15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Serangga Homoptera Homoptera berasal dari kata homo (sama) dan pteron (sayap), serangga ini biasanya bersayap seperti membran dan homoptera mempunyai dua bentuk yaitu yang bersayap dan yang tidak bersayap. Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya. Ordo ini mengandung satu kelompok serangga yang besar dan beragam yang erat kaitannya dengan hemiptera (Donald, dkk., 1992). Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus. Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan baik pada kepala maupun thorax umumnya sama dengan anggota Hemiptera. Tipe metamorfose sederhana (paurometabola) yang perkembangannya melalui stadia: telur (larva) nimfa dewasa (imago). Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman. Ordo ini terbagi menjadi dua sub ordo yaitu Auchenorrhyncha dan Sternorrhyncha (Mochamad, 2009) Menurut Anonim (2008) serangga termasuk golongan binatang bersegmen (antropoda) yang mempunyai tiga bagian pokok tubuh yaitu kepala (caput), dada (thorax) dan perut (abdomen), berkaki enam (disebut juga heksapoda) dan sebagian besar bersayap. Posisi kaki dan sayap (bila ada) berada di segmen dada. Serangga anggota ordo Homoptera ini meliputi kelompok wereng dan kutu-kutuan, seperti : Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.), Wereng punggung putih (Sogatella furcifera), Wereng hijau (Nephotettix sp), Wereng loreng (Recilia dorsalis). Serangga dapat ditemukan dimana-mana, sehingga semakin banyak tempat dengan berbagai kondisi ekosistem tempat kita mengumpulkan serangga, maka akan 6

UNIMED Undergraduate 22814 6 BAB II

Embed Size (px)

Citation preview

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Serangga Homoptera

Homoptera berasal dari kata homo (sama) dan pteron (sayap), serangga ini

biasanya bersayap seperti membran dan homoptera mempunyai dua bentuk yaitu

yang bersayap dan yang tidak bersayap. Anggota ordo Homoptera memiliki

morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya

antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya.

Ordo ini mengandung satu kelompok serangga yang besar dan beragam yang erat

kaitannya dengan hemiptera (Donald, dkk., 1992). Sayap depan anggota ordo

Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus

semua, sedang sayap belakang bersifat membranus. Alat mulut juga bertipe pencucuk

pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan

baik pada kepala maupun thorax umumnya sama dengan anggota Hemiptera. Tipe

metamorfose sederhana (paurometabola) yang perkembangannya melalui stadia: telur

(larva) nimfa dewasa (imago). Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat

bertindak sebagai hama tanaman. Ordo ini terbagi menjadi dua sub ordo yaitu

Auchenorrhyncha dan Sternorrhyncha (Mochamad, 2009)

Menurut Anonim (2008) serangga termasuk golongan binatang bersegmen

(antropoda) yang mempunyai tiga bagian pokok tubuh yaitu kepala (caput), dada

(thorax) dan perut (abdomen), berkaki enam (disebut juga heksapoda) dan sebagian

besar bersayap. Posisi kaki dan sayap (bila ada) berada di segmen dada. Serangga

anggota ordo Homoptera ini meliputi kelompok wereng dan kutu-kutuan, seperti :

Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.), Wereng punggung putih (Sogatella

furcifera), Wereng hijau (Nephotettix sp), Wereng loreng (Recilia dorsalis).

Serangga dapat ditemukan dimana-mana, sehingga semakin banyak tempat

dengan berbagai kondisi ekosistem tempat kita mengumpulkan serangga, maka akan

6

7

diperoleh sejumlah serangga dengan jenis dan bentuk yang beragam. Tiap serangga

memiliki masa aktif sendiri-sendiri, sehingga berbeda antara satu jenis serangga

dengan serangga lainnya (Jumar, 2000).

