Upload
universitasandalas
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
POSISI GUBERNUR DKI JAKARTA YANG KOSONG DAN POSISI
AHOK PASCA PEMBERLAKUAN PERPPU NO.1 TAHUN 2004
MELALUI KAJIAN PENEMUAN HUKUM
PENDAHULUAN
Berakhirnya masa jabatan Susilo Bambang Yudhoyono
sebagai Presiden Republik Indonesia meninggalkan telah
meninggalkan masalah baru dalam ketatanegaraan kita,
hal ini bermula dari perdebatan panjang RUU Pilkada
yang diusulkan oleh Pemerintah. RUU ini menegaskan
bahwa Kepala Daerah dipilih dengan sistem perwakilan
(melalui DPRD), hal ini bertujuan untuk efisiensi dan
mengatasi masalah money politic yang terjadi selama ini
dalam pemilihan kepala daerah secara langsung.
Dalam rapat paripurna DPRRI pada 26 September
2014, sebanyak 226 suara mendukung Pilkada dilakukan
lewat DPRD dan hanya 135 suara yang meminta Pilkada
dilakukan secara langsung dari total anggota DPR yang
memberikan suara sebanyak 361 orang. Kemenangan Pilkada
melalui perwakilan ini akibat aksi walk out dari Fraksi
Rony Saputra|Penemuan Hukum|Halaman 1 dari 21
Partai Demokrat. Sebelumnya, Fraksi Partai Demokrat
mendukung Pilkada dilakukan secara langsung namun
dengan mengajukan 10 syarat.1
Tidak mau kehilangan muka diakhir masa jabatan,
SBY menerbitkan dan menandatangani dua Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) terkait
pelaksanaan pemilihan kepala daerah. Adapun perppu yang
diterbitkan sebanyak 2 (dua), yaitu Perppu No. 1 tahun
2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota
sekaligus mencabut UU No. 22 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota dan Perppu No.
2 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah sekaligus
mencabut UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
1 Berikut adalah 10 syarat yang diajukan Partai Demokrat untuk mendukung pilkada langsung:
1. Uji publik atas integritas calon gubernur, calon bupati, dancalon wali kota.
2. Efisiensi biaya penyelenggaraan pilkada mutlak dilakukan.3. Perbaikan atas pengaturan dan pembatasan pelaksanaan
kampanye terbuka.4. Akuntabilitas penggunaan dana kampanye.5. Larangan politik uang dan sewa kendaraan partai.6. Meminta agar fitnah dan kampanye hitam dilarang.7. Larangan pelibatan aparat birokrasi.8. Larangan pencopotan aparat birokrasi pasca-pilkada.9. Perbaikan atas penyelesaian sengketa pilkada.10. Pencegahan kekerasan dan tanggung jawab calon atas
kepatuhan pendukungnya.
Rony Saputra|Penemuan Hukum|Halaman 2 dari 21
Daerah yang isinya menghapus kewenangan DPRD untuk
melaksanakan pemilihan kepala daerah. Hal ini dilakukan
oleh SBY, karena pilkada langsung merupakan buah
perjuangan reformasi.2
Dikeluarkannya Perppu oleh SBY di akhir masa
jabatannya, tidak serta-merta mengakhiri masalah
ketatanegaraan terutama masalah pemilihan kepala daerah
ini. Ahok adalah korban pertama dari keberadaan Perppu
karya akhir SBY sebagai Presiden Republik Indonesia.
selepas Jokowi dilantiknya sebagai Presiden Republik
Indonesia ke-7 pada tanggal 20 Oktober 2014 otomatis,
posisi Gubernur DKI Jakarta kosong, dan Ahok yang
sebelumnya menjadi Wakil Gubernur, hanya bisa
menjalankan tugas sebagai Pelaksana Tugas Gubernur
hingga ia dapat dilantik sebagai Gubernur.
Adalah M. Taufik Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta yang
juga yang juga politisi partai Gerinda yang pertama
menjegal Ahok untuk dilantik sebagai Gubernur.
