Upload
englishunesa
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Teori Konseling Gestalt merupakan salah satu
teori konseling yang dipengaruhi oleh
eksistensialis-fenomenologis. Dari dua pengaruh
tersebut, Perls menyimpulkan bahwa individu-individu
harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima
tanggung jawab pribadi jika mereka mengharapkan
kematangan.
Pendekatan konseling Gestalt berpandangan bahwa
manusia dalam kehidupannya selalu aktif. Bukan hanya
gabungan dari beberapa organ, akan tetapi manusia
merupakan pribadi yang utuh dan terkoordinasi.
Setiap individu menerima bahwa dirinya memiliki
tanggung jawab dan memiliki dorongan untuk
mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan pada
terbentuknya suatu keutuhan pribadi atau integritas
individu. Hakikat manusia menurut pendekatan
konseling ini adalah tidak dapat dipahami, kecuali
dalam keseluruhan konteksnya, merupakan bagian dari
lingkungannya dan hanya dapat dipahami dalam
kaitannya dengan lingkungannya itu, berpotensi untuk
menyadari sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan
pemikirannya, dapat memilih secara sadar dan
2
bertanggung jawab, dan mampu mengatur dan
mengarahkan hidupnya secara efektif.
Pendekatan konseling Gestalt menekankan pada
saat “ disini dan sekarang”. Masa lalu sudah berlalu
dan masa yang akan datang belum dijalani. Sehingga
kehidupan manusia adalah masa sekarang. Kecemasan
dipandang sebagai “kesenjangan antara saat sekarang
dan kemudian”. Jika individu menyimpang dari saat
sekarang dan menjadi terlalu terpaku pada masa
depan, maka mereka mengalami kecemasan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perkembangan konseling Gestalt ?
2. Bagaimana sistem teori konseling Gestalt ?
3. Bagaimana hakikat manusia menurut teori
konseling Gestalt ?
4. Bagaimana karakter dasar konseling Gestalt ?
5. Bagaimana hubungan konselor dan konseli dalam
konseling Gestalt ?
6. Apa saja teknik konseling Gestalt ?
7. Bagaimana proses konseling Gestalt ?
8. Apa kelebihan dan kekurangan konseling
Gestalt ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui perkembangan konseling Gestalt.
3
2. Memahami system teori konseling Gestalt.
3. Mengetahui hakikat manusia menurut teori
konseling Gestalt.
4. Memahami karaktek dasar konseling Gestalt.
5. Memahami hubungan konselor dan konseli dalam
konseling Gestalt.
6. Mengetahui apa saja teknik konseling Gestalt.
7. Memahami proses konseling Gestalt.
8. Memahami kelebihan dan kekurangan konseling
Gestalt.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Konseling Gestalt
Konseling Gestalt dicetuskan pertama kali oleh
Frederick Perls, yang kemudian lebih dikenal dengan
nama Fritz Perls (1893-1970). Lahir di Berlin dari
keluarga Yahudi kelas menengah bawah. Pada awalnya
Perls dikenal sebagai siswa yang agak malas di
sekolah, namun ia berhasil meraih gelar doktor
dalam bidang psikiatri dan pindah ke Wina untuk
belajar praktek psikoanalisa bersama dengan beberapa
murid Freud yang lain. Fritz juga belajar tentang
penggunaan tubuh untuk mendorong pemahaman dan
perkembangan pribadi. Berdasarkan pengalaman
klinisnya, Perls menemukan bahwa kemandirian dan
konfrontasi merupakan aspek penting dalam terapi.
Dari istrinya, Laura Posner, ia memperoleh anjuran
untuk menggunakan dukungan dan hubungan atau kontak.
Penggunaan kata Gestalt dimaksudkan untuk menegaskan
bahwa Konseling Gestalt menekankan pada keutuhan,
kebulatan, dan integrasi. Dalam bahasa Jerman, Gestalt
berarti utuh.
