28
JAWABAN NO. 1. Filosofis dasar yang tepat untuk seorang guru PTK adalah : 1. Guru merupakan agen pembaharuan 2. Guru berperan sebagai pemimpin dan pendukung nilai-nilai masyarakat 3. Guru sebagai fasilitator memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi subyek didik untuk belajar 4. Guru bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar subyek didik 5. Pendidik tenaga kependidikan dituntut untuk menjadi contoh dalam pengelolaan proses belajar mengajar bagi calon guru yang menjadi subyek didiknya 6. Guru bertanggung jawab secara professional untuk terus menerus meningkatkan kemampuannya 7. Guru menjujung tinggi kode etik professional. Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Arti lain dari kompetensi adalah spesifikasi dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki seseorang serta penerapannya di dalam pekerjaan, sesuai dengan standar kinerja yang dibutuhkan oleh lapangan Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru PTK adalah: Kompetensi Pedagogik Kompetensi Kepribadian Kompetensi Sosial Kompetensi Profesional Kompetensi Pedagogik 1. Pemahaman wawasana atau landasan kependidikan 2. Pemahaman terhadap peserta didik

UJIAN SEMESTER

Embed Size (px)

Citation preview

JAWABAN NO. 1.

Filosofis dasar yang tepat untuk seorang guru PTK adalah :

1. Guru merupakan agen pembaharuan

2. Guru berperan sebagai pemimpin dan pendukung nilai-nilai masyarakat

3. Guru sebagai fasilitator memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi

subyek didik untuk belajar

4. Guru bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar subyek didik

5. Pendidik tenaga kependidikan dituntut untuk menjadi contoh dalam

pengelolaan proses belajar mengajar bagi calon guru yang menjadi subyek

didiknya

6. Guru bertanggung jawab secara professional untuk terus menerus

meningkatkan kemampuannya

7. Guru menjujung tinggi kode etik professional.

Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar

yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Arti lain dari

kompetensi adalah spesifikasi dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

dimiliki seseorang serta penerapannya di dalam pekerjaan, sesuai dengan standar

kinerja yang dibutuhkan oleh lapangan

Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru PTK adalah:

• Kompetensi Pedagogik

• Kompetensi Kepribadian

• Kompetensi Sosial

• Kompetensi Profesional

Kompetensi Pedagogik

1. Pemahaman wawasana atau landasan kependidikan

2. Pemahaman terhadap peserta didik

3. Pengembangan kurikulum/silabus

4. Perancangan pembelajaran

5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis

6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran

7. Evaluasi hasil belajar

8. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi

yang dimilikinya

Kompetensi Kepribadian

1. Mantap

2. Berakhlak mulia

3. Arif dan bijaksana

4. Berwibawa

5. Stabil

6. Dewasa

7. Jujur

8. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat

9. Secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri

10. Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan

Kompetensi Sosial

1. Berkomunikasi lisan, tulisan, isyarat

2. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional

3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik

4. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan

norma serta sistem nilai yang berlaku

5. Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat

kebersamaan

Kompetensi Profesional

• Kemampuan guru dalam pengetahuan isi (content knowledge)

penguasaan:

1. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai standar isi

program satuan pendidikan, mata pelajaran, atau kelompok mata

pelajaran yang diampu

2. Konsep-konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni

yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren

dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, atau kelompok

mata pelajaran yang diampu

Ada 3 komponen yang perlu didalam kurikulum untuk menghasilkan para guru

PTK:

(1) Komponen Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran dan Wawasan

Kependidikan;

(2)Komponen Kompetensi Akademik/Vokasional sesuai materi

pembelajaran;

(3) Pengembangan Profesi.

� Komponen Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran dan Wawasan

Kependidikan, yang terdiri atas,

Sub Komponen Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran :

1. Menyusun rencana pembelajaran

2. Melaksanakan pembelajaran

3. Menilai prestasi belajar peserta didik.

4. Melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta

didik.

Sub Komponen Kompetensi Wawasan Kependidikan

5. Memahami landasan kependidikan

6. Memahami kebijakan pendidikan

7. Memahami tingkat perkembangan siswa

8. Memahami pendekatan pembelajaran yang sesuai materi

pembelajarannya

9. Menerapkan kerja sama dalam pekerjaan

10. Memanfaatkan kemajuan IPTEK dalam pendidikan

� Komponen Kompetensi Akademik/Vokasional, yang terdiri atas :

11. Menguasai keilmuan dan keterampilan sesuai materi pembelajaran

� Komponen Kompetensi Pengembangan Profesi terdiri atas :

12. Mengembangkan profesi.

JAWABAN NO. 2

Kepemimpinan dalam suatu lembaga PTK dapat diartikan :

o Kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau beberapa individu

dalam kelompok, dalam proses mengontrol gejala-gejala sosial

o Kepemimpinan sebagai suatu kemampuan meng-handel orang lain untuk

memperoleh hasil yang maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan

kerja sama yang besar, kepemimpinan merupakan kekuatan

semangat/moral yang kreatif dan terarah.

Yang disebut pemimpin adalah orang yang tugasnya memimpin.

Model-model Kepemimpinan :

o Model Otokratik

Semua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik

mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai

karakteritik yang negatif.

o Model Paternalistik

Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang

bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama

masuarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para

anggiota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.

o Model Kharismatik

Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literatur yang ada tentang kriteria

kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas

yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh

pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang

pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak

pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan

secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.

o Model Laissez Faire

Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar

dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang

yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi,

sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh

masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.

o Model Demokratik (Model Kepemimpinan yang paling tepat untuk

kepentingan suatu lembaga PTK)

Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku

koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi.

Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian

rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan

kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan.

Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan

tingkatnya.

Memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan menjunjung

harkat dan martabat manusia

Seorang pemimpin demokratik disegani bukannya ditakuti.

Untuk mengembangkan kepentingan dan kemajuan suatu lembaga PTK

seorang pemimpin harus ;

1. Memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

o Pengetahuan umum yang luas, semakin tinggi kedudukan seseorang dalam

hirarki kepemimpinan organisasi, ia semakin dituntut untuk mampu

berpikir dan bertindak secara generalis.

o Kemampuan Bertumbuh dan Berkembang

o Sikap yang Inkuisitif atau rasa ingin tahu, merupakan suatu sikap yang

mencerminkan dua hal: pertama, tidak merasa puas dengan tingkat

pengetahuan yang dimiliki; kedua, kemauan dan keinginan untuk mencari

dan menemukan hal-hal baru.

o Kemampuan Analitik, efektifitas kepemimpinan seseorang tidak lagi pada

kemampuannya melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis operasional,

melainkan pada kemampuannya untuk berpikir. Cara dan kemampuan

berpikir yang diperlukan dalah yang integralistik, strategik dan

berorientasi pada pemecahan masalah.

o Daya Ingat yang Kuat, pemimpin harus mempunyai kemampuan inteletual

yang berada di atas kemampuan rata-rata orang-orang yang dipimpinnya,

salah satu bentuk kemampuan intelektual adalah daya ingat yang kuat.

o Kapasitas Integratif, pemimpin harus menjadi seorang integrator dan

memiliki pandangan holistik mengenai orgainasi.

o Keterampilan Berkomunikasi secara Efektif, fungsi komunikasi dalam

organisasi antara lain : fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi, fungsi

penyampaian informasi dan fungsi pengawasan.

o Keterampilan Mendidik, memiliki kemampuan menggunakan kesempatan

untuk meningkatkan kemampuan bawahan, mengubah sikap dan

perilakunya dan meningkatkan dedikasinya kepada organisasi.

o Rasionalitas, semakin tinggi kedudukan manajerial seseorang semakin

besar pula tuntutan kepadanya untuk membuktikan kemampuannya untuk

berpikir. Hasil pemikiran itu akan terasa dampaknya tidak hanya dalam

organisasi, akan tetapi juga dalam hubungan organisasi dengan pihak-

pihak yang berkepentingan di luar organisasi tersebut.

o Objektivitas, pemimpin diharapkan dan bahkan dituntut berperan sebagai

bapak dan penasehat bagi para bawahannya. Salah satu kunci keberhasilan

seorang pemimpin dalam mengemudikan organisasi terletak pada

kemampuannya bertindak secara objektif.

o Pragmatisme, dalam kehidupan organisasional, sikap yang pragmatis

biasanya terwujud dalam bentuk sebagai berikut : pertama, kemampuan

menentukan tujuan dan sasaran yang berada dalam jangkauan kemampuan

untuk mencapainya yang berarti menetapkan tujuan dan sasaran yang

realistik tanpa melupakan idealisme. Kedua, menerima kenyataan apabila

dalam perjalanan hidup tidak selalu meraih hasil yang diharapkan.

o Kemampuan Menentukan Prioritas, biasanya yang menjadi titik tolak

strategik organisasional adalah “SWOT”.

o Kemampuan Membedakan hal yang Urgen dan yang Penting

o Naluri yang Tepat, kekampuannya untuk memilih waktu yang tepat untuk

melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

o Rasa Kohesi yang tinggi, :senasib sepenanggungan”, keterikan satu sama

lain.

o Rasa Relevansi yang tinggi, pemimpin tersebut mampu berpikir dan

bertindak sehingga hal-hal yang dikerjakannya mempunyai relevansi

tinggi dan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran

organisasi.

o Keteladanan, seseorang yang dinilai pantas dijadikan sebagai panutan dan

teladan dalam sikap, tindak-tanduk dan perilaku.

o Menjadi Pendengar yang Baik

o Adaptabilitas, kepemimpinan selalu bersifat situasional, kondisonal,

temporal dan spatial.

o Fleksibilitas, mampu melakukan perubahan dalam cara berpikir, cara

bertindak, sikap dan perilaku agar sesuai dengan tuntutan situasi dan

kondisi tertentu yang dihadapi tanpa mengorbankan prinsip-prinsip hidup

yang dianut oleh seseorang.

o Ketegasan

o Keberanian

o Orientasi Masa Depan

o Sikap yang Antisipatif dan Proaktif

2. Memiliki kompetensi :

o Visualizing. Pemimpin mempunyai gambaran yang jelas tentang apa yang

hendak dicapai dan mempunyai gambaran yang jelas kapan hal itu akan dapat

dicapai.

o Futuristic Thinking. Pemimpin tidak hanya memikirkan di mana posisi bisnis

pada saat ini, tetapi lebih memikirkan di mana posisi yang diinginkan pada

masa yang akan datang.

o Showing Foresight. Pemimpin adalah perencana yang dapat memperkirakan

masa depan. Dalam membuat rencana tidak hanya mempertimbangkan apa

yang ingin dilakukan, tetapi mempertimbangkan teknologi, prosedur,

organisasi dan faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi rencana.

