91
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA FIKSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC SISWA KELAS IV SDI 115 TABUAKANG KECAMATAN TURATEA KABUPATEN JENEPONTO. SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar OLEH : NURSYAMSI 1054 045 61 10 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA

Embed Size (px)

Citation preview

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA FIKSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC SISWA KELAS IV SDI

115 TABUAKANG KECAMATAN TURATEA KABUPATEN JENEPONTO.

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah

Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH :

NURSYAMSI 1054 045 61 10

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Hidup Adalah Perjuangan Maka Berjuanglah,

Jangan Pernah Menyerah karena Segala Sesuatunya itu

Indah Pada Waktunya

Kehidupan Itu Seperti Sebuah Cermin

Jika Engkau Menghadiahkan Senyuman Kepadanya Maka

Engkau Akan Mendapatkannya Kembali

Kuperuntukkan Karya ini

Kepada Suami , Ibunda, dan Saudara-saudaraku Tercinta Serta Keluarga dan Sahabat-sahabatku yang Tersayang

yang dengan Tulus dan Ikhlas Selalu Berdoa dan Membantu Baik Moril Maupun Materil demi Kesuksesan Penulis

Berkat dan Kasih Karunia Allah

Senantiasa Menyertai Kita Semua

ABSTRAK

Nursyamsi. 2015. Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Fiksi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Circ Siswa Kelas IV SDI 115 Tabuakang Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto. Universitas Muhammadiyah Makassar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pembimbing I Andi Sukri Syamsuri dan pembimbing II Muhammad Akhir. Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe circ siswa kelas IV 115 Tabuakang Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto. Penelitian ini bertujuan untuk peningkatan kemampuan mengapresiasi cerita fiksi melalui model pembelajaran kooperat tipe circ berbicara pada siswa kelas IV 115 Tabuakang Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Class Action Reaserch) yang terdiri dari dua siklus dimana setiap siklus dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Prosedur penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah murid kelas IV SDI 115 Tabuakang Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto sebanyak 15 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus pertama yang tuntas secara individual dari 15 siswa hanya 9 siswa atau 60% yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) atau berada pada kategori sedang dan belum terpenuhi karena nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 66 sedangkan nilai KKM yaitu 70. Dan pada siklus kedua semua siswa telah memenuhi nilai KKM dan mendapatkan nilai rata-rata kelas 84, berada pada kategori baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengapresiasi cerita fiksi siswa kelas IV SDI 115 Tabuakang Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto dengan menngunakan model pembelajaran kooperatif tipe circ mengalami peningkatan. Kata Kunci : Kooperatif Tipe Circ

KATA PENGANTAR

Segala pujian hanyalah bagi Allah swt, yang telah memberikan curahan kasih sayang,

rahmat dan karuniah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Fiksi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Circ Siswa Kelas IV 115 Tabuakang Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto” ini dengan

cukup baik walaupun dengan keterbatasan pengetahuan, waktu, tenaga dan sebagainya yang

dimiliki penulis.

Tak lupa pula penulis ucapkan salawat dan salam atas junjungan Nabi Muhammad

saw, Rasul Allah swt, yang telah membawa umatnya dari alam kegelapan ke alam terang

benderang dengan segala da’wahnya yang sarat dengan petunjuk dan nasehat agama.

Penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada program studi S1 Pendidikan Guru Sekolah

Dasar di universitas Muhammadiyah Makassar.

Dalam penyusunan, banyak hambatan dan rintangan yang dihadapi penulis. Namun

berkat rahmat-Nya dan bantuan dari berbagai pihak, baik yang bersifat material maupun

nonmaterial, sehingga skripsi ini dapat terwujud seperti yang ada ditangan pembaca saat ini.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus dan ikhlas

kepada yang terhormat, teristimewa suami tercinta Syarifuddin dan kedua orang tua tercinta

Ayahanda H.Siko dan Ibunda Hj.Ruki , yang telah membimbing dan memberikan dukungan

baik moril maupun materi sejak kecil sampai sekarang sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini serta saudara-saudara yang terkasih, yang selalu menemani penulis

baik suka maupun duka.

Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih disampaikan

dengan hormat kepada ; Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum pembimbing I, Muh. Akhir

S.Pd.,M.Pd pembimbing II, yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan

keikhlasan untuk memberi waktu serta ilmu pengetahuan dengan penuh bijaksana sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini serta Bapak dan Ibu dosen jurusan Pendidikan Guru

Sekolah Dasar yang memberikan ilmu pengetahuan yang tidak ternilai dengan materi selama

penulis menempuh studi di jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Tak lupa juga penulis

menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. H. Irwan Akib, M.Pd., Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar, Dr. Andi Sukri Syamsuri, M. Hum., Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Sulfasyah, MA., Ph. D., Ketua

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada H.Rapiuddin

S.Pd, Kepala Sekolah SDI 115 Turatea, yang telah memberikan izin penelitian kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta Bapak H. Suhapid.S.Pd yang selalu

membimbing pada saat penelitian di kelas dan semua teman Jurusan Pendidikan Guru

Sekolah Dasar kelas K dan teman P2K Angkatan 10 yang telah memberikan motivasi dan

semangat kepada penulis selama perkuliahan, sahabat Kia, Inci, Fitri, Abu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, masih banyak kekurangan.

Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun demi sempurnanya skripsi ini.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Makassar, Januari 2014

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... . i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN ................................................................................... iv

SURAT PERJANJIAN ....................................................................................... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vi

ABSTRAK .......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

LAMPIRAN ........................................................................................................ xiv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Permasalahan Penelitian ..................................................................... 6

1. Alternatif Pemecahan Masalah ....................................................... 6

2. Rumusan Masalah........................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 7

BAB II. KAJIAN PUSTAKA,,KERANGKA FIKIR,DAN HIPOTESIS

TINDAKAN

A. Kajian Pustaka .................................................................................. 8

1. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................... 8

2. Pengertian Apresiasi Sastra ......................................................... 9

3. Kemampuan Mengapresiasi Sastra ............................................. 9

4. Pembelajaran Sastra di SD .................................................................. 10

5. Cerita Fiksi Sebagai Pembelajaran Sastra di SD………………. 13

6. Unsur – unsur pembangun Cerita Fiksi ....................................... 14

B. Kerangka Pikir ................................................................................. 27

C. Hipotesis Tindakan ........................................................................... 28 BAB III. METODE PENELITIAN

A.Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................................... 29

B. Setting dan Subjek Penelitian ............................................................ 30

1. Setting Penelitian……………………………………………….. 30

2. Subjek Peneelitian……………………………………………...... 30

C. Fokus Penelitian ................................................................................ 31

D. Rancangan Penelitian ......................................................................... 31

E. Instrumen dan Pengumpulan Data ..................................................... 34

F. Teknik Analisis Data……………………………………………....... 35

H. Indikator Keberhasilan ....................................................................... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ........................................................................................... 37

1. Hasil Penelitian Siklus I ......................................................................... 37

a. Aktivitas Belajar Hasil Observasi ....................................................... 37

b. Hasil Belajar........................................................................................ 38

c. Refleksi ........................................................................................... 39

2. Hasil Penelitian Siklus II ........................................................................ 40

a. Aktivitas Belajar Hasil Observasi ....................................................... 40

b. Hasil Belajar........................................................................................ 41

c. Refleksi ........................................................................................... 42

B. Pembahasan .......................................................................................... ...43

C. Verivikasi Hipotesa ............................................................................... ........48

D. Indikator Keberhasilan ......................................................................... ...... 49

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ...................................................................................................... 50

B. Saran .............................................................................................................. 50

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 52

RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Penghitungan skor perkembangan belajar kooperatif............................. 26

2.2 Tingkat penghargaan kelompok.............................................................. 27

4.1 Distribusi dan frekuensi aktivitas belajar siklus I .................................. 37

4.2. Distribusi nilai statistik siklus I .............................................................. 38

4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siklus I............. 38

4.4 Distribusi Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I................................... 39

4.5 Distribusi dan frekuensi aktivitas belajar siswa siklus II.......................... 40

4.6. Distribusi nilai statistik siklus II............................................................... 41

4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siklus II............. 41

4.8 Distribusi Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus II................................... 42

4.9 Distribusi dan frekuensi aktivitas belajar siklus I dan siklus II.................. 43

4.10 Perbandingan nilai statistik siswa siklus I dan II...................................... 45

4.11 Frekuensi Skor Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II...................... 46

4.12 Perbandingan tingkat ketuntasan siswa siklus I dan II ............................ 47

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.2 Skema Kerangka Pikir............................................................................. ..... 28

3.1 Skema Alur Penelitian Tindakan Kelas yang Diadaptasi dari Kemmis

dan Mc Taggart ....................................................................................... ... 32

4.1 Grafik perbandimgan aktivitas siswa siklu I dan II................................... 44

4.2 Grafik perbandingan nilai statistik siklus I dan Siklus II .............................. 46

4.3 Grafik perbandingan kategori hasil belajar siklus I dan Siklus II .................. 47

4.4 Grafik perbandingan ketuntasan hasil belajar siklus I dan Siklus II.............. 48

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I / Pertemuan 1

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I / Pertemuan 2

3. Lembar kerja siswa siklus 1

4. Lembar Evaluasi siswa siklus 1

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II / Pertemuan 1

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II / pertemuan 2

7. Lembar kerja siswa siklus 2

8. Evaluasi siklus 2

9. Lembar Observasi Guru siklus 1

10. Lembar Observasi Guru siklus 2

11. Lembar observasi murid siklus 1

12. Lembar observasi murid siklus

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) berdasarkan

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) lebih menekankan keterlibatan siswa

dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat dalam standar kompetensi yang harus

dikuasai oleh siswa yaitu kompetensi mendengarkan, berbicara, membaca dan

menulis (Depdiknas,2006). Khusus untuk kompetensi membaca dan menulis

mutlak dikuasai oleh siswa sebab dibutuhkannya dalam proses pembelajaran.

Artinya, bahwa kompetensi tersebut bukan hanya penting bagi siswa untuk proses

pembelajaran Bahasa Indonesia, akan tetapi juga dibutuhkan pada mata pelajaran

lainnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Syafi’ie (1999:19) yang mengemukakan

bahwa “kemampuan membaca dan menulis harus dikuasai oleh siswa, karena

dengan memiliki kemampuan tersebut dapat mempengaruhi penguasaan mata

pelajaran lainnnya”.Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Indonesia hendaknya

memperhatikan penguasaan siswa terhadap kedua kompetensi tersebut. Lebih

lanjut Menurut Huck bahwa kemampuan membaca dan menulis akan berkembang

saat siswa berada dalam pembelajaran sastra, sebab sastra mengandung nilai

pendidikan yang meliputi (1) membantu perkembangan bahasa, (2)

mengembangkan kemampuan membaca, (3) mengembangkan kepekaan terhadap

cerita, dan (4) meningkatkan kemampuan menulis.

2

Tujuan pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah dasar lebih diarahkan

pada kompetensi murid untuk berbahasa dan berapresiasi sastra. Olehnya itu,

pengajaran sastra itu sendiri di sekolah dasar tidak terpisah dari pengajaran bahasa

Indonesia, akan tetapi dilakukan secara terpadu. Perbandingan bobot

pembelajaran bahasa dan sastra sebaiknya seimbang, karena belajar sastra

diharapkan siswa dapat meningkatkan keterampilan berbahasa, juga

meningkatkan kemampuan bernalar dan berimajinasi. Hal ini karena Kegiatan

mengapresiasi sastra penting dan berkaitan dengan mempertajam perasaan,

penalaran, daya khayal, serta kepekaan masyarakat, budaya dan lingkungan

(Depdiknas,2006).

Dalam mencapai tujuan pembelajaran apresiasi sastra di sekolah dasar,

siswa diberikan pengalaman bersastra melalui kegiatan apresiasi karya sastra.

Beac dan Marsall menyatakan bahwa “dalam pembelajaran apresiasi sastra ada

faktor utama yang berinteraksi secara dinamis yaitu guru, siswa dan teks”.

Interaksi ketiga hal tersebut dapat mengembangkan potensi pada diri anak.

Dengan demikian, perlu adanya interaksi yang baik dari ketiga komponen tersebut

agar tercipta kondisi pembelajaran yang aktif dan apresiatif sehingga tujuan

pembelajaran Bahasa Indonesia maupun tujuan pembelajaran sastra bisa

terrealisasi secara optimal. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Huck bahwa

“berinteraksi dengan karya sastra dapat membantu perkembangan kognitif,

perkembangan bahasa, perkembangan moral dan perkembangan sosial anak”.

