38
DAMPAK KEBIJAKAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA DI ERA DESENTRALISASI FISKAL THE IMPACT OF LABOR POLICY ON INDONESIA ECONOMIC GROWTH IN THE ERA OF FISCAL DECENTRALIZATION GATOT SUBROTO Peneliti pada Pusat Penelitian Kebijakan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Email: [email protected] ABSTRAK Tujuan studi ini untuk mengkaji hubungan antara pembangunan pasar tenaga kerja dan kinerja ekonomi di Indonesia. Menggunakan data time series tahun 1977-2010 disusun dari data yang tersedia dalam IndonesianHuman Development Report. Model disusun dalam 8 persamaan struktural, selanjutnya analisis empiris studi menggunakan program software SAS/ETS versi 9.01 dengan metode 2 SLS (two stage least squares) melalui prosedur SIMLIN yang memberikan dukungan bahwa terdapat hubungan dua arah antara pembangunan pasar tenaga kerja dan kinerja ekonomi nasional. Di samping untuk mendeskripsikan faktor-faktor pembangunan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dilihat dari pasar tenaga kerja dan fiskal,serta menganalisis dampak alternatif kebijakan tenaga kerja dan fiskal yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.Manfaat studi ini diharapkan merupakan bahan pertimbangan para pengambil keputusan Pemerintah dan pemerintah daerah sebagai pelaksanaan otonomi daerah dalam kerangka perekonomian nasional dan sektoral sebagai keseimbangan antardaerah.Hasilnya, output nasional, upah rata-rata, inflasi, dan lag pengangguran mempunyai pengaruh yang positif terhadap tingkat penggangguran, serta, tingkat pengangguran, penerimaan pemerintah total, dan lag pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan mempunyai pengaruh yang positif terhadap pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan. Kata Kunci: tenaga kerja, pengangguran, desentralisasi fiskal, dan pertumbuhan ekonomi ABSTRACT The purpose of this study to examine the relationship between the development of the labor market and economic performance in Indonesia . Using the time series data 1977-2010 compiled from the data available in the Indonesian Human Development Report . Models are arranged in 8 structural equation, further analysis of empirical studies using the

THE IMPACT OF LABOR POLICY ON INDONESIA ECONOMIC GROWTH IN THE ERA OF FISCAL DECENTRALIZATION

  • Upload
    ui

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

DAMPAK KEBIJAKAN TENAGA KERJA TERHADAPPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA DI ERA

DESENTRALISASI FISKALTHE IMPACT OF LABOR POLICY ON INDONESIA ECONOMIC GROWTH

IN THE ERA OF FISCAL DECENTRALIZATION

GATOT SUBROTOPeneliti pada Pusat Penelitian Kebijakan, Kementerian

Pendidikan dan KebudayaanEmail: [email protected]

ABSTRAKTujuan studi ini untuk mengkaji hubungan antara pembangunan pasartenaga kerja dan kinerja ekonomi di Indonesia. Menggunakan data timeseries tahun 1977-2010 disusun dari data yang tersedia dalamIndonesianHuman Development Report. Model disusun dalam 8 persamaanstruktural, selanjutnya analisis empiris studi menggunakan programsoftware SAS/ETS versi 9.01 dengan metode 2 SLS (two stage least squares)melalui prosedur SIMLIN yang memberikan dukungan bahwa terdapathubungan dua arah antara pembangunan pasar tenaga kerja dan kinerjaekonomi nasional. Di samping untuk mendeskripsikan faktor-faktorpembangunan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dilihat dari pasartenaga kerja dan fiskal,serta menganalisis dampak alternatif kebijakantenaga kerja dan fiskal yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.Manfaatstudi ini diharapkan merupakan bahan pertimbangan para pengambilkeputusan Pemerintah dan pemerintah daerah sebagai pelaksanaan otonomidaerah dalam kerangka perekonomian nasional dan sektoral sebagaikeseimbangan antardaerah.Hasilnya, output nasional, upah rata-rata,inflasi, dan lag pengangguran mempunyai pengaruh yang positif terhadaptingkat penggangguran, serta, tingkat pengangguran, penerimaanpemerintah total, dan lag pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dankesehatan mempunyai pengaruh yang positif terhadap pengeluaranpemerintah sektor pendidikan dan kesehatan.

Kata Kunci: tenaga kerja, pengangguran, desentralisasi fiskal, dan pertumbuhan ekonomi

ABSTRACTThe purpose of this study to examine the relationship between thedevelopment of the labor market and economic performance in Indonesia .Using the time series data 1977-2010 compiled from the data availablein the Indonesian Human Development Report . Models are arranged in 8structural equation, further analysis of empirical studies using the

software program SAS / ETS version 9.01 with the 2SLS method (two stageleast squares) through SIMLIN procedures that provide support that herehas a two-way relationship between the development of the labor marketand national economic performance. Beside, describing the factors thatinfluence the development of economic growth seen from the labor marketand fiscal, as well as analyzing the impact of alternative employmentand fiscal policies that affect economic growth. The benefits of thisstudy are expected to constitute a material consideration governmentdecision makers and local government as the implementation of regionalautonomy within the framework of the national economy and the sector asa balance between regions. As a result, national output average wages,inflation, unemployment and the lag has a positive influence on thelevel of unemployment, and the unemployment rate, the total governmentrevenue, and the lag of government spending on education and health hasa positive influence on the education sector and government spendinghealth.

Keywords: labor, unemployment, fiscal decentralization, and economic growth.

-o-

2

PENDAHULUANPembangunan secara umum diartikan sebagai suatu perubahan

untuk menuju kepada keadaan yang lebih baik. Pengertian luasmerupakan suatu rangkaian proses kegiatan upaya peningkatkan kondisimasyarakat ke arah lebih sejahtera. Berangkat dari pengertian umumitu, maka pembangunan akan berurusan dengan nilai dan tujuanpembangunan itu sendiri. Pertanyaannya adalah siapa yang menentukanisi, tujuan, cara, dan alat dalam mencapai tujuan tersebut.

Pendekatan pembangunan yang diartikan pertumbuhan ekonomi olehelit kekuasaan dan praktisi pembangunan banyak negara (termasukIndonesia) justru masih menimbulkan diskriminasi struktural dankesenjangan. Sistem nilai unggulan yang mengakar di masyarakatmenjadi bagian modal dasar penting, seharusnya berevolusi ke arahyang lebih baik, justru mengalami kemunduran atau dekulturisasi.Dengan demikian, pembangunan yang diarahkan untuk “merealisasikanpotensi manusia” (menurut Mahatma Gandhi) tidak akan pernah menjadisuatu kenyataan.

Pembangunan menurut Todaro (2003) adalah “proses multidimensiyang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial,sikap-sikap rakyat dan lembaga-lembaga nasional dan akselerasipertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan (inequity) danpemberantasan kemiskinan absolut”. Dalam pengertian di atas makapendekatan pembangunan alternatif memusatkan perhatian pada manusiadan kebutuhannya menurut ukuran mereka sendiri dan bukan sebagaimanayang diperkirakan para praktisi pembangunan di masa lampau. Di masalalu sebagian rakyat telah tersingkir (atau tertinggal) dari prosespembangunan melalui pemberdayaan. Konsep pembangunan manusia(Qureshi, 2010) seperti ini jauh lebih luas pengertiannyadibandingkan dengan konsep pembangunan ekonomi yang menekankan padapertumbuhan ekonomi (economic growth), kebutuhan dasar (basicneeds), kesejahteraan masyarakat (social welfare), atau pengembangansumberdaya manusia (human resource development).

Tesis bahwa pendidikan memberi kontribusi secara signifikanterhadap pembangunan ekonomi telah menjadi kebenaran yang bersifataksiomatik. Berbagai kajian akademis dan penelitian empiris telahmembuktikan keabsahan tesis semacam itu. Buku terakhir WilliamSchweke, Smart Money: Education and Economic Development 2004;dalam Alhumani, 2005), sekali lagi memberi afirmasi atas tesisilmiah para scholars terdahulu, bahwa pendidikan tidak hanya akanmelahirkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas, memilikipengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, melainkanjuga dapat menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan kondusif bagipertumbuhan ekonomi.

3

Hal tersebut juga didukung oleh kesepakatan sebagian besarekonom, sumber daya manusia dari suatu bangsa --bukan modal fisikatau sumber daya material-- merupakan faktor paling menentukankarakter dan kecepatan pembangunan sosial dan ekonomi suatu bangsabersangkutan (Todaro, 2003).Selanjutnya Alhumami mengatakan,investasi di bidang pendidikan tidak hanya berfaedah bagiperorangan, melainkan juga bagi komunitas bisnis dan masyarakatumum. Pencapaian pendidikan pada semua level niscaya akanmeningkatkan pendapatan dan produktivitas masyarakat. Pendidikanmerupakan jalan menuju kemajuan dan pencapaian kesejahteraan sosialdan ekonomi, sedangkan kegagalan membangun pendidikan akanmelahirkan berbagai masalah krusial: pengangguran, kriminalitas,penyalahgunaan narkoba, dan welfare dependency yang menjadi bebansosial politik bagi pemerintah.

Keberhasilan pembangunan pendidikan selama ini telah membuatcakrawala berpikir semakin luas dan menuntut berfikir lebih jauh kedepan. Hal ini bukan berarti bangsa Indonesia sudah memecahkanmasalah. Di masa depan, masalah yang dihadapi akan lebih komplekssebagai konsekuensi adanya tujuan yang lebih banyak dan lebih tinggilagi tingkatannya.

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang diangkat dalamkajian ini adalah bagaimana kebijakan pembangunan pasar tenaga kerjadan fiskal dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional? Yang manalebih khusus akan menjawab: 1) bagaimanakah pembangunan pasar tenagakerja dan fiskal dalam pertumbuhan ekonomi dilihat dari sektor ataubidang pendidikan, dan 2) bagaimanakah dampak alternatif kebijakantenaga kerja dan fiskal dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi.

Tujuan tulisan ini adalah 1) mendeskripsikan faktor-faktorpembangunan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dilihat dari pasartenaga kerja dan fiskal, dan 2) menganalisis dampak alternatifkebijakan tenaga kerja dan fiskal yang mempengaruhi pertumbuhanekonomi. Namun, kajian ini masih mempunyai keterbatasaan dalampembahasannya antara lain 1) tenaga kerja yang difokuskan hanyamelihat pada tingkat pengangguran dengan mengabaikan disagregasiberdasarkan jenjang pendidikan; 2) dampak kebijakan alternatif yangdianalisis merupakan analisis simulasi; dan 3) datanya merupakanagregat secara nasional.

