12
1 UPAYA PENCIPTAAN DAYA SAING UKM Oleh : Ir. Hery Budiyanto, MSA, PhD - Ketua Asosiasi Perajin Kota Malang - Wakil Ketua KADIN Kota Malang Bid. Perdagangan & Distribusi - Dosen Universitas Merdeka Malang Makalah disampaikan pada: Lokakarya “Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah Dalam Menyongsong Ekonomi Global ASEAN 2015 di Kota Malang” Malang, 22 Oktober 2014

UPAYA PENCIPTAAN DAYA SAING UKM

Embed Size (px)

Citation preview

1

UPAYA PENCIPTAAN DAYA SAING UKM

Oleh :

Ir. Hery Budiyanto, MSA, PhD

- Ketua Asosiasi Perajin Kota Malang

- Wakil Ketua KADIN Kota Malang Bid. Perdagangan & Distribusi

- Dosen Universitas Merdeka Malang

Makalah disampaikan pada:

Lokakarya “Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah Dalam Menyongsong Ekonomi

Global ASEAN 2015 di Kota Malang”

Malang, 22 Oktober 2014

2

ABSTRAK

Kesepakatan ASEAN Economic Community akan berlaku pada tahun 2015 mendatang

mengharuskan para pengusaha untuk bersiap diri dalam menghadapi persaingan tinggi yang

bakal tercipta. Upaya-upaya konstruktif sangat diharapkan dalam membantu peningkatan

kinerja Usaha Kecil dan Menengah (UKM) agar mampu bersaing dengan UKM dinegara

ASEAN lain, karena UKM merupakan salah satu sektor usaha produksi dan jasa yang

sangat penting keberadaanya dan diharapkan bagi masyarakat untuk menambah pendapatan

rumah tangga. Kota Malang memiliki potensi sumberdaya usaha kecil dan menengah yang

sangat besar, baik dalam bentuk sentra industri maupun UKM perorangan. Sebagai pelaku

usaha potensial UKM harus terus bekerja keras meningkatkan daya saing agar mampu

bersaing. Pemerintah menetapkan beberapa strategi nasional untuk menghadapi ASEAN

Economic Community (AEC), yaitu: Penguatan daya saing ekonomi, Program ACI (Aku

Cinta Indonesia), Penguatan sektor UMKM, perbaikan infrastruktur, dan peningkatan

kualitas sumber daya manusia (SDM). Cara meningkatkan daya saing UKM Kota Malang,

antara lain: konsisten menjaga kualitas produk, packaging produk yang menarik, harga

yang kompetitif, dan menjaga loyalitas konsumen. Opsi kebijakan yang dapat dilakukan

adalah sebagai berikut: program peningkatan Sumber Daya Manusia UKM, pelibatan

BUMN melalui program PKBL (program kemitraan dan bina lingkungan) dan CSR

(corporate social responsibility), pelibatan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kota

Malang dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (DEKRANASDA) dapat meningkatkan

kontak bisnis antara UKM , dan penyiapan calon pelaku usaha UKM yang berkualitas dan

berdaya saing tinggi.

Kata Kunci: daya saing, ukm

3

DAFTAR ISI

ABSTRAK …………………………………………………………………………. 2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. 3

PENDAHULUAN ………………………………………………………………… 4

STRATEGI KONSEPTUAL ……………………………………………………… 7

PEMBAHASAN DAN HASIL …………………………………………………… 9

OPSI KEBIJAKAN ………………………………………………………………. 11

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….. 11

4

PENDAHULUAN

Berbicara tentang perekonomian nasional, maka tidak lepas dari peran UKM (Usaha Kecil

dan Menengah. Para pengusaha yang bergerak dalam usaha kecil dan menengah ini

bergerak dalam berbagai bidang usaha. Sebagian bergerak dalam usaha formal, tetapi tidak

sedikit yang bergerak dalam usaha nonformal. Jumlah mereka yang berusaha secara

nonformal justru lebih banyak dibanding yang formal (Angky, 2008). Mereka merambah