Salah satu bahan pembelajaran sastra di SD adalah cerita fiksi.Bahan

cerita yang dipilih untuk diajarkan di sekolah dasar sebaiknya disesuaikan dengan

3

karakteristik siswa, seperti perkembangan jiwa, kemampuan bahasa dan

lingkungan tempat tinggalnya. Olehnya itu, kesesuaian antara bahan pembelajaran

cerita fiksi dengan karakteristik siswa yang berkaitan dengan perkembangan jiwa

dan kemampuan bahasa serta lingkungan hidupnya, merupakan kriteria yang

harus digunakan sebagai pembelajaran cerita fiksi. Hal ini tentunya sangat penting

bagi siswa dalam memudahkan mereka dalam memaknai cerita fiksi, khususnya

unsur-unsur yang membangun cerita fiksi. Lebih-lebih lagi dalam proses

menghasilkan karya-karya fiksi. Dengan demikian jelaslah bahwa cerita fiksi yang

merupakan bagian dari pengajaran sastra berguna bagi proses pendewasaan siswa.

Pembelajaran apresiasi sastra di SD, khususnya cerita fiksi tentunya

diharapkan terlaksana sesuai harapan. Namun pada kenyataannya kondisi tersebut

kurang memuaskan. Hal ini diungkapkan Sarjono bahwa “kondisi pembelajaran

sastra sejauh ini sangat mengecewakan, kekecewaan terhadap pembe;ajaran sastra

dirasakan nyaris banyak kalangan, seperti sastrawan, pemerhati sastra,

masyarakat, siswa, bahkan juga kalangan guru sendiri”. Sejalan dengan itu,

kondisi sastra dan pembelajarannya, khususnya sastra anak-anak menurut

Trimansyah (1999:2) mengatakan bahwa “terasa terhenti dan jauh tertinggal dan

hampir tidak digubris, akibatnya tertinggalnya sastra anak-anak, siswa tidak

mengetahui keberadaan sastranya”. Artinya, siswa hanya sekedar belajar sastra

sebagai suatu rangkaian kegiatan yang memang harus dilaluinya begitu saja dalam

pembelajaran tanpa mengetahui untuk apa sastra itu diberikan. Lebih lanjut

Menurut Djuanda bahwa “bahan pembelajaran apresiasi di sekolah dasar

bertumpu pada buku paket”. Kegiatannya hanya menjawab pertanyaan yang ada

4

dalam buku teks, kemampuan apresiasi hanya berupa pemahaman cerita, bukan

pengalaman bersastra dan penikmatan cerita, serta tidak terjadi interaksi apresiasi

antara siswa dengan bacaan cerita. Selain itu, emosi siswa tidak terlibat pada

kejadian dalam cerita, tokoh cerita dan isi cerita. Pembelajaran seperti ini tentu

belum efektif, disebabkan kurang mengacu kepada eksistensi dari pembelajaran

sastra. Oleh karena itu, guru diharapkan tidak memandang aktifitas pembelajaran

sastra sebagai suatu pekerjaan yang hanya menekankan pada aspek kognitif dan

selesai dalam waktu yang singkat, tetapi lebih berorientasi pada suatu proses

secara bertahap dalam waktu tertentu untuk menghasilkan pembelajaran apresiasi

sastra, yaitu siswa mampu memaknai unsur-unsur karya sastra.

Rendahnya hasil belajar dan dalam mengapresiasi cerita fiksi adalah

kurang sesuainya pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran sehingga

siswa tidak maksimal dalam mengapresiasi cerita fiksi. Jika hal tersebut dibiarkan

berlarut-larut akan berdampak terhadap kemampuan siswa dalam mengapresiasi

cerita fiksi, terutama dalam memaknai unsur-unsur yang terkandung dalam cerita

fiksi dan menghasilkan karya-karya fiksi. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah

pendekatan pembelajaran yang mampu menjawab tantangan pembelajaran sastra

yang demikian.Salah satu pendekatan pembelajaran yang dimaksud adalah model

pembelajaran kooperatif tipe circ (cooperative integrated reading and

composition).

Circ merupakan program komprehensif untuk mengajarkan membaca dan

menulis sekolah dasar pada tingkatan kelas yang tinggi. Dalam circ, guru

menggunakan bahan bacaan yang berisi soal dan cerita. Para siswa ditugaskan

5

untuk berpasangan dalam tim mereka untuk belajar dalam serangkaian kegiatan

yang bersifat apresiatif termasuk membacakan cerita satu sama lain, membuat

prediksi bagaimana akhir dari sebuah cerita fiksi, saling merangkum cerita satu

sama lain, menulis tanggapan terhadap cerita, dan melatih pengucapan,

penerimaan, dan kosa kata. Penghargaan untuk tim dan sertifikat akan diberikan

kepada tim berdasarkan kinerja rata-rata dari semua anggota tim dalam semua

kegiatan membaca dan menulis. Karena siswa belajar dengan materi yang sesuai

dengan tingkat kemampuan mereka, maka mereka mempunyai kesempatan yang

sama untuk sukses.

Anggota-anggota kelompok memiliki tanggungjawab dan saling

bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok-kelompok

kecil ini saling berinteraksi satu sama lain dan berusaha menemukan jawaban

terhadap permasalahan yang dihadapi. Tujuan pembentukan kelompok kecil ini

akan memudahkan siswa yang berkemampuan rendah dapat berinteraksi dengan

teman kelompoknya yang dianggap mampu.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bersama guru melalui

persetujuan kepala sekolah bermaksud melakukan tindakan perbaikan

pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul

“Meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita fiksi melalui model

pembelajaran kooperatif tipe circ (cooperative integrated reading and

composition) siswa kelas IV SDI 115 Tabuakang Kecamatan Turatea Kabupaten

Jeneponto”.

6

B. Rumusan dan Alternatif Pemecahan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian

ini yaitu bagaimanakah peningkatan kemampuan siswa dalam mengapresiasi

cerita fiksi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe circ

(cooperative integrated reading composition) pada siswa kelas IV SDI 115

Tabuakang Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto?

2. Alternatif Pemecahan Masalah

Mengacu kepada permasalahan di atas, peneliti merencanakan mengatasi

masalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe circ

(cooperative integrated reading and composition).

Model pembelajaran tipe circ atau pembelajaran terpadu pertama kali

dikembangkan oleh Steven and Slavin, 1981.dengan langkah – langkah sebagai

berikut :Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen,

guru memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran, siswa saling bekerja

sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberikan tanggapan

terhadap wacana dan ditulis pada lembar kertas, mempresentasikan / membacakan

hasil kelompok, guru memberikan penguatan, guru dan siswa bersama – sama

membuat kesimpulan, penutup.

C. Tujuan Penelitian

Untuk peningkatan kemampuan mengapresiasi cerita fiksi melalui

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe circ (cooperative integrated

7

reading and composition) pada siswa kelas IV SDI 115 Tabuakang Kecamatan

Turatea Kabupaten Jeneponto.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Melalui hasil penelitian ini diharapkan peneliti dan guru SDI 115 Tabuakang

dapat :

a. Memiliki teori pembelajaran yang dapat dijadikan acuan untuk

pengembangan inovasi pembelajaran di SD.

b. Memiliki Teori pembelajaran yang dapat dijadikan acuan untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan:

a. Guru dan peneliti mendapat pengalaman secara langsung setelah

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe circ

b. Siswa mendapat kesempatan dan pengalaman belajar dalam suasana yang

menyenangkan serta meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia, khususnya

materi cerita fiksi.

c. Sekolah mendapat sumbangan inovasi pembelajaran yang secara operasional

cocok dan relevan dengan nuansa pembelajaran yang diinginkan dalam

penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. KAJIAN PUSTAKA

1. Hasil penelitian yang relevan

Hail penelitian yang relevan adalah yang dilakukan oleh Drs. I Made

Suryanata dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan pembelajaran kooperatif

untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia Banjarangkan tahun

2008/2009” menyatakan bahwa rata-rata skor aktivitas siswa dalam pembelajaran

mengalami peningkatan dari siklus 1 sampai siklus 2. Pada siklus 1 rata-rata

aktivitas siswa dalam pembelajaran sebesar 17,29 meningkat menjadi 17,45 pada

siklus 2. Nilai hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus 1 sampai

siklus 2. Peningkatan ini ditunjukkan dengan kenaikan rata-rata nilai hasil belajar

sebesar 6, 68 pada siklus 1 menjadi 7,01 pada siklus 2 sedangkan untuk

ketuntasan klasikal juga terjadi peningkatan dari 70% pada siklus 1 menjadi 83%

pada siklus 2.

Hadra, S.Pd dalam penelitiannya yang berjudul “peningkatan kemampuan

mengapresiasi cerita fiksi melalui model pembelajaran kooperatif tipe circ tahun

2009/2010” menyatakan bahwa rata-rata skor aktivitas siswa dalam pembelajaran

mengalami peningkatan dari siklus 1 sampai siklus 2. Pada siklus 1 rata-rata

aktivitas siswa dalam pembelajaran sebesar 17,20 meningkat menjadi 17,55 pada

siklus 2. Nilai hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus 1 sampai

siklus 2. Peningkatan ini ditunjukkan dengan kenaikan rata-rata nilai hasil belajar

9

sebesar 6,50 pada siklus 1 menjadi 7,00 pada siklus 2 sedangkan untuk ketuntasan

klasikal juga terjadi peningkatan dari 60% pada siklus 1 menjadi 80% pada siklus

2

Penelitian tindakan kelas dengan judul “peningkatan kemampuan mengapresiasi cerita fiksi melalui model pembelajaran kooperatif tipe circ siswa kelas IV 115 Tabuakang Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto”. Dalam penelitian tindakan kelas ini melalui 2 siklus dengan 4 tahap yaitu, perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Pada siklus 2 diharapkan terjaadi peningkatan hasil belajar siswa dibanding siklus 1. Hasil belajar siswa pada siklus 1 mencapai 66% dan pada siklus 2 mengalami peningkatan menjadi 84%.

2. Pengertian apresiasi sastra

Terdapat beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli terkait

dengan definisi apresiasi sastra. Apresiasi sastra adalah kegiatan memahami

ciptaan sastra dengan sungguh-sungguh sehingga menimbulkan pengertian dan

penghargaan yang baik terhadapnya. Menurut Effendi mengemukakan bahwa

“apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh

sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan kritis dan kepekaan perasaan

yang baik terhadap ciptaan sastra”.Jadi, apresiasi sastra dapat diterangkan sebagai

pengenalan dan pemahaman yang tepat terhadap nilai sastra dan kegairahan

padanya, serta kenikmatan yang ditimbulkan akibat semua itu.

3. Kemampuan mengapresiasi sastra

Kemampuan apresiasi sastra bertingkat-tingkat.Oleh karena itu, kemampuan

dalam mengapresiasi sastra dapat ditingkatkan ke tempat yang lebih tinggi.Menurut

Supriyadi ada tiga tingkatan kemampuan dalam mengapresiasi sastra, yaitu:(1)

tingkat pertama, bilamembaca/mendengar/menonton, mengalami pengalaman yang

ada dalam karya sastra, ia terlibat secara emosional, intelektual dan imajinatif, (2)

10

tingkat kedua, bila daya intelektual pembaca bekerja lebih giat, (3) tingkat ketiga, bila

pembaca sudah menyadari hubungan karya sastra dengan dunia luar sastra, sehingga

pemahaman dan penikmatannya lebih luas dan mendalam.

Jika seseorang sudah mampu pada tingkat ketiga apresiasi sastra, ia dapat

mengambil manfaatnya, dan ia akan dapat mengetahui karya sastra yang baik dan

kurang baik. Dengan demikian penghargaan dan penilaian terhadap karya sastra

dapat dilakukan dengan tepat.

4. Pembelajaran sastra di SD

Apresiasi bukanlah pengetahuan sastra yang harus dihafalkan, melainkan

bentuk aktifitas jiwa. Melalui apresiasi sastra idealnya siswa dapat mengindra atau

merasakan kehadiran pelaku, peristiwa, suasana dan gambaran obyek secara

imajinatif. Apresiasi harus mencakup tanggapan emosional pada isi cerita,

tanggapan pada pelaku atau peristiwa, dan perasaan siswa dalam

merasakan/menikmati gaya bahasa pengarang cerita.

Mengapresiasi perlu pergaulan langsung dengan karya sastra yang

diapresiasi, agar terlatih dan terbina untuk menyenangi dan menghayati karya

sastra. Pembelajaran yang hanya bersifat teoritik tak akan dapat diharapkan lahir

para siswa yang mampu mengapresiasi dan memiliki minat yang baik pada karya

sastra.

Pembelajaran sastra di SD adalah Pembelajaran sastra anak. Sastra anak

adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi

tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13

tahun. Sifat sastra anak adalah imajinasi semata, bukan berdasarkan pada fakta.

11

Unsur imajinasi ini sangat menonjol dalam sastra anak. Hakikat sastra anak harus

sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan

bukan milik orang dewasa. Sastra anak bertumpu dan bermula pada penyajian

nilai dan pesan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam

kehidupan.

