Upload
uinsu
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Studi Islam di Timur Tengah
(Sebuah Pengantar Model Kajian Islam Bagi Ilmuan arab)
Oleh : Fery Ramadhansyah
Pendahuluan
Satu hal yang menarik dari Agama Islam, bahwa islam bukan sebatas
kepercayaan yang dianut oleh pemenluknya saja. Islam menjadi
sangat penting karena disamping fungsinya sebagai subjek, bisa
juga dijadikan objek. Ketika islam diletekkan sebagai subyek,
yang dalam hal ini mutlak kekuatan / Kehendak Allah, Nabi dan
rasulnya mengambil peran penting dalam menuntun, mengarahkan dan
membawa umat kepada petunjuk, namun ketika ia dijadikan objek,
maka, melalui kitab sucinya –baca; al Quran- justeru berfungsi
sebgai petunjuk1 yang mengantarakan sutu masyarakat menuju sebuah
peradaban.
Dari sinilah kemudian, ketika islam dijadikan objek kajian, yang
kemudian disebut dengan dirasat al islamiyyah (Islamic studies),
menjadikannya materi yang memiliki multi knowledge (pengetahuan)
ditinjau dari berbagai aspeknya. Dan jauh sebelum munculnya
kesadaran Barat – Eropa- mempelajari tentang islam dan dunia
1 Lihat QS:Al Baqarah:2, disitu Allah jelaskan bahwa al Kitab (al quran) berfungsi sebagai petunjuk (guidence) yang bisa dimanfaat bagi orang-orang yang percaya akan kebenaran kitab tersebut. Oleh karenanya, banyak ilmuan-ilmuan muslim klasik dan juga kekinian, yang selalu menjadi al quran sebagai inspirasi bahkan sumber pengetahuan.
1
timur (orientalisme), umat islam terlebih dahulu menjamah sisi
pengetahuan yang di gali dari Islam.
Studi islam atau seperti Hussein Nasr sebutkan Sains islam sudah
dikembangkan oleh umat islam sejak abad islam kedua.2 Dan kini,
kajian-kajian keislaman masih terus dikembangkan, khususnya
dikawasan timur tengah. Hanya saja kalau dulu tidak dikenal
specialisasi bagi cendikia ataupun ulama islam, kini kajian
tersebut digarap oleh masing-masing ahli dibidangnya. Bahkan
istilah ulama dan cendikia justru menjadi dua hal yang berbeda di
dunia muslim modern.
Lalu, bagaimana model kajian islam di timur tengah tersebut.
Metode apa yang mereka pakai dan apa sumbangsihnya bagi
perkembangan dan pembangunan bangsa saat ini. Berikut ini adalah
pemakaran singkat yang akan saya jelaskan.
Islam Agama Peradaban
Peradaban sebuah bangsa tidak muncul begitu saja. Peradaban
adakalanya berkembang dari internal masyarakatnya melalui
dinamika ilmu pengetahuan yang berkembang didalamnya. Dan tidak
sedikit, peradaban yang muncul dari pengaruh interkasi kebudayaan
dan tradisi ilmiah yang berkembang di negara tetangganya. Namun,
yang paling istimewa bagi peradaban yang sempat berkembang di
kawasan belahan dunia arab, adalah karena spirit peradabannya
2 Abuddin Nata, Metodologi Sudi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007),p.151
2
ditiupkan oleh semangat keilmuan yang dimiliki oleh umat islam
ketika itu.
Dalam al quran sendiri terdapat banyak kata semisal ‘ilm
digunakan agar umat senantias belajar. Kata-kata yang memiliki
sinonim dengannya seperti tatafakar, tadabbar, ulil al
bab,tafaqqah, ta’qilun dan lain sebagainya, menunjukkan bukti
kepedulian islam terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. Bahkan,
satu perintah yang secara implisit maknanya sebagai sebuah
perintah kepada umat islam agar meggunakan sarana bacaan sebagai
proses pembelajaran, benar-benar menjadi simbol bahwa islam
mendorong pada keilmua.3 Perintah sekaligus wahyu pertama bagi
nabi ini, menjelaskan kembali pada kita agar senantiasa berusaha
mengembangkan budaya pengetahuan. Oleh sebab itu tidak heran jika
Franz Rosenthal penulis buku Knowledge Triumphat (Keagungan ilmu)
dalam islam disimpulkan bahwa “ilmu adalah islam”.4
Ini semua tidak bisa dilepaskan dari kesungguhan orang arab –
yang kali ini kita sebut timur tengah- dalam memahami islam
sebagai cara pandang (worldview) ilmu pengetahuan lalu
mengembagkannya dengan model dan metode yang dirumuskan baik
melalui adopsi dari metodi befikir Filsafat Yunani, maupun yang
dibangun secara mandiri.
