75
Skripsi Fisika PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN MESIN PRODUKSI PT. EASTERN PEARL FLOUR MILLS (PT. EPFM) MAKASSAR OLEH : TRI REZKY SANUR. M H211 12 280 PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

pengukuran tingkat kebisingan mesin produksi pt. eastern

Embed Size (px)

Citation preview

Skripsi Fisika

PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN MESIN PRODUKSI

PT. EASTERN PEARL FLOUR MILLS (PT. EPFM)

MAKASSAR

OLEH :

TRI REZKY SANUR. M

H211 12 280

PROGRAM STUDI FISIKA

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

i

PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN MESIN PRODUKSI PT.

EASTERN PEARL FLOUR MILLS (PT. EPFM) MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Pada Program Studi Fisika Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Hasanuddin

Makassar

OLEH :

TRI REZKY SANUR. M

H211 12 280

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN MESIN

PRODUKSI PT. EASTERN PEARL FLOUR

MILLS (PT. EPFM) MAKASSAR

Nama Mahasiswa : TRI REZKY SANUR. M

NIM : H211 12 280

Makassar, Februari 2017

Disetujui Oleh :

Pembimbing Utama

Dr. Nurlaela Rauf, M.Sc

NIP. 19600624 198601 2 001

Pembimbing Pertama

Bannu, S.Si., M.Si

NIP. 19730502 199802 1 002

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya orisinal saya dan

sepanjang pengetahuan saya tidak memuat bahan yang pernah dipublikasi atau

telah ditulis oleh orang lain dalam rangka tugas akhir untuk suatu gelar akademik

di Universitas Hasanuddin atau dilembaga pendidikan tinggi lainnya di manapun;

kecuali bagian yang telah dikutip sesuai kaidah ilmiah yang berlaku. Saya juga

menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil kerja saya sendiri dan dalam batas

tertentu dibantu oleh pihak pembimbing.

Penulis

Tri Rezky Sanur. M

iv

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan pada PT. Eastern Pearl Flour Mills (PT. EPFM). PT.

Eastern Pearl Flour Mills (PT. EPFM) merupakan perusahaan yang bergerak

dibidang produksi tepung terigu. Proses produksi tepung terigu menggunakan

mesin-mesin produksi berpotensi menimbulkan kebisingan. Pengumpulan data

dilakukan pada 20 titik pengukuran setiap lantainya selama 5 hari. Tingkat

kebisingan rata-rata tertinggi pada masing-masing area produksi mencapai 95,2

dBA (Pelletizing), 98,1 dBA (Plansifter Mills), 96,5 (Bran Cleaner Mills), 100,6

dBA (Roll Mills) dan 84,9 dBA (Power Packing). Hasil pengukuran tingkat

kebisingan yang didapatkan telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang di

berikan oleh Peraturan Menteri Tenaga Kerja (PERMENAKER) RI No.

PER.13/MEN/X/2011 yaitu 94 dBA untuk waktu pemaparan 1 jam. Dengan

demikian, perlu dilakukan perbaikan untuk mereduksi paparan bising dengan

menggunakan alat pelindung telinga demi keamanan petugas maupun pengunjung

pabrik terigu serta mengganti alat yang sudah tidak layak untuk digunakan. Dapat

pula diketahui bahwa Nilai kebisingan pada saat mesin beroperasi terukur lebih

tinggi dari nilai kebisingan alat mesin produksi.

Kata Kunci : Kebisingan, Nilai Ambang Batas (NAB), Tingkat Kebisingan Mesin

Produksi, Perbandingan Tingkat Kebisingan.

v

ABSTRACT

This research was conducted at PT. Eastern Pearl Flour Mills (PT. EPFM). PT.

Eastern Pearl Flour Mills (PT. EPFM) is a company engaged in the production of

wheat flour. Flour production process using the production machines has the

potential to generate noise. The data collection was conducted on 20

measurement points every floor for 5 days. The noise average level in production

area is : 95.2 dBA in Pelletizing, 98.1 dBA in Plansifter Mills, 96.5 in Bran

Cleaner Mills, 100.6 dBA in Roll Mills and 84, 9 dBA in Power Packing. The

measurement results obtained noise level has exceeded the Threshold Limit Value

(TLV) that is given by the Minister of Manpower (PERMENAKER) No. PER.13 /

MEN / X / 2011 of 94 dBA for an exposure time of 1 hour. Thus, need to be

improved to reduce noise exposure by using ear protective devices for the safety

of personnel and visitors a flour mill.

Keywords: Noise, Threshold Limit Values (TLV), Noise Level Production

Engineering, Noise Level Comparison.

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan

rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah S1

di Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Hasanuddin dengan skripsi yang berjudul “Analisis Pengukuran Tingkat

Kebisingan Rata-rata Harian PT. Eastern Pearl Flour Mills”.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Eng. Amiruddin, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin;

2. Dr. Nurlaela Rauf, M.Sc dan Bannu Abdul Samad S.Si, M.Si selaku

pembimbing utama dan pembimbing pertama, yang telah tulus membantu dan

memberikan arahan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, terutama

terlebih kepada pembimbing utama terima kasih banyak atas segala

bimbingan dan arahan yang diberikan untuk saya.

3. Prof. Dr. Dahlang Tahir, S.Si, M.Si., Dra. Hj. Bidayatul Armynah, MT.,

dan Dr. Sri Suryani, DEA selaku penguji yang telah banyak memberikan

saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Arifin, MT sebagai orang tua selama study di kampus yang telah

meluangkan waktu untuk mengarahkan dalam setiap rencana perkuliahan.

5. Dr. Tasrief Surungan. M.Sc selaku ketua jurusan fisika yang telah

melancarkan setiap pengurusan perkuliahan.

vii

6. Bapak dan Ibu dosen, serta staf fakultas dan jurusan fisika yang telah

mendidik dan berbagi ilmu dengan penulis dalam perkuliahan.

7. Anwar, S.Sos.,M. Adm. SDA yang telah membantu dalam menyelesaikan

atau memecahkan permasalahan dalam proses perkuliahan.

8. Pak naim, pak jabal, pak ibrahim, kak dila serta staf yang lainnya terima

kasih banyak atas semua bimbingan dan arahan yang telah bapak dan kakak

berikan selama penulis melakukan penelitian di perusahaan tersebut (PT.

Eastern Pearl Flour Mills).

9. Saudara-saudaraku dan orang-orang yang saya sayangi yang telah menyertai

dengan doa, bantuan moril dan material yang telah diberikan.

10. Buat sahabat-sahabatku dan teman-teman FISIKA 2012 (Fetty, Fitri, Nunu,

Lusi, Jum, Ayu, Meri, Ipul, Ayyil, dan yang tidak bisa saya sebutkan satu

per satu) yang selalu membantu, dan setia memberikan motivasi kepada

penulis. Terima kasih banyak atas kebersamaan, canda, tawa dan

kenangannya, terutama buat mereka berdua (Misnia dan Hesty) terima kasih

banyak atas kekocakan, kegilaan dan seruan kalian selama ini .

11. Terima kasih untuk teman-teman KKN Angkatan 90 atas segala dorongan

dan motivasi yang diberikan.

12. Terima kasih untuk (Lani dan Dian) teman seperjuanganku selama

penyelesaian tugas akhir, mulai dari bimbingan, konsultasi dan pengurusan

berkasnya, terima kasih banyak atas semua informasinya .

13. Segenap keluarga besarku, kerabat, serta semua pihak yang tidak sempat

penulis tuliskan satu persatu, terima kasih untuk semuanya.

viii

Laporan ini khusus saya persembahkan untuk orang tua saya, Ibu tercinta

Nurbaety. S dan Saudara-saudaraku tersayang sembah sujud dan terima kasihku

untuk segala doa restu, bantuan moril, spiritual dan dana, nasehat, bimbingan dan

kasih sayangmu, terutama sekali untuk Alm. Bapak tercinta Sadaruddin Madjid

terima kasih atas semua kasih sayang yang telah engkau berikan, semua arahan,

nasehat dan doa restuku semoga engkau selalu dalam lindungan Allah. Penulis

sangat merindukan sosokmu Bapak .

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

sebab itu, dengan segala kerendahan hati dan harapan agar kontribusi pemikiran,

baik berupa kritik ataupun saran dari berbagai pihak dapat disumbangkan dalam

perbaikan skripsi ini.

Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan mendukung penelitian-

penelitian selanjutnya dalam melakukan penelitian berikutnya untuk mengatasi

tingkat bising yang terjadi pada daerah yang menimbulkan kebisingan.

Makassar, Februari 2017

Penulis

(Tri Rezky Sanur. M)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................ iv

ABSTRACT .............................................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................... vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL .................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

I.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

I.2 Ruang Lingkup .......................................................................... 3

I.3 Rumusan Masalah ....................................................................... 3

I.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 5

II.1 Profil PT. Eastern Pearl Flour Mills ......................................... 5

II.2 Bunyi ..................................................................................... 6

II.3 Bising ..................................................................................... 8

II.3.1 Pengertian Kebisingan ..................................................... 8

II.3.2 Sumber-sumber Kebisingan ............................................ 10

II.3.3 Faktor Penyebab Kebisingan ........................................... 11

II.3.4 Jenis-jenis Kebisingan ..................................................... 12

II.3.5 Dampak Kebisingan ........................................................ 13

x

II.3.6 Alat Ukur Kebisingan ...................................................... 14

BAB III METODELOGI PENELITIAN ................................................. 16

III.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 16

III.2 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................ 16

III.3 Prosedur Kerja .......................................................................... 17

III.3.1 Survei Lokasi Penelitian ................................................ 17

III.3.2 Penentuan Titik-titik Pengukuran .................................. 17

III.3.3 Pengambilan Data .......................................................... 20

III.3.4 Pengolahan data ............................................................. 21

III.4 Bagan Alir Penelitian ............................................................... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 23

IV.1 Hasil Ukur Tingkat Bising Lantai 6 (Pelletizing)… ................ 23

IV.2 Hasil Ukur Tingkat Bising Lantai 5 (Plansifter Mills) ............ 25

IV.3 Hasil Ukur Tingkat Bising Lantai 4 (Bran Cleaner Mills) ...... 26

IV.4 Hasil Ukur Tingkat Bising Lantai 2 (Roll Mills) ..................... 27

IV.5 Hasil Ukur Tingkat Bising Lantai 1 (Power Packing) ............. 28

IV.6 Perbandingan Hasil Pengukuran Rata-rata .............................. 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 32

V.1 Kesimpulan .................................................................................. 32

V.1 Saran …….. ................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 34

LAMPIRAN

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Kebisingan .................................................. 9

Tabel 2.2 Standar Baku Tingkat Kebisingan ............................................... 11

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Lokasi Letak PT.Eastern Pearl Flour Mills (PT. EPFM) ........ 5

Gambar 2.2 Lokasi Pengukuran I ................................................................ 17

Gambar 2.3 Lokasi Pengukuran II ............................................................... 18

Gambar 2.4 Lokasi Pengukuran III .............................................................. 18

Gambar 2.5 Lokasi Pengukuran IV.............................................................. 19

Gambar 2.6 Lokasi Pengukuran V ............................................................... 19

Gambar 4.1 Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada hari Senin

di Lantai 6 .............................................................................. 23

Gambar 4.2 Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada hari Selasa

di Lantai 5 .............................................................................. 24

Gambar 4.3 Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada hari Rabu

di Lantai 4 .............................................................................. 25

Gambar 4.4 Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada hari Kamis

di Lantai 2 .............................................................................. 26

Gambar 4.5 Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada hari Jumat

di Lantai 1 .............................................................................. 27

Gambar 4.6 Hasil perbandingan pengukuran tingkat kebisingan dengan

mesin produksi serta PERMENAKIR .................................. 28

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

1. Hasil Pengukuran Kebisingan Lantai 6 (Pelletizing)

2. Hasil Pengukuran Kebisingan Lantai 5 (Plansifter Mills)

3. Hasil Pengukuran Kebisingan Lantai 4 (Bran Cleaner Mills)

4. Hasil Pengukuran Kebisingan Lantai 2 (Roll Mills)

5. Hasil Pengukuran Kebisingan Lantai 1 (Power Packing)

LAMPIRAN 2

1. Rata-rata Hasil Pengukuran Kebisingan.

2. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan Rata-rata dari lantai 6, 5, 4, 2 dan 1.

