35
TASAWUF DI ERA MODERN MAKALAH Diajukan dalam memenuhi tugas dalam mata kuliah Akhlaq Tasawuf Disusun Oleh Kelompok 8C AS-A: 1. Husen Ishak 12350093 (087826077856) 2. Khusen 12350092 (089672114299) Dosen: Drs. Malik Ibrahim, M.Ag.

Tasawuf di Era Modern

Embed Size (px)

Citation preview

TASAWUF DI ERA MODERN

MAKALAHDiajukan dalam memenuhi tugas dalam mata kuliah Akhlaq

Tasawuf

Disusun Oleh Kelompok 8C AS-A:

1. Husen Ishak 12350093 (087826077856)

2. Khusen 12350092(089672114299)

Dosen:

Drs. Malik Ibrahim, M.Ag.

AL-AHWAL ASY –SYAKHSIYAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2012

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim,

Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan ridlo-Nya

makalah ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Mudah-mudahan memenuhi kriteria sebagai salah satu

pemenuhan tugas pada mata kuliah Akhlak Tasawuf.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

Nabi Muhammad SAW sebagai panutan ummat. Semoga kita

sebagai umatnya mendapatkan syafa’at darinya.

Menyikapi kemajuan zaman dan perubahan-perubahan system

yang ada di tengah-tengah masyarakat saat ini dimana

telah banyak mengakibatkan manusia modern mengalami

krisis spiritual. Salah satunya pengaruh sekularisasi

yang lama menimpa manusia modern setelah saintek yang

dibawanya memutuskan untuk mengambil pandangan sekuler

sebagai pilosofisnya. Maka dari itu, kami tertarik

untuk memberikan solusi melalui makalah yang berjudul

“Tasawuf Di Era Modern” .

Semoga dengan khadiran makalah ini sedikit banyak

menjadi sumbangsih pemikiran guna menyadarkan umat

Islam modern khususnya. Kritik dan saran yang sifatnya

membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan demi

kesempurnaan karya-karya tulis selanjutnya.

Yogyakarta, Oktober

2012

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………

BAB I : PENDAHULUAN

………………………………………………………

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………

B. Rumusan Masalah ………………………………………………….

C. Metode Penelitian ………………………………………………….

BAB II : PEMBAHASAN

………………………………………………………..

A. Kondisi Sosial Keagamaan Umat Islam Di Era

Modern …………...

B. Problematika Kehidupan Umat Islam Di Era

Modern ……………..

C. Model Tasawuf Yang Relevan Dan Applicable Di

Era Modern …..

BAB III : PENUTUP ………………………………………………………………

A. Simpulan ……………………………………………………………

B. Saran ………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia modern memancarkan nilai-nilai positif

dan negative, hal ini menjadi dilema dan tantangan

yang penuh kompetitif. Kompetisi itu perlu memacu

pengembangan diri dan kelompok dalam kehidupan

masyarakat. semakin maju suatu masyarakat, maka

semakin tinggi pula tingkat kompetisinya. Sebaliknya

masyarakat yang kurang maju, maka tingkat

kompetisinya juga rendah.

Sudah tidak dapat diingkari bahwa masyarakat

modern yang ditandai dengan kompetisi tinggi itu

penuh dengan dilema dan tantangan yang menjadi

sunnatullah. Menghadapi dilema kehidupan tersebut

memerlukan arus pemikiran yang mengarah kepada

pencapaian titik kebahagiaan melalui kehidupan

spiritual. Kehidupan spiritual selalu ditandai

dengan meditasi yang merupakan kegiatan sehari-hari

yang sangat menonjol dikalangan mereka yang menempuh

jalan spiritual seperti sufi.

Telah banyak manusia modern yang mengalami

krisis spiritual. Itu akibat pengaruh sekularisasi

yang telah lama menimpa jiwa-jiwa mereka melalui

paham-pahamnya seperti naturalisme, materialisme,

positifisme dsb. setelah kemajuan saintek yang

dibawanya memutuskan untuk mengambil pandangan

sekuler sebagai dasar pilosofisnya.1 Pandangan yang

hanya mementingkan kehidupan duniawi, telah secara

signifikan menyingkirkan manusia modern dari aspek

spiritualitas sehingga mereka terisolir dari dunia

lain non-fsikis sebagaimana keyakinan para sufi.

Imam Al Ghazali berpendapat bahwa dinamika

kehidupan dalam sejarah bertumpu pada unsur dan

proses kejadian manusia yang dijadikan dari 2 unsur:

ruh dan jasad tubuh. Dimensi ruh karena langsung

bersumber dari Tuhan yang terbebas dari hukum

natural mekanis, sedangkan jasad tubuh sebaliknya.