Manfaat penelitian diharapkan sebagai bahan pertimbangan parapengambil keputusan Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam rangkamenjaga keseimbangan permintaan jumlah dan jenis keluaranpendidikan, pengangguran, dan tenaga kerja serta indikator ekonomimakro lainnya pada era otonomi daerah dalam kerangka perekonomiannasional dan sektoral sebagai keseimbangan antardaerah.

KAJIAN PUSTAKA

4

A

B

C

L1L0Waktu Kerja

Jam per hari

0

S

W2

W1

W0A

Upah W)

Dalam analisis pasar tenaga kerja, perilaku pihak pemilik inputtenaga kerja diilustrasikan sebagai kurva penawaran tenaga kerja.Kurva penawaran tenaga kerja menunjukkan hubungan antara jumlah jamkerja per hari yang sama ditawarkan pada berbagai tingkat upah(Afrida, 2005). Kurva penawaran tenaga kerja mempunyai kemiringanpositif karena dengan kenaikan upah seseorang mungkin secarasukarela bersedia untuk mengurangi waktu luang (leisure) untukbekerja lebih lama (lihat: GambarPenawaran Tenaga Kerja).

Kurva penawaran tenaga kerja dapat melengkung ke belakang(backward-bending) karena bila upah terus meningkat pada akhirnyajam kerja yang ditawarkan dapat turun karena orang memilih untukmenikmati lebih banyak waktu luang dan lebih sedikit bekerja. Gambartersebut diasumsikan bahwa seorang pekerja mempunyai fleksibilitasuntuk memilih berapa jam per hari harus bekerja. Upah mengukurjumlah uang yang harus dikorbankan pekerja untuk menikmati waktuluang.

Gambar1. Penawaran Tenaga Kerja yang Melengkung ke BelakangSumber: Pindyk and Rubinfield (2001) yang dimodifikasi.

Pada tingkat upah di W0, jumlah jam kerja yang ditawarkan L0.Bila upah naik, misalkan di W1, jumlah jam kerja yang ditawarkanmeningkat menjadi L1. Apabila upah meningkat lagi, misalkan di W2,jumlah jam kerja yang ditawarkan menurun menjadi L0. Mengapa hal initerjadi? Hal ini disebabkan pada tingkat upah di W1, kebutuhanpekerja telah terpenuhi sebesar OW1BL1. Pada saat upah meningkatmisal di W2, meskipun kebutuhan pekerja telah terpenuhi persissebesar OW1BL1, jumlah jam kerja yang ditawarkan pekerja menurunmenjadi L0 dan memilih lebih banyak menikmati waktu luang karenakebutuhan telah terpenuhi.

5

Kurva permintaan faktor input tenaga kerja adalah permintaanturunan (derived demad). Permintaan tenaga kerja bergantung pada danberasal dari tingkat output yang dihasilkan dan biaya input tenagakerja itu sendiri. Kurva permintaan tenaga kerja menunjukkan jumlahinput tenaga kerja yang akan dibeli oleh perusahaan pada berbagaitingkat upah. Jika diasumsikan perusahaan menjual outputnya padapasar persaingan sempurna maka perusahaan adalah sebagai penerimaharga di pasar output.

Dengan demikian, nilai produksi marjinal tenaga kerja adalahsama dengan produk marjinal tenaga kerja (MVPL) dikalikan denganharga output (Py), secara matematis MVPL= MPL*Py. Karena kenaikanhasil yang semakin berkurang terhadap input tenaga kerja maka produkmarjinal tenaga kerja turun ketika jumlah jam kerja bertambah.Dengan demikian, kurva nilai produk marjinal akan turun melengkungke bawah meskipun harga output tetap konstan. Kurva MVPl ini disebutsebagai kurva permintaan input tenaga kerja.

Teori ekonomi makro tradisional difokuskan pada analisisvariabel ekonomi agregat tertentu. Teori tersebut cenderungmengagregatkan ekonomi menjadi empat pasar yaitu: 1) pasar barang,2) pasar uang, 3) pasar obligasi, dan 4) pasar tenaga kerja. Terkaitdengan hukum Walras maka hanya tiga dari empat pasar yangindependen. Dengan demikian salah satu pasar tersebut dapatdihapuskan, karena keseimbangannya dapat dijamin oleh keseimbanganoleh ketiga pasar lainnya.

Menurut Romer (2006), dikotomi dalam sistem klasik sudah pecah.Perubahan keseimbangan pada salah satu pasar dapat menyebabkanperubahan keseimbangan di pasar lainnya melalui mekanisme transmisi.Secara keseluruhan sistem dalam ekonomi makro saling berhubungan(Mankiw, 2006). Pasar tenaga kerja dan pasar lainnya secara makroikut menentukan jumlah penyerapan tenaga kerja. Berarti kebijakanmoneter dan fiskal dapat mempengaruhi tingkat pengangguran danoutput nasional begitu juga sebaliknya.

Sebagai contoh, dengan diberlakukannya kebijakan peningkatanupah minimum. Secara makro, upah berpengaruh terhadap pendapatannasional baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsungupah akan mempengaruhi produktivitas kerja dan meningkatkan outputyang dihasilkan. Secara kumulatif hal ini akan meningkatkan produksinasional dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan nasional. Secaratidak langsung, peningkatan upah akan meningkatkan daya beli pekerjauntuk mengkonsumsi barang-barang. Hal ini mengakibatkan permintaanbarang meningkat, sehingga mendorong para pengusaha untukmeningkatkan produksinya. Peningkatan produksi akan memperluaskesempatan kerja, dan akhirnya akan meningkatkan pula pendapatan

6

nasional. Hubungan tersebut dapat diilustraikan dalam teori ekonomimakro tradisional bahwa Agregat Demand (AD) sama dengan Agregat Supply(AS) yang dirangkum sebagai berikut (Mankiw, 2006):

Keseimbangan Makro AD = AS Agregat Demand(AD)

o Keseimbangan pasar barang (IS) : Y = C (Y-T) + I(r)+ G+ (X – M)

o Keseimbangan pasar uang (LM) : MS/P = MD (r,Y)

Agregat Supply(AS)o Keseimbangan pasar tenaga kerja (Stk=Dtk) : Pe.g

(L) = P. f (L)o Fungsi produksi : Y = f (L)

Keterangan:Y = Output nasional. C = Konsumsi.T = Pajak. I = Investasi.r = Suku bunga. G = Pengeluaran pemerintah.X = Ekspor. M = Impor.MS/P = Penawaran uang riil. MD = Permintaan uang.Pe = Ekspetasi indeks harga umum. P = Indeks harga umum.L = Jumlah harga tenaga kerja.

Secara teoritis, idealnya output selalu berada pada tingkatpenggunaan tenaga kerja penuh atau full employment. Menurut Keynes(1936) bahwa dalam pasar bebas penggunaan tenaga kerja penuh tidakselalu tercipta dan diperlukam usaha dan kebijakan pemerintah untukmenciptakan tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dan pertumbuhanekonomi yang teguh. Pada kenyataannya kondisi ketanagakerjaan --yangdigambarkan oleh pasar tenaga kerja-- tampaknya menyesuaikan dirisecara lambat terhadap perubahan permintaan agrerat. Dalam dunianyata informasinya adalah tidak sempurna (asymetris information).Para pengusaha mengetahui informasi harga dengan sempurna sementaratidak demikian halnya dengan para pekerja. Akibatnya besarpergeseran kurva permintaan tenaga kerja tidak sama besar denganpergeseran kurva penawaran tenaga kerja. Kondisi lebih jelasdiperlihatkan pada contoh kasus seperti pada Gambar-2.

Gambar-2 tersebut memperlihatkan keseimbangan awal padasetiap pasar berada pada titik A. Adanya kebijakan pemerintah yangmenyesuaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) dengan tingkat inflasiditambah kebijakan-kebijakan ketenagakerjaan antara lain: a)Keputusan Menteri Nomor 150 Tahun 2000 tentang pengawasan

7

ketenagakerjaan dalam industri perdagangan, b) Undang-undangKetenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 tentang aturan mempekerjakanperempuan dan c) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentangpenyelesaian perselisihan hubungan industrial dapat meningkatkanbiaya operasional perusahaan sehingga menjadi pemicu berkurangnyapermintaan tenaga kerja. Mekanisme perubahan keseimbangan di pasartenaga kerja akan mempengaruhi keseimbangan di semua pasar secaramakro.

Gambar-2: Shock di Pasar Tenaga Kerja dan Transmisinya

8

Sumber: Mankiw (2006).

Permintaan tenaga kerja berkurang, kurva permintaan tenagakerj bergeser ke kiri (D0 ke D1). Pada saat upah tetap di W0 akanterjadi kelebihan penawaran tenaga kerja sehingga upah keseimbangancenderung turun menjadi W1. Bila diasumsikan adanya kebijakan upahminimum merupakan kendala bagi perusahaan untuk menurunkan upahsementara diasumsikan informasi bersifat tidak sempurna dan adanyakekuatan serikat pekerja untuk menuntut kenaikan upah maka kurvapenawaran tenaga kerja akan bergeser ke kiri atas (S0 keS1).Kesempatan kerja berkurang. Keseimbangan di pasar tenaga kerjaterjadi pada titik B (W2,L2). Pada fungsi produksi terlihat outputberkurang (Y0 ke Y1).

Pada keseimbangan makro, penurunan output nasional karenaefek di pasar tenaga kerja di ilustrasikan dari pergeseran penawaranagrerat AS ke kiri atas (AS0 ke AS1). Pada indeks harga umum yangkonstan di P0 terjadi kelebihan permintaan agrerat sehingga hargacenderung meningkat (P0 ke P1). Keseimbangan makro bergeser ke titikB (P1,Y1). Peningkatan indeks harga-harga umum ke P1 menyebabkanperubahan keseimbangan di pasar uang dan pasar barang. Kurvapenawaran uang bergeser ke kiri (M/P0 ke M/P1), LM bergeser ke kiri(LM(P0) ke LM(P1)). Keseimbangan IS-LM bergeser ke titik B(r2,Y1).

Kesimpulan dari adanya pemberlakuan kebijakan ketenagakerjaanpada kasus di atas menimbulkan beberapa dampak secara makro. Dampaktersebut adalah : a) penurunan pertumbuhan dari Y0 ke Y1, b) inflasikarena peningkatan indeks harga-harga umum dari P0 keP1, c) penurunankesempatan kerja dari L0 ke L2, dan d) peningkatan jumlahpengangguran sebesar selisih L0 dan L2.

