Upload
khangminh22
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Plagiarism Checker X Originality Report
Similarity Found: 7%
Date: Tuesday, September 14, 2021
Statistics: 2275 words Plagiarized / 31056 Total words
Remarks: Low Plagiarism Detected - Your Document needs Optional Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------
COVID - 19: Perspektif Susastra dan Filsafat UU 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta Fungsi
dan sifat hak cipta Pasal 4 Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a
merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi. Pembatasan
Perlindungan Pasal 26 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan
Pasal 25 tidak berlaku terhadap: a. penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau
produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan hanya un tuk
keperluan penyediaan informasi aktual; b.
Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian
ilmu pengetahuan; c. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk
keperluan pengajaran, kecuali pertunjukan dan Fonogr am yang telah dilakukan
Pengumuman sebagai bahan ajar; dan d. penggunaan untuk kepentingan pendidikan
dan pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau
produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogra
m, atau Lembaga Penyiaran.
Sanksi Pelanggaran Pasal 113 1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa
izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f , dan/atau huruf h
untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah). 2.
Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta at au pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau p
idana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). COVID - 19:
Perspektif Susastra dan Filsafat Penulis: Ni Kadek Juliantari , I Ketut Sudarsana , Poniman
Ni Kadek Surpi , Ni Made Ayu Susanthi Pradnya Paramitha Hari Harsananda, Mery
Ambarnuari Ni Wayan Swarniti , R.
Panji Hermoyo Penerbit Yayasan Kita Menulis COVID - 19: Perspektif Susastra dan
Filsafat Copyright © Yayasan Kita Menulis, 20 20 Penulis: Ni Kadek Juliantari, I K etut
Sudarsana, Poniman Ni Kadek Surpi, Ni Made Ayu Susanthi Pradnya Paramitha Hari
Harsananda, Mery Ambarnuari Ni Wayan Swarniti, R. Pa nji Hermoyo Editor: Ida Ayu Gde
Wulandari Cover: Tim K reatif Kita Menulis Penerbit Yayasan Kita Menulis Web:
kitamenulis.id e-mail: [email protected] Kontak WA: +62 8 21-6453-7176 Kata log
Dalam Terbitan Hak cipta d ilindungi undang -undang Dilarang memperbanyak maupun
mengedarkan buku tanpa Ijin tertu lis dari penerb it maupun penulis Ni Kadek Juliantari
., dkk.
COVID -19: Perspektif Susastra dan Filsafat Yayasan K ita M enuli s, 20 20 x; 109 hlm; 16
x 23 cm ISBN: 978-623-6512 -18-0 (cetak) E-ISBN: 978-623-6512 -19-7 (online) Cetakan
1, Juni 2020 I. COVID -19: Perspektif Susastra dan Filsafat II. Yayasan Kita Menulis Kata
Pengantar Om Swastyastu, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas asung kerta waranugraha Beliau, “Book
Chapter: Covid-19 Perspektif Susastra dan Filsafat” dapat selesai dan terbit tepat waktu.
Book chapter ini adalah hasil karya dari rekan-rekan akademisi dan intelektual Hindu
yang memandang pandemi Covid-19 dari perspektif Susastra dan Filsafat Hindu.
Book chapter ini hadir di tengah-tengah pembaca untuk memberikan pandangan dan
wawasan yang dijelaskan melalui perspektif masing-masing penulis sehingga umat
Hindu tidak hanya menanggapi Covid-19 dari perspektif kesehatan, tetapi juga
memperoleh terapi agama dari sastra dan filsafat Hindu untuk menguatkan
iman/sraddha sehingga imunitas tubuh akan m erespon energi positif yang akan
berpengaruh pada kemampuan tubuh untuk melawan penyakit. Pada “Book Chapter:
Covid-19 Perspektif Susastra dan Filsafat” ini menyajikan tulisan terkait pandangan
penulis dari susastra dan filsafat terhadap pandemi Covid-19, di antaranya: 1) Satua Bali
Sebagai Media Memotivasi Belajar Anak Di Masa Belajar Dari Rumah, 2) Literasi Bahasa
Pada Masa Pandemi Covid-19, 3) Pandemic Covid-19 Dalam Pandangan Filsafat
Manusia, 4) Virus Dan Upaya Penganganannya Dalam Literatur Veda, 5) Penguatan
Physical Distancing Melalui Lagu “De Bengkung”, 6) Nyàya Darúana Sebagai Instrumen
Mengatasi Hoaks Dan Kesesatan Berpikir Dalam Kondisi Pandemi Covid-19, 7)
Fenomena Morfologi Pada Berita-Berita Di Cnn Indonesia Mengenai Covid-19: Kajian
Linguistik, 8) Register Bahasa Tentang Wabah Covid -19 Di Media Whatsapp.
Semoga publikasi book chapter ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan para
pembaca. Om Santih, Santih, Santih, Om Denpasar, Juni 2020 Penulisvi COVID-19:
Perspektif Susastra dan Filsafat Kata Sambutan DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN
MASYARAKAT HINDU KEMENTERIAN AGAMA Om Swastyastu, Om Awihnamastu
Namah Siddham, Saya merasa sangat berbahagia untuk turut serta memberikan
sambutan atas terbitnya Book Chapter: Covid-19 Perspektif Susastra dan Filsafat. Seperti
yang telah kita ketahui bersama bahwa penyakit Covid-19 bisa menyerang siapa saja,
dimana saja, dan kapan saja.
Kita juga bisa mendapatkan pelajaran atau hikmah dari kejadian ini bahwa s ebagai
umat Hindu manusia adalah serpihan kecil yang ciptaan-Nya yang memiliki banyak
keterbatasan dan kelemahan. Manusia yang memiliki Tri Pramana yang dianggap lebih
unggul dari dua ciptaan lainnya, harus menyadari akan keterbatasan yang dimiliki dan
kembali berserah diri kepada Ida Sang Hyang Widhi bahwa Beliau adalah pengada dari
yang ada. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa berbagai pandangan tentang
Covid-19 dari pespektif kesehatan telah banyak memberikan kita gambaran upaya
pencegahan dan penanggulangannya dengan harapan dapat mempercepat dan
memutus rantai penyebaran Covid-19.
Pada kesempatan terbitnya book chapter ini, saya menyambut baik bahwa para
akademisi Hindu turut andil dalam memberikan pandangannya tentang Covid-19
perspektif susastra dan filsafat Hindu. Kita menyadari bahwa sebagai umat beragama,
khususnya agama Hindu, meyakini adanya alam sekala dan niskala. Sebuah bencana,
musibah, penyakit dianggap sebagai suatu ketidakseimbangan antara dunia
mikrokosmos dan makrokosmos. Oleh karena itu, manusia patut menjaga
keseimbangan dalam diri maupun alam dengan berbagai cara.
Salah satu cara yang bisa digunakan untuk menjaga keseimbagan alam dan diri adanya
menguatkan keyakinan dan keimanan atau sraddha sehingga manusia tidak berperilaku
di luar norma agama. Manusia juga bisa memproteksi diri di tengah pandemi Covid-19
dengan membaca sastra- sastra Hindu dan filsafat Hindu. Dengan membaca
sastra-sastra Hinduviii COVID-19: Perspektif Susastra dan Filsafat dan filsafat Hindu akan
memberikan vibrasi positif ke dalam diri sehingga imunitas atau kekebalan tubuh dalam
melawan penyakit dapat terjaga.
Saya ucapkan selamat atas terbitnya Book Chapter: Covid-19 Perspektif Susastra dan
Filsafat. Semoga publikasi dari para akademisi dan intelektual ini dapat memberikan
pandangan dan wawasan para masyarakat di seluruh Indonesia. Harapan saya adalah
agar dengan terbitnya book chapter ini dapat menjadi momentum kita bersama untuk
bersama-sama memutus mata rantai penyebaran Covid-19 mulai dari diri sendiri, mulai
Berdamai dengan Covid-19 dan tetap menjaga protokol kesehatan, baik kesehatan
jasmani dan rohani. Saya juga berharap agar momentum ini nantinya diikuti oleh para
akademisi dan inteletual Hindu lainnya untuk bersama-sama memberikan khazanah
dengan topik yang berbeda sehingga terwujud umat yang cerdas spiritual dan
pengetahuan.
Demikian sambutan yang dapat saya sampaikan. Sekali lagi saya ucapkan selamat
kepada para penulis dan kepada para pembaca yang budiman semoga book chapter ini
dapat memberikan manfaat. Sebagai akhir kata, saya tutup dengan mengucapkan
parama santih. Om Siddhirastu Tathastu Astu Svaha Om Santih, Santih, Santih, Om
Daftar Isi Kata Pengantar ................................ ................................ ................................ .. v Kata
Sambutan ................................ ................................ ................................ .. vii Daftar Isi
................................ ................................ ................................ ............ ix Literasi Bahasa pada Masa
Pandemi Covid -19 Ni Kadek Juliantari ................................
................................ ........................... 1 Satua Bali Sebagai Media Memotivasi Belajar Anak di
Masa Belajar dari Rumah I Ketut Sudarsana ................................ ................................
.............................. 19 Pandemic Covid -19 dalam Panda ngan Filsafat Manusia Poniman
................................ ................................ ................................ ............. 33 Virus dan Upaya
Penganganannya dalam Literatur Veda (Refleksi Pengetahu an Veda Guna Membangun
Resiliensi Pada Pandemik Global Covid -19) Ni Kadek Surpi ................................
................................ ................................
. 41 Penguatan Physical Distancing Melalui Lagu “de bengkung” (Sebuah Ti njauan
Psikologi Sastra) Ni Made Ayu Susanthi Pradnya Paramitha ................................ .................... 59
Nyàya Darsana Sebagai Instrumen Mengatasi Hoa ks dan Kesesatan Berpikir dalam
Kondisi Pandemi Covid -19 Hari Harsananda, Mery Ambarnuari ................................
............................... 79 Fenomena Morfologi pada Berita -Berita di CNN Indo nesia
Mengenai Covid -19: Kajian Linguistik Ni Wayan Swarniti ................................
................................ ...........................
93 Register Bahasa Tentang Wabah Covid -19 di Media Whatsapp R. Panji Hermoyo
................................ ................................ ............................. 101 x COVID -19: Perspektif Susastra
dan Filsafat Literasi Bahasa pada Masa Pandemi Covid - 19 Ni Kadek Juliantari STKIP
Agama Hindu Amlapura PENDAHULUAN Perkembangan bahasa pada umumnya
dipengaruhi oleh konteks dan situasi di masyarakat. Tidak mengherankan jika suatu
ketika ada istilah -istilah yang lazim digunakan, kemudian pada waktu yang lain, istilah
-istilah itu tidak lagi digunakan. Hal ini tidak terlepas dari aspek fungsional suatu
bahasa.
Bahasa (beserta beragam istilah yang muncul) akan digunakan ketika situasi menuntut
penggunaan istilah tersebut. Namun, jika situasinya sudah lain dan tidak lagi menuntut
penggunaan istilah itu, maka suatu istilah tidak lagi digunakan. Melihat kenyataan
bahwa bahasa berkembang secara dinamis mengikuti situasi dan kondisi zaman, serta
sesuai dengan budaya masyarakat, maka dalam hal inilah diperlukan literasi bahasa.
Literasi adalah istilah umum yang merujuk pada seperangkat kemampuan dan
keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan
memecahkan masalah pada tingkat ke ahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan
sehari -hari (ELINET, 2016).
Literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa (Kern, 2000), karena
pengembangan literasi apapun senantiasa membutuhkan bahasa sebagai medianya.
Dengan demikian, literasi dan bahasa tersebut berkaitan erat. Literasi bahasa yang
dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan seseorang memproduksi, menggunakan,
dan memahami bahasa secara tepat (Hafner, Chik & Jones. 2015). Produksi bahasa,
penggunaan, dan pemahamannya sendiri tidak dapat dilepaskan dari konteks kebaha
saan yang ada.
Konteks2 COVID -19: Perspektif Susastra dan Filsafat inilah yang dapat melahirkan kata
-kata baru atau istilah -istilah baru dalam bahasa dan kegiatan berbahasa. Konteks
kebahasaan yang tercipta akhir -akhir ini yang hampir terjadi di seluruh belahan dunia
adalah pandemi Corona Virus Dise ase 2019 (Covid -19). Situasi tersebut sangat
memberatkan dan menakutkan bagi seluruh masyarakat dunia, termasuk pula di
Indonesia. Namun, di balik ketakutan dan kekhawatiran secara psikologis tersebut,
ternyata membawa dampak yang berarti pada perkembangan berbagai istilah dalam
dunia kebahasaan atau linguistik.
Berbagai istilah yang sebelumnya tidak terlalu populer di tengah - tengah masyarakat,
kini tiba -tiba istilah -istilah tersebut menjadi sangat familiar didengar dan digunakan
oleh berbagai lapisan masya rakat. Di samping itu, berbagai istilah dan singkatan baru
juga bermunculan sebagai tambahan khasanah kebahasaan pada masa pandemi Covid
-19. Kata singkatan ialah kata yang dibuat dengan cara menyingkat kata atau gabungan
kata dalam tuturan. Gejala kata sin gkatan ini sangat merasuk dalam pemakaian bahasa
Indonesia sehingga sering menimbulkan kekurangpahaman makna terhadap bentuk
singkatan itu jika yang bersangkutan tidak mengikuti perkembangannya dan termasuk
pula tidak mengetahui konteksnya.
Kata singkatan dalam bahasa Indonesia sudah banyak jumlahnya, baik singkatan dengan
abreviasi (pemendekan bentuk sebagai pengganti bentuk yang lengkap) maupun
dengan akronim. Akan tetapi, kehadiran singkatan banyak pula yang mempertanyakan
karena di antara singkatan ters ebut mengandung hal negatif. Maksudnya, singkatan
tersebut kurang populer sehingga tidak diketahui oleh pemakai bahasanya, sistem
singkatan belum jelas (banyak yang membuat singkatan berdasarkan selera/kehendak
hatinya), banyak singkatan yang sama untuk ma kna yang berbeda sesuai dengan ruang
lingkup pembicaraan, dan hal lainnya. Kesulitan dan kerumitan singkatan bagi penutur
bahasa Indonesia memang sudah dirasakan. Bahkan banyak anggota masyarakat yang
kurang memahami bahwa kata yang dipakainya itu berupa s ingkatan.
Pramuka, monas, misalnya, yang sesungguhnya kedua kata itu merupakan akronim dari
Praja Muda Karana (Pramuka) dan Monumen Nasional (Monas). Oleh karena itu,
kehadiran singkatan itu dapat membingungkan pemakai bahasa. Walaupun demikian,
tidaklah b erarti bahwa tidak setuju dengan kehadiran singkatan. Akan tetapi, singkatan
yang berpola dan bersistemlah yang diinginkan sehingga tidak mengganggu kelancaran
dalam berbahasa Indonesia.Literasi Bahasa pada Masa Pandemi Covid -19 3
Kemunculan kata -kata baru itu, dilihat dari segi kebahasaan dapat men ambah
kekayaan pembendaharaan kata, setidak -tidaknya untuk kalangan masyarakat
pengguna bahasa tersebut.
Beberapa kata mungkin sudah meluas, tidak hanya pada kalangan masyarakat tertentu,
tetapi meluas kepada kalangan masyarakat lainnya. Tidak bisa dipungk iri, akronim itu
menggambarkan keuntungan ekonomi dalam bahasa. Akan tetapi, di sisi lain juga
menambah beban bangsa Indonesia untuk belajar lebih banyak kosakata asing. Bahkan
ada yang menganggapnya sebagai gejala kemalasan karena segala sesuatu bentuk
bahasa yang disampaikan dipersingkat. Dari segi sosiolinguistik, gejala bahasa ini
berkaitan dengan kelompok sosial tertentu dalam masyarakat kita, yaitu kelompok
pejabat pemerintahan.
Karena singkatan seperti itu muncul dari penguasa, akronim -akronim itu me njadi istilah
formal dan dianggap baku. Kita sudah mengetahui, kebakuan itu dapat menimbulkan
kekakuan, dan bahkan bisa menimbulkan arus penyimpangan. Arah menuju kebakuan
diikuti dengan arah yang menjauhi kebakuan. Semasa pandemi Covid -19 ini, tidak
hanya istilah -istilah atau singkatan dalam bahasa Indonesia yang bermunculan, tetapi
juga istilah -istilah dan singkatan dalam bahasa Inggris, bahkan juga dalam bahasa Bali.
Berbagai istilah dan singkatan yang bermunculan tersebut harus dipahami secara tepat
ole h seluruh masyarakat. Di sinilah penting bagi masyarakat untuk memiliki literasi
bahasa yang memadai dalam berbagai konteks. Sebagai contoh, masyarakat sudah
sangat familiar dengan singkatan PMI yang mengacu pada Palang Merah Indonesia.
Namun, pada masa pa ndemi Covid -19 ini, penggunaan singkatan PMI tersebut
dominan mengacu pada Pekerja Migran Indonesia. Demikian pula halnya dengan
singkatan PKM, yang bagi kalangan akademik singkatan tersebut bisa mengacu pada
Pengabdian kepada Masyarakat dan bisa pula mengacu pada Program Kreativitas
Mahasiswa.
Kini, pada masa pandemi, PKM mengacu pada hal lain, yakni Pembatasan Kegiatan
Masyarakat. Beberapa contoh tersebut menguatkan bahwa literasi bahasa yang
menyangkut pemahaman terhadap teks dan konteks kebahasaan sanga t diperlukan
untuk mendapatkan pemahaman secara utuh terkait wacana/informasi yang dibaca
ataupun didengar (Edzan, 2008; Gunawardena, 2017). Pada akhirnya, semua hal tersebut
akan mengarah pada kompetensi komunikatif dan literasi dalam berbahasa. Di sampi ng
itu, beberapa gejala kebahasaan yang muncul semasa pandemi Covid -19 juga
menunjukkan kreativitas berbahasa.
Kreativitas berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk memproduksi dan
menggunakan bahasa secara kreatif untuk tujuan4 COVID -19: Perspektif Susastra dan
Filsafat tertentu (Carter, 2004; Cremin & Maybin, 2013). Kreativitas berbahasa dapat
diekspresikan melalui permainan bahasa yang dilakukan (Widdowson, 2008), melalui
pilihan kata atau istilah, dan bahkan kreativitas bisa dilakukan melalui memelesetkan
istilah/singkatan tertentu sehingga a cuannya menjadi lain, tetapi masih dapat ditelusuri
maksudnya berdasarkan konteks yang jelas.
Berkenaan dengan uraian di atas, pada bagian selanjutnya diulas mengenai istilah
-istilah dan singkatan yang bermunculan pada masa pandemi Covid -19, baik dalam
bahasa Indonesia, bahasa Inggris, maupun bahasa Bali. Ulasan ini bermanfaat untuk
pengembangan pembelajaran bahasa sesuai dengan konteks masa kini yang sedang
dilanda oleh Covid -19. PEMBAHASAN Singkatan adalah salah satu hasil proses
pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf
maupun yang tidak dieja huruf demi huruf.
Singkatan juga dapat diartikan sebagai bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu
huruf atau lebih. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik. Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan,
badan/organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis
dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau
lebih diikuti satu tanda titik. Akan tetapi, singkatan umum yang hanya terdiri atas dua
huruf diberi tanda titik setelah masing -masing huruf.
Lambang kimia, singkatan satuan ukur, takaran, timbangan, dan mata uang asing tidak
diikuti tanda titik. 1. Singkatan yang dieja menurut huruf pembentuknya atau inisialisme.
Pada masa pandemi Covid-19 ini, singkatan-singkatan yang dieja huruf demi huruf
tersebut diproduksi sesuai konteks pandemi Covid- 19. Singkatan ini terdiri atas huruf
besar. Huruf besar yang dijadikan pola singkatan tersebut adalah huruf-huruf awal kata.
Pada singkatan ini tidak diperlukan tanda titik.
Contoh singkatan yang telah umum ada dan masih produktif digunakan oleh
masyarakat dalam komunikasi di antaranya adalah APBN /a-pe-be-en/ (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara), BBM /be-be-em/ (Bahan BakarLiterasi Bahasa pada
Masa Pandemi Covid -19 5 Minyak), SLI /es-el-i/ (Sambungan Langsung Internasional),
PT /pe- te/ (Perseroan Terbatas), WNA /we-en-a/ (Warga Negara Asing). Singkatan ini
masih sangat produktif digunakan dalam bahasa Indonesia. 2. Singkatan pada gelar
kesarjanaan dan sapaan terdiri atas huruf awal kata atau dapat pula berbentuk akronim.
Tanda titik digunakan pada setiap huruf besar hasil singkatan. Contoh singkatan jenis ini
di antaranya sebagai berikut: S.H.
/es-ha/ (Sarjana Hukum), S.Psi. /es- psi/ (Sarjana Psikologi), M.M. /em-em/ (Magister
Manajemen), S.Ag. /es-a-ge/ (Sarjana Agama), K.H. /ka-ha/ (Kyai Haji), R.A. /er-a/ (Raden
Ajeng). 3. Singkatan yang terdiri atas huruf-huruf kecil yang berasal dari huruf awal kata,
dalam pembentukannya harus digunakan tanda titik di antara huruf-huruf pembentuk
singkatan itu. Contohnya sebagai berikut: a.n. /a-en/ (atas nama), d.a. /de-a/ (dengan
alamat), u.p. /u-pe/ (untuk perhatian), a.l. /a-el/ (antara lain). Beberapa di antaranya
sudah tidak produktif lagi digunakan. 4.
Singkatan yang terdiri atas huruf-huruf kecil, yang dibentuk dari huruf-huruf awal
umumnya terdiri atas tiga huruf kecil dan dibubuhi tanda titik pada akhir singkatan.
Contohnya sebagai berikut: dll. /de- el-el/ (dan lain-lain), dsb. /de-es-be/ (dan
sebagainya), dkk. /de-ka-ka/ (dan kawan-kawan), ybs. /ye-be-es/ (yang bersangkutan),
tsb. /te-es- be/ (tersebut). 5. Pola singkatan yang berkaitan dengan lambang kimia,
ukuran, timbangan, dan besaran tidak menggunakan tanda titik. Contohnya sebagai
berikut: Rp (rupiah), cm (sentimeter), kg (kilogram), MHz (megahertz), Ca (kalsium). 6.
Singkatan huruf dan angka (numeronim) terdiri atas huruf dan angka, yang
melambangkan jumlah huruf.
Contohnya sebagai berikut: P2KP (atau PPKP - Program Penanggulangan Kemiskinan di
Perkotaan), P3AD (atau PPPAD - Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat), P3DT (atau
PPPDT - Proyek Peningkatan Pembangunan Desa Tertinggal), P3GB (atau PPPGB - Pusat
Pengembangan Pendidikan6 COVID -19: Perspektif Susastra dan Filsafat Guru Bahasa),
P4 (atau PPPP - Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila), P3K (atau PPPK –
Pertolongan Pertama Penderita Kecelakaan). Singkatan yang terdiri atas huruf dan
angka, yang melambangkan tanggal/tahun, contohnya sebagai berikut: UUD45 (atau
UUD 1945 - Undang Undang Dasar (tahun) 1945), G- 30S/PKI (atau G30S - Gerakan 30
September).
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata, ataupun huruf
dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. Akronim nama diri yang
berupa gabungan huruf awal dari deret k ata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Akronim yang bukan nama diri
yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun h uruf dan suku kata dari deret kata
ditulis seluruhnya dengan huruf kecil. Akronim dieja menurut suku katanya.
Akronim yang unsur -unsurnya terdiri atas huruf -huruf besar yang diambil dari huruf
-huruf awal kata, contohnya sebagai berikut: ABRI /a -bri/ (Angka tan Bersenjata
Republik Indonesia), ASI /a -si/ (Air Susu Ibu), HUT /hut/ (hari ulang tahun), PAM /pam/
(perusahaan air minum), SIM /sim/ (Surat Izin Mengemudi). Akronim ini sangat produktif
digunakan dalam bahasa Indonesia. Unsur pembentuk yang bukan hanya huruf pertama
kata saja, pada umumnya disusun sedemikian rupa dengan tujuan yang sama) sehingga
bisa dieja sebagai akronim, bukan singkatan.
Contohnya sebagai berikut: MURI /mu-ri/ (Museum Rekor Indonesia), WALHI /wal -hi/
(Wahana Lingkungan Hidup Indonesi a), WITA /wi -ta/ (Waktu Indonesia Tengah) untuk
membedakan dengan WIT /wit/ (Waktu Indonesia Timur). Akronim sering tetap ditulis
dengan huruf kapital, walaupun untuk yang bersuku lebih dari dua sering dijumpai
ditulis dalam bentuk non -kapital, seperti Wal ubi /wa -lu-bi/ (Wali Umat Buddha
Indonesia). Akronim dari nama badan atau nama diri terdiri atas huruf -huruf bagian
kata yang membentuk singkatan itu. Singkatan ini dilafalkan sebagai sebuah kata,
sehingga disebut akronim. Huruf awal akronim ditulis dengan huruf besar.
Contohnya sebagai berikut: Bappenas /ba -pe-nas/ (Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional), Depdiknas /dep -dik-nas/ (Departemen Pendidikan Nasional), Bakin /ba -kin/
(Badan Koordinasi Intelijen Negara), Kapolri /ka - pol-ri/ (Kepala Kepolisian Rep ublik
Indonesia), Wagub /wa -gub/ (Wakil Gubernur). Akronim jenis ini sangat produktif
digunakan dalam bahasaLiterasi Bahasa pada Masa Pandemi Covid -19 7 Indonesia.
Akronim yang seluruhnya ditulis dengan huruf kecil, contohnya sebagai berikut: tilang
(bukti pelanggaran), rudal (peluru kendali), sosbu d (sosial budaya), toserba (toko serba
ada), pemilu (pemilihan umum).
Akronim ini juga sangat produktif digunakan dalam bahasa Indonesia. Beberapa
singkatan dan akronim yang diuraikan di atas telah umum atau familiar bagi masyarakat
Indonesia. Namun, semas a pandemi Covid -19, ada berbagai singkatan yang
bermunculan terkait dengan situasi dan kondisi pandemi Covid -19 yang dialami oleh
bangsa Indonesia. Singkatan tersebut tidak hanya singkatan dalam bahasa Indonesia,
tetapi juga singkatan dalam bahasa Inggris dan bahasa Bali. Singkatan dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris mengacu pada konteks yang sesungguhnya yang melekat
pada singkatan itu.
Akan tetapi, singkatan dalam bahasa Bali merupakan pelesetan - pelesetan dari
singkatan -singkatan terkait Covid -19 ya ng telah ada dalam bahasa Indonesia. Berikut
contohnya. Singkatan dalam bahasa Indonesia ABK : Anak Buah Kapal APD : Alat
Pelindung Diri BLT : Bantuan Langsung Tunai ODP : Orang Dalam Pemantauan OTG :
Orang Tanpa Gejala PDP : Pasien Dalam Pengawasan PKM : Pembatasan Kegiatan
Masyarakat PKM : Pelayanan Kesehatan Masyarakat8 COVID -19: Perspektif Susastra dan
Filsafat PKMBB : Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berskala Besar PKP : Pelayanan
Kesehatan Perorangan PMI : Pekerja Migran Indonesia PSBB : Pembatasan Sosial
Berskala Besar UKM : Upaya Kesehatan Masyarakat UKP : Upaya Kesehatan Perorangan
Singkatan dalam bahasa Inggris WFH : Work From Home LFH : Learning From Home
PFH : Pray From Home PCR : Polymerase Chain Reaction SARS Severe Acute Respiratory
Syndrome Singkatan dalam bahasa Bali BLT : Bantuan Lambat Teka PKM : Pasti Kal
Makenta PKM : Pasti Kuangan MakanLiterasi Bahasa pada Masa Pandemi Covid -19 9
PSBB : Pang Sepalan Barengan Bangka Variasi singkatan dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Bali ODP : Onyang Dibuat Panik Berdasarkan singkatan dalam tiga bahasa di atas
dapat diketahui bahwa pada dasarnya bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Bali
memiliki keserupaan dalam pembuatan singkatan yang hanya mengambil huruf depan
dari setiap kata yang disingkat tersebut.
H al ini menunjukkan adanya kesemestaan dalam bahasa. Menurut teori kesemestaan
linguistik (bahasa), pada dasarnya setiap bahasa memiliki sejumlah karakteristik yang
bersifat universal. Universal di sini dipahami, diterima, disepakati, dan berlaku bagi
masya rakat penutur bahasa itu. Oleh karena itu, dengan kesemestaan suatu bahasa, hal
itu memungkinkan masyarakat penutur menggunakan bahasa tersebut untuk berbagai
fungsi. Kesemestaan dalam suatu bahasa, mutlak adanya. Jika suatu bahasa memiliki
tingkat kesemes taan rendah, ia juga memiliki tingkat kebakuan yang rendah. Akibatnya,
ia akan sulit dipahami dan diterima oleh banyak penuturnya.
Kemudian bahasa itu lama -kelamaan akan ditinggalkan oleh penuturnya. Kesemestaan
dalam bahasa dapat dilihat berdasarkan tiga unsur kesemestaan, yakni aturan
gramatika, aturan fonologi, dan aturan semantik. Berdasarkan teori kesemestaan bahasa,
kata singkatan tersebut berada pada lingkup kesemestaan gramatika atau tatabahasa
dalam penyusunan singkatan. Beberapa singkatan dalam ba hasa Indonesia yang
mengacu pada makna atau acuan yang sebenarnya terkait dengan topik pandemi Covid
-19 di antaranya adalah ABK, APD, BLT, ODP, OTG, PDP, PKM (Pembatasan Kegiatan
Masyarakat), PKM (Pelayanan Kesehatan Masyarakat), PKMBB, PKP, PMI, PSBB, UKM ,
dan UKP, serta satgas (satuan gugus tugas).
Beberapa singkatan dalam bahasa Inggris yang mengacu pula pada makna atau acuan
yang sebenarnya terkait Covid -19 di antaranya adalah WFH, LFH, PFH, PCR, dan SARS,
termasuk pula Covid -19 (Corona Virus Disease 20 19). Namun, tampak kreatif singkatan
yang muncul dalam konteks dan latar belakang masyarakat Bali. Kreativitas berbahasa
yang ditunjukkan tersebut dapat dilihat dari singkatan yang diciptakan (mungkin lebih
tepatnya adalah singkatan yang telah ada dibuat k epanjangannya).
Singkatan -singkatan tersebut dipelesetkan10 COVID -19: Perspektif Susastra dan
Filsafat dengan menggunakan bahasa Bali, sehingga acuan singkatan tersebut berbeda
dari acuan semula yang berbahasa Indonesia. Sebagai contoh, BLT yang sesungguhnya
adalah singkatan dari Bantuan Langsung Tun ai, ternyata dipelesetkan menjadi Bantuan
Lambat Teka disingkat juga sama BLT. PKM yang merupakan singkatan dari Pembatasan
Kegiatan Masyarakat, kemudian dipelesetkan menjadi Pasti Kal Makenta atau Pasti
Kuangan Makan.
PSBB yang sesungguhnya singkatan dari Pembatasan Sosial Berskala Besar dipelesetkan
menjadi Pang Sepalaan Barengan Bangka. Kemunculan singkatan yang diplesetkan
tersebut bukan tanpa alasan yang jelas. Setiap bahasa pasti diproduksi dan digunakan
sesuai konteksnya masing - masing. Demikian pula pemahaman yang ditimbulkan
sebagai akibat digunakannya suatu istilah atau singkatan tersebut juga dapat dipahami
dari konteks sosial yang ada. Dalam situasi pandemi Covid -19 yang melanda Indonesia
memang berbagai masalah atau dampak pengiring dirasakan ole h masyarakat.
Tidak hanya masalah kesehatan yang menjadi fokus utama, tetapi juga masalah sosial,
ekonomi, dan masalah -masalah psikologis lainnya. Misalnya saja terkait bantuan yang
seharusnya disalurkan oleh pemerintah pusat ataupun daerah yang berupa Ban tuan
Langsung Tunai (BLT). Namun, kenyataan yang dihadapi oleh masyarakat bantuan
tersebut tidak kunjung datang atau terlambat diterima oleh masyarakat.
Dengan demikian, sebagai bentuk ekspresi kekecewaan masyarakat terhadap bantuan
yang tidak kunjung dite rimanya adalah membuat pelesetan BLT menjadi Bantuan
Lambat Teka (yang dalam bahasa Indonesia diartikan bantuan yang lambat datang).
Padahal masyarakat miskin dan kurang mampu sudah kian menjerit dan berharap
bantuan segera datang. Hal lain juga tampak pad a singkatan PKM (Pembatasan
Kegiatan Masyarakat). Warga merasa dengan adanya pembatasan kegiatan masyarakat
menimbulkan gerak yang terbatas pula dalam mengais rejeki.
Jika rejeki atau nahkah harian tersebut tidak diperoleh akibat adanya pembatasan
kegiatan masyarakat (PKM), tentu masyarakat yang terdampak tidak akan mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya, terutama untuk makan sanak keluarganya. Oleh karena
itu, sebagai bentuk respon terhadap pembatasan kegiatan masyarakat (PKM) tersebut,
masyarakat justru memele setkan singkatan PKM yang semula mengacu pada
pembatasan kegiatan masyarakat menjadi Pasti Kal Mekenta (PKM) atau Pasti Kuangan
Makan (PKM).Literasi Bahasa pada Masa Pandemi Covid -19 11 Selain itu, hal serupa
juga tampak pada singkatan PSBB yang semula mengacu pada pembatasan sosial
berskala besar.
