Upload
khangminh22
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH UANG YANG BEREDAR (M2), KURS, INFLASI,
DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP BETA
SAHAM SYARIAH (JII) DAN INDEKS HARGA SAHAM
GABUNGAN (IHSG)
�
�
�
�
�
Diajukan Oleh :
FITRIAWATI
105081002473
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
PENGARUH UANG YANG BEREDAR (M2), KURS, INFLASI,
DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP BETA
SAHAM SYARIAH (JII) DAN INDEKS HARGA SAHAM
GABUNGAN (IHSG)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat dalam Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
FITRIAWATI
NIM : 105081002473
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS Indoyama Nasaruddin, SE, MAB
NIP : 19570617 1985031 002 NIP : 19741127 2001121 002
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2009 M
Hari ini selasa tanggal 10 bulan November Tahun Dua Ribu Sembilan telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Fitriawati NIM : 105081002473 dengan
judul Skripsi “ PENGARUH UANG YANG BEREDAR (M2), KURS,
INFLASI, DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP BETA
SAHAM SYARIAH (JII) DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
(IHSG)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 November 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Amir Syarifuddin, SH, MM Lies Suzanawati SE, M.Si
Ketua Sekretaris
Dr. Yahya Hamza, MM
Penguji Ahli
PENGARUH UANG YANG BEREDAR (M2), KURS, INFLASI,
DAN TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP BETA
SAHAM SYARIAH (JII) DAN INDEKS HARGA SAHAM
GABUNGAN (IHSG) (Studi Empiris Pada Bursa Efek Indonesia)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat dalam Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
FITRIAWATI
NIM : 105081002473
Tim Penguji Skripsi
Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS Indoyama Nasaruddin, SE, MAB
NIP : 19570617 1985031 002 NIP : 19741127 2001121 002
Penguji Ahli
Arief Mufraini, Lc, M. Si
NIP. 197701222003121001
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2009 M
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Fitriawati 2. Tempat Tanggal Lahir : Bekasi, 31 Mei 1987 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Alamat : Jl. Sultan Hasanudin Rt 04/01
Kel.Tambun Selatan Kec. Tambun Selatan – Bekasi 17510
5. Telepon : 021-90471509 / 085694103524 6. E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar : SDN Sukabungah Bekasi 2. Sekolah Menengah Pertama : MTs Attahiriyah Jakarta 3. Sekolah Menengah Atas : MAN Cikarang 4. S1 : Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Jurusan Manajemen Keuangan
II. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : H. Ma’ad HM (Alm) 2. Ibu : Hj. Siti Maryam 3. Tempat dan Tanggal Lahir : Bekasi, 11 Juni 1956 4. Alamat : Jl. Sultan Hasanudin Rt 04/01
Kel.Tambun Selatan Kec. Tambun Selatan – Bekasi 17510
5. Telepon : 021.88329336 6. Anak ke dari : 7 dari 11 Bersaudara
ii
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika tingkat resiko yang akan diterima oleh investor. Cara yang digunakan untuk mengetahui nilai beta dengan menggunakan CAPM (Capital Assets Pricing Model) dimana model ini menggunakan data indikator makro ekonomi (Uang yang beredar, Kurs, Inflasi, dan SBI) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Metode penelitian ini adalah purposive sampling dari 30 saham JII, terpilihnya 9 perusahaan yang konsisten masuk di dalam Jakarta Islamic Indeks (JII) dari periode januari 2004 sampai desember 2008. Penelitian ini menggunakan metode analisis jalur, dengan menggunakan Trimming dan uji Goodness fit yang mana setiap variabel menggunakan tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa uang beredar (M2), dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap suku bunga SBI. Suku bunga SBI dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap beta saham syariah. Dan uang beredar (M2), inflasi dan suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Kata kunci : Beta saham syariah, Resiko sistematik, uang beredar, Kurs, Inflasi,
Suku bunga SBI, Capital Asset Pricing Model, IHSG.
iii
ABSTRACT
The research aims to understand the dynamic of high risk would be received investors. One way is capital Assets Pricing Models) which beta is beta is taken as systematic risk parameter. This research uses of macro economic indicator (Money Supply, Exchange rate, Inflation, and Indonesian Bank Notes (Sertifikat Bank Indonesia) and IHSG. Method of research is purposive Sampling, from 30 stock listed every periode., there are 9 stock of research company that are traded which are consistent in Indonesian stock exchange from January 2004 still December 2008. This research uses path analysis method. With uses Trimming and with goodness fit test that level significant is 5% to each test. The result of the research suggest that Money Supply, Exchange rate, Inflation, and Indonesian Bank Notes (Sertifikat Bank Indonesia) Influence Significant To Share and IHSG. Keywords: Beta of Syariah Stock, Systematics Risk, Money Supply, Exchange
Rate, Inflation, Indonesian Bank Notes (Sertifikat Bank Indonesia), Capital Asset Pricing Model, IHSG
iv
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrohiim
Assalamu’laikum warrahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah, Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, para keluarganya, sahabatnya, dan seluruh umatnya.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan baik dalam pengetahuaan maupun dalam teknik penulisan,
oleh karena itu dengan rendah hati dan lapang dada penulis mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak.
Akhir kata penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi
ini:
1. ALLAH SWT yang maha berilmu, atas limpahan Rahmat dan Ilmu
pengetahuan yang tak terhingga.
2. Kedua orang tuaku tercinta Ayahanda H. Ma’ad HM (Alm) terimakasih
untuk kasih sayang yang tak terhingga, Pengalaman hidup yang beliau
berikan kepada penulis. Ibunda tercinta Hj. Siti Maryam, terimakasih
untuk kesetiaan, kasih sayang, do’a, semangat, kepercayaan, dan perhatian
yang tak pernah berhenti beliau berikan kepada penulis (I always do the
best).
3. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Pembimbing satu yang telah
meluangkan waktunya untuk berbagi ilmunya dalam membimbing
sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.
4. Indoyama Nasaruddin, SE, MAB selaku Ketua Jurusan Manajemen dan
Dosen Pembimbing dua yang telah meluangkan waktun, pikiran, dan
ilmunya sehingga membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Pembantu Dekan 1 yang juga telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
v
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan
bekal ilmu yang tak terhingga nilainya kepada penulis selama menjadi
mahasiswi, semoga menjadikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis kelak.
7. Terimakasih untuk kakak-kakakku k’dede yang tak lelah memberikan
dukungan moril maupun materil. K’emi yang selalu cerewet, adik-adik ku,
keponakanku, Dias, raray tersayang, dan semuanya yang selalu
mendukung setiap langkahku.
8. Untuk K’nuni yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan tak
bosan meminjamkan buku serta mendengarkan segala keluh kesah. Inke,
selalu setia membangunkan di setiap tahajud dan subuhnya. Anak kost an
eha, k’elon, isna, nellin, ara (Terimakasih untuk tawa, dan semangat yang
diberikan).
9. Untuk anak Manajemen B wido, Eny, Fay, Viny, susi, topay, agus, firman,
ridho, aries, ocid, dan semuanya yang tak bisa di sebutkan satu persatu.
Semua anak keuangan A dan B, untuk teman2 seperjuangan kompre,
sidang (Oneng, Gozali, Eka, Pokonya keep contact yahhhh). Untuk
spesialis editor k’wail selalu siap direpotkan (semoga Allah SWT
membalas semua kebaikkannya).
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas segala
bantuan dan kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis, Aamiien.
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... i
ABSTRAK .......................................................................................................... ii
ABSTRACT ........................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iv
DAFTAR ISI....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................... 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar Modal ................................................................................. 14
B. Pasar Modal Syariah .................................................................... 16
C. Instrumen Pasar Modal Syariah ................................................... 17
D. Fungsi Pasar Modal Syariah ........................................................ 20
E. Faktor yang Mempengaruhi Investasi.......................................... 21
1. Return..................................................................................... 21
2. Resiko Saham......................................................................... 24
F. Hubungan Pengembalian dengan Resiko..................................... 28
1. Resiko Sistematik (beta) saham syariah ................................ 30
vii
2. Suku bunga SBI ..................................................................... 33
3. Kurs mata uang asing............................................................. 34
4. Tingkat Inflasi ........................................................................ 35
5. Uang yang Beredar ................................................................ 37
G. Penelitian Terdahulu .................................................................... 39
H. Kerangka Pemikiran..................................................................... 41
I. Perumusan Hipotesis.................................................................... 42
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian............................................................ 44
B. Metode Penentuan Sampel........................................................... 44
C. Metode Pengumpulan Data.......................................................... 45
D. Metode Analisis ........................................................................... 46
E. Operasional Variabel Penelitian................................................... 53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian................................. 54
1. Sejarah Singkat Perusahaan .................................................... 54
2. Indeks Harga Saham ............................................................... 59
B. Penemuan dan Pembahasan ......................................................... 60
1. Analisis Deskriptif .................................................................. 60
2. Hasil Penemuan Koefisien Struktur I ..................................... 73
3. Hasil Penemuan Koefisien Struktur II .................................... 81
4. Hasil Penemuan Koefisien Struktur III................................... 91
5. Perhitungan Pengaruh Struktur I............................................. 102
6. Perhitungan Pengaruh Struktur II ........................................... 104
viii
7. Perhitungan Pengaruh Struktur III .......................................... 105
8. Pengujian Kesesuaian Model (Goodness-Of-Fitt Test) ......... 107
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ..................................................................................109
B. Implikasi ......................................................................................111
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 112
ix
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Hal
4.0 Perusahan yang Masuk dalam Jakrta Islamic Index Tahun 2004
sampai 2008 ............................................................................................ 57
4.1 Daftar Perusahaan JII yang Konstan Mulai Tahun 2004-2008............... 58
4.2 Uang beredar (M2).................................................................................... 60
4.3 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS ................................................. 61
4.4 Tingkat Inflasi di Indonesia .................................................................... 62
4.5 Tingkat Suku Bunga SBI ........................................................................ 63
4.5.1 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 64
4.5.2 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 65
4.5.3 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 66
4.5.4 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 67
4.5.5 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 68
4.5.6 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 69
4.5.7 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 70
4.5.8 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 71
4.5.9 Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008.......... 72
4.6 Koefisien Determinasi Struktur 1 ........................................................... 73
4.7 Analisis Varian (Annova) Struktur 1....................................................... 74
4.8 Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur 1....................................................... 75
4.9 Anlisis korelasi antar variabel M2, Kurs, Inflasi dan Suku bunga SBI .. 79
4.10 Koefisien Determinasi Struktur II........................................................... 81
4.11 Analisis Varian (Annova) Struktur II ...................................................... 82
x
4.12 Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur II ...................................................... 84
4.13 Struktur 2 setelah Trimming ................................................................... 88
4.14 Koefisien Determinasi Struktur III ......................................................... 91
4.15 Analisis Varian (Annova) Struktur III..................................................... 92
4.16 Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur III..................................................... 93
4.17 Struktur 3 setelah Trimming ................................................................... 97
4.18 Anlisis korelasi antar variabel M2, Kurs, Inflasi, Suku bunga SBI,
Beta Saham JII, dan IHSG ...................................................................... 99
4.19 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Uang beredar (X1)
Terhadap Suku Bunga SBI (X4).............................................................. 102
4.20 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3) Terhadap
Suku Bunga SBI (X4).............................................................................. 103
4.21 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Suku Bunga SBI (X4)
Terhadap Beta Saham Syariah (Y1) ........................................................ 104
4.22 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3) Terhadap
Beta Saham Syariah (Y1) ........................................................................ 104
4.23 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3) Terhadap
IHSG (Y2) ............................................................................................... 105
4.24 Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Suku Bunga SBI (X4)
Terhadap IHSG (Y2) ............................................................................... 106
xi
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Hal
2.1 Risiko sistematis & tidak sistematis ....................................................... 26
2.2 Kerangka Pemikiran: pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai
Kurs, Inflasi, dan Uang yang Beredar terhadap Resiko Sistematis
(beta) Saham Syariah yang Terdaftar di JII ............................................ 42
4.1 Jalur (Path) Struktur 1 setelah Trimming................................................ 80
4.2 Jalur (Path) Struktur 2 Setelah Trimming............................................... 90
4.3 Jalur (Path) Struktur 3 setelah Trimming................................................ 99
4.4 Analisis pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Kurs, Inflasi, dan
Uang yang Beredar terhadap Resiko Sistematis (beta) Saham
Syariah yang Terdaftar di JII .................................................................. 102
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan pasar modal syariah menunjukkan kemajuan
seiring dengan meningkatnya indeks yang ditunjukkan dalam Jakarta
Islamic Index. (JII). Peningkatan indeks pada JII walaupun nilainya
tidak sebesar pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetapi
kenaikan secara prosentase indeks pada JII lebih besar dari IHSG. Hal
ini dikarenakan adanya konsep halal, berkah dan bertambah pada
pasar modal syariah yang memperdagangkan saham syariah. Pasar
modal syariah menggunakan prinsip, prosedur, asumsi, instrumentasi,
dan aplikasi bersumber dari nilai epistemologi Islam.
Perdagangan beberapa jenis sekuritas, baik pada pasar modal
konvensional maupun pasar modal syariah mempunyai tingkat return
dan risiko yang berbeda. Saham merupakan salah satu sekuritas
diantara sekuritas-sekuritas lainnya yang mempunyai tingkat risiko
yang tinggi. Risiko tinggi tercermin dari ketidakpastian return yang
akan diterima oleh investor di masa mendatang. Hal ini sejalan dengan
definisi investasi menurut Sharpe bahwa investasi merupakan
komitmen dana dengan jumlah yang pasti untuk mendapatkan return
yang tidak pasti di masa depan. Dengan demikian, ada dua aspek yang
melekat dalam suatu investasi, yaitu return yang diharapkan dan risiko
2
tidak tercapainya return yang diharapkan. Return dan risiko secara
teoritis pada berbagai sekuritas mempunyai hubungan yang positif.
Semakin besar return yang diharapkan diterima, maka semakin besar
risiko yang akan diperoleh, begitu pula sebaliknya. Return dan risiko
yang tinggi pada saham berhubungan dengan kondisi karakteristik
perusahaan, industri dan ekonomi makro.
Investasi dalam Islam pasti memiliki risiko. Tidak ada di dunia ini
yang risk free. Yang terpenting bagi manusia adalah melaksanakan perintah
Allah yaitu:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS. 59;18).
Ayat diatas memerintahkan orang mukmin untuk mempersiapkan apa
yang akan diperbuat untuk hari esok, dengan mempelajari, mengetahui dan
mengamalkan manajemen risiko, selebihnya apapun yang terjadi bertakwalah
kepada Allah SWT. Karena manusia hanya bisa memprediksi, sementara
Allah SWT Maha Menetapkan dan Maha Adil.
Return dari sekuritas merupakan tingkat pengembalian yang
diharapkan oleh investor dalam bentuk kenaikan atau penurunan nilai
saham dan dividen. Dalam konteks portofolio risiko dibedakan
menjadi dua (Halim (2003, 23) yaitu risiko sistematik (systematic risk)
dan risiko tidak sistematik (unsystematic risk). Risiko sistematik
(systematic risk) merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan
3
dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar
secara keseluruhan. Misalnya adanya perubahan tingkat bunga, kurs
valas, inflasi, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Sehingga
sifatnya umum dan berlaku bagi semua saham dalam bursa saham
yang bersangkutan. Risiko tidak sistematik (unsystematic risk)
merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan
diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau
industri tertentu. Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda antara satu
saham dengan saham yang lain. Karena perbedaan itulah maka
masing-masing saham memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda
terhadap setiap perubahan pasar. Misalnya faktor struktur modal,
struktur asset, tingkat likuiditas, tingkat profitabilitas, dan lain-lain.
Oleh karena itu seorang investor perlu melakukan analisis tentang
risiko saham. Untuk mengukur risiko digunakan koefisien beta saham.
Mengetahui beta suatu sekuritas merupakan hal yang penting untuk
menganalisis sekuritas atau portofolio. Beta suatu sekuritas
menunjukkan kepekaan tingkat keuntungan suatu sekuritas terhadap
perubahan-perubahan pasar (Halim, 2003: 25).
Setiap sekuritas mempunyai tingkat risiko yang berbeda-beda
dan saham merupakan salah satu sekuritas yang mempunyai risiko
yang tinggi dibandingkan dengan sekuritas yang lain. Namun risiko
saham antar perusahaan berbeda satu dengan yang lain. Jika investor
4
ingin berinvestasi maka selain melihat return yang akan didapat,
mereka juga harus mempertimbangkan risiko yang ada di saham
tersebut. Salah satu pertimbangan dalam melakukan investasi saham
adalah memperkecil risiko.
Preferensi investor terhadap risiko berbeda-beda. Tidak semua
investor suka dengan risiko. Investasi di pasar modal mengandung
risiko investasi yang tinggi dibandingkan di aset yang lain. Investor
yang tidak menyukai risiko (risk averse) punya kecenderungan untuk
tidak berinvestasi di pasar modal. Namun sebenarnya risiko investasi
di pasar modal dapat dikurangi jika mereka mengerti mengenai risiko
itu sendiri.
Beberapa variabel yang sering digunakan dalam melakukan
analisis ekonomi makro antara lain suku bunga SBI, nilai tukar mata
uang asing, tingkat inflasi, jumlah uang beredar, pendapatan
masyarakat, dan lain-lain. Suku bunga SBI merupakan salah satu
instrumen moneter yang penting dalam perekonomian negara dan
berada dibawah tanggung jawab bank Indonesia melalui lelang SBI,
jumlah uang beredar diatur agar mencapai target inflasi yang
ditetapkan, dan dari proses lelang yang mengikuti mekanisme pasar
inilah maka terbentuk suku bunga SBI.
Tingkat suku bunga mempengaruhi risiko (beta) saham, hal ini
disebabkan karena seorang investor dalam memilih alternatif investasi
akan cenderung memilih investasi yang menguntungkan, jika tingkat
5
suku bunga lebih tinggi daripada return saham maka akan lebih
menguntungkan memilih investasi yang bebas risiko seperti deposito,
obligasi daripada investasi yang penuh risiko seperti saham dan
sebaliknya. Ketika tingkat suku bunga tinggi maka return saham akan
cenderung terjadi perubahan atau rendah. Return saham naik turun
sesuai dengan permintaan investor. Semakin tinggi permintaan terhadap
saham semakin tinggi pula return saham. Perubahan return saham
terhadap return saham pasar ini disebut beta saham (Halim, 2003).
Perubahan nilai kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs
antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian pos moneter yang
timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Tingkat keuntungan yang
diharapkan dari adanya investasi akan menurun dengan cepat jika nilai
kurs berubah tajam, sehingga bagi para pelaku ekonomi semakin
rendah tingkat perubahan nilai kurs adalah semakin baik. Hal ini akan
mempengaruhi keputusan seorang investor dalam berinvestasi.
Permintaan terhadap saham menjadi turun dan risiko saham
meningkat. Oleh karena itu, dalam melakukan investasi, seorang
investor tentu akan menanamkan modalnya pada perusahaan yang
mempunyai kinerja yang baik. Kinerja yang baik menunjukkan bahwa
perusahaan dapat meningkatkan kekayaaan bagi pemegang sahamnya.
Artinya, perusahaan berhasil memberikan tingkat pengembalian
sebagaimana yang diharapkan oleh investor, yang berupa capital gain
atau deviden.
6
Tingkat inflasi merupakan variabel ekonomi makro paling
penting, karena dapat membawa pengaruh buruk pada struktur biaya
produksi dan tingkat kesejahteraan. Bahkan satu rezim kabinet
pemerintahan dapat jatuh hanya karena tidak dapat menekan dan
mengendalikan lonjakan tingkat inflasi. Laju kenaikan tingkat inflasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adanya peningkatan
jumlah uang beredar. Peningkatan jumlah uang beredar ini di
Indonesia disebabkan antara lain oleh peristiwa kenaikan harga migas
di luar negeri, meningkatnya bantuan luar negeri, masuknya modal
asing, khususnya investasi portofolio di pasar uang, meningkatnya
anggaran pemerintah secara mencolok, depresiasi nilai Rupiah dan
gejolak mata uang konvertibel.
Seorang pengamat ekonomi Chatib Basri (2007) menjelaskan
keterkaitan stabilitas ekonomi makro yaitu dengan harga minyak yang
tinggi telah menimbulkan inflation overhang. Pelaku ekonomi
menganggap, dengan harga minyak dan komoditas yang tinggi, inflasi
akan meningkat. Selain itu, akan ada tekanan yang kuat pada anggaran
kita sehingga dibutuhkan pembiayaan yang lebih besar pula. Padahal,
dalam situasi pasar keuangan dunia yang bergejolak yang seperti ini,
pembiayaan dari pasar tak mudah dan biayanya mahal.
Ekspektasi inflasi yang tinggi akan mendorong depresiasi.
Akibatnya, rupiah akan melemah. Pelemahan rupiah yang tajam dapat
mengganggu stabilitas makro, yakni inflasi naik dan pertumbuhan
7
ekonomi turun. Depresiasi nilai tukar memiliki dua dampak, yaitu
exchange rate pass-through, di mana dampak depresiasi nilai tukar
ditransmisikan ke berbagai produk yang diimpor (termasuk produk
makanan), dan ekspektasi terhadap depresiasi. Keduanya memiliki
dampaknya yang paling besar dalam inflasi di Indonesia.
