampu memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat di segenapwilayah tanah air. selain daripada itu, anggaran tersebut juga digunakan untuk pengadaan obat-obatan dan alat-al at keseh atan, pemeliharaan alat-al at kesehatan, serta pencegahan dan pemberantasanpenyakit menular.

Sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional, pembinaandi bidang penelitian, serta pengelnbangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendapatkan prioritaspenyediaan dana yang cukup besar dalam anggaran belanja rutin. pembinaan dan pengembangantersebut selain besar manfaatnya bagi khaszrrahilmu pengetahuan,juga dapat dipergunakan sebagaiwahana alih teknologi dan adaptasi berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi, untok diterapkansecara selaras dengan tahapanpembangunan nasiona[. sehubungan dengan hal tersebut, sektor ilmupengetahuan dan teknologi senantiasa mendapatkan perhatian khusus, yang dilaksanakan secaraterpadu dengan sektor-sektor lainnya. Dalam RAPBN 199419-5, sektor ilnu pengetahuan danteklologi mendapat alokasi anggaran rutin sebesar Rp20l miliar. penyedian anggaran rutintersebut antara lain akan dialokasikan ke dalam subsektor ilmu pengetahuan terapan dan dasar,subsektor kelembagaan prasarana dan sarana ilmu pengetahuan dan teknologi, subsektorkedirgantaraan, serta subsektor sistem informasi dan statistik, yang masing-masing mendapatkanpenyediaan anggaran sebesar Rp 133,6 miliar, Rp 18,4 miliar, Rp 0,9 miliar, dan Rp 4g,l miliar.

Penyediaan anggaran belanja rutin untuk subsektor ilmu pengetahuan terapan dan dasarantara lain dipergunakan untuk pelaksanaan berbagai program yang berkaitan dengan pengkajiandan penelitian ilmu terapan, serta berbagai kegiatan penelitian umum yang akan dilaksanakan olehbebetapa depattemen dan lembaga. Progmm pengkajian dan penelitian ilmu terapan diarahkanuntuk kegiatan pembinaan dan penyelenggaraan adminishasi penelitian pertanian, penelitiantanaman pangan dan hortikultura, penelitian tanaman industri, serta kegiatan penelitian petemakandan perikanan. selanjutnya, program tersebut diarahkan untuk pengkajian dan penelitifln terapan

r

156

bidang industri, penelitian pekerjaan umurn, pengkajian dan penerapan teknologi tepatgunabidang

pengairan, jalan, perumahan dan permukiman, pengkajian dan penelitian terapan di bidang

kesehatan, serta survei bidang keagamaan. Sedangkan program penelitian umum antara lain

dipergunakan untuk mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, penelitian dan pengadaan prasarana produksi, serta kegiatan penelitian hukum adat.

Sementara itu, penyediaan anggaran subsektor kelembagaan prasarana dan sarana ilmu

pengetahuan dan teknologi, serta anggaran subsektor kedirgmtaraan, digunakan untuk mendukung

program pembinaan kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi, penyelenggaraan pembinaan

perpustakaan, pembinaan kemampuan teknologi kedirgantaraan, serta penelitian bidang

kedirgantaraan. Sedangkan anggaran rutin subsektor sistem infonnasi dan statistik dialokasikan

bagi pelaksanaan program pengembangan sistem informasi dan program penelitian dan

pengembangan statistik. Kegiatan yang dibiayai melalui program tersebut antara lain meliputi

kegiatan survei dan pemetaan, pembinaan pusat jaringan informasi dan dokumentasi ilniah

pertanian, pembinaandanpengeinbangandata-datapertanian, pembinaan informasi dan pengkajian

teknologi pertanian, serta analisis dan penyajiandatabidang industri pengolahan data dan pemetaan.

Selain'daripada itu, pembiayaan tetsebut juga dipergunakan untuk kegiatan pengumpulan,

pengembangan informasi data dan statistik, serta kegiatan pembinaan statistik dan sensus.

Sementara itu, dalam RAPBN 1994/95 sektor transportasi, meieorologi, dan geofisika

disediakan anggaran belanja rutin sebesar Rp 183,7 rniliar. Anggaran tersebut dialokasikan pada

subsektor prasarana jalan sebesar Rp 14,3 miliar, subsektor transportasi darat sebesar Rp 16,1

miliar, subsektor tfairsportasi laut sebesar Rp 93,1 miliar, subsektor tfanspodasi udara sebesar

Rp 35,8 miliar, serta subiektor meteorologi, geofisika, pencarian dan penyelamatan (SAR) sebesar

Rp 24,4 miliar. Anggaran subsektor prasarana jalan selain dialokasikan untuk penyelenggaraan

kegiatan administrasi dan pemeliharaan peralatan jalan dan jembatan, .iuga diarahkan untuk

pembinaan dan pengaturan terhadap persyaratanjalan dan pembinaan berbagai prasaranajalatt dan

jembatan. Anggaran subsektor transportasi darat akan dialokasikan untuk berbagai kegiatan yang

menunjang program pembinaan dan pengawasan tertib lalu-lintas dan angkutan jalan raya,

pembinaan dan pengawasantertib lalu-lintas dan angkutatl sungai, danau, dan penyebet angan, serta

penyelenggaraan administrasi umum dan pembinaan teknis transportasi darat. Anggaran subsektor

transportasi laut selaindirencanakan untukmembiayaipenyelenggaraan administrasi dan pembinaan

teknis transportasi laut, juga dipergunakan untuk biaya pemantauan terhadap pelaksanaan dan

pengawasan sarana dan prasarana navigasi, serta biaya operasional dan pemeliharaan kapal-kapal

milik pemerintah. Selanjutnya, anggarantersebutjugadiarahkan untuk pembinaan dan pengawasan

teknis sektor produksi dan jasa maritim, pembinaan, pengawasan dan pengendalian tugas-tugas

pelayanan pelabuhan kesyahbandaran, lalu lintas angkutan laut, pengamanan laut dan pantai,

pembinaan pelaksanaan dan pengamanan maritim di perairan laut dan pantai, serta hantuan/

pertolongan terhadap musibah pelayaran (SAR). Anggaran subsektor transportasi udara antara hin

direncanakan untuk membiayai penyelenggaraan pelabuhan udara, penyelenggaraan administrasi

T

t5'l

dan teknis trzmsportasi udara, serta membiayai penyelenggaraan pelabuhan udara dan keselamatanpe erbangan. Bcrbagai kegiatan dalarn keen.rpat subsektor tersebut dimaksudkan pula untukmewujudkan sistem transportasi nasional dan intcmasional yang scmakin artdal, efisien, danniemiliki tiugkat keamanan yang semakin baik, sesuai denEan peningkatan kebutuhan masyarakatterhadap pelayananjasa trauspofiasi, seda sejalaudeuganpelkembangan pembangunan. Sedangkananggaran subsektor meteorologi, geofisika, pencarian dan penyelamatan (SAR) antara laindipergunakan untuk menunjang kegiatan pengamatan, pengumpulan, pengolahan data, peneraan

alat-alat meteorologi dan geofisika, serta kegiatan pembinaan pencariarVpenyelamatan kecelakarurdan bencana alam.

Dalam RAPBN 1994/95, untuk sektor kependudukan dan keluarga sejahtera disediakananggaran belmja rutin sebesarRp 165,5 miliar. Anggaran tersebutdiarahkan penggunaannya untukmenunjang upaya pengendalian pertumbuhan penduduk, penyebaran penduduk antardaerah yang

lebih seimbang, serta upaya peningkatan kualitas kehidupan pencluduk dan keserasian denganlingkungan hidupnya. Dalam hubungan ini, upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat secaraterus-menerus erat pula kaitannya dengan pengembangan sumber daya manusia Indonesia sebagaititik sentral pernbangunan nasional, agar peranannya sebagai kekuatan pernbangunan dapat makin

efektifdan berkualitas- AnggaIan tersebut dipergunakan untuk menunjang prograrn kependudukannasional, terutama pelaksanaan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan npaya pengendalianpertumbuhan penduduk dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan keluarga, khlrsusnyakesejahteraan ibu dan anak. Selain daripada itu, pembiayaan tersebul juga diarahkan untukmenunjang kegiatan perencanaan dan penrmusan rencana kerja, serta penyelenggaraan kegiatantata usaha perkantoran, guna mcningkatkan kualitas pelayanan bidang kependudukan dan keluargaDerencana.

Sebagai bagian inlegral dari pembangunan nasional, pernbangunan di scktor pcrtanian

dan kehutanan di masa mendatang tetap rnerriliki pelanan yang strategis dalam nrenunjangperturnbuhan ekononri, peningkatan kesejahteraan rakyat, serta merupakan salah satu jalur dalampengentasan kemiskinan. Di bidang pertanian, pengalaman cli masa lampau menunjukkan bahwakesenjangan dalam penyediaan pangan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, yang padagilirannya dapat mcnghambat pelaksanaan pembangunan. Oleh karena itu, pembangunan bidangpertanian tetap diprioritaskan, terutama dalam rangka menlpertahankan swasernbada beras danmeningkatkan berbagai produksi pertanian lainnya. Di bidang kehutanan, pengelolaan hutan-hutan

tropis yang dirniliki Indonesia secara baik, akan sangat bermanfaat mengingat peranannya yang

besar bukan saja dalam menghimpun devisa, tetapijuga dalam mendorong perluasan kesempatankerj a dan kesempatan berusaha, memeratakankegiatan pembangunan, meningkatkankcsejahteraan

masyarakat, serta memelihara kelestarian lingkungan. Oleh karcna itu, hutan sebagai salah satumodal dasar pernbangunan yang sangat strategis, harus dirnanfaatkan secara optimal. Berkaitan

dengan hal tersebut, dalam RAPBN 1994/95 sektor pedanian dan kehutanau mendapatkan alokasiangg: an belanja rutin sebesar Rp 152,6 miliar. Anggarzm tersebut direncanakan akan digunakanuntuk subsektor pertanian sebesar Rp 92,8 miliar dan subsektor kehutanan sebesar Rp 59,8 miliar.

158

Anggaran belanja rulin subsektor pertanian akan digunakan untuk pembiayaan aparaturdan pembiayaan operasional dan pemeliharaan, dalam rangka menunjang pembinaan danpengembanganpertaniantanamanpangandanholtikultura, pembinaandanpengembangan agribisnis,kegiatan pembinaim dan pengembangan perkebunan dan perikanan, serta pen yelenggaraankannttnapertanian. Anggaran tersebutjuga direncanakan untukmembiayai berbagaikegiatan yang ditujukar.runtuk mendukung pembinaan usaha tani dan nelayan, pembinaan pengolahan hasilperikanan, sertapembinaan dan pengembangan usaha-usaha petemakan. Selain daripada itu, anggarau rutinsubsektor pertahian juga dipergunakan untuk mendukung pembiayaan operasional beberapakantor/satuan kerja baru, seperti badan agribisnis, beberapa kantor pusat penyuluhan pertanian,serta pembiayaan operasional bagi beberapa pelabuhan perikanan baru. Sementara itu, anggarlnbelanja mtin subseklor kchutanan akan diarahkan penggunaannya untuk nernbiayai programpembinaan produksi kehutanan, yang antara lain dipergunakan untuk pembinaan prakondisipengelolaan hutan, pencegahan dan pemulihan kerusakan hutan, tarah dan air, peningkatan usahakonservasi di dalamdan di luar kaw a san hutan, pembinaalpengusahaanhutan, serta penyelenggaraanpenyuluhan di bidang kehutanan. Selain daripada i(u, pembiayaan dalam subsektor kehutananjugamenampung pengalihan biaya kepegawaian bagiparapetugasjagawana, yang semuladibiayai olehpernerintah daerah setempat.

Selanjutnya berbagai sektor lain yang mendapatkan perhatian dalam alokasi RAPBN1994/95 meliputi sektor lingkungan hidup dan tataruang, sektor tenagakcrja, sektor pertambangandan ertergi, sektor industri, sektorpengairan, sektorpariwisata, pos dan telekomunikasi, serta sektorperumahan dan permukiman.

Kebijaksanaan pembangunan nasional yang berkelanjutan, selain dilaksanakan melaluipenggalian berbagai potensi dan pendayagunaan sumber daya alam yang tersedia, sekaligus jugadiiringi dengan usaha memelihara dan mempertahankan kelestarian berbagai sumber daya yangtersedia bagi pelaksanaan pembangunan tahap berikutnya. Oleh karena itu diperlukan adanyamekanisme penyebaran informasi yang semakin mampu menjangkau berbagai lapisan masyarakat,dalam upaya menumbuhkan kesadaran masyarakat untukberperanserta seczna aktifdalam menjagakelestarian alam dan mempertahankan kemampuan daya dukungnya bagi kelanjutan kegiatanpembangunan di masa memlatang. Untuk mendukung kebijaksanaan tersebut, sektor lingkunganhiduP dan tata ruang dalam RAPBN 1994/95 disediakan anggaran belanja rutin sebesar Rp I I1,1miliar. Anggaran tersebut akan dialokasi bagi subsektor I ingkungan hidup sebesar Rp 3,2 miliar dansubsektor tata ruang sebesat Rp 107,9 miliar. Penyediaan anggaran subsektor lingkungan hidupdiarahkan penggunaannya bagi pelaksanaan berbagai program dan kegiatan yang berkailan denganpembinaan dan pengelolaan lingkungan, serta kegiatan pengendalian pencemaran dan dampaklingkungan. Sr:dangkan subsektor tata ruang ditujukan untuk mendukung program pembinaan danpenataan pertanahan.

Sebagai bagian dari program pengembangan sumber daya manusia, pembangunan bidangketenagakerjaan diarahkan kepada meningkatkan profesionalisme dan etos kerja pada berbagai

a

159

sektor perekonomian. Untuk menunjzrng program-prograrn tersebut, dalam RAPBN 1994/95 sektortenaga kerja memperoleh anggaran belanja rutin sebesar Rp 88,1 miliar. Pembiayaan tersebutdialokasikan untuk satu subsektor, yaifu subsektor tenaga kerja, yang digunakan untuk pembiayaan

rutin pada program pembinaan pclatihan dan produktivitas tenaga kerja, proglam penyebaran danpendayagunaan tenaga kerja, serta program pembinaan hubungan iudustrial dan perlindungan

tenaga kerja. Anggaran rutin bagi program pembinaan pelatihan dan produktivitas tenaga kerjadiarahkan penggunaannya untuk penyelenggaraan latihan kejuruan dan latihan instruktur tenagakerja, serta kegiatan penyuluhan mengenai produktivitas dan pembinaan manajemen usaha.Selanjutnya program penyebaran dan peudayagunaan tenaga kerja dipergunakan untuk berbagaikegiatan yang menyangkut pembinaan ketenagakerjaan dan pencmpatan teuaga kerja, serta untukmenunjang kegiatan pembinaan dan penyelenggaraan pengirirnan jasa tenaga kerja ke bcrbagainegara. Sedangkan program pernbinaan hubungan industrial dan perlindungan tenaga kcrja antaralain dipergunakan untuk mendukung penyelenggaraan norma dan kebijaksanaan ketenagakerjaan,perlindungan danpenyelesaian perselisihanketenagakerjaan, serta pelaksanaan ergonomi,pelayanankesehalan dan keselamalan kerja.

Keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan selama PJP I tidaklah terlepas dariperanan sektor pedambangan dan energi, yang selama ini telah mampu mendorong keberhasikur

dalam pengernbangan dan pembangunan berbagai sektor lainnya. Sekalipun sejak tahun anggaran1986/87 sumbangan penerimaan rnigas terhadap penerimaan negara menunjukkan penurunan,

sektor pertambangan dan energi tetap memiliki peranan strategis dalam menunjang kcgiatanpembangunan di masa mcndatang, sehingga pembinaan dan pengembangannya tetap mendapatkanprioritas penyediaan dana dalam RAPBN 1994/95. Perhatian tersebut tetap diberikau, mengingatbahwa potensi kekayaan berbagai hasil tambang dan energi yang terkandung di bumi Indonesia,merupakan salah satu pendukung penting bagi pertumbuhan industri dalam negeri, sumber devisanegara, sertaperluasankesempatau kerja, sehinggapembinaandanpernanfaatannya bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat tetap dilaksanakan secara seksama.

Dalam rangka melanjutkan pembinaan dan pengembangannya, dalam RAPBN 1994/95sektor pertambangan dan energi mendapat alokasi anggaran belanja rutin sebesar Rp 49,7 miliar.Anggaran tersebut akan dialokasikan pada subsektor pertambangan sebesar Rp 47,3 miliar dansubsektor energi sebesar Rp 2,4 miliar. Anggaran rutin subsektor pertambangan diarahkan untukmenunjang pelaksanaan kegiatan pembinaan dan penyelenggaraan koordinasi usaha-usahapertambangan, kegiatan penelitian mengenai peranan pe(ambangan di luar minyak dan gas bumidi dalam perekonomian, penelitian dan pengolahan bahan galian dan pemanfaatan batu bara sejalandengan usaha konservasi dan diversifikasi penggunaan energi bagi masyarakat, serla kegiatanpenelitian sumber-sumber alam dalam bumi, dan kegiatan pengawasan gunung berapi. Selain itu,anggaran temebut juga akan dipergunakan untuk membiayai kegiatan dalam rangka menunjangprogram perumusan kebij aksanaan teknis, pemberian bimbingan, perijinan, dan pengamananteknis

bidang minyak dan gas bumi, bidang geologi, sumber daya minerat, penyelenggaraan kegiatan

160

penelitian, serta penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di bidang perminyakzn dan gas bumi.

Sedangkan anggaran subsektorenergi digunakan untuk membiayai berbagai kegiatanyang betkaitan

dengan perumusan kebijaksanaan leknis bidang energi, pemberian perijinan di bidang kelistrikan

dart energi baru, kegialan penelitian datt pengembangan di bidang kelistrikan, serta kegiateut

penelitian dan pengembangan betbagai sumber energi lainnya yang potensial.

Dalam RAPBN 1994/95, sektor industri memperoleh alokasi anggaran belanja rutin

sebesar Rp45,5 miliar. Pembiayaan tersebut selain ditujukan untuk mendukung terwujudnya

struktur ekonomi yang makin seimbang, juga ditujukan untuk menjadikan sektor industri sebagai

penggerak utama pembangunan nasional di masa mendatatrg. Penyediaan anggaran belanja rutirt

sektorindustri tersebutakan diarahkan unluk mendukung pelaksanaan program pembinaan industri

rumah tangga, industri kecil dan industri rnenengah, program pembinaan standardisasi industri,

program pembinaan kemampuan teknologi industri dan penataan struktur industri, serta program

pembinaan wilayah industri. Program-program tersebut tliarahkan untuk menunjang pelaksanaan

berbagai kegiatan, seperti pembinaan industri rumah tangga, industri kecil dan industri menengah,

pembinaan aneka industri, pembinaan industri kecil, serta kegiatan pengembangan disain Can

standardisasiproduk-produkindustri. Selanjutnya, anggaran tersebutjugaditujukan untukpembinaan

industri mesin, industri logam dasar dan elektronika, sertapembinaan industri kimiadasar. Mclalrri

berbagai program dan kegiatan dalam sektor industri, juga akan dilaksanakan berbagai upaya

peningkatan kematnpuan dan kerja sama lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan industri,

baik di dalam rnaupun di luar negeri, yang antara lain meliputi penelitian di bidang rancangbangun

dan perekayasaan industri, serta pembiayaanjasa pelayanan industri di bitlang teknik dan konsultasi

industri. Selain itu, anggaran tersebutjuga diarahkanuntuk berbagai kegiatan yang ditujukan untuk

menurnbuhkembangkan kemampuan bangsa dalam penguasaan treknologi industri, penyebaran

pembangunan industri ke seluruh wilayah tanah air, peningkatan kemampuan sumber daya

manusia, serta meningkatkankesadaranmasyarakat tentangpembangunzminduslri yang bcrwawasan

lingkungan.

Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemanfaatan berbagai sarana dan

prasarana dasar yang telah ada, serta mendukung usaha pemantapan kegiatan operasional dan

pemeliharaannya, dalam RAPBN 1994195 jnga disediakan anggaran belanja rutin bagi sektor

pengairan. Dalam hubungan ini, pemeliharaan berbagai saratta dan prasaranayang telah ada, selain

ditujukan untuk mempenahankan tingkat produktivitasnya, juga dimaksudkan agar mampu

memberikan stimulasi secara optimal bagi peningkatan dan kelanjutan pembangunan berbagai

sektor lainlya. Selain daripada itu, pemeliharaan berbagai prasarana secara baik, juga dimaksudkan

agar sarana dan prasarana yang telah ada, mampu berfungsi secara optimal dalam mendukung

berbagai kegiatan ekonomi, sehingga di masa mendaiang akan mampu mengr:mbangkan peluang

investasi masyarakat di berbagai sektor ekonomi.

Sektor pengairan dalam RAPBN 1994/95 memperoleh anggaran belanja rutin sebesar

Rp 21,4 miliar, yang dialokasikan ke dalam subsektor pengembangan sumber daya air sebesar

D

1 6 1

Rp 8,9 miliar, serta subsektol ilrgasi scbesar Rp 12,5 miliar'. Penyediaan anggaran tersebut antar.lain digrtnakan untuk pelzksanaan berbagai kcbijaksanaan operasional pengelolaan sumber daya airdan jaringan ir igasi, yang antara lain dimaksudkan untLrk meniaga keseimbangan antara potensiderlgan kcbutuhan suntber daya air, serta tetap rnemclihara keseimbangan dan kelestarian lingkunganh idup. Pcmbiayaan subsektor pengembangan sumbcr dirya air atrtara lain lnenalnpung pembiayaanbagi berbagai prograrn clan kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan sistern administrasidau pembinaatt tekn!s petrgairatt, serta kegiatan penrbinaan sungai, clanau, dan sumber ait lainnya.Seclangkan petnbiayaan subscktot il igasi akan dipergunakan r.lrtuk mernbiayai per.neliharaaniiigasi, kegiatan pengawflsan, inspcksi saluran datr jaringan irigasi, pcrnbinaan dan pemeliharaanrawit rarvil, kegiatau ope|asional dau pcmcliharaan berbagai peralatan hidrometli, instrumeutasidan pcralalan bangunatt lit dan urekanika batuan, serla berbagai peralatan tcknis pengairan lainnya.

Semcutala itu, daLam langka menutrjang lrcrnbangunan bidang kepariwisataan scrtarrrempcrluas jangkaLran dan kualilas pelayanan.jasa pos dan telckomunikasi, sektor par iwisata, postlan telekornunikrsi jrrgr nrcrnperoleh dukungan auggatan belanja rutin. Pernbangnnan di bidangpaliwisata, di sarnping diarahkan agar semakin berperan sebagai pcnyunrbang devisa, settatttctnpcrlLtas kesetnpatan ker-ja tlan lrerusaha, juga berperal setragai wahana untuk meulurjangkclcstaliirn budaya bangsa. Sedangkan di bidang pos clan telekornun ikasi, sclain ditujukan ulltuknreningkatkarr elisiensi dan keandalan pernberiarrjasa komunikasi, informasi, pos dan gilo kcpadatnasyal akal, juga tligunakau untuk tnendnkung kclancarirn arus barang dan inlbrrnasi antarwilayahd i dalarn negeri clan kc lLral neger i. Untuk :nenunjang kebijaksanaau tersebut, sektor paliwisata, posdan telekotnunikasi tnctxlapatkan alokasi anggaran belauja nrlin sebesar Rp 12,3 ntiliar dalanrITAPBN 1994/95. Anggatan tetsebrt (lipcrgunakan untuk pernbiayaan bclanja rutin subsektorpariwisata sebesal llp [,i,(r milial, dan subscktor pos dan telekomunikasi scbcsar Rp 3,7 tniliar.Anggaran subscktor pariwisata rselain dipergunlkan untuk penyelenggaraan kegiatan pcnbipaalberbagai sarana pcrunjang paliwislta, juga clipetgunakan unluk mcndukung kegiatan pemasaran,pembinaan indttstri dan obyck wisata, pernbinaan hubungan dcngan lernbaga wisata intefnasionnl,pcnrbinaan akonrodasi tlan aneka wisata, serta pernbinaan usaha perjalanan wisata. Scdangkarrattggaran sttbsektor pos dan telekolllunikasi diper gunakan antara lain untuk mernberikan pelayanantekrris dan pcrrgkoor ciinasian pereucanaal tclckomurrikasi, serta perrllinaan, pcngirwasan danslantlaldisasi operasional di bidang pos. tclckomunikasi, dan fr.ekuensi radio.

Upaya meningkatkan kcscjahLcraan tlan kualitas hidup nrasyarakat tidak terlepas drritcrpenuh inya kebutuhan pelunrlhan clan permukirnan, yang lrelupakan salah satu kebuluhan pokokmasyarnkat. Dalam hubungan ini, tclscrlianya pelurnahan clan pel.mukiman yang layak danmelnennhi pcrsyaratan kesehatan tidak sernala-rnata bclkai(an dengan peningkatan kualitas hiclupnrasyafrkat, tctapijlga ber hLrbungan langsung dengln upaya pernerataau hasil-hasil pembangunan.Dalatn rangka menunjang kcberhasilan pelaksanaan kebijaksrrnaan tersebut, sektor perulnahan danpelmukirnan dalanr RAPBN 1994/95 nrentperoleh alokasi anggaran belanja rutin sebesar Rp 9,7rniliar. Anggaran lersebtlt akan dialokasikan ke tlaLam subsektol perurnahan dan permukilnan dan

162

subsektor pcnataan kota dan bangunatr, masing-masing scbesar Rp 6,3 miliar dan Rp 3,4 rniliat.

Anggaran subsektor perumahan dan pcrmukiman diarahkan untuk mcnunjang berbagai plogram

drn kegiatan, yaug antara laiu mencakup pembinaan petumahan clatr permukinran, pembinaan

teknis pcmrnahan, penyelratan lingkungan permukiman, peurbitraan dan pengelolaan air bersih,

serta pcryelenggaraan sistelr adnrinistlasi dan pcmbitraan teknis keciptakaryaan. Sedangkan

anggaran subsektor penataan kora dan bangunan dialalrkzrn tmtuk tnetrunjang pclaksanaan ber bagai

proglam dan kegiatan yang bcrkaitan dengan pembiuiran tata kota dan pembillaan tata bangunan.

Belbagai prograrn pembiayaan dalam sektor perumahan tlan pelmukiman tcrsebr.lt, selainditujukan

untuk mentbiayai berbagai kegiatan rutin, juga akan dirnanfaatkan rnltuk kegiatan perintisatr dan

pembiraan lingkungan peruttrahan, unluk tnetrciptakan Iingkungan perumahan yang belsilal

permallcn dengan kondisi yang sehat, serta pembcrian bantuan tcknis dan pembentukan unit-unit

penyuluhan perumahan dan permukiman di beberapa daer ah. Sclain dalipada itu, anggaran terscbutjuga ditujukan untuk kegiatan yang berkaitan dengan prograrn pembinaan air bet sih dau kcsehatan

lingkungan, melalui pemeliharaan, r'ehabilitasi saluran clan instalasi air bersih, serta ustha peningkatatr

kcbersihan lingkungan dan peurbinaan keselalnatan banguuan cli berbagai tlacrah Atrggatatt

belanja rutin dalam RAPBN 1994/95 yang dirinci bcrdasarkau scktot dan subscktot dapat diikuti

dalam 'l 'abel II.28.

2.3.5. ' Iabungan pemer intah

Tahur 1994/1995 merupakatt awal pcntbangunan jangka panjang kedua tlan sekaligus

Ircrupakan awal Repelita VI, dimana melalui peniDgkatan peranserta lakytt dalarn pembartgullatt

yang disertai dengan peningkrtan efisicnsi dan prnduktivitas kerja akan diupayakan tulnbuhnya

sikap kernanclirian dalarn diti manusia dan masyarakat Indonesia, Tekad kemartdiriarr ini akat.t

tercerrrin pula dalam pelyediann dana penbiayatut pclrthanguuatr, ylng senanliasa akan diupayakalr

agar lebih bcrtunrpu pada surnber yang berasal dari dalarn ueger i. Scrnakin luas dan meudalatnnya

kegiatan pembanglnan yang akan dilaksanakan, baik berupa ilfograln-progl am Ianjutan dat!

Repelita-repelita sebclutnnya maupun pl ogratn-program yang baru, mellunlut tersedianya dlna

penbangunan yang tcrus meningkat.

Sejalan dengan inr, akan dilakukan upaya-upaya untuk nreniugkatkan tabtulgirn ttasiolirl,

baik dalam bcntLlk tabungan masyarakat manpun dalam beutuk tabungrrr pentct irrtth. Pcnirgkalan

tabungln penrerintalr tidak hanya akan dilaktrkan dengan upal'a-up:t1'a pcningkatal pencl imaatr

6alarn negcr i nonmigas, khususnya penerimaan pajak, namurt akarr disefiai pula deugan pengcrrdaliatr

penggunaan tlana, baik rutin rnanputr pctnbangunan, secara lebilt el-ektif dan cfisieu lartpa

ntengganggu kelauclatr tugas-tugas pemctintahan clan pemeliharaan hasil-hasil pelnbangttnatr

yang telah tlicapai selarna 25 tahun pertama pembangunall.

Bcrrlasrrkan pclk itaan pencrirnaatr dalarr tlegeri dalanr RAI'tsN 1994/95 sebesat Rp 59.737' I

nriliar, sedangkan pengeluaran rutin tliperkilakan akan rnencapai scbestl Rp 42 350,8 miliar' dapat

clihirnputr tabungan perncrintah da(arn RAI'BN 1994/95 dipcrkirakaD akan nrencapni sebesar

Rp 17.386,3 rniliar, atau ntengalami peningkatau scbesar 10,9 pclsen bila dibnndingkan dengan

a

'Iabel II.28

AN(;(;ARAN I}I!I,AN.IA RUTIN BERDASARKANSTiKI'OR/S UIISEKTOR, RAPBN 1994/95

(dalarn rniliar rupiah)

NonrorKotle

Sek{or'/Subsektor Jumlah

0 l

0 1 . 1

02

02. I02.2

03

0 3 . 103.2

ft

04.1

05

05.105.205.405.5

06

06.106.z06.306.406.5

07

u. l07.2

SEKTOR INDUSTRI

Subsektor Industri

SEI(TOR PDRTANIAN l )AN I ( I i l l t l ' l r \NAN

Subsektor PertanianSubsektor Kchutanln

SEKTOR PENGAIRAN

SubsckLor Pengemhangan SLrrrrber Daya AirSubsektor ligasi

SI]K'I'OR TENAGA KERJA

Subsektor Tcnaga Kcrja

SEKTOR PERI)AGANGAN, PENGEMBANGAN USAIIANASIONAL, KEUANGAN I)AN KOPERASI

Subsektor Perdagangrrr Dalanr NcgcriSubsektor Perdagangan Luar NegeriSubsektor KeuanganSubsektor Kopcrasi dan Pengusaha Kecil

SEKTOR TRANSPORTASI, METEOROLOGI DAN GEOFISIKASubsektor Prasarana JalanSubsektor Transportasi DaratSubsektor Transportasi LautSubsektor Transportasi UdaraSubsektor Meteorologi, Geofisika, Pencariandan Penyelamatan (SAR)

SEKTOR PERTAMBANGAN DAN ENERGISubsektor PertambanganSubsektor Enersi

45,54 5 5

152,6

92,859,8

21,4

8,9t , <

EE,I

88,r

23.467,9

42,61 3 , 1

23.34s,466,8

LE3,7t L a16,193,135,8

24,4

4917

47,32,4

' Iabel IL28 (lan.iutun)

NomorKode

Scktor/Subsektor Jurn lah

08

08. I08.2

09

09.109.2

l0

10.110.2

l l

1 l . l11.21 1 . 3

1 1 . 4

t2tz.1

13

l 3 . l

t4

14.114.2

15

15. l15.2

SEKTOR PARIWISATA, POS DAN'I'EI,EKONIUNIKASI

Subsektor PariwisataSubsektor Pos clan Telekontunikasi

SEKTOR PEMIIANGUNAN DAERAH DAN TRANSMIGRASI

Subsektor Pembanguttatr DaerairSubsektor'I 'ransmigrasi dan Pcmukitnall Peratnbah Hutan

SEKTOR LINGKUNGAN HIDUP DAN TATA RUANG

Subsektor Lingkungan HidupSubscktor Tata Ruang

SEKTOR PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN NASIONAI,'KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA'PEMUDA DAN OLAH RAGA

Subsektor PendidikanSubsektor Pendidikan Luar Sekolah dan KedinasanSubsektor Kebudayaan Nasional dan Kcpcrcayaarl TerhadaPTuhan Yang Malta EsaSubscktor Pemuda dan Olah Raga

SEKTOR KEPENDUI}UKAN DAN KELUARGA SEJAIITERA

Subsektor Kependudukan da.n Keluarga Bcrencana

SEKTOR KESEJAIITERAAN SOSIAL, KESEHATAN'PERANAN WANITA, ANAK DAN REMAJA

Subsektor Kesejahteraan SosialSubsektor Kesehatan

SEKTOR PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Subsektor Perumahan dan PermukimanSubsektor Penataan Kota dan Bangunan

SEKTOR AGAMA

Subseklor Pelayanan Kehidupan BeragamaSubsektor Pembinaan Pendidilan Agama

12,3

il,63,1

7.206,,4

7, r 60,545,9

l l l , l

lo7,9

2.370,4

2.109,81 5 , o

50,9

6,8

165,5

165,5

303,066,4

236,6

9r76 a3,4

720,7

105,7615,0

p

a

I 'abel II.28 (lanjutan)

NornorKode

Sekior/Subsektor Jumlah

l 6

16.216.3

16.516.6

l7

1 7 , It'l.2

t9

1 9 , 1t9.z19.3

18

t 8 . lt8.2

20

20.220.3

SEK'I'OR II,MU P}]NGEI'AHUAN DAN'I'I i ,KNOI,OGI

Subsektor Ilrnu Pcngctahuan Terapan dan DasarSubsektor Kelernbagaau Prasarana dan Sarana Ilmu Pengetahuandan TeknologiSubscktor KcdirgantaraanSubsektor Sistem Infonnasi dar Statistik

SEKTOR IIUKUMSubsektor Pembinaan Hukurn NasionalSubsektor Pembinaan Aparatur Hukurn

StrKTOR APARATUR NEGARA DAN PENGAWASANSubsektor Aparatur NegaraSubsektor Pendayagunaan Sisteln dau Pelaksanaan Pengawasan

SEKTOR POLITIK, HUBUNGAN I,UAR NEGERI,PENERANGAN, KOMUNIKASI DAN MEDIA MASSA

Subsektor PolitikSubsektor Hubungan Luar NegeriSubsektor Penerangan, Komunikasi dan Media Massa

SEKTOR PERTAHANAN DAN KEAMANAN

Subsektor ABRISubsektor Peudukung

201,0

133,6

18,40,9

48,1

428,0

380,048,0

2.2r3,02.064,9

148, I

797,3

46,85 { t n199,5

3.853,5

3.853,40,1

Jrrmlah Keseluruhan 42,350!8

t66

perkiraan tabungan pemerintah dalam APBN 1993/94. Dengan rencana tabungan pemerintah

tersebut, berarti 63,5 persen dari kebutuhan dana pembangunan dalam tahun anggaratt 1994/95

diperkirakan dapat terpenuhi dari sumber dana dalam negeri, sedangkan 36,5 persen lainnya masih

perlu dibiayai dengan sumber-sumber yang diperoleh dari luar negeri'

2.3.6. Pengeluaran pembangunan

Auggaran belanja pembangunan tahun anggaran 1994,95 adalah rencana pembiayaan

bagi program pembangunan sektor pemerintah dalam rangka mencapai sasaran-sasaran pokok

pembangunan tahun pertama Repelita VI. Sebagai awal dari proses tinggal landas pembangunan

jangka panjang kedua (PJP II), maka sejalan dcngan berkembangnya aspirasi dan kehendak rakyat

terhadap harapan dan arti pembangunan sebagaimana yang tercermin di dalam Garis-garis Besar

Haluan Negara (GBFIN) 1993, pembangunan nasional kini tengah memasuki nuansa-nuansa baru'

Nuansa-nuansa baru tersebut antara lain berupa makin mendesaknya usaha-usaha untuk lebih

meningkatkan pemerataan dan penanggulangan kemiskinan, pengembangan dan peningkatan

kualitas sumber daya manusia, pemeliharaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup

bagi pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, serta peningkatankemandirian

bangsa di segala bidang. Berbagai dimensi baru tersebut telah menempatkan anggaran belanja

pembangunan tahun pertama Repelita VI, yang merupakan bagian tak terpisahkan daripada

RAPBN 1994/95, pada kedudukan yang sangat strategis di dalam keseluruhan upaya, gerak dan

dinamika pembangunan dalam periode pembangunan lima tahun keenam (Repelita VI)' dan

pembangunanjangkapanjangkedua (PJP II). Di samping akan memperkokoh laldasanpembangunan

yang telah berhasil diletakkan selama pelaksanaan PJP I, program pembangunan sektof pemerintah

dalam tahun pertama Repelita VI juga akan memberikan sinergi baru untukmemacu derap langkah

dalam melanjutkan upaya pembangunan dalam tahun-tahun berikutnya'

Dalam rangka mendukung tercapainya sasarall-sasaran pembangunan secara efektif dan

efisien, maka sesuai dengalr arah dan strategi dasar kebijaksanaan pembangunan yang ditetapkan

dalam GBHN 1993 danRepelita VI, kebijaksanaananggaran belanja pembangunan dalam RAPBN

1994195 akan lebih diarahkan terutama untuk menunjang pemerataan pembangunan dan hasil-

hasilnya yang makin adil dan meluas, meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi,

serta menj aga stabilitas nasionalyang sehatdan dinamis, sej alan dengan upayapeningkatan kualitas

manusia dan kualitas kehidupan masyarakat. Dalam rangka metdngkatkan upaya pemerataan

sebagai unsur pertama daripada Trilogi Pembangunan tersebut, prioritas kebijaksanaan anggaran

belanj a pembangunan dalam RAPBN | 994/95 akan diarahkan terutama pada (a) upaya pemerataan

kesempatan memperoleh pendidikan dalam rangka pelaksanaan program wajib belajar pendidikan

dasar sembilan tahun, (b) upayapemerataan kesempatan berusahadanpembinaan usaha, khususnya

bagi golongan masyarakat yang masih berkemampuan lemah, (c) upaya penciptaan dan perluasan

lapangankerja guna menarnpung angkatan kerjayang terus meningkat, serta(d) usahapembangunan

daerah dankawasan yang kurang berkembang (terbelakang), terutama di kawasan timur Indonesia.

Selain daripada itu, dalam rangka mendukung upaya pertumblthan ekonomi yang cukup tinggi dan

167

sekaligus meningkatkan secara bertahap kemandirian dan peranserta masyarakat dalampembangunan, kebijaksanaan pengeluaran pembangunan juga akan diarahkan untuk merangsangdan menunjang berkembangnya potensi pembangunan masyarakat, serta menciptakan iklim yangkondusif bagi kegiatan-kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh masyarakat dan duniausaha. Sedangkan dalam rangka menjaga kesinambungan pemanfaatan sumber daya alam bagikelangsungan pembangunan di masa-masa mendatang, kebijaksanaan pengeluaran pembangunanakan lebih diarahkan untuk menunjang pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup, gunamernpertahankan keseimbangan ekosistem, sebagai upayanyatadalam mewujudkan pembangunanyang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Sejalan dengan semakin luasnya program pembangunan seklor pemerintah yang akandilaksanakan, maka dalam RAPBN 1994/95 anggaran belanja pernbangunan direncanakan sebesarRp 27.398,3 miliar, yang berarti mengalami peningkatan sebesar Rp 2.171,1 miliar atau 8,6persenbila dibandingkan dengan anggaran belanja pembangunan dalam APBN 1993/94. Peningkatanyang sangat terbatas tersebut dimaksudkan untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang dapattimbul dalam tahun anggaran mendatang, berkenaan dengan masih besamya kendala, baikekst'emalmaupun intemal, dan semakin beratnya tantangan yang akan dihadapi. Dana pembangunan yangjumlahnya terbatas tersebut harus dapat diupayakan untuk mencapai sasaran-sasaran pembangunansecara optimal, sehingga oleh karenanya program dan proyek pembangunan yang akan dibiayaidengan dana APBN harus direncanakan secara cermat, dipilih secara selektif, dan diarahkan pada6idang-bidang yang secara strategis mendorong dan menggairahkan partisipasi masyarakatdi berbagai bidang. Demikian pula prioritas alokasi anggaran belanja pembangunan akan makindipertajam, dengan lebih mengarahkan penianfaatannyapada penyelesaianproyek-proyekproduktiflanjutan, penyediaan dana pendamping bagi proyek-proyek yang berbantuanluarnegeri, peningkatanpemerataan pembangunan bagi penanggulangan kemiskinan, pengembangan dan peningkatankualitas sumber daya manusia, serta penyediaan sarana dan prasarana dasar yang secara langsungmendorong pertumbuhan ekonomi.

Dalam tahun anggaran 1994195, upaya pemerataafl pembangunan dalam rangkapenanggulangan kemiskinan akan lebih ditingkatkan secara berkelanjutan, t€rutama di desa-desatertinggal, dengan lebih memadukan program-program pembangunan, baik sektoral maupunregional, serta diarahkan secara langsung untuk menjangkau kelompok sasaran melalui peningkatankesempatan kerja dan kesempatan berusalia yang semakin adil dan merata, yang pelalsanaannyaakan diupayakan lebih terkoordinasi. Untuk menunjang upaya peningkatan penanggulangankemiskinan tersebut, dalam RAPBN I 994/95 melalui anggaran belanja pembangunan dialokasikandana khusus dalam bentuk Inpres desa tertinggal (IDT), sebagai bagian dari gerakan nasional danstrategi penanggulangan kemiskinan yang menyeluruh dan terpadu untuk mempercepatperkembangan sosial dan ekonomi masyarakat/desa tertinggal menuju kondisi ketangguhaqketahanan, dan kemandirian. Program ini dilaksanakan secara bertahap dsn berkelaniutan, denganmengikutsertakan berbagai instansi dan lembaga, baik pemerintah rnaupun swasta, tennasuk

r68

perguruan tinggi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan, dan lembaga kemasyarakatan lainnya.

Sementara itu, program pembangunan daerahjuga diupayakan peningkatannya secaralebih merata,

dengan memberikan perhatiau khusus pada kawasan timur Indonesia, daerah transmigrasi, daerah

terpencil, dacrah minus, daerah kitis, daerah perbatasan, dan daerah terbelakang lainnya, yang

disesuaikan clcngan priolitas dan potensi daerah yang bersangkutan. Sejalan dengan itu, diupayakan

peningkatan kualitas sumber daya manusia, melalui peningkatan produktivitas dengan pendidikau

nasional yang nrakin merata clan bermutu, disertai peningkatan tlan pcrluasan pendidikan keahlian

yang dibutuhkan berbagai bidang pctnbangnnau, serta pengembangan ilmu pengetahuan dau

teknologi yang makin mantap. Strategi alokasi pengeluaran pembangunan, baik menurutsektor dan

subsektor, jenis, maupun sumber pernbiayaan secara lebih terinci akan diuraikan sebagai berikut.

2.3.6.1 Pengeluaran pernbangunan berdasarkan sektor dan subsektor

Rcncana alokasi anggaran belanja pembangunan dalam RAPBN 1994/95 disusun

bcrdasarkan skala prioritas yang ditctapkan dalamGBHN 1993,dan diupayakan untuk mencerminkan

arah kebijaksanaan pembangunan lirna tahun keenam (Repelita VI). Oleh karena itu, susunan

sektor, subsektor, tlan prograrn-program pembangunan dalam RAPBN 1994/95 diubah, ditambah,

dan dikembangkan mengikuii urutan bidang pembangunan dalam GBHN 1993 dan Repelita VI

Sebagai kelanjutan, peniugkatan, perluasandan pemba haruan dari tahapanpembangunanscbelumttya,

maka jumlah sektot, subsektor tlan program-program pembangunan dalam anggaran belanja

pembangunan tahun anggaran 1994/95 diperluas masing-masing menjadi 20 sektor, 53 subsektor'

dan 146 program, dari 18 sektor,32 subsektor, dan 126 programdalalnRepelita-tepelitasebelumnya.

Penyesuaian dan penyempurnaan alokasisektoral dalam anggaran belanjapembangunan antara lain

dilakukan melalui peningkatan status dan pengintegrasian bcberapa subsektor menjadi sektor baru,

pcnggabungan dan pemisahan sektor, subsektor dan program, peningkatan beberapa program

menjadi subsektor baru, penambahan beberapa program bar[, serta penyesuaian nama-nama scktor,

subsektor dan program dengan butir butir rumusan GBHN 1993.

Sesuai tlengan arahan GBHN 1993 dan Rcpelita VI, lnaka prioritas pengeluaran

pernbangunan dalam RAPBN 1994/95 dititikbcratkarl pada pembangunan scktor-sektor di bidang

ekonomi dcngan kctcrkaitan antara industri dan pcrtanian, ser ta peningkatan sumber daya manusia.

Sejalan dengan itu, dalam rangka pemerataan kegiatan dan hasil-hasil pembattgunan, dalam

l{epelita VI upaya pengentasirn kemiskinan akan lebih ditingkatkan dengan mengintegt asikan

belbagai program yang selama ini telah dilaksanakan di berbagai sektor, seperti program bantuan

pernbangunirn daerah (Inpres), program transtnigrasi, prograll pengembangan kawasan tcrpadu

(PKT), program pengcrnbangan wilayah (PPW), scrta perlyediaan berbagai fasilitas pelayanzut

dasar lainnya, secala lintas sektoral ke dalam satu penanganan yang langsung menjangkau

kelompok sasaran. Pelhatian khusus akan diberikan terutama kepada dacrah-daetah terbelakang

clan dacrah terpencil di kawasan timur Indonesia, serla daerah permukiman baru dan daerah

transmigrasi. Sehubungan denganitu, dalam rangka mempercePatpemerataanpenyebaran penduduk

dan pembangunan antardaetah, meningkatkan kcsejahteraan rakyat, merangsang prakarsa dan

169

peranserta aktifmasyarakat dalam pengembangan wilayah, meningkatkan pendayagunaan potensidaerah secara optimal dan terpadu, serta mewujudkan otonomi daerah yang makin nyata, dinamis,serasi dan bertanggungjawab, dalamRAPBN 1994/95 sektorpembangunan daerahdan transmigrasidisediakan anggaran pembangunan sebesat Rp 5.504,3 miliar. Anggaran tersebut direncanakanalokasinya masing-masing untuk subsektor pembangunan daerah sebesar Rp 4.547,9 miliar sertasubsektor transmigrasi dan pemukiman perambah hutan sebesar Rp 956,4 miliar.

Di subsektor pembangunan daerah, anggaran pembangunan akan diarahkanpemanfaatannya untuk membiayai program pembangunan desa, program pembangunan daerahtingkat II, program pembangunan daerah tingkat I, program pembangunan desa tertinggal, sertaprogram pengembangan kawasan khusus. Hal ini dimaksudkan sebagai usaha untuk menyerasikanlaju pertumbuhan ekonomi, baik antardaerah, antarkota, antardesa, antara desa dan kota, maupunantarsektor, sertamembuka isolasi dan mempercepatpembangunan daerah terpencil, daerah minus,daerah kritis, dan daerah perbatasan, terutama di kawasan timur Indonesia. Anggaran bagiprogramp,embangunan desa, di samping akan dialokasikan kepada masing-masing desa sebagai bantuanbagi peningkatan sarana dan prasarana sosial ekonomi, juga akan dimanfaatkan untuk bantuankeserasian, pembinaan operasional pembangunan di kecamatan dan lain-lain. Sementara itu,anggaran bagi program pembangunan daerah tingkatll antara lain direncanakan untukpeningkaaankualitas pengelolaan rencana umum tata ruang, peningkatan manajemen perdesaan, peningkatanpengelolaan kawasan kumuh dan kantong-kantong kemiskinan, peningkatan pengelolaan potensikota, penyediaan sarana dan prasarana air bersih, serta penanganan dan pengelolaan air limbahperkotaan dan drainase kota bagi sekitar 200 kota. Dalam program pembangunan daerah tingkat IItersebut, masing-masing kabupaten/kotamadya akan diberikan bantuan yang besamya ditetapkanatas dasarjumlah penduduk. Selain daripada itu, kepada setiap daerah tingkat IIjuga dialokasikandana Inpres pasar dalam bentuksubsidi bunga bagi kredit pembangunan dan pemugaran pasar, danaInpres peningkatan jalan kabupaten, serta dana Inpres penghijauan. Selanjutnya melalui programpembangunan daerah tingkatl, masing-masing propinsi akan diberikan bantuan dasar, dan bantuantambahan yang jumlahnya dihitung atas dasar luas wilayah daratan, bantuan peningkatan jalanpropinsi dan bantuanpembangunanreboisasi. Sementara itu, gunamempercepatupaya pengentasankemiskinan terutama di daerah perdesaan, mulai tahun anggaran 1994/95 dialokasikan anggaranbagi program pembangunan desa tertinggal. Pada dasarnya program tersebut merupakanpengembangan dari berbagai program penanggulangan kemiskinan yang telah dilaksanakan dalamtahun-tahun sebelumnya. Dalam program tersebut kepada setiap desa tertinggal diberikan alokasibantuan sebesar Rp 20juta, yang dalam rangka mewujudkan kemandirian dan menciptakan pusatpertumbuhan desa, akan diarahkan penggunaannya antara lain untuk menggerakkan kegiatan sosialekonomi perdesaan melalui penerapan prinsip desentralisasi dan partisipasi secara terafah danterpadu denganprogram-programpembangunanlainnya, baik sektoral maupunregional. Sedangkandalam rangka menunjang pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi, khususnya di 40 kawasanstrategis, melalui program kawasan khusus direncanakan pemugaran perumahan d€sa, penyediaansarana dan prasarana air bersih, serta penanganan air limbah dan drainase.

170

Guna meningkatkandan mengembangkan potensi daerah, serta membangun permukiman

baru, kebijaksanaan pembangunan subsektortransmigrasi dan pemukiman perambah hutan terutama

ditekankan pada upaya mendukung pembangunan daerah, memperluas penyebaran penduduk dan

lapangan kerja ke seluruh wilayah tanah air, serta meningkatkan mutu kehidupan penduduh baik

bagi penduduk yang berpindah maupun yang menetap di lokasi transmigrasi, serta menunjang

upaya pelestarian lingkungan hidup. Berkaitan dengan itu, anggaran pembangunan subsektor

transmigrasi dan pemukiman perambah hutan direncanakan alokasinyauntuk prognm permukiman

dan lingkungan transmiglasi, serta program pengerahan dan pembinaan transmigasi. Dalam

kaitannya dengan program permukiman dan lingkungan transmigrasi, anggaran pembangunan

direncanakan untuk menyiapkan permukiman bagi sekitar 50 ribu kepala keluarga (KK) dari Jawa,

Bali dan NusaTenggara, serta penyiapan sekitar 48.000 hektar lahan pekafangan, lahan usahal dan

lahan fasilitas umum serta pembangunan sekitar 53 ribu unit rumah transmigran dan fasilitas umum,

Pemukiman transmigrasi bagi sekitar 50 ribu KK tersebut meliputi pula pemukiman penduduk

setempat, termasuk perambah hutan sebanyak kurang lebih 25 persen dari seluruh jumlah yang

ditempatkan. Sementara itu, dalam rangka program pengerahan dan pembinaan transmigran,

anggaran pembangunan akan dimanfaatkan untukmenunjangpenyusunam rcncana telcris pemindahan

dan penempatan transmigran di seluruh propinsi, pelaksanaan pemindahan sekitar 50 ribu KK,

penyuluhan, bimbingan dan pembinaan sosial budaya dan ekonomi bagi sekitar 240 ribu KK

transmigran di 21 propinsi, serta evaluasi terhadap pelaksanaan ptogram transmigrasi.

Untuk mendukung tercapainya sasaran pembangunan industri yang memiliki keterkaitan

yang erat den gan pertanian, dalam tahun anggaran 1994D5 prioritas alokasi anggaran pembangpnan

sektoral diarahkan pada sektor-sektor yang menyediakan berbagai sarana dan prasarana dasar, yang

mampu mendukung terciptanya iklim yang kondusif bagi tumbuhnya investasi, baik di seklor

industri maupun di sektor-sektor lainnya, seperti sektor transportasi, meteorologi dan geofisika,

serla sektor pertambangan dan energi.

Dalam rangka mewujudkan sistem transportasi nasional yang handal dan berkemampuan

tinggi di dalam menunjang gerak dinamika pembangunan, mobilitas manusia, barang dan jasa, pola

distribusi nasional, serta pengembangan wilayah dan peningkatan hubungan intemasional, dalam

RAPBN 1994i95, seklor transportasi, meteorologi dan geofisika diberikan alokasi anggaran

pembangunan sebesar Rp 5.225,5 miliar. Anggaran tersebut akan dialokasikan masing-masing

untuk subseklof prasarana jalan sebesar Rp 3.530,6 miliar, subsektor hanspodasi darat sebesar

Rp 589 miliar, subseklor transportasi laut sebesar Rp 466,8 miliar, subsektor tansportasi udala

sebesar Rp 605,4 miliar, serla subsektor meteorologi, geofisika, pencarian dan penyelamatan

(SAR) sebesar Rp 33,7 miliar.

Di subsektor prasarana jalan, anggaran pembangunan direncanakan alokasinya bagi

programrehabilitasidanpemeliharaanjalandanjembatan,programpeningkatanjalandanpenggantianjembatan, serta program pembangUnanjalan dan jembatan. Dalam rangka program rehabilitasi dan

pemeliharaan jalan dan jembatan, anggaran pembangunan antara lain direncanakan untuk

171

pemeliharaan rutin jalan ar0eri dan kolektor, serta jalan poros desa, masing-masing sepanjang23.2fi) kilometet dan 7.160 kilometer, serta pemeliharaan berkala jalan dan jembatan, masing-masing sepanjang 5.100 kilometer dan sepanjang 12.030 meter. Di samping itu, dalam rangkaprogam peningkatan jalan dan penggandan jembatan, anggaran pembangunan akan digunakanuntuk peningkatan jalan arteri dan koleltor sepanjang 5.039 kilometer, jalan lokal sepanjang l l.g30kilometer, termasuk jalan poros desa sepanjang 1.150 kilometer, serta penggantian jembaansepanjang 13.852 meier. Demikian pula dalam rangka program pembangunan jalan dan jembatan,anggaran pembangunanjuga direncanakan untuk pembangunanjalan arteri dan kolektor sepanjang1.050 kilometer, jalan poros desa sepanjang 650 kilometer, danjembatan sepanjang l.l00meter.Berbagai program lersebut diharapkan dapat meningkatkan kapasitas pelayanan jasa hansportasidarat, menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, merangsang pengembangankawasan yang masih harus dipacu pertumbuhannya, serta membuka daerah-daerah pedalamandan terisolasi.

Pada subsektor transportasi darat, anggaran pembangunan akan dialokasikan bagipembiayaan program pengembangan fasilitas lalu lintas jalan sebesar Rp zl4,g miliar, programpengernbangan perkeretaapian sebesar Rp 426,9 miliar, serta program peningkatan angkutansungal, danau dan penyeberangan sebesar Rp 117,3 miliar. Melalui program pengembanganfasilitas lalu lintas jalan, anggaran pembangunan antara lain direncanakan untuk pengembanganpola transpoftasi jalan, serta pengadaan dan pemasangan fasilitas lalu lintas angkutanjalan raya di27 propinsi. Sedangkan melalui program pengembangan perkeretaapian, anggaran pembangunanalan dimanfaatkan untuk peningkatan dan rehabilitasi jalur kereta apr sepanjang 62 kilometet,pembangunan jalur kereta api ganda parsial sepanjang 39 kilometer, pengadaan sarana kereta api,serta rehabilitasi sarana pendukung, seperti sinyal dan telekomunikasi. Melalui berbagai proyekpengembangan perkeretaapian tersebut, diharapkanpadapertengahan tahun 1995 dapat dioperasikankereta api dengan waktu t€mpuh yang lebih pendek. Sementara itu, dalam rangka programpeningkatan angkutan sungai, danau, dan penyeberangm, anggaran pembangunan antara laindirencanakan untuk pembangunan dan rehabilitasi detmaga, sungai, danau, dan penyebetanganberikut fasilitas-fasilitasnya, pengadaan kapal yang berlokasi di beberapa daerah, pemasanganrambu-rambu sungai, pengerukan sungai dan danau, peningkatan dan pemeliharaan alur sungai,serta pemetaan sungai dan danau.

Di subsektor transportasi laut, anggaran pembangunan akan diarahkan penggunaannyaantara lain untuk membiayai berbagai proyek dalam program pengembangan fasilitas pelabuhanlaut' program keselamatan pelayaran, serta program pembinaan/pengembangan arrnada pelayaran.Melalui program pengembangan fasilitas pelabuhan laut, anggaran pembangunan atan digunakanuntuk pembangunan sarana dan prasarana pelabuhan, antara lain berupa pembangunan dermagabaru sepanjang 1.632 meter, gudang seluas 5.600 meter persegi, lapangan penumpukan seluas22.525 meter persegi, dan terminal penumpang seluas 5.350 meter persegi. sedangkan melalui

172

program keselamatan pelayaran, anggaran Pembangunan akan dimanfaatkan untuk melanjutkan

pembangunan menara suar sebanyak 2 unit, rambu suar sebanyak 93 unit, dan pengerukan alur-

alur pelayaran yang diperkirakan mencapai sebesar 10,6 juta meter kubik. Demikian pula melalui

program pembinaan/pengembangan armada pelayaran, anggaran pembangunan akan digunakan

untuk pengoperasian armada pelayaran perintis sebanyak 34 kapal. Berbagai program tersebut

diharapkan dapat meningkatkan pelayananjasa hansportasi laut yang layak dan aman, mendukung

kelancaran ekspor nonmigas dan pertumbuhan perdagangan, serta menunjang upaya peningkatan

pembangunan pelayaran nasional.

Sementara itu, guna memenuhi kebutuhan jasa transportasi udara dalam negeri yang

mampu beroperasi secara optimal dan menjangkau seluruh wilayah nasional, serta memenuhi

kebutuhan jasa penerbangan luar negeri yang makin kompetitif, anggaran pembangunan subsektor

transportasi udara akan dimanfaatkan untuk program pengembangan fasilitas bandar udara,

program keselamatan penerbangan, sertaprogram pembinaary'pengembangan armadaudara' Dalam

rangka program pengembangan fasilitas bandar udara, anggaran pembangunan antara lain

direncanakan untuk peningkatan dan pemeliharaan fasilitas landasan dan terminal, sedangkan

melalui program keselamatan penerbangan, akan dilakukan penambahan peralatan pendukung

keselamatan penerbangan, serla penyediaan pfasiuana kalibrasi peralatan telekomunikasi dan

navigasi udara. Dalam rangka program pembinaan dan pengembangan armada udara, anggaran

pembangunan antara lain juga direncanakan untuk penyediaan jasa angkutan udara perintis yang

akan melayani 42 rute penerbangan. Selanjutnya, guna menunjang penyediaan informasi cuaca dan

geohsika yang makin andal, serta mendukung kelancaran dan keselamalan penyelenggaraan jasa

hansportasi laut dan udara, anggaran pembangunan di subsektor meteorologi dan geofisika,

pencarian, dan penyelamatan (SAR) antara lain akan dimanfaatkan untuk pembangunan stasiun

klimatologi di beberapa daerah, serta pengadaan peralatan meteorologi penerbangan di beberapa

bandar udara.

Sejalan dengan pengembanganjaringan transportasi, pembangunan sektorpertambangan

dan energi akan lebih ditingkatkan untuk menunjang upaya pemenuhan kebutuhan bahan baku bagi

indutri dalam negeri dan keperluan masyarakat, peningkatan ekspor, peningkatan penerimaan

negara dan pendapatan daerah, serta perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha. Dalam

RAPBN 1994/95, sektor pertambangan dan energi disediakan anggaran pembangunan sebesar

Rp 3.581,9 miliar. Anggaran tersebut akan dialokasikan masing-masing untuk subsektor

pertambangan sebesar Rp 67,8 miliar dan subsektor energi sebesar Rp 3.514'1 miliar.

Di subsektor pertambangan, dalam pangka meningkatkan produksi, menganekaragamkan

hasil tambang, serta meningkatkan pengelolaannya secarahematdan optimal, anggaranpembangunan

akan diarahkan pemanfaatannya untuk program pengembangan geologi dan sumber daya mineral,

program pembangunan pertambangan, dan program pengembangan usaha pertambangan rakyat

terpadu. Melalui programpengembangan geologidan sumberdayamineral' anggaran pembangunan

t '7 3

antara lait) (li let)cilrakiu untuk pellletaart dan pcnycliclikan geologi dan surnber daya tninelal, sertapenyelidrkan sumbcr daya kelautan, lingkungan pautai dan lepas pantai. Sedangkan rnclaluiplogram penlbangunan pcrtarnbangan, anggararl pernlraugunan antara Iain akau digunakan untukpencarian cadangan baru dal pcnganek a ra g aman hasil tarnbang, pembinaan pengLrsahaanpertambangan, pengerrlbangan pusat-pusat informasi minelal, pengembangan teknologipengolahanbahan galian, pengembangan nrineral induslri, sertl pengembangan dan pcmanfallan batu baraunlr.rk bahan bakar industri dan rulnah tanggrr. Scmcntalt itu, untuk nteningkatkan peransertamasyarakat dalam pernbangunan peltalnl)angan, dalarn rangka program pengembangan usahapertarnbangan rakyat tel?ird u, ntara lain dilencanakan pengcmbangan potensi usaha pel tambangantakyat rnclalr.ri pola pcr'larnbangln skala kecil,

Di su bsek tor energ i, gu na rne rlett u h i kebu tr.rhan cnclg i, khususnya di sektol industri, scrtamcningkatkan kesejahteraan masyalakat, baik di dacr ah pclkotaan rnaupun d i perdesaan, anggaranpenbangunan akan clialokasikan untuk plograrn pengembalgan lenaga listrik sebesar Rp 3.120,5mi l i r r , progrLrm pengembangan l is t r ik peldesaon sebcsar Rp 358,2 mi l iar , ser ta programpengernbangan tctraga migas, batLrbar a dal energi lainnya sebesar Rp 35,3 miliar, Melalui pr.ogrampengenrbangan tenaga listrik, anggaran pembangunan antala lain dilencanakan untuk mernbiayaiproyek-proyek pernbangunan pcm bangkit tcnaga listrik, baik pemtrangkit Iistr ik tcnaga air (PLTA),pembangkit listrik tenaga gas (PLTG), pemhangkit lislrik tenaga gas tlan uap (PLTGU), maupunpembarrgkit listlik tenaga dieseJ (PLTD). Selain tlaripatln itu, rnelaluiprogram yang samajuga akandilakukan pernbarrgunan jaringan transmisi sepanjang L866 kilomeLer sirkit (knis), pembangunangardu intluk dengal kapasitas 8.420 ntega-volt-anrpcrc (MVA), serta perluasan _jalingan distribusitegangan mcnengah dan tegangan rerrdah, rnasing-lnasing sepanjatrg 26.338 kilometer silkit danscpanjang 40.687 kilometer sirkit, Seclangkan dalarr langka program listrik perdesaan, auggaLaupetnbangunan antara lain dilencanakan untuk pembangunan pernbangkit listrik tenaga diesel(PLTD) dengan kapasitas 9,52 rncgawatt (MW), serta penyarnbungan alilan listrik bagi sebanyak3.341 desa. SeJanjutnya mclalui program pengerrbangan tenaga Inigas, batu bara dan energilainnya, anggararr penrbangunan antara lil in direncarrakan untuk ntembiayai proyek-proyekrehabilitasi dan perluasan pipa transmisi rlan pipa distribusi, pengadaan dar) pemasangan meter gas,serta penyebarluasan infolmasi dan bimbilgau tcknis kepada para konsutnen dengan mengadakankampanye hen'rat energi-

DalamRepelita VI, prioritas pembangunan selailr ditekankan pada pcmbangunan ekonomiyang mcngarah parla upaya pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, seiring denganpelnerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, tanpa mengabaikan stabilitas yang mantap, jugaditekankan pada pembangunan surnher daya manusia. Pembangunan dan peningkatan kualitassumber daya manusia tersebut akan semakin ditingkatkan, terutama melalui pemerataan danpeningkatan mutu pendidikan, yang disel tai dengan peningkatan dan perluasanpendidikan keahlianyang dibutuhkan oleh berbagai bidang pembangunan yang makin luas clan kompleks. Sehubungandenganitu, dalamRAPBN 1994i95, sektorpendidikan, kebudayaan nasional, kepercayaan terhadap

174

Tuhan Yang Maha Esa, pemuda dan olah raga, direncanakan memperoleh alokasi anggaran

p"_bangunin sebesar Rp 3.061,3 miliar. Anggaran tersebut akan dialokasikan masing-masing.untuksubsektorpendidikansebesarRp2.T83,4miliar,subsektorpendidikanluarsekolahdan

kedinasan sebesar Rp 194,8 miliar' subsektor kebudayaan nasional dan kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa sebesar Rp 52,? miliar, serta subsektor pemuda dan olah raga sebesar

Rp 30,4 miliar.

Di subsektor pendidikan, prioritas alokasi anggaran pembangunan diarahkan ierutama

pada upaya pemerataan kesempatan memperoleh pendittikan dasar' melalui pelaksanaan Wajib'n"U.;u.

llnaiaimn Dasar Sembilan Tahun. Di samping itu juga akan diupayakan peningkatan

kualitas tlan daya tampung di semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan' termasuk pendidikan

kejuruan. Gunamencapai berbagai sasaran tersebut, anggaran pembangunandi subsektor pendidikan

akan dialokasikan untuk program pembinaan pendidikan dasar' program pembinaan pendidikan

menengah, program pembinaan pendidikan tinggi, program pembinaan tenaga kependidikan dan

kebudayaan, serta program operasi dan Perawatan fasilitas pendidikan dan kebudayaan' Dalam

rangka meningkatkan mutu pendidikan prasekolah, melalui program pembinaan pendidikan dasar'

anggaran pembangunan antara lain direncanakan untuk pengadaan alat peraga dan penunjang

p"iiiaimn, serta penyelenggaraan penataran bagi kepala sekolah' penilik sekolah' dan guru TK'

ielanjutnya, untuk meningkatkan daya tampung dan kualitas pendidikan di tingkat sekolah dasar

(SD) iermasuk madrasah ibtidaiyah (MI), melalui program yang sama anggaran pembangunan

di.encanukan antara lain untuk pembangunan 700 gedung SD di daerah permukiman baru dan

daerah transmigrasi, rehabilitasi sejumlah ruang kelas SD' dan penambahan 2'650 ruang.kelas SD

beseltaperlengkapannya.Dalamrangkameningkatkankualitaspendidikandasar'melaluiprogramyang s{lma, onggurun pembangunan selain direncanakan untuk pencetakan dan pendistribusian

setitar ge juta eksemplar buku pelajaran dan buku bacaan, serta pengadaan 20 ribu alat peraga

pendidikan, juga akan digunakan untuk penyediaan sarana mobilitas para penilik' dalam rangka

peningkatankualitaskemampuanedukasibagisekitarl40ribugurumelaluipenyetaraanguru."toru O-2, serta penataran bagi kepala sekolah, penilik' dan pembina SD' Seperti tahun-tahun

sebelumnya,bagisetiaPsD(Negeli,sebagianswastadanmadrasahibtidaiyah)disediakanbantuanbiaya operasional dan perawatan sebesar Rp 700 ribu per sekolah yang pengelolaannya,langsung

ditangani oleh kepala sekolah. Selain itu guna meningkatkau peranan pemerintah daerah dalam

peninlkutan mut , pendidikan terutama pada tingkat SD, akan diselenggarakan lomba sD tingkat

i""a-otu' dan Dati II. Dalam pada itu, untuk meningkatkan pembinaan pendidikan bagi anak

berkelainan,baikfisikmaupunmental,akandilakukanpengembalgan'pembangunan'danrehabilitasisekolah luar biasa (SLB) berikut pengadaan perabot dan alat peraga' serta penataran bagi pembina

dan pengelola SLB.

GunamendukungpelaksanaanWajibBelajarPenditlitanDasarSembilanTahun,makadalam upaya meningkatkan daya tampung sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP)' anggaran

pemban!unun antaralain direncanakan untukpembangunan gedung baru' penambahan 5 '400 ruang

175

kelas, rehabilitasi sejumlah ruang kelas, dan penggantian perabot pendidikan. Di samping itu,khusus bagi daerah-daerah tertentu yang tidak memungkinkan pelaksanaan sekolah biasa,direncanakan penyelenggaraan pendidikan jarak jauh melalui SLTP Terbuka dan SLTP Kecil.Selanjutnya, untuk meningkatkan mutu pendidikan tingkat SLTP, akan dilakukan pendistribusian

kurang lebih 12 juta eksemplar buku pelajaran, dan 4 juta eksemplar buku bacaan bagi koleksiperpustakaan, pengadaan sekitar 44 ribu alat pendidikan, serta pembangunan sekitar 200 ruangp€rpustakaan dan ruang laboratorium. Untukmeningkatkankemampuanprofesional tenagapendidiktingkat SLTP, akan diupayakan pemantapan kerja guru (PKG), penataran bagi 14.650 guru bidangstudi dan 1.200kepala sekolah/calon kepala sekolah, penataran lain bagi sekitar90 ribu orang guru,

seda peningkatan kualifikasi setara D-3 bagi 52 ribu guru SLTP.

Selanjutnya, dalam rangka mendukung peningkatan dayatampung dan kualitas pendidikarlmenengah tingkat atas, melalui program pembinaan pendidikan menengah akan dilakukanpembangunan 58 gedung SLTA yang dilengkapi dengan ruang laboratorium, perpustakaan danfasilitas penunjang lainnya, penambahan 566 ruang kelas baru, rehabilitasi 252 sekolah,pendistribusian sekitar 5,-5 juta eksemplar buku pelajaran dan 1,7 juta buku koleksi perpustakaan,

serta penataran bagi sekitar 60 ribu orang guru. Untuk menyiapkan bekal pengetahuan danketerampilan siswa sekolah kejuruan sebelum memasuki lapangan kerja, melalui program yang

sama akan diperluas 13 rinit sekolah kejuruan, penambahan 1.700 ruang teori, ruang praktek, danruang penunjang pendidikan, rehabilitasi 280 gedung sekolah kejuruan, serta penataran bagi 13.106orang guru.

Untuk menunjang upaya peningkatan kualitas dan daya tampung pendidikan tinggi,melalui program pembinaan pendidikan tinggi, anggaran pembangunan antara lain akan digunakanuntuk pembangunan gedung pendidikan berupa ruang laboratorium, ruang kuliah dan gedungperpustakaan seluas 410 ribu meter persegi, serta pengadaan buku, jumal, dan majalah sebanyak140 ribu eksemplar. Sementara itu, untuk meningkatkan mutp tenaga kependidikan, khususnyadosen, melalui program yang sama diselenggarakan pendidikan pasca sarjana (S-2 dan S-3) bagi8.600 orang. Di samping itu akan ditingkatkan kegiatan penelitian hibah bersaing, penyediaan beasiswa bagi l2 ribu orang mahasiswa, dan pengembangan politeknik. Sementara itu, anggfian yang

disediakan bagi program pembinaan tenaga kependidikan dan kebudayaan antara lain akan

dimanfaatkan untuk peningkatan mutu, pengadaan, penempatan, dan pemerataan guru dan tenagapendidikan lainnya di semuajenis, jalur, dan jenjang pendidikan. Peningkatan mutu guru SD akan

dilal<ukan antara lain melalui pendidikan setara D-2 bagi sekitar 140 ribu orang, sedangkanpendidikan calon guru SD diselenggarakan oleh lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK)

bagi sekitar 21 ribu orang. Dengan dukungan anggaran pembangunan di subsektor pendidikan

iersebut diharapkan angka partisipasi mumi pendidikan tingkat SD, SLTP, SLTA, dalam tahunpertama Repelita VI akan dapat ditingkatkan masing-masing menjadi sebesar 93,2 persen, 4i,lpersen, dan 25 persen, sedangkan angka parrisipasi kasar pendidikan tinggi diharapkan mencapaisebgsar 10,9 persen.

l / o

Di subsektor pendidikan luar sekolah dan kedinasan, anggaran pembangunan akandimanfaatkan untukmembiayai pro$ampendidikan luar sekolahdan pmgram pendidikan kedinasan.Dalam rangka meningkatkan kemampuan dasar serta memperluas kesempatan belajar dan berusahabagi anggota masyarakat, melalui program pendidikan Iuar sekolah direncanakan pemberantasantiga buta, yaitu buta aksara dan angka, butabahasalndonesia, dan buta pengetahuan dasar. Berkaitandengan itu, dalam tahun anggaran 199445 akan dilakukan pengembangan kelompok belajar(Kejar) Paket A tidak setara SD bagi sekitar 1,3 juta orang, Kejar Paket A set4ra SD dalam rangliawajib belaj ar pendidikan dasar sembilan tahun bagi 100 ribu omng, Kejff Paket B setara SLTP bagi100 ribu orang,penyelenggaraan pendidikan berkelanjutan melalui kejar usaha bagi 4.000 kelompokbelajar, dan permagangan bagi sekitar 20 ribu orang. Di samping itu, melalui program yang samajuga akan dilakukanpengangkatan tutordan fasilitator Kejar, sertapengadaan bahan danperlengkapanbelajar. Sementara itu, dalamrangkameningkatkan pengetahuan dankemampuan aparahrpemerintahbagi kelancaran pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan, anggaran pembangunanbagi program pendidikan kedinasan akan diarahkan pemanfaatannya untuk memperluas dayatampung dan rneningkatkan mutu pendidikan kedinasan yang diselenggarakan oleh departemery'lembaga di berbagai bidang. Sehubungan dengan itu, dalam tahun anggaran 1994i95 antara laindirencanakanpenambahansaranadanprasaranapendidikankedinasan,penyelenggaraanpendidikanbagi aparatur, pengiriman aparatur ke sekolahtinggi kedinasan, sertapengiriman aparatur p€merintahdi berbagai departemenilembaga.

Di subsektor kebudayaan nasional dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,anggamnpembangunanakandiarahkanpenggunaannyabagiprogrampembinaandanpengembangannilai-nilai budaya, program pembinaankebahasaan, kesashaan dankepustakaan, ptogram pembinaankesenian, program pembinaan tradisi, .peninggalan sejarah dan permuseuman, serta prograrnpembinaan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Melalui program pembinaandan pengembangan nilai-nilai budaya, antara lain akan dilakukan penelitian, penekajian dsnpembinaan nilai-nilai budaya, pembinaan media kebudayaan berupa tekaman ulang film dan videokasetdokumentasikebudayaan, persiapan pendirianpusat informasi kebudayaan, sertapernbangunanbalai-balai kajian sejarah dan nilai radisional. Selanjutnya, dalam rang)ra program pembinaankebahasaan, kesastraan, dan kepustakaan antara lain direncanakah untuk melanjutkan penyusunankamus besarbahasa lndonesiaEdisi I, penyusunan buku sastralndonesia dan daerah, sertapersiapanpendirian balai bahasa. Sementara itu, melalui program pembinaankesenian antaralain direncanakanpenhgkatan kerja sama kesenian dalam forutn ASEAN, dan pencetakan biodata seniman danwawasankaryanya. Dalar4 rangkaprogrampembinann nadisi, peninggalan sejarah, danpermuseumanantara lain direncanakan pemugaran peninggalan sejarah dan purbakala, inventarisasi dandokumentasi sejarah nasional, pembinaan p€rmuseuman, pelestarian peninggalan sejarah danpurbakala di seluruh propinsi, serta lanjutan konservasi candi antara lain candi Borobudur dan RatuBoko. Sejalan dengan itu, melalui program pembinaan penganut kepercayaan terhadap Tuhan YangMaha Esa akan dilakukan inventarisasi terhadap penganut kepercayaan terhadap Tirhan YangMaha Esa.

177

Di subsektorpemuda dan olah raga, anggaran pembangunan direncanakan pemanfaatannya

untuk program pembinaan dan pengembangan pemuda, serta program pembinaan keolahragaan.

Melalui program pembinaan dan pengembangan pemuda antara lain direncanakan pengembangan

kepemimpinan dan aktivitas generasi muda, pembinaan dan pengernbangan generasi muda, sertapeningkatan rintisan sarjanapenggerakpembangunan diperdesaan di seluruh Indonesia. Sedangkan

dalam rangkaprogrampembinaankeolahragaan akan dilakukan pembinaan keolahragaau, kesegaranjasmani dan rekeasi di seluruh Indonesia, peningkatan preslasi olah raga, serta pembinaan bagi

organisasi olah raga dan olahragawan pelajar yang berbakat.

Sejalan dengan tumbuhnya kesadaran yang makin luas terhadap arti penting kelestarian

lingkungan bagi kehidupan dan kelangsungan pembangunan, maka dalam rangka pembangunan

yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, dalam Repelita VI dan PJP II berbagai program

dan upaya pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup yang telah dilaksanakan dalam

tahuntahun sebelumnya akan letap dilanjutkaq, bahkan lcbih ditingkatkan tlengan memberikan

dukungan alokasi anggaran pembangunan yang lcbih besar bagi sektor-seklor yang terkait dengan

upaya pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup. Sehubungan dengan itu, guna meningkatkanpendayagunaan sumberdaya air danjaringan irigasi bagi pertanian, memenuhikebutuhan air bersih

bagi permukiman, industri dan pariwisata, serta mendukung pembangunan kelistrikan, dalam

RAPBN 1994/95 kepada sektor pengairan dialokasikan anggaran pembangunan sebesar Rp L687

miliar. Anggaran tersebut akan dialokasikan masing-masing untuk subsektor pdngembangan

su-rlber daya air sebesar Rp 780,1 miliar dan subsektor irigasi sebesar Rp 906,9 miliar.

Di subsektor pengembangan sumber daya air, alokasi anggaran pernbangunan diarahkan

penggunaannya untuk membiayai program pengembangan dan konservasi sumber daya air,

program penyediaan drur pengelolaan air baku, serta program pengelolaan sungai, danau, dan

sumber air lainnya. Melalui program pengembangan dan konservasi sumber daya air, akan

dilaksanakan penyusunanpola tataguna airdi tujuh wilayah sungai (WS) yang tersebar di Jawa dan

Flores. Sementara itu, untuk meningkatkan kualitas data hidrologi dan ntcngembangkan jaringan

hidrologi terutama di kawasan timur Indonesia, akan diupayakan peningkatan sistem data sulnber

daya air dan operasi hidrologi. Sedangkan dalam rangka mengembangkan sumber daya air untuk

berbagai kepe uan, direncanakanpembangunanprasaranapengairan, antaralainberupapenyelesaianpembangunan 10 buah waduk dan melanjutkan pembangunan sejumlah waduk lainnya antara lain

di Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Lampung. Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara

Barat, pembangunan sebuah waduk muara dan bendung karet di Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, dau

Sumatera Barat, serta pembangunan kurang lebih 30 embung bes,,r dan kecil di Nusa Tenggara

Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (Nfi), Timor Timur, dan Maluku. Dalam pada itu, anggaran

bagi program penyediaan dan pengelolaan air baku diarahkan pemanfaatannya unluk memenuhi

kebutuhan air bagi permukiman melalui penyediaan air baku di beberapa kota Ci Sumatera, Jawa,

Bali, dan Sulawesi, serta penyediaan air baku untuk kawasan industri dan pariwisata, antara lain

di Serang, Bali dan Semarang. Sementata itu, alokasi anggaran pembangunan bagi program

178

pengelolaan sungai, danau, dan sumber air lainnya akan dimanfaatkan antara lain untuk operasi dan

p"."lihuroon alur sungai sepanjang sekitar 2.750 kilometer pada sekitar 33 sungai, serta operasi

dan perneliharaan sekitar 36 unit watluk dan sekilar 12.595 bendung, yang terdapat di Jawa'

Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, tlan Nusa Tenggara Barat Di samping itu, anggaran tersebutjuga

akan dimanfaatkan untuk perbaikau muara sungai yang mendukung pelayaran bagi nelayan kecil

di sejumlah sungai yang terdapat di Sumatera dan Jawa, antara lain sungai Cibatilian dan sungai

Wiso.

Sementara itu, dalam rangka memelihara sumber air dan jaringan irigasi agar tetap

berfungsi bagi pertanian, anggaran pembangunau di subsektor irigasi akan digunakan untuk

membiayai programpengembangan dan pengelolaanjaringan irigasi, sertaprogrampengembangan

dan penlelolaan daetah rawa. Melalui program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi'

akan dila kukan pembangunanjaringan irigasi seluas sekitar 100 ribu h.e. ktar, termasuk pengembangan

irigasi air tanah, rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi seluas sekitar 140 ribu hektar, yang

tersebar di pulau Jawa dan daerah sentra produksi beras di sumatera Utara, Aceh, Lampung,

sumatera Barat, Sulawesi Tengah dan Sulawesi selatan, seda penyiapan lahan usaha tani bagi

kegiatan sawah dan nonsawah seluas sekitar 30 ribu hektar. Demikian pula melalui program yang

sama juga akan dilakukan opcrasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan rawa seluas sekitar 5'900

ribuhektar.Sedangkandalatnrangkapellgentasankemiskinandanpengembanganeksporhasiltambak, akan dilakukan penyempumaan dan perbaikan sistem dfainase lawa pasang surut dan

nonpasang surut melalui program pengembangan dan pengelolaan daerah rawa' Sehubungan

dengan itu, dalarn tahun anggaran 1994/95 direncanakan untuk melakukan peningkatan reklamasi

daerah rawa seluas sekitar 134 ribu hektar, pembuatan snluran multiguna sepanjang kurang lebih

20 kilometer, yang tersebar di Kalimantan, Sumatera dan Irian Jaya, serta pembangunan dan

peningkatan tambak seluas sekitar 6 ribu hektar, yang akan dilakukan di Aceh, Jawa Barat' Jawa

Timur, Jawa Tengah, Bali dan Sulawesi Selatan.

Untukmengamankanjalannyapembangunan nasional, serta mempertahankan kemampuan

dan kekuatan yang diperlukan dalam memelihara stabilitas nasional dan menghatlapi ancirman

masa datang yang dapat membahayakan kedaulatan bangsa dan negara, maka pembangunan

pertahanan dan keamanan (Hankam) nasional juga terus dilanjutkan dan lebih dimantapkan.

Sejalan dengan bertambah banyaknya program pembangunan bidang pedahanan dan keamanan'

-uk" duln- Repelira vI sektor Hankam diperluas dari satu subsektor menjadi tiga subsektof.

Sehubungan dengan itu, dalam RAPBN 1994/95 sektor pertahanan dan keamanan direncanakan

memperoleh alokasi anggaran pembangunan sebesar Rp 1 154,6 miliar' Anggaran tersebut akan

dialokasikan masing-masing bagi subsektor rakyat terlatih dan perlindungan masyarakat sebesar

Rp 2,3 miliar, subsektor ABRI sebesar Rp 1.100,3 miliar, serta subsektor pendukung sebesar

Rp 52 miliar.

Di subsektor rakyat terlatih dan pertindungan masyarakat, anggaran pembangunan

direncanakan alokasinya untuk membiayai program pendidikan bela negara dan programpembinaan

t

179

kekuatanrakyat. Melalui program pendidikan belanegara akandiupayakan peningkatan pendidikan

pendahuluan bela ncgara (PPBN) di lingkungan pendidikan, antara lain dengan penetapan metoda

dan penyempumaan kurikulum PPBN, baik untuk tahap awal, yaitu SD sampai dengan SLTP,

maupun tahap lanjutan yaitu kcwiraan di perguruan tinggi. Sementata itu, dalarn rangka program

pembinaan kekuatan rakyat, antara lain akan dilakukan peningkatan ptoyekltoyck perconlohan

pelatihan dan pengorganisasiau calon rakyat terlatih (Ra1ih) dan perlindtrngan masyalakat (Linmas)

setingkat kompi, yang bersumber dari pertahauan sipil (Hansip)/perlawanan keamanan rakyat

(Wankamra), resimen mahasiswa (Menwa) dan satuan pengamanan (Satpam). Selanjutnya gulla

meningkatkan kemampuan pertahanan dan keamanan tregata dalam mcnjamin ketertiban umum

dan kelancaran roda pemerintahan, antara lain juga direncanakan peningkatan kemampuan

perlindungan rakyat dalam menanggulangi gangguan ketertiban hukutn dan gangguan kctcnleraman

masyarakat, serta peningkatan kemampuan keamanan rakyat dalanl menanggulangi gangguan

keamanan masyarakat dan subversi yang dapat mengakibatkan tergamggr.rnya stabilitas keamanan

wilayah.

Di subsektor ABRI, anggaranpembangunan diarahkan pemanfaatamya untuk menunjang

progranr kewilayahan, program kekuatan, dan program clukungan umum, dengan sasaran utama

peningkatan kemampuan kekuatan pertahanan dan kemafltapankeamanandalarn rangka perwujudan

daya tangkal pertahanan keatnanatt negara secara tcrpadu. Dalam rangka program kewilayahan,

antara lain direncanakan peningkatan kemampuan pertahanan kewilayahan agar minimal dapat

menindak infiltrasi, serta menahatr dan melokalisir serbuart musuh dari luarnegeri yang mengancam

wilayah Indonesia. Sedangkan dalam tangka meningkatkan kekuatan Hankam yang profesional,

efektif, efisien dan modem dengan mobilitas dan daya tempur tirlggi yang mampu tlip;oyeksikan

dalam waktu relatif singkat ke segenap penjuru tanah air, akan diupayakan pcmanlapan konsepsi

Hankam negara di medan penyanggah, medan operasi pertahanan utalna, dan daerah pangkal

perlawanan, antara lain dengan membangun kcmampuan ilan kekuatan ABRI yang mampu

menjamin tetap tegaknya kedaulatan negara di darat, Iaut, dan dirgantara. Sejalan dengan itu,

pembangunzm kekuatan cadangan TNI akan lebih ditingkatkan, antara lain meialui pemrurtapan

pelatihan keprajuritan dalam rangka rakyat tellatih (Ratih), yang secara selektif akan menjadi

cadangan TNI, di samping pendayagunam cadangan TNI yang berasal dari anggota TNI dan Polri

yang telah menyelesaikan masa bakti secarasukarela. Sementara itu, upaya pen ingkatan kemampuan

sospol ABRI akan lebih dititikberatkan pada peningkatan peranannya sebagai dinamisator dan

pelopor pembangunan, dengan tetap mempertahankan peranannya sebagai stabilisator dalam

pembangunan bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya. fialam rangka memantapkan

kemanunggalan ABRI dengan rakyat antara lain akan diupayakarl pengembangan kemitraan dan

dialog antara ABRI danrakyat, serta ditingkatkan partisipasi ABRI dalam pengentasan kemiskinan

melalui progtam ABRI masuk desa (AMD), Demikian pula dalam rangka peningkatan peranserta

ABRI dalam mewujudkan ketahanan regional yang bertumpu pada ketahanan nasional, kerja sama

intemasional di bidang Hankam terus ditingkatkan berdasarkan prinsip saling menguntungkan

dengan negara di kawasan Asia Tenggara, samudera Pasifik, dan samudera Hindia'

180

Sementara itu, di subsektof pendukung, anggalan pembangunan direucanakan untuk

menunjang pcmbangunan tlan pendayagunaan komponeu pendukung pertahanan keamanan negata

agar dapat menjamin kelancaran, kelangsungan, dau keterpatluan upaya pertahanan keatnanan

negara, scrta mampu menciptakan kondisi siap setiap saatyang dapat didayagunakan secara optimal

dalam rnenanggulangi berbagai tingkat keadaan dalurat. Berkaitan dengan itu, industri pettahanan

keamanan dan industri strategis lainnya yang rnendukung kepentingan Hankam negara, sebagai

salah satu unsur komponen pentlukung Flankam negara, akan terus dibina datl dikembangkan

mclalui penelitian dan pengembangan dengan memanfaatkalr kenrzijuan ilmu pengetahuan Jan

teknologi untuk menunjang kebutuhan alat utama ABRL Denrikian pula kemampuan pendukung

pertahanan keamanan negara yang mencakup kemampuan peurbinaan dan pettdayagunaan wilayah

negara, survei dait pemetaan nasioltal untuk mcnentukan batas-batas wilayah negara, pembinaau

sumber daya alarn, sumber daya buatan, sarana dan ptasarana nasional, termasuk penataan ruang

wilayah ncgara, baik aspck dalat, laut, mauputr dilgantara, akan lebih ditingkatkan melalui kerja

sama lintas departemental dan lintas sektoral, sehingga dapatmemtrerikan kemanfaatan nyata untuk

kepentingan kesejahtcraan dan keamanan.

Sebagai bagian terpadu dari upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka

peningkatan kualitas dan pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat, peningkatan

derajat kesehatan dan pefbaikan gizi masyarakat, serta kesadatan masyarakat untuk berpola hidup

sehat, tctap diberikan prioritas penanganan yang cukup tinggi. Dalam RAPBN 1994/95 sektor

kescjalrteraan sosial, kesehatan, peranan watrita, anak dan retnajadisediakan anggaran pembangunan

sebesar Rp 1.031 miliar. Anggaran tersebut akan dialokasikan masing-masittg untuk subsektof

kesejahteraan sosial sebesar Rp 76,2 'niliar, subsektor kesehatan scbesar Rp 946,3 miliar' serta

subsektor peranatr wanita, anak, dan remaja sebcsar Rp 8,5 miliar.

Dalam rangka mewujudkan keadilan sosial yang lebih mcrata bagi seluruh rakyat dan

meningkatkan pemerataan kesejahteraan masyarakat secara lcbih nyata, anggaran pembangunan

bagi subsektorkesejahteraan sosial akan diaralrkan alokasinyauntuk lnembiayaiprogrampembinaan

kesejahtcraan sosial, program pelayanan dan rehabilitasi sosial, program pcmbinaan partisipasi

sosial lnasyarakat, serta program penanggulangan bencana alam. Melalui progtam pembinaan

kesejahteraan sosial, direncanakan untuk memberikan pembinaan bagi masyarakat terasing di l6

propinsi, sertapenyantunan bagi sekitar 2I .660 KK fakirmiskin di 27 propinsi, sekitar 23 ribu orang

lanjut usia, clan sekitar 28 ribu orang anak terlantar di seluruh propinsi di tanah air. Sementara itu,

melalui programpelayanandan rehabilitasisosial, direncanakanuntukmelaksanakan pembangunan

panti rehabilitasi sosial, penyempumaan safana dan prasarana panti, serta pengadaan peralatan

untuk pelatihan. Di samping itu, melalui program yang sama akan diberikan bantuan rehabilitasi

kepada sekitar 42 ribu orang penyandang cacat, 3.900 orang penyandang tuna sosial' serta 2.710

orang anak nakal dan korban penyalahgunaan narkotika. Selanjutnya, dalam rangka pembinaan

partisipasi sosial masyarakat, anggaranpembangunanakandigunakan untuk mengadakan penyuluhan

tlan bimbingan sosial bagi sekitar 6.400 desa, serta pembinaan bagi sekitar 730 organisasi sosial

181

dan 7.200 tenaga sosial masyarakat. Sedangkan untuk meningkatkan upaya penanggulanganbencana, melaluiprogrampenanggulanganbencanaalam akan diupayakan peningkatan kewaspadaandan kesiapsiagaan, khususnya pada daerah rawan bencana alam, pengembangan sistdm dan polapenanggulangan bencana alam, peningkatan peralatan pcnanggulangan bencana alam, termasuksumber daya manusia, pemetaan daerah rawan bencana alam, serta pemulihan fungsi sosial bagikorban bencana alam.

Selanjutnya, anggaran pembangunan subsektor kesehatan diarahkan penggunaannyauntuk membiayai program penyuluhan kesehatan, programpelayanankesehatanrujukandanrumahsakit, program pelayanan kesehatan masyarakat, program pencegahan danpemberantasan penyakit,program perbaikan gizi, program pengawasan obat dan makanan, serta program pembinaanpengobatan tradisionil. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dankemampuan hidup bersih dam sehat, melalui program penyuluhan kesehatan akan dilakukanpenyebarluasan informasi kesehalan, penyuluhan kesehatan, serta pengembangan dan pembinaanpotensi swadaya masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dengan memanfaatkankelompok swadaya masyarakat yang telah ada. Sementara itu, dalam rangka memperluas mutu,efisiensi dan kemudahan pelayanan kesehatan, direncanakan peningkatan fungsi rumah sakitkelasC, serta peningkatan secara bedahap rumah sakit kelas D menjadi rumah sakit kelas C sebagairujukan pertama dari Puskesmas. Sedangkan untuk memperluas jangkauan dan meningkatkankualitas pelayanan kesehatan masyarakat, terutama bagi kelompok masyarakat terasing, sertamasyarakatyang berpenghasilan rendah dan hidup di daerahperdesaan dan daerah terpencil, daerahhansmigrasi, dan daerah permukiman baru, melalui Inpres kesehatan direncanakan pembangunanPuskesmas, Puskesmas keliling, Puskesmas pembantu, rumah dokter dan paramedis, penyediaanairbersih perdesaan, serta rehabilitasi Puskesmas. Selanjutnya, untuk mencegah dan menanggulangiakibat buruk dari penyakit menular, melalui program pencegahan dan pemberantasan penyakit,direncanakan untuk mengadakan penyuluhan kesehatan dengan melibatkan kelompok masyarakatdan kelompok profesi, serta pemberantasan penyakit yang lebih diarahkan pada penyakit-penyakityang mendesak untuk segera ditanggulangi, seperti malaria, diare, tuberkulosa paru, demamberdarah, infeksi saluranpemapasan akut dan AIDS. Di samping itu, untuk mempercepat penurunanangkakesakitan dan kematian, khususnya bagi bayi dan anakdi bawah limatahun (Balita), anggaranpembangunan juga akan dimanfaatkan untuk pemberian bantuan obat-obatan, termasuk vaksinsebesar Rp 725 per jiwa. Dalam rangkaprogram perbaikan gizi, akan dilakukan upaya untukpenanggulangan kekurangan gizi, khususnya gangguan akibat kurang yodium, anemia gizi besi,kurang vitamin A, kurang energi protein, pemantapan sistem kewaspadaan pangan dan gizi,perbaikan gizi institusi, serta penganekaragaman konsumsi pangan. Sementara itu, anggaranpembangunan yang disediakan bagi program pengawasan obat dan makanan akan dimanfaatkanantara lain untuk menjaga ketersediaan obat dan alat kesehatan secara lebih merata dan terjangkauoleh masyarakat, meningkatkan pengawasan terhadap standar dan persyaratan obat, melindungimasyarakat dari bahaya penyalahgunaan obat dan makanan, meningkatkan efektivitas penggunaan

182

obat tradisional bagi kesehatan, serta pembinaan terhadap produsen farmasi dan peningkatan jalurdistribusi obat.

Untuk menunj ang upaya peningkatan partisipasi wanita, anak, dan remaja dalam pemba-ngunan, anggaran pembangunan subsektorperanan wanita,anak, danrernajadirencanakanalokasinyauntuk membiayai program peranan wanita, serla prcgram anak dan rern aja. Dalam hubungannyadengan program peranan wanita, anggaran pembangunan diarahkan penggunaannya terutamauntuk pembinaan kepemimpinan wanita, antara lain melalui penyediaan peralatan kerja bagi 800orang tenaga kerja wanita, dan penyelenggaraan forum konsultansi regional. Sedangkan untukmengembangkan kesejahteraan sosial wanita, melalui program peranan wanita, antara lain akandilakukan pemberianbimbingan usaha swadaya wanita, bantuan sarana produktifbagi sekitar 8 ribuorang, bantuan pengembangan usaha bagi 230 kelompok usaha, serta perlindungan terhadap tenagakerja wanita. Sementara itu, untuk mempersiapkan kader-kader bangsa yang tangguh, ulet danmemiliki tanggungjawab yang besar terhadap masa depan dan kehidupan bangsa, melalui programanak dan remaj a, pembinaan terhadap anak dan remaja akan lebih ditingkatkan, yang pelaksanaannyaakan diupayakan serentak, terarah, dan terpadu dengan berbagai sektor pembangunan lainnyasecara berkelanj utan.

DalamRepelita VI, pembangunan sektorpertanian akan tetap memperoleh prioritas, olehkatena sektor pertanian masih memegang peranan yang sangat pellting dalam PJP II, baik sebagaisumber mata pencaharian utama bagi sebagian besar angkatan kerja, maupun sebagai sumberpemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat. Berkaitan dengan itu, mulai lahun pertamaRepelita VI pembangunan pertanian akan diintegrasikan dengan pembangunankehutanan ke dalamsektorpertanian dan kehutanan. Dalam RAPBN 1994/95 sektor pertanian dan kehutanan memperolehalokasi anggaran pembangunan sebesar Rp 989,6 miliar, yang dimaksudkan untuk mendukungproses industrialisasi, meningkatkan produksi komoditipertanian yang bemilai tinggi, memperluaslapangan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan pendapatan negara dan devisa, sertamemacupembangunandaerah. Anggaran tersebut akan dialokasikan masing-masinguntuksubsektorpertanian sebesar Rp 956,3 miliar, dan subsektor kehutanan sebesar Rp 33,3 miliar.

Di subsekior pertanian, anggafan pembangunan diarahkan pemanfaatannya bagipembiayaan prograrn pembangunan pertanian rakyat terpadu, program pembangunan usaha pertanian,program diversifikasi pangan dan gizi, serta program pengembangan sumber daya, sarana danprasarana pefianian. Dalam rangka program pembangunan pertanian rakyat terpadu, anggaranpembangunan antara lain direncanakan untuk ptoyek pembangunan pertanian rakyat terpaduberorientasi pasar mencakup komoditi tanaman pangan dan hortikultura, petemakan, perikanan danperkebunan. Sedangkan dalam rangka program pembangunan usaha pertanian, anggaranpembangunan akan digunakan untuk mendukung pengembangan usaha pertanian komersial, baikdi bidang tanaman pangan, petemakan, perikanan maupun petkebunan, melalui pengembangansistem agribisnis. Selanjutnya, dalam rangka program diversifikasi pangan dan gizi, anggaranpembangunan akan digunakan untuk menunjang usahapeningkatanpemanfaatanlahanpekarangan

183

melalui penyediaan berbagai komoditipangan bemilai gizi tinggi, peningkatan penyuluhan !entangpola pangan berkualitas dan sehat, peningkatan efisiensi pengairan, serta perbaikan pola tanamsebagai upaya peningkatan intensitas tanam di lahan sawah, khususnya jagung dan kedelai.Dernikiau pula dalam rangka mengoptimalkan sarana dan prasarana pertanian yang ada, sefiamelengkapi sarana dan prasarana pertanian yang diperlukan, anggaranf€mbangunan bagi programpengembangan sumber daya, sarana, dan prasarana pertanian antara lain direncanakanpemanfaatannyauntuk pengembangan sumberdayalahan tadah hujan/pasang surut, pengembangankonservasi lahan kering, dan padang penggembalaan. Melalui program yang sama juga akandilakukan pcngembangan perbenihan, baik benih padi, palawija, dan hortikultura, maupun benilr/bibit perkebunan, petemakan, dan perikanan. Di samping itu akan dikernbangkan pula sarana danprasarana peftanian, seperti pelabuhan perikanan, balai benih, balai proteksi, balai pengawasanmutu benih, lembaga-lembaga pendidikan dan latihan (Diklat) pertanian, serta lembagalembagapenelitian dan pengembangan (Litbang) pertanian.