3. Form Nilai Kebisingan Mesin Produksi Pada Pabrik Terigu.

4. Perbandingan Hasil Pengukuran dengan Nilai Kebisingan yang Terdapat Pada

Mesin Produksi.

LAMPIRAN 3

1. Gambar Mesin Produksi

2. Gambar Alat dan Bahan Yang Digunakan

LAMPIRAN 4

1. Denah Titik Lokasi Pengukuran Lantai 6

2. Denah Titik Lokasi Pengukuran Lantai 5

3. Denah Titik Lokasi Pengukuran Lantai 4

4. Denah Titik Lokasi Pengukuran Lantai 2

5. Denah Titik Lokasi Pengukuran Lantai 1

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia

dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan. Untuk mencapai

maksud tersebut maka pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan

mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan

pendekatan paradigma sehat yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan

kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi [1]

.

Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial

masyarakat, bahkan merupakan salah satu faktor yang menentukan kesejahteraan

penduduk, termasuk dalam lingkungan pabrik terigu. Menurut Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup menjelaskan bahwa lingkungan hidup adalah sebagai kesatuan

ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk di

dalamnya adalah manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan

perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan adalah polusi suara atau yang disebut

dengan kebisingan [2]

.

Pada umumnya, di pabrik terigu terdapat beberapa tempat produksi yang

merupakan tempat pengolahan tepung terigu yang dilakukan oleh setiap

karyawan. Jumlah karyawan yang melakukan pengolahan ataupun pemantauan

mesin produksi dapat menambah sumber bunyi dalam pabrik tersebut. Bunyi pada

2

tingkatan tertentu dapat berubah menjadi bising yang mengganggu lingkungan

pengolahan. Berdasarkan ketentuan pemerintah yang tertuang dalam Peraturan

Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996, tentang Standart Baku

Tingkat Kebisingan pada kawasan perindustrian tidak diperbolehkan melebihi 70

dB. Sedangkan untuk Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan menurut Peraturan

Menteri Tenaga Kerja (PERMENAKER) RI No. PER.13/MEN/X/2011 bahwa

waktu pemajanan per hari dalam waktu 1 jam yaitu 94 dB.

Tempat kerja yang bising dan penuh dengan getaran dapat mengganggu

pendengaran dan keseimbangan para pekerja. Gangguan yang tidak dicegah

maupun diatasi dengan baik bisa menimbulkan kecelakaan pada pekerja yang ada

di sekitarnya. Masalah seperti ini perlu lebih diperhatikan untuk menghindarkan

terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Megawaty (2007)

tentang analisis hasil pengukuran tingkat kebisingan di Kantor Pabrik Gula

Takalar dengan hasil rata-rata melebihi dari ambang batas bising yang diizinkan.

Bising siang rata-rata 76,6 dB dan untuk bising malam rata-rata 74,6 dB [3]

.

Kemudian berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rizka Ramadhani

Ruray (2012) tentang gangguan pendengaran akibat bising terhadap pekerja

bagian maintenance di PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar [1]

.

Pengendalian bising pada ruang kerja maupun lingkungan sekitarnya pada

suatu pabrik, bertujuan untuk menyediakan keadaan yang nyaman untuk produksi,

perambatan dan penerimaan bunyi yang diinginkan. Disamping peniadaan atau

pengurangan bising yang dapat mengganggu fisik, fisiologis dan psikologi

3

pemakai ruang kerja. Guna mencapai tujuan pengendalian kebisingan yang

efektif, maka perlu adanya pengenalan dan penentuan sumber-sumber potensial

kebisingan (dari dalam maupun luar bangunan), serta memahami dan mengetahui

lintasan yang mungkin ditempuh oleh kebisingan (melalui udara dan struktur

bangunan). PT. Eastern Pearl Flour Mills (PT. EPFM) sebagai salah satu pabrik

yang memproduksi terigu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang memiliki

mesin produksi yang dapat mengusik ketentraman karyawan. Ini merupakan

bentuk polusi yang cukup mengganggu dan berbahaya secara fisis maupun fisik

yaitu kebisingan, sehingga dapat mempengaruhi produktifitas karyawan yang

beraktifitas disekitar pabrik terigu.

Berdasarkan hal diatas, sangatlah perlu dilakukan penelitian yang sifatnya

mengevaluasi kebisingan yang terjadi di salah satu pabrik, yaitu pabrik terigu

yang terletak di kota Makassar.

I.2 Ruang Lingkup

Pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran tingkat kebisingan mesin

produksi pada pabrik terigu, yang diukur adalah lokasi yang berpeluang besar

menimbulkan kebisingan yang kemudian dibandingkan untuk mengetahui tingkat

bising yang ditimbulkan pada saat pengukuran dengan tingkat bising yang ada

pada mesin produksi.

I.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini, yaitu :

1. Berapa tingkat kebisingan mesin produksi di setiap titik lokasi penelitian

pabrik terigu?

4

2. Bagaimana perbandingan tingkat kebisingan pada setiap mesin produksi

dengan pengukuran yang dilakukan dari ke-5 lantai pabrik tersebut ?

I.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu :

1. Mengukur nilai tingkat kebisingan mesin produksi pada pabrik terigu.

2. Mengetahui perbandingan tingkat kebisingan dari setiap mesin produksi

dengan pengukuran yang dilakukan pada ke-5 lantai pengolahan.

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Profil PT. Eastern Pearl Flour Mills (PT. EPFM) Makassar

Gambar II.1, Lokasi Letak PT.Eastern Pearl Flour Mills (PT. EPFM)

[4]

Pabrik tepung terigu di Makassar didirikan pada tahun 1972 dengan status

PMA (Penanaman Modal Asing) dengan nama PT. Prima Indonesia sampai

dengan tahun 1984. Kemudian tahun 1984 menjadi PMDN (Penanaman Modal

Dalam Negeri) dengan nama PT. Berdikari Sari Utama Flour Mills, yang

beralamat di Jalan Hatta no 302 dan jalan Nusantara Baru no 36 Makassar.

Namun sejak tahun 2000 PT. Eastern Pearl Flour Mills diambil alih oleh investor

asing Interflour Group yang berkantor pusat di Swiss kemudian terakhir tahun

2004 berganti nama menjadi PT. Eastern Pearl Flour Mills [5]

.

Produk utama PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar ada empat merek

terigu yaitu merek Gunung, Kompas, Gerbang dan Gatotkaca, semua terigu yang

dihasilkan merupakan kualitas utama. Tetapi biasanya dalam penggunaannya

terdapat spesifikasi penggunaan yang berbeda [5]

.

Untuk memudahkan konsumen dalam mendapatkan terigu maka didirikan

gudang-gudang terigu di beberapa ibu kota provinsi, seperti Samarinda,

6

Banjarmasin, Manado, Lombok, Gorontalo dan Kupang. Untuk menyebarluaskan

pengetahuan pembuatan roti didirikan Pusat Pelatihan Bakery (Baking School) di

setiap kota yang memiliki gudang terigu PT. Eastern Pearl Flour Mills [5]

.

Total kapasitas penggilingan gandum pada pabrik sebesar 2.800 ton/hari.

Dengan bahan baku pokok adalah biji gandum. Biji gandum diimpor dari

Australia, Kanada, Amerika Serikat dan Argentina [5]

.

Fasilitas Pabrik PT. Eastern Pearl Flour Mills [5]

:

1. Unit milling

2. Penerimaan gandum

3. Silo gandum

4. Silo tepung, packing produk dan by produk

5. Pelletizing (penggilingan dedak yang diolah menjadi pakan ternak)

6. Gudang tepung dan pellet silo

7. Energi meliputi listrik dan air

8. Laboratorium

9. Kantor seaside and cityside

10. Fasilitas lainnya

Adapun fasilitas lain yang dimiliki oleh PT. Eastern Pearl Flour Mills

selain tersebut di atas, yaitu: workshop, masjid, mushola, koperasi, toko koperasi,

kantor serikat pekerja, kantin, dan poliklinik [5]

.

II.2 Bunyi

Bunyi merupakan perubahan tekanan dalam udara yang ditangkap oleh

gendang telinga dan disalurkan ke otak. Bunyi dapat didefinisikan sebagai hasil

7

dari variasi tekanan (dalam udara, air atau media lainnya). Suara atau bunyi secara

fisis merupakan penyimpangan tekanan, pergeseran partikel dalam medium elastis

seperti misalnya udara. Secara fisiologis merupakan sensasi yang timbul sebagai

akibat propagasi energi getaran dari suatu sumber getar yang sampai ke gendang

telinga. Suara memiliki manifestasi yang berbeda, yang sangat berpengaruh pada

karyawaan ataupun masyarakat [2,6]

.

Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik dengan satuan Hertz

(Hz), yaitu jumlah gelombang bunyi yang sampai ditelinga perdetiknya. Intensitas

adalah besarnya tekanan yang dipancarkan oleh sumber suara. Tekanan suara

terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara sebelum dan sesudah dipengaruhi

oleh bunyi. Intensitas bunyi biasanya dinyatakan dalam suatu satuan logaritmis

yang disebut Decibel (dB) [2]

.

Intensitas bunyi ditentukan oleh laju energi yang merambat dalam tiap

satuan dan waktu (watt/m2). Intensitas standar bunyi yang diterima manusia

adalah 10-12

watt/m2. Tanggapan subjektif terhadap intensitas merupakan tingkat

tekanan bunyi yang diukur dalam logaritma skala tingkat intensitas yang disebut

skala decibel (dB). Untuk manusia berkisar antara 0 – 120 dB. Intensitas

gelombang yang merambat didefinisikan sebagai jumlah rata-rata energi yang

dibawa persatuan waktu dalam luas permukaan yang tegak lurus pada arah

rambatan. Singkatnya, intensitas itu adalah daya rata-rata yang dibawa per satuan

luas [3]

.

Di ambil dari harga rata-ratanya untuk satu daur getaran, yaitu [3]

:

...........................................................................................(2.1)

8

Keterangan :

I = Intensitas suara (watt/m2)

P = Daya (watt)

A = Luas permukaan (m2)

Untuk mengetahui tingkat intensitas suara digunakan rumus [2]

:

LI = 10log

...............................................................................(2.2)

Keterangan :

LI = Tingkat Intensitas Suara (dB)

I = Intensitas Suara (watt/m2)

Io = Intensitas Suara Acuan (10-12

watt/m2)

Bunyi yang kita dengar selalu berasal dari suatu sumber bunyi. Sumber

bunyi dapat berasal dari sumber alami dan dapat pula berasal dari ulah manusia.

Sumber bunyi dapat dikelompokkan menjadi kebisingan industri, kebisingan

kegiatan konstruksi, kebisingan kegiatan olahraga dan seni, kebisingan lalu lintas,

kebisingan jalan raya, kebisingan pelayanan umum dan masih banyak lagi.