3 Lihat QS. Al Alaq : 1
4 Franz Rosenthal, Knowledge Triumphant, (Leiden, 1970),h.193
Setidaknya ada dua fase yang bisa dilacak, sebagai pembasisan
atau mulanya pembentukan cara pandang tentang ilmu tersebut
dimiliki oleh islam;
Pertama: Periode Makkah, dimana wahyu turun bercerita tentang
konsep Tuhan dan keimanan terhadapnya, hari berbangkit, surga,
neraka, baik, buruk dan penciptaan. Kesemuanya ini menjadi
elemen penting membentuk struktur cara pandang bagaimana umat
islam harus melihat ilmu dari sudut pandang kesatuan (fisafat
tauhidic). Dengan kata lain bahwa di periode ini hanya menekankan
konsep tauhid dan teologi yang bersifat metafisik.
Kedua: Periode Madinah, dimana wahyu juga turun di penghujung
periode makkah diteruskan periode madinah, mengandung struktur
fundamental scientific worldview, seperti struktur tentang
kehidupan (life-structure), dunia, ilmu pengetahuan, etika dan
manusia. Yang semuanya itu sangat potensial bagi timbulnya
kegiatan keilmuan.Istilah-istilah konseptual seperti ilm, iman, usul,
kalam, nazar, wujud,tafsir, ta'wil, fiqh, khalq, halal, haram, iradah dan lain-lain
telah memadahi untuk dianggap sebagai kerangka awal konsep
keilmuan (pre-scientific conceptual scheme), yang juga berarti lahirnya
elemen-elemen epistemologis yang mendasar dalam pandangan hidup
Islam.5
5 Hamid Fahmi Zarkasyi, Membangun Peradaban Islam Dengan Ilmu Pengetahuan, (makalah mata kuliah umum yang disampaikan pada pembukaan program pascasarjanabidang pendidikan islam, di Universitas Ibnu Khaldun, Bogor) tanggal 11 agustus 2007
4
Tercatat bahwa tradisi intelektual dalam islam juga memilki
medium transformasi dalam bentuk institusi pendidikan pertama
kali yang di berinama as Shuffah dan komunitas intelektualnya
disebut ashab al suffah. Di tempat ini kandungan wahyu dan hadis-
hadis nabi (sebagai materi) di kaji. Lalu munculah, katakan
semacam alumni dari wadah ini pakar-pakar hadis seperti Abu
Hurairah, Abu zar al Ghifari, Salman Al farisi, Abdullah bin
mas’ud dan lain sebagainya.
Dimasa ke khalifah Umayyah, Proses pendidikan diselenggarakan di
mesjid-mesjid dengan sistem halaqoh-halaqoh. Ilmu yang dipelajari
masih yang bersifat agama seperti ; Hadis, Bahasa, Arab, Tafsir,
fikih dan lainnya.
Di masa Abbasiyah, selain masjid sebagai pusat studi islam, ada
semacam perpustakaan seperti Dar al Imi dan Dar al Kutub. Di
tempat ini pejabat dan masyarakat umum mengkaji berbagai macam
ilmu pengetahuan.6
Selain itu kegiatan keilmuan juga berkembang dengan maraknya
aktifitas penterjemahan yang dilakukan bangsa arab ketika itu
terhadap karya-karya Yunani. Para penterjemah yang terkenal
seperti Abu Yahya ibn al-Bathriq, Thabit ibn Qurrah (836-901),
Sinan, Ibrahim, Abu Faraj dan al-Battani dan Hunnayn bin ishaq
dan Ishaq bin Hunayn. Karya-karya Yunani yang sempat 6 Geroge Makdisi, “Muslim Institutions of Leraning in Eleventh-Century Baghdad” dalam Geroge Makdisi,Religion , Law and Learning in Classical Islam, Variorum, Great Britain, 1991, Bab VIII, hal. 4-8.
