Upload
acadenia
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Tugas : Kimia Anorganik I
STRUKTUR MOLEKUL
Dosen Pengampu:
Nur A. Limatahu, S. Pd., M. Si.
Oleh :
EVA YUNIATI
0329 14 11 021
Semester/Kelas : III/C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2015
A. STRUKTUR MOLEKUL
1. IKATAN KIMIA
Antara dua atom atau lebih dapat saling berinteraksi dan
membentuk molekul. Interaksi ini selalu disertai dengan pelepasan
energi sedangkan gaya-gaya yang menahan atom-atom dalam molekul
merupakan suatu ikatan yang dinamakan ikatan kimia. Ikatan kimia
terbentuk karena unsur-unsur ingin memiliki struktur elektron stabil.
Struktur elektron stabil yang dimaksud, yaitu struktur elektron gas
mulia. Tabel struktur elektron gas mulia.
Unsur Nomor
atom
K L M N O P
He 2 2
Ne 10 2 8
Ar 18 2 8 8
Kr 36 2 8 18 8
Xe 54 2 8 18 18 8
Rn 86 2 8 18 32 18 8
Kecenderungan atom-atom untuk memiliki struktur atau
konfigurasi elektron seperti gas mulia atau 8 elektron pada kuliat
terluar disebut “kaidah oktet”. Sementara itu atom-atom yang
mempunyai kecenderungan untuk memiliki konfigurasi elektron
seperti gas helium disebut “kaidah duplet”.
Hal-hal yang diperlukan antarunsur agar dapat mencapai struktur
elektron seperti gas mulia, sebagai berikut.
1) Perpindahan elektron dari satu atom ke atom lain (serah terima
elektron)
Atom yang melepaskan elektron akan membentuk ion
positif, sedangkan atom yang menerima elektron akan berubah
menjadi ion negatif, sehingga terjadilah gaya elektrostatik atau
tarik-menarik antara kedua ion yang berbeda muatan. Ikatan ini
disebut ikatan ion.
2) Pemakaian bersama pasangan elektron oleh dua atom sehingga
terbentuk ikatan kovalen.
Ikatan kimia mengacu pada gaya tarik menarik yang memegang
atom bersama dalam senyawa. Ada dua kelas utama dari ikatan.
(1) hasil ikatan ionik dari interaksi elektrostatik antara ion, yang
sering terjadi karena transfer bersih satu atau lebih elektron dari satu
atom atau kelompok atom yang lain.
(2) hasil ikatan kovalen dari berbagi satu atau lebih pasangan
elektron antara dua atom. Perbedaan senyawa ionik dan senyawa kovalen
Senyawa Ionik Senyawa Kovalen
Berbentuk padatan dengan titik leleh
tinggi (biasanya > 400°C).
Berupa gas, cairan, atau padatan
dengan titik leleh rendah (biasanya
<300°C).
Banyak yang larut dalam pelarut polar
seperti air.
Banyak yang tidak larut dalam pelarut
polar.
Sebagian besar tidak larut dalam pelarut
nonpolar, seperti heksana, C6H14, dan
karbon tetraklorida, CCl4.
Sebagian besar larut dalam pelarut
nonpolar, seperti heksana, C6H14, dan
karbon tetraklorida, CCl4.
Senyawa Molten melakukan dengan baik
listrik karena mengandung partikel-
partikel bermuatan bergerak (ion).
Cair dan cair senyawa tidak
menghantarkan listrik.
Larutan encer melakukan dengan baik
listrik karena mengandung partikel-
partikel bermuatan bergerak (ion).
Larutan encer biasanya konduktor
listrik yang buruk karena kebanyakan
tidak mengandung partikel bermuatan.
