57
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Setiap gedung ataupun perkantoran pasti memiliki alat pengkondisi udara , alat tersebut berfungsi untuk mengkondidikan udara di dalam ruangan agar orang yang berada di dalam ruangan tersebut merasa nyaman. Alat pengkondisi udara yang digunakan untuk mengkondisikan gedung atau perkantoran memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah alat pengkondisi udara sentral jenis water cooled chiller. Water cooled chiller adalah salah satu jenis alat pengkondisi udara dimana air sebagai refrigerant sekunder yang digunakan untuk mengkondisikan udara di ruangan ruangan. Water cooled chiller terdiri dari tiga bagian utama yaitu system refrigerasi dimana system tersebut yang akan digunakan untuk mendinginkan air, cooling tower berfungsi untuk membuang panas kondensor melalui media air, dan system distribusi air dingin yaitu AHU dan FCU yang nantinya akan mengkondisikan udara di ruangan-ruangan. Di dalam penggunaan Water cooled chiller tersebut pasti terdapat masalah- masalah yang timbul dan mengakibatkan kurang optimalnya kerja water cooled chiller tersebut untuk mengkondisikan suatu gedung atau ruangan. Masalah – masalah yang timbul tersebut dapat di cegah dengan beberapa cara, yaitu dengan rutin melakukan perawatan atau dengan melakukan audit performa dari Water cooled Chiller tersebut. Dengan melakukan Identifikasi kita dapat mengetahui performa dari water cooled chiller tersebut, dan juga kita dapat menanggulangi kerusakan-kerusakan dari system yang akan timbul. Dari hal tersebut, penulis mencoba membuat sebuah buku yang berjudul “Analisa Performa Chiller Pada Gedung Menara Cakrawala”, dimana nantinya buku ini akan menyajikan data identifikasi chiller pada menara cakrawala, PT. Jakarta Seabudi Internasional Tbk 1

progres buku Pkl

  • Upload
    pnb

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Setiap gedung ataupun perkantoran pasti memiliki alat pengkondisi udara ,

alat tersebut berfungsi untuk mengkondidikan udara di dalam ruangan agar orang

yang berada di dalam ruangan tersebut merasa nyaman. Alat pengkondisi udara

yang digunakan untuk mengkondisikan gedung atau perkantoran memiliki

beberapa jenis, salah satunya adalah alat pengkondisi udara sentral jenis water

cooled chiller.

Water cooled chiller adalah salah satu jenis alat pengkondisi udara dimana

air sebagai refrigerant sekunder yang digunakan untuk mengkondisikan udara di

ruangan ruangan. Water cooled chiller terdiri dari tiga bagian utama yaitu system

refrigerasi dimana system tersebut yang akan digunakan untuk mendinginkan air,

cooling tower berfungsi untuk membuang panas kondensor melalui media air, dan

system distribusi air dingin yaitu AHU dan FCU yang nantinya akan

mengkondisikan udara di ruangan-ruangan.

Di dalam penggunaan Water cooled chiller tersebut pasti terdapat masalah-

masalah yang timbul dan mengakibatkan kurang optimalnya kerja water cooled

chiller tersebut untuk mengkondisikan suatu gedung atau ruangan. Masalah –

masalah yang timbul tersebut dapat di cegah dengan beberapa cara, yaitu dengan

rutin melakukan perawatan atau dengan melakukan audit performa dari Water

cooled Chiller tersebut. Dengan melakukan Identifikasi kita dapat mengetahui

performa dari water cooled chiller tersebut, dan juga kita dapat menanggulangi

kerusakan-kerusakan dari system yang akan timbul.

Dari hal tersebut, penulis mencoba membuat sebuah buku yang berjudul

“Analisa Performa Chiller Pada Gedung Menara Cakrawala”, dimana nantinya

buku ini akan menyajikan data identifikasi chiller pada menara cakrawala,

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 1

identifikasi tersebut dibuat berdasarkan data performansi kerja water cooled

chiller 1 dan 2 pada tanggal 1 dan 3 april 2016.

1.2 Tujuan.

Tujuan yang ingin dicapai penulis setelah menyusun buku ini yaitu:

a. Untuk mengetahui performa kerja mesin Water Cooled Chiller 1 dan

2 di Menara cakrawala untuk mengkondisikan udara di gedung

tersebut.

b. Sebagai tolak ukur perawatan apa yang harus dilakukan untuk

menaikan performa kerja mesin water cooled chiller.

c. Sebagai pengaplikasian ilmu yang telah didapat penulis di kampus.

d. Menuangkan gagasan dan ide penulis dalam bentuk karya tulis.

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 2

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah PT.JSI ( Jakarta Setiabudi Internasional, Tbk )

PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk.(“JSI” atau “Perseroan“) telah

menjadi salah satu pemain utama di industri pengembangan properti di

Indonesia. Sejak didirikan oleh Bapak Jan Darmadi pada tahun 1975,

Perseroan telah mengembangkan portofolio asetnya secara menyeluruh

sehingga mencakup hotel, residensial, kantor & rumah bandar, serta ritel.

Aset-aset penting secara strategis terletak di titik-titik utama di Jakarta, Bali,

dan Yogyakarta, JSI juga memiliki cadangan lahan yang direncanakan untuk

dikembangkan di masa depan.

Pada tahun 1998, JSI menjadi perusahaan publik setelah sukses

melakukan Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Indonesia, sehingga

menuntut adanya transparansi dan akuntabilitas dalam manajemen sebagai

perusahaan publik.

Pada tahun-tahun berikutnya, berkat pembangunan yang solid dan

bergaya, Perseroan meraih kepercayaan dan apresiasi dari berbagai perusahaan

multinasional sebagai mitra bisnis, di antaranya Hyatt International, Accor

Asia Pacific, Itochu Corporation, Shimizu, Tokyu Land Corporation, Frasers

Hospitality, dan Nomura.

Pendiri telah menetapkan nilai-nilai bagi Perseroan di tahun

mendatang yaitu : manajemen keuangan yang hati-hati, manajemen risiko

yang disiplin, Tata Kelola Perusahaan yang ketat, berfokus pada proses dan

detil. Nilai-nilai inti ini mendukung JSI dalam menghadapi sejumlah

tantangan berat menyusul Krisis Ekonomi 1998 di Indonesia.

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 3

Ketahanan itu membuat JSI berkembang sebagai perusahaan yang

berwawasan ke depan dan memiliki budaya perusahaan yang dinamis,

senantiasa mengembangkan kreativitas, inovasi, kerja sama tim, dan

pendekatan yang tidak konvensional.

Sumber daya manusia yang cerdas, termotivasi, terarah, dan

memperoleh penghargaan yang baik menjadi kunci dalam mempertahankan

pertumbuhan dan mendorong inovasi. Hingga akhir tahun 2012, JSI

mengelola aset dengan nilai pasar sebesar Rp7,4 triliun dan kapitalisasi pasar

sebesar Rp1,74 triliun, serta memiliki lebih dari 3.600 karyawan terlatih dan

berdedikasi, termasuk karyawan alih-daya.

Seiring dengan pertumbuhan perekonomian nasional yang kuat, JSI

berusaha untuk meningkatkan posisinya sebagai perusahaan investasi dan

pengembanganproperti terkemuka di Indonesia.

