Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
75
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keterlaksanaan Pembelajaran
Penelitian dilakukan pada sekolah MTs Hasanuddin Kupang Tebak Teluk Betung
Bandar Lampung, peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan jadwal yang
telah diberikan oleh guru mata pelajaran IPA yang dilaksanakan dalam empat
pertemuan dalam seminggu. yaitu hari kamis dan sabtu untuk kelas Talking Stick
dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick pada tema cuaca
ekstrim dan hari senin dan rabu untuk kelas Group Investigation (GI) dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dengan
tema yang sama yaitu cuaca ekstrim.
Penelitian ini dilakukan sebanyak lima pertemuan dengan menggunakan tiga
Rpp, pada penelitian ini mengunakan dua kelas sampel ialah kelas VIII A (dengan
jumlah 28 peserta didik) dan kelas VIII B (dengan jumlah 27 peserta didik), dimana
pada kelas group investigation (GI) yaitu kelas VIII A di berikan perlakukan model
pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) dan pada kelas talking stick
VIII B diberikan perlakuan dengan model pembelajaran tipe talking stick. Tujuan
dilakukannya penelitian ialah melihat adakah perbedaan pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe talking stick dan group investigation (GI) terhadap
kemampuan literasi sains peserta didik pada tema (cuaca ekstrim).
76
Pada kelas talking stick kelas VIII B diterapkan model pembelajaran kooperatif
tipe talking stick, dimana pendidik menghadapkan peserta didik dalam situasi yang
baru.
1. Pertemuan Pertama
Langkah pertama peneliti mendekati peserta didik terlebih dahulu agar tidak
begitu kaku dan tegang. Peneliti melakukan perkenalan terlebih dahulu, agar
terciptanya suasana yang harmonis, selanjutnya peneliti meminta peserta didik untuk
memberitahukan nama masing-masing peserta didik kepada peneliti yaitu dengan
cara memanggil satu-persatu namanya (mengabsen), perkenalan tersebut
menghabiskan waktu kurang lebih 35 menit. Kemudian dilanjutkan dengan persiapan
pretest dengan tema cuaca ekstrim dimana soal tersebut sudah melewati tahap
validasi, reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan pengecoh,.
2. Pertemuan kedua
fase 1 (memusatkan perhatian peserta didik dan menyiapkan tongkat) pendidik
membuka pembelajaran (mengucapkan salam, Berdo’a, dan mengecek kehadiran),
pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran, pendidik menyiapkan tongkat yang
panjangnya kira-kira 30 cm, fase 2 (merencanakan diskusi) pendidik membentuk
peserta didik pada beberapa kelompok kecil yang berjumlah 5-6 peserta didik,
kemudian pendidik menyampaikan tujuan dan materi pembelajaran yang hendak
dipelajari tentang cuaca dan macam-macam awan, kemudian pendidik menyajikan
sebuah permasalahan yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran, dalam tahapan ini
adapun aspek literasi sains ialah Kompetensi Sains Tentang Mengidentifikasi
77
Permasalahan Ilmiah. Contohnya seperti apakah kalian dapat menyimpulkan
tentang pengertian cuaca dan macam-macam awan. Pada tahap orientasi peserta didik
mendapatkan hasil dari permasalahan tersebut ada di dalam gambar dibawah ini:
Gambar 4.1 Hasil Jawaban Peserta didik Cuaca dan Macam-macam Awan
Pada gambar 4,1 tersebut peserta didik menjawab permasalah yang diberikan
oleh pendidik tentang cuaca dan macam-macam awan. Jadi kesimpulan dari
kelompok satu yang terdiri dari anggota (Ahmad mirza, Cahya kamila, Dewi andini,
Deni apriansyah, dan hardi), tersebut mengenai cuaca dan macam-macam awan
adalah: cuaca yaitu kondisi udara saat dan wilayah tertentu yang relatif sempit serta
dengan jangka waktu yang sempitt. Adapun macam-macam awan. 1) jenis-jenis awan
berdasarkan bentuk: awan cumulus, awan status, awan sirrus. 2) macam-macam awan
78
berdasarkan ketinggian awan: awan cirrus, awan cirrocumulus, awan cirrostratus, 3)
jenis awan sedang: awan altostratus, awan altocumulus, awan nimbostratus. Fase 3
(Pelaksanaan) Setelah itu pendidik memberikan waktu kepada peserta didik setelah
selesai berdiskusi sekaligus memahami isi dari diskusi tersebut, pendidik
memerintahkan peserta didik untuk menutup buku catatan, fase 4 (evaluasi)
selanjutnya pendidik memegang tongkat dan salah satu peserta didik akan diberikan
tongkat tersebut. Pendidik menyampaikan pertanyaan kepada pemegang tongkatdan
peserta didik segera menjawab pertanyaan, selanjutnya peserta didik bersama
pendidik memberi kesimpulan pada materi pembelajaran, dan yang terakhir menutup
pembelajaran dengan salam.
