Upload
ubrawijaya
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
A. Definisi Ilmu Usahatani dan Usahatani
Menurut Soekartawi dalam Shinta (2011) ilmu usahatani adalah
ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber
daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh
keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif
bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki
sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan
sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang melebihi input.
Menurut Adiwilaga dalam Shinta (2011), ilmu usahatani adalah
ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang berhubungan dengan
kegiatan orang melakukan pertanian dan permasalahan yang ditinjau
secara khusus dari kedudukan pengusahanya sendiri atau ilmu
usahatani yaitu menyelidiki cara-cara seorang petani sebagai
pengusaha dalam menyusun, mengatur dan menjalankan perusahaan
itu.
Menurut Mosher dalam Shinta (2011), usahatani merupakan
pertanian rakyat dari perkataan farm dalam bahasa Inggris. Dr.
Mosher memberikan definisi farm sebagai suatu tempat atau
sebagian dari permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan
oleh seorang petani tertentu, apakah ia seorang pemilik, penyakap
atau manajer yang digaji. Usahatani juga dapat diartikan sebagai
himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu
yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air,
perbaikan- perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar
matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan
sebagainya .
Sedangkan menurut Kadarsan dalam Shinta (2011), usahatani
adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang
berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga
kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk
menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari
bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada
suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumber daya
itu adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen (Shinta,
2011). Ilmu usahatani (farm management), yaitu bagian dari ilmu
ekonomi pertanian yang mempelajari cara-cara petani
menyelenggarakan usahatani (Isaskar, 2014).
Sedangkan usaha tani adalah himpunan dari sumber-sumber alam
yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi
pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang
telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan yang
didirikan di atas tanah dsb. Farm, yaitu sebagai suatu tempat
atau bagian dari permukaan bumi dimana pertanian diselenggarakan
oleh seorang petani tertentu apakah ia seorang pemilik, penyakap
ataupun manger yang digaji (Isaskar, 2014).
Tujuan usahatani yaitu bagaimana petani dapat memperbesar
hasil sehingga kehidupan seluruh keluarganya menjadi lebih baik
(Isaskar, 2014). Tujuan suatu usaha tani yang dilaksanakan oleh
rumah tangga petani mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
pengambilan keputusan dan tindakan yang akan diambil, maupun
terhadap pandangan rumah tangga akan keberlangsungan dan
kemampuannya dalam menerima berbagai pembaharuan, termasuk
teknologi pertanian. Usaha tani yang dilakukan oleh rumah tangga
petani umumnya mempunyai dua tujuan, yaitu mendapatkan keuntungan
yang maksimal atau untuk sekuriti (keamanan) dengan cara
meminimalkan risiko, termasuk keinginan untuk memiliki persediaan
pangan yang cukup untuk konsumsi rumah tangga dan selebihnya
untuk dijual (Soedjana, 2007).
Untuk mencapai tujuan tersebut, petani selalu memperhitungkan
untung ruginya walau tidak secara tertulis. Dalam ilmu ekonomi
dikatakan bahwa petani membandingkan antara hasil yang diharapkan
akan diterima pada waktu panen (penerimaan, revenue) dengan biaya
(pengorbanan, cost) yang harus dikeluarkan (Isaskar, 2014).
Hasil yang diperoleh petani pada saat panen disebut produksi,
dan biaya yang dikeluarkan disebut biaya produksi. Agar tujuan
usahatani tercapai maka usahataninya harus produktif dan efisien.
Produktif artinya usahatani itu produktifitasnya tinggi.
Produktivsitas secara teknis adalah perkalian antara efisiensi
(usaha) dan kapasitas (tanah). Efisiensi fisik mengukur banyaknya
hasil produksi (output) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan
input. Kapasitas tanah menggambarkan kemampuan tanah itu menyerap
tenaga dan modal sehingga memberikan hasil produksi bruto yang
sebesar-besarnya pada tingkat teknologi tertentu (Isaskar, 2014).
Sejarah Perkembangan Usahatani Di Indonesia
Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dandominan dalam kehidupan bangsa Indonesia dari sejak sebelumkemerdekaan. Sebagian besar penduduk berada di perdesaan danbersandar pada sektor pertanian. Produksi pangan untuk memenuhikebutuhan masyarakat hampir seluruhnya dihasilkan oleh pertanianrakyat. Namun demikian selama masa penjajahan, pertanian rakyattidak banyak mengalami kemajuan. Bahkan di Jawa, petani padadasarnya mensubsidi perusahaan besar dengan upah dan sewa tanahyang rendah. Sebagai warisan kolonial struktur pertanian bersifatdualistik, antara sektor pertanian rakyat yang tradisional denganusaha pertanian besar khususnya perkebunan yang modern yangditangani oleh kaum pendatang.
