Upload
brawijaya
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PAPER HUKUM PERBANKAN
Tugas Terstruktur ke-1 (T1)
BANK SYARIAH
Level Kompetensi X
KELOMPOK 9 :
1. ABDUL RACHMAN PUTRA (115010107111002)2. JOHAN SYAMSURIZAL (115010105111007)3. ARIYATAMA PUTRA WIRANATA (115010102111006)4. CHESYA S. MAHARDIKA (115010107111020)5. ACHMAD ADI N. (115010102111005)6. FALEVI OKTOREZA (115010100111038)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT atas
karunia-Nya terselesaikanlah Paper kami yang berjudul “BANK
SYARIAH”, kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya karya tulis
ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Karya tulis ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas
Terstruktur ke-1 (T1) Hukum Perbankan khususnya kelas A.
Ucapan terima kasih secara khusus kami ucapkan kepada :
1. Ibu Siti Hamidah, selaku dosen Pengajar mata kuliah Hukum
Perbankan Kelas A.
2. Kedua Orang Tua kami masing-masing yang telah memberikan
segala jerih payahnya, sehingga kami dapat kuliah di
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang.
3. Kelompok Sembilan (IX) Bank Syariah dan teman-teman Kelas
A Hukum Perbankan dan teman-teman Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya.
4. Pihak lainnya yang terkait yang tidak bisa kami sebutkan
satu persatu.
Kami menyadari bahwa dalam karya tulis ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yangbermanfaat
dan membangun sangat penulis harapkan untuk kemajuan karya
tulis yang akan kami buat untuk berikutnya.
1 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”
Malang, 18 Februari 20113
Hormat Kami
Pen
ulis
LEVEL KOMPETENSI XBANK SYARIAH
SUB-SUB KOMPETENSI :1. Pengertian2. Dasar dan Pemikiran berdirinya bank syariah
a.Larangan Ribab.Kelemahan sistem bunga
3. Pengaturan bank syariah di Indonesiaa.UU Perbankanb.UU Perbankan Syariahc.Peraturan bank Indonesia
4. Ciri dan karakter Bank syariah5. Konsep dan operasional bank syariah
a.Penghimpunan Dana1)Wadhi’ah2)Mudharabah
b.Penyaluran Dana1)Mudharabah2)Musyarakah3)Murabahah
2 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”
4)Ijarah5)Salam6)Istisna
c.Jasa1)Wakalah2)Sharf3)Joalah4)Kafalah5)Rahn6)Hiwalah
1. PENGERTIAN BANK SYARIAH
a.Menurut Ensiklopedi Islam, Bank Islam atau bank syari’ah adalah
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-
jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
pengoprasianya sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah.
b.Pengertian Bank Syariah menurut Ensiklopedia bebas adalah (Arab:
ة� لام�ي� س� ة� الا� ي� al-Mashrafiyah ال�مصرف�� al-Islamiyah) suatu sistem perbankanyang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam (syariah)
c.Pengertian bank menurut UU No 7 tahun 1992 adalah badan usaha
yang menghimpun dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak
d.Menurut Perwataatmadja dan Muhammad Syafi’I Antonio memberikan
definisi Bank Islam atau Bank Syariah adalah bank beroperasi
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, yakni bank yang
dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam
khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah.
e.“Bank Syariah” adalah istilah yang dipakai di Indonesia untuk
menyatakan suatu jenis bank yang dalam pelaksanaannya
berdasarkan pada prinsip syariah.Namun, “Bank Islam” (Islamic
Bank) adalah Istilah yang digunakan secara luas dinegara lain
3 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”
untuk menyebutkan bank dengan prinsip syariah, disamping ada
istilah lain untuk menyebut bank Islam diantaranya interest free
bank, lariba bank, dan shari’a bank.1
2. DASAR DAN PEMIKIRAN BERDIRINYA BANK SYARIAH
a. Larangan riba
Pengharaman riba tersebut didasarkan kepada sebab tertentu,
yang dapat mendatangkan bahaya besar, yaitu sebagai berikut:2
1)Dapat menimbulkan permusuhan antara pribadi dan mengikis
habis semangat kerjasama atau saling menolong sesame
manusia. Padahal semua agama, terutama islam amat menyerukan
kepada sesame umat untuk saling tolong menolong,
pengutamaan, dan membenci orang yang mengutamakan
kepentingan sendiri dan ego, serta orang yang mengeksploitir
kerja keras orang lain;
2)Menimbulkan tumbuhnya mental kelas pemboros yang tidak
bekerja, juga dapat menimbulkan adanya penimbunan harta
tanpa kerja keras, sehingga tak ubahnya dengan pohon benalu
(parasite) yang tumbuh diatas jerih orang lain. Islam
menghargai kerja dan menghormati orang yang suka bekerja
yang menjadikan kerja sebagai sarana mata pencaharian,
karena kerja dapat menuntun orang kepada kemahiran dan
mengangkat semangat mental pribadi;
3)Riba sebagai salah satu cara menjajah karena itu orang
berkata penjajahan berjalan dibelakang pedagang dan pendeta
dan kita telah mengenal riba dengan segala dampak negatifnya
di dalam menjajah Negara kita;
1 Peri Umar Farouk, 2002, Sejarah Hukum Perbankan Syariah di Indonesia”, dalamhttp:/www.inlawnesia.net., diunduh tanggal 16 Februari 2013, hlm. 1.2 Rachmadi usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,
2012), hlm 31-32
4 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”
4)Setelah semua ini, islam menyerukan agar manusia suka
mendermakan harta kepada saudaranya dengan baik, jika
saudaranya itu membutuhkannya. Untuk itu Allah SWT
menjajikan akan memberikan ganjaran yang besar dengan
melipat gandakan pahalanya.
