Upload
independent
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Serangga Homoptera
Homoptera berasal dari kata homo (sama) dan pteron (sayap), serangga ini
biasanya bersayap seperti membran dan homoptera mempunyai dua bentuk yaitu
yang bersayap dan yang tidak bersayap. Anggota ordo Homoptera memiliki
morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya
antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya.
Ordo ini mengandung satu kelompok serangga yang besar dan beragam yang erat
kaitannya dengan hemiptera (Donald, dkk., 1992). Sayap depan anggota ordo
Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus
semua, sedang sayap belakang bersifat membranus. Alat mulut juga bertipe pencucuk
pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan
baik pada kepala maupun thorax umumnya sama dengan anggota Hemiptera. Tipe
metamorfose sederhana (paurometabola) yang perkembangannya melalui stadia: telur
(larva) nimfa dewasa (imago). Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat
bertindak sebagai hama tanaman. Ordo ini terbagi menjadi dua sub ordo yaitu
Auchenorrhyncha dan Sternorrhyncha (Mochamad, 2009)
Menurut Anonim (2008) serangga termasuk golongan binatang bersegmen
(antropoda) yang mempunyai tiga bagian pokok tubuh yaitu kepala (caput), dada
(thorax) dan perut (abdomen), berkaki enam (disebut juga heksapoda) dan sebagian
besar bersayap. Posisi kaki dan sayap (bila ada) berada di segmen dada. Serangga
anggota ordo Homoptera ini meliputi kelompok wereng dan kutu-kutuan, seperti :
Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.), Wereng punggung putih (Sogatella
furcifera), Wereng hijau (Nephotettix sp), Wereng loreng (Recilia dorsalis).
Serangga dapat ditemukan dimana-mana, sehingga semakin banyak tempat
dengan berbagai kondisi ekosistem tempat kita mengumpulkan serangga, maka akan
6
7
diperoleh sejumlah serangga dengan jenis dan bentuk yang beragam. Tiap serangga
memiliki masa aktif sendiri-sendiri, sehingga berbeda antara satu jenis serangga
dengan serangga lainnya (Jumar, 2000).
Salah satu alasan mengapa serangga memiliki keanekaragaman dan
kelimpahan yang tinggi adalah kemampuan reproduksinya yang tinggi, serangga
bereproduksi dalam jumlah yang sangat besar, dan pada beberapa spesies bahkan
mampu menghasilkan beberapa generasi dalam satu tahun (Anonim, 2009)
Gambar 2.1. Anatomi serangga betina (Sumber: wikipedia.org/wiki/Serangga)
Keterangan gambar : A. Kepala (caput), B. Dada (thorax) , C. Perut (abdomen), 1. Antena, 2. Ocelli (bawah), 3. Ocelli (atas) , 4. Mata majemuk, Otak (ganglia otak), 6. Dada depan (prothorax), 7. Pembuluh darah dorsal, 8. Saluran trakea (ruas-ruas dengan spirakulum), 9. Dada tengah (mesothorax), 10. Dada belakang (metathorax), 11. Sayap depan, 12. Sayap belakang, 13. Perut, 14. Jantung, 15. Ovarium, 16. Perut belakang (usus, rektum, anus), 17. Anus , 18. Vagina, 19. Berkas saraf (ganglia perut), 20. Saluran Malpighia, 21. Tungkai dada, 22. Cakar pengait, 23. Tarsus, 24. Tibia, 25. Femur, 26. Trochanter, 27. Perut depan, 28. Ganglion dada, 29. Coxa, 30. Kelenjar ludah, 31. Ganglion suboesophagus ,32.Mulut
8
Banyak serangga yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya
yaitu sebagai organisme pembusuk dan pengurai termasuk limbah, sebagai objek
estetika dan wisata, bermanfaat pada proses penyerbukan maupun sebagai musuh
alami hama tanaman, pakan hewan (burung) yang bernilai ekonomi tinggi,
penghasil madu (dari genus Apis) (Anonim, 2009). Keberadaan serangga pada
pertanaman dipengaruhi oleh faktor dalam berupa jenis serangga itu sendiri dan
faktor luar antara lain faktor lingkungan yang meliputi jenis pertanaman,
ketinggian tanaman, dan cuaca (Kartohardjono, 2007). Keanekaragaman hayati
yang ada pada ekosistem pertanian seperti persawahan dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman (Rizali, dkk., 2002)