Di Berlin, Konseling Gestalt memiliki banyak
penyokong antara lain adalah Max Wertheimer, Kurt
Koffka, dan Wolfgang Kohler. Berdasarkan penelitian-
5
penelitian yang telah dilakukannya, para ahli
tersebut memiliki keyakinan bahwa memahami
pengetahuan dalam arti “unit and wholes, gestalten” adalah
lebih berguna untuk mengembangkan pengetahuan alih-
alih memotong atau memisahkan bagian-bagian. Mereka
juga memandang manusia memiliki suatu kecenderungan
dasar untuk mencapai keseimbangan, dan kecenderungan
ini mengarahkan manusia untuk berpikir dalam arti
keseluruhan.
Hasil kerja Fritz yang paling krusial adalah
penggunaan kursi kosong (empty chair) dalam konseling
yang dikenal juga dengan sebutan kursi panas. Teknik
ini diperkenalkan oleh Fritz ketika ia bekerja di
Esalen Institute, Big Fur, California, antara tahun
1962- 1969. Sejak saat itu ia menjadi populer dan
dipandang sebagai sosok yang inovatif dan
kharismatik dalam bidang pengembangan potensi
manusia. Ketika popularitas Konseling Gestalt
mengalami puncaknya pada sekitar tahun 1970-an,
Fritz meninggal dunia. Meskipun para ahli psikologi
Gestalt telah memberikan label dan premis dasar
Konseling Gestalt, Perls mengadopsi banyak sumber
pengetahuan dalam mengembangkan system
terapeutiknya, termasuk di dalamnya psikoanalisa dan
eksistensial, yang memiliki pengaruh sangat kuat di
daratan Eropa hingga awal abad ke-20. Pada awalnya,
6
pandangan-pandangan Perls dipengaruhi oleh
psikoanalisis. Di samping ia mengakui pentingnya
hasil kerja Freud , ia juga dipengaruhi oleh para
analis yang lain seperti Karen Horney, Wilhelm
Reich, dan Otto Rank.
B. Sistem Teori Konseling Gestalt
Berikut adalah penjelasan tentang garis besar
konsep-konsep utama dalam teori konseling gestalt.
a. Keutuhan, Integrasi, dan Keseimbangan
Manusia adalah organisme total berfungsi
sebagai sebuah kesatuan, alih-alih serpihan
entitas dalam dikotomi jiwa dan raga. Manusia
bukanlah jumlah dari bagian-bagian, tetapi lebih
merupakan suatu koordinasi dari keseluruhan
bagian-bagian. Kebulatan pribadi merupakan
kondisi bagi tercapainya perilaku yang sehat.
Banyak individu yang berkepribadian
terpolarisiasi/terfregmentasi dalam bagian-bagian
yang tak terintegrasi. Sehingga individu tersebut
sering mengingkari hal-hal yang buruk pada
dirinya. Hal ini yang disebut dengan pribadi yang
tidak utuh.
Manusia berkeinginan mencapai keseimbangan,
menurut pemikiran dasar manusia, untuk mencapai
keseimbangan tersebut manusia perlu untuk tidak
7
mengakui kepribadian yang dianggap negatif.
Karena lingkungan pasti mengalami perubahan dan
manusia juga akan mengalami kebutuhan yang baru,
kemungkinan manusia membutuhkan kepribadian yang
diingkarinya tersebut.
b. Saat Sekarang
Bagi Perls, tidak ada yang “ada” kecuali
“sekarang”. Karena masa lampau telah berlalu dan
masa depan beum dating, maka sekarang lah yang
perlu diperhatikan. Konseling Gestalt menekankan
pada “disini dan sekarang” serta belajar
menghargai dan mengalami sepenuhnya saat ini.
Individu yang terlalu memikirkan masa depan
merupakan individu yang tidak utuh, karena ia
akan mengerahkan energi untuk apa yang pernah dan
mungkin akan terjadi, sehingga pemanfaatan
kekuatan untuk sekarang menjadi berkurang.
Perls menerangkan, kecemasan sebagai
“kesenjangan antara saat sekarang dan saat
kemudian”, maksudnya, jika individu terlalu focus
dengan masa depan, maka ia akan mengalami
kecemasan pada saat sekarang.