o Proactive Planning. Pemimpin menetapkan sasaran dan strategi yang spesifik

untuk mencapai sasaran tersebut. Pemimpin mampu mengantisipasi atau

mempertimbangkan rintangan potensial dan mengembangkan rencana darurat

untuk menanggulangi rintangan itu

o Creative Thinking. Dalam menghadapi tantangan pemimpin berusaha mencari

alternatif jalan keluar yang baru dengan memperhatikan isu, peluang dan

masalah. Pemimpin akan berkata “If it ain’t broke, BREAK IT!”.

o Taking Risks. Pemimpin berani mengambil resiko, dan menganggap

kegagalan sebagai peluang bukan kemunduran.

o Process alignment. Pemimpin mengetahui bagaimana cara menghubungkan

sasaran dirinya dengan sasaran organisasi. Ia dapat dengan segera

menselaraskan tugas dan pekerjaan setiap departemen pada seluruh organisasi.

o Coalition building. Pemimpin menyadari bahwa dalam rangka mencapai

sasara dirinya, dia harus menciptakan hubungan yang harmonis baik ke dalam

maupun ke luar organisasi. Dia aktif mencari peluang untuk bekerjasama

dengan berbagai macam individu, departemen dan golongan tertentu.

o Continuous Learning. Pemimpin harus mampu dengan teratur mengambil

bagian dalam pelatihan dan berbagai jenis pengembangan lainnya, baik di

dalam maupun di luar organisasi. Pemimpin visioner mampu menguji setiap

interaksi, negatif atau positif, sehingga mampu mempelajari situasi. Pemimpin

mampu mengejar peluang untuk bekerjasama dan mengambil bagian dalam

proyek yang dapat memperluas pengetahuan, memberikan tantangan berpikir

dan mengembangkan imajinasi.

o Embracing Change. Pemimpin mengetahui bahwa perubahan adalah suatu

bagian yang penting bagi pertumbuhan dan pengembangan. Ketika ditemukan

perubahan yang tidak diinginkan atau tidak diantisipasi, pemimpin dengan

aktif menyelidiki jalan yang dapat memberikan manfaat pada perubahan

tersebut.

JAWABAN NO 3.

Bentuk struktur organisasi yang efektif pada sistim keuangan :

POSISI JUNIOR

Analis Keuangan (Financial Analyst)

Analis keuangan membantu proses pengambilan keputusan badan usaha. Mereka

mengumpulkan dan memproses informasi keuangan dan menyiapkan analisis

keuangan. Pekerjaan ini mencakup studi penganggaran modal, analisis alternatif

pembiayaan jangka panjang, studi kebijakan struktur modal, studi kebijakan

dividen, dan analisis merger. Secara lebih mendalam, seorang analis yang

kompeten seharusnya mampu melakkan studi mencakup setiap masalah

keuangan.

Analis Kredit (Credit Analyst)

Sebagai tambahan untuk kelompok generalis, ada analis keuangan lain yang lebih

khusus. Salah satunya adalah analis kredit. Mereka bertugas menilai kemampuan

kredit dari para pelanggan badan usaha yang mengajukan kredit. Analis kredit ini

berguna bagi badan usaha ketika mengambil putusan untuk memberikan kredit.

Manajer Kas (Cash Manager)

Manajer kas mengelola investasi badan usaha pada kas. Tugas ini mencakup

pembandinganhasilatas sekuritas-sekuritas jangka pendek, pembelian

sekuritas-sekuritas jangka pendek, dan pemantauan investasi tersebut untuk

membuat badan usaha yakin tetap berinvestasi pada sekuritas – sekuritas kapan

saja yang memuaskan tujuan investasinya.

POSISI LEBIH SENIOR

Asisten Bendahara (Assistant Treasurer)

Sebuah badan usaha yang besar biasanya mempunyai lebih dari satu

asistenbendaharawan. Badan usaha itu secara khusus membagi tanggung jawab

para

asisten bendaharawan tersebut. Misalnya, seorang asisten

bendaharawanmenangani pengoperasian bendaharaan internasional,asisten yang

lain menangani kebijakan keuangan, dan lainnya lagi menangani

manajemenmodal kerja.

Manajer dari Analisis Keuangan Badan Usaha (Manager of Corporate

Financial Analyst)

Banyak badan usaha telah menemukan bahwa menjamin analisis keuangan

berkualitas tinggi adalah sangat penting jika mereka menempatkan orang

khusus untuk menangani tugas tersebut.

POSISI SANGAT SENIOR

Manajer Risiko (Risk Manager)

Sudah banyak badan usaha sedang menugaskan manajer bertanggung jawab

terhadap pengelolaan risikosuku bunga,risikonilai tukar, dan risiko komoditas

yang dihadapi badan usaha. Para manajer itu bertangung jawab

untuk menguantifikasi risiko-risiko inidan merancang serta mengimplemen-

tasikan strategi untuk mengelolanya

Manajer Dana Pensiun (Pension Fund Manager)

Individu ini selain mengelola investasi dana pension badan usaha juga memilih

dan memantau kinerja para manajer investasi di luar badan usaha.

Direktur Pelaporan Keuangan (Director of Financial Reporting)

Badan usaha yang memperdagangkan saham-sahamnya kepada publik harus

memenuhi persyaratan pelaporan keuangan yang ditetapkan oleh undang-undang

pasar modal. Direktur pelaporan keuangan harus menjamin laporan yang

memenuhi standar-standar tersebut.

