129
PENGARUH UANG YANG BEREDAR (M2), KURS, INFLASI, DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP BETA SAHAM SYARIAH (JII) DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) Diajukan Oleh : FITRIAWATI 105081002473 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009

pengaruh uang yang beredar (m2), kurs, inflasi

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH UANG YANG BEREDAR (M2), KURS, INFLASI,

DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP BETA

SAHAM SYARIAH (JII) DAN INDEKS HARGA SAHAM

GABUNGAN (IHSG)

Diajukan Oleh :

FITRIAWATI

105081002473

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009

PENGARUH UANG YANG BEREDAR (M2), KURS, INFLASI,

DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP BETA

SAHAM SYARIAH (JII) DAN INDEKS HARGA SAHAM

GABUNGAN (IHSG)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat dalam Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

FITRIAWATI

NIM : 105081002473

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS Indoyama Nasaruddin, SE, MAB

NIP : 19570617 1985031 002 NIP : 19741127 2001121 002

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2009 M

Hari ini selasa tanggal 10 bulan November Tahun Dua Ribu Sembilan telah

dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Fitriawati NIM : 105081002473 dengan

judul Skripsi “ PENGARUH UANG YANG BEREDAR (M2), KURS,

INFLASI, DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP BETA

SAHAM SYARIAH (JII) DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN

(IHSG)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian

berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 November 2009

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Amir Syarifuddin, SH, MM Lies Suzanawati SE, M.Si

Ketua Sekretaris

Dr. Yahya Hamza, MM

Penguji Ahli

PENGARUH UANG YANG BEREDAR (M2), KURS, INFLASI,

DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP BETA

SAHAM SYARIAH (JII) DAN INDEKS HARGA SAHAM

GABUNGAN (IHSG) (Studi Empiris Pada Bursa Efek Indonesia)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat dalam Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

FITRIAWATI

NIM : 105081002473

Tim Penguji Skripsi

Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS Indoyama Nasaruddin, SE, MAB

NIP : 19570617 1985031 002 NIP : 19741127 2001121 002

Penguji Ahli

Arief Mufraini, Lc, M. Si

NIP. 197701222003121001

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H/2009 M

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Fitriawati 2. Tempat Tanggal Lahir : Bekasi, 31 Mei 1987 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Alamat : Jl. Sultan Hasanudin Rt 04/01

Kel.Tambun Selatan Kec. Tambun Selatan – Bekasi 17510

5. Telepon : 021-90471509 / 085694103524 6. E-mail : [email protected]

II. PENDIDIKAN

1. Sekolah Dasar : SDN Sukabungah Bekasi 2. Sekolah Menengah Pertama : MTs Attahiriyah Jakarta 3. Sekolah Menengah Atas : MAN Cikarang 4. S1 : Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Jurusan Manajemen Keuangan

II. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : H. Ma’ad HM (Alm) 2. Ibu : Hj. Siti Maryam 3. Tempat dan Tanggal Lahir : Bekasi, 11 Juni 1956 4. Alamat : Jl. Sultan Hasanudin Rt 04/01

Kel.Tambun Selatan Kec. Tambun Selatan – Bekasi 17510

5. Telepon : 021.88329336 6. Anak ke dari : 7 dari 11 Bersaudara

ii

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika tingkat resiko yang akan diterima oleh investor. Cara yang digunakan untuk mengetahui nilai beta dengan menggunakan CAPM (Capital Assets Pricing Model) dimana model ini menggunakan data indikator makro ekonomi (Uang yang beredar, Kurs, Inflasi, dan SBI) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Metode penelitian ini adalah purposive sampling dari 30 saham JII, terpilihnya 9 perusahaan yang konsisten masuk di dalam Jakarta Islamic Indeks (JII) dari periode januari 2004 sampai desember 2008. Penelitian ini menggunakan metode analisis jalur, dengan menggunakan Trimming dan uji Goodness fit yang mana setiap variabel menggunakan tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa uang beredar (M2), dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap suku bunga SBI. Suku bunga SBI dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap beta saham syariah. Dan uang beredar (M2), inflasi dan suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Kata kunci : Beta saham syariah, Resiko sistematik, uang beredar, Kurs, Inflasi,

Suku bunga SBI, Capital Asset Pricing Model, IHSG.

iii

ABSTRACT

The research aims to understand the dynamic of high risk would be received investors. One way is capital Assets Pricing Models) which beta is beta is taken as systematic risk parameter. This research uses of macro economic indicator (Money Supply, Exchange rate, Inflation, and Indonesian Bank Notes (Sertifikat Bank Indonesia) and IHSG. Method of research is purposive Sampling, from 30 stock listed every periode., there are 9 stock of research company that are traded which are consistent in Indonesian stock exchange from January 2004 still December 2008. This research uses path analysis method. With uses Trimming and with goodness fit test that level significant is 5% to each test. The result of the research suggest that Money Supply, Exchange rate, Inflation, and Indonesian Bank Notes (Sertifikat Bank Indonesia) Influence Significant To Share and IHSG. Keywords: Beta of Syariah Stock, Systematics Risk, Money Supply, Exchange

Rate, Inflation, Indonesian Bank Notes (Sertifikat Bank Indonesia), Capital Asset Pricing Model, IHSG

iv

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrohiim

Assalamu’laikum warrahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah, Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi

Muhammad SAW, para keluarganya, sahabatnya, dan seluruh umatnya.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan

karena keterbatasan baik dalam pengetahuaan maupun dalam teknik penulisan,

oleh karena itu dengan rendah hati dan lapang dada penulis mengharapkan saran

dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak.

Akhir kata penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi

ini:

1. ALLAH SWT yang maha berilmu, atas limpahan Rahmat dan Ilmu

pengetahuan yang tak terhingga.

2. Kedua orang tuaku tercinta Ayahanda H. Ma’ad HM (Alm) terimakasih

untuk kasih sayang yang tak terhingga, Pengalaman hidup yang beliau

berikan kepada penulis. Ibunda tercinta Hj. Siti Maryam, terimakasih

untuk kesetiaan, kasih sayang, do’a, semangat, kepercayaan, dan perhatian

yang tak pernah berhenti beliau berikan kepada penulis (I always do the

best).

3. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Pembimbing satu yang telah

meluangkan waktunya untuk berbagi ilmunya dalam membimbing

sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.

4. Indoyama Nasaruddin, SE, MAB selaku Ketua Jurusan Manajemen dan

Dosen Pembimbing dua yang telah meluangkan waktun, pikiran, dan

ilmunya sehingga membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Pembantu Dekan 1 yang juga telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

v

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan

bekal ilmu yang tak terhingga nilainya kepada penulis selama menjadi

mahasiswi, semoga menjadikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis kelak.

7. Terimakasih untuk kakak-kakakku k’dede yang tak lelah memberikan

dukungan moril maupun materil. K’emi yang selalu cerewet, adik-adik ku,

keponakanku, Dias, raray tersayang, dan semuanya yang selalu

mendukung setiap langkahku.

8. Untuk K’nuni yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan tak

bosan meminjamkan buku serta mendengarkan segala keluh kesah. Inke,

selalu setia membangunkan di setiap tahajud dan subuhnya. Anak kost an

eha, k’elon, isna, nellin, ara (Terimakasih untuk tawa, dan semangat yang

diberikan).

9. Untuk anak Manajemen B wido, Eny, Fay, Viny, susi, topay, agus, firman,

ridho, aries, ocid, dan semuanya yang tak bisa di sebutkan satu persatu.

Semua anak keuangan A dan B, untuk teman2 seperjuangan kompre,

sidang (Oneng, Gozali, Eka, Pokonya keep contact yahhhh). Untuk

spesialis editor k’wail selalu siap direpotkan (semoga Allah SWT

membalas semua kebaikkannya).

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas segala

bantuan dan kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis, Aamiien.

vi

DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... i

ABSTRAK .......................................................................................................... ii

ABSTRACT ........................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR........................................................................................ iv

DAFTAR ISI....................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ..................................................................... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pasar Modal ................................................................................. 14

B. Pasar Modal Syariah .................................................................... 16

C. Instrumen Pasar Modal Syariah ................................................... 17

D. Fungsi Pasar Modal Syariah ........................................................ 20

E. Faktor yang Mempengaruhi Investasi.......................................... 21

1. Return..................................................................................... 21

2. Resiko Saham......................................................................... 24

F. Hubungan Pengembalian dengan Resiko..................................... 28

1. Resiko Sistematik (beta) saham syariah ................................ 30

vii

2. Suku bunga SBI ..................................................................... 33

3. Kurs mata uang asing............................................................. 34

4. Tingkat Inflasi ........................................................................ 35

5. Uang yang Beredar ................................................................ 37

G. Penelitian Terdahulu .................................................................... 39

H. Kerangka Pemikiran..................................................................... 41

I. Perumusan Hipotesis.................................................................... 42

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian............................................................ 44

B. Metode Penentuan Sampel........................................................... 44

C. Metode Pengumpulan Data.......................................................... 45

D. Metode Analisis ........................................................................... 46

E. Operasional Variabel Penelitian................................................... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian................................. 54

1. Sejarah Singkat Perusahaan .................................................... 54

2. Indeks Harga Saham ............................................................... 59

B. Penemuan dan Pembahasan ......................................................... 60

1. Analisis Deskriptif .................................................................. 60

2. Hasil Penemuan Koefisien Struktur I ..................................... 73

3. Hasil Penemuan Koefisien Struktur II .................................... 81

4. Hasil Penemuan Koefisien Struktur III................................... 91

5. Perhitungan Pengaruh Struktur I............................................. 102

6. Perhitungan Pengaruh Struktur II ........................................... 104

viii

7. Perhitungan Pengaruh Struktur III .......................................... 105

8. Pengujian Kesesuaian Model (Goodness-Of-Fitt Test) ......... 107

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan ..................................................................................109

B. Implikasi ......................................................................................111

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 112

ix

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hal

4.0 Perusahan yang Masuk dalam Jakrta Islamic Index Tahun 2004

sampai 2008 ............................................................................................ 57

4.1 Daftar Perusahaan JII yang Konstan Mulai Tahun 2004-2008............... 58

4.2 Uang beredar (M2).................................................................................... 60

4.3 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS ................................................. 61

4.4 Tingkat Inflasi di Indonesia .................................................................... 62

4.5 Tingkat Suku Bunga SBI ........................................................................ 63

4.5.1 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 64

4.5.2 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 65

4.5.3 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 66

4.5.4 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 67

4.5.5 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 68

4.5.6 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 69

4.5.7 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 70

4.5.8 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 71

4.5.9 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 72

4.6 Koefisien Determinasi Struktur 1 ........................................................... 73

4.7 Analisis Varian (Annova) Struktur 1....................................................... 74

4.8 Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur 1....................................................... 75

4.9 Anlisis korelasi antar variabel M2, Kurs, Inflasi dan Suku bunga SBI .. 79

4.10 Koefisien Determinasi Struktur II........................................................... 81

4.11 Analisis Varian (Annova) Struktur II ...................................................... 82

x

4.12 Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur II ...................................................... 84

4.13 Struktur 2 setelah Trimming ................................................................... 88

4.14 Koefisien Determinasi Struktur III ......................................................... 91

4.15 Analisis Varian (Annova) Struktur III..................................................... 92

4.16 Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur III..................................................... 93

4.17 Struktur 3 setelah Trimming ................................................................... 97

4.18 Anlisis korelasi antar variabel M2, Kurs, Inflasi, Suku bunga SBI,

Beta Saham JII, dan IHSG ...................................................................... 99

4.19 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Uang beredar (X1)

Terhadap Suku Bunga SBI (X4).............................................................. 102

4.20 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3) Terhadap

Suku Bunga SBI (X4).............................................................................. 103

4.21 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Suku Bunga SBI (X4)

Terhadap Beta Saham Syariah (Y1) ........................................................ 104

4.22 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3) Terhadap

Beta Saham Syariah (Y1) ........................................................................ 104

4.23 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3) Terhadap

IHSG (Y2) ............................................................................................... 105

4.24 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Suku Bunga SBI (X4)

Terhadap IHSG (Y2) ............................................................................... 106

xi

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Hal

2.1 Risiko sistematis & tidak sistematis ....................................................... 26

2.2 Kerangka Pemikiran: pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai

Kurs, Inflasi, dan Uang yang Beredar terhadap Resiko Sistematis

(beta) Saham Syariah yang Terdaftar di JII ............................................ 42

4.1 Jalur (Path) Struktur 1 setelah Trimming................................................ 80

4.2 Jalur (Path) Struktur 2 Setelah Trimming............................................... 90

4.3 Jalur (Path) Struktur 3 setelah Trimming................................................ 99

4.4 Analisis pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Kurs, Inflasi, dan

Uang yang Beredar terhadap Resiko Sistematis (beta) Saham

Syariah yang Terdaftar di JII .................................................................. 102

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan pasar modal syariah menunjukkan kemajuan

seiring dengan meningkatnya indeks yang ditunjukkan dalam Jakarta

Islamic Index. (JII). Peningkatan indeks pada JII walaupun nilainya

tidak sebesar pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetapi

kenaikan secara prosentase indeks pada JII lebih besar dari IHSG. Hal

ini dikarenakan adanya konsep halal, berkah dan bertambah pada

pasar modal syariah yang memperdagangkan saham syariah. Pasar

modal syariah menggunakan prinsip, prosedur, asumsi, instrumentasi,

dan aplikasi bersumber dari nilai epistemologi Islam.

Perdagangan beberapa jenis sekuritas, baik pada pasar modal

konvensional maupun pasar modal syariah mempunyai tingkat return

dan risiko yang berbeda. Saham merupakan salah satu sekuritas

diantara sekuritas-sekuritas lainnya yang mempunyai tingkat risiko

yang tinggi. Risiko tinggi tercermin dari ketidakpastian return yang

akan diterima oleh investor di masa mendatang. Hal ini sejalan dengan

definisi investasi menurut Sharpe bahwa investasi merupakan

komitmen dana dengan jumlah yang pasti untuk mendapatkan return

yang tidak pasti di masa depan. Dengan demikian, ada dua aspek yang

melekat dalam suatu investasi, yaitu return yang diharapkan dan risiko

2

tidak tercapainya return yang diharapkan. Return dan risiko secara

teoritis pada berbagai sekuritas mempunyai hubungan yang positif.

Semakin besar return yang diharapkan diterima, maka semakin besar

risiko yang akan diperoleh, begitu pula sebaliknya. Return dan risiko

yang tinggi pada saham berhubungan dengan kondisi karakteristik

perusahaan, industri dan ekonomi makro.

Investasi dalam Islam pasti memiliki risiko. Tidak ada di dunia ini

yang risk free. Yang terpenting bagi manusia adalah melaksanakan perintah

Allah yaitu:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya

untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,

sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(QS. 59;18).

Ayat diatas memerintahkan orang mukmin untuk mempersiapkan apa

yang akan diperbuat untuk hari esok, dengan mempelajari, mengetahui dan

mengamalkan manajemen risiko, selebihnya apapun yang terjadi bertakwalah

kepada Allah SWT. Karena manusia hanya bisa memprediksi, sementara

Allah SWT Maha Menetapkan dan Maha Adil.

Return dari sekuritas merupakan tingkat pengembalian yang

diharapkan oleh investor dalam bentuk kenaikan atau penurunan nilai

saham dan dividen. Dalam konteks portofolio risiko dibedakan

menjadi dua (Halim (2003, 23) yaitu risiko sistematik (systematic risk)

dan risiko tidak sistematik (unsystematic risk). Risiko sistematik

(systematic risk) merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan

3

dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini

dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar

secara keseluruhan. Misalnya adanya perubahan tingkat bunga, kurs

valas, inflasi, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Sehingga

sifatnya umum dan berlaku bagi semua saham dalam bursa saham

yang bersangkutan. Risiko tidak sistematik (unsystematic risk)

merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan

diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau

industri tertentu. Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda antara satu

saham dengan saham yang lain. Karena perbedaan itulah maka

masing-masing saham memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda

terhadap setiap perubahan pasar. Misalnya faktor struktur modal,

struktur asset, tingkat likuiditas, tingkat profitabilitas, dan lain-lain.

Oleh karena itu seorang investor perlu melakukan analisis tentang

risiko saham. Untuk mengukur risiko digunakan koefisien beta saham.

Mengetahui beta suatu sekuritas merupakan hal yang penting untuk

menganalisis sekuritas atau portofolio. Beta suatu sekuritas

menunjukkan kepekaan tingkat keuntungan suatu sekuritas terhadap

perubahan-perubahan pasar (Halim, 2003: 25).

Setiap sekuritas mempunyai tingkat risiko yang berbeda-beda

dan saham merupakan salah satu sekuritas yang mempunyai risiko

yang tinggi dibandingkan dengan sekuritas yang lain. Namun risiko

saham antar perusahaan berbeda satu dengan yang lain. Jika investor

4

ingin berinvestasi maka selain melihat return yang akan didapat,

mereka juga harus mempertimbangkan risiko yang ada di saham

tersebut. Salah satu pertimbangan dalam melakukan investasi saham

adalah memperkecil risiko.

Preferensi investor terhadap risiko berbeda-beda. Tidak semua

investor suka dengan risiko. Investasi di pasar modal mengandung

risiko investasi yang tinggi dibandingkan di aset yang lain. Investor

yang tidak menyukai risiko (risk averse) punya kecenderungan untuk

tidak berinvestasi di pasar modal. Namun sebenarnya risiko investasi

di pasar modal dapat dikurangi jika mereka mengerti mengenai risiko

itu sendiri.

Beberapa variabel yang sering digunakan dalam melakukan

analisis ekonomi makro antara lain suku bunga SBI, nilai tukar mata

uang asing, tingkat inflasi, jumlah uang beredar, pendapatan

masyarakat, dan lain-lain. Suku bunga SBI merupakan salah satu

instrumen moneter yang penting dalam perekonomian negara dan

berada dibawah tanggung jawab bank Indonesia melalui lelang SBI,

jumlah uang beredar diatur agar mencapai target inflasi yang

ditetapkan, dan dari proses lelang yang mengikuti mekanisme pasar

inilah maka terbentuk suku bunga SBI.

Tingkat suku bunga mempengaruhi risiko (beta) saham, hal ini

disebabkan karena seorang investor dalam memilih alternatif investasi

akan cenderung memilih investasi yang menguntungkan, jika tingkat

5

suku bunga lebih tinggi daripada return saham maka akan lebih

menguntungkan memilih investasi yang bebas risiko seperti deposito,

obligasi daripada investasi yang penuh risiko seperti saham dan

sebaliknya. Ketika tingkat suku bunga tinggi maka return saham akan

cenderung terjadi perubahan atau rendah. Return saham naik turun

sesuai dengan permintaan investor. Semakin tinggi permintaan terhadap

saham semakin tinggi pula return saham. Perubahan return saham

terhadap return saham pasar ini disebut beta saham (Halim, 2003).

Perubahan nilai kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs

antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian pos moneter yang

timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Tingkat keuntungan yang

diharapkan dari adanya investasi akan menurun dengan cepat jika nilai

kurs berubah tajam, sehingga bagi para pelaku ekonomi semakin

rendah tingkat perubahan nilai kurs adalah semakin baik. Hal ini akan

mempengaruhi keputusan seorang investor dalam berinvestasi.

Permintaan terhadap saham menjadi turun dan risiko saham

meningkat. Oleh karena itu, dalam melakukan investasi, seorang

investor tentu akan menanamkan modalnya pada perusahaan yang

mempunyai kinerja yang baik. Kinerja yang baik menunjukkan bahwa

perusahaan dapat meningkatkan kekayaaan bagi pemegang sahamnya.

Artinya, perusahaan berhasil memberikan tingkat pengembalian

sebagaimana yang diharapkan oleh investor, yang berupa capital gain

atau deviden.

6

Tingkat inflasi merupakan variabel ekonomi makro paling

penting, karena dapat membawa pengaruh buruk pada struktur biaya

produksi dan tingkat kesejahteraan. Bahkan satu rezim kabinet

pemerintahan dapat jatuh hanya karena tidak dapat menekan dan

mengendalikan lonjakan tingkat inflasi. Laju kenaikan tingkat inflasi

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adanya peningkatan

jumlah uang beredar. Peningkatan jumlah uang beredar ini di

Indonesia disebabkan antara lain oleh peristiwa kenaikan harga migas

di luar negeri, meningkatnya bantuan luar negeri, masuknya modal

asing, khususnya investasi portofolio di pasar uang, meningkatnya

anggaran pemerintah secara mencolok, depresiasi nilai Rupiah dan

gejolak mata uang konvertibel.

Seorang pengamat ekonomi Chatib Basri (2007) menjelaskan

keterkaitan stabilitas ekonomi makro yaitu dengan harga minyak yang

tinggi telah menimbulkan inflation overhang. Pelaku ekonomi

menganggap, dengan harga minyak dan komoditas yang tinggi, inflasi

akan meningkat. Selain itu, akan ada tekanan yang kuat pada anggaran

kita sehingga dibutuhkan pembiayaan yang lebih besar pula. Padahal,

dalam situasi pasar keuangan dunia yang bergejolak yang seperti ini,

pembiayaan dari pasar tak mudah dan biayanya mahal.

Ekspektasi inflasi yang tinggi akan mendorong depresiasi.

Akibatnya, rupiah akan melemah. Pelemahan rupiah yang tajam dapat

mengganggu stabilitas makro, yakni inflasi naik dan pertumbuhan

7

ekonomi turun. Depresiasi nilai tukar memiliki dua dampak, yaitu

exchange rate pass-through, di mana dampak depresiasi nilai tukar

ditransmisikan ke berbagai produk yang diimpor (termasuk produk

makanan), dan ekspektasi terhadap depresiasi. Keduanya memiliki

dampaknya yang paling besar dalam inflasi di Indonesia.