Kaitan antara pendidikan dengan tuntutan dunia kerjasebagaimana dari hasil berbagai studi terdahulu,yaitu adanyaperkiraan tentang kekurangan angkatan kerja berpendidikan rendah dankelebihan angkatan kerja berpendidikan tinggi. Hal ini disebabkanoleh terjadinya kesenjangan struktur antara persediaan dan kebutuhantenaga kerja terdidik. Pada saat sistem pendidikan sudah mulaimenghasilkan lulusan yang berpendidikan lebih tinggi, sedangkan padasaat yang sama struktur kesempatan kerja masih didominasi olehsektor-sektor subsistence, yaitu sektor yang hanya memproduksi untukkebutuhan mereka sendiri yang tidak membutuhkan tenaga kerjaberpendidikan lebih tinggi. Berbagai rekomendasi menyarankanperlunya diberikan porsi keterampilan lebih banyak terhadap program-program pendidikan di sekolah, khususnya SD dan SMP, sehingga dapatmenekan angka pengangguran pada tingkat rendah. Disampingmeningkatkan dan mendorong lulusan SMP untuk melanjutkan pendidikanke jenjang lebih tinggi.

9

Lebih kurangselama empat dasawarsa prioritas utamapembangunan nasional masih bertumpu pada pembangunan fisik,mengalahkan bidang pendidikan yang bersifat strategis. Akhirnya,dengan penetapan proporsi anggaran pendidikan sebesar 20 persen dariAPBN dan APBD dalam Undang-undang Dasar 1945. Melalui kesepakatanpolitik tersebut, saatnyaterjadi pergeseran skala prioritaspembangunan dengan menempatkan pendidikan sebagai leading sector, agardapat mendorong percepatan pembangunan ekonomi. Memang, outcomespembangunan pendidikan tak dapat dilihat dalam waktu yang singkat;time respons dalam investasi pendidikan itu berlangsung sangat lama.Dengandemikian, jika kita tidak mulai membenahi pendidikan nasionalsejaksekarang maka SDM kita akan lebih jauh lagi tertinggal darinegara lain.

Arthur Lewis mendefinisikan bahwa faktor yang mempengaruhipertumbuhan adalah tenaga kerja dikaitkan dengan pemanfaatan kapital(dalam Boediono,1988:35). Dengan stock of capital tertentu maka marginalproduct of labour (MPL) mulai dari titik tertentuakan menurun. Senadadengan Lewis, Harrod Domar menjelaskan pertumbuhan ekonomi adalahsuatu formula kausalitas antara investasi, tabungan, modal, danpenduduk untuk mempengaruhi hasil/output (dalam Ray, 1998:54).Robert M Solow juga menyatakan bahwa faktor yang dominanmempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah modal dan tenaga kerja(dalam Ray, 1998:64). Modelnya adalah Q=F(K,L) dimana Q adalahoutput, K adalah Kapital dan L adalah tenaga kerja. Senada denganitu, Lucas (dalam McMahon, 2002:4) juga mengemukakan pendapat serupayakni yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah kapital dantenaga kerja dengan unsur kualitas (dalam pengertaian pendidikan danketerampilan) termasuk di dalamnya.

Mangkuprawira (2000) menganalisis faktor-faktor yangmempengaruhi kesempatan kerja di wilayah Jawa (tanpa DKI) danBali.Hasilnyamenunjukkan bahwa kesempatan kerja di setiap sektorumumnya dipengaruhi oleh product domestic regional bruto(PDRB) daerahmasing-masing sektor. Kesempatan kerja sektor dipengaruhi olehfaktor investasi untuk sektor jasa perkotaan, pertanian, dan jasaperdesaan, sedangkan upah kerja menentukan kesempatan kerja sektorpertanian perkotaan.

Penelitian Hadi (2002) menjelaskan faktor-faktor yangmempengaruhi kesempatan kerja sektoral, pengangguran dan upah riilpada periode krisis dan sebelum krisis. Hasilnya menyimpulkan bahwa,a) jumlah penciptaan kesempatan kerja khususnya sektor industrilebih besar pada periode sebelum krisis ekonomi dibandingkan dengansaat periode krisis ekonomi tetapi hasil sebaliknya untuk sektoralpertanian dan jasa, b) jumlah pengangguran lebih responsif terhadapkesempatan kerja, dan c) upah riil lebih responsif terhadap upahminimum regional sektoral dan kebutuhan hidup minimun dibandingkan

10

dengan faktor inflasi. Selanjutnya Suharyadi dkk (2003) menjelaskanpeningkatan upah minimun berdammpak negatif terhadap poenyerapantenaga kerja sektor formal perkotaan.Penerpana kebijakan tersebutlkebih menguntkna kelompok pekerja kerah putiuh.

Hakekat desentralisasi fiskal sebenarnya bukanhanya sekedar merealokasi sumber daya antarpemerintah pusat dan daerah, namun lebih terhadapadanya perubahan konfigurasi institusi pemerintah,pembagian kewenangan dan tanggung jawab antarapemerintah pusat dan pemerintah daerah. Termasukpemberdayaan pemerintah dalam manajemen barangpublik untuk mendukung pengentasan kemiskinan danpertumbuhan ekonomi yang muaranya pada pembangunannasional.

Kebijakan fiskal dilakukan dengan menjalankaninstrumen pengeluaran pemerintah (G) dan penerimaanpemerintah dari Pajak (T), meskipun dua instrumentersebut secara langsung dapat mempengaruhi output,akan tetapi hasil perubahannya selalu tidak sama.Hal tersebut terjadi, berkat adanya efek pengganda(multiplier effect) yang tergantung pada besaran sejauhmana kesediaan masyarakat melakukan konsumsi(willingnes to consume) yang diukur dengan marginalpropensity to consumme (MPC).

Perlu disadari sepenuhnya bahwa pendidikan merupakan agendapenting dan strategis, tidak hanya untuk meningkatkan kualitasbangsa, melainkan juga untuk mendorong kemajuan seluruh masyarakat.Karena itu, seluruh komponen bangsa harus mempunyai komitmen bersamauntuk membangun pendidikan, terutama ketika disadari bahwapendidikan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadappertumbuhan ekonomi.Membangun pendidikan menjadi lebih penting lagiterutama dalam menyongsong milenium ketiga, yang ditandai oleh arusglobalisasi yang menuntut daya saing tinggi. Karena itu, menyiapkanSDM yang berkualitas, melalui upaya peningkatan mutu pendidikan,merupakan suatu hal yang mutlak.

METODOLOGIJenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan variabel kuantitatif dan kualitatif.Variabel kualitatif adalah variabel dummy desentralisasi fiskal(DDF), sedangkan variabel kuantitatif yang diukur dalam nilai rupiahdengan secara keseluruhan diriilkan dengan GDP deflator tahun dasar2000.

11

Untuk menjawab tujuan dalam tulisan ini digunakan proseduranalisis secara diskriptif yang berawal dari kebijakanketenagakerjaan yang ditinjau dari sisi pembangunan pendidikan.Prosedur selanjutnya mengikuti tahapan yang dinyatakan dalam modelKoutsoyiannis (1977). Model merupakan suatu penjelasan dari fenomenaaktual sebagai suatu sistem atau proses. Sumber data tulisan inimenggunakan data sekunder time series tahunan mulai tahun 1977 sampaidengan 2010. Sumber data sekunder dari Biro Pusat Statistik,Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan KementerianPendidikan dan Kebudayaan dengan menggunakan 18 variabel penelitianyang diuraikan pada Tabel-1.Perumusan Model

Untuk mencapai tujuan penulisan tersebut, dibangun model sistemspesifikasi model yang telah digunakan dan diadaptasi dari modelyang telahdigunakan oleh Panjaitan (2006) dan Lisna (2007) yangtelah diaplikasikan secara terbatas untuk kasus secara makro lengkapdi Indonesia. Dengan mempertimbangkan paparan dan hasil sebelumnya,model yang diestimasi diuraikan dalam 8 persamaan struktural yangdibagi dalam tiga blok, yaitu 1) pasar tenaga kerja; 2) fiskal; dan3) pertumbuhan ekonomi.Blok Pasar Tenaga KerjaPenawaran Tenaga Kerja

STK = a0 + a1*WG + a2*POP +a3*JTK + a4*LSTK + a5*DDF + U1t.........(1)

Permintaan Tenaga KerjaDTK = b0 + b1*WG + b2*GDP +b3*TI + b4*LDTK + b5*DDF + U2t

.........(2)Upah Rata-rata

WG = c0 + c1*UMR + c2*KHM +c3*TAX + c4*DTK + c5*LWG + c6*DDF + U3t ....... (3)Tingkat Pengangguran

UN = d0 + d1*GDP + d2*WG + d3*INF + d4*LUN + d5*DDF+ U4t....... (4)

Blok FiskalPenerimaan Pajak

TAX = e0 + e1*AS + e2*LTAX + e3*DDF+ U5t ........(5)

Penerimaan Pemerintah TotalGTR = f0 + f1*TAX + f2*NTAX + f3*DDF+ U6t........(6)

Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Kesehatan GEPK = g0 + g1*GDP + g2*UN +g3*GTR + g4*LGEPK +g5*DDF+ U7t

....... (7)

12

Blok PertumbuhanOutput Nasional

GDP = h0 + h1*FCS +h2*GEPK + h3*LJTK +h4*UN +h5*LTI + h6*LGEPK +h7*DDF+ U7t.... (8)Hipotesis atau parameter dugaan yang diharapkan:a1, a2, a5 >0; 0<a4<1; a3< 0; b1, a5 >0; 0<b4<1;

b2, b3 < 0c2, c3, c5 >0; 0<c5<1; c1, c4 < 0; d1, d2,d3 >0; 0< d4<1;

d5< 0e1, e2, e3,>0; f1, f2,>0; f3<0g2,g3,g4,g5 >0; g1<0 h1,h2,h5,h7 >0; 0< h5<1;

h3,h4 ,h6<0

Tabel-1: KeteranganNotasi. Definisi Variabel, dan SatuanNo

Notasi Definisi Variabel Satuan

A. Variabel Endogen 1 STK Penawaran tenaga kerja Ribu

orang/tahun2 DTK Permintaan tenaga kerja Ribu

orang/tahun3 WG Upah Rata-rata Ribu

Rp/tahun4 UN Tingkat pengangguran Persen/tahun5 TAX Penerimaan pajak Milyar/tahun6 GTR Penerimaan pemerintah total Milyar/tahun7 GEPK Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan

dan kesehatanMilyar/tahun

8 GDP Output nasional atau PDB Milyar/tahunB. Variabel Eksogen

9 DDF Dummy desentralisasi fiskal; tahun > 2001=1 lainnya =0

10

POP Jumlah penduduk Ribu orang/tahun

11

JTK Jumlah tenaga kerja Ribu orang/tahun

12

TI Investasi total Milyar/tahun

13

UMR Upah minimum regional Ribu Rp/tahun

14

KHM Kebutuhan hidup minimum Ribu Rp/tahun

15

INF Inflasi Persen/tahun

16

AS Penawaran agregat Milyar/tahun

17

NTAX Penerimaan di luar pajak Milyar/tahun

13

Identifikasi ModelIdentifikasi model ditentukan atas dasar order condition sebagai

syarat keharusan dan rank condition sebagai syarat kecukupan. MenurutKoutsoyiannis, (1977:353), rumusan identifikasi model persamaanstruktural berdasarkan order condition ditentukan oleh: (K-M) > (G-1), dimana:K = total peubah dalam model, yaitu peubah endogen dan peubah

predetermined;M = jumlah peubah endogen dan eksogen yang termasuk dalam satu

persamaan tertentu dalam model, danG = total persamaan dalam model, yaitu jumlah peubah endogen dalam

model.Jika dalam suatu persamaan dalam model menunjukkan kondisi sebagaiberikut:

(K-M) > (G-1): dinyatakan teridentifikasi secara berlebih(overidentified);(K-M) = (G-1): dinyatakan teridentifikasi secara tepat(exactly identified);(K-M) < (G-1): dinyatakan teridentifikasi secara berlebih(unidentified).Hasil identifikasi untuk setiap persamaan struktural haruslah

exactly identified atau overidentified untuk dapat mendugaparameter-parameternya. Kendati suatu persamaan sudah memenuhi ordercondition, mungkin saja persamaan itu tidak teridentifikasi. Karenaitu, dalam proses identifikasi diperlukan suatu syarat perlusekaligus cukup. Hal itu diungkapkan dalam “rank condition” untukidentifikasi yang menyatakan, bahwa dalam suatu persamaanteridentifikasi jika dan hanya jika dimungkinkan untuk membentukminimal satu determinan bukan nol pada order (G-1) dari parameterstruktural peubah yang tidak termasuk dalam persamaan tersebut.Kondisi rank ditentukan oleh determinan turunan persamaan strukturalyang nilainya tidak sama dengan nol (Koutsoyianis, 1977: 353).

Model yang dirumuskan terdiri atar 8 peubah endogen (G) danpeubah predetermined variable terdiri dari 11 peubah eksogen dan 7 lagendogenous variabel, sehingga jumlah peubah dalam model (K) sebanyak19, sedangkan jumlah maksimal peubah dalam persamaan M adalah 7peubah. Berdasarkan kriteria order conditon maka setiap persamaanstruktural yang ada dalam model adalah (K-M) > (G-1) atau (19-7) >(8-1) dinyatakan teridentifikasi secara berlebih (overidentified).

Metode Pendugaan Model dan ValidasiDari hasil identifikasi model, maka model dinyatakan

overidentified, dalam hal ini untuk pendugaan model dapat dilakukan

14

dengan metode 2SLS (Two Stage Least Squares) prosedur SIMLIN,pertimbangannya adalah penerapan metode tersebut menghasilkantaksiran yang konsisten, lebih sederhana, dan lebih mudah.

Untuk mengetahui dan menguji apakah variabel penjelas secarabersama-sama berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel endogenmaka setiap persamaan digunakan uji statistik F, sedangkan untukmenguji apakah masing-masing variabel penjelas berpengaruh nyataatau tidak terhadap variabel endogen, maka pada setiap persamaandigunakan uji statistik t taraf nyata 10 persen selanjutnya ujiserial korelasi dengan menggunakan statistik DW (Durbin-WatsonStatistics).

Apakah model ini cukup valid untuk membuat simulasi alternatifkebijakan perlu dilakukan validasi model dengan tujuan untukmenganalisis sejauh mana model tersebut dapat mewakili dunia nyata(Pindyk dan Rubinfield, 2001). Kriteria statistik untuk validasinilai pendugaan model ekonometrika yang digunakan adalah: Root MeansSquares Error (RMSE), Root Means Squares Percent Error (RMSPE), dan Theil’sInequality Coefficient (U). Validasi dilakukan dengan hasil estimator 2SLS.

RMSE adalah rata-rata kuadrat dari perbedaan nilai estimasidengan nilai observasi suatu variabel. Jika nilai RMSE semakin kecilmaka estimasi model atau variabel tersebut semakin valid. RMSPEadalah rata-rata kuadrat dari proporsi perbedaan nilai estimasidengan nilai observasi suatu variabel. Jika nilai RMSPE semakinkecil maka estimasi model atau variabel tersebut semakin valid.

Notasi U adalah perbandingan RMSE dengan penjumlahan rata-ratakuadrat nilai estimasi dan rata-rata kuadrat nilai observasi suatumodel atau variabel. Nilai U maksimum adalah satu (estimasi modelatau variabel naif) dan minimum nol (estimasi model atau variabelsempurna). Jika nilai U mendekati nol maka estimasi model atauvariabel tersebut semakin valid. Nilai koefisien Theil (U) berkisarantara 1 dan 0, jika U=0 maka pendugaan sempurna, dan jika U=1 makapendugaan model naif. Pada dasarnya makin kecil nilai RMSPE dan U-Theil’s dan makin besar R2, maka pendugaan model semakin baik.

Nilai U terdiri dari tiga komponen, yaitu proporsi bias (UM),proporsi varians (US), dan proporsi kovarians. UM adalahperbandingan selisih nilai rata-rata estimasi dan nilai rata-rataobservasi kuadrat suatu model atau variabel dengan rata-rata kuadratdari selisih nilai estimasi dan nilai observasi model atau variabel.Maka suatu estimasi model atau variabel dikatakan valid jika UM <0,2 karena UM merupakan systematic error.

US adalah perbandingan antara kuadrat selisih standar deviasinilai estimasi dan standar deviasi nilai observasi suatu model atauvariabel dengan rata-rata kuadrat dari selisih nilai estimasi dan

15

observasi suatu model atau variabel. Jika nilai US semkain kecilmaka estimasi model atau variabel semakin valid.

UC adalah ukuran unsystematic error dari estimasi suatu modelatau variabel. Semakin besar nilai UC semakin valid estimasi suatumodel atau variabel. Simulasi Kebijakan

Simulasi yang dilakukan dalam tulisan ini adalah simulasihistoris (ex-post simulation) tahun 2002-2010 dan alternatif simulasikebijakan yang dilakukan adalah:

1. Simulasi-1 = upah minimum regional (UMR) naik 10%;2. Simulasi-2 = penerimaan di luar pajak (NTAX) naik 25% 3. Simulasi-3 = inflasi (INF)turun 5% 4. Simulasi-4 = jumlah fixed capital stok (FCS) naik 10% 5. Simulasi-5 = investasi total (TI) naik 20% 6. Simulasi-6 = jumlah tenaga kerja (JTK) naik 10%7. Simulasi-7=kombinasi upah minimum regional (UMR) naik 10% dan

NTAX naik 25% 8. Simulasi-8 = kombinasi upah minimum regional (UMR) naik 10%

dan FCS naik 10% 9. Simulasi-9 = kombinasi upah minimum regional (UMR) naik 10%

dan TI naik 20% 10.Simulasi-10 = kombinasi penerimaan di luar pajak (NTAX) naik

25%,jumlah fixed capital stok (FCS) naik 10%, dan investasitotal (TI) naik 20%

11.Simulasi-11 = kombinasi upah minimum regional (UMR) naik10%,penerimaan di luar pajak (NTAX) naik 25%,jumlah fixedcapital stok (FCS) naik 10%, daninvestasi total (TI) naik20%.

HASIL DAN PEMBAHASANHasil estimasi bagian ini merupakan hasil terakhir setelah

mengalami beberapa kali respesifikasi dan hasil ini dianggap terbaikdengan menganut kriteria ekonomi, statistik, dan ekonometrik.

Hasil pendugaan model dengan metode 2SLS terhadap persamaanstruktural menunjukkan indikator statistik yang cukup baik. Nilaikoefisien determinasi R2 umumnya lebih besar dari 81 persen. Seluruhpersamaan menghasilkan nilai F-hitung lebih besar dari 26.00, inimengindikasikan secara umum peubah penjelas memiliki hubunganrelatif sangat baik terhadap peubah endogen. Nilai Prob>F padasebagian besar persamaan bernilai <.0001 yang menunjukkan bahwasecara bersama-sama semua variabel penjelas dapat menjelaskanvariabel endogen secara signifikan dalam taraf α sebesar 1 persen.Kinerja Pasar Tenaga KerjaPenawaran Tenaga Kerja (STK)

16

Tabel-2 memperlihatkan peubah rerata upah (WG) dan jumlahpenduduk (POP) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawarantenaga kerja (STK). Hal tersebut tercermin dari nilai parameterdugaan rerata upah (WG) sebesar 0.104107 artinya peningkatan rerataupah sebesar Rp. 1000,- akan meningkatan jumlah STK sebesar 104orang. Nilai parameter dugaan jumlah populasi (POP) sebesar 0.861272artinya jika ada peningkatan jumlah penduduk (POP) sebesar 1000orang akan meningkatkan jumlah penawaran tenaga kerja (STK) sebesar861 orang. Faktor lain adalah lag penawaran tenaga kerja (LSTK)sebesar 0,199. Artinya, jika peningkatan lag penawaran tenaga kerja(LSTK) sebesar 1000 orang akan meningkatan jumlah penawaran tenagakerja (STK) sebesar 199 orang. Sementara nilai parameter dugaanjumlah tenaga kerja (JTK) menunjukkan negatif sebesar -0.471.Apabila JTK berkurang sebanyak 1000 orang maka STK berpotensimeningkat sebesar 471 orang.

Tabel-2: Hasil Estimasi Persamaan Penawaran Tenaga Kerja Tahun 1977-2010

Peubah Parameter

Estimate

Pr > |t| ElastisitasJangkapendek

Jangkapanjang

Intercept -53954.9

0.0157

WG (upah rata-rata) 0.104107

0.6055 0.0220 0.0242

POP (jml populasi) 0.861272

0.0081 1.8242 2.7921

JTK (jml tenaga kerja) -0.47127

0.0985 -0.4135 -0.6310

LSTK (lag penawaran tenaga kerja)

0.199406

0.3476

DDF (Dummy desentralisasi fiskal)

1578.166

0.0858

F-Hitung 1056.95 Adj R2 0.99454 DW 1.712349Sumber: Data diolah

Peubah upah W berpengaruh positif dan nyata terhadappenawaran tenaga kerja STK dengan elastisitas jangka pendek 0.02persen dan jangka panjang 0.024 persen. Dapat dikatakan bahwa responpenawaran tenaga kerja terhadap perubahan rerata upah bersifatinelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dengankata lain walaupun STK dipengaruhi oleh peubah rerata upah, tetapipengaruhnya relatif kecil meskipun dalam jangka panjang.

