24
A. Definisi Ilmu Usahatani dan Usahatani Menurut Soekartawi dalam Shinta (2011) ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang melebihi input. Menurut Adiwilaga dalam Shinta (2011), ilmu usahatani adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan orang melakukan pertanian dan permasalahan yang ditinjau secara khusus dari kedudukan pengusahanya sendiri atau ilmu usahatani yaitu menyelidiki cara-cara seorang petani sebagai pengusaha dalam menyusun, mengatur dan menjalankan perusahaan itu. Menurut Mosher dalam Shinta (2011), usahatani merupakan pertanian rakyat dari perkataan farm dalam bahasa Inggris. Dr. Mosher memberikan definisi farm sebagai suatu tempat atau sebagian dari permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu, apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji. Usahatani juga dapat diartikan sebagai himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan- perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan sebagainya .

Pengantar Usaha Tani

Embed Size (px)

Citation preview

A. Definisi Ilmu Usahatani dan Usahatani

Menurut Soekartawi dalam Shinta (2011) ilmu usahatani adalah

ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber

daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh

keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif

bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki

sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan

sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang melebihi input.

Menurut Adiwilaga dalam Shinta (2011), ilmu usahatani adalah

ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang berhubungan dengan

kegiatan orang melakukan pertanian dan permasalahan yang ditinjau

secara khusus dari kedudukan pengusahanya sendiri atau ilmu

usahatani yaitu menyelidiki cara-cara seorang petani sebagai

pengusaha dalam menyusun, mengatur dan menjalankan perusahaan

itu.

Menurut Mosher dalam Shinta (2011), usahatani merupakan

pertanian rakyat dari perkataan farm dalam bahasa Inggris. Dr.

Mosher memberikan definisi farm sebagai suatu tempat atau

sebagian dari permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan

oleh seorang petani tertentu, apakah ia seorang pemilik, penyakap

atau manajer yang digaji. Usahatani juga dapat diartikan sebagai

himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu

yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air,

perbaikan- perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar

matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan

sebagainya .

Sedangkan menurut Kadarsan dalam Shinta (2011), usahatani

adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang

berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga

kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk

menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari

bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada

suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumber daya

itu adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen (Shinta,

2011). Ilmu usahatani (farm management), yaitu bagian dari ilmu

ekonomi pertanian yang mempelajari cara-cara petani

menyelenggarakan usahatani (Isaskar, 2014).

Sedangkan usaha tani adalah himpunan dari sumber-sumber alam

yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi

pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang

telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan yang

didirikan di atas tanah dsb. Farm, yaitu sebagai suatu tempat

atau bagian dari permukaan bumi dimana pertanian diselenggarakan

oleh seorang petani tertentu apakah ia seorang pemilik, penyakap

ataupun manger yang digaji (Isaskar, 2014).

Tujuan usahatani yaitu bagaimana petani dapat memperbesar

hasil sehingga kehidupan seluruh keluarganya menjadi lebih baik

(Isaskar, 2014). Tujuan suatu usaha tani yang dilaksanakan oleh

rumah tangga petani mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

pengambilan keputusan dan tindakan yang akan diambil, maupun

terhadap pandangan rumah tangga akan keberlangsungan dan

kemampuannya dalam menerima berbagai pembaharuan, termasuk

teknologi pertanian. Usaha tani yang dilakukan oleh rumah tangga

petani umumnya mempunyai dua tujuan, yaitu mendapatkan keuntungan

yang maksimal atau untuk sekuriti (keamanan) dengan cara

meminimalkan risiko, termasuk keinginan untuk memiliki persediaan

pangan yang cukup untuk konsumsi rumah tangga dan selebihnya

untuk dijual (Soedjana, 2007).

Untuk mencapai tujuan tersebut, petani selalu memperhitungkan

untung ruginya walau tidak secara tertulis. Dalam ilmu ekonomi

dikatakan bahwa petani membandingkan antara hasil yang diharapkan

akan diterima pada waktu panen (penerimaan, revenue) dengan biaya

(pengorbanan, cost) yang harus dikeluarkan (Isaskar, 2014).

Hasil yang diperoleh petani pada saat panen disebut produksi,

dan biaya yang dikeluarkan disebut biaya produksi. Agar tujuan

usahatani tercapai maka usahataninya harus produktif dan efisien.

Produktif artinya usahatani itu produktifitasnya tinggi.

Produktivsitas secara teknis adalah perkalian antara efisiensi

(usaha) dan kapasitas (tanah). Efisiensi fisik mengukur banyaknya

hasil produksi (output) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan

input. Kapasitas tanah menggambarkan kemampuan tanah itu menyerap

tenaga dan modal sehingga memberikan hasil produksi bruto yang

sebesar-besarnya pada tingkat teknologi tertentu (Isaskar, 2014).