Dalam rangka politik etis, pemerintah kolonial Belandapada tahun 1905 mendirikan Departemen Landbouw, Neiverheid enHandel (Departemen Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan), disusuldengan pembentukan Landbouw Voorlichtings Dienst (DinasPenyuluhan Pertanian) pada tahun 1910 sebagai cikal bakal DinasPertanian Rakyat. Namun lembaga tersebut tidak efektif dalammentransformasikan pertanian rakyat karena memang usaha kearah itu tidak dilakukan dengan sangat sungguh-sungguh.
Sejak awal kemerdekaan, pemerintah memberikan perhatiankhusus pada pembangunan pertanian. Upaya pokok untuk meningkatkanproduksi guna memenuhi kebutuhan pangan penduduk dititikberatkanpada peningkatan produktivitas usaha tani. Pada tahun 1947melalui "Rencana Kasimo", diupayakan peningkatan produksi panganmelalui perbaikan usaha tani. Setelah pengakuan kedaulatan ada
"Rencana Kesejahteraan Istimewa" (RKI) yang merencanakanpembangunan Balai Benih, pengelolaan dan perbaikan pengairanperdesaan, pembangunan Balai Pendidikan Masyarakat Desa (BPMD),Percobaan Pengusahaan Tanah Kering (PPTK), perbaikan lahankritis, serta pembangunan taman ternak dan pusatpusat pembibitanternak. Pada tahun 1958 didirikan "Padi Sentra", yaituintensifikasi yang dipusatkan pada sentra-sentra produksipadi melalui pemberian kredit natura dan modal kerja kepadapetani. Dengan terus meningkatnya impor beras, KementerianPertanian Kabinet Kerja memutuskan bahwa dalam tiga tahun sejaktahun 1959 Indonesia harus sudah swasembada beras, dan untuk itudibentuk Komando Operasi Garakan Makmur (KOGM). Namun upaya-upaya tersebut tidak dapat terlaksana karena situasi politik dankeamanan yang senantiasa bergejolak dan terbatasnyadana yangdapat disediakan untuk mendukung pelaksanaannya.
Konsep intensifikasi kemudian diperbaharui berdasarkan hasilPilot Proyek Demonstrasi Panca Usaha Lengkap yang dilakukan diKarawang pada musim tanam (MT) 1963/64. Panca Usaha merupakanpaket teknologi berupa penggunaan bibit unggul, pemupukan,pengendalian hama dan penyakit, perbaikan pengolahan lahan, sertapengaturan tata air irigasi. Pada MT 1964/65 dilaksanakanDemonstrasi Massal (Demas) intensifikasi seluas 10.200 hektare di15 propinsi sentra produksi dengan hasil yang sangatmenggembirakan. Namun kondisi sosial ekonomi dan politik padasaat itu sangat tidak memungkinkan bagi penerapan konsepintensifikasi ini secara cepat dan meluas. Bahkan kegiatanpetani sangat terganggu dengan memanasnya situasi politikterutama karena agitasi Barisan Tani Indonesia (BTI) yangmerupakan bagian dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Produksipertanian terutama beras mengalami stagnasi yang diikuti dengankenaikan harga yang tinggi.
Dalam situasi demikian lahirlah Orde Baru yang bertekaduntukmemperbaiki seluruh aspek kehidupan bangsa, termasuk
kehidupan ekonomi, kembali secara murni dan konsekuen padapengamalan Pancasila dan pelaksanaan UUD 1945. Setelah melaluimasa stabilisasi dan rehabilitasi, dilancarkan pembangunannasional dengan titik berat pada pembangunan ekonomi yangditekankan pada pembangunan sektor pertanian dengan sasaranterutama pada peningkatan produksi pangan dan penciptaan lapangankerja sekaligus untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraanpetani.
Upaya untuk membangun sektor pertanian pada saat itu dititikberatkan pada program intensifikasi yang dikenal dengan BimbinganMassal (Bimas) yang merupakan pelaksanaan Panca Usaha lengkapdidukung oleh bantuan kredit murah. Pada tahun 1968 diperkenalkanvarietas unggul baru PB5 dan PB8 yang memiliki potensi produksilebih tinggi, tanggap terhadap pemupukan, dan berumur pendekserta lebih tahan terhadap hama penyakit dibanding varietasunggul sebelumnya. Dengan makin meluasnya pelaksanaan Bimas danmakin tumbuhnya kesadaran petani untuk menerapkan teknologianjuran, maka sejak tahun 1968 dilaksanakan program IntensifikasiMassal (Inmas) yang merupakan program intensifikasi tanpa bantuankredit murah.