Sedangkan anggaran pembangunan untuk subsektor kehutanan akan dialokasikan bagipembiayaan program pembangunan dan pembinaan kehutanan, serta program pengembanganusaha perhutanan rakyat. Hal ini dimaksudkan agar produktivitas dan produksi serta perluasankeanekaragaman hasil hutan, baik sebagai sumber daya pembangunan maupun sebagai surnberdayaglaryr dapat lebih terjamin. Dalam rangka meningkatkan peranan hutan, baik sebagai sumberpendapatan negara dan pemacu pembangunan daerah maupun sebagai sumber bahan baku bagiindustri dalam negeri, anggaran pembangunanbagiprogrampembangunan dan pembinaankehutananantara lain direncanakan untuk pengendalian dan pembinaan pengusahaan hutan, pengembangansistem manajemen hutan lestari, pengembangan pengusahaan hutan alam tropis, pengembanganpengawasan pengusahaan hutan, pengembangan produksi, distribusi benih dan pemuliaan pohon,serta peningkatan produksi hasil hutan bukan kayu. Sedaugkan dalam rangka meningkatkanpendapatanmasyarakat perajin kayudanpengusaha hutan rakyat, sertameningkatkankeikutsertaanmasyarakatsekitarkawasan hutan dalam upayapelestarian lingkunganhidup, anggaranpembangunanbagi program pengembangan usaha perhutanan rakyat direncanakan untuk pembangunan hutanrakyat, serta pembinaan dan pengelolaan hutan rakyat, termasuk pengembangan hutankemasyarakatan.

Dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat, pembangunan perumahan yanglayak huni sebagai bagian daripada upaya perluasan penyediaan fasilitas pelayanan dasar yangdibutuhkan oleh masyarakat akan diusahakan untuk ditingkatkan. Sehubungan dengan itu, dalamrangka menunjang upaya pembangunan perumahan perkotaan dan perdesaan secara menyeluruh,terencana, terpadu dan bertahap, dengan tetap mempertimbangkan kualitas lingkungan, makadalam RAPBN 1994/95 sektor perumahan dan permukiman diberikan alokasi anggaran pembangunansebesar Rp 887,9 miliar. Anggaran tersebut akan dialokasikan masing-masing untuk subsektorperumahan dan permukiman sebesar Rp 840,3 miliar, serta subsektor penataan kota dan bangunansebesar Rp 47,6 miliar. Di subsektor perumahan dan permukiman, anggaran pembangunan akan

184

dialokasikanuntuk membiayai program penyediaan perumahan danpermukiman, program perbaikan

perumahan dan permukiman, program penyehatan lingkungan pcrmukiman' serta program

penyediaan dan pengelolaan air bersih. Melalui program penyediaan perumahan dan permukiman,

akan dilakukan pembangunan kawasan siap bangun, pembangunan kawasan terpilih di 200 desa

sebagai pusat pengembangan desa, pembangunan 70 ribu unit rumah sederhana, rumah sangat

sederhana dan rumah susun, serta pembinaatr dan pengatUran perunahan dan permukiman.

Sementara itu, dalam raugkaprogramperbaikanperumahandanpermukiman, antala laill direncanakan

peremajaan lingkungan permukiman kota pada kawasan seluas 100 hektar, perbaikan lingkungan

permukiman kota seluas 2 ribu hektar di40 kota metlopolitan dan besar, danpemugaran lingkungan

perdesaan bagi 30 ribu rumah. selanjutnya, dalam rangka peningkatan sar{ma dan prasarana

lir.rgkungan permukiman desa, dengan anggafan pembangunan yang tersedia akan dilakukan

penyediaan sarana dan prasarana primer perdesaan. Sementara itu, untuk menunjang upaya

penyehatan lingkungan peflnukiman, di samping akan dilakukan pembangunan dan pengelolaan air

limbah dengan sistem terpusat dan sistem setempat di 9 kota metfopolitan dan kota besar, selta

di 460 kota sedang dan kecil, juga direncanakan pengelolaan persampahan di l2 kota mehopolitan

dan besar, serta di 160 kota sedang dan kecil. Selain daripada itu akan diupayakan pembangunan

drainase di l2 kota metropolitan dan b€sar, 200 kota sedang dan kecil. Sedangkan dalam rangka

penyempumaan sistem penyecliaan dan pengelolaan air bersih, serta peningkatan kapasitas dan

perluasan pelayanan air bersih, melalui program penyediaan dan pengelolaan air bersih, antara lain

direncanakan pengadaan biaya operasional dan pemeliharaan sarana ail bersih bagi 17 kota

metropolitan dan kota besar, serta 298 kota sedang dan kota kecil

Sementara itu, guna menunjang upaya penataan kota dan penataan bangunan' anggatan

pembangunan subsektor penataan kota dan bangunan akan diarahkan penggunaannya untuk

membiayai program penataan kota dan progratn penataan bargunan. Dalam rangka menunjang

penyusunan rencana struktur serta indikasi pembangunan kawasan tertentu, melalui program

penataan kota antara lain akan diupayakan penjabaran lencana tata ruang, pengkoordinasian

pembangunan sarana dan prasarana dasar di 20 kota dan 20 kawasan andalan, Serta penyusunan

rencanar program, dan pengendalian pelaksanaan penataan kota/kawasan dan penalaan bangunan

dan lingkungan di 34 kawasan. sementara itu, melalui program penataan bangunan direncanakan

penyelenggaraanberbagai penyuluhan untukmeningkatkanpemasyarakalanperaturan perundangan

tentang oertib pembangunan dan keselamatan pembangunan.

Selanjutnya dalam rangka penyempumaan pola perdagangan dan sistem distribusi

nasional, perluasan danpenataanduniausaha, peningkatan pelayanan jasa keuangan, selta pemantapan

sistemdan kelembagaankoperasi, dalamRAPBN 1994/95 unluksektorperdagangan,pengembangan

usaha nasional, keuangan, dan koperasi disediakan anggaran pembangunan sebesar Rp 736,3

miliar. Anggaran tersebut akan dialokasikan masing-masing untuk subsektor perdagangan dalam

negeri sebesar Rp 16,8 miliar, subsektorperdagangan luarnegeri sebesarRp 279,6miliar, subsektor

pengembangan usaha nasional sebesar Rp 184,2 miliar, subsektor keuangan sebesar Rp 120,8

miliar, serta subsektor koperasi dan pengusaha kecil sebesar Rp 134,9 miliar.

t

185

Di subsektor perdagairgarr dalam negeri, guna memperlancar arus barang dan jasa agardapat menunjang peningkatan produksi dan daya saing, meningkatkan pendapatan produsen hasilpertanian rakyaldan pedagang, rnelindungi kepentingan produsen dankonsumen, sertamemperluaslapangan kerja dan pemerataan kesernpatan berusaha, anggaran pembangunan akan diarahkanpernanfaatannya untuk program pengembangan perdagangan dan sistem distribusi; serta programpengembangan usaha dan lembaga perdagarrgan. Melalui program pengembangan perdagangandan sistem distribusi, anggaran pembangunan direncanakan untuk menunjang upaya penurunanbiaya pemasaran dan pcningkat n koordinasi antara produksi, pemasaran, dan angkutan,pengcmbangan sistem tata niaga antara lain melalui upaya pclayanan informasi perdagangan,pcnyelenggaraanpameran, peningkatanpelayananmetrologi,penyuluhandalamrangkape indungankonsumen dan tertib niaga, pernbangunan percontohan pasar desa, pengembangan pusat klinikbisnis, serta pengembangan sistem pcrdagangan "franchise". Selanjutnya guna mengantisipasiperkembangan usaha perdagangan yang rnakin kompleks dan melindungi pedagang golonganekonomi lemah, anggaran pembangunan bagi program pengembangan usaha dan lembagapeldagangan akan diarahftan antara lain uutuk pcmbinaan para pedagang grosir dan eceran, sertapembinaan olganisasi usaha niaga dan usaha jasa perdagangan. Berbagai program pembangunanperdagangan dalam ncgeri tersebut diharapkan mampu mendorong peningkatan produksi dandistribusi barang dau jasa secara lebih luas, sehingga pada gilirannya mampu pula menciptakan danmemperluas lapangan kerja serla pemerataan kesempatan berusaha.

Di subscktor perdagangan luar negeri, anggaran pembangunan difencanakan alokasinyauntuk membiayai program pengenrbangan kerja sama perdagangan internasional dan programpengembangan ekspor. Dalamrangka program pengembangankerjasama perdagangan intemasional,anggaran pembangunan akan dimanfaatkan antara lain untuk menunjang upaya peningkatanhubungan dan kerja sama perdagangan intemasional, baik secara bilateral, multilateral, maupunrcgional, pendayagunaan perjanjian komoditi melalui pemanfaatan lembaga perdaganganinternasional, serta peningkatan kemampuan operasional lembaga penunjang perdaganganintemasional. Sedangkan dalam rangka mendorong peningkatan ekspornonmigas, alokasi anggaranpembangunan bagi program pengembangan ekspor antara lain direncanakan untuk identifikasipotensi pasar dan komoditi ekspor, perluasan jaringan dan peningkatan peranan pusat promosiperdagangan Indonesia (Indonesian Trade Promotion Centre, ITPC) sebagai wahana promosiproduk ekspor Indonesia di luar negeri, perigembangan sistem informasi yang makin efisien,penyebarluasan informasi tentang spesifikasi produk dan peluang pasarnya, peningkatan pelayanandan penyempunraansistempengujiandan sertifikasi mutu komoditi, penyusunan dan penyempumaanstandar mutu barang, serta penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan bagi eksportir/pengusaha kecil. Hal ini dimaksudkan agar pengusahadapatmemproduksijenis produk olahan baruyang memiliki potensi dan nilai tarnbah yang lebih tinggi. Selanjutnya, dalam rangka mengarahkanpendayagunaan devisa, anggaran pembangunanjuga akan dimanfaatkan untuk pengaturan impor,dan penyempumaan berbagai peraturan perundangan di bidang perdagangan dan keuangan,

186

sehingga diharapkan mampu mendukung jalannya kebijaksanaan perdagangan secara lebih efektif

dan efisien. Berbagai program pembangunan perdagangan luar negeri tersebut diharapkan mampu

meningkatkan aktivitas dan daya saing produk perdagangan Iudonesia di forum intemasional,

sehingga pada gilirannya mampu pula meningkatkan penerimaan devisa.

Selanjutnya tlalam rangka mempercepat pengembangan usaha nasional, yaitu koperasi,

usaha negara, dan usaha swasta agar dapat tumbuh menjadi penggerak perekonomian nasional,

anggaranpembangunandi snbseklorpengembanganusaha nasional akan diarahkan alokasinya bagi

pembiayaan program pengembangan dan pembinaan usaha nasional, serta program penyertaan

modal pemerintah. Dalam kaitannya dengan program pengembangan dan pembinaan usaha

nasional, anggaran pembangunan akan diarahkan pemanfaatannya untuk menunjang, menciptakan

dan mengembangkan iklim usaha yang sehat dan mendukung berkembangnya usaha nasional,

memperluas kesempatan investasi, dan mengarahkan investasi, baik PMDN maupun PMA

ke berbagai daerah, sektor, golongan dan wilayah tertinggal, khususnya kawasan timur Indonesia,

serta menyempurnakan dan mengembangkan sistem informasi penanaman modal yang efektif dan

efisien. sedangkan melalui program penveftaan modal pemeriniah, anggaran pembangunan akan

dimanfaatkan untuk mendorong peningkatan efisiensi, efektivitas dan produktivitas badan-badan

usaha milik negara (BUMN).

Sementara itu, dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan negara, menciptakan

suasana yang mendorong tumbuhnya inisiatif, kreativitas, dan pelansefta masyarakat, serta

meningkatkan tabungan pemerintah sebagai sumber utama pembiayaan pembangunan, anggaran

pembangunan subsektor keuangan direncanakan alokasinya untuk program penerimaan keuangan

negara, serta program pengembangan lembaga keuangan dan pembinaan kekayaan negara. Dalam

kaitannya dengan program penerimaan keuangan negara, anggaran pembangunan antara lain akan

dimanfaatkan untuk menunjang upaya peningkatan kesadaran membayar pajak secara jujur dan

bertanggung jawab, penyempumaan dan penyederhanaan sistem dan prosedur perpajakan'

peningkatan mutu pelayanan dan kualitas aparatur perpajakan, serta penyempumaan sistem

administrasi perpajakan. Sedangkan dalam rangkd' program pengembangan lembagakeuangan dan

pembinaan kekayaan negara, anggaran pembangunan antara lain akan digunakan untukpembinaan

dan pengembangan lembaga keuangan, baik asuransi, usaha jasa pembiayaan maupun dana

pensiun, pembinaan dan pengembangan perbankan, serta pembinaan dan pengembangan pasar

modal. Demikian pula guna mewujudkan adanya tertib administrasi pengelolaan kekayaan negara

agar mampu meningkatkan daya guna dan hasil gunakekayaan negara, melalui program yang sama

juga direncanakan penyempumaan administrasi keuangan/kekayaan negara dan hasil pembangunan

yang andal, sehinggadapatdigunakanuntukpengambilankeputusan dalam pengadaan, penerimaan,

penyimpanan, pemeliharaan, pemanfaatan atau pengeluaran, serta penghapusan dan pemusnahan

ataupenjualan barang-barang milik/kekayaan negara. Hal ini akan diupayakan melalui inventarisasi,

penyelesaian dan penyimianan dokumen-dokumen pemilikan, sertz pencatatan dan pelaporannya.

Di samping itu, anggaran pembangunan bagi program yang sama juga akan digunakan untuk

?

187

pengembangan analisis kebijaksauaan keuangan/kekayaan negara dan penrbalrgunan, antara lainmelalui inventarisasi peraturan/kebijaksanaan, serta pcngkajian terhadap pelaksanaannya.

Di subsektor koperasi dan pengusaha kecil, dalam rangka meningkatkan peranan koperasidan pengusaha kecil dalarn perekonomian nasional agar dapat memacu dan meningkatkanpartisipasinya dalam seluruh kegiatan pcmbangunan nasional, anggaran pembangunan akandiarahkan pemanfaatannya untuk program pengembangan kopcrasi dan prograrn pembinaan usahakecil. Dalam rangka mengembangkan dan memantapkan koperasiperdesaan, anggaranpembangunanbagi prograrn pengembangan koperasi direncanakan antara lain untuk pembangunan koperasi unitdesa (KUD) di daerah teltinggal melalui pcngadaan warung serba ada (Waserda) dan tempatpelayanan koperasi (TPK), pengentbangan sejumlah KUD menjadi KUD mandiri, serta pemantapansejumlah KUD mandiri menjadi KUD mandiri inti. Sclain daripada itu juga akau dilakukanpembinaan lanjutan KUD, pernberian bimbingan, konsultansi danpenyuluhan, peningkatan kualitassumber daya manusia pengums, pengelola usaha dan anggota KUD, penyediaan informasi usahabagi KUD yang tersebar di 299 kabupaten/kotamadya, serta pengembangan kemitraan usaha di 27propirlsi. Sedangkan dalam rangka pengembangan dan pemantapan koperasi pefkotaan, anggaranpembangunan bagi program yang sama juga direncanakan untuk pembangunan koperasi khususdaerah tertinggal di perkotaan, pengembangan sistem akuntansi koperasi di 27 propinsi bagipemantapan koperasi, seta pengembangan usaha dan manajemen koperasi karyawan (Kopkar)dalam rangka mewujudkan sejumlah Kopkar mandiri. Di samping itu juga akan dilanjutkanpembinaan koperasi perkotaan melalui bimbingan, konsultansi dan penyuluhan Kopkar, koperasipegawai negeri (KPN), koperasi pedagang pasar (Koppas), koperasi serba usaha (KSU) dankoperasi lainnya di perkotaan, sertapeningkatankualitas sumberdaya manusia pengurus, pengelolausahadan anggota koperasiperkotaan. Sementaraitu, dalam rangkamemantapkandan meningkatkanperanan pengusaha kecil sebagai unsuf kekuatan ekonomi yang sehat, tangguh dan mandiri,anggaran pembangunan bagi prograrn pembinaan usaha kecil antara lain direncanakan untukmembantu penyediaan sarana dan prasarana usaha, peningkatan kualitas sumber daya manusiapengusaha kecil, informal dan tradisional, pemberian bimbingan, konsultansi dan penyuluhankepada berbagai kelompok pengusaha kecil informal dan tradisional, penyediaan informasi danpromo$i usaha di 27 propinsi, temu usaha dalam rangka pengembangan kemitraan usaha di 27propinsi, serta pembinaan dalam rangka pengembangan inkubator usaha di 3 propinsi. Denganberbagai program tersebut, diharapkan koperasi dan usaha kecil mampu menjadi soko guruperekonomian rakyat yang memiliki semangat kebersamaan yang makin tinggi, serta manajemenyang makin profesional, sehingga pada gilirannya mampu pula mendorongtumbuhnya wirausaha.

Dalam rangka mengembangkan dan mendayagunakan potensi kepariwisataan nasionalagar dapat menjadi salah satu komoditas andalan yang mampu menggerakkan kegiatan ekonomi,memperluas lapangan kerja, serta meningkatkan pendapatan masyarakat, p€ndapatan daerah danpenerimaan devisa, dalam RAPBN 1994/95 untuk sektor pariwisata, pos dan telekomunikasidisediakan anggaran pembangunan sebesar Rp 721,9 miliar. Anggaran tersebut akan dialokasikan

rr

188

masil)g-nrasitrg tlnluk subsektor pariwisata sebesar Rp48'8 rniliar dan subscktor pos dan

telckonrtlrrikasisebcsarRp6T3,lmiliar.Disubsektorpal'iwisata,dalamratrgkamctrilrgkatkatraruswisatawan mancancgara masuk ke Indonesia, anggarall pentbangunan diteuoanakan alokasinya

bagi pemblaylan ptogram peln salan pariwisata' serta proglam pcngembangan produk wisala

Dalam kaitannya dengalr plogram pemasatatr patiwisata' anggaran pembangunatr akan digltnakan

untuk penyelclggaraan pronlosi paliwisata, tcrutanra di beberapa llegaLa mancallegara' serta

p"ningtutun p"loyunu,t infonnasi pat iwisata rnelalui peugttlaatl dan distribusi bahan infolmasi

Sedangkan dalam kaitaunya deugan pt ogram pengetnbangan produk wisata' a-nggaran pelnbangunan

al l tara la i r r rkat rc l imat l faatkatrunt t tkpct rgenrbangal ldat r l re l rgelo laankawasal r -kawasanyal r€!rneniadi obyek wisata, lraik wisata alatr dan satwa, wisata agro' matlpun wisata bahari' di lreberapa

lokasi.

Scmeutara itu, tli subsektor pos dan telekomurrikasi' gurla tnerringkatkatr kelatrcaran arus

irtbrrnasi anlar6acl ah tlan mernbuka isolasidaer ah, anggaran petlbattgunandircncanakan alokasinya

masing-masiug turtuk program pengembangatr jasa pos dan git o' serLa pt ogram pengetnbarlgarr jasa

telekornunikasi. Dalam rangka program pcngembangau jasa pos dan giro' anggatan pcmbangttnan

direncalrakirnpemanfaatalrnyau|]tkmclanjutkanperrrbangunatrsaratrltdanlrt' lsltranirpost|lttgit.o.antara lain berupa pengattaan kendaraau untuk pos kclil ing, pelnbangunan kantor-kanlol pos

pembantu guno rn"ng"ritiripasi pesatnya petkeubaugau volunre lalu-lintas sttrat pos' Paket pos'

wesel pos dan giro pos, serta diversilikasi produk pos datl giro gutla mcniugkatkan Inutu pclayal)all

.lasaposaangiro'sedalgkandalarlkaitannyac|engatlprogt'atrrpetlgctnbatrganjasatelekott-tutrikasi,ong*o.un p"l*bnugunn,i antara laitt akan tligunakau untuk penambahan ialingan telekomuuikasi'

p"nu,rlttottun junrlah telepon ulnum, serta pclnbatrgltnau dan pembukaan war[]tg-warullg

telekomunikasibaru,clcngatrscjaulrmungkinmcngikutscrtakanpihakswastaulrtt|kn]empel'cepatpenyelenggaraannYa.

Menyadari bahwa apatatur pernerintah yaug bcrsih' elisien' dan beldeclikasi tinggi akau

sangat tuenentukan kelancaran jalannya rotla pemeritrtahatr datr kebcthasilan llelaksanaan

pembatrgltnan, lnaka pembangunan apalatur negara datr pongawas ll ittga terus ditingkatkau''

Sehubungandenganttu,gunamewujudkatrdukungatradmitristlrrsittegarayaltgnretrjanlinkelancaranclan keterpaduan tugas tlan tiurgsi penyclenggaraan petncrintahan' serta menciptakan sistcm

administrasi negara yang andal, proiesional, efisicn dan efektif' maka dalan RAPBN 1994/9-5

alokasi anggaran pembangunarl bagi sektor aparat[l uegara dan pcngawasan ditencanakan scbesar

Rp 557 m iilr. Alrggaratt tersebutd irencanakan alokasinya trasing-masing untuk subsektor apal atur

negara sebesar Rp 520 miliar, serta subsektor perldayagunaan sistem dan pelaksanaatl pengawasart

scbesar Rp 37 mi l iar .

Di subsektor aparatur negara, anggaran pembanguuan direncanakan pcmantaatal)nya

untuk membiayai proglampenlngkatan sarana dan prasarana aparaltlr negal a' program peningkatiin

efisiensi aparatur negara, program penditlikan dan pelatihan aparatur negara' serta program

penelitian dan pengembangan aparatur negara' Melalui program peningkatan sarana dan prasarana

!

t

189

apaLatur negara akan diupayakan peningkatrn dan penycnrpurnaau sarana dan plasarana fisikpernelintahan, termasuk renovasi dan perneliharaannya yang lebih mernadai clan sesuai dengankenrajuan teknologi, kebutuhan pembangunan, serta keadaan keuangan negara. sedangkan clalamrangka plogram peningkatan efisicnsi aparatul ncgarfl, nggaran pernbangunan antara lain akandipergunakanuntukpeningkatan pclaksanaan fungsi aparatu r kenegaraan, pendayagunaan or.ganisasiaparatur pemerintahan, pemantapatr sistem perencanaan, serta peniugkatan disiplin dan ter.titrhukum aparatr.rr negara. Di samping itu, berkaitan dengan program pendiclikan dan pelatihanapalatu r negara, anggaranpenrbanguuan antara lain dilencanakan untuk peningkatan penyelengga;aa1pendidikan dan pelatihan (DikJat) pegawai, baik di dalarn maupun di luar negeri, peningkatankemarnpuan tlan peirgetahuan tenaga widyaiswara, serta pengembargan sistem infor.masi Diklatpegawai ncgcri sipil (PNS). Dcnrikian pula ntelalui prograrn penclitian dan pelgcllbangal aparaturnegar a, anggaran pernbangunan akan diarahkan pemanfaaiannya antara lain untuk peningkatanpenelitian dan pengembangan aparatur negala di sekl.or-sektol strategis, pengkajian permasalahankelembagaan, ket.atalaksanaan dan kepegawaian, serta peningkatan kualitas badan/pusat penelitianclan pengernbangan cli seluluh instansi pemerintah-

semcntara itu, di s ubsekto' peudayagunaan sistenr dan pelaksanaan pengawasan, dalamrangka menrnjang upaya pcningkatan disiplir aparatur pemerinlah dan disiplin nasionar, sertanrenanggulangJ pcnyalahgunaan wcwenang dan [rerbagai bentuk penyclcwengan lainnya, baik bagilerciptanya aparatul pernerintah yang bersih dan berwibawa maupun untuk tercapainya efisiensidalarn penyelenggaraar) neg ra dan pernbangunan, anggaran pembangunan di subsektor ini akandiarahkan per'nanfaatilnnya antala lain untuk meningkatkan kualitas sistcm pengawasan, sertamelrgupayakaD agal pengawasan clapat dilakukar secam lebih luas, cepat, mentlalam, {an menyeluruh.Di sanlpirrg itu allggaran tersebut.juga (lircncanakan untuk menumbuhkan prakarsa dan per.a1 aktifpengawasan, baik perrgawasan melekat, pcngawasan fungsional, maupun pcngawasan olehmasyarakat, scrla meniugkatkan penelitian sistem pengawasan, yang antara laiu lnencakLrp penelitiankelernbagaan pergawasan, pe'elitia' ketatalaksanaan pengawasan, dan penycbara. hasil-hasilpenelilian di bidang pengawasan. Sehubungan dcngan itu, akan dilakukan peningkaran pembinaandan pemasyarakata' pengawasan, pengelnbanga' sinergi pengawasa', peningkatan kualitaspelayanan jasa akuntansi, serta pcngembangan pcnyuluhau pengawasan, Selanjutnya untukmcrrduknng penirrgkatan perangkatpcngawasan, kelancaran pelaksanaan pcngawasan, dan kccepatanupaya tirdak lanjutnya, juga direncanakan peningkatan sarana dan prasarana pengawasanrpeningkatan penyusunan rencana induk pengawasan dan rencana kerja pengawasan tahunan, sertapemutakhiran dan penyusunan pedoman-pedoman pengawasan.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) yang makinpesat,persaingan antarbangsa yang niakin ketat, dan dampak arus globalisasi yang makin luas, perluditingkatkan upaya pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu pengetahuan tlan teknologisecara lebih cepat, tepat, cermat, danbertanggungjawab. Sesuai dengan GBHN 1993, pengembanganilmu pengetahuan dan teknologi tersebut akan diarahkan terutama pada transformasi teknologi,

190

penguasaan teknologi dan rekayasa, selta pengembangan ilmu pengetahuan teraPan dan dasar

se"ia berkesinambungan ttan lebih terarah dalam rangka mendukung perkembangan berbagai

sektor ekonomi, mempercepat kemandirian' dan meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat Untuk

menunjang berbagai upaya pengembangan Iptek tersebut' perlu dilakukan penataan sistem

kelembagaan Iptek, penyediaan sarana dan prasarana penelitian' serta pengembangan wahanayang

memaduibagi peneiapan lptek. Dalam RAPBN 1994/95' sektor ilmu pengetahuan dan teknologi

diberikan alokasi anggaran pembangunan sebesar Rp 529'8 milizr' Anggaran tersebut akan

dialokasikanmasing-masingbagisubsektorteknikproduksidanteknotogisebesarRpl4T,6miliar'subsektor ilmu pengetahuan terapan dan dasar sebesar Rp 71'3 miliar' subsektor kelembagaan

prasarana dan sarana ilmu pengetahuan dan teknologi sebesar Rp 107'2 miliar' subsektor kelautan

sebesar Rp 86,5 miliar, subsektor kedirgantaraan sebesar Rp 28'8 miliar' serta subsektor sistem

informasi dan statistik sebesar Rp 88,4 miliar'

Disubsektorteknikproduksidant'eknologi'dalamrangkameningkatkannilaitambahdandaya saing hasil produksi, produktivitas, kemampuan dan keterampilan tenaga kerja' melalui

pendayaginaan teknologi, anggaran pembangunan direncanakanuntuk membiayai program teknik

produksi dan program penguasaan t'eknologi Melalui kedua program tersebut akan diupayakan

m".p"rc"pnt t ansformasi teknologi secara terarah dan berkesinambungan' serta meningkatkan

kemampuan penguasaan teknik proJuksi dan pengdmbangan teknologi industri' termasuk rancang

bangun dan perekayasaan' guna menghasilkan barang dan jasa yang unggul dan berdaya saing

tingli, faik di pasar dalam negeri maupun di pasar luar negeri'

Di subsektor ilmu pengetahu an terapan dan dasar' anggaran pembangunan direncanakan

penggunaannya terutama untuk mengadakan pengkajian dan penelitian ilmu pengetahuan terapan

iun"i"t u pengetahuan dasar di berbagai disiplin ilmu, pengadaan sarana dan prasarana yang

menunlan! kegiatan penelitian dan pengembangan' serta peningkatan mutu dan jumlah tenaga

pen"titi. S-".*tura iiu, alokasi ̂ng!** pembangunan di subsektor kelembagaan sarana dan

irasarana ilmu pengetahuandanteknologi direncanakanpenggunaannya untuk menunjang ptogram

pembinaan kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi' sertaprogrampengembangan sarana dan

ir".u.unu ilmu pengetahuan dan teknologi Sasaran utamanya adalah peningkatan produktivitas'

efisiensi,danefektivitasseluruhkegiatanilmupengetahuandanteknologi.

Selanjutnya, agarpotensi ekonomis kelautan nusantara yang sangat besar dapat memberikan

sumbungan yung blrarti bagi pernbangunan nasional' maka pembangunan kelautan perlu dipacu

perkembangannya dengan menerapkan ilmupengetahuan dan teknologi yang sesuai' dan senantrasa

.".p"rf,"tit* i*gsi lingkungan hidup' Untuk mendukung upaya pemanfaatan dan pendayagunaan

potensi kelautan tersebut, anggaran pembangunan yang disediakan untuk subsektor kelautan akan

iialokasikan masing-masing kepada program inventarisasi dan evaluasi potensi kelautan sebesar

Rp 31 miliat, dan program p"-unf"ut* sumber daya kelautan sebesar Rp 55'5 miliar' Melalui

k"du"p.ogr".tersebutdalamtahunanggaranlgg4/g5antaralainakandilakukansuweidanpenelitian ierhadap kekayaan sumber daya laut sebagai langkah pendahuluan daripada upaya

a

1 9 1

inventarisasi dan cvaluasi potensi kelautan, serta eksplorasi dan eksploitasi sumber daya kelautansecara optitnal dall beltanggung jawab. Sedangkan untuk menunjang upaya pengenbanganintbrrnasi dan penguasaan ilmu pcngctahuan dan teknologi kedirgantaraan agardapat menghasilkanproduk dan jasa kedirgantalaan, alokasi anggaran pcmbangunan bagi subsektor kedirgantaraanakan diarahkan pemanfaatannya untuk membiayai program pembinaankemampuan kedirgantaraandan program pemanfaatan wahana dilgantara. Melalui kedua program tersebut direncanakanpemanfaatan sumber daya yang ada t1i utlara untuk keperluan energi, pertanian dan industri, mediatransportasi, pernanfaatan kawasan antariksa untuk penempatan satelit, pengincleraan jarak jauh,

survei datr pemetaa udara, scrta pcrkiraan cuaca bagi keperluan navigasi. Selanjutnya, alokasianggalan bagi subsektor sistcm informasi dan statistik akan diarahkan penggunaannya bagipengembangan sistern infolmasi dalam rangka mcndukung publikasi dan informasi mengenai ilmupengetahuan dan teknologi. Sedarrgkan untuk menunjang pengembangan dan penyempumaankegiatan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisis data statistik yang mendukungpengembangan ilmu pengetahuan darr teknologi, dalam tahun 1994/95 juga dizrlokasikan anggaranbagi penyempurnaan statistik.

Selanjutnya, menyadali bahwa eksploitasi secara berlcbihan terhadap sumber daya alambagi kegiatan pembangunarr akan dapat mengakibatkan perubahan pada struktur dasar ekosistemyang kurang menguntungkan kelangsungan pembangunan, rnaka pendayagunaan dan pengelolaausnmber dayzr alam harus dilakukan secaracennat, hati-hati, dan dapat dipertanggun&iawabkan, agarmampu memberi manfaat yang optimal bagi kehidupan, baik rnasa kini maupun masa yang akandatang. Sumber daya alam yang dapat diperbahami harus dikelola dan dirnanfaatkan sedemikianrupa agar kemampuannya dalam memperbaharui diri selalu terjaga, sehingga fungsinya dapatscnantiasa terpelihara. Seclangkan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui haru s digunakansehemat dan scccrmat mungkin dan diusahakan habisnya selama mungkin, sehingga membcri nilaimanfaat yang lebih panjang bagi generasi-gcnerasi masa depan. Untuk mendukung belbagai upayapelestariau sumbcr alam dan lingkungan hidup tersebut, maka dalam RAPBN 1994/95 sektorlingkungau hidup dan tata ruang dialokasikan anggaran pcrnbangunan sebesar Rp 452,3 miliar.Anggaran tersebut akan dialokasikan lnasing-masing bagi subsektor lingkungirn hidup sebesarRp 356,9 miliar, dan subsektor tata ruang sebesar Rp 95,4 miliar.

Dalam RAPBN 1994/95 anggaran pembangunan subsektor lingkungan hidup akandirnanfaatkan untuk membiayai pLogram pembinaan dacrah pantai, program pembinaan danpengelolaan Iingkungan hidup, progtam penyelamatan hutan, tanah dan air, program rehabilitasilahan kritis, program pengendalian pencemaran lingkungan hidup, serta program inventarisasi danevaluasi sumber claya daral., Guna menjaga keseimbangan ekosistem laut dan pengamanan daerahpantai, melaluiprogram pcmbinaandaerah pantai, direncanakan pengembangan kawasan konserrrasilaut di Jawa, Bali, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh, Lombok, Timor Timur, dan Bengkulu,dan 6 taman laut nasional di DKI Jakarta, JawaTcngah, Sulawcsi Selatan, Sulawesi Utara, Malukudan Irian Jaya. Sementara itu, untuk mempeltahankan keseimbangan lingkungan akibat dari

192

eksploitasi sumber dayatambang, melalui program pembinaan dan pengelolaan lingkungan hidup,

akan dilakukan pengentlalian terhadap daerah yang mengalami kerusakan akibat dari kegiatan-

kegiatan seperti penambangan galian golongan c, terutama di 39 daerah aliran sungai (DAS).

Selanjutnya, guna mengendalikan kerusakan alam, anggaran pembangunan bagi program

penyelamatan hutan, tanah, dan air akan diaralrkan pemanfaatannya untuk pembangunan dan

pemeliharaan 25 taman nasional dAnpengembangan hutan lindung. Sementara itu, rhelaluiprogram

rehabilitasi lahan kritis akan diupayakan pengendalian terhadap bahaya erosi, sedimentasi, dan

tanah longsor. Di samping itujuga akan tlilakukan rehabilitasi areal tanah kering (penghijauan) bagi

3g DAS yang tersebar di 26 propinsi, serta rehabilitasi hutan lindung, suaka alam dan kawasan

lindung lainnya (reboisasi) seluas 35 ribu hektar di 26 DAS yang terdapat di 22propinsi. Sedangkan

dalam rangka program pengendalian pencemaran lingkungan hidup akan dilakukal upaya-upaya

pengentlalian pencemafan dan kerusakan udara, tanah, air, laut dan pesisif, antara lain melalui

penerapan baku mutu limbah, penanganan kasus pencemaran, serta pengembangan sistempenSelolaan

dan penanggulangan limbah dan bahan beracun berbahaya terutama di daerah padatpembangunan.

Di samping itu dalam program yang sama juga akan dilanjutkan pemantauan dan pengendalian

pencemaran sungai, antara lain melalui proyek kali bersih (Prokasih) untuk menurunkan'kadar

"biochemical oxygen demand" (BOD) dan "chemical oxygen demand" (COD) di 35 sungai'

Anggaran yang disediakanbagi subsektor tata ruang akan dimanfaatkan untuk membiayai

program penataan ruang dan program penataanpertanahan. Melalui prog ram penataan ruang, dalam

tahun anggaran 1994195 akan dilakukan penyempumaan dan penjabaran rencana tata ruang

nasional, daerah dan kawasan, serta pemanfaatan dan pengendalian ruang' Sedangkan guna

menjamin kepastian hak dan pemanfaatan atas tanah, dalam rangka program penataan pertanahan

akan dilakukan pengukuran dan pembuatan peta pendaftaran tanah sebanyak 179.520 bidang di 27

propinsi, pengurusan kepaslian hak atas tanah sebanyak 89.760 bidang di 27 propinsi, penerbitan

sertifikat masal bagi golongan ekonomi lemah melalui program nasional agraria (Prona) sebanyak

92.057 sertifikat di 27 ptopinsi dan 288 Dati II, serta pemetaan penggunaan tanah detail sebanyak

1.056 ribu hektar di 27 ProPinsi.

Sebagai penggerak utama pembangunan ekonomi, sektor industri akan memegang

peranan yang sangat stfategis dalam Repelita VI dan PJP lI, bukan saja merupakan sumber

penclorong pertumbuhan ekonomi, akan tetapijuga sumbetperluasan lapangan kerjadanpenlumbang

pendapatan devisa. Pembangunan sektor industri, dalam kerangka sistem demokasi ekonomi,

dilaksanakan oleh ketiga pelsku utama ekonomi, yaitu dunia usaha (swasta), negara, dan koperasi,

dimanaperanan pemerintah lebih diarahkan sebagai penunjang dan pemberi arah bagi perkembangan

dan pertumbuhan sektor industri. Ini berarti bahwa bagian terbesar daripada investasi di sektor

industri tersebutmerupakan investasi sektorduniausaha, sedangkan anggaran belanj a pembangunan

di sektor pemerintah lebih ditujukan kepada upaya pengembangan kegiatan usaha ekonomi skala

kecil dan menengah yang produktif terutama di daerah perdesaan, penciptaan iklim berusaha yang

kompetitif dan iklim investasi yang mendukung pengembangan industri secara efisien, peningkatan

a

193

kemampuan industri nasional, pengembangan sumbcr daya manusia, pengembangan petangkatkelembagaan in(lustri, serla perluasan penyebaran industti ke daerah-dacrah. Guna menunjangupaya pcmbinaan, pengembangan dan penataan indush i nasional yang mcngarah pada penguatandan pendalarnan struktur industri tcrsebut, dalam RAPBN 1994i95 sektot itldustri mcmpcrolehalokasi anggalan petnbangunan scbcsar Rp 450,5 miliar. Anggaran tersebut akan dialokasikan bagipembiayaan program pengembangan industri rumah tangga, industri kecil tlan menengah, programpeningkatan kemampuan teknologi industli, serla plogram pcnataan struktrlr industri, Dalarnrangka menunjang upaya pelaksanaan pola kelnitraan usaha antara industri kecil, menengah, danbesar, anggaran pembangunan bagi progranr pengembangan industri rumah tangga, industri kecilclan menengah direncanakan penggunaannya untuk lrirnbingan dan alih teknt.rlogi, pembinaankclonrpok usaha bersama, pembinaan sentra-sentra industli, dan pengcmbangan koperasi industri.Selain claripatla itLr, dalarn rangkarnengembangkanjiwa kewilausahaan, rncningkatkan keterampilandan kcahlian pengusaha, serta rnenumbuhkan wirausaha baru, anggaran pernbangunan juga

dircncanakan untuk pelatihan bagi pembentukan wirausaha, penyediaan intblrnasi pcluang usaha,petryetnpurnaan iklim yang mendukung perluasan kesernpatan berusaha, serla peliingkatan aktivitaslembaga penelitian. Selanjutnya dalam rangka pcngcrnbangan industri rumah langga dan industriperdesaan, anggaran pcmbangunan juga dircncanakan antara lain untuk memberikan bitnbingandan penyuluhan kemampuan belusaha, lemasaran, pengembangan produk dan teknik produksi,serta peningkatan pelanan swasta dan BIJMN/BUMD sebagai bapak angkat. Demikian pula dalarr.rrangka pengernbangan industri kecil dan menengah, anggaran tersebut juga dircncanakan antaralain untuk menunjang upaya peningkatan pelatihan teknologi dan manajemcn, serta perluasanpenerapan standar industri, termasuk pemasyarakatan dan penerapan ISO-9000. Scmcntara itu,anggaran pembangunan yang disediakan bagi program peningkatan kemampuan tcknologi industridirencanakan untuk menunjang upaya pengembangan teknologi ploduk dan teknologi manufaktur,pengembangan rancang bangun dam perekayasaan industri, pengembangan teknologi irrdustri akra bIingkungan, alih teknologi dan diseminasi teknologi, serta standardisasi, sertifikasi, dan akreditasiteknologi illdustri. Sedangkan anggaran pcmbangunan bagi program penataan struktur industlidirencanakan antara lain untuk (a) pcrhasan dan pcnguatan basis procluksi melalui pengembanganagroindustri, pengembangan industli pengolahan hasil tambang dan pcnganckaragaman prodnkindustri yang belorieutasi ekspor, (b) pengernbangan sumbel daya manusia industrial, (c) penataanorganisasi industri, serta (d) penataan struktur penyebaran industr..

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup selunrh masyarakat Indonesia,pembangunan kependudukan dia|ahkan pada upaya peningkatan mutu kehidupan pendudukmelalui pengendalian laju pertumbuhan penduduk dan perwujudan keluarga kecil bahagia dansejahtera. Dalam RAPBN 1994/95 anggaran pembangunan sektor kependudukan dan kcluargasejahtera direncanakan sebesar Rp 290,2 miliar. Anggaran tersebut akan dialokasikan masing-masing untuk membiayai program kependudukan sebesar Rp 2 miliar dan program keluargaberencana sebesar Rp 288,2 miliar. Anggaran yang disediakan bagi program kependudukan akal.ldiarahkan penggunaanny a pada upaya pengendaliankependudukan, dengrm antara lain mengadakan

194

penerangnn, pendidikan dan penyuluhan mengenai kepencludukandan keluargaberencana' khususnya

togig"n. .ur imuda,organisasidanlcmbagakelnasyarakatanSementara i tu 'gunamenunjaugp"iluiyurokoton oan pernbudayaan gerakan keluarga bercncana mandiri secara lebih luas, melalui

program keluarga berencanaakan dilakukanpenyuluhan dengan metode komunikasi' informasi dan

iaLiasl (fIP), serta peningkatan mutu dau kentudahan pelayanan' Di samping itu' dalam upaya

menurunkan angka kclahiran dan angka kematian, khususnya kenratian anak di bawah usia lima

tzrhun (Balita), serta untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak' melalui program keluarga

berencana, anggzrran pe*bangunirn akan cligunakan untuk mengadakan berbagai pembinaan

terhadap selutuh lapisan masyarakat, yang dilaksanakan secara terpadu dengan program-program

p"mbang.rnan lainnya, dengan melibatkan pemuka masyarakat' pemuka agama' tenaga pendidik'

t"nrgo l"r"hoton, serta organisasi dan kelompok masyatakat Dengan berbagat program

kepc"ndudukan dan keluarga berencana yang didukung dengantersedianyadanapembangunan yang

mcmatlai, diharapkan dalaln tahun pertama RepelitaVl laju petumbuhanpendudukdapatditurunkan

menjadi scbesar 1,7 Perscn.

Sementara itu disadari bahwa pembangunan politik, hubungan luar negeri. penerangan,

komunikasi, dan media *u..oIn"rupukun salah satu peraugkat penting di dalam menjamin

kemantapan stabilitas nasional yang sehatdan dinamis, yang sangatdiperlukan untukmemperlancar

pelaksanaan pembangunan uasional sehubungan dengan itu dalatn rangka mendukung suasana

yung ."tungti,',kan berkembangr.rya budaya politik yang mengarah pada perwujudan sikap

keterbukaan yang bertanggung jawab dalam komunikasi antar dan antara supraslruktur dan

infrastrukturpolitik berdasarkanPancasiladanUndang-Undang Dasar lg45,lneningkatkanhubungan

kerja satna internasional yang saling menguntungkan dan menunjang kepentingan nasional' serta

me.ningkatkan kemampuan dan kegiatan pencrangan' komunikasi' dan tnedia massa' maka dalam

RAPBN 1994/95 scktor politik, hubungan luar negcri' penerangan' komunikasi' dan media massa

tlisediakan anggaran pemoangunan sebesar Rp 157'4 miliar' Anggaran tersebut kan dialokasikan

masing-masing bagi subsektor politik sebesar Rp2'9 miliar'..subsektor hubungan luar negerr

sebesar Rp 3,9 miliar, serta sribsektor penelangan' komunikasi' dan media massa sebesar

Rp 150,6 mi l iar .

Di subsektor politik, alokasi anggaran pembangunan akan dipergunakan untukmenunJang

pembiayaan pada program pembinaan politik dalam negeri dan program penyelenggaraan otonoml

daerah. M"lalui progium p"*binaan politik dalam negeri antara lain direncanakan peningkatan

pembinaan umum, pembinaan kesatuan bangsa, pembinaan ketenteraman dan perlindungan

masyarakat, pembinaan masyarakat, serta pembinaan politik Dalam rangka pembinaan umum'

antara lain akan dilakukan bimbinganpolitikbagiaparat pemefintah, sertapemantauan danevaluasi

terhadap manfaat kegiatan orrentasi pengenalan tugas bagi anggota DPRD tingkat VDPRD tingkat

Il.Sedangkandalamrangtcamenjaminstabilitasnasionalyangmantapdandinamisakanditingkatkanpembinaan kesatuan bangsa, antara lain melalui penyelenggaraan santikrama pemasyarakatan dan

p"mbuduyaan P-4 bagi bekas tahanan dan bekas narapidana G 30 S/PKI' serta peningkatan

19'5

pemasyarakatan peflghayatan kcsatuan bangsa. Se.jalan dellgan itu, pembinaan masyarakat akansemakiu ditingkatkan dan diperluas untuk nterrpersiapkan, mendorong, (lan meningkalkan organisasikekuatan sosial politik, olganisasi kemasyzrrakatan, dan lembaga kcrlasyrrrkalan. agar dapatmenjadikomponen itlfl astruktur politik yang tangguh, mancliri, dan bcrkualitas didalam rnenyongsongeraketerbukaan kornunikasi politik. Dernikianpula dalarn rangka mcningkatkan pcmbinaan politikakan dilakukan peningkatan pendataan dan pcmantapau kehidupan politik, pernbinaan lembagaswadaya masyarakat, serta pengernbangan dan pengendalian infrastftrktur politik. SelanjLrttryauntrtk melnpercepat terwujudnya penyclcnggaraan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, danbertanggung jawab dengan titik berat pada Dati II, melalui prograrr penyelenggaraan otonolnidaerah akan ili lakukan pcltingkatan pendayagunaan potensi dan kemampuan manajernenpembangunau scluruh apatatur pemerintah daerah, inventalisasi dan pcnataan urrlsan ulusanpemerintahan yang akan diserahkan pada daerah, serta peningkatan koordinasi darr konsultansidalam pengelolaan urusan rumah l.angga. Scmcntara itu, anggaran pembangunan di subsektorhrilrungan Jual negeri akan diarahkan pcmanfaatannya pada upaya peningkatan hubunganpetsahabatan dan kerja sama alttarbangsa, baik bilateral, rnultilateral, regional, maupur global, atilsdasar prinsip politik luar ncgcr i yang bebas dan aktif guna mewujudkan tatanan dunia baru, baikdi bidang informasi maupun ckonomr.

Guna menciptakan iklirn yangnrertdorong teliadinya inter aksi tiurbaI balik sec ralerbukadan bertanggung jawab antara Pcmerintah dan masyarakat dalarn pelyebarluasan informasipembangunan dan hasil-hasilnya, anggaran bagi subsektor peuerangan, komunikasi, clau mecliamassa akan <liarahkan pcmanfaataonya terutama untuk meningkalkan kualitas, peranan dantanggungjawab masyarakat dalarn pembangunan, serta nrewLrjudkan kcrnandir ian dan kctangguhalbangsa. Sasaran tcrsebut akan diupayakan dicapai melalui program pcngcnbangau opcrasipencrangan, program pembinaan dan pengenrbangan radio, tclcvjsi drn filrrl, ser.ta plogranlpernbirraan dan pengembangan pers. Mclalui program pengerrbangan operasi penerangan akaldilakukan petnbinaau dan kerja salna terha(lap bcrbagai wahana kontunikasi nasyarakat, sepertipusat informasi pesantren (PIP), kclompok pendengar, pembaca dan pirsawan (Kelompencapir),pusat penerangan penlesaan {Puspcndes), dan kelornpok-kelompok infurmasi lainnya. Di sitrnpingiht,.ittga akan dilaksanakan pcnittgkatan kualitas poteusi sarana clan prilsarana opcrasionalpcnclangan,peningkatan kualitas sumbcr daya rnanusia, serta pemanfaatan secara elektiI berbagai saranapenerangan, scpcrti panleran pembangunan,,forum l.alap mrka, ilan lainlain- Sclanjutnya, dalamrangka rrendukung penyeba Iuasau informasihasil hasil pcmbangunan, me laluipr,oglam pembinaandan pengembarrgan ladio, televisi, dan film, akan diupayakan peningkatan tnutu siaran I{RI danTVRI, pernbangunan dan rehabilitasi ter hadap 52 buah pemancarRRl dan40 bLrah pemancarTVRI,.serta penyediaan trerbagai sarana penunjang perfilnran lainnya. Sejalan dengan itu, melaluiprogrampembinaan dan pcngembangan pers.juga akan dilakukan pcmbinaan tcr hadap usaha penel lt!tan per srlan grafika, peningkatan plofesi kewartawanan, dan organisasi masyarakat pet s dan grafika, set tapcningkatan mutu penerbitan pemerintah.

196

Upaya pemerataan pcrnbangunan, pengentasan kemiskinan' peningkatan kualitas sumbet

daya manusia, dan peningkatan kelnandirian baugsa, pada dasarttya tidak dapat dipisahkan dari

,.,payu p"ltl."ohu,t masalah ketenagakerjaan' C)leh karena itu' dalam rangka penciptaan dan

p.rl,,oson lapangan kerja, serta pcmbentukan tenaga prolesional yang mandiri' berkualitas dan

produkt i f ,da l i r r - r rRAPBNl994/g5scktor tenagaker ja i l iber ikana[okasianggaranpembangul tat r

sebesar Rp 146,5 nriliar' Anggaran tersebut akan diarahkan penggunailnnya untuk membiayai

progratn pelatihan dan peningkatan keterampilau tenaga kerja' program penyebaran dan

p",'r"doyogununn,"naga kerja, program pclnbinaau dan pengembangan produktivitas dan kesempatan

k"rin, ..itu progrntn pcntbinaan hubungan industrial dan perlindungan tenaga kerja Dalam rangka

peningkatan, p"trrb.ittuknn, dan peugetnbangan tenaga kerja yang berkualitas' produktif' efisicn

dan ctektif, scrta berjiwa witausaha, melalui prograrn pelatihan dan peningkatan kctcrarrpilan

terragakeljatlircncanakanpenrberianber.bagaijertispelatihalrdantambahankcterampilanpraktis

bagi tenaga kerja, rtltara laitt dengan tnenyelenggat akan berbagaijenis kursus di balai-balai latihan

kerja yang disertai dengan praktek di tcmpat kerja l{al ini dinlaksudkan agar calotl tenaga kerja

,rr",r]pu t"ngi.l, *cmperluas datl metlciptakan kcsetnpatan kerja dan kesempatan untuk berusaha'

Sementara itu, dalaln kaitannya dengan program pcnyebaran dan pendayagunaan tenaga kerja'

zrnggaralrpembangunanakantligunakanutltukmenclukullgperencanaankctenagakerjaannasional,sektoral dan dacrah, serta pemanfaatan sistcm informasi ketenagakerjaan' antara lain lnelalui

mekanisnre antalkerja lokal (AKL), antarkcrja antardaerah (AKAD) dan antarkerja antarl.legara

(AKAN). Selanjutrrya, dalatn rangka peudayagunaan tenaga kerja lulusrn perguruan linggi hagi

pcrcepatan lteuyebaran pembarrgunan dan hasil-hasihrya' melalui program yang sama aKall

cliupnyokanp"n.,l-'patanTributenagasa{anasebagaitetragakerjasr'rkarelaterdidik(TKST)diunit-unit usahaprotluktifdi pcrdesaan dan kecarnatan, khususnya di dacrah-daerah yang relaLif tertinggal

di selul.uh lnrlorresia. selain itu, tlalarn t angka metringkatkan procluktivitas dan efisiensi masyarakat,

melalui prograu pembinaan tlan pengembangan protluktivitas dan kesempatall kerja' antara laitr

akanclilakukanpclnasyarakatanproduktivitas,pengembanganperconto|]alrdesaproduktif,penetitpanstandar mutu protluktivitas, scltfl pembcntukauuttit-unit atau lenrbaga produktivitas di perusahaan

dan rnasyarakat. Setlangkan untuk menjamin pemberian hak-hak Lragi tenaga kerja' keselamatan

clan kesehatan kerja, settajaminan sosial bagi tenaga kerja, melalui program pembinaan httbungatr

industrialdanperlinclungantenagakerja,antaralainakandilakukanpembinaanterhatlappetlsahaanmenengah ke bawah yirng menyerap banyak tenaga kerja, pentlirian unit-unit selikat pekerja seluruh

Indonesia, pembcntukall dall pengemllangan sistem kesclanratan dan kesehafan kerjanasional, serta

pembentukant lanpengembanganpani t iapembinakeselamatandankesehatanker iayang|n i lnd i r i .

Pembangunanc|arrpeningkatankual i tassul r lberdayanranusiat idak lahter lepasdar i

penrbinaan mcntal spiritual masyarakat. Bclkaitan dcngan itu pembangunan kehidupan beragama

serrantiasadiupayakant|itingkatkansecaradinatnisdanbel.kelanjutan,dalamrangkamcnciptakansuasanakehirlLlpanberagalnayangpenuhkeilnanan'ketaqwaandattkerukunanyangmalltaptSertamakin meningkatkatt peransetta rurat beragama dalam pcmbangunan Dalam RAPBN 1994/95'

I

l

197

alokasi anggaran bagi sektot agama direncanakan sebesar Rp I 2 I ,9 miliar. Anggaran pembangunan

tersebut akan dialokasikan masing-masing untuk subsektor pelayanan kehidupan beragama sebesarRp 22,5 miliar dan subsektor pembinaal pendidikan agama sebesar Rp 99y' miliar. Guna mewujudkankeharmonisan dan kerukunan antarumat beragama, serta meningkatkan pelayanan kehidupanberagama, anggaran pembangunan di subsektor pelayanan kehidupan beragama akan dimanfaatkanuntuk melaksanakan program peningkatan sarana kehidupan beragama, prcgram penerangan,

bimbingan, dan kerukunan hidup umat beragama, serta Program peningkatan pelayanan ibddah haji.Melalui program peningkatan sarana kehidupan beragama, direncanakan untuk menambah jumlah

sarana yang diperlukan bagi pengembangan kehidupan beragama, meliputi antara lain saranaperibadatan serta sarana dan prasarana pendidikan agama dan keagamaan. Selain itu, melaluiprogram yang sama juga akan dilakukan rehabilitasi terhadap sekitar 2.350 tempat ibadah danprasarana keagamaan, serta pengadaan 800 ribu eksemplar kitab suci berbagai agama. Di sampingitu, anggaran pembangunan tersebut juga direncanaftan untuk pem6inaan pranata ibadah sosialkeagamaan, seperti zakat, wakaf dan sodakoh, baik dalam rangkh meningkatkan kesejahteraanmasyarakat maupun sebagai bagian dari upaya pengentasan kemiskinan. Sementara itu, melaluiprogram penerangan, bimbingan dan kerukunan hidup umat beragama, akan dilakukan pembinaan

kerukunan hidup umat beragama, dan pengembangan kegiatan-kegiatan seni budaya yang

bemapaskan agama, seperti musabaqah tilawatil Qur'an (MTQ) dan seleksi tilawatil Qur'an (STQ),

serta benhrk-bentuk seni budaya lainnya yang menjadi tradisi yang baik untuk pengembangan dansyiar agama. Selanjutnya, untuk menunjang upayapeningkatan pelayanan dan kelancaran penunaian

ibadah haji, melalui program peningkatan pelayanan ibadah haji, direncanakan pembangunan atauperluasan asrama haji di 7 (tujuh) lokasi. Sementara itu, di subsektor pembinaan pendidikan agama,

anggaran pembangunan akan diarahkan penggunaannya untuk membiayai program pendidikan

agama pada berbagai jalur, jenis dan jenjang pendidikan, serta program pembinaan kelembagaandan tenaga penyuluh keagamaan. Dalam rangka mendukung upaya peningkatan pemerataan dankualitas pendidikan agama dan keagamaan termasuk pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar

Sembilan Tahun, sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, melalui berbagai program

tersebut antara lain akan dilakukan peningkatan sarana dan prasarana belajar-mengajar,penyempumaan dan pengembangan kurikulum bagi madrasah tsanawiyah negeri (MTsN) dan

madrasah aliyah negeri (MAN), peningkatan mutu tenaga kependidikan dan dosen agama,peningkatan kualitas tenaga peneliti di bidang agama, serta peningkatan efisiensi di bidangpendidikan agama dan keagamaan,

Menyadari bahwa perkembangan ekonomi yarg cepat menuntut sistem hukum yang

berkembang sepadan dengan dinamika pembangunan di bidang ekonomi dan berbagai bidanglainnya, maka dalam tahun anggaran 1994/95 pembangunan hukum akan makin ditingkatkan dan

diperluas ruang lingkup kegiatannya, dalam rangka menciptakan kondisi yang menjamin setiap

anggoCa masyarakat dapat menikmati suasana serta iklim ketertiban dan kepastian hukum. Sesuai

198

dengan arah kebijaksanaan pembangunan sebagaimana yang ditetapkan dalam GBHN- I 993 ' maka

dalam rangka memantapkan sistemiukum nasional yang bersumber pada Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945, pembangunan hukum diarahkan terulama untuk menghasilkan produk hukum

nasional yang mampu mengahr tugas umum penyelenggarall pemerintahan dan pelaksanaan

;;;ti#, fug aiaut*g olehiparatur hukum yang bersih' berwibawa' penuh pengabdian'

sadardantaathukum,,n".ponyui.*ukeadilansesuaidengankemanusiaarr,profesional,efektifdan efisien, dilengkapi dengan sarana dan pmsarana hukum yang memadai' serta mengembangkan

;;;;;t**;dar dan taat hukum. unrukmenunjang tercapainya berbagai sasaranpembangunan

hukum lersebut, dalam RAPBN 1994/95 seltor hukum mempetoleh alokasi anggaran pembangunan

sebesar Rp 111,4 miliar' Anggaran tersebut akan dialokasikan masing-masing kepada subsektor

p".i-""i i*"- nasional sebesar Rp l4'2 miliar' subsektor pembinaan aparatur hukum sebesar'Rp

30,2 miliar, serta subsektor sarana dan prasarana hukum sebesar Rp 67 miliar'

Di subsektot pembinaan hukum nasional, anggaran pembangunan direncanakan untuk

membiayai program perencanaan dan pembentukan hukum' serta program pengembangan srstem

hukum nasional. Melalui program perencanaan dan pembentukan hukum, anggaran pembangunan

antara lain akan dipergunakan untuk perancang

informasi hukum.

Selanjutnya, di subsekror nembinaanoaparaffi h*@ il:jfiil,T#trffi.ilil

'um' sefta prcgram pelayanan dan bantuan hukum'

direncanakan peningkatan penyelesaian perkara'

kim dan panitera dad semua lingkungan peradilan'

an tenaga peradilan' Sedangkui dalam kaitannya

tain untuk operasi yustisi, pengawasan pener

um. Selanjutnya, dalamrangkaprogram pelayanan

di bidang hak milik intelektual, kewarganegarar

dilaksanakan pemberian bantuan hukum kepada

pengadilan negeri maupun melalui proyek rinti

I

199

Di subsektor sarana dan prasarana hukurn, alokasi anggaran pembangunan diarahkan penggunaannya

untuk membiayai program pembinaan sarana dan prasarana hukum' antara lain berupa rehabilitasi

dan perluasan berbagai gedung pelayanan hukum, seperti kejaksaan' lembaga pemasyarakatan'

imigrasi, dan lembaga peradilan. Rincian pengeluaran pembangunan atas dasar sektor/subsekt'or

dalam RAPBN 1994/95 dapat diikuti dalam Tabel II.29.

2.3.6.2. Pengeluaran pembangunan berdaserkan Jenls pembiayaannya

Dalam struktur anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN)' pengeluaran

pembangunan menurut jenis pembiayaannya dapat diklasifrkasikan atas pembiayaan rupiah dan

bantuan proyek. Dalam RAPBN 1994/95 pembiayaan rupiah direncanakan sebesar Rp 17.386'3

miliar, yang berani mengalami kenaikan sebesar Rp 1.285,4 miliar atau 8 persen dari yang

direncanakan dalam APBN 1993t94. Peningkatan tersebut diperlukan bukan saja untuk

mempertahankan momentum pembangunan yang telah dicapai, akan tetapi juga untuk menunjang

upaya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi, peningkatan kualitas manusiadankualitas kehidupan

masyarakat, serta pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang makin meluas' Anggaran

pembangunan rupiah tersebut dialokasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu pembiayaatr pembangunan

melalui departemenflembaga, bantuan pembangunan daerah, dan pengeluaran pembangunan

lainnya.

Dalam RAPBN 1994195, anggaran pembangunan melalui depattemenflembaga

tlirencanakan sebesar Rp 9.945,6 miliar, atau mengalami peningkatan sebesar Rp 680'3 miliar (7'3

persen) dari yang dianggarkan dalarn APBN 199t194. Anggaran tersebut direncanakan

penggunaannya untuk membiayai proyek-proyek produktif, baik yang betsifat fisik maupun

nonfisik, di berbagai sektor dan subsektor melalui daftar isian proyek (DIP) departemenlembaga

sesuai dengan urutan prioritas dan arah umum kebijaksanaan pembangunan yang ditetapkan dalam

GBHN 1993 dan Repelita vI. Dalam rangka menunjang upaya pengentasan kemiskinan dan

peningkatan laju pertumbuhan ekonomi, anggaran pernbangunan departemen/lembaga akan

digunakan antara lain untuk pembangunan sarana dan prasarana dasar di bidang ekonomi,

peningkatan potensi dasar masyarakat, terutama bagi golongan ekonomi lemah, serta penyediaan

biaya operasional clan pemeliharaan bagi sarana dan prasarana yang ada. Oleh karena itu' guna

meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi, baik di bidang tanaman pangan, pel€makan'

perikanan maupun perkebunan, melalui DIP Departemen Pertanian antara lain direncanakan

penyediaan sarana dan prasarana produksi pertanian bagi pengembangan pertanian rakyat terpadu

dan pembangunan usaha pertanian. Demikian pula dalam rangka menunjang upaya peningkatan

swasembada pangan, serta peningkatan transportasi jalan, melalui DIP Depanemen Pekerjaan

Umum antara lain direncanakan proyek pembangunan jaringan irigasi, proyek peningkatan jalan'

proyek pembangunan jalan dan jembatan baru, serta proyek tehabilitasi jalan dur jembatan.

Selanjutnya dalam rangka mempercepat mobilitas manusia, barang dan jasa, serta mendukung

pengembangan wilayah dan peningkatan hubungan internasional, melalui DIP Departemen

ierhubungan antara lain ditampung proyek-proyek pembangunan sistemjaringan nansportasi' baik

200

I

Tabel II'29

PENGELUARAN PEMBANGUNAN BERDASARKANSEKTOR/SUBSEKTOR' RAPBN 1994/95

(dalam miliar ruPiah)

450,5450,5

9E9,6956,333,3

1.687,0780,1906,9

146,5146,5

73f,316,8

279,6184,2r20,8134,9

5.225,53.530,6

589,0466,8605,4

3.581,967,8

3.514,1

SEKTOR INDUSTRI

Subsektor Industri

SEKTOR PERTANIAN DAN KEHUTANAN

Subsektor PertanianSubsektor Kehutanan

SEKTOR PENGAIRAN

Subsektor Pengembangan Sumber Daya Air

Subsektor Irigasi

SEKTOR TENAGA KERJA

Subsektor Tenaga Kerja

SEKTOR PERDAGANGAN, PENGEMBANGAN USAIIA

NASIONAL, KEUANGAN DAN KOPERASI

Subsektor Perdagangan Dalam Negeri

Subsektor Perdagangan Luar NegenSubsektor Pengembangan Usaha Nasionat

Subsektor KeuanganSubsektor Koperasi dan Pengusaha Kecil

SEKTOR TRANSPORTASI' METEOROLOGI DAN GEOFISIKA

Subseltor Prasarana lalanSubsektor TransPortasi DaratSubsek0or TransPortasi LautSubsektor TraffPortasi UdaraSubsektor Meteorologi, Geofisika, Pencarian dan Penyelamatan (SAR)'

SEKTOR PERTAMBANGAN DAN ENERGI

Subsektor PertambanganSubseltor Energi

05.105.205.305.405.5

'Iabel IL29 (lanjutan)

NomorKode Sektor/Subsektor Jumlah

08

08.108.2

09

09.109.2

l0

10. I1,O.2

l l

I 1 . 1ll.2I 1 . 3

11.4

t2

12.1

t3

1 3 . 113.213.3

L4

14.lt4.2

SEKTOR PARIWISATA, POS DAN TELEKOMUNIKASI

Subsektor PariwisataSubsektor Pos dan Telekomunikasi

SEKTOR PEMBANGUNAN DAERAH DAN TRANSMIGRASI

S ubsektor Pembangunan DaerahSubsektor Transmigrasi dan Pemukiman Perambah l{utan

SEKTOR LINGKUNGAN HIDUP DAN TATA RUANG

Subsektor Lingkungan HidupSubsektor Tala RuanC

SEKTOR PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN NASIONAL,KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANGMAHA ESA, PEMUDA DAN OLAH RAGA

Subsektor PendidikanSubsektor Pendidikan Luar Sekolah dan KedinasanSubsektor Kebudayaan Nasional dan Kepercayaan TerhadapTuhan Yang Maha EsaSubsektor Pemuda dan Olah Raga

SEKTOR KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA SEJAHTERA

Subsektor Kependudukan dan Keluarga Berencana

SEKTOR KESEJAHTERAAN SOSIAL, KESEHATAN,PERANAN WANITA, ANAF DAN REMAJA

Subsektor Kesej ahteraan Sosia-Subsektor KesehatanSubsektor Peranan Wanita, Anak dan Remaja

SEKTOR PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Subsektor Perumahan dan PermukimanSubsektor Penataan Kota dan Bansunan

721,948,8

6'13,r

5.504,34.547,9

956,4

dsz9356,995,4

3.1)'6132.783,4

194,8

\., 1

30,4

290,2290,2

1.031,076,2

946,38,5

887,9840,347,6

202

o

,

Tabel 1I.29 (lanjutan)

NomorKode

Seklor/Subsektor Jumlah

t21,9t t 5

99,4

529!8

147 ,67 t , 3

107,286,528,888,4

llr,4

14,230,267,O

rsTA1 0

? o

150,6

1.154,6

1.100,352,O

557,0

520,037,O

Jumlah Keselurtthan n398,3

t

203

darat, laut, maupun udara. Untuk mernenuhi kebutuhan energi bagi industri dan rumah tangga,

melalui DIP Departemen Pertambangan dan Energi antara lain direncanakan proyek-proyek

pengernbangan dan pemanfaatan brikel batubara untuk bahan bakar rumah tangga, pencariau

cadangan energi baru danpenganekaragamanhasil tambang, pengembangan lenaga listrikperdesaan,

pembangunan pembangkit tenaga listrik, jaringan translnisi dan distribusi, serta pengembangan

tenaga migas, batubara dan energi. Sedangkan dalani rangka penyediaan fasilitas pelayanan dasar

yang lebih luas bagi kesejahteraan rakyat dan peningkatan kualitas surnber daya manusia, anggaratl

pembangunan departemen/lembaga akan digunakan untuk peningkatan fasilitas pendidikan,

kesehatan dan peribadatan, pengembangan ilmu pcngetahuan dan teknologi, pembinaan dau

pengaturan tenaga kerja, serta perluasan kesempatan kerja. Oleh karena itu, dalarn tangka

meningkatkan upaya penyelenggaraan pendidikan nasional, melalui DIP Dcpartemen Pendidikan

dan Kebudayaan direncanakan proyek-proyck pembangunan dan rehabilitasi gedung sekolah

di semua tingkat pendidikan, pembinaan tenaga kependidikan, serta pcndidikan masyarakat umum

Demikianpula dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatall, melalui DIP Departemen

Kesehatan antara lain direnoanakan proyek-proyekpembangunandaurehabilitasi rumah sakit, serta

penyuluhan dan pelayanan kcsehatan- Selain daripada itu, dalam rangka mempercepat upaya

penguasaan teknologi, melalui DIP departemen/lembaga antala lain ditampung proyck-proyek

pengkajian dan penelitian ilmu pengetahuan terapall dan dasar, serta pcnyempurnaan dan

pengembangan stalistik, Selanjutnya dalam rangka peningkatan kualitas kcimatran dan ketaqwaan

terhadap Tuhan Yang MahaEsa, melaluiDlP Departemen Agama anta|a lain direncanakan proyek-

proyekpeningkatan saranakehidupan beragama, sertapembangunan saratradan pt asarana penditlikan

agama di semua tingkat pendidikan. Sedangkan dalam rangka mewujudkan sistem hukum nasional

yang mampu menunjang penyelenggaraan negara yang tertib dan teratur, melalui DIP Departcmen

Kehakiman antara lain direncanakan proyek-proyek perencanaan dan pembentukan hukum,

pengembangan sistem hukum nasional, pembinaan peradilau, penerapan dan penegakan hukum,

penyuluhan hukum, pelayanan dan bantuan hukum, scrta pembitlaan sarana dan prasarana hukum.

Di samping dialokasikan bagi pembiayaanproyek-proyek sektoral diberbagai departemen/

lembaga seperti diuraikan di atas, maka dalan rangka menyerasikan sasaran sektoral dengan

sasaran regional, pengeluaran pembangunan rupiah juga dialokasikan bagi program bantuan

pembangunan daerah. Program ini selain dimaksudkan untuk meningkatkan laju pertumbuhan

ekonomi antarclaerah yang lehih merata, juga diarahkatr untuk mendorong prakarsa dan partisipasi

masyarakatdi daerah, sefia mengentaskan kemiskinan yang terutama terdapat di perdesaan, daerah

terpencil di pedalaman, dan daerah terbelakang/terisolir' Dalam RAPBN 1994/95 pengeluaran

pembangunan bagi daerah direncanakan sebesar Rp 6.822,4 miliar, atau mengalami kenaikan

sebesar Rp 926,5 miliar (15,7 persen) dari yang dianggarkan dalam APBN 1993/94. Peningkatan

tersebut di samping disebabkan oleh adanyapeningkatan anggaran masing-masing program Inpres,

juga disebabkan oleh adanya penambahan program Inpres baru, yaitu program Inpres desa

tertinggal (IDT).

|l

204

Inpres desatertinggal (IDT),sebagaiprogram baru dalamprogram bantuanpembangunan

daerah dikembangkan secara khusus untuk mempercepat pengentasan kemiskinan di desa-desa.

Bantuan tersebut diberikan dalarn bentuk bentuk dana bautuan yang diserahkan langsung kepada

desa penerima bantuan atau kelompok swadaya masyarakat (KSM) setempat, tanpa melalui Dati I

tlan Dati IL Pemberian Inpres desa tertinggal tersebr.rt diarahkan terutama untuk menggerakkan

kegiatan sosial ekonomi dalam rangka mewujudkan kemandirian dan menciptakan pusat-pusat

perturnbuhan di desa-desa melalui prinsip-prinsip desentralisasi dan partisipasi' Dalam RAPBN

1994195, anl}|iran pembangunan bagi program Inpres desa tertinggal direncanakan sebesar

Rp 389,3 miliar. Dengan berpedoman kepada peta desa tertinggal yang ada, anggaran tersebut akan

dialokasikan kepada 18,321 desa tertinggal, dengan jumlah rata-rata bantuan untuk masing-masing

desa sebesar Rp 20 juta. Auggaran tersebut selain dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan yang

bersifat ekonomis clan produktifyang dapatmeningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat

desa secara berkelanjutan, juga dimanfaatkan sebagai perangsang terhadap kelompok penduduk

miskin untuk menumbuhkan, memperkuat kernampuan, serta membuka kesempatan berusaha.

Agar dana yang terbatas tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal di dalam menunjang program

penanggulangan kemiskinan, maka kewenangan dalam menyusun rencana penggunaannya

diseralrkan langsung kepada desa penerima bantuan. Keberhasilan program IDT selain tergantung

kepada partisipasi masyarakat, juga sangat ditentukan oleh kesungguhan dan kepedulian semua

aparat yang terlibat, baik lcmbaga pemerintah terkait di tingkat pusat maupun instansi pemerintah

di tingkat daerah. Dengan demikian bimbingan dan pendampingan dari pihak-pihak tersebut perlu

dilaksanakan secaraterpadu, terus menerus, dan berkelanj utan, agar mampu mempefkuatkemampuan

penduduk miskin dalam rnendayagnnakan dana secara produktif dan efektif.

Selanjutnya dalam rangka mempercepat pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya

agar dapat dirasakan bagi sebagian besar masyarakat yang bermukim di perdesaan, dalam tahun

anggaran 1994/95 program bantuan pembangunan desa (Inpres desa) tetap dilanjutkan, bahkan

lebih ditingkatkan. Pemberian dana bantuan pembangunan desa tersebut selain diarahkan bagi

penataan permukiman kembali penduduk dan pemugaran perumahan dan lingkungan desa, juga

diarahtan bagi program pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK) sebagai upayauntuk meningkatkan

peran aktif dan keikutsertaan wanita dalam mendorong dan menggerakkan pembangunan desanya.

Dalam RAPBN 1994195, anggann bagi program bantuan pembangunan desa (Inpres desa)

direncanakan sebesar Rp 423,3 miliar, yang berarti mengalami kenaikan sebesar Rp 33,1 miliar

atau 8,5 persen dari anggaran yang direncanakan dalam APBN 1993/94. Jumlah tersebut akan

dialokasikan bagi 63.920 desa, dengan bantuan untuk masing-masing desa sebesar Rp 6 juta'

termasuk untukpembinaan kesejahteraan keluarga (PKK) sebesat l juta. Dengan demikian bantuan

untuk masing-masing desa tersebut mengalami kenaikan sebesar Rp 500 ribu dari rencananya

dalam APBN 1993194, yang dimaksudkan terutama untuk kegiatan pembinaan anak dan remaja

melalui PKK, Di samping diberikan kepada masing-masing desa sebagai bantuan langsung'

anggaran Inpres desa juga dipergunakan untuk bantuan keserasian sebagai kompensasi befkurangnya

jumlah desa akibat pengelompokan ulang desa-desa sebesar Rp 23,9 miliar, serta peningkatan

t

p

a

205

peranserla lnxsyarakat melalui pelatihan penillgkatan kemampuan LKMD dan kader desa

scbcsar Rp 7,4 miliar.

Senlcntata it[, dalam ratrgka mctttpcrcepat upaya pen]erataatl pc lbangunan, Peningkatankesejahtcraan rakyat, dan peningkatan pa|tisjpasi aktif trasyarakat tlalam pcrnbangunan daerahnya.

nraka sejalan dengan pemberian otononti dacrah yang lebih luas, dana bantuan pembangunan Dati

II tl it ingkatkan clengan memperbesar jurnlah bantuan per Dati II, scrta rnemperluas cakupan dan

jangkauan kegialannya detlgan nlcngintegl asikan beberapa program Inpres yang selama ini

pelaksanaan proyeknya tlitangani olch rlaer ah tingkat II. Selain dircncanakan untuk mettingkatkan

junrlah dln kualitas berbagai jcnis saLana dan prasarana rlasar yang dihutuhkan oleh masyarakat,

baik untuk kegiatan ekonomi rnaqrun kegiatan sosial yang lebih luas, pemberian dana bantuan

pqmbarlgultau L)irti II juga diarahkan urrtuk rnenciptakan clan memper'luas lapangan kerja, memperluas

kescnrpalarl berusaha, dan ntcnrnjatrg upaya peleslarian lilrgkungan lridLrp. Dalam RAPBN

1994/9-5 barrtuan pembangunan Dati Il (kabupalen/kotarnadya) direncanakan sebesar Rp 2 417,8

nr i l i r r , ya lg bcrar t i Rp l .388.2rn i l iaratau 134,8 persen lcb ih t inggi dar i jumla l r bantuan Dat i I I yang

dianggarkan dalam APBN I993194. l 'eningkatan anggalan yang cukup besar terscbut tcrutama

tliscbabkan olch adlnya kebi.jaksalraarr pengintcgrasian anggarnn petnbangunatr ptogt'aln Iupres

prnsrrilla pasar scbcsat Rp 5 rniliar, Inpres pcnghijauan sebesar Rp 82,5 nriliar', Inprcs peningkatarl

iaian l)ati I[ schesar Rp 967,6 miliar, sctta sehagian anggaran pembangunan progtam Iupres SD,

yaitl Sagian dana untuk rehabilitasi SD dan rnadrasah ibtidaiyah scbcsar Rp 250 rniliar, ke dalam

progranr Inltres Dati ll. JLrmlah anggaran tersebut dialokasikan kepada masing-rnasing Dati II, yang

5csarnya selain tiitetapkan atas dasarjurnlali penducluk <lengan bantuatr 1tt kapita sebesar Rp 5 ribu,

iLrga (litetapk n atas clasaf luas wilayah daratan dengan bantuan pet kilometer persegi sebesar Rp 20

ribu. Di sarnping itu, bagi Dati II yang jumlah penduduknya di bawah 200 ribu jiwa diberikan

tambghan sehingga mencapai bantuan minimum sebesa[ Rp I miliar per Dati IL Dalarn program

h4rrcs Dati II tersebut termasuk pula anggaran untuk rencana umurn tata ruang (RUTR) Dati II

scbcsar Rp 5 nriliar, pembangunan pelkotaan sebesar Rp 55,6 miliar, tatnbahan bantuan sebesar

Rp 9,9 miliar untuk 99 kabupaten yang berkepulauan, sertadanauntukpembangunatr tlan pemugatan

pcrLrrrhhrn perdesaan sebesar Rp 18,6 miliar. Anggaran tcrscbut alltal a lain akan digunakan untuk

rncrrrbiayai proyek-proyck fisik berupa pembangunan pasar di kecamatan terpilih, peningkatan

ia)tn sepanjang 13,3 ribu kilometer, kegiatan penghijauan terhadap areal seluas 560 ribu hcktar,

I clrabilitasi se jumlah SD dan rnadrasah ibtidaiyah, serta petnbangunan dan petnugaran perumahan

pertlesaan, Perencanaan dau pelaksanaan proyck-proyek bantuan pembangullan Dati II tersebut

diserahkan scpenuhnya kepada pemerintah Dati II, yang lebih memahami masalah, kebutuhan, dan

aspirasi masyarakat di daerah.

Selanjutnya, untuk lebih menyelaraskan program pembangunan sektoral rlcngan program

pembangunan daerah, maka dalam rangka pemerataan laju pertumbuhan arltardaerah, kepada

pemerintah daerah tingkat I diberikan program bantuan pembangunan Dati I. Dalam RAPBN

i994l95, anggaran bantuan pembangunan Dati I direncanakan sebesar Rp 1.218'7 miliar, yang

206

berarti mengalami kenaikan sebesar Rp 435,7 miliaf atau 55,6 persen bila dibandingkan dengan

bantuan yang sama dalam APBN 1993/94. Peningkatan anggaran yang cukup besar tersebut

terutama berkaitan erat dengan pengintegrasian bantuan pembangunan teboisasi sebesar Rp 21,8

miliar dan bantuan pembangunan peningkatan jalan Dati I sebesar Rp 405,6 miliar ke dalam

program Inpres Dati I. Jumlah tersebut akan dialokasikan bagi 27 propinsi dengan bantuandasarper

Dati I sebesar Rp 25 miliar, serta bantuan atas dasar luas wilayah daratan sebesar Rp 60 ribu per

kilometer persegi. Di samping itu, anggaran tersebut juga direncanakan penggunaannya untuk

membiayai kegiatan reboisasi bagi tahan seluas 35 ribu hektar, serta peningkatan jalan Dati I

sepaljang 32,9 ribu kilometer. Dalam rangka menyesuaikan gerak pembangunan dengan keadaan

wilayahnya, setta mempercepat laju pembangunan daerah, kepada daerah diberikan wewenang

yang lebih besar dalam memanfaatkan bantuan pembangunan Dati I tersebut.

sement4ra itu, untuk menunjang upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia serta

memperluas pemerataan kesempatan belajar bagi semua anak usia sekolah dasar, terutama bagi

anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu dan penyandang cacat fisik atau mental, baik

yang bermukim di daerah perdesaan dan daerah terpencil/terisolir maupun yang berada di daerall

transmigrasi dan daerah permukiman baru, anggaran pembangunan bagi program Inpres SD juga

semakin ditingkatkan. Dalam RAPBN 1994/95 alokasi anggaran pembangunan bagi prograrn

Inpres SD direncanakan sebesar Rp 497,9 miliar. Anggaran tersebut tidak terlnasuk dana untuk

rehabilitasi SD dan madrasah ibtidaiyah sebesar Rp 250 miliar yang telah diintegrasikan ke dalam

anggaran pembangunan bagi program Inpres Dati II. Dalam rangka menunjang upaya persiapan

pelaksanaan progam wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, anggafan tersebut akan lebih

diara}kan pemanfaatannya terutama untuk mempetluas kesempatan belajar bagi semua auak usia

sekolah dasar, antara lain melalui pembangunan 700 gedung SD, penambahan 2.650 ruang kelas,

operasi dan pemeliharaan bagi 169.719 gedung sD, sertapembangunan 1.050 rumah kepala sekolah

dan guru. Di samping itu, dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan di tingkat sekolah dasar,

anggaran tersebutjuga akan dipergunakan untuk pengadaan 36 juta eksemplar buku perpustakaan

dan buku pelajaran, serta penataran dan penyetaraan program D-2 guru SD

Upaya peningkatan produktivitas dan kualitas kehidupan masyarakatjuga berkaitan erat

dengan peningkatan derajat kesehatan lakyat. Oleh karena itu, dalam rangka rneningkatkan

ketahanan hidup dankualitas hidup manusia, dalam RAPBN 1994/95 alokasi anggaran pembangunan

bagi program Inpres kesehatan direncanakan sebesar Rp 393,3 miliar, yang berarti sama dengan

anggaran yang disediakan dalam APBN 1993/94. Anggaran tersebut akan lebih diarahkan

pemanfaatannya untuk meningkatkan mutu dan memperluas pemerataatt pelayanan kesehatan bagi

seluruh lapisan masyarakat di semua daerah dan desa, t€rutama desa-desa yang relatif masih

tertinggdterpencil. Sehubungan dengan itu, melalui bantuan tersebut dalam tahun anggalan

1994D5 antara lain direncalrakan pembangunan 30 Puskesmas baru, 500 Puskesmas pembantu, 35 8

Puskesmas keliling, 69O rumah dokter dan paramedis, serta fehabilitasi 35.297 ribu Puskesmas.

Selain itr,r, anggardr tersebutjuga akan dipergunakan untuk pengadaan dan penyediaan obat-obatan

I

,t

a

207

sebesar Rp 725 per jiwa, serta penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan sebesar Rp 52miliar. Melalui program yang sama direncanakan pula penyelenggaraan pendidikan dan pelatihanbagi 51.297 bidan dan tenaga paramedis, serta penempatan 29.000 bidan dan tenaga kesehatan, sertapengadaan 1.500 unit sepeda motor.

Selain bantuan pembangunan dalarn berbagai bentuk program Inpres tersebut, makadalam rangka desentralisasi dan pemberian otonomi yang lebih luas kepada daerah, pelaksanaanpembagian hasil pemungutan pajak bumi dan bangunan (PBB) kepada Pemerintah daerah akanmakin disempurnakan agar lebih mampu menunjang pernbiayaan pembangunandi masing-masingdaerah. Untuk itu, apabila dalam tahun-tahun sebelumnya pembagian hasil penerirnaan PBB masihdirinci 10 persen untuk pemerintah pusat, 81 persen untuk pemel intah daetah, dan 9 persen untukupah pungut, maka mulai tahun pertama Repelita VI bagian untuk pemerintah Pusal sebesar l0persen akan diserahkan kepada pemerintah daerah. Dengan demikian pembagian hasil penerimaan

PBB akan dirinci menjadi 91 persen untuk pemerintah daerah dan 9 pcrsen untuk upah pungut.

Dengan penyempumaan sistem alokasi pembiayaan tersebut, pemerintah daerah diharapkan dapatlebih dipacu untuk mengoptimalkan usaha penggalian dan pendayagunaan sumber penel irnaal.tPBB sebesar-besamya. Mengacu kepada pembagian hasil penerimaan PBB tersebut, dalam

RAPBN 1994i95 pembiayaan pembangunan daerah yang berasal dari dana bagi hasil PBBdirencanakan sebesar Rp 1.482,1 miliar, atau berarti sebesar Rp 412,8 miliar (38,6 persen) lebihtinggi daripada yang dianggarkan dalam APBN 1993/94.

Selanjutnya, gunameningkatkanefisiensi dana pembangunan yang masih sangatterbatas,

maka dalam Repelita VI pembiayaan petnbangunan lainnya akan diupayakan lebih dipertajampemanfaatannya. Sehubungan dengan itu, dalam RAPBN 1994/95 sebagai tahun pertama RepelilaVI, alokasi anggaran pembangunan laiunya direncanakan sebesar Rp 618,3 miliar, yang berartisebesar Rp 321,4 miliar atau 34,2 persen lebih rendah dari anggaran yang disediakan dalam APBN1993/94. Anggaran tersebut akan dialokasikan masing-masing bagi subsidi pupuk sebesar Rp 175miliar, penyertaan modal pemerintah sebesar Rp 50 miliar, dan lainJain pengeluaranpembangunau

sebesar Rp 393,3 miliar.

Alokasi pembiayaan bagi subsidi pupuk dalam RAPBN 1994/95 tidak mengalamiperubahan dari tahun anggaran sebelumya. Guna memantapkan swasembada pangan, walaupuudalam jumlah yang terbatas, anggaran bagi subsidi pupuk masih dipandang perlu disediakan untukmempertahankan harga pupuk dan pestisida agar dapat terjangkau oleh daya beli petani. Namun

demikian, tanpa harus mengurangi hasrat petani untuk meningkatkan produksi pertaniannya, mzrka

dalam rangka mengurangi beban anggaran negara, besamya subsidi pupuk tetap dibatasi, dengancaramenyesuaikanhargaeceran pupukdi tingkatpetani bersamaan dengan peningkatan harga gabah.

Anggaran bagi penyertaan modal pemerintah (PMP) dalam RAPBN 1994/95 mengalamipenurunan sebesar Rp 75,5 miliar atau 60,2 persen dari anggaran yang disediakan dalam APBN

1993i94. Alokasi dana tersebut akan diupayakan lebih selektif, dan diarahkan terutama untukpengembangan kegiatan-kegiatan usaha yang benar-benar sangat penting bagi perekonomian dan

208

bersifat strategis bagi peningkatan kesejahteraan rakyat, seperti untuk penyediaan perumalran

rakyat (KPR-BTN), pernbinaan dan pengembangan perbankan, serta pembinaan dan pengembangau

ittdustri strategis.

Sementara itu, prograrn pembiayaan lain-lain pembangunan dalam RAPBN 1994195

mengalami penurunan sebesar Rp 245,9 miliar atau 38,5 persetr dari anggaran yang disediakall

dalam APBN 1993/94. Anggaran tersebut akan dialokasikan untuk membiayai berbagai proyek

pembangunan yang penting dan bersifat khusus, menyangkut kepentingan masyarakat urnum, dantidak tercakup dalam pembiayaan dcparlemen atau pembiayaan bagi daerah. Proyek-proyektersebut antara lain meliputi penyediaan subsidi benih, pengadaan air bersih perkotaan, sertapenyehatan lingkungan pennukirnan.

Di sampingdibiayaidengan danarupiah, pengeluaran pembangunan jugadibiayai dengan

bantuan proyek. Dalanr RAPBN 1994/9.5 anggaran pembangunan yang bersumber dari dana

bantuan proyek bcrjumlah sebesar Rp 10.012 miliar, atau 9,7 persen lebih besar dari anggalanbantuan proyek yang direncanakan dalam APBN 1993/94. Sesuai dengan arahan GBHN 1993,

bantuan proyek tersebut tetap dimanfaatkan sebagai surrber pelengkap bagi pernbiayaan

pembangunan rupiah untuk membiayaiproyek-proyek produktif, yang dapat memberikan dampak

sebesar-besamya bagi upaya peningkatan laju pertumbuhau ekonomidan penrngkatan kesejahteraanrakyat di berbagai sektol dan subsektor. Sesuai dengan prioritas pernbangunan, anggaran tersebut

antara Iain akan dialokasikan untuk penyediaan sarana dan prasarbna ekonomi, pengembangan danpenerapan teknologi, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia yang sangat diperlukan bagipembangunan. Rincian pengeluaran pelnbangurtan menttrut jenis pembiayaannya dapat diikutidalam l'abel IL30.

2.3.6.3. Pengeluaran pembangunan berdasarkan sumb€r penlbiayaan

Menyadari bahwa dana pembangunan yang dapat dihimpun dari sumber-sumbcr dalam

negeri belum mencukupi, sementara usaha-usaha pembatgunan perlu lebih ditingkatkan dandiperluasjangkauan kegialannya untuk urendu\ung upayn peningkatan laju pertumbuhan ekonomi,pengcrnbangan kualilas sumber daya manusi^, serta pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,maka untuk mernenuhi kebutuhan pembiaya.in pembangunan masih tetap diperlukan penerimaanpenrbangunan yang bersurnber dar i bantuan/pinjaman luar negeri. Namun demikian, sesuai dengan

amanat GBIIN 1993, dalan rangka pelaksanaan prinsip kemandirian dalarn pernbiayaan

pembangunan yang lebih ditonjolkarr dalam Repelita VI dan PJP II, maka sumber pembiayaan dzui

luar negeri harus diupayakan untuk senantiasa dikurangi. Ini berartijurnlah dan peranan tabunganpemerintah harus diuplyakrn rlnluk terus clitingkatkan sehingga sccara bertahap dapat memberikan

sumbangan yang sernakin besar dalarn usaha ntengurangi ketergantungan terhadap sumber-sumberdana eksterna[.

Dalarn RAPBN 1994195, junrlnb t^brngnn pemerintah diperkirakan sebesar Rp 17.386,3

miliar, atau manrpu membiayai 63,5 persen dari kebu[uhan dana pembangunan yang dianggarkan

209

Tabel II.30PENGELUARAN PEMBANGUNAN BERDASARKAN JENIS PEMBIAYAAN,

APBN 1993/94 DAN RAPBN I994l95(dalam miliar rupiah)

Jenis pembiayaan APBN1993194

RAPBNr99419s

^ % .hd.APBN

PEMBIAYAAN RUPIAH

Pcmbi ayaan Departemen/Lembagal. Departemcn/Lembaga2 . H a n k a m

Pcmbiayaan Bagi Daerahl. Inpres pembangunan desa tertinggal2. Inpres pembangunan desa3. Inpres pernbangunan Dati II4. Inpres pembangunan Dati I5. Inpres sekolah dasar6. Inpres kesehatan7. Inpres pasar8. Inpres peningkatan jalaD

9. Inprcs penghijauan dan reboisasi10. Pernbangunan daerah

dengan dana PBB

Pembiayaan Lain-Lain1. Subsidi pupuk2. Peuyertaan modal perncrintah3. LainJainpembangunan

BANTUAN PROYEK

B.

16.100,9

9.265,38.719,6

545,7

5.895,9

390,21.029,6

783,0747 ,g 3)

393,35,0

1.373,3104,3

1.069,3

939,7175,0lz5,5639,2

9.126,3

t7.3E6,3

9.945,69.356,3

589,3

6.822-,4389,3423,3

2.417,8 t)

r.218,7 2')

497,9 '\)

393,3

1.482,1

618 ,3175,050,0

393,3

10.012,0

8,0

8,0

15,7

8,5134,8s ( 633,4

I'

38,6

34,20,0

60238,5

9,7

J u r n l a h ,a t )1 , 27.398,3 8,6

l) Ten asuk banluan penrbaflgunar/pemugarun perumahrn perdesaan sebesar Rp 18,6 rriliar, tranluan pemLrgaran pasarkeca rn atan sebesar Rp 5,0 nliliar,lrpres penghij urn sebesar Rp 82,5 rnilia., barr tLran reltahiliiasi SD dan Maarasatr ltrtiaaiyatrsebesar Rp 250,0 miliar, dan Inprcs peningkatan jdlan Duri II sebes Rp 967,6 n tiari

2) Ternasuk Inpres rcboisasj sebesar Rp 21,8 mitirdnn I pres pen irgkaran j ilan Dati I seb€sarRp405,6 miliari3) Termsuk barruan refiabilitasj SD ilar Madrisah Ibtilaiyah sebei,at Rp 332,s m jar:

4) Iidak termasuk ban(ran rchrbilitasiSD dan Madrasah lbtidaiyah seb€sar Rp 250,0 miliar (dii ihkan le lnpres Dnti tl),

210

sebesar Rp 27.398,3 miliar. sementara itu, sumber peml2iayaan pembangutlan yang berasal dari

bantuan luar negeri, khususnya bantuan proyek, dalam RAPBN 1994/95 direncanakan sebesar

Rp 10.012miliar, yangberartiperanannyaterhadapkeseluruhan anggaran pembangunan diperkirakan

hanya sebesar 36,5 persen, atau sedikit mengalami penurunan bila dibandingkan dengan peranan

bantuan luar negeri terhadap keseluruhan anggaran pembangunan dalam APBN 1993/94 sebesar {r

37,9 persen. Gambaran keseluruhan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(RAPBN) Tahun A nggaran 1994195 dapat dilihat pada Tabel II.3l '

a

Tabel II.31

RENCANA ANGGARAN PI]NDAPATAN DAN BELANJA NEGARA, 1994/95(dalarn miliar rupiah)

Penerimaan ,f urnlah Pengcluaran Jurnlah

A. Penerimaan Dalam Ncgeri

I. Pene maan minyak bumidan gas alam (migas)

l. Minyak bumi

2. Gas alarn

Penerimaan di luar migas

l. Pajak penghasilan

2, Pajak pertambahan nilai

3, Bea masuk

4 . C u k a i

5, Pajak ekspor

6, Pajak bumi dan bangunan

7. Pajak taimya

8. Penerimaan bukan pajak

9. Laba bersih minyak

Penerlmaan Pembangunan

I. Bantuan program

II. Bantuan proyek

59.737,1

12.851,2

9.504,C

3.34'.1 ,2

46.885,9

18.842,9

13.238,6

3.443,3

2.622,8

t6,4

1.628,7

28t,7

4.292,5

2.519,0

10.012,0

10.012,0

Pengeluaran Rutin

I. Relanja pegau'ai

I Cjaji/pensirln2. 'l unjangan beras

III.

v.

IV.

3. Uang rnakan/lauk paLrk4. Lainz belalja peg, DN5. Belanja pegawai LN

Belanja barang

1. Belanja barang DN2, tselanja barang LN

Subsidi daeralr otouorl|

L Llelanja pegawai2. Belanjir nonpegawai

Ilunga dan cicilan hutang

1. Ilutirng dalam negeri2 I ILr(arrg hrar negeri

Pcngcluararr rutiu laiDnya

l. SLrhsidi t lLlM?. Luin lail

Pcngcluaran Pcmbangrrnan

Pembiayaan rupiah

Bantuan proyek

42.350,E

13.010,5

10.456,21.039,3

783,03 9 t , 5340,5

3.750,5

225,o

7.094,9

6,665,3429,6

r7.969,7

3t'7,4t7.652,3

< t 4 t

525,2

27.398,3

17.386,3

10.012,0

J u m l a h 69.749,1 J u m l a h 69.749,1

o

BAB III

MONETER DAN PERKREDITAN

3.1. Pendahuluan

Selama pelaksanaan Repelita V, serangkaian kebijaksanaan yang benifat struktural dibidang finansial yang telah ditempuh Pcmcrintah, antara lain menyangkut pengerahan danamasyarakat, pengcmbangan kelembagaan dan sistem perkrcditan, serta pembinaan dan pengawasanperbankan, telah mendorong pertumbuhan sektor keuangan dan kegiatan dunia usaha dengancukup pesat. Jumlah bank hingga akhir Juni 1993 telah mencapai 225 buah, dengan memilikisekitar 4.500 buah kantor cabang yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Sementara itu,lembaga-Iembaga keuangan bukan bank, yang terdiri dari pasar modal, lembaga dana pensiun,perusahaan asuransi, dan lembaga pembiayaan lainnya, juga telah menunjukkan perkembanganyang cukup menggembirakan, baik dilihat dari jumlah institusinya maupun kegiatannya.

Paket kebijaksanaan yang mendasar di bidang monctcr dan pcrbankan yang dikclu arkanPemerintah pada tanggal 27 Oktober 1988, di samping telah memberikan keleluasaar untukmemperluas jaringan operasi dan organisasi perbankan, juga telah mengembangkan kemampuansektor perbankan dalam menghimpun dala masyarakat. Di bidang perkreditan, rangkaiankebijaksanaan tersebutjuga telah meningkatkan kemampuan sektor perbankan dalam melakukanekspansi kredit, sehingga penyediaan dana bagi pembiayaan investasi, produksi, konsumsi, dankegiatan-kegiatan bisnis laimya juga meningkat pesat, Meningkatnya pemberian kredit tersebutdisamping telah mendorong peningkatan produksi, juga telah menimbulkan tekanan inflasidalam tahun anggaran 1989D0.

Dalam upaya mengendalikan laju inflasi tersebut, sejak pertengahan tahun 1990,Pemerintah melaksanakan pengaturan likuiditas perekonomian, yalg dilakukal melalui operasipasar terbuka, dan dengan pembatasan pcmberian kredit likuiditas Bank Indonesia, sebagaimanatertuang dalam paket kebijaksanaan Jaluari 1990. Selanjunya, untuk mendorong perkembangandunia perbankan nasional ke arah yang lebih sehat, efisien, tangguh, dan marnpu bersaing padatingkat htemasional, Pemerintah mengeluarkan paket kebijaksanaan Februari 1991, Dalampelaksanaannya, klususnya yang berkaitan dengan ketentuan kewajiban penyediaall modalminimum (KPMM), batas maksimum pembcrian kredit (BMPK), dan nisbah pinjaman terhadapsimpanan (NPTS), kebijaksanaan tersebut telah mendorong bank-bank untuk melakukan usahakonsolidasi guna rnemperbaiki struktur keuangan, manajemen, strategi, dan pola operasionalnya.Dengan kebijaksanaan tersebut laju pertumbuhan kredit perbanki, o dapat lebih dikendalikar.

Hasil dari kebijaksanaan tersebut di satu sisi telah berhasil menurunkan laju inllasi dari9,52 persen dalam tahun 1991 menjadi sebesar 4,94 persen dalam tahun 1992. Namun di sisi lain,pengaruh kebijaksanaan moneter tersebut telah menyebabkan mcningkatnya suku bunga di

212

2t3

dalam negeri, sehingga mendorong pihak swasta untuk meninSkatkan pinjaman komersial luar

negeri, yang pada gilirannya mcmpengaruhi neraca pembayaran Untuk menghindari kemungkinan

terjadinya dampak yang tidak menguntungkan dad kenaikan suku bunga, maka sejak awal tahun

unlgu* 1991/92 otoritas moneter secara benahap mengurangl keketalan moneter dan

mengupayananpenurunankembalisukubungaketingkatyangwajar,melaluipenurunantingkatdiskonro Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan surat berharga pasar uang (SBPU), sehingga dapat

mendorong kegiatan invcstasi melalui pernberian kredit, tanpa mengurangi haslat masyarakat

untuk menabung. Selanjutnya telah diambil kebijaksanaan untuk meningkatkan keluwesan

dalam pengendalian likuiditas bank-bank mclalui pembelian surat befharga pasar uang (SBPU),

serta terus membuka kesempatan bagi bank-bank untuk menggunakan fasilitas sBPU guna

memenuhi kebutuhan likuiditasnya'

Dalam pada itu, sejalan dengan scmakin meningkatnya jumlah dan kemampuan

lembaga-lembaga keuangan dalam memobilisasi dana masyarakat, maka untuk mempercepat

pemerataan pembangunan dan kesempaun berusaha, Pemerintah terus melakukan penyempumaan

ketentuan-ketentuan di bidang perkreditan. Melalui pakel kebijaksanaan Mei 1993' dilakukan

penyempumaan kctcntuan tentang penyediaan modal minimum, cadangan penghapusan' rasio

pinjaman terhadap simpanan, dan ketenluan penyaluran kredit usaha kecil. Kebijaksanaan

iericbut selain diharapkan dapat mendorong perluasan kredit dan pcningkatan volume kredit

untuk pcmbiayaan usaha kecil dan menengah, juga sekaligus diharapkan dapat menunjang upaya

p.ng.rrduliutt likuiditas perekonomian agar tetap berada dalam batas-batas yang aman bagi

stabilitas ekonomi nasional.

