Upload
vuongtuyen
View
248
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
ILOKUSI DAN PERLOKUSI DALAM KEGIATAN
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA
KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA TANGERANG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh:
Puji Ayu Lestari
NIM 1112013000066
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
i
ABSTRAK
Puji Ayu Lestari, NIM 1112013000066, “Ilokusi dan Perlokusi dalam Kegiatan
Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Kota
Tangerang”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pembimbing Dr. Nuryani, M. A.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk tindak tutur ilokusi
dan perlokusi antara guru dan siswa serta siswa dan siswa dalam kegiatan
pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas XI SMA Negeri 3 Kota
Tangerang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif untuk mendeskripsikan data berupa tindak tutur dalam kegiatan
pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas XI SMA Negeri 3 Kota
Tangerang. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan teknik rekam
dan pencatatan data (transkrip data), setelah itu dilanjutkan dengan kartu data
untuk memudahkan klasifikasi dan pengecekan data, terakhir adalah analisis.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 156 temuan data berdasarkan
beberapa bentuk tindak tutur ilokusi, yaitu : 1) Ilokusi Direktif, 106 temuan data;
2) Ilokusi Ekspresif, 24 temuan data; 3) Ilokusi Asertif, 17 temuan data; 4) Ilokusi
Komisif, 6 temuan data; 5) Ilokusi Deklarasi, 3 temuan data, dan juga 156 temuan
data tindak tutur perloksi. Berdasarkan temuan data tersebut dapat disimpulkan
bahwa tindak tutur ilokusi yang paling dominan muncul pada kegiatan
pembelajaran bahasa Indonesia kelas XI SMA Negeri 3 Kota Tangerang adalah
ilokusi direktif, dan yang paling sedikit muncul adalah tindak tutur ilokusi
deklarasi.
Kata Kunci: Ilokusi, Perlokusi, Pembelajaran Bahasa.
ii
ABSTRACT
Puji Ayu Lestari, NIM 1112013000066, “Ilocution and perlocution in
Indonesian Language Learning Activities in Class XI Students of Tangerang City
High School 3”. Indonesian Language and Literature Education Departement,
Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic
University Jakarta, Nuryani, M. A advisor.
The purpose of this study is to describe the form of illocutionary and
perlocutionary speech acts between teachers and students with students in
Indonesian language learning activities in class XI Tangerang 3 State Junior
High School. The method used in this study is descriptive qualitative method to
describe data in the form of speech acts in Indonesian languange learning
activities in class XI Tangerang 3 State Junior High School. The data analysis
technique in this study is by recording techniques and recording data (transcript
of data), after that, it is continue with a data cards to facilitate data collection and
data checking, the one last is analysis.
Based on the results of the study found 156 data findings were found based
on several acts of illocutionary speech acts, namely: 1) Directive Ilocution, 106
data findings; 2) Expressive Illocution, 24 data findings; 3) Assertive Ilocution,
17 data finding; 4) Communicative Illusion, 6 data findings; 5) Declaration
Illocution, 3 data findings, and also 156 findings of perlocutive speech act data.
Related to the data findings it can be concluded and it is undeniable that the most
dominant ilocutionary speech acts that appeared in Indonesian language learning
activities in class XI of 3 Tangerang City State Junior High School is directive
illocutionary, and the least appearing is declaration illocution speech acts.
Keywords: Illocutionary, Perlocution, Language Learning.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan taufik, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah berikan
kepada nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya
sampai akhir zaman.
Adapun penulisan skripsi ini diajukan untuk mendapat gelar sarjana
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dalam menyelesaikan skripsi ini,
penulis banyak menerima saran, petunjuk, bimbingan, dan masukan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak,
khususnya kepada:
1. Dr. Sururin, M. Ag sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Makyun Subuki, M. Hum. sebagai Ketua Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia yang selalu mengarahkan dan memberikan
semangat.
3. Dr. Nuryani, M. A sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan ilmunya
kepada penulis.
4. Dr. Makyun Subuki, M. Hum dan Dra. Mahmudah Fitriyah Z. A, M. Pd
selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk
skripsi penulis, yang sudah banyak meluangkan waktu untuk proses
menjadi lebih baik skripsi penulis.
5. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen di
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan.
6. Terima kasih untuk Pak Mulyadi yang senang hati terus membantu,
terima kasih Pak.
iv
7. Pimpinan dan staf Perpustakaan Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan
dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Kepala sekolah SMAN 3 Kota Tangerang Bapak Dr. Arbani, M. Si
yang telah memberikan izin dan kesempatan penulis untuk
melaksanakan penelitian.
9. Guru Bahasa Indonesia Ibu Robianah, M. Pd yang telah memberikan
banyak cerita tentang pelajaran dan cara pembelajaran Bahasa
Indonesia, sehingga dengan mudah penulis mengumpulkan data.
10. Teristimewa untuk Bapak Jamasri dan Ibu Siti Alkomah yang selalu
menyayangi, merawat, menasehati, mendo’akan saya disetiap
sembahyangnya maupun di shalat sepertiga malamnya, dan mendukung
saya dalam setiap proses penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas jerih
payahnya yang telah berusaha menyekolahkan saya, sampai menjadikan
saya sarjana. Lebih dari terima kasih. Terima kasih Ibu. Terima kasih
Bapak.
11. Untuk kakak dan adik yang telah mendukung saya, Mas Koko, Novi
dan Nova. Terima kasih selalu mengingatkan dan memberikan
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Untuk Faisal Amar selaku sepupu yang minta namanya dicantumkan
dalam kata pengantar ini juga berhasil bikin penulis greget untuk cepat
menyelesaikan skripsi ini, terima kasih loh.
13. Untuk sahabat saya Pitri Puspita Dewi dan keluarga yang sudah
bersedia memberikan ruang di rumahnya untuk menginap selama
pengambilan data di sekolah dan selalu menemani saya dalam suka-
duka penulisan skripsi ini. Terima kasih nene (Pitri Puspita Dewi).
14. Untuk sahabat saya Selvia Anggraini, Wirda Makiyah, dan Titih
Sundari yang selalu ada dan menyemangati saya, terutama Wirda yang
selalu jadi teman dalam hal mengurus surat-menyurat persyaratan
sidang.
15. Untuk sahabat saya Retno Ayu Kartiko Sari, yang selalu mau dan sabar
banget menemani saya untuk mengurus urusan kuliah saya. Terima
v
kasih untuk selalu bersedia menolong saya dikala duka. Terima kasih
yu.
16. Untuk para sahabat lainnya, Ahsani Aulia Vadhlillah, Achdi
Febriansyah, Adfian Yulio Pangestu, Dede Wahyudi, Rahayu Purnama
Sari, Harisda Budiana, yang selalu menampar saya dengan pertanyaan
“kapan?” terima kasih. Terima kasih banyak untuk kalian yang selalu
ada disaat suka-duka. Terima kasih selalu ada disaat saya membutuhkan
kalian. Terima kasih untuk selalu menghibur dan menyemangati saya.
Terima kasih untuk kalian.
17. Teruntuk Styo D. Pratama, lebih dari terima kasih atas apa yang selalu
kamu berikan. Terima kasih untuk kamu yang selalu memanjangkan
sabarnya, mengecilkan ego dan marahnya, memberikan nasehat dan
semangatnya, dan juga waktu yang selalu diluangkanya. Terima kasih
atas dukungannya selama ini. Terima kasih selalu ada dalam suka dan
duka. Terima kasih kesayangan.
18. Terima kasih untuk Afny Irfani, Haiza Hazrina, dan Bernika Liana yang
juga membantu selesainya saya menyelesaikan tugas akhir ini, sangat
terima kasih.
19. Teman-teman mahasiswa FITK angkatan 2012 khususnya mahasiswa
PBSI kelas B yang telah membantu saya dengan berbagai dengan
berbagai pendapat dan tenaganya yang berkaitan dengan penulisan
skripsi ini.
20. Penulis juga mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang tak
bisa disebutkan satu per satu, karena telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini. Ungkapan kata memang takkan cukup untuk
kebaikan kalian semua. Semoga Allah SWT memberikan balasan
dengan segala kebaikan dan pahala yang berlipat.
Penulis mengakui dan menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, baik dari segi isi, susunan kalimat dan sistematika
penulisannya. Maka dari itu, penulis berharap ada kritik dan saran yang
vi
membangun demi perbaikan selanjutnya agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan
sebelumnya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi masukan yang
positif dalam rangka meningkatkan mutu pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
di negeri ini.
Tangerang, 13 Maret 2019
Penulis,
Puji Ayu Lestari
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ..... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 4
D. Perumusan Masalah ................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian ................................................................... 4
BAB II KAJIAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ......................................................................... 6
1. Pragmatik ........................................................................... 6
2. Tindak Tutur....................................................................... 7
3. Jenis-jenis Tindak Tutur .................................................... 8
4. Konteks Situasi Ujar (Komponen Tindak Tutur) .............. 15
5. Pragmatik sebagai Bahan Pengajaran Bahasa ................... 18
B. Penelitian yang Relevan ........................................................... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 24
B. Subjek dan Objek Penelitian ..................................................... 24
C. Metode Penelitian ..................................................................... 24
D. Sumber Data ............................................................................. 25
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 26
F. Teknik Analisis Data ................................................................ 27
viii
G. Instrumen Penelitian ................................................................. 28
BAB IV PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................... 30
B. Pembahasan ............................................................................... 32
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................... 53
B. Saran .......................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 55
UJI REFERENSI
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Contoh Tabel Analisis Ilokusi dan Perlokusi dalam Kegiatan
Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas XI SMA Negeri
3 Kota Tangerang ..........................................................................29
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Transkip Data Tindak Tutur dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Kota Tangelrang
Lampiran 2 : Tabel analisis Ilokusi dan Perlokusi dalam Kegiatan Pembelajaran
Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Kota
Tangerang pada Pertemuan Pertama dan Kedua
Lampiran 3 : Lembar Uji Refererensi
Lampiran 4 : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 5 : Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah
Lampiran 6 : RPP Teks Cerita Ulang Biografi
Lampiran 7 : Biografi Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah alat pemersatu. Bahasa merupakan lambang bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap. Oleh sebab itu, bahasa disebut alat dalam
berkomunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang berguna bagi kebutuhan
setiap manusia dalam menyampaikan suatu maksud ujaran, dalam
mengekspresikan perasaan dan pikiran antara penutur dan petutur. Sesuai dengan
kebiasaan Searle dan yang lainnya serta untuk mudahnya, yaitu menyatakan orang
yang menyapa dengan n („penutur‟) dan orang yang disapa dengan t („petutur‟).1
Sebuah fakta bahwa manusia menggunakan bahasa sebagai sarana
komunikasi yang sangat vital dalam kehidupannya. Manusia menggunakan bahasa
untuk menyampaikan segala sesuatu yang ingin disampaikannya terhadap lawan
tuturnya. Hal tersebut pun berlaku sebaliknya pada lawan tuturnya, yaitu dengan
memberikan umpan balik terhadap penuturnya. Tanpa menggunakan bahasa
seseorang tidak akan dapat bersosial, bahkan mungkin juga tidak akan dapat
memenuhi kebutuhannya. Hal tersebut menjelaskan bahwa dalam kehidupan
bermasyarakat, manusia sebagai makhluk sosial memiliki hubungan dan interaksi
yang erat dengan sesamanya. Pada dasarnya, komunikasi merupakan aktfitas yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, karena manusia adalah
makhluk sosial.
Seseorang tidak akan salah memaknai suatu ujaran, jika antara penutur dan
petuturnya memiliki pemahaman dan pengetahuan yang sama. Hal inilah yang
dipelajari dalam ilmu pragmatik, yaitu memaknai suatu ujaran berdasarkan
konteksnya. Saat seseorang melakukan suatu ujaran, secara tidak langsung orang
tersebut juga telah melakukan suatu tindakan, biasa disebut dengan tindak tutur
dalam ilmu pragmatik. Tindak tutur adalah apa-apa yang dilakukan oleh
seseorang dalam bertutur.
1 Geoffrey Leech, Prinsip-prinsip Pragmatik. (Jakarta: UI Press, 2011), h. 19.
Pandangan John L. Austin mengenai bahasa, telah menimbulkan pengaruh
besar di bidang filsafat maupun linguistik. Austin adalah yang pertama kali
mengungkapkan gagasan bahwa bahasa dapat digunakan untuk melakukan
tindakan melalui perbedaan antara ujaran konstatif dan ujaran performatif.
Perbedaan antara ujaran konstatif dan ujaran performatif yang dikemukakan
Austin kemudian di ganti dengan pengklasifikasian rangkap tiga terhadap tindak-
tindak. Beberapa tindak tutur, diantaranya tindak tutur lokusi, ilokusi, dan
perlokusi.2
Tindak tutur ini seringkali kita jumpai dalam percakapan sehari-hari, seperti
di rumah, di sekolah, di kantor, dan lain-lainnya. Salah satu contoh yang dapat
diambil adalah percakapan dalam ruang lingkup pembelajaran. Percakapan dalam
ruang lingkup pembelajaran di kelas antaranya adalah guru dan siswa serta siswa
dan siswa. Peristiwa tutur dalam pembelajaran di sekolah ini merupakan salah
satu bentuk komunikasi yang berlangsung di kelas, guna demi tercapainya tujuan
pembelajaran. Komunikasi antara guru dan siswa serta siswa dan siswa, bukan
hanya mengeluarkan sebuah tuturan saja, melainkan ada maksud atau tindakan
didalam tuturan tersebut. Inilah yang dimaksud dengan adanya tindak tutur dalam
suatu ujaran.
Tindak tutur yang sering terjadi dalam sebuah Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) dapat dicontohkan sebagai berikut “Ruang kelasnya kotor sekali yah”
merupakan tuturan guru kepada siswanya saat memasuki ruang kelas, yang
melihat lantai kelasnya banyak sekali sampah dari sisa makanan siswa saat
istirahat sebelum pembelajaran dimulai, hal ini bisa jadi tidak lebih adalah bukan
sebuah ucapan pathik yang tujuannya sekadar untuk mengisi kekosongan saja.
Akan tetapi, tuturan tersebut mengandung makna yang tersembunyi atau makna
lain yang dikehendaki penutur terhadap petutur. Kalimat dalam tuturan tersebut
merupakan tindak tutur lokusi, yakni tindakan untuk menyatakan sesuatu.
Sedangkan, tujuan dari tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi, yakni
tindakan yang ingin dicapai oleh penuturnya pada waktu menuturkan sesuatu.
2 Louise Cummings, Pragmatik sebuah Perspektif Multidisipliner, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2007), h. 8-9.
Tuturan tersebut bertujuan untuk memberikan perintah kepada seluruh siswa agar
ruang kelas tersebut segera di bersihkan dan untuk selalu menjaga kebersihan.
Efek dari tuturan guru kepada siswanya itu adalah salah seluruh siswa tersebut
mengambil sampah-sampah yang berserakan di lantai dan ada pula yang
mengambil sapu dengan menyapunya. Tindakan yang dilakukan oleh siswa
tersebut merupakan efek dari tuturan guru kepada siswanya yang disebut sebagai
tindak tutur perlokusi, yakni sebuah tuturan yang diutarakan oleh seseorang
seringkali mempunyai daya pengaruh atau efek bagi yang mendengarkannya.
Interaksi ini merupakan komunikasi linguistik, yaitu satu pihak berperan
sebagai penutur dan pihak lainnya sebagai petutur, begitu pun sebaliknya. Proses
perubahan dari penutur menjadi petutur terjadi begitu saja sebagai suatu peristiwa
yang biasa dan wajar. Oleh karena itu, banyak orang yang tidak tahu bahwa
dirinya dalam bertutur juga telah melakukan sebuah tindakan, terlebih ia tak harus
tahu terlebih dahulu tindak tutur apa yang ingin atau sedang ia gunakan. Tanpa
sepengetahuan itu pula, sebenarnya setiap orang sering melakukan tindak tutur
seperti lokusi, ilokusi dan perlokusi.
Pemaparan di atas, merupakan hasil dari pengamatan penulis saat Praktik
Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) di sekolah. Banyak ditemukannya tindak tutur
antara guru dan siswa serta siswa dan siswa dalam pembelajaran di kelas. Tanpa
pernah mereka sadari, bahwa mereka telah melakukan ketiga tindak tutur tersebut
dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, mereka sudah terbiasa bertindak tutur tanpa
harus tahu tindak tutur apa yang sedang mereka gunakan. Akan tetapi,
ketidaktahuan seseorang akan tindak tutur apa yang mereka gunakan pada saat
bertutur itu tidak menghambat mereka untuk tetap berkomunikasi di setiap
harinya.
Pembahasan mengenai tindak dalam setiap tuturan akan lebih lanjut dibahas
dalam teori tindak tutur. Ada beberapa tokoh terkemuka terkait teori tindak tutur,
misalnya J. L. Austin, J. R. Searle, dan G. N. Leech. Pada kesempatan kali ini,
peneliti hanya akan membahas mengenai tindak tutur khususnya tindak tutur
ilokusi menurut pandangan Searle dan tindak tutur perlokusi. Adapun judul yang
peneliti buat adalah “Ilokusi dan Perlokusi dalam Kegiatan Pembelajaran Bahasa
Indonesia pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Kota Tangerang”.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Situasi tindak tutur yang muncul dalam kegiatan pembelajaran Bahasa
Indonesia pada siswa kelas XI SMA Negeri 3 kota Tangerang.
2. Jenis tindak tutur ilokusi dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia
pada siswa kelas XI SMA Negeri 3 kota Tangerang.
3. Ilokusi dan perlokusi yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran Bahasa
Indonesia pada siswa kelas XI SMA Negeri 3 kota Tangerang dikaitkan
dengan konteks. `
C. Pembatasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah dengan dibatasi pada tindak tutur
ilokusi dan perlokusi, partisipan dibatasi pada guru dan siswa serta siswa dan
siswa yang terlibat dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah bentuk tindak
tutur ilokusi dan perlokusi antara guru dan siswa serta siswa dan siswa dalam
kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 3
Kota Tangerang?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk tindak
tutur ilokusi dan perlokusi antara guru dan siswa serta siswa dan siswa dalam
kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas XI SMA Negeri 3 Kota
Tangerang.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
di bawah ini:
1. Manfaat teoretis
a. Penulis, sebagaimana penulis memperoleh ilmu baru.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas ilmu pragmatik,
khususnya teori-teori tindak tutur serta membantu penelitian-
penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan tindak tutur.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan alternatif dalam
menentukan metode dan bahan ajar pada pembelajaran Bahasa
Indonesia dalam meningkatkan kemampuan materi menulis teks
cerita ulang.
b. Bagi siswa, penelitian ini dapat mempermudah siswa untuk
memahami tuturan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menulis
teks cerita ulang.
c. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai
referensi penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan tindak
tutur.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pragmatik
Istilah pragmatik pertama kali muncul dari seorang filosof pada tahun
1938 yang bernama Charles Morris. Definisi pragmatik juga dikemukakan
oleh Morris sendiri yang mengatakan bahwa pragmatik adalah telaah
mengenai hubungan antara lambang dan penafsirnya.1 Sama halnya dengan
yang dikemukakan Verhaar mengenai pragmatik, menurut Verhaar pragmatik
merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas tentang apa yang
termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dengan
petutur, dan pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal ekstralingual yang
dibicarakan.2 Dengan kata lain, pragmatik berusaha mencari makna yang
terkandung di dalam ujaran berupa makna tersirat. George Yule juga
mengatakan bahwa dengan bermacam makna, pragmatik adalah kajian makna
“yang tidak terlihat”, atau bagaimana kita mengetahui apa yang dimaksud
bahkan ketika makna tersebut sebenarnya tidak dikatakan atau ditulis.3
Beberapa definisi mengenai pragmatik, yang hampir semuanya bermuara
pada pendapat bahwa pragmatik mengkaji bahasa sebagaimana digunakan
dalam konteks tertentu. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah pemahaman
ataupun pengetahuan yang sama antara penutur dan petutur dalam memahami
sebuah ujaran. Jika tidak ada kesamaan pemahaman antara penutur dan
petutur, maka maksud yang ingin diutarakan tidak akan tercapai. Kesamaan
pengetahuan antara penutur dan petutur merupakan hal yang paling penting
dalam memahami maksud suatu ujaran.
1 Bambang Kaswanti Purwo, Pragmatik dan Pengajaran Bahasa: Menyibak Kurikulum 1984,
(Yogyakarta: Kanisius, 1990), h. 15. 2 J. W. M. Verhaar, Asas-Asas Linguistik Umum, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
1996), h. 14. 3 George Yule, Kajian Bahasa; Edisi Kelima, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 188.
Jadi, pragmatik adalah telaah umum tentang cara menafsirkan kalimat
dalam suatu konteks. Artinya, pragmatik mencari hubungan antara bahasa dan
maksud yang terkandung di dalamnya. Hubungan keduanya dimaksudkan
untuk menemukan tafsiran yang sesuai dengan konteksnya.
2. Tindak Tutur
The modern study of speech acts begins with Austin (1962) engaging
monograph How to Do Things With Words, the published version of his
William James Lecture delivered at Harvard in 1955. The widely cited
work starts with the observation that certain sorts of sentence, e. g., I
christen the ship the Joseph Stalin; I now pronounce you man and wife,
and the like, seem deigned to do something, here no christen and wed,
respectively, rather than merely to say something.4
(Teori tindak tutur speech acts berawal dari ceramah yang disampaikan
oleh Austin pada tahun 1955 di Universitas Harvard yang kemudian
diterbitkan pada tahun 1962 dengan judul How to Do Things with Word.
Austin memulai penelitiannya melalui beberapa kalimat pendek seperti “Saya
membaptis bahwa kapal ini bernama Joseph Stalin; Saya sekarang
menyatakan bahwa kalian adalah suami istri”, dari kalimat tersebut sama
halnya melakukan sesuatu. Pada contoh membaptis dan menikahkan, masing-
masing merupakan mengatakan sesuatu. Jadi pada dasarnya ketika seseorang
mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu).
Pada pragmatik, tuturan merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks
situasi tutur, sehingga aktivitasnya disebut tindak tutur. Menurut Nababan,
tindak tutur (spech act) merupakan entitas yang bersifat sentral dalam
pragmatik. Oleh karena sifatnya yang sentral, tindak tutur bersifat pokok
dalam pragmatik. Mengujarkan sebuah tuturan tersebut bisa dipandang
sebagai melakukan tindakan (mempengaruhi, menyuruh) di samping memang
mengucapkan atau mengujarkan tuturan itu.5 Sama halnya dengan apa yang
dikatakan Elizabeth Black dalam bukunya Stilistika Pragmatis, istilah speech
act tidaklah merujuk hanya pada tindakan berbicara saja, tetapi merujuk pada
4 Laurence R. Horn dan Gregory Ward, The Handbook of Pragmatics, (UK: Blackwell Publishing,
2004), h. 54. 5 P. W. J. Nababan, Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya), (Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1987), h. 28.
keseluruhan situasi komunikasi, termasuk didalamnya konteks dari ucapan
serta ciri-ciri paralinguistik yang bisa memberikan kontribusi bagi makna dari
interaksi.6
Maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya ketika seseorang
mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Penuturlah yang
sesungguhnya bertindak dengan memaksimalkan tuturannya untuk mencapai
tujuan tertentu dan tujuan dari tindak tutur dinyatakan sukses jika apa yang
diinginkan oleh penutur itu tercapai. Tindakan-tindakan yang terjadi karena
disebabkan oleh suatu tuturan ini berakibat pada tindakan yang dilakukan
oleh petutur. Hal ini dikarenakan ada ujaran yang ingin dicapai penutur ketika
tuturan itu diberikan kepada si petutur.
3. Jenis-jenis Tindak Tutur
Tindakan yang ditampilkan dengan menghasilkan suatu tuturan akan
mengandung tiga tindak yang saling berkaitan, seperti yang dikatakan oleh
Austin, yakni lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Menurut Austin dalam Louise
Cummings, tindak lokusi kira-kira sama dengan pengujaran kalimat tertentu
dengan pengertian dan acuan tertentu, yang sekali lagi kira-kira sama dengan
“makna” dalam pengertian tradisional. Selama penutur yang berkata „Anjing
galak itu ada di kebun‟ sedang berusaha memproduksi kalimat yang
maknanya didasarkan pada acuan anjing dan kebun tertentu dalam dunia luar,
maka penutur ini sedang memproduksi tindak lokusi Austin. Namun
demikian, dalam memproduksi tindak lokusi kita juga melakukan berbagai
tindak ilokusi, seperti memberitahu, memerintah, mengingatkan,
melaksanakan dan sebagainya, yakni ujaran-ujaran yang memiliki daya
(konvensional) tertentu. Bagi Austin, tujuan penutur dalam bertutur bukan
hanya untuk memproduksi kalimat-kalimat yang memiliki pengertian dan
acuan tertentu. Bahkan, tujuannya adalah untuk menghasilkan kalimat-
kalimat semacam ini dengan pandangan agar memberikan kontribusi jenis
gerakan interaksional tertentu pada komunikasi. Misalnya, dalam berujar
“Anjing galak itu ada di kebun”, penutur sedang melakukan tindak ilokusi
6 Elizabeth Black, Stilistika Pragmatis, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2011), h. 37.
dalam bentuk memperingatkan seseorang agar tidak masuk ke dalam kebun.
Hal ini merupakan peringatan daya ilokusi ujaran itu. Akhirnya, kita mungkin
juga „melakukan beberapa tindak perlokusi; apa yang kita hasilkan atau capai
dengan mengatakan sesuatu, seperti meyakinkan, membujuk, mengahalangi.
Jika dengan mengujarkan “Anjing galak itu ada di kebun”, penutur berhasil
menghalangi si petutur untuk masuk ke dalam kebun. Maka, melalui ujaran
ini, penutur telah melakukan suatu tindak perlokusi.7
Berdasarkan gagasan pendahulunya, yakni Austin, Searle menyatakan
bahwa pada praktik penggunaan bahasa yang sesungguhnya itu terdapat tiga
macam tindak tutur atau speech act itu secara berturut-turut dapat disebutkan
seperti berikut ini: (1) tindak lokusi (locution acts), (2) tindak ilokusi
(ilocution acts), (3) tindak perlokusi (perlocution acts). Tindak tutur lokusi
adalah tindak tutur dengan kata, frasa, dan kalimat, sesuai dengan makna
yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu sendiri. Adapun tindak tutur
lokusi itu dapat dinyatakan dengan ungkapan, the acts of saying something.
Di dalam tindak lokusi ini sama sekali tidak dipermasalahkan ihwal maksud
tuturan yang disampaikan oleh penutur. Jadi sekali lagi perlu dikatakan
bahwa tindak lokusi itu adalah tindak penyampaian informasi yang
disampaikan oleh penutur. Selanjutnya, yang kedua adalah tindak ilokusi atau
ilocution acts. Tindak ilokusi ini merupakan tindak melakukan sesuatu
dengan maksud dan fungsi tertentu di dalam kegiatan bertutur yang
sesungguhnya. Tindak tutur ilokusi dapat dinyatakan dengan ungkapan dalam
bahasa Inggris, the act of doing something. Jadi, ada semacam daya atau force
di dalamnya yang dikuatkan oleh makna dari sebuah tuturan. Terakhir adalah
tindak perlokusi atau perlocution acts. Tindak tutur perlokusi ini merupakan
tindak menumbuhkan pengaruh kepada petutur oleh penutur. Tindak tutur
perlokusi dapat dinyatakan dengan ungkapan dalam bahasa Inggris, the act of
affecting someone. 8
7 Louise Cummings, Op. Cit., h. 9-10.
8 R. Kunjana Rahardi, Sosiopragmatik, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2009), h. 20.
Sedangkan menurut Elizabeth Black, menjelaskan bahwa ― A locutionary
act is the production of a well-formed utter/ance in whatever language one is
speaking. The illocutionary act is the meaning of wishes to communicate: the
illocutionary force we attach to a locutionary act is the meaning we intend to
convey. The perlocutionary act is the effect of our words.―9(Tindak tutur
lokusi merupakan hasil dari ujaran yang baik dalam bahasa apapun orang
tersebut berbicara. Tindak tutur ilokusi merupakan arti atau maksud
seseorang melakukan komunikasi. Sedangkan tindak tutur perlokusi
merupakan efek dari ujaran tersebut).
Maka dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis tindak tutur itu berupa tindak
tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi. Lokusi ialah ujaran yang keluar dari mulut
seseorang. Tuturan ini hanya memberikan informasi atau pernyataan tanpa
ada maksud lain. Jadi, tindak tutur lokusi ini hanya berupa bentuk dari
ujarannya tersebut. Sedangkan ilokusi, tidak hanya berupa bentuk dari ujaran
tersebut, melainkan adanya maksud atau tujuan yang ingin dicapai dalam
sebuah tuturan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa dalam ujaran yang
dibuat oleh si penutur mengandung arti atau maksud yang ingin disampaikan
kepada si petutur dalam berkomunikasi. Berbeda pula dengan perlokusi,
yakni tidak hanya berupa bentuk ujaran dan maksud yang ingin disampaikan
itu sendiri, melainkan adanya pengaruh terhadap si petuturnya. Pengaruh
tersebut secara tidak langsung menimbulkan suatu tindakan. Akan tetapi,
kajian teori yang akan menjadi landasan penelitian ini ialah tindak tutur
ilokusi dan tindak tutur perlokusi.
Pada bidang pragmatik dan sosiopragmatik, tindak tutur yang disebut
kedua (the act of doing something) atau ilokusi itulah yang banyak
dipelajari.10
Menurut F. X. Nadar, ilokusi adalah apa yang ingin dicapai oleh
penuturnya pada waktu menuturkan sesuatu dan dapat merupakan tindakan
menyatakan, berjanji, minta maaf, mengancam, meramalkan, memerintah, ,
meminta, dan lain sebagainya. Tindak ilokusi dapat dikatakan sebagai tindak
9 Elizabeth Black, Pragmatic Stilistics, (Edinburgh: Edinburgh University Press, 2006), h. 17.
10 R. Kunjana rahardi, Op. Cit,.
terpenting dalam kajian dan pemahaman tindak tutur.11
Karena, tindak ilokusi
ini sulit diidentifikasi karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa
penutur dan lawan tutur, kapan dan di mana tindak tutur itu terjadi.
I cal then these classes of uttarance, classifed according to their
illocutionary force, by the following more- or—less rebarbattive names.12
a. Verdictives
b. Exercitivies
c. Commissives
d. Behabitivies (a shocker this)
e. Expositives
We shall take them in order, but first I wil give a rough idea of each.
The first, verdictivies, are typified by the giving of verdict, as the name
implies, by a jury, arbitrator, or umpire. But they need be final; they may
be, for example, an astimate, reckoning, or apparaisal. It is essentially
giving a finding as to something –fact, or value –which is for different
reasons hard to be certain about.
The second, exercitives, are the exerciting of powers rights, or
influence. Examples are appointingvoting, ordering, urging, advising,
warning, &c.
The third, commissives, are typified bya promising or otherwise
undertaking; they commit you to doing something, but include also
declarations or announcements agintention, which are not promises, and
also declarations or announcements ogintention, which are not promises,
and also rather vague things which we may call espousals, as for
example, siding with. They have abvious connexions with verdictives and
exercitives.
The fourth, behabitivies, are a very miscellaneous group, and have
to do with attitudes and social behaviour. Example are apologizing,
congratulating, commending, condoling, curcing, and challanging.
The fifth, expositivies are difficult to define. They make plain how
our utterances fit into the course of an argument or conversation, how we
are using word, or in general, are expository. Examples are ‗I reply‘, ‗I
argue‘, ‗I concede‘, ‗I illustrate‘, ‗I assume‘, ‗I postulate‘. We should be
cleaar from the start that there are still wide possibilities of marginal or
awkward cases, or of overlaps.
Austin mengungkapkan ilokusi dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu:13
1. Verdictives, yaitu tindakan sebuah bahasa yang ditandai dengan
adanya suatu keputusan seperti yang dilakukan oleh wasit atau juri.
11
F. X. Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 14. 12
J. L. Austin, How to do Things with Word, (Cambrige: Harvard University Press, 1962), h. 150-
163. 13
Ibid.
Berikut ini contoh tindakan bahasa yang termasuk verdictives:
membebaskan, menghukum, memutuskan, menyangka, menafsirkan,
memahami, mengirakan, memerintah, menghitung, memperkirakan,
menempatkan, menetapkan tempat, menentukan tanggal, mengukur,
menilai, melukiskan, menganalisa.
2. Exercitivis, jenis ini adalah tindakan bahasa yang merupakan akibat
adanya kekuasaan, hak, atau pengaruh. Contohnya: menunjuk,
memberi suara, memerintahkan, memaksakan, menasehati,
memperingati, menamai, mengarahkan, menghukum, mewariskan,
memproklamirkan.
3. Commisives, jenis ini adalah tindakan bahasa yang ditandai dengan
adanya perjanjian atau perbuatan. Tindakan bahasa ini membuat si
pembicara melakukan sesuatu. Tindakan ini berhubungan erat dengan
verdictives dan exercitivis. Contohnya: berjanji, melaksanakan,
bersumpah, menyetujui, melibatkan/ memperjuangkan,
mengumumkan, melawan, bertaruh, mempertahankan, mengawinkan.
4. Behabitives, jenis ini adalah tindakan bahasa yang merupakan
kelompok campuran dan harus dilaksanakan dengan sikap dan
tingkah laku sosial. Contohnya: memaafkan, memberi selamat,
menghargai, memberi salam duka, mengutuk, menantang.
5. Exopositives, jenis ini adalah tindakan bahasa yang sulit
didefinisikan, karena tindakan bahasa ini menyederhanakan ucapan-
ucapan serta penggunaan kata-kata agar selaras dengan suatu
argumentasi atau percakapan. Dengan kata lain, tindakan bahasa ini
digunakan dalam memberi keterangan yang menyangkut pengurai
pendapat, pengarahan, dan penjelasan mengenai adat istiadat.
Contoh: „aku menjawab‟, „aku membantah‟, „aku mengizinkan‟, „aku
menggambarkan‟, „aku mengasumsikan‟, „aku mengendalikan‟.
Searle mengklasifikasikan tindak tutur ilokusi berdasarkan beberapa
kriteria. Secara garis besar pembagian Searle adalah sebagai berikut14
:
a. Asertif (Assertive)
Bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang
diungkapkan, misalnya menyatakan (stating), menyarankan
(suggesting), membual (boasting), mengeluh (complaining), dan
mengklaim (claiming).
b. Direktif (Directive)
Bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat
pengaruh agar si petutur melakukan tindakan, misalnya memesan
(ordering), memerintah (commending), memohon (requesting),
menasehati (advising), dan merekomendasi (recommending).
c. Ekspresif (Expressive)
Bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan
sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya berterima
kasih (thanking), memberi selamat (congratulating), meminta maaf
(pardoning), menyalahkan (blaming), memuji (praising), dan
berbelasungkawa (condoling).
d. Komisif (Commissive)
Bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran,
misalnya berjanji (promising), bersumpah (vowing), dan
menawarkan sesuatu (offering).
e. Deklarasi (Declaration)
Bentuk tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataan,
misalnya berpasrah (resigning), memecat (dismissing), membabtis
(christening), memberi nama (naming), mengangkat (appointing),
mengucilkan (excommunicating), dan menghukum (sentencing).
14
R. Kunjana Rahardi, PRAGMATIK; Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Erlangga, 2010), h. 35-36.
Menurut Geoffrey Leech pada tingkatan paling umum, fungsi-fungsi
ilokusi dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis sesuai dengan hubungan
fungsi-fungsi tersebut dengan tujuan-tujuan sosial berupa pemeliharaan
perilaku yang sopan dan terhormat: 15
1. Kompetitif (Conmpotituve)
Tujuan ilokusi bersaing dengan tujuan sosial. Misalnya,
memerintah, meminta, menuntut, mengemis.
2. Menyenangkan (Convival)
Tujuan ilokusi sejalan dengan tujuan sosial. Misalnya
menawarkan, mengajak/ mengundang, menyapa, mengucapkan
terimakasih, mengucapkan selamat.
3. Bekerja Sama (Collaboration)
Tujuan ilokusi tidak menghiraukan tujuan sosial. Misalnya,
menyatakan, melapor, menyatakan, melapor, mengumumkan,
mengerjakan.
4. Bertentangan (Conflictive)
Tujuan ilokusi bertentangan dengan tujuan sosial. Misalnya,
mengancam, menuduh, menyumpahi dan memarahi.
Setelah beberapa paparan mengenai pengklasifikasian ilokusi dari para
ahli dikemukakan di atas. Peneliti memutuskan untuk menggunakan jenis
ilokusi yang dikemukakan oleh Searle dalam menganalisis objek tindak tutur
ilokusi. Hal tersebut dikarenakan pembagian ilokusi oleh Searle dinilai lebih
sesuai dalam menganalisis objek tuturan yang terjadi dalam tuturan guru
dengan siswa dan siswa dengan siswa dalam kegiatan pembelajaran bahasa
Indonesia, bila ditinjau dari segi pengklasifikasian fungsi tuturan. Selain itu,
teori Searle juga dianggap lebih dapat melengkapi teori tindak tutur
pendahulunya yang juga gurunya yakni J. L. Austin. Selain ilokusi, dalam
penelitian ini peniliti juga akan menganalisis tindak tutur perlokusi. Jadi,
dalam penelitian ini tindak tutur yang akan dianalisis hanya dua, yaitu tindak
15
Geoffrey Leech, Op. Cit., h.162.
tutur ilokusi dan perlokusi yang dituturkan oleh guru dan siswa serta siswa
dan siswa dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia.
4. Konteks Situasi Ujaran (Komponen Tindak Tutur)
Pada suatu peristiwa tutur, sekurang-kurangnya ada dua orang dalam
situasi komunikasi. Fungsi penutur dapat berubah jadi petutur, begitu pula
petutur bisa menjadi penutur dalam konteks tertentu. Sifat konteks yang
utama adalah dinamis, berubah. Konteks berubah dari saat ke saat. 16
Dell Hymes dalam Abdul Chaer dan Leoni Agustina, seorang pakar
sosiolinguistik terkenal menyatakan bahwa suatu peristiwa tutur harus
memenuhi delapan komponen, yang bila huruf-huruf pertamanya
dirangkaikan menjadi akronim SPEAKING. Kedelapan itu adalah17
:
S = Setting and scene
p = Participants
E = Ends: Purpose and good
A = Act sequences
K = Key: tone or spirit of act
I = Instrumentalities
N = Norms of Interactionand Interpretation
G = Genres
Setting and scene. Setting di sini berkenaan dengan waktu dan tempat
tutur berlangsung. Sedangkan scene, mengacu pada situasi tempat dan waktu,
atau situasi psikologis pembicaraan. Waktu, tempat, dan situasi tuuturan yang
berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda.