Keputusan Bank Indonesia menurunkan BI rate ditanggapi

positif oleh berbagai kalangan. Keputusan mempertahankan SBI

menjadi 8% pada akhir 2007 adalah tepat. Karena ada ekspektasi yang

tinggi terhadap BI untuk terus menurunkan tingkat bunganya, bahkan

sampai jauh di bawah 8%. Padahal, di tengah situasi global yang tidak

pasti, tekanan inflasi akibat harga minyak mentah dunia yang

melambung tinggi, kendala sisi penawaran, dan masalah informasi

yang tidak simetris antara bank dan peminjam, kebijakan moneter

harus tetap dijaga dengan hati-hati. Kehati-hatian ini membantu

meningkatkan kredibilitas kebijakan moneter.

Untuk itu inflasi di anggap penting dalam menganalisa dan

meramalkan tingkat suku bunga selain itu faktor lainnya yaitu jumlah

uang yang beredar menurut sadono sukirno semua jenis uang yang

beredar di dalam perekonomian, yaitu jumlah dari uang yang ditambah

dengan uang giral dalam bank-bank umum. Uang beredar dibedakan

menjadi 2 yaitu: uang yang beredar dalam pengertian terbatas dikenal

dengan M1, dan uang yang beredar dalam pengertian luas dinamakan

likuiditas perekonomian atau M2. hal lainnya yang berkaitan dengan

8

ekonomi makro adalah nilai tukar mata uang. Nilai tukar mata uang di

artikan sebagai perbandingan antara mata uang suatu Negara terhadap

negara lain.

Permintaan uang untuk tujuan spekulasi hanya dikenal oleh pengikut

Keynes sedang kaum klasik tidak sependapat tentang hal tersebut. Dalam

permintaan uang untuk spekulasi ini tergantung pada tingkat bunga. Semakin

tinggi tingkat suku bunga semakin rendah permintaan uang tunai oleh

seseorang atau masyarakat. Alasannya adalah semakin tinggi tingkat suku

bunga, maka semakin besar ongkos memegang uang tunai sehingga seseorang

atau masyarakat lebih baik membeli obligasi. Sebaliknya semakin rendah

tingkat suku bunga maka semakin rendah ongkos memegang uang tunai dan

semakin besar seseorang atau masyarakat menyimpan uang tunai (Sidiq, 2005).

Variabel kurs Dollar Amerika Serikat memiliki hubungan yang

signifikan positif terhadap permintaan uang di Indonesia. Berarti setiap terjadi

depresiasi rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat maka akan meningkatkan

permintaan uang di Indonesia, demikian juga sebaliknya. Hal ini disebabkan

ketika nilai rupiah terdepresiasi maka harga barang-barang impor menjadi

lebih mahal sehingga diperlukan rupiah yang lebih banyak guna untuk

membeli barang impor tersebut (Prasojo, 2003).

Penelitian mengenai pasar modal syariah sebelumnya telah

dilakukan oleh beberapa penelitian dengan obyek pasar modal syariah

dilakukan oleh Aruzzi dan Bandi (2003) serta Hamzah (2005).

9

Penelitian dengan obyek pasar modal syariah mengenai return dan

beta yang dipengaruhi oleh variabel-variabel karakteristik perusahaan,

industri dan ekonomi makro merupakan hal yang menarik untuk

dilakukan karena sifat dari return dan risiko ini yang akan selalu

melekat pada setiap investasi terutama investasi dalam setiap saham,

baik saham biasa maupun saham yang sesuai dengan kaidah syariah.

Penelitian-penelitian sebelumnya hanya melihat pengaruh

variabel-variabel makro dan karakteristik perusahaan pada return atau

beta saham biasa serta obyeknya pada pasar modal secara umum.

Kemudian penelitian oleh Robiatul Auliyah, dan Ardi Hamzah (2006)

tentang analisa karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro

terhadap return dan beta saham syariah. Hasil penelitiannya variable-

variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap return saham syariah tetapi

berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah. Selain itu

penelitian oleh Siti Zubaida (2006) tentang analisis pengaruh tingkat

inflasi, perubahan nilai kurs terhadap beta saham syariah pada

perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII).

Penelitian tentang resiko sistematik telah banyak diteliti,

namun pada penelitian yang sekarang akan saya teliti yaitu ingin

menguji mengenai peran variabel-variabel ekonomi atau makro dalam

mempengaruhi risiko saham syariah (JII) dan IHSG. Berbeda dengan

penelitian-penelitian sebelumnya adalah kebanyakan penelitian

10

menggunakan variabel fundamental seperti dividen, growth, leverage,

liquidity, asset size, variability in earnings dan beta akuntansi

(Gudono dan Nurhayati (2001), return on asset, rasio hutang terhadap

modal dan nilai buku saham (Natarsyah, 2000).

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka

peneliti tertarik untuk meneliti

”Pengaruh Uang yang Beredar (M2), Kurs, Inflasi, dan

Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Beta Saham Syariah (JII) dan

Indeks saham Gabungan (IHSG)”

Penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya, periode

yang diteliti yaitu tahun 2004-2008 tentunya informasi yang nantinya

akan dihasilkan akan lebih update. Adanya penambahan variabel yang

penelitian sebelumnya hanya menggunakan variabel suku bunga SBI

dan kurs mata uang, sedangkan pada penelitian ini ditambahkan

variabel Inflasi dan Uang yang beredar (M2). Jenis perusahaan yang

akan menjadi sample yaitu perusahaan yang konstan masuk salam

saham JII tahun 2004-2008, sedangkan pada penelitian sebelumnya

menggunakan sample perusahaan manufaktur dan non manufaktur.

Kemudian metode yang dipakai pada penelitian ini yaitu dengan

menggunakan Path analisis (analisis jalur), sedangkan penelitian

sebelumnya menggunakan regresi linier berganda.

11

B. Perumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana pengaruh

variabel makro ekonomi (uang yang beredar, kurs mata uang asing,

inflasi, dan suku bunga SBI) terhadap beta saham syariah dan IHSG.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan

masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Apakah terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung.

1. Apakah terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung antara

uang yang beredar (M2), kurs, dan tingkat inflasi, terhadap suku

bunga SBI dan berapa besar total pengaruhnya?

2. Apakah terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung antara

uang yang beredar (M2), kurs, tingkat inflasi, dan suku bunga

Sertifikat Bank Indonesia terhadap Beta saham syariah JII dan

berapa besar total pengaruhnya?

3. Apakah terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung antara uang

yang beredar (M2), kurs, tingkat inflasi, dan suku bunga Sertifikat

Bank Indonesia terhadap IHSG dan berapa besar pengaruhnya?

1. Identifikasi Masalah

a. Atas dasar penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka

peneliti ingin mengidentifikasi variabel-veriabel mana yang akan

berpengaruh terhadap resiko sistematik saham syariah dan IHSG.

Adapun variabel-variabel yang akan digunakan yaitu :

12

1) Uang yang Beredar dalam arti luas (M2).

2) Nilai kurs mata uang yaitu kurs rupiah terhadap USD

3) Tingkat Inflasi.

4) Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

b. Ada tidak nya pengaruh uang yang beredar, nilai kurs, inflasi, dan

Suku Bunga SBI terhadap beta saham syariah (JII) dan IHSG

dengan pendekatan path Analysis.

2. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terfokus maka dikemukakan batasan-

batasan masalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini dibatasi pada saham perusahaan syariah yang konstan

masuk dalam JII (Jakarta Islamic Index) tahun 2004-2008.

2. Periode yang diambil adalah 5 tahun dari 2004 sampai tahun 2008.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Menganalisis uang beredar (M2), Kurs, dan Inflasi memiliki

pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap suku bunga SBI.

b. Menganalisis uang beredar (M2), Kurs, Inflasi, dan suku bunga

SBI memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap Beta

saham syariah JII.

13

c. Menganalisis uang beredar (M2), Kurs, Inflasi, dan suku bunga SBI

memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap IHSG.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi :

a. Investor, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan jumlah

dan waktu investasi.

b. Pemerintah, sebagai bahan masukan dalam membuat kebijakan-

kebijakan makro karena faktor-faktor makro mempunyai

sensitivitas terhadap resiko investasi.

c. Perusahaan, sebagai antisipasi dampak dari perubahan-perubahan

faktor makro terhadap resiko saham secara keseluruhan.

d. Pembaca dan Pengembangan Penelitian Selanjutnya, sebagai sumber

referensi dan tambahan pengetahuan dalam rangka pengembangan

penelitian selanjutnya yang sejenis, serta menambah ilmu pengetahuaan

keuangan dan menambah kepekaan terhadap gejolak kondisi ekonomi

makro dan resiko pasar modal syariah yang ada saat ini.

e. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan wawasan dalam aplikasi

ilmu yang telah diperoleh serta mengetahui gambaran umum

mengenai resiko saham syariah dan aktivitas di dalamnya. Dan

menambah pengetahuan dan wawasan terutama yang terkait

dengan keadaan ekonomi makro yang terjadi di indonesia.

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pasar Modal

Dalam pasar modal banyak sekali informasi yang dapat

diperoleh investor baik informasi yang tersedia dipublik maupun

informasi pribadi. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi

aktivitas perdagangan dipasar modal, diantaranya adalah informasi

yang masuk kedalam pasar modal, informasi memegang peran yang

sangat penting terhadap transaksi perdagangan dipasar modal. Para

pelaku yang ada dipasar modal sangat membutuhkan informasi yang

berkaitan dengan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para

investor untuk memilih portofolio yang efisien. Untuk

mengimplementasikan banyak pilihan orang untuk menanamkan

modalnya dalam bentuk investasi.

Dalam perkembangannya, investasi pada efek yang sesuai

dengan syariah menghadapi berbagai kendala. Masih banyak orang

yang takut untuk melakukan investasi saham dan surat berharga

lainnya karena menganggap hal ini tidak sesuai dengan prinsip

syariah, hal ini menandakan masih kurangnya sosialisasi mengenai

pasar modal syariah. Kurangnya sosialissai sedikit banyak

dikarenakan adanya perdebatan diantara ulama mengenai kehalalan

mekanisme transaksi dipasar modal.

15

Di Indonesia perkembangan pasar saham syariah mulai dirintis

dengan diluncurkannya indeks harga saham berdasar prinsip syariah

pada tanggal 3 juli 2000, yang disebut sebagai Jakarta Islamic Index

(JII) yang merupakan hasil kerjasama antara PT. Bursa Efek Indonesia

dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM).

Saham-saham yang terdaftar terdiri dari 30 saham yang telah

lolos berdasarkan fatwa yang dikeluarkan Dewan Syariah Nasional.

Akan tetapi tidak berarti saham-saham diluar JII tidak sesuai dengan

syariah namun JII hanya menampung 30 saham dengan kinerja

keuangan terbaik, sehingga diluar JII pun masih ada saham yang dapat

dikategorikan sebagai saham syariah diantaranya saham-saham yang

termasuk dalam Islamic Stock Selection Indeks yang diluncurkan oleh

Karim Bussines Consulting yang berisi daftar semua saham emiten di

BEI yang sesuai dengan syariah.

Pasar modal sering disamakan dengan pasar uang, padahal

keduanya memiliki perbedaan secara prinsip. Pasar modal atau capital

market adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang dan

dalam arti sempit merupakan pasar nyata. Semantara pasar uang atau

money market berkaitan dengan instrument keuangan jangka pendek

dan merupakan pasar tidak nyata. Menurut Husnan (2001:3)

mendefinisikan pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrument

keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan baik

dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan

oleh pemerintah maupun perusahaan swasta.

16

B. Pasar Modal Syariah

Prinsip-prinsip pasar modal syariah berbeda dengan pasar modal

konvensional. Sejumlah instrumen syariah di pasar modal sudah

diperkenalkan kepada masyarakat, misalnya saham yang berprinsipkan syariah

dimana kriteria saham syariah adalah saham yang dikeluarkan perusahaan yang

melakukan usaha yang sesuai dengan syariah. Demikian juga, usaha untuk

merealisasikan praktek obligasi syariah atau obligasi yang berprinsipkan

syariah. (Heri Sudarsono, 2003:182).

Perbedaan secara umum antara pasar modal konvensional dengan

pasar modal syariah dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme

transaksinya, sedangkan perbedaan nilai indeks saham syariah dengan nilai

indeks saham konvensional terletak pada kriteria saham emiten yang harus

memenuhi prinsip-prinsip dasar syariah. Secara umum konsep pasar modal

syariah dengan pasar modal konvensional tidak jauh berbeda meskipun dalam

konsep pasar modal syariah disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan

harus berasal dari perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi

kriteria syariah dan terbebas dari unsur ribawi, serta transaksi saham dilakukan

dengan menghindarkan berbagai praktik spekulasi. (Tim Studi Tentang

Investasi Syariah Di Pasar Modal Indonesia, 2004).

Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia dimulai

dengan diterbitkannya reksa dana syariah pada 25 Juni 1997 yang

diikuti dengan hadirnya Jakarta Islamic Index (JII) pada Juli tahun

17

2000 serta diterbitkannya obligasi syariah (korporasi) pada akhir 2002.

Perkembangan instrumen syariah terus mengalami perkembangan

walaupun lambat namun pasti, terlebih era tahun 2002 sampai dengan

pertengahan tahun 2004. Instrumen syariah mengalami pertumbuhan

yang cukup signifikan, yaitu reksadana berjumlah 10 reksadana

(termasuk 2 reksadana yang tidak aktif/bubar) dan sebanyak 10

(sepuluh) emiten yang telah menerbitkan obligasi berbasis syariah

(Tim Studi Investasi Syariah di Pasar Modal Indonesia, 2004).

C. Instrumen Pasar Modal Syariah

Pasar modal syariah adalah pasar modal yang dijalankan

dengan konsep syariah, di mana setiap perdagangan surat berharga

mentaati ketentuan transaksi sesuai dengan basis syariah. Pasar modal

syariah tidak hanya ada dan berkembang di Indonesia tetapi juga di

negara-negara lain. Beberapa negara yang proaktif dalam

mengembangkan pasar modal yang berprinsipkan syariah dan

konsisten dalam menerapkan syariah Islam dalam sendi kehidupannya

adalah Bahrain Stock di Bahrain, Amman Financial Market di

Amman, Muscat Securities Kuwait Stock Exchange di Kuwait dan

Kuala Lumpur Stock Exchange di Malaysia (Jurnal Auliyah dan

Hamzah, 2006:3).

Jadi, pasar modal syariah adalah pasar modal dengan prinsip

syariah dimana setiap transaksinya harus sesuai dengan basis syariah.

18

Investasi keuangan syariah harus disertai dengan kegiatan

sektor riil atau transaksi yang mendasari (underlying transaction).

Untuk itu, penciptaan instrumen investasi syariah dalam pasar modal

adalah dari sekuritasi aset/proyek (asset securitisation) yang

merupakan bukti penyertaan, sekuritasi utang (debt securitisation) atau

penerbitan surat utang yang timbul atas transaksi jual beli (al dayn) atau

merupakan sumber pendanaan bagi perusahaan, sekuritasi modal

(equity securitisation), merupakan emisi surat berharga oleh

perusahaan emiten yang telah terdaftar dalam pasar modal syariah

dalam bentuk saham (Jurnal Auliyah dan Hamzah, 2006:4).

Adapun instrumen pasar modal yang sesuai dengan syariah

dalam pasar perdana adalah muqaradah/mudharabah funds, saham

biasa (common stock), muqaradah/mudharabah Bonds. Karena

instrumen pasar modal tersebut diperdagangkan di pasar perdana,

maka prinsip dasar pasar perdana adalah semua efek harus berbasis

pada harta atau transaksi riil, tidak boleh menerbitkan efek utang

untuk membayar kembali utang (bay al dayn bi al dayn), dana atau

hasil penjualan efek akan diterima oleh perusahaan, hasil investasi

akan diterima pemodal (shohibul maal), tidak boleh memberikan

jaminan hasil yang semata-mata merupakan fungsi dari waktu

(Harahap, 2001) dalam jurnal Auliyah dan Hamzah, 2006:4).

Saham syariah merupakan salah satu bentuk dari saham biasa

yang memiliki karakteristik khusus berupa kontrol yang ketat dalam

19

hal kehalalan ruang lingkup kegiatan usaha. Saham syariah

dimasukkan dalam perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) merupakan

indeks yang dikeluarkan oleh PT. Bursa Efek Jakarta yang merupakan

subset dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). JII diluncurkan

pada tanggal 3 Juli 2000 dan menggunakan tahun 1 Januari 1995

sebagai base date dengan nilai 100. Bagi perusahaan yang terdaftar di

Jakarta Islamic Indeks paling tidak mereka dinilai telah memenuhi

penyaringan syariah dan kriteria untuk indeks dalam jurnal (Auliyah

dan Hamzah, 2006:4).

Penyaringan secara syariah yang difatwakan oleh Dewan

Syariah Nasional No. 20 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi

untuk Reksa Dana Syariah. Kriteria untuk indeks adalah Kapitalisasi

pasar (market capitalization) dari saham dimana JII menggunakan

kapitalisasi pasar harian rata-rata selama satu tahun. Dari kedua

penilaian tersebut, untuk perusahaan emiten dapat digolongkan dalam

daftar JII melalui prosedur teknis, yaitu saham dari emiten dipilih

yang tidak bertentangan dengan syariah dan telah listing minimum 3

bulan, kecuali saham-saham tersebut termasuk 10 besar kapitalisasi

pasar. Saham dipilih dengan kapitalisasi pasar tertinggi sejumlah 60

saham. Saham dipilih dengan nilai transaksi rata-rata tertinggi harian

sejumlah 30 saham. Evaluasi terhadap komponen indeks dilakukan

setiap 6 bulan sekali (Huda dan Edwin Nasution, 2007:56).

20

Untuk pasar sekunder terdapat beberapa tambahan dari prinsip

dasar pasar perdana, yakni tidak boleh membeli efek dengan basis tren

(indeks) suatu efek dapat diperjual belikan akan tetapi hasil yang

diperoleh dari efek tersebut berupa kupon atau deviden dilarang

diperjual belikan, karena pada transaksi murabahah tidak boleh

menjadikan objek transaksi sebagai jaminan. Adapun jenis instrument

pasar modal yang diharamkan syariah adalah preferred stock (saham

istimewa), forward contract, option. Hadist Rasulullah SAW berikut

dapat menjadi rujukan dalam bertransaksi derivatif:

“Segala sesuatu yang halal dan haram sudah jelas, tetapi ada diantara

keduanya terdapat hal-hal yang samar dan tidak diketahui oleh

kebanyakan orang, barang siapa berhati-hat terhadap hal-hal yang

maragukan berarti telah menjaga agama dan kehormatan dirinya, tetapi

barang siapa mengikutihal-hal meragukan berarti terjerumus kepada

yang haram, seperti seorang gembala yang mengembalakan binatangnya

disebuah ladang yang terlarang dan membiarkan binatang itu memakan

rumput disitu. Setiap penguasa mempunyai peraturan-peraturan yang

tidak boleh dilarang, an Allah melarang segala sesuatu yang dinyatakan

haram” (HR. Bukhari dan Muslim)

D. Fungsi Pasar Modal Syariah

Menurut metwally dalam buku pasar modal syariah oleh Huda

dan Edwin Nasution (2007:75) fungsi dari pasar modal syariah adalah:

1. Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan

bisnis dengan memperoleh bagian keuntungan resikonya.

2. Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna

mendapatkan likuiditas.

21

3. Memungkinkan perusahaan meningkatkan pasar modal dari luar

untuk membangun dan mengembangkan lini produksinya.

4. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek

pada harga saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal

konvesional.

5. Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja

kegiatan bisnis.

E. Faktor yang Mempengaruhi Investasi

Dalam melakukan investasi ada dua faktor yang paling

dipertimbangkan, yaitu pengembalian/hasil yang diharapkan dan risiko

investasi. Pengembalian (return) merupakan laba atas suatu sekuritas

atau investasi modal (Downes dan Goodman, 1991:479) dalam Jurnal

Siti Zubaidah (2004:3).

1. Return

Dalam Warsono (2001:75). Risiko adalah kemungkinan yang

dapat diukur dari diperoleh tidaknya suatu nilai.

Saham biasa merupakan sekuritas teraktif yang

diperdagangkan di pasar modal Indonesia. Sekuritas ini merupakan

bentuk modal sendiri yang mempunyai lima karakteristik, yaitu

(Warsono, 2001:276):

a. Tagihan terhadap pendapatan

b. Tagihan terhadap aset

22

c. Hak suara

d. Hak didahulukan

e. Tanggung jawab terbatas.

Dalam pengambilan keputusan investasi pada saham, investor

berkepentingan dengan informasi tentang perubahan harga saham.

Untuk kepentingan ini, penggunaan angka indeks pasar menjadi

penting, misalnya angka indeks harga saham gabungan. Indeks pasar

mempunyai penggunaan penting, baik dari sisi teori maupun praktis.

Di pasar modal Indonesia ada beberapa macam indeks pasar, yaitu

IHSG, indeks LQ 45, dan indeks sektoral. Perhitungan angka-angka

indeks ini menggunakan angka indeks Paasche. Setiap bursa efek di

dunia mempunyai angka indeks yang khas (Jurnal Siti Zubaidah, 2004).