3.2. Perkembangan harga dan uPah

stabilitas ckonomi, sebagai salah satu unsur dari Trilogi Pembangunan, merupakan

prasyarat yang penting bagi kelancaran serta keberhasilan pembangunan nasional' Dengan

ierciptanya stabilitas ekonomi, selain dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap

nilai rupiah sehingga mendorong masyarakat untuk menabung, juga akan memberikan kepastian

uagi dunia usaha untuk meningkatkan invcstasi dan kegiamn produksinya, Di samping itu'

sttb itas okonomi yang tercermin dari stabilitas harga-harga umum, akan mampu mempertahankan

dan meningkatkan daya saing barang-barang ekspor Indonesia di pasar dunia, schingga dapat

memberikan jaminan terhadap kelanjutan peningkatan ekspor. Bersamaan dengan hal itu

senanriasa diupayakan pengendalian harga-harga barang dan jasa kebutuhan pokok pada tingkat

yang wajar dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Upaya ke arah itu dilakukan melalui

teti.latsanaan monetcr dan fiskal, sena dengan terus pula mengupayakan agar barang-barang

kebutuhan pokok masyarakat tcrsedia dalam jumlah yang cukup dan lancar distribusinya

keseluruh pelosok tanah air.

Langkah-langkahtersebutdiatastelahmemberikanhasi lyangmenggembifakan,sebagaimana tercermin dari perkembangan dnSkat inflasi fata-rata per tahun selama 4 tahun

pertama Repelita v, yang mencapai angka 8,60 persen. Angka tersebut jauh lebih rendah jika

I

a

c

214

dibandingkan dengan laju inflasi ram-rata dalam Repelita I, Repelita II, dan Rcpelita III, masing-

masing sebesar 17,48 pcrsen, 14,77 pbrsen, dan 13,16 penen, dan scdikit lebih tinggi dibandingkan

dengan rata-rata inflasi selama Repelita IV, yang mencapai angka scbesar 6,59 persen.

sementara itu, memasuki tahun terakhir Rcpelita v, sampai dengan bulan Desember 1993, laju

inJlasi kumulatif mencapai 3,33 persen, leblh rcndah bila dibandingkan dengan irflasi dalamperiode yang sama tahun anggaran sebelumnya sebesar 3,59 persen. Demikian pula perkembangan

indcks harga perdagangan bcsar setelah tahun 1987 pada umumnya mengalami peningkatan

yang rcIarif renclah. Bahkan dalam tahun 1993 (sampai dengan bulan September 1993)

perubahan indeks harga perdagangan bcsar maupun indcks harga perdagangan besar bahan

bangunan/konstruksi, hanya meningkat masing-masing sebcsar 3,55 persen dan 4 pcrscn' lebih

rcndah dibandingkan dengan peningkatan yang teriadi dalzun periode yang sama tahun sebelumnya.

Di lain pihak, perkembangan harga barang eksporprimer, terutama hasil-hasil pcnanian,

scpcni karet, kopi,lada putih, dan lacta hitam, nampak belum menggembirakan. Harganya masih

bcrflukruasi dan beberapa diantaranyajuga mengalami kecenderungan harga yang terus melemah,

Dalam pada inr pcftembangan tingkat upah maksimum dan minimum di berbagai

sektor sampai dengan bulan Juni 1993 mcngalami peningkatan dibandingkan dengan tingkat

upah bulan Desember 1992.

3.2.1. Indeks harga konsumen (IHK)

Perkembangan indeks harga konsumcn gabungan di 27 ibukota propinsi dalam tifiun

anggaran 1993/94 (April-Desember 1993) mengalami kenaikan sebesar 3,33 persen, sedikit

lebih rcndah bila dibandingkan dcngan periode yang sama tahun anggaran scbclumnya yang

mencapai 3,59 pcnen. Kenaikan harga sebesar 3,33 persen tcrsebut terutama dipengaruhi oleh

kcnaikan harga yang terjadi dalam bulan Juli, Oktobcr, November, dan Dcscmber 1993, masing-

masing scbcsar 0,67 penen,0,59 persen, 0,41 persen, dan 0,53 persen sehingga sccara bersama-

sama kenaikan indcks harga dalarn keempat bulan tenebut tclah memberikan andil sebesar 66,07

persen terhadap inflasi nasional sclama periode April-Dcsember 1993. Laju inflasi scbcsar 0,67peisen dalam bulan Juli tcrscbut drsebabkan olch kenaikan indeks harga kelompok pcrumahan'

kelompok sandang, dan kelompok ancka barang dan jasa, masing-masing sebesar 1,58 pcrsen,

0,76 pcrscn, dan 0,61 persen. Kcnaikan indeks harga yang cukup tinggi pada kclompokperumahan disebabkan oleh kenaikan indeks harga semua subkelompok dalam kelompokperumahan. Indeks harga subkelompok biaya tempat linggal adalah yang tertinggi kenaikarnya'yaitu sebesar 2,43 persen disebabkan olch naiknya harga bahan-bahan bangunan, seperti batu

bata, kayu balokan, dan upah tukang. D samping itu, kenaikl'n indcks harga subkelompokperlengkapan rumah tangga dan subkelompok penyelenggaraaur rumah tangga, masing-masing

sebesar 1,73 persen dan 0,48 persen, telah memberikan andil yang cukup berani Ffiadapkenaikan indcks harga kelompok perumahan, Sementara itu, kenaikan indeks harga kelompok

sandang sebesar 0,76 pcrsen tersebut dipengaruhi oleh kenaikan indeks yang cukup tinggi pada

subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya dan subkelompok sandang anak-anak, masing-

2r5

masing sebesar 2,22 wfien dan 0,82 persen. Barang-barang yang mengalami kenaikan harga

yang cukup menonjol pada kedua subkelompok tersebut masing-masing adalah emas p€Ihiasan

dan pakaian seragam sekolah. Dalam pada itu, penyebab utama kenaikan indeks harga pada

kelompok aneka barang dan jasa adalah kenaikan indeks harga subkelompok kesehatan sebesar

3,22 pcrsen, sebagai akibat naiknya harga obat-obatan dan tddf dokter. Penyebab inflasi dalam

bulan oktober 1993 masih didominasi oleh kenaikan indeks harga kelompok perumahan,

terutama sebagai akibat meningkaUrya harga barang-baftmg yang termasuk dalam subkelompok

biaya tempat tinggal, sepeni semen, genteng' batako, ubin, upah tukang, dan tadf sewa/kontrak

rumah. Di samping itu, kenaikan harga obat-obatan, tafif dokter, tarif rumah sakit, dan uang

sekolah juga berpengaruh terhadap laju inllasi dalam bulan oktober 1993. Kemudian inllasi

dalam bulan November 1993 sebesar 0,41 persen terulama dipengaruhi oleh indeks harga

kelompok makanan yang mcningkat cukup besar selelah dalam 6 bulan sebelumnya secara terus

menerus mengalami inflasi yang negatif. Kelompok makanan yang meningkat sebesar 0,68

persen terutama disebabkan oleh kenaikan indcks harga subkelompok bumbu-bumbuan,

iubkelompok padi-padian, umbi-umbian, dan hasil-hasilnya, subkelompok sayuran, dan

subkelompok makanan jadi dan makanan lainnya. Sementara itu, indeks harga kelompok

perumahan yang dalam bulan oktober 1993 meningkat sebesar 1,35 persen, dalam bulan

November 1993 persentase peningkatannya menurun menjadi hanya sebesar 0,35 persen, Hal

tersebut di samping karena terjadinya penurunan indeks harga pada subkelompok bahalr bakar'

penerangan, dan air sebesar 0,26 persen, juga disebabkut oleh menurunnya peNentase kenaikan

ind.tr hurgu dari subkelompok lainnya. Setanjutnya inflasi dalam bulan Desember 1993

terulama dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga kelompok makanan dan kelompok perumahan

masing-masing sebesar 0,91persen dan 0,49 persen'

secara kumularif, laju inflasi dalam tahun anggaran 1993/94 (Apr -Desember 1993)

scbesar 3,33 persen, terutama disebabkan oleh kenaikan indeks harga kelompok perumahan

sebesar 8,85 pe$en, sementara indcks harga kelompok sandang dan kelompok aneka barang dan

jasa, meningkat masing-masing sebesar 4,19 persen dan 4,14 persen. Dalam pada itu, penurunan

itrd.k" hurgu kelompok makanan yang terjadi secara terus menerus sejak bulan April 1993

sampai dengan bulan September 1993 menyebabkan perkembangan indeks harga kelompok

makanan dalam periode April-Desember 1993 mengalami penuruIian sebesar 2,85 pelsen. Hal

tersebut disebabkan oleh terjadinya penurunan indeks harga pada sebagan besar subkelompoknya'

dengan persentase penurunan antara 0,95 persen sampai dengan 33'75 persen'

Perkembangan indeks harga konsumen di 27 ibukota propinsi dalam periode April-

Desember 1993, mcngalami peningkatan dengan persentase kenaikan antala 1,56 persen sampai

dengan ?,22 persen. Kota yang mengalami inflasi tertinggi adalah Manado, sedangkan kota yang

mengalami inflasi terendah adalah Banjarmasin. Perkembangan laju inllasi secara nasional

maupu4 terinci menurut ibukota propinsi dapat dilihat dalam Tabel Itr.l, Tabel Itr.2' dan

crali/m.l.

a

,

216

Tabel UI.lPERUBAHAN INDEKS HARGA KONSUMEN, I984l8 S.Igg31g4

( dalam p€rsentase )

Akhir periode,/

kumulatifMaltanan Perumahan Sandang

Aneka barang

dan ja saUmum

l9U/85 Kumularif1985/86 Kumularif

1986/87 Kumularif1987/88 Kumularif1988/89 Kumularif1989/90 Kumularif19W91 Kumulatif

199U92 JuniSeptemberDesemberMarct

Kumulatif

199W3 JuniSeptemberDesemberMaret

Kumulatif

1993194 AprilMeiJuniJuliAgustusSeptemberOktoberNovemb€rDesember

Kumulatif ')

1,77

6,12

9,6r

13,93

9,30

5,54

6,99

- 0,020 ,1 l0,251,41

loJe

I ,31

0,061,242,58

11Jg

- 2,01- 0,66_ U , J I

- 0,2r- 1,02- 0,30

0,070,680,9r

- 2,SS

3J8636< 7','

4,69

< 1 d

6,19

1 1 , 3 8

0,32

0,080,o4i 1t,

0,670280,23I t 5

r0,55

0,890,870,841J8r?n

I , l 81 t <

0,350498,85

3,64

5,6

8,83

829K < <

5,48

9 , 1 I

0,440,r20,190,65

9J8

0,650,200,661!9

r0,03

n 1 <

D,r40240,670320280J90,41

0J3

3J3

l) Sarnpsi denBan bulan Desember

d

z

F

ql

:- $ s 3 A i g 3EBE $ 53Es I 5EBs.s$S:.3. 5- t ' t

: ai i i i I i p - ? v r H 6 \ . ! o . . t o o r r c r - i F F o r o . N c

s 3333 3 333i 3 33333383.5 R

: ., f 3$3r s s33I.S gg5E 33S.$3 *l l t l

8"4F.8_F-s_S.AA AF o o - o o o o o ? . 1t t l

\ O F * r a o . F ! t

- h ' o a - r f F o \

$$1113:53:.831i 3r t t t r I

6 d c t c t d o dt l

I q r i . 4 h \ o6 l o ^ e \ oo o - d d 6 i d

F | s \ o a r i a . l

o \ o o o i FR. F" S. ff. =, r- 3. a- 8- 3o < ) O < ) c ) - O O F d t

s, s,;" E q F. 3-o . n F \ O F . l r r

! ? l o € \ Q a : ? = e t l a r F 6 \ N h u ' N d r €o, F- -. v. .i .D" v-,- o. €- .! o_ 1vr.-t o- s O i' + do o c ) o 6 o d c j i o i d d d d d d e j c j - t 6 f

l t t l

E8 .g , o. -" 9. cl q.o d d . - ' d o d o o - . fd d d . - i j

l ed <

i i i i | | I S R E A r - * a o ' n F $ o * - 6 N F € r . ri ; -3 : ; ;3 E-3-3-3 3 33==-53533 3

r t l

H: r : r - * :F l J b r , E l a E b g .gE

E E EE;EE =Fts EsFas s e*==AFgEE Er - r Q ! : € o \ Q - e l

sfrss*_qs _q * -q333333e S $ s

2r1

:.t

* 'EEA. 5 E

€ €

218

.t

A

c

E

(\

ll,o

$33333938 Ha a . . l o F r p h o \ ( . o \ u tq . i -1c l q r - <_r - F- 6 ti O o - C \ O O O O l b

e8-ERE-q.6 i s r a o \ \ o F

8.qs.4s.$.p.5.q qo o o o o o o o o it t l

| | | | | rF .8 . t -$ .6 f qs .E€ .R-r . r o o o o r a o o a . l o o

I

}l

q8.8. ae- As.3"€"3.qi$.e. qo o o o c o o o i o o o o o ! t

t t II

o t F r . t : L ( . r 9 , Lo € r b l 6 r . l

5

E

o \ o \ F o \ l ' |o. 9, 1vr.! q. c. -. v-t rIF o o o o

\ o i a { \ o u r o t o Q o € ( ' \r : q o : 1 o I q - . \ o " q v 1 . t * -

t t l

d @ h \ 6 q a \ o F F + t l 6 F F r F C n \ O a r € i t r \ r c r \ o h N ( q o Q \q. q F- oo- \o. \o. 1 c.-.11r^. q .|-el$. r:9. 9. ": @. vl q rL ha ..! @. c!6 ; o i i F F - 6 O 0 O 6 6 O O - i O O O o o € d O O n

l l l l l

EF _ F € €

o. r!: q o: -i i: -I6. q \

l l

R.€ .S .8"q.\ c.l 1 .1 a!rt ..1 6- qL o! C^L @-r h a \ F \ o \ o c

F . . t F . l \ o F @ - r t . r- o + \ O O - ! t N c ad d d d d d d ' - ; d . ' td d.-a .-a od

Cl o\ c l * - 1or s- - r t ( \ lq \o-. 4 v ) @ o \ \ o n o o ( , o o 6

$,

5

HS58nt3S3 3d . j . j d - l c i d c i d . f

t t t t

-. o- oI ..1 -1F F \o c F h \o -r Ni.r F a.lo! -- -- r.- o- \o- \ o-.1 *- @. FI

\ o * o 1 0 0 0 0 c

s a8.e. I ; - qa8.as.qs.a6 qo o o o € O O O O O O - o o a

q, \o. cr_ 1 al {c n o o o d a

\o

E =Fis ! =Ei sE u*==aBgEiEs$.8ne

tl

g g g g g g

r . r \ D F . a c n o

+ ' - b F A Ao \ < o \ o \ o \ 0 \

219

t

a

lgE $ $ :-3E e- $t l

:PgSF{9P8 Fo F o 6 O O - 6 - t t

I

=l

cl

E

rasG B gRSSSEFESd c j - : d d - i d d < t i d d d d

t l l l l

i ! | t ! ! . o 9 ssss * $s:-83.s39-s Bl l l

s53$g-Eg. sB$5 s 39-85 $ seSs-E3g38 5

, ' ' ' ' ' :-H-3393 =$B3E 3.853-339-39Ft t l l

$$5S $ g35S $ 3!33$9313 $I

l t i i r l 5$E$ 3 :9BB 3 E'33333t:$ $

. . t 6 € + \ o h \ o r n r . l F ( { - € i r \ 9

3S5B $ 333-9 * S$333E15'5 3I l l I l l

' ' ' '*.5R39S 3S19$ 539--q5383$3r l l l l l

EEEEEEE 'f,ie3 =BisE e*==f,f,$Ei3FFFFFFaR $ ed o \ o \ o \ o \ o \ o \ o \

!!Tt3${

- b

I tE S

& 8

E E' 6 8

8SSE

gll9L6l

VLIEL6I

A3Ed< F

< t fA F -

{sz<BS<:- J A

;

221

3.2.2. IIarga beberapa barang konsumsi utama

Perkembangan harga beberapa barang konsumsi utama, scpcrti beras, gula pasir, dantcpung terigu, dalam periode April-Oktober 1993 relatif stabil. Kalaupun rcrjadi kenaikan harga,kenaikannya rel*tif kecil dan hanya tcrjadi di beberapa kota saja. Dari delapan kota yangdipantau, harga beras hanya mengalami kenaikan di kota Semarang, Surabaya, dan Yogyakarta,dengan persentase kenaikan antara 0,51 persen sampai dengan 5,45 persen. Di kota lainnya hargaberas mcngalami pcnurunan antara 1,21 persen sampai dengiur 19,23 pclscn. Dalam pada itu,harga gula pasir mengalami penuruniur di kota Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya, masing-masing sebesar 1,80 pcrscn, 1,13 pcrscn, dan 0,08 persen. Di lima kota lainnya, yaitu Mcdan,Bandung, Banjarmasin, Ujung Pandang, dan Denpasar, harga gula pasir tidak mcngalamipcrubahan.

Seperti hahya beras dan gula pasir, perkembangan harga tcpung terigu dalam periodeApril-Oklober 1993 juga tidak mengalami gejolak yang berarti. Kenaikan harga rclarifkecil danhanya terjadi di kota Banjarmasin, sedangkan di lima kota lai.n_nya, yaitu Denpasar, UjungPandang, Surabaya, Bandung, dan Medan, perkembangan harganya cukup stabil. Penurunanharga tepung terigu terjadi di Scmarang dan Yogyakana, masing-masing sebesar 2,13 pcrscn dan1,43 pcrscn.

Sementara itu harga tckstil mcngalami pcningkatan di kota Bandung dan Yogyakana,masing-masing sebesar 2,85 persen dan 8,89 persen, sedangkan di cnam kota larnnya hargatekstil tercatat stabil. Perkembangan harga beras, tcpung tcrigu, gula pasir, dan tekstil dapatdilihat dalam Tabel Itr.3.

3.2.3. Ilarga emas dan mata uang asing

Harga rata-rata emas di dalam negeri maupun di luar ncgcri memperlihatkanperkembangan yang cenderung meningkat. Dalam pcriode April-November 1993, harga emas dibursa London berkisar antara US $ 355,10 sampai dengan US $ 405,30 pcr troy ounce. Hargaemas tertinggi terjadi dalam bulan Juli 1993, yaitu scbcsar US $ 405,30 per troy ounce ataumengalami kenaikan scbcsar 6,70 persen dibandingkan dengan harga bulan scbclumnya.Sementara itu, di pasar Jakarta tingkat harga yang dicapai dalam bulan November 1993 untukcmas 24 karat, 23 kant, d'ur 22 karat lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat harga yangterjadi dalam bulan Maret 1993. Dengan dcmikian, dalam perir,:.e April-November l993 hargakctiga jcnis emas tersebut mengalami kenaikan, masing-masing scbcsar I 1,97 pemen untuk emas24 karat, 1 1,90 persen untuk emas 23 karat, dan 11,88 persen untul lmas 22 karat. Perkembanganharga emas di pasar Jakarta maupun di bursa London dapat dil" i dalam Tabet trI.4.

Dalam pada itu, harga beberapa mata uang asing di Jakarta dalam bulan November1993 pada umumnya masih lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang terjadi dalam bulanMaret 1993. Harga mata uang Eropa, seperti franc Swiss dan poundsterling Inggris dalamperiode April-Novcmber 1993 tersebut mengalami kenaikan masing-masing 3,65 pcnen da.n2,92 persen. Mara uang Asia yang mcncatat kenaikan tertinggi adalah yen Jepang, yaitu sebesar

n

d

,.tF.v =

F Ez=< =t =4 =

a ds6<;

4 -

4 , Ej a

d E< , 9

a o

S88533RgGS88$€93=838ee883833R8e8- 6i i .i ...i ..i - .j -i.i F.j -i .i ...r ki

{ruaa :

o € o o o o o o o o o of i 8 3 e S F F g f l S i \ R 3 F R A f i g S R S S K R s S R B € A F I

i . i ) ) - . i . j . i . . . 1 . . t . i . i - i . i

= ;d t

BeF35e f i H+ f r ?53A93S88eS833Se33S838h h € d 6

i - : : J - ; . : . ' l ; , . , 1 ; o i . . i . , i . j v i

ieEs

€ o + a r € o o o i n o o oSF9SGSSSSF Se3S5eFB3 tsS ;E8 f i Fe8G33 p

- - ' j i - i i i - - . i . . 1 . i ) ;

EpBEEF$€$PAE$FSF$FFgFFHqsgEF$FEFgFFF

€ t

Ei : - - . j

REEi

o o o o o F - o o o o v r o h h o oa63F8E3F83nF85FR3

QrEs

t r F B S S S A A R p S R : F 3 t 8 3 S 8 8 8 € R S F F 8 e 8 8 8,.,1

€p3 ;

I

ee"AAAAaF .' 5 . : E , : 6 . r

'E . : E . r

'E . r 'E , r ' 8 . :

g F5E s E3E; FFE s FFE s te E; E$t s E5E; F5Et :

- E d ; tEqHgd t . z t ;> 1 4 r ' A;f,ge

Tabel III.4HARGA RATA.RATA EMAS DI PASAR JAKARTA DAN

Dr PASAR LONDON. 1984t85 - 1993/94

PeriodeJakarta ( Rp / gram ) London

(US$/troy ounce)?4', t1 l 22'

798r''185

1985i86

1986/87

r987188

1988/89

1989/90

1990/9r

l99l/92 Juni

September

Desembcr

Maret

1992n3 Juni

September

Dcscmber

Maret

1993194 April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

November

11.557

lL.76Z

17.080

24.230

?3.392

22.408

22.9t2

22.494

22.2W

22950

22.6?0

22.345

22.545

22.380

22.135

22.595

23.425

24.000

24.870

25.160

24.170

u.63ru.785

rr.024

I 1 .151

16.207

23.022

22.223

?1.292

2r.767

2r.369

21.090

21.803

2l.489

2r.228

2r.5t3

21.26r

21,028

2r.465

22.254

22;181

z5.(lzo

23s03

22.950

23.525

23.530

r0.455

10.595

r5.365

21.799

21.053

20.17 |

20.6rL

20.u519.980

20.655

20.358

20 .1 l1

20.291

20.142

r9.922

20.334

2r.082

21.582

2?.383

22.646

2r.740

22.r75

22.288

339.22

331.40

382.35

458.53

4r7.44

381.95

3',13.45

368.55

354.60

353.',70

342.25

343.35

348.50

333.50

337.85

355.10

355.10

379.85

405.30

370.60

355.20

369.60

370.25

a ' \ i

9,96 persen, scdangkan dolar l.Iongkong dan dolar Singapura mengalami kenaikan masing-

masing sebesar 1,79 persen dan 4,59 persen. Sclnentara itu, dolar Amerika Scrikat dalam periodc

April-November 1993 mengalami kenaikan sebesar 1,48 persen, lcbih rendah bila dibandingkan

dengan kenaikannya dalam periodc yang sama tahun sebclumnya sebesar 1,58 persen.

pcrkembangan harga rata-rata beberapa jcnis mata uang asing di Jakana dapat dililat dalam

Tabel trI.S dan Grafik III.2.

3.2.4. Harga barang-barang ekspor

Pcrkembangan perckonomian dunia yalig masih b€lum mcmbaik, khususnya di beberapa

negara maju mitra dagang Indoncsia, ditambah lagi dengan persaingan yang semakin keLat

antamegara plo(lusen scbagai akibat terjadinya kelebihan penawaran di pasaran, telah memberikan

pengaruh yang kurang menguntungkan terhadap pcrkembangan harga baralg-barang ekspor

primer Indoncsia di pasar intcmasional. Hal fii tcrlihat pada fluktuasi ha'ga yang dialarni olch

barang-barang ckspor sektor pcnanian, sepcrti karct, kopra, lada putih, dan lada hitam, selama

uhun anggaran 1993/94. Bahkar, bcbcrapa r.liantaranya masih mencatat harga yang jauh lebih

rcndah dari tahun-tahun scbelumnya. Harga rata-t ala karet jcnis RSS III di pasar New York dan

Singapura dalam 7 bulan pcrtama tahun anggaran 1993/94 rclaLif masih lebih rcndah dibandingkan

dcngan harga rata-rata tahun anggaran scbclumnya. Hal serupa terjadi pula pada komoditi ekspor

lainnya, scpcni kopra, timah putih, dan minyak sawit. Komoditi ekspor yang ntenunjukkan

pcrkcmbangan harga yang cukup menggembilakan adalah kopi robusta. sctclah mengalami

pcnurunan harga secara terus menerus sebagai akibat dihapuskannya kuota ckspor kopi' scjak

bulan Mei 1993 sampai dengan bulan Agustus 1993 harganya cendcrung meningkat. walilupun

memasuki bulan Septcmbcr dan buhn oktober 1993 harganya kembali melemalr, namun harga

rata-rata dalnm bulan April-oktobcf 1993 masih lcbih tinggi dari pada rata-rata. harga tahun

sebelumnya. Membaiknya harga kopi tcrscbut bcrkailan pula dcngan diberlakukannya retensi

kopi sejak bulan Oktobcr 1993. Semcntara itu, tji pasar Jakarta harga rata-Iata bcbcrapa barang

ekspor, seperti karct RSS I dan kopla, dalam 7 bulan pcrtama tahun anggaran 1993/94 relatif

lebih rendah dibandingkan dcngan harga rata-rata tahun anggaran scbclumnya. Bahkan, harga

komoditi kopra tcrscbut pada akhir oktober 1993 mcruprkan harga tcrcndah dalam periode

April-oktober 1993. Sebaliknya, untuk komoditi kopi robusta, harganya ccndcrung mcningkat

sepanjang periode April-oktobcr 1993. Dibanclirgkan dengrn harga dalam bulan Marct 1993,

harga komoditi tersebut dalam bulan oktobcr 1993 mcngalami kcnaikan scbesar 36,25 pcfscn.

Dalam pada iru, harga lada putih yang sempat mcnguat dalam bulan Agustus dan Scptember

1993, dalam bulan okrober 1993 kembali melemah, dcngan tingkat halga Rp 3,6 juta pcr ton,

atau turun sebesar ?,69 persen dibandingkan dcngan tingkat harga dalam bulan Scptember 1993.

Namun dcmikian, harga rata-rata dalam periode April-okLober 1993 masih lebih tinggi

dibandingkan harga rata-rata tahun anggaran scbelumnya. Pctkembangan harga barang-bararg

ekspor primer <li pasar Jakana dar di pasar intemasional dapat dilihat dalam Tabel III.6,

Tabel Itr,7, dan Grafik III'3.

F.lz

=-RQf i3-88. F"K.A3. a^qR.F. s .F.?"R^R" "1F-esnggnF RgRs 6*GF 33SA8FBE. o i a b c o o b o o q b . q T q i : = = = : : : : : = =

a

3$S-F-$F-q F"€^s . r .3 -€"S. " A r .?-883.€ .8 .s3f l$Er8 gRH$ 38€S FHRAISS:+ 6 c < j ; - - i . t n n { n : : : :

: : : : : : : :

z8-3-A+"S-S.$. R.p.E.3. R"Ae.q ?.3"E F"BqRR.sFiEsBgs 86sg 6aEE DSSNQSqS- + F c t o i i t I - ' 1 q C c ' l 4 . 1 c l . ' 1 c ' | . ! c l c l o l . ' i c . .

q

3 A 3- e- A S- I- r. t- ! r. r- 8.9.3. e" €. €. ?" 1R. R. fl€gEgH$8 E9HR E$FF RSE{HESN

SABS33$ g !R- r - 3 -9 r -F- r - I -RRR"Q r .3 .Fj Fi d rd F.i..i r.i + \o oo o 'o \a o. a -:- !.r !{ Cr :f }o lar3=EFNRN KRKR RSRF NSFFFFhF

qF"4q F._5.E p.E F".r. I S3* + 3 BF 3F S _lS$E$B$g F€Sg FSFB HHEEES{E.-i - 6i ..i .'i .'t .d ..; ..i .'j .. ri Fi .n .n .i rf, rq (. .n (.1 .') .',

F c - a o a - ( a \ o o - +< r c a \ a r + c . ) 0 € r / )c d o i o i o i d d o i o iEAEs"qqA E€"6.F.

{ h c o c n . . r a . l c a . o q h u )5" g" B" F"\o \o \o F-

h

F-q8"6 qqq q .K. 8. 3.R"e.F. q"Ae ac.E s.qglSeiiq EmE H*RR RH*:*ii:

E.E i.E ,E*iEF* FF; - a6{F

EsAg Es&g Fs€=$a"8EqFEFCFEq $ SSEEESSEs H !*o\ o\ o\ o\ o\ o\ o\ q\

226

{ 3a ;

g

oln6l

|n.o

6

sY

IEEIo

d E ^Ei#€-E'4. r < ii : t r E6sEL A A( , E J

E

-tF?EzaulEIIJ

s

s

0

I

Tabel III.6

IIARGA RATA-RATA BEI}ERAPA BARANG EKSPOR DI PASAR JAKARTA1984185 - 1993194

( dalam ribu rupiah p€r ton )

PeriodeKaretRSS I

Kopra(Sularvesi)

Ladaputih

Kopirobusta

1984/85

1985i 86

1986/87

1987/88

1988/89

1989/90

1990/91

l991l9? JuniS ^ n r o t r h p r

Desember

Maret

1992193 Juni

ScptemberDesember

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

1993t94

807,7

762,8I l t q ,

1.562,0

1.784,3

1.4r95

1.445,0

1.413,0

1,398,01.470,0

1.406,0

1.556,0r.(A2,0r.7 52,0|.669,5

1.582,0

1 ,518 ,5

1.5 r8,5

1.578,5

1.639,0

1.655,0

1.650,0

47 t ,9

308,9

364,7

452,0

570,8

486,4

339,0

41't ,0480,0

638,0'153,0

700,0588,0578,0562,0

538,0

527 ,0505,0483,0

482,0473,0

462,0

2.779,2

4.? 10,8

6.6',13,2

1;142A

5.673,3

3.s880

2.580,0

1.950,0

2.103,02.2830

2.301 ,0

r.925,02.325,02.400,03.250,0

3.238,0

?.984,0

3.378,03.500,0

3.900,03.900,0

3.600,0

1.320,8

2.160,4

2.619,5

2.500,0

?.1000

1.387,5

1.386,0

1.502,0

l.456,0

1.574,0r.474,0

1.336,01 .397 ,01.488,01.738,0

|.61't ,0r.672,0

|.769,0

1.966,0

2.097,0

2.206,0

2.368,0

228

sEE*5$ EagE ctg{ :::$tgg

e

z

z

F i <

= pE E

z

lrl

l{

F

F

gFr$ HFg$$fiE'*?HF$$$

Ff uBeFH gtFs HgF$ iAF$s$g+.s"6.6. {4s.a s f l3 .s"A ' t6 r . r N h t t N

?. r , -5 .33 'F : '9 = X 3 R S

f t f i . f f 84 r rt s o . r \ o F c ed1 v1 .c^ o! N- e.F i F t t F < :

. . t N a { 6 h

$$H$*5s F$35 $$*$ $AgFRgR

aH*xgEa BeEF EiEE ggs:Ei$x-s-5 3I 3 ReRRgss f i

3a*$$Es *gE3 E$$ $$F$g$$$.€ .qs .s .$ .8 .G E F h S E F

{aEs.3.EqRef i 8€69

F- r- 8- 8. S" 6.q s.a ; g G e 6G s

F @ o F i l - o

i3: -$sEEqq8.s .€ .

=$is =B! E eur=E$EEEEEE$Ba B $

,ET-

E e

.1 "

s!g - d

i 6

A4E E

I G

#e

229

d v

g

E

E

s lE SF g

-

{9s+

q

^, T,s8E = ^

o : :Q . :sx = G' yE8 9; Z3 r

S ! t. o

e.

s>> ! ld z ^

< ' :e 9 ! !

: i 6

6 VE <6 ( ,

?

ts

:

>E 6 '

E r / }

* -

a

oo

6 ^

4 6a Et *E

J

zIuttE|r.1F=Eu'

6E

E

z

o(

frr_

J

t

230

3.2.5. Indeks harga perdagangan besar

Indeks umum harga pcrdagargan bcsar yang dibagi dalam lima sektor, yaitu sektorpertanian, scktor pertambangan dan penggalian, scktor industri, sektor impor, dan scktor ekspor,dalam tahun 1993 (sampai dcngzut bulan Seplember 1993) mcngalami kenaikan sebesar 3,55pcrsen, lebih rcndah jika dibandingkan dengan kcnaikannya dalam periode yang sama tahunscbclumnya yaitu sebesar 6,52 pcrscn. Kenaikan indeks harga tcrscbut disebabkan olehmcningkatnya indeks harga di scmua sektor. Dari kelima scktor tcrsebut yang mengalamikenaikan tertinggi adalah sektor pertanian, yaitu scbcsar 10,22 persen, semsntara indcks hargasektor ekspor tidak mcngalami perubahan. Dalam pada itu, scktor pertarnbangan dan penggaliansefta sektor irdustri meningkat masing-masing sebesar 6,93 persen dan 4,85 pcrscn. perkembanganindeks harga perdagangan besar Indonesia dapat dilihat dalam Tabel III.8.

3.2.6. Indeks harga perdagangan besar bahan bangunan/konstruksi

Scbagaimana halnya indeks urnum harga perdagangan besar, indcks umum hargaperdagangan besar bahan bangunan^onstruksi, yang mcliputi bangunan tcmpat tinggal danbangunan bukan tcmpat tinggal, pekerjaan umum untuk pertanian, pekerjaan umum untuk jalan,jemba[an, dan pclabuhan, bargunan dan instalasi listrik, gas, air minum, dan komunikasi, scrtabangunan lainnya, dalam tahun 1993 (sampai dengan bulan Scptcmber 1993) mengalamipeningkatan sebesar 4 pcrscn, sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan peningkatannyadalam pcriode yang sama tahun scbclumnya, yaitu sebesar 4,74 pcrscn, Dari kelima jcnis bahanbangunan/konstruksi tersebut, kenaikan indeks harga tertinggi terjadi pada jenis pekerjaan umumuntuk pertanian, yaitu scbcsar 7,28 persen, sedangkan kcnaikatr indeks harga terendah tcrjadipada jcnis bangunan dan instalasi listrik, gas, air minum, dan komunikasi, yaitu sebesar 4,19pcrscn, Secara keseluruhan, kclima jenis bahan bangunan/konstruksi tersebut mcngalarni kenaikanindeks harga rata-rata sebesar 5,6-5 persen. Pcrkcmbangan indeks harga perdagangan bcsar bahanbangunan/konstruksi dapat dilihat dalam Tabel III.9,

3.3. Gaji dan upah di berbagai sektor

Sejalan dengan upaya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, perkembangan gajidan upah maksimum dan minimum di beberapa sektor dalam rahun 1993 (sampai dengan bulanJuni 1993) pada umumnya mengalami kenaikan dibandingkan dengan tingkat gaji dan upahdalam tahun 1992. Bi]a diamati per sektor, kcnaikan upah maksimum terjadi pada tujuh sektor,yaitu scktor perkebunan, sektor pcrtambangan, sektor industri, scktor bangunan, sektor listrik,sektor perdagangan, dan sektor lainlairVpcgawai negeri, dengan perscntase kenaikan antara1,13 persen sampai dcngan 102,06 persen, sedangkan tingkar upah pada sektor perhubungan dansektor jasa-jasa tidak mengalami pcrubahan. Kenaikan upah tertinggi rerjadi pada sektor listrik,sedangkan kenaikan terendah terjadi pada sektor perkebunan. Scmentara itu, pada upahminimum, terlihat bahwa ringkat upah pada sektor bangunan, sektor perkebunan, sektorpertambangan, dan scktor lain-lairy'pegawai negcri mengalami kenaikan cukup tinggi jika

Z J L

Tabel III.8INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR, T984.

( 1983 = r00 )1993

Tahun PertanianPertambsnBandan Penggalian Industri Impor Ekspor

Indeksumum

Perubahanindeks umum

( % )

1984

1985

1986

1987

1988

1989

r990

1991

pm

1993 r)

1 1 3

1 1 8

r28

145

163

19r

26

225

248

109

tt7

125

r32

r43

156

169

188

202

216

108

1 1 5

\U

r43

156

166

176

194

206

216

n3

1 1 9

r29

158

163

178

191

201

208

211

tt2

1 1 3

85

1 1 8

125

131

159

153

159

.r59

1 1 1

1 1 6

1 1 6

142

151

162

178

184

r97

2M

+ 1116

+ 4,50

0,00+

L 7 7 L 1

+ 6,U

'7 19

9,88

5,08

7,47

? 5 5

+

+

+

+

+

{

t

f) Sanpai d€ngon bul6n Sepltdbf'

;

tJz

Tabcl III.9INDEKS IIARGAPBRDAGANGANIESARBAHAN BANCUNANiKONSTRUKSI

MENURUT JENIS BANCUNAN' 1984 - 1993( 1983 = 100 )

I SnUnBaDgunsn tcm-pat tlhggsl dan

bahgunan bukant4|npaltlnggal

P€ke{asnumumuhtuk

Pcrttnian

PekerJaan umumuntuklalaq

JcInbatand'|rpclabuhan

Bsngunsndonhslals{l listrlk,g!s, slr mlnun,dankomunlkrsl

Bsllgunonlairn]a

IndcI(sumum

PcrubahsElndcksumum( % )

I 9 8 4

9 8 5I

1 9 8 6

r 9 8 7

I 9 8 8

19 8 9

9 9 0

r 9 9 l

t 9 9 2

1 9 9 3 D

107

112

119

l3 l

I M

160

|'t4

188

199

2 l l

1@

115

1 1 1

130

142

r59

178

195

26

221

108

114

120

132

147

163

I't'l

t94

205

2r8

107

l 1 l

117

134

148

l 6 l

l 7 l

183

l9 l

199

108

113

l l 9

t33

162

176

194

204

2t3

108

113

119

132

145

160

174

190

200

208

+ 8,00

+ 4,63

+ 5,31

r 1 O O t

+ q85

+ 10,34

+ 8,75

+ 9,20

+ 5,26

+ 4,00

l) SMpli densan bul.n SepLdber.

dibandingkan dengan sektor lainnya, masing-masing sebe.sar 13,96 persen, l3M percen, 12,1gpersen, dan 15'17 pcrscn, scdangkan upah pada sektor industri dan sektor listrik mengalamikenaikan relatif kecil, masing-masing sebesar 4,11 persen dan 2,96 pcrsen. perkembangan gajidan upah maksimum dan minimunr dapat dilihac dalam Tabel I[.10.

3.4. Perkenbangan usng beredar dan faktor-faktor yang mempengaruhinyaLaju pertumbuhan likuiditas perekonomian daram tahun 19g9/90 yang meningkar pesat

scbagai dampak ekspansi moneter, nampaknya mulai tahun anggaran berikutnya telah dapatdikendalikan. Hal ini tercermin dai melambatnya laju pertumbuhan uang beredar dalan artiscmpit (M1) maupun likuiditas perekonomian (M2), masing-masing sebesar 6,4 persen dan 26persen dalam tahun 1990/91. Pe(umbuhan tersebut jauh menurun dibandingkan dengan tahun1989/90 yang kenaikannya mencapai masing-masing sebesar 47,6 persen (Mr) dan 45,7 persen(M2). Demikian pula dalam tahun 1991/92, pertumbuhan rikuiditas perekonomian meningk4menjadi 24,2 persen, sedikit Iebih rendah dibandingkan dengan uhun sebelumnya. pcnumbuhanuang beredar (Ml) meningkar mcnjadi 15,9 persen lcbih ringgi dibandingkan dcngan persenrasekenaikan mhun sebelumnya, namun masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan persentasekenaikan dalam tahun 1989/90 yang mencapai 47,6 persen. Selanjutnya dal;un tahul 1992p3,laju pertumbuhan uang beredar (M1) maupun likuiditas perekonomian (M2) menurun meniadimasing-masing sebesar 12 persen dan 22,2 persen.

Likuidiras perekonomian (M2) dalam tahun anggaran 1993/94 sampai dcngan akhiroktober 1993 tercarar sebesar Rp 138.683 miliar, yang terdiri atas uang beredar (Ml) sebesarRp 35.615 miliar (26 penien) dan uang kuasi sebesar Rp 103.06g miliar (74 persen). Dengandemikian, dalam tahun anggaran 1993/94 sampai dengan akhir Okrober 1993 likuidirasperekonomian mengalarni kenaikan sebesar Rp 15,522 miliar (12,6 persen). Dalam periode yangsama tahun anggaran sebelumnya, likuiditas perekonomian mengalami kenaikan sebesarRp 15.442 miliar (15,3 persen). uang beredar (Ml) sampai dengan akhir oktober 1993berjumlah Rp 35.615 miliar, yang terdiri atas uang kartal dan uang giral, masing_masingsebesar Rp 73.526 millar (38 persen) dan Rp 22.089 m iar (62 persen). Dibandingkan denganposisi uang beredar pada akhir Maret 1993 sebesarRp 30.592 miliar, maka dalam periotle April-oktober 1993 telah rerjadi kenaikan jumlah uang beredar sebesar Rp 5.023 miliar (i6,4persen). Peningkatan terssbut terutama discbabkan olch kenaikan uang giral sebesar 20,9 persen.Dalam periode yang sama tahun arggaran sebelumnya, uang beredar (M1) mcnunjukkankenaikan sebesar Rp 562 miliar (2,1 perscn). pengaruh ekspansif terhadap uang beredardatang dari sektor tagihan kepada lembaga/perusahaan dan perorangan, sena sektorpemerintah, masing-masing sebesar Rp 22.81 1 mi)iar dan Rp l.1g6 miliar, sedangkan pengaruhkontraktif berasal dari sektor aktiva luar negeri bersih, sektor simpanan berjangka dan tabungan(uang kuasi), sena sektor lainnya, masing-masing sebesar Rp 6.153 m iar, Rp 10.499 miliar,dan Rp 2.322 miliar. Peningkatan jumlah uang beredar dari sektor tagihan kepada lembagaperusahaan dan perorangan mencermhkan adanya pcningkatan kredit oleh sektor perbankan

t

234

?

I3

tE

e

'-i

.(!

F

x :

r_r d

tt) a1 4 -

zz

zzE

gEil$E8E€R $$*g5g$HFssEREHn*e HeE$$$gRa..1 co ..r .r oi ..i 6i 6i

5i$EE$fi83€R S=SSRHSHF3sE$EHFi*s *F*$Hf;*f is

; c,} c.,r ci 'j ..i oi Fi

s EFEEA$E$F gfiEHHEEEF$SEEERENS g$$EgqEE$

. i r ' i e ^ i c . i . j c i c i . i

Iq{hEEcsf;F HfiSiBq$€esHE*pNEEs g$5$sRls$

EDF863rEE c5sF33segv t . . , : r ! o q q . e e a h o | n i : F + b o o a assgeBlFrF f reHss+EES

F q c q . 1 \ o 9 q : . - . ' )

a FeEfi€ff$8f; *$eESfi$qEfiE:Een:gvi gqnffr$ne$

tq$EEq$qqq g$Eg$$t$ES$EEg f l :FS TS f i $ f iRRRS

q c ' : - . ' : r ' . 1 c ' . 1 . ' '

€eqBHEFhq aF:6s$s$Fss$FgSeFn gs;8 ;SSp*

F t o \ - t - v \ c F ' 6 r . r

I€46idl*q$ $!En$ssFEs5s f l383FS 8838 t rX8 ;$ i

tra

235

kepada dunia usaha. Ekspansi kedit peftankan tersebut nampaknya be*attan dengan berakhimyaproses konsolidasi dan menurunnya suku bunga krcdit perbankan. Perkembangan likuiditasperekonomian, jumlah uang beredar, dan faktor-faktor yang mempengaruhi dapat dilihat dalamTabel III.Il, Tabel III.12, Tabel III.l3, dan Grafik III.4.

3.5. Perkiraan jumlah uang beredar (M1), likuiditas perekonomian (M2) dankredit perbankan pada akhir tahun anggaran 1994/95

Dalam rangka menunjang lercapainya tujuan pembangunan, Pemerintah melaksanakankebijaksanaan moneter, fiskal, dan devisa untuk menunjang peningkatan kegiatan ekonomi,

dengan tetap memelihara kestabilan harga dan kemantapan neraca pembayaran. Pencapaian

tujuan tersebut akan terus didukung dengan piranti-piranti moneter unftk mengatur uangberedar, Iikuiditas perekonomian, suku bunga, dan kredit perbankan Dengan memperhatikan

berbagai kebijaksanaan moneter yang telah ditempuh Pemerintah, termasuk paker Februari 1991

dan paket Mei 1993, peftiraan laju inflasi dalam tahun anggaran 1994t95, pe*embangan neracapembayaran, dan pelaksanaan APBN dalam tahun an ggatn 1993/94, maka jumlah uang beredar(M1), likuiditas perekonomian (M2), dan kredit peftankan dalam tahun anggaran 1994/95

diperkirakan akan meningkal masing-masing sebesar Rp 8.009 miliar (21,5 persen), Rp 28.315'miliar (19 persen), dan Rp 27.433 mi].Jiar (18 persen). Dengan demikian pada akhir Maret 1995jumlah uang beredar (M I ) dip,crkinkan akan mencapai Rp 45.258 miliar, likuiditas perekonomian(M2) akan mencapai Rp 177.340 miliar, dan kredit perbankan akan mencapai sebesarRp179.838 miliar.

3.6. Pembinaan dan pengerahan dana perbankan dan lembaga keuangan

3.6.1. Lembaga keuangan perbankan

Lembaga keuangan pcrbankan, sebagai lembaga perantara yang mempunyai fungsisebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, memiliki peranan yang cukup strarcFs'terutama dalam upaya penyediaan dana bagi pembiayaan pembangunan nasional secaraberkclanjutan, serta meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil'hasilnya' perumbuhan

ekonomi, serta stabilitas nasional. Untuk itu, sesuai dengan arahan Garis-garis Besar Haluan

Negara, pembinaan lembaga perbankan harus dilakukan secara menyeluruh, baik kuantitasmaupun kualitasnya, Pengembangan kuantitas lembaga keuangan perbankan diarahkan untukmempcrluas layanannya agar mampu menjangkau ke segenap lapisan masyarakat di seluruhpelosok tanah air, sedangkan pengembangzm kualitas diarahkan agar dapat meningkatkanpelayanan dan kepercayaan pada masyarakat. Dengan pengembangan yang demikian, diharapkanlembaga keuangan perbankan, sebagai penggerak dan sarana mobilisasi dana masyarakat'

sebagai penyalur dana kepada kegiatan sektor-sektor ekonomi yang produktil maupun sebagaialat bagi otoritas moneter untuk mengimplementasikan kebijaksanaan moneter pada umumnya'akan berlirngsi dan berpcran secara andal, efektif, dan efisien.

236

;

Tabcl trI.11JIJMLAH UANG BEREDAR, 1984/85 -1993194

(dalam rniliar rupiah)

Pada akhir

tahun/bulan Posisi Vo Posisi % Posisi PerubahanVo tahunan

1984/85 Maret

1985/86 Maret

1986/87 Maret

1987/88 Maret

1988/89 Marct

1989/90 Marct

rgio/g1 Marct

199U92 Juni

Sepcember

Desember

Maret

1992/93 Ju'ni

Seplember

Dcsember

MareI

1993/94 April

Mei

Juni

Juli

AgustusS a n r a m h - .

Oktober t)

3.785

5.044

J . b / - 1

5.8'13

6.559

1 ;180

9.026

8.824

9.025

9.346

11.025

9.944

10.440

1 1 . 4 7 8

12j24

tL516

t2.t48

12.386

12.594

12.807

13.106

13.526

t', 1

48,2

49,3

46,5

43,7

35,1

38,3

35,0

404

31,0

3',t,8l o o

40,3

39,040,31 A '

39,1

31 ,637!

38,0

5.203

5.431

5.827

6.753

8.450

14.37 5

14.544

15.785

16.780

16.996

16.293

16.900

l',|.186

l?.301

18.268

18.128

18.013

19.t77

19. l l9

2r.248?1.93522.089

q ? q

51 ,8

50,7

56,2

64,9

6r,7

al,l

65,0

u,559,6

63,0

67,2

60,1

59,7

61,05 q 7

60,8

60,3

62A

62,6

62,0

8.988

10.475

1 l.500

12.626

15.009

22.r55

23.51(,

24.609

25.805

?6342

27.318

26.844

27.626

28.7'19

30.592

29.7M

30.161

31.563

3 r .713

34.05s

35.041

35.615

I1 ,6

16,5

9,8q R

l8 ,9

47,6

6,4

15,9

12p

| ) Angla senentara

237

Tabel trI.12LTKUTDTTAS PEREKONOMTAN, 1984/85 - 1993194

( dalam miliar rupiah )

Pada akhirtahun/bulan

Uang beredar D Uang kuasi 2) Likuiditas perekonomian !)

Posisi % Posisi % Posisi PerubahanVo lzhun'a.n

1984/85 Marel

I 985/86 Maret

1 986/87 Maret

198788 Marct

1988/89 Maret

1989/90 Maret

1990/91 Maret

1991192 Jnni

September

Descmber

Marct

1992193 luni

September

Desember

Marc[

1993/94 AprilMeiJuniJuliAgustusSeptemberOktober')

8.988

r0.475

11.500

12.626

15.009

22.r55

23.5't0

u.60925.805

26.342

27 .3r8

26.844

27.626

28.779

30.592

29.]U30,16131.56331.71334.05534.04135.615

462

433

40,4?( / .

34,0

344

29,1

28,0

27,6

26,6

27 ,1

25,17 4 7

u,224,8

24,224,4.2s2u925,625,6, ,< 1

10459

13.693

16.99r

23.034

29.158

42.212

57.554

63,r47

67.523

72.7 r7

73.478

80.077

85.861

90.n4

92.569

93.18693.28793.46795.83998.788

101.675103.068

53,8

56;l

59,6

9,6

66,0

65,67 0 q

72,072473472,9

7497sJ75,81< 7

75,875,674,875,174.474,4743

19.447

u.168

28.491

35.660

44.767

&.367

81.124

87.756

93328

99.059

100.796

106.921

I13.487

119.053

123.161

r22.890r23.M8125.030t27.552132.843136.716138.683

77/4

24,3r7 ,9' )<,,

23,9

45J

26p

u,2

rr, .)

r )

4)

Ufrlg beEdar dalam atti B€mpit lediri alss uang kadal dan uang giEl, bia68 dinyarakan deflgan simbol Ml.Tefilid das deposilo berjangka dan tabungan dalam rupiah dan vaias selta gito vatuta asing mili& pendudutMerupakan uang berBdsi dslsm ad tuas, yang biasa dioyatakan denSrn simbol M2, lerdiri alas uang Mardalan arli sernpil dan uatg hrasi.Angk4 sementaB

d

zp

- j '+N E E=4:; H E

\J j:z ' >

EEz

Fi{

F

Ee; F s$$4Ha

fi6 F j o ' r l . i i

l l

se - 1 v ' t g q v | l q r )

t v v

=:6i d i i . . l v i c t i - i

r l

5 3 = n a 3 :N8o i . . , i e i - o d F i v i

3 $

e

I

ts I s b $ 9 F 8 F. 1 h 9 q o j - N o

l l. l i

IE $ q f i ;qss

D

€*

- r l i

l " -

g F g

J i H Z '

D

t

'&

7

?

e

_t5

t {E i

{s$8

2

clart(ho|

(.1€rt@o

i=

z

z-oEaETvtll@IzEE{E-'

&

240

Dalam pclaksanaannya, guna mcmbcntuk lembaga-lembaga pcrbankan yang tangguhdan andal tersebut, landasan hukum yang kokoh dan dapat memberikan kondisi yang kondusifuntuk bcrkembangnya lembaga kcuangan yang sehat tclah dikeluarkan oleh Pemerintah melaluiserangkaian kebijaksanaan deregulasi di bidang kcuangan dan perbankan, dimulai dcngan paketderegulasi 1 Juni 1983 dan dilarjutkan dengan berbagai kebijaksanaan lanjutan, antara lainmelalui pakct kcbijaksanaan Oktobcr 1988, Pakjiur 1990, Pakfeb 1991, dan yang terakhir Pakmei1993. Suatu perubahan yang cukup mendasar dalam pembinaan lembaga kcuangan perbankanjuga telah dilaksanakan, khususnya dengan disahkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992tentang Pcrbankan. Dalam undang-undang tcrsebut, jenis bank menurut usahanya dibedakanmenjadi dua, yakni bank umum dan bank perkreditan rakyat. Walaupun demikian, bank-bankumum tidak Emrup kcmungkha;rny0 untuk mcngkhususkan diri dalam melaksanakan kcgiatannyadi bidang tcficntu atau membcrikan pcrhatian yang lebih besar pada kegiatan tertontu.

Dengan bcrpcdoman pada Feraturan dan pcrundang-undangan terscbut, maka memasukitahun awal pembangunan jangka panjarg kcdua (PJP II) dan sekaligus mcrupakan tahun awalRcpclita VI, pengembangan industri perbankan akan tetap bcrpcdoman kepada prinsip kehati-hatian. Hal ini sangat penting artinya mcngingat kondisi perekonomian di masa yang akandatang menuntut dunia pcrbankan untuk dapat berkompetisi secara penuh, baik dalamperekonomian nasional maupun dunia intcmasional. Untuk itu pemcnuhan terhadap kewajibanpemenuhan modal minimum (KPMM), batas maksimum pemberian krcdit (BMPK), dan nisbahpinjaman terhadap simpanan (NPTS) perlu terus dipcfiahankan. Di sarnping itu peningkatankualitas aktiva, peningkatan jaringan kanLor, pembenahan manajemen, dan penyediaan sumberdaya manusia yang profesional di bidang pcrbankan, akan terus ditumbuhkembangkan.Pcngawasan yang lebih ketat antara lain meliputi aspek pcrizinaa, kepemilikan, pedomanoperasional atas dasar prinsip kehari-hatian, sistem pclaporan, serta tatacara penilaian tingkatkesehatan bank, juga akan dilanjutkan. Dengan demikian, kcsempatan yang cukup luas dalambidang pcrbankan diharapkan dapat dipergunakan secara benanggungjawab sesuai dengan sifatdan misi bank sebagai lcmbaga kepercayaan masyarakat dan sebagai salah satu tulang punggungpembangunan nasional.

Dalam pcrkcmbangannya, rangkaian kcbijaksanaan di bidang keuangan dan peftankanitu telah mcmbcrikan dampik yang positip bagi pcrkembangan perbankan, yang ditandai denganmcningkatnya kuantitas maupun kualitas indusrri perbankan. Perkembangan lembaga perbankansecara keseluruhan hingga akhir Juni 1993 telah mencapai 225 buah, yang terdiri dari 159 bankumum, 27 buah bank pcmbangunan daerah, dan 39 buah bmk asing/campuran. Bila dibandingkandengan jumlah bank pada akhir Maret 1989 scbanyak I 1 1 buah, maka dalam pedode April 1989-Juni 1993 telah terjadi pertambahan bark baru sebanyak 114 buafi. Sejalan dengan itu, jumlahkantor bank juga telah bcrkcmbang dari 1.864 kantor pada akhir Maret 1989 rnenjadi 4.498kantor pada akhir Juni 1993. Sementara itu, jumlah bank perkteditan rakyat (BPR) dalam periodeyang sama telah berkembang dari'1 .706 buah menjadi 8.951 buah. Perkembangan jumlah bankdan kantomva daDat dilihat dalam Tabel Itr.14.

s

Or

.fa

z

z

- z

. F

zIz

Xz

j

iJ

r . t i 5 ; s s n F 3 E - 4 € E F qd r b i ; i j

5i"E :E 5$ sF f ls sg- 3HE

'q !F E: in qF sf l - E5E BE

-3 :F RH Fe EF Hg- {3H &E

.3 *E FH 3? ES FE- 3gE 5g

!9 .C € i sR :F :S -F- CE ; f i

! ; F A = F : + o s - E F o e- n - 4 = : R S

s E s $ ; R 5 A ' - € 3 ' E BF " n o . q

e F S A = 3 G E o 9 o 3 1 o g ql i a3

F '3 E[ &G =2 EH 'g ' E : " $F

F

Ita!

!!i

i

J

i

{ :

: s

1 g{ !

E EF

t

242

3.6.2. Pcrkembangan dana perbankan

Salah satu usaha yang digariskan dalam GBHN di scktor kcuangan adalah ditingkatkandan dipcrluasnya kemampuan untuk memobilisasi sumber dana dalam negeri yang sangatdiperlukan bagi pcmbiayaan pembangunan nasional. Sebagai sarana mobilisasi dana masyarakat,maka lembaga keualgan pcrbankan merupakan lcmbaga yang sangat Fnting scbagai penghimpundana masyarakat. LangkahJangkah yarg ditcmpuh dalam upaya memobilisasi dana masyarakattersebut antara lain dcngan meningkatkan seoptimal mungkin cfisicnsi dan efekti"itas lembagaperbankan yang tclah ada, tcrutama dalam mcningkatkan pclayanan tclhadap masyarakat luas, disamping secara terus-menerus mcngcmbangkan bcrbagai produk jasa perbankan yang dapatmeningkatkan hasrat masyarakat untuk mcnabung.

Dalam perkembangannya, pengerahan dana masyarakar yang dilakukan oleh duniaperbankan melalui giro, deposito bcrjangka, dan tabungan, dari waktu ke waktu telah mcnunjukkanpeningkatan yang cukup mcnggcmbirakan. Semakin meluasnya jaringan pcrbankan yangmenjangkau kc scgcnap masyarakaL di seluruh pclosok tanah air, scmakin beranekaragamnyaproduk jasa yang ditawarkan pc|bankan, berlambah barknya sistem pcnyclcnggaraan, danmcningkatnya profesionalisme pelayanan pcrbankan kepada masyarakat, merupakan beberapafaktor utama yang telah mendorong minat masyarakat untuk menaramkan uangnya di bank.Selain itu, makin mantapnya pcrkcmbangan monctcr, khususnya tingkat suku bunga dan lajuinflasi, merupakan faktor yang mcmpcngaruhi kcputusan masyarakal. dalam mcnabung. Olchkarena itu dcngan bcrbagai instrumen yang ada, Pcmerintah bcrusalu untuk menjaga kescimbanganmoneter dcngan mcnckan laju in[lasi agar bcrlda pildir tingkat yang wajar, schingga suku bungayang berlaku masih mcrnbcrikan kcuntungan riil yang mcnank bagi masyalakat pcnabung.

Pcrkcmbangan jumlah dana masyarakal yang rclah bcrhasil dihimpun olch duniapcrbankan hingga akhir bulan Oktober 1993 tclah mcncapai scbesar Rp 137.742 miliar, Apabiladibandingkan dcngan posisinya plda awal Repclita V scbcsar Rp 39.502,8 miliar, maka selamaRepelita V (sampai dcngan akhir Oktobcr 1993), jumlah dma pcrbankan tclah bcnambah sebesarRp 98.239,2 miliar, atau setiap tahunnya mcningkat rata-rata sebesar 32 pcrsen. SemenLara itubila dibandirgkan dcngan posisinya plda akhir tahun anggaran 1992/93 scbcsar Rp 117,636miliar, hal ini berarti sampai dcngan Oktobcr 1993 dma pcrbankan tclrh Incnunjukkan pcning-katan sebesar Rp 20,106 miliar (17,1 pcrscn). Sedangkan dalam pcriode yang sama tilhunanggaran sebelumnya jumlah dana pclbankan mcngalami kenaikan sebesar Rp 17,056,4 miLiar(17,8 persen). Dari jumlah dana pcrbankan sebcsar Rp 137.747 nibar tcrscbut, komposisinyaterdiri dari Rp 31,930,6 miliar (23,2 persen) dalarn bcntuk giro, Rp ?2.-595,2 miliar (52,7 pcrsen)berupa deposito berjangka, dan selcbihnya sebesar Rp 33.216,2 miliar (24,1 pcrscn) berupa danatabungan. Berdasarkan bank penghimpumya, dari dana perbiurkan sebcsar Rp 137.742 miltartersebut, yang dihimpun oleh bank umum swasta nasional mcncapai Rp 63.051,8 miliar (45,8persen), kemudian yang dihimpun bank-bank pemcrintah adalah sebesar Rp 62.798,8 miliar(45,6 persen), sedangkan cabang-cabang bank asing dan bank pembangunan dacrah mampumenghimpun dana masing-masing scbesar Rp 7.414,6 miliar (5,4 pcrscn) dan Rp 4.476,8 miliar

t

)

243

(3,2 pcrscn). Perkcnibangan dana pcrbankan secara kcscluruhan dapat dilihat dalam Tabel

III.15, Tabel III.16, dan Grafik III.5.

3.6.2.1. Giro

Pcningkatan mutu dan profesionalisme pelayanan dunia pcrbankan telah mendorong

makin besamya pemakaian produk dan jasa perbankan olch masyarakat. Salah satu indikasi

dari hal tcrscbul terlihat dari besamya volume lalu lintas pembayaran giral dalam kegialxn

transaksi-transaksi ckonomi. Sampai dengan akhir Oktobcr 1993, pembayaran giral masyarakatyang tcrcatat dalam bentuk dana giro di bank telah mencapai scbcsar Rp 31.930,6 miliar.

Apabila dibandingkan dcngan posisinya sebesar Rp 25.076,8 miliar pada akhir Marct 1993,maka dalarn periode April-Oktobcr 1993 telah terjadi kenaikan dana giro sebesar Rp 6.853,8niiliar atau 27,3 pcrscn. Pcningkatan ini jauh lebih bcsar bila dibandingkan dcngan pcriodc yang

sama tahun sebclumnya, yang mcncapai Rp2.471,4 miliar atau 11,5 persen.

3.6.2.2. Deposito bcrjangka

Sejalan dengan makin mcningkatnya perkembangan lcmbagalembaga keuangan, pola

pikir dan sikap masyarakat dalam menginvestasikan asctnya pada berbagai pilihan yang ada,ccndcrung drdasarkan pada penimbangan ekonomi yang lebih rasional. Perkembangan tingkatsuku bunga yang cukup wajar, terkendalinya laju inllasi, dan makin mantapnya kcstabilan nilai

rupiqh, tclah mempengaruhi perkctnbangan dana masyarakat yang ditanamkan pada produk-produk perbarkan, khususnya deposito bcrjangka. Dalam perkembangannya, dana masyarakatyang disimpan dalam bentuk dcposito berjtrngka selama bcbcrapa tohun terakhir ini telahmenunjukkan pcrkcmbangan yang cukup pesat, sclringga lidak hanya menjadikan dcpositobcrjangka sebagai komponcn tcrbcsar dari kescluruhan dana pcrbankan, tapi juga sekaligussebagai komponen utama dalam likuiditas perekonomian nasional. Dari volume l:ikuiditasperekonomian sebesar Rp 138.683 miliar pada akhir Oktobcr 1993, sebesar 52,3 persennya

mcrupakan deposito berjangka.

Secara keseluruhan, jumlah deposito berjangka hingga akhir Oktobcr 1993mencapai Rp 12.595,2 miliar, sehingga bila dibandingkan dengan posisinya sebcsar Rp 64.216miliar pada akhir Maret 1993, maka dalam pcriodc April-Oktober 1993 dana dcposito berjangkatelah bertambah scbcsar Rp 8.379,2 miliar atau l3 pcrscn. Sedangkan bila dibandingkandengan posisinya pada akhir Maret 1989 sebcsar Rp 26.414,4 mlliar, beratti sclama Repelila V(sampai Oktober 1993) clana deposiio meningkat rata-rata sebesar 25,1 persen pcr iahun DaIikeseluruhan dana dcposito scbesar Rp 72.595,2 miliar tcrsebut, sebagian besar berbentukdcposito berjangka 6 bulan, yakni mcncapai Rp 19.526,2 miliar (26,9 persen), dan depositoberjangka I bulan sebesar Rp 17.097,3 miliar (23,6 persen). Sedangkan jenis dcpositoberjangka 3 dan 12 bulan masing-masing mencapai posisi yang hampir sama, yakni sebesarRp 15.997,5 mrliar (22 persen) dan Rp 15.426,6 miliar (21,3 persen). Perkembangan depositobcrjangka dapat dilihat dalam Tabel Itr.17 dan Grafik III.6.

Tabel IIL15

DANA PERRANKAN MENURUT JENISNYA, I984/85 - I993/94( dalam miliar rupiah )

Akhir periode Gi ro Depositor) Tabungan Jumlah

1 984/85 Maret

1985/86 Maret

1986187 Maret

198788 Maret

1988/89 Ma-ret

1989/90 Maret

1990191 Maret

l991l9L Juni

September

Desember

Marct

l99Z/93 Juniq p n t p m h p r

Desember

Maret

1993/94 April

Mci

Juni

Juli

Agustus

eentemhpr

Oktober

7.r87 ,77.040,7

7.561,8

8.480,6

10.543,1

15.978,1

r7.949,0

20.227 A

20,257,2

22,013,0

21.428,r

22.874,6

23.692,7

73.162,r

25.076,8

24.885,7

26.090,6

21.983,5

28.100,6

30.&9,9

32.405,8

31.930,6

8.726,0

12.5904

14.9r 1,8

20.654,3

26.474,4

36.350,4

49.839,6

53.618,5

56.774,5

56.812,3

60.232,5

63.626,8

65.619,2

64.216,0

65.760p

66.332,2

66.0? 1,3

67 .218,4

68.888,1

71.297,87 t { o ( ,

774,1

1.211,8

1.586,4

1.835,0

2.485,3

6.863,6

9;122,2

10.595,0

12.857,01 < < 5 ? O

17 .47 |,0

19.684,3

22.lM,6

25.468,5

28.343,2

28.660,2

28.584,4

29.174,5

30.232,7

31.084,6

32.124,8

33.216,2

16.687,8

20.842,9

24.060,0

30.969,9

39.502,8

59.192,l

77.510,8

84.440,9

89.888,7

95.118,3

95.71r,4

102.',?91,4

109.4U,1

114.849,8

11?.636,0

l r9.306,8

121.007,2

t?3.2?.9,3

17< <<1 1

130.6?2,6

135.828,4

13',1.742,0

1) Termasuk $crti fika! dcposito.

Tabel III.16

DANA PERBANKAN MENURUT KELOMPOK BANK, 1984/85 . 1993/94( dalan miliar rupiah )

Akhir periodeBank

pemerintah

Bankswasta

nasional D

Bankpembangunan

daerah

Bankasing

Jumlah

I 984/85 Maret

1985/86 Maret

198618'l Marct

1987/88 Marct

1988/89 Marct

1989/90 Maret

L99Ol9l Marct

1991192 Juni

September

Desember

Marcl

1992193 Juni

September

Desember

Marct

1993194 April

Me i

Juni

Juli

Agustus

September

Oklober

10.854,0

13.303,2

r5.225,4

18.815,3

23.858,5

30.372,7

34.058,8

37.342,9

40.306,3

41.8t2,4

42.448,4

46.029,6

49.598,5

52.600,1

54.259,5

53.979,8

54.M0,r

55.098,9

5s.708,1

59.430,0

62.852,7

62.798,8

3.2325

4.745,8

5.898,6

8.826,1

l1.831,6

23.143,1

34.835,2

38.401,8

40.049,5

43.142,5

43.203,3

45.823,4

48.800,5

51.078,6

52.10/.,5

54.295,9

55.963,1

56.867,6

58.675,2

60.008,7

6r.207,0

63.051,8

668J

7ffi,4

748,3

938,3

1.184,3

1.740,8

2.522,4

2.7t2,8

2.9395

3.2281

2.899,r

3.r70!

3.3802

3.697,O

1.s442

3.62r,r

3.76rA.

4.0130

4.rt42

4.203,2

4.3704

4.476,8

1,932,7

2.0335

2.187 3

23902

2.6281

3.935J

6.W44

5.983,4

6s931

6.935,0

7.160,6

7.768,0

7.6/49

7 .474,l

7.727,8

7.410,0

7.2426

7.U9,8

7.0542

6.980J

7.3983

7.4145

16.687,8

20,u2,9'u,w,0

30.969,9

39.502,8

59.r92,r

77.510,8

u.Mo,g

89.888,7

95.118,3

95.7rrA

to2.79t,4

rw.4u,rI14.849,8

117.636,0

119.3(b,8

w.n7,2

123.229,3

r25.55r,7

r30.622,6

r35.828,4

r37.742,0

Tedin dari bank rwasta nasional devi6a, bant rwasta nr6iofiql bubrr &vis{, banlFmbanguns swasta, dan bank tabungan swasta-

246

a

n69 e

EN

E

t

+or(')oo

| r l !

A

z

a

F

Tabel IILIT

DEPOSITO BERJANGKA SELURUH I}ANK, 1984/85 - 1993/94

( dalam miliar rupiah )

Akhlr perlode l bulan r) 3 bulan 6 bula-n 12 bulan 2,,l bulan Lalnnyar) Jumlah

1984185 Maret

1985/t6 Maret

19861t7 Maret

198788 Maret

1988/t9 Maret

1989190 Maret

199O,91 Maret

r99rB2 Juni

September

Dssgmber

Maret

Juni

September

Desember

Maret

1992D3

1993B4 April

M e i

Jruri

Juli

Agustus

September

Oktober

1 1 1 1 1

3.2r3,63.307,9

5.915,3

5.958,8

9.58'1,2

20.2't8,1

20.52t,7

18.798,2

19 -965,7

|t .4129

16.800,2

r7 .245,0

18.502,9

18.104,0

lE;1964

18.470,0

17 .UO,r

17.163,9

16.7 69 A

r5;t r2,017.W7,3

1.416,5

2.029,2

2.549,3

4.093,2

6.r51,9

6.U6,r

10.393,1

13.854,1

14.47 r:l

12.9t9,5

12.896,9

13.73't,9

15.1'19,3

15.050,5

14.679,8

1 ( ? ? { O

15.617 ,3

r5.843,4

16.O24,2

16.181,0

15.605,9

15.997,5

1.730,9

t.98't,'t

2.co7,6

2.5't9,'1

4.011,9

6.080,6

7.041,2

8.307,4

s.198,8

10.128,1

10.865,7

12.820,r

14.905J

15.378,3

14.560,1

14.508J

t4;182,8r < r ? ? r

16.2',13p

l?.6089

18.720,0

19.s262

2.915,8

4.604,0

6.t93,2

6.592,2't.9r3,9

1l .149,1

8.985,3

8;142,1

9.110,5

9.419,0

10.320,3

12.8485

rz.t56912.5631

13.Ms9

r1.M22

13.148,3

r3.280,0

13.674 J14.512,1

15.094,9't5.426,6

379,2

631,0

640,0

r.2391

z.Atn2.177 A

816,4

853,9

854,1

929,9

911,8

936,6

865,4

611,5

500,6

512,0

552,4

515,7

517,5

567,r

569,0

<1) t

160,9

t24,9

213,8

234,5

366,2

s l0pt 1 t < <

l ? 1 s l

4.341,2

4.190,2

4.4@'7

4.089,0

3.n 4,7

3.5t2,6

3.325,6

? { K < 7

3.7 6r,4

3.615,0

3.565,1

3.249,6

5.596,0

3.975,4

8.726,O

12.590,4

14.911,8

20.654,3

26.474,4

36;3503

49.839,6

( ? r < l R (

56.774,5

5',1-552,4

56.8r2,3

@.232,3

63.626,8

65.619,2

&.216,0

65;160,9

6.332,2

6.O',l1,3

67 .218,4

68.888,1'11.297

,817 50< J

I ) Termasuk dcposiro yanS sudah ja$h wakN drn deposito on call.

2) Tt'Inarut dcFosito berFnska wsktu 9 bulan dln I I bulan,

u8G r a f i k U I . 6

l ) i , : ) \ ) a ' l l | ) i l l j i : i J . \ t i t i i { i . i ; i ! ; i l ; ; . i l I i l r t f j } i l l l i ' ] i l ! . i I i

. , . . f { i t i ( / ! , f J / i . l ( i , t , i i J . . - l J p i , . _ i

i i i ' l I l i l r i l t i i ' 7 , t r , , t 1 , i t , l l ;

i l 1 i 7 j

a

1993 (Okto l rn r )

veeg

:J buldn, I bl | lan dan lainnya

6 irr,lan

l2 bu lan

24 bulanl

t

249

3.6.2.3. Tabungan

Iklim yang memberikan kebcbasan pada bank da'lam menghimpun dana telah mendorongbank-bank unLuk menciptakan bcrbagai bcntuk dan jenis tabungan yang sesuai dengan kebuLuhandan kepentingan masyarakal.. Melalui bcLbagai pcmbenahan yang makin baik di bidangkelembagaan, mutu pclayanan, dan kemajuan pirurti tcknologinya, pcrbankan tclah dapatmempcrbanyak produk-produk tabungan yang mcnawarkan keuntungan menafik padamasyarakat, sehingga scktor perbankan dapat rncnghimpun dana lebih besar. Dana masyarakatyang dihimpun dalam bcnruk tabungan sampai akhir Oktobcr 1993 mcncapai jumlahscbesar Rp 33.216,2 mihar, atau naik scbcsar Rp 4.873 miliar (17,2 persen) bila dibandingkandengan posisinya pada akhir tahun anggaran 1992193. Sedangkan dalam pcriode yang samatahun sebelumnya dana tabungan mcngalanri pcningkatan sebesar Rp 5.774 miliar (33,1persen).

Sementara iLu, program simpanan pcdcsaan (Simpedcs), yang diselcnggarakan olehBank Rakyat Indonesia (BRI) scjak tahun 1984, sccara bcflahap tclah bcrhasil mcndidik sikapdan pola pikir masyarakat pedesaan untuk dapat mcnggunakan uangnya secara lebih etisien.Melalui jaringan ururunit kcrjanya yang terscblr di dcsr-dosa di seluruh pelosok tanah air, BRIberhasil menyerap po[ensi dana masyarakat pedesaan, yang jumlahnya sampai dengan akhirScptember 1993 telah mcncapai scbcsar Rp 2.438 mililr, dcngln jumlah pcnabung sebanyak6.355.824 orang. Dcngan dcmikian, sclama tahun anggaran 1993/94 (sampai dcngan Scptcmbcr1993) dana Simpcdes telah meningkat scbcsar Rp 502,1 miliar, atau 25,9 perscn. Pcrkcmbangandana tabungan drn Simpcdcs dapat dilihat dalam Tabcl III.18 drn Tabel III.l9.

3.6.3. Pasar uang

Dalam rangka mcngcmbaugkan aklivitas pasar uang dllam pcrnbcrian jasa fltastransaksi rupiah darl valuta asing di masa mcndrtang, scrta rncndorong pcngcmbangarr kolaJakana scbagai pusat kcua)rgiln anLamcgara, Pcmcrintah tcl'us mcngupayakan pengembanganpasar uang melalui pcnycmpurnaan mckrnisme tata cilra transaksi dan kelcmbagaan di pasilruang, sefta pengembugan sarana informasi antalbiurk, baik dari dalarn negcri maupun dari luarnegcri.

Di bidang pcnycmpulnaan lata cara transaksi di pasar uang, Bank lndoncsia tchhmcmpcrkcnalkan sistcm "stop out rlte" (SOR) untuk lclang scrtifikat Bank Indoncsia (SBI),dimana bcsalan yang ditctapkan adillah kuantitas SBI yang akan dijual, scdangkan tingkatdiskontonya ditcnLukan atas dasar pcnawaran dari pcdagang utama di pasar urng (primlrydcaler). Sistem SOR mengganrikan sistcm "cut of ratc" (COR), dimana besaran yrng ditclapkanadalah tingkaL diskonto, scdang jumhh yang dapat dijud dan dibcli ditcntukan olch kckuatanpasar. Kelcmahan sistem COR antara lair.r adalair blhwa perubahan kuantitas uang primer dalamsuatu periode dupat bcrbcda dari jumlah yang dianggap sesuai dcngan kcbuluhan likuiditasperekonomian. Selain itu, Bank Indoncsia tcrus bcrusaha meningkatkan kegiatan pasar sckundcrSBI dengan mcnycmpumakan LaLa cara transaksinya di pasar sckundcr.

I

I

Tabel III.18

TABI.JNGAN PERBANKAN, 1984185 - 1993194

( dalam miliar rupiah )

Akhir periode PmisiPerubahan

Jumlah %

1984/85 Maret

1985/86 Msret

1986/87 Maret

1987/88 Marct

1988/89 Maret

1989190 Maret

1990/91 MarcI

lggl9? Juni

September

Desember

Marct

1992/93 Juni

Septembcr

Desember

Maret

1993194April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

'174,1

r.2l l ,81.586,4

1.835,0

2.485,3

6.863,6

9.722,2

10.595,0

12.857,O

t5.552,9

t7.47r,0

19.684,3

22.t04,6

25.468,5

28.343,2

28.6ffi,2

28.584,4

29.r14,5

30.23?,7

31.084,6

32.rU,8

33.216,2

437,7

374,6

248,6

650,3

4.378,3

2.858,6

872,8

2.262p

2.6959

r.918,1

2.273,3

2.420,31 161 q

2.874,7

317,0

590,1

r.058,2

851,9

1.040,2

1.091y'

56,5

30,91 < 7

1 5 4

176,2

41,6

9,0

2r,32l,or2,3

tz,712,315211,3

1 , 1

u.l

t 1

3.6

2,&

I

Tabel III.19

SIMPANAN PEDESAAN, 1984/85 - 1993/94

Akhir periode PenyimpanPosisi simpanan

( dalam miliar rupiah )

1984/85 Marct1985/86 Maret1986/87 Maret1987/88 Maret1988/89 Marer

1989/90 JuniSeptemberDesemberMaret

1990/91 JuniSeptcmbcrDesemberMarct

l99ll92 JuniQenr- -hor

DesemberMaret

1992193 JuniSeptemberDesemberMarct

1993/94 AprilMeiJuniJuliAgustusSeptembcr r)

4.55046.M6

592.3t91.086.1561.863.745

2.076.2912.387.4M2.656.6532.866.050

3,032.8553.273.4963.513.4183.708.325

3.?95.8664.t07 9264.408.5934.506.478

4.83r.2465.170.6785.439.4025.6r6.866

5.? 57.4915.9464475.995.4966.05r.6626.226.2046.355.824

UJ

6,8107,3?062398,2

455,6536,6699,8747,4

814,1900,0

1.005,7908,4

903,81.079,8t.327,11.2702

1.454,41.618,41.905,01.9359

2.017,42.088,22.161,22.253,02.337 A2.438,0

I ) Angka semenla|.-

zJ,1,

Di bidang kelembagaan, dalam upaya mcnunjang pclaksanaan sistcrn SOR dalamlelang SBI di pasar uang, Bank Indonesia telah menunjuk 2l bmk yang benindak sebagaiprimary dcaler, yang akan mcmbcli SBI yang ditawarkan olch Bank Indoncsia. Di samping itu,dcngan mcningkatnya dana antarbank, baik rupiah maupun valuta asing, Bank Indonesia telahmemberi izin kepada 9 perusahaan pialang pasar uang yarg bcrgerak di pasar uang atau pasarvaluta asing. Transaksi yang dilaksanakan olch perusahaan pialang pasar uang saat ini meliputitransaksi di pasar uang rupiah, scperti "interbank call money", se(ifikat dcposito, jual beliSBPU, dan transaksi dalam pasar valula asing, antara lain transaksi "spot", "swap", "forward","option", dan "fu re". Sclanjutnya, di bidang pcngembangan sarana informasi, Bank Indoncsiatelah memperkenalkan pusat informasi pasar uarg (PIPU), yang berfungsi untuk menyediakandata pasar uang antar bank, suku bunga bank, deposito berjangka, perkembangan kliring, dansaldo pada Bank Indoncsia, scrta mcmpcrkcnalkan "Jakana intcrbank offcncd ratc" (JIBOR)sebagai suatu referensi suku bunga antarbank. Dengan adanya fasilitas tersebut diharapkan setiapperubahan situasi moneter, baik di dalam maupun di luar negeri, dapat di pantau lebih dini.Sejalan dengan perkembangan pasar uang, maka untuk mcndorong pcrkcmbangan pasar valutaasing, pada tanggal 1 Maret 1993 telah diresmikan beroperasinya sistem jaringan intemasional"society for worldwide interbank hnarcial telecomunication" (SWIFt) dalam jajaran perbankanIndonesia yiurg dikoordinir oleh Bank Indonesia. SWIFT adalah jaringan intemasional untuksistem pemindahan dana dan pertukaran beriLa dengan menggunakan teknologi komputer dankomunikasi antarbank dan LKBB anggota SWIFf.

3.6.3.1, Pinjaman antarbank

Peningkatan transaksi pinjaman antarbank yang terjadi selama tahun 1993 telahmcningkatkan nilai transaksi di pasar uang antarbank di Jakana. Sclama pcriodc Januari-November 1993, nilai transaksi di pasar uang antarbank di Jakarta mencapai jumlah sebesarRp 80.772 miliar. Dibandingkan dcngan nilai transaksi dalam periodc yang sama tahunsebelumnya, yaitu sebesar Rp 53.228 miliar, maka dalam tahun 1993 telah terjadi kenaikan nilaitransaksi sebesar Rp 2'L544 mlliar, atau 51,7 penen. Tingginya peningkatan volume transaksidana antarbank tersebut, di sisi penawaran berkaitan dengan meningkatnya likuiditas rupiahperbankan, dan di sisi pcrmintaan bcrkaitan dcngan bcnambah luasnya jaringan perbankan.Sementara itu, suku bunga rata-rata tertimbang pinjaman antarbark dalam periode yang samamenunjukkan penurunan dad 1 1,55 persen menjadi 7,2 persen. Perkembangan nilai transaksi dantingkat bunga di pasar uang antarbank dapat dilihat dalam Tabel trI. 20.

3.63.2. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Penerbitan sertifikat Bank Indoncsia (SBI) sampai dcngan bulan November 1993mencapai jumlah sebesar Rp 127.184 miliar, atau meningkat sebesar 126;2 persen dibandingkandengan periode yang sama tahun 1992 sebesar Rp 56.239 miliar. Perkembangan yang cukuppesat atas penerbitan SBI dalam tahun 1993 tersebut berhubungan erat dengan pengglnaanSBI sebagai piranti monetcr di dalam mcngcndalikan likuiditas perekonomian. Dengan

Tabcl III.20

NILAI TRANSAKSI DAN TINGKAT BUNGA PASAR UANG

ANTARBANK DI JAKARTA, 1984 - 1993

MasaNilaitransaksi

( miliar rupiah )

Suku bungarata-rata tertimbang( persen per tahun )

1984198519861987198819891990

r99rJanuari - MaretApril - JuniJuli - SeptemberOktober - Desember

100?

Januari - MaretApril - JuniJuli - SeptemberOktober - Desember

1993JanuariFebruariMaretJanuari - Marct

APrilMciJuniApril - Juni

JuliAgustusSeptemberJuli - September

OkloberNovember

8.0558.0558.O229.323

12.49122.90638.905

48.42012.4801r.57211.852r2.516

57.806l1.98313.70516.60115.517

5.0925.5586.462

t7.7728.6308.6808.757

26.0677.6&5.8741 .419

20.9567.3549.283

9,95q ss

13,7914,5014,8612,401494

Ls,25222e13,821?2s12,@

12,15l , O {

t?-,24I1,86I 1,54

I1,5511,2811,40ll,4l10961l,068,10

10,036,825,717,736,757 ,267,20

2s4

mempcrhitungkan SBI yang telah jatuh tempo, maka posisi SBI pada akhir November 1993bcrjumlah scbcsar Rp 22.349 miliar, yang menunjukkan kenaikan sebesar4,9 persen dibandingkandengan posisi pada akhir November 1992 sebesar Rp 21.297 m]]i0f.

3.6.3.3. Surat berharga pasar uang (SBPU)

Surat berharga pasar uang scbagai salah satu piranti moneter berfungsi menjagalikuiditas perbankan agar sesuai dengan perkembangan moneter. Selain itu SBPU berfungsi pulascbagai sasaran antara dalam upaya mcmpengaruhi penyesuaian tingkat bunga pcrbankan.Dalam tahun 1993 sampai dengan akhir bulan November 1993, bank sentral telah melakukanpembclian SBPU scbesar Rp 24.034 miliar, turun scbcsar Rp 1.511 miliar arau 5,9 persendibandingkan dengan periode yang sama tahun 1992 sebesar Rp 25.545 miliar. Apabitadipcrhitungkan dcngan pencbusan SBPU scbcsar Rp 25.390 miliar, maka posisi SBPU sampaidengan akhir bulan November 1993 adalah sebesar Rp 1.464 miliar.

3.6.3.4. Sertifikat dcposito

Jumlah dana dalam bentuk seflifikat deposito, yang berhasil dihimpun baik oleh bankpcmcrintah, bank asing, maupun bank swasta rrasional, sampai dcngan bulan Scptember 1993mencapai sebesar Rp 858 miliar. Dengan demikian dalam periode April- SepLember 1993 jumlahdana sertifikat deposito mengalami kenaikan sebesar 1,8 persen, sedangkan dalam pedode yangsama tahun anggaran sebelumnya, dana sertifikat deposito mengalami penurunan sebesar 16,8persen. Kcnaikan dana senifikat dcposito yang terjadi dalam tahun anggilran 1993/94 tersebutdisebabkan oleh adanya kenaikan dana serLihkat deposito yang dihimpun oleh bank swastanasional dan bank asing, masing-masing scbcsar 10,2 pcrsen dan I00 persen. Sedangkan danascnifikat deposito yang dihimpun oleh bank pemerintah mengalami penurunan sebesar 6,8persen. Perkembangan sertihkat deposito dapat dilihat dalarn Tabel III.21.

3.6,4. Suku bunga

Kebijaksanaan uang ketat yang dilaksanakan dalam tahun 1990, yang dimaksudkanuntuk mgngendalikan tingkat inflasi, telah mengakibatkan kenaikan secara tajam suku bungaperbankan, sehingga memberikan dampak yang kurang menguntungkan bagi penanaman modal.Untuk mendorong kembali penanaman modal, otoritas moneler secara bertahap mutaimelonggarkan kebijaksanaan monetcr dcngan tctap bcrpcgang pada prinsip kehati-hatian.Melalui mekanisme perangkat-perangkat moneter yang ada, Erutama dengan lelang scnifikatBank Indonesia (SBI) danrsurat berharga pasar uang (SBPU), bank sentral berusaha secaraberangsur-angsur mendorong penurunan suku bunga perbankan. Upaya tersebut nampaknyatelah menunjukkan hasil yang tcrccrmin dari penurunan suku bunga deposito dan bungapinjaman.

Sejalan dengan itu, suku bunga pasar uang antarbank atas dasar rata-rata tertimbangjuga mengalami penurunan dari sebesar 11,40 persen dalam bulan Maret 1993 turun menjadi

Tabel III.2ISERTTFTKAT.DEPOSITO, 1984t85 - L993t94

( dalam miliar rupiah )

Akhir periodeDank

pem€rintahBank asing

Bank-bankswasta nasional Jumlah

1984/85 Marct

1985/86 Marct

1986/87 . Maret

198788 l{,1ret

1988/89 Maret

1989/90 Maret

l990l9L Maret

1991/92 Juni

September

Dcscmber

Maret

19W93 Juni

September

Desember

I\.{aret

1993194 April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

418,4

184,3

86,0

63,8

61 ,1

16.8

103,1

1? 1,0

187,0

222,0

243,0

154,0

371,0

456,0

438,0

411 ,0

377,0

374,0

354,0

354,0408,0

26,0

57,0

39,0

zt,5

18,8

l1,0

9,0

7,0

6,0

l1,0

r2,0

7,0

4,0

5,0

7,0

7,0

7,0

7,08,0

OArA1,6

I18,9

69,3

76,8

320,1

949,0

1.185,0

1.1540

974,0

747 ,0&4,0

549,0

401,0

44t,0

475,0

456,0

450,0

450,0

442,0

444,8

242,7

ttg,7

22r,7151,9r72,4474 )

r.r29,or.379,01.382,0

1.228,0

913,0

t.o22,o1.010,0

843,0

857,0

859,0

83?,0

811,0

811,0

858,0

256

sebesar 5,71 persen dalam bulan Agustus 1993, dan meningkat menjadi 7,20 persen dalam bulanNovember 1993.

Sementara itu, tingkat diskonto sertifikat Bank Indonesia (SBI), surat berharga pasaruang (SBPU), dan suku bunga dcposito jangka pendek maupun jangka panjang tcrusmengalami penurunan. Suku bunga rata-ran tedmbang deposito rupiah berjangka waktu 3 bulandut 6 bulan mengalami penurunan, masing-masing dari sebesar 15,71 persen dan 16,27 persenpada akhir bulan Maret 1993, menjadi 13,76 pencn dn 14,52 persen pada akhir bulanSeptember 1993. Sedangkan dalam periode yang sama, suku bunga deposito berjangka waku 12bulan dan 24 bulan juga turun masing-masirg dari sebesar 17,73 persen dan 19,25 persen,menjadi sebesar 15,30 persen dan ll,32 persen. Demikian pula dengan suku bunga pinjaman,baik untuk modal kerja maupun untuk investasi, dalam tahun anggaran 1993/94 juga turunmasing-masing dari sekitar 21,70 persen dan 18 persen pada akhir Maret 1993, menjadi sekirar19 persen dan 16,50 persen pada akhir bulan Oktober 1993.

3.6.5. Pasar modal

Pasar modal pada dasamya merupakan suatu lembaga di luar perbankan yang dapatdigunakan untuk memobilisasi dana jangka panjang dan menengah melalui penerbitan saharndan obligasi, yang kemudian digunakan untuk kegiatan investasi dan modal kerja perusahaan.Faktor-faktor yang mendorong minat perusahaan un[uk menerbitkan saham atau obligasi antaralain adalah cukup panjangaya jangka wakh: dana untuk kebutuhan investasi, di samping relatiflebih murah dibanding dengan dana dad lembaga keuangan perbankan yang berjangka waktulebih pendek. Sementara bagi investor, harapan mendapatkan "capital gain" dan dividen sahamataupun pendapatan dari kupon obligasi yang relatif lebih tinggi menrpakan daya tarik tcrsendiri.Secara umum perkembangan pasar modal di Indonesia juga bqrkaitan dengan kondisi dan situasiperekonomian dan moneter di Indonesia, terutama perkembangan suku bunga perbankan.

Dalam pelaksanaannya, Pemerintah selalu bcrusaha mengaltisipasi perkembanganpasar modal dengan mengupayakan peningkatan perlindungan terhadap masyarakat investormelalui be6agai perangkat peraturan dan persyaratan yang menjamin adanya keterbukaan, sertapenirgkatan Ukuiditas perdagangan saham melalui pendirian "central depository" dan "bookentry settlemenf'. Dalam hubungan ini, telah pula didirikan suatu lcmbaga "rating argency" yangberfungsi unluk memberikan penilaian dngkat kcschatan para emiten di pasar modal.

Untuk meningkatkan manajcmcn informasi pasar modal, pada tanggal l0 Agustus1993 Bapepam telah membuka salah satu kelengkapan tcknis pasar modal, yaitu Pusat Data danInformasi Pasar Modal. Sedangkan untuk meningkatkan investasi swasta di dalam negeri,Pemerintah juga telah mengizinkan penggunaan saham yang sudah terdaflar di bursa sebagaiagunan tambahan dalam pemberi:n kredit.

Jumlah perusahaan yang telah memperoleh izin untuk "go public" sampai dengan akhirbulan November 1993 telah berkembang menjadi 233 perusahaan, dengan dana yang terhimpun

;

257

sebesar Rp 21,6 triliun. Dari jumlah tersebut, yang tcrcatat di bursa efek berjumlah 215pcrusahaan, yang tcrdiri dari 178 perusahaan penerbit saham dan 37 perusahaan penerbitobligasi, dengan nilai emisi saham sebesar Rp 13.710,1 miliar dan emisi obligasi sebesarRp 5.641,7 miliar. Sedangkan di bursa paralel tercatat 18 perusafraan, yarg terdiri dari 5perusahaan penerbit saham dan 13 perusahaan penerbit obligasi, dcngan nilai emisi masirg-masing sebesar Rp 75,9 miliar dan Rp 2.538,5 miliar. Dibandingkan dengan periode Januari-November 1992, jumlah perusahaan yang "go public" dalam periode Januari-November 1993mengalami kcnaikan, yaitu dari 23 perusahaan menjadi 30 pcrusahaan.

Minat masyarakat tcrhadap instrumen pasar modal sebagai salah satu altematif untukinvestasi menunjukkal perkembangan yang semakin meningkat. Hal tersebut tercermin daripcrkembangan jumlah emiten dan volume perdagangan saham, baik di Bursa Efek Jakarta, BursaEfek Surabaya, maupun di Bursa Paralel, serta dapat pula dilihat dari melonjaknya angka indeksharga saham gabungan (IHSG) di lantai buna. Dalam perkembangamya, baik di buna efekJakana maupun di bursa efck Surabaya, scbagian harga saham yang diperdagangkan mengalamikenaikan harga di atas harga perdananya sehingga mendorong naiknya IHSG di kedua bursatcrsebut. IHSG bursa efek Jakarta pada awal tahun 1993 adalah sebesar 280,1, kemudian naikmenjadi 360,3 pada akhir bulan Juni 1993. Setelah mengalami sedikit penurunal menjadi sebesar356,7 pada akhir bulan Juli 1993, maka pada akhir bulan Novembcr 1993 IHSG telah mcningkatdengan pesat dan mencapai angka 518,7. Sedang di bursa efek Surabaya, IHSG pada awal tahun1993 adalah scbcsar 115,5, kemudian naik menja<li 131,0 pada akhir bulan Juli 1993 yangsclanjutnya menjadi 180,6 pada akhir bulan November 1993.

Pcrkcmbangan jumlah saham yang diperdagangkan dr bursa efek Jakarta sampaidcngan bulan November 1993 telah menunjukkan peningkatan yang cukup besar, dan mencapai3.355,5 juta lembar dengan nilai perdagangan scbcsar Rp 16.514,4 miliar, sehingga nilaiperdagangan rata-rata per harinya mencapai sebesar Rp 74 miliar. Sedangkan dalam periodeyang sama tahun 1992 jumlah saham yang diperdagangkan baru berjumlah 1.557,9 juta lembardengan nilai perdagangan sebesar Rp 7.247 ,5 mlliar atau nilai perdagangan rata-rata per harisebesar Rp 32 miliar. Jumlah saham yang diperdagangkan di bursa efek Surabaya dalam tahun1993 mcncapai 224,4 iuta lcmbar dengan nilai perdagang4n Rp 1.041,3 miliar anu nilaiperdagangan rata-rata per hari sebesar Rp 464,8 juta. Sementara itu, dalam periode Januari-November 1992, volume saham yang diperdagangkan di bursa paralel mencapai jumlah11.889.200 lembar dengan nilai sebcsar Rp 9.440,1 juta, sedangkan volumenya turun menjadi7.009.800 lembar dengan nilai sebesar Rp 12.885,2 juta dalam periode Januari-November 1993.

Sementara itu IrI Danareksa sampai dengal akhir November 1993 telah menerbitkan12jenis scrtifikat saham dcngan nilai scbcsar Rp 222,8 millar, yang terdiri dari 2jenis sertifikatsaham perusahaan dengan nilai sebesar Rp 7,8 miliar, 5 jenis sertifikat dana unit umum dengannilai saham sebesar Rp 75 miliar, 2 jcnis scnifikat dana unit saham pendapatan abadi dengannilai sebesar Rp 60 miliar, dan 3 jenis sertifikat dana unit saham dcngan nilai sebesar Rp 80miliar. Pertembangan perusahaary'badan usaha yang menjual sahamnya di pasar modal dapatdiikuti dalam Tabel IIL22. Tabel IIL23, dan Tabel III.24.

b

l

258

Tabel III.22

PERKEMBANGAN JUMLAH EMISI SAHAMPERUSAHAAN/BADAN USAHA DI PASAR MODAL,

1984 - 1993

Akhirperiode

Jumlahperusahaan

Jumlahkumulatifsaham

( Iembar )

Nilaikumulatifperdana

( juta Rp )

198/.

19851986r987198819891990

1991

DesemberDesember

DesemberDesemberDesember

Desember

Desember

Marct

Juni

SeptemberDesember

Maret

JuniSeptember

Dcscmbcr

Januari

Fcbruari

Maret

April

Mei

JuniJuliAguslus

ScptcmbcrOktoberNovember

1992

1993

2424242424o /

132

132I l l

142

145

145

1 5 1l ) J

16?

1621621&1&1&168168171174177178

57.008.84257.008.84257 .22656257 .226.56268.452.387

308.666.206965.394.566

970.&4.6561.089.386.7561.17 r.986.7 561 .179 .065 .725

1 .1'7 9 .7 i 6.7 561.413.881.2361 .453 .5',1?.4461.776.182.146

1.806.542.1461,806,932.146| .84t .957 .7991.85r .037 .7991.886.353.7991.986,283.7991,986.283;7992.005.183.7992.22i.393.7992.460j93.7992.599.193.799

128.993128.993129.4m129.4W173.7W

2.260.5438.009.443

8.056.6938.741.3008.938.7808.976.686

8.977.3509.569.5849.765.151

11.176.582

tt.224.58211.224.972lt.349.97 |11.424.69111.485.85111.854.r6211.854.16211.973.502t3.166.4l',l13.513.817t3,7 10.137

d

Tabel III.23

PERKEMBANGAN JUMLAH EMISI OBLIGASI DAN SEKURITAS KREDITPERUSAHAAN/BADAN USAHA DI PASAR MODAL.

r9E4 - 1993

Akhirperiode

Jumlahp€rusahaan

Jumlahkumulatif emisi

( tembar )

Nilai kunulatifprrdana

( juta Rp )

1984198519861987198819891990

r99r

DcscmberDesemberDesemberDcsembcrDesemberDcscmbcrDesember

MaretJuni.Scptcmber

Desember

1992 MaretJuniSeptemberDesember

1993 JanuariPebruariMarctAprilMeiJuniJuliAgustusSeptemberOktoberNovembcr

3J

39

22

242424

?52527to

2930J 1

J I

3tJO

36

J I

3'l37

269.730282.170285.915296.t45322.475358.664380.244

380.2M381.24438r.244384.032

386.099414.888630.780653.788

653.788655.313658.808658.808658.808675.210675.2r0675.980675.980719.917719.9r7

154.7 r8354.718404.718535.718935.718

1.555.2182.090.218

2.090.2r82.115.ZtB2.rr5.2r82.2r5.Zr8

2.290.2r82.624.2383.t96.75r3.856.751

3.856.7513.956.75r4.076.75r4.076.75r4.076.7514.917.7 5r4.9rr.751'4.961

.7 5r4.96t.75r5.641.7515.641.7 5r

Tabel III.24

PERKEMBANGAN JUMLAH SERTIFIKAT YANG DITERBITKAN

OLEH PT DANAREKSA,

1984 - 1993

Akhirperiode

Jumlahperusahaan

Jumlahkumulatif emisi

( lembfi )

Ni la ikumulat i fperdana

( juta Rp )

rgu198519861987198819 89r990

Desember

Dcsember

Desember

DescmbcrDesember

DescmbcrDesember

l99l MaretJun i

SeptemberDcsember

t992 Marct

Juni

ScptcmbcrDesember

JanuariPebruari

I{aret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

seplemberOkiober

Novcmbcr

1993

7

8

l 0

1 1

1 1

12

t o

16

l 6

I t

12.1212

1?121212t2tzr2tztz1 a

tz

7.420.30010.920.30015.420.30016.920.30016.920.30020.680.00030.680,900

34.180.90034.180,90034.180.90026.180.900

26.180.90025.780.90025.780.90025.780.900

25.780.90025.780.90025.780.90025.780.90025.812.40025.812.40025.812.40025.812.40025.812.40025.812.40025.780.900

12.793,3r07 .793,3152.t93,3167.793,3167.793,31',|2.'193,3272.793,3

3o'1.793,3307 .193,3307.793,3,t11 1()1 '1,

zz7 .793,3

)11 10'\ 'l

222;193,37,)t'741 "l

222.793,3117 101 "t

tr t ?o? 1

222.793,3222.793,3222;793,3222.793,3222;t93,3nln 1()7. 1

l

261

3.6.6. Asuransi

Sejalan dengan semakin pesatnya perkembangan pembangunan nasional, peran jasa

industri perasuransian di masyarakat dirasakan menjadi semakin penting, terutama sebagailembaga yang menjamin dan menampung kerugian yang diakibatkan oleh berbagai risiko' baikrisiko finansial yang timbul dari berbagai risiko alamiah scperti kecelakaan atau kematian,

maupun risiko atas harta benda yang dimiliki. Hadirnya usaha perasuransian juga dirasakanmanfaatnya oleh dunia usaha, mcngingat berbagai risiko kerugian yang sulit diperkirakan dimasa yang akan datang, yang secara sadar dan rasional akan dapat mengganggu kesinambungankegiatan usahanya. Di pihak lain industri asuransi juga diharapkan menjadi lembaga keuangan diluar perbankan yang dapat menghimpun dana masyarakat guna ikut membiayai pembangunannasional.

