85
Plagiarism Checker X Originality Report Similarity Found: 7% Date: Tuesday, September 14, 2021 Statistics: 2275 words Plagiarized / 31056 Total words Remarks: Low Plagiarism Detected - Your Document needs Optional Improvement. ------------------------------------------------------------------------------------------- COVID - 19: Perspektif Susastra dan Filsafat UU 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4 Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi. Pembatasan Perlindungan Pasal 26 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap: a. penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan hanya un tuk keperluan penyediaan informasi aktual; b. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian ilmu pengetahuan; c. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali pertunjukan dan Fonogr am yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar; dan d. penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogra m, atau Lembaga Penyiaran. Sanksi Pelanggaran Pasal 113 1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f , dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). 2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta at au pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara

Plagiarism Checker X Originality Report - IHDN Denpasar

Embed Size (px)

Citation preview

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 7%

Date: Tuesday, September 14, 2021

Statistics: 2275 words Plagiarized / 31056 Total words

Remarks: Low Plagiarism Detected - Your Document needs Optional Improvement.

-------------------------------------------------------------------------------------------

COVID - 19: Perspektif Susastra dan Filsafat UU 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta Fungsi

dan sifat hak cipta Pasal 4 Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a

merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi. Pembatasan

Perlindungan Pasal 26 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan

Pasal 25 tidak berlaku terhadap: a. penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau

produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan hanya un tuk

keperluan penyediaan informasi aktual; b.

Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian

ilmu pengetahuan; c. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk

keperluan pengajaran, kecuali pertunjukan dan Fonogr am yang telah dilakukan

Pengumuman sebagai bahan ajar; dan d. penggunaan untuk kepentingan pendidikan

dan pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau

produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogra

m, atau Lembaga Penyiaran.

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa

izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f , dan/atau huruf h

untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3

(tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah). 2.

Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta at au pemegang Hak

Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara

Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau p

idana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). COVID - 19:

Perspektif Susastra dan Filsafat Penulis: Ni Kadek Juliantari , I Ketut Sudarsana , Poniman

Ni Kadek Surpi , Ni Made Ayu Susanthi Pradnya Paramitha Hari Harsananda, Mery

Ambarnuari Ni Wayan Swarniti , R.

Panji Hermoyo Penerbit Yayasan Kita Menulis COVID - 19: Perspektif Susastra dan

Filsafat Copyright © Yayasan Kita Menulis, 20 20 Penulis: Ni Kadek Juliantari, I K etut

Sudarsana, Poniman Ni Kadek Surpi, Ni Made Ayu Susanthi Pradnya Paramitha Hari

Harsananda, Mery Ambarnuari Ni Wayan Swarniti, R. Pa nji Hermoyo Editor: Ida Ayu Gde

Wulandari Cover: Tim K reatif Kita Menulis Penerbit Yayasan Kita Menulis Web:

kitamenulis.id e-mail: [email protected] Kontak WA: +62 8 21-6453-7176 Kata log

Dalam Terbitan Hak cipta d ilindungi undang -undang Dilarang memperbanyak maupun

mengedarkan buku tanpa Ijin tertu lis dari penerb it maupun penulis Ni Kadek Juliantari

., dkk.

COVID -19: Perspektif Susastra dan Filsafat Yayasan K ita M enuli s, 20 20 x; 109 hlm; 16

x 23 cm ISBN: 978-623-6512 -18-0 (cetak) E-ISBN: 978-623-6512 -19-7 (online) Cetakan

1, Juni 2020 I. COVID -19: Perspektif Susastra dan Filsafat II. Yayasan Kita Menulis Kata

Pengantar Om Swastyastu, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas asung kerta waranugraha Beliau, “Book

Chapter: Covid-19 Perspektif Susastra dan Filsafat” dapat selesai dan terbit tepat waktu.

Book chapter ini adalah hasil karya dari rekan-rekan akademisi dan intelektual Hindu

yang memandang pandemi Covid-19 dari perspektif Susastra dan Filsafat Hindu.

Book chapter ini hadir di tengah-tengah pembaca untuk memberikan pandangan dan

wawasan yang dijelaskan melalui perspektif masing-masing penulis sehingga umat

Hindu tidak hanya menanggapi Covid-19 dari perspektif kesehatan, tetapi juga

memperoleh terapi agama dari sastra dan filsafat Hindu untuk menguatkan

iman/sraddha sehingga imunitas tubuh akan m erespon energi positif yang akan

berpengaruh pada kemampuan tubuh untuk melawan penyakit. Pada “Book Chapter:

Covid-19 Perspektif Susastra dan Filsafat” ini menyajikan tulisan terkait pandangan

penulis dari susastra dan filsafat terhadap pandemi Covid-19, di antaranya: 1) Satua Bali

Sebagai Media Memotivasi Belajar Anak Di Masa Belajar Dari Rumah, 2) Literasi Bahasa

Pada Masa Pandemi Covid-19, 3) Pandemic Covid-19 Dalam Pandangan Filsafat

Manusia, 4) Virus Dan Upaya Penganganannya Dalam Literatur Veda, 5) Penguatan

Physical Distancing Melalui Lagu “De Bengkung”, 6) Nyàya Darúana Sebagai Instrumen

Mengatasi Hoaks Dan Kesesatan Berpikir Dalam Kondisi Pandemi Covid-19, 7)

Fenomena Morfologi Pada Berita-Berita Di Cnn Indonesia Mengenai Covid-19: Kajian

Linguistik, 8) Register Bahasa Tentang Wabah Covid -19 Di Media Whatsapp.

Semoga publikasi book chapter ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan para

pembaca. Om Santih, Santih, Santih, Om Denpasar, Juni 2020 Penulisvi COVID-19:

Perspektif Susastra dan Filsafat Kata Sambutan DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN

MASYARAKAT HINDU KEMENTERIAN AGAMA Om Swastyastu, Om Awihnamastu

Namah Siddham, Saya merasa sangat berbahagia untuk turut serta memberikan

sambutan atas terbitnya Book Chapter: Covid-19 Perspektif Susastra dan Filsafat. Seperti

yang telah kita ketahui bersama bahwa penyakit Covid-19 bisa menyerang siapa saja,

dimana saja, dan kapan saja.

Kita juga bisa mendapatkan pelajaran atau hikmah dari kejadian ini bahwa s ebagai

umat Hindu manusia adalah serpihan kecil yang ciptaan-Nya yang memiliki banyak

keterbatasan dan kelemahan. Manusia yang memiliki Tri Pramana yang dianggap lebih

unggul dari dua ciptaan lainnya, harus menyadari akan keterbatasan yang dimiliki dan

kembali berserah diri kepada Ida Sang Hyang Widhi bahwa Beliau adalah pengada dari

yang ada. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa berbagai pandangan tentang

Covid-19 dari pespektif kesehatan telah banyak memberikan kita gambaran upaya

pencegahan dan penanggulangannya dengan harapan dapat mempercepat dan

memutus rantai penyebaran Covid-19.

Pada kesempatan terbitnya book chapter ini, saya menyambut baik bahwa para

akademisi Hindu turut andil dalam memberikan pandangannya tentang Covid-19

perspektif susastra dan filsafat Hindu. Kita menyadari bahwa sebagai umat beragama,

khususnya agama Hindu, meyakini adanya alam sekala dan niskala. Sebuah bencana,

musibah, penyakit dianggap sebagai suatu ketidakseimbangan antara dunia

mikrokosmos dan makrokosmos. Oleh karena itu, manusia patut menjaga

keseimbangan dalam diri maupun alam dengan berbagai cara.

Salah satu cara yang bisa digunakan untuk menjaga keseimbagan alam dan diri adanya

menguatkan keyakinan dan keimanan atau sraddha sehingga manusia tidak berperilaku

di luar norma agama. Manusia juga bisa memproteksi diri di tengah pandemi Covid-19

dengan membaca sastra- sastra Hindu dan filsafat Hindu. Dengan membaca

sastra-sastra Hinduviii COVID-19: Perspektif Susastra dan Filsafat dan filsafat Hindu akan

memberikan vibrasi positif ke dalam diri sehingga imunitas atau kekebalan tubuh dalam

melawan penyakit dapat terjaga.

Saya ucapkan selamat atas terbitnya Book Chapter: Covid-19 Perspektif Susastra dan

Filsafat. Semoga publikasi dari para akademisi dan intelektual ini dapat memberikan

pandangan dan wawasan para masyarakat di seluruh Indonesia. Harapan saya adalah

agar dengan terbitnya book chapter ini dapat menjadi momentum kita bersama untuk

bersama-sama memutus mata rantai penyebaran Covid-19 mulai dari diri sendiri, mulai

Berdamai dengan Covid-19 dan tetap menjaga protokol kesehatan, baik kesehatan

jasmani dan rohani. Saya juga berharap agar momentum ini nantinya diikuti oleh para

akademisi dan inteletual Hindu lainnya untuk bersama-sama memberikan khazanah

dengan topik yang berbeda sehingga terwujud umat yang cerdas spiritual dan

pengetahuan.

Demikian sambutan yang dapat saya sampaikan. Sekali lagi saya ucapkan selamat

kepada para penulis dan kepada para pembaca yang budiman semoga book chapter ini

dapat memberikan manfaat. Sebagai akhir kata, saya tutup dengan mengucapkan

parama santih. Om Siddhirastu Tathastu Astu Svaha Om Santih, Santih, Santih, Om

Daftar Isi Kata Pengantar ................................ ................................ ................................ .. v Kata

Sambutan ................................ ................................ ................................ .. vii Daftar Isi

................................ ................................ ................................ ............ ix Literasi Bahasa pada Masa

Pandemi Covid -19 Ni Kadek Juliantari ................................

................................ ........................... 1 Satua Bali Sebagai Media Memotivasi Belajar Anak di

Masa Belajar dari Rumah I Ketut Sudarsana ................................ ................................

.............................. 19 Pandemic Covid -19 dalam Panda ngan Filsafat Manusia Poniman

................................ ................................ ................................ ............. 33 Virus dan Upaya

Penganganannya dalam Literatur Veda (Refleksi Pengetahu an Veda Guna Membangun

Resiliensi Pada Pandemik Global Covid -19) Ni Kadek Surpi ................................

................................ ................................

. 41 Penguatan Physical Distancing Melalui Lagu “de bengkung” (Sebuah Ti njauan

Psikologi Sastra) Ni Made Ayu Susanthi Pradnya Paramitha ................................ .................... 59

Nyàya Darsana Sebagai Instrumen Mengatasi Hoa ks dan Kesesatan Berpikir dalam

Kondisi Pandemi Covid -19 Hari Harsananda, Mery Ambarnuari ................................

............................... 79 Fenomena Morfologi pada Berita -Berita di CNN Indo nesia

Mengenai Covid -19: Kajian Linguistik Ni Wayan Swarniti ................................

................................ ...........................

93 Register Bahasa Tentang Wabah Covid -19 di Media Whatsapp R. Panji Hermoyo

................................ ................................ ............................. 101 x COVID -19: Perspektif Susastra

dan Filsafat Literasi Bahasa pada Masa Pandemi Covid - 19 Ni Kadek Juliantari STKIP

Agama Hindu Amlapura PENDAHULUAN Perkembangan bahasa pada umumnya

dipengaruhi oleh konteks dan situasi di masyarakat. Tidak mengherankan jika suatu

ketika ada istilah -istilah yang lazim digunakan, kemudian pada waktu yang lain, istilah

-istilah itu tidak lagi digunakan. Hal ini tidak terlepas dari aspek fungsional suatu

bahasa.

Bahasa (beserta beragam istilah yang muncul) akan digunakan ketika situasi menuntut

penggunaan istilah tersebut. Namun, jika situasinya sudah lain dan tidak lagi menuntut

penggunaan istilah itu, maka suatu istilah tidak lagi digunakan. Melihat kenyataan

bahwa bahasa berkembang secara dinamis mengikuti situasi dan kondisi zaman, serta

sesuai dengan budaya masyarakat, maka dalam hal inilah diperlukan literasi bahasa.

Literasi adalah istilah umum yang merujuk pada seperangkat kemampuan dan

keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan

memecahkan masalah pada tingkat ke ahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan

sehari -hari (ELINET, 2016).

Literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa (Kern, 2000), karena

pengembangan literasi apapun senantiasa membutuhkan bahasa sebagai medianya.

Dengan demikian, literasi dan bahasa tersebut berkaitan erat. Literasi bahasa yang

dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan seseorang memproduksi, menggunakan,

dan memahami bahasa secara tepat (Hafner, Chik & Jones. 2015). Produksi bahasa,

penggunaan, dan pemahamannya sendiri tidak dapat dilepaskan dari konteks kebaha

saan yang ada.

Konteks2 COVID -19: Perspektif Susastra dan Filsafat inilah yang dapat melahirkan kata

-kata baru atau istilah -istilah baru dalam bahasa dan kegiatan berbahasa. Konteks

kebahasaan yang tercipta akhir -akhir ini yang hampir terjadi di seluruh belahan dunia

adalah pandemi Corona Virus Dise ase 2019 (Covid -19). Situasi tersebut sangat

memberatkan dan menakutkan bagi seluruh masyarakat dunia, termasuk pula di

Indonesia. Namun, di balik ketakutan dan kekhawatiran secara psikologis tersebut,

ternyata membawa dampak yang berarti pada perkembangan berbagai istilah dalam

dunia kebahasaan atau linguistik.

Berbagai istilah yang sebelumnya tidak terlalu populer di tengah - tengah masyarakat,

kini tiba -tiba istilah -istilah tersebut menjadi sangat familiar didengar dan digunakan

oleh berbagai lapisan masya rakat. Di samping itu, berbagai istilah dan singkatan baru

juga bermunculan sebagai tambahan khasanah kebahasaan pada masa pandemi Covid

-19. Kata singkatan ialah kata yang dibuat dengan cara menyingkat kata atau gabungan

kata dalam tuturan. Gejala kata sin gkatan ini sangat merasuk dalam pemakaian bahasa

Indonesia sehingga sering menimbulkan kekurangpahaman makna terhadap bentuk

singkatan itu jika yang bersangkutan tidak mengikuti perkembangannya dan termasuk

pula tidak mengetahui konteksnya.

Kata singkatan dalam bahasa Indonesia sudah banyak jumlahnya, baik singkatan dengan

abreviasi (pemendekan bentuk sebagai pengganti bentuk yang lengkap) maupun

dengan akronim. Akan tetapi, kehadiran singkatan banyak pula yang mempertanyakan

karena di antara singkatan ters ebut mengandung hal negatif. Maksudnya, singkatan

tersebut kurang populer sehingga tidak diketahui oleh pemakai bahasanya, sistem

singkatan belum jelas (banyak yang membuat singkatan berdasarkan selera/kehendak

hatinya), banyak singkatan yang sama untuk ma kna yang berbeda sesuai dengan ruang

lingkup pembicaraan, dan hal lainnya. Kesulitan dan kerumitan singkatan bagi penutur

bahasa Indonesia memang sudah dirasakan. Bahkan banyak anggota masyarakat yang

kurang memahami bahwa kata yang dipakainya itu berupa s ingkatan.

Pramuka, monas, misalnya, yang sesungguhnya kedua kata itu merupakan akronim dari

Praja Muda Karana (Pramuka) dan Monumen Nasional (Monas). Oleh karena itu,

kehadiran singkatan itu dapat membingungkan pemakai bahasa. Walaupun demikian,

tidaklah b erarti bahwa tidak setuju dengan kehadiran singkatan. Akan tetapi, singkatan

yang berpola dan bersistemlah yang diinginkan sehingga tidak mengganggu kelancaran

dalam berbahasa Indonesia.Literasi Bahasa pada Masa Pandemi Covid -19 3

Kemunculan kata -kata baru itu, dilihat dari segi kebahasaan dapat men ambah

kekayaan pembendaharaan kata, setidak -tidaknya untuk kalangan masyarakat

pengguna bahasa tersebut.

Beberapa kata mungkin sudah meluas, tidak hanya pada kalangan masyarakat tertentu,

tetapi meluas kepada kalangan masyarakat lainnya. Tidak bisa dipungk iri, akronim itu

menggambarkan keuntungan ekonomi dalam bahasa. Akan tetapi, di sisi lain juga

menambah beban bangsa Indonesia untuk belajar lebih banyak kosakata asing. Bahkan

ada yang menganggapnya sebagai gejala kemalasan karena segala sesuatu bentuk

bahasa yang disampaikan dipersingkat. Dari segi sosiolinguistik, gejala bahasa ini

berkaitan dengan kelompok sosial tertentu dalam masyarakat kita, yaitu kelompok

pejabat pemerintahan.

Karena singkatan seperti itu muncul dari penguasa, akronim -akronim itu me njadi istilah

formal dan dianggap baku. Kita sudah mengetahui, kebakuan itu dapat menimbulkan

kekakuan, dan bahkan bisa menimbulkan arus penyimpangan. Arah menuju kebakuan

diikuti dengan arah yang menjauhi kebakuan. Semasa pandemi Covid -19 ini, tidak

hanya istilah -istilah atau singkatan dalam bahasa Indonesia yang bermunculan, tetapi

juga istilah -istilah dan singkatan dalam bahasa Inggris, bahkan juga dalam bahasa Bali.

Berbagai istilah dan singkatan yang bermunculan tersebut harus dipahami secara tepat

ole h seluruh masyarakat. Di sinilah penting bagi masyarakat untuk memiliki literasi

bahasa yang memadai dalam berbagai konteks. Sebagai contoh, masyarakat sudah

sangat familiar dengan singkatan PMI yang mengacu pada Palang Merah Indonesia.

Namun, pada masa pa ndemi Covid -19 ini, penggunaan singkatan PMI tersebut

dominan mengacu pada Pekerja Migran Indonesia. Demikian pula halnya dengan

singkatan PKM, yang bagi kalangan akademik singkatan tersebut bisa mengacu pada

Pengabdian kepada Masyarakat dan bisa pula mengacu pada Program Kreativitas

Mahasiswa.

Kini, pada masa pandemi, PKM mengacu pada hal lain, yakni Pembatasan Kegiatan

Masyarakat. Beberapa contoh tersebut menguatkan bahwa literasi bahasa yang

menyangkut pemahaman terhadap teks dan konteks kebahasaan sanga t diperlukan

untuk mendapatkan pemahaman secara utuh terkait wacana/informasi yang dibaca

ataupun didengar (Edzan, 2008; Gunawardena, 2017). Pada akhirnya, semua hal tersebut

akan mengarah pada kompetensi komunikatif dan literasi dalam berbahasa. Di sampi ng

itu, beberapa gejala kebahasaan yang muncul semasa pandemi Covid -19 juga

menunjukkan kreativitas berbahasa.

Kreativitas berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk memproduksi dan

menggunakan bahasa secara kreatif untuk tujuan4 COVID -19: Perspektif Susastra dan

Filsafat tertentu (Carter, 2004; Cremin & Maybin, 2013). Kreativitas berbahasa dapat

diekspresikan melalui permainan bahasa yang dilakukan (Widdowson, 2008), melalui

pilihan kata atau istilah, dan bahkan kreativitas bisa dilakukan melalui memelesetkan

istilah/singkatan tertentu sehingga a cuannya menjadi lain, tetapi masih dapat ditelusuri

maksudnya berdasarkan konteks yang jelas.

Berkenaan dengan uraian di atas, pada bagian selanjutnya diulas mengenai istilah

-istilah dan singkatan yang bermunculan pada masa pandemi Covid -19, baik dalam

bahasa Indonesia, bahasa Inggris, maupun bahasa Bali. Ulasan ini bermanfaat untuk

pengembangan pembelajaran bahasa sesuai dengan konteks masa kini yang sedang

dilanda oleh Covid -19. PEMBAHASAN Singkatan adalah salah satu hasil proses

pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf

maupun yang tidak dieja huruf demi huruf.

Singkatan juga dapat diartikan sebagai bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu

huruf atau lebih. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti

dengan tanda titik. Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan,

badan/organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis

dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau

lebih diikuti satu tanda titik. Akan tetapi, singkatan umum yang hanya terdiri atas dua

huruf diberi tanda titik setelah masing -masing huruf.

Lambang kimia, singkatan satuan ukur, takaran, timbangan, dan mata uang asing tidak

diikuti tanda titik. 1. Singkatan yang dieja menurut huruf pembentuknya atau inisialisme.

Pada masa pandemi Covid-19 ini, singkatan-singkatan yang dieja huruf demi huruf

tersebut diproduksi sesuai konteks pandemi Covid- 19. Singkatan ini terdiri atas huruf

besar. Huruf besar yang dijadikan pola singkatan tersebut adalah huruf-huruf awal kata.

Pada singkatan ini tidak diperlukan tanda titik.

Contoh singkatan yang telah umum ada dan masih produktif digunakan oleh

masyarakat dalam komunikasi di antaranya adalah APBN /a-pe-be-en/ (Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara), BBM /be-be-em/ (Bahan BakarLiterasi Bahasa pada

Masa Pandemi Covid -19 5 Minyak), SLI /es-el-i/ (Sambungan Langsung Internasional),

PT /pe- te/ (Perseroan Terbatas), WNA /we-en-a/ (Warga Negara Asing). Singkatan ini

masih sangat produktif digunakan dalam bahasa Indonesia. 2. Singkatan pada gelar

kesarjanaan dan sapaan terdiri atas huruf awal kata atau dapat pula berbentuk akronim.

Tanda titik digunakan pada setiap huruf besar hasil singkatan. Contoh singkatan jenis ini

di antaranya sebagai berikut: S.H.

/es-ha/ (Sarjana Hukum), S.Psi. /es- psi/ (Sarjana Psikologi), M.M. /em-em/ (Magister

Manajemen), S.Ag. /es-a-ge/ (Sarjana Agama), K.H. /ka-ha/ (Kyai Haji), R.A. /er-a/ (Raden

Ajeng). 3. Singkatan yang terdiri atas huruf-huruf kecil yang berasal dari huruf awal kata,

dalam pembentukannya harus digunakan tanda titik di antara huruf-huruf pembentuk

singkatan itu. Contohnya sebagai berikut: a.n. /a-en/ (atas nama), d.a. /de-a/ (dengan

alamat), u.p. /u-pe/ (untuk perhatian), a.l. /a-el/ (antara lain). Beberapa di antaranya

sudah tidak produktif lagi digunakan. 4.

Singkatan yang terdiri atas huruf-huruf kecil, yang dibentuk dari huruf-huruf awal

umumnya terdiri atas tiga huruf kecil dan dibubuhi tanda titik pada akhir singkatan.

Contohnya sebagai berikut: dll. /de- el-el/ (dan lain-lain), dsb. /de-es-be/ (dan

sebagainya), dkk. /de-ka-ka/ (dan kawan-kawan), ybs. /ye-be-es/ (yang bersangkutan),

tsb. /te-es- be/ (tersebut). 5. Pola singkatan yang berkaitan dengan lambang kimia,

ukuran, timbangan, dan besaran tidak menggunakan tanda titik. Contohnya sebagai

berikut: Rp (rupiah), cm (sentimeter), kg (kilogram), MHz (megahertz), Ca (kalsium). 6.

Singkatan huruf dan angka (numeronim) terdiri atas huruf dan angka, yang

melambangkan jumlah huruf.

Contohnya sebagai berikut: P2KP (atau PPKP - Program Penanggulangan Kemiskinan di

Perkotaan), P3AD (atau PPPAD - Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat), P3DT (atau

PPPDT - Proyek Peningkatan Pembangunan Desa Tertinggal), P3GB (atau PPPGB - Pusat

Pengembangan Pendidikan6 COVID -19: Perspektif Susastra dan Filsafat Guru Bahasa),

P4 (atau PPPP - Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila), P3K (atau PPPK –

Pertolongan Pertama Penderita Kecelakaan). Singkatan yang terdiri atas huruf dan

angka, yang melambangkan tanggal/tahun, contohnya sebagai berikut: UUD45 (atau

UUD 1945 - Undang Undang Dasar (tahun) 1945), G- 30S/PKI (atau G30S - Gerakan 30

September).

Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata, ataupun huruf

dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. Akronim nama diri yang

berupa gabungan huruf awal dari deret k ata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.

Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku

kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Akronim yang bukan nama diri

yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun h uruf dan suku kata dari deret kata

ditulis seluruhnya dengan huruf kecil. Akronim dieja menurut suku katanya.

Akronim yang unsur -unsurnya terdiri atas huruf -huruf besar yang diambil dari huruf

-huruf awal kata, contohnya sebagai berikut: ABRI /a -bri/ (Angka tan Bersenjata

Republik Indonesia), ASI /a -si/ (Air Susu Ibu), HUT /hut/ (hari ulang tahun), PAM /pam/

(perusahaan air minum), SIM /sim/ (Surat Izin Mengemudi). Akronim ini sangat produktif

digunakan dalam bahasa Indonesia. Unsur pembentuk yang bukan hanya huruf pertama

kata saja, pada umumnya disusun sedemikian rupa dengan tujuan yang sama) sehingga

bisa dieja sebagai akronim, bukan singkatan.

Contohnya sebagai berikut: MURI /mu-ri/ (Museum Rekor Indonesia), WALHI /wal -hi/

(Wahana Lingkungan Hidup Indonesi a), WITA /wi -ta/ (Waktu Indonesia Tengah) untuk

membedakan dengan WIT /wit/ (Waktu Indonesia Timur). Akronim sering tetap ditulis

dengan huruf kapital, walaupun untuk yang bersuku lebih dari dua sering dijumpai

ditulis dalam bentuk non -kapital, seperti Wal ubi /wa -lu-bi/ (Wali Umat Buddha

Indonesia). Akronim dari nama badan atau nama diri terdiri atas huruf -huruf bagian

kata yang membentuk singkatan itu. Singkatan ini dilafalkan sebagai sebuah kata,

sehingga disebut akronim. Huruf awal akronim ditulis dengan huruf besar.

Contohnya sebagai berikut: Bappenas /ba -pe-nas/ (Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional), Depdiknas /dep -dik-nas/ (Departemen Pendidikan Nasional), Bakin /ba -kin/

(Badan Koordinasi Intelijen Negara), Kapolri /ka - pol-ri/ (Kepala Kepolisian Rep ublik

Indonesia), Wagub /wa -gub/ (Wakil Gubernur). Akronim jenis ini sangat produktif

digunakan dalam bahasaLiterasi Bahasa pada Masa Pandemi Covid -19 7 Indonesia.

Akronim yang seluruhnya ditulis dengan huruf kecil, contohnya sebagai berikut: tilang

(bukti pelanggaran), rudal (peluru kendali), sosbu d (sosial budaya), toserba (toko serba

ada), pemilu (pemilihan umum).

Akronim ini juga sangat produktif digunakan dalam bahasa Indonesia. Beberapa

singkatan dan akronim yang diuraikan di atas telah umum atau familiar bagi masyarakat

Indonesia. Namun, semas a pandemi Covid -19, ada berbagai singkatan yang

bermunculan terkait dengan situasi dan kondisi pandemi Covid -19 yang dialami oleh

bangsa Indonesia. Singkatan tersebut tidak hanya singkatan dalam bahasa Indonesia,

tetapi juga singkatan dalam bahasa Inggris dan bahasa Bali. Singkatan dalam bahasa

Indonesia dan bahasa Inggris mengacu pada konteks yang sesungguhnya yang melekat

pada singkatan itu.

Akan tetapi, singkatan dalam bahasa Bali merupakan pelesetan - pelesetan dari

singkatan -singkatan terkait Covid -19 ya ng telah ada dalam bahasa Indonesia. Berikut

contohnya. Singkatan dalam bahasa Indonesia ABK : Anak Buah Kapal APD : Alat

Pelindung Diri BLT : Bantuan Langsung Tunai ODP : Orang Dalam Pemantauan OTG :

Orang Tanpa Gejala PDP : Pasien Dalam Pengawasan PKM : Pembatasan Kegiatan

Masyarakat PKM : Pelayanan Kesehatan Masyarakat8 COVID -19: Perspektif Susastra dan

Filsafat PKMBB : Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berskala Besar PKP : Pelayanan

Kesehatan Perorangan PMI : Pekerja Migran Indonesia PSBB : Pembatasan Sosial

Berskala Besar UKM : Upaya Kesehatan Masyarakat UKP : Upaya Kesehatan Perorangan

Singkatan dalam bahasa Inggris WFH : Work From Home LFH : Learning From Home

PFH : Pray From Home PCR : Polymerase Chain Reaction SARS Severe Acute Respiratory

Syndrome Singkatan dalam bahasa Bali BLT : Bantuan Lambat Teka PKM : Pasti Kal

Makenta PKM : Pasti Kuangan MakanLiterasi Bahasa pada Masa Pandemi Covid -19 9

PSBB : Pang Sepalan Barengan Bangka Variasi singkatan dalam bahasa Indonesia dan

bahasa Bali ODP : Onyang Dibuat Panik Berdasarkan singkatan dalam tiga bahasa di atas

dapat diketahui bahwa pada dasarnya bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Bali

memiliki keserupaan dalam pembuatan singkatan yang hanya mengambil huruf depan

dari setiap kata yang disingkat tersebut.

H al ini menunjukkan adanya kesemestaan dalam bahasa. Menurut teori kesemestaan

linguistik (bahasa), pada dasarnya setiap bahasa memiliki sejumlah karakteristik yang

bersifat universal. Universal di sini dipahami, diterima, disepakati, dan berlaku bagi

masya rakat penutur bahasa itu. Oleh karena itu, dengan kesemestaan suatu bahasa, hal

itu memungkinkan masyarakat penutur menggunakan bahasa tersebut untuk berbagai

fungsi. Kesemestaan dalam suatu bahasa, mutlak adanya. Jika suatu bahasa memiliki

tingkat kesemes taan rendah, ia juga memiliki tingkat kebakuan yang rendah. Akibatnya,

ia akan sulit dipahami dan diterima oleh banyak penuturnya.

Kemudian bahasa itu lama -kelamaan akan ditinggalkan oleh penuturnya. Kesemestaan

dalam bahasa dapat dilihat berdasarkan tiga unsur kesemestaan, yakni aturan

gramatika, aturan fonologi, dan aturan semantik. Berdasarkan teori kesemestaan bahasa,

kata singkatan tersebut berada pada lingkup kesemestaan gramatika atau tatabahasa

dalam penyusunan singkatan. Beberapa singkatan dalam ba hasa Indonesia yang

mengacu pada makna atau acuan yang sebenarnya terkait dengan topik pandemi Covid

-19 di antaranya adalah ABK, APD, BLT, ODP, OTG, PDP, PKM (Pembatasan Kegiatan

Masyarakat), PKM (Pelayanan Kesehatan Masyarakat), PKMBB, PKP, PMI, PSBB, UKM ,

dan UKP, serta satgas (satuan gugus tugas).

Beberapa singkatan dalam bahasa Inggris yang mengacu pula pada makna atau acuan

yang sebenarnya terkait Covid -19 di antaranya adalah WFH, LFH, PFH, PCR, dan SARS,

termasuk pula Covid -19 (Corona Virus Disease 20 19). Namun, tampak kreatif singkatan

yang muncul dalam konteks dan latar belakang masyarakat Bali. Kreativitas berbahasa

yang ditunjukkan tersebut dapat dilihat dari singkatan yang diciptakan (mungkin lebih

tepatnya adalah singkatan yang telah ada dibuat k epanjangannya).

Singkatan -singkatan tersebut dipelesetkan10 COVID -19: Perspektif Susastra dan

Filsafat dengan menggunakan bahasa Bali, sehingga acuan singkatan tersebut berbeda

dari acuan semula yang berbahasa Indonesia. Sebagai contoh, BLT yang sesungguhnya

adalah singkatan dari Bantuan Langsung Tun ai, ternyata dipelesetkan menjadi Bantuan

Lambat Teka disingkat juga sama BLT. PKM yang merupakan singkatan dari Pembatasan

Kegiatan Masyarakat, kemudian dipelesetkan menjadi Pasti Kal Makenta atau Pasti

Kuangan Makan.

PSBB yang sesungguhnya singkatan dari Pembatasan Sosial Berskala Besar dipelesetkan

menjadi Pang Sepalaan Barengan Bangka. Kemunculan singkatan yang diplesetkan

tersebut bukan tanpa alasan yang jelas. Setiap bahasa pasti diproduksi dan digunakan

sesuai konteksnya masing - masing. Demikian pula pemahaman yang ditimbulkan

sebagai akibat digunakannya suatu istilah atau singkatan tersebut juga dapat dipahami

dari konteks sosial yang ada. Dalam situasi pandemi Covid -19 yang melanda Indonesia

memang berbagai masalah atau dampak pengiring dirasakan ole h masyarakat.

Tidak hanya masalah kesehatan yang menjadi fokus utama, tetapi juga masalah sosial,

ekonomi, dan masalah -masalah psikologis lainnya. Misalnya saja terkait bantuan yang

seharusnya disalurkan oleh pemerintah pusat ataupun daerah yang berupa Ban tuan

Langsung Tunai (BLT). Namun, kenyataan yang dihadapi oleh masyarakat bantuan

tersebut tidak kunjung datang atau terlambat diterima oleh masyarakat.

Dengan demikian, sebagai bentuk ekspresi kekecewaan masyarakat terhadap bantuan

yang tidak kunjung dite rimanya adalah membuat pelesetan BLT menjadi Bantuan

Lambat Teka (yang dalam bahasa Indonesia diartikan bantuan yang lambat datang).

Padahal masyarakat miskin dan kurang mampu sudah kian menjerit dan berharap

bantuan segera datang. Hal lain juga tampak pad a singkatan PKM (Pembatasan

Kegiatan Masyarakat). Warga merasa dengan adanya pembatasan kegiatan masyarakat

menimbulkan gerak yang terbatas pula dalam mengais rejeki.