Dalam konteks manajemen investasi, pengembalian atas

investasi (return) merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi.

Return ini dapat berupa return realisasi dan return ekspektasi yang

belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang

(Jogiyanto, 2000 dalam Jurnal Haryanto dan Riyanto, 2007:4).

Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return ini

dihitung berdasarkan data historis. Biasanya reutrn realisasi digunakan

sebagai salah satu ukuran kinerja perusahaan. Sumber-sumber return

yaitu yield dan capital gain (loss), Jurnal Haryanto dan Riyanto, 2007

.

23

Menurut Charles P. Jones 2004,

Yield the basic component that usually comes to mind when discussing investing returns is the periodic cash flows (or income) on the investment, either interest or dividends. The distinguishing feature of these payments it. That the issuer makes the payments in cash to the holder of the asset. Capital gain (loss), this component is the appreciation (or depreciation) in the price of the asset, commonly called the capital gain (loss). We will refer to it simply as the price change. In the case of along position it is the difference between the purchase price and the price at which the asset can be, or is, sold : for a short position it is the difference between the sale price and subsequent price at which the sort position is closed out, in either case, again or aloss can occur. Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran

kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu

investasi. Jadi nilainya bisa 0 atau (+). Capital gain (loss) merupakan

kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga yang bisa memberi

keuntungan (kerugian) bagi investor. Jadi nilainya bisa (-), 0 atau (+).

Secara matematis return total suatu investasi adalah:

Return total = yield + capital gain (loss)

Return ekspektasi secara sederhana adalah rata-rata tertimbang

dari berbagai return historis atau return realisasi (Abdul Halim, 2005).

Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi return

ekspektasi ini sifatnya belum terjadi.

Return ekspektasi dapat diestimasi dengan menggunakan

return-return historis.

24

2. Resiko Saham

Tujuan investor berinvestasi yaitu mendapatkan return dan

sebagai konsekuensinya harus berani menanggung resiko atas

investasi yang dilakukannya. Investor perlu mempertimbangkan

tingkat resiko suatu investasi sebagai dasar pembuatan keputusan

investasi (Haryanto dan Riyatno, 2007:27).

Menurut Bodie dkk (2006:223) resiko adalah kemungkinan

mendapatkan imbal hasil yang rendah atau bahkan rugi yang bisa

menghalangi kita untuk mencapai tujuan.

Menurut Husnan (2001:161) analisis investasi modern

membagi resiko total menjadi dua bagian, yaitu risiko sistematis dan

resiko tidak sistematis.

Sharpe (dalam Fabozzi : 1999 : 96) mendefinisikan risiko

sistematis sebagai bagian dari perubahan aktiva yang dapat

dihubungkan kepada faktor umum. Risiko sistematis terkadang disebut

juga risiko pasar atau risiko tidak dapat dibagi. Risiko sistematik

merupakan tingkat minimum risiko yang dapat diperoleh bagi suatu

protofolio melalui diversifikasi sejumlah besar aktiva yang dipilih

secara acak. Risiko sistematis merupakan risiko yang berasal dari

kondisi ekonomi dan kondisi pasar secara umum yang tidak dapat

didiversifikasi.

Sharpe mendefinisikan sebagian dari perubahan aktiva yang

dapat didiversifikasi sebagai risiko tidak sistematis. Risiko ini

25

terkadang disebut juga risiko dapat didiversifikasi, risiko unik, risiko

residual atau risiko khusus perusahaan. Risiko ini merupakan risiko

yang unik bagi perusahaan seperti pemogokan kerja, tuntutan hukum

atau bencana alam Sebagai contoh risiko ini adalah kecelakaan

kimiawi pada pabrik Union Carbide di Bhopal India pada bulan

Desember 1984 dan peristiwa kecacatan produk kapsul Tylenol

(diproduksi oleh Johnson & Johnson) pada bulan Oktober 1982. Kedua

peristiwa yang sebelumnya tidak dapat diramalkan memiliki pengaruh

negatif terhadap harga saham kedua perusahaan (Siti Zubaidah, 2004:4).

Tujuan (motivasi) investor berinvestasi yaitu mendapatkan

return dan sebagai konsekuensinya harus berani menanggung risiko

atas investasi yang dilakukannya. Investor perlu mempertimbangkan

tingkat risiko suatu investasi sebagai dasar pembuatan keputusan

investasi.

Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual

yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar

kemungkinan perbedaan artinya semakin besar risiko investasi

tersebut. Van Horne dan Wachowics, Jr. (1992) dalam Jogiyanto

(2000) mendefiniskan risiko sebagai variabilitas return terhadap return

yang diharapkan. Jadi untuk menghitung risiko yang digunakan adalah

deviasi standar dari penyimpangan return yang sudah terjadi dengan

return ekspektasi.

26

Pada umumnya seorang investor adalah risk averse. Investor

penghindar resiko akan bersedia mempertimbangkan prospek yang

bebas resiko, atau premi resikonya positif. Investor penghindar resiko

menurut tingkat imbal hasil yang diharapkan dari portofolio beresiko

pada persentase pasti (meminta imbal hasil yang diharapkan) untuk

mengompensasi resiko yang melekat. Semakin besar resiko, semakin

besar tuntutan kompensasi. (Boedie Kane Marcus, 2006:219).

Gambar 2.1

Risiko sistematis & tidak sistematis Resiko

Resiko total

Resiko Tidak Sistematis

-------------------------------------------------

Resiko Sistematis

Jumlah Saham

Sumber :William F.Sharpe dkk, 2005

27

Beberapa sumber risiko yang mempengaruhi besarnya risiko

suatu investasi (Tandelilin, 2001).

1. Risiko suku bunga. Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi

variabilitas return suatu investasi. Jika suku bunga meningkat,

maka harga saham akan turun, dan sebaliknya. Alasannya jika suku

bunga naik maka return investasi yang terkait dengan suku bunga

(misal deposito) juga akan naik. Akibatnya minat investor akan

berpindah dari saham ke deposito.

2. Risiko pasar. Fluktuasi pasar secara keseluruhan dapat

mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Fluktuasi pasar

biasanya ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar saham secara

keseluruhan. Perubahan pasar diperngaruhi oleh faktor seperti

resesi ekonomi, kerusuhanm, atau perubahan politik (pemilu).

3. Risiko inflasi. Inflasi yang meningkat akan mengurangi daya beli

rupiah yang diinvestasikan. Jika inflasi meningkat, investor

biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk

mengkompensasikan penurunan daya beli yang dialaminya.

4. Risiko bisnis. Risiko bisnis adalah risiko dalam menjalankan

bisnis suatu jenis industri. Jadi perusahaan pakaian jadi akan

dipengaruhi oleh karakteistik industri tekstil.

5. Risiko finansial. Risiko ini berkaitan dengan keputusan

perusahaan untuk menggunakan utang dalam pembiayaan

modalnya. Semakin besar proporsi utang yang digunakan

28

perusahaan, semakin besar risiko finansial yang dihadapi

perusahaan.

6. Risiko likuiditas. Risiko ini berkaitan dengan kecepatan seuatu

sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar

sekunder. Semakin likuid suatu sekuritas semakin besar pula risiko

likuiditas yang dihadapi perusahaan.

7. Risiko nilai tukar mata uang. Risiko ini berkaitan dengan

fluktuasi nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing.

Istilahnya currency risk atau exchange rate risk.

8. Risiko negara. Risikoini sering disebut risiko politik, karena

sangat berkaitan dengan kondisi perpolitikan suatu negara. Bagi

perusahaan yang beroperasi di luar negeri, stabilitas politik dan

ekonomi negara bersangkutan sangat penting diperhatikan untuk

menghindari risiko negara yang terlalu tinggi.

F. Hubungan Pengembalian dengan Resiko

Konsep mengenai hubungan pengembalian dan risiko ini dapat

diilustrasikan pada contoh dua investasi, katakan investasi A dan B.

Antara investasi pada A dan B mempunyai sifat yang berbeda.

Investasi A, jika berhasil, akan menghasilkan laba yang besar, tetapi

jika gagal, akan menyebabkan kerugian yang sangat besar. Sebaliknya,

investasi B, jika berhasil, akan menghasilkan laba yang relatif kecil,

29

tetapi jika gagal akan menyebabkan kerugian yang relatif kecil juga.

(Fachmi Basyaib, 2007:111-112).

Investasi A dikatakan mempunyai risiko yang besar,

sedangkan investasi mempunyai risiko yang kecil. Dalam investasi,

pengembalian yang tinggi akan diikuti oleh risiko yang tinggi. Dengan

sifat hubungan antara pengembalian dengan risiko seperti diatas,

keputusan investasi dari para investor, apakah akan memilih investasi

yang berisiko atau tidak, tergantung pada bagaimana preferensinya

dalam menghadapi risiko. (Fachmi Basyaib, 2007:112).

Sifat hubungan antara pengembalian dan risiko investasi

adalah bahwa semakin tinggi risiko pengembalian yang diharapkan

dari suatu investasi, akan semakin tinggi risiko yang harus ditanggung.

Berkaitan dengan sifat ini, investasi yang akan dipilih oleh investor

tergantung pada preferensinya dalam menghadapi risiko. Ukuran

pengembalian yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan

investasi pada umumnya adalah pengembalian rata-rata, yang biasanya

dinyatakan dalam bentuk persentase, sedangkan risiko yang digunakan

dalam konteks ini adalah risiko total dengan ukuran varian atau

deviasi standar.

Pada aset tunggal, pengembalian dan risiko dibagi menjadi

dua, yaitu:

1. Pengembalian dan risiko historis

2. Pengembalian dan risiko yang diharapkan

30

Perbedaan keduanya menyangkut orientasi dalam pengambilan

keputusan. Perhitungan pengembalian dan risiko historis melibatkan

rentang waktu tertentu dan digunakan sebagai penyebut untuk mencari

rata-ratanya. Sedangkan pengembalian risiko diharapkan

menggunakan dasar probabilitas kejadian tertentu, yang diestimasi

secara subjektif oleh investor. Ukuran risiko alternatif, dapat

menggunakan koefisien variasi, terutama untuk investasi yang

mempunyai karakteristik berbeda.

1. Resiko Sistematik (beta) saham syariah

Jones (2004) menyatakan bahwa beta adalah ukuran risiko

sistematis dari suatu sekuritas yang merupakan bagian dari risiko total

dan tidak bisa dikurangi atau dihilangkan dengan diversifikasi. Beta

adalah ukuran relatif dari risiko saham individu terhadap portofolio

saham keseluruhan. Jika return sekuritas bergerak lebih cepat dari

pada return pasar karena adanya perubahan pasar, maka return

sekuritas tersebut dikatakan memiliki volalitas (fluktuasi return

saham) yang lebih besar dari pada return pasar. Sedangkan Husnan

(2001:112) menyatakan beta adalah ukuran resiko yang berasal dari

hubungan antara tingkat keuntungan suatu saaham dengan pasar.

Risiko sistematis saham adalah beta saham. Beta saham

dihitung dengan menggunakan teknik regresi dengan model indeks

tunggal. Persamaan regrgesinya adalah:

Ri = ai +�i . RM + ei

31

Keterangan:

Ri = return saham perusahaan

RM = return pasar (IHSG)

ai = konstanta

�i = beta

ei = residual

Adapun penghitungan beta disini dicari dengan menggunakan

CAPM, yaitu suatu model yang menghubungkan tinggkat return yang

diharapkan dengan resiko dari asset beresiko pada saat kondisi pasar

seimbang. CAPM digunakan secara luas dalam literatur keuangan

untuk menentukan return rata-rata yang dibutuhkan pemegang saham

dari aset tertentu berdasarkan kontribusinya bagi risiko portofolio

secara keseluruhan. ((Fachmi Basyaib, 2007:116).

E(ri) = rf + � (rm – rf)

Beta saham merupakan indeks risiko sistematis suatu aktiva

atau suatu portofolio aktiva. Beta mengukur sensitifitas pengembalian

aktiva terhadap pengembalian portofolio pasar. Oleh karena itu, beta

suatu aktiva atau portofolio aktiva dapat secara langsung dibandingkan

dengan beta aktiva atau portofolio aktiva lainnya. Beta teoritis dari

CAPM didefinisikan sebagai alat ukur kovarians diharapkan suatu

aktiva dengan portofolio pasar yang terdiversifikasi dengan baik.

Masalah yang paling serius dihadapi dalam memperkirakan beta

saham adalah bahwa beta bersifat tidak stabil, yaitu koefisien beta

seringkali mengalami perubahan. Sedikitnya terdapat dua penyebab

32

ketidakstabilan beta. Pertama adalah kesalahan perkiraan statistik,

biasanya berhubungan dengan jangka waktu dimana pengembalian

diukur (harian, bulanan, atau tiga bulanan).

Menurut Ross (2005 : 285)

R = Rf + � x (Rm – Rf)

Expected Return on A security

Risk- free rate

Beta of the security

Difference between expected return on market and Risk-free rate

This formula, wich is called the capital asset pricing model (or

CAPM for short), implies that the return on a security is linearly

related to its beta. Sine the average return on the market has been

higher than the average risk-free rate over long periods of time, Rm-Rf

is presumably positive. Thus, the formula implies that the expected

return on a security is positively related to its beta.

Jadi, financial economists bisa diringkas dengan melihat

hubungan diantara expected return dan beta. Maksudnya, dibawah

kondisi normal hubungan expected return dan beta bisa dilihat dengan

menggunakan rumus CAPM diatas. Rata-rata dari return market lebih

besar dari risk free pada suatu periode, maka Rm-Rf positif

Menurut Jones (2004),

”Systematic risk as is shown in part two on portfolio management

an investor can construct adiversified portfolio and eliminate part f

the total risk. The diversiviable or on market part. What is left is

the diversiviable portion or the market risk variabilityin a

securities total return that is directly associated with overall

movements in the general market or economy”.

Jadi, resiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio yang

relatif terhadap resiko pasar dapat diukur dengan beta. Beta suatu

sekuritas adalah kuantitatif yang mengukur sensitivitas keuntungan

33

dari suatu sekuritas dalam merespon pergerakan keuntungan pasar.

Semakin tinggi tingkat beta, semakin tinggi resiko sistematik yang

tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi.

2. Suku bunga SBI

Tingkat bunga adalah harga yang menghubungkan harga masa

kini dan harga masa depan, serta merupakan variabel paling penting

diantara variabel-variabel makro ekonomi (Mankiw, 2005:157)

Interest rate atau tingkat bunga adalah harga pasar yang

mentransfer sumber daya masa lalu dan masa depan atau merupakan

hasil tabungan dan biaya peminjaman (Mankiw, 2005:494)

Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga yang

dikeluarkan oleh Bank Indonesia, SBI diterbitkan oleh BI lebih

ditujukan sebagai alat kebijakan moneter. SBI diterbitkan pertama kali

pada tahun 1984 sebagai alternatif investasi bagi pemilik dana dengan

jaminan keamanan yang diberikan oleh bank sentral serta pemberian

tingkat suku bunga yang cukup kompetitif. Fungsi SBI tidak jauh dari

treasury bill yaitu surat hutang yang diterbitkan oleh pemerintah.

Tingkat suku bunga diukur dengan menggunakan suku bunga

yang ditentukan oleh Bank Indonesia selaku penguasa moneter

melalui Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Besar kecilnya suku bunga

sangat tergantung dari kondisi makro yang berkembang di Indonesia.

Peningkatan suku bunga diduga mempunyai korelasi dengan naiknya

volume penjualan saham. Tingkat suku bunga yang ideal jika besarnya

34

berada di bawah kisaran angka 10. Hal ini berarti tingkat keuntungan

yang diharapkan dari adanya investasi akan menurun dengan cepat

jika tingkat bunga meningkat, sehingga bagi para pelaku ekonomi

semakin rendah tingkat suku bunga adalah semakin baik.

3. Kurs mata uang asing

Kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang

diukur/dinyatakan dalam satuan mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan

yang amat penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, karena kurs

memungkinkan bagi kita untuk menerjemahkan harga-harga dari berbagai

negara kedalam satu bahasa yang sama (Krugman, 2000:40)

Kurs atau nilai tukar adalah patokan nilai Bank sentral suatu

negara untuk membeli atau menjual mata uang asing (Todaro dan

Smith, 2004:75)

Menurut Gugup Kismono (2001:47) nilai tukar atau exchange

rate diartikan mata uang suatu negara apabila ditukarkan dengan mata

uang negara lain. Kurs mata uang suatu negara mengalami devaluasi

atau revaluasi. Devaluasi adalah naiknya nilai mata uang negara lain

apabila dipertukarkan dengan mata uang domestik. Dengan kata lain,

nilai tukar mata uang domestik melemah terhadap mata uang asing.

Revaluasi adalah turunnya nilai tukar mata uang negara-negara lain

apabila dipertukarkan dengan mata uang domestik dengan kata lian,

nilaia tukar mata uang domestik menguat terhadap mata uang asing.

35

Nilai tukar (Exchange rate) atau kurs adalah harga relatif mata uang

suatu negara terhadap mata uang negara lain (Yoopi Abimanyu 2004:6)

Hubungan antara nilai tukar mata uang asing dengan harga

saham dapat dilihat dengan dua pendekatan. Yang pertama adalah

pendekatan pasar barang. Pendekatan ini menyatakan bahwa

perubahan pada kurs akan mempengaruhi tingkat kompetitif suatu

perusahaan. Saat kurs rupiah terhadap mata uang asing terdepresiasi

maka biaya bahan baku yang menggunakan produk impor atau

memiliki kaitan dengan produk impor akan mengalami kenaikan dan

biaya produksi meningkat sehingga laba perusahaan menurun

sehingga akan menyebabkan tingkat deviden yang dibagikan

berkurang dan return yang ditawarkan pun menurun dan permintaan

atas harga saham akan berkurang sehingga harga sahamnya dipasar

turun. Pendekatan yang kedua adalah pendekatan keseimbangan

portofolio yang melihat hubungan dimana harga saham menyebabkan

perubahan pada nilai tukar kenaikan harga harga saham disuatu bursa

akan menarik capital inflow, sehingga akan meningkatkan permintaan

akan mata uang domestik, akibatnya nilai tukar domestik akan

terapresiasi (Reny Maharani, 2005).

4. Tingkat Inflasi

Menurut Abimanyu (2004:12) inflasi adalah kecenderungan

kenaikan harga barang dan jasa secara umum yang berlangsung secara

terus menerus.

36

Inflasi berarti kenaikan harga barang/komoditas dan jasa dalam

periode waktu tertentu. Inflasi dapat di anggap sebagai fenomena moneter

karena terjadinya penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu

komoditas (Adiwarman Karim, 2002:63).

Inflasi merupakan ukuran ekonomi yang digunakan untuk

menggambarkan peningkatan harga rata-rata barang dan jasa yang

diproduksi oleh sistem perekonomian (Tandelin, 2001:21).

Sedangkan menurut Iskandar Putong (2002:254) inflasi adalah

proses kenaikan harga-harga umum secara terus menerus. Menurut

sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga kategori utama yaitu sebagai berikut :

a. Inflasi Merayap (creeping inflation), kenaikan harga yang rendah

kurang dari 10%.

b. Inflasi Menengah (galloping inflation), kenaikan harga yang cukup

besar diantara 30%-50%.

c. Inflasi Tinggi (hyper inflation), kenaikan harga yang sangat besar

diatas 100%.

Sedangkan berdasarkan penyebabnya inflasi dibedakan

menjadi dua macam (Yoopi Abimanyu, 2004:13-14).

a. Demand full inflation, inflasi yang disebabkan kenaikan

permintaan barang dan jasa.

b. Cost-push inflation, inflasi yang disebabkan penurunan penawaran

barang dan jasa.

37

Menurut Iskandar Putong (2002:255) Formula yang digunakan

untuk menghitung tingkat inflasi adalah:

Keterangan:

In : Inflasi

IHKn : Indeks harga konsumen tahun dasar

IHKn-1 : Indeks harga konsumen pada tahun berikutnya

Dfn : GNP atau PDB deflator tahun tahun dasar

Dfn-1 : GNP atau PDB deflator tahun berikutnya

Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan

dalam perekonomian. Akan tetapi, sebagaimana dalam salah satu prinsip

ekonomi bahwa dalam jangka pendek ada trade off antara inflasi dan

pengangguran menunjukkan bahwa inflasi dapat menurunkan tingkat

pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan salah satu cara untuk

menyeimbangkan perekonomian negara, dan sebagainya.

5. Uang yang Beredar

Menurut iskandar Putong (2007:401) uang beredar adalah keseluruhan

jumlah uang yang dikeluarkan secara resmi baik oleh bank sentral berupa uang

1. In = 1-n

1-nn

IHK

IHKIHK − 100%

2. In = 1-n

1-nn

Df

DfDf − 100%

38

kartal, maupun uang giral dan uang kuasi (tabungan, valas, deposito), biasanya

uang didefinisikan:

a. M1 adalah berupa uang kartal + uang giral.

b. M2 adalah M1 + uang kuasi (tabungan, deposito).

c. M3 adalah M2 + sertifikat deposito.

M1 yang paling likuid karena proses menjadikannya uang kas sangat

cepat dan tanpa adanya kerugian nilai (artinya satu rupiah tetap satu rupiah)

M2 mencakup deposito berjangka maka likuiditasnya lebih rendah.