Berbagai kebijaksanaa.n telah dilakukan Pemerintah dalam rangka mcningkatkan peranindustri asuransi di Indonesia menjadi suatu industri yang tangguh. Dalam kaitan itu, diawalidengan paket kebijaksanaan 20 Desember 1988, telah dilakukan berbagai penyempumaan

terhadap ketentuan-ketentuan yang menyangkut asuransi jiwa, asuransi kerugian' reasuransi,

broker asuransi, adjuster asuransi, jasa aktuaria, sena perusahaan asuransi campuran.Penyempumaan tcrsebut meliputi perizinan pendirian asuransi, ketentuan mengenai permodalan,

dan tingkat solvabilitas perusahaan, guna menjamin kesehatan perusahaan asuransi sehinggakewajiban kepada para nasabah dapat dilaksanakan dengan baik.

Selanjumya, untukmemberi landasan hukum yang pasti dan dalam rangka meningkatkanpembinaan dan pengawasan usaha perasuransian, agar usaha perasuransian yang mempunyai cirigotong royong ini berkembang dengan baik dan mampu memenuhi tanggung jawabnya kepadamasyarakat, rnaka Pemerintah mengeluarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentangUsaha Perasuransian, Pada dasamya undang-undang tersebut mengatur tentang usaha perasuransianyang meliputi 3 jenis usaha, yaitu usaha asuransi kerugian, usaha asuransi jiwa, dan usahareasuransi. Di samping itu diatur juga usaha penunjang usaha asuransi, yang meliputi usahapialang asuransi, usaha penilai kerugian asuransi, usaha konsultan aktuada, serta agen asuransi.Mengenai bentuk badan hukumnya, undang-undang tersebut menentukan bahwa usahaperasuransian dapat berbentuk perusahaan perseroan (Persero), koperasi, perseroan terbatas(Pf), serta usaha bersa$a (mutual). Sedangkan untuk usaha konsultan aktuaria dan usaha agenasuransi dapat dilakukan oleh perusahaan perorangan. Untuk mencegah adanya pemaksaan

dalam penutupan asuransi, maka dalam undang-undang tersebut ditentukan juga bahwa setiaptertanggung memiliki kebebasan untuk memilih perusahaan asuralsi penanggungnya.

Sementara itu dalam rangka meningkatkan profesionalisme di bidang industri asuransi,kebijaksanaan dalam undang-undang tersebut mengatur pemisahan setiap kegiatan usaha dibidang perasuransian, berikut baras yang jelas dan tegas atas kegiatan usaha yang dapatdilaksanakan. Pemisahan ini dimaksudkan agar pengelola usaha asuransi mampu memusatkanperhatian dalam kegiatan usahanya, yang pada gilirannya dapat menciptakan spesialisasi usaha.

I

262

Di pihak pemerintah, pemisahan dan pengkhususan tersebut akan mempcrmudah pembinaan danpengawasannya, sesuai dengan bidang usaha perasuransian masing-masing. Undang-undang inipada dasamya menganut asas spesialisasi jenis-jenis usaha dr bidang perasuransian.

Masih dalam rangka meningkatkan profesionalisme pengelolaan usaha asuransi, dalamundang-undang asuransi tersebut juga diaNr kemungkinan bagi perusahaan perasuransian yangdidalamnya terdapat penyenaan langsung oleh pihak asing, untuk menggunakan tenaga asing didalam mengisi jabatan yang belum dapat diisi oleh tenaga kerja Indonesia, dengan ketentuanharus melaksanakan progfiun Indonesianisasi yang jelas serta alih teknologi melalul pendidikandan pelatihan.

Pe*embangan industri jasa asuransi dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatanyang cukup berarti, yang ditunjukkan oleh menirgkatnya jumlah perusahaan, nilai aset, premibruto, sena dana investasi yang berhasil dihimpun oleh usaha prerasuransian. Sampai dengantahun keempat pelaksanaan Repelita V (Agustus 1993), jumlah perusahaan asuransi telahmencapai 145 buah, yang terdiri dari 90 buah perusahaan asurumi kerugian, 46 buah perusahaanasuransi jiwa, 5 buah perusahaan asuransi sosial, dan 4 buah perusahaan rcasuransi, Sedangkanjumlah perusahaan penunjang usaha asuransi sampai dengan bulan Agustus 1993 berjumlah 108buah, yang meliputi 70 perusahaaan broker asuransi, 21 aduster asuransi, dan 17 perusahaankonsultan aktuaria. Jumlah total aset industri asuransi pada akhir tahun 1992 mencapai jumlahsebesar Rp 9.808,1 miliar, yang berafti meningkat sebesar Rp 1.9T7,5 mrliat (24,4 persen)dibandingkan dengan posisi pada akhir tahun 1991 yang jumlahnya Rp 7.880,6 miliar.Sementara itu, jumlah premi bruto yang dihimpun oleh perusahaan asuransi dalam tahun 1992teiah mencapai jumlah sebesar Rp 3.159,1 miliar, atau meningkat sebesar Rp 503,5 miliar (18,9persen) apabila dibandingkan dengan penerimaan prerni bruto tahun 1991 yang besamyaRp 2.655,6 miliar. Dana investasi yang ditanamkan oleh perusahaan-perusahaan asuransi dalamtahun 1992 juga mengalami peningkatan yang cukup berani, sehingga mencapai jumlah sebesarRp 1.656,7 miliar (26,3 penen) bila dibandingkan dengan jumlah dana investasi yangditanamkan dalam tahun 1991 yan9 besamya Rp 6.276,6 miliat Sedangkan jumlah tuntutanganti rugr (klaim) yang diajukan oleh nasabah juga menunjukkan peningkatan yang cukupbesar, yaitu meningkat dengan Rp 280 miliar (18,3 persen) apabila dibandingkan denganjumlah tuntutan ganti rugi pada tahun 1991 yang jumlaturya Rp 1.529 miliar. Perkembangankegiatan usaha asufansi dapat dilihat dalam Tabel III.25 dan Grafik IIL7.

3.6.7. Lembaga pembiayaan

Upaya pengembangan dunia usaha mempunyai peranan penting dalam rangkamendorong pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan kerja, dan peningkatan kesejahteraanmasyarakat, Menyadari akan pentingnya peranan dunia usaha tersebut, Pemerintah telahmenetapkan be6agai kebijaksanaan untuk dapat menciptakan iklim berusaha yang sehat danmenarik, a ara lain dengan mengembangkan lembaga pembiayaan. Kebijaksanaan tersebut

- o \F C \F !-{

Z l< t nagiz ? 1

F

q ,r'I q .1 {-- {" c.I 1 o" vl ,.1 a^ +. c1 \o- (.]E g F S E F S f i c i o ' . i o 1 ^ I d i F d i

?\ . . tT \o \o \ . : Sg$E EE{6o l $ . i C \ F c . ] H H \ t e { F

3r33 sSSE o-6 -o -co . v l - .1 o -_ \o -

EgHr HHi^q ilRFil 35EEo: vl, q o. rf- .-i d- t-: \ t 1N- 1co- o. o\:5S$ Rf r+ f i F {+ \o f o . . r \oqoq .1 q {< - -1e t FFEE 6Eqad N a . l \ O d a ] i C { J +

q 'o" -. _q I rr- q co" s" vl cl \o. $" o. o- ol oIpxBS YaSS SpSs g"9SO \ 9 r . ) o , c i c . O c o v ' ) ; : t . : a \ q e q

. . i . . j . + * - i . r r ( o

R- F O N f- a.l \O Li O\ O\ O\ F., ah tj. .\t r.)o i C r i 9 i c a ' d " d

r j o i - i d d i i . - : d F :REXS R3Bf l $ ISE SF-8

,-.i .-i c'i -.: d' Fi

t\I

.-i .l \ o. oo^ a N" Y" \ q o: o\ r: \o-.! v.).

EEEE $HsQ srFs $q*Ed d c 4

o\o o 0 0 c o

5ES5j d o d d

q 6" 1f '} \o^ c\.o- $-\ o v c o q \ \ o \ t r 4 \ oHfrFq 5N8€

: ail

9\

o \ t t F -

t-- \O \t oo

\ O c ' { ( n H t - N i Ooa <| !' t-- t* <l ral Fo <t o\ <f rar ra1 r.l \o< l o \ o F H o , l r r r o \

vl $- c.I c!O o l \ o o \

FFFFh t h g4 d d dgEE$E F t r C€ € . d € €

I

2g

ai

G r a f i k I I I . 7TOTAL ASET, DANA INVESTASI, PREIVII BR(TO, DAN TUNTOTAN CANTI ROCI

PEROSAHAAN.PERqSAHAAH AA{IRANEI DAN REAS(RAN8I. I985-1992(dalam milyar ruplah)

Total asct Dana lnvestasl Tuntutan gantl rugl

A

to)

antara lain bcrupa pcmbcrian kemudahan di bidang perizinan, keringanan pajak, scrtakcbijaksanaan dcregulasi di bcrbagai sektor ekonomi lainnya. Melalui paket kebijaksanaantanggal 20 Desember 1988 (Pakdcs 88), Pcmcrintah telah menetapkan untuk memperluassumbcr-sumbcr pcmbiayaan bagi dunia usaha melalui lembaga pembiayaan, yang meliputi sewaguna usaha (leasing), modal ventura, anjak piutang (factoring), kartu kredit, serta pembiayaankonsumcn. Dengan demikian, selain melalui mekanisme .lembaga perbankan, diharapkankebutuhan pembiayaan dunia usaha dapat dipenuhi melalui kcgiatan Icmbaga pcmbiayaan.

Bcrbeda dengan sektor perbankan yang menghimpun dana secara langsung darimasyarakat, baik bcrupa giro, deposito, maupun tabungan, lembaga-lembaga pembiayaan yangmelakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pctscdiaan dana atau barang, tidak diperkenankanmcnarik dana langsung dari masyarakat. Dalam tata cara pcndiriannya, lcmbaga pcmbiayaandapat dilakukan olch bank atau pcrLrsahaan pembiayaan baru yang dapat berbentuk perseroantcrbatas (PT) atau kopcrasi, sctclah mcmcnuhi prosedur perizinan yang berlal<u.

Salah satu jcnis industri jasa pembiayaan yang sedang berkembang pada saat ini adalahperusahaan leasing. Pembiayaan melalui leasing pada umumnya menyangkut pcnyediaan barangmodal dengan cara pcmbayaran kcmbali sccara bcrkala untuk jangka waktu tertentu (operatinglcase). Cara leasing ini juga memungkinkan perusahaan-perusahaan pemakai modal untukrncmbcli bararg-barang modal tclscbut pada akhir masa kontrak berdasarkan sisa yang disepakatibcrsama (financial lcase). Dalam kegiatan usahanya, sewa guna usaha ini bergerak dalampcmbiayaan bcrbagai scktor, scpcni scktor transportasi, sekLor industd, sektor konstruksi, sektorpertanian, sektor pertambangan, sektor pcrkanLoran, dan sektor kesehatan.

Pcrkembangan usaha leasing di Indonesia mengalarni peningkatan yang cukup pesat,sejak bcberapa tahun terakhir terutama pada Repelita V. Apabila dalam tahun 1985 jumlahpcrusahaan baru sebanyak 70 pcrusahaan, maka dalam tahun 1992 jumlah tersebut telahberkemburg menjadi 145 perusahaan. Sejala.n dengan iru, nilai kontrak scwa guna usaha(leasing) yang dalam tahun 1985 baru berjumlah Rp 484 miliar, dalam tahun 1992 telahmencapai Rp 3.730,8 miliar, yang berarti meningkat sebesar Rp 3.246,8 miliar atau ral.a-ratasebesar 31,2 pcrscn tiap tahun, Scmcntara itu total aset keseluruhan perusahaan pembiayaanmcnunjukkan perkembangan yang sangat mengesarkan. Apabila dalarn tahun 1985 nilai asctbaru bcrjumlah Rp 851 miliar maka pada akhir tahun 1992 nilai tersebut tclah meningkatmenjadi sebesar Rp 9.461,8 miliar, yang berarti kenaikan sebesar Rp 8.610,8 miliar atau hampirscbclas kali lipat. Kenaikan total aset tersebut tidak saja discbabkan peningkatan jumlahperusahaan yang sclalu meningkat dari tahun kc tahun, namun juga disebabkan kcnaikan tingkatusaha, yang tcrccrmin pada nilai kontrak dari perusahaan tcrscbut, tcrutama dan pcrusahaanlcasing. Demikian pula total investasi bersih, yang dalam tahun 1985 baru mencapai Rp 620,6miliar, dalam tahun 1992 telah mcncapai jumlah scbcsar Rp 7.4M,4 miliar, atau penirgkatanrata-rata sebesar 42,5 persen per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa cara pembiayaan di luarperbankan, terutama mclalui leasing, telah dapat dilerima masyarakat sebagai suatu altematifpembiayaan yang cukup mcnguntungkan. Salah satu keuntungan utama daripada penggunaanjasa leasing adalah bahwa perusahaan pemakai modal tidak perlu menyediakan dana usaha

266

terlalu besar bagi pembclian barang modal, sehingga modal yang ada dapat dipergunakan untukkeperluan yang lain,

Di bidang jasa pembiayaan anjak piutang, yang melakukan kegiatan pembiayaan dalambentuk pembeliary'pengambilalihan sena pengurusan piutang, peningkaran usahanya juga cukupbesar. Bila dalam tahun 1990 nilai kontrak anjak piutang baru berjumlah Rp 55,3 miliar, makadalam tahun 1992 telah meningkat menjadi Rp 622,6 milJ^ar.

Bidang jasa pembiayaan lainnya yang dewasa ini semakin dikenal dunia usaha adalahlembaga modal ventura. Berbeda dengan kegiatan lembaga perbankan, kegiatan modal venturamelakukan pembiayaan dalam bentuk penycrtaan modal pada perusahaan-perusahaan lainnya(perusahaan pasangan), dengan jangka waktu selama-lamanya l0 tahun. Setelah jangka waktuberakhir dan perusahaan pasangan lelah mampu mandiri maka penyertaan modal tersebut harussegen ditarik (divestasi). Kegiatan modal ventura ini pada umumnya ditujukan kepada perusahaanpasangan usaha yang sedang mengembangkan penemuan baru, atau sedang mengalami kesulitanuntuk pengembangan usahanya, yang pada umumnya mengalami kesulitan untuk memperolehdana dari lembaga perbankan.

Sampai dengan Agustus 1993, jumlah perusahaan yang bergerak dalam bidang modalventura tercatat sejumlah 36 buah, sedangkan yang secara khusus merupakan perusahaan modalventura berjumlah 9 perusahaan, yang terdiri dari 2 perusahaan nasional dan 7 perusahaanpatungan. Dbandingkan dengan keadaan akhir lahun 1992, jumlah perusahaan modal venturatelah bertambah sebanyak 4 pcrusahaan. Jumlah modal disetor dari 9 perusahaan tersebutmencapai Rp I l3 miliar, sedangkan kegiatan penyertaan modal ventura sampai dengan Agustus1993 mencapai jumlah sebesar Rp 35,7 miliar atau kurang lebih 3l persen dari jumlah modaldisetor perusahaan modd ventura. Pe*embangan kegiatan usaha jasa-jasa pembiayaan dapatdiikuti pada Tabel Itr.26.

3.6.8. Dana pensiun

Iembaga Dana Pensiun, sebagai lembaga yang sangat potensial dalam menghimpundana masyarakat, mempunyai peranan penting, terutama dalam rangka menunjang pembangunannasional pada umumnya dan sekaligus mewujudkan kesejahteraan sena peningkatan produktivitaskerja para pesenanya melalui jaminan hari tua. Dalam rangka mendorcng dan mengembangkandana pensiun agar mampu memberikan sumbangan yang sebesar-besamya bagi pembangunannasional, bark dari segi kelembagaan, pengelolaan, serta perlindungan terhadap para pesenaprogram pensiun, Pemedntah telah mengeluarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992tentang Dana Pensiun. Dengan dikeluarkarmya undang-undang tersebut berikut pera$ranpelaksanaannya, Dana Pensiun telah mempunyai landasan hukum yang kuat untuk tumbuh danberkembang dengan sehat, termasuk landasan hukum tentang pembinaan dan pengawasan olehPemerintah.

Dalam undang-undang tersebut, Dana Pensiun pada dasamya dibagi menjadi 2 jenisusaha, yaitu Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan

al

I

d

t d ^A g

x f .i= < i- l Q c !

o f : l ' -E r l r6 Z 6F < E

z

z

}.

s:3 :$o q n a 9 c li <-r st ..r \o\ o t + o 0 1 0 1t { { \ . 1O \ : a r c { t n

v r ( n F v - ) l l{ - + r . r i I I

o e.i r.ia- \O ra)

H S3S:€ ses $$n q n \ q c l - v 1 o q n

c{ ul

$sq q: f f iq: o H r . 1 { \ c

* sg ; I I 5 * - \o ' ,i . n 6 F - s g E €

snts s€3 &!s\ . . ) q r - t : . j ns f i \ O r +

E grrrr €tI EEH g$$ F$C.l (.) (.l :

. 4 o | | | | Q a a c o oao 5 | | | | RPS tFci +Gi c. i - . ; ' ' jN @ r / 1 r a ) c i r )e a e 1 o r q t . ) ' :' j o i ; ;

o o o \ 0 a . |c . t 6 + i c o0o ..) co c ra)\.i ci o di oirtl .q oo9 N d : { \ o

r q N l l l l

t-

I Brl l l Egfi $E' ' i

" - J r

o r 5 f i t i a A\o cl cr o\ c.r .4

oq .':. ' i c . i o

o o \ l l l lf - 5 r l

268

(DPLK). Dana Pensiun Pemberi Kerja merupakan Dana Pensiun yang dibennrk oleh orang ataubadan yang mempekerjakan karyawan selaku pcndiri yang mcnyclenggarakan program pcnsiunmanfaat pasti atau program iuran pasti bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawannya.Sedangkan Dana Pensiun Lcmbaga Kcuangan adalah Dana Pensiun yang dibentuk olchocrbankan atau perusahaan asuransi jiwa yang menyelenggarakan program iuran pasti bagiperoranganr baik karyawan maupun pekerja mandiri, yang terpisah dari Dana Pensiun pemberiKerja dari karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan.

Undalg-undang tentang Dana Pensiun, yang merupakan landasan hukum pembentukanDana Pensiun dan penyelenggaraannya, mengandung asas-asas antara lain asas kcterpisahankekayaan Dana Pensiun dari kekayaan badan hukum pendirinya, asas penyelenggaraan dalamsistem pendanaan, asas pembinaan dan pengawasan, asas penundaar manfaat, serta asaskcbcbasan untuk mcmbentuk atau ddak mcmbcntuk Dana Pensiun. Melalui asas-asas yangterkandung dalam undang-undang tersebut diupayakan untuk menciptakan suatu tata kelembagaanyang memungkinkan para pekerja yang tergabung dalam perusahaan maupun pekerja mandiri,mendapat kesempatan yang lebih luas untuk menikmati program pensiun. Di samping itu dalamundang-undang ini diatur juga mengenai perlindungan terhadap kekayaan Dana pensiun, sertapembinaan dan pengawasan atas investasi kekayaan Dana Pensiun, agar Dana Pensiun dapatberkembang lebih besar, dan sekaligus mendorong lebih cepat perkembangan usaha Dana

' Pensiun di lndonesia.

Perusahaan yang telah mcngajukan permohonan dan pcnyesuaian mcnjadi DanaPensiun kepada Pemerintah sampai bulan November 1993, berjumlah 521 perusahaan, yangterdiri dari 508 perusahaan Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) dan 13 perusahaan DanaPensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Dari sebanyak 508 DPPK tersebut, 176 perusahaanberasal dari penyesuaian Yayasan Dana Pensiun yang lama, yang terdiri dari 59 BUMN dan 1 17perusahaan swasta. Sedalgkan untuk perusahaan baru rcrdapat 332 perusahaan, meliputi 43BUMN dan 289 perusahaan swasta. Sementara itu l3 perusahaan DPLK terdiri dari 2 perusahaanyang didirikan oleh BUMN dan 1l perusahaan yang didirikan oleh perusahaan swasta.

Selanjutnya dalam rangka pengcmbangan sistcm pcmbayaran pcnsiun, penyelenggaraanpembayaran pensiun bagi pegawai negeri sipil (PNS) di seluruh lndonesia relah dilimpahkankepada PT (Persero) Taspen, Posisi iuran dana pensiun PNS yaurg dihimpun melalui Pf Taspensampai dengan bulan Juni 1993 mencapai jumlah sebesar Rp 5.857,4 miLiar. Apabila dibandingkandengan realisasi dalam tahun 1992 yang jumlahnya Rp 4.865,1 miliar, rcrdapar peningkatansebesar Rp 992,3 miliar atau 20,4 persen.

3.6.9. Lembaga-lembaga perkreditan lainnya

Di samping bank-bank umum yang tumbuh di kota-kota yang relatit lebih bcsar, didaerah pedesaan dan kora-kota kecil tlmbuh pula bcrbagai lembaga perkrcditan yang sangat

a

269

bermanfaat dan dibutuhkan oleh masyarakat, terutama golongan ekonomi lemah, Lcmbaga-lembaga perkreditan yang muncul di masyarakat, seperti antara lain bank desa, lumbung deia,bank pasar, biurk pegawai, lumbung pirih nagari (LpN), lembaga perkreditan desa (Leo;, dankredit usaha rakyat kccil (KURK), pada dasamya merupakan lembaga perkreditan yang tumbuhsesuai dengan adat atau tradisi dan aspirasi masyarakat dari daerah masing-masing, danmerupakan cerminan dari keikutscrtaan masyarakat pedesaan secara luas dalam pembangunan.Melalui lembagalembaga perkreditan tersebut tliharapkan usaha-usaha kecil pedesaan iepertiindustn rumah taagga, perdagangan, pertanian dan pengolahan hasil peftanian, dan kegiatan-kegiatan lainnya, akan dapat mcngembangkan dan meningkatkan kegiatan perekonomian, dandengan dcmikran akan ikut membantu meningkatkan penghasilan masyarakat golongan ekonomilemah di pedesaan. untuk meningkarkan keberadaan lcmbaga-lembaga perkrediian tersebut,maka sesuai dengan Undang-undang Nomor T Tahun 1992 tentang perbankan, status lembaga-lembaga pcrkrediran Ersebut disamakan dengan bank perkreditan rakyat (BpR), setelah memenuhipersyaratan dan tatacara yang ditctapkan dalam undang_undang tersebut.

Berlainan dengan bank umum, maka sesuai dcngan ketentuan dalam undang_undangperbankan, lembagalcmbaga perkrcditan atau BpR tersebut bukan merupakan bank penciprauang giral' dengan demikian tidak diperkenankan untuk menerima simpanan dalam bentut girodan ikut sena dalam lalulintas pembayaran. Di samping itu, BpR juga tidak dipertenani<anmelakukan kcgiatan usaha daram valuta asing dan melakukan penyertaiur modal. Dalam tugasoperasionalnya, lembaga-lembaga tcrsebut dapat menghimpun dana dari masyarakat dal-ambentuk deposito berjangka dan tabungan, memberikan kredit, mcnyediakan pembiayaan baginasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketcntuan yang berlaku, serta dapatmenempatkan dananya dalarn bcntuk sertifikat Bank Indonesia, deposito berjangka, senintatdcposito, atau tabungan pada bank lain.

D samping BpR, pcrum pegadaian juga merupakan lembaga perkreditan yang cukuppenting dalam ikut membantu pcmerintah melaksanakan program pembangunan masyankai,khususnya golongan ckonomi lemah. Keberadaan perum pegadaian juga ikut membantumenghilangkan berbagai lembaga perkrediran gelap dan sejenisnya, seperti praktek ijon danpegadaian gerap. Dalam menjalankan operasinya, pcrum pegadaian telah meiakukanpengembangan usaha melalui diversifikasi produk, antara lain dalam bentuk jasa taksiran, yaitumcmberikan pclayanan kcpada masyarakat yang ingin mengetahui berapa bcsar nilai sesungguhnyadari barang yang dimiliki, dan pengembangan jasa gadai lainnya, seperti jasa titipan, gadaikeliling' d;ur gadai angsuran. pengembangan juga dilakukan melalui pembukaan kantor cabangscsuai dengan potensi yang ada di daerah, pengembangan kompurerisasi untuk meningkatka;pclayanan kepada masyarakat, dan pcningkatan sumber daya manusia meralui pendidiian danlatihan. Dalam perkembangannya, sampai bulan oktober lgg3 perum pegadaian telah mempunyai556 kantor cabang dengan jumlah nasabah sebesar 2,5 juta orang, sedangkiur besamya modalyang dipinjamkan mencapai julnlah sebcsar Rp 649,9 miliar.

a

lt

270

3.7. Pemanfaatan dana

3.7.1. Kredit perbankan

3.7.1.1. Kebijaksanaan dan perkembangan kredit perbankan

Sebagaibagiandaripa<lakebijaksanaandibidangmonetel,kcbijaksmaandibidangperkreditan tetap ditujukan untuk mcndorong peningkatan ekspor, khususnya ekspol nonmigas,

meningkatkan kegiatan investasi yang produktif, dan ikut mengembangkan golongan ekonomi

lemah dan koperasi melalui berbagai lembaga keuangan dan perbankan yang tumbuh di tengah-

tengah masyarakat. Untuk itu, kebijaksanaan perkreditan secara bertahap akan diarahkan untuk

benar-benar bertumpu pada kekuatan pasar dcngan menghilangkan berbagai hambatan yang ada,

sehingga akan mcmberikan akses yang sarna kcpada masyarakat luas. Namun dcmikian

pemberian pdoritas dalam penyediaan dan kemudahan kredit bagi golongan pcngusaha kccil,

menengah dan koperasi seperti yang tertuang dalam GBHN, tetap dilaksanakan tclutama dalarn

rangka menunjang pemerataan berusaha dan memperluas kesemPatan kcrja' Untuk itu'

kebijaksanaan kredit terus diperluas dan didorong peningkatamya dcngan tetap belpcdoman

pada asas-asas perkreditan yang sehat, memperluas jenis pelayanan dan jumlah pembiayaan

pcrbankan bagi usaha menengah dan kecil, dan untuk kepentingan ckonomi makro pcningkatan

kredit perbankan tersebut perlu dikendalikan sehingga masih dalam batas yang aman bagi

stabilitas ekonomi.

untuk mencapai sasaran pefiumbuhan ckonomi, kebijaksanaan kredit pcrbankan, baik

kredir modat kerja maupun kredit investasi, diarahkan untuk mendorong i ndustri yang mcmpunyai

nilai tambah yang cukup besar dan berorientasi ekspor, schingga mendorong kegiatan ekonomi

nasional yang mempunyai dampak yaurg positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat

luas. Dalam rangka mcndukung perkembangan usaha kccil dan mendorong sasaran pemcrataan,

industri perbankan tctap diwajibkan untuk memenuhi sckurang-kurangnya 20 penen dari dana

kredihya untuk membiayai sektor usaha kecil dalam bentuk kredil usaha kecil (KUK)'

Berbagai kcbijakseLnaan di bidang keuangan, moneter, dan pcrbankan yang sudah

dilaksanakan sampai saat ini dimaksudkan untuk lcbih memantapkan fungsi perbzurkan dan

Iembaga keuangan sebagai pcngelola dana, kltususnya sebagai pelaksana sistcm pelkreditan.

Salah satu kebijaksanaan yang dikeluarkan Pemerintah adalah paket kcbijaksanaan Mei 1993'

yang berisi penyempumaan peraturan di bidang perbankan, yang antara lain memuat

penycmpumaan ketentuan tentang batas maksimum pcmberian kredit (BMPK) bagi scktor

perbankan, baik bank umum maupun bank pcrkreditan rakyat (BPR). Melalui kcbijaksanaan

tersebut diharapkan industri perbankan dapat meningkatkan diversifikasi resiko kredimya dan

sekaligus meningkatkan pemerataan kredit. Ketentuan yang bellaku sebelumnya mcnetapkan

bahwa batas maksimum pcmberian kredit bagi individual maksimum 20 persen dari modal dan

bagi grup maksimum 50 persen dari modal, sedang menurut ketentuan yang baru krcdit yang

diberikan bagi satu kelompok peminjam yang tidak terkait dengan bank adalah 20 persen dari

modal, dan bagi pihak-pihak yang terkait dengan bank' baik untuk satu peminjam maupun

+

211

keseluruhan, setinggi-tingginya l0 pcrsen. Pcnyediaan dana kepada sekelompok (grup) pemin-jam yalg tidak tcrkait dengan bank, yarg sudah dilakukan sebelum berlakunya paket kebijaksanaanMei 1993 wajib disesuaikan dengan ketentuan, yaitu sampai dengan akhir Descmbcr 1995setinggi-tingginya 50 pcrscn dari modal bank, sejak Desember 1995 sampai akhir Maret 1997sctinggi-tingginya 35 persen dari modal bank, dan sejak akhir Maret 1997 setinggi-tingginya 20persen. Sedangkan penyediaan dana kepada pihak-pihak yang terkait dcngan bank juga disesuaikan,dengan kclcntuan bahwa sejak akhir Desember 1995 sampai akhir Maret 1997 setinggi-tingginya12,5 persen, dan sejak akhir Maret 1997 setinggi-tingginya l0 persen dari modal bank.Sementara itu, batas maksimum pcmbcrian krcdit tcrscbut dikecualikan bagi jenis kredit dan ataukredit untuk lembaga tertentu.

Untuk mcncapai sasaran pemerataan pembangunan maka sistem dan mckanismepenyediaan kredit usaha kecil (KUK) tcrus dipcrbaiki dan dirnantnpkan, dimana dalam penyaluranpemberian KUK tcrscbut dapat dilakukan melalui kerjasama antar bank umum, dan antara barkumum dengan bank perkreditan rakyat (BPR) atau lcmbaga pembiayaan. Bentuk kerjasamatersebut antara lain dapat berupa pinjaman lalgsung dari bank umum kepada BPR, pembiayaanbersama, penerusan kredit, anjak piutang dan penerbitan surat bcrharga pasar uang (SBPU).Supaya pemberian kredit kepada usaha kecil tersebut dapat dilaksanakan secara efektif, makapencapaian rasio KUK 20 persen diperhitungkan dalam penilaian tingkat kesehatan bank yangbersangkutan.

Sampai dengan bulan Oktober 1993, posisi kredit perbankan (dalam rupiah dan valutaasing) berjumlah sebesar Rp 143.699 miliar, atau Rp 18.777 miliar (15 pcrsen) lcbih bcsar biladibandingkan dcngan posisinya pada akhir Maret 1993 sebesar Rp 124,922 m uan Kreditperbankan dalam periode yang sama tahun sebelumnya menunjukkan pcningkatan sebesarRp 7.366 miliar (6,3 persen).

3.7.1,2. Kredit perbaukan menurut sektor ekonorni

Kredit perbankan dapat dikelompokkan ke dalam 4 scktor utama, yaitu sektor perin-dustrian, sektor perdagangan, scktor jasa-jasa, dan seklor lain-lain. Dari kredit perbarkan yangpada akhir bulan Oktober 1993 berjumlah sebesar Rp 143.699 miliar, sebagian disalurkan untuksektor perindustrian sebcsar Rp 43.623 rniliar, sektor perdagangan sebesar Rp 36.634 miliar,seklor jasa-jasa sebesarRp 33.168 miliar, dan scktor lain-lain scbesar Rp 17.981 miliar. Kreditpcrbankan yang disalurkan untuk sckl.or perindustrian antara lain digunakan untuk membiayaiindustri pcngolahan kimia, indusLri kayu dan hasil-hasil kayu, serta industri tckstil sandang.Sedangkan kredit yang diserap sektor pcrdagangan dipakai untuk pcmbiayaan distribusi bahan-bahan kebutuhan pokok, pembelian dan pcngumpulan barang-barang dagangan dalam negeri,dan untuk pembiayaan perdagangan ecerar. Penyaluran kredit untuk sektor jasa-jasa antara laindigunakan untuk pembiayaan jasa konstruksi, jasa dunia usaha, dan jasa-jasa angkutan,pergudangan, scna komunikasi, Sementara itu, kredit untuk sektor lainJain sebagian besardisalurkan untuk perumahan dan kcndaraan. Perkembangan kredit perbankan menurut sektorekonomi daoat diikuti dalam Tabel lIl.27 dan Grafik III.8.

o

I

272

gTE€

F

E *I i

9\

I

@h

FT

z&^

F o .E. 2 ;

t : < LH O !- n=: hEd F ( E

F r 3 =' z 1 j

r i -:zt4z

F

E

$18l { f , q p e s : 8 e . . a F f r i R . 5 E : l F g E s t . : e 3f i : 1 . ; - : : 9 " = € d - 3 _ ; - : ; !

d t . tqqei ls i €qElqc{ g i { iF .F 3 i i * : i s

F l 9 = " * - 9 1 ! n - E 9 g q s a

s l ;5 t i 6{Hq:E I qec f {44 g i ' ? {$a $sF ;F f iE

i l 9 o r $ - 6 : 1 6 g ; l i r

- l

E IEq?A t€HF EEB€S€g EEag€ f r9 * " s i :RPE

; 1 F i o i @ F E F ; R ! :

5 t Eg t a EiSEFeq qA 'E f i tE FRrgBsF SHg! ;s t r

el ;E lr

e s e s $q E H F $ t E i R ^ q 8 8 €

el ;slE i 9 a d

6 g F D = F E g g E : A E F

E l iE l5

s a H B x g E s : c s S gi . 1

c l rE li

q" 's :e if r fS :qq i i3 '$s :s: -

L I J

j

G r a f i k I U . 8KREDIT PERBAIIKAN MENOROT SEKTOR EKONOMI,

1985/46 - 1993/94(dalam miliar rupiah)

I

I

1992/93 r S9344(s/d Okt. '93)

1987/88 r988/49 1989/90 r99 r/92

n4

3.7.1.3. Kredit investasi

Perkcmbangan kredit investasi dalam tahun angg arutl. 1993194 sampai dengan bulanOktober 1993 menunjukkan peningkatan yang tidak terlalu besar. HaI ini terlihat dari pcnumbuhandana invcstasi dan pembiayaan jangka panjang laimya yang disalurkan untuk berbagai seklor,yang penyediaan kredilnya diberikan melalui lembaga perbankan. Kredit investasi yang disetujuiperbankan sampai dengan bulan Oktober 1993 berjumlah Rp 48.909 miliar, meningkat sebesarRp 3.980 miliar (8,9 penen) dibandingkan dengan posisi akhir bulan Maret 1993 sebesarRp 44.929 miliar. Kredit investasi sebesar Rp 48.909 miliar tersebut sebagian besar disalurkanuntuk sektor pcrindustrian, sektor penanian, dan sektor jasa-jasa. Sementara itu, posisi pinjamankrcdit investasi pada akhir bulan Oktober 1993 menunjukkan jumlah sebesar Rp 40.889 miliar,atau meningkat sebesarRp 3.451 miliar (9,2 persen) bila dibandingkan dengan posisi pada bulanMaret 1993. Mcngingat bahwa sumber dana untuk pembiayaan investasi masih belum memadai,maka dalam jumlah yang terbatas kredit likuidilas Bank Indonesia (KLBI) masih disediakan.Kredit likuiditas untuk investasi ini disalurkan untuk pembiayaan investasi sektor perkebunan,seperti perkcbunan inti rakyat (PIR), serta peremajaan, rehabilitasi, dan perluasan tanamanekspor (PRPTE). Selain daripada itu, penyaluran kredit investasi juga diprioriaskan untukpengembangan wilayah Indonesia bagian timur melalui kelonggaran jangka waktu kedit dankepada bank-bank yang membiayai proyek-proyek di wilayah tersebut diberikan keringananpangsa pembiayaan Bank Indonesia, Dalam perkembangannya, secara bertahap penyediaanKLBI dialihkan menjadi kredit biasa, mengingat bahwa KLBI bukan merupakan dana yangdipupuk dari masyarakat. Perkembangan kredit investasi dapat dilihat dalam Tabel ltr.28.

3.7.1.4. Kredit untuk golongan ekonomi lemah

Dalam upaya mendorong kegiatan ekonomi golongan pengusaha kecil dan menengahserta untuk mcmperlancar penyaluran kredit perbankan, telah dikeluarkan kebijaksanaan yangberkaitan dengan kredit usaha kecil (KUK). Berdasarkan paket kebijaksanaan Mei 1993,beberapa ketentuan tcntang kredil usaha kecil (KUK) telah disempumakan, antara lain mengenaiplafon KUK yang semula Rp 200 juta dinaikkan menjadi maksimum Rp 250 juta. Demikian jugacakupan mengenai kredit kecil yang meliputi semua kredit dengan jufi ah maksimum Rp 25 jutatanpa melihat penggunaannya, seluruhnya dapat dianggap seoagai KUK. Untuk membantu bankumum dalam mencapai ketentuan KUK, maka bagi bank umum yang belum mencapai KUKsebesar 20 persen dapat membeli SBPU-KUK yang diterbitkan oleh bank umum lain yang telahmemiliki rasio KUK di atas 20 pcrsen dengan menggunakan mekanisme pasar, dan SBPU-KUKtersebut akan diperhitungkan sebagai pelaksanaan KUK.

Posisi KUK sampai dengan akhir bulan September 1993 telah mencapai Rp 26.793,5miliar. Dari jumlah tersebut, sebagian besar disalurkan oleh bank-bank milik Pemerintah@ersero) seb€sar Rp 13.470,3 miliar (50,3 persen), bank-bank swasu nasional devisa sebesarRp 8.797,3 miliar (32,8 persen), sena bank-bank swasta lainnya sebesar Rp 2.374,8 miliar (8,9persen), Dlihat dari sektor ekonomi, sektor perdagangan, rcstoran dan hotel merupakan

Q

EzxIll

i i ta+z iJ!(z

tt

'a

7

!

a

F

$lx $EH:g=ag g 9 = 6d r - l r F

filEb € 6

s 9E{$e46F F F l o

$H€HE$

S l tE ls EE$5EEHE$H*FE Eqlp5l :

lri.KE$ER*EEF

r . : r d . . I G ;

Els IsFqlsI

F l !Rts *gH$EEE HFiHfrFE

! o 6 * ; I

EIE5$iRHF: FIHFSHE

r l -

El! Et.lsssRq

€ l rEls

E.lF.E.:\?

it

I

2'76

penyerap terbesar, yaitu sebesar Rp 11.422,8 miliar (42,6 pesen), sedang sektor lain-lainmenyerap KUK sebesar Rp 5.879,9 miliar (21,9 penen).

Untuk meningkatkan kegiatan perekonomian di pedesaan, program kredit umumpedesaan (Kupedes) yang dikelola olch Bank Rakyat Indonesia (BRI) tcrus dilanjutkan. Jumlahminimum Kupedes yang diberikan adalah Rp 25 ribu dan maksimum Rp 25 juta, dengan sukubunga 1,5 penen per bu1an, yang berlaku untuk kegiatan investasi maupun eksploitasi. Sampaidcngan akhir bulan Scptcmbcr 1993 posisi Kupedes mencapai jumlah Rp 1.830,5 miliar dengimjumlah nasabah sebanyak 1.856.714 orang. Dari jumlah Kupcdcs tcrscbut, digunakan untukkegiatan invcstasi sebesar Rp 237,7 mlhar dan untuk kegiatan eksploitasi sebesar Rp 1.592,8miliar. Perkembangan Kupedes dapat diikuli dalam Tabel III.29.

Dalam rangka mcmbantu masyarakat berpenghasilan menengah kebawah untuk dapatmemiliki rurnah, Pemerintah masih menyediakan fasilitas krcdit pemilikan rumah (KPR) yangpcngclolaannya dilaksanakan olch Bank Tabungan Negara. Untuk KPR Paket A-1, yaitu terdiridari kredit perumahan kapling siap bangun (KP-KSB/Lahan Griya) dan kredit perumahan sangatsederhana (KP-RSS), serta paket A-zlcriya Inti (type l2 sampai dcngan type rumah scderhana,/RS 2l), suku bunganya masing-rnasing masih tetap 10 penen dan 12 persen per tahun.Sedangkan suku bunga KPR Paket B/Griya Madya (type 27 sampai dengan type 70) pcr 1Oktober 1993, yang semula 18 persen per tahun, diturunkan menjadi 17 penen. Sampai denganbulan November 1993 jumlah rumah yang dibangun telah mencapai 841.154 unit dengan nilaikredit sebesar Rp 4.248,8 miliar. Dari jumlah kredit perumahan sebesar Rp4.248,8 miliarlersebut, Perum Perumnas membangun 227.886 unit rumah dcngan nilai kredit sebesar Rp 663,8miliar, yaitu untuk membangun rumah paket A dan paket B sebanyak 226.236 rumah dengannilai kredit sebcsar Rp 627 ,6 millar, dan untuk mcmbangun rumah paket C sebanyak 1.650 unitdengan nilai kredit sebesar Rp 36,2 miliar. Sedarg nilai rumah yang dibangun olchpcmbangun swasta mcncapai Rp 3.581,1 miliar, dengan jumlah rumah yang dibangunsebanyak612.161 unit rumah, yaitu untuk mcmbangun rurnah pakct A dan B sebanyak 591.859unit dengan nilai kredit Rp 3.153,5 miliar, untuk rumah paket C sebanyak 18.867 unit dcngannilai kredit Rp 422,6 miliar, serta untuk rumah toko (ruko) scdcrhana scbanyak 1.435 unitdengan nilai kredit sebesar Rp 5 miliar. Dalam hal pembangunan perumahalr, selain dibangunoleh Perum Perumnas dan pembangun swasta, BTN tclah pula bekerja sama dengan beberapabank dalam pengadaan perumahan. Sampai saat ini jumlah rumah yang di bangun-'dari hasilkerjasama tersebut mencapai jumlah 1.107 unit dengan nilai kredit sebesar Rp 3,9 miliar.

Dalam upaya untuk memba.ntu golongan ekonomi lcmah, Pcmcriltah masih menyediakankrcdit likuiditas Bank Indonesia (KlBi) dalam jumlah yang terbatas. Jenis kredit yang mendapaLdukungan KLBI antara lain adalah krcdit dcngan pola I, yaitu kredit usaha tani (KU'l-) padi/palawija, kredit pola II yaitu kredit kepada koperasi untuk membiayai pengadaan barangberprioritas tinggi sepeni pupuk, cengkch, dan pangan, scna kredit pola III, yaitu kredit kepadakoperasi primerfi(UD untuk diteruskan kepada anggota guna mcmbiayai kcgiatan yang produktifdi luar sektor pcrdagangan dan jasa. Posisi kredit koperasi sampai dengan bulan September

g ' ;

ei i;

8e^ F€i . i - c

; i != <E- a ' =' H'a

& GF

H

r i !: i ;= .18

I

2 l - a

: qEE . = a

za

i -DE$fid g$qq" €6Eg' 3gE$$

F i i' e = E

= +i

z , g

3.EF -EE - .El r E ; 6 F ; 1 a E

EBEg E"qAg FiEl**"

sE

: > E E : >

9 L 9 ! 9 P l

3

2'78

1993 mencapai jumlah sebesar Rp 426,6 miliar, yang disalurkan untuk mcmbiayai KUT padi/palawija sebesar Rp 138,1 miliar (32,4 persen), untuk kredit tebu rakyat intensifrkasi (TRI)sebesar Rp 217,5 miliar, untuk krcdit pupuk sebesar Rp 5,6 miliar, untuk kredit cengkeh sebesarRp 20,8 miliar, unluk kredit sapi perah scbcsar Rp 39,9 miliar, serta kredit untuk pola IIIindividual sebcsar Rp 4,7 miliar.

Untuk membanl.u kelancaran pengerahan dan pcngamanan kredit pcrbankan, Icrutamadalam rangka meminimalkan risiko atas kredit-kredit yang disalurkan untuk pengembanganusaha menengah dan kccil, PT Askrindo tetap melakukan pertanggungan untuk krcdit usahakccil (KUK). Sampai dengan aktrir bulan Agustus 1993 PT Askrindo telah menandatanganiperjanjian asuransi kredit (PAK) dcngan 51 buah bank, yang meliputi 6 bank milik pemerintah,27 bank pembangunan daerah, dan 18 bank swasta nasional. Secara kumulatif, jumlah penutupanpertanggungan PT Askrindo mencapai Rp 30.190,7 miliar untuk 5.389.368 debitur, denganmenghasilkan prcmi sebesar Rp 530,4 miliar. Selain daripada itu, PT Asuransi Ekspor Indonesia(PT ASEI) yarg mempunyai misi mcmbantu kelancaran program peningkatan ekspor nonmigas,tctap mclaksanakan penutupan asuransi ekspor dan penutupan penjaminan atas risiko kreditekspor, serta memberikan jaminan atas kredit umum. Sarnpai dengan akhir bulan September1993, nilai pertanggungan untuk jamina.n kredit ekspor bcrjumlah sebesar Rp 2.348,9 miliar,nilai pertanggungan untuk kredit umum scbcsar Rp 12.368 miliar, dan nilai pertanggungan untukasuransi ekspor mencapai Rp 919,6 miliar.

Dalam rangka meningkatkan usaha koperasi melalui pengembangan kcuangan koperasisehingga dapat berswadaya dan ma.ndiri, Pcrum Pcngembangan Keuangiur Koperasi @erumPKK) mempunyai peranan yang penting, diantaranya dalam hal pemberian jaminan kepadakoperasi atas krcdit yang diberikan oleh bank dan atau jarninan atas kredit barang olch badanlain. Selain itu, Perum PKK juga memberikan pinjam an kcpada koperasi untuk memenuhisebagian pembiayaan pengembangan usaha kopcrasi, serta memberikan bantuan manajemen dankonsultasi. Kegiatan usaha koperasi yang dilakukan Pcrum PKK sampai saat ini antara lainmeliputi sektor-sektor pertanian (KUT padi/palawija, pupuk, alat-alat pertanian), perikanan(tambak, darat, cold storage), petemakan (sapi perah, sapi potong, unggas), perkebunan(kemenyirn, panili, tebu, coklat, KUT-TRI), kerajinaMndustd (bahan bangunan, tas,&ulit, airbcrsih), jasa, scra konsumsi/distdbusi (angkutan darat/laut, simpan pinjam, pcdagang pasar, danlainJain). Sampai dengan akhir bula:l September 1993, secara kumulatif jumlah krcdit yangdiberikan kepada kopcrasi berjumlah Rp 2.613,3 miliar dan jumlah jaminan kredit yangdiberikan mencapai Rp 2.206,8 miliar.

BAB IV

PERDAGANGAN LUAR NEGERI DAN NERACA PEMBAYARAN

4.1, Pendahuluan

Dalam dua tahun terakhirini proses pemulihan pcrckonomian dunia tengah berlangsung,walaupun proses pemulihan tcrscbut tcrasa masih lamban. Hal ini dapat dilihat dengan masihrcndahnya pcrkiraan penumbuhan ekonomi dunia dalatn tahun 1993, walaupun rnengalami sedikitpeningkatan dibanding dengan tahun 1992, yaitu dari 1,7 pcrscn menjadi 2,2 persen. Lambaffryape(umbuhan ekonomi dunia tcrscbut disebabkan masih rendahnya pertumbuhan ckonomi scbagianbesar negara-nega ra industri, meskipun Amerika Serikat,Inggris, dan Kanada dapat meningkatkanpertumbuhan ekonominya, sebagai hasil dari usaha negara-negara yang benangkutan dalammcmpcrtahankan tingkat suku bunga rendah, sehingga dapat mcndorong peningkatan investasi,dan mem perbaiki kepercayaandunia usaha scna mcningkatkan permintaan dalam negeri. Sementaranegara-ncgara industd maju lainnya, seperti Jepang, Jerman, danPcrancis mengalami pertumbuhanckonomi yang ncgatif (kontraksi ekonomi), sebagai akibat dari dngginya suku bunga danrcndalmya konsumsi dalam negeri. Dengandcmikian, secara keseluruhan difrftirakan pertumbuhanekonomi ncgara-negara industri mengalami penurunan dibanding tahun yang lalu. Di tengah-tengah pemulihan perrumbuhan ckonomi dunia yang lamban tersebut, pcrtumbuhan ckonominegara-negara berkembang diperkira.kan menunjukkan pcningkatan yang cukup berarti, terutamapcnumbuhan ckonomi yang dicapai oleh negara-negara NIEs Asia, ASEAN, dan Cina, yangmasih tetap relatif tinggi scpeni tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut merupakan hasildari rendalnya suku bunga, sehingga dapat meningkalkan permintaan da.lam negeri sertamendorongpertumbuhan investasi. Peningkatan tersebut juga dipcngaruhi oleh adanya apresiasi yen, yangmembcrikan dampak positif terhadap peningkatan daya saing barang.barang produksi dalamnegeri dan ekspor negara-negara yang beNangkutan. Namun pertumbuhan ekonomi yang tinggitcrscbut akan sulit dipertahankan tanpa pemulihan ekonomi di ncgara-negara industri, karenakelesuan ekonomi di ncgara-ncgara industri dapat mengurangi suplai dana yang dibutuhkan bagipembangunan ekonomi serta pasar bagi barang-barang yang diproduksi negara berkembang.

Perkembangan ekonomi dunia juga ditdndai oleh perkiraan rendahnya laju inflasi dinegara-negara industri dalam tahun 1993, dan sedikit menurunnya laju inflasi hampir di scmuanegara industri maju, kecuali Kanada, dibanding dengan tahun 1992. Rendalrrya laju inflasi dinegara-negara industri tidak lepas dari masih lemahnya kcgiatan perekonomian di negara-negaraIcrsebut. Scmcntara ilu laju inflasi di ne3ara-ne9ara be*ernbang relarif dnggi dan mcningkatdibanding dengan tahun yang lalu. Tingginya tingkat inflasi tersebut bukanlah merupakangambara.n di semua negara bcrkcmbang, melainkan dipengaruhi oleh sangat tingginya tingkatinflasi di sebagian kecil negara-negara berkembang, terutama Brasil yang mencapai tingka! inflasipating dnggi, yang mcnycbabkan tingkat inflasi tertinggi masih dialami olch ncgara-ncgafaAmerika Latin.

279

280

Sementaraitu dcfisit transaksi berjalan secarakeseluruhan dalam tahun 1993 diperkirakanmengalami peningkatan dibanding dcngan tahun 1992, dimana hanya scbagian kecil negara sajayang mengalami surplus transaksi berjalan, riurtaranya adalah Perancis, empat negara industribaru di Asia, dan Jepang. Tingginya surplus transaksi berjalan Jcpang scbagian besar diakibatkanoleh lemahnya permintaan impor yang ditimbulkan oleh resesi, menurunnya harga minyak, danapresiasi yen.

Sccara kcscluruhan, perekonomian dunia dalam tahun 1993 telah menunjukkan sedikitperbaikan, narnun perdagangan luar negeri masih ditandai per,"aingan-persaingan ekonomi yangsemakin meningkattajam, baik secara regional maupun global, yang ditandai deng:mterbentuknyablok-blok penlagangan. Demikian juga protcksi yang dilakukan oleh negara maju terasa scmakinkuat, dimana negara-negara maju masih sulit membuka pasar bagi barang-bararg dari negaraberkembang, sedarg barang-barang manufaktur negata maju bcgitu deras :rasuk ke negarabcrkembang. Sementara negara-negara berkcmbang masih belajarmengenai m anfaat pe rd agang anbebas, negara-negara industri justru meningkatkan harnbatan-hambaLan perdagangan, antara laintercermin dari kegagalan kekuatan-kckuatan ekonomi utama dunia untuk mcncapai konsensusdalam bcbcrapa isu ckonomi selama ini. Situasi perekonomian dcmikian sangat berpengaruhterhadap neraca pembayaran Indonesia, sehingga Pemerintah lebih meningkatkan hubunganckonomi antara sesama negara berkembang, terutama antar-anggota ASEAN, serta membenlukkawasan perdagangan bebas ASEAN (AFTA), yang diharapkan dapat meningkatkan perdagangan,mempcrtajam persaingan, mengurangi hambatan tarif dan nontarif, dan menambah pilihan bagikonsumcn. Dalam kerangka AFTA tersebut, ASEAN telah mcnyclcsaikan penyusunan rinciandaftar produk yang baru di bawah skema Common Effective Preferential Teriff (CEPT), dimanancgara-ncgara anggotanya akan menurunkan bea masuk, yang berlaku pada tanggal I Januari1993. Sementara itu, kini scdang diaktifkan forum kerjasama ckonomi Asia Pasifik (APEC),mclalui forum informal economic leadersNp mccting, yaitu suatu forum tidak resmi bcrupapertemuan puncak para pcmimpin ncgara-negara Asia Pasifik, yang berlangsung pada tanggal 20November 1993 dr Seattle, Amerika Serikat. Dalam peftemuan tersebut para pemimpin ncgara-negara anggota APEC telah mengeluarkan pemyaHan pandangan ekonomi (economic visionstatcment) bersama, yang menandai munculnya suatu suara baru bagi negara-negara di kawasanAsia Pasihk dalam mcnghadapi perubahan ekonomi regional maupun global yang berlangsungccpat. Kawasan Asia Pasifik akan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, sepakatdengan kebijaksanaan ekonomi yang tcrbuka, mendukung sis[em perdagangan intemasional yanglcbih beoas, sena mempunyai pandangan yang sama terhadap usaha-usaha untuk memperlahankandan mendorong pertumbuhan ekonomi dan mcnciptakan masa depan yang stabil serta meningkatkankesejahteraan masyarakat Asia Pasifik. Pada pertemuan tcmebut Indonesia telah terpilih menjadituan rumah untuk menyelcnggarakan pe rtemuan tingkat tinggi APEC dalam tahun 1994 mcndatang.Walaupun sementara ini APEC hanyalah merupakan forum konsultasi informal yang hdakmengikat, namun nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi pertumbuhan yang lebih scimbangdi wilayah Asia Pasifik. Melalui wadah ini diharapkan negara-ncgara berkembang dapatmeredamtekanan di bidang ekonomi dari negara-ncgflra maju.

281

Sementara itu, naskah perjanjian Putaran Uruguay yang telah berkali-kali mengalamikcgagalan unnrk disetujui dalam pcrundingan-perundingan sclama tujuh tahun sebelumnya, pada

akhimya bcrhasil disetujui oleh wakil-wakil dari 117 negara anggou pada tanggal 15 Desember1993 di Jenewa, Swiss, setelah melalui pcrundingrur yang memakan waktu lama antara AmerikaSerihat dan Masyarakat Eropa (ME). Dengan disetujuinya perjanjizrn tersebut, perdagangan duniadiharapkan akan meningkat, dan pada gili rannya akan dapat mcndorong pernrmbuhan perekonomian

dunia. Perjanjian tcrsebut baru akan disahkan pada tanggal l2 Aprn 1994 mendatang, dan akandilaksanakan melalui pengawasan suatu badan baru yang akan dibentuk yang bemama WorldTrade Organization (WTO) yang bcrsifat permancn dan berkcdudukan setara dengan DanaMonctcr Intcmasional (IMF) dan Bank Dunia. Pclaksanaan perjanjian tersebut dipcrkirakan akanmenycbabkan pcrsaingan yang lebih ketat di bidang pcrdagangan intemasional dengan scmakinterbukanya perdagangan dunia dari bcrbagai hambatan perdagangan, dan dalam kaitan iniprodusen dalam negeri dituntut untuk lebih meningkatkan efisiensi dalam prcses produksinya.

4.2. Perkembangan ekonomi dan moneter internasional dalam tahun 1993

Pulihnya pcrekonomian dunia setelah terjadinya kemerosotan dalam tahun l99l secarabertahap terus berlanjut meskipun masih dirasakan lamban, tidak merata, dan masih di bawah lajupertumbuhan rata-rata yangpemah dicapai dalam tahun-tahun sebelumnya. Kelambanan pemulihanperekonomian dunia temebut tidak tcrlepas dari pengaruh laju penumbuhan ekonomi negara-negara industri yang masih rendah. Dalam tahun 1993, pcrtumbuhan tahunan perekonomian duniadiperkirakan scbcsar 2,2 persen, sedikit mengalami pcrbaikan dari tahun 1992 yang hanyamencapai pertumbuhan sebesar 1,7 pcrsen. Pertumbuhan ekonomi yang mulai membaik danmenguat di bcbcrapa negara industri utama, seperti Amerika Serikat, Kanada dan Inggris, disamping negara-negara industri baru Asia/NIEs sefia negara-ncgara ASEAN, telah berpengaruhtcrhadap perbaikur pertumbuhan ekonomi dunia, meskipun beberapa negara industri utamalainnya mengalami penurunan pertumbuhan atau bahkan mengalami pcrtumbuhan negatif.

Pertumbuhan ekonomi tahunan negara-negara industri utarna (G-7) dalam tahun 1993sccara kcscluruhan diperkirakan hanya mcncapai 1,3 persen, atau menulun dibandingkanpertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 1,8 persen. Pemulihan ekonomi yang terus berlanjut diAmerika Serikat, Kanada, dtur Inggris, dalam kenyataamya masih belum mampu mengimbangikemerosotan ekonomi yang berlangsung di Jerman, Perancis, Italia dan Jepang' yang padaakhimya mcnyebabkan pemrmbuhan ekonomi ncgara-negara industri G-7 secara keseluruhanmengalami penurunan. Perekonomian Amerika Sedkat dalam tahun 1993 diperkirakan tumbuhdcngan laju sebesar 2,7 persen dibandingkan dengan 2,6 persen dalam tahun 1992' Menguatnyapertumbuhan ekonomi Amcrika Serikat tersebut merupakan salah satu dampak kebijaksanaanmoneter yang lebih Ionggar yang diterapkan dengan mempertahankan suku bunga diskontoserendah mungkin, yaitu sebesar 3 persen, dan merupakan tingkat suku bunga terendah dalam 25tahun terakhir. Rendahnya suku bunga diskonto tersebut mengakibaikan suku bunga primer pada

bank-bank komersial menurun sehingga mendorong peningkatan investasi baru, memperluas

282

kapasitas produksi, mcnghidupkan kegiatan pembangunan sektor perumahm, dan mendorongnaiknya permintaan domcstik sebagai akibat meningkamya pcngcluaran konsumen.

Scbagaimana halnya Amerika Scrikat, pcrtumbuhan ekonomi Kanada terus scm akinmcmbaik. Saling ketergantungan y ang cukup tirggi antara perekonomian Kanada dan pcrekonomianAmerika Serikat, menyebabkan pemulihan yang tcrjadi dalam perekonomian Amerika Scrikatberdtunpakpositifterhadap pcrkcmbangan ekonomi Kanada. Bila dalam tahun 1992, perekonomianKanada hanya mcncatat pertumbuhan scbcsar 0,7 persen, dalam tahun 1993 dipcrkirakan tumbuhsebesar 2,6 pcrsen. Naiknya permi'rtaan domestik tcrutama terhadap investasi perumahan, danditunjang olch rendahnya tingkat suku bunga dan berbagai program banluar/pcngcluaranpemerintah, merupakan beberapa faktor pcnting yang mcndorong penumbuhan produk domestikbruto Kanada.

Pcrckonornian Inggris mulai memperiihatkan tanda-tanda kcpulihan setelah mengalamikontraksi dalam tahun scbclumnya. Dalam tahun I993, pcrturnbuhan ckonomi Inggris diperkirakansebesar 1,8 persen, meningkat dari pcrtumbuhan minus 0,5 persen dalam tahun 1992. Membaiknyakcpcrcayaan konsumen dan dunia usaha, ditcrapkannya kcbijaksanaur monetcr yang lcbih longgaryang berakibat meningkaLnya invcstasi di negara rcrsebut, daya sIIing barang-barang ekspor yang

sedikit mcmbaik sebagai akibat mclcmahnya nilai tukar poundstcrling scjak Scptcmber 1992,mcrupakan faktor-faktor yang telah mendorong pcftumbuhan ekonomi Inggris.

Sementaraitu cmpat negara industri utama lainnya mcngalarni kcmcrosotan pcftumbuhan,dan bahkan mcngalami kontraksi perckonomian dcngan tcrjadirya pertumbuhan ekonomi nega[if.Pcrckonomian Jerman yang telah mcrosot scjak tahun 1991 menyusul unifikasi kedua Jcrmandiperkirakan masih akan mengalami pcrkcmbangan yang suram. Merosotnya pcrmintaan domcstikdan tingkat investasi yang tcrjadi dengan adanya kcbijaksuraan monctcr kclat yang bcrakibatmeningkatnya tingkat bunga, dan bcrsamaan dcngan iLu mcningkaLnya ongkos produksi scbagdakibat peningkatan yang cepat dalam up{ 1, pada akhimya tehh mempcrlcmah scktor m anufakturdan mcnurunkan daya saing. Sebagai hasil dari pcrkcmbangan tersebut, pcrckonornian Jermandalam tahun 1993 diperkirakan mcngalarni pertumbuhan scbesar minus 1,6 pcrscn, sctelah sempatmcncatat pertumbuhan sebesar 1,9 pcrscn dalam tahun 1992.

Kondisi perekonomian Jepang masih tetap mclcmah sctelah terjadinya kemerosotandalam tahun 1991 dan belum menunjukkan talda-tanda pcrbaikan sampai dengan tahun 1993.Ekonomi Jepang yang ekspansif di akhir tahun 1980-an, ditandai dengan investasi yang mcningkatcepat dan pengeluaran konsumen yang bcsar, sccara Iak tcrduga mengalami goncartgan mcnyusulmcnuruffrya lrarga-harga asset. Ponyesuaian keuangim yang dilakukan, baik oleh rumah tilnggamaupun dunia usaha, selanjutnya mcngakibatkan menurunnya permhtaan domestik dan tingkatinvestasi, yang pada gilirannya menyebabkan menurunnya produksi nasional. Sementara ituapresiasi yen pada waktu bclakangan ini turut memperburuk situasi karcna tclah mcmperlemahekspor dan menurunkan keuntungalr yang diraih oleh sektor bisnis. Menanggapi situasi yang

berlarut-larut tersebut, Pemerintah Jcpang lelah meluncurkan suatu paket stimulus ekonomi

a

283

tambahan dalam bulan Scptembcr 1993 sebesar 6,2 triliun ycn, yang kemudian diikuti dcnganlangkah pcnurunan suku bunga diskonto olch Bank Sentral mcnjadi hanya sebesar 1,75 pcrscn,yang merupakan tingkat suku bunga tcrcndah dalam sejarah Jepang. Namun paket kebijaksanaantcrscbut masih belum mampu mcngangkat pcrekonomian Jcpang, paling Lidak sclama tahun 1993.Sejalan dcngan pcrkembangan yang tcrjadi, perekonomian Jcpang diperkirakan mengalamipertumbuhan minus 0,1 pcrsen dalam tahun 1993, menurun lebih jauh dari pertumbuhan lahun1992 yang masih sempat mengalami pcnumbuhan positif sebesar I,3 peruen.

Sementara itu, kontraksi ckonomi juga masih tcrus bcrlangsung di dua ncgara industdutama lainnya, Perancis dan Ilalia. Pcrtumbuhan ekonomi Pcrancis dan ltalia dalam tahun 1993masing-masing dipcrkirakan sebesar minus l pcrsen dan0,3 persen, mcnurun dari laju peflumbuhandalam tahun sebclurnnya masing-masing sebesar 1,4 pcrsen dan 0,9 perscn. Produksi nasionalPcrancis dipcrkirakan masih mcngalami penurunan, semcntara dngkat suku bunga riil masihcukup tinggi, mcskipun secara nominal tclah mcnurun sejak awal tahun 1993, disertai denganmerosotnya kepercayaan konsumen dan dunia usaha. IIal ini telah mengakibatkan melemahryapclmintaan dalam ncgcri dan menurunkan volume investasi. Dalaln pada itu, aktivitas ckonomi diItalia tcrus mclcmah dengan Irftumbuhan hanya scbesar 0,3 pcrsen dalam tahun 1993. pcngeluarandi dalam negeri tertahan, baik-karcna adanya kenaikan pajak dan refonnasi di bidang pcrpajakanmaupun oleh pengangguran yang tcrus meningkat.

Bcrbcda dcngan sebagian negara-ncgara industri utama yang aktivitas ekonominyamclcmah, peffumbuhan ekonomi di ncgara-negara berkembang secara keseluruhan diperkirakanrelatif menguat dalam tahun 1993, dengan pcrkiraan laju pcrrumbuhan sebesar 6,1 persen,dibandingkan 5,8 persen dalam tahun scbclumnya. Usaha-usaha smbilisasi dan reformasi ekonomiyang berkelanjutan, discnai dcngan hutang luar ncgcri dalam <lolar yang berbunga rendalr, tianmeningkatnya pemasukan modal luar negeri, telah mcmbantu banyak negara bcrkcmbang,khususnya kawasan Amerika Latin dan Asia, dalam mempertahankan pertumbuhan ekonominya.

Pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia dalam tahun 1993 diperkirakan meningkatcukup cepat, dcngan laju pemrmbuhan sebesar 8,7 pcrsen. Hal ini terutama disebabkan olehpemlmbulan ekonomi di Cina yang lcbih besardari yang dipcrkirakan, sehingga dapa t mengim bangiaklivitas ekonomi Korca dan Philipina yang agak mclcmah. Aktivitas ekonomi India diperkiraki]ntetap kuat dalam tahun 1993, yarg menccrminkan berhasilnya upaya-upaya stabilisasi danreformasi. Pertumbuhan yang kuat dalam tahun 1993 juga diperkirakan terjadi di Indoncsia,Taiwan, Thailand, dan sejumlah negara-negara lainnya di kawasan tcrscbut.

Ncgara-ncgara berkembang di kawasan TimurTengah dan Eropa dipcrkirakan mengzilamipertumbuhan yang cukup bcrarti, yaitu sebesar 3,4 persen dalam tahun I993. Dampak buruk darikonflik regional tahun 1991 masih mempcngaruhi perkcmbangandi wilayah tersebut. Pcrtumbuhimdi Saudi Arabia diperkirakan mcnurun dalam tahun 1993 scbagai akjbat melemahnya hargaminyak bumi. Pertumbuhan ekonomi Rcpublik Iran diperkirakan relatifmenguat ketika reformasiekonominya mulai menampakkan hasil, meskipun kegiatan ekonominya mungkin menghadapikendala berupa besamya hutang luar negeri jangka pendek.

a

284

Peningkatan produksi di negara-negara berkcmbang kawasanAmcrika Latin dipcrkirakanscbcsar 3,4 pcrscn dalam tahun 1993. Pcrekonomian Brasil, setclah mcngalami penurunilnpcnumbuhan dalam tahun 1992 scbagai akibat dari ketidakpastian arah kcbijaksanaan ekonomidan inflasi yang ringgi, dalam tahun 1993 diperkirakiur dapat bcrkembang sebesar 4,1 pcrscn.Scmcntara itu, Argcndna dipcrkirakan mclambat pertumbuhannya pada tingkat yang moderatsetelah mengalami ckspansi yang cepat di awal tahun 1990-an. Pertumbuhan ekonomi Meksikodalam tahun 1993 masih tcrhambat karena adanya langkah-langkah untuk mengurangi defisittransaksi bcrjalan.

Dalam pada itu, iklim yang tidak menguntungkan, lemalnya permintaan ekspor darincgara-ncgara industri, dan dampak dari kebijaksanaan ekonomi yang ridak seimbang di sejumlahncgara, telah menurunkan pertumbuhiln negara-ncgara bcrkembang di kawasan Afrika, yangdalam tahun 1993 diperkirakan hanya tumbuh scbesar 1,6 pcrsen. Perekonomian Aljazairdiperkirakan mcngalami kemerosotan, sebagai akibal mcningkatnya ketidakseimbangan ekonomidan kctidakpastian politik. Sementara itu, mcskipun mengalami masalah dalam pelaksanaanlangkah-langkah libcralisasi di Kcnya, aktivitas ckonominya dalam tahun 1993 diproyeksikanlcbih kuat daripada tahun sebclumnya. Pcrtumbuhan di Turrisia dipcrkirakan lebih baik, menJrsulkcberhasilan pancn dan pcrtumbuhan yang cepat dalam tahun 1992. Sementara itu aktivitasckonomi Maroko dipclkirakan tctap mclemah sebagai dampak dari musim kering yang parah danlcmahnya pasar ckspor di Eropa.

Pertumbuhan ckonomi di negara-negara ASEAN dalam tahun 1993 diperkirakan masihtetap man[ap, kecuali Philipina yang masih mcngalami pcrtumbuhan yang cukup rcndah sctclahdalam tahun-tahun scbclumnya mclrgalami pcrtumbuhan ncgaLif. Pcnumbuhan ckonomi ncgara-negara ASEAN yang cukup tjnggi mcnjadikan kawasan Lcrscbu[ scbagai salah satu kawasandcngan tingkat pcrtumbuhan yang tcrtinggi. Tiga ncgara ASEAN yang mcncapai laju pcrtumbuhanpaling tinggi adalah Malaysia, Thailand, dan Singapura, dengan pertumbuhan masing-mrsingscbcsar 8 pcrscn, 7,5 pcrscn, dan 8 pcrscn, disusul olch Brunci Darussalam sebcsar 3 perscn danPhilipina 2,8 pcrscn. (lihat Tabcl IV.l).

Perbaikan ckonomi dunia yang dipe rkirakan rc rj adi dalam tahun 1993 dalam kcnyataannyabclum berarti banyak dalam mcngurangi tingkat pcngangguran yang tcrjadi di ncgara-ncgaraindustri, khususnya ncgara-ncgara industri utarna, yang bcrperan bcsar sebagai motor pcnggcrilkperekonomian dunia. Hal tersebut Lcrccrmin dari angka pengangguran yang dipcrkirakan masilrtctap tinggi, bahkan lcbih mcningkat di bcbcrapa negara-negara industri utama. Tingkirtpcngangguran di ncgafa-ncgara industri utama mcningkat dari 7,3 pcrscn dalam tahun 1992menjadi sebcsar 7,5 persen dalam tahun 1993. Hampir seluruh negara-negara di dalam kclompokindustri utama mcngalami pcningkatan dalam angka pcnganggulan tahunannya, kecuali AmcnkaSerikat yang dipcrkirakan mcngalami pcnurunan dari sebcsar 7,4 pcrsen dalam tahun 1992mcnjadi scbcsar 6,8 pcrscn dalam lahun 1993, scdang Kanada dipcrkirakan mengalami lingkatpengangguran yang sama sepcrti tahun sebelurnnya, yaitu scbesar 11,3 pcrscn. Scmcntara itu,sckalipun tingkat pcngangguran Jcpang diproycksikan scbagai yang terendah di antara negara-

t

e

Tabe l IV . I

LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA, NEGARA-NEGARA INDUSTRI,

NEGARA.NEGARA BERKEMBANG. DAN ASEAN. I99O - 1993(dalam persentase)

1990 199r 1992 1993r)

A. I)unia

B. Negara-negara Industri

Tujuh negara industri utamal. Jepang2. Amerika Serikat3. Jerman2)4. Inggris5. Perancis6. Italia/. ltanaoa

Negara-negar ;ndustri lainnya

C. Negara-negara berkembang

I . Afrika

2. Asia

3. Amerika Latin

4. Eropa dan Timur Tengah

D. Negara-negara ASEANl. Malaysia2. Philipiua3. Singapura4. Thailand5. Brunei Darussalam6. Indonesia

t 7

213

4,81 ,2

0,4) 5

2,1- 0,2

1 , 1

3,71 q

0,3d )

9,8' A

8,41 1 ,6' t 1

7,2

0'6

0'5

0,44,00,71,72,2o,71,3t,7

415

1 ,66 ,1

2,4

8,7_ 0,7

6,77 ( )

3,66,9

lr7

lr7

1 , 8

2,6t ,9

1 , 4

0,9o,70,6

5,8o,47,8) \

7,8

7,80,05,81 ' , 1

1,06 ? J r

', .,

1,1

1,30 , Ii 1

1 ,61 ,81 ,00,3

t ,2

6'l1 ,68,71 4. \ 4

8,02,88,0

3,0

I) Perkiraan2) SamFai dengan 1990, hanya Jeman Bsrut3) Angka semeniara

286

negara industri uama lahnya, yaitu sebesar 2,5 persen dalam tahun 1993, namun tingkatpengangguran Jepang pada dasamya telah meningkar daripada tahun sebclumnya eihatTabel IVJ).

Tingkat inflasi di sebagian besar negara-negara industri dewasa ini cukup rendah, yangberkaitan dengan melemahnya aktivitas ekonomi di negara-negara tersebul Laju inflasi di negara-negara industri utania secara keseluruhan diperkirakan mengalami penurunan dari sebesar 3,3persen dalam tahun 1992 mcnjadi 3 persen dalam tahun 1993. selain Kanada, laju inflasi di setiapnegara industd utama menurun, rcrmasuk Jcrman yang masih menghadapi masalah-masalahekonomi sebagai dampak reunifikasinya. sementara itu laju inllasi negara-negara trrtembargdiperkirakan mengalami [,eningkatan menjadi 43,8 persen datam tahun 1993, dari sebesar 3g,gpersen dalam tahun1992.Lajunflasi mta-nta yangmenngkat terscbut menccminkan terjadinyapeningkatan laju inflasi di kawasanAsia dan Amerika Latin, sedang laju inflasi di kawasanAfrika,Timur Tengah dan Eropa mengalami penurunan. Kenaikan laju inflasi di kawasan Asia darisebesar 7,5 pe6en dalam tahun 1992 menjadi sebesar 8,3 persen dalam tahun 1993, ntara lajndisebabkan oleh meningkatnya laju inflasi di cina dan Korea. Sedangkan kenaikan laju inflasiyang cukup besar terjadi di kawasan Amerika Latin, dari sebesar 165,9 persen cialam tahun 1992mcnjadi sebesar 221,1 pcrsen dalam tahun 1993, terutama disebabkan oleh inflasi yang kronis diBrasil, yang meningkat dari sebesar991,l persen dalam tahun 1992 menjadi sebesar2.l 17 persendalam tahun 1993. Laju inflasi di beberapa negara anggota ASEAN, secara individual diperkirakanmengalami penurunan dalam tahun 1993 dibandingkan dcngan tahun 1992, kccuali Singapura,Brunei Darussalam, dan Indonesia. sekalipun singapura dan Brunei Darussalam mengalamipcningkatan di dalam laju inflasi namun tetap merupakan yang terendah di antara negara-negaraanggotaASEAN. sementaraitu,laju inflasi Indonesia yang lebihringgi daripada tahun sebelumnyaterutama sebagai dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak di dalam ncgcri dan rariftsrrikpada awal tahun 1993. (lihat Tabel IV.3).

Situasi monerer intemasional selama enam bulan pertama tahun 1993 amara lainditandai dengan menguahya nilai tukar yen terhadap sejumlah mata uang Eropa, khususnyaterhadap dolar Amerika Serikar, yarg mencapai puncaknya pada perengahan April 1993.Ketegangan-ketegangan yang lerjadi dalam mekanisme nilai tukar (exchange rate mechanism,ERM) menyusul terjadinya krisis dalam sistem mone(er Eropa dalam bulan September 1992,menyebabkan sejumlah negara-negara Eropa yang tergabung ke dalam ERM melakukanpenyesuaian tefiadap mata uangnya. Ketegangan dan gejolak moneter yang terjadi tampakmereda selama enam bulan pertama tahun 1993, khususnya setelah hasil referendum ulang dalambulan Mei 1993 di Denmark dimenangkan oleh kelompok yang setuju aras perjanyian Maastrichl.Hasil ini diperkirakan dapat memberikan dampak positif atas kestabilan nilai tukar mata uangdunia, khususnya mata uang anggola ERM. Berkurangnya ketegangan-ketegargan ini tercermindengan menurunnya spreads tingkat bunga Jerman dan meningkatnya nilai tukar beberapa matauang Eropa lainnya terhadap deutsche mark. perkembangiur lain yang menandai situasi moneterintemasional adalah menunrnnya dngkat suku bunga di pasar intemasional. Langkah-langkah

287

]

Tabe l IV .2

TINGKAT PENGANGGURAN NEGARA.NEGARA INDUSTRI UTAMA'

1990 - 1993( dalam persentase )

1990 t99l 1992 l993rr

Tujuh negara industri utama

1. Jepang

2. Amerika Serikat

3. Jerman 2)

4. Inggris

5. Perancis

6. Italia

7. Kanada

1 l

6,2

5,8

8,8

l t ,0

8 ,1

616

1 1

6,8

6,7

8 ,1

9,4

I I , J

10,3

7,3

2,2

7,4

7,7

9,8

l0, l

I 1 ,9

11,3

1 5

6,ti

o?

10,4

i l ,5

r t 5

I 1 ,3

l) Perkiraan

2, Sampai dengan 1990. hanya Jermrn Baral.

T a b e l I V . 3

LA.IU INFLASI NI]GARA.NEGARA INDUSTRI,

NEGARA-NEGARA BERKEMBANG. DAN ASEAN, I99O - 1993( dalam persentase )

1990 l99l t992 1993'l

A. Negara-negara industri' l 'uiuh negara industri utama

L Jeparg2. Amerika Serikat3. Jerman 2)

4. Inggris5. Perancis6. Italia7. KanadaNegara-negara industri lainnya

Negara-negara berkembangl. Aflika

2. Asia3. Arrrerika Latirr4. Eropa dnn Timut 'l"cngah

Negara-negara ASEANl. Malaysia2. Philipina3. Singapura4. Thailand5. Brunei Darussalam6. Indonesia

B.

C.

5,1

4 q

\ 4

) 1

8 , 1a 4

n t l

65,4t6,9

480, I23,9

3 ,112,7a 4

6,0) 1

o {

4,6

4,4

? 1

4,24,86,8

6,35,65,0

32,38,4

1 1 5 q

) a h

4,4

18,73,4< 7

1,6g 5

3,3' l t

1,73,0

4 ' 7

) t

\ )

) 1

38,84 1 , 3

165,9

4,68,9a a

4,1

1,34 q

3,0

1 A

1 J

3,04,6

) ' )4 \

1 , 82,6

43,836,4

8,3221,122,7

8,87 5

4.O

9,77

Sampai dengan I990, hanya Jerman Barat

t

289

yang diambil oleh sejumlah negara-negara industri untuk menurunkan tingkat suku bungadiskonto dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonominya, berdampak positip terhadapprenurunan suku bunga komenial, yang tercermin dengan menurunnya tingkat bunga, baik jangka

pendek maupun jangka panjang, di negara-negara tersebut. Tingkat bunga jangka pendek rata-ratadalam kelompok negara-negara industri utama sampai bulan Agustus 1993 adalah sebesar 4,5persen, menurun cukup besar dibandingkan dengan sebesar 6,3 persen dalam periode yang samatahun sebclumnya. Scluruh ncgara yang tergabung ke dalam kelompok industri utama tersebut,tanpa kecuali, mengalami penurunan dalam suku bunga jangka pendek. Demikian pula sukubunga jangka panjang rata-rata dalam periode yang sama telah turun menj adi sebesar 6 persen darisebesar 7,5 persen dalam tahun 1992. Penurunan tersebut terjadi di semua negara-negara industrimaJu.

Dalam pada itu, harga komoditi di pasar intemasional secara keseluruhan dalam tahun1993 diperkirakan mengalami penurunan, baik untuk komoditi manufaktur, minyak, maupunkomoditi primer bukan minyak. Penurunan harga paling besar dialami oleh komoditi minyaksebesar 8,4 persen, diikuti oleh barang-barang manufaktur sebesar 2,6 persen, dan barang-barangprimer bukan minyak sebesar 2,5 persen. Harga barang-barang manufaktur dalam tahun 1992masih mengalami peningkatan sebesar 3,8 perscn, mcskipun harga komoditi minyak dan barang-barang primer bukan minyak telah merosot. Harga rata-rata minyak mengalami kemerosotan dariUS$ 18,27 per barel pada kuartal Iv tahun 1992 menjadi US$ 17,37 per barel di kuartal II tahun1993. Penurunan harga miryak tcrsebut mencerminkan terjadinya peningkatan pasok, yang

diperburuk oleh keputusan Kuwait dalam sidang OPEC dalam bulanJuni 1993 untuk bcrproduksidi atas kuoEnya. Sementara itu, harga rata-rata komoditi primer bukan minyak hingga 6 pulanpertama tahun 1993 terus mengalami pcnurunan, sebagai akibatlcmahnya permintaan keseluruhandari ncgara-ncgara industri dan menumpuknya persediaan. Sebagai dampak dari perkembanganharga-harga tersebut, "terms-of{rade" kelompok negara industri hanya meningkat sebcsar 0,6persen dalam tahun 1993 dibandingkan dcngan 1,5 pcrsen dalam tahun scbelumnya. Sedang"terms-of-trade" kelompok negara-negara berkembang agak membaik, dengan minus 1 persendalam tahun 1993 dibandingkan dengan minus 1,2 persen dalam tahun scbelumnya.

Dcfisit transaksi berjalan negara-negara industri secara keseluruhan, yang dalam tahuni992 mencapai minus US$ 39 miliar, dipcrkirakan mcningkat dalam tahun 1993 menjadi minusUS$ 5l,2miliar. Demikian juga defisirtransaksi bcrjalan negara-negara industri utama diperkirakanmeningkat dari sebcsar minus US$ 35,8 miliar dalam tahun 1992, menjadi sebesar minusUS$ 59,8 miliar dalam tahun 1993. Pcningkatan dalam dcfisit transaksi berjalan tersebut teruumadisebabkan oleh membesamya dcfisit transaksi bcrjalan Amcrika Serikat, yang dalam tahun 1993diperkirakal mcncapai minus US$ 1 I 1,6 miliar, meningkat hampir dua kali lipat dari defisit tahunsebelumnya sebesar minus US$ 66,4 miliar, sebagai akibat peningkatan impor yang tidaksebanding dengan kcnaikan ekspomya, Masyarakat Eropa (ME) dan negara-negara industrilairurya diperkirakan mencatat penurunan defisit, yaitu dari masing-masing sebcsar minusUS$ 63,9 miliar <lan minus US$ 26,2 miliar dalam tahun 1992 menjadi minus US$ 60,4 miliar dan

290

minus US$ 16,4 miliar dalam tahun 1993. Scmentara itu, Jepang sekalipun masih mcnghadapikesulitan ekonomi di dal:un negeri dan adanya apresiasi yen terhadap dolar AS, namun terusmengalami peningkat an surplus di dalam traraaksi berjalannya, yangdalam tahun l993 diperkirakanmcncapai sebesarUS$ 137,2 miliardibandingkan scbcsarUS$ l l T,6 miliar dalam tahun sebclumnya.

Dalam pada itu, dcfisit transaksi berjalan negara-negara berkcmbang dalam tahun 1993diperkirakan terus memburuk setelah mengalami pcrbaikan dalam tahun 1992. Defrsit ransaksiberj alan negara-negara bcrkcmbang s0cara keseluruhan dalam tahun 1993 diperkirakan meningkatdari sebesar minus US$ 62,4 miliar dalam mhun 1992 menjadi minus US$ 80,1 miliar dalam tahun1993. Kenaikan dcfisit transaksi berjalan tcrsebut terutama discbabkan oleh peningkatan delisityang besar dalam kelompok negara-ncgara berkembang bukan pengekspor minyak, dari minusUS$ 17,7 miliardalam tahun 1992 menjadi minus US$ 39,8 miliardalam tahun 1993. Sedangkankelompok negara-negara berkembang pengeksporminyak diperkirakaLn mengalami sedikit perbaikandalam defisit transaksi bcrjalannya, dari minus US$ '14,7 miliar dalam tahun 1992 menurunmenjadi minus US$ 40,4 miliar dalam rahun 1993. Defrsit transaksi bcrjalan Indonesia dalamtahun 199384 sedikit meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Bila jumlah dcfisirdalam tahun 1992/93 tercatat sebesar US$ 2.561juta, dalam rahun i993194 diperkirakan sedikitmeningkat menjadi US$ 2.824 iuta. Peningkatan tersebut terutama discbabkan oleh merosotnyaharga minyak bumi, sehingga penerimaan ekspor migas menurun. (lihat Tabel IV.4).

Selanjutnya, bila dilihat dari aspek hutang luar negeri, jumlah hutang ncgara-ncgarabcrkembang dipcrkirakan tcrus mengalami peningkatan. Dalam tahun 1992, hutang luar negerinegara-negara berkembang telah mencapai jumlah scbesarUS$ 1.389,6 miliar, yang diperkirakanakan meningkat dalam tahun 1993 menjadi sebesar US$ 1.476,4 miliar. Rasio jumlah hutangluar negeri dari negara-negara berkembang tcrhadap penerimaan ekspor barang dan jasa sedikirmcmbaik, dari sebesar 1i 6,3 persen dalam tahun 1992 dipcrkirakan menjadi 1 15,6 persen dalamtahun 1993. Sementaraitu, rasio pembayaran kcmbali hutang luar negeri negara-negara berkcmbangIerhadap penerimaan ekspor barang dan jasa (DSR) juga mengalami perbaikan. Bila dalam tahun1992 besamya rasio tersebut adalah 14,2 persen, dalam tahun 1993 diperkirakan sebesar 13,7persen. Perbaikan tersebut disebabkan olch menu runnya DSR negara-negara berkembang kawasanAsia dan Amerika Larin, sedang DSR negara-negara berkcmbang Afrika mengalami kenaikan.

Di tengah-tengah perubahan ekonomi dunia yang bcrgcrak cepat ini, kerjasama dibidangekonomi dan perdagangan sem akin diras akan sebagai suatu kebutuhanuntuk menjembatanibcrbagai kepentingan yang berbeda-beda di setiap negara sebagai upaya memecahkan masalah-masalrrh ekonomi dan perdagangan yang bersifat global. Dalam rangka meningkatkan kerjasamadi bidang ckonomi dan perdagangan, negara-negara berkembang telah mclakukan kerjasamarnelalui forum Selatan-Selatan. Scbagai bagian dari pelaksanaan kerjasama tersebut, negara-ncgara berkcmbang yang tergabung dalam kelompok G-15 telah mengusulkan kepada ncgara-negara industri maju untuk membantu mcringankan beban hutang negara-negara berkembang.Selfijutnya, dalam sidang puncak Gerakan Non Blok (GNB) bulan September 1992 dipertegaslagi usulan agar negara-ncgara bcrkembang temiskin dapat dibebaskan sepenuhnya dari bcban

29t

' t a be l IV .4

TRANSAKSI BERJALAN NEGARA.NEGARA INDUS'IRIDAN NEGARA.NEGARA BERKEMBANG, 1990 - 1993

( dalam miliar US $ )

1990 l99l 1992 1993 t)

Negara-negara industri

Tujuh negara industri utalna

1. Jepang

2. Arnerika Serikat

3. Jerman 2)

4. Inggris

5. Perancis

6. Italia

7. Kanada

Masyar akat Elopa

Negara-negara industri lainnya

Negara-negara berkembang r)

l. Pengekspor Minyak

2. Bukan Pengekspor Minyak

3. Indonesia n)

109,5

88,435,8

9 t ,9

4 7 , l

o '1

14,8'r) ',

t a 7

38,9

12,1

0 ,1

12,O

34,4

26,41 t o

8,3

19,8

18 ,5

1 1 4

7 \ A

67,9

3 l , l

82,2

8,7

4,4

39,0

35,81t7,6

66,41 5 |

15,2

2,8

26,611 q

63,9

26,2

62,4

44,7

t7,7

2,6

- 51,2

- 59,8

137,2- 111 ,6_ 2 ) l

_ ' ) t ' )

2,4- 14,1- 20,5- 60,4- 16,4

- 80,1

- 40,4

- 39,8

_ ) 9 ,

t

,j3)4 )

Pcrkir:lrn

Saf l )pni dengan 1990, h iDtr Je 'n lan Baral

Terit!asnk lro sl-er resnri (officirl tnrnsfcr)'[ahun anBgaran

292

pcmbayaran hutang masa lampau, dan perlunya kerjasarna antara negara-negara berkembangdalam mcngatasi bcban hutang luar ncgcrinya. Scbagai tindak lanjut keputusan tcrsebut, Indoncsiaselaku ketua Gerakan Non Blok memerlukan hadir dalam pertemualr puncak G-7 di Tokyo dalambulan Juli 1993, untuk mcnyampaikan usulan-usulan tcrscbut kcpada Pcrdana Mentcri Jcpangsebagai tuan rumah penyelenggara pertemuan puncak G-7. Dampak dari pcncmuan tersebutsedikit banyak telah mempengaruhi hasil KTT G-7, scpeni rcrccmin dari komunikc akhir KTTtcrscbut, yang antara lain menyetujui usul untuk menghapus bcban hutang l8 dari 47 negaraberkembang yang tergolong sangat miskin. Selain daripada itu kclompok 7 ncgara maju tcrscbutjuga mcncrima usul untuk terus memberi bantuan pembangunan, schingga ncgara-ncgaraberkembang dimaksud dapat meneruskan pembangunannya.

Sementara itu, Putaran Uruguay secara resmi berakhir dengan disetujuinya UruguayRound Final Act yang akan mcngatur dan memberikan landasan yang lebih kokoh bagi perdaganganmultilateral. Persetujuan ini dilarapkan dapat mcndorong pcningkatan pcrdagangan dunia,kesempatan kerja, dan pertumbuhan ekonomi dunia yang sem akin kuat. Elemcn-clemcn tcrpcntingdari persetujuan ini antara lain adalah akscs kc pasar, perdagangan jasa dan produk pertanian yanguntuk pertama kalinya diintegrasikan ke dalam GATT, tckstil, anli-dumping, dan hak milikintelektual. Sekalipunpersetujuan tersebut praktis mencakupscmua haldalam rangka mcwujudkanperdagangan bebas, namun komitmen untuk mencapai kebcbasan pasar secara penuh diperkirakanmasih menghadapi kendala, karena masih terdapatnya perbedaan yang tak terselesaikan antaraAmerika Serikatdan MasyarakatEropa mengenai perdagangan di scktor audio-visual, sepelti filmdan program tclevisi, dan di sektor industri jasa kcuangan, sehingga kedua sektor tersebut untuksementara masih dikecualikan dari perdagangan bcbas.

Selanjutnya, forum kerjasama ekonomi Asia Pasifik (APEC), yang gagasanpembentukannya antara lain sebagai reaksi atas kebuntuan yang ccnderung tcrjadi dalam setiapperundingan Putaran Uruguay, pada dasamya merupakan prakarsa bagi forum konsultasi yangtidak mengikat dalam kerjasama ekonomi yang saling mcnguntungkar, kiususnya perdagangandan penanaman modal di kawasan Asia dan Pasifik. Pertcmuan puncak informal kepala-kepalanegara/pemerintahan anggota APEC di Seattle, Amerika Serikat pada tanggal 20 Novembcr 1993,berakhir dcngan kelu amya pemyataan bersama mengenaivisi ekonomi (economic vision statcment)yarg pada dasamya adalah penegasan komitmcn untuk mcnciptakan masa depan yang stabil danmakmur bagi rakyat di kawasan Asia Pasifik dcngan mcmperkuat basis kerjasama ekonomi.Sekalipun demikian pertemuan tersebut tidak mengeluarkan sua[u keputusan mengenai bentuk,struktur, dan kelembagaan APEC. Sclain daripada itu, seluruh pemimpin APEC sepakat memilihIndonesia sebagai tuan rumah penyelenggara pertemuan tingkat tinggi APEC untuk tahun 1994mcndatang.

Di tingkat regional lainnya, kerjasama ekonomi antamegara ASEAN dan kerjasamaantara ASEAN dengan beberapa negaraindustri terus rlitingkatkan. Dalam KTT-ASEAN IV bulanJanuari 1992 di Singapura, telah disepakad pembentukan kawasan perdagargan bebas ASEAN(AFIA). AFTA akan direalisasikan melalui pelaksanaan penurunan tarifsecara bcnahap terhadap

293

bcrbagai produk yang-termasuk kc dalam skema common effectivc preferential tariffs (CEP{).

Berdasarkan skema tersebut, setiap negara ASEAN diwajibkan menurunkan tarifhingga menjadi

setinggi-tingginya scbcsar 5 persen selama jangka waklu 15 tahun terhitung sejak 1 Januari 1993,

sehingga bcsamya tarif bea masuk untuk produk-produk yang termasuk dalam skema CEPT

tersebutpada akhimya menjadi samadi semua negara ASEAN. Pcmbentukankawasan perdagangan

bebas ASEAN tersebut selain dimaksudkan untuk memperbesar volumc pcrdagangan anta$esamaanggotanya, juga didasarkan adanya kebutuhan untuk mcningkatkan posisi tawar menawar dandaya tahan ekonomi negara-ncgara ASEAN, dalam menghadapi kemungkinan adanya dampakyang tidak menguntungkan dari munculnya blok-blok ekonomi dan perdagangan, semacam pasar

tunggarl Eropa dan kawasan perdagangan bebas Amerika Utara O{AFTA).

Dalam upaya pcningkatan kerjasama dengan negara-negara industri, telah dilarljutkandialog, antara lain dengan Jerman, yang dititik boratkan pada kerjasama ekonomi jangka panjangSebagai hasil dialog bulan Januari 1991, Jerman mcmbcrikan bantuan yang merupakan kclanjutanbantuan sebelumnya untuk pembiayaan program alih tcknologi ke negara-negara ASEAN.

4.3. Kebijaksanaan di bidang perdagangan luar negeri

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional sesuai dengan sasaran GBHN,kebijaksanaan di bidang perdagangan luar negeri selama tahun 1993/94, bersama-sama dengankebijaksanaan lainny a, di arahkan untuk meningkatkan pangsa perdagangan luar negeri Indonesiadi pasar dunia. Untuk itu berbagai kebijaksanaan deregulasi dzm debirokratisasi tcrus dilanjutkandan disempumakan, baikdi scktor moneter m aupun sektor riil, yang diharapkan dapat memajukanpcrdagangan luar negeri dan memantapkan ncraca pembayaran. Keseluruhan kcbijaksanaantersebut tidak tcrlepas atau merupakan kelanjutan dari rangkaian kebijaksanaan yang beroricntasiekspor dan telah dilaksanakan scjak tahun 1986. Narnun demikian, dalam era globalisasi ini tidaktertutup kemungkinan masuknya pengaruh-pengaruh ekstcmal dalam perekonomian Indonesia,sehingga perlu diikuti perkcmbangannya dan diupayakan pemecahannya agar momentumpembangunan nasional dapat dipcnahankan.

Lambannya pemulihan ckonomi dunia yang berlangsung sejak tahun 1992 masih terasahingga tahun 1993. Perkembangan tcrsebuttercermin dari rel atif rendahnya penumbuhan ekonomidi sebagian negara-negara industd utama, seperti Jepang, Jerman, dan Perancis. D pihak lain,pertumbuhan negara-negara berkembang (tidak termasuk bekas Uni Soviet), telah menunjukkanpertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu 5,8persen walaupun sedikit lcbih rendah dari pertumbuhanekonomi periodc scbclumnya sebesar6,l persen. Kondisi perekonomian dunia tersebut diperkirakanakan mempengaruhi volumc pcrdagangan luar negeri negara-negara bcrkembang termasukIndoncsia. Sclanjutnya munculnya blok-blok perdagangan scperti NAFTA yang mengikut se nakanMeksiko, serta pcrluasan Masyarakat Eropa ke wilayah Eropa timur dan tcngah dikhawatirkanakan menimbulkan dampaknegatif, karena arah perdagangan dan investasi negara-negara terscbutlebih berorientasi ke dalam. Di samping itu, pembentukan AFTA, APEC, dan penumbuhan yangc€pat di Cina, scrta adanyaisu pencabutan fasilitas GSP, penerapan sistcm ecolabelling,lingkungan

294

hidup, dan hak azasi manusia yang dikaitkan dengan ekspor negara-negara berkembang, sertakemungkinan penerapan pajak energi oleh negara.negara industri, rclah pula mempengaruhiperkembangan perdagangan luar negeri Indonesia.

Untuk menghadapi kendala-kendala dari luar serta kendala dari dalam negeri, terusdiupayakan pemecahannya melalui kebijaksanaan deregulasi, baik di sektor moneter maupunsektor riil. Kebijaksanaan yang ditcmpuh dalam tahun 1993/94 antara lain paket dercgulasi Mei1993, yang mengatur kelancaran kredit pe6ankan bagi dunia usaha, serta menyempumakanketentuan kewajiban penyediaan m odal minimum. Selanjuurya dalam rangka mendukung kegi atan-kegiaBn ekspor maka diskonto ekspor bcrjangka ditetapkan pada tingkat yang sama denganSIBOR, dan untuk meningkatkan daya saing perekonomian serta penanaman modal telah dikelua*anderegulasi di sektor riil atau dikenal dengan paket kebijaksanaan Oktober 1993 (Pakto 1993), yangmemuat deregulasi di bidang ckspor-impor, penanaman modal, perizinan, farmasi, dan Amdal, Dibidang ekspor-impor, untuk meningkatkan daya tarik bagi penanam modal, terutama dalamrangka meningkatkan ekspor nonmigas, telah diberikan fasilitas dan kemudahan pabean, perpajakan,dan tata niaga impor bagi mobilitas bahan baku antara entrepot produksi tujuan ekspor @PTE),kawasan berikat, dan daemh pabean lainnya. Selanjumya untuk meningkatkan efisiensi industrinasional serta mengembangkan industri hilir, industri penunjang ekspor, dan sekaligusmengantisipasi berlakunya putaran Uruguay/GATT, maka tarif bea masuk dan bea masuktambahan untuk sejumlah pos trrif ditunrnkan dan dihapuskan, serta tata niaga impomyadisederhanakan. Di samping itu, terus diupayakan pengadaan bahan baku, baik yang berasal darisumber daya alam maupun industri hilir dari dalam negeri dengan harga yang bersaing, sehinggasecara bertahap impor bahan baku dapat ditekan.