semua bidang usaha yang berkaitan dengan hajat hidup masyarakat. Usaha Kecil dan

Menengah merupakan bentuk usaha yang saat ini mengalami globalisasi dalam

perekonomian Indonesia, UKM menjadi salah satu faktor pendorong memajukan sektor

perekonomian di Indonesia, hal ini dapat terlihat pada peran UKM yang banyak membantu

mengurangi pengangguran, menekan angka kemiskinan, membantu menyuplai dana untuk

Negara, meningkatkan pendapatan masyarakat dan lain sebagainya.

Kementerian koperasi dan UKM mencatat bahwa prosentase terbesar dari total pendapatan

dan usaha diseluruh Indonesia dicapai oleh UKM yang mencapai jumlah 56 juta usaha kecil

dan menengah pada tahun 2013. Jumlah tersebut mampu menyerap tenaga kerja 107 juta

jiwa atau 97,16 persen dari total keseluruhan tenaga kerja yang terdapat di Negara

Indonesia, sedangkan menurut Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah Suryadharma Ali (Setiadi Umar, 2008) di katakan bahwa UKM mampu

memberikan kontribusi sebesar 1.778.7 trilliun atau 53.3 persen dari Gross Domestic

Product atau GDP di Indonesia peningkatan 10 persen dari kinerja UMKM ini dapat

meningkatkan GDP sebesar 5 persen, dan UKM menyerap tenaga kerja sebesar 85,4 juta

jiwa atau sebesar 96,81 persen terhadap seluruh tenaga kerja yang ada di Negara Indonesia.

Kesepakatan ASEAN Economic Community akan berlaku pada tahun 2015 mendatang,

pengusaha perlu bersiap untuk menghadapi persaingan tinggi yang bakal tercipta. Oleh

karena adanya aturan baru dari masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) yang menyebutkan

bahwa dengan dibentuknya komunitas ini akan semakin memudahkan kerja sama dalam

peredaran barang dan jasa di seluruh kawasan ASEAN akan semakin mudah tanpa adanya

system bea masuk dan barrier lainnya. Oleh sebab itu pelaku usaha di Indonesia harus

segera bersiap dan meningkatkan kualitas diri, termasuk kalangan Usaha Kecil dan

Menengah yang perlu mengetahui seluk beluk dan mempelajari kondisi pasar yang di

Negara-negara lain dan Negara ASEAN. Ketahanan dan daya saing UKM di Indonesia

menjadi poin penting yang harus diprioritaskan dalam pelaksanaan ASEAN Economic

Community 2015. Keadaan tersebut karena UKM selama ini menjadi tulang punggung

yang banyak membantu penyerapan tenaga kerja, mengurangi pengangguran dan

5

kemiskinan serta meningkatkan pendapatan Negara.

Dalam rangka menghadapi kesepakatan ASEAN Economic Community tahun 2015, para

pelaku UKM di Indonesia perlu melakukan terobosan baru dengan cara mempelajari

kondisi pasar di Negara ASEAN lain seperti mencermati cara pelaku UKM Negara lain

dalam memasarkan produk, menggaet minat konsumen, menata manajemen distribusi yang

baik dan lainnya untuk mempersiapkan diri menghadapi ASEAN Economic Community

(Jabat, 2014).

Kota Malang memiliki potensi sumberdaya usaha kecil dan menengah yang sangat besar,

Model UKM di Kota Malang rata-rata bermula dari UKM perseorangan. Kemudian, usaha

ini berkembang dan ditiru oleh orang lain hingga menjadi usaha massal. Lama-lama,

sebagian dari mereka menjadi industri. Uniknya, usaha ini berkembang jadi massal karena

pengusaha yang mengembangkannya pertama kali tidak pelit berbagi ilmu dengan

tetangganya. Tanpa sadar, usaha kecil dan menengah (UKM) sejenis pun mengumpul di

satu kawasan sehingga muncul sejumlah sentra (baik resmi atau tidak) UKM di Kota

Malang. Misalnya, sentra keramik di Kelurahan Dinoyo, sentra shuttlecock dan anyaman di