Sering terbentuk antara dua elemen
dengan elektronegativitas berbeda,
biasanya logam dan bukan logam
Sering terbentuk antara dua. elemen
dengan electronegativitas sejenis,
biasanya bukan logam.
a. Lewis Dot Rumus dari Atom
Ikatan kimia biasanya hanya melibatkan elektron terluar atom, juga
disebut elektron valensi. Dalam Lewis dot representasi, hanya elektron
dalam terluar s diduduki dan p orbital ditunjukkan sebagai titik. Paduan
dan elektron yang tidak berpasangan juga ditunjukkan. Tabel 7-1
menunjukkan Lewis dot formula untuk elemen perwakilan. Semua elemen
dalam kelompok tertentu memiliki konfigurasi elektron terluar yang sama.
b. Jenis-Jenis Ikatan Kimia
1) Ikatan Ion (ikatan elektrovalen)
Ikatan ion adalah daya tarik bermuatan sebaliknya ion (kation dan
anion) dalam jumlah besar untuk membentuk solid. Senyawa padat
seperti disebut ionik padat. Ikatan ion merupakan ikatan yang terjadi
akibat perpindahan elektron dari satu atom ke atom lain. Ikatan ion
terbentuk antara atom yang melepaskan elektron (logam) dengan atom
yang menangkap elektron (bukan logam). Atom logam, setelah
melepaskan elektron berubah menjadi ion negatif. Sedangkan atom
bukan logam, setelah menerima elektron berubah menjadi ion negatif.
Antara ion-ion yang berlawanan muatan ini terjadi tarik-menarik (gaya
ekektrolisis) yang disebut ikatan ion (ikatan elektrovalen). Ikatan ion
merupakan ikatan yang relatif kuat. Pada suhu kamar, semua senyawa
ion berupa zat padat kristal dengan struktur tertentu.
Contoh ikatan ion:
11Na = 1s2 2s2 2p6 3s1 atau 2 8 1
17Cl = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5 atau 2 8 7
Keterangan :
Atom natrium cenderung melepaskan satu elektron agar kulit terluarnya agar
memiliki delepan elektron terluar.
Jika atom Na bertemu dengan Cl maka atom Na memberikan elektron ke atom Cl
sehingga terbentuklan NaCl.
Na → Na+ + e
Cl + e → Cl-
Senyawa yang memiliki ikatan ion disebut senyawa ionik. Senyawa ionik
biasanya terbentuk antara atom-atom unsur logam dan nonlogam. Atom unsur
logam cenderung melepas elektron membentuk ion positif, dan atom unsur
nonlogam cenderung menangkap elektron membentuk ion negatif.
Sifat fisis senyawa ion:
a) Memiliki titik didih dan titik leleh yang tinggi.
b) Keras tapi rapuh.
c) Berupa padatan pada suhu ruang.
d) Larut dalam pelarut air, tetapi umumnya tidak larut dalam pelarut
organik.
e) Tidak menghantarkan listrik dalam fase padat, tetapi
menghantarkan listrik dalam fase cair.
2) Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi akibat pemakaian
pasangan elektron secara bersama-bersama oleh dua atom. Ikatan ion
tidak dapat menghasilkan reaksi antara dua nonmetals, karena
perbedaan elektronegativitas mereka tidak cukup besar untuk transfer
elektron untuk mengambil tempat. Sebaliknya, reaksi antara dua
nonmetals menghasilkan ikatan kovalen.
Ikatan kovalen terbentuk ketika dua atom berbagi satu atau lebih
pasangan elektron. Kovalen ikatan terjadi ketika perbedaan
elektronegativitas, ∆(EN), antara unsur-unsur (atom) adalah nol atau
relatif kecil.
Ikatan kovalen terbentuk di antara dua atom yang sama-sama ingin
menangkap elektron (sesama atom bukan logam). Cara atom-atom
saling mengikat dalam suatu molekul dinyatakan oleh rumus bangun
atau rumus struktur. Rumus struktur diperoleh dari rumus Lewis
dengan mengganti setiap pasangan elektron ikatan dengan garis.
a. Penulisan ikatan kovalen dengan rumus Lewis.
Rumus Lewis untuk beberapa molekul kovalen dan ion sangat
penting, antara lain untuk mempelajari geometri suatu molekul.
Cara penulisan rumus Lewis, yaitu setiap elektron di kulit
terluar dilambangkan dengan titik atau silang kecil.