2 SBY Resmi Tantatangani Dua Perpu Pilkada http://www.tribunnews.com/nasional/2014/10/02/sby-resmi-tandatangani-dua-perpu-pilkada diakses pada 12 November 2014
Rony Saputra|Penemuan Hukum|Halaman 3 dari 21
Alasannya adalah pengangkatan gubernur dan wakil
gubernur DKI Jakarta harus sesuai aturan yang ada,
aturan itu adalah Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (Perppu) yang mengharuskan penggantian
melalui pemilihan oleh DPRD. Penjegalan ini berlanjut
dengan dibentuknya Koalisi Merah Putih (KMP) DKI,
dengan Ketua M Taufik (Gerindra) dan Lulung (PPP),
Selamat Nurdin (PKS), Nachrowi Ramli (Demokrat), dan
Ali Taher (PAN) jadi wakilnya, dan jumlah kursi di DPRD
DKI sebanyak 57 dari 106 kursi.3 Pembentukan KMP DKI
ini bertujuan untuk menggolkan keinginan M. Taufik yang
dibungkus dengan rencana pengajuan hak interpelasi
terhadap pelaksana tugas (PLT) Gubernur DKI Jakarta
yang dianggap telah meresahkan warga DKI.
Terlepas dari persoalan M. Taufik yang ingin
menjegal Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta, lahirnya
Perppu No. 1 Tahun 2014 jelas semakin memperumit
persoalan ketatanegaraan di Indonesia, dan pastinya
3 3 serangan baru M Taufik Cs Jegal Ahok Duduki Kursi Gubernur http://news.detik.com/read/2014/11/13/112848/2747149/10/3/3-serangan-baru-m-taufik-cs-jegal-ahok-duduki-kursi-gubernur#bigpic diakses pada 14 November 2014
Rony Saputra|Penemuan Hukum|Halaman 4 dari 21
juga di DKI Jakarta. Untuk itu melalui makalah ini
penulis ingin mengkaji bagaimana Bagaimana Posisi
Gubernur DKI Jakarta Yang Kosong dan Posisi Ahok Pasca
Pemberlakuan Perppu No.1 Tahun 2004 melalui kajian
Penemuan Hukum.
MASALAH
1. Bagaimana Posisi Gubernur DKI Jakarta Yang Kosong
dan Posisi Ahok Pasca Pemberlakuan Perppu No.1
Tahun 2004 melalui kajian Penemuan Hukum.
LANDASAN TEORI
Dalam membahas masalah di atas, penulis bersandar pada
aliran studi hukum kritis (critical legal studies) dan metode
interpretasi (penafsiran)
Rony Saputra|Penemuan Hukum|Halaman 5 dari 21
PEMBAHASAN
POSISI GUBERNUR DKI JAKARTA YANG KOSONG DAN POSISI
AHOK PASCA PEMBERLAKUAN PERPPU NO.1 TAHUN 2004 MELALUI
KAJIAN PENEMUAN HUKUM
ALIRAN STUDI HUKUM KRITIS (CRITICAL LEGAL STUDIES) DAN
METODE INTERPRETASI (PENAFSIRAN)
Hukum merupakan sesuatu yang dinamis, hal ini
setidaknya dibuktikan dengan bermunculnya berbagai
aliran dalam penemuan hukum. Kedinamisan hukum itu
bergerak seiring dengan perkembangan dan kondisi
masyarakat, hukum yang tidak lagi sesuai, kemudian
dikoreksi dan disempurnakan oleh aliran penemuan hukum
yang juga bergerak dan berkembang.4
Kedinamisan hukum belum tentu dapat menjawab semua
persoalan yang ditemukan di tengah-tengah masyarakat,
untuk itu diperlukan suatu penemuan hukum sehingga
ketidakjelasan peraturan hukum dapat diperjelas,
ketidaklengkapan hukum dapat dilengkapi.4 Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan Hukum; Upaya Mewujudkan Hukum YangPasti dan Berkeadilan, UII Press, Yogyakarta, 2012, hal. 77
Rony Saputra|Penemuan Hukum|Halaman 6 dari 21
Penemuan hukum menurut John Z Laudoe adalah
penerapan ketentuan fakta dan ketentuan tersebut harus
dibentuknya karena tidak selalu ditemukan dalam undang-
undang yang ada.5 Sedangkan Sudikno Mertokusumo
menyebutkan Penemuan Hukum sebagai proses pembentukan
hukum oleh hakim atau petugas-petugas hukum lainnya
yang diberi tugas menerapkan hukum terhadap peristiwa-
peristiwa hukum yang kongrit. Dengan kata lain
merupakan proses konkretisasi atau individualisasi
peraturan hukum (das sollen) yang bersifat umum dengan
mengingat akan peristiwa kongkrit (das sein) tertentu.6
Dalam penemuan hukum, dikenal beberapa aliran
dengan karakteristik dan ciri-ciri yang berbeda sesuai
dengan perkembangan dan kondisi masyarakat pada saat
itu. Ada beberapa aliran dalam penemuan hukum yang
dikenal, yaitu legisme, mazhab historis, begrifjurisprudenz,
iteressenjurisprudenz, sociologische rechtschule, freirechtbewegung, open
5 John Z Laudoe, Menemukan Hukum Melalui Tafsir dan Fakta, Bina Aksara, Jakarta, 1985, hal. 696 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1998, hal. 26
Rony Saputra|Penemuan Hukum|Halaman 7 dari 21
system van het recht, penemuan hukum modern serta aliran
hukum kritis.7
Pada makalah ini, penulis akan menggunakan aliran
studi hukum kritis dalam menjawab persoalan Posisi
Gubernur DKI Jakarta Yang Kosong dan Posisi Ahok Pasca
Pemberlakuan Perppu No.1 Tahun 2004.