2.2 Visi dan Misi

Visi

“Menjadi perusahaan investasi dan pengembangan properti berkelas dunia”.

Misi

“Senantiasa berupaya mencapai keunggulan dalam berbagai bidang”.

2.3 Setiabudi Buillding

Setiabudi building berlokasi di Jln. HR Rasuna Said Kav 62, Kuningan,

Jakarta Selatan. Setiabudi building terdiri dari tiga gedung, yaitu Gedung

Setiabudi One, Gedung Setiabudi 2 dan Gedung Setiabudi Atrium. Gedung

Setiabudi One digunakan sebagai pusat perbelanjaan, sedangkan Gedung

Setiabudi 2 dan Setiabudi Atrium digunakan sebagai gedung perkantoran.

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 4

2.4 Struktur Organisasi Engineering Setiabudi Buillding

Struktur Organisasi Engineering PT. Jakarta Setiabudi Iternasional Tbk.

Sumber : Admin Engineering Departmen

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 5

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Sistem Pengkondisian Udara.

Sistem pengkondisian udara adalah system dimana udara yang berada di

dalam suatu ruangan atau media dikondisikan sesuai dengan temperature dan

kelembaban yang diperlukan. Tujuan dari pengkondisian udara tersebut adalah

membuat orang yang berada di dalam ruangan tersebut merasa nyaman sehingga

aktifitas dan produktifitas kerja yang dilakukan di ruangan tersebut menjadi

maksimal. Selain diperuntukan untuk kenyamanan , pengkondisian udara juga

dibutuhkan untuk keperluan industry baik itu penyimpanan barang, pengkondisian

ruangan untuk ruangan steril dan lain sebagainya.

Untuk tercapainya tujuan pengkondisian udara diatas maka diperlukan

perancangan kapasitas pendinginan danpenentuan jenis alat pengkondisi udara apa

yang tepat digunakan untuk mengkondisikan udara guna tercapainya tujuan dari

pengkondisian udara di ruangan tersebut.

3.2 Jenis Sistem Pengkondisi Udara.

Seperti yang pernah di utarakan sebelumnya, bahwa tujuan pengkondisian

udara adalah untuk mendapatkan kenyamanan bagi penghuni yang berada didalam

ruangan. Kondisi udara yang dirasakan nyaman oleh tubuh manusia adalah

berkisar antara :

Suhu dan kelembaban : 20˚C hingga 26˚C, 45% hingga 55%

Kecepatan udara : 0.25 m/s

Ada beberapa sistem pengkondisian udara yang dapat dilakukan, yaitu :

3.2.1 Sistem ekspansi langsung

Dengan sistem ini, pendinginan secara langsung dilakukan oleh

refrigerant yang diekspansikan melalui koil pendingin, sedangkan udara

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 6

disirkulasikan dengan cara menghembuskannya dengan menggunakan

blower / fan melintasi koil pendingin tersebut. Sistem ini biasanya

dipergunakan untuk beban pendinginan udara yang tidak terlalu besar

seperti keperluan ruangan di rumah.

Gambar 3.1 Jenis pengkondisian udara system Ekspansi Langsung

Sumber: Materi perkuliahan system pengkondisian Udara UPI .

3.2.2 Sistem Pengkondisian Udara secara Sentral.

Secara singkat sistem Central Air Conditioning System ( Sistem

Pengkondisian Udara secara sentral ), yang biasa dirancang pada bangunan

dapat di jelaskan sebagai berikut : Unit pendingin utama digunakan 2 unit

Water Cooled Water Chiller dimana satu unit beroperasi dan satu unit

sebagai cadangan, unit Chiller beroperasi dengan menggunakan “Primary

Refrigerant” berupa refrigerant, nantinya akan mendinginkan “Secondary

Refrigerant” berupa air, dimana air yang sudah didinginkan ini di

sirkulasikan oleh Chilled Water Pump ke AHU dan FCU.

Pada unit AHU air dingin akan mengkondisikan / mendinginkan

udara segar dari luar gedung sehingga mencapai temperatur dan

kelembaban yang cukup dan untuk selanjutnya didistribusikan ke koridor

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 7

– koridor di ruangan setiap lantainya dan kamar- kamar pada masing-

masing lantai. Sedangkan proses pertukaran kalor yang terjadi di masing-

masing ruangan akan ditangani oleh Fan Coil Unit yang telah

mendapatkan distribusi udara segar yang telah didinginkan oleh AHU

sehingga kerja FCU tidak terlalu berat. Dikarenakan lantai dasar, satu dan

lantai dua memiliki kapasaitas pendinginan yang sama dan jenis bangunan

yang sama pula, maka perhitungan luasan sistem ducting akan diwakilkan

di salah satu lantai, yaitu lantai dasar.

Gambar 3.2 Chiller di Menara Cakrawala

Sumber : Dokumentasi Pribadi

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 8

3.3 Chiller.

Pada dasarnya prinsip kerja pendingin air atau Water-cooled chiller sama

seperti sistem pendingin yang lain seperti AC dimana terdiri dari beberapa

komponen utama yaitu evaporator, kondensor, kompresor serta alat ekspansi.

Pada evaporator dan kondensor terjadi pertukaran kalor. Pada Water-cooled

chiller terdapat air sebagai refrigeran sekunder untuk mengambil kalor dari bahan

yang sedang didinginkan di evaporator. Air ini akan mengalami perubahan suhu

bila menyerap kalor di evaporator.

Gambar 3.3 memperlihatkan skema water-cooled chiller dimana air dingin

(Chilled water) yang dihasilkan digunakan untuk mendinginkan ruangan dengan

media aliran angin dari sebuah fan. pada system kondensor, panas yang dihasilkan

kondensor akan diserap oleh air (cooling water) dan panas yang dibawa oleh air

tersebut selanjutnya akan dibuang dengan bantuan cooling tower

Gambar 3.3 Skema Chiller, Chilled Water dan Cooling Water

Sumber: http://catatan-teknik.blogspot.co.id/

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 9

Secara umum prinsip kerjanya adalah sebagai berikut. Refrigeran didalam

kompresor dikompresikan kemudian dialirkan ke kondensor. Refrigeran yang

mengalir ke kondensor mempunyai tekanan dan temperatur yang tinggi. Di

kondensor refrigerant didinginkan oleh udara luar disekitar kondensor sehingga

terjadi perubahan fase dari uap menjadi cair. Kemudian refrigeran mengalir

menuju pipa kapiler dan terjadi penurunan tekanan.

Setelah keluar dari pipa kapiler, refrigerant masuk ke dalam evaporator. Di

dalam evaporator refrigeran mulai menguap, hal ini disebabkan karena terjadi

penurunan tekanan yang mengakibatkan titik didih refrigeran menjadi lebih

rendah sehingga refrigeran menguap. Dalam evaporator terjadi perubahan fase

refrigeran dari cair menjadi uap. Pada evaporator ini terjadi perpindahan kalor

yang bersuhu rendah, dimana air didinginkan oleh refrigeran. Kemudian

refrigeran dalam bentuk uap tersebut dialirkan ke kompresor kembali.