Kelurahan Arjosari, sentra tempe di Kelurahan Sanan, atau sentra saniter di Kelurahan

Pandanwangi. Selain itu tumbuh dan berkembang UKM-UKM baru perorangan yang

produk-produknya telah dipasarkan dari tingkat lokal, regional Jawa Timur, Nasional

hingga ke manca Negara, misalnya industri kerajinan kayu, glasspainting, aksesori kain,

border, daur ulang, dan lain-lain. Pertumbuhan UKM kreatif ini tidak lepas dari

perkembangan teknologi informatika (internet) yang membantu mempercepat pencapaian

pasar secara luas. Perhimpunan para pengusaha UKM juga bermunculan, antara lain:

Asosiasi Perajin Kota Malang, Paguyuban Pengusaha Keramik Dinoyo, Paguyuban

UMKM “Amongtiwi” Kota Malang, dan lain-lain. Seluruhnya bertujuan meningkatkan

daya saing pasar terhadap produk-produk anggotanya.

Pemkot Malang telah bekerja sama dengan 57 perguruan tinggi untuk membina UKM di

kota Malang melalui nota kesepahaman dengan perguruan tinggi itu untuk mendampingi

kelompok UKM binaan. UKM binaan akan mendapatkan bantuan modal, pelatihan,

pembinaan manajemen, dan lain-lain, melalui rekomendasi dari perguruan tinggi Pembina

UKM (Kompas, 2014). Menariknya, untuk menjadi kota dengan aneka kreativitas ini tak

dipengaruhi oleh peran satu-dua elemen saja. Kepala daerah, birokrasi, BUMN, Perbankan,

KADIN, Perguruan Tinggi dan masyarakatnya memiliki semangat yang sama untuk

memajukan kota, melalui pengembangan UKM.

6

Gambar: Aktivitas dan Produk UKM Kota Malang

7

STRATEGI KONSEPTUAL

Upaya-upaya konstruktif sangat diharapkan dalam membantu peningkatan kinerja Usaha

Kecil dan Menengah (UKM) agar mampu bersaing dengan UKM dinegara ASEAN lain,

karena UKM merupakan salah satu sektor usaha produksi dan jasa yang sangat penting

keberadaanya dan diharapkan bagi masyarakat untuk menambah pendapatan rumah tangga,

jangan sampai sektor yang penting ini menjadi terganggu dengan keberadaan ASEAN

Economic Community.

Menurut pendapat beberapa ahli, antara lain Porter (1990), Romer (1990), Callon et al

(1992) dalam Setiadi Umar (2008) menyatakan bahwa daya saing dan kemampuan untuk

membuka pasar baru dalam menciptakan penawaran di pasar lokal dan global ditentukan

oleh tingkat inovasi serta dalam kemampuan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan

dalam mengelola sumber daya nya. Dengan menciptakan produk yang berdayasaing tinggi

memungkinkan UKM untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, selain itu daya

saing yang tinggi diharapkan dapat menarik minat konsumen di tingkat nasional hingga

global untuk menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN yang akan diterapkna tahun 2015

mendatang.

Daya saing pengusaha yang ada di Indonesia ternyata masih ketinggalan dibanding dengan

pengusaha Negara-negara ASEAN lain. Menurut World Economic Forum laporan daya

saing global forum telah menerbitkan laporan daya saing Negara-negara ASEAN pada

tahun 2012-2013, sebagai berikut :

Tabel Daya saing negara-negara ASEAN periode 2012-2013

Negara Rangking Daya Saing

Indonesia 50

Malaysia 25

Singapura 2

Thailand 38

Philipina 65

Brunei 28

Cambodia 85

Laos -

Myanmar -

Vietnam 75

Sumber : Jurnal Kajian Lemhannas RI : 2013

8

UKM di Indonesia sebagai pelaku usaha potensial harus terus bekerja keras meningkatkan

daya saing agar mampu bersaing dan menghadapi Asean Economic Community. Strategi-

strategi jitu perlu dan dibutuhkan untuk terus meningkatkan semua sektor industri yang

dapat bersaing dengan Negara lain yang tergabung dalam ASEAN, selain meningkatkan

daya saing, meningkatkan laju ekspor, dan membuat reformasi atau perombakan baru

dalam mengelola UKM dan sektor industri yang lain yang perlu diterapkan dan

dikembangkan di Indonesia.