2.2. Tanaman Padi (Oryza sativa L.)
Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman
pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan
subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang
(Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Selain Cina dan India, beberapa
wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, dan Vietnam
(Anonim, 2006). Padi merupakan makanan pokok bagi rakyat Indonesia. Sebagian
dari masyarakat kita sumber makanannya berasal dari jagung, sorgum, dan sagu.
Namun, padi lebih populer meskipun sekarang harga beras mencapai harga yang
sangat tinggi (6000/kg atau 7000/kg) (Siregar, 2007)
Padi adalah salah satu tanaman budidaya. Negara produsen padi
terkemuka adalah Republik Rakyat Cina (31% dari total produksi dunia), India
(20%), dan Indonesia (9%). Namun hanya sebagian kecil produksi padi dunia
yang diperdagangkan antar negara (hanya 5%-6% dari total produksi dunia).
Thailand merupakan pengekspor padi utama (26% dari total padi yang
diperdagangkan di dunia) diikuti Vietnam (15%) dan Amerika Serikat (11%).
Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi yang
diperdagangkan di dunia) diikuti Bangladesh (4%), dan Brazil (3%). Produksi
padi Indonesia pada 2006 adalah 54 juta ton, kemudian tahun 2007 adalah 57 juta
ton (angka ramalan III), meleset dari target semula yang 60 juta ton akibat
9
terjadinya kekeringan. Produksi padi di dunia Indonesia menempati urutan ketiga
dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi
merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia (Anonim,
2008)
Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat
yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan-bahan yang
mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut makanan energi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui susunan atau komposisi zat makanan
yang terkandung beras yakni seperti yang dicantumkan oleh Platt, Kikk dan
Williams, dan Rosedale. Para pakar ini mengelompokkannya berdasarkan dua
perlakuan, yaitu komposisi zat makanan pada buah padi pecah kulit, dan
perlakuan kedua adalah padi hasil gilingan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
tabel berikut : Tabel 2.1. Komposisi Zat Makanan pada Buah Padi
Kandungan
Pecah kulit Padi digiling Platt Kikk dan
Williams Rosedale Platt Kikk dan
Williams Rosedale
Lemak Serat Kasar
Abu Protein
Karbohidrat
2,45 0,88 1,22 8,67 86,67
2 1
1,9 8,9 77
2,23 0,6 1,19 9,54 86,34
0,37 0,16 0,36 8,15 90,79
0,3 0,2 0,4 7,6 79
0,4 0,4 0,9 6,7 91,4
2.2.1. Klasifikasi Tanaman Padi
Menurut Affandi (1977), tanaman padi termasuk golongan tanaman
setahun/semusim. Bentuk batangnya bulat dan berongga, daunnya memanjang
seperti pita yang berdiri pada ruas-ruas batang dan mempunyai sebuah malai yang
terdapat pada ujung batang.
Bagian-bagian tanaman dalam garis besarnya dapat dibagi dalam dua
bagian besar, yaitu:
a. Bagian vegetatif, meliputi: akar, batang, dan daun
b. Bagian generatif, meliputi: malai yang terdiri dari bulir-bulir daun
bunga
10
Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monotyledonae Family : Gramineae (Poaceae) Genus : Oryza Spesies : Oryza sativa L.