Berbicara di lapangan sepak bola pada waktu ada pertandingan sepak bola
dalam situasi yang ramai, tentu berbeda dengan pembicaraan di ruang
perpustakaan pada waktu orang membaca dan dalam keadaan sunyi. Di
16
Anas Yasin, Tindak Tutur; sebuah Model Gramatika Komunikatif. (Padang: Sukabina Press,
2010), h. 50. 17
Abdul Chaer dan Leoni Agustina, Sosiolinguistik; Perkenalan Awal (Edisi Revisi), (Jakarta:
Rineka Cipta, 2004), h. 48-49.
lapangan sepak bola kita bisa berbicara keras-keras, tapi di ruang
perpustakaan harus seperlahan mungkin.
Participants adalah pihak-piihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa si
penutur dan si petutur, penyapa dan persapa, atau pengirim dan penerima
(pesan). Dua orang yang bercakap-cakap dapat berganti peran sebagai
penutur atau petutur; tapi dalam khotbah di masjid, khotib sebagai penutur
dan jamaah sebagai petutur tidak dapat bertukar peran. Status sosial partisipan
sangat menentukan ragam bahasa yang digunakan. Misalnya, seorang anak
akan menggunakan ragam atau gaya bahasa yang berbeda bila berbicara
dengan orang tuanya atau gurunya bila dibandingkan kalau dia berbicara
terhadap teman-teman sebayanya.
Ends, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Peristiwa tutur yang
terjadi di ruang pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan suatu kasus
perkara; namun, para partisipan dalam peristiwa tutur itu mempunyai tujuan
yang berbeda. Jaksa ingin membuktikan kesalahan si terdakwa, pembela
berusaha memberikan bahwa si terdakwa tidak bersalah, sedangkan hakim
berusaha memberikan keputusan yang adil. Peristiwa tutur di ruang kuliah
agar dapat dipahami mahasiswanya; namun, barangkali di antara para
mahasiswa itu ada yang datang hanya untuk memandang wajah bu dosen
yang itu.
Act squence, mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran
ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya,
dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan. Bentuk
ujaran dalam kuliah umum, dalam percakapan biasa, dan dalam pesta adalah
berbeda. Begitu juga dengan isi yang dibicarakan.
Key, mengacu pada nada, cara dan semangat di mana suatu pesan
disampaikan: dengan senang hati, serius, singkat, sombong, mengejek dan
sebagainya. Hal ini dapat juga ditunjukkan dengan gerak tubuh dan isyarat.
Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti
jalur lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Instrumentalities ini juga
mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, dialek, fragam
atau register.
Norm of Interction and Interpretation, mengacu pada nama atau aturan
dalam interaksi. Misalnya yang berhubungan dengan cara berinterupsi,
bertanya dan sebagainya. Juga mengacu pada norma penafsiran terhadap
ujaran dari petutur.
Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi,
pepatah, doa dan sebagainya.
Komponen tutur yang diajukan Hymes itu dalam rumusan lain tidak
berbeda dengan yang diajukan oleh Fishman. Dia menyebut komponen tutur
sebagai pokok pembicaraan sosiolinguistik, yaitu ―Who speak, what
language, to whom, when and what end‖.18
Menurut Yayat Sudaryat dalam bukunya, konteks situasi tersebut dapat
pula disingkat menjadi WICARA, yang fonem awalnya mengacu kepada
komponen-komponen berikut:19
W (waktu, tempat dan suasana)
I (Instrumen)
C (Cara dan etika tutur)
A (Alur ujaran dan pelibat tutur)
R (Rasa, nada dan ragam bahasa)
A (Amanat dan tujuan tuturan)
Untuk komponen tutur yang disampaikan di atas, tidak ada perbedaan
yang sangat mendasar. SPEAKING menurut Hymes dan WICARA yang
dijelaskan oleh Sudaryat menunjukkan kesamaan. Letak perbedaannya hanya
pada bahasa yang digunakan keduanya. Sangat jelas, Hymes menyingkat
konteks situasi tutur dengan bahasa Inggris sedangkan Sudaryat dengan
bahasa Indonesia.
18
Ibid, h. 49. 19
Yayat Sudaryat, Makna dalam Wacana; Prinsip-prinsip Semantik dan Pragmatik, (Bandung:
Yrama Widya, 2009), h. 11.
5. Pragmatik sebagai Bahan Pengajaran Bahasa
“Pragmatik” yang disajikan sebagai bahan pengajaran bahasa lazim pula
disebut “fungsi komunikatif”. Apa yang dimaksudkan dengan fungsi
komunikatif itu? Setiap bahasa memiliki sejumlah fungsi komunikatif, tetapi
mengenai berapa jumlah fungsi komunikatif itu atau bagaimana
pengklasifikasiannya ada beberapa pendapat. Penyederhanaan sejumlah
fungsi komunikatif ke dalam beberapa kategori telah dilakukan, antara lain,
oleh van Ek, Finocchiaro, dan Wilkins. Van Ek mendaftar enam macam
fungsi komunkatif. Finocchiaro lima macam, dan Wilkins delapan macam.20
Di dalam apa yang disebut “fungsi komunikatif‟ itu terdapat sejumlah
tindak bahasa, seperti “mengajukan pertanyaan”, “ menawarkan usulan”,
“menolak ajakan”, “menyatakan rasa senang”. Untuk mengungkapkan tindak
bahasa itu ada pelbagai macam cara. Untuk mengajukan pertanyaan,
misalnya, ada sekurang-kurangnya lima kalimat yang dapat disusun.
(amatilah [1]-[5], di bawah), yang masing-masing berbeda nuansanya.
Perbedaan itu berkenaan dengan konteks yang dihadapi oleh yang
mengujarkan kalimat yang bersangkutan. Adapun yang dimaksudkan dengan
“konteks” ialah hal-hal seperti berikut: siapa yang diajak berbicara dalam
situasi yang bagaimana kalimat yang bersangkutan diucapkan. 21
[1] Numpang tanya, Pak.
[2] Mau tanya, Bu.
[3] Boleh tanya, Pak?
[4] Saya mau bertanya, Bu.
[5] Saya ada pertanyaan, Pak.22
Kelima kalimat di atas, meskipun sama-sama dapat digunakan sebagai
pembuka sebelum seorang menyampaikan apa yang hendak ditanyakan,
masing-masing memiliki konteks yang berbeda. Kalimat [1] dan [2] dapat
dipakai sebagai pembuka percakapan pada waktu, misalnya, hendak
menanyakan “Di mana jalan Hang Lekir?” pada orang yang kita temui di
20
Bambang Kaswanti Purwo, Op. Cit., h.23. 21
Ibid. 22
Ibid.
jalan. Sama-sama dalam konteks itu pun ada perbedaan antara [1] dan [2].
Kalimat [2] lebih formal dan lebih resmi daripada kalimat [1].23
Kalimat [1] tidak cocok untuk digunakan sebagai pembuka percakapan
pada waktu kita hendak menanyakan sesuatu, misalnya, di dalam kelas. Akan
tetapi, kalimat [2] dapat dipakai untuk keperluan seperti itu. Untuk keperluan
seperti itu, selain [2], dapat pula digunakan [3], dan [3] terasa lebih formal
atau lebih halus daripada [2]. Namun, kalimat [3] tidak cocok untuk
diutarakan pada konteks menanyakan arah jalan pada orang yang ditemui di
jalan.24
Kalimat [4] dan [5], yang dari segi strukturnya merupakan kalimat yang
paling lengkap atau sempurna, adalah kalimat yang paling formal di antara
kelima kalimat itu. Kedua kalimat ini terlalu formal dan karena itu tidak
cocok diucapkan pada konteks “bertanya di jalan” dan juga tidak cocok pada
konteks “bertanya di kelas atau di ruang sidang”. Kedua kalimat ini akan
cocok apabaila diujarkan , misalnya, oleh seorang wartawan dalam suatu
jumpa pers dengan pejabat tinggi negara, atau oleh seorang bawahan
(misalnya, sekretaris) kepada atasannya.25
Uraian di atas merupakan rincian secara eksplisit dari hal-ihwal yang
menjadi pertimbangan si pembicara sebelum mengucapkan kalimat pembuka
untuk “menanyakan sesuatu”. Hal yang dipersoalkan di sini bukan
“kebenaran” kalimat itu sehubungan dengan kaidah tata bahasanya; kelima
kalimat itu semuanya benar secara gramatikal. Hal yang dipersoalkan,
sehubungan dengan fungsi komunikatif itu, bukan “kebenaran”, melainkan
“kecocokan” (appropriateness) suatu kalimat untuk digunakan pada suatu
tindak komunikasi tertentu. Tidak seluruh lima kalimat itu tepat untuk
digunakan pada suatu tindak komunikasi tertentu. Untuk mencapai kecocokan
pemilihannya, si pembicara perlu menata strateginya sedemikian rupa
sehingga pilihan kalimat yang diujarkannya benar-benar cocok dengan
23
Ibid. 24
Ibid. 25
Ibid, h. 24.
konteks yang dihadapinya. Strategi komunikasi seperti inilah yang dikutik-
kutik di dalam “pragmatik untuk pengajaran bahasa”.26
Jadi, dapat disimpulkan bahwa apa yang telah dipaparkan di atas ialah
contoh apa yang diperlukan dalam “pragmatik” dalam pengajaran bahasa.
Pada pembahasan sebelumnya, terlihat bahwa konteks penggunaan kalimat
memiliki peran penting yang patut diperhitungkan.
B. Penelitian yang Relevan
Pada sebuah penelitian, sebagai bahan perbandingan dan pertimbangan perlu
adanya tinjauan pustaka. Hal ini dikarenakan tinjauan pustaka merupakan uraian
sistematis tentang hasil-hasil penelitian terdahulu yang memiliki hubungan
dengan penelitian yang dilakukan.27
Berdasarkan penelusuran penulis di beberapa
universitas, penelitian berupa objek kajian mengenai ―Tindak Tutur Guru dan
Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas XI SMAN 3 Kota
Tangerang‖ belum pernah dilakukan. Penelitian mengenai tindak tutur juga sudah
dilakukan oleh banyak akademisi. Berikut akan ditampilkan beberapa penelitian
tersebut guna mengetahui perbedaan dari setiap penelitian yang telah ada
sebelumnya.
Skripsi Reki Banondari (2015) yang berjudul “Analisis Tindak Tutur dalam
Kegiatan Diskusi pada Pembelajaran Berbicara Kelas X SMAN 1 Sewon”. Skripsi
jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta.
Penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, ada beberapa jenis
tindak tutur yang ditemukan. Berdasarkan tujuan tindak dari pandangan penutur,
ditemukan tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tindak tutur lokusi meliputi
bentuk berita, tanya dan perintah. Tindak tutur ilokusi meliputi ilokusi asertif,
direktif, ekspresif, komisif dan deklaratif. Berdasarkan bentuk penyampaian
maksud tuturan ditemukan tindak tutur langsung dan tidak langsung. Berdasarkan
pengungkapan makna ditemukan tindak tutur literal dan tidak literal. Kedua,
fungsi tindak tutur yang ditemukan meliputi fungsi menginformasikan, bertanya,
memerintah, menyatakan, menyebutkan, menunjukkan, mengakui, menuntut,
26
Ibid. 27
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 40.
mempertahankan, menyanggah, meminta, menyarankan, mengeluh, menyindir,
mengucapkan salam, mengucapkan maaf, mengucapkan terima kasih, mengkritik,
memuji, mengizinkan, melarang, menawarkan, membatalkan, membuat mitra
tutur melakukan sesuatu, membuat mitra tutur terbujuk, membuat mitra tutur
tertarik, membuat mitra tutur kesal, dan membuat mitra tutur mengurangi
ketegangan.
Skripsi Karina Dwi Nugraheni (2013) yang berjudul “Tindak Tutur
Berbahasa Indonesia dalam Acara Just Alvin di Stasiun Televisi Metro”. Skripsi
jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Jember. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa terdapat tiga jenis tindak tutur yang terdapat pada acara
Just Alvin di stasiun televisi metro yakni tindak lokusi, tindak ilokusi dan tindak
perlokusi. Tindak ilokusi terbagi menjadi lima jenis, yaitu (1) asertif, tindak
asertif yang digunakan adalah memberitahu dan menga\ui; (2) tindak direktif,
tindak direktif yang digunakan adalah bertanya, memerintah, dan meminta; (3)
tindak komisif, tindak komisif yang digunakan adalah menyatakan kesanggupan
dan berjanji; (4) tindak deklaratif, tindak deklaratif yang digunakan adalah
memaafkan, mengabulkan dan melarang; (5) tindak ekspresif, tindak ekspresif
yang digunakan adalah memuji, menyalahkan, mengucapkan terimakasih dan
mengucapkan selamat. Fungsi tindak tutur yang terdapat pada acara Just Alvin di
stasiun televisi metro yakni sebagai pengantar menuju pernyataan inti, sebagai
pernyataan inti, dan sebagai penegas dari pernyataan inti. Fungsi-fungsi pada
segmen tuturan tersebut memuat sebuah informasi, sapaan, honorifik atau
penghormatan, pesan pengingat, pengulangan, uangkapan retoris, serta
kesantunan atau kespanan.
Skripsi Abdullah Fauzan (2015) yang berjudul “Tindak Tutur Percakapan
Guru dengan Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Boyolali”. Skripsi jurusan Pendidikan
Bahasa Indonesia, Universitas Sebelas Maret. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
tindak tutur guru dengan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X
SMA Negeri 2 Boyolali yang ditemukan di kelas meliputi tindak tutur lokusi,
ilokusi, dan perlokusi. Tindak tutur lokusi sebanyak 84 data atau 41%, tindak
tutur ilokusi sebanyak 61 data atau 30%, dan tindak tutur perlokusi sebanyak 60
data atau 29%. Maksud tindak tutur guru dengan siswa dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 2 Boyolali tergantung jenisnya, yakni
maksud tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tindak tutur lokusi adalah
tindak tutur yang relatif paling mudah untuk diidentifikasikan karena
pengidentifikasiannya cenderung dapat dilakukan tanpa menyertakan konteks
tuturan yang tercantum dalam situasi ututr. Tindak ilokusi sangat sukar
diidentifikasi karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan
lawan tutur, kapan dan dimana tindak tutur itu terjadi, dan sebagainya. Dengan
demikian tindak ilokusi merupakan bagian sentral untuk memahami tindak tutur.
Tindak perlokusi yang diutarakan seseorang sering kali mempunyai daya
pengaruh atau efek bagi yang mendengarnya. Efek yang timbul ini bisa disengaja
maupun tidak disengaja. Fungsi tindak tutur guru dengan siswa dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 2 Boyolali yang diujarkan
guru sangat bervariasi heterogen. Tindak tutur memiliki fungsi sosial dan fungsi
edukatif. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan modal bagi guru-guru
mata pelajaran lain agar lebih variatif dalam menggunakan ujaran kepada siswa.
Jurnal Novalina Siagian (2013) yang berjudul “Analisis Tindak Tutur Mario
Teguh dalam Acara Golden Ways di Metro Tv (Kajian Pragmatik)”. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa terdapat tindak tutur lokusi dan ilokusi pada ujuran Mario
Teguh dalam acara Golden Ways di Metro TV. Dari hasil penelitian ini diperoleh
472 bentuk tuturan lokusi dan ilokusi yang digunakan Mario Teguh dalam empat
kali tayang. Tindak tutur lokusi terdapat 44 bentuk tuturan dan tindak tutur ilokusi
berjumlah 428 bentuk tuturan. Perbedaan bentuk tindak tutur tersebut karena
Mario Teguh ingin mengaruhi pikiran penonton lewat tindak tutur ilokusi.
Jurnal Muhammad Rohmadi (2014) yang berjudul “Kajian Pragmatik
Percakapan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia”. Jurnal
jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sebelas Maret. Penelitian ini
dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) guru dan siswa menggunakan tindak tutur
lokusi, ilokusi, dan perlokusi dalam pembelajaran; (2) maksud-maksud yang
terkandung di balik tuturan guru dan siswa, antara lain: untuk menyuruh,
memotivasi, mengklarifikasi, menguatkan, menghibur, dan menyimpulkan.
Dengan demikian, percakapan guru dan siswa menggunakan tindak tutur langsung
dan tidak langsung dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Persamaan dari penelitian ini dengan tiga skripsi dan dua jurnal di atas
adalah sama-sama mendeskripsikan tindak tutur, menggunakan metode deskriptif
kualitatif, dan teknik pengumpulan data hampir semuanya menggunakan teknik
rekam dan catat. Skripsi pertama, sama-sama menggunakan siswa dan siswa
sebagai objek penelitiannya. Skripsi kedua, sama-sama menggunakan tindak tutur
ilokusi menurut pandangan Searle dalam analisis tindak tutur ilokusinya. Skripsi
ketiga sama-sama menggunakan guru dan siswa sebagai objek penelitiannya.
Selanjutnya, jurnal pertama tidak ada persamaan lain selain yang telah disebutkan
diawal, yakni mendeskripsikan tindak tutur, penggunaan metode deskriptif
kualitatif, dan penggunaan teknik pengumpulan data. Jurnal kedua persamaannya
dengan penelitian saya ialah menggunakan guru dan siswa sebagai objek
penelitiannya.
Perbedaannya dari skripsi pertama dan kedua dengan penelitian ini adalah
tindak tutur yang dianalisisnya. Pada skripsi pertama dan kedua menganalisis
ketiga tindak tutur sekaligus yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Berbeda halnya
dengan skripsi ketiga yang hanya menganalisis tindak tutur lokusi dan ilokusi.
Meskipun sama-sama mendeskripsikan tindak tutur, tetapi isi dan bahasan dari
penelitian ini berbeda, karena pada penelitian ini tindak tutur yang dianalisisnya
adalah tindak tutur ilokusi dan perlokusi. Perbedaan selanjutnya pada skripsi
pertama ialah objek yang digunakan hanya siswa dan siswanya saja, berbeda
halnya dengan penelitian ini yang menggunakan guru dan siswa serta siswa dan
siswa sebagai objek penelitiannya. Berbeda pula pada objek yang digunakan pada
skripsi kedua yakni menggunakan acara Just Alvin sebagai objek penelitiannya.
Hal ini samanya dengan jurnal pertama yang mengambil objek penelitiannya pada
salah satu acara televisi yaitu Mario Teguh Golden Ways. Begitu juga pada skripsi
ketiga yang hanya menggunakan guru dan siswa sebagai objek penelitiannya,
sama halnya dengan jurnal kedua yang juga menggunakan guru dan siswa sebagai
objek penelitiannya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Kota Tangerang, berlokasi di Jalan
KH. Hasyim Ashari No. 06, Ciledug, Tangerang, dengan ancangan waktu
pengambilan data pada tanggal 08-10 Februari 2017. Pengambilan data penelitian
tersebut dilakukan pada siswa kelas XI MIPA 6.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah guru dan siswa serta siswa dan siswa dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa kelas XI dan guru bidang studi Bahasa
Indonesia SMA Negeri 3 kota Tangerang. Objek pada penelitian ini adalah tindak
tutur ilokusi dan perlokusi yang dituturkan oleh guru dan siswa serta siswa dan
siswa. Data yang ditampilkan diperoleh dengan cara menyimak langsung tuturan
yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Pengambilan data
dilakukan sebanyak dua kali dengan kelas yang sama yaitu XI MIPA 6 di SMA
Negeri 3 Kota Tangerang dan dilaksanakan pada waktu Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) berlangsung.
C. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan pada skripsi ini adalah penelitian kualitatif.
Jenis penelitian berdasarkan pendekatan, secara garis besar dibedakan atas dua
macam penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Keduanya memiliki
asumsi, karakteristik dan prosedur penelitian yang berbeda. Tujuan penelitian
kualitatif lebih diarahkan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari
perspektif partisipan. Hal ini diperoleh melalui pengamatan partisipatif dalam
kehidupan orang-orang yang menjadi partisipan.1Pengamatan berperan serta
menceritakan kepada peneliti apa yang dilakukan oleh orang-orang dalam situasi
peneliti memperoleh kesempatan mengadakan pengamatan. Sering terjadi peneliti
1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012), h. 12.
lebih menghendaki suatu informasi lebih dari sekedar mengamatinya.2Dalam
penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi
yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak
pada observasi berperan serta (Participan observation), wawancara mendalam (in
depth interview) dan dokumentasi.3Sedangkan metode yang diambil dalam
penelitian ini ialah metode deskriptif. Metode deskriptif ialah penelitian dengan
cara menggambarkan objek penelitian pada saat keadaan sekarang berdasarkan
fakta-fakta sebagaimana adanya, kemudian dianalisis dan diinterpretasikan.4
Berdasarkan paparan di atas, metode yang akan digunakan pada skripsi ini
adalah dengan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif
merupakan cara yang dipilih peneliti untuk menyajikan data yang didapat dari
hasil dari pengamatan, melalui gambaran atau deskripsi, dalam menyelidiki objek
yang tidak dapat diukur dengan angka-angka ataupun dengan ukuran lain yang
bersifat eksak yang bertujuan untuk membuat gambaran, faktual, dan akurat.
Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan pengguna tindak tutur ilokusi dan
perlokusi dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa Kelas XI SMA
Negeri 3 kota Tangerang. Data dan hasil yang didapatkan dari penelitian ini
adalah data tuturan lisan yang dideskripsikan ke dalam jenis tindak tutur.
Penelitian ini mempunyai sasaran untuk mengetahui jenis tindak tutur dalam
kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Kota
Tangerang, yang kemudian dianalisis dan ditafsirkan maksudnya.
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.5
Pada penelitian ini sumber data terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
2 Lexy J. Moleong, Metodologi Pnelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990), h.
117. 3 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: ALFABETA, 2014), h. 63.
4 Syofian Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian: Dilengkapi Perhitungan Manual dan
Aplikasi SPSS Versi 17, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. 2, h. 108. 5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), h. 172.
1. Sumber data primer
Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber datanya oleh
peneliti untuk suatu tujuan khusus, dengan kata lain, bahwa data primer
adalah data asli, dari sumber tangan pertama.6 Pada penelitian ini, data
primernya yaitu tuturan guru dan siswa serta siswa dan siswa dalam kegiatan
pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 3 Kota Tangerang yang
menjadi sumber rujukan utama pada penelitian ini.
2. Sumber data sekunder
Data sekunder yaitu data yang telah atau lebih dahulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh orang lain, walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya
data yang asli, atau dengan kata lain, bahwa data sekunder adalah data yang
datang dari tangan kedua yang tidak seasli data primernya.7Pada penelitian ini
yang menjadi sumber data sekunder adalah buku-buku dan website yang
mendukung penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data menjadi metodologi selanjutnya. Pengumpulan data dalam
penelitian tentu memiliki cara yang harus dilakukan peneliti karena dalam
mengumpulkan data harus dilakukan dengan aturan yang menjadi ketepatan cara
pengumpulan data yang dilakukan peneliti sesuai masalah yang diteliti. Kaitannya
dengan pengumpulan data, data diperoleh dari sumber lisan. Data lisan diperoleh
dengan cara menyimak tuturan guru dan siswa serta siswa dan siswa dalam
berkomunikasi secara resmi. Untuk mendapatkan data yang valid, teknik lanjutan
yang dapat sekaligus dilakukan adalah teknik rekam dengan perekam suara dan
perekam video sebagai alatnya. Tahap pengumpulan data selanjutnya adalah tahap
pencatatan data (transkrip data) dalam bentuk tulisan. Selanjutnya ialah membuat
kartu data. Penggunaan kartu data ini untuk memudahkan klasifikasi dan
pengecekan data. Sebelum melakukan teknik analisis data, diperlukan
pengumpulan data berdasarkan langkah-langkah berikut:
6 Abdul Halim Hanafi, MetodePenelitian Bahasa uuntuk Penelitian, Tesis, dan Disertasi, (Jakarta:
Diadit Media Press, 2011), h. 128 7 Ibid.
1. Peneliti merekam percakapan yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran
Bahasa Indonesia pada siswa kelas XI SMA Negeri 3 Kota Tangerang,
yang mengandung tindak tutur ilokusi dan perlokusi.
2. Peneliti mentranskrip data yang telah direkam.
3. Peneliti membuat kartu data dengan memilah-milah percakapan ke dalam
jenis-jenis tindak tutur ilokusi dan tindak tutur perlokusi yang terdapat
dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas XI SMA
Negeri 3 Kota Tangerang.
4. Peneliti menganalisis tindak tutur ilokusi berdasarkan teori John R. searle
dan tindak tutur perlokusi.
F. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah yang diperlukan dalam menganalisis data yang diperoleh
berdasarkan model penelitian Miles dan Huberman, yaitu data reduction (reduksi
data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/ verification
(kesimpulan/ verifikasi).8
1. Reduksi data
Langkah ini berkaitan erat dengan proses menyeleksi, memfokuskan,
menyederhanakan, mengabtraksikan, dan mentransformasikan data mentah
yang diperoleh dari hasil penelitian. Oleh karena itu, peneliti melihat secara
kritis terhadap isi percakapan antara guru dan siswa serta siswa dan siswa
dalam kegiaatan pembelajaran Bahasa Indonesia, dalam rangka memperoleh
penghayatan dan pemahaman percakapan secara keseluruhan. Kemudian
peneliti menentukan tuturan yang mengandung tindak tutur ilokusi dan
perlokusi, dengan memberi tanda pada transkrip data yang akan diteliti.
Penandaan dicermati secara seksama agar tidak ada yang terlewatkan dalam
menentukan data analisis. Metode analisis ilokusi meliputi 5 jenis tuturan
yaitu, representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi. Kemudian,
ujaran yang sudah ditandai ditentukan sesuai dengan jenisnya. Selanjutnya,
8 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R& D,
(Bandung: Alfabeta, 2013), h. 337.
diklasifikasikan ke dalam kartu data untuk memudahkan penjabaran ketika
melakukan analisis.
Menurut Burhan Bungin, teknik klasifikasi dilakukan untuk membangun
kategori-kategori dan kemudian satuan makna dan kategori dianalisis serta
dicari hubungan satu dengan lainnya untuk menemukan makna dan tujuan isi
tuturan.9 Teknik ini digunakan untuk mengklasifikasikan jenis tindak tutur
yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Data yang terkumpul
dicatat dalam kartu data dan selanjutnya diidentifikasi ke dalam jenis tindak
tutur ilokusi dan perlokusi.
2. Penyajian data
Penyajian data analisis tuturan menggunakan kartu data agar lebih
sistematis dan lebih terstruktur dalam pengklasifikasian, kemudian temuan
data dijabarkan secara detail di luar kartu data agar lebih terperinci.
3. Kesimpulan/ Verifikasi
Penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif dilakukan selama
penelitian berlangsung. Peneliti menangani kesimpulan dilakukan untuk
menemukan kepaduan dan kesatuan data. Pertama dengan cara
menginterpretasikan hasil analisis, melakukan pembahasan dari hasil, dan
menyimpulkan hasil analisis. Jika hasil penelitian dianggap kurang memadai,
wajib diulang kembali proses pengumpulan data, reduksi data, dan analisis
data.
G. Instrumen Penelitian
Suatu penelitian menggunakan instrumen penelitian untuk mengetahui secara
tepat keterangan secara benar dan nyata. Instrumen penelitian ini juga dijadikan
sarana penelitian yang diharuskan ada dalam setiap kegiatan penelitian yang
sedang dilakukan.
Instrumen penelitian adalah alat/ fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar memudahkan pengumpulan data agar pekerjaannya
lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan
9 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 156.
sistematis, sehingga lebih mudah diolah.10
Dengan demikian instrumen penelitian
ini adalah peneliti sendiri dibantu dengan tabel analisis perwujudan ilokusi dan
perlokusi.
Tabel 3.1
Contoh Tabel Analisis Ilokusi dan Perlokusi dalam Kegiatan Pembelajaran
Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Kota Tangerang
No. Kegiatan Temuan Data Ilokusi Perlokusi
Ase
rtif
Dir
ekti
f
Ek
spre
sif
Kom
isif
Dek
lara
si
10
Suharsini Arikunto, Loc. Cit., h. 203.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Proses analisis data yang datanya berupa tuturan dan bahasa sebagai alat
saat seseorang bertutur. Oleh karena itu, penelitian ini harus didasarkan pada
konteks. Berbicara bahasa dan konteks sama halnya bicara mengenai
pragmatik. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan Levinson
dalam P. W. J. Nababan yang mengatakan bahwa pragmatik adalah
pengkajian dari hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari
penjelasan pengertian bahasa. “Pengertian/ pemahaman bahasa” merujuk
kepada fakta bahwa untuk mengerti sesuatu ungkapan/ ujaran bahasa
diperlukan juga pengetahuan di luar makna kata dan hubungan tata
bahasanya, yakni hubungannya dengan konteks pemakaiannya.1 Sedangkan
konteks itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan latar belakang
yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan petutur dan yang membantu
petutur menafsirkan makna tuturan.2 Berdasarkan pemaparan di atas,
penelitian ini memiliki dua konteks, yakni konteks umum dan konteks
khusus. Adapun yang dimaksud dengan konteks umum ialah konteks yang
secara keseluruhan sama-sama dimikili pada pertemuan pertama dan
pertemuan kedua pada penelitian ini. Sedangkan konteks khusus itu sendiri
ialah konteks yang membedakan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.
Pada penelitian ini, konteks khusus di letakkan pada pembahasan di setiap
analisis temuan data. Sedangkan konteks umum dapat dirincikan sebagai
berikut:
Berdasarkan Dell Hymes dalam Abdul Chaer dan Leoni Agustina,
seorang pakar sosiolinguistik terkenal menyatakan bahwa suatu
1 P. W. J. Nababan, Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya), (Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1987), h. 2. 2 Geoffrey Leech, Loc. Cit., h. 20.
peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen, yang bila huruf-
huruf pertamanya dirangkaikan menjadi akronim SPEAKING(Setting
and scene, Participants, Ends: Purpose and good, Act squence, Key:
tone or spirit of act, Instrumentalities, Norms of Interactionand
Interpretation, Genres). Maka konteks umum pada penelitian ini akan
diurutkan berdasarkan teori Dell Hymes dalam bentuk uraian. Seperti
halnya , Setting and scene pada transkrip data pertemuan pertama
dan kedua ini ialah berlokasi di SMA Negeri 3 Kota Tangerang pada
siang hari, dan lebih tepatnya di ruang kelas XI MIPA 6. Letak
sekolah yang berada persis di pinggir jalan ini membuat Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) sedikit terganggu oleh suara kendaraan yang
melintas. Participants dalam kegiatan ini ialah guru dan siswa serta
siswa dan siswa. Bahasa yang digunakan oleh sang guru dan siswa
ialah resmi dan tidak resmi. Ends: Purpose and good, Act squence
dalam kegiatan ini ialah demi tercapainya pembelajaran bahasa
Indonesia, terutama pada materi teks cerita ulang. Act squence pada
materi ini diubah bentuk menjadi sebuah `drama, guna untuk
memudahkan semua siswa dalam memahami teks cerita ulang yang
telah mereka buat. Key: tone or spirit of act dalam kegiatan ini sang
guru menggunakan suara yang lantang dan sedikit meninggi, guna
mengimbangi suara bising dari suara kendaraan yang melintas di
dekat sekolah dan suara siswa yang masih asik mengobrol. Antusias
siswa dalam materi ini dapat dilihat dari semangatnya mereka dalam
bermainkan perannya masing-masing. Instrumentalities dalam
kegiatan ini ialah secara lisan dan tulisan. Norms of Interactionand
Interpretation dalam kegiatan ini ialah langsung dengan
mengacungkan tangan bagi yang hendak bertanya atau menawarkan
dirinya untuk lebih dahulu maju atau mengeluarkan pendapat.
Sedangkan, Genre dalam kegiatan ini ialah guru menyampaikan dari
awal sampai akhir pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran ceramah dan murid dalam presentasinya menggunakan
jenis penyampaian dengan berdrama. Pada pertemuan pertama dan
kedua ini hanyalah mempresentasikan tugas akhir dari materi teks
cerita ulang, karena materi teks cerita ulang tersebut sudah diajarkan
dan dibahas sebelumnya. Oleh karena itu, pertemuan pertama dan
kedua ini hanyalah mempresentasikannya saja, yaitu dengan berdrama
dengan teks cerita ulang yang mereka buat dari hasil wawancara
narasumber yang mereka pilih perkelompok.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil dari analisis penelitian ini ditemukan 156 temuan data
(TD). Analisis didasarkan pada teori ilokusi yang digunakan dalam penilitian
ini, yakni menggunakan teori ilokusi dari Searle. Ilokusi terebut terdiri dari
ilokusi asertif, ilokusi direktif, ilokusi ekspresif, ilokusi komisif, dan ilokusi
deklarasi. Akan tetapi, dari 156 data yang ditemukan hanya beberapa yang
akan dibahas dalam penelitian ini, maksimal 3 temuan data pada setiap jenis
ilokusinya. Berikut analisisnya:
1. Ilokusi Asertif
Bentuk tuturan yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang
diungkapkan. Ilokusi ini meliputi tuturan dalam hal menyatakan,
menyarankan, membual, mengeluh, dan mengkalim. Pada penelitian ini
hanya terdapat ilokusi dalam bentuk menyatakan, menyarankan, dan
mengeluh. Berikut penjelasannya:
a. Menyatakan
Ilokusi dalam bentuk Menyatakan ditemukan pada TD 04, yaitu:
TD 04
Guru : Asti? mana Asti?
Siswa : Izin, Bu.
Konteks khusus pada temuan data ini adalah guru sedang berada
duduk di kursinya saat di kelas. Guru tersebut mengkonfirmasi
ketidakhadiran siswa yang bernama Asti, dengan bertanya alasan
siswa tersebut tidak masuk kepada siswa lain yang memberikan
sebuah pernyataan. Tujuannya guru menanyakan keterangannya
dengan lebih lanjut adalah untuk mendapatkan data yang benar.
Volume suara guru tersebut sedikit menurun jika salah satu dari
siswanya memberikan interupsi untuk mengkonfirmasi temannya yang
tidak dapat hadir tersebut. Hal itu dikarenakan guru hanya berbicara
pada siswa yang memberikan informasi mengenai siswa yang tidak
hadir tersebut, sedangkan siswa lainnya menyimak.
Penutur pada temuan data ini adalah siswa dan guru berlaku
sebagai petuturnya. Tuturan di atas menunjukan bahwa penutur
sedang melakukan tindak tutur ilokusi asertif menyatakan yang
dituturkan oleh penutur kepada petutur. Tuturan di atas menunjukkan
bahwa penutur menyatakan dengan sungguh-sungguh, bahwa benar
siswa yang bernama Asti sedang tidak masuk sekolah dikarenakan
sedang izin. Sedangkan, tindak tutur perlokusinya adalah usaha
penutur yang ingin meyakinkan petutur bahwa pernyataannya
mengenai siswa yang bernama Asti adalah suatu kebenaran. Setelah si
petutur yakin dengan apa yang dinyatakan oleh si penutur, hal tersebut
dapat dilihat dari cara petutur yang langsung memberikan tanda “i”
pada kolom absen siswa yang bernama Asti tersebut, yang berarti
‘Izin’.
b. Menyarankan
Ilokusi dalam bentuk menyarankan ditemukan pada TD 103, yaitu:
TD 103
Siswa 1a: Untuk saat ini sih tidak, tapi kamu coba diskusikan
dulu dengan orang tua kamu, baru kamu balik lagi ke
saya untuk mendiskusikan hal ini.
Siswa 2 : Baiklah, Pak! Saya akan diskusikan dulu dengan
orang tua saya. Makasih ya, Pak!
Konteks khusus pada temuan data ini adalah saatnya kelompok
satu mempresentasikan hasil teks cerita ulangnya, yang terdiri dari
empat orang. Masing-masing orang memiliki peran masing-masing
dalam berdrama, diantaranya: siswa 1 berperan sebagai narator 1, pak
Jodi, Andi dan pak Sam (siswa 1 sebagai narator 1; dan siswa 1a
sebagai pak Jodi; siswa 1b sebagai Andi; dan siswa 1c sebagai pak
Sam), siswa 2 berperan sebagai Rika, siswa 3 berperan sebagai Hana,
bu Ika, Vira dan ibu Rika (siswa 3 sebagai Hana; siswa 3a sebagai bu
Ika (guru BP), siswa 3b sebagai Vira, siswa 3c sebagai ibu Rika), dan
siswa 4 berperan sebagai narator 2, pak Ton, kak Vito dan ayah Rika.
Peralatan drama yang digunakan dalam kelompok ini tidaklah begitu
banyak yaitu satu meja, lima kursi, alat tulis. Peristiwa ke peristiwa
lainnya, mereka hanya memindahkan kursi menjadi sedemikian rupa.
Maksud dari kelompok ini mempresentasikan dramanya adalah ingin
berbagi cerita mengenai biografi Siti Riqqah Hasan, yang mereka
dapati dari hasil wawancara langsung kepada Siti Riqqah Hasan.
Maka, isi dari drama tersebut ialah tak lain dari perjalanan hidup Siti
Riqqah Hasan yang merupakan salah satu momen penting dalam
hidupnya. Cara penyampaiannya ialah berdialog, dengan suara yang
cukup kencang untuk didengar guru dan siswa lainnya, yaitu tidak
terlalu pelan maupun tidak terlalu kencang. Terakhir, semangat
kelompok ini sangat menggebu dalam menyampaikan cerita yang
ingin di sampaikan, mereka juga sangat ekspresif dalam memerankan
tokohnya masing-masing.
Pada temuan data ini, siswa 1a berlaku sebagai penutur,
sedangkan siswa 2 berlaku sebagai petutur. Penutur dalam temuan
data ini sedang menawarkan pekerjaan untuk melatih saman kepada
petutur, akan tetapi petutur tersebut bingung, apakah ingin
mengambilnya atau tidak. Tuturan di atas menunjukkan bahwa,
penutur sedang melakukan tindak tutur ilokusi asertif menyarankan.
Penutur memberikan saran kepada petutur agar melakukan tindakan
yang dikehendakinya, yakni untuk mendiskusikannya terlebih dahulu
dengan orang tuanya, sebagai solusi dari dilemanya petutur dalam
mengambil keputusan. Sedangkan, tindak tutur perlokusinya adalah
usaha penutur mencari solusi untuk meringankan dilema petutur
dengan memberikan sebuah saran.
c. Mengeluh
Ilokusi dalam bentuk mengeluh ditemukan pada TD 93, yaitu:
TD 93
Siswa 2 : Na, aku kok akhir-akhir ini capek banget ya. Senin
sampai rabu aku PSS, juma’atnya saman, sabtu RSS.