Di dalam evaporator, air sebagai bahan pendingin sekunder yang telah

didinginkan sampai temperatur tertentu kemudian dialirkan oleh sebuah pompa

menuju koil-koil pendingin dalam ruangan. Air ini akan bersirkulasi terus

menerus selama system pendingin bekerja..

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 10

3.4 Komponen – Komponen Chiller pada Menara Cakrawala.

Pada water cooled chiller , komponen system refrigerasi nya sama

dengan system refrigerasi kompresi uap pada umumnya, yaitu terdiri dari

kompresor, kondensor, exspansi, dan Evaporator. Tetapi dikarenakan chiller

menggunakan air cooled maka alat penukar kalor atau condenser dan evaporator

menggunakan tipe tube and tube, dan tambahan pompa air untuk mendistribusikan

air di dalam system chiller tersebut. Adapun gambar system water cooled chiller

yang terdapat di menara cakrawala adalah sebagai berikut,

Gambar 3.4 Skema instalasi water cooled chiller di menara cakrawala

Sumber: laporan audit dan analisis energiwater cooled chillermenara cakrawala(pt. skyline

building) jakarta

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 11

3.4.1 Kompresor sentrifugal.

Pemampat atau kompresor adalah alat mekanik yang berfungsi untuk

meningkatkan tekanan fluida mampu mampat, yaitu gas atau udara. tujuan

meningkatkan tekanan dapat untuk mengalirkan atau kebutuhan proses dalam

suatu system proses yang lebih besar (dapat system fisika maupun kimia

contohnya pada pabrik-pabrik kimia untuk kebutuhan reaksi). Secara umum

kompresor dibagi menjadi dua jenis yaitu dinamik dan perpindahan positif.

Pada system refrigerasi Water cooled chiller di menara cakrawala, jenis

kompresor yang digunakan adalah kompresor dinamik yaitu kompresor

sentrifugal. kompresor sentrifugal adalah kompresor dengan prinsip kerja

mengkonversikan energi kecepatan gas/udara yang dibangkitkan oleh

aksi/gerakan impeller yang berputar dari energi mekanik unit penggerak menjadi

energi potensial (tekanan) di dalam diffuser.

Gambar 3.5 Skematik kerja kompresor sentrifugal

Sumber: http://artikel-teknologi.com/macam-macam-kompresor-gas/

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 12

Adapun spesifikasi kompresor pada water cooled chiller di menara

cakrawala adalah sebagai berikut:

Gambar 3.6 Kompresor Chiller Menara Cakrawala

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Chiller 1 & 2

Type chiller 1: Centrifugal Compresor S/N49080

Type chiller 2: Centrifugal Compresor S/N49079

Model : 02X8B463CL

Test Presure (gage) : 375 Psi

2585 Kpa

Max working pressure (gage): 300 Psi

: 2069 Kpa

Refrigerant : R134A

Volt AC/PH/Hz: 380/3/50

Amp: 435A

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 13

3.4.2 Water Cooled condensor.

Kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk mengubah fase

refrigerant dari gas bertekanan dan bertemperatur tinggi menjadi cair

bertemperatur tinggi. Kondensor sebagai alat penukar kalor berguna untuk

membuang kalor dan mengubah wujud refrigeran dari uap menjadi cair. Faktor-

faktor yang mempengaruhi kapasitas kondensor adalah :

1. Luas muka perpindahan panasnya meliputi diameter pipa kondensor,

panjang pipa kondensor, dan karakteristik pipa kondensor

2. Perbedaan suhu antara refrigeran dengan media pembuangan panas.

3. Sifat dan karakteristik refrigeran di dalam sistem

Tekanan refrigeran yang meninggalkan kondensor harus cukup tinggi

untuk mengatasi gesekan pada pipa dan tahanan dari alat ekspasi, sebaliknya jika

tekanan di dalam kondensor sangat rendah dapat menyebabkan refrigeran tidak

mampu mengalir melalui alat ekspansi.

Kondensor jenis water cooled ini digunakan pada system yang berskala

besar untuk keperluan komersil di lokasi yang mudah memperoleh air bersih.

Kondensor jenis ini menjadi pilihan yang ekonomis bila terdapat suplai air bersih

mudah dan murah.

Pada umumnya kondensor seperti ini berbentuk tabung yang di dalamnya

berisi pipa (tubes) tempat mengalirnya air pendingin. Uap refrigeran berada di

luar pipa tetapi di dalam tabung (shell). Kondensor seperti ini disebut shell and

tube water cooled condenser. Air yang menjadi panas, akibat kalor yang dilepas

oleh refrigeran yang mengembun, kemudian air yang telah menjadi panas ini

didinginkan di dalam alat yang disebut menara pendingin (cooling tower). Setelah

keluar dari cooling tower, air menjadi dingin kembali dan disalurkan dengan

pompa kembali ke kondensor. Dengan cara inilah pendingin disirkulasikan.

Kondensor jenis ini biasanya digunakan pada sistem berkapasitas besar.

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 14

Gambar 3.7 kondenser tipe shell and tube water cooled.

Sumber: http://artikel-teknologi.com/prinsip-kerja-kondensor/

Adapun Spesifikasi Water Cooled Condenser di menara cakrawala

adalah sebagai berikut:

Gambar 3.8 Kondenser tipe shell and Tube di Menara Cakrawala.

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 15

Sumber: Dokumentasi Pribadi.

Spesifikasi:

NAT’L Boars No: 193642 Serial : 490795

Gross WT : 14300 Model: 09XB44008301

Dimension : 165L x 73W x 90H

Shell side

W = 300 Psi at 150˚F

2068 Kpa at 65˚C

Min Design metal Temp

State 32˚F at 300 Psi

0˚C at 2068 Kpa

3.4.3 Inlear Float Chamber.

Inlear fload chamber adalah system ekspansi yang menggunakan bandul sebagai

pengontrol aliran refrigerant ke dalam evaporator. Pada dasarnya fload chamber

adalah sebuah mekanisme ekspansi dimana didalam fload chamber tersebut

terdapat sebuah bandul dan sebuah penampung refrigerant cair, jadi refrigerant

cair keluar kondensor akan di tampung terlebih dahulu di dalam fload chamber,

ketika refrigerant tersebut penuh maka bandul tersebut akan otomatis menutup

keran dan refrigerant yg berada di penampungan akan sedikit demi sedikit

mengalir ke keluaran fload chamber yang diameter nya kecil, karna diameter fload

chamber kecil maka refrigerant tersebut akan mengalami penurunan tekanan dan

diikut dengan prosen penguapan atau evaporasi.

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 16

Gambar 3.9 Mekanisme kerja Inlear fload chamber

Sumber: www.ref-wiki.com

3.4.4 Cooled water Evaporator.

Evaporator adalah alat yang berfungsi untuk menyerap panas pada

media yang dikondisikan, cara penyerapan panas di evaporator adalah dengan

menyerap panas di ruangan melalui perantara refrigerant berwujut campuran yang

mengalir di dalam evaporator, refrigerant yang berwujud campuran tersebut akan

menguap dan menjadi gas bertekanan dan bersuhu rendah yang kemudian akan

dihisap masuk kembali ke kompresor.