II.3 Bising

II.3.1 Pengertian Kebisingan

Bising merupakan suara atau bunyi yang mengganggu. Bising dapat

menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fisiologis, gangguan

psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Ada yang menggolongkan

gangguan berupa gangguan auditory, misalnya gangguan terhadap pendengaran

dan gangguan non auditory, seperti gangguan komunikasi ancaman bahaya

keselamatan, menurunnya performa kerja, stres dan kelelahan[7,8]

.

9

Kebisingan merupakan suatu suara / bunyi yang tidak dikehendaki

yang bersumber dari alat-alat proses dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat

tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Selain itu, kebisingan

adalah bunyi yang ditimbulkan oleh gelombang suara dengan intensitas dan

frekuensi yang tidak menentu. Di sektor industri, kebisingan dapat diartikan

sebagai bunyi yang sangat mengganggu dan sangat menjengkelkan serta sangat

membuang energi [9,10]

.

Nilai Ambang Batas (NAB) menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja

(PERMENAKER) RI No. PER.13/MEN/X/2011, yaitu[11]

:

Tabel II.1 Nilai Ambang Batas kebisingan sesuai waktu pemaparan per hari.

Waktu Pemaparan per Hari Intensitas Kebisingan (dB)

8 Jam 85

4 88

2 91

1 94

30 Menit 97

15 100

7,5 103

3,75 106

1,88 109

0,94 112

28,12 Detik 115

14,06 118

7,03 121

3,52 124

1,76 127

0,88 130

0,44 133

0,22 136

0,11 139

10

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER.13/MEN/X/2011,

tingkat kebisingan yang dapat diterima oleh tenaga kerja tanpa mengakibatkan

penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak

melebihi 8 jam per hari atau 40 jam seminggu yaitu 85 dB. Pada tingkat

kebisingan sebesar 94 dB hanya diperbolehkan bekerja selama 1 jam agar tidak

mengakibatkan gangguan kesehatan. Tingkat kebisingan sebesar 85 dB

merupakan nilai ambang batas (NAB) SNI No. 16-7063-2004 untuk 8 jam kerja.

Selain itu, area produksi memiliki jumlah operator yang paling banyak terpapar

kebisingan [12,13]

.

Gangguan pendengaran akibat bising (Noise Induced Hearing Loss/

NIHL) adalah tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka

waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja.

Hal yang dapat menimbulkan ketulian akibat kebisingan adalah intensitas bising

yang tinggi, waktu pemajanan per-hari dan kepekaan individu[14]

.

II.3.2 Sumber-sumber Kebisingan

Sumber bising adalah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap

mengganggu pendengaran baik dari sumber yang bergerak maupun sumber yang

tidak bergerak. Kebisingan hadir disetiap aktivitas manusia dan dampaknya bagi

kesejahteraankesehatan manusia itu biasanya digolongkan baik sebagai

occupational noise (bising ditempat kerja), atau sebagai kebisingan lingkungan[15]

Menurut peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996,

batasan bising yang diperbolehkan dapat dilihat pada Tabel II, yaitu[16]

:

11

Tabel II.2 Standar Baku Tingkat Kebisingan

Peruntukan Kawasan / Lingkungan

Kegiatan

Tingkat Kebisinga (dB)

a. Peruntukan Kawasan

1. Perumahan 55

2. Perdagangan dan Jasa 70

3. Perkantoran dan Perdagangan 65

4. Ruang Terbuka Hijau 50

5. Industri 70

6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60

7. Rekreasi 70

8. Khususnya :

Bandar Udara, Stasiun Kereta Api dan

Pelabuhan Laut

70

Cagar Budaya 60

b. Lingkungan Kegiatan

1. Rumah Sakit atau Sejenisnya 55

2. Sekolah atau Sejenisnya 55

3. Tempat Ibadah atau Sejenisnya 55

Tabel II.2 di atas menunjukkan acuan pada masing-masing tempat yang

memiliki standart bising yang diperbolehkan. Misalnya untuk daerah

perindustrian standart baku tingkat kebisingan yang diperbolehkan sebesar 70 dB.

II.3.3 Faktor Penyebab Kebisingan

Adapun faktor-faktor alami yang mempengaruhi penurunan tingkat

kebisingan, yaitu [2]

:

a. Jarak, gelombang bunyi memerlukan waktu untuk merambat. Kasus

dipermukaan bumi, gelombang bunyi merambat melalui gelombang udara.

Dalam perjalanannya, gelombang bunyi akan mengalami penurunan intensitas

karena gesekan dengan udara.

b. Serapan Udara, udara mempunyai massa. Udara mengisi ruang kosong diatas

bumi dan digunakan oleh suara untuk merambat. Namun adanya udara juga

sebagai penghambat gelombang suara. Gelombang suara akan mengalami

12

gesekan dengan udara. Udara yang kering akan lebih menyerap udara daripada

udara yang lembab, karena adanya uap air akan memperkecil gesekan antara

gelombang bunyi dengan massa udara. Udara yang bersuhu rendah akan lebih

menyerap suara daripada udara bersuhu tinggi, karena suhu rendah membuat

udara menjadi lebih rapat sehingga gesekan terhadap gelombang bunyi akan

lebih besar.

c. Angin, araah angin akan mempengaruhi besarnya frekuensi bunyi yang

diterima oleh pendengar. Arah angin yang menuju pendengarakan

mengakibatkan suara terdengar lebih keras, begitu juga sebaliknya.

d. Permukaan Bumi, berupa tanah dan rumput, merupakan barrier yang sangat

alami. Suara yang datang akan terserap langsung. Sebaliknya, permukaan yang

tertutup aspal jalan akan langsung memantulkan bunyi.

II.3.4 Jenis-Jenis Kebisingan

Jenis kebisingan dapat dibedakan berdasarkan pengaruhnya terhadap

manusia dan berdasarkan intensitas kebisingan. Kebisingan berdasarkan

pengaruhnya terhadap manusia dapat dibedakan menjadi 4, yaitu [10]

:

a. Bising yang mengganggu. Intensitas tidak terlalu besar, seperti mendengkur.

b. Bising yang menutupi, merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang

jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan mempengaruhi kesehatan dan

keselamatan pekerja karena teriakan, isyarat atau segala tanda bahaya

tenggelam oleh bising.

c. Bising yang merusak, merupakan bunyi yang melampaui Nilai Ambang Batas

(NAB). Bunyi jenis ini akan merusak / menurunkan fungsi pendengaran.

13

Sedangkan jenis kebisingan berdasarkan intensitas bising dapat dibedakan

menjadi 5 jenis, yaitu [10]

:

a. Kebisingan menetap berkelanjutan tanpa putus-putus dengan spektrum

frekuensi yang lebar, misalnya kipas angin, mesin-mesin, lampu pijar.

b. Kebisingan menetap berkelanjutan dengan spektrum frekuensi tipis, misalnya

gergaji sirkuler, katup gas.

c. Kebisingan terputus-putus, misalnya bising lalu lintas, suara pesawat terbang di

bandara.

d. Kebisingan impulsif, misalnya pukulan palu, tembakan bedil atau meriam dan

ledakan.

e. Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan atau

tempaan tiang pancang bangunan.

II.3.5 Dampak Kebisingan

Pengaruh nyata antara tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh arus

kendaraan terhadap gangguan pada masyarakat sekitarnya ditunjukkan pada hasil

survei yang dilakukan oleh Brown (1979) di jalan tol South-East Brisbane.

Jika individu terus-menerus terpapar kebisingan dapat berdampak negatif bagi

individu tersebut. Dampak negatif ini dikelompokkan menjadi 3 (tiga) sebagai

berikut [17]

:

1. Gangguan Psikologis, yang berupa:

a. Sukar berkonsentrasi;

b. Sukar tidur;

c. Mudah marah;

14

d. Kepala pusing;

e. Cepat lelah;

f. Menurunkan daya kerja;

g. Menimbulkan stres;

2. Gangguan Pendengaran, yaitu hilangnya pendengaran seseorang, jika dibiarkan

berlanjut dapat menderita ketulian. Ketulian tersebut dapat bersifat :

a. Sementara, yaitu bergeser ambang kepekaan pendengaran. Jika kebisingan

dihilangkan, kebisingan akan kembali seperti semula;

b. Permanen, yaitu mengalami ketulian sedemikian rupa, sehingga merusak

organ-organ telingan;

3. Gangguan tubuh lainnya, yang dapat berupa:

a. Ketegangan otot;

b. Kontraksi pembuluh darah;

c. Meningkatnya tekanan darah;

d. Meningkanya denyut jantung;

e. Meningkatnya produksi adrenalin;

II.3.6 Alat Ukur Kebisingan

Ada beberapa macam peralatan pengukuran kebisingan, antara lain Sound

Survei Meter (SSM), Sound Level Meter (SLM), Octave Band Analyzer (OBA),

Narrow Band Analyzer (NBA), dan lain-lain. Untuk permasalahan bising, alat

Sound Level Meter (SLM) dan Octave Band Analyzer (OBA) sudah cukup banyak

memberikan informasi [2]

.

15

a. SLM (Sound Level Meter)

SLM (Sound Level Meter) digunakan untuk mengetahui seberapa besar

kebisingan yang dihasilkan oleh sumber. Unit untuk mengukur intensitas bunyi

adalah desibel (dB). Skala desibel merupakan skala yang bersifat logaritmit.

Penambahan tingkat desibel berarti kenaikan tingkat kebisingan yang cukup besar.

Sound Level Meter dapat diklasifikasikan dalam beberapa tipe menurut

kegunaannya. Tipe-tipe SLM, antara lain [2]

:

1. Tipe 0 (Precision Sound Level Meter), toleransi : ± 0,4 dB, untuk keperluan

standar laboratorium;

2. Tipe 1 (General Purpose Sound Level Meter), toleransi ± 0,7 dB, untuk

berbagai keperluan laboratorium;

3. Tipe 2 (Survei Sound Level Meter), toleransi ± 1,0 dB dan ± 1,5 dB, untuk

survei lapangan;

b. OBA (Octave Band Analyzer)

Bunyi yang diukur bersifat komplek, terdiri dari tone yang berbeda-beda,

oktaf yang berbeda-beda, maka nilai yang dihasilkan di SLM tetap berupa nilai

tunggal. Hal ini tentu saja tidak representatif. Untuk kondisi pengukuran yang

rumit berdasarkan frekuensi, maka alat yang digunakan adalah OBA. Pengukuran

dapat dilakukan dalam satu oktaf dengan satu OBA. Untuk pengukuran lebih dari

satu oktaf, dapat digunakan OBA dengan tipe lain. Oktaf standar yang ada adalah

37,5-75, 75-150, 150-300, 300-600, 600-1200, 1200-2400, 2400-4800, dan 4800-

9600 Hz [18]

.

16

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Pengukuran ini mulai dilaksanakan pada hari kerja yaitu senin-jumat,

untuk mendapatkan data yang representatif. Penelitian ini dilakukan pada 5 lantai

pabrik terigu, yaitu untuk lantai 1 (Power Packing), lantai 2 (Roll Mills), lantai 4

(Bran Cleaner Mills), lantai 5 (Plansifter Mills) dan lantai 6 (Pelletizing) dengan

pengambilan data pada 4 titik di setiap masing-masing lantai. PT. Eastern Pearl

Flour Mills terletak di Jl. Hatta No. 302 Makassar, Sulawesi-Selatan.