Untuk menjadi uang deposito berjangka perlu waktu (3,6 atau 12 bulan) dan

jika dijakan uang kas sebelum waktu yang ditentukan maka akan terkena

denda sehingga nilai satu rupiah akan menjadi lebih kecil karena terkena

denda (Nopirin, 1994)

M1 merupakan uang dalam bentuk uang giral dan uang kartal yang

dipegang dan digunakan masyarakat sebagai alat transaksi pembayaran sehari-

hari (Boediono, 2000)

M2 meliputi mata uang dalam peredaran, uang giral dan uang kuasi.

Uang kuasi terdiri atas deposito berjangka dan tabungan dalam rupiah, serta

reening valuta asing milik swasta domestik. Penurunan M2 dapat disebabkan

oleh menurunnya jumlah uang kuasi, selain itu perlambatan pertumbuhan M2

bersumber dari beberapa faktor antara lain lambatnya penciptaan uang akibat

belum optimalnya fungsi intermediasi perbankan, berkembangnya alternatif

penyimpanan dana lain dalam bentuk rerksadana yang menghasilkan tingkat

keuntungan yang lebih baik, dan menurunnya kapitalisasi bunga seiring

39

dengan terus menurunnya tingkat suku bunga sedangkan komponen yang

memberi kontribusi pada peningkatan M2 adalah peningkatan M1 dan

peningkatan uang kuasi, peningkatan tersebut terutama disumbang oleh

naiknya jumlah kredit yang dikucurkan baik dalam mata uang rupiah maupun

valas (Reny maharani, 2005).

Salah satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral adalah

jual beli surat berharga, sehingga tingkat bunga akan turun, pada saat tingkat

bunga mengalami penurunan maka return yang diberikan oleh obligasi akan

menurun pula (Monetary Portfolio hypothesis) hal ini berakibat pemilik dana

akan mencari instrumen investasi lain yang lebih menguntungkan, karena

penurunan tingkat bunga kan menurunkan biaya produksi sehingga

pendapatan perusahaan akan meningkat maka hal tersebut mengakibatkan

investasi pada saham menjadi lebih menarik sehingga harga saham akan

meningkat. Dengan kata lain peningkatan uang beredar akan membawa

peningkatan pada harga saham (Reny Maharani, 2005).

G. Penelitian Terdahulu

Adapun pendapat dari penelitian-penelitian sebelumnya yang

berhubungan dengan penulisan skripsi ini adalah:

Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi beta atau risiko

sistematik telah dilakukan oleh M. Iqbal Aruzzi dan Bandi (2003), hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa variabel fundamental (tingkat profitabilitas

40

dan beta akuntansi) baik secara parsial maupun secara bersama-sama tidak

berpengaru secara signifikan terhadap beta saham JII (Jakarta Islamic Index).

Hasil penelitian diatas berbeda dengan hasil penelitian Tandelilin

(1997) yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap beta saham dan variabel-variabel ekonomi (tingkat inflasi,

tingkat suku bunga dan perubahan GDP) secara bersama-sama tidak

berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematik (beta saham).

Selain itu oleh Njo Anastasia, Yanny Widiastuty Gunawan, dan Imelda

Wijiyanti tentang analisis faktor Fundamental dan risiko sistematik terhadap

harga saham properti di BEJ (2003) hasil penelitian menunjukkan hanya

faktor fundamental Book Value (BV) yang mempengaruhi harga saham secara

parsial, sedangkan faktor fundamental yang lainnya tidak berpengaruh.

Dan penelitian tentang pengaruh suku bunga SBI dan nilai kurs

terhadap resiko sistematik saham perusahaan di BEJ yang menghasilkan

sebuah penelitian bahwa hubungan antara suku bunga SBI dan resiko

sistematis saham adalah negative

Kemudian penelitian oleh Robiatul Auliyah, dan Ardi Hamzah (2006)

tentang analisa karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro terhadap

return dan beta saham syariah. Hasil penelitiannya variable-variabel

karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap return saham syariah tetapi berpengaruh secara

signifikan terhadap beta saham syariah.

41

H. Kerangka Pemikiran

Variabel makro sangat mempengaruhi keputusan investasi

yang diambil oleh pemodal. Saat terjadi gejolak pada kondisi moneter

dimana indikator ekonomi makro menunjukkan tren penurunan atau

perlambatan, maka harga-harga saham akan menurun. Setiap sekuritas

mempunyai tingkat risiko yang berbeda-beda dan saham merupakan

salah satu sekuritas yang mempunyai yang tinggi dibandingkan

dengan sekuritas yang lain. Namun risiko saham antar perusahaan

berbeda satu dengan yang lain. Jika investor ingin berinvestasi maka

selain melihat return yang akan didapat maka mereka juga harus

mempertimbangkan risiko yang ada di saham tersebut. Salah satu

pertimbangan dalam melakukan investasi saham adalah memperkecil

risiko.

Berdasarkan acuan tersebut maka peneliti akan menganalisis

pengaruh tingkat suku bunga SBI, nilai kurs mata uang, tingkat inflasi,

dan uang yang beredar terhadap resiko sistematis (Beta) saham syariah

yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks (JII) dengan menggunakan

analisis jalur yang dikembangkan oleh Sewall Wright pada tahun 1934

(Loehlin:1992) dengan tujuan untuk menerangkan akibat langsung dan

tidak langsung seperangkat variabel, sebagai variabel independen

terhadap variabel dependen. Besarnya pengaruh langsung dan tidak

langsung secara relatif dinyatakan oleh besaran numerik koefisien

jalur (path analysis)

42

Gambar 2.2.

Kerangka Pemikiran: pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Kurs,

Inflasi, dan Uang yang Beredar terhadap Resiko Sistematis (beta) Saham

Syariah yang Terdaftar di JII

I. Perumusan Hipotesis

Hipotesis menyatakan hubungan yang di duga secara logis antara dua

variable atau lebih dalam rumusan proporsi yang dapat di uji secara empiris,

pengujian hipotesisnya sebagai berikut:

1. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar

(M2), kurs, dan inflasi terhadap suku bunga SBI secara simultan.

Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar

(M2), kurs, dan inflasi terhadap suku bunga SBI secara simultan.

2. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar

(M2), kurs, dan inflasi terhadap suku bunga SBI secara parsial.

Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar

(M2), kurs, dan inflasi terhadap suku bunga SBI secara parsial.

M2 (x1)

Kurs (x2)

Inflasi (x3)

SBI (x4)

JII (y1)

IHSG (y2)

�1 �2

�3

43

3. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar

(M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap Beta saham syariah

secara simultan.

Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar

(M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap Beta saham syariah

secara simultan.

4. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar

(M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap Beta saham syariah

secara parsial.

Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar

(M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap Beta saham syariah

secara parsial.

5. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar

(M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap IHSG secara

simultan.

Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar

(M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap IHSG secara

simultan.

6. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar

(M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap IHSG secara

parsial.

Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar

(M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap IHSG secara parsial.

44

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian penjelasan (Explanatory

research) dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan yang

menyoroti pengaruh antara variable mempengaruhi (independen) dan

variable dipengaruhi (dependen).

Ruang lingkup penelitian ini adalah variabel makro ekonomi

yang terdiri dari:

1. Uang yang beredar dalam arti luas (M2)

2. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat

3. Inflasi

4. Suku bunga SBI

5. Beta saham syariah JII

6. IHSG

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah saham emiten yang terdaftar

di Jakarta Islamic Indeks. Sedangkan teknik dalam pengambilan

sampel dilakukan secara time series (waktu).

45

1. Saham emiten yang halal berdasarkan syariah islam, kehalalan

suatu saham di sahkan oleh dewan pengawas syariah dari

Danareksa Investment Management.

2. Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII), dan konstan selama

periode 2004-2008.

3. Menerbitkan laporan keuangan selama periode 2004 sampai

dengan 2008.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk

melakukan penelitian ini dalah sebagai berikut:

1. Field Reseach

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang

bersifat sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain (yang

berkaitan) dengan penulisan skripsi ini, seperti pusat referensi pasar

modal di Bursa Efek Indonesia.

2. Library Reseach

Data yang diperoleh untuk penelitian ini adalah data yang

diperoleh dengan membaca literatur, buku, artikel, jurnal dan hal lain

yang berhubungan dengan aspek yang diteliti seebagai upaya untuk

memperoleh data yang valid.

46

3. Internet Reseach

Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau

pinjam diperpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau tidak up

to date, karena ilmu yang selalu berkembang, penulis melakukan

penelitian dengan teknologi yang berkembang, yaitu dengan internet

sehingga data yang diperoleh up to date seperti: www.bi.go.id

D. Metode Analisis

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil analisis jalur untuk

menganalisis data yang diperoleh, karena dari model yang disusun

terdapat keterkaitan hubungan antara sejumlah variabel yang dapat di

estimasi secara simultan. Selain itu variabel dependen pada suatu

hubungan yang sudah ada, akan menjadi variabel independent pada

hubungan selanjutnya.

1. Identifikasi Variabel, terdapat dua variabel yaitu:

a. Variabel Endogen

Variabel endogen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

eksogen dan merupakan variabel antara. Ada dua variabel endogen

dalam penelitian yaitu (JII), dan (IHSG).

b. Variabel Eksogen

Variabel eksogen adalah variabel yang diduga secara bebas

berpengaruh terhadap variabel endogen, yaitu: JII (Y1), dan IHSG (Y2),

Uang beredar dalam arti luas (X1), Kurs (X2), Inflasi (X3), dan Suku

bunga SBI (X4).

47

2. Analisis Jalur (Path Analysis)

Menurut Burhan Bungin (2008:225) Uji jalur (path) adalah alat

analisis statistik untuk menguji eksistensi variabel antara terhadap

hubungan antara variabel X dan Y.

Analisi jalur (Path Analysis) dikembangkan oleh Sewall Wright ada

tahun 1934. path analysis digunakan apabila secara teori kita yakin

berhadapan dengan masalah yang berhubungan sebab akibat. Tujuannya

adalah menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat

variabel, sebagai variabel penyebab, terhadap variabel lainnya yang

merupakan variabel akibat. (Abdurahman, 2007:121).

Adapun pertimbangan menggunakan analisis ini yaitu karena penulis

ingin mengetahui pengaruh uang yang beredar (M2), kurs, inflasi dan

Suku Bunga SBI terhadap Beta saham (JII) dan Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG). Pengaruh langsung dilakukan dengan cara melihat

hubungan antara variabel eksogen terhadap variabel endogen tanpa

melalui variabel eksogen lainnya, sebaliknya untuk pengaruh tidak

langsung dilakukan dengan melalui variabel eksogen lainnya.

Langkah pertama dalam analisis jalur adalah dengan merancang

paradigma penelitian berdasarkan fakta, konsep dan teori. Rancangan ini

biasanya memerlukan telaah literatur yang relatif panjang dan dilakuakn

secara hati-hati berdasarkan masalah penelitian yang akan dicarikan

jawabannya dan tujuan penelitian yang akan dicapai. Paradigma penelitian

kemudian dinyatakan dalam bentuk persamaan struktural berikut:

48

Y = Pyx1X1 + Pyx2X2 + Pyx3X3 + Py �1

a. X4 = �X4 X1 + �X4 X2 + �X4 X3 + �1 Subtruktur 1

b. Y1 = �Y1 X1 + �Y1 X4 + �X4 X2 + �X4 X3 + �2 Subtruktur 2

c. Y2 = �Y2 X3 + �Y2 X4 + �X4 X2 + �Y2 Y1 + �Y1 X1 +�3 Subtruktur 3

Pada persamaan struktural pertama, X1, X2, dan X3 merupakan

variabel eksogen, dan �1 sebagai variabel residu. Persamaan kedua X1, X4,

X2, X3 merupakan variabel eksogen, Y1 sebagai variabel endogen, dan �2

sebagai variabel residu. Persamaan ketiga X3, X4, X2, X1 merupakan variabel

eksogen, Y2, Y1 sebagai variabel endogen, dan �3 sebagai variabel residu.

Nilai � (epsilon) dalam persamaan struktural tersebut adalah variabel residu

(residua’ variabel) atau kesalahan pengganggu (disturbance error).

Langkah kedua dalam analisis jalur adalah memeriksa asumsi-asumsi

yang melandasi analisi jalur. Asumsi yang melandasi analisis jalur (Hair,

Anderson, Tatham dan Black, 1998) adalah:

a. Hubungan antar variabel adalah berbentuk linier dan bersifat aditif. Linier

secara sederhana tergambarkan bahwa pangkat dari variabel independen

adalah satu. Aditif berarti persamaan dalam bentuk penjumlahan (atau

pengurangan) bukan dalam bentuk perkalian, misalnya seperti pada fungsi

Cobb-Douglas (Y = a K� L�)

b. Model yang dipertimbangkan adalah model rekursif. Artinya, sistem aliran

adalah dalam bentuk kausal satu arah. Sedangkan model yang

mengandung kausal resiprokal (dua arah) tidak dapat dilakukan analisis

49

melalui analisi jalur. Asumsi dalam model rekursif ini adalah nilai �i saling

bebas, dan antara �i juga dengan X1 juga saling bebas.

c. Semua variabel minimal dalam skala ukur interval. Dengan demikian

berlaku juga untuk skala ukur rasio. Jika skala ukur ordinal diubah lebih

dulu menjadi skala minimal skala skala ukur interval.

d. Observed variables diukur tanpa ada kesalahan. Dalam artian bahwa

instrumen pengukurannya harus valid dan realible.

e. Model yang dianalisis diidentifikasi dengan benar berdasarkan teori dan

konsep-konsep yang relevan. Dengan demikian pengetahuan seorang

peneliti dalam bahasan yang diteliti merupakan modal mutlak yang dan

penting untuk dapat menyusun suatu model. Penelusuran literatur secara

mendalam berdasarkan kondisi tempat dan waktu penelitian merupakan

suatu keharusan sebelum penelitian dilakukan.

Langkah ketiga adalah pendugaan parameter atau perhitungan

koefisien jalur antar variabel. Perhitungan pengaruh yang ditunjukkan dengan

anak panah satu arah menggunakan regresi variabel yang dibakukan secara

parsial pada masing-masing persamaan. Dari persamaan ini diperoleh

koefisien jalur sebagai pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta

pengaruh secara keseluruhan. Perhitungan koefisien jalur dapat dilakukan

dengan langkah berikut:

50

a. Menghitung matriks korelasi antar variabel dengan rumus:

������

������

=

1

...1

rx3xi...1

rx2xi...rx2x31

rx1xi...rx1x3rx1x21

R

b. Menghitung matriks invers R1

-1

������

������

=

mn

4n

3n33

2n2322

1n131211

1-

1

C

C...

C...C

C...CC

C...CCC

R

Menghitung semua koefisien jalur

������

������

×

������

������

=

������

������

nn

32

22

11

mn

4n

3n33

2n2322

1n131211

nn

33

22

11

ry

...

ry

ry

ry

C

C...

C...C

C...CC

C...CCC

y

...

y

y

y

x

x

x

x

xP

xP

xP

xP

c. Menghitung koefisien determinasi total antara X1, X2, ...Xn dengan Y,

misalnya dengan rumus:

R2y(x1,x2,...xi) = (�yx1, �yx2, ..., �xnxr)

������

������

nn

32

22

11

ry

...

ry

ry

ry

x

x

x

x

Koefisien jalur sama dengan xn)..., x2,(x1,y 2R-1

51

Jika matriks korelasi berukuran dua kali dua, perhitungan matriks invers

dan matriks pengaruh secara manual akan dengan mudah dapat dilakukan.

Akan tetapi jika matriks korelasi berukuran n kali n, akan sangat sulit

dihitung secara manual. Untuk mengatasi kesulitan ini, program SPSS,

Amos dan Lisrel dapat membantu untuk menghitung angka korelasi

maupun pengaruh antar variabel yang dianalisis.

Langakah keempat adalah pemeriksaan validitas model. Valid tidak

nya model sangat tergantung dari terpenuhi atau tidaknya asumsi yang

melandasi, seperti yang dilakukan dalam langkah kedua. Terdapat dua

indikator tentang valid tidaknya model, yaitu koefisien determinasi secara total

dan terpenuhinya teori Trimming (Augusty, 2002). Total keragaman data yang

dapat dijelaskan oleh model diukur dengan:

Rm2 = 1 – � ��1

2 ��2

2 ... ��n2

Interpretasi terhadap Rm2 dilakukan sama dengan interpretasi dalam

koefisien determinasi (R2) pada analisis regresi. Teori Trimming dimaksudkan

untuk menguji kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalur yang

telah dihitung. Apabila koefisien jalur yang dihitung tidak signifikan, maka

terjadi trimming. Jika demikian, perhitungan diulang kembali dengan cara

menghilangkan jalur yang menurut hasil pengujian ternyata tidak bermakna

atau tidak signifikan. Langkah pengujiannya adalah dengan terlebih dahulu

menyusun hipotesis statistik atau sering disebut hipotesis operasional.

Langkah terakhir dalah dengan melakukan interpretasi atas hasil

analisis berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, yaitu berapa

52

besarnya pengaruh langsung dan tidak lansung antar variabel. Variabel mana

saja yang paling dominan, dalam arti yang memberikan pengaruh yang paling

besar atau pengaruh yang paling kuat terhadap variabel endogen yang

dikonfirmasikan. Bila perlu menyusun model lain yang sesuai dengan hasil

analisis tersebut.

3. Uji Signifikansi Koefisien jalur (t-test)

Uji statistik-t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel independen secara individual (parsial) dalam

menerangkan variabel dependen (Mudrajad Kuncoro, 2001: 97).

Hipotesis:

1. H0 : Koefisien jalur tidak signifikan

2. H1 : Koefisien jalur signifikan

Pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan t-hitung

dengan t-tabel:

1. Jika t hitung > t-tabel, atau t-hitung < t-tabel, maka H0 ditolak dan

H1 diterima

2. Jika t hitung < t-tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak

Pengambilan keputusan berdasarkan tingkat signifikan:

1. Jika probabilitas signifikan > 0.05, maka H0 diterima. Hal ini

beerarti bahwa suatu variabel independen tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen.

53

2. Jika probabilitas signifikan < 0.05, maka H0 ditolak. Ini berarti

bahwa suatu variabel independen berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen.

E. Operasional Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat kekurangan, bahwa pencarian beta

saham syariah JII dengan menggunakan CAPM kurang tepat, sehingga

hasil yang di dapat berbeda dengan substansi teori. Hal ini

dikarenakan adanya keterbatasan perolehan data. Maka diharapkan

untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan rumus Arbitrage

Pricing Teory (APT) untuk mencari beta saham syariah.

54

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah singkat berdirinya Jakarta Islamic Indeks (JII)

Pasar Modal Syariah dapat diartikan sebagai pasar yang menerapkan

prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari

hal-hal yang dilarang seperti: riba, perjudian, spekulasi dan lain-lain.

Pasar Modal Syariah secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret

2003 dengan ditandatanganinya nota kesepahaman antara BAPEPAM dengan

Dewan Syariah Nasional- Majelis ulama Indonesia, maka dalam

perjalanannya perkembangan dan pertumbuhan transaksi efek syariah di pasar

modal Indonesia terus meningkat.

Walau secara resmi diluncurkan pada tahun 2003, namun instrumen

pasar modal syariah telah hadir di Indonesia pada tahun 1997. Hal ini ditandai

dengan peluncuran Dana Reksa Syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT. Danareksa

Investment Management. Selanjutnya Bursa Efek Indonesia bekerjasama

dengan PT. Danareksa Investment management meluncurkan Jakarta Islamic

Index pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang

ingin memanamkan dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut,

maka para pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan

sarana berinvestasi dengan penerapan prinsip syariah.

55

Perkembangan selanjutnya, instrumen investasi syariah di pasar modal

terus bertambah dengan kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada

awal September 2002. instrumen ini merupakan obligasi syariah pertama dan

dan dilanjutkan dengan penerbitan obligasi syariah lainnya. Pada tahun 2004,

terbit untuk pertama kali obligasi syariah dengan akad sewa atau dikenal

dengan obligasi syariah Ijarah. Selanjutnya, pada tahun 2006 muncul

instrumen baru yaitu Reksa Dana Indek dimana indeks yang dijadikan sebagai

underlying adalah Indeks JII.

Dalam rangka mengembangkan pasar modal syariah, PT Bursa Efek

Jakarta (BEJ) bersama dengan PT Danareksa Investment Management (DIM)

meluncurkan indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah Islam, yaitu

Jakarta Islamic Index (JII). Jakarta Islamic Index terdiri atas 30 jenis saham

yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam.

Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok

ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan

basis syariah. Melalui indeks diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan

investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah.

Penentuan kriteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan

pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Invesment Management.

Sedangkan untuk menetapkan saham-saham yang akan masuk dalam

perhitungan JII dilakukan dengan urutan seleksi sebagai berikut:

a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan

(kecuali termasuk dalam10 kapitalisasi besar).

56

b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun

berakhir yang memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal

sebesar 90%.

c. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-rata

kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir.

d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata

nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.

Pengkajian ulang akan dilakukan enam bulan sekali dengan penentuan

komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya.

Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitoring secara terus

menerus berdasarkan data-data publik yang tersedia.

Perhitungan JII dilakukan oleh Bursa Efek Jakarta dengan

menggunakan metode perhitungan indeks yang telah ditetapkan Bursa Efek

Jakarta, yaitu dengan bobot kapitalisasi pasar (market cap weighted).

Perhitungan indeks ini juga mencakup penyesuaian-penyesuaian (adjustment)

akibat berubahnya data emiten yang disebabkan oleh aksi korporasi.

