22
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN “PENGARUH CAHAYA (SUHU) TERHADAP KECEPATAN TRANSPIRASI TANAMAN PACAR AIR” Disusun Oleh: Fajarina Nurulita 103204216 Pendidikan Biologi B 2010 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI

Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Transpirasi

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

“PENGARUH CAHAYA (SUHU) TERHADAP KECEPATAN TRANSPIRASI TANAMAN PACAR AIR”

Disusun Oleh:

Fajarina Nurulita

103204216

Pendidikan Biologi B 2010

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAMJURUSAN BIOLOGI

2012BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya semua tumbuhan hijau itu membutuhkan dan mengeluarkan

air dalam setiap aktivitasnya. Tumbuhan mengeluarkan sejumlah air yang diserap

dari dalam tanah ke lingkungan sekitar dalam bentuk uap air. Hilangnya sejumlah

air dari dalam tumbuhan dalam bentuk uap air inilah yang disebut transpirasi.

Proses transpirasi ini terjadi pada bagian tumbuhan yaitu stomata, kutikula dan

lentisel. Namun, kebanyakan proses transpirasi yang dilakukan oleh tumbuhan,

hampir semua air dikeluarkan melaui stomata.

Proses transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel mesofil ke

rongga antar sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel jaringan

bunga karang merupakan rongga yang besar, sehingga dapat menampung uap air

dalam jumlah yang banyak. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus

berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap air. Sel-sel yang

menguapkan airnya kerongga antar sel tentu akan mengalami kekurangan air

sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan air ini akan diisi oleh air yang

berasal dari xylem tulang daun yang selanjutnya tulang daun akan menerima air

dari batang dan batang menerima dari akar.Uap air yang terkumpul dalam rongga

antar sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut selama stomata pada

epidermis daun tidak membuka. Kalaupun ada uap air yang keluar menembus

epidermis dan kutikula, jumlahnya hanya sedikit dan dapat diabaikan. Agar

transpirasi dapat berjalan, maka stomata pada epidermis tadi harus membuka.

Apabila stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel

dengan atmosfer.

Dalam melakukan transpirasi banyak sekali faktor yang mempengaruhinya,

diantaranya faktor dalam seperti besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, banyak

sedikitnya stomata, bentuk dan lokasi stomata dan lain-lain. Sedangkan faktor luar

seperti suhu, intensitas cahaya, kelembapan, angi, dan keadaan air tanah.

Berdasarkan latar belakang di atas maka akan dilakukan penelitian untuk

mengetahui pengaruh cahaya (suhu) terhadap kecepatan transpirasi pada tanaman

pacar air.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan metode timbangan ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan

metode timbangan.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pacar Air (Impatient balsamina L.)

Pacar air merupakan tanaman terna berbatang basah, lunak, bulat,

bercabang, warna hijau kekuningan. Pacar air biasanya ditanam sebagai tanaman

hias dengan tinggi 30-80 cm. Arah tumbuhnya tegak, percabangannya

monopodial.Daun tunggal, tersebar, berhadapan, atau dalam karangan. Bentuk daun

lanset memanjang, pinggirnya bergerigi, ujung meruncing, tulang daun menyirip.

Warna daun hijau muda tanpa daun penumpu, jika ada daun penumpu bentuknya

kelenjar. Bagian bawah membentuk roset akar. Tulang daun menyirip. Luas

daunnya sekitar 2 sampai 4 inchi. Pangkal daun bergerigi tajam, runcing. Terna ini

memiliki akar serabut. Bakal buah menumpang, beruang 4-5. Dalam satu ruangan

tersebut terdapat dua atau lebih bakal biji. Buah membuka kenyal dan termasuk

buah batu dengan 5 inti. Bentuk buah elliptis, pecah menurut ruang secara kenyal.

Benihnya endospermic. Embrio akan mengalami diferensiasi.