Semenlaraitu, dalam menghadapi ancaman akan dicabutnya fasilitas CSP (yaitu fasititaskeringanan bea masuk bagi produk-pmduk negara berkembang, terutama un$k memberikankesempatan produk tersebut bersaing dengan produk negara-negara industrVmaju dan sekaligusmemperkenalkan produk-produk yang dihasilkan ncgara berkembang), terus dilakukan peningkatanefisiensi dan kualitas produk, perluasan pasar, penganekaragaman pmduk, dan pemaffaataninformasi pasar secara maksimal, sehingga dapat mengantisipasi keadaan pasar negara tujuanekspor. Upaya-upaya tersebut terus didukung olch peningkatan sumber daya manusia yangberkualitas, penerapan teknologi yang sesuai, serta meningkatkan pemanfaatan "Indone$ian TradePromotion Centrc" (ITPC) dan "Indonesian Trade Distribution Centre" (ITDC) di Eropa danAmerika. Dalam pada itu, kebutuhan prasarana dan sarana, antara lain penyediaan tenaga listrik,pelabuhan, jalan, serta telekomunikasi, terus ditingkatkan. Adapun produk-produk yang mempemlehfasilitas GSP tenebut ialah komputer, radio mobil, makanan kaleng, bahan kimia, tekstil, pakaianjadi, produk sepatu, mebel, bankendaraan, $arungtangan, dan produk kulit. Sedang negara-negarayang memberikan fasilitas GSP antara lain adalah Amerika Serikat, Australia, dan MasyarakatEropa.

5

295

4.3.1. Kebijaksanaan di bidang ekspor

Situasi perekonomian dunia dewasa ini masih belum sepenuhnya pulih kcmbali, yangditandai dengan lambannya pcmulihan ekonomi dunia yiurg berlangsung sejak tahun 1992.Perkembangan tersebut terutama tercermin dari rcndahnya pcrnrmbuhan ekonomi negara-negaraindustri serta adanyakecenderungan menurunnya pertumbuhanekonomi negara-negara berkembangwalaupun pertumbuhannya masih relaLif tinggi. Meskipun demikian, perkembangan ckonomi diIndonesia telah menunjukkan pertumbuhan yang cukup menggembirakan, terutarna di bidangekspor noffnigas. Berbagai kebijaksanaan di bidang ckspor yang tclah dikelua*an pemerintahantara lain ditujukan untuk meningkatkan daya saing barang-barang produksi Indonesia di pasarintemasional, yang tertuang dalam paket kebijaksanaan dcrcgulasi dan dcbirokratisasi secaraberkesinambungan, untuk menciptakan iklim usaha yang sehat, serta produksi yang lebih efisien,yaitu dengan mcmbcri peluang bagi usaha-usaha yang produktif terutama untuk meningkatkanekspor bukan migas. Sclanjumya kcbcrhasilan peningkatan ekspor nonmigas tersebut jugadisebabkan oleh kemampuan Pemerintah dalam mengcndalikan inflasi, scmakin melonggamyakebijaksanaan uang kctat, upaya pcnggalakan ekspor melalui diversifikasi produk dan penetrasipasar ekspor, serta meningkatkan daya saing melalui peningkatan cfisicnsi dan kualitas produk.

Kebijaksanaan di bidang ekspor tersebut antara lain bcrupa pakct kcbijaksanaan 4 Juni1992, yutg bemrjuan untuk memberikan kemudahan bagi produscn eksportir selaku pengusahakcna pajak dalam mcngimpor barang dan bahan yang digunakan dalam memproduksi komoditiekspor nonmigas. Selanjutnya dalam rangka mcngcmbangkan industri hilir perkayuan, industrirotan olahan, industri kulir dan pengolahan kulit, maka larangan ckspor kayu bulat/log, kayu dalambentuk papan lebar dan tidak lebar, kelompok rotan, kelompok kulit jangat, dan kulit mentah,dicabut, dan untuk komoditas tenentu, diganLikan dcngan pajak ckspor yang tinggi.

Sementara itu, penetapan kuota ekspor maniok ke Masyarakat Eropa tetap didasarkanatas ki ncrja tahun sebelumnya. Dalam peraturan komisi ME terakhir mengcnai pengaturan maniokke ME, kuota Indonesia dalam periode I993 - 1995 ditetapkan sebesar 2.475.000 ton unruk masa3 tahun. Ketentuan alokasi kuotamaniok di dalam negeri akan didasarkan pada kinerja sebelumnyayang dimiliki oleh eksporrir dalam mengekspor ke luar ME, dengan tetap bcrpatokan pada kuota825.000 ton. Negara-negara ME merupakan pasar utarna bagi ekspor maniok Indonesia. Disamping itu kepada para eksportir yang memperoleh kuota atas dasar kinerja sebelumnya,diwajibkan pula mengckspor maniok ke negara-negara di luar ME, sebesar 15 persen dari alokasikuota yang dipcrolchnya. Scbaliknya cksponir yang mengekspor maniok ke negara di luar MEselama periode 18 Oktober 1993 - l8 Januari 1994, disediakan kuota ekspor ke negara-negara MEsebcsar 175.000 ton, yang akan dialokasikan secara proporsional bcrdasarkan kemampuanmengekspor ke negara-negan di luar ME.

Selanjuurya dzilun tahun 1993 telah dikeluarkan senngkaian kebijaksanaan yang dikenaldengan paket kebijaksanaan l0 Juni 1993, yang meliputi tata niaga ekspor dan impor, penurunantarif, serta perubahan daftar negatif investasi (DNI). Di samping itu, di bidang ekspor telahdilakukan pcnyempumaan kcrcntuan mengcnai entrepot produksi untuk tujuan ekspor (EpTE) dan

296

kawasan berikat. Dalam hal ini, ketentuan laporan pemeriksaan suweyor (LPS) telah ditiadakan,dan prosedur penyerahan barang antar-EPTE tidak dikenakan pajak pertambahan nilai (PPN)'

Merosotnya harga dmah dunia akhir-akhir ini antara lain diakibatkan oleh meningkatnyastok dunia sehubungan dengan munculnya sejumtah produsen baru, dan pelepasan cadangan timahstrategis Amerika Serikat. Guna mengatasi rendahnya harga timah tersebut, anggota-anggota

"asosiasi negara produsen timah" ATPC (Indonesia, Malaysia, Thailand, Australia, Bolivia,Nigeria, Cina, dan Zaire) dalam tahun 1994 sepakat untuk menurunkan produksinya menjadi7R.000 0on, atau 12,?5 persen lebih rendah dari produksi sebelumnya yaitu 89'400 ton. Melaluikebijaksanaan ini, diharapkan harga timah di pasar intemasional akan meningkat.

Sementara itu dalarn hal pengalokasian kuota ekspor komoditi tekstil dan produk tekstil,telah ditetapkan tiga jenis kuota, yaitu kuota tetap (KT) yang dimiliki oleh eksportir terdaftartekstil dan produk tekstil (EI'IPT), kuota sementata (KS), dan kuota pinjarnan (KP). Dari jumlah

kuota yang diperoleh Indonesia, sekitar 85 - 90 persen merupakan KT yang dimiliki oleh ETTPTdan sisanya merupakan KS.

Dalam hal pengujian kualitas produk suatu barang te(entu, negara-negara kawasan

bebas Eropa telah memberlakukan ISO (intemational for standardization)-gOOO sebagai standarmutu, dan Australia telah menetapkan standards mark terhadap suatu prcduk industri. PentingnyaISO-9000 bagi Foduksi nasional adalah untuk mendapatkan akses pasar ke dunia intemasionalseperti Eropa, Amerika SerikaL Kanada, dan Jepang. Beberapa tahapanpengujian tersebut antaralain adalah tahap ISO-9001, yang berisikan pengujian tentang kualitas sistem perencanaan,pengembangan, produksi dan instalasi jasg, lahap ISO-9002, yang berisikan pemedksaan sisteminstalasi dan produksi, serta tahap ISO-9003, yang berisikan sistem inspeksi terakhir atas produksi.

Satah satu kebijaksanaan yang besifat khusus diambil Pemerintah dalam rangka

mendorong peningkatan ekspor tersebut adatrah kebijaksanaan imbal beli, yaim bagi setiappembelian pemerinlah yang berasal dari impor dengan nilai di atas Rp 500 juta, yang pembiayaamya

berasal dari dana APBN dan atau kredrt ekspor, pemasok barang-barang tersebut diwajibkan untukmembeli barang-barang ekspor Indonesia. Kebijaksanaan ini diharapkan dapat membmtu usahameningkatkan penerimaan devisa dari ekspor barang-barang di luar minyak dan gas alam,memperluas pasaran dan jenis barang, meningkatkan produksi, dan memperluas lapangan kerja'Sampai denganbulan Oktober l993,jumlah negara yang mengikuti sistem perdagangan imbal belidengan Indonesia berjumlah 27 negara dengan nilai kewajiban imbal beli keseluruhannya sebesarUS$ 5.932,8 juta, sedang yang telah direalisir adalah sebesar US$ 4.134,8 juta.

Dalam memanfaaRan fasilitas GSP (generalized system of preference) bagi ekspornonmigas Indonesia, sejak tahun l97l Indonesia telah menjadi salah satu negara penerima fasilitastersebut, yang antara lain diberikan oleh Masyarakat Eropa (ME), Amerika Serikat, Jepang,Austmlia, dan negara industri lainnya. Dengan adanya fasilitas GSP tersebut ekspor nonmigasIndonesia diharapkan mendapa&an kemudahan dalam pemasaramya.

6

297

Menyadari perkembangan harga minyak bumi yang tidak menentu dan sulir diduga'maka penerimaan devisa mtnyak bumi tidak dapat diharapkan lagi menjadi tumpuan danapembangunan. Ketidakpastian harga minyak dunia akhir-akhir ini terutama disebabkan adanyakelebihan pasokan minyak di pasar dunia, sebagai akibat kurang disiplinnya beberapa negara

anggota OPEC dalam mematuhi kuota yang telah disepakati. Bercermin pada perkembangan

harga raa-rau minyak Minas selama April - Novembcr 1993, yaitu sebesar US$ l7'4 pcr barcI'maka diperkiralcan tahun depan harga minyak Minas di pasar intemasional tidak akan menjadilebih bait- Harga rata-rata spot minyak jenis arabian light crude (ALC) selama periode April -

November 1993 adalah sebesar US$ 14,57 per barel. Dalam sidang OPEC akhir tahun 1993 yang

berlangsung pada tanggalz7 September 1993, tclah disepakati pagu produksi sebcsar 24'52 juta

barel per hari, yang mulai berlaku pada kuartal IV tahun 1993 sampai kuanal I tahun 1994. Dengansemakin menurunnya harga minyak di pasardunia tersebut, dar jika dikaitkan dcngan perekonomian

dunia yang masih belum menggembirakan, diperkirakan bahwa konsumsi minyakdunia sementaraini tidak meningkat.

4.3.2. Kebijaksanaan di bidang impor

Dalaq tahun 1993 dipcrkirakan pertumbuhan ekonomi negara'negara industri masihrelatif rendah, kecuali untuk negara Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada. Sedangkan untukkelompok negara-negara bcrkcmbang walaupun pertumbuhannya masih relatif tinggi namuncenderung menurun dibandingkan dengan tahu n scbelumnya. Lemahnya perekonomian di bcbcrapanegara industri diperkirakan akan membawa dampak yang tidak menguntungkan terhadapperekonomian negara berkembang tcrmasuk Indonesia. Dalarn talun 1992 pcrtumbuhan ekonomirata-rata Indonesia m asih cukup baik, yaitu sebcsar 6,2 pcrscn, dan dalam tahun 1993 diperkirakansekitar 6 persen. Pertumbuhan ekonomi Indoncsia yang cukup baik tersebut antara lain tercerminoleh menguatnya pcrmintaan di dalam ncgeri, khususnya kegiatan investasi di dalam negeri yang

banyakmemerlukan bahanbaku/pcnolong dan barang modal, serta mcningkatrtya ekspornonmigasHaI ini tidak tcrlcpas dari keberhasilan kebijaksanaan dcrcgulasi dan debirokratisasi yang telahdilaksanakan oleh Pemerintah. Seiring dcngan pcrkembangan perdagangan luarnegcri, dan dal anrangka menjaga kesinambungan seda mcningkatkan pembangunan dalam tahun anggaran1993D4, kebijaksanaan di bidang impor yang sedang dan akan ditempuh tetap diarahkan untukmenunjang dan mendorong pertumbuhan industri dalam negeri, khususnya yang beroricntasiekspor, menjaga tersedianya kebutuhan barang danjasa, dan meningkatkan pendayagunaan dcvisadalam menjaga keseimbangan neraca pcmbayaran.

Dalam rangka menjaga kcsinambungan dan meningkalkan ehsiensi pcrckonomian,

sejak tahun 1983 Pemerintah telah mcngcluarkan berbugai paket deregulasi dan dcbirokratisasisecara benahap, baik di bidang monetcr, keuargan, fiskal, pcrdagangan, maupun investasi.Kebijaksanaan tersebut diharapkan akan dapat mendorong pencapaian efisiensi dan produktivitasindustri nasional yangsemakin tinggi. Sehubungan dengan hal iN, Pemerintah tel ah mengeluarkanpaket kebijaksanaan 23 Oktobcr 1993 (Pakto 93) yang mencakup enam bidang, meliputi bidang

298

ekspof-impor, tafif bea masuk impor dan tata niaga impor, penyedefianaan penanaman modal,peinnan unfuk investasi di bidang farmasi, sena penyederhanaan prosedur analisa mengenaidampak lingkungan (Amdal). Tujuan dari paket ini adalah sam a dengan paket-paket kebijaksanaansebelumnya, yaitu meningkatkan efisiensi dan daya saing perekonomian dalam menghadapipercepatan proses globalisasi, dan meningkatkan daya saing produk Indonesia di luar negeri.Di bidang ekspor-impor, kebijaksanaan aersebut terutama menyfigkut pemberian fasilitas dankemudahan pabean, perpajakan, tata niaga impor bagi mobilitas barang/bahan antaril en$epotproduksi tujuan ekspor (EPTE), kawasan bedkat (KB), dan dalam pabean Indonesia. Sedang dibidang tarif dan tata niaga impor, beberapa pos tadf dirurunkan bea masuk (BlvI) dan bea masuktambahannya (BMT), serta tata niaga impor dilonggaftan. Kebijaksanaan tenebut mencakuppenurunan dan penghapusan tarif, yaitu 198 pos tarif bea masuk diturunkan sebesar 5 - 15 perscn,dan sejumlah 92 pos tarif bea masuk tambahan dihapuskan. Mengenai tata niaga impor, sebanyak89 pos tarif yang semula hanya dilakukan oleh imponir produsen (IP), agen tunggal (AT), danimponir rcrdaftar IT/AT, saat ini dapat diimpor oleh importir umum (IU). Di dalam IU tersebuttermasuk 78 pos tarif untuk produk besi baja yang semula ditataniagakan IP, diubah menjadi IU.Kelompok produk yang di$runkan tarif bea masuk, bea masuk tarnbahan, serta dilonggarkan tataniaga impomya, melipuri produk-produk besi baja hulu, antara, dan hjlir, prcduk-pmduk yangmendukung industri baja, produk-produk kimia antara dan hilir, produk-produk pertanian, produk-produk farmasi, serta barang-barang dari keramik, kaca, plastik, barang saniter, komponen, dansebagainya. Paket kcbijaksanaan tersebut adalah merupakan kelanjutan dari paket-paketkcbijaksanaan sebelumnya, artara lain paket 10 Juni 1993 (Pakjun 93), yaitu kebijaksanaan disektor riil yang bertujuan untuk mengurangi biaya tinggi guna mendorong ekspor nonmigas,dengan secara bcrtahap menurunkan bea masuk maupun bea masuk tambahan, menghapuskanhambatan nontarif, dan mcmberikan insentif kepada dunia usaha agar lebih dapat berkembang.Pada dasamya ind dari Pakjun 93 adalah penurunan sejumlah tarif, pelonggaran tata niaga,termasuk diantaranya deregulasi otomotif, dan pengurangan daflar negatif investasi (DND.Selanjutnya dalam rangka lebih memperlancar arus pemasukan barang di kawasan berikat(bonded zoneyKB, sejak tanggal 23 Oktrober 1993 dilakukan pengaturan kembati, yaitu bagibarang impor yang dimasukkan ke kawasan berikat tidak dilakukan pemeriksaan pabean, kecualiatas instruksi Menteri Keuangan.

Sementara itu, untuk Iebih meningkatkan iklim investasi scfia m akin rnendomng ekspornonmigas, Elah disempumakan pengeruan entrepot untuk tujuan ekspor @PTE). Yang dimaksuddengan EPTE adalah suatu tempat atau bangunan dad suatu perusahaan industri dengan batas-batas rcnentu yang memberikan fasilitas dan kemudahan-kemudahan. Fasilitas-fasilitas tenebutdiberikan antara lain bagi barang-barang yang hasilnya untuk tujuan ekspor. Ketenuan-kercn$ankhusus tersebut menyangkut bidang pabean, perpajakan, dan tata niaga imporbarang-barang, yangdiperuntukkan bagi pengolahan barang dary'atau bahan yang berasal dari luar dan dalam pab€anIndonesia, kawasan berikat, serta EPTE lainnya untuk tujuan ekspor. Untuk penyerahan barangantarpengusaha kena pajak di EPTE tidak dipungut pajak pertambahan nilai (ppUl dan pajak

299

penjualan atas barang mewah (PPn BM) yang aerutang. Demikian pula unmk barang yang diolahlcbih lanjut tidak dipungut PpN dan ppn-BM.

Dalam rangka memenuhi kebul.uhanbahan baku unruk pcmbuatan komponen elektronikatcrtcntu di dalam negeri, maka sejak hnggal 23 okrobcr 1993 rliberikan pembebasan bea masukdan bea masuk tambahan atas impor bahan baku untuk pembuatan transformer, bahan baku untukpembuatan plastic parm acrylonitrile butadiene styrcnc (ABS) dan kopolimer, bahan baku untukpembuatan resistor bcrupa tinned copper wire, bahan baku untuk kapasitor elektronik (antara lainbcrupa foil aluminiurn dan arnmoniurn fomatc), bahirn baku untuk kapasitor keramik (bcnrpalepung kerarnik dan adhcsivc tapc), dan bahan baku untuk crystal rcsonator (berupa abrasives,epoxy, dan cutting blade). Di samping iru, keenam kelompok bahan baku tcrscbut yang terdiri dari45 jenis barang dibcrikan pcmbcbasan bca masuk dan bca masuk tambahaluya, schingga tarifnyamcnjadi 0 (nol) pcrscn.

Untuk mcnjaga stabilitas hurga pangan, khususnya jagung, kacang tanah, clan kacangkcdclc, di dalam negcri, mrlka.sejak tanggat l9 Septcmbcr 1993 bagi komaliri yangpc.ngimporannyadilaksanakan oleh Badan Urusan Logisrik (Bulog), bcrupa kornodirijagung sejumlah 100.000 ron,kacang tanah kupas scjumlah fi).000 [on, kacang kcdclc hitam sejumluh 100.000 ton, kacangkedcle coklar scjumlah 10,000 ton, klcang kcdelc hijau scjumlah 100.000 ton, dan kacang kc<iclccampuran sejumlah 50,000 ton, dibcrikan pcmbcblsan bca mlsuk schingga talifnya mcnjtdi 0(tol) pcrsen.

Scmentrru itu 1rrnbcnlukan kawasan pcrdagangan bcbas ASEAN(AFTA) yangdilakukanmelalui skcma CI]PT (Common Elfcctivc Prcfcrcntiol ]'arifl) yang ciimulai 1 Januari 1993diharapkal daprt mencipr*an pasar rcgional yang besar, terinlcgrasi, dan kornpctitif, tcrutrmabagi dunia usaha. Dari hasil pcrLcmuan Dcwan AFTA Lclah diputuskan pcngurangan tarif pcr IJanuari 1993 yirng zkan dilakukan kecnam ncgara anggota ASEAN atls scjumlah prorjuk yangtttasuk dalani skcnta CIIPT (inclusion list). Dalan hal ini, Indoncsia akan mclakukln pcmoronguntarif tcrhadap produk yang masuk kc dalam 2001 pos taril. Mckanismc pcogurangan tarif rncl lluiskcnra CEPT meliputi dua plograr , yakni program yong diDcrccput (llst track) clan programnormal (normal trrck). Prograin lrst track mcncakup l5 kcklurpok procluk, yakni minyrk nilbati,scmcn, obat-obatan, bahan kirnia, pupuk, pl;tsLik, procluk krrct, pulp, tckstil, produk gclls d nkcrarnik, pclhiasan dan permata, kiltoda tcmbaga, clckLronik, sc[ta mcbcl kayu cian rotan. Dalamprogram ini, produk yang saat ini tadfnya di ttas 20 pctscn akan cliturunkan mcnjtdi 0 - 5 pcrscndalam jangka waktu 10 tahun, schingga pada 1 Januari tahun 2003, tarifnya mcnjadi berkisar 0 -5 pcrscn. sclanjutnya tcrhadap produk yang sart ini dikcnrkrn raril20 pcr.scn arau kurang, akcnditurunkan tarilnyamenjadi 0 - 5 pcrsen dirlam jangka wilktu 7 rahun. Dulam skema cEpr, sclainptogram fast track juga tcrdapat program pcnurunan Larif yang tcnnasuk norr,lral track, yaitu untukproduk manurak(ur dln produk pcrlanian olahan yang bclum tcrmasuk dalam program fast rack,Dalam program ini scmua produk yang dikcnakan tarif 20 pcrscn alilu kurilng, aki.Ir diturunkantarifnya mcnjadi 0 - 5 pcrscn dalarn jangka waktu l0 tahun. Dllrur pacla itu prociuk yang dikenakantarifdiatas 20 pcrscn, akan diturunkan dalam dua tilhap yait.u, pcrlilma tirdlnya diturunkan menjadi

t

300

20 pcrsen dalam jargka waktu 5 - 8 tahun, dan sccara bcrtrhap diturunkrn menjadi 0 - 5 pcrscndalam jangka waktu 7 tahun. Dcngan dcmikian plda awal tlhun 2008 scluruh kclompok produkyang tcrmasuk CEPT hanya dikcnakan tarif scbcsar 0 - 5 pcrscn. Bcrdaslrkan program fast trackdannormaltrack (inclusion list) jumlah produk yangmasukkc dalam skcma CEPT bertambah d ri32.063 produk dalam lahun 1992 mcnjadi 32.384 produk dalun tahun bcrjalan. Scdang programfast track yang mcncakup 15 kclompok produk, bcnambah scbesar 336 produk, yaitu dariscbanyak 11.304 produk mcnjadi 11.640 produk. Di pihak lain, dalam program normal trackjumlah prcduk bcrkurang l5 produk, yaiLu da/i 2O.7 59 produk mcnjadi 2 0.7 44 produk. Scmcnrarailu Indonesia mengurangi program fast tr itck scbcsar 349 produk, yaitu diiri sebcsar 3. 165 produkdalam tahun 1992, mcnjadi 2.816 produk dirlam tahun 1993. Di sarnping itu, dalam skema CEPTtcrdapatjuga daftarproduk yang dikccualikan (cxclusion list), baik untuk produk yang dikecualikanscmcntara waktu, aLaupun pcngccualian umum, antara lain amunisi diun produk pcrsenjataanIainnya. Sctiap negara ASEAN dapat mcmasukkan kclompok produknya yang belum siap kedalam exclusion list yang sifal.nya scmcntilra. Sampai saat ini tercatat sejumlah 3.321 kelompoktarif yang tcrmasuk di dalam "tcmporary cxclusion lisf'. Dari scjumlah produk yang masukcxclusion list terscbut, scjumlah 1.654 kclompok produk bcrasal drri Indoncsia.

4.4. Perkembangan neraca penrbayaran dalarn tahun anggaran 1993/94

Walaupun selama Pclita V, tcrutnma tithun-tahun tcrakhir, dihadrpi banyak tantangan,baik yang bersumbcr dari ckstcrnal maupun intcmrl, namun ncraca pctnbayaran Indonesia dapatdikcndalikan dalam brtrs-batas yang mcmadai. Tantangan-tan[angan tcrscbul antara lain bcrupabclum pulihnya perckonornian dunia, adanya blok-blok pcrdagangan scpcni NAFTA danMasyarakat Eropa Bcrsatu yang lcbih bcroricntasi kc dalam, mcnurunnya harga minyah burni dipasar intcmasional, ckspor yang dikai tkan dcngan hak azasi manusia, ccolabclling dan lingkunganhidup, isu akan dicabutnya Iasilitas GSP, scrla kcndala lainnya dari drlarn ncgcri. Hambatan-hambatan tcrscbut tcrus diikuti pclkernbangannya schingga dampak buruknya tcrhadappcrckonomian Indoncsia, khususnya ncraca pcrrbayaran, dapat segcra diantisipasi.

Untuk mcngatasi hal tcrscbul., bcrbagai upnya tcl h dilakukzm, antara lain mclaluiscrangkaian kcbijaksanaan dcrcgulasi dan dcbilokratisasi di bidang ckspor, impor, invesLasi danpcrbar*an, yang sarnpai saat ini tcrus discmpumakan. Mclalui kcbijaksanaan-kebijxksanamtcrscbut. serta upirya-upaya Iainnya, dalam tahun 1993/94 pertumbuhan impor dapat dikcndalikandan ekspor, khususnya ekspor bukan migas dap0t diLingkatkan dcngan jurnlah yang cukup besar.Walaupun ekspor bukan migas khususnya ckspor hasil industri mengalami peningkann, namunmenurunnya ckspor migas yang diiringi dcngan mclalnbaurya pertumbuhan impor bukan migas,tclah menyebabkan dchsit transaksi bcrjalan dalam tahun 1993/94 menunjukkan kenaikan.Mcningkatnya dcfisit transaksi bcrjalan tcrsebut diimbangi oleh meningkatnya pcmasukan modalpcmerintah dan invcstasi langsung schingga surplus neraca pcmbayaran menjadi sebesar US$ 506juta. Sejalan dcngan itu, cadangan dcvisa dalam tahun 1993/94 diperkirakan meningkat mcnjadiUS$ 12,5 miliar.

I

301

Defisit transaksi berjalan dalam tahun 1993/94 diperkirakan mencapai US$ 2.824 juta'

atau mengalami kenaikan sebesar US$ 263 juta (10,3 pcrscn), bila dibandingkan dcngan periodeyang sarna tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh menuruimya ckspor

migas, yaitu dari US$ 10.480 juta dalam tahun 1992/93 menjadi sebcsar US$ 9.172 juta' yang

terutama be*aitan dengatr menurunnya harga minyak bumi. Dalam tahun 1993/94, realisasi

ekspor secara keseluruhan diperkirakan mcncapai US$ 38.052 juta, yang mcliputi ekspor migas

sebcsar US$ 9.172 ju,ta dan ekspor bukan migas sebesar US$ 28.880 juta. Sedangkan realisasiimpor secan keseluruhan diperkirakan sebesar US$ 29.883 juta, yang tcrdiri dari impor migas

sebesar US$ 3.321 juta dan impor bukan migas scbesar US$ 26.562 jtl;ra' Scmcntara itu,

walaupun penerimaan devisa dari jasa pariwisata dan tenaga kerja Indoncsia (TKI) meningkat'namun karena adanya peningkatan pada pengeluaran dcvisa untuk ongkos angkut barang impordan pembayaran bunga yang lebih tinggi dari penerimaan devisa, maka dcfisit neraca jasa-jasa

meningkat sebesar 4,2 pcrsen, sehingga rcalisasinya dipcrkirakan mencapai sebesar US$ 10.993juta, Dari perkiraan realisasi jasa-jasa tersebut, jasa-jasa migas mcncapai scbesar US$ 3.018 juta,

dan jasa-jasa bukan migas sebcsar US$ 7.97,5 juta.

Sejalan dengan makin mantapnya transaksi berjalan, pcmasukan modal neto dalamtahun 1993/94 mengalami penurunan sebesar US$ 196 juta atau 3,8 pcnen bila dibandingkan

dengan periodc sebelumnya, sehingga mencapai US$ 5.003 juta, yang tcrdiri dari pcmasukanmodal pemerintah sebesar US$ 6.040juta, pcmasukan modal swasta bcrsih scbesarUS$4 134juta, dan pembayaran hutang pokok scbcsar US$ 5.171 juta. Dcngan mcmpcrliatikan perkiraanrealisasi defisit transaksi bcrjalan serta lalu lintas modal bcrsih, ncraca pembayaran dalam Lahun1993/94 diperkirakan mengalami surplus scbcsar US$ 506 juta, schingga cadangan devisa cukupuntuk membiayai impor (c&f) selama lebih dari 5 bulan. Perkembangan neraca pcmbayaran yang

lcbih rinci dapat dilihat dalam Tabel IV.S.

4,4.1. Ekspor

Perkembangan ekspor Indoncsia dalam tahun anggaran 1993/94 tidak tcrlcpas darisituasi pcrckonomian, baik di dalam negeri maupun di luar negen. Pencrimaan devisa ckspor,terutama ckspor bukan migas, tcrus diupayakan lncningkat selain untuk pcrluasan kcscmpatankerja, juga untuk lnenitrgkalkan pcncrimaan devisa scbagai sulnbcr utama pcmbiayaanpcmbangunan. Perkembangan ekspor tcrscbut dipcngaruhi olch bcrbagai faktor, baik ckstcmalmaupunintemal, yang pada akJrimya pcrkembangan cksporini akan mcmpcngaruhi pcrkembanganneraca pembayaran Indonesia dalarn tahun yang bcrsangkutan. Realisasi ckspor dalam tahun1992193, yang tcrdiri dari ekspor migas dln nonmigas, menunjukkan pcningkatan yang

mcnggcmbirakan. Demikian juga dalam tahun 1993/94 masilr terlihat kenaikan yang cukup tinggi,walaupun ekspor migas semakin mcnurun. Mcrosotnya harga minyak scjak tahun 1986 telahmcnyebabkan penerimaan ekspor migas mcnurun, dan secara mantap digantikalr olch cksporbukan migas. Apabila dalam tahun 1984/85 pcranan ekspor migas masih sekitar 70,3 pcrscn daritotal ckspor keseluruhan maka dalam tahun 1992/93 pcranan ekspor migas menjadi 29,7 pcrscn,

selanjutnya dalam tahun 1993t94 dipcrkirakan mcnjadi sebcsar 24, I pcrccn, yang berarti struktur

U

z

E !5 - '

E &

. E - r 1 q l c - v t 6 - o q 4 E o . c - o ! q a

D E z ; B i l i 8 3 E s r S S P i F F + bE i a s d : l c c i ! { i ; i i 4 d i ;

: !

E I

r n 4 q r : r 1.i.d j .i .J Fi .i o: oi ri

"i j € -:.- - . 1 B I

F$ ; 8 ? f l 6 R A e 5 A 6 | p s g A I : ? A g^ ] o ! q q - | v . l o F n r : r r ' ! 4 4 4 i c u ? t 4

F !

E i

a ? 6 ; d r . o o i - - 6 d + u i dh * = d

s EEe EEE AEE 6$$ qEE i E s I F; G d j c i 6

; d r c . . l o v i , r . i

; . .

;EE. E.

H?i i q ig gEg q14 ?3A f , ! f l $ s= a j d l i N g F n n r ; F c i 6

E q E q f l 8 1 . 4 8 F E e d ' 9 s R F q 3

. * E iF E A t t : '

aE

A : N

303

F

d . n i 1 1 o . E .

AiE Ed9 gEH dS: ' E 'E T { E E Hg 6 R & - R

: ] : : " 1 r ' o . q - \ q c q q 9 q \ r :t r t ; R e

qqg iCF- iPs s ;g ' s !3 { 3 A E $4 9 8 E - R v i u i i i n ' : - . i

9 - 1 9 F , . t t E r , r r - - - - q | 6 ! " . 1 6 i - a

sg; ' E!* s s s+ + c i v i v i i i ;

i FE HCg 3 a p

: ! ! : o - c : 1 4 A - e i c I . l e r ! .= : € a ; ; 6 6 : q a F . g ' g

l FF EET B i : ;3p ' g iE S E B F CK 3 9 i - S u t n v i i n : i

l d ' o . r . _ . 4 f . q ] 6 . c c q I i q " r 4 c 'H F " - , i 8 F o : o : 8 1 : ! 6 N d

E = 9 : F Rq r q S 9 q na s !

ig i ie i f lpE cEe ' f isp E- I F q iE F t : _ ' ' f

F 5 , {. E

+ @ d -3 -

3A

ekspor telah bergeser dari migas ke nonmigas. sementara itu ekspor migas makin mengarahkepada ekspor gas alam. Dalam tahun 1993/94, ekspor gas alam, yang terdiri dari LpG dan LNG,diperkirakan mencapai sebesar 39,8 persen dari keseluruhan ekspor migas. perkembangan ekspormigas tersebut, dimana komposisi gas alam scmakin besar, diharapkan dapat mengurangiketergantungan pada ekspor minyak bumi.

Nilai ekspor Indonesia secara keseruruhan tlalam tahun r992l93 berjumrah sebesarUS$ 35.303 juta, yang meliputi ekspor migas scbcsar US$ 10.480 juta dan ekspor nonmigassebcsar US$ 24.823 juta. Dalam tahun 1993/94 nilai ekspor sccara keseluruhan dipcrkirakanmcningkat mcnjadi scbcsar USg 38.052 jura, mcliputi ckspor migas scbcsar US$ 9.172 jura danekspor bukan migas scbesar usg 28.880 juta, yang bcrarLi ckspor bukan migas meningkat scbcsar16,3 pcrscn dan ckspormigas mcngalami pcnurunan scbcsar 12,5 pcrscn. Sclanjumya pcrkcmbangannilai ekspor dapat diikuri dalam Tabel IV.6 dan Grafik IV.l.

Ekspor bukan migas, yang teKliri dari ekspor hasil pcrtanian, hasil industri, hasiltambang di luar migas, dhn hasil lainnya, dalam periode April - scptember 1993 realisasinyaadalah sebesar us$ 13.385,8 juta, yaitu terdiri dari ekspor hasil pertanian scbesar us$ 1.295,3juta, ekspor hasil indusri scbcsar uSg 11.378,2 jura, ckspor hasil rambang di luar migasscbesar US$ 711 juta, dan ekspor hasil lainnya sebcsar USg 1,3 juta. perkembangan ekspornonmigas terscbut di samping nilainya mcningkar juga dibarengi oleh jumlah komocliti yangscmakin bcragam, scfia pcmasaran yang semakin mcluas/mcnycbar. Apabila pada awalnya ekspornonrnigas mengandalkan pada ckspor barang primer, tcrurama sejak tahun lggTlgg sccaraberangsur tclah bcroricntasi kcpada ckspor hasil industri. Dcngan dcmikian komposisi eksporIndonesia telah mengalami pergescran yang mcndasar, yaitu dflri dominasi komoditi primcrdcngan pcngolahal minimal, bcralih ke komodili industri dcngan tingkat pcngolahan yang tinggi,sehingga meningkatkan nilai tambah.

Nilai ekspor hasil pe anian dalarn pcriode April - Septcmber 1993 rclah mcngalamipeningkatan scbesar 18,9 pcruen yailu dari scbcsar US$ 1.099,2 juta dalam periode April _Scptcmbcr 1992 mcnjadi scbesar US$ 1.295,3jura. Komodiri udang, ikan runa d rlainnya scrrakomoditi kopi merupakan komoditi utrma pada ckspor hasil pcrtanian. Ekspor udang dalamperiodc tcrscbut mcningkat scbcs0r 14,4 pcrscn atnu mcnjadi scbcsar US$ 435,6juta. Mcskipunsudah diupayakan peningkatan produksinya di dalam ncgeri, yaitu clcngan budi daya uclang,nanun pcrtambahan perminl.aan udang tidak scbcsar bcbcrapa Lahun scbclumnya, yang antara lainscbagai akibat kelebilian pasokan di pasatan Jcpang, scna masukrya udamg putih dari cina. sclainitu, pcningkaran ekspomya ke Eropa masih mcngalami bcbcrapa hambatan bcrupa tingginya bcamasuk, scfla masuknya udang Indoncsia dalam dafLar hitam yang dikcluarkan olch FDA, yangmcnyatakan udang Indoncsia masih tcrcemar olch baktcri salmoncla dur rawan tcrhadap wabahkolera. semcntara iLu ckspor ikan tuna dan lilinnya mcngalami pcningkatan scbcsar 22,7 pcrscndalam pcriode terscbul., tcrutama discblbkan olch pcrmintaan yangmcningkat. Ekspor komoditikopi mengalarni pcningkata' yang cukup mcnggcmbirakan, yaitu dari scbcsar us $ 125,2 juLadnlam pcriode April - scptembcr 1992 mcnjldi scbcsar us$ l8 1 ,3 juta dalam pcrio<le bcrikutnya.

T a b e l I V . 6

NILAI EKSPOR, I984IE5 . 1993194

( dalam juta US $ )

' l 'ahun Migas Bukan Migas ,lumlah

Nllai Nilai Vo Nilai %

( t ) \2) (3) (4) (s) (6)=(2)+(4) (71

1984/8s

1985/86

t986181

1987/88

1988/89

1989/90

t990l9I

199 | /92

t992/93

1993/94 |

13,994

t2.437

6.966

8.841

1.640

9.337

12_163

r0.706

10.480

9.112

'70,1

66,8

50,9

49. )

38.5

39,2

45,4

36,0

29,',l

24.r

5.907

6.1?5

6.111

9.-502

12.184

14.493

15.380

19.008

24.823

28.880

29,7

33,2

49,1

5 1 , 8

6 1 . 5

60,8

54,6

64,0

'10,3

'75,9

r9 .901

18.612

l3.697

18.343

t9.824

23,8,r0

28.t41

29.1t4

35.303

38.052

r00

100

100

100

t00

t00

100

100

r00

100

l) Perkiraan rcalisssi

Juo

o

qlo

F u1 {/}

- c P q

i . i E

{ n ;E|I]

z

301

Kenaikan nilai ekspor kopi bclakangan ini bcrkaitan dengan mcmbaiknya harga kopi sehubungan

<tcngan kcmajuan yang dicapai oleh produsen mcngenai rerrcana untuk membatasi ekspor (skctna

rctcnsi). Mengingat harga kopi saat ini sangar rcndah, maka mulai I oktobcr 1993 negara-negara

produsen kopi Amerika Latin menerapkan skcma retensi dengan membatasi ekspor scbesar 20

persen. Ekspor komoditi teh dan kakao juga mcngalami peningkatan. Mcningkatnya ekspor kakao

bcrhubunganerat dcngan menururmya produksi kakao di Malaysia, sehingga Indonesia mempunyai

kescmpatan untuk meningkatkan produksinya.

Di lain pihak komodili hasil pertanian yang ekspomya mcnurun, yaitu lada dantcmbakau.

Mcnurunnya ckspor lada discbabkan oleh kclcbihan pcnawaran lada di pasar dunia. Ekspor karet

sccara kcseluruhan mengalami pcnuntnan tcrutama karcna melemahnya halga karet' yang antara

lain disebabkan olch kcgagalan sidarg organisasi karet alam intemasional (INRO) dalam

merumuskan ketcntuan mcngcnai mekanismc harga.

Sejalan dcngan langkah-langkah kebijaksanaan Pemerintah yang tctus berlalrjut' ekspor

bukan migas malcin berorientasi ke sektor hasil industri, bahkan dalam pcriode April - Septcmbcr

1993 ekspor komoditi utama hasil industd yang berupa produk kayu dan tekstil jumlahnya sudah

mclcbihi ckspor migas yang tcrdiri dari minyak mcntah, hasil minyak bumi dan gas alam. Nilai

ckspor hasil industri dalam pcriode April - Scptember 1993 bcrjumlah sebesar US$ l1.378,2juta'

yang bcrarti pangsanya tcrhadap nilai ekspor nonmigas secara kcscluruhan adalah sebcsar 85

pclscn. Apabila dibandingkan <lcngan rrilai ckspor hasil industri dalam periode scbclumnya

scbcsar us$ 9.346,1 jura, bcrarli ekspor hasil indusrri dalam periodc April - septembcr 1993

mengalami kcnaikan scbcsar US$ 2,032,1 juta atau 21,7 pcrsen.

Nilai ckspor produk kayu yang tcrdiri dari kayu lapis, kayu gergajian, daLn kayu olahan

lainnya clalam pcriocle April - Septcmbcr 1993 mencapai jumlah sebcsar US$ 2.967,1 juta, atau

26,1 pcrscn dari nilai ckspor hasil industri. Apabila dibandingkan dcngan periode sebelumnya,

tcrlihat ad!mya pcningkatan scbcsar US$ 991,4 juta atau 50,2 persen, yang antara Iain disebabkan

olch mcningkatnya ckspor kayu lapis. Di samping volume ckspomya meningkat, pcmasarannya

juga lcbih mcluas. Dcngan adanya pcmb0tasan pcnggunaan produk-pror,1uk kayu yang berasal dan

kayu tropis olch ncgara-ncgara Eropa Barlt, drn adanya diskriminasi tarif yang dilakukzur olch

Jcpang, maka pclnasaran kayu hpis lcbih digalakkan kc ncgara-negara lain.

Dllam pct'iode tcnicbut ckspor Lckstil sccara keseluruhan bcrjumlah scbesar

US$ 3.033,-5 juta, yang bcra|1i mcngalcmi pcftingkaLan sebcsar 5,5 persen Kenaikan ckspor

tcrscbut bcrkdtan crilt dcngan hjunya pcningkatiln produksi, scrta pcningkatan ckspor ke negara-

ncgara ME, Amerika Scrikat, Jcpang, ASEAN, Timur Tengah, dan Hongkong Peningkatan ini

mcmpunyai damplk yang luas di dalam negcri, bukan hanya karena dapat mcnghasilkan devisa

yang tcrus mcningkat, tctapi juga tclah mcnciplokan lapangan kerja baru mengingat industri

tcrscbut pilda urnumnya bcrsifat padal karya.

Alat-alar listrik mcrupakan komodiLi hlsil industri yang ekspomya berkembang pesat,

tcfutalna ke Singapura, Malaysia, dan Amcrika Sclikar. Dalam pcriodc April - septembcr 1993

308

nilai ekspomya sudah melebihi ekspor karet olahan, yaitu dengan nilai sebesar us$ 751,g juta,sedang ekspor karet olahan yang sempat berjaya di masa lalu, n ai ekspomya hanya sebesarUS$ 513,5 juta, atau menurun sebesar 10,2 persen dari periode sebelumnya.

Ekspor minyak kelapa sawit mengalami peningkatan sebesar 6 I , I peNen, dari periodeseb€lumnya yangberjumlah sebesarus$ l48,4juta. selanjutnya dalam periode Apdl - scprember1993 ekspor kelapa sawit mencapai us$ 239 juta. Harga minyak kerapa sawir mempunyaikecenderungan meningkat, meskipun belum mencapai harga normalnya. Komoditi hasil indu;ffilainnya yang mengalami peningkatan dalam ekspomya yaitu srearin, mebel, bahan kimia, pupuk,kertas dan ba&ng dari kertas, kulit dan barang dari kulit, serta kaca dan barang dari kaca, yainumeningkat antan 20,9 persen |nngga 52,3 persen, Sedangkan industri lainnya yang mengalamiprospek cerah adalah alas kaki, sebagai akibat meningkatnya produki sepatu, dengan adanyarelokasi industri sepatu terutama dari perusahaan Korea selatan yang mendominasi produk sepatuolah raga.

Di lain pihak ekspor hasil industd yang mcngalami penurunan antara lain produk timah,bungkil kopra, minyak atsiri, roan, dan semen. penurunan eksportim ah disebabkan olehmerosohyaharga rimah sebagai akibat darimelimpahnya pasokantimah ke pasardunia. Sedangkan penurunanekspor komoditi yang lain berkaitan erat dengan penurunan volume ekspomya,

Dalam pedode April - september r993, nilai ekspor hasil tambang bukan migas secarakeseluruhan adalah sebesar us$ 211 juta, atau mengalami penurunan sebesar 1,9 persen dariperiode sebelumnya. Hampir semua komoditi hasil tambang bukan migas, kccuali batu bara danbauksit, mengalami penurunan dalam nilai ekspomya. Menurunnya nilai ekspor tembaga antaralain disebabkan oleh menurunnya produksi dan permintaan bijih rembaga. Jika dalam periodeApril - september 1992 nilai ekspomya adarah sebesar us$ 4r4,r juta, maka daram periodcberikumya hanya sebesar uS$ 300,8 juta, yang berarti menurun sebesar 27,4 persen. seuariknyanilai ekspor batu bara dan bauksit mcngalami kenaikan, yang terutama discbabkan olehmeningkatnya produksi dalam negeri dan permintaan ekspor komoditi tersebut. perkembansanrealisasi nilai ekspor bukan minyak bumi dan gas alam secara rinci dapat dilihat dalam Tabet IV.7dan Grafrk IV. 2.

Ditinjau dari negara rujuan, ekspor secara keseluruhan dalam periode Apdl - september1993 tclah menycbar/meluas ke berbagai negara. Hal ini antara lain, berkaitan dengan adanyapromosi dagang, pameran-pameran, baik di dalam maupun di luar negeri, serta meningkatnyadaya saing barang Indonesia di Iuarnegeri. Bila tujuan ekspor Indonesia semula hanya didominasioleh Jepang dan Amerika serikat, maka saat ini negara tujuan ekspor telah be*embang keASEAN' Australi a,ME, dan negan-negara lainnya termasukrimur Tengah. Dalam periode April- september 1993, dari ekspor secara kescluruhan sebesar uS$ 1g.295 juta, ekspor ke Jepangtercatat sebesar US$5.703 juta (31,2 persen), ke ASEAN sebesar USg 2.326 juta (12,7 pcrscn),ke Amerika serikar sebesar us$ z.s7z juta (l4,1perscn), dan kc Ausrralia scb;sar us$ 37g juta(2'l persen). Pcrkembangan realisasi nilai ekspor menurut negara tujuan secara rinci dapatdilihat dalam Tabel IV. 8.

Z *

= :?@ t -o r 0 E. ! ! . 9F < *>az

z

p

X

F]

z

i€AEi. t

h- F-o- 4q F. ! , q, 1 i r . eq q

= e d F L ' s + . E r : q 5 R ; " € E ; a - s s - =J q i . j . j i q r i < t . i i o i r i . 6

E9

gn$i l9fr ;a:BEs5 ggHEi$g$dF+$3$g;?F$F; 'ge=*$ g;fr8:a? 3E

sgEEE T

t s E F E ;' fi i ;' E : : F F ? i F E s- 6 e g I j E i R= g ! + * i' ;-

gd

, ee i

o - F - q L € - - n @ 1 F 4 - @

d . C ; i i H d s x g s F i - s s S e I r d c r E d l

F P $ ; 3 i * F . e . : E 3 : - $ ; - ? F R i S ; 3 : ! ? B * i 5 i ; ? i : 3 ; I + F ; & ; B l R g rE h e t = h 9 h 6 4 6 - e + t * e a * 3 9 : g

P E

9 EE A

: ; ne:l ; -e E 3 i -e 3 fr : + E I I ; A i S i f A 3 E ; s F E ! ;o- F- *. o. o: o. 6. €. 1 q.L 4 9

Ea

- . ^ ! - - - - q o - - o - 4 - * - - . 9 . " r a - c g - r F F -

g $ i f l q a s C 6 e e r E d ! . A ; 1 : g $ x 1 s 3 3 s R x ' 3 E a E € : B R B E ' = F r i ! c

P gE E

83 .

F - q f - 4 - r - q d . . 1 F , . 9 . t 9

E

$ { 3 i ; ;= i i s- fr r ! F' g p* F e" fr- I E 6 } g i a ts F' ! r' I ; S € $ f i ," fr t i c E F H ; g

6

! r E e

j r " i ; o ; , ; ; . ; a 9 5

310

tEC

+

t

F

IE1 Et t

F< 1 . : 4 1 q d q c a ! 9 F . 4 ! \ q 4 6 . c q c { . i . 1 - 4 . l l t r ' q o . \ 4

F & g : 9 S _ F g 5 B o ! E A ; g 3 o ! : . e - $ 6 l d 3 g h g : t 3 F F - F r A I F F

4.9E5 6 4 = : ' l F a S ; - - A d ' e i e p 4 6 F F E F 3 - c

s4r ; .q q q 4 * o . { q 4 q q a q q - . r l l a n q 1s e R B ? ! ! $ € - a P F I n H E F F E I S S = A o $ A A F R F * 6 G P r n I ! ! ' o S F -

ilt t

3F " 9 q q r c q q e 4 { q q a q c q n t c . l . l r F , q { q

F$ f i $ I F $ 3 F s E ; S F g g q E I 9 i S i E E s E - g e F - * : E R 3 $ ! E i F r - - F $

-

it1 t

aq _ . q q c q r _ s q v r q c -c - = ' R F R F F S C = d i d $ ! ! 9 S 4 + @ d - E

i i " - A F f i d " q a g g 8 3 ' F F R f l

sX3 ; ' lX f , t ; 3E lpS 3 S g : R -q I g X ' i ; q F : - 3 : 3 ; p B . q F -q -4 : E 1g 3 ? : ' ? ? $

t S F 6 l N i q s a r ! F D - h * : E " R B F E E R ! - 9 6

i!1 t

n F e g i R 9, . : R n 5 X ; 9 5 - P j f d c 6 d d i t s F R _ o _ d o: $ i s r g 6 s E t h s € o

t g r E s q : n' 1 4 3 fi 3 E' * fi {' ! F ; : A E F i E -' x* s- s' ? * l : p i E s B g H' i ! : ! 4 3: " -

E I 3 9 S 3 :! 3- 1-3 3 F 3 :-: : E : * ? rI n S f ; E s s s ; 5 g c I q Q a E s s l $ F F . i - f i i ; + H : i d s E E s a ; i . r : - $ s i-

: d -

$c

FI

{ d d r

3 1 1

Nfrl

toao

co

J

. o

Ez!4

&

oxEI

J

I

9: - P P 9 " J C l j S P f i

za

l:A

z

'z

^z+ ! l

c _ > ;e r - ;

rzE

.8 i F !4 - S

g - - - 5 - f ,t - ' u . ! - - o - o d r J

"T-iEEi -E

-

E : . t 9

$ d s 3 3ij{gg $.9 FtxsH*. Fi rE+ 'E

E

i . F EE . ' F

s l €

lBISuq uu8uep lclSuruaur 8un:opuet umIH eI unq?l lpp rII Jol{os uep esllcp uEEuruaued 'ESI^ep

lseqSuad ueppue roqx ueludruour delat qlsuur ulust,lrued :o11as 'ueuruueuad rsts 1q

lnqes:et ese[-eseI ecerautrsgap ruseqredurour rrrEIEp uerfeq gqureSuaru 1n4 'e,{ule8eqas uup uc8cu renl to uelpJul\JodJolupl lnlun e,(urq 'r[uq 'uellnsuo{ usuf'rsuutnsu esuf'3ueq:01 le.^'^esod (Jou?qc) e,nes r edasurel esuf-usuf uuru nla8ued 'esei'-Esef tcuJeu lrsgep wlnlueqrued urulup uEulu:op uBpJBSoq dnlnc3ue,( esef uuenye8ued rnsun ueledrueur dslot'ulsu,lAs uuu€luld undnuru qu]trueued uuuefutd

1nq 'ue8au renl ueurelurd e8unq ue:e,(equrod uep Qqfteq) todutt Suureq-Suereq uutnlSuu8ued

ese['wrenlo8uod rsrs rq e,{uueeuruauad rs:1usue4 ucp Jesoq qrqol qrseur esef-esuf luun esrlcprn renlafuad Flpsrrsrl uelqeqosp lnqasral FH 'irsg6p rurelefuaru qrsu ur uoJe.ln{JcdlD ?6/966I unqel-unqq urBI€p ?rsouopul ue8cu:un1 usuf-usuI ucerau 'Etruunlaqas unqul-unqe1 q:ade5

(oltu) BsE[-EseI uBrBnlaAued'C']'t

'0I'AI IeqEJ uluIBp lEqlIIp lsdup 9661 :oqurolda5 uelnq ue8uepledures 68/886I unqel {efes psu e:u8cu lunuau Elsouopuy .rodurr uu8uequrel:a4 NV1ISVue8eu-uru8eu pep rodurr repu qn:n1as Fep uesad g'I L nllu( 'e:nde8utg qelo rsequrop ro rfls?ru

1r1yg5y ere3eu-e:u8au uep rodrur ujEluouos 'ueulurop dnlnc 8ue,( rodun psu uru8eu uerJudn:eurleluos s{uourv uep 3wda1 'Eureln ulsnprn BJEAeU-uJESou 1odtuo1a1 ?relw 161

'?lsauopul

rodrur ueqtunlesel uep 'uosrod g'0 Jeseqos eII{V IlBp Ducs 'uaued 9'9 resaqes e,{uure1Brueoco uup srleJlsnv uep ulpJel 8uu,{ ersplersnv gep'uesed 6'71 reducircur unu'I elueurvrr?p BppuP){ Ins?uxol E{uourv uEp 'ucsJod 9 Jusoqes gW JenI 1p edo:g erufau-ere8eu utp'uesrad L'6I e,{u:esaq (aW) ?dorg 1e{EJ€,{sEW eru8ou-eru8au uep rodur nlr ueluotuos 'e$ouopul

;odurr ueqrunlcscl uep ues:od 9'6 pdecuaur pyggy e-ru3eu-e.ru3ou uup uep 'uauad 3'17

ruscqcs 8uuda1 uup rodun 'uesrad 7'gg redecueur ersy u:u8eu-ue8cu uEp ersauopul rodun '9661

requraldeg - lpdy epoued uBIE( elpourv uep edorg pup:odun qolo qnlrlp uepnurel 8ue,{'ErsV trep lusercq urscuopuJ:odun resaq uer8eqas 'e,(upse eteSau IrEp lutll1rp BIrqEdV

'6'Anaqer urerup rgrtrrrp rudep €66r raqrueldos *,"0 *r'rJ;tiJyJffi:t':ffiT1x'rlrdurl Tel.ru u?SuequoTed '€661 raqureldes - 1udv epoued uepp uosrad 1'1 pefueu 7661:aquetda5 - pdy epouad urepp uasrad 6'1uep 'ueun:nued ruep8uaut ueqn:nlesel wecas se8ruluelnq rodun depuqol rsurnsuol Srnruq rodun es8ued 'nlr neluaures 'e,{uurel rsurnsuol Suereqeuos {Fausol uEp unqBs 'el{uuuqelo upp n€ryqutol 'uuqenq.qEnq uup uEujnunu 'usrl?leu 'nsns'Inslq qelepe uelulSuruad ruepSuaur e,(ruodun Eue,{ rsrunsuol Suuruq'4eqtd uu1 1g'pa8euruepp utsnpul Flnpord gup gnued1p tedep tnqesJel Suueq ueelutuuad eSSurues 'srucfes 8ue:eqrslnpordruotr Bw,{ puorseu Frnnpul 11suq e,(r4e13urueui qelo uBlqtqosp Bululruel333uel qBu

lele-18l3 plpouo{:odur1 e,(uurunueru uz18uepa5 'ulnf 9'9L 55n qqurnfreq Buef e(uunlaqes

rmqel Eures Buu,{ opoued urepp rodu4 1rep qepuer qrqsl uos:ad Z'96nefi'e1nf 1'g 55n:useqasqelunfraq t66I requeldos - pdy epouad unpp suaq roduq 't88uel qeuru lelu-lep uep sereq,rodu4 uuurunued efuepu qalo uulqeqasTp IrrPI ?IEIuE lnqe el uBurunued'Btni7'196 g5n resaqespe[ueru 7661 unqel tu?s Brn,( apoued ur8Tep ?ln[ 9t6 $Sn Irep nlJe,{ 'uefrad 6'0 nseqes nlEf

blE

ll3el.]qslil 8ua{ ueunlnucd luupflusul t66I rcqtl]cldcs - Ijdv opo cd uelEp rsunsuol SuelEq

rodur plnd ueDlrtuip 'unlnucu flut{ ue8urucpucta) usllnfunucul ppou Sue.teq Jodull'e.{uunlcclcs unqul Eruus 8uu.{ apoFod

Irep rJnpuor qlqal ucs.rcd 1'g nule'uc$ad g'Zt IedEJucur g661rcquctdc5 - pdy epogad ucpp

upqnrnlasal ?J?ccs stBrur uclnq:odulr dupeq:cl lupou: 8un:nq:odurr ue?ulpunq'rcd nl1 e;clucutc5.uslnlSuu8ucdtnp uup ,rscr{unuolclcl l?lu-lcp 'lnscul-usJuI rlE [e pu ue]?I?uruod runpSueru 3ue,{

lnporu 8ue:uq lodurolcl rodun eftnlgeqe5 'c.{uunl ppout 3un:nq el.tcs '41ns11uetep:od uep L:1s11

rolpJouoS rodurt sf,rntrunucu tlclo uITIqEqcsIp euff1rucl NI uuurunucd €66I unql7l eures Stre'{

cpoucd urulup utnf t'Z t q E $Sn pelra|tr Z66I lcqutctdc5 - lrrdy epoucd url]|lcp ?1n[ f'Ofg'S $Snuap ntrc,('ucsrccl g'7 nulu ulllf 9'8SZ $Sn JEscqos ueun:nrtcd tueleSucLu 8uu{ ppour 8ue:tq

.Iodru1 uuue:od r.rep luqIl.rcl ntt uuSun:cpucrc; Itrcl.rcdrp uqurucs ludup ppour 8ue:eq :odu[

dupeq.lol ueSuntrrnSlalc{ e8flu rqcs ,luuolsuu Ilrporu SuClCq ulsnpul E,{uStlEquclJCq Ur{B(rlcs rIEIal

uulquqcsp ulrl Eletue rur IuH urunucut 8uu,{ uefun:cpucccl uu44nfunucru r{El4 ueqrunlcscl

e:ecas se81ur wlnq :odul Islsodulol ruupp llporu 3ue:cq:odut unred 'ml u'IUluctucS

'ucucd t'rf JPscqcs u,{urunlaqcs unl{cl suns 3u3,( cpol.lid u83ucp uul8urpueqrp epq 133ut1

qlqcl tr-, pas uelaq 3w,{ 'e 661 :rqurctdc5 - ludy apoucd u:epp unqunlosa) st8lul uelnq rodufi

nlnr pep uavad 9'0S wrpdruau SrroloucdTnluq uutpq lodun reIIN 'unual Sunuoq uep 'lndnd

'ueleqoleqo uurleq qelepE urEI Elelue rrcurunucd lutultBucut e,{urodur 3w'( Suolouad/nlnq u?q[q'leqrd urul 1q'u,(rruw1 Suolouod/nleo unqEq ?ucs'Il.nsTT ]llp{rlr ucp'Ucun3ucq unqeq'1nse1d

uBp loJp{ u€qEq.uerpq ,ruu8o1 uup ufuq rsoq 'uclucs 'wlJa{ utrll)q-tluquq 'urruU wqcq cdn-lcq

uTEI EJE1ue lelSrmtoru t,{ruorlurl 8ut( Suoloucd uup nIEq urqeg efurunlaqcs unqul uruus 3w'(

opouacl ueBuep uel8urpunqrp EIlqPdu'uJSlcd 61 ueBuap p>13ururut qelcl Suoioucd/nIeq ueq?q

JodujI IelII.l lnqosJol nlle,\r urunI lxDleq '.Iods1c tselucuo:oq 8uu'{ uaScu ruclcp ulsnpul une13c1

uep IsBtscAu uuqnqruru;cd qclo uPlqDqcstp 8uu,{ '8uo1ortcd7nl8q uugEq:odun efr4ulflurucru

uu?ucp ttro uElIeIJaq rur uclteuo) glnt 8'026'ZI $Sn Jescqas n1c'( 'r'(uutnlcqcs unqr:l

DruEs 8uu,{ opouid uup uosrod 9'7 rescqos tulSulu| nElu 'ulnl I'l9Z'eI $Sn lesaqas rudeoueu

su35u uelnq :odur lscsrpcr 't661 roqulcldcs - p-rdy apor:ad ruEIPp luqllp ulg

'Eln! IgL'gZ $Sn

qulunficq 3uu.4 uKuurnlcqos unq?l Ilnp ucsrcd g'11 nelu elnf ll8'Z $Sn rnsoqes lul8urucur

uelergrcdrp su8nu uulnq:odun rsesllear 8'repog 'Elnf 999 € $Sn qelunfuaq 8ue'( e'{uurnlcqcs

unqel ur8uep uelSurpuraqro t1rq 'uasred 6'9 ll?soq6s nrie elnf ItZ $SO tescqes ueurunued

rurupSucru ueluu:edrp seStru:odurl IseslTBOJ t6l€661 UUrUS?Ue Unqul ui?IeQ ua$ad t'6lUSeqJSnple Pln[ 99S Z $Sn rescqcs uelruuc1 ue44nfunuau t6lt661 ur:r88uu unqu:l uIuIEp uEgrunloso{

e:eccs :odur rellu ,Eint tI€.tz $sn qulurnlrcq 8ue,( u,tuunleqcs unqel lscsrleal ue8ucp

rml8ulpueqrq 'eln[ z9S'92 $sn rtsoqcs su8lu urlnq:odun uep etnf lz€.'t $SfI rtstqos se?rul

:odurl pup plp.lct 8uu{'utnf€gg'62 SSn odpiucur u€ {EJ plJ cdrp uBqrunlosol ertcas rodur tsusqear'?6/e66I ueJ333uE unqel u€IEC uunuou Sunropucc 3us,( ueqnqurnlcd n[EI uE3uop mureu'uetelSrmtcd ue41nlunuaur rpple.te1 unqel edercqcq uepp rodurl IPT.ru ue8utqurelJod

lodurl '7'P'9

c r c

0'00I s6a ur 0!0I 86C54 0'00i w9 6a 96494 0'0{I 9n6t l

8'rI

a'l

t ! r

c't

I'S9

OFIt9

Ia90€

I '

atz9Ll0tEtaE

ztt E90La

678LlLob

ztza9laLs a

6az

t l q I

9 It99 |zEl

l0[9ZtZLon al

asr

I 'S I

0'99

zazt z

0I9

a6

ta lI 'O Iz0l I9-06,90 sI t [ 5

w0st

96€tazt L 9 tItt9

f8t

aaL9600 11EttI T0t9 [E0zt t lLZtL 'LI

l r l

t l

t:tl

r1

s'89

9LZattLlI I

6 I

zv

092s,8

cs8 e0lI t

a,89900t

z0?.a t at99 t990 f

LLE

I O L O I

ItL

€ I

9Lt Zt9lLL'

xlz L

ffl

o'a

l€I

t 0

1.17.e9zL l91

964

t 9I t t8ZZDt8t ta6999AaEt s t r

TL

Lts

a)lJzzIrt 6 r I6ts c

r0l

sLg t0 l , I l l6 t90 lLL6I89r90xoLzteg a890 6r

8 ' IT

fr

r69

I I IL L L

LZ

6tl

6egart8r

r6t

L9t aL69 a

r9l5r t

t ! tLt lt€r t969',4

gat.

,0xeztg 6

OI0 8 8 1E9lL t a0taz(r'a0t8 sI

u nv d o l l a l

!ISV'MJ,SnV

vvlnll4lv

',tI

v)ttuJY

NVTSV

!trIIN IEIIN

L'6/[66It6/466r a6 66l I61066I 06/686t

( $ Sn Bln[ luBIBP )n6tE66r - 0616861'NYnfnJ VUVCSN TnUONSI I UOdSXS IY'IIN

8 ' A I I O q B I

ztt.

l

314

yaitu seb€sar 0,9 persen, yaitu dari US$ 946 juta dalam periodc yang sama trhun 1992 menjadisebesar US$ 937,2 juta. Penurunan tersebut antara lain disebabkan oleh adanya penurunan imporberas dan alat-alat rumah tangga. Impor beras dalam periode April - September 1993 berjumlahsebesar US$ 3,7 juta, atau 95,2 persen lebih rendah dari impor dalam periode yang sama tahunsebelumnya yang berjumlah US$ 76,6 juta. Sedangkan menurunrya impor komoditi alat-alatrumah tangga terutama disebabkan oleh meningkatnya hasil industri nasional yang memproduksibarang sejenis, sehingga permintaan barang tcrscbut dapal dipenuhi dari produksi industd dalamnegeri. Di lain pihak, barang konsumsi yang impomya mengalami peningkatrn adalah tekstil,susu, makanan, minuman dan buah-buahan, tembakau dan olaharnya, sabun dan kosmetik sertabarang korsumsi lainnya. Sementara itu, pangsa impor barang konsumsi terhadap impor bukanmigas secara keseluruhan mengalami penurunan, dari 7,3 persen dalam periode April - September1992 menjadi 7,1 persen dalam periode April - September 1993. Perkembangan nilai imporsejak tahun 1984/85 sampai dengan bulan September 1993 dapat dilihat dalam Tabel IV.9,Grafik IV3, dan Grafik IV.4,

Apabila dilihat dari negara asalnya, sebagian bcsar impor Indonesia berasal dari Asia,yang kemudian diikuti oleh impor dari Eropa dan Amerika. Dalam periode April - September1993, impor Indonesia dari negara-negara Asia mencapai53,2 pcrscn, impor dari Jepang sebesar21,2 penen, dan dari negan-negara ASEAN mencapai 9,5 persen dari keseluruhan imporIndonesia. Sementara itu impor dari negara-negara Masyarakat Eropa (ME) besamya 19,7 perscn,dari negara-negara Eropa di luar ME scbesar 6 persen, dari Amerika termasuk Kanada danAmerika Latin menrapai 14,9 penen, dari Australasia yang terdiri dari Australia dan Oceanialainnya sebesar 5,5 persen, serta dari Afrika sebesar 0,6 persen, dari kescluruhan imporIndonesia. Di antara kclompok negara-negara industri utama, Jepang dan Amerika Serikatmerupakan negan asal impor yang cukup dominan, sementara impor dari negara-negara ASEANmasih di dominasi oleh Singapura, yaitu 71,3 persen dari seluruh nilai impor dari negara-negaraASEAN. Pcrkcmbangan impor Indonesia menurut negara asal sejak tahun 1988/89 sampaidcngan bulan Scptcmber 1993 dapat dilihat dalam Tabel IV.l0.

4.43. Pengeluaran jasa-jasa (neto)

Sepeni tahun-tahun scbclumnya, ncraca jasa-jasa luar negeri Indonesia dalam tahun-tahun 1993/94 diperkirakan masihmengalami defisit. Hal te$ebut disebabkan transaksi pcngeluarandevisa untuk jasa-jasa masih lebih besardari transaksi pcncrimaannya. Di sisi pengeluaran, jasapengangkutan barang-barang impor (freight) dan pembayaran bunga pinjaman luar negcri, baikpinjaman pemerintah maupun pinjaman swasta, tetap merupakan unsur pengeluaran jasa yangcnkup besar dan dominan dalam pembentukan defisit neraca jasa-jasa. Pengcluaran jasa-jasa lainseperti sewa (charter) pesawat tcrbang, jasa asuransi, jasa konsultan, haji, biaya untuk kantorperwakilan di luar negeri dan sebagainya, ikut mengambil bagian dalam memperbesar dcfisitneraca jasa-jasa tersebut.

Di sisi penerimaan, sektor pariwisata masih tetap merupakal sektor andalan penghasildevisa. Penerimaan devisa dari sektor ini dari tahunke tahun cenderung meningkat dengan tingkat

O

z

z

z,,l

F)c l ' ^7 c '

o ' Z a. E t l

> > ! !

: JF. 6 r n d

z -

D

v

z

zvF

,lz

au

! . _ ii _ l cE - 2

.l ,o_ ct ..i 'd d 6

q!

, -ir! -

€a

I _ :E iE

z

s - F . o ! . . t r t q r , 1 1 . 1 . 1 = . L q F . r q

? F ! i 4 S : e 6 : R A . ' , A 5 6 8 8 r B( r ! = : n 6 6 - . . q e d i F q

. ( " c c r 4 1 \ F - q . t

E - 3 5 & E R e t

E t E.|

"i d d ; .i oa_.d Fi !i

Z - eE5E

EE

?e

. r . j d j + . i e r ; o i c j :

3 1 6

r.sE

-l

F

+ EQ d

9 3

fiEe- 4 o- r_ o:..1 .-! €- €- --.: q 1

" 9 3 : s a 9 : F 3 F : Sn o N - - t h - Y q o n 1

* s

I _ :g:E

!

Q

i -

EiE +c

3

q

E I Ed -

.EiE

rl

i ! !E' :

ib

E

Ei

- . i . i j h € r c j 6 d :

317

F

E.n<E<$t / )9

' ( f u1

2.E*s

coPHEt r

<fii 5z

o

318

Cl

N

+

J

n :z t/)- ' - i t

!r.,1trulo

J

Z

t

319

I ' a b e l I V . l 0

NILAI IMPOR MENURUT NEGARA ASAL,1989t90 - t993194( ct[, dalam Juta US $ )

A S T AASEAN

- IhilipirE

HonetonE

AI'RIKA

AMERIKA. U S A

AUSTRALASIA

E R O P AM E- n8gfls

' Bcleld & Lurcmburg

u,

Itr.

IV.

9.41\2r.610j

366,5t61,960,1

| 079,61,2

t99,23_915,43.632,9

16t,6

2.993,52 . 1 6 1 , 6

393, L43E,E

r.0ssJ

r02,8

t4a9,lL1n,6

350,0274,09E0,3t74,350r,3

10,035E,1

t99,351,0

6,10,5

1,0

L4

6,1

AA

13.061,62.112,1

294,4195,750,6

t 5?1,30,4

276,15.875,04.Em,9

163,E

3.7U;l2.614,E

321,7'7E2,2

l.38sJ| 27t,4

1 1 1 , 9

s,u2,44,512,5

464,9578,0

l .?31,0

?30.164,373,8

493,0

'7,E

l t0, l50,19,4

55,{

r5,8

5,9

14J.18,22sorA497,5

81,7I 583,2

0,2245,4

6.421,95.179,5

t9E,0

4.q9,23.500J

l86J522,1

t-:rB0/r_355,1

l?J,1

5.73E,1{,630,5

651,3461,5

2.U 1,82999437,2(0;7

13,8491,2

4,62,O

t11,4J I , I

1.056,5

5{,E

0,8

16,

21,9

13.t75,1

5U,7283,460,0

1.652,50,9

209,15 fi9,65.495,9

fr0,1

4.6{4,E3.920,8

453,6490,4

r.s68l

136,9

6.80{,7s.69r5

749,7585,6

2 tm,6

901,111t,621,5

'7,9

2,0254,549,O

1.064,!

50,t

0:l

ni

5,8

249

1.536:ll 360,8

255,?106,828,2

969,9o, l

127,O3 tx6,33.102,6

83,?

2.115,6I 599,1

2W,3346,2

192t696,095,8

3,699,22,t32,2

365,0!8?,8

L 100,2lEr,?446.65 1 , 1ta,9

?ffi,16,11,0

I 13, l

80t,5

33,2

0,6

t4,9

J u I n l a h t7.t78,1 100,0 23.s80t8 roop z6.t1t9 r00,0 n.3t45 100,0 r4.3595 100,0

320

pertumbuhan yang cukup berarti. Dalam upaya mendorong kunjungan wisatawan asing ke

Indonesia, di samping terus membenahi sarana dan prasarana kepariwisataan dalam negeri serta

mengembangkan obyek-obyek wisata baru , seperti Robusu Paket Tour, Ijen Paket Tour, Kendeng

If,mbu Plantation Tour, dan obyek wisata alam laimya, Pemerintah juga terus menggalakkan

kegiatan promosi pariwisata ke luar negeri, antara lain dengan memanfaatkan secara optimal

kerjasana kepariwisataur regional maupunglobal. Sebagai contoh adalahkerjasama dengan TV-

2 Jerman dengan memproduksi 12 film seri pariwisata Indonesia yang akan dipancarkan ke

seluruh daratan Eropa. Dengan demikian diharapkan masyarakat Eropa al€n lebih mengenal

potensi pariwisata Indmresia. Selain itu, telahpula dilakukan kunjungan misi promosi perdagangan'

pariwisata" dan investasi (TTI-Trade, Tourism, and Investrnent) Indonesia ke Eropa' yang

mempunyai sasaran unn* meningkatkan ekspor nonmigas, investrsi, dan kunjungan wisatawut

Eropa ke Indonesia. Di samping upaya-upaya tefsebut di atas, juga diupayakan untuk memberikan

kemudahan-kemudahan lainnya, seperti menambahjur ah pintu masuk bagi peneftangan asing'

dan memberikan kemudahan bebas visa kunjungan singkat kepada 45 negara.

Keberhasilan dan kemajuan yang telah dicapai di sektor pariwisau ini tidak terlepas dari

berbagai langkaMebijakan yang telah dilakukan pemerintah dalam tahun-tahun sebelumnya,

antara laxl kebertrasilan pencanangan Tahun Kunjungan Indonesia 1991, Tahun Kunjungan

ASEAN 1992, Dekade Kunjungan Indonesia Tahun 1993 - 2000' yang diharapkan akan

meningkatkan jumlah dan lama kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia. Di samping

pariwisata, sektor lain yang juga mempunyai polensi cukup besar sebagai sumber penerimaan

devisa adalahjasa TKI yang bekerja di luar negeri. Pemerintah akan terus melanjutkan pengiriman

TKI ke luar negeri, karena di samping sangat potensial sebagai sumber penghasil dwisa juga dapat

mengatasi masalab kelangkaan kesempatan kerja di dalam negeri. Dengur meningkatkan kualitas

TKI yang dikirim ke luar negeri, yaitu TT{I yang lebih terdidik, lebih terampil, produktif' dan

mempunyai etos kerja yang tinCg, diharapkan penerimaan devisa dari TKI ini dapat lebih

meningkat.

Selain kedua sektor tersebut, penerimaan devisa dari sektor jasa-jasa juga meliputi

penerimaan dari jasa-j asa perawatary'pemeliharaan pesawat t€Ibang oleh bengkel Garuda (Garuda

Maintenance Facility-GMF) yang telah mampu melakukan perawatan bsar (oveilaul) betbagai

ukuran pesawat Di samping dapat rnenghasilkan devisa, jasa perawatan pesawat teftang ini dapat

menghemat pengeluaran devisa bagi perawatan pesawat milik penerbangan dalam negeri' Unuk

menjaring pangsa pasar perawatan pesawat, dalam bulan April 1993 PT Garuda Indonesia telah

mOnggelar kemampuan GMF dalam melakukan perawaum pesawat Boeing-747' DC'9' DC-10'

dan Airbus 300 di arena Beijing Intemational Fair 1993.

Sementara itu, industri jasa-jasa lain, sepeni jasa rekondisi, jasa pe6ankan dan asuransi,jasa rckayasa dan rancang bangun, dan beberapa jasa lainnya di dalam neged, terus dikembangkan

agar dapat menghem at penggunaan devisa. Dengan demikian di m asa-masa mendatang diharapkan

defisit neracajasa-jasa dapat diperkeCil, yang pada gilirannya akan mengUrangi defisit transal$i

berjalan

a

Jtl

Sejalan dengem perkembangan yang rerjadi, pcngeluaran Jasa-jasa neto dalam tahun1993/9o'baikjasa-jasa migas maupunjasa-jasa nonmigas sereiah mcmpcrhitungkan penedmaa,-ya,diperkirakan berjumlah USg 10.993 juta. Jumrah tersebut us$ zt46 juta (a,2 penen) lcbih besarbila dibandingkan dengan realisasi tahun tgg293 yarlgbequmlah US$ t0.54?iuta. tari seturutrpengeluaran jasa-jasa tahun I gg37g4 tersebut, jasa-jasa migas diperkirakan berjumlah us$ 3.01gJuta.atau menurun US$ 381 juta (ll,zpersen) dari realisasi tahun l99ZDi yang te4un fJU-S$-3.399jura. Scbaliknya jasa-jasa non_migas diperkirakan meningkat s.Uesu, tlS$ Siziuro(11,6 persen) dibaldingkan dengan rahun sebelumnya, sehingga realisasinya Aper*raianmencapai US$ 7.975 juta.

4,4.4.Lalu lintas modal dan transferPemasukan modar luarnegeri bagi negara-ncgara berkembang termasuk rndonesia, baikberupa penanaman modal rangsung maupun dalam bentuk pinjaman, merupakan salah satualtematif sumberpembiayaan yang dapatmembantu m",np..""iu, par"s pembangunan nasionar.

Kenyataan rnenunjukkan bahwa besamya jumrah tabungan nasional dari settor swasta 0abunganmasyarakat) dan sckror .pemerintah (rabungan pemerinrah) masih berum ,n.n"utupi, 6iiodibandingkan dengan investasi yang dipcrlukan untuk mencapai tingkat peftumbutran yanldiharapkan. Dana pcmbangunan yang berasal dari luarnegeri tersebut dapat berupa pinjaman yangdilakukan oleh pemerintah atau yang dflakukan orcrr s*urtu, ,"rtu,tuput uerupa rn estasi tangsuni@MA)' Dalam GBHN celah direrapkan bahwa dana unruk pembiayaan pcmbangunan harus digaridari sumber kemampuan sendiri, namun dararn har dana dari daram negeri yang dapat dihimpunbclum mencukupi, maka sumberdana dari luar negeri masih dapat dim anfiartan seuagai petengt<ap,dan peranannya diupayakan agar semakin mengecil. Sehubungan dengan itu pemerintah sclaluberupaya untuk memanfaatkan sedap pinjaman yang dipcrolei agar dapat mendomng kegiatan

Ituk proyek_proyck yang produktif, memperbesarg akan meningkalkan ekspor. Sebagianbcsar darian yang bersyarat lunak dengan tenggang waktu

dunia akhir-akrririni, vaitu rcrdaparnya 'u,u*J-H;J#f,i'i"1f;Til,lJtillll,f,jf"Tlffinegafa donor, serta sem akin banyaknya negara-negara di Eropa, Asia dan Afrika yangmemerl"ukanbantuan luar negeri yang bersifat lunak, daram tahun-tahun yang akan datang diperHratantersedianya dana tersebut akan semakin terbatas. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam rangkam€nciptakan iklirir yang menggairahkan unruk investasi, baik pMDN maupun pMA, pemeriniJtelah mengadakan berbagai upaya melalui kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisari ,r.ruterus menerus, yang diharapkan akan menyebabkan peningkatan daram kegiatan penanamanmodal' sementara itu untuk menjaga agar posisi neraca pembayann te,up aman, pemerintahsenantiasa menghindari beban humng yang bcrat di masa yang akan datang, baik dalam jangkapendek maupun panjang, serta mempertimbangkan dengan sJksama lumlah hutang luar neg"eriyang dianggap wajar.

aJt

Lalu lintas modal neto datam tahun anggaran 1993D4 diperkirakan berjumlah sebesar

US$ 5.003 juta. Jumlah tersebut merupakan hasil dari pemasukan modal pemerintah sebesar

US$ 6.040 juta, ditambah pemasukan modal lainnya sebesar US$ 4.134 juta' dan dikurangipembayaran hutang pokok luar negeri pemerintah sebesar US$ 5.171 juta. Bila dibandingkan

dengan lalu lintas modal neto dalam tahun anggaran 1992193 yng berjumlah US$ 5'199 juta'

maka te{adi penurunan sebesar US$ 196 juta atau sebesar 3,8 persen. Penurunan lalu lintas modal

neto tersebut disebabkan menurunnya komponen lalu lintas modal lainnya, yaiu dari US$ 4.284juta dalam tahun anggamn 1992193 menjadi sebesar US$ 4.134 juta dalam tahun anggaran

1993194, atau turun sebesar 3,5 persen. Penurunan lalu lintas modal lairmya teNebut terutama

disebabkan oleh menurunnya pemasukan modal lain-lain, walaupun pemasukan modal dalamrangka penanaman modal asing mengalami peningkatan. Sebaliknya pemasukan modal pemerintah

dalam tahun anggaran 1993D4 meningkat sebesar US$ 285 juta atau 5 penen dibandingkan

dengan tahun angg annlgg2lg3yangberjumlah sebesarUS$ 5.755 juta. Sementaraitu pembayaran

hutang pokok luar negeri pemerintah mengalami kenaikan sebesar US$ 331juta' yaitu dari

sebesar US$ 4.840 juta dalam tahun anggaran 1992P3 menjadi sebesar US$ 5.171 juta dalam

tahun anggann 1993/94. Peningkatan pembayaran hutang pokok pinjaman luar negeri teNebut

disebabkan oleh meningkaurya pelunasan pinjaman yang sudah jatuh waktu sefia teriadinyaapresiasi mata uang yen teftadap dolar Amerika Serikat.

4.5. Perkiraan neraca pembayaran dalam tahun anggaran 1994/95

Dalam tahun I 994, perekonomian dunia diperkirakan akan membaik' yaitu tumbuh dari

sebesar2,2 persen dalam tahun 1993 menjadr sebesar 3,2 persen dalam tahun 1994. Demikian pula

perdagangan dunia diperkirakan meningkat dari 3 persen dalam tahun 1993 menjadi 5 persen

dalam tahun 1994. Kondisi perekonomian dunia tersebut diperkirakan akan mempengaruhiperdagangan luar negeri negara-negara berkembang, termasuk Indonesia' Sejalan denganpertumbuhan volume perdagangan dunia tersebut, serta beftagai kebijaksanaan dercgulasi yang

telah dilaksanakan, dalam tahun 1994i95 ekspor nonmigas diperkirakan akan terus meningkat. Dipihak lain, sihrasi harga minyak bumi di pasar dunia yang masih labil diperkirakan akan tetap

berlanjut dalam tahun 1994195, seNngga penerimaan ekspor migas tidak dapat diharapkan untukmeningkat.

Sejalan durgan perkembangan-perkembangantersebut, dalam tahun 199485 dipe*irakan

rotal et.spor akan mencapai US$ 42.?89 juta, yang melipuri ekspor migas sebesar US$ 9.200 juta

dan ekspor bukan migas sebesar US$ 33,589 juta. Sementara itu pengeluaran devisa untuk impor

danjasa diperkirakan mencapai US$ 45.979juta, yang terdiri atas impor migas sebesar US$ 3.527juta, impor bukan migas sebesar US$ 30.,140 juta, jasa-jasa migas sebesar US$ 3'122 jua' danjasa-jasa bukan migas sebesar us$ 8.890 juta. Dengan pe*embangan tersebE! rransaksi berjalan

selama tahun 1994195 diperkirakan mengalami defisit sebesar US$ 3.190 juta, atau 13 persen lebih

tinggi dari rcalisasi defisit tahun sebelumnya yang berjumlah US$ 2.824 juta.

aLt

Dalam pada itu, seiring dengan meningkatnya kemampuan menghimpun danapembangunan dari dalam negeri, serta semakin tcrbatasnya aliran modal dari luar negeri, maka

dalam tahun 1994D5 penerimaan modal benih yang terdiri dari pemasukan modal pemerintah'pem asukan modal swasta bersih, danpembayaranhutangpokok pemerintah diperki rakan mencapaiUS$ 4.311 juta. Berdasarkan hal-hal tersebut maka neraca pembayaran dalam tahun 1994/95diperkirakan surplus sebesar US$ L l21 juta.

4.5.1. Perkiraan penerimaan minyak bumi dan gas alam (neto)

Berdasarkan pcrkembangan harga minyak bumi di pasar intemasional, dalam tahun1994D5 harga minyak Indonesia diperkirakan sebesar US$ 16 per barrel, sehingga penerimaandevisa neto dari ekspor migas diperkirakan hanya akan mencapai US$ 5.673 juta, atau 3 persen

lebih kecil dari perkiraan realisasi tahun 1993/94 yang berjumlah US$ 5.851 juta. Peltiraarl devisaneto dari ekspor migas dalam tahun 1994/95 tenebut meliputi penerimaan dari devisa ekspormigas sebesar US$ 9.200 juta dan pengeluaran untuk impor migas sebesar US$ 3.527 iut^.

4.5.2. Perkiraan nilai ekspor bukan minyak bumi dan gas alam

Bcrbagai upaya untuk meningkatkan ekspor nonmigas terus dilakukan, dan diperkirakannilai ekspomya dalam tahun 1994/95 akau:' meningkat sekitar 16,3 persen, sehingga realisasinyadiperkirakan mencapai US$ 33.589 juta. Perkiraan tersebut didasarkan pada asumsi-asumsisebagai berikut :

(1) Perkembangan perekonomian serta volume perdagangan dunia dalam tahun 1994/95diperkirakan lebih baik daripada tahun sebelumnya. Di samping itu adanya blok-blokperdagangan seperti NAFTA, AFTA, dan pasarunggal Eropa dipeftirakan akan mempengaruhipcrkembangan ekspor, khususnya ekspor bukan migas.

(2) Meningkatnya kualitas, serta adanya diversifikasi produk dan pasar, diharapkan dapatmeningkatkan ckspor.

(3) Kebij;rksanaanderegulasi yang berkesilambungan, peningkatan sarana dan prasarana, kegiatandi berbagai promosi dan pameran dagang, serta nilai tukar yang rcalistis, akan meningkatkanekspor Indonesia.

4.53. Perkiraan nilai impor bukan minyak bumi dan gas alam

Nilai impor bukan minyak bumi dan gas alam dalam tahun alggaran 1994/95 diperkirakanakan mencapai US$ 30.440 juta, yang berani meningkat scbcsar US$ 3.878 juta atau 14,6 persen,bila dibandingkalr dengan pcrkiraan reaiishsi impor dalam tahun anggaran sebelumnya yaitu

sebesar US$ 26.562 jula, Perkiraan terscbut didasarkan atas asumsi sebagai berikut :

(l) Dengan dilanjutkannya kebijaksanaan deregulasi, pertumbuhan ekspor nonmigas akanmeningkat, khususnya ekspor hasil industri, sehingga permintaan bahan baku/penolong juga

akan semakin meningkat. Oleh karena belum semua kebutuhan bahan baku/penolong tersebutdapat dipenuhi dari produksi dalam negeri, maka impomya akan meningkat.

324

(2) Kebijaksanaan deregulasi, khususnya yang bcrkaitan dengan penyedeftanaan perizinan,

bepenganh teftadapusahapenanaman modal, baik PMDN maupunPMA, yang diperkirakan

akan mengalami peningkatan. Sebagai akibatnya kebutuhan impor barang modal akan

meningkat pula.

(3) Penurunary'pembebasan tarif bea masuk dan bea masuk tambahan, serta pelonggaran tata

niaga impor terhadap sejumlah barang impor menyebabkan impor secara kescluruhan akanmeningkat.

(4) Meningkamya pendapatan masyarakat pada gilirannya akan mempengaruhi permintaan

terhadap barang-barang impor atau produksi dalam negeri yang mengandung unsur-unsur

barang impor.

4.5.4. Perklraan pos lainnya

Pengeluaran devisa untuk jasa-jasa dalam tahun 1994/95 diperkirakan sebesar

US$ 12,012 juta atau 9,3 persen lebih tinggi dari periode sebelumnya yaitu sebesar US$ 10'993juta. Dari sejumlah US$ 12.012 juta lersebut, jasa-jasa migas adalarh sebesar US$ 3.122 jum danjasa-jasa bukan migas sebesar US$ 8.890juta. Scmentala itu pemasukan modal pemerintah dalam

tahun 1994/95 diperkirakan mengalami penurunan sebesar 5,4 persen dari periode sebelumnya

sehingga mencapai US$ 5.713 juta. Sebaliknya pembayaran cicilan hutang pokok pemerintah

dalam periode tersebut dipcrkirakan sebesar US$ 4.973 juta, atau 3,8 persen lebih rendah dadperiode sebelumnya. Selanjutnya lalu lintas modal bersih lainnya, yaitu investasi langsung dan

lainnya, diperkirakan sebesar US$ 3.571 juta. Perkiraan neraca pembayalan dalam tahun anggaran1994/95 dapat diikuti dalam Tabel IV.ll.

T a b e l I V . 1 1

PERKIRAAN NERACA PEMBAYARAN, 1994/95(dalam juta US $)

Barang-bsrong dan ja.str-jasa

l- Ekspor, fobminyak bumi dan gas alambukan minyak bumi dan gas alam

+

+

42.7899.2N

33.589

33.9673.52't

30.,|40

t2.ot23.1228.890

3,1902.55r5.741

Impor, ftbminyak bumi dan gas alambukan minyak bumi dan gas alam

JaBa-jasominyak bumi dan gas alambukan minyak bumi dan gas alam

Traffaksi berjalalminyak bumi dan gas alambukan minyak bumi dan gas alam

n , S D R g

||I. Pemasukqn modal Pemerintah1. Bantuan prcgram

2, Bantuan proyek dan lainlain

Lallr lintar modsl lalnnya

Pembayaran hutang pokok

Jun leh ( l s .d .V)

Sellslh yeng belum dapat diperhitungksn

sJlS0

5.713

3.571

4.vt3

l.l2l

0

l.t2l

lv

vL

vII.

VIII. Lalu lint$ moneter

BAB V

KEUANGAN DAERAH

5.1. Pendahuluan

Sesuai yang diamanatkan dalam GBHN 1993, bahwa pembangunan daerah merupakan

bagian integral dari pembangunan nasional, maka kebijaksanaan di bidang pembangunan daerah

diaralkan untuk menyerasikan laju pertumbuhan antardaerah, antar dan antara kota dan desa,

serta percepatan pembangunan kawasan timur Indonesia, yang disesuaikan dengan prioritas danpotensi daerah bersangkutan, sehingga ter*tjud pola pembangunan yang merupakan perwujudan

Wawasan Nusantara. Selanjutnya diamanatkan pula dalam GBHN bahwa pembangunan keuangan

daerah diarahkan pada peningkatan kemampuan dan daya guna keseluruhan tatanan, perangkat,

kelembagaan, dan kebijaksanaan keuangan dalam menunjang kesinambungan pcmbangunan danpeningkatan kemandirian bangsa, melalui peningkatan kemampuan keuangan yang makin

handal, efisien, dan mampu memenuhi tunlutan pembangunan, penciptaan suasana yang

mendorong tumbuhnya inisiatifdan kreativitas masyarakat, serta meluasnya peranserta masyarakat

dalam pembangunan agtf dapat terus meningkatkan hbungan nasional sebagai sumber utamapembiayaan pembangunan. Selanjutnya kebijaksanaan keuangan tersebut harus mendukung danmengembangkan hubungan keuangan antara pusat dan daerah yang serasi, dalam mencapai

keseimbangan pembdngunan antardaerah yang mantap dan dinamis.

Amanat GBHN tersebut di atas memerlukan dukungan dari anggaran pendapatan dan

belanja daerah (APBD) dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintah daerah dan penyediaan

pelayanan umum kepada masyarakat di daerah yang terus meningkat, melalui berbagai program

pengembangan dan peningkatan keuangan daerah. Hasil nyata dari berbagai prcgram yang

dilaksanakan di bidang keuangan daerah selama ini memperlihatkan perkembangan yang cukupmenggembirakan, yang dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang rclatif cepat' baik di

daerah tingkat I maupun di daerah tingkat IL Penerimaan daerah tingkat I seluruh Indonesia,yang dalam tahun 1988/89 berjumlah Rp 3.651,5 miliar, telah meningkat menjadi sebesarRp 7.279,4 miliar dalam tahun 1992193' atau telah mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar18,8 persen per tahun. Sedangkan penerimaan daerah tingkat II selama periode tahun 1988/89-199U92 telah mengalami peningkatan yang tinggi, yaitu dari sebesar Rp 2'568 miliar dalamtahun 1988/89 menjadi sebesar Rp 5.451,4 miliar dalam tahun 1991i92. Dalam tahun 1988/89'rata-mta penerimaan per daerah tingkat II adalah sebesar Rp 8.855,3 juta, dan telah meningkatmenjadi sebesar Rp 18.669 juta dalam tahun 1991192, yang berani meningkat rata-rata sehsar28, 2 persen per tahun.

Anggaran pendapatan daerah tingkat I dan tingkat II meliputi pendapatan asli daerah(PAD), bagr hasil pajak dan bukan pajak, sumbangan dan bantuan, dan pinjaman daerah'Sedangkan anggaran pengeluaran daerah tingkat I dan tingkat II meliputi pengeluaran rutin danpengeluarur pembangunan. Perkembangan APBD tingkat I dan APBD tingkat II ini dapat dilihatpada Tabel V.l sampai dengan Tabel V.9, dan Grafik V.l sampai dengan Graftk V.4.

T a b e l V . I

PENERIMAAN DAERAH TINGKAT I SELURUH INDONESIATDIBANDINGKAN DENGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS.

l9EE/89 DAN 1992/93

No, U r a l a n

REPELITA IV REPELITA V

1988/89 1992193

Jumlah(Rp Mili{r)

Proporsi(9.\

Jumlah(Rp Miliar)

Proporsi(% \

1 .

2.

3.

5.

Pendapatan asli da€rah (PAD)

Ba8i hasil pajak dan bukan pajsk

(PBB, IH}VIHPH, dan lainnyE)

Sunrbargary'bantuan Pemerintah Prlsrt

Pinjaman daerah

Siso leUih lahun sebelurrnya

814 , l 6

213,63

2.388,7 r

E,?4

226,30

22,30

5,85

65y'1

o,24

6,20

| .743,16

490,35

4.493,83

46,3',1

505,11

6,',t4

6t;t3

0,64

694

6. Jumlah I'Enerimaan APBD Tk.l 3.651,54 100,00 1.n9,41 r00,00

1 .

8.

P D B * )

Persentase penerimaan APBD Tk.I

terhadap PDB (6 : 7)

121,606,00

3,00

223.243,rO

3,26

Ddu rahun rit*im, dM dl[! drsr hdgE yang b.tlatr

328

T a b e l V . 2

PENGELUARAN DAERAH TINGKAT I SELURUH INDONESIA

DIBANDINGKAN DENGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS.1988i89 DAN 1992/93

No. U r o l a n

REPELITA IV REPELITA V

l9t8/89 1992t93

Jumhh(Rp Mlllar)

Proporsi(%)

Jumlsh(Rp Miliar.)

Proporsi(.Eo)

1 ,

2.

Pengeluarar rutin

Pengeluara[ peErbangunan

2.540,14

8 r1 ,19

't5,79

24,21

4.670,4E

2.2nt,u

67,96

32,O4

3, ,urnlah p€ngeluuan APBD 'lk.I (1 + 2) 100,00 6.872,32 100,00

4,

J .

P D B ' )

PerBentrse pengelusrEn APBD Tk-I

terhadap PDB (3:4)

12r.606,00

2,76

223.243,tO

3,0E

l<.ldd8d: .) Ddn r.nu illenr, dd.br tbs l@Et Frg t rldl..) Arsh er4 ffihrEi

zti.

F

z

z

z

- E 5; !

5 ;

q

5

e

E

ae

e. E 8. F. E ! s I q q q s. q E q q ff E E. I q E p. 8. 1. qu l r , 5 v ] - q . r . q I \ q . 4 F . q : r : 4 o 9 q - : 6 q o 9 . t

: F F H 3 Is I5 g F E$ 3 : F E E E ! B3 c € E s,l

R. l 9 . 9 q 6 - o - h - n \ c d - 6 - r L \ q o . 6 - - - 6 - q r - _ 4 - @ - . t q 1 F . 6 - o -

e f r g s F s 8 R 8 B 8 4 S C a - . G 6 f f e 9 8 5 = 3 ;

a F

a?

s

*

zj . l ; q { i < i F c t o d j n ; r h 6 F c j o c i " j . i ; + { i d r

.tz

F.<

zJ

z

z

-E8

E i

q o- q o- 6- 6- e- qL n I 1 .l N- d- .l -- q 9 !q d: @- F- dL h- h- o- {_ 6-I

g

e :t

-n

g

t

!

zj . i r i + q i o r c i q o : . i d i + u i € r t i 6 o - . i a n v i € F

J J T

* c

qq

A , . E

qqE

fildrN(t)o|

ooo

@qlzoz

o&i'JH(t)

T

t!EEoahEIrIloEo

332

g ,&e4

qq

GTorNdr(n

oCo;'@('|

s@tIJzoA=Eg

=,

AE

&E'JtIJl,EIT

J J J

T a b e l V . 5

PENERIMAAN DAERAH TINGKAT II SELURUH INDONESIA,DIBANDINGKAN DENGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS,

19EE/89 DAN l99l/92

No. U r ! l a n

REPELITA IV REPELITA V

19EE/E9 199u92

Jumlah(Rp Milirr)

Proporsi(c"l

Jumlah(Rp Miliar)

Proporsi(%')

t .

4.

5.

Pendapatsn asli daerah (PAD)

Bagi hasil pajak dan bukan pajak

(PBB. IHHAHPH. dan lairuya)

Sumbangarvbantuan Petnerinlah

Pusat dan Daerah Tin8kat I

Pinjaman dEerah

Sisa lebih txhun sebelumnya

403,93

266,69

|.790,94

31,53

'14,93

15,73

10,39

69,73

1,23

705,28

677,3',7

3.833.31

19,68

155.66

12,94

t2,43

70,31

1,46

2,86

6. Jumlah penerimaan APBD Tk.lI 2.568,02 100,00 5.45r,35 100,00

7.

8,

P D B * )

PersenlNe penerimaan APBD Tk.II

lerhadrp PDB (6 | 7)

121,606,00

2,tr

rgt.731,40'')

2,84

Drld rrhun tdkwih, &n dE! d,s hdgr Fng hdLlu

334

T a b e I v . 6

PENGELUARAN DAERAH TINGKAT II SELURUH INDONESIA,DIBANDINGKAN DENGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS,

1988/89 DAN l99ll92

No. t l r a l a D

REPELITA IV REPELITA V

19t8/t9 199 92

Jumlah(Rp Mlllar)

Proporsl(%)

Jumlah(Rp Miliar)

Proporsl(.%l

L

2.

Pengeluaran Rutin

Pengeluarar Penbangunan

r.44',7,72

1.004,39

59,04

40,96

2.33't,31

2.816,99

4 5 ? 5

54,65

3, Jumlah Penseluaran APBD Tk.lI (1 + 2) 2.452,1r 100,00 5,154,30 100,00

4,

5.

P D B )

Perse[iase Pengeluaran APBD Tk.II

Terhadap PDB (3 : 4)

121.606,00

2,O2

191.731,40")

2,69

K.rdags i +) Dalm llbun t t?jn, dan ara6 dilr b&go yae b.rldtt,++) Ansk! lddrq!

T a b e l V . 7

JUMLAH DAERAH TINGKAT II PER PROPINSI.1988/89 - l99li92

No. Propinsi 1988/89 1989i90 t990l9l t99t/92

L

2,3 .4 ,

5.6 .'7.

8 .9 .

10.

t2 -13.t4 .

15 .

l '7.1 8 .t9.20,' r l

22.'ra

24.25.

26.

