19
PENGARUH GLOBAL WARMING TERHADAP TANAMAN DAN LINGKUNGAN PAPER Diajukan sebagai tugas mata kuliah Agroklimatologi Disusun Oleh : Kelas II-C Bagas Lutfi Pratama (1510631090020) Halimatus Sadiah (1510631090042) Jelia Witri (1510631090051) Muhammad Alwan Samiaji (1510631090068) Mohamad Harry Fahrulrozzi (1510631090064) Reza Pahlevi (1510631090084) Sofiyanti (1510631090100) PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG 2016

Tanaman dan lingkungan

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH GLOBAL WARMING TERHADAP TANAMAN DAN LINGKUNGAN

PAPER

Diajukan sebagai tugas mata kuliah

Agroklimatologi

Disusun Oleh : Kelas II-C

Bagas Lutfi Pratama (1510631090020)

Halimatus Sadiah (1510631090042)

Jelia Witri (1510631090051)

Muhammad Alwan Samiaji (1510631090068)

Mohamad Harry Fahrulrozzi (1510631090064)

Reza Pahlevi (1510631090084)

Sofiyanti (1510631090100)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

2016

i

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT , karena berkat rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan berjudul

“Tanaman dan lingkungan”.

Adapun tujuan penyusunan makalah ini sebagai referensi dan metode

pembelajaran bagi mahasiswa/i UNSIKA dalam memenuhi tugas mata kuliah

Agroklimatologi.

Makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan, bimbingan, dan dukungan

dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Slamet Abadi, M.Si. selaku Kepala Program Studi Agroteknologi yang

memberi dukungan maupun fasilitas baik langsung maupun tidak

langsung

2. Romi Andika Laksono, SP., MP. selaku dosen Agroklimatologi yang telah

membimbing penulis dalam pembuatan makalah ini

3. Rekan-rekan seperjuangan program studi Agroteknologi yang telah

memberi bantuan dan masukan kepada penulis saat penyusunan makalah

ini.

Makalah ini dapat disusun sedemikian rupa agar mencapai hasil yang

maksimal dan semoga makalah ini membawa manfaat bagi pembacanya.

Meskipun begitu, makalah ini tetap memiliki kekurangan. Maka dari itu penulis

mengharap kritik dan saran dari pembaca.

Karawang, 11 Maret 2016

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 2

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 2

1. 2 Batasan Masalah .................................................................................. 2

1. 3 Masalah ................................................................................................ 2

1. 4 Tujuan ................................................................................................... 3

1. 5 Manfaat Makalah ................................................................................. 3

1.6 Metode Penyusunan ........................................................................... 3

BAB 2 PEMBAHASAN

2. 1 PEMBAHASAN ....................................................................................... 4

BAB 3 PENUTUP

3. 1 KESIMPULAN ......................................................................................15

3. 2 SARAN .................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................16