Guna mensukseskan pelaksanaan program intensifikasisekaligus meningkatkan pendapatan petani, pembinaan BUUD/KUDselanjutnya diatur dengan Inpres Nomor 2 tahun 1978. Kemudiandengan Inpres Nomor 4 Tahun 1984 pembinaan dan pemantapan sistemorganisasi KUD makin disempurnakan.
Dalam rangka mengembangkan usaha tani kecil,pelaksanaan program intensifikasi dilakukan melalui pendekatankelompok. Untuk itu dibentuk kelompok tani yang beranggota 25-30orang, sebagai kelompok belajar dan sekaligus sebagai kelompokusaha untuk membina kerjasama antar petani. Sejak tahun 1974diperkenalkan Intensifikasi Khusus (Insus) yang merupakanpengelolaan intensifikasi usaha tani padi pada hamparan kelompok.Penanaman serentak pada satu hamparan tersebut dilakukan juga
dalam rangka menanggulangi ledakan hama wereng, sekaligusdibarengi dengan penggunaan varietas unggul tahan wereng (VUTW).Di samping itu, diterapkan pula Operasi Khusus (Opsus) untukdaerah-daerah yang belum terjangkau program intensifikasi,khususnya di wilayah terpencil atau wilayah produksi padi gogodan gogo rancah. Dalam perkembangan selanjutnya digalangkerjasama antar kelompok tani dalam satu wilayah yang luas,seperti wilayah irigasi tersier atau Wilayah Kerja BalaiPenyuluhan Pertanian (WKBPP).
Melalui berbagai pola intensifikasi tersebut di atas, petanimakin terbiasa bekerja dengan menerapkan teknologi yang sesuai,sehingga produktivitas terus meningkat. Sementara itu dalamrangka mempercepat peningkatan produksi padi dilaksanakan pulaupaya rehabilitasi dan pembangunan jaringan irigasi sertapencetakan sawah baru. Sawah-sawah baru tersebut segeradimanfaatkan dalam perluasan areal intensifikasi. Upayapeningkatan produksi melalui intensifikasi juga didukung olehpenyediaan pupuk yang diproduksi dalam negeri, pengembanganbenih-benih unggul baru, serta kebijaksanaan harga dan subsidiyang memberikan perangsang pada petani untuk menerapkan teknologibaru. Terjadilah apa yang disebut Revolusi Hijau, yangmengantarkan pada salah satu keberhasilan pembangunan yangmenonjol dalam PJP I, yaitu tercapainya swasembada beras padatahun 1984. Pada tahun 1984 tersebut produksi beras mencapai 25,8juta ton dengan luas panen 9,8 juta hektare, diantaranya luaspanen intensifikasi sekitar 7,4 juta hektare, serta melibatkansekitar 12 juta keluarga tani.
Meluasnya pelaksanaan program intensifikasi denganmenggunakan paket sarana produksi telah mendorong meningkatnyapenggunaan pestisida secara kurang bijaksana yang mengakibatkankerusakan lingkungan dan terbunuhnya musuh-musuh alami, sertatimbulnya eksplosi hama. Berdasarkan Inpres Nomor 3 Tahun 1986telah dilarang penggunaan 57 jenis pestisida, dan pengendalian
hama terpadu (PHT) dijadikan sebagai strategi pengendalian llamadan penyakit. Para petani dilatih tentang penerapan teknik-teknikPHT melalui metode dinamika kelompok dalam Sekolah Lapangan PHT(SLPHT). Sejak tahun 1989 subsidi pestisida dihapus. Sementaraitu dalam rangka meningkatkan pendapatan, taraf hidup dankemandirian petani ditetapkan tatanan kelembagaan baru, yaituUndang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem BudidayaTanaman, yang antara lain memberi kebebasan kepada petani untukmemilih pengusahaan komoditas yang paling menguntungkan.
Pada tahun terakhir PJP I produksi beras mencapai 31.318ribu ton dengan luas panen 11,0 juta hektare diantaranya luaspanen intensifikasi sekitar 9,5 juta hektare. Berdasarkan sensuspertanian tahun 1993 jumlah keluarga tani adalah 21,5 juta denganpemilikan rata-rata lahan 0,83 hektare, yang sebagian besarmengusahakan tanaman pangan.
Struktur perekonomian Indonesia merupakan topik strategisyang sampai sekarang masih menjadi topik sentral dalam berbagaidiskusi di ruang publik. Gagasan mengenai langkah-langkahperekonomian Indonesia menuju era industrialisasi, denganmempertimbangkan usaha mempersempit jurang ketimpangan sosial danpemberdayaan daerah, sehingga terjadi pemerataan kesejahteraankiranya perlu kita evaluasi kembali sesuai dengan kontekskekinian dan tantangan perekonomian Indonesia di era globalisasi.