Tanaman ini memiliki aneka macam warna bunga. Ada yang putih, merah,

ungu, kuning, jingga, dll. Jika pacar air yang berbeda warna disilangkan, maka akan

terbentuk keturunan yang beraneka ragam. Bunga zygomorph, berkelamin 2, di

ketiak. Daun kelopak 3 atau 5, lepas atau sebagian melekat, bertaji. Daun kelopak

samping berbentuk corong miring, berwarna, dan terdapat noda kuning di

dalamnya. Sedikit di atas pangkal daun mahkota memanjang menjadi taji dengan

panjang 0,2-2 cm. Daun mahkota 5, lepas. Daun mahkota samping berbentuk

jantung terbalik dengan panjang 2-2,5 cm, yang 2 bersatu dengan kuku, yang lain

lepas tidak berkuku dan lebih pendek. Ada 5 benangsari dengan tangkai sari yang

pendek, lepas, agak bersatu. Kepala sarinya bersatu membentuk tudung putih.Bunga

terkumpul 1-3. Setiap tangkai hanya berbunga 1 dan tangkainya tidak beruas.

Memiliki 5 kepala putik.

B. Transpirasi Pada Tumbuhan

Tanpa air dan cahaya matahari, tumbuhan tidak dapat melakukan proses

fotosintesis. Air diperoleh tumbuhan dengan mengirimkan sistem akar ke dalam

tanah. Sedangkan cahaya didapatkan oleh tumbuhan dengan mengarahkan daun-

daunnya ke udara. Pengangkutan bahan-bahan dan air pada tumbuhan dinamakan

translokasi, yang terjadi dalam sistem khusus pembuluh-pembuluh pengangkut.

Semua ini terdapat berkelompok dan disebut berkas vaskuler yang meluas ke

seluruh organ tumbuhan mulai dari akar, batang, daun (dalam tulang/uratnya), serta

bunga sehingga transport antara organ-organ terlaksana dengan cepat dan efisien.

Di dalam berkas vaskuler ditemukan dua macam jaringan yang berlainan,yaitu

xilem dan floem yang merupakan jaringan pada tumbuhan yang digunakan untuk

mengangkut air dan unsur-unsur hara serta hasil dari fotosintesis.

Selain pengangkutan air dan bahan-bahan yang dilakukan oleh tumbuhan,

tumbuhan juga melakukan penguapan air. Penguapan air pada tumbuhan dinamakan

transpirasi. Harus begitu banyak air yang hilang melalui proses transpirasi untuk

membesarkan tumbuhan. Karena rangka molekul semua bahan organik pada

tumbuhan terdiri dari atom karbon yang harus diperoleh dari atmosfer. Karbon

masuk ke dalam tubuh tumbuhan sebagai karbon dioksida (CO2) melalui stomata,

yang paling banyak terdapat di permukaan daun, dan air keluar secara difusi melalui

pori yang sama ini pada saat stomata terbuka.

Faktor lingkungan mempengaruhi tidak hanya pada proses fisika penguapan

dan difusi, tetapi juga mempengaruhi membuka-menutupnya stomata pada

permukaan daun yang dilalui lebih dari 90% air yang yang ditranspirasikan dan

CO2. Naiknya suhu daun, misalnya, sangat banyak menaikkan penguapan dan

sedikit difusi, namun mungkin menyebabkan stomata menutup dan membuka lebih

lebar, bergantung pada spesies dan faktor lain. Waktu matahari terbit, stomata

membuka karena meningkatnya pencahayaan, dan cahaya menaikkan suhu daun

sehingga air menguap lebih cepat. Naiknya suhu membuat udara mampu membawa

lebih banyak kelembaban, maka transpirasi meningkat dan barangkali bukaan

stomata pun terpengaruh. Angin membawa lebih banyak CO2 dan mengusir uap air.

Hal ini menyebabkan penguapan dan penyerapan CO2 meningkat, tapi agak kurang

dari yang diduga, karena meningkatnya karbon dioksida menyebabkan stomata

menutup sebagaian. Bila daun dipanaskan oleh sinar matahari dengan panas yang

melebihi suhu udara, angin akan menurunkan suhunya. Akibatnya, transpirasi

menurun. Bila kandungan air tanah terbatas, transpirasi dan penyerapan CO2

terhambat, karena stomata menutup.