D engan adanya pembatasan sosial berskala besar, gerak laku masyarakat dalam
beraktivitas dibatasi dan pergerakan perekonomian masyarakat juga terbatas. Hal itu
berdampak secara luas sehingga banyak orang yang merasakan kesulitan dalam bidang
perekonomian. A tas dasar itu, sebagai bentuk kekecewaan atas kebijakan yang
diberlakukan, masyarakat memelesetkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar)
menjadi Pang Sepalaan Barengan Bangka (PSBB). Artinya, biar saja sekalian meninggal
bersama -sama. Ada yang meninggal karena terinveksi Covid -19 dan ada yang
meninggal karena kelaparan. Pada akhirnya, mereka akan sama -sama meninggal juga.
Demikian pula halnya dengan ODP yang mengacu pada orang dalam pemantauan.
Munculnya orang -orang yang berstatus ODP di sekitar masyarakat sangat merisaukan
warga sekitar. Tidak hanya warga yang risau, tetapi juga orang yang diberikan status
ODP tersebut. Oleh karena itu, singkatan ODP (orang dalam pemantauan) dipelesetkan
menjadi onyang dibuat panik (ODP). Onyang dibuat panik meru pakan perpaduan
antara bahasa Indonesia dan bahasa Bali. Onyang (kosakata bahasa Bali) artinya
semuanya. Dengan demikian, onyang dibuat panik artinya semuanya dibuat panik
dengan adanya pemberian status ODP kepada warga masyarakat. Selain dipelesetkan ke
d alam bahasa Bali, singkatan terkait dengan Covid -19 juga ada yang dipelesetkan
dalam bahasa Indonesia.
Singkatan yang dimaksud adalah PKM yang mengacu pada pembatasan kegiatan
masyarakat dipelesetkan menjadi pembuat kerumunan massa. Pelesetan itu muncul ka
rena kenyataan yang dilihat oleh masyarakat ketika PKM dilaksanakan dan pada
beberapa titik ada penjagaan yang ketat untuk memantau pergerakan orang atau
massa, ternyata justru menimbulkan kerumunan massa dalam wujud kemacetan pada
beberapa titik pos penja gaan tersebut. Oleh karena itu, PKM yang semula mengacu
pada pembatasan kegiatan masyarakat dipelesetkan menjadi pembuat kerumunan
massa (PKM).
Bagi Wittgenstein, sebuah tanda menjadi hidup atau menjadi bermakna justru dalam
pengunaannya (Hidayat, 2009). J ika tanpa konteks yang jelas, singkatan -singkatan
tersebut tidak akan dapat dipahami secara jelas. Makna kata ataupun kalimat dapat
dipahami sesuai pengunaannya dalam konteks komunikasi. Oleh krena itu, Wittgenstein
menyarankan agar pemahaman terhadap baha sa bisa diperoleh secara optimal, bahasa
harus dianalisis berdasarkan pengunaannya dalam konteks -konteks tertentu (meaning
is use).12 COVID -19: Perspektif Susastra dan Filsafat Hal ini menjadi semakin
mengguatkan bahwa kehadiran konteks yang jelas akan mampu memudahkan
seseorang dalam memahami teks a taupun wacana dalam berbahasa (Ranawake &
Wilson, 2016).
Ungkapan Heraklitus (544 -484 SM) seorang filosof Yunani sebelum Aristoteles adalah
semua yang ada di dunia ini senantiasa berubah. Perubahanlah yang abadi sepanjang
masa. Yang berubah itu bukan hanya alam, tetapi juga pikiran manusia. Kasus ini seperti
ya ng terjadi pada Wittgenstein (1889 -1951). Dalam periode sebelum tahun 1930
Wittgenstein berpijak pada atomisme logis Russell dan neopositivisme dari Lingkaran
Wina. Selanjutnya pada periode Tractatus, Wittgenstein berpendapat bahwa hanya
pernyataan -pernyat aan deskriptif yang mempunyai arti (meaning is picture).
Namun, dalam periode Philosophical Investigations (Wittgenstein II), ia menentang
terhadap apa yang telah diuraikan dalam tractatus itu. Ia berpendapat bahwa arti suatu
pernyataan sangat bergantung p ada pemakaian jenis bahasa tertentu, meaning is use
(Hidayat, 2009). Hal ini bisa terjadi karena bahasa memiliki banyak fungsi. Kemudian,
salah satu temuan Wittgentein II yang sangat menggoncangkan dunia filsafat adalah
apa yang dinamakan “Language Games” atau permainan tatabahasa. Gagasan ini
muncul tidak secara langsung, tetapi pada saat ia menonton pertandingan sepak bola.
Menurutnya, tidak hanya sepak bola yang merupakan permainan. Inti gagasan dari
“language games” adalah bahwa suatu jenis bahasa terte ntu terdiri atas kata -kata dan
tata aturan pemakaiannya. Dengan menggunakan bahasa, kita seolah -olah melakukan
bermacam -macam permainan. Dalam sebuah permainan ada aturan. Demikian pula
dalam berbahasa pun ada aturannya. Kita sering menemukan penggunaan ka ta-kata
dalam kehidupan sehari -hari yang mengandung banyak arti. Satu kata bisa dipakai
dalam berbagai fungsi.
Dalam permainan bahasa, meskipun ditemukan ada kemiripan dalam bentuk atau
ungkapan dipergunakan dalam kondisi yang berbeda tetapi bukan berarti mengandung
makna yang sama. Sama halnya dengan berbagai singkatan yang bermunculan pada
masa pandemi Covid -19 ini yang disertai dengan kemunculan pelesetan -pelesetannya
sehingga jika tidak dipahami konteksnya, masyarakat bisa salah mengartikan singkatan
tersebut. Hidayat (2009) menguraikan pendapat Wittegenstein bahwa arti suatu
penyataan sangat bergantung pada pemakaian jenis bahasa tertentu (meaning is use),
karena bahasa memiliki banyak fungsi.
Menurut Wittegenstein bahasa mempunyai bermacam -macam penggu naan dan kita
perlu menyeledikiLiterasi Bahasa pada Masa Pandemi Covid -19 13 bagaimana kata
-kata kunci dan ekspresi -ekspresi berfungsi dalam bahasa. Dalam penggunaan bahasa
sehari -hari, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yakni bahasa dan logika. Logika bisa
dimunculkan dari konteks yang jelas. Dengan menggunakan bahasa, sesungguhnya kita
sedang berada dalam sebuah permainan, yakni bermain dengan bermacam -macam
pilihan bahasa.
Dalam permainan bahasa, kata -kata bisa dipakai untuk memerintah, menjelaskan suatu
persoalan, bertanya, dan lain -lain, bahkan bertujuan untuk mengelabuhi atau
mengaburkan makna semula, seperti pada pelesetan -pelesetan singkatan di atas.
Semua hal itu mengacu pada kreativitas berbahasa dalam konteks bahasa sehari -hari
(Maybin & Swann, 2007). Selain berbagai jenis singkatan di at as, pada masa pandemi
Covid -19 ini juga bermunculan berbagai istilah baru (memang betul -betul baru atau
baru digunakan dan dipopulerkan), baik istilah dalam bahasa Indonesia maupun istilah
dalam bahasa Inggris.
Berikut contohnya. Istilah dalam bahasa Indo nesia : Endemi : Penyakit yang menyerang
lingkup yang lebih kecil dibandingkan pandemi, misalnya hanya dialami di satu negara,
tidak meluas ke negara lainnya. Epidemi : Penyakit menular yang berjangkit dengan
cepat di daerah yang luas dan menimbulkan banyak korban Isolasi mandiri : Tetap
berada di rumah saja dan tidak bepergian ke tempat umum hingga hasil uji
laboratorium keluar Karantina wilayah : Penerapan karantina terhadap suatu daerah atau
wilayah tertentu dalam rangka mencegah perpi ndahan orang, baik masuk maupun
keluar wilayah tersebut untuk tujuan tertentu yang mendesak.
Pandemi : Epidemi penyakit yang penyebarannya terjadi secara luas atau wabah yang
berjangkit serempak di mana -mana (dalam jangkauan geografis yang luas)14 COVID
-19: Perspektif Susastra dan Filsafat Positif : Ditemukannya virus corona pada tubuh
manusia Satgas Gotong Royong : Satuan gugus tugas yang dijalankan berdasarkan asas
kegotongroyongan Transmisi lokal : Kasus penyebaran Covid -19 yang terjadi di antara
orang - orang lokal yang tidak pernah punya riwayat perjalanan ke luar negeri Istilah
dalam bahasa Inggris : Covid -19 : Corona Virus Disease tahun 2019 Droplet Percikan
liur/lendir dari bersin/batuk Flattening the curve : Pelandai kurva yang mengacu pada
maksud memperlambat penularan Covid -19 Herd immunity : Kekebalan kelompok yang
tercapai bila beberapa orang dalam komunitas tahan terhadap serangan virus Imported
cased : Kasus impor yang merupakan kasus Covid -19 yang dibawa oleh orang -orang
yang terpapar Covid -19 di luar negeri Local transmition : Kasus penyebaran Covid -19
yang terjadi di antara orang - orang lokal yang tidak pernah punya riwayat perjalanan ke
luar negeri Lockdown : Mengunci akses masuk dan keluar pada suatu wilayah atau
negara disertai sanksi tegas.
New normal : Beradaptasi dengan cara baru dan menjadikan gaya hidup sehat sebagai
kebiasaan agar dapat menekan Covid -19Literasi Bahasa pada Masa Pandemi Covid -19
15 Panic buying : Membeli sesuatu (terutama bahan pokok/sembako) dalam situasi
panik, sehingga menimbulkan perilaku membeli sesuatu dalam kapa sitas yang melebihi
kebutuhan Phisycal distencing : Pembatasan fisik dengan tidak melakukan sentuhan fisik
antara yang satu dan yang lainnya untuk menekan penyebaran Covid -19, misalnya tidak
berjabat tangan. Rapid test : Metode skrining awal untuk mendet eksi antibodi, yaitu
IgM dan IgG yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus corona.
Social distencing : Pembatasan sosial untuk meminimalkan kontak langsung dengan
orang lain dan harus jaga jarak sosial yang mengandung maksud membatasi interaksi
sosial dengan sesama. Jika pun harus melakukan interaksi harus diatur jarak aman untuk
berkomunikasi, misalnya minimal 1 meter. Stay at home : Tetap diam/tinggal di rumah
untuk menekan penyebaran Covid -19 dan menghindari kerumunan massa Suspect :
Digunakan untuk menandai pasien terkait virus corona, yang selanjutnya wajib
melakukan tes swab dan isolasi di rumah sakit.
Swab : Pemeriksaan medis untuk mengetahui adanya virus corona di dalam tubuh yang
dilakukan dengan cara mengambil sampel lendir pada saluran pernapasan, misalnya
hidung dan tenggorokan yang selanjutnya diperiksa dengan teknologi PCR di
laboratorium. Demikianlah beberapa singkatan dan istilah -istilah yang muncul dan
populer digunakan pada masa pandemi Covid -19 sebagai tambahan khas anah
kebahasaan dan literasi bahasa seluruh lapisan masyarakat. 16 COVID -19: Perspektif
Susastra dan Filsafat SIMPULAN Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
literasi bahasa sangat penting dimiliki oleh setiap orang karena akan memungkinkan
menjalin komunikasi secara efektif.
Adanya istilah -istilah baru dan singkatan -singkatan baru yang muncul pada masa
pandemi Covid -19, jika tidak dipahami secara kontekstual, memungkinkan akan
mengalami kebingunan dalam mencerna maknanya. Kreativitas berbahasa seseorang
tumbuh dan berkembang berdasarkan situasi dan kondisi yang menyertainya dan
digunakan secara produktif sesuai konteks yang diacu. Kreativitas berbahasa yang
dilakukan melalui memelesetkan singkatan -singkatan yang telah ada merupakan wujud
ekspresi masyarakat terhadap beragam sit uasi yang dialami semasa pandemi Covid -19.
Produktivitas dan kreativitas dalam berbahasa tersebut tidak terlepas dari literasi bahasa
itu sendiri. Dengan demikian, literasi bahasa berkaitan erat dengan produktivitas dan
kreativitas dalam menggunakan bahasa secara cermat sesuai dengan konteksnya.
DAFTAR PUSTAKA Carter, R & McCarthy, M. (2004). Talking, Creating: Interactional
Language, Creativity, dan Context. Appllied Linguistics, 21/1, 62 -88. Carter, R. (2004).
Language and creativity: The art of common t alk. London, UK: Routledge. Cremin, T. &
Maybin, J. (2013). Children and Teacher’s Creativity in and through Language.
International Research Handbook of Childresn’Literacy, Learning & Culture, Chapter 20,
275 -291. Edzan, N.N. (2008).
Information Literacy Development in Malaysia: A Review. Libri, 2008, vol. 58, pp. 265
–280 ELINET. (2016). Literacy in Finland, Country Report, Short Version. European:
European Literacy Policy Network. Gunawardena, M. (2017). The Implications of Literacy
Teaching Models. Inter national Journal of Education& Literacy Studies ISSN 2202 -9478
Vol. 5 No. 1; January 2017 Australian International Academic Centre, Australia (94
-100)Literasi Bahasa pada Masa Pandemi Covid -19 17 Hafner, Chik & Jones. (2015).
Digital Literacies and Language Learning. Language Learning Technology, 19 (3), 1 -7.
Hidayat, A.H.
(2009). Filsafat Bahasa. Bandung: Remaja Rosda Karya. Kelvin, A. A. & Scott, H. (2020).
“COVID -19 in Children: The Link in The Transmission Chain.” Elsevier.
www.thelancet.com 25 Maret 2020. Kern, R. (2000). Literacy and Language Te aching.
Oxfort: Oxfort University. Maybin, J. & Swann, J. (2007). Everyday Creativity in Language:
Textuality, Contextuality, and Critique. Applied Linguistics, 28/4: 497 -517.
doi:10.1093/applin/amm036. Ranawake, R.A.G.S. & Wilson, K.F. (2016). Learning to do
science: Lessons from a discourse analysis of students' laboratory reports. International
Journal of Innovation in Science and Mathematics Education. January 2016, 24(2).pp.71
-81. Widdowson, H.G. (2008).
Language Creativity and the Poetic Function. A Response to Swann and Maybin. Applied
Linguistics. 29/3: 503 –508. doi:10.1093/applin/amn027. Wittgenstein, L. (1974).
Tractatus Logico -Philosophicus 2nd Edition, terj. D.F. Pears dan B.F. McGuinnes. London:
Routledge & Kegan Paul. Yulianingsih , Y., Hayati, T., Kurnia, A. dan Nursihah, A. (2020).
Pengenalan Covid -19 pada Anak Usia Dini melalui Metode Bercerita. Artikel Jurusan
PIAUD UIN Sunan Gunung Djati Bandung. ] 18 COVID -19: Perspektif Susastra dan
Filsafat Satua Bali Sebagai Media Memotivasi Belajar Anak d i Masa Belajar d ari Rumah I
Ketut Sudarsana Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar
PENDAHULUAN Besarnya pengaruh pandemi Covid -19 merupakan fenomena baru
dalam kehidupan masyarakat yang memberikan dampak luas terhadap berbagai aspek
kehidupan masyarakat baik dalam bidang teknologi, sosial, ekonomi, politik maupun
budaya.
Covid -19 yang sudah tersebar sampai ke 34 provinsi di Indonesia berpengaruh besar
terhadap pr oses belajar anak di tanah air, di mana biasanya dilaksanakan di sekolah
sekarang harus dari rumah. Namun harapan hasil belajar anak tetap maksimal seperti
belajar disekolah. Menurut Susanti & Wahyudin (2017), hasil belajar siswa diharapkan
dapat terus me ningkat untuk menunjukkan bahwa siswa mengalami kemajuan dan
perkembangan setelah memperoleh pengetahuan yang semakin banyak serta
pemahaman siswa yang baik.
Kebijakan belajar dari rumah tidak hanya harus dilakukan anak yang masih berada pada
jenjang sekol ah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas/kejuruan,
tetapi juga berlaku bagi mahasiswa perguruan tinggi. Sejak merebaknya pandemi yang
disebabkan oleh virus Corona di Indonesia, banyak cara yang dilakukan oleh pemerintah
untuk mencegah peny ebarannya. Salah satunya adalah melalui surat edaran Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Direktorat Pendidikan Tinggi No 1 tahun
2020 tentang pencegahan penyebaran Corona Virus Disease (Covid -19) di perguruan
tinggi.
Melalui surat edaran ter esebut pihak Kemendikbud memberikan instruksi kepada
perguruan tinggi untuk menyelenggarakan20 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial
Kemasyarakatan pembelajaran jarak jauh dan menyarankan mahasiswa untuk belajar
dari rumah masing -masing (Firman & Rahayu, 2020). Sebagai usaha pencegahan
penyebaran Covid -19, WH O telah merekomendasikan untuk menghentikan sementara
kegiatan -kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan massa. Untuk itu
pembelajaran konvensional yang mengumpulkan banyak mahasiswa dalam satu
ruangan perlu ditinjau ulang pelaksanaannya.
Pembelajaran harus dilaksanakan dengan skenario yang mampu meminimalisir kontak
fisik antara mahasiswa dengan mahasiswa lain, ataupun antara mahasiswa dengan
dosen (Firman & Rahayu, 2020). Kebijakan belajar dari rumah harus berhadapan pada
realitas ketidaksiapan selur uh stakeholder pendidikan. Padahal tidak semua pelajar,
siswa dan mahasiswa terbiasa belajar melalui Online. Apalagi guru dan dosen masih
banyak belum mahir mengajar dengan menggunakan teknologi internet atau media
sosial terutama di berbagai daerah Kebija kan belajar dari rumah (Purwanto, Pramono,
Asbari, Hyun, Wijayanti & Putri, 2020).
Dampak kebijakan belajar dari rumah ini yang paling dirasakan anak -anak adalah
kejenuhan, sehingga banyak diisi bermain handphone, menonton youtube atau
menonton televisi. A ktivitas anak tersebut memberikan pengaruh yang luas baik yang
bersifat positif maupun negatif. Peran orangtua sangatlah dibutuhkan oleh anak dalam
membantu menghilangkan kecemasan dan kejenuhan anak dalam belajar sebab
orangtualah tempat anak mengadu akan keluhan yang dirasakan.
Dengan ketangkapan orangtua dalam memahami situasi dan kondisi anak dapat
membantu menghilangkan kecemasan dan kejenuhan anak dalam belajar (Wulandari,
Zikra, & Yusri, 2017). Menyikapi berbagai pengaruh yang timbul dari aktivitas anak
tersebut, maka perlu adanya penangkal dari segala konsekuensi negatif yang
ditimbulkan berupa ketahanan budaya serta kekuatan mental moral yang agamais yang
manifestasi dalam meningkatkan sradha dan bhakti kepada Tuhan.
Ketahanan budaya, mental dan mo ral adalah adanya perkembangan kemampuan yang
secara selektif dan bijak dalam menerima pengaruh dari game atau tayangan youtube
atau televisi, serta mampu mengadaptasikan dengan budaya sendiri secara selektif
tanpa harus kehilangan identitas akar budayanya serta tetap berakar/bersandar pada
ajaran agama Hindu. Adanya iman serta mental dan moral yang militan, akan senantiasa
mampu menyelaraskan kehidupan ini dengan menyeimbangkan antara tuntutan
jasmaniah maupun rohaniah dan antara tuntutan material, maupun spiritual sesuai
dengan konsep -konsep ajaran agama Hindu.Satua Bali Sebagai Media Memotivasi
Belajar Anak di Masa Belajar dari Rumah 21 Betapa pentingnya pembentukan
kepribadian manusia yang sudah tentu dimulai dari masa pertumbuhan anak.
Menurut Tahang (2010) tugas lingkungan rumah dalam hal pendidikan moral itu
penting sekali, buk an hanya karena usia kecil dan muda anak didik serta besarnya
pengaruh rumah tangga, tetapi karena pendidikan moral dalam sistem pendidikan kita
pada umumnya belum mendapatkan tempat yang sewajarnya. Pendidikan formal di
Indonesia masih lebih banyak mengam bil bentuk pengisian otak anak didik dalam
pengetahuan -pengetahuan yang diperlukan untuk masa depannya, sehingga
penanaman nilai -nilai moral belum menjadi skala prioritas.
Oleh sebab itu, tugas ini lebih banyak dibebankan pada keluarga atau rumah tangga. J
ika rumah tangga tidak menjalankan tugas tersebut sebagaimana mestinya, maka moral
dalam masyarakat kita akan menghadapi krisis. Hal senada juga disampaikan oleh
Anisah (2017) bahwa kehidupan anak sebagian besar waktunya lebih banyak dihabiskan
dalam lingk ungan keluarga. Komponen keluarga sangat penting mengingat di
dalamnya terdapat orang tua sebagai pemimpin yang memiliki otoritas dan
bertanggung jawab terhadap pembinaan pribadi anak -anaknya.
Segala bentuk otoritas itu diterapkan kepada anak dalam upaya m embentuk
kepribadian anak yang sesuai dengan acuan nilai agama dan norma yang ada di
masyarakat. Semua prilaku anak dibawah kendali orang tua, dan setiap sikap anak selalu
menjadi bahan tinjauan setiap orang tua. Peran keluarga dalam proses pembentukan
kep ribadian anak sangat besar, keluargalah yang menyiapkan perkembangan
kepribadian anak sejak dini.
Dengan adanya dorongan dari keluarga, maka dapat membantu anak dalam melakukan
penyesuaian yang memuaskan baik itu di masa kini atau di masa mendatang (Samsud
in, 2019). Usaha awal yang dapat dilakukan oleh para orang tua adalah memberikan
pendidikan kesusilaan (etika). Etika atau tata susila Hindu merupakan salah satu bagian
dari tri kerangka dasar agama Hindu yang meliputi : tattwa, susila dan upacara. Banya k
cara para orang tua dalam memberikan pendidikan kesusilaan pada anak -anaknya, di
mana salah satu cara yang dimaksud adalah dengan memakai satua (dongeng) yang
banyak mengandung nilai -nilai kesusilaan (etika) dalam kisah yang kental dengan
kebudayaan Bali . Satua Bali sebagai salah satu cerita bagi anak -anak sarat dengan nilai
-nilai pendidikan kesusilaan (etika) dan moral agama sehingga memiliki peranan yang
penting dalam membentuk kepribadian, karakter dan mental anak.
Dengan memberikan bimbingan secara ti dak langsung melalui satua (dongeng), maka
watak, mental, sikap, dan tingkah laku anak itu pasti akan22 COVID -19: Perspektif
Hukum dan Sosial Kemasyarakatan terpengaruh juga. Hal ini karena aspek nilai satua
tersebut memang sangat tinggi, berfaedah, dan berguna. Melalui satua, anak akan
dapat membandingkan per buatan yang telah pernah dilakukan dan perbuatan yang
belum dilakukan dengan pertimbangan pada nasihat atau amanat dalam satua itu.
Jadi, dapat dikatakan bahwa satua dapat dijadikan sebagai landasan pembentukan
karakter dan sikap anak (siswa) dalam berperi laku, hal ini karena satua mengandung
nilai -nilai pendidikan dan amanat atau nasihat -nasihat yang patut digugu dan ditiru
(Dewi, 2019). Penyampaian Satua Bali diharapkan mampu memotivasi belajar anak
dirumah. Satua Bali berfungsi sebagai apersepsi, dengan tetap mengacu pada materi
yang diajarkan dalam pemilihannya. Satua Bali yang ceritanya dekat dengan kehidupan
siswa dapat menarik perhatian dan memberikan kesan yang berbeda dalam pelaksanaan
proses pembelajaran sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang l ebih bermakna.
Selain itu dalam pendidikan Satua Bali berfungsi sebagai pembentukan karakter, etika
dan moral (Suastika, 2011). PEMBAHASAN Dalam Kamus Bahasa Bali -Indonesia (1993)
kata satua memiliki tiga arti yaitu: satua I berarti cerita, satua II ber arti sato dan satua III
berarti suci, budi, budi yang suci. Dalam tulisan ini satua yang dimaksud adalah cerita
-cerita yang mengisahkan kejadian -kejadian, kepercayaan -kepecayaan yang
berkembang dalam masyarakat Bali.
Satua Bali penuh dengan nilai -nilai aj aran agama, budi pekerti dan moral yang baik
digunakan sebagai media memotivasi belajar anak, selain menanamkan moralitas yang
luhur. Penyampaian satua Bali tersebut harus didukung oleh pendekatan penyampaian
lainnya, seperti yang disampaikan berikut ini. 1. Pendekatan Kesadaran Pendekatan
kesadaran merupakan suatu pendekatan yang bersifat menggugah hati nurani, suara
hati menjadi pengawas dirinya sendiri.
Dua konsep selanjutnya, kesadaran diri melalui proses intuitif (F), dan aktivitas
ketundukan spiritual (G) adalah proses pembe basan sekaligus pencerahan
(Mulawarman, & Ludigdo, 2010). Penerapannya melalui sopan santun dan penanaman
nilai - nilai budhi pekerti, dalam hal ini anak diarahkan untuk mampu bersikap dan
berperilaku yang terkait dengan norma -norma yang berlaku. Perilaku in i diwujudkan
dalam hubungannya dengan diri sendiri, keluarga, sekolah danSatua Bali Sebagai Media
Memotivasi Belajar Anak di Masa Belajar dari Rumah 23 masyarakat.
Adapun contoh satua Bali yang berisikan pendekatan kesadaran, dalam buku satua
-satua Bali yakni “Pak Bangsing dengan Si Pandir” Ada sebuah cerita dua orang anak
yang bert eman yang bernama Pak Bangsing dengan Si Pandir. Diceritakan Si Pandir
seperti namanya adalah orang yang pander, tapi penurut dan baik hati. Pada suatu saat
dia diajak masang bubu bersama Pak Bangsing. Si Pandir bertanya kepada Pak Bangsing
“Pak, Pak apa yang dipakai sebagai umpan bubu ?, di mana orang biasanya masang
bubu?” Kemudian berkata Pak Bangsing “Ih Pendir kalau orang mengumpani bubu tidak
boleh selain jajan yang kemudian setelah bubu itu terpasang lalu umpannya diam -diam
dimakan oleh Pak Bangsin g. Pada suatu ketika sangking jengkelnya karena tak
mendapat apa -apa lalu bubu itu hendak dibinasakannya, tapi tiba -tiba datang burung
hitam masuk kedalam bubunya.
Lalu burung itu dibunuhnya hendak dimakan, maka burung itu berkata kepadanya agar
jangan d ibunuh dan akan memberikan segala sesuatu yang ia minta. Untuk itu upaya si
Pandir menyabut sehelai bulunya lalu melepaskannya dan kemana terbang bulu itu agar
diikutinya. Semua yang dikatakan si burung selalu diikutinya. Bulu itu lalu erbang kea
rah ti mur laut yang diikuti oleh si Pandir dan setelah lama lalu ia melihat istana yang
indah. Baru sampai disitu lenyaplah bulu burung itu. Disana si Pandir lagi ngomel dan
omelannya itu di dengar oleh abdi istana.
Hal itu dilaporkannya kehadapan baginda. La lu si Pandir dipanggil dan diberikan
makan. Tetapi anehnya makannya itu ajaib. Bila kenyang barulah makanan itu habis.
Suatu hal yang menentukan nasib si Pandir ialah pemberitahuan penjaga gerbang
istana, apabila ia ingin meminta sesuatu kehadapan baginda hendaknya ia meminta
kuda yang kurus itu. Dan permintaannya itu dikabulkan oleh baginda asal makan serta
tempat tidurnya agar seperti apa yang ia makan dan tempati. Demikianlah ia membawa
kuda yang kurus itu sepanjang jalan menjadi ejekan, dan buah keta waan orang.
Sesampainya di rumah lalu ibunya disuruh menyediakan sebagaimana perintah raja itu.
Karena memang merupakan karunia kuda itu lalu mengeluarkan emas, uang bertimbun
-timbun. Inilah yang menyebabkan kaya seketika dan selanjutnya ia mendapat pes ta
dengan mengundang teman -temannya diajak makan dirumahnya. Hal itu menjadikan
keheranan bagi Pak24 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan
Bangsing. Hal itu lalu ditanyakan kepada Si Pandir lalu Pak Bangsing meminjam kuda itu.
Malang nasibnya kuda itu tidak seperti yang diharapkan melainkan ia memberaki
rumahnya sehingga kuda itu dibunuh Pak Bangsing.
Setelah lama kudanya tak kembali, lalu hal itu ditanyakan Si Pandir, tapi karena telah
dibunuh lama, hanya kepalanya saja yang dapat diambil oleh si Pandir. Sisa bangkai
kuda itu ditanam di kuil keluarganya. Lama kelamaan tumbuhlah bambu di tempat itu,
yang satu rebah ke pasar Sangsit dan yang lain di pasar Badung. Dan banyak orang
menggantungkan pakaian, ikan dan lain - lainnya. Karena karunia maka bambu tadi lagi
lalu tegak dan semua barang -barang itu jatuh di rumah si Pandir.
Hal yang demikian ini dibuat juga oleh Pak Bangsing tapi sebaliknya bukan kekayaan
melainkan bangkai babi, kambing dan lain -lainnya yang jatuh ke rumah Pak Bangsing.
Inilah yang menyebabkan Pak Bangsing menjadi miskin dan s ebaliknya si Pandir
menjadi kaya. (Tinggen, 2000). Dari satua tersebut di atas anak dituntun untuk
menumbuhkan kesadaran bahwa siapa yang suka mengolok -olok teman dan iri hati
akan mendapat pahala yang buruk. 2.
Pendekatan Bersifat Ajakan Suatu pendekatan yang pada dasarnya bersifat ajakan
(persuasif) untuk memantapkan keyakinan dan menumbuhkan serta meningkatkan
motivasi di dalam mencapai tujuan. Dalam perspektif komunikasi, kita mengenal adanya
komunikasi persuasif, yaitu komunikasi yang bersifat memenga ruhi audience atau
komunikannya, sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
komunikator (Putri, 2016). Pendekatan ini tertumpu pada usaha saling mengajak untuk
menyusun pikiran - pikiran dan pendapat -pendapat sesuai pengalaman bersama serta
di terapkan terutama dalam rangka menanamkan ajaran agama Hindu dan pendidikan
budhi pekerti.
Adapun contoh satua Bali tersebut yakni “Pan Belog”. Pada suatu hari Pan Belog disuruh
ke pasar oleh istrinya untuk membeli bebek dua ekor untuk dibuat sesajen. Pan Belog
diberi uang oleh istrinya disuruh memilih bebek yang berat isinya. Setelah Pan Belog
sampai di pasar, dia bergegas mencari penjual bebek. Disana dia menyerahkan semua
uangnya dan meminta bebekSatua Bali Sebagai Media Memotivasi Belajar Anak di Masa
Belajar dari Rumah 25 dua ekor, si pedagang heran melihat tingkah laku Pan Be log.
Kemudian diberi bebek dua ekor oleh si pedagang dan Pan Belog bergegas pulang
tanpa mengambil kembalinya. Dalam perjalanan pulang, melewati sungai yang luas,
sesampainya di tengah -tengah sungai kedua bebek lepas dan berenang. Pan Belog
berpikir bahw a ia telah ditipu oleh si pedagang bebek dengan memberinya bebek yang
hanya berisi bulu. Kemudian bebek tersebut diusirnya. Setelah sampai di rumah
dilihatlah oleh istrinya ia tidak membawa bebek, kemudian ditanya oleh istrinya, “Ih
Bapane, mengapa kamu t idak membawa apa -apa ?” Menyahut Pan Belog, “saya dapat
membeli bebek tetapi kosong diberi oleh pedagang bebek.
Sekarang bebek itu sudah saya buang di sungai”, kosong -kosong bagaimana sahut
istrinya. Kemudian Pan Belog menceritakan semua kejadiannya kepad a istrinya. Disana
istrinya menyesal menyuruh Pan Belog, uang hilang bebek tidak dapat. (Tinggen, 2000).
Dari satua tersebut anak didik diajak untuk giat belajar agar tidak seperti Pan Belog
yang mudah tertipu. 3. Pendekatan Etika Pendekatan etika merupak an suatu
pendekatan yang menekankan agar anak mampu membedakan dan menilai suatu
perbuatan yang baik ataupun yang buruk, apa yang harus dikerjakan dan apa yang
harus dihindari.
Etika adalah pengetahuan tentang kesusilaan, yang berbentuk kaidah -kaidah yang
berisi larangan -larangan atau suruhan -suruhan untuk berbuat sesuatu. Dalam etika
akan didapati ajaran tentang perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk. Ajaran
etika juga menyangkut sopan santun dan tata krama sangat banyak berperan dalam
kehidupan seha ri-hari baik antara antara individu dengan individu, kelompok dengan
kelompok maupun masyarakat dengan masyarakat yang disebut pergaulan (Kusuma,
2018). Anak yang baik mampu memenuhi ketentuan -ketentuan kodrat yang tertanam
dalam dirinya yang tidak bertent angan dengan norma yang berlaku di sekolah,
keluarga dan masyarakat.