Tantangan perekonomian di era globalisasi ini masih samadengan era sebelumnya, yaitu bagaimana subjek dari perekonomianIndonesia, yaitu penduduk Indonesia sejahtera. Indonesiamempunyai jumlah penduduk yang sangat besar, sekarang ada 235juta penduduk yang tersebar dari Merauke sampai Sabang. Jumlahpenduduk yang besar ini menjadi pertimbangan utama pemerintahpusat dan daerah, sehingga arah perekonomian Indonesia masa itudibangun untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya.
Berdasarkan pertimbangan ini, maka sektor pertanian menjadisektor penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiringdengan berkembangnya perekonomian bangsa, maka kita mulaimencanangkan masa depan Indonesia menuju era industrialisasi,dengan pertimbangan sektor pertanian kita juga semakin kuat.
Seiring dengan transisi (transformasi) struktural inisekarang kita menghadapi berbagai permasalahan. Di sektorpertanian kita mengalami permasalahan dalam meningkatkan jumlahproduksi pangan, terutama di wilayah tradisional pertanian diJawa dan luar Jawa. Hal ini karena semakin terbatasnya lahan yangdapat dipakai untuk bertani. Perkembangan penduduk yang semakinbesar membuat kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan berbagaisarana pendukung kehidupan masyarakat juga bertambah.Perkembangan industri juga membuat pertanian beririgasi teknissemakin berkurang.
Selain berkurangya lahan beririgasi teknis, tingkatproduktivitas pertanian per hektare juga relatif stagnan. Salahsatu penyebab dari produktivitas ini adalah karena pasokan airyang mengairi lahan pertanian juga berkurang. Banyak waduk danembung serta saluran irigasi yang ada perlu diperbaiki. Hutan-hutan tropis yang kita miliki juga semakin berkurang, ditambahlagi dengan siklus cuaca El Nino-La Nina karena pengaruhpemanasan global semakin mengurangi pasokan air yang dialirkandari pegunungan ke lahan pertanian.
Sesuai dengan permasalahan aktual yang kita hadapi masakini, kita akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhanpangan di dalam negeri. Di kemudian hari kita mungkin saja akansemakin bergantung dengan impor pangan dari luar negeri. Impormemang dapat menjadi alternatif solusi untuk memenuhi kebutuhanpangan kita, terutama karena semakin murahnya produk pertanian,seperti beras yang diproduksi oleh Vietnam dan Thailand. Namun,kita juga perlu mencermati bagaimana arah ke depan strukturperekonomian Indonesia, dan bagaimana struktur tenaga kerja yang
akan terbentuk berdasarkan arah masa depan struktur perekonomianIndonesia.
Struktur tenaga kerja kita sekarang masih didominasi olehsektor pertanian sekitar 42,76 persen (BPS 2009), selanjutnyasektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, danindustri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan,hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan1,6 persen.
Sedangkan pertumbuhan besar untuk tenaga kerja ada di sektorkeuangan, asuransi, perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen,sektor kemasyarakatan, sosial dan jasa pribadi 2,88 persen dankonstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini, sektor pertanianmemang hanya memiliki pertumbuhan yang kecil, namun jumlah orangyang bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak dibandingkandengan sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yangpertumbuhannya paling tinggi.
Data ini juga menunjukkan peran penting dari sektorpertanian sebagai sektor tempat mayoritas tenaga kerja Indonesiamemperoleh penghasilan untuk hidup. Sesuai dengan permasalahan disektor pertanian yang sudah disampaikan di atas, maka kitamempunyai dua strategi yang dapat dilaksanakan untuk pembukaanlapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia di masa depan.
Untuk itu, pemerintah berusaha untuk mendongkrak kontribusisektor pertanian Indonesia terhadap perekonomian denganmensosialisasikan sistem agrobisnis, diferensiasi pertanian,diversifikasi pertanian dengan membuka lahan peranian baru,sistem pertanian organik, berbagai kebijakan harga dan subsidipertanian, kebijakan tentang ekspor-impor komoditas pertanian danlain-lain. Sistem pertanian organik khususnya, telah dicanangkanpemerintah sejak akhir tahun 1990-an dan mengusung Indonesia goorganik pada tahun 2010, sistem ini pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas produk pertanian mengingatrusaknya kesuburan tanah akibat penggunaan pupuk kimia yangberlebihan dan dalam waktu lama serta pencemaran lingkungan olehpenggunaan pestisida kimia. Semua upaya pemerintah tersebutbertujuan untuk meningkatkan distribusi pendapatan petanisehingga dengan ini diharapkan dapat meningkatkan kontribusisektor pertanian dalam perekonomian.
