24
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teori Konseling Gestalt merupakan salah satu teori konseling yang dipengaruhi oleh eksistensialis-fenomenologis. Dari dua pengaruh tersebut, Perls menyimpulkan bahwa individu-individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka mengharapkan kematangan. Pendekatan konseling Gestalt berpandangan bahwa manusia dalam kehidupannya selalu aktif. Bukan hanya gabungan dari beberapa organ, akan tetapi manusia merupakan pribadi yang utuh dan terkoordinasi. Setiap individu menerima bahwa dirinya memiliki tanggung jawab dan memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan pada terbentuknya suatu keutuhan pribadi atau integritas individu. Hakikat manusia menurut pendekatan konseling ini adalah tidak dapat dipahami, kecuali dalam keseluruhan konteksnya, merupakan bagian dari lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu, berpotensi untuk menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya, dapat memilih secara sadar dan

Teori Gestalt

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Teori Konseling Gestalt merupakan salah satu

teori konseling yang dipengaruhi oleh

eksistensialis-fenomenologis. Dari dua pengaruh

tersebut, Perls menyimpulkan bahwa individu-individu

harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima

tanggung jawab pribadi jika mereka mengharapkan

kematangan.

Pendekatan konseling Gestalt berpandangan bahwa

manusia dalam kehidupannya selalu aktif. Bukan hanya

gabungan dari beberapa organ, akan tetapi manusia

merupakan pribadi yang utuh dan terkoordinasi.

Setiap individu menerima bahwa dirinya memiliki

tanggung jawab dan memiliki dorongan untuk

mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan pada

terbentuknya suatu keutuhan pribadi atau integritas

individu. Hakikat manusia menurut pendekatan

konseling ini adalah tidak dapat dipahami, kecuali

dalam keseluruhan konteksnya, merupakan bagian dari

lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam

kaitannya dengan lingkungannya itu, berpotensi untuk

menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan

pemikirannya, dapat memilih secara sadar dan

2

bertanggung jawab, dan mampu mengatur dan

mengarahkan hidupnya secara efektif.

Pendekatan konseling Gestalt menekankan pada

saat “ disini dan sekarang”. Masa lalu sudah berlalu

dan masa yang akan datang belum dijalani. Sehingga

kehidupan manusia adalah masa sekarang. Kecemasan

dipandang sebagai “kesenjangan antara saat sekarang

dan kemudian”. Jika individu menyimpang dari saat

sekarang dan menjadi terlalu terpaku pada masa

depan, maka mereka mengalami kecemasan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana perkembangan konseling Gestalt ?

2. Bagaimana sistem teori konseling Gestalt ?

3. Bagaimana hakikat manusia menurut teori

konseling Gestalt ?

4. Bagaimana karakter dasar konseling Gestalt ?

5. Bagaimana hubungan konselor dan konseli dalam

konseling Gestalt ?

6. Apa saja teknik konseling Gestalt ?

7. Bagaimana proses konseling Gestalt ?

8. Apa kelebihan dan kekurangan konseling

Gestalt ?

C. TUJUAN

1. Mengetahui perkembangan konseling Gestalt.

3

2. Memahami system teori konseling Gestalt.

3. Mengetahui hakikat manusia menurut teori

konseling Gestalt.

4. Memahami karaktek dasar konseling Gestalt.

5. Memahami hubungan konselor dan konseli dalam

konseling Gestalt.

6. Mengetahui apa saja teknik konseling Gestalt.

7. Memahami proses konseling Gestalt.

8. Memahami kelebihan dan kekurangan konseling

Gestalt.

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Konseling Gestalt

Konseling Gestalt dicetuskan pertama kali oleh

Frederick Perls, yang kemudian lebih dikenal dengan

nama Fritz Perls (1893-1970). Lahir di Berlin dari

keluarga Yahudi kelas menengah bawah. Pada awalnya

Perls dikenal sebagai siswa yang agak malas di

sekolah, namun ia berhasil meraih gelar doktor

dalam bidang psikiatri dan pindah ke Wina untuk

belajar praktek psikoanalisa bersama dengan beberapa

murid Freud yang lain. Fritz juga belajar tentang

penggunaan tubuh untuk mendorong pemahaman dan

perkembangan pribadi. Berdasarkan pengalaman

klinisnya, Perls menemukan bahwa kemandirian dan

konfrontasi merupakan aspek penting dalam terapi.