Daftar saham yang masuk dalam perhitungan Jakarta Islamic Index

(JII) untuk periode Januari 2008 - Juni 2008 sesuai Pengumuman BEI

No. Peng-032/BEI.PSH/U/01-2008. Jakarta Islamic Index adalah daftar

saham-saham dari perusahaan-perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia

yang dalam operasionalnya dianggap sesuai dengan prinsip-prinsip Islam atau

sesuai Syariah.

57

Tabel 4.0 Perusahan yang Masuk dalam Jakrta Islamic Index

Tahun 2004 sampai 2008

No. Jan 04-Jun

04 Jul 04-Des

04 Jan 05-Jun

05 Jul 05-Des

05 Jan 06-Jun

06 Jul 06-Des

06

1 ANTM ANTM AALI AALI AALI ADHI

2 AALI AALI ADHI ADHI ADHI ANTM

3 ASGR ASGR ANTM ANTM ANTM ASII

4 AUTO BNBR BNBR ASII ASII BLTA

5 BRPT BRPT BRPT BLTA BLTA BNBR

6 BLTA BUMI BUMI BNBR BNBR BTEL

7 BUMI CTRA CTRS BRPT BUMI BUMI

8 CTRA DNKS ENRG BUMI CMNP CTRA

9 DNKS EPMT GJTL CMNP DOID CTRS

10 DYNA GJTL INCO CTRS ENRG ENRG

11 EPMT INTP INDF ENRG GJTL GJTL

12 GJTL INDF INKP GJTL INCO INCO

13 INTP ISAT INTP INCO INDF INDF

14 INAF INCO ISAT INDF INKP INKP

15 INDF KLBF KIJA INKP INTP INTP

16 ISAT KIJA KLBF INTP ISAT ISAT

17 INCO LMAS LMAS ISAT KIJA KIJA

18 KLBF MLPL LSIP KIJA KLBF KLBF

19 KAEF PGAS MEDC KLBF LSIP LPKR

20 LMAS LSIP MLPL LSIP MEDC LSIP

21 MEDC SMCB PGAS MEDC PGAS MEDC

22 SMCB SMGR PTBA PGAS PLAS PGAS

23 SMGR SMRA SMCB PTBA PTBA PLAS

24 SMRA PTBA SMGR SMCB SMCB PTBA

25 PTBA TLKM TINS SMRA SMRA SMCB

26 TLKM TSPC TKIM TINS TKIM TKIM

27 TSPC TINS TLKM TKIM TLKM TLKM

28 TINS TRST TSPC TLKM UNSP UNSP

29 UNVR UNVR UNTR UNTR UNTR UNTR

30 UNTR UNTR UNVR UNVR UNVR UNVR

Sumber: Bursa Efek Indonesia

58

No. Jan 07-Jun

07 Jul 07-Des

07 Jan 08-Jun

08 Jul 08-Des

08

1 AALI AALI AALI BUMI

2 ADHI ANTM ANTAM ANTM

3 ANTM APEX APEX TLKM

4 ASII ASII BMTR PTBA

5 BLTA BLTA BNBR ELTY

6 BNBR BNBR BTEL UNSP

7 BTEL BTEL BUMI INCO

8 BUMI BUMI CMNP TINS

9 CMNP CPRO CTRA ITMG

10 CTRA CTRA ELTY UNTR

11 CTRS FREN FREN AALI

12 GJTL INCO HITS SGRO

13 INCO INDF INCO LSIP

14 INDF INKP INTP TRUB

15 INKP INTP JRPT ELSA

16 INTP ISAT KIJA KIJA

17 ISAT KLBF KLBF SMGR

18 KLBF LPKR MPPA LPKR

19 LPKR LSIP PLIN CTRA

20 LSIP MEDC PTBA MNCN

21 MEDC PGAS RALS KLBF

22 PGAS PTBA SMAR CTRP

23 PTBA SMAR SMGR WIKA

24 SMCB SMCB SMRA UNVR

25 SULI SMGR TINS BISI

26 TLKM TINS TLKM BKSL

27 TOTL TLKM TRUB INTP

28 UNSP TRUB TSPC ASRI

29 UNTR UNTR UNTR BMTR

30 UNVR UNVR UNVR TOTL

Tabel 4.1

Daftar Perusahaan JII yang Konstan Mulai Tahun 2004-2008

No Kode Nama Saham

1 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk

2 BUMI Bumi Resources Tbk

3 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk

4 INCO International Nickel Ind. Tbk

5 KLBF Kalbe Farma Tbk

6 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk

7 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk

8 UNVR Unilever Indonesia Tbk

9 UNTR United Tractors Tbk

59

2. Indeks Harga Saham

Menurut Sudarsono (2004:191) Indeks harga saham merupakan

indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham. Di Pasar

Modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi, yaitu:

a. Sebagai indikator trend saham.

b. Sebagai indikator tingkat keuntungan.

c. Sebagai tolok ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio.

d. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan startegi pasif.

e. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.

Indeks harga saham memberikan informasi yang lebih lengkap kepada

masyarakat mengenai indikator pergerakan harga-harga saham, sehingga

mempermudah masyarakat dalam mengambil keputusan investasi.

Saat ini Bursa Efek Jakarta memiliki 5 macam indeks harga saham :

1) Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan semua saham

tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.

2) Indeks sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam

masing-masing sektor.

3) Indeks LQ45, menggunakan semua saham yang masuk dalam masing-

masing sektor.

4) Jakarta Islamic Indeks (JII), menggunakan 30 saham yang masuk dalam

kriteria syariah dan termasuk saham yang likuid.

5) Indeks Individual, yaitu indeks harga masing-masing saham terhadap

harga dasarnya.

60

B. Penemuan dan Pembahasan

1. Analisis Deskriptif

Pengelolaan data dilakukan secara elektronik yakni menggunakan

Microsoft Excel Windows 2003 dan SPSS 17.0 untuk mempercepat perolehan

hasil yang dapat menjelaskan variabel – variabel yang diteliti yakni variabel

independen (variabel bebas) Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah terhadap

Dollar AS, Tingkat Inflasi, Uang beredar dalam arti luas (M2), dan yang

menjadi variabel dependennya (variabel terikat) adalah Beta saham JII dan

IHSG. Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut:

a. Uang beredar dalam arti luas /M2 (Variabel Independen)

Tabel 4.2

Uang beredar (M2)

Periode 2004 2005 2006 2007 2008

Januari 947277 1015874 1190834 1363907 1588962

Februari 935745 1012144 1193864 1366820 1596090

Maret 935247 1020693 1195067 1375947 1586795

April 930831 1044253 1198013 1383577 1608874

Mei 952961 1046192 1237504 1393097 1636383

Juni 975166 1073746 1253757 1451974 1699480

Juli 975091 1088376 1248236 1472952 1679020

Agustus 980223 1115874 1270378 1487541 1675431

September 986806 1150451 1291396 1512756 1768250

Oktober 995935 1165741 1325658 1530145 1802932

November 1000338 1168267 1338555 1556200 1841163

Desember 1033527 1203215 1382074 1643203 1883851

Sumber: Bank Indonesia, data diolah

Berdasarkan Tabel 4.2dapat di ketahui bahwa rata-rata jumlah uang

beredar dalam arti luas (M2) mempunyai rata-rata tertinggi di tahun 2008 dan

rata-rata terendah berada di tahun 2004, dimana nilai tertinggi berada pada

bulan Desember 2008 yaitu sebesar 1.883.851 dan nilai rata-rata terendah

berada pada bulan April 2004 yaitu sebesar 930.831.

61

Peningkatan jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) diperkirakan

karena meningkatnya jumlah uang yang beredar (M1) juga peningkatan dari

uang kuasi yang terutama disebabkan peningkatan pada komponen deposito

dan tabungan dalam rupiah. Sedangkan perlambatan pada M2 diperkirakan

karena lambatnya penciptaan uang akibat belum optimalnyaintermediasi

perbankan, berkembangnya alternatif penyimpanan dana lain seperti

Reksadana yang menghasilkan tingkat keuntungan lebih baik, dan

menurunnya kapitalisasi bunga seiring dengan terus menurunnya tinggkat

bunga.

b. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS (variabel independen)

Tabel 4.3

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS

Periode 2004 2005 2006 2007 2008

Januari 8441 9165 9230 9090 9304

Februari 8447 9260 9075 9160 9051

Maret 8587 9480 8775 9118 9217

April 8661 9570 9220 9083 9234

Mei 9210 9495 9300 8828 9318

Juni 9415 9713 9070 9054 9225

Juli 9168 9819 9100 9186 9118

Agustus 9328 10240 9235 9410 9153

September 9170 10310 9110 9137 9378

Oktober 9090 10090 9165 9103 10995

November 9018 10035 9020 9376 12151

Desember 9290 9830 9230 9419 10950

Sumber: Bank Indonesia, data diolah

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa rata-rata Nilai Tukar

Rupiah terhadap Dollar AS tertinggi terjadi di tahun 2008 yaitu 10995,

sedangkan nilai rata-rata terendah berada pada tahun 2004 yaitu 8441.

62

Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS menunjukkan keadaan yang

cukup stabil sepanjang periode 2004 hingga 2008 walaupun pada bulan

November 2008 naik hingga kurs mencapai 12.151 hal tersebut menandakan

yang semula stabil /perekonomian kondusif menjadi tidak stabil.

c. Tingkat Inflasi di Indonesia (Variabel Independen)

Tabel 4.4

Tingkat Inflasi di Indonesia

Periode 2004 2005 2006 2007 2008

Januari 0.0053 0.0142 0.0055 0.0055 0.0092

Februari 0.0057 0.0153 0.0044 0.0056 0.0097

Maret 0.0052 0.0149 0.0052 0.0057 0.0098

April 0.0052 0.0075 0.0121 0.0058 0.01

Mei 0.0056 0.0069 0.0124 0.0054 0.0099

Juni 0.006 0.0065 0.0126 0.005 0.0099

Juli 0.0057 0.0062 0.0129 0.0048 0.0092

Agustus 0.0054 0.0062 0.013 0.005 0.0087

September 0.0049 0.0068 0.0128 0.0048 0.0075

Oktober 0.0043 0.0073 0.0131 0.005 0.0068

November 0.0038 0.0059 0.0149 0.0052 0.0062

Desember 0.004 0.0061 0.0142 0.0052 0.0061

Sumber: Bank Indonesia, data diolah

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat inflasi

di Indonesia mempunyai rata-rata tertinggi pada tahun 2006 dan terendah pada

tahun 2004, dimana angka rata-rata tertinggi pada bulan November 2006

sebesar 0.0149 dan angka rata-rata terendah berada pada bulan November

2004 sebesar 0.0038.

Meningkatnya angka inflasi pada masa tersebut diperkirakan karena

peningkatan harga minyak bumi dunia, tingginya harga minyak bumi dunia ini

membawa implikasi dikeluarkannnya kebijakan penyesuaian harga bahan

63

bakar minyak (BBM) di dalam negeri dan pengurangan subsidi pemerintah

untuk harga BBM tersebut, kondisi perekonomian Indonesia mulai kondusif

tahun 2007 diperlihatkan dengan penurunan angka inflasi yang cukup

signifikan.

d. Suku Bunga SBI (Variabel Independen)

Tabel 4.5

Tingkat Suku Bunga SBI

Periode 2004 2005 2006 2007 2008

Januari 0.00655 0.00618 0.01062 0.0079 0.0067

Februari 0.00624 0.00619 0.01061 0.0077 0.0066

Maret 0.00618 0.0062 0.01061 0.0075 0.0066

April 0.00611 0.00642 0.01061 0.0075 0.0066

Mei 0.0061 0.00662 0.0104 0.0073 0.0069

Juni 0.00612 0.00687 0.0104 0.0071 0.0073

Juli 0.00614 0.00707 0.0102 0.0069 0.0077

Agustus 0.00634 0.00793 0.0098 0.0069 0.0077

September 0.00616 0.00834 0.0094 0.0069 0.0081

Oktober 0.00617 0.00917 0.0089 0.0069 0.0091

November 0.00617 0.01021 0.0085 0.0069 0.0094

Desember 0.00619 0.01062 0.0081 0.0067 0.009

Sumber: Bank Indonesia, data diolah

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat suku

bunga yang tertinggi terjadi pada akhir tahun 2004 sampai awal tahun 2006,

rata-rata tingkat suku bunga terendah terjadi pada bulan Mei 2004, dimana

suku bunga tertinggi berada pada bulan Desember 2005 dan bulan Januari

2006 sebesar 0.1062 dan angka terendah terjadi pada bulan Mei 2004 sebesar

0.0061.

Peningkatan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia adalah

usaha pemerintah menekan uang yang beredar dan menarik uang tersebut

64

untuk meningkatkan neraca pembayaran, sedangkan rendahnya tingkat suku

bunga Sertifikat Bank Indonesia disebabkan karena pemerintah berusaha

memberikan keleluasaan perekonomian untuk berkembang dengan jalan

memacu pertumbuhan konsumsi masyarakat. Selain itu penurunan tingkat

inflasi pada pertengahan tahun 2006 membawa ruang gerak yang lebih leluasa

bagi Bank Indonesia untuk segera menurunkan tingkat bunga BI Rate secara

bertahap.

e. Beta Saham Syariah di JII (Variabel Dependen)

Tabel 4.5.1

Beta Saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008

Emiten ANTAM

Tahun No.

Peiode 2004 2005 2006 2007 2008

1 Januari -2.756346 1.2638504 3.7100203 -14.52427 -2.478931

2 Februari -0.589006 8.6193935 5.2008344 11.91728 -3.087811

3 Maret 4.8191615 8.996218 0.9836695 2.821659 0.5366101

4 April -0.451229 0.3316577 3.2178536 4.360073 -0.145257

5 Mei 1.5016825 2.0370427 2.261207 -2.615419 0.3850591

6 Juni -31.95184 0.5729038 -0.884094 -0.356305 0.7256672

7 Juli -0.783724 0.0751762 5.3991987 -0.601307 4.8850212

8 Agustus -2.032186 0.6765199 0.5940812 -4.387659 -5.939928

9 September 1.1919907 4.981298 0.1456647 2.786077 3.2397686

10 Oktober 2.0020681 -48.59687 10.166691 5.548359 3.087043

11 November 1.3637055 8.0920007 1.104513 -17.05008 -4.914758

12 Desember -2.055227 4.8037823 1.2401493 1.448113 -1.619801

Tertinggi 4.8191615 8.996218 5.3991987 11.91728 4.8850212

Terendah -31.95184 -48.59687 -0.884094 -17.05008 -3.087811

Rata-rata -2.478413 -0.678919 2.7616491 -0.88779 -0.443943

Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah

65

Berdasarkan Tabel 4.5.1 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi

terjadi pada tahun 2007 yaitu bulan februari 11.91728 dan terendah pada tahun

oktober 2005 -48.59687, dengan demikian beta bulan februari tahun 2007

memiliki resiko yang tinggi juga.

Tabel 4.5.2

Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008

Emiten BUMI Tahun

No. Peiode 2004 2005 2006 2007 2008

1 Januari -0.806913 4.0939805 2.1597096 25.02985 0.7003504

2 Februari 25.519422 -4.049465 1.6842948 -12.17735 -4.710677

3 Maret 1.2166997 128.49057 0.865069 0.9209 0.6091786

4 April -3.063244 0.5891701 0.1226424 0.445242 -0.311732

5 Mei 0.9431986 1.7543119 0.8431256 -3.983031 -3.191529

6 Juni -58.33063 -0.273198 2.5273242 3.25114 -0.160564

7 Juli -0.184088 -0.158813 3.2039178 15.67871 4.0547577

8 Agustus -11.64529 0.5758042 -2.200958 -1.653011 -4.061314

9 September 2.4622281 4.3204552 -0.363156 4.8609 5.7881355

10 Oktober -0.933316 -92.9366 1.309528 8.817145 2.9286042

11 November 0.7487944 -11.46048 0.7383294 -6.959827 -33.24614

12 Desember -0.370263 1.7899302 2.4804387 -0.975935 2.336576

Tertinggi 25.519422 128.49057 3.2039178 25.02985 5.7881355

Terendah -11.64529 -4.049465 -2.200958 -12.17735 -4.710677

Rata-rata -3.703617 2.7279724 1.1141888 2.771227 -2.438696

Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah

Berdasarkan Tabel 4.5.2 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi

terjadi pada tahun 2005 yaitu bulan maret 128.49057dan terendah pada tahun

oktober 2004 -11.64529, dengan demikian beta bulan maret tahun 2005

memiliki resiko yang tinggi juga.

66

Tabel 4.5.3

Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008

Emiten INTP Tahun

No. Peiode 2004 2005 2006 2007 2008

1 Januari 1.4896877 2.7587523 2.3630645 -10.0934 -0.37206

2 Februari -1.572256 -4.584438 -8.253579 -6.172936 1.0282695

3 Maret 5.0265623 1.00000 -0.307286 -1.10091 0.2254796

4 April 0.1229111 1.1024338 0.9756296 1.469092 1.3873059

5 Mei 2.5917713 4.1233882 2.4429844 0.55168 -1.402397

6 Juni 14.621419 2.501228 -2.033222 1.209564 3.854329

7 Juli 3.4978881 0.8178387 -0.48256 1.457259 -2.735651

8 Agustus -1.377071 1.6506943 1.6475378 -0.387793 0.8283822

9 September 2.7003976 -0.204881 1.0719392 -0.661657 0.970776

10 Oktober -0.448675 0.144862 0.6928719 8.859292 4.9366958

11 November 3.7025453 -3.3751 1.0740186 4.296683 -4.236084

12 Desember 3.2393383 1.7766464 1.6052812 -1.545306 -6.104965

Tertinggi 14.621419 4.1233882 2.4429844 8.859292 4.9366958

Terendah -1.572256 -4.584438 -8.253579 -10.0934 -6.104965

Rata-rata 2.7995432 0.986234 0.06639 -0.176536 -0.134993

Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah

Berdasarkan Tabel 4.5.3 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi

terjadi pada tahun 2004 yaitu bulan Juni 14.621419 dan terendah pada tahun

februari 2006 -8.253579, dengan demikian beta bulan Juni tahun 2004

memiliki resiko yang tinggi juga.

67

Tabel 4.5.4

Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008

Emiten INCO Tahun No.

Peiode 2004 2005 2006 2007 2008

1 Januari -0.739513 -0.159751 1.920157 7.37685 -10.79259

2 Februari 33.735361 10.890738 -4.633656 -18.16357 -4.046312

3 Maret 0.1571521 89.60749 1.3442078 3.509819 0.8319399

4 April -4.263396 -0.284428 1.4011844 1.449244 0.3604093

5 Mei 1.0844446 -0.49843 0.2189619 1.734032 1.6577406

6 Juni -19.14614 0.442032 0.7037783 0.022099 0.4931382

7 Juli -0.184088 1.1067076 0.1178182 1.90649 5.1583368

8 Agustus 10.878098 -0.270878 1.8696179 -1.882759 -4.751981

9 September 3.1365516 -0.362356 0.5759569 1.920728 2.4340753

10 Oktober 0.3107721 -48.98259 5.4672205 10.56918 5.2756706

11 November 0.8602246 -10.6779 0.4274419 -0.311459 8.633738

12 Desember -1.637556 0.0950646 2.8695996 -0.35658 0.4860628

Tertinggi 33.735361 89.60749 5.4672205 10.56918 8.633738

Terendah -19.14614 -48.98259 -4.633656 -18.16357 -10.79259

Rata-rata 2.0159926 3.4088088 0.7843908 0.64784 0.0387132

Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah

Berdasarkan Tabel 4.5.4 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi

terjadi pada tahun 2005 yaitu bulan maret 89.60749 dan terendah pada tahun

oktober 2005 -48.98259, dengan demikian beta bulan maret tahun 2005

memiliki resiko yang tinggi juga.

68

Tabel 4.5.5

Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008

Emiten KLBF Tahun No.

Peiode 2004 2005 2006 2007 2008

1 Januari 3.8529846 2.2788906 6.0605772 9.828655 -0.721973

2 Februari 6.1532802 10.920384 -2.675625 8.257516 3.8620047

3 Maret 1.6829006 50.453444 -0.044917 -0.068497 0.1866933

4 April 0.791604 0.6506301 1.1066754 0.500403 0.5565846

5 Mei 2.5344296 1.0713107 1.4204595 0.3803 0.5005285

6 Juni 21.642397 -1.362698 2.1563127 1.263913 1.3171457

7 Juli 3.1015892 -0.475194 -2.374952 6.345109 1.3871996

8 Agustus 0.9158312 0.790964 -1.422392 -2.328595 -1.466505

9 September 0.0785728 -0.204881 2.7024455 -0.356315 1.9447604

10 Oktober 1.8468024 -44.77829 0.8858214 0.21075 4.874358

11 November 1.6630507 0.614432 -1.81527 5.849426 6.5895847

12 Desember 2.4781299 13.721197 0.0090195 -0.692233 0.6677229

Tertinggi 6.1532802 50.453444 6.0605772 9.828655 6.5895847

Terendah 0.0785728 -44.77829 -2.675625 -2.328595 -1.466505

Rata-rata 3.895131 2.8066826 0.499928 2.432536 1.6415086

Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah

Berdasarkan Tabel 4.5.5 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi

terjadi pada tahun 2005 yaitu bulan maret 50.453444 dan terendah pada tahun

oktober 2005 -44.77829, dengan demikian beta bulan maret tahun 2005

memiliki resiko yang tinggi juga.

69

Tabel 4.5.6

Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008

Emiten PTBA Tahun No.