3. Pertemuan ketiga
fase 1 (memusatkan perhatian peserta didik dan menyiapkan tongkat) pendidik
membuka pembelajaran (mengucapkan salam, Berdo’a, dan mengecek kehadiran),
pendidik melakukan apresepsi mengingat pembelajaran sebelumnya mengenai cuaca
dan macam-macam awan, Pendidik bertanya “Apakah kalian masih mengingat cuaca
dan macam-macam awan ?” pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran, pendidik
menyiapkan tongkat yang panjangnya kira-kira 30 cm, pendidik memotivasi peserta
didik bersemangat untuk belajar seperti mengaitkan pembelajaran pada lingkungan
sekitar kita antara lain “Apakah kalian pernah melihat tornado didalam kehidupan
sehari-hari, apakah kalian tahu hal ini disebabkan apa dan dampak apa yang akan
terjadi jika hal itu terjadi di tempat lingkungan kita?” fase 2 (merencanakan diskusi)
pendidik membentuk peserta didik pada beberapa kelompok kecil dengan jumlah 5-6
79
peserta didik, kemudian pendidik menyampaikan tujuan dan materi pembelajaran
yang hendak dipelajari mengenai kondisi cuaca dan iklim, pendidik menyajikan
gambar, kemudian menyajikan sebuah permasalahan yang berkaitan dengan tujuan
pembelajaran dalam tahapan iniaspek literasi sains pada Kompetensi sains tentang
Mengidentifikasi permasalahan secara ilmiah Contohnya seperti apakah kalian
dapat menyimpulkan tentang kondisi cuaca dan iklim,pada tahap orientasi peserta
didik memperoleh hasil dari permasalahn yang diberikan oleh pendidik yang terdapat
di dalam gambar dibawah ini:
Gambar 4.2. Hasil Jawaban Peserta didik Tentang Kondisi Cuaca dan Iklim
Gambar 4.2 tersebut peserta didik menjawab permasalah yang diberikan oleh
pendidik tentang kondisi cuaca dan iklim. Jadi kesimpulan dari kelompok tiga yang
terdiri dari anggota (Humayroh, Maysaroh, Arya putra aditia, Guslias sulaiman sah,
80
Nursela, dan revi fermasari), tersebut mengenai kondisi cuaca dan iklim adalah: jadi
kesimpulan mengenai kondisi cuaca dan iklim adalah cuaca merupakan kondisi
atmosfer disaatwaktu dan tempat tertentu. Adapun iklim yaitu kondisi rata-rata dari
cuaca. klimatology merupakan Ilmu yang menggeluti tentang iklim, selain itu ilmu
yang menggeluti tentang cuaca yaitu materologi. Adapun unsur-unsur yang
mempengaruhi cuaca dan iklim ialah : suhu udara, tekanan udara, kelembapan udara,
awan, air hujan, angin. Setelah itu fase 3 (pelaksanaan) pendidik memberikan waktu
kepada peserta setelah selesai berdiskusi sekaligus memahami isi dari diskusi
tersebut, pendidik memerintahkan peserta didik untuk menutup buku catatan,
selanjutnya fase 4 (Evaluasi) pendidik memegang sebuah tongkat dan salah satu
peserta didik akan diberikan tongkat tersebut. Pendidik memberi pertanyaan kepada
pemegang tongkat serta peserta didik segera menjawab pertanyaan, yang selanjutnya
peserta didik bersama pendidik memberi kesimpulan pada materi pembelajaran, dan
yang terakhir menutup pembelajaran dengan salam.