Kayak enggak ada waktu istirahatnya.
Siswa 3 : Kan udah aku bilang, Rik. Kamu harusnya buat skala
prioritas. Pilih salah satu ekskul yang menurutmu paling
penting, pilih salah satunya terus fokusin di salah satu
itu.
Konteks khusus pada temuan data ini adalah saatnya kelompok
satu mempresentasikan hasil teks cerita ulangnya, yang terdiri dari
empat orang. Masing-masing orang memiliki peran masing-masing
dalam berdrama, diantaranya: siswa 1 berperan sebagai narator 1, pak
Jodi, Andi dan pak Sam (siswa 1 sebagai narator 1; dan siswa 1a
sebagai pak Jodi; siswa 1b sebagai Andi; dan siswa 1c sebagai pak
Sam), siswa 2 berperan sebagai Rika, siswa 3 berperan sebagai Hana
sahabat Rika, bu Ika, Vira dan ibu Rika (siswa 3 sebagai Hana; siswa
3a sebagai bu Ika (guru BP), siswa 3b sebagai Vira, siswa 3c sebagai
ibu Rika), dan siswa 4 berperan sebagai narator 2, pak Ton, kak Vito
dan ayah Rika. Peralatan drama yang digunakan dalam kelompok ini
tidaklah begitu banyak yaitu satu meja, lima kursi, alat tulis. Peristiwa
ke peristiwa lainnya, mereka hanya memindahkan kursi menjadi
sedemikian rupa. Maksud dari kelompok ini mempresentasikan
dramanya adalah ingin berbagi cerita mengenai biografi Siti Riqqah
Hasan, yang mereka dapati dari hasil wawancara langsung kepada Siti
Riqqah Hasan. Maka, isi dari drama tersebut ialah tak lain dari
perjalanan hidup Siti Riqqah Hasan yang merupakan salah satu
momen penting dalam hidupnya. Cara penyampaiannya ialah
berdialog, dengan suara yang cukup kencang untuk didengar guru dan
siswa lainnya, yaitu tidak terlalu pelan maupun tidak terlalu kencang.
Terakhir, semangat kelompok ini sangat menggebu dalam
menyampaikan cerita yang ingin di sampaikan, mereka juga sangat
ekspresif dalam memerankan tokohnya masing-masing.
Pada temuan data ini, siswa 2 berlaku sebagai penutur, sedangkan
siswa 3 berlaku sebagai petutur. Pada kutipan tersebut penutur
menceritakan kesibukkannya yang sangat padat, sehingga kesulitan
untuk mencari waktu untuk istirahat. Tuturan di atas, penutur dalam
kutipan tersebut sedang melakukan tindak tutur ilokusi asertif
mengeluh, adapun maksudnya adalah untuk mengeluarkan beban yang
sedang dialaminya. Sedangkan, tindak tutur perlokusinya adalah usaha
penutur yang ingin didengarkan oleh petutur, agar perasaan beban
yang sedang dideritanya menjadi lebih berkurang, yaitu dengan cara ia
bercerita kepada petutur.
2. Ilokusi Direktif
Bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh
agar si penutur melakukan tindakan. Ilokusi ini meliputi tuturan dalam hal
memesan, memerintah, memohon, menasehati, dan merekomendasi.
Hanya saja, ilokusi dalam bentuk merekomendasi saja yang tidak
ditemukan dalam penelitian ini. Berikut penjelasannya:
a. Memesan
Ilokusi dalam bentuk memesan ditemukan pada TD 47, yaitu:
TD 47
Siswa 2 : Ya udah, rasa stroberinya dua, rasa taronya satu ya
teh.
Siswa 4 : Ada yang lain lagi?
Konteks khusus pada temuan data ini adalah saatnya kelompok
lima mempresentasikan hasil teks cerita ulangnya, yang terdiri dari
empat orang. Masing-masing orang memiliki peran masing-masing
dalam berdrama, diantaranya: siswa 1 berperan sebagai Latifa dan
suami Wulan (siswa 1 sebagai Latifa; dan siswa 1a sebagai suami
Wulan), siswa 2 berperan sebagai Nita, siswa 3 berperan sebagai
narator, teman Nita dan pembeli (siswa 3 sebagai narator; siswa 3a
sebagai teman Nita; dan siswa 3b sebagai pembeli), dan siswa 4
berperan sebagai Wulan Mayliana. Peralatan drama yang digunakan
dalam kelompok ini tidaklah begitu banyak yaitu beberapa botol dan
satu meja. Maksud dari kelompok ini mempresentasikan dramanya
adalah ingin berbagi cerita mengenai biografi Wulan Mayliana yang
mereka dapati dari hasil wawancara langsung kepada Wulan
Mayliana-nya. Maka, isi dari drama tersebut ialah tak lain dari
perjalanan hidup Wulan Mayliana yang merupakan salah satu momen
penting dalam hidupnya. Cara penyampaiannya ialah berdialog,
dengan suara yang lumayan keras. Siswa lainnya menyimak dan
hanya sedikit gaduh. Terakhir, semangat kelompok ini lumayan
semangat dalam menyampaikan cerita atau menampilkan dramanya,
mereka juga lumayan ekpresif.
Pada temuan data ini, siswa 2 berlaku sebagai penutur, sedangkan
siswa 4 berlaku sebagai petutur. Pada kutipan tersebut, petutur adalah
seorang penjual minuman es, dan penutur adalah seorang pembeli
yang ingin memesan minuman kepada penjual. Tuturan di atas
menunjukkan bahwa, penutur dalam kutipan tersebut sedang
melakukan tindak tutur ilokusi direktif memesan untuk memesan
minuman yang dia inginkan yaitu stoberi dan taro. Sedangkan, tindak
tutur perlokusinya adalah penutur berusaha agar si petutur segera
membuatkan pesanannya.
b. Memerintah
Ilokusi dalam bentuk memerintah ditemukan pada TD 25, yaitu:
TD 25
Guru : Lanjutkan! Ayo! Masih ada enggak? Sudah siap?
Konteks khusus pada temuan data ini adalah kelompok dua sudah
selesai menampilkan teks cerita ulangnya. Kemudian guru langsung
mempersilahkan untuk kelompok selanjutnya segera maju ke depan.
Tujuan guru adalah agar mempersingkat waktu yang ada.
Pada temuan data ini, guru berlaku sebagai penutur dan seluruh
siswa berlaku sebagai petutur. Pada kutipan tersebut, kelompok dua
telah selesai mempresentasikan kelompoknya, kemudian penutur
meminta untuk kelompok selanjutnya segera maju mempresentasikan.
Tuturan di atas menunjukkan bahwa penutur sedang melakukan tindak
tutur ilokusi direktif memerintah dengan tujuan untuk mempersingkat
waktu yang sudah tidak banyak lagi, agar kelompok selanjutnya
segera maju. Sedangkan, tindak tutur perlokusinya adalah penutur
berusaha agar petutur yang menjadi gilirannya segera maju dan
menyelesaikan presentasinya.
c. Memohon
Ilokusi dalam bentuk memohon ditemukan pada TD 99, yaitu:
TD 99
Siswa 2: Bantuin aku yah, belajar bareng-bareng aku. Aku
banyak banget pelajaran yang ketinggalan.
Siswa 3 : Tenang Rik, tenang ... aku akan bantu. Kapan kamu
bisanya? Aku kamis sampai jum’at juga bisa kok.
Konteks khusus pada temuan data ini adalah saatnya kelompok
satu mempresentasikan hasil teks cerita ulangnya, yang terdiri dari
empat orang. Masing-masing orang memiliki peran masing-masing
dalam berdrama, diantaranya: siswa 1 berperan sebagai narator 1, pak
Jodi, Andi dan pak Sam (siswa 1 sebagai narator 1; dan siswa 1a
sebagai pak Jodi; siswa 1b sebagai Andi; dan siswa 1c sebagai pak
Sam), siswa 2 berperan sebagai Rika, siswa 3 berperan sebagai Hana,
bu Ika, Vira dan ibu Rika (siswa 3 sebagai Hana; siswa 3a sebagai bu
Ika (guru BP), siswa 3b sebagai Vira, siswa 3c sebagai ibu Rika), dan
siswa 4 berperan sebagai narator 2, pak Ton, kak Vito dan ayah Rika.
Peralatan drama yang digunakan dalam kelompok ini tidaklah begitu
banyak yaitu satu meja, lima kursi, alat tulis. Peristiwa ke peristiwa
lainnya, mereka hanya memindahkan kursi menjadi sedemikian rupa.
Maksud dari kelompok ini mempresentasikan dramanya adalah ingin
berbagi cerita mengenai biografi Siti Riqqah Hasan yang mereka
dapati dari hasil wawancara langsung kepada Siti Riqqah Hasan.
Maka, isi dari drama tersebut ialah tak lain dari perjalanan hidup Siti
Riqqah Hasan yang merupakan salah satu momen penting dalam
hidupnya. Cara penyampaiannya ialah berdialog, dengan suara yang
cukup kencang untuk didengar guru dan siswa lainnya, yaitu tidak
terlalu pelan maupun tidak terlalu kencang. Terakhir, semangat
kelompok ini sangat menggebu dalam menyampaikan cerita yang
ingin di sampaikan, mereka juga sangat ekspresif dalam memerankan
tokohnya masing-masing.
Pada temuan data ini, siswa 2 berlaku sebagai penutur,
sedangkan siswa 3 berlaku sebagai petutur. Pada tuturan tersebut, si
penutur sedang mengalami kesulitan dalam hal pelajaran di sekolah,
banyak pelajaran yang ketinggalan dikarenakan banyaknya kegiatan
ekskul yang dia ikuti. Berdasarkan tuturan di atas, penutur sedang
melakukan tindak tutur ilokusi direktif memohon kepada si petutur
agar bersedia menolongnya dalam mengejar pelajaran yang tertinggal.
Sedangkan, tindak tutur perlokusinya adalah usaha si penutur agar si
petutur mau membantunya mengejar pelajaran yang tertinggal.
d. Menasehati
Ilokusi dalam bentuk menasehati ditemukan pada TD 98, yaitu:
TD 98
Siswa 2 : Capek Buuu, enggak ada waktu untuk belajar.
Waktu saya tersita untuk kegiatan ekstrakurikuler.
Siswa 3a : Nah, itu konsekuensinya, makannya kamu jangan
ngambil ekstrakurikuler yang banyak. Kamu tuh
harus bisa me-manage waktu.
Siswa 2 : Iya, Bu.
Konteks khusus pada temuan data ini adalah saatnya kelompok
satu mempresentasikan hasil teks cerita ulangnya, yang terdiri dari
empat orang. Masing-masing orang memiliki peran masing-masing
dalam berdrama, diantaranya: siswa 1 berperan sebagai narator 1, pak
Jodi, Andi dan pak Sam (siswa 1 sebagai narator 1; dan siswa 1a
sebagai pak Jodi; siswa 1b sebagai Andi; dan siswa 1c sebagai pak
Sam), siswa 2 berperan sebagai Rika, siswa 3 berperan sebagai Hana,
bu Ika, Vira dan ibu Rika (siswa 3 sebagai Hana; siswa 3a sebagai bu
Ika (guru BP), siswa 3b sebagai Vira, siswa 3c sebagai ibu Rika), dan
siswa 4 berperan sebagai narator 2, pak Ton, kak Vito dan ayah Rika.
Peralatan drama yang digunakan dalam kelompok ini tidaklah begitu
banyak yaitu satu meja, lima kursi, alat tulis. Peristiwa ke peristiwa
lainnya, mereka hanya memindahkan kursi menjadi sedemikian rupa.
Maksud dari kelompok ini mempresentasikan dramanya adalah ingin
berbagi cerita mengenai biografi Siti Riqqah Hasan yang mereka
dapati dari hasil wawancara langsung kepada Siti Riqqah Hasan.
Maka, isi dari drama tersebut ialah tak lain dari perjalanan hidup Siti
Riqqah Hasan yang merupakan salah satu momen penting dalam
hidupnya. Cara penyampaiannya ialah berdialog, dengan suara yang
cukup kencang untuk didengar guru dan siswa lainnya, yaitu tidak
terlalu pelan maupun tidak terlalu kencang. Terakhir, semangat
kelompok ini sangat menggebu dalam menyampaikan cerita yang
ingin di sampaikan, mereka juga sangat ekspresif dalam memerankan
tokohnya masing-masing.
Pada temuan data ini, siswa 2 berlaku sebagai petutur, sedangkan
Siswa 3a berlaku sebagai penutur. Pada kutipan tersebut penutur
sedang mengingatkan petutur karena sebelumnya dia mengeluhkan
kegiatannya yang padat sehingga tak punya waktu untuk belajar.
Berdasarkan tuturan di atas penutur sedang melakukan tindak tutur
ilokusi direktif menasehati kepada petutur, agar petutur lebih bisa me-
manage diri, terlebih pada kegiatan ekskulnya. Sedangkan, tindak
tutur perlokusinya adalah usaha penutur agar petutur mau merubah
diri yang lebih dari yang sebelumnya.
3. Ilokusi Ekspresif
Bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap
psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Ilokusi ini meliputi tuturan
dalam hal berterima kasih, memberi selamat, meminta maaf,
menyalahkan, memuji, dan berbelasungkawa. Hanya saja dalam ilokusi
dalam bentuk berbela sungkawa saja yang tidak ditemukan dalam
penelitian ini. Berikut penjelasannya:
a. Berterima kasih
Ilokusi dalam bentuk berterima kasih ditemukan pada TD 32, yaitu:
TD 32
Siswa 4 : Terima kasih, Bu. (Sambil berjabat tangan)
Siswa 2a : Iya, sama-sama.
Konteks khusus pada temuan data ini adalah saatnya kelompok
empat mempresentasikan hasil teks cerita ulangnya, yang terdiri dari
empat orang. Masing-masing orang memiliki peran masing-masing
dalam berdrama, diantaranya: siswa 1 berperan sebagai narator 1 dan
Gisel (siswa 1 sebagai narator 1; dan siswa 1a sebagai Gisel), siswa 2
berperan sebagai narator 2 dan tim redaksi (siswa 2 sebagai narator 2;
siswa 2a sebagai tim redaksi), siswa 3 berperan sebagai dosen
pembimbing dan mamah Arumi (siswa 3 sebagai dosen pembimbing;
dan siswa 3a sebagai mamah Arumi), dan siswa 4 berperan sebagai
Arumi. Peralatan drama yang digunakan dalam kelompok ini tidaklah
begitu banyak yaitu dua kursi, kertas pengumuman dan map biru.
Maksud dari kelompok ini mempresentasikan dramanya adalah ingin
berbagi cerita mengenai biografi Arumi Ekowati yang mereka dapati
dari hasil wawancara langsung kepada Arumi Ekowati-nya. Maka, isi
dari drama tersebut ialah tak lain dari perjalanan hidup Arumi Ekowati
yang merupakan salah satu momen penting dalam hidupnya. Cara
penyampaiannya ialah berdialog, dengan suara yang sedikit kencang
dari kelompok sebelumnya agar siswa lainnya dapat menyimak
dengan baik dan jelas karena adanya suara bising dari kendaraan yang
lalu lalang dekat kelasnya tersebut. Sedangkan siswa lainnya diam
untuk menyimak, sekalipun ada yang bersuara hanya suara berbisik
kepada lawan bicaranya. Terakhir, semangat kelompok ini sedikit
menggebu dibandingkan kelompok sebelumnya dan lebih ekpresif.
Pada temuan data ini, siswa 4 berlaku sebagai penutur, sedangkan
siswa 2a berlaku sebagai petutur. Pada tuturan tersebut penutur sedang
berterima kasih kepada petutur karena sudah memberikan saran untuk
menuliskan bertema relligi. Berdasarkan tuturan di atas, penutur
sedang melakukan tindak tutur ilokusi ekspresif berterima kasih
kepada petutur, tujuannya adalah untuk mengapresiasi atas saran yang
dia berikan. Sedangkan, tindak tutur perlokusinya adalah usaha
penutur menghargai saran dari petutur, agar petutur merasa bahwa
saran yang dia berikan dihargai.
b. Memberi selamat
Ilokusi dalam bentuk memberi selamat ditemukan pada TD 100, yaitu:
TD 100
Siswa 4a: Selamat! Saya juga ikut bangga atas prestasi kamu itu.
Siswa 2 : Makasih ya, Pak.
Konteks khusus pada temuan data ini adalah saatnya kelompok
satu mempresentasikan hasil teks cerita ulangnya, yang terdiri dari
empat orang. Masing-masing orang memiliki peran masing-masing
dalam berdrama, diantaranya: siswa 1 berperan sebagai narator 1, pak
Jodi, Andi dan pak Sam (siswa 1 sebagai narator 1; dan siswa 1a
sebagai pak Jodi; siswa 1b sebagai Andi; dan siswa 1c sebagai pak
Sam), siswa 2 berperan sebagai Rika, siswa 3 berperan sebagai Hana,
bu Ika, Vira dan ibu Rika (siswa 3 sebagai Hana; siswa 3a sebagai bu
Ika (guru BP), siswa 3b sebagai Vira, siswa 3c sebagai ibu Rika), dan
siswa 4 berperan sebagai narator 2, pak Ton, kak Vito dan ayah Rika.
Peralatan drama yang digunakan dalam kelompok ini tidaklah begitu
banyak yaitu satu meja, lima kursi, alat tulis. Peristiwa ke peristiwa
lainnya, mereka hanya memindahkan kursi menjadi sedemikian rupa.
Maksud dari kelompok ini mempresentasikan dramanya adalah ingin
berbagi cerita mengenai biografi Siti Riqqah Hasan yang mereka
dapati dari hasil wawancara langsung kepada Siti Riqqah Hasan.
Maka, isi dari drama tersebut ialah tak lain dari perjalanan hidup Siti
Riqqah Hasan yang merupakan salah satu momen penting dalam
hidupnya. Cara penyampaiannya ialah berdialog, dengan suara yang
cukup kencang untuk didengar guru dan siswa lainnya, yaitu tidak
terlalu pelan maupun tidak terlalu kencang. Terakhir, semangat
kelompok ini sangat menggebu dalam menyampaikan cerita yang
ingin di sampaikan, mereka juga sangat ekspresif dalam memerankan
tokohnya masing-masing.
Pada temuan data ini, siswa 4a berlaku sebagai penutur,
sedangkan siswa 2 berlaku sebagai penutur. Pada tuturan di atas,
penutur sedang memberikan selamat kepada petutur karena bisa
mendapatkan hasil yang terbaik walaupun sempat tertinggal banyak
pelajaran dikarenakan kegiatannya yang padat di kegiatan ekskul.
Berdasarkan tuturan di atas, penutur sedang melakukan tindak tutur
ilokusi ekspresif memberi selamat kepada petutur, tujuannya adalah
untuk mengapresiasi atas keberhasilan yang telah petutur raih.
Sedangkan, tindak tutur perlokusinya adalah usaha penutur
mengekspresikan rasa bangga dan senangnya ia sebagai guru terhadap
keberhasilan siswanya, yaitu dengan memberi selamat kepada petutur
agar petutur merasa dihargai keberhasilannya.
c. Meminta maaf
Ilokusi dalam bentuk meminta maaf ditemukan pada TD 110, yaitu:
TD 110
Siswa 1 : Kurang lebih itu perjalanan hidup dari Siti Riqqah
Hasan. Kurang lebihnya mohon maaf.
Konteks khusus pada temuan data ini adalah saatnya kelompok
satu mempresentasikan hasil teks cerita ulangnya, yang terdiri dari
empat orang. Masing-masing orang memiliki peran masing-masing
dalam berdrama, diantaranya: siswa 1 berperan sebagai narator 1, pak
Jodi, Andi dan pak Sam (siswa 1 sebagai narator 1; dan siswa 1a
sebagai pak Jodi; siswa 1b sebagai Andi; dan siswa 1c sebagai pak
Sam), siswa 2 berperan sebagai Rika, siswa 3 berperan sebagai Hana,
bu Ika, Vira dan ibu Rika (siswa 3 sebagai Hana; siswa 3a sebagai bu
Ika (guru BP), siswa 3b sebagai Vira, siswa 3c sebagai ibu Rika), dan
siswa 4 berperan sebagai narator 2, pak Ton, kak Vito dan ayah Rika.
Peralatan drama yang digunakan dalam kelompok ini tidaklah begitu
banyak yaitu satu meja, lima kursi, alat tulis. Peristiwa ke peristiwa
lainnya, mereka hanya memindahkan kursi menjadi sedemikian rupa.
Maksud dari kelompok ini mempresentasikan dramanya adalah ingin
berbagi cerita mengenai biografi Siti Riqqah Hasan yang mereka
dapati dari hasil wawancara langsung kepada Siti Riqqah Hasan.
Maka, isi dari drama tersebut ialah tak lain dari perjalanan hidup Siti
Riqqah Hasan yang merupakan salah satu momen penting dalam
hidupnya. Cara penyampaiannya ialah berdialog, dengan suara yang
cukup kencang untuk didengar guru dan siswa lainnya, yaitu tidak
terlalu pelan maupun tidak terlalu kencang. Terakhir, semangat
kelompok ini sangat menggebu dalam menyampaikan cerita yang
ingin di sampaikan, mereka juga sangat ekspresif dalam memerankan
tokohnya masing-masing.
Pada temuan data ini, siswa 1 bertugas sebagai moderator
kelompok 1 dan berlaku sebagai penutur, sedangkan guru dan siswa
lainnya berlaku sebagai petutur. Pada tuturan tersebut penutur sedang
meminta maaf atas kurang dan lebihnya presentasi dari kelompok
mereka kepada petutur. Penutur dalam tuturan tersebut sedang
melakukan tindak tutur ilokusi ekspresif meminta maaf kepada
petutur, tujuannya adalah untuk meminta maaf bila ada kekurangan
dari kelompok mereka saat mempresentasikan teks cerita ulangnya.
Sedangkan, tindak tutur perlokusinya adalah usaha penutur agar dapat
memaklumi oleh si petutur atas kekurangan ataupun kesalahan yang
dilakukan oleh kelompoknya.
d. Menyalahkan
Ilokusi dalam bentuk menyalahkan ditemukan pada TD 139, yaitu:
TD 139
Siswa 3 : Ya berarti kamu yang ada di situ kan? Berarti kamu
yang salah.
Siswa 4 : Saya hanya membantu anak Ibu, saya hanya membantu
anak Ibu membawanya ke sini karena sudah terluka
parah Bu.
Konteks khusus pada temuan data ini adalah saatnya kelompok
enam mempresentasikan hasil teks cerita ulangnya, yang terdiri dari
lima orang. Masing-masing orang memiliki peran masing-masing
dalam berdrama, diantaranya: siswa 1 berperan sebagai pembukan
korban kecelakaan, dan teman Ahmad Ghazali (siswa 1 sebagai
pembuka; siswa 1a sebagai korban kecelakaan dan siswa 1b sebagai
teman Ahmad Ghazali), siswa 2 berperan sebagai narator, siswa 3
berperan sebagai ibu korban kecelakaan dan ibu Ahmad Ghazali
(siswa 3 sebagai ibu korban kecelakaan; dan siswa 3a sebagai ibu
Ahmad Ghazali), siswa 4 berperan sebagai polisi, dan siswa 5
berperan sebagai mas-mas, dokter, dan Ahmad Ghazali (siswa 5
sebagai mas-mas; siswa 5a sebagai dokter; dan siswa 5b sebagai
Ahmad Ghazali). Peralatan drama yang digunakan dalam kelompok
ini tidaklah begitu banyak yaitu satu meja, dua kursi, satu dompet, dan
satu handphone. Maksud dari kelompok ini mempresentasikan
dramanya adalah ingin berbagi cerita mengenai biografi pak Ahmad
Ghazali yang mereka dapati dari hasil wawancara langsung kepada
pak Ahmad Ghazali-nya. Maka, isi dari drama tersebut ialah tak lain
dari perjalanan hidup pak Ahmad Ghazali yang merupakan salah satu
momen penting dalam hidupnya. Cara penyampaiannya ialah
berdialog, dengan suara yang cukup kencang untuk didengar guru dan
siswa lainnya, sehingga dapat menyimak dengan baik. Terakhir,
kelompok ini semangat dalam menampilkan, akan tetapi tidaklah
terlalu serius dengan sikap mereka yang masih tertawa-tawa saat
berdrama dan masih melakukan blocking ke penonton.
Pada temuan data ini, siswa 3 berlaku sebagai penutur, sedangkan
siswa 4 berlaku sebagai petutur. Pada kutipan tersebut penutur sedang
salah paham terhadap petutur dengan menyalahkan penutur sebagai
tersangka, karena tidak terima melihat keadaan anaknya yang menjadi
korban kecelakaan. Berdasarkan tuturan di atas, penutur sedang
melakukan tindak tutur ilokusi ekspresif menyalahkan kepada petutur,
tujuannya adalah untuk mengeluarkan kekesalan penutur mellihat
kondisi anaknya yang mengalami kecelakaan dengan melemparkan
kesalahan kepada petutur yang posisinya berada di dekat korban,
tanpa peduli kejadian yang sebenarnya seperti apa? Sedangkan, tindak
tutur perlokusinya adalah usaha penutur untuk meminta
pertanggungjawaban terhadap apa yang terjadi dengan anaknya.
e. Memuji
Ilokusi dalam bentuk memuji ditemukan pada TD 34, yaitu:
TD 34
Siswa 1a: Wah,bagus tuh sepertinya. Bisa kamu kembangkan?
Siswa 4 : Bisa. Tapi, gak bisa cepet. Soalnya kan, aku harus bagi
waktu aku untuk menulis naskah aku.
Konteks khusus pada temuan data ini adalah saatnya kelompok
empat mempresentasikan hasil teks cerita ulangnya, yang terdiri dari
empat orang. Masing-masing orang memiliki peran masing-masing
dalam berdrama, diantaranya: siswa 1 berperan sebagai narator 1 dan
Gisel (siswa 1 sebagai narator 1; dan siswa 1a sebagai Gisel), siswa 2
berperan sebagai narator 2 dan tim redaksi (siswa 2 sebagai narator 2;
siswa 2a sebagai tim redaksi), siswa 3 berperan sebagai dosen
pembimbing dan mamah Arumi (siswa 3 sebagai dosen pembimbing;
dan siswa 3a sebagai mamah Arumi), dan siswa 4 berperan sebagai
Arumi. Peralatan drama yang digunakan dalam kelompok ini tidaklah
begitu banyak yaitu dua kursi, kertas pengumuman dan map biru.
Maksud dari kelompok ini mempresentasikan dramanya adalah ingin
berbagi cerita mengenai biografi Arumi Ekowati yang mereka dapati
dari hasil wawancara langsung kepada Arumi Ekowati-nya. Maka, isi
dari drama tersebut ialah tak lain dari perjalanan hidup Arumi Ekowati
yang merupakan salah satu momen penting dalam hidupnya. Cara
penyampaiannya ialah berdialog, dengan suara yang sedikit kencang
dari kelompok sebelumnya agar siswa lainnya dapat menyimak
dengan baik dan jelas karena adanya suara bising dari kendaraan yang
lalu lalang dekat kelasnya tersebut. Sedangkan siswa lainnya diam
untuk menyimak, sekalipun ada yang bersuara hanya suara berbisik
kepada lawan bicaranya. Terakhir, semangat kelompok ini sedikit
menggebu dibandingkan kelompok sebelumnya dan lebih ekpresif.
Pada temuan data ini, siswa 1a berlaku sebagai penutur,
sedangkan siswa 4 berlaku sebagai petutur. Pada tuturan tersebut
penutur sedang memberikan pujian terhadap petutur akan keahlian
dalam melukis di sepatu. Berdasarkan tuturan di atas, penutur sedang
melakukan tindak tutur ilokusi ekspresif memuji kepada petutur,
tujuannya adalah sebagai salah satu bentuk ekpresi untuk
mengapresiasi bakat petutur yakni dalam hal melukis, terutama dalam
hal melukis sepatu. Sedangkan, tindak tutur perlokusinya adalah usaha
penutur mengakui bahwa bakatnya tidaklah buruk, melainkan sesuatu
yang baik dan perlu untuk dikembangkan..
4. Ilokusi Komisif
Bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran.
Ilokusi ini meliputi tuturan dalam hal berjanji, bersumpah, dan
menawarkan sesuatu. Akan tetapi, dalam penelitian ini hanya ditemukan
ilokusi dalam bentuk berjanji dan menawarkan sesuatu saja. Berikut
penjelasannya:
a. Berjanji
Ilokusi dalam bentuk berjanji ditemukan pada TD 155, yaitu:
TD 155
Guru : Janji ya!
Siswa (Kel. 6) : Iya.
Konteks khusus pada temuan data ini adalah guru masih duduk di
kursi salah satu murid, sambil mulai menutup pembelajaran hari itu
dengan mengumpulkan seluruh teks cerita ulang yang telah
ditampilkan dan mengingatkan untuk satu kelompok yang telah
mengganti teks cerita ulangnya dengan tokoh yang lain untuk
membawa teksnya pada hari senin. Semua siswa pun menyimak
dengan seksama. Selanjutnya, ditutup dengan mengucapkan
hamdallah bersama dan guru langsung beranjak meninggalkan kelas
sambil mengucap salam.
Pada temuan data ini, siswa (Kel. 6) berlaku sebagai penutur,
sedangkan sang guru berlaku sebagai petutur. Pada kutipan tersebut
penutur sedang berjanji kepada guru untuk melakukan presentasi hari
Senin, dengan menggunakan teks cerita ulang yang berbeda.
Berdasarkan tuturan di atas, penutur sedang melakukan tindak tutur
ilokusi komisif berjanji kepada petutur, tujuannya adalah untuk
menyetujui apa yang telah menjadi suatu kesepakatan yang telah
disepakati, yaitu melakukan presentasi ulang dengan menggunakan
teks cerita ulang baru di hari Senin. Sedangkan, tindak tutur
perlokusinya adalah usaha penutur untuk sebisa mungkin tidak
membuat kecewa petutur, di hari yang telah disepakati.
b. Menawarkan sesuatu
Ilokusi dalam bentuk menawarkan sesuatu ditemukan pada TD 40,
yaitu:
TD 40
Siswa 1a: Iya, ada yang saya bisa bantu?
Siswa 2 : Ya, saya ingin pesan ayam 3 dan 3 ice cream ya!
Konteks khusus pada temuan data ini adalah saatnya kelompok
tiga mempresentasikan hasil teks cerita ulangnya, yang terdiri dari
lima orang. Masing-masing orang memiliki peran masing-masing
dalam berdrama, diantaranya: siswa 1 berperan sebagai narator dan
pelayan restoran (siswa 1 sebagai narator; dan siswa 1a sebagai
pelayan restoran), siswa 2 berperan sebagai Seman, siswa 3 berperan
sebagai Rina, dan siswa 4 berperan sebagai Tino, siswa 5 berperan
sebagai anaknya Rina. Peralatan drama yang digunakan dalam
kelompok ini tidaklah begitu banyak yaitu satu meja, tiga kursi, dan
satu botol minum. Maksud dari kelompok ini mempresentasikan
dramanya adalah ingin berbagi cerita mengenai biografi Seman yang
mereka dapati dari hasil wawancara langsung kepada Seman-nya.
Maka, isi dari drama tersebut ialah tak lain dari perjalanan hidup
Seman yang merupakan salah satu momen penting dalam hidupnya.
Cara penyampaiannya ialah berdialog, dengan suara yang sangat kecil
seperti sedang mengobrol berdua saja, hal ini menjadikan lainnya
tidak tertarik untuk melihat drama tersebut melainkan pada asik
mengobrol masing-masing. Terakhir, semangat kelompok ini tidaklah
bersemangat dalam menyampaikan cerita atau menampilkan
dramanya, yang menjadikannya kurang ekpresif.
Pada temuan data ini, siswa 1a berlaku sebagai penutur,
sedangkan siswa 2 berlaku sebagai petutur. Pada tuturan tersebut si
penutur sebagai pelayan restoran sedang melayani pelanggannya yang
datang ke restorannya. Berdasarkan tuturan di atas, penutur sedang
melakukan tindak tutur ilokusi komisif menawarkan sesuatu kepada si
petutur, tujuannya adalah melayani si pelanggan tersebut dengan
menawarkan diri untuk dapat membantu petutur tersebut. Sedangkan,
tindak tutur perlokusinya adalah salah satu bentuk usaha penutur
memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada petutur, salah satunya
adalah dengan memberikan kenyamanan pada pelanggan.
5. Ilokusi Deklarasi
Bentuk tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataan. Ilokusi
ini meliputi tuturan dalam hal berpasrah, memecat, membabtis, memberi
nama, mengangkat, mengucilkan, dan menghukum. Akan tetapi, dalam
penelitian ini hanya ditemukan ilokusi dalam bentuk mengucilkan dan
menghukum saja. Berikut penjelasannya:
a. Mengucilkan
Ilokusi dalam bentuk mengucilkan ditemukan pada TD 128, yaitu:
TD 128
Siswa 3 : Hey kamu yang medok! Kita ini tinggal di Tangerang,
bukan di Jawa Tengah!
Siswa 1a: (Bambang yang menunduk terdiam)
Konteks khusus pada temuan data ini adalah saatnya kelompok
sepuluh mempresentasikan hasil teks cerita ulangnya, yang terdiri dari
empat orang. Masing-masing orang memiliki peran masing-masing
dalam berdrama, diantaranya: siswa 1 berperan sebagai narator dan
Bambang (siswa 1 sebagai narator; dan siswa 1a sebagai Bambang),
siswa 2 berperan sebagai Dewi, Egi, pak Kuwat, dan Evans (siswa 2
sebagai Dewi; siswa 2a sebagai Egi siswa 2b sebagai pak Kuwat; dan
siswa 2c sebagai Evans), siswa 3 berperan sebagai Zulfa, Paijo, bu
Aeni (siswa 3 sebagai Zulfa; siswa 3a sebagai Paijo; dan siswa 3b
sebagai bu Aeni), siswa 4 berperan sebagai Agusi. Peralatan drama
yang digunakan dalam kelompok ini tidaklah begitu banyak yaitu
beberapa botol dan satu meja. Maksud dari kelompok ini
mempresentasikan dramanya adalah ingin berbagi cerita mengenai
biografi Arumi Ekowati yang mereka dapati dari hasil wawancara
langsung kepada Arumi Ekowatinya. Maka, isi dari drama tersebut
ialah tak lain dari perjalanan hidup Arumi Ekowati yang merupakan
salah satu momen penting dalam hidupnya. Cara penyampaiannya
ialah berdialog, dengan suara yang kurang kencang. Terakhir,
kelompok ini sedikit kurang menujukkan semangatnya dalam
menampilkan dramanya, terlihat dari bagaimana para tokoh kurang
mengekspresikan dan menjiwai perannya. Terkahir, kelompok ini
sedikit adegan, dikarenakan terlalu banyak narasi, yang menyebabkan
sedikitnya siswa yang menyimak saat kelompok ini tampil.
Pada temuan data ini, siswa 3 berlaku sebagai penutur, sedangkan
Siswa 1a berlaku sebagai petutur. Pada tuturan tersebut penutur
merupakan teman baru petutur di sekolah barunya, akan tetapi penutur
tidak suka dengan cara bicaranya petutur yang sangat medok,
dikarenakana petutur tersebut merupakan pindahan dari Jawa.
Berdasarkan tindak tutur di atas, penutur sedang melakukan tindak
tutur ilokusi deklarasi mengucilkan kepada petutur, tujuannya adalah
untuk mengapresiasi atas saran yang dia berikan. Sedangkan, tindak
tutur perlokusinya adalah usaha penutur menghargai saran dari
petutur, agar petutur merasa bahwa saran yang dia berikan dihargai.
b. Menghukum
Ilokusi dalam bentuk menghukum ditemukan pada TD 15, yaitu:
TD 15
Guru : Ninu? Waktu yang sebelum ini dikumpulkan, Ibu udah
minta, kalian foto teks yang mau diperankan. Ya, kan?
Katanya udah. Nah itu, kelemahan kalian kalau pakai
yang seperti itu eggak dibuka. Ya, kan? Kalau itu kan
tinggal kalian kirim, kirim ke temen. Kalau sekarang
masih alasannya pinjem teks lagi, berarti sama sekali
tidak dibaca. Ya, kan? Nah, sekarang konsekuensinya,
bisa improvisasi enggak?
Siswa : Bisa, Bu!
Konteks khusus pada temuan data ini adalah setelah mengabsen
guru mulai mempersiapkan kelompok cerita ulang yang akan
dipresentasikan dengan berdrama. Tujuannya ialah untuk
mempersiapkan dan melihat kelompok mana yang siap tampil. Akan
tetapi, terjadi kendala yang dikarenakan banyaknya siswa yang belum
siap dengan beralasan ini itu. Guru pun mulai kesal, volume suaranya
pun terjadi beberapa penekanan dan meninggi. Penekanan suara di sini
sang guru sedang menekankan perihal tugas yang telah ia berikan,
telah ia jelaskan sedetail mungkin, maka dari itu harusnya tak ada
alasan ini itu. Sedangkan, suara meningginya mengimbangi suara
bising kendaraan karena ruang kelas tersebut berdekatan sekali dengan
jalan raya. Lain halnya dengan volume suara siswa yang mulai
mengecil dan diam tak lagi banyak yang gaduh karena rasa
bersalahnya tidak siap untuk tampil. Guru pun langsung menawarkan
sebuah konsekuensinya dengan berimprov. Sebagian siswa ada yang
paham, dan sebagian yang tidak. Bagi yang tidak, siswa tersebut
langsung menanyakan apa itu improv?
Pada temuan data ini, guru berlaku sebagai penutur, sedangkan
siswa berlaku sebagai petutur. Pada kutipan tersebut penutur sedang
kesal terhadap siswanya, karena banyak yang tidak membawa lembar
tugasnya. Karena waktu yang dimiliki untuk pengambilan nilai materi
tersebut sudah tidak banyak lagi, guru memberikan konsekuensi
kepada siswanya. Berdasarkan tuturan di atas, penutur sedang
melakukan tindak tutur ilokusi ekspresif menghukum kepada petutur,
tujuannya adalah sebagai salah satu bentuk pelajaran bagi siswa yang
tidak membawa lembar tugasnya dan agar mereka belajar bertanggung
jawab atas perbuatannya. Sedangkan, tindak tutur perlokusinya adalah
usaha penutur untuk mendidik para siswanya agar tidak malas lagi dan
berani bertanggung jawab.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penelitian ini merupakan jenis
penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tindak
tutur antara guru dan siswa serta siswa dan siswa dalam kegiatan pembelajaran
bahasa Indonesia kelas XI SMA Negeri 3 Kota Tangerang, khususnya tindak tutur
ilokusi dan perlokusi. Berdsarkan temuan data pada kegiatan pembelajaran bahasa
Indonesia kelas XI SMA Negeri 3 Kota Tangerang ditemukan sebanyak 156
temuan data yang terdiri dari tindak tutur ilokusi dan perlokusi. Tindak tutur
ilokusi pada temuan tersebut terdiri dari tindak tutur ilokusi asertif, ilokusi
direktif, ilokusi ekspresif, ilokusi komisif, dan ilokusi deklarasi.