Permintaan Tenaga Kerja (DTK)

17

Tabel-3 memperlihatkan peubah rerata upah (WG) dan lagpermintaan tenaga kerja (LDTK) berpengaruh positif dan signifikanterhadap permintaan tenaga kerja (STK). Hal tersebut tercermin darinilai parameter dugaan rerata upah (WG) sebesar 0.564260 artinyapeningkatan rerata upah sebesar Rp. 1000,- akan meningkatan jumlahDTK sebesar 564 orang. Nilai parameter dugaan lag permintaan tenagakerja (LDTK) sebesar 0.906 artinya apabila ada peningkatan lagpermintaan tenaga kerja (LDTK)sebesar 1000 orang akan meningkatkanjumlah penawaran tenaga kerja (STK) sebesar 906 orang.

Sementara nilai parameter dugaan output nasional (GDP) daninvestasi total (TI) menunjukkan negatif masing-masing sebesar -0.015458 dan 0.01879. Apabila GDPdan TI masing-masing naik sebanyaksatu milyar rupiah, maka permintaan tenaga kerja (DTK) berpotensiuntuk menurun sebesar 15 orang dan 18 orang.Hal ini dapat dijelaskankhusus untuk kasus Indonesia dengan terjadinya anomali (Hukum Okun)karena yang terjadi permintaan tenaga kerja untuk tingkat pendidikantinggi (ahli) dan terjadi untuk sektor-sektor modern.

Peubah WG berpengaruh positif dan nyata terhadap DTK denganelastisitas jangka pendek 0.09 persen dan jangka panjang 0.98persen. Dapat dikatakan bahwa respon penawaran tenaga kerja terhadapperubahan rerata upah bersifat inelastis untuk jangka pendek,namununtuk jangka panjang sangat elastis. Dengan kata lain, DTKdipengaruhi oleh peubah rerata upah dalam jangka pendek pengaruhnyarelatif sangat kecil, namun dalam jangka panjang akan mempunyaipengaruh yang sangat besar (elastis).Tabel-3: Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Tenaga Kerja Tahun1977-2010

Peubah Parameter

Estimate

Pr > |t| ElastisitasJangkapendek

Jangkapanjang

Intercept 3840.370

0.3187

WG (upah rata-rata) 0.564260

0.1609 0.0914 0.9783

GDP (output nasional) -0.15458

0.5467 -0.0105 -0.1119

TI (Investasi total) -0.01879

0.6126 -0.0216 -0.2315

LDTK (lag penawaran tenaga kerja)

0.906566

<.0001

DDF (Dummy desentralisasi fiskal)

2783.521

0.1949

F-Hitung 502.84 Adj R2 0.98857 DW 2.327054Sumber: Data diolah

18

Upah rata-rata (WG)

Tabel-4 memperlihatkan peubah kebutuhan hidup minimum (KHM),penerimaan pajak (TAX), dan lag upah rata-rata (LWG) berpengaruhpositif dan signifikan terhadap permintaan upah rerata (WG). Haltersebut tercermin dari nilai parameter dugaan kebutuhan hidupminimum (KHM) sebesar 0.309345 artinya apabila ada peningkatankebutuhan hidup minimum (KHM) sebesar Rp. 1000,- akan meningkatanupah rata-rata (WG)sebesar 309 rupiah. Nilai parameter dugaanpenerimaan pajak (TAX) sebesar 20.894, artinya jika ada peningkatanpenerimaan pajak (TAX) sebesar 1000 rupiah akan meningkatan upahrata rata (WG) sebesar hampir 21 ribu rupiah. Nilai parameter dugaanlag upah rata-rata (LWG) sebesar 0.246 artinya jika ada peningkatanlag upah rata rata (LWG) sebesar 1000 rupiah akan meningkatkan upahrata-rata (WG) sebesar 246 rupiah.

Sementara nilai parameter dugaan upah minimun regional (UMR)dan permintaan tenaga kerja (DTK) menunjukkan nilai negatif masing-masing sebesar -0.173 dan 0.075. Apabila UMR dan DTK masing-masingturun sebesar 1000satuan maka upah rata-rata (WG) berpotensi untukmeningkat sebesar 173rupiah dan 75 orang untuk permintaan tenagakerja.

Peubah KHM dan TAX berpengaruh positif dan nyata terhadap WGdengan elastisitas jangka pendek masing-masing 0.22 persen dan0.469, sedang untuk jangka panjang semua peubah mendekati nilai 0persen. Hal ini dapat dikatakan bahwa respon WG terhadap perubahankebutuhan hidup minimum (KHM) dan pajak (TAX) bersifat kurangelastis (inelastis) untuk jangka pendek, sedangkan untuk jangkapanjang sangat elastis (hampir sempurna). Dengan kata lain bahwa WGtidak dipengaruhi oleh KHM maupun TAX baik dalam jangka pendekmaupun dalam jangka panjang.

Tabel-4: Hasil Estimasi Persamaan Upah rata-rata Tahun 1977-2010Peubah Paramete

rEstimate

Pr > |t| ElastisitasJangkapendek

Jangkapanjang

Intercept 8094.044 0.0119 UMR (upah minimum regional)

-0.17338 0.3178 -0.068 0.00001

KHM (kebutuhan hidup minimum)

0.309345 0.1699 0.220 -0.00002

TAX (penerimaan pajak)

20.89443 0.0017 0.469 -0.00004

DTK (permintaan -0.07518 0.1297 -0.464 0.00004

19

tenaga kerja)LWG (lag upah rata-rata)

0.246312 0.1402

F-Hitung 34.72 Adj R2 0.87464 DW 2.038345Sumber: Data diolah

Tingkat Pengangguran (UN)

Tabel-5 memperlihatkan bahwa peubah output nasional (GDP),upah rata-rata (WG), inflasi (INF), dan lag tingkat pengangguran(LUN) berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkatpengangguran (UN). Hal tersebut tercermin dari nilai parameterdugaan output nasional (GDP), upah rata-rata (WG), inflasi (INF),dan lag tingkat pengangguran (LUN). Nilai parameter masing-masingsebesar 0.000244 (GDP), 0.000022 untuk (WG), 0.005327, untuk (INF),dan 0.685215 untuk (LUN), artinya apabila ada peningkatan outputnasional (GDP) sebesar 244juta akan memberikan peningkatan juga padatingkat pengangguran 0.0244 persen.Tabel-5 Hasil Estimasi Persamaan Tingkat Pengangguran Tahun 1977-2010

Peubah Parameter

Estimate

Pr > |t| ElastisitasJangkapendek

Jangkapanjang

Intercept 0.645642

0.6541

GDP (output nasional) 0.000244

0.0424 0.2402 0.2404

WG (upah rata-rata) 0.000022

0.8773 0.0519 0.0519

INF (inflasi) 0.005327

0.8008 0.0085 0.0085

LUN (lag tingkat pengangguran)

0.685215

0.0007

DDF (Dummy desentralisasi fiskal)

-1.64948

0.1355

F-Hitung 42.51 Adj R2 0.87740 DW 1.69583Sumber: Data diolah

Peubah output nasional (GDP), upah rata-rata (WG), daninflasi (INF) berpengaruh positif dan nyata terhadap tingkatpengangguran (UN) dengan elastisitas jangka pendek dan jangkapanjang masing-masing 0.24 persen, 0.05 persen dan 0.008 persen. Halini dapat dikatakan bahwa respon tingkat pengangguran (UN) terhadapperubahan output nasional (GDP), upah rata-rata (WG), dan inflasi

20

(INF) bersifat inelastis untuk jangka pendek maupun jangka panjang.Dengan kata lain, bahwa UN tidak dipengaruhi oleh GDP,WG, maupun INFbaik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.Hal ini,sejalan dengan hasil penelitian paradox pertumbuhan dan pengangguranoleh Hermanto, dkk., (2006).Dalam pembanguan, meskipun terjadipertumbuhan secara bersamaan terjadi juga pengangguran.Keadaantersebut mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi namunmasih di bawah terjadinya pengangguran secara relatif.Kinerja FiskalPenerimaan Pajak (TAX)

Hasilnya dalam tabel-6 memperlihatkan bahwa peubah agregatsuplai (AS) dan lag penerimaan pajak (LTAX) berpengaruh positif dansignifikan terhadap penerimaan pajak (TAX). Hal tersebut tercermindari nilai parameter dugaan agregat supplai (AS) dan lag penerimaanpajak (LTAX). Nilai parameter masing-masing sebesar 0.00134(AS) dan0.15138untuk (LTAX), artinya apabila ada peningkatan AS sebesar 1milyar maka akan meningkatkan penerimaan pemerintah total (GTR)sebesar 1,340 juta rupiah.

Peubah agregat suplai (AS) dan lag penerimaan pajak (LTAX)berpengaruh positif dan nyata terhadap penerimaan pajak (TAX) denganelastisitas jangka pendek dan jangka panjang masing-masing di atassatu persen. Hal ini dapat dikatakan bahwa respon penerimaan pajak(TAX) terhadap agregat suplai (AS) dan lag penerimaan pajak (LTAX)bersifat elastis untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Dengankata lain bahwa TAXsangat dipengaruhi oleh AS dan LTAX baik dalamjangka pendek maupun dalam jangka panjang.Tabel-6: Hasil Estimasi Persamaan Penerimaan Pajak Tahun 1977-2010

Peubah Parameter

Estimate

Pr > |t| ElastisitasJangkapendek

Jangkapanjang

Intercept -121.459

0.0009

AS (agregat supplai) 0.001340

<.0001 1.2522 2.1548

LTAX (lag penerimaan pajak)

0.151382

0.4189

DDF (dummy desentralisasi fiskal)

19.20503

0.3512

F-Hitung 305.18 Adj R2 0.96920 DW 1.528185Sumber: Data diolahPenerimaan Pemerintah Total (GTR)

21

Tabel-7 memperlihatkan bahwa peubah penerimaan pajak (TAX)dan penerimaan bukan pajak (NTAX) berpengaruh positif dan signifikanterhadap penerimaan pemerintah total (GTR). Hal tersebut tercermindari nilai parameter dugaan penerimaan pajak (TAX) dan penerimaanbukan pajak (NTAX). Nilai parameter masing-masing sebesar1.000863(TAX) dan 0.999610 untuk (NTAX), artinya apabila adapeningkatan penerimaan pajak (TAX) sebesar 1 milyar, maka akanmeningkatan penerimaan pemerintah total (GTR) sebesar 1.001 milyar.Apabila ada peningkatan penerimaan bukan pajak (NTAX) sebesar 1milyar maka akan meningkatan penerimaan pemerintah total (GTR)sebesar 999 juta rupiah.Tabel-7: Hasil Estimasi Persamaan Penerimaan Pemerintah Tahun 1977-2010

Peubah Parameter

Estimate

Pr > |t| ElastisitasJangkapendek

Jangkapanjang

Intercept -0.13941

0.9097

TAX (penerimaan pajak) 1.000863

<.0001 0.6484

NTAX (penerimaan non pajak)

0.999610

<.0001 0.3530

DDF (dummy desentralisasi fiskal)

-2.41615

0.0117

F-Hitung 138355 Adj R2 0.99993 DW 1.83377Sumber: Data diolah

Peubah penerimaan pajak (TAX) dan penerimaan bukan pajak(NTAX) berpengaruh positif dan nyata terhadap penerimaan pemerintahtotal (GTR) dengan elastisitas jangka pendek masing-masing 0.64untuk TAX dan 0.35 untuk NTAX. Hal ini dapat dikatakan bahwa responpenerimaan pemerintan total lebih besar dipengaruhui oleh pajak(TAX) dibanding dengan dari bukan pajak (NTAX) Dengan kata lainbahwa GTR sangat dipengaruhi oleh TAX dibanding dengan NTAX dalamjangka pendek.