KLASIFIKASI USAHA TANI
Usaha tani sebagai objek pengamatan dapat dilihat dari berbagai
segi:
1. Pola Usahatani
2. Tipe Usahatani
3. Struktur Usahatani
4. Corak Usahatani
5. Bentuk Usahatani
1. Pola usaha tani
Terdapat dua macam pola usahatani, yaitu lahan basah atau sawah,
lahan kering. Ada beberapa sawah yang irigasinya dipengaruhi oleh
sifat pengairannya, yaitu :
Sawah dengan pengairan tehnis
Sawah dengan pengairan setengah tehnis
Sawah dengan pengairan sederhana
Sawah dengan pengairan tadah hujan
Sawah pasang surut, umumnya di muara sungai
2. Tipe usahatani
Tipe usahatani menunjukkan klasifikasi tanaman yang didasarkan
pada macam dan cara penyusunan tanaman yang diusahakan.
a. Macam tipe usahatani :
Usahatani padi
Usahatani palawija (serealia, umbi-umbian, jagung)
b. Pola tanam:
• Usahatani Monokultur
Satu jenis tanaman sayuran yang ditanam pada suatu
lahan. Pola ini tidak memperkenankan adanya jenis tanaman
lain pada lahan yang sama. Jadi bila menanam cabai, hanya
cabai saja yang ditanam di lahan tersebut. Pola tanam
monokultur banyak dilakukan petani sayuran yang memiliki
lahan khusus. Jarang yang melakukannya di lahan yang
sempit. Pola tanam ini memang sudah sangat mengacu ke arah
komersialisasi tanaman. Jadi perawatan tanaman pada lahan
diperhatikan dengan sungguh-sungguh (Nazaruddin, 1994).
Penataan tanaman secara tunggal (monokultur), di atas
tanah tertentu dan dalam waktu tertentu (sepanjang umur
tanaman) hanya ditanami satu jenis tanaman. Setelah
dilakukan pemanenan atas tanaman itu, maka tanah yang
bersangkutan itu kemudian ditanami lagi dengan jenis tanaman
yang sama dan atau dengan jenis-jenis tanaman lain. Atau
dengan kata lain : di atas tanah itu dilakukan penataan
pertanaman secara bergiliran urutan/rotasi (Tohir, 1983).
Menurut Makeham dan Malcolm, 1990, monokultur adalah
mengusahakan tanaman tunggal pada suatu waktu di atas
sebidang lahan. Definisi lain adalah “Penanaman berulang-
ulang untuk tanaman yang sama pada lahan yang sama”
• Usahatani Campuran/tumpangsari
Pola tanam tumpangsari merupakan penanaman campuran
dari dua atau lebih jenis sayuran dalam suatu luasan lahan.
Jenis sayuran yang digabung bisa banyak variasinya. Pola
tanam ini sebagai upaya memanfaatkan lahan semaksimal
mungkin. Tumpangsari juga dapat dilakukan di ladang-ladang
padi atau jagung, maupun pematang sawah. Pola tanam
tumpangsari bisa diterapkan untuk tanaman semusim yang
umurnya tidak jauh berbeda dengan tanaman berumur panjang
yang nantinya menjadi tanaman pokok (Nazarudin, 1994).
Pola tanam tumpangsari akan berhasil guna dan berdaya
guna apabila beberapa prinsip tidak ditinggalkan. Menurut
Suryanto (1990) dan Tono (1991) bahwa prinsip tumpangsari
lebih banyak menyangkut tanaman diantaranya :
- Tanaman yang ditanam secara tumpangsari, dua tanaman atau
lebih mempunyai umur yang tidak sama
- Apabila tanaman yang ditumpangsarikan mempunyai umur yang
hampir sama, sebaiknya fase pertumbuhannya berbeda.
- Terdapat perbedaan kebutuhan terhadap air, cahaya dan
unsur hara.
- Tanaman mempunyai perbedaan perakaran.
Pola tanam tumpangsari memberikan berbagai keuntungan,
baik ditinjau dari aspek ekonomis, maupun lingkungan
agronomis. Menurut Santoso (1990), beberapa keuntungan dari
tumpangsari adalah sebagai berikut:
- Mengurangi resiko kerugian yang disebabkan fluktuasi harga
pertanian
- Menekan biaya operasional seperti tenaga kerja dan
pemeliharaan tanaman.
- Meningkatkan produktifitas tanah sekaligus memperbaiki
sifat tanah.