Jika rejeki atau nahkah harian tersebut tidak diperoleh akibat adanya pembatasan

kegiatan masyarakat (PKM), tentu masyarakat yang terdampak tidak akan mampu

memenuhi kebutuhan hidupnya, terutama untuk makan sanak keluarganya. Oleh karena

itu, sebagai bentuk respon terhadap pembatasan kegiatan masyarakat (PKM) tersebut,

masyarakat justru memele setkan singkatan PKM yang semula mengacu pada

pembatasan kegiatan masyarakat menjadi Pasti Kal Mekenta (PKM) atau Pasti Kuangan

Makan (PKM).Literasi Bahasa pada Masa Pandemi Covid -19 11 Selain itu, hal serupa

juga tampak pada singkatan PSBB yang semula mengacu pada pembatasan sosial

berskala besar.

D engan adanya pembatasan sosial berskala besar, gerak laku masyarakat dalam

beraktivitas dibatasi dan pergerakan perekonomian masyarakat juga terbatas. Hal itu

berdampak secara luas sehingga banyak orang yang merasakan kesulitan dalam bidang

perekonomian. A tas dasar itu, sebagai bentuk kekecewaan atas kebijakan yang

diberlakukan, masyarakat memelesetkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar)

menjadi Pang Sepalaan Barengan Bangka (PSBB). Artinya, biar saja sekalian meninggal

bersama -sama. Ada yang meninggal karena terinveksi Covid -19 dan ada yang

meninggal karena kelaparan. Pada akhirnya, mereka akan sama -sama meninggal juga.

Demikian pula halnya dengan ODP yang mengacu pada orang dalam pemantauan.

Munculnya orang -orang yang berstatus ODP di sekitar masyarakat sangat merisaukan

warga sekitar. Tidak hanya warga yang risau, tetapi juga orang yang diberikan status

ODP tersebut. Oleh karena itu, singkatan ODP (orang dalam pemantauan) dipelesetkan

menjadi onyang dibuat panik (ODP). Onyang dibuat panik meru pakan perpaduan

antara bahasa Indonesia dan bahasa Bali. Onyang (kosakata bahasa Bali) artinya

semuanya. Dengan demikian, onyang dibuat panik artinya semuanya dibuat panik

dengan adanya pemberian status ODP kepada warga masyarakat. Selain dipelesetkan ke

d alam bahasa Bali, singkatan terkait dengan Covid -19 juga ada yang dipelesetkan

dalam bahasa Indonesia.

Singkatan yang dimaksud adalah PKM yang mengacu pada pembatasan kegiatan

masyarakat dipelesetkan menjadi pembuat kerumunan massa. Pelesetan itu muncul ka

rena kenyataan yang dilihat oleh masyarakat ketika PKM dilaksanakan dan pada

beberapa titik ada penjagaan yang ketat untuk memantau pergerakan orang atau

massa, ternyata justru menimbulkan kerumunan massa dalam wujud kemacetan pada

beberapa titik pos penja gaan tersebut. Oleh karena itu, PKM yang semula mengacu

pada pembatasan kegiatan masyarakat dipelesetkan menjadi pembuat kerumunan

massa (PKM).

Bagi Wittgenstein, sebuah tanda menjadi hidup atau menjadi bermakna justru dalam

pengunaannya (Hidayat, 2009). J ika tanpa konteks yang jelas, singkatan -singkatan

tersebut tidak akan dapat dipahami secara jelas. Makna kata ataupun kalimat dapat

dipahami sesuai pengunaannya dalam konteks komunikasi. Oleh krena itu, Wittgenstein

menyarankan agar pemahaman terhadap baha sa bisa diperoleh secara optimal, bahasa

harus dianalisis berdasarkan pengunaannya dalam konteks -konteks tertentu (meaning

is use).12 COVID -19: Perspektif Susastra dan Filsafat Hal ini menjadi semakin

mengguatkan bahwa kehadiran konteks yang jelas akan mampu memudahkan

seseorang dalam memahami teks a taupun wacana dalam berbahasa (Ranawake &

Wilson, 2016).

Ungkapan Heraklitus (544 -484 SM) seorang filosof Yunani sebelum Aristoteles adalah

semua yang ada di dunia ini senantiasa berubah. Perubahanlah yang abadi sepanjang

masa. Yang berubah itu bukan hanya alam, tetapi juga pikiran manusia. Kasus ini seperti

ya ng terjadi pada Wittgenstein (1889 -1951). Dalam periode sebelum tahun 1930

Wittgenstein berpijak pada atomisme logis Russell dan neopositivisme dari Lingkaran

Wina. Selanjutnya pada periode Tractatus, Wittgenstein berpendapat bahwa hanya

pernyataan -pernyat aan deskriptif yang mempunyai arti (meaning is picture).

Namun, dalam periode Philosophical Investigations (Wittgenstein II), ia menentang

terhadap apa yang telah diuraikan dalam tractatus itu. Ia berpendapat bahwa arti suatu

pernyataan sangat bergantung p ada pemakaian jenis bahasa tertentu, meaning is use

(Hidayat, 2009). Hal ini bisa terjadi karena bahasa memiliki banyak fungsi. Kemudian,

salah satu temuan Wittgentein II yang sangat menggoncangkan dunia filsafat adalah

apa yang dinamakan “Language Games” atau permainan tatabahasa. Gagasan ini

muncul tidak secara langsung, tetapi pada saat ia menonton pertandingan sepak bola.

Menurutnya, tidak hanya sepak bola yang merupakan permainan. Inti gagasan dari

“language games” adalah bahwa suatu jenis bahasa terte ntu terdiri atas kata -kata dan

tata aturan pemakaiannya. Dengan menggunakan bahasa, kita seolah -olah melakukan

bermacam -macam permainan. Dalam sebuah permainan ada aturan. Demikian pula

dalam berbahasa pun ada aturannya. Kita sering menemukan penggunaan ka ta-kata

dalam kehidupan sehari -hari yang mengandung banyak arti. Satu kata bisa dipakai

dalam berbagai fungsi.

Dalam permainan bahasa, meskipun ditemukan ada kemiripan dalam bentuk atau

ungkapan dipergunakan dalam kondisi yang berbeda tetapi bukan berarti mengandung

makna yang sama. Sama halnya dengan berbagai singkatan yang bermunculan pada

masa pandemi Covid -19 ini yang disertai dengan kemunculan pelesetan -pelesetannya

sehingga jika tidak dipahami konteksnya, masyarakat bisa salah mengartikan singkatan

tersebut. Hidayat (2009) menguraikan pendapat Wittegenstein bahwa arti suatu

penyataan sangat bergantung pada pemakaian jenis bahasa tertentu (meaning is use),

karena bahasa memiliki banyak fungsi.

Menurut Wittegenstein bahasa mempunyai bermacam -macam penggu naan dan kita

perlu menyeledikiLiterasi Bahasa pada Masa Pandemi Covid -19 13 bagaimana kata

-kata kunci dan ekspresi -ekspresi berfungsi dalam bahasa. Dalam penggunaan bahasa

sehari -hari, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yakni bahasa dan logika. Logika bisa

dimunculkan dari konteks yang jelas. Dengan menggunakan bahasa, sesungguhnya kita

sedang berada dalam sebuah permainan, yakni bermain dengan bermacam -macam

pilihan bahasa.

Dalam permainan bahasa, kata -kata bisa dipakai untuk memerintah, menjelaskan suatu

persoalan, bertanya, dan lain -lain, bahkan bertujuan untuk mengelabuhi atau

mengaburkan makna semula, seperti pada pelesetan -pelesetan singkatan di atas.

Semua hal itu mengacu pada kreativitas berbahasa dalam konteks bahasa sehari -hari

(Maybin & Swann, 2007). Selain berbagai jenis singkatan di at as, pada masa pandemi

Covid -19 ini juga bermunculan berbagai istilah baru (memang betul -betul baru atau

baru digunakan dan dipopulerkan), baik istilah dalam bahasa Indonesia maupun istilah

dalam bahasa Inggris.

Berikut contohnya. Istilah dalam bahasa Indo nesia : Endemi : Penyakit yang menyerang

lingkup yang lebih kecil dibandingkan pandemi, misalnya hanya dialami di satu negara,

tidak meluas ke negara lainnya. Epidemi : Penyakit menular yang berjangkit dengan

cepat di daerah yang luas dan menimbulkan banyak korban Isolasi mandiri : Tetap

berada di rumah saja dan tidak bepergian ke tempat umum hingga hasil uji

laboratorium keluar Karantina wilayah : Penerapan karantina terhadap suatu daerah atau

wilayah tertentu dalam rangka mencegah perpi ndahan orang, baik masuk maupun

keluar wilayah tersebut untuk tujuan tertentu yang mendesak.

Pandemi : Epidemi penyakit yang penyebarannya terjadi secara luas atau wabah yang

berjangkit serempak di mana -mana (dalam jangkauan geografis yang luas)14 COVID

-19: Perspektif Susastra dan Filsafat Positif : Ditemukannya virus corona pada tubuh

manusia Satgas Gotong Royong : Satuan gugus tugas yang dijalankan berdasarkan asas

kegotongroyongan Transmisi lokal : Kasus penyebaran Covid -19 yang terjadi di antara

orang - orang lokal yang tidak pernah punya riwayat perjalanan ke luar negeri Istilah

dalam bahasa Inggris : Covid -19 : Corona Virus Disease tahun 2019 Droplet Percikan

liur/lendir dari bersin/batuk Flattening the curve : Pelandai kurva yang mengacu pada

maksud memperlambat penularan Covid -19 Herd immunity : Kekebalan kelompok yang

tercapai bila beberapa orang dalam komunitas tahan terhadap serangan virus Imported

cased : Kasus impor yang merupakan kasus Covid -19 yang dibawa oleh orang -orang

yang terpapar Covid -19 di luar negeri Local transmition : Kasus penyebaran Covid -19

yang terjadi di antara orang - orang lokal yang tidak pernah punya riwayat perjalanan ke

luar negeri Lockdown : Mengunci akses masuk dan keluar pada suatu wilayah atau

negara disertai sanksi tegas.

New normal : Beradaptasi dengan cara baru dan menjadikan gaya hidup sehat sebagai

kebiasaan agar dapat menekan Covid -19Literasi Bahasa pada Masa Pandemi Covid -19

15 Panic buying : Membeli sesuatu (terutama bahan pokok/sembako) dalam situasi

panik, sehingga menimbulkan perilaku membeli sesuatu dalam kapa sitas yang melebihi

kebutuhan Phisycal distencing : Pembatasan fisik dengan tidak melakukan sentuhan fisik

antara yang satu dan yang lainnya untuk menekan penyebaran Covid -19, misalnya tidak

berjabat tangan. Rapid test : Metode skrining awal untuk mendet eksi antibodi, yaitu

IgM dan IgG yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus corona.

Social distencing : Pembatasan sosial untuk meminimalkan kontak langsung dengan

orang lain dan harus jaga jarak sosial yang mengandung maksud membatasi interaksi

sosial dengan sesama. Jika pun harus melakukan interaksi harus diatur jarak aman untuk

berkomunikasi, misalnya minimal 1 meter. Stay at home : Tetap diam/tinggal di rumah

untuk menekan penyebaran Covid -19 dan menghindari kerumunan massa Suspect :

Digunakan untuk menandai pasien terkait virus corona, yang selanjutnya wajib

melakukan tes swab dan isolasi di rumah sakit.

Swab : Pemeriksaan medis untuk mengetahui adanya virus corona di dalam tubuh yang

dilakukan dengan cara mengambil sampel lendir pada saluran pernapasan, misalnya

hidung dan tenggorokan yang selanjutnya diperiksa dengan teknologi PCR di

laboratorium. Demikianlah beberapa singkatan dan istilah -istilah yang muncul dan

populer digunakan pada masa pandemi Covid -19 sebagai tambahan khas anah

kebahasaan dan literasi bahasa seluruh lapisan masyarakat. 16 COVID -19: Perspektif

Susastra dan Filsafat SIMPULAN Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

literasi bahasa sangat penting dimiliki oleh setiap orang karena akan memungkinkan

menjalin komunikasi secara efektif.

Adanya istilah -istilah baru dan singkatan -singkatan baru yang muncul pada masa

pandemi Covid -19, jika tidak dipahami secara kontekstual, memungkinkan akan

mengalami kebingunan dalam mencerna maknanya. Kreativitas berbahasa seseorang

tumbuh dan berkembang berdasarkan situasi dan kondisi yang menyertainya dan

digunakan secara produktif sesuai konteks yang diacu. Kreativitas berbahasa yang

dilakukan melalui memelesetkan singkatan -singkatan yang telah ada merupakan wujud

ekspresi masyarakat terhadap beragam sit uasi yang dialami semasa pandemi Covid -19.

Produktivitas dan kreativitas dalam berbahasa tersebut tidak terlepas dari literasi bahasa

itu sendiri. Dengan demikian, literasi bahasa berkaitan erat dengan produktivitas dan

kreativitas dalam menggunakan bahasa secara cermat sesuai dengan konteksnya.

DAFTAR PUSTAKA Carter, R & McCarthy, M. (2004). Talking, Creating: Interactional

Language, Creativity, dan Context. Appllied Linguistics, 21/1, 62 -88. Carter, R. (2004).

Language and creativity: The art of common t alk. London, UK: Routledge. Cremin, T. &

Maybin, J. (2013). Children and Teacher’s Creativity in and through Language.

International Research Handbook of Childresn’Literacy, Learning & Culture, Chapter 20,

275 -291. Edzan, N.N. (2008).

Information Literacy Development in Malaysia: A Review. Libri, 2008, vol. 58, pp. 265

–280 ELINET. (2016). Literacy in Finland, Country Report, Short Version. European:

European Literacy Policy Network. Gunawardena, M. (2017). The Implications of Literacy

Teaching Models. Inter national Journal of Education& Literacy Studies ISSN 2202 -9478

Vol. 5 No. 1; January 2017 Australian International Academic Centre, Australia (94

-100)Literasi Bahasa pada Masa Pandemi Covid -19 17 Hafner, Chik & Jones. (2015).

Digital Literacies and Language Learning. Language Learning Technology, 19 (3), 1 -7.

Hidayat, A.H.

(2009). Filsafat Bahasa. Bandung: Remaja Rosda Karya. Kelvin, A. A. & Scott, H. (2020).

“COVID -19 in Children: The Link in The Transmission Chain.” Elsevier.

www.thelancet.com 25 Maret 2020. Kern, R. (2000). Literacy and Language Te aching.

Oxfort: Oxfort University. Maybin, J. & Swann, J. (2007). Everyday Creativity in Language:

Textuality, Contextuality, and Critique. Applied Linguistics, 28/4: 497 -517.

doi:10.1093/applin/amm036. Ranawake, R.A.G.S. & Wilson, K.F. (2016). Learning to do

science: Lessons from a discourse analysis of students' laboratory reports. International

Journal of Innovation in Science and Mathematics Education. January 2016, 24(2).pp.71

-81. Widdowson, H.G. (2008).

Language Creativity and the Poetic Function. A Response to Swann and Maybin. Applied

Linguistics. 29/3: 503 –508. doi:10.1093/applin/amn027. Wittgenstein, L. (1974).

Tractatus Logico -Philosophicus 2nd Edition, terj. D.F. Pears dan B.F. McGuinnes. London:

Routledge & Kegan Paul. Yulianingsih , Y., Hayati, T., Kurnia, A. dan Nursihah, A. (2020).

Pengenalan Covid -19 pada Anak Usia Dini melalui Metode Bercerita. Artikel Jurusan

PIAUD UIN Sunan Gunung Djati Bandung. ] 18 COVID -19: Perspektif Susastra dan

Filsafat Satua Bali Sebagai Media Memotivasi Belajar Anak d i Masa Belajar d ari Rumah I

Ketut Sudarsana Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

PENDAHULUAN Besarnya pengaruh pandemi Covid -19 merupakan fenomena baru

dalam kehidupan masyarakat yang memberikan dampak luas terhadap berbagai aspek

kehidupan masyarakat baik dalam bidang teknologi, sosial, ekonomi, politik maupun

budaya.

Covid -19 yang sudah tersebar sampai ke 34 provinsi di Indonesia berpengaruh besar

terhadap pr oses belajar anak di tanah air, di mana biasanya dilaksanakan di sekolah

sekarang harus dari rumah. Namun harapan hasil belajar anak tetap maksimal seperti

belajar disekolah. Menurut Susanti & Wahyudin (2017), hasil belajar siswa diharapkan

dapat terus me ningkat untuk menunjukkan bahwa siswa mengalami kemajuan dan

perkembangan setelah memperoleh pengetahuan yang semakin banyak serta

pemahaman siswa yang baik.

Kebijakan belajar dari rumah tidak hanya harus dilakukan anak yang masih berada pada

jenjang sekol ah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas/kejuruan,

tetapi juga berlaku bagi mahasiswa perguruan tinggi. Sejak merebaknya pandemi yang

disebabkan oleh virus Corona di Indonesia, banyak cara yang dilakukan oleh pemerintah

untuk mencegah peny ebarannya. Salah satunya adalah melalui surat edaran Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Direktorat Pendidikan Tinggi No 1 tahun

2020 tentang pencegahan penyebaran Corona Virus Disease (Covid -19) di perguruan

tinggi.

Melalui surat edaran ter esebut pihak Kemendikbud memberikan instruksi kepada

perguruan tinggi untuk menyelenggarakan20 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial

Kemasyarakatan pembelajaran jarak jauh dan menyarankan mahasiswa untuk belajar

dari rumah masing -masing (Firman & Rahayu, 2020). Sebagai usaha pencegahan

penyebaran Covid -19, WH O telah merekomendasikan untuk menghentikan sementara

kegiatan -kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan massa. Untuk itu

pembelajaran konvensional yang mengumpulkan banyak mahasiswa dalam satu

ruangan perlu ditinjau ulang pelaksanaannya.

Pembelajaran harus dilaksanakan dengan skenario yang mampu meminimalisir kontak

fisik antara mahasiswa dengan mahasiswa lain, ataupun antara mahasiswa dengan

dosen (Firman & Rahayu, 2020). Kebijakan belajar dari rumah harus berhadapan pada

realitas ketidaksiapan selur uh stakeholder pendidikan. Padahal tidak semua pelajar,

siswa dan mahasiswa terbiasa belajar melalui Online. Apalagi guru dan dosen masih

banyak belum mahir mengajar dengan menggunakan teknologi internet atau media

sosial terutama di berbagai daerah Kebija kan belajar dari rumah (Purwanto, Pramono,

Asbari, Hyun, Wijayanti & Putri, 2020).

Dampak kebijakan belajar dari rumah ini yang paling dirasakan anak -anak adalah

kejenuhan, sehingga banyak diisi bermain handphone, menonton youtube atau

menonton televisi. A ktivitas anak tersebut memberikan pengaruh yang luas baik yang

bersifat positif maupun negatif. Peran orangtua sangatlah dibutuhkan oleh anak dalam

membantu menghilangkan kecemasan dan kejenuhan anak dalam belajar sebab

orangtualah tempat anak mengadu akan keluhan yang dirasakan.

Dengan ketangkapan orangtua dalam memahami situasi dan kondisi anak dapat

membantu menghilangkan kecemasan dan kejenuhan anak dalam belajar (Wulandari,

Zikra, & Yusri, 2017). Menyikapi berbagai pengaruh yang timbul dari aktivitas anak

tersebut, maka perlu adanya penangkal dari segala konsekuensi negatif yang

ditimbulkan berupa ketahanan budaya serta kekuatan mental moral yang agamais yang

manifestasi dalam meningkatkan sradha dan bhakti kepada Tuhan.

Ketahanan budaya, mental dan mo ral adalah adanya perkembangan kemampuan yang

secara selektif dan bijak dalam menerima pengaruh dari game atau tayangan youtube

atau televisi, serta mampu mengadaptasikan dengan budaya sendiri secara selektif

tanpa harus kehilangan identitas akar budayanya serta tetap berakar/bersandar pada

ajaran agama Hindu. Adanya iman serta mental dan moral yang militan, akan senantiasa

mampu menyelaraskan kehidupan ini dengan menyeimbangkan antara tuntutan

jasmaniah maupun rohaniah dan antara tuntutan material, maupun spiritual sesuai

dengan konsep -konsep ajaran agama Hindu.Satua Bali Sebagai Media Memotivasi

Belajar Anak di Masa Belajar dari Rumah 21 Betapa pentingnya pembentukan

kepribadian manusia yang sudah tentu dimulai dari masa pertumbuhan anak.

Menurut Tahang (2010) tugas lingkungan rumah dalam hal pendidikan moral itu

penting sekali, buk an hanya karena usia kecil dan muda anak didik serta besarnya

pengaruh rumah tangga, tetapi karena pendidikan moral dalam sistem pendidikan kita

pada umumnya belum mendapatkan tempat yang sewajarnya. Pendidikan formal di

Indonesia masih lebih banyak mengam bil bentuk pengisian otak anak didik dalam

pengetahuan -pengetahuan yang diperlukan untuk masa depannya, sehingga

penanaman nilai -nilai moral belum menjadi skala prioritas.

Oleh sebab itu, tugas ini lebih banyak dibebankan pada keluarga atau rumah tangga. J

ika rumah tangga tidak menjalankan tugas tersebut sebagaimana mestinya, maka moral

dalam masyarakat kita akan menghadapi krisis. Hal senada juga disampaikan oleh

Anisah (2017) bahwa kehidupan anak sebagian besar waktunya lebih banyak dihabiskan

dalam lingk ungan keluarga. Komponen keluarga sangat penting mengingat di

dalamnya terdapat orang tua sebagai pemimpin yang memiliki otoritas dan

bertanggung jawab terhadap pembinaan pribadi anak -anaknya.

Segala bentuk otoritas itu diterapkan kepada anak dalam upaya m embentuk

kepribadian anak yang sesuai dengan acuan nilai agama dan norma yang ada di

masyarakat. Semua prilaku anak dibawah kendali orang tua, dan setiap sikap anak selalu

menjadi bahan tinjauan setiap orang tua. Peran keluarga dalam proses pembentukan

kep ribadian anak sangat besar, keluargalah yang menyiapkan perkembangan

kepribadian anak sejak dini.

Dengan adanya dorongan dari keluarga, maka dapat membantu anak dalam melakukan

penyesuaian yang memuaskan baik itu di masa kini atau di masa mendatang (Samsud

in, 2019). Usaha awal yang dapat dilakukan oleh para orang tua adalah memberikan

pendidikan kesusilaan (etika). Etika atau tata susila Hindu merupakan salah satu bagian

dari tri kerangka dasar agama Hindu yang meliputi : tattwa, susila dan upacara. Banya k

cara para orang tua dalam memberikan pendidikan kesusilaan pada anak -anaknya, di

mana salah satu cara yang dimaksud adalah dengan memakai satua (dongeng) yang

banyak mengandung nilai -nilai kesusilaan (etika) dalam kisah yang kental dengan

kebudayaan Bali . Satua Bali sebagai salah satu cerita bagi anak -anak sarat dengan nilai

-nilai pendidikan kesusilaan (etika) dan moral agama sehingga memiliki peranan yang

penting dalam membentuk kepribadian, karakter dan mental anak.

Dengan memberikan bimbingan secara ti dak langsung melalui satua (dongeng), maka

watak, mental, sikap, dan tingkah laku anak itu pasti akan22 COVID -19: Perspektif

Hukum dan Sosial Kemasyarakatan terpengaruh juga. Hal ini karena aspek nilai satua

tersebut memang sangat tinggi, berfaedah, dan berguna. Melalui satua, anak akan

dapat membandingkan per buatan yang telah pernah dilakukan dan perbuatan yang

belum dilakukan dengan pertimbangan pada nasihat atau amanat dalam satua itu.

Jadi, dapat dikatakan bahwa satua dapat dijadikan sebagai landasan pembentukan

karakter dan sikap anak (siswa) dalam berperi laku, hal ini karena satua mengandung

nilai -nilai pendidikan dan amanat atau nasihat -nasihat yang patut digugu dan ditiru

(Dewi, 2019). Penyampaian Satua Bali diharapkan mampu memotivasi belajar anak

dirumah. Satua Bali berfungsi sebagai apersepsi, dengan tetap mengacu pada materi

yang diajarkan dalam pemilihannya. Satua Bali yang ceritanya dekat dengan kehidupan

siswa dapat menarik perhatian dan memberikan kesan yang berbeda dalam pelaksanaan

proses pembelajaran sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang l ebih bermakna.

Selain itu dalam pendidikan Satua Bali berfungsi sebagai pembentukan karakter, etika

dan moral (Suastika, 2011). PEMBAHASAN Dalam Kamus Bahasa Bali -Indonesia (1993)

kata satua memiliki tiga arti yaitu: satua I berarti cerita, satua II ber arti sato dan satua III

berarti suci, budi, budi yang suci. Dalam tulisan ini satua yang dimaksud adalah cerita

-cerita yang mengisahkan kejadian -kejadian, kepercayaan -kepecayaan yang

berkembang dalam masyarakat Bali.

Satua Bali penuh dengan nilai -nilai aj aran agama, budi pekerti dan moral yang baik

digunakan sebagai media memotivasi belajar anak, selain menanamkan moralitas yang

luhur. Penyampaian satua Bali tersebut harus didukung oleh pendekatan penyampaian

lainnya, seperti yang disampaikan berikut ini. 1. Pendekatan Kesadaran Pendekatan

kesadaran merupakan suatu pendekatan yang bersifat menggugah hati nurani, suara

hati menjadi pengawas dirinya sendiri.

Dua konsep selanjutnya, kesadaran diri melalui proses intuitif (F), dan aktivitas

ketundukan spiritual (G) adalah proses pembe basan sekaligus pencerahan

(Mulawarman, & Ludigdo, 2010). Penerapannya melalui sopan santun dan penanaman

nilai - nilai budhi pekerti, dalam hal ini anak diarahkan untuk mampu bersikap dan

berperilaku yang terkait dengan norma -norma yang berlaku. Perilaku in i diwujudkan

dalam hubungannya dengan diri sendiri, keluarga, sekolah danSatua Bali Sebagai Media

Memotivasi Belajar Anak di Masa Belajar dari Rumah 23 masyarakat.

Adapun contoh satua Bali yang berisikan pendekatan kesadaran, dalam buku satua

-satua Bali yakni “Pak Bangsing dengan Si Pandir” Ada sebuah cerita dua orang anak

yang bert eman yang bernama Pak Bangsing dengan Si Pandir. Diceritakan Si Pandir

seperti namanya adalah orang yang pander, tapi penurut dan baik hati. Pada suatu saat

dia diajak masang bubu bersama Pak Bangsing. Si Pandir bertanya kepada Pak Bangsing

“Pak, Pak apa yang dipakai sebagai umpan bubu ?, di mana orang biasanya masang

bubu?” Kemudian berkata Pak Bangsing “Ih Pendir kalau orang mengumpani bubu tidak

boleh selain jajan yang kemudian setelah bubu itu terpasang lalu umpannya diam -diam

dimakan oleh Pak Bangsin g. Pada suatu ketika sangking jengkelnya karena tak

mendapat apa -apa lalu bubu itu hendak dibinasakannya, tapi tiba -tiba datang burung

hitam masuk kedalam bubunya.

Lalu burung itu dibunuhnya hendak dimakan, maka burung itu berkata kepadanya agar

jangan d ibunuh dan akan memberikan segala sesuatu yang ia minta. Untuk itu upaya si

Pandir menyabut sehelai bulunya lalu melepaskannya dan kemana terbang bulu itu agar

diikutinya. Semua yang dikatakan si burung selalu diikutinya. Bulu itu lalu erbang kea

rah ti mur laut yang diikuti oleh si Pandir dan setelah lama lalu ia melihat istana yang

indah. Baru sampai disitu lenyaplah bulu burung itu. Disana si Pandir lagi ngomel dan

omelannya itu di dengar oleh abdi istana.

Hal itu dilaporkannya kehadapan baginda. La lu si Pandir dipanggil dan diberikan

makan. Tetapi anehnya makannya itu ajaib. Bila kenyang barulah makanan itu habis.

Suatu hal yang menentukan nasib si Pandir ialah pemberitahuan penjaga gerbang

istana, apabila ia ingin meminta sesuatu kehadapan baginda hendaknya ia meminta

kuda yang kurus itu. Dan permintaannya itu dikabulkan oleh baginda asal makan serta

tempat tidurnya agar seperti apa yang ia makan dan tempati. Demikianlah ia membawa

kuda yang kurus itu sepanjang jalan menjadi ejekan, dan buah keta waan orang.

Sesampainya di rumah lalu ibunya disuruh menyediakan sebagaimana perintah raja itu.

Karena memang merupakan karunia kuda itu lalu mengeluarkan emas, uang bertimbun

-timbun. Inilah yang menyebabkan kaya seketika dan selanjutnya ia mendapat pes ta

dengan mengundang teman -temannya diajak makan dirumahnya. Hal itu menjadikan

keheranan bagi Pak24 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan

Bangsing. Hal itu lalu ditanyakan kepada Si Pandir lalu Pak Bangsing meminjam kuda itu.

Malang nasibnya kuda itu tidak seperti yang diharapkan melainkan ia memberaki

rumahnya sehingga kuda itu dibunuh Pak Bangsing.

Setelah lama kudanya tak kembali, lalu hal itu ditanyakan Si Pandir, tapi karena telah

dibunuh lama, hanya kepalanya saja yang dapat diambil oleh si Pandir. Sisa bangkai

kuda itu ditanam di kuil keluarganya. Lama kelamaan tumbuhlah bambu di tempat itu,

yang satu rebah ke pasar Sangsit dan yang lain di pasar Badung. Dan banyak orang

menggantungkan pakaian, ikan dan lain - lainnya. Karena karunia maka bambu tadi lagi

lalu tegak dan semua barang -barang itu jatuh di rumah si Pandir.

Hal yang demikian ini dibuat juga oleh Pak Bangsing tapi sebaliknya bukan kekayaan

melainkan bangkai babi, kambing dan lain -lainnya yang jatuh ke rumah Pak Bangsing.

Inilah yang menyebabkan Pak Bangsing menjadi miskin dan s ebaliknya si Pandir

menjadi kaya. (Tinggen, 2000). Dari satua tersebut di atas anak dituntun untuk

menumbuhkan kesadaran bahwa siapa yang suka mengolok -olok teman dan iri hati

akan mendapat pahala yang buruk. 2.

Pendekatan Bersifat Ajakan Suatu pendekatan yang pada dasarnya bersifat ajakan

(persuasif) untuk memantapkan keyakinan dan menumbuhkan serta meningkatkan

motivasi di dalam mencapai tujuan. Dalam perspektif komunikasi, kita mengenal adanya

komunikasi persuasif, yaitu komunikasi yang bersifat memenga ruhi audience atau

komunikannya, sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh

komunikator (Putri, 2016). Pendekatan ini tertumpu pada usaha saling mengajak untuk

menyusun pikiran - pikiran dan pendapat -pendapat sesuai pengalaman bersama serta

di terapkan terutama dalam rangka menanamkan ajaran agama Hindu dan pendidikan

budhi pekerti.

Adapun contoh satua Bali tersebut yakni “Pan Belog”. Pada suatu hari Pan Belog disuruh

ke pasar oleh istrinya untuk membeli bebek dua ekor untuk dibuat sesajen. Pan Belog

diberi uang oleh istrinya disuruh memilih bebek yang berat isinya. Setelah Pan Belog

sampai di pasar, dia bergegas mencari penjual bebek. Disana dia menyerahkan semua

uangnya dan meminta bebekSatua Bali Sebagai Media Memotivasi Belajar Anak di Masa

Belajar dari Rumah 25 dua ekor, si pedagang heran melihat tingkah laku Pan Be log.

Kemudian diberi bebek dua ekor oleh si pedagang dan Pan Belog bergegas pulang

tanpa mengambil kembalinya. Dalam perjalanan pulang, melewati sungai yang luas,

sesampainya di tengah -tengah sungai kedua bebek lepas dan berenang. Pan Belog

berpikir bahw a ia telah ditipu oleh si pedagang bebek dengan memberinya bebek yang

hanya berisi bulu. Kemudian bebek tersebut diusirnya. Setelah sampai di rumah

dilihatlah oleh istrinya ia tidak membawa bebek, kemudian ditanya oleh istrinya, “Ih

Bapane, mengapa kamu t idak membawa apa -apa ?” Menyahut Pan Belog, “saya dapat

membeli bebek tetapi kosong diberi oleh pedagang bebek.

Sekarang bebek itu sudah saya buang di sungai”, kosong -kosong bagaimana sahut

istrinya. Kemudian Pan Belog menceritakan semua kejadiannya kepad a istrinya. Disana

istrinya menyesal menyuruh Pan Belog, uang hilang bebek tidak dapat. (Tinggen, 2000).

Dari satua tersebut anak didik diajak untuk giat belajar agar tidak seperti Pan Belog

yang mudah tertipu. 3. Pendekatan Etika Pendekatan etika merupak an suatu

pendekatan yang menekankan agar anak mampu membedakan dan menilai suatu

perbuatan yang baik ataupun yang buruk, apa yang harus dikerjakan dan apa yang

harus dihindari.

Etika adalah pengetahuan tentang kesusilaan, yang berbentuk kaidah -kaidah yang

berisi larangan -larangan atau suruhan -suruhan untuk berbuat sesuatu. Dalam etika

akan didapati ajaran tentang perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk. Ajaran

etika juga menyangkut sopan santun dan tata krama sangat banyak berperan dalam

kehidupan seha ri-hari baik antara antara individu dengan individu, kelompok dengan

kelompok maupun masyarakat dengan masyarakat yang disebut pergaulan (Kusuma,

2018). Anak yang baik mampu memenuhi ketentuan -ketentuan kodrat yang tertanam

dalam dirinya yang tidak bertent angan dengan norma yang berlaku di sekolah,

keluarga dan masyarakat.