Kemudian al-fakr al-razim menggali sebab dilarangnya riba dari
pandangan ekonomi, menemukan sebab-sebabnya, yaitu sebagai
berikut:3
1) Riba memungkinkan seseorang memaksakan pemilikan harta
tersebut dari orang lain tanpa imbalan. Kalau ditanya
mengapa orang tertentu bukankah bila harta tersebut tetap
ditangan pemiliknya tangan bukankah penyerahan harta kepada
orang lain berarti membuang kesempatan mendapat keuntungan
yang diterimanya orang lain itu.
2) Riba menghalangi pemodal ikut serta berusaha mencari rezeki,
karena ia dengan mudah membiayai hidupnya, cukup dengan
bunga berjangka itu karena ia tidak mau lagi memangku
pekerjaan yang berhubungan dengan dipakainya tenaga atau
sesuatu yang membutuhkan kerja keras. Hal ini membawa
kemunduran pada masyarakat.
3) Apabila diperbolehkan masyarakat dengan memenuhi
kebutuhannya tidak segan-segan meminjam uang walaupun sangat
tinggi bunganya.Hal ini akan merusak tata hidup tolong-
menolong, saling menghormati sifat baik manusia dan perasaan
berutang budi.
4) Dengan riba biasanya pemodal semakin kaya peminjam menjadi
semakin miskin sekiranya riba dibenarkan orang kaya akan
menindas orang miskin dengancara itu.
3 Rachmadi usman, op.cit., hlm 31-33
5 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”
5) Larangan riba sudah ditetapkan oleh nas, diman tidak harus
seluruh rahasia tuntunnya diketahui manusia. Keharamannya
itu pasti kendati orang tidak mengetahui persis segi
pelarangannya
a. Kelemahan System Bunga4
1) Penentuan bunga dibuat pada saat permulaan akad dengan
asumsi harus selalu mendapat keuntungan;
2) Besarnya prosentase keuntungan ditentukan sepihak
berdasarkan pada jumlah uang yang dipinjamkan dikali dengan
tingkat suku bunga yang berlaku;
3) Penarikan bunga dilakukan tanpa memperhatikan apakah usaha
yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi;
4) Pemberian bunga kepada nasabah bersifat tetap(fixed and
predetermined rate), meskipun tingkat keuntungan bank
mengalami peningkatan;
5) Bunga (riba) bertentangan dengan prinsip syariah.
3. PENGATURAN BANK SYARIAH DI INDONESIA
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia merupakan suatu
kebutuhan masyarakat yang menghendakai suatu system perbankan yang
mampu menyediakan jasa keuangan yang sehat, juga memenuhi prinsip-
prinsip syariah. Perkembangan system keuangan berdasarkan prinsip
syariah sebenarnya telah dimulai sebelum pemerintah secara formal
meletakkan dasar-dasar hukum operasionalnya. Namun agar fungsi
4 Burhanuddin Susanto, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta:UII Press,2008),
hlm. 30
6 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”
perbankan dapat berjalan optimal, maka diperlukan landasan hukum
yang berlaku secara formal.5
Pasal 29 ayat (2) UUD 1945
UUD sebagai landasan konstitusi yang bersifat mengikat.
Sebelum mempunyai Undang-Undang yang mengatur mengenai
perbankan syariah, penerapan syariah Islam dalam hukum positif
di Indonesia mempunyai landasan yang kuat. Konstitusi
Indonesia telah memberikan jaminan kemerdekaan bagi setiap
penduduk untuk memeluk dan beribadah menurut agamanya masing-
masing disebutkan dalam. Pasal 29 ayat (2) UUD 1945.Pengertian
ibadah menurut pandangan Islam tidak hanya mencakup dimensi
hubungan manusia dengan Allah SWT (ibadahmadhah), tetapi juga
meliputi hubungan sesama manusia (muamalah).
Pasal 1338 KUHPerdata
Ketentuan hukum secara materiil terikat dengan penerapan akad
perjanjian berdasarkan prinsip-prinsip syariah, sebenarnya
umat Islam telah diberi kebebasan untuk mengamalkannya dalam
kehidupan muamalah. Landasan hukum terkait dengan kebebasan
mengacu pada ketentuan KUHPerdata pasal 1338 yang menyatakan bahwa
setiap perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya dan tidak dapat
ditarik kembali kecuali dengan kesepakatan kedua belahpihak
atau Karena alasan yang ditentukan oleh Undang-Undang dan
harus dilaksanakan dengan itikad baik. Dengan ketentuan
Undang-Undang tsb berarti tidak ada halangan sedikitpun bagi
umat Islam jika menyadari dan menghendaki berlakunya syariah
Islam untuk mengatur hubungan sesama mereka.
a. Undang-Undang Perbankan
5 Burhanuddin Susanto, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta:UII Press,2008), hlm. 35-36
7 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”
Untuk mendukung operasional lembaga perbankan diperlukan suatu
kebijakan dari pemerintah yaitu membuat peraturan perundang-
undangan yang berfungsi sebagai payung hukum.