Pada evaporator jenis cooled water, media yang didinginkan pada

evaporator tersebut adalah air, jadi air yang telah didinginkan tersebut akan

didistribusikan ke AHU atau FCU yang nantinya alat tersebut akan

mengkondisikan temperature di ruangan atau koridor. Konstruksi evaporator jenis

cooled water adalah shell and tube, sama seperti shell and tube kondensor, shell

and tube evaporator memiliki konstruksi pipa air dingin didalam sebuah shell atau

selongsong, jadi refrigerant akan mengalir di dalam shell dan akan mendinginkan

air yang bersirkulasi didalam pipa , dan selanjutnya air dingin tersebut akan

didistribusikan ke AHU & FCU.

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 17

Gambar 3.10 shell and tube evaporator

Sumber: http://www.acr- news.com/masterclass-shell-tube-evaporators-part-15

Adapun spesifikasi Evaporator pada chiller yang terdapat di menara

cakrawala adalah sebagai berikut:

Gambar 3.11 Evaporator tipe Shell and Tube di menara Cakrawala

Sumber: Dokumentasi Pribadi

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 18

Spesifikasi:

NAT’L Boars No: 193641 Serial : 490795

Gross WT : 14300 Model: 10XB44008201

Dimension : 165L x 73W x 90H

Shell side

W = 300 Psi at 150˚F

2068 Kpa at 65˚C

Min Design metal Temp

State 0˚F at 300 Psi

-18˚C at 2068 Kpa

3.4.5 Cooling Tower.

Cooling tower adalah suatu sistem pembuangan panas di kondensor yang

melepaskan kalor ke udara melauli perantara air pendingin. Jadi cooling tower

adalah alat yang digunakan untuk melepaskan panas pada kondensor , dimana

panas refrigerant tersebut diserap oleh air dan kemudian air panas tersebut

didinginkan di cooling tower untuk menyerap panas di kondensor kembali.

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 19

Gambar 3.12 Prinsip Kerja Menara Pendingin

Sumber: http://artikel-teknologi.com/

Prinsip kerja menara pendingin berdasarkan pada pelepasan kalor dan

perpindahan kalor. Dalam menara pendingin, perpindahan kalor berlangsung dari

air ke udara. Menara pendingin menggunakan penguapan dimana sebagian air

diuapkan ke aliran udara yang bergerak dan kemudian dibuang ke atmosfir.

Sehingga air yang tersisa didinginkan secara signifikan. Prinsip kerja menara

pendingin dapat dilihat pada gambar di atas. Air panas keluaran kondensor

dipompa naik menuju springkel, pada springkel air dihujankan dan aliran udara

dari bawah ke atas menyebabkan terlepasnya panas di air, setelah air dingin,

kemudian air di tampung di water basin dan selanjutnya didistribusikan ke

kondensor untuk menyerap panas di kondensor kembali.

Adapun Spesifikasi cooling tower yang terdapat di menara cakrawala

adalah sebagai berikut

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 20

Gambar 3.13 Cooling tower Liang Hoo di menara cakrawala

Sumber: Dokumentasi Pribadi.

Spesifikasi

Type: LDT 500RT Seri No: 35/G/12/2013

Water Flow: 6500 LPM Fan Dia: 3000 mm

Inlet Temp: 37˚C Motor : 15 HP

Outlet Temp: 32˚C V/p/C: 380/3/50

Wb temp: 27˚C Dated : 2013

Gambar 3.14 Cooling Tower King Sun di Menara Cakrawla

Sumber: Dokumentasi Pribadi

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 21

Spesifikasi:

Tidak Terdapat spesifikasi

3.4.6 Air Handling Unit (AHU) dan Fan Coil Unit (FCU).

AHU merupakan terminal unit yang digunakan untuk mendinginkan

ruangan. Unit ini menggunakan air sebagai media penukar kalor dan dipakai pada

beban pendinginan yang besar. Unit ini biasanya ada 2 macam, yaitu unit

pendingin dan pemanas (cooling and heating) dan unit pendingin saja (cooling

only). Air dingin diproduksi oleh mesin chiller. Pada AHU udara ruangan dihisap

melalui saluran udara dan dicampur dengan udara luar pada ruang koil pendingin,

kemudian udara didistribusikan keruangan melalui saluran udara. Komponen-

komponen pada AHU yaitu: casing, koil pendingin, filter udara dan fan blower.

Gambar 3.15 Air Handling Unit

Sumber: http://www.maxifiltration.co.uk/images/airhandling.jpg

Fan Coil Unit (FCU)

Prinsip kerja FCU sama dengan prinsip kerja AHU, namun

kapasitas pendinginan dari FCU lebih kecil dari AHU. FCU di tempatkan

langsung di dalam ruangan yang dikondisikan. Komponen FCU terdiri dari

casing, koil pendingin, filter udara dan fan blower.

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 22

Gambar 3.16 Fan Coil Unit

Sumber: Dokumentasi Pribadi.

3.4.7 Cooling Water Pump

cooling water pump adalah pompa air dimana pompa air tersebut

berfungsi untuk mensirkulasikan air pendingin dari kondensor ke cooling tower.

Hal itu bertujuan agar air yang telah menyerap panas di kondensor dapat

disirkulasikan ke cooling tower untuk didinginkan, dan nantinya air yang telah

didinginkan disirkulasikan kembali menuju kondensor untuk mendinginkan

kondensor, di menara cakrawalat terdapat 2 pompa cooling water dimana hanya

satu pompa saja yang digunakan dan pompa yang lain stanby. Adpun spesifikasi

dari cooling water pump adalah sebagai berikut:

Gambar 3.17 Cooling water pump

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 23

FCU

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Spesifikasi:

Motor

Hitachi

Type: EFOUP

Kw : 30 Volt: 380

Amo: 58 cycle 50

Rpm: 1440 phase : 3

Pump

Speed: 1450 Head 30m

3.4.8 Chilled Water Pump.

Chilled water pump adalah pompa yang digunakan untuk mensirkulasikan

air yang telah didingankan oleh evaporator untuk kemudian didistribusikan ke

AHU dan FCU untuk megkondisikan ruangan ruangan di gedung menara

cakrawala. Pada system chiller di menara cakrawala terdapat 3 buah chilled water

pump yang digunakan untuk mendistribusika air dingin ke AHU dan FCU di

setiap lantainya, Chilled water pump di menara cakrawala dipasang di sisi

masukan evaporator , hal tersebut bertujuan agar mengurangi losis air dingin yang

akan didistribusikan ke AHU dan FCU. Adapun Spesifikasi dari pompa tersebut

adalah sebagai berikut:

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 24

Gambar 3.18 Chilled Water Pump

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Spesifikasi:

Motor

Hitachi

Type: EFOUP

Kw : 30 Volt: 380

Amo: 58 cycle 50

Rpm: 1440 phase : 3

Pump

Speed: 1450 Head 30m

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 25

3.5 Penjelasan Umum Audit Energi.

Usaha-usaha untuk menghemat energi di segala bidang makin dirasakan

perlu karena semakin terbatasnya sumber-sumber energi yang tersedia dan

semakin mahalnya biaya pemakaian energi. Usaha-usaha penghematan energy

pada suatu bangunan komersial seperti hotel atau perkantoran hanya dapat

dilakukan jika telah diketahui untuk apa energi tersebut digunakan dan berapa

besarnya pemakaian energi di tiap-tiap bangunan gedung hotel atau perkantoran

tersebut.