Adapun contoh satua yang berisikan pendekatan etika dalam buku Widya Dharma

Agama Hindu untuk kelas 2 Sekolah Dasar oleh Sostro Hartono, dkk., yakni “I Bawang

Teken I Kesuna”26 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan Tersebutlah

dua bersaudara yaitu I Bawang dan I Kesuna. Meskipun mereka bersaudara, namun

tabiat mereka sangat berbeda. I Bawang baik hati dan selalu berkata jujur, sedangkan I

Kesuna sering berkata bohong dan suka memfitnah. Pada suatu hari ibunya menyuruh I

Bawan g dan I kesuna mengerjakan suatu pekerjaan bersama -sama.

I Bawang selalu ingat dan patuh pada perintah orang tuanya. Ia mengerjakan apa yang

menjadi tanggung jawabnya, ia berpikir bilamana ibunya datang pekerjaan sudah

selesai. I Kesuna malas, selalu me nghindar dari tanggung jawab. Berkali -kali diajak

bekerja oleh I Bawang, I Bawang bekerja sendirian. Setelah selesai, I Bawang segera

mandi sambil mencuci pakaian. Pada waktu I Bawang mandi ke sungai, I Kesuna

mengotori badannya seolah -olah ia bekerja berat. Ketika itu ibunya datang dari pasar. I

Kesuna memfitnah I Bawang. I Bawang dikatakan tidak mau bekerja, ibunya marah

kepada I Bawang. I Bawang datang dari sungai, membawa air dan cucian. Tanpa diduga

olehnya, ibunya marah dan memukulnya. I Bawang ke sakitan.

I Kesuna menghardik dan mencaci maki, karena tidak tahan I Bawang minggat dari

rumah. I Bawang sangat sedih dan sakit hati. Sepanjang jalan I Bawang menangis, tanpa

terasa olehnya, ia telah sampai di tengah hutan. Di sana ia bertemu dengan I C rucuk

Kuning. I Crucuk Kuning tahu bahwa I Bawang anak yang baik dan selalu berkata jujur.

Akhirnya I Crucuk Kuning memberikan hadiah emas kepada I Bawah, ia senang dan

bahagia. I Kesuna iri kepada I Bawang. Ia meminta supaya diperlakukan seperti I Bawan

g ibunya setuju. I Kesuna dipukul ia minggat ke tengah hutan. Sampai ia di tengah

hutan ia bertemu dengan I Crucuk Kuning. Ia berharap dapat emas.

I Crucuk Kuning tahu, I Kesuna anak jahat dan suka berbohong, I Crucuk Kuning

memberi binatang bisa, sepe rti : ular, lintah, kalajengking, lipan dan sejenisnya. I Kesuna

dikerubuni oleh binatang -binatang tersebut sampai mati. (Hartono, 2004:30). Dari cerita

satua tersebut anak didik diberi gambaran agar dapat membedakan mana perbuatan

baik dan mana perbuatan buruk. Perbuatan baik akan mendapat pahala yang baik dan

perbuatan buruk akan mendapat pahala buruk pula.Satua Bali Sebagai Media

Memotivasi Belajar Anak di Masa Belajar dari Rumah 27 4. Pendekatan Keteladanan

Keteladanan merupakan salah satu kunci dalam menanamkan motivasi belajar anak.

Hal ini ditujukan melalui sikap yang mecer minkan keteladanan atau dapat memberikan

contoh yang baik dan positif. Segala gerak perkataan dan perbuatan yang sesuai

dengan norma yang berlaku dapat dijadikan panutan anak dalam kegiatan belajar di

rumah. Melalui keteladanan nilai -nilai karakter bahkan akan lebih mudah untuk

dijadikan model perilaku (role model) dalam bersikap dan bertindak (Puspitasari, 2016).

Adapun contoh satua yang berisikan pendekatan keteladanan dapat dilihat dalam buku

Satua -Satua Bali (X) oleh I Nengah Tinggen yakni “I Ubuh”. Ada seorang anak kecil

berumur delapan tahun, tidak tahu asalnya dan siapa orang tuanya, ia berada di kota

Jembrana.

Ia terus berpindah -pindah tempat mencari tempat tinggal, siapa yang mau memberi

tumpangan disanalah dia tinggal namanya I Ubuh. Ada yang bila ng nama ayahnya yaitu

Pan Kadar dari Tabanan sebab ia ingin dibunuh oleh Cokorda Tabanan karena ia mecuri

kelapa milik Cokorda. Itulah sebabnya ia datang ke kota Jembrana bersama istrinya. Di

Jembrana ia memiliki satu anak bernama I Ubuh. Pan Kadar dan istrinya akhirnya

meninggal karena penyakit yang tak ada obatnya. I Ubuh adalah anak yang sangat rajin

karena tahu dirinya orang yang miskin.

Di mana saja orang yang memiliki pekerjaan dia selalu membantu, tetapi ia biasanya

beraeda di pasar membantu menjaga toko dan menggotong barang dagangan. Ada

seorang wanita pedagang keliling bernama Ibu Jedog berasal dari Desa Batuagung,

Negara, Jembrana. Ia adalah seorang janda dan tidak punya anak. Ibu Jedog kasihan

dengan I Ubuh, akhirnya diangkat menjadi anaknya. Setelah diangkat, diubahlah

namanya menjadi Ibu Bagia dan anaknya diberi nama I Bagia. Pada suatu saat di

Jembrana ada seorang bangsa Cina menjadi saudagar besar, nama asli saudagar itu

tidak ada yang tahu, tapi bisa dipanggil I Babah. Ibu Bagia biasanya men gambil

dagangan dari saudagar itu.

Saudagar itu megetahui cerita Ibu Bagia mengangkat anak karena ia senang kemudian I

Bagia disuruh bekerja di tokonya untuk berjualan. Pagi hari I Bagia membantu saudagar

berjualan, pada sore harinya membantu ibu menggoto ng barang dibawa pulang.28

COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan Begitulah pekerjaan I Bagia

dan ia sangat rajin serta tidak pernah mencuri barang dagangan, saudagar itu sangat

sayang kepada I Bagia, kepadanya diajarkan menulis, membaca, dan berhitung. I Bagia

cepat mengerti apa yang diajarkan saudagar itu. Akhirnya dia bisa menulis, membaca

dan berhitung. Setelah I Bagia berumur dua belas tahun, dipekerjakan oleh saudagar itu

sebagai sekretaris dan digaji dua puluh rupiah.

Ibunya sangat sayang kepadanya dan dagangannya semakin besar karena d ibantu oleh

saudagar itu. Lambat laun sampai akhirnya I Bagia digaji tiga puluh rupiah, dan sudah

cukup umur untuk mencari istri. Ibunya bersedia memperistrikan anaknya, tetapi tidak

ada wanita yang tidak baik prilakunya. I Bagia setuju dengan pendapat ibunya, tetapi dia

meminta istri dengan Ni Kasih anak dari sepupu Ibu Bagia. Berkata ibunya, “tetapi, Ni

Kasih sangat jelek rupanya, tidak pantas kamu beristrikan dia, ibu kasihan melihat.

Sahut I Bagia, “karena saya tahu diri bahwa saya tidak pun ya apa -apa, kalau saya

mencari wanita cantik pasti sampai kehatinya cantik, tidak ada yang saya gunakan untuk

mencarinya, walaupun Ni Kasih jelek tetapi hatinya baik, isinya masih lebih baik daripada

yang cantik. Oleh sebab itu alasan dari anaknya, dipikir -pikir oleh ibunya akhirnya dia

setuju. Dipinanglah Ni Kasih oleh Ibu Bagia dan akhirnya dia setuju untuk menikah

dengan I Bagia. Ibunya sangat bahagia melihat anaknya serasi bersuami istri dan

semuanya suka bekerja serta dagangannya semakin lama semakin besar dan akhirnya

menjadi saudagar. (Tinggen, 2000).

Dari cerita satua tersebut anak diberikan gambaran agar mendapat menteladani I Bagia

yang selalu giat bekerja, jujur dalam bekerja, mau belajar serta mau menolong orang tua

dan tidak pernah menghina orang karena wajahnya yang penting baik hatinya. 5.

Pendekatan Sosial Keagamaan Pendekatan ini adalah upaya meningkatkan perilaku

yang berlandaskan ajaran agama, budhi pekerti dan moral anak melalui kegiatan sosial

keagamaan yang mencakup tiga hal yaitu dama (pengendalian diri), dana (kewajiban

pemberian) dan daya (karuna dan welas asih).

Karena itu, perhatian terhadap agama tidak saja bersifat teologis, yakni secara vertikal

tetapi, perluSatua Bali Sebagai Media Memotivasi Belajar Anak di Masa Belajar dari

Rumah 29 diinterpretasikan dalam memahami agamasecara horizontal (Pe ter, 2012).

Aneka Pendekatan Studi Agama. Yogyakarta: LKiS Adapun contoh satua yang berisikan

pendekatan sosial keagamaan, yakni “Pak Belang”. Ada sebuah cerita seorang yang

polos bernama Pak Belang. Pada saat dia membajak sawahnya, datang istrinya

membawa kan nasi. Kemudian ia menyantap makanannya di pinggir sawah, pada saat

itu ada semut memakan nasinya. Akhirnya dia marah -marah sambil mengomel.

Kemudian ada sabda tapi tak terlihat, begini sabdaNya : “Hai Pak Belang jangan engkau

memarahi peminta -minta s ebab si semut hanyalah binatang tidak bisa bekerja,

sepatutnyalah engkau kasihi”. Setelah mendengar sabda tersebut dia berpikir dalam hati

akhirnya semua makanannya diberikan kepada si semut dan Pak Belang melanjutkan

kembali pekerjaannya. Pada saat sawahn ya akan panen banyak peminta -minta yang

datang pada waktu itu untuk ikut mengetam padinya, dengan dermawan ia

menyilahkan peminta -minta ikut mengetam padinya.

Lalu pada malam harinya pada saat Pak Belang beristirahat digubuknya datanglah

Betara Indra berpa kaian serba bersinar akhirnya Pak Belang terbangun dari tidur dan

bersabdalah Batara Indra. “Hai Pak Belang, jangan engkau terkejut, aku adalah Betara

Indra yang bersabda pada saat engkau marah waktu membajak di sawah. Dan engkau

telah berlaku dermawan ke pada setiap peminta -minta yang datang pada saat engkau

panen. Aku datang kesini untuk mengajakmu, naik ke sorga. Pak Belang mau ikut tetapi

setelah membuat surat akhirnya Pak Belang ikut Betara Indra ke sorga. Karenanya,

anaknya yang bernama si Belang bese rta keluarganya sibuk mencari dia.

Tapi setelah ditemukannya surat dari Pak Belang yang menyatakan bahwa ia telah di

sorga mengiring Betara Indra, maka berhentilah keluarganya mencari dia. Tersebutlah

pada suatu ketika si Belang membuat upacara pengabenan untuk Bapaknya, tetapi cara

pengabenannya itu ia mempergunakan yang paling utama yang sebenarnya menurut

adat kebiasaan ia tak boleh memakainya, karena ia dari golongan sudra. Karenanya

maka yang menderita adalah Pak Belang sendiri yang dianiaya oleh Sang Cagermanik.

Berkat perlawanannya si Belang sendiri dengan menghadap Betara Indra, maka

Bapaknya tak jadi30 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan masuk di

neraka, tetapi disuruh menghamba di Indraloka, karena Pak Belang telah berbuat

kebajikan terhadap semua mahluk. Dan si Belang lalu mendapat kebahagiaan di dunia

dan dicintai oleh keluarganya serta orang sedesanya. (Bagus, 1968). Dari cerita satua

anak didik diperlihatkan gambaran bahwa orang yang baik seperti Pak Belang yang suka

bersedekah/berdana punia, suka menolong yang sedang susah akan mendapat pahala

yang baik.

Hubungan cerita ini dengan pola sosial keagamaan yang ingin ditanamkan kepada anak

didik yaitu suka berdana punia/bersedekah kepada fakir miskin, dan suka menolong

teman yang sedang susah/membutuhkan pertolongan. SIMPULAN Satua Bali sebagai

salah satu kebudayaan Bali yang memiliki peranan penting dalam memotivasi anak

dalam belajar. Orang tua dalam menyampaikan satua Bali dapat menggunakan berbagai

pendekatan seperti : pendekatan kesadaran, pendekatan bersifat ajakan, pendekatan

etika, pendekatan keteladanan, pendekatan sosial keagamaan. DAFTAR PUSTAKA

Anisah, A. S. (2017).

Pola asuh orang tua dan implikasinya terhadap pembentukan karakter anak. Jurnal

Pendidikan UNIGA, 5(1), 70 -84. Bagus, I. G. N. (1968). Arti dongeng Bali dala m

pendidikan. Direktorat Bahasa dan Kesusastraan, Tjabang Singaradja. Dewi, K. R. (2019).

Tradisi Masatua Pada Keluarga Hindu. Ganaya: Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora, 234

-249. Firman, F., & Rahayu, S. (2020). Pembelajaran Online di Tengah Pandemi Covid -19.

Indonesian Journal of Educational Science (IJES), 2(2), 81 -89. Hartono, S. dkk. 2004.

Widya Dharma Agama Hindu untuk Kelas II. Bandung : Ganeca Excat.Satua Bali Sebagai

Media Memotivasi Belajar Anak di Masa Belajar dari Rumah 31 Kusuma, I. G. L. A. W.

(2018).

Implementasi Ajaran Tat Twam Asi Terhadap Mahasiswa Penyandang Tunanet ra Di

IHDN Denpasar. Jurnal Penelitian Agama Hindu, 2(2), 587 -591. Mulawarman, A. D., &

Ludigdo, U. (2010). Metamorfosis Kesadaran Etis Holistik Mahasiswa Akuntansi

Implementasi Pembelajaran Etika Bisnis dan Profesi Berbasis Integrasi IESQ. Jurnal

Akuntans i Multiparadigma, 1(3), 421 -436. Peter, C. (2012). Aneka Pendekatan Studi

Agama. Yogyakarta: LKiS. Purwanto, A., Pramono, R., Asbari, M., Hyun, C. C., Wijayanti, L.

M., & Putri, R. S. (2020). Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID -19 Terhadap Proses

Pembel ajaran Online di Sekolah Dasar.

EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(1), 1 -12. Puspitasari,

E. (2016). Pendekatan Pendidikan Karakter. Edueksos: Jurnal Pendidikan Sosial &

Ekonomi, 3(2). Putri, P. K. (2016). Aplikasi Pendekatan -Pendekatan Persuasif Pada Riset

Komunikasi Pemasaran: Iklan Melibatkan Penciptaan dan Penerimaan Pesan Komunikasi

Persuasif Mengubah Perilaku Pembelian. Jurnal The Messenger, 8(1), 1 -16. Samsudin, S.

(2019). Penting nya peran orangtua dalam membentuk kepribadian anak. Scaffolding:

Jurnal Pendidikan Islam dan Multikulturalisme, 1(2), 50 -61. Suastika, I M. (2011).Tradisi

Sastra Lisan (Satua) di Bali. Denpasar: Pustaka Larasan. Susanti, E., & Wahyudin, A.

(2017).

Pengaru h Kemampuan Ekonomi Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Melalui Fasilitas

Belajar di Rumah dan Motivasi Belajar Sebagai Intervening. Economic Education Analysis

Journal, 6(2), 475 -488. Tahang, J. H. (2010). Urgensi Pendidikan Agama Dalam Keluarga

Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak. HUNAFA: Jurnal Studia Islamika, 7(2), 163

-178. Tinggen, I N. (2000). Satua -Satua Bali (X). Singaraja : Indra Jaya. Tinggen, I N.

(2000). Satua -Satua Bali (XI). Singaraja : Indra Jaya.32 COVID -19: Perspektif Hukum dan

Sosial Kemasyarakatan Wulandari, W., Zikra, Z., & Yusri, Y. (2017). Peran orangtua dalam

disiplin belajar siswa. JPGI (Jurnal Penelitian Guru Indonesia), 2(1), 24 -31.

Pandemic Covid - 19 d alam Pandangan Filsafat Manusia Ponim an Universitas Hindu

Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar PENDAHULUAN Seorang yang lapar tidak

mungkin dapat memenuhi kebutuhan rasa laparnya dengan memakan makanan yang

tergambar dalam khayalannya. Demikian juga jika manusia haus, tidak akan dapat

menghilangkan rasa hausnya dengan meminum minuman yang ada dalam khayalannya

(Calvin, 1959). Manusia pada dasarnya memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi

daripada mahkluk lainnya. Melalui kesadarannya itulah manusia berinteraksi dengan

alam sekitarnya guna memenuhi kebutuhan yang dapan mendukung keberlangsungan

hidupnya.

Demi kian juga ketika manusia merasa lapar, maka untuk mewujudkan khayalan tentang

makanan yang dapat menghilangkan rasa lapar itu manusia mencari dalam bentuk

nyata pada alam sekitarnya tentang makanan yang diperlukan itu. Sehingga rasa lapar

maupun haus dapat dipenuhinya secara nyata melalui interaksi terhadap alam

sekitarnya. Sebagai mahkluk Sosial, maka manusia dalam kebiasaannya tidak hidup

sendirian, manusia menjalankan hidupnya bersama -sama dengan orang lain. Dalam

kesendiriannya manusia memiliki kebebas an yang bersifat otonom. Dalam pada itu ia

selalu dalam situasi yang ditentukan oleh kejasmaniannya. Manusia biarpun gagah

perkasanya serta kuat, namun sesungguhnya memiliki kelemahan.

Jika dipandang Dari luar ia dapat menguasai jasmaninya tanpa bantuan or ang lain, akan

tetapi sebenarnya secara mendalam manusia itu dikuasai oleh jasmaninya. Ketika

manusia bertemu dengan manusia lain, maka manusia dimungkin bersikap dua macam.

Bahwa jika yang lain merupakan objek baginya, jadi sebagai dia, mungkin juga merup

akan yang ada bagi aku.34 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan

Aku ini membentuk diri terutama dalam hubungan aku -engkau ini (Fuad, 2010) Hal

tersebut menunjukkan bahwa keberadaan manusia sesungguhnya antara yang satu

dengan manusia lainnya memiliki kesamaan, oleh karena itu jika melihat muncul ya

pandemic terkait Covid -19 maka hal itu menjadi kewajaran bahwa jika keberadaan

manusia dibenua lainnya dapat tertular Virus maka manusia di Indonesia juga dapat

tertular Covid -19.

Apabila manusia sudah menyadari hal itu maka bagaimana cara menghadapi ke adaan

lingkungannya yang semakin hari semakin meluas penyebaran Covid -19, serta

bagaimana manusia itu mengatasi dirinya sendiri agar terhindar dari penguasaan

pengaruh yang datang dari luar dirinya seperti Covid -19. Oleh karena itu pada tulisan

ini akan di bahas secara tuntas tentang cara manusia menghadapi Pandemic Covid - 19

dalam pandangan Filsafat Manusia. PEMBAHASAN Sebelum memaparkan analisis hasil

dari permasalahan di atas, maka perlu diketahui beberapa konsep yang terkait dengan

Pandemi Covid -19 serta konsep Filsafat Manusia.

Pandemi Covid -19 merupakan suatu bentuk penyebaran suatu Virus dengan jenis Civid

-19 atau sebelumnya dikenal dengan Virus Corona. Dikatakan Pandemi karena

penyebarannya sangat luas dan sifatnya tidak ada batasan kepada manusia ter tentu,

namun kepada seluruh manusia dapat tertular penyakit ini. Oleh karena penyebarannya

sangat massif ke seluruh dunia, maka dikatakan pandemic. Berbeda dengan endemic

yang tingkat penyebarannya masih dalam satu Negara saja. Pandemic Covid -19

bermula se bagai Wabah yaitu suatu penyakit yang baru muncul diakhir tahun 2019 di

daerah Wuhan Cina.

Wabah merupakan kriteria penyebaran penyakit yang terjadi secara cepat disuatu

daerah, sehingga masih bersifat local https://labkes.jogjaprov.go.id/ berita/5. Pandem i

Covid -19 menyebar dengan cepat keseluruh dunia tanpa batasan. Sifat virus ini mudah

menular baik melalui sentuhan dengan antar manusia maupun menular karena ada

lingkungan yang terdapat virus. Hingga saat ini masih kesulitan untuk melacak bentuk

virus in i. Namun berdasarkan beberapa sumber sifat virus ini masa inkubasinya 5 hari

dan mudah hilang dengan mencuci memakai air. Pandangan Filsafat Manusia

merupakan analisis secara filsafat manusia terhadap keberadaan Pandemi Covid -19.

Jika kata Filsafat diartik an sebagaiPandemic Covid -19 dalam Pandangan Filsafat

Manusia 35 Cinta Kebijaksanaan yaitu suatu sikap yang luwes tidak kaku dalam

bertindak berdasarkan pertimbangan analisis baik atas dasar empiris atau pengalaman

terhadap keberadaan penyebaran Virus, ontology tentang sumber virus, aksiologi

tentang tindakan penyebaran virus dan penanganannya dan logika memakai nalar

pikiran dari manusia itu. Oleh karena itu pandangan Filsafat Manusia adalah secara

keseluruhan sikap bijaksana yang diambil oleh manusia dalam menghadapi keberadaan

Pandemi Covid -19. A.

Cara Meng hadapi Pandemi Covid -19 Menurut Plato manusia akan disebut baik apabila

ia dikuasai oleh akal budi dan manusia akan dikatakan buruk apabila manusia itu

dikuasai oleh nafsu dan keinginan yang tiada terkendalikan (Suseno, 1997). Sebagai

manusia yang dibekali oleh kemampuan berpikir, maka keberadaan pikiran manusia itu

merupakan suatu penciri secara menyeluruh atas manusia itu sendiri dibandingkan

dengan mahkluk lainnya (Polanyi, 2001). Melalui akal budinya itu yang didasari oleh

pemikirannya yang luas, manusi a akan bertindak untuk mendapatkan kebahagiaan

dalam hidupnya.

Manusia akan merasakan kesulitan menggapai kebahagiaan apabila manusia itu

dikuasai oleh nafsu dan keinginannya sendiri yang tanpa kendali. Akan tetapi apabila

manusia itu menggunakan akal dan pikirannya, maka untuk menggapai kebahagiaan

yang dia inginkan memakai pertimbangan didasarkan oleh keadaan dirinya dan keadaan

lingkungannya, sehingga melalui kemampuan penalaran yang terkendali dari

menjauhkan ambisi dan egoismenya dapat tercapai kebahag iaan itu.

Guna mencapai tujuan hidup yang baik, manusia menginginkan keadaan tenang,

kompak penuh kerukunan banyak teman, memiliki arti dan nilai sehingga berguna bagi

sesame dan alam, maka manusia harus membebaskan dirinya dari pengaruh kekuasaan

irasiona l atas hawa dan nafsunya serta emosi diri sehingga memakai akal budi dalam

berprilaku. Bahwa jika menurut Plato hakikat manusia merupakan ide yaitu dari yang

badani kepada yang bersifat kejiwaan, dari yang bersifat jasmani kepada yang rohani,

dari yang ber sifat alam indrawi tersu berubah kea lam idea -idea yang tetap dan abadi

(Suseno, 1997), maka mengikuti hasil dari akal dan budinya itu manusia akan mencapai

realitasnya dibandingkan dengan mahkluk lainnya.

Sebagai mahkluk yang memiliki kemampuan berakal bu di, maka manusia dalam

mewujudkan realitas dirinya hendaknya benar -benar mempergunakan nalarnya

sebelum bertindak agar tidak dikatakan sama seperti binatang. Sifat36 COVID -19:

Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan kebinatangan yang ada dalam diri

manusia yang cenderung liar penuh nafsu itu tidak menonjol apabila benar -benar

manusia mengutamakan pemikiran yang berimbas pada pertimbangan nalarnya yang

didahuli dengan memperbanyak ilmunya sehingga mampu berakal budi.

Dengan demikian manusia tidak terjerumus pada satu lubang kehancuran, namun

mampu mengatasi s egala bencana yang akan menimpa pada dirinya termasuk adanya

gelombang dahsyat penyebaran Covid -19 (Masrul et al. , 2020) . Bagi manusia yang

memiliki kemampuan penginderaan yang didasari oleh pertimbangan akal dan

pikirannya, maka manusia dalam menghadapi Pandemi Covid -19 akan selalu tenang

dan bahagia tanpa ketakutan. Seperti halnya “apabila anda memiliki seorang sahabat

yang selama ini baik tanpa ada masalah dengan anda, namun dilain tempat dia bercerita

bahwa sesungguhnya menjelekkan anda, tetapi anda sendiri tidak tahu bahwa sahabat

anda itu menjelekkan ada ditempat lain, maka anda akan tetap bahagia dan baik

terhadap teman anda itu. Mungkin dianggap suatu kebodohan, akan tetapi

kebahagiaan atas pandangan anda terhadap teman anda itulah yang membuat anda

bahagia (James Rachels, 2004), Pandangan itu dinamakan hedonisme.

Pandangan ini masih tergolong salah dalam menyimpulkan arti kebahagiaan. Hedonism

masih melihat dari satu sisi, tanpa melalui dasar pertimbangan akal budinya. Jika sifat

hedonism dipakai dalam menghadapi Covid -19, maka manusia akan mendapatkan

kemalangannya. Karena penyebaran Covid -19 dari segala arah sehingga tidak melihat

siapa manusia itu atas kebaikannya. Namun realitasnya yang lebih dalam secara

menyeluruh bahwa teman anda itu datang darimana. Jika teman yang biasanya baik

tetapi dia datang dari daerah zona merah kasus penyebaran virus, atau dia datang dar i

luar rumah kita, maka hal itu perlu diwaspadai sehingga muncullah sikab menjaga jarak

dan membersihkan tangannya dengan air atau cairan khusus. Setelah prilaku pertama

dipakai, maka dilanjutkan persahabatan itu tanpa menjauhi teman yang memang dia

baik. Dengan demikian dalam pertemanan tetap terjalin sehingga ketenangan dengan

memakai protokoler kesehatan.

Hal demikian juga perlu disikapi atas keberadaan manusia dibenua lainnya. Apabila kita

menjaga jarak yang dilanjutkan memutus hubungan komunikasi baik langsung maupun

tidak langsung, maka hal ini akan berdampak buruk dalam perkembangan manusia.

Oleh karena itu apabila memakai akal dan budinya, bahwa setelah protocol kesehatan

dipenuhi oleh manusia siapapun itu baik dari dalam negeri maupun luar negeri, m aka

sebaiknya dibebaskanlah manusia itu untuk saling berinteraksi sehingga ketersediaan

hubungan tanpaPandemic Covid -19 dalam Pandangan Filsafat Manusia 37 kendala,

maka dampak sosialnya terbuka sehingga jaringan -jaringan tersambung kembali, maka

kebahagiaan tercapai.

Namun jika sebaliknya terus mengisolasik an komunitas manusia dengan Negara lainnya

maupun masyarakat lainnya tanpa jelas batasannya, maka hal ini sangat menganggu

keberlangsungan kehidupan manusia yang berdampak pada kemerosotan disegala

bidang kehidupan sehingga pada hakikatnya alam idea manusi a juga mengalami

kemerosotan yang pada ujungnya manusia tanpa berdaya dikuasai oleh alam, bukan

sebaliknya manusia menguasai alam sekitarnya melalui akal budinya. Manusia dengan

kemampuan akal dan pikirannya dapat mengatasi segala keadaan yang ada pada sek

itarnya termasuk keberadaan pandemic Covid -19.

Namun jika manusia masih dikuasai oleh doktrin -doktrin yang menakutkan atas

keberadaan Covid -19, maka manusia lainnya akan melakukan perlawanan baik dalam

hasrat yang terbenak dalam pikirannya maupun tindakan langsung. Seperti Galileo atas

penemuannya tentang alat pembatu penglihatan jarak jauh yang dinamakan teleskop,

maka Galileo sudah mematahkan doktrin keberadaan Bulan yang halus, juga doktrin

keberadaan bumi yang datar (Adlin, 2006). Melalui hasil pemikir an Galileo itulah

manusia diajak untuk keluar dari satu pandangan dalam menghadapi keberadaan

dunianya.

Apabila hanya satu pandangan, maka hakikat kebenaran akan terbelenggu oleh satu

doktrin, sehingga kebenaran yang didapatkan masih bersifat sempit. Oleh karena itu

memerlukan pendalaman kebenaran yang menyeluruh. Demikian juga dalam

menghadapi Covid -19 ini, apabila sudah ditemukan mekanisme mengahadapi Covid

-19 dengan menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, meningkatkan imunitas

diri dengan makanan yang bergizi, maka sebaiknya hal itu yang diterapkan, dengan

demikian tanpa harus memutus hubungan antar warga dengan menutup jalan,

memutus hubungan antar bangsa dengan memutus atau pelarangan warga bangsa lain

datang kenegara lain.

Menjalin hubungan sesa ma manusia itu merupakan hakikat manusia sebagai mahkluk

social yang tidak mampu untuk hidup sendirian. Manusia dalam hidupnya tidak

sendirian, malainkan hidup bermasyarakat. Menurut pendapat Herskovits, bahwa yang

dimaksud masyarakat merupakan suatu kelom pok yang terdiri dari individu yang

diorganisasikan serta mengikuti tatacara hidup tertentu, yang tersebar melalui

kesamaan atas perasaan serta persatuan yang dimilikinya. Sedangkan menurut Selo

Sumarjan, masyarakat adalah orang - orang yang hidup secara ber sama dan

menghasilkan kebudayaan.

Demikian38 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan juga menurut

Horton, bahwa yang dimaksud masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang hidup

bersama cukup lama, relative hidup mandiri, memiliki persamaan dalam berkebudayaan

dan melakukan sebagian besar kegiatann ya dalam kelompok tersebut serta mendiami

wilayah tertentu (Setiadi, 2010). Apabila manusia itu hidup bermasyarakat, maka

hubungan manusia yang satu dengan lainnya sangat penting dalam menopang

kebertahanan kehidupannya guna mencapai tujuan hidupnya yang bahagia, tenang,

damai dan penuh nilai - nilai.

Secara menyeluruh sebagai masyarakat di mana di dalam masyarakat terdapat

pemimpin dari masyarakat itu, maka mereka memiliki peran dan fungsinya. Jika struktur

masyarakat itu berjalan sesuai mekanisme yang disepakati, maka manusia yang

tergabung dalam masyarakat itu akan mendapatkan ketenangan dan kedamaian serta

nilai -nilai. Oleh karena itu dalam menghadapi Covid -19 antara komponen masyarakat

saling terjalin interaksi tanpa putus, sehingga segala informasi seca ra akurat tanpa

disembunyikan yang memunculkan doktrin -doktrin baru.

Jika komponen sudah berfungsi secara benar, maka manusia mampu berinteraksi

dengan manusia lainnya melalui mekanisme yang disepakati. Bukan melalui rasa

ketakutan yang tanpa dasar informa si yang akurat secara rasional. Manusia melalui

kemampuan alam idea nya yaitu alam jiwa, akan dapat mengatasi dirinya dalam

menghadapi lingkungannya. Manusia akan keluar sebagai pemenangnya, bukan

manusia dikungkung oleh lingkungannya. Jiwa manusia pada ha kikatnya memiliki

kebebasan tanpa rasa takut oleh badannya. Yang takut itu adalah badannya yang di

dalamnya ada pikirannya juga kepentingan nafsu serta keinginannya.

Jika manusia mampu menguasai badannya, maka manusia mampu keluar dari segala

situasi. Manu sia memiliki keajaiban dalam dirinya, karena diri manusia itu terdiri dari

badan kasar dan badan halus atau jiwa atau roh yang tidak dapat diraba. Menurut

Aristoteles bahwa rasio manusia memiliki peranan penting sebagai pembentuk hal yang

utama baik keutam aan intelektual maupun keutamaan moral (K. Bertens, 1999). Rasio

manusia berasal dari penginderaan yang didapat dari berbagai sudut pangan ilmu

sehingga menghasilkan intelegensi yang bersikap atas penalaran.

Sedangkan Moralitas berasal dari keberadaan jiw a-jiwa yang sepakat membentuk

tatanan secara benar yang bertujuan untuk kebahagiaan jiwanya. Demikian juga dalam

menghadapi Covid -19, maka melalui kemampuanPandemic Covid -19 dalam

Pandangan Filsafat Manusia 39 rasionalitas yang digabung dengan moralitas, maka

manusia dapat keluar sebagai pemenangnya. Pemena ng sejati adalah orang -orang

yang tidak memiliki rasa ketakutan dalam menghadapi situasi Covid -19, melainkan

selalu mempergunakan rasionalitasnya atas keadaan dengan siap dan untuk apa

berinteraksi, sehingga manusia akan berprilaku seperlunya tanpa membuat prilaku yang

tidak penting. Demikian dengan moralitasnya, maka segala ketentuan yang dibuat baik

itu protocol kesehatan dan berprilaku hidup bersih serta makan yang sehat menjadi

dasar untuk tetap hidup dalam segala kondisi.