POSISI YANG SANGAT SENIOR

Kepala Pejabat Keuangan (Chief Financial Oficer)

Kepala pejabat keuangan adalah pejabat yang terakhir bertanggung jawab

terhadap semua aspek keuangan dari operasi badan usaha, mencakup putusan

sehari-hari dan jangka panjang. Seringkali, kepala pejabat keuangan meningkat

menjadi kepala eksekutif badan usaha

Manajer Keuangan (Treasurer)

Manajer keuangan biasanya bertanggung jawab terhadap manajemen keuangan

badan usaha sehari-hari. Manajer Keuangan berhubungan dengan setiap aliran

dana baik ke dalam maupun ke luar badan usaha. Manajer Keuangan bekerja

sangat dekat dengan CFO dan melaporkan pekerjaannya kepada CFO

Kontroller (controller)

Kontroler biasanya bertanggung jawab terhadap fungsi-fungsi auditing, akunting

manajemen, dan pelaporan keuangan. Di kebanyakan badan usaha, fungsi

perbendaharaan dan pengendalian saling melengkapi satu sama lain. Seperti

halnya bendaharawan, kontroler juga bekerja sangat dekat dengan CFO dan

melaporkan pekerjaannya kepada CFO

Wakil Presiden Pengembang Badan Usaha (Vice President of Corporate

Development)

Posisi ini tidak mempunyai suatu nama jabatan yang konsisten. Beberapa badan

usaha menyebutkan sebagai wakil presiden perencanaan badan usaha (vice

president of corporate planning). Posisi ini mencakup perencanaan keuangan.,

jangka panjang, strategi badan usaha, merjer dan akusisi.

Yang paling bertanggung jawab masalah keuangan adalah Manager

keuangan

Prinsip dan criteria untuk dipilih menjadi pejabat yang bertanggungjawab adalah :

1. Konsistensi (Consistency)

Sistem dan kebijakan keuangan dari organisasi harus konsisten dari waktu ke

waktu. Ini tidak berarti bahwa sistem keuangan tidak boleh disesuaikan apabila

terjadi perubahan di organisasi. Pendekatan yang tidak konsisten terhadap

manajemen keuangan merupakan suatu tanda bahwa terdapat manipulasi di

pengelolaan keuangan.

2. Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas adalah kewajiban moral atau hukum, yang melekat pada individu,

kelompok atau organisasi untuk menjelaskan bagaimana dana, peralatan atau

kewenangan yang diberikan pihak ketiga telah digunakan. Seorang manajer

mempunyai kewajiban secara operasional, moral dan hukum untuk menjelaskan

semua keputusan dan tindakan yang telah mereka ambil. Organisasi harus dapat

menjelaskan bagaimana dia menggunakan sumberdayanya dan apa yang telah dia

capai sebagai pertanggungjawaban kepada pemangku kepentingan dan penerima

manfaat. Semua pemangku kepentingan berhak untuk mengetahui bagaimana

dana dan kewenangan digunakan.

3. Transparansi (Transparency)

Organisasi harus terbuka berkenaan dengan pekerjaannya, menyediakan informasi

berkaitan dengan rencana dan aktivitasnya kepada para pemangku kepentingan.

Termasuk didalamnya, menyiapkan laporan keuangan yang akurat, lengkap dan

tepat waktu serta dapat dengan mudah diakses oleh pihak yang berkepentingan

dan penerima manfaat. Apabila organisasi tidak transparan, hal ini

mengindikasikan ada sesuatu hal yang disembunyikan.

4. Kelangsungan Hidup (Viability)

Agar keuangan terjaga, pengeluaran organisasi di tingkat manajer maupun

operasional harus disesuaikan dengan dana yang diterima. Kelangsungan hidup

(viability) merupakan suatu ukuran tingkat keamanan dan keberlanjutan keuangan

organisasi. Manajer organisasi harus menyiapkan sebuah rencana keuangan yang

menunjukan bagaimana organisasi dapat melaksanakan rencananya dan

memenuhi kebutuhan keuangannya.

5. Integritas (Integrity)

Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, individu yang terlibat harus

mempunyai integritas yang baik. Selain itu, laporan dan catatan keuangan juga

harus dijaga integritasnya melalui kelengkapan dan keakuratan pencatatan

keuangan

6. Pengelolaan (Stewardship)

Organisasi harus dapat mengelola dengan baik dana yang telah diperoleh dan

menjamin bahwa dana tersebut digunakan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

7. Standar Akuntansi (Accounting Standards)

Sistem akuntansi dan keuangan yang digunakan organisasi harus sesuai dengan

prinsip dan standar akuntansi yang berlaku umum. Hal ini berarti bahwa setiap

akuntan di seluruh dunia dapat mengerti sistem yang digunakan organisasi.

JAWABAN NO. 4

Posisi Pendidikan Kejuruan Indonesia

Otonomi Dekon Otonomi

KEBIJAKAN PENDIDIKAN NASIONAL (PROPORSI SMK : SMA

MANAJEMEN MUTU PEND.DASAR-MENENGAH

PMPTK

DIREKTORAT PEMBINAAN SMK

PEMERINTAH PROVINSI PEMERINTAH KAB/KOTA

PEMERINTAH KAB/KOTA

LPMP DINAS PENDIDIKAN KAB/KOTA

DINAS PENDIDIKAN KAB/KOTA

P4TK TEKNOL

OGI

DINAS PENDIDIKAN

PROVINSI

SMK SMK SMK

MASYARAKAT

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PERENCANAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

Posisi pendidikan kejuruan di Indonesia masih mendua, di satu sisi menyiapkan

peserta didik memasuki dunia kerja, di sisi lain melanjutkan pendidikan ke tingkat

lebih tinggi.

Akibatnya lulusan sekolah menengah kejuruan tidak sepenuhnya memfokuskan

perhatian untuk memasuki dunia kerja. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan

yang spesifik, demokratis, dapat melayani berbagai kebutuhan individu.