Dalam Konseling Gestalt, untuk membantu
konseli dalam membuat kontak dengan sekarang,
Perls mengajukan pertanyaan-pertanyaan “apa” dan
“bagaimana” ketimbang “mengapa”. Menurutnya,
8
pertanyaan-pertanyaan “mengapa” hanya akan
mengarah pada rasionalisai-rasionalisasi dan
penipuan-penipuan diri dan menjauhkan individu
dari segera mengalami, serta mengarah pada
pemikira yang tak berkesudahan tentang masa
lampau yang hanya akan membangkitkan penolakan
terhadap masa sekarang.
Dalam Konseling Gestalt, asosiasi bebas
tidak digunakan dalam terpai. Cerita-cerita
tentang masa lalu akan membuat konseli menjadi
terpakudengan masa laludan susah untuk berada
pada saat sekarang. Pembicaraan tentang masalah
hanya akan menjadi suatu permainan kata tak
berakhir yang menjurus pada diskusi dan
eksplorasi yang tidak produktif atas makna-makna
yang tersembunyi. Apabila masa lalu memiliki
kaitan yang signifikan dengan tingkah laku
individu sekarang, maka masa laluitu ditangani
dengan membawanya ke saat sekarang sebanyak
mungkin dengan cara menjalaninya kembali seakan-
akan masa lampau itu hadir pada saat sekarang.
Perls yakin, bahwa orang-orang cenderung
bergantung pada masa lalu untuk membenarkan
ketidaksediaannya dalam memikul tanggungjawab
atas dirinya sendiri dan atas pertumbuhannya.
c. Kesadaran
9
Kesadaran merupakan elemen yang bermakna
bagi kesehatan emosional, karena kesadaran
memiliki nilai menyembuhkan dan merupakan
komponen inti dari semua aspek pribadi yang
sehat.
Kesadaran dapat dilakukan salah satunya
dengan cara melakukan kontak dengan lingkungan
melalui panca inderanya. Orang yang menghindari
kontak dengan lingkungan mungkin merasa bahwa
mereka melindungi dirinya, tetapi sebenarnya
mereka sedang membentuk hambatan pertumbuhan dan
aktualisasi diri.
Sadar berarti menyadari pengalaman hidup
“sekarang dan saat ini”, bukan masa lalu, atau
masa yang akan datang. Konseli harus didorong
untuk menghayati pengalamannya pada situasi di
sini dan sekarang karena masa lalu sudah lewat
dan masa depan belum datang. Jika pemusatan
ditujukan di sini dan sekarang, maka kita lebih
mungkin kongruen dan terintegrasi. Sebaliknya
jika kita tak sadar sepenuhnya dengan kondisi
sekarang dan masih terpengaruhi oleh masa lalu
atau terbayang-bayang oleh masa depan, maka kita
cenderung terpolarisasi/terfragmentasi.
Menurut konseling gestalt, hal yang tidak
kalah penting adalah tanggung jawab pribadi bagi
10
kehidupannya. Dengan tanggung jawab akan
pribadinya, manusia tidak akan menyalahkan segala
tindakan yang diambilnya kepada orang lain. Untuk
mencapai keseimbangan dan tindakan yang
bertanggungjawab, kita harus memiliki kesadaran.
d. Karakteristik Gangguan Perilaku
Neurosis menurut konseling gestalt adalah
manusia yang mengalami gangguan perkembangan
bukan gangguan emosional. Orang yang neurosis
adalah orang yang mengingkari atau menolak aspek-
aspek dirinya dan lingkungannya, tidak hidup pada
saat sekarang, tidak melakukan kontak dengan
lingkungannya, kurang memiliki kesadaran, dan
kurang mengaktualisasi diri.
Gangguan perkembangan dapat dialami oleh
orang-orang yang membiarkan dirinya dikelilingi
oleh banyak masalah yang tak terselesaikan
(unfinished bisnis) atau mengalami kebuntuan. Masalah
yang tak terselesaikan akan menghambat
perkembangan terutama emosi-emosi yang dipendam
atau tidak diekspresikan.
Tujuan konseling gestalt adalah membantu
individu untuk menyadari backlog (sesuatu yang
belum dikerjakan) dari masalah yang tak
terselesaikan yang dialaminya dan kemudian
mengungkapkannya, khususnya emosi-emosi terpendam
11
sehingga mereka mampu untuk mengalaminya secara
penuh dalam keadaan di sini dan sekarang.