Keputusan Bank Indonesia menurunkan BI rate ditanggapi
positif oleh berbagai kalangan. Keputusan mempertahankan SBI
menjadi 8% pada akhir 2007 adalah tepat. Karena ada ekspektasi yang
tinggi terhadap BI untuk terus menurunkan tingkat bunganya, bahkan
sampai jauh di bawah 8%. Padahal, di tengah situasi global yang tidak
pasti, tekanan inflasi akibat harga minyak mentah dunia yang
melambung tinggi, kendala sisi penawaran, dan masalah informasi
yang tidak simetris antara bank dan peminjam, kebijakan moneter
harus tetap dijaga dengan hati-hati. Kehati-hatian ini membantu
meningkatkan kredibilitas kebijakan moneter.
Untuk itu inflasi di anggap penting dalam menganalisa dan
meramalkan tingkat suku bunga selain itu faktor lainnya yaitu jumlah
uang yang beredar menurut sadono sukirno semua jenis uang yang
beredar di dalam perekonomian, yaitu jumlah dari uang yang ditambah
dengan uang giral dalam bank-bank umum. Uang beredar dibedakan
menjadi 2 yaitu: uang yang beredar dalam pengertian terbatas dikenal
dengan M1, dan uang yang beredar dalam pengertian luas dinamakan
likuiditas perekonomian atau M2. hal lainnya yang berkaitan dengan
8
ekonomi makro adalah nilai tukar mata uang. Nilai tukar mata uang di
artikan sebagai perbandingan antara mata uang suatu Negara terhadap
negara lain.
Permintaan uang untuk tujuan spekulasi hanya dikenal oleh pengikut
Keynes sedang kaum klasik tidak sependapat tentang hal tersebut. Dalam
permintaan uang untuk spekulasi ini tergantung pada tingkat bunga. Semakin
tinggi tingkat suku bunga semakin rendah permintaan uang tunai oleh
seseorang atau masyarakat. Alasannya adalah semakin tinggi tingkat suku
bunga, maka semakin besar ongkos memegang uang tunai sehingga seseorang
atau masyarakat lebih baik membeli obligasi. Sebaliknya semakin rendah
tingkat suku bunga maka semakin rendah ongkos memegang uang tunai dan
semakin besar seseorang atau masyarakat menyimpan uang tunai (Sidiq, 2005).
Variabel kurs Dollar Amerika Serikat memiliki hubungan yang
signifikan positif terhadap permintaan uang di Indonesia. Berarti setiap terjadi
depresiasi rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat maka akan meningkatkan
permintaan uang di Indonesia, demikian juga sebaliknya. Hal ini disebabkan
ketika nilai rupiah terdepresiasi maka harga barang-barang impor menjadi
lebih mahal sehingga diperlukan rupiah yang lebih banyak guna untuk
membeli barang impor tersebut (Prasojo, 2003).
Penelitian mengenai pasar modal syariah sebelumnya telah
dilakukan oleh beberapa penelitian dengan obyek pasar modal syariah
dilakukan oleh Aruzzi dan Bandi (2003) serta Hamzah (2005).
9
Penelitian dengan obyek pasar modal syariah mengenai return dan
beta yang dipengaruhi oleh variabel-variabel karakteristik perusahaan,
industri dan ekonomi makro merupakan hal yang menarik untuk
dilakukan karena sifat dari return dan risiko ini yang akan selalu
melekat pada setiap investasi terutama investasi dalam setiap saham,
baik saham biasa maupun saham yang sesuai dengan kaidah syariah.
Penelitian-penelitian sebelumnya hanya melihat pengaruh
variabel-variabel makro dan karakteristik perusahaan pada return atau
beta saham biasa serta obyeknya pada pasar modal secara umum.
Kemudian penelitian oleh Robiatul Auliyah, dan Ardi Hamzah (2006)
tentang analisa karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro
terhadap return dan beta saham syariah. Hasil penelitiannya variable-
variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap return saham syariah tetapi
berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah. Selain itu
penelitian oleh Siti Zubaida (2006) tentang analisis pengaruh tingkat
inflasi, perubahan nilai kurs terhadap beta saham syariah pada
perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII).
Penelitian tentang resiko sistematik telah banyak diteliti,
namun pada penelitian yang sekarang akan saya teliti yaitu ingin
menguji mengenai peran variabel-variabel ekonomi atau makro dalam
mempengaruhi risiko saham syariah (JII) dan IHSG. Berbeda dengan
penelitian-penelitian sebelumnya adalah kebanyakan penelitian
10
menggunakan variabel fundamental seperti dividen, growth, leverage,
liquidity, asset size, variability in earnings dan beta akuntansi
(Gudono dan Nurhayati (2001), return on asset, rasio hutang terhadap
modal dan nilai buku saham (Natarsyah, 2000).
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka
peneliti tertarik untuk meneliti
”Pengaruh Uang yang Beredar (M2), Kurs, Inflasi, dan
Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Beta Saham Syariah (JII) dan
Indeks saham Gabungan (IHSG)”
Penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya, periode
yang diteliti yaitu tahun 2004-2008 tentunya informasi yang nantinya
akan dihasilkan akan lebih update. Adanya penambahan variabel yang
penelitian sebelumnya hanya menggunakan variabel suku bunga SBI
dan kurs mata uang, sedangkan pada penelitian ini ditambahkan
variabel Inflasi dan Uang yang beredar (M2). Jenis perusahaan yang
akan menjadi sample yaitu perusahaan yang konstan masuk salam
saham JII tahun 2004-2008, sedangkan pada penelitian sebelumnya
menggunakan sample perusahaan manufaktur dan non manufaktur.
Kemudian metode yang dipakai pada penelitian ini yaitu dengan
menggunakan Path analisis (analisis jalur), sedangkan penelitian
sebelumnya menggunakan regresi linier berganda.
11
B. Perumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana pengaruh
variabel makro ekonomi (uang yang beredar, kurs mata uang asing,
inflasi, dan suku bunga SBI) terhadap beta saham syariah dan IHSG.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan
masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Apakah terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung.
1. Apakah terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung antara
uang yang beredar (M2), kurs, dan tingkat inflasi, terhadap suku
bunga SBI dan berapa besar total pengaruhnya?
2. Apakah terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung antara
uang yang beredar (M2), kurs, tingkat inflasi, dan suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia terhadap Beta saham syariah JII dan
berapa besar total pengaruhnya?
3. Apakah terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung antara uang
yang beredar (M2), kurs, tingkat inflasi, dan suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia terhadap IHSG dan berapa besar pengaruhnya?
1. Identifikasi Masalah
a. Atas dasar penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka
peneliti ingin mengidentifikasi variabel-veriabel mana yang akan
berpengaruh terhadap resiko sistematik saham syariah dan IHSG.
Adapun variabel-variabel yang akan digunakan yaitu :
12
1) Uang yang Beredar dalam arti luas (M2).
2) Nilai kurs mata uang yaitu kurs rupiah terhadap USD
3) Tingkat Inflasi.
4) Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
b. Ada tidak nya pengaruh uang yang beredar, nilai kurs, inflasi, dan
Suku Bunga SBI terhadap beta saham syariah (JII) dan IHSG
dengan pendekatan path Analysis.
2. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terfokus maka dikemukakan batasan-
batasan masalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini dibatasi pada saham perusahaan syariah yang konstan
masuk dalam JII (Jakarta Islamic Index) tahun 2004-2008.
2. Periode yang diambil adalah 5 tahun dari 2004 sampai tahun 2008.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Menganalisis uang beredar (M2), Kurs, dan Inflasi memiliki
pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap suku bunga SBI.
b. Menganalisis uang beredar (M2), Kurs, Inflasi, dan suku bunga
SBI memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap Beta
saham syariah JII.
13
c. Menganalisis uang beredar (M2), Kurs, Inflasi, dan suku bunga SBI
memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap IHSG.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi :
a. Investor, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan jumlah
dan waktu investasi.
b. Pemerintah, sebagai bahan masukan dalam membuat kebijakan-
kebijakan makro karena faktor-faktor makro mempunyai
sensitivitas terhadap resiko investasi.
c. Perusahaan, sebagai antisipasi dampak dari perubahan-perubahan
faktor makro terhadap resiko saham secara keseluruhan.
d. Pembaca dan Pengembangan Penelitian Selanjutnya, sebagai sumber
referensi dan tambahan pengetahuan dalam rangka pengembangan
penelitian selanjutnya yang sejenis, serta menambah ilmu pengetahuaan
keuangan dan menambah kepekaan terhadap gejolak kondisi ekonomi
makro dan resiko pasar modal syariah yang ada saat ini.
e. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan wawasan dalam aplikasi
ilmu yang telah diperoleh serta mengetahui gambaran umum
mengenai resiko saham syariah dan aktivitas di dalamnya. Dan
menambah pengetahuan dan wawasan terutama yang terkait
dengan keadaan ekonomi makro yang terjadi di indonesia.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar Modal
Dalam pasar modal banyak sekali informasi yang dapat
diperoleh investor baik informasi yang tersedia dipublik maupun
informasi pribadi. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
aktivitas perdagangan dipasar modal, diantaranya adalah informasi
yang masuk kedalam pasar modal, informasi memegang peran yang
sangat penting terhadap transaksi perdagangan dipasar modal. Para
pelaku yang ada dipasar modal sangat membutuhkan informasi yang
berkaitan dengan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para
investor untuk memilih portofolio yang efisien. Untuk
mengimplementasikan banyak pilihan orang untuk menanamkan
modalnya dalam bentuk investasi.
Dalam perkembangannya, investasi pada efek yang sesuai
dengan syariah menghadapi berbagai kendala. Masih banyak orang
yang takut untuk melakukan investasi saham dan surat berharga
lainnya karena menganggap hal ini tidak sesuai dengan prinsip
syariah, hal ini menandakan masih kurangnya sosialisasi mengenai
pasar modal syariah. Kurangnya sosialissai sedikit banyak
dikarenakan adanya perdebatan diantara ulama mengenai kehalalan
mekanisme transaksi dipasar modal.
15
Di Indonesia perkembangan pasar saham syariah mulai dirintis
dengan diluncurkannya indeks harga saham berdasar prinsip syariah
pada tanggal 3 juli 2000, yang disebut sebagai Jakarta Islamic Index
(JII) yang merupakan hasil kerjasama antara PT. Bursa Efek Indonesia
dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM).
Saham-saham yang terdaftar terdiri dari 30 saham yang telah
lolos berdasarkan fatwa yang dikeluarkan Dewan Syariah Nasional.
Akan tetapi tidak berarti saham-saham diluar JII tidak sesuai dengan
syariah namun JII hanya menampung 30 saham dengan kinerja
keuangan terbaik, sehingga diluar JII pun masih ada saham yang dapat
dikategorikan sebagai saham syariah diantaranya saham-saham yang
termasuk dalam Islamic Stock Selection Indeks yang diluncurkan oleh
Karim Bussines Consulting yang berisi daftar semua saham emiten di
BEI yang sesuai dengan syariah.
Pasar modal sering disamakan dengan pasar uang, padahal
keduanya memiliki perbedaan secara prinsip. Pasar modal atau capital
market adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang dan
dalam arti sempit merupakan pasar nyata. Semantara pasar uang atau
money market berkaitan dengan instrument keuangan jangka pendek
dan merupakan pasar tidak nyata. Menurut Husnan (2001:3)
mendefinisikan pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrument
keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan baik
dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan
oleh pemerintah maupun perusahaan swasta.
16
B. Pasar Modal Syariah
Prinsip-prinsip pasar modal syariah berbeda dengan pasar modal
konvensional. Sejumlah instrumen syariah di pasar modal sudah
diperkenalkan kepada masyarakat, misalnya saham yang berprinsipkan syariah
dimana kriteria saham syariah adalah saham yang dikeluarkan perusahaan yang
melakukan usaha yang sesuai dengan syariah. Demikian juga, usaha untuk
merealisasikan praktek obligasi syariah atau obligasi yang berprinsipkan
syariah. (Heri Sudarsono, 2003:182).
Perbedaan secara umum antara pasar modal konvensional dengan
pasar modal syariah dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme
transaksinya, sedangkan perbedaan nilai indeks saham syariah dengan nilai
indeks saham konvensional terletak pada kriteria saham emiten yang harus
memenuhi prinsip-prinsip dasar syariah. Secara umum konsep pasar modal
syariah dengan pasar modal konvensional tidak jauh berbeda meskipun dalam
konsep pasar modal syariah disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan
harus berasal dari perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi
kriteria syariah dan terbebas dari unsur ribawi, serta transaksi saham dilakukan
dengan menghindarkan berbagai praktik spekulasi. (Tim Studi Tentang
Investasi Syariah Di Pasar Modal Indonesia, 2004).
Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia dimulai
dengan diterbitkannya reksa dana syariah pada 25 Juni 1997 yang
diikuti dengan hadirnya Jakarta Islamic Index (JII) pada Juli tahun
17
2000 serta diterbitkannya obligasi syariah (korporasi) pada akhir 2002.
Perkembangan instrumen syariah terus mengalami perkembangan
walaupun lambat namun pasti, terlebih era tahun 2002 sampai dengan
pertengahan tahun 2004. Instrumen syariah mengalami pertumbuhan
yang cukup signifikan, yaitu reksadana berjumlah 10 reksadana
(termasuk 2 reksadana yang tidak aktif/bubar) dan sebanyak 10
(sepuluh) emiten yang telah menerbitkan obligasi berbasis syariah
(Tim Studi Investasi Syariah di Pasar Modal Indonesia, 2004).
C. Instrumen Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah adalah pasar modal yang dijalankan
dengan konsep syariah, di mana setiap perdagangan surat berharga
mentaati ketentuan transaksi sesuai dengan basis syariah. Pasar modal
syariah tidak hanya ada dan berkembang di Indonesia tetapi juga di
negara-negara lain. Beberapa negara yang proaktif dalam
mengembangkan pasar modal yang berprinsipkan syariah dan
konsisten dalam menerapkan syariah Islam dalam sendi kehidupannya
adalah Bahrain Stock di Bahrain, Amman Financial Market di
Amman, Muscat Securities Kuwait Stock Exchange di Kuwait dan
Kuala Lumpur Stock Exchange di Malaysia (Jurnal Auliyah dan
Hamzah, 2006:3).
Jadi, pasar modal syariah adalah pasar modal dengan prinsip
syariah dimana setiap transaksinya harus sesuai dengan basis syariah.
18
Investasi keuangan syariah harus disertai dengan kegiatan
sektor riil atau transaksi yang mendasari (underlying transaction).
Untuk itu, penciptaan instrumen investasi syariah dalam pasar modal
adalah dari sekuritasi aset/proyek (asset securitisation) yang
merupakan bukti penyertaan, sekuritasi utang (debt securitisation) atau
penerbitan surat utang yang timbul atas transaksi jual beli (al dayn) atau
merupakan sumber pendanaan bagi perusahaan, sekuritasi modal
(equity securitisation), merupakan emisi surat berharga oleh
perusahaan emiten yang telah terdaftar dalam pasar modal syariah
dalam bentuk saham (Jurnal Auliyah dan Hamzah, 2006:4).
Adapun instrumen pasar modal yang sesuai dengan syariah
dalam pasar perdana adalah muqaradah/mudharabah funds, saham
biasa (common stock), muqaradah/mudharabah Bonds. Karena
instrumen pasar modal tersebut diperdagangkan di pasar perdana,
maka prinsip dasar pasar perdana adalah semua efek harus berbasis
pada harta atau transaksi riil, tidak boleh menerbitkan efek utang
untuk membayar kembali utang (bay al dayn bi al dayn), dana atau
hasil penjualan efek akan diterima oleh perusahaan, hasil investasi
akan diterima pemodal (shohibul maal), tidak boleh memberikan
jaminan hasil yang semata-mata merupakan fungsi dari waktu
(Harahap, 2001) dalam jurnal Auliyah dan Hamzah, 2006:4).
Saham syariah merupakan salah satu bentuk dari saham biasa
yang memiliki karakteristik khusus berupa kontrol yang ketat dalam
19
hal kehalalan ruang lingkup kegiatan usaha. Saham syariah
dimasukkan dalam perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) merupakan
indeks yang dikeluarkan oleh PT. Bursa Efek Jakarta yang merupakan
subset dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). JII diluncurkan
pada tanggal 3 Juli 2000 dan menggunakan tahun 1 Januari 1995
sebagai base date dengan nilai 100. Bagi perusahaan yang terdaftar di
Jakarta Islamic Indeks paling tidak mereka dinilai telah memenuhi
penyaringan syariah dan kriteria untuk indeks dalam jurnal (Auliyah
dan Hamzah, 2006:4).
Penyaringan secara syariah yang difatwakan oleh Dewan
Syariah Nasional No. 20 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi
untuk Reksa Dana Syariah. Kriteria untuk indeks adalah Kapitalisasi
pasar (market capitalization) dari saham dimana JII menggunakan
kapitalisasi pasar harian rata-rata selama satu tahun. Dari kedua
penilaian tersebut, untuk perusahaan emiten dapat digolongkan dalam
daftar JII melalui prosedur teknis, yaitu saham dari emiten dipilih
yang tidak bertentangan dengan syariah dan telah listing minimum 3
bulan, kecuali saham-saham tersebut termasuk 10 besar kapitalisasi
pasar. Saham dipilih dengan kapitalisasi pasar tertinggi sejumlah 60
saham. Saham dipilih dengan nilai transaksi rata-rata tertinggi harian
sejumlah 30 saham. Evaluasi terhadap komponen indeks dilakukan
setiap 6 bulan sekali (Huda dan Edwin Nasution, 2007:56).
20
Untuk pasar sekunder terdapat beberapa tambahan dari prinsip
dasar pasar perdana, yakni tidak boleh membeli efek dengan basis tren
(indeks) suatu efek dapat diperjual belikan akan tetapi hasil yang
diperoleh dari efek tersebut berupa kupon atau deviden dilarang
diperjual belikan, karena pada transaksi murabahah tidak boleh
menjadikan objek transaksi sebagai jaminan. Adapun jenis instrument
pasar modal yang diharamkan syariah adalah preferred stock (saham
istimewa), forward contract, option. Hadist Rasulullah SAW berikut
dapat menjadi rujukan dalam bertransaksi derivatif:
“Segala sesuatu yang halal dan haram sudah jelas, tetapi ada diantara
keduanya terdapat hal-hal yang samar dan tidak diketahui oleh
kebanyakan orang, barang siapa berhati-hat terhadap hal-hal yang
maragukan berarti telah menjaga agama dan kehormatan dirinya, tetapi
barang siapa mengikutihal-hal meragukan berarti terjerumus kepada
yang haram, seperti seorang gembala yang mengembalakan binatangnya
disebuah ladang yang terlarang dan membiarkan binatang itu memakan
rumput disitu. Setiap penguasa mempunyai peraturan-peraturan yang
tidak boleh dilarang, an Allah melarang segala sesuatu yang dinyatakan
haram” (HR. Bukhari dan Muslim)
D. Fungsi Pasar Modal Syariah
Menurut metwally dalam buku pasar modal syariah oleh Huda
dan Edwin Nasution (2007:75) fungsi dari pasar modal syariah adalah:
1. Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan
bisnis dengan memperoleh bagian keuntungan resikonya.
2. Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna
mendapatkan likuiditas.
21
3. Memungkinkan perusahaan meningkatkan pasar modal dari luar
untuk membangun dan mengembangkan lini produksinya.
4. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek
pada harga saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal
konvesional.
5. Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja
kegiatan bisnis.
E. Faktor yang Mempengaruhi Investasi
Dalam melakukan investasi ada dua faktor yang paling
dipertimbangkan, yaitu pengembalian/hasil yang diharapkan dan risiko
investasi. Pengembalian (return) merupakan laba atas suatu sekuritas
atau investasi modal (Downes dan Goodman, 1991:479) dalam Jurnal
Siti Zubaidah (2004:3).
1. Return
Dalam Warsono (2001:75). Risiko adalah kemungkinan yang
dapat diukur dari diperoleh tidaknya suatu nilai.
Saham biasa merupakan sekuritas teraktif yang
diperdagangkan di pasar modal Indonesia. Sekuritas ini merupakan
bentuk modal sendiri yang mempunyai lima karakteristik, yaitu
(Warsono, 2001:276):
a. Tagihan terhadap pendapatan
b. Tagihan terhadap aset
22
c. Hak suara
d. Hak didahulukan
e. Tanggung jawab terbatas.
Dalam pengambilan keputusan investasi pada saham, investor
berkepentingan dengan informasi tentang perubahan harga saham.
Untuk kepentingan ini, penggunaan angka indeks pasar menjadi
penting, misalnya angka indeks harga saham gabungan. Indeks pasar
mempunyai penggunaan penting, baik dari sisi teori maupun praktis.
Di pasar modal Indonesia ada beberapa macam indeks pasar, yaitu
IHSG, indeks LQ 45, dan indeks sektoral. Perhitungan angka-angka
indeks ini menggunakan angka indeks Paasche. Setiap bursa efek di
dunia mempunyai angka indeks yang khas (Jurnal Siti Zubaidah, 2004).