1

Abstrak

Merupakan kewajiban manusia melestarikan lingkungannya dari hal yang tidak

diinginkan oleh lingkungan itu sendiri. Semua manusia akan terlibat dalam

perlakuan terhadap lingkungan karena semua manusia pula akan bertempat

tinggal di lingkungan itu sendiri. Baik lingkungan biotik dan abiotik, semua

manusia akan mendudukinya. Tanpa kita sadari, lingkungan tersebut lama

kelamaan akan lelah dengan tingkah laku manusia yang banyak merusak tempat

tinggalnya itu. Hal ini harusnya di antisipasi dari awal dengan melestarikan

lingkungan itu sendiri, bukan malah merusaknya. Jangan sampai manusia malah

menyesal akan lingkungan yang diciptakan oleh dirinya sendiri. Salah satunya

mengantisipasi adanya pemanasan global atau efek rumah kaca atau sering

disebut global warming. “Proses pemanasan permukaan suatu benda langit

(terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan

keadaan atmosfernya” (Joseph Fourier 1824). Bukan malah ketika sudah terjadi

hal tersebut, malah mengantisipasinya. Seharusnya mengantisipasi sejak awal

secara berlanjut. Mau tidak mau, global warming ini akan berdampak pada

tanaman, yang nantinya akan berdampak negatif pada hasil panen dan pasca

panen. “Fenomena pemanasan global yang mempengaruhi secara cara dan hasil

menanam juga ditambah dengan persoalan pencemaran dan konversi lahan

pertanian” (Rahman ketua SPI Sumsel). Oleh karena itu, ahli pertanian dan ahli

klimatologi sudah seharusnya duduk bersama untuk banyak mengatasi

permasalahan permasalahan yang ada di lapangan. Yang setelah itu,

permasalahan yang ada dilapangan sebaiknya di demonstrasikan kepada para

petani oleh penyuluh.

2

BAB 1 PENDAHULUAN

Latar belakang

Seperti yang kita ketahui bahwa efek rumah kaca atau sering kali disebut

global warming telah menjadikan sebagian manusia takut akan alam. Padahal,

perlakuan itu sendiri sudah dilakukan manusia langsung terhadap lingkungan

maupun ekosistem. Ilmu lingkungan mengintegrasikan berbagai ilmu yang

mempelajari hubungan antara jasad hidup (termasuk manusia) dengan

lingkungannya. Dampak yang luar biasa, ketika manusia melakukan hal ini secara

terus menerus dalam jumlah yang sangat besar. Seperti hal yang terkecil saja,

membuang sampah bukan pada tempatnya. Secara tidak langsung, manusia

sudah merusak lingkungan karena hal sepele tersebut. Oleh karena itu, manusia

pun harus berpegang teguh dalam menjaga kelestarian lingkungan yang sudah

diberikan oleh tuhan. Bukan untuk dirusak, lingkungan yang sehat perlu dijaga

keasriannya sejalan kehidupan manusia yang butuh akan lingkungan yang bersih.

Selain itu, tanaman pun akan beradaptasi terhadap lingkungan yang baik yang

tidak terkena efek rumah kaca.

Jika hal tersebut terjadi, penurunan produktivitas ataupun hasil panen

tanaman pertanian tak terhindarkan. Selain itu, banyak lagi faktor-faktor yang

sangat mempengaruhi kelangsungan tanaman untuk bertahan hidup atas apa

yang diterimanya dalam lingkungan hidup yang bersih.

Batasan masalah

Dalam paper ini, penyusun hanya akan membahas pengaruh global

warming terhadap tanaman dan lingkungan. Baik lingkungan abiotik maupun

lingkungan biotik.

Masalah

Kerusakan lingkungan telah menjadi momok bagi sebagian manusia.

Manusia khawatir akan lingkungan rusak yang akan mempengaruhi

kelangsungan hidupnya. Selain manusia, tanaman pun akan peka terhadap

lingkungannya.

3

Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap tanaman.

Untuk mengetahui pengaruh lingkungan bersih dan tidak bersih terhadap

tanaman.

Untuk mengetahui konsep lingkungan di Indonesia.

Untuk mengetahui faktor-faktor kerusakan lingkungan.

Untuk mengetahui peranan Analisis Mengenai Lingkungan

Untuk mengembangkan teknologi terhadap kerusakan lingkungan.

Untuk mengetahui upaya pelestarian lingkungan yang benar.

Manfaat makalah

Dapat mengetahui bahwa lingkungan berpengaruh terhadap

produktivitas tanaman.

Dapat mengetahui bahwa kerusakan lingkungan akan mempengaruhi

produktivitas tanaman

Dapat mengetahui konsep lingkungan di Indonesia.

Dapat mengetahui faktor-faktor kerusakan lingkungan.