1. Mekanisme Transpirasi Melalui Stomata

Daun tersusun atas sel-sel epidermis atas, jaringan mesofil yang terdiri

atas jaringan palisade dan jaringan bunga karang dengan ikatan pembuluh

diantara sel epidermis bawah dengan stomata. Transpirasi dimulai dengan

penguapan air oleh sel-sel mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun.

Dalam hal ini rongga antar sel jaringan bunga karang merupakan rongga yang

besar, sehingga dapat menampung uap air dalam jumlah yang banyak.

Penguapan air ke rongga antar sel akan terus berlangsung selama rongga antar

sel belum jenuh dengan uap air. Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar

sel tentu akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun.

Kekurangan air ini akan diisi oleh air yang berasal dari xylem tulang daun yang

selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang menerima

dari akar.

Uap air yang terkumpul dalam rongga antar sel akan tetap berada dalam

rongga antar sel tersebut selama stomata pada epidermis daun tidak membuka.

Kalaupun ada uap air yang keluar menembus epidermis dan kutikula, jumlahnya

hanya sedikit dan dapat diabaikan. Agar transpirasi dapat berjalan, maka

stomata pada epidermis tadi harus membuka. Apabila stomata membuka, maka

akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer. Kalau tekanan

uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel, uap air dari rongga antar

sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi.Pada dasarnya

stomata akan membuka apabila turgor sel penutup tinggi dan stomata akan

menutup apabila turgor sel penutup rendah. Mekanisme membuka dan

menutupnya stomata dapat dijelaskan dengan tiga teori, yaitu teori perubahan

pati menjadi gula, teori pengangkutan proton K+, dan bukaan stomata pada

tanaman sukulen.

Berikut ini adalah teori perubahan pati menjadi gula :

a. Siang hari terjadi fotosintesis, CO2 diserap, kandungannya dalam ruang

antar sel menurun, pH naik (7), pati dalam sel penjaga terhidrolisis menjadi

gula, Ψs sel penjaga turun, Ψw turun, endoosmosis di sel penjaga, Ψp naik,

dinding sel penjaga tertekan ke arah luar, stomata terbuka.

Teori pengangkutan proton (K+)

b. Pada siang hari, saat fotosintesis di sel penjaga terbentuk zat antara

fotosintesis yaitu asam malat, kemudian dipecah menjadi H+ dan ion malat,

H+ keluar dari sel penjaga, kedudukannya digantikan K+, terjadiikatan K+

dg ion malat membentuk kalium malat, Kmalat masuk ke vakuola sel

penjaga dan menurunkan Ψs nya. Terjadi endoosmosis ke dalam sel

penjaga, Ψp sel penjaga naik, turgor, dinding sel dari sel penjaga tertekan ke

arah luar, stomata membuka.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Transpirasi

a. Faktor Dalam

Kegiatan transpirasi terpengaruh oleh banyak faktor baik faktor-

faktor dalam ataupun faktor-faktor luar, yang terhitung sebagai faktor-faktor

dalam adalah :

Besar kecilnya daun

Tebal tipisnya daun

Berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun

Banyak sedikitnya bulu di permukaan daun

Banyak sedikitnya stomata

Bentuk dan lokasi stomata

Hal-hal ini semua yang mempengaruhi kegiatan transpirasi.

(1) Bentuk serta distribusi stomata

(2) Membuka dan menutupnya stomata

(3) Banyaknya stomata

Stomata

Pada daun terdapat lapisan kutikula berlilin dipermukaan daun

sehingga dapat menghambat difusi, sehingga sebagian uap air dan gas

lainnya melewati bukaan di antara sel penjaga, bukaan tersebut disebut pori

stomata. Air menguap dalam daun, dari dinding sel parenkima palisade dan

parenkima bunga karang, yang secara bersama disebut mesofil, ke dalam

ruang antar sel yang sinambung dengan udara diluar, saat stomata

membuka. Karbon dioksida mengikuti lintas difusi sebaliknya, yaitu masuk

ke dalam daun.

Kadang stomata hanya terdapat di permukaan bawah daun, tapi sering kita

temui di kedua permukaan, meskipun lebih banyak terdapat di bagian

bawah. Stomata juga berada di dalam cekungan stomata, dan stomata yang

seperti ini di sebut stomata tersembunyi, stomata seperti ini tampaknya

merupakan adaptasi untuk mengurangi transpirasi.