• Usahatani bergilir/tumpang gilir
Usahatani tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu faktor fisis dan faktor ekonomi. Tiap tanaman dan
hewan memerlukan kondisi fisik tertentu untuk hidup dan
berkembang dengan baik .Faktor fisik sangat mempengaruhi
tipe usaha tani yang terdiri dari, iklim, tanah, dan
topografi. Apabila faktor fisik di suatu tempat tidak
sesuai dengan usahatani yang diinginkan petani harus
mengubah keinginannya atau pindah ke daerah lain yng
mempunyai faktor fisik yang sesuai.
a. Iklim
Hal penting dari iklim yang banyak mempengaruhi tipe
usahatani ialah : curah hujan,temperatur, pancaran
sinar matahari dan kelembapan curah hujan mencakup
faktor–faktor seperti curah hujan dalam setahun,
penyebaran hujan dan variasinya dari tahun ke
tahun .Tiap tanaman memerlukan curah hujan tertentu
sebagai sayarat untuk tumbuh baik.
b. Tanah
Tanah – tanah pada setiap tempat berbeda dalam tingkat
kesuburannya, dalam tekstur, dan dalam tebal atau
dalamnya lapisan. Setiap jenis tanaman memerlukan
syarat – syarat tertentu untuk tumbuh baik. Ada tanaman
yang hanya dapat tumbuh pada tanah yang subur dan ada
pula yang dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur.
c. Topografi
Pengaruh topografi pada tipe usaha tani berhubunggan
erat dengan iklim dan tanah. Perbedaan tinggi diatas
permukaan laut menyebabkan perubahan pada iklim. Makin
tinggi suatu tempat dari permukaan laut makin rendah
suhunya dan makin panjang masa tumbuhnya. Hal ini
berarti harus ada perbedaan tipe usaha tani di dataran
tinggi dengan dataran rendah. Tanah-tanah subur umumnya
terdapat didataran rendah.
Disamping faktor fisik yang terdiri dari iklim tanah dan
topografi, juga faktor ekonomi turut menentukan tipe usaha
tani di suatu daerah. Faktor-faktor ekonomi berubah dari
waktuke waktu. Perubahan faktor ekonomi tidak sama dari tahun
ke tahun. Karena itu petani harus mengenal sebab dan akibat
dari perubahan faktor-faktor ekonomi yang terjadi di
daerahnya. Ia harus mampu menbedakan perubahan yang kekal dan
sementara.
Tiga faktor ekonomi yang banyak mempengaruhi tipe usaha tani
dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Biaya tataniaga
Perbedaan biaya tataniaga yaitu biaya yang diperlukan
untuk menempuh jarak dari produsen ke konsumen mempengaruhi
tipe usaha tani yang diusahakan di suatu daerah. Biaya ini
meliputi biaya pengangkutan, biaya pengolahan, biaya
penyimpanan dan biaya penjualan.
b. Perubahan harga produksi.
Perubahan harga produksi usaha tani mempengaruhi tipe
usaha tani di suatu daerah. Perubahan harga produksi
mempunyai sifat kekal atau sifat sementara yang dalam waktu
yang relatif singkat akan kembali menjadi normal. Dengan
demikian petani harus mampu membedakan antara sifat
perubahan yang kekal dan yang sementara. Jangan terlalu
cepat mengubah tipe usaha tani apabila perubahan harga itu
bersifat sementara.
c. Persediaan modal
Modal lebih banyak mempengaruhi besarnya usahatani
daripada tipenya. Tetapi bagi petani muda yang baru mulai
berusaha, besarnya modal yang tersedia akan menentukan tipe
usahataninya.
Disamping faktor – faktor fisik dan ekonomi, ada faktor –
faktor lain yang mempengaruhi terhadap tipe usaha tani
misalnya hama dan penyakit, tipe usaha tani tetangga dan
pilihan pribadi. Tetapi pengaruh faktor ini sangat kecil di
bandingkan dengan pengaruh faktor fisik dan ekonomi. Jikalau
seorang mengabaikan faktor – faktor iklim, jenis tanah,
topografi, dan faktor – faktor ekonomi maka ia pasti akan
mengalami kegagalan.
3. Struktur usahatani
Pola usahatani dapat ditentukan menurut banyaknya cabang
usaha tani yang diusahakan. Berdasarakan jumlah cabang usahatani
yang diusahakan usahatani dapat dibedakan sbb :
a. Usahatani Khusus
Usahatani khusus adalah usahatani yang mempunyai satu
cabang saja. Contohnya: usahatani tembakau, usahatani padi,
usahatani sapi perah. Faktor yang mempengaruhi petani
memilih 1 cabang adalah:
Faktor yang mempengaruhi petani memilih hanya 1 cabang ialah
:
• Keadan fisis tanah yaitu apakah mendapat air pengairan
sepanjang tahun sehingga cocok ditanami padi.