5
diterjemahkan seperti Hermeneutica, Categories, Physics, Magna Moralia karya
Aristotle, juga Republic, karya Plato. Juga karya-karya Galen,
Hippocrates, Ptolemus, Euclid dan Almagest.7
Oleh karenanya, tidak heran kalau banyak ilmuan islam yang muncul
dari kawasan arab. diantara saintis yang dapat disebutkan adalah
Khalid Ibn Yazeed (w.701), Jabir Ibn Haiyan /Geber (w. 721)
keduanya pakar Kimia, al-Khawarizmi /Algorizm (w. 780) pakar
Matematika dan astronomi, Ibn Ishaq Al-Kindi /Alkindus (w.800)
pakar falsafah, fisika dan optik, Hunain Ibn Is'haq (w.808) pakar
kedokteran dan penterjemah, Thabit Ibn Qurrah /Thebit (w.836),
pakar Astronomi dan mesin, Al-Battani /Albategnius (w.858), pakar
astronomi dan mathematika, Al-Razi /Rhazes (w.884) pakar
kedokteran, optik dan kimia, Al-Farabi /Al-Pharabius (w.870)
pakar falsafah, Logika, sosiologi, sains dan musik, Thabit Ibn
Qurrah (w.908) pakar kedokteran dan mesin, Ibn Al-Haitham
/Alhazen (w.965) pakar fisika, optik dan matematika, Abu Raihan
Al-Biruni (w.973 ) pakar Astronomy dan Mathematika, Ibn Sina /
Avicenna (w. 980) pakar kedokteran, filsafat dan matematika, Al-
Zarqali / Arzachel(w. 1029) pakar Astronomy (penemu Astrolabe),
Omar Al-Khayyam (w. 1044 ) pakar Mathematika dan penyair, Ibn
Zuhr /Avenzoar (w. 1090) pakar bedah dan kedokteran, Ibn Bajah
Mohammad Ibn Yahya /Avenpace (w. 1095 ) pakar filsafat dan
kedokteran, Ibn Rushd /Averroes (w. 1128) pakar Fikih, filsafat
dan kedokteran Abdel-al Rahman AlKhazin (w. 1155) pakar
7 Hamid Fahmi Zarkasyi, Op.cit., h, 126
Studi Islam di masa klasik
Pada masa klasik dahulu, kecenderungan pengkajian islam terbatas
pada pengetahuan yang sifatnya dogma atau yang disebut ulum al
naqliyah( ilmu-ilmu agama).8 Kajian ini mengetengahkan enam
bidang ilmu agama, yaitu ilmu alquran, ilmu hadis, fiqih dan
ushul fiqh, ilmu kalam, tasawuf dan tabir mimpi.9
Studi al quran mempelajari tentang qiraat al quraan, asbab al
nuzul, kritisisme historis( ilmu makiyyah dan madaniyyah), I’jaz
al quran. Keempat ini menjadi pokok kajian dalam studi al quran
yang sekarang dikenal dengan ulumul quran.10 Kajian ini menjadi
sangat penting, mengingat kedudukan alQuran sebagai pedoman dan
rujukan utama bagis segala rujukan basis bagi segala ilmu.
selain sebagai pedoman hidup menuju perbekalan di akhirat, al
quran merupakan sumber pengetahuan.
8 Pengkajian ilmu pengetahuan pada masa itu dibagi menjadi dua. Al ulum al naqliyah (ilmu-ilmu agama) dan al ulum al aqliyah (ilmu rasional). Lihat ibnu khaldun dalam Muqaddimahnnya dan kitab al I’bar.
9 Mulyadhi Karta Nagara, Reaktualisasi tradisi Ilmiah Islam, (Jakarta; Baitul ihsan, 2006),h.118
10 Ibid., h.1198
Pada fokus qira’at al quran, studi ini menitikberatkan pada
kajian seputar tujuh riwayat bacaan yang sempat diakui oleh rasul
dalam membaca al quran. Ketujuh bacaan ini dinistakan kepada
nama-nama terkenal yaitu ; abdullah ibn katsir, ashim bin abu al
nujud, abdullah bin amir, ali bin hamzah, abu amir bin al a’la,
hamzah bin habib dan nafi bin abu mu’aym.