Untuk mengetahui hal tersebut maka diperlukan pengetahuan tentang audit

energi atau kesetimbangan energi. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan, pada

akhirnya audit energi didefinisikan sebagai: kegiatan untuk mengidentifikasi jenis

energi dan mengidentifikasikan besarnya energi yang digunakan pada bagian-

bagian operasi suatu industry, perkantoran atau bangunan serta mencoba

mengidentifikasi kemungkinan penghematan energi.

Audit energi dapat dilakukan setiap saat atau sesuai dengan jadwal yang

sudah ditetapkan. Monitoring pemakaian energi secara teratur merupakan

keharusan untuk mengetahui besarnya energi yang digunakan pada setiap bagian

operasi selama selang waktu tertentu. Dengan demikian usaha-usaha penghematan

dapat dilakukan.

3.5.1 Konsep Audit Energi.

Audit energi merupakan usaha atau kegiatan untuk meidentifikasaikan

jenis dan besarnya energi yang digunakan pada bagian-bagian operasi suatu

industri/pabrik atau bangunan dan mencoba mengidentifikasikan kemungkinan

penghematan energi. Sasaran dari audit energi adalah untuk mencari cara

mengurangi konsumsi energi persatuan output dan mengurangi biaya operasi.

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 26

3.5.2 Klasifikasi Audit Energi.

a. Survei Energi (Energy Survey or Walk Through Audit).

Survei energi merupakan jenis audit energi paling sederhana.

Audit hanya dilakukan pada bagian-bagian utama atau pengguna

energi terbesar. Tujuan dari survei energi adalah :

1. Untuk mengetahui pola penggunaan energi dan sistem yang

mengkonsumsi energi serta untuk mengidentifikasikan kemungkinan

penghematan energi (Energi Conservasi Oppurtunity = ECO).

2. Untuk mendapatkan data yang berguna bagi audit energi awal. Pada

survei energi, data-data dapat diperoleh melalui wawancara dengan

orang-orang yang berhubungan dengan penggunaaan energi pada

beberapa tahun terakhir yang telah tersedia. Data-data tersebut

kemudian dianalisis untuk mengetahui kecenderungan karakteristik

pemakaian energi pada suatu industri, pabrik atau gedung. Hasil

laporan hanya berupa rekomendasi atau usulan mengenai bagian-

bagian yang perlu dilakukan audit rinci atau bagian-bagian yang telah

optimal penggunaan energinya.

b. Audit Energi Awal atau Audit Energi Singkat (Preliminary Energy Audit =

PEA).

Tujuan dari audit energi awal (PEA) adalah untuk mengukur

produktifitas dan efisiensi penggunaan energi dan mengidentifikasikan

kemungkinan penghematan engergi (ECO’s). Kegiatan audit energy awal

meliputi:

1. Pengumpulan data-data pemakaian energi yang tersedia.

2. Mengamati kondisi peralatan, penggunaan, penggunaan energy

beserta alat-alat ukur yang berhubungan dengan monitoring energy

seperti:

Memeriksa kondisi isolasi yang rusak atau hilang.

Meneliti adanya kebocoran.

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 27

Mengamati alat-alat ukur dan alat kendali yang tidak bekerja..

Mengamati performa kerja dari sebuah mesin.

3. Mengamati prosedur operasi dan perawatan yang biasa dilakukan

dalam industri/pabrik atau gedung tersebut.

4. Survei energi manajemen, yaitu untuk mengetahui kegiatan

manajemen energi dan kriteria pengambilan keputusan dalam

investasi penghematan energy.

Hasil PEA biasanya berupa laporan mengenai sumber-sumber

kebocoran / kehilangan energi seperti adanya isolasi yang tidak sempurna,

kebocoran fluida atau alat ukur pengendali yang tidak bekerja,

rekomendasi perbaikan ringan yang harus dilakukan.

c. Audit Energi Rinci atau Energi Penuh (Detailed Energy Audit or Full

Audit).

Audit energi rinci (DEA) adalah audit energi yang dilakukan

dengan menggunakan alat-alat ukur yang sengaja dipasang pada peralatan

untuk mengetahui besarnya konsumsi energi. Kegiatan ini diikuti dengan

analisis rinci penggunaan energi beberapa sistem. Tujuan dari audit energy

ini untuk mengevaluasi kemungkinan penghematan energi (ECO’s).

Auit energi rinci biasanya dilakukan setelah PEA, meskipun

sebenarnya audit energi ini dapat dilakukan sendiri, asalkan kegiatan yang

tercangkup dalam PEA dilakukan pada awal kegiatan audit. Pengukuran

yang dilakukan meliputi pengukuran tekanan, temperatur, laju aliran fluida

atau bahan bakar dan konsumsi energi listrik. Data-data pengukuran

tersebut kemudian digunakan untuk menghitung besarnya konsumsi

energi. Hal ini dilakukan dengan menerapkan balans energi pada

komponen atau sistem.

Hasil DEA berupa rekomendasi perubahan-perubahan sistem atau

komponen yang diperlukan dengan didasari oleh bukti-bukti perhitungan

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 28

agar diperoleh penghematan energi dan penghematan biaya energi beserta

cara-cara implementasinya.

3.6 P – h Diagram.

Pressure-enthalpy chart atau lazim disebut ph chart adalah diagram yang

menampilkan kondisi refrijeran dalam berbagai status termodinamik

sebagai titik atau garis yang dipetakan pada ph diagram. Titik pada ph dagram

yang menampilkan kondisi refrijeran pada satu status termodinamik dapat

dipetakan bila ada 2 sifat refrijeran yang diketahui. Begitu status titik sudah

terpetakan, maka sifat lainnya dapat ditentukan pada diagram. Gambar 3.17

memperlihatkan peta ph diagram. Peta ph diagrarm tersebut memetakan 3

pembagian daerah yang dipisahkan oleh kurva saturasi cair dan kurva saturasi

gas, yaitu daerah saturasi (saturated region), superdingin (subcooled region)

dan panaslanjut (superheated region).

Gambar 3.19 Pemetaan tekanan, suhu dan entalpi pada ph-chart

Sumber: Buku system refrigerasi dan tata udara jilid 1

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 29

Daerah tengah yang dibatasi oleh kurva saturasi cair (saturated liquid

curve) dan kurva saturasi gas (saturated vapor curve) disebut daerah saturasi.

Pada daerah ini refrijeran mengalami perubahan fasa. Perubahan fasa dari

cair ke gas berlangsung secara progresif dari arah kiri ke kanan dan perubahan

dari gas ke cair, berlangsung secara progresif dari arah kanan ke kiri. Tepat

pada garis kurva saturasi cair maka wujud refrijerannya adalah cair. Begitu juga

tepat pada garis kurva saturasi gas, maka wujud refrijerannya adalah gas.

Tepat ditengah daerah saturasi, merupakan daerah campuran antara refrijeran gas

dan cair dengan perbandingan sama. Pada daerah yang dekat dengan garis

kurva saturasi cair, persentasi cairan lebih banyak dari pada gas. Begitu

sebaliknya, pada daerah dekat garis saturasi gas, persentasi gas lebih banyak

dibandingkan refrijeran cair. Perbandingan jumlah refrijeran cair dan gas ini

ditunjukkan dengan garis skala yang disebut garis constant quality.