H C N O ClKeterangan :
a) Satu elektron dilambangkan dengan satu titik.
b) Elektron yang ditampilkan hanya elektron valensi unsur.
c) Elektron dalam senyawa harus sesuai dengan aturan oktet.
b. Ikatan kovalen rangkap dua dan rangkap tiga.
Dalam mencapai konfigurasi stabil gas mulia, dua atom
tidak saja dapat memiliki ikatan melalui sepasang elektron
tetapi juga dapat 2 atau 3 pasang.
1) Ikatan dengan sepasang elektron milik bersama disebut
ikatan tunggal.
Contoh : H – H
2) Ikatan dengan dua pasang elektron milik bersama
disebut ikatan rangkap dua.
Contoh : O = O
3) ikatan dengan tiga pasang elektron milik bersama
disebut ikatan rangkap tiga.
Contoh : N N
c. Kepolaran ikatan kovalen
Ikatan kovalen polar adalah ikatan kovalen yang mempunyai
perbedaan keelektronegatifan dan bentuk molekulnya tidak
simetris. Sedangkan ikatan kovalen nonpolar adalah ikatan
kovalen yang terbentuk memiliki keelektronegatifan yang sama
atau tidak memiliki perbedaan keelektronegatifan.
Contoh
H – Cl (keelektronegatifan Cl = 3,0 dan H = 2,1)
(Cl mempunyai daya tarik elektron yang lebih besar daripada H
atau atom Cl yang lebih negatif daripada H).
d. Ikatan kovalen koordinasi
Pada ikatan kovalen biasa, pasangan elektron yang digunakan
bersama dengan atom lain berasal dari masing-masing atom
unsur yang berikatan. Namun apabila pasangan elektron
tersebut hanya berasal dari salah satu atom yang berikatan,
maka disebut ikatan kovalen koordinasi. Ikatan kovalen
koordinasi adalah ikatan kovalen yang pasangan elektron miliki
bersamanya berasal dari satu atom.
Contoh :
H H
N H + H+ → H N H
H H
Dalam ion NH4 terdapat empat buah ikatan, yaitu tiga ikatan kovalen biasa dan
satu ikatan kovalen koordinasi.
Sifat fisis senyawa kovalen:
a. Berupa gas, cairan, atau padatan lunak pada suhu ruang.
b. Bersifat lunak dan tidak rapuh.
c. Mempunyai titik leleh dan titik didih yang rendah.
d. Umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organik.
e. Pada umumnya tidak menghantarkan listrik.
3) Ikatan Logam
Ikatan logam adalah ikatan kimia yang terbentuk akibat penggunaan
bersama elektron-elektron valensi antaratom-atom logam. Contoh :
logam, besi, seng, dan perak. Ikatan logam bukanlah ikatan ion atau
ikatan kovalen. Salah satu teori yang dikemukakan untuk menjelaskan
ikatan logam adalah teori lautan elektron. Contoh terjadinya ikatan
logam, tempat kedudukan elektron valensi dari suatu atom besi (Fe)
dapat saling tumpang tindih dengan tempat kedudukan elektron valensi
dari atom-atom Fe yang lain. Tumpang tindih antarelektron valensi ini
memungkinkan elektron valensi dari setiap atom Fe yang bergerak
bebas dalam ruang di antara ion-ion Fe+ membentuk lautan elektron.
Karena muatannya berlawanan (Fe2+ dan 2e_), maka terjadi gaya tarik
menarik antara ion-ion Fe+ dan elektron-elektron bebas ini. Akibatnya
terbentuk ikatan yang disebut ikatan logam.
Sifat fisis logam:
a. Berupa padatan pada suhu ruang.
b. Bersifat keras tetapi lentur/ tidak mudah patah jika ditempatnya.
c. Mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi.
d. PenghantarPenghantar listrik yang baik.
e. Mempunyai permukaan yang mengilap.
f. Memberi efek foto listrik dan termionik.
Soal :
1. Bagaimanakah rumus senyawa dan jenis ikatan yang terbentuk dari:
a. 20D dan 16E b. 13A dan 8M
2. Bagaimana unsur K membentuk ion positif?
3. Mengapa logam tidak patah jika dibengkokkan dan tidak pecah jika
ditempa?