1. Undang-Undang No.14 Tahun 1967
Tentang pokok-pokok perbankan adalah Undang-Undang
perbankan pertama yang dibuat oleh Pemerintah RI di zaman
kemerdekaan Indonesia. Yang di maksud “Bank” menurut Undang-
Undang ini adalah: suatu Lembaga Keuangan yang usaha pokoknya
adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang. Sedangkan pengertian “Lembaga
Keuangan” adalah :semua badan yang melalui kegiatan-kegiatan
di bidang keuangan menarik uang dari dan menyalurkan kembali
kepada masyarakat.
Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga keuangan, bank
mengusahakan keuntungan (profit) dengan memanfaatkan dana
simpanan-simpanan dari masyarakat melalui bunga (interest).
Bunga yang dipungut merupakan fixed rate, yaitu dengan
presentase % yang ditetapkan dimuka transaksi. Dengan jalan
ini bank terhindar dari resiko kerugian atas pinjaman dana
yang dilepaskannya kepada peminjam (debitor), dan juga member
kepastian bagi bank terhadap keuntungan yang akan
diperolehnya.6
Keberhasilan bank dalam mengusahakan keuntungan ini
tergantung kepada kemampuan pembayaran terhadap penyimpanan
dana dan mengembalikan pengeluaran dana bagi para peminjam.
Untuk itu bank mengusahakan pemasukan dananya dari berbagai
sumber.7
6 Lihat Bab I Pasal 1 sub (c) UU No. 14 Tahun 19677 Gemala Dewi, Aspek-aspek hukum dalam perbankan dan perasuransian syariah di Indonesia,
(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2006), hlm. 163-164
8 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”
Kegiatan Usaha bank yang diatur oleh ketentuan Undang-
Undang No.14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan ini
meliputi empat jenis bank, yaitu :
a. Bank Sentral
Termuat dalam UUD 1945 Pasal 23 dan penjelasannya adalah
Bank Indonesia Berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 1968
tentang Bank Sentral. Tugas pokok Bank Sentral ialah :
1) Mengatur, menjaga, dan memelihara kestabilan nilai
rupiah (mata uang Indonesia)
2) Mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta
memperluas kesempatan kerja.
b. Bank Umum
Bank yang pengumpulan dananya terutama dengan menerima
deposito, serta dalam usahanya terutama memberikan kredit
jangka pendek.
c. Bank Tabungan
Bank yang pengumpulan dananya terutama dengan menerima
simpanan dalam bentuk tabungan dan dalam usahanya terutama
memperbungakan dananya dalam bentuk kertas berharga.
d. Bank Pembangunan
Bank yang pengumpulan dananya terutama dengan menerima
simpanan dalam bentuk deposito dan/atau mengeluarkan
kertas berharga jangka menengah dan panjang di bidang
pembangunan.
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 1992
Upaya perubahan dilakukan dengan cara pembaharuan
kegiatan perbankan dari system bunga menjadi system Bagi
Hasil. Keberadaan system bagi hasil dalam kegiatan
operasional perbankan di Indonesia untuk pertama kali
diadopsi secara formal melalui pemberlakuan Undang-Undang No.
7 Tahun 1992 tentang perbankan, terutama pada pasal :
9 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”
a. Pasal 1 ayat 12: Kredit adalah penyediaan uang atas
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu dengan bunga,
imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
b. Pasal 6 huruf m, mengenai Usaha Bank Umum
meliputi :Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan
prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
dalam PP.
c. Pasal 13 huruf c, mengenai Usaha Bank Perkreditan Rakyat
meliputi: menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan
prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
dalam PP.
Istilah “syariah” belum dugunakan dalam Undang-Undang No.7
Tahun 1992 tentang Perbankan. Istilah syariah dalam hukum
perbankan baru pertama kali digunakan dlam bentuk PP No. 72
1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil sebagai
berikut terutama dalam pasal 2:
Pasal 2 ayat (1): Prinsip bagi hasil yang dimaksud Pasal 1
ayat (1) adalah prinsip bagi hasil berdasarkan syariat yang
digunakanan oleh bank berdasarkan prinsip bagi hasil dalam:
a.menetapkan imbalan yang akan diberikan kepada masyarakat
sehubungan dengan penggunaan/pemanfaatan dana masyarakat
yang dipercayakan kepadanya.
b.Menetapkan imbalan yang akan diterima sehubungan dengan
penyediaan dana kepada masyarakat dalam bentuk
pembiayaan baik untuk keperluan investasi maupun modal
kerja.
10 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”
c.Menetapkan imbalan sehubungan dengan kegiatan usaha
lainnya yang lazim dilakukan oleh bank dengan prinsip
bagi hasil.
Dalam rangka menjalankan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992
dan PP No. 72 Tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip
bagi hasil, Bank Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Bank
Indonesia No.25/4/BPPP tanggal 29 Februari 1993 Yang pada
intinya menegaskan:8
1.Bank berdasarkan bagi hasil adalah bank umum dan bank
perkreditan rakyat yang melakukan usaha semata-mata
berdasarkan prinsip bagi hasil.