Aliran studi hukum kritis lahir di penghujung abad
ke-20, aliran ini mengkritik secara konsepsional teori
hukum tradisional yang berlaku saat ini. Aliran ini
lahir di Amerika Serikat yang dibidani oleh sejumlah
profesor hukum yang berhaluan post-modernisme. 8
Aliran studi hukum kritis bekerja untuk
mengembangkan alternatife yang radikal dan untuk
menjajaki peran hukum dalam menciptakan hubungan
politik, ekonomi dan sosial yang dapat mendorong
terciptanya emansipasi kemanusiaan.9 Karakteristik dari
aliran ini adalah:
7 Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan Hukum; Upaya Mewujudkan Hukum Yang Pasti dan Berkeadilan, UII Press, Yogyakarta, 2012, hal. 938 Munir Fuady, ALiran Hukum Kritis Paradigma Ketidakberdayaan Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hal. 229 Munir Fuady, Ibid, hal 4-5
Rony Saputra|Penemuan Hukum|Halaman 8 dari 21
1. Mengkritik hukum yang berlaku yang nyatanya
memihak ke politik, dan sama sekali tidak netra
2. Mengkritik hukum yang sarat dan dominan dengan
ideologi tertentu.
3. Mempunyai komitmen yang besar terhadap
kebebasan individual dengan batasan-batasan
tertentu.
4. Kurang mempercayai bentuk-bentuk kebenaran yang
abstrak dan pengetahuan yang benar-benar
objektif.
5. Menolak perbedaan antara teori dan praktek dan
menolak juga berbedaan antara fakta dan nilai,
yang merupakan karakteristik dari paham
liberal.10
Sebagai acuan dalam menganalisis, aliran hukum
kritis ini memiliki pandangan sebagai berikut:
1. Hukum mencari legitimasi yang salah; yaitu
dengan jalan mistifikasi, menggunakan prosedur
10 ibid
Rony Saputra|Penemuan Hukum|Halaman 9 dari 21
hukum yang sulit dan Bahasa yang susah
dimengerti
2. Setiap kesimpulan hukum yang telah dibuat
selalu terdapat sisi sebaliknya sehingga
kesimpulan hukum itu hanya merupakan pengakuan
terhadap pihak yang berkuasa
3. Pemikiran yang rasional merupakan ciptaan
masyarakat, yang merupakan pengakuan terhadap
kekuasaan
4. Hukum tidak netral, dan hakim hanya berpura-
pura atau percaya secara naif bahwa dia telah
mengambil keputusan yang netral dan tidak
memihak dengan mendasari putusannya pada
undang-undang, yurisprudensi atau prinsip-
prinsip keadilan.
Selain menggunakan pendekatan studi hukum kritis,
metode yang digunakan dalam penemuan hukum pada masalah
di atas menggunakan metode interpretasi. Metode
interpretasi merupakan metode untuk menafsirkan
terhadap teks perundang-undangan yang tidak jelas, agar
Rony Saputra|Penemuan Hukum|Halaman 10 dari 21
perundang-undangan tersebut dapat diterapkan terhadap
peristiwa kongrit tertentu.