Dalam konteks manajemen investasi, pengembalian atas
investasi (return) merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi.
Return ini dapat berupa return realisasi dan return ekspektasi yang
belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang
(Jogiyanto, 2000 dalam Jurnal Haryanto dan Riyanto, 2007:4).
Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return ini
dihitung berdasarkan data historis. Biasanya reutrn realisasi digunakan
sebagai salah satu ukuran kinerja perusahaan. Sumber-sumber return
yaitu yield dan capital gain (loss), Jurnal Haryanto dan Riyanto, 2007
.
23
Menurut Charles P. Jones 2004,
Yield the basic component that usually comes to mind when discussing investing returns is the periodic cash flows (or income) on the investment, either interest or dividends. The distinguishing feature of these payments it. That the issuer makes the payments in cash to the holder of the asset. Capital gain (loss), this component is the appreciation (or depreciation) in the price of the asset, commonly called the capital gain (loss). We will refer to it simply as the price change. In the case of along position it is the difference between the purchase price and the price at which the asset can be, or is, sold : for a short position it is the difference between the sale price and subsequent price at which the sort position is closed out, in either case, again or aloss can occur. Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran
kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu
investasi. Jadi nilainya bisa 0 atau (+). Capital gain (loss) merupakan
kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga yang bisa memberi
keuntungan (kerugian) bagi investor. Jadi nilainya bisa (-), 0 atau (+).
Secara matematis return total suatu investasi adalah:
Return total = yield + capital gain (loss)
Return ekspektasi secara sederhana adalah rata-rata tertimbang
dari berbagai return historis atau return realisasi (Abdul Halim, 2005).
Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi return
ekspektasi ini sifatnya belum terjadi.
Return ekspektasi dapat diestimasi dengan menggunakan
return-return historis.
24
2. Resiko Saham
Tujuan investor berinvestasi yaitu mendapatkan return dan
sebagai konsekuensinya harus berani menanggung resiko atas
investasi yang dilakukannya. Investor perlu mempertimbangkan
tingkat resiko suatu investasi sebagai dasar pembuatan keputusan
investasi (Haryanto dan Riyatno, 2007:27).
Menurut Bodie dkk (2006:223) resiko adalah kemungkinan
mendapatkan imbal hasil yang rendah atau bahkan rugi yang bisa
menghalangi kita untuk mencapai tujuan.
Menurut Husnan (2001:161) analisis investasi modern
membagi resiko total menjadi dua bagian, yaitu risiko sistematis dan
resiko tidak sistematis.
Sharpe (dalam Fabozzi : 1999 : 96) mendefinisikan risiko
sistematis sebagai bagian dari perubahan aktiva yang dapat
dihubungkan kepada faktor umum. Risiko sistematis terkadang disebut
juga risiko pasar atau risiko tidak dapat dibagi. Risiko sistematik
merupakan tingkat minimum risiko yang dapat diperoleh bagi suatu
protofolio melalui diversifikasi sejumlah besar aktiva yang dipilih
secara acak. Risiko sistematis merupakan risiko yang berasal dari
kondisi ekonomi dan kondisi pasar secara umum yang tidak dapat
didiversifikasi.
Sharpe mendefinisikan sebagian dari perubahan aktiva yang
dapat didiversifikasi sebagai risiko tidak sistematis. Risiko ini
25
terkadang disebut juga risiko dapat didiversifikasi, risiko unik, risiko
residual atau risiko khusus perusahaan. Risiko ini merupakan risiko
yang unik bagi perusahaan seperti pemogokan kerja, tuntutan hukum
atau bencana alam Sebagai contoh risiko ini adalah kecelakaan
kimiawi pada pabrik Union Carbide di Bhopal India pada bulan
Desember 1984 dan peristiwa kecacatan produk kapsul Tylenol
(diproduksi oleh Johnson & Johnson) pada bulan Oktober 1982. Kedua
peristiwa yang sebelumnya tidak dapat diramalkan memiliki pengaruh
negatif terhadap harga saham kedua perusahaan (Siti Zubaidah, 2004:4).
Tujuan (motivasi) investor berinvestasi yaitu mendapatkan
return dan sebagai konsekuensinya harus berani menanggung risiko
atas investasi yang dilakukannya. Investor perlu mempertimbangkan
tingkat risiko suatu investasi sebagai dasar pembuatan keputusan
investasi.
Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual
yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar
kemungkinan perbedaan artinya semakin besar risiko investasi
tersebut. Van Horne dan Wachowics, Jr. (1992) dalam Jogiyanto
(2000) mendefiniskan risiko sebagai variabilitas return terhadap return
yang diharapkan. Jadi untuk menghitung risiko yang digunakan adalah
deviasi standar dari penyimpangan return yang sudah terjadi dengan
return ekspektasi.
26
Pada umumnya seorang investor adalah risk averse. Investor
penghindar resiko akan bersedia mempertimbangkan prospek yang
bebas resiko, atau premi resikonya positif. Investor penghindar resiko
menurut tingkat imbal hasil yang diharapkan dari portofolio beresiko
pada persentase pasti (meminta imbal hasil yang diharapkan) untuk
mengompensasi resiko yang melekat. Semakin besar resiko, semakin
besar tuntutan kompensasi. (Boedie Kane Marcus, 2006:219).
Gambar 2.1
Risiko sistematis & tidak sistematis Resiko
Resiko total
Resiko Tidak Sistematis
-------------------------------------------------
Resiko Sistematis
Jumlah Saham
Sumber :William F.Sharpe dkk, 2005
27
Beberapa sumber risiko yang mempengaruhi besarnya risiko
suatu investasi (Tandelilin, 2001).
1. Risiko suku bunga. Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi
variabilitas return suatu investasi. Jika suku bunga meningkat,
maka harga saham akan turun, dan sebaliknya. Alasannya jika suku
bunga naik maka return investasi yang terkait dengan suku bunga
(misal deposito) juga akan naik. Akibatnya minat investor akan
berpindah dari saham ke deposito.
2. Risiko pasar. Fluktuasi pasar secara keseluruhan dapat
mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Fluktuasi pasar
biasanya ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar saham secara
keseluruhan. Perubahan pasar diperngaruhi oleh faktor seperti
resesi ekonomi, kerusuhanm, atau perubahan politik (pemilu).
3. Risiko inflasi. Inflasi yang meningkat akan mengurangi daya beli
rupiah yang diinvestasikan. Jika inflasi meningkat, investor
biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk
mengkompensasikan penurunan daya beli yang dialaminya.
4. Risiko bisnis. Risiko bisnis adalah risiko dalam menjalankan
bisnis suatu jenis industri. Jadi perusahaan pakaian jadi akan
dipengaruhi oleh karakteistik industri tekstil.
5. Risiko finansial. Risiko ini berkaitan dengan keputusan
perusahaan untuk menggunakan utang dalam pembiayaan
modalnya. Semakin besar proporsi utang yang digunakan
28
perusahaan, semakin besar risiko finansial yang dihadapi
perusahaan.
6. Risiko likuiditas. Risiko ini berkaitan dengan kecepatan seuatu
sekuritas yang diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar
sekunder. Semakin likuid suatu sekuritas semakin besar pula risiko
likuiditas yang dihadapi perusahaan.
7. Risiko nilai tukar mata uang. Risiko ini berkaitan dengan
fluktuasi nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing.
Istilahnya currency risk atau exchange rate risk.
8. Risiko negara. Risikoini sering disebut risiko politik, karena
sangat berkaitan dengan kondisi perpolitikan suatu negara. Bagi
perusahaan yang beroperasi di luar negeri, stabilitas politik dan
ekonomi negara bersangkutan sangat penting diperhatikan untuk
menghindari risiko negara yang terlalu tinggi.
F. Hubungan Pengembalian dengan Resiko
Konsep mengenai hubungan pengembalian dan risiko ini dapat
diilustrasikan pada contoh dua investasi, katakan investasi A dan B.
Antara investasi pada A dan B mempunyai sifat yang berbeda.
Investasi A, jika berhasil, akan menghasilkan laba yang besar, tetapi
jika gagal, akan menyebabkan kerugian yang sangat besar. Sebaliknya,
investasi B, jika berhasil, akan menghasilkan laba yang relatif kecil,
29
tetapi jika gagal akan menyebabkan kerugian yang relatif kecil juga.
(Fachmi Basyaib, 2007:111-112).
Investasi A dikatakan mempunyai risiko yang besar,
sedangkan investasi mempunyai risiko yang kecil. Dalam investasi,
pengembalian yang tinggi akan diikuti oleh risiko yang tinggi. Dengan
sifat hubungan antara pengembalian dengan risiko seperti diatas,
keputusan investasi dari para investor, apakah akan memilih investasi
yang berisiko atau tidak, tergantung pada bagaimana preferensinya
dalam menghadapi risiko. (Fachmi Basyaib, 2007:112).
Sifat hubungan antara pengembalian dan risiko investasi
adalah bahwa semakin tinggi risiko pengembalian yang diharapkan
dari suatu investasi, akan semakin tinggi risiko yang harus ditanggung.
Berkaitan dengan sifat ini, investasi yang akan dipilih oleh investor
tergantung pada preferensinya dalam menghadapi risiko. Ukuran
pengembalian yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
investasi pada umumnya adalah pengembalian rata-rata, yang biasanya
dinyatakan dalam bentuk persentase, sedangkan risiko yang digunakan
dalam konteks ini adalah risiko total dengan ukuran varian atau
deviasi standar.
Pada aset tunggal, pengembalian dan risiko dibagi menjadi
dua, yaitu:
1. Pengembalian dan risiko historis
2. Pengembalian dan risiko yang diharapkan
30
Perbedaan keduanya menyangkut orientasi dalam pengambilan
keputusan. Perhitungan pengembalian dan risiko historis melibatkan
rentang waktu tertentu dan digunakan sebagai penyebut untuk mencari
rata-ratanya. Sedangkan pengembalian risiko diharapkan
menggunakan dasar probabilitas kejadian tertentu, yang diestimasi
secara subjektif oleh investor. Ukuran risiko alternatif, dapat
menggunakan koefisien variasi, terutama untuk investasi yang
mempunyai karakteristik berbeda.
1. Resiko Sistematik (beta) saham syariah
Jones (2004) menyatakan bahwa beta adalah ukuran risiko
sistematis dari suatu sekuritas yang merupakan bagian dari risiko total
dan tidak bisa dikurangi atau dihilangkan dengan diversifikasi. Beta
adalah ukuran relatif dari risiko saham individu terhadap portofolio
saham keseluruhan. Jika return sekuritas bergerak lebih cepat dari
pada return pasar karena adanya perubahan pasar, maka return
sekuritas tersebut dikatakan memiliki volalitas (fluktuasi return
saham) yang lebih besar dari pada return pasar. Sedangkan Husnan
(2001:112) menyatakan beta adalah ukuran resiko yang berasal dari
hubungan antara tingkat keuntungan suatu saaham dengan pasar.
Risiko sistematis saham adalah beta saham. Beta saham
dihitung dengan menggunakan teknik regresi dengan model indeks
tunggal. Persamaan regrgesinya adalah:
Ri = ai +�i . RM + ei
31
Keterangan:
Ri = return saham perusahaan
RM = return pasar (IHSG)
ai = konstanta
�i = beta
ei = residual
Adapun penghitungan beta disini dicari dengan menggunakan
CAPM, yaitu suatu model yang menghubungkan tinggkat return yang
diharapkan dengan resiko dari asset beresiko pada saat kondisi pasar
seimbang. CAPM digunakan secara luas dalam literatur keuangan
untuk menentukan return rata-rata yang dibutuhkan pemegang saham
dari aset tertentu berdasarkan kontribusinya bagi risiko portofolio
secara keseluruhan. ((Fachmi Basyaib, 2007:116).
E(ri) = rf + � (rm – rf)
Beta saham merupakan indeks risiko sistematis suatu aktiva
atau suatu portofolio aktiva. Beta mengukur sensitifitas pengembalian
aktiva terhadap pengembalian portofolio pasar. Oleh karena itu, beta
suatu aktiva atau portofolio aktiva dapat secara langsung dibandingkan
dengan beta aktiva atau portofolio aktiva lainnya. Beta teoritis dari
CAPM didefinisikan sebagai alat ukur kovarians diharapkan suatu
aktiva dengan portofolio pasar yang terdiversifikasi dengan baik.
Masalah yang paling serius dihadapi dalam memperkirakan beta
saham adalah bahwa beta bersifat tidak stabil, yaitu koefisien beta
seringkali mengalami perubahan. Sedikitnya terdapat dua penyebab
32
ketidakstabilan beta. Pertama adalah kesalahan perkiraan statistik,
biasanya berhubungan dengan jangka waktu dimana pengembalian
diukur (harian, bulanan, atau tiga bulanan).
Menurut Ross (2005 : 285)
R = Rf + � x (Rm – Rf)
Expected Return on A security
Risk- free rate
Beta of the security
Difference between expected return on market and Risk-free rate
This formula, wich is called the capital asset pricing model (or
CAPM for short), implies that the return on a security is linearly
related to its beta. Sine the average return on the market has been
higher than the average risk-free rate over long periods of time, Rm-Rf
is presumably positive. Thus, the formula implies that the expected
return on a security is positively related to its beta.
Jadi, financial economists bisa diringkas dengan melihat
hubungan diantara expected return dan beta. Maksudnya, dibawah
kondisi normal hubungan expected return dan beta bisa dilihat dengan
menggunakan rumus CAPM diatas. Rata-rata dari return market lebih
besar dari risk free pada suatu periode, maka Rm-Rf positif
Menurut Jones (2004),
”Systematic risk as is shown in part two on portfolio management
an investor can construct adiversified portfolio and eliminate part f
the total risk. The diversiviable or on market part. What is left is
the diversiviable portion or the market risk variabilityin a
securities total return that is directly associated with overall
movements in the general market or economy”.
Jadi, resiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio yang
relatif terhadap resiko pasar dapat diukur dengan beta. Beta suatu
sekuritas adalah kuantitatif yang mengukur sensitivitas keuntungan
33
dari suatu sekuritas dalam merespon pergerakan keuntungan pasar.
Semakin tinggi tingkat beta, semakin tinggi resiko sistematik yang
tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi.
2. Suku bunga SBI
Tingkat bunga adalah harga yang menghubungkan harga masa
kini dan harga masa depan, serta merupakan variabel paling penting
diantara variabel-variabel makro ekonomi (Mankiw, 2005:157)
Interest rate atau tingkat bunga adalah harga pasar yang
mentransfer sumber daya masa lalu dan masa depan atau merupakan
hasil tabungan dan biaya peminjaman (Mankiw, 2005:494)
Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia, SBI diterbitkan oleh BI lebih
ditujukan sebagai alat kebijakan moneter. SBI diterbitkan pertama kali
pada tahun 1984 sebagai alternatif investasi bagi pemilik dana dengan
jaminan keamanan yang diberikan oleh bank sentral serta pemberian
tingkat suku bunga yang cukup kompetitif. Fungsi SBI tidak jauh dari
treasury bill yaitu surat hutang yang diterbitkan oleh pemerintah.
Tingkat suku bunga diukur dengan menggunakan suku bunga
yang ditentukan oleh Bank Indonesia selaku penguasa moneter
melalui Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Besar kecilnya suku bunga
sangat tergantung dari kondisi makro yang berkembang di Indonesia.
Peningkatan suku bunga diduga mempunyai korelasi dengan naiknya
volume penjualan saham. Tingkat suku bunga yang ideal jika besarnya
34
berada di bawah kisaran angka 10. Hal ini berarti tingkat keuntungan
yang diharapkan dari adanya investasi akan menurun dengan cepat
jika tingkat bunga meningkat, sehingga bagi para pelaku ekonomi
semakin rendah tingkat suku bunga adalah semakin baik.
3. Kurs mata uang asing
Kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang
diukur/dinyatakan dalam satuan mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan
yang amat penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, karena kurs
memungkinkan bagi kita untuk menerjemahkan harga-harga dari berbagai
negara kedalam satu bahasa yang sama (Krugman, 2000:40)
Kurs atau nilai tukar adalah patokan nilai Bank sentral suatu
negara untuk membeli atau menjual mata uang asing (Todaro dan
Smith, 2004:75)
Menurut Gugup Kismono (2001:47) nilai tukar atau exchange
rate diartikan mata uang suatu negara apabila ditukarkan dengan mata
uang negara lain. Kurs mata uang suatu negara mengalami devaluasi
atau revaluasi. Devaluasi adalah naiknya nilai mata uang negara lain
apabila dipertukarkan dengan mata uang domestik. Dengan kata lain,
nilai tukar mata uang domestik melemah terhadap mata uang asing.
Revaluasi adalah turunnya nilai tukar mata uang negara-negara lain
apabila dipertukarkan dengan mata uang domestik dengan kata lian,
nilaia tukar mata uang domestik menguat terhadap mata uang asing.
35
Nilai tukar (Exchange rate) atau kurs adalah harga relatif mata uang
suatu negara terhadap mata uang negara lain (Yoopi Abimanyu 2004:6)
Hubungan antara nilai tukar mata uang asing dengan harga
saham dapat dilihat dengan dua pendekatan. Yang pertama adalah
pendekatan pasar barang. Pendekatan ini menyatakan bahwa
perubahan pada kurs akan mempengaruhi tingkat kompetitif suatu
perusahaan. Saat kurs rupiah terhadap mata uang asing terdepresiasi
maka biaya bahan baku yang menggunakan produk impor atau
memiliki kaitan dengan produk impor akan mengalami kenaikan dan
biaya produksi meningkat sehingga laba perusahaan menurun
sehingga akan menyebabkan tingkat deviden yang dibagikan
berkurang dan return yang ditawarkan pun menurun dan permintaan
atas harga saham akan berkurang sehingga harga sahamnya dipasar
turun. Pendekatan yang kedua adalah pendekatan keseimbangan
portofolio yang melihat hubungan dimana harga saham menyebabkan
perubahan pada nilai tukar kenaikan harga harga saham disuatu bursa
akan menarik capital inflow, sehingga akan meningkatkan permintaan
akan mata uang domestik, akibatnya nilai tukar domestik akan
terapresiasi (Reny Maharani, 2005).
4. Tingkat Inflasi
Menurut Abimanyu (2004:12) inflasi adalah kecenderungan
kenaikan harga barang dan jasa secara umum yang berlangsung secara
terus menerus.
36
Inflasi berarti kenaikan harga barang/komoditas dan jasa dalam
periode waktu tertentu. Inflasi dapat di anggap sebagai fenomena moneter
karena terjadinya penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu
komoditas (Adiwarman Karim, 2002:63).
Inflasi merupakan ukuran ekonomi yang digunakan untuk
menggambarkan peningkatan harga rata-rata barang dan jasa yang
diproduksi oleh sistem perekonomian (Tandelin, 2001:21).
Sedangkan menurut Iskandar Putong (2002:254) inflasi adalah
proses kenaikan harga-harga umum secara terus menerus. Menurut
sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga kategori utama yaitu sebagai berikut :
a. Inflasi Merayap (creeping inflation), kenaikan harga yang rendah
kurang dari 10%.
b. Inflasi Menengah (galloping inflation), kenaikan harga yang cukup
besar diantara 30%-50%.
c. Inflasi Tinggi (hyper inflation), kenaikan harga yang sangat besar
diatas 100%.
Sedangkan berdasarkan penyebabnya inflasi dibedakan
menjadi dua macam (Yoopi Abimanyu, 2004:13-14).
a. Demand full inflation, inflasi yang disebabkan kenaikan
permintaan barang dan jasa.
b. Cost-push inflation, inflasi yang disebabkan penurunan penawaran
barang dan jasa.
37
Menurut Iskandar Putong (2002:255) Formula yang digunakan
untuk menghitung tingkat inflasi adalah:
Keterangan:
In : Inflasi
IHKn : Indeks harga konsumen tahun dasar
IHKn-1 : Indeks harga konsumen pada tahun berikutnya
Dfn : GNP atau PDB deflator tahun tahun dasar
Dfn-1 : GNP atau PDB deflator tahun berikutnya
Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan
dalam perekonomian. Akan tetapi, sebagaimana dalam salah satu prinsip
ekonomi bahwa dalam jangka pendek ada trade off antara inflasi dan
pengangguran menunjukkan bahwa inflasi dapat menurunkan tingkat
pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan salah satu cara untuk
menyeimbangkan perekonomian negara, dan sebagainya.
5. Uang yang Beredar
Menurut iskandar Putong (2007:401) uang beredar adalah keseluruhan
jumlah uang yang dikeluarkan secara resmi baik oleh bank sentral berupa uang
1. In = 1-n
1-nn
IHK
IHKIHK − 100%
2. In = 1-n
1-nn
Df
DfDf − 100%
38
kartal, maupun uang giral dan uang kuasi (tabungan, valas, deposito), biasanya
uang didefinisikan:
a. M1 adalah berupa uang kartal + uang giral.
b. M2 adalah M1 + uang kuasi (tabungan, deposito).
c. M3 adalah M2 + sertifikat deposito.
M1 yang paling likuid karena proses menjadikannya uang kas sangat
cepat dan tanpa adanya kerugian nilai (artinya satu rupiah tetap satu rupiah)
M2 mencakup deposito berjangka maka likuiditasnya lebih rendah.
