35
A. Judul "Simbolisme dalam Cerita Pendek Edgar Allan Poe" B. Latar Belakang Edgar Allan Poe adalah salah satu penulis yang memiliki karakteristik dalam karyanya, dengan berbagai gaya yang khas yang sangat menarik yang penulis tertarik untuk meneliti beberapa cerita pendek oleh Edgar Allan Poe Karya fiksi yang pikiran penulis akan selalu mendapatkan tempat sendiri dalam kehidupan sosial masyarakat, hal ini karena dari imajinasi kreatif pada karya sastra dapat membuat pembaca lebih tertarik untuk mengetahui lebih dalam apa yang ada dalam pekerjaan, dan apa efek pada pembaca, karena kebanyakan karya fiksi berasal dari kehidupan sosial masyarakat juga tidak bisa dipisahkan dari kehidupan penulis sendiri. Berdasarkan penjelasan di atas, banyak ahli telah mencoba untuk mendefinisikan literatur yang tanggal kembali abad yang lalu. Dalam fiksi singkat dapat 1

Short Story Symbolism Research Framework

  • Upload
    ung-id

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

A. Judul

"Simbolisme dalam Cerita Pendek Edgar Allan Poe"

B. Latar Belakang

Edgar Allan Poe adalah salah satu penulis yang memiliki

karakteristik dalam karyanya, dengan berbagai gaya yang

khas yang sangat menarik yang penulis tertarik untuk

meneliti beberapa cerita pendek oleh Edgar Allan Poe

Karya fiksi yang pikiran penulis akan selalu

mendapatkan tempat sendiri dalam kehidupan sosial

masyarakat, hal ini karena dari imajinasi kreatif pada

karya sastra dapat membuat pembaca lebih tertarik untuk

mengetahui lebih dalam apa yang ada dalam pekerjaan,

dan apa efek pada pembaca, karena kebanyakan karya

fiksi berasal dari kehidupan sosial masyarakat juga

tidak bisa dipisahkan dari kehidupan penulis sendiri.

Berdasarkan penjelasan di atas, banyak ahli telah

mencoba untuk mendefinisikan literatur yang tanggal

kembali abad yang lalu. Dalam fiksi singkat dapat

1

dipahami sebagaimana diatur dalam dunia fiksi kata-kata

dan membentuk sebuah cerita, puisi dan drama, hasilnya

adalah sebuah karya sastra selalu tumbuh di setiap

zaman. Penulis akan mengungkapkan apa yang dianggap

penting dan menghilangkan apa yang dia pikir itu

penting sesuai dengan mekanisme yang ada dalam

karyanya.

Imajinasi kreatif melalui cerita pendek dapat membuat

pembaca lebih tertarik untuk mengetahui lebih dalam apa

yang ada dalam pekerjaan, dan apa efek pada pembaca,

karena kebanyakan karya fiksi berasal dari kehidupan

sosial masyarakat dan tidak dapat dipisahkan dari

penulis sendiri hidup. Tentu saja pengalaman yang

sangat berkaitan dengan kehidupan manusia dan

kemanusiaan. dan tidak mengherankan jika salah satu

pembaca cerita pendek, akan merasa 'kembali melihat

sebuah miniatur kehidupan manusia dan merasa sangat

dekat dengan permasalahan yang ada di dalamnya.

Akibatnya, pembaca juga larut dalam alur cerita dan

2

masalah. Bahkan perasaan dan pikiran sering

dimanipulasi dengan membaca cerita masalah. Saat itulah

pembaca akan tertawa, sedih, gembira, kecewa, marah,

dan mungkin akan memuja pahlawan atau benci itu. Lebih

banyak orang merangsang membaca literatur. Rasa

kegembiraan dirasakan oleh pembaca karena penulis

sastra menciptakan sesuatu dalam pekerjaan mereka yang

dapat merangsang pembaca. Semangat dalam membaca sastra

tidak hanya menceritakan sesuatu yang menyenangkan,

tetapi juga menceritakan kesedihan yang dapat membuat

pembaca menangis. Hal ini dapat dilihat bahwa pembaca

benar-benar menikmati membaca dan bisa merasakan

cerita. Itulah salah satu fungsi sastra, memberikan

hiburan tapi bermakna.

Pembaca juga dapat mengambil beberapa makna penting

yang terkandung dari cerita pendek yang mereka baca.

Tapi ada beberapa cerita yang sulit dipahami oleh

pembaca, karena pengalaman pribadi, serta keadaan

emosional penulis saat membuat karya-karyanya begitu

3

sulit untuk diterjemahkan oleh pembaca. Untuk beberapa

pembaca, makna yang disampaikan oleh penulis belum

tentu sepenuhnya dipahami, karena pemahaman tentang

makna dari sebuah karya sastra tergantung pada

pengetahuan seseorang tentang humaniora. Jika pembaca

adalah seorang peneliti sastra, mungkin mudah baginya

untuk memahami literatur. Jika dia hanya meletakkan

pembaca, ia mungkin bisa memahami sebuah karya sastra

setelah membacanya berulang-ulang.