Tidak ada prioritas dalam penggunaan interpretasi.
Sehingga metode interpretasi dapat digunakan sendiri-
sendiri, dapat pula disinergikan beberapa metode
interpretasi sekaligus secara bersama-sama, yang
terpenting adalah penggunaan metode interpretasi
haruslah dapat tepat sasaran, yaitu dapat memperjelas
ketentuan peraturan perundang-undangan sehingga dapat
secara tepat diterapkan terhadap peristiwanya.11
Secara umum, berikut metode interpretasi yang
dikenal di dalam penemuan hukum yaitu: interpretasi
substanstif, interprestasi gramatikal, interpretasi
sistematis, interpretasi historis, interpretasi
teleologis/sosiologis, interpetasi komparatif,
interpretasi antisipatif, interpretasi restriktif,
interpretasi ekstensif, interpretasi ontentik,
intepretasi interdisipliner, interpretasi
mulitdisipliner, dan interpretasi dalam perjanjian.11 Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan Hukum; Upaya Mewujudkan Hukum Yang Pasti dan Berkeadilan, UII Press, Yogyakarta, 2012, hal.110
Rony Saputra|Penemuan Hukum|Halaman 11 dari 21
PERPPU NO.1 TAHUN 2004 MEMANDANG POSISI GUBERNUR YANG
KOSONG
Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang No. 1
Tahun 2014 tentang pemilihan Gubernur, Bupati dan
Walikota ditetapkan tanggal 2 Oktober 2014 dan telah
diundangkan dalam Lembaran Negara republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 245, terdiri dari 28 Bab dan 206
Pasal. Perppu ini merupakan jawaban dari Presiden SBY
atas protes dan kritik luas dari masyarakat atas
disahkannya Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah
(Pilkada) dalam Paripurna DPR RI.12
Perppu yang diharapkan dapat menyelesaikan
masalah, ternyata membawa masalah baru, terutama
setelah dilantiknya Jokowi menjadi Presiden Republik
Indonesia, karena terjadi kekosongan posisi Gubernur
untuk wilayah DKI. Jika kita mengacu pada Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
12 Presiden SBY akan Keluarkan Perppu Terkait UU Pilkada http://www.voaindonesia.com/content/presiden-sby-akan-keluarkan-perpu-terkait-uu-pilkada/2468436.html diakses pada 15 Nov 2014
Rony Saputra|Penemuan Hukum|Halaman 12 dari 21
sebagaimana telah diubah oleh Undang-Undang No. 8 Tahun
2005 tentang Penetapan Perppu No. 3tahun 2005 Tentang
Perubahan atas undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah menjadi Undang-undang dan terakhir
diubah dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 Tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah telah mengatur mengenai
pengunduran diri kepala daerah. Salah satu contohnya
adalah saat kepala daerah yang bersangkutan ingin
mencalonkan diri lagi menjadi kepala daerah di daerah
lain, syaratnya ialah ia wajib mengundurkan dirinya
sebagai kepala daerah yang ia jabat saat itu. Selain
itu pada Pasal 29 ayat (1) UU Pemda juga ada pengaturan
terkait dengan pengunduran diri.13 Terkait dengan
berhentinya Jokowi sebagai Gubernur DKI masuk dalam
kategori yang diatur dalam Pasal 29 ayat (1) tersebut.
13 Pasal 29 ayat (1) UU Pemda berbunyi “ Kepala Daerah dan/atau wakil kepala daerah berhenti karena:
(a) Meninggal dunia(b) Permintaan sendiri; atau(c) diberhentikan
Rony Saputra|Penemuan Hukum|Halaman 13 dari 21
Atas pengunduran diri yang dilakukan oleh Jokowi,
maka telah terjadi kekosongan Gubernur di DKI. Lalu
apakah Wakil Gubernur DKI dapat menjadi pengganti
Gubernur? Mengacu pada ketentuan Pasal 26 ayat (3) UU
No. 12 Tahun 2008 yang berbunyi “Wakil Kepala Daerah
menggantikan kepala daerah sampai habis masa jabatannya Apabila
kepala daerah meninggal dunia, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat
melakukan kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara terus menerus
dalam melaksanakan jabatannya”.