III.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan selama penelitian, yaitu :

a. SLM (Sound Level Meter) SL 4011, digunakan untuk mengukur intensitas

kebisingan bersatuan dB.

b. Stopwatch, digunakan untuk menghitung waktu selama pengukuran.

c. Meteran, digunakan untuk mengukur jarak tiap-tiap titik pengukuran bersatuan

meter.

d. Alat tulis, digunakan untuk mencatat data dalam pengambilan data.

e. Ear plug, digunakan untuk melindungi dan mengurangi paparan kebisingan

yang masuk kedalam telinga.

f. Masker, digunakan untuk mencegah masuknya debu atau kotoran kedalam

mulut dan hidung.

g. Helm pelindung telinga, digunakan untuk melindungi kepala dan telinga dari

kecelakaan paparan kebisingan.

17

III.3 Prosedur Kerja

III.3.1 Survei Lokasi Penelitian

Survei dilakukan selama satu minggu untuk hari aktif kerja Senin sampai

Jumat. Survei yang dilakukan yaitu mengamati aktivitas-aktivitas apa saja yang

terjadi dan mesin-mesin apa saja yang beroperasi di lokasi penelitian pabrik terigu

yang menimbulkan kebisingan. Setelah survei dilakukan, maka diperoleh hasil

pengamatan yang mengacu pada alasan mengambil lokasi ini untuk dilakukan

penelitian, juga dengan menentukan titik-titik sumber bising yang nantinya

dilakukan pengukuran dengan menggunakan Sound Level Meter (SLM) .

III.3.2 Penentuan Titik-titik Pengukuran

Pengukuran kebisingan dilakukan dengan membuat titik lintasan.

Pengukuran ini dilakukan apabila kebisingan diduga melebihi batas ambang setiap

lokasi pengukuran. Lokasi penelitian ini dilakukan di bagian mesin produksi

pabrik terigu yang terbagi atas lima lantai dengan setiap lantai dibagi atas empat

titik pengukuran, yaitu :

a. Lantai VI (Pelletizing)

Gambar II.2 Lokasi Pengukuran I

1

2

3

4

Keterangan :

Tangki Air

Bachelor of Enginering

Rantai Conveyor

Mesin Pellet

Tangki Uap

Lubang Hoist

Lift

18

Pelletizing merupakan ruang mesin penggilingan dedak gandum yang

diolah menjadi pakan ternak. Mesin tersebut digunakan untuk memisahkan antara

gandum yang akan diolah menjadi tepung terigu dengan gandum yang diolah

menjadi pakan ternak.

b. Lantai V (Plansifter Mills)

Gambar II.3 Lokasi Pengukuran II

Plansifter Mills merupakan ruang mesin produksi yang digunakan pada

saat proses pengayakan gandum yang akan diolah menjadi tepung terigu. Mesin

tersebut dapat menyaring batu-batu kecil yang ada pada gandum yang akan diolah

menjadi tepung terigu.

c. Lantai IV (Bran Cleaner Mills)

Gambar II.4 Lokasi Pengukuran III

1 2

3 4

Keterangan :

Plansifter Mills

Timbangan

Vibro

Minisifter

Penyaring

Ruang

Penyaringan

Lift

4 3

1 2

Keterangan :

Bachelor of Enginering

Timbangan

Aspirator

Rotary Manet

Rantai Conveyor

Mesin Pembersihan Dedak

Penyaring

Tempat Sampah

Ruang Penyaringan

Ruang Additif

Lift

19

Bran Cleaner Mill merupakan ruang mesin produksi yang digunakan

untuk pembersihan dedak gandum dari hasil pengayakan yang telah dilakukan,

agar menghasilkan tepung terigu yang berkualitas.

d. Lantai II (Roll Mill)

Gambar II.5 Denah Lokasi Pengukuran IV

Roll Mill merupakan ruang mesin produksi yang digunakan pada saat

proses penggulungan untuk menghaluskan tepung terigu yang siap untuk di

packing.

e. Lantai I (Power Packing)

Gambar II.6 Denah Lokasi Pengukuran V

Power Packing merupakan ruang mesin produksi yang digunakan untuk

proses pengemasan, baik dalam bentuk karung 20 kg maupun dalam bentuk

kemasan 1 kg tepung terigu yang siap untuk dipasarkan.

4

1 2

3

Keterangan :

Mesin Penggulungan

Timbangan

Ruang Penggilingan

Lift

1

Keterangan :

Lift

Mesin Pengemasan

Tempat Sampah 2 3 4

20

III.3.3 Pengambilan Data

Pengambilan data akan dilakukan per hari setiap lokasi penelitian. Hasil

yang didapatkan akan dibandingkan dengan standar acuan kebisingan yang

ditetapkan oleh PERMENLH No. 48 Tahun 1996. Kegiatan pengambilan data di

lokasi pengukuran dibagi menjadi 2 tahap kerja, yaitu :

1. Tahap Persiapan

a. Mempersiapkan peralatan yang digunakan untuk penelitian.

b. Melakukan pemeriksaan SLM (Sound Level Meter) SL 4011, meliputi

pemeriksaan baterai dan kalibrator. Hal ini dilakukan untuk memastikan

perangkat tersebut dalam keadaan baik.

c. Melakukan kalibrasi SLM. Hal ini selalu dilakukan sebelum dan sesudah

pengukuran berlangsung.

d. Penentuan titik lokasi pengambilan data dan memastikan lokasi tidak

terdapat perintang terhadap sumber bising yang diukur dengan beberapa

titik pengambilan data.

e. Penentuan waktu pelaksanaan, yaitu dipilih pada jam 09.00, 11.00, 13.00,

dan 15.00 dengan kajian hari aktif kerja yaitu senin-jumat, sehingga dapat

menghasilkan nilai kebisingan maksimum yang berarti .

f. Pengukuran kebisingan diambil pada jarak 1 meter setiap titik di masing-

masing lokasi (lantai).

g. Pengukuran dilakukan sebanyak 5 kali pengulangan (10 menit setiap 1 kali

pengulangan).

21

2. Pengambilan Data Primer

a. Penelitian dilakukan pada hari senin-jumat dimulai pada pukul 08.00-15.00

WITA dengan kajian pengukuran setiap selang jam. Pengambilan data

dicatat pada setiap titik dengan kajian 5 detik dalam 10 menit selama 5 kali

pengulangan perjamnya.

L1 : 08.00 - 10.00 = 09.00 WITA

L2 : 10.00 - 12.00 = 11.00 WITA

L3 : 12.00 - 14.00 = 13.00 WITA

L4 : 14.00 – 16.00 = 15.00 WITA

b. Pengambilan data jumlah petugas yang berada dilokasi. Penghitungan

petugas dilakukan dengan hitungan manual. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui pengaruh dari masing-masing jumlah petugas yang datang dan

berdiam di lokasi tersebut.

3. Pengambilan Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari data yang sudah ada

yaitu tingkat kebisingan dari masing-masing mesin produksi yang akan diteliti.

III.3.4 Pengolahan Data

Data primer yang didapat dari hasil penelitian adalah tingkat kebisingan

dan jumlah pengunjung dihitung secara manual. Data tersebut akan ditabelkan

pada Software Mocrosoft Excel, dan dirata-ratakan berdasarkan jumlah data yang

diperoleh. Sedangkan untuk data sekunder didapat dari tingkat kebisingan masing-

masing mesin produksi dan membandingkan nilai tingkat kebisingan yang sudah

ada dari setiap mesin dengan nilai tingkat kebisingan yang akan diukur.

22

III.4 Bagan Alir Penelitian

Survei Lokasi Penelitian

Penentuan Titik-titik Penelitian

Pengambilan Data

Pengolahan Data

Mulai

Selesai

23

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang telah dilakukan memperoleh hasil pengukuran

tingkat kebisingan serta jumlah petugas yang dihitung secara manual pada setiap

lokasi pengukuran, ditunjukkan dalam bentuk grafik. Hasil pengukuran setiap jam

dengan menggunakan penghitungan waktu per 5 detik. Berikut ini merupakan

grafik hasil pengukuran tingkat kebisingan selama 4 jam pengukuran pada setiap

lantai, yaitu pada pukul 09.00, 11.00, 13.00 dan 15.00. Dilaksanakan pengukuran

pada pukul 09.00 karena merupakan awal proses mesin beroperasi, pada pukul

11.00 karena merupakan saat dimana para petugas melakukan pengecekan mesin

produksi, pada pukul 13.00 karena adanya petugas yang melakukan pembersihan

ruang produksi disertai dengan melakukan pengecekan setiap mesinnya,

sedangkan pada pukul 15.00 karena pada saat itu berkurangnya aktivitas-aktivitas

lain seperti teriakan para pekerja.

IV.1 Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan lantai 6 (Pelletizing).

Tingkat kebisingan di lantai 6 mengalami sedikit perbedaan pada setiap

pengulangan pengukuran. Tingkat kebisingan yang dihitung dalam waktu 4 jam

perharinya dengan titik pengukuran yang berbeda dapat dilihat pada Gambar IV.1.

24

Gambar IV.1, Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada hari Senin di Lantai 6

Berdasarkan hasil yang didapatkan pada lampiran 2, Gambar IV.1

menunjukkan bahwa tingkat kebisingan pada pukul 09.00 WITA mengalami

peningkatan pada pengulangan pengukuran ketiga (T3) yaitu 95,9 dB. Sedangkan

untuk tingkat kebisingan pada pukul 11.00 WITA mengalami peningkatan pada

pengulangan pengukuran pertama (T1) yaitu 95,8 dB. Kemudian untuk tingkat

kebisingan pada pukul 13.00 WITA mengalami peningkatan pada pengulangan

pengukuran terakhir (T5) yaitu 94,4 dB. Terakhir untuk pengukuran tingkat

kebisingan pada pukul 15.00 WITA mengalami peningkatan pada pengulangan

pengukuran ketiga (T3) yaitu 95,8 dB. Dapat dilihat dari setiap jamnya pada pukul

09.00 WITA (Untuk pengulangan pengukuran ketiga) memiliki nilai kebisingan

yang lebih tinggi karena adanya aktivitas, seperti berbunyinya sirine telephone

berulang kali, teriakan dan dekat dengan lubang hoist (Lubang penghubung antara

lantai bawah dan lantai atas).

95.6 95.8

95.9 95.7

95.3

95.8 95.6

95.5 95.3

95.4

94.3 94.2 94.2 94.2

94.4

95.6 95.7

95.8

95.5 95.6

93

93.5

94

94.5

95

95.5

96

96.5

T1 T2 T3 T4 T5

Tara

f In

ten

sita

(d

B)

Waktu (Jam)

09.00

11.00

13.00

15.00

25

IV. 2 Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan lantai 5 (Plansifter Mills)

Grafik hasil pengukuran tingkat kebisingan pada hari Selasa untuk lantai 5

dapat dilihat pada Gambar IV.2.

Gambar IV.2, Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada hari Selasa di lantai 5

Berdasarkan hasil yang didapatkan pada lampiran 2, Gambar IV.2 menunjukkan

bahwa tingkat kebisingan pada pukul 09.00 WITA mengalami peningkatan pada

pengulangan pengukuran terakhir (T5) yaitu 98,4 dB. Sedangkan untuk tingkat

kebisingan pada pukul 11.00 WITA mengalami peningkatan pada pengulangan

pengukuran pertama (T1) yaitu 99,1 dB. Kemudian untuk tingkat kebisingan pada

pukul 13.00 WITA mengalami peningkatan pada pengulangan pengukuran

terakhir (T4) yaitu 97,6 dB. Terakhir untuk pengukuran tingkat kebisingan pada

pukul 15.00 WITA mengalami peningkatan pada pengulangan pengukuran

pertama (T1) yaitu 97,3 dB. Dapat dilihat dari setiap jamnya pada pukul 11.00

WITA memiliki nilai kebisingan yang lebih tinggi karena adanya aktivitas-

98.2 98.2 98.2 98.1

98.4

99.1 99 99 99 99

97.5 97.3

97.5 97.6 97.5 97.3

96.9 96.9 96.8 97

95.5

96

96.5

97

97.5

98

98.5

99

99.5

T1 T2 T3 T4 T5

Tara

f In

ten

sita

s (d

B)

Waktu (jam)

09.00

11.00

13.00

15.00

26

aktivitas seperti pengumpulan kotoran-kotoran gandum, penyemprotan debu,

dekat dengan mesin minisifter dan berbunyinya sirine secara berulang (perhatian).