Tidak hanya itu, cerita pendek mungkin dengan segala

permasalahannya ternyata universal juga menarik untuk

dikaji, cerita pendek juga dipercaya untuk menyediakan

berbagai macam kegunaan bagi pembacanya, yang dapat

memberikan inspirasi, refleksi dari pengalaman,

kenikmatan , meningkatkan imajinasi, pemahaman tentang

perilaku manusia, dan dapat memberikan pengalaman yang

universal. Seringkali literatur bisa menjadi refleksi

atau pemberitahuan dari penulis tentang keadaan

masyarakat tertentu. Dia mewakili budaya, kepribadian

4

dan semua aspek masyarakat sehingga mudah dimengerti.

Salah satu unsur dalam sebuah karya sastra yang

membuatnya unik, menarik dan unik adalah simbol.

Penulis menggunakan simbol-simbol dalam sebuah karya

sastra sebagai cara untuk menyampaikan ide-ide dan

emosi. Simbol itu sendiri bisa bentuk apapun dan dalam

hal apapun tergantung pada hubungan antara cerita yang

disajikan oleh penulis.

Edgar Allan Poe adalah salah satu penulis yang memiliki

karakteristik dalam karyanya, dengan berbagai gaya yang

khas yang sangat menarik bahwa penulis tertarik untuk

meneliti beberapa cerita pendek oleh Edgar Allan Poe.

Proses penelitian sastra itu sendiri menggunakan salah

satu teori sastra, tentu saja sesuai dengan literatur.

Teori sastra yang telah lama digunakan untuk meneliti

teks-teks karya sastra, di antaranya adalah

strukturalisme, formalisme, dekonstruksi,

psikoanalisis, feminisme, hermeneutika, semiotika, dan

sebagainya. Teori yang sangat memudahkan studi teks

5

sastra. Teks sastra yang diteliti adalah biasanya dalam

bentuk cerita pendek, novel, puisi, dan drama.

Berkenaan dengan apa yang dijelaskan di atas, peneliti

bermaksud untuk menggambarkan dan menganalisis makna

dari tanda-tanda yang muncul dalam cerita pendek

terkenal yang dipilih oleh Edgar Allan Poe. Penulis

sengaja memilih cerita pendek oleh Edgar Allan Poe

berdasarkan beberapa studi kasus yang ditemukan di

lapangan, di mana beberapa pembaca merasa sulit untuk

menerjemahkan isi pikiran melalui cerita pendek Poe

ditulis oleh Poe sendiri.

C. Soal Pernyataan

Berdasarkan uraian di atas tentang karya sastra

terutama dalam cerita pendek, ada masalah yang terkait

dengan simbol, dan kemudian muncul pertanyaan sebagai

rumusan masalah sebagai berikut:

6

1). Apa simbol yang tercermin dalam cerita pendek Edgar

Allan Poe?

2). Bagaimana menafsirkan simbol dalam cerita pendek

Edgar Allan Poe?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan

penelitian yang ingin Anda capai adalah untuk:

1. Klasifikasikan dan mengkategorikan simbol yang

muncul dalam cerita pendek oleh Edgar Allan Poe.

2. Menafsirkan simbol dalam cerita pendek Edgar Allan

Poe.

Sementara itu didasarkan pada tujuan penelitian di

atas, manfaat yang diharapkan oleh peneliti adalah

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis diperoleh dari penelitian ini

terbukti kemampuan teori semiotik untuk diterapkan

dalam menganalisis simbol yang muncul dalam cerita

pendek

2. Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini

adalah untuk memperkenalkan simbol yang terkandung

7

dalam cerita pendek oleh Edgar Allan Poe sehingga

pembaca dapat memahami apa jenis simbol dan makna yang

terkandung dalam cerita pendek oleh Edgar Allan Poe.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan objek

studi sastra, pemilihan cerita pendek oleh Edgar Allan

Poe. Sesuai dengan masalah dan tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini, penulis membatasi ruang

lingkup penelitian: 1) penafsiran simbol-simbol yang

terkandung dalam teks cerita pendek, 2) mandat yang

terkandung dalam cerita pendek.

F. teoritis Basis

Peneliti melakukan penelitian ini dengan fokus pada

interpretasi simbol, karena menurut peneliti, di

samping objek yang menarik dari analisis, peneliti

berharap bahwa penulis menulis analisis ini, untuk

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman orang-orang yang

membaca karya sastra pada simbol-simbol yang terkandung

di dalamnya, sehingga karya-karya Edgar Allan Poe

dipahami dengan baik. Dalam hal mengasah kerangka teori

8

dari penelitian ini, dalam bab ini peneliti menjelaskan

beberapa teori yang relevan mengenai tanda pada

analisis sastra.

1. Semiotik

Penelitian Semiotika dilakukan melalui sebuah cerita

pendek adalah sebuah karya sastra fiksi bergenre.