Dari istrinya, Laura Posner, ia memperoleh anjuran

untuk menggunakan dukungan dan hubungan atau kontak.

Penggunaan kata Gestalt dimaksudkan untuk menegaskan

bahwa Konseling Gestalt menekankan pada keutuhan,

kebulatan, dan integrasi. Dalam bahasa Jerman, Gestalt

berarti utuh.

Di Berlin, Konseling Gestalt memiliki banyak

penyokong antara lain adalah Max Wertheimer, Kurt

Koffka, dan Wolfgang Kohler. Berdasarkan penelitian-

5

penelitian yang telah dilakukannya, para ahli

tersebut memiliki keyakinan bahwa memahami

pengetahuan dalam arti “unit and wholes, gestalten” adalah

lebih berguna untuk mengembangkan pengetahuan alih-

alih memotong atau memisahkan bagian-bagian. Mereka

juga memandang manusia memiliki suatu kecenderungan

dasar untuk mencapai keseimbangan, dan kecenderungan

ini mengarahkan manusia untuk berpikir dalam arti

keseluruhan.

Hasil kerja Fritz yang paling krusial adalah

penggunaan kursi kosong (empty chair) dalam konseling

yang dikenal juga dengan sebutan kursi panas. Teknik

ini diperkenalkan oleh Fritz ketika ia bekerja di

Esalen Institute, Big Fur, California, antara tahun

1962- 1969. Sejak saat itu ia menjadi populer dan

dipandang sebagai sosok yang inovatif dan

kharismatik dalam bidang pengembangan potensi

manusia. Ketika popularitas Konseling Gestalt

mengalami puncaknya pada sekitar tahun 1970-an,

Fritz meninggal dunia. Meskipun para ahli psikologi

Gestalt telah memberikan label dan premis dasar

Konseling Gestalt, Perls mengadopsi banyak sumber

pengetahuan dalam mengembangkan system

terapeutiknya, termasuk di dalamnya psikoanalisa dan

eksistensial, yang memiliki pengaruh sangat kuat di

daratan Eropa hingga awal abad ke-20. Pada awalnya,

6

pandangan-pandangan Perls dipengaruhi oleh

psikoanalisis. Di samping ia mengakui pentingnya

hasil kerja Freud , ia juga dipengaruhi oleh para

analis yang lain seperti Karen Horney, Wilhelm

Reich, dan Otto Rank.

B. Sistem Teori Konseling Gestalt

Berikut adalah penjelasan tentang garis besar

konsep-konsep utama dalam teori konseling gestalt.

a. Keutuhan, Integrasi, dan Keseimbangan

Manusia adalah organisme total berfungsi

sebagai sebuah kesatuan, alih-alih serpihan

entitas dalam dikotomi jiwa dan raga. Manusia

bukanlah jumlah dari bagian-bagian, tetapi lebih

merupakan suatu koordinasi dari keseluruhan

bagian-bagian. Kebulatan pribadi merupakan

kondisi bagi tercapainya perilaku yang sehat.

Banyak individu yang berkepribadian

terpolarisiasi/terfregmentasi dalam bagian-bagian

yang tak terintegrasi. Sehingga individu tersebut

sering mengingkari hal-hal yang buruk pada

dirinya. Hal ini yang disebut dengan pribadi yang

tidak utuh.

Manusia berkeinginan mencapai keseimbangan,

menurut pemikiran dasar manusia, untuk mencapai

keseimbangan tersebut manusia perlu untuk tidak

7

mengakui kepribadian yang dianggap negatif.

Karena lingkungan pasti mengalami perubahan dan

manusia juga akan mengalami kebutuhan yang baru,

kemungkinan manusia membutuhkan kepribadian yang

diingkarinya tersebut.

b. Saat Sekarang

Bagi Perls, tidak ada yang “ada” kecuali

“sekarang”. Karena masa lampau telah berlalu dan

masa depan beum dating, maka sekarang lah yang

perlu diperhatikan. Konseling Gestalt menekankan

pada “disini dan sekarang” serta belajar

menghargai dan mengalami sepenuhnya saat ini.