2.Prinsip bagi hasil yang di maksud adalah prinsip bagi
hasil yang berdasarkan syariah.
3.Bank berdasarkan prinsip bagi hasil wajib memiliki Dewan
Pengawas Syariah (DPS).
4.Bank Umum atau BPR yang kegiatan usahanya semata-mata
berdasarkan prinsip bagi hasil tidak diperkenankan
melakukan usaha yang tidak berdasarkan prinsip bagi
hasil. Sebaliknya, Bank Umum atau BPR yang kegiatan
usahanya tidak berdarkan kepada prinsip bagi hasil tidak
diperkenankan melakukan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip bagi hasil.
Namun karena keberadaan dua jenis bank bagi hasil
tersebut belum sanggup menjangkau masyarakat lapisan bawah,
maka dibentuklah lembaga simpan pinjam seperti Baitul Mal
Wattamwil (BMT) yang berbadan hokum Koperasi.9
Dengan demikian, Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan tersebut dinilai belum memberikan landasan hukum
8 Burhanuddin Susanto, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta:UII Press,2008),hlm. 42-439 Gemala Dewi, Aspek-aspek hukum dalam perbankan dan perasuransian syariah di Indonesia, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2006), hlm. 63-64
11 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”
yang kuat terhadap perkembangan perbankan syariah di
Indonesia, mengingat belum ada ketegasan pemberlakuan prinsip
syariah.10
Penggunaan istilah bagi hasil dalam perundang-undangan
pada saat itu belum mencakup secara tepat pengertian
perbankan syariah yang memiliki cakupan lebih luas. Karena
itu melalui lembaran Negara Republik Indonesia No. 182
tanggal 10 November 1998 disahkan Undang-Undang No. 10 Tahun
1998 Tentang Perbankan.
3. UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun
1992 tentang Perbankan.
Perubahan kegiatan usaha perbankan dari system riba ke
dalam prinsip syariah, membutuhkan kebijakan politik hukum
dan juga kesiapan masyarakat tentang pemahaman terhadap
aplikasi perbankan syariah. Dalam hal ini pemerintah
menerapkan perbankan system ganda (dual system banking) yang
bertujuan dalam rangka memberi kesempatan yang sama bagi
kedua system perbankan untuk beroperasi. Sedangkan yang
dimaksud perbankan system ganda ialah terselenggaranya dua
system perbankan (konvensional dan syariah secara
berdampingan) yang pelaksanaannya diatur dalam berbagai
peraturan perundang-undangan. Bank umum konvensional juga
diperkenankan memberikan layanan secra syariah melalui
mekanisme Islamic Window dengan terlebih dahulu membentuk Unit
Usaha Syariah (UUS).11
Dengan menerapkan perbankan system ganda (dual system
banking) melalui pemberlakuan UU No. 10 Tahun 1998 memberikan
10 Burhanuddin Susanto, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta:UII Press,
2008), hlm. 4311 Burhanuddin Susanto, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta:UII Press,2008),
hlm. 44
12 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”
peluang yang lebih besar bagi pengembangan perbankan syariah.
Menurut ketentuan undang-undang tersebut, perbankan syariah
dikembangkan dimaksudkan untuk:
a) Memenuhi kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang
tidak menerima konsep bunga. Dengan ditetapkannya dual
banking system, maka mobilittas dana masyarakat dapat
dilakukan secara lebih luas terutama dari segmen yang
selama ini belum dapat tersentuh oleh system perbankan
konvensional yang menerapkan system bunga.
b) Membuka peluang pembiayaan bagi pengembangan usaha
berdasarkan prinsip kemitraan (mutual investor relationship).
Berbeda dengan perbankan konvensional yang menerapkan
konsep hubungan di antara kreditur dan debitur.
c) Memenuhi kebutuhan akan produk dan jasa yang memiliki
keunggulan komparatif berupa peniadaan pembebanan bunga
yang berkesinambungan dan membatasi kegiatan spekulasi
yang tidak produktif. Karena pembiayaan perbankan syariah
ditujukan kepada usaha-usaha riil yang lebih memperhatikan
nilai-nilai moral.12
B. UU Perbankan Syariah
UU No. 21 Tahun 2008
Perbankan syariah diatur secara khusus dan tersendiri dalam
suatu undang-undang pada tanggal 16 Juli 2008, pemerintah telah
mensahkan dan mengundangkan suatu undang-undang yang mengatur
mengenai perbankan syariah, yakni dalam Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Sebagai mana termuat dalam
12 Gemala Dewi, Aspek-aspek hukum dalam perbankan dan perasuransian syariah di Indonesia,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hlm. 64
13 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008, dapat diketahui dasar pemikiran
pembentukan Undang-Undang perbankan syariah ini, yang berdasarkan
pada pertimbangan, yaitu:
1) Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional untuk
mencapai terciptanya masyarakat adil dan makmur berdasarkan
demokrasi ekonomi, perlu di kembangkan system ekonomi yang
berlandaskan pada nilai keadilan, kebersamaan, pemerataan, dan
lemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syariah;
2) Adanya kebutuhan masyarakt Indonesia akan jasa-jasa perbankan
syariah yang semakin meningkat;
3) Perbankan syariah memiliki kekhususan dibandingkan dengan
perbankan konvensional;
4) Pengaturan mengenai perbankan syariah di dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 belum spesifik,
sehingga perlu diatur secara khuhus dalam suatu undang-undang
tersendiri.