Setiap studi mengambil pendekatan teoritis untuk

menjadi acuan bagi peneliti dalam menganalisis masalah.

Literatur Semiotika adalah penelitian yang berfokus

pada tanda atau simbol. Dalam analisis yang digunakan

dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori

semiotika. Teori ini digunakan untuk membedah unsur

intrinsik penulis, dan juga tanda-tanda yang terkandung

dalam cerita pendek. Sebeok menyatakan bahwa semiotika

adalah teman sekamar disiplin menyelidiki semua bentuk

komunikasi picik karena hal ini terjadi dengan cara

tanda, berdasarkan sistem-sistem tanda (1978, hal.14).

Dunia manusia penuh dengan tanda sebagian besar penuh

dengan ambiguitas, dan memerlukan analisis yang tepat

untuk mengungkapkan arti dari pertemuan itu.

9

Semiotika adalah studi tentang metode memahami makna

karya sastra melalui tanda-tanda atau simbol. Hal ini

didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa adalah sistem

tanda (sign), dan merupakan lambang kesatuan antara dua

aspek yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain,

penanda dan petanda. Teew menyatakan bahwa penanda

adalah aspek moral atau suara pada tanda dan signified

adalah makna atau aspek-aspek konseptual (1984, p. 57).

Namun, tidak identik dengan suara signifier dan

signified bukanlah makna denotatif. Keduanya adalah

hal-hal atau benda yang direferensikan oleh tanda.

Menurut pandangan ini sastra adalah sistem sekunder

sebagai studi semiotik bahasa alami yang digunakan

dalam literatur. Ilmu tentang tanda dan simbol-simbol

menganggap bahwa fenomena sosial dan budaya itu adalah

tanda atau simbol. Oleh karena itu, dalam karya sastra

tanda-tanda seperti dilambangkan dalam bentuk kata-kata

dan bahasa. Dengan demikian kata-kata atau bahasa yang

terkandung dalam cerita pendek dilambangkan sebagai

tanda bahwa akan diinterpretasikan.

10

Berdasarkan pendekatan semiotik ini maka semua hal yang

berkaitan dengan nilai-nilai budaya dianggap tanda, dan

tanda akan ditafsirkan sebagai bentuk refleksi dari

makna tanda dalam sebuah cerita pendek oleh Edgar Allan

Poe untuk dipelajari oleh peneliti. Jadi dengan

menggunakan analisis semiotik, peneliti ingin

menentukan makna tanda-tanda dan perilaku digambarkan

melalui tokoh-tokoh dalam cerita pendek.

Teori di atas adalah memfasilitasi dan mempercepat

peneliti untuk mengklasifikasikan koleksi tanda-tanda

tersebut. Setelah diklasifikasikan, tanda-tanda

ditafsirkan untuk menghasilkan pemahaman yang lebih

dalam karya sastra. Semiotik ilmu atau metode analisis

untuk menilai tanda-tanda dan segala sesuatu yang

berkaitan dengan tanda-tanda. Kata "semiotika" sendiri

berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti

"tanda" atau seme, yang berarti "penerjemah" tanda.

Misalnya, merokok melonjak mengindikasikan api sebagai

sumber asap. Semeion Semiotika berasal dari kata yang

berarti tanda-tanda. Dalam arti luas semiotik berarti

11

studi sistematis produksi dan interpretasi tanda-tanda,

cara kerjanya, dan apa manfaat bagi kehidupan manusia

(seperti dikutip dalam Ratna 2007, p. 97).

Peneliti memilih teori semiotik sebagai metode analisis

karena lebih baik dapat menjangkau kedalaman makna

simbol, sehingga integritas makna simbol dari satu sama

lain dapat dipahami dengan jelas.

Pada intinya, semiotika adalah studi tentang tanda-

tanda, sistem-sistem tanda dan cara bagaimana makna

yang diambil dari tanda-tanda. Hal yang sama dikatakan

oleh Ullmann (1972, p. 14) bahwa studi ilmu khusus

adalah sistem semiotik tanda-tanda atau semiologi. Kata

Istilah "semiologi" digunakan oleh para ilmuwan di

Eropa, seperti Ferdinand de Saussure, Louis Hjlemslev,

Roland Barthes, Umberto Eco, sedangkan istilah

"semiotika" umumnya digunakan oleh para ilmuwan

Amerika, seperti Charles Sanders Peirce, Charles

Williams Morris dan marcel Danesi.

Dikatakan bahwa itu adalah teori semiotik sistem tanda;

nama lain berasal dari semiologi Yunani semeion Yang

12

tanda-tanda yang bermakna, mirip dengan istilah

semiotik (dikutip dari Lyons 1977, hal. 100). Semiotika

atau semiologi kedua belajar tanda-tanda, menurut

Pateda (2001, p. 28) menandai bermacam-macam rumah, ada

tanda-tanda dari asal-usul manusia dalam bentuk simbol

dan isyarat misalnya, "orang-orang yang mengangkat jari

telunjuk di kelas bermakna bertanya ". Ada tanda-tanda

yang berasal dari hewan seperti; "Ayam berkokok sebagai

tanda bahwa itu adalah pagi", dan ada tanda-tanda yang

dibuat oleh manusia, misalnya, rambu lalu lintas, dan

ada juga tanda-tanda yang dihasilkan oleh alam,

misalnya, "langit mendung hujan mengindikasikan akan

jatuh".