Pada asbab an nuzul dikaji tentang kontekstual al quran. Para
sarjana menyadari betapa tidak mungkin untuk mengetahui firman
Tuhan dengan baik tanpa mengetahi kapan sebuah wahyu diturnkan,
apa konteks yang melatarbelakagin turunnya sebuah ayat dan apa
situasi sebenarnya yang hendak direspon olehnya.
Diantara karya yang telah dihasilkan dari penlitian ini misalnya
kitab asbab al nuzul karang ali ahmad awahidi. Selain itu dengan
judul yang sama, lubab al nuwqul fi asbab al nuzul ditulis oleh
Jalal al din as suyuthi.
Selanjutnya ilmu makiyyah dan madaniyyah, mengkaji seputar
kritisisme historis pewahyuan al quran. Penelitian ini ingin
menjawab tiga pertanyaan : Pertama; kepada siapa ayat-ayat
9
tertentu dialamatkan, Kedua; ilmu kritik historis ini juga
penting ketika kita meneliti islam sebagai sebuah gerakan dalam
sejarah. Ketiga ; ada juga penelitian yang diarahkan pada
kelompok ayat-ayat yang secara geografis ditunkan di madinah,
tetapi yang dialamtkan justru untuk orang-orang mekkah. Dan
sebaliknya.
Untuk ilmu hadist, wilayah kajiannya seputar ilmu riwayat
(reportase), ilmu rijal al hadis, ilmu gharib al hadis, ilmu
jarah wa ta’dil dan ilmu mukhtalaf al hadits.
Ilmu riwayat menjadi sangat penting sebgai sumber kedua islam
dan sebagai tafsir bagi al quran. Ilmu ini menjadi sangat rumit,
mengingat semasa hidup nabi, beliau melarang perkataannya untuk
dicatatkan. Oleh karenanya para sarjana hadis melakukan
penelitian terhadap periwayatan hadis engan cara mempelajari
naskah naskah hadis yang ada, mata rantai perawi hais dan
mengklasifikasi mereka dnegan cara tetentu sehingga mudah untuk
ditelusuri. Dari sini muncul satu cabang ilmu ang disbut ilmu al
riwayah (reportase)
10
Kalau pada ilmu riwayat, siapa saja mata rantai perwai hadis yang
memiliki satu jalinan dalam penyampaian materi hadis hingga
sampai pada rasul, maka ilmu rijal hadis menyelidiki tentang
perihal khidupan perawi tersebut. Karena baik buruknya kualitas
sebuah hadis tergantung kualitas pribadi perawinya. Ini meliputi
kekuatan ingatannya, reputasi moral, kemampuannya untuk
dipercaya. Biasanya didalamnya mengkaji tentang kelahirann,
kematian, keturunan, pasangan, pekerjaan, status sosial, kondisi
ekonomi, tempat tinggal, perjalana, sikap, keputusan, kecerdasan,
ingatan dan semua data-data lain yang relevan dari seroang perawi
hadis. Diantara karya tulis yang dihasilkan dari penelitian ini
adalah kiba al isti’ab fi ma’rifat al ashab karangan yusuf bin abd al barr,
kitab Usd al ghabah fi ma’rifat al shabah oleh izz al din bin al atsir .
kitab al ishabah fi tamyiz al shahbah karang ahmad bin hajar al
asqallani.
Kemudian ilmu jarah wa ta’dil berfungsi sebagai kritik hadis. Ini
digunanak untuk mengujia semua data yang dapat diperoleh untuk
menentukan tsiqah atau tidaknya seorang perawi hadis. Salah satu
11
karya di bidang ini adlah kitab al majruhin min al muhadditsin karang
Ibn hubban,
Sedangkan ilmu gharib al hadis digunakan untuk meneliti hadis
tersebut dari sudut keanehan atau keganjilannya dengan cara
melakukan studi perbandingan terhadap semua hadis yang serumpun
untuk memastikan apakha sebuah hadis itu ganjil atau tidak. Dari
sini mucul cabang-cabang lain ilmu hadis serperti Ilal ala hadis
dan gharib al hadis. Dan setidaknya ada dua buku kita kenal
tentang ini yaitu kitab al Ilal karangan ali bin al madini.dan al
zahr al mathlul fi al khabar al ma’lul oleh ibn hajar al asqalani.