Gambar 2.2. Tanaman Padi (Sumber:http://plact.wordpress.com/category/uncategorized/)
2.2.2. Hama dan Penyakit Tanaman Padi
Menurut Nurhayati (1996), berbagai hama dan penyakit yang terdapat
pada tanaman padi adalah sebagai berikut:
1. Hama perusak persemaian : ulat tanah, tikus, dan lalat bibit.
2. Hama perusak akar : kutu akar pada padi, dan uret.
3. Hama perusak batang : tikus dan ganjur.
4. Hama pemakan daun : kumbang, belalang, dan ulat kantung.
5. Hama penghisap daun :kepik, walang sangit,
wereng (hijau dan coklat).
6. Hama perusak buah : walang sangit, kepik, ulat dan burung.
7. Hama di penyimpanan : ulat, kumbang, dan tikus.
8. Penyakit padi : penyakit kresek, blast, bercak daun, gosong, dan busuk
batang
2.3. Klasifikasi Wereng
Wereng terdiri atas wereng batang dan wereng daun. Wereng batang
biasanya terdapat pada pangkal batang tanaman padi. Wereng batang diantaranya
wereng coklat (Nilaparvata lugens Stall) dan wereng punggung putih (Sogatella
11
furcifera). Wereng daun biasanya terdapat pada daun tanaman padi. Wereng daun
yang penting adalah Nepphotettix sp. dan Recilia dorsalis) (Prasetiyo, 2002)
Wereng adalah sebutan umum untuk serangga penghisap cairan tumbuhan
anggota ordo Hemiptera (kepik sejati), subordo Fulgoromorpha, khususnya yang
berukuran kecil. Selain sebagai pemakan langsung, wereng juga menjadi vektor
bagi penularan sejumlah penyakit tumbuhan penting, khususnya dari kelompok
virus. Contoh wereng penting: wereng hijau (Nephotettix spp.); wereng coklat
(Nilaparvata lugens); wereng punggung putih (Sogatella furcifera); wereng
loreng (Recilia dorsalis).
Wereng sebagai hama sulit dikendalikan karena memiliki berbagai
biotipe yang masing-masing memiliki kesukaan tersendiri terhadap kultivar yang
berbeda-beda pula (Anonim, 2010). Hama wereng menyerang padi pada masa
vegetative ataupun generatif. Nimfa dan serangga dewasa mengambil makanan
dengan cara menusuk, kemudian menghisap cairan pada pelepah daun, helai
daun, dan pangkal batang. Pada serangan berat, tanaman padi menjadi kuning,
mengering dan mati (Prasetiyo, 2002)
Menurut Pracaya (2003), kedudukan sistematik dari wereng, adalah :
Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Sub Filum : Mandibulata Class : Insecta Sub Class : Pterygota Divisi : Exopterygota Ordo : Hemiptera Sub Ordo : Homoptera Famili : Cicadelidae / Delphacidae Hama wereng yang termasuk keluarga besar homoptera tersebut pada
umumnya mempunyai sifat:
a. Selalu melakukan penghisapan sejenis zat cair dan air dari batang-batang
tanaman padi atau sejenisnya yang masih muda atau dari butir-butir
buahnya yang juga masih muda dan lunak ;
b. Pada umumnya setiap wereng mempunyai mocnong yang kuat yang
berfungsi sebagai alat penghisap ;
12
c. Gangguan yang dihadapinya selalu dihindari dengan gerakan
menyembunyikan dirinya baik kek smaping atau ke belakang dari batang
dan daun-daun tanaman yang sedang dirusaknya, dan dalam menghadapi
hal yang mnegejutkannya selalu melakukan gerak loncat tanpa arah yang
menentu, kemana atau ke bagian mana saja, rupanya asal dapat
menghindar guna menyelamatkan dirinya.
