26
Studi Islam di Timur Tengah (Sebuah Pengantar Model Kajian Islam Bagi Ilmuan arab) Oleh : Fery Ramadhansyah Pendahuluan Satu hal yang menarik dari Agama Islam, bahwa islam bukan sebatas kepercayaan yang dianut oleh pemenluknya saja. Islam menjadi sangat penting karena disamping fungsinya sebagai subjek, bisa juga dijadikan objek. Ketika islam diletekkan sebagai subyek, yang dalam hal ini mutlak kekuatan / Kehendak Allah, Nabi dan rasulnya mengambil peran penting dalam menuntun, mengarahkan dan membawa umat kepada petunjuk, namun ketika ia dijadikan objek, maka, melalui kitab sucinya –baca; al Quran- justeru berfungsi sebgai petunjuk 1 yang mengantarakan sutu masyarakat menuju sebuah peradaban. Dari sinilah kemudian, ketika islam dijadikan objek kajian, yang kemudian disebut dengan dirasat al islamiyyah (Islamic studies), menjadikannya materi yang memiliki multi knowledge (pengetahuan) ditinjau dari berbagai aspeknya. Dan jauh sebelum munculnya kesadaran Barat – Eropa- mempelajari tentang islam dan dunia 1 Lihat QS:Al Baqarah:2, disitu Allah jelaskan bahwa al Kitab (al quran) berfungsi sebagai petunjuk (guidence) yang bisa dimanfaat bagi orang-orang yang percaya akan kebenaran kitab tersebut. Oleh karenanya, banyak ilmuan- ilmuan muslim klasik dan juga kekinian, yang selalu menjadi al quran sebagai inspirasi bahkan sumber pengetahuan. 1

Studi Islam di Timur Tengah

  • Upload
    uinsu

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Studi Islam di Timur Tengah

(Sebuah Pengantar Model Kajian Islam Bagi Ilmuan arab)

Oleh : Fery Ramadhansyah

Pendahuluan

Satu hal yang menarik dari Agama Islam, bahwa islam bukan sebatas

kepercayaan yang dianut oleh pemenluknya saja. Islam menjadi

sangat penting karena disamping fungsinya sebagai subjek, bisa

juga dijadikan objek. Ketika islam diletekkan sebagai subyek,

yang dalam hal ini mutlak kekuatan / Kehendak Allah, Nabi dan

rasulnya mengambil peran penting dalam menuntun, mengarahkan dan

membawa umat kepada petunjuk, namun ketika ia dijadikan objek,

maka, melalui kitab sucinya –baca; al Quran- justeru berfungsi

sebgai petunjuk1 yang mengantarakan sutu masyarakat menuju sebuah

peradaban.

Dari sinilah kemudian, ketika islam dijadikan objek kajian, yang

kemudian disebut dengan dirasat al islamiyyah (Islamic studies),

menjadikannya materi yang memiliki multi knowledge (pengetahuan)

ditinjau dari berbagai aspeknya. Dan jauh sebelum munculnya

kesadaran Barat – Eropa- mempelajari tentang islam dan dunia

1 Lihat QS:Al Baqarah:2, disitu Allah jelaskan bahwa al Kitab (al quran) berfungsi sebagai petunjuk (guidence) yang bisa dimanfaat bagi orang-orang yang percaya akan kebenaran kitab tersebut. Oleh karenanya, banyak ilmuan-ilmuan muslim klasik dan juga kekinian, yang selalu menjadi al quran sebagai inspirasi bahkan sumber pengetahuan.

1

timur (orientalisme), umat islam terlebih dahulu menjamah sisi

pengetahuan yang di gali dari Islam.

Studi islam atau seperti Hussein Nasr sebutkan Sains islam sudah

dikembangkan oleh umat islam sejak abad islam kedua.2 Dan kini,

kajian-kajian keislaman masih terus dikembangkan, khususnya

dikawasan timur tengah. Hanya saja kalau dulu tidak dikenal

specialisasi bagi cendikia ataupun ulama islam, kini kajian

tersebut digarap oleh masing-masing ahli dibidangnya. Bahkan

istilah ulama dan cendikia justru menjadi dua hal yang berbeda di

dunia muslim modern.

Lalu, bagaimana model kajian islam di timur tengah tersebut.

Metode apa yang mereka pakai dan apa sumbangsihnya bagi

perkembangan dan pembangunan bangsa saat ini. Berikut ini adalah

pemakaran singkat yang akan saya jelaskan.