Garis constant quality ini membentang dari atas ke bawah melalui

bagian tengah chart dan hampir parallel dengan garis saturasi cair dan gas. Pada

gambar 3.17 telah terpetakan garis constant quality 10%. Sebagai contoh, setiap

titik pada garis constant quality dekat dengan garis saturasi cair, maka kualitas

campuran refrijeran cair dan gas adalah 10%. Artinya, 10% masa refrijeran

berpa gas dan 90% masa refrijeran berupa cairan atau liquid. Demikian juga untuk

garis lainnya sama. Misalnya garis constant quality yang berada di dekat

garis saturasi gas adalah 90%. Artinya, 90% masa refrijeran berupa gas dan 10%

berupa liquid.

Garis horizontal yang membentang dari kiri ke kanan melalui bagian

tengah chart adalah garis tekanan konstan (constant pressure), dan garis vertikal

yang membentang dari atas ke bawah melalui bagian tengah chart adalah garis

entalpi konstan (constant enthalpy). Semua titik pada garis constant pressure

mempunyai tekanan yang sama. Demikian juga semua titik pada garis

constant elthalpy mempunyai eltalpi sama.

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 30

Garis suhu konstan atau constant temperature pada daerah subcooled

region dinyatakan dengan garis vertical memotong garis saturated liquid dan

parallel dengan garis constant enthalpy. Pada bagia tengah, karena perubahan fasa

refrijeran berlangsung pada suhu dan tekanan konstan, maka garis constant

temperature parallel dan segaris dengan garis constant pressure. Pada garis

saturated vapor, maka garis constant temperature berbelok arah lagi dan pada

daerah superheated region, kurva garis constant temperature menurun curam ke

bagian dasar chart. Pada gambar 6.2, diberikan contoh sebuah garis constant

temperature pada skala 15˚C.

Selanjutnya, pada daerah superheated region, dipetakan garis constant

entropy, berupa garis diagonal hampir tegak dan garis constant volume, yang

dipetakan dengan garis lengkung ke atas melalui garis saturated vapor. Besaran

atau nilai dari berbagai sifat refrijeran penting yang diperlukan dalam siklus

refrijerasi dapat langsung dibaca dengan mudah melalui ph-chart. Untuk

menyederhanakan chart, maka jumlah garis skala pada ph-chart dibuat

seminimum mungkin. Oleh karena itu, bila hasil pemetaan siklus tidak

berada tepat pada garis skalanya, perlu dilakukan interpolasi untuk menentukan

nilai yang sebenarnya.

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 31

Gambar 3.20 Diagram Aliran Siklus Refrijerasi Sederhana

Sumber: https://hvactutorial.files.wordpress.com/

Proses ekspansi

Pada gambar 3.19, refrijeran tidakmengalami perubahan saat keluar

dari condeser menuju ke katub ekspansi masih tetap tekanannya. Setelah

melewati katub ekspansi tekanan refrijeran cair langsung turun karena

mengalami proses ekspansi adiabatic, yaitu entalpi tidak berubah. Garis ekapansi

adiabatic 3-4 merupakan garis lurus, Karena entalpinya tidak berubah.

Proses Evaporasi

Titik 4 hingga ke titik 1 adalah proses eveporasi, yaitu penguapan

refrijeran cair di evaporator. Karena penguapan terjadi pada suhu dan tekanan

konstan, maka proses 4-1 lazim disebut sebagai isothermal dan isobar, dan

diyatakan dengan garis lurus horizontal dari titik 4 ke titik 1. Pada titik 1

penguapan refrijeran selesai, sehinga kondisinya disebut saturasi pada suhu dan

tekanan penguapan..

Proses Kompresi

Proses refrijerasi yang ditunjukkan dalam gambar 3.18 disebut proses

refrigerasi saturasi, karena kompresor menghisap saturasi gas hasil evaporasi

di evaporator. Garis 1-2 menyatakan proses kompresi yang dilakukan oleh

kompresor, yaitu meningkatkan tekanan dan suhu refrijeran gas yang

dihisapoleh katub suction dan kemudian mengkompresi hingga tekanan

tertentu, yang disebut tekanan kondensasi, titik 2. Dalam kasus ini, proses

kompresi yang dilakukan oleh kompresor, lazim disebut sebagai proses kompresi

isentropik, yaitu proses kompresi yang berlangsung pada entropi konstan atau

constant entropy. Karena tidak ada perubahan entropi selama proses kompresi

dari titik 1 ke titik 2, maka entropi refrijeran pada titik 1 sama dengan entropi

refrijeran pada titik 2. Oleh karena itu titik 2 dapat dipetakan pada ph-chart

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 32

mengikuti garis constant entropy dari titik 1 hingga memotong garis constant

pressure, yaitu tekanan kondensasi, di titik 2.

Proses Kondensasi.

Pada gambar 3.18 titik 2, gas yang keluar dari kompresor yang bersuhu

dan bertemperatur tinggi selanjutnya akan di embunkan di kondensor hingga

mencapai suhu kondensasinya dan refrigerant berubah menjadi cair. Proses ini

terjadi pada titik 2-3 dimana refrigerant di buang panasnya agar dapat berubah

fasa menjadi cair dan tetapi dari titik 2-3 tekanan refrigerant konstan hanya

temperaturnya saja yang mengalami penurunan ( panas laten).

3.7 Rumus perhitungan system chiller.

Untuk mengetahui unjuk kerja atau performa dari sebuah chiller

diperlukanlah suatu audit, didalam audit dilakukan pengambilan sampel data dari

chiller tersebut, datayang telah diperoleh tersebut tidak langsung bisa

menunjukan bagaimana performa dari chiller tersebut, data tersebut haruslah

diolah untuk menghitung performa dari chiller tersebut. Dan adapun rumus

perhitungan adalah sebagai berikut:

3.7.1 Kerja kompresi ( Win).

Kerja kompresi adalah kerja yang diterima oleh motor kompresor untuk

mensirkulasikan refrigerant untuk tiap satuan masa refrigerant, untuk mencari Win

digunakan rumus perhitungan daya yaitu:

W ¿=I × V ×√3× cosϕ

Dimana:

I = Arus (A)

V = Tegangan ( v)

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 33

√3 = Beda sudut dalam listrik 3 phase

Cos ϕ = Penyeimbang Faktor daya

3.7.2 Laju aliran Refrigerant ( ṁ)

Laju aliran refrigerant adalah jumlah refrigerant yang mengalir dalam

satuan Kg per detik nya ( second) adapun rumus laju aliran refrigerant adalah:

ṁ=W ¿

(h2−h1)

dimana:

W ¿= Kerja kompresi (Kw)

h2 = Nilai enthalpy yang didapat dari diagram P-h pada titik 2 (Kj/Kg).

h1 = Nilai enthalpy yang didapat dari diagram P-h pada titik 4 (Kj/Kg).

