Upload
khangminh22
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KARAKTERISTIK VELVA LABU KUNING LA3 (Cucurbita moschata)
BERDASARKAN VARIASI RASIO LABU KUNING DAN AIR,
SERTA JENIS BAHAN PENSTABIL
SKRIPSI
Oleh
Sulihati Jannah
NIM 131710101052
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
i
KARAKTERISTIK VELVA LABU KUNING LA3 (Cucurbita moschata)
BERDASARKAN VARIASI RASIO LABU KUNING DAN AIR,
SERTA JENIS BAHAN PENSTABIL
SKRIPSI
Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi pada Program Studi Teknologi Hasil Pertanian (S-1)
dan menyandang gelar Sarjana Teknologi Pertanian
Oleh
Sulihati Jannah
NIM 131710101052
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
ii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kemudahan dalam proses
pelaksanaan penelitian hingga selesai.
2. Ayahanda Ponimin dan Ibunda Sutriyani tercinta yang selalu memanjatkan
doa untuk setiap langkah anak-anaknya, memberikan kasih sayang tulus,
membimbing dan menjadikan pribadi yang lebih baik dalam menjalani
kehidupan serta motivasi dan semangat yang tiada hentinya. Semoga sehat
selalu.
3. Guru-guruku SDN 05 Sidomekar 2, MTs. Hasanuddin, SMAN 2 Tanggul, dan
seluruh dosen Fakultas Teknologi Pertanian yang telah membimbing dan
memberikan ilmunya.
4. Teman seperjuangan THP dan TEP 2013, terimakasih atas suasana
kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin selama ini.
5. Almamater Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
iii
MOTTO
“Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan”
(QS. Al- Insyirah 5-6)
“Jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar”
(QS. Al Baqarah: 153)
*) Departement Agama Republik Indonesia. 2017. Al-Qur’an dan
Terjemahannya. Bandung: CV Gema Risalah Press Bandung.
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sulihati Jannah
NIM : 131710101052
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul
“Karakteristik Velva Labu Kuning LA3 (Cucurbita moschata) Berdasarkan
Variasi Rasio Labu Kuning dan Air, serta Jenis Bahan Penstabil” adalah benar-
benar hasil karya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan
sumbernya, belum pernah diajukan kepada institusi maupun serta bukan karya
jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isi laporan ini
sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan
dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika
ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Jember, 10 Desember 2017
Yang menyatakan,
Sulihati Jannah
NIM 131710101052
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
v
SKRIPSI
KARAKTERISTIK VELVA LABU KUNING LA3 (Cucurbita moschata)
BERDASARKAN VARIASI RASIO LABU KUNING DAN AIR,
SERTA JENIS BAHAN PENSTABIL
Oleh
Sulihati Jannah
NIM 131710101052
Pembimbing
Dosen Pembimbing Utama : Ir. Giyarto, MSc
Dosen Pembimbing Anggota : Andrew Setiawan Rusdianto, S.TP., M.Si
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
vi
PENGESAHAN
Skripsi berjudul “Karakteristik Velva Labu Kuning LA3 (Cucurbita moschata)
Berdasarkan Variasi Rasio Labu Kuning dan Air, serta Jenis Bahan Penstabil”
karya Sulihati Jannah NIM 131710101052 telah diuji dan disahkan oleh Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Jember pada:
hari/tanggal : Rabu/13 Desember 2017
tempat : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.
Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Anggota
Ir. Giyarto, MSc Andrew Setiawan, S.TP., M.Si
NIP. 196607181993031013 NIP. 198204222005011002
Tim Penguji:
Ketua Anggota
Ir. Mukhammad Fauzi M.Si Dr. Ir. Maryanto, M.Eng
NIP. 196307011989031004 NIP. 195410101983031004
Mengesahkan
Dekan Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember
Dr. Siswoyo Soekarno, S.TP., M.Eng
NIP 196809231994031009
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
vii
RINGKASAN
Karakteristik Velva Labu Kuning LA3 (Cucurbita moschata) Berdasarkan
Variasi Rasio Labu Kuning dan Air, serta Jenis Bahan Penstabil; Sulihati
Jannah, 131710101052; 2017; 57 halaman; Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian; Universitas Jember.
Velva buah merupakan produk olahan dari bubur buah yang serupa dengan
es krim, namun memiliki kandungan lemak lebih rendah daripada es krim. Lemak
yang terkandung di dalam velva berasal dari lemak buah yang relatif rendah
kadarnya. Salah satu buah yang dapat digunakan dalam pembuatan velva yaitu
labu kuning LA3. Buah labu kuning sebagai bahan hasil pertanian lokal, dan
tersedia melimpah membuat buah labu kuning dapat dimanfaatkan sebagai bahan
dasar pembuatan velva. Pemanfaatan labu kuning sebagai bahan baku pembuatan
velva diharapkan dapat meningkatkan potensi labu kuning sebagai produk olahan
yang memiliki nilai tambah.
Velva buah dikatakan baik apabila memiliki tekstur halus dan kecepatan
meleleh rendah, sehingga perlu ditambahkan bahan penstabil. Bahan penstabil
berfungsi untuk mempertahankan body dan tekstur produk selama penyimpanan.
Jenis penstabil yang digunakan antara lain CMC dan gum arab. Pada pembuatan
velva konsentrasi bahan penstabil perlu dibatasi, karena jika jenis penstabil tidak
sesuai dengan karakter buah maka velva akan memiliki struktur yang kasar dan
mudah meleleh. Oleh karena itu, perlu dikaji mengenai jenis bahan penstabil yang
sesuai agar menghasilkan velva dengan tekstur lembut, overrun tinggi, dan daya
leleh rendah.
Rancangan Percobaan dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan dua faktor dan 3 kali ulangan. Faktor A yaitu rasio labu
kuning dan air. Rasio labu kuning LA3 dan air adalah A1 (200 g : 40 ml), A2 (200
g : 80 ml), A3 (200 g : 120 ml), dan A4 (200 g : 160 ml). Faktor B jenis bahan
penstabil yaitu B1 (CMC 0,5%) dan B2 (gum arab 0,5%). Parameter pengamatan
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
viii
velva labu kuning meliputi overrun, kecepatan meleleh, kecerahan, kadar beta
karoten, dan sifat organoleptik. Data yang diperoleh diolah menggunakan analisis
sidik ragam (ANOVA) dengan taraf kepercayaan 5% dan bila terdapat perbedaan
yang nyata dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DNMRT).
Analisis data dilakukan menggunakan Microsoft excel dan SPSS (Statistical
Product and Service Solutions). Data hasil pengamatan ditampilkan dalam
bentuk grafik dan pembahasan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio labu kuning dan air
memberikan berpengaruh nyata terhadap overrun, kecepatan meleleh, kecerahan,
dan kadar beta karoten, namun jenis penstabil berpengaruh tidak nyata terhadap
overrun, kecepatan meleleh, kecerahan, kadar beta karoten, kesukaan rasa,
kesukaan warna, kesukaan tekstur, kesukaan aroma, dan kesukaan keseluruhan
velva labu kuning. Berdasarkan uji kesukaan keseluruhan perlakuan terbaik
terdapat pada velva dengan rasio labu kuning dan air sebesar 200 g dan 80 ml
dengan penstabil CMC. Velva yang dihasilkan mempunyai nilai overrun 21,23%;
kecepatan meleleh 18,57%; kecerahan 46,09; dan kadar beta karoten 0,46 mg/g
bahan.
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
ix
SUMMARY
Characteristics of LA3 Pumpkin Velva (Cucurbita moschata) Based on Variations
Ratio of Pumpkin and Water, and Type of Material Stabilizer; Sulihati Jannah;
131710101052; 57 pages; Department of Agricultural Product Technology;
Faculty of Agriculture Technology; Universitas Jember.
Velva fruit is processed product from puree of the fruit which is similar to
ice cream, but have lower than ice cream’s fat. Of fat contained in velva come
from the fat of the relatively low levels. One of the fruit that can be used in the
manufacture of velva is pumpkin LA3. Pumpkin fruit as a result of local
agriculture, and there is abundant fruit making pumpkin can be utilized as the raw
material manufacture velva. Utilization of pumpkin as a raw material for the
manufacture of velva is expected to enhance the potential of pumpkin as
processed products that have added value.
Velva fruit is said to be good in having a smooth texture and speed of melt
is low, so that needs to be added material stabilizers. Stabilizer material serves to
sustain the body and texture of the products during storage. The type of stabilizer
on velva are CMC and gum Arab. The making of velva concentration stabilizer
necessary is limited, because if the type of stabilizer is incompatible with the
character of the fruit then velva will have a rough structure and easily melted.
Therefore, it needs to be examined as to the type of material the appropriate
stabilizer in order to produce a creamy texture with velva, overrun, and low
melting power.
The experimental design in this study used factorial Completely
Randomized Design with two factors and three replications. Factor A was ratio
pumpkin and water. Ratio pumpkin and water of A1 (200 g : 40 ml), A2 (20 g : 80
ml), A3 (200 g : 120 ml), and A4 (20 g : 160 ml). Factor B was type of stabilizer
B1 (CMC 0,5%) and B2 (gum Arab 0,5%). The observation parameter were
overrun, melting rate, brightness, level of beta carotene, and organoleptic
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
x
properties. The data analyzed by statistical analysis of variance (ANOVA) test on
level 95% and if there was difference continued by DNMRT test (Duncan’s New
Multiple Range Test) using Microsoft excel and SPSS (Statistical Product and
Service Solutions). The data displayed in the form of observations charts and
discussion.
The results showed that the ratio of pumpkin and water and the type of
stabilizer can effect on overrun, levels of beta carotene, but does not effect the
speed of melting, brightness, favorite flavor, favorite color, favorite texture, aroma
preferences, and overall favorite pumpkin velva. Based on the overall favorite
test, the best treatment was in the velva with the ratio of pumpkin and water 200
g and 80 ml with CMC stabilizer. The resulting Velva has an overrun value of
21.23%; melt speed 18.57%; brightness 46,09; and beta carotene content of 0.46
mg / g of material.
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
xi
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Karakteristik Velva Labu Kuning LA3 (Cucurbita moschata)
Berdasarkan Variasi Rasio Labu Kuning dan Air, serta Jenis Bahan Penstabil”.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan strata satu (S1) di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Jember.