Adapun contoh satua yang berisikan pendekatan etika dalam buku Widya Dharma
Agama Hindu untuk kelas 2 Sekolah Dasar oleh Sostro Hartono, dkk., yakni “I Bawang
Teken I Kesuna”26 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan Tersebutlah
dua bersaudara yaitu I Bawang dan I Kesuna. Meskipun mereka bersaudara, namun
tabiat mereka sangat berbeda. I Bawang baik hati dan selalu berkata jujur, sedangkan I
Kesuna sering berkata bohong dan suka memfitnah. Pada suatu hari ibunya menyuruh I
Bawan g dan I kesuna mengerjakan suatu pekerjaan bersama -sama.
I Bawang selalu ingat dan patuh pada perintah orang tuanya. Ia mengerjakan apa yang
menjadi tanggung jawabnya, ia berpikir bilamana ibunya datang pekerjaan sudah
selesai. I Kesuna malas, selalu me nghindar dari tanggung jawab. Berkali -kali diajak
bekerja oleh I Bawang, I Bawang bekerja sendirian. Setelah selesai, I Bawang segera
mandi sambil mencuci pakaian. Pada waktu I Bawang mandi ke sungai, I Kesuna
mengotori badannya seolah -olah ia bekerja berat. Ketika itu ibunya datang dari pasar. I
Kesuna memfitnah I Bawang. I Bawang dikatakan tidak mau bekerja, ibunya marah
kepada I Bawang. I Bawang datang dari sungai, membawa air dan cucian. Tanpa diduga
olehnya, ibunya marah dan memukulnya. I Bawang ke sakitan.
I Kesuna menghardik dan mencaci maki, karena tidak tahan I Bawang minggat dari
rumah. I Bawang sangat sedih dan sakit hati. Sepanjang jalan I Bawang menangis, tanpa
terasa olehnya, ia telah sampai di tengah hutan. Di sana ia bertemu dengan I C rucuk
Kuning. I Crucuk Kuning tahu bahwa I Bawang anak yang baik dan selalu berkata jujur.
Akhirnya I Crucuk Kuning memberikan hadiah emas kepada I Bawah, ia senang dan
bahagia. I Kesuna iri kepada I Bawang. Ia meminta supaya diperlakukan seperti I Bawan
g ibunya setuju. I Kesuna dipukul ia minggat ke tengah hutan. Sampai ia di tengah
hutan ia bertemu dengan I Crucuk Kuning. Ia berharap dapat emas.
I Crucuk Kuning tahu, I Kesuna anak jahat dan suka berbohong, I Crucuk Kuning
memberi binatang bisa, sepe rti : ular, lintah, kalajengking, lipan dan sejenisnya. I Kesuna
dikerubuni oleh binatang -binatang tersebut sampai mati. (Hartono, 2004:30). Dari cerita
satua tersebut anak didik diberi gambaran agar dapat membedakan mana perbuatan
baik dan mana perbuatan buruk. Perbuatan baik akan mendapat pahala yang baik dan
perbuatan buruk akan mendapat pahala buruk pula.Satua Bali Sebagai Media
Memotivasi Belajar Anak di Masa Belajar dari Rumah 27 4. Pendekatan Keteladanan
Keteladanan merupakan salah satu kunci dalam menanamkan motivasi belajar anak.
Hal ini ditujukan melalui sikap yang mecer minkan keteladanan atau dapat memberikan
contoh yang baik dan positif. Segala gerak perkataan dan perbuatan yang sesuai
dengan norma yang berlaku dapat dijadikan panutan anak dalam kegiatan belajar di
rumah. Melalui keteladanan nilai -nilai karakter bahkan akan lebih mudah untuk
dijadikan model perilaku (role model) dalam bersikap dan bertindak (Puspitasari, 2016).
Adapun contoh satua yang berisikan pendekatan keteladanan dapat dilihat dalam buku
Satua -Satua Bali (X) oleh I Nengah Tinggen yakni “I Ubuh”. Ada seorang anak kecil
berumur delapan tahun, tidak tahu asalnya dan siapa orang tuanya, ia berada di kota
Jembrana.
Ia terus berpindah -pindah tempat mencari tempat tinggal, siapa yang mau memberi
tumpangan disanalah dia tinggal namanya I Ubuh. Ada yang bila ng nama ayahnya yaitu
Pan Kadar dari Tabanan sebab ia ingin dibunuh oleh Cokorda Tabanan karena ia mecuri
kelapa milik Cokorda. Itulah sebabnya ia datang ke kota Jembrana bersama istrinya. Di
Jembrana ia memiliki satu anak bernama I Ubuh. Pan Kadar dan istrinya akhirnya
meninggal karena penyakit yang tak ada obatnya. I Ubuh adalah anak yang sangat rajin
karena tahu dirinya orang yang miskin.
Di mana saja orang yang memiliki pekerjaan dia selalu membantu, tetapi ia biasanya
beraeda di pasar membantu menjaga toko dan menggotong barang dagangan. Ada
seorang wanita pedagang keliling bernama Ibu Jedog berasal dari Desa Batuagung,
Negara, Jembrana. Ia adalah seorang janda dan tidak punya anak. Ibu Jedog kasihan
dengan I Ubuh, akhirnya diangkat menjadi anaknya. Setelah diangkat, diubahlah
namanya menjadi Ibu Bagia dan anaknya diberi nama I Bagia. Pada suatu saat di
Jembrana ada seorang bangsa Cina menjadi saudagar besar, nama asli saudagar itu
tidak ada yang tahu, tapi bisa dipanggil I Babah. Ibu Bagia biasanya men gambil
dagangan dari saudagar itu.
Saudagar itu megetahui cerita Ibu Bagia mengangkat anak karena ia senang kemudian I
Bagia disuruh bekerja di tokonya untuk berjualan. Pagi hari I Bagia membantu saudagar
berjualan, pada sore harinya membantu ibu menggoto ng barang dibawa pulang.28
COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan Begitulah pekerjaan I Bagia
dan ia sangat rajin serta tidak pernah mencuri barang dagangan, saudagar itu sangat
sayang kepada I Bagia, kepadanya diajarkan menulis, membaca, dan berhitung. I Bagia
cepat mengerti apa yang diajarkan saudagar itu. Akhirnya dia bisa menulis, membaca
dan berhitung. Setelah I Bagia berumur dua belas tahun, dipekerjakan oleh saudagar itu
sebagai sekretaris dan digaji dua puluh rupiah.
Ibunya sangat sayang kepadanya dan dagangannya semakin besar karena d ibantu oleh
saudagar itu. Lambat laun sampai akhirnya I Bagia digaji tiga puluh rupiah, dan sudah
cukup umur untuk mencari istri. Ibunya bersedia memperistrikan anaknya, tetapi tidak
ada wanita yang tidak baik prilakunya. I Bagia setuju dengan pendapat ibunya, tetapi dia
meminta istri dengan Ni Kasih anak dari sepupu Ibu Bagia. Berkata ibunya, “tetapi, Ni
Kasih sangat jelek rupanya, tidak pantas kamu beristrikan dia, ibu kasihan melihat.
Sahut I Bagia, “karena saya tahu diri bahwa saya tidak pun ya apa -apa, kalau saya
mencari wanita cantik pasti sampai kehatinya cantik, tidak ada yang saya gunakan untuk
mencarinya, walaupun Ni Kasih jelek tetapi hatinya baik, isinya masih lebih baik daripada
yang cantik. Oleh sebab itu alasan dari anaknya, dipikir -pikir oleh ibunya akhirnya dia
setuju. Dipinanglah Ni Kasih oleh Ibu Bagia dan akhirnya dia setuju untuk menikah
dengan I Bagia. Ibunya sangat bahagia melihat anaknya serasi bersuami istri dan
semuanya suka bekerja serta dagangannya semakin lama semakin besar dan akhirnya
menjadi saudagar. (Tinggen, 2000).
Dari cerita satua tersebut anak diberikan gambaran agar mendapat menteladani I Bagia
yang selalu giat bekerja, jujur dalam bekerja, mau belajar serta mau menolong orang tua
dan tidak pernah menghina orang karena wajahnya yang penting baik hatinya. 5.
Pendekatan Sosial Keagamaan Pendekatan ini adalah upaya meningkatkan perilaku
yang berlandaskan ajaran agama, budhi pekerti dan moral anak melalui kegiatan sosial
keagamaan yang mencakup tiga hal yaitu dama (pengendalian diri), dana (kewajiban
pemberian) dan daya (karuna dan welas asih).
Karena itu, perhatian terhadap agama tidak saja bersifat teologis, yakni secara vertikal
tetapi, perluSatua Bali Sebagai Media Memotivasi Belajar Anak di Masa Belajar dari
Rumah 29 diinterpretasikan dalam memahami agamasecara horizontal (Pe ter, 2012).
Aneka Pendekatan Studi Agama. Yogyakarta: LKiS Adapun contoh satua yang berisikan
pendekatan sosial keagamaan, yakni “Pak Belang”. Ada sebuah cerita seorang yang
polos bernama Pak Belang. Pada saat dia membajak sawahnya, datang istrinya
membawa kan nasi. Kemudian ia menyantap makanannya di pinggir sawah, pada saat
itu ada semut memakan nasinya. Akhirnya dia marah -marah sambil mengomel.
Kemudian ada sabda tapi tak terlihat, begini sabdaNya : “Hai Pak Belang jangan engkau
memarahi peminta -minta s ebab si semut hanyalah binatang tidak bisa bekerja,
sepatutnyalah engkau kasihi”. Setelah mendengar sabda tersebut dia berpikir dalam hati
akhirnya semua makanannya diberikan kepada si semut dan Pak Belang melanjutkan
kembali pekerjaannya. Pada saat sawahn ya akan panen banyak peminta -minta yang
datang pada waktu itu untuk ikut mengetam padinya, dengan dermawan ia
menyilahkan peminta -minta ikut mengetam padinya.
Lalu pada malam harinya pada saat Pak Belang beristirahat digubuknya datanglah
Betara Indra berpa kaian serba bersinar akhirnya Pak Belang terbangun dari tidur dan
bersabdalah Batara Indra. “Hai Pak Belang, jangan engkau terkejut, aku adalah Betara
Indra yang bersabda pada saat engkau marah waktu membajak di sawah. Dan engkau
telah berlaku dermawan ke pada setiap peminta -minta yang datang pada saat engkau
panen. Aku datang kesini untuk mengajakmu, naik ke sorga. Pak Belang mau ikut tetapi
setelah membuat surat akhirnya Pak Belang ikut Betara Indra ke sorga. Karenanya,
anaknya yang bernama si Belang bese rta keluarganya sibuk mencari dia.
Tapi setelah ditemukannya surat dari Pak Belang yang menyatakan bahwa ia telah di
sorga mengiring Betara Indra, maka berhentilah keluarganya mencari dia. Tersebutlah
pada suatu ketika si Belang membuat upacara pengabenan untuk Bapaknya, tetapi cara
pengabenannya itu ia mempergunakan yang paling utama yang sebenarnya menurut
adat kebiasaan ia tak boleh memakainya, karena ia dari golongan sudra. Karenanya
maka yang menderita adalah Pak Belang sendiri yang dianiaya oleh Sang Cagermanik.
Berkat perlawanannya si Belang sendiri dengan menghadap Betara Indra, maka
Bapaknya tak jadi30 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan masuk di
neraka, tetapi disuruh menghamba di Indraloka, karena Pak Belang telah berbuat
kebajikan terhadap semua mahluk. Dan si Belang lalu mendapat kebahagiaan di dunia
dan dicintai oleh keluarganya serta orang sedesanya. (Bagus, 1968). Dari cerita satua
anak didik diperlihatkan gambaran bahwa orang yang baik seperti Pak Belang yang suka
bersedekah/berdana punia, suka menolong yang sedang susah akan mendapat pahala
yang baik.
Hubungan cerita ini dengan pola sosial keagamaan yang ingin ditanamkan kepada anak
didik yaitu suka berdana punia/bersedekah kepada fakir miskin, dan suka menolong
teman yang sedang susah/membutuhkan pertolongan. SIMPULAN Satua Bali sebagai
salah satu kebudayaan Bali yang memiliki peranan penting dalam memotivasi anak
dalam belajar. Orang tua dalam menyampaikan satua Bali dapat menggunakan berbagai
pendekatan seperti : pendekatan kesadaran, pendekatan bersifat ajakan, pendekatan
etika, pendekatan keteladanan, pendekatan sosial keagamaan. DAFTAR PUSTAKA
Anisah, A. S. (2017).
Pola asuh orang tua dan implikasinya terhadap pembentukan karakter anak. Jurnal
Pendidikan UNIGA, 5(1), 70 -84. Bagus, I. G. N. (1968). Arti dongeng Bali dala m
pendidikan. Direktorat Bahasa dan Kesusastraan, Tjabang Singaradja. Dewi, K. R. (2019).
Tradisi Masatua Pada Keluarga Hindu. Ganaya: Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora, 234
-249. Firman, F., & Rahayu, S. (2020). Pembelajaran Online di Tengah Pandemi Covid -19.
Indonesian Journal of Educational Science (IJES), 2(2), 81 -89. Hartono, S. dkk. 2004.
Widya Dharma Agama Hindu untuk Kelas II. Bandung : Ganeca Excat.Satua Bali Sebagai
Media Memotivasi Belajar Anak di Masa Belajar dari Rumah 31 Kusuma, I. G. L. A. W.
(2018).
Implementasi Ajaran Tat Twam Asi Terhadap Mahasiswa Penyandang Tunanet ra Di
IHDN Denpasar. Jurnal Penelitian Agama Hindu, 2(2), 587 -591. Mulawarman, A. D., &
Ludigdo, U. (2010). Metamorfosis Kesadaran Etis Holistik Mahasiswa Akuntansi
Implementasi Pembelajaran Etika Bisnis dan Profesi Berbasis Integrasi IESQ. Jurnal
Akuntans i Multiparadigma, 1(3), 421 -436. Peter, C. (2012). Aneka Pendekatan Studi
Agama. Yogyakarta: LKiS. Purwanto, A., Pramono, R., Asbari, M., Hyun, C. C., Wijayanti, L.
M., & Putri, R. S. (2020). Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID -19 Terhadap Proses
Pembel ajaran Online di Sekolah Dasar.
EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(1), 1 -12. Puspitasari,
E. (2016). Pendekatan Pendidikan Karakter. Edueksos: Jurnal Pendidikan Sosial &
Ekonomi, 3(2). Putri, P. K. (2016). Aplikasi Pendekatan -Pendekatan Persuasif Pada Riset
Komunikasi Pemasaran: Iklan Melibatkan Penciptaan dan Penerimaan Pesan Komunikasi
Persuasif Mengubah Perilaku Pembelian. Jurnal The Messenger, 8(1), 1 -16. Samsudin, S.
(2019). Penting nya peran orangtua dalam membentuk kepribadian anak. Scaffolding:
Jurnal Pendidikan Islam dan Multikulturalisme, 1(2), 50 -61. Suastika, I M. (2011).Tradisi
Sastra Lisan (Satua) di Bali. Denpasar: Pustaka Larasan. Susanti, E., & Wahyudin, A.
(2017).
Pengaru h Kemampuan Ekonomi Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Melalui Fasilitas
Belajar di Rumah dan Motivasi Belajar Sebagai Intervening. Economic Education Analysis
Journal, 6(2), 475 -488. Tahang, J. H. (2010). Urgensi Pendidikan Agama Dalam Keluarga
Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak. HUNAFA: Jurnal Studia Islamika, 7(2), 163
-178. Tinggen, I N. (2000). Satua -Satua Bali (X). Singaraja : Indra Jaya. Tinggen, I N.
(2000). Satua -Satua Bali (XI). Singaraja : Indra Jaya.32 COVID -19: Perspektif Hukum dan
Sosial Kemasyarakatan Wulandari, W., Zikra, Z., & Yusri, Y. (2017). Peran orangtua dalam
disiplin belajar siswa. JPGI (Jurnal Penelitian Guru Indonesia), 2(1), 24 -31.
Pandemic Covid - 19 d alam Pandangan Filsafat Manusia Ponim an Universitas Hindu
Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar PENDAHULUAN Seorang yang lapar tidak
mungkin dapat memenuhi kebutuhan rasa laparnya dengan memakan makanan yang
tergambar dalam khayalannya. Demikian juga jika manusia haus, tidak akan dapat
menghilangkan rasa hausnya dengan meminum minuman yang ada dalam khayalannya
(Calvin, 1959). Manusia pada dasarnya memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi
daripada mahkluk lainnya. Melalui kesadarannya itulah manusia berinteraksi dengan
alam sekitarnya guna memenuhi kebutuhan yang dapan mendukung keberlangsungan
hidupnya.
Demi kian juga ketika manusia merasa lapar, maka untuk mewujudkan khayalan tentang
makanan yang dapat menghilangkan rasa lapar itu manusia mencari dalam bentuk
nyata pada alam sekitarnya tentang makanan yang diperlukan itu. Sehingga rasa lapar
maupun haus dapat dipenuhinya secara nyata melalui interaksi terhadap alam
sekitarnya. Sebagai mahkluk Sosial, maka manusia dalam kebiasaannya tidak hidup
sendirian, manusia menjalankan hidupnya bersama -sama dengan orang lain. Dalam
kesendiriannya manusia memiliki kebebas an yang bersifat otonom. Dalam pada itu ia
selalu dalam situasi yang ditentukan oleh kejasmaniannya. Manusia biarpun gagah
perkasanya serta kuat, namun sesungguhnya memiliki kelemahan.
Jika dipandang Dari luar ia dapat menguasai jasmaninya tanpa bantuan or ang lain, akan
tetapi sebenarnya secara mendalam manusia itu dikuasai oleh jasmaninya. Ketika
manusia bertemu dengan manusia lain, maka manusia dimungkin bersikap dua macam.
Bahwa jika yang lain merupakan objek baginya, jadi sebagai dia, mungkin juga merup
akan yang ada bagi aku.34 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan
Aku ini membentuk diri terutama dalam hubungan aku -engkau ini (Fuad, 2010) Hal
tersebut menunjukkan bahwa keberadaan manusia sesungguhnya antara yang satu
dengan manusia lainnya memiliki kesamaan, oleh karena itu jika melihat muncul ya
pandemic terkait Covid -19 maka hal itu menjadi kewajaran bahwa jika keberadaan
manusia dibenua lainnya dapat tertular Virus maka manusia di Indonesia juga dapat
tertular Covid -19.
Apabila manusia sudah menyadari hal itu maka bagaimana cara menghadapi ke adaan
lingkungannya yang semakin hari semakin meluas penyebaran Covid -19, serta
bagaimana manusia itu mengatasi dirinya sendiri agar terhindar dari penguasaan
pengaruh yang datang dari luar dirinya seperti Covid -19. Oleh karena itu pada tulisan
ini akan di bahas secara tuntas tentang cara manusia menghadapi Pandemic Covid - 19
dalam pandangan Filsafat Manusia. PEMBAHASAN Sebelum memaparkan analisis hasil
dari permasalahan di atas, maka perlu diketahui beberapa konsep yang terkait dengan
Pandemi Covid -19 serta konsep Filsafat Manusia.
Pandemi Covid -19 merupakan suatu bentuk penyebaran suatu Virus dengan jenis Civid
-19 atau sebelumnya dikenal dengan Virus Corona. Dikatakan Pandemi karena
penyebarannya sangat luas dan sifatnya tidak ada batasan kepada manusia ter tentu,
namun kepada seluruh manusia dapat tertular penyakit ini. Oleh karena penyebarannya
sangat massif ke seluruh dunia, maka dikatakan pandemic. Berbeda dengan endemic
yang tingkat penyebarannya masih dalam satu Negara saja. Pandemic Covid -19
bermula se bagai Wabah yaitu suatu penyakit yang baru muncul diakhir tahun 2019 di
daerah Wuhan Cina.
Wabah merupakan kriteria penyebaran penyakit yang terjadi secara cepat disuatu
daerah, sehingga masih bersifat local https://labkes.jogjaprov.go.id/ berita/5. Pandem i
Covid -19 menyebar dengan cepat keseluruh dunia tanpa batasan. Sifat virus ini mudah
menular baik melalui sentuhan dengan antar manusia maupun menular karena ada
lingkungan yang terdapat virus. Hingga saat ini masih kesulitan untuk melacak bentuk
virus in i. Namun berdasarkan beberapa sumber sifat virus ini masa inkubasinya 5 hari
dan mudah hilang dengan mencuci memakai air. Pandangan Filsafat Manusia
merupakan analisis secara filsafat manusia terhadap keberadaan Pandemi Covid -19.
Jika kata Filsafat diartik an sebagaiPandemic Covid -19 dalam Pandangan Filsafat
Manusia 35 Cinta Kebijaksanaan yaitu suatu sikap yang luwes tidak kaku dalam
bertindak berdasarkan pertimbangan analisis baik atas dasar empiris atau pengalaman
terhadap keberadaan penyebaran Virus, ontology tentang sumber virus, aksiologi
tentang tindakan penyebaran virus dan penanganannya dan logika memakai nalar
pikiran dari manusia itu. Oleh karena itu pandangan Filsafat Manusia adalah secara
keseluruhan sikap bijaksana yang diambil oleh manusia dalam menghadapi keberadaan
Pandemi Covid -19. A.
Cara Meng hadapi Pandemi Covid -19 Menurut Plato manusia akan disebut baik apabila
ia dikuasai oleh akal budi dan manusia akan dikatakan buruk apabila manusia itu
dikuasai oleh nafsu dan keinginan yang tiada terkendalikan (Suseno, 1997). Sebagai
manusia yang dibekali oleh kemampuan berpikir, maka keberadaan pikiran manusia itu
merupakan suatu penciri secara menyeluruh atas manusia itu sendiri dibandingkan
dengan mahkluk lainnya (Polanyi, 2001). Melalui akal budinya itu yang didasari oleh
pemikirannya yang luas, manusi a akan bertindak untuk mendapatkan kebahagiaan
dalam hidupnya.
Manusia akan merasakan kesulitan menggapai kebahagiaan apabila manusia itu
dikuasai oleh nafsu dan keinginannya sendiri yang tanpa kendali. Akan tetapi apabila
manusia itu menggunakan akal dan pikirannya, maka untuk menggapai kebahagiaan
yang dia inginkan memakai pertimbangan didasarkan oleh keadaan dirinya dan keadaan
lingkungannya, sehingga melalui kemampuan penalaran yang terkendali dari
menjauhkan ambisi dan egoismenya dapat tercapai kebahag iaan itu.
Guna mencapai tujuan hidup yang baik, manusia menginginkan keadaan tenang,
kompak penuh kerukunan banyak teman, memiliki arti dan nilai sehingga berguna bagi
sesame dan alam, maka manusia harus membebaskan dirinya dari pengaruh kekuasaan
irasiona l atas hawa dan nafsunya serta emosi diri sehingga memakai akal budi dalam
berprilaku. Bahwa jika menurut Plato hakikat manusia merupakan ide yaitu dari yang
badani kepada yang bersifat kejiwaan, dari yang bersifat jasmani kepada yang rohani,
dari yang ber sifat alam indrawi tersu berubah kea lam idea -idea yang tetap dan abadi
(Suseno, 1997), maka mengikuti hasil dari akal dan budinya itu manusia akan mencapai
realitasnya dibandingkan dengan mahkluk lainnya.
Sebagai mahkluk yang memiliki kemampuan berakal bu di, maka manusia dalam
mewujudkan realitas dirinya hendaknya benar -benar mempergunakan nalarnya
sebelum bertindak agar tidak dikatakan sama seperti binatang. Sifat36 COVID -19:
Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan kebinatangan yang ada dalam diri
manusia yang cenderung liar penuh nafsu itu tidak menonjol apabila benar -benar
manusia mengutamakan pemikiran yang berimbas pada pertimbangan nalarnya yang
didahuli dengan memperbanyak ilmunya sehingga mampu berakal budi.
Dengan demikian manusia tidak terjerumus pada satu lubang kehancuran, namun
mampu mengatasi s egala bencana yang akan menimpa pada dirinya termasuk adanya
gelombang dahsyat penyebaran Covid -19 (Masrul et al. , 2020) . Bagi manusia yang
memiliki kemampuan penginderaan yang didasari oleh pertimbangan akal dan
pikirannya, maka manusia dalam menghadapi Pandemi Covid -19 akan selalu tenang
dan bahagia tanpa ketakutan. Seperti halnya “apabila anda memiliki seorang sahabat
yang selama ini baik tanpa ada masalah dengan anda, namun dilain tempat dia bercerita
bahwa sesungguhnya menjelekkan anda, tetapi anda sendiri tidak tahu bahwa sahabat
anda itu menjelekkan ada ditempat lain, maka anda akan tetap bahagia dan baik
terhadap teman anda itu. Mungkin dianggap suatu kebodohan, akan tetapi
kebahagiaan atas pandangan anda terhadap teman anda itulah yang membuat anda
bahagia (James Rachels, 2004), Pandangan itu dinamakan hedonisme.
Pandangan ini masih tergolong salah dalam menyimpulkan arti kebahagiaan. Hedonism
masih melihat dari satu sisi, tanpa melalui dasar pertimbangan akal budinya. Jika sifat
hedonism dipakai dalam menghadapi Covid -19, maka manusia akan mendapatkan
kemalangannya. Karena penyebaran Covid -19 dari segala arah sehingga tidak melihat
siapa manusia itu atas kebaikannya. Namun realitasnya yang lebih dalam secara
menyeluruh bahwa teman anda itu datang darimana. Jika teman yang biasanya baik
tetapi dia datang dari daerah zona merah kasus penyebaran virus, atau dia datang dar i
luar rumah kita, maka hal itu perlu diwaspadai sehingga muncullah sikab menjaga jarak
dan membersihkan tangannya dengan air atau cairan khusus. Setelah prilaku pertama
dipakai, maka dilanjutkan persahabatan itu tanpa menjauhi teman yang memang dia
baik. Dengan demikian dalam pertemanan tetap terjalin sehingga ketenangan dengan
memakai protokoler kesehatan.
Hal demikian juga perlu disikapi atas keberadaan manusia dibenua lainnya. Apabila kita
menjaga jarak yang dilanjutkan memutus hubungan komunikasi baik langsung maupun
tidak langsung, maka hal ini akan berdampak buruk dalam perkembangan manusia.
Oleh karena itu apabila memakai akal dan budinya, bahwa setelah protocol kesehatan
dipenuhi oleh manusia siapapun itu baik dari dalam negeri maupun luar negeri, m aka
sebaiknya dibebaskanlah manusia itu untuk saling berinteraksi sehingga ketersediaan
hubungan tanpaPandemic Covid -19 dalam Pandangan Filsafat Manusia 37 kendala,
maka dampak sosialnya terbuka sehingga jaringan -jaringan tersambung kembali, maka
kebahagiaan tercapai.
Namun jika sebaliknya terus mengisolasik an komunitas manusia dengan Negara lainnya
maupun masyarakat lainnya tanpa jelas batasannya, maka hal ini sangat menganggu
keberlangsungan kehidupan manusia yang berdampak pada kemerosotan disegala
bidang kehidupan sehingga pada hakikatnya alam idea manusi a juga mengalami
kemerosotan yang pada ujungnya manusia tanpa berdaya dikuasai oleh alam, bukan
sebaliknya manusia menguasai alam sekitarnya melalui akal budinya. Manusia dengan
kemampuan akal dan pikirannya dapat mengatasi segala keadaan yang ada pada sek
itarnya termasuk keberadaan pandemic Covid -19.
Namun jika manusia masih dikuasai oleh doktrin -doktrin yang menakutkan atas
keberadaan Covid -19, maka manusia lainnya akan melakukan perlawanan baik dalam
hasrat yang terbenak dalam pikirannya maupun tindakan langsung. Seperti Galileo atas
penemuannya tentang alat pembatu penglihatan jarak jauh yang dinamakan teleskop,
maka Galileo sudah mematahkan doktrin keberadaan Bulan yang halus, juga doktrin
keberadaan bumi yang datar (Adlin, 2006). Melalui hasil pemikir an Galileo itulah
manusia diajak untuk keluar dari satu pandangan dalam menghadapi keberadaan
dunianya.
Apabila hanya satu pandangan, maka hakikat kebenaran akan terbelenggu oleh satu
doktrin, sehingga kebenaran yang didapatkan masih bersifat sempit. Oleh karena itu
memerlukan pendalaman kebenaran yang menyeluruh. Demikian juga dalam
menghadapi Covid -19 ini, apabila sudah ditemukan mekanisme mengahadapi Covid
-19 dengan menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, meningkatkan imunitas
diri dengan makanan yang bergizi, maka sebaiknya hal itu yang diterapkan, dengan
demikian tanpa harus memutus hubungan antar warga dengan menutup jalan,
memutus hubungan antar bangsa dengan memutus atau pelarangan warga bangsa lain
datang kenegara lain.
Menjalin hubungan sesa ma manusia itu merupakan hakikat manusia sebagai mahkluk
social yang tidak mampu untuk hidup sendirian. Manusia dalam hidupnya tidak
sendirian, malainkan hidup bermasyarakat. Menurut pendapat Herskovits, bahwa yang
dimaksud masyarakat merupakan suatu kelom pok yang terdiri dari individu yang
diorganisasikan serta mengikuti tatacara hidup tertentu, yang tersebar melalui
kesamaan atas perasaan serta persatuan yang dimilikinya. Sedangkan menurut Selo
Sumarjan, masyarakat adalah orang - orang yang hidup secara ber sama dan
menghasilkan kebudayaan.
Demikian38 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan juga menurut
Horton, bahwa yang dimaksud masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang hidup
bersama cukup lama, relative hidup mandiri, memiliki persamaan dalam berkebudayaan
dan melakukan sebagian besar kegiatann ya dalam kelompok tersebut serta mendiami
wilayah tertentu (Setiadi, 2010). Apabila manusia itu hidup bermasyarakat, maka
hubungan manusia yang satu dengan lainnya sangat penting dalam menopang
kebertahanan kehidupannya guna mencapai tujuan hidupnya yang bahagia, tenang,
damai dan penuh nilai - nilai.
Secara menyeluruh sebagai masyarakat di mana di dalam masyarakat terdapat
pemimpin dari masyarakat itu, maka mereka memiliki peran dan fungsinya. Jika struktur
masyarakat itu berjalan sesuai mekanisme yang disepakati, maka manusia yang
tergabung dalam masyarakat itu akan mendapatkan ketenangan dan kedamaian serta
nilai -nilai. Oleh karena itu dalam menghadapi Covid -19 antara komponen masyarakat
saling terjalin interaksi tanpa putus, sehingga segala informasi seca ra akurat tanpa
disembunyikan yang memunculkan doktrin -doktrin baru.
Jika komponen sudah berfungsi secara benar, maka manusia mampu berinteraksi
dengan manusia lainnya melalui mekanisme yang disepakati. Bukan melalui rasa
ketakutan yang tanpa dasar informa si yang akurat secara rasional. Manusia melalui
kemampuan alam idea nya yaitu alam jiwa, akan dapat mengatasi dirinya dalam
menghadapi lingkungannya. Manusia akan keluar sebagai pemenangnya, bukan
manusia dikungkung oleh lingkungannya. Jiwa manusia pada ha kikatnya memiliki
kebebasan tanpa rasa takut oleh badannya. Yang takut itu adalah badannya yang di
dalamnya ada pikirannya juga kepentingan nafsu serta keinginannya.
Jika manusia mampu menguasai badannya, maka manusia mampu keluar dari segala
situasi. Manu sia memiliki keajaiban dalam dirinya, karena diri manusia itu terdiri dari
badan kasar dan badan halus atau jiwa atau roh yang tidak dapat diraba. Menurut
Aristoteles bahwa rasio manusia memiliki peranan penting sebagai pembentuk hal yang
utama baik keutam aan intelektual maupun keutamaan moral (K. Bertens, 1999). Rasio
manusia berasal dari penginderaan yang didapat dari berbagai sudut pangan ilmu
sehingga menghasilkan intelegensi yang bersikap atas penalaran.
Sedangkan Moralitas berasal dari keberadaan jiw a-jiwa yang sepakat membentuk
tatanan secara benar yang bertujuan untuk kebahagiaan jiwanya. Demikian juga dalam
menghadapi Covid -19, maka melalui kemampuanPandemic Covid -19 dalam
Pandangan Filsafat Manusia 39 rasionalitas yang digabung dengan moralitas, maka
manusia dapat keluar sebagai pemenangnya. Pemena ng sejati adalah orang -orang
yang tidak memiliki rasa ketakutan dalam menghadapi situasi Covid -19, melainkan
selalu mempergunakan rasionalitasnya atas keadaan dengan siap dan untuk apa
berinteraksi, sehingga manusia akan berprilaku seperlunya tanpa membuat prilaku yang
tidak penting. Demikian dengan moralitasnya, maka segala ketentuan yang dibuat baik
itu protocol kesehatan dan berprilaku hidup bersih serta makan yang sehat menjadi
dasar untuk tetap hidup dalam segala kondisi.
Hal ini karena sudah ada yang mengenali apa dan siapa itu Covid -19, maka setelah
mengetahui keberadaannya sehingga mengenali sifatnya. Dengan demikian seperti
persahabatan sesame manusia yang harus mengenali sifat -sifatnya yang berdampak
baik dalam menjalin hubungan. Jika tanpa tahu si fatnya, maka persahabatan juga akan
mengakami gangguan. Oleh karena itu sifat bijaksana yang dimaksud dalam filsafat
manusia adalah segala prilaku dan pemikiran melalui pertimbangan akal dan budinya,
manusia tetap hidup berdampingan dengan situasi lingkung annya termasuk
keberadaan Covid -19 sehingga tanpa harus menjauhinya. Dengan demikian memakai
kecerdasanya serta moralitasnya itulah manusia akan keluar sebagai pemenangnya
Menguasai Covid -19, bukan Dikuasai Covid -19.