Strategi Pendidikan Nasional sebaiknya berlandaskan seperti dibawah ini agar

mampu mengakomodasi kemajuan dimasa datang :

1. Orientasi pendidikannya

Keberhasilan belajar berupa kelulusan dari sekolah kejuruan adalah tujuan

terminal, sedangkan keberhasilan program secara tuntas berorientasi pada

penampilan para lulusannya kelak dilapangan kerja

2. Justifikasi untuk eksistensinya

Untuk mengembangan PTK perlu alasan atau jastifikasi khusus yang ini tidak

begitu dirasakan oleh pendidikan umum. Jastifikasi khusus adalah adanya

kebutuhan nyata yang dirasakan di lapangan.

3. Fokus kurikulumnya

Stimuli dan pengalaman belajar yang disajikan melalui pendidikan kejuruan

mencakup rangsangan dan pengalaman belajar yang mengembangkan domain

afektif, kognitif dan psikomotor berikut paduan integralnya yang siap untuk

dipadukan baik pada situasi kerja yang tersimulasi lewat proses belajar mapupun

nanti dalam situasi kerja yang sebenarnya. Ini termasuk sikap kerja dan orientasi

nilai yang mendasari aspirasi, motivasi dan kemampuan kerjanya.

4. Kriteria keberhasilannya

Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria untuk menentukan keberhasilan

suatu lembaga pendidikan kejuruan pada dasarnya menerapkan ukuran ganda

yaitu in school succes dan out of school succes. Kriteria pertama meliputi aspek

keberhasilan siswa dalam memenuhi persyaratan kurikuler yang sudah

diorientasikan ke persyaratan dunia kerja, sedang kriteria yang kedua

diindikasikan oleh keberhasilan atau penampilan lulusan setelah berada di dunia

kerja yang sebenarnya.

5. Kepekaannya terhadap perkembangan masyarakat

Karena komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja, pendidikan

kejuruan mempunya ciri lain berupa kepekaan atau daya suai yang tinggi terhadap

perkembangan masyarakat dan dunia kerja. Perkembangan ilmu dan teknologi

pasang surutnya dunia suatu bidang pekerjaan, inovasi dan penemuan-penemuan

baru di bidang produksi barang dan jasa, semuanya itu sangat besar pengaruhnya

terhadap kecenderungan perkembangan pendidikan kejuruan.

6. Perbekalan logistiknya

Dilihat dari segi peralatan belajar, maka untuk mewujudkan situasi atau

pengalaman belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis

dan edukatif diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan perbekalan logistik

yang lain. Bengkel dan laboratorium adalah kelengkapan umum yang menyertai

eksistensi suatu sekolah kejuruan.

7. Hubungannya dengan masyarakat dunia usaha.

Hubungan lebih jauh dengan masyarakat yang mencakup daya dukung dan daya

serap lingkungan yang sangat penting perannya bagi hidup dan matinya suatu

lembaga pendidikan kejuruan. Perwujudan hubungan timbal balik yang

menunjang ini mencakup adanya dewan penasehat kurikulum kejuruan

(curriculum advisory commite), kesediaan dunia usaha menampung anak didik

sekolah kejuruan dalam program kerjasama yang memungkinkan kesempatan

pengalaman belajar dilapangan.

JAWABAN NO.5

Salah satu kebijakan yang ditetapkan pemerintah berkenaan dengan SMK

masa depan adalah proposi SMK : SMA dengan komposisi 70 : 30%.

Komposisi tersebut, tentunya harus sesuai dengan tiga pilar strategi dasar.

Artinya banyaknya SMK secara nasional perlu adanya kriteria dan indikator

yang jelas, tidak hanya untuk meningkatkan akses dan pemerataan semata-

mata, akan tetapi harus berorientasi pada relevansi dan mutu serta

memperhitungkan produktivitas dan efisiensi. Demikian pula, keterkaitannya

dengan otonomi daerah mengingat ditinjau dari sistem adminsitrasi

pemerintahan kabupaten dan kota sangat mempengaruhi adminisitrasi

pendidikan yang di dalamnya akan mengatur sumber-sumber daya pendidikan

yang mendukung pelaksanaan proposi SMK.

Adapun hambatan yang muncul dari kebijakan itu adalah kelengkapan

infrastruktur yang tersedia. Di antaranya, pemerintah sedang melakukan

peningkatan kualitas layanan SMK dengan menyediakan ruang kelas baru,

kemudian unit sekolah baru. Pengadaan dan perbaikan peralatan di SMK.

Dari tingkat visibilitas ada 3 keprihatinan yang perlu kita renungi:

Pertama, perubahan kebijakan proporsi pendidikan untuk menciptakan lebih

banyak sekolah menengah kejuruan (SMK) dibandingkan dengan sekolah

menengah atas (SMA) dengan rasio 70-30. Kebijakan ini amat reaksioner,

tidak memerhatikan kepentingan jangka panjang kebutuhan nasional bangsa

akan lahirnya generasi peneliti dan tenaga-tenaga terdidik secara akademis.

Di banyak tempat, perubahan rasio ini telah mematikan SMK-SMK swasta

yang sudah mengalami krisis siswa sejak beberapa tahun. Partisipasi

masyarakat dalam dunia pendidikan berkurang karena matinya sekolah-

sekolah kejuruan swasta akibat gelojoh pemerintah dalam mendirikan SMK

hingga ke pelosok.

Perlu diingat, banyaknya pengangguran terdidik dari perguruan tinggi

ataupun lulusan SMA tak akan serta-merta diatasi dengan mendirikan SMK.