Aliran semiotik sistematis dipelopori oleh dua tokoh

terakhir, yaitu Ferdinand de Saussure dan Charles

Sanders Pierce. Dalam pandangan semiotika, Saussure

memiliki pandangan tentang bahasa sebagai sistem tanda.

Sebagai tanda, bahasa merupakan sesuatu yang lain yang

disebut makna. Jadi, tanda adalah sesuatu yang mewakili

sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu.

13

Sign kemudian dikenal sebagai semiotik dan semiologi.

The semiotik tumbuh dengan masing-masing karakteristik

yang mereka miliki. Ferdinand de Saussure (1857-1913)

adalah pengembang bidang ini di Eropa, dia

memperkenalkan istilah semiologi sementara Charles

Sanders Peirce (1839-1914) untuk dikembangkan di

Amerika Serikat dengan menggunakan istilah semiotik.

Kedua tokoh ini adalah dampak besar dalam memahami dan

menganalisa pendekatan semiotik untuk disiplin. Peirce

(dikutip dari Zoest 2001, hal. 1), mengatakan bahwa

Tanda-Tanda memungkinkan kitd berpikir, berhubungan

Artikel Baru orangutan berbaring, Dan memberi makna

PADA APA Yang Diposkan oleh ditampilkan Lingkungan

sekitar. Sesuatu yang digunakan untuk menjadi tanda

untuk fungsi, oleh Pierce disebut Ground.

Akibatnya, tanda (tanda atau representament) selalu

terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, object,

dan interpretant. Atas dasar hubungan ini, Pierce

mengadakan klasifikasi tanda-tanda. Tanda yang

berhubungan dengan tanah dibagi menjadi qualisign,

14

sinsign, dan legysign. Qualisign adalah kualitas yang

ada di tanda, misalnya, kata-kata yang lemah, lembut,

merdu, kasar, dan tangguh. Sinsign adalah eksistensi

aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda;

seperti kabur atau berawan mengatakan bahwa ada di

urutan air sungai keruh yang menunjukkan bahwa ada

hujan di hulu.

 Berdasarkan objeknya, Pierce membagi tanda di icon

(icon), indeks (index), dan simbol (symbol). Saussure

mengembangkan bahasa sebagai sistem tanda. Bahasa

adalah alat komunikasi yang terdiri dari sejumlah

ungkapan dari masing-masing dilihat sebagai tanda, unit

yang terdiri dari dua wajah yang signifikan (noise,

signifier atau penanda) yang harus disertai dengan

penanda (makna, konsep, signified atau penanda) .

Pidato hanya berlaku seolah-olah tanda terdiri dari

penanda dan petanda (dikutip dari Widjojo 2004, hal.

45). Sementara itu, Peirce melihat tanda sebagai proses

kognitif yang berasal dari apa yang ditangkap oleh

panca indera. Fungsi penting dari tanda ia membuat hal-

15

hal yang efisien, baik dalam komunikasi kita dengan

orang lain, serta dalam pemikiran dan pemahaman kita

tentang dunia.

Secara teori, "sesuatu" pertama, "beton" - adalah

perwakilan yang disebut representamen (atau ground),

sedangkan "sesuatu" yang ada di dalam apa yang disebut

objek kognisi. Mengenai pembangunan, jika ditelusuri

dalam buku-buku semiotik, menyebutkan bahwa sebagian

besar ilmu semiotik berasal dari dua aliran. Aliran

kedua kehidupan kontemporer di benua yang berbeda, dan

antara keduanya tidak saling mengenal dan membangun

setiap teori pada pijakan yang berbeda. Kedua hal ini

aliran semiotik Ferdinand De Saussure (modern

Linguistik, 1857-1913), dari Benua Eropa lahir di

Jenewa pada tahun 1857.

Teori Saussure dikenal sebagai Kontinental Semiotion,

yang kemudian dikembangkan oleh Hjlemslev a Denmark

strukturalisme (dikutip dari Pateda 2001, hal. 32).