Hal ini karena sudah ada yang mengenali apa dan siapa itu Covid -19, maka setelah

mengetahui keberadaannya sehingga mengenali sifatnya. Dengan demikian seperti

persahabatan sesame manusia yang harus mengenali sifat -sifatnya yang berdampak

baik dalam menjalin hubungan. Jika tanpa tahu si fatnya, maka persahabatan juga akan

mengakami gangguan. Oleh karena itu sifat bijaksana yang dimaksud dalam filsafat

manusia adalah segala prilaku dan pemikiran melalui pertimbangan akal dan budinya,

manusia tetap hidup berdampingan dengan situasi lingkung annya termasuk

keberadaan Covid -19 sehingga tanpa harus menjauhinya. Dengan demikian memakai

kecerdasanya serta moralitasnya itulah manusia akan keluar sebagai pemenangnya

Menguasai Covid -19, bukan Dikuasai Covid -19.

SIMPULAN Dalam menghadapi Covid -19 ini , apabila sudah ditemukan mekanisme

mengahadapi Covid -19 dengan menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan,

meningkatkan imunitas diri dengan makanan yang bergizi, maka sebaiknya hal itu yang

diterapkan, dengan demikian tanpa harus memutus hubungan anta r warga dengan

menutup jalan, memutus hubungan antar bangsa dengan memutus atau pelarangan

warga bangsa lain datang kenegara lain. dalam menghadapi Covid -19 antara

komponen masyarakat saling terjalin interaksi tanpa putus, sehingga segala informasi

secara akurat tanpa disembunyikan yang memunculkan doktrin -doktrin baru.

Pemenang sejati adalah orang -orang yang tidak memiliki rasa ketakutan dalam

menghadapi situasi Covid -19, melainkan selalu mempergunakan rasionalitasnya atas

keadaan dengan siap dan untuk apa berinteraksi, sehingga40 COVID -19: Perspektif

Hukum dan Sosial Kemasyarakatan manusia akan berprilaku seperlunya tanpa membuat

prilaku yang tidak penting. Demikian dengan moralitasnya, maka segala ketentuan yang

dibuat baik itu protocol kesehatan dan berprilaku hidup bersih serta makan yang sehat

menjadi dasa r untuk tetap hidup dalam segala kondisi.

Hal ini karena sudah ada yang mengenali apa dan siapa itu Covid -19, maka setelah

mengetahui keberadaannya sehingga mengenali sifatnya. Sifat bijaksana yang dimaksud

dalam filsafat manusia adalah segala prilaku dan pemikiran melalui pertimbangan akal

dan budinya, manusia tetap hidup berdampingan dengan situasi lingkungannya

termasuk keberadaan Covid -19 sehingga tanpa harus menjauhinya. Dengan demikian

memakai kecerdasanya serta moralitasnya itulah manusia akan keluar sebagai

pemenangnya Menguasai Covid -19, bukan Dikuasai Covid -19. DAFTAR PUSTAKA Adlin,

A. (Ed.). (2006). Menggeledah Hasrat. Yogyakarta: Jalasutra. Calvin. (1959).

Sigmund Freud (1959th ed.; S. Tasrif, ed.). Jakarta: P.T. Pembangunan Jakarta. Fuad, I. (2

010). Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta. James Rachels. (2004). Filsafat Moral.

Yogyakarta: Kanisius. K. Bertens. (1999). Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.

Masrul, M. et al. (2020) Pandemik COVID -19: Persoalan dan Refleksi di Indonesia. Med

an: Yayasan Kita Menulis. Polanyi. (2001). Kajian Tentang Manusia. Yogyakarta: Kanisius.

Setiadi, E. M. dan K. U. (2010). Pengantar Sosiologi, Pemahaman Fakta dan Gejala

PermasalahanSosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya. Jakarta: Kencana. Suseno Franz

M agnis. (1997). 13 Tokoh Etika. Yogyakarta: Kanisius.

https://labkes.jogjaprov.go.id/berita/5.

Virus dan Upaya Penganganannya d alam Literatur Veda (Refleksi Pengetahuan Veda

Guna Membangun Resiliensi Pada Pandemik Global Covid -19) Ni Kadek Surpi

Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar PENDAHULUAN Peradaban

Veda mengajarkan sejak jaman lampau, sudah terdapat beraneka ragam penyakit dan

bibit penyakit yang berbahaya bagi manusia, baik yang terlihat maupun yang tak

terlihat. Dalam Pustaka Atharvaveda dijelaskan dalam berbagai mantra tentang penyakit,

bibit penyakit dan cara umum penanganan mediknya. Selain itu dijelaskan pula tentang

obat -obatan dan terapi yang dapat membantu kesembuhan manusia.

Dalam literatur Veda dan Ayurveda tercatat bahwa ada penyebab penyakit yang mampu

menginfeksi manusia, baik yang terlihat oleh mata maupun yang tak kasat mata. Di

dalam Pustaka Veda terdapat kata Krimi, krumi, K?ÿmi yang mengacu pada penyebab

penyakit yang kasat mata kaupun tak kasat mata, yang dapat berupa virus, mikroba

maupun jamur. Krimi adalah penyakit penti ng yang dideskripsikan dalam sains

ayurveda dan dijelaskan secara rinci berkenaan dengan etiologinya, gambaran klinis,

dan perawatannya. Istilah krimi digunakan untuk menunjukkan organisme kecil yang

berada di tubuh manusia.

Pragati Y. Chougule, and Sujata P. Jadhav (2017:168) menyatakan istilah krumi

sebagaimana disebutkan dalam ayurvedic klasik memiliki arti luas. Ini mencakup semua

jenis organisme makro dan mikro, patogen dan non - patogen. Dalam teks klasik

bersama dengan vata, pitta, kapha, sukshma jantu42 COVID -19: Perspektif H ukum dan

Sosial Kemasyarakatan juga dianggap bertanggung jawab untuk menciptakan penyakit.

Deskripsi mengenai manajemen Krimi tersedia sejak periode Veda. Diketahui bahwa

sejak jaman lampau krimi berkontribusi signifikan terhadap beban penyakit global.

Kepadatan, kontaminasi air, sanit asi yang buruk sangat mendukung penularan infeksi

parasit yang mengakibatkan endemisitas tinggi.

Banyak yang mengabaikan kondisi ini karena seringkali tidak menunjukkan gejala. Ini

mungkin terkait dengan malnutrisi, anemia defisiensi besi, gangguan pencern aan yang

berulang dan infeksi saluran pernapasan atas. Saat ini dunia dunia berada pada fase

dengan kemajuan pengobatan sangat pesat dan ditemukan alat -alat kesehatan yang

sangat canggih, namun demikian, dunia beberapa kali dikejutkan pandemik global yang

disebabkan oleh virus dan sangat sulit untuk diatasi. Teks kuno dan kejadian masa

lampau yang seolah memiliki benang merah dapat menjadi petunjuk penting

bagaimana penanganan yang harus dilakukan dan membangun daya tahan bagi

masyarakat dalam masa sulit ke tika wabah terjadi.

Artikel ini menguraikan bagaimana Veda mendekripsikan bakteri dan virus, infeksinya

terhadap manusia dan upaya umum penanganannya. Dari hal tersebut, dapat dibangun

upaya ketahanan tubuh dan mental manusia dalam menghadapi pandemik yang bisa

saja terjadi setiap saat. Resiliensi merupakan hal yang sangat penting ketika mengalami

masa -masa sulit sebagaimana halnya pandemik global Covid -19 yang terjadi saat ini.

Penulisan ini merupakan hasil studi literatur dengan menggunakan metode interpr etasi

dengan analisis data menggunakan verstehen dan analisis tekstual. Literatur yang

digunakan ditelusuri terkait dengan narasi tentang virus dan mikroba penyebab

penyakit pada manusia dan upaya membangun resiliensi. PEMBAHASAN A. Keberadaan

Bakteri dan Virus dalam Literatur Hindu Kesehatan adalah sumber untuk mencapai

empat tujuan manusia tertinggi - Dharma, Artha, kaÿma dan mok?ÿa, yang ditahbiskan

oleh Veda. Penyakit merampas kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.

Jadi, seseorang harus berusaha ker as untuk melindungi kesehatannya dengan berbagai

cara. Untuk mencapai tujuan mulia kehidupan, tubuh yang sehat adalah prasyarat.

NamunVirus dan Upaya Penganganannya dalam Literatur Veda 43 demikian, terkadang

penyebab berbagai penyakit terus bermunculan dan dapat menjadi pandemik global di

mana setiap manusi a terancam dapat terinfeksi. Sejak periode Veda, Krimi adalah salah

satu sahabat tertua manusia. Para guru, sadhu, acarya, para penulis literatur kuno sangat

sadar tentang keberadaan mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit.

Ada beberapa referensi tidak langsung dalam Veda untuk mikroba dan penyakit

menular yang bernama Krimi dan Krimi Rogas. Krimi dianggap sebagai faktor penyebab

dari sejumlah penyakit. Krimi masuk ke dalam tubuh dan menghasilkan sejumlah

penyakit (Atharvaveda 2.32.6). Berdasarkan su mber-sumber dalam Veda, Krimi, krumi,

K?mi ( ??ÿ?ÿ? ) merujuk pada mikroorganisme virus, jamur, cacing, yang berupa entitas

kecil baik yang sifatnya terlihat maupun tidak terlihat.

Krimi semua jenis organisme makro dan mikro, patogen dan non -patogen. Organisme

kecil yang terlihat atau tidak terlihat yang memengaruhi makhluk hidup dan tidak hidup

dari biosfer dijelaskan dengan sangat efisien dalam ilmu Ayurveda. Krimi adalah istilah

luas yang mencakup semua jenis cacing dan mikroba. Itu mungkin patogen atau non

-patogen. Semua acharyas dijelaskan krimi, dengan klasifikasi, gejala dan pengobatan.

Sementara Prasad (2002:2) menjelaskan ada dua kata berbeda Krimi dan Krmi yang

disebutkan dalam Atharvaveda. Krmi berarti serangg a dan sedangkan Krimi 8 berarti

cacing/kuman/bakteri/virus (V.23.3,6), yang berkembang biak, memasuki tubuh manusia

dan mereka terlihat atau tidak terlihat. Menurut Atharvaveda beberapa kuman, virus ada

di mana -mana yaitu di pohon, gunung, perairan dan pada makhluk hidup (II.31.4).

Beberapa dari mereka adalah parasit manusia atau mampu menginfeksi manusia. Hal ini

terkait dengan pandemik yang terjadi belakangan yang diduga berasal dari makhluk

hidup dan berevolusi untuk menginfeksi tubuh manusia. Krumi adala h penyakit penting

yang dideskripsikan dalam sains ayurveda dan dijelaskan secara rinci berkenaan dengan

etiologinya, gambaran klinis dan pengobatannya. Terkait dengan pandemik yang

sedang dihadapi, Ayurveda juga menguraikan keberadaan bakteri yang dapat m

enginfeksi saluran pernapasan atas. Kata krimi digunakan dalam Veda untuk makhluk

makroskopik dan mikroskopis yang berbeda.

Langsung dari bakteri, berbagai serangga juga dinominasikan sebagai krimi. Dua jenis

krimi yaitu Drishta (Visible /Macroscopic) dan Adrishta (Invisible/Microscopic) dijelaskan

dalam Veda.44 COVID -19: Perspektif H ukum dan Sosial Kemasyarakatan Dua kategori

ini mencakup hampir semua krimi (Mikroba /patogen). Juga dikategorikan menurut asal

dan Habitatnya. Organisme berbahaya dan melemahkan (Pushtinashaka) ini dikenal

dengan berbagai nama berdasarkan masalah/penderitaan yang dihasilkan (Pragati,

Chougule, dkk.,2017:169).

Lebih lanjut dinyatakan bahwa Krumi memiliki variasi besar dalam ukuran, siklus hidup

yang kompleks dan kebiasaan migrasi di dalam inang mereka dan ini menyebabkan

sekitar satu miliar infeksi setiap tahun. Unni (2008:44) menyebutkan K?ÿmiÿ ( ??ÿ?ÿ? )

merupakan salah satu dari berbagai penya kit yang disebutkan dalam Yogasarasa?graha

(Yogasara -sa?graha) abad ke-15 oleh Vasudeva: sebuah karya yang mewakili ringkasan

pengobatan resep Ayurvedic. Yogasarasa?graha menyebutkan k?mi berhubungan

dengan seluruh resep dalam rute administrasi, dan dengan demikian berhubungan

dengan pengetahuan farmasi (bhai?ÿajya -kalpana) yang merupakan cabang

farmakologi (dravyagu?a).

Dalam karya ini dijelaskan dengan sangat rinci bagaimana pola pengobatan yang harus

dilakukan pada penyakit yang berbeda termasuk pola pena nganan K?ÿmiÿ yang lebih

spesifik sebagai penyebab penyakit yang tak kasat mata. Deskripsi krumi dan krumiroga

tersedia dalam veda, samhita, dan literatur lainnya, tetapi menurut jaman, kedalaman

literatur sangat bervariasi. Sulit untuk mengkorelasikan istil ah ayurvedic mengenai

krumi dengan istilah modern karena kurangnya deskripsi detail dari masing -masing

krumi.

Bapak Kedokteran Hindu, Acharya Charak telah menyebutkan tiga pola perawatan krimi

roga (i) Apakarshana (ii) Prakrutivighata dan (iii) Nidan pariv arjan[1]. Ketiga model

perawatan ini akan dijelaskan pada sub bab berikutnya. Matahari dan Agni (api)

digambarkan sebagai sumber internal penanganannya. Ilmu pengetahuan saat ini juga

menegaskan fakta ini. Sinar ultraviolet dini hari yang berasal dari mata hari dapat

digunakan untuk berbagai krimijanya -vyadhis (penanganan atasnya). Terlepas dari

berbagai modalitas pengobatan ini dengan menggunakan berbagai sumber daya alam,

obat -obatan nabati. obat -obatan mineral, fumigasi, pembersihan (Marjan -prokshana)

dal am sejumlah mantra dijelaskan untuk krimi dan penyakit yang disebabkannya.

Ditemui pula kata krimi Cikitsa. Cikitsa ( ????'? ) berarti praktik kedokteran,

penyembuhan, penyembuhan, pemberian atau penerapan pengobatan (Alex dan Nair,

2003:55). Dengan demik ian krimi Cikitsa merujuk pada penanganan krimi.Virus dan

Upaya Penganganannya dalam Literatur Veda 45 B. Konsep Krimi dan Upaya

Penanganan dalam Atharvaveda Konsep tentang krimi merupakan hal yang penting

dalam upaya membangun kehidupan yang sejahtera dalam Hindu. Sebab penyakit dan

penyebab penyakit harus d iatasi guna kehidupan manusia yang baik. Penyakit telah

merampas kesejahteraan manusia, olehnya harus diatasi dengan berbagai cara.

Keberadaan penyakit karena penyebab tak kasat mata telah dibicarakan ribuan tahun

lalu dalam sejarah peradaban Veda. Lebih d ari 5000 tahun yang lalu, Arjuna dalam teks

Mahaÿbhaÿrata menuliskan tentang keberadaan mahluk - mahluk kecil yang

keberadaanya sulit dideteksi. Arjuna dalam Santi Parva (Mahabharata Buku 12, Santi

Parva Bagian XV), pembahasan tentang tugas dan kewajiban seora ng Ksatria

(Rajadharma) berbicara tentang virus yang mematikan. In water, on earth, and fruits,

there are innumerable creatures.

It is not true that one does not slaughter them. What higher duty is there than

supporting one's life? There are many creature s that are so minute that their existence

can only be inferred. With the failing of the eyelids alone, they are destroyed. There are

men who subduing wrath and pride betake themselves to ascetic courses of life and

leaving village and towns repair to the w oods. Arrived there, those men may be seen to

be so stupefied as to adopt the domestic mode of life once more. Others may be seen,

who (in the observance of domesticity) tilling the soil, uprooting herbs, cutting off trees

and killing birds and animals, pe rform sacrifices and at last attain to heaven (Ganguli,

1883) “Di air, di bumi, dan buah -buahan, ada banyak sekali makhluk. Tidak benar bahwa

seseorang tidak membantai mereka. Apa tugas lebih tinggi yang ada selain mendukung

kehidupan seseorang? Ada banyak makhluk yang begitu kecil sehingga keberadaannya

hanya dapat disimpulkan.

Dengan jatuhnya kelopak mata saja, mereka hancur. Ada orang -orang yang

menundukkan amarah dan kesombongan mempertaruhkan diri mereka pada jalan

hidup pertapa dan meninggalkan desa d an kota memperbaiki hutan. Sesampainya di

sana, orang -orang itu mungkin terlihat begitu terpesona hingga mengadopsi mode

kehidupan rumah tangga sekali lagi. Yang lain mungkin terlihat, yang (dalam

pemeliharaan rumah tangga) mengolah tanah, mencabut tumbuha n,46 COVID -19:

Perspektif H ukum dan Sosial Kemasyarakatan memotong pohon dan membunuh

burung dan hewan, melakukan pengorbanan dan akhirnya mencapai surga” Pada

bagian ini Arjuna tampak menjelaskan ada keberadaan makhluk diberbagai tempat di

alam semesta.

Demikian pula terdapat virus yang berbahaya, dengan lebi h tegasnya, dinyatakan ;

??ÿ+ÿ?ÿ?ÿ?ÿ?ÿ?ÿ? ??ÿ?ÿ?ÿ?ÿ? ??1 ?3?ÿ?ÿ? ??ÿ?ÿ? ??? ?+?? ??ÿ? ??????ÿ? ??ÿ?ÿ?? ???ÿ?

??:??1ÿ?? suk?mayonini bhutani tarka gamyani kani cit pak?ÿma?o 'pi nipatena ye?ÿa?

syat skandhaparyaya? Mahaÿbhaÿrata Santi Parva XV.26 “Ada beberapa spesies yang

sangat kecil dan tidak dapat dilihat oleh mata manusia sehingga keberadaannya hanya

dapat disimpulkan. Mereka bisa terbunuh hanya dengan menjatuhkan kelopak mata

saja” Pada bagian ini Arjuna menegaskan bahwa ada sejumlah spesies yang sangat kecil,

tidak terlihat oleh mata, tetapi keberadaanya dapat diperoleh melalui kesimpulan.

Apa yang dijelaskan dalam Mahabharata tersebut merujuk pada bakteri dan virus yang

sudah dikenal lebih dari lima ribu tahun lalu dan dianggap sebagai ciptaan yang berbah

aya bagi manusia. Walaupun makhluk kecil ini keberadaanya hanya dapat diduga, atau

tidak terlihat oleh mata, ia dapat dihancurkan atau dimusnahkan dengan cepat.

Kemampuan manusia tentang ilmu pengobatan harus digunakan untuk menghancurkan

keberadaanya. Sel anjutnya, Atharvaveda dan Ayurveda membahas secara lebih dalam

bagaimana penanganan yang dapat dilakukan terhadap mikro - organisme yang

keberadaannya sangat kecil tersebut.

Veda sastra Hindu yang keempat dan terakhir, Atharvaveda, berisi informasi medis dal

am berbagai tahap evolusinya dan mengandung tahap terapi yang paling primitif dan

paling maju. Atharvaveda menyebutkan sejumlah besar penyakit baik besar maupun

kecil, yang juga dikenal sebagai ‘Bhaisajyaveda’ karena nyanyian -nyanyiannya mewakili

Ayurveda dari zaman Veda dan nama Atharvan hampir identik dengan Bhesaja

-kedokteran dan pengobatan (Prasad, 2002:1). Pembahasan tentang, makhluk kecil,

krimi dapat dilacak dalam Pustaka Atharvaveda Himne XXIII, yakni.Virus dan Upaya

Penganganannya dalam Literatur Veda 47 ??? ?? =?ÿ?ÿ?ÿ??ÿ?ÿ?ÿ?ÿ? ??ÿ? ??ÿ?ÿ? ??B??ÿ?

??ÿ? ? ?F G?ÿ?ÿHG ?I??? ?K?ÿ?ÿ?ÿ?ÿ?ÿ?ÿ?ÿ? ote me dyavap?ÿthiviÿ ota deviÿ sarasvatiÿ,

otau ma indrasÿcagnisÿca krimi? jambhayatamiti. Atharvaveda 5.23.1

Matahari dan Bumi terjalin untuk saya, pengetahuan ilahi dimaksudkan untuk saya,

panas dan api yang bercampur untu k saya Semoga ini menghancurkan krimi. Ini adalah

doaku. ?N?ÿF ??ÿ?ÿ?ÿ?ÿN ?I???? ??ÿ??? ??ÿ?ÿ? ??? ??S? ??ÿ?ÿ?? ?U?ÿ? ???? ??? asyendra

kumarasya krimiÿn dhanapate jahi, hata visÿva arataya ugre?a vacasa mama.

Atharvaveda 5.23.2 O Dokter yang makmur, bun uhlah krimi yang memangsa bocah ini.

Semua penyebab penyakit yang ganas telah dipukuli oleh kata -kata Veda saya yang

manjur.

Mantra Atharvaveda tersebut mendeskripsikan tentang keberadaan krimi, mahluk kecil

penyebab penyakit, baik yang kasat mata maupun tak kasat mata, baik pathogen

maupun non pathogen. Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk

memahami dan mengatasi keberadaan krimi dan cara menanggulanginya secara tepat

dan cepat. ?? ?I??? ?????W? ?? ??ÿXÿ?ÿ? ?????????ÿ? ?? ?? ? ??SZ??[??? ?I????

?K?ÿ?ÿ?ÿ?ÿ?ÿ? ye krimaya? sÿitikak?ÿa ye k?ÿ?ÿ?a? sÿitibahava?, ye ke ca visÿvarupastan

krimiÿn jambhayamasi. Atharvaveda 5.23.5

Krimi (merujuk pada cacing -cacing) yang dihias dengan warna putih, yang berwarna

hitam, dan yang memiliki lenga n putih, semua itu menunjukkan berbagai warna dan

corak, cacing -cacing ini benar - benar kita hancurkan. Lebih lanjut, sejumlah mantra

juga menarasikan48 COVID -19: Perspektif H ukum dan Sosial Kemasyarakatan tentang

keberadaan krimi baik dialam maupun telah masuk kedalam tubuh manusia. ???

??ÿ?ÿ[ÿ?ÿ?? ??ÿ?1 ??ÿ? ?? S]^? ?]^?ÿ?ÿ? ]^??ÿG`a]^??ÿG ??1ÿG b??ÿ??? ?I????ÿ? ut

purastat surya eti visÿvad?ÿ?ÿ?ÿo ad?ÿ?ÿ?ÿaha, d?ÿ?ÿ?ÿa?sÿcaghnannad?ÿ?ÿ?ÿa?sÿca

sarvasca pram??an krimin. Atharvaveda 5.23.6

Ke arah timur matahari terbit, terlihat dari semua, menghancurkan bibit penyakit yang

tak terlihat, menghancurkan dan membunuh semua mikro -organisme, bibit penyakitt

yang terlihat dan tak terlihat. ??ÿ?ÿ?ÿ?ÿ?ÿ?ÿ? ?c?ÿ?ÿ? ??d?ÿ? ?????e?ÿ???ÿ? ]^G ?f???

?I??g??]^G ?f??ÿ??ÿ? yeva?ÿasa? ka?ÿka?ÿasa ejatka? sÿipavitnuk a?, d?ÿ?ÿ?ÿasÿca

hanyata? krimirutad?ÿ?ÿ?ÿasÿca hanyatam. Atharvaveda 5.23.7 Biarkan mikro

-organisme yang bergerak cepat, sangat sakit, bersinar, gemetar, dan berbahaya,

biarkan mikro -organisme yang kita lihat, dan yang kita tidak lihat, dihancurkan.

??ÿhÿ??? ?? ?I ??? ?iÿj ?k?ÿl?ÿ??ÿH?ÿ??ÿ? ??mN no?? ?? ???p?? ?I????ÿ? atrivad va?

krimayo hanmi ka?vavajjamadagnivat, agastyasya brahma?a sa? pina?ÿmyaha? krimiÿn.

Atharvaveda 5.23.10 Aku membunuhmu krimi (cacing, bakteri dan virus), seperti

perputaran, udara dan matahari. Saya menghancurkan penyebab penyakit itu dengan

pengetahuan Veda tentang Tuhan. ???ÿ?? ?N ??ÿ?ÿ?ÿ? ???ÿ?? ?qÿ???ÿ???ÿ? ??ÿ? ??

W?ÿrÿ?ÿ? ?? ??s ?? ?I??? ???ÿ?ÿ? hataso a sya vesaso hatasa? parivesasa?,Virus dan Upaya

Penganganannya dalam Literatur Veda 49 atho ye k?ÿullaka iva sarve te krimayo hata?.

Atharvaveda 5.23.12 Dihancurkan adalah konsekuensinya, mereka yang tinggal di

sekitarnya hancur. Semua krimi (bakteri, virus dan cacing), yang tampaknya menjadi si

kecil dilakukan sampai mati.

??sÿ?ÿ?? ? ?I????? ???1ÿ??? ? ?I??????ÿ? ?????ÿ3t?? ???? ??ÿ?ÿ3?ÿH?ÿ? ??ÿ?ÿ??ÿ? sarve?a?

ca krimi?a? sarvasa? ca krimi?am, bhinadmyasmana siro dahamyagnina mukham.

Atharvaveda 5.23.13 Dari setiap krimi, baik betina maupun jantan (dan berbagai

jenisnya), saya hancurkan kepala sampai hancur dengan kekuatan dan membakar

wajahnya dengan api. Mantra di atas berbicara tentang upaya penghancuran atau

penanganan krimi dalam Atharvaveda. Upaya penanganan Kesehatan manusia muncul

dalam buku pertama dari Atharvaveda. Konsep yang sangat penting adalah

membangun Kekebalan dari semua penyakit. Konsep ini selanjutnya menjadi bahasan

sangat penting dalam pengetahuan Kedokteran Hindu.

Mantra Atharvaveda 5.23.10, 5.23.12 -13 memberikan gambaran bagaim ana

menghancurkan krimi dan membuatnya tidak mampu menginfeksi tubuh manusia.

Sejumlah kekuatan udara, matahari (Surya) dan panas (agni). Udara yang dimaksudkan

adalah upaya untuk memberikan udara yang sehat kepada penderita untuk

membantunya bernafas seca ra baik demi menjaga kestabilan dan memacu Kesehatan

tubuhnya. Cahaya matahari merupakan satu upaya terapi yang baik, baik untuk

penyembuhan maupun meningkatkan imunitas tubuh manusia.

Sejumlah Gerakan yoga seperti Surya Namaskar (penghormatan terhadap Sur ya)

dilakukan Ketika matahari terbit dan diyakini membangun sistem kekebalan tubuh

manusia secara paripurna. Pengetahuan modern juga membenarkan penggunaan

cahaya matahari untuk membangun sistem kekebalan tubuh. Sementara panas (agni)

dapat terderivasi men jadi sejumlah sediaan dari gas sampai alcohol yang bermanfaat

melawan kuman dan virus yang tidak tampak oleh mata.

Sejumlah ayurvedik farmaka juga terhubung dengan upaya membunuh bakteri dan virus

dalam tubuh manusia dan diluar tubuh manusia.50 COVID -19: Perspektif H ukum dan

Sosial Kemasyarakatan C. Metode Uta ma Penanganan Krimi Penanganan krimi dapat

ditemukan pada sejumlah tes Hindu. Pustaka Atharvaveda secara garis besar telah

menguraikan pola umum penanganan krimi. Pragati, Chougule, dkk (2017) menyatakan

lebih khusus dalam Dalam bab 7 buku charak vimanstha na, Acarya charak telah

menyebutkan tiga teori utama untuk perawatan Krimi Roga, yakni;

“Sarvakriminamapakarshanaamevaaditah karya, tatah prakrutivighatah, anantaram

nidanoktanam bhavanamanupasevanamiti ||” (Ch VI.7 / 4) Tiga cara dalam penanganan

krimi ad alah sebagaimana dijelaskan : Cara pertama disebut dengan metode

Apakarshan. Apakarshan berarti menggaruk, mengeluarkan dosha, mala, dan

krumisanghata dengan paksa.

Setiap proses di mana unsur -unsur yang tidak diinginkan dihilangkan atau diekstraksi

dari t ubuh dianggap sebagai apakarshana. Krumi yang berada di dalam tubuh harus

dikeluarkan dengan teknik yang sesuai dan dilakukan oleh penyembuh yang terlatih,

baik menggunakan terapi tertentu maupun obat - obatan. Cara kedua yakni

Prakrutivighata - Prakrutivigha ta berarti penghancuran lingkungan yang

menghasilkan/menguntungkan bagi krimi. Hal ini dilakukan untuk menangkal faktor

-faktor yang menyebabkan produksi krimi.

Setiap tindakan yang berhasil melawan infestasi dan reinfestasi krimi harus

dipertimbangkan di b awah prakrutivighata. Hal ini terkait dengan lingkungan sebagai

upaya pertahanan kehidupan bagi krimi sebelum menemukan cangkang untuk dapat

berkembang biang dan bahkan membunuh tubuh yang terinfeksinya. Cara kedua ini

lebih condong pada upaya yang dapat d ilakukan agar krimi tidak bertahan di

lingkungan sekitar. Untuk saat ini terkait dengan menggunaan desinfektan guna

membunuh keberadaan bakteri dan virus.

Cara ketiga adalah Nidanaparivarjana - Nidanaparivarjana berarti menghilangkan faktor

-faktor penyebab yang membantu dalam produksi, perkecambahan dan pertumbuhan

krimi. Oleh karena itu, faktor yang bertanggung jawab untuk produksi krumi harus

dihindari. Nidanparivarjana adalah prinsip yang paling penting karena ayurveda

memberi arti penting bagi ahara (mak anan sebagai asupan bagi tubuh manusia) dan

vihara sebagai pengobatan. Ajaran ayurveda menekankan kebersihan dan daya tahan

tubuhVirus dan Upaya Penganganannya dalam Literatur Veda 51 dari infeksi. Semua zat

yang tidak higienis dan modifikasi gaya hidup harus dilakukan untuk mengakhiri krimi.

Pada bagian ini, menekankan pada kondisi fisik manusia yang harus dikondisikan untuk

kebal terhadap kemungkinan infeksi dengan meningkatkan umun sistem pada kondisi

yang prima melalui asupan makanan dan teknik pengobatan termasuk gerakan yoga

asanas dan pranayama tertentu yang disarankan. Cara penanganan krimi juga

ditemukan dalam berbagai teks kedokteran Hindu, yang intinya berkisar pada tiga cara

tersebut. Namun, hal yang sangat diperhatikan adalah upaya peningkatan imun sistem

dengan makanan yang sehat, organik dan pola hidup yang sesuai dengan Ayurveda. D.

Krimi Roga dan Relevansinya dengan Pandemik Covid - 19 Badan Kesehatan Dunia

(WHO), pada 11 Maret 2020 secara resmi menetapkan bahwa wabah Coronavirus

Disease 2019 (Covid -19) yang disebabkan oleh virus SARS -CoV-2 sebag ai pandemic

global. pandemic artinya tersebar luas (tentang penyakit) di suatu kawasan, benua, atau

di seluruh dunia. Virus yang awalnya ditemukan kasusnya di Wuhan ini dinyatakan

memiliki pola penyebaran yang hebat di mana dalam kurun waktu kurang dari ti ga

bulan, virus ini telah menyebar ke 123 negara dengan jumlah orang yang terinfeksi yang

sangat besar.

Menurut hasil penelitian, penyakit ini diawali pada 2 Januari 2020, 41 pasien dirawat di

rumah sakit diidentifikasi sebagai infeksi 2019 -nCoV yang dikon firmasi di laboratorium

Wuhan. Dari pasien yang terinfeksi 2019 -nCoV adalah berusia 25 -49 tahun, dan 14

(34%) berusia 50 -64 tahun Gejala yang paling umum pada awal penyakit adalah

demam (40 [98%] dari 41 pasien), batuk (31 [76%]), dan mialgia atau kelelah an (18

[44%]); gejala yang kurang umum adalah produksi dahak (11 [28%] dari 39), sakit kepala

(tiga [8%] dari 38), hemoptisis (dua [5%] dari 39), dan diare (satu [3%] dari 38;. Lebih dari

setengahnya pasien (22 [55%] dari 40) mengalami dyspnoea (Huang, dkk.,2020:4 -5).

Penyakit ini secara cepat menggegerkan dunia dan menyebar secara luas dengan

perpindahan manusia. Di Indonesia, virus ini pertama kali diumumkan, Senin 2 Maret

2020, dua orang warga Indonesia yang sempat kontak dengan warna negara Jepang

yang datang ke Indonesia. Berdasarkan laporan kasus ini di Amerika Serikat, mirip

dengan laporan dari negara lain, temuan ini menunjukkan risiko yang serius penyakit

dan kematian52 COVID -19: Perspektif H ukum dan Sosial Kemasyarakatan akibat

COVID -19 lebih tinggi pada kelompok usia lanjut. Laporan COVID, C., & Team, R. (2020)

menegaskan, mirip dengan data dari Tiongkok, yang mengindikasikan> 80% kematian

terjadi di antara orang berusia =ÿ60 tahun.

Data awal ini juga menunjukkan bahwa penyakit parah mengarah ke rawat inap,

termasuk masuk dan meninggal ICU, dapat terjad i pada orang dewasa dari segala usia

dengan COVID -19. Sebaliknya, orang berusia =19 tahun tampaknya memiliki penyakit

COVID -19 yang lebih ringan, dengan hampir tidak ada rawat inap atau kematian

dilaporkan sampai saat ini di Amerika dalam kelompok umur ini . Risiko penyakit serius

dan kematian pada COVID - 19 kasus di antara orang -orang di Amerika Serikat

meningkat seiring bertambahnya usia.