Untuk menjadi uang deposito berjangka perlu waktu (3,6 atau 12 bulan) dan
jika dijakan uang kas sebelum waktu yang ditentukan maka akan terkena
denda sehingga nilai satu rupiah akan menjadi lebih kecil karena terkena
denda (Nopirin, 1994)
M1 merupakan uang dalam bentuk uang giral dan uang kartal yang
dipegang dan digunakan masyarakat sebagai alat transaksi pembayaran sehari-
hari (Boediono, 2000)
M2 meliputi mata uang dalam peredaran, uang giral dan uang kuasi.
Uang kuasi terdiri atas deposito berjangka dan tabungan dalam rupiah, serta
reening valuta asing milik swasta domestik. Penurunan M2 dapat disebabkan
oleh menurunnya jumlah uang kuasi, selain itu perlambatan pertumbuhan M2
bersumber dari beberapa faktor antara lain lambatnya penciptaan uang akibat
belum optimalnya fungsi intermediasi perbankan, berkembangnya alternatif
penyimpanan dana lain dalam bentuk rerksadana yang menghasilkan tingkat
keuntungan yang lebih baik, dan menurunnya kapitalisasi bunga seiring
39
dengan terus menurunnya tingkat suku bunga sedangkan komponen yang
memberi kontribusi pada peningkatan M2 adalah peningkatan M1 dan
peningkatan uang kuasi, peningkatan tersebut terutama disumbang oleh
naiknya jumlah kredit yang dikucurkan baik dalam mata uang rupiah maupun
valas (Reny maharani, 2005).
Salah satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral adalah
jual beli surat berharga, sehingga tingkat bunga akan turun, pada saat tingkat
bunga mengalami penurunan maka return yang diberikan oleh obligasi akan
menurun pula (Monetary Portfolio hypothesis) hal ini berakibat pemilik dana
akan mencari instrumen investasi lain yang lebih menguntungkan, karena
penurunan tingkat bunga kan menurunkan biaya produksi sehingga
pendapatan perusahaan akan meningkat maka hal tersebut mengakibatkan
investasi pada saham menjadi lebih menarik sehingga harga saham akan
meningkat. Dengan kata lain peningkatan uang beredar akan membawa
peningkatan pada harga saham (Reny Maharani, 2005).
G. Penelitian Terdahulu
Adapun pendapat dari penelitian-penelitian sebelumnya yang
berhubungan dengan penulisan skripsi ini adalah:
Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi beta atau risiko
sistematik telah dilakukan oleh M. Iqbal Aruzzi dan Bandi (2003), hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa variabel fundamental (tingkat profitabilitas
40
dan beta akuntansi) baik secara parsial maupun secara bersama-sama tidak
berpengaru secara signifikan terhadap beta saham JII (Jakarta Islamic Index).
Hasil penelitian diatas berbeda dengan hasil penelitian Tandelilin
(1997) yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap beta saham dan variabel-variabel ekonomi (tingkat inflasi,
tingkat suku bunga dan perubahan GDP) secara bersama-sama tidak
berpengaruh signifikan terhadap risiko sistematik (beta saham).
Selain itu oleh Njo Anastasia, Yanny Widiastuty Gunawan, dan Imelda
Wijiyanti tentang analisis faktor Fundamental dan risiko sistematik terhadap
harga saham properti di BEJ (2003) hasil penelitian menunjukkan hanya
faktor fundamental Book Value (BV) yang mempengaruhi harga saham secara
parsial, sedangkan faktor fundamental yang lainnya tidak berpengaruh.
Dan penelitian tentang pengaruh suku bunga SBI dan nilai kurs
terhadap resiko sistematik saham perusahaan di BEJ yang menghasilkan
sebuah penelitian bahwa hubungan antara suku bunga SBI dan resiko
sistematis saham adalah negative
Kemudian penelitian oleh Robiatul Auliyah, dan Ardi Hamzah (2006)
tentang analisa karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro terhadap
return dan beta saham syariah. Hasil penelitiannya variable-variabel
karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap return saham syariah tetapi berpengaruh secara
signifikan terhadap beta saham syariah.
41
H. Kerangka Pemikiran
Variabel makro sangat mempengaruhi keputusan investasi
yang diambil oleh pemodal. Saat terjadi gejolak pada kondisi moneter
dimana indikator ekonomi makro menunjukkan tren penurunan atau
perlambatan, maka harga-harga saham akan menurun. Setiap sekuritas
mempunyai tingkat risiko yang berbeda-beda dan saham merupakan
salah satu sekuritas yang mempunyai yang tinggi dibandingkan
dengan sekuritas yang lain. Namun risiko saham antar perusahaan
berbeda satu dengan yang lain. Jika investor ingin berinvestasi maka
selain melihat return yang akan didapat maka mereka juga harus
mempertimbangkan risiko yang ada di saham tersebut. Salah satu
pertimbangan dalam melakukan investasi saham adalah memperkecil
risiko.
Berdasarkan acuan tersebut maka peneliti akan menganalisis
pengaruh tingkat suku bunga SBI, nilai kurs mata uang, tingkat inflasi,
dan uang yang beredar terhadap resiko sistematis (Beta) saham syariah
yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks (JII) dengan menggunakan
analisis jalur yang dikembangkan oleh Sewall Wright pada tahun 1934
(Loehlin:1992) dengan tujuan untuk menerangkan akibat langsung dan
tidak langsung seperangkat variabel, sebagai variabel independen
terhadap variabel dependen. Besarnya pengaruh langsung dan tidak
langsung secara relatif dinyatakan oleh besaran numerik koefisien
jalur (path analysis)
42
Gambar 2.2.
Kerangka Pemikiran: pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Kurs,
Inflasi, dan Uang yang Beredar terhadap Resiko Sistematis (beta) Saham
Syariah yang Terdaftar di JII
I. Perumusan Hipotesis
Hipotesis menyatakan hubungan yang di duga secara logis antara dua
variable atau lebih dalam rumusan proporsi yang dapat di uji secara empiris,
pengujian hipotesisnya sebagai berikut:
1. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar
(M2), kurs, dan inflasi terhadap suku bunga SBI secara simultan.
Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar
(M2), kurs, dan inflasi terhadap suku bunga SBI secara simultan.
2. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar
(M2), kurs, dan inflasi terhadap suku bunga SBI secara parsial.
Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar
(M2), kurs, dan inflasi terhadap suku bunga SBI secara parsial.
M2 (x1)
Kurs (x2)
Inflasi (x3)
SBI (x4)
JII (y1)
IHSG (y2)
�1 �2
�3
43
3. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar
(M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap Beta saham syariah
secara simultan.
Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar
(M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap Beta saham syariah
secara simultan.
4. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar
(M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap Beta saham syariah
secara parsial.
Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar
(M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap Beta saham syariah
secara parsial.
5. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar
(M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap IHSG secara
simultan.
Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar
(M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap IHSG secara
simultan.
6. Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel uang beredar
(M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap IHSG secara
parsial.
Ha : Terdapat pengaruh pengaruh signifikan antara variabel uang beredar
(M2), kurs, inflasi, dan suku bunga SBI terhadap IHSG secara parsial.
44
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian penjelasan (Explanatory
research) dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan yang
menyoroti pengaruh antara variable mempengaruhi (independen) dan
variable dipengaruhi (dependen).
Ruang lingkup penelitian ini adalah variabel makro ekonomi
yang terdiri dari:
1. Uang yang beredar dalam arti luas (M2)
2. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
3. Inflasi
4. Suku bunga SBI
5. Beta saham syariah JII
6. IHSG
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah saham emiten yang terdaftar
di Jakarta Islamic Indeks. Sedangkan teknik dalam pengambilan
sampel dilakukan secara time series (waktu).
45
1. Saham emiten yang halal berdasarkan syariah islam, kehalalan
suatu saham di sahkan oleh dewan pengawas syariah dari
Danareksa Investment Management.
2. Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII), dan konstan selama
periode 2004-2008.
3. Menerbitkan laporan keuangan selama periode 2004 sampai
dengan 2008.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk
melakukan penelitian ini dalah sebagai berikut:
1. Field Reseach
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
bersifat sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain (yang
berkaitan) dengan penulisan skripsi ini, seperti pusat referensi pasar
modal di Bursa Efek Indonesia.
2. Library Reseach
Data yang diperoleh untuk penelitian ini adalah data yang
diperoleh dengan membaca literatur, buku, artikel, jurnal dan hal lain
yang berhubungan dengan aspek yang diteliti seebagai upaya untuk
memperoleh data yang valid.
46
3. Internet Reseach
Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau
pinjam diperpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau tidak up
to date, karena ilmu yang selalu berkembang, penulis melakukan
penelitian dengan teknologi yang berkembang, yaitu dengan internet
sehingga data yang diperoleh up to date seperti: www.bi.go.id
D. Metode Analisis
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil analisis jalur untuk
menganalisis data yang diperoleh, karena dari model yang disusun
terdapat keterkaitan hubungan antara sejumlah variabel yang dapat di
estimasi secara simultan. Selain itu variabel dependen pada suatu
hubungan yang sudah ada, akan menjadi variabel independent pada
hubungan selanjutnya.
1. Identifikasi Variabel, terdapat dua variabel yaitu:
a. Variabel Endogen
Variabel endogen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
eksogen dan merupakan variabel antara. Ada dua variabel endogen
dalam penelitian yaitu (JII), dan (IHSG).
b. Variabel Eksogen
Variabel eksogen adalah variabel yang diduga secara bebas
berpengaruh terhadap variabel endogen, yaitu: JII (Y1), dan IHSG (Y2),
Uang beredar dalam arti luas (X1), Kurs (X2), Inflasi (X3), dan Suku
bunga SBI (X4).
47
2. Analisis Jalur (Path Analysis)
Menurut Burhan Bungin (2008:225) Uji jalur (path) adalah alat
analisis statistik untuk menguji eksistensi variabel antara terhadap
hubungan antara variabel X dan Y.
Analisi jalur (Path Analysis) dikembangkan oleh Sewall Wright ada
tahun 1934. path analysis digunakan apabila secara teori kita yakin
berhadapan dengan masalah yang berhubungan sebab akibat. Tujuannya
adalah menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat
variabel, sebagai variabel penyebab, terhadap variabel lainnya yang
merupakan variabel akibat. (Abdurahman, 2007:121).
Adapun pertimbangan menggunakan analisis ini yaitu karena penulis
ingin mengetahui pengaruh uang yang beredar (M2), kurs, inflasi dan
Suku Bunga SBI terhadap Beta saham (JII) dan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). Pengaruh langsung dilakukan dengan cara melihat
hubungan antara variabel eksogen terhadap variabel endogen tanpa
melalui variabel eksogen lainnya, sebaliknya untuk pengaruh tidak
langsung dilakukan dengan melalui variabel eksogen lainnya.
Langkah pertama dalam analisis jalur adalah dengan merancang
paradigma penelitian berdasarkan fakta, konsep dan teori. Rancangan ini
biasanya memerlukan telaah literatur yang relatif panjang dan dilakuakn
secara hati-hati berdasarkan masalah penelitian yang akan dicarikan
jawabannya dan tujuan penelitian yang akan dicapai. Paradigma penelitian
kemudian dinyatakan dalam bentuk persamaan struktural berikut:
48
Y = Pyx1X1 + Pyx2X2 + Pyx3X3 + Py �1
a. X4 = �X4 X1 + �X4 X2 + �X4 X3 + �1 Subtruktur 1
b. Y1 = �Y1 X1 + �Y1 X4 + �X4 X2 + �X4 X3 + �2 Subtruktur 2
c. Y2 = �Y2 X3 + �Y2 X4 + �X4 X2 + �Y2 Y1 + �Y1 X1 +�3 Subtruktur 3
Pada persamaan struktural pertama, X1, X2, dan X3 merupakan
variabel eksogen, dan �1 sebagai variabel residu. Persamaan kedua X1, X4,
X2, X3 merupakan variabel eksogen, Y1 sebagai variabel endogen, dan �2
sebagai variabel residu. Persamaan ketiga X3, X4, X2, X1 merupakan variabel
eksogen, Y2, Y1 sebagai variabel endogen, dan �3 sebagai variabel residu.
Nilai � (epsilon) dalam persamaan struktural tersebut adalah variabel residu
(residua’ variabel) atau kesalahan pengganggu (disturbance error).
Langkah kedua dalam analisis jalur adalah memeriksa asumsi-asumsi
yang melandasi analisi jalur. Asumsi yang melandasi analisis jalur (Hair,
Anderson, Tatham dan Black, 1998) adalah:
a. Hubungan antar variabel adalah berbentuk linier dan bersifat aditif. Linier
secara sederhana tergambarkan bahwa pangkat dari variabel independen
adalah satu. Aditif berarti persamaan dalam bentuk penjumlahan (atau
pengurangan) bukan dalam bentuk perkalian, misalnya seperti pada fungsi
Cobb-Douglas (Y = a K� L�)
b. Model yang dipertimbangkan adalah model rekursif. Artinya, sistem aliran
adalah dalam bentuk kausal satu arah. Sedangkan model yang
mengandung kausal resiprokal (dua arah) tidak dapat dilakukan analisis
49
melalui analisi jalur. Asumsi dalam model rekursif ini adalah nilai �i saling
bebas, dan antara �i juga dengan X1 juga saling bebas.
c. Semua variabel minimal dalam skala ukur interval. Dengan demikian
berlaku juga untuk skala ukur rasio. Jika skala ukur ordinal diubah lebih
dulu menjadi skala minimal skala skala ukur interval.
d. Observed variables diukur tanpa ada kesalahan. Dalam artian bahwa
instrumen pengukurannya harus valid dan realible.
e. Model yang dianalisis diidentifikasi dengan benar berdasarkan teori dan
konsep-konsep yang relevan. Dengan demikian pengetahuan seorang
peneliti dalam bahasan yang diteliti merupakan modal mutlak yang dan
penting untuk dapat menyusun suatu model. Penelusuran literatur secara
mendalam berdasarkan kondisi tempat dan waktu penelitian merupakan
suatu keharusan sebelum penelitian dilakukan.
Langkah ketiga adalah pendugaan parameter atau perhitungan
koefisien jalur antar variabel. Perhitungan pengaruh yang ditunjukkan dengan
anak panah satu arah menggunakan regresi variabel yang dibakukan secara
parsial pada masing-masing persamaan. Dari persamaan ini diperoleh
koefisien jalur sebagai pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta
pengaruh secara keseluruhan. Perhitungan koefisien jalur dapat dilakukan
dengan langkah berikut:
50
a. Menghitung matriks korelasi antar variabel dengan rumus:
������
�
�
������
�
�
=
1
...1
rx3xi...1
rx2xi...rx2x31
rx1xi...rx1x3rx1x21
R
b. Menghitung matriks invers R1
-1
������
�
�
������
�
�
=
mn
4n
3n33
2n2322
1n131211
1-
1
C
C...
C...C
C...CC
C...CCC
R
Menghitung semua koefisien jalur
������
�
�
������
�
�
×
������
�
�
������
�
�
=
������
�
�
������
�
�
nn
32
22
11
mn
4n
3n33
2n2322
1n131211
nn
33
22
11
ry
...
ry
ry
ry
C
C...
C...C
C...CC
C...CCC
y
...
y
y
y
x
x
x
x
xP
xP
xP
xP
c. Menghitung koefisien determinasi total antara X1, X2, ...Xn dengan Y,
misalnya dengan rumus:
R2y(x1,x2,...xi) = (�yx1, �yx2, ..., �xnxr)
������
�
�
������
�
�
nn
32
22
11
ry
...
ry
ry
ry
x
x
x
x
Koefisien jalur sama dengan xn)..., x2,(x1,y 2R-1
51
Jika matriks korelasi berukuran dua kali dua, perhitungan matriks invers
dan matriks pengaruh secara manual akan dengan mudah dapat dilakukan.
Akan tetapi jika matriks korelasi berukuran n kali n, akan sangat sulit
dihitung secara manual. Untuk mengatasi kesulitan ini, program SPSS,
Amos dan Lisrel dapat membantu untuk menghitung angka korelasi
maupun pengaruh antar variabel yang dianalisis.
Langakah keempat adalah pemeriksaan validitas model. Valid tidak
nya model sangat tergantung dari terpenuhi atau tidaknya asumsi yang
melandasi, seperti yang dilakukan dalam langkah kedua. Terdapat dua
indikator tentang valid tidaknya model, yaitu koefisien determinasi secara total
dan terpenuhinya teori Trimming (Augusty, 2002). Total keragaman data yang
dapat dijelaskan oleh model diukur dengan:
Rm2 = 1 – � ��1
2 ��2
2 ... ��n2
Interpretasi terhadap Rm2 dilakukan sama dengan interpretasi dalam
koefisien determinasi (R2) pada analisis regresi. Teori Trimming dimaksudkan
untuk menguji kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalur yang
telah dihitung. Apabila koefisien jalur yang dihitung tidak signifikan, maka
terjadi trimming. Jika demikian, perhitungan diulang kembali dengan cara
menghilangkan jalur yang menurut hasil pengujian ternyata tidak bermakna
atau tidak signifikan. Langkah pengujiannya adalah dengan terlebih dahulu
menyusun hipotesis statistik atau sering disebut hipotesis operasional.
Langkah terakhir dalah dengan melakukan interpretasi atas hasil
analisis berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, yaitu berapa
52
besarnya pengaruh langsung dan tidak lansung antar variabel. Variabel mana
saja yang paling dominan, dalam arti yang memberikan pengaruh yang paling
besar atau pengaruh yang paling kuat terhadap variabel endogen yang
dikonfirmasikan. Bila perlu menyusun model lain yang sesuai dengan hasil
analisis tersebut.
3. Uji Signifikansi Koefisien jalur (t-test)
Uji statistik-t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual (parsial) dalam
menerangkan variabel dependen (Mudrajad Kuncoro, 2001: 97).
Hipotesis:
1. H0 : Koefisien jalur tidak signifikan
2. H1 : Koefisien jalur signifikan
Pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan t-hitung
dengan t-tabel:
1. Jika t hitung > t-tabel, atau t-hitung < t-tabel, maka H0 ditolak dan
H1 diterima
2. Jika t hitung < t-tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak
Pengambilan keputusan berdasarkan tingkat signifikan:
1. Jika probabilitas signifikan > 0.05, maka H0 diterima. Hal ini
beerarti bahwa suatu variabel independen tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen.
53
2. Jika probabilitas signifikan < 0.05, maka H0 ditolak. Ini berarti
bahwa suatu variabel independen berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen.
E. Operasional Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat kekurangan, bahwa pencarian beta
saham syariah JII dengan menggunakan CAPM kurang tepat, sehingga
hasil yang di dapat berbeda dengan substansi teori. Hal ini
dikarenakan adanya keterbatasan perolehan data. Maka diharapkan
untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan rumus Arbitrage
Pricing Teory (APT) untuk mencari beta saham syariah.
54
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah singkat berdirinya Jakarta Islamic Indeks (JII)
Pasar Modal Syariah dapat diartikan sebagai pasar yang menerapkan
prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari
hal-hal yang dilarang seperti: riba, perjudian, spekulasi dan lain-lain.
Pasar Modal Syariah secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret
2003 dengan ditandatanganinya nota kesepahaman antara BAPEPAM dengan
Dewan Syariah Nasional- Majelis ulama Indonesia, maka dalam
perjalanannya perkembangan dan pertumbuhan transaksi efek syariah di pasar
modal Indonesia terus meningkat.
Walau secara resmi diluncurkan pada tahun 2003, namun instrumen
pasar modal syariah telah hadir di Indonesia pada tahun 1997. Hal ini ditandai
dengan peluncuran Dana Reksa Syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT. Danareksa
Investment Management. Selanjutnya Bursa Efek Indonesia bekerjasama
dengan PT. Danareksa Investment management meluncurkan Jakarta Islamic
Index pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang
ingin memanamkan dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut,
maka para pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan
sarana berinvestasi dengan penerapan prinsip syariah.
55
Perkembangan selanjutnya, instrumen investasi syariah di pasar modal
terus bertambah dengan kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada
awal September 2002. instrumen ini merupakan obligasi syariah pertama dan
dan dilanjutkan dengan penerbitan obligasi syariah lainnya. Pada tahun 2004,
terbit untuk pertama kali obligasi syariah dengan akad sewa atau dikenal
dengan obligasi syariah Ijarah. Selanjutnya, pada tahun 2006 muncul
instrumen baru yaitu Reksa Dana Indek dimana indeks yang dijadikan sebagai
underlying adalah Indeks JII.
Dalam rangka mengembangkan pasar modal syariah, PT Bursa Efek
Jakarta (BEJ) bersama dengan PT Danareksa Investment Management (DIM)
meluncurkan indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah Islam, yaitu
Jakarta Islamic Index (JII). Jakarta Islamic Index terdiri atas 30 jenis saham
yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam.
Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok
ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan
basis syariah. Melalui indeks diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan
investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah.
Penentuan kriteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan
pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Invesment Management.
Sedangkan untuk menetapkan saham-saham yang akan masuk dalam
perhitungan JII dilakukan dengan urutan seleksi sebagai berikut:
a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan
(kecuali termasuk dalam10 kapitalisasi besar).