Sebagai referensi mata kuliah agroklimatologi

Metode penyusunan

Internet

Buku

4

BAB 2 PEMBAHASAN

2.2 Pembahasan

Perlu adanya kerjasama antara ahli klimatologi dan ahli pertanian

dalam membangun sektor pertanian. Jelas bahwa salah satu tugas

kemanusiaan ahli klimatologi adalah memberi bantuan tentang

penerapan klimatologi setiap usaha produksi bahan pangan. Ternyata

bahwa banyak pengetahuan klimatologi yang dapat diterapkan dalam

praktek pertanian. Kita tidak perlu beranggapan bahwa penerapan

klimatologi hanya merupakan ramalan cuaca dan iklim saja, tetapi kita

harus mulai memikirkan potensi yang terdapat di dalam perpaduan

antara klimatologi dan pertanian.

Pengaruh global warming terhadap tanaman dan lingkungan ini pun

sejatinya berkaitan dengan alam yang saling berinteraksi yang nantinya

akan berpotensi besar atas kesejahteraan masyarakat.

2.2.1 Pengertian global warming

Pemanasan Global merupakan fenomena naiknya suhu permukaan bumi karena meningkatnya efek rumah kaca. Peningkatan efek rumah kaca dipengaruhi oleh naiknya kadar gas-gas rumah kaca di atmosfer yaitu gas karbondioksida, uap air, ozon.

Fenomena pemanasan global menjadi isu international sejak berdampak pada kelangsungan hidup makhluk hidup, yaitu berpengaruh pada perubahan iklim bumi. Keadaan seperti ini dikhawatirkan akan memberikan dampak buruk yang berupa kepunahan beberapa spesies dan munculnya penyakit serta gejala-gejala alam yang belum pernah terjadi sebelumnya.

2.2.2 Pengaruh global warming terhadap lingkungan

2.2.2.1 Pengaruh Negatif Global Warming

1. Iklim Mulai Tidak Stabil

Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global,

daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere)

akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-

gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es

yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang

sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya

5

lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju

akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan

lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan

malam hari akan cenderung untuk meningkat.

Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air

yang menguap dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah

kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan

pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air

merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan

efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga

akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan

cahaya matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal ini akan

menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi

akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk

setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah

meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan

menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah.

Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari

sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola

yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya

dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan

pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin

akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.

Satidaknya ada 10 bencana besar yang diperkirakan terjadi akibat

pemanasan global.

2. Kenaikan permukaan air laut

Salah satu akibat pemanasan global adalah dapat mencairnya es di

Kutub Utara dan Kutub Selatan. Pencairan es tersebut menyebabkan

naiknya permukaan air laut. Peningkatan permukaan air laut

memperbesar resiko banjir. Hal ini terutama berlaku jika pemanasan

global dikaitkan dengan terjadinya badai dan topan yang ganas.

Banyak negara berkembang sangat bergantung pada industri

pariwisata. Salah satu daya tariknya ialah pantai-pantai pasir yang luas

dan bersih. Untuk gambaran kasarnya, jika terjadi peningkatan

permukaan air laut setinggi 10 cm, berarti hilangnya sekitar 10 m pantai.

6

Meningkatnya permukaan air laut mendorong batas antara air asin

dan air tawar di muara sungai lebih jauh ke daratan. Peningkatan setinggi

10 cm akan cenderung mengakibatkan penembusan air laut sekitar satu

kilometer lebih jauh ke darat dalam muara datar. Penembusan air asin ke

dalam cadangan air tawar dapat menjadi masalah serius ketika

permukaan air laut naik.