Sejarah Perkembangan Usahatani Di Indonesia

Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dandominan dalam kehidupan bangsa Indonesia dari sejak sebelumkemerdekaan. Sebagian besar penduduk berada di perdesaan danbersandar pada sektor pertanian. Produksi pangan untuk memenuhikebutuhan masyarakat hampir seluruhnya dihasilkan oleh pertanianrakyat. Namun demikian selama masa penjajahan, pertanian rakyattidak banyak mengalami kemajuan. Bahkan di Jawa, petani padadasarnya mensubsidi perusahaan besar dengan upah dan sewa tanahyang rendah. Sebagai warisan kolonial struktur pertanian bersifatdualistik, antara sektor pertanian rakyat yang tradisional denganusaha pertanian besar khususnya perkebunan yang modern yangditangani oleh kaum pendatang.

Dalam rangka politik etis, pemerintah kolonial Belandapada tahun 1905 mendirikan Departemen Landbouw, Neiverheid enHandel (Departemen Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan), disusuldengan pembentukan Landbouw Voorlichtings Dienst (DinasPenyuluhan Pertanian) pada tahun 1910 sebagai cikal bakal DinasPertanian Rakyat. Namun lembaga tersebut tidak efektif dalammentransformasikan pertanian rakyat karena memang usaha kearah itu tidak dilakukan dengan sangat sungguh-sungguh.

Sejak awal kemerdekaan, pemerintah memberikan perhatiankhusus pada pembangunan pertanian. Upaya pokok untuk meningkatkanproduksi guna memenuhi kebutuhan pangan penduduk dititikberatkanpada peningkatan produktivitas usaha tani. Pada tahun 1947melalui "Rencana Kasimo", diupayakan peningkatan produksi panganmelalui perbaikan usaha tani. Setelah pengakuan kedaulatan ada

"Rencana Kesejahteraan Istimewa" (RKI) yang merencanakanpembangunan Balai Benih, pengelolaan dan perbaikan pengairanperdesaan, pembangunan Balai Pendidikan Masyarakat Desa (BPMD),Percobaan Pengusahaan Tanah Kering (PPTK), perbaikan lahankritis, serta pembangunan taman ternak dan pusatpusat pembibitanternak. Pada tahun 1958 didirikan "Padi Sentra", yaituintensifikasi yang dipusatkan pada sentra-sentra produksipadi melalui pemberian kredit natura dan modal kerja kepadapetani. Dengan terus meningkatnya impor beras, KementerianPertanian Kabinet Kerja memutuskan bahwa dalam tiga tahun sejaktahun 1959 Indonesia harus sudah swasembada beras, dan untuk itudibentuk Komando Operasi Garakan Makmur (KOGM). Namun upaya-upaya tersebut tidak dapat terlaksana karena situasi politik dankeamanan yang senantiasa bergejolak dan terbatasnyadana yangdapat disediakan untuk mendukung pelaksanaannya.

Konsep intensifikasi kemudian diperbaharui berdasarkan hasilPilot Proyek Demonstrasi Panca Usaha Lengkap yang dilakukan diKarawang pada musim tanam (MT) 1963/64. Panca Usaha merupakanpaket teknologi berupa penggunaan bibit unggul, pemupukan,pengendalian hama dan penyakit, perbaikan pengolahan lahan, sertapengaturan tata air irigasi. Pada MT 1964/65 dilaksanakanDemonstrasi Massal (Demas) intensifikasi seluas 10.200 hektare di15 propinsi sentra produksi dengan hasil yang sangatmenggembirakan. Namun kondisi sosial ekonomi dan politik padasaat itu sangat tidak memungkinkan bagi penerapan konsepintensifikasi ini secara cepat dan meluas. Bahkan kegiatanpetani sangat terganggu dengan memanasnya situasi politikterutama karena agitasi Barisan Tani Indonesia (BTI) yangmerupakan bagian dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Produksipertanian terutama beras mengalami stagnasi yang diikuti dengankenaikan harga yang tinggi.

Dalam situasi demikian lahirlah Orde Baru yang bertekaduntukmemperbaiki seluruh aspek kehidupan bangsa, termasuk

kehidupan ekonomi, kembali secara murni dan konsekuen padapengamalan Pancasila dan pelaksanaan UUD 1945. Setelah melaluimasa stabilisasi dan rehabilitasi, dilancarkan pembangunannasional dengan titik berat pada pembangunan ekonomi yangditekankan pada pembangunan sektor pertanian dengan sasaranterutama pada peningkatan produksi pangan dan penciptaan lapangankerja sekaligus untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraanpetani.