Yang kedua adalah aliran semiotik Charles Sanders

Peirce (1839-1914, filsuf Amerika), lahir di Cambridge,

16

Massachusetts pada tahun 1839. Peirce membuat logika

sebagai dasar teorinya. Teori ini kemudian dikembangkan

oleh Charles Peirce Williams Morris (1901-1979) dalam

bukunya Semiotika Behavioris, Sudjiman & Zoest (dikutip

dari Pateda 2001, hal.32)

2. Teori Clasiffication

2.1. Dikotomi Ferdinand De Saussure

Mengenai teori Saussure, Saussure tidak hanya dikenal

sebagai bapak linguistik, tetapi juga banyak disebut

sebagai karakter semiotik. Teori kekhasan terletak pada

kenyataan bahwa ia menganggap "bahasa sebagai sistem

tanda". Ia mengungkapkan teori tanda-tanda, kebutuhan

linguistik untuk menemukan tempatnya dalam sebuah teori

yang lebih umum, dan untuk itu ia mengusulkan nama

semiologi; linguistik adalah hanya bagian dari ilmu

pengetahuan umum. Menurut Endraswara (2008, p. 264)

hukum yang akan ditemukan oleh semiologi dapat

diterapkan pada linguistik, dan linguistik akan terkait

dengan bidang yang sangat khusus dalam fakta tubuh

manusia.

17

Saussure ditemukan untuk membuat orang memahami sifat

semiologi dan memadai ini, bahasa perlu dikaji secara

mendalam. Sementara itu, sampai sekarang orang hampir

selalu memeriksa bahasa untuk keperluan lain, dan dari

sudut pandang yang lain. Kondisi ini menurut Saussure,

karena konsepsi dangkal masyarakat luas, seperti orang

melihat bahasa sebagai nomenklatur, yang berarti satu

set nama, masing-masing secara konvensional melekat

pada objek atau setara mental semua sama. Hawkes (2003,

hal.10) menyatakan bahwa, fakta bahwa bahasa tidak

berwujud dan tidak pernah muncul sekaligus secara

keseluruhan, tetapi hanya dalam kinerja yang tidak

lengkap dari bagian dari repertoar dengan speaker

individu memiliki.

Konsep dasar dikotomi semiotik menandai hadir pada

sistem, yaitu, penanda dan petanda. Ini seperti yang

diusulkan oleh Saussure, tanda kesatuan penanda dan

petanda. Marker adalah suara yang memiliki makna,

sementara penanda adalah aspek material bahasa. Marker

tidak akan berarti apa-apa tanpa penanda, karena tidak

18

tanda. Hubungan antara signifier dan signified saling

tergantung satu sama lain.

Saussure (. Dikutip dari Marianto 2002, hal 35-36),

menjelaskan pemahaman tanda ¬ - penanda dan petanda, ia

mengibaratkan kesatuan dari tiga dengan selembar

kertas. Satu sisi dari kertas adalah penanda, sisi

lainnya adalah signified, dan kertas itu sendiri adalah

tanda. Saussure lebih lanjut mengatakan bahwa kita

tidak bisa memisahkan penanda dan petanda dari tanda

itu sendiri. Berikut ini adalah diagram dari tanda,

penanda dan petanda dari Ferdinand De Saussure:

Sistem Dikotomi oleh Ferdinand De Saussure:

Lainnya di Saussure menjelaskan bahwa, ada beberapa

poin yang harus diperhatikan dalam ilmu tentang tanda.

Penanda dan petanda tidak dapat dipisahkan, mereka ada

secara bersamaan seperti yang ditunjukkan pada diagram

di bawah ini:

19

                     Sign Arti

Berdasarkan penjelasan di atas, penanda dan petanda

tampak seperti dua hal yang terpisah dari tanda,

seolah-olah tanda dapat membuat pemisahan antara

keduanya. Namun, penanda dan petanda hanya dua istilah

yang berguna untuk menekankan bahwa ada dua hal yang

berbeda merupakan syarat mutlak untuk menjadi tanda.

Tanpa indikasi penanda tidak berarti apa-apa dan karena

itu tidak tanda.

Sebaliknya, penanda mungkin tidak disampaikan atau

ditangkap dari penanda; penanda atau tanda yang

menandakan bahwa termasuk dirinya sendiri dan dengan

demikian merupakan faktor linguistik. Signifier adalah

aspek material dari tanda, atau aspek citra suara (kata

atau representasi visual). Contoh: orang menyebutkan

"pohon" (t / r / e / dan / e), apa yang didengar bukan

pohon nyata, melainkan sebuah konsep "pohon", yaitu:

memiliki akar, daun, dan memiliki cabang. Signified

20

adalah sebuah konsep di mana citra suara didasarkan.

Contoh: Konsep pohon yang benar-benar bisa menjadi

semacam pinus, maple, pohon jati dan lain-lain.

2.2. Trikotomi oleh Charles Sanders Peirce

Proses dikotomi dijelaskan oleh Saussure di bidangnya,

berbeda dari proses semiotik CS Peirce. Peirce (dikutip

dalam Hidayat 2009, hal.131), menjelaskan bahwa setiap

hari orang menggunakan tanda-tanda untuk berkomunikasi,

manusia menggunakan sistem pada saat itu, ia beralasan.

Mempelajari bagaimana alasan orang dalam logika, untuk

mengembangkan teori semiotika, Peirce "berfokus pada

fungsi umum tanda-tanda".