Stomata tumbuhan pada umumnya membuka saat matahari terbit dan

menutup saat matahari tenggelam, sehingga memungkinkan masuknya CO2

yang diperlukan untuk fotosintesis pada siang hari. Stomata menutup lebih

cepat jika tumbuhan ditempatkan dalam gelap secara tiba-tiba. Tingkat

cahaya yang tinggi mengakibatkan stomata membuka lebih besar. Pada

sebagian besar tumbuhan, konsentrasi CO2 yang rendah didaun membuat

stomata membuka.

Stomata pada banyak (tetapi tidak semua) spesies sangat peka

terhadap kelembapan atmosfer. Stomata menutup bila selisih kandungan uap

air di udara dan di ruang antar sel melebihi titik kritis. Potensial air di daun

juga sangat berpengaruh pada pembukaan dan penutupan stomata. Bila

potensial air menurun (rawan air meningkat), stomata menutup. Pengaruh

dapat dilawan oleh tingkat CO2 rendah dan cahaya terang. Pada beberapa

tumbuhan, suhu yang tinggi mengakibatkan pembukaan stomata dan bukan

penutupan, akibatnya transpirasi meningkat dan mengusir bahang dari daun.

Angin juga mampu meningkatkan transpirasi, menjadikan keadaan rawan air

dan penutupan stomata.

b. Faktor Luar

Kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor –

faktor dalam maupun faktor-faktor luar. Yang terhitung sebagai faktor-

faktor dalam ialah besar-kecilnya daun, tebal-tipisnya daun, berlapiskan lilin

atau tidaknya permukaan daun, banyak-sedikitnya bulu pada permukaan

daun, banyak-sedikitnya stoma, bentuk dan lokasi stomata ; hal-hal ini

semua mempengaruhi kegiatan transpirasi. Disamping itu kita kenal faktor-

faktor luar seperti radiasi, temperatur, kebasahan udara, tekanan udara,

angin, keadaan air dalam tanah.

(1) Sinar matahari

Sinar matahari menyebabkan membukanya stoma dan gelap

menyebabkan tertutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga

mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas

(terutama sinar infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah

panas, dengan demikian menaikkan tempratur. Kenaikan tempratur

sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stoma

dan dengan demikian memperbesar transpirasi.

Kita merumuskan bahwa suhu daun dan sekitarnya adalah sama.

Pada kenyataannya daun-daun yang terkena cahaya matahari langsung

mempunyai suhu beberapa derajat lebih tinggi daripada udara

disekitarnya, dan karena itu cahaya mempegaruhi transpirasi bukan

hanya melalui pengendalian pembukaan dan penutupan stomata tetapi

juga melalui efek sekunder terhadap suhu daun. Tjitrosomo (1990)

merumuskan bahwa cahaya mempengaruhi laju transpirasi melalui dua

cara sebagai berikut :

Sehelai daun yang dikenai cahaya matahari secara langsung akan

mengabsorbsi energi radiasi. Hanya sebagian kecil dari energi

tersebut yang digunakan dalam fotosintesis. Pemanasan tersebut

meningkatkan transpirasi, karena suhu daun biasanya merupakan

faktor terpenting yang mempengaruhi laju proses tersebut. Fakta

yang menunjukkan bahwa daun yang kena cahaya matahari

mempunyai laju suhu yang lebih tinggi daipada suhu udara

memungkinkan laju transpirasi yang cepat, bahkan dalam udara

yang jenuh.

Cahaya tidak usah selalu berbentuk cahaya langsung, dapat pula

mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-

tutupnya stomata.

(2) Temperatur

Adalah faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi transpirasi

daun yang ada dalam keadaan turgor. Temperatur udara akan

mempengaruhi kelembaban relative di sekitar daun. Makin tinggi suhu,

biasanya akan menyebabkan kelembabab relative udara menjadi makin

rendah, sehingga akan mengakibatkan perbedaan tekanan uap air di

dalam rongga daun dengan di udara menjadi makin besar yang akhirnya

dapat meningkatkan laju transpirasi. Sebaliknya semakin rendah suhu,

kelembaban relatifnya menjadi semakin tinggi sehingga perbedaan

tekanan uap air di udara menjadi makin kecil yang akhirnya

menyebabkan laju transpirasi menurun.