Tindak tutur ilokusi yang paling dominan muncul pada kegiatan pembelajaran
bahasa Indonesia kelas XI SMA Negeri 3 Kota Tangerang adalah ilokusi direktif
dengan jumlah 106 temuan data. Tindak tutur ilokusi direktif adalah bentuk tutur
yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar si petutur
melakukan tindakan. Sedangkan, temuan data ilokusi yang paling sedikit adalah
temuan data ilokusi deklarasi, yakni hanya berjumlah 3 temuan data. Tindak tutur
ilokusi deklarasi adalah Bentuk tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan
kenyataan. Temuan data ilokusi lainnya adalah ilokusi asertif sebanyak 17 temuan
data, ilokusi ekspresif sebanyak 24 temuan data, dan ilokusi komisif sebanyak 6
temuan data.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia
pada siswa kelas XI SMA Negeri 3 Kota Tangerang, saran yang dapat penulis
berikan kepada pembaca antara lain:
1. Para pengguna bahasa, agar dapat menggunakan tuturan-tuturan yang
sesuai dengan situasi tutur agar maksud yang ingin disampaikan oleh
penutur dapat diterima dengan baik oleh petutur.
2. Para peneliti bahasa, agar ada penelitian lanjutan dari peneliti ini dengan
aspek yang lain guna menambah khasanah ilmu bahasa.
3. Para pendidik, dapat menggunakan tindak tutur ilokusi dan perlokusi
dalam belajar agar pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.
55
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Austin, J. L. How to do Things With Word. Cambrige: Harvard University Press.
Black, Elizabeth. Pragmatic Stilistics. Edinburgh: Edinburgh University Press,
2006.
Black, Elizabeth. Stilistika Pragmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008.
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. Sosiolinguistik; Perkenalan Awal (Edisi
Revisi). Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Cummings, Louise. Pragmatik sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007.
Hanafi, Abdul Halim. Metodologi Penelitian Bahasa untuk penelitian, Tesis, dan
Disertasi. Jakarta: Diadit Media Press, 2011.
Horn, Laurence R. dan Gregory Ward. The Handbook of Pragmatics. UK:
Blackwell Publishing, 2004.
Leech, Geoffrey. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: UI Press, 2011.
Mahsun. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1990.
Nababan, P. W. J. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987.
Nadar, F. X. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Purwo, Bambang Kaswanti. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa; Menyibak
Kurikulum 1984. Yogyakarta: Kanisius, 1984.
Rahardi, R. Kunjana. Sosiopragmatik. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2009.
Rahardi, R. Kunjana. PRAGMATIK; Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga, 2010.
Siregar, Syofian. Statistika Deskriptif untuk Penelitian; Dilengkapi Perhitungan
Manual dan Aplikasi SPSS versi 17. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2011.
Sudaryat, Yayat. Makna dalam Wacana: Prinsip-prinsip Semantik dan
Pragmatik. Bandung: Yrama Widya, 2009.
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R & D. Bandung: Alfabeta, 2013.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2014.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2012.
Verhaar, J. W. M. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1996.
Yasin, Anas. Tindak Tutur; sebuah Model Gramatika Komunikatif. Padang:
Sukabina Press, 2010.
Yule, George. Kajian Bahasa; Edisi Kelima. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 3 Kota Tangerang
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XI/1
Materi Pokok : Teks Cerita Ulang Biografi
Pertemuan Ke : 18 sampai 22
Jumlah Pertemuan : 5 x pertemuan
Alokasi Waktu : 10 x 45 menit
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerja sama, toleransi, damai), santun, responsif
dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajari di
sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
1.2 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan
menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam memahami,
menerapkan, dan menganalisis informasi lisan dan tulis melalui teks
cerita pendek, pantun, cerita ulang, eksplanasi kompleks, dan film/drama.
2.2 Menunjukkan perilaku tanggung jawab, peduli dan proaktif dalam
menggunakan bahasa Indonesia untuk memahami dan menyampaikan
permasalahan sosial, lingkungan. Ideologis, dan kebijakan publik.
3.1 Memahami struktur dan kaidah teks cerita ulang baik melalui lisan dan
tulisan.
3.1.1 Mengetahui struktur isi teks cerita ulang.
3.1.2 Mengetahui ciri bahasa teks cerita ulang.
4.1 Menginterpretasi makna teks cerita ulangbaik secara lisan maupun
tulisan.
4.1.1 Memahami isi teks cerita ulang.
4.1.2 Mengidentifikasi makna/maksud teks cerita ulang.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini diharapkan:
1. Peserta didik dapat menjelaskan struktur isi teks cerita ulang.
2. Peserta didik dapat menentukan ciri bahasa teks cerita ulang.
3. Peserta didik dapat menjelaskan isi teks cerita ulang.
D. Materi Pembelajaran
1. Pengenalan struktur isi teks cerita ulang.
2. Pengenalan ciri bahasa teks cerita ulang.
3. Pemahaman isi teks cerita ulang.
E. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
Pendekatan: Scientific.
Metode: Diskusi, pemberian tugas, dan presentasi.
F. Media dan Sumber Belajar
Media:
1. Contoh-contoh teks cerita ulang.
2. Uraian tentang struktur isi teks cerita ulang
Sumber belajar:
1. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
2. Media massa
3. Buku Paket Bahasa Indonesia Kelas XI
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke 18 (2x45 menit)
Kegiatan Alokasi Waktu
A. Pendahuluan
1. Peserta didik merespon salam dan pertanyaan guru yang
berhubungan dengan kesyukuran kepada Tuhan.
2. Peserta didik menerima informasi tentang keterkaitan
pembelajaran sebelumnya dengan yang akan dilaksanakan.
3. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi, materi,
tujuan, manfaat, dan langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
4. Peserta didik menerima pengarahan bahwa melalui topik
pembelajaran ini agar dapat mengembangkan sikap santun, jujur,
kerja sama, tanggung jawab, dan cinta damai.
15 menit
B. Kegiatan Inti
Mengamati
1. Peserta didik membaca contoh teks cerita ulang.
2. Peserta didik mencermati uraian yang berkaitan dengan struktur
60 menit
isi teks cerita ulang.
Mempertanyakan
1. Peserta didik mempertanyakan struktur isi teks cerita ulang
2. Peserta didik membuat pertanyaan yang berhubungan dengan isi
teks cerita ulang.
Mengeksplorasi (menalar)
1. Peserta didik menemukan struktur isi teks cerita ulang.
2. Peserta didik menemukan ciri bahasa teks cerita ulang.
3. Peserta didik menentukan makna/maksud isi teks cerita ulang.
Mengasosiasi (mencoba)
1. Peserta didik mediskusikan dan menyimpulkan hasil temuan
terkait dengan struktur isidan ciri bahasa teks cerita ulang.
2. Peserta didik mendiskusikan dan menyimpulkan makna/ maksud
teks cerita ulang dalam diskusi kelas dengan saling menghargai.
Mengomunikasikan
1. Peserta didik mempresentasikan temuan terkait struktur isi teks
cerita ulang.
2. Peserta didik mempresentasikan makna/maksud teks cerita ulang
dengan rasa percaya diri.
3. Peserta didik menanggapi presentasi teman/kelompok lain secara
santun.
C. Penutup
1. Siswa dan guru menyimpulkan materi pelajaran.
2. Refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan.
3. Siswa menerima tugas dari guru.
15 menit
Pertemuan ke 19 (2x45 menit)
Kegiatan Alokasi
Waktu
A. Pendahuluan 15 menit
1. Peserta didik merespon salam dan pertanyaan guru yang
berhubungan dengan kesyukuran kepada Tuhan.
2. Peserta didik menerima informasi tentang keterkaitan
pembelajaran sebelumnya dengan yang akan dilaksanakan.
3. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi, materi,
tujuan, manfaat, dan langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
4. Peserta didik menerima pengarahan bahwa melalui topik
pembelajaran ini agar dapat mengembangkan sikap santun,
jujur, kerja sama, tanggung jawab, dan cinta damai.
B. Kegiatan Inti
Mengamati
1. Peserta didik membaca dua teks cerita ulang.
2. Peserta didik mencermati uraian yang berkaitan dengan
persamaan dan perbedaan dua buah teks certa ulang yang
dibaca.
Mempertanyakan
1. Peserta didik mempertanyakan isi kedua teks cerita ulang.
Mengeksplorasi (menalar)
1. Peserta didik mengidentifikasi persamaan struktur isi beberapa
teks cerita ulang yang dibaca.
2. Peserta didik mengidentifikasi persamaan ciri bahasa beberapa
teks cerita ulang yang dibaca.
3. Peserta didik mengidentifikasi perbedaan struktur isi beberapa
teks cerita ulang yang dibaca.
4. Peserta didik mengidentifikasi perbedaan ciri bahasa beberapa
teks cerita ulang yang dibaca.
5. Peserta didik menentukan topik teks cerita ulang.
6. Peserta didik membuat teks cerita ulang sesuai dengan struktur isi
teks cerita ulang dan ciri bahasanya.
Mengasosiasi (mencoba)
60 menit
1. Peserta didik mediskusikan dan menyimpulkanpersamaan dan
perbedaan beberapa teks cerita ulang dalam diskusi kelas.
2. Peserta didik mendiskusikan dan menyimpulkan teks cerita ulang
yang ditulis.
Mengomunikasikan
1. Peserta didik mempresentasikan persamaan dan perbedaan
beberapa teks cerita ulang dalam diskusi kelas.
2. Peserta didik membacakan teks cerita ulang dengan intonasi dan
ekspresi yang tepat.
C. Penutup
1. Peserta didik dan guru menyimpulkan materi pelajaran.
2. Refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan.
3. Peserta didik menerima tugas dari guru
15 menit
Pertemuan ke 20 (2x45 menit)
Kegiatan Alokasi
Waktu
A. Pendahuluan
1. Peserta didik merespon salam dan pertanyaan guru yang
berhubungan dengan kesyukuran kepada Tuhan.
2. Peserta didik menerima informasi tentang keterkaitan
pembelajaran sebelumnya dengan yang akan dilaksanakan.
3. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi, materi,
tujuan, manfaat, dan langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
4. Peserta didik menerima pengarahan bahwa melalui topik
pembelajaran ini agar dapat mengembangkan sikap santun, jujur,
kerja sama, tanggung jawab, dan cinta damai.
15 menit
B. Kegiatan Inti
Mengamati
60 menit
1. Peserta didik membaca contoh analisis teks cerita ulang.
2. Peserta didik membaca teks cerita ulang yang ditulis teman
Mempertanyakan
1. Peserta didik mempertanyakan contoh analisis teks cerita ulang.
2. Peserta didik mempertanyakan isi teks cerita ulang yang ditulis
teman.
Mengeksplorasi (menalar)
1. Peserta didik menganalisis isi teks cerita ulang dengan cermat.
2. Peserta didik menganalisis bahasa teks cerita ulang dengan
cermat.
3. Peserta didik menyunting teks cerita ulang yang ditulis teman dari
aspek struktur isi dan bahasa teks cerita ulang dengan cermat.
Mengasosiasi (mencoba)
1. Peserta didik mendiskusikan dan menyimpulkan hasil analisis
teks cerita ulang.
2. Peserta didik memperbaiki teks cerita ulang berdasarkan
suntingan.
Mengomunikasikan
1. Peserta didik mempresentasikan hasil analisis dengan percaya
didik.
2. Peserta didik menanggapi presentasi teman/ kelompok lain secara
santun.
3. Peserta didik membacakan teks cerita ulang dengan intonasi dan
ekspresi yang tepat.
4. Peserta didik mengomentari/menanggapi struktur isi dan bahasa
teks cerita ulang yang dibacakan dengan santun.
C. Penutup
1. Peserta didik dan guru menyimpulkan materi pelajaran.
2. Refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan.
3. Peserta didik menerima tugas dari guru.
15 menit
Pertemuan ke 21 (2x45 menit)
Kegiatan Alokasi
Waktu
A. Pendahuluan
1. Peserta didk merespon salam dan pertanyaan guru yang
berhubungan dengan kesyukuran kepada Tuhan.
2. Peserta didik menerima informasi tentang keterkaitan
pembelajaran sebelumnya dengan yang akan dilaksanakan.
3. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi, materi,
tujuan, manfaat, dan langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
4. Peserta didik menerima pengarahan bahwa melalui topik
pembelajaran ini agar dapat mengembangkan sikap santun, jujur,
kerja sama, tanggung jawab, dan cinta damai.
15 menit
B. Kegiatan Inti
Mengamati
1. Peserta didik membaca contoh teks cerita ulang.
2. Peserta didik mencermati uraian yang berkaitan dengan
karakteristik teks cerita ulang.
Mempertanyakan
Peserta didik mempertanyakan isi teks cerita ulang yang dibaca.
Mengeksplorasi (menalar)
Peserta didik menuliskan garis besar isi teks cerita ulang (abstraksi)
dalam beberapa kalimat secara terpadu.
Mengasosiasi (mencoba)
Peserta didik mendiskusikan dan menyimpulkan abstraksi cerita ulang
yang telah ditulis.
Mengomunikasikan
Peserta didik mempresentasikan abstraksi teks cerita ulang
60 menit
Pertemuan ke 22 (2x45 menit)
C. Penutup
1. Peserta didik dan guru menyimpulkan materi pelajaran.
2. Refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan.
3. Peserta didik menerima tugas dari guru.
15 menit
Kegiatan Alokasi
Waktu
A. Pendahluan
1. Peserta didik merespon salam dan pertanyaan guru yang
berhubungan dengan kesyukuran kepada Tuhan.
2. Peserta didik menerima informasi tentang keterkaitan
pembelajaran sebelumnya dengan yang akan dilaksanakan.
3. Peserta didik menerima informasi tentang kompetensi, materi,
tujuan, manfaat, dan langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
4. Peserta didik menerima pengarahan bahwa melalui topik
pembelajaran ini agar dapat mengembangkan sikap santun,
jujur, kerja sama, tanggung jawab, dan cinta damai.
15 menit
B. Kegiatan Inti
Mengamati
1. Peserta didik membaca contoh teks cerita ulang.
2. Peserta didik membaca contoh hasil evaluasi (kekurangan/
kelebihan) struktur isi dan bahasa teks cerita ulang.
Mempertanyakan
1. Peserta didik mempertanyakan teks cerita ulang yang dibaca.
2. Peserta didik mempertanyakan contoh evaluasi teks cerita ulang
yang dibaca.
Mengeksplorasi (menalar)
60 menit
A. Penilaian
Teknik penilaian:
1. Penilaian proses/ pengamatan.
2. Tertulis.
3. Lisan.
4. Pemberian tugas
1. Peserta didik mengevaluasi (kekurangan/kelebihan) struktur isi
dan bahasa teks cerita ulang dengan cermat.
2. Peserta didik menulis ulang teks cerita ulang dalam bentuk
uraian dialog.
Mengasosiasi (mencoba)
1. Peserta didik mendiskusikan dan menyimpulkan hasil evaluasi
teks cerita ulang.
2. Peserta didik mendiskusikan dan menyimpulkan cerita ulang
yang ditulis.
Mengomunikasikan
1. Peserta didik mempresentasikan hasil evaluasi (kekurangan
/kelebihan) terhadap teks cerita ulang dengan rasa percaya diri.
2. Peserta didik menanggapi presentasi teman/kelompok lain
secara santun.
3. Peserta didik membacakan hasil tulisan teks cerita ulang yangh
ditulis.
4. Peserta didik mengomentari pembacaan teks cerita ulang.
C. Penutup
1. Peserta didik dan guru menyimpulkan materi pelajaran.
2. Refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan.
3. Peserta didik menerima tugas dari guru.
15 menit
Bentuk Instrumen:
Tes lisan:
1. Ceritakan isi teks cerita ulang yang sudah menjadi teks dialog dengan
berdrama!
2. Sebutkan langkah-langkah konversi teks cerita ulang menjadi teks
dialog!
Tes tertulis:
1. Tentukan struktur isi teks cerita ulang yang dibaca!
2. Tentukan bahasa teks cerita ulang yang dibaca!
3. Tentukan langkah-langkah konversi teks cerita ulang menjadi teks
dialog!
4. Konversikan teks cerita ulang menjadi teks dialog!
Tugas:
1. Cari narasumber untuk dibuatkan menjadi teks cerita ulang!
2. Ubahlah teks cerita ulang tersebut menjadi teks dialog!
Penilaian Proses/Pengamatan:
No. Nama Prilaku yang Diamati dalam Proses Pembelajaran
Menghargai
orang lain
Disiplin Aktivitas Kerjasama Komunikasi
1.
2.
3.
4.
5.
Dst.
Keterangan:
Skala penilaian dibuat dengan rentangan 1 s/d 5
Skor Penafsiran Angka
1 Sangat kurang
2 Kurang
3 Cukup baik
4 Baik
5 Sangat baik
Penilaian Tes Tertulis:
Aspek Skor
Siswa menjawab benar semua 5
Siswa menjawab benar 4 4
Siswa menjawab benar 3 3
Siswa menjawab benar 2 2
Siswa menjawab benar 1 1
Skor maksimal 3
Keterangan:
Skor yang di peroleh
Nilai akhir = ----------------------------- x 100
Skor maksimal
Penilaian Tugas/ Portofolio:
Aspek yang Dinilai Skor Kriteria Komentar
ISI
27 - 30
Sangat baik –
sempurna:menguasai topik tulisan;
substantif; abstraksi^orientasi^
krisis^ reaksi^coda; relevan dgn
topik yang dibahas.
22 – 26 Cukup – baik: cukup menguasai
permasalahan; cukup memadai;
pengembangan tesis terbatas;
relevan dengan topik, tetapi kurang
terinci.
17 – 21 Sedang – cukup: penguasaan
permasalahan terbatas; subtansi
kurang; pengembangan topik tidak
memadai.
13 - 16 Sangat kurang – kurang: tidak
menguasai permasalahan; tidak ada
substansi; tidak relevan; tidak layak
dinilai.
STRUKTUR TEKS
18 – 20
Sangat baik – sempurna:ekspresi
lancar; gagasan terungkap padat,
dengan jelas; tertata dengan baik;
urutan abstraksi^
orientasi^krisis^reaksi^coda;
relevan; kohesif.
14 – 17 Cukup – baik: kurang lancar;
kurang terorganisasi, tetapi ide
utama ternyatakan; pendukung
terbatas; logis, tetapi tidak lengkap.
10 – 13 Sedang – cukup: tidak lancar;
gagasan kacau/ tidak terkait; urutan
dan pengembangan kurang logis.
7 – 9 Sangat kurang – kurang: tidak
komunikatif; tidak terorganisas;
tidak layak dinilai.
KOSAKATA
18 – 20 Sangat baik –
sempurna:penguasaan kata canggih;
pilihan kata dan ungkapan efektif;
menguasai pembentukkan kata;
penggunaan register tepat.
14 – 17 Cukup – baik: penguasaan kata
memadai; pilihan, bentuk, dan
penggunaan kata/ ungkapan kadang-
kadang salah tetapi tidak
mengganggu.
10 – 13 Sedang – cukup: penguasaan kata
terbatas; sering terjadi kesalahan
bentuk, pilihan dan penggunaan
kosakata/ ungkapan; makna
membingungkan/ tidak jelas.
7 – 9 Sangat kurang – kurang:
pengetahuan tentang
kosakata, ungkapan, dan
pembentukkan kata rendah; tidak
layak dinilai.
18 – 20 Sangat baik – sempurna:konstruksi
kompleks dan efektif; terdapat hanya
sedikit kesalahan penggunaan
KALIMAT
bahasa (urutan/fungsi kata, artikel,
pronomina, preposisi).
14 – 17 Cukup – baik: konstruksi
sederhana, tetpi efektif; terdapat
kesalahan kecil pada konstruksi
kompleks; terjadi sejumlah
kesalahan penggunaan bahasa
(fungsi/ urutan kata, artikel,
pronomina, preposisi), tetpi makna
cukup jelas.
10 – 13 Sedang – cukup: terjadi kesalahan
serius dalam konstruksi kalimat
tunggal/kompleks (sering terjadi
kesalahan pada kalimat negasi,
urutan/ fungsi kata, artikel,
pronomina, kalimat, fragmen,
pelesapan; makna membingungkan/
kabur.
7 – 9 Sangat kurang – kurang: tidak
menguasai tata kalimat; terdapat
banyak kesalahan; tidak
komunikatif; tidak layak dinilai.
MEKANIK
9 – 10 Sangat baik –
sempurna:menguasai aturan
penulisan; terdapat sedikit kesalahan
ejaan, tanda baca, penggunaan huruf
kapital, dan penataan paragraf.
7 – 8 Cukup – baik: kadang-kadang
terjadi kesalahan ejaan, tanda baca,
penggunaan huruf kapital, dan
penataan paragraf, tetapi tidak
mengaburkan makna.
4 – 6 Sedang – cukup: sering terjadi
kesalahan ejaan, tanda baca,
penggunaan huruf kapital, dan
penataan paragraf; tulisan tangan
tidak jelas; makna membingungkan /
kabur.
1 - 3 Sangat kurang – kurang: tidak
menguasai aturan penulisan;
terdapat banyak kesalahan ejaan,
tanda baca, penggunaan huruf
kapital, dan penataan paragraf;
tulisan tidak terbaca; tidak layak
dinilai.
KOMENTAR:
JUMLAH SKOR:
PENILAI:
Mengetahui, Jakarta, 2017
Kepala SMA Negeri 3 Kota Tangerang Guru Mata Pelajaran
Drs. Arbani, M. Si Hj. Robianah, M. Pd
NIP. 196110311987031004 NIP. 196910032002007
TRANSKRIP DATA
ILOKUSI DAN PERLOKUSI DALAM KEGIATAN
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA
KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA TANGERANG
1. Pertemuan Pertama
Transkrip data ini didapat dari pembelajaran Bahasa Indonesia, kelas XI
dengan materi Teks Cerita Ulang yang dipresentasikan dengan berdrama dan
didampingi oleh Ibu Robianah atau biasa dipanggil dengan sebutan Ibu Robi,
selaku guru bidang studi. Teks Cerita Ulang kelompok, diperoleh dari hasil
wawancara yang dilakukan setiap kelompoknya. Partisipan pada saat
pembelajaran ini ialah guru dan siswa serta siswa dan siswa. Pada satu kelas
terdapat sepuluh kelompok, masing-masing dari setiap kelompok berkisar 4-5
siswa. Pada pertemuan pertama ini, hanya empat kelompok yang berkesempatan
untuk mempresentasikan hasil teks cerita ulangnya. Pembelajaran dimulai dengan
guru masuk kelas dengan mengucap salam dan dilanjutkan dengan mengabsen
siswa, selanjutnya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dimulai. Berikut hasil
trankrip datanya:
Guru : Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Siswa : Wa’alaikum salam Wr. Wb
Guru : Andini
Andini : (Unjuk tangan) Hadir
Guru : Anindya
Anindya : (Unjuk tangan)
Guru : Annisa Fajar
Annisa : (Unjuk tangan) Hadir, Bu!
Guru : Ardha
Ardha : (Unjuk tangan) Hadir
Guru : Ariando
Ariando : (Unjuk tangan)
Guru : Askar
Askar : (Unjuk tangan)
Guru : Asti? mana Asti?
Siswa : Izin, Bu!
Guru : Izin, ini yang acara keluarga? Acara keluarga apa si?
Siswa : Kakaknya wisuda, Bu!
Guru : Civitya, Civitya mana?
Civitya : (Unjuk tangan)
Guru : Daris
Daris : (Unjuk tangan)
Guru : Elsa
Elsa : (Unjuk tangan)
Guru : Erika
Erika : (Unjuk tangan)
Guru : Fitriani
Fitriani : (Unjuk tangan)
Guru : Finia
Finia : (Unjuk tangan)
Guru : Indra
Indra : (Unjuk tangan)
Guru : Kristintiya
Kristintiya : (Unjuk tangan) Hadir, Bu!
Guru : Lita
Lita : (Unjuk tangan) Hadir
Guru : Zidan
Siswa : Sakit
Guru : Sakit? Apa izin? Kok yang dulu dispen gitu ya, kalau enggak
sakit, izin ini. Tadi Asti yang dispen paskib ya ?
Siswa : Ya
Guru : Izin, sekarang Zidan sakit. Kok bisa barengan yah? Nadya?
Nadya : (Unjuk tangan) Hadir
Guru : Naini
Naini : (Unjuk tangan) Hadir, Bu!
Guru : Natasya
Natasya : (Unjuk tangan) Hadir, Bu!
Guru : Nia
Nia : (Unjuk tangan) Hadir
Guru : Ninu
Ninu : (Unjuk tangan) Hadir
Guru : Nurul
Nurul : (Unjuk tangan) Hadir, Bu!
Guru : Puspita
Puspita : (Unjuk tangan) Hadir
Guru : Ramadya
Ramadya : (Unjuk tangan) Hadir, Bu!
Guru : Rida
Rida : (Unjuk tangan) Hadir, Bu!
Guru : Risa
Risa : (Unjuk tangan) Hadir
Guru : Riyada
Riyada : (Unjuk tangan) Hadir
Guru : Sergi
Sergi : (Unjuk tangan) Hadir, Bu!
Guru : Stenny
Steni : (Unjuk tangan) Hadir, Bu!
Guru : Suci
Suci : (Unjuk tangan) Hadir, Bu!
Guru : Tegar
Tegar : (Unjuk tangan) Hadir
Guru : Thifal
Thifal : (Unjuk tangan)
Guru : Titis
Titis : (Unjuk tangan)
Guru : Yola
Yola : (Unjuk tangan)
Guru : Wita
Wita : (Unjuk tangan)
Guru : Dini? Dwi Nur? Cuma dua ah! Yang sakit satu, izin satu.
Katanya, banyak yang izin! Berarti, semua kelompok siap hari ini
ya? Yok, mulai dari kelompok tujuh dulu. Naini, Audrey, Finia,
siapa lagi nih? Erika! Ayo! Silahkan tujuh! Menghafal dialognya
jangan semua, bagian kalian aja ya!
Siswa : Kan diantara empat itu, pilih satu, kan ya, Bu!
Guru : Iya, baru mau milih?
Siswa1 (Kel.7): Enggak, udah. Cuman kita tuh, masih itu, mau baca-baca.
Soalnya, kemaren kita tuh, lupa di foto-foto.
Guru : Eeeyyy, kemarin ngapain? Terus enggak latihan dong?
Siswa1 (Kel.7): Kita mau ke meja Ibu, Ibunya udah enggak ada.
Guru : Terus belum latihan?
Siswa1 (Kel.7) : Iya, aduh Bu.
Siswa2 (Kel.7) : Tapi, insya Allah siap!
Guru : Iih, udah enggak bisa pake teks lagi ya!
Siswa1 (Kel.7): Tapi, itu kebanyakan narasi gitu.
Guru : Ya enggak bisa! Kamu kan harus pegang, gimana? Ganti yang
lain?
Siswa2 (Kel.7): Ganti yang lain aja Bu.
Guru : Ya, udah!
Siswa1 (Kel.7): Atau enggak, kalau yang maju dikocok aja Bu!
Guru : Enggak ah, jangan! Enggak mau diundi-undi gitu, kaya apaan
diundi-undi gitu.
Siswa1 (Kel.7): Ya, udah. Kalau enggak, punya kita aja dulu Bu!
Siswa3 (Kel.7): Ya, udah. Foto dulu daaah, foto! Foto!
Guru : Punya siapa yang mau diinikan? Kelompoknya tegar deh,
kelompok tegar.
Siswa4 (Kel.6): Kelompok saya enggak masuk Bu, yang Asti.
Guru : Kurang?
Siswa4 (Kel.6): Iya, kurang orang.
Guru : Kelompoknya Nurayu, Nurayu?
Siswa1 (Kel.7): Nurayu no berapa sih?
Guru : Kelompok delapan! Nur ayu, Dwi, Thifal.
Siswa5 (Kel.8): Bu, belum siap Bu!
Guru :Yeee, kapan siapnya? Satu, mana satu? Kelompok satu,
kelompoknya Ariando!
Ariando : Itu kelompok saya, Bu!
Guru : Siap? Kurang satu, kelompoknyaaa...
Siswa1 (Kel.7): Yah Bu, boleh minjem teksnya dulu enggak, Bu?
Guru : Entar dulu, Natasya, siap? Siap? Kelompoknya Arda, Annisa
sama Arda, Andini.
Siswa1 (Kel.7) : Ibuuu, teksnya yang tadi Bu? Yang kurang satu orang?
Siswa1 (Kel.7) : Ibu, boleh ngambil teksnya bisa enggak, Bu?
Guru : Ninu? Waktu yang sebelum ini dikumpulkan, Ibu udah minta,
kalian foto teks yang mau diperankan. Ya, kan? Katanya udah. Nah
itu, kelemahan kalian kalau pakai yang seperti itu eggak dibuka.
Ya, kan? Kalau itu kan tinggal kalian kirim, kirim ke temen. Kalau
sekarang masih alasannya pinjem teks lagi, berarti sama sekali
tidak dibaca. Ya, kan? Nah, sekarang konsekuensinya, bisa
improvisasi enggak?
Siswa : Bisa, Bu!
Guru : Yakin sesuai teks?
Siswa : (Tidak menjawab, sibuk bicara masing-masing)
Guru : Ya, yang siap improvisasi silahkan! Siapa dulu?
Siswa : Improvisasi kaya gimana, Bu?
Guru : Kalian kemarin kan, udah pilih teks 1. Kalian kan tau isinya,
percakapan siapa dengan siapa? Yang dibicarakan itu intinya apa?
Ya? Kalau tekstual, berarti harus sesuai teks. Kalau improvisasi,
inti dari pembicaraan yang kalian lakukan itu apa saja dengan
narasumber. Ya? Itu yang improvisasi. Tetapi tidak keluar dari isi
dialog yang mau disampaikan. Mana ini? Coba filenya liat deh,
filenya dibuka lagi, ada tidak?
Siswa : Adaaa... (Memeriksa dan membuka file kembali)
Guru : Kasih yang udah di foto enggak apa-apa, kalau mau difotokopi
bisa, maunya di foto? Filenya buka lagi! kalau tidak Ibu ganti!
Enggak bisa nunggu lama-lama. Besok paling tidak, semuanya
harus sudah ya!
(Kelompok 2)
Keterangan :
Siswa 1 : Sebagai narator 1
Siswa 1a : Sebagai Haryati
Siswa 1b : Sebagai anak-anak
Siswa 2 : Sebagai narator 2
Siswa 3 : Sebagai Ayah Haryati
Siswa 3a : Sebagai satpam
Siswa 4 : Sebagai Ibu Haryati
Siswa 4a : Sebagai Zahra
Siswa 1 : Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Siswa lain : Wa’alaikum salam Wr.Wb.
Siswa 1 : Di sini, kami dari kelompok dua, akan menampilkan sebuah
drama dengan judul Hj. Haryati.
Siswa3 : Haryati, sudah waktunya sore. Ayo! Kita pulang, Nak!
Siswa 1a : Iya, Ayah.
Siswa 4 : Ayo, Haryati kamu mandi! Lalu, kita shalat maghrib berjamaah
dan mengaji bersama.
Siswa 1a : Baik, Bu!
Siswa 2 : Adzan maghrib pun tiba, mereka sekeluarga shalat maghrib
berjamaah. Setelah shalat maghrib dan mengaji bersama.
Siswa 3 : Ayo, Nak! Semuanya bawa Al-Qur’an kalian masing-masing.
Siswa 1b : Iya Ayah. A’udzubillahiminasyaithaanirrajiim..
Siswa 2 : Kebiasaan baik itu berlangsung terus menerus hingga mereka
dewasa. Setelah Haryati lulus dari SDN Patal Utara 07 Pagi, ia
melanjutkan sekolah
Siswa 3 : Haryati, sebaiknya kamu melanjutkan sekolah di Madrasah
Jannatul Khairiyah.
Siswa 1a : Iya Ayah, apa yang dikatakan Ayah akan Haryati ikuti, karena
Haryati tau, bahwa ridha Allah ada pada ridha orang tua.
Siswa 3 : Baiklah, kamu anak yang sangat berbakti kepada orang tua.
Siswa 1a : Terima kasih, Ayah.
Siswa 3 : Semoga apa yang kamu ingini tercapai Haryati.
Siswa 1a : Aamiin ya Allah.
Siswa 2 : Hari demi hari sudah dilalui, tak terasa sudah enam tahun Haryati
muda mengenyam Pendidikan SMP dan SMA di Jannatul
Khairiyah. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan di perguruan
tinggi.
Siswa 3 : Haryati, alhamdulillah Nak, kamu sudah menyelesaikan
pendidikanmu.
Siswa 1a : Ya, alhamdulillah sekali Ayah. Tapi, Haryati ingin sekali
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Siswa 4 : Apakah kamu sudah memikirkan dengan keputusanmu itu?
Siswa 1a : Sudah, Ibu.
Siswa 4 : Ya sudah, apapun yang kamu pilih Ibu akan merestui kamu nak.
Siswa 1a : Terima kasih Ayah, terima kasih Ibu. Haryati harap, ibu dan ayah
dapat mendo’akan Haryati untuk lebih baik lagi di kemudian hari.
Siswa 2 : Setelah itu Haryati tes masuk di Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
Tak disangka ia lulus seleksi dan diterima di IAIN dengan Fakultas
Tarbiyah dan jurusan Pendidikan Agama Islam.
Siswa 1a : Ayah, Ibu. Alhamdulillah Haryati diterima di perguruan tinggi
IAIN Jakarta, Haryati mendapatkan Fakultas Tarbiyah di sana.
Siswa 4 : Alahamdulillah Nak, dengan begini kamu bisa melanjutkan
pendidikan dengan baik dan benar ya, Nak.
Siswa 1a : Terima kasih, Ibu.
Siswa 2 : Hari demi hari berlalu, tiba saat Haryati untuk wisuda S1 nya,
namun cobaan menimpa Haryati dan keluarganya.
Siswa 4 : Hallo, assalammu’alaikum.
Siswa 1a : Wa’alaikum salam, Ibu.
Siswa 4 : Nak, pulang nak (Sambil menangis tersedu-sedu).
Siswa 1a : Iya, ada apa Ibu? Emang ada apa? Tumben sekali Ibu menelpon
Haryati.
Siswa 4 : Ayah, Nak!
Siswa 1a : Ayah kenapa, Ibu? Ada apa dengan Ayah, apa yang terjadi
dengan Ayah, Ibuuu?
Siswa 4 : Ayah meninggal, Nak.
Siswa 1a : Apa Ibu? Apa itu benar? Kalau begitu Haryati akan segera pulang
sekarang.
Siswa 2 : Setelah Ayahnya meninggal, mendiang memberikan amanat untuk
Haryati agar membantu biaya pendidikan sekolah adik-adiknya.
Siswa 1a : Ibu, benarkah Ibu memanggil Haryati?
Siswa 4 : Benar, Nak. Ibu ingin menyampaikan amanat dari Ayahmu.
Bahwa, Ayahmu ingin, kamu membantu pendidikan adik-adikmu
hingga mereka sukses nanti.
Siswa 1a : Iya Ibu, Haryati janji. Haryati akan menyekolahkan adik-adik
nanti hingga lulus seperti Haryati.
Siswa 4 : Kamu memang anak yang berbakti nak.
Siswa 1a : Terima kasih, Ibu.
Siswa 2 : Hari ini Haryati akan mengantar Zahra ke Surabaya. Saat mereka
sudah tiba di stasiun, ada saja cobaan yang menimpa Haryati dan
adiknya.`
Siswa1a : Zahra... Zahra, apakah tiketnya dipegang kau?
Siswa 4a : Enggak ka, tiketnya enggak sama aku. Bukannya di tas kakak
tadi?
Siswa 1a : Astagfirullah, tiketnya hilang Zahra. Bagaimana ini? Kita kan
mau berangkat.
Siswa 4a : Ayo Kak, lebih baik kita cari dulu tiketnya.
Siswa 1a : Tapi Kakak tidak tahu naruh tiketnya dimana tadi, dan kita sudah
tidak mempunyai uang untuk membelinya lagi.
Siswa 4a : Pasti ketemu tiketnya, Kak!
Siswa 1a : Ya udah, ayo! Kita mencarinya sekali lagi.
Siswa 3a : Bu, Bu, Bu, Ibu, Ibu..ini tiket Ibu bukan?
Siswa 1a : Astagfirullah, alhamdulillah, terima kasih, Pak!
Siswa 4a : Terima kasih, ya, Pak! Tanpa Bapak, kita tidak bisa berangkat ke
Surabaya.
Siswa 3a : Iya, Bu.
Siswa 1a : Terima kasih banyak, ya, Pak!
Siswa 3a : Iya, sama-sama.
Siswa 2 : Untuk membiayai kehidupan Haryati, Haryati mencoba mengikuti
tes sebagai PNS. Lalu ia diterima, setelah diterima beliau mengajar.
Tak lama, beliau menikah dengan Komaryudi yang juga seorang
guru matematika. Pernikahannya Haryati di karuniai 2 orang anak.
Namun, ia diminta sang suami untuk berhenti mengajar, dan lebih
baik menjadi seorang Ustadzah.
Siswa 3b : Mah, Mah, lebih baik kamu menjadi seorang guru ngaji saja.
Siswa 1a : Loh? Memangnya ada apa Yah?
Siswa 3a : Karena, Ayah lebih merasa Mamah lebih cocok jadi seorang guru.
Siswa 1a : Ya sudah, kalau memang itu permintaan Ayah, akan Mamah
pertimbangkan.
Siswa 2 : Setelah menjadi seorang Ustadzah, Haryati memantapkan
pilihannya. Ia merasa sekolah menjadi seorang Ustadzah, hidupnya
menjadi lebih tentram. Terima kasih atas perhatiannya, sekian
drama dari kelompok dua, kurang lebihnya mohon maaf,
wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Siswa lain : Wa’alaikum salam Wr. Wb (Tepuk tangan)
Guru : Lanjutkan! Ayo! Masih ada enggak? Sudah siap?