4. Mengapa kristal senyawa ion mudah pecah? Jelaskan!
5. Bagaimana bentuk struktur ikatan kovaelen rangkap dua pada senyawa
O2?
Jawaban :
1. Seperi halnya dengan contoh soal tentang ikatan ion.
a. Awalnya tentukan dulu konfigurasi elektronnya.
20D = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 atau 2 8 8 2
16E = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p4 atau 2 8 6
Dari konfigurasi tersebut bisa dilihat bahwa atom D akan
melepaskan 2 elektron agar mendapatkan elektron valensinya 8 dan
untuk atom E akan menangkap 2 elektron agar mendapatkan
elektron valensinya 8 juga. Maka dapat ditulis sebagai berikut:
D → D2+ + 2e
E + 2e → E2-
Karena sama-sama menangkap dan melepaskan elektron sebanyak
2 elektron maka rumus senyawanya dapat ditulis sebagai berikut:
DE → D2+ + E2-
Karena melepaskan dan menangkap suatu elektron atau daya tarik
muatan antara anion dan kation maka jenis ikatan ini merupakan
jenis ikatan ion.
b. Awalnya tentukan terlebih dahulu konfigurasi elektronnya.
13A = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p1 atau 2 8 3
8M = 1s2 2s2 2p4 atau 2 6
Dari konfigurasi elektron di atas dapat dilihat bahwa atom A akan
melepaskan elektron sebanyak 3 elektron dan untuk atom M akan
menangkap elektron sebanyak 2 elektron. Dengan cara seperti itu agar
kedua atom mendapatkan elektron valensi 8. Maka dapat ditulis
sebagai berikut.
A → A3+ + 3e
M + 2e → M2-
Untuk lebih mudah mendapatkan rumus senyawa kita gunakan cara
eliminasi dengan reaksi A dikalikan dengan 2 dan reaksi M dikalijan
dengan 3. Sehingga:
2A → 2A3+ + 6e
3M + 6e → 3M2-
A2M3 → 2A3+ + 3M2-
Karena saling menangkap dan melepaskan atau tarik menarik pada
suatu ion maka jenis ikatan ini merupakan ikatan ion.
2. Dengan memperhatikan konfigurasi elektron dengan seksama.
19K = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s1
K → K+ + e
(2 8 8 1) (2 8 8)
Jumlah elektron valensi pada unsur golongan IA adalah 1 elektron
sehingga cenderung melepaskan 1 elektron untuk membentuk konfigurasi
elektron seperti unsur gas mulia yang sesuau teori oktet dan pelepasan satu
elektron dari atom golongan IA membentuk ion positif bermuatan satu.
3. Berdasarkan sifat fisisnya bahwa logam tersebut bersifat keras tetapi lentur
yang menyebabkan logam tidak patah jika dibengkokkan dan tidak pecah
jika ditempa. Selain itu, kisi kisi kation bersifat kaku(tetap di tempat).
Sedangkan elektron valensi logam bergerak bebas. Jika logam di tempa
atau dibengkokkan terjadi pergeseran kation- kation, tetapi pergeseran ini
tidak menyebabka patah karena selalu dikelilingi lautan elektron seperti
terlihat pada gambar berikut ini.
4. Berdasarkan sifat fisisnya pada senyawa ion yang memiliki sifat keras
tetapi rapuh. Hal ini disebabkan karena kisi kation maupun elektron
valensi tidak dapat bergerak (berada pada posisinya). Pada saat kristal
NaCl ditekan, terjadi pergeseran kisi. Kisi-kisi kation akan bersinggungan
dengan kisi-kisi kation lainnya sehingga terjadi tolak-menolak. Tolakan
antarkisi ini menimbulkan perpecahan antarkisi, yang akhirnya kristal akan
pecah menjadi serbuk. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
5. Pembentukan senyawa O2 berasal dari dua atom yang saling berikatan8O : 2 6 (jumlah elektron valensi 6) Digambarkan bentuk struktur Lewis :
Atau dapat ditulis
2. MERAMALKAN BENTUK MOLEKUL
a. Teori Ikatan Valensi (Valency Bond Theory)
Pembentukan ikatan kovalen dapat dijelaskan
menggunakan dua teori yaitu teori ikatan valensi dan teori orbital
molekul. Berdasarkan teori ikatan valensi, ikatan kovalen dapat
terbentuk jika terjadi tumpang tindih orbital valensi dari atom yang
berikatan. Orbital valensi merupakan orbital terluar dari suatu atom
dan merupakan tempat terletaknya elektron valensi. Orbital valensi
inilah yang digunakan pada pembentukan ikatan kimia.