56
b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun
berakhir yang memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal
sebesar 90%.
c. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir.
d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata
nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.
Pengkajian ulang akan dilakukan enam bulan sekali dengan penentuan
komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya.
Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitoring secara terus
menerus berdasarkan data-data publik yang tersedia.
Perhitungan JII dilakukan oleh Bursa Efek Jakarta dengan
menggunakan metode perhitungan indeks yang telah ditetapkan Bursa Efek
Jakarta, yaitu dengan bobot kapitalisasi pasar (market cap weighted).
Perhitungan indeks ini juga mencakup penyesuaian-penyesuaian (adjustment)
akibat berubahnya data emiten yang disebabkan oleh aksi korporasi.
Daftar saham yang masuk dalam perhitungan Jakarta Islamic Index
(JII) untuk periode Januari 2008 - Juni 2008 sesuai Pengumuman BEI
No. Peng-032/BEI.PSH/U/01-2008. Jakarta Islamic Index adalah daftar
saham-saham dari perusahaan-perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia
yang dalam operasionalnya dianggap sesuai dengan prinsip-prinsip Islam atau
sesuai Syariah.
57
Tabel 4.0 Perusahan yang Masuk dalam Jakrta Islamic Index
Tahun 2004 sampai 2008
No. Jan 04-Jun
04 Jul 04-Des
04 Jan 05-Jun
05 Jul 05-Des
05 Jan 06-Jun
06 Jul 06-Des
06
1 ANTM ANTM AALI AALI AALI ADHI
2 AALI AALI ADHI ADHI ADHI ANTM
3 ASGR ASGR ANTM ANTM ANTM ASII
4 AUTO BNBR BNBR ASII ASII BLTA
5 BRPT BRPT BRPT BLTA BLTA BNBR
6 BLTA BUMI BUMI BNBR BNBR BTEL
7 BUMI CTRA CTRS BRPT BUMI BUMI
8 CTRA DNKS ENRG BUMI CMNP CTRA
9 DNKS EPMT GJTL CMNP DOID CTRS
10 DYNA GJTL INCO CTRS ENRG ENRG
11 EPMT INTP INDF ENRG GJTL GJTL
12 GJTL INDF INKP GJTL INCO INCO
13 INTP ISAT INTP INCO INDF INDF
14 INAF INCO ISAT INDF INKP INKP
15 INDF KLBF KIJA INKP INTP INTP
16 ISAT KIJA KLBF INTP ISAT ISAT
17 INCO LMAS LMAS ISAT KIJA KIJA
18 KLBF MLPL LSIP KIJA KLBF KLBF
19 KAEF PGAS MEDC KLBF LSIP LPKR
20 LMAS LSIP MLPL LSIP MEDC LSIP
21 MEDC SMCB PGAS MEDC PGAS MEDC
22 SMCB SMGR PTBA PGAS PLAS PGAS
23 SMGR SMRA SMCB PTBA PTBA PLAS
24 SMRA PTBA SMGR SMCB SMCB PTBA
25 PTBA TLKM TINS SMRA SMRA SMCB
26 TLKM TSPC TKIM TINS TKIM TKIM
27 TSPC TINS TLKM TKIM TLKM TLKM
28 TINS TRST TSPC TLKM UNSP UNSP
29 UNVR UNVR UNTR UNTR UNTR UNTR
30 UNTR UNTR UNVR UNVR UNVR UNVR
Sumber: Bursa Efek Indonesia
58
No. Jan 07-Jun
07 Jul 07-Des
07 Jan 08-Jun
08 Jul 08-Des
08
1 AALI AALI AALI BUMI
2 ADHI ANTM ANTAM ANTM
3 ANTM APEX APEX TLKM
4 ASII ASII BMTR PTBA
5 BLTA BLTA BNBR ELTY
6 BNBR BNBR BTEL UNSP
7 BTEL BTEL BUMI INCO
8 BUMI BUMI CMNP TINS
9 CMNP CPRO CTRA ITMG
10 CTRA CTRA ELTY UNTR
11 CTRS FREN FREN AALI
12 GJTL INCO HITS SGRO
13 INCO INDF INCO LSIP
14 INDF INKP INTP TRUB
15 INKP INTP JRPT ELSA
16 INTP ISAT KIJA KIJA
17 ISAT KLBF KLBF SMGR
18 KLBF LPKR MPPA LPKR
19 LPKR LSIP PLIN CTRA
20 LSIP MEDC PTBA MNCN
21 MEDC PGAS RALS KLBF
22 PGAS PTBA SMAR CTRP
23 PTBA SMAR SMGR WIKA
24 SMCB SMCB SMRA UNVR
25 SULI SMGR TINS BISI
26 TLKM TINS TLKM BKSL
27 TOTL TLKM TRUB INTP
28 UNSP TRUB TSPC ASRI
29 UNTR UNTR UNTR BMTR
30 UNVR UNVR UNVR TOTL
Tabel 4.1
Daftar Perusahaan JII yang Konstan Mulai Tahun 2004-2008
No Kode Nama Saham
1 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk
2 BUMI Bumi Resources Tbk
3 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk
4 INCO International Nickel Ind. Tbk
5 KLBF Kalbe Farma Tbk
6 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
7 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk
8 UNVR Unilever Indonesia Tbk
9 UNTR United Tractors Tbk
59
2. Indeks Harga Saham
Menurut Sudarsono (2004:191) Indeks harga saham merupakan
indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham. Di Pasar
Modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi, yaitu:
a. Sebagai indikator trend saham.
b. Sebagai indikator tingkat keuntungan.
c. Sebagai tolok ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio.
d. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan startegi pasif.
e. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.
Indeks harga saham memberikan informasi yang lebih lengkap kepada
masyarakat mengenai indikator pergerakan harga-harga saham, sehingga
mempermudah masyarakat dalam mengambil keputusan investasi.
Saat ini Bursa Efek Jakarta memiliki 5 macam indeks harga saham :
1) Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan semua saham
tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.
2) Indeks sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam
masing-masing sektor.
3) Indeks LQ45, menggunakan semua saham yang masuk dalam masing-
masing sektor.
4) Jakarta Islamic Indeks (JII), menggunakan 30 saham yang masuk dalam
kriteria syariah dan termasuk saham yang likuid.
5) Indeks Individual, yaitu indeks harga masing-masing saham terhadap
harga dasarnya.
60
B. Penemuan dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
Pengelolaan data dilakukan secara elektronik yakni menggunakan
Microsoft Excel Windows 2003 dan SPSS 17.0 untuk mempercepat perolehan
hasil yang dapat menjelaskan variabel – variabel yang diteliti yakni variabel
independen (variabel bebas) Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah terhadap
Dollar AS, Tingkat Inflasi, Uang beredar dalam arti luas (M2), dan yang
menjadi variabel dependennya (variabel terikat) adalah Beta saham JII dan
IHSG. Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut:
a. Uang beredar dalam arti luas /M2 (Variabel Independen)
Tabel 4.2
Uang beredar (M2)
Periode 2004 2005 2006 2007 2008
Januari 947277 1015874 1190834 1363907 1588962
Februari 935745 1012144 1193864 1366820 1596090
Maret 935247 1020693 1195067 1375947 1586795
April 930831 1044253 1198013 1383577 1608874
Mei 952961 1046192 1237504 1393097 1636383
Juni 975166 1073746 1253757 1451974 1699480
Juli 975091 1088376 1248236 1472952 1679020
Agustus 980223 1115874 1270378 1487541 1675431
September 986806 1150451 1291396 1512756 1768250
Oktober 995935 1165741 1325658 1530145 1802932
November 1000338 1168267 1338555 1556200 1841163
Desember 1033527 1203215 1382074 1643203 1883851
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.2dapat di ketahui bahwa rata-rata jumlah uang
beredar dalam arti luas (M2) mempunyai rata-rata tertinggi di tahun 2008 dan
rata-rata terendah berada di tahun 2004, dimana nilai tertinggi berada pada
bulan Desember 2008 yaitu sebesar 1.883.851 dan nilai rata-rata terendah
berada pada bulan April 2004 yaitu sebesar 930.831.
61
Peningkatan jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) diperkirakan
karena meningkatnya jumlah uang yang beredar (M1) juga peningkatan dari
uang kuasi yang terutama disebabkan peningkatan pada komponen deposito
dan tabungan dalam rupiah. Sedangkan perlambatan pada M2 diperkirakan
karena lambatnya penciptaan uang akibat belum optimalnyaintermediasi
perbankan, berkembangnya alternatif penyimpanan dana lain seperti
Reksadana yang menghasilkan tingkat keuntungan lebih baik, dan
menurunnya kapitalisasi bunga seiring dengan terus menurunnya tinggkat
bunga.
b. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS (variabel independen)
Tabel 4.3
Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS
Periode 2004 2005 2006 2007 2008
Januari 8441 9165 9230 9090 9304
Februari 8447 9260 9075 9160 9051
Maret 8587 9480 8775 9118 9217
April 8661 9570 9220 9083 9234
Mei 9210 9495 9300 8828 9318
Juni 9415 9713 9070 9054 9225
Juli 9168 9819 9100 9186 9118
Agustus 9328 10240 9235 9410 9153
September 9170 10310 9110 9137 9378
Oktober 9090 10090 9165 9103 10995
November 9018 10035 9020 9376 12151
Desember 9290 9830 9230 9419 10950
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa rata-rata Nilai Tukar
Rupiah terhadap Dollar AS tertinggi terjadi di tahun 2008 yaitu 10995,
sedangkan nilai rata-rata terendah berada pada tahun 2004 yaitu 8441.
62
Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS menunjukkan keadaan yang
cukup stabil sepanjang periode 2004 hingga 2008 walaupun pada bulan
November 2008 naik hingga kurs mencapai 12.151 hal tersebut menandakan
yang semula stabil /perekonomian kondusif menjadi tidak stabil.
c. Tingkat Inflasi di Indonesia (Variabel Independen)
Tabel 4.4
Tingkat Inflasi di Indonesia
Periode 2004 2005 2006 2007 2008
Januari 0.0053 0.0142 0.0055 0.0055 0.0092
Februari 0.0057 0.0153 0.0044 0.0056 0.0097
Maret 0.0052 0.0149 0.0052 0.0057 0.0098
April 0.0052 0.0075 0.0121 0.0058 0.01
Mei 0.0056 0.0069 0.0124 0.0054 0.0099
Juni 0.006 0.0065 0.0126 0.005 0.0099
Juli 0.0057 0.0062 0.0129 0.0048 0.0092
Agustus 0.0054 0.0062 0.013 0.005 0.0087
September 0.0049 0.0068 0.0128 0.0048 0.0075
Oktober 0.0043 0.0073 0.0131 0.005 0.0068
November 0.0038 0.0059 0.0149 0.0052 0.0062
Desember 0.004 0.0061 0.0142 0.0052 0.0061
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat inflasi
di Indonesia mempunyai rata-rata tertinggi pada tahun 2006 dan terendah pada
tahun 2004, dimana angka rata-rata tertinggi pada bulan November 2006
sebesar 0.0149 dan angka rata-rata terendah berada pada bulan November
2004 sebesar 0.0038.
Meningkatnya angka inflasi pada masa tersebut diperkirakan karena
peningkatan harga minyak bumi dunia, tingginya harga minyak bumi dunia ini
membawa implikasi dikeluarkannnya kebijakan penyesuaian harga bahan
63
bakar minyak (BBM) di dalam negeri dan pengurangan subsidi pemerintah
untuk harga BBM tersebut, kondisi perekonomian Indonesia mulai kondusif
tahun 2007 diperlihatkan dengan penurunan angka inflasi yang cukup
signifikan.
d. Suku Bunga SBI (Variabel Independen)
Tabel 4.5
Tingkat Suku Bunga SBI
Periode 2004 2005 2006 2007 2008
Januari 0.00655 0.00618 0.01062 0.0079 0.0067
Februari 0.00624 0.00619 0.01061 0.0077 0.0066
Maret 0.00618 0.0062 0.01061 0.0075 0.0066
April 0.00611 0.00642 0.01061 0.0075 0.0066
Mei 0.0061 0.00662 0.0104 0.0073 0.0069
Juni 0.00612 0.00687 0.0104 0.0071 0.0073
Juli 0.00614 0.00707 0.0102 0.0069 0.0077
Agustus 0.00634 0.00793 0.0098 0.0069 0.0077
September 0.00616 0.00834 0.0094 0.0069 0.0081
Oktober 0.00617 0.00917 0.0089 0.0069 0.0091
November 0.00617 0.01021 0.0085 0.0069 0.0094
Desember 0.00619 0.01062 0.0081 0.0067 0.009
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat suku
bunga yang tertinggi terjadi pada akhir tahun 2004 sampai awal tahun 2006,
rata-rata tingkat suku bunga terendah terjadi pada bulan Mei 2004, dimana
suku bunga tertinggi berada pada bulan Desember 2005 dan bulan Januari
2006 sebesar 0.1062 dan angka terendah terjadi pada bulan Mei 2004 sebesar
0.0061.
Peningkatan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia adalah
usaha pemerintah menekan uang yang beredar dan menarik uang tersebut
64
untuk meningkatkan neraca pembayaran, sedangkan rendahnya tingkat suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia disebabkan karena pemerintah berusaha
memberikan keleluasaan perekonomian untuk berkembang dengan jalan
memacu pertumbuhan konsumsi masyarakat. Selain itu penurunan tingkat
inflasi pada pertengahan tahun 2006 membawa ruang gerak yang lebih leluasa
bagi Bank Indonesia untuk segera menurunkan tingkat bunga BI Rate secara
bertahap.
e. Beta Saham Syariah di JII (Variabel Dependen)
Tabel 4.5.1
Beta Saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008
Emiten ANTAM
Tahun No.
Peiode 2004 2005 2006 2007 2008
1 Januari -2.756346 1.2638504 3.7100203 -14.52427 -2.478931
2 Februari -0.589006 8.6193935 5.2008344 11.91728 -3.087811
3 Maret 4.8191615 8.996218 0.9836695 2.821659 0.5366101
4 April -0.451229 0.3316577 3.2178536 4.360073 -0.145257
5 Mei 1.5016825 2.0370427 2.261207 -2.615419 0.3850591
6 Juni -31.95184 0.5729038 -0.884094 -0.356305 0.7256672
7 Juli -0.783724 0.0751762 5.3991987 -0.601307 4.8850212
8 Agustus -2.032186 0.6765199 0.5940812 -4.387659 -5.939928
9 September 1.1919907 4.981298 0.1456647 2.786077 3.2397686
10 Oktober 2.0020681 -48.59687 10.166691 5.548359 3.087043
11 November 1.3637055 8.0920007 1.104513 -17.05008 -4.914758
12 Desember -2.055227 4.8037823 1.2401493 1.448113 -1.619801
Tertinggi 4.8191615 8.996218 5.3991987 11.91728 4.8850212
Terendah -31.95184 -48.59687 -0.884094 -17.05008 -3.087811
Rata-rata -2.478413 -0.678919 2.7616491 -0.88779 -0.443943
Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah
65
Berdasarkan Tabel 4.5.1 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi
terjadi pada tahun 2007 yaitu bulan februari 11.91728 dan terendah pada tahun
oktober 2005 -48.59687, dengan demikian beta bulan februari tahun 2007
memiliki resiko yang tinggi juga.
Tabel 4.5.2
Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008
Emiten BUMI Tahun
No. Peiode 2004 2005 2006 2007 2008
1 Januari -0.806913 4.0939805 2.1597096 25.02985 0.7003504
2 Februari 25.519422 -4.049465 1.6842948 -12.17735 -4.710677
3 Maret 1.2166997 128.49057 0.865069 0.9209 0.6091786
4 April -3.063244 0.5891701 0.1226424 0.445242 -0.311732
5 Mei 0.9431986 1.7543119 0.8431256 -3.983031 -3.191529
6 Juni -58.33063 -0.273198 2.5273242 3.25114 -0.160564
7 Juli -0.184088 -0.158813 3.2039178 15.67871 4.0547577
8 Agustus -11.64529 0.5758042 -2.200958 -1.653011 -4.061314
9 September 2.4622281 4.3204552 -0.363156 4.8609 5.7881355
10 Oktober -0.933316 -92.9366 1.309528 8.817145 2.9286042
11 November 0.7487944 -11.46048 0.7383294 -6.959827 -33.24614
12 Desember -0.370263 1.7899302 2.4804387 -0.975935 2.336576
Tertinggi 25.519422 128.49057 3.2039178 25.02985 5.7881355
Terendah -11.64529 -4.049465 -2.200958 -12.17735 -4.710677
Rata-rata -3.703617 2.7279724 1.1141888 2.771227 -2.438696
Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.5.2 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi
terjadi pada tahun 2005 yaitu bulan maret 128.49057dan terendah pada tahun
oktober 2004 -11.64529, dengan demikian beta bulan maret tahun 2005
memiliki resiko yang tinggi juga.
66
Tabel 4.5.3
Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selam 2004-2008
Emiten INTP Tahun
No. Peiode 2004 2005 2006 2007 2008
1 Januari 1.4896877 2.7587523 2.3630645 -10.0934 -0.37206
2 Februari -1.572256 -4.584438 -8.253579 -6.172936 1.0282695
3 Maret 5.0265623 1.00000 -0.307286 -1.10091 0.2254796
4 April 0.1229111 1.1024338 0.9756296 1.469092 1.3873059
5 Mei 2.5917713 4.1233882 2.4429844 0.55168 -1.402397
6 Juni 14.621419 2.501228 -2.033222 1.209564 3.854329
7 Juli 3.4978881 0.8178387 -0.48256 1.457259 -2.735651
8 Agustus -1.377071 1.6506943 1.6475378 -0.387793 0.8283822
9 September 2.7003976 -0.204881 1.0719392 -0.661657 0.970776
10 Oktober -0.448675 0.144862 0.6928719 8.859292 4.9366958
11 November 3.7025453 -3.3751 1.0740186 4.296683 -4.236084
12 Desember 3.2393383 1.7766464 1.6052812 -1.545306 -6.104965
Tertinggi 14.621419 4.1233882 2.4429844 8.859292 4.9366958
Terendah -1.572256 -4.584438 -8.253579 -10.0934 -6.104965
Rata-rata 2.7995432 0.986234 0.06639 -0.176536 -0.134993
Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.5.3 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi
terjadi pada tahun 2004 yaitu bulan Juni 14.621419 dan terendah pada tahun
februari 2006 -8.253579, dengan demikian beta bulan Juni tahun 2004
memiliki resiko yang tinggi juga.
67
Tabel 4.5.4
Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008
Emiten INCO Tahun No.
Peiode 2004 2005 2006 2007 2008
1 Januari -0.739513 -0.159751 1.920157 7.37685 -10.79259
2 Februari 33.735361 10.890738 -4.633656 -18.16357 -4.046312
3 Maret 0.1571521 89.60749 1.3442078 3.509819 0.8319399
4 April -4.263396 -0.284428 1.4011844 1.449244 0.3604093
5 Mei 1.0844446 -0.49843 0.2189619 1.734032 1.6577406
6 Juni -19.14614 0.442032 0.7037783 0.022099 0.4931382
7 Juli -0.184088 1.1067076 0.1178182 1.90649 5.1583368
8 Agustus 10.878098 -0.270878 1.8696179 -1.882759 -4.751981
9 September 3.1365516 -0.362356 0.5759569 1.920728 2.4340753
10 Oktober 0.3107721 -48.98259 5.4672205 10.56918 5.2756706
11 November 0.8602246 -10.6779 0.4274419 -0.311459 8.633738
12 Desember -1.637556 0.0950646 2.8695996 -0.35658 0.4860628
Tertinggi 33.735361 89.60749 5.4672205 10.56918 8.633738
Terendah -19.14614 -48.98259 -4.633656 -18.16357 -10.79259
Rata-rata 2.0159926 3.4088088 0.7843908 0.64784 0.0387132
Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.5.4 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi
terjadi pada tahun 2005 yaitu bulan maret 89.60749 dan terendah pada tahun
oktober 2005 -48.98259, dengan demikian beta bulan maret tahun 2005
memiliki resiko yang tinggi juga.
68
Tabel 4.5.5
Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008
Emiten KLBF Tahun No.
Peiode 2004 2005 2006 2007 2008
1 Januari 3.8529846 2.2788906 6.0605772 9.828655 -0.721973
2 Februari 6.1532802 10.920384 -2.675625 8.257516 3.8620047
3 Maret 1.6829006 50.453444 -0.044917 -0.068497 0.1866933
4 April 0.791604 0.6506301 1.1066754 0.500403 0.5565846
5 Mei 2.5344296 1.0713107 1.4204595 0.3803 0.5005285
6 Juni 21.642397 -1.362698 2.1563127 1.263913 1.3171457
7 Juli 3.1015892 -0.475194 -2.374952 6.345109 1.3871996
8 Agustus 0.9158312 0.790964 -1.422392 -2.328595 -1.466505
9 September 0.0785728 -0.204881 2.7024455 -0.356315 1.9447604
10 Oktober 1.8468024 -44.77829 0.8858214 0.21075 4.874358
11 November 1.6630507 0.614432 -1.81527 5.849426 6.5895847
12 Desember 2.4781299 13.721197 0.0090195 -0.692233 0.6677229
Tertinggi 6.1532802 50.453444 6.0605772 9.828655 6.5895847
Terendah 0.0785728 -44.77829 -2.675625 -2.328595 -1.466505
Rata-rata 3.895131 2.8066826 0.499928 2.432536 1.6415086
Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.5.5 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi
terjadi pada tahun 2005 yaitu bulan maret 50.453444 dan terendah pada tahun
oktober 2005 -44.77829, dengan demikian beta bulan maret tahun 2005
memiliki resiko yang tinggi juga.