Pada sekolah dasar, pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan

kemampuan siswa mengapresikan karya sastra.Kegiatan mengapresiasi sastra

berkaiatan dengan latihan mempertajam perasaan, penalaran, daya khayal serta

kepekaan sosial.Pengembangan kemampuan bersastra di sekolah dasar dilakukan

dalam berbagai jenis dan bentuk melalui kegiatan mendengarkan, berbicara,

membaca, dan menulis.

Pada waktu pembelajaran sastra, siswa diberi kesempatan memahami,

menikmati dan sekaligus merespon apa yang telah mereka baca dan cara-cara

yang menarik minat mereka. Pada waktu membaca, siswa belajar tentang orang

lain, tentang mereka sendiri dengan kehidupannya.Siswa sering menemukan

pengalaman yang mirip dan seolah-olah dialaminya sendiri berkaitan dengan

kesenangan, kesedihan, ketakutan, disamping itu siswa juga memperoleh

wawasan pada pemecahan masalah yang berkaitan dengan dunia mereka sendiri.

Interaksi langsung dengan karya sastra sangat penting karena pada waktu

pembaca berhadapan teks sastra, pembaca adalah pemberi makna. Pembaca yang

berbeda akan menghasilkan pemaknaan yang berbeda pula, sehingga tanggapan

orang yang satu dengan yang lain tidak akan sama. Akibat dari perbedaan

pengalaman dan pemaknaan terhadap bacaan, makna yang diperoleh dan

12

diberikan siswa dalam mengapresiasikan sastra haruslah merupakan transaksi

antara aktifitas jiwa siswa dengan kata-kata yang terangkai dalam cerita.Makna itu

diciptakan dan dibentuk oleh siswa sendiri, bukan yang ditawarkan guru atau

penulis buku. Guru dalam kegiatan apresiasi bukan penerjemah atau penafsir

karya sastra untuk siswanya, melainkan hanyalah sebagai pendorong dan pemberi

rangsangan.

Pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar meliputi tiga tahapan

yang harus dilalui seorang guru, yaitu: persiapan pembelajaran,pelaksanaan

pembelajaran, danevaluasi pembelajaran.

a. Pada tahap persiapan dimulai dari memilih bahan ajar. Agar pembelajaran

lebih menarik, maka bahan ajar harus sesuai dengan siswa sehingga

pertimbangan usiasiswa menjadi pilihan utama. Keberagaman tema,

keberagaman pengarang, dan bobot atau mutu karya sastra yang akan

dijadikan bahan ajar juga menjadi pertimbangan yang matang. Menentukan

metode harus disesuaikan dengan kemampuan guru dan kebutuhan serta

kesesuaian dengan keadaan siswa. Menuliskan persiapan mengajar harian

merupakan salah satu bentuk keprofesionalan seorang guru. Penulisan RPP

itu juga menunjukkan bahwa guru siap secara lahir batin hendak

menyampaikan pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar.

b. Pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar dapat

dimulai dari kegiatan praKBM (Kegiatan Belajar Mengajar) hingga KBM di

kelas. Kegiatan praKBM dapat dilakukan dengan memberi salinan atau kopi

teks sastra, diberi tugas membaca, menghafalkan, meringkas atau mencatat

13

dan menemukan arti kata-kata sukar yang terdapat dalam teks sastra. KBM di

kelas dapat dilakukan dengan memberi tugas membaca sajak, membaca

cerita, berdeklamasi atau mendongeng di depan kelas, Setelah itu baru

diadakan tanya jawab, menuliskan pendapat, dan berdiskusi bersama

merumuskan isi, tema, dan amanat.

c. Evaluasi pembelajaran apresiasi sastra itu hendaknya mengandung tiga

komponen dasar evaluasi, yaitu : (a) kognitif,(b) afektif, dan(c) psikomotor.

5. Cerita fiksi sebagai pembelajaran sastra di SD

Istilah prosa fiksi, biasa juga diistilahkan dengan prosa cerita, prosa narasi

atau cerita berplot. Pengertian prosa fiksi oleh Aminuddin (2004:66) menyatakan

bahwa “prosa fiksi ialah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku

tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang

bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita”.

Sastra anak sebagai sumber pembelajaran bahasa di sekolah dasar terdiri

atas berbagai jenis, yaitu buku bergambar, fiksi realistik, fiksi sejarah, fantasi/fiksi

ilmiah, sastra tradisional. “Biografi yang difiksikan semua jenis tersebut dapat

dijadikan bahan pembelajaran apresiasi asal disesuaikan dengan kondisi dan

tingkat perkembangan anak-anak” Pada KTSP 2006 mata pelajaran Bahasa

Indonesia, bahan pembelajaran prosa fiksi khususnya cerita fiksi anak pada

dasarnya tidak berdiri sendiri sebagaimana yang dinyatakan dalam kurikulum

sebelumnya.Tetapi jika kita perhatikan dengan baik, justru kurikulum 2006 ada

peluang yang sangat besar bagi guru untuk mengajarkan cerita fiksi.

14

Hal ini dapat terjadi karena sesuai dengan rambu-rambu kurikulum KTSP

2006, karya sastra (cerita fiksi) bukan hanya dijadikan bahan ajar untuk

mengajarkan sastra tetapi dapat juga dijadikan sebagai bahan ajar untuk

kemampuan berbahasa siswa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis).Hal

ini tampak pada rambu-rambu kurikulum KTSP yang menjelaskan bahwa

perbandingan bobot pembelajaran bahasa dan sastra sebaiknya seimbang dan

dapat disajikan secara terpadu. Misalnya, wacana sastra dapat sekaligus dipakai

sebagai bahan pembelajaran”

Jika ditelaah kurikulum KTSP 2006 mata pelajaran Bahasa Indonesia,

cerita fiksi sebagai bahan pembelajaran dapat dilakukan dalam berbagai

kesempatan khususnya di kelas IV. Berikut ini disajikan butir-butir pembelajaran

yang terdapat dalam kurikulum 2006 mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

a. Melengkapi bagian awal atau akhir sebuah cerita

b. Membaca cerita kemudian menceritakan ciri sifat pelakunya atau kebiasaan

pelakunya

c. Membaca buku cerita yang baik dan melaporkan di depan kelas

d. Membaca cerita, mencatat hal yang penting/menarik, kemudian menyusun

pertanyaan.

6. Unsur-unsur pembentuk cerita fiksi

Pada hakekatnya unsur yang membangun cerita fiksi sama dengan unsur

yang membangun cerita fiksi lain seperti cerpen, novel, dan dongeng lainnya”.

Unsur-unsur intrinsik cerita fiksi tersebut adalah: (1) setting, (2) karakter, (4) plot,

(5) tema. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:

15

a. Setting

Setting adalah waktu dan tempat terjadinya cerita.Penggambaran waktu

dan tempat membantu imajinasi anak untuk berpikir tentang kejadian cerita itu

benar-benar dialami oleh anak itu sendiri.Pemilihan setting cerita ini harus

spesifik sehingga kekuatan cerita dapat membantu anak mengembangkan daya

nalarnya.Berdasarkan gambaran tentang setting yang ditulis oleh penulis cerita,

maka cerita yang ditulis dapat dipahami. Pembaca akan menilai bahwa cerita yang

ditulis memiliki setting yang tepat dan hidup dalam pembentukan cerita.

Hubungan antara setting cerita dengan permasalahan yang terjadi dalam cerita

saling padu sehingga pembaca lebih cepat memahami isi cerita.

b. Karakter

Masalah perwatakan/penokohan adalah suatu hal yang kehadirannya

dalam sebuah fiksi amat penting dan menentukan, karena tidak mungkin ada suatu

karya fiksi tanpa adanya tokoh yang diceritakan yang membentuk alur.Sumarjo

berpendapat bahwa “karakter adalah sifat-sifat khas pelaku/tokoh yang

diceritakan, bagaimana kualitas nalar, sikap, tingkah laku pribadi, jiwa, yang

membedakan dengan tokoh lain dalam sebuah cerita”.

Dalam mengetahui tokoh utama atau tokoh tambahan dalam sebuah cerita,

maka kita harus melihat keseringan pemunculannya dalam sebuah cerita. Selain

itu dapat juga diketahui lewat petunjuk yang diberikan oleh pengarang dan juga

lewat judulnya.

Tokoh dalam sebuah cerita digambarkan oleh pengarang seperti halnya

manusia mempunyai watak-watak yang berbeda, ada yang baik ada pula yang

16

jahat, sehingga dalam cerita dikenal istilah pelaku protagonis, yaitu pelaku

disenangi dan pelaku antagonis yaitu pelaku yang tidak disenangi pembaca.

Pada cerita fiksi, penggambaran penokohan pengarang langsung

menyebutkan karakter pelakunya misalnya, langsung disebutkan bahwa tokoh itu

licik, penyabar, dungu, dan sebagainya.Demikian pula posisi tokoh sangat jelas

yang memihak kepada kebaikan dan yang memihak kepada kejahatan.

c. Plot

Mengenai plot atau alur cerita anak-anak sangat sederhana. Plot yang biasa

digunakan pengarang cerita menggunakan plot maju, artinya tahap-tahap cerita itu

dimulai dari perkenalan tokoh-tokoh cerita, masa menghadapi insiden, klimaks,

antiklimaks, kemudian penyelesaian cerita. Menurut Nuraeni “biasanya plot cerita

anak-anak adalah alur linear”. Artinya, alur cerita yang menceritakan secara

berurutan dari awal hingga akhir.Disamping itu, plot cerita yang sederhana dapat

memberikan kesan yang mendalam pada diri anak, apalagi faktor bahasa yang

digunakan oleh pengarang sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa anak.Plot

cerita seperti ini berfungsi bagi pengarang dalam memudahkan anak memahami

isi cerita.

d. Tema

Tema tidak lain adalah suatu gagasan senteral yang menjadi dasar tujuan

yang hendak dicapai oleh pengarang. Brooks dan Werren Ridayani,2004:8

mengemukakan bahwa “tema adalah dasar atau makna suatu cerita atau novel”.

Jadi, dalam pengertian tema tercakup persoalan dan tujuan atau amanat pengarang

17

kepada pembaca.Adapun tema-tema yang biasa digunakan oleh pengarang cerita

umumnya tema pelaku terhadap kedua orang tua.Juga tema kepahlawanan, kisah

petualangan serta kasih sayang sesama keluarga atau sesama teman merupakan

tema yang disukai oleh anak-anak.Tema-tema cerita anak memberikan nilai

kejujuran, keadilan, ketakwaan kepada Tuhan dan kasih sayang.

a. Tujuan pembelajaran apresiasi sastra di SD

Pembelajaran apresiasi prosa di SD tidak terlepas dari tujuan pembelajaran

apresiasi sastra. Menurut Huck,.wordpress.com/hakikat-sastra-anak diakses 6

April 2009, menyatakan bahwa pembelajaran sastra di SD harus memberikan

pengalaman pada siswa yang berkonstribusi pada 4 (empat) tujuan yang

penjelasannya sebagai berikut:

1. Pencarian kesenangan pada buku

Tujuan utama pembelajaran sastra di SD ialah memberi kesempatan

kepada anak untuk memperoleh pengalaman dari bacaan sastra serta masuk dan

terlibat dalam suatu buku. Salah satu cara terbaik untuk membuat siswa tertarik

pada buku, menurut Huck, wordpress.com/hakikat-sastra-anak diakses, 6 April

2009 ialah:

(a) memberi siswa lingkungan yang kaya dengan buku-buku yang baik, (b) memberi siswa waktu untuk membaca atau secara teratur guru membacakan buku untuk mereka, (c) memperkenalkan pada siswa berbagai ragam bacaan prosa, puisi, (d) memberi siswa waktu untuk membicarakan buku-buku, menceritakan buku itu satu sama lain dan menginterpretasikan melalui berbagai macam aktifitas respon aktif, (e) siswa diberikan kesempatan untuk mengamati atau melihat orang-orang dewasa menikmati buku.

18

2. Meginterpretasi bacaan sastra

Dalam menciptakan ketertarikan terhadap buku, siswa perlu membaca

banyak buku. Siswa pun perlu memiliki kesempatan untuk mendapatkan

pengalaman yang mendalam dengan buku-buku. Ketika siswa menghubungkan

apa yang mereka baca itu dengan latar belakang pengalamannya, mereka

menginternalisasikan makna cerita itu. Cara untuk membantu siswa

menginterpretasikan bacaan itu dengan cara mengidentifikasi para pelaku yang

ada pada cerita itu. Hal itu dapat dilakukan dengan cara mendramatisasikan

adegan tertentu yang ada pada buku cerita. Kegiatan daramatisasi selain

meningkatkan pemahaman pada cerita juga akan melatih mereka bersosialisasi.