Islam Agama Peradaban

Peradaban sebuah bangsa tidak muncul begitu saja. Peradaban

adakalanya berkembang dari internal masyarakatnya melalui

dinamika ilmu pengetahuan yang berkembang didalamnya. Dan tidak

sedikit, peradaban yang muncul dari pengaruh interkasi kebudayaan

dan tradisi ilmiah yang berkembang di negara tetangganya. Namun,

yang paling istimewa bagi peradaban yang sempat berkembang di

kawasan belahan dunia arab, adalah karena spirit peradabannya

2 Abuddin Nata, Metodologi Sudi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007),p.151

2

ditiupkan oleh semangat keilmuan yang dimiliki oleh umat islam

ketika itu.

Dalam al quran sendiri terdapat banyak kata semisal ‘ilm

digunakan agar umat senantias belajar. Kata-kata yang memiliki

sinonim dengannya seperti tatafakar, tadabbar, ulil al

bab,tafaqqah, ta’qilun dan lain sebagainya, menunjukkan bukti

kepedulian islam terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. Bahkan,

satu perintah yang secara implisit maknanya sebagai sebuah

perintah kepada umat islam agar meggunakan sarana bacaan sebagai

proses pembelajaran, benar-benar menjadi simbol bahwa islam

mendorong pada keilmua.3 Perintah sekaligus wahyu pertama bagi

nabi ini, menjelaskan kembali pada kita agar senantiasa berusaha

mengembangkan budaya pengetahuan. Oleh sebab itu tidak heran jika

Franz Rosenthal penulis buku Knowledge Triumphat (Keagungan ilmu)

dalam islam disimpulkan bahwa “ilmu adalah islam”.4

Ini semua tidak bisa dilepaskan dari kesungguhan orang arab –

yang kali ini kita sebut timur tengah- dalam memahami islam

sebagai cara pandang (worldview) ilmu pengetahuan lalu

mengembagkannya dengan model dan metode yang dirumuskan baik

melalui adopsi dari metodi befikir Filsafat Yunani, maupun yang

dibangun secara mandiri.

3 Lihat QS. Al Alaq : 1

4 Franz Rosenthal, Knowledge Triumphant, (Leiden, 1970),h.193

Setidaknya ada dua fase yang bisa dilacak, sebagai pembasisan

atau mulanya pembentukan cara pandang tentang ilmu tersebut

dimiliki oleh islam;

Pertama: Periode Makkah, dimana wahyu turun bercerita tentang

konsep Tuhan dan keimanan terhadapnya, hari berbangkit, surga,

neraka, baik, buruk dan penciptaan. Kesemuanya ini menjadi

elemen penting membentuk struktur cara pandang bagaimana umat

islam harus melihat ilmu dari sudut pandang kesatuan (fisafat

tauhidic). Dengan kata lain bahwa di periode ini hanya menekankan

konsep tauhid dan teologi yang bersifat metafisik.

Kedua: Periode Madinah, dimana wahyu juga turun di penghujung

periode makkah diteruskan periode madinah, mengandung struktur

fundamental scientific worldview, seperti struktur tentang

kehidupan (life-structure), dunia, ilmu pengetahuan, etika dan

manusia. Yang semuanya itu sangat potensial bagi timbulnya

kegiatan keilmuan.Istilah-istilah konseptual seperti ilm, iman, usul,

kalam, nazar, wujud,tafsir, ta'wil, fiqh, khalq, halal, haram, iradah dan lain-lain

telah memadahi untuk dianggap sebagai kerangka awal konsep

keilmuan (pre-scientific conceptual scheme), yang juga berarti lahirnya

elemen-elemen epistemologis yang mendasar dalam pandangan hidup

Islam.5

5 Hamid Fahmi Zarkasyi, Membangun Peradaban Islam Dengan Ilmu Pengetahuan, (makalah mata kuliah umum yang disampaikan pada pembukaan program pascasarjanabidang pendidikan islam, di Universitas Ibnu Khaldun, Bogor) tanggal 11 agustus 2007

4

Tercatat bahwa tradisi intelektual dalam islam juga memilki

medium transformasi dalam bentuk institusi pendidikan pertama

kali yang di berinama as Shuffah dan komunitas intelektualnya

disebut ashab al suffah. Di tempat ini kandungan wahyu dan hadis-

hadis nabi (sebagai materi) di kaji. Lalu munculah, katakan

semacam alumni dari wadah ini pakar-pakar hadis seperti Abu

Hurairah, Abu zar al Ghifari, Salman Al farisi, Abdullah bin

mas’ud dan lain sebagainya.