(3) Kelembapan udara

Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam

keadaan yang demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih

tinggi dari pada tekanan uap di luar daun, atau dengan kata lain, ruang di

dalam daun itu lebih kenyang akan uap air daripada udara di luar daun,

jadi molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi tinggi (di dalam

daun) ke konsentrasi yang rendah (di luar daun. Kesimpulannya ialah,

udara yang basah menghambat transpirasi, sedang udara kering

melancarkan transpirasi.

Sedangkan pada kondisi alamiah, udara selalu mengandung uap air,

biasanya dengan konsentrasi antara 1 sampai 3 persen. Sebagian dari

molekul air tersebut bergerak ke dalam daun melalui stomata dengan

proses kebalika transpirasi. Laju gerak masuknya molekul uap air

tersebut berbanding dengan konsentrasi uap air udara, yaitu kelembaban.

Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto

dari air yang hilang. Dengan demikian, seandainya faktor lain itu sama,

transpirasi akan menurun dengan meningkatnya kelembaban udara.

(4) Angin

Pada umumnya, angin dengan kecepatan yang sedang itu menambah

kegiatan transpirasi. Hal tersebut dikarenakan, angin membawa pindah

uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma. Dengan demikian, maka

uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan

untuk difusi ke luar. Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung

saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Secara singkat dapat

disimpulkan bahwa angin cenderung untuk meningkatkan laju

transpirasi, baik di dalam naungan atau cahaya, melalui penyapuan uap

air. Akan tetapi, di bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap

penurunan suhu daun, dengan demikian terhadap penurunan laju

transpirasi, cenderung lebih penting daripada pengaruhnya terhadap

penyingkiran uap air.

Dalam udara yang sangat tenang suatu lapisan tipis udara jenuh

terbentuk di sekitar permukaan daun yang lebih aktif bertranspirasi. Jika

udara secara keseluruhan tidak jenuh, maka akan terdapat gradasi

konsentrasi uap air dari lapisan udara jenuh tersebut ke udara yang

semakin jauh semakin tidak jenuh. Dalam kondisi seperti itu transpirasi

terhenti karena lapisan udara jenuh bertindak sebagai penghambat difusi

uap air ke udara di sekitar permukaan daun. Oleh karena itu, dalam

udara yang tenang terdapat dua tahanan yang harus ditanggulangi uap air

untuk berdifusi dari ruang-ruang antar sel ke udara luar. Yang pertama

adalah tahanan yang harus dilalui pada lubang-lubang stomata, dan yang

kedua adalah tahanan yang ada dalam lapisan udara jenuh yang

berdampingan dengan permukaan daun.

Oleh karena itu dalam udara yang bergerak, besarnya lubang stomata

mempunyai pengaruh lebih besar terhadap transpirasi daripada dalam

udara tenang. Namun, pengaruh angin sebenarnya lebih kompleks

daripada uraian tadi karena kecendrungannya untuk meningkatkan laju

transpirasi sampai tahap tertentu dikacaukan oleh kecendrungan untuk

mendinginkan daun-daun sehingga mengurangi laju transpirasi. Tetapi

efek angin secara keseluruhan adalah selalu meningkatkan transpirasi.

(5) Keadaan air dalam tanah

Air di dalam tanah ialah satu-satunya suber yang pokok, dari mana

akar-akar tanaman mendapatkan air yang dibutuhkannya. Absorpsi air

lewat bagian-bagian lain yang ada di atas tanah seperti batang dan daun

juga ada, akan tetapi pemasukan air lewat bagian-bagian itu tiada

seberapa kalau dibanding dengan penyerapan air melalui akar.

Tersedianya air dalam tanah adalah faktor lingkungan lain yang

mempengaruhi laju transpirasi. Bila kondisi air tanah sedemikian

sehingga penyediaan air ke sel-sel mesofil terhambat, penurunan laju

transpirasi akan segera tampak.Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh

kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari akar.