DI Aceh

S[matera Utara

Sumatera Baral

R i a u

J a m b i

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Jawa Barat

Jawa Tengah

Dl Yogyakarta

Jawa Timur

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengalr

Kalimantan Selatan

KalimantaIr Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatao

Sulawesi Tenggara

B a l i

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

M a l u k u

Irian Jaya

Timor Timur

l 0t714

66

l0

24355

3116

1 0

664

486

t2

9l 3

l0t'7t4

66

l 04

424355

,|

6l 0

6

4

4

8

t 2

4

9

l 0

I 71 4

61044

24355

'7

l0

614

234

86

1 25

9l 3

1 0

I'II466

l04A ' )

24355

76

l 0614

4

86

t 2

5

9t 3

J u m l a h 290 290 292 292

i) B€lum temasuk Dati Il Lampung Barat.

z

t-

Z c l s- F3.8

z

z

z

b E

,f

,te

e

.j oi ; - .i i -i .d 6 ri d 'j 6. i .d d vt .._ dt d .i 6 F_ ct F .i3 e 3 h s 8 E P P F 9 3 F 4 F E E 3 q $ E S r q S ! n ,s

en

3 A q c- s. q R. q E =. F" 6- F. q q :. . a q q E q R fr 6 s.P s a R g S a h 3 E e R 9 A € . . a e 9 3 b g e 3 g Aq . ! . 9 o q q . l f r 9 o ! 9 . 1 q n . q c - : . l F ) . . 1 1 q q 1 9 . ! I 6 l

.;

n

E

j d F .i r' -i - d o' E d oi ; ci -.i o 6: 6 { oi r; F: {r_ .d <i oi

€ D C n a q r , { r o c . l q q . 1 { . i n q q q q \ q 4 . i n . { 6 . r ,

d oi .i ..1 ni .i d F ci ri ; f F ci .i vi .i ; 4 .i qi ui o { j E

a

g s e S 9 F n B n h 8 a n 3 a 3 3 = 1 6 8 6 3 B 8 tH a g n B s Y s s d d i n s E n E s 8 i l 8 8 F i e ' =. 9 r : 1 ^ - r v r q r : r ' t q . : o F v L q o n q l : F o . n : 4 : 4 q i

j'3

v

d & 3 s E n n E { E q q E 4 q E q i c q q 8. : i s .s . I r .- 6i n ; ; F vt di vi ci di -i j - ct ci r o - ou ? . : r : - F r . 1 q d q v ? i r . . \ q q q . : { . o q n . . . : 9 0 9 c v l

9 4 @ g g b € g o o N

f-J

a

EE

s' 5

I

=.l

I l

.cl

E J EA ^

z, . c i ; r - l ; i { i . d F d 6 a - . i c i { v i d

z

tr1

F

i i e r . e

1 E* i> F A E

: J . l , .EF *FS

< : ,z..1

z

z

= ! r ^

b c (

cJ

tF]

" : i F j r ' o _ d ; . i @ o c ; ; 6 _ F _ e . _ 6 c i . i ! o t c _ 6 _ d

n q 9 q F . j a c ? e 0 9 r

ri'

l I

3. i J d F . ; r ; ; + v i r i . € o r ; - i q i - d ; o i o i ; c i q i

;^ _E e. 5. E B. F 3- 3. q q e e. $. 3. I 3. S. E 9. 9. R. { 3. i 6-n . t a q q d q { . F a 9 . 1 - r . : ! t c ] c ! 9 r : . : r : q 9 e q ' 5

q d - + - { - v l

? 4 o 6 . 1 € 9 a q 4 - l

: - - ss

cBj '

sI

eE

3

I E

z

338

7,

: ' F

qq:

s

63

qqq

R.

N

o

Ol6

ol

T,

.1EI

E(n

5

v)

a

339

38

qq

No

olo

o00@0oo|

z

z

JITI N. / ) o ^\ o

&

J

EI

340

Penerimaan terbesar bagi daerah, baik daerah tingkat I maupun daerah tingkat II,bcrasal dari sumbangan dan bantuan pemerintah pusat. Dalarn tahun 1988/89, penerimaan daenhtingkat I yang berasal dari bantuan dan sumbangan mencapai Rp 2.388,7 miliar dan dalamuhun 1992/93 telah meningkat mcnjadi scbcsar Rp 4.493,8 miliar. Namun proporsi sumbangandan bantuan terhadap keseluruhan pcncrimaan dacrah tingkat I mengalami penurunan, dari 65,4pcrscn dalam tahun 1988/89 menjadi sebesar 61,7 persen dalam tahun 1992193. Di lain pihak,untuk daerah tingkat II, pencrimaan yang bcrasal dari sumbangan dan bantuan juga mengalamipeningkatan yang cukup pesat dan proporsinya teftadap keseluruhan penerimaan daerahtingkat II juga scmakin besar. Apabila dalam tahun 1988/89 jumlah penerimaan ini barumencapai Rp 1.790,9 miliar atau 69,7 perscn dari kcseluruhan penerimaan daerah tingkat II,maka dalam tahun l99lr92 telah meningkat menjadi sebesar Rp 3.833,4 miliar atau 70,3persen dari seluruh penerimaan daerah tingkat II.

Pcnerimaan terbesar kedua bagi daorah tingkat I dan dacrah tingkat II berasal dari PAD.Secara umum penilaian tcrhadap lingkat kcberhasilan pemerintah daerah dalam mobilisasi danaantara lain dapat dilihat dari perkembangan PAD-nya. Jumlah PAD tingkat I scluruh Indonesiadalam tahun 1988/89 adalah scbcsar Rp 814,2 miliar, sedangkan dalam tahun 1992193 relahmeningkat menjadi Rp 1.743,8 miliar, yang berarti mengalami pertumbuhan rata-rata 21 persenper tahunnya. Proporsi PAD tingkat I terhadap keseluruhan penerimaan dacrah tingkat I dalamlahun 1992/93 adalah 24 perscn, atau mcngalami pcningkatan jika dibandingkan denganproporsinya dalam tahun i988/89 yang hanya sebesar 22,3 persen. Sed;urgkan jumlah PADtingkat II seluruh Indonesia dalam tahun 1988/89 bcrjumlah sebesar Rp 403,9 miliar, yangmeningkat menjadi scbcsar Rp 705,3 miliar dalam tahun 1991/92, atau mengalami pertumbuhanrata-rata sebesar 20,4 pcrsen per tahun. Walaupun jumlah PAD tingkat II sccara riil mcningkatdari tahun kc tahun, namun peranannya terhadap seluruh penerimaan menunjukkan pcrscntaseyang menurun, dari 15,7 perscn dalam tahun 1988/89 mcnjadi 12,9 peNen dalam tahun 1991192.Hal ini disebabkan karcna laju perLumbuhan dari pos penerimaan Dati ]I yang lain, yaitu darisumbangan dan bantuan pusat dan dacrah tingkat I, lcbih cepat dari pertumbuhan PAD-nya. Lajupertumbuhan rata'rata PAD tingkat ll hanya 20,1 persen per tahun, sedangkan laju pcrtumbuhanrata-rata bantuan adalah sebesar 44,1 persen per tahun.

Pcnedmaan terbesar dari bagi hasil pajak dan bukan pajak dipcrolch dari pajak bumidan bangunan (PBB), kcmudian diikuti penerimaan yang berasal dari iuran hasil hutan (IHH),dan iuran hak pengusahaan hutan (IHPFI) serta pcnerimaan lainnya. Peranan penerimaan bagihasil pajak dan bukan pajak dacrah tingkat I seluruh Indonesia relatif kecil dibandingkan seluruhpcncrimaarurya, yaitu sebesar 5,8 pcrscn dalam tahun 1988/89 dan kemudian naik menjadi 6,7persen dalam tahun 1992193. Sebaliknya peranan penerimaan bagi hasil pajak dan bukan pajakdaerah tingkat II seluruh Indonesia rclatif besar terhadap scluruh penerimaarmya, yaitu sebesar10,4 persen dalam tahun 1988/89 dan meningkat menjadi 12,4 persen dalam tahun 1991D2. Halini karcna adanya perbaikan sistem pengenaan maupun penilaia.n yang lebih realistis terhadapnilai jual obyek pajak.

341

Dalam pada itu persentase penerimaan daerah dngkat I terhadap prcduk domestik

bruto (PDB) dalam tahun 1988/89 adalah sebesar 3 persen dan dalam tahun 1992P3 meningkat

menjadi 3,3 persen, sedangkan persentase penerimaan daerah tingkat II tcrhadap PDB dalam

tahun 1988/89 adalah sebesar 2,1 persen dan dalam tahun 1991/92 meningkat menjadi 2,8

pcrsen,

Pengeluaran rutin daerah tingkat I dan daerah tingkat II meliputi belanja pegawai,

belanja barang, belanja pemcliharaan, belanja perjalanan dinas, angsuran pinjaman dan bunga,

belanja pcnsiun dan uang tunggu, ganjarary'subsidi/sumbangan kepada daerah bawahan' serta

belanja rutin lairmya. sesuai dengan jenis penggunaafflya, belanja pegawai dan belania barang

merupakan bagian pengeluaran rutin yang terbesar, yang kemudian diikuti oleh belanja lainlain,

Hal ini menunjukkan besamya kcgiatan operasional, perencanaan, pengawasan, dan pembinaan,

yang dilaksanakan oleh pem erintah daerah tingkat I maupun dacrah tingkat II. Jumlah pengeluaran

rutin daerah tingkat I seluruh Indonesia dalam tahun 1988/89 adalah scbesar Rp 2.540,1 miliar,

dalam tahun 1992193 meningkat menjadi sebesar Rp 4.670,5 miliar, yang berarti mengalami

pernrmbuhan rata-rata 16,4 persen per tahunnya. ProPorsi pengeluaran rutin terhadap keseluruhan

pengeluaran daerah tingkat I dalam tahun 1992193 adalah 68 persen, atau mengalami penurunan

jika dibandingkan dcngan proporsinya dalam tahun 1988/89 yang sebesar 75,8 pcrsen. Sedangkaljumlah pengeluaran rutin daerah tingkat II seluruh Indonesia dalam tahun 1988/89 adalah sebesar

Rp 1.447,7 miliar, meningkat menjadi sebcsar Rp 2.337,3 miliar dalam tahun 1991192' yutg

berarti mengalami pernrmbuhan rata-rata sebesat 17,3 persen per tahun. Proporsi pcngeluaran

rutin terhadap kcscluruhan pengeluaran rudn daerah tingkat II dalam tahun 1991192 adalah 45 Apcrsen, atau mengalami penurunan jika dibandingkan dengan proporsinya dalam tahun 1988/89

yang scbesar 59 persen. Penurunan proporsi pengeluaran rutin daerah, baik tingkat I maupun

tingkat II, terhadap keseluruhan pengeluaran rutin ini adalah sebagai akibat dari meningkatnya

proporsi pengeluaran pembangunan daerah, baik tingkat I maupun tingkat II, terhadap keseluruhan

pengeluaran pcmbangunan daerah.

Pengeluaran pembangunan dacrah tingkat I selama periode 1988/89-1992/93 secara

keseluruhan menunjukkan perkembangan yang terus mcningkat tlari tahun ke tahun. Apabila

dalam tahun 1988/89 berjumlah sebesar Rp 811,2 miliar, maka dalam ta]fnn 1992193 meningkat

menjadi sebesar Rp 2,201,8 miliar, atau mengalarni pertumbuhan rata-rata sebesar 28'4 penen

per tahun. Proporsi pengeluaran pembangunan tcrhadap keselunrhan pengeluaran daerah

dngkat I dalam tahun 1992/93 adalah 32 persen, atau mcngalami peningkatan jika dibandingkan

dengan proporsinya dalam tahun 1988/89 yang hanya sebcsar 24,2 persen. Demikian pula jumlah

pengcluaran pembangunan daerah tingkat II seluruh Indonesia dalam tahun 1988/89 berjumlah

sebesar Rp 1.004,4 miliar, yang mcningkat menjadi sebesar Rp 2.817 miliar dalam tahun

l99l92, yutg berani mcngalami perLumbuhan rata-rata sebesar 41 persen per uhun. Proporsi

pengeluaran pembangunan terhadap kescluruhan pengeluaran daerah tingkat II dalam tahun

l99LD2 adalah sebesar 54,6 pcrsen, atau mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan

proporsinya dalam rahun 1988/89 yang hanya sebesar4l persen. Peningkatan proporsi pengeluaran

pembangunan daerah, baik tingkat I maupun tingkat II, terhadap keseluruhan pengeluaran

a

342

pembangunan ini seiring dengan meningkatnya jumlah penerimaan daerah tingkat I dantingkat II dari tahun kc tahun.

Da1am pada itu, sejak tahun 1988/89 jumlah daerah lingkat II yalrg semula 290 daerahtingkat II, dalam tahun 1990D1 mcningkat mcnjadi 292 daerah tingkat II, dengan adanyapenambahan 2 daerah tingkat II baru, yaitu Kotamadya daerah tingkat II Bitung dan Kabupatcndaerah tingkat II Halmahera Tengah. Dalam tahun 1991/92, dengan pembentukan Kabupatendaerah tingkat II Lampung Barat maka jumlah daerah tingkat II menjadi 293 daerah tingkat II.Namun demikian, dalam tahun anggaran tersebut daerah tingkat II Lampung Barat belummemiliki APBD scndiri dan masih ditampung dalam APBD Kabupatcn dacrah tingkat IILarnpung Utara. Adapun tujuan penambahary'peningkatan status menjadi daerah tingkat IItersebut adalah untuk mcningkatkan daya guna dan hasil guna pcnyelcnggaraan [Emcrintahan,dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. dan pelaksanaan program-program pembangunan.

5,2. Kebijaksanaan Keuangan Daerah

Dalam sistcm ncgara kcsatuan yang menganut prinsip otonomi yang nyata danbcnanggung jawab, pada dasamya pembentukan daerah adalah dalam rangka membantupenyelenggaraan pemerinlahan pusat, utamanya dalam penyediaan pelayanan kepada masyarakatdan pelaksanaan program-program pembangunan, di samping membina kestabilan sosial,politik, ekonomi, dan kesatuan bangsa. Dengan demikian pemerintah daerah dipandang scbagaimitra oleh pemerintah pusat daltun pcnyclcnggaraan bcrbagai tugas pclayanan kcpada masyarakat.Berdasarkan pemikiran ini, antara keuiurgan negara dan keuangan daerah terdapat hubunganyang crat, saling mclengkapi, dan se ing mendukung dalam mcnciptakan kescjahteraan masyarakatyang lebih merata melalui tahap-tahap pembangunan yarg telah ditetapkar.

Sejalan dengar itu, kebijaksanaan di bidang keuangan daerah terus diupayakanpcmantapannya searah dengan tujuan jangka panjang pembuurgunan nasional, yaitu agarkeuangan daerah semakin berperan dalam meningkatkan perekonomian nasional, meningkatkanefisiensi dan pemerataan pembangunan, mendorong partisipasi masyarakat dan swasta, senamemperluas kcscmpatan kerja. Di sisi lain, pemerintah daerah dituntut untuk meningkatkankemandiriannya dalam mcmbiayai pcnyclcnggaraan pemcrintahan dan pcmbangunan dacrah.Kcmandirian ini diartikan bahwa tiap daerah harus semakin dapat membiayai pengeluarannyadari pendapatan asli daerah serta bagi hasil pajzrk dan bukan pajnk. Untuk itu sumber pendapatantcrscbut tcrus diupayakan peningkatannya agar sekurang-kurangnya dapat membiayai kegiatanoperasional dan pemeliharaan pcmerintah daerah.

Selanjutnya dengan telah diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun1992 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah Dengan Titik Berat Pada Daerah Tingkat II,diharapkan agar penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakatdi daerah dapat lebih berdayaguna dan berhasilguna, mengingat bahwa kedudukan daerahtingkat II lebih langsung berhubungan dengan masyarakat, sehingga lcbih dapat menyerapaspirasi masyarakat. Bcrkenaan dengan itu, sebagai tindak lanjut daripada peraturan tersebut

343

dilaksanakan penyerahan berbagai urusan pcmcrintahan kepada daerah tingkat II secara bertahap,dengan mempertimbangkan asas efeklivilas dan efisiensi pelaksanaan urusan scrta kemampuandaerah, di samping meninjau kembali pelaksanaan berbagai urusan yang telah diserahkan kcpadadaerah. Guna mengantisipasi pelaksanaa, penyerahan urusan pemerintahan tcrsebuL senamenjarnin tetlaksananya urusan-urusan yang telah discrahkan kepada daerah atau yang telahmcnjadi urusan daerah dengan efcktif dan efisien, maka sumber daya manusia pernerintah daerahtingkat Il terus ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Untuk itu, berbagai upaya telahdilaksanakan guna rneningkatkan kemampuan aparat dacrah di bidang keuangan dacrah,termasuk diantaranya ke{asama dengan beberapa perguruan tinggi dalam menyelenggarakanlatihan keuangan dacrah (LKD) dan kursus keuangan daerah (KKD), di samping mengirimtenaga yang polensial ke luar ncgeri, baik untuk program gclar maupun nongelar. Secara khususjuga scdang dirintis suatu program untuk meningkatkan manajemen pcrkotaan bagi aparatpcmerintah daerah yang bertanggungiawab dalarn mengelola perkotaan. Program ini dirancanguntuk menjawab tantangan-tantangan yang tilnbul dengan semakin bertambahnya daerah danwilayah perkotaan di Indoncsia, yang mcmiliki permasalahan yang semakin kompleks dcnganpeningkatan jumlah penduduk yarg bermukim di perkotaan. Dalam tahun 1980, pendudukperkotaan meliputi 22,3 persen dari seluruh jumlah penduduk Indonesia dan felah benambahmenjadi 30,9 persen dalam tahun 1990, atau rata-rata tumbuh sebesar 5,4 persen, semcntara itupernrmbuhan pcnduduk rata-rata nasional hanya 1,98 persen per tahun.

Dalam pada itu, scmakin banyak urusan pcmcrintahan yang diserahkan kcpada daerahakan diikuli dengal scmakin besamya da.Da yang harus dikelola oleh daerah, temasuk bantuandari pusat, pendapatan asli daerah, scrta bagi hasil pajak dan bukan pajak, untuk pelaksanaanurusan tersebut. Membesamya dana yang dikclola oleh dacrah sudah barang tentu harus diikutidcngan pengelolaan keuangan yang semakin efisien, agar dengan dana yang ada dapat dicapaihasil yang maksimal. Dalam memasuki Rcpclita VI dan pembangunan jangka panjang kedua(PJP U), Pemerintah mcngambil langkah-langkah guna mendukung pertumbuhan pcrckonomiannasional.

Pcr lama, pembangunan sarana dan prasarana terus di t ingkatkan denganmempertimbangkan aspck efisicnsi pemanfaatannya. Sementara itu sarana dan prasarana yangada harus tetap dipelihara agar fungsi dan kegunaannya dapat terus dipertahankan.

Kedua, meningkatkan sumber daya manusia agar diperoleh tenaga yang terampil,kreatif dan berdisiplin guna mendukung peningkatan pem.rmbuhan ekonomi, baik melaluipendidikan di dalam negeri maupun di luar ncgcri. Upaya ini sangat relevan dengan programdesentralisasi, di mana daerah mcnerima penyerahan urusan-urusan pemerintahan yang semakinbanyak.

Kctiga, pemanfaatan kemampuan tcknologi dikembangkan secara berkelanjutan agarproduktivitas ekonomi daerah dapat meningkat. Demikian pula pengembangan rcknologi dibidang pendidikan, industri, pertanian, perdagangan, dan prasarana diharapkan dapat lebih cepatpeningkatarmya.

344

Keempat, meningkatkan pendapatan, khususnya pendapatan asli daerah denganmengintensifkan pemungutannya, antara lain dcngan pcrbaikan-pcrbaikan adminisuasi, prosedur

dan peraturannya. Scmcntam itu panisipasi masyarakat dan swasta dalam pembangunan terusdidorong dan digai rahkan agar dapat teftimpun dana yang cukup untuk membiayai pcmbangunan.

Kelima, pembaharuan lembaga pemerintah daerah, antara lain berupa pengembangan

unit-unit swadana dan lcmbaga kemasyarakatan, seperti perkumpulan petani pemakai air, sertapcngkajian dan penyempumaan peraturan-peraturan daerah yang sudah tidak mendukungpertumbuhan daerah. Dengan demikian, lembaga-lembaga yang ada dapat bcrfungsi secaracfisicn, tcnib, dan peka terhadap tuntutan kebutuhan masyarakat serta dapat mendukungkebijaksanaan pemerintah mengenai deregplasi dan debirokratisasi.

Berdasarkan acuan kebijaksanaan tcrscbut, pcnyusunan anggaran daerah, khususnyamenyangkut penyusunan kegiatan dan proyek-proyek daerah, berpedoman pada beberapakritcria sebagai berikut :

(a) Mempunyai pcngaruh yang bcsar terhadap perekonomian, artinya proyek tersebut secarajelas dapat memberi manfaat untuk mengubah dan meningkatkan kehidupan perckonomianmasyarakat dari keadaan sebclumnya.

(b) Dapat mendorong sektor swasta, artinya proyek daerah harus mampu mcndorongmeningkatkan dan mcmperluas peranan sektor swasta dalam pelaksanaan pembangunandaerah.

(c) Dapat memperluas lapangan kerja, dalam afti bahwa proyek yang dibangun harusmenggunakan sistem padat karya sehingga dapat memberi tambahan pnghasilan kepadamasyarakat banyak secara nyata dan sifatnya meluas.

(d) Pemilihan program didasarkan atas pcrtimbangan untuk mendorong usaha pemerataanpendapatan masyarakat di daerah secara meluas dan nyata.

(e) Mcngummakan proyek yang dapat dilaksanakan oleh pengusaha golongan ekonomi lemah.Pengertian pcngusaha ckonomi lemah ini bukan saja dalam arti permodalannya yang lcmah,tetapi berarti pula pengusaha yang menggunakan teknologi sederhana dan yang banyakmenggunakan sumber daya manusia yang pada umumnya berada pada kondisi marginal.

(Q Menggunakan sebanyak-banyaknya bahan/pgralnlan dan atau bahan baku produksi dalamnegeri. Penggunaan bahan baku dan komponen dalam negeri ini terus ditingkatkan daritahun ke tahun.

(g) Memberi prioritas kepada proyek-proyek yang bertujuan meningkatkan, mendorong, danmencipiakan komodid ekspor nonmigas dan padwisata. Program daerah harus berodentasilangsung kepada sektor usaha masyarakat, terutama kegiatan dunia usaha penghasil devisa.

345

53. Anggaran pendapatan dan belanja dacrah tingkat I

53.1. Pendapatan asli daerah

Untuk meningkatkan pcranan anggaran pendapatan dan belanja daerah tingkat I secarabertahap dan berencana menuju kcmandirian pembiayaan daerah, pendapatan asli dacrah selamaini terus diupayakan peningkatannya. Dengan kontribusi PAD yang somakin meningkat,diharapkan pemerintah daerah dngkat I semakin mampu mcmbiayai pclaksaraan [ugas-tugasnya,yang pada gilirannya akan mengurangi ketergantungan dari APBN. Upaya yang ditcmpuhteruurma melalui peningkatan efcktivitas dan efisiensi administrasi PAD, khususnya pungutanpajak dan rctribusi daerah, yang diharapkan secara simultan dapat meningkatkan peranan PAD,mendorong peftumbuhan investasi dan ekonomi di daerah, scrta mendukung upaya pemcramandan stabilitas perekonomian nasional.

Ketentuan mengenai PAD tingkat I secara garis besar diatur dalam Pasal 54 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974. Dalam padal tersebut dinyatakan bahwa PAD terdiri dari hasilpajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan daerah, dan lain-lain hasil usaha daerahyang sah. Seluruh pencrimaan PAD disetor ke kas daerah sebagai pencrimaan mumi APBDtingkat I, yang sclanjutnya dipergunakan untuk membiayai pengeluaran daerah sesuai prioritaskcbutuhan daerah setiap tahunnya.

Realisasi PAD tingkat I secara nasional selama kurun waktu 4 tahun terakhir telahmeningkat relatif cepat, baik secara nominal maupun secara relatif, ditinjau dari peranannyateftadap pcncrimaan daerah tingkat I secara keseluruhan. Realisasi lrcnerimaan PAD dafi 27propinsi daerah tingkat I seluruh Indonesia dalam tahun 1988/89 adalah sebesar Rp 814,2miliar, dan dalam tahun 1992193 lelah mcningkat menjadi sebcsar Rp 1.743,8 miliar. Hal inibcrani bahwa selama kurun waktu tersebut PAD tclah meningkat sebesar Rp 929,6 miliar (1 14,2persen), atau dengan tingkat pemrmbuhan rata-rata sebcsar 2l persen per tahun. Dilihat secaralebih rinci per propinsi, tingkat pertumbuhan rata-rata masing-masing propinsi juga menunjukkanperkembangan yang cukup baik, deDgan penumbuhan tertinggi sebesar 39,1 persen dan terendahsebesar 6,5 persen. Di antara daerah tingkat I yang paling tinggi tingkat pertumbuhannya adalahPropinsi Riau, sedangkan yang paling rendah tingkaf pemrmbuhannya adalah Propinsi Lampung.Perkembangan dan tingkat pcrtumbuhan PAD masing-masing propinsi secara rinci dapat diikutidalam Tabel V.10.

Dengan realisasi PAD rata-rata yang meningkat secara relatif cepat, maka perananPAD terhadap pe.nerimaan daerah sccara keseluruhan juga mengalami peningkatan. PcrananPAD dalam taiun 1988/89 adalarh sebesar 22,3 pcrsen, dan dalarn tahun 1992D3 telah menjadisebesar 24 persen. Penerimaan daerah lingkat I secara kcscluruhan dalam tahun 1988/89berjumlah scbesar Rp 3.651,5 miliar dan dalam ae'].un 1992193 berjumlah sebesar Rp 7.279,4miliar.

Persentase PAD terhadap produk domestik bruto (PDB) tanpa migas juga cenderungmeningkat. Dengan PDB tanpa migas (harga berlaku) tahun 1988 sebesar Rp 121.606 miliar dan

T a b e l V . 1 0

PENDAPATAN ASLI DAERAH TINGKAT I PER PROPINSI,ls.EEIAg - B92lS3

(dalam juta rupiah)

No. Propinsi

Repelll{ lV Repelita v Pertum'buhan

Rat{-rata( \1988/E9 r9E9/q) 199{t/91 l99ll92 1992/95

t

2.

l

5.

6.

I

lo

l z

l 3

l4-

l5_

t6.

t1

L 8

t9_

20.

21.

22

23

x5.26

21

Betr8|(ulu

DI Yoeydkana

B r l i

Nusa T.nSgun Bdat

NtN. TcngSMa Tltnnr

MaLuku

10m8,62

50517,91

13.014,51

t2234,16

5117,91

t9.u2,25

4 U2,40

r4 904,38

317 80E,4( l

76 444,t5

65 57 t , l3

1099x,t6

11108?,49

1 107,39

2 t 7 t , l 8

7 686,45

t]379,34

to254,'.l4

l_419o1

18.046,J5

2..505.r9

tE EE4. l l

4235, l l

5 743,40

3 381,?8

3 1 6 8 , 1 8

I 864.54

12.327,96

57.?81,98

14.211,26

14160,96

6778,56

2t x95,ffi

4.2t6,70

t1.494,12

429 66091

104.941,45

78929,39

tx.899,36

133 860,37

8 631,59

2 390.35

9 334,47

1 6 6 6 1 , 1 0

lr28999

4 398,37

23 u94,W

2.168,96

27 501,1?

5 714,25

8.0?8.01

7.392,02

4148,94

1 111,76

t3.E6',t,U

64 659,59

20 40?,t5

2t u7,74

7.454,75

30 316,14

4?86,04

r9.282,20

6t9 419,39

t5t 283,4

99 299,28

19.100,80

1E3171,91

12M4,97

: t . l?4,48

l2140,28

?9.438,41

14264,53

5 678,22

28 524,69

3 5 1 4 , 1 8

45 367,22

7 855,80

8.305,10

6.U0:13

5?03,67

1 7 t 4 , 1 7

t1.1t5,57

65 3U,25

22816,16

42 896,46

8.647,26

34182,96

5.277,79

l8 84?,01

700599,t0

t65.333,75

1o8.965,27

t9.t42,4X

196.758,69

t? 189,94

4 767,49

l4 m1,38

35.207,02

r't.734,39

7.5t0,29

?7 098,45

I838,39

35.374,31

11.006,91

10.359,7?

6.643,91

4234,44

1.4{I7,94

m.506,33

70 ?04,55

25 621,74

45.429,15

10.782,03

34.679,62

5 911,65

19.t62,0,6

714.919,94

t8t.275,21

120.583,08

22.369,31

l9l 096,68

13.09r,99

5.965,55

t9 tt92,62

42762!n

l 3 8 l 1 , 2 1

9.U5,81

37.939,1E

3.987,80

35.744,95

8 69?,70

|927,6

5.?87,06

I333,99

4.170,7 |

t9,64

8,58

lE .4 l

l9 , l l

t9,33

t6,t7

9,97

6,4E

24,96

u,tt)16,45

19,44

14,52

14,16

20,rx

25,54

33,71

1,73

28,U

20,41

12,12

t7,29

l 9 J l

20,04

t4,37

27,35

23,74

814.156J0 l.Ml,481,92 r.438.308J0 '1.604.037175 1 ,14!.76{t9E m,97

347

tahun 1992 sebesar Rp 223.243,1 miliar, persentase PAD terhadap PDB tanpa migas telahmeningkat dari sebesar 0,67 pcnen dalam tahun 1988/89 menjadi sebesar 0,78 psrscn dalamtahun 1992193. Pe*embangan peranan PAD tingkat I teftadap penerimaan daerah dan PDBtanpa migas setiap tahun dapat dilihat dalam Tabel V.ll,

Penlumbang teft€sar terhadap penerimaan PAD adalah hasil pajak dan retribusidaemh. Kedua kompnnen lrnerimaan PAD tersebut dalam tahun 1988/89 meyumbang sebesar88 persen dan dalam tahun 1992193 sebesar 89,8 persen. Peranan pajak daerah dalam tahun1988/89 adalah sebesar 80,4 persen dan dalam tahun 1992193 menurun menjadi sebesar 74persen. Penerimaan retribusi daerah mengalami peningkatan peranan yang cukup besar, yaknidari 7,6 persen dalam tahun 1988/89 nenjadi 15,8 persen dalam tahun 1992193. Dalan hal initerdapat pergeseran peranan, yaitu peranan pajak dacrah yang menurun digantikan denganperanan retribusi daerah yang mcningkat. Pergeseran peranan tersebut disebabkan terutamakarena semakin giatnya penggalian retribusi di banyak daerah tingkat I, khususnya retribusi airbawah tanah dan retribusi golongan C di sektor pertambangan. Sedangkan peranan ketigasumber PAD lainnya, yakni pcncrimaan laba badan usaha milik daerah (BUMD), penerimaandinas-dinas, dan penerimaan lain-lain, masih tetap relatif kecil dan bahkan semakin menurun,meskipun secara nominal meningkat cukup besar, yakni dari sebesar Rp 97,4 miliar dalamtahun 1988/89 menjadi sebesar Rp 178,3 miliar dalam tahun L992193, atau dengan tingkatperhrmbuhan rata-rata sebesar 16,3 perscn per tahun. Perkembangan peranan masing-masingkomponen atau pos penerimaan PAD selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel V,12.

5.3.1.1. Pajak daerah

Pajak daerah adalah pungutan daerah menurut pcraturan pajak yang ditetapkan olehdaerah untuk pembiayaan rumah tangganya. Hasil pajak daerah adalah hasil pungutan pajak aslidaerah dan pajak negara yang telah diserahkan kepada daerah bcrdasarkan perundang-undanganyang berlaku. Ketentuan pungutan pajak daerah diatur antara lain dalam Undang-undangNomor 32 Tahun 1956 tcntang Pcrimbangan Keuangan antara Negara dengan Daerah-dacrahyang Berhak Mengurus Rumah Tangganya Sendiri, Undang-undang Nomor I I Drt Tahun 1957tentang Peraturan Umum Pajak Dacrah, Pcrpu Nomor 27 Tahun 1959 tentang Bea Balik NamaKendaraan Bermotor, Undang-undang Nomor l0 Tahun 1968 tentang Penyerahan Pajak-pajakNegara, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bangsa Asing dan Pajak Radio kepadaDaerah, dan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan diDaerah, serta berbagai peraturan perundang-undangan dan pcratut an daerah lainnya. DalamUndang-undang Nomor 11 Drt Tahun 1957 ditetapkan antara lain bahwa lapangan pajak dacralialah lapangan pajak yang belum dipergunakan oleh negara. Hal ini bcrani bahwa penetapanpunguun pajak daerah senantiasa harus mengacu pada ketentuan pajak negara, sehingga obyekpajak yang sudah dikenakan pajak pusat berdasadon undang-undang nasrional tidak dapatdib€bani lagi dengan pajak daerah yang tidak berdasarkan undang-undang nasional.

Penerimaan pajak daerah tingkat I sebagian terbesar bersumbcr dari penerimaan pajak

&endaraan b€rmotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBN-KB). Seperti halnya

348

?

Kelenngm : +) Dalam tatun lrksin, da ala! dasu hJga ydo8 bcrlaku.+*) Anste tem€nlea.

***) Artk sdtat smctrrm.

T a b € l V . 1 l

PENDAPATAN ASLI DAERAH TINGKAT I DAN PROPORSINYATERHADAP PENERIMAAN DAERAH TINGKAT I

DAN PRODUK DOMESTIK BRTITO TANPA MIGAS,1988/89 - 1992/93

(dalam miliar ruplah)

No. U r a i a nRepelita IV Repelita Y

1988/E9 1989/90 19ml9r t99tl92 1992/93

1 .

2.

3.

5 ,

PAD tiDEkat I

Penedhain APBD Tk, I

P D B ' '

Pcrsenlasc PAD Tk. I tcrh6d6ppcncdnErn APBD (l :2)

Perse ise PADTk,I lerhadapPDB ( l :3)

814,16

3.65t,54

121.606,00

22,30

0,67

r.04139

4.350,13

t42.434,70

23,94

o,'73

t.438,31

5.454,65

167.0O1,60

,17

o,E6

r.604,M

6.&4,57

191,731,40")

0 8 4

r.743,76

7.27911

223.M3,10"')

0,7E

T a b e l V . 1 2

KOMPOSNI PENDAPATAN ASLI DAERAH TINGKATSELURUH INDONESIA,

I9EE/E9 DAN 199?./93

No Komponen PAD

Repellaa IV1988iE9

Repelita V1992193

( Rp jula ) % ( Rp juta ) 7a

l .

2.

3 .

5.

Pajak

Retribusi

Penerimaan laba BUMD

Penerimaan dinas-dinas

Penerimaan lain-lain

655.006,08

61.77 4,38

16.721,13

46.011,56

34.643,55

80,4 5

? { q

2,O5

5,65

4,26

1.290.191,85

275.271,O3

40.183,01

24,899,87

113.2t5,22

?1 qs

15,79

2,30

1 4 t

649

Jumlah 814.156,70 100,00 1.743.760,9E 100,00

I

350

tahun-tahun sebelumnya, penghasil pajak daerah tingkat I yang terbesar dalam tahun 1992/93adalah DKI Jakarta, yaitu sebesar Rp 578,9 miliar atau 44,9 persen dari jumlah penerimaan pajakdacrah tingkat I scluruh Indoncsia, diikuti olch Propinsi Jawa Timur scbcsar Rp 157,9 miliar(12,2 persen), dan Propinsi Jawa Barat sebesar Rp 149,8 miliar (11,6 persen). Sementara itu,tingkat pcnumbuhan rata-rata pcr tahun tcrtinggi sclama pcriode 1988189-1992/93 dicapai olchPropinsi Timor-Timur (39,9 persen), Propinsi Irian Jaya (27,3 penen), dan Propinsi Riau (26,3pcrscn).

Penerimaan pajak daerah tingkat I mengalami peningkatan yang relatif cepat. Jumlahpcncrimaan pajak dacrah tingkat I seluruh Indoncsia dalam tahun 1988/89 adalah scbcsarRp 655 miliar dan dalam tahun 1992/93 meningkat menjadi sebesar Rp 1.290,2 miliar,sehingga selama periode tersebut pajak daerah tingkat I telah meningkat dengan laju pertumbuhanrata-rata sebesar 18,5 persen (lihat Tabel V.l3). Sebagian terbesar penerimaan pajak dacrahtingkat I berasai dari penerimaan PKB dan BBN-KB, bahkan di beberapa daerah seperti PropinsiDI Yogyakarta, Propinsi Jawa Timur, Propinsi Sulawcsi Utara, dan Propinsi Nusa TcnggaraBarat, mencapai 100 persen. Peranan PKB dan BBN-KB terhadap penerimaan pajak daerahtingkat I dalam tahun 1988/89 adalah scbcsar 97,2 pcrscn dan dalam tahun 1992/93 mcnurunmcnjadi 95,2 pcrscn. Pcranan PKB dan BBN-KB terhadap penerimaan pajak daerah di masing-masing daerah tingkat I dapat dilihat dalam Tabel V.14,

5.3.1.2. Retribusi daerah

Rctribusi dacrah adalah pungutan dacrah scbagai pcmbayaran atasjasa pekedaan, jasausaha, jasa milik dacrah, dan jasa nyata lainnya yang diberikan oleh daerah. Seperti halnyapungutan pajak daerah, pungutan retribusi daerdh dilaksanakan berdasarkan undang-undang.Selanjumya, untuk pclaksanaarnya di masing-masing daerah, pungutan retribusi daerah dijabarkandalarn peraturan daerah. Penyusunen, penetapan, dan pengesahan peraturan daerah dimaksudsepenuhnya mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan mengenaipemungutan retribusi secara garis besar diatur dalam Undang-undang Nomor 12 Drt Tahun 1957tentang Peraturan Umum Retribusi Dacrah dan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentangPokok-pokok Pemerintahan di Daerah.

Selama beberapa Hhun terakhir, penerimaan retribusi daerah tingkat I telah berkembangccpat, bahkan lebih cepat dibandingkan dengan perkembangan penerimaan pajak daerahtingkal I. Jumlah penerimaan retfibusi daerah tingkat I di seluruh Indonesia dalam tahun1988/89 mencapai Rp 61,8 miliar dan dalam tahun 1992193 mcningkat menjadi Rp 275,3miliar, sehingga selama periode tersebut mengalami laju pertumbuhan rata-mta sebesar 45,3persen per tahun. Dalam tahun 1992193, pencrimaan rcfibusi dacrah tingkat I yang terbesaradalah di DKI Jakana, yaitu sebesar Rp 115,2 miliar (41,8 persen), diikuti oleh Propinsi JawaBarat sebesar Rp 23,6 miliar (8,6 persen) dan Propinsi Jawa Tengah sebesar Rp 20,3 miliar (7,4persen). Dilihat dari tingkat pefiumbuhan rata-rata per tahun selama periode 1988/89- 1992/93,Propinsi Riau mengalami tingkat pcrtumbuhan yang paling tinggi, yaitu sebesar 97,6 persen,diikuti oleh Pncpinsi Kalimantan Timur dan DKI Jakarta, masing-masing sebesar 66,5 persen dan

T a b c l V . 1 3

PENERIMAAN PAJAK DAERAH TINOKAT I PNR I'ROPINSI'lt88/89 - 1992/93

( dalam juae rupiah )

No. Propinsi

Repelitn lv R€pElita VPer lum-buhan

Rata-relo\ % )1988/89 1989/90 1990/91 199u92 t992193

l

2

3

5.

6.

E ,

9.

10.

l l

t2

t 3

1 5 .

16.

1 7

18.

t9,

m?1

22.

23.

?4.

25.

26.

27.

BenEkulu

DI Yogyatantr

B e L l

Nusa'lengSea Barat

Nusa TeDssm timut

Maluku

Ide Jnya

' t \ t4, t4

44.864,3?

9 347 ,49

10.752,r5

4446,59

16 445,99

2 685,25

10 612,82

257.27 | , t6

66.0!ri.2-t

52 329,t6

9 103,70

93.129,64

6-44r,91

1.519,94

5.6 ' ,11, t1

10.73?,53

5.321,14

2 5t2,63

12.772,W

967,70

14.736,74

2.086,57

2.201,65

2.0'1p2

491,9',1

E,607,70

51.150,68

9.740,t2

12.482,25

4 t7O:77

r6.808,?4

2 607,08

13.44E,04

t3t 56t ,5t

87.644,34

63 565,34

10.456,79

1t0.E91,99'1264,51

1.531.15

??80,43

lz 854,17

5.9r5,58

2.993,34

16 664,80

1.r34,79

22.774,96

3 858,36

7265,53

2 638,82

2 411,94

626,10

8 796,95

57 653,15

1 3 1 0 9 , 1 6

17 291,17

5,941,22']r.312,04

3 169,80

t3.'146,22

470 674,14

128.324,95

El 633,62

14.0?0,45

154 002,13

10026,32

2 04:l,li9

8.39t,47

t 5 2 m , 1 2

7 792,48

1.808,41

2D 54t,4X

1.384,50

33.087,83

5 ?88,66

2 El0,r l

2.946,M

I 4E2,7E

73J,95

9952,00

55 486,41

16.?:72,72

24.t55,29

5.750,14

2?658,18

r.096.39

l3 825.r1

520.827,

138 07l ,?t

47.942,06

l5 927,58

156.366,83

9.170,89

2.7 ,10

1l 103.J9

18 715,49

8444,05

4 060,54

r8 540,69

1 7 1 8 , 3 1

a7 l'ld,74

5.0 '70,17

3.699,03

3 5n,O3

5.4E0,?5

1.3t625

! . u9 ; t I

60.168,16

t6.735.24

21.353J0

6924,06

21.685,70

x948,61

14.05E,09

J78.915,11

149167,25

92.919,68

18.699,r0

157 879,14

8.903,08

r 4 l6,r i1

l t .?60,13

19130,58

8 6 1 0 , 1 6

4_918,12

2?.81r,05

2.3t3,28

28.460,06

4 52t;79

4 55:t.69

4.084,26

5.456,57

1.908,30

t 2 , t 4

7,61

15,61

26,29

1 r , 7 1'1,16

'1,24

22,48

22J3

t5,44

19,72

13,92

E,43

22,45

19,9?

15,5:l

t2,15

18,28

15,60

24.34

I7,rJ9'11,52

?t ,54

16,63

21,31

39,91

J u t n l o h 653.006,08 E13.9E1,45 1,106,3t2,04 l.l9l-E00,r9 1,tm.191,85 14,47

q

T a b e l V . 1 4

PERANAN PKB DAN BBN.KB TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DAERAH TINCKAT IPER PROPINSI, 1988/89 DAN 1992193

(dalam persentase)

No, PropinsiRep€lita lV R€pelita V

7988189 r992193

;,.3 .4.

5.6 .7 .8 .9.

10 .l l .1 1

13.t4.15 .16.l ' t.18 .19.20.21.22.

u.25.26.

DI Aceh

Sumatera Utam

Sumatera Bamt

R i a u

J a m b i

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

DKI Jak{rta

Ja$,a Barat

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

Jawa Timu!

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

Kalimantsn Selalan

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Teneah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

B a l i

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

Maluku

Irian Jaya

Timor Timur

96,3993,5699,9197,4'l99,2899,6396,82

100,00'17,t3

qq 14

98,4399,9399,9293,06

99,8499,5899,95

100,0098,4195,28

100,0097,6193,84

100,0095,79

100,00

96,24

99,939t,5496,9092,2897,9s93,577 1 , 1 897,6397,36

100,m100,0094,5r83,85

,2297,67

100,00

92;t298,009?,98n90

100,008?,3098,7599,6196,22

l n d o n e s l f , 91,11 95,21

353

66,1 persen. Penerimaan retribusi Daerah Tingkat I Riau yang meningkat relatif cepat terutamabersumber dari intensifikasi pungutan retribusi air bawah tanah dan pcmbcrian izin pcngambilanbatu, pasir dan kerikil, sedang retribusi Daerah Tingkat I Kalimantan Timur terutama bersumberdari retribusi air bawah tanah dan retribusi rumah sakit dan balai pengobatan, Selanjutnya,peningkatan penerimaan retribusi Daerah Tingkat I DKI Jakarta tcrutama bersumbcr dariintensifikasi retribusi tata kota, retribusi pengawasan pembangunan kota, retribusi air bawahtanah, retribusi runah sakit dan balai pengobatan, scrta rctribusi kependudukan dan kartu tandapenduduk (KTP), Perkembangan penerimaan retribusi daerah tingkat I per propinsi selengkapnyadapat dilihat dalam Tabel V.15.

53.13. Bagian laba badan usaha milik daerah

Berdasarkan pasal 59 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokokPemerintahan di Daerah, pemerintah daerah dapat membentuk perusahaan daerah, yangpenyelenggaraan dan pembinaannya dilakukan bcrdasarkan azas ekonomi perusahaan. Selanjutnya,Pasal 60 menyatakan bahwa dengan pcraturan daerah dapat diadakan usaha-usaha scbagaisumber pendapatan daerah. Tujuan pembentukan perusahaan daerah adzilah untuk turut sertamelaksanakan pembangunan daerah pada khususnya dan pembangunan ekonomi nasional padaumumnya, dengan mengutamakan pemberian jasa kepada masyarakat, mcnyclcnggarakankemanfaatan umum, membcrikan sumbangan bagi ekonomi daerah, dan menambah pcnghasilanpemerintah daerah.

Meskipun badan usaha milik daerah (BUMD) tingkat I mcmerlukan pembiayaan yangbesar untuk pengembangan investasi namun masih tetap menyumbarg bagian laba yang rc1atifkecil terhadap PAD tingkat L Penerimaan bagian laba BUMD selama pcriode 1988/89-1992D3telah meningkat relatif ccpat, dalam tahun 1988/89 penerimaan daerah tingkat I yang berasal daribagian laba BUMD di seluruh Indonesia berjumlah Rp 16,7 miliar dan dalam tahun 1992/93telah meningkat menjadi Rp 40,2 miliar, anu mengalami tingkat pcrtumbuhan rata-rata pertahun sebesar 24,5 persen. Dalam pcriode tersebut, tingkat pertumbuhan tertinggi dicapai olehPropinsi Riau dan Propinsi Bengkulu, masing-masing s:besar 148,9 persen dan 143,7 persen.Sebaliknya, bagian laba BUMD Propinsi Kalimantan Selatan, Propinsi Nusa Tenggara Timurdan Propinsi Timor-Timur mengalami penurunan, antara lain sehubungan dengan prioritaspemerintah daerah tcrsebut untuk mengutamakan perluasan investasi usaha BUMD dan membayarkembali pinjaman BUMD yang jaruh tempo.

Penerimaan bagian laba BUMD terbesar dalam tahun 1992/93 dicapai oleh DKIJakana, yaitu sebesar Rp 21,4 miliar atau 53,1 perscn dari total penerimaan bagian laba BUMDtingkat I, diikuri oleh Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Jawa Tcngah, masing-masing scbcsarRp 3,4 miliar dan Rp 3,2 miliar. Penerimaan terbesar bagian laba BUMD dalam tahun 1992/93untuk DKI Jakarta bersumber dari Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan pcrusahaan daerah airminum (PDAIO, sedang untuk Jawa Barat dan Jawa Tengah lerutama bersumber dari BPD.Pcrkembangan penerimaan yang bcrasal dari bagian laba BUMD daemh tingkat I secara rincidaDat diikuti dalam Tabel V.16,

T a b e l v . 1 5

PENERIMAAN RETRIBUSI DAERAH'I'INGKAT I PER PROPINSI,$a8189 -199219f,

( dalam juta rupiah )

No. Propinsi

Rep€lila IV Repelils V Peraum-buhsn

Rata'rata(%lr988i89 1989/90 1990l9r t99t/92 t992J9t

I

2.

3.

4.

5.

6.

7.

E

9

lo.

l l ,

12.

l 3

14_

t6

t7.

l 8

19.

m.2t.22

u.E.

26.

n.

R l i u

I a f l b l

B€n8kulu

DKI Jakarta

DI YoSyakn!

Kallmanla, Baral

Sula*csl T.ngrsra

B a l l

N$E T.n8gda BMt

Malutu

Lirn Jaya

I 112,56

2.459,85

1.530,17

893,75

42E,03

t 564,El

677,62

1_60),64

15132,48

?.54r,81

9.422,n

474,t8

1 135,ffi

834,94

153, l1

816,56

1 535,58

953,t1

70t,21

r 84r,25

313,30

2 554,35

684,81

5?6,50

u7,59

3E5,t1

1 6 5 5 , 1 ?

2 69O,7D

? 107, l8

t . t 1 l , 4 l

502,16

2 705,48(rt!32

t.757,21

70 577,74

tL658,22

10.59?,36

609,80

13.34E,88

867,92

346,71

| 295,12

l 996,66

991,52

906,60'),.472,41

323,80

2 827,71

| 1,52,41,

739,86

880,30

335,47

43,m

2.6U,ta

4.473,57

2.7K,26

1.999,12

908,? l

7 724,4

848,49

3.561,69

100261,05

15.815,55

736,05

t5.424,47

| .771,67

46r,00

3 322,74

4.393,60

1.l45,36

| .u9,11

4,569,05

3E |,EO

3 538,23

I 438,37

1.228,73

92,35

649,29

8E,84

3 683,92

6 1 8 9 , 9 1

3 748,05

15.141,70

1.676,36

8.339,80

I tn,n

3 819,79

122 161 ,42

19.064,36

t4.I21,Or

Lt54,0l

I6 965,99

199,6)

541,49

2798,43

4.91t ,98

1.853,5E

2654,44

5,591:tr

6rE,7l

3_803,06

4UJg,57

tJtT,3',1

469,83't99,6

25l,OE

4.617,t7

7.5_54,95

6 681,05

11.638,49

2932,W

9483,35

1 3 1 8 , 3 3

4,t57,72

115.185,65

23 635,2:l

20u7,99

l4{11,32

r7.952,E8

29?8,85

661,58

5.422,56

| 1.7E9,91

2 l l I , l ?

3.459,?5

8 363,91

?49,58

4 028,06

2.684,29

2.343,71

476,70

| 059,22

282,n

a.o9

32.18

44.56

n.65

61,?8

56,90

18,32

2n,95

66,10

33,05

3 1 , 1 1

u,94

37,44

n,25

60,53

6,46

22,ffi

49,03

46,04

u,3f

t2,6

40,7 |

42,U)

t7,E0

28,7E

34,80

J u m l ' h 61,774JE lx.t16,4l lna77p9 u9.t41)A '?s.27to! 4529

J ) )

1 ' a b c l V . 1 6

PENERIMAAN BAGIAN LAI]A PERT]SAHAAN DAERAH TINGKA'I' IPER PROPINSI, r98Ei89 - 1992/93

( dalam iuta rupiah )

No. P r o p i n s i

Repelih lv Rcpelila v Pertum-buha|l

Rata-rrtE(E')1988/89 1989190 t990/9r 199 92 l992t9t

L

2.

3

5

6't.

B,

9.

t 0

l l .

12.

13.

l 4

16.

fi.

l E .

19.

20.

2t .

22.

u25

26.

27.

DI Aceh

R i a

J a m b i

Sumat€ro Selalan

Bentkulu

Lamnung

DKI Jakna

lawa Barat

Jswa TenEBh

Dl Yoeystaiia

Kalimsncan Bsrat

Kalimsnran Tent

Kalimnrlan S€labn

SDlawesi U|!ra

SuLawesi Tengon

Sulaw$i Sel&tm

Sulne$i Tenggda

B a l l

Nus! Tenggare BErot

Nusa TmgSara Tift'n

Maluktr

Irid Jaya

Tiflor Timur

159,64

835,65

25,t\)

146,97

3 1 , 6 5

6,00

238,84

7 508,92

661,56

2.3t1,16

280,08

642,O5

189,16

34,62

261,61

246,85

640,00

60,m

25,00

180,45

380,40

82l]o

303,68

60,00

J10,70

2t4,93

855,6r

856,21

45,51

170,00

I 1 2 , t 7

162,50

s60,41

8190,09

95',t,49

2 426.50

79396

215,98't9,r9

3'14,W

932,16

6)4,48

50,00

200,00

55,00

208,75

175,00

15,00

400,m

94,50

224,14

294,26

1013 ,75

550,00

278,36

116 , r7

339,36

242,4'.1

660,33't.201,16

1.162,03

2;110,44

169,84

94t,65

251,19

n3,n

2D,34

983,53

831,87

80,00

21o,57

60,00

353,17

409,28

1.67

661,6E

125,00

167,59

161,67

2 534,61

E41,45

816,47

3$,1'l

LMZ,54

267,54

203,41

r5.898,49

3 r 00,17

2.987,34

494,53

1.441,8d

408,99

l8 l ,66

30,00

1.168,07

I 020,m

120.39

315,06

108,00

318,18

791,14

5,00

839,r9

226,31

213,46

390,01

1.24t .68

919,21)

959,49

204,37

332,54

2t r ,50

242,65

21.35! ,43

3.443.08

3.251,11

516,16

619,31

369,m

434,45

2U,71

I t12,52

L020,00

155,50

208,96

206,00

355,36

828,24

30,m

?50,00

205,46

480,00

25,O2

r0,41

2,77

r48,90

8,59

80,M

143,66

0,40

29,E6

51,U4

8,90

16,51

t ,42

r 8 , 1 8

88,21

(3,73)

47,63

12,36

26,88

30,19

69.43

1846

2t,n

Q2,23'

25,36

36,03

o,54)

J u m l a h 16.72l,rt 19.927,13 t9-96/.,59 36.119,6E 40.1&1,0r uFr

t

J)t)

5.3.1.4. Penerimaan dinas-dinas daerah

Pencrimaan dinas-dinas adalah penerimaan dari dinas-dinas daerah yang tidak termasuksebagai penerimaan yang berasal dari dinas pendapatan dacrah. Meskipun fungsi pokok dinasdaerah adalah melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang telah dilimpahkan kepadadaerah, khususnya yang be*aitan dengan tugas-tugas pembinaan atau bimbingan kepadamasyarakat, ada kalanya dinas-dinas daerah menghasilkan pendapatan, meskipun dalam jumlahyang relatif kecil. Olch karcna itu, penerimaan dinas-dinas daerah setiap tahunnya tidakdiharapkan untuk terus meningkat relatif cepat, scpcrti halnya pajak daerah dan retribusi yangselama ini mcmang merupakan sumber utama dari pendapatan asli dacrah.

Hasil penedmaan yang berasal dari dinas-dinas daerah dalam tahun 1988/89 adalahsebesar Rp 46 miliar dan dalam Lahun 1992193 menurun menjadi scbesar Rp 24,9 miliar, ataumengalami penurunan sebesar Rp 2l ,1 miliar. Beberapa daerah tingkat I, sepeni Propinsi JawaTimur, DKI Jakarta, dan Propinsi Jawa Tcngah dalam lahun 1992/93 memperoleh penerimaandari dinas-dinas dacrah yang relatif besar, yakni masing-masing sebesarRp9,3 miliar, Rp 3,9miliar, danRp 1,4 miliar. Sementara iru, dilihat dari perkembangannya, Propinsi Sulawesi Utaramengalarni tingkat perfumbuhan rata-rata tcfiinggi, yakni sebesar 54,8 persen, Propinsi SumarcraUtara sebesar 42,5 pcrsen, dan Propinsi Sulawesi Tengah sebcsar 40,5 pcrsen. SebaliknyaPropinsi Sumatera Selatan sejak tahun 1990/91 tidak lagi memperoleh penerimaan dari dinas-dinas. Restrukturisasi penerimaan dinas-dinas mcnjadi pcncrimaan retribusi al.au penerimaanlain-lain juga menyebabkan pcncrimaan dinas-dinas di banyak daerah tingkat I mcngalamiPenurunan.

5,3.1.5. Penerimaan lainlain

Penerimaan lainlain adalah bagian dari pendapatan asli daerah yang tidak temasukscbagai penerimaan pajak daerith, rctribusi dacrah, bagial laba BUMD, atau sebagai penerimaandinas-dinas, sebagaim ana diatur dalam pasal 55 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974. Termasuksebagai pcncrimaan lainJain yang utama adalah pencrimaan dari sewa rumah dinas milik daerah,hasil penjualan barang-barang bckas milik daerah, usaha yang dilirkukan olch aparat pemerintahdaerah yang bukan perusahaarr daerah untuk mcnghasilkan jasa yang dapat dipergunakanmasyarakat, serta usaha laimya dari daerah yang sifatnya tidak rutin.

Hasil pcncrimaan lain-lain untuk daerah tingkat I seluruh Indoncsia dalam tahun1988/89 adalah sebesar Rp 34,6miliar, dan dalam Lah:Un 1992/93 meningkat menjadi scbesarRp 113,2 miliar atau mc'ngalami pertumbuhan rata-rata sebesar 34,4 pcrsen. Beberapa propinsiyang mengalami tingkat pertumbuhim penerimaan lain-lain yang cukup tinggi adalah PropinsiKalimantan Timur, DKI Jakana, dan Propinsi Riau, masing-masing scbesar 93,2 persen, 69,8persen dan 66,1 persen. Sedangkan penerimaan lain-lain tcrbcsar dalam tahun 1992193 adalahDKI Jakana (Rp 53,6 miliar), Prcpinsi Kalimanran Timur (Rp 10,5 miliar), dan PropinsiSulawesi Selatan (Rp 6,4 miliar).

)

3 J l

53.2, Bagi hasil pajak dan bukan pajak

5.3.2.1. Pajak bumi dan bangunan

Pajak bumi dan bangunan adalah pajak pusat yang dibagihasilkan kepada daerah

tingkat I dan daerah tingkat II, masing-masing sebesar l0 pcrsen untuk pcmerintah pusat, 16,2

pcrsen untuk daerah tingkat I, 64,8 pcrsen untuk dacrah tingkat II, scdangkan 9 persen sisanya

merupakan upah pungut. Pola pembagian hasil penerimaan PBB temebut diatur dalam Undang-

undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan dan Peraturan Pemerintah

Nornor 47 Tahun 1985 tentang Pembagian Hasil Pcnerimaan Pajak Bumi dan Bangunan anlaru

pemerintah pusat dan pcmerintah daerah. PBB adalah pajak atas rnilik (kebcndaan) dengan tarif

0,5 penen dan dasar penghirungan pajak atau nilai junl kena pajak (NJKP) untuk scmua obyek

PBB sampai saat ini masih sama, yaitu 20 pcrsen dari nilai jual obyek pajak (NJOP) Adanya

ketentuan mengenai obyek-obyck PBB yang dikccualikan, batas bangunan tidak kcna pajak,

klasifikasi NJOP, dan kemungkinan mendapatkan pengurangarVpcnghapusan hutang pajak

karena kondisi tertentu, mcnunjukkan bahwa pengenaan PBB tetap memperhatikan segi keadilan.

Penerimaan PBB daerah tingkat I be*embang sangat cepat dan bahkan lebih cepat

dibandingkan dengan penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah. Hal ini tidak terlepas dari

usaha-usaha intcnsifikasi yang selama ini giat dilaksanakan, antara lain berupa penycmpumaan

administrasi dan kerjasama yang lebih baik antara pemcrintah pusat dan pemerintah daerah sena

desa/kelurahan dalam lrlaksanaan pemungutan PBB, khususnya dalam menjangkau obyek dan

wajib pajak. Dalam tahun 1988/89, jumlah penerimaan PBB baru sebcsar Rp 103,6 miliar

serlangkan dalam tahun 1992/93 telah meningkat menjadi sebcsar Rp 304,6 miliar, yang berarti

mengalami tingkat pertumbuhan rata-rata pcr tahun sebesar 30,9 persen. Dalam tahun 1992/93,

jumlah penerimaan PBB dacrah tingkat I tcrbcsar adalah di DKI Jakarta, yaitu sebesar Rp 90,8

miliar atau 29,8 pcrsen dari seluruh penerimaan PBB daerah tingkat I, diikuti oleh Propinsi Riau

sebcsar Rp 58,2 miliar (19,1 persen) dan Propinsi Kalimant n Timur scbesar Rp 20 miliar

(6,5 persen). Scdangkan kalau dilihat dari pertumbuhannya selama periode tersebut, Propinsi

Timor-Timur mengalami tingkat penumbuhan rata-rata per tahun yang paling tinggi, yakni

sebesar 139,2 pcrscn, diikuti oleh Propinsi Kalimantan Tengah sebcsar 67,8 persen dan Propinsi

Nusa Tcnggara Timur scbesar 60,2 persen. Perkembargan penerimaan PBB dacrah tingkat I

selengkapnya dapat dilihat pada Tabel V.17.

5.3.2.2. Iuran hasil hutan dan Iuran hak pengusahaan hutan

pemungutan dan pernbagian iuran hasil hutan (IHII) dilaksanakan bcrdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 22 Tahun 1967 tcntang IuIan Hak Pengusahaan Hutan dan Iuran Hasil Hutan'juncto Peraturan Pemcrintah Nomor 21 Tahun 1980 tentang Perubahan Atas Pcraturan Pcmerintah

Nomor 22 Tahun 1967 lentang Iuran Hak Pcngusahaan Hutan dan Iuran Hasil Hutan, dan

Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 1990 tentang Pcngenaan, Pemungutan dan Pcmbagian

Iuran Hasil Hutan. sedangkan pemungutan iuran hak pcngusahaan hutan (IHPI{) dilaksanakan

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1967 tentang Iuran Hak Pengusahaan Hutan

T a b e l V . 1 7

PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DAERAH TINGKAT IPER PROPINSI, 1988/89 - 1992/93

( dalam juta rupiah )

P r o p l n s l

Repelltr IV Repellta Vbuhan

RalE..als\ % )

1988/89 't9E9/90 1990/91 t99Ll92 t992193

I

2.

3

4.

5.

6

7

E

9.

10.

l l

1 2

1 3

) 4

16.

17.

18.

l 9

20.

z l

22

23

25.

26

27.

Sun)atcra Utara

Somotera Bnrat

R i a u

Sumatcra Sclatan

Bengkulu

Lmpung

DKIJakalla

Ja*a Barat

Jaw8 Tengah

DI Yogyaktr(a

Kaiimanlan Bamt

Kalimantan TcnBah

Knlimanh Selalan

Ka|iI arr'ar Timnr

SulawcsiTcngah

Sulawesi Seltrlan

Suhwesi lenggara

B a l i

Nusa TenggarE Barat

Nusn Teng8.rr Tin"r

MaLuku

Irian Jaya

Timor Timur

4 205.44

5.688,38

689,39

19.488,92

952,11

4.2.5543

133,04

1.219,O1

3l_582,87'1.132,50

4.649,33

625,63'1.127.55

164.94

980,03

2.033,r5

4 887,59

466,60

175,31

1945,04

158,80'120,20

446,E6

343,15

t.227,25

I 253,03

16,51

6 785,93

E.636,71

r.042,48

44.207,82

2 029,75

5.E56,37

445,62

2.686,15

39 649,66

I1.964,89

6, t97,94

111,6tt

I 0 0 5 1 , 5 1

l . txE,47

2.583,54

3.6r0,67

I879,57

747,79

980,70

2.553,28

43D,51

894,',t2

7 4 t , 2 1

455,40

2_542,41

2.166,50

84,41

7 054,41

8.98t ,1E

r.315,58

45.984,66

2 304,12

8.359,23

637,31

2s36,48

50.258,0,1

l l .E9l ,08'1.942,61

1.335,58

t2 t39,74

1.476,20

4.432,41

4 700,88

t3 429,53

1.003,23

I 200,71

4 039,40

6t2,35

1.322,44

885,69

t.41',1,78

3.241,98

4996,45

27t,13

8 440,60

10.108.20

1926,41

55 028,68

3.101,17

l l 0.52

616,t9

1196.',12

?6.606,92

16146,94

E 648,06

t 028,20'\3.142,79

I ?03,53

7.354,50

6 3?0,82

t8 4',17,48

t.369,77

| 446,34

4.324,3t)

994,30

1.540,00

1.0t3,31

2 309,61

2.951,n6

6.801,5t

434,46

10315;16

12.048,15

2.688,63

58.?35,68

3 529,52

13.039,48

6n1,t2

3.145,05

90.826,85

18.266,22

9,911,79

1.068,72

l5 660,85

2.309,31

7.762,61

8-009,75

19.95t,65

I5ZZ,5Z

t 574,28

5.416;t I

855,21

1.954,58

1.r99,01

2.251,18

3.368,3?

E.l24J6

540,12

20,u40,51

1t,48

38,?4

46,16

?8,t I

3n,22

25,63

20,83

t4,32

2t ,75

3 l , E t

61,16

40,8E

42,t5

34,40

4 3 , t l

29,54

52,34

28,15

21,99

60, L5

28;t I

139,18

J u m l a h 103.638,6E 169.611,73 2j6.210,E0 26I.ftn,Ol JX,556,34 30J3

359

dan Iuran Hasil Hutan, dan Peraturan Pcmcrintah Nomor2l Tahun 1970 tentang Hilk PcngusahaanHutan dan Hak Pcmungutan Hlsil Hutan. Dalam keputusan Prcsidcn Nomor 30 Tahun 1990

tersebut ditetapkan scbcsar 45 pcrsen dari pungutan IHH digunakan untuk pembiayaan

pembangunan daerah tingkat I (30 pcrsen) dan unluk pembangunan daerr l tingkat II (15 pcrscn)'

sedang 55 prscn lainnya dilrrgunakan unluk pcmbiayaan rchabilitasi huLan secara nasional (20

perscn), pcmbiayaan kehuturan daerah (1.5 pcrscn), serta pembayaran pajak bumi dan bangunan

bagi arca blok tebangan (20 pcrscn), Scllnjutrlya, pcmbagian hasil IHPH adalah scbcsar 70pcrsen untuk Dati I dan Dati II, sedangkatr sisltrya scbcslr 30 pcrscn uutuk pemerintah pusat.

Pcrkcmbangan penerimaan lllll tlan IHPH deri tahun ke tahun menunjukkanpcningkatan, meskipun tidak seccpat pcrkemb:rngan pcncrimaan PBB Dalam Lahun 1988/89'pcncrimaan yang berasal dari IHH danUIPII adllah scbcsar Rp 59,2 miliardan dalam tahun1992p3 mcningkat lncnjadi sebesar Rp 87,6 mililr, ymg bcrar[i mcngalami pertumbuhan rata-

rata pcr txhun scbcsar 10,3 persen. Dilltm tahun 1992/93, bilgim tcrbcsill dilli pcnerimaan IHH

dan IFIPFI bcrasal dah Propinsi Ktlimifrlxtl Timur dan Propinsi Kll]imantan Tcngah, yakni

masing-mlsing scbcsar Rp 19,7 miliar dtn Rp 14,-5 mililr. Dilihat dari tingkilt pcrtumbuhannya'

sclama pcriode 1988189-1992/93 ptopinsi yang mcngallmi tingkat perLumbuhrll pcr tahun yang

paling tinggj adalah Propinsi Iritn Jaya (46,5 pclscn) dan Propinsi KalimiinLrn Timur (20,1

pclsen). Scdr.ngkan pcncrimaan ItlH dan IHPH di Propinsi Sumatera Sc)atan, Propinsi Jawa

Barat, Propinsi Kalimantan Barat, Propinsi Kalimantan Sclatan' dan Propinsi Sulawcsi Tcngah'

selama periodc tctscbut cendcrung mcngalami penurunan, mcskipun dibandingkan dcngtn

tahun 199U92 cenclcrung mcningkat. [Ial ini disebabkan tcrutama karena kcbijaksanaan yang

lcbih selcktif dan hati-hati rlalun hal pcrnbcrian izin pengclolaan hutan, schingga bcrdatnpltkmcngurangi pcncrimaln IHPIL

5.3.3. Sunrbangan dan bantuan pusat

5.3.3.1. Surnbangan pus:lt

Dalarn langka mcnunjilng tcrlaksananya belbilgli kcgiatan yang dilakukan olchpcmclintah daerah, pcmcrintah pusat membantu pcndanaatrtrya, baik untuk kcgieLan rutin

maupun un[uk kcgiatan pcrnbangunan. Sumbangan pusat. mcruplkan stlah satu bclituk trilns{cr/

alokasi yang ditujukan untukmcnunjilng kcgiittan rutin dacti r, scdang bantuan pusat dimaksudkin

untuk membtntu tcrlaksananya kegialan pcmbangunan dacrah. Kebul.uhrn akan dana sumbltnganini semakin dirasakan olch daerah karcna scmakin banynknya uruSen-unlsan yang discrahkan

oleh pusat kcpada dacrah schubungan dcngan kcbijaksatlaan pusat untuk mcmbcrikan otonomiyang scmakin bcsar kepada daerah. Sclain itu, pcrtumbuhan pcnduduk yang cukup tinggi

tcrutama di perkoLaan juga mcnycbabkan meningkatnya kcbutuhan dlna suntbmgm ini, k rcna

semakin mcningkat pula kegiatan pclayanan yang harus dibcdkati kcpilda nasyarakat. Biladalam tahun 1988/89 dana sumbangan yang dibcrikan kepada daclah tingkat I masih

berjumlah se besar Rp 2.M4,5 miliar, maka da.larn tahun 1992/93 jumlahnya rncningkal mcnjadi

sebcsar Rp 3.378,7 miliar, yang berarti mcngalami pertumbuhan rata-rata scbesar 13,4 pcrscn pcr

tahumva.

I

360

tsagian terbesar dari sumbangan pemerintah pusat diberikan dalam benLuk subsididacrah otonom (SDO), yang dipergunakan untuk mcmbiayai belanja pegawai daerah danpcgawai pusat yang diperbantukan pada daerah otonom, scdangkan selcbihnya dipergunakanuntuk kcpcrluan bclanja nonpegawai, yaitu berupa subsidi belanja penyelenggaraan unrsandescntralisasi, subsidi belanja penyelenggaraan urusan dckonscntrasi dan tugas pembantuan,sefta subsidi bclanja pcngcmbangan institusi.

Dalam tahun 1988/89, SDO yang disalurkan kepada daerah tingkar I bcrjurnlahsebesar Rp. 2.M2,9 miliar, yang meningkat mcnjadi scbcsar Rp. 3.373,1 miliar dalam tahun1992/93, arau tclah mcningkat dcngan pertumbuhan rata-rata sebesar 13,4 persen pcr tahun.Kcnaikan jumlah SDO tidak hanya tcrlihar dalam jumlah untuk kescluruhan dacrah tingkat I,mclainkan juga untuk masing-masing daerah tingkat. I, kecuali daerah tingkat I Bali. PcnumbuhanSDO pada masing-masing dacrah tingkat I tcrscbut cukup bewariasi, dengan pertumbuhantcrlinggi tcrjadi di dacrah tingkat I Sulawesi Tengah sebcsar 17,5 persen, sedangkan pefiumbuhantcrcndilh tcrjadi di daerah tingkat I Sumatcra Barat sebesar 6,3 perscn. Scdangkan penerimaanSDOdi dacrah tingkat I Billi, walaupundill mLahun 1992D3 jumlahnya meningkat dibandingkandcngan jr:mlah yang ditcrima dalam tthun 1991/92, yaiLu dari sebesar Rp 19,5 miliar mcnjadiRp 21,ti miliar, namun sclam:r kurun waktu 1988189-1992/93 mcngalami penumbuhan negatifscbcsar 19,7 penen. Pcrl.umbuhtn ncgttiI ini terjadi karcna sejak tahun 1991/92 pcngeluaranbrgi guli guru SD tidak lagi dibukukan di dacrah tingkat I, melainkan di masing-masing dacr:rhtingkat I[ yang bcnangkutan. Dftta secara rinci mengenai perkembangan SDO pada masing.masing dacrah tingkat I dapat dilih t pada Tabel V. 18.

Scbagai salah satu sumber dara untuk pembiayaan kegiatan rutin daerah, di sampingdana yurg bcrsumber dari PAD scndiri, SDO tcmyata mcmpunyai pcran yang sangat besar bagitcrl ksan nya kcgiatan dimaksud. Tingginya pcran SDO dapat dilihat dari perbandingan totalSDO scluruh dacrah tingkat I terhadap total pengeluaran rutin scluruh dacrah tingkat I, yangdillilm Lahun 1988/89 dan 1992/93 rnasing-masing adalah sebesar 80,4 persen dan 72,3 pcrscn.Tingginya pcran SDO tersebut adalah karena sebagian besar dana SDO dipergunakan untukmcmbiayai bclanja pegawai daerah, sedangkan komponcn belanja pcgawai dacrah merupakankomponcn belanja terbesar dalam pcngcluaran rutin seluruh daerah tingkat I. Mengenaipcrscntasc SDO tcrhadap pengeluaran rutin daerah tingkat I per propinsi secara rinci dapat dilihatprda 'I'abel V.l9 dan Grafik V. 5.

5.3.3.2. Bantuan pusat

Dengan semakin luasnya jangkauan dan lingkup pelaksanaan pembangunan di dacrah,maka scmakin besar pula dana yang dibutuhkan untuk pembiayaannya, baik dana yangbcrsumber dari pusar maupun dari masing-masing daerah. Dalam hubungan ini, bantuanpcmbangunan yang diberikan pemerintah pusat kepada dacrah mencakup berbagai jenisbalrtuan, yaitu bantuan pembangunnn dacrah tingkat I, bantuan pembangunan daerah tingkat II,bantuan pembangunan desa, bantuan pembargunan penunjangan jalan dan jembatan, bantuan

T a b e l V . 1 8

PENERIMAAN SUBSIDI DAERAH OTONOM DAERAH TINGKAI' IPER PROPINSI, le88i89 - 1992/93

( dalam juta rupiah )

No. P r o p l n s i

Repelita IV Renelita V Pertum-buhrn

Rata-rafa( % l1988/89 1989/90 r990/91 t99l/9X t992l9t

I

z.3,

5.

6

1.

8.

9.

10,

l t .

12.

13.

t4.

t 5

17.

18,

19.

2n.

21.

22

21.

24.

25.

26.

2J.

DI Aceh

SuMtera Barat

R i a u

Bengkulu

famFDns

DI(l Jakan

hwa Barat

Jawa Tengah

DI YoSyakarta

Kalmantan Bartrt

Kalimanlm Tengah

KolimdtanTimur

Sutawcri Utira

Sulawcri Tensah

Sulnwesr TeDsg3Ia

B a l i

Nusa T€nggara Baat

NusuTerrgan' Timur

Maluku

Irian Jaya

Tlnor Timur

48 080,04

154.057,10

r7 664,36

10.913,81

7.871,42

22.331J I

8'.149,91

66.520,04

18 6n,95

365 539,93

36',1.544,41

5t .13666

390 612,80

4?.95E51

216t8,82

51.73-5,55

31.529,85

60 398,2E

34.989,r2

2t .516,31

a.416,64

52.569,U

9.',tu,M

to.461,66

I825,27

28 122,31

9.588,27

56 241 ,O8

1',t5.240,t9

19.485,98

971,05

8 106,87

22158,88

9.(t19,67

?8.991.30

t29.584,49

414.426,58

420.t9t,o2

61.662,19

442.801;14

58.174,51

33.8'.12,54

6t.212,35

37.039,09

10.m2,74

42 433,38

u 469,65

6.:t42.,29

61.099,86

11.M8,36

1 1 4 8 2 , 1 4

9,7t2,31

30.435,r4

to 3n,25

62994,90

204.218,31

l9 805,92

13.26D,t9

9.328,56

23 415,23

t0 112,43

86J27,48

138.846,04

448 ?56,04

45?,90t ,13

66.660,31

485 005,10

63.982,34

36752,-56

66.994,51

39055,?7

74 081,90

4t 256,30

2577X,O1

I66',1,39

65.966,42

rt.737,67

17 417,13

10.287,58

32.8X0J5

l0 764.90

'72.619,35

218.t81,68

z2 2g),67

l 5 . 2 L t , l 0

l0 802,86

26,94E,111

r0.79r,69

100 ?01,92

156 847,01

s06.189,6?

513.841,?9

85 982,96

548,711,34'12.989,92

41208,77

76.55n,54

45.888,76

E4 352,09

54.54',t,52

r1.288,55

19.512,01

t2.631,26

11,939,58

11.879,45

36 652,18

1Z.Ot6]3

e6.470;tO

257.904,88

22.590,35

16,761,51

1l 5-50.86

29.t61,52

12.135,30

t23 613,57

r91218,00

618.868,59

63t.124,13

92 476,13

665_r13,28

E7 4t',1 ,23

50 627,61

92.688,45

55.6t9,57

t0l 565,18

66.670,28

30 432.03

12.469p6

21.837,57

13.849,40

14 131,86

l2 686,71

3r!.540,26

l2 8d5,35

15,80

l f ,75

6,34

1t ,32

10,06

6,90

8,52

16J6

12,97

14,O7

14,50

I I ,E3

14,24

16,21

15,27

15,69

15,25

13,88

l'1,49

9,05

t 0 , 1 3

(t9,72)

9 , 1 3

9,50

7.63

7,58

J r m l a h 2-042476,51 2j20384t77 2,53rJ.174,87 1 8 . 8 4 0 , 0 3 3.373,145J9 13J6

T a b c l V . 1 9

PERSENTASE SUIISIDI DAERAII OTONOM TERIIADAP PtrNGELUARAN RUTINDAERAH TINGKAT I PER PROPINSI,

l9E8/89 DAN 1992/93

No, P r o p i r s i

Rcpclita IV Repelitr V

1988/89 1992/93

1 .

2.

3 .4.

5 .

6 .'1.

8 .

9 .

10 ,

l l .

12.

1 3 .

l,r,

1 5 ,

t 6 .

t ' t .

1 8 ,

19 ,

20.

2 1 ,

22.

23.

24 .

25.

26,

2'7.

DI Aceh

Sumatera Utara

Sumatera Barat

R i a u

J a m b i

Sumatera SelataIl

Ile,rgkulu

Lalnpung

DKI Jakarta

Jawa Barat

Jawa Tengah

Dl Yogyakarta

Jawa Timur

Kalitnantan Barat

Kalina ian Tengah

Kalinantan Sel tan

Kalin'lantan Timur

Sulawesi Utara

Sularvesi Tengah

Sulawesi Selatan

Sularvesi Tenggara

B a l i

Nrlsa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

Maluku

kian Jaya

Timor Timur

82,31

84,75

62,20

36,75

64,43

56;10

70,52

85,20

44,94

9r,020 , ) 7

87,39

85,55

86,90

8t,92

87,05

66,14

86,58

9l.0264,75

7 4,50

80,0s'12,03

64,O5

70,49

68,78

83,3'l

11,00

86,2'7

4'7,1"1

25,07

44,8'l

6 r ,08

84,81

26,99

86;t2

88,76

83,01

85,29

83,55'14,95

80,22

83,85

86,36

53,53

71,42

44,34

59,52

54,37

56,31

6l,87

7 5,96

Indonesia E0A2 72,34

363

.hA

F

*E

gl

zF

tIJF

aulot-.Eu.l

TIJ

!tsvrNltsurd

; s ;

&

!

; e i i

i : i {

E F g3 e , 3

: i i i

r r q i- ! t b r

a i 3 6

I+

E E 6 6

: r ! i

f i : ; i ;

364

pembangunar sckolah das r, banruan pcmbangunrn saranr kcsclratirn, dan hantuan penghijauandan rcboisasi.

Bantuan pusilt ymg tcrbcsar yang dibcrikan kcpada dacrah tingkat I adalah bantuanpcmbangunan dacrah tingkat I atru discburjuga Inprcs pcmbangunan Dati I, yang tclah dibcrikarpemerintah pusat scjak awal Rcpclita 1l (1974nr. Inprcs pcmbangunar Dati I dimaksutlkanuntuk membiayai bcrbagai kcgiatan pcmbangunan yang diprioriLaskan olch pcmerintair daerahtingkat I, sesuai dcngan aspirusi masyarakar. dacrah yang tcrtuang dalam rcncana pembangunanlirna tahun dacrah (Rcpclirflda) masing-masing dacrah. Di samping iLu pcmberian bannran inijuga bcnujuan untuk mcningkillkan kcscllrasan lrrnbangunlur scktolal tlm rcgional, mcningkatkankcsclarasan laju pcrtumbuharl antardacrah, scrra mcningkrLkan pal . t is ipasi dacrahdalam pelaksanaan pcmbangunln. Barltuan pcmbanguna. ini d:rram pclaksanaalnya banyakdigunakan unLuk opcrasi diln pcmcliharaan prasarma dlcrah, scpcrli pcningkaran d&n penunjanganjalan, perbaikan dan pcningkatan irigasi, scfta pcmclihilraan pcngalran.

Inpres pembangunan dacrah ringkat I pada awiLl Rcpclita II (1974/7-5) dibcrikan kepadasetiap dacrah ringkat I dalam batasan jumlah tcrtcn[u, yaitu minimum scbcsar Rp 500 juta danmaksimum scbesar Rp 5,6 miliar. Namun scjak akhir Rcpclira IV (19gg/g9), bantuan InDrespembangunan daerah Lingkat I dibcrikan sama unnk scLiap propinsi. ylkni scbcsrr Rp 12 miliar.Mulai tahun 1990D1, disamping jumtah bantuan minimum pcr propinsi juga tclah dibcrikantambahan kepada sctiap dacrah tingkat I scsuai dcngan ruls wilayah daratan masing-masingpropinsi. Untuk tahun 1992193, ditcmpkan batas minimurn alokasi Inprcs pembangunin DaLi Iscbesar Rp 22,5 mi l iar pcr propinsi .

Bcsamya jumlah bantuan pcmbangunln dacrah tingkat I sccara nasionar mengaramipeningkatan setiap tahunnya. Apabila dalam rahun lggg/99 alokasi banLurn pembangunan dacrahtingkat I baru berjumlah scbcsar Rp 344,2 miliar, maka da.lun txhun lgg2/g3 rclah meningkatmenjadi scbesar Rp 715,5 miliar, yang bcrarri selama periode rerscbut rclah mcningkat denganlaju pcnumbuhan rala-rata sebcsar 20,1 pcrucn pcr tahun.

Dilihat dari per kapita Inprcs pcmbangunan dacrah tingkat I yang ditcrima olch masing-masing propinsi, scjak akhir Rcpclita IV ( 198 8/89) tcrlihat bahwa propinsi_propinsi Timor Timur,Bengkulu, Sulawcsi rcnggara, Kalimantan Tengah, dan I'ar Jaya rncncrima pcr kapita bantuanyang relatif besar, karena jumlah penduduknya yang lcbih scdikir bila dibanding dengan daerah-daerah lainnya. sementara iru propinsi-propinsi Jawa Barat, Jawa Tcngah, Jawa Timur, SumatcraUtara, dan sulawesi sclatan, yang jumlah penduduknya relatif bcsar, mcncrima Inprespembangunar Dati I per kapita yzurg rclatif kccil, Selimra Rcpclita v tclah tcrjadi p"rg.r.r*dalam urutan dacrah penerima Inpres pembangunan Dati I pcr kapita, yang tcrtinggi diantaranyayaitu prcpinsi-propinsi rimor Timur, Irian Jaya, Kalimantan Tcngah, Bengkulu, dan surawcsiTengah, sebagaimana terlihat pada Tabcl V.ZO dan Grafik V.6.

Dalam pada itu, Inpres pcningkatan jalan dan jembaran propinsi, yang tclah diberikansejak tahun 1989/90, tcrutama ditujukan rmtuk meningkatkan kondisi jalar dan jembatanpropinsi. Pengalokasiannya didasarkan pada panjang dan kualitasjalan atau jcmbatan yang akan

T a b e l V . 2 0

BANTUANPEMBANGUNANDAERAHTINGKATIPERKAPITAPERPROPINSI'196E/89 DAN 1992/93( dalam juta ruPiah )

P r o p i n s i

9.653

1.514

1 .2'7 5

1t.8n

19. r99'7 ;721

28.588

6.011

10,577

1.185

1.498

8.454

1,200

t5.lu

33.825

12592

23.0'18

15;1',|2

25.9'7'l

5,430

25;t64

10.411

10;77 |

14.854

24.806

36.991

49.51r

3.708

|.219

3.099

3.9',15

6.368

2.O32

11.090

2.256

3.94'l

36s431

4.185

1'14

3.910

9.2764 839

6.981

4.999

7 .454

1;1'79

9.6864.435

3.69 t

3.805

6.841

1.957

17.035

Dl Aceh

Sumatera Ulara

Sumatera Bafat

R i a u

J a m b i

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

DKI Jakarta

Jawa Barat

Jawa Tengah

DI Yogyakatu

Jawa Timur

Kalimarltan Batat

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

B a l i

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

Maluku

Irian Jaya

Timor Timur

l2.3.4.5.6.7 .8.9.10,l l .t2.

t5 .16.17.t8.19,20.21.22.23.

?5

26.

n.

366

o7Aod

n

IE

!a&UJ

:<F d<ogo

E t rt! t!

z,

F1cl

t

S S S R FHVIdDU VIDf WY'IYO

€ 5 ",9irsFE F ,E B C; i ; ; " 9ESEEi;SieEiiiE! i o d q i d i o - . ' i d i + d ' d . .

al

36?

ditingkatkan kondisinya di suatu daerah. Dcngan semakin baikrya kondisi prasarana jalan danjcmbatan, diharapkan akan mendorong pcrtumbuhan ckonomi dan sosial scrta memberikandarnpak positif dalam hal pelayanan kepada masyarakat di daerah. Sclain itu dana ini jugadigunakan untuk meningkatkan kemampuan aparat pemerintah dacrah yarg berkaitar dengantugas-tugas percncanaan, pelaksanaan, serta pcmelihalaan jaringan jalan propinsi.

Dalam tahun 1989/90, jumlah bantuan Inpres peningkataD jalan dzllr jembatan propinsiyang telah dibcrikan adalah scbcsar Rp 294,5 miliar, sedangkan dalam tahun 1992193 jumlahbantuan yang diberikan meningkat mcnjadi sebesar Rp L173,3 miliar, yang bcrarti mengalamipertumbuhan rata-rata per trhun adalah scbesar 58,5 persen.

5.3,4. Pinjaman pcmerintah daerah tingkat I

Pcmberian kescmpatan kcpada pcmcrintah daerah untuk membiayai pclaksa.naanpcmbangunan dengan memanfaafkan pinjaman, baik pinjaman dari dana yang beNumbcr dariluar ncgcri atau pencrusan pinjarnary'subsidiary loan agreement (SLA) maupun pinjaman yangbcrsumber dari dana dalam neged, tennasuk rekcning pembangunan daerah S.PD), dimaksudkanscbagai upaya mcningkatkan kemandirian daerah dalam pembiayaan pcmbangunan danmengurangi ketergantungan pada banruan pcmcrintah pusat.

Pinjaman yang dibcrikan kepada pemcrinmh daerah didasarkan pada pertimbanganbahwa pemerintah dacrah mampu mcngcmbalikan pokok pinjaman berikut bunganya. Untuk itu,proyek yang dibiayai dengan pinjaman sejauh mungkin diusahakan berupa proyek yang bcrsifat"cost recovcry" atau proyck yang dapat menghasilkan pcndapatan untuk memenuhi kewajibanpcmbayaran kembali pinjaman. Proyek yang dibiayai dengan pinjaman tersebut mencakupproyek prasarana dan sarana umum, antara lain proyek penyediaan air bersih, persampahan, airlimbah, terminal bus/angkutan umum. Selain itu, pinjaman ini juga dapat digunakan untukpenyertaan modal kepada badan usaha milik daerah, seperti bank pembiurgunan dacrah (BPD).

Jumlah pinjaman daerah tingkat I seluruh Indonesia pada akhir Repelita IV (1988/89)adalah scbesar Rp 8,7 miliar, dan meningkat menjadi sebesar Rp 46,4 miliar dalam tahunkecmpat Repelita V (1992/93), yarg berarti rneningkat dcngan pertumbuhan rata-rata per tahunsebesar 52 persen.

5,3.5. Pengeluaran rutin daerah

Pcngeluaran rutin daeral adalah pcngeluaran untuk membiayai kegiatan-kegiatanpcmerintah dacrah yang bersifflt administratif dan pelayanan. Kedua jenis kogiatan inimempcrlihatkan keccndcrungan yang scmakin meningkat, sciring dengan bcnambahnya jumlahpcnduduk dan scmakin banyaknyajumlah urusan yang ditangani daerah, serta semakin tingginyavolume kegiatan pelayanan yang harus diberikan kepada masyarakat.

Dalam Tabel V.21 tcrlihat bahwa pcngcluaran ruIin dacrah tingkat I senandasameningkat setiap tahunnya, baik secara keseluruhan maupun menunrt jcnisnya. Pos-pospengeluaran rutin meliputi bclanja pegawai, belanja barang, bclanja pemeliharaan, bel.anja

3EN"R-qt9e=X

*z

7

D

r.i(t)

z

z

p'l

z

sss$_ iEe. ; . i r i o i d 8 , XF S P F N -: i r . + . i - F if ;HR 'n? - !

c+S ! .F - ; 3 .HH3gE€Ht j ; @ o q = g*sn-

n8n+q_e$$sBEEnE! R f i $ F S : 8

1E?5X*rEiSEaEqlFgi$s

3€: ,1 8 - = . $ x lte*fisi$9 F $ 3 G;

E

369

perjalanan dinas, bclanja lainlain, angsuran pinjamaMrutang, dan ganjararVsubsidi/sumbangan.Apabiladalam tahun 1988/89 kcsclunrhaa pengeluaran rutin masih sebesar Rp 2.540,1 miliar,maka dalam tahun 1992D1jumlahya meningkat menjadi sebesar Rp. 4.670,5 miliar, araumengalami peffumbuhan rata-rata sebesar 16,4 persen per tahun. Pertumbuhan rata-rata tahunanteninggi tcrjadi pada belanja pcmeliharaan sebesar 31,2 persen, dan tcrcndah pada angsuftnpinjamanhutarg sebcsar 10,5 persen.

Dari 27 daerah tingkat I, daerah-daerah tingkat I DKI Jakana, Riau, dan KalimanranTimur mempunyai pcngcluaran rutin dengan pcftumbuhan rata-rata pcr tahun tcninggi, yaitumasing-masing scbcsar 28,3 persen, 22,5 pcrsen, dan 20,5 persen. Sedangkan daerah-dacrahtingkat I Sulawesi Tcnggara, Irian Jaya, dan Timor Timur mcrnpunyai pcfiumbuhan rata-rata pertahun tcrcndah, yaitu masing-masing scbcsar 11,3 pcrsen, 10,5 persen, dan 10,1 persen. Daerahtingkat I Bali mcmpunyai tingkat pertumbuhan negatif adalah karcna scjak tahun 1991/92pcmbayaran gaji guru SD telah dilakanakan langsung oleh pemerintah daerah tingkat II, sesuaidengan alokasi dana subsidi daerah otonom yang diterima oleh masing-masing daerah tingkat IIdari pemerintah pusat. Pcrkcmbangan pengeluaran rutin masing-masing daerah tingkat I sccararinci dapat dilihat pada Tabel V. 22.

5.3.6. Pengeluaran pembangunan daerah

Pcmbangunan dacrah mcrupakan bagian yarg tidak terpisahkan dari pembangunannasional, dan ;relaksanaannya mengacu pada pola dasar pcmbangunan daerah serta rencanapcmbangunan lima tahun masing-masing dacrah. Sclaras dcngan upaya yang terus-mcncrusdilakukan pcmerintah dacrah unLuk meningkatkan pcmbangunan di daerahnya masing-masing,jumlah pcngcluaran pcmbangunan daerah juga sen ntiasa mcningkat. Apabila dalam tahun1988/89 keseluruhan pcngeluaran pcmbangunan dacrah tingkat I bciumlah sebesar Rp 811,2miliar, maka dalam tahun 1992193 junlahnya meningkat menjadi sebesar Rp 2.201,8 miliar,yang berani mcngalami pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 28,4 pcrscn.

Sclama periode tcrscbut, pcngcluaran unluk sektor pcrhubungan dan pariwisata, scktoraparatur pemerintah, serta sektor pcnanian dan pengairan menempati urutan tertinggi dalampelaksanaan pcrnbangunan daerah. Ketiga sektor ini secara bcrurutan mcngalami penumbuhanrata-rata per lahun sebesar 41,4 pcrscn, 24,2 persen, dan 2l persen, sepefti terlihat padaTabel V,23.

Pemberian prioriras tinggi pada subsektor perl.rubungan adalah karena subsektor inisangat penting dalam memperlancar pcngangkuran orang, barang, dan jasa antardaerah,sehingga dapat mcningkatkan kegiafan ekonomi daerah. Sedang pcmbcrian prioritas tinggi padasubsektor pariwisata adalah dalam rangka mcnggali dan mengembangkzur potensi kepariwisataandi daerah agar dapat mendorong Indonesia menjadi negara tujuan wisata dunia. Semcntara itu,pemberian prioritas kepada sektor aparatur pcmcrintah dirnakudkan unl,uk meningkatkankualitas sumber daya manusia, khususnya di dalam pengelolaan program-program pcmbangunanyang semakin hari semakin meningkat. Pembcrian prioritas kepada subsektor pertanian

37{.l

T a b e l V , 2 2

PUNGELUARAN RI ITIN DAHRAII ' f INGKAT I PER PR()PINSI,1988189 - 1992193

(dalarn.luta rupiah)

No. PropirsiRepelita lV Rcp':lita V Perlum-

brhanRala-ra la

( % \t988/89 1989t90 t990l9l 199'J92 1992t93

1

1.

1

5 .

7

9.

10.

l l ,

12.

l l .

t5.

t6-

t?

1 8 .

l 9

20

2 l

22

2l

24

25

26

27

B.neknl,

DlYogyalana

E a l i

58 409,99

tEt 7I t2,00

28 l9rJ,t5

29 696,89

l2 21t ,90

39.t94,81

lt 408.56

78 078,96

263 94t,tti

4 0 1 5 9 5 . 1 1'19u 492,61

67 661 ,91

456 587,36

55 189,83

35 l|09,79

59 412,51

69 761,56

38 440.64

l l228,67

l t l 7 E , 5 2

65 668,21

n 555.7?

l 6 l 4 l J l

l? 519,8 |

4L 760.87

l l 500,64

69443,?4

208 6',14,24

32 250,19

18 419,76

| ] .616,60

4t 461, : r9

q 7 6 4 , 9 1

3Jt 629,48

460 044,62

455 852,9t

7r 618,2X

512 4tr),94

67 642,91

4 | 4 5 1 . 2 U

7t.786,14

5 6 l ? t , 0 5

4? t2E tio

t6 613,86

!0 t59,36'75 850,35

r5 ?l?,14

14 405.89

45 052,90

l2 Dl l ,40

80 099,4',]

240.401,49

15.46E,49

4E t t6r ,55

t5 276.?l

5t 69t ,18

t 6 . l t | , 4 2

to6 874,45

445 299.16

5 1 0 6 5 t , 2 2

19 211,94

5r i? 591,16

7.t 990,25

4? 110,20

80 285.r4

64 474,4-5

It8 100,89

53 254,40

42 58l , l l

l4 499,04

E4 7,45

t6 898, i8

?0 833,53

1719r,58

50.157,56

t 3 I 1 3 , 8 8

93 068,2-l

255 560.65

42 604,05

53 24',7,7u

r 6 8 3 1 , 1 3

6D1U1,67

t 1 1 6 t . 1 1

r t9 919,U!

59:! 379,64

592 091,89

565 014,24

100147,4?

654 746,58

85 0?6,1:l

56 r65,14

9l , )6 r ,92

97 265,96

62 613,11

49 262,26

t5,879,42

40 71}.4',16

19155,99

24 605,91

t0038,98

56 r 10,68

l4 ?D2,98

1i2. . t00,28

298.954,r t

47 893,45

66 855,22

l9 912.r0

65 00r.82

r9 868,99

1,15761,42

?15 80703

713 655,91

7r 118,96

I I I 40',7.7.5

77S 9E8,20

ID4 ?03,2J

6? 546,73

r t5 544,92

t00 6.11 ,03t z t l ? 7 , 1 8

?7 r96, : l l

56 849,95

t l459,11

49 Ul , tO

23 ?(9,:tl

25 990,28

22 531,55

62 296,A9

t6 910,51

l?.75

1124

?2,49

D,02

D,.t4

)2,49

)6,89

28,11

t5,46

15,60

l l ,2?

14.:r?

t7, t6

r 7 , 8 6

t8,08

20,54

19,0q

14.37

1 r . 1 0

(6,94)

14.46

12,30

i5,82

10,5?

lo. l2

,.540.t.!7,60 2 9_16,914,94 3,J6t ,148,E0 1.679.601,01 4.610,41t0,t2 16,45

F

trl

F

z

- : ca A iF lQ o\ L

z

14

z

p,l

4

t s aR

$

I

a

n

R

qF 5..1

C Eg

8- 8.

+

4

I

! r l ? J 3 . i i : q q a E - q ? R - € EI : "s iE ;HE 1 t ;q :Ee €?En . . i - . . " . ( " _ L y i n . t 2 " 9 t j C F

i : i

5

_ 8 ? Et

E

z- . r . r c i . ; u i 6 r d ' i c i - d c i i r l D r @

372

dimaksudkan untuk mcmpcnahankan dan meningkatkan produksi pangan dalam rangkamcmpenaliankan swascmbada pangan. Scdang prioritas pembangunan pada subsektor pengairan,ditujukan untuk mempcrlancar pcndistribusian air bagi kcpcrluan subscktor pcftanian dalamrangka mempertahankan swascmbada pangan tersebut.

Dari 27 propinsi, DKI Jakarta merupakan daerah yang pengeluaran pembangunannyapaling tinggi dibanding dengan dacrah lainnya, diikuti olch Propinsi Jawa Barat dan PropinsiJawa Timur. Pengeluaran pembangunan ketiga propinsi tersebut dalam tahun 1992/93 mcncakupsebesar 39,2 persen dari scluruh pengcluaran pembangunan daerah tingkat I yang berjumlahsebesar Rp 2.201,8 miliar. Laju pertumbuhan raia-rata pcr tahun di masing-masing propinsitersebut adalah sebesar 26,3 persen, 29,3 perscn, dan 20,1 persen. Besamya pcngcluaranpembangunan di DKI Jakarta erat kaitannya dcngiur kedudukannya scbagai ibukota ncgara.Perkembangan pengcluarar pcmbangunan di masing-masing daerah tingkat I dapat dilihat padaTabel V. 24.

Besamya jumlah pengeluaran pcmbangunan daerah dibanding dcngan total pengcluarandacrah tingkat I di scluruh Indoncsia bcrvariasi untuk masing-masing dacrah tingkat L Dalamtahun 1988/89 pcrscnLasenya berkisar antara 12,8 persen dan 56,4 persen, sedang dirlam tahun1992193 berkisar antara 12,2 pcrscn dan 71,7 persen. Perubahm porsi pengeluaran pembangunanterscbut mcnunjukkan bahwa kcgiatan pcmbangunan di daerah tingkat I dalam rahun 1992193relatif mengalami peningkatan. Perkembangan per$entase pengeluaran pcmbangunan terhadaptotal pengcluaran untuk masing-masing dacrah tingkat I dapat dilihat pada Tabel V. 25.

5.4. Anggaran pendapatan dan belanja daerah tingkat II

5.4.1. Pendapatan asli daerah

Scperti hahya pendapatan asli daerah tingkat I, PAD tingkat ll drpat dikelompokkanatas pajak dacrah, rctribusi dacrah, bagian laba pcrusahaan daerah, penerimaan dari dinas-dinas,dan pcnerimaan lainlain. Pcmungutan PAD tingkat II sepenuhnya dilakukan oleh pcmcrintahdaerah tingkat II, baik kabupaten maupun kotamadya, dan hasilnya digunakan untuk membiayaipcnyclcnggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan daerah tingkat II. Mengingat Litikbcrat otonomi dacrah adalah di dacrah tingkat II, maka tugas penyelenggaraan pemerintahan danpelaksanaan pembangunan yang menjadi tanggung jawab pemcrintah daerah tingkat II cenderungscmakin berat dan membutuhkan pembiayaan yang besar. Untuk memenuhi kebutuhan pembiayaandaerah tingkat II yang semakin meningkat ini, meskipun pcmbiayaan yang bersumber dadAPBN dan APBD tingkat I cendcrung mcningkat, pcnggalian PAD tingkat II bcrsama-samadengan upaya lainnya pcrlu tcrus ditingkatkan.

Selama beberapa tahun terakhir, PAD Lingkat II meningkat relatif cepat, baik secaranominal maupun secara rclatif dibandingkan dcngan PDB. Hal ini mcnunjukkan bahwapertumbuhan ekonomi di daerah telah memberikan pengaruh positif bagi perkembangan PAD.Proporsi PAD tingkat II terhadap PDB tanpa migas yang masih relatif kecil, yakni kurang dari0,4 persen, menunjukkan adanya peluang yang cukup besar bagi pemerintah daerah tingkat II

a

T a b e l V . 2 4

PENGELUARAN PEMBANGUNAN DAERAII TINGKAT I PER PROPINSI'19EE/E9 - 1992/93

(dalam juta ruPiah)

Propinsi

Repelit{ lV Repellta VP€rhrm-buhan

Rald-ruls(.%)t988/69 l9E9/90 t990l9l t99l/9Z 1992193

I

2

1.