Dimasa ke khalifah Umayyah, Proses pendidikan diselenggarakan di

mesjid-mesjid dengan sistem halaqoh-halaqoh. Ilmu yang dipelajari

masih yang bersifat agama seperti ; Hadis, Bahasa, Arab, Tafsir,

fikih dan lainnya.

Di masa Abbasiyah, selain masjid sebagai pusat studi islam, ada

semacam perpustakaan seperti Dar al Imi dan Dar al Kutub. Di

tempat ini pejabat dan masyarakat umum mengkaji berbagai macam

ilmu pengetahuan.6

Selain itu kegiatan keilmuan juga berkembang dengan maraknya

aktifitas penterjemahan yang dilakukan bangsa arab ketika itu

terhadap karya-karya Yunani. Para penterjemah yang terkenal

seperti Abu Yahya ibn al-Bathriq, Thabit ibn Qurrah (836-901),

Sinan, Ibrahim, Abu Faraj dan al-Battani dan Hunnayn bin ishaq

dan Ishaq bin Hunayn. Karya-karya Yunani yang sempat 6 Geroge Makdisi, “Muslim Institutions of Leraning in Eleventh-Century Baghdad” dalam Geroge Makdisi,Religion , Law and Learning in Classical Islam, Variorum, Great Britain, 1991, Bab VIII, hal. 4-8.

5

diterjemahkan seperti Hermeneutica, Categories, Physics, Magna Moralia karya

Aristotle, juga Republic, karya Plato. Juga karya-karya Galen,

Hippocrates, Ptolemus, Euclid dan Almagest.7

Oleh karenanya, tidak heran kalau banyak ilmuan islam yang muncul

dari kawasan arab. diantara saintis yang dapat disebutkan adalah

Khalid Ibn Yazeed (w.701), Jabir Ibn Haiyan /Geber (w. 721)

keduanya pakar Kimia, al-Khawarizmi /Algorizm (w. 780) pakar

Matematika dan astronomi, Ibn Ishaq Al-Kindi /Alkindus (w.800)

pakar falsafah, fisika dan optik, Hunain Ibn Is'haq (w.808) pakar

kedokteran dan penterjemah, Thabit Ibn Qurrah /Thebit (w.836),

pakar Astronomi dan mesin, Al-Battani /Albategnius (w.858), pakar

astronomi dan mathematika, Al-Razi /Rhazes (w.884) pakar

kedokteran, optik dan kimia, Al-Farabi /Al-Pharabius (w.870)

pakar falsafah, Logika, sosiologi, sains dan musik, Thabit Ibn

Qurrah (w.908) pakar kedokteran dan mesin, Ibn Al-Haitham

/Alhazen (w.965) pakar fisika, optik dan matematika, Abu Raihan

Al-Biruni (w.973 ) pakar Astronomy dan Mathematika, Ibn Sina /

Avicenna (w. 980) pakar kedokteran, filsafat dan matematika, Al-

Zarqali / Arzachel(w. 1029) pakar Astronomy (penemu Astrolabe),

Omar Al-Khayyam (w. 1044 ) pakar Mathematika dan penyair, Ibn

Zuhr /Avenzoar (w. 1090) pakar bedah dan kedokteran, Ibn Bajah

Mohammad Ibn Yahya /Avenpace (w. 1095 ) pakar filsafat dan

kedokteran, Ibn Rushd /Averroes (w. 1128) pakar Fikih, filsafat

dan kedokteran Abdel-al Rahman AlKhazin (w. 1155) pakar

7 Hamid Fahmi Zarkasyi, Op.cit., h, 126

Astronomi, Nasir Al-Din Al-Tusi (w. 1201) pakar Astronomy,

Geometri Non-Euclidean.

7

Studi Islam di masa klasik

Pada masa klasik dahulu, kecenderungan pengkajian islam terbatas

pada pengetahuan yang sifatnya dogma atau yang disebut ulum al

naqliyah( ilmu-ilmu agama).8 Kajian ini mengetengahkan enam

bidang ilmu agama, yaitu ilmu alquran, ilmu hadis, fiqih dan

ushul fiqh, ilmu kalam, tasawuf dan tabir mimpi.9

Studi al quran mempelajari tentang qiraat al quraan, asbab al

nuzul, kritisisme historis( ilmu makiyyah dan madaniyyah), I’jaz

al quran. Keempat ini menjadi pokok kajian dalam studi al quran

yang sekarang dikenal dengan ulumul quran.10 Kajian ini menjadi

sangat penting, mengingat kedudukan alQuran sebagai pedoman dan

rujukan utama bagis segala rujukan basis bagi segala ilmu.

selain sebagai pedoman hidup menuju perbekalan di akhirat, al

quran merupakan sumber pengetahuan.