Pada siang hari, biasanya air ditranspirasikan dengan laju yang lebih

cepat daripada penyerapannya dari tanah. Hal tersebut menimbulkan

defisit air dalam daun. Pada malam hari akan terjadi kondisi yang

sebaliknya, karena suhu udara dan suhu daun lebih rendah. Jika

kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar,

gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat

C. Pengaruh Transpirasi

Dengan adanya transpirasi maka air dari kapiler dalam tanah mengalir ke

atas sampai ke daun. Air hanya sedikit saja yang digunakan sebagai pertumbuhan

sisanya dalam jumlah yang sangat besar diuapkan melalui traspirasi. Semakin lebar

daun maka, jumlah stomata semakin banyak sehingga transpirasi semakin

besar.Walaupun begitu, transpirasi sangat penting bagi tumbuhan dengan catatan

jika kadar air kapiler tanah mencukupi. Hara yang terdapat dalam tanah masuk ke

dalam dan antar sel, akibat berikatan atau terbawa oleh air karena transpirasi, air

yang di fotolisis berperan dalam fotosintesis sehingga tumbuhan dapat tumbuh.

Berikut adalah pengaruh dari transpirasi :

Pengangkutan air ke daun dan difusi air antar sel

Penyerapan dan pengangkutan air, hara

Pengangkutan asimilat

Membuang kelebihan air

Pengaturan bukaan stomata

Mempertahankan suhu daun

D. Dampak Negatif Transpirasi

Selain membawa dampak yang positf, transpirasi juga memiliki dampak yang

negatif bagi tumbuhan, diantaranya sebagai berikut :

Transpirasi dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas,

penyerapan air tidak mampu mengimbangi laju transpirasi, Ψw sel turun, Ψp

menurun, tanaman layu, layu permanent, mati, hasil tanaman menurun.

Sering terjadi di daerah kering, perlu irigasi, meningkatkan lengas tanah,

pada kisaran layu tetap – kapasitas lapangan. Ketika air kapiler dalam tanah

tidak mencukupi (air kapiler lebih kecil dari transpirasi) taganagan turgor

tanaman turun dan akibatnya tanaman akan layu, jika hal ini terus berlanjut

sampai titik latu permanen maka tanaman dapat mengalami kematian.

BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam percobaan ini yaitu eksperimen, karena

menggunakan variabel-variabel, diantaranya variabel kontrol, variabel manipulasi,

dan variabel respon.

B. Variabel Percobaan

Variabel-variabel yang digunakan dalam percobaab ini, diantaranya :

1. Variabel kontrol : Jenis tanaman, morfologi tanaman, jumlah daun,

waktu percobaan, volume air dalam tabung

erlemenyer.

2. Variabel manipulasi : Intensitas cahaya, suhu ruangan dan kelembapan.

3. Variabel respon : Kecepatan transpirasi dan berat tanaman yang

berada di erlemenyer.

C. Alat dan Bahan

Alat

1. Tabung erlemenyer 250 ml

2. Sumbat erlemenyer dengan lubang ditengahnya

3. Timbangan

4. Termometer

5. Higrometer

6. Lux meter

7. Bohlam lampu 100 watt

8. Pisau atau silet

9. Penggaris

10. Kertas milimeter

Bahan

1. Vaselin

2. Air

3. Tanaman pacar air (Impatient balsamina L.)sebanyak 2 buah.

D. Langkah Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

2. Menyediakan 2 buah erlenmeyer dan diisi dengan air volume 150 ml

3. Memotong miring pangkal batang pucuk tanaman pacar air di dalam air, dan

segera memasukkan potongan tanaman tersebut ke dalam tabung erlenmeyer

melalui lubang yang ada pada sumbat sampai bagian yang terpotong miring

terendam air. Membuang bunga, kuncup, dan daun yang rusak dan mengolesi

bagian yang luka serta celah-celah yang ada pada sumbat tabung dengan

menggunakan vaselin.

4. Menimbang kedua erlenmeyer tersebut lengkap dengan tanaman yang ada di

dalamnya dan mencatat berat dari kedua tabung tersebut.

5. Meletakkan erlenmeyer satu di dalam ruangan yang kurang cahaya dan yang

satunya di tempat yang berjarak 20 cm dari lampu pijar 100 watt. Mengukur

kondisi lingkungan di tempat keduanya diletakkan (suhu, intensitas, dan

kelembabannya).