Dua atom yang saling mendekati masing-masing memiliki
orbital valensi dan satu elektron. Orbital valensi ini saling tumpang
tindih sehingga elektron yang terletak pada masing-masing orbital
valensi saling berpasangan. Sesuai larangan Pauli maka kedua
elektron yang berpasangan tersebut harus memiliki spin yang
berlawanan karena berada pada satu orbital. Dua buah elektron
ditarik oleh inti masing-masing atom sehingga terbentuk ikatan
kovalen. Untuk penjelasan selanjutnya orbital valensi disebut
orbital saja.
Orbital dari dua buah atom yang saling tumpah tindih harus
memiliki tingkat energi yang sama atau perbedaan tingkat energinya.
Teori ikatan valensi merupakan teori mekanika kuantum pertama
yang muncul pada masa awal penelitian ikatan kimia yang didasarkan
pada percobaan W. Heitler dan F. London pada tahun 1927 mengenai
pembentukkan ikatan pada molekul hidrogen. Selanjutnya, teori ini
kembali diteliti dan dikembangkan oleh Linus Pauling pada tahun 1931
sehingga dipublikasikan dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul “On the
Nature of the Chemical Bond”. Dalam jurnal ini dikupas hasil kerja
Lewis dan teori ikatan valensi oleh Heitler dan London sehingga
menghasilkan teori ikatan valensi yang lebih sempurna dengan beberapa
postulat dasarnya, sebagai berikut:
Ikatan valensi terjadi karena adanya gaya tarik pada
elektron-elektron yang tidak berpasangan pada atom-
atom.
Elektron - elektron yang berpasangan memiliki arah
spin yang berlawanan.
Elektron-elektron yang telah berpasangan tidak dapat
membentuk ikatan lagi dengan elektron-elektron yang
lain.
Kombinasi elektron dalam ikatan hanya dapat diwakili
oleh satu persamaan gelombang untuk setiap atomnya.
Elektron-elektron yang berada pada tingkat energi
paling rendah akan membuat pasangan ikatan-ikatan
yang paling kuat.
Pada dua orbital dari sebuah atom, orbital dengan
kemampuan bertumpang tindih paling banyaklah yang akan
membentuk ikatan paling kuat dan cenderung berada pada
orbital yang terkonsentrasi itu.
Teori ikatan valensi secara sederhana merupakan teori
ikatan yang menjelaskan bahwa atom-atom saling berikatan
melalui tumpang tindih orbital terluar. Untuk memahami teori
ikatan valensi maka dibutuhkan pemahaman mengenai orbital dan
bilangan kuantum. Dalam teori ikatan valensi, kita akan mengenal
istilah orbital atom dan orbital hibrida. Orbital hibrida terbentuk
dari proses hibridisasi yaitu pembentukan orbital-orbital dengan
tingkat energi yang sama (orbital hibrid) dari orbital-orbital dengan
tingkat energi berbeda. Dengan menggunakan konsep hibridisasi
maka dapat ditentukan geometri molekul dilihat dari susunan
dalam ruang orbital hibrid yang terbentuk.
Pasti kita telah mengenal teori VSEPR, teori ini bukanlah
teori ikatan dalam ilmu kimia. Teori VSEPR hanya memprediksi
bentuk molekul dilihat dari tolakan antar pasangan elektron. Jika
kita menggunakan teori ini untuk menjelaskan ikatan kimia, maka
akan ada hal-hal yang tidak konsisten seperti tolakan antar
pasangan elektron dalam VSEPR menentukan bentuk geometri
molekul tapi mengapa elektron- elektron ikatan yang jaraknya
lebih dekat dibanding pasangan elektron ikatan tidak saling tolak
menolak, teori ini tidak bisa menjelaskan. Jadi, untuk menjelaskan
bentuk molekul lebih baik menggunakan teori ikatan valensi yang
pada ujungnya adalah konsep hibridisasi sedangkan untuk
memprediksi bentuk molekul sobat bisa menggunakan teori
VSEPR.