SIMPULAN Dalam menghadapi Covid -19 ini , apabila sudah ditemukan mekanisme
mengahadapi Covid -19 dengan menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan,
meningkatkan imunitas diri dengan makanan yang bergizi, maka sebaiknya hal itu yang
diterapkan, dengan demikian tanpa harus memutus hubungan anta r warga dengan
menutup jalan, memutus hubungan antar bangsa dengan memutus atau pelarangan
warga bangsa lain datang kenegara lain. dalam menghadapi Covid -19 antara
komponen masyarakat saling terjalin interaksi tanpa putus, sehingga segala informasi
secara akurat tanpa disembunyikan yang memunculkan doktrin -doktrin baru.
Pemenang sejati adalah orang -orang yang tidak memiliki rasa ketakutan dalam
menghadapi situasi Covid -19, melainkan selalu mempergunakan rasionalitasnya atas
keadaan dengan siap dan untuk apa berinteraksi, sehingga40 COVID -19: Perspektif
Hukum dan Sosial Kemasyarakatan manusia akan berprilaku seperlunya tanpa membuat
prilaku yang tidak penting. Demikian dengan moralitasnya, maka segala ketentuan yang
dibuat baik itu protocol kesehatan dan berprilaku hidup bersih serta makan yang sehat
menjadi dasa r untuk tetap hidup dalam segala kondisi.
Hal ini karena sudah ada yang mengenali apa dan siapa itu Covid -19, maka setelah
mengetahui keberadaannya sehingga mengenali sifatnya. Sifat bijaksana yang dimaksud
dalam filsafat manusia adalah segala prilaku dan pemikiran melalui pertimbangan akal
dan budinya, manusia tetap hidup berdampingan dengan situasi lingkungannya
termasuk keberadaan Covid -19 sehingga tanpa harus menjauhinya. Dengan demikian
memakai kecerdasanya serta moralitasnya itulah manusia akan keluar sebagai
pemenangnya Menguasai Covid -19, bukan Dikuasai Covid -19. DAFTAR PUSTAKA Adlin,
A. (Ed.). (2006). Menggeledah Hasrat. Yogyakarta: Jalasutra. Calvin. (1959).
Sigmund Freud (1959th ed.; S. Tasrif, ed.). Jakarta: P.T. Pembangunan Jakarta. Fuad, I. (2
010). Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta. James Rachels. (2004). Filsafat Moral.
Yogyakarta: Kanisius. K. Bertens. (1999). Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.
Masrul, M. et al. (2020) Pandemik COVID -19: Persoalan dan Refleksi di Indonesia. Med
an: Yayasan Kita Menulis. Polanyi. (2001). Kajian Tentang Manusia. Yogyakarta: Kanisius.
Setiadi, E. M. dan K. U. (2010). Pengantar Sosiologi, Pemahaman Fakta dan Gejala
PermasalahanSosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya. Jakarta: Kencana. Suseno Franz
M agnis. (1997). 13 Tokoh Etika. Yogyakarta: Kanisius.
https://labkes.jogjaprov.go.id/berita/5.
Virus dan Upaya Penganganannya d alam Literatur Veda (Refleksi Pengetahuan Veda
Guna Membangun Resiliensi Pada Pandemik Global Covid -19) Ni Kadek Surpi
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar PENDAHULUAN Peradaban
Veda mengajarkan sejak jaman lampau, sudah terdapat beraneka ragam penyakit dan
bibit penyakit yang berbahaya bagi manusia, baik yang terlihat maupun yang tak
terlihat. Dalam Pustaka Atharvaveda dijelaskan dalam berbagai mantra tentang penyakit,
bibit penyakit dan cara umum penanganan mediknya. Selain itu dijelaskan pula tentang
obat -obatan dan terapi yang dapat membantu kesembuhan manusia.
Dalam literatur Veda dan Ayurveda tercatat bahwa ada penyebab penyakit yang mampu
menginfeksi manusia, baik yang terlihat oleh mata maupun yang tak kasat mata. Di
dalam Pustaka Veda terdapat kata Krimi, krumi, K?ÿmi yang mengacu pada penyebab
penyakit yang kasat mata kaupun tak kasat mata, yang dapat berupa virus, mikroba
maupun jamur. Krimi adalah penyakit penti ng yang dideskripsikan dalam sains
ayurveda dan dijelaskan secara rinci berkenaan dengan etiologinya, gambaran klinis,
dan perawatannya. Istilah krimi digunakan untuk menunjukkan organisme kecil yang
berada di tubuh manusia.
Pragati Y. Chougule, and Sujata P. Jadhav (2017:168) menyatakan istilah krumi
sebagaimana disebutkan dalam ayurvedic klasik memiliki arti luas. Ini mencakup semua
jenis organisme makro dan mikro, patogen dan non - patogen. Dalam teks klasik
bersama dengan vata, pitta, kapha, sukshma jantu42 COVID -19: Perspektif H ukum dan
Sosial Kemasyarakatan juga dianggap bertanggung jawab untuk menciptakan penyakit.
Deskripsi mengenai manajemen Krimi tersedia sejak periode Veda. Diketahui bahwa
sejak jaman lampau krimi berkontribusi signifikan terhadap beban penyakit global.
Kepadatan, kontaminasi air, sanit asi yang buruk sangat mendukung penularan infeksi
parasit yang mengakibatkan endemisitas tinggi.
Banyak yang mengabaikan kondisi ini karena seringkali tidak menunjukkan gejala. Ini
mungkin terkait dengan malnutrisi, anemia defisiensi besi, gangguan pencern aan yang
berulang dan infeksi saluran pernapasan atas. Saat ini dunia dunia berada pada fase
dengan kemajuan pengobatan sangat pesat dan ditemukan alat -alat kesehatan yang
sangat canggih, namun demikian, dunia beberapa kali dikejutkan pandemik global yang
disebabkan oleh virus dan sangat sulit untuk diatasi. Teks kuno dan kejadian masa
lampau yang seolah memiliki benang merah dapat menjadi petunjuk penting
bagaimana penanganan yang harus dilakukan dan membangun daya tahan bagi
masyarakat dalam masa sulit ke tika wabah terjadi.
Artikel ini menguraikan bagaimana Veda mendekripsikan bakteri dan virus, infeksinya
terhadap manusia dan upaya umum penanganannya. Dari hal tersebut, dapat dibangun
upaya ketahanan tubuh dan mental manusia dalam menghadapi pandemik yang bisa
saja terjadi setiap saat. Resiliensi merupakan hal yang sangat penting ketika mengalami
masa -masa sulit sebagaimana halnya pandemik global Covid -19 yang terjadi saat ini.
Penulisan ini merupakan hasil studi literatur dengan menggunakan metode interpr etasi
dengan analisis data menggunakan verstehen dan analisis tekstual. Literatur yang
digunakan ditelusuri terkait dengan narasi tentang virus dan mikroba penyebab
penyakit pada manusia dan upaya membangun resiliensi. PEMBAHASAN A. Keberadaan
Bakteri dan Virus dalam Literatur Hindu Kesehatan adalah sumber untuk mencapai
empat tujuan manusia tertinggi - Dharma, Artha, kaÿma dan mok?ÿa, yang ditahbiskan
oleh Veda. Penyakit merampas kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
Jadi, seseorang harus berusaha ker as untuk melindungi kesehatannya dengan berbagai
cara. Untuk mencapai tujuan mulia kehidupan, tubuh yang sehat adalah prasyarat.
NamunVirus dan Upaya Penganganannya dalam Literatur Veda 43 demikian, terkadang
penyebab berbagai penyakit terus bermunculan dan dapat menjadi pandemik global di
mana setiap manusi a terancam dapat terinfeksi. Sejak periode Veda, Krimi adalah salah
satu sahabat tertua manusia. Para guru, sadhu, acarya, para penulis literatur kuno sangat
sadar tentang keberadaan mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit.
Ada beberapa referensi tidak langsung dalam Veda untuk mikroba dan penyakit
menular yang bernama Krimi dan Krimi Rogas. Krimi dianggap sebagai faktor penyebab
dari sejumlah penyakit. Krimi masuk ke dalam tubuh dan menghasilkan sejumlah
penyakit (Atharvaveda 2.32.6). Berdasarkan su mber-sumber dalam Veda, Krimi, krumi,
K?mi ( ??ÿ?ÿ? ) merujuk pada mikroorganisme virus, jamur, cacing, yang berupa entitas
kecil baik yang sifatnya terlihat maupun tidak terlihat.
Krimi semua jenis organisme makro dan mikro, patogen dan non -patogen. Organisme
kecil yang terlihat atau tidak terlihat yang memengaruhi makhluk hidup dan tidak hidup
dari biosfer dijelaskan dengan sangat efisien dalam ilmu Ayurveda. Krimi adalah istilah
luas yang mencakup semua jenis cacing dan mikroba. Itu mungkin patogen atau non
-patogen. Semua acharyas dijelaskan krimi, dengan klasifikasi, gejala dan pengobatan.
Sementara Prasad (2002:2) menjelaskan ada dua kata berbeda Krimi dan Krmi yang
disebutkan dalam Atharvaveda. Krmi berarti serangg a dan sedangkan Krimi 8 berarti
cacing/kuman/bakteri/virus (V.23.3,6), yang berkembang biak, memasuki tubuh manusia
dan mereka terlihat atau tidak terlihat. Menurut Atharvaveda beberapa kuman, virus ada
di mana -mana yaitu di pohon, gunung, perairan dan pada makhluk hidup (II.31.4).
Beberapa dari mereka adalah parasit manusia atau mampu menginfeksi manusia. Hal ini
terkait dengan pandemik yang terjadi belakangan yang diduga berasal dari makhluk
hidup dan berevolusi untuk menginfeksi tubuh manusia. Krumi adala h penyakit penting
yang dideskripsikan dalam sains ayurveda dan dijelaskan secara rinci berkenaan dengan
etiologinya, gambaran klinis dan pengobatannya. Terkait dengan pandemik yang
sedang dihadapi, Ayurveda juga menguraikan keberadaan bakteri yang dapat m
enginfeksi saluran pernapasan atas. Kata krimi digunakan dalam Veda untuk makhluk
makroskopik dan mikroskopis yang berbeda.
Langsung dari bakteri, berbagai serangga juga dinominasikan sebagai krimi. Dua jenis
krimi yaitu Drishta (Visible /Macroscopic) dan Adrishta (Invisible/Microscopic) dijelaskan
dalam Veda.44 COVID -19: Perspektif H ukum dan Sosial Kemasyarakatan Dua kategori
ini mencakup hampir semua krimi (Mikroba /patogen). Juga dikategorikan menurut asal
dan Habitatnya. Organisme berbahaya dan melemahkan (Pushtinashaka) ini dikenal
dengan berbagai nama berdasarkan masalah/penderitaan yang dihasilkan (Pragati,
Chougule, dkk.,2017:169).
Lebih lanjut dinyatakan bahwa Krumi memiliki variasi besar dalam ukuran, siklus hidup
yang kompleks dan kebiasaan migrasi di dalam inang mereka dan ini menyebabkan
sekitar satu miliar infeksi setiap tahun. Unni (2008:44) menyebutkan K?ÿmiÿ ( ??ÿ?ÿ? )
merupakan salah satu dari berbagai penya kit yang disebutkan dalam Yogasarasa?graha
(Yogasara -sa?graha) abad ke-15 oleh Vasudeva: sebuah karya yang mewakili ringkasan
pengobatan resep Ayurvedic. Yogasarasa?graha menyebutkan k?mi berhubungan
dengan seluruh resep dalam rute administrasi, dan dengan demikian berhubungan
dengan pengetahuan farmasi (bhai?ÿajya -kalpana) yang merupakan cabang
farmakologi (dravyagu?a).
Dalam karya ini dijelaskan dengan sangat rinci bagaimana pola pengobatan yang harus
dilakukan pada penyakit yang berbeda termasuk pola pena nganan K?ÿmiÿ yang lebih
spesifik sebagai penyebab penyakit yang tak kasat mata. Deskripsi krumi dan krumiroga
tersedia dalam veda, samhita, dan literatur lainnya, tetapi menurut jaman, kedalaman
literatur sangat bervariasi. Sulit untuk mengkorelasikan istil ah ayurvedic mengenai
krumi dengan istilah modern karena kurangnya deskripsi detail dari masing -masing
krumi.
Bapak Kedokteran Hindu, Acharya Charak telah menyebutkan tiga pola perawatan krimi
roga (i) Apakarshana (ii) Prakrutivighata dan (iii) Nidan pariv arjan[1]. Ketiga model
perawatan ini akan dijelaskan pada sub bab berikutnya. Matahari dan Agni (api)
digambarkan sebagai sumber internal penanganannya. Ilmu pengetahuan saat ini juga
menegaskan fakta ini. Sinar ultraviolet dini hari yang berasal dari mata hari dapat
digunakan untuk berbagai krimijanya -vyadhis (penanganan atasnya). Terlepas dari
berbagai modalitas pengobatan ini dengan menggunakan berbagai sumber daya alam,
obat -obatan nabati. obat -obatan mineral, fumigasi, pembersihan (Marjan -prokshana)
dal am sejumlah mantra dijelaskan untuk krimi dan penyakit yang disebabkannya.
Ditemui pula kata krimi Cikitsa. Cikitsa ( ????'? ) berarti praktik kedokteran,
penyembuhan, penyembuhan, pemberian atau penerapan pengobatan (Alex dan Nair,
2003:55). Dengan demik ian krimi Cikitsa merujuk pada penanganan krimi.Virus dan
Upaya Penganganannya dalam Literatur Veda 45 B. Konsep Krimi dan Upaya
Penanganan dalam Atharvaveda Konsep tentang krimi merupakan hal yang penting
dalam upaya membangun kehidupan yang sejahtera dalam Hindu. Sebab penyakit dan
penyebab penyakit harus d iatasi guna kehidupan manusia yang baik. Penyakit telah
merampas kesejahteraan manusia, olehnya harus diatasi dengan berbagai cara.
Keberadaan penyakit karena penyebab tak kasat mata telah dibicarakan ribuan tahun
lalu dalam sejarah peradaban Veda. Lebih d ari 5000 tahun yang lalu, Arjuna dalam teks
Mahaÿbhaÿrata menuliskan tentang keberadaan mahluk - mahluk kecil yang
keberadaanya sulit dideteksi. Arjuna dalam Santi Parva (Mahabharata Buku 12, Santi
Parva Bagian XV), pembahasan tentang tugas dan kewajiban seora ng Ksatria
(Rajadharma) berbicara tentang virus yang mematikan. In water, on earth, and fruits,
there are innumerable creatures.
It is not true that one does not slaughter them. What higher duty is there than
supporting one's life? There are many creature s that are so minute that their existence
can only be inferred. With the failing of the eyelids alone, they are destroyed. There are
men who subduing wrath and pride betake themselves to ascetic courses of life and
leaving village and towns repair to the w oods. Arrived there, those men may be seen to
be so stupefied as to adopt the domestic mode of life once more. Others may be seen,
who (in the observance of domesticity) tilling the soil, uprooting herbs, cutting off trees
and killing birds and animals, pe rform sacrifices and at last attain to heaven (Ganguli,
1883) “Di air, di bumi, dan buah -buahan, ada banyak sekali makhluk. Tidak benar bahwa
seseorang tidak membantai mereka. Apa tugas lebih tinggi yang ada selain mendukung
kehidupan seseorang? Ada banyak makhluk yang begitu kecil sehingga keberadaannya
hanya dapat disimpulkan.
Dengan jatuhnya kelopak mata saja, mereka hancur. Ada orang -orang yang
menundukkan amarah dan kesombongan mempertaruhkan diri mereka pada jalan
hidup pertapa dan meninggalkan desa d an kota memperbaiki hutan. Sesampainya di
sana, orang -orang itu mungkin terlihat begitu terpesona hingga mengadopsi mode
kehidupan rumah tangga sekali lagi. Yang lain mungkin terlihat, yang (dalam
pemeliharaan rumah tangga) mengolah tanah, mencabut tumbuha n,46 COVID -19:
Perspektif H ukum dan Sosial Kemasyarakatan memotong pohon dan membunuh
burung dan hewan, melakukan pengorbanan dan akhirnya mencapai surga” Pada
bagian ini Arjuna tampak menjelaskan ada keberadaan makhluk diberbagai tempat di
alam semesta.
Demikian pula terdapat virus yang berbahaya, dengan lebi h tegasnya, dinyatakan ;
??ÿ+ÿ?ÿ?ÿ?ÿ?ÿ?ÿ? ??ÿ?ÿ?ÿ?ÿ? ??1 ?3?ÿ?ÿ? ??ÿ?ÿ? ??? ?+?? ??ÿ? ??????ÿ? ??ÿ?ÿ?? ???ÿ?
??:??1ÿ?? suk?mayonini bhutani tarka gamyani kani cit pak?ÿma?o 'pi nipatena ye?ÿa?
syat skandhaparyaya? Mahaÿbhaÿrata Santi Parva XV.26 “Ada beberapa spesies yang
sangat kecil dan tidak dapat dilihat oleh mata manusia sehingga keberadaannya hanya
dapat disimpulkan. Mereka bisa terbunuh hanya dengan menjatuhkan kelopak mata
saja” Pada bagian ini Arjuna menegaskan bahwa ada sejumlah spesies yang sangat kecil,
tidak terlihat oleh mata, tetapi keberadaanya dapat diperoleh melalui kesimpulan.
Apa yang dijelaskan dalam Mahabharata tersebut merujuk pada bakteri dan virus yang
sudah dikenal lebih dari lima ribu tahun lalu dan dianggap sebagai ciptaan yang berbah
aya bagi manusia. Walaupun makhluk kecil ini keberadaanya hanya dapat diduga, atau
tidak terlihat oleh mata, ia dapat dihancurkan atau dimusnahkan dengan cepat.
Kemampuan manusia tentang ilmu pengobatan harus digunakan untuk menghancurkan
keberadaanya. Sel anjutnya, Atharvaveda dan Ayurveda membahas secara lebih dalam
bagaimana penanganan yang dapat dilakukan terhadap mikro - organisme yang
keberadaannya sangat kecil tersebut.
Veda sastra Hindu yang keempat dan terakhir, Atharvaveda, berisi informasi medis dal
am berbagai tahap evolusinya dan mengandung tahap terapi yang paling primitif dan
paling maju. Atharvaveda menyebutkan sejumlah besar penyakit baik besar maupun
kecil, yang juga dikenal sebagai ‘Bhaisajyaveda’ karena nyanyian -nyanyiannya mewakili
Ayurveda dari zaman Veda dan nama Atharvan hampir identik dengan Bhesaja
-kedokteran dan pengobatan (Prasad, 2002:1). Pembahasan tentang, makhluk kecil,
krimi dapat dilacak dalam Pustaka Atharvaveda Himne XXIII, yakni.Virus dan Upaya
Penganganannya dalam Literatur Veda 47 ??? ?? =?ÿ?ÿ?ÿ??ÿ?ÿ?ÿ?ÿ? ??ÿ? ??ÿ?ÿ? ??B??ÿ?
??ÿ? ? ?F G?ÿ?ÿHG ?I??? ?K?ÿ?ÿ?ÿ?ÿ?ÿ?ÿ?ÿ? ote me dyavap?ÿthiviÿ ota deviÿ sarasvatiÿ,
otau ma indrasÿcagnisÿca krimi? jambhayatamiti. Atharvaveda 5.23.1
Matahari dan Bumi terjalin untuk saya, pengetahuan ilahi dimaksudkan untuk saya,
panas dan api yang bercampur untu k saya Semoga ini menghancurkan krimi. Ini adalah
doaku. ?N?ÿF ??ÿ?ÿ?ÿ?ÿN ?I???? ??ÿ??? ??ÿ?ÿ? ??? ??S? ??ÿ?ÿ?? ?U?ÿ? ???? ??? asyendra
kumarasya krimiÿn dhanapate jahi, hata visÿva arataya ugre?a vacasa mama.
Atharvaveda 5.23.2 O Dokter yang makmur, bun uhlah krimi yang memangsa bocah ini.
Semua penyebab penyakit yang ganas telah dipukuli oleh kata -kata Veda saya yang
manjur.
Mantra Atharvaveda tersebut mendeskripsikan tentang keberadaan krimi, mahluk kecil
penyebab penyakit, baik yang kasat mata maupun tak kasat mata, baik pathogen
maupun non pathogen. Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk
memahami dan mengatasi keberadaan krimi dan cara menanggulanginya secara tepat
dan cepat. ?? ?I??? ?????W? ?? ??ÿXÿ?ÿ? ?????????ÿ? ?? ?? ? ??SZ??[??? ?I????
?K?ÿ?ÿ?ÿ?ÿ?ÿ? ye krimaya? sÿitikak?ÿa ye k?ÿ?ÿ?a? sÿitibahava?, ye ke ca visÿvarupastan
krimiÿn jambhayamasi. Atharvaveda 5.23.5
Krimi (merujuk pada cacing -cacing) yang dihias dengan warna putih, yang berwarna
hitam, dan yang memiliki lenga n putih, semua itu menunjukkan berbagai warna dan
corak, cacing -cacing ini benar - benar kita hancurkan. Lebih lanjut, sejumlah mantra
juga menarasikan48 COVID -19: Perspektif H ukum dan Sosial Kemasyarakatan tentang
keberadaan krimi baik dialam maupun telah masuk kedalam tubuh manusia. ???
??ÿ?ÿ[ÿ?ÿ?? ??ÿ?1 ??ÿ? ?? S]^? ?]^?ÿ?ÿ? ]^??ÿG`a]^??ÿG ??1ÿG b??ÿ??? ?I????ÿ? ut
purastat surya eti visÿvad?ÿ?ÿ?ÿo ad?ÿ?ÿ?ÿaha, d?ÿ?ÿ?ÿa?sÿcaghnannad?ÿ?ÿ?ÿa?sÿca
sarvasca pram??an krimin. Atharvaveda 5.23.6
Ke arah timur matahari terbit, terlihat dari semua, menghancurkan bibit penyakit yang
tak terlihat, menghancurkan dan membunuh semua mikro -organisme, bibit penyakitt
yang terlihat dan tak terlihat. ??ÿ?ÿ?ÿ?ÿ?ÿ?ÿ? ?c?ÿ?ÿ? ??d?ÿ? ?????e?ÿ???ÿ? ]^G ?f???
?I??g??]^G ?f??ÿ??ÿ? yeva?ÿasa? ka?ÿka?ÿasa ejatka? sÿipavitnuk a?, d?ÿ?ÿ?ÿasÿca
hanyata? krimirutad?ÿ?ÿ?ÿasÿca hanyatam. Atharvaveda 5.23.7 Biarkan mikro
-organisme yang bergerak cepat, sangat sakit, bersinar, gemetar, dan berbahaya,
biarkan mikro -organisme yang kita lihat, dan yang kita tidak lihat, dihancurkan.
??ÿhÿ??? ?? ?I ??? ?iÿj ?k?ÿl?ÿ??ÿH?ÿ??ÿ? ??mN no?? ?? ???p?? ?I????ÿ? atrivad va?
krimayo hanmi ka?vavajjamadagnivat, agastyasya brahma?a sa? pina?ÿmyaha? krimiÿn.
Atharvaveda 5.23.10 Aku membunuhmu krimi (cacing, bakteri dan virus), seperti
perputaran, udara dan matahari. Saya menghancurkan penyebab penyakit itu dengan
pengetahuan Veda tentang Tuhan. ???ÿ?? ?N ??ÿ?ÿ?ÿ? ???ÿ?? ?qÿ???ÿ???ÿ? ??ÿ? ??
W?ÿrÿ?ÿ? ?? ??s ?? ?I??? ???ÿ?ÿ? hataso a sya vesaso hatasa? parivesasa?,Virus dan Upaya
Penganganannya dalam Literatur Veda 49 atho ye k?ÿullaka iva sarve te krimayo hata?.
Atharvaveda 5.23.12 Dihancurkan adalah konsekuensinya, mereka yang tinggal di
sekitarnya hancur. Semua krimi (bakteri, virus dan cacing), yang tampaknya menjadi si
kecil dilakukan sampai mati.
??sÿ?ÿ?? ? ?I????? ???1ÿ??? ? ?I??????ÿ? ?????ÿ3t?? ???? ??ÿ?ÿ3?ÿH?ÿ? ??ÿ?ÿ??ÿ? sarve?a?
ca krimi?a? sarvasa? ca krimi?am, bhinadmyasmana siro dahamyagnina mukham.
Atharvaveda 5.23.13 Dari setiap krimi, baik betina maupun jantan (dan berbagai
jenisnya), saya hancurkan kepala sampai hancur dengan kekuatan dan membakar
wajahnya dengan api. Mantra di atas berbicara tentang upaya penghancuran atau
penanganan krimi dalam Atharvaveda. Upaya penanganan Kesehatan manusia muncul
dalam buku pertama dari Atharvaveda. Konsep yang sangat penting adalah
membangun Kekebalan dari semua penyakit. Konsep ini selanjutnya menjadi bahasan
sangat penting dalam pengetahuan Kedokteran Hindu.
Mantra Atharvaveda 5.23.10, 5.23.12 -13 memberikan gambaran bagaim ana
menghancurkan krimi dan membuatnya tidak mampu menginfeksi tubuh manusia.
Sejumlah kekuatan udara, matahari (Surya) dan panas (agni). Udara yang dimaksudkan
adalah upaya untuk memberikan udara yang sehat kepada penderita untuk
membantunya bernafas seca ra baik demi menjaga kestabilan dan memacu Kesehatan
tubuhnya. Cahaya matahari merupakan satu upaya terapi yang baik, baik untuk
penyembuhan maupun meningkatkan imunitas tubuh manusia.
Sejumlah Gerakan yoga seperti Surya Namaskar (penghormatan terhadap Sur ya)
dilakukan Ketika matahari terbit dan diyakini membangun sistem kekebalan tubuh
manusia secara paripurna. Pengetahuan modern juga membenarkan penggunaan
cahaya matahari untuk membangun sistem kekebalan tubuh. Sementara panas (agni)
dapat terderivasi men jadi sejumlah sediaan dari gas sampai alcohol yang bermanfaat
melawan kuman dan virus yang tidak tampak oleh mata.
Sejumlah ayurvedik farmaka juga terhubung dengan upaya membunuh bakteri dan virus
dalam tubuh manusia dan diluar tubuh manusia.50 COVID -19: Perspektif H ukum dan
Sosial Kemasyarakatan C. Metode Uta ma Penanganan Krimi Penanganan krimi dapat
ditemukan pada sejumlah tes Hindu. Pustaka Atharvaveda secara garis besar telah
menguraikan pola umum penanganan krimi. Pragati, Chougule, dkk (2017) menyatakan
lebih khusus dalam Dalam bab 7 buku charak vimanstha na, Acarya charak telah
menyebutkan tiga teori utama untuk perawatan Krimi Roga, yakni;
“Sarvakriminamapakarshanaamevaaditah karya, tatah prakrutivighatah, anantaram
nidanoktanam bhavanamanupasevanamiti ||” (Ch VI.7 / 4) Tiga cara dalam penanganan
krimi ad alah sebagaimana dijelaskan : Cara pertama disebut dengan metode
Apakarshan. Apakarshan berarti menggaruk, mengeluarkan dosha, mala, dan
krumisanghata dengan paksa.
Setiap proses di mana unsur -unsur yang tidak diinginkan dihilangkan atau diekstraksi
dari t ubuh dianggap sebagai apakarshana. Krumi yang berada di dalam tubuh harus
dikeluarkan dengan teknik yang sesuai dan dilakukan oleh penyembuh yang terlatih,
baik menggunakan terapi tertentu maupun obat - obatan. Cara kedua yakni
Prakrutivighata - Prakrutivigha ta berarti penghancuran lingkungan yang
menghasilkan/menguntungkan bagi krimi. Hal ini dilakukan untuk menangkal faktor
-faktor yang menyebabkan produksi krimi.
Setiap tindakan yang berhasil melawan infestasi dan reinfestasi krimi harus
dipertimbangkan di b awah prakrutivighata. Hal ini terkait dengan lingkungan sebagai
upaya pertahanan kehidupan bagi krimi sebelum menemukan cangkang untuk dapat
berkembang biang dan bahkan membunuh tubuh yang terinfeksinya. Cara kedua ini
lebih condong pada upaya yang dapat d ilakukan agar krimi tidak bertahan di
lingkungan sekitar. Untuk saat ini terkait dengan menggunaan desinfektan guna
membunuh keberadaan bakteri dan virus.
Cara ketiga adalah Nidanaparivarjana - Nidanaparivarjana berarti menghilangkan faktor
-faktor penyebab yang membantu dalam produksi, perkecambahan dan pertumbuhan
krimi. Oleh karena itu, faktor yang bertanggung jawab untuk produksi krumi harus
dihindari. Nidanparivarjana adalah prinsip yang paling penting karena ayurveda
memberi arti penting bagi ahara (mak anan sebagai asupan bagi tubuh manusia) dan
vihara sebagai pengobatan. Ajaran ayurveda menekankan kebersihan dan daya tahan
tubuhVirus dan Upaya Penganganannya dalam Literatur Veda 51 dari infeksi. Semua zat
yang tidak higienis dan modifikasi gaya hidup harus dilakukan untuk mengakhiri krimi.
Pada bagian ini, menekankan pada kondisi fisik manusia yang harus dikondisikan untuk
kebal terhadap kemungkinan infeksi dengan meningkatkan umun sistem pada kondisi
yang prima melalui asupan makanan dan teknik pengobatan termasuk gerakan yoga
asanas dan pranayama tertentu yang disarankan. Cara penanganan krimi juga
ditemukan dalam berbagai teks kedokteran Hindu, yang intinya berkisar pada tiga cara
tersebut. Namun, hal yang sangat diperhatikan adalah upaya peningkatan imun sistem
dengan makanan yang sehat, organik dan pola hidup yang sesuai dengan Ayurveda. D.
Krimi Roga dan Relevansinya dengan Pandemik Covid - 19 Badan Kesehatan Dunia
(WHO), pada 11 Maret 2020 secara resmi menetapkan bahwa wabah Coronavirus
Disease 2019 (Covid -19) yang disebabkan oleh virus SARS -CoV-2 sebag ai pandemic
global. pandemic artinya tersebar luas (tentang penyakit) di suatu kawasan, benua, atau
di seluruh dunia. Virus yang awalnya ditemukan kasusnya di Wuhan ini dinyatakan
memiliki pola penyebaran yang hebat di mana dalam kurun waktu kurang dari ti ga
bulan, virus ini telah menyebar ke 123 negara dengan jumlah orang yang terinfeksi yang
sangat besar.
Menurut hasil penelitian, penyakit ini diawali pada 2 Januari 2020, 41 pasien dirawat di
rumah sakit diidentifikasi sebagai infeksi 2019 -nCoV yang dikon firmasi di laboratorium
Wuhan. Dari pasien yang terinfeksi 2019 -nCoV adalah berusia 25 -49 tahun, dan 14
(34%) berusia 50 -64 tahun Gejala yang paling umum pada awal penyakit adalah
demam (40 [98%] dari 41 pasien), batuk (31 [76%]), dan mialgia atau kelelah an (18
[44%]); gejala yang kurang umum adalah produksi dahak (11 [28%] dari 39), sakit kepala
(tiga [8%] dari 38), hemoptisis (dua [5%] dari 39), dan diare (satu [3%] dari 38;. Lebih dari
setengahnya pasien (22 [55%] dari 40) mengalami dyspnoea (Huang, dkk.,2020:4 -5).
Penyakit ini secara cepat menggegerkan dunia dan menyebar secara luas dengan
perpindahan manusia. Di Indonesia, virus ini pertama kali diumumkan, Senin 2 Maret
2020, dua orang warga Indonesia yang sempat kontak dengan warna negara Jepang
yang datang ke Indonesia. Berdasarkan laporan kasus ini di Amerika Serikat, mirip
dengan laporan dari negara lain, temuan ini menunjukkan risiko yang serius penyakit
dan kematian52 COVID -19: Perspektif H ukum dan Sosial Kemasyarakatan akibat
COVID -19 lebih tinggi pada kelompok usia lanjut. Laporan COVID, C., & Team, R. (2020)
menegaskan, mirip dengan data dari Tiongkok, yang mengindikasikan> 80% kematian
terjadi di antara orang berusia =ÿ60 tahun.
Data awal ini juga menunjukkan bahwa penyakit parah mengarah ke rawat inap,
termasuk masuk dan meninggal ICU, dapat terjad i pada orang dewasa dari segala usia
dengan COVID -19. Sebaliknya, orang berusia =19 tahun tampaknya memiliki penyakit
COVID -19 yang lebih ringan, dengan hampir tidak ada rawat inap atau kematian
dilaporkan sampai saat ini di Amerika dalam kelompok umur ini . Risiko penyakit serius
dan kematian pada COVID - 19 kasus di antara orang -orang di Amerika Serikat
meningkat seiring bertambahnya usia.