8 Pengkajian ilmu pengetahuan pada masa itu dibagi menjadi dua. Al ulum al naqliyah (ilmu-ilmu agama) dan al ulum al aqliyah (ilmu rasional). Lihat ibnu khaldun dalam Muqaddimahnnya dan kitab al I’bar.

9 Mulyadhi Karta Nagara, Reaktualisasi tradisi Ilmiah Islam, (Jakarta; Baitul ihsan, 2006),h.118

10 Ibid., h.1198

Pada fokus qira’at al quran, studi ini menitikberatkan pada

kajian seputar tujuh riwayat bacaan yang sempat diakui oleh rasul

dalam membaca al quran. Ketujuh bacaan ini dinistakan kepada

nama-nama terkenal yaitu ; abdullah ibn katsir, ashim bin abu al

nujud, abdullah bin amir, ali bin hamzah, abu amir bin al a’la,

hamzah bin habib dan nafi bin abu mu’aym.

Pada asbab an nuzul dikaji tentang kontekstual al quran. Para

sarjana menyadari betapa tidak mungkin untuk mengetahui firman

Tuhan dengan baik tanpa mengetahi kapan sebuah wahyu diturnkan,

apa konteks yang melatarbelakagin turunnya sebuah ayat dan apa

situasi sebenarnya yang hendak direspon olehnya.

Diantara karya yang telah dihasilkan dari penlitian ini misalnya

kitab asbab al nuzul karang ali ahmad awahidi. Selain itu dengan

judul yang sama, lubab al nuwqul fi asbab al nuzul ditulis oleh

Jalal al din as suyuthi.

Selanjutnya ilmu makiyyah dan madaniyyah, mengkaji seputar

kritisisme historis pewahyuan al quran. Penelitian ini ingin

menjawab tiga pertanyaan : Pertama; kepada siapa ayat-ayat

9

tertentu dialamatkan, Kedua; ilmu kritik historis ini juga

penting ketika kita meneliti islam sebagai sebuah gerakan dalam

sejarah. Ketiga ; ada juga penelitian yang diarahkan pada

kelompok ayat-ayat yang secara geografis ditunkan di madinah,

tetapi yang dialamtkan justru untuk orang-orang mekkah. Dan

sebaliknya.

Untuk ilmu hadist, wilayah kajiannya seputar ilmu riwayat

(reportase), ilmu rijal al hadis, ilmu gharib al hadis, ilmu

jarah wa ta’dil dan ilmu mukhtalaf al hadits.

Ilmu riwayat menjadi sangat penting sebgai sumber kedua islam

dan sebagai tafsir bagi al quran. Ilmu ini menjadi sangat rumit,

mengingat semasa hidup nabi, beliau melarang perkataannya untuk

dicatatkan. Oleh karenanya para sarjana hadis melakukan

penelitian terhadap periwayatan hadis engan cara mempelajari

naskah naskah hadis yang ada, mata rantai perawi hais dan

mengklasifikasi mereka dnegan cara tetentu sehingga mudah untuk

ditelusuri. Dari sini muncul satu cabang ilmu ang disbut ilmu al

riwayah (reportase)

10

Kalau pada ilmu riwayat, siapa saja mata rantai perwai hadis yang

memiliki satu jalinan dalam penyampaian materi hadis hingga

sampai pada rasul, maka ilmu rijal hadis menyelidiki tentang

perihal khidupan perawi tersebut. Karena baik buruknya kualitas

sebuah hadis tergantung kualitas pribadi perawinya. Ini meliputi

kekuatan ingatannya, reputasi moral, kemampuannya untuk

dipercaya. Biasanya didalamnya mengkaji tentang kelahirann,

kematian, keturunan, pasangan, pekerjaan, status sosial, kondisi

ekonomi, tempat tinggal, perjalana, sikap, keputusan, kecerdasan,

ingatan dan semua data-data lain yang relevan dari seroang perawi

hadis. Diantara karya tulis yang dihasilkan dari penelitian ini

adalah kiba al isti’ab fi ma’rifat al ashab karangan yusuf bin abd al barr,

kitab Usd al ghabah fi ma’rifat al shabah oleh izz al din bin al atsir .

kitab al ishabah fi tamyiz al shahbah karang ahmad bin hajar al

asqallani.