Peiode 2004 2005 2006 2007 2008

1 Januari -0.77227 2.0510702 1.5680559 -16.62814 -0.474147

2 Februari -3.44937 -0.006368 -2.657899 -4.314428 0.2897034

3 Maret 0.9518128 147.18697 0.0222318 0.274845 0.3699713

4 April 0.9938297 -0.244717 4.6816287 1.818828 -0.273204

5 Mei 1.3211323 -0.395624 -1.016085 -5.561043 -6.255991

6 Juni 21.642397 0.4915479 2.3554776 2.539076 -2.971266

7 Juli 2.0367863 -0.441367 1.0075124 0.729165 3.9690057

8 Agustus -14.56126 -0.847606 0.5879956 -3.59125 1.274465

9 September 1.1510153 -1.490318 -0.267621 1.749935 4.9951294

10 Oktober 1.9388963 78.197406 0.5513756 9.567007 4.6468249

11 November 4.4426845 -5.091471 -0.856658 -14.68129 14.869933

12 Desember 3.8273685 1.0733904 1.8424393 0.825 0.1799779

Tertinggi 21.642397 147.18697 4.6816287 9.567007 14.869933

Terendah -3.44937 -5.091471 -2.657899 -16.62814 -6.255991

Rata-rata 1.6269184 18.373576 0.6515378 -2.272692 1.7183668

Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah

Berdasarkan Tabel 4.5.6 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi

terjadi pada tahun 2005 yaitu bulan maret 147.18697 dan terendah pada tahun

januari 2007 -16.62814, dengan demikian beta bulan maret tahun 2005

memiliki resiko yang tinggi juga.

70

Tabel 4.5.7

Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008

Emiten TLKM/ Tahun No.

Peiode 2004 2005 2006 2007 2008

1 Januari 1.357608 -0.557437 0.9657199 -10.60992 -1.00792

2 Februari -3.714569 -4.384862 1.993555 8.188403 -1.248048

3 Maret 1.2021853 -7.399295 1.6905757 0.630194 0.0047116

4 April 2.44841 1.0368033 0.864282 0.865361 0.5699151

5 Mei 1.1827158 1.664304 0.906594 1.461114 1.9227691

6 Juni 1.2481292 2.491337 -0.537074 0.035036 3.3752248

7 Juli 1.2339702 2.3121164 0.1611108 11.34255 -0.684816

8 Agustus 2.7797391 0.6757354 1.0488657 -0.543536 1.4824381

9 September -0.154309 1.5147465 0.9619943 0.027984 1.4950628

10 Oktober 0.9928411 -36.04629 -0.12052 -0.894151 2.6261301

11 November 1.1027001 5.7155978 2.1019528 4.008092 3.620727

12 Desember -2.463831 1.2239191 0.2914086 0.436673 -4.030032

Tertinggi 2.7797391 5.7155978 2.1019528 11.34255 3.620727

Terendah -3.714569 -7.399295 -0.537074 -10.60992 -4.030032

Rata-rata 0.6012991 -2.64611 0.8607054 1.24565 0.6771802

Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah

Berdasarkan Tabel 4.5.7 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi

terjadi pada tahun 2007 yaitu bulan juli 11.34255 dan terendah pada tahun

januari 2007 -10.60992, dengan demikian beta bulan juli tahun 2005 memiliki

resiko yang tinggi juga.

71

Tabel 4.5.8

Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008

Emiten UNVR/ Tahun No.

Peiode 2004 2005 2006 2007 2008

1 Januari 0.5895423 1.2007546 -0.095604 -18.40213 0.1812839

2 Februari -11.07701 0.7575917 1.6689374 6.327776 0.7457768

3 Maret -0.964722 -92.47252 -0.065819 0.094591 -0.104933

4 April 0.4951827 0.3597736 0.6809445 -0.368268 0.1343114

5 Mei 0.3610052 4.5469737 1.24893 -1.768227 0.369499

6 Juni -17.16336 -4.424674 0.3178672 0.625942 0.2323013

7 Juli -0.957812 1.0664411 0.959812 10.45452 -0.461904

8 Agustus 17.178736 0.3096953 0.8942075 -0.182622 1.274465

9 September -0.457422 -0.936016 0.2960566 -0.084899 -0.362773

10 Oktober -0.145774 64.007903 1.4311134 -1.314743 0.4819688

11 November 0.1301402 -1.812883 3.1123787 1.378946 -2.317611

12 Desember -0.820009 -0.437105 2.2128905 -0.020238 -0.07973

Tertinggi 17.178736 64.007903 3.1123787 -1.768227 1.274465

Terendah -11.07701 -92.47252 -0.095604 -18.40213 -2.317611

Rata-rata -1.069292 -2.319505 1.0551429 -0.271612 0.0077212

Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah

Berdasarkan Tabel 4.5.8 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi

terjadi pada tahun 2005 yaitu bulan oktober 64.007903 dan terendah pada

tahun januari 2005 -92.47252, dengan demikian beta bulan oktober tahun

2005 memiliki resiko yang tinggi juga.

72

Tabel 4.5.9

Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008

Emiten UNTR/ Tahun No.

Peiode 2004 2005 2006 2007 2008

1 Januari -0.079418 6.3736639 0.6049597 0.929999 2.3637223

2 Februari 14.513715 2.7174701 -2.153343 -0.74559 0.8556627

3 Maret 1.4724526 80.946775 1.3507524 0.593307 0.139538

4 April 3.2992023 -0.36141 2.0730171 0.888703 0.3679302

5 Mei 4.6226217 1.9335714 0.3578644 0.439504 -2.968083

6 Juni -8.237577 5.5388685 0.5982723 0.870519 5.2045045

7 Juli 2.4809612 4.2131796 1.2696548 3.095794 1.607493

8 Agustus -20.15021 1.1583788 0.3520709 -1.721401 -3.094381

9 September 0.3754096 -0.045361 0.6832961 0.067005 1.2461171

10 Oktober 6.371816 -21.97485 2.6848381 8.625667 7.6421582

11 November 0.5766241 -3.66681 -0.306304 -0.314919 8.432526

12 Desember 7.8544707 0.2012694 0.1782804 1.003343 -1.958124

Tertinggi 14.513715 6.3736639 2.6848381 8.625667 8.432526

Terendah -20.15021 -21.97485 -2.153343 -1.721401 -3.094381

Rata-rata 0.7064538 6.4195622 0.6411133 13.73193 1.6532553

Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah

Berdasarkan Tabel 4.5.9 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi

terjadi pada tahun 2004 yaitu bulan februari 14.513715 dan terendah pada

tahun oktober 2005 -21.97485, dengan demikian beta bulan februari tahun

2004 memiliki resiko yang tinggi juga.

73

2. Koefisien Struktur 1

a. Persamaan Analisis Jalur Struktur I

X4 = �X4X1 + � X4X2 + � X4X2 + �1

Tabel 4.6

Koefisien Determinasi Struktur 1

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .301a .091 .085 .00144331694825

a. Predictors: (Constant), Inflasi (X3), M2 (X1), Kurs (X2)

Sumber : Data Sekunder 2004-2008

Pada Tabel Model Summary, didapat 1 model analisis jalur dengan

nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,301, nilai koefisien determinasi (R Square)

sebesar 0,091 (9,1%). Nilai R Square sebesar 9,1%, ini menunjukkan bahwa

dengan menggunakan model analisis jalur yang di dapatkan dimana variabel

eksogen yaitu Uang yang beredar dalam arti luas/M2 (X1), Kurs (X2), Inflasi

(X3), memiliki pengaruh terhadap variabel Suku Bunga SBI (X4) sebesar

9,1%. sedangkan sisanya (100% - 9,1% = 90,1%) adalah kemungkinan

terdapat aspek-aspek lain yang memiliki pengaruh terhadap perubahan

variabel Suku Bunga SBI (X4).

74

b. Uji Hipotesis (Uji Simultan)

X4 = �X4X1 + � X4X2 + � X4X3 + �1

Tabel 4.7

Analisis Varian (Annova) Struktur 1

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression .000 3 .000 17.788 .000a

Residual .001 536 .000

1

Total .001 539

a. Predictors: (Constant), Inflasi (X3), M2 (X1), Kurs (X2)

b. Dependent Variable: SBI (X4)

Sumber : Data Sekunder 2004-2008

Pada Tabel analisis varian (Anova) ditampilkan hasil uji F yang dapat

digunakan untuk menguji model apakah variabel Uang yang Bereda (M2),

Kurs, dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Suku Bunga SBI. Ftabel :

Jika Fhitung > t tabel, maka Ho ditolak

Jika Fhitung < t tabel, maka Ho diterima

Dari perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 17,788. dengan tingkat

signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan

numerator, jumlah variabel – 1 atau 6-1 = 5, dan denumerator jumlah kasus -5

atau 540 – 5 = 535. dengan ketentuan tersebut diperoleh angka F tabel sebesar

2,22. Karena nilai F hitung (17,788) > nilai F tabel (2,22) maka Ho ditolak dan H1

diterima. Artinya, ada hubungan linier antara Uang yang beredar (M2), kurs,

dan Inflasi dengan Suku bunga SBI. Dengan demikian, model regresi diatas

75

sudah layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang beredar (M2), kurs, dan

Inflasi dengan Suku bunga SBI. Secara gabungan berpengaruh signifikan

terhadap suku bunga SBI. Sehingga model analisis jalur yang didapatkan

layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai signifikansi, diketahui

bahwa nilai sig (0,000<0,05) sehingga memiliki kesimpulan yang sama

dengan Uji F yaitu terdapat kecocokan antara model dengan data.

Hal diatas sesuai teori Dedi Haryanto dan Riyatno yang dalam

penelitiannya menyatakan bahwa tingkat suku bunga diukur dengan

menggunakan suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia selaku

penguasa moneter melalui Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Besar kecilnya

suku bunga sangat tergantung dari kondisi makro yang berkembang di

Indonesia.

c. Uji Parsial (T-Test) Pengujian secara Individu

Tabel 4.8

Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur 1

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) .006 .001 5.364 .000

M2 1.072E-9 .000 .192 4.581 .000

Kurs 3.834E-9 .000 .002 .036 .971

1

Inflasi .100 .019 .219 5.238 .000

a. Dependent Variable: SBI (X4)

Sumber : Data Sekunder 2004-2008

76

Pada Tabel coefficients ditampilkan hasil uji T yang dapat digunakan

untuk menguji model apakah variabel Uang yang Beredar (M2), Kurs, dan

Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Suku Bunga SBI. Pengujian dilakukan

dengan uji T.

1) Hubungan antara uang beredar (M2) dan suku bunga SBI

Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 4,581. dengan tingkat

signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n – 2,

atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1,646.

Karena nilai T hitung (4,581) > nilai T tabel (1,646) maka Ho ditolak dan H1

diterima. Artinya, ada hubungan linier antara Uang yang beredar (M2)

dengan suku bunga SBI. Dengan demikian, model regresi diatas sudah

layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang beredar (M2) dengan

Suku bunga SBI. Secara parsial berpengaruh signifikan terhadap suku

bunga SBI. Sehingga model analisis jalur yang didapatkan layak untuk

digunakan. Atau jika dilihat dari nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai

sig (0,000<0,05) sehingga memiliki kesimpulan yang sama dengan Uji T

yaitu terdapat kecocokan antara model dengan data. Besarnya pengaruh

uang yang beredar (M2) dengan suku bunga SBI sebesar 0,192 atau 19,2%.

Permintaan uang untuk spekulasi ditentukan oleh suku bunga.

Apabila suku bunga tinggi, permintaan uang untuk spekulasi adalah

rendah oleh karena uang telah digunakan untuk membeli surat-surat

berharga. Sebaliknya, apabila tingkat bunga rendah, maka permintaan

uang untuk spekulasi tinggi oleh karena masyarakat tidak bersedia

77

melakukan pembeliaan surat-surat berharga dan akan memegang uang

(Sadono Sukirno, 2004:301).

2) Hubungan antara Kurs Rupiah terhadap Dollar AS dan suku bunga SBI

Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 0,036. dengan tingkat

signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,

atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1.646.

Karena nilai T hitung (0,036) < nilai T tabel (1,646) maka Ho diterima. dan

H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara Kurs Rupiah terhadap

Dollar dengan suku bunga SBI. Diketahui bahwa nilai sig (0,971>0,05),

jadi Kurs Rupiah terhadap Dollar AS secara parsial tidak mempengaruhi

suku bunga SBI. Besarnya pengaruh Kurs Rupiah terhadap Dollar AS dan

suku bunga SBI sebesar 0,002 atau 0,2%.

3) Hubungan antara tingkat inflasi dan suku bunga SBI

Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 5,238. dengan tingkat

signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,

atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1.646.

Karena nilai T hitung (5,238) > nilai T tabel (1,646) maka Ho ditolak. dan H1

diterima. Artinya, ada hubungan linier antara tingkat inflasi dengan suku

bunga SBI. Diketahui bahwa nilai sig (0,00<0,05), jadi tingkat inflasi

secara parsial berpengaruh signifikan terhadap suku bunga SBI. Besarnya

pengaruh tingkat inflasi dan suku bunga SBI sebesar 0,219 atau 21,9%.

78

Dalam kebijakan moneter, Suku bunga yang tinggi akan

mengurangi penanaman modal dan apabila suku bunga rendah, lebih

banyak penawaran modal akan dilakukan. Dengan mempengaruhi

penanaman modal maka akan mempengaruhi pengeluaran agregat.

Pengeluaran agregat perlu ditambah untuk mengurangi pengangguran.

Dalam masa inflas langkah yang perlu dilakukan yaitu penawaran uang

dikurangi untuk menaikkan suku bunga. Dengan langkah ini akan

menurunkan investasi dan seterusnya pengeluaran agregat akan

menurunkan. Hal ini akan mengurangi tekanan inflasi.

Persamaan struktural menjadi :

X4 = 0,192 X1 + 0,002 X2 + 0,219 X3 + X4�1

Angka residu sebesar 0,909 diperoleh dari �x4 �1 = 2R1−

= 909,0091,01 =−

Hasil perhitungan diatas sesuai dengan perhitungan oleh Engkos

Ahmad Kuncoro, (2008:138)

Hasil analisis menunjukkan bahwa ada koefisien jalur yang tidak

signifikan pengaruhnya terhadap suku bunga SBI, yaitu variabel kurs,

maka model struktur 1 perlu diperbaiki melalui metode Trimming, yaitu

mengeluarkan variabel kurs yang dianggap hasil dari koefisien jalur tidak

signifikan dari analisisnya. Kemudian diuji lagi yang mana variabel kurs

yang tidak signifikan, tidak diikut sertakan. Hasil perhitungannya sebagai

berikut:

79

Tabel 4.9

Hasil Struktur 1 Setelah Trimming

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .301a .091 .087 .00144197419137

a. Predictors: (Constant), Inflasi, M2

Sumber : Data Sekunder 2004-2008

Dapat dilihat variabel M2 (X1) dan Inflasi (X3) yang masuk dalam

pengujian, memiliki nilai R square yang sama dengan pengujian sebelum

Trimming yaitu 0,091 (9,1%). Hal ini berarti bahwa variabel M2 dan inflasi

mempunyai pengaruh hanya sebesar 9.1% sedang kan sisanya 90,1%

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model ini.

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression .000 2 .000 26.730 .000a

Residual .001 537 .000

1

Total .001 539

a. Predictors: (Constant), Inflasi, M2

b. Dependent Variable: SBI

Sumber : Data Sekunder 2004-2008

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) .006 .000 16.819 .000

M2 1.074E-9 .000 .192 4.649 .000

1

Inflasi .100 .019 .219 5.296 .000

a. Dependent Variable: SBI

80

Besarnya kontribusi M2 yang secara langsung mepengaruhi suku

bunga SBI sebesar 0,192 x 100% = 19,2%. Sedangkan besarnya

kontribusi inflasi yang secara langsung mempengaruhi suku bunga SBI

sebesar 0,219 x 100% = 21,9%. sedangkan B yang mempengaruhi suku bunga

SBI sebesar 1,174 (1,074 + 0,100). dan nilai Constant dari 0,006 berubah

menjadi 1,168 (1,174 -0,006). hal ini menyebabkan nilai SBI dari 0,006 naik

menjadi 1,168. dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh

dengan SBI khususnya variabel inflasi.

Penelitian ini sesuai dengan teori kebijakan moneter yaitu Suku bunga

yang tinggi akan mengurangi penanaman modal dan apabila suku bunga

rendah, lebih banyak penawaran modal akan dilakukan. Dengan

mempengaruhi penanaman modal maka akan mempengaruhi pengeluaran

agregat. Pengeluaran agregat perlu ditambah untuk mengurangi pengangguran.

Dalam masa inflas langkah yang perlu dilakukan yaitu penawaran uang

dikurangi untuk menaikkan suku bunga. Dengan langkah ini akan menurunkan

investasi dan seterusnya pengeluaran agregat akan menurunkan. Hal ini akan

mengurangi tekanan inflasi. Sukirno, Sadono (2004:24).

Model diagram jalur menjadi :

Gambar 4.1

Jalur (Path) Struktur 1 setelah Trimming

M2 (x1)

Inflasi (x3)

SBI (x4)

�x4x1=0,192

�x4x3=0,219

�1 = 0,909

81

3. Koefisien Struktur II

a. Persamaan Analisis Jalur

Y1 = �Y1X1 + � Y1X4 + � X4X2 + � X4X3 + �2

Tabel 4.10

Koefisien Determinasi Struktur 1I

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .191a .036 .029 1.666010667562781E1

a. Predictors: (Constant), SBI, Kurs, M2, Inflasi

Sumber : Data Sekunder 2004-2008

Pada Tabel Model Summary diatas, didapat 1 model analisis jalur

dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,191, nilai koefisien determinasi

(R Square) sebesar 0,036 (3,6%). Nilai R Square sebesar 3,6%, ini

menunjukkan bahwa dengan menggunakan model analisis jalur yang di

dapatkan dimana variabel eksogen yaitu Uang yang beredar dalam arti

luas/M2 (X1), Kurs (X2), Inflasi (X3), Suku Bunga SBI (X4), memiliki

pengaruh terhadap variabel endogen Beta saham JII (Y1) sebesar 3,6%.

sedangkan sisanya (100% - 3,6% = 96,4%) adalah kemungkinan terdapat

aspek-aspek lain yang memiliki pengaruh terhadap perubahan variabel Beta

saham JII (Y1).

82

b. Uji Hipotesis (Uji Simultan)

Y1 = �Y1X1 + � Y1X4 + � X4X2 + � X4X3 + �2

Tabel 4.11

Analisis Varian (Annova) Struktur 1I

ANOVA

b

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 5616.064 4 1404.016 5.058 .001a

Residual 148494.148 535 277.559

1

Total 154110.212 539

a. Predictors: (Constant), SBI, Kurs, M2, Inflasi

b. Dependent Variable: Beta Saham JII (Y1)

Sumber : Data Sekunder 2004-2008

Pada Tabel analisis varian (Anova) ditampilkan hasil uji F yang dapat

digunakan untuk menguji model apakah variabel Uang yang Beredar (M2),

Kurs, Inflasi, Suku Bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap Beta saham

JII (Y1). Pengujian keputusan berdasarkan perbandingan nilai Fhitung dengan Ftabel:

Jika Fhitung > t tabel, maka Ho ditolak

Jika Fhitung < t tabel, maka Ho diterima

Dari perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 5,058. dengan tingkat

signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan

numerator, jumlah variabel – 1 atau 6-1 = 5; dan denumerator jumlah kasus – 5

atau 540 – 5 = 535. dengan ketentuan tersebut diperoleh angka F tabel sebesar 2,22.

Karena nilai F hitung (5,058) > nilai F tabel (2,22) maka Ho ditolak dan H1

diterima. Artinya, ada hubungan linier antara Uang yang beredar (M2), kurs,

Inflasi, dan Suku bunga SBI dengan beta saham JII. Dengan demikian, model

83

regresi diatas sudah layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang beredar (M2),

kurs, Inflasi dan Suku bunga SBI dengan beta saham JII. Secara gabungan

berpengaruh signifikan terhadap suku bunga SBI. Sehingga model analisis

jalur yang didapatkan layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai

signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,001 < 0,05) sehingga memiliki

kesimpulan yang sama dengan Uji F yaitu terdapat kecocokan antara model

dengan data.

Hal ini berkaitan dengan teori (Iqbal, 2003) yang menyatakan bahwa

tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan investasi adalah untuk memperoleh

keuntungan. Oleh karena itu, sebelum melakukan investasi, investor perlu

memastikan bahwa investasi tersebut mampu memberikan tingkat

pengembalian yang diharapkan yang tinggi dengan tingkat resiko yang kecil.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat penembalian dan tingkat

resiko saham, yaitu terbagi dalam faktor fundamental dan ekonomi. Faktor

fundamental yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam perusahaan, misalnya

adanya pemogokan, kinerja perusahaan, tingkat likuiditas dan lain-lain.

Sedangkan faktor ekonomi yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar

perusahaan, misalnya tingkat suku bunga, tingkat inflasi, perubahan nilai kurs,

GDP dan lain-lain.

84

c. Uji Parsial (T-Test) Pengujian secara Individu

Tabel 4.12

Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur 1I

Coefficients

a

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 1.317 12.161 .108 .914

M2 (X1) -4.327E-6 .000 -.069 -1.571 .117

Kurs (X2) .001 .001 .025 .587 .557

Inflasi (X3) 903.842 226.065 .176 3.998 .000

1

SBI (X4) -1017.153 498.579 -.091 -2.040 .042

a. Dependent Variable: Beta saham JII (Y1)

Sumber : Data Sekunder 2004-2008

Pada Tabel coefficients ditampilkan hasil uji T yang dapat digunakan

untuk menguji model apakah variabel Uang yang Beredar (M2), Kurs, Inflasi,

dan Suku Bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap beta saham JII.