• Prinsip keuntungan komperatif yaitu mengusahakan cabang
usahatani yang memberikan keuntungan paling besar
dibandingkan dengan cabang usahatani lain.
b. Usahatani Tidak Khusus
Petani mengusahakan bermacam-macam usahatani. Seperti
ternak atau ikan. Hal ini dilakukan jika petani memiliki dan
mengusahakan berbagai macam tanah seperti: tanah sawah,
tanah darat, padang rumput dan kolam.
c. Usahatani Campuran
Merupakan bentuk usahatani yang diusahakan secara bercampur
antara tanaman dengan tanaman, tanaman dengan ternak,
tanaman dengan ikan dsb. Usahatani ini juga dikenal dengan
tumpang sari, misalnya tumpang sari antara jagung dengan
kacang tanah, tumpang sari antara padi dan ikan.Kombinasi
antara tanaman dan ternak dikenal dengan isatilah mixed farm.
Keuntungannya adalah :
• Ternak memberikan tenaga kerja dalam waktu- waktu
tertentu.
• Ternak memberikan makan berupa protein
Pemilihan khusus atau tidak khusus ditentukan oleh:
• Kondisi lahan
• Musim/iklim setempat
• Pengairan
• Kemiringan lahan
• Kedalaman lahan
Pemilihan khusus dilakukan berdasarkan keadaan tanah yang
menyangkut kelangsungan produksi dan pertimbangan keuntungan.
Pemilihan tidak khusus dilakukan oleh petani karena dipaksa
oleh keadaan lahan yang dimiliki, misalnya bila petani
memiliki sawah, tanah kering dan kolam, maka pilihan komoditi
yang terbaik adalah yang menyebabkan kenaikan produk dari yang
satu diikuti oleh kenaikan produk cabang usaha yang lain.
4. Corak usahatani
Tujuan kegiatan usaha tani berbeda-beda karena pengaruh
lingkungan alam dan kemampuan pengusahanya. Ada petani yang
kegiatannya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yang
disebut dengan usaha tani pencukup kebutuhan keluarga (selfsufficient
farm / subsistences farms), dan adapula kegiatannya yang bertujuan
untuk mendapatkan untung sebesar-besarnya yang disebut dengan
usaha tani komersial (commercial farm).
Karena ciri dan sifat yang dimilki oleh usahatani komersial
& pencukup kebutuhan keluaraga, beberapa ahli memberikan nama
lain kepada kedua usahatani ini. Usaha tani komersial disebut
juga dengan nama usahatani dinamis & usahatani tidak komersial
disebut usahatani statis. Penggolongan tersebut dimaksudkan
untuk menggambarkan keadaan saat tertentu, karena setiap
usahatani statis dapat berubah melalui masa peralihan menjadi
usaha tani dinamis.
Para ahli telah banyak menegemukakan pendapatnya untuk
membedakan apakah suatu usahatani tergolong subsisten atau
komersil. Salah satu ukuran itu adalah tindakan ekonomi petani
dalam penggunaan unsur-unsur produksi. Penggunaan unsur produksi
misalnya penggunaan tenaga kerja & pemilihan cabang usaha sering
didasarkan pada kebiasaan.Hubungan petani dengan dunia luar
usahataninya merupakan dasar pengukur tingkat perkembangan usaha
tani.
Beberapa ukuran yang banyak untuk menyatakan tingkat & sifat
integrasi petani dengan desa dan kota sekitarnya adalah
Perbandingan antara jumlah produk yang dijual ke pasar
dan yang dikonsumsi.
Perbandingan antara jumlah korbanan yang dibeli
terhadap jumlah seluruh korbanan yang digunakan dalam
proses produksi.
Tingkat Teknologi.
Corak usahatani berdasarkan tingkatan hasil pengelolaan
usahatani yang ditentukan oleh berbagai ukuran/kriteria, antara
lain:
• Nilai umum, sikap dan motivasi
• Tujuan produksi
• Pengambilan keputusan
• Tingkat teknologi
• Derajat komersialisasi dari produksi usahatani
• Derajat komersialisasi dari input usahatani
• Proporsi penggunaan faktor produksi dan tingkat keuntungan
• Pendayagunaan lembaga pelayanan pertanian setempat
• Tersedianya sumber yang sudah digunakan dalam usahatani
• Tingkat dan keadaan sumbangan pertanian dalam keseluruhan
tingkat ekonomi.