Kemudian ilmu jarah wa ta’dil berfungsi sebagai kritik hadis. Ini

digunanak untuk mengujia semua data yang dapat diperoleh untuk

menentukan tsiqah atau tidaknya seorang perawi hadis. Salah satu

11

karya di bidang ini adlah kitab al majruhin min al muhadditsin karang

Ibn hubban,

Sedangkan ilmu gharib al hadis digunakan untuk meneliti hadis

tersebut dari sudut keanehan atau keganjilannya dengan cara

melakukan studi perbandingan terhadap semua hadis yang serumpun

untuk memastikan apakha sebuah hadis itu ganjil atau tidak. Dari

sini mucul cabang-cabang lain ilmu hadis serperti Ilal ala hadis

dan gharib al hadis. Dan setidaknya ada dua buku kita kenal

tentang ini yaitu kitab al Ilal karangan ali bin al madini.dan al

zahr al mathlul fi al khabar al ma’lul oleh ibn hajar al asqalani.

Adapun ilmu mukhtalaf al hadis berguna untuk mendamaikan atau

meselaraskan pertentangan –pertentangan yang ada pada hadis. Dari

penelitian ini munculah cabang ilmu hadis lain yang dikenal imu

mukhtalaf al hadis, dan bebrapa kitab muncul dari penelitian ini

seperti kitab ihtilaf al hadist karangan imam syafii, kitab ta’wil

mukhtalaf al ahadis oleh abdullab ibn qutaybah dan al tahqiq fi ahadits al

khilaf karangan abu faraj bin al jawzi.

12

Untuk ilmu fiqh dan ushul fiqh, membahas seputar kategorisasi

tindakan manusia yang dirangkum pada satu kerangka hukum yang di

kenal dengan hukum taklifi (wajib, sunnat, haram, makruh dan

mubah). Begitu juga dengan hukum wadh’I (syarat, bathal, mani’).

Pada ilmu ushul fiqh juga dibahas bagaimana pengambilan putusan

hukum melalui pendekatan semantik (kebahasaan) berikut metode –

metode yang dikembangkan seperti qiyas, istishan, istishab,dan

lain sebagainya. Kemudian pada ilmu fiqh dibahas tentang ibadah

dan mu’amalah yang benar di dalam islam, seperti bagaimana

tuntunan mengerjakan shalat, puasa, zakat, haji. Juga dijelaskan

tentang permasalahan nikah, waris, jual beli dan lain sebagainya.

Diantara karya-karya yang dihasilkan adalah; kitab al umm dan

kitab al risalah karangan imam syafii.

Ilmu kalam (teologi) berbicara ttentang prinsip-prinsip hukum

yang berkenaan dengan amal manusia. Disini dibicarakan tentang

prinsip-prinsip agama yang berkenaan dengan sistem kepercayaan

agama. Penelitian ini menelaah tentang hubungan tuhan, alam dan

manusia. Diantara karya yang telah dihasilkan adalah ; kitab al

intishar wa al radd ala al rawandi oleh Abd al rahman al khayyat,

13

kemudian kitab al mughni fi abwab al tawhid wa al a’dl oleh qadhi

abd jabar. Kemudian kitab al ibanah fi ushul al diniyah oleh al

asy’ari.

Adapun ilmu tasawuf mempelajari tentang dimensi esoterik, mistik

atau spiritual islam. Bertujuan untuk mendekatkan diri kepada

Allah, melalui latihan spiritual dan pembersiahan jiwa atau hati.

Penelitian ini mencakup tiga hal ; pertama : berkenaan dengan

ralitas kebenaran (hakikat). Kedua; berkenaan tentang pengetahuan

hakiki untuk bisa sampai pada realitas tersebut (ma’rifat),

ketiga; berkenaan dnegan jalan yang harus ditempuh oleh seorang

sufi (thariqat). Diantara karya yang dihasilkan adalah ; kasyf al

mahjub karangan abu utsman al hujwiri, risalah al qusyairiyah

karangn syaeikh al qusyairi, matsnawi karangan jalal al dini

rumi.

Metode Penelitian Ilmiah

Ada beberapa metode penelitian Ilmiah yang digunakan para ilmuan

arab. Sekurangnya sampai saat ini ada empat metode yang

14

dikembangkan dalam meniliti sebuah permasalahan. Keempat metode

tersebut adalah ;

Pertama : Tajribi,11 metode ini dikenal dengan metode eksperimen.