Berlakunya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008, maka ada dua
macam peraturan perbankan, yaitu Undang-Undang Perbankan dan
Undang-Undang Bank Syariah. Hubungan kedua undang-undang tersebut
adalah Undang-Undang Perbankan sebagai peraturan umum (les generalis)
dan Undang-Undang Bank Syariah sebagai peraturan khusus (les
specialis).hal ini berarti mendirikan bank syariah tidak lagi
mendasarkan Undang-Undang Perbankan, melainkan menggunakan
peraturan dalam Undang-Undang Bank Syariah. Apabila terhadap hal-
hal yang belum diatur dalam Undang-Undang Bank Syariah, maka
berlaku Undang-Undang Perbankan (lex specialis derogate lex specialis)13
13 Rachmadi usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,
2012), hlm 95-97
14 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”
C. PERATURAN BANK INDONESIA
Bank Indonesia sebagai bank sentral mempunyai peranan penting
dalam pengembanagn perbankan yang menjalankan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah. Bank Indonesia berperan mengembangkan
perbankan syariah, prinsip syariah merupakan sistem hukum yang
ideal dalam menentukan arah kebijakan pembangunan ekonomi dan
perbankan.
1. Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
Kebijakan moneter merupakan kebijakan penting dari
kebijakan pembangunan ekonomi nasional yang diarahkan untuk
menciptakan dan menjaga stabilitas ekonomi. Perencanaan dan
penetapan kebijakan moneter dilakukan oleh dewan moneter,
sementara status dan peranan Bank Indonesia adalah membantu
Pemerintah dalam melaksanakan kebijakan ekonomi moneter yang
disusun dan ditetapkan oleh Dewan Moneter berdasarkan
Undang-Undang No. 13 1968 tentang bank sentral.
Kedudukan dan peran Bank Indonesia berdasarkan Undang-Undang
tersebut dipandang sudah tidak sesuai lagi untuk menghadapi
tuntutan perkembangan dan dinamika perekonomian. Berkaitan
dengan persoalan tersebut, keberadaan Undang-Undang No. 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia diharapkan dapat menjadi
landasan yang kokoh bagi terselenggaranya bank sentral yang
efektif. Dalam Undang-Unang ini telah terjadi beberapa
perubahan yang fundamental diantaranya dari segi fungsi Bank
Indonesia yang mulai mengakomodasi prinsip syaraiah sebagai
dasar kebijakan moneter.14
Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 199 tujuan Bank
Indonesia ialah mencapai dan memelihara lestabilan nilai
rupiah (Pasal 7).
14 Burhanuddin Susanto, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta:UII Press,2008),hlm. 46
15 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”
Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai
tugas yaitu (Pasal 8) :
1) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter:
2) Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran;
3) Mengatur dan mengawasi Bank.
Dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, Bank
Indonesia berwenang menetapkan sasaran-sasaran moneter dan
melakukan pengendalian moneter dengan cara-cara yang
ditetapkan dalam Undang-Undang ini.
Dalam upaya pengendalian yang dimaksud dapat dijalankan
dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah yang
pelaksanaannya ditetapkan oleh Bank Indonesia (Pasal 10
angka 2).
2. Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang perubahan atas
Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
Untuk mencapai sasaran-sasaran kebijakan moneter, Bank
Indonesia juga mempunyai fungsi lender the of last resort dan
melaksanakan pemberian kredit. Dalam melaksanakan fungsi the of
last resort, Bank Indonesia hanya membantu untuk mengatasi adanya
ketidaksesuaian yang disebabkan leh risiko kredit atau risiko
pembiayaan berdasarkan prinsip sariah, risiko menajemen, dan
risiko pasar. Sesuai dengan status Bank Indonesiasebagai
otoritas moneter yang independen, pemberian kredit program
tidak lagi menjadi tugas Bank Indonesia. Untuk mengantisipasi
perkembangan perbankan berdasarkan prinsip syariah, tugas dan
fungsi Bank Indonesia perlu mengakomodasikan Prinsip-prinsip
Syariah.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang tersebut berarti
telah membuka peluang bagi lembaga Perbankan untuk
menggunakan prinsip-prinsip syariah sebagai dasar
operasional. Pertimbangan yang melatar belakangi penerapan
16 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”
prinsip-prinsip syariah ke dalam lembaga keuangan perbankan
ialah karena adanya unsure kemaslahatan hakiki dari hokum
syariah dibandingkan dengan menggunakan system hokum
perbankan lainnya. Kemaslahatan itu terwujud dari adanya
kepastian hokum perbankan syariah untuk mendapatkan keridhaan
illahisebagai model keuntungan terbaik (QS. At-Taubah
[9]:72). Dan untuk mendukung kehidupan ekonomi sector rill,
lembaga perbankan syariah memiliki- prinsip-prinsip hokum
yang berbeda dengan prinsip-prinsip huku perbankan
konvensional. Perbedaan yang paling utama ialah bahwa prinsip
hokum perbankan syariah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba (QS.Al-Baqarah [2]:275), sedangkan
ketentuan hukuk konvensional membolehkan riba dan kurang
memperhatikan berbagai transaksi yang diharamkan syariah.