5. Bentuk usahatani
Bentuk usahatanidi bedakan atas penguasaan faktor produksi
oleh petani, yaitu:
• Perorangan
Dalam usahatani ini, unsur-unsur produksi ditentukan oleh
seseorang dan pengelolaannya dilakukan oleh seseorang. Tanah yang
diusahakan dapat berupa miliknya atau orang lain. Jadi pada
usahatani ini masih terdapat variasi-variasi yang menghendaki
penggolongan-penggolongan yang lebih halus.
Tenaga kerja yang diperlukan didapatkan dari berbagai
sumber. Ada yang berasal dari petani sendiri beserta anggota
keluarganya dan ada yang berasal dari luar keluarga berdasarkan
gotong royong atau upah. Tenaga kerja yang diupah tersebut bisa
berbentuk:
Tenaga kerja tetap
Tenaga kerja harian
Tenaga kerja musiman
Di Indonesia sendiri banyak terdapat tenaga kerja yang
sebagian besar dari keluarga petani itu sendiri. Sebagian
besar pendapatan petani dalam setahun berasal dari
usahataninya. Ini disebut dengan usahatani keluarga (family
farm). Adapun ciri-cirinya, yaitu:
a. Sedikitnya separo dari seluruh jumlah tenaga kerja pria
yang diperlukan usahataninya
berasal dari petani penggarapnya dan anggota keluarga.
b. Sedikitnya separo dari jumlah pendapatan kotor yang
diterima oleh keluarga petaninya berasal dari usaha tani
tersebut.
Luas tanah tidak dapat dijadikan ukuran untuk
mendefinisikan usaha tani keluarga. Usaha tani keluarga
dapat pula terdiri dari tanah yang sempit. Karena tiap tanah
memberikan sifat dan kesuburan yang berbeda-beda maka
pemakaian luas tanah untuk mendefinisikan luas tanah tiak
mudah. Jumlah kerja yang diperlukan dan pendapatan kotor
tang diterima petani lebih tepat dijadikan dasar untuk
mendefenisikan usahatani keluarga. Faktor produksi dimiliki
atau dikuasai oleh seseorang, maka hasilnya juga akan
ditentukan oleh seseorang.
• Kooperatif
Faktor produksi dimiliki secara bersama, maka hasilnya
digunakan dibagi berdasar kontribusi dari pencurahan faktor
yang lain.Merupakan bentuk peralihan antar usaha tani
perseorangan dan usahatani kolektif.Pada usaha tani ini
tidak semua unsur-unsur produksi dan pengelolaannya
dikuasai bersama.tanahnya masih milik perorangan.Usaha
bersama dituangkan dalam bentuk kerja sama di beberapa segi
seperti :
Kerjasama dalam penjualan hasil
Kerjasama dalam pembelian sarana produksi
Kerjasama dalam tenaga kerja.
Usaha tani kooperatif ini terbentuk karena petani-
petani kecil dengan modal yang lemah tidak mampu membeli
alat-alat pertanian yang berguna untuk mengembangkan
kegiatan usahanya. Dengan menggabungkan modal yang dimilki
mereka dapat membeli alat- alat untuk digunakan bersama yang
bertujuan untuk meningkatkan efesiensi penggunaan alat-alat
pertanian.
Faktor produksi dimiliki secara bersama, maka hasilnya
digunakan dibagi berdasar kontribusi dari pencurahan faktor
yang lain. Dari hasil usahatani kooperatif tersebut
pembagian hasil dan program usahatani selanjutnya atas dasar
musyawarah setiap anggotanya seperti halnya keperluan
pemeliharaan dan pengembangan kegiatan sosial dari kelompok
kegiatan itu antara lain: pemilikan bersama alat pertanian,
pemasaran hasil dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anwas, Adiwilaga. 1982. Ilmu Usaha Tani. Alumni: Bandung
Bachraen Saeful. 2012. Penelitian Sistem Usaha Pertanian DiIndonesia. Bandung : IPB Press.
Isaskar, Riyanti. 2014. Modul 1. Pendahuluan: Pengantar Usaha Tani.
Laboratorium Analisis dan Manajemen Agribisnis. Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya
Makeham and Malcolm, 1981, Manajemen Usahatani di daerah Tropis
Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usahatani. UB Press: Malang
Soedjana, Tjeppy D. 2007. Sistem Usaha Tani Terintegrasi Tanaman-Ternak
Sebagai ResponsmPetani Terhadap Faktor Resiko. Jurnal Litbang
Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Tohir, Kaslan. 1983. Seuntai Pengetahuan Tentang Usaha Tani Indonesia. Bina
Aksara. Jakarta.