(Kelompok 4)
Keterangan :
Siswa 1 : Sebagai narator 1
Siswa 1a : Sebagai Gisel, teman Arumi
Siswa 2 : Sebagai narator 2
Siswa 2a : Sebagai tim redaksi
Siswa 3 : Sebagai dosen pembimbing
Siswa 3a : Sebagai Mamah Arumi
Siswa 4 : Sebagai Arumi
Kelompok 4 : Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Siswa lain : Wa’alaikum salam Wr. Wb.
Siswa 1 : Kami dari kelompok empat ingin menampilkan drama kami
dengan tokoh seorang penulis novel yang bernama Arumi Ekowati.
Nah, sebelumnya kami memperkenalkan diri kami dahulu. Nama
saya, Anindya Mulyawati berperan sebagai Gisel temannya Arumi.
Siswa 2a : Nama saya Krisintiya Riyana, berperan sebagai tim redaksi,
Siswa 3 : Nama saya Ninu Eltriya, sebagai dosen pembimbing Arumi dan
juga Mamahnya Arumi.
Siswa 4 : Nama saya Lita Eviranti, sebagai Arumi.
Siswa 2 : Arumi Ekowati atau Arumi Eko Purwanto, yang biasa di sapa
Arumi, beliau lahir di Jakarta pada tanggal 06 Mei. Beliau anak
pertama dari Bapak Purwanto dan Ibu Sumirat. Pada suatu hari, di
Universitas Trisakti semester delapan, ada seorang perempuan
bernama Arumi sedang menyelesaikan skripsinya. Ia mendapatkan
dosen pembimbing prempuan yang sangat baik, dan dosen
perempuan itu juga merupakan temannya di Bali. Pada suatu hari,
Arumi datang ke rumah dosen pembimbingnya, untuk menanyakan
skripsinya.
Siswa 4 : Assalammu’alaikum, Bu.
Siswa 3 : Wa’alaikum salam.
Siswa 4 : Hai Gisel, apa kabar?
Siswa 3 : Alhamdulillah baik.
Siswa 4 : Oh ya, aku ke sini mau menanyakan skripsi aku.
Siswa 3 : Oh ini (Sambil memeriksa), masih banyak yang salah Mi,
diperbaiki lagi yah.
Siswa 4 : Saya akan memperbaikinya.
Siswa 3 : Oke!
Siswa 2 : Lambat laun, Arumi pun lulus dari Universitas Trisakti. Beberapa
bulan kemudian, Arumi bekerja sebagai arsitek di salah satu
perusahaan ternama. Arumi bimbang, akan keinginannya menjadi
seorang penulis atau arsitek. Lalu, ia pun bertanya pada Ibunya.
Siswa 3a : Arumi, kamu kenapa? Kok, bingung gitu?
Siswa 4 : Arumi bingung, Mah, Aku gak tau harus jadi penulis, tapi
sekarang aku jadi arsitek. Arumi merasa, kalau menulis itu sudah
menjadi sebagian dari diri aku. Aku merasa perlu, aku merasa kalau
menulis itu adalalah jati diri aku.
Siswa 3a : Kamu lebih menyukai mana?
Siswa 4 : Aku bingung. Tapi, aku lebih suka menjadi penulis. Aku bisa
merasakan, gimana jati diri aku sebenernya, kalau aku lagi menulis,
Mah.
Siswa 3a : Ya udah, ikuti kata hati kamu. Coba kamu pikirkan lebih baik
lagi. Kamu mau jadi penulis atau sebagai arsitek yang kamu
dapatkan sekarang ini. Semoga pilihan kamu enggak salah ya.
Siswa 4 : Ya udah, kalau gitu aku akan mulai memikirkannya dari sekarang,
supaya aku bisa berusaha sebisa mungkin, supaya aku bisa jadi
seorang penulis.
Siswa 3a : Mamah selalu berdo’a, supaya kamu bisa sukses di masa depan
dan dapat menggapai cita-cita kamu, dan menjadikan kehidupan
kamu yang lebih baik.
Siswa 4 : Terima kasih, ya Mah.
Siswa 2 : Arumi juga menanyakan hal yang sama pada temannya, yaitu
Gisel.
Siswa 4 : Gisel, aku lagi bingung nih.
Siswa 1a : Bingung kenapa?
Siswa 4 : Aku bingung, mau menjadi penulis atau jadi arsitek. Aku merasa
kalau aku menulis itu udah jadi bagian dari hidup aku.
Siswa 1a : Menurut kamu, gimana? Kamu lebih suka jadi arsitek atau jadi
penulis, yang jadi penulis cita-cita kamu?
Siswa 4 : Aku lebih suka jadi aku yang sekarang, jadi seorang penulis. Dan
insya Allah beberapa bulan kedepan, aku akan ikut pelatihan
menulis cerpen, lalu aku akan ikut pelatihan penulisan novel, kamu
do’ain aku yah, semoga aku bisa jadi seorang penulis.
Siswa 1a : Iya, aku akan selalu do’ain kamu Arumi.
Siswa 2 : Dan beberapa bulan kemudian, Arumi pun mulai mengirimkan
naskah novelnya ke beberapa penerbit, seperti Gramedia, Mizan
dan majalah lainnya. Hingga suatu ketika, tanpa disengaja di
sebuah restoran, dia bertemu dengan salah satu penerbit dari
Gramedia.
Siswa 2a : Hai Arumi, bisakah saya bicara dengan Anda?
Siswa 4 : Oh ya, silahkan duduk. Ada apa yah?
Siswa 2a : Saya penerbit, dari Gramedia. Saya diberitahu, naskah yang kamu
kirimkan kemarin masih mengalami kesalahan, bisakah kamu
revisi lagi?
Siswa 4 : Ya, ya, saya bisa memperbaikinya. nanti secepatnya akan kirim
kembali revisiannya, yah.
Siswa 2a : Oke, saya punya saran. Bagaimana kalau kamu menulis novel
yang bertemakan religi?
Siswa 4 : Saya akan menyelesaikan novel yang pertama saya, setelah itu
saya baru akan mencoba menulis novel yang Ibu saranin.
Siswa 2a : Oke lah, saya akan menunggu.
Siswa 4 : Terima kasih, Bu. (Sambil berjabat tangan)
Siswa 2a : Iya, sama-sama.
Siswa 2 : Dan suatu hari, Gisel ingin berbicara mengenai bisnis dengan
Arumi. Kemudian, ia bermain ke rumah Arumi.
Siswa 1a : Assalammu’alaikum.
Siswa 4 : Wa’alaikum salam. Hai Gisel kamu apa kabar?
Siswa 1a : Alhamdulillah baik.
Siswa 4 : Kamu ada apa ke sini?
Siswa 1a : Oh iya bagaimana dengan pekerjaan kamu sebagai penulis
sekarang?
Siswa 4 : Alhamdulillah lancar dan aku sangat menyukaiku pekerjaanku
saat ini.
Siswa 1a : Oh bagus deh kalau kamu nyaman dengan kerjaan kamu. Oh ya
aku mau ngajak bisnis nih.
Siswa 4 : Bisnis? Bisnis apa?
Siswa 1a : Aku juga masih bingung, kamu ada saran?
Siswa 4 : Saran? Saran apa yah? Aku punya hobi, hobi melukis gitu di atas
sepatu, menurut kamu gimana?
Siswa 1a : Wah, bagus tuh sepertinya. Bisa kamu kembangkan?
Siswa 4 : Bisa. Tapi, gak bisa cepet. Soalnya kan, aku harus bagi waktu aku
untuk menulis naskah aku.
Siswa 1a : Oh yaudah gak apa-apa. Oh ya sekarang kamu lagi menulis novel
bergenre apa sekarang?
Siswa 4 : Aku lagi nulis novel bergenre islami nih, yang berjudul “Tahajud
Cinta di Kota New York”
Siswa 1a : Wah bagus tuh. Kapan rilisnya?
Siswa 4 : Insya Allah beberapa saat lagi selesai dan mengirimkannya ke
penerbit, nanti kamu jangan lupa baca yah!
Siswa 1a : Iya nanti aku pasti baca. Oh ya soal bisnis kita, nanti soal bisnis
kita bicarakan lagi, semoga kamu sukses.
Siswa 4 : Iya, terima kasih yah.
Siswa 2 : Arumi akhirnya menjadi seorang penulis terkenal, dan usahanya
bersama Gisel pun berjalan dengan lancar. Sekian, terima kasih,
kurang lebihnya mohon maaf.
Kelompok 4 : Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Guru : Ya, siap! Ayo! (berjalan menghampiri kelompok selanjutnya).
Semakin lama, semakin ragu. Ayo! Semangaattt!!! Bismillah! Ayo,
ayo dari tadi sudah baca, waktunya sudah mau habis. Ayo! Boleh
liat sesekali.
Siswa (Kelompok 3) : Tuh, ayo boleh liat!
(Kelompok 3)
Keterangan :
Siswa 1 : Sebagai narator
Siswa 1a : Sebagai pelayan restoran
Siswa 2 : Sebagai Seman
Siswa 3 : Sebagai Rina
Siswa 4 : Sebagai Tino
Siswa 5 : Sebagai anaknya Rina
Kelompok 3 : Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Siswa lain : Wa’alaikum salam Wr. Wb.
Kelompok 3 : Kita akan membawakan drama dengan sebuah judul “Seman”
Siswa 1 : Saya sebagai pembaca narasi.
Siswa 1a : Saya sebagai anaknya Rina.
Siswa 2 : Saya sebagai Seman. .
Siswa 3 : Saya sebagai Rina.
Siswa 5 : Saya sebagai pelayan restoran.
Siswa 4 : Saya sebagai Tino.
Siswa 1 : Malam itu sepulangnya Seman dari koramil ia berkunjung ke
sebuah restoraan cepat saji dan bertemu dengan Rina teman Sd-
nya sedang bersama anaknya.
Siswa 3 : Eh Seman ya?
Siswa 2 : Eh iya
Siswa 3 : Apa kabar?
Siswa 2 : Alhamdulillah baik, kamu gimana?
Siswa 3 : Alhamdulillah saya juga baik-baik saja. Sekarang profesimu apa
man?
Siswa 2 : Saya sebagai TNI-AD, Rin.
Siswa 3 : Hebat dong! setelah lulus SD kamu lanjut ke SMP dan SMA
mana?
Siswa 2 : Waktu itu saya melanjutkan di SMP 13 Purworejo dan SMAN 2
Purworejo Rin. Kalau kamu pasti ikut kakakmu di Jakarta kan?
Siswa 3 : Wah iya Man. Saya SMP dan SMA di Jakarta, Man. Sekarang
sudah punya istri dong ya?
Siswa 2 : Iya Rin sudah, istriku namanya Dian Novianti kita juga udah
dikaruniai 2 anak, kamu punya berapa anak Rin?
Siswa 3 : Aku baru punya anak 1, padahal ingin banget punya anak lagi.
Anakmu sudah bekerja?
Siswa 2 : Belum, anakku yang pertama lagi menjalani pendidikan
pramugari dan yang kedua SMA kelas 2 di SMAS Dharma Bhakti.
Siswa 3 : Banyak ya anakmu, apa pengalamanmu semenjak jadi TNI-AD?
Siswa 2 : Tunggu! (Tiba-tiba Seman mengambilkan segelas jus untuk
Rina). Kalau itu pasti banyak Rin, dari saya jadi pengawal
presiden, pengamanan KTT, pokoknya saya ditugaskan sebagai
pengamanan VVIP.
Siswa 3 : Kamu hebat yah, bisa ditugaskan sebagai pengamanan VVIP ya.
Siswa 2 : Ya itu pasti hasil dari saya bekerja keras, berusaha, dan berdoa.
Siswa 3 : Tidak di sangka dulu kamunya yang nakal, yang kalau ditegur
guru pasti jawabnya pakai emosi (Sambil tertawa)
Siswa 1 : Setelah itu Seman memanggil pelayan restoran untuk memesan
makanan.
Siswa 2 : Mba.. Mba (Sambil mengangkat tangannya)
(Pelayan restoran menghampiri Seman)
Siswa 1a : Iya, ada yang saya bisa bantu?
Siswa 2 : Ya, saya ingin pesan ayam 3 dan 3 ice cream ya!
Siswa 1a : Oke, tunggu ya Mas!
Siswa 2 : Terima kasih ya Mba, saya tunggu!
Siswa 1 : Setelah memesan makanan, Rina dan Seman pun melanjutkan
perbincangannya.
Siswa 3 : Banyak ya berarti pengalaman kamu? Pastinya kan susah, kalau
saya lihat di tv-tv tentara itu sering ditempatkan di perbatasan
negara lain. Tidak bertemu istri dan anak, demi negara bukan?
Siswa 2 : Ya, mungkin ada beberapa teman saya yang ditempatkan diujung
perbatasan. Tetapi yang saya alami yaitu dilempari air kencing, air
got, aqua dan lain sebagainya. Ya, tapi demi negara apa boleh buat.
Siswa 3 : Waah... ternyata susah ya jadi seorang tentara harus meninggalkan
anak dan istri, bertaruh nyawa juga untuk mengabdi pada negara.
Siswa 2 : Ya, karena itu semua sudah menjadi kewajiban juga Rin, jadi ya
harus gimana lagi kalau tidak dikerjakan.
Siswa 3 : Berarti kamu hebat ya, Man.
Siswa 2 : Ah, biasa aja Rin.
Siswa 1 : Lalu terdengar bunyi telfon dari Handphone Rina dengan sangat
keras dan tidak diketahui nomor telfon siapa itu.
Siswa 3 : Halo dengan siapa?
Siswa 4 : Saya Toni, benar ini Rina?
Siswa 3 : Ya, siapa nih?
Siswa 4 : Toni temen SD, masa enggak kenal si?
Siswa 3 : Ooh .. ya, ya, saya baru ingat.
Siswa 4 : Nah gitu dong!
Siswa 3 : Yang jaman SD sering dijailin Seman kan? Terus nangis
(Ketawa)
Siswa 4 : Ah sudahlah jangan bahas itu! oh ya, gimana kabarmu sekarang?
Siswa 3 : Alhamdulillah baik-baik aja, kamu gimana?
Siswa 4 : Wah syukurlah, alhamdulillah Rin baik.
Siswa 3 : Eh, ini saya lagi sama Seman nih, baru aja ketemu.
Siswa 4 : Apa iya? Gimana dia masih jail apa udah berubah? (Sambil
tertawa kecil)
Siswa 3 : Sudah berubah drastis nih (Sambil tertawa)
Siswa 4 : Wah, alhamdulillah ya kalau gitu, salam untuk Seman ya Rin.
Aku sudahi dulu pembicaraan kita.
Siswa 3 : Oke, daaahhh Ton, sampai jumpa!
Siswa 4 : Daaaah... Assalammu’alaikum, Rin.
Siswa 3 : Wa’alaikum salam, Ton.
Siswa 1 : Kemudian Rina melanjutkan pembicaraannya dengan Seman.
Akan tetapi, waktu tidak memungkinkan untuk melanjutkan,
akhirnya ia menyelesaikan pembicarannya.
Siswa 3 : Waduh... sudah mau maghrib, kalau begitu saya balik pulang dulu
ya, Seman.
Siswa 2 : Oke, enggak apa-apa Rina.
Siswa 3 : Oke, kalau begitu aku pulang ya!
Siswa 2 : Iya Rina, lain kali kita kumpul dengan teman yang lainnya ya!
Siswa 3 : Oke, Seman!
Siswa 1 : Dan mereka pulang ke rumah masing-masing. Sekian penampilan
drama dari kelompok kami, kurang lebihnya mohon maaf.
Kelompok 3 : Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Siswa lainnya : Wa’alaikum salam Wr. Wb. (Sambil tepuk tangan)
Guru : Hari ini, empat kelompok dulu ya! Satu kelompok lagi!
(Menghampiri kelompok selanjutnya) Nih, silahkan! (Kelompok
Selanjutnya bersiap-siap maju) Empat kelompok berikutnya harus
sudah siap.
(Kelompok 5)
Keterangan :
Siswa 1 : Sebagai Latifa
Siswa 1a : Sebagai suami Wulan Mayliana
Siswa 2 : Sebagai Nita
Siswa 3 : Sebagai narator
Siswa 3a : Sebagai teman Nita
Siswa 3b : Sebagai pembeli
Siswa 4 : Sebagai Wulan Mayliana
Siswa 3 : Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Siswa lain : Wa’alaikum salam Wr. Wb.
Siswa 3 : Kami dari kelompok lima, ingin mencoba mementaskan drama
kami yang berjudul Wulan Mayliana. Dia seorang salah satu
pengusaha sukses, yang sukses di bidang...ehhhh
Siswa 2 : Yang mempunyai sebuah kedai...sebuah apa yah?
Siswa 1 : Tempat tongkronganlah
Siswa 3 : Dan juga mempunyai toko baju muslim. Di sini kami akan
memperkenalkan diri kami terlebih dahulu. Nama saya Titis Melia
Sanini, berperan sebagai Latifa dan juga sebagai suami dari Wulan
Mayliana.
Siswa 2 : Nah, disini saya sendirisaya sebagai Nita
Siswa 3 : Saya Elsa Moria, saya sebagai pembaca narasi.
Siswa 4 : Nama saya Fatriani Melia, saya berperan sebagai Wulan Mayliana
Siswa 3 : Pada suatu hari, Nita mengajak Latifa jalan-jalan, untuk menemui
temannya di Bentai. Nita pun mengahampiri rumahnya Latifa
Siswa 2 : Assalammu’alaikum, Latifa..
Siswa1 : Wa’alaikum salam, ada apa ya ta? Tumben ke sini.
Siswa 2 : Main yuk!! Sekalian ini jalan-jalan, apa sekalian kita nyari angin
juga, mau enggak?
Siswa 1 : Main? Main kemana?
Siswa 2 : Ke itu, Feli Ice.
Siswa 1 : Feli Ice? Apaan tuh Feli Ice? Baru denger.
Siswa 2 : Dia tuh kaya jualan es bubble gitu, mau enggak?
Siswa 1 : Enak enggak? Enak enggak?
Siswa 2 : Enak, kok.
Siswa 1 : Harganya murah?
Siswa 2 : Iya, murah.
Siswa 1 : Seriusan?
Siswa 2 : Ya, serius. Mau enggak?
Siswa 1 : Aku mau ambil tas dulu deh.
Siswa 2 : Ya udah.
Siswa 3 : Nita dan Latifa, pergi bersama-sama. Setelah itu mereka
melanjutkan perjalanan menuju Felice Ice. Tidak lama kemudian,
mereka pun sampai di Feli Ice.
Siswa 4 : Nih kalian, lagi pada mau beli apa nih?
Siswa 1 : Adanya rasa apa aja?
Siswa 2 : Rasanya banyak, kaya stroberi, taro, permen karet, banyak deh
pokoknya..
Siswa 3a : Ya udah, aku rasa taro kayaknya.
Siswa 2 : Kamu mau rasa apa?
Siswa 1 : Aku? Rasa Cola yuk! Tadi ada rasa apa aja?
Siswa 2 : Stroberi, taro, permen karet, coklat, banyak deh pokoknya.
Siswa 1 : Aku pesen apa ya? Oh ya, aku rasa stroberi aja satu!
Siswa 2 : Ya udah, rasa stroberinya dua, rasa taronya satu ya teh.
Siswa 4 : Ada yang lain lagi?
Siswa 2 : Udah enggak, itu aja.Taronya satu, stroberinya dua.
Siswa 4 : Jadi, taronya satu, stroberinya dua?
Siswa 2 : Iya.
Siswa 4 : Tunggu sebentar.
Siswa 3 : Dan mereka pun menunggu di bawah pohon beringin.
(Beberapa menit kemudian)
Siswa 4 : Udah, pesenannya udah.
Siswa 1 : Iya, teh.
Siswa 4 : Ini rasa taronya, ini stroberinya.
Siswa 2 : Berapa semuanya?
Siswa 4 : Jadi lima belas ribu.
Siswa 2 : Udah nih, kalian.
Siswa 1 : Bayar, talangin dulu.
Siswa 2 : Apaan, si! Enggak punya duit!!!
Siswa 3a : Nih, bayar nih bayar! (Siswa 1 langsung mengambil uang dan
membayarnya)
Siswa 4 : Uangnya, pas ya.
Siswa 2 : Ya, makasih.
Siswa 4 : Terima kasih kembali.
Siswa 1 : Ya, makasih Teteh.
Siswa 2 : Ini, apa nih?
Siswa 1 : Stroberi, ini taro.
Siswa 2 : Kok punya ku beda. (sambil mencari punyanya)
Siswa 1 : Dah.
Siswa 3 : Semakin hari, semakin banyak pelanggan yang datang untuk
membeli ice bubble di Feli Ice. Pada suatu hari, ada salah satu
pelanggan yang mengatakan agar pula memberikan tempat duduk
untuk kenyamanan para pelanggannya.
Siswa 3b : Teteh..
Siswa 4 : Iya.
Siswa 3b : Mau beli.
Siswa 4 : Beli apa?
Siswa 3b : Beli bubble.
Siswa 4 : Bubble rasa apa?
Siswa 3b : Adanya rasa apa aja?
Siswa 4 : Semuanya ada.
Siswa 3b : Rasa jeruk purut?
Siswa 4 : Itu enggak ada.
Siswa 3b : Oh itu enggak ada (Sambil tertawa). Ya udah, rasa stroberi.
Siswa 4 : Satu aja?
Siswa 3b : Satu. Teh, ini dong... di kasih tempat duduk, buat nongkrong, atau
di kasih wifi gitu kan, biar rame. Kan kalau beli berdiri gini kan,
enggak mungkin.
Siswa 4 : Ya, nanti saya coba ya. (Sambil membuat bubble, kemudian
memberikannya), makasih yah.
Siswa 3b : Makasih Teh.
Siswa 4 : Iya.
Siswa 3 : Setelah beberapa hari kemudian, Wulan menyediakan beberapa
meja dan kursi, dengan merelakan pohon mangga di halaman
rumahnya, demi kenyamanan untuk pelanggannya. Kini nama ice
Feli berubah menjadi Kedai Feli. Usaha Wulan berkembang pesat,
hingga ia direpotkan oleh banyak pelanggannya. Pada akhirnya,
Wulan berbincang dengan suaminya untuk memasang wifi, karena
mengantisipasi ketidaksabaran para pelanggan ketika pesanan
belum terpenuhi.
Siswa 4 : Ayah, kita masang wifi aja yuk!
Siswa 1a : Loh? buat apa Bun?
Siswa 4 : Ya ... buat ngantisipasi, kan sekarang kan jamannya internetan
kaaan. Jadi kan bisa nunggu-nunggu sambil nunggu ice-nya jadi.
Siswa 1a : Boleh juga tuh ide bunda. Siapa tau dengan adanya wifi kedai kita
jadi rame. Makin rame malah. Mmm... oke deh, nanti ayah coba
cari teman ayah yang bisa masang wifi, bulan depan kita pasang
wifi.
Siswa 4 : Makasih, Ayah.
Siswa 3 : Dan kini, Kedai Feli milik Wulan semakin ramai dikunjungi para
pelanggannya. Walaupun banyak pesaing yang tersebar di
lingkungan sekitarnya. Ya, sekian dari kelompok kami. Kurang
lebihnya mohon maaf. Apabila ada kesalahan tolong dimaafkan.
sekian, terima kasih, wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Siswa lain : Wa’alaikum salam Wr. Wb. (Tepuk tangan)
Guru : Ada Arumi, Haryati, siapa lagi tadi? Tukang pop ice, yang ketiga
siapa?
Siswa : Sle... Sleman.
Guru : Sleman yah? Udah yah, empat kelompok dulu hari ini. Besok kita
lanjutkan yang empat kelompoknya, mudah-mudahan lebih baik
lagi dari hari ini.
Siswa : Kelompoknya ada 10, Bu.
Guru : 10 ya? Berarti besok 6 yah? Meskipuuun bukan drama, yah? Tapi
paling tidak, yang namanya berdialog, bisa dipahami orang,
intonasi harus jelas yah.
Siswa : Siaaap!!!
Guru : Kalau pake blocking atau apa itu silahkan, yang jelas kalau diliat
sih memang, kekurangan ya tadi. Tidak siap, alasannya macem-
macem tadi yah, boleh sih improvisasi seperti itu yang hari ini gitu
yah. Besok, yang enam kelompok lagi, yang penting tidak asal gitu
yah. Bisa yah? kalau misalkan sampai besok ada temennya yang
tidak masuk, coba di antisipasi untuk diambil alih aja. Jangan
menunggu!
Siswa : Yaaa.
Guru : Tadi empat kelompok sudah menceritakan kembali, eee...
beberapa biografi tokoh. Pertama ada Haryati yah?
Siswa : Ya, Bu.
Guru : Kedua? Arumi. Ketiga?
Siswa : Semaaan.
Guru : Sleman yah?
Siswa : Seman, Buuu.
Guru : Seman apa Sleman?
Siswa : Seman.
Guru : Seman, berarti semua denger “Seman” yah? Yang keempat,
penjual?
Siswa : Jualan.
Guru : Wulan yah?
Siswa : Ya.
Guru : Penjual pop ice. Ya, kan?
Siswa : Iya, Bu.
Guru : Oke, sekarang Ibu mau meminta untuk kalian menceritakan
kembali sendiri-sendiri yah! Kisah empat tokoh ini, tapi bekerja
secara kelompok, tapi hasilnya sendiri. Sekarang, bagi kelas kalian
menjadi empat kelompok. Berarti satu kelompok, sepuluh orang.
Usahakan duduknya melingkar, melingkar! Coba, bisa gak
melingkar posisi tempat duduknya di.. di.. diiii... di apa namanya
itu yah? Dikemas sedemikian rupa, sehingga kalian melingkar. Ayo
silahkan! nanti Ibu bagi kelompok satu, Haryati. Kelompok dua,
kelompok Arumi. Kelompok Seman yah? Ini kelompok Wulan.
Oke, kalian ... ya, coba ini kelompoknya, dua orang ini kemana?
Siswa : Ini Bu, enggak masuk sekarang.
Guru : Aturnya sesuai posisi sekarang! Ya, kembali ke posisi duduk
masing-masing! Ya, sekarang udah Ibu bagi kelompoknya.
Sekarang coba kemas kursi dan bangkunya, eh.. kok kursi, kursi
sama bangku sama yah? Kursi sama mejanya, supaya kalian
kerjanya enak. Dapat posisi melingkar, yok!!!
Siswa : Di buku apa di kertas, Bu?
Guru : Nanti dulu, siapkan dulu tempatnya!
(Siswa langsung menata meja dan kursinya)
Siswa : Mejanya rapatkan...
Guru : Kursinya berarti diangkat, mejanya dirapatkan tergantung posisi.
Ibu hitung satu sampai tiga selesai, ya. Dua sampai tiga meja
silahkan! Udah bisa yah? Ya, yang sudah siap.
(Menghampiri kelompok Arumi)
Guru : Kalian tadi kebagian kelompok biografi Arumi? Sekarang siapkan
kertas satu lembar, satu orang, yok! Satu lembar saja, selembar
bagi dua (siswa mengambil kertas tengah pada setiap bukunya).
Tulis biografi Arumi! Dengan nama kalian ya! Jangan lupa!
Biografi Arumi! Jangan lupa diberi nama, ya! Untuk membuktikan
kalian tadi menyimak apa tidak dialognya, ya! Sekarang... biar apa
yah, posisi dari kanan ke sini yah ! Seperti arah jarum jam, Ini yah?
Ke sini satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan,
sepuluh yah! Sekarang masing-masing dari kalian buat satu kalimat
tentang Arumi. Tulis satu kalimat tentang Arumi. Silahkan!
Terserah, mau mulai dari mana sesuai dengan apa yang kalian
tangkap tadi. Silahkan! Satu kalimat saja!
Siswa : Boleh dari mana aja, Bu?
Guru : Ya, kan tadi boleh dari mana saja terserah yang penting tentang
Arumi. Boleh dialog umum, mau apa dulu terserah. Bebas! Jangan
liat kiri-kanan! Yang kalian denger saja tentang Arumi, mulai dari
mana terserah, ya!
(Menghampiri kelompok Haryati)
Guru : Nah ini udah siap? Siapkan kertas satu orang satu, kasih nama,
terus kalian biografinya, biografi Haryati, yah !
(Menghampiri kelompok Seman)
Guru : Yang ini udah siap? Ya, kalian dapet biografi Seman yah? Seman
apa Sleman?
Siswa : Seman.
Guru : Sleman mah di Yogja ya?
Siswa : Iya.
Guru : Seman, biografi Seman. Tulis nama masing-masing di kertas.
(Menghampiri kelompok Wulan)
Guru : Oke, sudah ngumpul. Ya, kalian dapat biografi? Wulan?
Kel. Wulan : Wulan.
Guru : Masih anget tuh, ya?
Kel. Wulan : Ya.
Guru : Sekarang tulis di kertas kalian masing-masing, biografi Wulan.
Ibu Wulan yah?
Kel. Wulan : Wuuulan.
Guru : Wulan saja? Apa Ibu tadi?
Kel. Wulan : Wuuulan.
Guru : Wulan? Terus nama kalian jangan lupa di tulis. Dah? Nih Steny
kemana?
Stenny : Ini.
Guru : Kalau sudah, sekarang masing-masing dari kalian tulis satu
kalimat, tentang Wulan. Mau dari mana terserah. Jangan lihat
temen kiri-kanannya! Sepahaman kalian tadi, sependengaran,
sepenglihatan kalian pada saat didialogkan, oke? Ya, silahkan.
Berarti hitungan urutannya, Stenny nomor satu yah? Satu, dua, tiga,
empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan. Oke, kalau udah
selesai, tunggu intruksi ibu berikutnya. Satu kalimat saja!
(Menghampiri kelompok Seman)
Guru : Tulis yang berhubungan dengan biografi Seman! Satu kalimat
saja! Ya, tadi kalian sudah menyimak semua kan yah? Satu kalimat
saja!
(Menghampiri kelompok Arumi)
Guru : Nah ini sudah kan yah? Sudah bikin satu kalimat?
Kel. Arumi : Udaaah.
Guru : Oke, sekarang tukar kertas kalian ke sampingnya, suruh mereka
melanjutkan. Satu kalimat saja! Sama-sama menyimpulkan satu
kalimat! Satu kedua, tulis satu kalimat di kertas temennya nomer
satu. Ngerti?
Kel. Arumi : Ngerti.
Guru : Satu kalimat saja! Melanjutkan apa yang sudah di tulis oleh
temen sebelumnya. Samping kirinya. Kan tadi sudah, satu biografi
sama kan isinya?
Kel. Arumi : Iya.
Guru : Coba sekarang masih sama enggak hasilnya. Setelah kalian
mendengar cerita dari masing-masing tulisan sendiri. Oke,
mengerti? Ini ke nomer dua, ini ke sini. Satu saja dulu yah! Satu
saja, kalau sudah, muter terus sampai dapat sepuluh kalimat.
(Menghampiri kelompok Haryati)
Guru : Ini sudah? Oke, kalau sudah... tadi urutan nomor satu dari Askar
yah?
Kel. Haryati : Dari sini.
Guru : Oh ke sini, ini mulai dari nomer satu dari sini. Satu, dua, tiga,
empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan. Sudah, kan? satu
kalimat? Sekarang tukar kertas kalian ke samping. Nomer satu ke
nomer dua. Sumbangkan lagi satu kalimat yang berhubungan
dengan biografi Haryati, yah? Haryati kan?
Kel. Haryati : Ya.
Guru : Okey, satu kalimat-satu kalimat saja. Terus muter.
Kel. Haryati : Ibu... Ibu... itu...
Guru : Terserah, lanjutkan yang sudah ada di nomer satu, kalimat di
nomer satu. Ya, kamu sudah tukar?
Kel. Haryati : Udah.
Guru : Sudah tukar ke sini?
Kel. Haryati : Dah.
Guru : Sudah yah? Terserah, apa yang ada di kalimat nomer satu
lanjutkan, ya! Mengerti? Lanjutkan! Ya, sudah!
(Menghampiri kelompok Arumi)
Guru : Sudah lanjutkan?
Kel. Arumi : Dah.
Guru : Putar lagi, putar lagi sampai kalian temui kalimat ke sepuluh.
Sampai kalian dapatkan kertas sendiri. Ya, kertas sendiri yah!
Mengerti yah! Puter terus!
(Menghampiri kelompok Seman)
Guru : Dah? Sudah? Ya, udah ditukar? Sudah sampai mana? Ini yah?
Belom yah? Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan,
sembilan, sepuluh. Tuker, dari nomer satu ke nomer dua. Oke,
nomer satu ke nomer dua, dua ke tiga, tiga ke empat, empat ke
lima, lima ke enam, terus. Tulis lagi satu kalimat! Lihat kalimat
sebelumnya, mengatakan apa?
Siswa (Kel. Seman) : Kalimat sebelumnya?
Guru : Ya, kalimat yang sudah di dapat dari awal temennya lanjutkan.
Begitu seterusnya, sampai kalian dapat sepuluh kalimat. Terakhir,
punya kalian pegang sendiri. Jelas yah?
Kel. Seman : Iya.
Siswa (Kel. Seman) : Jadi, satu kalimat puter gitu, Bu?
Guru : Ya, satu kalimat puter, satu kalimat puter, satu kalimat puter.
Lanjutkan, sampai kalian nanti bacakan.
(Menghampiri kelompok Wulan)
Guru : Ini sudah?
Kel. Wulan : Belom.
Guru : Sudah putaran pertama?
Kel. Wulan : Belom.
Guru : Belom puter? Sekarang puter! Mulai nomer satu dari Stenny.
Stenny ke sini, teruuusss. Liat kalimat sebelumnya, ya! Ssst sudah,
kalau sudah dapat, sudah selesai kalimat kedua, puter lagi!
Siswa (Kel. Wulan) : Jadi, kita harus selesaiin ini dulu, Bu?
Guru : Ya, puter lagi lanjutin kalimat temennya. Sampai akhirnya kertas
itu, kertas kalian ada di tangan kalian sendiri. Nanti ada berapa
kalimat. Yaaa paling tidak kalian kan harus tau bagaimana.
Siswa (Kel. Wulan) : Bikinnya satu paragraf atau satu kalimat-satu kalimat gitu,
Bu?
Guru : Boleh berupa kata, kalau menurut kalian lima kalimat sudah
cukup, ganti lagi. Kalimatnya boleh kalimat simpleks, kemarin kan
udah kan?
Kel. Wulan : Ya.
Guru : Boleh kalimat dialog. Ya, mengerti yah? Putar lagi yah!
Lanjutkan! Putar lagi kalau sudah yang kedua.
(Menghampiri kelompok Seman)
Guru : Ini sudah?
Kel. Seman : Dah.
Guru : Putar lagi! Kedua kali, putar lagi!
(Menghampiri kelompok Arumi)
Guru : Ini sudah berapa kali?
Kel. Seman : Empat.
Guru : Empat, ini kalian sudah semuanya ya? Putar lagi!
(Menghampiri kelompok Haryati)
Guru : Ini sudah berapa putaran?
Kel. Seman : Dua.
Guru : Baru dua, putar lagi! Jangan senyum-senyum, nanti juga dibaca
lagi. Jadi setiap... nanti dibacakan. Menyimak tidak tadi dialognya
yang disampaikan. Sudah mengerti yah? Jalaaaannn, artinya sudah
tau yah? Sampai kalian mentok di kertas masing-masing.
Dibacakan. Ini siapa? Punya temen? Jangan liat punya temen! Yok!
Jangan mentok di satu orang! Nanti dibacakan yah! Siapa yang
paling memperhatikan dialog tadi. Karena kalau yang
memperhatikan tinggal nerusin, tinggal nerusin, bisa. Enggak usah
pake di kasih angka-angka yah, enggak usah. Karena Ibu cuma
minta satu kalimat, bukan berarti satu, yah!
Kel. Seman : Iya, Bu.
Guru : Yok, sebentar lagi. Ya, siapa yang sudah pegang kertasnya
masing-masing?
Kel. Seman : Belum.
(Menghampiri kelompok Arumi)
Guru : Sudah sampaikah ke kertasnya masing-masing?
Kel. Arumi : Belum, Bu.
(Menghampiri kelompok Seman)
Guru : Yah, lama nih. Ini udah sampai enggak? Sampai mana nih?
Kel. Seman : Belum, Buuu.
(Menghampiri kelompok Wulan)
Guru : Ini sudah sampai mana? Sampai sembilan sudah?
Kel. Wulan : Belom.
Guru : Satu putaran lagi?
Kel. Wulan : Ya, Bu.
(Menghampiri kelompok Seman)
Guru : Jangan lupa ya, jangan lebih!
(Menghampiri kelompok Arumi)
Guru : Dah, ya?
Kel. Arumi : Belum.
Guru : Dah sepuluh?
Kel. Arumi : Udah.
Guru : Ya, cukup waktunya selesai!
(Menghampiri kelompok Haryati)
Guru : Kenapa dipilih angka?
Siswa (Kel. Haryati) : Kan Ibu yang nyuruh tadi.
Guru : Kenapa pilih angka? Kan kelompok Haryati. Tulis satu kalimat!
Tulis satu kalimat! Ayo! Mulai dari kelompok Arumi!
Siswa (Kel. Arumi) : Assalammua’alaikum Wr. Wb.
Siswa lain : Wa’alaikum salam Wr. Wb.
Siswa (Kel. Arumi) : Saya akan membacakan biografi tentang Arumi Ekowati.
Arumi Ekowati lahir pada tanggal 06 Mei. Arumi seorang
mahasiswa lulusan Tri Sakti. Setelah lulus, ia bekerja sebagai
arsitek di sebuah perusahaan. Saat ia bekerja, ia mengalami
kebimbangan, antara menjadi arsitek atau meneruskan hobi
menulisnya. Arumi memiliki teman bernama Gisel. Arumi pun
meminta saran pada Ibu dan temannya. Setelah ia putuskan menjadi
penulis, novel pertamanya diterima di sebuah penerbit. Kini ia
merupakan seorang penulis novel. Dia juga sekarang menulis novel
yang berceritakan religius, novel tersebut berjudul Tahajud Cinta
di Kota.
Siswa : Widiiiiiiihhhh.
Siswa (Kel. Arumi) : Ia juga bekerja sampingan dengan berbisnis sepatu.
Siswa lain : (Tertawa)
Siswa (Kel. Arumi) : Ahirnya usaha itupun semakin sukses.
Guru : Selesai?