Jasad tubuh tumbuh melalui proses natural hingga

dikenai dan terikat proses mekanistis tersebut

ketika kedewasaan tumbuh memerlukan waktu historis

dalam hitungan tahun.2 Karena itu, kebahagiaan hidup

seseorang bisa dicapai ketika mekanisme jasad tubuh

diabdikan sepenuhnya pada mekanisme ruhnya.

1 Mulyadi Kertanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, (Jakarta: Erlangga, 2006) hal. 2642 Abdul Munir Mulkan, Sufi Pinggiran Menembus Batas-Batas, (Yogyakarta: IMPULSE, 2007) hal. 52

Ketika kita sebagai orang modern yang hanya

membatasi diri kita pada dunia fisik saja, maka

menurut pendapat sufistik kita tidak akan dapat

mengorientasikan diri kita dengan benar dan hanya

akan berputar-putar tanpa arah di dunia yang

senantiasa berubah dan akan musnah ini. Akibat

seriusnya dari kondisi seperti ini adalah adanya

perasaan terasing atau istilahnya “terlienasi” baik

dari diri sendiri, alam sekitar, dan Tuhan.3

Sulit nampaknya mereka untuk mengenal siapa

diri mereka yang sejati. Ketika manusia hanya

mementingkan aspek dari dirinya dengan

mengesampingkan aspek spiritual, maka kegoncangan

dan ketidakstabilan jiwanya tidak sulit dibayangkan.

Ketika manusia modern hanya membersihkan kotoran-

kotoran jiwa mereka, maka tidak sulit untuk menjawab

mengapa orang-orang modern banyak mengalami

goncangan dan penyakit jiwa. Stres dan hipertensi

pun telah menjadi penyakit umum yang diderita oleh

manusia modern.

Orang kaya harta dan kuasa seringkali hidupnya

kosong dan hampa karena kehilangan kekayaan ruhaniah

dan spiritual. Mereka sulit tidur, mahal senyum, dan

stress, serta setiap banyak pilihan kecuali3 Mulyadi Kertanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, (Jakarta: Erlangga, 2006) hal. 264

mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Karena itu,

Islam memandang manusia bisa tumbuh lebih mulia

daripada malaikat dan bisa lebih hina daripada

binatang atau syetan dimana syaratnya manusia bisa

bebas dari sekedar kebutuhan makan dan minum, nafsu

syahwat, dan kecintaan terhadap kekuasaan. Kemuliaan

manusia bukanlah karena menjauhi kehidupan duniawi

melainkan manakala bisa menggunakan kepintaran,

kekayaan dan kekuasaan untuk kemanfaatan bagi yang

lainya.

Pemakalah berasumsi bahwa segala yang

menghadang di tengah masyarakat modern harus

ditantang dengan nilai-nilai spiritual yang

dihidupkembangkan dalam mistisme Islam yaitu tasawuf

yang relevan.

B. Rumusan Masalah

Merujuk penjelasan dalam latar belakang diatas,

pemakalah menarik masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Kondisi sosial keagamaan umat Islam di

era modern?

2. Apa saja yang menjadi Problematika kehidupan umat

Islam di era modern?

3. Seperti apa model tasawuf yang relevan dan

applicable untuk mengatasi krisis spiritual

manusia modern?

C. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan dalam

penulisan makalah ini adalah studi kepustakaan

dimana seluruh data dijadikan sebagai obyek

penelitian. Penelitian ini juga mengambil buku-buku

dan atau situs-situs website yang berhubungan secara

langsung atau tidak langsung.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kondisi Sosial Keagamaan Umat Islam Di Era Modern

Modernisasi dan Globalisasi merupakan 2 hal

yang sangat signifikan imbasnya bagi kehidupan

modern saat ini. Modernisasi diartikan sebagai

proses gerakan perubahan individu dari cara hidup

yang bersifat tradisional atau yang bersifat lama

menuju cara hidup yang baru atau yang maju dan

bersifat kompleks dan pada arah kemajuan. Adanya

proses modernisasi ini melahirkan modernisasi

ekonomi, modernisasi sosial. Modernisasi ekonomi

penekannya adalah pada perkembangan akan kemajuan

ekonomi, kemajuan ekonomi ini ditandai oleh

tingginya tingkat konsumsi dan standar hidup,

revolusi teknologi, intensitas modal yang semakin

besar dan organisasi birokrasi yang rasional.

Kemudian modernisasi sosial, modernisasi sosial ini

menekankan pada perubahan dalam kehidupan

masyarakat, pola-pola kelembagaan dan peranan status

dalam struktur sosial masyarakatnya. Selain itu juga

modernisasi sosial ini perhatiannya pada perubahan

sosial terencana, sekularisme, perubahan sikap dan

tingkah laku, pengeluaran dalam pendidikan umum,

adanya revolusi pengetahuan, hubungan sosial

kemudian diferensiasi struktural fungsional.