3. Penurunan Hasil Panen Pertanian dan Perikanan

Dengan terjadinya pemanasan global ini maka akan terjadi

perubahan iklim, dimana Jika iklim berubah seperti yang diramalkan,

kemungkinannya bermacam-macam dan bahkan bisa suram. Penurunan

curah hujan jelas akan merupakan bencana bagi petani miskin di daerah

kering, misalnya di Afrika, Brasil, Pakistan serta India, dan dampak

tersebut tidak terbatas pada daerah kering saja. Sebagai contoh:

Pemanasan global dapat membuat daerah Barat-Tengah Amerika

Serikat menjadi lebih panas dan berangin. Apa yang dapat terjadi sudah

dirasakan ketika kekeringan dan suhu tinggi pada 1988 menurunkan hasil

panen gabah sebesar 30 persen. Penurunan hasil panen seperti ini, jika

berlangsung terus, hampir pasti akan berakibat serius bagi negara

berkembang serta negara-negara lain yang bergantung pada impor gabah

dari Amerika Serikat.

Para petani dimanapun telah menunjukkan diri mampu melakukan

penyesuaian diri untuk menanggapi perubahan keadaan. Mereka bersiap

mengganti tanaman ketika pasar berubah, menerapkan jenis biji baru

ketika mereka melihat bahwa jenis tersebut lebih menguntungkan,

mengubah teknik bertani, atau mengambil langkah apapun yang mungkin

meningkatkan keamanan atau pendapatan mereka. Tetapi penyesuaian

diri demikian memerlukan waktu dan uang. Jika dunia sedang menuju ke

abad yang suhu globalnya meningkat terus, kecepatan dan kelanjutan

perubahan akan meletakkan beban berat pada para petani di mana-

mana.

Walaupun begitu, tidak seluruh kemungkinan negatif. Misalnya, ada

kemungkinan bahwa kondisi di beberapa daerah akan menjadi lebih

menguntungkan bagi tanaman pertanian daripada sekarang. Sebagai

contoh:

Satu calon bagi perbaikan iklim demikian adalah Republik Rusia,

bekas bagian dari Uni Soviet. Diperkirakan bahwa suhu yang lebih tinggi

7

disertai peningkatan curah hujan yang mungkin terjadi akan

meningkatkan hasil gabah sampai 50 persen. Ini akan memungkinkan bagi

Uni Soviet untuk menjadi salah satu pengekspor gabah terbesar, dan

tidak lagi bergantung pada impor dari Amerika Serikat.

Terumbu karang merupakan ekosistem planet yang paling beragam.

Satu terumbu dapat mendukung sebanyak 3000 spesies kehidupan laut.

Terumbu terutama rentan terhadap perubahan apapun dalam

lingkungannya. Kondisi ekstrem dapat menyebabkan ganggang simbiotik

yang peka, pemberi warna dan makanan pada karang akan terlepas

keluar. Jika hal ini terjadi, kerangka kapur dari karang akan terkelupas,

sehingga memberi warna keputihan. Karang biasanya mendapatkan

kembali ganggang setelah kejadian tersebut, tetapi kejadian yang

berulang dan lama akan mencegah pertumbuhan dan reproduksi karang

dan lambat-laun akan membunuh mereka.

4. Perubahan keanekaragaman hayati

Setiap jenis tumbuhan dan hewan hanya dapat hidup dalam satu

wilayah atau iklim yang sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh:

Jenis pohon tertentu sesuai tumbuh di daerah curah hujan dan suhu

savana. Jika iklim menjadi lebih panas dan lebih kering, pohon ini kalah

dibandingkan semak rendah yang jarang tumbuhnya dan dapat hidup

dalam iklim lebih keras. Jenis pohon ini akan digantikan secara alami oleh

jenis lain yang lebih mampu menyesuaikan diri dengan iklim baru.

Jika perubahannya lambat, akan terjadi penyesuaian diri secara

bertahap terhadap iklim baru, seperti yang telah terjadi masa lalu.

Diperkirakan jika kondisi yang lain tetap, tumbuh-tumbuhan perlu pindah

100 – 150 km ke arah kutub untuk mengatasi peningkatan suhu sebesar

1°C.

5. Dampak sosial dan politik

Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya

penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan

kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen

sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang

ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di

kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan

dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat

8

trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan

penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul

penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma

psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.

Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran

penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit

melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian

Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk

nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka

ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri,

plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target

nya adala organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada

beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah

dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan

berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa berdampak

kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau

panjang / kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak

menentu)

Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada

sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne

disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik

yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-

penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis,

penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain

6. Pulau Tenggelam

Indonesia , Amerika Serikat, dan Bangladesh adalah beberapa negara

yang paling terancam tenggelam. Bahkan beberapa pulau di Indonesia

sudah hilang tenggelam. Ini disebabkan mencairnya permukaan gletser di

kutub yang membuat volume air laut meningkat drastis. Menyusutnya

hutan bakau memperparah pasangnya air laut. Sekarang saja pasang air

laut Pantai Kuta telah membanjiri beberapa lobi hotel disekitarnya. Pulau

Jawa juga bernasib sama , sampai saat ini permukaan Teluk Jakarta sudah

naik 0,8 cm.

Dan kalau suhu bumi terus naik , tahun 2050 derah-daerah Jakarta

dan Bekasi seperti Kosambi, Penjaringan , Cilincing , Muaragembong , dan

Tarumajaya akan terendam.

9

7. Badai

Badai memang bisa terjadi karena kehendak alam. Tapi suhu air yang

menghangat akibat global warming mendukung terjadinya badai yang

jauh lebih kuat dan besar. Beberapa tahun belakangan ini , negara-negara

di Eropa, Amerika, dan Karibia telah mengalami begitu banyak badai

dibandingkan abad sebelumnya. Bahkan badai-badai tersebut bukan

cuma badai biasa, namun masuk kategori badai mematikan , seperti

badai katrina,badai ike, badai nargis, badai rita,dll.

8. Gelombang Panas

Tahun 2003 lalu, Eropa diserang gelombang panas alias heat wave ,

yang menewaskan banyak orang. Mengejutkan ! Tapi bencana ini sudah

diperkirakan ratusan tahun yang lalu , tepatnya tahun 1900 oleh para

ilmuwan di masa itu . Gelombang panas memang pernah terjad

beberapa kali di bumi, namun belakangan ini makin sering terjadi dan

diperkirakan 40 tahun lagi frekwensinya akan meningkat 100 kali lipat.

9. Kekeringan

Afrika, India, dan daerah-daerah kering lainnya bakal menderita

kekeringan lebih parah ! Air akan makin sulit di dapat dan tanah tak bisa

ditanami apa-apa lagi, hingga suplai makanan berkurang drastis. Ilmuwan

memperkirakan hasil tani negara-negara Afrika akan menurun 50 % di

tahun 2020 dan tingkat kekeringan di dunia meningkat 66 %. Tak

terbayang kalau kekeringan ini sampai terjadi di bumi ini.

10. Perang dan Konflik

Negara yang kekurangan air dan bahan pangan kemungkinan besar

akan mengalami panik dan berubah jadi agresif. Lalu bukan tak mungkin

mereka berusaha saling merebut lahan yang belum rusak.

11. Ekosistem Hancur

Perubahan iklim yang terjadi akibat global warming akan

menghancurkan ekosistem yang ada. Setelah sebagian mahkluk hidup di

bumi musnah akibat bencana kekeringan, banjir , badai, atau

ditenggelamkan air laut, mahkluk hidup yang tersisa bakal mengalami

kesulitan untuk bertahan hidup. Penyebabnya adalah berkurangnya

sumber air , udara bersih, bahan bakar , sumber energi , bahan makanan,

obat-obatan yang dibutuhkan untuk survive.