Adapun ilmu mukhtalaf al hadis berguna untuk mendamaikan atau
meselaraskan pertentangan –pertentangan yang ada pada hadis. Dari
penelitian ini munculah cabang ilmu hadis lain yang dikenal imu
mukhtalaf al hadis, dan bebrapa kitab muncul dari penelitian ini
seperti kitab ihtilaf al hadist karangan imam syafii, kitab ta’wil
mukhtalaf al ahadis oleh abdullab ibn qutaybah dan al tahqiq fi ahadits al
khilaf karangan abu faraj bin al jawzi.
12
Untuk ilmu fiqh dan ushul fiqh, membahas seputar kategorisasi
tindakan manusia yang dirangkum pada satu kerangka hukum yang di
kenal dengan hukum taklifi (wajib, sunnat, haram, makruh dan
mubah). Begitu juga dengan hukum wadh’I (syarat, bathal, mani’).
Pada ilmu ushul fiqh juga dibahas bagaimana pengambilan putusan
hukum melalui pendekatan semantik (kebahasaan) berikut metode –
metode yang dikembangkan seperti qiyas, istishan, istishab,dan
lain sebagainya. Kemudian pada ilmu fiqh dibahas tentang ibadah
dan mu’amalah yang benar di dalam islam, seperti bagaimana
tuntunan mengerjakan shalat, puasa, zakat, haji. Juga dijelaskan
tentang permasalahan nikah, waris, jual beli dan lain sebagainya.
Diantara karya-karya yang dihasilkan adalah; kitab al umm dan
kitab al risalah karangan imam syafii.
Ilmu kalam (teologi) berbicara ttentang prinsip-prinsip hukum
yang berkenaan dengan amal manusia. Disini dibicarakan tentang
prinsip-prinsip agama yang berkenaan dengan sistem kepercayaan
agama. Penelitian ini menelaah tentang hubungan tuhan, alam dan
manusia. Diantara karya yang telah dihasilkan adalah ; kitab al
intishar wa al radd ala al rawandi oleh Abd al rahman al khayyat,
13
kemudian kitab al mughni fi abwab al tawhid wa al a’dl oleh qadhi
abd jabar. Kemudian kitab al ibanah fi ushul al diniyah oleh al
asy’ari.
Adapun ilmu tasawuf mempelajari tentang dimensi esoterik, mistik
atau spiritual islam. Bertujuan untuk mendekatkan diri kepada
Allah, melalui latihan spiritual dan pembersiahan jiwa atau hati.
Penelitian ini mencakup tiga hal ; pertama : berkenaan dengan
ralitas kebenaran (hakikat). Kedua; berkenaan tentang pengetahuan
hakiki untuk bisa sampai pada realitas tersebut (ma’rifat),
ketiga; berkenaan dnegan jalan yang harus ditempuh oleh seorang
sufi (thariqat). Diantara karya yang dihasilkan adalah ; kasyf al
mahjub karangan abu utsman al hujwiri, risalah al qusyairiyah
karangn syaeikh al qusyairi, matsnawi karangan jalal al dini
rumi.
Metode Penelitian Ilmiah
Ada beberapa metode penelitian Ilmiah yang digunakan para ilmuan
arab. Sekurangnya sampai saat ini ada empat metode yang
14
dikembangkan dalam meniliti sebuah permasalahan. Keempat metode
tersebut adalah ;
Pertama : Tajribi,11 metode ini dikenal dengan metode eksperimen.
Biasanya dipakai untuk meneliti bidang-bidang empiris. Termasuk
juga didalamnhya metode observasi. Tajribi diperlukan karena
objek fisik yang diamati mata tidak selamanya membuktikan
kebenaran. Oleh karenanya dibutuh pembuktian (eksperimen )
terhadap kebenaran objek yang diamati tersebut. Metode ini
memiliki prosedural yang berujung pada penarikan sebuah
kesimpulan dengan cara deduktif (istintajiy) atau induktif
(istiqraiy).