Upaya untuk membangun sektor pertanian pada saat itu dititikberatkan pada program intensifikasi yang dikenal dengan BimbinganMassal (Bimas) yang merupakan pelaksanaan Panca Usaha lengkapdidukung oleh bantuan kredit murah. Pada tahun 1968 diperkenalkanvarietas unggul baru PB5 dan PB8 yang memiliki potensi produksilebih tinggi, tanggap terhadap pemupukan, dan berumur pendekserta lebih tahan terhadap hama penyakit dibanding varietasunggul sebelumnya. Dengan makin meluasnya pelaksanaan Bimas danmakin tumbuhnya kesadaran petani untuk menerapkan teknologianjuran, maka sejak tahun 1968 dilaksanakan program IntensifikasiMassal (Inmas) yang merupakan program intensifikasi tanpa bantuankredit murah.

Guna mensukseskan pelaksanaan program intensifikasisekaligus meningkatkan pendapatan petani, pembinaan BUUD/KUDselanjutnya diatur dengan Inpres Nomor 2 tahun 1978. Kemudiandengan Inpres Nomor 4 Tahun 1984 pembinaan dan pemantapan sistemorganisasi KUD makin disempurnakan.

Dalam rangka mengembangkan usaha tani kecil,pelaksanaan program intensifikasi dilakukan melalui pendekatankelompok. Untuk itu dibentuk kelompok tani yang beranggota 25-30orang, sebagai kelompok belajar dan sekaligus sebagai kelompokusaha untuk membina kerjasama antar petani. Sejak tahun 1974diperkenalkan Intensifikasi Khusus (Insus) yang merupakanpengelolaan intensifikasi usaha tani padi pada hamparan kelompok.Penanaman serentak pada satu hamparan tersebut dilakukan juga

dalam rangka menanggulangi ledakan hama wereng, sekaligusdibarengi dengan penggunaan varietas unggul tahan wereng (VUTW).Di samping itu, diterapkan pula Operasi Khusus (Opsus) untukdaerah-daerah yang belum terjangkau program intensifikasi,khususnya di wilayah terpencil atau wilayah produksi padi gogodan gogo rancah. Dalam perkembangan selanjutnya digalangkerjasama antar kelompok tani dalam satu wilayah yang luas,seperti wilayah irigasi tersier atau Wilayah Kerja BalaiPenyuluhan Pertanian (WKBPP).

Melalui berbagai pola intensifikasi tersebut di atas, petanimakin terbiasa bekerja dengan menerapkan teknologi yang sesuai,sehingga produktivitas terus meningkat. Sementara itu dalamrangka mempercepat peningkatan produksi padi dilaksanakan pulaupaya rehabilitasi dan pembangunan jaringan irigasi sertapencetakan sawah baru. Sawah-sawah baru tersebut segeradimanfaatkan dalam perluasan areal intensifikasi. Upayapeningkatan produksi melalui intensifikasi juga didukung olehpenyediaan pupuk yang diproduksi dalam negeri, pengembanganbenih-benih unggul baru, serta kebijaksanaan harga dan subsidiyang memberikan perangsang pada petani untuk menerapkan teknologibaru. Terjadilah apa yang disebut Revolusi Hijau, yangmengantarkan pada salah satu keberhasilan pembangunan yangmenonjol dalam PJP I, yaitu tercapainya swasembada beras padatahun 1984. Pada tahun 1984 tersebut produksi beras mencapai 25,8juta ton dengan luas panen 9,8 juta hektare, diantaranya luaspanen intensifikasi sekitar 7,4 juta hektare, serta melibatkansekitar 12 juta keluarga tani.

Meluasnya pelaksanaan program intensifikasi denganmenggunakan paket sarana produksi telah mendorong meningkatnyapenggunaan pestisida secara kurang bijaksana yang mengakibatkankerusakan lingkungan dan terbunuhnya musuh-musuh alami, sertatimbulnya eksplosi hama. Berdasarkan Inpres Nomor 3 Tahun 1986telah dilarang penggunaan 57 jenis pestisida, dan pengendalian

hama terpadu (PHT) dijadikan sebagai strategi pengendalian llamadan penyakit. Para petani dilatih tentang penerapan teknik-teknikPHT melalui metode dinamika kelompok dalam Sekolah Lapangan PHT(SLPHT). Sejak tahun 1989 subsidi pestisida dihapus. Sementaraitu dalam rangka meningkatkan pendapatan, taraf hidup dankemandirian petani ditetapkan tatanan kelembagaan baru, yaituUndang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem BudidayaTanaman, yang antara lain memberi kebebasan kepada petani untukmemilih pengusahaan komoditas yang paling menguntungkan.

Pada tahun terakhir PJP I produksi beras mencapai 31.318ribu ton dengan luas panen 11,0 juta hektare diantaranya luaspanen intensifikasi sekitar 9,5 juta hektare. Berdasarkan sensuspertanian tahun 1993 jumlah keluarga tani adalah 21,5 juta denganpemilikan rata-rata lahan 0,83 hektare, yang sebagian besarmengusahakan tanaman pangan.