10

12. Mahkluk Hidup Punah

Sebanyak 30 % mahkluk hidup yang ada sekarang bakal musnah

tahun 2050 kalau temperatur bumi terus naik. Spesies yang punah ini

kebanyakan yang habitatnya di tempat dingin . Hewan-hewan laut

diperkirakan banyak yang tak bisa bertahan setelah suhu air laut jadi

menghangat. Kalau tumbuhan dan hewan makin berkurang, jelas

manusia akhirnya terancam karena kekurangan bahan makanan. Katak

Atelopus sp misalnya, punah akibat infeksi fungi patogen

Batrachocytrium dendrobatridis yang terus meningkat akibat peningkatan

suhu di sekitar pegunungan Amerika Selatan

2.2.2.2 Pengaruh Positif Global Warming

IPCC dibentuk guna mengatasi isu yang sangat pelik

mengenai perubahan iklim. Para pengambil kebijakan (policy

makers) membutuhkan suatu sumber informasi yang obyektif dan

akurat tentang sebab-sebab perubahan iklim, dampaknya

terhadap lingkungan, sosial ekonomi serta alternatif

penanggulangannya dan cara beradaptasi terhadap perubahan

iklim.

Menurut mereka, dampak positifnya antara lain:

1. Potensi yang lebih tinggi pada hasil pertanian di daerah yang terletak pada posisi lintang tengah.

2. Potensi penambahan kayu global pada hutan yang dikelola dengan baik dan benar.

3. Peningkatan ketersediaan air untuk populasi pada beberapa wilayah yang relatif kering, sebagai contoh di sebagian wilayah Asia Tenggara.

4. Pengurangan angka kematian pada musim dingin pada bumi di belahan lintang tengah dan lintang tinggi.

5. Pengurangan permintaan energi untuk pemanas ruangan akibat suhu udara pada musim dingin tidak terlalu dingin.

IPCC mensimulasi perubahan iklim menggunakan pemrograman komputer yang disebut model numerik iklim global (numerical global climate model) atau model sirkulasi global (global circulation models atau GCMs). Model numerik ini digunakan untuk mensimulasi perubahan iklim rata-rata global dan membandingkannya dengan pengukuran regional secara aktual.

Menurut IPCC sendiri, mereka mengakui bahwa masih ada

ketidakpastian yang melekat pada hasil simulasi tersebut, karena hasil

11

pemodelan hanya merupakan proyeksi dan bukan prediksi, dan masih

ada kelemahan dalam simulasi dan pemodelan yang tidak mempunyai

kemampuan.

2.2.3 Penyebab Global Warming

2.2.3.1 Model rumah kaca

Yang menjadi salah satu penyebab pemanasan global adalah dimana model rumah kaca baik di rumah-rumah, gedung-gedung atau tempat-tempat yang menggunakan konsep bangunan kaca ini dapat memantulkan cahaya ke udara dan bukannya menyerap sinar matahari. Sehingga dampak dari konsep umah kaca ini sangat berpengaruh terhadap pertambahan dan peningkatan pemanasan global di bumi.

2.2.3.2 Pemborosan listrik

Listrik banyak digunakan oleh setiap orang, namun banyak orang yang belum sadar akan penghematan terhadap penggunaan listrik. Berbagai himbauan telah banyak digerakkan atau dilakukan, namun pada kenyataannya banyak manusia belum bisa melakukannya, sehingga pemborosan listrik ini bisa menjadi salah satu penyumbang meningkatnya pemanasan global.

2.2.3.3 Bahan bakar

Bahan bakar yang digunakan kendaraan selain menggangu kesehatan juga memberikan efek bertambahnya pemanasan global dari polusi udara yang dihasilkan setiap kendaraan.

2.2.3.4 Polusi udara dari Industri dan Pabrik

Semakin banyak industri dan pabrik yang berkembang, semakin banyak terjadinya pemanasan global. Disisi positifnya memang industri dan pabrik bisa memberikan peluang untuk mensejahterakan rakyat , namun disisi lain kerugian asap yang dihasilkan dari industri dan pabrik sangat merugikan eksitensi bumi.