Individu yang terlalu memikirkan masa depan

merupakan individu yang tidak utuh, karena ia

akan mengerahkan energi untuk apa yang pernah dan

mungkin akan terjadi, sehingga pemanfaatan

kekuatan untuk sekarang menjadi berkurang.

Perls menerangkan, kecemasan sebagai

“kesenjangan antara saat sekarang dan saat

kemudian”, maksudnya, jika individu terlalu focus

dengan masa depan, maka ia akan mengalami

kecemasan pada saat sekarang.

Dalam Konseling Gestalt, untuk membantu

konseli dalam membuat kontak dengan sekarang,

Perls mengajukan pertanyaan-pertanyaan “apa” dan

“bagaimana” ketimbang “mengapa”. Menurutnya,

8

pertanyaan-pertanyaan “mengapa” hanya akan

mengarah pada rasionalisai-rasionalisasi dan

penipuan-penipuan diri dan menjauhkan individu

dari segera mengalami, serta mengarah pada

pemikira yang tak berkesudahan tentang masa

lampau yang hanya akan membangkitkan penolakan

terhadap masa sekarang.

Dalam Konseling Gestalt, asosiasi bebas

tidak digunakan dalam terpai. Cerita-cerita

tentang masa lalu akan membuat konseli menjadi

terpakudengan masa laludan susah untuk berada

pada saat sekarang. Pembicaraan tentang masalah

hanya akan menjadi suatu permainan kata tak

berakhir yang menjurus pada diskusi dan

eksplorasi yang tidak produktif atas makna-makna

yang tersembunyi. Apabila masa lalu memiliki

kaitan yang signifikan dengan tingkah laku

individu sekarang, maka masa laluitu ditangani

dengan membawanya ke saat sekarang sebanyak

mungkin dengan cara menjalaninya kembali seakan-

akan masa lampau itu hadir pada saat sekarang.

Perls yakin, bahwa orang-orang cenderung

bergantung pada masa lalu untuk membenarkan

ketidaksediaannya dalam memikul tanggungjawab

atas dirinya sendiri dan atas pertumbuhannya.

c. Kesadaran

9

Kesadaran merupakan elemen yang bermakna

bagi kesehatan emosional, karena kesadaran

memiliki nilai menyembuhkan dan merupakan

komponen inti dari semua aspek pribadi yang

sehat.

Kesadaran dapat dilakukan salah satunya

dengan cara melakukan kontak dengan lingkungan

melalui panca inderanya. Orang yang menghindari

kontak dengan lingkungan mungkin merasa bahwa

mereka melindungi dirinya, tetapi sebenarnya

mereka sedang membentuk hambatan pertumbuhan dan

aktualisasi diri.

Sadar berarti menyadari pengalaman hidup

“sekarang dan saat ini”, bukan masa lalu, atau

masa yang akan datang. Konseli harus didorong

untuk menghayati pengalamannya pada situasi di

sini dan sekarang karena masa lalu sudah lewat

dan masa depan belum datang. Jika pemusatan

ditujukan di sini dan sekarang, maka kita lebih

mungkin kongruen dan terintegrasi. Sebaliknya

jika kita tak sadar sepenuhnya dengan kondisi

sekarang dan masih terpengaruhi oleh masa lalu

atau terbayang-bayang oleh masa depan, maka kita

cenderung terpolarisasi/terfragmentasi.

Menurut konseling gestalt, hal yang tidak

kalah penting adalah tanggung jawab pribadi bagi

10

kehidupannya. Dengan tanggung jawab akan

pribadinya, manusia tidak akan menyalahkan segala

tindakan yang diambilnya kepada orang lain. Untuk

mencapai keseimbangan dan tindakan yang

bertanggungjawab, kita harus memiliki kesadaran.

d. Karakteristik Gangguan Perilaku

Neurosis menurut konseling gestalt adalah

manusia yang mengalami gangguan perkembangan

bukan gangguan emosional. Orang yang neurosis

adalah orang yang mengingkari atau menolak aspek-

aspek dirinya dan lingkungannya, tidak hidup pada

saat sekarang, tidak melakukan kontak dengan

lingkungannya, kurang memiliki kesadaran, dan

kurang mengaktualisasi diri.