IV.3 Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan lantai 4 (Bran Cleaner Mills)

Grafik hasil pengukuran tingkat kebisingan pada hari Rabu untuk lantai 4

dapat dilihat pada Gambar IV.3.

Gambar IV.3, Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada hari Rabu di lantai 4

Berdasarkan hasil yang didapat pada lampiran 2, Gambar IV.3

menunjukkan bahwa tingkat kebisingan pada pukul 09.00 WITA mengalami

peningkatan pada pengulangan pengukuran pertama, kedua, keempat dan terakhir

(T1, T2, T4, T5) masing-masing yaitu 95 dB. Sedangkan untuk tingkat kebisingan

pada pukul 11.00 WITA mengalami peningkatan pada pengulangan pengukuran

pertama, ketiga dan terakhir (T1, T3, T5) masing-masing yaitu 97 dB. Kemudian

untuk tingkat kebisingan pada pukul 13.00 WITA mengalami peningkatan pada

pengulangan pengukuran terakhir (T5) yaitu 98,3 dB. Terakhir untuk pengukuran

95 95 94.9 95 95

97 96.9 97 96.9 97

98.2 98.1 98.2 98.2 98.3

96 96.1 96 96 96.1

93

94

95

96

97

98

99

T1 T2 T3 T4 T5

Tara

f In

ten

sita

s (d

B)

Waktu (Jam)

09.00

11.00

13.00

15.00

27

tingkat kebisingan pada pukul 15.00 WITA mengalami peningkatan pada

pengulangan pengukuran kedua dan terakhir (T2, T5) yaitu 96,1 dB. Dapat dilihat

dari setiap jamnya pada pukul 13.00 WITA memiliki nilai kebisingan yang lebih

tinggi karena adanya aktivitas-aktivitas seperti penyemprotan debu dan

berbunyinya sirine (perhatian).

IV. 4 Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan lantai 2 (Roll Mills)

Grafik hasil pengukuran tingkat kebisingan pada hari Kamis untuk lantai 2

dapat dilihat pada Gambar IV.4.

Gambar IV.4, Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada hari Kamis di lantai 2

Berdasarkan hasil yang didapat pada lampiran 2, Gambar IV.4,

menunjukkan bahwa tingkat kebisingan pada pukul 09.00 WITA mengalami

peningkatan pada pengulangan pengukuran pertama, kedua, dan terakhir (T1, T2,

T5) masing-masing yaitu 100,1 dB. Sedangkan untuk tingkat kebisingan pada

pukul 11.00 WITA mengalami peningkatan pada pengulangan pengukuran

100.1 100.1 100 100

100.1

100.9 100.9 101 101

101.2

101 101 101 101 101

100.1 100.1

100.7 100.7 100.6

99.4

99.6

99.8

100

100.2

100.4

100.6

100.8

101

101.2

101.4

T1 T2 T3 T4 T5

Tara

f In

ten

sita

s (d

B)

Waktu (Jam)

09.00

11.00

13.00

15.00

28

terakhir (T5) yaitu 101,2 dB. Kemudian untuk tingkat kebisingan pada pukul

13.00 WITA mengalami peningkatan pengukuran yang sama yaitu masing-masing

101 dB . Terakhir untuk pengukuran tingkat kebisingan pada pukul 15.00 WITA

mengalami peningkatan pada pengulangan pengukuran ketiga dan keempat (T3,

T4) yaitu 100,7 dB. Dapat dilihat dari setiap jamnya pada pukul 11.00 WITA

memiliki nilai kebisingan yang lebih tinggi karena adanya aktivitas-aktivitas

seperti penyemprotan debu, dekat dengan ruang penggilingan dan berbunyinya

sirine (perhatian).

IV. 5 Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan lantai 1 (Power Packing)

Grafik hasil pengukuran tingkat kebisingan pada hari Jumat untuk lantai 1

dapat dilihat pada Gambar IV.5.

Gambar IV.5, Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada hari Jumat di lantai 1

Berdasarkan hasil yang didapatkan pada lampiran 2, Gambar IV.5,

menunjukkan bahwa tingkat kebisingan pada pukul 09.00 WITA mengalami

86.7 86.6 86.5 86.7

86.2

83 83.1 83.1 83.2 83.3

84.8

84.3 84.4 84.6 84.6

86.2 86.5

86.7

86.2

83.1

81

82

83

84

85

86

87

T1 T2 T3 T4 T5

Tara

f In

ten

sita

s (d

B)

Waktu (jam)

09.00

11.00

13.00

15.00

29

peningkatan pada pengulangan pengukuran pertama dan keempat (T1,T4) masing-

masing yaitu 86,7 dB. Sedangkan untuk tingkat kebisingan pada pukul 11.00

WITA mengalami peningkatan pada pengulangan pengukuran terakhir (T5) yaitu

83,3 dB. Kemudian untuk tingkat kebisingan pada pukul 13.00 WITA mengalami

peningkatan pengukuran yang pada pengulanagn pertama (T1) yaitu 84,8 dB .

Terakhir untuk pengukuran tingkat kebisingan pada pukul 15.00 WITA

mengalami peningkatan pada pengulangan pengukuran ketiga (T3) yaitu 86,7 dB.

Dapat dilihat dari setiap jamnya pada pukul 09.00 WITA dan pukul 15.00 WITA

memiliki nilai kebisingan yang lebih tinggi karena adanya aktivitas-aktivitas

seperti proses pengemasan tepung terigu, suara petugas yang bekerja dan bunyi

sirine (perhatian).

IV.6 Perbandingan Hasil Pengukuran Rata-rata

Hasil pengukuran tingkat kebisingan dan penghitungan jumlah petugas

yang bekerja yang telah dilakukan selama 5 hari dengan pembagian waktu 1 hari

per-lantai yaitu lantai 6 (Pelletizing) pada hari Senin, lantai 5 (Plansifter Mills)

pada hari Selasa, lantai 4 (Bran Cleaner Mills) pada hari Rabu, lantai 2 (Roll

Mills) pada hari Kamis, dan lantai 1 (Power Packing) pada hari Jumat yang

selanjutnya dilakukan penghitungan jumlah rata-rata kebisingan 4 jam perhari

yang selanjutnya dibandingkan dengan nilai kebisingan yang terdapat pada mesin

produksi kemudian dibandingkan kembali sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja

(PERMENAKER) RI No.PER.13/MEN/X/2011 mengenai nilai ambang batas

selama 1 jam pengukuran yaitu 94 dB ditunjukkan pada Gambar IV.6 berikut ini.

30

Gambar IV.6, Hasil perbandingan pengukuran tingkat kebisingan dengan mesin

produksi serta PERMENAKER

Berdasarkan hasil yang didapatkan pada lampiran 2, Gambar IV.6

menunjukkan bahwa hasil pengukuran tingkat kebisingan berada diatas Nilai

Ambang Batas (NAB) pada lantai 6, lantai 5, lantai 4, dan lantai 2 selama 1 jam,

sedangkan untuk lantai 1 tingkat kebisingannya berada dibawah Nilai Ambang

Batas (NAB) karena pada lantai 1 (Power Packing) merupakan lokasi pengukuran

yang bertempat dilantai dasar dan tidak menimbulkan kebisingan yang sangat

tinggi, serta alat yang digunakan di lokasi hanya mesin pengemasan. Rata-rata

kebisingan yang terukur pada hari Senin di lantai 6 sebesar 95,2 dB selama 4 jam

pengukuran dengan nilai bising mesin produksi sebesar 75,3 dB per-unit. Rata-

rata kebisingan yang terukur pada hari Selasa di lantai 5 lebih sebesar 98,1 dB

selama 4 jam pengukuran dengan nilai bising mesin produksi sebesar 77,4 dB per-

unit. Rata-rata kebisingan yang terukur pada hari Rabu di lantai 4 sebesar 96,5 dB

dengan nilai bising mesin produksi sebesar 75,7 dB per-unit. Kemudian rata-rata

95.2 98.1 96.5 100.6

84.9 75.3 77.4 75.7 79.6

70

94 94 94 94 94

0

20

40

60

80

100

120

Lantai 6 Lantai 5 Lantai 4 Lantai 2 Lantai 1

Tara

f In

ten

sita

s (d

B)

Lokasi Pengukuran

Rata-rata

Tingkat Kebisingan Rata-rata Dalam Sehari

Nilai Kebisingan Alat

NAB menurutPERMENTKRI

31

kebisingan yang terukur pada hari Kamis di lantai 2 sebesar 100,6 dB dengan nilai

bising mesin produksi sebesar 79,6 dB per-unit. Terakhir rata-rata kebisingan

yang terukur pada hari Jumat di lantai 1 sebesar 84,9 dB dengan nilai bising mesin

produksi sebesar 70,0 dB per-unit. Hal tersebut dapat dilihat bahwa pada saat

pengolahan, tingkat kebisingan yang dihasilkan jauh berbeda dengan nilai

kebisingan mesin produksi per-unit.nya.

Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rizka Ramadhani

Ruray (2012) menunjukkan bahwa terdapat gangguan pendengaran akibat bising

terhadap pekerja bagian maintenance di PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar.

Kemudian, menurut Andriyani (2015) menyatakan bahwa gelombang bunyi dapat

merambat langsung melalui udara dari sumbernya ke telinga. Selain itu, sebelum

sampai ketelinga manusia, gelombang bunyi dapat juga terpantul-pantul terlebih

dahulu di permukaan bangunan, perjalanan bunyi dari sumbernya ke telinga akan

sangat menentukan karakter (kualitas dan kuantitas) bunyi tersebut[1,2]

.

32

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di PT. Eastern Pearl

Flour Mill (PT. EPFM) Makassar dapat ditarik kesimpulan :

1. Nilai kebisingan yang terukur dari rata-rata pengukuran di semua lantai pada

hari Senin-Jumat di area produksi menunjukkan bahwa nilai kebisingan yang

tertinggi yaitu sebesar 100,6 dB terdapat pada lantai 2 (Roll Mills). huoi, serta

menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 batasan

bising yang perbolehkan untuk kawasan perindustrian yaitu 70 dB.

2. Tingkat kebisingan untuk setiap mesin produksi, yaitu untuk mesin

pelletizing tingkat kebisingan alatnya sebesar 75,3 dB, mesin plansifter mills

sebesar 77,4 dB, mesin bran cleaner mills sebesar 75,7 dB, mesin roll mills

sebesar 79,6 dB dan mesin power packing sebesar 70 dB. Sedangkan tingkat

kebisingan rata-rata yang diukur yaitu untuk pelletizing sebesar 95,2 dB,

plansifter mills sebesar 98,1 dB, bran cleaner mills sebesar 96,5 dB, roll mills

sebesar 100,6 dB dan power packing sebesar 84,9 dB. Dapat dilihat dari data

tersebut, bahwa nilai kebisingan pada saat mesin beroperasi terukur lebih

tinggi dari nilai kebisingan alat mesin produksi.