Penyusunan skripsi dapat terselesaikan atas dukungan, bimbingan, dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih
kepada:
1. Dr. Siswoyo Soekarno, S.TP., M.Eng selaku Dekan Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Jember;
2. Ir. Giyarto, M.Sc selaku Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Teknologi Hasil
Pertanian Universitas Jember;
3. Ir. Giyarto, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Utama dan Andrew Setiawan
Rusdianto, S.TP., M.Si selaku Dosen Pembimbing Anggota yang selama ini
telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun, membimbing,
dan mengarahkan penulis dalam penulisan tugas akhir ini;
4. Ir. Mukhammad Fauzi M.Si selaku Penguji Utama dan Dr. Ir. Maryanto,
M.Eng selaku penguji anggota yang selama ini telah tulus dan ikhlas
meluangkan waktunya untuk menuntun, membimbing, dan mengarahkan
penulis dalam penulisan tugas akhir ini;
5. Bambang Heri P, S.TP., M.Si dan Nurud Diniyah, S.TP., M.P selaku Komisi
Bimbingan yang telah membantu semua kelancaran proses pelaksanaan skripsi;
6. Miftahul Choiron, S.TP., M.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
selama ini telah meluangkan waktu untuk membimbing dan menuntun;
7. Kedua orang tua Ayahanda Ponimin dan Ibunda Sutriyani serta kakak tercinta
Herlia Putri Agustin yang selalu memberikan do’a dan dukungannya serta telah
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
xii
menjadi motivasi, inspirasi, dan tiada henti memberikan dukungan moral dan
materiil selama ini;
8. Seluruh guru mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi yang
telah memberikan ilmu, bimbingan, dan dukungan selama proses belajar;
9. Seluruh karyawan dan teknisi laboratorium di Fakultas Teknologi Pertanian;
10. Teman-teman seperjuangan THP A angkatan 2013, tim projek labu kuning,
dan para sahabatku (Imroatul Hasanah, Dessy Eka, Dessy Putri Sona, dan
Riska Ari Santi) yang senantiasa menjadi penyemangat dan memberikan
bantuan serta dukungan selama ini;
11. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkn satu persatu oleh penulis yang
selalu banyak memberikan bantuan selama penelitian dan penulisan tugas
akhir ini.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kesempurnaan
sehingga perlu adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun agar skripsi ini
dapat lebih baik. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi masyarakat.
Jember, 10 Desember 2017
Penulis
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... ii
HALAMAN MOTTO ................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... iv
HALAMAN PEMBIMBING ....................................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... vi
RINGKASAN ................................................................................................ vii
SUMMARY ................................................................................................... ix
PRAKATA ..................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .............................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 4
2.1 Labu Kuning (Cucurbita moschata) ..................................... 4
2.2 Velva Buah ............................................................................. 6
2.3 Bahan Penstabil ..................................................................... 7
2.4 Bahan Tambahan dalam Pembuatan Velva ....................... 11
2.5 Teknologi Pembuatan Velva Buah ....................................... 12
2.5.1 Persiapan Bahan Baku ................................................. 12
2.5.2 Pembuatan Puree Buah ................................................ 12
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
xiv
2.5.3 Pencampuran ................................................................ 12
2.5.4 Aging dan Pembekuan ................................................. 13
2.5.5 Pembekuan dalam Freezer ........................................... 13
2.6 Karakteristik Velva Buah ..................................................... 13
2.6.1 Overrun ........................................................................ 13
2.6.2 Kecepatan Meleleh ...................................................... 13
2.6.3 Tekstur ......................................................................... 13
BAB 3. METODE PENELITIAN .............................................................. 14
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 14
3.2 Bahan dan Alat Penelitian .................................................... 14
3.2.1 Bahan Penelitian .......................................................... 14
3.2.2 Alat Penelitian ............................................................. 14
3.3 Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 14
3.3.1 Rancangan Percobaan .................................................. 14
3.3.2 Rancangan Penelitian ................................................... 15
3.4 Variabel Pengamatan ............................................................ 18
3.5 Prosedur Analisis ................................................................... 19
3.5.1 Analisis Sifat Fisik ....................................................... 19
3.5.2 Analisis Sifat Kimia ..................................................... 20
3.5.3 Uji Organoleptik .......................................................... 20
3.6 Analisis Data .......................................................................... 21
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 22
4.1 Sifat Fisik Velva Labu Kuning ............................................. 22
4.1.1 Overrun ........................................................................ 22
4.1.2 Kecepatan Meleleh ...................................................... 24
4.1.3 Kecerahan (Lightness) ................................................. 25
4.2 Sifat Kimia Velva Labu Kuning ........................................... 27
4.2.1 Kadar Beta Karoten ..................................................... 27
4.3 Uji Organoleptik Velva Labu Kuning ................................. 29
4.3.1 Kesukaan Rasa ............................................................. 29
4.3.2 Kesukaan Warna .......................................................... 31
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
xv
4.3.3 Kesukaan Aroma ......................................................... 32
4.3.4 Kesukaan Tekstur ........................................................ 33
4.3.5 Kesukaan Keseluruhan ................................................ 35
BAB 5. PENUTUP ....................................................................................... 37
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 37
5.2 Saran ....................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 38
LAMPIRAN ................................................................................................... 42
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Kandungan gizi pada labu kuning per 100 g bahan ................................. 5
3.1 Kombinasi perlakuan ............................................................................... 15
3.2 Formulasi velva labu kuning LA3 ............................................................ 16
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Labu kuning LA3 ..................................................................................... 4
2.2 Struktur kimia CMC (Carboxy Methyl Cellullose) .................................. 8
2.3 Mekanisme reaksi pembuatan CMC ......................................................... 9
2.4 Struktur kimia gum arab ........................................................................... 11
3.1 Diagram alir pembuatan puree labu kuning ............................................. 17
3.2 Diagram alir pembuatan velva labu kuning ............................................ 18
4.1 Overrun velva labu kuning LA3 .............................................................. 22
4.2 Kecepatan meleleh velva labu kuning LA3 ............................................. 24
4.3 Kecerahan velva labu kuning LA3 ........................................................... 26
4.4 Kadar beta karoten velva labu kuning LA3 ............................................. 28
4.5 Skor uji kesukaan rasa velva labu kuning LA3 ........................................ 30
4.6 Skor uji kesukaan warna velva labu kuning LA3 .................................... 31
4.7 Skor uji kesukaan aroma velva labu kuning LA3 .................................... 33
4.8 Skor uji kesukaan tekstur velva labu kuning LA3 ................................... 34
4.9 Skor uji kesukaan keseluruhan velva labu kuning LA3 ........................... 36
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A. Data hasil analisis sifat fisik velva labu kuning LA3 ................ 42
Lampiran B. Data hasil analisis sifat kimia velva labu kuning LA3 .............. 46
Lampiran C. Data hasil analisis organoleptik velva labu kuning LA3 ........... 48
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Velva buah dapat diartikan sebagai produk olahan dari puree buah dengan
campuran gula dan bahan penstabil yang dibekukan sehingga diperoleh produk
dengan tekstur yang halus dan menyerupai es krim. Velva buah sebagai salah satu
jenis makanan beku pencuci mulut yang memiliki kadar lemak jauh lebih rendah
dibandingkan dengan es krim. Velva buah dalam pengolahannya tidak ada
penambahan lemak susu. Lemak yang dikandungnya hanya berasal dari lemak
yang ada pada buah yang digunakan, sehingga cocok dikonsumsi keompok
vegetarian maupun orang-orang yang sedang diet rendah lemak. Velva buah
memiliki kandungan vitamin dan serat kasar yang tinggi karena bahan dasar yang
digunakan hanya buah saja (Rini dkk., 2012).
Karakteristik mutu velva buah ditentukan oleh tekstur yang dihasilkan.
Tekstur velva dipengaruhi oleh jenis dan jumlah bahan penstabil yang digunakan
serta kandungan total padatan. Jika faktor-faktor ini tidak tepat maka akan
dihasilkan velva buah dengan tekstur yang kasar dan cepat meleleh. Velva buah
dapat dibuat dengan campuran dari puree buah, gula, dan bahan penstabil. Dengan
adanya penambahan gula sebagai pemanis menyebabkan nilai kalori pada produk
velva menjadi tinggi. Bahan-bahan tersebut kemudian dibekukan dalam alat
pembeku es krim untuk memperoleh tekstur yang halus.
Pada penelitian sebelumnya telah digunakan buah sirsak, jambu biji,
nanas, dan labu jepang sebagai bahan baku pembuatan velva (Rini dkk., 2012).
Jenis komoditi lain yang berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan
velva adalah labu kuning. Menurut Purwanto dkk., 2013 bahwa produksi labu
kuning di Indonesia saat ini sangat besar dan produksinya meningkat dari tahun ke
tahun yaitu pada tahun 2001 sebanyak 96,667 ton, 103,451 ton pada tahun 2003,
212,697 ton pada tahun 2006 dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 369,846
ton. Namun, jenis labu kuning yang ditanam di Indonesia bermacam – macam,
salah satunya yaitu labu kuning LA3. Labu kuning LA3 merupakan jenis labu air
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
2
turunan ke-3 yang dihasilkan dari persilangan yang dihanya diambil bijinya. Labu
kuning LA3 di Desa Tegal Rejo Kecamatan Tegal Sari Kabupaten Banyuwangi
Propinsi Jawa Timur hanya dimanfaatkan bijinya sedangkan daging buahnya
untuk pakan ternak dan sebagai limbah, sehingga diperlukan pemanfaatan lebih
lanjut. Pemanfaatan labu kuning sebagai bahan baku pembuatan velva diharapkan
dapat meningkatkan potensi labu kuning sebagai produk olahan yang memiliki
nilai tambah.
Buah labu kuning sebagai bahan hasil pertanian lokal, tersedia melimpah
dan harganya relatif murah membuat buah labu kuning dapat dimanfaatkan
sebagai bahan dasar pembuatan velva. Berdasarkan nilai nutrisinya labu kuning
mengandung beta karoten sebanyak 19,9 mg/100 g bahan, energi 2,9 kalori,
protein 1,1 gram, lemak 0,3 gram, dan kalsium 4,5 mg (Departemen Kesehatan
RI, 1996). Kandungan β-Karoten yang tinggi memiliki keunggulan dapat
meningkatkan sistem imunitas serta mencegah penyakit jantung dan kanker. Labu
kuning sangat baik dikonsumsi oleh anak-anak maupun orang tua. Pemanfaatan
labu kuning sebagai produk makanan masih sangat sederhana, demikian juga
dalam penyajiannya. Pengolahan labu kuning menjadi velva buah dapat
mengantisipasi hasil panen labu yang berlebih dan pemanfaatan limbah labu
kuning, serta memperpanjang masa simpannya. Hal ini diharapkan akan dapat
memberikan nilai tambah dan nilai guna labu kuning.