Laporan ini merekomendasikan untuk untuk menjaga jarak untuk semua umur untuk
memperlambat penyebaran virus, melindungi sistem perawatan kesehatan, dan
membantu melindungi orang dewasa tua yang rentan. Menjauh dari mereka yang sakit,
hindari keramaian sebanyak mungkin, hindari perjalanan yang tidak penting, dan tinggal
di rumah sebanyak mungkin untuk lebih lanjut mengurangi risiko tertular. Melihat gejala
dan pola penyebaran, penyakit ini tampaknya bisa dideteksi secara sederhana dalam
tubuh manusia. Olehnya setiap orang harus memperhatikan kondisi tubuhnya sendiri
dan melakukan tindakan preventif dan kuratif secara mandiri ketika diperlukan.
Saatnya umat manusia tidak lagi menggantungkan persoalan kesehatannya terhadap
tenaga medis dan rumah sakit, melainkan secara mandiri memahami kondisi tubuh,
melakukan pemeliharaan kesehatan dan meningkatkan upaya pencegahan dengan imun
sistem yang baik. Indonesia memiliki peluang besar untuk bertahan dalam situasi sulit
ini mengingat ketersediaan bahan -bahan dari alam yang melimpah untuk
meningkatkan sistem imunitas tubuh. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)[3]
menyatakan bahwa Ind onesia sebagai salah satu Negara Mega Biodiversity di dunia
dikaruniai Keanekaragaman hayati serta tingkat endemisme atau tingkat keunikan
ekologi, dan organisme dalam struktur geografi yang sangat tinggi Indonesia
menduduki peringkat 5 besar di dunia. Ind onesia memiliki lebih dari 28 ribu jenis
tumbuhan. 55 pesen di antaranya merupakan endemik.
Potensi ini mestinya dimanfaatkan untuk melawan pandemik global dengan
memformulasikan berbagai jenis tanaman obat yang dapat membantu penyembuhan
dan upaya peningk atan imunitas terhadap virus. Terlebih sejak masa lampau, Indonesia
memiliki kemampuan untuk meracik jamu dari bahan alamiah yang bermanfaat besar
bagi kesehatan manusia.Virus dan Upaya Penganganannya dalam Literatur Veda 53 E.
Resiliensi Dalam Menghadapi Pandemik Global Covid - 19 Resiliensi merupakan hal
yang sangat penting yang diajarkan oleh Veda ketika menghadapi masa -masa sulit,
baik akibat pandemik, perang atau pun penderitaan lainnya.
Dalam epos Mahabharata dan Ramayana telah ditunjukkan dengan nyata bagaimana
seseorang harus beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi sulit. Dalam Ramayana,
Rama, Sita dan Laksmana harus mengungsi ke hutan selama 14 tahun dan hidup dalam
keprihatinan ditengah hutan. Sementara dalam Mahabharata Sabha Parva, Pandawa
harus hidup di hutan, mengalami pembuangan sebagai hukuman a tas kekalahan dalam
berjudi, selama 12 tahun dan menyamar selama 1 tahun.
Kebijaksanaan kesusasteraan Hindu mengajarkan umat manusia untuk menerapkan
kemampuan resiliensi ketika menghadapi masa -masa susah. Dalam Mahaÿbhaÿrata
disebut sebagai sthitaprajña yan g artinya mapan dalam kebijaksanaan, mampu
seimbang dalam suka dan duka, memiliki keteguhan hati menghadapi situasi sulit.
Dalam pengetahuan modern, resilien lebih banyak dibahas dalam ilmu psikologi.
Resiliensi merupakan sebuah proses di mana individu mam pu bangkit dan menekan
semua stressor atau perasaan yang negatif agar aktivitas kehidupan individu tersebut
tidak terganggu.
Resiliensi meliputi kualitas pribadi yang memungkinkan individu untuk bangkit ketika
menghadapi kesulitan. Selain itu, sejumlah ahl i memberikan defisini sebagai sebuah
kemampuan untuk mengatasi rasa sakit dan mentransformasikan diri, atau kapasitas
untuk memelihara kondisi (diri) agar tetap berfungsi secara kompeten dalam
menghadapi berbagai stresor dalam hidup (Hendriani, 2018). Dengan demikian,
Resilience atau resiliensi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk bangkit kembali
atau pulih dari stress, mampu beradaptasi dengan keadaan stress ataupun kesulitan.
Resiliensi merupakan suatu kemampuan individu dalam mengatasi serta meningkat kan
ketahanan diri terhadap situasi yang menekan pada individu seperti kehilangan
pekerjaan, kegagalan dam berhubungan sosial dan bahkan trauma yang terjadi dalam
hidupnya (Husna, 2019). Resilien ini berhubungan kepercayaan (trust) yang dibangun
pada seseo rang atau komunitas. Dalam kesusateraan Hindu maupun Ayurveda terapi,
masa - masa pandemik harus diisi dengan berbagai aktivitas untuk menjaga ketahanan
mental dan fisik. Melakukan yoga, meditasi dan terapi khusus sangat54 COVID -19:
Perspektif H ukum dan Sosial Kemasyarakatan dianjurkan untuk menghadapi masa suli t
yang menimpa, terlebih pandemik global yang dirasakan oleh banyak orang.
Menariknya Atharvaveda menganggap imun sebagai kekuatan hidup yang lebih baik
daripada seribu obat -obatan seperti Jangida (XIX.34.7). Agni (api) dianggap sebagai
dokter terbaik (I.2 8.1) dan dia membuat pria kuat dan dia juga tahu keabadian. Ia
menyembuhkan semua penyakit dan memberikan umur panjang. (V.28.1) (Prasad, 2002).
Hal ini sangat menarik, seban imun merupakan pusat kekuatan manusia. Teks -teks lain
lebih lanjut menguraikan tentang upaya meningkatkan imun sistem yakni dengan
praktik yoga, meditasi, mengkonsumsi makanan dan minuman satvika (satvika ahara).
Makanan satvika adalah makanan terbaik menurut Ayurveda yakni yang berasal dari
alam, nabati, dalam keadaan segar dan baik d an dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan
tubuh. Kesehatan fisik dan mental harus dijaga untuk menghadapi masa-masa sulit yang
mungkin terjadi. Terlebih jika dalam jangka panjang. Pada awalnya Atharvaveda dan
Ayurveda (tradisi medis dari zaman Veda) menyembuhk an penyakit dengan mantra
bersama dengan penggunaan satu tanaman obat. Hal ini sebagai aspek holistik dari
pengobatan Veda.
Kemudian selain metode psikis metode obat diperkenalkan dan karenanya sistem obat
adalah bagian sekuler. Kondisi seperti Krimi (II. 31; 32, V.23), stroke panas (VI.52) telah
ada perawatannya pada masa Atharvan, yakni yang dianggap sebagai seorang praktisi
medis par excellence (Zysk, 1996). Ada sejumlah referensi yang tersedia dalam
Atharvaveda untuk penyembuhan semua jenis penyakit (II .9.33; III.31; IV.13; 28; V.9; 30;
91; VI.26; 85; IX.8 dll). Aspek pencegahan dalam ilmu kedokteran yaitu untuk rentang
hidup yang lebih lama juga disebutkan dalam beberapa himne. Dengan demikian baik
Atharvaveda dan Ayurveda sesungguhnya sangat kuat merek omendasikan upaya
pencegahan.
Selain itu, kebertahanan melalui peningkatan imun sistem yang dapat dilakukan dengan
cara holistik. Pengucapan mantra dapat membangun kekuatan imunitas dan upaya
perbaikan sel -sel tubuh dan mengaktifkan fungsi kelenjar. Selain itu harus dibarengi
dengan ahara, yakni mengkonsumsi makanan dan minuman yang mendukung
peningkatan dan perawatan imun sistem sebagai senjata kekebalan dalam tubuh
manusia. Makanan yang sebagian besar berasal dari organik, dan diolah dengan cara
yang bena r, susu sapi dan kesehatan mental adalah hal yang direkomendasikan untuk
membangun daya tahan jangka Panjang guna menghindari terinfeksi baik bakteri
maupun virus yang berasal dari lingkungan sekitar. Virus dan Upaya Penganganannya
dalam Literatur Veda 55 SIMPULAN Penyakit yang diakibatkan oleh virus dan bakteri
sudah dikenal sejak jaman Veda dan disusun upaya penanganannya.
Sistem pengobatan dalam Veda merupakan upaya holistik untuk menjaga kesehatan
manusia, yang melibatkan aspek spiritual, biasanya menggunakan ma ntra, aspek psikis
-mental dan aspek fisik dengan terapi dan sediaan obat. Olehnya sistem medicine dalam
Veda kerap disebut sebagai religious healing. Dalam Veda, upaya peningkatan imun
sistem dikatakan ribuan kali lebih baik dibandingkan dengan obat -obatan . Dalam
menghadapi pandemik covid -19 yang melanda dunia termasuk Indonesia, berbagai
terapi dan sistem pengobatan dalam Veda dan Ayurveda semestinya dapat
dikembangkan, terutama pada aspek tertentu misalnya sediaan obat yang berbasis
tanaman yang ada di In donesia yang terkenal dengan megabiodiversity country,
keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Selain itu, aspek resiliensi dapat
dikembangkan karena wabah covid -19 dimungkinkan akan berlangsung dalam jangka
waktu yang panjang.
Diperlukan upaya mengemba ngkan daya tahan dan ketangguhan yang akan terkait
langsung dengan fisik serta psikis masyarakat. Yoga, meditasi, afirmasi melalui kata
-kata atau mantra dan makan makanan yang menyehatkan adalah upaya yang dapat
dilakukan untuk membangun daya tangguh dalam menghadapi pandemik. Berbagai
pengobatan dapat dikembangkan dengan menyelaraskan pengobatan tradisional yang
telah dikenal luas dengan pola pengobatan modern. DAFTAR PUSTAKA Alex, Prince &
Nair, Rajani A., (2003).
Ayurveda Oushadha Nirmanam Sidhantavum P rayogavum, The State Institute of
Languages, Kerala, Thiruvananthapuram, second edition. COVID, C., & Team, R. (2020).
Severe outcomes among patients with coronavirus disease 2019 (COVID -19)—United
States, February 12 – March 16, 2020. MMWR Morb Mortal Wkly Rep, 69(12), 343 -346.
Dash, Vaidya Bhagwan & Junius, Manfred M. (2006). A Hand Book of Ayurveda. Concept
Publishing Company, New Delhi, revised edition.56 COVID -19: Perspektif H ukum dan
Sosial Kemasyarakatan Devaraj, T. L. (2002). Ayurveda The Complete Handbook, U. B. S.
Publishers Distributors Pvt. Ltd., New Delhi.
Gupta, Kaviraja Nagendra Nath Sen, 2006. The Ayurvedic System of Indian Medicine,
Vol. I -III, Bharatiya Kala Prakashan, Delhi. Hendriani, W. (2018). Resiliensi Psikologi.
Jakarta: Prenadamedia Group. Huang, C., Wang, Y., Li, X., Ren, L., Zhao, J., H u, Y., ... &
Cheng, Z. (2020). Clinical features of patients infected with 2019 novel coronavirus in
Wuhan, China. The lancet, 395(10223), 497 -506. Jain, A. K., & Manjunath, S. (2016).
Vaidyavallabha: An authoritative work on ayurveda therapeutics. Ancient science of life,
36(2), 61. Mehta, P., McAuley, D. F., Brown, M., Sanchez, E., Tattersall, R. S., & Manson, J.
J. (2020). COVID -19: consider cytokine storm syndromes and immunosuppression. The
Lancet, 395(10229), 1033 -1034. Pragati Y.
Chougule, and Sujata P. Jadhav. (2017). “KRUMIROGA: LITERARY REVIEW.” International
Journal of Research - Granthaalayah, 5(10), 168 -174.
https://doi.org/10.5281/zenodo.1040283 Prasad, P. V. (2002). General medicine in
Atharvaveda with special reference to Yaksma (consumption/ tuberculosis). Bull Indian
Inst Hist Med Hyderabad, 32(1), 1 -14. Rothan, H. A., & Byrareddy, S. N. (2020). The
epidemiology and pathogenesis of coronavirus disease (COVID -19) outbreak. Journal of
autoimmunity, 102433. Salima Utama, M. (2016).
Peranan World Health Organization (WHO) Melalui Epidemic & Pandemic Alert And
Response (EPR) Programme Dalam Menangani Wabah Ebola Di Liberia. Doctoral
dissertation, Universitas Komputer Indonesia. Sharma, Priyavrat (Ed. & Tr.), 1981.
Carakasamhita (Text w ith English Translation) Vol. I -IV, , Chaukhambha Orientalia,
Varanasi, first edition. Sharma B K, 2001. Charaka Samhita Vimana -Sthana Ka
Vaishishthya Evamameekshatmaka Adhyayana. Ayurveda Siddhanta. National Institute
of Ayurveda, Jaipur .Virus dan Upaya Penganganannya dalam Literatur Veda 57 Unni,
Asha S., 2008. Edition translation and critical study of yogasarasamgraha. Ph.D Thesis.
Departement of Sanskrit University of Calicut Zysk, K. G. (1996).
Medicine in the Veda: Religious Healing in the Veda: with Translations and Annotations
of Medical Hymns from t he ?gveda and the Atharvaveda and Renderings from the
Corresponding Ritual Texts (Vol. 1). Delhi: Motilal Banarsidass Publ.. Dokumen
Vaidyavallabha of Hastiruchi, Hinidhi Commentary, Rasavaidya Moreshwara Vyasa. 1st
ed. 2nd reprint. Varanasi: Krishnadas Ac ademy; 2002. Sumber -sumber online
http://lipi.go.id/berita/indonesia -negara -mega-biodiversity -di-dunia -/5181
https://www.sacred -texts.com/hin/m12/index.htm
https://www.wisdomlib.org/definition/krimi
https://shodhganga.inflibnet.ac.in/handle/10603/77072
https://shodhganga.inflibnet.ac.in/handle/10603/77072 https://kbbi.web.id/pandemik
http://lipi.go.id/berita/indonesia -negara -mega-biodiversity -di-dunia -/5181 58 COVID
-19: Perspektif H ukum dan Sosial Kemasyarakatan Penguatan Physical Distancing
Melalui Lagu “de bengkung” (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra) Ni Made Ayu Susanthi
Pradnya Paramitha Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar
PENDAHULUAN Fenomena covid -19 begitu mencengangkan dunia. Kemunculannya
seakan menghantui seluruh lapisan umat manusia. Virus ini tidak terlihat namun nyata.
Layaknya hantu, covid -19 tidak dengan mu dah dapat terlihat oleh mata telanjang
manusia biasa, namun virus ini nyata, benar -benar ada, bahkan tidak ada pilihan untuk
tidak mempercayai keberadaannya. Perlawanannya menjadi sulit, sebab manusia
dihadapkan pada “lawan” yang tidak terlihat. Bahkan tubuh manusia yang telah pulih
dari infeksi belum tentu kebal terhadap covid - 19. Sampai saat ini upaya untuk
mengetahui apakah seseorang yang baru pulih dari infeksi dapat membangun antibodi
pelindung dalam darah masih dalam tahap uji coba (Zhou, 2020).
Beberapa cara yang terbilang cukup sederhana menjadi langkah preventif untuk
menjaga diri dari virus baru ini. Beberapa di antaranya yakni dengan melakukan
kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer jika tangan tidak terlihat kotor atau cuci
tangan dengan sa bun jika tangan terlihat kotor, menghindari menyentuh mata, hidung
dan mulut, menerapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut
dengan lengan atas bagian dalam atau tisu, lalu membuang tisu ke tempat sampah,
memakai masker medis jika memil iki gejala pernapasan dan melakukan kebersihan
tangan setelah membuang masker, menjaga jarak minimal 1 (satu) meter dari orang
yang mengalami gejala gangguan pernapasan (Yurianto, 2020).60 COVID -19: Perspektif
Hukum dan Sosial Kemasyarakatan Lebih lanjut Kementerian Kesehatan RI juga
menghimbau masyarakat um um untuk melindungi diri dengan memakai masker saat
keluar rumah dan jangan keluar rumah jika tidak ada kepentingan yang mendesak, jaga
jarak saat berbicara dengan orang lain, dan sering mencuci tangan pakai sabun dengan
air mengalir (Semua Pakai Masker, 2 020).
Menjaga jarak atau yang juga sering disebut social distancing adalah kondisi menjaga
jarak dengan orang lain agar tidak terjadi penularan. Jarak yang dimaksud yakni minimal
1 (satu) meter, jangan pergi ke tempat yang ramai, dan gunakan masker bila ha rus
berada di keramaian. Tidak kumpul -kumpul. Tetap tinggal di rumah. Tidak kemana
-mana kecuali urusan penting. Belajar di rumah, beribadah di rumah, bila mungkin
bekerja di rumah (Menjaga Jarak, 2020). Namun belakangan istilah social distancing
diganti d engan penggunaan frasa physical distancing.
Seperti yang dikatakan oleh pemimpin teknis untuk respons covid -19 sekaligus kepala
unit penyakit dan zoonosis di WHO, Maria Van Kerkhove, hal ini bukan tanpa alasan.
Perubahan frasa dari social distancing menjad i physical distancing guna mengklarifikasi
bahwa perintah dari pemerintah untuk tetap berdiam diri di rumah bukan berarti untuk
memutus kontak sosial dengan teman atau keluarga, melainkan untuk memastikan
bahwa masyarakat menjaga jarak fisik satu sama lain agar covid - 19 tidak menyebar
(Putri, 2020).
Pernyataan ini memberikan pemahaman, bahwa langkah yang dapat dilakukan dalam
upaya menghindarkan diri dari covid -19 adalah dengan menjauhkan diri dari
kerumunan. Salah satunya dengan mengurangi aktivitas yang tidak penting di luar
rumah, dan sedapat mungkin untuk tetap di rumah saja. Menjaga jarak fisik ini tentu
bukan berarti menjaga jarak sosial dengan orang lain. Komunikasi tetap dapat dilakukan
dengan tidak melakukan kontak fisik, seperti dengan memanfaatka n media komunikasi
yang telah berkembang di era teknologi seperti sekarang ini.
Presiden Jokowi juga menegaskan bahwa physical distancing adalah pilihan kebijakan
yang paling tepat diterapkan di Indonesia. Namun hal ini tentu harus didukung oleh
kedisipli nan masyarakat (Ihsanuddin, 2020). Ketegasan akan pencegahan covid -19
dengan menjaga jarak fisik dan menjauhi kerumunan juga tertuang dalam maklumat
Kapolri terkait penanganan covid -19. Irjen Herry Rudolf Nahak, Asisten Kapolri bidang
Operasi (Asops) dalam konferensi pers di Graha BNPB mengatakan bahwa dengan
maklumat tersebut, Polri mengajak masyarakat untuk menerapkan physical
distancingPenguatan Physical Distancing Melalui Lagu “de bengkung” 61 secara disiplin.
Bahkan akan melakukan penindakan jika ada masyarakat yang mengabaikan himbauan
jaga jarak ini (Nugrahe ny, 2020).
Dari beberapa pemberitaan media di atas, jelas bahwa physical distancing sangat
penting dilakukan secara disiplin oleh setiap individu. Bahkan ketika muncul wacana
tentang berdamai dengan covid -19, physical distancing masih menjadi perhatian pem
erintah. Seperti yang disampaikan oleh juru bicara penanganan covid -19 Indonesia,
berdamai dengan covid -19 bukan berarti menyerah, melainkan masyarakat diminta
untuk produktif sekaligus tetap aman dari covid -19. Hal ini diperkuat dengan
pernyataan WHO bahw a virus corona ini tidak akan hilang dari bumi dalam waktu
singkat, ditambah belum ditemukan vaksin untuk pencegahan covid -19.
Maka dari itu masyarakat diminta untuk menerapkan cara hidup baru dengan pola
pemikiran, pola sikap, dan pola kehidupan yang baru yakni dengan selalu menjaga
kebersihan diri, selalu mencuci tangan pakai sabun, menggunakan masker, menghindari
kerumunan, dan apabila tidak ada kebutuhan mendesak sebaiknya tetap tinggal di
rumah (Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, 2020). Hal ini menandakan bahwa
masyarakat diminta untuk kembali produktif namun dengan menerapkan protokol
kesehatan yang benar, ketat, dan disiplin. Maka sedapat mungkin physical distancing
tetap dilakukan.
Himbauan jaga jarak fisik yang salah satunya dapat dilakukan d engan tetap di rumah
saja tergolong langkah sederhana, namun tidak dipungkiri menjadi sesuatu yang tidak
mudah dilakukan, sebab tetap tinggal di rumah sepanjang hari bila tidak ada kebutuhan
mendesak bukan merupakan aktivitas yang biasa, namun harus dilaku kan dan
dibiasakan demi mencegah covid -19 kian menyebar. Himbauan yang telah dilakukan
oleh pemerintah dan aparat terkait harus menjadi perhatian setiap lapisan masyarakat.
Di zaman milenial dengan kuantitas aktivitas manusia yang cukup tinggi, gerakan unt uk
tetap di rumah saja menjadi fenomena baru. Hal ini akhirnya memunculkan berbagai
reaksi dan kreasi dari berbagai kalangan dengan berbagai bidang yang mereka geluti.
Kewaspadaan menghadapi covid -19, justru menjadi inspirasi. Inspirasi merupakan
sebutan t radisional untuk faktor bawah sadar dalam proses penciptaan (Wellek &
Warren, 1990). Aktivitas selama di rumah saja akhirnya menghasilkan karya -karya yang
dapat mendukung himbauan pemerintah tentang pencegahan covid -19. Salah satu
bentuk karya yang banyak tercipta di tengah pandemi yakni berupa lagu. Lagu bukan
hanya menjadi karya semata, melainkan menjadi salah satu tongkat estapet
penyampaian pesan dari pemerintah kepada masyarakat.
Perpaduan62 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan antara
musikalitas dan lirik dalam lagu menjadi sebuah media ko munikasi yang relevan
dengan kehidupan masyarakat milenial. Lirik lagu dapat menciptakan suasana dan
memberikan gambaran imajinasi tertentu pada pendengarnya, sehingga dapat sekaligus
menghasilkan makna yang beragam. Dalam fungsinya sebagai media komunikas i, lagu
sering digunakan sebagai sarana untuk menggugah simpati orang lain terhadap realitas
kehidupan (Iswari, 2015). Struktur lagu biasanya terdiri dari pengulangan -pengulangan
syair atau lirik dan korus.
Murphey mengatakan bahwa musik dan lagu dapat di simpan lama dalam ingatan serta
menjadi bagian dari diri seseorang (Ratminingsih, 2016). Lebih lanjut (Pertalola & Yulia,
2019) mengatakan bahwa membangkitkan sejarah pengalaman hidup seseorang
merupakan salah satu manfaat lagu sebagai pembangkit fungsi ingatan. Sebagai sebuah
karya ciptaan, lagu hadir di tengah masyarakat sebagai pendengarnya. Maka untuk bisa
diterima, pencipta lagu harus mempertimbangkan berbagai hal, salah satunya faktor
sosial yang ada di tengah masyarakat (Winarti, 2010).
Dengan demikian maka tidak berlebihan rasanya bila lagu dikatakan menjadi salah satu
media efektif sebagai penyampai pesan. Salah satu karya yang tidak layak dipandang
sebelah mata, yakni sebuah lagu bergenre pop dari musisi Bali yang berjudul “De B
engkung”. Lagu pop Bali saat ini kian digandrungi oleh masyarakat, terutama di Bali.
Syair yang ringan dan mudah dimengerti menjadikan lagu ini layak didengar oleh
masyarakat disemua kalangan disegala usia. Proses penciptaan dari penulisan lirik
hingga publikasi yang tergolong sangat singkat, membuat lagu ini semakin dekat
dengan unsur -unsur alami dan apa adanya.
Kesederhanaannya justru menjadi kekuatannya dalam memastikan suatu pesan sampai
di tengah -tengah masyarakat. “De Bengkung” akhirnya menjadi salah satu mediator
guna mengajak masyarakat untuk tetap di rumah. Ini berarti lagu karya anak Bali,
dengan lirik dan tampilannya yang sederhana menyimpan pemaknaan yang sangat
mendalam terkait pencegahan penyebaran covid -19 terutama menyangkut himbauan
physical distancing. Lagu sebagai sebuah karya, memiliki tekstur yang hampir sama
dengan teks puisi modern.
Puisi merupakan media ekspresi dalam mengungkapkan kegelisahan hati penyair dalam
menyikapi suatu peristiwa tertentu, baik peristiwa yang merupakan pengalam an pribadi
ataupun peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Biasanya karya sastra mencerminkan suatu
rekam jejak pe ristiwa yang terjadi pada masanya.Penguatan Physical Distancing Melalui
Lagu “de bengkung” 63 Maka puisi dikatakan sebagai rangkaian kata yang mampu
menyampaikan pengalaman, pengetahuan, dan perasaan penyair hingga
mempertimbangkan aspek imajinasi untuk membangkitkan pengalaman tertentu bagi
pembaca ataupun pendengarnya (Nurjannah et al., 2018). Le bih lanjut dikatakan bahwa
penciptaan sastra itu sendiri juga dipengaruhi oleh latar, tempat, dan waktu penciptaan
(Indhra et al., 2018).
Sastra juga merupakan sarana pengajaran yang memberikan petunjuk bagi para
pembaca atau pendengarnya agar mampu memaha mi makna karya sastra tersebut.
Fiksi yang ada di dalam karya sastra berupa karangan ataupun pengalaman yang dapat
dicurahkan pada suatu tulisan menggunakan bahasa yang menarik, tidak baku (City et
al., 2018). Maka ciri sastra seperti yang diungkap di atas relevan dengan lagu “De
Bengkung” yang tercipta saat mewabahnya pandemi covid -19 yang sekaligus memiliki
fungsi sebagai pembawa pesan terkait physical distancing .
Sementara dari sisi penikmat sastra dikatakan bahwa ketika seorang peneliti atau
pemerhati m embaca suatu karya sastra, baik novel, drama, puisi, atau cerita pendek,
dan sebagainya, sesungguhnya memiliki tujuan untuk menikmati, mengapresiasi, atau
bahkan mengevalusai karya -karya tersebut (Minderop, 2016). Seluruh umat manusia
tidak bisa menutup ma ta dan berbohong pada kenyataan bahwa di tengah wabah yang
melanda saat ini, menjaga jarak fisik satu sama lain, tidak hanya berurusan pada
permasalahan jasmani saja, melainkan lebih dari itu.
Fenomena yang tidak biasa juga barang tentu berpengaruh terhada p unsur kejiwaan
dan mental masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, maka lagu “De Bengkung”
sebagai sebuah karya sastra yang dapat menyelami ingatan dan jiwa pendengarnya
akan ditelaah dari tinjauan psikologi sastra. Hal ini menjadi amat penting dilaku kan
mengingat unsur psikis sesungguhnya menjadi salah satu aspek yang patut diamati
secara serius terlebih pada kondisi seperti sekarang ini.
Ditambah belum ditemukannya kajian tentang lagu, khususnya lagu pop Bali yang
bertemakan pencegahan covid -19, mem buat kajian tentang lagu “De Bengkung”
menjadi semakin layak untuk dilakukan. Pemikiran ini semakin diperkuat dengan
pernyataan bahwa sastra dan psikologi dapat bersimbiosis dalam perannya terhadap
kehidupan. Keduanya sama -sama memiliki fungsi dan berperan dalam kehidupan
manusia baik secara individu maupun dalam posisi makhluk sosial (Minderop, 2016).
Maka lagu “De Bengkung” akan dikaji dengan menggunakan tinjauan psikologi sastra
yang dalam hal ini mengacu pada pendekatan psikoanalisa Freud.64 COVID -19:
Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan Istilah psiko logi sastra sendiri memiliki 4
(empat) kemungkinan yakni : (1) studi psikologi terhadap pengarang sebagai tipe atau
sebagai individu; (2) studi proses kreatif; (3) studi tipe dan hukum -hukum pada karya
sastra; (4) dampak sastra pada pembaca (psikologi pemb aca) (Wellek & Warren, 1990).
Untuk mendukung kajian mengenai psikoanalisis Freud yang berhubungan dengan
hasrat alam bawah sadar sampai penyesuaian terhadap realitas, maka tulisan ini juga
akan menggunakan kemungkinan psikologi sastra yang kedua, yakni studi proses
kreatif. Hal ini dilakukan sebab studi kedua meliputi seluruh tahapan mulai dari
dorongan bawah sadar yang melahirkan karya sastra, sampai pada perbaikan terakhir
yang dilakukan pengarang (Wellek & Warren, 1990). Maka dari itu, kolaborasi antar a
teori psikoanalisis Freud dan studi proses kreatif dirasa tepat untuk menguak unsur
psikologis dari lagu “De Bengkung”.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan lirik lagu yang berbentuk teks
yang diperoleh dari hasil observasi terhadap video k lip lagu “De Bengkung” diikuti
dengan konfirmasi pada pencipta lagu melalui metode wawancara. Disamping itu,
penelitian ini juga mengacu pada ungkapan Creswell dalam (Somantri, 2005) yang
menyatakan bahwa penelitian kualitatif bercirikan informasi yang be rupa ikatan konteks
yang akan menggiring pada pola atau teori yang akan menjelaskan tentang fenomena
sosial. Lebih lanjut disebutkan beberapa metode kualitatif yang sering digunakan yakni
observasi terlibat, analisa percakapan, analisa wacana, analisa isi, dan pengambilan data
ethnografis.
Dengan demikian penggunaan metode kualitatif dirasa tepat dengan
mempertimbangkan data maupun hasil kajian yang terurai dalam bentuk deskripsi
berupa teks. Sementara untuk mendukung studi proses kreatif, dipergunakan meto de
wawancara dengan teknik purposive sampling, yaitu sampel yang pemilikannya
didasarkan atas ciri -ciri atau sifat -sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut
-paut yang erat dengan tujuan penelitian.
Menurut Sutopo, purposive sampling adalah pengambila n data yang dilakukan dengan
cara memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahannya secara
mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap (Astuti et al.,
2016). Maka dari itu pada penelitian ini informan yang akan dip ilih adalah pengarang
dari lagu “De Bengkung” sendiri. Hal ini dilakukan karena proses lahirnya sebuah karya
tentu berhubungan langsung dengan pengarangnya. Maka informasi dari pengarang
akan sangat dibutuhkan demi memperoleh data yang tepat dan akurat.Penguatan
Physical Distancing Melalui Lagu “de bengkung” 65 PE MBAHASAN A.
Identitas Lagu Judul : De Bengkung Pencipta : Dika Swara dan Putu Bejo Penyanyi : Dika
Swara Penata Musik : Mang Intro Video : Dika Swara dan Putu Bejo Rumah Pro duksi :
Swara Pregina Produser : Dika Swara B. Lirik De bengkung nah De bengkung nah
Kanggoang malu ngoyong jumah De bengkung nah De bengkung nah Gumine jani
ngangsan wayah Kanggoang malu masekeb jumah Yadiastun hidupe j ani melarat
Yadiastun gumine jani ngangsan ngewehang Gegaene hilang Makejang pengangguran
Karyawane dirumahkan Nanging sampunang ento sanget sebetang Dugas pidan yening
makan66 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan Sesai di restoran
Nanging jani suba melenan State ngangseh -ngangsehang Be pindang kal kanggoang
Katimpalin jukut jepang Ne penting payu makan Dikengkene uyah lengis bejekang
Kanggoang malu sugihe tertunda C.
Analisis Psikologi Sastra dalam Lagu “De Bengkung” Salah satu kekuatan karya sastra
yakni memberi peluang pada pengarang maupun penikmat sastra untuk lebih
memahami dirinya, karena sastra menyajikan kebenaran yang direpresi. Maka dari itu,
tidak dipungkiri bahwa telaah psikologi sastra akhirnya membuat para pembaca terbuai
oleh kisah psikologis yang te rkadang merasa dirinya terlibat dalam sastra. Hal ini
disebabkan karena telaah psikologi sastra menggiring kajian terhadap cerminan
psikologis isi karya sastra yang disajikan sedemikian rupa oleh pengarang.
Selanjutnya pada abad ke -20, kritik psikologis d ihubungkan dengan kajian khusus
tentang pikiran, yakni dengan hadirnya teori psikoanalisis Sigmund Freud. Pemahaman
terhadap interpretasi psikoanalisis sebuah karya seni yakni menjelaskan konflik -konflik
tak sadar para seniman (Minderop, 2016). Psikoanali sis merupakan suatu pandangan
baru tentang manusia, di mana ketidaksadaran memiliki peran sentral (Bertens, 2005).
Dalam psikoanalisis, Freud membagi susunan kepribadian menjadi 3 (tiga) yaitu id, ego
dan superego (Astuti et al., 2016). 1.
Id Id adalah asp ek biologis yang merupakan sistem asli dalam kepribadian, dari sini
aspek kepribadian yang lain tumbuh. Id berisikan hal -hal yang dibawa sejak lahir. Pada
prinsipnya id menghindarkan diri dari ketidakenakan dan mengejar kenikmatan. Id
adalah energi psikis yang hanya menarik kesenangan semata (Astuti et al., 2016). Maka
dari itu, jika dikaitkan dengan prinsip fundamental yang diterima oleh Freud, id
berhubungan erat dengan prinsip konstansi dan prinsip kesenangan. Prinsip konstansi
adalah hidup psikis yangPenguatan Physical Distancing Melalui Lagu “de bengkung” 67
cenderung mempertahankan kuantitas ketegangan psikis pada taraf yang serendah
mungkin atau setidaknya pada taraf yang sedapat mungkin stabil.