Pasar bebas ASEAN 2015 ini memudahkan pelaku UKM di Kota Malang untuk melakukan

aktivitas ekspor maupun impor barang ke sembilan negara ASEAN lainnya, namun UKM

kita harus mulai meningkatkan daya saing produk agar tak tergilas barang-barang impor

dari negara tetangga, para pelaku UKM harus mulai berbenah diri untuk meningkatkan

daya saing produk lokal jelang pasar bebas 2015. Cara meningkatkan daya saing UKM

Kota Malang jelang pasar bebas ASEAN 2015, antara lain:

Pertama, konsisten menjaga kualitas produk. Menghadapi gempuran produk impor dari

negara tetangga yang popularitasnya cukup diperhitungkan oleh kalangan masyarakat kita,

UKM Kota Malang tak perlu “ciut nyali” sepanjang tetap konsisten menjaga kualitas

produk yang mereka pasarkan. Melakukan pembuatan standar operasional prosedur (SOP)

yang jelas dalam setiap proses produksi, agar barang-barang yang dipasarkan memiliki

kualitas atau standar mutu yang terjamin serupa.

Kedua, menambahkan daya saing UKM Kota Malang melalui packaging produk yang

menarik. Sampai saat ini packaging produk menjadi salah satu faktor pendorong bagi para

calon konsumen untuk melakukan transaksi pembelian. Karenanya selain menjaga kualitas

produk, hal lain yang perlu diperhatikan para pelaku UKM Kota Malang adalah mendesain

packaging yang menarik, serta mencantumkan logo dan nama produk di setiap kemasan

produk.

Ketiga, bersaing dari segi harga. Salah satu keunggulan produk China di pasar dunia yaitu

harga jualnya terkenal lebih murah dibandingkan produk-produk dari negara lainnya.

Langkahnya dengan mengupayakan biaya produksi seefisien mungkin agar harga jual

produk bisa lebih murah dibandingkan produk serupa di pasar bebas 2015.

Keempat, menjaga loyalitas konsumen. Memiliki banyak pelanggan setia menjadi kunci

utama kesuksesan UKM Kota Malang untuk menghadapi persaingan pasar bebas ASEAN

2015. Ketika konsumen memiliki loyalitas yang cukup tinggi terhadap produk-produk yang

dipasarkan, maka sebagai pelaku UKM tak perlu khawatir ditinggalkan konsumen ketika

produk-produk dari negara tetangga mulai berdatangan ke Indonesia. Untuk itu intensitas

pameran produk UKM Kota Malang di luar negeri terutama di Negara ASEAN perlu

ditingkatkan.

9

Momen AEC sejatinya bisa menjadi peluang besar untuk memperbesar sayap bisnis

pengusaha tanah air utamanya pengusaha skala UKM (Bappeda Jatim, 2014). Para pelaku

ekonomi di dalam negeri bisa menjual barang atau produk mereka ke seluruh negara

ASEAN dengan mudah. Tentu itu bisa dilakukan ketika pelaku usaha tanah air mampu

membangun daya saingnya. Pemerintah dan BUMN dapat membantu lebih banyak

mengikutsertakan UKM dalam pameran-pameran internasional. KADIN, melalui jaringan

perwakilan di berbagai Negara dapat mengefektifkan kegiatan kontak bisnis UKM

Indonesia dengan para pengusaha di luar negeri.