Salah satu alasan mengapa serangga memiliki keanekaragaman dan

kelimpahan yang tinggi adalah kemampuan reproduksinya yang tinggi, serangga

bereproduksi dalam jumlah yang sangat besar, dan pada beberapa spesies bahkan

mampu menghasilkan beberapa generasi dalam satu tahun (Anonim, 2009)

Gambar 2.1. Anatomi serangga betina (Sumber: wikipedia.org/wiki/Serangga)

Keterangan gambar : A. Kepala (caput), B. Dada (thorax) , C. Perut (abdomen), 1. Antena, 2. Ocelli (bawah), 3. Ocelli (atas) , 4. Mata majemuk, Otak (ganglia otak), 6. Dada depan (prothorax), 7. Pembuluh darah dorsal, 8. Saluran trakea (ruas-ruas dengan spirakulum), 9. Dada tengah (mesothorax), 10. Dada belakang (metathorax), 11. Sayap depan, 12. Sayap belakang, 13. Perut, 14. Jantung, 15. Ovarium, 16. Perut belakang (usus, rektum, anus), 17. Anus , 18. Vagina, 19. Berkas saraf (ganglia perut), 20. Saluran Malpighia, 21. Tungkai dada, 22. Cakar pengait, 23. Tarsus, 24. Tibia, 25. Femur, 26. Trochanter, 27. Perut depan, 28. Ganglion dada, 29. Coxa, 30. Kelenjar ludah, 31. Ganglion suboesophagus ,32.Mulut

8

Banyak serangga yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya

yaitu sebagai organisme pembusuk dan pengurai termasuk limbah, sebagai objek

estetika dan wisata, bermanfaat pada proses penyerbukan maupun sebagai musuh

alami hama tanaman, pakan hewan (burung) yang bernilai ekonomi tinggi,

penghasil madu (dari genus Apis) (Anonim, 2009). Keberadaan serangga pada

pertanaman dipengaruhi oleh faktor dalam berupa jenis serangga itu sendiri dan

faktor luar antara lain faktor lingkungan yang meliputi jenis pertanaman,

ketinggian tanaman, dan cuaca (Kartohardjono, 2007). Keanekaragaman hayati

yang ada pada ekosistem pertanian seperti persawahan dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan produksi tanaman (Rizali, dkk., 2002)

2.2. Tanaman Padi (Oryza sativa L.)

Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman

pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan

subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang

(Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Selain Cina dan India, beberapa

wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, dan Vietnam

(Anonim, 2006). Padi merupakan makanan pokok bagi rakyat Indonesia. Sebagian

dari masyarakat kita sumber makanannya berasal dari jagung, sorgum, dan sagu.

Namun, padi lebih populer meskipun sekarang harga beras mencapai harga yang

sangat tinggi (6000/kg atau 7000/kg) (Siregar, 2007)

Padi adalah salah satu tanaman budidaya. Negara produsen padi

terkemuka adalah Republik Rakyat Cina (31% dari total produksi dunia), India

(20%), dan Indonesia (9%). Namun hanya sebagian kecil produksi padi dunia

yang diperdagangkan antar negara (hanya 5%-6% dari total produksi dunia).

Thailand merupakan pengekspor padi utama (26% dari total padi yang

diperdagangkan di dunia) diikuti Vietnam (15%) dan Amerika Serikat (11%).

Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi yang

diperdagangkan di dunia) diikuti Bangladesh (4%), dan Brazil (3%). Produksi

padi Indonesia pada 2006 adalah 54 juta ton, kemudian tahun 2007 adalah 57 juta

ton (angka ramalan III), meleset dari target semula yang 60 juta ton akibat

9

terjadinya kekeringan. Produksi padi di dunia Indonesia menempati urutan ketiga

dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi

merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia (Anonim,

2008)

Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat

yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan-bahan yang

mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut makanan energi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui susunan atau komposisi zat makanan

yang terkandung beras yakni seperti yang dicantumkan oleh Platt, Kikk dan

Williams, dan Rosedale. Para pakar ini mengelompokkannya berdasarkan dua

perlakuan, yaitu komposisi zat makanan pada buah padi pecah kulit, dan

perlakuan kedua adalah padi hasil gilingan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