5. CIRI DAN KARAKTER BANK SYARIAH
Ciri-ciri bank islam antara lain:15
a. Keuntungan dan beban biaya yang disepakati tidak kaku dan di
tentukan berdasarkan kelayakan tanggungan risiko dan
korbanan masing-masing
b. Beban biaya tersebut hanya dikenakan sampai batas waktu
kontrak.Sisa utang selepas kontrak dilakukan kontrak baru.
c. Penggunaan presentase untuk perhitungan keuntungan dan biaya
administrasi selalu dihindarkan,karena persentase mengandung
potensi melipat gandakan.
d. Pada bank Islam tidak mengenal keuntungan pasti(fixed
return),ditentukan kepastian sesudah mendapat untung,bukan
sebelumnya.
15 M. Amin Aziz, Mengembangkan Bank Islam di Indonesia Buku 2, (Jakarta: Bangkit, 1992),
hlm. 5-6
17 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”
e. Uang dari jenis yang sama tidak bisa diperjualbelikan atau
disewakan atau dianggap
f. barang dagangan.Oleh karena itu, bank Islam pada dasarnya
tidak memberikan pinjaman berupa pinjaman uang tunai, tetapi
berupa pembiayaan atau talangan dana untuk pengadaan barang
dan jasa.
Karakter Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Karakter Bank Islam BankKonvensional
Eksistensi danLegalitas
Hukum Islam dan Hukumpositif Hukum Positif
Dasar Hukum produkdan akad
Hukum Islam dan Hukumpositif Hukum Positif
Fungsi Ekonomi dansosial(keagamaan) Ekonomi
Orientasi Usaha Profit dan falahoriented Profit Oriented
Prinsip Operasional Berdasarkan asasprinsip syariah
Berdasarkan asasprinsip
konvensionalberdasarkan bunga
Investasi Halal Halal dan HaramHubungan bank dengan
nasabah Kemitraan dan sejajar Debitur dankreditur
PenentuanKeuntungan(imbalan) Kesepakatan bersama Sepihak oleh bank
Penggunaan dana Riil Creator of moneysupply
Pengawasan
Bank Indonesia,dewansyariah nasional dan
dewan pengawassyariah
Bank Indonesia
5. KONSEP DAN OPERASIONAL BANK SYARIAH
A. Penghimpunan dana
1)Al –Wadiah (Titipan)
18 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”
Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam
penghimpunan dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan.
Adapun akad yang sesuai dengan prinsip ini adalah Al- wadiah.
Al-wadiah merupakan titipan murni yang setiap saat dapat
diambil jika pemiliknya menghendaki. Secara umum terdapat dua
jenis al-wadiah, yaitu16:
a.Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository). Jenis ini mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
a) Harta atau benda yang dititipkan tidak boleh
dimanfaatkan dan digunakan oleh penerima titipan;
b) Penerima titipan (Bank) hanya berfungsi sebagai
penerima amanah yang bertugas dan berkewajiban untuk
menjaga barang yang dititipkan tanpa mengambil
manfaatnya;
c) Sebagai kompensasi, penerima titipan diperkenakan
untuk membebankan biaya (fee) kepada yang menitipkan.
b.Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) Wadiah jenis
ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Harta atau benda yang dititipkan diperbolehkan untuk
dimanfaatkan oleh penyimpan.
b) Apabila ada hasil dari pemanfaatan benda titipan, maka
hasil tersebut menjadi hak dari penyimpan. Tidak ada
kewajiban dari penyimpan untuk memberikan hasil
tersebut kepada penitipan sebagai pemilik benda.
Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan
tabungan. Namun perlu ditekankan disini bahwa bank tidak
memperjanjikan hasil dari benda titipan yang dimanfaatkan
tersebut kepada nasabah. Pemberian hasil hanya sebagai
16 Muhammad nauval omar,Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia,(Jakarta:sinar grafika, 2012), hlm 81-83
19 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”
bonus dari kebijakan bank dan tidak ditentukan atau
disebutkan dalam akad.
2)Mudharabah (Investasi)
Akad yang sesuai dengan prisnsip investasi adalah mudharabah
yang mempunyai tujuan kerja sama antara pemilik dana (shahibul
maal) dan pengelolaan dana (mudarib), dalam hal ini adalah
bank. Pemilik dana sebagai deposan di bank syariah berperan
sebagai investor murni yang menanggung aspek sharingriskdan return
dari bank. Dengan demikian deposan bukanlah lender atau
kreditor bagi bank seperti halnya pada bank konvensional.17
Secara garis besar, mudharabah terbagi menjadi dua jenis,
yaitu:
a.Mudharabah Muthlaqah (General Investmen)
Dalam prinsip ini hal utama yang menjadi cirinya adalah
Shahibul Mall tidak memberikan batasan-batasan atas dana yang
diinvestasikannya atau dengan kata lain, mudharib diberi
wewenang penuh mengelola tanpa terikat waktu, tempat, jenis
usaha, dan jenis pelayanannya. Aplikasi perbankan yang
sesuai dengan akad ini adalah tabungan dan deposito
berjangka.
b.mudharabah muqayyadah (Special Investmen)
pada jenis akad ini, shahibul maal memberikan batasan atas
dana yang diinvestasikannya. Mudharib hanya bisa mengelola
dana tersebut sesuai dengan batasan jenis usaha, tempat dan
waktu tertentu saja. Aplikasinya dalam perbankan adalah
special investmen based on restricted mudharabah. Model ini dirasa
sangat cocok pada saat krisis di mana sektor perbankan
mengalami kerugian menyeluruh. Dengan Special investement,
investor tertentu tidak perlu menanggung overhead bank yang
17 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari teori ke praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,2001), hlm. 151.