Siswa (Kel. Arumi) : (Mengangguk kepala)
Guru : Nampaknya seperti itu yah! Sesuai gak? Tadi kamu Civitya, mau
mengungkapkan tentang Arumi tuh seperti apa? Karena dari hasil
kerja bareng, sesuai enggak dengan apa yang kamu inginkan?
Civitya : Enggak.
Guru : Tidak, yah? Coba deh, coba baca teksnya masing-masing! Teks
kalian masing-masing. dibaca. Berapa persen hasil yang kalian
inginkan? Ya, dengan yang kalian... tadi kalian sudah
menginginkan seperti ini, tapi hasilnya seperti...berapa persen yang
didapat? Ada yang 100%?
Siswa lain : 50%
Guru : 50% dapet isinya?
Siswa lain : Iya, Bu.
Guru : Siapa yang 100%? Dapet hasil dari membuat teks cerita ulang
yah, yang 100% sudah sesuai dengan yang diinginkan.
(Salah satu siswa mengangkat tangan)
Guru : Dah? Sesuai?
Siswa (Kel. Seman) : Enggak tau, Bu.
Guru : Harusnya yah, diniatkan dari awal.
(Kelompok Wulan mengacungkan tangan)
Kel. Wulan : Bu, Bu, Bu, Bu kelompok ini Bu.
Guru : Udah semua? Sesuai keinginan?
Kel. Wulan : Iya.
Guru : Oke, coba bacakan! Mau yang mana dulu?
Kel. Wulan : Stenny... (Kel. Wulan menunjuk salah satu temannya)
Guru : Ayo Stenny dibaca! (Stenny berdiri untuk membacakan) Coba
yang lain, bener enggak 100% apa yang disampaikan oleh
temennya.
Siswa (Kel.Wulan) : Ada seseorang yang melihat empat jomblo memesan
stroberi. Seseorang tersebut menyarankan adanya tempat duduk
supaya pelanggan nyaman. Apalagi tanpa di solusi waktu yang
enak, akan membuat tempat tersebut akan semakin nyaman.
Sehingga, Wulan sang pemilik kedai memutuskan untuk nyari
solusi dan suaminya untuk memasang wifi. Saat ini Wulan tidak
lagi kerepotan dalam melayani pelanggan. Meskipun terdapat
banyak pesaing, namun kedai Wulan tidak kalah saing karena
memiliki rasa yang berbeda dari kedai lainnya. Lalu ia mempunyai
ide dengan mengubah suasana kedainya. Kemudian, ia mulai
berbicara dengan suaminya tersebut. Dan suaminya mewujudkan
keinginan istrinya tersebut.
Siswa lain : Yeeeeee (Tepuk tangan)
Guru : Berapa kali itu bilang lalu, lalu, lalu gitu yah?
Siswa lain : (Tertawa)
Guru : Enggak bisa pasang wifi, tapi bicara lagi dengan suaminya.
Padahal setelah berbicara dengan suaminya yaitu apa? Pasang wifi.
Tapi diulang lagi mau memakai. Perencanaan tadi seperti itu yah?
Diulang, diulang, diulang. Ya, tapi bagaimanapun yang hari ini
dikumpulkan! Jangan lupa diberi nama. Masing-masing kelompok
jadi satu. Mau baca? Oh ya, mau baca yah? Oke, kasih kesempatan
dulu yah, buat kelompok ini baca. Dapetnya bagaimana tadi? Oke.
Siswa (Kel. Seman) : Seman memiliki istri bernama Dian.
Guru : Sssttt....
Siswa (Kel. Seman) : Ia memiliki dua orang anak. Anak yang pertama
berpendidikan menjadi pramugari, anak yang kedua
bersekolah di SMA Dharmawati. Ia bekerja sebagai TNI-
AD. Dirinya sendiri pun pernah bersekolah di SMA Negeri,
eh... SMA Negeri 2 Tangerang.
Siswa lain : Purworejooo.
Siswa (Kel. Seman) : Purworejo. Ia melanjutkan pendidikannya di Jakarta.
Umur anak kedua berusia 16 tahun. Seman pernah
mengamani presiden.
Guru : Seperti itu tidak? Yang diperankan di depan. Coba mana
tadi yang memerankan Seman? (Siswa yang memerankan
Seman mengacungkan tangannya) Seperti itu tidak?
Pemeran Seman : Iya.
Guru : Persis?
Pemeran Seman : Iya.
Guru : Bener?
Pemeran Seman : Iya.
Guru : Hebat!! Ya (Tepuk tangan)
Siswa lain : (Tepuk tangan)
Guru : Besok kita lanjutkan enam kelompok, kasih tau juga
temannya yang gak masuk belum siap. Harus siap yah!
Enggak perlu lagi suruh mana yang kelompok ini, harus
sudah siap. Yang sudah kan, sebelum Ibu datang sudah
disiapkan. Terus kalau sudah sendiri, siapa yang lebih dulu?
Siapa yang buat? Jangan Ibu yang meminta, lama. Ayo!
kumpulkan perkelompok, perkelompok dimasukkan biar
enggak kececer. Seman mana? Fotoin yah jangan lupa!
Dah, yang sudah, assalammu’alaikum (Pergi meninggalkan
kelas)
Siswa : Wa’alaikum salam.
2. Pertemuan Kedua
Transkrip data ini dilakukan saat pembelajaran Bahasa Indonesia,
kelas XI semester dua dengan materi teks Cerita Ulang yang
dipresentasikan dengan berdrama. Teks Cerita Ulang setiap keolmpok
mereka peroleh dari hasil wawancara yang dilakukan setiap
kelompoknya. Partisipan pada saat pembelajaran ini ialah guru dan
siswa serta siswa dan siswa. Pada satu kelas terdapat sepuluh
kelompok, masing-masing dari setiap kelompok berkisar 4-5 siswa.
Pada pertemuan kedua ini, enam kelompok terakhir yang
berkesempatan untuk mempresentasikan hasil teks Cerita Ulang-nya.
Pembelajaran dimulai dengan guru masuk kelas dengan mengucap
salam dan dilanjutkan dengan mengabsen siswa, selanjutnya Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) dimulai. Berikut hasil transkrip datanya:
Guru : Ya, assalammu’alaikum Wr. Wb.
Siswa : Wa’alaikum salam Wr. Wb.
Guru : Ya, langsung saja kelompok berikutnya maju. Sssttt... tolong
diam! (Siswa lain langsung diam, kelompok 1 maju)
(Kelompok 1)
Keterangan :
Siswa 1 : Sebagai narator 1
Siswa 1a : Sebagai Pak Jodi
Siswa 1b : Sebagai Andi
Siswa 1c : Sebagai Pak Sam
Siswa 2 : Sebagai Rika
Siswa 3 : Sebagai Hana
Siswa 3a : Sebagai Bu Ika (guru BP)
Siswa 3b : Sebagai Vira
Siswa 3c : Sebagai Ibu Rika
Siswa 4 : Sebagai narator 2
Siswa 4a : Sebagai Pak Tono
Siswa 4b : Sebagai Kak Vito
Siswa 4c : Sebagai Ayah Rika
Siswa 1 : Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Siswa lain : Wa’alaikum salam Wr. Wb.
Siswa 1 : Kami dari kelompok satu ingin mempraktikan hasil teks Cerita
Ulang kami dalam bentuk drama. Sebelumnya kami ingin
memperkenalkan diri terlebih dahulu, nama saya Tegar sebagai Pak
Jodi, Pak Sam dan juga Andi.
Siswa 2 : Nama saya Asti Dwi Ambarwati sebagai Rika.
Siswa 3 : Nama saya Andini Setiawati sebagai Hana, sebagai Ibu BP, Ibu
Rika dan sekaligus sebagai Vira.
Siswa lain : Eeehhh jangan berisik!!!
Siswa 4 : Nama saya Ramadya Ajidan sebagai narartor dua, Pak Tono,
bapak dan juga Kak Vito.
Siswa 1 : Judul teks Cerita Ulang kami ialah Siti Riqqah Hassan ia
merupakan mahasiswa farmasi ITB yang memiliki banyak cerita
inspiratif dalam hidupnya, berikut kisahnya. Di suatu hari yang
cerah, Rika seorang siswi SMPN 9 Tangerang sedang
bercengkrama dengan teman sebangkunya perihal kesibukannya
sebagai pelajar.
Siswa 2 : Na, aku kok akhir-akhir ini capek banget ya. Senin sampai rabu
aku PSS, juma’atnya saman, sabtu RSS. Kayak enggak ada waktu
istirahatnya.
Siswa 3 : Kan udah aku bilang, Rik. Kamu harusnya buat skala prioritas.
Pilih salah satu ekskul yang menurutmu paling penting, pilih salah
satunya terus fokusin di salah satu itu.
Siswa 2 : Tapi menurut aku semuanya penting. Aku takut nilai aku enggak
bisa terselamatkan lagi.
Siswa 3 : Ya udah deh, sekarang gini deh, kalau kamu kesulitan aku akan
bantu.
Siswa 2 : Oke, makasih Hana.
Siswa 3 : Sama-sama.
Siswa 4 : Bulan demi bulan telah terlewati. Namun, Rika masih belum
menemukan motivasi untuk menjadi lebih baik. Hingga suatu saat,
ketika ia sedang mengerjakan ulangan PKn di kelasnya, terjadi
sesuatu yang mengejutkan.
Siswa 3a : Rika, apa yang kamu simpan di kolongmu itu? Coba liat!
Siswa 2 : Enggak ada, Bu.
Siswa 3a : Jangan bohong kamu, coba liat!!!
Siswa 2 : Jangan Bu, aduuuh Buuu...
Siswa 1 : Dengan gesit Bu Ika meraba kolong meja Rika, dan betapa
terkejutnya ia saat menemukan secarik kertas contekan. Tanpa
banyak kata, Rika digiring Bu Ika ke ruang BK.
Siswa 3a : Rika, kamu kenapa jadi kayak gini sekarang? Kamu pas awal-
awal masuk sekolah itu, kamu berprestasi, kamu sampai masuk
kelas unggulan loh!
Siswa 2 : Capek Buuu, enggak ada waktu untuk belajar. Waktu saya tersita
untuk kegiatan ekstrakurikuler.
Siswa 3a : Nah, itu konsekuensinya, makannya kamu jangan ngambil
ekstrakurikuler yang banyak. Kamu tuh harus bisa me-manage
waktu.
Siswa 2 : Iya, Bu.
Siswa 3a : Oke, semoga omongan saya ini, enggak jadi angin lewat buat
kamu saja yah!
Siswa 2 : Baik, Bu.
Siswa 1 : Dari kejadian memalukan ini Rika belajar untuk merubah pola
pikirnya dan kembali menata kehidupan akademiknya, didorong
keinginan yang kuat, ia meminta sahabatnya Hana untuk
membimbingnya dalam proses belajar.
Siswa 2 : Na, aku mau ubah mindset aku loh! Aku mau serius belajar, besok
kan udah UN.
Siswa 3 : Nah, itu baru temen gua, eh temen aku deng. Semoga dengan cara
kayak gini, kamu bisa jadi lebih baik lagi.
Siswa 2 : Bantuin aku yah, belajar bareng-bareng aku. Aku banyak banget
pelajaran yang ketinggalan.
Siswa 3 : Tenang Rik, tenang ... aku akan bantu. Kapan kamu bisanya? Aku
kamis sampai jum’at juga bisa kok.
Siswa 2 : Jum’at aja deh. Soalnya supaya gak bentrok sama ekskul.
Siswa 3 : Kayaknya bisa deh, mulok diganti hari jum’at kan? Deal?
Siswa 2 : Deal.
Siswa 1 : Hari-hari menjelang UN mereka lewati dengan latihan-latihan
intensif dan diskusi-diskusi materi yang sukar dipahami. Dalam
kurun waktu dua bulan, Rika berhasil mengejar ketertinggalannya
di berbagai mata pelajaran, dan sekaligus sukses memperbaiki
nilai-nilai merah di rapotnya. Seminggu sebelum UN tiba, ia
melakukan relaksasi dengan jalan-jalan bersama kawannya. Ketika
UN berlangsung, ia dengan gesit mengerjakan soal demi soal. Kini,
satu bulan tlah berlalu semenjak diselenggarakannya UN. Para
pelajar berharap-harap cemas mengenai hasil ujian mereka.
Termasuk Rika, yang kebetulan pada hari ini dijadwalkan
mengambil hasil UN di sekolah.
Siswa 4a : Ini nilai kamu (Memberikan amplop)
Siswa 2 : Pak, ini nilai saya tidak salah?
Siswa 4a : Tidak Rika, itu nilaimu dan perlu diketahui, nilai UN kamu ini
tertinggi kedua di kota ini.
Siswa 2 : Beneran?
Siswa 4a : Selamat! Saya juga ikut bangga atas prestasi kamu itu.
Siswa 2 : Makasih ya, Pak.
Siswa 1 : Air mata bahagia tak henti berderai dari mata Rika. Ia terharu
dengan hasil yang ia capai. Kini ia bertanya-tanya, apakah yang
terjadi dengan Hana.
Siswa 2 : Han, gimana sama nilai mu?
Siswa 3 : Ya gitu deh, nilaiku kurang sempurna. Jadi, kayaknya aku enggak
bisa lolos di NITRA.
Siswa 2 : Kenapa sih? ada yang salah kali sama nilainya.
Siswa 3 : Enggak Rik, itu udah bener-bener valid. Oh ya, anyway kamu
nilai tertinggi kedua kedua di kota ya?
Siswa 2 : Iya.
Siswa 3 : Selamat kalau gitu, aku senang dengarnya.
Siswa 2 : Ini kan juga berkat kamu, makasih ya Hana.
Siswa 3 : Selamat.. selamat.. selamat (berpelukan)
Siswa 1 : Rika memeluk erat sahabatnya itu, hatinya dicampur rasa senang
pun juga kecewa. Senang karena ia mendapat nilai UN tertinggi.
Kecewa karena sahabatnya yang telah sabar membimbingnya justru
mendapat nilai UN yang kurang memuaskan. Namun mereka
berjanji untuk bersatu kembali di perguruan tinggi nanti.
Siswa 4 : Kini Rika sudah resmi menjadi siswi SMAN 1 Tangerang. Ia
sedang mencoba berkenalan dengan seorang siswa di sampingnya.
Siswa 2 : Hai, aku Siti Riqqah Hassan. Panggil aja Rika.
Siswa 3b : Vira Madhina. Panggil aja Vira.
Siswa 2 : Mau ikut ekskul apa Vir?
Siswa 3b : Kayaknya saman deh, kamu?
Siswa 2 : Kayaknya aku juga ikut saman deh.
Siswa 3b : Abisnya penampilan mereka keren banget sih pas demo ekskul
kemarin.
Siswa 2 : Iya, aku juga suka liatnya pas demo kemarin.
Siswa 3b : Iya kaaan, makannya mau aku ikutin.(Tersenyum sambil
menunjuk ke arah siswa 2)
Siswa 1 : Setelah bergabung dengan saman, ia banyak mengenal orang
baru. Pengalamannya pun semakin bertambah. Bahkan, ia ditawari
pekerjaan melatih ekstrakurikuler saman di SMP-nya dahulu.
Siswa 1a : Jadi gini, saya ingin menawarkan kamu pekerjaan, untuk melatih
saman di Sempana. Perihal uang untuk mengajar dan gaji sudah
tercantum dalam surat ini. Apakah kamu bersedia?
Siswa 2 : Ini serius Pak? Ada persyaratan khususnya enggak Pak?
Siswa 1a : Untuk saat ini sih tidak, tapi kamu coba diskusikan dulu dengan
orang tua kamu, baru kamu balik lagi ke saya untuk mendiskusikan
hal ini.
Siswa 2 : Baiklah Pak, saya akan diskusikan dulu dengan orang tua saya.
Makasih ya, Pak.
Siswa 4 : Sepulang dari pertemuan ini, Rika mendiskusikan hal ini kepada
orang tuanya.
Siswa 2 : Pak, Bu kemarin aku ditawarin nih suruh melatih saman di
Sempana, gimana?
Siswa 3c : Ya udah enggak apa-apa, asal kan enggak menghambat kamu
dalam belajar enggak masalah.
Sisiwa 4c : Bapak juga setuju Rik.
Sisiwa 2 : Makasih Pak, Bu. Kalau nanti aku sudah mulai melatih di sana,
kayaknya uang jajan aku dihentiin aja deh, Pak! Hitung-hitung
bantuin Bapak sama Ibu.
Siswa 4c : Ya udah kalau gitu.
Siswa 1 : Di kemudian hari Rika kembali menemui Pak Jodi untuk
mengkonfirmasi jawabannya.
Siswa 2 : Ini, Pak (Menyerahkan amplop)
Siswa 1a : Makasih.
Sisiwa 1 : Di samping kesibukkannya melatih saman, ia juga mendapat
prestasi gemilang di kelasnya. Ia menduduki peringkat ke-5 di
kelasnya. Semester demi semester dilalui Rika dengan nilai yang
memuaskan. Saat bulan penerimaan mahasiswa baru se-Indonesia,
ia dengan mudah diterima di Fakultas Farmasi ITB. Dalam
kehidupannya sebegai menjadi seorang mahasiswa, ia banyak
menemui hal-hal baru. Salah satunya saat ia menjalani OSPEK.
Siswa 4b : Coba kamu, apa alasan kamu masuk Fakultas Farmasi?
Siswa 2 : Saya masuk Fakultas Farmasi ini karena saya termotivasi dengan
pelayanan kesehatan yang buruk di Indonesia. Akses obat saja sulit,
Kak! Selain itu profesi kesehatan selalu saja dikaitkan dengan
“dokter”. Padahal ada bidang farmasi juga. Nah, saya ingin ubah
perspektif masyarakat terhadap pelayanan kesehatan sekaligus
farmasi di sini, Kak.
Siswa 4b : Bagus, kamu contoh orang yang visioner. Punya tujuan yang
jelas.
Siswa 2 : Makasih, Kak.
Siswa 1 : Hari-harinya sebagai mahasiswa ITB terus-menerus dipenuhi
berbagai kejutan. Salah satunya ialah pertemuan dengan orang-
orang yang ambisius dalam mecapai tujuannya.
Siswa 2 : Andi!!
Siswa 1b : Iya kenapa, Rik?
Siswa 2 : Kok, kamu pucet banget si?
Siswa 1b : Iya nih, aku belum tidur dua hari terakhir. Tugas numpuk banget.
Siswa 2 : Ndi kuliah emang penting, tapi kesehatan jauh lebih penting.
Siswa 1b : Iya sih aku tahu, tapi ini kan ITB Rik. Ini tuh sarangnya anak-
anak jenius, para peraih mendali OSN dan juga oarng-orang yang
ambisius. Jadi, sekali kamu longgarin semangat kamu, ambisi
kamu, kamu bakal kalah. Jadi ya, bahkan ada yang pernah bilang,
kalau sakit itu hal yang wajar dalam proses di sini Rik.
Siswa 2 : Tapi, aku rasa belajar itu ada baiknya dibatasi. Jangan sampai
merugikan seperti itu.
Siswa 4 : Rika tetap teguh dengan pendiriannya, untuk belajar dengan
efektif bukan dengan berorientasi pada nilai. Dan terbukti setelah
membawakan presentasi mengenai pendistribusian obat di dunia,
dihampiri oleh salah seorang dosen.
Siswa 1c : Rika tunggu! Apa yang kamu sampaikan tadi benar-benar relevan
dengan isu yang kita hadapi saat ini. Jadi, saya rasa, saya ingin
mengajakmu untuk berkolaborasi dengan saya menyusun
presentasi untuk pertemuan organisasi farmasi seluruh Indonesia
agustus nanti. Apa kamu bersedia?
Siswa 2 : Bersedia sih Pak, cuma bisa enggak yah, saya presentasikan lagi
ke audiens yang lebih banyak?
Siswa 1c : Untuk saat ini sih saya tidak tahu, saya belum bisa memberikan
kabar yang jelas. Tapi yang utamanya kamu bisa enggak ikut
mewakili farmasi ITB dalam rapat ISMAFARSI Agustus nanti?
Siswa 2 : Siap, Pak! (Berjabat tangan)
Siswa 1c : Ya, siap!!!
Siswa 4 : Sekali lagi, Rika berhasil membuktikan dengan kemauan yang
tinggi serta ketekunan yang tak goyah. Ia dapat memperoleh
berbagai kesempatan dalam hidupnya.
Siswa 1 : Kurang lebih itu perjalanan hidup dari Siti Riqqah Hasan.
Kurang lebihnya mohon maaf.
Kel. 1 : Wabilllahi thaufik wal hidayah, wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Siswa lain : Wa’alaikum salam Wr. Wb (Tepuk tangan)
Guru : Kelompok berikutnya! Kelompok berikutnya! Hari ini empat
kelompok yah.
Siswa : Masih lima, Bu.
Guru : Eh iya, lima, bukan empat yah. Sekarang enam, nanti baru...
berarti lima lagi, ayo siap-siap! Kemarin sudah Ibu bilang, buat
jadwalnya siapa yang awal, siapa yang kedua, siapa yang keenam.
(Kelompok 7)
Keterangan` :
Siswa 1 : Sebagai narator 1
Siswa 1a : Sebagai rekan kerja Mashudi
Siswa 2 : Sebagai Mashudi
Siswa 3 : Sebagai Dito
Siswa 3a : Sebagai Ranti anaknya Mashudi
Siswa 4 : Sebagai Ibunya Mashudi
Siswa 4a : Sebagai istrinya Mashudi
Siswa 1 : Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Siswa lain : Wa’alaikum salam wr. Wb.
Siswa 1 : Kami kelompok tujuh ingin menampilkan drama tentang biografi
Pak Mashudi. Sebelumnya kita memperkenalkan diri terlebih
dahulu.
Siswa 2 : Nama saya Viola Cesi Febrianti, sebagai Pak Mashudi.
Siswa 1 : Saya Erika Triana, sebagai narartor dan Pak Kuwat.
Siswa 3 : Nama saya Naini Nurqaidah, sebagai Dito temannya Pak Mashudi
dan sebagai Ranti anak Mashudi.
Siswa 4 : Saya Finia Khairani bekerja sebagai Ibunya Mashudi dan istrinya
Pak Mashudi.
Siswa 1 : Selamat menyaksikan drama kami. Hari ini Mashudi menjalankan
rutinitasnya sebagai mahasiswa di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Mashudi merupakan mahasiswa yang rajin dan tekun
dikampusnya. Sehingga, para dosen sangat menyukainya. Ia pun
juga orang yang mudah bergaul. Sehingga banyak teman-temannya
yang merasa nyaman.
Siswa 3 : Mashudi, kamu lagi ngapain di sini?
Siswa 2 : Aku lagi baca buku pelajaran ini, kamu ada apa kemari?
Siswa 3 : Aku lagi pusing.
Siswa 2 : Duduk lah sini! Ada apa sih? Coba cerita, siapa tahu aku bisa
menenangkan pikiranmu.
Siswa 3 : Ayah dan ibuku setiap hari bertengkar, soalnya ayah sudah tidak
bekerja lagi akibat di PHK. Belum lagi, semua tagihan meminta
untuk segera dilunaskan. Bagaimana ini? Bisa-bisa aku berhenti
kuliah karena orang tuaku tak sanggup membiayaiku.
Siswa 2 : Kamu yang sabar Dito, kamu harusnya banyak bersyukur, kamu
seharusnya semangat dalam menjalani hidup.
Siswa 3 : Kamu berbicara seperti itu karena kamu enggak tahu bagaimana
rasanya jadi aku. Berbuat tak semudah berkata-kata.
Siswa 2 : Ya asal kamu tahu tentang kehidupan aku, kamu pasti akan
merasa beruntung daripada aku. Percayalah!
Siswa 3 : Bukannya kamu adalah orang yang ceria, bahagia, bersemangat.
Siswa 2 : Ya, memang seperti itu nampak luarnya. Tapi sebenarnya, aku ini
bukan berasal dari keluarga yang mampu. Kakak-kakakku,
saudara-saudaraku hanya tamat lulusan sekolah SD, dan aku yang
sampe sekarang alhamdulillah bisa sampai kuliah di sini. Harusnya
kamu lebih banyak bersyukur dong, kan apa yang dilihat orang lain
itu belum tentu sebenarnya seperti itu.
Siswa 3 : Ya Allah, berarti selama ini aku kurang banyak bersyukur yah?
Siswa 2 : Ya di sini kita sama-sama belajar untuk menjadi orang yang lebih
baik lagi, kita harus banyak-banyak bersyukur.
Siswa 3 : Makasih yah Mashudi, atas sarannya dan pengalaman terbaik
Mashudi.
Siswa 2 : Iya, sama-sama.
Siswa 1 : Begitulah Mashudi. Merupakan orang yang sangat bersahabat
dengan siapa pun. Ia sangat tekun dalam menempuh
pendidikannya. Bahkan walaupun harus mengirit uang makan pun
ia lakukan agar dapat meneruskan kuliahnya. Sesampainya di
rumah.
Siswa 4 : Mas, kamu kok kurus banget Mas.
Siswa 2 : Ibu aku enggak apa-apa, aku udah makan yang banyak.
Siswa 4 : Maafkan Ibu ya Nak, belum bisa membahagiakan kamu.
Siswa 2 : Ibu, aku seperti ini ikhlas karena keinginanku untuk sukses dan
menjadi lebih baik lagi. Aku yakin suatu saat nanti, aku akan
membanggakan Ibu. Karena Ibu wanita terhebat yang ada
dihidupku.
Siswa 4 : Terima kasih, Nak.
Siswa 1 : Begitulah wujud sayang Mashudi kepada orang tuanya. Akibat
sudah tidak mampu lagi keluarganya untuk membiayai
pendidikannya, sampai-sampai Mashudi pernah berpuasa sampai
empat bulan berturut-turut hanya untuk berhemat dalam memenuhi
kebutuhannya. Mashudi juga sangat berprestasi. Ia mendapatkan
beasiswa karena kepintarannya. Setelah lulus dari UIN pada tahun
1993, dan melanjutkan S2 di Universitas Mercu Buana. Ia
mendapatkan beasiswa hingga ia lulus s2.
Siswa 2 : Alhamdulillah yah, saya merasa sangat bersyukur karena diawali
dengan niat, usaha dan do’a, Allah menjawab semua do’a-do’a
saya. Maka saya bersyukur bisa seperti ini, makasih ya Allah
(Mengusap wajah dengan kedua tangannya)
Siswa 1 : Setelah selesai menempuh S2 di Universitas Mercu Buana,
Mashudi pun bekerja di berbagai tempat. Sampai beliau banyak
sekali memiliki teman. Beliau tidak sungkan berteman dengan
siapapun karena beliau tahu bahwa hidup tak selamanya di atas.
Ada kalanya orang dapat merasakan di atas dan di bawah. Lagi
pula, apalah yang harus disombongkan? Toh semua ini hanyalah
titipan semata dari Allah SWT. Ketika masuk tempat kerjanya.
Siswa 1a : Mas, kamu abis dari mana?
Siswa 2 : Aku abis ngajar di kelas XII IPS 3. Ada apa?
Siswa 1a : Enggak... ini, tadi di kelas XI IPS 2 ada yang berbuat ulah di
kelas, dan dia tidak mau mengikuti pelajaran.
Siswa 2 : Ya Allah, anakku lagi. Ya udah nanti akan ku beri kabar ke kedua
orang tuanya. Terima kasih, yah!
Siswa 1a : Iya.
Siswa 1 : Begitulah Mashudi orang yang sangat bersahabat dengan siapa
pun, dan ia juga begitulah keseharian Mashudi. Mengajar murid-
murid SMAN 3 Tangerang sebagai guru agama Islam. Beliau juga
menjadi guru sejarah wajib. Pengalamannya dalam mengajar sangat
banyak. Maka dari itu, ia dipercaya oleh kepala sekolah dan guru-
guru sebagai wakil kepala sekolah bidang humas. Karena sifatnya
yang ramah, mudah bergaul dan terus menyalurkan aura positif
kepada orang banyak, ia sangat disukai dan pada umumnya orang
akan menilai bahwa Mashudi adalah orang yang bijaksana dalam
menentukan segala tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Kini,
Mashudi sudah memiliki rumah dan cukup mapan dalam segi
ekonomi. Ia pun banyak membantu orang-orang sekitar karena
Mashudi mempunyai sikap sosial yang tinggi. Sesampainya di
rumah.
Siswa 4a : Mas, udah pulang?
Siswa 2 : Sini sayang. Alhamdulillah sih lancar, cuman... cuman aku masih
kesel, masih banyak siswa nih yang sering bolos. Jadi, masih
banyak kendala buat aku.
Siswa 4a : Sabar ya Mas, pekerjaanmu itu memang agak berat ya kan? Kamu
harus selalu sabar menghadapi kendalanya, semakin sabar kita itu,
semakin menunjukkan ketaatan kita kepada Allah SWT , Mas.
Siswa 2 : Subhanallah, sholehah sekali istriku.
Siswa 4a : Nih Mas, diminum Mas.
Siswa 2 : Iya, terima kasih yah Istriku.
Siswa 1 : Memang setelah lulus S2 dan memiliki penghasilan, Mashudi
menikahi Emay Nuroniah S. Ag, pada tanggal 24 Mei 1996 di
Purwakarta. Ia menikahi wanita shalihah yang mampu memikat
hatinya dengan segala kedewasaan dan kebijakan yang istrinya
miliki. Dari pernikahan ini, Mashudi dan Emay di karuniai 3 orang
anak. Dua laki-laki dan satu perempuan.
Siswa 3a : Ayah... Ayah udah pulang?
Siswa 2 : Udah nak, gimana kabarnya kamu hari ini?
Siswa 3a : Baik ayah. Ayah besok aku kan ada tugas ke Malaysia. Ada
pertemuan sama dosen-dosenku yang akan menguji nanti di
skripsiku.
Siswa 2 : Oh bagus sekali Nak, lalu bagaimana masalah transportasi dan
biaya di sana?
Siswa 3a : Ayah gak usah pusing, karena semua biaya ssudah di tanggung
sama sekolah. Jadi, Ayah gak usah ngeluarin uang sepersen pun.
Siswa 2 : Waaah, subhanallah anak Ayah. Hati-hati yah kamu, Ayah akan
selalu mendoakan yang terbaik buat kamu.
Siswa 3a : Iya terima kasih, Ayah.
Siswa 1 : Anak pertama Mashudi sudah beranjak dewasa, memiliki banyak
kegiatan dan juga memiliki sifat yang hampir sama dengan
ayahnya, Mashudi. Tekun dan giat dalam segala kegiatan yang
dilakukan. Apalagi kalau untuk masa depannya. Karena, setiap
anak pastinya ingin melebihi kehebatan orang tuanya. Dari kisah
Mashudi ini, banyak sekali nilai-nilai dan pelajaran yang dapat kita
ambil maknanya. Bahwa kesulitan ekonomi bukanlah penghalang
untuk kita menjadi sukses dalam menempuh pendidikan. Ada
kalanya kita merasa hidup lebih berat dari yang kita bayangkan,
namun lupa bahwa banyak sekali orang-orang yang berada di
bawah kita. Semoga dengan adanya sepenggal atau secuil
kehidupan dari Pak Mashudi dapat menjadikan pelajaran bagi kita
semua.
Siswa 2 : Sekian dari kelompok kami, itu adalah sedikit cuplikan dari kisah
hidup Pak Mashudi dari kita. Kurang lebihnya mohon maaf.
Kel. 7 : Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Siswa lain : Wa’alaikum salam Wr. Wb (Tepuk tangan)
(Kelompok 9)
Keterangan :
Siswa 1 : Sebagai Ibunya Indra
Siswa 1a : Sebagai narator 2
Siswa 2 : Sebagai narator 1
Siswa 2a : Sebagai wasit
Siswa 3 : Sebagai coach
Siswa 4 : Sebagai Indra
Siswa 1 : Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Siswa lain : Wa’alaikum salam Wr. Wb.
Siswa 1 : Kami dari kelompok sembilan, ingin mendramakan biografi dari
kak Indra, yaitu atlet dari itu... Anggar.
Siswa 2 : Pintu kamar itu terbuka. Terlihat seorang lelaki yang bercermin.
Ia sedang merapihkan seragam, menata rambutnya lalu menyiapkan
peralatannya maupun perlengkapannya. Muncullah seorang wanita
tua yang berada di balik pintu.
Siswa 1 : Kamu sudah siap, Nak?
Siswa 4 : Sudah, Bu.
Siswa 1 : Ibu selalu mendoakanmu. Semoga kamu bisa banggain Ibu, nak.
Siswa 4 : Iya, Bu.
Siswa 1 : Bawa nama baik keluarga. Banggakan negara kita. Kamu sudah
siap kan?
Siswa 4 : Iya, aku sudah siap Bu (Cium tangan/ saliman)
Siswa 1 : Hati-hati yah.
Siswa 4 : Assalammu’alaikum.
Siswa 1 : Wa’alaikum salam.
Siswa 2 : Indra pergi meninggalkan ruangan tersebut, dan menuju ke tempat
dimana ia bertanding. Ia menghampiri teman-teman dan pelatihnya
yang sudah menanti dirinya. Ia menaruh perlengkapan serta
peralatan yang telah ia bawa dari rumah.
Siswa 3 : Gimana Ndra? Kamu siap gak untuk kejuaran kali ini?
Siswa 4 : Insya Allah sudah siap Coach.
Siswa 3 : Kali ini kamu akan bertanding melawan Jung dari Korea dan
Wang Lee dari Cina.
Siswa 4 : Hah? Serius Coach?
Siswa 3 : Ya.
Siswa 4 : Wah, ini bakal jadi pertandingan yang menantang dan berkesan
bagi saya Coach.
Siswa 3 : Semangat ya Ndra, saya doakan kamu menang.
Siswa 4 : Makasih Coach.
Siswa 2 : Tak lama kemudian, terdengarlah suara panggilan pembawa acara
yang menyebutkan nama Indra. Indra segera tanding, menyerang
lawan di arena. Namun, tak lama kemudian, selang pertandingan
yang telah berlangsung ditemukan kejanggalan-kejanggalan wasit
yang curang ini. Indra menghampiri wasit tersebut dan
menegurnya.
Siswa 4 : Wasit ini enggak adil sit, dia buat pelanggaran sit. Poin dia
harusnya untuk saya, kenapa Anda menambah poin dia.
Siswa 2a : Enggak boleh gitu dong, saya di sini wasit, saya punya hak.
Enggak boleh gitu.
Siswa 4 : Ini enggak adil.
Siswa 2a : Ya enggak, ini tuh poin untuk teman Anda, bukan buat Anda.
Untuk lawan Anda.
Siswa 4 : Anda gak adil, curang!!
Siswa 2a : Anda masih ingin lanjut di sini, atau mau keluar? Kalau Anda
ingin lanjut, Anda ikuti kata-kata saya.
Siswa 4 : Percuma sit. Meskipun saya mengikuti pertandingan ini pun,
Anda tetap berlaku curang, Anda membela dia.
Siswa 1a : Indra mengotot agar wasit bermain dan bekerja secara adil.
Namun percuma, semua akan sia-sia karena wasit tersebut sudah
mengawasi jalannya permainan dengan sangat tidak efektif dan
subjektif. Indra pun mengalah dari kejuaraan yang seperti ini.
Mengalah bukan berarti kalah.
Siswa 2 : Setibanya di rumah, Indra sangat kecewa. Ia mencari Ibunya.
Ditemukanlah sang Ibu sedang terbaring di tempat tidurnya.
Siswa 4 : Bu saya kalah tanding Bu, gak bisa buat Ibu bangga, gara-gara
wasitnya curang Buuu.
Siswa 1 : Sudah nak, dengarkan Ibu... Ibu tau ya, kamu sudah berjuang
sebisa kamu, semampu kamu. Ibu tau nak kamu sudah berusaha
sampai sebisa kamu, ya.
Siswa 4 : Maaf Bu, aku hanya pulang dengan membawa medali perak Bu.
Siswa 1 : Nak, dengarkan Ibu yah. Walaupun medali perak saja, itu berarti
kamu sudah membanggakan tanah air kita, membanggakan Ibu,
membanggakan teman-teman kamu, ya! Jadi, kamu yang tenang
yah! Mengalah bukan berarti kalah nak.
Siswa 4 : Makasih, Bu.
Siswa 1 : Sama-sama, Nak.
Siswa 2 : Walaupun ia kecewa akan kejuaraan kali ini, namun ia tak
pantang menyerah. Ia bertekad agar bisa menang di kejuaraan
selanjutnya.
Siswa 1a : Sekian dari kelompok kami, assalammu’alaikum Wr. Wb.
Siswa lain : Wa’alaikum salam Wr. Wb.
Guru : Ya, kelompok berikutnya.
(Kelompok 10)
Keterangan :
Siswa 1 : Sebagai narator
Siswa 1a : Sebagai Bambang
Siswa 2 : Sebagai Dewi
Siswa 2a : Sebagai Egi
Siswa 2b : Sebagai Pak Kuwat
Siswa 2c : Sebagai Evans
Siswa 3 : Sebagai Zulfa
Siswa 3a : Sebagai Paijo
Siswa 3b : Sebagai Bu Aeni
Siswa 4 : Sebagai Agus
Siswa 1 : Bismillah, assalammu’alaikum Wr. Wb.
Siswa lain : Wa’alaikum salam Wr. Wb.
Siswa 1 : Ya, kami di sini dari kelompok sepuluh, akan menampilkan drama
tentang Bambang. Pak Bambang, kalian semua pasti udah pada tau
kan? Ya, ya itu. Perkenalkan, saya Thifal Zharifa Fauziyyah
sebagai moderator dan Bambang.
Siswa 2 : Nama saya Nur Ayu Jamila sebagai Dewi, Zulfa, Evans dan
Kuwat.
Siswa 3 : Dan saya Wita Kurnamasari menjadi Egi dan...
Siswa 1 : Paijo.
Siswa 3 : Ya, Egi, Paijo sama Bu Aeni.
Siswa 4 : Saya Dwi Wulan Sari sebagai Agus.
Siswa 1 : Bambang Gunawan atau yang biasa di panggil Bambang, lahir di
Brebes, 08 Juni 1987. Bambang Gunawan merupakan anak dari
pasangan Bapak Haryono dan Ibu Sukirah. Anak kedua dari lima
belas saudara ini paling suka ya. Ya, dan dia suka banget nari-nari
enggak jelas. Bambang bersekolah di SDN Wlahar 01 Kab. Brebes.
Lalu ia pindah ke Melanjutkan ke SMPN 24 Kota Tangerang. Di
SMPN 24 Kota Tangerang, ia sering dibuli oleh temannya ataupun
dari kakak kelasnya karena ia masih berlogat Jawa.