Gangguan perkembangan dapat dialami oleh

orang-orang yang membiarkan dirinya dikelilingi

oleh banyak masalah yang tak terselesaikan

(unfinished bisnis) atau mengalami kebuntuan. Masalah

yang tak terselesaikan akan menghambat

perkembangan terutama emosi-emosi yang dipendam

atau tidak diekspresikan.

Tujuan konseling gestalt adalah membantu

individu untuk menyadari backlog (sesuatu yang

belum dikerjakan) dari masalah yang tak

terselesaikan yang dialaminya dan kemudian

mengungkapkannya, khususnya emosi-emosi terpendam

11

sehingga mereka mampu untuk mengalaminya secara

penuh dalam keadaan di sini dan sekarang.

C. Hakikat Manusia Menurut Teori Konseling Gestalt

Fritz Perls adalah seorang humanis yang

memiliki pandangan optimistic tentang sifat dasar

manusia. Setiap manusia bertujuan untuk

mengaktualisasikan diri. Dalam pandangan Gestalt,

individu memiliki kesanggupan untuk bertanggung

jawab atas kehidupannya, dan manusia memiliki sifat

dasar baik serta memiliki kemampuan untuk menangani

kehidupannya dengan berhasil, walaupun terkadang

mereka pasti butuh bantuan orang lain.

Dalam pandangan Gestalt, manusia mengalami

gangguan kepribadian atau perilaku dikarenakan

manusia menolak mengakui satu atau lebih aspek-aspek

yang ada dalam dirinya (mengingkari sebagian hal

dalam dirinya), atau membiarkan dirinya menjadi

terpecah belah, terpolarisasi/terfragmentasi atau

terpisah menjadi beberapa bagian-bagian. Sedangkan

setiap manusia dapat menangani dengan berhasil

masalah dalam hidupnya jika mereka tahu siapa

dirinya dan mengorganisasikan (mengintegrasikan)

semua kemampuannya kedalam suatu rajutan tindakan-

tindakan yang efektif.

12

Oleh karena itu, konselor perlu membantu

individu mengembangkan kesadaran (awareness),

mengintegrasikan bagian-bagian dalam diri individu

yang terpolarisasi menjadi satu kesatuan yang utuh

dan bermakna, membuat individu menemukan dukungan

dari dalam dirinya (inner support), serta mengembang

perasaan mampu (self-sufficiency)sehingga mereka

mengakui bahwa sebenarnya kemampuan yang mereka

butuhkan untuk menyelesaikan permasalahnnya terdapat

dalam dirinya sendiri bukan dari orang lain.

D. Karakter Dasar Konseling Gestalt

Karakter dasar konselor menurut teori konseling

gestalt adalah sebagai berikut :

a. Penekanan Tanggung Jawab Klien, konselor menekankan

bahwa konselor bersedia membantu klien tetapi

tidak akan bisa mengubah klien, konselor

menekankan agar klien mengambil tanggung jawab

atas tingkah lakunya.

b. Orientasi Sekarang dan Di Sini, dalam proses konseling

konselor tidak merekonstruksi masa lalu atau

motif-motif tidak sadar, tetapi memfokuskan

keadaan sekarang. Hal ini bukan berarti bahwa

masa lalu tidak penting. Masa lalu hanya dalam

kaitannya dengan keadaan sekarang. Dalam kaitan

13

ini pula konselor tidak pernah bertanya

“mengapa”.

c. Orientasi Eksperiensial, konselor meningkatkan

kesadaran klien tentang diri sendiri dan masalah-

masalahnya, sehingga dengan demikian klien

mengintegrasikan kembali dirinya:

a. Klien mempergunakan kata ganti personal. Klien

mengubah kalimat pertanyaan menjadi

pernyataan;

b. Klien mengambil peran dan tanggung jawab;

c. Klien menyadari bahwa ada hal-hal positif

dan/atau negative pada diri atau tingkah

lakunya.

E. Hubungan Konselor dan Konseli Pada Konseling Gestalt

Sebagai terapi eksistensial, praktek terapi

Gestalt yang efektif melibatkan hubungan pribadi ke

pribadi antara konselor dan konseli. Terapis secara

aktif berbagi persepsi – persepsi dan pengalaman –

pengalaman saat sekarang ketika dia menghadapi

konseli disini dan sekarang. Konselor harus

mengahadapi konseli dengan reaksi – reaksi yang

jujur dan langsung serta menantang manipulasi –

manipulasi klien tanpa menolak konseli sebagai

pribadi. Konselor bersama konseli perlu

mengeksplorasi ketakutan – ketakutan, pengharapan –

14

pengharapan katastrofik, penghambatan –

penghambatan, dan penolakan – penolakan konseli.