Struktur perekonomian Indonesia merupakan topik strategisyang sampai sekarang masih menjadi topik sentral dalam berbagaidiskusi di ruang publik. Gagasan mengenai langkah-langkahperekonomian Indonesia menuju era industrialisasi, denganmempertimbangkan usaha mempersempit jurang ketimpangan sosial danpemberdayaan daerah, sehingga terjadi pemerataan kesejahteraankiranya perlu kita evaluasi kembali sesuai dengan kontekskekinian dan tantangan perekonomian Indonesia di era globalisasi.

Tantangan perekonomian di era globalisasi ini masih samadengan era sebelumnya, yaitu bagaimana subjek dari perekonomianIndonesia, yaitu penduduk Indonesia sejahtera. Indonesiamempunyai jumlah penduduk yang sangat besar, sekarang ada 235juta penduduk yang tersebar dari Merauke sampai Sabang. Jumlahpenduduk yang besar ini menjadi pertimbangan utama pemerintahpusat dan daerah, sehingga arah perekonomian Indonesia masa itudibangun untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya.

Berdasarkan pertimbangan ini, maka sektor pertanian menjadisektor penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiringdengan berkembangnya perekonomian bangsa, maka kita mulaimencanangkan masa depan Indonesia menuju era industrialisasi,dengan pertimbangan sektor pertanian kita juga semakin kuat.

Seiring dengan transisi (transformasi) struktural inisekarang kita menghadapi berbagai permasalahan. Di sektorpertanian kita mengalami permasalahan dalam meningkatkan jumlahproduksi pangan, terutama di wilayah tradisional pertanian diJawa dan luar Jawa. Hal ini karena semakin terbatasnya lahan yangdapat dipakai untuk bertani. Perkembangan penduduk yang semakinbesar membuat kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan berbagaisarana pendukung kehidupan masyarakat juga bertambah.Perkembangan industri juga membuat pertanian beririgasi teknissemakin berkurang.

Selain berkurangya lahan beririgasi teknis, tingkatproduktivitas pertanian per hektare juga relatif stagnan. Salahsatu penyebab dari produktivitas ini adalah karena pasokan airyang mengairi lahan pertanian juga berkurang. Banyak waduk danembung serta saluran irigasi yang ada perlu diperbaiki. Hutan-hutan tropis yang kita miliki juga semakin berkurang, ditambahlagi dengan siklus cuaca El Nino-La Nina karena pengaruhpemanasan global semakin mengurangi pasokan air yang dialirkandari pegunungan ke lahan pertanian.

Sesuai dengan permasalahan aktual yang kita hadapi masakini, kita akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhanpangan di dalam negeri. Di kemudian hari kita mungkin saja akansemakin bergantung dengan impor pangan dari luar negeri. Impormemang dapat menjadi alternatif solusi untuk memenuhi kebutuhanpangan kita, terutama karena semakin murahnya produk pertanian,seperti beras yang diproduksi oleh Vietnam dan Thailand. Namun,kita juga perlu mencermati bagaimana arah ke depan strukturperekonomian Indonesia, dan bagaimana struktur tenaga kerja yang

akan terbentuk berdasarkan arah masa depan struktur perekonomianIndonesia.

Struktur tenaga kerja kita sekarang masih didominasi olehsektor pertanian sekitar 42,76 persen (BPS 2009), selanjutnyasektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, danindustri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan,hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan1,6 persen.

Sedangkan pertumbuhan besar untuk tenaga kerja ada di sektorkeuangan, asuransi, perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen,sektor kemasyarakatan, sosial dan jasa pribadi 2,88 persen dankonstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini, sektor pertanianmemang hanya memiliki pertumbuhan yang kecil, namun jumlah orangyang bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak dibandingkandengan sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yangpertumbuhannya paling tinggi.

Data ini juga menunjukkan peran penting dari sektorpertanian sebagai sektor tempat mayoritas tenaga kerja Indonesiamemperoleh penghasilan untuk hidup. Sesuai dengan permasalahan disektor pertanian yang sudah disampaikan di atas, maka kitamempunyai dua strategi yang dapat dilaksanakan untuk pembukaanlapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia di masa depan.