Biasanya dipakai untuk meneliti bidang-bidang empiris. Termasuk

juga didalamnhya metode observasi. Tajribi diperlukan karena

objek fisik yang diamati mata tidak selamanya membuktikan

kebenaran. Oleh karenanya dibutuh pembuktian (eksperimen )

terhadap kebenaran objek yang diamati tersebut. Metode ini

memiliki prosedural yang berujung pada penarikan sebuah

kesimpulan dengan cara deduktif (istintajiy) atau induktif

(istiqraiy).

Kedua : Burhani, yaitu satu metode logika yang digunakan untuk

menarik kesimpulan dari premis-premis yang telah diketahui,

sehingga menghasilkan kesimpulan, pengetahuan atau informasi baru

yang sebelumnya tidak diketahi. Prosedur metode ini biasanya

menempuh cara silogisme. Karena burhani menjadikan ralitas dan

teks sebagai sumber kajian. Dalam pendekatan ini ada dua ilmu

penting yaitu ilmu al lisan dan ilmu al matiq. Yang pertama

11 Mulyadi Kartanegara, op.cit., h, 18415

membicarakan lafaz-lafz kaifiyyah, susunan dan raingkaiannya

dalam ibarat-ibarat yang dapat digunakan untuk menyampaikan makan

serta cara merangkainya dalam diri manusia. Adapun yang kedua

membahas masalah mufradat dan susunan yang dengannya kita dapat

meyampaikan segala sesuatu yang bersifat indrawi.12

Ketiga; Irfani, yaitu suatu metode pemahaman yang bertumpu pada

instrumen pengalaman batin, dawq, wijdan, basirah dan intuisi.

Metode yang dipergunakan meliputi mahaj kashfi (tidak menggunakan

akal tapi butuh riyadhah dan mujahadah) dan manhaj iktishafi

(analogi).13 Metode ini disebut juga dengan metode ilmu intuitif,

karena melalui metode ini sebuah kebenaran disandarkan bukan

sekedar oleh akal dan indera, tetapi juga hati. Dan metode ini

disebut juga ilmu hudhuri (knowledge by presence).14

Keempat ; Bayani, sebagai metodologi berarti pemisahan dan

penjelasan, dan al bayan sebagai pandangan dunia yang berarti

12 Rosihan Anwar, dkk, Pengantar Studi Islam, (Bandung, CV Pustaka setia, 2009),h.246

13 Ibid., h.243

14 Mulyadhi Karta Nagara, op.cit., h.19416

keterpisahan yang jelas.15 Pada wilayah konotasi teoritis

konseptual, albayan sebgai sistem epistemologi mencakup tiga

pasangan konsep dasar: lafal ma’na, ashl-far, dan substansi –

aksidensi. Metode ini biasa dan telah lama digunakan kebanyakan

oleh fuqaha, mutakallimun dan ushulliyun.

15 Muhammad ‘abid al jabiri, Bunyat al Aql al arabi, (Beirut, Markaz dirasah al wihdah, 1990),h,55

17

Studi Islam masa kini

Umumnya kajian keislaman yang berlangsung di kawasan timur tengah

bagi kalangan ilmuan arab sama seperti model yang dikembangkan

oleh ulama klasik. Di sini, model-model kajian yang sifatnya

ilmu-ilmu naqliah, semuanya kebanyakan menggunakan metode

bayani. Sebab ilmu-ilmu naqliyah yang menempatkan teks ( nash )

objek kajian, memposisikan teks sebagai satu yang sentral dan

pengendali mutlak terhadap sebuah penarikan kesimpulan. Dan

biasanya, kajian-kajian ini lebih menempuh pendekatan semantik

(kebahasaan).

Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan pendekatan bayani

tersebut;

1. Memahami atau menganalisis teks gunamenemukan atau

mendpatkan makna yang dikandung dalam (atau dikehendaki)

lafaz. Dengan kata lain pendekatan indi dipergunakan untuk

mengeluarkan makna zahair dari lafazh dan ibarah yang zahir

pula.

18

2. Istinbat hukum-hukum dari al nusu ad diniyyah dan al quran

khususnya.16

Dalam kajian keislaman yang menggunakan pendekatan kebahasaan ini

dapat diketahui dengan mencermati hubungan antara makna dan

lafazh. Hubungan antara makna dan lafazh dapat dilihat dari

segi :

1. Makna wad’I; untuk apa makna teks itu dirumuskan, melitputi

makna khas , ‘am dan mustarak.