Cara meramalkan bentuk molekul pertama-tama harus
diketahui terlebih dahulu jumlah pasangan-pasangan elektron yang
berada di sekitar atom pusat. Untuk menentukan jumlah pasangan
elektron dapat dilakukan dengan menggambar rumus titik
elektronnya.
Cara yang lebih praktis dapat dilakukan dengan menghitung
semua elektron valensi dari atom pusat dan elektron-elektron yang
digunakan untuk membentuk ikatan dari atom-atom yang
mengelilingnya.
Metode AXE
"Metode AXE" penghitungan elektron umumnya
digunakan ketika menerapkan teori VSEPR. A
merupakan atom pusat dan selalu memiliki satu
subscript tersirat. X merupakan berapa banyak ikatan
sigma yang terbentuk antara
atom pusat dan atom di luar. Ikatan kovalen beberapa
(double, triple, dll) dihitung sebagai satu X. E mewakili
jumlah pasangan elektron mandiri hadir di luar atom
pusat. Jumlah X dan E, kadang-kadang dikenal sebagai
nomor sterik, juga terkait dengan jumlah orbital hibrid
yang digunakan oleh teori ikatan valensi.
Rumus domain elektron suatu molekul (AXE)
E ¿eV−X
2
Contoh :
Meramalkan bentuk molekul H2O dengan metode AXE
H2O maka rumus molekul untuk metode AXE, yaitu AX2
Selanjutnya menentukan nilai E dengan menggunakan rumus. Tetapi sebelumnya
mencari elektron valensi dari atom pusat, yaitu atom O
Elektron valensi dari 8O adalah 6 dari konfigurasi elektron 2 6 atau 1s2 2s2 2p4.
Sehingga,
E ¿ eV (O)−X2
¿6−2
2=4
2=2
Maka rumus molekulnya untuk H2O adalah AX2E2 dan bentuk molekulnya yaitu
planar V.
Bentuk Molekul dan Hibridisasi
Ikatan kimia melibatkan elektron-elektron valensi,
dimana elektron tersebut berada pada orbital-orbital
dengan bentuk tertentu. Pada molekul CH4 ikatan terjadi
karena terbentuknya pasangan elektron antar elektron
yang terdapat pada pada orbital s atom H dengan
elektron yang terdapat pada orbital p atom C. Bentuk
orbital s seperti bola dan bentuk orbital p seperti
dumbbell, sedangkan bentuk molekul CH4 adalah
tetrahedron.
Menurut Linus Pauling, orbital-orbital pada
elektron valensi dapat membentuk orbital campuran
atau orbital hibrida. Dengan menggunakan konsep
orbital hibrida, keterkaitan antara bentuk orbital dengan
bentuk molekul dapat dijelaskan. Bila di dalam suatu
atom, beberapa orbital yang tingkat energinya berbeda
(tidak ekivalen) bergabung membentuk orbital baru
dengan energi yang setingkat guna membentuk ikatan
kovalen, maka orbital gabungan tersebut dinamakan
orbital hibrida. Peristiwa pembentukan orbital hibrida
yang dilakukan oleh suatu atom (biasanya atom pusat)
disebut proses Hibridisasi.
a. Hibridisasi sp
Menurut teori Valence Shell Electron
Repulsion (VSEPR) atau tolakan pasangan
elektron, bentuk molekul berilium klorida
(BeCl2) adalah linier. Bila diamati lebih jauh,
elektron atom Be dan elektron atom Cl yang
belum berpasangan merupakan elektron pada
subkulit p yang mempunyai bentuk orbital
seperti dumbbell. Atom pusat dari molekul
BeCl2 adalah atom Be yang mempunyai
konfigurasi elektron :
4Be = 1s2 2s2 2p0
Diagram orbital elektron valensi Be pada
keadaan dasar (ground state) dapat digambarkan
sebagai berikut.