Konstansi atau stabilitas itu dihasilkan dengan melepaskan energi psikis yang sudah ada
pada subyek atau dengan men ghindar dari bertambahnya ketegangan. Sementara
prinsip kesenangan mengungkapkan bahwa hidup psikis memiliki kecenderungan untuk
menghindari ketidaksenangan dan sebanyak mungkin memperoleh kesenangan.
Ketidaksenangan bertalian dengan ketegangan psikis, se mentara kesenangan bertalian
dengan berkurangnya kuantitas ketegangan psikis (Bertens, 2005).
Dalam lagu “De Bengkung” terdapat penggalan lirik sebagai berikut : Dugas pidan
yening makan Sesai di restoran Terjemahan : Dulu kalau makan Sering di restoran
Seperti yang kita ketahui bersama, makan adalah salah satu kegiatan yang merupakan
kebutuhan pokok tidak hanya manusia, bahkan semua makhluk hidup di dunia. Kata
“makan” dalam penggalan lirik ini bukan sekedar mengacu pada kegiatan menelan
makanan semata. Na mun dapat diinterpretasikan lebih dalam, yakni diksi ini seperti
sengaja dipilih untuk menekankan bahwa sebelum kemunculan pandemi covid -19,
dorongan id senantiasa menggiring manusia sebagai makhluk individu untuk memenuhi
keinginan dalam rangka memperoleh kepuasan pribadi dalam dirinya mulai dari hal
yang paling mendasar dan tentunya meningkat pada kebutuhan - kebutuhan lainnya
sebagai pemuas hasrat. Sementara diksi “restoran” juga mengarah pada pemaknaan
yang lebih luas.
Jika dilihat sepintas, restoran meru pakan suatu kata tempat terdapatnya berbagai
makanan yang posisinya ada di luar rumah. Namun jika dipahami lebih dalam, diksi
“restoran” dapat diinterpretasikan pada naluri dasar manusia sebagai makhluk sosial
yang selalu ingin berhubungan dan tergantung d engan orang lain. Oleh karena itu
dorongan ini mengarahkan manusia untuk senantiasa ingin keluar “rumah”, yakni keluar
dari lingkaran individual dirinya dan bersosialisasi dengan yang lainnya.
Maka dapat dikatakan bahwa dalam kondisi ini, id tentu berperan dalam kemunculan
hasrat setiap individu untuk68 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan
bersosialisasi dengan individu lainnya, maupun lingkungan sekitar. Hal ini dapat
dilakukan dengan bergaul, bepergian, dan aktivitas lainnya yang menggiring manusia
untuk membuka diri pada orang lain maupun lin gkungan sekitar. Dengan demikian
maka dapat disimpulkan bahwa penggalan lirik di atas memberikan pemahaman bahwa
manusia “dulu”, dalam konteks waktu sebelum mewabahnya covid -19, memiliki
dorongan id untuk selalu berusaha memenuhi hasrat kenikmatan yang dap at
menyenangkan hidupnya mulai dari hal yang sangat mendasar hingga pemuas -pemuas
lainnya, baik dalam posisi manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial.
Analisis terhadap id ini diperkuat dengan paparan kisah awal terciptanya lagu “De
Bengkung” .
Seperti yang disampaikan oleh penciptanya, Dika Swara : Lagu ini tepat tiang (saya) buat
tanggal 30 Maret 2020. Di mana waktu itu pas ultah titiang (saya). Di malam hari tiang
(saya) duduk sendiri, dan berpikir bahwa tahun lalu pas ultah, pasti ramai kumpul
-kumpul di rumah, merayakan ultah titiang (saya). Tapi sekarang pas ultah sepi. Karena
ada himbauan dari pemerintah. Dari sana tiang (saya) kepikiran untuk buat lagu yang
mengenai situasi seperti sekarang ini (Wawancara 26 Mei 2020).
Dengan dud uk sendiri mengenang saat perayaan ulang tahunnya 1 (satu) tahun lalu,
menunjukkan bahwa ada unsur kesedihan dalam diri sang pengarang. Ini menandakan
dorongan id seorang Dika Swara juga mengharapkan hal serupa terjadi diulang
tahunnya saat ini, namun kein ginan itu tidak dapat terpenuhi karena adanya himbauan
pemerintah tentang physical distancing. Sebagai bagian dari proses kreatif, dapat
dikatakan bahwa kondisi pada masa pandemi covid -19 memengaruhi kondisi psikis
pencipta lagu “De Bengkung” ini.
Kondisi psikis yang dirasakannya justru mendorong munculnya inspirasi sebagai faktor
bawah sadar pada tahap awal dari proses penciptaan sehingga lahirlah lagu “De
Bengkung”. 2. Ego Ego adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena
kebutuhan individu untuk berhubungan baik dengan dunia nyata. Dalam fungsinya, ego
berpegang pada prinsip kenyataan atau realitas (Astuti et al., 2016). Unsur ego pada
lagu “De Bengkung”, dapat disimak dalam penggalan lirik berikut : Kanggoang malu
ngoyong jumah Kanggoang ma lu masekeb jumahPenguatan Physical Distancing
Melalui Lagu “de bengkung” 69 Terjemahan : Terima dulu, diam di rumah Terima dulu,
tetap tinggal di rumah Lirik dari lagu “De Bengkung” secara lugas dan gamblang
menyuratkan bahwa tetap tinggal di rumah adalah prilaku yang tepat dilakukan pada
masa pandemi seperti sekarang.
Kalimat kanggoang ngoyong jumah mengandung unsur ajakan kepada masyarakat
guna mengikut i arahan pemerintah untuk diam di rumah. Selanjutnya penggalan lirik
tersebut diulang namun dengan mengubah diksi ngoyong menjadi diksi masekeb.
Sesungguhnya kata masekeb identik dengan kata ngoyong namun masekeb memiliki
arti yang lebih mendalam dan menga ndung unsur penekanan. Ngoyong berarti diam,
sedangkan masekeb yang berasal dari kata sekeb mengandung makna diam dalam
jangka waktu yang lebih lama atau tinggal di suatu tempat tertentu. Sama halnya
dengan kegiatan yang biasa dilakukan oleh masyarakat Bal i yakni “nyekeb biu”.
Istilah ini merupakan kata kerja yang merupakan suatu tindakan proses untuk membuat
biu atau pisang yang masih mentah menjadi matang dengan mengumpulkan beberapa
pisang yang akan dimatangkan dan ditempatkan pada satu tempat tertutup. Buah
pisang yang masih mentah, jika dibiarkan di luar tentu lama -kelamaan akan menjadi
matang. Namun hal ini membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan
buah pisang yang dimatangkan melalui proses nyekeb. Keadaan ini mirip dengan ajakan
dalam lag u ”De Bengkung” yakni mengajak masyarakat untuk diam di rumah dan lebih
ditekankan dengan pengulangan kalimat yang bermakna tetap tinggal di rumah.
Seperti halnya pisang yang lebih cepat matang jika di -sekeb, begitu pula keadaan
masyarakat. Dengan tetap ti nggal di rumah saja, pemutusan rantai penyebaran virus
covid -19 akan bisa dilakukan lebih cepat, dengan demikian masyarakat yang masekeb
di rumah juga akan lebih cepat “matang” dalam arti mengandung harapan untuk bisa
lebih cepat dinyatakan siap dalam meng hadapi dunia baru setelah pandemi. Maka dari
itu lagu “De Bengkung” sangat relevan dengan pemaknaan physical distancing .
Dari paparan di atas dapat dijelaskan bahwa ego dalam lagu “De Bengkung” memilih
untuk tidak memenuhi hasrat yang dimunculkan oleh id. Mewabahnya covid -19,
mendorong ego sebagai unsur pribadi individu yang berhubungan langsung dengan
dunia nyata untuk membatasi sekaligus menekan kemunculan id yang tidak sesuai
dengan gerakan pencegahan covid -70 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial
Kemasyarakatan 19, khususnya terkait physical distancing.
Kein ginan untuk beraktivitas seperti kebiasaan sebelumnya harus ditekan dan
dikendalikan demi pemenuhan kebutuhan individu yang lebih penting di tengah
pandemi yakni faktor kesehatan dan pencegahan penyebaran covid -19. Hal yang sama
juga terjadi pada proses kr eatif lagu “De Bengkung”, ego dari pengarang menekan
hasrat id yang muncul dalam dirinya. Meskipun ada keinginan untuk kumpul -kumpul
seperti perayaan ulang tahun sebelumnya, namun ego pengarang memilih untuk
menyesuaikan diri dengan realitas yang ada yakni dengan tetap tinggal di rumah
walaupun dalam suasana sepi.
Namun situasi berbeda inilah yang justru menjadi cikal bakal lahirnya lagu “De
Bengkung” seperti yang tersurat pada penggalan wawancara berikut : Tapi sekarang pas
ultah sepi. Karena ada himbauan dari pemerintah. Dari sana tiang (saya) kepikiran untuk
buat lagu yang mengenai situasi seperti sekarang ini. Terciptalah lagu yang berjudul De
Bengkung (Dika Swara, wawancara 26 Mei 2020). Diperkuat oleh pernyataan dari Putu
Bejo yang juga berkontribusi pada penciptaan lagu ini.
Ia menyatakan bahwa lagu “De Bengkung” memang terinspirasi dari himbauan
pemerintah sekaligus sebagai upaya membantu pemerintah menyampaikan pesan
kepada masyarakat seperti yang tersurat pada kutipan berikut : Tiang (saya) sama Di ka
menciptakan lagu ini memang terinspirasi dari himbauan pemerintah, lalu saya berpikir
bagaimana menyampaikan pesan ini lewat sebuah lagu agar dapat diterima dan
dimengerti, juga bagaimana kita selalu optimis menghadapinya (Putu Bejo, wawancara
26 Mei 20 20). Keterlibatan Putu Bejo ini disebabkan karena proses penciptaan lirik
sempat mengalami stagnan. Dalam kondisi ini muncul naluri Dika Swara sebagai
makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain.
Dorongan id untuk bisa melakukan kontak dengan rekan ini, oleh ego disesuaikan
dengan melakukan komunikasi melalui telepon. Hal ini dilakukan pengarang tentu saja
dengan maksud untuk tetap menerapkan physical distancing yakni membatasi kontak
fisik, namun tidak mengurangi tujuan komunikasi. Situasi ini sesua i dengan hasil
wawancara berikut : Dan disaat bikin lirik, tiang (saya) sempat buntu, jadi tiang (saya)
nelpon teman yang bernama Tu Bejo. Tiang minta bantuan agar nambah -nambahin lirik
lagi sedikit (Dika Swara, wawancara 26 Mei 2020).Penguatan Physical Distancing Melalui
Lagu “de bengkung” 71 Tentu saja situasi s ulit ini bukan menjadi permasalahan yang
mudah. Kuantitas ketegangan psikis dapat meningkat pada setiap individu akibat tidak
terpenuhinya prinsip kesenangan dalam hasrat id.
Namun dorongan ego mengatakan ketaatan ini menjadi jauh lebih penting daripada pe
menuhan keinginan apalagi hanya sekedar mengejar kesenangan semata. Dengan
demikian naluri ego ini dapat dikatakan mengandung prinsip realitas. Psikis dari subyek
pencari kesenangan yang sejak lahir dikuasai oleh prinsip konstansi dan prinsip
kesenangan, l ambat laun harus memperhitungkan keadaan dunia luar. Pemuasan
secara langsung sering kali harus ditangguhkan demi pemuasan yang lebih sesuai
dengan realitas. Penerapan inilah yang diterima Freud sebagai prinsip realitas.
Tetapi perlu ditegaskan bahwa prins ip ini bukan merupakan pertentangan dari prinsip
kesenangan, melainkan merupakan prinsip kesenangan yang disesuaikan dengan
kenyataan (Bertens, 2005). Dalam lagu “De Bengkung” juga dipaparkan kondisi tidak
menyenangkan yang terjadi akibat pandemi, banyakny a masyarakat yang kehilangan
pekerjaan, dirumahkan, bahkan menjadi pengangguran, seperti yang diungkapkan pada
penggalan berikut : Gumine jani ngangsan wayah Yadiastun hidupe jani melarat
Yadiastun gumine jani ngangsan ngewehang Gegaene hilang Makejang pen gangguran
Karyawane dirumahkan Nanging jani suba melenan State ngangseh -ngangsehang Be
pindang kal kanggoang Katimpalin jukut jepang Ne penting payu makan Dikengkene
uyah lengis bejekang 72 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan
Terjemahan : Dunia sekarang makin “keras” Walaupun saat ini kehidupan sedang
melarat Walaupun situasi dunia sekarang makin susah Pekerjaan hilang Semua jadi
pengangguran Karyawan dirumahkan Tapi sekarang sudah berbeda Selalu berusaha
Ikan asin tidak masalah Ditemani sayur labu siam Yang penting bisa makan Kadang
campur garam dan minyak saja Pandemi covid -19 berdampak pada ketidakstabilan
pergerakan kehidupan manusia dan memunculkan berbagai problematika sosial.
Tekanan psikis dirasa makin berat karena situasi dunia semakin “keras” dan kurang
bersahabat. Per jalanan kehidupan dirasa semakin susah dan melarat. Bahkan untuk
makan pun harus berusaha sekuat -kuatnya.
Maka dari itu, dalam unsur ego, lagu “De Bengkung” mengajak masyarakat untuk
mengubah kebiasaan, dari makan mewah di restoran, menjadi makan dengan la uk
seadanya. Ikan asin, sayur labu siam, garam, dan minyak bukan merupakan kata benda
biasa. Diksi ini muncul sebagai pembawa makna bahwa dalam situasi yang tidak biasa
ini, masyarakat hendaknya berhemat, tidak berfoya -foya, makan dengan lauk seadanya,
yan g terpenting tetap sehat dan bisa bertahan. Lebih dalam lagi, penggalan lirik ini juga
menyiratkan sebuah pesan yang sangat penting untuk setiap manusia, yakni
pengendalian diri.
Pengendalian terhadap semua aspek dalam diri, tidak hanya menyangkut fisik, t etapi
juga mental, psikis, perasaan, dan pikiran. Bisa menyesuaikan diri dengan keadaan saat
ini menjadi penting untuk dapat bertahan melewati pandemi. Jika semua itu bisa
dikendalikan sesuai dengan himbauan yang telah ditetapkan, maka niscaya masyarakat
akan selamat dari wabah covid -19.Penguatan Physical Distancing Melalui Lagu “de
bengkung” 73 3. Superego Superego adalah aspek sosiologi kepribadian, merupakan
wakil dari nilai -nilai tradisional serta cita -cita masyarakat sebagaimana yang ditafsirkan
orang tua kepada anaknya lewat perintah -perintah atau larangan -larangan.
Superego dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian, fungsinya menentukan
apakah sesuatu itu baik atau buruk. Superego berisi kaidah moral dan nilai - nilai sosial
yang diserap individu dari lingkungannya (Astuti et al., 2016). Lagu “De Ben gkung” juga
mengandung aspek superego seperti yang tesirat dalam penggalan lirik : De bengkung
nah Terjemahan : Jangan bandel ya Superego sebagai bagian dari unsur kepribadian
yang menyangkut aspek moral dapat diekspresikan melalui larangan atau perintah.
Penggalan lirik di atas jelas menampilkan unsur larangan. Kata de yang dalam bahasa
Indonesia berarti jangan, memberikan penguatan bahwa sangat penting bagi
masyarakat untuk menuruti semua aturan dan anjuran terkait penanganan covid -19.
Kalimat de bengkung nah adalah kalimat yang paling sering mengalami pengulangan
dalam lagu ini. Kalimat yang tergolong sederhana dan diucapkan berulang -ulang
dengan hiasan lantunan nada menjadi salah satu langkah jitu untuk bisa masuk ke
dalam ingatan bahkan hati sanubari pa ra pendengarnya, seperti yang diungkapkan oleh
Dika Swara : Tiang (saya) sengaja membuat kata -kata de bengkung berulang -ulang
kali. Supaya di telinga semakin melekat dan mengajak masyarakat untuk de bengkung
(jangan bandel) (Dika Swara, wawancara 26 Mei 2020).
Sejalan pula dengan ungkapan dari pengarang kedua yang menyatakan : Kita (Dika
Swara dan Putu Bejo) mengulang lirik de bengkung karena sengaja agar mudah dicerna
dan dinyanyikan juga oleh anak kecil Kamya yang tak lain adalah anak tiang (saya)
sendiri (Putu Bejo, wawancara 26 Mei 2020). Dengan bisa masuk ke dalam pikiran dan
alam bawah sadar para pendengar, baik itu anak -anak maupun orang dewasa, lagu ini
membawa harapan besar agar selanjutnya naluri ego bisa membawa diri manusia untuk
menyesuaikan74 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan diri dengan
situasi, yang pada akhirnya dengan penuh kesadaran, memunculkan superego pada
masyarakat untuk dapat berlaku yang benar, disiplin, dan tidak membandel serta patuh
pada semua arahan pemerintah demi keselamatan bersama.
Ini sesuai dengan kehadiran lagu “De Bengkung” sebagai sebuah penyampai pesan. Hal
ini juga sejalan dengan harapan pengarang yang dapat dilihat pada kutipan : Tiang
(saya) dengar dan dapat info dari teman -teman dari beberapa desa atau banjar bahwa
lagu tiang (saya) di play di bale banjar, di posko covid -19, di mobil -mobil pas
penyemprotan disinfektan. Titiang (saya) sebagai musisi Bali hanya bisa membantu
untuk menyampaikan pesan himbauan dari pemeri ntah melalui lagu (Dika Swara,
wawancara 26 Mei 2020).
Superego juga mengandung nilai sosial yang diserap oleh individu dari lingkungannya.
Banyaknya pengangguran, karyawan dirumahkan, dan masyarakat yang kehilangan
pekerjaannya. Kondisi yang tidak menyena ngkan ini dapat dipastikan memengaruhi
kondisi kepribadian masyarakat. Atmosfer lingkungan yang tidak biasa diserap dan
dirasakan sehingga dapat memengaruhi kondisi psikis seseorang. Maka dari itu, lagu
“De Bengkung” berusaha menggiring masyarakat untuk te tap tegar dan kuat
menghadapi situasi yang sulit ini dengan selalu berpikir positif dan tidak larut dalam
kesedihan, yang tersurat pada lirik : Nanging sampunang ento sanget sebetang
Terjemahan : Tapi janganlah itu terlalu membuat sedih Hal ini juga sesua i dengan
harapan Putu Bejo agar masyarakat senantiasa optimis dalam menghadapi pandemi
covid -19 seperti yang terungkap dalam wawancara berikut : lalu saya berpikir
bagaimana menyampaikan pesan ini lewat sebuah lagu agar dapat diterima dan
dimengerti, juga bagaimana kita selalu optimis menghadapinya (Putu Bejo, wawancara
26 Mei 2020).
Penggalan lirik selanjutnya yakni : Kanggoang malu sugihe tertunda Penguatan Physical
Distancing Melalui Lagu “de bengkung” 75 Terjemahan : Terima dulu, kayanya tertunda
Sebagian masyarakat mungkin bisa tetap bekerja dari rumah dan tida k kehilangan
penghasilannya. Namun tidak sedikit yang harus kehilangan pekerjaan, pemasukan
menurun, bahkan ada yang tidak memiliki pemasukan sama sekali. ini merupakan salah
satu dampak dari pandemi covid -19 di sektor ekonomi. Dengan melirik kutipan di at as,
maka lagu “De Bengkung” juga menyuratkan tentang situasi ekonomi yang kurang
bersahabat, namun masyarakat diajak untuk tetap bersabar dan menerima sementara
keadaan di mana aktivitas dalam rangka usaha meraup rejeki, tidak bisa dilakukan
seperti biasan ya. Lebih lanjut, lagu ini juga mengingatkan masyarakat tentang rasa
empati terhadap sesama. Di tengah wabah yang sedang melanda, setiap individu
hendaknya bergotong royong untuk membantu orang yang lebih membutuhkan.
Kondisi ini sejalan dengan pesan yang ters irat pada penggalan lirik di atas. “Kayanya
tertunda” mengajak masyarakat untuk membantu dengan tulus ikhlas, tanpa pamrih,
dan tanpa memikirkan keuntungan yang akan diperoleh sebab keselamatan umat di
atas segala -galanya. Kepedulian terhadap sesama menja di yang utama dibandingkan
dengan keuntungan materi untuk diri sendiri. Dalam masa ini, kemampuan setiap orang
untuk bisa bertahan menjadi yang terpenting. Maka dari itu keinginan untuk saling
tolong sangat diperlukan.
Individu yang mempunyai kemampuan lebih hendaknya mengulurkan tangan untuk
membantu yang kekurangan. Bantuan ini jelas dapat diwujudkan dengan berbagai
langkah dan bentuk, dengan tetap menjaga jarak fisik antara satu dengan yang lainnya.
SIMPULAN “De Bengkung” hadir sebagai sebuah karya sas tra yang dikaji dari
pendekatan psikologi sastra mengungkapkan tentang hasrat naluriah manusia yang
dimunculkan oleh id yang mendorong manusia untuk selalu mencari kesenangan,
memenuhi kebutuhan, dan bersosialisasi dengan normal. Namun di tengah situasi pa
ndemi, lagu ini menyiratkan dorongan ego untuk tidak mendukung hasrat tersebut.
Lagu “De Bengkung” mengajak masyarakat untuk76 COVID -19: Perspektif Hukum dan
Sosial Kemasyarakatan menerapkan physical distancing secara disiplin yakni dengan
cara tetap tingal di rumah. Dengan pemenuhan dorongan ego ini, akhirnya
memunculkan superego yakni kebenaran sikap dan menghadirkan nilai -nilai positif bagi
kehidupan masyarakat baik secara individu maupun sosial. Studi proses kreatif juga
menunjukkan bahwa kondisi psikis pengarang sangat memengaruhi penciptaan lagu ini.
Deng an demikian, didukung pula oleh posisi “De Bengkung” sebagai sebuah lagu pop
Bali, membuatnya menjadi media efektif sebagai tongkat estapet agar pesan dari
pemerintah yang sejalan dengan aspek psikologis lagu “De Bengkung” sampai ke dalam
pikiran seluruh l apisan masyarakat. Maka tidak dapat dipungkiri bahwa lagu “De
Bengkung” menjadi salah satu penguatan dalam menerapkan physical distancing .
DAFTAR PUSTAKA Astuti, R. E., Mujiyanto, Y., & Rohmadi, M. (2016). Analisis Psikologi
Sastra dan Nilai Pendidikan da lam Novel Entrok Karya Okky Madasari serta
Relevansinya sebagai Materi Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas. Basastra :
Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia Dan Pengajarannya, 4(2), 175 –187.
Bertens, K. (2005). Psikoanalisis Sigmund Freud (K . Bertens (ed.)). PT. Gramedia Pustaka
Utama. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat. (2020). Ajak Berdamai dengan Covid
-19, Pemerintah : Bukan Berarti Menyerah. Kementerian Kesehatan RI.
https://www.kemkes.go.id/article/view/20051700001/ajak - berdamai -dengan-covid
-19-pemerintah -bukan -berarti -menyerah.html City, I., Shalihah, N., & Primandhika, R.
B. (2018). Analisis Puisi Sapardi Djoko Damono “Cermin 1” dengan Pendekatan
Semiotika. Parole : Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 1(6), 1015 –1020.
Ihsanuddin. (2020, March 24). Jokowi : Physical Distancing Paling Pas untuk Cegah Covid
-19 di Indonesia. Kompas.Com.
https://nasional.kompas.com/read/2020/03/24/12054741/jokowi - physical -distancing
-paling -pas-untuk -cegah -covid -19-di-indonesiaPenguatan Physical Distancing
Melalui Lagu “de bengkung” 77 Indhra, F. M., Karim, M., & Nazurty. (2018). Sastra Lisan
Krinok : Kajian Struktural dan Semiotik.
Dikbastra Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 1(1), 65 –78. https://online
-journal.unja.ac.id/dikbastra/article/view/5834 Iswari, F. M. (2015). Representasi Pesan
Lingkungan dalam Lirik Lagu Surat Untuk Tuhan Karya Group Musik “Kapital” (Analisis
Semiotika). EJournal Ilmu Komunikasi, 3(1), 254 –268. Menjaga Jarak, Kementerian
Kesehatan RI (2020). https://www.kemkes.go.id/reso urces/download/info
-terkini/COVID media/Flyer Menjaga Jarak Social Distancing.jpg Semua Pakai Masker,
Kementerian Kesehatan RI (2020). https://www.kemkes.go.id/resources/download/info
-terkini/COVID media/Poster Semua Pakai Masker.pdf Minderop, A. (2016). P sikologi
Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus (2nd ed.). Yayasan Pustaka Obor
Indonesia. Nugraheny, D. E. (2020).
Maklumat Penanganan Covid -19, Polri Akan Lakukan Pembubaran jika Masyarakat
Tetap Berkumpul. Kompas.Com. https://nasional.kom
pas.com/read/2020/04/04/21251191/maklumat - penanganan -covid -19-polri
-akan-lakukan -pembubaran -jika-masyarakat Nurjannah, Y. Y., Agustina, P. A. C., Aisah,
C., & Firmansyah, D. (2018). Analisis Makna Puisi “Tuhan Begitu Dekat” Karya Abdul Hadi
W.M dengan Meng gunakan Pendekatan Semiotik. Parole : Jurnal Pendidikan Bahasa
Dan Sastra Indonesia, 1(4), 535 –542. Pertalola, M., & Yulia, N. (2019). Efektivitas Media
Lagu Bahasa Jepang Terhadap Penguasaan Goi Siswa Kelas X SMAN 5 Padang.
Omiyage : Jurnal Bahasa Dan Pe mbelajaran Bahasa Jepang, 2(3), 87 –95. Putri, G. S.
(2020, March 24). WHO Ubah Social Distancing Jadi Physical Distancing, Apa
Maksudnya? Kompas.Com.
https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/24/120000023/who -ubah- social
-distancing -jadi-physical -distancin g-apa-maksudnya - Ratminingsih. (2016). Efektivitas
Media Audio Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Lagu Kreasi di Kelas Lima Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan Indonesia, 5(1), 27 –38.78 COVID -19: Perspektif Hukum dan
Sosial Kemasyarakatan Somantri, G. R. (2005). Memahami Metode Kualitatif. Makara,
Sosial Human iora, 9(2), 57 –65. Wellek, R., & Warren, A. (1990). Teori Kesusastraan
(Melani Budianta (ed.)). PT. Gramedia. Winarti, D. (2010).
Lirik Lagu Dolanan sebagai Salah Satu Bentuk Komunikasi Berbahasa Jawa : Analisis
Fungsi. Widyaparwa :Jurnal Ilmiah Kebahasaa n Dan Kesastraan, 38(1), 1 –12.
https://doi.org/https://doi.org/10.26499/wdprw.v38i1.4 Yurianto, A. dkk. (2020).
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid -19). Direktorat
Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit (P2P); Kementerian Kesehatan RI.
https://www.kemkes.go.id/resources/download/info -terkini/COVID -19 dokumen
resmi/REV -04_Pedoman_P2_COVID -19_ 27 Maret2020_Tanpa TTD.pdf.pdf Zhou, W.
(2020). Buku Panduan Pencegahan Corona Virus 101 Tips Berbasis Sains yang Dapat
Menyelamatkan Hidup Anda.
Chief Physician of Wuhan Center for Disease Control and Prevention. Nyàya Darsana
Sebagai Instrumen Mengatasi Hoaks d an Kesesatan Berpikir d alam Kondisi Pandemi
Covid - 19 Hari Harsananda, Mery Ambarnuari Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus
Sugriwa Denpasar PENDAHULUAN Covid -19 kini tengah menjadi pandemi, bermula
dari Negara Cina, hingga penyebarannya mampu meluas hingga keseluruhan negara –
negara di dunia.
Penyebarannya yang melalui droplet atau tetesan air liur, menjadikan penyebarannya
tergolong sangat cepat terutam a pada negara – negara dengan fasilitas umum yang
memadai. Hal ini menjadikan pengurangan interaksi bagi masyarakat menjadi pilihan
utama dan pertama dalam usaha memerangi penyebaran virus Sars Cov -2. Langkah ini
terbukti nyata, mengambil sumber dari penel itian Jerman yang termuat pada situs
Merdeka.com, Lockdown atau karantina super ketat di wilayah Wuhan yang merupakan
Kota pertama terindikasi virus Sars Cov2 telah berhasil menurunkan angka masyarakat
yang terinfeksi virus Corona yang awalnya memiliki an gka puncak penularan pada
tanggal 23 Januari 2020, akhirnya mulai menurun pada minggu kedua bulan Februari
2020 (https://www.merdeka.com/dunia/penelitian -jerman -strategi - china -lockdown
-wuhan -terbukti -berhasil -atasi -corona.htm).
Melihat keberhasilan ini, m aka banyak negara hingga daerah memiliki pemikiran yang
sama untuk mengikuti jejak Cina dalam penanganan virus Corona ini, walaupun tidak
sampai pada keputusan Lockdown, namun Indonesia mulai menerapkan social
distancing atau pembatasasan aktivitas80 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial
Kemasyarakatan sosial masyarakat. Jakartapun melalui UU nomor 5 tahun 2020 tentang
Peniadaan Sementara Kegiatan Peribadatan dan Keagamaan Di Rumah Ibadah Dalam
Rangka Mencegah Penyebaran Wabah corona virus disease (COVID - 19) mulai
berusaha menekan penyebaran Covid -19 (Yunus & Rezki, 2020) yang diikuti oleh
banyak kepala daerah lainnya, hingga yang terbaru adalah penerapan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat (PKM) di wilayah kota Denpasar.
Beragam peraturan hingga kebijakan yang esensinya berujung pada pembatasan
aktivitas masyarakat menjadikan masyarakat tetap berada di rumah dalam upaya
memutus rantai penyebaran Covid -19, namun walaupun secara fisikal masyarakat
mengalami pembatasan, melalui perkembangan teknologi informasi, aktivitas
masyarakat diupayakan tetap berjalan dalam dimen si Cyber Space atau ruang digital
yang tetap mampu menghubungkan satu individu dengan individu lainnya, satu
komunitas dengan komunitas lainnya dan sebagainya, sehingga Social dan Physical
Distancing tidak menjadi halangan bagi masyarakat untuk tetap produ ktif.
Beragam aktivitas bernuansa virtual ini sangat marak belakangan ini, mulai dari seminar
berbasis jaringan, rapat, hingga beragam informasi yang sangat masif tersebar melalui
jaringan tersebut. Bertitik tolak pada hal tersebut, maka infomasi seputaran
perkembangan Covid - 19 juga disebarkan secara masif melalui jaringan network yang
memiliki sebuah celah akan validitasnya. Aplikasi Chating semacam Whatsaap, Line,
hingga sosial media lainnya kerap menghadirkan berita - berita yang perlu
dipertanyakan val iditas datanya terhadap sebuah fenomena dalam masyarakat
sehingga tak jarang informasi yang tersebar mengandung ketidak benaran yang
bermuara menjadi berita hoaks, menurut Survey Mastel (2017) mengungkapkan bahwa
dari 1.146 responden, 44,3% di antaranya menerima berita hoax setiap hari dan 17,2%
menerima lebih dari satu kali dalam sehari.
Bahkan media arus utama yang diandalkan sebagai media yang dapat dipercaya
terkadang ikut terkontaminasi penyebaran hoax. Media arus utama juga menjadi saluran
penyebaran informasi/berita hoax, masing -masing sebesar 1,20% (radio), 5% (media
cetak) dan 8,70% (televisi). Tidak saja oleh media arus utama, kini hoax sangat banyak
beredar di masyarakat melalui media online. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mastel
(2017) menyebutkan bahwa saluran yang banyak digunakan dalam penyebaran hoax
adalah situs web, sebesar 34,90%, aplikasi chatting (Whatsapp, Line, Telegram) sebesar
62,80%, dan melalui media sosial (Facebook, Twitter,Nyàya Darsana Sebagai Instrumen
Mengatasi Hoaks dan Kesesatan Berpikir 81 Instagram, dan Path) yang merupakan
media terbanya k digunakan yaitu mencapai 92,40% (Juditha, 2018).
Berita – berita hoaks akan sangat merugikan terutama di tengah pandemi Covid - 19
seperti saat ini, karena selain akan menimbulkan rasa khawatir yang berlebihan, berita
hoak juga berpotensi untuk mengikis kepercayaan masyarakat pada pemangku
kebijakan yang berujung kegaduhan berskala nasional, sehingga kehancuran negara
mungkin akan terjadi jika hal semcam ini tidak dapat tertanggulangi. Hindu
mengajarkan dalam sistem kefilsafatannya tentang tatacara memper oleh pengetahuan
secara valid. Hal ini akan berguna bagi masyarakat untuk survive dari gempuran berita
hoak selama berada dalam kondisi social dan physical Distancing. PEMBAHASAN A.
PENGERTIAN HOAKS Istilah Hoaks sendiri bukanlah istilah yang telah lama d ikenal
dalam bahasa Indonesia.
Keberadaaan kata ini bisa dikatakan baru dan popular kurang dari satu dekade terakhir,
sehingga untuk menemukannya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan tahun
lama, kemungkinan menjumpai kata ini adalah nihil. Dikutip d ari laman
nasional.kompas.com, kata Hoaks telah dimaksukkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia Online pada tahun 2017 sebagai kata serapan dari bahasa Inggris yaitu
“Hoax”. Hoaks sendiri menurut KBBI Online memiliki terjemahan 1) Bohong (tentang
berita, pesan dan sebagainya) 2) Berita bohong.