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa permasalahan
yang terjadi pada pembuatan velva salah satunya tekstur velva yang dihasilkan
kasar dan terbentuknya kristal es yang besar. Hal ini terjadi karena stabilitas
sistem emulsi yang terbenuk rendah, sehingga sistem menghasilkan kristal-kristal
es yang berukuran besar. Untuk mengatasi hal tersebut perlu ditambahkan bahan
penstabil. Bahan penstabil sangat penting dalam mempengaruhi mutu produk
makanan beku. Penambahan bahan penstabil berfungsi untuk meningkatkan
viskositas, menunda pembentukan kristal es yang besar, dan menghasilkan tekstur
yang lembut (Sakawulan dkk., 2014). Bahan penstabil yang umum digunakan
pada pembuatan velva yaitu CMC, gum arab dan gelatin. CMC mempunyai
banyak kelebihan dibandingkan dengan bahan penstabil lainnya diantaranya
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
3
kemudahan larut dalam air, tidak berwarna dan harga yang relatif murah
dibandingkan dengan bahan penstabil lainnya (Rini dkk., 2012). Dalam penelitian
ini diharapkan dapat diperoleh jenis bahan penstabil yang sesuai untuk
memperbaiki mutu velva labu kuning.
1.2 Perumusan Masalah
Pemanfaatan labu kuning LA3 yang belum optimal, membutuhkan variasi
dalam pengolahannya. Salah satu upaya diversifikasi pengolahan labu kuning
LA3 adalah mengolah labu kuning LA3 menjadi velva. Kelemahan yang sering
terjadi dalam pembuatan velva buah adalah dihasilkan tekstur yang kasar. Tekstur
kasar pada velva buah disebabkan kurangnya atau tidak adanya stabilizer. Untuk
itu diperlukan bahan penstabil yang bisa memperbaiki tekstur velva yang
dihasilkan. Mutu velva dipengaruhi oleh bahan penstabil yang digunakan. Bahan
penstabil makanan yang sering digunakan adalah CMC dan gum arab. Namun
belum diketahui dari kedua jenis bahan tersebut yang baik untuk velva labu
kuning LA3. Untuk itu diperlukan penelitian mengenai pengaruh jenis bahan
penstabil CMC dan gum arab terhadap mutu sensori dan fisikokimia velva labu
kuning LA3 yang dihasilkan.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain:
a. mengetahui karakteristik fisikokimia dan organoleptik velva labu kuning, dan
b. mengetahui perlakuan terbaik pembuatan velva labu kuning dengan variasi
penambahan bahan penstabil CMC dan gum arab.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain:
a. sumber informasi untuk meningkatkan pemanfaatan buah labu kuning LA3
untuk produk pangan, dan
b. meningkatkan nilai guna dari labu kuning LA3.
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Labu Kuning LA3
Labu kuning merupakan salah satu tanaman yang banyak tumbuh di
Indonesia. Labu kuning dikenal dengan sebutan labu parang (Jawa Barat), Waluh
(Jawa Tengah), dan Pumpkin (Inggris) (Suprapti., 2005). Jenis labu kuning ini
termasuk sayuran menjalar dari famili Cucurbitaceae yang tergolong dalam jenis
tanaman semusim yang setelah berbuah akan langsung mati (Wahyuni, 2015).
Tanaman labu kuning terdiri atas beberapa jenis atau varietas, baik varietas lokal
maupun varietas yang dari negara lain. Beberapa jenis labu kuning varietas lokal
yang sering ditanam para petani yaitu bokor atau cerme, kelenting, dan ular
(Suprapti, 2005). Namun, terdapat varietas lain yaitu labu kuning LA3. Labu
kuning LA3 merupakan labu kuning yang dihasilkan dari persilangan generasi
ketiga yang hanya diambil bijinya saja sedangkan bagian daging dibuang sebagai
pakan ternak. Labu kuning ini ditanam di Desa Tegalrejo dan Padangbulan
Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi. Umumnya masa panen buah labu
kuning dilakukan setelah labu kuning berumur 3 – 4 bulan. Labu kuning varietas
LA3 dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Labu Kuning LA3 (Sumber: dokumen pribadi)
Daging labu kuning LA3 yang dibuang sebagai pakan ternak dan
mencemari lingkungan dapat dimanfaatkan sebagai produk, sehingga daging labu
kuning tersebut memiliki nilai tambah. Buah labu kuning yang telah dibelah
mudah mengalami kerusakan sehingga memerlukan pengolahan lebih lanjut
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
5
(Ranonto dkk., 2015). Untuk itu diperlukan diversifikasi pangan yang dapat
memanfaatkan labu kuning LA3 sebagai produk yang nilai guna tinggi.
Pengolahan labu kuning dilakukan untuk mendapatkan kandungan nutrisi
namun, tidak didapatkan dari buah segar. Labu kuning mengandung vitamin A, B,
dan C, mineral, karoten (pro vitamin A) serta karbohidrat, namun labu kuning
tidak tinggi kalori sehingga tidak mengkhawatirkan bagi yang sedang diet rendah
kalori yaitu 29 kalori dalam 100 g (Anam dkk., 2010, Manasika dkk., 2015,
Rahmi, 2011). Kandungan gizi pada labu kuning terdapat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kandungan gizi pada labu kuning per 100 g bahan
No. Kandungan Gizi Kadar/100 g bahan
1 Energi (kkal) 2,9
2 Protein (g) 1,1
3 Lemak (g) 0,3
4 Karbohidrat (g) 6,6
5 Kalsium (mg) 4,5
6 Fosfor (mg) 64
7 Zat besi (mg) 1,4
8 Vitamin A (SI) 180
9 Vitamin B (mg) 0,9
10 Vitamin C (mg) 52
11 Air (g) 91,20
12 BDD (%) 77
Sumber: Departemen Kesehatan RI (1996)
Kadar beta karoten daging buah labu kuning segar adalah 19,9 mg/100 g
(Gardjito dkk., 2005). Warna kuning daging buah menunjukkan bahwa labu
mengandung salah satu pigmen karotenoid, diantaranya adalah beta karoten. Beta
karoten di dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A yang bermanfaat untuk
pertumbuhan, pemeliharaan jaringan tubuh dan penglihatan, reproduksi,
perkembangan janin serta untuk mengurangi resiko timbulnya penyakit kanker
dan hati (Keller, 2001). Labu kuning LA3 juga memiliki keunggulan antara lain
dapat meningkatkan sistem imunitas serta mencegah penyakit jantung dan kanker.
β-Karoten mengandung karoten yang sangat tinggi seperti lutein, zeaxanthindan
karoten yang memberi warna kuning pada labu kuning yang membantu
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
6
melindungi tubuh dengan menetralkan molekul oksigen yang disebut juga radikal
bebas (Anam dkk., 2010).
2.2 Velva Buah
Velva buah merupakan salah satu frozen dessert yang terbuat dari puree
buah dengan bahan tambahan seperti gula dan bahan penstabil sehingga diperoleh
tekstur yang halus dan menyerupai es krim (Yunus dkk., 2015). Produk sejenis es
krim yang terbuat dari puree buah, gula, stabilizer, dengan atau tanpa penambahan
asam, pewarna, flavor, atau air, dan dibekukan hingga konsistensinya menyerupai
es krim diklasifikasikan ke dalam golongan fruit ices. Biasanya produk fruit ices
terdiri atas 28% - 30% gula, 20% - 25% overrun, dan tidak ditambahkan produk
susu. Kelebihan velva buah dibandingkan es krim adalah kadar lemaknya yang
sangat rendah karena tidak menggunakan lemak susu sehingga cocok bila
dikonsumsi oleh orang-orang yang sedang diet rendah lemak (Rini dkk., 2012).
Lemak yang terkandung hanya berasal dari buah. Keunggulan lain velva buah
adalah kandungan vitamin A dan vitamin C yang tinggi karena berasal dari buah-
buahan segar. Selain itu, perbedaan utama antara es krim dengan velva buah
adalah konsistensi buah yang digunakan. Velva buah dalam pembuatannya
menggunakan puree buah sebagai bahan utama sedangkan es krim hanya
menggunakan sari buah.
Velva harus menghasilkan produk yang memiliki tekstur halus sehingga
diperlukan bahan penstabil dan gula dengan jenis dan konsentrasi yang sesuai
dengan karakter buah. Bahan baku pembuatan velva buah umumnya
menggunakan berbagai jenis buah-buahan dengan kandungan total padatan cukup
tinggi dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan velva buah antara lain:
sirsak, melon, jambu, nanas, dan mengkudu (Sakawulan et al., 2014). Tingkat
kehalusan tekstur velva tergantung pada kecepatan perpindahan panas selama
pembekuan, persentase air dan padatan terlarut dalam puree serta proporsi ukuran
partikel dan distribusi dari padatan tidak terlarut. Velva buah yang baik memiliki
karakteristik tekstur yang lembut, kenampakan seragam, dan tidak mudah meleleh
(Ristiarini dkk., 2004). Menurut Maria dan Elok (2014) menyatakan bahwa
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
7
tekstur dari produk velva banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain kadar
gula, jenis dan jumlah bahan penstabil serta metode pembekuan yang digunakan.
Fungsi utama bahan penstabil adalah untuk mengikat air dalam campuran
sehingga pembentukan kristal-kristal es yang besar dapat dihindari (Maria dan
Elok, 2014). Gula juga berfungsi untuk mempertahankan body dan tekstur produk
selama penyimpanan (Dewi, 2010).
2.3 Bahan Penstabil
Bahan penstabil merupakan senyawa hidrofilik yang efektif untuk
mengikat air. Bahan penstabil memiliki kemapuan mengikat air yang tinggi,
sehingga dapat menghaluskan tekstur, meningkatkan kekentalan, dan tidak
berpengaruh terhadap titik beku dan cenderung membatasi pengembangan
adonan.
Bahan penstabil digunakan untuk mencegah pembentukan kristal-kristal es
yang kasar, membentuk tekstur yang lembut, menghasilkan produk yang seragam,
dan memberikan daya tahan yang lebih baik terhadap proses pencairan serta
memudahkan penanganan. Ada berbagai jenis bahan penstabil yang dapat
digunakan. Umumnya pemilihan bahan penstabil ini didasarkan pada pengaruhnya
terhadap overrun dan tekstur. Jenis bahan penstabil yang sering digunakan adalah
gelatin, CMC, gum arab, dan karagenan. CMC mempunyai banyak kelebihan
dibandingkan dengan bahan penstabil lainnya diantaranya kemudahan larut dalam
air, tidak berwarna, dan mempunyai harga yang relatif lebih murah dibandingkan
dengan jenis bahan penstabil yang lain (Sakawulan dkk., 2014).