Siswa 4 : Hey, kamu kok masih medok banget suaranya?
Siswa 1a : Iya, soalnya aku lahir di Brebes.
Siswa 4 : Udah berapa tahun tinggal di sana?
Siswa 1a : Baru satu tahun.
Siswa 4 : Pantes masih medok. Temenin ke kantin yuk!
Siswa 1a : Ayo!
Siswa 1 : Saat mereka berjalan menuju kantin, ada kakak kelas yang
mendengar obrolan mereka dan ingin membuli Bambang.
Siswa 3 : Hey kamu yang medok! Kita ini tinggal di Tangerang, bukan di
Jawa Tengah!
Siswa 1a : (Bambang yang menunduk terdiam)
Siswa 3 : Orang nanya tuh dijawab! Jangan diem aja!
Siswa 2a : Enggak punya mulut kali. Zul, panggil anak-anak!
Siswa 3 : Siaaap!
Siswa 1 : Teman dari kakak kelasnya pun datang menghampiri Bambang.
Siswa 3 : Woy, angkat dia ke tempat sampah sekarang!
Siswa 2a : Iya.
Siswa 1 : Mereka mengangkat Bambang dan memasukkannya ke tempat
sampah. Setelah kejadian tersebut, Bambang termotivasi untuk
menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Sampai-sampai ia
terpilih sebagai ketua osis dan menjabat sebagai koordinator sesi.
Dan ia aktif di ekstrakurikuler Pramuka dan KIR. Lalu ia menjabar
sebagai ketua ekskul KIR selama dua periode. Saat itu tak ada lagi
yang berani membulinya. Saat ia kelas 9, Bambang terpilih lagi
sebagai ketua kelas, untuk ketiga kalinya. Dia mulai fokus belajar
dan mendapat peringkat sepuluh tertinggi se-SMPN 24 Kota
Tangerang.
Siswa 4 : Bam, kamu peringkat ke berapa nemnya?
Siswa 2 : Bagus enggak?
Siswa 1a : Alhamdulillah aku dapet peringkat sepuluh, kalau kalian?
Siswa 4 : Wah, bagus ya. Duh nilaiku jelek, gara-gara santai terus di kelas9.
Siswa 2 : Kalau aku sih lumayan. Pinter juga kamu ya.
Siswa 1a : Enggak juga kok. Semoga kalian sukses juga ya nantinya.
Siswa 2 & 4 : Aamiin.
Siswa 1 : Setelah lulus SMP tahun 2013, Bambang diterima di SMAN 3
kota Tangerang. Ketika OSPEK, ia terpilih sebagai ketua gugus
dan pada saat itu OSPEK dilakukan, ia mendapat, ia menjadi
primadona OSPEK dengan tingkah konyol tanpa malu dan
mendapat predikat peserta paling konyol dari kakak kelas. Setelah
OSPEK ia masuk ke kelas X IPA 4 dan terpilih sebagai ketua kelas.
Bambang tidak terlalu menunjukkan prestasi saat ia kelas X.
Namun, saat kelas XI telah menunjukkan prestasi dengan
mengikuti lomba-lomba yang membanggakan, se... yang
membanggakan, seperti juara tiga mading 3D sejabodetabek di
SMAN 13 Jakarta.
Siswa 3a : Wah, sepertinya orang sepertimu berbakat dalam ekskul pramuka
dan KIR.
Siswa 1a : ah, enggak juga.
Siswa 3a : Apa ekskul-ekskul yang kamu tekuni itu tidak memberatkanmu?
Siswa 1a : Ah, enggak juga kok. Karena, saya menyukai ekskul itu udah
semenjak SMP.
Siswa 1 : Setelah itu, banyak prestasi-prestasi di bidang KIR, Pramuka dan
lingkungan. Ia juga mendapat juara harapan kedua duta sampah dan
juara 3 pramuka peduli sampah. Ketika melihat lingkungan ia
merasa khawatir, karena kotor dan tidak tertata rapih. Dan
kemudian, Bambang bertemu dengan Bu Aeni.
Siswa 1a : Hallo, Bu Aeni.
Siswa 3b : Iya, kenapa Bambang?
Siswa 1a : Bu, begini, saya tuh merasa khawatir dengan lingkungan kota
yang seperti ini.
Siswa 3b : Saya juga khawatir, Saya takut murid-murid mudah sakit dengan
lingkungan kotor seperti ini.
Siswa 1a : Bagaimana kalau kita membentuk suatu perkumpulan yanag
peduli terhadap lingkungan sekolah?
Siswa 3b : Ide bagus tuh, namanya apa?
Siswa 1a : Apa ya Bu? Oooh... ya Bu, bagaimana kalau 3R, Go Green sama
Go Clean, Bu?
Siswa 3b : Bagus juga, besok mulai aktif ya Mbang.
Siswa 1a : Iya, Bu.
Siswa 1 : Ya, sejak tahun 2014, ekskul 3R Go Green Go Clean ini selalu
jadi panitia pada HUT SMANIC. Ketika naik ke kelas XII
Bambang masih ingin berprestasi lagi walaupun ada larangan dari
sekolah. Pada 07 Agustus 2015 sekolah mendapat undangan dari
Dinas Pendidikan Banten, Pak Kuwat menunjuk Bambang
mengikuti kuis Ki Hajar, Bambang di panggil ke ruang wakasek.
Siswa 1a : Assalammu’alaikum Pak, apakah Pak Kuwat memanggil saya?
Siswa 2b : Silahkan duduk dulu!
Siswa 1a : Iya, Pak.
Siswa 2b : Apa kamu ingin mengikuti kuis Ki Hajar, Mbang?
Siswa 1a : Kuis tentang apa itu, Pak?
Siswa 2b : Kuis tentang pramuka, kan gugus depan sekolah kita kan Ki
Hajar.
Siswa 1a : Ya udah deh Pak, insya Allah saya bisa mengikuti kuisnya Pak.
Siswa 2b : Ok, ini surat undangannya.
Siswa 1a : Ya sudah Pak, saya balik kelas dulu ya, Pak.
Siswa 2b : Iya, sama-sama.
Siswa 1a : Setelah Bambang membaca surat undangannya, ternyata kuis Ki
Hajar adalah kuis Kita Harus Belajar (Ki Hajar) yang diadakan
tanggal 10. Sedangkan, ia baru dapat surat tanggal 07 Agustus.
Lomba itu diadakan di hotel Karawaci. Pada saat itu, Bambang
sendirian, ia tidak ada yang mendampinginya. Saat itu, pada saat ia
registrasi, ia hampir didiskualifikasi karena data-datanya kurang
lengkap. Tetapi, karena konsekuensi dari panitia, akhirnya
Bambang boleh ikut serta dalam kompetisi lomba . Ada dua orang
panitia yang menyampaikan perlombaan sebelum lomba
dilaksanakan pukul tiga sore. Seluruh peserta dari SD, SMP, SMA
Dan peserta lomba mengerjakan 20 soal umum. Mengerjakan soal
tersebut dengan sesingkat mungkin. Setelah pengerjaan soal
tersebut, mereka bermain-main. Dan saat pulang, Bambang
bertemu Evans dari SMAN 6 Kota Tangerang.
Siswa 1a : Van...
Siswa 2c : Pulang bareng yuk! Kita kan searah.
Siswa 1a : Boleh, emangnya rumah kamu arah kemana?
Siswa 2c : Kalau aku sih pulang ke Karang Tengah.
Siswa 1a : Boleh juga tuh.
Siswa 2c : Ya udah.
Siswa 1a : Ayo!
Siswa 1 : Setelah tiga hari, pemenang diumumkan lewat web, dan Bambang
berhasil mendapat juara satu dengan soal benar 17 dari 20 soal
dalam 9 menit. Karena ia juara satu tingkat provinsi, ia diminta
mewakili provinsi Banten ke tingkat nasional. Pada tanggal 01
Oktober, Bambang dihubungi oleh Dinas Pendidikan Banten untuk
menjadi wakil Provinsi Banten. Kuis Ki Hajar nasional diadakan di
hotel santika, TMII.
Siswa 1a : Assalammu;alaikum, Pak. Oh iya Pak, saya ditelpon orang Dinas
Pendidikan. Bahwa saya harus mengumpulkan surat-surat, entah itu
kesehatan, terus proposal, dan lain-lainnya pak.
Siswa 2b : Kapan kamu mau berangkat?
Siswa 1a : Insya Allah saya akan berangkat pada tanggal 23 November, Pak.
Siswa 2b : Ya udah, nanti saya akan mempersiapkan surat-surat yang kamu
butuhkan nanti, saya akan mengurusnya.
Siswa 1a : Siap pak! Ya udah Pak, makasih Pak.
Siswa 1 : Pada akhirnya, lomba itu pun dilaksanakan. Lomba itu diadakan
pada tanggal 23 November 2015 sampai 27 November 2015. Kuis
Ki Hajar ini terdiri dari tiga tahap penilaian, yaitu menjelajah
Taman Mini Indonesia Indah masing-masing tes akademik. Selain
ada beberapa tahapan, itu juga ada kegaitan-kegiatan lain. Pada
malam terakhir sebelum pisah, mereka pun berbincang-bincang.
Mereka pun bersenang-senang , bercanda dan bercerita hingga larut
malam. Waktu pun menunjukkan jam dua pagi. Dan keesokkan
harinya mereka pun diumumkan pemenangnya. Pada lomba
tersebut ia tidak mendapatkan .. tidak mendapatkan beberapa juara.
Namun, ia mendapatkan kompensasi pada malam tersebut. Setelah
lulus SMA, Bambang melanjutkan... selanjutkan, ia melanjutkan ke
perguruan tinggi. Namun, ia mulai mengajar hingga sekolahnya itu.
Ekskul KIR di SMPN 11 Kota Tangerang, ekskul KIR di SMP 02
Kota Tangerang, dan ekskul KIR di SMAN 03 Kota Tangerang.
Ya, sekian dari drama kit, kurang lebihnya mohon maaf, billahi
thaufik wal hidayah,
Kel. 10 : Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Siswa lain : Wa’alaikum salam Wr. Wb (Tepuk tangan)
(Kelompok 6 )
Keterangan :
Siswa 1 : Sebagai pembuka
Siswa 1a : Sebagai korban kecelakaan
Siswa 1b : Sebagai Hani
Siswa 2 : Sebagai narator
Siswa 3 : Sebagai Ibu dari korban kecelakaan
Siswa 3a : Sebagai Ibu Ahmad Ghazali
Siswa 4 : Sebagai polisi
Siswa 5 : Sebagai mas-mas
Siswa 5a : Sebagai dokter
Siswa 5b : Sebagai Ahmad Ghazali
Siswa 1 : Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Siswa lain : Wa’alaikum salam Wr. Wb.
Siswa 1 : Kami akan menampilkan drama kami tentang biografi Ahmad
Ghazali, itu dia polisi.
Siswa 2 : Ahmad Ghazali merupakan seorang polisi yang berjaga di
kesatuan polres metro Tangerang kota. Beliau lahir di Bandung.
Ahmad Ghazali merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Sewaktu kecil, beliau memiliki sifat yang jail, yaitu suka menggoda
perempuan, serta beliau memiliki hobi bernyanyi. Saat ini beliau
sedang berjaga. Suatu hari, ada anak laki-laki bernama Ahmad
Ghazali yang kemudian ingin pergi ke suatu tempat di kota
Bandung. Pada saat perjalanania melihat seorang anak yang
mengalami kecelakaan, dan ditolong oleh seorang polisi.
Siswa 4 : Mas, Mas, tolong bantu saya bisa enggak Mas?
Siswa 5 : Bisa, bisa. Ini kenapa?
Siswa 4 : Coba saya hubungi keluarganya (mencari identitas) Oh ya, ini ada
no telpon keluarganya (menelfon)
Siswa 3 : Halo
Siswa 4 : Halo
Siswa 3 : Halo, ada apa yah?
Siswa 4 : Ini, saya mau mengabarkan anak Ibu kecelakaan.
Siswa 3 : Kecelakaan dimana ya, Bu?
Siswa 4 : Kecelakaan di jalan merpati.
Siswa 3 : Ya udah saya ke sana yah.
Siswa 4 : Ayo, kita bawa ke rumah sakit.
Siswa 2 : Keesokan harinya, putri meminta ingin pergi ke sesuatu tempat,
yang mana si? Lalu kemudian sang polisi meminta membantunya,
membawanya ke rumah sakit. Ditengah-tengah perjalanan, Ghazali
berkata padanya.
Siswa 3 : Ada apa, Bu?
Siswa 4 : Saya enggak tau, dia tiba-tiba...mungkin dia agak kenceng naik
motornya, jadi dia terjatoh.
Siswa 3 : Gimana si! Kok bisa!
Siswa 4 : Saya hanya membantu anak Ibu yah, saya hanya membantu anak
Ibu. Saya sebagai polisi membantu anak Ibu dan mencoba
menghubungi keluarganya. Siapa tahu ada keluarganya bisa
membantu.
Siswa 3 : Pokoknya saya enggak mau tau, kalau ada apa-apa dengan anak
saya, Anda yang saya salahkan.
Siswa 4 : Loh kok bisa begitu, Bu? Saya hanya membantu membawa anak
Ibu, saya juga tidak tahu persis kenapa kecelakaannya.
Siswa 3 : Ya berarti kamu yang ada di situ kan? Berarti kamu yang salah.
Siswa 4 : Saya hanya membantu anak Ibu, saya hanya membantu anak Ibu
membawanya ke sini karena sudah terluka parah Bu.
Siswa 3 : Ya sudah, panggilkan dokter!
Siswa 5a : Maaf Ibu, anak Ibu tidak bisa diselamatkan.
Siswa 3 : Apaaa!!! Naaakkk... bangun Nak, banguuunnn Nak, Nak
banguuuunnn.
Siswa 2 : Di sore harinya, Ibu dan Ghazali pergi berjalan-jalan.
Siswa 5b : Bu, bagaimana kalau saya menjadi seorang polisi?
Siswa 3a : Menurut Ibu sih, tidak apa-apa. Tapi kan, kamu kuliah ngambil
jurusan ekonomi, kamu gimana?
Siswa 5b : Saya mengikuti tes kepolisian aja dulu, Bu. Kalau misalnya, saya
diterima, saya akan menjadi polisi dan meninggalkan kerjaan yang
saya sekarang ini.
Siswa 3a : Ya sudah, Ibu hanya bisa mendoakan kamu. Semoga kamu bisa
menggapai cita-cita kamu nak.
Siswa 2 : Keesokkan harinya, Ghazali ingin pergi ke Sulawesi untuk
mengikuti tes kepolisian di sana. Sesampainya di Sulawesi, dia
bertemu dengan temannya.
Siswa 1b : Eh, Ghazali. Gimana kabarnya?
Siswa 5b : Baik, kamu gimana kabarnya?
Siswa 1b : Alhamdulillah baik. Kamu di sini sedang apa?
Siswa 5b : Aku sedang tes kepolisian, tapi enggak tau dimana.
Siswa 1b : Oh, coba sini aku liat lokasinya dimana? (Mengambil kertas dari
Ghazali) Oh ini, kalau ini aku tau. Ini dekat tempat kantorku. Aku
antar yah.
Siswa 5b : Boleh.
Siswa 2 : Mereka berdua pun pergi ke tempat tersebut.
Siswa 1b : Ini kantor aku, dan ini depannya kantor kamu.
Siswa 5b : Makasihnya Hani udah nganterin aku.
Siswa 1b : Oh iya sama-sama. Ya udah aku pulang duluan yah. Kapan-kapan
main ke kantor aku.
Siswa 5b : Iya.
Siswa 2 : Ghazali pun menelpon Ibunya, untuk mengabari kalau ia sudah
sampai ke tempat tersebut. Setelah Ghazali mengikuti tes ia pulang
ke Bandung. Lalu sesampainya di Bandung. Lalu sesampainya
Ghazali di rumah.
Siswa 5b : Assalammu’alaikum, Ibu.
Siswa 3a : Wa’alaikum salam, kamu udah pulang? Sini duduk! Gimana
tesnya kamu lulus enggak?
Siswa 5b : Lulus Bu, alhamdulillah.
Siswa 3a : Oh yaudah bagus deh, kamu tinggal melanjutkan kerjaan kamu itu
deh yang satunya.
Siswa 5b : Aduh Bu, saya kerja di kepolisian aja. Soalnya waktu itu saya
pernah lihat orang kecelakaan. Dia membantu, membantu orang itu
kecelakaan. Tetapi, dia, polisi itu malah disalah-salahkan sama Ibu
korban. Gara-gara korbannya enggak terselamatkan pada saat
kecelakaan itu.
Siswa 3a : Oh ya udah, semoga pilihan kamu yang sekarang berjalan dengan
sukses ya, Nak.
Siswa 5b : Aamiin.
Siswa 2 : Akhirnya Ghazali pun menjadi seorang polisi.
Siswa 1 : Sekian dari kelompok kami, kurang lebihnya mohon maaf.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Siswa lain : Wa’alaikum salam Wr. Wb.
(Kelompok 8)
Keterangan :
Siswa 1 : Sebagai narator 1
Siswa 1a : Sebagai Andi
Siswa 1b : Sebagai pemberi gaji
Siswa 2 : Sebagai Irchish Akbar
Siswa 2a : Sebagai ketua penyalur beasiswa
Siswa 3 : Sebagai murid Irchish Akbar 1
Siswa 3a : Sebagai adik Irchish Akbar
Siswa 3b : Sebagai narator 2
Siswa 4 : Sebagaai murid Irchish Akbar 2
Siswa 4a : Sebagai narator 3
Siswa 4b : Sebagai Irchish Akbar 2
Siswa 1 : Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Siswa lain : Wa’alaikum salam Wr. Wb.
Siswa 1 : Kami akan melakukan drama tentang kehidupan tokoh Irchish
Akbar.
Siswa lain : Hah? Siapa?
Siswa 1 : Gampang, nanti aja susah. Pemuda ini lahir tanggal 30 Januari
1992, dan baru saja lulus S1 Universitas Islam Indonesia, dan untuk
memenuhi kebutuhannya sehari-hari, beliau mengajar di salah satu
masjid.
Siswa 3 : Siaaap, memberi salam!
Siswa 3&4 : Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Siswa 2 : Ya, sebelum saya memulai pelajaran, ada yang sudah kenal saya
apa belum?
Siswa 3&4 : Belum, Pak.
Siswa 2 : Yaudah kalau gitu kita perkenalan dulu aja ya.
Siswa 3 : Iya, Pak.
Siswa 2 : Nama saya Irchish Akbar. Saya tinggal di deket daerah-daerah
sini. Sekarang giliran kalian. Mulai dari kamu.
Siswa3 : Nama saya Irsyad.
Siswa 4 : Nama Dani, Pak.
Siswa 2 : Jangan manggil saya Pak, saya kan masih muda. Jangan manggil
saya Pak yah, panggil saya Kakak aja.
Siswa 3&4 : Iya, Pak.
Siswa 2 : Kok manggil Pak, Pak lagi sih? Emangnya saya udah tua ya?
Siswa 4 : Iya Pak, ada jenggotnya tuh.
Siswa 3 : Iya Pak.
Siswa 2 : Kambing yang baru lahir aja udah mempunyai jenggot.
Siswa 4 : Berarti bapak kambing.
Siswa 2 : Alhamdulillah selama jadi guru, sekarang kita sudahi.
Siswa 3&4 : Iya, Pak.
Siswa 1 : Setelah selesai mengajar, Akbar hendak pergi ke suatu masjid
untuk mengisi mimbar jum’at. Dan setelah mengisi mimbar jum’at,
Akbar bertemu dengan seorang pemuda.
Siswa 1a : Assalammu’alaikum (Berjabat tangan)
Siswa 2 : Wa’alaikum salam.
Siswa 1a : Ustadz yang tadi ngisi pas khotbah yah?
Siswa 2 : Iya, memangnya kenapa ya?
Siswa 1a : Ustadz kayaknya pinter banget dalam menjaga ibadah.
Siswa 2 : Ah tidak seperti itu, saya berbagi pengetahuan saya membaca,
membaca buku.
Siswa 1a : Oh, maaf sebelumnya nama saya Andi, Tadz.
Siswa 2 : Oh, iya.
Siswa 1a : Ustadz lulusan S1 apa S2?
Siswa 2 : Saya lulusan S1.
Siswa 1a : Oh S1, Ustadz ada niatan enggak lanjutin S2?
Siswa 1a : Iya sih, tapi...
Siswa 4a : Tiba-tiba telpon berbunyi.
Siswa 2 : Hallo, assalammu’alaikum. Apaaaa? Ibu pingsan? Yaudah iya,
aku kesana sekarang. Maaf ya saya harus pulang duluan.
Assalammu’alaikum.
Siswa 1a : Iya, makasih ya Tadz. Wa’alaikum salam.
Siswa 1 : Lalu Akbar pulang ke rumah, dan khawatir akan ibunya.
Siswa 4b : Assalammu’alaikum Bu, eh ada Adek. Ibu gimana Dek?
Siswa 3a : Ibu enggak apa-apa Bang. Ibu lagi di kamar. Nanti samperin aja
mungkin.
Siswa 4b : Lagian Ibu kenapa keluar-keluar segala si? Ibu kan udah tua,
harusnya di rumah aja.
Siswa 3a : Ibu katanya ingin mencari suasana baru Bang, bete di rumah
mulu, bosen. Makannya Ibu kerja di ladang.
Siswa 4b : Ibu tuh, harusnya masalah gitu, biar Abang aja yang cari. Abang
juga bingung si soalnya gaji Abang buat nabung supaya kuliah lagi
S2.
Siswa 3a : Iya Adek udah bilang ke Ibu. Katanya Adek juga bantu cari duit,
buat bantu Abang, buat S2.
Siswa 4b : Iya Dek, makasih yah. Mudah-mudahan besok-besok Abang bisa
kuliah lagi.
Siswa 3a : Iya, Bang.
Siswa 1 : Setelah sebulan demikian, setelah Akbar mulai mengajar, tiba
saatnya Akbar menerima gaji.
Siswa 1b : Akbar!
Siswa 4b : Iya, Pak.
Siswa 1b : Ini ada sedikit uang sebagai upah kamu telah mengajar di sini.
Siswa 4b : Ya, makasih banyak ya Pak. Alhamdulillah.
Siswa 1b : Saya pergi dulu ya.
Siswa 4b : Iya. Wih, uangnya banyak juga. Wah, ini buat nabung kuliah
sebagian, lebihnya kasih Ibu ah.
Siswa 1 : Tiba-tiba telpon Akbar berdering.
Siswa 4b : Halo, assalammu’alaikum.
Siswa 1a : Halo. wa’alaikum salam, Tadz ini saya Andi yang ngobrol sama
Ustadz. Bisa ketemu gak Tadz? Saya ada perlu.
Siswa 4b : Oh ya, nak Andi. Kita ketemuannya dimana ya? Gimana kalau di
masjid kemarin aja, soalnya minggu ini saya juga ada khotbah di
sana.
Siswa 1a : Oh ya Tadz, maaf ya ganggu.
Siswa 4b : Iya nak.
Siswa 1a : Assalammu’alaikum.
Siswa 4b : Wa’alaikum salam.
Siswa 3b : Jum’at kemudian, Akbar mengisi khotbah jum’at dari pagi,
tempat mereka bertemu. Setelah shalat jum’at mereka berbincang-
bincang kembali.
Siswa 1a : Assalammu’alaikum, Tadz.
Siswa 4b : Wa’alaikum salam, ada apa?
Siswa 1a : Jadi gini, saya belom selesai ngomong kemaren. Saya ada
program S2, S3 di Madinah. Saya belum ada calon untuk dikirim
ke sana. Saya lihat ustadz memenuhi kriteria. Ustadz mau gak?
Siswa 4b : Saya sih mau, tapi saya belum ada duitnya.
Siswa 1a : Jadi gini, semua biayanya itu ditanggung sama pemerintah Tadz.
Siswa 4b : Oh gitu, jadi semuanya ditanggung sama pemerintah?
Siswa 1a : Iya. Jadi, pemerintah itu punya program S2, S3 bagi lulusan
agama di Indonesia. Jadi, gimana Tadz?
Siswa 4b : Alhamdulillah kalau gitu. Jadi, apa aja persyaratannya?
Siswa 1a : Nanti surat-surat sama dokumennya tolong di lengkapin, nanti
tinggal kasih ke saya.
Siswa 4b : Makasih banyak ya nak, nanti kita ketemu lagi.
Siswa 1a : Iya, assalammu’alaikum.
Siswa 4b : Wa’alaikum salam.
Siswa 1 : Setelah mendapat kabar gembira, Akbar pulang ke rumah untuk
menemui ibunya.
Siswa 4b : Assalammu’alaikum, ibuuu.
Siswa 3a : Wa’alaikum salam, nak.
Siswa 4b : Bu, Akbar punya kabar baik nih Bu.
Siswa 3a : Kabar baik apa nak?
Siswa 4b : Akbar dapet beasiswa untuk S2 di Madinah.
Siswa 3a : Alhamdulillah nak, akhirnya cita-cita kamu tercapai juga. Yang
pinter ya nak.
Siswa 4b : Ya, Bu. Doain Akbar ya, semoga Akbar sukses di sana.
Alhamdulillah, biayanya ditanggung sama pemerintah semua.
Siswa 3a : Ya, Ibu selalu ngedoain Akbar. Ibu selalu dukung Akbar.
Siswa 4b : Ya, jadi Akbar nanti akan ngurusin dokumen-dokumennya. Insya
Allah, lusa besok Akbar berangkat ke sana.
Siswa 3a : Ya, Akbar siapin aja, surat-surat, dokumennya. Ibu Cuma bisa
bantu doa, supaya kamu sukses belajarnya di sana. Jadi, yang apa
kamu cita-citakan dan kembali lagi.
Siswa 4b : Iya Bu, doain Akbar ya supaya jadi S2.
Siswa 3a : Iyaaa, aamiin. Ibu selalu mendoakannya.
Siswa 4b : Ya udah Bu, Akbar pamit dulu ya, mau ngurus dokumen ya,
assalammu’alaikum Bu.
Siswa 3a : Wa’alaikum salam Wr. Wb.
Siswa 1 : Setelah meminta izin ke ibunya, Akbar kembali bertemu dengan
mas Andi yang akan menuju berangkat kerja.
Siswa 1a : Bar, udah siap belom?
Siswa 4b : Udah siap nih.
Siswa 1a : Ya udah ayo ikut saya ke sekolah.
(Sesampainya di sekolah)
Siswa 1a : Pak jadi gini, ini kabarnya yang saya bilang buat S2 di Madinah.
Silahkan Bapak tanya-tanya aja, saya duluan ya Pak.
Siswa 2b : Iya. Kamu mau S2 di Madinah ya?
Siswa 4b : Ya.
Siswa 2b : Barang-barang kamu udah siap?
Siswa 4b : Udah siap dong Pak. Barang-barangnya udah saya siapin.
Siswa 2b : Oh ya udah.
Siswa 4b : Jadi , kira-kira disana berapa lama ya, Pak?
Siswa 2b : Mungkin sekitar lima atau enam tahun.
Siswa 4b : Wah lama juga ya. Kalau liburan atau lebaran gitu saya bisa
pulang enggak?
Siswa 2b : Bisa kok, tapi biaya ditanggung sendiri.
Siswa 4b : Ya udah nanti saya tabung deh, biar bisa balik pas lebaran.
Siswa 2b : Ya udah sekarang bawa barang-barang kamu, biar kita bisa
langsung berangkat aja.
Siswa 4b : Ya.
Siswa 1 : Sekian dari kami, kurang lebihnya mohon maaf. Billahi thaufik
wal hidayah wassalammu’alaikum Wr. Wb.
Guru : Satu lagi yah! Selesai yah? Yang polisi, biografi yang polisi
belum jadi yah?
Siswa (kel. 6) : Iya.
Guru : Kok di sini enggak ada? Menyerahkannya barengan kelompok
lain?
Siswa (kel. 6) : Sendiri.
Guru : Sendiri? Kalau Akbar ada. Kelompok Haryati, Bambang,
kelompok Stenny, Indra, Bambang ada, Arumi ada, Seman ada,
Wulan, terus siapa ini? Siti Riqqah ada. Ini enggak ada yang
Ghazali, menyerahkannya ke siapa? Next, yang Ghazali enggak
ada. Menyerahkannya bareng atau sendiri? Yang kemarin telat
siapa? (Kelompok Ahmad Ghazali menghampiri guru) Ini Akbar,
ini Haryati, ini Bambang, Seman, Pak Mashudi, Wulan milea, ini
Bambang, Arumi, Seman.
Siswa (kel. 6) : Oh, itu kita salah Bu bikinnya.
Guru : Iya, itu enggak ketemu. Makannya, daritadi Ibu cari tidak ketemu.
Mana begitu jadinya. Ya?
Siswa (kel. 6) : Iya.
Guru : Berarti, gimana nih? Teks yang tadi, jadi Ibu harapkan.
Siswa (kel. 6) : Iya begitu tadi, Bu.
Guru : Ya udah.
Siswa (kel. 6) : Makasih, Bu.
Guru : Mau kapan?
Siswa (kel. 6) : Besok, Bu.
Guru : Besok kan upacara, Ibu enggak ada jam sama sekali.
Siswa (kel. 6) : Soalnya Civitya enggak masuk Bu, gimana?
Guru : Terus kapan? Ibu juga daritadi enggak ketemu biografinya yang
mana? Kenapa bisa beda dengan teks yang dibuat? Berarti rombak
semua dong?
Siswa (kel. 6) : Iya, semuanya di rombak.
Guru : Aduuuh, berarti yang kemarin dikirim beda lagi?
Siswa (kel. 6) : Yang dikirim email itu sama ama biografi ini. Cuma kalau ini
bukan tentang kehidupan Ahmad Ghazali.
Guru : Ibu tunggu sampe hari senin. Senin ya!
Siswa (kel. 6) : Ya.
Guru : Presentasinya senin!
Siswa (kel. 6) : Iya.
Guru : Janji ya!
Siswa (kel. 6) : Iya.
Guru : Selesai sudah ya!
Siswa : Alhamdulillah.
Guru : Jadi kumpulkan teks, mungkin bareng dengan teks Pak Ghazali,
yang punya ada berapa orang? Ingatkan temannya!
Siswa (kel. 6) : Misalnya kalau belum selesai gimana tuh, Bu?
Guru : Iya, ditinggal saja. Yang penting sudah diingatkan, ya?
Siswa (kel. 6) : Ya.
Guru : Kalau sudah diingatkan dan tidak kerja sama kasih tau Ibu, ya.
Siswa : Iya, Bu.
Guru : Assalammu’alaikum.
Siswa : Wa’alaikum salam. Wr. Wb.
Tabel Penyajian Data
1. Tabel analisis Ilokusi dan Perlokusi dalam Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Kota
Tangerang pada Pertemuan Pertama
No. Kegiatan Temuan Data (TD) Ilokusi Perlokusi
Ase
rtif
Dir
ekti
f
Ek
spre
sif
Kom
isif
Dek
lara
si
1. Pembukaan
Guru memasuki kelas
dengan mengucap
salam, dilanjutkan
dengan mengabsen satu
persatu nama siswa.
TD 01
Guru : Andini
Andini : (Unjuk tangan) Hadir
√ √
TD 02
Guru : Anindya
Anindya : (Unjuk tangan)
√ √
TD 03 √ √
Guru : Annisa Fajar
Annisa : (Unjuk tangan) Hadir, Bu!
TD 04
Guru : Asti mana Asti?
Siswa : Izin, Bu!
√ ` √
TD 05
Guru : Izin, ini yang acara keluarga? Acara keluarga apa si?
Siswa : Kakaknya wisuda, Bu!
√ √
TD 06
Guru : Zidan
Siswa : Sakit
√ √
2. Kegiatan Inti
a. Siswa dan guru
menyiapkan
kelompok yang
akan
mempresentasikan
TD 07
Guru : Dini? Dwi Nur? Cuma dua ah! Yang sakit satu, izin
satu. Katanya, banyak yang izin! Berarti, semua
kelompok siap hari ini ya? Yok, mulai dari kelompok
tujuh dulu. Naini, Audrey, Finia, siapa lagi nih? Erika!
Ayo! Silahkan tujuh! Menghafal dialognya jangan
√ √
teks cerita ulang
yang telah
disajikan dengan
berdrama serta
menggunakan
bahasa Indonesia
yang baik dan
benar.
semua, bagian kalian aja ya!
TD 08
Siswa1 (Kel.7): Enggak, udah. Cuman kita tuh, masih itu, mau
baca-baca. Soalnya, kemaren kita tuh, lupa di
foto-foto.
Guru : Eeeyyy, kemarin ngapain? Terus enggak
latihan dong?
√ √
TD 09
Siswa1 (Kel.7): Tapi, itu kebanyakan narasi gitu.
Guru : Ya enggak bisa! Kamu kan harus pegang, gimana?
Ganti yang lain?
√ √
TD 10
Siswa1 (Kel.7): Atau enggak, kalau yang maju dikocok aja, Bu!
Guru : Enggak ah, jangan! Enggak mau diundi-undi gitu,
kaya apaan diundi-undi gitu.
√ √
TD 11
Siswa1 (Kel.7): Ya, udah. Kalau enggak, punya kita aja dulu
Bu!
Siswa3 (Kel.7): Ya, udah. Foto dulu daaah, foto! Foto!
Guru : Punya siapa yang mau diinikan? Kelompoknya tegar
√ √
deh, kelompok tegar.
TD 12
Guru :Yeee, kapan siapnya? Satu, mana satu? Kelompok
satu, kelompoknya Ariando!
Ariando : Itu kelompok saya, Bu!
√ √
TD 13
Siswa1 (Kel.7): Yah Bu, boleh minjem teksnya dulu enggak,
Bu?
Guru : Entar dulu, Natasya, siap? Siap? Kelompoknya Arda,
Annisa sama Arda, Andini.
√ √
TD 14
Siswa1 (Kel.7) : Ibu, boleh ngambil teksnya biisa enggak, Bu?
Guru : Ninu? Waktu yang sebelum ini dikumpulkan, Ibu
udah minta, kalian foto teks yang mau diperankan. Ya,
kan? Katanya udah. Nah itu, kelemahan kalian kalau
pakai yang seperti itu eggak dibuka. Ya, kan? Kalau
itu kan tinggal kalian kirim, kirim ke temen. Kalau
sekarang masih alasannya pinjem teks lagi, berarti
sama sekali tidak dibaca. Ya, kan? Nah, sekarang
konsekuensinya, bisa improvisasi enggak?
Siswa : Bisa, Bu!
√ √
TD 15
Siswa1 (Kel.7) : Ibu, boleh ngambil teksnya biisa enggak, Bu?
Guru : Ninu? Waktu yang sebelum ini dikumpulkan, Ibu
udah minta, kalian foto teks yang mau diperankan. Ya,
kan? Katanya udah. Nah itu, kelemahan kalian kalau
pakai yang seperti itu eggak dibuka. Ya, kan? Kalau
itu kan tinggal kalian kirim, kirim ke temen. Kalau
sekarang masih alasannya pinjem teks lagi, berarti
sama sekali tidak dibaca. Ya, kan? Nah, sekarang
konsekuensinya, bisa improvisasi enggak?
Siswa : Bisa, Bu!
√ √
TD 16
Guru : Kalian kemarin kan, udah pilih teks 1. Kalian kan
tau isinya, percakapan siapa dengan siapa? Yang
dibicarakan itu intinya apa? Ya? Kalau tekstual,
berarti harus sesuai teks. Kalau improvisasi, inti dari
pembicaraan yang kalian lakukan itu apa saja dengan
narasumber. Ya? Itu yang improvisasi. Tetapi tidak
keluar dari isi dialog yang mau disampaikan. Mana
ini? Coba filenya liat deh, filenya dibuka lagi, ada
tidak?
Siswa : Adaaa... (Memeriksa dan membuka file kembali)
√ √
b. Siswa dengan
kelompoknya
masing-masing
mempresentasikan
teks cerita ulang
yang telah mereka
sajikan dengan
berdrama.
TD 17
Siswa3 : Haryati, sudah waktunya sore, Ayo, kita pulang nak!
Siswa 1a : Iya, Ayah.
√ √
TD 18
Siswa 4 : Ayo, Haryati kamu mandi! Lalu, kita shalat maghrib
berjamaah dan mengaji bersama.
Siswa 1a : Baik, Bu!
√ √
TD 19
Siswa 3 : Ayo, nak! Semuanya bawa Al-Qur’an kalian
masing-masing.
Siswa 1b : Iya Ayah. A’udzubillahiminasyaithaanirrajiim..
√ √
TD 20
Siswa 3: Haryati, sebaiknya kamu melanjutkan sekolah di
Madrasah Jannatul Khairiyah.
Siswa 1a : Iya Ayah, apa yang dikatakan Ayah akan Haryati
ikuti, karena Haryati tau, bahwa ridha Allah ada pada
ridha orang tua.
√ √
TD 21
Siswa 3: Baiklah, kamu anak yang sangat berbakti kepada
orang tua.
√ √
Siswa 1a : Terima kasih, Ayah.
TD 22
Siswa 4: Nak, pulang nak (sambil menangis tersedu-sedu).
Siswa 1a : Iya, ada apa Ibu? Emang ada apa? Tumben sekali
Ibu menelpon Haryati.
√ √
TD 23
Siswa 4a: Ayo Kak, lebih baik kita cari dulu tiketnya.
Siswa 1a : Tapi Kakak tidak tahu naruh tiketnya dimana tadi,
dan kita sudah tidak mempunyai uang untuk
membelinya lagi.
√ √
TD 24
Siswa 1a : Ya udah, ayo! Kita mencarinya sekali lagi.
√ √
TD 25
Guru : Lanjutkan! Ayo! Masih ada enggak? Sudah siap?
√ √
TD 26
Siswa 3: Oh ini (Sambil memeriksa), masih banyak yang salah
Mi, diperbaiki lagi yah.
√ √
Siswa 4 : Saya akan memperbaikinya.
TD 27
Siswa 3a: Ya udah, ikuti kata hati kamu. Coba kamu pikirkan
lebih baik lagi. Kamu mau jadi penulis atau sebagai
arsitek yang kamu dapatkan sekarang ini. Semoga
pilihan kamu enggak salah ya.
Siswa 4 : Ya udah, kalau gitu aku akan mulai memikirkannya
dari sekarang, supaya aku bisa berusaha sebisa
mungkin, supaya aku bisa jadi seorang penulis.
√ √
TD 28
Siswa 4 : Gisel, aku lagi bingung nih.
Siswa 1a : Bingung kenapa?