Signature model diusulkan oleh Peirce trikotomi atau

triadic dan tidak memiliki karakteristik struktural

sama sekali. Prinsip dasarnya adalah bahwa tanda

merupakan perwakilan dari tanda adalah sesuatu yang

mewakili sesuatu yang lain, Peirce (seperti dikutip

dalam Marianto 2002, hal. 37).

 Proses-proses Trikotomi berdasarkan ikon, indeks, dan

simbol dengan CS Peirce:

21

Artinya tanda proses pada Peirce mengikuti hubungan

antara tiga arah panah, yaitu representamen (R), obyek

(O) dan interpretan (I). (R) merupakan bagian dari

tanda yang dapat dirasakan secara fisik atau mental,

yang mengacu pada sesuatu yang diwakili oleh (O), maka

(I) adalah bagian dari proses menafsirkan hubungan

antara (R) dan (O).

Representamen adalah sesuatu yang sensorik atau bahan

yang berfungsi sebagai tanda. Kehadirannya menimbulkan

interpretan, tanda lain bahwa setara dengan dia, atau

dengan kata lain, satu set interpretasi pribadi yang

dapat diubah menjadi publik. Jadi pada intinya,

representamen dan interpretan adalah tanda, yang

merupakan sesuatu yang menggantikan sesuatu yang lain,

itu hanya representamen muncul mendahului interpretan

dan interpretan sana untuk dibesarkan oleh

representamen. Objek yang direferensikan oleh tanda

atau sesuatu yang merupakan tanda kehadirannya

digantikan oleh "realitas" atau apa yang dianggap ada.

22

Ini berarti bahwa objek tidak memiliki beton atau

nyata, bahkan abstrak, imajiner dan fiktif.

Kita tahu bahwa apa yang kita hadapi adalah tanda,

tetapi kita tidak tahu maknanya. Kemudian pada tahap

yang lebih maju, representasi berlaku untuk menandai

tempat dan waktu tertentu, misalnya, menunjuk dengan

jari, di sini, di sana) disebut dosa (gular) tanda.

Obyek adalah sesuatu yang hadir atau berada dalam

(kognisi) seseorang atau sekelompok orang.

Representamen mengacu pada objek dan Pierce berbagi

icon atas (ikon), index (indeks), dan simbol (symbol).

Icon adalah tanda bahwa hubungan antara tanda dan objek

atau acuan yang mirip; misalnya potret dan peta. Indeks

adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara

tanda dan menandakan bahwa kausal atau hubungan sebab

akibat, atau tanda yang secara langsung mengacu pada

realitas.

Contoh yang paling jelas adalah asap sebagai tanda

kebakaran. Tanda juga bisa merujuk ke dentate melalui

konvensi. Masuk seperti yang biasa disebut simbol tanda

23

konvensional. Jadi simbol adalah tanda yang menunjukkan

hubungan alamiah antara penanda dan petanda. Hubungan

antara mereka adalah sewenang-wenang atau semena-mena,

hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian masyarakat).

Interpretan interpretasi seseorang berdasarkan benda-

benda yang dilihatnya sesuai dengan fakta yang

menghubungkan antara representamen dengan objek. Dengan

Pierce interpretan juga dibagi menjadi Rhyme,

dicentsign, dan argumen. Rhyme adalah tanda yang

memungkinkan seseorang untuk menafsirkan berdasarkan

pilihan. Misalnya, mata merah yang hanya dapat

menandakan bahwa pria itu telah menangis, atau

menderita penyakit mata, mata masuk atau sesuatu, atau

hanya bangun, atau ingin tidur.

 Dicent tanda dicisign atau tanda dengan realitas.

Sebagai contoh, jika pada kecelakaan jalan raya

terjadi, maka di tepi tanda-tanda lalu lintas jalan

diposting menyatakan bahwa sering ada kecelakaan.

Argumen adalah tanda langsung mengetuk tentang sesuatu.

Dengan kata lain, semiotika adalah studi tentang model-

24

model sastra berdasarkan tanda-tanda atau simbol yang

terdapat dalam literatur. Tanda-tanda sudah diatur oleh

peneliti bahwa ada sistem, konvensi, dan aturan yang

harus dipahami oleh peneliti.

Sementara sastra itu sendiri adalah refleksi dari

pikiran, perasaan, dan keinginan melalui bahasa yang

dipahami oleh penerima tanda-tanda atau spidol. Cerita

pendek adalah salah satu karya sastra fiksi dan narasi

ditulis dalam bentuk sebuah cerita di mana ada nilai-

nilai budaya, sosial, moral, dan pendidikan.

Tradisi semiotik dimulai oleh Linguist bernama

Ferdinand de Saussure, dan kemudian diikuti oleh

Charles Sanders Peirce dan Umberto Eco, sedangkan

Barthes semiologi lebih suka menggunakan istilah dalam

menganalisis tanda-tanda. Semiotika diusulkan oleh

Saussure ternyata memiliki sedikit perbedaan, seperti

Saussure semiotika didasarkan pada linguistik umum

semiotik struktural, sedangkan Peirce didasarkan pada

filsafat analitis semiotik.