1. CMC (Carboxy Methyl Cellulose)
Karboksimetil selulosa (CMC) adalah suatu zat penstabil sintesis turunan
selulosa yang bersifat biodegradable, tidak berbau, tidak berwarna, tidak beracun,
bubuk yang larut dalam air, transparan, serta tidak bereaksi dengan senyawa
organik. Karboksimetil selulosa berasal dari pulp kayu yang ditambah dengan
NaOH kemudian direaksikan dengan asam monoklor asetat (Tranggono, 1990).
CMC dapat menghambat laju pelelehan frozen dessert karena fungsi dasar CMC
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
8
adalah mengikat air dengan membentuk ikatan hidrogen antara gugus OH dari air
dengan gugus karboksil dan metil pada CMC (Ristiarini, 2004). Struktur kimia
CMC dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Struktur kimia CMC (Carboxy Methyl Cellulose) (Herbstreith dan
Fox, 2005).
Proses pembuatan CMC meliputi dua tahap utama, yaitu alkalisasi dan
karboksimetilasi. Kedua tahap ini dapat berlangsung dalam bentuk padatan atau
dalam suatu media lain berupa air atau pelarut organik. Proses alkalisasi dalam
media air akan menghasilkan CMC yang kurang homogen. Alkalisasi dilakukan
dengan menggunakan larutan NaOH yang bertujuan untuk mengaktifkan gugus-
gugus -OH pada molekul selulosa dan mengembangkan selulosa. Pengembangan
selulosa ini dapat memudahkan difusi reagen untuk proses selanjutnya, yaitu
karboksimetilasi. Proses karboksimetilasi dilakukan dengan menggunakan reagen
monokloroasetat (MCA) atau natrium monokloroasetat (NaMCA). Jumlah
NaMCA yang digunakan berpengaruh terhadap substitusi dari unit anhidroglukosa
pada selulosa (Pribadi, 1985). Mekanisme reaksi pembuatan CMC dapat dilihat
pada Gambar 2.3.
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
9
Tahap Alkalisasi
Rselulosa – OH + NaOH → Rselulosa – ONa + H2O (1)
Tahap Karboksimetilasi
Rselulosa – ONa + ClCH2COONa → Rselulosa – OCH2COONa + NaCl (2)
Carboxymethyl cellulose (CMC)
Gambar 2.3 Mekanisme reaksi pembuatan CMC
Menurut Wijayani (2005) menyatakan bahwa CMC termasuk bahan
penstabil yang memiliki daya ikat yang kuat sehingga molekul-molekul air
terperangkap dalam struktur gel yang dibentuk oleh CMC. Molekul karboksimetil
selulosa sebagian besar meluas pada konsentrasi rendah tetapi pada konsentrasi
yang lebih tinggi molekulnya bertindih dan menggulung. Meningkatnya kekuatan
ionik dan menurunnya pH dapat menurunkan viskositas karboksimetil selulosa
akibat polimernya yang bergulung. CMC terdispersi pada fase cair mengikat
sejumlah besar air dan membentuk kerangka gel yang mencegah molekul air
bergerak bebas. Kekentalan meningkat karena molekul air banyak terperangkap
dalam sruktur 3 dimensi akibat ikatan silang yang dibentuk susunan heliks dan
interaksinya. Air yang sebelumnya berada di luar granula dan bebas bergerak
dengan adanya CMC maka tidak dapat bergerak bebas karena terserap dan terikat
pada butiran CMC sehingga keadaan larutan menjadi lebih mantap akibat
peningkatan viskositas (Widiantoko dan Yunianta, 2014).
CMC dalam industri pangan sering digunakan sebagai bahan penstabil
dalam pembuatan es krim atau velva. Penggunaan CMC sebagai bahan penstabil
pada produk es krim akan memberikan hasil yang lebih baik apabila digunakan
bersama-sama dengan satu atau lebih bahan penstabil lainnya. CMC memiliki
beberapa kelebihan diantaranya kapasitas mengikat air yang lebih besar, mudah
larut dalam adonan es krim, serta harganya yang relatif lebih murah. Penggunaan
CMC sebagai bahan penstabil tidak memerlukan waktu aging untuk menghasilkan
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
10
stabilitas yang sempurna sehingga dapat mempersingkat waktu proses produksi.
Oleh karena itu, CMC banyak digunakan sebagai bahan penstabil dalam
pembuatan es krim, velva, dan produk beku lainnya.
Kekentalan larutan CMC dipengaruhi oleh suhu, pH, konsentrasi, garam,
dan gelatin. Larutan CMC mempunyai kekentalan maksimum pada kisaran pH 7-
9, di bawah pH 5 akan terjadi penurunan kekentalan dan pada pH di bawah 3
dapat terjadi pengendapan asam karbosimetil selulosa bebas (Kumalasari et al.,
2015).
2. Gum Arab
Gum arab merupakan getah dari ranting pohon akasia. Getah tersebut
dikeringkan, disortasi, dan selanjutnya diproses untuk dijadikan bentuk bubuk.
Gum arab secara alami merupakan garam netral atau asam polisakarida kompleks
yang mengandung anion kalsium, magnesium, dan kalium. Gum arab mempunyai
berat molekul besar yaitu mencapai 250.000-1.000.000 dengan konsentrasi 5%
pada suhu 25oC dapat memberikan konsentrasi 3-7cps.
Gum arab terdiri dari tiga fraksi. Fraksi utama adalah polisakarida
bercabang yang terdiri dari ikatan utama molekul polimer β-1,3-galaktosa dengan
cabang terkait dari arabinose dan rhamnosa yang berhenti dalam asam glukuronat.
Fraksi kedua adalah kompleks arabinogalakan-protein dengan berat molekul yang
lebih besar (GA-glikoprotein), dimana rantai arabinogalaktan secara kovalen
terikat dengan rantai protein melalui kelompok serin dan hidroksiprolin dan fraksi
terkecil memiliki kandungan protein tertinggi yaitu gikloprotein yang berbeda
komposisi asam aminonya dari kompleks GA-gikloprotein (Yael, dkk., 2006).
Adapun struktur kimia dari gum arab dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Gum mudah larut dalam air panas atau air dingin tetapi tidak larut dalam
alkohol atau pelarut organik lainnya. Gum arab adalah gum yang unik
dibandingkan dengan gum lainnya karena kelarutannya tinggi, viskositas
larutannya rendah, mempunyai tipe Newtonian dan larutan mengental pada
konsentrasi 20% (Astuti dkk., 2015). Gum arab dapat menstabilkan emulsi pada
kisaran pH yang luas.
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
11
Gambar 2.4 Struktur kimia gum arab (Dauqan dan Abdullah, 2013)
Gum arab banyak digunakan sebagai bahan penstabil untuk makanan
pencuci mulut seperti es krim, velva, dan produk beku lainnya. Selama
pembentukan velva mengalami pengembangan adonan sehingga mengandung
banyak kristal-kristal es yang cenderung berkumpul membentuk kristal yang lebih
besar dan memberi tekstur yang kasar. Penambahan gum arab bertujuan untuk
mencegah pembentukan kristal es yang yang lebih besar dengan cara mengikat
sejumlah besar air (Silalahi dkk., 2014). Cara ini dikenal dengan hidrasi air.
Penggunaan gum arab juga akan memberi tekstur yang lebih baik pada velva.
Velva yang menggunakan gum arab sebagai bahan penstabil umumnya tidak cepat
meleleh.
2.4 Bahan Tambahan yang Digunakan dalam Pembuatan Velva
Gula dalam bahan makanan berfungsi sebagai pemanis, pengawet,
penambah flavor, memperbaiki tekstur buah, sebagai sumber kalori, dan
pembentuk gel. Gula juga dapat memberikan rasa manis dan menyempurnakan
rasa asam serta cita rasa lainnya dan memberikan rasa berisi pada minuman
penyegar dan minuman ringan karena memberikan kekentalan. Beberapa gula
misalnya glukosa, maltose, fruktosa, laktosa, dan sukrosa mempunyai sifat fisik
dan kimia yang berbeda-beda. Gula-gula tersebut dalam konsentrasi yang tinggi
dapat mencegah pertumbuhan mikroba sehingga dapat dipergunakan sebagai
pengawet.
Produk-produk es krim selain untuk meningkatkan penerimaan produk
melalui efek rasa manis, sukrosa juga berfungsi untuk memperbaiki bentuk dan
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
12
tekstur produk serta berpengaruh terhadap titik beku. Sukrosa minimum dalam es
krim adalah sekitar 15%. Peningkatan kadar sukrosa akan meningkatkan
kekentalan dan kekuatan bentuk es krim (Almatsier, 2004).
2.5 Teknologi Pembuatan Velva Buah
Pembuatan velva pada prinsipnya sama dengan pembuatan es krim.
Tahapan pembuatan velva meliputi persiapan bahan baku, persiapan puree buah,
pencampuran bahan, aging dan pendinginan, serta pengerasan (hardening) di
dalam freezer (Dewi, 2010).
2.5.1 Persiapan Bahan Baku
Tahap persiapan bahan baku meliputi pemisahan daging, biji dan kulit
labu kuning, pengecilan ukuran serta pencucian daging labu kuning. Pengecilan
ukuran berfungsi untuk mempermudah penghancuran sehingga diperoleh bubur
buah yang halus. Potongan buah diblanching dengan menggunakan uap panas
suhu 90ºC selama 5 menit. Blanching merupakan pemanasan pendahuluan yang
pada umumnya dilakukan terhadap buah untuk menginaktifkan enzim yang dapat
menyebabkan perubahan yang tidak dikehendaki selama proses pengolahan
sehingga sifat fisik, kimia, serta nilai gizi dapat diperhitungkan. Blanching dengan
menggunakan uap panas dapat menekan terjadinya kehilangan zat-zat gizi yang
diakibatkan pelarutan oleh air.
2.5.2 Pembuatan Puree Buah
Buah yang telah dilakukan blanching didinginkan terlebih dahulu sebelum
dilakukan penghancuran. Buah yang telah dingin dilakukan penghancuran dengan
menggunakan blender hingga menjadi bubur buah. Pada saat penghancuran
ditambahkan air dan bahan tambahan lain seperti gula.
2.5.3 Pencampuran
Pencampuran dimulai dengan menambahkan larutan bahan penstabil.
Pencampuran bertujuan untuk mendapatkan adonan velva yang seragam.
Homogenisasi dilakukan supaya partikel-partikel campuran atau adonan seragam
dan tekstur velva halus.
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
13
2.5.4 Aging dan Pembekuan
Menurut Dessrosier dan Tressler (1997), aging bertujuan untuk
memberikan waktu pada penstabil untuk mengikat air dengan padatan sehingga
membentuk gel, melembutkan tekstur velva, memperlambat pelelehan dan
meningkatkan volume velva. Aging dilakukan selama 4-24 jam pada suhu 4ºC
untuk meningkatkan kekentalan dan memperbaiki tekstur serta kenampakan
produk, perubahan yang terjadi selama aging adalah terbentuknya kombinasi
antara bahan penstabil dengan air dalam adonan, meningkatkan kekentalan dan
adonan menjadi stabil.