69
Tabel 4.5.6
Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008
Emiten PTBA Tahun No.
Peiode 2004 2005 2006 2007 2008
1 Januari -0.77227 2.0510702 1.5680559 -16.62814 -0.474147
2 Februari -3.44937 -0.006368 -2.657899 -4.314428 0.2897034
3 Maret 0.9518128 147.18697 0.0222318 0.274845 0.3699713
4 April 0.9938297 -0.244717 4.6816287 1.818828 -0.273204
5 Mei 1.3211323 -0.395624 -1.016085 -5.561043 -6.255991
6 Juni 21.642397 0.4915479 2.3554776 2.539076 -2.971266
7 Juli 2.0367863 -0.441367 1.0075124 0.729165 3.9690057
8 Agustus -14.56126 -0.847606 0.5879956 -3.59125 1.274465
9 September 1.1510153 -1.490318 -0.267621 1.749935 4.9951294
10 Oktober 1.9388963 78.197406 0.5513756 9.567007 4.6468249
11 November 4.4426845 -5.091471 -0.856658 -14.68129 14.869933
12 Desember 3.8273685 1.0733904 1.8424393 0.825 0.1799779
Tertinggi 21.642397 147.18697 4.6816287 9.567007 14.869933
Terendah -3.44937 -5.091471 -2.657899 -16.62814 -6.255991
Rata-rata 1.6269184 18.373576 0.6515378 -2.272692 1.7183668
Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.5.6 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi
terjadi pada tahun 2005 yaitu bulan maret 147.18697 dan terendah pada tahun
januari 2007 -16.62814, dengan demikian beta bulan maret tahun 2005
memiliki resiko yang tinggi juga.
70
Tabel 4.5.7
Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008
Emiten TLKM/ Tahun No.
Peiode 2004 2005 2006 2007 2008
1 Januari 1.357608 -0.557437 0.9657199 -10.60992 -1.00792
2 Februari -3.714569 -4.384862 1.993555 8.188403 -1.248048
3 Maret 1.2021853 -7.399295 1.6905757 0.630194 0.0047116
4 April 2.44841 1.0368033 0.864282 0.865361 0.5699151
5 Mei 1.1827158 1.664304 0.906594 1.461114 1.9227691
6 Juni 1.2481292 2.491337 -0.537074 0.035036 3.3752248
7 Juli 1.2339702 2.3121164 0.1611108 11.34255 -0.684816
8 Agustus 2.7797391 0.6757354 1.0488657 -0.543536 1.4824381
9 September -0.154309 1.5147465 0.9619943 0.027984 1.4950628
10 Oktober 0.9928411 -36.04629 -0.12052 -0.894151 2.6261301
11 November 1.1027001 5.7155978 2.1019528 4.008092 3.620727
12 Desember -2.463831 1.2239191 0.2914086 0.436673 -4.030032
Tertinggi 2.7797391 5.7155978 2.1019528 11.34255 3.620727
Terendah -3.714569 -7.399295 -0.537074 -10.60992 -4.030032
Rata-rata 0.6012991 -2.64611 0.8607054 1.24565 0.6771802
Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.5.7 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi
terjadi pada tahun 2007 yaitu bulan juli 11.34255 dan terendah pada tahun
januari 2007 -10.60992, dengan demikian beta bulan juli tahun 2005 memiliki
resiko yang tinggi juga.
71
Tabel 4.5.8
Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008
Emiten UNVR/ Tahun No.
Peiode 2004 2005 2006 2007 2008
1 Januari 0.5895423 1.2007546 -0.095604 -18.40213 0.1812839
2 Februari -11.07701 0.7575917 1.6689374 6.327776 0.7457768
3 Maret -0.964722 -92.47252 -0.065819 0.094591 -0.104933
4 April 0.4951827 0.3597736 0.6809445 -0.368268 0.1343114
5 Mei 0.3610052 4.5469737 1.24893 -1.768227 0.369499
6 Juni -17.16336 -4.424674 0.3178672 0.625942 0.2323013
7 Juli -0.957812 1.0664411 0.959812 10.45452 -0.461904
8 Agustus 17.178736 0.3096953 0.8942075 -0.182622 1.274465
9 September -0.457422 -0.936016 0.2960566 -0.084899 -0.362773
10 Oktober -0.145774 64.007903 1.4311134 -1.314743 0.4819688
11 November 0.1301402 -1.812883 3.1123787 1.378946 -2.317611
12 Desember -0.820009 -0.437105 2.2128905 -0.020238 -0.07973
Tertinggi 17.178736 64.007903 3.1123787 -1.768227 1.274465
Terendah -11.07701 -92.47252 -0.095604 -18.40213 -2.317611
Rata-rata -1.069292 -2.319505 1.0551429 -0.271612 0.0077212
Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.5.8 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi
terjadi pada tahun 2005 yaitu bulan oktober 64.007903 dan terendah pada
tahun januari 2005 -92.47252, dengan demikian beta bulan oktober tahun
2005 memiliki resiko yang tinggi juga.
72
Tabel 4.5.9
Beta saham Syariah Perusahaan yang Konstan selama 2004-2008
Emiten UNTR/ Tahun No.
Peiode 2004 2005 2006 2007 2008
1 Januari -0.079418 6.3736639 0.6049597 0.929999 2.3637223
2 Februari 14.513715 2.7174701 -2.153343 -0.74559 0.8556627
3 Maret 1.4724526 80.946775 1.3507524 0.593307 0.139538
4 April 3.2992023 -0.36141 2.0730171 0.888703 0.3679302
5 Mei 4.6226217 1.9335714 0.3578644 0.439504 -2.968083
6 Juni -8.237577 5.5388685 0.5982723 0.870519 5.2045045
7 Juli 2.4809612 4.2131796 1.2696548 3.095794 1.607493
8 Agustus -20.15021 1.1583788 0.3520709 -1.721401 -3.094381
9 September 0.3754096 -0.045361 0.6832961 0.067005 1.2461171
10 Oktober 6.371816 -21.97485 2.6848381 8.625667 7.6421582
11 November 0.5766241 -3.66681 -0.306304 -0.314919 8.432526
12 Desember 7.8544707 0.2012694 0.1782804 1.003343 -1.958124
Tertinggi 14.513715 6.3736639 2.6848381 8.625667 8.432526
Terendah -20.15021 -21.97485 -2.153343 -1.721401 -3.094381
Rata-rata 0.7064538 6.4195622 0.6411133 13.73193 1.6532553
Sumber: Bursa Efek Indonesia, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.5.9 dapat diketahui bahwa rata-rata beta tertinggi
terjadi pada tahun 2004 yaitu bulan februari 14.513715 dan terendah pada
tahun oktober 2005 -21.97485, dengan demikian beta bulan februari tahun
2004 memiliki resiko yang tinggi juga.
73
2. Koefisien Struktur 1
a. Persamaan Analisis Jalur Struktur I
X4 = �X4X1 + � X4X2 + � X4X2 + �1
Tabel 4.6
Koefisien Determinasi Struktur 1
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .301a .091 .085 .00144331694825
a. Predictors: (Constant), Inflasi (X3), M2 (X1), Kurs (X2)
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Pada Tabel Model Summary, didapat 1 model analisis jalur dengan
nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,301, nilai koefisien determinasi (R Square)
sebesar 0,091 (9,1%). Nilai R Square sebesar 9,1%, ini menunjukkan bahwa
dengan menggunakan model analisis jalur yang di dapatkan dimana variabel
eksogen yaitu Uang yang beredar dalam arti luas/M2 (X1), Kurs (X2), Inflasi
(X3), memiliki pengaruh terhadap variabel Suku Bunga SBI (X4) sebesar
9,1%. sedangkan sisanya (100% - 9,1% = 90,1%) adalah kemungkinan
terdapat aspek-aspek lain yang memiliki pengaruh terhadap perubahan
variabel Suku Bunga SBI (X4).
74
b. Uji Hipotesis (Uji Simultan)
X4 = �X4X1 + � X4X2 + � X4X3 + �1
Tabel 4.7
Analisis Varian (Annova) Struktur 1
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .000 3 .000 17.788 .000a
Residual .001 536 .000
1
Total .001 539
a. Predictors: (Constant), Inflasi (X3), M2 (X1), Kurs (X2)
b. Dependent Variable: SBI (X4)
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Pada Tabel analisis varian (Anova) ditampilkan hasil uji F yang dapat
digunakan untuk menguji model apakah variabel Uang yang Bereda (M2),
Kurs, dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Suku Bunga SBI. Ftabel :
Jika Fhitung > t tabel, maka Ho ditolak
Jika Fhitung < t tabel, maka Ho diterima
Dari perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 17,788. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan
numerator, jumlah variabel – 1 atau 6-1 = 5, dan denumerator jumlah kasus -5
atau 540 – 5 = 535. dengan ketentuan tersebut diperoleh angka F tabel sebesar
2,22. Karena nilai F hitung (17,788) > nilai F tabel (2,22) maka Ho ditolak dan H1
diterima. Artinya, ada hubungan linier antara Uang yang beredar (M2), kurs,
dan Inflasi dengan Suku bunga SBI. Dengan demikian, model regresi diatas
75
sudah layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang beredar (M2), kurs, dan
Inflasi dengan Suku bunga SBI. Secara gabungan berpengaruh signifikan
terhadap suku bunga SBI. Sehingga model analisis jalur yang didapatkan
layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai signifikansi, diketahui
bahwa nilai sig (0,000<0,05) sehingga memiliki kesimpulan yang sama
dengan Uji F yaitu terdapat kecocokan antara model dengan data.
Hal diatas sesuai teori Dedi Haryanto dan Riyatno yang dalam
penelitiannya menyatakan bahwa tingkat suku bunga diukur dengan
menggunakan suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia selaku
penguasa moneter melalui Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Besar kecilnya
suku bunga sangat tergantung dari kondisi makro yang berkembang di
Indonesia.
c. Uji Parsial (T-Test) Pengujian secara Individu
Tabel 4.8
Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur 1
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) .006 .001 5.364 .000
M2 1.072E-9 .000 .192 4.581 .000
Kurs 3.834E-9 .000 .002 .036 .971
1
Inflasi .100 .019 .219 5.238 .000
a. Dependent Variable: SBI (X4)
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
76
Pada Tabel coefficients ditampilkan hasil uji T yang dapat digunakan
untuk menguji model apakah variabel Uang yang Beredar (M2), Kurs, dan
Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Suku Bunga SBI. Pengujian dilakukan
dengan uji T.
1) Hubungan antara uang beredar (M2) dan suku bunga SBI
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 4,581. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n – 2,
atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1,646.
Karena nilai T hitung (4,581) > nilai T tabel (1,646) maka Ho ditolak dan H1
diterima. Artinya, ada hubungan linier antara Uang yang beredar (M2)
dengan suku bunga SBI. Dengan demikian, model regresi diatas sudah
layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang beredar (M2) dengan
Suku bunga SBI. Secara parsial berpengaruh signifikan terhadap suku
bunga SBI. Sehingga model analisis jalur yang didapatkan layak untuk
digunakan. Atau jika dilihat dari nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai
sig (0,000<0,05) sehingga memiliki kesimpulan yang sama dengan Uji T
yaitu terdapat kecocokan antara model dengan data. Besarnya pengaruh
uang yang beredar (M2) dengan suku bunga SBI sebesar 0,192 atau 19,2%.
Permintaan uang untuk spekulasi ditentukan oleh suku bunga.
Apabila suku bunga tinggi, permintaan uang untuk spekulasi adalah
rendah oleh karena uang telah digunakan untuk membeli surat-surat
berharga. Sebaliknya, apabila tingkat bunga rendah, maka permintaan
uang untuk spekulasi tinggi oleh karena masyarakat tidak bersedia
77
melakukan pembeliaan surat-surat berharga dan akan memegang uang
(Sadono Sukirno, 2004:301).
2) Hubungan antara Kurs Rupiah terhadap Dollar AS dan suku bunga SBI
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 0,036. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,
atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1.646.
Karena nilai T hitung (0,036) < nilai T tabel (1,646) maka Ho diterima. dan
H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara Kurs Rupiah terhadap
Dollar dengan suku bunga SBI. Diketahui bahwa nilai sig (0,971>0,05),
jadi Kurs Rupiah terhadap Dollar AS secara parsial tidak mempengaruhi
suku bunga SBI. Besarnya pengaruh Kurs Rupiah terhadap Dollar AS dan
suku bunga SBI sebesar 0,002 atau 0,2%.
3) Hubungan antara tingkat inflasi dan suku bunga SBI
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 5,238. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,
atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1.646.
Karena nilai T hitung (5,238) > nilai T tabel (1,646) maka Ho ditolak. dan H1
diterima. Artinya, ada hubungan linier antara tingkat inflasi dengan suku
bunga SBI. Diketahui bahwa nilai sig (0,00<0,05), jadi tingkat inflasi
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap suku bunga SBI. Besarnya
pengaruh tingkat inflasi dan suku bunga SBI sebesar 0,219 atau 21,9%.
78
Dalam kebijakan moneter, Suku bunga yang tinggi akan
mengurangi penanaman modal dan apabila suku bunga rendah, lebih
banyak penawaran modal akan dilakukan. Dengan mempengaruhi
penanaman modal maka akan mempengaruhi pengeluaran agregat.
Pengeluaran agregat perlu ditambah untuk mengurangi pengangguran.
Dalam masa inflas langkah yang perlu dilakukan yaitu penawaran uang
dikurangi untuk menaikkan suku bunga. Dengan langkah ini akan
menurunkan investasi dan seterusnya pengeluaran agregat akan
menurunkan. Hal ini akan mengurangi tekanan inflasi.
Persamaan struktural menjadi :
X4 = 0,192 X1 + 0,002 X2 + 0,219 X3 + X4�1
Angka residu sebesar 0,909 diperoleh dari �x4 �1 = 2R1−
= 909,0091,01 =−
Hasil perhitungan diatas sesuai dengan perhitungan oleh Engkos
Ahmad Kuncoro, (2008:138)
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada koefisien jalur yang tidak
signifikan pengaruhnya terhadap suku bunga SBI, yaitu variabel kurs,
maka model struktur 1 perlu diperbaiki melalui metode Trimming, yaitu
mengeluarkan variabel kurs yang dianggap hasil dari koefisien jalur tidak
signifikan dari analisisnya. Kemudian diuji lagi yang mana variabel kurs
yang tidak signifikan, tidak diikut sertakan. Hasil perhitungannya sebagai
berikut:
79
Tabel 4.9
Hasil Struktur 1 Setelah Trimming
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .301a .091 .087 .00144197419137
a. Predictors: (Constant), Inflasi, M2
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Dapat dilihat variabel M2 (X1) dan Inflasi (X3) yang masuk dalam
pengujian, memiliki nilai R square yang sama dengan pengujian sebelum
Trimming yaitu 0,091 (9,1%). Hal ini berarti bahwa variabel M2 dan inflasi
mempunyai pengaruh hanya sebesar 9.1% sedang kan sisanya 90,1%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model ini.
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .000 2 .000 26.730 .000a
Residual .001 537 .000
1
Total .001 539
a. Predictors: (Constant), Inflasi, M2
b. Dependent Variable: SBI
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) .006 .000 16.819 .000
M2 1.074E-9 .000 .192 4.649 .000
1
Inflasi .100 .019 .219 5.296 .000
a. Dependent Variable: SBI
80
Besarnya kontribusi M2 yang secara langsung mepengaruhi suku
bunga SBI sebesar 0,192 x 100% = 19,2%. Sedangkan besarnya
kontribusi inflasi yang secara langsung mempengaruhi suku bunga SBI
sebesar 0,219 x 100% = 21,9%. sedangkan B yang mempengaruhi suku bunga
SBI sebesar 1,174 (1,074 + 0,100). dan nilai Constant dari 0,006 berubah
menjadi 1,168 (1,174 -0,006). hal ini menyebabkan nilai SBI dari 0,006 naik
menjadi 1,168. dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh
dengan SBI khususnya variabel inflasi.
Penelitian ini sesuai dengan teori kebijakan moneter yaitu Suku bunga
yang tinggi akan mengurangi penanaman modal dan apabila suku bunga
rendah, lebih banyak penawaran modal akan dilakukan. Dengan
mempengaruhi penanaman modal maka akan mempengaruhi pengeluaran
agregat. Pengeluaran agregat perlu ditambah untuk mengurangi pengangguran.
Dalam masa inflas langkah yang perlu dilakukan yaitu penawaran uang
dikurangi untuk menaikkan suku bunga. Dengan langkah ini akan menurunkan
investasi dan seterusnya pengeluaran agregat akan menurunkan. Hal ini akan
mengurangi tekanan inflasi. Sukirno, Sadono (2004:24).
Model diagram jalur menjadi :
Gambar 4.1
Jalur (Path) Struktur 1 setelah Trimming
M2 (x1)
Inflasi (x3)
SBI (x4)
�x4x1=0,192
�x4x3=0,219
�1 = 0,909
81
3. Koefisien Struktur II
a. Persamaan Analisis Jalur
Y1 = �Y1X1 + � Y1X4 + � X4X2 + � X4X3 + �2
Tabel 4.10
Koefisien Determinasi Struktur 1I
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .191a .036 .029 1.666010667562781E1
a. Predictors: (Constant), SBI, Kurs, M2, Inflasi
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Pada Tabel Model Summary diatas, didapat 1 model analisis jalur
dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,191, nilai koefisien determinasi
(R Square) sebesar 0,036 (3,6%). Nilai R Square sebesar 3,6%, ini
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model analisis jalur yang di
dapatkan dimana variabel eksogen yaitu Uang yang beredar dalam arti
luas/M2 (X1), Kurs (X2), Inflasi (X3), Suku Bunga SBI (X4), memiliki
pengaruh terhadap variabel endogen Beta saham JII (Y1) sebesar 3,6%.
sedangkan sisanya (100% - 3,6% = 96,4%) adalah kemungkinan terdapat
aspek-aspek lain yang memiliki pengaruh terhadap perubahan variabel Beta
saham JII (Y1).
82
b. Uji Hipotesis (Uji Simultan)
Y1 = �Y1X1 + � Y1X4 + � X4X2 + � X4X3 + �2
Tabel 4.11
Analisis Varian (Annova) Struktur 1I
ANOVA
b
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 5616.064 4 1404.016 5.058 .001a
Residual 148494.148 535 277.559
1
Total 154110.212 539
a. Predictors: (Constant), SBI, Kurs, M2, Inflasi
b. Dependent Variable: Beta Saham JII (Y1)
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Pada Tabel analisis varian (Anova) ditampilkan hasil uji F yang dapat
digunakan untuk menguji model apakah variabel Uang yang Beredar (M2),
Kurs, Inflasi, Suku Bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap Beta saham
JII (Y1). Pengujian keputusan berdasarkan perbandingan nilai Fhitung dengan Ftabel:
Jika Fhitung > t tabel, maka Ho ditolak
Jika Fhitung < t tabel, maka Ho diterima
Dari perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 5,058. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan
numerator, jumlah variabel – 1 atau 6-1 = 5; dan denumerator jumlah kasus – 5
atau 540 – 5 = 535. dengan ketentuan tersebut diperoleh angka F tabel sebesar 2,22.
Karena nilai F hitung (5,058) > nilai F tabel (2,22) maka Ho ditolak dan H1
diterima. Artinya, ada hubungan linier antara Uang yang beredar (M2), kurs,
Inflasi, dan Suku bunga SBI dengan beta saham JII. Dengan demikian, model
83
regresi diatas sudah layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang beredar (M2),
kurs, Inflasi dan Suku bunga SBI dengan beta saham JII. Secara gabungan
berpengaruh signifikan terhadap suku bunga SBI. Sehingga model analisis
jalur yang didapatkan layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai
signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,001 < 0,05) sehingga memiliki
kesimpulan yang sama dengan Uji F yaitu terdapat kecocokan antara model
dengan data.
Hal ini berkaitan dengan teori (Iqbal, 2003) yang menyatakan bahwa
tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan investasi adalah untuk memperoleh
keuntungan. Oleh karena itu, sebelum melakukan investasi, investor perlu
memastikan bahwa investasi tersebut mampu memberikan tingkat
pengembalian yang diharapkan yang tinggi dengan tingkat resiko yang kecil.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat penembalian dan tingkat
resiko saham, yaitu terbagi dalam faktor fundamental dan ekonomi. Faktor
fundamental yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam perusahaan, misalnya
adanya pemogokan, kinerja perusahaan, tingkat likuiditas dan lain-lain.
Sedangkan faktor ekonomi yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar
perusahaan, misalnya tingkat suku bunga, tingkat inflasi, perubahan nilai kurs,
GDP dan lain-lain.