Sedangkan globalisasi adalah penyebaran perkembangan

kehidupan ke seluruh kawasan yang ditandai dengan

adanya hubungan antar bangsa ataupun antar negara

yang meliputi berbagai aspek kehidupan. Kehidupan

masyarakat seperti yang kita lihat dari realita yang

ada nyatanya kehidupan masyarakat selalu mengalami

perubahan.

Masyarakat umum maupun Muslim dibedakan menjadi3 tipe:

1. Masyarakat yang Terbelakang dan Sakralis

Masyarakat yang kecil, terisolasi dan terbelakang,

tingkat perkembangan teknik mereka rendah dan

pembagian kerja atau pembidangan kelas-kelas

sosial mereka relatif masih kecil. Setiap anggota

ini bersama-sama menganut agama yang sama. Agama

memasukkan pengaruhnya yang sakral ke dalam sistem

nilai masyarakat secara mutlak dan dalam keadaan

lembaga lain selain keluarga. Agama jelas menjadi

fokus utama bagi pengintegrasian dan persatuan

dari masyarakat secara keseluruhan.

2. Masyarakat Pra-Industri Berimbang

Masyarakat ini tidak begitu terisolasi, berubah

lebih cepat, lebih luas daerahnya dan lebih besar

jumlah penduduknya serta ditandai dengan tingkat

perkembangan teknologi yang lebih tinggi.

Pembagian kerja yang luas, kelas-kelas sosial yang

beraneka ragam, serta adanya kemampuan tulis baca

sampai tingkat tertentu. Agama tentu saja

memberikan arti dan ikatan kepada sistem nilai

dalam tipa masyarakat ini. Akan tetapi pada saat

yang sama lingkungan yang sakral dan yang sekuler

itu sedikit banyaknya masih dapat dibedakan.

Nilai-nilai keagamaannya dalam masyarakat tipa

kedua menempatkan fokus utamanya pada

pengintegrasian tingkahlaku perorangan dan

pembentukan citra pribadinya.

3. Masyarakat Industri-Sekuler

Masyarakat ini sangat dinamik. Teknologi semakin

berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan.

Sebagian besar penyesuaian-penyesuaian terhadap

alam fisik, tetapi yang penting adalah

penyesuaian-penyesuaian dalam hubungan-hubungan

kemanusiaan mereka sendiri. Pengaruh ilmu

pengetahuan dan teknologi terhadap masyarakat juga

mempunyai konsekuensi-konsekuensi penting bagi

agama. Dalam bentuk ini nilai-nilai tersebut tetap

memberikan sumbangan sampai batas yang sangat

sukar diukur terhadap keterpaduan masyarakat

buktinya adalah khususnya pola masa-masa penuh

ketegangan, sering muncul himbauan masyarakat

untuk menerapkan warisan tradisi keagamaan yang

umum ini. Mobilitas masyarakat selain berkembang

sesuai dengan perkembangan zaman, mobilitas yang

terjadi di dalam masyarakat tidak hanya dari segi

ekonomi tetapi juga dari segi pendidikan yang akan

memicu pada perubahan status sosialnya.

Agama, terlahir awalnya adalah berasal dari

keyakinan terhadap adanya yang ghaib dan mempunyai

kekuatan supranatural. Kata agama, berasal dari

bahasa sansekerta ”a” yang berarti ”tidak” dan

”gama” yang berarti ”kacau”. Dari dua kata tersebut

diartikan bahwa agama adalah suatu peraturan yang

mengatur kehidupan manusia agar tidak kacau. Agama

pada era modern memandang dari perspektif Islam,

modernitas dalam kehidupan kita saat ini adalah

impor dari dunia Barat yang memiliki sistem nilai

logika. Perkembangan tersendiri yang di dalamnya

mungkin terdapat unsur yang singkron saling

melengkapi yang besifat universal. Dalam bentuknya

yang positif umat Islam pun mengakui ”hutang budi’

mereka kepada Barat, terutama dalam mengikis

kungkungan tradisionalisme, kemudian menerima

tatanan baru yang mendorong untuk melakukan berbagai

inovasi guna menjawab tantangan zaman di lingkungan

masing-masing. Umat Islam kehilangan jati diri dalam

melihat tatanan yang serba asing kemudian

menempatkan secara proporsional baik sebagai ”kawan”

maupun sebagai ”lawan”.