Masalah pengangguran bukan soal utama dunia pendidikan, tetapi persoalan

politik ekonomi yang kurang mampu memberikan keadilan bagi terciptanya

lapangan pekerjaan. Sekolah tidak memiliki tanggung jawab menciptakan

lapangan pekerjaan. Tugas mereka adalah mendidik dan membentuk mereka

menjadi individu yang cerdas sehingga mereka menjadi lebih bermartabat dan

dapat berpartisipasi aktif dalam kehidupan masyarakat.

Selain itu, perubahan proporsi ini akan memperkecil kesempatan siswa masuk

perguruan tinggi (PT). Pada masa depan, PT memiliki posisi strategis dalam

menjaga keberlangsungan hidup masyarakat melalui kinerja penelitian dan

keilmuan yang dimiliki. Kita akan kehilangan banyak dokter, peneliti,

ilmuwan, dan lainnya karena kebijakan pendidikan kita lebih mengarahkan

siswa pada akuisisi kemampuan dan keterampilan teknik, sedangkan refleksi

filosofis intelektual yang memiliki rigoritas akademis kian berkurang.

Kedua, perubahan proporsi kebijakan ini tidak didasari cara berpikir integral,

bukan hanya tentang keberlanjutan kompetensi akademis, tetapi juga

pemahaman akan fungsi evaluasi itu sendiri.

Dari segi keberlanjutan kompetensi akademis, menciptakan lebih banyak

SMK, sementara lupa mengintegrasikannya dengan membangun akademi

atau politeknik sesuai kompetensi yang dibutuhkan, hanya akan menciptakan

tenaga kerja murah dan hanya menguntungkan perusahaan swasta karena

mereka tak perlu membiayai ongkos pelatihan untuk perekrutan karyawan

yang baru, sementara beban seperti ini ditanggung negara.

Perubahan proporsi SMA-SMK dianggap merupakan bagian tugas Ditjen

Pendidikan Dasar dan Menengah, sedangkan pendirian pendidikan setingkat

akademi merupakan bagian kinerja Ditjen Pendidikan Tinggi. Dua direktorat

jenderal ini harus bekerja sama menciptakan program pendidikan yang

sinambung sehingga mereka yang masuk SMK memiliki kesempatan

melanjutkan ke politeknik atau akademi yang setingkat dengan PT. Melulu

membangun SMK tanpa dibarengi pengembangan politeknik dan akademi

hanya akan melahirkan tenaga kerja murah.

Dari segi evaluasi, ujian nasional (UN) SMK dan SMA bermasalah. Hasil UN

tidak akan bisa dipakai untuk melanjutkan ke PT karena tujuan evaluasi yang

dibutuhkan oleh SMK/SMA dan PT amat berbeda. Dengan demikian, UN

hanya akan menjadi pemborosan anggaran negara. Negara dan rakyat ditipu

karena telah mengalokasikan uang untuk membuat evaluasi yang salah

sasaran. Keinginan pemerintah untuk mengajukan peninjauan kembali atas

putusan Mahkamah Agung tentang kebijakan UN menunjukkan bahwa

pengambil kebijakan ini tuli dengan suara rakyatnya sendiri.

Ketiga, pembentukan karakter bangsa dalam konteks pendidikan harus

bermuara pada keunggulan akademis. Tugas utama sekolah adalah

membentuk anak-anak yang cerdas, pintar, kritis, yang mampu memahami

tatanan sosial masyarakat menjadi lebih baik sehingga mereka mampu terlibat

secara aktif dalam kehidupan masyarakat.Mengajarkan kesantunan, tata

krama, membentuk siswa menjadi anak yang saleh dan rajin berdoa, tentu

menjadi bagian integral kinerja pendidikan, tetapi ini bukan tugas utama

sekolah. Ini adalah tugas semua warga masyarakat Indonesia. Memupuk

keingintahuan intelektual, seperti diindikasikan Mendiknas yang baru,

merupakan tugas utama sekolah.

Implementasi kebijakan dipandang dari aspek teori, merupakan alat dan

hukum administrasi di mana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik

harus bekerja sinerjik, terkoordinasi secara sistemik untuk menjalankan

kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi

pada sisi yang lain merupakan penomena kompleks dalam proses dan

keluaran (output dan outcome).

Proses implementasi kebijakan tidak hanya menyangkut perilaku badan

administratif yang bertanggungjawab untuk melaksanakan program dan

menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, akan tetapi termasuk

jaringan kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang langsung maupun tidak

langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat

(stakeholders) dan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap dampak yang

diharapkan (intended) dan dampak yang tidak diharapkan (spillover/negative

efects).

Konsekuensi dari implementasi kebijakan proporsi tersebut, tentunya pihak-

pihak terkait terutama yang berada di kabupaten dan kota perlu ada kejelasan

“frame work” dari tiap tingkatan pemerintahan. Ditinjau dari peraturan yang

ada yakni; PP No 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Propinsi Sebagai daerah otonom. Pasal 2, ayat (3) ditetapkan

bahwa kewenangan:

Pemerintah Pusat dalam bidang pendidikan meliputi:

(1) Penetapan standar kompetensi siswa dan warga belaj ar

(2) Pengaturan kurikulum nasional

(3) Penilaian hasil belajar secara nasional

(4) Penetapan standar materi pelajaran pokok

(5) Penetapan persyaratan perolehan dan penggunaan gelar akademik

(6) Penetapan pedoman pembiayaan penyelenggaraan pendidikan

(7) Penetapan persyaratan penerimaan, perpindahan, sertifikasi siswa, warga

belajar dan mahasiswa

(8) Penetapan kalender dan jumlah jam belajar efektif setiap tahun bagi

pendidikan dasar, menengah dan luar sekolah

(9) Pengaturan dan pengembangan pendidikan tinggi, pendidikan jarak jauh

serta pengaturan sekolah internasional

(10) Pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastera Indonesia

Kewenangan provinsi dalam bidang pendidikan mencakup :