3.7.3 Efek Refrigerasi (Qe)

Efek refrigerasi merupakan jumlah kalor yang diserap oleh refrigerant di

dalam evaporator untuk setiap satu satuan massa refrigerant, dalam hal ini panas

yang diserap oleh refrigerant adalah panas dari air yang digunakan untuk

mendinginkan ruangan, adapun rumus dari efek refrigerasi adalah sebagai berikut:

Qe=ṁ×(h¿¿1−h4)¿

Dimana:

ṁ = Laju aliran Refrgerant (Kg/s)

h1 = Nilai enthalpy yang didapat dari diagram P-h pada titik 1 (Kj/Kg).

h4 = Nilai enthalpy yang didapat dari diagram P-h pada titik 4 (Kj/Kg).

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 34

3.7.4 Coeficient Of Performance (COP).

Coeficient Of Performance Adalah suatu koefisien yang besarnya

didapatkan dari perbandingan dari efek refrigerasi berbanding dengan

kerja kompresi, Rumus dari COP adalah sebagai berikut:

COP= QeWin

Dimana:

Qe = Efek refrigerasi (Kw)

Win = Kerja kompresi (Kw)

3.7.5 Efisiensi Cooling Tower

Efisiensi Cooling tower adalah nilai efisiensi pada sebuah cooling tower

dalam satuan persentase yang menunjukan performa pembuangan kalor dari air

pendingin kondensor ke udara luar. Didalam menghitung efisiensi cooling tower

terlebih dahulu harus diketahui nilai temperature range, temperature range adalah

temperature selisih antara temperature air keluar kondensor dikurangi temperature

air masuk kondensor.

T range=Thw−Tcw

Range temperature yang direkomendasikan adalah sebesar 5˚c. Selain temperature

range yang harus diketahui untuk mencari efisiensi cooling tower adalah

temperature approach, temperature approach adalah selisih temperature air masuk

kondensor dengan temperature bola basah di sekitar cooling tower, temperature

approach yang direkomendasikan adalah 3˚c adapun rumus ya sebagai berikut:

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 35

T approach=Tcw−Twb

Jadi untuk mencari efisiensi cooling tower adalah:

efisiensi CT= T . rangeT . range+T .approach

×100 %

Jadi efisiensi yang direkomendasikan untuk sebuah cooling tower adalah:

efisiensi CT= 55+3

× 100 %

= 62.5%

BAB IV

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 36

PEMBAHASAN

4.1 Metode Pengumpulan Data.

4.1.1 Menentukan fariabel pengukuran

Didalam menganalisa performa sebuah mesin chiller data dari performa

kerja chiller sangat lah penting, untuk mendapatkan data data tersebut penulis

harus mengumpulkan data tersebut dengan cara mengukur Temperatur, dan

tekanan dari chiller tersebut . pada pengujian performa chiller di menara

cakrawala , penulis menentukan beberapa variable data yang nantinya akan

dicari . adapun variable tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 tabel Data chiller menara cakrawala

Tabel 4.2 Tabel Data cooling tower menara cakawala

Setelah menetapkan variable variable yang dicari barulah mengukur fariabel yang

telah ditentukan tadi menggunakan alat ukur. Dalam hal ini ditetapkan

pengambilan data dilakukan setiap 1 jam sekali mulai jam 06.00 sampai 17.00.

4.1.2 Alat Yang Digunakan dan Metode Pengukuran.

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 37

Alat yang digunakan.

Dalam melakukan pengujian performa chiller di menara cakrawala adapun

alat ukur yang digunakan untuk mengambil data chiller adalah sebagai berikut:

a. Thermometer Infrared.

Didalam pengujian ini thermometer infrared digunakan untuk

mengukur temperature superheat yaitu temperature 10cm masuk kompresor

dan temperature subcool yaitu temperature 10cm keluaran kondensor.

Gambar 4.1 Infrared Thermometer

Sumber: dokumentasi Pribadi

b. Anemometer

Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatang

udara, selain kecepatan udara anemometer juga dapat mengukur

temperature bola kering (tdb), Temperatur bola basah (twb) dan

Kelembaban relative (RH). Dalam melakukan analisa chiller penulis

menggunakan alat ini untuk mengukur temperature Twb,Tdb dan RH di

sekitar area cooling tower, dan temperature ambient dan RH udara luar.

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 38

Gambar 4.2 Anemometer

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Metode pengukuran

Didalam analisa chiller pada menara cakrawala, penulis melakukan

metode pengukuran sebagai berikut:

a. Mengukur temperature superheat.

Temperature superheat didapat pada temperature 10cm masukan

kompresor, dalam melakukan pengukuran superheat penulis menggunakan

alat thermometer infrared.

Gambar 4.3 Mengukur temperature superheat

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 39

b. Mengukur Temperatur subcool

Temperatur subcool didapat dari temperature 10cm keluaran

kondensor, pengukuran subcool dilakukan dengan menggunakan alat ukur

thermometer infrared.

Gamabr4.4 Mengukur temperature subcool

Sumber: dokumentasi pribadi

c. Mengukur Temperatur Tdb,Twb dan Rh cooling tower

Mengukur Tdb , Twb dan Rh cooling tower dilakukan di sekitar

area cooling tower , pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi

pembuangan panas dari cooling tower, adapun alat yang digunakan

anemometer.

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 40

Gambar 4.5 Pengukuran TWB, Tdb, Rh di sekitar cooling tower

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Dan data yang lain didapat dari display chiller, dimana di display tersebut

memperlihatkan data- data seperti temperature air masuk kondensor, temperature

discharge , dan yang lainnya

Gambar 4.6 display chiller memperlihatkan data-data chiller

4.2 Hasil Pengukuran dan Analisa.

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 41

4.2.1 Hasil Pengukuran.

Setelah melakukan Pengukuran pada system chiller dan cooling tower,

langkah selanjutnya yaitu memasukan data yang telah didapat ke dalam tambel

data chiller dan cooling tower yang telah dibuat sebelumnya, adapun data dari

hasil pengukuran adalah sebagai berikut :

Data Chiller 1:

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran chiller 1

Data Cooling Tower 1

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 42

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Cooling Tower 1

Data Chiller 2.

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 43

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Chiller 2

Data Cooling Tower 2

Tabel 4.6 Data Cooling Tower 2

Data diatas adalah hasil pengukuran chiller dan cooling tower 1 dan 2

dimana data tersebut diambil setiap 1 jam sekali, nantinya data tersebut akan

diolah untuk mengetahui performa dari chiller dan cooling tower di menara

cakrawala.

4.2.2 Analisa Data.

Setelah didapatkan data diatas, langkah selanjutnya yaitu memasukan data

chiller ke dalam diagram P-h , data yang dimasukan adalah Temperatur

condenser, evaporator, superheat, subcool, dan temperature discharge. Diagram P-

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 44

h yang digunakan adalah diagram p- h R-134a sesuai dengan spesifikasi

refrigerant pada chiller

Gambar 4.7 cara memplot data ke diagram p-h

Sumber: http://www.swep.net/refrigerant-handbook/appendix/appendix-b/

Setelah di plot ke dalam diagram p-h maka akan didapatkan nilai enthalpy,

nilai enthalpy tersebut akan digunakan untuk mencari nilai performa dari mesin

chiller tersebut adapun nilai enthalpy dari setiap jam dapat dilihat pada table di

bawa, sedangkan diagram p-h terlampir dalam halaman lampiran.