Bagi masyarakat Indonesia, mengindealisasikan

peranan agama dan pembentukan budaya dan kepribadian

bangsa adalah wajar, karena agama memang memiliki

akar yang kokoh di dalam hampir segala subkultur

yang ada di Indonesia yang konon sejak zaman dahulu

kala. Dengan kata lain, agama bagi bangsa Indonesia

telah menjadi salah satu unsur yang paling dominan

dalam sejarah peradaban sampai pada era modern ini

bahkan mungkin sampai masa yang akan datang akan

tetap berpengaruh.

Menjadi tantangan bagi umat Islam, ketika

menyebarkan ajaran Islam di tengah-tengah masyarakat

yang pluralitas dan di setiap langkahnya selalu

mengalami perubahan yang berpengaruh besar. Adapun

kondisi masyarakat Islam di Indonesia pada era

modern ini seringkali mengalami ketegangan-

ketegangan di antara umat Islam sendiri, seperti

konflik antar kelompok Muslim, antar kelompok yang

dianggap radikal dengan kelompok yang masih

menganggap dirinya pribumi atau kelompok Islam

murni. Modernisasi merupakan produk Barat yang

memaksakan peradaban Barat terhadap dunia Muslim dan

untuk menyingkirkan pengaruh Islam dari berbagai

aspek kehidupan. Modernisasi hanya akan menghasilkan

sekularisasi dan sekularisme yang akan mengakibatkan

kemunduran agama baik pada tingkat sosial

(masyarakat) maupun pada tingkat individual.

Kemudian masyarakat modern memerlukan pengalaman

keagamaan yang lebih intens dalam pencarian makna.

Kondisi kehidupan masyarakat secara kultural

juga mengalami kemunduran, seperti yang kita lihat

bagaimana masyarakat Indonesia yang kita lihat

sekarang ini kebanyakan menjadi konsumen dunia

Barat, banyak juga yang sampai saat ini melupakan

kultur yang ada di negeri ini. Dari segi etika,

bahasa, gaya hidup, berpakaian, dan lain sebagainya.

Dan sedikit sekali masyarakat Indonesia khususnya

Muslim Indonesia yang mengkontribusikan pemikiranya

di era modern ini. Hal ini memang sangat

menghawatirkan bagi masyarakat Indonesia. Disini

kedudukan agama sering kali mengalah, yakni

menyesuaikan dengan kondisi masyarakat yang ada agar

tetap diterima ditengah-tengah kehidupan masyarakat

Indonesia. Era modern ini, masyarakat Muslim

Indonesia juga terbawa-bawa oleh hidup ala Barat. Dan

sering kali tidak mempertimbangkan tentang ajaran

agama. Menurut penulis boleh saja kita mengambil

pelajaran dari apa yang telah dikontribusikan oleh

dunia Barat asal itu tidak keluar dari koridor syariat

Islam.

Dari masa ke masa, kehidupan masyarakat pasti

akan mengalami perubahan baik itu proses

perubahannya secara cepat ataupun secara lambat,

direncanakan atau tidak. Perubahan sosial pada

intinya adalah faktor dinamika manusianya yang

kreatif dan anggota masyarakatnya bersikap terbuka,

secara kreatif menciptakan kondisi perubahan

terutama dalam bidang ekonomi dan politik hidup

sehari-hari. Di dalam proses perubahan terkadang

diselingi konflik yang terjadi di kehidupan

masyarakat. Kemudian di era modern, syarat umum

modernisasi dalam kehidupan masyarakat meliputi: cara

berfifkir yang ilmiah, sistem analisa data atau fakta yang

metodik, sistem administrasi yang efisien, ada iklim yang

mendukung perubahan baru, disiplin yang tinggi pada waktu dan

aturan main, inovasi dan modifikasi dalam segala bidang.

Perubahan masyarakat Islam yang positif

diantaranya:

1. Ilmu pengetahuan dalam kehidupan masyarakat

semakin mendukung perkembangan dunia Islam.

2. Dengan adanya modernisasi, umat Islam mampu

mengaplikasikan ajaran Islam dalam konsep ilmu

umum.

3. Dengan adanya teknologi sebagai salah satu produk

modernisasi, masyarakat Islam bisa dengan mudah

memperluas dakwahnya lewat media dan juga

memperluas jaringannya.

Perubahan masyarakat Islam yang negatif

diantaranya:

1. Moralitas semakin menurun.

2. Ketergantungan terhadap teknologi.

3. Lebih mengutamakan urusan duniawi daripada

ukhrowi.

4. Hubungan silaturrahni secara face to face menurun.

B. Problematika Kehidupan Umat Islam Di Era Modern

Kondisi umat Islam belumlah seperti yang

diharapkan sebagai sesuatu yang benar-benar bangkit.