Pengujian dilakukan dengan uji T.

1) Hubungan antara uang beredar (M2) dan beta saham JII

Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar -1,571. dengan tingkat

signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,

atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1,646.

Karena nilai T hitung (-1,571) < nilai T tabel (1,646) maka Ho diterima dan

H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara Uang yang beredar

(M2) dengan beta saham JII.. Dengan demikian, model regresi diatas

sudah tidak layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang beredar (M2)

dengan beta saham JII. Secara parsial tidak berpengaruh signifikan

85

terhadap beta saham JII. Sehingga model analisis jalur yang didapatkan

tidak layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai signifikansi,

diketahui bahwa nilai sig (0,117 > 0,05) sehingga memiliki kesimpulan

yang sama dengan Uji T yaitu Uang yang beredar (M2) dan secara parsial

tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham JII. Besarnya pengaruh

uang beredar (M2) dan beta saham JII sebesar -0,069 atau -6,9%.

Dari hasil penelitian diatas maka dapat sesuai dengan hasil

penelitian dari Siti Zubaidah (2004), yang menyatakan bahwa tingkat suku

bunga secara parsial tidak bepengaruh signifikan terhadap beta saham dan

variabel-variabel ekonomi.

2) Hubungan antara Kurs Rupiah terhadap Dollar AS dan beta saham JII.

Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 0,587 dengan tingkat

signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,

atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1.646.

Karena nilai T hitung (0,587) < nilai T tabel (1,646) maka Ho diterima, dan H1

ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara Kurs Rupiah terhadap

Dollar dengan beta saham JII. Diketahui bahwa nilai sig (0,557 > 0,05),

jadi Ho diterima, sehingga mempunyai kesimpulan yang sama dengan uji t

yaitu Kurs Rupiah terhadap Dollar AS secara parsial tidak berpengaruh

signifikan terhadap beta saham JII. Besarnya pengaruh Kurs Rupiah

terhadap Dollar AS dan beta saham JII sebesar 0,025 atau 2,5%.

86

Dari hasil penelitian diatas maka dapat sesuai dengan penelitian

dari Siti Zubaidah (2004) yang menyatakan bahwa kurs tidak berpengaruh

signifikan terhadap beta saham.

3) Hubungan antara tingkat inflasi dan beta saham JII.

Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 3,998. dengan tingkat

signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,

atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1.646.

Karena nilai T hitung (3,998) > nilai T tabel (1,646) maka Ho ditolak. dan H1

diterima. Artinya, ada hubungan linier antara tingkat inflasi dengan beta

saham JII. Diketahui bahwa nilai sig (0,000<0,05), jadi Ho ditolak,

sehingga mempunyai kesimpulan yang sama dengan uji t yaitu tingkat

inflasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap beta saham JII.

Besarnya pengaruh tingkat inflasi dan beta saham JII sebesar 0,176 atau

17,6%.

Tingkat inflasi menunjukkan adanya kenaikan tingkat harga umum,

dimana nilai uang sebagai refleksi tingkat harga umum tidak stabil.

Dengan adanya inflasi, kemampuan daya beli masyarakat rendah,

pemerintah menaikkan tingkat suku bunga agar masyarakat menabung,

dengan tujuan menstabilkan kondisi ekonomi. Hal ini menyebabkan

investor cenderung investasi pada investasi yang bebas resiko daripada

saham. Resiko (beta) saham menjadi tinggi (Tandelilin : 2002).

87

4) Hubungan antara suku bunga SBI dan Beta saham JII

Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar -2,040. dengan tingkat

signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,

atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1.646.

Karena nilai T hitung (-2,040) < nilai T tabel (1,646) maka Ho diterima dan

H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara suku bunga SBI dan

Beta saham JII. Sedangkan diketahui bahwa nilai sig (0,042<0,05), jadi

suku bunga SBI secara parsial berpengaruh signifikan terhadap beta

saham JII. Besarnya pengaruh suku bunga SBI dan Beta saham JII sebesar

-0,091 atau -9,1%.

Hasil penelitian di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Tandelilin (1997), yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap beta saham dan variabel-variabel

ekonomi.

Persamaan struktural menjadi :

Y1 = -0,069 X1 + 0,025 X4 + 0,176 X2 + (-0,091) X3 + �2

Angka residu sebesar 0,964 diperoleh dari �y1 �2 = 2R1−

= 964,0036,01 =−

Hasil perhitungan diatas sesuai dengan perhitungan oleh Engkos

Ahmad Kuncoro, (2008:138).

Hasil analisis menunjukkan bahwa ada koefisien jalur yang tidak

signifikan pengaruhnya terhadap Beta JII, yaitu variabel kurs dan M2, maka

88

model struktur 2 perlu diperbaiki melalui metode Trimming, yaitu

mengeluarkan variabel kurs dan M2 yang dianggap hasil dari koefisien jalur

tidak signifikan dari analisisnya. Kemudian diuji lagi yang mana variabel kurs

dan M2 yang tidak signifikan, tidak diikut sertakan. Hasil perhitungannya

sebagai berikut:

Tabel 4.13

Struktur 2 setelah Trimming

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .178a .032 .028 1.666924663693452E1

a. Predictors: (Constant), SBI, Inflasi

Sumber : Data Sekunder 2004-2008

Dapat dilihat variabel inflasi (X3) dan SBI (X4) yang masuk dalam

pengujian, sehingga nilai R square berubah menjadi 0,032 berarti inflasi dan SBI

memberi pengaruh langsung terhadap Beta JII hanya sebesar 3,2%, sisanya 96,8%

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model ini. Penelitian sebelum nya pun

hanya berpengaruh sebesar 2,8%, Siti Zubaidah, 2004.

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 4897.360 2 2448.680 8.813 .000a

Residual 149212.852 537 277.864

1

Total 154110.212 539

a. Predictors: (Constant), SBI, Inflasi

b. Dependent Variable: Beta JII

Sumber : Data Sekunder 2004-2008

89

Dari perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 8.813. dengan tingkat

signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan

numerator, jumlah variabel – 1 atau 6-1 = 5; dan denumerator jumlah kasus – 5

atau 540 – 5 = 535. dengan ketentuan tersebut diperoleh angka F tabel sebesar 2,22.

Karena nilai F hitung (8.813) > nilai F tabel (2,22) maka Ho ditolak dan H1

diterima. Artinya, ada hubungan linier antara Uang yang beredar (M2), kurs,

Inflasi, dan Suku bunga SBI dengan beta saham JII. Dengan demikian, model

regresi diatas sudah layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang beredar (M2),

kurs, Inflasi dan Suku bunga SBI dengan beta saham JII. Secara gabungan

berpengaruh signifikan terhadap suku bunga SBI. Sehingga model analisis

jalur yang didapatkan layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai

signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,001 < 0,05) sehingga memiliki

kesimpulan yang sama dengan Uji F yaitu terdapat kecocokan antara model

dengan data.

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 3.813 3.832 .995 .320

Inflasi 876.298 223.717 .171 3.917 .000

1

SBI -1163.626 489.106 -.104 -2.379 .018

a. Dependent Variable: Beta JII

Sumber : Data Sekunder 2004-2008

90

Sedangkan besarnya kontribusi Inflasi yang secara langsung

mempengaruhi Beta JII sebesar 0,171 x 100% = 17,1%. Dan variabel SBI

mempengaruhi Beta JII sebesar -0,104 x 100% = -10,4%. Sedangkan nilai B

yang mempengaruhi Beta JII sebesar -287,328 (876,298 -1163,626). Dan nilai

constant dari 3,813 berubah menjadi -283,515 (-287,328 + 3,813). Hal ini

menyebabkan Beta JII dari 3,813 turun menjadi -283,515. jadi dapat

disimpulkan bahwa inflasi lebih berpengaruh terhadap resiko saham JII

dibandingkan dengan SBI. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Tandelilin:

2002, yang menyatakan bahwa variabel inflasi dan SBI berpengaruh terhadap

beta JII. Dengan adanya inflasi, kemampuan daya beli masyarakat rendah,

pemerintah menaikkan tingkat suku bunga agar masyarakat menabung, dengan

tujuan menstabilkan kondisi ekonomi. Hal ini menyebabkan investor

cenderung investasi pada investasi yang bebas resiko daripada saham. Resiko

(beta) saham menjadi tinggi.

Gambar 4.2

Jalur (Path) Struktur 2 Setelah Trimming

Inflasi (x3)

SBI (x4)

Beta JII (y1)

�y1x1=0,171

�y1x4=0,104

�2 = 0,964

91

4. Koefisien Struktur 1II

a. Persamaan Analisis Jalur StrukturIII

Y2 = �Y2X3 + � Y2X4 + � X4X2 + � Y2Y1 + � Y1X1 + �3

Tabel 4.14

Koefisien Determinasi Struktur II1

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .350a .122 .114 .066465494041889

a. Predictors: (Constant), Beta Saham JII (Y1), Kurs (X2), SBI (X4), M2 (X1), Inflasi (X3).

Sumber : Data Sekunder 2004-2008

Pada Tabel Model Summary diatas, didapat 1 model analisis jalur

dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,350, nilai koefisien determinasi

(R Square) sebesar 0,122 (12,2%). Nilai R Square sebesar 12,2%, ini

menunjukkan bahwa dengan menggunakan model analisis jalur yang di

dapatkan dimana variabel eksogen yaitu Uang yang beredar dalam arti

luas/M2 (X1), Kurs (X2), Inflasi (X3), Suku Bunga SBI (X4), dan Beta saham

JII (Y1) memiliki pengaruh terhadap variabel endogen IHSG (Y2) sebesar

12,2%, sedangkan sisanya (100% - 12,2%= 87,8%) adalah kemungkinan

terdapat aspek-aspek lain yang memiliki pengaruh terhadap perubahan

variabel IHSG (Y2).

92

b. Uji Hipotesis (Uji Simultan)

Y2 = �Y2X3 + � Y2X4 + � X4X2 + � Y2Y1 + � Y1X1 + �1

Tabel 4.15

Analisis Varian (Annova) Struktur 1II

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression .329 5 .066 14.875 .000a

Residual 2.359 534 .004

1

Total 2.688 539

a. Predictors: (Constant), Beta Saham JII (Y1), Kurs (X2), SBI (X4), M2 (X1), Inflasi (X3)

b. Dependent Variable: IHSG (Y2)

Sumber : Data Sekunder 2004-2008

Pengujian keputusan berdasarkan perbandingan nilai Fhitung dengan

Ftabel :

Jika Fhitung > t tabel, maka Ho ditolak

Jika Fhitung < t tabel, maka Ho diterima

Dari perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 14,875. dengan tingkat

signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan

numerator, jumlah variabel – 1 atau 6-1 = 5; dan denumerator jumlah kasus –5

atau 540 – 5 = 535. dengan ketentuan tersebut diperoleh angka F tabel sebesar

2,22. Karena nilai F hitung (14,875) > nilai F tabel (2,22) maka Ho ditolak dan H1

diterima. Artinya, ada hubungan linier antara Uang yang beredar (M2), kurs,

Inflasi, Suku bunga SBI, dan Beta saham JII dengan IHSG. Dengan demikian,

model regresi diatas sudah layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang

beredar (M2), kurs, Inflasi Suku bunga SBI dan beta saham JII, secara

gabungan berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Sehingga model analisis

jalur yang didapatkan layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai

93

signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,000 < 0,05) sehingga memiliki

kesimpulan bahwa hubungan nya signifikan atau sama dengan Uji F yaitu

terdapat kecocokan antara model dengan data.

c. Uji Parsial (T-Test) Pengujian secara Individu

Tabel 4.16

Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur III

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) .064 .049 1.326 .185

M2 (X1) -8.622E-8 .000 -.329 -7.828 .000

Kurs (X2) 1.925E-6 .000 .016 .392 .695

Inflasi (X3) -2.366 .915 -.111 -2.585 .010

SBI (X4) 8.044 1.997 .172 4.028 .000

1

Beta saham JII (Y1)

3.254E-5 .000 .008 .189 .850

a. Dependent Variable: IHSG (Y2)

Sumber : Data Sekunder 2004-2008

Pada Tabel coefficients ditampilkan hasil uji T yang dapat digunakan

untuk menguji model apakah variabel Uang yang Bereda (M2), Kurs, Inflasi,

dan Suku Bunga SBI, dan beta saham JII berpengaruh signifikan IHSG.

Pengujian dilakukan dengan uji T.

1) Hubungan antara uang beredar (M2) dan IHSG

Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar -7,828. dengan tingkat

signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,

atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1,646.

Karena nilai T hitung (-7,828) < nilai T tabel (1,646) maka Ho diterima dan

H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara Uang yang beredar

94

(M2) dengan IHSG. Dengan demikian, model regresi diatas belum layak

dan benar. Kesimpulannya, Uang yang beredar (M2) dengan IHSG secara

parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Sehingga model

analisis jalur yang didapatkan belum layak untuk digunakan. Atau jika

dilihat dari nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,000 < 0,05)

sehingga memiliki kesimpulan yang sama dengan Uji T yaitu Uang yang

beredar (M2) dan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

Besarnya pengaruh uang beredar (M2) dan IHSG sebesar -0,329 atau -32,9%.

2) Hubungan antara Kurs Rupiah terhadap Dollar AS dan IHSG

Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 0,392 dengan tingkat

signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,

atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1.646.

Karena nilai T hitung (0,392) < nilai T tabel (1,646) maka Ho diterima.. dan

H1 ditolak.. Artinya, tidak ada hubungan linier antara Kurs Rupiah

terhadap Dollar dengan IHSG. Diketahui bahwa nilai sig (0,695 > 0,05),

jadi Ho diterima, sehingga mempunyai kesimpulan yaitu Kurs Rupiah

terhadap Dollar AS secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap

IHSG. Besarnya pengaruh Kurs Rupiah terhadap Dollar AS dan IHSG

sebesar 0.016 atau 1,6%.

Penelitian di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur

Hariroh (2007), yang menyatakan bahwa kurs tidak berpengaruh

signifikan terhadap IHSG.

95

3) Hubungan antara tingkat inflasi dan IHSG.

Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar -2,585. dengan tingkat

signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,

atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1.646.

Karena nilai T hitung (-2,585) > nilai T tabel (1,646) maka Ho diterima. dan

H1 ditolak. Artinya, ada hubungan linier antara tingkat inflasi dengan

IHSG. Diketahui bahwa nilai sig (0,010<0,05), jadi Ho ditolak, sehingga

mempunyai kesimpulan yaitu tingkat inflasi secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap IHSG. Besarnya pengaruh tingkat inflasi dan IHSG

sebesar -0,111 atau 11,1%.

4) Hubungan antara suku bunga SBI dan IHSG.

Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara suku bunga SBI

dengan IHSG, kita dapat menentukan hipotesis :

Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 4,028. dengan tingkat

signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,

atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1.646.

Karena nilai T hitung (4,028) > nilai T tabel (1,646) maka Ho ditolak dan H1

diterima. Artinya, ada hubungan linier antara suku bunga SBI dan IHSG.

Sedangkan diketahui bahwa nilai sig (0,000<0,05), jadi suku bunga SBI

secara parsial berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Besarnya pengaruh

suku bunga SBI dan IHSG sebesar 0,172 atau 17,2%.

Penelitian di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur

Hariroh (2007), yang menyatakan bahwa suku bunga SBI berpengaruh

signifikan terhadap IHSG.

96

5) Hubungan antara Beta saham JII dengan IHSG

Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 0,189. dengan tingkat

signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,

atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1.646.

Karena nilai T hitung (0,189) < nilai T tabel (1,646) maka Ho diterima dan H1

ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara Beta saham JII dengan

IHSG. Sedangkan diketahui bahwa nilai sig (0,850>0,05), sehingga

memiliki kesimpulan yang sama dengan Uji T yaitu Beta saham JII secara

parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Besarnya pengaruh

Beta saham JII dengan IHSG sebesar 0,008 atau 0,8%.

Persamaan struktural menjadi :

Y2 = -0,329 X3 + 0.016 X4 + (-0,111) X2 + 0,172 Y1 + 0,008 X1 + �3

Angka residu sebesar 0,878 diperoleh dari 2R1−

= 878,0122,01 =−

Hasil analisis menunjukkan bahwa ada koefisien jalur yang tidak

signifikan pengaruhnya terhadap IHSG, yaitu variabel kurs dan Beta JII, maka

model struktur 3 perlu diperbaiki melalui metode Trimming, yaitu

mengeluarkan variabel kurs dan Beta JII yang dianggap hasil dari koefisien

jalur tidak signifikan dari analisisnya. Kemudian diuji lagi yang mana variabel

kurs dan Beta JII yang tidak signifikan, tidak diikut sertakan. Hasil

perhitungannya sebagai berikut:

97

Tabel 4.17

Struktur 3 setelah Trimming

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .349a .122 .117 .066353366059174

a. Predictors: (Constant), SBI, M2, Inflasi

Sumber : Data Sekunder 2004-2008

Dapat dilihat variabel M2 (x1), Inflasi (x3), SBI (x4) yang masuk dalam

pengujian, memiliki nilai R square yang sama dengan pengujian sebelum

Trimming yaitu 0,122 yang berarti M2, Inflasi dan SBI memberikan pengaruh

langsung hanya sebesar 12,2%, sedangkan sisanya sebesar 87,8% dipengaruhi

oleh faktor-faktor lain diluar model ini.

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean

Square F Sig.

Regression .328 3 .109 24.811 .000a

Residual 2.360 536 .004

1

Total 2.688 539

a. Predictors: (Constant), SBI, M2, Inflasi

b. Dependent Variable: IHSG

Sumber : Data Sekunder 2004-2008

Dari perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 14,875. dengan tingkat

signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan

numerator, jumlah variabel – 1 atau 6-1 = 5; dan denumerator jumlah kasus –5

atau 540 – 5 = 535. dengan ketentuan tersebut diperoleh angka F tabel sebesar 2,22.

Karena nilai F hitung (14,875) > nilai F tabel (2,22) maka Ho ditolak dan H1

diterima. Artinya, ada hubungan linier antara Uang yang beredar (M2), kurs,

Inflasi, Suku bunga SBI, dan Beta saham JII dengan IHSG. Dengan demikian,

model regresi diatas sudah layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang

98

beredar (M2), kurs, Inflasi Suku bunga SBI dan beta saham JII, secara

gabungan berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Sehingga model analisis

jalur yang didapatkan layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai

signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,000 < 0,05) sehingga memiliki

kesimpulan bahwa hubungan nya signifikan atau sama dengan Uji F yaitu

terdapat kecocokan antara model dengan data.

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) .082 .019 4.386 .000

M2 -8.569E-8 .000 -.327 -7.906 .000

Inflasi -2.388 .891 -.112 -2.681 .008

1

SBI 8.012 1.986 .171 4.035 .000

a. Dependent Variable: IHSG

Sumber : Data Sekunder 2004-2008

M2 yang secara langsung mempengaruhi IHSG sebesar -0,327 x 100%

= -32,7%, besarnya kontribusi inflasi yang secara langsung mempengaruhi IHSG

sebesar -0,112 x 100% = -11,2%. Dan besarnya kontribusi SBI yang secara

langsung mempengaruhi IHSG sebesar 0,171 x 100% = 17,7%. Sedangkan

nilai B yang mempengaruhi IHSG yaitu sebesar -2,945 (-8,569 - 2,388 + 8,012).

Dan nilai constant dari 0,082 turun menjadi -2,945. dari hasil diatas dapat

disimpulkan bahwa M2, Inflasi dan SBI memberikan pengaruh terhadap

IHSG, terutama pada SBI. Penelitian di atas sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nur Hariroh (2007), yang menyatakan bahwa M2, Inflasi dan

suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

99

Model diagram jalur menjadi:

Gambar 4.3

Jalur (Path) Struktur 3 setelah Trimming

d. Korelasi antara variabel M2, Kurs, Inflasi, suku bunga SBI, Beta

Saham JII, dan IHSG

Tabel 4.18

Analisis korelasi antar variabel M2, Kurs, Inflasi, Suku bunga SBI,

Beta Saham JII, dan IHSG setelah Trimming

Correlations

M2 Inflasi SBI IHSG

Pearson Correlation 1 .072 .207** -.300

**

Sig. (2-tailed) .097 .000 .000

M2

N 540 540 540 540

Pearson Correlation .072 1 .232** -.095

*

Sig. (2-tailed) .097 .000 .027

Inflasi

N 540 540 540 540

Pearson Correlation .207** .232

** 1 .077

Sig. (2-tailed) .000 .000 .072

SBI

N 540 540 540 540

Pearson Correlation -.300** -.095

* .077 1

Sig. (2-tailed) .000 .027 .072

IHSG

N 540 540 540 540

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Sumber : Data Sekunder 2004-2008

M2 (x1)

SBI (x4)

IHSG (y2)

�y1x1=0,327

�y2x4=0,171

�3 = 0,878

Inflasi (x3) �y2x3=-0,112

100

1) Korelasi antara Uang yang beredar (M2) dan tingkat inflasi

Korelasi M2 dan inflasi sebesar 0.072 mempunyai maksud hubungan

sangat lemah dan bisa diabaikan. Korelasi dua variabel tersebut juga tidak

signifikan karena 0,097 > 0,005 maka hubungan kedua variabel tersebut

tergolong tidak signifikan.

2) Korelasi antara Uang yang beredar (M2) dan suku bunga SBI.

Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel uang

yang beredar (M2) dan suku bunga SBI sebesar 0,207 mempunyai maksud

hubungan sangat lemah dan searah (hasilnya positif), maksudnya Jika M2

tinggi maka SBI juga tinggi sedangkan korelasi dua variabel tersebut

signifikan karena 0,000 < 0,05, maka hubungan kedua variabel tersebut

signifikan.

3) Korelasi antara Uang yang beredar (M2) dan IHSG (Y2)

Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel uang

yang beredar (M2) dan IHSG sebesar -0,300 mempunyai maksud hubungan

sangat lemah / bisa diabaikan dan tidak searah (hasilnya negatif),

maksudnya Jika M2 tinggi maka IHSG belum tentu akan tinggi juga

sedangkan korelasi dua variabel tersebut signifikan karena 0,000 < 0,05,

maka hubungan kedua variabel tersebut signifikan.

4) Korelasi antara tingkat inflasi dan suku bunga SBI

Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel tingkat

inflasi dan suku bunga SBI sebesar 0,232 mempunyai maksud hubungan

101

sangat lemah / bisa diabaikan dan searah (hasilnya positif), maksudnya

tingkat inflasi tinggi maka SBI akan tinggi juga sedangkan korelasi dua

variabel tersebut signifikan karena 0,000 < 0,05, maka hubungan kedua

variabel tersebut signifikan.

5) Korelasi antara tingkat inflasi dan IHSG (Y2)

Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel tingkat

inflasi dan IHSG sebesar -0,095 mempunyai maksud hubungan sangat

lemah / bisa diabaikan dan tidak searah (hasilnya negatif), maksudnya

tingkat inflasi tinggi maka IHSG belum tentu akan tinggi, sedangkan

korelasi dua variabel tersebut signifikan karena 0,027 < 0,05, maka

hubungan kedua variabel tersebut signifikan.

6) Korelasi antara suku bunga SBI dan IHSG (Y2)

Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel suku

bunga SBI dan IHSG sebesar 0,077 mempunyai maksud hubungan sangat

lemah / bisa diabaikan. Sedangkan korelasi dua variabel tersebut tidak

signifikan karena 0,072 > 0,05, maka hubungan kedua variabel tersebut

tidak signifikan.

7) Korelasi antara Beta saham JII (Y1) dan IHSG (Y2)

Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel suku

bunga SBI dan IHSG sebesar 0,004 mempunyai maksud hubungan sangat

lemah / bisa diabaikan. Sedangkan korelasi dua variabel tersebut tidak

signifikan karena 0,928 > 0,05, maka hubungan kedua variabel tersebut

tidak signifikan.

102

Gambar 4.4

Analisis pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Kurs, Inflasi, dan Uang

yang Beredar terhadap Beta Saham JII dan IHSG Setelah Trimming

5. Perhitungan Pengaruh Struktur I

Tabel 4.19

Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Uang beredar (X1) Terhadap

Suku Bunga SBI (X4)

Pengaruh Langsung dan Tidak

Langsung

Perhitungan Besar

Kontribusi

X1 Langsung �x4x1. �x4x1 (0,192)( 0,192) 0,036864 X1 Melalui X3 �x4x1. rx1x3. �x4x3 (0,192)(0,072)(0,219) -0,003027456

Total Pengaruh X1 Terhadap X4 0,039891456

Sumber : Data Sekunder 2004-2008

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung uang

beredar (X1) terhadap suku bunga SBI (X4) adalah sebesar 0,036864 atau

3,6864%. Pengaruh tidak langsung melalui melalui inflasi (X3) adalah

-0,003027456 atau 0,3027%. Sehingga total pengaruh yang diberikan

variabel uang beredar (X1) adalah 0,039891456 atau sebesar 3,9891456%

M2 (x1)

Inflasi (x3)

SBI (x4)

JII (y1)

IHSG (y2)

�2=0,964

�3=0,878

�1=0,909

�x4x1=0,192

�x4x3=0,219

�y2x3=-0,112

�y1x4=-0,104

�y2x4=0,171

�x3x1=0,072

103

terhadap suku bunga SBI (X4). Ini berarti uang beredar memiliki pengaruh

yang kecil terhadap suku bunga SBI.

Tabel 4.20

Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3) Terhadap Suku

Bunga SBI (X4)

Pengaruh Langsung dan Tidak

Langsung

Perhitungan Besar

Kontribusi

X3 Langsung �x4x3. �x4x3 (0,219)(0,219) 0,047961 X3 Melalui X1 �x4x3. rx1x3. �x4x1 (0,219)(0,072)(0,192) -0,003027456

Total Pengaruh X3 Terhadap X4 0,044933544

Sumber : Data Sekunder 2004-2008

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung

inflasi (X3) terhadap suku bunga SBI (X4) adalah sebesar 0,047961 atau

4,7961%. Pengaruh tidak langsung melalui melalui inflasi (X3) adalah

-0,003027456 atau -0,3027%. Sehingga total pengaruh yang diberikan

variabel inflasi (X3) adalah 0,044933544 atau sebesar 4,4933544%

terhadap suku bunga SBI (X4). Ini berarti inflasi memiliki pengaruh yang

kecil terhadap suku bunga SBI.

Berikut adalah pengaruh total kedua variabel terhadap suku bunga

SBI, yaitu :

Pengaruh total : Pyxi + � Pyxi . rxixj Pyxj

Pengaru total X1 = 0,036864 + -0,003027456 = 0,033836544

Pengaru total X3 = 0,047961 + -0,003027456 = 0,044933544

Maka pengaruh total X1, X3 = 0,033836544 + 0,044933544

= 0,078770088

104

Hasil ini mendekati hasil koefisien Determinasi (R2x1x3) yaitu

sebesar 0,091.

6. Perhitungan Pengaruh Struktur II

Tabel 4.21

Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Suku Bunga SBI (X4)

Terhadap Beta Saham Syariah (Y1)

Pengaruh Langsung dan Tidak

Langsung

Perhitungan Besar

Kontribusi

X4 Langsung �y1x4 (-0,104) (-0,104)

Total Pengaruh X3 Terhadap Y1 -0,104

Sumber : Data Sekunder 2004-2008

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung suku

bunga SBI (X4) terhadap Beta saham JII (Y1) adalah sebesar -0,104 atau

10,4%. Tidak terdapat pengaruh tidak langsung sehingga total pengaruh

yang diberikan variabel suku bunga SBI (X4) adalah -0,104 atau sebesar

(-0,1042 = 0,010816) 1,0816% terhadap Beta saham JII (Y1). Ini berarti

suku bunga SBI memiliki pengaruh yang kecil terhadap suku bunga SBI.

Tabel 4.22

Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3)

Terhadap Beta Saham Syariah (Y1)

Pengaruh Langsung dan Tidak

Langsung

Perhitungan Besar

Kontribusi

X3 Langsung �x4x3 (0,219) 0,219

Total Pengaruh X3 Terhadap Y1 0,219

Sumber : Data Sekunder 2004-2008

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung

inflasi (X3) terhadap Beta saham JII (Y1) adalah sebesar 0,219 atau 21,9 %.

105

Tidak terdapat pengaruh tidak langsung sehingga total pengaruh yang

diberikan variabel Inflasi (X3) adalah 0,219 atau sebesar (0,2192 = 0,047961)

4,7961% terhadap Beta saham syariah. Ini berarti inflasi memiliki

pengaruh yang kecil terhadap suku bunga SBI.

Berikut adalah pengaruh total kedua variabel terhadap suku bunga

SBI, yaitu :

Pengaruh total : Pyxi + � Pyxi . rxixj Pyxj

Pengaru total X4 = -0,104

Pengaru total X3 = 0,219

Maka pengaruh total X4, X3 = -0,104 + 0,219 = 0,115

Hasil ini mendekati hasil koefisien Determinasi (R2x1x3) yaitu

sebesar 0,032.

7. Perhitungan Pengaruh Struktur III

Tabel 4.23

Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3)

Terhadap IHSG (Y2)

Pengaruh Langsung dan Tidak

Langsung

Perhitungan Besar

Kontribusi

X3 Langsung �y2x3 (-0,112) -0,112 X3 melalui X4 �x4x3 . �y2x4 (-0,112)(0,171) -0,019152

Total Pengaruh X3 Terhadap Y1 -0,131152

Sumber : Data Sekunder 2004-2008

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung

inflasi (X3) terhadap IHSG (Y2) adalah sebesar -0,112 atau -11,2%.

Terdapat pengaruh tidak langsung sebesar -0,019152 atau -1,9152%.

106

sehingga total pengaruh yang diberikan variabel inflasi (X3) adalah -0,131152

atau sebesar -0,1311522 = -0,017200847) 1,72008471% terhadap IHSG

(Y2). Ini berarti inflasi memiliki pengaruh yang kecil terhadap IHSG.

Tabel 4.24

Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Suku Bunga SBI (X4)

Terhadap IHSG (Y2)

Pengaruh Langsung dan Tidak

Langsung

Perhitungan Besar

Kontribusi

X4 Langsung �y2x4 (0,171) 0,171

Total Pengaruh X3 Terhadap Y1 0,171

Sumber : Data Sekunder 2004-2008

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung suku

bunga SBI (X4) terhadap IHSG (Y2) adalah sebesar 0,171 atau 17,1%. Tidak

terdapat pengaruh tidak langsung sehingga total pengaruh yang diberikan

variabel suku bunga SBI (X4) adalah 0,171 atau sebesar (0,1712 = 0,029241)

2,9241% terhadap IHSG. Ini berarti suku bunga SBI memiliki pengaruh

yang kecil terhadap IHSG.

Berikut adalah pengaruh total kedua variabel terhadap suku bunga

SBI, yaitu :

Pengaruh total : Pyxi + � Pyxi . rxixj Pyxj

Pengaru total X3 = -0,112 + -0,019152 = -0,131152

Pengaru total X4 = 0,171

Maka pengaruh total X3, X4 = -0,131152 + 0,171 = 0,039848

Hasil ini mendekati hasil koefisien Determinasi (R2x1x3) yaitu

sebesar 0,122.

107

8. Pengujian Kesesuaian Model (Goodness-Of-Fitt Test)

Uji kesesuaian model dimaksudkan untuk menguji apakah

model yang diusulkan memiliki kesesuaian dengan data atau tidak.

Menurut Bachrudin dan Harapan Tobing dalam Riduwan dan Engkos

(2005:146), rumusan hipotesis statistik kesesuaian model analisis jalur

dirumuskan sebagai berikut :

Ha : R � R (Ø) : Matriks korelasi estimasi berbeda dengan matriks

korelasi sampel.

Ho : R = R (Ø) : matriks korelasi estimasi sama dengan matriks

korelasi sampel.

Dasar pengambil Keputusan :

Jika W hitung � χ2 : Ho ditolak (berarti kedua model signifikan).

Jika W hitung � χ2 : Ho diterima (berarti kedua model tidak signifikan).

Sebelum Trimming Sesudah Trimming

R12 = 0,091 R1

2 = 0,091

R22 = 0,036 R2

2 = 0,032

R32 = 0,122 R3

2 = 0,122

1. R2m = 1(1- R12)(1- R2

2)(1- R22)

= 1(1-0,091)(1-0,036)(1-0,122)

= 1- (0,909)(0,964)(0,878)

= 1-0,769

= 0,231

108

2. M = R2m (setelah Trimming)

= 1(1- 0,091)(1-0,032)(1-0,122)

= 1(0,909)(0,968)(0,878)

= 1-0,772

= 0,228

3. Q = 996,0772,0

769,0

228,01

231,01

m-1

mR-1 2

==−

−=

4. W hitung = - (N-d) Ln Q

= -(540-2) Ln 0,996

= -(538) (-0,004008021398)

= 2,156

Dicari dari tabel distribusi (χ2) atau chi-kuadrat / chi-square

untuk DK =2 (koefisien jalur yang tidak signifikan) dengan α = 0,005

diperileh sebesar 5,991. ternyata W hitung < χ2 tabel atau 2,160 < 5,991,

berarti matriks korelasi sampel sama dengan matriks korelasi estimasi,

maksudnya kedua model tersebut tidak signifikan. Hal ini

menunjukkan bahwa model yang diusulkan tidak memiliki kesesuaian

(fit) dengan data yang ada. Dalam analisis jalur untuk suatu model

yang diusulkan dikatakan fit dengan data apabila matriks korelasi

sample tidak jauh berbeda dengan matriks korelasi estimasi atau

korelasi yang diharapkan. (Riduwan & Engkos, 2008:146).

109

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV yang

menggunakan analisis tiga jalur dengan bantuan SPSS 17.0 tentang Pengaruh

Uang yang Beredar (M2), Kurs Rupiah Terhadap Dollar, Tingkat Inflasi, dan

Suku Bunga SBI Terhadap Beta saham Syariah dan IHSG. Maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada struktur I terdapat variabel yang signifikan yaitu Uang beredar (M2),

dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap suku bunga SBI. Besarnya

pengaruh uang beredar (M2) terhadap suku bunga SBI 0,192. dan besarnya

pengaruh inflasi terhadap suku bunga SBI 0,219.

Penelitian ini sesuai dengan teori kebijakan moneter yaitu suku

bunga yang tinggi akan mengurangi penanaman modal dan apabila suku

bunga rendah, lebih banyak penawaran modal akan dilakukan. Dengan

mempengaruhi penanaman modal maka akan mempengaruhi pengeluaran

agregat. Pengeluaran agregat perlu ditambah untuk mengurangi

pengangguran. Dalam masa inflasi langkah yang perlu dilakukan yaitu

penawaran uang dikurangi untuk menaikkan suku bunga. Dalam langkah

ini akan menurunkan investasi dan seterusnya pengeluaran agregat akan

menurun. Hal ini akan mengurangi tekanan inflasi. Sadono, Sukirno

(2004:24).

110

2. Pada struktur II terdapat variabel yang signifikan yaitu suku bunga SBI

dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Beta saham syariah JII.

Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap Beta saham syariah JII.

-0,104. dan besarnya pengaruh inflasi terhadap Beta saham syariah JII 0,171.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Tandelilin: 2002, yang menyatakan bahwa variabel inflasi dan SBI

berpengaruh terhadap Beta saham JII. Dengan adanya inflasi, kemampuan

daya beli masyarakat rendah, pemerintah menaikkan tingkat suku bunga

agar masyarakat menabung, dengan tujuan menstabilkan kondisi ekonomi.

Hal ini menyebabkan investor cenderung investasi pada investasi yang

bebas resiko daripada saham. Resiko saham menjadi tinggi.

3. Pada struktur III terdapat variabel yang signifikan yaitu uang beredar

(M2), inflasi, dan suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

Besarnya pengaruh uang yang beredar (M2) terhadap IHSG -0,372. Inflasi

terhadap IHSG -0,112. Dan pengaruh suku bunga SBI terhadap IHSG

0,171. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur

Hariroh (2007), yang menyatakan bahwa M2, Inflasi, dan suku bunga SBI

berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

111

B. Saran

Berdasrkan hasil penelitian ini, penulis mengemukakan saran yang

bisa bermanfaat, diantaranya :

1. Investor diharapkan memperhatikan kondisi resiko sistematis saham (beta)

sebelum melakukan investasi, karena nilai beta saham dapat dijadikan

sebagai penggambaran fruktuasi return saham.

2. Peneliti menyadari kemungkinan terjadi kekurangan baik dari variabel

yang diteliti yang hanya diwakili beberapa indikator saja, dan masih

banyak indikator lain yang bisa dijadikan acuan peneliti seperti GNP,

GDP, Situasi politik, Kebijakan pemerintah dan lain sebagainya.

3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan menambah sampel perusahaan

yang lebih banyak lagi seperti sektor pertambangan, perbankan dan lain-lain.

4. Pencarian beta saham syariah dengan menggunakan CAPM kurang tepat,

sehingga hasil yang di dapat berbeda dari substansi teori. Hal ini

dikarenakan adanya keterbatasan perolehan data. Sebaiknya beta saham

syariah dicari dengan menggunakan APT. Maka diharapkan untuk

penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan rumus Arbitrage Pricing

Teory (APT) untuk mencari beta saham syariah.

112

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Yoopi. Memahami Kurs Valuta Asing, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta: 2004.

Anto, MB Hendrie. Dan Riski, Amelia. ”Pengaruh Variabel Makro

Ekonomi Terhadap Harga Saham : Studi Kasus JII dan IHSG

periode Januari 2002 s.d Desember 2006, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

Antonio, Syafii. Manajemen Bank Syariah, Jakarta, 2001.

Auliyah, Robiatul dan Ardi, Hamzah. ”Analisa Karakteristik Perusahaan

Industri dan Ekonomi Makro Terhadap Return dan Beta Saham

Syariah Di BEJ ” Universitas Trunojoyo, 2006

Basyaib, Fachmi. “Manajemen Resiko”. Grasindo, Jakarta, 2007.

Boedie, Kane, Marcus. ”Investasi”. Edisi Enam Buku 1, Salemba Empat, Jakarta, 2006.

Bowman, Robert G. The Teoritical Relationship Between Systematic Risk and Financial (Accounting) Variable, The Journal of Finance, Vol XXXIV, No. 3, Hal 294-312, 2002.

Bungin, Burhan. ”Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial lainnya”. Edisi Pertama, Kencana Prenada Group, 2008.

D. Hadad, Muliaman. Wibowo, Satrio. Dan S Besar, Dwityapoetra, September 2004. “Beta Sektor sebagai Proxi Imbal Hasil dan Indikator Resiko di

Pasar Saham”. Biro Stabilitas Siustem Keuangan Bank Indonesia, Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, September 2004

Hadi, Kuncoro dan anwar, Saiful. Analisis Risiko Harga Saham Syariah

Menggunakan Daily Earning At Risk.

Halim, Abdul. Analisis Investasi, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2005.

Haryanto, M.Y. Dedi. ”Pengaruh Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs

Terhadap Risiko Sistematik Perusahaan Di BEJ”. Jurnal Keuangan dan Bisnis, 2007

Huda, Nurul. Ekonomi Makro Islam : Pendekatan Teoritis Edisi Pertama, Kencana Prenada Media Group, 2008.

113

Husnan, Suad. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Kedua, UPP-AMP YKPN, Yogyakarta, 1996.

Husnan, Suad. Dasar-Dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas. UPP AMP YKPN, Jogjakarta, 2004.

Iqbal, Aruzzi. Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Rasio Profitabilitas, dan

Beta akuntansi Terhadap Beta saham di Bursa Efek Jakarta, Seminar Nasional Akuntansi halaman 647, 2003

Jones, Charles P. “Investments Analysis And Management”. 4th edition, Wiley & Sons Inc, 2004.

Karim, Adiwarman. Ekonomi Islam Suatu Kajian Ekonomi Makro. The International Istitute of Islamic Thought IIIT, Jakarta, 2002

Khodijah, Siti. ”Analisis Faktor-faktor Determinan Struktur Modal dan Price Earning Ratio Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham : Studi Empiris Perusahaan Jakarta Isklamic Index Dengan Pendekatan Path analysis. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri, 2006.

Kismono, Gugup. ”Bisnis Pengantar”. Edisi Pertama, BPFE- Yogyakarta, 2001.

Kuncoro, Mudrajad. ”Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis

dan Ekonomi”, Edisi 1, Cetakan 1 unit penerbitan dan Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta, 2001.

Maman, Abdurahman. ”Analisis, Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam

Penelitian”. Pustaka Setia, Bandung : 2007.

Nasarudin, Indo Yama. Pengaruh Return On Equity (ROE) Dan Earning

Growth Rate (EGR) Terhadap Price To Book Value (PBV) :

Pengaruh Langsung Dan Tidak Langsung Antar Variabel Dalam

Analisis Jalur , Etikonomi Vol.3, No.2, 2004.

Nopirin. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta, 1994.

Pontjowinoto, Iwan P. ”Prinsip Syariah Di Pasar Modal: Pandangan

Praktis”. Masyarakat Ekonomi Syariah, 2008

Prasojo, Wasis. (2003), Permintaan Uang menurut Teori Portofolio Permintaan, Skripsi Sarjana (Tidak dipublikasikan), Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Putong, Iskandar. ”Ekonomi Mikro & Makro, Edisi 2”. Ghalia Indonesia. 2002.

114

Ross, Stephen A. “Corporate Finance”. Seventh Edition. Mc Graw – Hill International Edition. 2005.

Riduwan, Drs MBA., A.K Engkos, S.E., ”Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur”. Alfabeta, Bandung, 2009.

Salvatore Dominick, Ekonomi Internasional, Jilid Kelima, Terjemahan, Jakarta, 1997

Sarwono, Jonathan. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS Edisi 1, Andi Yogyakarta, 2007

Sharpe, Wlliam F. Alexander, Gordon J. Bailey, Jeffery V. Investasi Edisi keenam Jilid 1, Indeks, Jakarta, 2005

Sidiq, Sahabudin, Stabilitas Permintaan Uang di Indonesia Sebelum dan Sesudah

Perubahan Sistem Nilai Tukar, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No.1, April 2005 Hal:31-41.

Sudarsono, Heri. ”Bank & Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi”. Edisi 2, EKONISIA Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta, 2003.

Syabarrudin, Agus. Pengukuran Resiko Saham Dengan Pendekatan Risk

Metric Pada Nilai Resiko Harga Saham Syariah, Tesisi Pasca Sarjana Universitas Indonesia Program Studi Timur Tengah Dan Islam, 2007.

http: // www.google.com, diakses pada tanggal 30 maret 2009

http: // www.bi.go.id, diakses pada tanggal 20 April 2009