Laporan ini merekomendasikan untuk untuk menjaga jarak untuk semua umur untuk

memperlambat penyebaran virus, melindungi sistem perawatan kesehatan, dan

membantu melindungi orang dewasa tua yang rentan. Menjauh dari mereka yang sakit,

hindari keramaian sebanyak mungkin, hindari perjalanan yang tidak penting, dan tinggal

di rumah sebanyak mungkin untuk lebih lanjut mengurangi risiko tertular. Melihat gejala

dan pola penyebaran, penyakit ini tampaknya bisa dideteksi secara sederhana dalam

tubuh manusia. Olehnya setiap orang harus memperhatikan kondisi tubuhnya sendiri

dan melakukan tindakan preventif dan kuratif secara mandiri ketika diperlukan.

Saatnya umat manusia tidak lagi menggantungkan persoalan kesehatannya terhadap

tenaga medis dan rumah sakit, melainkan secara mandiri memahami kondisi tubuh,

melakukan pemeliharaan kesehatan dan meningkatkan upaya pencegahan dengan imun

sistem yang baik. Indonesia memiliki peluang besar untuk bertahan dalam situasi sulit

ini mengingat ketersediaan bahan -bahan dari alam yang melimpah untuk

meningkatkan sistem imunitas tubuh. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)[3]

menyatakan bahwa Ind onesia sebagai salah satu Negara Mega Biodiversity di dunia

dikaruniai Keanekaragaman hayati serta tingkat endemisme atau tingkat keunikan

ekologi, dan organisme dalam struktur geografi yang sangat tinggi Indonesia

menduduki peringkat 5 besar di dunia. Ind onesia memiliki lebih dari 28 ribu jenis

tumbuhan. 55 pesen di antaranya merupakan endemik.

Potensi ini mestinya dimanfaatkan untuk melawan pandemik global dengan

memformulasikan berbagai jenis tanaman obat yang dapat membantu penyembuhan

dan upaya peningk atan imunitas terhadap virus. Terlebih sejak masa lampau, Indonesia

memiliki kemampuan untuk meracik jamu dari bahan alamiah yang bermanfaat besar

bagi kesehatan manusia.Virus dan Upaya Penganganannya dalam Literatur Veda 53 E.

Resiliensi Dalam Menghadapi Pandemik Global Covid - 19 Resiliensi merupakan hal

yang sangat penting yang diajarkan oleh Veda ketika menghadapi masa -masa sulit,

baik akibat pandemik, perang atau pun penderitaan lainnya.

Dalam epos Mahabharata dan Ramayana telah ditunjukkan dengan nyata bagaimana

seseorang harus beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi sulit. Dalam Ramayana,

Rama, Sita dan Laksmana harus mengungsi ke hutan selama 14 tahun dan hidup dalam

keprihatinan ditengah hutan. Sementara dalam Mahabharata Sabha Parva, Pandawa

harus hidup di hutan, mengalami pembuangan sebagai hukuman a tas kekalahan dalam

berjudi, selama 12 tahun dan menyamar selama 1 tahun.

Kebijaksanaan kesusasteraan Hindu mengajarkan umat manusia untuk menerapkan

kemampuan resiliensi ketika menghadapi masa -masa susah. Dalam Mahaÿbhaÿrata

disebut sebagai sthitaprajña yan g artinya mapan dalam kebijaksanaan, mampu

seimbang dalam suka dan duka, memiliki keteguhan hati menghadapi situasi sulit.

Dalam pengetahuan modern, resilien lebih banyak dibahas dalam ilmu psikologi.

Resiliensi merupakan sebuah proses di mana individu mam pu bangkit dan menekan

semua stressor atau perasaan yang negatif agar aktivitas kehidupan individu tersebut

tidak terganggu.

Resiliensi meliputi kualitas pribadi yang memungkinkan individu untuk bangkit ketika

menghadapi kesulitan. Selain itu, sejumlah ahl i memberikan defisini sebagai sebuah

kemampuan untuk mengatasi rasa sakit dan mentransformasikan diri, atau kapasitas

untuk memelihara kondisi (diri) agar tetap berfungsi secara kompeten dalam

menghadapi berbagai stresor dalam hidup (Hendriani, 2018). Dengan demikian,

Resilience atau resiliensi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk bangkit kembali

atau pulih dari stress, mampu beradaptasi dengan keadaan stress ataupun kesulitan.

Resiliensi merupakan suatu kemampuan individu dalam mengatasi serta meningkat kan

ketahanan diri terhadap situasi yang menekan pada individu seperti kehilangan

pekerjaan, kegagalan dam berhubungan sosial dan bahkan trauma yang terjadi dalam

hidupnya (Husna, 2019). Resilien ini berhubungan kepercayaan (trust) yang dibangun

pada seseo rang atau komunitas. Dalam kesusateraan Hindu maupun Ayurveda terapi,

masa - masa pandemik harus diisi dengan berbagai aktivitas untuk menjaga ketahanan

mental dan fisik. Melakukan yoga, meditasi dan terapi khusus sangat54 COVID -19:

Perspektif H ukum dan Sosial Kemasyarakatan dianjurkan untuk menghadapi masa suli t

yang menimpa, terlebih pandemik global yang dirasakan oleh banyak orang.

Menariknya Atharvaveda menganggap imun sebagai kekuatan hidup yang lebih baik

daripada seribu obat -obatan seperti Jangida (XIX.34.7). Agni (api) dianggap sebagai

dokter terbaik (I.2 8.1) dan dia membuat pria kuat dan dia juga tahu keabadian. Ia

menyembuhkan semua penyakit dan memberikan umur panjang. (V.28.1) (Prasad, 2002).

Hal ini sangat menarik, seban imun merupakan pusat kekuatan manusia. Teks -teks lain

lebih lanjut menguraikan tentang upaya meningkatkan imun sistem yakni dengan

praktik yoga, meditasi, mengkonsumsi makanan dan minuman satvika (satvika ahara).

Makanan satvika adalah makanan terbaik menurut Ayurveda yakni yang berasal dari

alam, nabati, dalam keadaan segar dan baik d an dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan

tubuh. Kesehatan fisik dan mental harus dijaga untuk menghadapi masa-masa sulit yang

mungkin terjadi. Terlebih jika dalam jangka panjang. Pada awalnya Atharvaveda dan

Ayurveda (tradisi medis dari zaman Veda) menyembuhk an penyakit dengan mantra

bersama dengan penggunaan satu tanaman obat. Hal ini sebagai aspek holistik dari

pengobatan Veda.

Kemudian selain metode psikis metode obat diperkenalkan dan karenanya sistem obat

adalah bagian sekuler. Kondisi seperti Krimi (II. 31; 32, V.23), stroke panas (VI.52) telah

ada perawatannya pada masa Atharvan, yakni yang dianggap sebagai seorang praktisi

medis par excellence (Zysk, 1996). Ada sejumlah referensi yang tersedia dalam

Atharvaveda untuk penyembuhan semua jenis penyakit (II .9.33; III.31; IV.13; 28; V.9; 30;

91; VI.26; 85; IX.8 dll). Aspek pencegahan dalam ilmu kedokteran yaitu untuk rentang

hidup yang lebih lama juga disebutkan dalam beberapa himne. Dengan demikian baik

Atharvaveda dan Ayurveda sesungguhnya sangat kuat merek omendasikan upaya

pencegahan.

Selain itu, kebertahanan melalui peningkatan imun sistem yang dapat dilakukan dengan

cara holistik. Pengucapan mantra dapat membangun kekuatan imunitas dan upaya

perbaikan sel -sel tubuh dan mengaktifkan fungsi kelenjar. Selain itu harus dibarengi

dengan ahara, yakni mengkonsumsi makanan dan minuman yang mendukung

peningkatan dan perawatan imun sistem sebagai senjata kekebalan dalam tubuh

manusia. Makanan yang sebagian besar berasal dari organik, dan diolah dengan cara

yang bena r, susu sapi dan kesehatan mental adalah hal yang direkomendasikan untuk

membangun daya tahan jangka Panjang guna menghindari terinfeksi baik bakteri

maupun virus yang berasal dari lingkungan sekitar. Virus dan Upaya Penganganannya

dalam Literatur Veda 55 SIMPULAN Penyakit yang diakibatkan oleh virus dan bakteri

sudah dikenal sejak jaman Veda dan disusun upaya penanganannya.

Sistem pengobatan dalam Veda merupakan upaya holistik untuk menjaga kesehatan

manusia, yang melibatkan aspek spiritual, biasanya menggunakan ma ntra, aspek psikis

-mental dan aspek fisik dengan terapi dan sediaan obat. Olehnya sistem medicine dalam

Veda kerap disebut sebagai religious healing. Dalam Veda, upaya peningkatan imun

sistem dikatakan ribuan kali lebih baik dibandingkan dengan obat -obatan . Dalam

menghadapi pandemik covid -19 yang melanda dunia termasuk Indonesia, berbagai

terapi dan sistem pengobatan dalam Veda dan Ayurveda semestinya dapat

dikembangkan, terutama pada aspek tertentu misalnya sediaan obat yang berbasis

tanaman yang ada di In donesia yang terkenal dengan megabiodiversity country,

keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Selain itu, aspek resiliensi dapat

dikembangkan karena wabah covid -19 dimungkinkan akan berlangsung dalam jangka

waktu yang panjang.

Diperlukan upaya mengemba ngkan daya tahan dan ketangguhan yang akan terkait

langsung dengan fisik serta psikis masyarakat. Yoga, meditasi, afirmasi melalui kata

-kata atau mantra dan makan makanan yang menyehatkan adalah upaya yang dapat

dilakukan untuk membangun daya tangguh dalam menghadapi pandemik. Berbagai

pengobatan dapat dikembangkan dengan menyelaraskan pengobatan tradisional yang

telah dikenal luas dengan pola pengobatan modern. DAFTAR PUSTAKA Alex, Prince &

Nair, Rajani A., (2003).

Ayurveda Oushadha Nirmanam Sidhantavum P rayogavum, The State Institute of

Languages, Kerala, Thiruvananthapuram, second edition. COVID, C., & Team, R. (2020).

Severe outcomes among patients with coronavirus disease 2019 (COVID -19)—United

States, February 12 – March 16, 2020. MMWR Morb Mortal Wkly Rep, 69(12), 343 -346.

Dash, Vaidya Bhagwan & Junius, Manfred M. (2006). A Hand Book of Ayurveda. Concept

Publishing Company, New Delhi, revised edition.56 COVID -19: Perspektif H ukum dan

Sosial Kemasyarakatan Devaraj, T. L. (2002). Ayurveda The Complete Handbook, U. B. S.

Publishers Distributors Pvt. Ltd., New Delhi.

Gupta, Kaviraja Nagendra Nath Sen, 2006. The Ayurvedic System of Indian Medicine,

Vol. I -III, Bharatiya Kala Prakashan, Delhi. Hendriani, W. (2018). Resiliensi Psikologi.

Jakarta: Prenadamedia Group. Huang, C., Wang, Y., Li, X., Ren, L., Zhao, J., H u, Y., ... &

Cheng, Z. (2020). Clinical features of patients infected with 2019 novel coronavirus in

Wuhan, China. The lancet, 395(10223), 497 -506. Jain, A. K., & Manjunath, S. (2016).

Vaidyavallabha: An authoritative work on ayurveda therapeutics. Ancient science of life,

36(2), 61. Mehta, P., McAuley, D. F., Brown, M., Sanchez, E., Tattersall, R. S., & Manson, J.

J. (2020). COVID -19: consider cytokine storm syndromes and immunosuppression. The

Lancet, 395(10229), 1033 -1034. Pragati Y.

Chougule, and Sujata P. Jadhav. (2017). “KRUMIROGA: LITERARY REVIEW.” International

Journal of Research - Granthaalayah, 5(10), 168 -174.

https://doi.org/10.5281/zenodo.1040283 Prasad, P. V. (2002). General medicine in

Atharvaveda with special reference to Yaksma (consumption/ tuberculosis). Bull Indian

Inst Hist Med Hyderabad, 32(1), 1 -14. Rothan, H. A., & Byrareddy, S. N. (2020). The

epidemiology and pathogenesis of coronavirus disease (COVID -19) outbreak. Journal of

autoimmunity, 102433. Salima Utama, M. (2016).

Peranan World Health Organization (WHO) Melalui Epidemic & Pandemic Alert And

Response (EPR) Programme Dalam Menangani Wabah Ebola Di Liberia. Doctoral

dissertation, Universitas Komputer Indonesia. Sharma, Priyavrat (Ed. & Tr.), 1981.

Carakasamhita (Text w ith English Translation) Vol. I -IV, , Chaukhambha Orientalia,

Varanasi, first edition. Sharma B K, 2001. Charaka Samhita Vimana -Sthana Ka

Vaishishthya Evamameekshatmaka Adhyayana. Ayurveda Siddhanta. National Institute

of Ayurveda, Jaipur .Virus dan Upaya Penganganannya dalam Literatur Veda 57 Unni,

Asha S., 2008. Edition translation and critical study of yogasarasamgraha. Ph.D Thesis.

Departement of Sanskrit University of Calicut Zysk, K. G. (1996).

Medicine in the Veda: Religious Healing in the Veda: with Translations and Annotations

of Medical Hymns from t he ?gveda and the Atharvaveda and Renderings from the

Corresponding Ritual Texts (Vol. 1). Delhi: Motilal Banarsidass Publ.. Dokumen

Vaidyavallabha of Hastiruchi, Hinidhi Commentary, Rasavaidya Moreshwara Vyasa. 1st

ed. 2nd reprint. Varanasi: Krishnadas Ac ademy; 2002. Sumber -sumber online

http://lipi.go.id/berita/indonesia -negara -mega-biodiversity -di-dunia -/5181

https://www.sacred -texts.com/hin/m12/index.htm

https://www.wisdomlib.org/definition/krimi

https://shodhganga.inflibnet.ac.in/handle/10603/77072

https://shodhganga.inflibnet.ac.in/handle/10603/77072 https://kbbi.web.id/pandemik

http://lipi.go.id/berita/indonesia -negara -mega-biodiversity -di-dunia -/5181 58 COVID

-19: Perspektif H ukum dan Sosial Kemasyarakatan Penguatan Physical Distancing

Melalui Lagu “de bengkung” (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra) Ni Made Ayu Susanthi

Pradnya Paramitha Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

PENDAHULUAN Fenomena covid -19 begitu mencengangkan dunia. Kemunculannya

seakan menghantui seluruh lapisan umat manusia. Virus ini tidak terlihat namun nyata.

Layaknya hantu, covid -19 tidak dengan mu dah dapat terlihat oleh mata telanjang

manusia biasa, namun virus ini nyata, benar -benar ada, bahkan tidak ada pilihan untuk

tidak mempercayai keberadaannya. Perlawanannya menjadi sulit, sebab manusia

dihadapkan pada “lawan” yang tidak terlihat. Bahkan tubuh manusia yang telah pulih

dari infeksi belum tentu kebal terhadap covid - 19. Sampai saat ini upaya untuk

mengetahui apakah seseorang yang baru pulih dari infeksi dapat membangun antibodi

pelindung dalam darah masih dalam tahap uji coba (Zhou, 2020).

Beberapa cara yang terbilang cukup sederhana menjadi langkah preventif untuk

menjaga diri dari virus baru ini. Beberapa di antaranya yakni dengan melakukan

kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer jika tangan tidak terlihat kotor atau cuci

tangan dengan sa bun jika tangan terlihat kotor, menghindari menyentuh mata, hidung

dan mulut, menerapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut

dengan lengan atas bagian dalam atau tisu, lalu membuang tisu ke tempat sampah,

memakai masker medis jika memil iki gejala pernapasan dan melakukan kebersihan

tangan setelah membuang masker, menjaga jarak minimal 1 (satu) meter dari orang

yang mengalami gejala gangguan pernapasan (Yurianto, 2020).60 COVID -19: Perspektif

Hukum dan Sosial Kemasyarakatan Lebih lanjut Kementerian Kesehatan RI juga

menghimbau masyarakat um um untuk melindungi diri dengan memakai masker saat

keluar rumah dan jangan keluar rumah jika tidak ada kepentingan yang mendesak, jaga

jarak saat berbicara dengan orang lain, dan sering mencuci tangan pakai sabun dengan

air mengalir (Semua Pakai Masker, 2 020).

Menjaga jarak atau yang juga sering disebut social distancing adalah kondisi menjaga

jarak dengan orang lain agar tidak terjadi penularan. Jarak yang dimaksud yakni minimal

1 (satu) meter, jangan pergi ke tempat yang ramai, dan gunakan masker bila ha rus

berada di keramaian. Tidak kumpul -kumpul. Tetap tinggal di rumah. Tidak kemana

-mana kecuali urusan penting. Belajar di rumah, beribadah di rumah, bila mungkin

bekerja di rumah (Menjaga Jarak, 2020). Namun belakangan istilah social distancing

diganti d engan penggunaan frasa physical distancing.

Seperti yang dikatakan oleh pemimpin teknis untuk respons covid -19 sekaligus kepala

unit penyakit dan zoonosis di WHO, Maria Van Kerkhove, hal ini bukan tanpa alasan.

Perubahan frasa dari social distancing menjad i physical distancing guna mengklarifikasi

bahwa perintah dari pemerintah untuk tetap berdiam diri di rumah bukan berarti untuk

memutus kontak sosial dengan teman atau keluarga, melainkan untuk memastikan

bahwa masyarakat menjaga jarak fisik satu sama lain agar covid - 19 tidak menyebar

(Putri, 2020).

Pernyataan ini memberikan pemahaman, bahwa langkah yang dapat dilakukan dalam

upaya menghindarkan diri dari covid -19 adalah dengan menjauhkan diri dari

kerumunan. Salah satunya dengan mengurangi aktivitas yang tidak penting di luar

rumah, dan sedapat mungkin untuk tetap di rumah saja. Menjaga jarak fisik ini tentu

bukan berarti menjaga jarak sosial dengan orang lain. Komunikasi tetap dapat dilakukan

dengan tidak melakukan kontak fisik, seperti dengan memanfaatka n media komunikasi

yang telah berkembang di era teknologi seperti sekarang ini.

Presiden Jokowi juga menegaskan bahwa physical distancing adalah pilihan kebijakan

yang paling tepat diterapkan di Indonesia. Namun hal ini tentu harus didukung oleh

kedisipli nan masyarakat (Ihsanuddin, 2020). Ketegasan akan pencegahan covid -19

dengan menjaga jarak fisik dan menjauhi kerumunan juga tertuang dalam maklumat

Kapolri terkait penanganan covid -19. Irjen Herry Rudolf Nahak, Asisten Kapolri bidang

Operasi (Asops) dalam konferensi pers di Graha BNPB mengatakan bahwa dengan

maklumat tersebut, Polri mengajak masyarakat untuk menerapkan physical

distancingPenguatan Physical Distancing Melalui Lagu “de bengkung” 61 secara disiplin.

Bahkan akan melakukan penindakan jika ada masyarakat yang mengabaikan himbauan

jaga jarak ini (Nugrahe ny, 2020).

Dari beberapa pemberitaan media di atas, jelas bahwa physical distancing sangat

penting dilakukan secara disiplin oleh setiap individu. Bahkan ketika muncul wacana

tentang berdamai dengan covid -19, physical distancing masih menjadi perhatian pem

erintah. Seperti yang disampaikan oleh juru bicara penanganan covid -19 Indonesia,

berdamai dengan covid -19 bukan berarti menyerah, melainkan masyarakat diminta

untuk produktif sekaligus tetap aman dari covid -19. Hal ini diperkuat dengan

pernyataan WHO bahw a virus corona ini tidak akan hilang dari bumi dalam waktu

singkat, ditambah belum ditemukan vaksin untuk pencegahan covid -19.

Maka dari itu masyarakat diminta untuk menerapkan cara hidup baru dengan pola

pemikiran, pola sikap, dan pola kehidupan yang baru yakni dengan selalu menjaga

kebersihan diri, selalu mencuci tangan pakai sabun, menggunakan masker, menghindari

kerumunan, dan apabila tidak ada kebutuhan mendesak sebaiknya tetap tinggal di

rumah (Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, 2020). Hal ini menandakan bahwa

masyarakat diminta untuk kembali produktif namun dengan menerapkan protokol

kesehatan yang benar, ketat, dan disiplin. Maka sedapat mungkin physical distancing

tetap dilakukan.

Himbauan jaga jarak fisik yang salah satunya dapat dilakukan d engan tetap di rumah

saja tergolong langkah sederhana, namun tidak dipungkiri menjadi sesuatu yang tidak

mudah dilakukan, sebab tetap tinggal di rumah sepanjang hari bila tidak ada kebutuhan

mendesak bukan merupakan aktivitas yang biasa, namun harus dilaku kan dan

dibiasakan demi mencegah covid -19 kian menyebar. Himbauan yang telah dilakukan

oleh pemerintah dan aparat terkait harus menjadi perhatian setiap lapisan masyarakat.

Di zaman milenial dengan kuantitas aktivitas manusia yang cukup tinggi, gerakan unt uk

tetap di rumah saja menjadi fenomena baru. Hal ini akhirnya memunculkan berbagai

reaksi dan kreasi dari berbagai kalangan dengan berbagai bidang yang mereka geluti.

Kewaspadaan menghadapi covid -19, justru menjadi inspirasi. Inspirasi merupakan

sebutan t radisional untuk faktor bawah sadar dalam proses penciptaan (Wellek &

Warren, 1990). Aktivitas selama di rumah saja akhirnya menghasilkan karya -karya yang

dapat mendukung himbauan pemerintah tentang pencegahan covid -19. Salah satu

bentuk karya yang banyak tercipta di tengah pandemi yakni berupa lagu. Lagu bukan

hanya menjadi karya semata, melainkan menjadi salah satu tongkat estapet

penyampaian pesan dari pemerintah kepada masyarakat.

Perpaduan62 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan antara

musikalitas dan lirik dalam lagu menjadi sebuah media ko munikasi yang relevan

dengan kehidupan masyarakat milenial. Lirik lagu dapat menciptakan suasana dan

memberikan gambaran imajinasi tertentu pada pendengarnya, sehingga dapat sekaligus

menghasilkan makna yang beragam. Dalam fungsinya sebagai media komunikas i, lagu

sering digunakan sebagai sarana untuk menggugah simpati orang lain terhadap realitas

kehidupan (Iswari, 2015). Struktur lagu biasanya terdiri dari pengulangan -pengulangan

syair atau lirik dan korus.

Murphey mengatakan bahwa musik dan lagu dapat di simpan lama dalam ingatan serta

menjadi bagian dari diri seseorang (Ratminingsih, 2016). Lebih lanjut (Pertalola & Yulia,

2019) mengatakan bahwa membangkitkan sejarah pengalaman hidup seseorang

merupakan salah satu manfaat lagu sebagai pembangkit fungsi ingatan. Sebagai sebuah

karya ciptaan, lagu hadir di tengah masyarakat sebagai pendengarnya. Maka untuk bisa

diterima, pencipta lagu harus mempertimbangkan berbagai hal, salah satunya faktor

sosial yang ada di tengah masyarakat (Winarti, 2010).

Dengan demikian maka tidak berlebihan rasanya bila lagu dikatakan menjadi salah satu

media efektif sebagai penyampai pesan. Salah satu karya yang tidak layak dipandang

sebelah mata, yakni sebuah lagu bergenre pop dari musisi Bali yang berjudul “De B

engkung”. Lagu pop Bali saat ini kian digandrungi oleh masyarakat, terutama di Bali.

Syair yang ringan dan mudah dimengerti menjadikan lagu ini layak didengar oleh

masyarakat disemua kalangan disegala usia. Proses penciptaan dari penulisan lirik

hingga publikasi yang tergolong sangat singkat, membuat lagu ini semakin dekat

dengan unsur -unsur alami dan apa adanya.

Kesederhanaannya justru menjadi kekuatannya dalam memastikan suatu pesan sampai

di tengah -tengah masyarakat. “De Bengkung” akhirnya menjadi salah satu mediator

guna mengajak masyarakat untuk tetap di rumah. Ini berarti lagu karya anak Bali,

dengan lirik dan tampilannya yang sederhana menyimpan pemaknaan yang sangat

mendalam terkait pencegahan penyebaran covid -19 terutama menyangkut himbauan

physical distancing. Lagu sebagai sebuah karya, memiliki tekstur yang hampir sama

dengan teks puisi modern.

Puisi merupakan media ekspresi dalam mengungkapkan kegelisahan hati penyair dalam

menyikapi suatu peristiwa tertentu, baik peristiwa yang merupakan pengalam an pribadi

ataupun peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Biasanya karya sastra mencerminkan suatu

rekam jejak pe ristiwa yang terjadi pada masanya.Penguatan Physical Distancing Melalui

Lagu “de bengkung” 63 Maka puisi dikatakan sebagai rangkaian kata yang mampu

menyampaikan pengalaman, pengetahuan, dan perasaan penyair hingga

mempertimbangkan aspek imajinasi untuk membangkitkan pengalaman tertentu bagi

pembaca ataupun pendengarnya (Nurjannah et al., 2018). Le bih lanjut dikatakan bahwa

penciptaan sastra itu sendiri juga dipengaruhi oleh latar, tempat, dan waktu penciptaan

(Indhra et al., 2018).

Sastra juga merupakan sarana pengajaran yang memberikan petunjuk bagi para

pembaca atau pendengarnya agar mampu memaha mi makna karya sastra tersebut.

Fiksi yang ada di dalam karya sastra berupa karangan ataupun pengalaman yang dapat

dicurahkan pada suatu tulisan menggunakan bahasa yang menarik, tidak baku (City et

al., 2018). Maka ciri sastra seperti yang diungkap di atas relevan dengan lagu “De

Bengkung” yang tercipta saat mewabahnya pandemi covid -19 yang sekaligus memiliki

fungsi sebagai pembawa pesan terkait physical distancing .

Sementara dari sisi penikmat sastra dikatakan bahwa ketika seorang peneliti atau

pemerhati m embaca suatu karya sastra, baik novel, drama, puisi, atau cerita pendek,

dan sebagainya, sesungguhnya memiliki tujuan untuk menikmati, mengapresiasi, atau

bahkan mengevalusai karya -karya tersebut (Minderop, 2016). Seluruh umat manusia

tidak bisa menutup ma ta dan berbohong pada kenyataan bahwa di tengah wabah yang

melanda saat ini, menjaga jarak fisik satu sama lain, tidak hanya berurusan pada

permasalahan jasmani saja, melainkan lebih dari itu.

Fenomena yang tidak biasa juga barang tentu berpengaruh terhada p unsur kejiwaan

dan mental masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, maka lagu “De Bengkung”

sebagai sebuah karya sastra yang dapat menyelami ingatan dan jiwa pendengarnya

akan ditelaah dari tinjauan psikologi sastra. Hal ini menjadi amat penting dilaku kan

mengingat unsur psikis sesungguhnya menjadi salah satu aspek yang patut diamati

secara serius terlebih pada kondisi seperti sekarang ini.

Ditambah belum ditemukannya kajian tentang lagu, khususnya lagu pop Bali yang

bertemakan pencegahan covid -19, mem buat kajian tentang lagu “De Bengkung”

menjadi semakin layak untuk dilakukan. Pemikiran ini semakin diperkuat dengan

pernyataan bahwa sastra dan psikologi dapat bersimbiosis dalam perannya terhadap

kehidupan. Keduanya sama -sama memiliki fungsi dan berperan dalam kehidupan

manusia baik secara individu maupun dalam posisi makhluk sosial (Minderop, 2016).

Maka lagu “De Bengkung” akan dikaji dengan menggunakan tinjauan psikologi sastra

yang dalam hal ini mengacu pada pendekatan psikoanalisa Freud.64 COVID -19:

Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan Istilah psiko logi sastra sendiri memiliki 4

(empat) kemungkinan yakni : (1) studi psikologi terhadap pengarang sebagai tipe atau

sebagai individu; (2) studi proses kreatif; (3) studi tipe dan hukum -hukum pada karya

sastra; (4) dampak sastra pada pembaca (psikologi pemb aca) (Wellek & Warren, 1990).

Untuk mendukung kajian mengenai psikoanalisis Freud yang berhubungan dengan

hasrat alam bawah sadar sampai penyesuaian terhadap realitas, maka tulisan ini juga

akan menggunakan kemungkinan psikologi sastra yang kedua, yakni studi proses

kreatif. Hal ini dilakukan sebab studi kedua meliputi seluruh tahapan mulai dari

dorongan bawah sadar yang melahirkan karya sastra, sampai pada perbaikan terakhir

yang dilakukan pengarang (Wellek & Warren, 1990). Maka dari itu, kolaborasi antar a

teori psikoanalisis Freud dan studi proses kreatif dirasa tepat untuk menguak unsur

psikologis dari lagu “De Bengkung”.

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan lirik lagu yang berbentuk teks

yang diperoleh dari hasil observasi terhadap video k lip lagu “De Bengkung” diikuti

dengan konfirmasi pada pencipta lagu melalui metode wawancara. Disamping itu,

penelitian ini juga mengacu pada ungkapan Creswell dalam (Somantri, 2005) yang

menyatakan bahwa penelitian kualitatif bercirikan informasi yang be rupa ikatan konteks

yang akan menggiring pada pola atau teori yang akan menjelaskan tentang fenomena

sosial. Lebih lanjut disebutkan beberapa metode kualitatif yang sering digunakan yakni

observasi terlibat, analisa percakapan, analisa wacana, analisa isi, dan pengambilan data

ethnografis.

Dengan demikian penggunaan metode kualitatif dirasa tepat dengan

mempertimbangkan data maupun hasil kajian yang terurai dalam bentuk deskripsi

berupa teks. Sementara untuk mendukung studi proses kreatif, dipergunakan meto de

wawancara dengan teknik purposive sampling, yaitu sampel yang pemilikannya

didasarkan atas ciri -ciri atau sifat -sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut

-paut yang erat dengan tujuan penelitian.

Menurut Sutopo, purposive sampling adalah pengambila n data yang dilakukan dengan

cara memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahannya secara

mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap (Astuti et al.,

2016). Maka dari itu pada penelitian ini informan yang akan dip ilih adalah pengarang

dari lagu “De Bengkung” sendiri. Hal ini dilakukan karena proses lahirnya sebuah karya

tentu berhubungan langsung dengan pengarangnya. Maka informasi dari pengarang

akan sangat dibutuhkan demi memperoleh data yang tepat dan akurat.Penguatan

Physical Distancing Melalui Lagu “de bengkung” 65 PE MBAHASAN A.

Identitas Lagu Judul : De Bengkung Pencipta : Dika Swara dan Putu Bejo Penyanyi : Dika

Swara Penata Musik : Mang Intro Video : Dika Swara dan Putu Bejo Rumah Pro duksi :

Swara Pregina Produser : Dika Swara B. Lirik De bengkung nah De bengkung nah

Kanggoang malu ngoyong jumah De bengkung nah De bengkung nah Gumine jani

ngangsan wayah Kanggoang malu masekeb jumah Yadiastun hidupe j ani melarat

Yadiastun gumine jani ngangsan ngewehang Gegaene hilang Makejang pengangguran

Karyawane dirumahkan Nanging sampunang ento sanget sebetang Dugas pidan yening

makan66 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan Sesai di restoran

Nanging jani suba melenan State ngangseh -ngangsehang Be pindang kal kanggoang

Katimpalin jukut jepang Ne penting payu makan Dikengkene uyah lengis bejekang

Kanggoang malu sugihe tertunda C.

Analisis Psikologi Sastra dalam Lagu “De Bengkung” Salah satu kekuatan karya sastra

yakni memberi peluang pada pengarang maupun penikmat sastra untuk lebih

memahami dirinya, karena sastra menyajikan kebenaran yang direpresi. Maka dari itu,

tidak dipungkiri bahwa telaah psikologi sastra akhirnya membuat para pembaca terbuai

oleh kisah psikologis yang te rkadang merasa dirinya terlibat dalam sastra. Hal ini

disebabkan karena telaah psikologi sastra menggiring kajian terhadap cerminan

psikologis isi karya sastra yang disajikan sedemikian rupa oleh pengarang.

Selanjutnya pada abad ke -20, kritik psikologis d ihubungkan dengan kajian khusus

tentang pikiran, yakni dengan hadirnya teori psikoanalisis Sigmund Freud. Pemahaman

terhadap interpretasi psikoanalisis sebuah karya seni yakni menjelaskan konflik -konflik

tak sadar para seniman (Minderop, 2016). Psikoanali sis merupakan suatu pandangan

baru tentang manusia, di mana ketidaksadaran memiliki peran sentral (Bertens, 2005).

Dalam psikoanalisis, Freud membagi susunan kepribadian menjadi 3 (tiga) yaitu id, ego

dan superego (Astuti et al., 2016). 1.

Id Id adalah asp ek biologis yang merupakan sistem asli dalam kepribadian, dari sini

aspek kepribadian yang lain tumbuh. Id berisikan hal -hal yang dibawa sejak lahir. Pada

prinsipnya id menghindarkan diri dari ketidakenakan dan mengejar kenikmatan. Id

adalah energi psikis yang hanya menarik kesenangan semata (Astuti et al., 2016). Maka

dari itu, jika dikaitkan dengan prinsip fundamental yang diterima oleh Freud, id

berhubungan erat dengan prinsip konstansi dan prinsip kesenangan. Prinsip konstansi

adalah hidup psikis yangPenguatan Physical Distancing Melalui Lagu “de bengkung” 67

cenderung mempertahankan kuantitas ketegangan psikis pada taraf yang serendah

mungkin atau setidaknya pada taraf yang sedapat mungkin stabil.