Umat Islam dunia masih saja dalam kondisi

keterpurukan. Mekipun telah beberapa orang, kelompok

dan organisasi yang mulai bangkit dan menyerukan hal

yang sama sambil menyadarkan umat Islam dan berkarya

untuk membuktikan hal itu. Hingga saat ini praktis

bisa dikatakan bahwa umat Islam memang masih sebagai

sesuatu yang belum berarti (secara politis) bagi

dunia. Kebanggaan yang dapat ditampilkan bagi umat

Islam saat ini masih sangat sedikit sekali. Paling-

paling negara Arab yang kaya dengan minyak, itu pun

karena keberuntungan takdir saja bahwa cadangan

minyak terbesar dunia ada disana. Tentang hal yang

lain sangat sulit untuk mencarinya. Di bidang

ekonomi, masyarakat Muslim dunia sama sekali tidak

bisa diandalkan. Sampai sekarang sistem yang dipakai

tetap saja kapitalisme dengan segala

konsekuensinya.negara-negara Muslim yang memang

sudah miskin semakin miskin saja dengan kapitalisme

yang dibanggakan Amerika. Sistem perekonomian Islam

yanng menjanjikan keadilan itu tidak muncul sama

sekali. Padahal beberapa abad sistem ini dipakai dan

pernah terbukti keampuhannya. Sistem bank

konvensional (riba) masih menjadi pilihan utama

masyarakat dunia. Belum lagi dengan kemiskinan

negara-negara Muslim yang menyebabkan mereka harus

berhutang pada negara-negara kapitalis. Pada

gilirannya juga akan mempersulit mereka bahkan untuk

sekedar membayar bunga hutang.

Dari segi politik juga demikian. Amerika dengan

PBB sebagai tunggangannya praktis menguasai seluruh

negara di dunia tidak terkecuali negara Muslim.

Dengan kekuatan persenjataan dan teknologi tinggi,

secara politis Amerika telah menjadi polisi dunia.

Begitu pula kelompok-kelompok pertahanan dan politik

seperti NATO yang lumayan represif terhadap Islam.

Dipentas dunia, negara-negara Muslim sendiri tidak

punya kekuatan jika dibanding mereka. Organisasi

negara-negara Islam seperti OKI tidak bisa berbuat

banyak menghadapi PBB dan NATO. Bahkan sekedar turun

berperan serta dalam menentukan harga dan kuota

minyak -negara-negara Arab sangat berkepentingan

terhadap hal itu- tidak mampu dilakukan. Fakta-fakta

masih terpingirkannya peran Islam dalam dunia

internasional ditambah lagi dengan intervensi yang

berlebihan terhadap negara-negara Muslim Arab dan

ketidakjelasan sikap mengenai Palestina, Kashmir,

Bosnia, Cechnya, dan Pakistan. Campur tangan pihak

luar yang bisanya sangat ditentukan oleh berbagai

kepentingan politik dan ekonomi selalu saja

membersamainya.

Saat ini kondisi umat Islam terpecah belah ke

dalam 50-an negara. Kolonialisme telah berhasil

melakukan hal itu dan selalu saja memunculkan friksi

antar umat Islam sendiri mengenai batas wilayah yang

lebih sering menimbulkan peperangan berkepanjangan

daripada kepahaman dan persaudaraan. Bagaimanapun

umat Islam telah berhasil dikelabui oleh berbagai

gerakan pembaratan yang berakibat ada semacam trend

di kalangan umat Islam untuk meniru Barat dan merasa

asing serta phobi pada Islam sendiri. Dari segi

sosial budaya umat Islam lebih menyukai meniru Barat

dalam banyak hal seperti model berpakaian, cara

bergaulan, bahasa, dan simbol-simbol budaya lainnya.

Kemudian ini juga berlanjut dengan menganggap baik

segala apa yang berasal dari Barat dan sebaliknya

menganggap yang dari Islam itu jelek dan ketinggalan

zaman. Hal ini cukup lama dirasakan sehingga

keagungan Islam sendiri semakin tidak dirasakan

bahkan oleh umat Islam sendiri.

Ada banyak faktor yang menyebabkan permasalahan

yang begitu kompleks terjadi dengan umat Islam.

Secara garis besar berupa faktor eksternal dan

internal. Adapun faktor-faktor eksternal yaitu:

1. Invasi Pemikiran (Ghazwul Fikri)

Adalah usaha suatu bangsa untuk menguasai

pemikiran bangsa lain (kaum yang diinvasi), lalu

menjadikan mereka (kaum yang diinvasi) sebagai

pengikut setia terhadap setiap pemikiran,

idealisme, way of life, metode pendidikan,

kebudayaan, bahasa, etika, serta norma-norma

kehidupan yang ditawarkan kaum penginvasi. Invasi

pemikiran jelas-jelas bermaksud merusak tatanan

masyarakat Islam, mengganti norma dan budaya Islam

dengan Barat dan menjauhkan umat Islam dengan

diennya sendiri.