C. Hakikat Manusia Menurut Teori Konseling Gestalt
Fritz Perls adalah seorang humanis yang
memiliki pandangan optimistic tentang sifat dasar
manusia. Setiap manusia bertujuan untuk
mengaktualisasikan diri. Dalam pandangan Gestalt,
individu memiliki kesanggupan untuk bertanggung
jawab atas kehidupannya, dan manusia memiliki sifat
dasar baik serta memiliki kemampuan untuk menangani
kehidupannya dengan berhasil, walaupun terkadang
mereka pasti butuh bantuan orang lain.
Dalam pandangan Gestalt, manusia mengalami
gangguan kepribadian atau perilaku dikarenakan
manusia menolak mengakui satu atau lebih aspek-aspek
yang ada dalam dirinya (mengingkari sebagian hal
dalam dirinya), atau membiarkan dirinya menjadi
terpecah belah, terpolarisasi/terfragmentasi atau
terpisah menjadi beberapa bagian-bagian. Sedangkan
setiap manusia dapat menangani dengan berhasil
masalah dalam hidupnya jika mereka tahu siapa
dirinya dan mengorganisasikan (mengintegrasikan)
semua kemampuannya kedalam suatu rajutan tindakan-
tindakan yang efektif.
12
Oleh karena itu, konselor perlu membantu
individu mengembangkan kesadaran (awareness),
mengintegrasikan bagian-bagian dalam diri individu
yang terpolarisasi menjadi satu kesatuan yang utuh
dan bermakna, membuat individu menemukan dukungan
dari dalam dirinya (inner support), serta mengembang
perasaan mampu (self-sufficiency)sehingga mereka
mengakui bahwa sebenarnya kemampuan yang mereka
butuhkan untuk menyelesaikan permasalahnnya terdapat
dalam dirinya sendiri bukan dari orang lain.
D. Karakter Dasar Konseling Gestalt
Karakter dasar konselor menurut teori konseling
gestalt adalah sebagai berikut :
a. Penekanan Tanggung Jawab Klien, konselor menekankan
bahwa konselor bersedia membantu klien tetapi
tidak akan bisa mengubah klien, konselor
menekankan agar klien mengambil tanggung jawab
atas tingkah lakunya.
b. Orientasi Sekarang dan Di Sini, dalam proses konseling
konselor tidak merekonstruksi masa lalu atau
motif-motif tidak sadar, tetapi memfokuskan
keadaan sekarang. Hal ini bukan berarti bahwa
masa lalu tidak penting. Masa lalu hanya dalam
kaitannya dengan keadaan sekarang. Dalam kaitan
13
ini pula konselor tidak pernah bertanya
“mengapa”.
c. Orientasi Eksperiensial, konselor meningkatkan
kesadaran klien tentang diri sendiri dan masalah-
masalahnya, sehingga dengan demikian klien
mengintegrasikan kembali dirinya:
a. Klien mempergunakan kata ganti personal. Klien
mengubah kalimat pertanyaan menjadi
pernyataan;
b. Klien mengambil peran dan tanggung jawab;
c. Klien menyadari bahwa ada hal-hal positif
dan/atau negative pada diri atau tingkah
lakunya.
E. Hubungan Konselor dan Konseli Pada Konseling Gestalt
Sebagai terapi eksistensial, praktek terapi
Gestalt yang efektif melibatkan hubungan pribadi ke
pribadi antara konselor dan konseli. Terapis secara
aktif berbagi persepsi – persepsi dan pengalaman –
pengalaman saat sekarang ketika dia menghadapi
konseli disini dan sekarang. Konselor harus
mengahadapi konseli dengan reaksi – reaksi yang
jujur dan langsung serta menantang manipulasi –
manipulasi klien tanpa menolak konseli sebagai
pribadi. Konselor bersama konseli perlu
mengeksplorasi ketakutan – ketakutan, pengharapan –
14
pengharapan katastrofik, penghambatan –
penghambatan, dan penolakan – penolakan konseli.