2. Makna isti’mali; makna apa yang digunakan oleh teks,

meliputi makna haqiwah (sarihah dan mukniyah) dan makna

majaz (sarih dan kinayah).

3. Derajat al wudhuh; sifat dan kualitas lafz, meiputi muhkam,

mufassar, nas, ahir, khafi, mushkil, mujmal, dan mutsabih.

4. Turuqu ad dalalah, penunjukan lafz tehadap makna, meliputi

daladlh al ibarah, dalalh al isyarah, dalalah al nass, dan

dalalah al iqtida’ (menurut hanafiyyah) atau dalalah al 16 Majlis tarjih muhammadiyah, “ Manhaj pengembangan pemikiran islam, diambil dari http: /www.geocities.com/tarikh/manhaj-tarjih/manhaj_pengembangan_pemikiran_islam.htm

19

mazum dan dlaalah al mafhun baik mafhum al muwafaqah maupun

mafhum al mukhalafah (menurut syafiiyyah).

Model kajian islam dengan metode bayani inilah yang sampai

sekarang masih diberlakukan oleh ulama-ulama timur tengah dalam

membahas disiplin ilmu-ilmu keagamaan yang bersifat naqliyah.

Sebut saja beberapa karaya dibidang fiqh seperti Fiqh al Islama

wa adillatuh karya Wahbah az Zuhaili, kemudian Ushul Fiqh seperti

Ilmu ushul al fiqh karya Abdul wahhab khallaf, tafsir ayat al

ahkam karya Ali asshabuni dan Ali as sais. Oleh karenanya

kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan pun tidak berbeda dari apa

yang pernah ada sebelumnya. Hanya saja deskripsi yang dibuat

lebih mudah dipahami. Sehingga, bagi sebagian kalangan menganggap

bahwa kajian-kajian islam sekarang tidak lebih sebgai repitisi

(pengulangan )semata.

Kajian lain yang bukan dalam wilayah fiqih, ushul maupun ilmu

naqliyat lainnya, juga banyak berkembang dalam tema-tema dakwah.

Tidak sedikit karya yang dihasilkan dalam bentuk kajian ini. yang

menjadi berbeda, walaupun yang diangkat materi dakwah dan

bersegementasi untuk masyarakat biasa (non intelektual), namun 20

pembahasannya tidak luput dari penjabaran (bayan) seputar nash-

nash yang menjelaskan tema-tema yang diangkat. Karya-karya yang

dihasilkan seperti Syumul al islam oleh Dr. Yusuf al Qardlawi, al

islam wal audha’ al iqtishadi oleh Muhammad al ghazali, al jihad

fi al islam oleh Dr Ramadhan al buthi, taribiyat al awlad oleh

Dr. Nasih Ulwan.

Beberapa karya tandingan yang fungsinya sebagai jawaban ataupun

klarifikasi tentang kesalahfahaman pihak luar dalam memandang

islam, bisa kita temui seperti bukunya Dr. Muhamad Imarah yang

berjudul al Islam Fi Uyun al gharb yang menjawab tuduhan-tuduhan

orientalis tentang pandangan negatif terhadap islam. Kemudian ada

juga buku yang ditulis Dr. Yusuf al Qardlawi yang berjudul

Tarikhuna muftara alaih, berisi tentang jawaban untuk pihak-pihak

yang keliru menilai sejarah islam yang dianggap penuh pertumpahan

darah dan permusuhan.

Dalam kajian dan pengembangan ilmu-ilmu ekonomi yang berbasis

islam bisa kita temui dari banyak karya mereka yang meneliti

tentang ekonomi islam. Diantaranya adalah ensiklopedi ekonomi

islam yang ditulis oleh Prof. Dr. Rif’at al awwadhi. Kemudian ada21

juga yang memfokuskan kajiannya pada aspek perbankan islam

seperti buku Tathwir al a’mal al mashrafiyyah oleh Dr. Sami Hasan

ahmad Mahmud. Ada yang fokus pada kajian konsep profit dalam

perbankan seperti buku Nazariyat al arbah fi al masharif al

islamiyah oleh Dr. Isa Dhaifullah al manshur. Ada yang membahas

tentang aliran dalam ekonomi islam seperti buku al mazhab al

iqtishadi fi al islam oleh Dr. Muhammad Syauqi al finjari.