3. Menggambarkan keadaan bersastra

Anak-anak yang masih berada di sekolah dasar juga harus diajak mulai

mengembangkan kesadaran pada sastra.Anak-anak harus diarahkan pula

menemukan elemen-elemen sastra secara berangsur-angsur, karena elemen-

elemen itu memberikan bekal kepada siswa dalam pemahaman makna cerita atau

puisi.Dengan demikian guru harus menguasai pengetahuan tentang bentuk-bentuk

cerita, elemen-elemen cerita dan pengetahuan tentang pengarang.

4. Mengembangkan apresiasi

Sasaran jangka panjang pembelajaran SD ialah mengembangkan kesukaan

membaca karya sastra yang bermutu. Menurut Margaret Early,

wordpress.com/hakikat-sastra-anak diakses, 6 April 2009, menyatakan bahwa

terdapat tiga tahap urutan dan perkembangan yang ada dalam pertumbuhan

19

apresiasi:Tahap kenikmatan yang tidak sadar, Tahap apresiasi yang masih ragu-

ragu atau berada antara tahap satu dan ketiga, Tahap kegembiraan secara sadar.

Tahap pertama sama dengan gagasan menumbuhkan kesenangan

membaca. Tahap ketiga tahap yang sudah matang dan menemukan kegembiraan

dalam banyak jenis bacaan dari banyak periode waktu, memberikan penghargaan

pada aliran dan pengarangnya dan memberikan tanggapan kritis sehingga

mendapat kegembiraan secara sadar.Pengajaran sastra untuk sekolah dasar

terutama kelas-kelas awal, difokuskan pada tahap yang pertama yaitu kesenangan

yang tidak disadari. Guru hanyalah pemberi jalan setapak untuk masuk ke dunia

indahnya sastra.

Pembelajaran apresiasi prosa diperlukan perencanaan. Perencanaan

pembelajaran mencakup tujuan khusus pembelajaran. Misalnya tujuan khusus

pembelajaran dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) mengemukakan kembali

ringkasan isi cerita sesuai dengan rangkaian cerita, pelaku cerita, dan tempat

kejadian, (2) memberikan tanggapan terhadap kejadian cerita, dan (3)

mengemukakan kembali ringkasan tanggapan secara lisan dengan baik dan benar

(Aminuddin,2004: 8). Tujuan khusus pembelajaran apresiasi prosa melalui

penggunaan buku bergambar meliputi: (1) siswa menceritakan pelaku cerita, (2)

siswa mampu menceritakan latar dalam cerita, (3) siswa mampu menceritakan

rangkaian cerita, dan (4) siswa mampu menceritakan kembali ringkasan isi cerita

secara tertulis.

20

b. Manfaat pembelajaran apresiasi sastra di SD

Apresiasi sastra merupakan aktifitas yang penting dalam pembelajaran

sastra di SD. Stewig Mustakim,2007:10 mengemukakan “pentingnya pengajaran

sastra kepada anak-anak karena adanya sejumlah manfaat, yaitu (1) anak dapat

memperoleh kenikmatan estetis dan cerita lewat sastra, (2) sastra merangsang

pertumbuhan imajinasi, (3) sastra membantu anak untuk memahami dirinya dan

orang lain”. Pentingnya apresiasi sastra di SD tidak lepas dari adanya beberapa

manfaat yang dapat diperoleh. Menurut Huck bahwa :manfaat cerita fiksi dapat

dikategorikan menjadi dua, yaitu manfaat personal berarti berarti sastra anak-

anak dapat memberikan (1) kenikmatan dan kesenangan, (2) memperkuat cara

berpikir, (3) mengembangkan imajinasi, (4) memberi pengalaman, (5)

mengembangkan kemampuan berprilaku, dan (6) menyajikan pengalaman

menyeluruh. Adapun sastra anak-anak mengandung manfaat pendidikan, yaitu

(1) membantu perkembangan bahasa, (2) mengembangkan kemampuan

membaca, (3) mengembangkan kepekaan terhadap cerita, dan (4) meningkatkan

kemampuan menulis.

c. Model pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salahsatu model pembelajaran di

mana siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu untuk memahami

dalam belajar, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan

lainnya dengan tujuan mencapai prestasi tertinggi.Menurut Kooper dan Heinich

(Asma,2006:11) menjelaskan bahwa

21

pembelajaran kooperatif sebagai metode pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan dan tugas-tugas akademik bersama, sambil bekerja sama belajar keterampilan-keterampilan kolaboratif dan sosial. Anggota-anggota kelompok memiliki tanggung jawab dan saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.

Pada kelas kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok

kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa. Masing-masing kelompok terdiri dari

siswa berkemampuan tinggi, sedang, rendah, dan jenis kelamin yang berbeda.

Selama belajar secara kooperatif, siswa tetap berbeda dalam kelompoknya selama

beberapa minggu atau bulan. Supaya dapat terlaksana dengan baik, siswa diberi

lembar kerja yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk

diajarkan. Menurut Arends (Asma,2006:16) membagi unsur-unsur dasar belajar

kooperatif yakni:

(1) siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama, (2) siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, (3) siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, (4) siswa haruslah membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara anggota kelompoknya, (5) siswa akan dikenakan atau akan diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok, (6) siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajar, (7) siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang dipelajari dalam kelompoknya.

Lebih lanjut menurut menurut Wina Sanjaya (2008:248) kelompok bisa dibuat

berdasarkan:

(1) perbedaan individual dalam kemampuan belajar, terutama bila kelas itu sifatnya heterogen dalam belajar, (2)

22

perbedaan minat belajar, dibuat kelompok yang terdiri atas siswa yang minatnya sama, (3) pengelompokan berdasarkan jenis pekerjaan yang kita berikan, (4) pengelompokan berdasarkan wilayah tempat tinggal siswa, yang tinggal dalam satu wilayah dikelompokkan dalam satu kelompok sehingga mudah koordinasinya, (5) pengelompokkan secara random atau dilotre, tidak melihat faktor lain, (6) pengelompokkan atas dasar jenis kelamin, ada kelompok pria dan wanita.

d. Model pembelajaran kooperatif tipe circ

Circ singkatan dari cooperative integrated reading and composition,

termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning merupakan

pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis yaitu “sebuah program

komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis

untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar” (Slavin,2005:200).

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe circ, siswa ditempatkan

dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5

siswa.Dalam kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin, suku/bangsa, atau

tingkat kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa yang

pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa merasa cocok satu sama

lain. Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan para siswa dapat meningkatkan

cara berfikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.

e. Komponen-komponen model pembelajaran kooperatif tipe circ

Model pembelajaran circ menurut Slavin (2005:205) memiliki delapan

komponen. Kedelapan komponen tersebut akan diuraikan sebagai berikut: (1)

Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa;

23

(2) Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian

sebelumnya atau berdasarkan nilai raport agar guru mengetahui kelebihan dan

kelemahan siswa pada bidang tertentu; (3) Student creative, melaksanakan tugas

dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu

ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya; (4) Team study,

yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru

memberikan bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya; (5) Team scorer

and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan

memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara

cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan

tugas; (6) Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru

menjelang pemberian tugas kelompok; (7) Facts test, yaitu pelaksanaan test atau

ulangan berdasarkan fakta yang diperoleh siswa; (8) Whole-class units, yaitu

pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu pembelajaran.

Adapun keunggulan pembelajaran kooperatif tipe circ adalah:

a. Circ amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca dan

menulis

b. Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang

c. Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok

d. Siswa dapat memberikan tanggapannya secara bebas

e. Siswa dilatih untuk bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain

f. Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya

g. Membantu siswa yang lemah

24

h. Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam mengapresiasi cerita fiksi.

e. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe circ dalam mengapresiasi

cerita fiksi

Penerapan kegiatan model pembelajaran kooperatif tipe circ dalam

mengapresiasi cerita fiksi adalah sebagai berikut

a. Pembentukan kelompok

Guru membentuk kelompok-kelompok siswa yang terdiri dari kelompok

heterogen. Maksud dari pengelompokan ini adalah untuk membaurkan siswa

dengan kapasitas intelektual yang berbeda-beda, jenis kelamin, status sosial,

agama, suku dan sebagainya.

b. Membaca berpasangan

Guru menyampaikan sebuah cerita untuk dikaji siswa. Para siswa

diarahkan untuk membaca cerita dalam hati dan kemudian secara bergantian

membaca cerita tersebut dengan bersuara bersama pasangannya secara bergiliran

untuk setiap paragraf. Si pendengar mengoreksi tiap kesalahan yang dibuat oleh si

pembaca.Kemudian para siswa diberikan tugas untuk mencari kata-kata yang baru

mereka dengar.Selanjutnya mereka belajar kata-kata ini agar tak ragu atau salah

mengucapkannya. Para siswa berlatih mengucapkan kata-kata ini bersama

pasangannya atau teman satu tim lainnya sampai mereka bisa membacanya

dengan lancar.

25

c. Menceritakan kembali isi cerita

Pada tahap ini siswa dimintakan untuk mengungkapkan kembali isi cerita

berdasarkan teks ataupun bahasanya sendiri secara lisan dan tulisan.Sebelum

menceritakan kembali, terlebih dahulu guru mengarahkan siswa untuk

menggunakan langkah-langkah dalam menceritakan cerita fiksi.Selanjutnya

diberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih anggota kelompok yang

menjadi eksekutor dalam menceritakan kembali cerita fiksi.

d. Mengidentifikasi unsur-unsur cerita fiksi

Tahapan selanjutnya adalah memberikan tugas kepada kelompok untuk

mengidentifikasi unsur-unsur cerita fiksi. Guru menggunakan alat peraga yang

menarik perhatian siswa. Kerjasama kelompok perlu dibangun dalam kegiatan

mengidentifikasi unsur-unsur cerita fiksi.

e. Penilaian

Untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap cerita, maka para siswa

diberikan kuis atau tes pemahaman.Pada tes ini siswa tidak diperbolehkan saling

membantu. Hasil tes dan evaluasi dari kegiatan mengapresiasi cerita akan menjadi

acuan dalam memberikan skor kepada tim siswa.

f. Penghargaan tim

Penghargaan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol

atau paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah.

Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim

26

untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih

meningkatkan prestasi mereka.

Kegiatan penghargaan kelompok dilakukan dengan memberikan hadiah

sebagai penghargaan atas usaha yang telah dicapai kelompok selama

belajar.Hadiah diberikan kepada kelompok yang dapat mencapai kriteria tertinggi

dari semua kelompok. Setiap anggota kelompok mempunyai kesempatan untuk

mendapat penghargaan. Untuk skor rata-rata kelompok 25 maka penghargaan

yang diperoleh kelompok adalah super, untuk skor rata-rata 20 maka penghargaan

yang diperoleh kelompok adalah hebat, dan untuk skor rata-rata kelompok 15

maka penghargaan yang diperoleh adalah baik. Penghargaan kelompok didasarkan

pada skor-skor peningkatan yang diperoleh masing-masing anggota dan sangat

mungkin tidak hanya satu kelompok yang mendapat penghargaan.

Tabel 2.1 Penghitungan skor perkembangan belajar kooperatif menurut Slavin:

Pemberian penghargaan kepada kelompok yang memperoleh poin

perkembangan kelompok yang tinggi ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

N1 = adayangkelompokanggotaJumlah

anggotaanperkembangtotalJumlah

Keterangan:

N1 = skor perkembangan kelompok

Poin perkembangan yang diperoleh terdapat tiga tingkatan penghargaan

yang diberikan yaitu:

Skor Tes Akhir Nilai PeningkatanLebih dari 10 poin di bawah skor dasar 5 poin10 poin hingga 1 poin di bawah skor dasar 10 poinSkor awal hingga 10 poin di atas skor dasar 20 poinLebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 poinNilai sempurna 30 poin

27

Tabel 2.2 Tingkat penghargaan kelompok menurut Slavin

Nilai rata-rata kelompok Penghargaan 5< x ≤ 15 Baik

15< x ≤ 25 Hebat 25< x ≤ 30 Super

A. Kerangka pikir

Dalam pokok kajian kurikulum KTSP 2006 khususnya mata pelajaran

Bahasa Indonesia adalah mengapresiasi cerita fiksi. Pada materi ini ditemukan

masalah bahwa siswa kurang mampu dalam mengapresiasi cerita fiksi.Setelah

diidentifikasi terdapat dua aspek yang menyebabkan permasalahan tersebut, yaitu

dari aspek guru dan aspek siswa. Dari aspek guru, yaitu : (1) pembelajaran lebih

terfokus pada kemampuan kognitif bukan apresiasi, (2) kurang membentuk

kelompok siswa, dan (3) tidak menggunakan media pembelajaran. Sementara dari

aspek siswa, yaitu : (1) kurang mampu menceritakan kembali isi cerita dan (2)

kurang mendapat kesempatan untuk mempersentasekan hasil pekerajaannya.