tabel berikut : Tabel 2.1. Komposisi Zat Makanan pada Buah Padi

Kandungan

Pecah kulit Padi digiling Platt Kikk dan

Williams Rosedale Platt Kikk dan

Williams Rosedale

Lemak Serat Kasar

Abu Protein

Karbohidrat

2,45 0,88 1,22 8,67 86,67

2 1

1,9 8,9 77

2,23 0,6 1,19 9,54 86,34

0,37 0,16 0,36 8,15 90,79

0,3 0,2 0,4 7,6 79

0,4 0,4 0,9 6,7 91,4

2.2.1. Klasifikasi Tanaman Padi

Menurut Affandi (1977), tanaman padi termasuk golongan tanaman

setahun/semusim. Bentuk batangnya bulat dan berongga, daunnya memanjang

seperti pita yang berdiri pada ruas-ruas batang dan mempunyai sebuah malai yang

terdapat pada ujung batang.

Bagian-bagian tanaman dalam garis besarnya dapat dibagi dalam dua

bagian besar, yaitu:

a. Bagian vegetatif, meliputi: akar, batang, dan daun

b. Bagian generatif, meliputi: malai yang terdiri dari bulir-bulir daun

bunga

10

Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monotyledonae Family : Gramineae (Poaceae) Genus : Oryza Spesies : Oryza sativa L.

Gambar 2.2. Tanaman Padi (Sumber:http://plact.wordpress.com/category/uncategorized/)

2.2.2. Hama dan Penyakit Tanaman Padi

Menurut Nurhayati (1996), berbagai hama dan penyakit yang terdapat

pada tanaman padi adalah sebagai berikut:

1. Hama perusak persemaian : ulat tanah, tikus, dan lalat bibit.

2. Hama perusak akar : kutu akar pada padi, dan uret.

3. Hama perusak batang : tikus dan ganjur.

4. Hama pemakan daun : kumbang, belalang, dan ulat kantung.

5. Hama penghisap daun :kepik, walang sangit,

wereng (hijau dan coklat).

6. Hama perusak buah : walang sangit, kepik, ulat dan burung.

7. Hama di penyimpanan : ulat, kumbang, dan tikus.

8. Penyakit padi : penyakit kresek, blast, bercak daun, gosong, dan busuk

batang

2.3. Klasifikasi Wereng

Wereng terdiri atas wereng batang dan wereng daun. Wereng batang

biasanya terdapat pada pangkal batang tanaman padi. Wereng batang diantaranya

wereng coklat (Nilaparvata lugens Stall) dan wereng punggung putih (Sogatella

11

furcifera). Wereng daun biasanya terdapat pada daun tanaman padi. Wereng daun

yang penting adalah Nepphotettix sp. dan Recilia dorsalis) (Prasetiyo, 2002)

Wereng adalah sebutan umum untuk serangga penghisap cairan tumbuhan

anggota ordo Hemiptera (kepik sejati), subordo Fulgoromorpha, khususnya yang

berukuran kecil. Selain sebagai pemakan langsung, wereng juga menjadi vektor

bagi penularan sejumlah penyakit tumbuhan penting, khususnya dari kelompok

virus. Contoh wereng penting: wereng hijau (Nephotettix spp.); wereng coklat

(Nilaparvata lugens); wereng punggung putih (Sogatella furcifera); wereng

loreng (Recilia dorsalis).

Wereng sebagai hama sulit dikendalikan karena memiliki berbagai

biotipe yang masing-masing memiliki kesukaan tersendiri terhadap kultivar yang

berbeda-beda pula (Anonim, 2010). Hama wereng menyerang padi pada masa

vegetative ataupun generatif. Nimfa dan serangga dewasa mengambil makanan

dengan cara menusuk, kemudian menghisap cairan pada pelepah daun, helai

daun, dan pangkal batang. Pada serangan berat, tanaman padi menjadi kuning,

mengering dan mati (Prasetiyo, 2002)

Menurut Pracaya (2003), kedudukan sistematik dari wereng, adalah :

Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Sub Filum : Mandibulata Class : Insecta Sub Class : Pterygota Divisi : Exopterygota Ordo : Hemiptera Sub Ordo : Homoptera Famili : Cicadelidae / Delphacidae Hama wereng yang termasuk keluarga besar homoptera tersebut pada

umumnya mempunyai sifat:

a. Selalu melakukan penghisapan sejenis zat cair dan air dari batang-batang

tanaman padi atau sejenisnya yang masih muda atau dari butir-butir

buahnya yang juga masih muda dan lunak ;

b. Pada umumnya setiap wereng mempunyai mocnong yang kuat yang

berfungsi sebagai alat penghisap ;