25

 Dalam studi untuk menganalisis makna yang terkandung

dalam karya cerita pendek Edgar Allan Poe, peneliti

menggunakan analisis semiotik Eco, Peirce dan Saussure.

Kombinasi dari ketiganya dengan memfasilitasi peneliti

dan mempercepat proses mengelompokkan koleksi tanda-

tanda. Setelah diklasifikasikan tanda-tanda yang

diberikan makna sehingga menghasilkan pemahaman tentang

teks cerita pendek.

Kombinasi dari teori di atas adalah inisiatif peneliti,

sejak tiga ahli memiliki konsep yang berbeda semiotika.

Dari analisis yang dilakukannya, peneliti menemukan

langkah yang paling ringkas untuk menandai proses

klasifikasi. Meskipun objek studi teks-teks sastra yang

berbeda, menurut Ward kombinasi teori ini masih dapat

digunakan. Penanda dan petanda memperoleh makna

bertentangan dengan penanda dan petanda lain. Hubungan

antara tanda dengan spidol adalah sewenang-wenang

(dikutip dari Ratna 2007, p. 99). Berdasarkan hubungan

antara signifier dan signified, ada tiga jenis utama

dari tanda-tanda, yaitu:

26

a. Icon:

Sebuah tanda bahwa inheren memiliki kesamaan dengan

makna yang ditunjuk,

Contoh: foto, diagram, peta, dll

b. Index:

      Sebuah tanda yang mengandung hubungan kausal

dengan apa yang ditandakan,

     Contoh: asap menunjukkan api, flu atau alergi

bersin menandakan, dll

c. Simbol:

Sebuah tanda yang memiliki hubungan dengan makna

signified, alam

arbiter, sesuai dengan konvensi lingkungan sosial

tertentu,

                 Contoh: kata 'berhenti' atau lampu

lalu lintas merah.

Simbol A, dari sudut pandang kami, adalah sesuatu yang

memiliki makna dan resonansi budaya (dikutip dari

Berger 2010, hal. 28). Klasifikasi tanda tersebut,

27

tanda-tanda dapat dilihat pada bagaimana teks harus

ditempatkan. Setelah menemukan beberapa tanda dalam

teks, dan kemudian ditentukan mana yang merupakan tanda

dari penanda utama yang dapat mewakili semua tanda yang

ada dalam cerita pendek. Terakhir adalah semiotika

Saussure, analisis sintagmatik dan paradigmatik dalam

oposisi biner. Konsep oposisi biner adalah konsep

fundamental dalam pemahaman struktur narasi, dan

hubungan karena itu dikenal antara tanda-tanda (sign)

itu.

Poe adalah seorang penulis yang sering menyisipkan

simbol secara tertulis. Penggunaan simbol-simbol ini

oleh Poe disajikan oleh peneliti untuk membuat pembaca

untuk memahami pesan yang ingin disampaikan. Tapi yang

terjadi justru sebaliknya; pembaca sering tidak

memahami simbol-simbol. Dalam Wikipedia menyatakan

bahwa

"Dalam literatur," Simbolisme "bisa merujuk pada

penggunaan konsep-konsep abstrak, sebagai cara untuk

mengaburkan interpretasi literal, atau untuk

28

memungkinkan penerapan yang lebih luas dari prosa ke

makna melampaui apa yang mungkin benar-benar

dijelaskan."

Dari kutipan di atas, kita dapat mengetahui bahwa

simbolisme merupakan salah satu cara yang digunakan

oleh penulis sastra dalam karya sastra untuk menyajikan

sebuah konsep yang jauh dari artinya ia menulis dan

bentuk adalah simbol. Oleh karena itu, kehadirannya

seringkali sulit dalam cerita dimengerti oleh pembaca.

Harmon & Holman juga mengatakan bahwa jika "... simbol

adalah gambar yang membangkitkan tujuan, realitas

konkret dan meminta bahwa realitas yang menunjukkan

tingkat lain makna" (2005, hal. 510). Berdasarkan

kutipan tersebut, simbol sering hadir untuk

menyampaikan rasa sesuatu secara tidak langsung,

seperti misalnya pedang yang dimiliki oleh karakter

dalam cerita, dapat didefinisikan sebagai sebuah

perjuangan atau pertahanan diri. Karena itu kompleks,

untuk mengetahui dan memahami simbol, maka seseorang

29

harus memiliki pengetahuan yang luas, maka dapat

diketahui simbol arti atau makna.

Simbol nyata bisa apa saja, dari telur dengan cerita

latar belakang sebagai objek dari jenis yang sama,

substansi fisik, bentuk, gerakan, warna, suara, atau

aroma (Stanton, 2007, hal. 64). Stanton lebih lanjut

menyatakan, dalam fiksi, simbolisme dapat membawa tiga

efek setiap pertanyaan tergantung pada bagaimana

simbol-simbol yang digunakan:

1. Sebuah simbol yang muncul pada peristiwa-peristiwa

penting dalam cerita menunjukkan

    Makna dari acara tersebut,

2. Simbol ditampilkan berulang kali mengingatkan kita

         Sebuah elemen konstan dari seluruh cerita,

3. Sebuah simbol yang muncul dalam konteks yang berbeda

akan

         Bantuan dalam mencari tema.