PEMBAHASAN DAN HASIL

AEC (ASEAN Economic Community) yang akan diselenggarakan pada tahun 2015

mendatang untuk sebagian Negara menjadi halangan dan hambatan tersendiri dalam

perekonomiannya. Dengan daya saing yang tinggi diharapkan semua anggota ASEAN

mampu membenahi dan meningkatkan kualitas diri mereka dalam menghadapi persaingan

lokal dan internasional yang akan segera diterapkan. Hal tersebut menjadi syarat bagi

anggota ASEAN yang tergabung didalamnya dan hal itu sesuai dengan kesepakatan dan

perjanjian bersama. Salah satu syarat meningkatkan daya saing tinggi juga harus diterapkan

oleh Indonesia.

Banyak pihak yang beranggapan bahwa pengusaha Indonesia belum siap menghadapi pasar

persaingan ASEAN karena banyak UKM yang sebagian besar masih gagap teknologi dan

kurang memiliki akses serta tidak dapat menguasai bahasa internasional untuk membuat

kerjasama dengan usaha lain yang ada di luar negri. Sebagai salah satu sektor industri yang

banyak berkembang ditengah masyarakat dan banyak menyumbang pendapatan Negara

serta penyerapan tenaga kerja yang besar, UKM dirasa dapat membantu Negara ini untuk

bersaing dengan Negara ASEAN yang lain.

Pemerintah Indonesia menetapkan beberapa strategi nasional untuk menghadapi ASEAN

Economic Community (AEC), yaitu:

1. Penguatan daya saing ekonomi

penguatan daya saing ekonomi ini menggunakan system MP3EI (Masterplan

percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia)

2. Program ACI (Aku Cinta Indonesia)

Program ini dijalankan untuk kampanye agar masyarakat mencintai produk buatan

dalam negri dan mengurangi penggunaan produk dari luar negeri

3. Penguatan sektor UMKM

Sektor UMKM yang memberikan banyak keuntungan Negara karena banyak memberi

10

pendapatan Negara dan mengurangi angka kemiskinan serta pengangguran yang

mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak dari sektor industri ekonomi yang lain.

4. Perbaikan infrastruktur

Perbaikan jalan, penggunaan alat transportasi yang lebih modern, infrastruktur dalam

mendukung kegiatan e-commerce dan lain sebagainya.

5. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)

Peningkatan ini dilakukan dengan memberikan pelatihan, pendidikan manajemen bagi

sumber daya manusia pelaku usaha. Keterlibatan perguruan tinggi dalam membantu

pemberdayaan entrepreneurship yang diharapkan dapat membantu pengembangan

UKM melalui serangkaian kerja sama dan olah pikiran, ketrampilan dan inovasi yang

kreatif dari mahasiswa perguruan tinggi tersebut sehingga akan didapat produk UKM

yang bermutu dan menarik minat konsumen agar dapat bersaing di pasar global dan

internasional. Perguruan tinggi yang banyak berkerja sama dengan berbagai bank yang

digunakan untuk memudahakan akses pembayaran dapat menjadi jalan untuk pelaku

UKM kemudahan dalam mendapatkan bantuan dan tambahan modal dari bank tersebut.

Dalam hal pemasaran diperlukan peningkatan teknologi pemasaran untuk mempermudah

pemesanan dan pengiriman barang dengan menggunakan bentuan teknologi e-commerce.

Pelaku usaha menggunakan teknologi internet misal memasarkan produk dengan cara

membuat blog dan situs di web sehingga pembeli dapat dengan mudah melihat contoh

barang, mengetahui dan apabila tertarik konsumen akan memesan barang tanpa harus

bertemu langsung dengan penjualnya. Meskipun untuk pengimplementasian e-commerce di