Bentuk fisik dan warna dari kenis-jenis wereng ini adalah berbeda-beda, yang
terkecil bentuknya adalah wereng yang berkemampuan merusak tanaman padi
dan kacang-kacangan yang diperoleh oleh para petani ; sedangkan bentuk yang
paling besar, misalnya garengkung berkemampuan merusak segala tanaman
dengan cara melakukan penghisapan zat-zat penting bagi pertumbuhan tanaman,
terutama pada musim kemarau/kering. Dari wereng yang terkecil sampai yang
terbesar ada yang seperti kutu kecil berwarne putih dan ada pula yang berbentuk
seperti serangga atau kupu-kupu yang mampu berterbangan. Kesemuanya ini tetap
dengan sifat di atas (Kartasapoetra, 1987).
2.4. Biologi Wereng
2.4.1. Wereng Coklat
Wereng coklat (Brown plathopper) Nilaparvata lugens Stall termasuk
famili Delphacidae, ordo Homoptera. Wereng coklat menjadi salah satu hama
utama tanaman padi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1970-an. Ini merupakan
konsekuensi dari penerapan sistem intensifikasi padi. Penggunaan pestisida yang
melanggar kaidah-kaidah PHT (tepat jenis, tepat dosis, dan tepat waktu aplikasi)
turut memicu ledakan wereng coklat. Selain itu, wereng coklat juga merupakan
vektor penyakit virus kerdil rumput dan kerdil hampa. Dengan menghisap cairan
dari dalam jaringan pengangkutan tanaman padi, wereng coklat dapat
menimbulkan kerusakan ringan sampai berat pada hampir semua fase tumbuh,
sejak fase bibit, anakan, sampai fase masak susu (pengisian) (Baehaki, 1992).
13
Gambar 2.3. Wereng coklat / Nilaparvata lugens (Anonim, 2009)
Wereng jenis ini termasuk jenis paling ganas/berbahaya bagi para petani,
daya rusaknya sangat besar dan sangat cepat, jenis tanaman apapun termasuk
tanaman unggul selalu diserangnya. Wereng ini berukuran 3-5 mm, kesukaaan
hidupnya pada temapt dengan suasana lembab dan gelap/teduh. Wereng ini gemar
sekali merusak tanaman padi karena tanaman padi umumnya berdaun lebat dan
selalu hidup di tempat yang berair (Kartasapoetra, 1987).
2.4.2. Wereng Hijau (WH)
Wereng hijau (Green laefhopper) Nephotettix sp. adalah wereng daun.
Peranan wereng hijau dalam sistem pertanaman padi menjadi penting oleh karena
wereng hijau merupakan vektor penyakit tungro, yang merupakan salah satu
penyakit virus terpenting di Indonesia. Kemampuan wereng hijau sebagai
penghambat dalam sistem pertanian padi sangat tergantung pada penyakit virus
tungro. Sebagai hama, wereng hijau banyak ditemukan pada sistem sawah irigasi
teknis, ekosistem tadah hujan, tetapi tidak lazim pada ekosistem padi gogo.