Konstansi atau stabilitas itu dihasilkan dengan melepaskan energi psikis yang sudah ada

pada subyek atau dengan men ghindar dari bertambahnya ketegangan. Sementara

prinsip kesenangan mengungkapkan bahwa hidup psikis memiliki kecenderungan untuk

menghindari ketidaksenangan dan sebanyak mungkin memperoleh kesenangan.

Ketidaksenangan bertalian dengan ketegangan psikis, se mentara kesenangan bertalian

dengan berkurangnya kuantitas ketegangan psikis (Bertens, 2005).

Dalam lagu “De Bengkung” terdapat penggalan lirik sebagai berikut : Dugas pidan

yening makan Sesai di restoran Terjemahan : Dulu kalau makan Sering di restoran

Seperti yang kita ketahui bersama, makan adalah salah satu kegiatan yang merupakan

kebutuhan pokok tidak hanya manusia, bahkan semua makhluk hidup di dunia. Kata

“makan” dalam penggalan lirik ini bukan sekedar mengacu pada kegiatan menelan

makanan semata. Na mun dapat diinterpretasikan lebih dalam, yakni diksi ini seperti

sengaja dipilih untuk menekankan bahwa sebelum kemunculan pandemi covid -19,

dorongan id senantiasa menggiring manusia sebagai makhluk individu untuk memenuhi

keinginan dalam rangka memperoleh kepuasan pribadi dalam dirinya mulai dari hal

yang paling mendasar dan tentunya meningkat pada kebutuhan - kebutuhan lainnya

sebagai pemuas hasrat. Sementara diksi “restoran” juga mengarah pada pemaknaan

yang lebih luas.

Jika dilihat sepintas, restoran meru pakan suatu kata tempat terdapatnya berbagai

makanan yang posisinya ada di luar rumah. Namun jika dipahami lebih dalam, diksi

“restoran” dapat diinterpretasikan pada naluri dasar manusia sebagai makhluk sosial

yang selalu ingin berhubungan dan tergantung d engan orang lain. Oleh karena itu

dorongan ini mengarahkan manusia untuk senantiasa ingin keluar “rumah”, yakni keluar

dari lingkaran individual dirinya dan bersosialisasi dengan yang lainnya.

Maka dapat dikatakan bahwa dalam kondisi ini, id tentu berperan dalam kemunculan

hasrat setiap individu untuk68 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan

bersosialisasi dengan individu lainnya, maupun lingkungan sekitar. Hal ini dapat

dilakukan dengan bergaul, bepergian, dan aktivitas lainnya yang menggiring manusia

untuk membuka diri pada orang lain maupun lin gkungan sekitar. Dengan demikian

maka dapat disimpulkan bahwa penggalan lirik di atas memberikan pemahaman bahwa

manusia “dulu”, dalam konteks waktu sebelum mewabahnya covid -19, memiliki

dorongan id untuk selalu berusaha memenuhi hasrat kenikmatan yang dap at

menyenangkan hidupnya mulai dari hal yang sangat mendasar hingga pemuas -pemuas

lainnya, baik dalam posisi manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial.

Analisis terhadap id ini diperkuat dengan paparan kisah awal terciptanya lagu “De

Bengkung” .

Seperti yang disampaikan oleh penciptanya, Dika Swara : Lagu ini tepat tiang (saya) buat

tanggal 30 Maret 2020. Di mana waktu itu pas ultah titiang (saya). Di malam hari tiang

(saya) duduk sendiri, dan berpikir bahwa tahun lalu pas ultah, pasti ramai kumpul

-kumpul di rumah, merayakan ultah titiang (saya). Tapi sekarang pas ultah sepi. Karena

ada himbauan dari pemerintah. Dari sana tiang (saya) kepikiran untuk buat lagu yang

mengenai situasi seperti sekarang ini (Wawancara 26 Mei 2020).

Dengan dud uk sendiri mengenang saat perayaan ulang tahunnya 1 (satu) tahun lalu,

menunjukkan bahwa ada unsur kesedihan dalam diri sang pengarang. Ini menandakan

dorongan id seorang Dika Swara juga mengharapkan hal serupa terjadi diulang

tahunnya saat ini, namun kein ginan itu tidak dapat terpenuhi karena adanya himbauan

pemerintah tentang physical distancing. Sebagai bagian dari proses kreatif, dapat

dikatakan bahwa kondisi pada masa pandemi covid -19 memengaruhi kondisi psikis

pencipta lagu “De Bengkung” ini.

Kondisi psikis yang dirasakannya justru mendorong munculnya inspirasi sebagai faktor

bawah sadar pada tahap awal dari proses penciptaan sehingga lahirlah lagu “De

Bengkung”. 2. Ego Ego adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena

kebutuhan individu untuk berhubungan baik dengan dunia nyata. Dalam fungsinya, ego

berpegang pada prinsip kenyataan atau realitas (Astuti et al., 2016). Unsur ego pada

lagu “De Bengkung”, dapat disimak dalam penggalan lirik berikut : Kanggoang malu

ngoyong jumah Kanggoang ma lu masekeb jumahPenguatan Physical Distancing

Melalui Lagu “de bengkung” 69 Terjemahan : Terima dulu, diam di rumah Terima dulu,

tetap tinggal di rumah Lirik dari lagu “De Bengkung” secara lugas dan gamblang

menyuratkan bahwa tetap tinggal di rumah adalah prilaku yang tepat dilakukan pada

masa pandemi seperti sekarang.

Kalimat kanggoang ngoyong jumah mengandung unsur ajakan kepada masyarakat

guna mengikut i arahan pemerintah untuk diam di rumah. Selanjutnya penggalan lirik

tersebut diulang namun dengan mengubah diksi ngoyong menjadi diksi masekeb.

Sesungguhnya kata masekeb identik dengan kata ngoyong namun masekeb memiliki

arti yang lebih mendalam dan menga ndung unsur penekanan. Ngoyong berarti diam,

sedangkan masekeb yang berasal dari kata sekeb mengandung makna diam dalam

jangka waktu yang lebih lama atau tinggal di suatu tempat tertentu. Sama halnya

dengan kegiatan yang biasa dilakukan oleh masyarakat Bal i yakni “nyekeb biu”.

Istilah ini merupakan kata kerja yang merupakan suatu tindakan proses untuk membuat

biu atau pisang yang masih mentah menjadi matang dengan mengumpulkan beberapa

pisang yang akan dimatangkan dan ditempatkan pada satu tempat tertutup. Buah

pisang yang masih mentah, jika dibiarkan di luar tentu lama -kelamaan akan menjadi

matang. Namun hal ini membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan

buah pisang yang dimatangkan melalui proses nyekeb. Keadaan ini mirip dengan ajakan

dalam lag u ”De Bengkung” yakni mengajak masyarakat untuk diam di rumah dan lebih

ditekankan dengan pengulangan kalimat yang bermakna tetap tinggal di rumah.

Seperti halnya pisang yang lebih cepat matang jika di -sekeb, begitu pula keadaan

masyarakat. Dengan tetap ti nggal di rumah saja, pemutusan rantai penyebaran virus

covid -19 akan bisa dilakukan lebih cepat, dengan demikian masyarakat yang masekeb

di rumah juga akan lebih cepat “matang” dalam arti mengandung harapan untuk bisa

lebih cepat dinyatakan siap dalam meng hadapi dunia baru setelah pandemi. Maka dari

itu lagu “De Bengkung” sangat relevan dengan pemaknaan physical distancing .

Dari paparan di atas dapat dijelaskan bahwa ego dalam lagu “De Bengkung” memilih

untuk tidak memenuhi hasrat yang dimunculkan oleh id. Mewabahnya covid -19,

mendorong ego sebagai unsur pribadi individu yang berhubungan langsung dengan

dunia nyata untuk membatasi sekaligus menekan kemunculan id yang tidak sesuai

dengan gerakan pencegahan covid -70 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial

Kemasyarakatan 19, khususnya terkait physical distancing.

Kein ginan untuk beraktivitas seperti kebiasaan sebelumnya harus ditekan dan

dikendalikan demi pemenuhan kebutuhan individu yang lebih penting di tengah

pandemi yakni faktor kesehatan dan pencegahan penyebaran covid -19. Hal yang sama

juga terjadi pada proses kr eatif lagu “De Bengkung”, ego dari pengarang menekan

hasrat id yang muncul dalam dirinya. Meskipun ada keinginan untuk kumpul -kumpul

seperti perayaan ulang tahun sebelumnya, namun ego pengarang memilih untuk

menyesuaikan diri dengan realitas yang ada yakni dengan tetap tinggal di rumah

walaupun dalam suasana sepi.

Namun situasi berbeda inilah yang justru menjadi cikal bakal lahirnya lagu “De

Bengkung” seperti yang tersurat pada penggalan wawancara berikut : Tapi sekarang pas

ultah sepi. Karena ada himbauan dari pemerintah. Dari sana tiang (saya) kepikiran untuk

buat lagu yang mengenai situasi seperti sekarang ini. Terciptalah lagu yang berjudul De

Bengkung (Dika Swara, wawancara 26 Mei 2020). Diperkuat oleh pernyataan dari Putu

Bejo yang juga berkontribusi pada penciptaan lagu ini.

Ia menyatakan bahwa lagu “De Bengkung” memang terinspirasi dari himbauan

pemerintah sekaligus sebagai upaya membantu pemerintah menyampaikan pesan

kepada masyarakat seperti yang tersurat pada kutipan berikut : Tiang (saya) sama Di ka

menciptakan lagu ini memang terinspirasi dari himbauan pemerintah, lalu saya berpikir

bagaimana menyampaikan pesan ini lewat sebuah lagu agar dapat diterima dan

dimengerti, juga bagaimana kita selalu optimis menghadapinya (Putu Bejo, wawancara

26 Mei 20 20). Keterlibatan Putu Bejo ini disebabkan karena proses penciptaan lirik

sempat mengalami stagnan. Dalam kondisi ini muncul naluri Dika Swara sebagai

makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain.

Dorongan id untuk bisa melakukan kontak dengan rekan ini, oleh ego disesuaikan

dengan melakukan komunikasi melalui telepon. Hal ini dilakukan pengarang tentu saja

dengan maksud untuk tetap menerapkan physical distancing yakni membatasi kontak

fisik, namun tidak mengurangi tujuan komunikasi. Situasi ini sesua i dengan hasil

wawancara berikut : Dan disaat bikin lirik, tiang (saya) sempat buntu, jadi tiang (saya)

nelpon teman yang bernama Tu Bejo. Tiang minta bantuan agar nambah -nambahin lirik

lagi sedikit (Dika Swara, wawancara 26 Mei 2020).Penguatan Physical Distancing Melalui

Lagu “de bengkung” 71 Tentu saja situasi s ulit ini bukan menjadi permasalahan yang

mudah. Kuantitas ketegangan psikis dapat meningkat pada setiap individu akibat tidak

terpenuhinya prinsip kesenangan dalam hasrat id.

Namun dorongan ego mengatakan ketaatan ini menjadi jauh lebih penting daripada pe

menuhan keinginan apalagi hanya sekedar mengejar kesenangan semata. Dengan

demikian naluri ego ini dapat dikatakan mengandung prinsip realitas. Psikis dari subyek

pencari kesenangan yang sejak lahir dikuasai oleh prinsip konstansi dan prinsip

kesenangan, l ambat laun harus memperhitungkan keadaan dunia luar. Pemuasan

secara langsung sering kali harus ditangguhkan demi pemuasan yang lebih sesuai

dengan realitas. Penerapan inilah yang diterima Freud sebagai prinsip realitas.

Tetapi perlu ditegaskan bahwa prins ip ini bukan merupakan pertentangan dari prinsip

kesenangan, melainkan merupakan prinsip kesenangan yang disesuaikan dengan

kenyataan (Bertens, 2005). Dalam lagu “De Bengkung” juga dipaparkan kondisi tidak

menyenangkan yang terjadi akibat pandemi, banyakny a masyarakat yang kehilangan

pekerjaan, dirumahkan, bahkan menjadi pengangguran, seperti yang diungkapkan pada

penggalan berikut : Gumine jani ngangsan wayah Yadiastun hidupe jani melarat

Yadiastun gumine jani ngangsan ngewehang Gegaene hilang Makejang pen gangguran

Karyawane dirumahkan Nanging jani suba melenan State ngangseh -ngangsehang Be

pindang kal kanggoang Katimpalin jukut jepang Ne penting payu makan Dikengkene

uyah lengis bejekang 72 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan

Terjemahan : Dunia sekarang makin “keras” Walaupun saat ini kehidupan sedang

melarat Walaupun situasi dunia sekarang makin susah Pekerjaan hilang Semua jadi

pengangguran Karyawan dirumahkan Tapi sekarang sudah berbeda Selalu berusaha

Ikan asin tidak masalah Ditemani sayur labu siam Yang penting bisa makan Kadang

campur garam dan minyak saja Pandemi covid -19 berdampak pada ketidakstabilan

pergerakan kehidupan manusia dan memunculkan berbagai problematika sosial.

Tekanan psikis dirasa makin berat karena situasi dunia semakin “keras” dan kurang

bersahabat. Per jalanan kehidupan dirasa semakin susah dan melarat. Bahkan untuk

makan pun harus berusaha sekuat -kuatnya.

Maka dari itu, dalam unsur ego, lagu “De Bengkung” mengajak masyarakat untuk

mengubah kebiasaan, dari makan mewah di restoran, menjadi makan dengan la uk

seadanya. Ikan asin, sayur labu siam, garam, dan minyak bukan merupakan kata benda

biasa. Diksi ini muncul sebagai pembawa makna bahwa dalam situasi yang tidak biasa

ini, masyarakat hendaknya berhemat, tidak berfoya -foya, makan dengan lauk seadanya,

yan g terpenting tetap sehat dan bisa bertahan. Lebih dalam lagi, penggalan lirik ini juga

menyiratkan sebuah pesan yang sangat penting untuk setiap manusia, yakni

pengendalian diri.

Pengendalian terhadap semua aspek dalam diri, tidak hanya menyangkut fisik, t etapi

juga mental, psikis, perasaan, dan pikiran. Bisa menyesuaikan diri dengan keadaan saat

ini menjadi penting untuk dapat bertahan melewati pandemi. Jika semua itu bisa

dikendalikan sesuai dengan himbauan yang telah ditetapkan, maka niscaya masyarakat

akan selamat dari wabah covid -19.Penguatan Physical Distancing Melalui Lagu “de

bengkung” 73 3. Superego Superego adalah aspek sosiologi kepribadian, merupakan

wakil dari nilai -nilai tradisional serta cita -cita masyarakat sebagaimana yang ditafsirkan

orang tua kepada anaknya lewat perintah -perintah atau larangan -larangan.

Superego dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian, fungsinya menentukan

apakah sesuatu itu baik atau buruk. Superego berisi kaidah moral dan nilai - nilai sosial

yang diserap individu dari lingkungannya (Astuti et al., 2016). Lagu “De Ben gkung” juga

mengandung aspek superego seperti yang tesirat dalam penggalan lirik : De bengkung

nah Terjemahan : Jangan bandel ya Superego sebagai bagian dari unsur kepribadian

yang menyangkut aspek moral dapat diekspresikan melalui larangan atau perintah.

Penggalan lirik di atas jelas menampilkan unsur larangan. Kata de yang dalam bahasa

Indonesia berarti jangan, memberikan penguatan bahwa sangat penting bagi

masyarakat untuk menuruti semua aturan dan anjuran terkait penanganan covid -19.

Kalimat de bengkung nah adalah kalimat yang paling sering mengalami pengulangan

dalam lagu ini. Kalimat yang tergolong sederhana dan diucapkan berulang -ulang

dengan hiasan lantunan nada menjadi salah satu langkah jitu untuk bisa masuk ke

dalam ingatan bahkan hati sanubari pa ra pendengarnya, seperti yang diungkapkan oleh

Dika Swara : Tiang (saya) sengaja membuat kata -kata de bengkung berulang -ulang

kali. Supaya di telinga semakin melekat dan mengajak masyarakat untuk de bengkung

(jangan bandel) (Dika Swara, wawancara 26 Mei 2020).

Sejalan pula dengan ungkapan dari pengarang kedua yang menyatakan : Kita (Dika

Swara dan Putu Bejo) mengulang lirik de bengkung karena sengaja agar mudah dicerna

dan dinyanyikan juga oleh anak kecil Kamya yang tak lain adalah anak tiang (saya)

sendiri (Putu Bejo, wawancara 26 Mei 2020). Dengan bisa masuk ke dalam pikiran dan

alam bawah sadar para pendengar, baik itu anak -anak maupun orang dewasa, lagu ini

membawa harapan besar agar selanjutnya naluri ego bisa membawa diri manusia untuk

menyesuaikan74 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan diri dengan

situasi, yang pada akhirnya dengan penuh kesadaran, memunculkan superego pada

masyarakat untuk dapat berlaku yang benar, disiplin, dan tidak membandel serta patuh

pada semua arahan pemerintah demi keselamatan bersama.

Ini sesuai dengan kehadiran lagu “De Bengkung” sebagai sebuah penyampai pesan. Hal

ini juga sejalan dengan harapan pengarang yang dapat dilihat pada kutipan : Tiang

(saya) dengar dan dapat info dari teman -teman dari beberapa desa atau banjar bahwa

lagu tiang (saya) di play di bale banjar, di posko covid -19, di mobil -mobil pas

penyemprotan disinfektan. Titiang (saya) sebagai musisi Bali hanya bisa membantu

untuk menyampaikan pesan himbauan dari pemeri ntah melalui lagu (Dika Swara,

wawancara 26 Mei 2020).

Superego juga mengandung nilai sosial yang diserap oleh individu dari lingkungannya.

Banyaknya pengangguran, karyawan dirumahkan, dan masyarakat yang kehilangan

pekerjaannya. Kondisi yang tidak menyena ngkan ini dapat dipastikan memengaruhi

kondisi kepribadian masyarakat. Atmosfer lingkungan yang tidak biasa diserap dan

dirasakan sehingga dapat memengaruhi kondisi psikis seseorang. Maka dari itu, lagu

“De Bengkung” berusaha menggiring masyarakat untuk te tap tegar dan kuat

menghadapi situasi yang sulit ini dengan selalu berpikir positif dan tidak larut dalam

kesedihan, yang tersurat pada lirik : Nanging sampunang ento sanget sebetang

Terjemahan : Tapi janganlah itu terlalu membuat sedih Hal ini juga sesua i dengan

harapan Putu Bejo agar masyarakat senantiasa optimis dalam menghadapi pandemi

covid -19 seperti yang terungkap dalam wawancara berikut : lalu saya berpikir

bagaimana menyampaikan pesan ini lewat sebuah lagu agar dapat diterima dan

dimengerti, juga bagaimana kita selalu optimis menghadapinya (Putu Bejo, wawancara

26 Mei 2020).

Penggalan lirik selanjutnya yakni : Kanggoang malu sugihe tertunda Penguatan Physical

Distancing Melalui Lagu “de bengkung” 75 Terjemahan : Terima dulu, kayanya tertunda

Sebagian masyarakat mungkin bisa tetap bekerja dari rumah dan tida k kehilangan

penghasilannya. Namun tidak sedikit yang harus kehilangan pekerjaan, pemasukan

menurun, bahkan ada yang tidak memiliki pemasukan sama sekali. ini merupakan salah

satu dampak dari pandemi covid -19 di sektor ekonomi. Dengan melirik kutipan di at as,

maka lagu “De Bengkung” juga menyuratkan tentang situasi ekonomi yang kurang

bersahabat, namun masyarakat diajak untuk tetap bersabar dan menerima sementara

keadaan di mana aktivitas dalam rangka usaha meraup rejeki, tidak bisa dilakukan

seperti biasan ya. Lebih lanjut, lagu ini juga mengingatkan masyarakat tentang rasa

empati terhadap sesama. Di tengah wabah yang sedang melanda, setiap individu

hendaknya bergotong royong untuk membantu orang yang lebih membutuhkan.

Kondisi ini sejalan dengan pesan yang ters irat pada penggalan lirik di atas. “Kayanya

tertunda” mengajak masyarakat untuk membantu dengan tulus ikhlas, tanpa pamrih,

dan tanpa memikirkan keuntungan yang akan diperoleh sebab keselamatan umat di

atas segala -galanya. Kepedulian terhadap sesama menja di yang utama dibandingkan

dengan keuntungan materi untuk diri sendiri. Dalam masa ini, kemampuan setiap orang

untuk bisa bertahan menjadi yang terpenting. Maka dari itu keinginan untuk saling

tolong sangat diperlukan.

Individu yang mempunyai kemampuan lebih hendaknya mengulurkan tangan untuk

membantu yang kekurangan. Bantuan ini jelas dapat diwujudkan dengan berbagai

langkah dan bentuk, dengan tetap menjaga jarak fisik antara satu dengan yang lainnya.

SIMPULAN “De Bengkung” hadir sebagai sebuah karya sas tra yang dikaji dari

pendekatan psikologi sastra mengungkapkan tentang hasrat naluriah manusia yang

dimunculkan oleh id yang mendorong manusia untuk selalu mencari kesenangan,

memenuhi kebutuhan, dan bersosialisasi dengan normal. Namun di tengah situasi pa

ndemi, lagu ini menyiratkan dorongan ego untuk tidak mendukung hasrat tersebut.

Lagu “De Bengkung” mengajak masyarakat untuk76 COVID -19: Perspektif Hukum dan

Sosial Kemasyarakatan menerapkan physical distancing secara disiplin yakni dengan

cara tetap tingal di rumah. Dengan pemenuhan dorongan ego ini, akhirnya

memunculkan superego yakni kebenaran sikap dan menghadirkan nilai -nilai positif bagi

kehidupan masyarakat baik secara individu maupun sosial. Studi proses kreatif juga

menunjukkan bahwa kondisi psikis pengarang sangat memengaruhi penciptaan lagu ini.

Deng an demikian, didukung pula oleh posisi “De Bengkung” sebagai sebuah lagu pop

Bali, membuatnya menjadi media efektif sebagai tongkat estapet agar pesan dari

pemerintah yang sejalan dengan aspek psikologis lagu “De Bengkung” sampai ke dalam

pikiran seluruh l apisan masyarakat. Maka tidak dapat dipungkiri bahwa lagu “De

Bengkung” menjadi salah satu penguatan dalam menerapkan physical distancing .

DAFTAR PUSTAKA Astuti, R. E., Mujiyanto, Y., & Rohmadi, M. (2016). Analisis Psikologi

Sastra dan Nilai Pendidikan da lam Novel Entrok Karya Okky Madasari serta

Relevansinya sebagai Materi Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas. Basastra :

Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia Dan Pengajarannya, 4(2), 175 –187.

Bertens, K. (2005). Psikoanalisis Sigmund Freud (K . Bertens (ed.)). PT. Gramedia Pustaka

Utama. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat. (2020). Ajak Berdamai dengan Covid

-19, Pemerintah : Bukan Berarti Menyerah. Kementerian Kesehatan RI.

https://www.kemkes.go.id/article/view/20051700001/ajak - berdamai -dengan-covid

-19-pemerintah -bukan -berarti -menyerah.html City, I., Shalihah, N., & Primandhika, R.

B. (2018). Analisis Puisi Sapardi Djoko Damono “Cermin 1” dengan Pendekatan

Semiotika. Parole : Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 1(6), 1015 –1020.

Ihsanuddin. (2020, March 24). Jokowi : Physical Distancing Paling Pas untuk Cegah Covid

-19 di Indonesia. Kompas.Com.

https://nasional.kompas.com/read/2020/03/24/12054741/jokowi - physical -distancing

-paling -pas-untuk -cegah -covid -19-di-indonesiaPenguatan Physical Distancing

Melalui Lagu “de bengkung” 77 Indhra, F. M., Karim, M., & Nazurty. (2018). Sastra Lisan

Krinok : Kajian Struktural dan Semiotik.

Dikbastra Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 1(1), 65 –78. https://online

-journal.unja.ac.id/dikbastra/article/view/5834 Iswari, F. M. (2015). Representasi Pesan

Lingkungan dalam Lirik Lagu Surat Untuk Tuhan Karya Group Musik “Kapital” (Analisis

Semiotika). EJournal Ilmu Komunikasi, 3(1), 254 –268. Menjaga Jarak, Kementerian

Kesehatan RI (2020). https://www.kemkes.go.id/reso urces/download/info

-terkini/COVID media/Flyer Menjaga Jarak Social Distancing.jpg Semua Pakai Masker,

Kementerian Kesehatan RI (2020). https://www.kemkes.go.id/resources/download/info

-terkini/COVID media/Poster Semua Pakai Masker.pdf Minderop, A. (2016). P sikologi

Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus (2nd ed.). Yayasan Pustaka Obor

Indonesia. Nugraheny, D. E. (2020).

Maklumat Penanganan Covid -19, Polri Akan Lakukan Pembubaran jika Masyarakat

Tetap Berkumpul. Kompas.Com. https://nasional.kom

pas.com/read/2020/04/04/21251191/maklumat - penanganan -covid -19-polri

-akan-lakukan -pembubaran -jika-masyarakat Nurjannah, Y. Y., Agustina, P. A. C., Aisah,

C., & Firmansyah, D. (2018). Analisis Makna Puisi “Tuhan Begitu Dekat” Karya Abdul Hadi

W.M dengan Meng gunakan Pendekatan Semiotik. Parole : Jurnal Pendidikan Bahasa

Dan Sastra Indonesia, 1(4), 535 –542. Pertalola, M., & Yulia, N. (2019). Efektivitas Media

Lagu Bahasa Jepang Terhadap Penguasaan Goi Siswa Kelas X SMAN 5 Padang.

Omiyage : Jurnal Bahasa Dan Pe mbelajaran Bahasa Jepang, 2(3), 87 –95. Putri, G. S.

(2020, March 24). WHO Ubah Social Distancing Jadi Physical Distancing, Apa

Maksudnya? Kompas.Com.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/24/120000023/who -ubah- social

-distancing -jadi-physical -distancin g-apa-maksudnya - Ratminingsih. (2016). Efektivitas

Media Audio Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Lagu Kreasi di Kelas Lima Sekolah

Dasar. Jurnal Pendidikan Indonesia, 5(1), 27 –38.78 COVID -19: Perspektif Hukum dan

Sosial Kemasyarakatan Somantri, G. R. (2005). Memahami Metode Kualitatif. Makara,

Sosial Human iora, 9(2), 57 –65. Wellek, R., & Warren, A. (1990). Teori Kesusastraan

(Melani Budianta (ed.)). PT. Gramedia. Winarti, D. (2010).

Lirik Lagu Dolanan sebagai Salah Satu Bentuk Komunikasi Berbahasa Jawa : Analisis

Fungsi. Widyaparwa :Jurnal Ilmiah Kebahasaa n Dan Kesastraan, 38(1), 1 –12.

https://doi.org/https://doi.org/10.26499/wdprw.v38i1.4 Yurianto, A. dkk. (2020).

Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid -19). Direktorat

Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit (P2P); Kementerian Kesehatan RI.

https://www.kemkes.go.id/resources/download/info -terkini/COVID -19 dokumen

resmi/REV -04_Pedoman_P2_COVID -19_ 27 Maret2020_Tanpa TTD.pdf.pdf Zhou, W.

(2020). Buku Panduan Pencegahan Corona Virus 101 Tips Berbasis Sains yang Dapat

Menyelamatkan Hidup Anda.

Chief Physician of Wuhan Center for Disease Control and Prevention. Nyàya Darsana

Sebagai Instrumen Mengatasi Hoaks d an Kesesatan Berpikir d alam Kondisi Pandemi

Covid - 19 Hari Harsananda, Mery Ambarnuari Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus

Sugriwa Denpasar PENDAHULUAN Covid -19 kini tengah menjadi pandemi, bermula

dari Negara Cina, hingga penyebarannya mampu meluas hingga keseluruhan negara –

negara di dunia.

Penyebarannya yang melalui droplet atau tetesan air liur, menjadikan penyebarannya

tergolong sangat cepat terutam a pada negara – negara dengan fasilitas umum yang

memadai. Hal ini menjadikan pengurangan interaksi bagi masyarakat menjadi pilihan

utama dan pertama dalam usaha memerangi penyebaran virus Sars Cov -2. Langkah ini

terbukti nyata, mengambil sumber dari penel itian Jerman yang termuat pada situs

Merdeka.com, Lockdown atau karantina super ketat di wilayah Wuhan yang merupakan

Kota pertama terindikasi virus Sars Cov2 telah berhasil menurunkan angka masyarakat

yang terinfeksi virus Corona yang awalnya memiliki an gka puncak penularan pada

tanggal 23 Januari 2020, akhirnya mulai menurun pada minggu kedua bulan Februari

2020 (https://www.merdeka.com/dunia/penelitian -jerman -strategi - china -lockdown

-wuhan -terbukti -berhasil -atasi -corona.htm).

Melihat keberhasilan ini, m aka banyak negara hingga daerah memiliki pemikiran yang

sama untuk mengikuti jejak Cina dalam penanganan virus Corona ini, walaupun tidak

sampai pada keputusan Lockdown, namun Indonesia mulai menerapkan social

distancing atau pembatasasan aktivitas80 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial

Kemasyarakatan sosial masyarakat. Jakartapun melalui UU nomor 5 tahun 2020 tentang

Peniadaan Sementara Kegiatan Peribadatan dan Keagamaan Di Rumah Ibadah Dalam

Rangka Mencegah Penyebaran Wabah corona virus disease (COVID - 19) mulai

berusaha menekan penyebaran Covid -19 (Yunus & Rezki, 2020) yang diikuti oleh

banyak kepala daerah lainnya, hingga yang terbaru adalah penerapan Pembatasan

Kegiatan Masyarakat (PKM) di wilayah kota Denpasar.

Beragam peraturan hingga kebijakan yang esensinya berujung pada pembatasan

aktivitas masyarakat menjadikan masyarakat tetap berada di rumah dalam upaya

memutus rantai penyebaran Covid -19, namun walaupun secara fisikal masyarakat

mengalami pembatasan, melalui perkembangan teknologi informasi, aktivitas

masyarakat diupayakan tetap berjalan dalam dimen si Cyber Space atau ruang digital

yang tetap mampu menghubungkan satu individu dengan individu lainnya, satu

komunitas dengan komunitas lainnya dan sebagainya, sehingga Social dan Physical

Distancing tidak menjadi halangan bagi masyarakat untuk tetap produ ktif.

Beragam aktivitas bernuansa virtual ini sangat marak belakangan ini, mulai dari seminar

berbasis jaringan, rapat, hingga beragam informasi yang sangat masif tersebar melalui

jaringan tersebut. Bertitik tolak pada hal tersebut, maka infomasi seputaran

perkembangan Covid - 19 juga disebarkan secara masif melalui jaringan network yang

memiliki sebuah celah akan validitasnya. Aplikasi Chating semacam Whatsaap, Line,

hingga sosial media lainnya kerap menghadirkan berita - berita yang perlu

dipertanyakan val iditas datanya terhadap sebuah fenomena dalam masyarakat

sehingga tak jarang informasi yang tersebar mengandung ketidak benaran yang

bermuara menjadi berita hoaks, menurut Survey Mastel (2017) mengungkapkan bahwa

dari 1.146 responden, 44,3% di antaranya menerima berita hoax setiap hari dan 17,2%

menerima lebih dari satu kali dalam sehari.

Bahkan media arus utama yang diandalkan sebagai media yang dapat dipercaya

terkadang ikut terkontaminasi penyebaran hoax. Media arus utama juga menjadi saluran

penyebaran informasi/berita hoax, masing -masing sebesar 1,20% (radio), 5% (media

cetak) dan 8,70% (televisi). Tidak saja oleh media arus utama, kini hoax sangat banyak

beredar di masyarakat melalui media online. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mastel

(2017) menyebutkan bahwa saluran yang banyak digunakan dalam penyebaran hoax

adalah situs web, sebesar 34,90%, aplikasi chatting (Whatsapp, Line, Telegram) sebesar

62,80%, dan melalui media sosial (Facebook, Twitter,Nyàya Darsana Sebagai Instrumen

Mengatasi Hoaks dan Kesesatan Berpikir 81 Instagram, dan Path) yang merupakan

media terbanya k digunakan yaitu mencapai 92,40% (Juditha, 2018).

Berita – berita hoaks akan sangat merugikan terutama di tengah pandemi Covid - 19

seperti saat ini, karena selain akan menimbulkan rasa khawatir yang berlebihan, berita

hoak juga berpotensi untuk mengikis kepercayaan masyarakat pada pemangku

kebijakan yang berujung kegaduhan berskala nasional, sehingga kehancuran negara

mungkin akan terjadi jika hal semcam ini tidak dapat tertanggulangi. Hindu

mengajarkan dalam sistem kefilsafatannya tentang tatacara memper oleh pengetahuan

secara valid. Hal ini akan berguna bagi masyarakat untuk survive dari gempuran berita

hoak selama berada dalam kondisi social dan physical Distancing. PEMBAHASAN A.

PENGERTIAN HOAKS Istilah Hoaks sendiri bukanlah istilah yang telah lama d ikenal

dalam bahasa Indonesia.

Keberadaaan kata ini bisa dikatakan baru dan popular kurang dari satu dekade terakhir,

sehingga untuk menemukannya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan tahun

lama, kemungkinan menjumpai kata ini adalah nihil. Dikutip d ari laman

nasional.kompas.com, kata Hoaks telah dimaksukkan dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia Online pada tahun 2017 sebagai kata serapan dari bahasa Inggris yaitu

“Hoax”. Hoaks sendiri menurut KBBI Online memiliki terjemahan 1) Bohong (tentang

berita, pesan dan sebagainya) 2) Berita bohong.