V.2 Saran

Saran yang diberikan oleh penulis mengenai penelitian tingkat kebisingan

yang dilakukan di pabrik terigu yaitu perlu adanya penelitian lebih lanjut

mengenai bentuk ruangan, struktur bangunan dan pengukuran pada ruang-ruang

33

lainnya yang ada di area pabrik terigu. Selain itu, perlu penangan lebih lanjut

mengenai pengurangan suara pada sumber bising demi kenyamanan petugas

maupun pengunjung pabrik terigu.

34

DAFTAR PUSTAKA

[1] Ruray, R.R., 2012. Gangguan Pendengaran Akibat Bising Pada Pekerja

Bagian Maintenance di PT. Eastern Flour Mills Makassar. Skripsi Fakultas

Kedokteran. Makassar : Universitas Hasanuddin.

[2] Andriyani, S.R.F., 2015. Pengukuran Tingkat Kebisingan Rata-Rata Harian

di Ruang Tunggu Instalasi Rawat Jalan RSD dr. Soeebandi Jember.

Dipublikasikan Skripsi. Universitas Jember.

[3] Megawati, S., 2007. Analisis Hasil Pengukuran tingkat Kebisingan di

Kantor Pabrik Gula Takalar. Dipublikasikan Skripsi. Makassar : Universita

Hasanuddin.

[4] ScreenShots Google Earth. Lokasi Letak PT. Eastern Pearl Flour Mills (PT.

EPFM) Makassar. Di akses pada hari Senin, tanggal 9 Mei 2016. Pukul

13.00 WITA.

[5] InterFlour Grup, 2013. http://wwww.interflourgroup.com.html. Di akses

pada hari Senin, tanggal 9 Mei 2016. Pukul 19.00 WITA.

[6] Lobanov, I.D & Denisov, A.V., 2016. A mathematical model of fluctuation

noise based on the wavelet transform. St. Petersburg Polytechnical

University Journal: Physics and Mathematics 000 (2016) 1-4.

[7] Beegum, J.D., Chithraprasad, D., Jacob, A., Ananthakrisnan, D.S., Nair, G.,

Nair, N.S & Isaac, I.M., 2016. Separation of Power-Line Noise Fro Tinnitus

Sound, to Aid Medical Diagnoses. Journal homepage :

www.elsevier.com/pisc. TKM College of Engineering, Kollam : India PiSC-

13; No. of Pages 3.

[8] Wijayanti, M.W., 2014. Hubungan Intensitas Kebisingan Dengan Penurunan

Ambang Dengar pada Tenaga Kerja di PT. Putri Indah Pertiwi Desa Pule,

Gedong, Pracimantoro, Wonogiri. Naskah Publikasi Ilmiah. Program Studi

Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammaddiyah : Surakarta.

[9] Choi, W.S., Choi, Y., Hong, S.Y., Kwon, H.W & Jung, C.M., 2016.

Turbulence-Induced Noise of A Submerged Cylinder Using A Permeable

FW-H Method. International Journal of Naval Architecture and Ocean

Engineering xx (2016) 1-8.

[10] Fanny, N., 2015. Analisis Pengaruh Kebisingan Terhadap Tingkat

Konsentrasi Kerja Pada Tenaga Kerja di Bagian Proses PT. Iskandar

Indah Printing Textile Surakarta. Jurnal APIKES Citra Medika Surakarta,

Vol. 5 No. 1 Februari 2015. ISSN : 2086 – 2628.

35

[11] Iskandar, H.A.M., 2011. Peraturan Menteri tenaga Kerja dan

Transmigrasi No. PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Tentang Nilai

Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.

[12] Umyati, A., Yadi, Y.H & Anton., 2015. Pengaruh Tingkat Kebisingan

Terhadap Gangguan Pendengaran Pada karyawan PT. Citramata

Persada Raya Sektor Blasting Painting. Jurusan Teknik Industri. Fakultas

Tenik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa : Banten. Seminar Nasional

IENACO – 2015. ISSN : 2337 – 4349.

[13] Fredianta, G.D., Huda. E.L.N & Ginting E., 2013. Analisis Tingkat

Kebisingan Untuk Mereduksi Dosis paparan Bising di PT. XYZ.

Departemen Teknik Industri. Fakultas teknik. Universitas Sumatra Utara :

Medan. Jurnal Teknik Industri FT USU Vol. 2, No.1, Mei 2013 pp. 1-8.

[14] Kusmandari, C.D., 2008. Pengaruh Intensitas Kebisingan Pada Proses

Sugu dan Proses Ampelas terhadap Penengaran Tenaga kerja di Bengkel

Kayu X. Dosen Universitas Bina Darma : Palembang. Jurnal Ilmiah

TEKNO Vol. 5, No. 2, Oktober 2008 : 87 – 96.

[15] NIOSH, 1998. Criteria for a Recomended Standard Occupational Niose

Exposure Revised Criteria 1998. U.S Department of Health and Human

Services. Public Health Service. Centers for disease Control and

Prevention, National Institute for Occupational Safety and Health

Cincinnati, Ohio. US.

[16] Hariyanto, E., Asmoro, W.A & Dhanardono, T., 2012. Penentuan Tingkat

Kebisingan Siang Malam Di Perkampungan Bungurasih Akibat Kegiatan

Transportasi Terminal Purabaya Surabaya. Jurusan Teknik Fisika. Jurnal

Institut Teknologi Sepuluh November : Surabaya.

[17] Sembiring, E.L & Surbakti, M.S., 2013. Analisis Kebisingan Akibat Arus

lalu Lintas di Jalan Gagak Hitam (Ring Road) Medan dan Tingkat

Ketergangguan Masyarakat. Departemen teknik Sipil. Jurnal Universitas

Sumatra Utara : Medan.

[18] Carvalho, L.M.A.D., Gonsalez, E.C.D.M & Lorio, M.C.M., 2016. Speech

Perseption in Noise in The Elderly : Interactions Between Cognitive

Perfomance, Depressive Symptoms, and Education. Brazilian Journal of

Otorhinolaryngology. Universidade Federal de Sao Paulo (UNIFESP).

BJORL – 377 ; No. of Pages 6.

LAMPIRAN 1

1. Hasil Pengukuran Kebisingan Lantai 6 (Pelletizing)

Lantai 6 titik 2 / L2 (Pukul 11.00 WITA) :

Rata2 95,8

Rata2 95,6

Rata2 95,5

Rata2 95,3

Rata2 95,4

No. N

No. N

No. N

No. N

No. N

1 95,7

1 96

1 95,3

1 95,4

1 95,6

2 95,6

2 96,1

2 95,4

2 95,2

2 95,3

3 95,8

3 95,8

3 95,5

3 94,9

3 95,3

4 96

4 95,7

4 95,7

4 95,3

4 95,1

5 95,9

5 95,6

5 95,4

5 95,7

5 95,3

6 96

6 95,6

6 95,6

6 95,5

6 95,4

7 95,7

7 95,4

7 95,4

7 95

7 95,7

8 95,4

8 95,4

8 95,5

8 95,3

8 95,4

9 96,3

9 95,5

9 95,6

9 95,4

9 95,6

10 95,5

10 95,3

10 95,6

10 95,5

10 95,5

11 95,8

11 95,1

11 95,4

11 95,5

11 95,6

12 95,9

12 95,3

12 95,4

12 95,6

12 95,7

Lantai 6 titik 1 / L1 (Pukul 09.00 WITA) :

Rata2 95,6

Rata2 95,8

Rata2 95,9

Rata2 95,7

Rata2 95,3

No. N

No. N

No. N

No. N

No. N

1 95,3

1 96

1 96,2

1 95,9

1 95,4

2 95,6

2 96,1

2 97

2 95,9

2 95,4

3 95,6

3 95,9

3 97

3 95,8

3 95,5

4 95,3

4 95,8

4 96,7

4 95,6

4 95,2

5 95,6

5 95,9

5 95,4

5 95,8

5 95,6

6 95,6

6 96,1

6 95

6 95,6

6 95,2

7 95,5

7 96

7 95,2

7 95,7

7 95,5

8 95,4

8 95,9

8 95,5

8 95,7

8 94,5

9 95,8

9 95,9

9 95,8

9 95,3

9 95,3

10 95,6

10 95,2

10 95,8

10 95,5

10 95,3

11 95,7

11 95,7

11 95,3

11 95,6

11 95,5

12 95,6

12 95,7

12 96

12 95,8

12 95,6

Lantai 6 Titik 3 / L3 (Pukul 13.00 WITA) :

Rata2 94,3

Rata2 94,2

Rata2 94,2

Rata2 94,2

Rata2 94,4

No. N

No. N

No. N

No. N

No. N

1 94,2

1 94,3

1 94

1 94,2

1 94,3

2 94,2

2 94,6

2 93,8

2 94,2

2 94,5

3 94,2

3 94,3

3 94,3

3 94,5

3 94,2

4 94

4 93,9

4 94,3

4 94

4 94

5 94,5

5 94,5

5 94,5

5 94,5

5 94

6 94,4

6 94,2

6 94,2

6 93,9

6 94,7

7 94,5

7 94,1

7 94,8

7 94,1

7 94,4

8 94,2

8 93,9

8 94,4

8 94,3

8 94,7

9 93,8

9 94,1

9 94

9 94,4

9 94,8

10 94,4

10 93,7

10 94,2

10 94,4

10 94,2

11 94,7

11 93,9

11 94,2

11 94

11 94,4

12 94,5

12 94,8

12 93,7

12 94

12 94,6

Lantai 6 titik 4 / L4 (Pukul 15.00 WITA) :

Rata2 95,6

Rata2 95,7

Rata2 95,8

Rata2 95,5

Rata2 95,6

No. N

No. N

No. N

No. N

No. N

1 95,5

1 95,9

1 95,6

1 95,8

1 95,6

2 95,4

2 95,9

2 96

2 95,4

2 95,6

3 95,5

3 95,6

3 96

3 95,8

3 95,8

4 95,7

4 95,1

4 95,7

4 95,3

4 95,3

5 96,2

5 95,6

5 95,4

5 95,4

5 95,6

6 95,7

6 96

6 95,8

6 95,4

6 95,8

7 95,4

7 95,7

7 95,9

7 95,5

7 95,5

8 95,7

8 95,8

8 95,8

8 95,6

8 95,7

9 95,2

9 95,8

9 95,7

9 95,4

9 95,8

10 95,8

10 95,8

10 95,7

10 95,3

10 95,6

11 95,6

11 95,7

11 95,8

11 95,7

11 95,5

12 95,4

12 95,4

12 95,9

12 95,6

12 95,8

2. Hasil Pengukuran Kebisingan Lantai 5 (Plansifter Mills)

Lantai 5 titik 1 / L1 (Pukul 09.00 WITA):

Rata2 98,2

Rata2 98,2

Rata2 98,2

Rata2 98,1

Rata2 98,4

No. N

No. N

No. N

No. N

No. N

1 97,9

1 98,1

1 98,6

1 98

1 98,5

2 98,1

2 98,4

2 98,1

2 98,2

2 98,2

3 98,3

3 98,3

3 97,8

3 98,1

3 98,4

4 98,5

4 98,2

4 98,4

4 98

4 98,7

5 97,9

5 98,1

5 98,1

5 98,1

5 98,1

6 98

6 98

6 97,8

6 97,9

6 98,4

7 98,6

7 98,2

7 98,3

7 98,4

7 98,2

8 98,3

8 98,3

8 98

8 98,4

8 98,9

9 98

9 98,5

9 98,2

9 98,1

9 98,6

10 98,5

10 98,2

10 97,9

10 98

10 98,3

11 98,5

11 98,1

11 98,4

11 98

11 98,4

12 97,8

12 98,2

12 98,2

12 98,3

12 98,5

Lantai 5 titik 2 / L2 (Pukul 11.00 WITA):