Wereng hijau menghisap cairan dari dalam daun bagian pinggir, tidak menyukai
pelepah, ataupun daun-daun bagian tengah. Wereng hijau menyebabkan daun-
daun padi berwarna kuning sampi kuning orange, penurunan jumlah anakan, dan
pertumbuhan tanaman yang terhambat (memendek). Pemupukan unsur nitrogen
yang tinggi sangat memicu perkembangan wereng hijau (Baehaki, 1992). Tanda
tanaman padi terserang adalah adanya kulit-kulit nimfa pada daun-daunnya
(Pracaya, 2003)
14
Gambar 2.4. Wereng hijau / Nephotettix sp. (Anonim, 2009)
2.4.3. Wereng Loreng
Wereng loreng (zigzag leafhopper) Recilia dorsalis merupakan wereng
daun yang kehadirannya di lahan tanaman padi belum menonjol. Tanaman yang
diserang wereng ini ujung daunnya menjadi kering, kedua sisi daunnya menjadi
menguning, kemudian seluruh daunnya menjadi kuning dan daun pinggir
menggulung ke atas (Baehaki, 1992)
Gambar 2.5. Wereng loreng / Recilia dorsalis (Anonim, 2009)
2.4.4. Wereng Punggung Putih (Sogatella furcifera Horvath)
Wereng Punggung Putih atau disebut juga whitebacked planthopper telah
dikenal di Indonesia. Wereng ini melebar luas di wilayah Palaeartik (Jepang,
Korea, dan Unisoviet) Indonesia, Malaysia, Vietnam, Filipina, wilayah Australia
dan wilayah Neotropika (Brazil) (Baehaki, 1992)
15
Gambar 2.6. Wereng punggung putih / Sogatella furcifera (Anonim, 2009)
Menurut Djatmika (2008), adapun yang menjadi ciri khas wereng
punggung putih adalah pada stadia dewasa punggungnya berwarna putih. Ciri-ciri
lainnya adalah :
1. Waktu muda berwarna coklat, dewasanya berwarna keputih-putihan
2. Serangga dewasa berukuran panjang 4-4.5 mm dan lebar 2.5–3 mm
3. Telurnya lonjong dan diletakkan di dalam jaringan pelepah daun
4. Sejak menetas sampai dewasa binatang ini terus menimbulkan kerusakan .
2.5. Perkembangan Wereng
2.5.1. Wereng Coklat Wereng coklat berkembangbiak secara seksual, masa pra peneluran 3-4
hari untuk brakiptera (bersayap kerdil) dan 3-8 hari untuk makroptera (bersayap
panjang). Telur biasanya diletakkan pada jaringan pangkal pelepah daun, tetapi
kalau populasinya tinggi telur diletakkan di ujung pelepah daun dan tulang daun.
Telur diletakkan berkelompok, satu kelompok telur terdiri dari 3-21 butir. Satu
ekor betina mampu meletakkan telur 100-500 butir. Nimfa dapat berkembang
menjadi dua bentuk wereng dewasa. Bentuk pertama adalah makroptera (bersayap
panjang) yaitu wereng coklat yang mempunyai sayap depan dan sayap belakang
normal. Bentuk kedua adalah brakiptera (bersayap kerdil) yaitu wereng coklat
dewasa yang mempunyai sayap depan dan sayap belakang tumbuh tidak normal
(Baehaki, 1992)
16
2.5.2. Wereng Hijau
Perkembangan wereng hijau pada tanaman padi sawah dimulai pada
tanaman padi yang baru ditanam yang berasal dari daerah sekitar sawah dan
tanaman padi atau inang lainnya. Serangga betina bertelur pada tanaman padi,
terus menerus menjadi nimfa, dan akhirnya menjadi dewasa. Pola yang
demikian berlangsung sampai panen. Sesudah panen, wereng akan hidup pada
tunas tanaman padi atau tumbuhan lainnya. Populasi awal sangat rendah, tetapi
akan meningkat pada minggu ke -3 hingga ke -4 sesudah tanam. Populasi
tertinggi tercapai saat tanaman berumur 6-11 minggu setelah tanam. Pada satu
musim tanam populasinya dapat mencapai tiga generasi (Baehaki, 1992)
2.5.3.Wereng Loreng
Sama seperti wereng hijau. Wereng loreng ini juga merupakan wereng
daun yang hidup dan juga dapat menurunkan beberapa generasi dalam satu tahun
pada suatu areal pertanian. Populasi awal wereng mulai meningkat pada saat
tanaman berumur 4-5 minggu sesudah tanam. Wereng loreng memiliki masa
bertelur yang cukup lama antara 10-14 hari, namun produksi telur per harinya
sedikit sehingga populasinya tidak sebesar wereng hijau (Baehaki, 1992)
2.5.4. Wereng Punggung Putih
Hama wereng punggung putih ini biasanya ada bersama dengan wereng
coklat. Yang membedakannya adalah wereng punggung putih ini biasanya
menyerang tanaman padi yang muda dan jarang menyerang tanaman padi yang
tua. Masa kritis terhadap hama wereng punggung putih adalah ketika usia pada
pada saat awal penanaman sampai dengan sebulan. Daur hidup wereng punggung
putih lebih singkat daripada wereng coklat. Sekali bertelur jumlahnya dapat
mencapai 500 telur, dan masa penetasannya hanya tiga hari. Dan kami juga
diingatkan, kalau sampai terjadi wabah wereng punggung putih ini, kerusakannya
akan sangat parah, karena hama wereng punggung putih ini menyebabkan
tanaman mati terbakar, dan penyebarannya cepat sekali (Baehaki, 1992)
17
2.6. Faktor Fisika Lingkungan
Faktor fisika merupakan salah satu faktor luar atau faktor lingkungan
yang sangat mempengaruhi kelangsungan hidup serangga, khususnya wereng.