Perls (1969a), Polster dan Polster (1973), dan
Kempler (1973) kesemuanya menekankan pentingnya
kepribadian konselor, tidak hanya teknik – teknik
yang mereka miliki, sebagai bahan vital dalam proses
terapi. Mereka menganjurkan penggunaan tingkah laku
konselor yang berlingkup luas, dan memperingatkan
bahaya dari tindakan mengidentikkan terapi dengan
teknik – teknik yang berlingkup terbatas. Mereka
juga menganjurkan konselor untuk membangkitkan
spontanitas diri dan menggunakan hubungan dengan
konseli sebagai teknik terapeutik. Kempler (1979,hal
261) menyebut hubungan yang actual antara konselor
dan konseli sebagai inti dari proses terapeutik.
Kempler menandaskan bahwa penggunaan permainan peran
bisa menjadi godaan bagi konselor untuk menjaga agar
respon – respon pribadinya tetap tersembunyi.
Meskipun mungkin bisa menjadi cara yang efektif,
permainan peran itu bukanlah tujuan akhir terapi.
Kempler juga menyebutkan bahwa teknik – teknik
sering menjadi alat bantu yang bernilai bagi proses
terapeutik, tetapi ia menekankan proses hubungan
konselor dan konseli dengan alasan bahwa kualitas
hubungan konselor – konseli itu menentukan apa yang
terjadi pada keduanya.
15
F. Teknik-Teknik Konseling Gestalt
Berikut merupakan teknik-teknik yang digunakan
dalam Konseling Gestalt.
a. Eksperimen
Eksperimen berarti mendorong konseli untuk
mengalami dan mencoba cara-cara baru. Konselor
membelajarkan konseli untuk mengalami dan
menghayati kembali masalah-masalah yang tak
terselesaikan ke dalam situasi disini dan
sekarang. Eksperimen dilaksanan melalui prosedur
bermain peran atau memberikan kegiatan yang harus
diselesaikan konseli pada tiap sesi.
b. Penggunaan Bahasa
Para ahli konselor gestalt meyakini bahwa
bahasa memilki peran penting dalam perkembangan.
Dengan memilih kata yang tepat, konselor dapat
menciptakan suatu iklim lingkungan yang mendorong
perubahan. Bahasa-bahasa yang direkomendasikan
antara lain :
Menggunakan pernyataan “apa” dan “bagaimana”
bukan “mengapa”. Contoh: “apa yang anda alami
ketika hal itu terjadi?” atau “bagaimana
perasaan anda ketika gagal mencapai keinginan
anda?”.
16
Menggunakan pernyataan “saya”. Konselor
mendorong konseli untuk memusatkan perhatian
pada perasaan dan pengalaman sendiri alih-alih
membicarakan orang atau peristiwa lain.
Contoh : konseli didorong menyatakan seperti
berikut “saya marah” daripada mengatakan “ibu
telah mebuat saya marah”.
Menekankan pernyataan. Meski pertanyaan
merupakan bagian penting tapi dianjurkan lebih
banyak menganjurkan pernyataan. Contoh, alih-
alih membuat pertanyaan, “kemana saja kau?”
lebih baik menggunakan pernyataan “saya merasa
kita jarang bertemu”.
Menyatakan pengalaman disini dan sekarang. Jika
konseli bercerita masa lampau, maka konselor
harus segera mengarahkannya untuk mengalaminya
kembali saat sekarang. Ini akan mendorong
kesadaran disamping kontak yang benar dengan
pengalaman-pengalaman konseli.
Mendorong tanggung jawab. Konselor
direkomendasikan menggunakan bentuk-bentuk
frase atau bahasa yang mendorong tanggung jawab
pribadi dan tidak melempar kesalahan pada orang
lain. Contoh, konselor mendorong konseli
mengatakan “saya bertanggung jawab atas
hilangnya dia”.