Berdasarkan penyebab permasalahan tersebut, maka peneliti menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe circ (cooperative integrated reading and

composition) sebagai tindakan perbaikan. Langkah-langkah pembelajaran

kooperatif tipe circ terdiri dari 6 tahap yaitu pembentukan kelompok, membaca

berpasangan, menceritakan kembali, mengidentifikasi unsur-unsur cerita fiksi,

penilaian dan penghargaan tim. Harapannya adalah akan meningkatkan

kemampuan siswa dalam mengapresiasi cerita fiksi.Untuk lebih jelasnya, berikut

ini adalah kerangka berpikir peneliti

28

Bagan. 2.1 Kerangka pikir model pembelajaran kooperatif tipe circ.

B. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah jika di terapkan model pembelajaran kooperatif tipe circ pada pelajaran

Bahasa Indonesia maka hasil belajar murid kela IV SDI 115 Tabuakang

Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto dapat meningkat.

Pembelajaran Bahasa Indonesia

Menyimak Berbicara Membaca Menulis

Model pembelajaran kooperatif tipe circ

Kebahasaan • Lafal • Intonasi,

Tekanan,dan Ritme

• Penggunaan kata dan kalimat

Non kebahasaan • Kenyaringan • Kelancaran • Sikap Berbicara • Gerak Dan Mimik • Penalaran • Santun Berbicara

Pengamatan

Hasil

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan jenis penelitian

1. Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong

(2001) bahwa penelitian kualitatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1)

peneliti bertindak sebagai instrumen utama, karena disamping sebagai pengumpul

data dan penganalisis data, jeneliti juga terlibat secara langsung dalam proses

penelitian, (2) mempunyai latar alami, data yang diperoleh dan diteliti akan

dipaparkan sesuai dengan kondisi yang terjadi di lokasi penelitian, (3) hasil

penelitian bersifat deskriptif, (4) lebih mementingkan proses daripada hasil, (5)

adanya batas permasalahan yang ditentukan dalam fokus penelitian, dan (6)

analisis data cenderung bersifat induktif.

2. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang

karakteristik dari tindakan kelas yakni tindakan-tindakan (aksi) yang berulang-

ulang untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. model tindakan yang

dilakukan dalam penelitian ini sesuai dengan pendapat Kemmis dan Mc Taggart

(Latri,2004:99) proses penelitian tindakan merupakan sebuah siklus atau proses

daur ulang yang terdiri dari empat aspek fundamental diawali dari aspek

mengembangkan perencanaan kemudian melakukan tindakan sesuai dengan

30

rencana, observasi/pengamatan terhadap tindakan, dan diakhiri dengan melakukan

refleksi. Kegiatan penelitian ditempuh dalam suatu tahapan sehingga kemampuan

siswa dalam mengapresiasi cerita fiksi dapat tercapai secara mekasimal.

B. Setting dan subjek penelitian

1. Setting penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SDI 115 Tabuakang kecamatan

Turatea Kabupaten Jeneponto.

2. Subjek penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas IV SDI 115 Tabuakang

Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto , dengan jumlah 15 siswa terdiri dari 9

siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki yang aktif dan terdaftar pada semester

ganjil tahun ajaran 2014/2015 dengan sasaran utama peningkatan kemampuan

mengapresiasi cerita fiksi melalui model pembelajaran kooperatif tipe circ.

Peneliti memilih siswa kelas IV sebagai objek penelitian karena

berdasarkan pertimbangan: (1) Masih ditemukan siswa yang mengalami kesulitan

dalam mengapresiasi cerita fiksi, (2) di sekolah ini belum pernah dilakukan

penelitian yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC, (3)

Adanya dukungan dari kepala sekolah dan guru terhadap pelaksanaan penelitian

ini, (4) adanya variasi siswa, dilihat dari status sosial, pendidikan, dan pekerjaan

orang tua, dan (5) tingkat perkembangan kognitif siswa kelas IV SD sudah dapat

bekerja secara berkelompok.

31

C. Fokus penelitian

Fokus penelitian ini adalah terkait dengan faktor-faktor yang diteliti, yaitu:

1. Faktor siswa

Melihat apakah kemampuan siswa pada pokok bahasan mengapresiasi

cerita fiksi dapat meningkat dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe circ.

2. Faktor guru

Memperhatikan bagaimana persiapan dan kesesuaian rencana

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe circ

dalam pembelajaran di kelas.

3. Faktor sumber belajar

Memperhatikan sumber belajar yang digunakan dan latihan-latihan yang

diberikan apakah sudah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, demikian pula

apakah sudah berjenjang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

D. Rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (action

research classroom) yaitu rancangan penelitian berdaur ulang (siklus) hal ini

mengacu kepada pendapat Kemmis dan Mc Taggart (Latri, 2003: 21) proses

penelitian tindakan merupakan sebuah siklus atau proses daur ulang yang terdiri

dari empat aspek fundamental diawali dari aspek mengembangkan perencanaan

32

kemudian melakukan tindakan sesuai dengan rencana, observasi/pengamatan

terhadap tindakan, dan diakhiri dengan melakukan refleks.

Adapun siklus pelaksanaan dapat dilhat pada bagan sebagai berikut:

Bagan. 3.1 Adaptasi siklus tindakan kelas Mc Taggart (Wiriaatmadja,2005:66)

Berdasarkan bagian-bagian tentang prosedur pelaksanaan tindakan

penelitian yang terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan

refleksi, maka ke empat tahap tersebut diurutkan sebagai berikut:

Ide awal diagnosis masalah

Menyusun rencana siklus

Pelaksanaan Tindakan

Observasi siklus I

Refleksi

Belum berhasil

Pelaksanaan Tindakan siklusi II

Observasi siklus II Refleksi

Berhasil Kesimpulan

Menyusun rencana siklus II

33

1. Perencanaan tindakan

Perencanaan tindakan adalah persiapan perencanaan tindakan

pembelajaran apresiasi cerita fiksi dengan mengunakan model pembelajaran

kooperatif tipe circ dengan langkah-langkah berikut:

a. Menyamakan persepsi antara peneliti dan guru tentang konsep dan tujuan

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe circ dalam pembelajaran

apresiasi cerita fiksi

b. Secara kolaboratif menyusun rencana tindakan pembelajaran siklus 1

c. Menetukan bahan dan media pembelajaran yang digunakan

d. Menyusun rambu-rambu instrumen data keberhasilan guru maupun instrumen

data keberhasilan siswa, berupa format observasi, pedoman wawancara, tes,

dan persiapan rekaman kegiatan tindakan berupa rekaman atau foto

pelaksanaan tindakan.

2. Pelaksanaan tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan yaitu tahap mengimplementasikan rencana

tindakan yang telah disusun secara kolaboratif antara peneliti dan guru kelas IV.

Adapun kegiatan yang di lakukan adalah guru melaksanakan tindakan apresiasi

cerita fiksi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe circ dengan

delapan tahap yaitu: (1) pembentukan kelompok, (2) membaca berpasangan, (3)

mengidentifikasi unsur-unsur cerita, (4) pemeriksaan oleh pasangan, (5)

menceritakan kembali, (6) buku laporan (7) penilaian, dan (8) penghargaan tim.

34

3. Obvservasi

Tahap observasi adalah mengamati seluruh proses tindakan dan pada saat

selesai tindakan. Fokus observasi adalah aktivitas guru dan siswa mulai pada

tahap pembelajaran, saat pembelajaran, dan akhir pembelajaran. Pada aktivitas

guru dan murid diperoleh dengan menggunakan format observasi, wawancara,

rekaman dan hasil pemahaman terhadap cerita yang dibaca responden. Format

observasi seperti pada lampiran.

4. Refleksi

Langkah terakhir dalam prosedur penelitian tindakan ini adalah

mengadakan refleksi (renungan) terhadap hasil yang telah dicapai pada setiap

siklus. Refleksi dilakukan dengan mengacu pada hasil observasi selama proses

dan pada saat selesai pembelajaran, yang terdiri atas aktivitas guru maupun murid.

E. Instrumen pengumpulan data

Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan tes,

wawancara, pengamatan, dan catatan lapangan. Empat teknik tersebut diuraikan

sebagai berikut:

a. Tes

Tes akan dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kemampuan

siswa dalam mengapresiasi cerita fiksi. Tes dilaksanakan pada awal penelitian,

pada akhir setiap tindakan, dan pada akhir setelah diberikan serangkaian tindakan.

35

b. Wawancara

Wawancara dimaksudkan untuk menggali kesulitan siswa dalam

mengapresiasi cerita fiksi, yang mungkin sulit diperoleh dari hasil pekerjaan siswa

maupun melalui pengamatan.

c. Pengamatan

Pengamatan akan dilaksanakan oleh orang yang terlibat aktif dalam

pelaksanaan tindakan yaitu guru yang mengajar di kelas IV dan teman sejawat.

Pada pengamatan ini digunakan pedoman pengamatan untuk mencatat hal-hal

yang dianggap penting.

d. Catatan Lapangan

Catatan lapangan memuat hal-hal penting yang terjadi selama

pembelajaran berlangsung yang dapat digunakan untuk melengkapi data yang

tidak terekam dalam lembar observasi.

F. Teknik analisis data

Analisis data akan dilakukan dengan cara mengelompokan data aspek guru

dan aspek siswa. Teknik yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif

yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (Latri,2003:25) yang terdiri dari

tiga tahap kegiatan yaitu: (1) mereduksi data, (2) menyajikan data, dan (3)

menarik kesimpulan dan verifikasi.

36

G. Indikator keberhasilan

Keberhasilan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu indikator tentang

keterlaksanaapembelajaran dan indikator kemampuan siswa dalam mengapresiasi

cerita fiksi. Skenario pembelajaran terlaksana dengan baik apabila skenario

pembelajaran terlaksana dengan tuntas. Adapun kriteria yang digunakan untuk

mengungkapkan kemampuan siswa dalam menguasai materi cerita fiksi adalah

sesuai dengan kriteria standar yang dikemukakan oleh Nurkancana (1986:39),

yaitu sebagai berikut:

tingkat penguasaan 90% - 100% dikategorikan sangat tinggi, 80% - 89% dikategorikan tinggi, 65% - 79% dikategorikan sedang, 55% - 64% dikategorikan rendah dan 0% - 54% dikategorikan sangat rendah.

Berdasarkan kriteria standar tersebut, maka peneliti menentukan tingkat

kriteria keberhasilan penelitian ini dilihat dari kemampuan siswa dalam

mengapresiasi cerita fiksi telah meningkat dan menunjukan tingkat pencapaian

ketuntasan belajar sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal yaitu 7,00.

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ( PTK) yang telah dilakukan pada pokok

bahasan “mendeskripsikan cerita fiksi” melalui model pembelajaran kooperatif

tipe circ pada siswa kelas IV di SDI115 Tabuakang Kecamatan Turatea

Kabupaten Jeneponto.

1. Siklus I

a. Aktivitas belajar hasil observasi

Hasil observasi aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran siklus I

pertemuan ke-1 dan ke-2 dapat dilihat melalui tabel berikut.

Tabel. 4.1 Distribusi dan frekuensi aktivitas belajar siklus pertama.

No Aktivitas Pertemuan Persentase

(%) I II Rata-Rata

1 Jumlah siswa yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran 13 14 13,5 90

2 Siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran 3 5 4 26,67

3 Siswa yang bertanya tentang materi pelajaran yang belum dimengerti. 5 7 6 40

4 Siswa yang dapat merespon setiap pertanyaan yang diajukan 5 7 6 40

5 Siswa yang aktif memberikan tanggapan terhadap materi yang telah dijelaskan 4 6 5 33,33

6 Siswa yang dapat menarik kesimpulan 5 7 6 40

Sumber :analisis data hasil belajar siswa siklus I

38

b. Hasil belajar

1) Nilai statistik hasil belajar

Tabel 4.2.Distribusi nilai statistik siklus I.

Statistik Nilai Statistik

Jumlah Siswa Nilai Ideal

Nilai Tetinggi Nilai Terendah Rentang Skor

Nilai Rata-Rata

15 100 80 50 30 66

Sumber :analisis data hasil belajar siswa siklus I

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar keterampilan

mengapresiasi cerita fiksisiswa pada siklus I adalah 66dari skor ideal 100. Skor

tertinggi 80 dan skor terendah adalah 50 dengan rentang skor 30 yang berarti hasil

belajar keterampilan mengapresiasi cerita fiksi yang dicapai siswa kelas IV

SDI 115 Tabuakang, Kabupaten Jeneponto tersebar dari skor terendah 50

sampai skor tertinggi 80.