Perls (1969a), Polster dan Polster (1973), dan

Kempler (1973) kesemuanya menekankan pentingnya

kepribadian konselor, tidak hanya teknik – teknik

yang mereka miliki, sebagai bahan vital dalam proses

terapi. Mereka menganjurkan penggunaan tingkah laku

konselor yang berlingkup luas, dan memperingatkan

bahaya dari tindakan mengidentikkan terapi dengan

teknik – teknik yang berlingkup terbatas. Mereka

juga menganjurkan konselor untuk membangkitkan

spontanitas diri dan menggunakan hubungan dengan

konseli sebagai teknik terapeutik. Kempler (1979,hal

261) menyebut hubungan yang actual antara konselor

dan konseli sebagai inti dari proses terapeutik.

Kempler menandaskan bahwa penggunaan permainan peran

bisa menjadi godaan bagi konselor untuk menjaga agar

respon – respon pribadinya tetap tersembunyi.

Meskipun mungkin bisa menjadi cara yang efektif,

permainan peran itu bukanlah tujuan akhir terapi.

Kempler juga menyebutkan bahwa teknik – teknik

sering menjadi alat bantu yang bernilai bagi proses

terapeutik, tetapi ia menekankan proses hubungan

konselor dan konseli dengan alasan bahwa kualitas

hubungan konselor – konseli itu menentukan apa yang

terjadi pada keduanya.

15

F. Teknik-Teknik Konseling Gestalt

Berikut merupakan teknik-teknik yang digunakan

dalam Konseling Gestalt.

a. Eksperimen

Eksperimen berarti mendorong konseli untuk

mengalami dan mencoba cara-cara baru. Konselor

membelajarkan konseli untuk mengalami dan

menghayati kembali masalah-masalah yang tak

terselesaikan ke dalam situasi disini dan

sekarang. Eksperimen dilaksanan melalui prosedur

bermain peran atau memberikan kegiatan yang harus

diselesaikan konseli pada tiap sesi.

b. Penggunaan Bahasa

Para ahli konselor gestalt meyakini bahwa

bahasa memilki peran penting dalam perkembangan.

Dengan memilih kata yang tepat, konselor dapat

menciptakan suatu iklim lingkungan yang mendorong

perubahan. Bahasa-bahasa yang direkomendasikan

antara lain :

Menggunakan pernyataan “apa” dan “bagaimana”

bukan “mengapa”. Contoh: “apa yang anda alami

ketika hal itu terjadi?” atau “bagaimana

perasaan anda ketika gagal mencapai keinginan

anda?”.

16

Menggunakan pernyataan “saya”. Konselor

mendorong konseli untuk memusatkan perhatian

pada perasaan dan pengalaman sendiri alih-alih

membicarakan orang atau peristiwa lain.

Contoh : konseli didorong menyatakan seperti

berikut “saya marah” daripada mengatakan “ibu

telah mebuat saya marah”.

Menekankan pernyataan. Meski pertanyaan

merupakan bagian penting tapi dianjurkan lebih

banyak menganjurkan pernyataan. Contoh, alih-

alih membuat pertanyaan, “kemana saja kau?”

lebih baik menggunakan pernyataan “saya merasa

kita jarang bertemu”.

Menyatakan pengalaman disini dan sekarang. Jika

konseli bercerita masa lampau, maka konselor

harus segera mengarahkannya untuk mengalaminya

kembali saat sekarang. Ini akan mendorong

kesadaran disamping kontak yang benar dengan

pengalaman-pengalaman konseli.

Mendorong tanggung jawab. Konselor

direkomendasikan menggunakan bentuk-bentuk

frase atau bahasa yang mendorong tanggung jawab

pribadi dan tidak melempar kesalahan pada orang

lain. Contoh, konselor mendorong konseli

mengatakan “saya bertanggung jawab atas

hilangnya dia”.