17
c. Memaknakan Impian
Konseling gestalt memandang impian sebagai
“jalan yang lebar menuju integrasi diri”. Bagian
dari impian dipandang merepresentasikan proyeksi
atau aspek-aspek individu. Dengan memahami
impian, konseli lebih memperoleh kesadaran,
mengambil tanggung jawab dari impian-impiannya,
melihat impiannya sebagai bagian dari dirinya,
memiliki perasaan integrasi yang lebih besar, dan
lebih sadar tentang pikiran dan emosi yang
direfleksikan dalam impian tersebut.
d. Fantasi
Fantasi digunakan untuk membantu konseli
meningkatlkan kesadaran diri. Fantasi dipandang
merepresentasikan proyeksi atau aspek-aspek
pribadi klien. Teknik ini, sebagai hal eksplorasi
impian, membantu konseli untuk sadar tentang
kontak dengan perasaannya dan menjadi lebih mampu
untuk mengekspresikan emosinya.
e. Bermain Peran
Salah satu bentuk bermain peran yang paling
awal digunakan adalah psikodrama. Namun dalam
perkembangannya psikodrama hampir tidak digunakan
lagi. Bermain peran jarang menggunakan orang lain
karena dapat menyebabkan fragmentasi. Bermain
peran yang paling sering digunakan adalah “Kursi
18
Kosong” (empthy chair) atau “kursi panas” untuk
format konseling individual, dan “berkeliling”
(making arround) untuk format konseling kelompok.
f. Koreksi Permainan Topdog/Underdog
Para ahli konseling gestalt memiliki
keyakinan bahwa kita terus menerus mengusik diri
kita sendiri dengan permainan atas bawah
(Topdog/Underdog), yakni menempatkan satu bagian
diri untuk menceramahi, mendorong, dan mengancam
bagian diri yang lain menuju “perilaku yang
baik”. Topdog membuat penilaian dan mengatakan
kepada underdog tentang bagaimana seharusnya dia
merasa, berpikir, atau bertindak. Topdog ibarat
kata hati atau superego dalam konsep
psikoanalisa. Underdog cenderung menurut dan
senang minta maaf tapi tidak sungguh-sungguh
berubah. Teknik kursi kosong dapat digunakan
untuk memunculkan kesadaran tentang permainan
Topdog/Underdog dan mendorong integrasi bagian-
bagian diri di samping mendorong perubahan.
g. Melatih Kepekaan terhadap Pesan Tubuh
Konselor berusaha mendorong konseli untuk
mencapai kesadaran tentang keutuhan (a sense of
wholeness). Kesadaran ini memungkinkan mereka
untuk menemukan akses dan menyadari perasaan,
pikiran dan sensasi fisiknya.
19
h. Kelompok
Praktek dalam konseling ini dilaksanakan
melalui format individual maupun kelompok. Namun
format kelompok dipandang lebih efisien. Umpan
balik yang diterima konselor maupun anggota
kelompok dapat mempercepat kesadaran. Jika
dilaksanakan melalui format kelompok, maka
menggunakan teknik keliling.
G. Proses Konseling Gestalt
Proses konseling Konseling Gestalt mula-mula
diarahkan untuk mendorong dan mengarahkan konseli
mencapai kesadaran. Kesadaran ini akan menjadi
wahana bagi terjadinya perubahan. Dengan kata lain,
perubahan perilaku tidak akan terjadi sebelum
konseli mencapai kesadaran. Jika konseli dapat
memperoleh kesadaran tentang masalah-masalah yang
tak terselesaikan, kekuatan dan sumber-sumber
pribadinya, maka mereka akan menemukan jalan yang
mudah menuju pemecahan masalah dan mencapai
perkembangan dan aktualisasi diri. Proses
membangkitkan kesadaran dapat dicapai dengan cara
mengembangkan hubungan atau aliansi teraupetik yang
kondusif, manusiawi, dan menekankan pada aspek-aspek
personal konseli. Hubungan yang ditekankan pada
proses Konseling Gestalt adalah hubungan unik yang
20
mereka sebut “ Saya dan Kamu “. Bentuk hubungan ini
menuntut konselor dan konseli untuk sepenuhnya
menghayati keadaan pada tataran “Disini dan Sekarang
“. Konselor juga mendorong konseli untuk berperan
aktif dalam proses terapeutik dan mengambil tanggung
jawab dalam membuat pilihan atau keputusan berkenaan
dengan informasi mana yang akan ia gunakan dari
seluruh informasi yang muncul dalam sesi-sesi
konseling. Dalam hal ini konselor dianjurkan untuk
tidak menginterupsi upaya-upaya konseli dalam
memecahkan masalahnya. Namun, ketika konselor
melihat konseli melakukan kesalahan atau menjadi
tidak konsisten, konselor dapat mengingatkan hal
tersebut.