Pembekuan adalah tahap penting dalam pembuatan es krim. Proses
pembekuan harus terjadi secara tepat untuk memperoleh kristal es dan tekstur
yang lembut. Pembekuan yang lambat akan menyebabkan terbentuknya kristal es
yang besar sehingga akan menghasilkan tekstur yang kasar.
2.5.5 Pembekuan di dalam Freezer
Pembekuan velva pada suhu -15oC sampai -18
oC selama 24 jam di dalam
freezer. Kristalisasi pada pembekuan berpengaruh terhadap kualitas velva karena
tekstur dipengaruhi oleh ukuran kristal es. Semakin cepat pengerasan maka kristal
es yang terbentuk akan semakin kecil dan tekstur es krim semakin lambat.
Pengerasan dianggap cukup bila suhu dibagian tengah produk telah mencapai -
10oC. Menurut Widiantoko (2011) pengerasan dipengaruhi oleh suhu medium
pendingin, kecepatan udara pendingin, dan suhu awal produk.
2.6 Karakteristik Fisik Velva
Karakteristik es krim meliputi overrun, kecepatan meleleh dan tekstur
(Clarke, 2004).
2.6.1 Overrun
Overrun pada pembuatan velva adalah pengembangan volume yaitu
kenaikan volume antara sebelum dan sesudah pembekuan. Pada prinsipnya
pembuatan es krim adalah membentuk rongga udara pada campuran bahan velva
sehingga diperoleh pengembangan volume velva. Velva memiliki overrun sekitar
70% sampai 80%.
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
14
2.6.2 Kecepatan Leleh
Velva yang berkualitas baik adalah velva yang cukup resisten terhadap
pelelehan pada suhu ruang dalam waktu tertentu. Velva yang tekstur kasar dan
rendah total padatannya akan memiliki resistensi terhadap pelelehan yang rendah,
sehingga akan mudah meleleh. velva yang lambat meleleh atau kecepatan
melelehnya terlalu rendah juga tidak disukai oleh konsumen karena bentuk velva
yang tetap (tidak berubah) pada suhu ruang sehingga memberikan kesan terlalu
banyak padatan yang digunakan.
2.6.3 Tekstur
Tekstur velva yang baik adalah halus, ditunjukkan dengan kelembutan
seperti beludru dan terasa lembut dimulut. Tekstur yang lembut sangat
dipengaruhi oleh komposisi campuran, pengolahan, dan penyimpanan.
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Pengolahan Hasil
Pertanian, Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi
Hasil Pertanian, dan Laboratorium Manajemen Agroindustri Jurusan Teknologi
Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember. Waktu
pelaksanaan yaitu bulan Maret hingga Mei 2017.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
3.2.1 Bahan Penelitian
Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah daging buah labu
kuning LA3 yang berasal dari desa Tegalrejo kecamatan Tegalsari kabupaten
Banyuwangi, air, gula, dan bahan penstabil CMC dan gum arab. Untuk analisis
bahan kimia yang digunakan adalah etanol, kalium dikromat, dan aquades.
3.2.2 Alat Penelitian
Alat penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu blender, baskom,
lemari pendingin, ice cream maker, pipet volume, tabung reaksi, vortex, neraca
analitik, pengaduk, spektrometer, kuvet, pisau, dan perlengkapan uji organoleptik.
3.3 Pelaksanaan Penelitian
3.3.1 Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yang terdiri atas dua faktor. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali
pengulangan. Faktor yang akan diteliti adalah rasio buah labu kuning dan air
(b/v). Perlakuan rasio buah labu kuning dan air (A) terdiri dari 4 level yaitu:
Rasio (buah labu kuning (g) dan air (ml)): A1 = 200 : 40
A2 = 200 : 80
A3 = 200 : 120
A4 = 200 : 160
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
16
Perlakuan jenis bahan penstabil (B) terdiri dari 2 level yaitu CMC 0,5%
(B1) dari berat puree dan gum arab 0,5% (B2) dari berat puree. Kedua faktor
tersebut didapatkan delapan kombinasi perlakuan. Kombinasi tersebut dapat
dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Kombinasi Perlakuan
Rasio Labu Kuning
LA3 dan Air (A)
Jenis Bahan Penstabil
B1 B2
A1 A1B1 A1B2
A2 A2B1 A2B2
A3 A3B1 A3B2
A4 A4B1 A4B2
3.3.2 Rancangan Penelitian
a. Pembuatan Puree Labu Kuning
Penelitian ini dilaksanakan dimulai dengan persiapan bahan baku seperti
labu kuning, air, dan gula. Labu kuning yang digunakan adalah labu kuning yang
sudah matang yang memiliki umur panen 4 bulan, masih utuh dan tidak cacat atau
luka. Labu kuning yang masih utuh, dan tidak cacat atau luka akan mengurangi
kerusakan dan akan mempunyai umur kesegaran yang lebih panjang.
Perbandingan labu kuning (gram) dan air (ml) dengan penambahan jenis penstabil
yang digunakan adalah A1B1 (labu kuning 200 g dan air 40 ml dengan penstabil
CMC), A2B1 (labu kuning 200 g dan air 80 ml dengan penstabil CMC), A3B1
(labu kuning 200 g dan air 120 ml dengan penstabil CMC), A4B1 (labu kuning
200 g dan air 160 ml dengan penstabi CMC), A1B2 (labu kuning 200 g dan air 40
ml dengan penstabil gum arab), A2B2 (labu kuning 200 g dan air 80 ml dengan
penstabil gum arab), A3B2 (labu kuning 200 g dan air 120 ml dengan penstabil
gum arab), A4B2 (labu kuning 200 g dan air 160 ml dengan penstabil gum arab).
Sedangkan penambahan bahan lain seperti gula untuk formulasi adalah sama.
Formulasi velva labu kuning LA3 dan air dengan penambahan jenis bahan
penstabil dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
17
Tabel 3.2 Formulasi Velva Labu Kuning LA3
No. Komponen Formulasi
1. Labu kuning LA3 (gram) 200
2. Air (ml) 40; 80; 120; 160
3. Gula (gram) 80
4a. CMC (%) dari berat bubur labu kuning 0,5
4b. Gum arab (%) dari berat bubur labu kuning 0,5
Buah labu dikupas, diambil daging buahnya, dibuang bijinya, dan bagian
lain yang tidak dapat dimakan, kemudian dicuci dan dipotong-potong.
Penimbangan labu kuning sebanyak 200 gram, diakukan pengukusan (suhu 100
oC, 15 menit). Pengukusan untuk menghilangkan getah yang ada pada buah labu
sehingga mengurangi rasa/bau langu yang ditimbulkan. Labu kuning setelah
dikukus dilakukan penghancuran dengan blender dengan penambahan 40; 80;
120; 160 ml air matang sampai menjadi bubur buah (puree). Puree kemudian
ditambah dengan gula pasir sebanyak 80 g sambil diblender kembali. Setelah
diblender dihasilkan velva sebesar 235 gram, 270 gram, 315 gram, 358 gram.
Diagram alir pembuatan puree labu kuning dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
18
Gambar 3.1 Diagram alir pembuatan puree labu kuning (Warsiki dan Indrasti,
2000) termodifikasi.
b. Pembuatan Velva Labu Kuning
Puree 235 gram, 270 gram, 318 gram, 358 gram labu kuning yang telah
didapatkan kemudian ditambahkan bahan penstabil (CMC dan gum arab) yang
telah dilarutkan dengan 50 ml air dan dipanaskan sampai terlihat jernih. Larutan
ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam puree sambil diaduk kembali sampai
merata selama tiga menit. Bahan penstabil yang digunakan adalah CMC dan gum
arab yang masing-masing sebanyak 0,5% dari berat puree. Adonan diaduk selama
lebih kurang 2 menit menggunakan blender sampai merata.
Adonan yang sudah tercampur homogen selanjutnya dilakukan pembekuan
adonan dalam alat pembeku es krim (ice cream maker) yang dilengkapi dengan
pemutar (pengaduk) selama lebih kurang 5 menit dengan suhu sekitar 4oC. Tahap
terakhir adalah pembekuan velva dalam freezer bersuhu -20 hingga -22oC.
Labu kuning segar
Pengupasan dan Pembersihan buah
Pencucian buah labu kuning
Pengecilan ukuran, tebal ± 5 cm
Pengukusan (suhu 100 oC, 15 menit)
Penghancuran dengan blender selama 3 menit
Penimbangan labu kuning @ 200 g
Puree (237 g, 278 g, 318 g, 358 g)
Kulit dan biji
Limbah cair Air bersih
Air (40; 80;
120; 160 m)
dan gula 80 g
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
19
Hasilnya adalah velva labu kuning yang siap dikonsumsi dan diuji secara
organoleptik.
Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji organoleptik
terhadap rasa, aroma, warna dan tekstur velva labu kuning dengan menggunakan
uji kesukaan. Pengujian ini menggunakan 5 skala kesukaan yaitu 1 (sangat tidak
suka), 2 (tidak suka), 3 (agak suka), 4 (suka), 5 (sangat suka). Diagram alir
pembuatan velva labu kuning dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Diagram alir pembuatan velva labu kuning (Warsiki dan Indrasti,
2000) termodifikasi.