84
c. Uji Parsial (T-Test) Pengujian secara Individu
Tabel 4.12
Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur 1I
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 1.317 12.161 .108 .914
M2 (X1) -4.327E-6 .000 -.069 -1.571 .117
Kurs (X2) .001 .001 .025 .587 .557
Inflasi (X3) 903.842 226.065 .176 3.998 .000
1
SBI (X4) -1017.153 498.579 -.091 -2.040 .042
a. Dependent Variable: Beta saham JII (Y1)
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Pada Tabel coefficients ditampilkan hasil uji T yang dapat digunakan
untuk menguji model apakah variabel Uang yang Beredar (M2), Kurs, Inflasi,
dan Suku Bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap beta saham JII.
Pengujian dilakukan dengan uji T.
1) Hubungan antara uang beredar (M2) dan beta saham JII
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar -1,571. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,
atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1,646.
Karena nilai T hitung (-1,571) < nilai T tabel (1,646) maka Ho diterima dan
H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara Uang yang beredar
(M2) dengan beta saham JII.. Dengan demikian, model regresi diatas
sudah tidak layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang beredar (M2)
dengan beta saham JII. Secara parsial tidak berpengaruh signifikan
85
terhadap beta saham JII. Sehingga model analisis jalur yang didapatkan
tidak layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai signifikansi,
diketahui bahwa nilai sig (0,117 > 0,05) sehingga memiliki kesimpulan
yang sama dengan Uji T yaitu Uang yang beredar (M2) dan secara parsial
tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham JII. Besarnya pengaruh
uang beredar (M2) dan beta saham JII sebesar -0,069 atau -6,9%.
Dari hasil penelitian diatas maka dapat sesuai dengan hasil
penelitian dari Siti Zubaidah (2004), yang menyatakan bahwa tingkat suku
bunga secara parsial tidak bepengaruh signifikan terhadap beta saham dan
variabel-variabel ekonomi.
2) Hubungan antara Kurs Rupiah terhadap Dollar AS dan beta saham JII.
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 0,587 dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,
atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1.646.
Karena nilai T hitung (0,587) < nilai T tabel (1,646) maka Ho diterima, dan H1
ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara Kurs Rupiah terhadap
Dollar dengan beta saham JII. Diketahui bahwa nilai sig (0,557 > 0,05),
jadi Ho diterima, sehingga mempunyai kesimpulan yang sama dengan uji t
yaitu Kurs Rupiah terhadap Dollar AS secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap beta saham JII. Besarnya pengaruh Kurs Rupiah
terhadap Dollar AS dan beta saham JII sebesar 0,025 atau 2,5%.
86
Dari hasil penelitian diatas maka dapat sesuai dengan penelitian
dari Siti Zubaidah (2004) yang menyatakan bahwa kurs tidak berpengaruh
signifikan terhadap beta saham.
3) Hubungan antara tingkat inflasi dan beta saham JII.
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 3,998. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,
atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1.646.
Karena nilai T hitung (3,998) > nilai T tabel (1,646) maka Ho ditolak. dan H1
diterima. Artinya, ada hubungan linier antara tingkat inflasi dengan beta
saham JII. Diketahui bahwa nilai sig (0,000<0,05), jadi Ho ditolak,
sehingga mempunyai kesimpulan yang sama dengan uji t yaitu tingkat
inflasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap beta saham JII.
Besarnya pengaruh tingkat inflasi dan beta saham JII sebesar 0,176 atau
17,6%.
Tingkat inflasi menunjukkan adanya kenaikan tingkat harga umum,
dimana nilai uang sebagai refleksi tingkat harga umum tidak stabil.
Dengan adanya inflasi, kemampuan daya beli masyarakat rendah,
pemerintah menaikkan tingkat suku bunga agar masyarakat menabung,
dengan tujuan menstabilkan kondisi ekonomi. Hal ini menyebabkan
investor cenderung investasi pada investasi yang bebas resiko daripada
saham. Resiko (beta) saham menjadi tinggi (Tandelilin : 2002).
87
4) Hubungan antara suku bunga SBI dan Beta saham JII
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar -2,040. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,
atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1.646.
Karena nilai T hitung (-2,040) < nilai T tabel (1,646) maka Ho diterima dan
H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara suku bunga SBI dan
Beta saham JII. Sedangkan diketahui bahwa nilai sig (0,042<0,05), jadi
suku bunga SBI secara parsial berpengaruh signifikan terhadap beta
saham JII. Besarnya pengaruh suku bunga SBI dan Beta saham JII sebesar
-0,091 atau -9,1%.
Hasil penelitian di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Tandelilin (1997), yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap beta saham dan variabel-variabel
ekonomi.
Persamaan struktural menjadi :
Y1 = -0,069 X1 + 0,025 X4 + 0,176 X2 + (-0,091) X3 + �2
Angka residu sebesar 0,964 diperoleh dari �y1 �2 = 2R1−
= 964,0036,01 =−
Hasil perhitungan diatas sesuai dengan perhitungan oleh Engkos
Ahmad Kuncoro, (2008:138).
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada koefisien jalur yang tidak
signifikan pengaruhnya terhadap Beta JII, yaitu variabel kurs dan M2, maka
88
model struktur 2 perlu diperbaiki melalui metode Trimming, yaitu
mengeluarkan variabel kurs dan M2 yang dianggap hasil dari koefisien jalur
tidak signifikan dari analisisnya. Kemudian diuji lagi yang mana variabel kurs
dan M2 yang tidak signifikan, tidak diikut sertakan. Hasil perhitungannya
sebagai berikut:
Tabel 4.13
Struktur 2 setelah Trimming
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .178a .032 .028 1.666924663693452E1
a. Predictors: (Constant), SBI, Inflasi
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Dapat dilihat variabel inflasi (X3) dan SBI (X4) yang masuk dalam
pengujian, sehingga nilai R square berubah menjadi 0,032 berarti inflasi dan SBI
memberi pengaruh langsung terhadap Beta JII hanya sebesar 3,2%, sisanya 96,8%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model ini. Penelitian sebelum nya pun
hanya berpengaruh sebesar 2,8%, Siti Zubaidah, 2004.
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 4897.360 2 2448.680 8.813 .000a
Residual 149212.852 537 277.864
1
Total 154110.212 539
a. Predictors: (Constant), SBI, Inflasi
b. Dependent Variable: Beta JII
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
89
Dari perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 8.813. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan
numerator, jumlah variabel – 1 atau 6-1 = 5; dan denumerator jumlah kasus – 5
atau 540 – 5 = 535. dengan ketentuan tersebut diperoleh angka F tabel sebesar 2,22.
Karena nilai F hitung (8.813) > nilai F tabel (2,22) maka Ho ditolak dan H1
diterima. Artinya, ada hubungan linier antara Uang yang beredar (M2), kurs,
Inflasi, dan Suku bunga SBI dengan beta saham JII. Dengan demikian, model
regresi diatas sudah layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang beredar (M2),
kurs, Inflasi dan Suku bunga SBI dengan beta saham JII. Secara gabungan
berpengaruh signifikan terhadap suku bunga SBI. Sehingga model analisis
jalur yang didapatkan layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai
signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,001 < 0,05) sehingga memiliki
kesimpulan yang sama dengan Uji F yaitu terdapat kecocokan antara model
dengan data.
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 3.813 3.832 .995 .320
Inflasi 876.298 223.717 .171 3.917 .000
1
SBI -1163.626 489.106 -.104 -2.379 .018
a. Dependent Variable: Beta JII
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
90
Sedangkan besarnya kontribusi Inflasi yang secara langsung
mempengaruhi Beta JII sebesar 0,171 x 100% = 17,1%. Dan variabel SBI
mempengaruhi Beta JII sebesar -0,104 x 100% = -10,4%. Sedangkan nilai B
yang mempengaruhi Beta JII sebesar -287,328 (876,298 -1163,626). Dan nilai
constant dari 3,813 berubah menjadi -283,515 (-287,328 + 3,813). Hal ini
menyebabkan Beta JII dari 3,813 turun menjadi -283,515. jadi dapat
disimpulkan bahwa inflasi lebih berpengaruh terhadap resiko saham JII
dibandingkan dengan SBI. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Tandelilin:
2002, yang menyatakan bahwa variabel inflasi dan SBI berpengaruh terhadap
beta JII. Dengan adanya inflasi, kemampuan daya beli masyarakat rendah,
pemerintah menaikkan tingkat suku bunga agar masyarakat menabung, dengan
tujuan menstabilkan kondisi ekonomi. Hal ini menyebabkan investor
cenderung investasi pada investasi yang bebas resiko daripada saham. Resiko
(beta) saham menjadi tinggi.
Gambar 4.2
Jalur (Path) Struktur 2 Setelah Trimming
Inflasi (x3)
SBI (x4)
Beta JII (y1)
�y1x1=0,171
�y1x4=0,104
�2 = 0,964
91
4. Koefisien Struktur 1II
a. Persamaan Analisis Jalur StrukturIII
Y2 = �Y2X3 + � Y2X4 + � X4X2 + � Y2Y1 + � Y1X1 + �3
Tabel 4.14
Koefisien Determinasi Struktur II1
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .350a .122 .114 .066465494041889
a. Predictors: (Constant), Beta Saham JII (Y1), Kurs (X2), SBI (X4), M2 (X1), Inflasi (X3).
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Pada Tabel Model Summary diatas, didapat 1 model analisis jalur
dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,350, nilai koefisien determinasi
(R Square) sebesar 0,122 (12,2%). Nilai R Square sebesar 12,2%, ini
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model analisis jalur yang di
dapatkan dimana variabel eksogen yaitu Uang yang beredar dalam arti
luas/M2 (X1), Kurs (X2), Inflasi (X3), Suku Bunga SBI (X4), dan Beta saham
JII (Y1) memiliki pengaruh terhadap variabel endogen IHSG (Y2) sebesar
12,2%, sedangkan sisanya (100% - 12,2%= 87,8%) adalah kemungkinan
terdapat aspek-aspek lain yang memiliki pengaruh terhadap perubahan
variabel IHSG (Y2).
92
b. Uji Hipotesis (Uji Simultan)
Y2 = �Y2X3 + � Y2X4 + � X4X2 + � Y2Y1 + � Y1X1 + �1
Tabel 4.15
Analisis Varian (Annova) Struktur 1II
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .329 5 .066 14.875 .000a
Residual 2.359 534 .004
1
Total 2.688 539
a. Predictors: (Constant), Beta Saham JII (Y1), Kurs (X2), SBI (X4), M2 (X1), Inflasi (X3)
b. Dependent Variable: IHSG (Y2)
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Pengujian keputusan berdasarkan perbandingan nilai Fhitung dengan
Ftabel :
Jika Fhitung > t tabel, maka Ho ditolak
Jika Fhitung < t tabel, maka Ho diterima
Dari perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 14,875. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan
numerator, jumlah variabel – 1 atau 6-1 = 5; dan denumerator jumlah kasus –5
atau 540 – 5 = 535. dengan ketentuan tersebut diperoleh angka F tabel sebesar
2,22. Karena nilai F hitung (14,875) > nilai F tabel (2,22) maka Ho ditolak dan H1
diterima. Artinya, ada hubungan linier antara Uang yang beredar (M2), kurs,
Inflasi, Suku bunga SBI, dan Beta saham JII dengan IHSG. Dengan demikian,
model regresi diatas sudah layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang
beredar (M2), kurs, Inflasi Suku bunga SBI dan beta saham JII, secara
gabungan berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Sehingga model analisis
jalur yang didapatkan layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai
93
signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,000 < 0,05) sehingga memiliki
kesimpulan bahwa hubungan nya signifikan atau sama dengan Uji F yaitu
terdapat kecocokan antara model dengan data.
c. Uji Parsial (T-Test) Pengujian secara Individu
Tabel 4.16
Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur III
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) .064 .049 1.326 .185
M2 (X1) -8.622E-8 .000 -.329 -7.828 .000
Kurs (X2) 1.925E-6 .000 .016 .392 .695
Inflasi (X3) -2.366 .915 -.111 -2.585 .010
SBI (X4) 8.044 1.997 .172 4.028 .000
1
Beta saham JII (Y1)
3.254E-5 .000 .008 .189 .850
a. Dependent Variable: IHSG (Y2)
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Pada Tabel coefficients ditampilkan hasil uji T yang dapat digunakan
untuk menguji model apakah variabel Uang yang Bereda (M2), Kurs, Inflasi,
dan Suku Bunga SBI, dan beta saham JII berpengaruh signifikan IHSG.
Pengujian dilakukan dengan uji T.
1) Hubungan antara uang beredar (M2) dan IHSG
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar -7,828. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,
atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1,646.
Karena nilai T hitung (-7,828) < nilai T tabel (1,646) maka Ho diterima dan
H1 ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara Uang yang beredar
94
(M2) dengan IHSG. Dengan demikian, model regresi diatas belum layak
dan benar. Kesimpulannya, Uang yang beredar (M2) dengan IHSG secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Sehingga model
analisis jalur yang didapatkan belum layak untuk digunakan. Atau jika
dilihat dari nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,000 < 0,05)
sehingga memiliki kesimpulan yang sama dengan Uji T yaitu Uang yang
beredar (M2) dan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Besarnya pengaruh uang beredar (M2) dan IHSG sebesar -0,329 atau -32,9%.
2) Hubungan antara Kurs Rupiah terhadap Dollar AS dan IHSG
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 0,392 dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,
atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1.646.
Karena nilai T hitung (0,392) < nilai T tabel (1,646) maka Ho diterima.. dan
H1 ditolak.. Artinya, tidak ada hubungan linier antara Kurs Rupiah
terhadap Dollar dengan IHSG. Diketahui bahwa nilai sig (0,695 > 0,05),
jadi Ho diterima, sehingga mempunyai kesimpulan yaitu Kurs Rupiah
terhadap Dollar AS secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
IHSG. Besarnya pengaruh Kurs Rupiah terhadap Dollar AS dan IHSG
sebesar 0.016 atau 1,6%.
Penelitian di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur
Hariroh (2007), yang menyatakan bahwa kurs tidak berpengaruh
signifikan terhadap IHSG.
95
3) Hubungan antara tingkat inflasi dan IHSG.
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar -2,585. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,
atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1.646.
Karena nilai T hitung (-2,585) > nilai T tabel (1,646) maka Ho diterima. dan
H1 ditolak. Artinya, ada hubungan linier antara tingkat inflasi dengan
IHSG. Diketahui bahwa nilai sig (0,010<0,05), jadi Ho ditolak, sehingga
mempunyai kesimpulan yaitu tingkat inflasi secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap IHSG. Besarnya pengaruh tingkat inflasi dan IHSG
sebesar -0,111 atau 11,1%.
4) Hubungan antara suku bunga SBI dan IHSG.
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara suku bunga SBI
dengan IHSG, kita dapat menentukan hipotesis :
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 4,028. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,
atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1.646.
Karena nilai T hitung (4,028) > nilai T tabel (1,646) maka Ho ditolak dan H1
diterima. Artinya, ada hubungan linier antara suku bunga SBI dan IHSG.
Sedangkan diketahui bahwa nilai sig (0,000<0,05), jadi suku bunga SBI
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Besarnya pengaruh
suku bunga SBI dan IHSG sebesar 0,172 atau 17,2%.
Penelitian di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur
Hariroh (2007), yang menyatakan bahwa suku bunga SBI berpengaruh
signifikan terhadap IHSG.
96
5) Hubungan antara Beta saham JII dengan IHSG
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 0,189. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n-2,
atau 540-2 = 538. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1.646.
Karena nilai T hitung (0,189) < nilai T tabel (1,646) maka Ho diterima dan H1
ditolak. Artinya, tidak ada hubungan linier antara Beta saham JII dengan
IHSG. Sedangkan diketahui bahwa nilai sig (0,850>0,05), sehingga
memiliki kesimpulan yang sama dengan Uji T yaitu Beta saham JII secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Besarnya pengaruh
Beta saham JII dengan IHSG sebesar 0,008 atau 0,8%.
Persamaan struktural menjadi :
Y2 = -0,329 X3 + 0.016 X4 + (-0,111) X2 + 0,172 Y1 + 0,008 X1 + �3
Angka residu sebesar 0,878 diperoleh dari 2R1−
= 878,0122,01 =−
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada koefisien jalur yang tidak
signifikan pengaruhnya terhadap IHSG, yaitu variabel kurs dan Beta JII, maka
model struktur 3 perlu diperbaiki melalui metode Trimming, yaitu
mengeluarkan variabel kurs dan Beta JII yang dianggap hasil dari koefisien
jalur tidak signifikan dari analisisnya. Kemudian diuji lagi yang mana variabel
kurs dan Beta JII yang tidak signifikan, tidak diikut sertakan. Hasil
perhitungannya sebagai berikut:
97
Tabel 4.17
Struktur 3 setelah Trimming
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .349a .122 .117 .066353366059174
a. Predictors: (Constant), SBI, M2, Inflasi
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Dapat dilihat variabel M2 (x1), Inflasi (x3), SBI (x4) yang masuk dalam
pengujian, memiliki nilai R square yang sama dengan pengujian sebelum
Trimming yaitu 0,122 yang berarti M2, Inflasi dan SBI memberikan pengaruh
langsung hanya sebesar 12,2%, sedangkan sisanya sebesar 87,8% dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain diluar model ini.
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean
Square F Sig.
Regression .328 3 .109 24.811 .000a
Residual 2.360 536 .004
1
Total 2.688 539
a. Predictors: (Constant), SBI, M2, Inflasi
b. Dependent Variable: IHSG
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Dari perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 14,875. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan
numerator, jumlah variabel – 1 atau 6-1 = 5; dan denumerator jumlah kasus –5
atau 540 – 5 = 535. dengan ketentuan tersebut diperoleh angka F tabel sebesar 2,22.
Karena nilai F hitung (14,875) > nilai F tabel (2,22) maka Ho ditolak dan H1
diterima. Artinya, ada hubungan linier antara Uang yang beredar (M2), kurs,
Inflasi, Suku bunga SBI, dan Beta saham JII dengan IHSG. Dengan demikian,
model regresi diatas sudah layak dan benar. Kesimpulannya, Uang yang
98
beredar (M2), kurs, Inflasi Suku bunga SBI dan beta saham JII, secara
gabungan berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Sehingga model analisis
jalur yang didapatkan layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai
signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,000 < 0,05) sehingga memiliki
kesimpulan bahwa hubungan nya signifikan atau sama dengan Uji F yaitu
terdapat kecocokan antara model dengan data.
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) .082 .019 4.386 .000
M2 -8.569E-8 .000 -.327 -7.906 .000
Inflasi -2.388 .891 -.112 -2.681 .008
1
SBI 8.012 1.986 .171 4.035 .000
a. Dependent Variable: IHSG
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
M2 yang secara langsung mempengaruhi IHSG sebesar -0,327 x 100%
= -32,7%, besarnya kontribusi inflasi yang secara langsung mempengaruhi IHSG
sebesar -0,112 x 100% = -11,2%. Dan besarnya kontribusi SBI yang secara
langsung mempengaruhi IHSG sebesar 0,171 x 100% = 17,7%. Sedangkan
nilai B yang mempengaruhi IHSG yaitu sebesar -2,945 (-8,569 - 2,388 + 8,012).
Dan nilai constant dari 0,082 turun menjadi -2,945. dari hasil diatas dapat
disimpulkan bahwa M2, Inflasi dan SBI memberikan pengaruh terhadap
IHSG, terutama pada SBI. Penelitian di atas sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nur Hariroh (2007), yang menyatakan bahwa M2, Inflasi dan
suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
99
Model diagram jalur menjadi:
Gambar 4.3
Jalur (Path) Struktur 3 setelah Trimming
d. Korelasi antara variabel M2, Kurs, Inflasi, suku bunga SBI, Beta
Saham JII, dan IHSG
Tabel 4.18
Analisis korelasi antar variabel M2, Kurs, Inflasi, Suku bunga SBI,
Beta Saham JII, dan IHSG setelah Trimming
Correlations
M2 Inflasi SBI IHSG
Pearson Correlation 1 .072 .207** -.300
**
Sig. (2-tailed) .097 .000 .000
M2
N 540 540 540 540
Pearson Correlation .072 1 .232** -.095
*
Sig. (2-tailed) .097 .000 .027
Inflasi
N 540 540 540 540
Pearson Correlation .207** .232
** 1 .077
Sig. (2-tailed) .000 .000 .072
SBI
N 540 540 540 540
Pearson Correlation -.300** -.095
* .077 1
Sig. (2-tailed) .000 .027 .072
IHSG
N 540 540 540 540
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
M2 (x1)
SBI (x4)
IHSG (y2)
�y1x1=0,327
�y2x4=0,171
�3 = 0,878
Inflasi (x3) �y2x3=-0,112
100
1) Korelasi antara Uang yang beredar (M2) dan tingkat inflasi
Korelasi M2 dan inflasi sebesar 0.072 mempunyai maksud hubungan
sangat lemah dan bisa diabaikan. Korelasi dua variabel tersebut juga tidak
signifikan karena 0,097 > 0,005 maka hubungan kedua variabel tersebut
tergolong tidak signifikan.
2) Korelasi antara Uang yang beredar (M2) dan suku bunga SBI.