17

c. Memaknakan Impian

Konseling gestalt memandang impian sebagai

“jalan yang lebar menuju integrasi diri”. Bagian

dari impian dipandang merepresentasikan proyeksi

atau aspek-aspek individu. Dengan memahami

impian, konseli lebih memperoleh kesadaran,

mengambil tanggung jawab dari impian-impiannya,

melihat impiannya sebagai bagian dari dirinya,

memiliki perasaan integrasi yang lebih besar, dan

lebih sadar tentang pikiran dan emosi yang

direfleksikan dalam impian tersebut.

d. Fantasi

Fantasi digunakan untuk membantu konseli

meningkatlkan kesadaran diri. Fantasi dipandang

merepresentasikan proyeksi atau aspek-aspek

pribadi klien. Teknik ini, sebagai hal eksplorasi

impian, membantu konseli untuk sadar tentang

kontak dengan perasaannya dan menjadi lebih mampu

untuk mengekspresikan emosinya.

e. Bermain Peran

Salah satu bentuk bermain peran yang paling

awal digunakan adalah psikodrama. Namun dalam

perkembangannya psikodrama hampir tidak digunakan

lagi. Bermain peran jarang menggunakan orang lain

karena dapat menyebabkan fragmentasi. Bermain

peran yang paling sering digunakan adalah “Kursi

18

Kosong” (empthy chair) atau “kursi panas” untuk

format konseling individual, dan “berkeliling”

(making arround) untuk format konseling kelompok.

f. Koreksi Permainan Topdog/Underdog

Para ahli konseling gestalt memiliki

keyakinan bahwa kita terus menerus mengusik diri

kita sendiri dengan permainan atas bawah

(Topdog/Underdog), yakni menempatkan satu bagian

diri untuk menceramahi, mendorong, dan mengancam

bagian diri yang lain menuju “perilaku yang

baik”. Topdog membuat penilaian dan mengatakan

kepada underdog tentang bagaimana seharusnya dia

merasa, berpikir, atau bertindak. Topdog ibarat

kata hati atau superego dalam konsep

psikoanalisa. Underdog cenderung menurut dan

senang minta maaf tapi tidak sungguh-sungguh

berubah. Teknik kursi kosong dapat digunakan

untuk memunculkan kesadaran tentang permainan

Topdog/Underdog dan mendorong integrasi bagian-

bagian diri di samping mendorong perubahan.

g. Melatih Kepekaan terhadap Pesan Tubuh

Konselor berusaha mendorong konseli untuk

mencapai kesadaran tentang keutuhan (a sense of

wholeness). Kesadaran ini memungkinkan mereka

untuk menemukan akses dan menyadari perasaan,

pikiran dan sensasi fisiknya.

19

h. Kelompok

Praktek dalam konseling ini dilaksanakan

melalui format individual maupun kelompok. Namun

format kelompok dipandang lebih efisien. Umpan

balik yang diterima konselor maupun anggota

kelompok dapat mempercepat kesadaran. Jika

dilaksanakan melalui format kelompok, maka

menggunakan teknik keliling.

G. Proses Konseling Gestalt

Proses konseling Konseling Gestalt mula-mula

diarahkan untuk mendorong dan mengarahkan konseli

mencapai kesadaran. Kesadaran ini akan menjadi

wahana bagi terjadinya perubahan. Dengan kata lain,

perubahan perilaku tidak akan terjadi sebelum

konseli mencapai kesadaran. Jika konseli dapat

memperoleh kesadaran tentang masalah-masalah yang

tak terselesaikan, kekuatan dan sumber-sumber

pribadinya, maka mereka akan menemukan jalan yang

mudah menuju pemecahan masalah dan mencapai

perkembangan dan aktualisasi diri. Proses

membangkitkan kesadaran dapat dicapai dengan cara

mengembangkan hubungan atau aliansi teraupetik yang

kondusif, manusiawi, dan menekankan pada aspek-aspek

personal konseli. Hubungan yang ditekankan pada

proses Konseling Gestalt adalah hubungan unik yang

20

mereka sebut “ Saya dan Kamu “. Bentuk hubungan ini

menuntut konselor dan konseli untuk sepenuhnya

menghayati keadaan pada tataran “Disini dan Sekarang

“. Konselor juga mendorong konseli untuk berperan

aktif dalam proses terapeutik dan mengambil tanggung

jawab dalam membuat pilihan atau keputusan berkenaan

dengan informasi mana yang akan ia gunakan dari

seluruh informasi yang muncul dalam sesi-sesi

konseling. Dalam hal ini konselor dianjurkan untuk

tidak menginterupsi upaya-upaya konseli dalam

memecahkan masalahnya. Namun, ketika konselor

melihat konseli melakukan kesalahan atau menjadi

tidak konsisten, konselor dapat mengingatkan hal

tersebut.