2. Sekulerisme

Pemisahan dengan sangat dikotomis antara ilmu-ilmu

agama dan ilmu-ilmu non-agama memang merupakan

bagian dari upaya untuk menghilangkan peran agama

dalam masyarakat dan memunculkan keraguan akan

kebenaran agama. Sekulerisme menjadi sesuatu yang

dianggap baik oleh Barat karena secara historis ia

terlahir dari perlawanan atas kejumudan pemikiran

gereja di abad pertengahan.

3. Kapitalisme, Materialisme, Metode Ilmiah-

Positifisme dan Modernisasi

Sebagai salah satu produk ghazwul fikri. dimana

berawal dari temuan metode ilmiah dan pengembangan

iptek yang bersumberkan pada paradigma material,

kemudian berlanjut dengan kapitalisme yang

merasuki sistem pembangunan dan ekonomi umat

Islam. Hal ini tidak menyebabkan kecuali semakin

terpuruknya umat Islam secara ekonomi dan politik.

Maka yang terjadi sekarang adalah imperialisme

epistemologi oleh Barat kepada umat Islam.

Keterbelakangan pada banyak hal menyebabkan umat

Islam terpaksa mengikuti pola ini sadar atau tidak

untuk tetap bisa bertahan hidup.

4. Ancaman Sanksi Ekonomi maupun Politik (Hubungan

Luar Negari).

Mengarah kepada menimbulkan rasa ketakutan yang

berlebihan kepada pihak Barat, khususnya Amerika

dengan PBB nya. Sehingga banyak menghalangi

tindakan ataupun sikap umat Islam menanggapi

sebuah permasalahan maupun isu. Karena apabila

macam-macam saja dengan Amerika dan cs-nya, alamat

negara tidak akan tentram dalam waktu yang lama.

Secara psikologis bangsa-bangsa Muslim memang

masih terjajah.

Sedangkan faktor-faktor internal yaitu

1. Runtuhnya Khilafah

Keruntuhan Daulah Islamiyah melalui pembubaran

Khalifah oleh Mustapa Kamal tanggal 3 Maret 1924,

kemudian diikuti oleh pemisahan agama dan negara

dan model-model sekuler lainnya telah merusakkan

dan mencabik-cabik umat Islam. Setelah itu seolah-

olah Islam benar-benar telah hancur dan tidak akan

pernah seperti itu lagi. Dan langkah ini malangnya

kemudian seolah menjadi preseden bagi umat Islam

untuk mulai meninggalkan ajarannya.

2. Perpecahan Umat Islam dan Kurang Ukhuwah

Dijadikannya negara Muslim menjadi banyak dan

kecil-kecil menjadikan umat Islam selalu dalam

keadaan berpecah belah. Sehingga negara Muslim

lebih banyak disibukkan dengan perebutan batas

negara dan munculnya paham sukuisme dan

nasionalisme sempit.

3. Fanatisme Madzhab

Bahkan hingga sekarang pun umat Islam masih sering

terjebak dengan pembahasan permasalah Mazhab yang

notabene adalah permasalahan furu’ (cabang).Yang

lebih sering perbedaan ini menimbulkan perpecahan,

walau banyak yang mengikuti mazhab dengan taklid

bukan ‘ala bashira. Pada kajian-kajian keIslaman

kemudian juga lebih membahas permasalahan

perbedaan mazhab dan seringnya mengarah pada

menjelekkan mazhab yang lain seolah syurga hanya

untuk mazhabnya sendiri.

4. Pluralisme Gerakan

Sebenarnya banyaknya gerakan Islam bisa menjadi

suatu sinergi dakwah jika saja semua elemen itu

memiki visi bersama dan melakukan gerakan dengan

landasan kebersamaan, profesionalisme, dan

spesifikasi gerakan. Namun karena tidak ada misi

bersama, yang terjadi saat ini adalah masing-

masing gerakan bekerja nafsi-nafsi yang kadang-kadang

overleap sehingga tidak optimal. Bahkan banyak yang

bertentangan secara diametral sehingga justru

malah menghasilkan resultan yang lebih kecil

karena saling melemahkan. Dan malangnya, kadang

bukannya fastabiqul khairat malah saling menyikut,

saling menyalahkan dan mengkafirkan. Lihatlah

bagaimana Salafy begitu sering menghujat Hizbut

Tahrir, Tabligh dan Ikhwanul Muslimin, begitu juga

sebaliknya. Atau kalau di Indonesia bagaimana NU,

Muhammadiyah, dan Persis. Boro-boro untuk maju

bersama, malah sibuk dengan mencari kesalahan

orang lain.