H. Kelebihan Dan Kekurangan Konseling Gestalt
Menurut ringkasan Gudnanto (Pendekatan
Konseling, 2012) dan buku Gerald Corey (Teori dan
Praktek Konseling dan Psikoterapi, 1995). Kelebihan
dan Kelemahan pendekatan Gestalt adalah:
Kelebihan
a. Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan
membawa aspek-aspek masa lampau yang relevan ke
saat sekarang.
b. Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap
pesan-pesan nonverbal dan pesan-pesan tubuh.
21
c. Terapi Gestalt menolak mengakui ketidak
berdayaan sebagai alasan untuk tidak berubah.
d. Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada
konseli untuk menemukan makna dan penafsiran-
penafsiran sendiri.
e. Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan
mengungkapkan perasaan langsung menghindari
intelektualisasi abstrak tentang masalah
konseli.
Kelemahan
a. Terapi Gestalt tidak berlandaskan pada suatu
teori yang kukuh.
b. Terapi Gestalt cenderung antiintelektual
dalam arti kurang memperhitungkan faktor-faktor
kognitif. Baik fungsi perasaan maupun fungsi
pemikiran, sangatlah penting dalam terapi. Pada
terapis Gestalt hanya menyisakan sedikit
peluang bagi para klien untuk mengkonseptualkan
dan memikirkan tindakan mengalaminya.
c. Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas
diri kita sendiri, tetapi mengabaikan tanggung
jawab kita kepada orang lain.
d. Teradapat bahaya yang nyata bahwa terapis
yang menguasai teknik-teknik Gestalt akan
menggunakannya secara mekanis sehingga terapis
sebagai pribadi tetap tersembunyi.
22
e. Para konseli sering bereaksi negative
terhadap sejumlah teknik Gestalt karena merasa
dianggap tolol. Sudah sepantasnya terapis
berpijak pada kerangka yang layak agar tidak
tampak hanya sebagai muslihat-muslihat.
23
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Manusia merupakan pribadi yang utuh,
terintregasi dan seimbang. Manusia dikatakan utuh,
terintregasi dan seimbang jika ia tidak tergolong
orang yang neurosis. Neurosis menurut konseling
gestalt adalah manusia yang mengalami gangguan
perkembangan bukan gangguan emosional. Orang yang
neurosis adalah orang yang mengingkari atau
menolak aspek-aspek dirinya dan lingkungannya,
tidak hidup pada saat sekarang, tidak melakukan
kontak dengan lingkungannya, kurang memiliki
kesadaran, dan kurang mengaktualisasi diri.
Manusia diharapkan dapat meninggalkan masa
lalu dan tidak terlalu memikirkan masa depan,
harus fokus pada “di sini” dan “sekarang”. Manusia
yang terlalu terbawa akan masa lalunya dan terlalu
takut untuk menghadapi masa depan, akan
menimbulkan kecemasan pada saat sekarang. Sehingga
manusia tidak mengalami kesadaran akan “di sini”
dan “sekarang”.
Dengan terapi konseling gestalt, diharapkan
manusia lebih dapa menekankan pada kegiatan
sekarang.
24
B. SARAN
Dalam mempelajari konseling gestalt, konselor
diharapkan mempelajari dengan optimal semua seluk
beluk dan tata cara konseling gestalt. Jika
konselor hanya sekedar mengetahui dan tidak
terlalu memahami, proses konseling menggunakan
teori gestalt tidak akan berjalan maksimal. Karena
konseling gestalt memerlukan pemahaman yang
mendalam untuk mengaplikasikan teori ini dalam
suatu konseling. Namun jika pemahaman didapatkan
dengan sangat baik, maka konseling akan
berlangsung dengan baik pula dan mendapatkan hasil
yang sangan memuaskan.