Hoaks sendiri pada konteksnya memanglah suatu berita bohong yang cenderung
“dijual” sebagai suatu kebenaran (Silverman:2015 dalam Wikipedia). Sejarah mengenai
Hoaks sendiri dapat ditemukan dalam banyak media daring di Indonesia, salah satunya
seperti yang dikutip pada laman Wikipedia yang menjelaskan bahwa Hoaks dimulai dari
kisah soal Benjamin Franklin yang pada tahun 1745 lewat harian Pennsylvania Gazette
mengungkap adanya sebuah benda bernama “Batu China” yang dapat mengobati
rabies, kanker, dan penyakit -penyakit lainnya. Sayangnya, nama Benjamin Franklin saat
itu membuat standar verifikasi kedokteran tidak dilakukan sebagaimana standar
semestinya.
Meski begitu, ternyata batu yang dimaksud hanyalah terbuat dari tanduk rusa biasa82
COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan yang tak memiliki fungsi
medis apapun. Hal tersebut diketahui oleh salah seorang pembaca harian Pennsylvania
Gazette yang membuktikan tulisan Benjamin Franklin tersebut. Walaupun praktek –
praktek kebohongan seperti Hoaks ini telah dimulai sej ak lama, namun penggunaan
istilah Hoaks sendiri diyakini baru dimulai sekitar tahun 1808. Kata tersebut dipercaya
datang dari hocus yang berarti untuk mengelabui.
Kata -kata hocus sendiri merupakan penyingkatan dari hocus pocus
(kumparan.com/kumparantech/se jarah -hoaks -dan-andilnya -dari-masa- ke-masa).
Konten – konten dari Hoaks sendiri sejatinya tidak memiliki batasan, mulai dari agama,
politik, kesehatan, bisnis, peristiwa alam yang ajaib dll. Adapun beberapa faktor yang
menyebabkan Hoaks dapat tetap bertaha n dan eksis pada era kekinian adalah sebagai
berikut : 1.
Jurnalisme yang lemah : maksud dari jurnalisme yang lemah ini adalah aktivitas
jurnalistik yang kurang mengedepankan atas reliabelitas narasumber dan validitas data
melalui proses verifikasi, hal ini jelas mengakibatkan informasi yang bias atau bahkan
informasi yang salah. 2. Ekonomi : faktor ekonomi yang lemah dapat menjadi pemicu
lahirnya berita – berita hoaks disebabkan berita hoaks yang terkesan out of mind sangat
laku untuk dijual. 3. Internet : kehadiran Internet bagi banyak kalangan menghadirkan
dunia tanpa batas.
Hal ini tentunya berimplikasi jelas pada proses penyebaran konten – konten hoaks,
apalagi kecenderungan konten hoaks merupakan isu atau fenomena yang tengah
hangat dalam masyarakat, sehingga sirkulasi hoaks sangat terjaga dalam ranah sosial
media. 4. Pendidikan : selain menitikberatkan kesalahan pada konten, manusia selaku
penikmat konten juga tidak dapat lepas tanggung jawab. Pendidikan yang rendah,
keenganan dalam filterisasi informasi serta sifat dan sikap kritis pada informasi yang
rendah juga menjadi pemicu penyebaran konten –konten hoaks dalam masyarakat 5.
Literasi Media yang rendah : kehadiran internet bagi kalangan masyarakat tertentu
terkadang memunculkan Cultural Lag atau kesenjangan budaya. Masyarakat yang
tengah dalam situasiNyàya Darsana Sebagai Instrumen Mengatasi Hoaks dan Kesesatan
Berpikir 83 berkembang tidak jarang menganggap internet dan segala yang tertulis di
dalamnya merupakan kebenaran, hal ini tak lepas dari ponsel pintar yang secara mudah
dimiliki namun tidak dimiliki oleh “orang – orang yang pintar”.
Keyakinan akan informasi di internet selalu benar akibat literasi media yang buruk inilah
yang menjadi alasan konten hoaks mudah tersebar tanpa ada verifikasi informasi
terlebih dahulu. Selain faktor – faktor di atas, Francis Bacon juga merumuskan istilah
“doktrin negatif” yang menjerumuskan manusia dan mengakibatkan manusi a menjadi
sulit mencapai kebenaran, yaitu 1. Idols of the Tribe : yaitu kekeliruan – kekeliruan yang
disebabkan oleh kecenderungan manusia ketika memandang sesuatu, manusia tesebut
mengukur dari pandangannya sendiri dan tidak berdasarkan pada realitas yang
dilihatnnya. (Maksum, 2014)).
Hal semacam ini kerap kali dipengaruhi oleh bias kognitif yang bernama Confirmation
bias, confirmation bias adalah sebuah bias kognisi yang membuat seseorang hanya
ingin menerima informasi yang mendukung argument atau penilaiannya pribadi, dan
menolak segala informasi yang sekiranya bertolak belakang dengan opininya
(https://www.ikons.id/12-bias-kognitif-yang-membuat-anda-tidak- rasional).
Confirmation Bias ini sekiranya sangat berbahaya dan menyesatkan dalam rangka
pengambilan kesimpulan, disebabkan informasi yang diterima tidaklah seimbang.
Kondisi seperti Ini sedang marak terjadi di Indonesia bahkan dunia dalam menanggapi
isu seputaran Covid -19, beragam opini muncul bahkan yang paling menjadi perhatian
adalah isu akan keterlibatan New World Order yang sarat akan teori konspirasi, orang –
orang yang meyakini akan adanya teori konspirasi ini cenderung menutup mata pada
informasi valid yang dikeluarkan oleh lembaga – lembaga kesehatan yang notabena
memiliki pengalaman dan kapabilitas di bidang kesehatan untuk mengambil kebijakan
tentang covid -19 namun sangat membuka diri pada situs – situs, channel – channel
YouTube yang membahas tentang teori konspirasi di balik Covid – 19.84 COVID -19:
Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan 2.
Idol of the Cave : yaitu kekeliruan – kekeliruan yang disebabkan oleh subjektivitas
manusia karena manusia cenderung prejudice atau berprasangka. Doktrin negative
semacam ini juga memiliki pengaruh yang besar dalam situasi pandemic seperti
sekarang ini, beberapa kasus penolakan terhadap masyarakat dari daerah tertentu
menyeruak dikarenakan pada wilayah tersebut terdata memiliki angka positif Covid-19
yang tinggi sehingga pada realitasnya doktrin negatif seperti ini kerap kali menimbulkan
friksi dalam masyarakat. 3. Idol of the market-place : adalah kekeliruan kekeliruan yang
disebabkan oleh manusia yang terlalu percaya pada tanggapan mayoritas masyarakat.
Hal semacam ini berimplikasi pada sempitnya perspektif yang dimiliki oleh manusia
ketika sebuah kontruksi akan sebuah entitas atau realitas telah dibentuk oleh
masyarakat, dalam bias kognitif hal semacam ini juga disebut sebagai Bandwagon
effect. Dikutip pada laman (https://www.ikons.id/12-bias-kognitif-yang-
membuat-anda-tidak-rasional) Bandwagon effect adalah sebuah bias kognitif yang
menyebabkan seseorang percaya akan sebuah informasi dikarenakan banyak
masyarakat mempercayai hal tersebut. Seorang individu bisa saja tidak mempercayai
sebuah informasi, namun ketika informasi tersebut mulai menjadi perbincangan pada
kuantitas yang lebih luas, atau mungkin hingga terwujudnya sebuah komunitas yang
mendukung informasi tersebut, individu ini bisa saja terbawa arus dan ikut mempercayai
sebuah informasi yang mungkin saja tidak valid contoh dari bandwagon effect adalah
mengemukanya teori New World Order yang melakukan konspirasi demi mengubah
tatanan dunia, sehingga mereka menciptakan virus Corona yang mampu melumpuhkan
dunia sehingga “mereka’ mampu membentuk tatanan dunia yang baru di bawah kendali
beberapa orang.
Awalnya mungkin hanya beberapa orang yang memiliki keyaki nan itu, dan hanya
sedikit orang yang percaya, namun dengan meningkatnya kuantitas individu yang
mempercayai hal tersebut, maka teori konspirasi seperti yang dijelaskan di atas, bisa saja
dipercayai sebagai sebuah kebenaran.Nyàya Darsana Sebagai Instrumen Mengatasi
Hoaks dan Kesesatan Berpikir 85 4. Idol of the Teathre : kekeliruan – kekeliruan yang
disebabkan oleh rasa percaya yang berlebihan terhadap tradisi atau budaya yang telah
diwariskan secara turun temurun tanpa pikiran yang kritis (Maksum, 2014)).
Pengetahuan yang muncul akibat dari kekeliruan seperti ini sangatlah berbahaya bagi
kelangsungan manusia, pola –pola seperti Idol of the teathre memiliki kecendrungan
eksis pada masyakat yang terisolir atau masih dalam kondisi keterbelakangan informasi
yang factual dan valid, sehingga tidak jarang kekeliruan semacam ini eksis pada
komunitas suku – yang dalam aktivitas kesehariannya masih mengandalkan sistem
warisan nenek moyang. B. Nyàya Darúana sebagai Metode Menghadapi Hoaks Hoaks
selaku informasi yang memuat ketidakbenaran tentunya menjadi musuh bersama,
dalam filsafat Hindu, terdapat ilmu filsafat yang memuat metode dalam mencari
kebenaran yaitu filsafat Nyàya Darúana.
Maswinara (1999:125) merumuskan Nyàya Darúana sebagai Tarka Vàda atau diskusi dan
perdebatan tentang suatu Darúana atau pandangan filsafat ; karena Nyàya menga
ndung Tarka – Vidya (ilmu perdebatan) dan Vàda - Vidyà (ilmu – diskusi). Sistem Filsafat
Nyàya membicarakan bagian umum Darúana atau filsafat dan metoda untuk melakukan
pengamatan yang kritis. Pada awalnya kehadiran Nyàya Darúana selaku metode berpikir
krit is muncul ketika masyarakat tengah mengalami skeptisisme, Hamersma (Donder &
Wisarja, 2010) menyatakan sekitar tahun 600 SM di India mulai ada suatu reaksi baik
terhadap ritualisme para imam maupun spekulasi yang berhubungan dengan upacara
kurban, lebih la njut Hamersma menuraikan bahwa sebagai kontra –reformasi, secara
resmi muncul enam masam diskursus filsafat India yang disebut Sad Darúana, yang
mana Nyàya Darúana merupakan salah satu bagian dari keenam Darúana tersebut.
Kemunculan Nyàya Darúana juga meru pakan suatu manifestasi dari keinginan manusia
menggunakan pikiran dan indranya dalam rangka mengekplorasi dunia tidak hanya
melalui perspektif kitab suci melainkan juga menggunakan indra dan pengamatan
langsung yang berpedoman pada empat kondisi yaitu 1) Subjek atau pengamat
(Pramata), 2) Objek yang diamati (Prameya), 3) Keadaan hasil dari pengamatan (Pramiti)
dan 4) Cara untuk mengamati atau mengetahui (Pramàna) (Maswinara, 1999).86 COVID
-19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan Fase Skeptisisme masyarakat
mengenai kitab suci dan ritual yang dimuat oleh Hamersma senada dengan law of three
stages atau hukum tiga tahap yang dikemukakan oleh Auguste Comte.
Law of three stages atau Hukum tiga tahap yang dipaparkan Auguste Comte membagi
tahap perkembangan pemikiran manusia dari masa ke masa menjadi tiga tahap , yaitu;
tahap teologis, tahap metafisis dan tahap positif. Ketiga tahap ini dipahami Comte
sebagai satu kesatuan tahap perkembangan pola pikir manusia sebagaimana
perkembangan tahap kehidupan umat manusia dari masa kanak -kanak menjadi masa
remaja kemudian menjadi masa dewasa. Berikut uraian perkembangan hukum tiga
tahap comte; 1. Tahap Teologis atau Fiktif (the theological or fictitious) Tahap ini
merupakan awal perkembangan jiwa manusia.
Gejala -gejala atau fenomena yang menarik selalu dicari sebab – muzababnya, namun
pada fase ini, penekanan untuk menjawab segala fenomena dunia bertitik berat pada
keyakinan akan spirit. Keyakinan akan spirit ini juga mengalami evolusi secara dinamis
dari animisme, polytheisme hingga monotheisme (Wibisono, 1983) 2. Tahap Metafisis
(the metaphysical or abstract) Berakhirnya masa monotheis merupakan awal dari tahap
Metafisis. Manusia mulai merubah pola pikir guna menemukan jawaban jawaban atas
pertanyaan berkaitan dengan gejala alam yang terjadi.
Manusia mulai meninggalkan dogma-dogma agama dan beralih dari adanya adikodrati
(kuasa tunggal) dalam hal ini adalah tuhan menjadi adanya kemampuan yang abstrak.
Dalam hal ini Comte menerangkan bahwa masa ini adalah masa peralihan atau transisi
dari masa kanak -kanak menjadi masa dewasa. Karena ketidakpercayaan manusia akan
adanya adikodrati akhir mereka mau tidak mau menggunakan akal budi sebagai sumber
mancari kebenaran ((Wibisono, 1983)).
Pada masa ini manusia sudah bisa mendeskripsikan secara filosofis (jiwa, ekstensi)
berdasarakan kepercayaaan serta hukum alam 3. Tahap Positif (the positive or scientific)
Pada masa ini manusia lebih berkembang dari masa sebelumnya. Jika pada masa
metafisik manusia merasa cukup dengan pengetahuna yang abstrak, pada masa ini yang
dibutuhkan adalah pengetahuan yang riil. Pengatahuan yangNyàya Darsana Sebagai
Instrumen Mengatasi Hoaks dan Kesesatan Berpikir 87 dicapai harus melalui
pengamatan, percobaan dan perbandingan di atas hukum hukum yang umum (abtrak).
Pengetahuan yang dicapai tidak lagi abstrak, akan tetapi jelas, pasti dan bermanfaat.
(Wibisono, 1983) Jika merujuk dari penjab aran Law of Three Stages milik Comte dan
fase Skeptisisme dalam perkembangan filsafat India maka dapat ditemukan sebuah titik
temu di antara keduanya yaitu adanya kesadaran manusia untuk menggunakan rasio
dan proses pengindraan dalam usaha menggali atau menyelidiki pelbagai fenomena
maupun gejala yang dialami dalam kehidupan, hanya saja perbedaan di antara teori
keduanya adalah jika Comte merumuskan transformasi pemikiran ini terjadi pada satu
fase kehidupan manusia yaitu dari fase anak – anak hingga menuju fase dewasa,
transformasi filsafat India mengakomodir pola pikir sekelompok orang pada rentang
waktu tertentu, selain itu pula,pola dari Law of Three Stages milik Comte menegaskan
adanya Movement atau perpindahan dari tahap satu ke tahap yang lain sehing ga ketika
seseorang telah berpindah tahap, maka meutup kemungkinan untuk perpindahan balik
karena antara tahap satu dengan lainnya tersebut bersifat hierarkis, berbeda dengan
Filsafat India yang mana transformasi yang terjadi adalah sebagai penguat landasa n
teoritis sebelumnya, sehingga Darúana hadir bukan sebagai upgrade sistem Vedic
namun Darsana hadir selaku penguat konsep -konsep pada zaman Veda.
Nyàya Darsana selaku cabang dari Sad Darsana yang membicarakan mengenai metode
untuk melakukan pengamatan yan g kritis memiliki empat cara dalam usaha untuk
mengetahu kebenaran yaitu : 1. Praktyaksa Pramàna (Pengamatan langsung) Praktyakûa
Pramàóa atau pengamatan langsung memberikan pengetahuan kepada kita tentang
objek –objek menurut keadaanya masing –masing (Maswinar a, 1999), dalam Praktyaksa
Pramàna terdapat dua tingkat pengamatan yaitu Nirvikalpa (pengamatan yang tidak
menentukan), dan Savikalpa (pengamatan yang menentukan), dalam Nirvikalpa
Pratyaksa, pengamatan terhadap sesuatu obyek adalah semata –mata sebagai ob jek
tanpa penilaian, tanpa asosiasi dengan suatu subjek, sedangkan pada Savikalpa
Pratyaksa, pengamatan terhadap suatu obyek, dibarengi dengan pengenalan terhadap
ciri -ciri, sifat – sifat dan juga subyeknya88 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial
Kemasyarakatan Metode Praktyaksa Pramàna sejatinya memiliki kemiripan dengan
Empirisme pada konsep filsafat barat.
Tafsir merumuskan bahwa empirisme merupakan suatu doktrin filsafat yang
menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan
peranan a kal, titik temu kedua filasafat ini adalah ada pada instrument yang digunakan
yaitu indra manusia dalam usaha memperoleh kebenaran (Zaprukhan, 2016). Metode
Praktyaksa Pramàna dapat mejadi metode paling basic atau dasar dalam menerima
sebuah informasi. Fil terisasi pertama dalam menasbihkan sebuah informasi tersebut
adalah valid adalah dengan mengalami pengalaman penginderaan akan informasi yang
diperoleh.
Pada kasus Covid -19 yang pada realitasnya semakin kesini semakin dipertanyakan
bahayanya, aspek Prakty asa Pramana ini sesungguhnya diperlukan untuk mengetahui
secara langsung tingkat bahaya dari virus Sars Cov 2 ini, melihat menggunakan mata
bentuk virusnya, seberapa cepat berkembangbiak, hingga melihat secara langsung
dampak yang ditimbulkan pada pasien y ang mengidapnya, dengan demikian, validitas
akan keberadaaan serta tingkat bahaya dari virus tersebut dapat disahkan. 2. Anumàna
Pramàna Cara pengamatan yang berikutnya disebut Anumàna Pramàna yang sangat
penting dalam konsep Nyàya Darúana, jika pada Praktyak sa Pramàna pengetahuan
dapat diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap objek yang diamati, maka pada
Anumàna Pramàna, terdapat suatu perantara di antara subyek dan obyek di mana
pengamatan langsung dengan indra saja tidak dapat secara langsung menyimp ulkan
hasil dari pengamatan. Diperlukan tahapan atau (Avayava) dalam usaha menggapai
sebuah penyimpulan.
Adapun tahapan tersebut adalah sebagai berikut : a. Pratijña, yaitu proses pertama :
memperkenalkan obyek permasalahan tentang kebenaran pengamatan b. Hetu, yaitu
proses kedua : alasan penyimpulan, c. Udàharana, yaitu proses ketiga : menghubungkan
dengan aturan umum tentang suatu masalah d. Upanaya, yaitu proses keempat :
pemakaian aturan umum i tu pada kenyataan yang dilihat e. Nigamana, proses kelima :
berupa penyimpulan yang benar dan pasti dari seluruh proses sebelumnya (Maswinara,
1999)Nyàya Darsana Sebagai Instrumen Mengatasi Hoaks dan Kesesatan Berpikir 89
Singkatnya, Anumàna Pramàna memiliki dua sumber sebagai acuan dalam merumuskan
suatu kesimpulan, yang pertam a adalah hasil pengindraan dan yang kedua adalah
sebuah aturan atau hukum baku yang telah ada yang kemudian mengkorelasikan
keduanya sehingga mendapatkan sebuah kesimpulan yang valid, untuk lebih
memahami mengenai cara kerja dari metode ini dalam dimensi k asus Covid -19, akan
dipaparkan contoh sebagai berikut, “ Suatu ketika, kita melihat seseorang yang
menjalani proses PCR dan hasilnya positif (Pratijña), PCR positif merupakan indikasi
adanya Sars Cov 2 (Hetu), kita mulai menghubungkan antara hasil PCR posi tif konsep
“PCR positif” tersebut (Udàharana), kemudian kita mulai membuat kesimpulan bahwa,
jika ada seseorang positif pada saat PCR maka ia Positif Sars Cov 2 (Upanaya) hingga
akhirnya muncul kesimpulan bahwa orang tersebut menderita Covid - 19 (Nigamana ).
Konsep Anumàna Pramàna sejatinya mirip dengan konsep kritisisme dalam filsafat barat.
Kritisisme adalah suatu bentuk kerja sama (korelasi) antar realitas empiris dan proses
penalaran dalam mengkontruksi pengetahuan (Zaprukhan, 2016) metode ini menghilan
gkan kelemahan dari metode empiris yang sarat akan bias penginderaan dan rasionalis
yang sarat akan keterbatasan informasi 3. Upamàna Pramàna Upamàna Pramàna
merupakan cara pengamatan dengan membandingkan kesamaan -kesamaan yang
mungkin terjadi atau terdapat d i dalam obyek yang diamati dengan obyek – obyek
yang sudah ada atau pernah diketahui (Maswinara, 1999).
Adapun contoh dari konsep Upamàna Pramàna pada kasus Covid -19 adalah sebagai
berikut, Para ilmuan telah terlebih dahulu mengetahui dan meneliti kasus d an penderita
pasien yang terjangkit virus Sars yang merebak di Indonesia pada tahun 2002 ketika
melihat fenomena yang sama di tahun 2020, peneliti bisa mengetahui fenomena yang
terjadi adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang sama, kesimpulan itu bi sa
diambil disebabkan gejala yang sama dengan penampakan yang serupa di antara
keduanya 4. Sabda Pramàna Sabda Pramàna adalah pengetahuan yang diperoleh
melalui kesaksian dari seseorang yang dapat dipercaya kata – katanya ataupun dari
naskah – naskah yang dia kui kebenarannya.
Adapun 2 jenis kesaksian tersebuty adalah :90 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial
Kemasyarakatan a. Laukika Sabda, yaitu bentuk kesaksian yang berasal dari orang yang
dapat dipercaya and kesaksiannya dapat diterima menurut logika dan akal sehat. Pada
situasi pandemic Covid -19 seperti sekarang ini, tahapan Laukika Sabda merupakan
tahapan yang paling memungkinkan untuk dilaksanakan oleh masyarakat mayoritas, hal
ini disebabkan karena pada tahapan- tahapan sebelumnya seseorang yang akan
mencari kebenaran haruslah memiliki dasar pengetahuan tentang Virologi (ilmu tentang
virus) sedangkan tidak semua masyarakat memiliki kemampuan tersebut, sehingga
tahapan Laukika Sabda menjadi penting yaitu mencari kebenaran dari orang – orang
yang memiliki kapabilitas dari sisi kemampuan, serta basis keilmuannya.
Ada banyak sekali kesaksian – kesaksian, tafsir – tafsir serta pendapat yang akan muncul
dalam sosial media, namun memverifikasi linieritas antara basis keilmuan dengan topic
yang dibicarakan menjadi aspek yang penting untuk mencapai sebuah kebenaran,
dalam hal ini tentunya kebenaran perihal Covid -19 baik itu dari sisi pengobatan, hingga
langkah preventif yang perlu dilakukan masyarakat untuk memutus penyebaran Covid
19. b. Vaidika Sabda, yaitu bentuk kesaksian yang didasarkan pada naskah - naskah
kebenaran. Keempat metode yang telah dijabarkan adalah bagian dari filsafat Nyàya
Darúana dalam usaha mencari suatu kebenaran.
Serangkaian metode di atas selayaknya dapat menjadi jalan keluar dan pedoman bagi
masyarakat dalam usaha menampik informasi yang mengandu ng Hoaks dalam hidup
bermasyarakat, namun sejatinya keempat metode epistemology ini selayaknya
digunakan secara bersama –sama sebagai suatu wujud filterisasi dan verifikasi
bertingkat terhadapa suatu informasi. Kehadiran konsep Nyàya Darúana selayaknya dap
at tetap dikembangkan dan diajarkan bagi khlayak umum, meski pada awalnya Nyàya
Darúana merupakan ajaran yang lahir dan bertumbuh pada masyarakat yang pola
kehidupannya tidak kopleks, namun sejatinya inti ajarannya harus tetap berkembang
sebagai bukti bahw a filasafat Hindu merupakan ajaran yang universal, lintas waktu dan
tetap dapat teraplikasi sebagai instrument pemecah masalah di era kekinian Nyàya
Darsana Sebagai Instrumen Mengatasi Hoaks dan Kesesatan Berpikir 91 SIMPULAN
Covid 19 yang menyerag seluruh belahan dunia memberi dampak yang luar biasa,
pandemic ini memaksa masya rakat untuk akhirnya tetap berada dirumah dengan
menerapkan Physical dan Social distancing.
Adanya kebijakan yang esensinya mengurangi aktivitas masyarakat berimplikasi pada
terbatasnya akses bagi masyarakat, tidak terkecuali akses akan informasi. Akses in
formasi pada masa pandemic ini didominasi bersumber pada media dalam jaringan
yang kerap kali mengandung hoaks yang dengan mudah tersebar dari satu individu ke
individu lainnya. Hoaks adalah sebuah berita bohong yang cenderung “dijual” sebagai
suatu kebena ran, ada beberapa faktor yang mengemuka tentang eksitensi dari hoaks
itu sendiri, antara Jurnalisme, ekonomi, pendidikan hingga literasi media yang belum
mapan pada masing - masing individu masyarakat.
Filsafat Nyàya Darsana menawarkan epistemologi Hindu ya ng memiliki rigiditas yang
dapat digunakan dalam usaha filterisasi dan verifikasi informasi yaitu melalui Praktyaksa
Pramàna Anumàna Pramàna, Upamàna Pramàna, dan Sabda Pramàna. Keempat jenis
metode ini akan mampu menjadi filter untuk segala informasi yang kita dapatkan
terutama informasi yang berkaitan dengan Covid 19, selama semuanya dijalankan secara
kolektif, sehingga hoaks sebagai salah satu masalah yang dapat memicu terpecah
belahnya masyarakat dapat dihindarkan. DAFTAR PUSTAKA Donder, I. K., & Wisarja, I. K.
(2010). Filsafat Ilmu: Apa, Bagaimana, Untuk Apa Ilmu Pengetahuan Itu, dan
Hubungannya dengan Agama (1st ed.). Paramita. Juditha, C. (2018).
Interaksi Komunikasi Hoax di Media Sosial serta Antisipasinya Hoax Communication
Interactivity in So cial Media and Anticipation. Pekommas, 3, 13. jurnal.komimfo.go.id
Maksum, A. (2014). Pengantar Filsafat, Dari Masa Klasik hingga Postmodernisme (Aziz
Safa (ed.); 1st ed.). AR -RUZZ MEDIA.92 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial
Kemasyarakatan Maswinara, I. W. (1999). Sistem Filsafat Hindu ( Sarva Darsana Samgr
aha) (2nd ed.). Paramita. Wibisono, K. (1983). Arti Perkembangan Menurut Filsafat
Positivisme Auguste Comte (1st ed.). Gajah Mada University Press. Yunus, N. R., & Rezki,
A. (2020). Kebijakan Pemberlakuan Lock Down Sebagai Antisipasi Penyebaran Corona
Viru s Covid -19.
SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar -I. https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i3.15083
Zaprukhan. (2016). Filsafat Ilmu Sebuah Analisis Kontemporer (Nuran Hasanah (ed.); 1st
ed.). PT. raja Grafindo Persada. PUSTAKA INTERNET https://www.ikons.id/12
-bias-kognitif -yang-membuat -anda-tidak -rasional
https://id.wikipedia.org/wiki/Berita_bohong https://www.merdeka.com/dunia/penelitian
-jerman -strategi -china -lockdown - wuhan -terbukti -berhasil -atasi -corona.htm
Fenomena Morfologi pada Berita - Berita di CNN Indonesia Mengenai Covid - 19: Kajian
Linguistik Ni Wayan Swarniti Universitas Dwijendra PENDAHULUAN Diawal tahun 2020,
dunia digemparkan dengan merebaknya virus baru yaitu coronavirus jenis baru (SARS
-CoV-2) dan penyakitnya disebut Coronavirus disease 2019 (COVID -19). Diketahui, asal
mula virus ini berasal dari Wuhan, Tiongkok. Ditemukan pada akhir Desember tahun
2019. Sampai saat ini sudah dipastikan terdapat 65 negara yang telah terjangkit virus
satu ini.
(Data WHO, 1 Maret 2020) (WHO, 2020) (PDPI, 2020). World Health Organization
memberi nama virus baru tersebut Severe acute respiratory syndrome coronavirus -2
(SARS -CoV-2) dan nama penyakitnya sebagai Corona Virus Disease 2019 (COVID -19)
(WHO, 20 20). Pada mulanya transmisi virus ini belum dapat ditentukan apakah dapat
melalui antara manusia -manusia. Jumlah kasus terus bertambah seiring dengan waktu.
Selain itu, terdapat kasus 15 petugas medis terinfeksi oleh salah satu pasien. Salah satu
pasien te rsebut dicurigai kasus “super spreader”. (Channel News Asia, 2020). Akhirnya
dikonfirmasi bahwa transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia ke manusia
(Relman, 2020).
Sampai saat ini virus ini dengan cepat menyebar masih misterius dan penelitian mas ih
terus berlanjut (Yuliana, 2020).94 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial
Kemasyarakatan Banyak media yang mulai memberitakan mengenai peristiwa pandemic
Covid -19 ini. Berita -berita tersebut tersebar pada media cetak seperti koran, media
sosial seperti internet dan website, serta banyak pula berita yang dikabarkan melalui
televisi, radio dan beberapa media lainnya. Media -media ini berperan penting dalam
penyebaran berita dan penyebaran informasi kepada masyarakat luas. Berita -berita
tersebut dikabarkan pada masyarakat agar dapat lebih waspada akan situasi saa t ini.
Berita -berita tersebut selalu diperbaharui dengan situasi terkini yang terjadi di
lapangan. Bagaimana situasi lonjakan pasien penderita Covid -19 ini, bagaiaman alur
bantuan dari pemerintah hingga pihak -pihak swasta, apa saja aturan -aturan baru dari
pemerintah untuk mencegah penyebaran wabah bencana Covid -19 ini dan banyak lagi
informasi -informasi yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat luas. Salah
satunya adalah berita tertulis dari website CNN Indonesia. Pada CNN Indonesia, berita
-berita me ngenai Covid -19 ini terus diperbaharui sesuai kondisi terkini.
Tidak hanya pada penyebaran kasus, terdapat pula beberapa hal yang menjadi fokus
dari liputan berita CNN Indonesia. Jika diteliti berdasarkan ilmu linguistic atau ilmu
Bahasa, banyak terdapat f enomena morfologi yang terjadi pada berita -berita
mengenai Covid -19 ini. Sebelum mengenal mengenai fenomena morfologi, adapun
penjelasan mengenai morfologi yaitu studi tentang kata -kata dan pembentukan kata
(Lieber, 2009).
Fenomena - fenomena morfologi yang terjadi yaitu seperti singkatan atau akronim
(abbreviations), campuran (blends), afiksasi (affixations), dan sebagainya. Fenomena
-fenomena ini jika ditelusuri mulai muncul beriringan dengan munculnya wabah
bencana Covid -19 ini pada awal Maret lalu. Fenome na ini dapat dilihat pada beberapa
berita CNN Indonesia yang meliput tentang kasus Covid -19 ini Pada penelitian ini akan
dibahas mengenai fenomena morfologi yang terjadi pada berita -berita Covid -19 yang
diterbitkan melalui CNN Indonesia.
Penelitian ini pen ting dilaksanakan karena terdapat istilah -istilah yang mulai muncul
dan terkait dengan keberadaan Covid -19 ini. PEMBAHASAN Fenomena -fenomena
morfologi yang dapat ditemukan pada berita -berita liputan dari CNN Indonesia yaitu
sebagai berikut:Fenomena Morfologi pada Berita -Berita di CNN Indonesia Mengenai
Covid -19 95 A. Campuran ( Blends) Pada bukunya yang berjudul Word -Formation in
English pada tahun 2006, Callies mendefinisi campuran dalam literatur morfologis
sangat berbeda, tetapi kebanyakan kasus menyatu pada definisi campuran sebagai kata
-kata yang menggabungkan dua (jarang ti ga atau lebih) kata menjadi satu, menghapus
suku kata dari satu atau kedua kata sumber (Callies, 2006). B.
Covid -19 yang memiliki kepanjangan Corona Virus Disease 19 Penggabungan co dari
kata Corona, vi dari kata virus, dan d dari kata disease menjadi sebu ah kata baru yang
popular digunakan saat ini yaitu Covid -19. Berdasarkan kepanjangan dari kata Covid
-19 di atas, dapat dijabarkan bahwa Covid -19 adalah sebutan bagi wabah bencana
nasional ini bukan nama virus yang menjangkiti masyarakat. Covid -19 dengan ke
panjangan Corona Virus Disease 19 yang dalam Bahasa Indonesia memiliki arti Penyakit
Virus Corona 19 ini sering disalahartikan oleh masyarakat sebagai nama virus yang
mudah menyebar tersebut. C.
Suket yang Memiliki Kepanjangan Surat Keterangan Istilah ini sering digunakan pada
masyarakat yang tinggal di daerah yang menjalankan aturan PSBB ataupun PKM. Suket
merupakan gabungan dari kata surat dan kata keterangan. Suku kata su pada kata surat
dan suku kata ket pada kata keterangan membentuk kata b aru yaitu suket. Surat
keterangan yang dimaksud adalah surat keterangan dari perusahaan untuk masing
-masing pegawai mereka yang akan melakukan pekerjaan diluar rumah seperti di kantor
sehingga masyarakat yang memiliki surat keterangan dari perusahaan ini d apat dengan
mudah atau leluasa pergi bekerja dalam situasi pembatasan sosial ini.
Masyarakat hanya perlu memperlihatkan identitas diri dan surat keterangan dari
perusahaan ini pada petugas di beberapa perbatasan daerah yang melaksanakan aturan
PSBB ataupun PKM, maka dengan begitu masyarakat masih dapat pergi bekerja. D.