5. Tingkat Intelektualitas

Keterpurukan ekonomi bisaanya bersamaan dengan

kurangnya intelektual di sana. Kepengarangan

ilmiah dari negara-negara Muslim tidak ada yang

mencapai 0.3% dari seluruh karya ilmiah dunia.

Bahkan jika digabungkan pun jumlahnya juga tidak

mencapai 0.5%. dari seluruh dunia yang

menghasilkan 352.000 karya ilmiah, negara-negara

Muslim hanya 3.300, sedangkan Israel 6.100 buah.

6. Salah Persepsi Terhadap Ajaran Islam

Dampak lain dari keberhasilan sekulerisasi dan

keminderan dengan identitas Islam adalah

merosotnya pemahaman Muslim terhadap konsep Islam

sendiri. Kesempurnaan (syamil mutakammil) Islam

tidak dikenal lagi.Sehingga terjadi kerancuan dan

kekaburan makna dan persepsi terhadap ajaran

Islam.

7. Kurangnya Komitmen Melaksanakan Ajaran Islam

Integritas kultur Islam dan kesatuan way of life

Islam terpecah-pecah di dalam diri mereka, di

dalam pemikiran dan aksi mereka, di dalam rumah

dan keluarga mereka. Jauhnya umat Islam dari

kehidupan Islami menyebabkan ajaran-ajaran Islam

menjadi sesatu yang aneh justru bagi kaum Muslimin

sendiri.

8. Gap Antara Kaum Terpelajar dan Kelas Bawah.

Munculnya kaum intelektual Muslim adalah sebuah

kemajuan bagi aset pengembalian peradaban. Namun

sayangnya orang-orang intelektual ini masih

terlalu melangit. Hanya sibuk dengan diri dan

intelektualitasnya saja tanpa memandang kepada

permasalahan konkrit yang dihadapi umat saat ini.

C. Model Tasawuf Yang Relevan Dan Applicable Di Era

Modern

Di kritisi bahwa Tasawuf merupakan pemikiran

yang bernilai spritulialitas mulai berkembang sesuai

dengan perkembangan pola pikir dan paradigma manusia

dalam menjalani kehidupan di dunia yang penuh

tantangan dan dilrema. Dalam perkembangan terakhir

telah muncul beberapa model tasawuf yang dianggap

bisa menyesuaikan diri dengan kondisi social masa

kini. Tiga model tasawuf di antaranya yang akan

dideskripsikan sebagai berikut:

1. Tasawuf Modern

Tasawuf modern adalah model tasawuf yang

diperkenalkan oleh Hamka. Hamka dalam bukunya yang

berjudul Tasawuf Moderen. Dalam bukunya itu, Hamka

mengatakan bahwa Zuhud (membenci kemegahan dunia)

bukan merupakan ajaran Islam. Semangat Islam

merupakan semangat berjuang, berkorban dan

bekerja. Islam selalu menyeru umatnya mencari

rezeki dan mengambil hal-hal yang bisa mengantar

manusia mencapai kemuliaan. Ketinggian dan

keagungan dalam perjuangan hidup. Dengan pengaruh

zuhud menjadikan kaum Muslimin membenci dunia dan

tidak menggunakan kesempatan sebagai penganut

agama lain. Akibatnya, mereka lemah dan tidak bisa

bersaing dalam kehidupan ini. Dia mau berkorban

tetapi tidak ada yang bisa dikorbankan karena

harta telah dibenci. Dia mau berzakat, tetapi

tidak ada yang bisa dizakati karena mengutuk orang

yang mencari harta.

Yang dimaksud istilah tasawuf oleh Hamka, bukan

merumuskan sebuah metode tasawuf yang baru, tetapi

hanya bermaksud mengembalikan pemahaman tasawuf

kepada sumber aslinya. Yaitu keluar dari budi

pekerti yang tercela dan masuk kepada budi pekerti

yang terpuji, dengan keterangan modern. Maka

semula dari tasawuf harus ditegakkan kembali,

yaitu membersihkan jiwa, mendidik, mempertinggi

budi pekerti, menekankan segala kelobaan dan

kerakusan, serta memerangi syahwat yang melebihi

keperluan individu.

1. Neo-Sufisme

Neo-Sufisme adalah sebuah model tasawuf yang

diperkenalkan oleh Fazlur Rahman da;lam bukunya

yang berjudul Islam. Menurutnya, Neo-Sufisme

adalah sufisme yang diperbaharui. Kalau sufisme

yang konvensional lebih menekankan pada aspek

mistis-filosofis, maka dalam sufisme baru ini

digantikan dengan prinsip-prinsip Islam ortodoks.

Kalau dalam sufisme terdahulu terkesan lebih

bersifat individual dan tidak melibatkan diri

dalam hal kemasyarakatan, maka sufisme baru ini

mengalihkan pusat pengamatan kepada sosio-

masyarakat Muslim. Oleh karena itu karakter

keseluruhan neo-sufisme adalah puritanis dan

aktivis.