Untuk itu, pemerintah berusaha untuk mendongkrak kontribusisektor pertanian Indonesia terhadap perekonomian denganmensosialisasikan sistem agrobisnis, diferensiasi pertanian,diversifikasi pertanian dengan membuka lahan peranian baru,sistem pertanian organik, berbagai kebijakan harga dan subsidipertanian, kebijakan tentang ekspor-impor komoditas pertanian danlain-lain. Sistem pertanian organik khususnya, telah dicanangkanpemerintah sejak akhir tahun 1990-an dan mengusung Indonesia goorganik pada tahun 2010, sistem ini pada dasarnya bertujuan untuk

meningkatkan kualitas dan kuantitas produk pertanian mengingatrusaknya kesuburan tanah akibat penggunaan pupuk kimia yangberlebihan dan dalam waktu lama serta pencemaran lingkungan olehpenggunaan pestisida kimia. Semua upaya pemerintah tersebutbertujuan untuk meningkatkan distribusi pendapatan petanisehingga dengan ini diharapkan dapat meningkatkan kontribusisektor pertanian dalam perekonomian.

KLASIFIKASI USAHA TANI

Usaha tani sebagai objek pengamatan dapat dilihat dari berbagai

segi:

1.     Pola Usahatani

2.     Tipe Usahatani

3.     Struktur Usahatani

4.     Corak Usahatani 

5.  Bentuk Usahatani

1. Pola usaha tani

Terdapat dua macam pola usahatani, yaitu lahan basah atau sawah,

lahan kering. Ada beberapa sawah yang irigasinya dipengaruhi oleh

sifat pengairannya, yaitu :

Sawah dengan pengairan tehnis

Sawah dengan pengairan setengah tehnis

Sawah dengan pengairan sederhana

Sawah dengan pengairan tadah hujan

Sawah pasang surut, umumnya di muara sungai

2. Tipe usahatani

Tipe usahatani menunjukkan klasifikasi tanaman yang didasarkan

pada macam dan cara penyusunan tanaman yang diusahakan.

a. Macam tipe usahatani :

Usahatani padi

Usahatani palawija (serealia, umbi-umbian, jagung)

b. Pola tanam:

• Usahatani Monokultur

Satu jenis tanaman sayuran yang ditanam pada suatu

lahan. Pola ini tidak memperkenankan adanya jenis tanaman

lain pada lahan yang sama. Jadi bila menanam cabai, hanya

cabai saja yang ditanam di lahan tersebut. Pola tanam

monokultur banyak dilakukan petani sayuran yang memiliki

lahan khusus. Jarang yang melakukannya di lahan yang

sempit. Pola tanam ini memang sudah sangat mengacu ke arah

komersialisasi tanaman. Jadi perawatan tanaman pada lahan

diperhatikan dengan sungguh-sungguh (Nazaruddin, 1994).

Penataan tanaman secara tunggal (monokultur), di atas

tanah tertentu dan dalam waktu tertentu (sepanjang umur

tanaman) hanya ditanami satu jenis tanaman. Setelah

dilakukan pemanenan atas tanaman itu, maka tanah yang

bersangkutan itu kemudian ditanami lagi dengan jenis tanaman

yang sama dan atau dengan jenis-jenis tanaman lain. Atau

dengan kata lain : di atas tanah itu dilakukan penataan

pertanaman secara bergiliran urutan/rotasi (Tohir, 1983).

Menurut Makeham dan Malcolm, 1990, monokultur adalah

mengusahakan tanaman tunggal pada suatu waktu di atas

sebidang lahan. Definisi lain adalah “Penanaman berulang-

ulang untuk tanaman yang sama pada lahan yang sama”

• Usahatani Campuran/tumpangsari

Pola tanam tumpangsari merupakan penanaman campuran

dari dua atau lebih jenis sayuran dalam suatu luasan lahan.

Jenis sayuran yang digabung bisa banyak variasinya. Pola

tanam ini sebagai upaya memanfaatkan lahan semaksimal

mungkin. Tumpangsari juga dapat dilakukan di ladang-ladang

padi atau jagung, maupun pematang sawah. Pola tanam

tumpangsari bisa diterapkan untuk tanaman semusim yang

umurnya tidak jauh berbeda dengan tanaman berumur panjang

yang nantinya menjadi tanaman pokok (Nazarudin, 1994).

Pola tanam tumpangsari akan berhasil guna dan berdaya

guna apabila beberapa prinsip tidak ditinggalkan. Menurut

Suryanto (1990) dan Tono (1991) bahwa prinsip tumpangsari

lebih banyak menyangkut tanaman diantaranya :

- Tanaman yang ditanam secara tumpangsari, dua tanaman atau

lebih mempunyai umur yang tidak sama

- Apabila tanaman yang ditumpangsarikan mempunyai umur yang

hampir sama, sebaiknya fase pertumbuhannya berbeda.

- Terdapat perbedaan kebutuhan terhadap air, cahaya dan

unsur hara.

- Tanaman mempunyai perbedaan perakaran.