√ √
TD 29
Siswa 4 : Aku bingung, mau menjadi penulis atau jadi arsitek.
Aku merasa kalau aku menulis itu udah jadi bagian
dari hidup aku.
Siswa 1a : Menurut kamu, gimana? Kamu lebih suka jadi
arsitek atau jadi penulis, yang jadi penulis cita-cita
kamu?
√ √
TD 30
Siswa 2a : Saya penerbit dari Gramedia, saya diberitahu naskah
yang kamu kirimkan kemarin masih mengalami
kesalahan, bisakah kamu revisi lagi?
Siswa 4 : Ya, ya, saya bisa memperbaikinya. nanti secepatnya
akan kirim kembali revisiannya yah.
√ √
TD 31
Siswa 2a: Oke, saya punya saran. Bagaimana kalau kamu
menulis novel yang bertemakan religi?
Siswa 4 : Saya akan menyelesaikan novel yang pertama saya,
setelah itu saya baru akan mencoba menulis novel
yang Ibu saranin.
√ √
TD 32
Siswa 4 : Terima kasih, Bu. (Sambil berjabat tangan)
Siswa 2a : Iya, sama-sama.
√ √
TD 33
Siswa 1a: Aku juga masih bingung, kamu ada saran?
Siswa 4 : Saran? Saran apa yah? Aku punya hobi, hobi melukis
gitu di atas sepatu, menurut kamu gimana?
√ √
TD 34
Siswa 1a : Wah,bagus tuh sepertinya. Bisa kamu kembangkan?
Siswa 4 : Bisa. Tapi, gak bisa cepet. Soalnya kan, aku harus
bagi waktu aku untuk menulis naskah aku.
√ √
TD 35
Siswa 1a : Wah bagus tuh. Kapan rilisnya?
Siswa 4 : Insya Allah beberapa saat lagi selesai dan
mengirimkannya ke penerbit, nanti kamu jangan lupa
baca yah!
√ √
TD 36
Siswa 4 :Insya Allah beberapa saat lagi selesai dan
mengirimkannya ke penerbit, nanti kamu jangan lupa
baca yah!
Siswa 1a: Iya nanti aku pasti baca. Oh ya soal bisnis kita, nanti
soal bisnis kita bicarakan lagi, semoga kamu sukses.
√ √
TD 37
Guru : Ya, siap! Ayo! (Berjalan menghampiri kelompok
selanjutnya). Semakin lama, semakin ragu. Ayo!
Semangaattt!!! Bismillah! Ayo, ayo dari tadi sudah
√ √
baca, waktunya sudah mau habis. Ayo! Boleh liat
sesekali.
Siswa (Kelompok 3) : Tuh, ayo boleh liat!
TD 38
Siswa 3 : Kamu hebat yah, bisa ditugaskan sebagai
pengamanan VVIP ya.
Siswa 2 : Ya itu pasti hasil dari saya bekerja keras, berusaha,
dan berdoa.
√ √
TD 39
Siswa 2 : Mba.. Mba (Sambil mengangkat tangannya)
(Pelayan restoran menghampiri Seman)
√ √
TD 40
Siswa 1a : Iya, ada yang saya bisa bantu?
Siswa 2 : Ya, saya ingin pesan ayam 3 dan 3 ice cream ya!
√ √
TD 41
Siswa 1a : Oke, tunggu ya Mas!
√ √
Siswa 2 : Terima kasih ya Mba, saya tunggu!
TD 42
Siswa 3 : Berarti kamu hebat ya, Man.
Siswa 2 : Ah, biasa aja Rin.
√ √
TD 43
Siswa 3 : Halo dengan siapa?
Siswa 4 : Saya Toni, benar ini Rina?
√ √
TD 44
Siswa 4 : Toni temen SD, masa enggak kenal si?
Siswa 3 : Ooh .. ya, ya, saya baru ingat.
√ √
TD 45
Siswa 3 : Yang jaman SD sering dijailin Seman kan? terus
nangis (Ketawa)
Siswa 4 : Ah sudahlah jangan bahas itu! oh ya, gimana
kabarmu sekarang?
√ √
TD 46
Guru : Hari ini empat kelompok dulu ya! satu kelompok
lagi! (Menghampiri kelompok selanjutnya) nih,
silahkan! (Kelompok selanjutnya bersiap-siap maju)
Empat kelompok berikutnya harus sudah siap.
√ √
TD 47
Siswa 2 : Ya udah, rasa stroberinya dua, rasa taronya satu ya
teh.
Siswa 4 : Ada yang lain lagi?
√ √
TD 48
Siswa 4 : Tunggu sebentar.
√ √
TD 49
Siswa 1 : Bayar, talangin dulu.
Siswa 2 : Apaan si. Gak punya duit.
√ √
TD 50
Siswa 3a : Nih, bayar nih bayar (Siswa 1 langsung mengambil
uang dan membayarnya)
√ √
TD 51
Siswa 4 : Beli apa?`
Siswa 3b : Beli bubble.
√ √
TD 52
Siswa 3b : Oh itu enggak ada (Sambil tertawa). Ya udah, rasa
stroberi.
√ √
TD 53
Siswa 3b : Satu. Teh, ini dong... di kasih tempat duduk, buat
nongkrong, atau di kasih wifi gitu kan, biar rame. Kan
kalau beli berdiri gini kan, enggak mungkin.
Siswa 4 : Ya, nanti saya coba ya. (Sambil membuat bubble,
kemudian memberikannya), makasih yah.
√ √
TD 54
Guru : Kalau pake blocking atau apa itu silahkan, yang jelas
kalau diliat sih memang, kekurangan ya tadi. Tidak
siap, alasannya macem-macem tadi yah, boleh sih
improvisasi seperti itu yang hari ini gitu yah. Besok,
yang enam kelompok lagi, yang penting tidak asal gitu
yah. Bisa yah? kalau misalkan sampai besok ada
√ √
temennya yang tidak masuk, coba diantisipasi untuk
diambil alih aja. Jangan menunggu!
c. Siswa menarik
kesimpulan
mengenai teks
cerita ulang yang
sudah disajikan
dengan cara
memberikan
latihan.
TD 55
Guru: Oke, sekarang Ibu mau meminta untuk kalian
menceritakan kembali sendiri-sendiri yah! Kisah empat
tokoh ini, tapi bekerja secara kelompok, tapi hasilnya
sendiri. Sekarang, bagi kelas kalian menjadi empat
kelompok. Berarti satu kelompok, sepuluh orang.
Usahakan duduknya melingkar, melingkar! Coba, bisa
gak melingkar posisi tempat duduknya di.. di.. diiii... di
apa namanya itu yah? Dikemas sedemikian rupa,
sehingga kalian melingkar. Ayo silahkan! nanti Ibu bagi
kelompok satu, Haryati. Kelompok dua, kelompok
Arumi. Kelompok Seman yah? Ini kelompok Wulan.
Oke, kalian ... ya, coba ini kelompoknya, dua orang ini
kemana?
Siswa : Ini Bu, gak masuk sekarang.
√ √
TD 56
Guru : Aturnya sesuai posisi sekarang! Ya, kembali ke posisi
duduk masing-masing! Ya, sekarang udah Ibu bagi
kelompoknya. Sekarang coba kemas kursi dan
bangkunya, eh.. kok kursi, kursi sama bangku sama yah?
√ √
Kursi sama mejanya, supaya kalian kerjanya enak. Dapat
posisi melingkar, yok!!!
TD 57
Guru : Nanti dulu, siapkan dulu tempatnya!
(Siswa langsung menata meja dan kursinya)
√ √
TD 58
Guru : Kursinya berarti diangkat, mejanya dirapatkan
tergantung posisi. Ibu hitung satu sampai tiga selesai, ya.
Dua sampai tiga meja silahkan! Udah bisa yah? Ya, yang
sudah siap.
√ √
TD 59
Guru : Kalian tadi kebagian kelompok biografi Arumi?
Sekarang siapkan kertas satu lembar, satu orang, yok!
Satu lembar saja, selembar bagi dua (siswa mengambil
kertas tengah pada setiap bukunya). Tulis biografi
Arumi! Dengan nama kalian ya! Jangan lupa! Biografi
Arumi! Jangan lupa diberi nama, ya! Untuk
membuktikan kalian tadi menyimak apa tidak
dialognya, ya! Sekarang... biar apa yah, posisi dari
kanan ke sini yah ! Seperti arah jarum jam, Ini yah? Ke
√ √
sini satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan,
sembilan, sepuluh yah! Sekarang masing-masing dari
kalian buat satu kalimat tentang Arumi. Tulis satu
kalimat tentang Arumi. Silahkan! Terserah, mau mulai
dari mana sesuai dengan apa yang kalian tangkap tadi.
Silahkan! Satu kalimat saja!
Siswa : Boleh dari mana aja, Bu?
TD 60
Guru : Kalian tadi kebagian kelompok biografi Arumi?
Sekarang siapkan kertas satu lembar, satu orang, yok!
Satu lembar saja, selembar bagi dua (siswa mengambil
kertas tengah pada setiap bukunya). Tulis biografi
Arumi! Dengan nama kalian ya! Jangan lupa! Biografi
Arumi! Jangan lupa diberi nama, ya! Untuk
membuktikan kalian tadi menyimak apa tidak
dialognya, ya! Sekarang... biar apa yah, posisi dari
kanan ke sini yah ! Seperti arah jarum jam, Ini yah? Ke
sini satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan,
sembilan, sepuluh yah! Sekarang masing-masing dari
kalian buat satu kalimat tentang Arumi. Tulis satu
kalimat tentang Arumi. Silahkan! Terserah, mau mulai
dari mana sesuai dengan apa yang kalian tangkap tadi.
Silahkan! Satu kalimat saja!
√ √
Siswa : Boleh dari mana aja, Bu?
TD 61
Guru : Kalian tadi kebagian kelompok biografi Arumi?
Sekarang siapkan kertas satu lembar, satu orang, yok!
Satu lembar saja, selembar bagi dua (siswa mengambil
kertas tengah pada setiap bukunya). Tulis biografi
Arumi! Dengan nama kalian ya! Jangan lupa! Biografi
Arumi! Jangan lupa diberi nama, ya! Untuk
membuktikan kalian tadi menyimak apa tidak
dialognya, ya! Sekarang... biar apa yah, posisi dari
kanan ke sini yah ! Seperti arah jarum jam, Ini yah? Ke
sini satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan,
sembilan, sepuluh yah! Sekarang masing-masing dari
kalian buat satu kalimat tentang Arumi. Tulis satu
kalimat tentang Arumi. Silahkan! Terserah, mau mulai
dari mana sesuai dengan apa yang kalian tangkap tadi.
Silahkan! Satu kalimat saja!
Siswa : Boleh dari mana aja, Bu?
√ √
TD 62
Guru : Kalian tadi kebagian kelompok biografi Arumi?
Sekarang siapkan kertas satu lembar, satu orang, yok!
Satu lembar saja, selembar bagi dua (siswa mengambil
√ √
kertas tengah pada setiap bukunya). Tulis biografi
Arumi! Dengan nama kalian ya! Jangan lupa! Biografi
Arumi! Jangan lupa diberi nama, ya! Untuk
membuktikan kalian tadi menyimak apa tidak
dialognya, ya! Sekarang... biar apa yah, posisi dari
kanan ke sini yah ! Seperti arah jarum jam, Ini yah? Ke
sini satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan,
sembilan, sepuluh yah! Sekarang masing-masing dari
kalian buat satu kalimat tentang Arumi. Tulis satu
kalimat tentang Arumi. Silahkan! Terserah, mau mulai
dari mana sesuai dengan apa yang kalian tangkap tadi.
Silahkan! Satu kalimat saja!
Siswa : Boleh dari mana aja Bu?
TD 63
Guru : Nah ini udah siap? Siapkan kertas satu orang satu,
kasih nama, terus kalian biografinya biografi Haryati,
yah !
√ √
TD 64
Guru : Seman, biografi Seman. Tulis nama masing-masing di
kertas.
√ √
TD 65
Guru : Sekarang tulis di kertas kalian masing-masing, biografi
Wulan. Ibu Wulan yah?
√ √
TD 66
Guru : Wulan? Terus nama kalian jangan lupa di tulis. Dah?
Nih Steny kemana?
√ √
TD 67
Guru : Kalau sudah, sekarang masing-masing dari kalian
tulis satu kalimat, tentang Wulan. Mau dari mana
terserah. Jangan lihat temen kiri-kanannya!
Sepahaman kalian tadi, sependengaran, sepenglihatan
kalian pada saat didialogkan, oke? Ya, silahkan.
Berarti hitungan urutannya, Stenny nomor satu yah?
Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan,
sembilan. Oke, kalau udah selesai, tunggu intruksi ibu
berikutnya. Satu kalimat saja!
√ √
TD 68
Guru : Tulis yang berhubungan dengan biografi Seman! Satu
kalimat saja! Ya, tadi kalian sudah menyimak semua
√ √
kan yah? Satu kalimat saja!
TD 69
Guru : Oke, sekarang tukar kertas kalian ke sampingnya,
suruh mereka melanjutkan. Satu kalimat saja! Sama-
sama menyimpulkan satu kalimat! Satu kedua, tulis satu
kalimat di kertas temennya nomer satu. Ngerti?
√ √
TD 70
Guru : Satu kalimat saja! Melanjutkan apa yang sudah di tulis
oleh temen sebelumnya. Samping kirinya. Kan tadi
sudah, satu biografi sama kan isinya?
√ √
TD 71
Guru : Coba sekarang masih sama enggak hasilnya. Setelah
kalian mendengar cerita dari masing-masing tulisan
sendiri. Oke, mengerti? Ini ke nomer dua, ini ke sini.
Satu saja dulu yah! Satu saja, kalau sudah, muter terus
sampai dapat sepuluh kalimat.
√ √
TD 72
Guru : Sudah yah? Terserah, apa yang ada di kalimat nomer
satu lanjutkan, ya! Mengerti? Lanjutkan! Ya, sudah!
√ √
TD 73
Guru : Putar lagi, putar lagi sampai kalian temui kalimat ke
sepuluh. Sampai kalian dapatkan kertas sendiri. Ya,
kertas sendiri yah! Mengerti yah! Puter terus!
√ √
TD 74
Guru : Dah? Sudah? Ya, udah ditukar? Sudah sampai mana?
Ini yah? Belom yah? Satu, dua, tiga, empat, lima, enam,
tujuh, delapan, sembilan, sepuluh. Tuker, dari nomer
satu ke nomer dua. Oke, nomer satu ke nomer dua, dua
ke tiga, tiga ke empat, empat ke lima, lima ke enam,
terus. Tulis lagi satu kalimat! Lihat kalimat sebelumnya,
mengatakan apa.
Siswa (Kel. Seman): Kalimat sebelumnya?
√ √
TD 75
Guru : Ya, kalimat yang sudah di dapat dari awal temennya
lanjutkan. Begitu seterusnya, sampai kalian dapat
sepuluh kalimat. Terakhir, punya kalian pegang sendiri.
Jelas yah?
Kel. Seman: Iya.
√ √
TD 76
Guru : Belom puter? Sekarang puter! Mulai nomer satu dari
Stenny. Stenny ke sini, teruuusss. Liat kalimat
sebelumnya, ya! Ssst sudah, kalau sudah dapat, sudah
selesai kalimat kedua, puter lagi!
√ √
TD 77
Guru : Boleh kalimat dialog. Ya, mengerti yah? Putar lagi
yah! Lanjutkan! Putar lagi kalau sudah yang kedua.
√ √
TD 78
Guru : Baru dua, putar lagi! Jangan senyum-senyum, nanti
juga dibaca lagi. Jadi setiap... nanti dibacakan.
Menyimak tidak tadi dialognya yang disampaikan.
Sudah mengerti yah? Jalaaaannn, artinya sudah tau yah?
Sampai kalian mentok di kertas masing-masing.
Dibacakan. Ini siapa? Punya temen? Jangan liat punya
temen! Yok! Jangan mentok di satu orang! Nanti
dibacakan yah! Siapa yang paling memperhatikan
dialog tadi. Karena kalau yang memperhatikan tinggal
nerusin, tinggal nerusin, bisa. Enggak usah pake di
kasih angka-angka yah, enggak usah. Karena Ibu cuma
minta satu kalimat, bukan berarti satu, yah!
√ √
Kel. Seman: Iya, Bu.
TD 79
Guru : Baru dua, putar lagi! Jangan senyum-senyum, nanti
juga dibaca lagi. Jadi setiap... nanti dibacakan.
Menyimak tidak tadi dialognya yang disampaikan.
Sudah mengerti yah? Jalaaaannn, artinya sudah tau yah?
Sampai kalian mentok di kertas masing-masing.
Dibacakan. Ini siapa? Punya temen? Jangan liat punya
temen! Yok! Jangan mentok di satu orang! Nanti
dibacakan yah! Siapa yang paling memperhatikan
dialog tadi. Karena kalau yang memperhatikan tinggal
nerusin, tinggal nerusin, bisa. Enggak usah pake di
kasih angka-angka yah, enggak usah. Karena Ibu cuma
minta satu kalimat, bukan berarti satu, yah!
Kel. Seman: Iya, Bu.
√ √
TD 80
Guru : Baru dua, putar lagi! Jangan senyum-senyum, nanti
juga dibaca lagi. Jadi setiap... nanti dibacakan.
Menyimak tidak tadi dialognya yang disampaikan.
Sudah mengerti yah? Jalaaaannn, artinya sudah tau yah?
Sampai kalian mentok di kertas masing-masing.
Dibacakan. Ini siapa? Punya temen? Jangan liat punya
√ √
temen! Yok! Jangan mentok di satu orang! Nanti
dibacakan yah! Siapa yang paling memperhatikan
dialog tadi. Karena kalau yang memperhatikan tinggal
nerusin, tinggal nerusin, bisa. Enggak usah pake di
kasih angka-angka yah, enggak usah. Karena Ibu cuma
minta satu kalimat, bukan berarti satu, yah!
Kel. Seman: Iya, Bu.
TD 81
Guru : Jangan lupa ya, jangan lebih!
√ √
TD 82
Guru : Ya, cukup waktunya selesai!
√ √
d. Siswa
menyampaikan
hasil latihan terkait
dengan teks cerita
ulang yang ada
pada teks yang
telah disajikan
sebelumnya, dan
siswa lain
TD 83
Siswa : Widiiiiiiihhhh.
√ √
TD 84
Guru: Tidak, yah? Coba deh, coba baca teksnya masing-
masing! Teks kalian masing-masing. dibaca. Berapa
persen hasil yang kalian inginkan? Ya, dengan yang
kalian... tadi kalian sudah menginginkan seperti ini, tapi
hasilnya seperti...berapa persen yang didapat? Ada yang
√ √
menanggapi hal-hal
yang telah
disampaikan oleh
salah satu dari
siswa yang
mewakili
kelompoknya.
100%?
Siswa lain: 50%
TD 85
Guru : Oke, coba bacakan! Mau yang mana dulu?
Kel. Wulan : Stenny... (Kel. Wulan menunjuk salah satu
temannya)
√ √
TD 86
Guru: Ayo Stenny dibaca! (Stenny berdiri untuk membacakan)
Coba yang lain, bener enggak 100% apa yang
disampaikan oleh temennya.
√ √
TD 87
Siswa lain: Yeeeeee (Tepuk tangan)
√ √
TD 88
Guru : Gak bisa pasang wifi, tapi bicara lagi dengan
suaminya. Padahal setelah berbicara dengan suaminya
yaitu apa? Pasang wifi. Tapi diulang lagi mau
memakai. Perencanaan tadi seperti itu yah? Diulang,
diulang, diulang. Ya, tapi bagaimanapun yang hari ini
dikumpulkan! Jangan lupa diberi nama. Masing-
masing kelompok jadi satu. Mau baca? Oh ya, mau
baca yah? Oke, kasih kesempatan dulu yah, buat
√ √
kelompok ini baca. Dapetnya bagaimana tadi? Oke.
TD 89
Guru : Sssttt....
√ √
TD 90
Guru : Hebat!! Ya (Tepuk tangan)
Siswa lain : (Tepuk tangan)
√ √
3. Penutup
Guru menutup
pembelajaran dengan
mengingatkan kembali
kepada kelompok yang
belum berkesempatan
presntasi untuk bersiap-
siap mempresentasikan
hasil kerja
kelompoknya
dipertemuan
selanjutnya dan diakhiri
dengan mengucap
salam.
TD 91
Guru : Besok kita lanjutkan enam kelompok, kasih tau juga
temannya yang gak masuk belum siap. Harus siap yah!
Enggak perlu lagi suruh mana yang kelompok ini, harus
sudah siap. Yang sudah kan, sebelum Ibu datang sudah
disiapkan. Terus kalau sudah sendiri, siapa yang lebih
dulu? Siapa yang buat? Jangan Ibu yang meminta, lama.
Ayo! kumpulkan perkelompok, perkelompok
dimasukkan biar enggak kececer. Seman mana? Fotoin
yah jangan lupa! Dah, yang sudah, assalammu’alaikum
(Pergi meninggalkan kelas)
√ √
2. Tabel analisis Ilokusi dan Perlokusi dalam Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Kota
Tangerang pada Pertemuan Kedua
No. Kegiatan Temuan Data (TD) Ilokusi Perlokusi
Ase
rtif
Dir
ekti
f
Ek
spre
sif
Kom
isif
Dek
lara
si
1. Pembukaan
Guru memasuki kelas
dengan mengucap
salam.
TD 92
Guru : Ya, langsung saja kelompok berikutnya maju. Sssttt...
tolong diam!
√ √
2. Kegiatan Inti
Siswa dengan
kelompoknya masing-
masing
mempresentasikan teks
cerita ulang yang telah
mereka sajikan dengan
berdrama.
TD 93
Siswa 2 : Na, aku kok akhir-akhir ini capek banget ya. Senin
sampai rabu aku PSS, juma’atnya saman, sabtu RSS.
Kayak enggak ada waktu istirahatnya.
Siswa 3 : Kan udah aku bilang, Rik. Kamu harusnya buat skala
prioritas. Pilih salah satu ekskul yang menurutmu
paling penting, pilih salah satunya terus fokusin di
salah satu itu.
√ √
TD 94
Siswa 2 : Oke, makasih Hana.
Siswa 3 : Sama-sama.
√ √
TD 95
Siswa 3a: Rika, apa yang kamu simpan di kolongmu itu? Coba
liat!
Siswa 2 : Enggak ada, Bu.
√ √
TD 96
Siswa 3a : Jangan bohong kamu, coba liat!!!
Siswa 2 : Jangan Bu, aduuuh buuu...
√ √
TD 97
Siswa 2 : Capek Buuu, enggak ada waktu untuk belajar.
Waktu saya tersita untuk kegiatan ekstrakurikuler.
Siswa 3a : Nah, itu konsekuensinya, makannya kamu jangan
ngambil ekstrakurikuler yang banyak. Kamu tuh
harus bisa me-manage waktu.
Siswa 2 : Iya, Bu.
√
√
TD 98
Siswa 2 : Capek Buuu, enggak ada waktu untuk belajar.
Waktu saya tersita untuk kegiatan ekstrakurikuler.
Siswa 3a : Nah, itu konsekuensinya, makannya kamu jangan
ngambil ekstrakurikuler yang banyak. Kamu tuh
harus bisa me-manage waktu.
Siswa 2 : Iya, Bu.
√
√
TD 99
Siswa 2: Bantuin aku yah, belajar bareng-bareng aku. Aku
banyak banget pelajaran yang ketinggalan.
Siswa 3 : Tenang Rik, tenang ... aku akan bantu. Kapan kamu
bisanya? Aku kamis sampai jum’at juga bisa kok.
√ √
TD 100
Siswa 4a: Selamat! Saya juga ikut bangga atas prestasi kamu
itu.
Siswa 2 : Makasih ya, Pak.
v √
TD 101
Siswa 3b: Abisnya penampilan mereka keren banget sih pas
demo ekskul kemarin.
√ √
Siswa 2 : Iya, aku juga suka liatnya pas demo kemarin.
TD 102
Siswa 1a : Jadi gini, saya ingin menawarkan kamu pekerjaan,
untuk melatih saman di Sempana. Perihal uang untuk
mengajar dan gaji sudah tercantum dalam surat ini.
Apakah kamu bersedia?
Siswa 2 : Ini serius, Pak? Ada persyaratan khususnya enggak,
Pak?
√ √
TD 103
Siswa 1a: Untuk saat ini sih tidak, tapi kamu coba diskusikan
dulu dengan orang tua kamu, baru kamu balik lagi ke
saya untuk mendiskusikan hal ini.
Siswa 2 : Baiklah, Pak! Saya akan diskusikan dulu dengan
orang tua saya. Makasih ya, Pak!
√ √
TD 104
Siswa 4b: Coba kamu, apa alasan kamu masuk Fakultas
Farmasi?
Siswa 2 : Saya masuk Fakultas Farmasi ini karena saya
termotivasi dengan pelayanan kesehatan yang buruk di
Indonesia. Akses obat saja sulit, ka. Selain itu profesi
√ √
kesehatan selalu saja dikaitkan dengan “dokter”.
Padahal ada bidang farmasi juga. Nah, saya ingin ubah
perspektif masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
sekaligus farmasi di sini, Kak.
TD 105
Siswa 4b: Bagus, kamu contoh orang yang visioner. Punya
tujuan yang jelas.
Siswa 2 : Makasih, Kak.
√ √
TD 106
Siswa 1b: Iya nih, aku belum tidur dua hari terakhir. Tugas
numpuk banget.
Siswa 2 : Ndi kuliah emang penting, tapi kesehatan jauh lebih
penting.
√ √
TD 107
Siswa 1c : Rika tunggu! Apa yang kamu sampaikan tadi
benar-benar relevan dengan isu yang kita hadapi saat
ini. Jadi, saya rasa, saya ingin mengajakmu untuk
berkolaborasi dengan saya menyusun presentasi
untuk pertemuan organisasi farmasi seluruh
Indonesia agustus nanti. Apa kamu bersedia?
Siswa 2 : Bersedia sih Pak, cuma bisa enggak yah, saya
presentasikan lagi ke audiens yang lebih banyak?
√ √
TD 108
Siswa 1c : Rika tunggu! Apa yang kamu sampaikan tadi
benar-benar relevan dengan isu yang kita hadapi saat
ini. Jadi, saya rasa, saya ingin mengajakmu untuk
berkolaborasi dengan saya menyusun presentasi
untuk pertemuan organisasi farmasi seluruh
Indonesia agustus nanti. Apa kamu bersedia?
Siswa 2 : Bersedia sih Pak, cuma bisa enggak yah, saya
presentasikan lagi ke audiens yang lebih banyak?
√ √
TD 109
Siswa 1c : Untuk saat ini sih saya tidak tahu, saya belum bisa
memberikan kabar yang jelas. Tapi yang utamanya
kamu bisa enggak ikut mewakili farmasi ITB dalam
rapat ISMAFARSI Agustus nanti?
Siswa 2 : Siap, Pak! (Berjabat tangan)
√ √
TD 110
Siswa 1 : Kurang lebih itu perjalanan hidup dari Siti Riqqah
Hasan. Kurang lebihnya mohon maaf.
√ √
TD 111
Guru : Kelompok berikutnya! Kelompok berikutnya! hari
√ √
ini empat kelompok yah.
TD 112
Guru : Eh iya, lima, bukan empat yah. Sekarang enam, nanti
baru... berarti lima lagi, ayo siap-siap! Kemarin sudah
Ibu bilang, buat jadwalnya siapa yang awal, siapa
yang kedua, siapa yang keenam.
√ √
TD 113
Siswa 3 : Aku lagi pusing.
Siswa 2 : Duduk lah sini! Ada apa sih? Coba cerita, siapa tahu
aku bisa menenangkan pikiranmu.
√ √
TD 114
Siswa 3 : Aku lagi pusing.
Siswa 2 : Duduk lah sini! Ada apa sih? Coba cerita, siapa tahu
aku bisa menenangkan pikiranmu.
√ √
TD 115
Siswa 3 : Ayah dan Ibuku setiap hari bertengkar, soalnya ayah
sudah tidak bekerja lagi akibat di PHK. Belum lagi,
semua tagihan meminta untuk segera dilunaskan.
Bagaimana ini? Bisa-bisa aku berhenti kuliah karena
orang tuaku tak sanggup membiayaiku.
Siswa 2 : Kamu yang sabar Dito, kamu harusnya banyak
√ √
bersyukur, kamu seharusnya semangat dalam
menjalani hidup.
TD 116
Siswa 2 : Kamu yang sabar Dito, kamu harusnya banyak
bersyukur, kamu seharusnya semangat dalam
menjalani hidup.
Siswa 3 : Kamu berbicara seperti itu karena kamu enggak tahu
bagaimana rasanya jadi aku. Berbuat tak semudah
berkata-kata.
√ √
TD 117
Siswa 3 : Makasih yah Mashudi atas sarannya dan pengalaman
terbaik Mashudi.
Siswa 2 : Iya, sama-sama.
√ √
TD 118
Siswa 4 : Maafkan Ibu ya nak, belum bisa membahagiakan
kamu.
Siswa 2 : Ibu, aku seperti ini ikhlas karena keinginanku untuk
sukses dan menjadi lebih baik lagi. Aku yakin suatu
saat nanti, aku akan membanggakan Ibu. Karena Ibu
wanita terhebat yang ada dihidupku.
√ √
TD 119
Siswa 2 : Sini sayang. Alhamdulillah sih lancar, cuman...
√ √
cuman aku masih kesel, masih banyak siswa nih yang
sering bolos. Jadi, masih banyak kendala buat aku.
Siswa 4a : Sabar ya Mas, pekerjaanmu itu memang agak berat
ya kan? Kamu harus selalu sabar menghadapi
kendalanya, semakin sabar kita itu, semakin
menunjukkan ketaatan kita kepada Allah SWT , Mas.
TD 120
Siswa 2 : Sini sayang. Alhamdulillah sih lancar, cuman...
cuman aku masih kesel, masih banyak siswa nih yang
sering bolos. Jadi, masih banyak kendala buat aku.
Siswa 4a: Sabar ya Mas, pekerjaanmu itu memang agak berat
ya kan? Kamu harus selalu sabar menghadapi
kendalanya, semakin sabar kita itu, semakin
menunjukkan ketaatan kita kepada Allah SWT , Mas.
√ √
TD 121
Siswa 2 : Subhanallah, sholehah sekali Istriku.
√ √
TD 122
Siswa 4a : Nih Mas, diminum Mas.
Siswa 2 : Iya, terima kasih yah Istriku.
√ √
TD 123
Siswa 3 : Kali ini kamu akan bertanding melawan Jung dari
√ √
Korea dan Wang Lee dari Cina.
Siswa 4 : Hah? Serius Coach?
TD 124
Siswa 4 : Wasit ini gak adil sit, dia buat pelanggaran sit. Poin
dia harusnya untuk saya, kenapa Anda menambah
poin dia.
Siswa 2a : Enggak boleh gitu dong, saya di sini wasit, saya
punya hak. Enggak boleh gitu.
√ √
TD 125
Siswa 2a : Anda masih ingin lanjut di sini, atau mau keluar?
Kalau Anda ingin lanjut, Anda ikuti kata-kata saya.
Siswa 4 :Percuma sit. Meskipun saya mengikuti pertandingan
ini pun, Anda tetap berlaku curang, Anda membela
dia.
√ √
TD 126
Siswa 2a : Anda masih ingin lanjut di sini, atau mau keluar?
Kalau Anda ingin lanjut, Anda ikuti kata-kata saya.
Siswa 4 :Percuma sit. Meskipun saya mengikuti pertandingan
ini pun, Anda tetap berlaku curang, Anda membela
dia.
√ √
TD 127 √ √
Siswa 4 : Bu saya kalah tanding Bu, gak bisa buat Ibu bangga,
gara-gara wasitnya curang Buuu.
Siswa 1 : Sudah nak, dengarkan Ibu... Ibu tau ya, kamu sudah
berjuang sebisa kamu, semampu kamu. Ibu tau nak
kamu sudah berusaha sampai sebisa kamu, ya.
TD 128
Siswa 3 : Hey kamu yang medok! Kita ini tinggal di
Tangerang, bukan di Jawa Tengah!
Siswa 3 : Tau, kampung banget sih!
Siswa 2a : Bisa enggak sih, enggak usah medok!
Siswa 1a : (Bambang yang menunduk terdiam)
√ √
TD 129
Siswa 3 : Orang nanya tuh dijawab! Jangan diem aja!
Siswa 2a : Enggak punya mulut kali. Zul, panggil anak-anak!
Siswa 3 : Siaaap!
√ √
TD 130
Siswa 3 : Orang nanya tuh dijawab! Jangan diem aja!
Siswa 2a : Enggak punya mulut kali. Zul, panggil anak-anak!
Siswa 3 : Siaaap!
√ √
TD 131
Siswa 3 : Woy, angkat dia ke tempat sampah sekarang!
√ √
Siswa 2a : Iya.
TD 132
Siswa 3a : Wah, sepertinya orang sepertimu berbakat dalam
ekskul pramuka dan KIR.
Siswa 1a : Ah, enggak juga.
√ √
TD 133
Siswa 1a : Apa ya, Bu? Oooh... ya Bu, bagaimana kalau 3R,
Go Green sama Go Clean, Bu?
Siswa 3b : Bagus juga, besok mulai aktif ya Mbang.
√ √
TD 134
Siswa 2b : Silahkan duduk dulu!
Siswa 1a : Iya, Pak.
√ √
TD 135
Siswa 4 : Mas, Mas, tolong bantu saya bisa enggak Mas?
Siswa 5 : Bisa, bisa. Ini kenapa?
√ √
TD 136
Siswa 4 : Ayo, kita bawa ke rumah sakit.
√ √
TD 137
Siswa 3 : Gimana si! Kok bisa!
√ √
Siswa 4 : Saya hanya membantu anak Ibu yah, saya hanya
membantu anak Ibu. Saya sebagai polisi membantu
anak Ibu dan mencoba menghubungi keluarganya.
Siapa tahu ada keluarganya bisa membantu.
TD 138
Siswa 3 : Pokoknya saya enggak mau tau, kalau ada apa-apa
dengan anak saya, Anda yang saya salahkan.
Siswa 4 : Loh kok bisa begitu, Bu? Saya hanya membantu
membawa anak Ibu, saya juga tidak tahu persis kenapa
kecelakaannya.
√ √
TD 139
Siswa 3 : Ya berarti kamu yang ada di situ kan? Berarti kamu
yang salah.
Siswa 4 : Saya hanya membantu anak Ibu, saya hanya
membantu anak Ibu membawanya ke sini karena
sudah terluka parah Bu.
√ √
TD 140
Siswa 3 : Ya sudah, panggilkan dokter!
Siswa 5a : Maaf Ibu, anak Ibu tidak bisa diselamatkan.
Siswa 3 : Apaaa!!! Naaakkk... bangun Nak, banguuunnn Nak,
Nak banguuuunnn.
√ √
TD 141
Siswa 3 : Ya sudah, panggilkan dokter!
Siswa 5a : Maaf Ibu, anak Ibu tidak bisa diselamatkan.
Siswa 3 : Apaaa!!! Naaakkk... bangun Nak, banguuunnn Nak,
Nak banguuuunnn.
√ √
TD 142
Siswa 1b : Oh, coba sini aku liat lokasinya dimana?
(Mengambil kertas dari Ghazali) Oh ini, kalau ini
aku tau. Ini dekat tempat kantorku. Aku antar yah.
Siswa 5b : Boleh.
√ √
TD 143
Siswa 3a: Wa’alaikum salam, kamu udah pulang? Sini duduk!
Gimana tesnya kamu lulus enggak?
√ √
TD 144
Siswa 3 : Siaaap, memberi salam!
Siswa 3&4 : Assalammu’alaikum Wr. Wb.
√ √
TD 145
Siswa 2 : Ya, sebelum saya memulai pelajaran, ada yang
sudah kenal saya apa belum?
Siswa 3&4 : Belum, Pak.
√ √
TD 146
Siswa 2 : Nama saya Irchish Akbar. Saya tinggal di deket
daerah-daerah sini. Sekarang giliran kalian. Mulai dari
kamu.
Siswa3 : Nama saya Irsyad.
Siswa 4 : Nama Dani, Pak.
√
√
TD 147
Siswa 2 : Jangan manggil saya Pak, saya kan masih muda.
Jangan manggil saya Pak yah, panggil saya Kakak
aja.
Siswa 3&4 : Iya, Pak.
√ √
TD 148
Siswa 1a : Ustadz kayaknya pinter banget dalam menjaga
ibadah.
Siswa 2 : Ah tidak seperti itu, saya berbagi pengetahuan saya
membaca, membaca buku.
√ √
TD 149
Siswa 2 : Hallo, assalammu’alaikum. Apaaaa? Ibu pingsan?
Yaudah iya, aku kesana sekarang. Maaf ya saya
harus pulang duluan. Assalammu’alaikum.
Siswa 1a : Iya, makasih ya Tadz. Wa’alaikum salam.
√ √
TD 150
Siswa 1b : Akbar!
Siswa 4b : Iya, Pak.
√ √
TD 151
Siswa 1a: Ya udah ayo ikut saya ke sekolah.
√ √
3. Penutup
Guru menutup
pembelajaran, sebagai
tanda guru mengakhiri
pembelajaran dengan
mengucap hamdallah
dan salam.
TD 152
Guru : Satu lagi yah! Selesai yah? Yang polisi,
biografi yang polisi belum jadi yah?
Siswa (kel. 6) : Iya.
√ √
TD 153
Guru : Ibu tunggu sampe hari senin. Senin ya!
Siswa (kel. 6) : Ya.
√ √
TD 154
Guru : Presentasinya senin!
Siswa (kel. 6) : Iya.
√ √
TD 155
Guru : Janji ya!
Siswa (kel. 6) : Iya.
√ √
TD 156
Guru : Selesai sudah ya!
Siswa : Alhamdulillah.
√ √
BIODATA PENULIS
Puji Ayu Lestari, NIM 1112013000066. Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
Penulis lahir di Tangerang, 20 Februari 1995.
Bertempat tinggal di Jalan Ampera Hankam (Kodiklat TNI) RT 01/ RW 03
No.47, Kode Pos 15310, Kelurahan Buaran, Kecamatan Serpong,
Tangerang Selatan. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara.
Orang tua penulis adalah Bapak Jamasri dan Ibu Siti Alkomah.
Riwayat Pendidikan penulis, SDI Al-Huda, lulus tahun 2006, SMP Al-
Amanah, lulus tahun 2009, MAN 1 Kota Tangerang Selatan, lulus tahun
2012, dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.