3.4 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Uji sifat fisik yang meliputi : kecerahan, kecepatan meleleh, dan overrun
b. Uji sifat kimia yang meliputi : uji β karoten
c. Uji sifat organoleptik yang meliputi : warna, rasa, tekstur, aroma dan
kesukaan keseluruhan
Pengadukan selama 2 menit
Pembekuan dalam ice cream maker suhu 4oC, selama 5 menit
Pembekuan dalam freezer suhu (-20)-(-22)oC
Velva labu kuning
Puree (237 g, 278 g, 318 g, 358 g)
Penambahan larutan CMC 0,5 %
atau gum arab 0,5% dari berat puree
Air 50 ml
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
20
3.5 Prosedur Analisis
3.5.1 Analisis Sifat Fisik
1. Overrun (Goff dan Hartel, 2013)
Overrun merupakan pengembangan volume yaitu kenaikan volume antara
sebelum dan sesudah proses pembekuan. Pengembangan volume velva dinyatakan
sebagai overrun dan dihitung berdasarkan perbedaan berat produk dengan berat
adonan mula- mula pada volume yang sama. Pengukuran overrun dilakukan
dengan menimbang gelas ukur 50 ml untuk wadah adonan velva. Kemudian
adonan sebelum proses pembuihan dimasukkan kedalam gelas ukur sebanyak 25
ml dan ditimbang beratnya. Setelah proses pembuihan velva dimasukkan pada
gelas ukur sebanyak 25 ml dan ditimbang. Overrun dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Overrun = x 100%
2. Kecepatan Meleleh (Elieste dan Caetano, 2011)
Velva yang telah dibekukan selama 24 jam diletakkan pada saringan dengan
ukuran 50 mesh. Kemudian diukur tingginya pada 5 titik yang berbeda. Velva
dibiarkan meleleh pada suhu ruang. Setiap interval 15 menit selama 60 menit
dilakukan pengukuran tinggi velva pada titik yang telah ditentukan. Kecepatan
meleleh dapat dihitung dengan rumus:
Persen es yang meleleh/15 menit = 100% - x 100%
Keterangan : = akumulasi tinggi velva yang tidak meleleh
T0 = tinggi velva pada 15 menit sebelum pengukuran
n = jumlah pengamatan/pengulangan
3. Kecerahan (Hutching, 1999)
Pengukuran warna dilakukan dengan alat Colour Reader. Prinsip dari alat
colour reader adalah pengukuran perbedaan warna melalui pantulan cahaya oleh
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
21
permukaan sampel pembacaan dilakukan pada 6 titik pada sampel pewarna.
Menghidupkan colour reader dengan cara menekan tombol power. Meletakkan
lensa pada porselin standar secara tegak lurus dan menekan tombol “Target” maka
muncul nilai pada layar (L, a, b) yang merupakan nilai standarisasi. Melakukan
pembacaan pada sampel pewarna dengan menekan kembali tombol “Target”
sehingga muncul nilai dE, dL, dad an db.
Rumus : L = standart L + dL
Keterangan: L = nilai berkisar antara 0 – 100 yang menunjukkan warna
hitam sampai warna putih. Semakin besar nilai maka kecerahannya
semakin tinggi.
3.5.2 Analisis Sifat Kimia
1. Kadar Beta Karoten (Muchtadi, 1989)
Pengujian kadar β-Karoten dilakukan dengan metode spektrofotometer.
Standar beta karoten dibuat dengan melarutkan 20 mg kalium dikromat ke dalam
larutan aquades hingga volume 100 ml. Velva diambil sebanyak 15 gram. Sampel
tersebut ditambah dengan etanol 20 ml, distirer selama 10 menit, dan disaring
menggunakan kertas saring. Ekstraksi dilakukan 2 kali, lalu hasil filtrat digabung
dan ditera hingga didapatkan 25 ml suspensi. Suspensi kemudian diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 453 nm. Nilai absorbansi kemudian
dimasukkan dalam rumus:
β – karoten ( =
3.5.3 Sifat Organoleptik
Pengujian sensoris dilakukan dengan uji kesukaan yang meliputi warna,
tekstur, rasa dan kesukaan keseluruhan. Pengujian ini dilakukan dengan
memberikan 8 sampel velva kepada panelis. Sebelumnya sampel diberi kode
dengan 3 angka acak untuk menghindari terjadinya bias. Panelis yang digunakan
untuk uji ini minimal 25 orang. Skor yang digunakan adalah sebagai berikut:
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
22
1. Sangat tidak suka
2. Tidak suka
3. Agak suka
4. Suka
5. Sangat suka
3.6 Analisis Data
Data yang didapatkan pada penelitian ini diolah dengan menggunakan
ANOVA (Analisis ragam) dengan taraf kepercayaan 95% (α=0,05) dan bila
terdapat perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test
(DNMRT). Data diolah menggunakan Microsoft Excel dan SPSS (Statistical
Product and Service Solutions) 15. Hasil yang didapatkan kemudian disajikan
dalam bentuk diagram.
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan:
1. Rasio labu kuning dan air berpengaruh nyata terhadap sifat fisik (overrun,
kecepatan meleleh, dan kecerahan), sifat kimia (kadar beta karoten), tetapi
jenis penstabil berpengaruh tidak nyata terhadap terhadap sifat fisik (overrun,
kecepatan meleleh, dan kecerahan), sifat kimia (kadar beta karoten). Namun
kedua faktor tersebut memberikan pengaruh nyata terhadap sifat organoleptik
(rasa, warna, aroma, tekstur, dan keseluruhan).
2. Perlakuan terbaik yang dihasilkan dari kesukaan panelis secara keseluruhan
yaitu pada perlakuan A2B1 (rasio labu kuning dan air = 200 g dan 80 ml dengan
penstabil CMC), dengan karakteristik nilai overrun sebesar 21,32%; kecepatan
meleleh 18,57%; kecerahan 46,09; dan kadar beta karoten 0,46 mg/g bahan;
nilai kesukaan rasa 4,50; nilai kesukaan warna 4,45; nilai kesukaan aroma 4,45;
nilai kesukaan tekstur 4,38; dan nilai kesukaan keseluruhan 4,50.
5.2 Saran
Pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengujian masa simpan velva
labu kuning untuk meningkatkan kualitas produk velva labu kuning.
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Anam Choiroel dan Sri Handajani. 2010. Mi Kering Waluh (Cucurbita moschata)
dengan Antioksidan dan Pewarna Alami. J. Caraka Tani. Vol. 25 (1) : 72 -
78.
Arbuckle, W. S. 1986. Ice Cream. The AVI Publishing Company Inc., Westport,
Connecticut. London.
Astuti, T., Esti. W. dan W. Atmaka. 2015. Kajian Karakteristik sensoris, Fisik,
dan Kimia Fruit Leather Pisang Tanduk (Musa Corniculata Lour.) dengan
Penambahan Berbagai Konsentrasi Gum Arab. J. Teknologi Hasil
Pertanian. Vol. 8 (1) : 1 - 9.
Bauerfein, J.C. 1981. Carotenoids as Colorans and Vitamin A Precursors. New
York: Academic Press.
Clarke, C. 2004. The Sciehce Of Ice Cream. The Royal Society of Chemistry.
Dauqan, E dan Abdullah, A. 2013. Utilization of Gum Arabic for Industries and
Human Health. American Journal of Applied Sciences. Vol. 10 (10) : 1270
- 1279.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1996. Daftar Komposisi Bahan
Makanan. Jakarta: Bhatara Karya Aksara.
Desroiser, N.W. and Tessler, D.K., 1977. Fundamental of Food Freezing. The
AVI Publishing Co. Inc. New York.
Dewi, R.K. 2010. Stabilizer Concentration and Sucrose to The Velva Tomato
Fruit Quality. J. Teknik Kimia. Vol. 4 (2) : 330 - 334.
Elieste, dan C. Suzana. 2011. Effect of Different Sweetener Blends and Fat Types
on Ice Cream Properties. Journal Tecnol. Aliment. Campinas. Vol. 31
(1) : 217 - 220.
Gardjito, Murdijati, dan T.F. Kartika Sari.2005. Pengaruh Penambahan Asam
Sitrat dalam Pembuatan Manisan Kering Labu Kuning (Cucurbita
maxima) terhadap Sifat- Sifat Produknya. Yogyakarta : UGM
Goff, H. D., dan R.W. Hartel. 2013. Ice Cream. Edisi 7. New York : Springer.
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
39
Handayani, N., M. Sulistyowati, dan J. Sumarmono. 2014. Overrun, Waktu Leleh
dan Kesukaaan Es Krim Yogurt Susu Sapi dengan Persentase Gula yang
Berbeda. J. Ilmiah Peternakan. Vol. 2 (1) : 1 - 7.
Hidayat, R. 2010. Mempelajari Pembuatan Tepung Pisang Raja Bulu Kaya Β-
Karoten dan Karakterisasi Mutunya. Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Hutchings, J. B. 1999. Food Color and Appearance. Maryland: Aspen
Publication.
Keller, H. 2001. National vitamin A supplementation campaign activities. Hellen
Keller Int.Ind. Hellen Keller International
Kumalasari, Ekafitri, R, dan Desnilasari, D. 2015. Pengaruh Bahan Penstabil dan
Perbandingan Bubur Buah terhadap Mutu Sari Buah Campuran Pepaya-
Nanas (Effect of Stabilizer Type and Ratio of Fruit Puree on the Quality of
Papaya-Pineapple Mixed Juice). J. Hort. Vol. 25 (3) : 266 - 276.
Manasika Arina dan S. B. Widjanarko. 2015. Ekstraksi Pigmen Karotenoid Labu
Kabocha Menggunakan Metode Ultrasonik (Kajian Rasio Bahan: Pelarut
dan Lama Ekstraksi). J. Pangan dan Agroindustri. Vol. 3 (3) : 928 - 938.
Maria, D. N., dan Elok, Z. 2014. Pembuatan Velva Jambu Biji Merah Probiotik
(Lactobacillus acidophilus) Kajian Persentase Penambahan Sukrosa dan
CMC. J. Pangan dan Agroindustri. Vol. 2 (4) : 18 - 28.
Muchtadi, D. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Novianti dan I. Widya. 2014. Pengaruh Penambahan puree Tape Sukun
(Artocarpus Communis Forst) dan CMC (Carboxu Methyl Cellulose)
Terhadap Sifat Organoleptik Es Krim. E-journal Boga. Vol. 03 (1) : 54 -
64.
Oksilia, Merynda I.S, Eka L., 2012. Karakteristik Es Krim Hasil Modifikasi
dengan Formulasi Bubur Timun Suri (Cucumismelo L.) dan Sari Kedelai.
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. Vol. XXIII (1) : 17 - 22.
Pribadi, T. 1985. Pembuatan CMC dan Pemurnian Sodium Karboksimetil
Selulosa (CMC). Berita Selulosa. Vol. XXI (4) : 135 - 140.
Purwanto, C. C., Ishartani, D., dan Rahardian, D. 2013. Kajian sifat fisik dan
kimia tepung labu kuning (Cucurbita maxima) dengan perlakuan blanching
dan perendaman natrium metabisulfit (Na2S2O5). Jurnal Teknosains
Pangan. Vol 2 (2) : 121 - 130.
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
40
Rahmi, S. L., Indriyani, dan Surhaini. 2011. Penggunaan Buah Labu Kuning
sebagai Sumber Antioksidan dan Pewarna Alami Pada Produk Mie Basah.
J. Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. Vol. 13 (2) : 29 - 36.
Ranonto, N. R., Nurhaeni dan Abd. R. Razak. 2015. Retensi Karoten dalam
Berbagai Produk Olahan Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch). J. of
Natural Science. Vol 4 (1) : 104 - 110.