2.2.3.5 Hutan gundul

Banyak terjadi pembakaran hutan secara ilegal tanpa izin dari pemerintah. Padahal hutan banyak fungsinya, salah satunya ialah bisa mencegah terjadinya banjir. Selain itu, hutanpun dapat mereduksi suhu panas di bumi yang semakin meningkat. Sebuah

12

sumber mengatakan bahwa pemanasan global meningkat 50% yang penyebabnya adalah CO2 atau karbondioksida. Dimana emisi karbondioksida disebabkan adanya kerusakan atau pembakaran hutan. Sehingga hutan gundul menjadi salah satu penyebab meningkatnya pemanasan global bumi.

2.2.3 Pengertian tanaman dan lingkungan

Dalam pertanian, tanaman adalah beberapa jenis organisme yang

dibudi dayakan pada suatu ruang atau media untuk dipanen pada masa

ketika sudah mencapai tahap pertumbuhan tertentu. Pengertian ini

dibedakan dari penggunaan secara awam bahwa tanaman sama dengan

tumbuhan. Pada kenyataannya, hampir semua tanaman adalah

tumbuhan, tetapi ke dalam pengertian tanaman tercakup pula beberapa

fungi (jamur pangan, seperti jamur kancing dan jamur merang) dan alga

(penghasil agar-agar dan nori) yang sengaja dibudidayakan untuk

dimanfaatkan nilai ekonominya. Tanaman "sengaja" ditanam, sedangkan

tumbuhan adalah sesuatu yang muncul atau tumbuh dari permukaan

bumi.

Adapun lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang

mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya,

mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di

dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia

seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.

Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di

sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.

Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri).

2.2.4 Konsep lingkungan di Indonesia

Lingkungan, di Indonesia sering juga disebut "lingkungan hidup". Misalnya dalam Undang-Undang no. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, definisi Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia, dan perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan

13

perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.A.F.A Pengertian lingkungan hidup bisa dikatakan sebagai segala sesuatu yang ada di sekitar manusia atau makhluk hidup yang memiliki hubungan timbal balik dan kompleks serta saling mempengaruhi antara satu komponen dengan komponen lainnya.

Pada suatu lingkungan terdapat dua komponen penting pembentukannya sehingga menciptakan suatu ekosistem yakni komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik pada lingkungan hidup mencakup seluruh makluk hidup di dalamnya, yakni hewan, manusia, tumbuhan, jamur dan benda hidup lainnya. sedangkan komponen abiotik adalah benda-benda mati yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di sebuah lingkungan yakni mencakup tanah, air, api, batu, udara, dan lain sebaiganya.

Pengertian lingkungan hidup yang lebih mendalam menurut No 23 tahun 2007 adalah kesatuan ruang dengan semua benda atau kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya ada manusia dan segala tingkah lakunya demi melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia maupun mahkluk hidup lainnya yang ada di sekitarnya.

2.2.5 Arti dan peranan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Konsep analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) sebenarnya bukan hal yang baru.. sering orang memprakirakan apakah konseksuensi tindakan yang akan dilakukannya dan memikirkan tindak lanjut apa yang perlu untuk memperbesar atau memperkecil konsekuensi tindakannya ini. Pada dasarnya ini adalah AMDAL, walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit dan tidak dilakukan secara komprehensif yang meliputi banyak bidang. Walaupun kebanyakan AMDAL digunakan dalam suatu proyek, tidak menutup kemungkinan penggunaan dalam ruang lingkup pertanian pun akan lebih sukses. Karena AMDAL sendiri juga digunakan untuk menganalisis dampak yang diperkirakan akan timbul oleh program.

2.2.5 Kerusakan lingkungan hidup

Seperti yang kita ketahui bahwa lingkungan merupakan temapt hidupnya mahkluk hidup. Apabila lingkungan tersebut, tidak menutup kemungkinan, organisme yang ada didalamnya pun ikut punah, tak terkecuali manusia. Kerusakan pada lingkungan hidup terjadi karena dua faktor, baik faktor alami ataupun karena tangan-tangan jahil manusia. Pentingnya lingkungan hidup yang terawat terkadang dilupakan oleh manusia, dan hal ini bisa menjadikan ekosistem serta kehidupan yang tidak maksimal pada lingkungan tersebut.