20 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”
terlalu besar karena seluruh danannya masuk ke proyek khusus
dengan return dan cost yang dihitung khusus pula.
B. Penyaluran dana (financing)
Penyaluran perbankan dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu:
1. al- mudharabah
Dari segi konsep dasar, mudharabah yang akan dijelaskan
di sini sama dengan mudharabah yang telah dijelaskan
sebelumnya dalam penghimpunan dana bank (deposit nasabah),
namun ada yang membedakannya, Al-Mudharabah pada
pelaksanaan deposit nasabah , maka nasabah sebagai
penyandang dana bertindak sebagai shahibul maal dan bank
sebagai mudharib (pengelola dana). Sedangakan pada skim
pembiayaan, bank bertindak sebagai shahibul maal dan
pengelolaan usaha bertindak sebagai mudharib. Fasilitas ini
dapat diberikan dalam jangka waktu tertentu, sedangkan bagi
hasil dibagi secara periodik dengan nisbah yang disepakati.
Setelah jatuh tempo, nasabah mengembalikan jumlah dana
tersebut beserta porsi bagi hasil yang menjadi bagian bank.
Dalam pelaksanaan kontrak al-mudharabah, bank tidak
dibenarkan meletakkan kolateral (jaminan) kepada nasabah,
karena ia bukan bersifat utang, ia bersifat kerja sama
dengan modal kepercayaan antara bank dan nasabah. Dengan
kata lain, masing-masing pihak mempunyai bagian atas hasil
usaha bersama tersebut dan juga beban risikonya (full
investmen)
2. al- musyarakah
Yang dimaksud dengan musyarakah adalah akad antara dua
orang atau lebih dengan keuntungan dibagi sesama mereka
21 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”
menurut porsi yang disepakati. 18 musyarakah lebih dikenal
dengan sebutan syarikat merupakan gabungan pemegang saham
untuk membiayai suatu proyek, keuntungan dan proyek
tersebut dibagi menurut prsentase yang disetujui, dan
seandainya proyek tersebut ditanggung bersama oleh pemgang
saham secara proporsional.19
3. Murabahah
Merupakan bentuk jual beli pada harga asal dan ditambah
dengan keuntungan yang telah disepakat. Dalam hal
keuntungan ini penjualah yang menentukan tingkat
keuntungannya sebagai tambahannya.Dari segi hukum
bertransaksi dengan menggunakan elemen murabahah ini
dibenarkan dalam islam. Keabsahan juga bergantung pada
syarat-syarat dan rukun-rukun yang telah ditetapkan20:
Adapun syaratnya sebagai berikut:
a. pembeli hendaklah betul-betul mengetahui modal
sebenarnyadari suatu barang yang hendak dibeli;
b. penjual dan pembeli hendaklah setuju dengan kadar
untung atau tambahan harga yang ditetapkan tanpa ada
sedikit pun paksaan;
c. barang yang diperjualbelikan bukanlah barang ribawi;
d. sekirannya barang tersebut telah dibeli dari pihak
lain jual beli yang pertama itu mestilah sah menurut
perundangan islam.
Sedangakan rukun dari murabahah yaitu:
a. penjual (ba’i);
b. pembeli (musytariy);
18 DR. Jafril Khalil, MCL “Prinsip Syariah dalam Perbankan,” Jurnal Hukum Bisnis (Agustus 2002), hlm. 50.19 Muhammad nauval omar, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di
Indonesia,(Jakarta:sinar grafika, 2012), hlm 8620 DR. Jafril Khalil, MCL “Prinsip Syariah dalam Perbankan,” Jurnal Hukum Bisnis (Agustus 2002), hlm. 54
22 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”
c. barang (mabi’);
d. sighat dalam bentuk ijab-kobul.
4. Ijarah
Ijarah sendiri dibagi menjadi 2 yaitu Al-ijarah
(Operasional lease) dan Ijarah wa iqtina (Financial lease).
a.Al-ijarah (Operasional lease)
Konsep ini secara etimologi berarti upah atau sewa. Ahli
hukum Islam mendifinisikannya dengan menjual manfaat,
kegunaan, jasa dengan bayaran yang ditetapkan.21 Konsep
ini berbeda dengan jual beli , letak perbedaanya adalah
jika Al-Ijarah ada masa waktu tertentu sedangkan jual
beli bersifat kekal, jadi tidak ada masa waktunya
b.BIjarah wa Iqtina (Financial lease)
Merupakan bentuk lain dari Ijarah di mana pada masa waktu
peminjaman berakhir dilakukan sebuah perpindahan hak
milik dan objek sewa dari penyewa kepada pemilik.
5. Salam
Skim ini secara terminologi berarti menjual suatu barang
yang penyerahannya ditunda, atau menjual suatu barang yang
ciri-cirinya disebutkan secara jelas dengan pembayaran
modal terlebih dahulu, sedangkan barangnya diserahkan
kemudian hari.22 Di masyarakat hal ini lebih dikenal dengan
nama inden.