2) Kategori hasil belajar

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi dan persentase skor hasil belajarsiklus I.

No Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5

0 – 35 36 - 55 56 - 69 70 - 89

90 – 100

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat Tinggi

0 2 4 9 0

0 13,3 26,67

60 0

Jumlah 15 100 Sumber :analisis data hasil belajar siswa siklus I

39

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat dikemukakan bahwa dari 15 orang

siswa kelas IV SDI 115 Tabuakang dalam keterampilan mengapesiasi cerita fiksi

bahwa tidak ada siswa yang hasil belajarnya sangat rendah, 2 siswa atau 13,3%

termasuk pada kategori rendah, 4 siswa atau 26,67 % termasuk pada kategori

sedang, 9siswa atau 60% termasuk pada kategori tinggi dan pada kategori sangat

tinggi 0 siswa atau sekitar 0%.

3) Tingkat ketuntasan hasil belajar

Tabel 4.4Distribusi ketuntasan belajar keterampilan mengapresiasi cerita fiksi siswapada siklus I.

No Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%) 1 2

0 – 66 67 – 100

Tidak tuntas Tuntas

6 9

40 60

Jumlah 15 100 Sumber :analisis data hasil belajar siswa siklus I

Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa dari 15 siswa kelasIV 115

Tabuakang, setelah pemberian tindakan ternyata sebanyak 6 siswa (40%) yang

masuk pada kategori tidak tuntas dan 9 siswa (60 %) yang masuk pada kategori

tuntas.

c. Refleksi

Berdasarkan hasil belajar siswa kelas IV SDI 115 Tabuakang pada siklus 1

menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih kurang dimana dari 15 siswa hanya

9 orang siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM yaitu 70 dan yang lainnya

hanya mendapatkan nilai di bawah KKM. Hal tersebut disebabkan karena ketika

kegiatan pembelajaran berlangsung masih banyak siswa yang kurang

memperhatikan pelajaran, baik ketika temannya sedang memerankan sebuah

40

drama maupun ketika guru sedang menjelaskan bagaimana berbicara dengan baik

ketika memerankan sebuah drama sesuai dengan materi. Siswa juga masih sangat

pasif dalam mengeluarkan pendapat serta masih kurangnya kerja sama siswa

dalam kelompoknya.

Berdasakan masalah tersebut sehingga harus dilaksanakan siklus II untuk

memperbaiki hasil belajar yang masih rendah pada siklus I dan dihharapkan pada

siklus II dapat meningkatkan keterampilan mengapresiasi cerita fiksi siswa kelas

IV SDI 115 Tabuakangmelalui model pembelajaran kooperatif tipe circ.

2. Siklus II

a. Aktivitas belajar hasil observasi

Hasil observasi aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran siklus II

Tabel. 4.5 Distribusi dan frekuensi aktivitas belajar siswa.

No Aktivitas Pertemuan Persentase

(%) I II Rata-Rata

1 Jumlah siswa yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran

15 15 15 100

2 Siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran

7 9 8 53,33

3 Siswa yang bertanya tentang materi pelajaran yang belum dimengerti.

7 9 8 53,33

4 Siswa yang dapat merespon setiap pertanyaan yang diajukan

8 10 9 60

5 Siswa yang aktif memberikan tanggapan terhadap materi yang telah dijelaskan

7 9 8 53,33

6 Siswa yang dapat menarik kesimpulan materi

6 8 7 46,67

Sumber :analisis data hasil belajar siswa siklus 2

41

b. Hasil belajar

1) Nilai statistik hasil belajar

Tabel 4.6.Distribusi nilai statistik siklus II.

Statistik Nilai Statistik

Jumlah Siswa Nilai Ideal

Nilai Tetinggi Nilai Terendah Rentang Skor

Nilai Rata-Rata

15 100 100 70 30 84

Sumber :analisis data hasil belajar siswa siklus 2

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa skor rata-rata cerita fiksi siswa pada siklus

II adalah 84dari skor ideal 100. Skor tertinggi 100 dan skor terendah adalah 70

dengan rentang skor 30 yang berarti keterampilan mengapresiasi cerita fiksi yang

dicapai siswa Kelas IV SDI 115 Tabuakang, Kabupaten Jenepontotersebar dari

skor terendah 70 sampai skor tertinggi 100.

2) Kategori hasil belajar

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi dan persentase skor keterampilan mengapresiasi cerita fiksi siklus II siswa kelas IV SDI 115

Tabukang Kabupaten Jeneponto.

No Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase (%) 1 2 3 4 5

0 – 35 36 - 55 56 - 69 70 - 89

90 – 100

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat Tinggi

0 0 0 6 9

0 0 0 40 60

Jumlah 15 100 Sumber :analisis data hasil belajar siswa siklus II

42

Berdasarkan Tabel 4.7 di atas dapat dikemukakan bahwa dari 15 siswa Kelas

IV SDI 115 Tabuakang Kabupaten Jeneponto bahwa tidak ada siswa yang

keterampilan belajarnya sangat rendah, 0 siswa atau 0 % termasuk pada kategori

rendah, 0 siswa atau 0% termasuk pada kategori sedang, 6 siswa atau 40%

termasuk pada kategori tinggi dan pada kategori sangat tinggi 8 siswa atau sekitar

60 %.

3) Tingkat ketuntasan hasil belajar

Tabel 4.8Distribusi ketuntasan belajarsiswa pada siklus II.

No Nilai Kategori Frekuensi Persentase

1

2

0 – 66

67 – 100

Tidak tuntas

Tuntas

0

15

0

100

Jumlah 15 100

Sumber :analisis data hasil belajar siklus 2

Berdasarkan tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa dari 15 siswa kelas IV

115 Tabuakng, setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe circ

ternyata sebanyak 0 siswa (0%) yang masuk pada kategori tidak tuntas dan 15

siswa (100 %) yang masuk pada kategori tuntas.

c. Refleksi

Berdasarkan keterampilan mengapresiasi cerita fiksi siswa kelas IV SDI

115 Tabuakang, Jeneponto pada siklus II menunjukkan bahwa keterampilan

berbicara siswa mengalami peningkatan dimana pada siklus I hanya 9 orang

siswa yang mencapai nilai KKM dan pada siklus II semua siswa sudah dapat

43

mencapai nilai KKM yaitu 70. Hal tersebut disebabkan karena ketika kegiatan

pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa sudah memperhatikaan pelajaran

secara seksama. Siswa pada kelas tersebut sudah tidak pasif lagi dalam

mengeluarkan gagasan ataupun dalam bertanya serta sudah mulai terbangun kerja

sama dalam kelompoknya masing-masing. Peningkatan dalam aktivitas belajar

tersebut berdampak pada hasil belajar yang ikut meningkat.

Berdasarkan peningkatan hasil belajar tersebut maka dapat dikatakan

bahwa model pembelajaran kooperatif tipe circ cocok digunakan dalam proses

pembelajaran Bahasa Indonesia dalam meningkatkan keterampilan berbicara

siswa kelas IV SDI 115 Tabuakang, Kabupaten Jeneponto.

B. Pembahasan

1. Aktivitas belajar

Perbandingan aktivitas siswa kedua siklus

Tabel. 4.9 Distribusi dan frekuensi aktivitas belajar siklus I dan siklus II.

No Aktivitas Siklus

I II

1. Jumlah siswa yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran 90% 100%

2. Siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran 26,67% 53,33%

3. Siswa yang bertanya tentang materi pelajaran yang belum dimengerti. 40% 53,33%

4. Siswa yang dapat merespon setiap pertanyaan yang diajukan 40% 60%

5. Siswa yang aktif memberikan tanggapan terhadap materi yang telah dijelaskan 33,33% 53,33%

6. Siswa yang dapat menarik kesimpulan materi 40% 46,67%

Sumber :analisis data hasil belajar siswa siklus I dan 2

44

Peningkatan keterampilan belajar siswa dalam proses pembelajaran di

kelas IV SDI 115 Tabuakang, Kabupaten Jeneponto selama 2 siklus penelitian

tindakan kelas, dapat lebih jelas terlihat pada grafik berikut ini.

Gambar 4.1 Grafik perbandimgan aktivitas siswa siklu I dan II

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa aktivitas siswa meningkat

pada siklus kedua. Hal tersebut dapat terjadi karena pada siklus kedua siswa

diberikan kesempatan untuk mencari sendiri cerita fiksi yang akan mereka

ceritakan kembali berdasarkan tema yang telah ditentukan oleh peneliti yang

bertindak sebagai guru. Di sini guru hanya memberikan sedikit gambaran

kemudian siswa yang mencari cerita fiksi dan menceritakan bersama teman

kelompoknya. Siswa tidak dituntut untuk mencari dibuku saja tetapi dapat

berdasarkan kreasi mereka sendiri dan langsung mempraktekkannya secara nyata

sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Hal tersebut membuat siswa lebih

aktif dan tidak pasif seperti yang terjadi pada siklu pertama dimana siswa lebih

0%

20%

40%

60%

80%

100%90%

26,67% 40% 40%

33,33% 40%

100%

53,33% 53,33% 60% 53,33%

46,67%

pers

enta

se

aktivitas siswa

perbandingan aktivitas siswa

siklus I

siklus II

45

banyak dibimbing oleh guru yang membuat siswa malas untuk mencari jawaban

atas masalahnya.

Pada materi keterampilan mengapresiasi cerita fiksi, siswa akan merasa

senang belajar apabila mereka sendiri yang melakukan kreasi dan langsung

mempraktekkannya dan tidak hanya menyalin atau membaca buku saja yang

membuat siswa merasa bosan. Ini sesuai dengan model yang digunakan peneliti

yaitu model kooperatif tipe circ.

2. Hasil belajar siswa

a. Perbandingan nilai statistik siklus I dan siklus II

Tabel 4.10 Perbandingan nilai statistik siswa kelas IV SDI115 Tabuakang pada siklus I dan II.

Siklus Nilai perolehan dari 15 siswa

Nilai tertinggi

Nilai terendah

Nilai Rata-rata

I 80 50 66 II 100 70 84

Sumber :analisis data hasil belajar siswa siklus I dan 2

Peningkatan nilai statistik siswa dalam proses pembelajaran di kelas IV

SDI 115 Tabuakang selama 2 siklus penelitian tindakan kelas, dapat lebih jelas

terlihat pada grafik berikut ini.

46

Gambar 4.2 Grafik perbandingan nilai statisti siklus I dan Siklus II

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa nilai statistik siswa kelas IV

SDI 115 Tabuakang meningkat. Dari skor rata-rata 66 pada siklus I meningkat

menjadi 84 pada siklus II.Begitu pula nilai tertinggi dimana pada siklus I siswa

hanya mampu mendapatkan nilai 80 dan pada siklus II siswa sudah mampu

mendapatkan nilai 100. Sedangkan nilai terendah, pada siklus I nilai paling rendah

yang di dapat siswa yaitu 50 dan pada siklus II siswa mampu meningkatkan hasil

belajarnya sehingga nilai paling rendah yaitu 70.

b. Perbandingan kategori hasil belajar siklus I dan siklus II

Tabel 4.11 Distribusi frekuensi dan persentase skor hasil belajar siswa kelas IV SDI

115 Tabuakang siklus I dan siklus II.

No Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase (%) Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II

1. 2. 3. 4. 5.

0 – 35 36 - 55 56 - 69 70 - 89

90 – 100

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat Tinggi

0 2 4 9 0

0 0 0 6 9

0 13,33 26,67

60 0

0 0 0 40 60

Jumlah 15 15 100 100 Sumber :analisis data hasil belajar siklus 1 dan II

020406080

100

nilai tertingginilai terendah

nilai rata-rata

80

50 66

100 80 84

nila

i

perbandingan nilai statistik

siklus I

siklus II

47

Peningkatan kategori hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran di

kelas IV SDI 115 Tabuakan Kabupaten Jeneponto selama 2 siklus penelitian

tindakan kelas, dapat lebih jelas terlihat pada grafik berikut ini.

Gambar 4.3 Grafik perbandingan kategori hasil belajar

siklus I dan Siklus II

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa kategori hasil belajar siswa

meningkat.Pada siklus I masih ada siswa yang masuk dalam kategori rendah dan

sedang serta tidak ada siswa yang masuk pada ktegori sangat tinggi.Sedangkan

pada siklus II mengalami peningkatan karena sudah tidak ada lagi siswa yang

berada pada kategori rendah maupun sedang serta pada kategori sangat tinggi

siswa megalami peningkatan drastis.

c. Perbandingan tingkat ketuntasan hasil belajar siklus I dan siklus II

Tabel 4.12 Perbandingan tingkat ketuntasan keterampilan mengapresiasi cerita fiksi siswa

kelas IV SDI 115 Tabuakang.