Berdasarkan penafsiran subsumtif14, berdasarkan
Pasal 26 ayat (3), maka Ahok yang sebelumnya menjabat
sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, otomatis menjadi
Gubernur DKI menggantikan Jokowi yang telah berhenti
karena mengundurkan diri sebagai Gubernur. Keberadaan
Pasal ini jelas tidak memberi peluang bagi orang lain
untuk menduduki posisi Gubernur DKI selain Wakil
Gubernur.
14 Penafsiran subsumtif adalah penerapan satu teks perundang-undangan terhadap kasus Ni concreto dengan belum memasuki taraf penggunaan penalaran silogisme (bentuk berfikir logis dengan mengambil kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum dan hal-hal yang berkat khusus.
Rony Saputra|Penemuan Hukum|Halaman 14 dari 21
Namun persoalan muncul ketika SBY Presiden
Republik Indonesia, mengeluarkan Perppu No. 1 Tahun
2004. Perppu ini secara spesifik berbicara tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota. Dengan
demikian posisi Perppu ini menjadi diutamakan terkait
dengan Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota,
termasuk di dalamnya mengatur tentang penggantian
Gubernur. Terkait dengan persoalan kekosongan Gubernur
di DKI Jakarta, jika mengacu pada Perppu, setidaknya
ketentuan Pasal 174 ayat (2) dapat mewakili kondisi
tersebut, yang berbunyi “Apabila sisa masa jabatan Gubernur
berhenti atau diberhentikan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap dan sisa masa jabatan lebih dari 18
(delapan belas) bulan maka dilakukan Pemilihan Gubernur melalui DPRD
Provinsi.”
Berdasarkan penafsiran gramatikal, maka ketentuan
ini memberikan kita makna bahwa Ahok tidak dapat serta-
merta menjadi Gubernur, walaupun ia adalah wakil
gubernur, karena Jokowi menjadi Gubernur DKI, tidak
lebih dari 18 Bulan, dengan demikian maka pengganti
Rony Saputra|Penemuan Hukum|Halaman 15 dari 21
Jokowi, jika didasarkan pada ketentuan Pasal 174 ayat
(2) Perppu harus dipilih melalui DPRD Provinsi.
Keberadaan Pasal ini, dapat dilihat sebagai
ketidaknetralan hukum, hukum secara nyata memihak pada
politik dan tetap berpihak kepada “yang dominan”. Walau
SBY berkeinginan memenuhi kehendak rakyat untuk
menjalankan amanat reformasi, tetapi keberadaan Pasal
174 ayat (2), telah secara nyata memberikan peluang
bagi pemenang pertarungan di Parlemen untuk dapat
menguasai pemerintah. Satjipro menyebutkan bahwa
pembuatan hukum merupakan proses-proses politik,
pembuatan hukum tidak dilihat sebagai proses hukum
teknik, melainkan sebagai manifestasi dari kegiatan
politik, yaitu membuat deskripsi mengenai keadaan ideal
dan memobilisasi sumber daya untuk mencapainya melalui
penggunaan kekuasaan.15
Namun, Perppu No. 1 Tahun 2014 ini menurut hemat
penulis cukup menarik, apalagi terkait dengan
penggantian/pengisian jabatan kepala daerah yang15 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, cetakan kedelapan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014, hal. 143
Rony Saputra|Penemuan Hukum|Halaman 16 dari 21
kosong. Karena di dalam Perppu ini terdapat 2 (dua)
norma yang berbeda yang berbicara masalah satu
hal/masalah hukum. Selain Pasal 174 ayat (2), ada norma
baru terkait dengan hal yang sama pada ketentuan Pasal
203 ayat (1), yang berbunyi “Dalam hal terjadi kekosongan
Gubernur, Bupati, dan Walikota yang diangkat berdasarkan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Wakil
Gubernur, Wakil Bupati, dan Wakil Walikota menggantikan Gubernur,
Bupati, dan Walikota sampai dengan berakhir masa jabatannya.”
Berdasarkan Norma Pasal 203 ayat (1), maka
otomatis Ahok selaku Wakil Gubernur DKI otomatis
menggantikan posisi Jokowi sebagai Gubernur karena
telah mengundurkan diri. Lagi-lagi pada posisi ini,
hukum memperlihatkan ketidakjelasannya atau
kegalauannya, akibat hukum telah menjadi manifestasi
dari kegiatan politik.