6. Istisna
Merupakan jual beli antara penjual/produsen dengan
pembeli/konsumen dimana barang yang akan diperjual belikan
harus dibuat terlebih dahulu dengan kriteria yang jelas.
Dengan kata lain Istisna merupakan lanjutan dari Salam,
21Ibid.22 M. Ali Hasan, Berbagai Macam transaksi dalam Islam-Fiqh Muamalat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 143.
23 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”
jika Salam barang yang akan dijual diserahkan dikemudian
hari dengan menyebutkan terlebih dahulu kriteria barangnya,
sementara Istisna barang yang akan diperjualbelikan dibuat
terlebih dahulu dan langsung diserahkan.
C. Jasa
1)Wakalah
Adalah akad perwakilan antara dua pihak, di aman pihak yang
pertama mewakikan sesuatu urusan kepada pihak kedua untuk
bertindak atas nama pihak pertama.23 Contohnya yaitu
penerbitan Letter of Credit(L/C).
2)Sharf
Adalah jual beli mata uang asing yang berbeda contohnya
seperti rupiah dengan dollar, atau rupiah dengan yen. Sharf
bisa berupa uang kartal atau uang giral.
3)Joalah
Adalah suatu kontrak dimana pihak pertama (jaa’el)
menjanjikan untuk memberi sejumlah imbalan tertentu (ja’l)
kepada pihak kedua (amil) atas suatu usaha dan batas-
batasannya termaktub dalam kontrak perjanjian.
4)Kafalah
Menurut mazhab Maliki, Syafi’i dan Hambali, kafalah adalah
menjadikan seseorang (Penjamin) ikut bertanggung jawab atas
tanggung jawab seseorang dalam pelunasan/pembayaran utang.
Contohnya dalam dunia perbankan adalah penerbitan garansi
bank (Bank Guarantee). Ada beberapa jenis kafala, yaitu24:
a) Kafalah bin nafs, yaitu akad memberikan jaminan atas diri
si penjamin (Personal guarantee)
23 Drs. Zainul Arifin, MBA, “Produk Perbankan Syariah dan Prospeknya di Indonesia”, Jurnal Hukum Bisnis (Agustus 2002): 23.24 Muhammad nauval omar, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia,(Jakarta:sinar grafika, 2012), hlm 93
24 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”
b) Kafalah bin-maal, yaitu jaminan pembayaran atau pelunasan
utang. Dalam aplikasinya di perbankan dapat berbentuk
jaminan uang muka (Advance Payment Bond) atau jaminan
pembayaran (Payment Bond)
c) kafalah mulaqah dan munjazah, yaitu jaminan mutlak yang
dibatasi oleh kurun waktu dan untuk tujuan tertentu.
Dalam perbankan modern hali ini diterapkan untuk
pelaksanaan suatu proyek (Performance bond) atau jaminan
penwaran (Bid Bond)
d) kafalah bit taslim, yaitu penjaminan atas pengembalian atas
barang sewa pada saat jangka waktu habis.
5)Rahn
Adalah menggadaikan suatu barang dari satu pihak kepada
pihak yang lain yang kemudian barang tersebut digantikan
dengan uang. Di Indonesia sendiri mulai banyak bermunculan
bank gadai (Gadai) yang sudah banyak digunakan oleh
masyarakat untuk menggadaikan barangnya yang kemudian
digantikan dengan uang dari barang tersebut. Faktor utama
masyarakat melakukan gadai karena kebutuhan yang mendesak,
dan gadai tidak memiliki suku bunga yang tinggi yang tidak
memberatkan masyarakat.
6)Hawalah
Adalah akad pemindahan utang atau piutang suatu pihak kepada
pihak yang lain (pihak ketiga), Al-Hawalah diaplikasikan
bank syariah pada transaksi anjak piutang (factoring).
Anjak piutang di Indonesia baik yang konvensional maupun
yang syariah masih belum popular, karena usaha ini relatif
baru dan masyarakat masih awam. Jadi perlu sosialisasi yang
internsif agar anjak piutang dikenal masyarakat.
25 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”
DAFTAR PUSTAKA
Literatur Buku :
Ahmad, Mujahidin.2010. Prosedur Penyelesaian sengketa Ekonomi Syariah di
Indonesia. Bogor : Ghalia Indonesia.
Dewi, Gemala. 2005. Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian
Syariah di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Muhammad. Maret 2005. Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah.
Yogyakarta: UII Press.
Susanto, Burhanuddin. Juni 2008 Hukum Perbankan Syariah di Indonesia.
Yogyakarta: UII Press.
26 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”
Usman Rachmadi. Juni 2012. Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia.
Jakarta: Sinar Grafika.
Sumber Internet :
Peri Umar Farouk, 2002, Sejarah Hukum Perbankan Syariah di Indonesia”, dalam
http:/www.inlawnesia.net., diunduh tanggal 16 Februari 2013, hlm. 1.
Anonimous. 7 Januari 2012. http://litamardiana.blogspot.com.,
diunduh tanggal 16 Februari 2012
Anonimous. 7 Januari 2012. http://ekonomi.kompasiana.com., diunduh
tanggal 16 Februari 2012
27 | H u k u m P e r b a n k a n “ B a n k S y a r i a h ”