H. Kelebihan Dan Kekurangan Konseling Gestalt

Menurut ringkasan Gudnanto (Pendekatan

Konseling, 2012) dan buku Gerald Corey (Teori dan

Praktek Konseling dan Psikoterapi, 1995). Kelebihan

dan Kelemahan pendekatan Gestalt adalah:

Kelebihan

a. Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan

membawa aspek-aspek masa lampau yang relevan ke

saat sekarang.

b. Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap

pesan-pesan nonverbal dan pesan-pesan tubuh.

21

c. Terapi Gestalt menolak mengakui ketidak

berdayaan sebagai alasan untuk tidak berubah.

d. Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada

konseli untuk menemukan makna dan penafsiran-

penafsiran sendiri.

e. Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan

mengungkapkan perasaan langsung menghindari

intelektualisasi abstrak tentang masalah

konseli.

Kelemahan

a. Terapi Gestalt tidak berlandaskan pada suatu

teori yang kukuh.

b. Terapi Gestalt cenderung antiintelektual

dalam arti kurang memperhitungkan faktor-faktor

kognitif. Baik fungsi perasaan maupun fungsi

pemikiran, sangatlah penting dalam terapi. Pada

terapis Gestalt hanya menyisakan sedikit

peluang bagi para klien untuk mengkonseptualkan

dan memikirkan tindakan mengalaminya.

c. Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas

diri kita sendiri, tetapi mengabaikan tanggung

jawab kita kepada orang lain.

d. Teradapat bahaya yang nyata bahwa terapis

yang menguasai teknik-teknik Gestalt akan

menggunakannya secara mekanis sehingga terapis

sebagai pribadi tetap tersembunyi.

22

e. Para konseli sering bereaksi negative

terhadap sejumlah teknik Gestalt karena merasa

dianggap tolol. Sudah sepantasnya terapis

berpijak pada kerangka yang layak agar tidak

tampak hanya sebagai muslihat-muslihat.

23

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Manusia merupakan pribadi yang utuh,

terintregasi dan seimbang. Manusia dikatakan utuh,

terintregasi dan seimbang jika ia tidak tergolong

orang yang neurosis. Neurosis menurut konseling

gestalt adalah manusia yang mengalami gangguan

perkembangan bukan gangguan emosional. Orang yang

neurosis adalah orang yang mengingkari atau

menolak aspek-aspek dirinya dan lingkungannya,

tidak hidup pada saat sekarang, tidak melakukan

kontak dengan lingkungannya, kurang memiliki

kesadaran, dan kurang mengaktualisasi diri.

Manusia diharapkan dapat meninggalkan masa

lalu dan tidak terlalu memikirkan masa depan,

harus fokus pada “di sini” dan “sekarang”. Manusia

yang terlalu terbawa akan masa lalunya dan terlalu

takut untuk menghadapi masa depan, akan

menimbulkan kecemasan pada saat sekarang. Sehingga

manusia tidak mengalami kesadaran akan “di sini”

dan “sekarang”.

Dengan terapi konseling gestalt, diharapkan

manusia lebih dapa menekankan pada kegiatan

sekarang.

24

B. SARAN

Dalam mempelajari konseling gestalt, konselor

diharapkan mempelajari dengan optimal semua seluk

beluk dan tata cara konseling gestalt. Jika

konselor hanya sekedar mengetahui dan tidak

terlalu memahami, proses konseling menggunakan

teori gestalt tidak akan berjalan maksimal. Karena

konseling gestalt memerlukan pemahaman yang

mendalam untuk mengaplikasikan teori ini dalam

suatu konseling. Namun jika pemahaman didapatkan

dengan sangat baik, maka konseling akan

berlangsung dengan baik pula dan mendapatkan hasil

yang sangan memuaskan.