Pola tanam tumpangsari memberikan berbagai keuntungan,

baik ditinjau dari aspek ekonomis, maupun lingkungan

agronomis. Menurut Santoso (1990), beberapa keuntungan dari

tumpangsari adalah sebagai berikut:

- Mengurangi resiko kerugian yang disebabkan fluktuasi harga

pertanian

- Menekan biaya operasional seperti tenaga kerja dan

pemeliharaan tanaman.

- Meningkatkan produktifitas tanah sekaligus memperbaiki

sifat tanah.

• Usahatani bergilir/tumpang gilir

Usahatani tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu faktor fisis dan faktor ekonomi. Tiap tanaman dan

hewan memerlukan kondisi fisik tertentu untuk hidup dan

berkembang dengan baik .Faktor fisik sangat mempengaruhi

tipe usaha tani yang terdiri dari, iklim, tanah, dan

topografi. Apabila faktor fisik di suatu tempat tidak

sesuai dengan usahatani yang diinginkan petani harus

mengubah keinginannya atau pindah ke daerah lain yng

mempunyai faktor fisik yang sesuai.

a. Iklim

Hal penting dari iklim yang banyak mempengaruhi tipe

usahatani ialah : curah hujan,temperatur, pancaran

sinar matahari dan kelembapan curah hujan mencakup

faktor–faktor seperti curah hujan dalam setahun,

penyebaran hujan dan variasinya dari tahun ke

tahun .Tiap tanaman memerlukan curah hujan tertentu

sebagai sayarat untuk tumbuh baik.

b. Tanah

Tanah – tanah pada setiap tempat berbeda dalam tingkat

kesuburannya, dalam tekstur, dan dalam tebal atau

dalamnya lapisan. Setiap jenis tanaman memerlukan

syarat – syarat tertentu untuk tumbuh baik. Ada tanaman

yang hanya dapat tumbuh pada tanah yang subur dan ada

pula yang dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur.

c. Topografi

Pengaruh topografi pada tipe usaha tani berhubunggan

erat dengan iklim dan tanah. Perbedaan tinggi diatas

permukaan laut menyebabkan perubahan pada iklim. Makin

tinggi suatu tempat dari permukaan laut makin rendah

suhunya dan makin panjang masa tumbuhnya. Hal ini

berarti harus ada perbedaan tipe usaha tani di dataran

tinggi dengan dataran rendah. Tanah-tanah subur umumnya

terdapat didataran rendah.

Disamping faktor fisik yang terdiri dari iklim tanah dan

topografi, juga faktor ekonomi turut menentukan tipe usaha

tani di suatu daerah. Faktor-faktor ekonomi berubah dari

waktuke waktu. Perubahan faktor ekonomi tidak sama dari tahun

ke tahun. Karena itu petani harus mengenal sebab dan akibat

dari perubahan faktor-faktor ekonomi yang terjadi di

daerahnya. Ia harus mampu menbedakan perubahan yang kekal dan

sementara.

Tiga faktor ekonomi yang banyak mempengaruhi tipe usaha tani

dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Biaya tataniaga

Perbedaan biaya tataniaga yaitu biaya yang diperlukan

untuk menempuh jarak dari produsen ke konsumen mempengaruhi

tipe usaha tani yang diusahakan di suatu daerah. Biaya ini

meliputi biaya pengangkutan, biaya pengolahan, biaya

penyimpanan dan biaya penjualan.

b. Perubahan harga produksi.

Perubahan harga produksi usaha tani mempengaruhi tipe

usaha tani di suatu daerah. Perubahan harga produksi

mempunyai sifat kekal atau sifat sementara yang dalam waktu

yang relatif singkat akan kembali menjadi normal. Dengan

demikian petani harus mampu membedakan antara sifat

perubahan yang kekal dan yang sementara. Jangan terlalu

cepat mengubah tipe usaha tani apabila perubahan harga itu

bersifat sementara.

c. Persediaan modal

Modal lebih banyak mempengaruhi besarnya usahatani

daripada tipenya. Tetapi bagi petani muda yang baru mulai

berusaha, besarnya modal yang tersedia akan menentukan tipe

usahataninya.

Disamping faktor – faktor fisik dan ekonomi, ada faktor –

faktor lain yang mempengaruhi terhadap tipe usaha tani

misalnya hama dan penyakit, tipe usaha tani tetangga dan

pilihan pribadi. Tetapi pengaruh faktor ini sangat kecil di

bandingkan dengan pengaruh faktor fisik dan ekonomi. Jikalau

seorang mengabaikan faktor – faktor iklim,  jenis tanah,

topografi, dan faktor – faktor ekonomi maka ia pasti akan

mengalami kegagalan.