Rata2 99,1

Rata2 99

Rata2 99

Rata2 99

Rata2 99

No. N

No. N

No. N

No. N

No. N

1 99,2

1 99,1

1 99,1

1 99

1 98,9

2 99,1

2 99,3

2 98,9

2 99,1

2 99,1

3 99,1

3 98,7

3 99

3 98,8

3 99,1

4 99,4

4 99,1

4 98,9

4 99

4 99

5 99

5 98,7

5 99,1

5 99

5 99

6 99,2

6 99,4

6 98,9

6 99

6 99

7 98,8

7 98,9

7 98,7

7 99,3

7 98,9

8 99

8 99,1

8 99,1

8 99,1

8 99,1

9 99

9 99,2

9 99

9 99,2

9 98,8

10 99,1

10 99

10 98,7

10 99,1

10 98,9

11 99,3

11 98,8

11 98,9

11 98,9

11 99

12 98,8

12 99

12 99,2

12 98,9

12 98,9

Lantai 5 titik 3 / L3 (Pukul 13.00 WITA):

Rata2 97,5

Rata2 97,3

Rata2 97,5

Rata2 97,6

Rata2 97,5

No. N

No. N

No. N

No. N

No. N

1 97,5

1 97,4

1 97,8

1 97,8

1 97,3

2 97,3

2 97,5

2 97,5

2 97,1

2 97,6

3 97,8

3 97,6

3 97,5

3 97,9

3 97,6

4 97,8

4 97,6

4 97,3

4 97,6

4 97,5

5 97,8

5 97,2

5 97,5

5 97,3

5 97,7

6 97,6

6 96,8

6 97,2

6 97,7

6 97,4

7 96,5

7 97,3

7 97,8

7 97,1

7 98,4

8 97

8 96,9

8 97,6

8 97,2

8 97,1

9 97,5

9 97,4

9 97,5

9 98,9

9 97,3

10 97,7

10 97,7

10 97,7

10 97

10 97,3

11 97,6

11 97,6

11 97,8

11 97,5

11 97,5

12 97,7

12 97,3

12 97,1

12 97,6

12 97,7

Lantai 5 titik 4 / L4 (Pukul 15.00 WITA):

Rata2 97,3

Rata2 96,9

Rata2 96,9

Rata2 96,8

Rata2 97

No. N

No. N

No. N

No. N

No. N

1 97,5

1 96,7

1 97

1 96,9

1 96,9

2 96,9

2 97,4

2 97

2 97,1

2 97

3 97

3 96,7

3 97

3 96,7

3 97,1

4 97,1

4 97

4 96,9

4 96,7

4 97

5 97,4

5 96,8

5 96,6

5 96,9

5 96,7

6 97,6

6 96,8

6 97,3

6 97,3

6 97,1

7 97,1

7 96,4

7 96,9

7 96,4

7 96,9

8 97,3

8 97

8 96,9

8 96,5

8 96,9

9 97,4

9 96,9

9 97,2

9 96,8

9 96,7

10 97,5

10 96,9

10 96,7

10 97

10 97,3

11 97,3

11 96,8

11 97,1

11 96,6

11 96,9

12 97,3

12 97

12 96,5

12 97

12 97,1

3. Hasil Pengukuran Kebisingan Lantai 4 (Bran Cleaner Mills)

Lantai 4 Titik 1 / L1 (Pukul 09.00 WITA) :

Rata2 95

Rata2 95

Rata2 94,9

Rata2 95

Rata2 95

No. N

No. N

No. N

No. N

No. N

1 94,9

1 94,8

1 94,9

1 95

1 94,8

2 95,3

2 94,9

2 94,8

2 95,1

2 94,8

3 94,4

3 94,7

3 94,3

3 94,4

3 94,4

4 95

4 94,9

4 95,4

4 95,4

4 95,6

5 95,4

5 94,8

5 95

5 95

5 95

6 94,8

6 94,8

6 95

6 94,8

6 94,9

7 94,8

7 94,7

7 94,8

7 94,9

7 94,8

8 95,6

8 95,7

8 95,6

8 95,5

8 95,6

9 95,4

9 95,6

9 95,3

9 95,1

9 95,3

10 94,6

10 94,6

10 94,4

10 94,6

10 94,6

11 95,2

11 96

11 95,1

11 94,8

11 95,1

12 94,9

12 94,5

12 94,7

12 95,1

12 95,1

Lantai 4 titik 2 / L2 (Pukul 11.00 WITA) :

Rata2 97

Rata2 96,9

Rata2 97

Rata2 96,9

Rata2 97

No. N

No. N

No. N

No. N

No. N

1 96,7

1 96,6

1 96,9

1 96,9

1 96,7

2 96,8

2 96,6

2 96,5

2 96,9

2 97,1

3 96,6

3 97

3 96,9

3 96,3

3 96,6

4 97,5

4 96,8

4 96,5

4 97,4

4 97,3

5 96,9

5 97,2

5 97,2

5 96,6

5 96,8

6 96,7

6 96,9

6 96,5

6 96,7

6 96,6

7 97,4

7 96,8

7 97,5

7 97,2

7 97,6

8 96,8

8 97,1

8 97,4

8 96,7

8 97

9 96,9

9 96,8

9 96,8

9 96,7

9 97

10 97,1

10 96,9

10 97,7

10 96,9

10 96,9

11 97,4

11 96,9

11 96,99

11 97,4

11 97,4

12 97,3

12 97,4

12 97,7

12 97,1

12 97

Lantai 4 titik 3 / L3 (Pukul 13.00 WITA) :

Rata2 98,2

Rata2 98,1

Rata2 98,2

Rata2 98,2

Rata2 98,3

No. N

No. N

No. N

No. N

No. N

1 97,7

1 97,7

1 97,6

1 97,6

1 97,7

2 98,4

2 98,4

2 98,6

2 98,7

2 98,8

3 98,7

3 98,3

3 98,3

3 98,5

3 98,1

4 98,1

4 98,3

4 98,1

4 98,3

4 98,2

5 98,3

5 98,3

5 98,3

5 98,4

5 98,8

6 98,3

6 98,2

6 97,9

6 98,1

6 98,3

7 98,9

7 98,6

7 98,9

7 98,5

7 98,6

8 97,7

8 97,7

8 97,6

8 97,5

8 97,7

9 97,8

9 97,9

9 98,1

9 98,2

9 98,2

10 98,3

10 98,5

10 98,7

10 99

10 98,9

11 98,3

11 97,8

11 98,4

11 97,9

11 98,5

12 97,8

12 97,7

12 97,8

12 97,9

12 97,8

Lantai 4 titik 4 / L4 (Pukul 15.00 WITA) :

Rata2 96

Rata2 96,1

Rata2 96

Rata2 96

Rata2 96,1

No. N

No. N

No. N

No. N

No. N

1 96,3

1 95,9

1 96,1

1 95,9

1 95,9

2 95,6

2 95,5

2 95,5

2 95,7

2 96

3 95,9

3 95,8

3 95,8

3 95,9

3 95,6

4 95,8

4 95,9

4 95,9

4 95,4

4 95,8

5 96

5 96,3

5 96,1

5 96

5 96

6 96,1

6 96,2

6 96,3

6 96

6 96,3

7 95,8

7 95,9

7 95,7

7 96,2

7 95,9

8 96,1

8 96,5

8 96,2

8 96,1

8 96,2

9 96,3

9 96,4

9 96,2

9 96,3

9 96,4

10 96,6

10 96,5

10 96,4

10 96,4

10 96,4

11 96,1

11 96,1

11 96,2

11 96,1

11 96,3

12 96

12 96,2

12 96

12 95,9

12 95,9

4. Hasil Pengukuran Kebisingan Lantai 2 (Roll Mills)

Lantai 2 titik 1 / L1 (Pukul 09.00 WITA) :

Rata2 100,1

Rata2 100,1

Rata2 100

Rata2 100

Rata2 100,1

No. N

No. N

No. N

No. N

No. N

1 100

1 100

1 100

1 100,2

1 100,2

2 100,5

2 100,4

2 99,9

2 100,2

2 100,2

3 100,1

3 100

3 100,1

3 99,9

3 100

4 99,7

4 99,9

4 99,8

4 99,8

4 99,8

5 99,8

5 100

5 99,7

5 99,7

5 99,7

6 99,9

6 100

6 99,9

6 99,7

6 99,9

7 100

7 100

7 99,9

7 100,1

7 100,2

8 100,2

8 100,3

8 100,3

8 100,1

8 100,1

9 100,1

9 100,1

9 100

9 100,2

9 100,1

10 99,9

10 100,3

10 99,9

10 100

10 100,1

11 100,3

11 100,2

11 100,4

11 100,1

11 100,1

12 100,2

12 100,1

12 100,2

12 100,3

12 100,3

Lantai 2 titik 2 / L2 (pukul 11.00 WITA) :

Rata2 100,9

Rata2 100,9

Rata2 101

Rata2 101

Rata2 101,2

No. N

No. N

No. N

No. N

No. N

1 103

1 102,5

1 102,7

1 102,4

1 102,5

2 102

2 102,6

2 102,5

2 102,4

2 102,2

3 101,4

3 101,5

3 101,7

3 101,5

3 102,4

4 101,8

4 102

4 101,3

4 102,5

4 101,7

5 101,5

5 102,4

5 102,4

5 102

5 102

6 100,9

6 100,8

6 101

6 100,6

6 102,4

7 100,9

7 100,3

7 100,7

7 100,7

7 100,9

8 100,9

8 100,4

8 100,3

8 100,8

8 100,5

9 100,1

9 99,8

9 100,1

9 100,1

9 100,2

10 100

10 99,7

10 100

10 99,9

10 100,4

11 99,7

11 99,7

11 99,7

11 100,2

11 99,3

12 99,4

12 98,9

12 99,2

12 99,4

12 99,5

Lantai 2 titik 3 / L3 (pukul 13.00 WITA) :

Rata2 101

Rata2 101

Rata2 101

Rata2 101

Rata2 101

No. N

No. N

No. N

No. N

No. N

1 101,2

1 101,1

1 101

1 101,1

1 99,4

2 101,2

2 101,3

2 101,1

2 100,6

2 99,6

3 101,1

3 101,1

3 101,2

3 100,1

3 100,1

4 101,3

4 101,2

4 101,3

4 101,1

4 100,2

5 101,2

5 101,3

5 101

5 101,2

5 100,4

6 101,1

6 101,1

6 101

6 101,2

6 101

7 101,1

7 101,2

7 100,8

7 101,1

7 102,1

8 101

8 101,2

8 100,9

8 101,3

8 101,3

9 100,5

9 101,1

9 101,1

9 101,3

9 102,4

10 100,7

10 100

10 101,1

10 101

10 102,2

11 100,9

11 100,6

11 101,1

11 101,3

11 102

12 100,8

12 101,1

12 100,9

12 101,1

12 101,6

Lantai 2 titik 4 / L4 (pukul 15.00 WITA ) :