12

c. Gangguan yang dihadapinya selalu dihindari dengan gerakan

menyembunyikan dirinya baik kek smaping atau ke belakang dari batang

dan daun-daun tanaman yang sedang dirusaknya, dan dalam menghadapi

hal yang mnegejutkannya selalu melakukan gerak loncat tanpa arah yang

menentu, kemana atau ke bagian mana saja, rupanya asal dapat

menghindar guna menyelamatkan dirinya.

Bentuk fisik dan warna dari kenis-jenis wereng ini adalah berbeda-beda, yang

terkecil bentuknya adalah wereng yang berkemampuan merusak tanaman padi

dan kacang-kacangan yang diperoleh oleh para petani ; sedangkan bentuk yang

paling besar, misalnya garengkung berkemampuan merusak segala tanaman

dengan cara melakukan penghisapan zat-zat penting bagi pertumbuhan tanaman,

terutama pada musim kemarau/kering. Dari wereng yang terkecil sampai yang

terbesar ada yang seperti kutu kecil berwarne putih dan ada pula yang berbentuk

seperti serangga atau kupu-kupu yang mampu berterbangan. Kesemuanya ini tetap

dengan sifat di atas (Kartasapoetra, 1987).

2.4. Biologi Wereng

2.4.1. Wereng Coklat

Wereng coklat (Brown plathopper) Nilaparvata lugens Stall termasuk

famili Delphacidae, ordo Homoptera. Wereng coklat menjadi salah satu hama

utama tanaman padi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1970-an. Ini merupakan

konsekuensi dari penerapan sistem intensifikasi padi. Penggunaan pestisida yang

melanggar kaidah-kaidah PHT (tepat jenis, tepat dosis, dan tepat waktu aplikasi)

turut memicu ledakan wereng coklat. Selain itu, wereng coklat juga merupakan

vektor penyakit virus kerdil rumput dan kerdil hampa. Dengan menghisap cairan

dari dalam jaringan pengangkutan tanaman padi, wereng coklat dapat

menimbulkan kerusakan ringan sampai berat pada hampir semua fase tumbuh,

sejak fase bibit, anakan, sampai fase masak susu (pengisian) (Baehaki, 1992).

13

Gambar 2.3. Wereng coklat / Nilaparvata lugens (Anonim, 2009)

Wereng jenis ini termasuk jenis paling ganas/berbahaya bagi para petani,

daya rusaknya sangat besar dan sangat cepat, jenis tanaman apapun termasuk

tanaman unggul selalu diserangnya. Wereng ini berukuran 3-5 mm, kesukaaan

hidupnya pada temapt dengan suasana lembab dan gelap/teduh. Wereng ini gemar

sekali merusak tanaman padi karena tanaman padi umumnya berdaun lebat dan

selalu hidup di tempat yang berair (Kartasapoetra, 1987).

2.4.2. Wereng Hijau (WH)

Wereng hijau (Green laefhopper) Nephotettix sp. adalah wereng daun.

Peranan wereng hijau dalam sistem pertanaman padi menjadi penting oleh karena

wereng hijau merupakan vektor penyakit tungro, yang merupakan salah satu

penyakit virus terpenting di Indonesia. Kemampuan wereng hijau sebagai

penghambat dalam sistem pertanian padi sangat tergantung pada penyakit virus

tungro. Sebagai hama, wereng hijau banyak ditemukan pada sistem sawah irigasi

teknis, ekosistem tadah hujan, tetapi tidak lazim pada ekosistem padi gogo.