14

Berikut beberapa faktor secara mendalam yang menjadikan kerusakan lingkungan hidup.

Faktor alami

Banyaknya bencana alam dan cuaca yang tidak menentu menjadi penyebab terjadinya kerusakan lingkungan hidup. Bencana alam tersebut bisa berupa banjir, tanah longsor, tsunami, angin puting beliung, angin topan, gunung meletus, ataupun gempa bumi. Selain berbahaya bagi keselamatan manusia maupun mahkluk lainnya, bencana ini akan membuat rusaknya lingkungan.

Faktor buatan

Manusia sebagai makhluk berakal dan memiliki kemampuan tinggi dibandingkan dengan makhluk lain akan terus berkembang dari pola hidup sederhana menuju ke kehidupan yang modern. Dengan adanya perkembangan kehidupan, tentunya kebutuhannya juga akan sangat berkembang termasuk kebutuhan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.

Kerusakan lingkungan karena faktor manusia bisa berupa adanya penenbangan secara liar yang menyebabkan banjir ataupun tanah longsor, dan pembuangan sampah di sembarang tempat terlebih aliran sungai dan laut akan membuat pencemaran.

2.2.6 Upaya pelestarian

Penanaman kembali hutan yang gundul Pencegahan terhadap buang sampah dan limbah di sembarang

tempat Pemberian sanksi ketat terhadap pelaku pencemar lingkungan Menghentikan eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian

tanah, air, udara dan lingkungan. Mengurangi dampak lingkungan dengan Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan

15

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Global warming akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan

tanaman yang ada di lingkungan. Artinya, jika efek rumah kaca timbul

karena manusia, manusia akan berpengaruh juga terhadap kelangsungan

hidup para tanaman. Oleh karena itu, manusia harus berperan aktif

menjaga kelestarian lingkungan, bukan berperan aktif untuk merusak

lingkungan sekitar, minimal jangan buang sampah bukan pada

tempatnya.

3.2 Saran

Penyusun sadar akan ketidaklengkapan paper ini. Terutama bagian-

bagian yang belum sempat dicari. Oleh karena itu, saran dari pembaca

akan sangat membangun atas keterbatasan kami tersebut.

16

Daftar Pustaka

Bob Susanto (2015). Pengertian Global Warming, Penyebab & Tampaknya

[Online]. Tersedia:

file:///G:/1agroklimatologi/Pengertian%20Global%20Warming,%20Penye

bab%20&%20Dampaknya%20_%20SeputarPengetahuan.Com.html [2015,

Maret 8]

Juju Bandung (2013). Pengaruh global warming terhadap lingkungan [Online].

Tersedia:

file:///G:/1agroklimatologi/Pengaruh%20Global%20Warming%20Terhada

p%20Lingkungan%20_%20jujubandung.html [2013, Januari 8]

My Blog Yanti (2013). Ppengaruh global warming bagi kelangsungan mahkluk

hidup [Online]. Tersedia:

file:///G:/1agroklimatologi/My%20Blog%20%28Yanti%29_%20Pengaruh

%20Global%20Warming%20Bagi%20Kelangsungan%20Makhluk%20Hidup

.html [2013, Januari 2]

Soemarwoto Otto. (2003). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Bandung.

UGM press.

Soeriaatmadja r. e. (1976). Ilmu Lingkungan. Penerbit ITB

Tjasyono Bayong HK. (2004). Klimatologi. Bandung. Penerbit ITB

Wikipedia.org. (2014). Pengertian tanaman [online]. Tersedia:

http://www.wikipedia.org.id [2014, April 13 ]

Wikipedia.org. (2016). Pengertian lingkungan [online]. Tersedia:

http://www.wikipedia.org.id [2016, Januari 21 ]