6. Menimbang erlenmeyer beserta perlengkapannya setiap 30 menit dan

mencatatnya pada masing-masing erlenmeyer.

7. Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali pada masing-masing Erlenmeyer.

E. Desain Percobaan

Alat dan bahan

-Disiapkan di atas meja

2 Buah erlemenyer

-Diisi dengan air sampai volume 150 ml.

2 Tanaman pacar air

-Dipotong miring pangkal batang pucuknya.

-Dimasukkan ke dalam tabung erlemenyer melalui lubang sumbat sampai bagian yang terpotong miring terendam air.

Tanaman pacar air

-Dibuang bagian bunga, kuncup, dan daun yang rusak.

Vaseline

-Dioleskan pada bagian yang luka serta celah-celah yang ada pada sumbat tabung.

Erlemenyer dan pacar air

-Ditimbang dan dicatat berat dari kedua tabung tersebut.

Erlemenyer A Erlemenyer B

-Di letakkan di tempat yang berjarak 20 cm dar lampu 100 watt.

-Di letakkan di tempat yang gelap

-Ditimbang setiap 30 menit dan dicatat.-Diulangi sebanyak 3 kali.

Hasil

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh data sebagai

berikut:

1. Tabel I

Pengaruh Cahaya (Suhu) terhadap Kecepatan Transpirasi

Perlakuan Waktu Berat Awal Berat Akhir Selisih Berat

Gelap

30 menit 316 gr 311 gr 5 gr

30 menit 311 gr 310 gr 1 gr

30 menit 310 gr 309,5 gr 0,5 gr

Terang

30 menit 310 gr 308,5 gr 1,5 gr

30 menit 308,5 gr 301,5 gr 7 gr

30 menit 301,5 gr 300,7 gr 0,8 gr

Keterangan :

Kelembapan :

- Gelap = 83%

- Terang = 82%

Suhu :

- Gelap = 27oC

- Terang = 32oC

2. Tabel II

PerlakuanLuas Daun (cm) Total

luasI II III IV V VI

Gelap 13 24 16 18 11 19101

cm2

Terang 23 12 11 16 21 21104

cm2

Intensitas cahaya terang = 320 watt/m2

Intensitas cahaya gelap = 80 watt/m2

B. Grafik

80 3200

0.00010.00020.00030.00040.00050.00060.00070.00080.0009

0.001

Grafik Pengaruh Cahaya (Suhu) Terhadap Kecepatan Transpirasi

Intensitas Cahaya (Suhu) cd/m2

Kece

pata

n Tr

ansp

irasi

gr/m

enit/

cm2

Gelap

Terang

C. Analisis Data

Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh grafik seperti di atas,

sehingga dapat dianalisis bahwa tanaman pacar air yang diletakkan di tempat yang

terang (dekat lampu sebesar 100 watt dengan jarak 20 cm) yang memiliki luas daun

sebesar 104 cm2, suhu 32oC dan intensitas cahaya terang sebesar 320 cd/m2

mempunyai kecepatan transpirasi sebesar 0,001 gr/menit/cm2.

Sedangkan untuk tanaman pacar air yang diletakkan di tempat yang gelap,

memiliki luas daun sebesar 101 cm2, dengan suhu 27oC dan intensitas cahaya gelap

sebesar 80 cd/m2mempunyai kecepatan transpirasi sebesar 0,0007 gr/menit/cm2.

Sehingga tumbuhan pacar air yang diletakkan di tempat yang terang memiliki

kecepatan transpirasi lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pacar air yang

diletakkan di tempat yang gelap.