Pengeluaran Pemerintah sektor Pendidikan dan Kesehatan (GEPK)Tabel-8 memperlihatkan bahwa peubah tingkat pengangguran

(UN), penerimaan pemerintah total (GTR), dan lag pengeluaranpemerintah sektor pendidikan dan kesehatan (LGEPK) berpengaruhpositif dan signifikan terhadap pengeluaran pemerintah sektorpendidikan dan kesehatan (GEPK). Hal tersebut tercermin dari nilaiparameter dugaannya, masing-masing sebesar1.406324(UN),0.014696untuk (GTR), dan 0.7362 untuk (LGEPK). Artinya,

22

apabila ada peningkatan tingkat pengangguran (UN) sebesar 1.4 persenmaka akan meningkatkan pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dankesehatan (GEPK) sebesar 1.406 milyar. Apabila ada peningkatanpenerimaan pemerintah total (GTR) sebesar 1 milyar maka akanmeningkatan pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan(GEPK) sebesar 14.7 juta rupiah, serta jika ada peningkatan lagpengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan (LGEPK) 1milyar maka akan terjadi peningkatan pengeluaran pemerintah sektorpendidikan dan kesehatan (GEPK) 736.222 juta rupiah.

Peubah UN, GTR, LGEPK berpengaruh positif dan nyata terhadappengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan (GEPK) denganelastisitas jangka pendek masing-masing 0.017 untuk UN dan 0.0147untuk GTR. Hal ini dapat dikatakan bahwa respon pengeluaranpemerintah sektor pendidikan dan kesehatan (GEPK) bersifat tidakelastis. Namun, untuk jangka panjang pengeluaran pemerintah sektorpendidikan dan kesehatan (GEPK) sedikit lebih besar.Tabel-8: Hasil Estimasi Persamaan Pengeluaran Pemerintahsektor

Pendidikan dan Kesehatan 1977-2010Peubah Paramete

rEstimate

Pr > |t| ElastisitasJangkapendek

Jangkapanjang

Intercept -0.22167 0.9709 GDP (output nasional) -0.00066 0.4976 -0.008 -0.0302UN (tingkat pengangguran)

1.406324 0.2329 0.0172 0.0653

GTR (penerimaan pemerintah total)

0.014696 0.4917 0.0147 0.0557

LGEPK (lag pengeluaranpemerintah sektor pendidikan dan kesehatan)

0.736222 <.0001

DDF (Dummy desentralisasi fiskal)

2.480449 0.7458

F-Hitung 26.72 Adj R2 0.81597 DW 1.727816Sumber: Data diolah

Pertumbuhan Ekonomi atau Output Nasional (GDP)Tabel-9 memperlihatkan bahwa peubah FCS, GEPK, dan LTI

berpengaruh positif dan signifikan terhadap output nasional (GDP).Hal tersebut tercermin dari nilai parameter dugaannya, masing-masingsebesar 0.0146(FCS), 40.261untuk (GEPK), dan 0.761 untuk (LTI).Artinya apabila ada peningkatan FCS sebesar 1 milyar, maka akanmeningkatan output nasional (GDP) sebesar 14.618 juta rupiah.Apabila ada peningkatan GEPK sebesar 1 milyar, maka akan meningkatanoutput nasional (GDP)sebesar 40.26 milyar rupiah.

23

Tabel-9: Hasil Estimasi Persamaan Output Nasional (GDP) Tahun 1977-2010

Peubah Parameter

Estimate

Pr > |t|

ElastisitasJangkapendek

Jangkapanjang

Intercept 25585.09

0.0113

FCS (fixed capital stok) 0.014618

0.0009 5.2526 3.2546

GEPK (pengeluaran pendidikan dankesehatan)

40.26187

0.5653 0.2860 0.1772

UN (tingkat pengangguran) -785.295

0.0656 -0.7978 -0.4943

LJTK (lag jumlah tenaga kerja) -0.61391

0.0132

LTI (lag total investasi) 0.076103

0.0581

LGEPK (lag pengeluaran pendidikan dan kesehatan)

-245.137

0.0029

DDF (Dummy desentralisasi fiskal)

6277.404

<.0001

F-Hitung 73.48 Adj R2 0.94593 DW 1.460167Sumber: Data diolah

Peubah FCS, GEPK, dan LTI berpengaruh positif dan nyataterhadap output nasional (GDP) dengan elastisitas jangka pendekmasing-masing 5.25 untuk FCS. Hal ini dapat dikatakan bahwa responoutput nasional (GDP) bersifat elastis untuk jangka pendek maupunjangka panjang. Namun, untuk pengeluaran pemerintah sektorpendidikan dan kesehatan (GEPK) tidak elastis. Hal ini, dapatdikatakan bahwa output nasional (GDP) masih bertumpu pada fixedcapital stok.

Dampak Hasil Simulasi KebijakanHasil validasi model ekonometrika pasar tenaga kerja dan

pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk periode pengamatan tahun 2002-2010 berdasarkan kriteria statistik memiliki nilai RMS% Error dibawah 2 persen, hanya satu persamaan saja yang memiliki RMS% Errordi atas 10 persen, yaitu Bias (UM), Reg (UR), dan Var (US) secarakeseluruhan nilainya mendekati nol (lampiran). Nilai U-Theil secarakeseluruhan juga mendekati nol, hal ini mengindikasikan bahwasimulasi model mendekati data aktualnya dengan baik (Sitepu danSinaga, 2006). Oleh karena itu, berdasarkan kriteria tersebut model

24

yang dibangun mempunyai daya ramal yang cukup valid untuk melakukanbaik simulasi historis maupun simulasi peramalan.Simulasi-1 = Upah Minimum Regional (UMR) naik 10%

Dampak peningkatan upah minimum regional (UMR) 10% menyebabkanpenurunan penawaran tenaga kerja (STK), permintaan tenaga kerja(DTK), upah rata-rata (WG), tingkat pengangguran (UN), danpengeluaran pendidikan dan kesehatan (GEPK) dengan ditunjukkan dalamTabel-10 rekapitulasi simulasi historis bernilai negatif. Namun,khusus untukoutput nasional (GDP) mengalami peningkatan meskipunrelatif kecil sebesar 0,015 persen.

Simulasi-2 = penerimaan di luar pajak (NTAX) naik 25%Dampak peningkatan penerimaan di luar pajak (NTAX) 25%

menyebabkan penurunan permintan tenaga kerja (DTK). Untuk upah rata-rata (WG), tingkat pengangguran (UN), dan pengeluaran pendidikan dankesehatan (GEPK) dan output nasional (GDP) mengalami peningkatanyang ditunjukkan dalam Tabel-10 rekap bernilai positif.

Simulasi-3 = inflasi (INF) turun 5%Dampak penurunan inflasi (INF) sebesar 5% menyebabkan penurunan

permintan tenaga kerja (DTK), tingkat pengangguran (UN), danpengeluaran pendidikan dan kesehatan (GEPK). Sedangkan untuk outputnasional (GDP) mengalami peningkatan yang ditunjukkan dalam Tabel-10bernilai positif.

Simulasi-4 = fixed capital stok (FCS) naik 10%Dampak peningkatan fixed capital stok (FCS) sebesar 10%

menyebabkan penurunan permintan tenaga kerja (DTK) dan pengeluaranpendidikan dan kesehatan (GEPK). Untuk penawaran tenaga kerja (STK),upah rata-rata (WG), tingkat pengangguran (UN), output nasional(GDP) mengalami peningkatan yang ditunjukkan dalam Tabel-10 bernilaipositif.

Simulasi-5 = investasi total (TI) naik 20%Dampak peningkatan investasi total (TI) sebesar 20% menyebabkan

penurunan permintan tenaga kerja (DTK) dan output nasional (GDP).Untuk penawaran tenaga kerja (STK), upah rata-rata (WG), tingkatpengangguran (UN), pengeluaran pendidikan dan kesehatan(GEPK)mengalami peningkatan yang ditunjukkan dalam Tabel 10 bernilaipositif.

Simulasi-6 = jumlah tenaga kerja (JTK) naik 10%Dampak peningkatan jumlah tenaga kerja (JTK) naik sebesar 10%

hanya menyebabkan penurunan terhadap penawaran tenaga kerja (STK)seperti yang ditunjukkan dalam Tabel-10 bernilai negatif. Dengan

25

kata lain, peningkatan ini tidak menyebabkan perubahan pada peubahendogen yang lain.

Simulasi-7 = kombinasi simulasi-1 dan simulasi-2Dampak simulasi kombinasi upah minimum regional (UMR) 10% dan

penerimaan di luar pajak (NTAX) naik 25% menyebabkan penurunanpenawaran tenaga kerja (STK), permintaan tenaga kerja (DTK), danupah rata-rata (WG). Untuk tingkat pengangguran (UN), penerimaanpemerintah total (GTR), pengeluaran pendidikan dan kesehatan (GEPK),dan output nasional (GDP) mengalami peningkatan yang ditunjukkandalam Tabel10 bernilai positif.

Simulasi-8 = kombinasi simulasi-1 dan simulasi-4Dampak simulasi kombinasi upah minimum regional (UMR) 10% dan

fixed capital stok (FCS) naik 10% menyebabkan penurunan penawaran tenagakerja (STK), permintaan tenaga kerja (DTK), upah rata-rata (WG), danpengeluaran pendidikan dan kesehatan (GEPK). Sedangkan untuk tingkatpengangguran (UN) dan output nasional (GDP) mengalami peningkatansebesar 11% dan 28% seperti ditunjukkan dalam Tabel10 bernilaipositif.