Siklus

Ketuntasan Persentase Tuntas Tidak Tuntas Tuntas TidakTuntas

I 9 6 60 40 II 15 0 100 0

Sumber :analisis data hasil belajar siklus 1 dan 2

0%

50%

100%

sangat rendahrendah sedang tinggisangat tinggi

0% 13,33% 26,67% 60%

0%

0% 0% 0%

40% 60%

pers

enta

se

Kategori

perbandingan kategori hasil belajar

siklus I

siklus II

48

Peningkatan nilai ketuntasan siswa dalam proses pembelajaran di kelas IV

SDI 115 Tabuakang Kabupaten Jeneponto selama 2 siklus penelitian tindakan

kelas, dapat lebih jelas terlihat pada grafik berikut ini.

Gambar 4.4 Grafik perbandingan ketuntasan hasil belajar siklus I dan Siklus II

Pada grafik 4.4 di atas dapat dilihat bahwa tingkat ketuntasan siswa

meningkat, dimana pada siklus I nilai tuntas hanya mampu dicapai 9 orang

siswa dasssn 6 siswa tidak mencapai ketuntasan atau berada pada tidak

tuntas.Sedangkan pada siklus II seluruh siswa sudah mampu mencapai nilai

ketuntasan atau 100 % berada pada nilai tuntas.

C. Verivikasi Hipotesa

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data mengeenai perbandingan

nilai statistik, perbandingan kategori hasil belajar dan perbandingan tingkat

ketuntasan siklus I dan siklus II telah membuktikan terjadinya peningkatan hasil

belajar, hal ini didukung dengan terjadinya peningkatan aktivitas siswa dari siklus

I ke siklus II. Ini membuktikan bahwa hipotesa berbunyi “jika model

0%20%40%60%80%

100%

tuntas tuidak tuntas

60% 40%

100%

0% pers

enta

se

tingkat ketuntasan

perbandingan tingkat ketuntasan hasil belajar

Siklus I

Siklus II

49

pembelajaran tipe circdigunakan dalam proses belajar mengajar maka dapat

meningkatkan keterampilan mengapresiasi cerita fiksi” dapat diterima.

D. Indikator keberhasilan

Indikator keberhasilan yang telah ditentukan peneliti yaitu indikator

keberhasilan dapat tercapi apabila setiap siswa kelas IV SDI115 Tabuakang

dalam meningkatkan keterampilan mengapresiasi cerita fiksi siswa dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe circ memperoleh nilai ≥ 70

dan ketuntasan belajar 70%. berdasarkan indikator di atas maka penelitian

tindakan kelas yang dilakukan dapat dinyatakan berhasil sebab pada siklus kedua

siswa kelasIV SDI 115Tabuakang memperoleh nilai rata-rata 84 dan ketuntasan

belajar siswa mencapai 100.

50

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka hasil penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif

tipe circ yaitu:Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa mulai dari kehadiran,

yang melakukan pengamatan, menemukan sendiri pengetahuannya,

menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari, mengurutkan kembali

materi pembelajaran, serta menarik kesimpulan mengalami peningkatan dari

siklus 1 ke siklus 2.meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus 1 dengan nilai

rata-rata 67,2 dengan ketuntasan hasil belajar 26,67%. meningkatkan hasil belajar

siswa pada siklus 2 dengan nilai rata-rata 75,45 dengan ketuntasan hasil belajar

80%.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, dikemukakan beberapa

saran sebagai berikut :

1. Bagi guru Sekolah dasar dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Circ sebagai salah satu alternatif untuk peningkatan peningkatan

kemampuan mengapresiasi cerita fiksi padasiswa dalam mata pelajaran

Bahasa Indonesia.

2. Bagi praktisi atau instansi pendidikan lainnya dapat dijadikan pedoman untuk

menerapkan bentuk pembelajaran ini.

51

Bagi Peneliti berikutnya dapat mengembangkan penelitian dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe circ dalam meningkatkan kompetensi siswa

yang lain.

52

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru

Algensido

Asma Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas.2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas Djuanda, D. 2002. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Universitas

Terbuka Hafid, Abd. 2003. Mengefektifkan Pembelajaran Apresiasi Cerita Fiksi Melalui

Implementasi SAT Siswa Kelas V SD Negeri Simbersari. Tesis tidak di terbitkan: Universitas Negeri Malang.

Latri. 2004. Pembelajaran Bangun Ruang secara Konstruktivisme dengan

Menggunakan Alat Peraga di Kelas IV SDN 10 Watampone. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Moleong. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mustakim, Nur. 2007. Apresiasi dan Teori Sastra di SD. Makassar: Universitas

Negeri Makassar. Nurkancana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional (Online) http://makalhkumakalhmu.wordpress.com/hakikat-sastra-anak. Diakses,

6 April 2009 Ridayani. 2004. Memahami karya sastra.Bandung : Alumni Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group. Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning: Theory, Research And Practice Second

Edition. Massachusetts : Allyn And Bacon Publishers Suharsimin, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Supriyadi. 2004. Pembelajaran Satra Yang Apresiatif dan Efektif di SD. Jakarta:

Depdiknas.

53

Suriyanti. 2004. Pembelajaran Apresiasi Sastra di SD Dengan Strategi Aktivitas Terbimbing. KTI tidak di terbitkan: Universitas Negeri Makassar.

Syafi’ie 1999. Pembelajaran Membaca di Kelas – Kelas Awal Sekolah Dasar.

Malang: Depdiknas universitas Negeri Malang. Trimansyah, B. 1999. Cerita Anak Kotemporer. Bandung: Nuansa. Wiriaatmadja, Rochiati. 2005 Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung

Remaja Rosdakarya.

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensido

Asma Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas

Djuanda, D. 2002. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Universitas Terbuka Hafid, Abd. 2003. Mengefektifkan Pembelajaran Apresiasi Cerita Fiksi Melalui

Implementasi SAT Siswa Kelas V SD Negeri Simbersari. Tesis tidak di terbitkan: Universitas Negeri Malang.

Latri. 2004. Pembelajaran Bangun Ruang secara Konstruktivisme dengan Menggunakan Alat

Peraga di Kelas IV SDN 10 Watampone. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Moleong. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mustakim, Nur. 2007. Apresiasi dan Teori Sastra di SD. Makassar: Universitas Negeri

Makassar. Nurkancana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional (Online) http://makalhkumakalhmu.wordpress.com/hakikat-sastra-anak. Diakses, 6 April

2009 Ridayani. 2004. Memahami karya sastra. Bandung : Alumni Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning: Theory, Research And Practice Second Edition.

Massachusetts : Allyn And Bacon Publishers Suharsimin, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Supriyadi. 2004. Pembelajaran Satra Yang Apresiatif dan Efektif di SD. Jakarta: Depdiknas.

DAFTAR HADIR SISWA KELAS IV

SDI TABUAKANG

KECAMATAN TURATEA KABUPATEN JENEPONTO

SIKLUS I

NO

NAMA

PERTEMUAN

I II III

1 Ha √ √ √

2 Fa √ √ √

3 Ap √ A √

4 Me √ √ √

5 Sb √ √ √

6 Yl √ √ √

7 Na S S √

8 Fi √ √ √

9 Ki √ √ √

10 Ea √ √ √

11 Li √ √ √

12 Aa √ √ √

13 La √ √ √

14 Sr √ A √

15 Si √ √ √

DAFTAR HADIR SISWA KELAS IV

SDI TABUAKANG

KECAMATAN TURATEA KABUPATEN JENEPONTO

SIKLUS II

NO

NAMA

PERTEMUAN

I II III

1 Ha √ √ √

2 Fa √ √ √

3 Ap √ √ √

4 Me √ √ √

5 Sb √ √ √

6 Yl √ √ √

7 Na √ √ √

8 Fi √ √ √

9 Ki √ √ √

10 Ea √ √ √

11 Li √ √ √

12 Aa √ √ √

13 La √ √ √

14 Sr √ √ √

15 Si √ √ √

No Nama Aspek yang dinilai Jumlah skor Nilai akhir Ketuntasan I II III IV V 1. HT 4 4 5 4 5 22 88 Tuntas

2. FS 4 4 4 4 4 20 80 Tuntas

3. AP 5 4 4 4 5 22 88 Tuntas

4. ME 4 4 4 3 5 20 80 Tuntas

5. SB 4 4 4 3 5 20 80 Tuntas

6. YL 4 3 4 4 3 18 72 Tuntas

7. NA 4 4 4 4 3 19 76 Tumtas

8. FN 4 4 5 3 4 20 80 Tuntas

9. KT 3 3 4 4 4 18 72 Tuntas

10. EL 3 4 4 2 3 16 64 Tidak tuntas

11. LA 4 4 5 5 4 20 80 Tuntas

12. AS 3 4 4 3 4 18 72 Tuntas

13. LI 2 3 3 4 3 15 60 Tidak tuntas

14 SR 4 4 3 3 3 17 68 Tidak tuntas

15 SD 4 3 4 3 4 18 72 Tuntas

Jumlah 1132

Nilai rata-rata 75.47

Nilai < 70 20%

Nilai ≥ 70 80%

Ketuntasan klasikal 80%

Keterangan :

Aspek yang dinilai

I. Lafal II. Intonasi III. Kelancaraan IV. Ekspresi berbicara V. Pemahaman isi

Data Hasil LKS Siklus I

No

Nama

Skor Nilai

Nilai

1

(100)

1. Ha 70 70

2. Fa 60 60

3. Ap 70 70

4. Me 80 80

5. Sb 60 60

6. Yl 60 60

7. Na 70 70

8. Fi 80 80

9. Ki 70 70

10. Ea 70 70

11. Li 70 70

12. Aa 70 70

13. La 70 70

14 Sr 60 50

15 Si 60 50

Jumlah 990

Rata-rata 66

Data Hasil LKS Siklus II

No

Nama

Skor Soal

Nilai 1

(100)

1. Ha 100 100

2. Fa 80 80

3. Ap 90 90

4. Me 90 90

5. Sb 100 100

6. Yl 80 80

7. Na 80 80

8. Fi 90 90

9. Ki 90 90

10. Ea 90 90

11. Li 90 90

12. Aa 80 80

13. La 90 90

14 Sr 80 80

15 Si 80 80

Jumlah 1290

Rata-rata 86

Data Hasil Penilaian Evaluasi siklus 1

No Nama Aspek yang dinilai Jumlah skor Nilai akhir Ketuntasan I II III IV V

1. Ha 4 4 4 3 5 20 80 Tuntas 2. Fa 4 3 4 5 4 20 68 Tidak tuntas 3. Ap 4 3 4 4 4 19 76 Tuntas 4. Me 3 3 4 3 4 17 68 Tidak tuntas 5. Sb 2 3 4 3 3 15 60 Tidak tuntas 6. Yl 3 3 4 2 3 15 60 Tidak tuntas 7. Na 4 4 3 2 3 16 64 Tidak tuntas 8. Fi 4 3 3 3 4 17 68 Tidak tuntas 9. Ki 3 3 4 2 3 15 60 Tidak tuntas 10. Ea 3 4 4 2 3 16 64 Tidak tuntas 11. Li 4 4 5 3 4 20 80 Tuntas 12. Aa 3 4 4 3 4 18 72 Tuntas 13. La 2 3 3 4 3 15 60 Tidak tuntas 14 Sr 4 4 3 3 3 17 68 Tidak tuntas 15 Si 4 3 4 3 4 18 72 Tuntas

Jumlah 1008

Nilai rata-rata 67,2

Nilai < 70 73,33%

Nilai ≥ 70 26,,67%

Ketuntasan klasikal 26,67% Keterangan :

Aspek yang dinilai : I. Lafal II. Intonasi III. Kelancaran IV. Ekspresi V.pemahaman isi

Data Hasil Penilaian Evaluasi Siklus 2

No Nama Aspek yang dinilai Jumlah skor Nilai akhir Ketuntasan I II III IV V 1. Ha 4 4 5 4 5 22 88 Tuntas

2. Fa 4 4 4 4 4 20 80 Tuntas

3. Ap 5 4 4 4 5 22 88 Tuntas

4. Me 4 4 4 3 5 20 80 Tuntas

5. Sb 4 4 4 3 5 20 80 Tuntas

6. Yl 4 3 4 4 3 18 72 Tuntas

7. Na 4 4 4 4 3 19 76 Tumtas

8. Fi 4 4 5 3 4 20 80 Tuntas

9. Ki 3 3 4 4 4 18 72 Tuntas

10. Ea 3 4 4 2 3 16 64 Tidak tuntas

11. Li 4 4 5 5 4 20 80 Tuntas

12. Aa 3 4 4 3 4 18 72 Tuntas

13. La 2 3 3 4 3 15 60 Tidak tuntas

14 Sr 4 4 3 3 3 17 68 Tidak tuntas

15 Si 4 3 4 3 4 18 72 Tuntas

Jumlah 1132 Nilai rata-rata 75.47 Nilai < 70 20%

Nilai ≥ 70 80% Ketuntasan klasikal 80% Keterangan :

Aspek yang dinilai : I. Lafal II. Intonasi III. Kelancaran IV. Ekspresi V.pemahaman isi

HASIL OBSERVASI AKTIVITAS GURU SIKLUS I

Nama Guru : NURSYAMSI

Kelas : IV

No

KomponenKeterampilan Proses Aspek Yang Diamati

KategoriPenilaian

SB B C K SK

1. Preview Tahappreview merupakantahapawaldariStrategi. Dalamtahapini guru memberikanbahanbacaankepadasiswadanmengimformasikanbagaimana ide pokok/tujuanpembelajaran yang hendakdicapai.