A. Rivay Siregar mengatakan bahwa gambaran secara

singkat Neo-Sufisme adalah upaya penegakkan

kembali nilai-nilai Islam yang utuh, yakni

kehidupan yang seimbang dalam segala aspek

kehidupan dan dari segi expresi kemanusiaan.

Artinya Neo-Sufisme tidak membawa ajaran baru

secara mutlak, tetapi merupakan sufisme yang

diaktualisasikan dalam kehidupan pribadi dan

masyarakat sesuai dengan kondisi kekinian.

1. Tasawuf Positif

Tasawuf positif dimaksudkan sebagai kebalikan dari

persepsi negative terhadap tasawuf selama ini.

Sebenarnya selama ini pun tasawuf lebih bersifat

positif terhadap kehidupan dunia, tetapi ada

persepsi yang negatif terhadap tasawuf. Seperti

menganggap tasawuf menjauhkan umat Islam dari

kehidupan duniawi. Pada hal tasawuf ini pada

hakikatnya tidak demikian.

Tasawuf positif adalah metode cinta, ia adalah

metode tasawuf yang dipopulerkan oleh IIMan

(Indonesia Islamic Media Network). Sebuah lembaga kajian

tasawuf di Jakarta dibawah pimpinan Haidar Bagir.4

Dalam mendefinisikan tasawuf positif, Haidar Bagir

meringkasnya yaitu:

a. Allah sebagai perwujudan jalal dan jamal;

b. Menghendaki manusia taat beribadah kepada

Allah, tetapi aktif pula dalam berbagai

kegiatan duniawi;

c. Tidak mengabaikan syariah;

d. Tidak anti intelektual;

e. Tidak menolak ilmu-ilmu alam, ia menpromosikan

akal dan sains;

f. Akhlak merupakan sasaran menjalani kehidupan

sufistik;

g. Insan kamil sebagai wujud multi dimensi;

4 Sudirman Tebba, Tasawuf Positif, ( Bogor: Kencana, 2003) hal. 1

Lebih lanjut, Haidar Bagir mengatakan bahwa

tasawuf positif ingin meyakinkan bahwa seorang

sufi yang baik adalah orang yang mementingkan amal

saleh, yakni amal-amal untuk memperbaiki kualitas

lingkungan masyarakat5. Seorang sufi yang benar

adalah sufi yang giat bekerja untuk kepentingan

kehidupan dunianya. Jika ada kelebihan hartanya,

dialokasikan untuk kegiatan masyarakat yang

“mustad’afin”

Jika dikaji lebih jauh tiga model tasawuf di

atas, dapat dikatakan bahwa pada prinsipnya, baik

tasawuf modern, neo-sufisme, maupun tasawuf positif

memiliki tujuan yang sama yaitu mengembalikan ajaran

tasawuf secara proporsional sesuai dengan yang

dipraktekan oleh Rasulullah SAW. Segala bentuk

penyelewengan yang telah merusak citra tasawuf

berusaha disingkirkan. Dengan begitu, tasawuf tidak

ketinggalan dan tetap aktual dalam kehidupan

kontemporer.

5 Sudirman Tebba, Tasawuf Positif, ( Bogor: Kencana, 2003) hal. 1

BAB III

PENUTUP

Demikianlah, bahwa dengan kondisi yang terjadi

dengan umat Islam saat ini, permasalahannya yang

kompleks tidak boleh menjadikan umat berputus asa,

malah hal ini menjadi tantangan besar bagi umat,

khususnya intelektual muslim untuk mengupayakan

tercipanya kesadaran bersama dan usaha-usaha

perbaikan yang sinergi antar seluruh elemen muslim.

Dengan bersungguh-sungguh menjalani kehidupan dunia

tanpa mengabaikan urusan akhirat merupakan benteng

konstruksi psikologis yang sangat kuat dari serangan

krisis spiritual.

DAFTAR PUSTAKA

Kertanegara, Mulyadi. 2006. Menyelami Lubuk Tasawuf.

Erlangga: Jakarta

Mulkan, Abdul Munir. 2007. Sufi Pinggiran Menembus Batas-Batas. IMPULSE: Yogyakarta

Tebba, Sudirman. 2003. Tasawuf Positif. Kencana: Bogor

Idris, Ja’far Syah dkk. 2004. Persfektif Muslim Tentang

Perubahan Sosial. Pustaka: Bandung

Tahir, Munir Nahrawi. 2007. Menjalani Eksistensi Tasawuf, Jalan

Menuju Tuhan. PT Assalam: Jakarta

Website:

http://www. hermawaneriadi.com

http://www.sosbud.kompasiana.com