3. Struktur usahatani

Pola usahatani dapat ditentukan menurut banyaknya cabang

usaha tani yang diusahakan. Berdasarakan jumlah cabang usahatani

yang diusahakan usahatani dapat dibedakan sbb :

a. Usahatani Khusus

Usahatani khusus adalah usahatani yang mempunyai satu

cabang saja. Contohnya: usahatani tembakau, usahatani padi,

usahatani sapi perah. Faktor yang mempengaruhi petani

memilih 1 cabang adalah:

Faktor yang mempengaruhi petani memilih hanya 1 cabang ialah

:

• Keadan fisis tanah yaitu apakah mendapat air pengairan

sepanjang tahun sehingga cocok ditanami padi.

• Prinsip keuntungan komperatif yaitu mengusahakan cabang

usahatani yang memberikan keuntungan paling besar

dibandingkan dengan cabang usahatani lain.

b.    Usahatani Tidak Khusus

Petani mengusahakan bermacam-macam usahatani. Seperti

ternak atau ikan. Hal ini dilakukan jika petani memiliki dan

mengusahakan berbagai macam tanah seperti: tanah sawah,

tanah darat, padang rumput dan kolam.

c.    Usahatani Campuran

Merupakan bentuk usahatani yang diusahakan secara bercampur

antara tanaman dengan tanaman, tanaman dengan ternak,

tanaman dengan ikan dsb. Usahatani ini juga dikenal dengan

tumpang sari, misalnya tumpang sari antara jagung dengan

kacang tanah, tumpang sari antara padi dan ikan.Kombinasi

antara tanaman dan ternak dikenal dengan isatilah mixed farm.

Keuntungannya adalah :

• Ternak memberikan tenaga kerja dalam waktu- waktu

tertentu.

• Ternak memberikan makan berupa protein

Pemilihan khusus atau tidak khusus ditentukan oleh:

• Kondisi lahan

• Musim/iklim setempat

• Pengairan

• Kemiringan lahan

• Kedalaman lahan

Pemilihan khusus dilakukan berdasarkan keadaan tanah yang

menyangkut kelangsungan produksi dan pertimbangan keuntungan.

Pemilihan tidak khusus dilakukan oleh petani karena dipaksa

oleh keadaan lahan yang dimiliki, misalnya bila petani

memiliki sawah, tanah kering dan kolam, maka pilihan komoditi

yang terbaik adalah yang menyebabkan kenaikan produk dari yang

satu diikuti oleh kenaikan produk cabang usaha yang lain.

4. Corak usahatani

Tujuan kegiatan usaha tani berbeda-beda karena pengaruh

lingkungan alam dan kemampuan pengusahanya. Ada petani yang

kegiatannya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yang

disebut dengan usaha tani pencukup kebutuhan keluarga (selfsufficient

farm / subsistences farms), dan adapula kegiatannya yang bertujuan

untuk mendapatkan untung sebesar-besarnya yang disebut dengan

usaha tani komersial (commercial farm).

Karena ciri dan sifat yang dimilki oleh usahatani komersial

& pencukup kebutuhan keluaraga, beberapa ahli memberikan nama

lain kepada kedua usahatani ini. Usaha tani komersial disebut

juga dengan nama usahatani dinamis & usahatani tidak komersial

disebut usahatani statis.  Penggolongan tersebut dimaksudkan

untuk menggambarkan keadaan saat tertentu, karena setiap

usahatani statis dapat berubah melalui masa peralihan menjadi

usaha tani dinamis.

Para ahli telah banyak menegemukakan pendapatnya untuk

membedakan apakah suatu usahatani tergolong subsisten atau

komersil. Salah satu ukuran itu adalah tindakan ekonomi petani

dalam penggunaan unsur-unsur produksi. Penggunaan unsur produksi

misalnya penggunaan tenaga kerja & pemilihan cabang usaha sering

didasarkan pada kebiasaan.Hubungan petani dengan dunia luar

usahataninya merupakan dasar pengukur tingkat perkembangan usaha

tani.

Beberapa ukuran yang banyak untuk menyatakan tingkat & sifat

integrasi petani dengan desa dan kota sekitarnya adalah

Perbandingan antara jumlah produk yang dijual ke pasar

dan yang dikonsumsi.

Perbandingan antara jumlah korbanan yang dibeli

terhadap jumlah seluruh korbanan yang digunakan dalam

proses produksi.

Tingkat Teknologi.

Corak usahatani berdasarkan tingkatan hasil pengelolaan

usahatani yang ditentukan oleh berbagai ukuran/kriteria, antara

lain:

• Nilai umum, sikap dan motivasi

• Tujuan produksi

• Pengambilan keputusan

• Tingkat teknologi

• Derajat komersialisasi dari produksi usahatani

• Derajat komersialisasi dari input usahatani

• Proporsi penggunaan faktor produksi dan tingkat keuntungan

• Pendayagunaan lembaga pelayanan pertanian setempat

• Tersedianya sumber yang sudah digunakan dalam usahatani

• Tingkat dan keadaan sumbangan pertanian dalam keseluruhan

tingkat ekonomi.