Faktor ini lebih banyak berpengaruh terhadap serangga dibandingkan dengan
hewan lain, faktor yang mempengaruhi antara lain suhu dan kisaran suhu,
kelembaban dan curah hujan, jumlah hari hujan,cahaya dan kecepatan angin
(Anonim, 2007)
2.6.1. Suhu dan Kisaran Suhu
Wereng memiliki kisaran suhu tertentu dimana dapat hidup dan bertahan
karena suhu lingkungan sangat mempengaruhi aktivitas dan perkembangan
wereng, sehingga wereng termasuk kedalam wereng ektoterm. Pada umumnya
kisaran suhu lingkungan yang efektif pada perkembangan wereng antara lain suhu
minimum 130 C, suhu optimum 250 C, dan suhu maksimum 45o C. Apabila diluar
dari kisaran suhu tersebut maka wereng akan mati kedinginan atau kepanasan,
dan hal ini terlihat jelas pada proses fisiologis serangga, dimana pada suhu
optimum kemampuan serangga untuk melahirkan keturunan akan besar dan
kematian (mortalitas) sebelum batas umur akan sedikit (Anonim, 2008)
2.6.2. Kelembaban Udara
Kelembaban udara merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi
perkembangan wereng, khususnya dikawasan pertanian. Kelembaban akan
mempengaruhi tingkat distribusi dan ruang gerak wereng. Batas toleransi wereng
terhadap kelembaban sangat besar yaitu 30-90 % (Anonim, 2008)
2.6.3. Cahaya dan Angin
Aktifitas wereng juga dipengaruhi oleh cahaya dimana wereng termasuk
ke dalam serangga diurnal, yaitu serangga yang aktif pada siang hari baik untuk
mencari makanan maupun untuk berkembangbiak. Ada beberapa serangga yang
tertarik terhadap cahaya pada malam hari, termasuk Nephotettix spp, sehingga hal
tersebut dapat dimanfaatkan petani sebagai salah satu cara pengendalian
populasi wereng hijau. Angin juga berperan dalam mempengaruhi aktifitas
wereng. Hal ini berkaitan dengan penyebaran serangga, karena wereng termasuk
serangga yang berukuran kecil, sehingga angin dapat membantu wereng pada saat
18
migrasi yakni wereng terbang ke atas terlebih dahulu kemudian secara pasif akan
mengikuti hembusan angin. (Anonim, 2007)
2.7. Gulma pada Padi
Menurut Djatmika (2008), gulma atau tumbuhan pengganggu merupakan
salah satu faktor penyebab dari penurunan produksi. Hal ini bisa dimengerti
mengingat di dalam memperoleh unsur– unsur hara, sinar matahari, dan air
tanaman padi memperoleh saingan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
kualitas gabah. Ada tiga golongan gulma di alam ini, yaitu:
1. Golongan rumput, contohnya : tuton
2. Golongan teki, tumbuhan ini hampir menyerupai rumput, bedanya
daunnya berjajar tiga dan batangnya berbentuk segitiga atau empat serta
berongga, contohnya : sunduk welut
3. Golongan berdaun lebar, contohnya : semanggen
Menurut Anonim (2007), gulma merupakan suatu persoalan yang
mempengaruhi pertanian. Produksi tanaman akan berkurang jika gulma tidak
dikendalikan. Gulma ini akan menyerap unsur hara dan air dari tanah, dan akan
bersaing dengan tanaman utamanya. Namun demikian, jika gulma ini digunakan
sebagai mulsa, sejumlah unsur hara dan air akan dikembalikan kembali ke
tanah . Jangan membakar gulma karena manfaat gulma akan ikut terbakar.