Hoaks sendiri pada konteksnya memanglah suatu berita bohong yang cenderung

“dijual” sebagai suatu kebenaran (Silverman:2015 dalam Wikipedia). Sejarah mengenai

Hoaks sendiri dapat ditemukan dalam banyak media daring di Indonesia, salah satunya

seperti yang dikutip pada laman Wikipedia yang menjelaskan bahwa Hoaks dimulai dari

kisah soal Benjamin Franklin yang pada tahun 1745 lewat harian Pennsylvania Gazette

mengungkap adanya sebuah benda bernama “Batu China” yang dapat mengobati

rabies, kanker, dan penyakit -penyakit lainnya. Sayangnya, nama Benjamin Franklin saat

itu membuat standar verifikasi kedokteran tidak dilakukan sebagaimana standar

semestinya.

Meski begitu, ternyata batu yang dimaksud hanyalah terbuat dari tanduk rusa biasa82

COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan yang tak memiliki fungsi

medis apapun. Hal tersebut diketahui oleh salah seorang pembaca harian Pennsylvania

Gazette yang membuktikan tulisan Benjamin Franklin tersebut. Walaupun praktek –

praktek kebohongan seperti Hoaks ini telah dimulai sej ak lama, namun penggunaan

istilah Hoaks sendiri diyakini baru dimulai sekitar tahun 1808. Kata tersebut dipercaya

datang dari hocus yang berarti untuk mengelabui.

Kata -kata hocus sendiri merupakan penyingkatan dari hocus pocus

(kumparan.com/kumparantech/se jarah -hoaks -dan-andilnya -dari-masa- ke-masa).

Konten – konten dari Hoaks sendiri sejatinya tidak memiliki batasan, mulai dari agama,

politik, kesehatan, bisnis, peristiwa alam yang ajaib dll. Adapun beberapa faktor yang

menyebabkan Hoaks dapat tetap bertaha n dan eksis pada era kekinian adalah sebagai

berikut : 1.

Jurnalisme yang lemah : maksud dari jurnalisme yang lemah ini adalah aktivitas

jurnalistik yang kurang mengedepankan atas reliabelitas narasumber dan validitas data

melalui proses verifikasi, hal ini jelas mengakibatkan informasi yang bias atau bahkan

informasi yang salah. 2. Ekonomi : faktor ekonomi yang lemah dapat menjadi pemicu

lahirnya berita – berita hoaks disebabkan berita hoaks yang terkesan out of mind sangat

laku untuk dijual. 3. Internet : kehadiran Internet bagi banyak kalangan menghadirkan

dunia tanpa batas.

Hal ini tentunya berimplikasi jelas pada proses penyebaran konten – konten hoaks,

apalagi kecenderungan konten hoaks merupakan isu atau fenomena yang tengah

hangat dalam masyarakat, sehingga sirkulasi hoaks sangat terjaga dalam ranah sosial

media. 4. Pendidikan : selain menitikberatkan kesalahan pada konten, manusia selaku

penikmat konten juga tidak dapat lepas tanggung jawab. Pendidikan yang rendah,

keenganan dalam filterisasi informasi serta sifat dan sikap kritis pada informasi yang

rendah juga menjadi pemicu penyebaran konten –konten hoaks dalam masyarakat 5.

Literasi Media yang rendah : kehadiran internet bagi kalangan masyarakat tertentu

terkadang memunculkan Cultural Lag atau kesenjangan budaya. Masyarakat yang

tengah dalam situasiNyàya Darsana Sebagai Instrumen Mengatasi Hoaks dan Kesesatan

Berpikir 83 berkembang tidak jarang menganggap internet dan segala yang tertulis di

dalamnya merupakan kebenaran, hal ini tak lepas dari ponsel pintar yang secara mudah

dimiliki namun tidak dimiliki oleh “orang – orang yang pintar”.

Keyakinan akan informasi di internet selalu benar akibat literasi media yang buruk inilah

yang menjadi alasan konten hoaks mudah tersebar tanpa ada verifikasi informasi

terlebih dahulu. Selain faktor – faktor di atas, Francis Bacon juga merumuskan istilah

“doktrin negatif” yang menjerumuskan manusia dan mengakibatkan manusi a menjadi

sulit mencapai kebenaran, yaitu 1. Idols of the Tribe : yaitu kekeliruan – kekeliruan yang

disebabkan oleh kecenderungan manusia ketika memandang sesuatu, manusia tesebut

mengukur dari pandangannya sendiri dan tidak berdasarkan pada realitas yang

dilihatnnya. (Maksum, 2014)).

Hal semacam ini kerap kali dipengaruhi oleh bias kognitif yang bernama Confirmation

bias, confirmation bias adalah sebuah bias kognisi yang membuat seseorang hanya

ingin menerima informasi yang mendukung argument atau penilaiannya pribadi, dan

menolak segala informasi yang sekiranya bertolak belakang dengan opininya

(https://www.ikons.id/12-bias-kognitif-yang-membuat-anda-tidak- rasional).

Confirmation Bias ini sekiranya sangat berbahaya dan menyesatkan dalam rangka

pengambilan kesimpulan, disebabkan informasi yang diterima tidaklah seimbang.

Kondisi seperti Ini sedang marak terjadi di Indonesia bahkan dunia dalam menanggapi

isu seputaran Covid -19, beragam opini muncul bahkan yang paling menjadi perhatian

adalah isu akan keterlibatan New World Order yang sarat akan teori konspirasi, orang –

orang yang meyakini akan adanya teori konspirasi ini cenderung menutup mata pada

informasi valid yang dikeluarkan oleh lembaga – lembaga kesehatan yang notabena

memiliki pengalaman dan kapabilitas di bidang kesehatan untuk mengambil kebijakan

tentang covid -19 namun sangat membuka diri pada situs – situs, channel – channel

YouTube yang membahas tentang teori konspirasi di balik Covid – 19.84 COVID -19:

Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan 2.

Idol of the Cave : yaitu kekeliruan – kekeliruan yang disebabkan oleh subjektivitas

manusia karena manusia cenderung prejudice atau berprasangka. Doktrin negative

semacam ini juga memiliki pengaruh yang besar dalam situasi pandemic seperti

sekarang ini, beberapa kasus penolakan terhadap masyarakat dari daerah tertentu

menyeruak dikarenakan pada wilayah tersebut terdata memiliki angka positif Covid-19

yang tinggi sehingga pada realitasnya doktrin negatif seperti ini kerap kali menimbulkan

friksi dalam masyarakat. 3. Idol of the market-place : adalah kekeliruan kekeliruan yang

disebabkan oleh manusia yang terlalu percaya pada tanggapan mayoritas masyarakat.

Hal semacam ini berimplikasi pada sempitnya perspektif yang dimiliki oleh manusia

ketika sebuah kontruksi akan sebuah entitas atau realitas telah dibentuk oleh

masyarakat, dalam bias kognitif hal semacam ini juga disebut sebagai Bandwagon

effect. Dikutip pada laman (https://www.ikons.id/12-bias-kognitif-yang-

membuat-anda-tidak-rasional) Bandwagon effect adalah sebuah bias kognitif yang

menyebabkan seseorang percaya akan sebuah informasi dikarenakan banyak

masyarakat mempercayai hal tersebut. Seorang individu bisa saja tidak mempercayai

sebuah informasi, namun ketika informasi tersebut mulai menjadi perbincangan pada

kuantitas yang lebih luas, atau mungkin hingga terwujudnya sebuah komunitas yang

mendukung informasi tersebut, individu ini bisa saja terbawa arus dan ikut mempercayai

sebuah informasi yang mungkin saja tidak valid contoh dari bandwagon effect adalah

mengemukanya teori New World Order yang melakukan konspirasi demi mengubah

tatanan dunia, sehingga mereka menciptakan virus Corona yang mampu melumpuhkan

dunia sehingga “mereka’ mampu membentuk tatanan dunia yang baru di bawah kendali

beberapa orang.

Awalnya mungkin hanya beberapa orang yang memiliki keyaki nan itu, dan hanya

sedikit orang yang percaya, namun dengan meningkatnya kuantitas individu yang

mempercayai hal tersebut, maka teori konspirasi seperti yang dijelaskan di atas, bisa saja

dipercayai sebagai sebuah kebenaran.Nyàya Darsana Sebagai Instrumen Mengatasi

Hoaks dan Kesesatan Berpikir 85 4. Idol of the Teathre : kekeliruan – kekeliruan yang

disebabkan oleh rasa percaya yang berlebihan terhadap tradisi atau budaya yang telah

diwariskan secara turun temurun tanpa pikiran yang kritis (Maksum, 2014)).

Pengetahuan yang muncul akibat dari kekeliruan seperti ini sangatlah berbahaya bagi

kelangsungan manusia, pola –pola seperti Idol of the teathre memiliki kecendrungan

eksis pada masyakat yang terisolir atau masih dalam kondisi keterbelakangan informasi

yang factual dan valid, sehingga tidak jarang kekeliruan semacam ini eksis pada

komunitas suku – yang dalam aktivitas kesehariannya masih mengandalkan sistem

warisan nenek moyang. B. Nyàya Darúana sebagai Metode Menghadapi Hoaks Hoaks

selaku informasi yang memuat ketidakbenaran tentunya menjadi musuh bersama,

dalam filsafat Hindu, terdapat ilmu filsafat yang memuat metode dalam mencari

kebenaran yaitu filsafat Nyàya Darúana.

Maswinara (1999:125) merumuskan Nyàya Darúana sebagai Tarka Vàda atau diskusi dan

perdebatan tentang suatu Darúana atau pandangan filsafat ; karena Nyàya menga

ndung Tarka – Vidya (ilmu perdebatan) dan Vàda - Vidyà (ilmu – diskusi). Sistem Filsafat

Nyàya membicarakan bagian umum Darúana atau filsafat dan metoda untuk melakukan

pengamatan yang kritis. Pada awalnya kehadiran Nyàya Darúana selaku metode berpikir

krit is muncul ketika masyarakat tengah mengalami skeptisisme, Hamersma (Donder &

Wisarja, 2010) menyatakan sekitar tahun 600 SM di India mulai ada suatu reaksi baik

terhadap ritualisme para imam maupun spekulasi yang berhubungan dengan upacara

kurban, lebih la njut Hamersma menuraikan bahwa sebagai kontra –reformasi, secara

resmi muncul enam masam diskursus filsafat India yang disebut Sad Darúana, yang

mana Nyàya Darúana merupakan salah satu bagian dari keenam Darúana tersebut.

Kemunculan Nyàya Darúana juga meru pakan suatu manifestasi dari keinginan manusia

menggunakan pikiran dan indranya dalam rangka mengekplorasi dunia tidak hanya

melalui perspektif kitab suci melainkan juga menggunakan indra dan pengamatan

langsung yang berpedoman pada empat kondisi yaitu 1) Subjek atau pengamat

(Pramata), 2) Objek yang diamati (Prameya), 3) Keadaan hasil dari pengamatan (Pramiti)

dan 4) Cara untuk mengamati atau mengetahui (Pramàna) (Maswinara, 1999).86 COVID

-19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan Fase Skeptisisme masyarakat

mengenai kitab suci dan ritual yang dimuat oleh Hamersma senada dengan law of three

stages atau hukum tiga tahap yang dikemukakan oleh Auguste Comte.

Law of three stages atau Hukum tiga tahap yang dipaparkan Auguste Comte membagi

tahap perkembangan pemikiran manusia dari masa ke masa menjadi tiga tahap , yaitu;

tahap teologis, tahap metafisis dan tahap positif. Ketiga tahap ini dipahami Comte

sebagai satu kesatuan tahap perkembangan pola pikir manusia sebagaimana

perkembangan tahap kehidupan umat manusia dari masa kanak -kanak menjadi masa

remaja kemudian menjadi masa dewasa. Berikut uraian perkembangan hukum tiga

tahap comte; 1. Tahap Teologis atau Fiktif (the theological or fictitious) Tahap ini

merupakan awal perkembangan jiwa manusia.

Gejala -gejala atau fenomena yang menarik selalu dicari sebab – muzababnya, namun

pada fase ini, penekanan untuk menjawab segala fenomena dunia bertitik berat pada

keyakinan akan spirit. Keyakinan akan spirit ini juga mengalami evolusi secara dinamis

dari animisme, polytheisme hingga monotheisme (Wibisono, 1983) 2. Tahap Metafisis

(the metaphysical or abstract) Berakhirnya masa monotheis merupakan awal dari tahap

Metafisis. Manusia mulai merubah pola pikir guna menemukan jawaban jawaban atas

pertanyaan berkaitan dengan gejala alam yang terjadi.

Manusia mulai meninggalkan dogma-dogma agama dan beralih dari adanya adikodrati

(kuasa tunggal) dalam hal ini adalah tuhan menjadi adanya kemampuan yang abstrak.

Dalam hal ini Comte menerangkan bahwa masa ini adalah masa peralihan atau transisi

dari masa kanak -kanak menjadi masa dewasa. Karena ketidakpercayaan manusia akan

adanya adikodrati akhir mereka mau tidak mau menggunakan akal budi sebagai sumber

mancari kebenaran ((Wibisono, 1983)).

Pada masa ini manusia sudah bisa mendeskripsikan secara filosofis (jiwa, ekstensi)

berdasarakan kepercayaaan serta hukum alam 3. Tahap Positif (the positive or scientific)

Pada masa ini manusia lebih berkembang dari masa sebelumnya. Jika pada masa

metafisik manusia merasa cukup dengan pengetahuna yang abstrak, pada masa ini yang

dibutuhkan adalah pengetahuan yang riil. Pengatahuan yangNyàya Darsana Sebagai

Instrumen Mengatasi Hoaks dan Kesesatan Berpikir 87 dicapai harus melalui

pengamatan, percobaan dan perbandingan di atas hukum hukum yang umum (abtrak).

Pengetahuan yang dicapai tidak lagi abstrak, akan tetapi jelas, pasti dan bermanfaat.

(Wibisono, 1983) Jika merujuk dari penjab aran Law of Three Stages milik Comte dan

fase Skeptisisme dalam perkembangan filsafat India maka dapat ditemukan sebuah titik

temu di antara keduanya yaitu adanya kesadaran manusia untuk menggunakan rasio

dan proses pengindraan dalam usaha menggali atau menyelidiki pelbagai fenomena

maupun gejala yang dialami dalam kehidupan, hanya saja perbedaan di antara teori

keduanya adalah jika Comte merumuskan transformasi pemikiran ini terjadi pada satu

fase kehidupan manusia yaitu dari fase anak – anak hingga menuju fase dewasa,

transformasi filsafat India mengakomodir pola pikir sekelompok orang pada rentang

waktu tertentu, selain itu pula,pola dari Law of Three Stages milik Comte menegaskan

adanya Movement atau perpindahan dari tahap satu ke tahap yang lain sehing ga ketika

seseorang telah berpindah tahap, maka meutup kemungkinan untuk perpindahan balik

karena antara tahap satu dengan lainnya tersebut bersifat hierarkis, berbeda dengan

Filsafat India yang mana transformasi yang terjadi adalah sebagai penguat landasa n

teoritis sebelumnya, sehingga Darúana hadir bukan sebagai upgrade sistem Vedic

namun Darsana hadir selaku penguat konsep -konsep pada zaman Veda.

Nyàya Darsana selaku cabang dari Sad Darsana yang membicarakan mengenai metode

untuk melakukan pengamatan yan g kritis memiliki empat cara dalam usaha untuk

mengetahu kebenaran yaitu : 1. Praktyaksa Pramàna (Pengamatan langsung) Praktyakûa

Pramàóa atau pengamatan langsung memberikan pengetahuan kepada kita tentang

objek –objek menurut keadaanya masing –masing (Maswinar a, 1999), dalam Praktyaksa

Pramàna terdapat dua tingkat pengamatan yaitu Nirvikalpa (pengamatan yang tidak

menentukan), dan Savikalpa (pengamatan yang menentukan), dalam Nirvikalpa

Pratyaksa, pengamatan terhadap sesuatu obyek adalah semata –mata sebagai ob jek

tanpa penilaian, tanpa asosiasi dengan suatu subjek, sedangkan pada Savikalpa

Pratyaksa, pengamatan terhadap suatu obyek, dibarengi dengan pengenalan terhadap

ciri -ciri, sifat – sifat dan juga subyeknya88 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial

Kemasyarakatan Metode Praktyaksa Pramàna sejatinya memiliki kemiripan dengan

Empirisme pada konsep filsafat barat.

Tafsir merumuskan bahwa empirisme merupakan suatu doktrin filsafat yang

menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan

peranan a kal, titik temu kedua filasafat ini adalah ada pada instrument yang digunakan

yaitu indra manusia dalam usaha memperoleh kebenaran (Zaprukhan, 2016). Metode

Praktyaksa Pramàna dapat mejadi metode paling basic atau dasar dalam menerima

sebuah informasi. Fil terisasi pertama dalam menasbihkan sebuah informasi tersebut

adalah valid adalah dengan mengalami pengalaman penginderaan akan informasi yang

diperoleh.

Pada kasus Covid -19 yang pada realitasnya semakin kesini semakin dipertanyakan

bahayanya, aspek Prakty asa Pramana ini sesungguhnya diperlukan untuk mengetahui

secara langsung tingkat bahaya dari virus Sars Cov 2 ini, melihat menggunakan mata

bentuk virusnya, seberapa cepat berkembangbiak, hingga melihat secara langsung

dampak yang ditimbulkan pada pasien y ang mengidapnya, dengan demikian, validitas

akan keberadaaan serta tingkat bahaya dari virus tersebut dapat disahkan. 2. Anumàna

Pramàna Cara pengamatan yang berikutnya disebut Anumàna Pramàna yang sangat

penting dalam konsep Nyàya Darúana, jika pada Praktyak sa Pramàna pengetahuan

dapat diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap objek yang diamati, maka pada

Anumàna Pramàna, terdapat suatu perantara di antara subyek dan obyek di mana

pengamatan langsung dengan indra saja tidak dapat secara langsung menyimp ulkan

hasil dari pengamatan. Diperlukan tahapan atau (Avayava) dalam usaha menggapai

sebuah penyimpulan.

Adapun tahapan tersebut adalah sebagai berikut : a. Pratijña, yaitu proses pertama :

memperkenalkan obyek permasalahan tentang kebenaran pengamatan b. Hetu, yaitu

proses kedua : alasan penyimpulan, c. Udàharana, yaitu proses ketiga : menghubungkan

dengan aturan umum tentang suatu masalah d. Upanaya, yaitu proses keempat :

pemakaian aturan umum i tu pada kenyataan yang dilihat e. Nigamana, proses kelima :

berupa penyimpulan yang benar dan pasti dari seluruh proses sebelumnya (Maswinara,

1999)Nyàya Darsana Sebagai Instrumen Mengatasi Hoaks dan Kesesatan Berpikir 89

Singkatnya, Anumàna Pramàna memiliki dua sumber sebagai acuan dalam merumuskan

suatu kesimpulan, yang pertam a adalah hasil pengindraan dan yang kedua adalah

sebuah aturan atau hukum baku yang telah ada yang kemudian mengkorelasikan

keduanya sehingga mendapatkan sebuah kesimpulan yang valid, untuk lebih

memahami mengenai cara kerja dari metode ini dalam dimensi k asus Covid -19, akan

dipaparkan contoh sebagai berikut, “ Suatu ketika, kita melihat seseorang yang

menjalani proses PCR dan hasilnya positif (Pratijña), PCR positif merupakan indikasi

adanya Sars Cov 2 (Hetu), kita mulai menghubungkan antara hasil PCR posi tif konsep

“PCR positif” tersebut (Udàharana), kemudian kita mulai membuat kesimpulan bahwa,

jika ada seseorang positif pada saat PCR maka ia Positif Sars Cov 2 (Upanaya) hingga

akhirnya muncul kesimpulan bahwa orang tersebut menderita Covid - 19 (Nigamana ).

Konsep Anumàna Pramàna sejatinya mirip dengan konsep kritisisme dalam filsafat barat.

Kritisisme adalah suatu bentuk kerja sama (korelasi) antar realitas empiris dan proses

penalaran dalam mengkontruksi pengetahuan (Zaprukhan, 2016) metode ini menghilan

gkan kelemahan dari metode empiris yang sarat akan bias penginderaan dan rasionalis

yang sarat akan keterbatasan informasi 3. Upamàna Pramàna Upamàna Pramàna

merupakan cara pengamatan dengan membandingkan kesamaan -kesamaan yang

mungkin terjadi atau terdapat d i dalam obyek yang diamati dengan obyek – obyek

yang sudah ada atau pernah diketahui (Maswinara, 1999).

Adapun contoh dari konsep Upamàna Pramàna pada kasus Covid -19 adalah sebagai

berikut, Para ilmuan telah terlebih dahulu mengetahui dan meneliti kasus d an penderita

pasien yang terjangkit virus Sars yang merebak di Indonesia pada tahun 2002 ketika

melihat fenomena yang sama di tahun 2020, peneliti bisa mengetahui fenomena yang

terjadi adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang sama, kesimpulan itu bi sa

diambil disebabkan gejala yang sama dengan penampakan yang serupa di antara

keduanya 4. Sabda Pramàna Sabda Pramàna adalah pengetahuan yang diperoleh

melalui kesaksian dari seseorang yang dapat dipercaya kata – katanya ataupun dari

naskah – naskah yang dia kui kebenarannya.

Adapun 2 jenis kesaksian tersebuty adalah :90 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial

Kemasyarakatan a. Laukika Sabda, yaitu bentuk kesaksian yang berasal dari orang yang

dapat dipercaya and kesaksiannya dapat diterima menurut logika dan akal sehat. Pada

situasi pandemic Covid -19 seperti sekarang ini, tahapan Laukika Sabda merupakan

tahapan yang paling memungkinkan untuk dilaksanakan oleh masyarakat mayoritas, hal

ini disebabkan karena pada tahapan- tahapan sebelumnya seseorang yang akan

mencari kebenaran haruslah memiliki dasar pengetahuan tentang Virologi (ilmu tentang

virus) sedangkan tidak semua masyarakat memiliki kemampuan tersebut, sehingga

tahapan Laukika Sabda menjadi penting yaitu mencari kebenaran dari orang – orang

yang memiliki kapabilitas dari sisi kemampuan, serta basis keilmuannya.

Ada banyak sekali kesaksian – kesaksian, tafsir – tafsir serta pendapat yang akan muncul

dalam sosial media, namun memverifikasi linieritas antara basis keilmuan dengan topic

yang dibicarakan menjadi aspek yang penting untuk mencapai sebuah kebenaran,

dalam hal ini tentunya kebenaran perihal Covid -19 baik itu dari sisi pengobatan, hingga

langkah preventif yang perlu dilakukan masyarakat untuk memutus penyebaran Covid

19. b. Vaidika Sabda, yaitu bentuk kesaksian yang didasarkan pada naskah - naskah

kebenaran. Keempat metode yang telah dijabarkan adalah bagian dari filsafat Nyàya

Darúana dalam usaha mencari suatu kebenaran.

Serangkaian metode di atas selayaknya dapat menjadi jalan keluar dan pedoman bagi

masyarakat dalam usaha menampik informasi yang mengandu ng Hoaks dalam hidup

bermasyarakat, namun sejatinya keempat metode epistemology ini selayaknya

digunakan secara bersama –sama sebagai suatu wujud filterisasi dan verifikasi

bertingkat terhadapa suatu informasi. Kehadiran konsep Nyàya Darúana selayaknya dap

at tetap dikembangkan dan diajarkan bagi khlayak umum, meski pada awalnya Nyàya

Darúana merupakan ajaran yang lahir dan bertumbuh pada masyarakat yang pola

kehidupannya tidak kopleks, namun sejatinya inti ajarannya harus tetap berkembang

sebagai bukti bahw a filasafat Hindu merupakan ajaran yang universal, lintas waktu dan

tetap dapat teraplikasi sebagai instrument pemecah masalah di era kekinian Nyàya

Darsana Sebagai Instrumen Mengatasi Hoaks dan Kesesatan Berpikir 91 SIMPULAN

Covid 19 yang menyerag seluruh belahan dunia memberi dampak yang luar biasa,

pandemic ini memaksa masya rakat untuk akhirnya tetap berada dirumah dengan

menerapkan Physical dan Social distancing.

Adanya kebijakan yang esensinya mengurangi aktivitas masyarakat berimplikasi pada

terbatasnya akses bagi masyarakat, tidak terkecuali akses akan informasi. Akses in

formasi pada masa pandemic ini didominasi bersumber pada media dalam jaringan

yang kerap kali mengandung hoaks yang dengan mudah tersebar dari satu individu ke

individu lainnya. Hoaks adalah sebuah berita bohong yang cenderung “dijual” sebagai

suatu kebena ran, ada beberapa faktor yang mengemuka tentang eksitensi dari hoaks

itu sendiri, antara Jurnalisme, ekonomi, pendidikan hingga literasi media yang belum

mapan pada masing - masing individu masyarakat.

Filsafat Nyàya Darsana menawarkan epistemologi Hindu ya ng memiliki rigiditas yang

dapat digunakan dalam usaha filterisasi dan verifikasi informasi yaitu melalui Praktyaksa

Pramàna Anumàna Pramàna, Upamàna Pramàna, dan Sabda Pramàna. Keempat jenis

metode ini akan mampu menjadi filter untuk segala informasi yang kita dapatkan

terutama informasi yang berkaitan dengan Covid 19, selama semuanya dijalankan secara

kolektif, sehingga hoaks sebagai salah satu masalah yang dapat memicu terpecah

belahnya masyarakat dapat dihindarkan. DAFTAR PUSTAKA Donder, I. K., & Wisarja, I. K.

(2010). Filsafat Ilmu: Apa, Bagaimana, Untuk Apa Ilmu Pengetahuan Itu, dan

Hubungannya dengan Agama (1st ed.). Paramita. Juditha, C. (2018).

Interaksi Komunikasi Hoax di Media Sosial serta Antisipasinya Hoax Communication

Interactivity in So cial Media and Anticipation. Pekommas, 3, 13. jurnal.komimfo.go.id

Maksum, A. (2014). Pengantar Filsafat, Dari Masa Klasik hingga Postmodernisme (Aziz

Safa (ed.); 1st ed.). AR -RUZZ MEDIA.92 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial

Kemasyarakatan Maswinara, I. W. (1999). Sistem Filsafat Hindu ( Sarva Darsana Samgr

aha) (2nd ed.). Paramita. Wibisono, K. (1983). Arti Perkembangan Menurut Filsafat

Positivisme Auguste Comte (1st ed.). Gajah Mada University Press. Yunus, N. R., & Rezki,

A. (2020). Kebijakan Pemberlakuan Lock Down Sebagai Antisipasi Penyebaran Corona

Viru s Covid -19.

SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar -I. https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i3.15083

Zaprukhan. (2016). Filsafat Ilmu Sebuah Analisis Kontemporer (Nuran Hasanah (ed.); 1st

ed.). PT. raja Grafindo Persada. PUSTAKA INTERNET https://www.ikons.id/12

-bias-kognitif -yang-membuat -anda-tidak -rasional

https://id.wikipedia.org/wiki/Berita_bohong https://www.merdeka.com/dunia/penelitian

-jerman -strategi -china -lockdown - wuhan -terbukti -berhasil -atasi -corona.htm

Fenomena Morfologi pada Berita - Berita di CNN Indonesia Mengenai Covid - 19: Kajian

Linguistik Ni Wayan Swarniti Universitas Dwijendra PENDAHULUAN Diawal tahun 2020,

dunia digemparkan dengan merebaknya virus baru yaitu coronavirus jenis baru (SARS

-CoV-2) dan penyakitnya disebut Coronavirus disease 2019 (COVID -19). Diketahui, asal

mula virus ini berasal dari Wuhan, Tiongkok. Ditemukan pada akhir Desember tahun

2019. Sampai saat ini sudah dipastikan terdapat 65 negara yang telah terjangkit virus

satu ini.

(Data WHO, 1 Maret 2020) (WHO, 2020) (PDPI, 2020). World Health Organization

memberi nama virus baru tersebut Severe acute respiratory syndrome coronavirus -2

(SARS -CoV-2) dan nama penyakitnya sebagai Corona Virus Disease 2019 (COVID -19)

(WHO, 20 20). Pada mulanya transmisi virus ini belum dapat ditentukan apakah dapat

melalui antara manusia -manusia. Jumlah kasus terus bertambah seiring dengan waktu.

Selain itu, terdapat kasus 15 petugas medis terinfeksi oleh salah satu pasien. Salah satu

pasien te rsebut dicurigai kasus “super spreader”. (Channel News Asia, 2020). Akhirnya

dikonfirmasi bahwa transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia ke manusia

(Relman, 2020).

Sampai saat ini virus ini dengan cepat menyebar masih misterius dan penelitian mas ih

terus berlanjut (Yuliana, 2020).94 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial

Kemasyarakatan Banyak media yang mulai memberitakan mengenai peristiwa pandemic

Covid -19 ini. Berita -berita tersebut tersebar pada media cetak seperti koran, media

sosial seperti internet dan website, serta banyak pula berita yang dikabarkan melalui

televisi, radio dan beberapa media lainnya. Media -media ini berperan penting dalam

penyebaran berita dan penyebaran informasi kepada masyarakat luas. Berita -berita

tersebut dikabarkan pada masyarakat agar dapat lebih waspada akan situasi saa t ini.

Berita -berita tersebut selalu diperbaharui dengan situasi terkini yang terjadi di

lapangan. Bagaimana situasi lonjakan pasien penderita Covid -19 ini, bagaiaman alur

bantuan dari pemerintah hingga pihak -pihak swasta, apa saja aturan -aturan baru dari

pemerintah untuk mencegah penyebaran wabah bencana Covid -19 ini dan banyak lagi

informasi -informasi yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat luas. Salah

satunya adalah berita tertulis dari website CNN Indonesia. Pada CNN Indonesia, berita

-berita me ngenai Covid -19 ini terus diperbaharui sesuai kondisi terkini.

Tidak hanya pada penyebaran kasus, terdapat pula beberapa hal yang menjadi fokus

dari liputan berita CNN Indonesia. Jika diteliti berdasarkan ilmu linguistic atau ilmu

Bahasa, banyak terdapat f enomena morfologi yang terjadi pada berita -berita

mengenai Covid -19 ini. Sebelum mengenal mengenai fenomena morfologi, adapun

penjelasan mengenai morfologi yaitu studi tentang kata -kata dan pembentukan kata

(Lieber, 2009).

Fenomena - fenomena morfologi yang terjadi yaitu seperti singkatan atau akronim

(abbreviations), campuran (blends), afiksasi (affixations), dan sebagainya. Fenomena

-fenomena ini jika ditelusuri mulai muncul beriringan dengan munculnya wabah

bencana Covid -19 ini pada awal Maret lalu. Fenome na ini dapat dilihat pada beberapa

berita CNN Indonesia yang meliput tentang kasus Covid -19 ini Pada penelitian ini akan

dibahas mengenai fenomena morfologi yang terjadi pada berita -berita Covid -19 yang

diterbitkan melalui CNN Indonesia.

Penelitian ini pen ting dilaksanakan karena terdapat istilah -istilah yang mulai muncul

dan terkait dengan keberadaan Covid -19 ini. PEMBAHASAN Fenomena -fenomena

morfologi yang dapat ditemukan pada berita -berita liputan dari CNN Indonesia yaitu

sebagai berikut:Fenomena Morfologi pada Berita -Berita di CNN Indonesia Mengenai

Covid -19 95 A. Campuran ( Blends) Pada bukunya yang berjudul Word -Formation in

English pada tahun 2006, Callies mendefinisi campuran dalam literatur morfologis

sangat berbeda, tetapi kebanyakan kasus menyatu pada definisi campuran sebagai kata

-kata yang menggabungkan dua (jarang ti ga atau lebih) kata menjadi satu, menghapus

suku kata dari satu atau kedua kata sumber (Callies, 2006). B.

Covid -19 yang memiliki kepanjangan Corona Virus Disease 19 Penggabungan co dari

kata Corona, vi dari kata virus, dan d dari kata disease menjadi sebu ah kata baru yang

popular digunakan saat ini yaitu Covid -19. Berdasarkan kepanjangan dari kata Covid

-19 di atas, dapat dijabarkan bahwa Covid -19 adalah sebutan bagi wabah bencana

nasional ini bukan nama virus yang menjangkiti masyarakat. Covid -19 dengan ke

panjangan Corona Virus Disease 19 yang dalam Bahasa Indonesia memiliki arti Penyakit

Virus Corona 19 ini sering disalahartikan oleh masyarakat sebagai nama virus yang

mudah menyebar tersebut. C.

Suket yang Memiliki Kepanjangan Surat Keterangan Istilah ini sering digunakan pada

masyarakat yang tinggal di daerah yang menjalankan aturan PSBB ataupun PKM. Suket

merupakan gabungan dari kata surat dan kata keterangan. Suku kata su pada kata surat

dan suku kata ket pada kata keterangan membentuk kata b aru yaitu suket. Surat

keterangan yang dimaksud adalah surat keterangan dari perusahaan untuk masing

-masing pegawai mereka yang akan melakukan pekerjaan diluar rumah seperti di kantor

sehingga masyarakat yang memiliki surat keterangan dari perusahaan ini d apat dengan

mudah atau leluasa pergi bekerja dalam situasi pembatasan sosial ini.

Masyarakat hanya perlu memperlihatkan identitas diri dan surat keterangan dari

perusahaan ini pada petugas di beberapa perbatasan daerah yang melaksanakan aturan

PSBB ataupun PKM, maka dengan begitu masyarakat masih dapat pergi bekerja. D.