Selain dalam bentuk buku yang diterbitkan, kajian keislaman yang

ada di timur tengah juga banyak dipublikasikan dalam bentuk

kumpulan artikel dalam bentuk Mausu’at yang diterbitkan kerjasama

atara wizarat al awqaf (menteri wakaf) mesir dan Majlis syu;un

a’la al islamif. Ada juga kumpulan artikel seputar kajian islam

dan syariayh yang dipublikasikan dalam bentuk jurnal oleh

Universitas kuwait.

Meskipun kebanyakan kajian islam yang dikembangkan di timur

tengah menggunakan metode bayani, namun ada juga sebagian

intelektual muslim di sana, yang menggunakan metode burhani.

22

Mereka inilah yang mencoba membuka jalan baru untuk memahami

islam dari sudut pandang yang berbeda. keinginan mereka sangat

sederhana, bagaiamana islam yang selama ini dipahami semata

berdasar teks dan menempatkannya dalam kedudukan lebih tertinggi

dari segala-galanya, kemudian berusaha mengkompromikan dengan

potensi akal. Oleh karennya, kajian keislaman yang dikembangkan

selalu mengkaikan dengan bebrapa pendekatan sesuai dengan

realitas kehidupan sosial keagamaan dan sosial keislaman.

Sebut saja karya Ali abdur raziq (Mesir) yang berjudul al Islam

wa ushul al hukm,dengan pendekatan sejarah beliau merakit fakta

dan sampai pada kesimpulan akhir bahwa tidak ada hubungan antara

islam dan politik, dengan demikian tidak ada negara islam. Hal

yang sama juga dituliskan tentang sekularisasi ini, hanya saja

kalau sebelumnya sebatas ide dasar, maka Muhammad Charfi

(Tunisia) dengan karyanya Islam et liberte. Le malentendu

hstorique (islam dan kebebasan; kesalahpahaman historis)

merumuskan dengan konkrit bagaimana mengakomodasi sekularisme

dalam konteks islam.17

17 Abdou Filali Ansary, Pembaruan Islam; dari mana hendak ke mana (Jakarta; Mizan, 2009), h.247

23

Dengan pendekatan lingustik, Muhammad Syahrur (Syiria) dalam

karyanya al Kitab wal Quran, Qira’ah al Muashirah, mengkaji

tentang problematika ilmu pengetahuan humaniaora dan dialektika

manusia dengan bersandar pada latar belakan ilmiah ilmu

pengetahuan abad ke dua puluh. Dan dari buku ini di klaim

berhasil menyusun teori orisisnil tentang pengetahuan manusia

yang didasarkan pada al quran al karim.

Penutup

Studi islam di wilayah manapun berada, selalu membuka diri

terhadap pengembangan metode yang diterapkan. Oleh sebab itu

apapun metode yang digunakan, sebatas pada pencarian sebuah

kebenaran ilmiah, dan dikembangkan di lingkungan akademis, maka

itu sah-sah saja, dan bahkan menjadi khazanah keilmiahan islam

itu sendiri, meskipun diakui masih banyak terdapat kekurangan di

sana- sini. Namun, satu hal yang perlu ditanamkan pada setiap

diri pengkaji, hendaknya berlaku fair dalam menilai dan jujur

ketika menarik kesimpulan ini diharapkan lebih mendekatkan pada

objektifitas sebuah hasil studi.

24

Tidak ada yang lebih unggul dalam kajian keislaman, apakah ia

bermula dari wilayah timur ataupun barat. Sepanjang metode dan

metodologi yang dipakai benar dan data yang ada valid dan bisa

diverifikasi, maka kesimpulan yang didapatkan juga akan benar.

Selanjutnya, kalaupun ada kekurangan, itu akan berevolusi dan

terseleksi secara alamiah, apakah penemuan-penemuan baru itu bisa

dipakai atau tidak. Jadi sebuah justifikasi terhadap kebenaran,

terpulang pada sejauh mana kesimpulan itu sesuai dengan apa yang

digariskan dalam teks-teks.

25

Daftar Pustaka

‘abid al jabiri Muhammad, Bunyat al Aql al arabi, Beirut, Markaz dirasahal wihdah, 1990.

Anwar , Rosihan, et all, Pengantar Studi Islam, Bandung, CV Pustaka setia, 2009.

Filali Ansary, Abdou, Pembaruan Islam; dari mana hendak ke mana, Jakarta; Mizan, 2009.

Karta Nagara, Mulyadhi, Reaktualisasi tradisi Ilmiah Islam, Jakarta; Baitul ihsan, 2006.

Nata, Abuddin, Metodologi Sudi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Rosenthal, Franz, Knowledge Triumphant, Leiden, 1970.

26