Gulma yang terdapat pada padi sawah dan padi ladang , yaitu :
2.7.1. Gulma pada Padi Sawah
1. Golongan rumput-rumputan: Jajagoan (Echinochloa crusgalli); Rumput
lampuyangan (Panicum repens), Tuton (Echinochlona colonaI),
Bobontengan(Leptochloa chinensis), Pait (Paspalum distichum),
Kalamenta (Leersia hexandra)
2. Golongan teki: Mendong (Fimbristylis littoralis); Papayungan (Cyperus
halpan); Sunduk welut (Cyperus difformis); Jekeng (Cyperus iria);
Rumput halia (Fuirena ciliaris); Kucay (Scirpus juncoides)
3. Golongan berdaun lebar: Semanggi (Marsilea crenata), Bayam dempo (Althernanthera philoxeroides), Genjer (Limnocharis flava), dan Kremah (Alternanthera sessiis).
19
2.7.2. Gulma pada Padi Ladang
1. Rumput-rumputan: Tuton (Echinochlona colona), Jampangan (Digitaria
sanguinalis), Carulang (Eleusine indica), dan Rumput teki (Rottboellia
exaltata)
2. Teki-tekian: Rumput teki (Cyperus rotundus)
3. Berdaun lebar: Bebandotan (Ageratum conyzoides); Bayam Duri
(Amaranthus spinosus), Krokot (portulaca oleracea ), Gewor (Commelina
benghalensis), Teki (Cyperus diffusa), Urang aring (Eclipta alba), Ubi
(Ipomeoa triloba), dan Trianthema portulacastrum.
Ada beberapa kelompok gulma yang penting yaitu agrestal/segetal,
ruderal, gulma padang rumput, gulma air, gulma hutan dan gulma lingkungan.
Tanaman padi dibagi menjadi lima jenis yaitu padi sawah, gogo rancah, gogo,
pasang surut, dan padi lebak. Pada padi sawah terdapat 33 jenis gulma, pada padi
gogo rancah terdapat 38 jenis gulma, pada padi gogo terdapat sekitar 60 jenis
gulma, dan pada padi pasang surut terdapat 29 jenis gulma (Sastroutomo, 1990)
Gambar 2.7. Beberapa macam gulma yang mengganggu tanaman padi sawah
2.8. Profil KabupatenSerang Bedagai
Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 20
57’’Lintang Utara, 30 16’’ Lintang Selatan, 980 33’’ - 990 27’’ Bujur Timur
dengan ketinggian berkisar 0 – 500 meter di atas permukaan laut.Kabupaten
Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 Km2 (190.022 Ha) yang terdiri
20
dari 17 Kecamatan dan 243 Desa/Kelurahan, Ibukota Kabupaten Sedang Bedagai
terletak di Kecamatan Sei Rampah yaitu Kota Sei Rampah. Secara administratif
Kabupaten Serdang Bedagai berbatasan dengan beberapa daerah, yaitu :
· Sebelah Utara : Selat Malaka
· Sebelah Timur : Kabupaten Batu Bara dan Simalungun
· Sebelah Selatan : Kabupaten Simalungun
· Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang. (Anonim, 2010)