Singkatan (Abbreviations) Singkatan pada dasarnya mirip dengan campuran, karena

campuran dan singkatan adalah gabungan dari kata -kata yang berbeda. Singkatan

memiliki96 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan kesamaan dengan

pemoton gan dan pencampuran yang melibatkan hilangnya bahan (bukan penambahan

bahan, seperti dengan afiksasi), tetapi berbeda dari pemotongan dan pencampuran

dalam kategori prosodik tidak memainkan peran yang menonjol. Sebaliknya, ortografi

sangat penting (Callies , 2006). E. ODP yang Memiliki Kepanjangan Orang Dalam

Pengawasan Singkatan ini lebih mudah diucapkan dari pada kepanjangan dari singkatan

ini.

Singkatan ini digunakan untuk menjabarkan situasi seseorang yang diduga tertular virus

Corona namun dalam keadaan sehat tanpa gejala. Orang -orang yang diduga tertular ini

diawasi secara berkala oleh tim medis saat melakukan isolasi mandiri di rumah masing

-masing. Karena hal tersebutlah orang -oarng ini disebut sebagai orang dalam

pengawasan atau digunakanlah si ngkatan ini yaitu ODP. F.

PDP yang memiliki kepanjangan Pasien Dalam Pengawasan Berbeda dengan ODP atau

orang dengan pengawasan, PDP yang memiliki kepanjangan pasien dengan

pengawasan ini orang yang sudah dirawat dan memiliki gejala tertular virus namun un

tuk hasil masih dalam pemeriksaan oleh tim medis. Pada pasien dalam pengawasan

tidak jarang akhirnya menjadi positif terjangkit virus Corona ini. Orang -orang dalam

fase PDP ini akan disiapkan tempat atau ruangan terisolasi untuk mengurangi resiko

tertular dengan pasien lainnya yang tidak memiliki gejala terjangkit virus ini. G.

PSBB yang memiliki kepanjangan Pembatasan Sosial Berskala Besar Istilah dari PSBB ini,

ramai digunakan pada akhir April, setelah dicanangkan oleh pemerintah. PSBB atau yang

memiliki kepanjangan pembatasan sosial berskala besar ini adalah suatu aturan yang

baru -baru ini dicanangkan pemerintah pada beberapa daerah untuk menekan tingkat

penyebaran virus pada masyarakat. Hal ini perlu mendapat perhatian yang serius dari

berbagai pihak, m engingat bahwa pelaksanaan aturan PSBB ini melibatkan segala

komponen masyarakat meliputi: pemerintah, polisi, TNI, pihak swasta, pengusaha,

pedagang kecil, hingga masyarakat umum.

Segala lapisanFenomena Morfologi pada Berita -Berita di CNN Indonesia Mengenai

Covid -19 97 masyarakat ini harus berjalan beriringan agar aturan PSBB in i dapat

memberikan manfaat yaitu berkurangnya kasus penyebaran virus Corona ini. H. PKM

yang memiliki kepanjangan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Istilah ini muncul sebagai

suatu aturan selain PSBB yang diterapkan oleh beberapa daerah untuk mencegah

penyeb aran wabah Covid -19 ini. Istilah ini termasuk singkatan dari kata -kata

pembatasan kegiatan masyarakat. Aturan ini tidak seketat aturan PSBB.

Daerah yang melaksanakan aturan ini masih memberi kelonggaran bagi masyarakat

yang memang memiliki kepentingan untuk melakukan kegiatan di luar rumah seperti:

pergi bekerja, dengan menunjukan surat keterangan bekerja dari perusahaan terkait

pada petugas, masyarakat dapat dengan mudah pergi bekerja ke kantor. Namun akan

berbeda pada masyarakat yang ingin bepergian denga n tujuan tidak jelas. Masyarakat

dengan tujuan tidak jelas akan disarankan dan diarahkan untuk kembali pulang untuk

meminimalisir kegiatan masyarakat di luar rumah. I.

WFH yang memiliki kepanjangan Work from Home Banyak masyarakat yang tidak asing

lagi den gan istilah ini yaitu WFH. WFH ini adalah singkatan dari beberapa kata yaitu

work from home yang dalam bahasa Indonesia memiliki makna bekerja dari rumah.

Dikarenakan aturan pemerintah yang mewajibkan dilaksanakannya pembatasan sosial

bagi seluruh masyarak at, maka para pegawai perusahaan yang memungkinkan untuk

bekerja dari rumah segera dirumahkan oleh perusahaan mereka masing - masing.

Dengan adanya hal ini, banyak pegawai perusahaan yang bekerja dari rumah

menggunakan istilah ini dalam menjelaskan situasi a tau keadaan mereka yang saat ini

bekerja dari rumah.

Istilah ini menjadi lebih popular seiring digunakannya singkatan tersebut pada

unggahan -unggahan di sosial media oleh pegawai -pegawai tersebut. J. SIKM yang

memiliki kepanjangan Surat Izin Keluar Masuk Istilah ini akrab di telinga masyarakat kota

Jakarta. SIKM kini muncul sebagai salah satu syarat untuk keluar maupun memasuki

daerah kota Jakarta. SIKM yang memiliki kepanjangan surat izin keluar masuk ini

digunakan di daerah yang menjalankan aturan PSBB se perti di kota Jakarta. Masyarakat

umum98 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan yang memiliki SIKM

ini dapat memperlihatkan surat ini pada petugas yang berjaga di daerah perbatasan

daerah agar dapat keluar maupun memasuki suatu daerah yang menjalankan PSBB.

Istilah ini muncul sebagai suatu syarat dari data kelengkapan diri dari masyarakat yang

masih tidak bisa melakukan pekerjaan mereka di rumah dan perlu untuk melaksanakan

perjalanan dinas di luar daerah. SIMPULAN Berdasarkan penjabaran di atas, dapat

disimpulkan bahwa muncul beberapa fenomena -fenomena morfologi baru dikarenakan

wabah bencana nasional virus Corona ini. Adapun fenomena -fenomena tersebut

meliputi: campuran (blends) dan singkatan (abbreviations). Campuran (blends) yang

ditemukan yaitu: Covid -19 yang memiliki kepanjangan Corona Virus Disease 19, Suket

yang memiliki kepanjangan Surat Keterangan dan singkatan (abbreviations) yang

ditemukan meliputi: ODP yang memiliki kepanjangan Orang Dalam Pengawasan, PDP

yang memiliki kepanjangan Pasien Dalam Pengawasan, PSBB yang memiliki

kepanjangan Pembatasan Sosial Berskala Besar, PKM yang memiliki kepanjangan

Pembatasan Kegiatan Masyarakat, WFH yang memiliki kepanjangan Work from Home,

dan SIKM yang memiliki kepanjangan Surat Izin Keluar Masuk. Berdasarkan analisis di

atas, fenomena - fenomena morfo logi pada tatanan linguistik dapat terjadi pada situasi

baru yang dialami masyarakat luas.

Hal ini dikarenakan feomena -fenomena ini memerlukan keberterimaan oleh segala

lapisan masyarakat hingga dapat diterima dan dengan mudah digunakan oleh

masyarakat ter utama dalam mengidentifikasi suatu hal ataupun dalam mendeskripsikan

suatu keadaan. DAFTAR PUSTAKA Asia, C. N. (2020). Wuhan virus outbreak: 15 medical

workers infected, 1 in critical condition.

https://www.channelnewsasia.com/news/asia/wuhanpneumonia - outbreak -health

-workers - coronavirus -12294212Fenomena Morfologi pada Berita -Berita di CNN

Indonesia Mengenai Covid -19 99 Callies, M. (2006). Word -Formation in English

(review). Language, 82(1), 215–216. https://doi.org/10.1353/lan.2006.0013 Lieber, R.

(2009). Cambridge Introductions to Language and Linguistics (Introducing Morpholog

y). In Cambridge University Press. PDPI. (2020). Panduan Praktik Klinis: Pneumonia 2019

-nCoV. PDPI. Relman, E. (2020). Business insider Singapore.

https://www.businessinsider.sg/deadly -china -wuhan -virusspreading - human

-to-human - officials -confirm -2020- 1/?r=US&IR=T WHO. (2020). WHO Director

-General’s remarks at the media briefing on 2019-nCov.

https://www.who.int/dg/speeches/detail/who -director - generals -%09remarks

-at-the-media - briefing -on-2019-ncov-on-11- february - 2020 Yuliana. (2020). Corona

virus diseases (Covid -19); Sebuah tinjauan literatur. Wellness and Healthy Magazine, 2(

1), 187 –192. https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/v1i218wh 100 COVID

-19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan Register Bahasa Tentang Wabah

Covid - 19 d i Media Whatsapp R.

Panji Hermoyo Universitas Muhammadiyah Surabaya PENDAHULUAN Bahasa

merupakan alat berkomunikasi dalam kehidupan sehari -hari manusia, tanpa bahasa

orang tidak akan bisa berkomunikasi. Dalam kehidupan bermasyarakat bahasa

mempunyai peranan yang sangat penting. Beberapa berbedaan dalam menggunakan

bahasa ketika masyar akat berkomunikasi yang muncul saat kondisi, situasi juga lawan

komunikasi kita (komunikan) berbeda. Sehingga muncullah variasi bahasa dalam

masyarakat. Bahasa ini oleh para linguis disebut dengan istilah “register”.

Chaer dan Agustina menyatakan lima dasar (5) hal yang memengaruhi perubahan variasi

berbahasa (register) kita tersebut, yaitu (1) Apa yang kita bicarakan (tentang masalah

hukum, pendidikan, politik, hobi, asmara, curhat), (2) Siapa lawan bicara kita (Guru,

orang tua, teman, kekasih, bos, pengem is, pembantu, saat pidato di depan orang

banyak), (3) Mengapa kita berbicara (untuk menceritakan sesuatu, merayu lawan jenis,

untuk mencairkan suasana, untuk meminta tolong), (4) Jenis komunikasi apa yang kita

gunakan (tertulis, lisan, email, telpon), dan (5) Perasaan kita saat berbicara (terpaksa,

konsentrasi, lelah) (Hermoyo, 2015).

Dalam kelompok masyarakat yang berprofesi kadang kala dengan sadar maupun tidak

sadar menciptakan kata -kata atau kalimat yang agak berbeda dari kelompok lain dan

masyarakat umum. Kata -kata itu akan terdengar biasa ketika diucapkan di komunitas

tersebut, namun apabila kata -kata atau kalimat itu diucapkan di luar komunitasnya

akan terasa aneh, dan oarng di luar komunitas merasa tidak paham dengan kata -kata

atau kalimat yang diu capkan102 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial

Kemasyarakatan itu. Contohnya dalam komunitas karate, ketika bertemu dengan

sesama karate akan mengucapkan kata “Osh” kepanjangan dari “OSHINABU” yang

berarti ‘pantang menyerah’.

OSHINABU dari bahasa Jepang, karena karate berasal dari negara Jepang. Kata -kata ini

digunakan orang yang mengikuti karate agar selalu mempunyai sifat pantang menyerah

terhadap situasi apapun. Sehingga oarng yang tidak ikut dalam komunitas karate tidak

akan paham arti Osh. Kajian ini tentang register bahasa dalam komunitas dosen Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surabaya

(UMSurabaya) yang membicarakan tentang wabah virus corona pada bulan Maret 2020

di media sosial whatsapp.

Dosen sering menggunakan variasi bahasa dalam pekerjaan mereka. Namun karena ada

wabah virus corona, mewajibkan dosen dan mahasiswa belajar bekerja dirumah. Dosen

dalam percakapan di WA membahas tentang virus corona yang sangat meresahkan

sehingga perlu diteliti tentang variasi bahasa/register tentang wabah penyakit corona

yang meland a Indonesia dan dunia. Kata -kata yang digunakan para dosen dominan

menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris khususnya istilah kesehatan/ medis

sehingga sebagian kata/kalimat ada yang susah untuk dipahami. Seperti contoh kata

-kata; “wabah, pandemik, virus, dan lockdown”.

PEMBAHASAN Variasi dalam bahasa ketika dengan menggunakan penggunanya,

pemakaiannya atau sering kali fungsinya disebut juga dengan fungsiolek ragam

maupun register. Terkadang variasi bahasa dibicarakan berdasarkan rumpun

penggunaan, gaya ba hasa maupun tingkat formalitas dan sarana penggunaan. Variasi

bahasa menurut rumpun pemakaian yakni yang memakai bahasa itu digunakan untuk

keperluan maupun rumpun keilmuannya. Seperti; dalam sastra jurnalistik, militer,

pertanian, pelayaran, pendidikan, d an bidang kegiatan keilmuan lainnya. Variasi ini dari

segi pemakaian yang tanpak cirinya adalah di kosakata.

Bidang ini sering punya beberapa kosakata khusus maupun umum yang tidak dapat

digunakan dalam bidang lainnya. Variasi yang berdasarkan fungsinya se ring disebut

register. Pembicaraan terkait register umumnya dikaitkan dengan masalahnya yaitu

dialek. Jika dialek berkenaan dengan bahasa yang digunakan oleh siapa, di mana, dan

kapan, maka umumnya register berhubungan terkait bahasa itu digunakan untuk ke

giatan sesuatu hal. Register yang sederhana dapat dikatakan seperti variasi

bahasaRegister Bahasa Tentang Wabah Covid -19 Di Media Whatsapp 103 lewat cara

penggunaannya atau ‘use’ -nya, berbeda dengan dialek yang merupakan variasi bahasa

berdasarkan penggunanya atau ‘user’ -nya. Seperti halnya register tidak terbatas dalam

variasi pilihan kata, namun termasuk pada beberapa pilihan penggunaan struktur teks,

maupun teksturnya : kohesi juga leksikogramatika, dan pilihan fonologi atau

grafologinya.

Karena register meliputi seluruh pilihan aspek kebahasan atau linguistis, m aka banyak

linguist menyebut register sebagai style atau gaya bahasa. Konsep register telah banyak

diutarakan oleh para sosiolinguis dengan pemahaman yang berbeda -beda. Bahasa

apabila dikaitkan dengan harus memahami register dengan konsep yang lebih umum k

arena disejajarkan dengan konsep ragam (style). Dengan demikian, berdasarkan pada

situasi pemakaiannya, variasi bahasa akan berkaitan dengan fungsi pemakaiannya,

dalam arti setiap bahasa yang akan digunakan untuk keperluan tertentu disebut dengan

fungsiole k, ragam, atau register (Chaer & Agustina, 1995). Di dalam buku Sosiolinguistik

II dikemukakan bahwa slang dalam bahasa Inggris disebut register (Depdikbud, 1995).

Slang atau register merupakan bagian leksikal, yang termasuk bidang yang disebut

unsur bahas a tidak baku.

Unsur tidak baku tersebut mencakup (1) kata -kata dengan gaya tertanda yaitu

kata-kata ekspresif yang digunakan sehari -hari dan (2) kata -kata yang ditentukan

secara sosial yang penggunaannya terbatas pada kelompok sosial dan profesi tertentu.

Sementara itu, pemahaman register untuk pemakaian kosakata yang terakit dalam

berbagai pekerjaan dan masyarakat sosial lainnya. Misalnya penggunaan bahasa para

atlit karate, manajer bank, penjual dipasar, para pecinta musik jazz, perantara (pialang),

dan s ebagainya (Ardi, 2017).

Media komunikasi tersedia dalam melalui berbagai bentuk yang serba cepat lewat

sampai audio -video call. Ada yang muncul ke dalam bentuk aplikasi sehingga bisa di

-unduh dan diinstal pada gawai, sehingga langsung dengan nomor gawai ya ng

digunakan dan nomor telah disimpan, contohnya Whatsapp, line, BBM. Sedangkan yang

lain langsung masuk ke situs sehingga pengguna dapat membuat akun dan bisa masuk

setiap ingin memakainya, tetapi ada juga yang harus diinstal dahulu ke dalam personal

comp aq (PC) maupun lewat gawai, contohnya Twitter, Facebook, Path, intagram, Line,

dan lain-lain. Teknologi komunikasi yang sedang ‘naik daun’ Whatsapp (WA) yang bisa

dijadikan media dalam berkomunikasi lewat pesan tulisan, suara dan gambar/video.

Whatsapp yan g biasa disingkat dengan sebutan WA, adalah teknologi Instant

Messaging seperti SMS dengan teknologi canggih terbaru dengan menggunakan data

internet berfitur pendukung yang lebih bagus dan104 COVID -19: Perspektif Hukum dan

Sosial Kemasyarakatan menarik, sehingga Whatsapp bisa digunakan sebagai media

komunikasi dan sarana akademik yang praktis, efetif dan fleksibel. (Zakirman & Rahayu,

2018). Kajian ini lebih menitikberatkan pada penggunaan sumber data sekunder di grup

whatsapp pada bulan Maret 2020 dengan pengumpulan data menggunakan metode

simak (pengamatan/ob servasi) dan metode cakap rekam melalui gawai/ handphone.

Penyajian hasil analisis data dilakukan dengan menyajikan deskripsi verbal dengan kata

-kata. Awal tahun 2020 dunia dihebohkan dengan munculnya penyakit baru yang belum

ada obatnya. COVID -19, kepanja ngan dari Corona Virus Disease 2019 yang biasa

disebut Virus Corona. Sebenarnya virus corona sudah muncul di tahun 2019 sehingga

diberi nama COVID -19. Kasus orang terkena virus corona pertama kali di Wuhan China

pada pertengahan Desember 2019 (Suara, 2020) . Seiring berjalannya waktu, virus ini

menyebar ke berbagai negara dan sampai ke Indoesia pada bulan Maret 2020.

Sehingga orang -orang mulai membicarakan tentang virus corona. Pandemi virus

corona membuat pemerintah Indonesia mulai menghimbau rakyat untuk b elajar,

bekerja dan beribadah di rumah. Universitas Muhammadiyah Surabaya juga

memberlakukan himbauan pemerintah dengan membuat kebijakan tentang

kewaspadaan dengan mengeluarkan surat nomor 0290/MLM/II.3.AU/A/2020 Tentang “

Peningkatan Kewaspadaan dan Penc egahan Penyebaran Infeksi COVID -19 di

Lingkungan Universitas Muhammadiyah Surabaya”, yang ditanda tangani Rektor tanggal

16 Maret 2020, yang memberlakukan pembelajaran di rumah mulai 17 Maret 2020

hingga 28 Maret 2020. Dengan adanya COVID -19, dosen bekerja di rumah dan

komunikasi hanya dengan teknologi. Contoh percakapan di grup whatsapp dosen FKIP

UMSurabaya diperoleh melalui metode simak dan cakap rekam.

Contoh Wujud Percakapan di grup whatsapp: Waktu : 23 Maret 2020 Bahasa : Bahasa

Indonesia (BI) Wujud bahasa yang digunakan masyarakat tutur antar dosen 1 (D1) dan

dosen 2,3,4,5,6 (D2,D3,D4,D5,D6) ketika terjadi wabah COVID -19 nampak dalam

percakapan sebagai berikut: D1 : Sdh 7 dokter wafat krn mengabdikan dirinya untuk

mengobati pasien COVID 19Register Bahasa Tentang Wabah Covid -19 Di Media

Whatsapp 105 D2 : Innalilahi waina ilaihi rojiun D3 : Innalilahi waina ilaihi rojiun. Insyaa

Allah diterima amal baiknya. Aamiin D1 : Kok Indonesia tingkat kematiannya tinggi ya?

D4 : Innalillahi wa innailaihi rojiuun, smg mndpt balasan atas amal baikny, aamiin D5 :

Prof Bambang unesa nggih Bu? D6 : Innalillahi wa innailaihi Rojiun...

Telah wafat Prof. DR. dr. Bambang Sutrisna, MHSc (Guru besar Epidemiologi FKM UI),

meninggal di RS Persahabatan pagi ini jam 08.30 WIB. Telah dikonfirmasi deng an RS

Persahabatan, beliau sbg PDP Covid -19. Terakhir alm. Prof. Bambang memberikan

kuliah jarak jauh dengan mahasiswa pada hari Sabtu, 21/3/2020, selama perkuliahan

alm. tidak berhenti batuknya.. Allahumagh firlahu warhamhu waafihi wa'fu anhu...

Al-Fatiha h... D6 : FKM UI Bu D1 : UI bu Waktu : 24 Maret 2020 Bahasa : Bahasa

Indonesia (BI) Wujud bahasa yang digunakan masyarakat tutur antar dosen 1 (D1) dan

beberapa dosen 2,3,4 (D2,D3, D4) ketika terjadi wabah COVID -19 nampak dalam

percakapan sebagai berikut: D1 : Ya Allah kok banyak sekali dokter yg meninggal. Apa

safety untuk tenaga medis jurang memadai atau bagaimana ya. D2 : Kurang Bu ...Malah

katanya ada yg pakai jas hujan D3 : Sepertinya begitu bu. D2 : Selain itu jam kerjanya

over load.

Terutama yg tugas di RS106 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan

D4 : dokter pada urunan sendiri by utk beli apd terutama yg sdh senior D2 : betul bu D4

: itu cerita teman sy di rs swasta yg rujukan pasien covid Dapat disimak contoh

percakapan di media komunikasi pada grup WA di komunitas dosen membicarak an

tentang wabah Covid -19. Dari sini dapat dikatakan bahwa peranan bahasa khusunya

register sangat penting dalam keadaan apapun dan dapat menggunakan media yang

sedang “tren” pada masanya. Dalam percakapan di media komunikasi WA pada saat ada

wabah Covid -19, bahasa yang tidak pernah didengar dan jarang digunakan akhirnya

muncul seperti Covid -19, PDP, Safety, tenaga medis, jas hujan, APD, pasien.

Percakapan setelah tanggal 24 Maret sampai 31 Maret hanya info tentang wabah covid

-19, namun tetap ada register b ahasa tentang wabah Covid -19 seperti : dokter,

sanitizer, masker, corona, masa karantina, imun tubuh dan virus. Pada kajian di atas

terlihat penanda register pada percakapan selama bulan Maret mulai tanggal 24 Maret

sampai 31 Maret 2020 yakni; No Penanda Register 1 Covid-19 2 PDP 3 Safety 4 Tenaga

medis 5 Jas hujan, 6 APD 7 Pasien 8 Dokter 9 Sanitizer 10 MaskerRegister Bahasa

Tentang Wabah Covid -19 Di Media Whatsapp 107 11 Corona 12 Masa karantina 13

Imun tubuh 14 Virus Sehingga register ini berlaku pada saat tertentu, wujud dari variasi

bahasa dalam percakapan di WA dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.

Covid-19 yakni singkatan dari Corona Virus Disease 2019, penyakit karena infeksi virus

yang menyerang sistem pernafasan. 2. PDP atau Pasien dalam Pengawasan (PDP)

Sebelum diputuskan positif terjangkit, penderita penyakit COVID-19 disebut pasien

dalam pengawasan (PDP), mereka adalah orang-orang yang memiliki gejala panas

badan dan gangguan saluran pernapasan. 3. Safety berarti aman dari virus corona. 4.

Tenaga medis adalah orang yang merawat pasien, bisa dokter atau perawat. 5. Jas hujan

adalah baju ganti pelindung diri karena tidak ada alat pelindung diri lainnya. 6.

APD singkatan alat pelindung diri adalah alat-alat atau perlengkapan yang wajib

digunakan untuk melindungi dan menjaga keselamatan pekerja saat melakukan

pekerjaan yang memiliki potensi bahaya. 7. Pasien adalah orang yang terpapar virus. 8.

Dokter adalah tenaga ahli selain perawat yang merawat pasien. 9. Sanitizer yaitu

pembersih tangan yang kemampuannya antibakteri dalam menghambat hingga

membunuh bakteri maupun virus. 10. Masker yaitu lat pelindung wajah agar terhindar

dari virus atau bakteri. 11. Corona adalah nama sebuah virus yang baru ditemukan akhir

2019 di Wuhan Cina. 12.

Masa karantina yaitu langkah memisahkan ataupun membatasi pergerakan orang yang

sakit dan sehat diduga mempunyai penyakit menular.108 COVID -19: Perspektif Hukum

dan Sosial Kemasyarakatan 13. Imun tubuh yaitu sistem kekebalan tubuh manusia. 14.

Virus adalah juga berarti juga racun. Register ini biasanya digunakan oleh komunitas

tertentu dengan menggunakan ragam bahasa di daerah atau lokasi kegiatan tersebut

berlangsung, sehingga lebih mudah diterima oleh pemakainya. Ragam bahasa yang

digunakan tergantung dari letak daeranya.

Letak ko ta Surabaya berada di Jawa Timur, ada sebagian profesi yang menggunakan

bahasa Jawa dialek Surabaya, tapi bahasa nasional yakni bahasa Indonesia tetap

digunakan walapun dengan bahasa campuran. Terbukti jika variasi bahasa akan

digunakan di manapun seseoran g berada. Contohnya percakapan dosen -dosen yang

menggunakan media WA tetap menggunakan variasi bahasa dalam mendukung

aktivitasnya, sehingga teknologi berperan penting dalam kehidupan sehari -hari.

SIMPULAN Kajian tentang Register Bahasa Tentang Wabah Covi d -19 Di Media

Whatsapp membuktikan dalam masyarakat tertentu terkadang memakai bahasa yang

hanya diketahui komunitasnya yang dihubungkan dengan profesi mereka pada saat

tertentu. Register ataupun variasi bahasa yang terkait dengan profesi ditandai dengan

ciri-ciri tuturan (kebahasaan) mereka yang mencerminkan identitas kelompok tertentu

sebagai komunitas turut. Ciri - cirinya berupa pemakaian kata asing yang berhubungan

dengan kegiatan sehari -hari. Kata asing itu antara lain: Covid -19, PDP, Safety, tenaga

me dis, jas hujan, APD, pasien, dokter, sanitizer, masker, corona, masa karantina, imun

tubuh dan virus.

Rangkaian kata -kata tersebuti Covid -19, PDP, Safety, tenaga medis, jas hujan, APD,

pasien, dokter, sanitizer, masker, corona, masa karantina, imun tubuh d an virus.) bisa

menjelaskan situasi dan keadaan yang sedang terjadi pada komunitas tersebut. Berarti,

bahasa dan kata juga dipakai meskipun komunitas tersebut sedang berbicara di media

sosial. Register Bahasa Tentang Wabah Covid -19 Di Media Whatsapp 109 DAFTAR

PUSTAKA Ardi, H. (2017). Penerjemahan Register Militer Pada Subtitling Film ”the Great

Raid”. Lingua Didaktika: Jurnal Bahasa Dan Pembelajaran Bahasa, 7(1), 29.

https://doi.org/10.24036/ld.v7i1.3530 Chaer, A., & Agustina, L. (1995). Suatu Pengantar

Sosioinguistik. PT.

Rineka Cipta. Depdikbud. (1995). Teori da n Metode Sosiolinguistik II. Pusat Pembinaan

dan Pengembangan Bahasa. Hermoyo, R. P. (2015). Register Pekerja Terminal Petikemas

Surabaya. STILISTIKA, 8(1), 48 –67. Suara, S. (2020). Arti Istilah -Istilah Terkait COVID -19,

Mulai Lockdown Sampai Social Distan cing - Suara Surabaya. Suara Surabaya.net.

https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2020/arti -istilah -istilah -terkait - covid

-19-mulai -lockdown -sampai -social -distancing/ Zakirman, & Rahayu, C. (2018).

Popularitas WhatsApp Sebagai Media Komunikasi dan Berbagi Informasi Akademik

Mahasiswa. Perpustakaan Arsip Dan Dokumentasi, 10(1), 27 –38.

https://doi.org/10.15548/shaut.v10i1.7 110 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial

Kemasyarakatan

INTERNET SOURCES:

-------------------------------------------------------------------------------------------

2% - sim.ihdn.ac.id › app-assets › repo

<1% - www.jogloabang.com › pustaka › uu-28-2014-hak-cipta

<1% - repositori.unsil.ac.id › 2064 › 1

<1% - research.unissula.ac.id › file › publikasi

<1% - www.researchgate.net › profile › Agung-Purnomo-2

<1% - www.hukumonline.com › klinik › detail

<1% - pak.uii.ac.id › wp-content › uploads

<1% - evisuwarni.staff.ub.ac.id › files › 2018

<1% - core.ac.uk › download › pdf

<1% - www.kompasiana.com › mochshidiq › 5f54fe3f8becf44d

<1% - www.msn.com › id-id › gayahidup

<1% - sepengatahuanku.blogspot.com › 2013 › 03

<1% - soaltestujian.blogspot.com › 2018 › 06

<1% - repository.um-surabaya.ac.id › 4394/1/2

<1% - www.facebook.com › MancaCERIA › videos

<1% - www.sekolahan.co.id › pengertian-literasi

<1% - jasamakalahrahmat17.wordpress.com › 2014/12/31

<1% - www.brilio.net › gadget › 20-singkatan-ini-sering

<1% - www.yosefpedia.com › 2019/06/50-kata-kata-bijak

<1% - www.researchgate.net › publication › 31066539

<1% - www.coursehero.com › file › 74549048

<1% - id.wikipedia.org › Singkatan_dan_akronim

<1% - id.wikipedia.org › wiki › Wikipedia:Pedoman

<1% - yenz90.blogspot.com › 2010 › 10

<1% - covid19.go.id › edukasi › hasil-kajian

<1% - esaisastra.wordpress.com › 2009/04/15 › singkatan

<1% - www.scribd.com › document › 384865327

<1% - lutfi-cilut.blogspot.com › 2016 › 12

<1% - pedomane.com › singkatan-dan-akronim

<1% - mohamadimamr27.blogspot.com › 2016 › 06

<1% - www.indonesia.co.jp › bataone › ruangbahasa26

<1% - id.wiktionary.org › wiki › Lampiran:Daftar_singkatan

<1% - www.malangtimes.com › feed

<1% - dosenbahasa.com › perbedaan-akronim-dan-singkatan

<1% - dosenbahasa.com › contoh-singkatan

<1% - www.britishcouncilfoundation.id › english › articles

<1% - www.kompasiana.com › much-khoiri › 552b83486ea834e07

<1% - www.ilmubahasainggris.com › 15-singkatan-dalam

<1% - cashbac.com › blog › apa-itu-psbb-semua-tentang-psbb

<1% - kominfo.ngawikab.go.id › syarat-dan-tata-cara

<1% - www.academia.edu › 46174880 › PANOPTIKUM_COVID_19

<1% - www.merdeka.com › jabar › odp-adalah-orang-dalam

<1% - mulianirahmahpbsi.blogspot.com › 2011 › 10

<1% - www.academia.edu › 24641047

<1% - kediripedia.com › kata-kata-yang-wajib-dipahami-di

<1% - www.wartaekonomi.co.id › apa-itu-karantina-wilayah

<1% - unnes.ac.id › category › berita

<1% - www.facebook.com › permalink

<1% - health.detik.com › berita-detikhealth › d-5016585

<1% - www.academia.edu › 31711886

<1% - www.academia.edu › 11633130 › filsafat_bahasa_dan

<1% - piaget.org › about-piaget

<1% - jabar.tribunnews.com › 2020/10/25 › kebal-inilah

<1% - berkas.dpr.go.id › puslit › files

<1% - katadata.co.id › ekarina › berita

<1% - kumparan.com › nurul-russanah › dampak-sistem

<1% - jurnal.borneo.ac.id › index › borneo_humaniora

<1% - www.researchgate.net › profile › Tubagus-Umar-Syarif

<1% - nanditasw.wordpress.com › 2020/06/25 › pembelajaran

<1% - www.researchgate.net › publication › 347091138

<1% - journal.uniga.ac.id › index › JP

<1% - www.kompasiana.com › srisafitri › 550d7808a333112d1c

<1% - baginory.wordpress.com › tag › tattwa

<1% - iwayanjatiyasatumingal.blogspot.com › 2012 › 05

<1% - www.academia.edu › 30471336 › TEORI_TEORI_DALAM

<1% - saniparwasih.blogspot.com › 2016 › 05

<1% - www.popmama.com › kid › 4-5-years-old

<1% - digilib.uin-suka.ac.id › 30551/1/1520411076_BAB-I_IV-atau

<1% - sinta.ristekbrin.go.id › journals › detail

<1% - portalgaruda.fti.unissula.ac.id

<1% - ummaspul.e-journal.id › Edupsycouns › article

<1% - repository.ihdn.ac.id › repositori › detail

<1% - www.definisi-pengertian.com › 2015 › 10

<1% - blogartayana.wordpress.com › 2017/11/06 › manusia

<1% - eprints.undip.ac.id › 44863 › 3

<1% - www.sacred-texts.com › hin › m12

<1% - jurnalkemanusiaan.utm.my › index › kemanusiaan

<1% - sinta.unud.ac.id › uploads › wisuda

<1% - granthaalayah.com › Articles › Vol5Iss10

<1% - andrianaanita.wordpress.com › 2013/05/21 › peristiwa

<1% - jogja.tribunnews.com › 2020/04/05 › 3-cara-untuk

<1% - m.lampost.co › berita-virus-korona-makna-pandemik

<1% - www.kompas.com › tren › read

<1% - issuu.com › waspada › docs

<1% - farmasetika.com › 2020/01/28 › gambaran-klinis-41

<1% - nasional.kompas.com › read › 2020/03/02

<1% - lipi.go.id › berita › single

<1% - hindu.forumotion.net › t9-mahabharata-ramayana

<1% - text-id.123dok.com › document › ozlmmke6y

<1% - www.universitaspsikologi.com › 2020 › 01

<1% - etheses.uin-malang.ac.id › 1534/6/10410142_Bab_2

<1% - eprints.undip.ac.id › 24783 › 1

<1% - sahabatnestle.co.id › content › kesehatan

<1% - food.detik.com › info-kuliner › d-5045368

<1% - health.detik.com › berita-detikhealth › d-3055912

<1% - pubmed.ncbi.nlm.nih.gov › 32214079