(1) Penetapan kebij akan tentang penerimaan siswa dan mahasiswa dari

masyarakat minoritas, terbelakang dan atau tidak mampu

(2) Penyediaan bantuan pengadaan buku pelajaran pokok/modul pendidikan

untuk taman kanak-kanakan, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan luar sekolah

(3) Mendukung atau membantu penyelenggaraan perguruan tinggi selain

pengaturan kurikulum, akreditasi dan pengangkatan tenaga akademis

(4) Pertimbangan dan penutupan perguruan tinggi

(5) Penyelenggaraan sekolah luar biasa dan balai pelatihan dan atau penataran

guru

(6) Penyelenggaraan musem propinsi, suaka peninggalan sejarah,

kepurbakalaan,kajian sejarah dan nilai tradisional serta pengembangan

bahasa dan budaya

daerah

Kewenangan kabupaten dan kota mencakup :

(1) Menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan pengelolaan TK, SD,

SMU dan SMK

(2) Menetapkan kurikulum muatan lokal SD, SLTP, SMU dan SMK

(3) Melaksanakan kurikulum nasional atas dasar penetapan dan pedoman

pelaksanaan yang ditetapkan pemerintah dan kurikulum muatan lokal

(4) Mengembangkan standar kompetensi siswa TK,SD,SLTP,SMU dan SMK

dasar minimal kompetensi yang ditetapkan pemerintah

(5) Memantau, mengendalikan, dan menilai pelaksanaan PBM dan manajemen

sekolah

(6) Menetapkan petunjuk pelaksanaan penilaian hasil belajar TK,SD,SLTP dan

SMK atas dasar kebijakan yang ditetapkan pemerintah

(7) Melaksanakan evaluasi hasil belajar tahap akhir TK,SD,SLTP dan SMK

atas dasar kebijakan yang ditetapkan pemerintah

(8) Menetapkan petunjuk pelaksanaan kalender pendidikan dan jumlah jam

belajarefektif TK,SD,SLTP dan SMK atas dasar kebijakan yang ditetapkan

pemerintah

(9) Menyusun rencana dan melaksanakan pengadaan, pendistribusian,

pendayagunaan, dan perawatan sarana prasarana termasuk pembangunan

infrastrukur TK,SD,SLTP dan SMK atas dasar kebijakan yang ditetapkan

pemerintah

(10) Mengadakan blangko STTB dan Danem SD, SLTP dan SMK

(11) Mengadakan buku pelajaran pokok dan buku lain yang diperlukan

TK,SD,SLTP dan SMK

(12) Memantau dan mengavluasi penggunaan sarana dan prasarana TK,SD,SLTP

dan SMK

(13) Menyusun petunjuk pelaksanaan kegiatan siswa TK,SD,SLTP dan SMK

(14) Melaksanakan pembinaan kegiatan siswa TK,SD,SLTP dan SMK

(15) Menetapkan kebijakan pelaksanaan pengawasan siswa TK,SD,SLTP dan

SMK

(16) Menetapkan petunjuk pelaksanaan penerimaan, perpindahan dan sertifikasi

siswa TK,SD,SLTP dan SMK atas dasar kebijakan pemerintah

(17) Memantau dan mengevaluasi kegiatan siswa TK,SD,SLTP dan SMK

(18) Merencanakan dan menetapkan pendirian dan penutupan TK,SD,SLTP dan

SMK

(19) Melaksanakan akreditasi TK,SD,SLTP dan SMK

(20) Melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja TK,SD,SLTP dan SMK

(21) Melaksanakan program kerjasama luar negeri di bidang pendidikan dasar

dan menengah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan pemerintah

(22) Membina pengelolaan TK,SD,SLTP dan SMK termasuk sekolah di derah

terpencil, sekolah terbuka, sekolah rintisan/unggulan dan sekolah yang

terkena musibah/ bencana

(23) Menetapkan dan membantu kebutuhan sarana dan prasarana belajar jarak

jauh

(24) Melaksanakan pengendalian, pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan

belajar jarak jauh

(25) Menetapkan kurikulum muatan lokal pendidikan luar sekolah

(26) Melaksanakan kurikulum nasional dan muatan lokal pendidikan luar

sekolah

(27) Mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan kurikulum muatan lokal

pendidikan luar sekolah

(28) Menetapkan sistem dan evaluasi hasil belajar pendidikan luar sekolah

(29) Melaksanakan evaluasi hasil belajar pendidikan luar sekolah

(30) Menetapkan pedoman penyelenggaraan program pendidikan luar sekolah

(31) Menyelenggaraan program pendidikan luar sekolah

(32) Merencanakan kebutuhan, pengadaan, dan penempatan tenaga kependidikan

TK,SD,SLTP dan SMK dan pendidikan luar sekolah serta tenaga teknis

kebudayaan

(33) Melaksanakan mutasi tenaga kependidikan TK,SD,SLTP dan SMK dan

pendidikan luar sekolah serta tenaga teknis kebudayaan

(34) Melaksanakan pembinaan dan pengembangan karier tenaga kependidikan

TK,SD,SLTP dan SMK dan pendidikan luar sekolah serta tenaga teknis

kebudayaan

(35) Menyediakan bahan belajar, tempat belajar, dan fasilitas lainnya bagi

pendidikan luar sekolah

(36) Menetapkan perencanaan pendidikan dan kebudayaan (termasuk

memperjuangkan alokasi anggaran Dikbud)