2. Question Dalamtahapini guru mengimformasikankepadamurid agar memperhatikanmaknadaribacaansertamemberikantugasmembuatpertanyaanmenggunakan kata apa, mengapa, siapadanbagaiamana.

3. Read Dalamtahapini read, guru memberikantugaskepadamuriduntukmembacadanmenanggapi/menjawabpertanyaan yang telahdisusunsebelumnya.

4. Reflect Mensimulasikan/mengimformasikanmateri yang adapadabahanbacaan.

5. Recite Padatahapini guru memintamuridmembuatintisaridarikeseluruhanpembahasanpelajaran yang dipelajari.

6. Review Tahapterakhirdaripembelajaraniniadalahmenugaskanmuridmembacaintisaridanmemintamuridmembacakembalibahanbacaanjikamasihbelumyakindenganjawabannya.

Keterangan:

SB: Sangat Baik

B : Baik

C : Cukup

K: Kurang

SK: Sangat Kurang

Observer

H.Suhapid.,S.Pd NIP : 19640320 198611 100 1

HASIL OBSERVASI AKTIVITAS GURU SIKLUS II

Nama Guru : NURSYAMSI

Kelas : IV

No

KomponenKeterampilan Proses Aspek Yang Diamati

KategoriPenilaian

SB B C K SK

1. Preview Tahap preview merupakan tahap awal dari Strategi. Dalam tahap ini guru memberikan bahan bacaan kepada siswa dan mengimformasikan bagaimana ide pokok/tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

2. Question Dalam tahap ini guru mengimformasikan kepada murid agar memperhatikan makna dari bacaan serta memberikan tugas membuat pertanyaanmenggunakan kata apa, mengapa, siapadanbagaiamana.

3. Read Dalamtahapini read, guru memberikantugaskepadamuriduntukmembacadanmenanggapi/menjawabpertanyaan yang telahdisusunsebelumnya.

4. Reflect Mensimulasikan/mengimformasikanmateri yang adapadabahanbacaan.

5. Recite Padatahapini guru memintamuridmembuatintisaridarikeseluruhanpembahasanpelajaran yang dipelajari.

6. Review Tahapterakhirdaripembelajaraniniadalahmenugaskanmuridmembacaintisaridanmemintamuridmembacakembalibahanbacaanjikamasihbelumyakindenganjaw

abannya.

Keterangan:

SB: Sangat Baik

B : Baik

C : Cukup

K: Kurang

SK: Sangat Kurang

Observer

H.Suhapid.,S.Pd NIP : 19640320 198611 100 1

LEMBAR OBSERVASI GURU

(SIKLUS I)

Nama Sekolah : SDI 115 Tabuakang

Tahun Pelajaran : 2014/2015

Kelas/Semester : IV / I

Pokok Bahasan : Mendengarkan Dongeng

No Aspek yang diamati Penilaian Ya Tidak

1

2

Kegiatan Awal • Memberikan salam • Berdoa dan mengecek kehadiran siswa • Guru mempersiapkan fasilitas yang terkait

dengan pembelajaran • Guru melakukan apersepsi seperti

menanyakan pelajaran yang sebelumnya dan mengaitkannya dengan pelajaran sekarang yang ada kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.

• Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan menjelaskan tentang cara kegiatan belajar yang akan dilakukan

• Siswa dimotivasi agar melaksanakan kegiatan dengan penuh semangat.

• Membagi siswa kedalam 5 kelompok (setiap kelompok terdiri dari 4 orang) secara heterogen. (Komponen Masyarakat Belajar.

Kegiatan Inti • Guru membagikan beberapa daun yang

berbeda pada setiap kelompok kemudian menyuruh siswa mengamati daun tersebut untuk mengembangkan pengetahuan awalnya berdasarkan pada pengetahuan barunya (komponen kontruktivisme)

• Guru bertanya kepada siswa tentang bagian-bagian daun, bentuk-bentuk daun serta fungsinya berdasarkan pengamatan (Komponen Bertanya)

• Guru membagikan LKS pada setiap kelompok untuk dikerjakan

• Guru meminta siswa mendiskusikan jawaban setiap kelompok (komponen masyarakat

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

√ √

3

belajar). • Guru membimbing siswa dalam kerja

kelompok sehingga siswa aktif • Guru meminta siswa mempresentasekan hasil

diskusi kelompoknya dan kelompok yang lain menanggapinya (komponen pemodelan).

• Guru memberikan penguatan atau pujian kepada setiap kelompok yang mengerjakan LKS dengan benar

• Guru membagikan tes formatif kepada siswa untuk dikerjakan

• Guru melakukan penilaian terhadap hasil tes atau pekerjaan siswa (komponen penilaian nyata).

Kegiatan Akhir • Guru meminta siswa untuk mengungkapkan

pertanyaan yang belum dipahami • Guru meminta Siswa merangkum materi

pelajaran sebagai kegiatan refleksi (komponen refleksi).

• Guru memotivasi kepada siswa untuk rajin belajar dan mengulangi pelajaran di rumah.

√ √ √ √

% Ketuntasan 78,95% 21.05%

Pengamat

H.Suhapid.,S.Pd

LEMBAR OBSERVASI GURU

(SIKLUS II)

Nama Sekolah : SDI 115 Tabuakang

Tahun Pelajaran : 2014/2015

Kelas/Semester : VI / I

Pokok Bahasan : Mendengarkan Dongeng

No Aspek yang diamati Penilaian Ya Tidak

1

2

3

Kegiatan Awal • Memberikan salam • Berdoa dan mengecek kehadiran siswa • Guru mempersiapkan fasilitas yang terkait

dengan pembelajaran • Guru melakukan apersepsi seperti

menanyakan pelajaran yang sebelumnya dan mengaitkannya dengan pelajaran sekarang yang ada kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.

• Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan menjelaskan tentang cara kegiatan belajar yang akan dilakukan

• Siswa dimotivasi agar melaksanakan kegiatan dengan penuh semangat.

• Membagi siswa kedalam 5 kelompok (setiap kelompok terdiri dari 4 orang) secara heterogen. (Komponen Masyarakat Belajar.

Kegiatan Inti • Guru membagikan beberapa daun yang

berbeda pada setiap kelompok kemudian menyuruh siswa mengamati daun tersebut untuk mengembangkan pengetahuan awalnya berdasarkan pada pengetahuan barunya (komponen kontruktivisme)

• Guru bertanya kepada siswa tentang bagian-bagian daun, bentuk-bentuk daun serta fungsinya berdasarkan pengamatan (Komponen Bertanya)

• Guru membagikan LKS pada setiap kelompok untuk dikerjakan

• Guru meminta siswa mendiskusikan jawaban setiap kelompok (komponen masyarakat

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

belajar). • Guru membimbing siswa dalam kerja

kelompok sehingga siswa aktif • Guru meminta siswa mempresentasekan hasil

diskusi kelompoknya dan kelompok yang lain menanggapinya (komponen pemodelan).

• Guru memberikan penguatan atau pujian kepada setiap kelompok yang mengerjakan LKS dengan benar

• Guru membagikan tes formatif kepada siswa untuk dikerjakan

• Guru melakukan penilaian terhadap hasil tes atau pekerjaan siswa (komponen penilaian nyata).

Kegiatan Akhir • Guru meminta siswa untuk mengungkapkan

pertanyaan yang belum dipahami • Guru meminta Siswa merangkum materi

pelajaran sebagai kegiatan refleksi (komponen refleksi).

• Guru memotivasi kepada siswa untuk rajin belajar dan mengulangi pelajaran di rumah.

√ √ √ √ √ √

% Ketuntasan 100 %

Pengamat

H.Suhapid.,S.Pd

LEMBAR AKTIVITAS SISWA

(SIKLUS I)

Nama Sekolah : SDI 115 Tabuakang

Tahun Pelajaran : 2014/2015

Kelas/Semester : IV / I

Pokok Bahasan : Mendengarkan Dongeng

No Aktivitas Pertemuan I II Rata-Rata

1 Jumlah siswa yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran 12 14 13,5

2 Siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran 3 5 4

3 Siswa yang bertanya tentang materi pelajaran yang belum dimengerti. 5 7 6

4 Siswa yang dapat merespon setiap pertanyaan yang diajukan 5 7 6

5 Siswa yang aktif memberikan tanggapan terhadap materi yang telah dijelaskan 4 6 5

6 Siswa yang dapat menarik kesimpulan materi 5 7 6

LEMBAR AKTIVITAS SISWA

(SIKLUS II)

Nama Sekolah : SDI 115 Tabuakng

Tahun Pelajaran : 2014/2015

Kelas/Semester : IV / I

Pokok Bahasan : Mendengarkan Dongeng

No Aktivitas Pertemuan I II Rata-Rata

1 Jumlah siswa yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran 15 15 15

2 Siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran 7 9 8

3 Siswa yang bertanya tentang materi pelajaran yang belum dimengerti. 7 9 8

4 Siswa yang dapat merespon setiap pertanyaan yang diajukan 8 10 9

5 Siswa yang aktif memberikan tanggapan terhadap materi yang telah dijelaskan 7 9 8

6 Siswa yang dapat menarik kesimpulan materi 6 8 7

Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan isi dongeng diatas.

1. Apa tema dongeng di atas ? 2. Mengapa pak Kikir mengadakan sebuah pesta ? 3. Apa yang menyebabkan banjir melanda ? 4. Menurut bacaan di atas apa arti kata “ Cianjur “ 5. Apa yang di lakukan nenek tua saat berada di atas bukit ?

EVALUASI SISWA SIKLUS 1

KUNCI JAWABAN

1. Asal Mula Kota Cianjur 2. Pak Kikir mengadakan sebuah pesta karena takut jika panen berikutnya gagal 3. Yang menyebabkan banjir kota tersebut karena nenek tua yang menancapkan

tongkatnya ke tanah,kemudian di cabutnya lagi, dari lubang tancapan itu memancar air sangat deras.

4. Arti kata Cianjur menurut bacaan di atas adalah Ci berarti air, Cianjur berarti daerah yang cukup air

5. Yang di lakukan nenek saat sampai di atas bukit adalah menancapkan tongkatnya ke tanah.

Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan bacaan di atas

1. Sebutkan tempat kejadian dalam dongeng di atas ! 2. Sebutkan tokoh – tokoh yang terdapat dalam dongeng di atas ! 3. Apa judul dongeng di atas ? 4. Apa yang di lakukan tuan tanah saat di kandang kuda ? 5. Apa yang di lakukan tuan tanah saat melihat kudanya ?

EVALUASI SISWA SIKLUS 2

KUNCI JAWABAN SIKLUS 2 1. Tempat kejadian dalam dongeng di atas terdapat di Kota Damai 2. Tokoh – tokoh yang terdapat daalam dongen di atas adalah seorang

raja yang bijaksana dan tuan tanah yang tamak 3. Judul dongeng di atas adalah Lonceng Keberuntungan Kota Damai 4. Yang di lakukan tuan tanah saat berada di kandang kudanya yaitu

dia mencambuti dan mengusir kuda itu 5. Saat tuang tanah melihat kudanya ia menjadi sangat malu dan

segera berlutut di hadapan sang raja.

DOKUMENTASI

RIWAYAT HIDUP

Nursyamsi dilahirkan pada tanggal 16 Juli 1987 di Bonto

Karaeng, anak kedua dari tiga bersaudara, anak dari pasangan ayahanda H.Siko

dan Ibunda Hj Ruki.

Riwayat pendidikan Sekolah Dasar di SDN 36 Lapporo Kabupaten Bantaeng

diselesaikan tahun 2000, melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama di SMP 4 Bissappu tamat tahun 2003. Kemudian melanjutkan pendidikan

ke Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA 1 Kelara Jeneponto dan selesai pada

tahun 2006. Pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi

Universitas Muhammdiyah Makassar, lulus masuk di Program Studi Pendidkan

Guru Sekolah Dasar (PGSD) S1.