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 45

T.Discharge

T.Superheat

T.Evaporator

T.Subcool

T.Condenser

h3=h4h1 h2

Tabel 4.7 Data enthalpy chiller 1

Tabel 4.8 Data enthalpy chiller 2

Setelah mengetahui enthalpy siklus dengan diagram p-h selanjutnya adalah

menghitung Cop Sistem, konsumsi daya, dan efisiensi cooling tower. Adapun

rumus yang digunakan adalah rumus yang telah dijelaskan pada bab 3.7 tentang

perhitungan chiller, adapun hasil dari perhitungan tersebut dapat dilihat pada table

dibawah ini.

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 46

Tabel 4.9 Hasil perhitungan system refrigerasi chiller 1

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan system refrigerasi chiller 2

Berikut ini adalah hasil perhitungan efisiensi cooling tower 1 dan 2

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 47

Tabel 4.11 hasil perhitungan efisiensi cooling tower 1

Tabel 4.12 hasil perhitungan efisiensi cooling tower 2

Dan berikut ini adalah grafik konsumsi daya Chiller 1 dan2 dari jam 06.00 – 17.00

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 48

Gambar 4.8 grafik konsumsi daya chiller 1 dan 2

Dari grafik diatas terlihat chiller 1 mengkonsumsi daya lebih besar

dibanding chiller 2.

BAB V

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 49

PENUTUP

5.1 Simpulan.

Setelah melakukan pengukuran dan pengolahan data maka dapat

disimpulkan bahwa performa dari chiller 1 dan 2 di menara cakrawala adalah

sebagai berikut:

5.1.1 Berdasarkan system refrigerasi.

Berdasarkan hasil pengolahan data diatas terlihat COP chiller 2 lebih

tinggi dibandingkan chiller 1, hal tersebut dapat terlihat pada gambar 5.1 yaitu

grafik perbandingan COP antara chiller 1 dan 2.

Gambar 5.1 Grafik perbandingan Cop Chiller 1 dan 2

Cop adalah perbandingan antara efek refrigerasi berbanding dengan kerja

kompresi, pada chiller di menara cakrawala proses pembuangan panas pada

kondensor di chiller 1 kurang maksimal dibandingkan dengan chiller 2 ,

dikarenakan efek pembuangan panas kurang maksimal maka kerja kompresi

semakin besar, besarnyanya kerja kompresi diikuti dengan penurunan nilai cop

pada system chiller.

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 50

5.1.2 Berdasarkan dari sisi air pendingin

Berdasarkan dari perolehan data diatas ,proses penyerapan panas antara

condenser dengan air pendingin kondensor pada chiller 1 kurang maksimal

dibandingkan dengan chiller 2, itu terlihat dari selisih antara temperature

condenser dengan temperature air keluar kondensor pada chiller 1 masih sangat

tinggi dibanding dengan chiller 2.

Tabel 5.1 Perbandingan temperature condenser dengan temperature air keluar

condenser

Dari nilai ΔT air condenser , chiller 2 lebih besar dari chiller 1 yaitu kisara

3.9˚C , sedangkan ΔT chiller 1 yaitu 3.7˚C. ΔT air condenser yang baik adalah 5

˚C.

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 51

Gambar 5.2 Grafik perbandingan ΔT water condenser chiller 1&2

Hal tersebut dapat disebabkan temperature udara luar atau terhalangnya

penyerapan panas pada kondensor akibat adanya kotoran atau kerak yang terdapat

di dalam kondensor. Atau bisa juga dikarenakan pembuangan panas di cooling

tower kurang maksimal.

5.1.3 Berdasarkan efisiensi cooling tower.

Berdasarkan efisiensi cooling tower terlihat bahwa cooling tower 2

persentase efisiennya lebih tinggi dibandingkan dengan cooling tower 1 yaitu

72.2%, hal tersebut dapat dilihat dari grafik persentase cooling tower dibawah.

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 52

Gambar 5.3 Grafik perbandingan efisiensi cooling tower 1 & 2

Dari pengamatan dilapangan dapat disimpulkan bahwa pengaruh

temperature udara luar sangat berpengaruh dengan pembuangan panas di

condenser, selain itu kebersihan air dan cooling tower juga berpengaruh besar dari

kemampuan cooling tower untuk membuang panas. Selain itu juga diameter water

basin cooling tower 2 yang lebih besar dibanding cooling tower 1 menyebabkan

cooling tower 2 mampu membuang panas lebih maksimal dibandingkan dengan

cooling tower 1.

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 53

5.2 Saran.

Dari hasil pengujian yang dilakukan oleh penulis dan hasil dari

pengolahan data, penulis dapat menyarankan untuk chiller menara cakrawala

adalah sebagai berikut:

1. Dari hasil pengamatan penulis dapat menyarankan , untuk chiller 2

disarankan dilakukan scaling atau pembersihan pada pipa-pipa air di

dalam kondensor, karna dari hasil pengamatan penulis, kondensor tidak

dapat melepaskan panas secara maksimal , hal itu disebabkan adanya

kotoran di pipa-pipa kondensor.

2. Dari pengamatan cooling tower 1 dan 2, didapatkan hasil bahwa cooling

tower 2 lebih efisien dari cooling tower 1, penulis dapat menyimpulkan

bahwa penyebab kurang efisiennya cooling tower 1 adalah dikarenakan

cooling tower 1 kapasitasnya lebih kecil dari cooling tower 2 , jadi penulis

menyimpulkan bahwa kapasitas pembuangan panas cooling tower 1 lebih

kecil dari cooling tower 2, jadi penulis menyaraankan agar cooling tower

1 ditambah kapasitasnya.

3. Dari pengamatan yang dilakukan temperature kondensor chiller 1 lebih

panas dari chiller 2 hal itu disebabkan karna debit air di condenser chiller 1

lebih sedikit dari condenser chiller 2, hal itu dikarenakan water basin

cooling tower 1 lebih kecil dari cooling tower 2, sehingga daya tampung

air untuk mendinginkan chiller 1 lebih sedikit.

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 54

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Nurjana, 2012, Pengoperasian Cooling Water System Untuk

Penurunan Temperatur Media Pendingin Evaporator, Pusat Teknologi

Limbah Radioaktif-BATAN.

Komang Metty Trisna Negaraa, Hendra Wijaksanab, Nengah Suarnadwipab,

Made Suciptab , April 2010, Analisa Performansi Sistem Pendingin

Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padaSistem Water Chiller dengan

Penerapan Metode Cooled Energy Storage, Jurnal Ilmiah Teknik Mesin

Vol. 4 No.1.

Yopi Handoyo, Februari 2015, Analisis Performa Cooling Tower LCT 400 Pada

P.T. XYZ, Tambun Bekasi, Jurnal Imiah Teknik Mesin, Vol. 3, No.1.

Syamsuri Hasan, Sapto Widodo, 2008, Sistem Refrigerasi dan Tata Udara Jilid

1dan 2, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Refrigerant-Handbook, 2016,

http://www.swep.net/refrigerant-handbook/appendix/appendix-b/,

www.swep.net. 2016, https://hvactutorial.files.wordpress.com/,.

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 55

Lampiran 1

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 56

Lampiran 2

PT. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk 57