Rini, A. K., D. Ishartani dan Basito. 2012. Pengaruh Kombinasi Bahan Penstabil
Cmc Dan Gum Arab Terhadap Mutu Velva Wortel (Daucus carota L.)
Varietas Selo Dan Varietas Tawangmangu. J. Teknosains Pangan. Vol. 1
(1) : 86 - 94.
Ristiarini, S., Suprijono, M. M., Dharmarini, N. 2004. Velva Labu Kuning
(Cucurbia moschata Duch): Pengaruh Penambahan NACMC dan Pektin.
Prosiding Seminar Nasional dan Kongres PATPI. Jakara.
Sakawulan, D., Faleh. S. B. dan E. Syamsir. 2014. Pembuatan Velva Fruit Pisang
dengan Bahan Dasar Tepung Pisang dan Carboxy Methyl Cellulose
sebagai Bahan Penstabil. J. Aplikasi Teknologi Pangan. Vol. 3 (4) : 182 -
187.
Silalahi, R. C., I. Suhaidi dan Lasma Nora Limbong. 2014. Pengaruh
Perbandingan Sari Buah Sirsak dengan Markisa dan konsentrasi Gum
Arab Terhadap Mutu Sorbet Air Kelapa. J. Rekayasa Pangan dan
Pertanian. Vol. 2 (2) : 26 - 34.
Sumardikan, H. 2007. Penggunaan Carboxymethylcellulose (CMC) terhadap pH,
Keasaman, Viskositas, Sineresis dan Mutu Organoleptik. Malang:
Teknologi Peternakan.
Tranggono. 1990. Bahan Makanan Tambahan dalam Makanan (Food Additives).
Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi, UGM.
Wahyuni, D. T., dan S. B. Widjanarko. 2015. Pengaruh Jenis Pelarut Dan Lama
Ekstraksi Terhadap Ekstrak Karotenoid Labu Kuning Dengan Metode
Gelombang Ultrasonik. J. Pangan dan Agroindustri. Vol. 3 (2) : 390 -
401.
Warsiki, E. dan Indrasti, N. S. 2000. Velva fruit. IPB Bogor: Warta Pengabdian.
Widiantoko, S. 2011. Ilmu dan Teknologi Susu. Yogyakarta: Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada.
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
41
Widiantoko, Rizky Kurnia dan Yunianta. 2014. Pembuatan Es Krim Tempe –
Jahe (Kajian Proporsi Bahan dan Penstabil Terhadap Sifat Fisik, Kimia
dan Organoleptik. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol. 2 (1) : 54 - 66.
Wijayani, A., dan Khoirul U. Siti T. 2005. Karakterisasi Carboxymethyl cellulose
(CMC) dari Eceng Gondok (Eichornia crassipes (Mart) Solms).
Indonesian Journal of Chemistry. Vol. 5 (3) : 228 - 231.
Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yael, D., C. Yachin dan Y. Rachel. 2006. Structure of gum arabic in aqueous
solution. J. Polymer Sci. Vol. 44 : 3265 - 3271.
Yunus Y. dan Zubaidah, E. 2015. Pengaruh Konsentrasi Sukrosa dan Lama
Fermentasi Terhadap Viabiitas L,. Casei Selama Penyimpanan Beku Velva
Pisang Ambon. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol. 3 (2) : 303 - 312.
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
42
Lampiran A. Data Hasil Anaisis Sifat Fisik Velva Labu Kuning
A.1 Overrun
A.1.1 Data Hasil Analisis Overrun Velva Labu Kuning
Perlakuan Overrun
Jumlah Rata-
rata STDEV
I II III
A1B1 16,92 16,75 16.03 49,68 16,56 0,47
A2B1 20,91 21,83 21,24 63,98 21,33 0,46
A3B1 25,26 25,75 25,10 76,11 25,37 0,34
A4B1 30,87 29,54 31,47 91,88 30,63 0,99
A1B2 17,34 17,88 17,26 52,48 17,49 0,33
A2B2 21,41 21,03 21,26 63,70 21,23 0,19
A3B2 26,72 27,46 26,39 80,57 26,86 0,55
A4B2 31,00 30,87 30,38 92,35 30,78 0,27
A.1.2 ANOVA
Sumber
Type III
Sum of
Squares
df Mean
Square F Sig.
Corrected Model 636,073(a) 7 90,868 354,409 0,000
Intercept 13573,624 1 13573,624 52940,972 0,000
Rasio labu kuning:air 631,410 3 210,470 820,893 0,000
Jenis penstabil 2,306 1 2,306 8,996 0,068
rasio * jenis penstabil 2,356 3 0,785 3,063 0,058
Error 4,102 16 0,256
Total 14213,799 24
Corrected Total 640,175 23
R Squared = 0,994 (Adjusted R Squared = 0,991)
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
43
A.1.3 Duncan
Rasio Labu Kuning dan Air
N Subset
1 2 3 4 1
0,20 6 17,0283
0,40 6 21,2800
0,60 6 26,1133
0,80 6 30,7050
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000
A.1.4 Notasi
Perlakuan Notasi
A1 a
A2 b
A3 c
A4 d
A.2 Kecepatan Meleleh
A.2.1 Data Hasil Analisis Kecepatan Meleleh Velva Labu Kuning
Perlakuan Kecepatan Meleleh
Jumlah Rata-
rata STDEV
I II III
A1B1 30,23 30,13 30,34 90,69 30,23 0,11
A2B1 26,24 27,46 27,02 80,72 26,91 0,62
A3B1 18,37 19,35 18,00 55,72 18,57 0,70
A4B1 13,22 14,69 13,01 40,93 13,64 0,91
A1B2 32,39 31,94 31,97 96,30 32,10 0,26
A2B2 28,66 29,30 28,54 86,50 28,83 0,40
A3B2 20,02 20,86 21,73 62,60 20,87 0,86
A4B2 16,44 16,83 17,23 50,50 16,83 0,40
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
44
A.2.2 ANOVA
Sumber
Type III
Sum of
Squares
df Mean
Square F Sig.
Corrected Model 996,602(a) 7 142,372 401,802 0,000
Intercept 13252,590 1 13252,590 37401,477 0,000
Rasio labu kuning:air 962,599 3 320,866 905,549 0,000
Jenis penstabil 32,318 1 32,318 91,207 0,156
rasio * jenis penstabil 1,685 3 0,562 1,585 0,232
Error 5,669 16 0,354
Total 14254,861 24
Corrected Total 1002,271 23
R Squared = 0,994 (Adjusted R Squared = 0,992)
A.2.3 Duncan
Rasio Labu Kuning dan Air
N Subset
1 2 3 4 1
0,80 6 15,2367
0,60 6 19,7217
0,40 6 27,8700
0,20 6 31,1667
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000
A.2.4 Notasi
Perlakuan Notasi
A1 d
A2 c
A3 b
A4 a
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
45
A.3 Kecerahan
A.3.1 Data Hasil Analisis Kecerahan Velva Labu Kuning
Perlakuan Kecerahan
Jumlah Rata-
rata STDEV
I II III
A1B1 45,68 45,06 45,60 136,74 45,78 0,25
A2B1 46,52 45,92 45,84 138,28 46,09 0,37
A3B1 47,50 47,52 46,66 141,68 47,23 0,49
A4B1 48,74 47,18 48,14 144,06 48,02 0,79
A1B2 45,06 45,02 45,62 135,70 45,23 0,34
A2B2 46,00 45,86 45,36 137,22 45,74 0,34
A3B2 46,54 47,28 47,20 141,02 47,01 0,41
A4B2 48,50 47,40 47,78 143,68 47,89 0,56
A.3.2 ANOVA
Sumber
Type III
Sum of
Squares
df Mean
Square F Sig.
Corrected Model 23,337(a) 7 3,334 15,141 0,000
Intercept 52171,510 1 52171,510 236945,773 0,000
Rasio labu kuning:air 22,605 3 7,535 34,221 0,000
Jenis penstabil 0,583 1 0,583 2,647 0,123
rasio * jenis penstabil 0,149 3 0,050 0,226 0,877
Error 3,523 16 0,220
Total 52198,370 24
Corrected Total 26,860 23
R Squared = 0,869 (Adjusted R Squared = 0,811)
A.3.3 Duncan
Rasio Labu Kuning dan Air
N Subset
1 2 3 1
0,20 6 45,5067
0,40 6 45,9167
0,60 6 47,1167
0,80 6 47,9567
Sig. 0,150 1,000 1,000
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
46
A.3.4 Notasi
Perlakuan Notasi
A1 a
A2 a
A3 b
A4 c
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
47
Lampiran B. Data Hasil Analisis Sifat Kimia Velva Labu Kuning
B.1 Beta Karoten
B.1.1 Data Hasil Analisis Beta Karoten Velva Labu Kuning
Perlakuan Beta Karoten
Jumlah Rata-
rata STDEV
I II III
A1B1 0,58 0,54 0,53 1,65 0,55 0,03
A2B1 0,45 0,43 0,50 1,38 0,46 0,04
A3B1 0,42 0,42 0,38 1,22 0,41 0,03
A4B1 0,31 0,37 0,29 0,97 0,33 0,04
A1B2 0,55 0,56 0,57 1,68 0,56 0,02
A2B2 0,46 0,46 0,46 1,38 0,46 0,00
A3B2 0,42 0,39 0,42 1,23 0,41 0,02
A4B2 0,37 0,35 0,32 1,04 0,35 0,03
B.1.2 ANOVA
Sumber
Type III
Sum of
Squares
df Mean
Square F Sig.