Atas kegalauan hukum tersebut, maka perlu
dilakukan penafsiran sistematis (logis), Diana
menafsirkan undang-undang dengan menghubungkannya
dengan peraturan hukum (undang-undang lain) atau dengan
Rony Saputra|Penemuan Hukum|Halaman 17 dari 21
keseluruhan sistem hukum.16 Undang-undang merupakan
bagian dari seluruh sistem perundang-undangan, sehingga
tidak satu pun peraturan perundang-undangan itu dapat
berdiri sendiri, ia harus dipahami dalam kaitannya
dengan jenis peraturan lainnya.
Keberadaan Pasal 203 pada aturan peralihan telah
memberikan isyarat yang jelas dan tegas kepada kita
bahwa kepala daerah yang dipilih berdasarkan ketentuan
Undang-undang No. 32 Tahun 2004, terkait dengan terjadi
kekosongan kepala daerah maka wakil kepala daerah yang
menjadi pengganti Gubernur. Hal ini sejalan dengan
ketentuan Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang No. 12 Tahun
2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
KESIMPULAN
Berdasarkan aliran studi hukum kritis, bahwa tidak ada
hukum yang netra dan setiap kesimpulan hukum yang
dibuat selalu terdapat sisi sebaliknya, sehingga hukum16 Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan Hukum; Upaya Mewujudkan Hukum Yang Pasti dan Berkeadilan, UII Press, Yogyakarta, 2012, hal 113
Rony Saputra|Penemuan Hukum|Halaman 18 dari 21
tersebut hanya merupakan pengakuan terhadap pihak
kekuasaan, dapat terlihat dengan jelas dari kelahiran
Perppu No. 1 Tahun 2014. Perppu ini hanya sebagai
jawaban kamuflase dari penguasa atas kritikan dan
protes masyarakat terhadap peralihan Pilkada langsung
menjadi Pilkada Perwakilan. Di sisi lain, untuk
menjawab terjadinya dualisme norma atas pengesahan
Perppu terkait pengisian kekosongan Gubernur DKI, maka
dengan menggunakan penafsiran sistematis, persoalan itu
bisa dijawab, bahwa Ahok selaku Wakil Gubernur adalah
orang yang berhak mengisi posisi Gubernur yang telah
ditinggalkan oleh Jokowi, dan DPRD DKI tidak punya
kewenangan untuk melakukan pemilihan guna mengisi
kekosongan posisi Gubernur.
SARAN
Produk perundang-undangan seharusnya dibuat sebagai
protektor, bukan sebagai penindas karena yang menjadi
harapan adalah The rule of law, bukan The rule by the most
powerful.
Rony Saputra|Penemuan Hukum|Halaman 19 dari 21
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan Hukum; Upaya Mewujudkan
Hukum Yang Pasti dan Berkeadilan, UII Press,
Yogyakarta, 2012.
John Z Laudoe, Menemukan Hukum Melalui Tafsir dan Fakta, Bina
Aksara, Jakarta, 1985.
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar,
Liberty, Yogyakarta, 1998.
Munir Fuady, ALiran Hukum Kritis Paradigma
Ketidakberdayaan Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2003.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, cetakan kedelapan, PT Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2014.
Rony Saputra|Penemuan Hukum|Halaman 20 dari 21
WEBSITE
SBY Resmi Tantatangani Dua Perpu Pilkada http://www.tribunnews.com/nasional/2014/10/02/sby-resmi-tandatangani-dua-perpu-pilkada diakses pada 12 November 2014
3 serangan baru M Taufik Cs Jegal Ahok Duduki Kursi Gubernur http://news.detik.com/read/2014/11/13/112848/2747149/10/3/3-serangan-baru-m-taufik-cs-jegal-ahok-duduki-kursi-gubernur#bigpic diakses pada14 November 2014
Presiden SBY akan Keluarkan Perppu Terkait UU Pilkada http://www.voaindonesia.com/content/presiden-sby-akan-keluarkan-perpu-terkait-uu-pilkada/2468436.html diakses pada 15 Nov 2014
Rony Saputra|Penemuan Hukum|Halaman 21 dari 21