5-

6

7

E

9.

10.

l l ,

17,

1 l

15.

t6

n.18.

19.

m.2t.

u.27.

24.

25.

26.

27

R l a u

Dcngtulu

DKI hkana

DI YoSy&khrt{

Kalhlal ar Schtan

sula*ccl Sclatan

Sulawcsl fenssara

B d l i

NNn'Ic.BBuR Barat

NuuT.nSEmTimu

1E.926,3?

44.6t7,67

l4 617,?5

19.517,86

t5_19t,36

l9 318,63

t3 @?,u

l5 6E1.58

2t2912:10

64',175,38

58 406,05

18 482,69

?9.864,49

lE.555,EE

l7 508,04

15 799,48

20.t97,61

19.047,65

15.319,14

tE.62t,:]l

t2.639,78

2t 397,91

t2.58?,r5

11.895,76

t5.o?r,22

15.14?,?3

r2 368,56

26 89l,61

58 41697

17.480,E4

35.237,25

20 416,10

3l 054,39

13.225,63

24 661,92

n2 t t l ,36

69.396.89

60.428,51

t5.48?,97

86.093,61

20.930,4 r

24.6t6,13

16899,?6

n 898,91

?4 911,10

r9_143,40

29-265;74

14 656,16

2513942

15.t5924

I LtE2.0E

?2088,89

2 2 t 4 t ; 1 2

15.94E,55

30003,50

68_501,56

21 171,16

59 8l t ,3 l

27.619,DE

52 376,0,6

2t 166,49

36412,06

318 695,25

toz21l,46

E6005,78

21 (A?,81

117.386.r5

34-257,53

31 142,93

29.n4,01

5t 6:19,?6

l3 359,68

37.326,45

46jn,n

23.206,81

40.856,62

26 ?26J0

27 421t,52

36 275.61

53.t51,25

23.013A1

48268,80

8 1 3 1 4 , 3 9

32.c'3,98

83.n9,83

40.433,54

65.E47,18

29 6{)l,3ll

4D 307,41

458.016,43

166.916,0J

t12.444,61

2A.t79,45

1 5 5 . 1 8 9 , 1 |

50 79?,r 8

4t 20\,44

32.798,E4

72,541,61

43 870,88

43 r64,91

68.686,01

13.446,72

58 6t)4,16

39.6?037

40.171.70

50 800,52

@-318,43

n 40898

50.0s9,81

84 183,58

r,1 200,1 I

116.585,13

46.050,54

68 9?6.06

l4 069,E3

it9 674,?ll

516.214,8?

l8 |.o58,oB

98,418,35

30.172.EE

t66.174,11

55165,77

65 94t,54

41.14',1,26'18.916,69

48.251,71

48 535.69

65 \61,11

3l142,46

39 3l7JE

39 226,0E

50-599,4E

56-947,67

7J 899,49

38.565,r9

21,55

l?,20

23,6E

56,29

30,66

17.46

27 9t

26.12

26,29

29,30

13,94

r 303

2D,lO

3 L J ]

39,31

21,19

4D,62

26,t6

31,42

36,77

27,82

17,83

32,8?

43,61

39,56

48,62

32,88

J o f t l a h Ert.r9292 [02a.5?0,5E r.498.015J4 2.011.134,66 2.201f42,69 24,36

T a b c l V . 2 5

PI'RSENTASE PENGELUARAN PEMBANGUNAN TERHADAP TOTALPENGELUARAN DAERAH TINGKAT I PER PROPINSI,

198E/89 DAN 1992/93

No. P r o p i n s i

Repelita IY Rcpclita V

1988/89 1992193

;,3 ,4 .

5 .

6.'7.

8 .

9.

10 .

1 1 .

t2.

t3 .

t4.

15 .

16 .

1 1 .

1 8 ,

t 9 .

20.

21.

22:

23.

25.

26.

27.

DI Aceh

Sumatera Utara

Sumatera Bafat

R i a u

J a m b i

Sumatera Selatan

Be gkulu

I-ampung

DKI Jakarta

Jawa Barat

Jawa Tengah

Dl Yogyakarta

Jawa Timur

Kalimantan Barat

Kali rantan Tengah

Kalimantan Selatao

Kalimantan Tinrur

Sulawesi Utara

SulawesiTcngah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

B a l i

Nr]sa Tcnggara Barat

N sa Tenggara'Iimur

Mahrku

lf ian Jaya

Timor Timrrr

24,47

t9,'7 |

33,98

39,68

56,38

32,90

51,34

16,73

43,41

13,89

12,'t8

21.45

14,89

25,16

33,34

2r,oo29;76

21,45

28,.50

52,632f ,704 8 , 1 5

42,13

54,54

26,62

51,82

30,85

21,97

4t ,66

63,55

69,79

51,48

63, l6

21,40

4 l ,90

20.24

12,15

2 l , 3 1

t7,56

34,59

49,40

26,35

43,97

28,49

38,60

53,41

65,90

44,19

62,'7'l

66,07'11,6',1

54,26

69,52

Indonesia 24,2r 32,04

I

J / . ]

untuk lebih meningkarkan lagi usaha-usaha penggalian pAD. Dalarn penode 1988/89-1991/92,PAD tingkat II dibandingkan terhadap PAD tingkat I, peNentasenya cenderung menurun, yaknisebesar 49,6 persen dalam tahun 1988/89 menjadi 44 persen dalam tahun 1991/92. Hal inidisebabkiur karcna dalam periode tersebut PAD tingkat I meningkat lebih bcsar, baik secarancminal maupun secara persentase. Pcrkcmbiugan PAD tingkat II dar proporsinya terhadapPAD tingkat I dan PDB tanpa migas sccara rinci dapat diikuri dalam Tabel V.26.

Realisasi penerimaan PAD tingkat II sccara nasional dalam tahun 1988/89 adalahscbcsar Rp 403,9 miliar dan dalam rahun 1991/92 meningkar mcnjadi Rp 705,3 miliar, yangberarti dalam periode tersebut mcngalami penumbuhan rata-rata pcr tahun sebesar 20,4 pcrscn.Penerimaan PAD tingkat II di Propinsi Kalimantan Tengah sclama periode tersebut mcngalamipertumbuhan rata-rata terbesar, yaitu sebesar 40,6 pcrsen, sedangkan pAD tingkat II di propinsiLampung meningkat dengan pcrtumbuhar rara-rata t€rkecil, yaitu scbcsar 6,8 persen. Selanjuuryaapabila dilihat secara nominal, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah masih tctap mcrupakan3 Dati I penyumbang tcrbesar PAD tingkat II. Sccara keseluruhan propinsi-propinsi tcrsebutdalarn tahun 1991/92 menghasilkan PAD tingkat II masing-masing scbcsarRp 160 miliar,Rp 129 miliar, dan Rp 119,7 miliar, sehingga secara bcrsama tclah menyumbang scbcsar 57,9persen dari total PAD tingkat II dalam rahun 1991/92 yrd;,g be{umlah Rp 705,3 miliar.

Selanjutnya, apabila ditinjau sccara rata-rata per daerah tingkat II, yaitu dcnganmembagi penerimaan PAD tingkat II per propinsi mcnurut jumlah daerah tingkat II di masing-masing propinsi, maka penyumbang PAD tingkat II terbesar adalah propirrsi-propinsi JawaBarht, Bali, serta Kalimantan Timur. Hal ini terjadi karcna pcrbcdaan potensi masing-lnasingdaerah dan jumlah daerah tingkat II masing-masing propinsi. Pclkcmbangan realisasi pADtingkat II masing-masing propinsi dan sccara rata-rara per daerah tingkat II dapat dilihat d?ilamTabel V.27.

Dilihat lebih lanjut berdasarkan komponen PAD yang ada, rctribusi daerah masih tetilpmerupakan penyumbang tcrbcsar dalam komponen PAD tingkat II dibandingkan dcngankomponcn lainnya. Dengan juurlah sebesar Rp 392,6 miliar dalam tahun 1991/92, rcrribusidaerah menyumbang sebesar 55,7 pc$cn terhadap total pAD tingkat II, diikuti oleh pajak dacr.ahsebesar Rp 187,8 miliar aLau sebesar 26,6 pcrscn dalam tahun yang sama. IIal ini menunjukkiurbahwa dengan semakin meningkatnya pelayanan umum yalg diberikan pemerintah daeralrtingkat U kepada masyarakat, telah semakin mendorong peningkatan penerimaan rctribusidaerah. Cambaran pcrkembangan PAD tingkat II mcnurut kontribusi masing-masing komponcnPAD dapat dilihat pada Tabel V.28.

Selarjutnya, persentase PAD tingkat II rerhadap produk domcstik regional bruto tanpamigas juga cenderung mcningkat. Dengan PDRB tanpa migas (harga berlaku) tidak tcrmasukDKI Jakana, tahun 1988 sebesar Rp 101.715,8 miliar dan tahun 1991 scbesar Rp 160.004,6miliar, pcrsentase PAD tingkat II secara keseluruhan tcrhadap pDRB tanpa migas tclahmeningkat dari sebesar 0,40 persen dalam tahun 1988/89 menjadi scbesar 0,44 persen dalam

Tabe l V .26

PENDAPATAN ASLI DAERAH TINGKAT II DAN PROPORSINYA TERHADAPPENDAPATAN ASLI DAERAH TINGKAT I

DAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS,r98NE9 - l99ll92

(dalam miliar rupiah)

No. U r a i a nRepelita Iv Repelita V

1988/89 19E9/90 199019r 199u92

l .

')

l .

4.

J .

PAD lingkat lI

PAD tingkat I

PDB 'T

Persentase PAD tingkat lI

PAD tingkat I (1 : 2)

Persontase PAD tingkat II

PDB (1 : 3)

terhadap

terhadap

403,93

814,16

121.606 ,00

49.61

0,33

n7,92

t.041,49

142.454,'tO

45,89

0,34

595,59

1,438,31

r67.001,60

4141

0,36

705,28

1.604,04

191.731,4p")

43,97

o,3'I

Keterangan r) Dalam tahun takwln, d6n atas dasar harga yang berlaku

") Ahgke Bementara

z

91

t-

F 5qE> F 6 i E

v ?e.1: * ; E; ?8*

H .=,

!(o

zF

4

E S F ^

a i r "< l - \ - r . 9 o 9 t r t 9 q - t u t 9 n - i n : 0 9 1 o 9 n + . - " 1 r . o r

N

iio , 9 9 r } - n I - 9 r ' " - r - 1 " 1

- . : q 9 \ F ] 9 o " q q o _ . t F - o -

€ r . 1 r o 6 o r € 1

d

o- c! a- 01 o: .1 d, -- r] e h. q +. o, .t a q +, a 4 € 1 cq o- -: -"

. i - , . i - d r j d N N -

x

.: I ..! C q r @. ni *_ -: 4 n @_ o! r] q'i r- \ 1 oq a. - 4" <i u)

q '

al 6. a o! or 1 @".: .! F-.1 @- F: 1 .l @- E r- €- vL ft" -. o- -1. m. o:

: n ' : 3 : x l R ; i l G E I * 3 l € + ; . i : 8 1 F E C : ?, . . i _ j _ j - - i e . i _ n _ . i _

!!j

3. E q t 3. +. S-:j. 5. F. 4 6 & 8. s" i q 4 R. 3 fi. g A q 5_ Ei r : l g X : F f , g R F S 3 : F a 3 l R ; 9 F 3 i 9 S g ? A- : r . . l a € c ! o ? n a o t € c c - 1 o ! d r : N ' ^ 3 6 . 1 0 9 6 N r

a

i:

E

. ! E

z - i c i . i + ; G r < i o i o - c j F i + v i G r d i o d - . i 6 + d G

T a b e l v . 2 E

KOMPOSISI PENDAPATAN ASLI DAERAHIINGKAT II SELURUII INDONESIA, 1988/89 DAN I991192

No. Komponen PAD

R€pelita IV Repelih v

1988/89 r99rl92

(Rp Juta) ( % ) (Rp.luta) ( E )

l .

2.

3 .

4 .

Pajak

Retribusi

Perrcrimaa[ laba BUMD

Penerirnaan dinas-dinas

Pene.imaan lain-lain

t01.443,76

222.43't,t3

tt.924,09

x3.a2;74

39.098,01

26,60

55,07

5J0

9,68

18',1.8U,O7

392.6r0,5J

22.270,05

28.489,90

't4.o85,70

26,63

55,67

l , t 6

4.04

10,50

Jumlah 403.925,73 100,00 705.280,25 100,00

379

tahun 1991/92. Perkembangan perscntasc PAD tingkat II terhadap PDRB tanpa migas sctiaptahun dapat dilihat dalam Tabel V.29.

5.4.1.1. Pajak daerah

Pajak drrcrah sccara garis besar tcrdiri dari pajak asli dacrah dan pajdk negara yang

telah discrahkan kepada daerah, yang pclaksanaannya didasarkan atas perundang-undiugan yang

berlaku. Scbagaimana pajak daerah ringkat I, dasar pemungutan pajak daerah tingkat II antaralain adalah Undang-undang Nomor 11 Dn Tahun 1957 tentang Peraluran Umum Pajak Dacrah,Undarg-undang Nomor 10 Tahun 1968 tenl.ang Pcnyclaltan Pajak-pajak Ncgara, BBN-KB,Pajak Bangsa Asing dan Pajak Radio kepada Dacrah, dan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974tentang Pokok-pokok Pcmcrintahan di Dacrah.

Berbeda dcngan pcranan pajalc daerah tingkat I yang mcrupakan penyumbang Lerbesarterhadap pendapatan asli daerah tingkat I, maka pajak daerah tingkat lI mcrupakan penyumbang

terbesar kedua setelah rctribusi dacrah. Realisasi pajak daerah tingkat II setiap tahunnyamenunjukkan peningkatan yang cukup bcsar, walaupun peranannya terhadap total PADtingkat II relatif tidak bcrubah. Dalam tahun 1989D0 pencrimaan pajak daerah adalah scbesarRp 107,4 miliar dan dalam tahun 1991/92 scbcsar Rp 187,8 miliar, schingga dalam pcriodctersebut tclah mcngalami pcrtumbuhan rala-rata per Lahun scbcsar 20,5 pcrscn. Sclanjutnya,apabila dilihat secara rafa-rat per daerah tingkat II, maka pcncrimaan pajal< daerah sclamapcriodc 1988/89- l99l/92 tcl.lh mcningkat dari Rp 370,5 juta mcnjadi Rp 643,2 juta, ataumcngalami pcnumbuhan rata-rata scbcsar 20,2 pcrscn. Adanya perbedaan tingkat pcrtumbuhanpaj ak dacrah tingkat II pcr propinsi dibandingkan dcngalt pcr kabupatery'kotamadya dalampcriode yang sama sepcrti tersebut di atas discbabkan karena jumloh Dati II benambah mclaluipcmbcntukan kabuparen dan kotamadya yang baru dalam bcberapa tahun terakhir ini.

Apabila ditelaah lcbih lanjut pencritnaan pajak daerah tingkat II per masing-maslngpropinsi, Nusa Tenggara Barat merupakan propinsi yang mengalami pertumbuhan rata-ralatertinggi (62,7 perscn), diikuti olch Jambi (47,8 pcrscn). Secara nominal, propinsi-propinsi JawaBarat, Jawa Tcngah, dan Jawa Timur, adalah propinsi pcnghasil pajak daerah tingkat II tcrbcsar,masing-masing sebcsar Rp 36 miliar, Rp 28,1 miliar, dan Rp 27,2 rniliar, schingga ketigapropinsi tersebut secara bersama-sama mcnyumbang 48,6 persen dari kcseluruhan pcncrimaanpajak daerah lingkat II dalam iahun 1991/92. Btla dilihat sccara rata-rata pcr dacrah tingkat II,propinsi-propinsi Bali, Jawa Barat, dan Kalimantan Timur, memiliki rata-rata penerimaan pajakdaerah teftinggi, yaitu masing-masing sebesar Rp 2,4 miliar, Rp 1,5 milyar, dan Rp 1,3 miliar.Gambaran perkembangan pcncrirnaan pajak dacrah tingkat II masing-masing propinsi dan rata-rata per dilcrah tingkat II dapat dilihat dalam Tabel V.30.

Dari scgi hrsi l pungulan, pcmcrintah dacrah t ingkat I I selama ini umumnyamengandalkan 7 jcnis pajak yang utalna, sctlangkan 30 jenis pajak dacrah tingkat II ltinnyakurang potcnsial atau tidak dipungut lagi. Ketujuh jenis pajak utama tcrscbut adalah pajakpcmbangunan I (PPb I), pajak penerangan jalan, pajak pertunjukan dan keramaian umum, pajakreklame, pajak pcndaltaran perusahaan, pajak potong hcwan, dan pajak bangsa asing.

380

_[

{

dE

zF

xs

FTz

n&

3 ; : ! : : : : : 5 3 i : : : : E : 3 ! S : : 3 3 3

s$5$5$33353393339$35335S38

E 3 3 : A E 3 : : : 3 3 : I 3 3 3 3 3 3 3 E 5 S 3 3 3

a 3

o

c e P e F ^ e e e c I P l c a e F c e R e R e R I e$ R g F 9 E : t I C d 3 = A ; S i e & g S 3 3 6 B B

n r F . ] u q F o . ! 6 . . $ x d g o - d n . - hE

a a B I I I A A B 8 A I I a 8 A 8 A 8 I 8 8 8 8 8 a; 6 ; . i o o j o o F € d d 6 ; F ; d . { ; ;

o r i c l F . i e d @ ! - c d n F v i 6q

E

d a . . l - . l r . l r ' i - c i dG 8 r : r e 5 s E r s a s f R B e F ; a F f g g l : f l< . r G c l c r - ! i . i F i 9 r s . i r . 1 c i

e - e q 6 - q c o . o - 9 e o -

n o - - F a c i o 6 o E r c l r { c o a o o F o @ o + o: r r 9 g a s : ; ; F g a a a P a : F f i i j 1 3 * = 8 3d c c l r + d o ! r o c i - j o i n . i

3a

e g g g F 3 t i u B ; E B 5 : 5 F 5 5 A I I : A A B 3I

I4

F

I! + F o - _ j ; + D i 6 { r i E r

6 o d . j ; j ! q - ' d F i . lH

-g

!

z

'i

7

H

F

: . :o oa?P F E E

o < o \ . 4a l{ co -'; r-1 D E- * < 9 p gr . a H €

z

z

AgF^^Ei*e { t . i r j c i j d o i . i - . : . i . i r o < j a r ; . . i r i d i + . J r i - i d i o i

F F

e

E 9 q u1 +- e_ r- o- r-.1d- r'r d- !- d1d1 c1 -- * v1 o! d- @- o- €- <-

+ s ' l F F 8 S H I S 8 F s 9 R A l R X n f i $ n e Sd 6 + 6 9 F h - 6 1

qlr $

E. is i < j c , o ^ i \o o d t - io i . i - ; - - : @ a o i + -_o id tq i . i . - :' 1 \ r : 0 9 q F : 6

" - " q e 1 9 - 1 q * l 1 1 . 9 ! - r F 1 \ -

E

a q q 4 1 ,4 5 "q i F " r " E $ " i qq e 4 e^q ! ^€ - qE Rqh r : - . . j { r q @ - t d

. 1 q i \ r . i . ' j . i . j g S + F d i - i c i G r i * l r i c . ' j * i - . :

E

a

s- 5. b. F. s- q q a 5- a ;i. q e. F" 3 €. 5. q q q R R e a q q

- i G . j { r .

.{

!p

HE

€_ -. -- .t @- !t N- o: 4- -- -. -- -- o. F- !. n- d- 4 o- o a- @- €- o_ cr

*

'6

c E

E 5

z ; . i F i e q i o r @ o o - r J n v d € F < j o o - c . i r i i r i o

382

5.4.1.2. Retribusi daerah

Retribusi drerah tingkat II sclalna ini tctap merupakan komponen yang mcmbcrikansumbangan lerbcsar bagi PAD ngkat. II, dcngan rcalisasi sctiap tahunnya meningkat relatifccpat. Pencrimaan rcLribusi daerah tingkat ll dalam tahun 1988/89 adalah sebcsar Rp 222,4miliar scdangkan dalam tahun 1991792 mencapai Rp 392,6 miliar, atlu meningkat denganpcmrmbuhan rata-rata tahunan sebesar 20,8 pcrscn. Dilihat secara rata-rata per daerah tingkat II,pcnerimaan rctribusi daerah dalam pcriode yang sama tclah meningkat dari Rp 767juta menjadiRp 1,3 miliar, atau mcngalami pertumbuhan rata-rata pcr tahun scbesar 20,6 persen. Realisasipcncrimaan rctribusi dacrah tingkat II pcr propinsi sclirma pcriodc 1988/89 hingga tahun 1991/92 dapat dilihat dalarn Tabel V,31.

Dasar pcmungutan rclribusi dacrah tingkai II adalah Undang-undang Nomor 12 DftTahun 1957 tcntang Pcraturan Umurn RcLribusi Dacrah. Selanjutnya, dcngal mengacu pada

undang-undang tcrsebuL pemerintah dacrah tingkat II mcnctapkan pcraturan dacrah yang sifatnyalcbih terinci dan opcrasional. Rcrribusi daerah dapat bcrupa pclnbayalan atas jasa pekerjaan, jasa

usaha, jasa milik dacrah, dan jasa nyata lainnya yang dibcrikan oleh dacrah tingkat II. Sesuaidcngan potcnsi dan karaktcristik jasa pelayuran masing-masing dacrah tingkat II, maka jenis

rcFibusi antara satu dacrah dcngan dncrah lainnya cenderung tidak seragarn. Namun dcmikiaudari sckitar 137 jenis retribusi dacrah tingkat II yang ada di seluruh Indonesia, secara umumhanya bcbcrapa jenis retribusi saja yang potcnsial bagi pcncrirnaan dacrah hingga saat ini, anlaralain rctribusi parkir, pasar, pangkalan (tcrminal), lcges, rumah sakit dur balai pcngobatan, tcmpatrckrcasi, pcrizinan, dan sewa tanah,/bangunan,

Propinsi dengan penerimaan retribusi daerah tingkat II terbesar dalam tahun 1991D2adalah Jawa Barat, yaitu scbcsar Rp 91,6 miliar, diikuti olch Jawa Timur dan Jawa Tengah,masing-masing sebcsar Rp 85,1 miliar dan Rp 70,3 miliar. Pcnerimaan rctribusi ketiga daerahtcrscbut mcncakup 62,9 persen dari penerimaan rctribusi daerah tingkat II seluruh Indoncsia,yang dalam tahun 1991/92 bcrjumlah scbesar Rp 392,6 miliar. Apabila ditclaah lebih jauh

bcnlasarkan penerimaan retribusi rata-rata per daerah tingkat II di masing-masing propinsi,kctiga propinsi tcrscbut juga menghasilkan jumlah penerimaan rctribusi daerah terbesar, Dalamtahun tersebut pcnerimaan retribusi rflta-rata pcr daerah tingkat II di Jawa Barat adalah scbeserRp 3,8 miliar, di Jawa Timur sebesar Rp 2,3 miliar, dan di Jawa Tengah seLresar Rp 2 miliar.Sedangkan angka pertumbuhan rata-rata terbesar unLuk masing-masing propinsi tlalam kurunwaktu 1988/89-1991/92 adalah Bali (37,2 pcrscn), Sulawesi Tenggara (34,4 perscn), danKalimantan Timur (33,7 perscn).

5.4.1.3. Bagian laba badan usaha urilik daerah

Pcranan laba badan usaha milik daerrh tingkat II tcrhadap PAD tingkat II hingga tahunL99lD2 letap rclatif kecil. Kontribusi terbesar bcrasal dari perusahaan daerah air minum.Scbagaimana juga komponen-komponcn PAD lainnya, seperti pajak daerah dan rctribusi daerah,bagian laba BUMD ini juga mcngrlami peningkatan yang cukup besar.

z

F

tl

F

z

zrr,l

A;i=F:*E

a. e-n $-€-3-q E;::" R c q R"q ? e e E q E 3 q q i 3. 4

t

3a

o o " - . . - : - " 1 r , r : s : d - r

n i sE iE ; sssss i ;Ss t rFs f iE f f q "

1

e

ss

E d,

}L

5I EE \ 3 ?_H A E E q ff E E E q 4 g E _$.F. a.s. E q 3.4

t - + n q d -

.l

s;

&

EI

ri.i di oi +.i ; oi o ri d d; ai d Fi qi" , g € 5 s E n 9 n ' E

!i

rt. +" €" o"..': \o" \ c9 q: q d] 1n t ..: !q c €' o. 6. \q q .'I .: F-

d ? q q \ . ] q d t " : q . t q q 9 I q ' 1 1 r : q 0 9 q q e ^ l -

i

E*a e

2 - : . i d i < q i { t r o d o o - d - i + ' i G F d j 6 E j . c r d j . 1 q ) { i

384

Selama kurun waktu 1988/89 hingga rahun 1991/92, bagian laba BUMD yangdiscrahkan kcpada pemerintah tingkar II telah meningkat dari Rp 11,9 miliar menjadi Rp 22,3miliar, sehingga pertumbuhan raa-ratanya pcr tahun adalah sebesar 23,2 percen. Ditinjau perdaerah tingkat II di masing-masing propinsi, maka penerimaan laba BUMD tclah mcningkatdari Rp 4l,1juta mcnjadi Rp 76,3 jula atau mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun scbcsar229 persen dalam kurun waktu yang sama.

Untuk setiap propinsi, angka penumbuhan rata-rata bagiirn laba BUMD cukup bewariasi.Propinsi-propinsi Irian Jaya dan Bengku.lu memiliki angka pertumbuhan rata-rata di atas 100perscn, yakli masing-masing sebesar 159,5 persen dan 152,2 persen. Sedangkan Sumatera Barat,Riau, dan Sulawesi Utara justru mengalami penurunan dalam penerimaan laba BUMDtingkat II dengan pertumbuhan rata-rata negatil yakni masing-masing sebesar -12 per,sen, -6,8persen, serla -17,1 perscn. Hal ini discbabkan terutama karena selama beberapa rahun tcrakhir,BUMD tingkat lI di ketiga daerah tersebuL, khususnya PDAM, telah melakukan pcrluasaninvestasi, sehingga bagian laba yang discrahkan kepada pemerintah daerah setempat mengalamipenurunan.

Dilihat secara absolut, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, dengan masing-masing penerimaan dalam tahun 1991/92 sebesar Rp 7,2 miliar, Rp 4,3 miliar, dan Rp 4,1 miliar,merupakan 3 propinsi yang mcmpcroleh penerimaan laba BUMD tingkat ll terbesar. Scdangkanbila dilihat secara rata-rata per daerah tingkat II masing-masing propillsi, maka urutan penerimaiurbagian laba BUMD tingkat II terbesar adalah Kalimantan Timur, Jawa Timur, dan Jawa Barat,masing-masing sebesar Rp 309,1 jura, dan Rp 194,9 jura, dan Rp 179,2 jura. pcrkembanganpenerimaan bagian laba BUMD tingkat II untuk seluruh Indoncsia dapat dilihat clalarn Tabcl V.32.

5.4.1.4. Penerimaan dinas-dinas daerah

Pencrimaan dinas-dinas daerah merupakan penerimaan dari dinas-dinas yang ada parladaerah tingkat II di luar penerimaan dinas pendapatan dacrah. Mcskipun fungsi pokok dinas-dinas adalah untuk melaksanakan scbagian urusan pemerintah daerah yang benifat pembinaanatau bimbingan kepada masyarakat, namun ada kalanya diperoleh pendapatan, antara lain bcrupapenjualan bibit tanaman, tcmak, dali scbagainya.

Sepcrti halnya penerimaan laba BUMD, peranan penerimaan dinas-dinas tcrhadap totalPAD tingkat II dalam tahun 1991/92 relatit kecil, ynitu 4 pcrscn. penerimaan masing-masingdinas setiap tahun cenderung bcrfluktuasi, tcrgantung pada pcrmintaan masyarakat dajrpenyedi lannya oleh dinas teknis terkait. Mcskipun dcmikian, realisasi penerimaan keseluruhandinas-dinas daerah tingkat II setiap tahun menunjukkan pcningkatan. Dalam kurun waktu tahun1988/89 hingga 1991/92, realisasi penerirnaan dinas-dinas daerah tingkat II menjngkat dariRp 23 miliar menjadi 28,5 miliar, sehingga mencapai angka penumbuhan rata-rata sebcsar 7,4persen per tahun.

Kontribusi (etresar penerimaan dinas-dinas unruk selur-uh daerah tingkat II di Intlonesiadalam tahun l99lD2 dicapai oleh propinsi-propinsi Jawa Tcngah, Sumatcra Utara scrla Jawa

F.

zF<

< o \

za

z

z

E:€^cl .{

r j

q

Ieh

!d

5d

E sr K. a 3. F- Eq { r. q 4 q 4 E n q €. *"AE ql I : i c.

'6

E

c E

5 E

z - 6 i ; ; d v i . r d i o i c i - l . . 1 . i + . ; o r € o i o - . : d d i { v i { j

385

I

386

Barat, masing-masing scbcsar 20,6 persen (Rp 5,9 miliar), 19,6 pcrsen (Rp 5,6 miliar), dan| 7,5 pemen, (Rp 5 miliar), sehingga kctiga propinsi tersebut secara bersama menyumbang 57,7persen dari total penerimaan dinas-dinas daerah tingkat II seluruh Indonesia dalam tahun1991D2. Scdangkan angka peflumbuhan tertinggi dicapai oleh Riau, yaitu sebesar 72,4 persenper tahun.

5,4.1.5. Penerimaan lain-lain

Penerimaan lain-lain adalah juga salah satu komponen dari pendapatan asli daerahtingkat II untuk menampung PAD yang tidak termasuk sebagai pajak daerah, retribusi, bagianlaba BUMD, serta penerimaan dinas-dinas. Contoh-contoh pcnerimaan lain-lain adalah pcncrimaandari sewa rumah dinas milik daererh dan hasil penjualan barang-barang bekas milik daerah.Ddam lahun 1991/92, petanan pcncrimaan lain-lain tcrhadap keseluruhan pcncrimaan PADtingkat II adalah sebesar 10,5 perscn. Hasil pcncrimaan lain-lain dalam tahun terscbut adalahsebcsar Rp 74,1 miliar, yang berarti mcningkat hampir dua kali lebih besar dibandingkan dengantahun 1988/89 yang hanya scbcsar Rp 39,1 rniliar, atau mcncapai pertumbuhan rata-rata sebesar23,7 pcrsen pcr tahun.

Perkembangan pcncrimaan lain-lain daerah tingkat II bcryariasi antar satu propinsidengm propinsi yarg lainnya. Hal lersebut ditunjukkan dcngan percentase pertumbuhan rata-ratamulai di bawah nol persen hingga di atas 100 persen, seperti peningkatan yang dicapai olchPropinsi Kalimantan Tcngah (148,6 pcscn), Propinsi Kalimantan Timur (79,5 persen), danPropinsi BaIi (58,6 perscn), dan di lain pihak penurunan dialami olch Propinsi Lampung,Propinsi Kalimantan Sclatan, Propinsi Sumatcra Utara, dan Propinsi Sumatcra Barat.

5.4.2. Bagi hasil pajak dan bukan pa.iak

5.4.2.1. Pajak bumi dan bangurran

Pungutan pajak burni dan bangunan didasarkm pada Undang-undang Nomor 12 Tahuni985 tcntang Pajak Bumi dan Bangunan. Mcnurut undang-undang tersebut, pajak bumi danbangunan adalah jenis pajak yang dibagihasilkan antara pcmerintah pusat dan pemerintah daclal.rtingkat I dan tingkat II. Dati II mcmperoleh bagian sebesar 64,8 pcrscn dari penerimaan PBB danturut aktif dalam pernungulOn PBB di pcdcsaan dan perkofaan. Realisasi pencrimaan PBB yangsemakin meningkat, pada gilirannya mcndorong kemandirian daerah tingkat II dalam membiayaipenyelcnggaraan pemerintahan dan pclaksanaan pcmbangunan dacrah.

Sccara kcselurulran, pajak bumi dan bargunan dncrah tingkat II dalam tahun 1991/92adalah sebesar Rp -559,3 miliar, meningkat dari Rp 215,7 miliar dalam tahun 1988/89, araumcngalami penumbuhan rxta-rata pcr tahun sebesar 37,4 pcrsen. Bila dilihat secara rata-ratauntuk daerah tingkat II, tcrdapat peningkatan scbcsar 157,6 persen, dari Rp 743,6 juta dalamtahun 1988/89 mcnjadi scbcsar Rp 1,9 miliar dalam tatrun 1991/92, sehingga perrumbuhan rara-rata setiap tahunnya adalah sebesar 37,1 pcrscn.

387

Pertumbuhan rata-rata bagian pencrimaan PBB daerah tingka[ II antar propinsi juga

menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Dilihat dari pcrsentase rata-Iata pertumbuhannya,

Propinsi Timor Timur merupakan propinsi yang memiliki pcrtumbuhan rata-rata tefiinggi (156'6

persen), diikuti oleh Propinsi Kalimantan Tengah (109,5 persen) dan Propinsi Irian Jaya (92'8

persen). Namun bila dilihat dari peranannya tcrhadap total PBB daerah tingkat II, maka Propinsi

Kalimantan Timur, Propinsi Jawa Barat, dan Propinsi Jawa Timur adalah propinsi yang

menghasilkan PBB dacrah tingkat II tcrbesar, masing-masing sebesar Rp 72,1 miliar' Rp 69miliar serta Rp 59,8 miliar. Dengan demikian sccara bersama ketiga propinsi tersebut menyumbang

35,9 pcrscn dari rotal PBB daerah tingkat II untuk tahun 1991/92. Sedangkan bila ditinjau sccara

rata-rata untuk daerah tingkat II masing-masing propinsi, urutan tcrtinggi adalah Propinsi

Kalimantan Timur, Propinsi Kalimantan Tcngah, dan Propinsi Sumatera Selatan, masing-masing

dcngan rata-rata pencrimaan Rp 12 miliar, Rp 4,8 rniliar, dan Rp 4,-5 miliar dalam tahun1991i92. Pcrkcmbangan pcncrimaan PBB daerah tingkat II dapat dilihat dalam Tabel V.33.

5.4.2.2. Bagi hasi l bukan pajak

Penerimaan bagi hasil bukan pajak daerah tingkat II diperoleh terutama dari IHH serta

IHPH. Berdasarkan Kcputusan Prcsidcn Nomor 30 Tahun 1990, pemerintah dacrah tingkat II

mcnerima bagian IHH sebesar 15 perscn. Pcrtumbuhan rata-rata IHH dan IFIPI{ dalam kurun

waktu 1988/89 hingga 1991i92 adalah sebesar 5,9 pcrsen. Bcberapa propinsi yang mcngalamipertumbuhan rata-rata cukup tinggi artara lain adalah Propinsi Timor Timur (54'2 perscn)'

Propinsi Larnpung (32,2 pcrscn), Plopinsi Irian Jaya (18,2 pcrsen), dan Propinsi Maluku (18,1

persen)" Kecuali untuk Propinsi Maluku, ketiga propinsi tcrscbut memiliki total IHH dan IHPH

dacrah tingkar II yflng rclatif kccil bila dibandingkan dcngan propinsi lainnya. Sclain itu, dalam

kurun waktuyangsama, tcrdapat pul". beberapa propinsi yang mcngalami penurunan pcncrimaan

bagi hasil bukan pajak, k-hususnya IHPH, antara lain propinsi-propinsi Sulawesi Tengah, Jawa

Barat, dan Sumatera Selatan.

5,4.3. Sumbangan d0n bantuan pusat serta daerah tingkat I

5.4.3.1. Sumbangan pusat dan daerah tingkat I

Salah satu sumbcr dana pcnting yang dipcrgunakan untuk membantu kclancaranpelaksanaan kegiatan dacrah tingkat II adalah dana yang bcrsumbcr dari sumbangiut pusat dar

dacrah tingkat I, disamping dana yang bcrasal dafi daerah tingkat II sendiri. Dana sumbanganpusat dan daerah tingkat I jumliLhnya senanl.iasa meningkat dari tahun kc tahun. Dalam tahun1988/89, jumlah sumbangan pusat dan dacrah tingkat I adalah sebesar Rp 1.032'4 miliar,

scdangkan dalam tahun 1991/92 jumlahnya meningkat menjadi scbesar Rp 1.546'5 miliar, yang

berarti selama periode tcrsebut mengalami pcttumbuhan rata-rata sebesar 14,4 persen per tahun.

Pcncrima sumbangan paling besar adalah daerah tingkat II di propinsi-propinsi

Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, yang dalam taliun 1991/92 masing-masingmenerima sebesar Rp 178,8 miliar, Rp 121,3 miliar, dan Rp 113,4 miliar. Scdang daeralt

tingkat II di propinsi-propinsi Kalimantan Tcngah, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan Selatan,

E R< =z

rIJ 'ir

=<

Eri--E E 5 3

s

E{

3 R 5. ;" S" q F. q Fj F. q q E q A. { q 8. 8_ [ A €. F. ff F.f l i f i B*Ei$s;€t$+gp$sBsFsHEE

a8. a 3. s. a.R-s-E q 3. 4 4 6 f l q q q q q q q 3 e q R3 6 5 l a g F 3 9 5 S A S 5 3 3 = 3 S € S g s S S Dn d j r - c j . j d . . i r i 6 i < 6 o € < . i r j v i o n o n r . l r : -

.I

=. a F- s- s. a G. s- R. ;i { R. B_ B. E e. =- 3_ q A- 3- ti n- €. 3" !"; + oi ci' i dj dt.n..i di -: F: oi di dt di - @ F 6

f l Hs l IaFR:sF!E * !?*sssEss is '' hq

e

;g

E A. 8. S. S- a- s- F- 5. 5- s. $- R R- I 3_ 9_ S" *. E 3. 3- E 6 3.d e r o + d ri + F; .o_ -.: oi { oi D_ o. q dt -- od -- od ei a dc ? N q i . 9

.('s

o! n r- q @- fi - 1 "1 FI -r rL ^L n, -r n q q {. o! d. 1 o_ q rr -1

' ] ? S S ̂ r S g + F h g H 3 S 9 , g F d x s s 3 B P Ru j o ! o @ q , - < , o e . i - i - j o i ^ l d i r . l j s ; . i o . . i

oqf l l

s

6.

o d c t G d . j € o i o i . i - i o r d o o ' 1 . i - i . i F i d o i o r ; d o - < t

em s o , - : . - r @ F i ; - + o

8 l

.a

. E

z - r l F i q q i \ d F ; 6 d j . i n + r i o F d j 6 c t ! . J 1 1 ' t ' . j { i

389

menerima sumbangan dengan jumlah paling rendah yaitu masing-masing seb€sar Rp 14,1 miliar,Rp 8,5 miliar, dan Rp 6,6 miliar.

Sementara itu, bila sumbangan pusat dan dacrah tingkat I tenebut dilihat mcnurut rata-rata yang diterima pcr daerah tingkat II, maka dalam ld'hun 1991/92 sumbangan rata-rata perdaerah tingkat II berkisar antara Rp 660 juta dan Rp 1 1,3 miliar. Tiga propitlsi yang menerimasumbangan pcr daerah tingkat II terbesar secara berurutan adalah Nusa Tenggara Barat,Sumatera Selatan dan Sulawesi Tenggara, yang masing-masing menerima sumbangan sebesarRp 11,3 miliar, Rp 1l miliar dan Rp 10,9 miliar. Gambaran mengenai perkembangan sutnbanganpusat dan dacrah tingkat I untuk daerah ngkat II per propinsi secara rinci dapat dilihat padaTabel V.34.

Sumbangan terpenting yarg dibcrikan kepada daerah tingkat II selauna ini adalahsubsidi daerah otonom (SDO), yang sebagian besar dipcrgunakan untuk mcmbiayai bclanjapegawai dacrah. Sebagizn dari SDO juga dipergunakan unl.uk mclnbiayai belanja nonpegawai.Belanja nonpcgawai dibcdakan atas subsidi/bantuan dan ganjaran. Adapun subsidi/bantuankcpada dacrah tingkat II mcliputi subsidi/bantuan pembiayaan pcnyclcnggaraan sekolah dasarncgcri (SBPP-SDN), subsidi/bantuan biaya operasional rumah sakit umum daerah (SBBO-RSUD), subsidiilrantuan pengembangan dan pcmcliharaan obyek pariwisata dacrah (SBPP-OPD), subsidi/brurtuar pcngembangan usaha penambangan dacrah (SBP-UPD), dan subsidi/bimtuan biaya opcrasional pcnyuluhan pcrtanian (SBBO-PP). Di pihak lain ganjaran dacrahtingkat II dimaksudkan untuk membiayai keperluan kcgiatan-kegiatan sosial politik, markaswilayah Hansip, penataran P4, Pramuka/generasi muda, biaya operasional pcmbantu bupati/walikotamadya, pcmbinarn lcmbaga musyawarah dcsa (LMD), penyclcnggaraan pemerintahandcsa, penyusunan dan pengekrlaan arggaran pcncrimaan dan pengcluaran kcuangan desa(APPKD), kcgiatan pcnrbinailn kesejahteraan kcluaLga (PKK), pcngawasan inspcktorat wilayahkabupalcn/kotamadya, pencegahan pcncemaren lingkungan, pcngurusan administrasi keualigandaerah, balai pcnyuluhan pertanian, biaya opcrasional wilayah kecamalan, scfta biaya pelayananumum calatan sipil dan administrasi kcpcndudukan.

Sejalal dcngan meningkatnya kegiatan pcrncrintahiur di daerah, jumlah SDO yangdisalurkan kcpada daerah tingkat II juga mcngalami pcningkatan. Apabila dalam tahun 1988/89jumlah SDO tcrsebut sebcsar Rp 1,012,9 miliar, maka dalam tahun 1991/92 jumlahryamcuingkat mcnjadi scbcsar Rp 1.5M,9 miliar, yang berarti selama kurun waktu tenebut tclahlcrjadi pcrrumbuhrn rata-rala scbcsar 14,1 persen per tahun. Sementara itu jumlah SDO yangdisalurkan kepnda dacrah tingkat II di tiap propinsi dalam tahun 1991192 jrga menunjukkanpeningkatan dibandingkan dcngan tahun 1990/91, kccuali di Propinsi Kalimantan Sclatan,dimana dalam pcriode 1988/89-1991/92 Lcnebut mcngalami penurunan sebesar 5,3 pcrscn pcrtahun. Menurunnya laju pertumbuhal SDO dncrah tingkat II di Propinsi Kalimantan Sclalanadalah karcna scjak tahun 1990D1 realisasi pembayarnn pcnsiun tidak lagi dimasukkan dalampcrhitungan APBD daerah tingkat II, mclainkan sudah ditangani oleh PT Taspcn. Gambaranmengenai perkembangan SDO dacrah tingkat II di masing-masing propinsi dapat dilihat dalamTabel V. 35.

390

o\

F o .{av o \z r

- z< F

z 4< d

Fz

. E EE E :

l d{

t&

II 3Ai;3q3?e95f, $i$ri : issigF q F

cfi

eEF f $$ I :EEFSSSSAEE€ f 3 {CESHGS t E s g e P i j n i ! E : ! d r = - F T s d s $ F x i

{6

B

EE R : r ; E = ; 3 E = 3 9 ; B a A 8 ; l e X 5 I E S 3 A

. l . l . l d o d i

IY 4 9 e e E S E 4 S 3 € E 9 E q A s 8 8 I 3 e - - a eq E I 6 E ! q F t 5 q q 6 E E ; : ! I E q R E 3 F 6 4 S q $

gtt

' - a F a 6 g I E { 5 ; ; 3 E E ; B 9 G X R R * t 5 A. l e l . l 6 4 :

5=

e

E

c- I 9- q €- P- R q 3 & S 3 e e 8- F- e- 8- a- 8- 3- 8- ?- 9 a Ag 3 E : 9 X g F € S 8 S € A L I S 8 d D . F g F e 6 Fq 9 F r : 9 4 E ' r ! . ' ] ! q c n q 9 I -

t

? d

a, € -

&

a 3 9 8 ! p p $ $ t r F E g F i 9 F [ : : * ; g I g : A A

9 E € $ F F ! : l * 3 ! : R 9 9 ! 9 ! - C 5 a $ g g g !

q

c

4 :;i, = ; ;;t $isi Ei ; ; 93f, EB, rs: l

z - c i ; { v i ; d ; i V i j

391

ri

F

zF

q

F

E E i ^

b: r : -

o

r r t

il

?

T

e&

qQ r|2

'.i

Ed r j n r a - * i - i - i c i c i n - - l . j . i . j c ; . j ; { j r r . . l

,e

.E

?

a

q'+

E 5: E

z

392

Sclama periode 1988189-1991192, pertumbuhan SDO daerah tingkat II yang tcftinggiterjadi di Propinsi Bali, yaitu sebesar 120,5 pcrscn per tahun. Tingginya pertumbuhan SDOdaerah tingkat II di Propinsi Bali tcrjadi karcna sejak tahun 1991/92 administrasi pcmbukuan

bagi gaji guru SD dilaksanakan di masing-masing dacrah tingkat II, yang sebclutnnya dilakukandi daerah tingkat I. Sementara iLu dalaln tahun l99l/92, propinsi-propinsi yang menerima SDOrata-rata per daerah tingkat II tertinggi adalah Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, SulawcsiTenggara, dan Riau masing-masing sebesar Rp 1 1,3 miliar, Rp I 1 miliar, Rp 10,9 miliar, danRp 10,1 miliar.

Peran SDO yang cukup menonjol dalarn menunjang pelaksanaan kegiatan rutin daerahjuga dapat dilihat dari persentasenya terhadap total pengeluaran rutin daerah tingkat II,scbagaimana terlihat pada Tabel V. 36 dan Grafik V, 7 yailu masing-masing sebesar 70 persen

dalam tahun 1988/89 ddn 64,4 perscn dalam tahun 1991/92. Scmentam itu, dalam Lalun1991192 daerah tingkat II yang mempunyai ketergantungan sangat tinggi terhadap SDO terletakdi propinsi-propinsi Bengkulu, Nusa Tcnggara Timur, dan Timor Timur. Di ketiga propinsi iniperan SDO terhadap pengeluaran rutin daerah tingkat II masing-masing sebesar 89,1 perscn, 88,4pcrsen, dan 88,3 pcrscn.

5.4.3.2. Bantuan pusat dan daerah tingkat I

Bantuan yang dibcrikan pemerintah pusal dan dacrah tingkat I kepada daerdtingkat II benujuan untuk membalrtu pcmbangunan daerah tingkat II agar dapat terlaksanascsuai dengan yang tclah direncanakan dan diprioritaskan olch masing-masing pemerintahdaerah. Penggunaan bantuan tcrscbut adalah untuk membanru pembangunan proyek-proyekprasarana perhubungan, prasarana produksi, dan proyek-proyek lainnya yang diprioritaskandaerah, yang pada gilirannya akan mendorong pcrkembangan perekonomian daerah, danpcngembangan sumbcr daya manusianya, sckaligus menunjang pcrckonomian nasional. Secarakeseluruhan, bantuan pcmerintah pusat dan pemerintah dacrah tingkat I kepada pcmcrintah

daerah tingkat II meliputi bantual pembangunan daerah tingkat II, bantuan peningkatan jalan

danjembatan daerah tingkat II, bantuan pembangunan sarana sekolah dasar, bantuan pembangunan

sarana kesehatan, bantuan penghijauan dan reboisasi, dan bantuan pembangunan desa.

Pemberian bantuan pcmbangunan daerah tingkat II atau Inpres pembangunan daerahtingkat II dimaksudkan sebagai upaya menciptakan dan memperluas lapangan kerja, sekaligusmeningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Besamya bantuan didasarkan atasIiga komponen pokok, yaitu baltuan per kapita, ba.ntuan pcrangsang PBB, dan bantuanpenunjang. Kepada masing-masing daerah tingkat II dibcrikan bantuan berdasarkan jumlahpenduduk sebesarRp 50 perjiwa dalam tahun pertama Inpres pembangunan Dati II, yaitu tahun197O01, dan relah berkembang menjadi sebesar Rp 1.450 per jiwa dalam tahun 1988/89 dansebesar Rp 3.000 per jiwa dalam tahun 1991/92. Di samping itu dengan tujuan menjagakeseimbangan antar daerah maka kepada daerah tingkat II yang jumlah penduduknya scdikitdiberikan jumlah minimum bantuan, yang dalam tahun 1991/92 sebesar Rp 630 juta. Bantuanpembangunan-daerah tingkat II selama periode L988189-1991192 mengalami peningkatan yang

393

T a b e l V . 3 6

PERSENTASE SUBSIDI DAERAH OTONOM TERHADAPPI]NGELUARAN RUTIN DAERAH TINGKAT II,

1988/89 DAN 1991/92

No. Propinsi

Repelita IV Rcpelih V

19E8i 89 r99r/92

L2,3 .4.5 ,

6.7 .8 .9.

10.

I l .12.13 .14.t : ) .

16.17 .1 8 .t a

20.21 .22.21 .

25.26.

DI AcehSumatera UtaraSumatem BaratRiauJambiSumatera SelatanBengkuluLampungJawa Barat

Jawa TeflgahDI YogyakartaJawa TimurKalimantan BaratKalimantan Tengah

Kalimantan SelatanKalimantan TimurSulawesi UtaraSulawesiTengah

Sulawesi SelatanSulawesi TenggaraBaliNusa Tedggara Barat

Nusa Tenggara Timur

MalukuIrian JayaTimor Timur

49,20

62,95

85,4784,3587,04'19,01

87,8554,7949,63

61,3163,1956,60

64,2246,06

34;1',]67,50

65,1784,5090,6341,4489,3990,8182,6885,5894,81

s0,5059,0981,8775,6078,13

78,0689,0854,5842,24

52,8558,33d? 10

41,144'r,85u,85r8,9659,9553,69

83,9885,99't3,78

86,7488,36'19,31

88,31

Indonesia 69,97 64,39

394

z

=F

!d

z

td

z

F^z - \

^<:

*32' - s l <

t!

thulU)

FzIltoIIt

asvrN:tsulld

39s

sangat pesat, yaitu dari sebesar Rp 267,2 mtliar dalam tahun 1988/89 menja<ii sebesarRp 583,3 miliar daliun tahvn 1991192, dengan demikian laju pcrnrmbuhan rata-rata pcr tahunsebesar 29,7 pemen.

Bantuan pcningkatan jalan dan jembatan dacrah tingkat II atau Inpres pcningkatanjalim dan jcmbal1n kabupaten^otamadya (IPJK) pada hakekatnya merupakan upaya y?mgdilakukan untuk memperbaiki, mcningkatkan serta membirngun jalan dan jembaran kabupatcn/kotamadya. Dengan scmakin baiknya kondisi jalan dan jcmbatan diharapkan dapat mcrnbukadacrah-daerah potensial yang masih tcrisolir, schingga dapat memperlarcar arus lalu lintirsekonomi dari dan kc daerah tersebut. Selama pcriode 1988/89- l99ll92 perkembangan bantuanpcningkatan jalan dan jembatan daerah tingkat II ini mengalami peningkatan yang cukup pesat,jika dalam tahun 1988/89 jumlah bantuannya baru sebesar Rp 180 miliar maka dalam tahunlgglqz telah meningkat menjadi sebesar Rp 971,7 miliar, yang berurti mengalami lajupenumbuhan rata-rata pcr tahun sebesar 7-5,4 pcrscn.

Scmentara itu, pemb€rian bantuan pembangunan sarana sckolah dasar atau Inprcssckolah dasar adalah dalam upaya membartu pemerintah dacrah tingkat II untuk membangungedung sekolah dasar dan fasilitas penunjangnya, seperti pembangunan tambahan ruang kelasbaru bcrikut rumah dinas kepala sckolah dan perumahan guru, se(a memperbaiki kcrnbaligedung SD lama. Di dalam banLuan ini telah tcrmasuk dana untuk kegiatan operasional danpcmeliharaan SD serta pcnyelenggaraan pendidikan. Mclalui bantuan ini, diharapkan kesempatanmengenyam pendidikan sekolah dasar bagi anak-anirk usia 7-12 tahun menjadi semakin luas,tcmtama bagi penduduk di daerah frerdesaan dan pcrkotaan yang berpenghasilan rendah.Realisasi bantuan ini dalam tahun 1988/89 atlalah sebesar Rp 130,5 miliar, dan mcningkatmenjadi sebesar Rp 520,8 miliar dalam tahun 199182, yang berarti selama pcriode LersebutInpres sekolah dasar mcngalarni pertumbuhan rata-rata scbcsar 58,6 penen per tahun.

Adapun pcmberian bantuan pembangunan sarana kcsehatan atau Inpres keschatandimaksudkan untuk pcngadaan obat-obatan, pcmbangunan puskesmas, rumah dokter, rumahparamedis, peningkalan Puskesmas, dan pcngadaan pcralatan puskesmas. Selain itu, bantuan inijuga dapat digunakan untuk biaya operasional dan pemeliharaan puskesmas serta pcngadaankendaraan dinas. Rcalisasi bantuan Inpres kcschatan mengalami peningkatan yang cukup pesat,yaitu apabila dalam tahun 1988/89 baru sebesar Rp 98,6 miliar, maka dalam tahun 1991D2meningkat menjadi Rp 268,9 miliar, atau meningkat dengan laju pertumbuhan rdta-rata pertahun sebesar 39,7 persen.

Dalam pada itu, pcmberian bantuan penghijauan dan reboisasi atar.l Inpres pcnghijauandan reboisasi dimaksudkan untuk pembuatarl/pemeliharaan unit pcrcontohan, pembangunandan pcngendalian, bantuan bibit kepada desa, sena bantuan tenaga penyuluh lapangan untukkcgiatan reboisasi. Bantuan ini juga dapat digunakan unLuk memperbaiki kondisi lingkunganhidup yang rusak, serta evaluasi hasil pelaksanaan program rehabilitasi hutan dan trnah kritis.Oleh karena i$ bantuan ini sangat penting dalam upaya menanggulangi masalah-masalahlingkungan yang timbul sebagai dampak dari ad;rrya pcmbangunan. Dalam pelaksanaarurya,

396

bantuan reboisasi menjadi tanggung jawab daerah tingkat I, sedangkan bantuan penghijauan

menjadi tanggung jawab daerah tingkat II. Realisasi bann:an penghijauan dan reboisasi yang

dalam tahun 1988i89 baru sebesar Rp 16,5 miliar, dalam tahun l99ll92 telab meningkat

menjadi Rp 74,6 miliar, yang berarti mengalami laju pertumbuhan rata-rata per tahun scbcsar

65,4 persen.

Pemberian bantuan pembangunan dcsa atau Inpres pembangunan desa diserahkan

langsung kepada desa, namun dicatat di da'lam APBD tingkat II. Bantuan inl diberikan dalam

upaya mendorong dan menggerakkan swadaya masyarakat desa dalam pelaksanaan pembangunan

proyek-proyek yang diprioritaskan oleh masyarakat dcsa di masing-masing desa, sekaligus

sebagai penunjang kegiatan pembinaan kescjahteruan keluarga. Pcmberian bantuan ini mcngalami

peningkaran setiap rahunnya, apabila dalam tahun 1988/89 Inpres pembangunan desa diberikan

sebesar Rp 1,5 juta pef dcsa sehingga jumlah bantuan seluruhnya mcliputi Rp 112 miliar, maka

dalam tahun 1991i92 pemberian Inpres pembangunan desa telah meningkat menjadi sebesar

Rp 3,5 juta per desa atau meliputi jumlah Rp 249,9 miliar, yang berarti dalam periodc tcrsebutjumlah bantuan ini telah mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 30'7 pcrsen per tahun.

Selama pcriode 1988189-1991D2, realisasi jumlah scluruh bantuan yang ditcrima oleh

pemerintah daerah tingkal II mcngalami peningkatan dari sebesar Rp 759,5 miliar menjadi

sebesar Rp 2.286,8 miliar,yang berani mengalarni pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 44,4

pcrsen. Dalam tahun 1988/89 rata-rata bantuan yang diterima per Dati II adalah scbesar Rp 2,6

miliar, dan dalam tarhun 1991/92 naik menjadi sebesar Rp 7,8 miliar, yang bcrarti mengalami

Iaju pertumbuhan rata-rata per tahun sebcsal 44,1 persen. Daerah-daerah penerima rata-rata

bimtuan paling bcsar dalam tahun 1991/92, adalah dacrah tingkat II di propinsi-propinsi

Lampung, Jambi, tlan Riau, masing-masing sebesar Rp 15,2 miliar, Rp 13,8 miliar, dan Rp 13

miliar. Sedangkan daerah-daerah pcncrima rata-Iata bantuan terkecil dalam tahun 1991/92

adalah daerah tingkat lI di propinsi-propinsi Timor Timur, Bali, dan sumaterd Barat. semcntaril

itu propinsi yang mengalarni laju pcrtumbuhan rara-rata terbesar selalna pcriode 1988/89-

1991i92, adalah Propinsi Timor Timur, yaitu 109,8 persen per tahun, sebiiliknya yang mcngalamipertumbuhan rata-rata terkecil adalah Propinsi Bali, yaitu hanya 17,9 persen per tahun.

Ganbaran yang lcbih rinci dapat dilihat pada Tabcl V.37.

5.4.4. Pinjaman pemerintah daerah tingkat II

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yang nyata dan benanggungjawab, maka

selain Demerintah dacrah tingkat I, pemerintah daerah tingkat II juga ditunlut untuk meningkatkan

kemampuafirya, baik dalarn pclaksanaan pembangunan, pcngcmbangan perekonomian daerah,

maupun dalam kemandirian memobilisasi dana. Untuk itu, Pemda tingkat II m em anfaatkan dana

pinjaman, baik dari rekening pcmbangunan daerah, maupun dari dana yang bcrsumber dari luar

ncgcri yang disalurkan mclalui pemerintah pusat (penerusan pinjarnan). Pinjaman tersebut oleh

pemerintah daerah tingkat II, selain dimanfaatkan ultuk mcmbiayai proyek-proyck pembangunan

yang sesuai dengan prioritas yang telah ditetrpkan, juga digunakan untuk penyenaan modal

r-{ o\F. !9, t aia7 r i- at)t - zd - a

F F ( C . E

)Fz;r

= *

$

I

S l

-

' F

5.E

E$

F

3E

t-

E

sf

j

e

IS l l

E i

z- . r . i d + q t d F @ o i o : ! a : ! 9 r 9 9 R ; i F l R F $ 3

398

BUMD tingkat II, seperti perusahaan-perusahaan daerah air minum, perusahaan daerah pasar,dan sebagainya.

Sehubungan dengan dimungkinkarmya pemerintah daerah tingkat II memperolehpinjaman, maka dalam kurun waktu 1988189-199U92 rcalisasi pinjaman daerah tingkat IIseluruh Indonesia telah meningkat cukup pesat, yaihr dari sebesar Rp 31,5 miliar dalarn tahun1988/89 menjadi sebesar Rp 79,7 miliar dalam tahun 199U92, yang berarti selama periodetersebutjumlah pinjaman Pemda tingkat II seluruh Indonesia telah meningkat sebesar Rp 48,2miliar, atau meningkat dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 36,3 persen.

5.4,5. Pengeluaran rutin daerah

Sebagaimana halnya dengan pengeluaran rutin di daerah tingkat I, pengeluaran rurin didaerah tingkat Il meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka penyelenggaraanpemerintahan di daerah. Pengeluaran ini terus meningkat dari tahun ke tahun, sejalan denganmeningkamya kegiatan-kegiatan rutin yang dijalankan oleh pemerintah daerah tingkat II,terutama kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pemberian pelayanan kepada masyarakat.Komponen-komponen biaya yang tcrmasuk dalam pengeluaran rutin adalah belanja pegawai,belanja barang, belanja pemeliharaan, belanja pcrjalanan dinas, belanja lainJain, angsuranpinjaman^utang, dan ganjaratvsubsidi/sumbangan.

Diantara berbagai jenis belanja rutin, belanja pcgawai masih tetap merupakan komponenbclanja tcrbesar, yang dalam tahun 1988/89 d$ 1991192 masing-masing bcrjumlah sebesarRp LO25,3 miliardan Rp 1.514,9 miliar, atau 70,8 persen dan 64,8 pcrscn dari total pcngeluaranrutin. Sedangkan komponcn-komponen belanja yang lain berkisar antara I pers€n dan ll,1persen dalam tahun 1988/89, dan antaru 1,1 penen dan 13,9 persen dalam tahun 1991192. Dataterinci mengenai perkembangan jenis-jenis belanja dalam pengeluaran rutin dacrah tingkat IIdapat dilihat pada Tabel V.38.

Jumlah belanja rutin daerah tingkat II pada rnasing-masing propinsi berbcda antara sarudaeral dengan daerah lainnya. Pada umumnya daerah yang lebih padat penduduknya menanggungbeban belanja rutin yang relarif Iebih tinggi, sebagaimana terlihat pada keseluruhan belanja rutindaerah tingkat II di propinsi-propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, yangmemperlihatkan jumlah yang relatif lebih tinggi bila dibandingkan dcngan daerah tingkat II dipropinsi-propinsi lainnya. Jumlah belanja rutin daerah dngkat II di ketiga propinsi tersebutmasing-masing meliputi jumlah sebesar Rp 470,6 miliar dan Rp 699,2 miliar dalam tahun1988/8q dan l99lD2. Bila dibandingkan dengan total pengeluaran rutin daerah tingkat II seluruhIndonesia, jumlah tcrscbut meliputi 32,5 penen dalam tahun 1988/89 dan 29,9 persen dalamtahun 1991/92. Namun bila dilihat dari laju penumbuhannya, belanja rutin daerah tingkat II dikctiga propinsi tersebut relatiflebih lambat bila dibandingkan dengan beberapa propinsi lainnya.Laju pertumbuhan tertinggi dalam belanja rutin daerah tingkat II adalah propinsi-propinsi Bali,Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah, yaitu dalam periode antara 1988/89-1991P2masing-masing sebesar 81,9 perscn, 38,1 persen, dan 23,5 penen. Sementara itu propinsi-

399

dnz

7

do

F A ?< a i ?5 2 i ' .;; €\ =zE:F r r E

: a o o -6 c \ d

z

z

!,.1trl

7

t

itl

t-

a pii i-l (E T

b EF. Ca

F q O r i : :- F r o ! - a

I

&

5i+ i ^ i . . r q i

dt

ai

9 8 3 S i I = R 8r + < f d c i o d o

. i < i 6 c i d i d

6ia o - q - - q l q

x

o €?fiR

di .-r di

z

400

propinsi Sumatera Selatan, Riau, Kalimantan Timur, dan Nusa Tenggard Barat dalam tahun1991B2 mempunyai belanja rutin per daerah tingkat II yang lebih tinggi dari pada propinsilainnya. Besamya bclanja rutin ftta-rata Wr daefttr tingkat II dari keempat propinsi ini masing-masing adalah sebesar Rp 14,1 miliar, Rp 13,4 miliar,'Rp 13,2 miliar, dan Rp 13 miliar.Perftembangan mengenai belanja rutin daerah tingkat II per propinsi secara rinci dapat dilihatpada Tabel V.39.

5.4.6. Pengeluaran pembangunan daerah

Sebagai bagian dari pembangunan nasional, pembangunan daerah terus diupayakanpeningkatannya dan senantiasa mengacu kepada peningkatan berbagai kebutuhan dasarmasyarakat, baik yang bersifat jasa pelayanan, maupun sarana dan prasarana ekonomi dan sosialdiberbagai scktor.

Peningkatan pelaksanaan pcmbangunan di daerah, selain terlihat dalam kegiatan yangnyata, juga dapat dilihat dari semakin membesamya dana yang dikeluarkan unruk pembiayaannya.Apabila jumlah seluruh pengeluaran pembangunan daerah ringkat II dalarn tahun 1988/89 barusebesar Rp 1.004,4 miliar, maka dalam tahun l99lp2 jumlahnya telah meningkat menjadisebesarRp 2.817 miliar. Ini berarti selama kurun waktu terscbutjumlirh pengeluaran pembangunandaerah tingkat II mengalami pernrmbuhan rata-rata sebesar 41 persen pcr tahun. Di antaraberbagai sektor pembangunan yang ditangani oleh pemerintah daerah tingkat lI, sektorperhubungan dan pariwisata, sektor pendidikan, generasi muda, kebudayaan nasional, dankepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, scrta sektor pembangunan daerah, merupakansektor-sektor yang paling banyak menyerap dana pembangunan. Dalam kurun waktu 1988/89-7991192 ketiga sektor ini telah berkembang dengan laju peftumbuhan masing-masing sebesar38,1 persen, 62,5 persen, dan 28 persen per tahunnya, dan secara bersama-sama menycrap 73,8persen dari scluruh pengeluaran pembangunan dalam tahun 1991/92. Gambaran mengenaiperkembangan pengeluaran pembangunan daerah tingkat II per sektor secara rinci dapai dilihatpada Tabel Y. 40.

Dilihat dari jumlah pengeluaran pcmbangunan daerah tingkat II per propinsi tcmyatabahwa propinsi-propinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah mcmpunyai jumlahpengeluaran yang lebih linggi bila dibandingkan dengan propinsi laimya. Pengcluaranpembangunan di ketiga propinsi ini dalam tahun 1991/92 melipuri 38,5 perscn dari seluruhpengeluaran pembangunan daerah tingkat II. Namun bila dilihat dari pengeluaran pembangunanrata-rata pcr daerah tingkat II, maka dalam tahun 1991/92 dacrah tingkat II yang mempunyaipengeluaran pembangunan mfa-rafa tertinggi secara beruruIan adalah Lampung sebesar Rp 18miliar, Jawa Barat sebesar Rp 16,5 miliar, dan Riau sebesar Rp 15,4 miliar. Sementara itu lajupertumbuhan rcninggi terjadi di propinsi-propinsi Timor Timur, Irian Jaya, dan KalimantanTengah,masing-masing adalah sebesar 121,2 persen, 102,4 persen, dan 71,2 pcrsen per tahun.Dalam pada itu, daerah tingkat II yang mcmpunyai pengeluaran pembangunan paling rendahtcrletak di propinsi-propinsi DI Yogyakarta, Bengkulu, dan Sulawesi Tenggara, namun lajupertumbuhan rata-rata di ketiga propinsi tersebut rcladf tinggi, yaitu masing-masing sebesar

az

Fi

Fp

z

,.1

Z

E FE-F E i FE I l "

a F. $- si 4 s. $- E i. q $. a q ! i € i q fl s 4 e q E 4

N

o

E

E F *- -$. s- 3- q e- n q $. 3" e. l- 3. E q - ;. +_ E & 8. ff 3 Es i9F*9399 f i Fe$sTP33g ;8nS?ER^ Q 0 c ( r 4 a . ! 9 o u ] i q F o ! . . 1; d ; d i . i d + c i d o @ r i q i + { . i r i + - i o r - { - ' i o . i ; ^ i

I

8- r- 3 e- 5. F- q :_ +" s. E r. €. ;. q $. s. F. s. € ff E + e B.sf; :HH$FS:9SE1H3t E$$EsqF89cs Is€=r HHRKaj rSr e5 ! i 36 r3Gss

i:3. A i. =_ s. s-s. 3"3-t E"E E S q q A si q R. t_ E q 3 € Es 3 3 F S g 3 ; g S A t s € r ; I F E $ E g ; : ! 8 8+ 6 a - u r . - t o c . 1 P . - : o q q o q o q c q 9 q 0 9 q 9 ^ l " : q 9 . l 9

I F

v

6 O O € O .e .q h o! € *- v! +- r- o- o- n" d- o- -- or @- o9 a u) \

s6 r3An$ !s€3€q l? :€s :Rsas5 :e- N ; F : . i r o i F - d r v i r i d d r i r i . i r ! lx

at

€'F

e

T4e

s

+ d i o i u i o o o - a r r € o ; r o d . i o d ' i o - : - ; dq l

& g

E ( r

z ' r . i F i { q i ! d r " d o i 5 : = : I j r : I = 9 R a N $ t X l R

402

FYv)

rc

F

F'

zF ^

z

Ez

Pcztrl

: F ^E , i $

X s

6i

i SE iG_R. ;_q € 3 . ; _ r .E q qR .q3 .:sEl! 'gR:d $ h:ssB: pbRE.s -=de^$e ; E : - : ; l ; t+

Ii fi

dryEEqBeqN.4 qs .qq i . qGF_gE€F€;EE E :trP$E 9SER-"€e-E= I S : r - . - Eer

sc

a F"^1

tt

a -

E , E

z - i r i d + r ; G r o d o i c j - i . i d i + u i t o r 6

403

38,6 persen, 65,3 pcrscn, dan 41,2 persen per tahun. Data terinci mengenai perkembanganpengeluaran pembangunan daerah tingkat II per propinsi dapat dilihat pada Tabel V.41.

55. Pembiayaan perkotaan

55.1. Kebijaksanaan pembangunan perkotaan

Salah satu kegiatan pembangunan yang terus dilanjutkan, ditingkarkan, dan diperluasialah pembangunan perkotaan. Pembangunan pcrkotaan diang}ap penting bukan saja karenakota-kota di Indoncsia scmakin berkembang, tetapi juga karena tuntutan kebutuhan nyata daripcnduduk kota, disamping adanya pertumbuhan industri dan ckonomi, scrta penumbuhanpenduduk perkotaan itu scndiri yang semakin meningkat. pertumbuhan penduduk pcrkotaanselama pcriodc 1980-1990 mencapai rata-rata 5,4 persen per tahun.

Dalam Repclita III, pembangunan prasarana perkotaan masih dilakukan dan ditcntukanberdasarkan sistem perencanaan dan penyusunan program secara sektoral, dan sebagian bcsarpembiayaannya masih lergantung dari dana ApBN. Di dalam sistem pcrcncanaan dan penyusunantersebut, peran pemerintah daerah tingkat II masih terbatas, karena wewenang dalam pengambilankeputusan terhadap program pcmbangunan perkotaan dilakukan oleh pemerintah pusat.

Sejak Rcpclita IV, pemerinLah mengeluarkan kebijaksanaan perkotaan scbagai upayauntuk mewujudkan peranserta dan tanggung jawab pcmcrintah daerah iingkat II, sekaligusmewujudkan pcnerapan azas desentralisasi, baik dal;rn perencanaan, pcn)rusunan, dan pelaksanaanprogram pembangunan pcrkotaan, pcningkatan kemampuan keuangan pemerintah daerah,kemampuan aparat dan kelembagaan pemedntah daerah, maupun pcningkatan kooruinasi antarinstansi terkait. Dalam upaya merealisasikan kebijaksanaan perkotaan tersebut, disusunlahkonsep pcmbangunan perkotaan terpadu, melalui pendekatan program pcmbangunan prasaranakota terpadu (P3KT) atau "inregreted urban infrastructurc dcvclopment program (IUIDP)".Kebijaksanaan pcrnbangunan perkotaan melalui pendekat;rn p3KT ini pada dasamya menganutpola kctcrpaduan pembangunan prasarana kota, baik keterpaduan dalam program_programscktoral-regional, maupun keterpaduan pcngclolaan sumber-sumber pembiayaan. Berdasarkanpendekahn ini, pcmcrintah daerah tingkat II diharapkan mempunyai tanggungjawab yang lebihbcsaruntuk sejauh mungkin mercncanakan, mcmbiayai, dan melaksanakan program pembargunanperkOtaan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerahnya masing-rnasing.

Di dalarn pelaksanaannya, P3KT mencakup pcmbangunan prasarara kota yang bersifatfisik dan nonfisik (perangkar lunak). program fisik antara lain mcliputi sektor prasarana kota,yang saat ini masih terbatas pada pcnycdiaan air bersih, air limbah, drainase, pengendalianbanjir' persampahan, perbaikan prasarana kampung dan prasarana lingkungan pasar (I p/N{IIp),serta jalan kota. scdangkan yang bersifat nonfisik dan merupakan faktor penunjang antara lainmcliputi pembinaan dan pengatumn (Bintur), tata ruanE, dan lainlain. pelaksanaan p3KT initerlebih dahulu diawali dengan pcnyiapan dan penyr:sunan program jangka menengah @JM)oleh pemerintah daerah tingkat II dengan bimbingan dari pemcrinrah daerah dngkat I danpemerintah pusat. sclanjumya PJM ini diharapkan berfungsi sebagai dokumen yang akan

404

U)7

F

Y

z

z

a|-I

z

EFE-^ o . 6 i - R*F:$Fr $g$RRFBF$33iR:3FgEa, F-

a

Ea&

€ $ P S 6 3 q E S E E F l " i q 5 3 E R - 3 . \ R a . f q r .

i iC gi l f ; S*$$:ReE€Efi E$ng$H:EAo o d o n r r { t d j r o

j - - d F 6 q i r r o o o e d

'6

X

s € ; 3 I F +. fl &. !. s. €-s" g q 3.q 3 {3. Eq q e $. ESsgEFFmfr i l t t :39ft FHilS=;EEeEs4=sn l= iHg3F; rss f f q lR€srs ;5

E R-F-8 .4 qq 3 . r .n q ;E q€ \?c . l i . s { e_s .4gsgFFS* nFBI:ft*ETF3$fiF!3En

il

F I I 3 3- :- ;. 8- €. ri € F. 4 S. r. F q 3- q 4 { E q ?_ e.:5Esi l f f ;e ;C ESF$:8i l# iE$FRi l8s+ € = $ E - 3 H g n $ 5 f r € I S 8= €9 x s ; R

i

PIT

q ER. E s.-8"3 E E E -. . ! : A:. 5 i _4 ; EFf, n: Ren$R ! f f^ f r$$f; i l€A:qire€Ucq;h; r i . i ?

s

E

e

x r i i : R + -R .$ -3 . iS -R . t i Se i S . q n i 8 . f i q q+ .3 .

fl SRHrFe:€srrrsn3i"EisT"rEiR

ecs8. I 3. 3- R. A €. E 6" F. + E s. ; s. q €_ fr. € - 4 q ER:Ef i$FPFf; f in€E$5qi lS$9fr i lHH €o i + + d i r c t G . i ; a i d i o o d t s F i c i r 6 o + G d i ; n

E , i

z - l d F + v i € r ; 6 o : f ! l ! : S E 9 F F $ F t S K F

!

menjadi landasan utama dalam pelaksanaan P3KT selama kurun waktu 5 tahun. PJM yang telahdisusun dan dinilai, yang mencakup a.spek-aspek teknis, keuangary'pembiayaan, dan kelembagaan,akan merupakur cerminan dari prioritas pembangunan kota. Penilaian aspek teknis merupakankajian atas beberapa hal pokok yang mencakup tata ruang kota dan komponen-komponenprogram, termasuk perhitungan kebutuhan pengembangan prasarana dan rehabilitasi, sertaoperasi dan pcmcliharaan yang berwawasan lingkungan. Pcnilaian aspek kcuangan merupakankajian atas tingkat kelayakan dan keteqangkauan program, termasuk pengkajian atas altematifpembiayaan yang realistis dengan memperhatikan sumber-sumber dana ymg tenedia danpengkajian atas upaya peningkatan kemampuan keuangan daerah. Penilaian aspek kelembagaanmerupakan pengkajian mengenai organisasi dan tata laksana dari program yang disepakati, sertaupaya peningkatan kemampuan kelembagaan pemerintah daerah tingkat II dalam pembangunanperkotaan.

Sampai dengan Repelita V, pembangunan perkotaan yang ditangani dengan pendekatantcrpadu (P3KT) telah dilaksanakan di 19 propinsi, yang menurut sebarannya mencakup 127daerah tingkat II dan 279 kota, sedargkan 8 propinsi lairulya, yaitu Maluku, Nusa TenggaraBarat, Nusa Tenggara Timur, Timor Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, KalimantanSelatan, dan Kalimantan Tengah, masih dalam tahap penyiapan program. Dalam Repelita VI,pembangunan perkotaan melalui program P3KT di 8 propinsi tersebut diharapkan dapat mulaidilaksanakan.

Kebijaksanaan pembangunan perkotaan dalam tahun-tahun mendatang akan mengacukepada GBHN 1993 dan Repelita VI. CBHN 1993 mengarahkan agar pcmbangunan pcrkotaan

dilakukan secara berencana dan terpadu, dengan memperhatikan rcncana umum tata ruang(RUTR), penumbuhan pcnduduk, lingkungan permukiman, lingkungan usaha dan lingkungankerja, serta kondisi sosial-ekonomi perkotaan lainnya, agar terwujud pengelolaan perkotaan yangefisicn dan tercipH lingkungan yang sehat, rapi, aman, dan nyaman. Perhatian khusus pcrludiberikan pada penyediaan dan peningkatan sarana dan pnsarana umum yang layak, sertapemantapan kcscrasian hubungan antara masyarakat perkotaan, perdesaan, dan antarmasyarakatkota.

55.2. Perkembangan pembiayaan pembangunan perkotaan menurut sektor prasarana.

Sebagaimana telah diuraikan diatas, cakupan program investasi perkotaan yang telahdilakukan melalui pendekatan P3KT antara lain meliputi air benih, air limbah, drainase,pengendalian banjir, persampahan, perbaikan prasarana kampung dan lingkungan pasar, sertajalan kota. Sumber pembiayaannya sebagian besar berasal dari bantuan dan pinjaman luar negeri,sedangkan pola pembiayaan pembangunan peftotaan yang digunakan didasarkan atas pembagianmenurut jenis/kategod kota, yaitu kota metropolitan atau kota raya dengan jumlah pcnduduklebih dari 1 juta jiwa. kota besar dengan penduduk lebih dari 500 ribu sampai dengan 1 juta jiwa,kota sedang dengan penduduk lebih dari 100 ribu sampai dengan 500 ribu jiwa, dan kota kecildengan penduduk lcbih dari 20 sampai dengan 100 ribu jiwa. Adapun yang termasuk sebagaikota metropolitan atau kota raya meliputi 6 kota, yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan,

406

semarang, dan Palembang. Yang termasuk kota besar metputi 13 kota, antara lain kota

Yogyakarta, Malang, Ujung Pandang, Surakana, Tegal, dan Bandar Lampung' Sedangkan yang

termasuk kota sedang mencakup sekitar 69 buah, dan kota kecil mencakup lebih dari 250 buah.

Pembiayaan pembangunan prasarana pe*otaan mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun, dalam tahun 1989/90 rercarat sebesar Rp 772,2 miliar, dan dalam tahun 1992i93

meningkat menjadi sebesar Rp 892,5 miliar. Pembiayaan pembangunan prasamna peftotaan

tersebut pada dasamya merupakan investasi ped(oEan yang dapat dilihat dari jumlah kumulatif

dalam beberapa tahun. Adapun jumlah investasi secala kumulatif yang dialokasikan pada seluruh

sektor/ komponen prasarana perkotaan sampai dengan tahun keempat Repelita V (1989190'

1992t93) adalah sebesar Rp 2.180,9 miliar. Dari jumlah tersebut terlihat bahwa secan keselunrhan,

sektor aif bersih menempati pfoporsi tertinggi (60,7 penen) dan yang terendah adalah sektor

perbaikan prasarana lingkungan pasar (0,6 persen). Adapun perkembangan pembiayaan bagi

semua sektor prasarana perkotaan dapat dilihat dalam Tabel v.42. Selanjumya berikut ini

diuraikan secara lebih rinci perkembangan pembiayaan pembangunan menurut sektor prasarana

per kategod kota.

Untuk kategori kota metropolitan, sektor prasarana air bersih menempati proporsi

pembiayaan terbesar, yaitu sebesar 62,4 persen dari seluruh sektor yang dibiayai selama periotle

1989t9O-1992193, dan yang rercndah adalah pembiayaan untuk perbaikan prasarana lingkungan

pasar, yaitu hanya sebesar 0,1 persen. Apabila dilihat dari perkembangan pembiayaan selama

periode yang sama, sektor pmsarana air bersih menunjukkan laju pcrtumbuhan yang cukup

ringgi, yaitu rara-rata sebesar 81,7 persen per tahun. Akan tetapi apabila dilihat dari tingkat

perkembangan pelayanan perkotaan, perbaikan prasarana kampung (KIP) memiliki tingkatpertumbuhan tertinggi, yaitu rata-rata sebesar 212,7 persen per tahun, setelah itu diikuti dengan

perbaikan lingkungan pasar sebesar 162,1 persen. Sedangkan laju perhtmbuhan pembiayaan

untuk scktor persampahan dan jalan kota menduduki urutan ketiga, yaitu sebesar 113,1 persen

per tahun. Fluktuasi di dalam proporsi maupun perkembangan pembiayaan setiap sektor dapat

terjadi karena tlana yang dialokasikan untuk membiayai program pembangUnan perkotaan

didasarkan atas prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dalam tahun yang bersangkutan'

Untuk katcgori kota besar, pcnyediaan sarana air bersih masih menunjukkan proporsi

pembiayaan yang tertinggi selama periode 19 89/90- 1992193, yaitu sebesar 81,2 persen, dan yang

terendah adalah pembiayaan untuk perbaikan prasarana lingkungan pasar, yaitu hanya sebesar

0,03 persen dari seluruh sektor prasarana yang dibiayai, bahkan untuk sektor penanggulangan

banjir l.lasih belum mendapatkan perhatian. Sementara itu bila dilihat dari peftembangan

pembiayaannya, maka dalam tahun 1989/90 nilai investasi sektor prasarana air bersih tercatat

sebesar Rp 3,6 miliar, yang meningkat menjadi sebesar Rp 72,2 miliar dalam ahun 1992193'

yang berarti mengalami laju pertumbuhan rata-rata sebesar 170,9 persen per tahun. Sedangkan

investasi di sektor prasarana lainnya baru mulai direalisasikan dalam tahun 1991/92 dan 1992i93.

Scmentara itu, untuk kategori kota sedanglkecil, sektor prasarana air bersih juga masih

reup menempali proporsi yang paling dominan dalam periode 1989190-1992193, yaitu sebesar

401

;

Z P< :

F <

E f r

z! -< 2<o>X

> F6v

(a

!iD

4

E i s, f r

*- d1 @, @- -. d1 .1 g I c9

'6: ^+s.

ote"

nd i d o i G a i . dd ) -

C . : 9 n l q q . e a n nrf

r.)

E - t v l I q d ? . . i. r i + F +

tF

; c ^ j o i F v i

.,J

n

r l € i ec f f ; =

' adr t 3

z

408

56,2 persen dari seluruh sektor prasarana yang dibiayai, dan yang terendah adalah pembiayaa{investasi untuk perbaikan air limbah dan perbaikan prasarana lingkungan pasar, yang kedua-duanya menunjukkan proporsi yang sama besar, yaitu hanya sebesar 1,2 persen. Sebagaimanakota besar, di kota sedang/kecil sektor penanggulangan banjir masih belum mendapatkanperhatian sebagaimana mestinya, Dilihat dad sudut pertumbuhannya, pembiayaan pembangunanun$k sektor prasarana drainase dan air limbah di kota sedang/kecil selama Repelita V sampaidengan tahun keempat meningkat masing-masing dari sebesar Rp 1,2 miliar dan Rp 0,7 miliar,menjadi seb€sar Rp 42,7 miliar dan Rp 6,9 miliar, dengan Iaju pertumbuhan mta-rata per tahunsebesar 228,8 persen dan sebesar 116,1 persen. Sementara itu sektor prasarana air bersihmengalami kenaikan dengan laju pertumbuhan yang paling kecil, yaitu hanya sebcsar 30,9pemen per tahun.

Apabila dilihat berdasarkan perbandingan proporsi dari ketiga kategori kota, proporsipembiayaary'investasi prasarana pedcotaan terbesar dilakukan di kota metrcpolitan, yaitu sebesar50,8 persen, yang kemudian diikuti dengan kota sedangikecil sebesar 43,7 penen, sedangkankota besar hanya sebesar 5,5 persen dari seluruh total investasi. Dari ketiga kategori kota tersebutterlihat bahwa proporsi tertinggi dalam investasi prasarana kota didominasi oleh sektor prasaranaair bersih, sedangkan untuk sektor-seklor prasarana lainnya umpak bervariasi. Hal ini antara lainterlihat pada kota metropolitan, dimana penanggulangan banjir menempati proponi di urutankedua setelah air bersih (82 persen). Untuk kota besar, temyata sektor penunjang merupakanurutan kedua setelah air bersih (5,7 persen), sedangkan kota sedang&ecil investasi untuk jalankota menempati urutan kedua setelah air bersih (16,2 persen). Perkembangan pembiayaanpembangunan perkotaan selama Repelita V, sampai dengan tahun keempat (1989/90 - 1992/93),menurut sektor prasfiana per kategori kota beserta proporsi dan pertumbuhannya secara lebihrinci dapat diikuti dalam Tabel V.43 dan Tabel V.44.

55.3. Perkembangan pembiayaan pembangunan perkotaan menurut sumber dana

Pada prinsipnya pembangunan prasarana perkotaan yang dilakukan melalui pendekatanF3KT (brmasuk aspek-aspek pemeliharaarmya), merupakan wewenang dan tanggung jawabpemerintah daerah tingkat II, sehingga harus ditunjang dengan dana APBD tingkat I, tingkat II,dan dana BUMD. Namun demikian, mengingat keterbatasan kemampuan keuangan daerah,mal(a dalam upaya memenuhi kebutuhan dana investasi pernbangunan perkotaan, diperlukandukungan dari berbagai surnber pembiayaan lainnya, antara lain dari dana DIP (DIP rupiah mumidan DIP bantuan luar negeri/Bl.N), dana bantuiu Inpres (Inpres Dati II dan IPJK), dana pinjaman(pinjaman dalam negeri/PDN, termasuk pinjaman dari rekening pembangunan daerah/RPD, danpenerusan pinjaman atau subcidiary loan agreemenyslA), serta dana swadaya masyarakat.Diantara berbagai sumber dana tersebut, dana DIP yang berasal dari dana bantuan luar negeri(DIP-BLN) temyata menempati tingkat prcporsi paling tinggi (37,3 persen), dan yang terendahadalah dana yang berasal dari swadaya masyarakat (0,02 persen). Selanjumya, pcrkembanganperTbiayaan pembangunan pe*otaan selama Repelita V sampai dengan tahun keempat darimasing-masing sumber dana dapat dilihat dalam Tabel Y.45, sedangkan proporsi pembiayaan

409

PEMBIAYAANMENURUT SEKTOR

Tabel V.43PEMBANGUNAN PERKOTAANPRASARANA K()TA,7989/90 - 1992193

t(dalam.iuta rupiah)

K.l.r.n8.r:r) M.rDpolitG : t 6 lou y.iru |.tortr, M.rlrr, Pdenbrng, B.adu!g, S.d.rog de Smb.F

-Kol!Bdu I I 13 tou di I grepidi, &r!d Li! kol! B.nde tjnPrS, SuEt'tu iru Mrk!&- Xott Scdrn8 : I 69 &ou dt 19 Fopin.i, &l,n hitr lol! Bertr ,46!, hrt n! dE D6psr,- Kon Kccll r 1261lor. di zJFopioi, dln Lin kor' BlEn, prtDslny. dt! BLt-

r)

P6t ldpol& r.Llorpraum uru& kor.tori leilymt ilib$surct SAi pdydgg! Iorr,letr l!d|p.Idi tr.ndsa du Mdr'Mdipun $ron l.b lltr lb& parbit:U ds FrArrlru,

Kalcgorl/jciris kota l) No. Scktor

Rcpcl i ts VJ u u r l a h

19E9/90 1990/91 1991192 1992193

MctropohLan I234.56't.

8 .

10.

An bersihBan.jirJalan kotaAir lirnbahDrainasePersarnpahanPcrbrikan kampungLingkurgan pasrrKol9kcci l ' )Pcnunjang D

39 .0199 057| 933

tz.2'136;16'l

6621 .145

I3.7835.105

139.58214.2354.565

13 703't.644

1r 0661,798

2345.3089.46',7

279.02232 t4l5.405

t6.52525.9513.449

23.9386Cp

11 ,50421.5n

234 06435.102l8 70420.72125.4036AW

35.0041 8

5.55914.064

69r.68'790.'t3530.(fi163.222

21.58661-8E5

86226.t5456.163

Sub total ?9.?45 207.602 426.071 395.248 1.108.666

B c s a r I23 .45

1 .89.

An bcrsihBanJirJalon kotaAn bnbahD(ainasc

I'erbaikan kampunSLirgkungan pasarPenunja er)

3.633000D

00

10,48400

000

0

10.305

0258

3 . 1 l 80

1380

'7 50

72.243

4'150l 3 E 42.'t7 |2.421

72233

6.D87

96 650

4750| 6425 8892 421

8@33

6 83?

Sub roral 3.63 10.4E4 14.569 90.411 119.097

Scdang/Kccil t .2.3

5 .6.'7

9

tlrr j i rJaLar kotaAir LinbahDrainasePcrsampahauPerbaikan karnpungLiDBkunSan pasarPeDD janSr)

69 t2'70

681r 2015.1235 8091.2015.123

168.6580

3.238L0451 1 6 19 4819 . I IXt 7307 681

t42.5350

32.2652.614

25.98412.53914',1102.860

1 5 . 1 r 0

155.166D

118.6226.934

42.6897t.43?2.1t25 492

33.560

535,4860

154 12511 .280'/7 63549.31252.50311 .2836l.4'7 4

Sub lolcl 88.871 208.812 248.677 4ffi.79E 9s3.l5E

T o t a l 112.249 426.898 689 it1 892.451 2.t80.921

Tabel V.44JUMLATI, FROPORSI, DAN PERTUMBUHAN PBMBIAYAAN

PEMBANGUNAN PERKOTAAN MENURUT SEKTOR PERJENIS/KATEGORI KOTA, 1989/90 - 1992/93

( dalam juta rupiah )

Kategori/Jchis kota l) No. Scktor

Jumlah(19E9/90 - 1992/93)

Proporsi( '/. I

I 'crtunlbuhanRflta-ratn

%

Melropolitan l2.3 ,4.5.6.7.8.9.

10.

Air bersihBanjirJalan kotaAir limbahDrainasePcrsampahanPerbaikan kampungljngkmgan pasarKota kceil ?)

PeIunJAng ')

691.68790.13530.60763.22265.'t652 t . 5866r,885

86226.t5456163

62,398 , 1 82,165,705,93r , t5) , l d

0,082,365,01

81 ,7051,38

r 13,0919,01

I 1 3 , 1 3212,68t62.0713,6940, t8

Sub aotal 1.108.666 100,00 50,84 70,50

B e s a r l2345 .6,7.8.9.

Air bc.s ihBanj i rJalan kolaArr l i rnbahDrairuse

Perbaikan kampungLingkunSan pasarPenunjanSr)

96,6650

4.7501.6425.889

86033

6.837

I t , l?0,003,991,3 84,942,030,120,03

110920,000,00

436,43(1 1 ,13 )

0,00423 ,19

0,00'7It,60

Sub total .119.097 100,00 5,46 191,96

SedanB/I(ecil I23 .4 .561 .8L

Air bersihBanjnJalan kotaAir limbahDrainascPcrsarnpahanPerbaikan kanpDnBI-ingkungan pasarPcnunjangr)

535.4860

154 12511 2801',t 63549 3',7252.503ll.2t!36L414

56 , l 80,00

16 ,17I , l 88 , l 55 , l 8

t , l 8

30,930,00

505,261 1 6 , 1 1228,'79

57,5465,988 7 , 1 1

Sub total 953.15E 1m,00 43,70 66,04

T o t a l 2.180.921 100,00 73,04

410

Kel.irn$n :l) -Me|fopoliu! rt 6 kot! yaill l*att!, M.du, Palmb43,Dddrn8, Sd.ros dd Subavs

KollBeg i I 13 roi. diE PrcpiDsi,otd lsin korsRodu tanFuB,Sltalan dqM!1o,8.- l(ot Sedrnt : t 69lol! di 19 FroFirtri, {ram lrD kol! Rmd! Aell' Padarg do D6Pt{- Kor. Keil : i 261 kot! di 25 popiNi. mlm Lin tolo B!!.m, PalanakErva d{ Bial

2)

3)

Pdgcimpotd rehorpr$qsnr wrlk lorq-kou kdil yug drbagun

r.b.gd p.ny4ggr ko|,.IMya tdoPst diBandun8 dmMcd@

M.liputi srlrB lAin tat! deg, p.tnbin..t dm psStt'm

4 l l

EF^

b E9 3 4 8 s

'6

FE2S.R-^ i nq46qS

d t r E

giEEE\ C R F F.!tsrds

E

q R R€ S E S S h S nP s g : 3 3 ;' i t -

5i

R r : R R 8 * ;a i a o + r r 9 ' : 9 a ed v i ' i F i O <, n r ' { €

sP R g S R S

- . 9 u 1 h 9 e

g9

N O

EqE€S $.i

a

!

- : t r hi I !' S t s F F

z E v E E E €R EE ? ? d E

?Ee4' a HEIA A {E 6 d

z.1

412

atas masing-masing sektor/komponen ptasarana dan proporsi pcmbiayaan menurut masing-

masing sumber dana dapat dilihat pada Grafik V.8' Adapun perkembangan pembiayaan

pembangunan menurut sumb€r dana per kategori kota diuraikan secara rinci seperti berikut ini.

Untuk kategori kota mefopolitan, nilai investasi dalam tahun 1989/90 tercatat sebesar

Rp ?9J miliar dan dalam tahun 1992B3 meningkat menjadi sebesar Rp 395,2 miliar' dengan laju

pertumbuhan rata-rata sebesar 70,5 persen per tahun. Dari jumlah nilai investasi tenebut, sumber

dana yang berasal dari penerusan pinjaman menempati proporsi paling besar' yaitu sebesar 55,8persen, kemudian diikuti dengan DIP-BLN dan PDN, masing-masing sebesar 17 persen dan 12persen. Sementara itu sumber dana lokal yang sifatnya sebagai dana pendamping peranannya

relatif kecil (9,1 persen). Namun demikian jika dilihat dari perkembangannya selama periode

1989190-1992193, pembiayaan yang berasal dari dana APBD tingkat I dan APBD tingkat II' sefiaBUMD menunjukkan peningkatan yarg semakin besar, dengan laju pertumbuhan rata-rata tiap

tahun masing-masing scbcsar 197,3 persen, 631,4 persen, dan 240,1 persen. Hal ini merupakanindikasi bahwa pemerintah daerah mampu memobilisasi sumber dana lokal sebagai upaya unruk

memenuhi kebutuhan pcmbiayaan prasarana kota yang semakin meningkat.

Sementara itu, untuk kategori kota besar, nilai investasi dalam tahun 1989/90 beiumlah

sebesar Rp 3,6 miliar dan dalam tahun 1992193 mencapai sebesar Rp 90'4 miliar' yang berani

meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 192 persen. Dari total nilai

investasi pcrkotaan di kota besar selama pedode 1989190-1992193, terlihat bahwa pembiayaanyang berasal dari penerusan pinjaman menempad prcporsi paling besar, yaitu sebesar 56'4persen, setelah itu diikuti dengan DIP-BLN sebcsar 23,8 persen, dan PDN seb€sar 9'l persen.

Ketiga jenis sumber pembiayaan perkotaan ters€but selain mempunyai pefinan yang sangat

besar juga mengalami perntmbuhan rata-rata yang cukup tinggi, yainr masing-masing sebesar277,2 pesen, 108,6 persen, dan sebesar 61,8 persen.

Selanjutnya nilai investasi di bidang prasarana perkotaan di kota sedang^ecil' dalam

tahun 1989/90 berjumlah sebesar Rp 88,9 miliar dan dalam tahun 1992P3 meningkat menjadi

sebesar Rp 406,8 miliar, atau naik dengan laju pemtmbuhan rata-rata per tahun sebesar 66persen. Di dalam Tabel V.46 dan Tabel v.47 terlihat bahwa DIP-BLN memberi kontribusi yang

paling besar terhadap pembiayaan pembangunan perkotaan kota sedang/kecil dalam periode

1989190-1992193, yaitu sebesar 62,6 persen, yang kemudian diikuri dengan dana DIP (rupiah

mumi) sebesar 10,5 persen, dan dana penerusan pinjaman sebesar 8,6 persen. Namun jika dilihat

dari perkembangarmya, maka sumber dana dari APBD tingkat II dan tingkat I meningkat cepat

dengan pertumbuhan rata-rata per tahun masing-masing sebesar 344 persen dan 102 persen'

sedangkan untuk penerusan pinjaman menunjukkan penumbuhan yang relatif lebih kecil' yaitu

sebesar 86,7 persen. Peningkatan nilai investasi perkotaan dari sumber dana APBD tingkat II dan

tingkat I tersebut antara lain dipengaruhi oleh kinerja dan manajemen yang baik dalam upayameningka&an PAD dan PBB. Sementara ihl meningkatnya anggaran investasi perkotaan untukseluruh kategori kota pada umumnya terjadi pada proyek-proyek P3KT' yang sebagian hsar

dibiayai dengan bantuan luar negeri. Sedangkan proporsi pembiayaan pembangunan pe*otaan

secard keseluruhan per kategori kota, dapat dilihat dalam Grafik V.9.

q

EF

a - gI E E T E: . , A o . O '

qqq rE

; .<4x6 E d t s 5

IqAI<

qqqql?

n 6 5 9 e

, E i i ? , : i :< d - < o

ESqII

-o

.,

o

-l0,

3ooA

(n

r E hq dso

E o

.:EB E-*Es

E

414

Tabel Y.46PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN

MENURUT SUMBER DANA PER JENIS/KATEGORI KOTA, I989I9O _ 1992193( dalam juta rupiah )

Kategori/

Jcnls kota t) No. Sulnbcr DanaR e p c l i t a V

Jumlahl9E9/90 t990l9l 1991t92 1992t93

Merropolitan I ,2.3 .4 .5.6.'7.

8.

10 .

DIP (RUPIAH MURNDDIP.BLNSLAPDNINPRES IIIPJKAPBD IAP]]D IIBUMDMASYARAKAl'

10.638l?.08531.05113.063

4 t20

8870

5490

6.97226 .184

1t6'70241.887

5460

5.4970

3 8140

29.1E480 .142

229 92243154

1900

23.392248

t9 2390

20.63364.461

234 89728 533

00

23 3041 .814

21 .6060

67 421l8'7 8'tX618 s'tZt33.23' l

I 208

53 0802.06?

45 208

SUIITOI'AL 79.145 207.602 426.07 | 395.248 l.lori-666

t s e s a r t .z.3

5 .6'7.

E9

10.

DIP (RUII,^.]I MUId\DDIP-BLNSLAPDNNPRES trIPJKAPIlD IAPI]D I]BUMDMASYARAKA l '

1.8841 149

0

0000

0

15',712.2254 2587.430

0000

0

1 1 1 58.4602.3942.000

000

z 450t 5 .E8 l60.5't96.358

00

5t2|.4963 .135

1 62n28 .3156'7.2311 0 7 8 8

00

5121.4963 .135

0

SUB'I 'O'IAL 3,633 l0.4tt4 14.569 90.41t lrs.097

Sedang/1(ecrl l .

2.3.

5.6.7.8.q.

10 .