Corrected Model 0,157(a) 7 0,022 33,094 0,000
Intercept 4,646 1 4,646 6841,325 0,000
Rasio labu kuning:air 0,156 3 0,052 76,679 0,000
Jenis penstabil 0,001 1 0,001 0,883 0,361
rasio * jenis penstabil 0,001 3 0,000 0,245 0,863
Error 0,011 16 0,001
Total 4,815 24
Corrected Total 0,168 23
R Squared = 0,935 (Adjusted R Squared = 0,907)
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
48
B.1.3 Duncan
Rasio Labu Kuning dan Air N Subset
1 2 3 4 1
80% 6 0,3350
60% 6 0,4083
40% 6 0,4600
20% 6 0,5567
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000
B.1.4 Notasi
Perlakuan Notasi
A1 d
A2 c
A3 b
A4 a
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
49
Lampiran C. Data Hasil Analisis Organolepik Velva Labu Kuning
C.1 Rasa
C.1.1 Data Hasil Analisis Rasa Velva Labu Kuning
Panelis Perlakuan
A1B1 A2B1 A3B1 A4B1 A1B2 A2B2 A3B2 A4B2
1 3 - 3 3 3 - 4 4
2 3 - 3 4 3 4 3 4
3 3 5 4 3 5 4 4 4
4 - 5 4 4 3 4 3 4
5 3 4 4 4 5 - 4 3
6 3 - 4 3 5 4 3 3
7 - 4 3 4 3 - 4 4
8 - 4 3 4 5 5 3 4
9 5 5 4 - 5 4 4 4
10 5 5 3 - 3 5 4 4
11 5 5 4 4 - 4 - 3
12 5 4 - - 5 4 - -
13 3 - 4 4 3 5 4 3
14 3 - 3 3 - 4 4 3
15 - 5 3 3 - - 3 3
16 - 5 - 3 - 4 4 3
17 5 5 4 3 - 5 4 -
18 5 - 4 3 3 4 3 4
19 5 - 3 4 5 5 4 4
20 5 4 - 4 3 5 3 3
21 - 4 3 4 3 - 4 4
22 3 5 4 3 5 4 3 3
23 - 4 - 4 3 - 4 3
24 - 4 3 3 5 4 3 4
25 3 4 4 3 3 5 4 3
Jumlah 67 81 74 77 78 83 83 81
Rata-rata 3,94 4,50 3,52 3,50 3,90 4,37 3,61 3,52
C.1.2 ANOVA
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Between Groups 21,572 7 3,082 7,064 0,000
Within Groups 67,618 155 0,436
Total 89,190 162
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
50
C.1.3 Duncan
Perlakuan N 0,05
1 2 1
A4B1 22 3,5000
A4B2 23 3,5217
A3B1 21 3,5238
A3B2 23 3,6087
A1B2 20 3,9000
A1B1 17 3,9412
A2B2 19 4,3684
A2B1 18 4,5000
Sig. 0,064 0,528
C.1. 4 Notasi
Perlakuan Notasi
A1B1 a
A2B1 b
A3B1 a
A4B1 a
A1B2 a
A2B2 b
A3B2 a
A4B2 a
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
51
C.2 Warna
C.2.1 Data Hasil Analisis Warna Velva Labu Kuning
Panelis Perlakuan
A1B1 A2B1 A3B1 A4B1 A1B2 A2B2 A3B2 A4B2
1 4 5 3 3 - 4 4 4
2 - 4 4 - 3 5 3 3
3 3 5 3 3 3 5 3 4
4 - 4 - 4 4 4 3 3
5 4 - - 3 4 4 3 3
6 - - 4 - - 5 3 4
7 4 4 4 4 4 4 4 4
8 4 4 4 4 4 4 4 4
9 4 5 - 3 4 - 3 3
10 - 5 3 3 - 5 4 4
11 3 4 4 4 3 4 4 4
12 - 5 - - - 5 - -
13 3 - 3 3 4 4 4 4
14 4 4 4 4 3 4 4 3
15 3 - 3 3 3 - 4 4
16 4 4 4 4 4 4 4 4
17 3 5 4 4 - 4 - 3
18 4 - 3 3 4 5 3 3
19 3 5 4 - - 4 4 4
20 3 4 4 - 3 4 4 3
21 4 4 4 4 3 - 4 4
22 - 5 3 3 3 4 4 4
23 3 4 4 3 - 3 - 4
24 - 5 4 3 4 4 4 3
25 3 4 3 3 3 5 3 -
Jumlah 63 89 76 68 63 94 80 83
Rata-rata 3,50 4,45 3,62 3,40 3,50 4,27 3,64 3,61
C.2.2 ANOVA
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Between Groups 21,609 7 3,087 11,851 0,000
Within Groups 40,635 156 0,260
Total 62,244 163
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
52
C.2.3 Duncan
Perlakuan N 0,05
1 2 1
A4B1 20 3,4000
A1B1 18 3,5000
A1B2 18 3,5000
A4B2 23 3,6087
A3B1 21 3,6190
A3B2 22 3,6364
A2B2 22 4,2727
A2B1 20 4,4500
Sig. 0,203 0,270
C.2. 4 Notasi
Perlakuan Notasi
A1B1 a
A2B1 b
A3B1 a
A4B1 a
A1B2 a
A2B2 b
A3B2 a
A4B2 a
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
53
C.3 Aroma
C.3.1 Data Hasil Analisis Aroma Velva Labu Kuning
Panelis Perlakuan
A1B1 A2B1 A3B1 A4B1 A1B2 A2B2 A3B2 A4B2
1 3 5 3 3 - 5 3 3
2 4 4 4 4 4 4 4 4
3 3 5 3 3 3 - 3 3
4 4 4 4 3 4 5 - 4
5 4 - 3 3 4 4 3 4
6 4 5 4 4 4 5 - 4
7 4 4 4 4 3 5 4 4
8 - 5 - - - - 4 4
9 4 4 - 4 4 4 4 3
10 - 4 4 4 4 4 4 4
11 4 5 4 4 3 4 4 4
12 - 5 - - - 5 - -
13 4 - 3 3 4 4 3 3
14 3 4 3 3 3 4 3 3
15 - 5 3 3 4 - 4 3
16 4 - 4 4 3 4 4 4
17 3 4 4 4 4 4 4 3
18 4 4 3 3 4 4 4 -
19 3 5 4 4 - - 3 3
20 3 4 3 3 3 4 3 4
21 4 4 4 4 4 5 4 3
22 4 - - 4 3 4 3 4
23 - 5 4 - - 4 - 4
24 4 - - 4 4 5 4 4
25 4 4 4 4 - 4 4 4
Jumlah 74 89 72 79 69 91 76 83
Rata-rata 3,70 4,45 3,60 3,59 3,63 4,33 3,62 3,61
C.3.2 ANOVA
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Between Groups 18,424 7 2,632 10,722 0,000
Within Groups 38,787 158 0,245
Total 57,211 165
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
54
C.3.3 Duncan
Perlakuan N 0,05
1 2 1
A4B1 22 3,5909
A3B1 20 3,6000
A4B2 23 3,6087
A3B2 21 3,6190
A1B2 19 3,6316
A1B1 20 3,7000
A2B2 21 4,3333
A2B1 20 4,4500
Sig. 0,546 0,450
C.3. 4 Notasi
Perlakuan Notasi
A1B1 a
A2B1 b
A3B1 a
A4B1 a
A1B2 a
A2B2 b
A3B2 a
A4B2 a
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
55
C.4 Tekstur
C.4.1 Data Hasil Analisis Tekstur Velva Labu Kuning
Panelis Perlakuan
A1B1 A2B1 A3B1 A4B1 A1B2 A2B2 A3B2 A4B2
1 - 5 4 4 - 5 4 3
2 3 4 4 3 3 4 3 4
3 4 5 4 4 4 4 4 4
4 - 5 4 4 4 5 4 3
5 4 4 4 3 3 5 4 4
6 3 - 3 4 - 4 3 -
7 4 4 - 4 3 - 4 4
8 - 4 3 4 4 5 4 4
9 4 4 4 4 - 4 3 4
10 3 4 4 4 4 5 3 4
11 4 5 4 4 4 4 4 4
12 - 5 - - - 5 - -
13 3 - 4 4 3 - 4 3
14 3 4 3 4 3 5 4 4
15 4 4 3 3 4 4 4 4
16 - - 4 3 3 - 4 3
17 4 5 4 - 4 4 - 3
18 4 4 3 3 3 - 3 3
19 3 4 4 3 - 4 4 4
20 4 - 4 4 3 - 4 4
21 4 5 4 4 4 5 3 4
22 4 4 4 3 3 4 4 3
23 3 5 - 4 - - 4 4
24 4 4 4 4 4 4 4 3
25 4 4 3 3 - 5 4 3
Jumlah 73 92 82 84 63 85 86 83
Rata-rata 3,65 4,38 3,73 3,65 3,50 4,47 3,74 3,61
C.4.2 ANOVA
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Between Groups 19,128 7 2,733 11,507 0,000
Within Groups 38,233 161 0,237
Total 57,361 168
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
56
C.3.3 Duncan
Perlakuan N 0,05
1 2 1
A1B2 18 3,5000
A4B2 23 3,6087
A1B1 20 3,6500
A4B1 23 3,6522
A3B1 22 3,7273
A3B2 23 3,7391
A2B1 21 4,3810
A2B2 19 4,4737
Sig. 0,171 0,539
C.3. 4 Notasi
Perlakuan Notasi
A1B1 a
A2B1 b
A3B1 a
A4B1 a
A1B2 a
A2B2 b
A3B2 a
A4B2 a
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
57
C.5 Keseluruhan
C.5.1 Data Hasil Analisis Keseluruhan Velva Labu Kuning
Panelis Perlakuan
A1B1 A2B1 A3B1 A4B1 A1B2 A2B2 A3B2 A4B2
1 3 5 4 4 4 5 4 4
2 4 - 4 4 5 4 - -
3 - 5 3 3 4 4 4 4
4 3 5 3 3 4 4 3 4
5 4 - 3 4 5 5 3 4
6 4 4 4 4 4 4 4 4
7 3 5 4 3 4 5 4 3
8 4 - 4 4 4 5 4 4
9 4 4 4 - 4 5 3 4
10 - 5 4 4 5 5 4 -
11 - 4 - 4 4 4 4 4
12 - 5 - 4 4 4 4 4
13 3 4 - 3 - 5 3 4
14 - 4 3 4 4 - - 3
15 3 5 4 4 4 - 4 3
16 4 4 4 3 - 4 4 4
17 3 5 4 4 - - 3 4
18 3 4 4 - - 4 4 3
19 4 4 3 3 4 4 4 3
20 3 - 4 3 4 4 3 4
21 4 5 4 4 4 5 4 3
22 4 4 3 4 4 - 4 3
23 4 - 4 4 - 4 - 3
24 - 4 4 4 4 4 4 4
25 - 5 4 3 4 4 4 3
Jumlah 64 90 82 84 83 92 82 83
Rata-rata 3,56 4,50 3,73 3,65 4,15 4,38 3,73 3,61
C.5.2 ANOVA
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Between Groups 20,115 7 2,874 12,721 0,000
Within Groups 36,370 161 0,226
Total 56,485 168
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember
58
C.4.3 Duncan
Perlakuan
N 0,05
1 2 1 3
A1B1 18 3,5556
A4B2 23 3,6087
A4B1 23 3,6522
A3B1 22 3,7273
A3B2 22 3,7273
A1B2 20 4,1500
A2B2 21 4,3810 4,3810
A2B1 20 4,5000
Sig. 0,306 0,117 0,418
C.4.4 Notasi
Perlakuan Notasi
A1B1 a
A2B1 c
A3B1 a
A4B1 a
A1B2 b
A2B2 bc
A3B2 a
A4B2 a
Digital Repository Universitas JemberDigital Repository Universitas Jember