Simulasi-9 = kombinasi simulasi-1 dan simulasi-5Dampak simulasi kombinasi upah minimum regional (UMR) 10% dan

investasi total (TI) naik 20% menyebabkan penurunan penawaran tenagakerja (STK), permintan tenaga kerja (DTK), upah rata-rata (WG),tingkat pengangguran (UN), dan pengeluaran pendidikan dan kesehatan(GEPK). Sedangkan untuk output nasional (GDP) mengalami peningkatankecil seperti ditunjukkan dalam tabel10 bernilai positif.

Simulasi-10 = kombinasi simulasi-2, simulasi-4, dan simulasi-5Dampak simulasi kombinasi penerimaan di luar pajak (NTAX) naik

25%, fixed capital stok (FCS) naik 10%, dan investasi total (TI) naik 20%menyebabkan penurunan permintaan tenaga kerja (DTK), dan pengeluaranpendidikan dan kesehatan (GEPK). Untuk penawaran tenaga kerja (STK),upah rata-rata (WG), tingkat pengangguran (UN) sebesar 1,1 %,penerimaan pemerintah total (GTR) sebesar 0.5%, dan output nasional(GDP) sebesar 29% mengalami peningkatan yang ditunjukkan dalamTabel10 bernilai positif.

Simulasi-11 = kombinasi simulasi-1, simulasi-2, simulasi-4, dansimulasi-5

Dampak simulasi kombinasi upah minimum regional (UMR) 10%,penerimaan di luar pajak (NTAX) naik 25%, fixed capital stok (FCS)naik 10%, dan investasi total (TI) naik 20% menyebabkan penurunanpenawaran tenaga kerja (STK), permintaan tenaga kerja (DTK), upahrata-rata (WG), dan pengeluaran pendidikan dan kesehatan (GEPK).Untuk tingkat pengangguran (UN) naik sebesar 1,1 %, penerimaan

26

pemerintah total (GTR) naik sebesar 0.5%, dan output nasional (GDP)naik sebesar 29% mengalami peningkatan yang ditunjukkan dalam Tabel10 bernilai positif.

Hasil rangkuman seluruh simulasi kebijakan historis tahun 2002-2010 memperlihatkan dampak yang bervariasi pada penawaran tenagakerja, permintaan tenaga kerja, upah rata-rata, tingkatpengangguran, penerimaan pajak, penerimaan pemerintah total,pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan, serta outputpemerintah atau pertumbuhan ekonomi seperti yang terlihat dalamTabel 10. Alternatif kebijakan yang terbaik untuk dilaksanakansangat tergantung untuk pemenuhan kepentingan kelompok mana sebagaitarget kebijakan sasarannya. Misalnya, untuk para pekerja,pengusaha, atau pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Apabila pemerintah lebih melihat pada peningkatan upah rata-rata (WG) dalam arti peningkatan tenaga kerja maka simulasi 2, 4, 5,10, dan 11 lebih baik untuk dilaksanakan. Apabila pemerintahcenderung mementingkan pada penurunan tingkat pengangguran (UN)dalam arti ketenagakerjaan maka simulasi 2, 4, 5, 7, 8, 10, dan 11lebih baik untuk dilaksanakan. Apabila pemerintah cenderungmementingkan pada peningkatan penerimaan total (GTR) dalam artipertumbuhan maka simulasi 2, 7, 10, dan 11 lebih baik untukdilaksanakan. Apabila pemerintah lebih memilih pada peningkatanpengeluaran sektor pendidikan dan kesehatan (GEPK) dalam artidiperuntukkan pada masyarakat miskin maka simulasi 2, 5, dan 7 lebihbaik untuk dilaksanakan. Apabila pemerintah hanya mementingkan padapeningkatan output nasional atau pertumbuhan ekonomi (GDP) makasimulasi 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 10, dan 11 lebih baik untukdilaksanakan.

27

ProPOOR

Pro GROWTH

Pro JOB

52, 7

4, 8

1, 3, 9, 10, 11

Gambar-3: Simulasi Kebijakan dikaitkan dengan Triple Track Strategy ProPoor, Pro Job, Pro Growth

Apabila pilihan alternatif kebijakan tersebut dikaitkan denganstrategi pembangunan nasional yang telah diterapkan untuk memenuhitriple track strategy. Triple track strategymerupakan rumusan pembangunanekonomi Indonesia oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yangtertuang dalam prinsip pro growth, pro job, pro poor (Yudhoyono, 2007).Track pertama dilakukan dengan meningkatkan pertumbuhan denganmengutamakan ekspor dan investasi. Track kedua, menggerakkan sektorriil untuk menciptakan lapangan kerja, treak ketiga, merevitalisasipertanian, kehutanan, kelautan serta ekonomi perdesaan untukmengurangi kemiskinan.

Berdasarkan alternatif tersebut maka pilihan simulasi 6 tidakmampu memenuhi target pertumbuhan, kesempatan kerja, danrevitalisasi sektor pertanian. Simulasi 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 10, dan11 diprediksikan akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi (progrowth) yang bertumpu pada peningkatan kesempatan kerja danperbaikan upah minimum. Simulasi 2, 4, 5, 7, dan 8 diprediksikanakan dapat memperbaiki masalah ketenagakerjaan (pro job) yangberbasis pada perbaikan upah minimum regional. Simulasi 2, 5, dan 7

28

diperkirakan dapat memperbaiki tingkat kemiskinan (pro poor) denganmenenkankan pada penyediaan lapangan kerja sebagai wujudkesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendidikan danperbaikan kesehatan.

29

Tabel-10: Rangkuman Dampak Simulasi Historis Tahun 2002-2010

Peubah

NilaiDasar

S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6 S-7 S-8 S-9 S-10 S-11

STK 112050 -0.0001

7

-

-

0.00004

0.00003

-0.04235

-0.00016

-0.00012

-0.00013

0.00007

-0.00009

DTK 101969 -0.0009

7

-0.00003

-0.00001 -0.00649

-0.00431

-

-0.00100

-0.00745

-0.00527

-0.01082

-0.01179

WG 16918.3 -0.0102

7

0.00001

-

0.00294

0.00195

-

-0.01026

-0.00734

-0.00833

0.00490

-0.00537

UN 9.7078 -0.0003

4

0.00047

-0.00022 0.11221

0.00006

-

0.00014

0.11188

-0.00028

0.11275

0.11241

TAX 535.4 - - -

-

-

-

-

-

-

-

-

GTR 688.7 - 0.05634 -

-

-

-

0.05634

-

-

0.05634

0.05634

GEPK 55.7062 -0.0001

1

0.01014 -0.00007 -0.02534

0.00002

-

0.01003

-0.02545

-0.00009

-0.01518

-0.01529

GDP 15392.3 0.00015

0.00124

0.00009

0.28977

-0.00003

-

0.00139

0.28992

0.00012

0.29098

0.29113

Keterangan :

1. Simulasi-1 = upah minimum regional (UMR) naik 10%;2. Simulasi-2 = penerimaan di luar pajak (NTAX) naik 25% 3. Simulasi-3 = inflasi (INF) turun 5% 4. Simulasi-4 = jumlah fixed capital stok (FCS) naik 10% 5. Simulasi-5 = investasi total (TI) naik 20% 6. Simulasi-6 = jumlah tenaga kerja (JTK) naik 10%7. Simulasi-7 = kombinasi upah minimum regional (UMR) naik 10% dan NTAX naik 25% 8. Simulasi-8 = kombinasi upah minimum regional (UMR) naik 10% dan FCS naik 10% 9. Simulasi-9 = kombinasi upah minimum regional (UMR) naik 10% dan TI naik 20% 10. Simulasi-10 = kombinasi penerimaan di luar pajak (NTAX) naik 25%, jumlah fixed capital stok (FCS) naik 10%,

dan investasi total (TI) naik 20%11. Simulasi-11 = kombinasi upah minimum regional (UMR) naik 10%, penerimaan di luar pajak (NTAX) naik 25%,

jumlah fixed capital stok (FCS) naik 10%, dan investasi total (TI) naik 20%.

31

PENUTUPSimpulan

Jumlah penduduk atau populasi berpengaruh positif lebih besardibanding dengan upah rata-rata dan lag penawaran tenaga kerjaterhadap penawaran tenaga kerja (STK) itu sendiri. Upah rata-ratadan lag permintaan tenaga kerja berpengaruh positif, sebaliknyaoutput nasional dan investasi total berpengaruh negatif terhadappermintaan tenaga kerja (DTK). Dalam pembangunan hal ini biasterjadi,dengan adanya pertumbuhan namun secara beriringan masih adajuga pengangguran. Hal tersebutterlihat dengan adanya perekonomiantumbuh namun masih belum bisa mengatasi permintaan akan tenagakerja, khususnya kurun waktu 2002-2010.

Kebutuhan hidup minimum dan pajak serta lag upah rata-ratamempunyai pengaruh yang positif, namun untuk upah minimum regionaldan permintaan tenaga kerja mempunyai pengaruh negatif terhadapupah rata-rata (WG). Dengan kata lain, kenaikkan tingkat kebutuhanhidup minimum, pajak, dan lag upah rata-rata menyebabkan kenaikanupah rata-rata.

Output nasional, upah rata-rata, inflasi, dan lag pengangguranmempunyai pengaruh yang positif terhadap tingkat penggangguran(UN). Seperti diungkapkan sebelumnya, bahwa meskipun adanyakenaikan output nasional masih belum bisa mengatasi tingkatpengangguran (paradoks pertumbuhan dan pengangguran). Hal ini bisadijelaskan bahwa kenaikan output nasional tersebut hanyadiperuntukan bagi tenaga kerja yang mempunyai tingkat pendidikantinggi (keahlian khusus), sehingga pertumbuhan ekonomi tersebutbelum bisa menyerap tenaga kerja yang berpendidikan rendah(keterampilan rendah).

Penawaran agregat dan lag pajak mempunyai pengaruh positifterhadap penerimaan pajak (TAX). Dengan kata lainnya adalah semakinmeningkat penawaran secara agregat, maka semakin meningkat pulapenerimaan pajak.

Pajak dan bukan pajak masih dominan dan mempunyai pengaruhpositif terhadap penerimaan pemerintah total (GTR). Meskipun sharepajak masih sangat kecil dibanding dengan yang bukan pajak.Penerimaan pemerintah total masih banyak yang bersumber dari selainpajak terutama sektor pertambangan dan minyak.