Kedua : Burhani, yaitu satu metode logika yang digunakan untuk
menarik kesimpulan dari premis-premis yang telah diketahui,
sehingga menghasilkan kesimpulan, pengetahuan atau informasi baru
yang sebelumnya tidak diketahi. Prosedur metode ini biasanya
menempuh cara silogisme. Karena burhani menjadikan ralitas dan
teks sebagai sumber kajian. Dalam pendekatan ini ada dua ilmu
penting yaitu ilmu al lisan dan ilmu al matiq. Yang pertama
11 Mulyadi Kartanegara, op.cit., h, 18415
membicarakan lafaz-lafz kaifiyyah, susunan dan raingkaiannya
dalam ibarat-ibarat yang dapat digunakan untuk menyampaikan makan
serta cara merangkainya dalam diri manusia. Adapun yang kedua
membahas masalah mufradat dan susunan yang dengannya kita dapat
meyampaikan segala sesuatu yang bersifat indrawi.12
Ketiga; Irfani, yaitu suatu metode pemahaman yang bertumpu pada
instrumen pengalaman batin, dawq, wijdan, basirah dan intuisi.
Metode yang dipergunakan meliputi mahaj kashfi (tidak menggunakan
akal tapi butuh riyadhah dan mujahadah) dan manhaj iktishafi
(analogi).13 Metode ini disebut juga dengan metode ilmu intuitif,
karena melalui metode ini sebuah kebenaran disandarkan bukan
sekedar oleh akal dan indera, tetapi juga hati. Dan metode ini
disebut juga ilmu hudhuri (knowledge by presence).14
Keempat ; Bayani, sebagai metodologi berarti pemisahan dan
penjelasan, dan al bayan sebagai pandangan dunia yang berarti
12 Rosihan Anwar, dkk, Pengantar Studi Islam, (Bandung, CV Pustaka setia, 2009),h.246
13 Ibid., h.243
14 Mulyadhi Karta Nagara, op.cit., h.19416
keterpisahan yang jelas.15 Pada wilayah konotasi teoritis
konseptual, albayan sebgai sistem epistemologi mencakup tiga
pasangan konsep dasar: lafal ma’na, ashl-far, dan substansi –
aksidensi. Metode ini biasa dan telah lama digunakan kebanyakan
oleh fuqaha, mutakallimun dan ushulliyun.
15 Muhammad ‘abid al jabiri, Bunyat al Aql al arabi, (Beirut, Markaz dirasah al wihdah, 1990),h,55
17
Studi Islam masa kini
Umumnya kajian keislaman yang berlangsung di kawasan timur tengah
bagi kalangan ilmuan arab sama seperti model yang dikembangkan
oleh ulama klasik. Di sini, model-model kajian yang sifatnya
ilmu-ilmu naqliah, semuanya kebanyakan menggunakan metode
bayani. Sebab ilmu-ilmu naqliyah yang menempatkan teks ( nash )
objek kajian, memposisikan teks sebagai satu yang sentral dan
pengendali mutlak terhadap sebuah penarikan kesimpulan. Dan
biasanya, kajian-kajian ini lebih menempuh pendekatan semantik
(kebahasaan).
Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan pendekatan bayani
tersebut;
1. Memahami atau menganalisis teks gunamenemukan atau
mendpatkan makna yang dikandung dalam (atau dikehendaki)
lafaz. Dengan kata lain pendekatan indi dipergunakan untuk
mengeluarkan makna zahair dari lafazh dan ibarah yang zahir
pula.
18
2. Istinbat hukum-hukum dari al nusu ad diniyyah dan al quran
khususnya.16
Dalam kajian keislaman yang menggunakan pendekatan kebahasaan ini
dapat diketahui dengan mencermati hubungan antara makna dan
lafazh. Hubungan antara makna dan lafazh dapat dilihat dari
segi :
1. Makna wad’I; untuk apa makna teks itu dirumuskan, melitputi
makna khas , ‘am dan mustarak.
2. Makna isti’mali; makna apa yang digunakan oleh teks,
meliputi makna haqiwah (sarihah dan mukniyah) dan makna
majaz (sarih dan kinayah).
3. Derajat al wudhuh; sifat dan kualitas lafz, meiputi muhkam,
mufassar, nas, ahir, khafi, mushkil, mujmal, dan mutsabih.