D. Pembahasan

Berdasarkan analisis data di atas, bahwa intesitas cahaya (suhu)

mempengaruhi kecepatan transpirasi pada tanaman pacar air. Hal tersebut dapat

dibuktikkan sesuai dengan pecobaan dan perhitungan yang kami lakukan, untuk

tanaman pacar air di tempat yang terang kecepatan transpirasinya sebesar 0,001

gr/menit/cm2sedangkan untuk tanaman pacar air yang diletakkan di tempat yang

gelap mempunyai kecepatan transpirasi sebesar 0,0007 gr/menit/cm2. Dari kedua

data diperoleh hasil yang berbeda, hal tersebut dikarenakan pada botol A yang

diletakkan di tempat yang terang dengan intensitas cahaya sebesar 320 watt/m2 akan

menyebabkan stomata pada tanaman pacar air lebih cepat membuka, sehingga

menyebabkan proses transpirasi berjalan lebih cepat. Sedangkan pada botol B yang

diletakkan di tempat yang gelap dengan intensitas cahaya sebesar 80 watt/m2yang

menyebakan proses membukanya stomata pada tanaman pacar air sedikit lebih

lambat atau mengalami penurunan.

Selain intensitas cahaya, suhu juga merupakan faktor yang mempengaruhi

kecepatan transpirasi pada tanaman pacar air. Untuk suhu lingkungan yang berada

di sekitar botol A suhunya mencapai 32oC, sedangkan pada botol B suhu

lingkungan mencapai 27oC. Temperatur udara akan mempengaruhi kelembaban

relative di sekitar daun. Makin tinggi suhu, biasanya akan menyebabkan

kelembabab relative udara menjadi makin rendah, sehingga akan mengakibatkan

perbedaan tekanan uap air di dalam rongga daun dengan di udara menjadi makin

besar yang akhirnya dapat meningkatkan laju transpirasi. Sebaliknya semakin

rendah suhu, kelembaban relatifnya menjadi semakin tinggi sehingga perbedaan

tekanan uap air di udara menjadi makin kecil yang akhirnya menyebabkan laju

transpirasi menurun.

Faktor yang terakhir mempengaruhi kecepatan transpirasi pada percobaan

yang telah dilakukan yaitu luas permukaan daun. Apabila semakin lebar luas

permukaan daun maka kecepatan transpirasi akan semakin cepat atau semakin

tinggi, sedangkan apabila semakin sempit luas permukaan daun maka kecepatan

transpirasi semakin lambat atau menurun. Pada percobaan yang kami lakukan luas

permukaan daun pada botol A sebesar 104 cm2 sedangkan luas permukaan daun

pada botol B sebesar 101 cm2. Sehingga dapat kita ketahui bahwa luas permukaan

daun pada botol A lebih lebar yang mengakibatkan akan semakin banyak jumlah

stomata yang ada pada daun tersebut. Karena stomata yang semakin banyak itulah,

maka akan mempengaruhi kecepatan transpirasi.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari dan pembahasan data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa :

1. Intensitas cahaya (suhu) dapat mempengaruhi kecepatan transpirasi pada

tumbuhan. Semakin tinggi cahaya (suhu) maka semakin cepat pula laju

transpirasi begitu juga sebaliknya. Semakin rendah cahaya (suhu) maka semakin

lambat laju transpirasi pada tumbuhan.

LAMPIRAN

Perhitungan Kecepatan Transpirasi

Botol A (Kondisi terang)

1. 30 menit pertama

Kecepatan transpirasi = 1,5 gr

30 menit104 cm2

= 0,0005 gr/menit/cm2

2. 30 menit kedua

Kecepatan transpirasi = 7gr

30 menit104 cm2

= 0,0022 gr/menit/cm2

3. 30 menit ketiga

Kecepatan transpirasi = 0,8 gr

30 menit104 cm2

= 0,0002 gr/menit/cm2

Botol B (Kondisi gelap)

1. 30 menit pertama

Kecepatan transpirasi = 5gr

30 menit101 cm 2

= 0,0016 gr/menit/cm2

2. 30 menit kedua

Kecepatan transpirasi = 1gr

30 menit101 cm 2

= 0,0003 gr/menit/cm2

3. 30 menit ketiga

Kecepatan transpirasi = 0,5 gr

30 menit101 cm 2

Rumus kecepatan transpirasi = Selisihberat

WaktuLuas daun

Rata-rata kecepatan transpirasi :

0,0005+0,0022+0,00023

= 0,001gr/menit/cm2

Rata-rata kecepatan transpirasi :

0,0016+0,0003+0,00023

= 0,0007gr/menit/cm2

= 0,0002 gr/menit/cm2