Wereng hijau menghisap cairan dari dalam daun bagian pinggir, tidak menyukai

pelepah, ataupun daun-daun bagian tengah. Wereng hijau menyebabkan daun-

daun padi berwarna kuning sampi kuning orange, penurunan jumlah anakan, dan

pertumbuhan tanaman yang terhambat (memendek). Pemupukan unsur nitrogen

yang tinggi sangat memicu perkembangan wereng hijau (Baehaki, 1992). Tanda

tanaman padi terserang adalah adanya kulit-kulit nimfa pada daun-daunnya

(Pracaya, 2003)

14

Gambar 2.4. Wereng hijau / Nephotettix sp. (Anonim, 2009)

2.4.3. Wereng Loreng

Wereng loreng (zigzag leafhopper) Recilia dorsalis merupakan wereng

daun yang kehadirannya di lahan tanaman padi belum menonjol. Tanaman yang

diserang wereng ini ujung daunnya menjadi kering, kedua sisi daunnya menjadi

menguning, kemudian seluruh daunnya menjadi kuning dan daun pinggir

menggulung ke atas (Baehaki, 1992)

Gambar 2.5. Wereng loreng / Recilia dorsalis (Anonim, 2009)

2.4.4. Wereng Punggung Putih (Sogatella furcifera Horvath)

Wereng Punggung Putih atau disebut juga whitebacked planthopper telah

dikenal di Indonesia. Wereng ini melebar luas di wilayah Palaeartik (Jepang,

Korea, dan Unisoviet) Indonesia, Malaysia, Vietnam, Filipina, wilayah Australia

dan wilayah Neotropika (Brazil) (Baehaki, 1992)

15

Gambar 2.6. Wereng punggung putih / Sogatella furcifera (Anonim, 2009)

Menurut Djatmika (2008), adapun yang menjadi ciri khas wereng

punggung putih adalah pada stadia dewasa punggungnya berwarna putih. Ciri-ciri

lainnya adalah :

1. Waktu muda berwarna coklat, dewasanya berwarna keputih-putihan

2. Serangga dewasa berukuran panjang 4-4.5 mm dan lebar 2.5–3 mm

3. Telurnya lonjong dan diletakkan di dalam jaringan pelepah daun

4. Sejak menetas sampai dewasa binatang ini terus menimbulkan kerusakan .

2.5. Perkembangan Wereng

2.5.1. Wereng Coklat Wereng coklat berkembangbiak secara seksual, masa pra peneluran 3-4

hari untuk brakiptera (bersayap kerdil) dan 3-8 hari untuk makroptera (bersayap

panjang). Telur biasanya diletakkan pada jaringan pangkal pelepah daun, tetapi

kalau populasinya tinggi telur diletakkan di ujung pelepah daun dan tulang daun.

Telur diletakkan berkelompok, satu kelompok telur terdiri dari 3-21 butir. Satu

ekor betina mampu meletakkan telur 100-500 butir. Nimfa dapat berkembang

menjadi dua bentuk wereng dewasa. Bentuk pertama adalah makroptera (bersayap

panjang) yaitu wereng coklat yang mempunyai sayap depan dan sayap belakang

normal. Bentuk kedua adalah brakiptera (bersayap kerdil) yaitu wereng coklat

dewasa yang mempunyai sayap depan dan sayap belakang tumbuh tidak normal

(Baehaki, 1992)

16

2.5.2. Wereng Hijau

Perkembangan wereng hijau pada tanaman padi sawah dimulai pada

tanaman padi yang baru ditanam yang berasal dari daerah sekitar sawah dan

tanaman padi atau inang lainnya. Serangga betina bertelur pada tanaman padi,

terus menerus menjadi nimfa, dan akhirnya menjadi dewasa. Pola yang

demikian berlangsung sampai panen. Sesudah panen, wereng akan hidup pada

tunas tanaman padi atau tumbuhan lainnya. Populasi awal sangat rendah, tetapi

akan meningkat pada minggu ke -3 hingga ke -4 sesudah tanam. Populasi

tertinggi tercapai saat tanaman berumur 6-11 minggu setelah tanam. Pada satu

musim tanam populasinya dapat mencapai tiga generasi (Baehaki, 1992)