4. Turuqu ad dalalah, penunjukan lafz tehadap makna, meliputi
daladlh al ibarah, dalalh al isyarah, dalalah al nass, dan
dalalah al iqtida’ (menurut hanafiyyah) atau dalalah al 16 Majlis tarjih muhammadiyah, “ Manhaj pengembangan pemikiran islam, diambil dari http: /www.geocities.com/tarikh/manhaj-tarjih/manhaj_pengembangan_pemikiran_islam.htm
19
mazum dan dlaalah al mafhun baik mafhum al muwafaqah maupun
mafhum al mukhalafah (menurut syafiiyyah).
Model kajian islam dengan metode bayani inilah yang sampai
sekarang masih diberlakukan oleh ulama-ulama timur tengah dalam
membahas disiplin ilmu-ilmu keagamaan yang bersifat naqliyah.
Sebut saja beberapa karaya dibidang fiqh seperti Fiqh al Islama
wa adillatuh karya Wahbah az Zuhaili, kemudian Ushul Fiqh seperti
Ilmu ushul al fiqh karya Abdul wahhab khallaf, tafsir ayat al
ahkam karya Ali asshabuni dan Ali as sais. Oleh karenanya
kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan pun tidak berbeda dari apa
yang pernah ada sebelumnya. Hanya saja deskripsi yang dibuat
lebih mudah dipahami. Sehingga, bagi sebagian kalangan menganggap
bahwa kajian-kajian islam sekarang tidak lebih sebgai repitisi
(pengulangan )semata.
Kajian lain yang bukan dalam wilayah fiqih, ushul maupun ilmu
naqliyat lainnya, juga banyak berkembang dalam tema-tema dakwah.
Tidak sedikit karya yang dihasilkan dalam bentuk kajian ini. yang
menjadi berbeda, walaupun yang diangkat materi dakwah dan
bersegementasi untuk masyarakat biasa (non intelektual), namun 20
pembahasannya tidak luput dari penjabaran (bayan) seputar nash-
nash yang menjelaskan tema-tema yang diangkat. Karya-karya yang
dihasilkan seperti Syumul al islam oleh Dr. Yusuf al Qardlawi, al
islam wal audha’ al iqtishadi oleh Muhammad al ghazali, al jihad
fi al islam oleh Dr Ramadhan al buthi, taribiyat al awlad oleh
Dr. Nasih Ulwan.
Beberapa karya tandingan yang fungsinya sebagai jawaban ataupun
klarifikasi tentang kesalahfahaman pihak luar dalam memandang
islam, bisa kita temui seperti bukunya Dr. Muhamad Imarah yang
berjudul al Islam Fi Uyun al gharb yang menjawab tuduhan-tuduhan
orientalis tentang pandangan negatif terhadap islam. Kemudian ada
juga buku yang ditulis Dr. Yusuf al Qardlawi yang berjudul
Tarikhuna muftara alaih, berisi tentang jawaban untuk pihak-pihak
yang keliru menilai sejarah islam yang dianggap penuh pertumpahan
darah dan permusuhan.
Dalam kajian dan pengembangan ilmu-ilmu ekonomi yang berbasis
islam bisa kita temui dari banyak karya mereka yang meneliti
tentang ekonomi islam. Diantaranya adalah ensiklopedi ekonomi
islam yang ditulis oleh Prof. Dr. Rif’at al awwadhi. Kemudian ada21
juga yang memfokuskan kajiannya pada aspek perbankan islam
seperti buku Tathwir al a’mal al mashrafiyyah oleh Dr. Sami Hasan
ahmad Mahmud. Ada yang fokus pada kajian konsep profit dalam
perbankan seperti buku Nazariyat al arbah fi al masharif al
islamiyah oleh Dr. Isa Dhaifullah al manshur. Ada yang membahas
tentang aliran dalam ekonomi islam seperti buku al mazhab al
iqtishadi fi al islam oleh Dr. Muhammad Syauqi al finjari.
Selain dalam bentuk buku yang diterbitkan, kajian keislaman yang
ada di timur tengah juga banyak dipublikasikan dalam bentuk
kumpulan artikel dalam bentuk Mausu’at yang diterbitkan kerjasama
atara wizarat al awqaf (menteri wakaf) mesir dan Majlis syu;un
a’la al islamif. Ada juga kumpulan artikel seputar kajian islam
dan syariayh yang dipublikasikan dalam bentuk jurnal oleh
Universitas kuwait.