2s 2p
Oleh karena elektron 2s sudah berpasangan,
ia tidak mungkin akan membentuk pasangan
elektron dengan elektron dari atom Cl, sehingga
elektron pada 2s harus tidak berpasangan agar
dapat mengalami promosi ke orbital 2p.
2s 2p
Orbital hasil promosi
Elektron-elektron tersebut selanjutnya
membentuk pasangan elektron dengan elektron
atom klorin yang terjadi pada orbital pada 2s
dan 2p, sehingga tingkat energi pasanga
elektron tersebut seharusnya tidak sama. Akan
tetapi, pengamatan spektrum menunjukkan
bahwa kedua pasangan elektron tersebut
mempunyai tingkat energi sama. Berdasarkan
hal tersebut, diketahui bahwa orbital tersbeut
merupakan orbital baru yang merupakan
campuran dari sebuah orbital s dan sebuah
↿⇂
↿ ↿
orbital p. Oleh karena itu, orbital baru tersebut
dinamai sebagai orbital hibrida sp.
Orbital hibrida sp orbital 2p yang kosong
Kedua orbital hibrida tersebut mempunyai
arah orientasi yang berlawanan, sehingga
terjadilah bentuk molekul linier.
b. Hibridisasi sp2
Hibridisasi sp2 terjadi apabila sebuah orbital s
membentuk orbital campuran dengan buah
orbital p. Berdasarkan VSEPR, molekul BF3
mempunyai bentuk segitiga dasar (trigonal
planar). Hibridisasi yang terjadi pada BF3 dapat
dijelaskan seperti halnya dengan hibrid sp.
Atom boron dengan nomor atom 5 mempunyai
konfigurasi elektron: 1s2 2s2 2p1 dan diagram
elektron valensi:
2s 2p
2s 2p
(dipromosikan)
Orbital menjadi
↿⇂ ↿⇂
↿⇂ ↿↿ ↿ ↿
Orbital hibrida sp2 molekul BF3 orbital 2p yang
kosong
c. Hibridisasi sp3, Hibridisasi Orbital s, p, dan d
Sama halnya melakukan teknik hibridisasi
pada contoh-contoh sebelumnya pada hibrida sp
dan sp2.
Berikut ini merupakan tabel orbital hibrida
dan bentuk molekul.
Orbital
Hibrida
Bentuk
Molekul
Sudut
Ikatan
Contoh
sp Linear 180° BeCl2
sp2 Trigonal 120° BCl3
sp3 Tetrahedral 109,5° CH4
sp2d Bujur
sangkar
90° PtCl4
sp3d Trigonal
bipiramida
90° dan
120°
PCl5
sp3d2 Okahedral 90° SF6
Soal
1. Ramalkan bentuk molekul dari:
a. SF6 (nomor atom S = 16)
b. H2S (nomor atom S = 16)
2. Tentukan PEB, PEI, serta notasi VSEPR dan bentuk molekul dari:
a. CH4
b. NH3
3. Jelaskan mengapa sudut ikatan yang terdapat pada molekul CH4 lebih
besar daripada sudut ikatan yang terdapat pada molekul NH3!
↿⇂ ↿⇂ ↿⇂
4. Jelaskan bentuk molekul ICl5 dan PH3 dengan menggunakan konsep
orbital hibrida!
5. Jika nomor atom X=15 dan Y=17, maka pada molekulnya XY3 terdapat
pasangan elektron ikatan dan pasangan elektron bebas berturut-turut
sebanyak?
Jawaban
1. Meramalkan bentuk molekul dengan menggunakan cara domain/VSEPR.
a. SF6 maka AX6. Konfigurasi dari nomor atom pusat 16S = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p4
atau 2 8 6. Dengan menggunakan rumus untuk menentukan nilai E.
E¿ eV−X2
=6−62
=02=0
Dengan rumus senyawa AX6 merupakan bentuk molekul oktahedron.
b. H2S maka AX2. Konfigurasi dari nomor atom pusat 16S = 1s2 2s2 2p6 3s2
3p4 atau 2 8 6. Dengan menggunakan rumus untuk menentukan nilai E.