Singkatan (Abbreviations) Singkatan pada dasarnya mirip dengan campuran, karena
campuran dan singkatan adalah gabungan dari kata -kata yang berbeda. Singkatan
memiliki96 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan kesamaan dengan
pemoton gan dan pencampuran yang melibatkan hilangnya bahan (bukan penambahan
bahan, seperti dengan afiksasi), tetapi berbeda dari pemotongan dan pencampuran
dalam kategori prosodik tidak memainkan peran yang menonjol. Sebaliknya, ortografi
sangat penting (Callies , 2006). E. ODP yang Memiliki Kepanjangan Orang Dalam
Pengawasan Singkatan ini lebih mudah diucapkan dari pada kepanjangan dari singkatan
ini.
Singkatan ini digunakan untuk menjabarkan situasi seseorang yang diduga tertular virus
Corona namun dalam keadaan sehat tanpa gejala. Orang -orang yang diduga tertular ini
diawasi secara berkala oleh tim medis saat melakukan isolasi mandiri di rumah masing
-masing. Karena hal tersebutlah orang -oarng ini disebut sebagai orang dalam
pengawasan atau digunakanlah si ngkatan ini yaitu ODP. F.
PDP yang memiliki kepanjangan Pasien Dalam Pengawasan Berbeda dengan ODP atau
orang dengan pengawasan, PDP yang memiliki kepanjangan pasien dengan
pengawasan ini orang yang sudah dirawat dan memiliki gejala tertular virus namun un
tuk hasil masih dalam pemeriksaan oleh tim medis. Pada pasien dalam pengawasan
tidak jarang akhirnya menjadi positif terjangkit virus Corona ini. Orang -orang dalam
fase PDP ini akan disiapkan tempat atau ruangan terisolasi untuk mengurangi resiko
tertular dengan pasien lainnya yang tidak memiliki gejala terjangkit virus ini. G.
PSBB yang memiliki kepanjangan Pembatasan Sosial Berskala Besar Istilah dari PSBB ini,
ramai digunakan pada akhir April, setelah dicanangkan oleh pemerintah. PSBB atau yang
memiliki kepanjangan pembatasan sosial berskala besar ini adalah suatu aturan yang
baru -baru ini dicanangkan pemerintah pada beberapa daerah untuk menekan tingkat
penyebaran virus pada masyarakat. Hal ini perlu mendapat perhatian yang serius dari
berbagai pihak, m engingat bahwa pelaksanaan aturan PSBB ini melibatkan segala
komponen masyarakat meliputi: pemerintah, polisi, TNI, pihak swasta, pengusaha,
pedagang kecil, hingga masyarakat umum.
Segala lapisanFenomena Morfologi pada Berita -Berita di CNN Indonesia Mengenai
Covid -19 97 masyarakat ini harus berjalan beriringan agar aturan PSBB in i dapat
memberikan manfaat yaitu berkurangnya kasus penyebaran virus Corona ini. H. PKM
yang memiliki kepanjangan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Istilah ini muncul sebagai
suatu aturan selain PSBB yang diterapkan oleh beberapa daerah untuk mencegah
penyeb aran wabah Covid -19 ini. Istilah ini termasuk singkatan dari kata -kata
pembatasan kegiatan masyarakat. Aturan ini tidak seketat aturan PSBB.
Daerah yang melaksanakan aturan ini masih memberi kelonggaran bagi masyarakat
yang memang memiliki kepentingan untuk melakukan kegiatan di luar rumah seperti:
pergi bekerja, dengan menunjukan surat keterangan bekerja dari perusahaan terkait
pada petugas, masyarakat dapat dengan mudah pergi bekerja ke kantor. Namun akan
berbeda pada masyarakat yang ingin bepergian denga n tujuan tidak jelas. Masyarakat
dengan tujuan tidak jelas akan disarankan dan diarahkan untuk kembali pulang untuk
meminimalisir kegiatan masyarakat di luar rumah. I.
WFH yang memiliki kepanjangan Work from Home Banyak masyarakat yang tidak asing
lagi den gan istilah ini yaitu WFH. WFH ini adalah singkatan dari beberapa kata yaitu
work from home yang dalam bahasa Indonesia memiliki makna bekerja dari rumah.
Dikarenakan aturan pemerintah yang mewajibkan dilaksanakannya pembatasan sosial
bagi seluruh masyarak at, maka para pegawai perusahaan yang memungkinkan untuk
bekerja dari rumah segera dirumahkan oleh perusahaan mereka masing - masing.
Dengan adanya hal ini, banyak pegawai perusahaan yang bekerja dari rumah
menggunakan istilah ini dalam menjelaskan situasi a tau keadaan mereka yang saat ini
bekerja dari rumah.
Istilah ini menjadi lebih popular seiring digunakannya singkatan tersebut pada
unggahan -unggahan di sosial media oleh pegawai -pegawai tersebut. J. SIKM yang
memiliki kepanjangan Surat Izin Keluar Masuk Istilah ini akrab di telinga masyarakat kota
Jakarta. SIKM kini muncul sebagai salah satu syarat untuk keluar maupun memasuki
daerah kota Jakarta. SIKM yang memiliki kepanjangan surat izin keluar masuk ini
digunakan di daerah yang menjalankan aturan PSBB se perti di kota Jakarta. Masyarakat
umum98 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan yang memiliki SIKM
ini dapat memperlihatkan surat ini pada petugas yang berjaga di daerah perbatasan
daerah agar dapat keluar maupun memasuki suatu daerah yang menjalankan PSBB.
Istilah ini muncul sebagai suatu syarat dari data kelengkapan diri dari masyarakat yang
masih tidak bisa melakukan pekerjaan mereka di rumah dan perlu untuk melaksanakan
perjalanan dinas di luar daerah. SIMPULAN Berdasarkan penjabaran di atas, dapat
disimpulkan bahwa muncul beberapa fenomena -fenomena morfologi baru dikarenakan
wabah bencana nasional virus Corona ini. Adapun fenomena -fenomena tersebut
meliputi: campuran (blends) dan singkatan (abbreviations). Campuran (blends) yang
ditemukan yaitu: Covid -19 yang memiliki kepanjangan Corona Virus Disease 19, Suket
yang memiliki kepanjangan Surat Keterangan dan singkatan (abbreviations) yang
ditemukan meliputi: ODP yang memiliki kepanjangan Orang Dalam Pengawasan, PDP
yang memiliki kepanjangan Pasien Dalam Pengawasan, PSBB yang memiliki
kepanjangan Pembatasan Sosial Berskala Besar, PKM yang memiliki kepanjangan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat, WFH yang memiliki kepanjangan Work from Home,
dan SIKM yang memiliki kepanjangan Surat Izin Keluar Masuk. Berdasarkan analisis di
atas, fenomena - fenomena morfo logi pada tatanan linguistik dapat terjadi pada situasi
baru yang dialami masyarakat luas.
Hal ini dikarenakan feomena -fenomena ini memerlukan keberterimaan oleh segala
lapisan masyarakat hingga dapat diterima dan dengan mudah digunakan oleh
masyarakat ter utama dalam mengidentifikasi suatu hal ataupun dalam mendeskripsikan
suatu keadaan. DAFTAR PUSTAKA Asia, C. N. (2020). Wuhan virus outbreak: 15 medical
workers infected, 1 in critical condition.
https://www.channelnewsasia.com/news/asia/wuhanpneumonia - outbreak -health
-workers - coronavirus -12294212Fenomena Morfologi pada Berita -Berita di CNN
Indonesia Mengenai Covid -19 99 Callies, M. (2006). Word -Formation in English
(review). Language, 82(1), 215–216. https://doi.org/10.1353/lan.2006.0013 Lieber, R.
(2009). Cambridge Introductions to Language and Linguistics (Introducing Morpholog
y). In Cambridge University Press. PDPI. (2020). Panduan Praktik Klinis: Pneumonia 2019
-nCoV. PDPI. Relman, E. (2020). Business insider Singapore.
https://www.businessinsider.sg/deadly -china -wuhan -virusspreading - human
-to-human - officials -confirm -2020- 1/?r=US&IR=T WHO. (2020). WHO Director
-General’s remarks at the media briefing on 2019-nCov.
https://www.who.int/dg/speeches/detail/who -director - generals -%09remarks
-at-the-media - briefing -on-2019-ncov-on-11- february - 2020 Yuliana. (2020). Corona
virus diseases (Covid -19); Sebuah tinjauan literatur. Wellness and Healthy Magazine, 2(
1), 187 –192. https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/v1i218wh 100 COVID
-19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan Register Bahasa Tentang Wabah
Covid - 19 d i Media Whatsapp R.
Panji Hermoyo Universitas Muhammadiyah Surabaya PENDAHULUAN Bahasa
merupakan alat berkomunikasi dalam kehidupan sehari -hari manusia, tanpa bahasa
orang tidak akan bisa berkomunikasi. Dalam kehidupan bermasyarakat bahasa
mempunyai peranan yang sangat penting. Beberapa berbedaan dalam menggunakan
bahasa ketika masyar akat berkomunikasi yang muncul saat kondisi, situasi juga lawan
komunikasi kita (komunikan) berbeda. Sehingga muncullah variasi bahasa dalam
masyarakat. Bahasa ini oleh para linguis disebut dengan istilah “register”.
Chaer dan Agustina menyatakan lima dasar (5) hal yang memengaruhi perubahan variasi
berbahasa (register) kita tersebut, yaitu (1) Apa yang kita bicarakan (tentang masalah
hukum, pendidikan, politik, hobi, asmara, curhat), (2) Siapa lawan bicara kita (Guru,
orang tua, teman, kekasih, bos, pengem is, pembantu, saat pidato di depan orang
banyak), (3) Mengapa kita berbicara (untuk menceritakan sesuatu, merayu lawan jenis,
untuk mencairkan suasana, untuk meminta tolong), (4) Jenis komunikasi apa yang kita
gunakan (tertulis, lisan, email, telpon), dan (5) Perasaan kita saat berbicara (terpaksa,
konsentrasi, lelah) (Hermoyo, 2015).
Dalam kelompok masyarakat yang berprofesi kadang kala dengan sadar maupun tidak
sadar menciptakan kata -kata atau kalimat yang agak berbeda dari kelompok lain dan
masyarakat umum. Kata -kata itu akan terdengar biasa ketika diucapkan di komunitas
tersebut, namun apabila kata -kata atau kalimat itu diucapkan di luar komunitasnya
akan terasa aneh, dan oarng di luar komunitas merasa tidak paham dengan kata -kata
atau kalimat yang diu capkan102 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial
Kemasyarakatan itu. Contohnya dalam komunitas karate, ketika bertemu dengan
sesama karate akan mengucapkan kata “Osh” kepanjangan dari “OSHINABU” yang
berarti ‘pantang menyerah’.
OSHINABU dari bahasa Jepang, karena karate berasal dari negara Jepang. Kata -kata ini
digunakan orang yang mengikuti karate agar selalu mempunyai sifat pantang menyerah
terhadap situasi apapun. Sehingga oarng yang tidak ikut dalam komunitas karate tidak
akan paham arti Osh. Kajian ini tentang register bahasa dalam komunitas dosen Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surabaya
(UMSurabaya) yang membicarakan tentang wabah virus corona pada bulan Maret 2020
di media sosial whatsapp.
Dosen sering menggunakan variasi bahasa dalam pekerjaan mereka. Namun karena ada
wabah virus corona, mewajibkan dosen dan mahasiswa belajar bekerja dirumah. Dosen
dalam percakapan di WA membahas tentang virus corona yang sangat meresahkan
sehingga perlu diteliti tentang variasi bahasa/register tentang wabah penyakit corona
yang meland a Indonesia dan dunia. Kata -kata yang digunakan para dosen dominan
menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris khususnya istilah kesehatan/ medis
sehingga sebagian kata/kalimat ada yang susah untuk dipahami. Seperti contoh kata
-kata; “wabah, pandemik, virus, dan lockdown”.
PEMBAHASAN Variasi dalam bahasa ketika dengan menggunakan penggunanya,
pemakaiannya atau sering kali fungsinya disebut juga dengan fungsiolek ragam
maupun register. Terkadang variasi bahasa dibicarakan berdasarkan rumpun
penggunaan, gaya ba hasa maupun tingkat formalitas dan sarana penggunaan. Variasi
bahasa menurut rumpun pemakaian yakni yang memakai bahasa itu digunakan untuk
keperluan maupun rumpun keilmuannya. Seperti; dalam sastra jurnalistik, militer,
pertanian, pelayaran, pendidikan, d an bidang kegiatan keilmuan lainnya. Variasi ini dari
segi pemakaian yang tanpak cirinya adalah di kosakata.
Bidang ini sering punya beberapa kosakata khusus maupun umum yang tidak dapat
digunakan dalam bidang lainnya. Variasi yang berdasarkan fungsinya se ring disebut
register. Pembicaraan terkait register umumnya dikaitkan dengan masalahnya yaitu
dialek. Jika dialek berkenaan dengan bahasa yang digunakan oleh siapa, di mana, dan
kapan, maka umumnya register berhubungan terkait bahasa itu digunakan untuk ke
giatan sesuatu hal. Register yang sederhana dapat dikatakan seperti variasi
bahasaRegister Bahasa Tentang Wabah Covid -19 Di Media Whatsapp 103 lewat cara
penggunaannya atau ‘use’ -nya, berbeda dengan dialek yang merupakan variasi bahasa
berdasarkan penggunanya atau ‘user’ -nya. Seperti halnya register tidak terbatas dalam
variasi pilihan kata, namun termasuk pada beberapa pilihan penggunaan struktur teks,
maupun teksturnya : kohesi juga leksikogramatika, dan pilihan fonologi atau
grafologinya.
Karena register meliputi seluruh pilihan aspek kebahasan atau linguistis, m aka banyak
linguist menyebut register sebagai style atau gaya bahasa. Konsep register telah banyak
diutarakan oleh para sosiolinguis dengan pemahaman yang berbeda -beda. Bahasa
apabila dikaitkan dengan harus memahami register dengan konsep yang lebih umum k
arena disejajarkan dengan konsep ragam (style). Dengan demikian, berdasarkan pada
situasi pemakaiannya, variasi bahasa akan berkaitan dengan fungsi pemakaiannya,
dalam arti setiap bahasa yang akan digunakan untuk keperluan tertentu disebut dengan
fungsiole k, ragam, atau register (Chaer & Agustina, 1995). Di dalam buku Sosiolinguistik
II dikemukakan bahwa slang dalam bahasa Inggris disebut register (Depdikbud, 1995).
Slang atau register merupakan bagian leksikal, yang termasuk bidang yang disebut
unsur bahas a tidak baku.
Unsur tidak baku tersebut mencakup (1) kata -kata dengan gaya tertanda yaitu
kata-kata ekspresif yang digunakan sehari -hari dan (2) kata -kata yang ditentukan
secara sosial yang penggunaannya terbatas pada kelompok sosial dan profesi tertentu.
Sementara itu, pemahaman register untuk pemakaian kosakata yang terakit dalam
berbagai pekerjaan dan masyarakat sosial lainnya. Misalnya penggunaan bahasa para
atlit karate, manajer bank, penjual dipasar, para pecinta musik jazz, perantara (pialang),
dan s ebagainya (Ardi, 2017).
Media komunikasi tersedia dalam melalui berbagai bentuk yang serba cepat lewat
sampai audio -video call. Ada yang muncul ke dalam bentuk aplikasi sehingga bisa di
-unduh dan diinstal pada gawai, sehingga langsung dengan nomor gawai ya ng
digunakan dan nomor telah disimpan, contohnya Whatsapp, line, BBM. Sedangkan yang
lain langsung masuk ke situs sehingga pengguna dapat membuat akun dan bisa masuk
setiap ingin memakainya, tetapi ada juga yang harus diinstal dahulu ke dalam personal
comp aq (PC) maupun lewat gawai, contohnya Twitter, Facebook, Path, intagram, Line,
dan lain-lain. Teknologi komunikasi yang sedang ‘naik daun’ Whatsapp (WA) yang bisa
dijadikan media dalam berkomunikasi lewat pesan tulisan, suara dan gambar/video.
Whatsapp yan g biasa disingkat dengan sebutan WA, adalah teknologi Instant
Messaging seperti SMS dengan teknologi canggih terbaru dengan menggunakan data
internet berfitur pendukung yang lebih bagus dan104 COVID -19: Perspektif Hukum dan
Sosial Kemasyarakatan menarik, sehingga Whatsapp bisa digunakan sebagai media
komunikasi dan sarana akademik yang praktis, efetif dan fleksibel. (Zakirman & Rahayu,
2018). Kajian ini lebih menitikberatkan pada penggunaan sumber data sekunder di grup
whatsapp pada bulan Maret 2020 dengan pengumpulan data menggunakan metode
simak (pengamatan/ob servasi) dan metode cakap rekam melalui gawai/ handphone.
Penyajian hasil analisis data dilakukan dengan menyajikan deskripsi verbal dengan kata
-kata. Awal tahun 2020 dunia dihebohkan dengan munculnya penyakit baru yang belum
ada obatnya. COVID -19, kepanja ngan dari Corona Virus Disease 2019 yang biasa
disebut Virus Corona. Sebenarnya virus corona sudah muncul di tahun 2019 sehingga
diberi nama COVID -19. Kasus orang terkena virus corona pertama kali di Wuhan China
pada pertengahan Desember 2019 (Suara, 2020) . Seiring berjalannya waktu, virus ini
menyebar ke berbagai negara dan sampai ke Indoesia pada bulan Maret 2020.
Sehingga orang -orang mulai membicarakan tentang virus corona. Pandemi virus
corona membuat pemerintah Indonesia mulai menghimbau rakyat untuk b elajar,
bekerja dan beribadah di rumah. Universitas Muhammadiyah Surabaya juga
memberlakukan himbauan pemerintah dengan membuat kebijakan tentang
kewaspadaan dengan mengeluarkan surat nomor 0290/MLM/II.3.AU/A/2020 Tentang “
Peningkatan Kewaspadaan dan Penc egahan Penyebaran Infeksi COVID -19 di
Lingkungan Universitas Muhammadiyah Surabaya”, yang ditanda tangani Rektor tanggal
16 Maret 2020, yang memberlakukan pembelajaran di rumah mulai 17 Maret 2020
hingga 28 Maret 2020. Dengan adanya COVID -19, dosen bekerja di rumah dan
komunikasi hanya dengan teknologi. Contoh percakapan di grup whatsapp dosen FKIP
UMSurabaya diperoleh melalui metode simak dan cakap rekam.
Contoh Wujud Percakapan di grup whatsapp: Waktu : 23 Maret 2020 Bahasa : Bahasa
Indonesia (BI) Wujud bahasa yang digunakan masyarakat tutur antar dosen 1 (D1) dan
dosen 2,3,4,5,6 (D2,D3,D4,D5,D6) ketika terjadi wabah COVID -19 nampak dalam
percakapan sebagai berikut: D1 : Sdh 7 dokter wafat krn mengabdikan dirinya untuk
mengobati pasien COVID 19Register Bahasa Tentang Wabah Covid -19 Di Media
Whatsapp 105 D2 : Innalilahi waina ilaihi rojiun D3 : Innalilahi waina ilaihi rojiun. Insyaa
Allah diterima amal baiknya. Aamiin D1 : Kok Indonesia tingkat kematiannya tinggi ya?
D4 : Innalillahi wa innailaihi rojiuun, smg mndpt balasan atas amal baikny, aamiin D5 :
Prof Bambang unesa nggih Bu? D6 : Innalillahi wa innailaihi Rojiun...
Telah wafat Prof. DR. dr. Bambang Sutrisna, MHSc (Guru besar Epidemiologi FKM UI),
meninggal di RS Persahabatan pagi ini jam 08.30 WIB. Telah dikonfirmasi deng an RS
Persahabatan, beliau sbg PDP Covid -19. Terakhir alm. Prof. Bambang memberikan
kuliah jarak jauh dengan mahasiswa pada hari Sabtu, 21/3/2020, selama perkuliahan
alm. tidak berhenti batuknya.. Allahumagh firlahu warhamhu waafihi wa'fu anhu...
Al-Fatiha h... D6 : FKM UI Bu D1 : UI bu Waktu : 24 Maret 2020 Bahasa : Bahasa
Indonesia (BI) Wujud bahasa yang digunakan masyarakat tutur antar dosen 1 (D1) dan
beberapa dosen 2,3,4 (D2,D3, D4) ketika terjadi wabah COVID -19 nampak dalam
percakapan sebagai berikut: D1 : Ya Allah kok banyak sekali dokter yg meninggal. Apa
safety untuk tenaga medis jurang memadai atau bagaimana ya. D2 : Kurang Bu ...Malah
katanya ada yg pakai jas hujan D3 : Sepertinya begitu bu. D2 : Selain itu jam kerjanya
over load.
Terutama yg tugas di RS106 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial Kemasyarakatan
D4 : dokter pada urunan sendiri by utk beli apd terutama yg sdh senior D2 : betul bu D4
: itu cerita teman sy di rs swasta yg rujukan pasien covid Dapat disimak contoh
percakapan di media komunikasi pada grup WA di komunitas dosen membicarak an
tentang wabah Covid -19. Dari sini dapat dikatakan bahwa peranan bahasa khusunya
register sangat penting dalam keadaan apapun dan dapat menggunakan media yang
sedang “tren” pada masanya. Dalam percakapan di media komunikasi WA pada saat ada
wabah Covid -19, bahasa yang tidak pernah didengar dan jarang digunakan akhirnya
muncul seperti Covid -19, PDP, Safety, tenaga medis, jas hujan, APD, pasien.
Percakapan setelah tanggal 24 Maret sampai 31 Maret hanya info tentang wabah covid
-19, namun tetap ada register b ahasa tentang wabah Covid -19 seperti : dokter,
sanitizer, masker, corona, masa karantina, imun tubuh dan virus. Pada kajian di atas
terlihat penanda register pada percakapan selama bulan Maret mulai tanggal 24 Maret
sampai 31 Maret 2020 yakni; No Penanda Register 1 Covid-19 2 PDP 3 Safety 4 Tenaga
medis 5 Jas hujan, 6 APD 7 Pasien 8 Dokter 9 Sanitizer 10 MaskerRegister Bahasa
Tentang Wabah Covid -19 Di Media Whatsapp 107 11 Corona 12 Masa karantina 13
Imun tubuh 14 Virus Sehingga register ini berlaku pada saat tertentu, wujud dari variasi
bahasa dalam percakapan di WA dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Covid-19 yakni singkatan dari Corona Virus Disease 2019, penyakit karena infeksi virus
yang menyerang sistem pernafasan. 2. PDP atau Pasien dalam Pengawasan (PDP)
Sebelum diputuskan positif terjangkit, penderita penyakit COVID-19 disebut pasien
dalam pengawasan (PDP), mereka adalah orang-orang yang memiliki gejala panas
badan dan gangguan saluran pernapasan. 3. Safety berarti aman dari virus corona. 4.
Tenaga medis adalah orang yang merawat pasien, bisa dokter atau perawat. 5. Jas hujan
adalah baju ganti pelindung diri karena tidak ada alat pelindung diri lainnya. 6.
APD singkatan alat pelindung diri adalah alat-alat atau perlengkapan yang wajib
digunakan untuk melindungi dan menjaga keselamatan pekerja saat melakukan
pekerjaan yang memiliki potensi bahaya. 7. Pasien adalah orang yang terpapar virus. 8.
Dokter adalah tenaga ahli selain perawat yang merawat pasien. 9. Sanitizer yaitu
pembersih tangan yang kemampuannya antibakteri dalam menghambat hingga
membunuh bakteri maupun virus. 10. Masker yaitu lat pelindung wajah agar terhindar
dari virus atau bakteri. 11. Corona adalah nama sebuah virus yang baru ditemukan akhir
2019 di Wuhan Cina. 12.
Masa karantina yaitu langkah memisahkan ataupun membatasi pergerakan orang yang
sakit dan sehat diduga mempunyai penyakit menular.108 COVID -19: Perspektif Hukum
dan Sosial Kemasyarakatan 13. Imun tubuh yaitu sistem kekebalan tubuh manusia. 14.
Virus adalah juga berarti juga racun. Register ini biasanya digunakan oleh komunitas
tertentu dengan menggunakan ragam bahasa di daerah atau lokasi kegiatan tersebut
berlangsung, sehingga lebih mudah diterima oleh pemakainya. Ragam bahasa yang
digunakan tergantung dari letak daeranya.
Letak ko ta Surabaya berada di Jawa Timur, ada sebagian profesi yang menggunakan
bahasa Jawa dialek Surabaya, tapi bahasa nasional yakni bahasa Indonesia tetap
digunakan walapun dengan bahasa campuran. Terbukti jika variasi bahasa akan
digunakan di manapun seseoran g berada. Contohnya percakapan dosen -dosen yang
menggunakan media WA tetap menggunakan variasi bahasa dalam mendukung
aktivitasnya, sehingga teknologi berperan penting dalam kehidupan sehari -hari.
SIMPULAN Kajian tentang Register Bahasa Tentang Wabah Covi d -19 Di Media
Whatsapp membuktikan dalam masyarakat tertentu terkadang memakai bahasa yang
hanya diketahui komunitasnya yang dihubungkan dengan profesi mereka pada saat
tertentu. Register ataupun variasi bahasa yang terkait dengan profesi ditandai dengan
ciri-ciri tuturan (kebahasaan) mereka yang mencerminkan identitas kelompok tertentu
sebagai komunitas turut. Ciri - cirinya berupa pemakaian kata asing yang berhubungan
dengan kegiatan sehari -hari. Kata asing itu antara lain: Covid -19, PDP, Safety, tenaga
me dis, jas hujan, APD, pasien, dokter, sanitizer, masker, corona, masa karantina, imun
tubuh dan virus.
Rangkaian kata -kata tersebuti Covid -19, PDP, Safety, tenaga medis, jas hujan, APD,
pasien, dokter, sanitizer, masker, corona, masa karantina, imun tubuh d an virus.) bisa
menjelaskan situasi dan keadaan yang sedang terjadi pada komunitas tersebut. Berarti,
bahasa dan kata juga dipakai meskipun komunitas tersebut sedang berbicara di media
sosial. Register Bahasa Tentang Wabah Covid -19 Di Media Whatsapp 109 DAFTAR
PUSTAKA Ardi, H. (2017). Penerjemahan Register Militer Pada Subtitling Film ”the Great
Raid”. Lingua Didaktika: Jurnal Bahasa Dan Pembelajaran Bahasa, 7(1), 29.
https://doi.org/10.24036/ld.v7i1.3530 Chaer, A., & Agustina, L. (1995). Suatu Pengantar
Sosioinguistik. PT.
Rineka Cipta. Depdikbud. (1995). Teori da n Metode Sosiolinguistik II. Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa. Hermoyo, R. P. (2015). Register Pekerja Terminal Petikemas
Surabaya. STILISTIKA, 8(1), 48 –67. Suara, S. (2020). Arti Istilah -Istilah Terkait COVID -19,
Mulai Lockdown Sampai Social Distan cing - Suara Surabaya. Suara Surabaya.net.
https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2020/arti -istilah -istilah -terkait - covid
-19-mulai -lockdown -sampai -social -distancing/ Zakirman, & Rahayu, C. (2018).
Popularitas WhatsApp Sebagai Media Komunikasi dan Berbagi Informasi Akademik
Mahasiswa. Perpustakaan Arsip Dan Dokumentasi, 10(1), 27 –38.
https://doi.org/10.15548/shaut.v10i1.7 110 COVID -19: Perspektif Hukum dan Sosial
Kemasyarakatan
INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
2% - sim.ihdn.ac.id › app-assets › repo
<1% - www.jogloabang.com › pustaka › uu-28-2014-hak-cipta
<1% - repositori.unsil.ac.id › 2064 › 1
<1% - research.unissula.ac.id › file › publikasi
<1% - www.researchgate.net › profile › Agung-Purnomo-2
<1% - www.hukumonline.com › klinik › detail
<1% - pak.uii.ac.id › wp-content › uploads
<1% - evisuwarni.staff.ub.ac.id › files › 2018
<1% - core.ac.uk › download › pdf
<1% - www.kompasiana.com › mochshidiq › 5f54fe3f8becf44d
<1% - www.msn.com › id-id › gayahidup
<1% - sepengatahuanku.blogspot.com › 2013 › 03
<1% - soaltestujian.blogspot.com › 2018 › 06
<1% - repository.um-surabaya.ac.id › 4394/1/2
<1% - www.facebook.com › MancaCERIA › videos
<1% - www.sekolahan.co.id › pengertian-literasi
<1% - jasamakalahrahmat17.wordpress.com › 2014/12/31
<1% - www.brilio.net › gadget › 20-singkatan-ini-sering
<1% - www.yosefpedia.com › 2019/06/50-kata-kata-bijak
<1% - www.researchgate.net › publication › 31066539
<1% - www.coursehero.com › file › 74549048
<1% - id.wikipedia.org › Singkatan_dan_akronim
<1% - id.wikipedia.org › wiki › Wikipedia:Pedoman
<1% - yenz90.blogspot.com › 2010 › 10
<1% - covid19.go.id › edukasi › hasil-kajian
<1% - esaisastra.wordpress.com › 2009/04/15 › singkatan
<1% - www.scribd.com › document › 384865327
<1% - lutfi-cilut.blogspot.com › 2016 › 12
<1% - pedomane.com › singkatan-dan-akronim
<1% - mohamadimamr27.blogspot.com › 2016 › 06
<1% - www.indonesia.co.jp › bataone › ruangbahasa26
<1% - id.wiktionary.org › wiki › Lampiran:Daftar_singkatan
<1% - www.malangtimes.com › feed
<1% - dosenbahasa.com › perbedaan-akronim-dan-singkatan
<1% - dosenbahasa.com › contoh-singkatan
<1% - www.britishcouncilfoundation.id › english › articles
<1% - www.kompasiana.com › much-khoiri › 552b83486ea834e07
<1% - www.ilmubahasainggris.com › 15-singkatan-dalam
<1% - cashbac.com › blog › apa-itu-psbb-semua-tentang-psbb
<1% - kominfo.ngawikab.go.id › syarat-dan-tata-cara
<1% - www.academia.edu › 46174880 › PANOPTIKUM_COVID_19
<1% - www.merdeka.com › jabar › odp-adalah-orang-dalam
<1% - mulianirahmahpbsi.blogspot.com › 2011 › 10
<1% - www.academia.edu › 24641047
<1% - kediripedia.com › kata-kata-yang-wajib-dipahami-di
<1% - www.wartaekonomi.co.id › apa-itu-karantina-wilayah
<1% - unnes.ac.id › category › berita
<1% - www.facebook.com › permalink
<1% - health.detik.com › berita-detikhealth › d-5016585
<1% - www.academia.edu › 31711886
<1% - www.academia.edu › 11633130 › filsafat_bahasa_dan
<1% - piaget.org › about-piaget
<1% - jabar.tribunnews.com › 2020/10/25 › kebal-inilah
<1% - berkas.dpr.go.id › puslit › files
<1% - katadata.co.id › ekarina › berita
<1% - kumparan.com › nurul-russanah › dampak-sistem
<1% - jurnal.borneo.ac.id › index › borneo_humaniora
<1% - www.researchgate.net › profile › Tubagus-Umar-Syarif
<1% - nanditasw.wordpress.com › 2020/06/25 › pembelajaran
<1% - www.researchgate.net › publication › 347091138
<1% - journal.uniga.ac.id › index › JP
<1% - www.kompasiana.com › srisafitri › 550d7808a333112d1c
<1% - baginory.wordpress.com › tag › tattwa
<1% - iwayanjatiyasatumingal.blogspot.com › 2012 › 05
<1% - www.academia.edu › 30471336 › TEORI_TEORI_DALAM
<1% - saniparwasih.blogspot.com › 2016 › 05
<1% - www.popmama.com › kid › 4-5-years-old
<1% - digilib.uin-suka.ac.id › 30551/1/1520411076_BAB-I_IV-atau
<1% - sinta.ristekbrin.go.id › journals › detail
<1% - portalgaruda.fti.unissula.ac.id
<1% - ummaspul.e-journal.id › Edupsycouns › article
<1% - repository.ihdn.ac.id › repositori › detail
<1% - www.definisi-pengertian.com › 2015 › 10
<1% - blogartayana.wordpress.com › 2017/11/06 › manusia
<1% - eprints.undip.ac.id › 44863 › 3
<1% - www.sacred-texts.com › hin › m12
<1% - jurnalkemanusiaan.utm.my › index › kemanusiaan
<1% - sinta.unud.ac.id › uploads › wisuda
<1% - granthaalayah.com › Articles › Vol5Iss10
<1% - andrianaanita.wordpress.com › 2013/05/21 › peristiwa
<1% - jogja.tribunnews.com › 2020/04/05 › 3-cara-untuk
<1% - m.lampost.co › berita-virus-korona-makna-pandemik
<1% - www.kompas.com › tren › read
<1% - issuu.com › waspada › docs
<1% - farmasetika.com › 2020/01/28 › gambaran-klinis-41
<1% - nasional.kompas.com › read › 2020/03/02
<1% - lipi.go.id › berita › single
<1% - hindu.forumotion.net › t9-mahabharata-ramayana
<1% - text-id.123dok.com › document › ozlmmke6y
<1% - www.universitaspsikologi.com › 2020 › 01