Meskipun kebanyakan kajian islam yang dikembangkan di timur
tengah menggunakan metode bayani, namun ada juga sebagian
intelektual muslim di sana, yang menggunakan metode burhani.
22
Mereka inilah yang mencoba membuka jalan baru untuk memahami
islam dari sudut pandang yang berbeda. keinginan mereka sangat
sederhana, bagaiamana islam yang selama ini dipahami semata
berdasar teks dan menempatkannya dalam kedudukan lebih tertinggi
dari segala-galanya, kemudian berusaha mengkompromikan dengan
potensi akal. Oleh karennya, kajian keislaman yang dikembangkan
selalu mengkaikan dengan bebrapa pendekatan sesuai dengan
realitas kehidupan sosial keagamaan dan sosial keislaman.
Sebut saja karya Ali abdur raziq (Mesir) yang berjudul al Islam
wa ushul al hukm,dengan pendekatan sejarah beliau merakit fakta
dan sampai pada kesimpulan akhir bahwa tidak ada hubungan antara
islam dan politik, dengan demikian tidak ada negara islam. Hal
yang sama juga dituliskan tentang sekularisasi ini, hanya saja
kalau sebelumnya sebatas ide dasar, maka Muhammad Charfi
(Tunisia) dengan karyanya Islam et liberte. Le malentendu
hstorique (islam dan kebebasan; kesalahpahaman historis)
merumuskan dengan konkrit bagaimana mengakomodasi sekularisme
dalam konteks islam.17
17 Abdou Filali Ansary, Pembaruan Islam; dari mana hendak ke mana (Jakarta; Mizan, 2009), h.247
23
Dengan pendekatan lingustik, Muhammad Syahrur (Syiria) dalam
karyanya al Kitab wal Quran, Qira’ah al Muashirah, mengkaji
tentang problematika ilmu pengetahuan humaniaora dan dialektika
manusia dengan bersandar pada latar belakan ilmiah ilmu
pengetahuan abad ke dua puluh. Dan dari buku ini di klaim
berhasil menyusun teori orisisnil tentang pengetahuan manusia
yang didasarkan pada al quran al karim.
Penutup
Studi islam di wilayah manapun berada, selalu membuka diri
terhadap pengembangan metode yang diterapkan. Oleh sebab itu
apapun metode yang digunakan, sebatas pada pencarian sebuah
kebenaran ilmiah, dan dikembangkan di lingkungan akademis, maka
itu sah-sah saja, dan bahkan menjadi khazanah keilmiahan islam
itu sendiri, meskipun diakui masih banyak terdapat kekurangan di
sana- sini. Namun, satu hal yang perlu ditanamkan pada setiap
diri pengkaji, hendaknya berlaku fair dalam menilai dan jujur
ketika menarik kesimpulan ini diharapkan lebih mendekatkan pada
objektifitas sebuah hasil studi.
24
Tidak ada yang lebih unggul dalam kajian keislaman, apakah ia
bermula dari wilayah timur ataupun barat. Sepanjang metode dan
metodologi yang dipakai benar dan data yang ada valid dan bisa
diverifikasi, maka kesimpulan yang didapatkan juga akan benar.
Selanjutnya, kalaupun ada kekurangan, itu akan berevolusi dan
terseleksi secara alamiah, apakah penemuan-penemuan baru itu bisa
dipakai atau tidak. Jadi sebuah justifikasi terhadap kebenaran,
terpulang pada sejauh mana kesimpulan itu sesuai dengan apa yang
digariskan dalam teks-teks.
25
Daftar Pustaka
‘abid al jabiri Muhammad, Bunyat al Aql al arabi, Beirut, Markaz dirasahal wihdah, 1990.
Anwar , Rosihan, et all, Pengantar Studi Islam, Bandung, CV Pustaka setia, 2009.
Filali Ansary, Abdou, Pembaruan Islam; dari mana hendak ke mana, Jakarta; Mizan, 2009.
Karta Nagara, Mulyadhi, Reaktualisasi tradisi Ilmiah Islam, Jakarta; Baitul ihsan, 2006.
Nata, Abuddin, Metodologi Sudi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
Rosenthal, Franz, Knowledge Triumphant, Leiden, 1970.
26