2.5.3.Wereng Loreng

Sama seperti wereng hijau. Wereng loreng ini juga merupakan wereng

daun yang hidup dan juga dapat menurunkan beberapa generasi dalam satu tahun

pada suatu areal pertanian. Populasi awal wereng mulai meningkat pada saat

tanaman berumur 4-5 minggu sesudah tanam. Wereng loreng memiliki masa

bertelur yang cukup lama antara 10-14 hari, namun produksi telur per harinya

sedikit sehingga populasinya tidak sebesar wereng hijau (Baehaki, 1992)

2.5.4. Wereng Punggung Putih

Hama wereng punggung putih ini biasanya ada bersama dengan wereng

coklat. Yang membedakannya adalah wereng punggung putih ini biasanya

menyerang tanaman padi yang muda dan jarang menyerang tanaman padi yang

tua. Masa kritis terhadap hama wereng punggung putih adalah ketika usia pada

pada saat awal penanaman sampai dengan sebulan. Daur hidup wereng punggung

putih lebih singkat daripada wereng coklat. Sekali bertelur jumlahnya dapat

mencapai 500 telur, dan masa penetasannya hanya tiga hari. Dan kami juga

diingatkan, kalau sampai terjadi wabah wereng punggung putih ini, kerusakannya

akan sangat parah, karena hama wereng punggung putih ini menyebabkan

tanaman mati terbakar, dan penyebarannya cepat sekali (Baehaki, 1992)

17

2.6. Faktor Fisika Lingkungan

Faktor fisika merupakan salah satu faktor luar atau faktor lingkungan

yang sangat mempengaruhi kelangsungan hidup serangga, khususnya wereng.

Faktor ini lebih banyak berpengaruh terhadap serangga dibandingkan dengan

hewan lain, faktor yang mempengaruhi antara lain suhu dan kisaran suhu,

kelembaban dan curah hujan, jumlah hari hujan,cahaya dan kecepatan angin

(Anonim, 2007)

2.6.1. Suhu dan Kisaran Suhu

Wereng memiliki kisaran suhu tertentu dimana dapat hidup dan bertahan

karena suhu lingkungan sangat mempengaruhi aktivitas dan perkembangan

wereng, sehingga wereng termasuk kedalam wereng ektoterm. Pada umumnya

kisaran suhu lingkungan yang efektif pada perkembangan wereng antara lain suhu

minimum 130 C, suhu optimum 250 C, dan suhu maksimum 45o C. Apabila diluar

dari kisaran suhu tersebut maka wereng akan mati kedinginan atau kepanasan,

dan hal ini terlihat jelas pada proses fisiologis serangga, dimana pada suhu

optimum kemampuan serangga untuk melahirkan keturunan akan besar dan

kematian (mortalitas) sebelum batas umur akan sedikit (Anonim, 2008)

2.6.2. Kelembaban Udara

Kelembaban udara merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi

perkembangan wereng, khususnya dikawasan pertanian. Kelembaban akan

mempengaruhi tingkat distribusi dan ruang gerak wereng. Batas toleransi wereng

terhadap kelembaban sangat besar yaitu 30-90 % (Anonim, 2008)

2.6.3. Cahaya dan Angin

Aktifitas wereng juga dipengaruhi oleh cahaya dimana wereng termasuk

ke dalam serangga diurnal, yaitu serangga yang aktif pada siang hari baik untuk

mencari makanan maupun untuk berkembangbiak. Ada beberapa serangga yang

tertarik terhadap cahaya pada malam hari, termasuk Nephotettix spp, sehingga hal

tersebut dapat dimanfaatkan petani sebagai salah satu cara pengendalian

populasi wereng hijau. Angin juga berperan dalam mempengaruhi aktifitas

wereng. Hal ini berkaitan dengan penyebaran serangga, karena wereng termasuk

serangga yang berukuran kecil, sehingga angin dapat membantu wereng pada saat

18

migrasi yakni wereng terbang ke atas terlebih dahulu kemudian secara pasif akan

mengikuti hembusan angin. (Anonim, 2007)

2.7. Gulma pada Padi

Menurut Djatmika (2008), gulma atau tumbuhan pengganggu merupakan

salah satu faktor penyebab dari penurunan produksi. Hal ini bisa dimengerti

mengingat di dalam memperoleh unsur– unsur hara, sinar matahari, dan air

tanaman padi memperoleh saingan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada

kualitas gabah. Ada tiga golongan gulma di alam ini, yaitu:

1. Golongan rumput, contohnya : tuton

2. Golongan teki, tumbuhan ini hampir menyerupai rumput, bedanya

daunnya berjajar tiga dan batangnya berbentuk segitiga atau empat serta

berongga, contohnya : sunduk welut

3. Golongan berdaun lebar, contohnya : semanggen

Menurut Anonim (2007), gulma merupakan suatu persoalan yang

mempengaruhi pertanian. Produksi tanaman akan berkurang jika gulma tidak

dikendalikan. Gulma ini akan menyerap unsur hara dan air dari tanah, dan akan

bersaing dengan tanaman utamanya. Namun demikian, jika gulma ini digunakan

sebagai mulsa, sejumlah unsur hara dan air akan dikembalikan kembali ke

tanah . Jangan membakar gulma karena manfaat gulma akan ikut terbakar.

Gulma yang terdapat pada padi sawah dan padi ladang , yaitu :

2.7.1. Gulma pada Padi Sawah

1. Golongan rumput-rumputan: Jajagoan (Echinochloa crusgalli); Rumput

lampuyangan (Panicum repens), Tuton (Echinochlona colonaI),

Bobontengan(Leptochloa chinensis), Pait (Paspalum distichum),

Kalamenta (Leersia hexandra)

2. Golongan teki: Mendong (Fimbristylis littoralis); Papayungan (Cyperus

halpan); Sunduk welut (Cyperus difformis); Jekeng (Cyperus iria);

Rumput halia (Fuirena ciliaris); Kucay (Scirpus juncoides)

3. Golongan berdaun lebar: Semanggi (Marsilea crenata), Bayam dempo (Althernanthera philoxeroides), Genjer (Limnocharis flava), dan Kremah (Alternanthera sessiis).

19

2.7.2. Gulma pada Padi Ladang

1. Rumput-rumputan: Tuton (Echinochlona colona), Jampangan (Digitaria

sanguinalis), Carulang (Eleusine indica), dan Rumput teki (Rottboellia

exaltata)

2. Teki-tekian: Rumput teki (Cyperus rotundus)

3. Berdaun lebar: Bebandotan (Ageratum conyzoides); Bayam Duri

(Amaranthus spinosus), Krokot (portulaca oleracea ), Gewor (Commelina

benghalensis), Teki (Cyperus diffusa), Urang aring (Eclipta alba), Ubi

(Ipomeoa triloba), dan Trianthema portulacastrum.

Ada beberapa kelompok gulma yang penting yaitu agrestal/segetal,

ruderal, gulma padang rumput, gulma air, gulma hutan dan gulma lingkungan.

Tanaman padi dibagi menjadi lima jenis yaitu padi sawah, gogo rancah, gogo,

pasang surut, dan padi lebak. Pada padi sawah terdapat 33 jenis gulma, pada padi

gogo rancah terdapat 38 jenis gulma, pada padi gogo terdapat sekitar 60 jenis

gulma, dan pada padi pasang surut terdapat 29 jenis gulma (Sastroutomo, 1990)

Gambar 2.7. Beberapa macam gulma yang mengganggu tanaman padi sawah

2.8. Profil KabupatenSerang Bedagai

Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 20

57’’Lintang Utara, 30 16’’ Lintang Selatan, 980 33’’ - 990 27’’ Bujur Timur

dengan ketinggian berkisar 0 – 500 meter di atas permukaan laut.Kabupaten

Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 Km2 (190.022 Ha) yang terdiri

20

dari 17 Kecamatan dan 243 Desa/Kelurahan, Ibukota Kabupaten Sedang Bedagai

terletak di Kecamatan Sei Rampah yaitu Kota Sei Rampah. Secara administratif

Kabupaten Serdang Bedagai berbatasan dengan beberapa daerah, yaitu :

· Sebelah Utara : Selat Malaka

· Sebelah Timur : Kabupaten Batu Bara dan Simalungun

· Sebelah Selatan : Kabupaten Simalungun

· Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang. (Anonim, 2010)