Tingkat pengangguran, penerimaan pemerintah total, dan lagpengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan mempunyaipengaruh yang positif terhadap pengeluaran pemerintah sektorpendidikan dan kesehatan (GEPK). Hal ini dapat dimaknai bahwa

32

dengan adanya peningkatan penerimaan pemerintah total makadialokasikan terhadap sektor pendidikan dan kesehatan jugameningkat, dengan asumsi bahwa sektor tersebut akan dapat mengatasikemiskinan.

Fixed capital stok, pengeluaran pemerintah sektor pendidikandan kesehatan (GEPK), serta lag investasi total mempunyai pengaruhpositif yang sangat besar terhadap pertumbuhan nasional (GDP). Halini membuktikan bahwa dengan adanya pengeluaran pemerintah sektorpendidikan dan kesehatan yang tinggi sangat berkorelasi denganpeningkatan out nasional atau pertumbuhan ekonomi. Disampingharapan tersebut secara simultan juga akan mengurangi kemiskinan.

Saran

Apabila pemerintah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraanburuh dengan meningkatkan upah rata-rata atau upah minimum regionalmaka perlu melakukan keseimbangan peningkatan terhadap investasitotal sehingga terjadi pembukaan dan penambahan lapangan kerjakhususnya terhadap sektor-sektor yang padat karya.

Apabila tingkat pengangguran di masa datang ingin dikurangimaka pemerintah perlu meningkatkan pengeluaran pemerintah sektorpendidikan dan kesehatan yang lebih terarah dan tepat melaluiprogram-program nyata. Misalnya dengan memberikan subsidi padapeningkatan pendidikan kejuruan profesi atau peningkatan keahlianpara pekerja agar lebih produktif dalam melaksanakan aktivitasnya.Disamping membangun dan memberikan fasilitas kesehatan atau jaminankesehatan yang memadai agar para pekerja lebih produktif.

Penerimaan pemerintah yang masih didominasi oleh bukan pajakkhususnya dari sumber daya alam, maka pemerintah seyogyanya harusmemberikan insentif kepada investor untuk melakukan usahakegiatannya yang mempunyai nilai tambah lebih, misalnya industri-industri yang padat karya. Sehingga dapat memberikan multiplierefek kepada penciptaan lapangan kerja dan pemasukan pajak.

-o-

PUSTAKA ACUANAfrida. B.R. 2005., Ekonomi Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia,

Jakarta.Alhumami. A. 2005., Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi. (article

online) diunduh dari

33

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0404/05/teropong/lainnya05.htm diakses tanggal 28 Juli 2005.

Boediono. 1988., Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE,Cetakan Keempat.

Hadi, Supri., 2002., Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap KergaanPasar Kerja dan Migrasi pada Periode Krisis dan SebelumKrisis Ekonomi di Indonesia, Thesis Magister Sains, ProgramPascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Lisna, Evi. 2007., Dampak Kebijakan Ketenaga Kerjaan terhadapTingkat Pengangguran dan Perekonomian Indonesia di EraOtonomi Daerah, Disertasi Sekolah Pasca Sarjana, InstitutPertanian Bogor.

Keynes, John Maynard., 1936, The General Theory of Employment, Interest andMoney, Palgrave Macmillan, United Kingdom.

Koutsoyiannis. A. 1977.,Theory of Econometrics: An Introductory Exposition ofEconometric Method, Second Edition, The MacMillan Press Ltd,London.

McMahon Walter W., 2002. Education and Development Measuring theSocial Benefits, New York: Oxford University.

Mangkuprawira, Sjafri., 2000. Analisis Perilaku Pasar Kerja diWilayah Jawa dan Bali, Mimbar Sosial Ekonomi, 3 (1): 60-78.

Mankiw N. Gregory., 2006. Makroekonomi, Edisi Keenam, PenerbitErlangga, Jakarta.

Pindyk, R.S. and D.L. Rubinfield., 2001.Econometric Model and EconomicsForecast, Fourth Edition, Irwin McGraw-Hill Book Co, Singapore.

Panjaitan, Mangasi., 2006. Dampak Desentralisasi Fiskal terhadapKinerja Perekonomian Daerah Kabupaten dan Kota di ProvinsiSumatera Utara: Suatu Pendekatan Ekonometrika. DisertasiDoktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor,Bogor.

Ray, Debraj., 1998. Development Economics, New Jersey: PrincetonUniversity Press.

Romer, David., 2006. Advance Macroeconomics, McGraw-Hill CompaniesInc., United State of America.

Siregar, Hermanto., 2006. Hasil Laporan Paradoks Pertumbuhan danPengangguran. Inter CAFE IPB dan PPSK Bank Indonesia,Jakarta 11 April 2006.

Sitepu, Rasidin K, dan Sinaga, Bonar M.,2006, Dampak InvestasiSumber daya Manusia terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan

34

Kemiskinan di Indonesia: Pendekatan Model Computable GeneralEquilibrium (The Impact of Human Capital Investment on Economic Growthand Poverty in Indonesia: CGE Model Approach), Program Studi IlmuEkonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, IPB Bogor.

Suryahadi, A., Widyanti. D., Penwira., dan Sumarto, S., 2003.Minimum Wage Policy and Its Impact on Employment in the Urban FormalSector, Bulletin of Indonesian Economic Studies, 39 (1): 39-50.

Todaro, Michael P., 2003.Economic Development in the Third World, Erlangga,Jakarta.

Qureshi M.N., 2010. Evolution of Human Development Approach by Cutting theHeart of Economic Growth Approach - Brief Review of Literature.European Journal of Economics, Finance and AdministrativeSciences - Isue 23-2010: 8 -18.

Yudhoyono, Susilo Bambang., 2007, Triple track strategi: Upaya mengurangiPengangguran dan Kemiskinan, http://presidenri.go.id. Diunduhtanggal 6 juni 2010.

-o-

Lampiran: Hasil Validasi ModelMenggunakan Prosedur SIMLIN Metode Newton pada Program

SAS/ETS 9.01

The SAS System

The SIMNLIN Procedure

Model Summary

Model Variables 8 Endogenous 8 Parameters 47 Range Variable THN Equations 8 Number of Statements 8

The SAS System

The SIMNLIN Procedure Simultaneous Simulation

Data Set Options

DATA= PAPER

35

Solution Summary

Variables Solved 9 Solution Range THN First 2002 Last 2010 Solution Method NEWTON CONVERGE= 1E-8 Maximum CC 2.11E-16 Maximum Iterations 1 Total Iterations 6 Average Iterations 1

Observations Processed

Read 9 Solved 9 First 26 Last 31

Variables Solved For STK DTK WG UN TAX GTR GEPK GDP

36

The SAS System

The SIMNLIN Procedure Simultaneous Simulation

Solution Range THN = 2002 To 2010

Descriptive Statistics

Actual PredictedVariable N Obs N Mean Std Dev Mean Std Dev Label

STK 9 9 112185 4047.6 112050 3704.4 penawaran tenaga kerja DTK 9 9 102009 3931.7 101969 3830.7 permintaan tenaga kerjaWG 9 9 16883.4 548.2 16918.3 424.2 upah rata-rataUN 9 9 9.5483 0.2199 9.7078 0.3400 tingkat pengangguranTAX 9 9 530.2 28.5461 535.4 33.2453 penerimaan pajakGTR 9 9 683.1 30.2999 688.7 32.4514 penerimaan total pemerintahGEPK 9 9 56.3550 3.8595 55.7062 3.3085 pengeluaran pendikdan keshatnGDP 9 9 15543.7 3019.9 15392.3 1186.7 gross domesticproduct

Statistics of fit

Mean Mean % Mean Abs Mean Abs RMS RMS %Variable N Error Error Error % Error Error Error R-Square Label

STK 9 -135.3 -0.1115 306.3 0.2710 345.0 0.3037 0.9913 penawaran tenaga kerja

DTK 9 -40.5134 -0.0366 97.7053 0.0939 128.6 0.1219 0.9987 permintaan tenaga kerjaWG 9 34.9186 0.2279 133.8 0.7918 150.8 0.8931 0.9092

upah rata-rataUN 9 0.1594 1.6472 0.1594 1.6472 0.1961 2.0075 0.0458

tingkat pengangguranTAX 9 5.1921 0.9425 6.8046 1.2669 7.1979 1.3262 0.9237

penerimaan pajakGTR 9 5.5597 0.8035 5.5597 0.8035 6.0000 0.8621 0.9529

penerimaan total pemerintahGEPK 9 -0.6488 -1.0988 0.7106 1.2204 0.8216 1.3860 0.9456

pengeluaran pendik dan keshatnGDP 9 -151.4 0.8475 1515.8 9.6610 1689.0 10.4375 0.6246

gross domestic product

Theil Forecast Error Statistics

MSE Decomposition Proportions Corr Bias Reg Dist Var Covar InequalityCoef Variable N MSE (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC) U1 U

STK 9 118996 1.00 0.15 0.82 0.02 0.82 0.02 0.0031 0.0015 DTK 9 16529.1 1.00 0.10 0.50 0.40 0.51 0.39 0.0013 0.0006 WG 9 22738.4 0.98 0.05 0.46 0.49 0.56 0.38 0.0089 0.0045

37

UN 9 0.0385 0.99 0.66 0.32 0.02 0.31 0.03 0.0205 0.0102 TAX 9 51.8095 1.00 0.52 0.37 0.11 0.36 0.12 0.0136 0.0067 GTR 9 36.0000 1.00 0.86 0.11 0.03 0.11 0.03 0.0088 0.0044 GEPK 9 0.6750 1.00 0.62 0.37 0.00 0.37 0.00 0.0146 0.0073 GDP 9 2852723 1.00 0.01 0.97 0.03 0.98 0.01 0.1070 0.0541

Theil Relative Change Forecast Error Statistics

Relative Change MSE Decomposition Proportions Corr Bias Reg Dist Var Covar InequalityCoef Variable N MSE (R) (UM) (UR) (UD) (US) (UC) U1 U

STK 9 8.501E-6 1.00 0.54 0.46 0.00 0.46 0.00 0.1485 0.0779 DTK 9 1.845E-6 0.99 0.09 0.84 0.07 0.81 0.10 0.0643 0.0323 WG 9 0.000097 0.58 0.09 0.00 0.91 0.31 0.60 0.5101 0.2542 UN 9 0.000414 0.95 0.61 0.35 0.04 0.31 0.08 1.2362 0.3922 TAX 9 0.000204 1.00 0.91 0.09 0.00 0.09 0.00 0.4950 0.1985 GTR 9 0.000093 1.00 0.98 0.02 0.00 0.02 0.00 0.4066 0.1690 GEPK 9 0.000243 1.00 0.85 0.15 0.00 0.15 0.00 0.4029 0.2363 GDP 9 0.0112 -0.42 0.04 0.78 0.17 0.05 0.90 0.9631 0.4914

38