(37) Menetapkan petunjuk pelaksanaan kendali mutu (supervisi, pelaporan,

evaluasi dan monitoring) penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan

tingkat kabupaten dan kota

(38) Mengusulkan dana alokasi khusus pengelolaan Dikbus di kabupaten dan

kota yang bersumber dari APBN

(39) Menetapkan petunjuk pelaksanaan peran serta masyarakat dalam

pengelolaan Dikbud di kapuaten dan kota

(40) Memberikan pelayanan bantuan hukum dan peraturan perundang-undangan

bidang Dikbud di kabupaten dan kota

(41) Menetapkan pemberian penghargaan atau tanda jasa dan kesejahteraan

tenaga kependidikan dan kebudayaan tingkat kabupaten dan kota serta

mnegusulkan pemberian penghargaan atau tanda jasa tingkat nasional

(42) Menetapkan pemberhentian dan pensiun tenaga kependidikan dan

kebudyaan di kabupaten dan kota

(43) Mendayagunakan program teknologi komunikasi untuk pengelolaan Dikbu

di kabupaten dan kota

(44) Mendayagunakan program teknologi komunikasi untuk pengelolaan Dikbu

kabupaten dan kota

(45) Mengembangkan soal ujian sesuai kurikulum muatan lokal di kabupaten

dan kota

(46) Melaksanakan inovasi Dikbud di kabupaten dan kota

(47) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian pengelolaan pendidikan dan

kebudayaan

(48) Menetapkan pembiayaan penyelenggaraan pendidikan atas dasar pedoman

yang ditetapkan

Strategi kebijakan agar tercapai:

Depdiknas seharusnya mulai melakukan berbagai kajian konsepsional dan

empirik sehingga arah pengembangan (roadmap) sekolah kejuruan ke depan dapat

menjadi lebih jelas dan terukur. Depdiknas seharusnya mengkaji dan merumuskan

kembali kebijakan yang berkenaan dengan visi, misi, dan tujuan sekolah kejuruan,

mengidentifikasi dengan tepat berbagai keterampilan (vocational and thinking

skills) yang sangat dibutuhkan dunia industri dan jasa pada abad ke-21 sekarang

ini, revisited kurikulum dan implementasinya di lapangan guna menyesuaikan

dengan tuntutan dan perkembangan teori pembelajaran terkini. Selanjutnya,

Depdiknas dapat lebih dahulu meneliti kecenderungan dan perkembangan industri

nasional dan global termasuk benchmarking yang digunakan dan dapat

membangun kemitraan strategis dengan sejumlah perusahaan dan lembaga profesi

yang sesuai dengan kebutuhan. Kegiatan mendasar baik berupa assessment,

appraisal, ataupun feasibility studies tersebut mutlak diperlukan sebelum sebuah

kebijakan dilaksanakan secara nasional.

Pembangunan sekolah kejuruan haruslah diarahkan pada kebutuhan

kekinian. Dunia saat ini dilanda krisis pangan dan energi. Krisis itu dipandang

akan berlangsung lama dan menyerang semua negara, baik kaya maupun miskin.

Sebagai negara agraris dengan kekayaan alam yang melimpah, bangsa ini

diharapkan dapat menyejahterakan rakyatnya dan menyumbang untuk

kemakmuran masyarakat dunia. Untuk mewujudkan keinginan mulia di muka,

Depdiknas harus cerdas dan cermat dalam menentukan pilihan pendidikan

keterampilan yang akan ditawarkan. Setiap bidang keahlian yang dipilih haruslah

diarahkan dalam rangka menyiapkan individu siswa untuk dapat menjawab

persoalan kekinian, memahami relevansi dan keterkaitannya dengan bidang

lainnya, serta menyiapkan mereka dalam menghadapi arus perubahan yang begitu

cepat dalam bidang ekonomi, teknologi, politik, dan sosial-budaya.

Seluruh program pendidikan kejuruan yang dikembangkan hendaknya didasarkan

pada upaya menyiapkan peserta didik agar mampu menjawab kebutuhan kekinian

(immediate needs) terutama dalam bidang pertanian/pangan, kelautan, kehutanan,

energi, dan pertambangan. Selanjutnya, program pendidikan kejuruan hendaknya

juga dapat mendukung pembangunan bidang transportasi, manufaktur, jasa

perhotelan, travel, restoran, kesehatan, asuransi, mikroekonomi, dan perbankan.

Sementara itu, ICT, animasi, dan desain grafis juga layak untuk mendapat

prioritas mengingat semakin pesatnya kemajuan dan pertumbuhan industri dalam

bidang tersebut.

Pilihan program bisa sangat luas dan beragam. Karena itu, Depdiknas harus dapat

melihat dan menilai kemampuan daerah, khususnya dalam menyediakan sarana

belajar yang memadai, sumber daya kependidikan yang andal, dan prospek

penyediaan lapangan pekerjaan baru bagi siswa lulusan sekolah kejuruan. Desain

program hendaknya dapat disesuaikan dengan arah dan perkembangan

pembangunan wilayah. Kehadiran SMK hendaknya dapat memberi nilai tambah

ekonomi dan dapat mendukung pembangunan wilayah tersebut. Dengan

tersedianya sumber kehidupan berupa lapangan pekerjaan yang baik, program itu

diharapkan akan dapat meminimalkan arus migrasi dan urbanisasi angkatan kerja

usia muda.