E¿ eV−X2
=6−32
=42=2
Dengan rumus senyawa AX2E2 merupakan betuk molekul planar V.
2. Untuk menentukan PEB dan PEI dapat dilakukan dengan menggunakan
hukum Lewis.
a. CH4
Konfigurasi elektron : H
6C = 2 4 H C H
HDapat dilihat bahwa PEB tidak terdapat pasangan dan PEI terdapat 4
pasang elektron.
CH4 dirumuskan menjadi AX4 maka untuk menggunaka rumus agar
dapat menentukan nilai E.
E¿ eV−X2
=4−42
=02=0
Maka rumus senyawa AX4 berbentuk tetrahedron.
b. NH3
Konfigurasi elektron : H
7N = 2 5 H N HDapat dilihat bahwa PEB memiliki 1 pasang elektron dan PEI terdapat
3 pasang elektron.
NH3 dirumuskan menjadi AX3 maka untuk menggunakan rumus agar
dapat menentukan nilai E.
E¿ eV−X2
=5−32
=22=1
Maka rumus senyawa AX3E berbentuk piramida sisi tiga.
3. Dilihat dari bentuk Lewisnya kita bisa dapat mengetahui sudut ikatan CH4
dan NH3 berbeda. PEB tersebut menyebabkan perubahan sudut ikatan dan perubahan bentuk molekul. PEB pada atom pusat N menekan atom H, karena gaya tolak-menolak antara PEB dengan PEB sangat kuat. Sedangkan gaya tolak antara PEB dengan atom H lebih lemah, dan gaya tolak antara atom H dengan atom H paling lemah, sehingga jarak antar atom H paling dekat. Bentuk molekul H2O adalah bengkokan atau bentuk V dengan sudut ikatan 104°. Bentuk molekul :Sudut ikatan yang dimiliki oleh CH4 berbeda dengan NH3 maupun H2O, karena ketiga molekul tersebut memiliki jumlah PEB yang berbeda.Jadi, sudut ikatan yang paling besar adalah sudut ikatan pada CH4 dan sudut ikatan yang paling kecil adalah sudut ikatan pada H2O. Dapat juga ditulis sudut ikatan CH4 > sudut ikatan NH3 > sudut ikatan H2O 109,5° > 107° > 104°.
4. Bentuk molekul dengan hibiridsasi a. ICl5
Konfigurasi elektron 53I = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2 4p6 5s2 5p5
Keadaan awal :
5s 5p
↿⇂ ↿⇂ ↿↿⇂
Keadaan selanjutnya :
↑ ↑ ↑ ↑ ↑
Cl Cl Cl Cl Cl
Sehingaa orbital hibridanya sp3d2 dan bentuk molekulnya yaitu
oktahedral dengan sudut ikatan 90°.
b. PH3
Konfigurasi elektron 15P = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p3
Keadaan awal :
3s 3p
↑ ↑ ↑
H H H
Sehingga orbital hibridanya sp3 dan bentuk molekulnya yaitu
tetrahedral dengan sudut ikatan 109,5° .
5. Konfigurasi elektron 15X = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p3 atau 2 8 5
Y
Y X Y
Terdapat 3 pasangan ikatan elektron dan 1 pasangan elektron bebas.
↿⇂ ↿ ↿↿ ↿ ↿
↿⇂ ↿ ↿↿
DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku :
Dewi, Caecilia Citra, -. TUNTAS Kimia untuk SMA/MA. Jakarta : CV. Graha
Pustaka.
Sudarmo, Unggul, 2006. Kimia SMA 2 untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Phibeta.
Whitten, K.W., R. E. Davis, L., Peck G. G. Stanley, 2009. General Chemistry.
Satmford : Thomson Brooks/Cole.
Sumber internet :
http://perpustakaancyber.blogspot.co.id/2013/06/bentuk-molekul-teori-domain-
elektron.html, diakses pada tanggal 06 September 2015.
http://susitapratiwi.blogspot.co.id/2011/10/ikatan-molekul.html, diakses pada
tanggal 06 September 2015.