Rinci simbolis bermakna biasanya sering daripada

seharusnya, menonjol karena berulang dan menyerupai

30

rincian lainnya, dan dalam cerita pendek, Poe khusus

menggunakan simbol sebagai sarana penyampaian pesan.

3. Cerita Pendek

Dalam KBBI, cerita pendek narasi pendek yang memberikan

kesan dominan tunggal dan terfokus pada satu karakter

dalam suatu situasi. Setiap karya fiksi sastra memiliki

unsur-unsur yang mendukung karya fiksi sastra, baik

unsur sastra itu sendiri (unsur intrinsik) atau unsur-

unsur dari luar (ekstrinsik unsur) literatur yang

secara tidak langsung mempengaruhi cerita dari sebuah

karya sastra.

Edgar Allan Poe, dalam esainya "The Philosophy of

Composition," kata cerita pendek untuk dibaca satu kali

untuk kesimpulan, di mana saja, asalkan setengah jam

sampai dua jam. Dalam fiksi kontemporer, cerita pendek

dapat berkisar dari 1.000 sampai 20.000 kata. Karena

panjang pendek, cerita pendek biasanya berfokus pada

satu plot, satu karakter utama (dengan beberapa

karakter minor tambahan), dan satu tema sentral,

sedangkan novel dapat mengatasi beberapa plot dan tema,

31

dengan berbagai karakter yang menonjol. Cerita pendek

juga meminjamkan diri lebih untuk eksperimen yang

menggunakan gaya prosa jarang atau perangkat sastra

untuk bercerita. Gaya biasa seperti atau perangkat

mungkin akan membosankan, dan benar-benar mengganggu,

dalam sebuah novel, tetapi mereka dapat bekerja dengan

baik dalam sebuah cerita pendek.

G. Studi Sebelumnya

Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian

ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Nawang Wulan

dalam program studi, Studi Sastra, Program

Pascasarjana, Universitas Diponegoro (30 Maret 2010),

dengan judul penelitian Mendengar Hati, Mengejar Mimpi,

Dan Realitas Dunia: Interpretasi Makna Dan Simbol

Dalam, Novel The Alchemist Paulo Coelho Karya. Adapun

rumusan masalah dalam studi ini adalah: Apa arti dari

simbol-simbol yang terdapat dalam novel The Alchemist,

Set dari masalah yang peneliti mendapatkan temuan,

simbol-simbol yang terdapat dalam novel The Alchemist

adalah salah satu cara yang digunakan? penulis untuk

32

membangun cerita yang lebih menarik, maka kehadiran

simbol-simbol yang memiliki tujuan tertentu, yaitu

untuk mengajarkan pembaca untuk tidak meremehkan hal-

hal kecil yang terjadi dalam hidup.

Anasrullah berikutnya (2013) dalam penelitiannya

Penggunakan Sistem Tanda Dalam, Naskah Lakon "Malam

Jahanam" Karya Motinggo Boesye, penelitian ini adalah

bagaimana menafsirkan tanda-tanda dan menandatangani

sistem dalam bermain naskah karya Motinggo Boesye Malam

Jahanam, dilihat dari pendekatan semiotik?, Sementara

temuan dalam penelitian ini, berhasil mengidentifikasi

tanda oleh dikotomi Saussure, setara dengan tanda

identifikasi pada Peirce trikotomi.

H. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif - analitis, yang merupakan jenis yang

memberikan gambaran tentang metode penelitian dan

deciphers data atau negara sejelas mungkin secara

rinci. Karya sastra adalah refleksi dari pikiran,

33

perasaan, dan keinginan melalui bahasa dari penulis

sastra itu sendiri. Bahasa itu sendiri bukan hanya

bahasa, tapi bahasa yang berbeda, bahasa yang

mengandung tanda-tanda atau semiotik (dikutip dalam

Endraswara 2003, hal. 64). Kekhasan bahasa yang

dimiliki oleh peneliti yang kemudian membuat karyanya

kadang-kadang rumit dan kompleks.

Selain itu, untuk membantu menguraikan data, peneliti

juga menggunakan metode semiotik; itu diterapkan agar

sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Data dan Sumber Data

a. Data Primer

Data pada dasarnya adalah kumpulan materi yang akan

dipelajari oleh peneliti berdasarkan disiplin. Data

primer dalam penelitian ini adalah beberapa kata, dan

hal-hal lain yang mengacu pada tanda-tanda di cerita

pendek oleh Edgar Allan Poe.

b. Data Sekunder

34

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber

pustaka dan berbagai sumber lainnya yang terdiri dari

teori, data dan informasi.

35