Rata2 100,1

Rata2 100,1

Rata2 100,7

Rata2 100,7

Rata2 100,6

No. N

No. N

No. N

No. N

No. N

1 100,2

1 100,2

1 99

1 98,8

1 99,2

2 100,4

2 100,2

2 99,6

2 99,2

2 99,7

3 100

3 100,4

3 99,6

3 100,5

3 100

4 100,1

4 100

4 100,2

4 99,4

4 100

5 100,3

5 100,3

5 100

5 100,3

5 100,2

6 100

6 100,1

6 100,2

6 100,5

6 99,7

7 99,8

7 99,9

7 101,2

7 100,4

7 101,2

8 99,8

8 99,9

8 102,1

8 101,1

8 102,9

9 99,8

9 100

9 101

9 101,2

9 101,1

10 100,2

10 100,2

10 101,2

10 102,6

10 101

11 100,5

11 100,1

11 103

11 102,9

11 101

12 100

12 100,1

12 101,8

12 101,1

12 101,3

5. Hasil Pengukuran Kebisingan Lantai 1 (Power Packing)

Lantai 1 titik 1 / L1 (pukul 09.00 WITA) :

Rata2 86,7

Rata2 86,6

Rata2 86,5

Rata2 86,7

Rata2 86,2

No. N

No. N

No. N

No. N

No. N

1 87,6

1 87,2

1 87,1

1 86,7

1 85,8

2 86

2 86,1

2 86,2

2 86,3

2 85,5

3 85,4

3 85,4

3 86

3 86,6

3 85,3

4 85,6

4 85,9

4 85,3

4 85,8

4 84,8

5 86,7

5 86,8

5 86,4

5 86,8

5 86,2

6 86,3

6 86,1

6 86,3

6 86,5

6 86,6

7 85,9

7 86,9

7 85,9

7 86,4

7 86,4

8 87,2

8 86,9

8 85,9

8 86,6

8 85,8

9 87,3

9 86,4

9 86,3

9 87

9 86,6

10 87,6

10 87,7

10 88,3

10 87,9

10 87

11 87,4

11 87,2

11 87,3

11 87,5

11 87,4

12 87

12 87,1

12 87

12 86,9

12 87,4

Lantai 1 titik 2 / L2 (pukul 11.00 WITA) :

Rata2 83

Rata2 83,1

Rata2 83,1

Rata2 83,2

Rata2 83,3

No. N

No. N

No. N

No. N

No. N

1 82,9

1 82,7

1 82,4

1 82,2

1 83,2

2 82,8

2 83,8

2 83,8

2 83,9

2 83,6

3 83,4

3 84,2

3 82,8

3 82,7

3 83

4 83,5

4 82,5

4 83

4 82,5

4 83

5 82,7

5 82,6

5 82,5

5 83,8

5 83,8

6 83,1

6 83,6

6 83,3

6 83,1

6 83,1

7 83,5

7 82,6

7 82,8

7 82,4

7 83,7

8 83,3

8 83,2

8 82,8

8 82,2

8 83,1

9 82,8

9 82,9

9 83,1

9 83,5

9 83,4

10 81,9

10 82,2

10 82,8

10 83,7

10 82,6

11 83,7

11 83,8

11 85

11 84,5

11 85

12 82,5

12 83,5

12 82,8

12 84,1

12 83,6

Lantai 1 titik 3 / L3 (pukul 13.00 WITA) :

Rata2 84,8

Rata2 84,3

Rata2 84,4

Rata2 84,6

Rata2 84,6

No. N

No. N

No. N

No. N

No. N

1 85,5

1 84,5

1 85,4

1 85,5

1 85,1

2 85,5

2 85

2 85

2 84,1

2 84,7

3 83,9

3 84,9

3 84,8

3 84,6

3 84,9

4 85,1

4 84,4

4 84,3

4 84,6

4 83,6

5 84,9

5 84,5

5 84,4

5 84,6

5 85

6 84,4

6 83,8

6 85

6 84,6

6 83,6

7 84,8

7 84,2

7 84,8

7 84,5

7 85,1

8 84,6

8 84,2

8 82,5

8 84,2

8 84,8

9 84,9

9 82,7

9 82,9

9 84,2

9 84,4

10 84,8

10 84

10 84,2

10 84,8

10 85,1

11 84,2

11 85,5

11 84,7

11 84,8

11 84,2

12 85

12 83,8

12 84,9

12 84,5

12 84,8

Lantai 1 titik 4 / L4 (pukul 15.00 WITA) :

Rata2 86,2

Rata

2 86,5

Rata2 86,7

Rata2 86,2

Rata2 83,1

No. N

No. N

No. N

No. N

No. N

1 87,4

1 87

1 86,9

1 87,4

1 83,3

2 87,4

2 87,3

2 87,5

2 87,4

2 83,8

3 87

3 88,1

3 87,9

3 87

3 82

4 86,6

4 86,3

4 87

4 86,6

4 82,9

5 86,1

5 85,9

5 86,6

5 85,8

5 82,9

6 86,2

6 85,9

6 86,4

6 86,4

6 83,8

7 86,5

7 86,3

7 86,5

7 86,6

7 82,8

8 86,2

8 86,4

8 86,8

8 86,2

8 82,9

9 84,8

9 85,3

9 85,8

9 84,8

9 83,8

10 85,3

10 86

10 86,6

10 85,3

10 83,3

11 85,5

11 86,2

11 86,3

11 85,5

11 82,4

12 85,8

12 87,1

12 86,7

12 85,8

12 83,1

LAMPIRAN 2

1. Rata-rata Hasil Pengukuran Kebisingan

Lokasi : Lantai 6 Bagian Pelletizing

Hari Pengukuran : Senin

Lokasi

Titik Pengukuran

(Ln) Waktu

Hasil Pengukuran (dB) Rata-rata

NAB

(1 Jam) JP

Ket.

T1 T2 T3 T4 T5

Lantai

6

L1 09.00 95,6 95,8 95,9 95,7 95,3 95,6 94 dB 6 orang Melebihi NAB

L2 11.00 95,8 95,6 95,5 95,3 95,4 95,5 94 dB 6 orang Melebihi NAB

L3 13.00 94,3 94,2 94,2 94,2 94,4 94,2 94 dB 6 orang Melebihi NAB

L4 15.00 95,6 95,7 95,8 95,5 95,6 95,6 94 dB 6 orang Melebihi NAB

Lokasi : Lantai 5 Bagian Plansifter Mills

Hari Pengukuran : Selasa

Lokasi

Titik Pengukuran

(Ln) Waktu

Hasil Pengukuran (dB) Rata-rata

NAB

(1 Jam) JP

Ket.

T1 T2 T3 T4 T5

Lantai

5

L1 09.00 98,2 98,2 98,2 98,1 98,4 98,2 94 dB 8 orang Melebihi NAB

L2 11.00 99,1 99 99 99 99 99 94 dB 8 orang Melebihi NAB

L3 13.00 97,5 97,3 97,5 97,6 97,5 97,4 94 dB 8 orang Melebihi NAB

L4 15.00 97,3 96,9 96,9 96,8 97 96,9 94 dB 8 orang Melebihi NAB

Lokasi : Lantai 4 Bagian Bran Cleaner Mills

Hari Pengukuran : Rabu

Lokasi

Titik Pengukuran

(Ln) Waktu

Hasil Pengukuran (dB) Rata-rata

NAB

(1 Jam) JP

Ket.

T1 T2 T3 T4 T5

Lantai

4

L1 09.00 95 95 94,9 95 95 94,9 94 dB 3 orang Melebihi NAB

L2 11.00 97 96,9 97 96,9 97 96,9 94 dB 3 orang Melebihi NAB

L3 13.00 98,2 98,1 98,2 98,2 98,3 98,2 94 dB 3 orang Melebihi NAB

L4 15.00 96 96,1 96 96 96,1 96 94 dB 3 orang Melebihi NAB

Lokasi : Lantai 2 Bagian Roll Mills

Hari Pengukuran : Kamis

Lokasi

Titik Pengukuran

(Ln) Waktu

Hasil Pengukuran (dB)

Rata-rata

NAB

(1 Jam) JP

Ket.

T1 T2 T3 T4 T5

Lantai

2

L1 09.00 100,1 100,1 100 100 100,1 100 94 dB 5 orang Melebihi NAB

L2 11.00 100,9 100,9 101 101 101,2 101 94 dB 5 orang Melebihi NAB

L3 13.00 101 101 101 101 101 101 94 dB 5 orang Melebihi NAB

L4 15.00 100,1 100,1 100,7 100,7 100,6 100,4 94 dB 5 orang Melebihi NAB

Lokasi : Lantai 1 Bagian Power Packing

Hari Pengukuran : Jumat

Lokasi

Titik Pengukuran

(Ln) Waktu

Hasil Pengukuran (dB)

Rata-rata

NAB

(1 Jam) JP

Ket.

T1 T2 T3 T4 T5

Lantai

1

L1 09.00 86,7 86,6 86,5 86,7 86,2 86,5 94 dB 14 orang -

L2 11.00 83 83,1 83,1 83,2 83,3 83,1 94 dB 14 orang -

L3 13.00 84,8 84,3 84,4 84,6 84,6 84,5 94 dB 14 orang -

L4 15.00 86,2 86,5 86,7 86,2 83,1 85,7 94 dB 14 orang -

Keterangan :

NAB = Nilai Ambang Batas

JP = Jumlah Petugas

2. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan Rata-rata dari lantai 6, 5, 4, 2 dan 1

No.

Lokasi

Waktu (Jam) Rata-

rata

(1 Jam)

JP

NAB

(1 Jam)

Ket.

09.00 11.00 13.00 15.00

1 Lantai 6 95,6 95,5 94,2 95,6 95,2 6 94 dB M.NAB

2 Lantai 5 98,2 99 97,4 96,9 98,1 8 94 dB M.NAB

3 Lantai 4 94,9 96,9 98,2 96 96,5 3 94 dB M.NAB

4 Lantai 2 100 101 101 100,4 100,6 5 94 dB M.NAB

5 Lantai 1 86,5 83,1 84,5 85,7 84,9 14 94 dB -

Ket :

JP = Jumlah Petugas

NAB = Nilai Ambang Batas

M.NAB = Melebihi Nilai Ambang Batas

3. Form Nilai Kebisingan Mesin Produksi Pada Pabrik Terigu

No. Nama Alat Tingkat Kebisingan Alat

1. Mesin Pelletizing 75,3 dB

2. Mesin Ayak 77,4 dB

3. Mesin Pembersihan Dedak 75,7 dB

4. Mesin Penggulungan 79,6 dB

5. Mesin Pengemasan 70 dB

6. Mesin Penggilingan 80 dB

7. Mesin Pemecahan 75,5 dB

4. Perbandingan Hasil Pengukuran dengan Nilai Kebisingan yang Terdapat Pada Mesin Produksi

No. Tingkat Bising Alat Tingkat Bising pengukuran Nilai Ambang Batas (NAB)

1 75,3 dB 95,2 dB 94 dB

2 77,4 dB 98,1 dB 94 dB

3 75,7dB 96,5 dB 94 dB

4 79,6 dB 100,6 dB 94 dB

5 70 dB 84,9 dB 94 dB

LAMPIRAN 3

1. Gambar Mesin Produksi

a. Pelletizing

b. Sifter

c. Bran Cleaner

d. Rolling

e. Packer

2. Gambar Alat dan Bahan Yang Digunakan

a. Sound Level Meter (SLM) SL 4011

b. Stopwatch

c. Meteran

d. Ear Plug

e. Helm Pelindung Telinga

f. Masker

g. Biji Gandum

LAMPIRAN 4

1. Denah Titik Lokasi Pengukuran Lantai 6

2. Denah Titik Lokasi Pengukuran Lantai 5

3. Denah Titik Lokasi Pengukuran Lantai 4

4. Denah Titik Lokasi Pengukuran Lantai 2

5. Denah Titik Lokasi Pengukuran Lantai 1