5. Bentuk usahatani

Bentuk usahatanidi bedakan atas penguasaan faktor produksi

oleh petani, yaitu:

• Perorangan

Dalam usahatani ini, unsur-unsur produksi ditentukan oleh

seseorang dan pengelolaannya dilakukan oleh seseorang. Tanah yang

diusahakan dapat berupa miliknya atau orang lain. Jadi pada

usahatani ini masih terdapat variasi-variasi yang menghendaki

penggolongan-penggolongan yang lebih halus.

Tenaga kerja yang diperlukan didapatkan dari berbagai

sumber. Ada yang berasal dari petani sendiri beserta anggota

keluarganya dan ada yang berasal dari luar keluarga berdasarkan

gotong royong atau upah. Tenaga kerja yang diupah tersebut bisa

berbentuk:

Tenaga kerja tetap

Tenaga kerja harian

Tenaga kerja musiman

Di Indonesia sendiri banyak terdapat tenaga kerja yang

sebagian besar dari keluarga petani itu sendiri. Sebagian

besar pendapatan petani dalam setahun berasal dari

usahataninya. Ini disebut dengan usahatani keluarga (family

farm). Adapun ciri-cirinya, yaitu:

a. Sedikitnya separo dari seluruh jumlah tenaga kerja pria

yang diperlukan usahataninya

berasal dari petani penggarapnya dan anggota keluarga.

b. Sedikitnya separo dari jumlah pendapatan kotor yang

diterima oleh keluarga petaninya berasal dari usaha tani

tersebut.

Luas tanah tidak dapat dijadikan ukuran untuk

mendefinisikan usaha tani keluarga. Usaha tani keluarga

dapat pula terdiri dari tanah yang sempit. Karena tiap tanah

memberikan sifat dan kesuburan yang berbeda-beda maka

pemakaian luas tanah untuk mendefinisikan luas tanah tiak

mudah. Jumlah kerja yang diperlukan dan pendapatan kotor

tang diterima petani lebih tepat dijadikan dasar untuk

mendefenisikan usahatani keluarga. Faktor produksi dimiliki

atau dikuasai oleh seseorang, maka hasilnya juga akan

ditentukan oleh seseorang.

• Kooperatif

Faktor produksi dimiliki secara bersama, maka hasilnya

digunakan dibagi berdasar kontribusi dari pencurahan faktor

yang lain.Merupakan bentuk peralihan antar usaha tani

perseorangan dan usahatani kolektif.Pada usaha tani ini

tidak semua unsur-unsur  produksi dan pengelolaannya

dikuasai bersama.tanahnya masih milik perorangan.Usaha

bersama dituangkan dalam bentuk kerja sama di beberapa segi

seperti :

Kerjasama dalam penjualan hasil

Kerjasama dalam pembelian sarana produksi

Kerjasama dalam tenaga kerja.

Usaha tani kooperatif ini terbentuk karena petani-

petani kecil dengan modal yang lemah tidak mampu membeli

alat-alat pertanian yang berguna untuk mengembangkan

kegiatan usahanya. Dengan menggabungkan modal yang dimilki

mereka dapat membeli alat- alat untuk digunakan bersama yang

bertujuan untuk meningkatkan efesiensi penggunaan alat-alat

pertanian.

Faktor produksi dimiliki secara bersama, maka hasilnya

digunakan dibagi berdasar kontribusi dari pencurahan faktor

yang lain. Dari hasil usahatani kooperatif tersebut

pembagian hasil dan program usahatani selanjutnya atas dasar

musyawarah setiap anggotanya seperti halnya keperluan

pemeliharaan dan pengembangan kegiatan sosial dari kelompok

kegiatan itu antara lain: pemilikan bersama alat pertanian,

pemasaran hasil dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Anwas, Adiwilaga. 1982. Ilmu Usaha Tani. Alumni: Bandung

Bachraen Saeful. 2012. Penelitian Sistem Usaha Pertanian DiIndonesia. Bandung : IPB Press.

Isaskar, Riyanti. 2014. Modul 1. Pendahuluan: Pengantar Usaha Tani.

Laboratorium Analisis dan Manajemen Agribisnis. Fakultas

Pertanian Universitas Brawijaya

Makeham and Malcolm, 1981, Manajemen Usahatani di daerah Tropis

Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usahatani. UB Press: Malang

Soedjana, Tjeppy D. 2007. Sistem Usaha Tani Terintegrasi Tanaman-Ternak

Sebagai ResponsmPetani Terhadap Faktor Resiko. Jurnal Litbang

Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Tohir, Kaslan. 1983. Seuntai Pengetahuan Tentang Usaha Tani Indonesia. Bina

Aksara. Jakarta.