I)I I ' EUPI^H MURNI)DII ' , I ILNSt-4.PDNINPRES trIPJKAPBD I,A.PBD trBUMDMASYAITAK,4,T

t0 38278 489

000

00

16 .215l4u.69l15.659t4.245

00

2 l 3 E2.8938.9',7 |

0

25 396t6t 25612 . l 0 ll 7 8 1 61.4301 1985 662

14 1833.635

4't.80620212254 5949.5574.32-l5.5't IE.',l24

5',7.03',716 332

I28

99 -/99

597 15882..3544 1 6 1 85 ts'l6.'t69

t6 524'14113

28 938t28

suB'l'orAr. It8.tt7t 208.812 248.617 406.798 953.158

'l'o'l'Al, INvlts t'ASI 172.219 426,n98 689.3t7 892.457 2.180.921

4r5

Tabel V.47JUMLAH, PROPORSI, DAN PERTUMRUHAN PEMRIAYAAN

PEMBANGUNAN PERKOTAAN MENURUT SUMIIER DANA PERJENrS/KaTEGORI KOTA, r9t9/90 - 1992/93

( dalam juta ruplah )

Katcgori/Jcnls kota r) No. Sumbcr frana Jumlah

I'roporsi( E " l

PcrlurnbuhrnRaaa.rair

EO

Mctrofolilan L23 .

6.7.8.I

t0.

Dn, GUt'I Ii MUttNDDIP-BLNSLAPT,NINPRES NIIJKAPt]D IAPBD ITBUMDMASYAIIAKA'I'

6't.427't9'l 8726t8.572133.217

1.2080

53.0802.062

45,20E0

6,0816,9555,7't2,020 , 1 I0,004,790 ,194,0E0,00

24,',7 |55,6885,0829,'75

(100,00)0,00

ln,2s631,45240,t4

0,00

s utl 't'o l',\ l, 1.108.666 100,0 50,M 70,50

B e s a a L2.3 ,

5,6.7.E,L

10,

DIr' (RUIIAT r MUril\"DDIP-BLNSLAPDNINPRES trIPJKAPBD IAPBD NBUMDMASYARAKAT

't,620

28,3t567.231l0.7tE

00

512|,4963,135

0

6,4021,7756,459,060,000,@0,431,26

0,00

9,1510E.62

6 t .750,000,000,000.000,000,00

suB 1(]'l'AL 119.097 100,00 5,46 191,96

SdangKecil Iz.3 .4.56.7.t.9 .

10.

DIP (RUPIAII MUIL\DDIP.BLNsLAPDNINPRES trIPJKAPBD IAPBD III]UMDMASYARAKAT'

99.t99597 t5882.35441 .6185;75',16.'169

t6,52474.t1328.938

t2E

10,4'l62,658,644,3'70,600 ,? l| , 73'7,',tE

3,040,01

66,3'r37.20t6,72

( 18,09)202,6r365,09102,00344,0214 A',l0,00

sult 1()' l AL 953.r5E 100,0 43t70 640{

't '() t 'AL INViis t AsI 2.180,921 1m,00 ?3,M

416

6EE

g s !E , E , :

o sr f i a { d: ) o - o - l ,* < < d ) u lqqeqq

E

E A . 4 4 XEEdHr -qqqqe

U)

!

og

o

.o

og

r!

oo

t!oE

NOl

zo< O t

\ J o 1Y HE ,B l <6. t-

F-ld

z|l]E

4t7

5.6. Badan usaha milik daerah dan lembaga dana dan kredit perdesaan

5.6.1. Badan usaha milik daerah

Badan usaha miliki daenh dibennrk oleh pemerintah daerah tingkar I arau olehpemerintah daerah tingkat II, selain dimaksudkan sebagai sarana dalam pengembanganperekonomian daerah, juga diharapkan dapat menjadi salah satu sumb€r pendapatan asli daerah.Menurut bidang usahanya, BUMD dapat dikelompokkan dalam riga jenis perusahaan, yaitu(l) perusahaan daerah (PD) yang bergerak dalam bidang jasa keuangan dan peftankan, sepertibank pcmbangunan daerah dan bank perkreditan rakyat (BpR) milik pemerinrah daerah,(2) perusahaan daerah air minum @DAM), dan (3) perusahaan daerah lainnya diluar jasakeuangan dan jasa air benih, seperti PD di bidang pelayaran sungai dan pantai, pD di bidangperhotelan, padwisata, dan hiburan, dan lain sebagainya. Sedangkan apabila dilihat darisasiuannya, BUMD dapar dibedakan atas (1) perusahaan yang bersifat memberikan jasapelayanan umum, dan (2) perusahaan yang mengejar keuntungan.

Selaras dengan semakin luasnya Iingkup pembangunal dan semakin berkembangnyaperekonomian, maka selain semakin beragamnya bidang usaha BUMD, khususnya BUMDdiluar jasa keuangan perbankan dan PDAM, jumlah unitnya juga semakin meningkar. Apabilasampai akhir pelaksanaan Repelita I jumlah perusahaan daerah baru sebanyak 222 unit, makasampai dengan tahun keempat Repelira V telah mencapai sebanyak 624 unit. Dari jumlatrteNebut,2T unit adalah BPD, yang berfungsi sebagai pengelola kas daerah dan terdapar di seriapibukota daerah tingkat I. Sementara lebih dari seperriga, yaitu 293, adalah PDAM dan badanpengelola air minum (BPAM) yang memberikan pelayanan umum di bidang air bersih.selebihnya, yaitu 304 unit adalah perusahaan daerah yang bergerak di berbagai bidang usaha diluar jasa perbankan dan air bersih.

Seiring dengan semakin berkembangnya perekonomian dan semakin giatnya upayapemerintah dan keikutsertaan masyarakat daerah dalam mendorong proses pembangunan, makasemakin meningkat pula peran BPD dalam menghimpun dan memobilisasi dana. Dana yangberhasil dihimpun tersebur berasal dari modavcadangan dan laba, pinjaman, giro/rekening koran,Tabanas/Taska dan tabungan serbaguna, serta dad simpanan berjangka. Disamping itu, pemerintahdaerah sebagai pemilik BPD, setiap tahunnya mengupayakan untuk dapat menyisihkan sebagiandana yang bersumber dari APBD unruk dimasukkan sebagai penyertaan modal, sekaligusmenambah jumgh modal yang disetor. Dalam kurun waktu 198Z-1992, dana yang dikelola olehBPD mengalami pertumbuhan rata-mm per tahun sebesar 36,9 persen, yaitu meningkat darisebesar Rp 1.522,9 miliar dalam rahun 198? menjadi sebesar Rp 7.313,4 miliar dalam tahun 1992(Tabel V.48).

Dari be6agai dana yang berhasil dihimpun BPD dad masyarakat, dana yang bersumberdari girolrekening koran merupakan sumber dana terbesar. Dalam tahun 1987, dana y?frJgbersumber dari giro/rekening koran mencapai sehsar 23,3 persen, dan dalam tahun 1992mencapai 26'9 persen dari total dana yang berhasil dihimpun. Apabila pada akhir tahun l9g7

418

ntillzO o l

z2

z E l< Dn d

z4d>qU)

; : ' lE ;

E 3 i $

. L E

. r O

, o sRE:C{!ssH3

@ : ;F]

eE P6 i Hr r d

SF

01

: S E6 i r d

l;' <t\ . : d , q . :c j o x h

x.l

il

e

T

419

dana yang bcrasal dari giro/rekening koran baru sebcsar Rp 354,9 miliar, maka pada akhir rahun1992 dana terscbut telah mcningkat menjadi sebesar Rp 1.968,7 miliar, yang berani meningkatdengan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 40,9 perscn.

Sementara itu, jumlah modal yang disetor, yang bersumber dari penyertaan modalpemerinlah dacrah ditambah dengar cadangan dan laba usaha, juga menunjukkan kecenderunganyang semakin meningkat. Dalam tahun 1987, keselunrhan modal sendiri termasuk laba usahayang disisihkan adalah sebesar Rp 221,8 miliar, sedangkan pada akhir rahun 1992 telahbcrkembang menjadi sebesar Rp 512,2 miliar. Hat ini berani bahwa selama periode tersebutmodal sendiri telah meningkat dengirn pemrmbuhan rata-rata sebesar lg,2 persen per tahun.

Upaya menghimpun dan memobilisasi dana yang berasal dari masyarakat, baik darisimpanan berjangka maupun tabungan, seriap tahunnya juga menunjukkan hasil yangmcnggembirakan. Hal ini tcrlihat dari simpanan be{angka yang bcrhasil diNmpun dalam kurunwaktu 5 tahun tcrakhir, yang telah mengalami pcrtumbuhan rata-rata per tahun sebesar 35,gpersen, yaitu dari sebesar Rp 206,1 miliar dalam rahun 1987 menjadi sebesar Rp 953,2 miliardalam tahun 1992. scdangkan Tabanas, Taska, dan tabungan serbaguna menunjukkanpertumbuhan rah-rata sebesar 62,1 persen, yaitu dari sebesar Rp 76,3 miliar dalam tahun 19g7menjadi sebesar Rp 854,1 miliar dalam rahun 1992.

Dari bcrbagai tabungan yang diciptakan BpD, salah satu bentuk rabungan yang patingberhasil dikembangkan BPD di seluruh Indoncsia adalah simpanan pembangunan daerah(simpeda). Dalam usianya yang masih relatif muda, melalui simpeda tclah dapat dihimpun danadari masyarakat scbesar Rp 140 miliar pada akhir rahun 1990, dan pada akhir tahun 1992 telahberkembang menjadi sebesar Rp 610,6 miliar, yang berarti dalam jangka waktu dua tahun telahmeningkat menjadi lebih dari empat kali lipat atau mengalami penumbuhan rata-rata per tahunsebesar 108,8 pcrsen. Disamping itu, masing-masing BpD telah pula meluncurkan bentuktabungan berhadiah yang khas bagi daerah masing-masing, antara lain BpD DKI Jakarta (BankDKI) mengeluarkan tabungan dcngannama Tabungan de ondel, BpD Jawa Tengah mengeluarkantabungan Bima, dan Kalimatrtan Barat memiliki tabungan Serbaguna (Tasema).

Kcbcrhasilan BPD dalam mcngembangkan usahiurya juga dapat dilihat dari nilai aseryang berhasil dimilikinya. Apabila dalam tahun 1987 aset BpD seluruh Indonesia baru sebesarRp 1.591'8 miliar, maka dalam rahun 1992 telah meningkar menjadi sebesarRp 5.497,2 miliar,yang berarti dalam lima tahun tersebut aset BpD telah meningkat dengan pertumbuhan rata-ratapcr tahun sebesar 28,1 perscn.

Dalam memberikan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, baik berupapemberian kredit usaha kecil (KUK) maupun bantuan pembinaan yang intensif guna mendorongkegiatan usahanya, peranan BPD tampak sangat menonjol. Hal ini terlihat dari jumlah KUK yangdisalurkannya, yaitu apabila pada akhir tahun 1987 baru sebesar Rp 190,6 miliar, maka padaaldir tahun 1992 telah meningkat mcnjadi sebesar Rp 1.4gl,g miliar, yang benrri telahmengalami laju pertumbuhan rata-rata sebesar 50,7 persen per rahun. Secara keseluruhan, kredityang disalurkan juga telah menunjukkan kenaikan yang cukup positif, yang dalam periode yang

sama tclah mengalami penumbuhan rata-ram per tahun sebesar 25,8 pcrsen, yaitu dari Rp 961

miliar dalam tahun 198? menjadi sebesar Rp 3.A5'2 miliar pada akhir tahun 1992.

Dalam hal paflisipasi BPD dalam pembangunan, sclain dapat dilihat dari berbagai

upayanya dalam memobilisasi dana, juga dapat dilihal dari sumbangan kepada pemerintah pusat

dan daerah dari hasil usahanya, yaitu bcrupa iuran kepada negara dalam bentuk pajak penghasilan

(PPh) dan dividervdana pembangunan yang diserahkan kepada pemerintah daerah. Jumlah PPh

yang pada akhir tahun 1987 baru sebcsar Rp 17,8 miliar tclah meningkat menjadi Rp 50'2

miliar pada akhir tahun 1992. Dcngan demikian, dalam kurun waktu terscbut jumlah PPh yang

dibayar telah meningkat dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 23 persen. Adapun

dividen yang dibayarkan kepada pemerintah dacrah mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun

sebesar 23,1 pe$en, yaitu bila pada akhir tahun 1987 dividen yang dibayarkan adalah sebesar

Rp I I B miliar maka pada akhir tahun 1992 meningkat menjadi scbesar Rp 33'7 miliar.

Selain bank pembangunan daerah, badan usaha milik daerah yang juga berperan dalampcmberian pelayanan kepada masyarakat, terutama dalam penyediaan kebutuhan dasar, adalah

perusahaan daerah air minum (PDAM) yang benugas menyediakan air bersih. sejalan denganpelaksanaan pembcrian otonomi kepada daerah dengan titik berat otonomi daerah dilctakkanpada daerah tingkat II, maka urusan pengelolaan pelayanan air bersih secara beftahap dialihkan

dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Apabila dalam tahun l99l/92 terdapat

sebanyak 185 PDAM, maka dalam tahun 1992i93 telah meningkat jumlahnya menjadi 276

PDAM dan jumlah badan pengelola air minum (BPAM) yang telah diserahkan kepadapemerintah daerah adalah sebanyak 91 unit. Jumlah PDAM dan BPAM per propinsi dalam tahun

1992B3 dapat dilihat dalam Tabel V.49'

Dalam rangka pelaksanaan program pembangunan prasarana kota terpadu (P3KT),

telah dilakukan berbagai upaya meningkarkan kapasitas produksi dan pelayanan penyediaan aiI

bersih, baik di kota-kota besar, kota-kota berskala sedang dan kecil, maupun daerah-daerah semiperkotaan di setiap propinsi. Dalam pada itu, untuk meningkatkan pelayanan air bersih bagipenduduk perkotaan khususnya di daerah-daerah kumuh, dan pedesaan, maka upaya penyediaan

air bersih dilaksanakan baik dengan sistem perpipaan maupun dengan sistem bukan perpipaan,

termasuk penggunaan teknologi tepat guna lainnya. Selain itu, pemerintah juga menyediakan

hidran umum yang dapat dijangkau penduduk sebanyak mungkin' Penambahan kapasitas

produksi, sambungan rumah, dan hidran umum setiap tahunnya senantiasa diselaraskan dengan

tingkat kebuluhan dan tersedianya dana. Untuk itu, dalam tahun 1992193 propinsi yang

melaksanakan kegiatan penambahan kapasitas ploduksi yang tertinggi dibandingkan dengan

daerah ringkar I lainnya, adalah di daerah tingkat I Jawa Tengah, yaitu seb€sar 496liter/detik atau

14,3 persen dari penambahan kapasitas produksi secara nasional. Dalam hal sambungan rumah

dan hidran umum, daerah tingkat I Jawa Barat melaksanakan penambahan sambungan rumat'

dan penambahan hidran umum yang paling banyak dibanding dengan daerah tingkat I lainnya,yaitu sebanyak 11.?17 buah sambungan rumah atau 11,8 penen dad total sambungan rumah

secara nasional dan 1.071 buah hidran umum atau 10,2 penen dari total hidran umum nasional,

Tabe l V .49

UNIT PELAKSANA PEI,AYANAN AIR tsERSIHPER PROPINSI I'AHUN T992l93

No. Prop ins i PDAM BPAM Jumlah

1 .

2.3 .4-5 .6.7.8.9.

10.l l .12.13.14.1 5 .16.'t7 .18.19.20.2r.22.

24.25-?6.27.

DI Aceh

Sumatera Utara

Surnatera Barat

R i a u

J a m b i

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

DKI Jakarta

Jawa Barat

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

Jawa Timul

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengalt

Kalimantan Selatan

Kalimaltan Tirnur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

B a l i

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

M a l u k u

Irian Jaya

Timor Tirnur

1 01 7t 476

1 045i

24366

3776

l 0674

486

590

000000000000000000000008009

l 0t'7l 4

76

1045I

24366

3776

106,|

423486

1 2-599

Jumlah 276 l7 293

422

HaI tersebut disamping karcna telah tersedianya tambahan kapasitas produksi air, juga karenaadanya perluasan daerah permukiman baru (real esrarc). Rincian penambahan kapasitas produksi,sambungan rumah, dan hidran umum per propinsi dalam tahun 199U92 dan 1992193 dapatdilihat pada Tabel V50.

Dalam hal pelayanan air bersih terhadap penduduk, maka penduduk kota yang dapatmenikmati air bersih dalam tahun keempat Repelita V (J9ry93, adalah sekitar 7O.727,4 nbujiwa, sementara dalam tahun 1989t90 baru sekitar 2.879,6 ribu jiwa, yang berarti perhrmbuhanpenduduk kota yang dapat menikmati air bersih raE-rata per tahun adalah sebesar 55 p€nen(Tabel V.51). Apabila dalam tahun 1989/90 pcmasangan hidran umum baru adalah sebanyak5.978 buah, maka dalam tahun 1992/93 telah meningkat menjadi 30.171 buah, atau mengalamitingkat pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 71,5 persen. Sedangkan untuk daerah-daerahyang tidak dapat dilayani dengan hidran umum, disediakan fasilitas terminal air, mobil tangki,dan perahu air. Khusus untuk daerah-daerah permukiman yang rawan penyakit menular, sepertipenyakit-penyakit kolera, diare, dan penyakit-penyakit laimya, yang discbabkan oleh kurangbaiknya mutu air, diberikan bantuan pompa tangan, pembuatan sumur gali, bak-bak penampunganair hujan, dan apabila keadaan daerahnya memungkinkan, diberikan pula bantuan sarana airminum dengan perpipaan sederhana.

Pemedntah senantiasa mengupayakan peningkatan kapasitas produksi untuk memenuhikebutuhan masyarakat akan air bersih sejalan dengan program penyediaan air benih dalamRepelita V. Dalam periode 1989190-1992193, perusahaan daerah air minum (PDAM) telahberhasil meningka*ur kapasitrs produksinya dari 1.483 liter/detik menjadi 10.647 liter/detik,yang berarti selama periode tersebut produksi air bersih PDAM mengalami penumbuhan rata-rata per tahun seb€sar 92,9 persen. Disamping itu, penambahan jumlah sambungan rumah juga

telah meningkat, dari sebanyak 296,8 ribu sambungan dalam tahun 1989/90 menjadi 877,7 tibusambungan dalam tahun 1992193, yangberarti penambahan sambungan rumah dalam tiga tahunterakhir telah mencapai pcrtumbuhan rata-rata 43,5 persen per tahun.

Selain perusahaan-pcrusahaan daerah yang bergerak di sektor keuangan dan jasa airbenih, baik pemerintah daerah tingkat I maupun pemerintah daerah tingkat II juga memilikiperusahaan yang bergerak di berbagai bidang usaha. Perusahaan-perusahaan daerah tersebutantara lain adalah perusahaan bekas milik Belanda yang diambil alih oleh pemerintah pusat yangselanjutnya diserahkan kepada pemerintah daerah, perusahaan negara yang diserahkan olehpemerintah pusat kepada pemerintah daerah, dan perusahaan daerah yang didirikan secanlangsung oleh p€merintah daerah tingkat I, dimana modalnya, baik seluruhnya mauPun sebagian,berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan. Selain itu, ada pula beberapa perusahaan yangmerupakan pengalihan dari dinas-dinas pemerintah daerah tingkat II, sepeni dinas kebersihan,dinas pasar, dan dinas pemotongan hewan, yang dialihkan menjadi perusahaan daerah. Perusahaan-perusahaan daerah teNebut dapat dikelompokkan dalam empat sektor usaha, yaitu sektorpertanim/peftebunan, sektor industri, sektor jasa, dan sektor kemanfaatan umum.

q)

z

zt

XEF( t!t r4

..1It

z

z

F

E'€ a=egE i e

f,€{ s

F

F E A , P g 3 8 A d F R ; g 3 F l R € $ R R S g A S 3 e A e A + q

- a E

E E:$gqEEf;F{s q;E$F{rHFqt iEFq$;

g : F 9 n

flE€

F

z . r . . i d i + r i @ r € 6 e : d r ! t e ! = 9 S i F J S S F S N

d

F

14

; o (E . . |

il ci

ID

F.D

M

o,c.i

tj

t--F.

t-

\o

o\ o\g9o

t-

t'-

ci

+-

o\$I

\o|.ci

ch€

\o.l.

c.i

t-\o

- = iFFq ?

.g td l tv

?

ae

t

c

I

U)

a+<d

3B

z N

a

425

Walaupun banyak di antara perusahaan yang dikelola pemerintah daerah tingkat I dantingkat II berjalan dengan cukup baik, namun ada pula beberapa perusahaan yang belummemberikan hasil usaha sebagaimana yang diharapkan. Hal tersebut te!'adi karena berbagaipermasalahan yang dihadapi perusahaan daerah, seperti masalah teknis, keuangan, maupunmanajemen. Berbagai upaya untuk mengatasinya telah dilakukan, sepeni meningkatkan kualitaspegawai perusahaan daerah melalui pendidikan, kursus dan pclatihan, serta bekerja sama denganpcrusahaan swasta.

5.6.2. Lembaga dana dan kredit perdesaan

Dalam rangka mengembangkan pcrckonomian desa dan membantu mcningkatkan tarafhidup masyarakat yang berpenghasilan rendah di pcrdesaan, sekaligus menghindarkan masyarakatpcrdesaan dari praktek pengijon dan rentenir, beberapa pcmcrintah daerah telah mendirikanlembaga perkreditan perdesaan, yang dikcnal dengan nama lembaga dana dan kedit perdesaan(I-DI(P). Melalui lembaga ini masyarakat, perdesaan dapat mcmperoleh tambahan modal ke$aberupa kredit dcngan mudah dan repal waktu, schingga dapat menciptakan dan memperluaskesempatan keda dan berusaha, scna mcningkatkan produksi masyarakat perdesaan.

Untuk lcbih meningkatkan peranan lembaga keuangan perdesaan tcrsebut, melaluipaket kebijaksanaan 27 Oktober 1988 (Pakro) dan pakcr kcbijaksanaan 25 Maret 1989 (pakmar),serta Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, diharapkan lembaga-lembagadana dan kredit perdesaan rcrscbut dengan beberapa persyaratan dapat mengubah stahsnyamcnjadi bank pe*reditan rakyat (BPR), sehingga dapat bcrfungsi dan berperan sebagaimanahalnya lembaga perbankan lainnya. Dengan diringkarkannya status LDKP mcnjadi BpR, makalembaga tersebut selanjutnya diharapkan mampu mcnjadi salah satu alat yang lebih efcktifdalammelaksanakan ke bij ak anaan pemcrintah daerah dalarn membantu pcrmodalan kelompok ekonomilemah atau anggota masyarakat lainnya yang masih tcrbelakang di perdesaan dengan cara yanglcbih mendidik. Sejalan dcngan itu usaha tersebut diharapkan pula dapat menarik dana yangterpendam dari masyarakar guna dimanfaatkan pada sektor-sektor yang lcbih produktif, se(amembantu meningkatkan pendapatan asli daerah.

Perkcmbangan LDKP setiap tahun senantiasa menunjukkan grafik yang meningkat.Apabila sampai dengan tahun 1990 jumlah unit LDKP sccara keseluruhan baru bcrjumlah 1.913unit, maka sampai dengan tahun 1992 jumlah LDKP telah mencapai 2.28'7 unit, termasuk 274unit yang telah berubah surus menjadi bank perkreditan rakyat (Tabel V.S2). LDKP tcrscburtelah tersebar di berbagai desa di 1l propinsi dcngan nama yang berbeda-beda, yaitu lembagakredit kecamatan (LKK) di DI Aceh, lumbung pirih nagari (LpN) di Sumatera Barat, badankredit kecamatan (BKK) di Riau, badan kredit kecamatan (BKK) di Bengkulu, lcmbagaperkeditan kecamatan (LPK) di Jawa Barat, badan kredit kecamatan (BKK) di Jawa Tengah,badan usaha kredit pcdesaan (BUKP) di Yogyakana, lembaga kredit usaha rakyat kecil(LKURK) di Jawa Timur, badan kredil kecamaran (BKK) di Kalimantan Selatan, lembagape*reditan desa (-PD) di Bali, dan lembaga kredir perdesaan (LKP) di Nusa Tenggara Barat.

a

F

F : t t o ' : 3

E 3SB eEs

d

fl

9 9 9 ; 6 6$ g Q a 8 a

ss8a +ssq c q ! r l v r

r ' :ss PE t 98 f i. r a l r : en€N ES€

!! !ri { ;

r 35 r *es F Eo \ r : - e d l v l @ ' -sF l : €q iEiE

; . 1. B ;

*RF $H5

4 ^

E IG q q4€a h h ; R R

3 € A S A{ 1 q c @

o i + - ( o o8*es f i r ; $ 8 8

BHE EEf;6 : - A i ? g

H5$

3 *F 6 -* >F }

E5B EEBH

6 etea A &

427

F

I

€E

E= t i i

a . 1 9

Eg

f iBh G6; gpp sss

E

: g

V Fn . | n 1 . ! r l

+ d , d c i o d q i

1 9 9

Een.t n ut \ o9 - '1 . . i \ { :q ESE

E ;. a + - l r i . . l o + G

€ q $ F j q q5 € ; F 3 3

a a

b B!e $ f l i l s 6 B 8 F , i $ g $ f l

sss

'ii F../t a

g .c

l A 1 4 Z z

a

a

eE

e

o

E

428

Dilihat dari perkembangan LDKP yang senantiasa meningkat, daerah yang paling

banyak jumlah unit LDKP-nya adalah propinsi Bali. Apabila dalam tahun 1990 jumlah LPD baru

sebanyak 356 unit, maka dalam tahun 1992 telah menjadi 650 unit. sedangkan daerah yang

LDKP-nya paling sedikit adalah propinsi Riau. Jumlah unit BKK di propinsi Riau hanya

sebanyak 6 unit dalam tahun 1990, dan dalam tahun 1992 bahkan menjadi 5 unit, karena 1 unil

BKK telah ditingkatkan statusnya mcnjadi BPR pada tahun 1992'

DiJawaTengah, lembagadanadankredi tperdesaandikenaldengannamaBadanKredit Kecamatan. Jumlah unit BKK mengalami penurunan, yaitu dari 510 unit dalam tahun

1990 menjadi 308 unit dalam tahun 1992. Hal tersebut karena pemerintah daerah setcmpat telah

dapat melaksanakan ketentuan paket kebijaksirnaan Oktober 1988 dan paket kebijakanaan

Maret 1989 sena Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, sehingga 202 unit BKK

telah ditingkatkan statusnya mcnjadi BPR. Namun hal ersebut tidak berarti minat nasabah untuk

mcnabung uang hasil usahanya mcnjadi berkurang. Apabila sampai dengan tahun 1991 jumlah

penabung melalui BKK hanya 206,8 ribu orang, maka dalam tahun 1992 telah menjadi sebanyak

223,5 nbu orang, yang berarti selama periode tersebut meningkat sebesar 8 persen, Jumlah

tabungan yang pada akhir tahun l99l adalah sebesar Rp 2.010 juta, sampai dengan akhir tahun

lgg2 tllah meningkat mcnjadi sebesar Rp 3.386 juta, yang berani dalam periode tersebut

meningkat sebesar 68,5 persen. Demikian pula jumlah nasabah dalam periode yang sama telah

meningkat sebesar 17,3 persen. Adapun jumlah kfcdit yang tersalurkan dalam periode yang

sama telah meningkat sebcsar Rp 3.021 juta atau sebesar 25,6 penen dad tahun sebelumnya.

Di Jawa Timur, lembaga kredit pedesaan dikenal dengan nama Lcmbaga Kredit Usaha

Rakyat Kecil, yang berkcmbang sejak tahun 1979 dan sampai dengan tahun 1992 telah mencapai

sebanyak 222 unit dengan jumlah nasabah scbanyah 158,4 ribu orang. Jumlah modal yang

dimiliki juga menunjukkan peningkatan yang pesat, yaitu apabila dalam tahun 1990 baru

berjumlah Rp 1.544 juta, maka dalam tahun 1992 telah mencapai sebesar Rp 6.755 juta, yang

berirti datam kurun waktu dua tahun telah mengalami pertumbuhan rata-Iata per tahun sebesar

109,2 perscn. Penambahan rnodal LKURK terutama dimanfaatkan dalam rangka membantu

masyardkat ekonomi lemah dalam meningkatkan usahanya di berbagai sektor usaha' seperti

sektor pertanian, perdagangan, dan industri kecil. Adapun jumlah kredit yang telah disalurkan

dalam rahun 1990, 1991, dan 1992 masing-masinS sebesal Rp 4.382 juta, Rp 8.267 juta, dan

Rp 10.249 juta, dengan pertumbuhan rata-mm per tahun sebesar 52,9 pcrsen. Sementara itu

jumlah desa dan kegamatan yang telah terlayani dalam tahun 1992 telah mencapai 21,3 persen

dari jumlah desa dan 37,2 pcrsen dari kecamatan yang ada di propinsi tersebut'

DiJawaBarat,LDKPyangdikenaldengannamaLcmbagaPe*redi tanKecamatan,sampai dengan akhir tahun 1992 telah berjumlah 150 unit, yang dimaksudkan untuk membantu

permodalan masyarakat perdesaan, khususnya di s€ktor pertanian, perdagangan, dan industri

iecil. Permodalan LPK dari tahun-ketahun senantiasa menunjukkan peningkatan, yaitu apabila

sampai dengan tahun 1990 baru sebesar Rp 9.890 juta, maka sampai dengan tahun 1992 telah

mencapai sebesar Rp 21.830 juta, yang berafti meningkat dengan pernrmbuhan rata-rata per

I

429

tahun sebesar 48,6 pcrsen. Dalam hal tabungan masyarakat, walaupun jumlah penabungmengalami penurunan namun jumlah tabungan tetap mengalami peningkatan. Apabila sampaidengan tahun 1990jumlah tabungan baru mencapai Rp 4.209juta, maka sampai dcngan tahun1992 lclah mencapai Rp 7.451 juta, yang bcrarti jumlahrya mengalami pertumbuhan rata-ratapcr tahun sebesar 33 persen. Disamping itu, jumlah nasabah maupun jumlah krcdit yang telahtersalurkan juga senantiasa mengalami peningkatan, yang berhubungan erat dengan semakinmeningkaurya kebutuhan modal ke{a untuk kelancaran usaha di ketiga scktor usaha tersebut.Apabila sampai dengan tahun 1990 jumlah nasabah baru scbanyak 37 ribu orang, maka sampaidengan tahun 1992 telah meningkat menjadi sebanyak 49,2 ribu orang. Demikian juga jumlahkrcdit yang disalurkan telah meningkat, apabila sampai dengan tahun 1990 jumlah kedit barusebesar Rp 8.235 juta, maka sampai dengan tahun 1992 telah mcncapai sebesfi Rp 17.219 iuta,atau meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata pcr tahun sebesar 44,6 persen. Adapun jumlah

kredit per nasabah dalam tahun 1990, 1991, dan 1992 masing-masing adalah sebesar Rp 222,6ribu, Rp 285,3 ribu, dan Rp 350 ribu. Demikian pula jangkauan pelayanan yang dalam tahun1990 baru mencakup 107 kecamatan, maka dalam tahun 1991 telah mencakup 115 kccamatan,dan tahun 1992 tclah meningkat lagi menjadi scbanyak 119 kecamatan. Dalam periodc yangsama jumlah desa y'ang dilayani juga mcngalami peningkatan dari 1.180 desa dalam tahun 1990menjadi 1.372 desa dalam tahun 1992.

Di Indoncsia bagian timur, perkembangan LDKP yang cukup menonjol adalah diPropinsi Nusa Tenggara Barat, yang disebut Badan Kredit Kecamatan (BKK). Jika sampaidcngan tahun 1990 jumlah unimya baru sebanyak 35 unit, maka sampai dengan tahun 1992 telahmencapai 59 unir. BKK di Nusa Tcnggara Barat sangat berperan dalam mcmbantu masyarakatpcrdcsaan di berbagai kegiatan ekonomi, antara lain dalarn mcnciptakan kesempatan keda danmeningkatkan produksi. Jumlah permodalan BKK di Nusa Tenggara Barat juga menunjukkanpeningkatan, yaitu apabila modal BKK dalam tahun 1990 baru sebesar Rp 1.545 jura, makadalam tahun 1992 telah mencapai sebesar Rp 3.117 juta, yang berarti mengalami pertumbuhanrau-rata per tahun sebcsar 42 persen. Walaupun jumlah pcnabung mengalami penurunan, akantetapi jumlah tabungan senantiasa menunjukkan peningkatan yarg cukup menggembirakan.Apabila dalam tahun 1990 jumlah tabungan baru sebesar Rp 448 juta, maka dalam tahun 1992telah mencapai sebesar Rp 981 juta, yang berani meningkat dengan pertumbuhan rata-rata pertahun sebcsar 47,9 persen. Sementara itu kredit yang telah disalurkan dalam periode yang samameningkat dengan pcrtumbuhan rata-rata per tahun sebesar 29,5 persen, dan jumlah desa yangdilayani sampai dengan tahun 1992 teiah mcncapai sebesar 98,6 persen dari jumlah desa yangada di selumh propinsi Nusa Tenggara Barat.

5.?. Produk domestik regional bruto

Pembangunan daerah pada hakekatnya dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraanmasyarakat di daerah, yang antara lain ditempuh dengan mendorong laju pertumbuhan ekonomimelalui peningkatan investasi, baik yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, maupunswasta. Salah satu indikator yang dapat dipergunakan untuk mengukur hasil pembangunan

I

430

ekonomi daerah tersebut adalah produk domestik rcgional bruto (PDRB), yang mencatat seluruhhasil produksi atau output yang diciptakan oleh suatu daerah dalam suatu periode teftentu.Tabel V53 dan Tabel V.54 memberikan gambaran bahwa hasil pembangunan daerah dalampenode 7984-7991 terlihat cukup menggembirakan. Hal ini rerlihar sebagaimana tampak daribesamya peningkatan dan perkembangan PDRB, baik yang diukur berdasarkan harga berlakumaupun harga konstan 1983. Dalam periode tersebut, laju pertumbuhan PDRB raia-rata pertahun berdasfik'an harga yang berlaku adalah sebesar 14,4 persen, sedangkan berdasarkan hargakonstan 1983 adalah sebesar 6,3 persen.

Dengan mempertimbangkan peranan kontribusi minyak dan gas alam (migas) yangcukup berarti terhadap total PDRB, maka PDRB dapat dipisahkan menjadi 2 kelompok, yaituPDRB dengan migas dan PDRB tanpa migas. Besamya kontribusi migas tcrhadap total PDRBdalam tahun 1984 dan tahun 1991 masing-masing adalah sekitar 22 persen dan 15 pcrsen. Dalamkenyataannya, kontribusi rnigas yang cukup besar hanya didominasi oleh beberapa propinsitertentu saja, antara lain DI Aceh, Riau, dan Kalimantan Timur, sehingga hal ini menimbulkanpcrbcdaan total PDRB yang cukup besar refiadap propinsi lain yang tidak memiliki migas. Akartctapi' karcna sebagian besar penerimaan yang berasal dari sektor migas diserahkan kepadapcmerintah pusat maka indikator yang tepat dan cukup reprcsentatif dalam menggambarkankondisi dan kegiatan ekonomi daerah adalah PDRB ranpa migas. Tabel V.55 dan Tabel V.56mcnyajikan gambaran mengenai perkembangan PDRB tanpa migas selama periode l9g4-1991,baik yang dihitung berdasarkan harga berlaku maupun harga konsran 1983. Laju pertumbuhanraa-rata per tahun PDRB tanpa migas bcrdasarkan harga bcrlaku adalah sebesar 15,8 persen,sedangkanjika diukur atrs dasar harga konstan 1983 adalah sebesar 7,2 persen per tahun. Dilihatdari angka pertumbuhan rara-rata PDRB selama periode 1984-1991, baik atas dasar hargaberlaku maupun harga konstan 1983, PDRB tanpa migas mengalami pefiimbuhan rata-ramtahunan rclatif lebih tinggi dibandingkan PDRB dengan migas. Keadaan ini mencerminkanbahwa telah terjadi pergeseran dukungan pembangunan dari sektor migas menjadi s€ktor tanpamigas.

Grafik V.10 memperlihatkan distribusi pDRB tanpa migas ber<lasarkan harga konstanu uk masing-masing propinsi dalam tahun 1984 dan l99l. Terlihat. dalam grafik tersebut bahwabesamya PDRB untuk masing-masing propinsi sangat bcrvariasi. Dalam tahun 1991, propinsi-propinsi Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah, merupakan 4 propinsi yangmempunyai PDRB teninggi dan berbeda sangat mencolok dengan propinsi-propinsi lain,masing-masing dengan PDRB sebesar Rp 17.912,5 miliar, Rp 16.797,3 miliar, Rp 14.70g,6miliar, dan Rp ll.7'12,9 miliu. Sedangkan dalam tahun yang sama Timor Timur dan Bcngkulumerupakan 2 propirsi yang mempunyai PDRB terendah, yaitu masing-masing sebesar Rp 154,6miliar dan Rp 497,6 miliar.

Selain merupakan hasil penjumlahan seluruh kegiatan ekonomi dari suatu dacrah,PDRB dapat juga dilihat sebagai penjumlahan dari hasil kcgiatan ekonomi di berbagai sekrorateu lapangan usaha. Dari gambaran perkembangan PDRB di berbagai sektor, dalam tahun 19g4

43r

.D

( ,3F r

A : J

' J &-<

. 8 5

EI

r . i r i a - . : 5 d i € o r j d { - - . i . . i - : - : h - i - - ' l . n

H

a(1 @-.1 1o) €".: €. d- +- d1 q v! d1 .-: €" d1 €" o" \ e. q E" @- a- 1+"

r o d i s - F d i ^ - - - o . . j - . : . i d - : + - i - - - : . i s

3

6^ -r; a.) .1 d] €. €^ ol q 9 ..I ri €. q q'q q r- q \ \ q er e. .t rL -.

€ . 1 q q 1 . . 1 E c q r : 1 9 9 9 r q q e q 6 q r h q q " ? q d

G F d 6 . d " i 9 R v i . S j . j - - i r -

o . l . . 1 . 1 s

aR

o - 1 r 1 d - + " o l . ] . i " . ) . u . i f l . 1 € - c . l 1 € ^ o - o l r . l d - o : . I € _ 1 d 1 @ _ \

v j r i - l d n - l . i n - ; q i . . : ; r j . i -e

{

'c ol F- F:.! .! f! n_ kI q F- 1 a. d] d! o. ..1 d) o. +. !i -tl o, h. q d} or

* G ; ! R l - F = $ t r S e 3 ; S F g S s B S S X g S S. 1 . ' t 1 r ? q . : 6 r t . l - . : s

2

4j d 4 d { i d r d j 6 c j - ^ i r i q ; O ; 0 6 o i c j - . j . { ; v q i e r

a

a

e

:E

fri

E

EP

ooc

U)

ta

t 5

E€

€ F 8 - c -s .= -E - S .a .q F .€ q $_ i i q$ -q &s n 6 F , q + .

q o - o - r : 9 q o - q 9 q \ q a o : o - 0 9 \ 9 q T q n q a a @ . _ € , ! c

=glHe:$ii3H: 5r!:tscHEsF;FE

aq

=

3o " r : F _ r . c l n o . 9 @ . u ? . : - 9 d l r . 9 1 o I r . ' , r . o - . 1 1 . 9 - 1 ,

R8i l i l f r RsHPH$EHCf i : :F339 *EgE8; s - i r J + j o c i o . i - : - . i ; . i -

z- . j . - . 1 d i + u i G r d j o i c j . . : . - i r i { r i . d r

" d e o - . j - i + q i \ d r

413

sI

5!g

( / )E<=Er>n< r.r

aqas

-85.B ra , r! i

{'d + €'d di ..: \d + .j !C di vi q6 !C,zi oi .l { + vi di Fi .i F: oi oi

I1 r: c! r: d, @^ 1 v1 @- .! €" ol e" \ q .: .: or 1 or \o. r: r: o- q'r_ €-

F i - : F r i ; € F i o r i - i . i + . i - d + - - r i F i - . : . : -

6i

f l o d n ' i ' a . i g : i € r + ^ i - 6 i ; - . i + d - - . i - i - . i

a

c.l +. t- @" I \ o" 1 o- n- @- 1 1 c\ o- o: 1 n_ q o. oI v1 \ or cl \ +"

F r i 6 i - { N . r 6 N ; d i -

d l d - o - E . : d l q . { 6 ! o _ € - - - \ 6 L . - 1 € . F : o ! a 1 d - o : d - a - 1 q 1 r _

F + - . , i - . i 4 - . i . 1 < j - . j 4 - - . . : - . i - r

< i F i r i u i c d v i o d i . i + F i a , . i d o + d o i . l . i - - r o o r 6 d d . i

- i < - j - i ; - - . r o i + - - - r c i -

. 1 4 " 9 - , 1 6 . - t a 1 q n I c t o . 9 q c t q ! r . . i 1 1 1 q q q

i51=;Fi! E=c$Hnf:P$iEB$$i l f l8

z

a

t

434

5ti

v ) .

9*>a

F1

T 5f E

i E

: IE$FegP.93F. pEF$FpH3E55F;t

* : : i :3 F : -e p R: - g?: s *?E $%: F i 'F E Et r S * * a + a F h s : 5 * s i 4 € E f i R b F I d !; \ d _ r ' j d i . i e € J _ . i _ r . . i _

J

f

a6_ { .E *.q q r . . c! e. . i v.r 6. e e

i l * g S fr BEE + * Ffqq;fi$itH-E9Htslr.-r-g

. i F : ^ j q i - i 6 . d o c . i F r . . i o € ! B F g 3 € S ; E R $ K€ R F ; F F + F f r N R S T Q F X i 4 i . ' j E + i F o r F _- : ; . . 1 ; ; ; . i a d ; h -

a

r : r . * s - r l d . q o . d - ' 1 o : { . - - r @ . i 3 : . 3 : , 3 3 3 * R 3 3

i*Ei€nHE9:gH5lE:5i l8:*EEENE:

; : s :- 3 = -c ;1 F * : : * ; 3 f ' nr

".'r o- r- d. @. 1 -i d'

tH$FE =i?qE geBqFc{E F$ IHF$E S :E- + - . ; . . j d i - o . l 6 - -

E$i:Fifi6:r g$x:aHEF5:s!EaFfi $

s

o- o^ r'r o- o. 9 dr @_ €. 9 q e .J c r') o- q N. q u1 o- e n d, q q e-

i i i lgE:gsrqHF f l Cf i s*H;€* $$fr *a ; $s( ! F 6 6 F =

7-.i di .' vi vi r d, oi o j S I : : 9 S = g H i $ * i S H N

,1 1<

: 5 "

PfrE e=eE $E 6 5 5 # d f " EE E E 5 E T 5 , i i

5i$33jiai i3iEd e : d s R f i F i R E n R FE

Ean

a t zgfYg

frvE

oI

o

HVIdDU UYA'ltW

436

dan 1991 temyata kontribusi yang paling bcsar tetap bera<ia pada 4 sektor uama, yakni sektorpertanian, sektor pertambangan dan pcnggalian, sektor pcrdagangan, restoran dan hotel, dansektor industri pengolahan. Kontribusi sektor peftanian masih tetap dominan diban<iingkandengan sektor-sektor lainnya, besamya lebih dari 2l persen dari total pDRB. Selanjutnyakeberhasilan yang dicapai di scktor pe(anian tersebut telah mendukung pcningkatan pertumbuhansektor lainnya, yaitu sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, restoran dan hotel. Halini terlihat dari besamya kontribusi scktor industri pengolahan yang terus meningkat, yakni dari14 persen dalam tahun 1984 mcnjadi 20,3 persen dalam tahun 1991. Sedangkan sekrorpcrdagangal, rcstoran dan hotel meningkat dari 16,2 persen menjadi 18,6 persen dalam periodeyang sama. Peningkatan kontribusi dari bebclapa sektor tersebut mcnunjukkan bahwa pcnekananarah kegiatan pcmbangunan di luar scktor pertanian di dacrah-daerah juga scmakin meningkat.Dilain pihak, sektor pertambangan dan penggalian, yang dalam tahun 19g4 memiliki kontribusisebcsar 19,9 persen, dalam tahun 1991 mcngalami penurunan kontribusi hingga mencapai 12persen, Penurunan ini terutama dipengaruhi oleh menurunnya peranan subsektor migas dalamkurun waktu tersebut. sclanjunya sektor-sektor lain di luar sektor yang telah disebutkan di atas,tidak banyak mengalami perubahan yang cukup berani. Rincian lebih lanjut mengenaiperkembangan distdbusi PDRB bcrdasarkan sektor ckonomiharga berlaku dan harga konstan 1983 dalam tahun 1984

ataudan

lapangan usaha atas dasarl99l dapat dilihar dalam

Tabel V57 dan Grafik V.11.

Perkembangan PDRB tanpa migas per kapita berdasarkan harga berlaku untuk masing_masing propinsi selama pcriode 1984- ,|991

sepcrri yang terlihat dalam Tabel v.59, dapat dipakaisebagai salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Semakinmeningkatnya PDRB tanpa migas per kapita dalam sualu daerah dapat diartikan bahwa tingkatkesejahteraan masyarakatnya semakin membaik. PDRB tanpa migas per kapita secara nasionalmengalami pcningkatan dari Rp 418,2 ribu datam tahun 1984 menjacli Rp 1.017 ribu dalam tahun1991' atau meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 13,6 persen.selanjutrya Grafik v,12 menyajikan distribusi pDRB tanpa migas pcr kapita atas <Iasar hargaberlaku dalam ahun 1984 dan 1991. Grafik tersebut mempcrliharkan bahwa propinsi DKIJakarta dan Propinsi Kalimantan Timur merupakan 2 prcpinsi yang mempunyai PDRB tanpamigas per kapita tertinggi daJr mencolok dibandingkan dengan propinsi lain, sedangkan untuktahun yang sama Propinsi Nusa Tenggara Timur dan propinsi Timor Timur merupakan 2prcpinsi dengan tingkar PDRB tanpa migas per kapira yang tcrcndah. Namun demikian, lajupertumbuhan rata-rata PDRB tanpa migas per kapita untuk propinsi rimor Timur selama pcriodetersebut cukup tinggi, yaitu sebesar 15,5 persen, sediurgkan propinsi Sumatera Selatan mengalamilaju pertumbuhan yang terendah yaitu 10,1 perscn.

Pcffumbuhan PDRB pada gilirannya akan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah,baik tingkat I maupun tingkat II. Untuk menilai seberapa besar dampak pcrubahan PDRBterhadap PAD, digunakan konsep clastisitas (e) yiurg dipcroleh dari hasil bagi antara persentaselaju pertumbuhan PAD dengan persentase laju pcrtumbuhan PDRB. Jika clastisitas lebih bcsardari satu berarti bahwa perubahan PAD clastis terhadap pcrubahan PDRB, atau dengan perkataan

-.---

43'7

T a b e l v ' 5 7

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTOATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN HARGA KONSTAN 19E3

MENURUT LAPANGAN USAHA, T984 DAN I99I(dalam miliar ruDiah)

Lapan8an usaha/scktor l9E4Ploporsi

I % )1991'r,)

Proporsl(%)

l

2.

3

6.

1 .

8 .

9.

t0,

l l .

Atas dasar harga ysng berlaku

Pertanian

F€nambangarr drn Penggahan

Industri dan pengeloLaa

Lislrik, gas dan ail minurn

Bangunan

PerdaSarrgan, r.storan don hotel

Pcngangkutnn dan komuniktrsi

Bank dan lembaga keuan8an

Usaha scwa btngunan dat tanah

Perneriniahan dan hankam

Jasa-jasa

18.688,5

16.962,4

l r.960.1

832,O

3.E57,9

r3.843,6

s.1440

2028,2

5.990,5

2.889,4

2t,94

19,91

14,04

0,9E

16,25

6,04

3,51

2,38

1,O3

3,39

46.821,8

26.230,1

44.406,6

3.005,r

10.428,0

44.629,9

13.309,1

8.474,6

4.254,1

14.022,8

1.3ts,9

21,38

I t ,98

20,28

1,37

4,76

18,55

6,08

3,87

1.94

6,40

3,37

Jumlah 85.188,9 100,00 2t8 912,5 t 00,00

I ,

2.

5 .

6,

1 .

8 .

9.

10.

1 1 .

Atas dasrr harga konstan 19E3

Penanian

Peaambafl gan dan pcnggaliarl

lndustri &n pengelolatn

Listdk, gas dan air minum

Bangunan

Pcrdagangsn, rcstoran dan hotel

Pengangkutan dan komunik6si

Bank dan lembagt keuangan

Us6ha sewa bangunan dan tanah

P.mcrinLahan dan hankam

Jara-jasa

r1.222,3

t5117,6

10.91?,9

646,6

t2.415,6

4.616,3

2.675,6

1 ,861 ,7

5.501,9

2.587,1

22,1520,21l4,M

0,83

4,60

15,99

5,94

3,44

2,39

7,08

3,13

24.119,6

15.901,2

23.999,8

1,667,5

5.860,8

2t.3t3A

7.466,7

4.507,1

2.431,0

3.998,7

20,29

13,38

20,r9

1,40

4,93

t7,91

6,28

3,19

2,O5

6,19

3,36

Jumlah 11.75A,4 100,00 11t.t60r0 10{,00

438

AE f+Ergr4

q

qq

raq!

l

!.1

a; id , E6 A( . ro d

; E <

Y , =

v, z,u.t olEE(-)

Yco

I

439

Fa!

{ ' rrsrg(rJ c< ! -

Ir i

A qVJ

!el dEEb E

o - o ! o " r " \ o - E - m - E - E - e - - - o ! q n - 6 - r e - o , . 1 - - - F _ + _ - - 6 - o ! F !

I. t d - l h d l o ! 6 t * " F " o - € - e t F - 6 t - . 1 1.-I o d <.{ rj od F: d od od .i + F di r.i oi o d r .l ui r F ,j r F vi3 r s 5 F 3 F f i g 5 ; F S S l q q € S F S 4 $ S 8 E q

. . r F d i . . ] ; F d"."

i$ sgSggxsS*$g$8$sggggil ggHH$$g5

a- r. @_ q r- d. o! o" {, !t d: -

R e s . r $ j 6 $ s r R $e a s x F I s F s f iS$$ do e { ! e I

!t- rr +- a- o! or r! F- Ft -. d! {- \q 6- 1q q 1a. F, +- - dt {-€"€^ 1E e G n = N E 9 $ r ; s f f c ! S F p $ F E 9 X S B d S

.l

E

fi cl q 1.1 tl -" ct Fr. -" os -" r: or r: q €- - n- F- q €-.: o- E- r- e-

h ! t ! t M *; -

a_ $ 9, *- q *" FI ot N- dI F- dI 6" or o- .r q 6L o! o, Ft q q)-,1 c. .L olf r hs {Rss ; s t€ s t t €9 t sF 63 f r s$$s8s I

ao, d. @- a- E- .1, o! €. E @. .: 1 o. r. r- o, o, 6I r. 1 .: d:'1 L1 or F" *-9 3 F 3 F F F f r S E E ; S 3 ; C 3 * X E R B $ R E T S

o - 1 q 9 4 " 6 . q . . 1 @ . { . 1 € " € . € " e " 6 . d t € " . { 4 . e l o _ q q r r o r o r .t

z- . l d i + q i d F o d o i c t i r . l c i + v i . d r o d o i c j - i . . { F i * v i v t F

t

?

d

T

i.

Fn

440

'

ttJz

o

str

f r -u ) F i

1a! l <E O

I

?

9 P 9

HVIdDU DgIU

9 { ) + : i: $ F I F ! P .

F , E! E E I * , i . i F

+ + + ; , e . i , i S z z l : E9 9 ! * e R 6 i l n X n R h

5 i * = ; ;t ! ! c;glEiF,Ec; ; ; ; l j i 5; ! 4; i ;- n r i ; r i o F 6 o j 9 : : j j

441

lain kenaikan PDRB sebesar 1 persen akan menyebabkan terjadinya kenaikan pAD lebih dari 1persen, dan kcadaan scbaliknya bila elastisitas lcbih kecil dari satu. Rincian elastisitas pADterhadap PDRB tanpa migas menurut harga berlaku untuk masing-masing propinsi selamaperiode 1989-1991, dapar dilihar datam Tabet vs9. Dalam periode 1989-1991 rerlihar bahwaelastisitas PAD terhadap PDRB tanpa migas untuk rata-rata propinsi adalah sebesar 1,4. Hal inimemberikan petunjuk bahwa secara nasional pAD bersifat elastis tefiadap PDRB tanpa migassehingga meningkatnya laju pertumbuhan PDRB ikut memacu laju penumbuhan pno. nincianperhitungan elastisims untuk masing-masing prcpinsi memperlihatkan bahwa Ropinsi KalimantanTcngah dan Propinsi sumatera Sclatan merupakan 2 propinsi yang mempunyai elastisitastertinggi dibandingkan dengan propinsi lain, masing-masing sebesar 3 dan 2,9 dalam periode1989-1991. Hal ini menunjukkan bahwa pAD bersifar sangat elastis terhadap nonB tanpamigas, alau dengan lain pcrkaraan peningkaran PDRB rclah ikut mcnaikkan tingkat pAD daerahtingkat I dan II.

T a b e l V . 5 9

ELASTISTTAS PENDAPATAN ASLI DAERAH TINGKAT I DAN TINCKAT IITERHADAP PRODTTK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TANPA MIGAS

PER PROPINSI. 1989 . 1997

No. Proplnst l9t9 - t99t

I

3.4.5 .

7.8.

10.I l .1',

14.l J .

16.

18 .19 .20.21.22,23.u.25.

DI Aceh

Sumatera Utala

Sumatera Barat

R i a u

J a m b i

Sumalera Selatm

Bengkulu

Lampung

DKI Jakana

Jawa Balat

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

Jawa Timur

Kelimantan Barat

Kalim4ntan Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Tiflut

Sulawesi Utar6

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

sulawesi Tenggara

B a l i

Nusa Tenggara Bant

Nusa Tcnggara Timur

Maluku

Irian Jaya

Timor Timur

I,40

o,791,432.,861,64

o,'t60,451,88l3s0,931 / l 1

t?40,903,04|,222,7aI t'|

J I t

0,821,53I , l I|,651,030,27,, t1

2,43

Indonesia t,44

I

I

{

Lampiran I

PERKIRAAN PENERIMAAN NEGARATAHUN ANGGARAN 1994/9.5

(dalan juta ruPiah)

JENIS PENI]RIMAAN .IUMI,AH

PENERIMAAN DALAM NEGERI

I. I 'encrimssn mlnyak lrumidan gas alsm

l, Peneriflaan minyak bulni2, Penerin'raafl Bns alam

II. Penerinraan di luar | | | i l lyak bunl idan gas alam

l. Pajak penghasi lan

l. l . Pajakpenghasi lanFerseoranganHnsil potolrBd$ Perlghasilanpel(erJaan

- Usaha dan pckcrjaan

l-2. Paj^k penghasilan badan- Badatl usahfl mil ik negara

Badan usoha swasta

1.3. Hasjl pungutan kegiatafl usirha

1.4. Hasil potongrD burga, dividen,royalty, rlan sebagsinYa

2. Pajak pertambahalr rrilai balangdan ja5A. dan paj{k petl jui lan atasbarang mcwah

3. Bea masttk

4 C u k a i

s9,737.100

12.851.200I 504 0003.34?.200

18.842.900

46.88s,900

(s.s06.600)

4.706.600800.000

(7.07s.800)2.627 3004 448.500(l.660.300)

(4.600 200)

4 | Cukai tenrbakau4.2. Cukai lairDya

Pajak ekspor

P^.iak bumi dfln bnngunan

Pajak hinnya

7.l . Bea meterai

7.2. tsea lela0g

2.463100t 5 9 . t 0 0

13.238.6003 443.3002 622.800

16.4001.628.700

281.700

4.292.5002.s19 000

5.6.1 .

261.'70020.000

B .

8. Penerimaan bukan Pajak9. Penerimaan laba bersih rninYak

PENERIMAAN I'I'MNANGUNAN

I Fantuan prc'gram

2, Bn tuau proyek

10.012.000

10.012.000

69.749.100J U M L A H

443

444

DASAR PERHITUNGAN UNTUK PERKIRAAN PENERIMAAN MGARA

RAPB|t1994i9s

A. PENERIMAAN DALAM NEGERI

I. PENERIMAAN MINYAK BUMI DAN GAS ALAM

Faktor-faktor yang diperhitungkan :

- produksi minyak rata-rata (iermasuk kondensat) diperkirakan sebesar l,53juta barel per

hari,- ekspor LNG diperkirakan sebesar 1.342 juta mmbtu,- harga rata-rata ekspor minyak mentah Indonesia diperkirakan sebesar US$ 16 per barel'

- harga ekspor LNG diperkirakan rata-rata sebesar US$ 2,5859 per mmbtu.

Berdasarkurpertimbangan di atas, makapenerimaan minyak bumi dm gas alam diperkirakan

sebesar Rp 12.851,2 miliar'

II. PENERIMAAN DI LUAR MINYAK BUMI DAN GAS ALAM

1. Pajak penghasilan

Faktor-faktor umum yang diperhitungkan :

- perkembangan kegiatan usaha, jasa, produksi dan perdagangan,

- peningkatan penghasilan masyarakat dan dunia usaha,- ekstensifikasi wajib pajak dan intensifikasi pemungutan pajak'

- peningkatan kegiatan penyuluhan pajak'- peningkatan mutu pelayanan kepada wajib pajak,

- peningkatan efektivitas pengawasan dan penegakan hukum terhadap wajib pajak,

- meningkatnya kepatuhan wajib pajak,- kebijaksanaan Pemerintah di bidang perpajakan.

1.1. Pajak penghasilan perseorangan

1.1.1. Pajak penghasilan dari pemotongan penghasilan sehubungan denganpekerjaan

Faktor-faktor yang diperhitungkan akan rnempengaruhi penerimaan :

- peningkatan penelitian, verifikasi dan pemeriksaan SPT Tahunal '- peningkatan kepatuhan para pemotong pajak.

I

I

445

1,1.2. Pajek penghasilan dari usaha dan pekerjaan bebas

Faktor-faktor yang diperhitungkan akan mempengaruhi penerimaan :

- pemanfaatan data untuk mengecek kebenaran laporan wajib pajak'

- peningkatan verifikasi lapangan dan pemeriksaan,

- peningkatan pengawasan atas kepatuhan pembayaran masa,

- peningkatan penggihan atas tunggakan pajak yang besar'

Pajak penghasilan badan

1.2.1. Pqiak penghasilan badan usaha milik negara

Faktor-faktor yang diperhitungkan akan mempengaruhi pcneritnaan :

- peningkatan pengawasan atas kepatuhan pembayaran masa,

- usaha-usaha PenYehatan BUMN,- hasil pemeriksaan pembukual (audit) oleh BPKP'

- peningkatan penagihan atas tunggakan pajak yang besar'

L,2.2. Pa1ak penghasilan badan usaha swasta

Dalam penerimaan ini termasuk pula pajak penghasilan atas laba yang

diperoleh perusahaan&adan asing di Indonesia' Faktor-faktor yang

diperhitungkan akan mempengaruhi penerimaan :

- peningftatan penghasilan dari badan-badan usaha swasta,

- peningkatan Pemeriksaan Pajak,- peningkatan pengawasan atas kepatuhan pembayaran masa'

- peningkatan penagihan atas tunggakan pajak yang besar,

- pemanfaatan data untuk mengecek kebenaran laporan wajib pajak'

Pemungutan/pemotongan pqiak penghasilan oleh pihak lain

1.3.1. Pajak hasil pemungutan kegiatan usaha impor dan pembayaran dari

belanja negara

Faktor-fallor yang diperhitungkan akan mempengaruhi penerimaan :

- meningkatnya ketjasama dengan bank-bank dalam rangka pemungutan

pajak atas kegiatan usaha di bidang impor'

- peningkatanefektivitaspengawasan terhadapkepatuhan bendaharawan

dalam pemungutan pajak atas pengeluaran barang-barang dan jasa dari

anggaran belanja negara.

446

Pajak hasil pemotongsn atas bunga, dividen, royalti, sewa, dansebagainya

Faktor-faktor yang diperhitungkan akan mempengaruhi penerimaan :

. - peningkatan pengawasan atas pembayaran bunga ke luar negeri dan

royalti atas hak cipta,meningkatnya pembayaran dividen oleh perusahaan yang go public,peningkatan pengawasan lerhadap pemotongan pajak atas bunga depositodan bunga obligasi.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penerimaan pajak penghasilan diperkirakan dapatmencapai Rp 18.842,9 miliar.

Pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak pe4iualan atas barangmewah

Faktor-faktor yang mernpengaruhi penerimaan :- perluasan jumlah pengusaha kena pajak melalui verifikasi lapangan terhadap

pengusaha yang tidak melaporkan kegiatan usahanya,peningkatan efektivitas pengawasan administrasi dan penegakan hukum terhadappengusaha kena pajak,

pelaksanaan pengecekan silang data ppN dan data pph.intensifikasi pemungutan ppN dan ppn-BM,

peningkatan kerjasama dengan instansi lain.Dengan mernperhitungkan hal-hal tersebut, maka penerimaaa pajak pertambahan nilaibarang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah diperkirakan mencapai sebesarRp 13.238,6 miliar.

Bea masuk

Perkiraan penerimaan bea masuk didasarkan atas hal-hal sebagai berikut :- volume impor akan meningkat sejalan dengan meningkatnya kegiatan ekonomi

dalam negeri,- komposisi impor yang semakin mengarah kepada bahan baku dan barang modal,- semakin ditingkatkannyapengawasan dan upayapencegahan penyelundup anbuang-

barang impor,- perubahan nilai rupiah terhadap valuta asing.Berdasarkan hal-hal lersebut, makapenerimaan bea masuk diperkirakan dapat mencapaiRp 3.2143,3 miliar.

447

4. Cukai

4,1. Cukai tembakau

Hal-hal yang dapat mempengaruhi pener.imaan cukai tenrbakau atlalah :- perkembangan produksi rokok dan hasil-hasil tembakau lainnya,- peningkatan daya beli masyarakat sejaian dengan nteningkatnya pendapatan

nasional,- penyesuaian harga pita cukai dengan perkembangan hargajualnya,- pencegahan dan pemberantasan pita cukai rokok palsu dan rokok tidak berpita

cukai,- penyelesaian tunggakan-tunggakan cukai.Berdasarkan hal-hal tersebut, diharapkan dapat diterima cukai tembakau sebesarRp 2.463,7 miliar.

4.2. Cukai lainnya

cukai lainnya terdiri dari cukai gula, cukai bit, dan cukai alkohol sulinsan. Hal-hal yang mempengaruhi penerimaannya adalah :- peningkatan produksi gula, bir, dan alkohol sulingan,- intensifikasi pemungutan cukai, dan penyesuaian harga dasar gula, bir, dan

alkohol sulingan sesuai dengan perkembangan ekonomi.Berdasarkan hal-haI tersebut, maka penerimaan cukai rainnya diperkirakan akanmencapai sebesar Rp 159,1 miliar.

5. Pajak ekspor

Dasar perhitungan pajak ekspor adalah sebagai berikut :- peningkatan ekspor nonmigas,- diberikamyakemudahan atas imporbahan mentahuntuk mendorong ekspor nonmigas,- d\kenakannyz/dinaikkannya tarif pajak ekspor atas ekspor bahan mentah untuk

mendorong ekspor barang jadi.

Berdasarkan halhal tersebut, maka penerimaan pajak ekspor diperkirakan dapat mencapaisebesar Rp 16,4 miliar.

6. Pajak buml dan bangunan

Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan :- pemuta.khiran data subyek dan obyek pajak,- perluasan jumlah wajib pajak dan intensifikasi pemungutan pajak,

I

448

- penyempurnaan tata cara klasifikasi untuk tanah perkebunan, pertambangan,perhutanan, dan tanah petemakan,

- pengembangan sistem administrasi PBB melalui sistem manajemen informasi obyekpajak (Sismiop),

- peningkatan kepatuhan wajib pajak melalui kegiatan penagihan,- peningkatan kerjasama dengan pemerintah daerah.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, maka penerimaan pajak bumi danbangunan diperkirakan mencapai sebesar Rp 1.628,7 miliar.

7. Bea meterai

Perkiraan penerimaan didasarkan atas hal-hal sebagai berikut :

- berkembangnya kegiatan dan transaksi yang tercantum dalam dokumen yang dapatdikenakan bea meterai,

- pengawasan atas pemakaian benda meterai, mesin teraan meterai, dan pencetakantanda lunas bea meterai,

- peningkatan upaya pencegahan beredamya meterai tempel palsu,

Berdasarkan hal-hal tersebut, makapenerimaanbeameterai diperkirakan akan mencapaisebesar Rp 261,7 miliat

E. Bea lelang

Perkiraan penerimaan didasarkan atas hal-hal sebagai berikut :

- pengawasan yang lebih ketat atas pelaksanaan lelang,

- penyempumaan sistem dan prosedur lelang,- penyempumaan dan peningkatan efektivitas kantor lelang.

Dengan memperhitungkan hal-hal tersebut, maka penerimaan bea lelang diperkirakanmencapai sebesar Rp 20.0 miliar.

9. Penerimaan bukan pajak

Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan adalah :

- peningkatan efisiensi badan usaha milik negara dalam rangka meningkatkan laba,- intensifikasi dan ekstensifikasi pungutan oleh departemen/lembaga teknis yang

disertai dengan usaha pengawasan yang lebih baik atas pemungutan dan penyetoranberbagai penerimaan departemeMembaga,

- penyempumaan tarif pungutan yang berlaku.

t

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, peuelimaau negara bukan pa-jak diper kirakan meucapaisebesar Rp 4.292,5 miliar.

10. Penerimaan laba bersih minyak

Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan adalah sebagai berikut :

volr.rme penjualan tsBM dalam negeri diperkirakan sebesar 42,5 juta kiloliter,

harga BBM di dalani negeri sesuiri dengan Kepprcs RI No. 1 Tahun 1993,

- harga ratfl-rata minyak Inentah lndonesia diperkirakan sebesar US$ i6 pcr barcl.

Bcrdasarkan faktol faktor di atas, maka penelimaan darilaba bersih minyak diperkirakanakan mencapai Rp 2.5 l9 rniliar.

B. PENERIMAAN PEMBANGT]NAN

Perkiraan pencrirnaan bantr.rao prograrn dall bantuan ployek adalah sebagai berikut:

- dalam tahun anggaran 1994/95 diperkirakan tidak ada tealisasi bautuan prograrn,

- di samping adanya rcalisasi dari komitmen pinjaman baru tahun anggaran 1994/95,sebagian besar realisasi berasal dari komitmen bantuan proyek tahun{ahun yang lalu.

Berdasarkan perkiraan tersebut, clalam tahun 1994/95 penerirnaan pembangunan diperkirakansebesar Ro 10.012 miliar.

I

Lampiran 2

ANGGAR,AN BELANJA RUTIN TAHUN ANGGARAN T994l95DIPERINCI MENURIJT SEKTOR / SiJBSEKTOR

(dalam rlbu rupleh)

Nomor

KodeSektor / Subaektor Jumlah

0l

01.1

02

02.102.2

03

03.r03.2

04

M.1

05

05.105.205.405.5

06

06. rM.206.3

SEKTOR INDUSTRI

Subsektor Industri

SEKTOR PERTANIAN DAN KEHUTANAN

Subsektor PertanianSubsektor Kehutanan

SEKTOR PENGAIRAN

Subsektor Pengembangan Sumber Daya Air

Subscktor Irigasi

SEKTOR TENAGA KERJA

Subsektor Tenaga Kerja

SEKTOR PERDAGANGAN, PENGEMBANGANUSAHA NASIONAL, KEUANGAN DAN KOPERASI

Subsektor Perdagangan Dalam NegeriSubsektor Perdagangan Luar NegeriSubsektor KeuanganSubsektor Koperasi dan Pengusaha Kecil

SEKTOR TRANSPORTASI, METEOROLOGI DANGEOFISIKA

Subsektor Prasarana JalanSubsektor Transportasi DaratSubsektor Transportasi Laut

45,521.737

45.52t.732

1s2.637.768

92.863,83959.773.929

21.369.974

8.874.73912.495.235

88.0,65.861

88.065.861

23.467.942.759

42.620.07 |13.081.308

23 .34s .449 .87766.791.503

1E3.730.79E

14.294.780t6.156.31093.tt5.731

Nomor

KodeSektor / Subsektor Junrlah

Subsektor'f ransportasi UdaraSubsektor Meteorologi, Geofisika, Pencariau danPenyelamatan (SAR)

SEKTOR PERTAMIIANGAN DAN ENERGI

Subsektor PsdarnbaltganSubsektor Encrgi

SEKTOR PARIWISATA, POS DANTELEKOMUNIKASI

Subsektor PariwisataSubsektor Pos dan Tclckornunikasi

SEKTOR PEMBANGUNAN DAERAH DANTRANSMIGRASI

Subsektor Pelnballgunal DaerahSubscktor Transmigrasi dan Pelnukhnan Perambah Hutan

SEKTOR LINGKUNGAN HIDUP DAN TATA RUANG

Subsektor Lingkungan HidupSubsektor Tata Ruang

SEKTOR PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN NASIONAL,KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHAESA, PEMUDA DAN OLAH RAGA

Subscktor PendidikanSubsektor Pendidikan Luar Sekolah dan Kedinasa.nSubsektor Kebudayaan Nasional dan Kepercayaan TerhadapTuhan Yang Maha EsaSubsektor Pemuda dan Olah Raea

3s.170,177

24.393.800

49.673.6t7

47 .251.9062.421.711

t2.259.739

8,625.5833.634.156

7.206.4t9.246

7,160.s42.8004s.876.446

It1.057.240

3.219.183107.E38.057

2.320.384.129

2.109.7 sl.345152.926.394

50.913.1076.793.283

06.406.5

07

07 . l07.2

08

08 , l08,2

09

09. r09.2

l0

10 , 1lo.2

l l

l 1 . 11t .2I 1 . 3

r 1.4

452

Nonr0r

KodeSektor / Subsektor Jumlah

12

12.1

l3

1 3 , 1

t4

1 4 . 11 A a

l5

1 5 . 115.2

SEKTOR KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA

SI'JAHTERA

Subsektor Kepelldtldukan dan Keluarga Berencana

SEKTOR KESEJAHTERAAN SOSIAL' KESEHATAN

PERANAN WANITA, ANAK DAN REMAJA

Subsektor Kesejahteraan Sosial

Subsektor Kesehatan

SEKTOR PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Subsektor Perumahall dan Permukiman

Subsektor Penataan Kota dan Bangunan

SEKTOR AGAMA

Subsektor Pelayanan Kehidupan Beragama

Subsektor Pembinaan Pcndidikan Agama

SEKTOR ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Subsektor Ilm[ Pellgelahuan Terapall dan Dasar

Subsektor Kelembagaan Prasarana dan Sarana Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi

Subsektor KedirgantaraanSubsektor Sistem Informasi dan Statistik

SEKTOR. HUKUM

Subsektor Pembinaan Hukum Nasional

Subsektor Pembinaan Aparatur Hukum

l6

16.216.3

16.516.6

t7

t7 .1,11.2

165.498.275

165.498.27s

303.015.7E0

66.398.008236.617 .772

9.691.953

6.247 .2423.444.711

770,7 50.478

tos;7?1.337615.W9.r4r

201.0u.031

133.579.357

t8.451.527913.6&

48.079.483

427.953.618

379.985.78747.967.831

t

NomorKode

Sektor / Subsektor Jumlah

18.

18.118.2

t9

19.119.219.3

21J

20.2

20.3

SEKTOR APARATUR NEGARA DANPENGAWASAN

Subsektor Aparatur NegaraSubsektor Pendayagunaan Sistem dan PelaksanaanPengawasan

SEKTOR POLITIK, HUBUNGAN LUAR NEGERI,PENERANGAN, KOMUNIKASI DAN MEDIA MASSA

Subsektor PolitikSubsektor Hubungan Luar NegeriSubsefttor Penerangan, Komunikasi dan Media Massa

SEKTOR PERTAHANAN DAN KEAMANAN

Subsektor ABRISubsektor Pendukuns

2.213.042.524

2.064.873.483

148.169.041

797,250.47E

46.762.6505s1.007.708199.480.120

3.853.510.000

3.8s3.360.683149.317

JUMLAI I 42.350.800.000

Lampiran 3

^NGGARAN BELANJA PEI\{BANGUNAN TAHUN ANGGARAN I994195

DITI ,RINCI MI INURUT SEKTOR / SUBSEKI 'OR

(dalam ribu rrrpiah)

Nomor

Kod€Sektor / Sulrscktor

RoPiah(terrnnsrk bsnhran progrnm

dnln|n b€ntuk ropiah)

Ni la i Rupirh

DanlurD Iroyek

dan Kredi t Ekspor

.lurnlah

0 l

0 l . l

D2

02.102.2

0l

03.l

o-\.2

04

04 .1

05

05 10 5 205 :l

05.405.5

06

06 I06.206.30 6 40 6 5

01

07.l0'7 z

SBK'TOR INDUSTRI

Subsckto. Industri

SEKTOR TERTANIAN DANKEHUTANAN

SIbseklor PerLanianSLrbseklor Kchutanan

SEKTOR PENGAIRAN

Subseklor PengernbanganSumber Daya AirSubseklor lrigasi

SEKTOR TENAGA KERJA

SLrbsektor TeDaga Kertr

SEK'I'OR PERT'AGANCAN,PEN(;EMlIANGAN USAIIANASIONAL, KET]ANGANDAN KOPERASI

Subseltor Perdngrngan Dalam NcgcriSubsektor Perdngaugan Luar NcgcriSubseft tor Pengembingan UsrhaNasionirlSubscktor Keud)rganSuhsektor Koperasi dan Pengusnha Kecil

sEK l 'oR TRANSPORTASI, ME.'I'EOROI,OGI DAN GDOIISIKA

Subseklor Prasarrna JalanSrbsektor'I ransfo.tasi Dara(Sllbseklor Transportllsi LaxtSubseklor Tfluspodasi tldar,rSubseklor Meteorologi, Geolisika,Pencarinn dan Penyclamalan (SAR)

SEKTOR PERT,{MBANGANDAN DNERGI

Subsektor PertanrbanganSubsektor [,nergi

143.856,000

r43 856 000

662.1E0.000

656.630 0005.750.000

809.434.000

380 531.000428 901 000

119.412.000

| 19.4t2.000

144.800.000

16.800.00038.000.000

22.350.0004 800 000

62.850 000

3.606.s65.000

2.971.260 000234 61n.000205 ? r7.000178.450.000

16.500.000

803.7E2.000

16.040.000767.',t42,Un

306.640.000306.640,000

327.250.000299 710.00027.540.000

E77-600.000

399.600.0Ul478.000.0rx)

27,l2un0027,120,000

591.450.000

241.560.000

r 61.910.000115,950.00072,030.000

1.618.950.000

559.320.000354.390.000261.060.000427.020-000

17.160 000

2.77E.r40.000

3t.810.0002.746.310 000

450.496.000

450.496.0U1

989.630.000

956.340.000t3.290,000

1.687.034,000

780.t 33 000906.901.000

146-532.000

146.s32.000

t36.250.000

l6 800 000219 560.000

184 260.000120.750 000134.880 000

5.225.515.000

3.530,580.000589,028.000466.777 000605.470.000

33 660 000

3.581.922.000

6?.870.0003.5 t4.052.000

t

!

454

455

a

NomorKode

Sektor / Subsektor

Rupiah(lerm:|suk lrEnluan progrem

dalam bentuk rupiah)

Nllal Rupiah

BEntuan Proyek

dan Kr€dil Ekspor

Junrlah

08

0 8 . I0E.2

09

09 .109.2

l0

10 .110.7

l1

l 1 . ll t .2

1 1 . 3

1 1 , 4

t2

t2. l

l3

13 .113.213 .3

l4

t 4 l14.2

SEKTOR PARIWISATA, POSDAN 1'ELEKOMUNIKASI

SLlbsektor PariwisataSubsektor Pos dan Telekomunikasi

SEKTOR PEMBANGUNANDAERAH DAN TRANSMIGRASI

Srrbsektor Pernbfl ugunan DaerahSubscktor Tnnsmigrasi danPemukiman Perambah Hutan

SEKTOR I,INGKUNCAN HIDUPDAN TATA RUANG

Subsektor Lingkungan HidupSubsektor Tata Ruang

SEKTOR PENDIDIKAN, KEBUDA.YAAN NASIONAL, KDPERCAYAANTERIIADAP TUIIAN YANG MAHAII"SA, PEMUDA DAN OLAH RACA

Subscktor Pcndrd,kanSubsektor Pcndidikan l-uar Sekolahdan Kcd'nlsanSubsektor Keb dayaau Nrsionaldan Kepercayaan TerludapTuhan Yarg Maha EsaSubsektor Pemudd dan OL$ Raga

SEKTOR KEPENDUDUKAN D,{NKELUARGA SF,JAHTDRA

Subsektor Kcpcndudukan danKcluarga Berencana

SEKTOR KDSEJAIITERAANSOSIAL, KESEITATAN, PERANANWANTTA, ANAK DAN REMAJA

Subsektor Kesejahleradn SosirlSubseklor KesehatanSubsektor Peranan Wanita, Anakdan Remaja

SDKTOR PERUMAHAN DANPERMUKIMAN

Subsektor Perurnaharl diln PennukimanSubsektor Penataal Kota dan Bnngunan

69.500,00038.000.0003l.500.000

5.1r9.5?6.0004.282 t-51.000

837.425.000

243.290.000

I73,580.00069 710.000

2.358.740.0002.169.9?1.0C0

105.621.000

-52.750.00030.398.0110

244.761.000

244.761.000

E16.593.UX|71 125 000

736.968.0tX.)

8,500.000

469.362.000444 2'70.W25.092.000

652.350.00010.730.fiX)

641.620.000

lE4.?50.000

265.740.000

119,010.000

209.010.000183.300.00025.7t0.m0

00

45.460.000

45 460.000

214.440.0005,080.000

209.360.0r)0

702.5?0.000

613.360 otl)

89 210.000

0

4lE.560.000

396.030.00022.530.000

72.1.850.00048,730.000

673.120.0@

5.504.326.0004.54',/.89r.0N

956.435.0{n

452.300.000356.880.00095,420.000

3.061.310.0002 783.331.000

194.831.000

52.750.00030.39E.000

290.221.000

290,221.000

1.031.033.00076.20-5.ff{)

946.328.000

8.500.fix]

8a1.922.0M840.300.0004',L622.O00

NomorKode

SGktor / Sublektor

Ruplsh(termasul b.ntnan progr.m

ddem benluk rupl.h)

Nllel RuphhBenturn Protak

dan Krcdlt EkrporJumleh

l5

.15.1

15.2

L6

l6.t

t6.2

16,416.516.6

l7

t1. l11.2t1.3

18

l8 , lt8.2

19

19.1t9.z19.3

20

20.1

2A.3

SEKTOR AGAMA

Subsektor Pelayanan KchiduPanBerBB!maSuhektor Pcmbinaan PendidikanAgama

SEKTOR ILMU PENGETAHUANDAN TEKNOLOGI

Subsektor Teknik Muksidan TeknologiSubsektor Imu PengetahuanTerapan dtn DasErSubsektor Kelembtga0n Pr&ssrana drn

Sarsna nmu Pengetrhuan dan TekmlogiSubseklor KelautanSubsektor KedirgantararnSubs€ktor Sistem Inlormaii dan Sbtbtik

SEKTOR HUKUM

SubsektorPembinaot Hukum Nasion6l

Subsektor Pemblnaan Aparatur Hukun

Subsektor Sar$a den Prassra[sHukum

SEKTOR APARATUR NEGARADAN PENGAWASAN

Subseklo! Apantur NegaraSube.ktor Pendayagunsrn Sistemdan Pelaksondan Pengaw83on

SEKTOR POLITIK, HUBUNGANLUAR NEGERI, PENERANGAN,KOMUNIKASI DANMEITIA MASSA

Subsekror PolitlkSubscktor Hubungan Luar Negeri

Subsektor Pen€ian8lt\ Komuniftalidan M€dir Malso

SEKTON PERTAHANAN DANKEAMANAN

Sl|bse.kior Ralryat Terlstih danPcrlindungan MaiyarakatSub6ektor ABRISubrcktor Pendukuog

111340.000

m.590.000

9l.750.m0

{23.745.000

l1?.306.000

52.925.ffi

102.r27.00033.461.00028,850.00088.376.m0

101.,145.0009.718.fin

29.630.m062.097.000

46r.721.000431.7E4.0m

36.93?.m0

78,745.m02.850.m03.900.m0

71.995.000

5E9.253.0tX1

2.280.m0535.m0.00051.973.m0

9J3tt.000

1.860.000

?.670.m0

106.060.000

30.300.m0

1E.430.000

4,3t0.00052,950.m0

0. 0

9,920.0004.430.m0

550.m04.940.000

fir.z70.0008t.270,000

78J10,00000

78.5m.000

565340.000

0565.3,t{}.m0

0

121.870.t)00

22.450.000

99.4m.m0

529305.000

147.606.000

7r.355.000

t0?,20?.0m86.411.00028.850.(m8E.376.0m

111365,00014.148.00030.1t0.00067,03?.m0

556.91,000520.054.000

36.93?.m0

157.335,0txta150.0003.900.m0

150.5t5.000

l.151J93.m0

2.2J0.m0L 100.340.000

5r.9?3.000

J U M L A H 173863m.m0 10.012.000.m0 ,7J9&3tXt 000

t

Menlmbang : a.

b.

Lampiran 4

RANCANGAN

UNDANG.UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR TAHUN 1994

TENTANG

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARATAHUN ANGGARAN T994l95

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran1994/95 perlu ditetapkan dengan Undang-undang;

bahwa Auggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran1994/95 sebagai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negan tshun pertamadalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam,telap disusun dengan mengikuti prioritas nasional sebagaimana ditetapkandi dalam Pola Umum Pembangunan Lima Tahun Keenan yang tercantumdalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor tr/t4PR"/1993tentang Garis-garis Besar Haluan Negara;

bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun AnggaranI 994195 pada dasamya merupakan rencana kerja tahunan Pemerintah dalamrangka pelaksanaan tahun pefiama Rencana Pembangunan Lima TahunKeenam dan dimaksudkan pula untuk memelihara dan meneruskan hasil-hasil yang telah dicapai dalam pelaksanaan pembangrman sejak PembongunanLima Tahun Pertama sampai dengan tahun kelima Pembangunan LimaTahun Kelima, serta untuk meletakkan landasan bagi usaha-usahapembangunan selanjutnya;

bahwa untuk lebih menjaga kelangsungan jalannya pembangunan, makadalam Undang-undang ini dipandang perlu diatur sisa-anggaran-lebih dansisa kedit anggaran proyek-proyek pada anggaran pembangunan TahunAnggaran 1994i95;

Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (l), dan Pasal 2l ayat (l) Undang-UndangDasar 1945;

Menglngat : l,

457

458

Indische Comptabiliteitswet (Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448)sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-undangNomor 9 Tahun 1968 (Irmbaran Negara Tahun 1968 Nomor 53, TambahanLembaran Negara Nomor 2860);

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN:

MEnetapKan : UNDANG-UNDANG TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DANBELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1994/95.

Pasal I

(l) Anggaran Pendapatan Negara Tahun Anggaran 1994/95 diperoleh dari :

a. Sumber-sumber Pendapatan Rutin;

b. Sumber-sumber Pendapatan Pembangunan.

(2) Pendapatan Rutin sebagaimana dimaksud dalam ayat (l) huruf adirencanakan sebesar Rp 59.737. 100.000.000,00.

Pend4patan Pembangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)huruf b direncanakan sebesar Rp 10.012.000.000.000,00.

Jumlah seluruh Anggaran Pendapatan Negara Tahun Anggaran 1994/95direncanakan sebesar Rp 69.749. 100.000.000,00.

Perincian pendapatan sebagaimana dima.ksud dalam ayat (2) dan ayat (3)b€rturut-turut dimuat dalam Lampiran I dan Lampiran II.

Pasal 2

(1) Anggaran Belanja Negara Tahun Anggaran 1994/95 terdiri atas :

a, Anggaran Belanja Rutin;

b. Anggaran Belanja Pembangunan.

(2) Anggaran Belanja Rutin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)huruf a direncanakan sebesar Rp 42.350.800.000.000,00.

(3)

(4)

(s)

(3)

(4)

(s)

(6)

(7)

459

Anggaran Belanja Pembangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (l)huruf b clirencanakan sebesar Rp 27.398.300.000.000,00.

Jumlah seluruh Anggaran Belanja Negara Tahun Anggaran 1994/95direncanakan sebesar Rp 69.7 49. 100.000.O00,00.

Perincian Anggaran Belanja Rutin dan Anggaran Belanja pembangunan

sebagairnana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) berturut-tr.rrut dirnuatdalarn Larnpiran III dan Lampilau IV.

Perincian dalam Lampiran III sebagaimana dimaksud dalam ayat (5)memuat sektor dan subsektor, sedangkan pelincia4 lebih lanjut sampaipada kegiatan ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Pelincian dalam Lampiran IV sebagaimana dimaksud dalam ayat (5)memuat sektor dan subsektor, sedangkan perincian lebih lanjut sampaipada proyek-proyek ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Pasal 3

Pada pertengahan Tahun Anggaran 1994195 dlhat laporan realisasimengenai :

a. Anggaran Pendapatan Rulinlb. Anggarau Pendapatan Pembangunan;

c. Anggaran Belanja Rutin;

d. Anggaran Belanja Pembangunan.

Pada pertengahan Tahun Anggaran 1994/95 dibuat laporan realisasimengenat :

a. Kebijaksanaan Moneter dan Perkreditan;

b. Perkembangan Lalu Lintas Pembayaran Luar Negeri.

(3) Dalam laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) disusunprognosa untuk 6 (enam) bulan berikutnya.

(4) Laporan sebagairnana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dibahas bersamaoleh Pemerintah dengan Dewan Perwakilan Rakyat.

(5) Penyesuaian an19aran dengan perkembangar/perubahan keadaan dibahasbersama oleh Pemerintah dengan Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 4

(1) Kredit anggaran proyek-proyek pada Anggaran Belanja PembangunanTahun Anggaran 1994195 yang pada akhir Tahun Anggaran menunjukkan

(1 )

(2)

460

(2)

(3)

(4)

sisa yang masih diperlukan untuk penyelesaian proyek, dettgan Peraturan

Pemerintah dipindahkan kepada Tahun Anggaran 1995/96 menjadi kredit

anggaran Tahun Anggaran 1995/96.

Sisa-anggaran-lebih Tahun Anggaran 1994/95 dipergunakan untuk

membiayai anggaran belanja negara tahun-lahun anggaran berikutnya. ?

Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menyatakanpula, bahwa sisa kedit anggaran yang dipindahkan itu dikurangkan dari

kredit anggaran Tahun Anggaran 1994/95.

Pcraturan Pernerintah sebagaimana dimaksud dalam ayat (l) disampaikan

kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan Badan Pemeriksa Keuangan

selambat-lambatnya pada akhir triwulan I Tahun Anggaran 1995/96.

Pasal 5

Pemerintah mengajukan Rancangan Undang-undang tentang Tambahan dan

Perubahan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran1994/95 berdasarkan tambahan dan perubahan sebagai hasil penyesuaian

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (5) untuk mendapatkan persetujuan IDewan Perwakilan Rakyat sebelum Tahun Anggaran 1994/95 berakhir.

Pasal 6

Setelah Tahun Anggaran 1994/95 berakhir dibuat perhitungan anggaran

mengenai pelaksanaan anggaran yang bersangkutan.

Perhitungan Anggaran Negara sebagaimana dimaksud dalain ayat (1) setelah

diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan disampaikan oleh Pemerintah

kepada Dewan Perwakilan Rakyat selambat-lambatnya 2 (dua) tahun setelah

Tahun Anggaran yang bersangkutan berakhir.

Pasal 7

Ketentuan-ketentuan dalam Indische Comptabiliteitswet (Staatsblad Tahun 1925Nomor 448) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968 (Irmbaran Negara Tahun 1968 Nomor 53,Tambahan Lembaran Negara Nomor 2860) yang bertentangan dengan bentuk,susunan, dan isi Undang-undang ini dinyatakan tidak berlaku.

( l )

(z)

t

461

Pasal E

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal I April 1994.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam lrmbaran Negara Republik lndonesia.

Disahkan di Jakaxta

pada tanggal

PRESTDEN REPUBLIK INDONESIA

I

SOEHARTO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal

MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

MOERDIONO

I r,nuBARAN NEGARA REpuBLTK TNDoNESTA TAHUN 1994 NoMoR.

RANCAN(;AN PI]NJIII,ASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUIII,IK INDONESIA

NOMOR ]'AIIUN 1994

TENTANG

AN(;GARAN PENDAPAT'AN DAN IIELANJA NEGARA

TAHUN ANGGAIIAN I994195

UMUM

Dengan berakhirrrya tethun alggaran 1993/94, yang merupakan tahun terakhirPembangunan Lima Tahun Kelima, naka Pcntbangunan Jangka Panjang Per,tama telah berhasildiselesaikan. Hasil-hasil pcrnblngunan yang telah dicapai dalaln masa Pembangunan JangkaPaniang Pertama merupakan larrdasan bagi tahap pelnbatrgunan berikutnya, yaitu PembangunanJangka Panjang Kedua. Sasaran umum Pembangunan Jangka Panjang Kcdua adalah terciptanyakualitas manusia dan kLralitas lnasyatakat Indoncsia yang maju dan mandili dalam suasanatenteram dan sejahtela lahir batifl, dalam tata kehidupan n']asyatakat, bangsa dan negara yangbeldasalkarr Pancasila, dalam suasana kehidupan bangsa Indonesia yang serba berkeseimbangandan selaras dalam hubungan antara scsama manusia, manusia dengan masyarakat, manusiatlcngan alam dan Jingkungannya, serta manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Untuk rnencapaisasalan telsebut, Pelnbangunan Jangka Parlang Kedua perlu dijabarkan dalarn program-programpembangunan jangka menengah, yaitu Rencana Pernbangunan Lima Tahun (Repelita), danprogram-progranr pembangunan tahunan, yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara(APBN).

Berdasarkan Pola Umurn Pembangunan Lima Tahun Keenarn yang lercantum dalamKetelapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor IVN[PFJ1993 tentang Garis-garis BesarHaluan Negara, titik bcrat dalam Pembangumn Jangka Patrjang Kedua diletakkan padapernbangunan bidang ekonomi. Seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, makaprioritas Pembangunan Lima Tahun Keenam adalah pembangunan sektor-sektor di bidangckonomi dengan keterkaitan antara industri dan pertanian, serta bidang pembangunan lainnya.Untuk itu, penataan industri nasional diarahkan pada penguatan dan pendalaman struktur industriyang didukung oleh: kernampuan teknologi yang meningkat, ketangguhan pertanian yangsemakin menguat, sistem dan kelernbagaan koperasi yang lebih mapan, pola perdagangan, jasadan distribusi yang semakin sempuma, pemanfaatan secara optimal dan tepat guna faktorproduksi dan sumber daya ekonomi, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.Kesemuanya itu adalah sebagai prasyarat bagi terbentuknya masyarakat industri yang menjaminpeningkatan keadilan, kemakmuran, dan pemerataan pendapatan, serta kesejahteraan rakyat,sesuai densan nilai-nilai Pancasila.

t

+oJ

Sejalan dcngan hal itu, pembangunan bidang lainnya, yaitu bidang kesejahteraan rakyat,

pentlidikan dan kebudayaan, bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, bidang hukum, bidang politik, aparattlr negara, pcnerangan,

komunikasi dan meclia massa, serta bidang pertahanan dan keamanan tcrus ditingkatkan selaras,

dan serasi, serta saling memperkuat dengan pembangunan bidartg ekonomi, sehingga kescluruhan

pembangunan nasional merupakan kesatuan gerak dalam mewujudkan masyarakat yang maju,

mandiri dan sejahtera.

Sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara, khususnya Pola Umum Peurbangunan

Lima Tahun Kcenam, kebijaksanaan pembangunan tetap bcrtumpu pada 'I'rilogi Pembangunau,

yaitu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju terciptanya kemakmuran yang

berkeadilan sosial bagi selunrh rakyat Iudonesia, pertumbuhan ekorrotni yang yang cukup tinggi,

dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. flpaya pemelataan pcmbangunan dan hasil-

hasilnya yang makin meluas, pcrturnbuhan ekonomi yang cukup tinggi, penciptaan dau petluasan

lapangan kerja, serta lapangan r.tsaha dan penggalakan pernbangunau daerah terbelakang,

khususnya kawasan timur Indonesia ditingkatkan, dan dialahkan agar mampu mewujudkan

kesejahteraan yang makin adil, dan makin mcrata bagi seluruh rakyat, serta rnenumbnhkan sikap

kemandirian bangsa. Ketiga unsur Ttilogi Pembanguuan tersebut saling mengait, dan perlu

dikembangkan secara selaras, terpadu, dall saling memperkuat.

Untuk mencapai sasaran Pembangunan Lima Tahun Keenam, disusun program

pembangunan tahunan. Anggaran Pendapatan dan Belania Negara Tahun Anggaran 1994/95

adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun pertama pelaksauaan Rcncallapembangunau Lima Tahun Kcenanr dan Pembangunan Jangka Panjang Kcdua. Untuk nreniaga

kestabilan ekonomi, prinsip anggaran yang berirnbang dan dinamis dilaniutkan' dengan

memungkinkan dibentuknya dana catlangan pada masa penerimaan negata rnelebihi yang

direncanakan. Dana cadangan terscbut dapat dimanlaatkan pada lnasa penerimaan ncgara kutang

dari yang direncanakan atau tidak cukup mcndukung program yang tclah ditencanakan dan/atau

yang sangat mendesak, sehingga terjamin kesinambungan pembiayaan yang diitingi oleh

stabilitas ekonomi yang mantap. Untuk itu, nrasih diperlukan langkah-langkah penyesuaian yang

realistis.

Dalam rangka pcningkatan pendapatan negara dari berbagai sumber, tetltatna pendelpatan

di luar minyak bumi dan gas alarn, maka upaya pcltyenlpurnaan pelaksanaan dan sistem

perpajakan terus ditingkatkan, dengan dilengkapi berbagai peraturan perundang-undangan yang

diperlukan.

Di bidang anggaran belanja negara, usaha penghematan, peningkatan efisiensi dan

produktivitas, penajaman prioritas pembzmgunan ke arah program pengentasan kelniskitlan, serta

pembangunan kawasan timur Indonesia akan lebih mendapat perhatian. Kebijaksanaan anggaran

belanja negara tetaprlitujukan untuk menyelesaikan proyek-proyek prioritas, serta diarahkan pula

untuk pemeliharaan'hasil-hasil pembangunan. Selanjutnya, untuk tetap membcrikan pelayanan

464

kepada masyarakat luas dengan j umlah dan mutu yang memadai, serta dalam rangka meningkatkandaya guna aparatur negara, diperlukan pula anggaran belanja rutin yang semakin meningkat untukmembiayai tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan, sesuai dengan tuntutanperkembangan pembangunan.

Sejalan dengan upaya-upaya tersebut, maka penertiban keuangan negara, baik pendapatanmaupun belanja, perlu terus ditingkatkan termasuk pengawasannya.

Sebagai upaya untuk terus menggerakkan dan makin meratakan pembangunan daerahdalam rangka mengurangi kesenjangan pertumbuhan pembangunan antardaerah, maka bantuankepada desa, daerah tingkat II, dan daerah tingkat I, serta bantuan pembangunan lainnya, sepertipengembangan sarana pendidikan, dan pengembangan sarana kesehatan akan terus mendapatkanperhatian. Sementara itu, dalari rangka pengentasan kemiskinan telah diberikan bantuan khususbagi desa terlinggal dalam bentuk Inpres Desa Tertinggal (IDT).

Di samping itu, pembangunan di bidang perhubungan dan bidang-bidang lainnya akantetap dilaksanakan, sehingga keserasian dan keselarasan pertumbuhan ekonomi nasional dandaerah akan ierwujud, terutama dalam rangka menciptakan lapangan kerja yang lebih luas gunamengatasi tekanan pengangguran dan menanggulangi kemiskinan.

Agar supaya anggaran yang tersedia dapat dimanfaatkan secafa maksimal sesuaidengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan, maka pergeseran antarsektor dan antarsubsekfor,baik dalam anggaran belanja rutin maupun anggaran belanja pembangunan, dilakukan denganUndang-undang, sedangkan pergeseran antarprogram dan antarkegiatan dalam anggaran belanjarutin, serta antarprogram dan antarproyek dalam'anggaran belanja pembangunan, dilakukandengan Keputusan Presiden.

Dalam rangka kesinambungan kegiatan pembangunan, sisa kedit anggaran pfoyek-proyek yang masih diperlukan untuk penyelesaian proyek pada angg an belanja pembangunanTahun Anggaran 1994/95 dipindahkan kepada Tahun Anggatan 1995i96, dan meqiadi lcreditanggaran Tahun Anggaran 1995/96.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, maka Anggaran Pendapatin danBela4ja Negara Tahun Anggaran 1994/95 disusun betdasaikan asumsi umum sebagai berikut :

bahwa perekonomian Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan pendapatan negara,masih menghadapi tantangan terutama perkembangan harga minyak bumi di pasat intemasionalyang tidak menentu;

bahwa demi mempertahankan kesinambungan pembangunan, pengerahan sumber-sumberdana di luar minyak bumi dan gas alam perlu terus ditingkatkan, sehingga perananpendapatan dalam negeri di dalam pembiayaan pembangunan dapat ierus ditingkatkan;

bahwa kestabilan mone0er dan tersedianya barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari yangcukup tersebar merata dengan harga yang stabil dan terjangkau oleh rakyat banyak, dapatterus dioertahankan.

b.

465

PASAL DEMI PASAL

Pasal I

Cukup jelas

Ayat (l), (2), (3), (a), dan (s)

Cukup jelas

Ayat (6), dan (7)

Keputusan Presiden sebagaimanabulan April 1994.

yang dimaksud dalam Pasal ini ditetapkan pada

Ayat (l)

Cukup jelas

Ayat (2)

Masalah kebijaksanaan moneter dan perkeditan dan lalu lintas pembayaran luar negerisebagian besar berada di sektor bukan Pemerintah. Oleh sebab itu, penyusunankebijaksanaan kredit dan devisa dalam bentuk dan arti seperti Anggaran Belanja Rutindan Anggaran Belanja Pembangunan sukar untuk dilaksanakan, sehingga untuk itudibuat dalam bentuk prognosa.

Ayat (3), (4), dan (5)

Cukup jelas

Pasal 4

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Apabila pada akhir Tahun Anggaran 1994/95 terdapat sisa-anggaranJebih, maka sisatersebut merupakan tambahan saldo kas negara, yang dipergunakan untuk membiayaianggaran belanja tahun-tahun anggaran berikutnya.

Ayat (3), dan (4)

Cukup jelas

466

Pasal 5

Cukup jelas

Pasal 6

Pe.hitungan Anggaran Negara sebagaimana dimaksud dalam pasal ini, disampaikan kepadaDewan Perwakilan Rakyat dalam bentuk dan susunan yang ditetapkan oreh pemerintahdengan persetujuan Badan pemeriksa Keuanqan.

Pasal 7

Pasal-pasal ICW yang dinyatakan tidak berlaku atlalah :l. Pasal 2 Ayat (l) tentang susunan anggaran yang terdiri dari belanja pegawai, belanja

barang, dan belanja modal;2 Pasal 2 Ayat (3) tentang kewenangan Gubemur Jenderal menetapkan perincian lebih

lanjut pos; dan3. Pasal 72 yang mengatur bahwa pengajuan perhitungan anggaran negara (pAN) keparla

DPR paling lambat tiga tahun seterah tahun anggaran yang bersangkutan berakhii.

Pasal 8

Cuhup ielas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

!.idlI{rIM,ONT.i*5IBA$A T Ar{.{IrgA FI6If.AL

OEFARTEUEI{ (!U.ANOA.[I RI