Kota Malang bagi UKM masih harus menempuh jalan yang panjang. Pasalnya

pengembangan teknologi ini dibutuhkan kerja sama dari pemerintah, pelaku usaha,

perguruan tinggi, pengembang teknologi dan yang lainnya. Apabila sektor UKM Kota

Malang masih ketinggalan dalam pemanfaatan teknologinya dikhawatirkan akan menjadi

penghambat dalam mengahdapi AEC karena Negara berkembang yang lain teknologi

dalam pengolahan sektor industrinya sudah menggunakan aplikasi yang lebih canggih dan

modern. Untuk mengatasi masalah UKM tersebut dapat dilakukan dengan cara

meningkatkan pengembangan jaringan, pengembangan sentra UKM dengan memanfaatkan

teknologi yang berdaya guna tinggi dan hal yang penting adalah sosialisasi dini kepada para

pelaku usaha. Atau pelaku usaha dapat mengimplentasikan knowledge management dimana

aplikasi iptek ini digunakan untuk membantu UKM mengembangkan usahanya.

Dalam hal penyiapan calon pelaku UKM di Kota Malang. Setiap tahun terdapat ratusan

mahasiswa dari perguruan tinggi di Kota Malang membuka usaha melalui Program

Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K). Tidak lanjut untuk pengembangan

usahanya agar benar-benar menjadi pengusaha UKM yang tangguh dan berdaya saing

11

tinggi memerlukan penanganan dari pihak perbankan (melalui kredit usaha kecil),

perguruan tinggi (melalui program inkubator bisnis), dan BUMN (Melalui program PKBL

dan CSR).

OPSI KEBIJAKAN

Dari semua hal yang sudah di jabarkan, maka opsi kebijakan yang dapat dilakukan adalah

sebagai berikut:

1. Pemerintah Kota Malang lebih giat dalam program peningkatan Sumber Daya Manusia

UKM dengan sosialisasi dan pemahaman tentang ASEAN Economic Community 2015,

serta meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi melalui internet

untuk meningkatkan daya saing UKM.

2. Pemerintah Kota Malang bekerjasama dengan BUMN melalui program PKBL

(program kemitraan dan bina lingkungan) dan CSR (corporate social responsibility)

dapat memperbanyak event pameran produk UKM terutama di Negara ASEAN untuk

mengenalkan produk, meningkatkan jumlah konsumen di luar negeri dan menciptakan

image bahwa produk UKM Kota Malang mempunyai keunikan dan keunggulan.

3. Pemerintah Kota Malang bekerjasama dengan Kamar Dagang dan Industri (KADIN)

Kota Malang dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (DEKRANASDA) dapat

meningkatkan kontak bisnis antara UKM Kota Malang dengan UKM di Negara

ASEAN lain serta memanfaatkan Jaringan Perwakilan KADIN di Negara ASEAN

untuk meningkatkan perdagangan antar UKM di negara-negara ASEAN.

4. Penyiapan calon pelaku usaha UKM yang berkualitas dan berdaya saing tinggi melalui

pendidikan entrepreneurship mulai dari pendidikan menengah hingga perguruan tinggi,

memperbanyak program magang kewirausahaan, peningkatan kinerja inkubator bisnis.

Semoga UKM di Indonesia umumnya dan khususnya UKM Kota Malang dapat bersaing

dan terus meningkatkan daya saingnya yang tinggi agar UKM kita tidak diremehkan oleh

Negara lain.

DAFTAR PUSTAKA

Angky, Camaro. 2008. UKM Si Kecil Menggeliat di Tengah Badai. Malang: UMM Press.

Bappeda Jatim. 2013. Daya Saing UMKM Menghadapi AEC 2015.

Bappedajatimprov.co.id. Diakses 10 September 2014

Jabat, Kaban. 2014. Meningkatkan Daya Saing Ukm Jelang Pasar Bebas 2015.

Bisnisukm.com. Diakses 10 September 2014

Kompas. Di Malang, Si Kecil Tumbuh Bersama... edisi 8 Juli 2014

12

Umar, S. 2008. Implementasi Knowledge Management pada UMKM Indonesia untuk

Meningkatkan Daya Saing UMKM dalam Dunia Internasional. Jurnal Siasat Bisnis,

Vol. 12, No. 2.