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel uang
yang beredar (M2) dan suku bunga SBI sebesar 0,207 mempunyai maksud
hubungan sangat lemah dan searah (hasilnya positif), maksudnya Jika M2
tinggi maka SBI juga tinggi sedangkan korelasi dua variabel tersebut
signifikan karena 0,000 < 0,05, maka hubungan kedua variabel tersebut
signifikan.
3) Korelasi antara Uang yang beredar (M2) dan IHSG (Y2)
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel uang
yang beredar (M2) dan IHSG sebesar -0,300 mempunyai maksud hubungan
sangat lemah / bisa diabaikan dan tidak searah (hasilnya negatif),
maksudnya Jika M2 tinggi maka IHSG belum tentu akan tinggi juga
sedangkan korelasi dua variabel tersebut signifikan karena 0,000 < 0,05,
maka hubungan kedua variabel tersebut signifikan.
4) Korelasi antara tingkat inflasi dan suku bunga SBI
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel tingkat
inflasi dan suku bunga SBI sebesar 0,232 mempunyai maksud hubungan
101
sangat lemah / bisa diabaikan dan searah (hasilnya positif), maksudnya
tingkat inflasi tinggi maka SBI akan tinggi juga sedangkan korelasi dua
variabel tersebut signifikan karena 0,000 < 0,05, maka hubungan kedua
variabel tersebut signifikan.
5) Korelasi antara tingkat inflasi dan IHSG (Y2)
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel tingkat
inflasi dan IHSG sebesar -0,095 mempunyai maksud hubungan sangat
lemah / bisa diabaikan dan tidak searah (hasilnya negatif), maksudnya
tingkat inflasi tinggi maka IHSG belum tentu akan tinggi, sedangkan
korelasi dua variabel tersebut signifikan karena 0,027 < 0,05, maka
hubungan kedua variabel tersebut signifikan.
6) Korelasi antara suku bunga SBI dan IHSG (Y2)
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel suku
bunga SBI dan IHSG sebesar 0,077 mempunyai maksud hubungan sangat
lemah / bisa diabaikan. Sedangkan korelasi dua variabel tersebut tidak
signifikan karena 0,072 > 0,05, maka hubungan kedua variabel tersebut
tidak signifikan.
7) Korelasi antara Beta saham JII (Y1) dan IHSG (Y2)
Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel suku
bunga SBI dan IHSG sebesar 0,004 mempunyai maksud hubungan sangat
lemah / bisa diabaikan. Sedangkan korelasi dua variabel tersebut tidak
signifikan karena 0,928 > 0,05, maka hubungan kedua variabel tersebut
tidak signifikan.
102
Gambar 4.4
Analisis pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Kurs, Inflasi, dan Uang
yang Beredar terhadap Beta Saham JII dan IHSG Setelah Trimming
5. Perhitungan Pengaruh Struktur I
Tabel 4.19
Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Uang beredar (X1) Terhadap
Suku Bunga SBI (X4)
Pengaruh Langsung dan Tidak
Langsung
Perhitungan Besar
Kontribusi
X1 Langsung �x4x1. �x4x1 (0,192)( 0,192) 0,036864 X1 Melalui X3 �x4x1. rx1x3. �x4x3 (0,192)(0,072)(0,219) -0,003027456
Total Pengaruh X1 Terhadap X4 0,039891456
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung uang
beredar (X1) terhadap suku bunga SBI (X4) adalah sebesar 0,036864 atau
3,6864%. Pengaruh tidak langsung melalui melalui inflasi (X3) adalah
-0,003027456 atau 0,3027%. Sehingga total pengaruh yang diberikan
variabel uang beredar (X1) adalah 0,039891456 atau sebesar 3,9891456%
M2 (x1)
Inflasi (x3)
SBI (x4)
JII (y1)
IHSG (y2)
�2=0,964
�3=0,878
�1=0,909
�x4x1=0,192
�x4x3=0,219
�y2x3=-0,112
�y1x4=-0,104
�y2x4=0,171
�x3x1=0,072
103
terhadap suku bunga SBI (X4). Ini berarti uang beredar memiliki pengaruh
yang kecil terhadap suku bunga SBI.
Tabel 4.20
Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3) Terhadap Suku
Bunga SBI (X4)
Pengaruh Langsung dan Tidak
Langsung
Perhitungan Besar
Kontribusi
X3 Langsung �x4x3. �x4x3 (0,219)(0,219) 0,047961 X3 Melalui X1 �x4x3. rx1x3. �x4x1 (0,219)(0,072)(0,192) -0,003027456
Total Pengaruh X3 Terhadap X4 0,044933544
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung
inflasi (X3) terhadap suku bunga SBI (X4) adalah sebesar 0,047961 atau
4,7961%. Pengaruh tidak langsung melalui melalui inflasi (X3) adalah
-0,003027456 atau -0,3027%. Sehingga total pengaruh yang diberikan
variabel inflasi (X3) adalah 0,044933544 atau sebesar 4,4933544%
terhadap suku bunga SBI (X4). Ini berarti inflasi memiliki pengaruh yang
kecil terhadap suku bunga SBI.
Berikut adalah pengaruh total kedua variabel terhadap suku bunga
SBI, yaitu :
Pengaruh total : Pyxi + � Pyxi . rxixj Pyxj
Pengaru total X1 = 0,036864 + -0,003027456 = 0,033836544
Pengaru total X3 = 0,047961 + -0,003027456 = 0,044933544
Maka pengaruh total X1, X3 = 0,033836544 + 0,044933544
= 0,078770088
104
Hasil ini mendekati hasil koefisien Determinasi (R2x1x3) yaitu
sebesar 0,091.
6. Perhitungan Pengaruh Struktur II
Tabel 4.21
Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Suku Bunga SBI (X4)
Terhadap Beta Saham Syariah (Y1)
Pengaruh Langsung dan Tidak
Langsung
Perhitungan Besar
Kontribusi
X4 Langsung �y1x4 (-0,104) (-0,104)
Total Pengaruh X3 Terhadap Y1 -0,104
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung suku
bunga SBI (X4) terhadap Beta saham JII (Y1) adalah sebesar -0,104 atau
10,4%. Tidak terdapat pengaruh tidak langsung sehingga total pengaruh
yang diberikan variabel suku bunga SBI (X4) adalah -0,104 atau sebesar
(-0,1042 = 0,010816) 1,0816% terhadap Beta saham JII (Y1). Ini berarti
suku bunga SBI memiliki pengaruh yang kecil terhadap suku bunga SBI.
Tabel 4.22
Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3)
Terhadap Beta Saham Syariah (Y1)
Pengaruh Langsung dan Tidak
Langsung
Perhitungan Besar
Kontribusi
X3 Langsung �x4x3 (0,219) 0,219
Total Pengaruh X3 Terhadap Y1 0,219
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung
inflasi (X3) terhadap Beta saham JII (Y1) adalah sebesar 0,219 atau 21,9 %.
105
Tidak terdapat pengaruh tidak langsung sehingga total pengaruh yang
diberikan variabel Inflasi (X3) adalah 0,219 atau sebesar (0,2192 = 0,047961)
4,7961% terhadap Beta saham syariah. Ini berarti inflasi memiliki
pengaruh yang kecil terhadap suku bunga SBI.
Berikut adalah pengaruh total kedua variabel terhadap suku bunga
SBI, yaitu :
Pengaruh total : Pyxi + � Pyxi . rxixj Pyxj
Pengaru total X4 = -0,104
Pengaru total X3 = 0,219
Maka pengaruh total X4, X3 = -0,104 + 0,219 = 0,115
Hasil ini mendekati hasil koefisien Determinasi (R2x1x3) yaitu
sebesar 0,032.
7. Perhitungan Pengaruh Struktur III
Tabel 4.23
Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Inflasi (X3)
Terhadap IHSG (Y2)
Pengaruh Langsung dan Tidak
Langsung
Perhitungan Besar
Kontribusi
X3 Langsung �y2x3 (-0,112) -0,112 X3 melalui X4 �x4x3 . �y2x4 (-0,112)(0,171) -0,019152
Total Pengaruh X3 Terhadap Y1 -0,131152
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung
inflasi (X3) terhadap IHSG (Y2) adalah sebesar -0,112 atau -11,2%.
Terdapat pengaruh tidak langsung sebesar -0,019152 atau -1,9152%.
106
sehingga total pengaruh yang diberikan variabel inflasi (X3) adalah -0,131152
atau sebesar -0,1311522 = -0,017200847) 1,72008471% terhadap IHSG
(Y2). Ini berarti inflasi memiliki pengaruh yang kecil terhadap IHSG.
Tabel 4.24
Perhitungan Langsung dan tidak Langsung Suku Bunga SBI (X4)
Terhadap IHSG (Y2)
Pengaruh Langsung dan Tidak
Langsung
Perhitungan Besar
Kontribusi
X4 Langsung �y2x4 (0,171) 0,171
Total Pengaruh X3 Terhadap Y1 0,171
Sumber : Data Sekunder 2004-2008
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa pengaruh langsung suku
bunga SBI (X4) terhadap IHSG (Y2) adalah sebesar 0,171 atau 17,1%. Tidak
terdapat pengaruh tidak langsung sehingga total pengaruh yang diberikan
variabel suku bunga SBI (X4) adalah 0,171 atau sebesar (0,1712 = 0,029241)
2,9241% terhadap IHSG. Ini berarti suku bunga SBI memiliki pengaruh
yang kecil terhadap IHSG.
Berikut adalah pengaruh total kedua variabel terhadap suku bunga
SBI, yaitu :
Pengaruh total : Pyxi + � Pyxi . rxixj Pyxj
Pengaru total X3 = -0,112 + -0,019152 = -0,131152
Pengaru total X4 = 0,171
Maka pengaruh total X3, X4 = -0,131152 + 0,171 = 0,039848
Hasil ini mendekati hasil koefisien Determinasi (R2x1x3) yaitu
sebesar 0,122.
107
8. Pengujian Kesesuaian Model (Goodness-Of-Fitt Test)
Uji kesesuaian model dimaksudkan untuk menguji apakah
model yang diusulkan memiliki kesesuaian dengan data atau tidak.
Menurut Bachrudin dan Harapan Tobing dalam Riduwan dan Engkos
(2005:146), rumusan hipotesis statistik kesesuaian model analisis jalur
dirumuskan sebagai berikut :
Ha : R � R (Ø) : Matriks korelasi estimasi berbeda dengan matriks
korelasi sampel.
Ho : R = R (Ø) : matriks korelasi estimasi sama dengan matriks
korelasi sampel.
Dasar pengambil Keputusan :
Jika W hitung � χ2 : Ho ditolak (berarti kedua model signifikan).
Jika W hitung � χ2 : Ho diterima (berarti kedua model tidak signifikan).
Sebelum Trimming Sesudah Trimming
R12 = 0,091 R1
2 = 0,091
R22 = 0,036 R2
2 = 0,032
R32 = 0,122 R3
2 = 0,122
1. R2m = 1(1- R12)(1- R2
2)(1- R22)
= 1(1-0,091)(1-0,036)(1-0,122)
= 1- (0,909)(0,964)(0,878)
= 1-0,769
= 0,231
108
2. M = R2m (setelah Trimming)
= 1(1- 0,091)(1-0,032)(1-0,122)
= 1(0,909)(0,968)(0,878)
= 1-0,772
= 0,228
3. Q = 996,0772,0
769,0
228,01
231,01
m-1
mR-1 2
==−
−=
4. W hitung = - (N-d) Ln Q
= -(540-2) Ln 0,996
= -(538) (-0,004008021398)
= 2,156
Dicari dari tabel distribusi (χ2) atau chi-kuadrat / chi-square
untuk DK =2 (koefisien jalur yang tidak signifikan) dengan α = 0,005
diperileh sebesar 5,991. ternyata W hitung < χ2 tabel atau 2,160 < 5,991,
berarti matriks korelasi sampel sama dengan matriks korelasi estimasi,
maksudnya kedua model tersebut tidak signifikan. Hal ini
menunjukkan bahwa model yang diusulkan tidak memiliki kesesuaian
(fit) dengan data yang ada. Dalam analisis jalur untuk suatu model
yang diusulkan dikatakan fit dengan data apabila matriks korelasi
sample tidak jauh berbeda dengan matriks korelasi estimasi atau
korelasi yang diharapkan. (Riduwan & Engkos, 2008:146).
109
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV yang
menggunakan analisis tiga jalur dengan bantuan SPSS 17.0 tentang Pengaruh
Uang yang Beredar (M2), Kurs Rupiah Terhadap Dollar, Tingkat Inflasi, dan
Suku Bunga SBI Terhadap Beta saham Syariah dan IHSG. Maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada struktur I terdapat variabel yang signifikan yaitu Uang beredar (M2),
dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap suku bunga SBI. Besarnya
pengaruh uang beredar (M2) terhadap suku bunga SBI 0,192. dan besarnya
pengaruh inflasi terhadap suku bunga SBI 0,219.
Penelitian ini sesuai dengan teori kebijakan moneter yaitu suku
bunga yang tinggi akan mengurangi penanaman modal dan apabila suku
bunga rendah, lebih banyak penawaran modal akan dilakukan. Dengan
mempengaruhi penanaman modal maka akan mempengaruhi pengeluaran
agregat. Pengeluaran agregat perlu ditambah untuk mengurangi
pengangguran. Dalam masa inflasi langkah yang perlu dilakukan yaitu
penawaran uang dikurangi untuk menaikkan suku bunga. Dalam langkah
ini akan menurunkan investasi dan seterusnya pengeluaran agregat akan
menurun. Hal ini akan mengurangi tekanan inflasi. Sadono, Sukirno
(2004:24).
110
2. Pada struktur II terdapat variabel yang signifikan yaitu suku bunga SBI
dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Beta saham syariah JII.
Besarnya pengaruh suku bunga SBI terhadap Beta saham syariah JII.
-0,104. dan besarnya pengaruh inflasi terhadap Beta saham syariah JII 0,171.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Tandelilin: 2002, yang menyatakan bahwa variabel inflasi dan SBI
berpengaruh terhadap Beta saham JII. Dengan adanya inflasi, kemampuan
daya beli masyarakat rendah, pemerintah menaikkan tingkat suku bunga
agar masyarakat menabung, dengan tujuan menstabilkan kondisi ekonomi.
Hal ini menyebabkan investor cenderung investasi pada investasi yang
bebas resiko daripada saham. Resiko saham menjadi tinggi.
3. Pada struktur III terdapat variabel yang signifikan yaitu uang beredar
(M2), inflasi, dan suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
Besarnya pengaruh uang yang beredar (M2) terhadap IHSG -0,372. Inflasi
terhadap IHSG -0,112. Dan pengaruh suku bunga SBI terhadap IHSG
0,171. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur
Hariroh (2007), yang menyatakan bahwa M2, Inflasi, dan suku bunga SBI
berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
111
B. Saran
Berdasrkan hasil penelitian ini, penulis mengemukakan saran yang
bisa bermanfaat, diantaranya :
1. Investor diharapkan memperhatikan kondisi resiko sistematis saham (beta)
sebelum melakukan investasi, karena nilai beta saham dapat dijadikan
sebagai penggambaran fruktuasi return saham.
2. Peneliti menyadari kemungkinan terjadi kekurangan baik dari variabel
yang diteliti yang hanya diwakili beberapa indikator saja, dan masih
banyak indikator lain yang bisa dijadikan acuan peneliti seperti GNP,
GDP, Situasi politik, Kebijakan pemerintah dan lain sebagainya.
3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan menambah sampel perusahaan
yang lebih banyak lagi seperti sektor pertambangan, perbankan dan lain-lain.
4. Pencarian beta saham syariah dengan menggunakan CAPM kurang tepat,
sehingga hasil yang di dapat berbeda dari substansi teori. Hal ini
dikarenakan adanya keterbatasan perolehan data. Sebaiknya beta saham
syariah dicari dengan menggunakan APT. Maka diharapkan untuk
penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan rumus Arbitrage Pricing
Teory (APT) untuk mencari beta saham syariah.
112
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Yoopi. Memahami Kurs Valuta Asing, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta: 2004.
Anto, MB Hendrie. Dan Riski, Amelia. ”Pengaruh Variabel Makro
Ekonomi Terhadap Harga Saham : Studi Kasus JII dan IHSG
periode Januari 2002 s.d Desember 2006, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Antonio, Syafii. Manajemen Bank Syariah, Jakarta, 2001.
Auliyah, Robiatul dan Ardi, Hamzah. ”Analisa Karakteristik Perusahaan
Industri dan Ekonomi Makro Terhadap Return dan Beta Saham
Syariah Di BEJ ” Universitas Trunojoyo, 2006
Basyaib, Fachmi. “Manajemen Resiko”. Grasindo, Jakarta, 2007.
Boedie, Kane, Marcus. ”Investasi”. Edisi Enam Buku 1, Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Bowman, Robert G. The Teoritical Relationship Between Systematic Risk and Financial (Accounting) Variable, The Journal of Finance, Vol XXXIV, No. 3, Hal 294-312, 2002.
Bungin, Burhan. ”Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial lainnya”. Edisi Pertama, Kencana Prenada Group, 2008.
D. Hadad, Muliaman. Wibowo, Satrio. Dan S Besar, Dwityapoetra, September 2004. “Beta Sektor sebagai Proxi Imbal Hasil dan Indikator Resiko di
Pasar Saham”. Biro Stabilitas Siustem Keuangan Bank Indonesia, Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, September 2004
Hadi, Kuncoro dan anwar, Saiful. Analisis Risiko Harga Saham Syariah
Menggunakan Daily Earning At Risk.
Halim, Abdul. Analisis Investasi, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2005.
Haryanto, M.Y. Dedi. ”Pengaruh Suku Bunga SBI dan Nilai Kurs
Terhadap Risiko Sistematik Perusahaan Di BEJ”. Jurnal Keuangan dan Bisnis, 2007
Huda, Nurul. Ekonomi Makro Islam : Pendekatan Teoritis Edisi Pertama, Kencana Prenada Media Group, 2008.
113
Husnan, Suad. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Kedua, UPP-AMP YKPN, Yogyakarta, 1996.
Husnan, Suad. Dasar-Dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas. UPP AMP YKPN, Jogjakarta, 2004.
Iqbal, Aruzzi. Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Rasio Profitabilitas, dan
Beta akuntansi Terhadap Beta saham di Bursa Efek Jakarta, Seminar Nasional Akuntansi halaman 647, 2003
Jones, Charles P. “Investments Analysis And Management”. 4th edition, Wiley & Sons Inc, 2004.
Karim, Adiwarman. Ekonomi Islam Suatu Kajian Ekonomi Makro. The International Istitute of Islamic Thought IIIT, Jakarta, 2002
Khodijah, Siti. ”Analisis Faktor-faktor Determinan Struktur Modal dan Price Earning Ratio Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham : Studi Empiris Perusahaan Jakarta Isklamic Index Dengan Pendekatan Path analysis. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri, 2006.
Kismono, Gugup. ”Bisnis Pengantar”. Edisi Pertama, BPFE- Yogyakarta, 2001.
Kuncoro, Mudrajad. ”Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis
dan Ekonomi”, Edisi 1, Cetakan 1 unit penerbitan dan Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta, 2001.
Maman, Abdurahman. ”Analisis, Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam
Penelitian”. Pustaka Setia, Bandung : 2007.
Nasarudin, Indo Yama. Pengaruh Return On Equity (ROE) Dan Earning
Growth Rate (EGR) Terhadap Price To Book Value (PBV) :
Pengaruh Langsung Dan Tidak Langsung Antar Variabel Dalam
Analisis Jalur , Etikonomi Vol.3, No.2, 2004.
Nopirin. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta, 1994.
Pontjowinoto, Iwan P. ”Prinsip Syariah Di Pasar Modal: Pandangan
Praktis”. Masyarakat Ekonomi Syariah, 2008
Prasojo, Wasis. (2003), Permintaan Uang menurut Teori Portofolio Permintaan, Skripsi Sarjana (Tidak dipublikasikan), Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Putong, Iskandar. ”Ekonomi Mikro & Makro, Edisi 2”. Ghalia Indonesia. 2002.
114
Ross, Stephen A. “Corporate Finance”. Seventh Edition. Mc Graw – Hill International Edition. 2005.
Riduwan, Drs MBA., A.K Engkos, S.E., ”Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur”. Alfabeta, Bandung, 2009.
Salvatore Dominick, Ekonomi Internasional, Jilid Kelima, Terjemahan, Jakarta, 1997
Sarwono, Jonathan. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS Edisi 1, Andi Yogyakarta, 2007
Sharpe, Wlliam F. Alexander, Gordon J. Bailey, Jeffery V. Investasi Edisi keenam Jilid 1, Indeks, Jakarta, 2005
Sidiq, Sahabudin, Stabilitas Permintaan Uang di Indonesia Sebelum dan Sesudah
Perubahan Sistem Nilai Tukar, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No.1, April 2005 Hal:31-41.
Sudarsono, Heri. ”Bank & Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi”. Edisi 2, EKONISIA Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta, 2003.
Syabarrudin, Agus. Pengukuran Resiko Saham Dengan Pendekatan Risk
Metric Pada Nilai Resiko Harga Saham Syariah, Tesisi Pasca Sarjana Universitas Indonesia Program Studi Timur Tengah Dan Islam, 2007.
http: // www.google.com, diakses pada tanggal 30 maret 2009
http: // www.bi.go.id, diakses pada tanggal 20 April 2009