4. Pertemuan keempat
fase 1 (memusatkan perhatian peserta didik dan menyiapkan tongkat) pendidik
membuka pembelajaran (mengucapkan salam, Berdo’a, dan mengecek kehadiran),
pendidik melakukan apresepsi mengingat pembelajaran sebelumnya mengenai
kondisi cuaca dan iklim, Pendidik bertanya “Apakah kalian masih mengingat kondisi
cuaca dan iklim?” pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran, pendidik
menyiapkan tongkat yang panjangnya kira-kira 30 cm, pendidik memberi dorongan
kepada peserta didik agar selalu aktif untuk belajar seperti mengerjakan percobaan
81
mengenai pembuatan tornado sederhana jadi peserta didik tidak hanya mendapatkan
materi, melainkan mengenal secara ilmiah dengan melakukan percobaan. Fase 2
(merencanakan diskusi) pendidik membentuk peserta didik pada beberapa kelompok
kecil dengan jumlah 5-6 peserta didik, kemudian pendidik menyampaikan tujuan dan
materi pembelajaran yang hendak dipelajari mengenai sifat-sifat iklim dan unsur-
unsur iklim, fase 3 (pelaksanaan) pendidik kemudian menyajikan sebuah
permasalahan yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran dalam tahapan ini terdapat
aspek literasi sains pada Kompetensi sains tentang Mengidentifikasi
permasalahan secara ilmiah. Contohnya seperti apakah kalian dapat menyimpulkan
tentang sifat-sifat iklim dan unsur-unsur iklim,pada tahap orientasi peserta didik
mendaparkan hasil pada gambar dibawah ini:
Gambar 4.3. Hasil Jawaban Peserta Didik Tentang Sifat-sifat Iklim dan Unsur-unsur Iklim
82
Gambar 4.3 tersebut peserta didik menjawab permasalah yang diberikan oleh
pendidik tentang sifat-sifat iklim dan unsur-unsur iklim. Jadi kesimpulan dari
kelompok lima yang terdiri dari anggota (M. ade nur halim, putri alya Zahra,
wafirotul qudsiyah, Agil firmansyah, Anita khoiriah, Galih hafidz), tersebut mengenai
sifat-sifat iklim dan unsur-unsur iklim: jadi kesimpulan mengenai sifat-sifat iklim dan
unsur-unsur iklim yaitu berlaku pada waktu lama, terdiri dari daerah luas, dan hasil
rata-rata cuaca, tidak berasal dari pencatatan baru. Sedangkan unsur iklim meliputi
penyinaran matahari, suhu udara, kelembapan udara, (humidity), per-awanan curah
hujan dan angin jadi sifat iklim dan unsur iklim adalah suatu keadaan dimana suatu
daerah yang luas meliputi seluruh unsur iklim seperti suhu udara, penyinaran
matahari serta kelembapan udara. kemudian pendidik menyiapkan alat dan bahan
untuk melakukan percobaan sederhana mengenai pembuatan tornado sederhana
setelah selesai berdiskusi sekaligus memahami isi dari diskusi tersebut, pendidik
memerintahkan peserta didik untuk menutup buku catatan, selanjutnya fase 4
(evaluasi) pendidik mengambil sebuah tongkat dan memberikannya salah satu peserta
didik akan diberikan tongkat tersebut. Pendidik memberi pertanyaan kepada
pemegang tongkat serta peserta didik segera menjawab pertanyaan, selanjutnya
peserta didik bersama pendidik memberi kesimpulan pada materi pembelajaran, dan
yang terakhir menutup pembelajaran dengan salam.
83
5. Pertemuan kelima
Pada pertemuan terakhir pembelajaran, pendidik melakukan kegiatan ulangan
(posttest) yaitu dengan tema cuaca ekstrim, dari 10 soal pilihan ganda yang dilakukan
selama 60 menit untuk mengerjakan soal tersebut. Tujuan dilakukannya posttest
tersebut yaitu untuk mengetahui kemampuan akhir literasi sains peserta didik.
1. Pertemuan pertama
Pada kelas group investigation (GI), kelas VIII A diterapkan model pembelajaran
kooperatif tipe group investigation (GI), yang mana merupakan model pembelajaran
dimana pendidik menghadapkan peserta didik pada situasi yang baru, Peneliti
melakukan perkenalan terlebih dahulu, selanjutnya pendidik memanggil peserta didik
untuk memperkenalkan diri masing-masing kepada pendidik yaitu dengan cara
memanggil satu persatu (mengabsen), perkenalan tersebut menghabiskan waktu
kurang lebih memakan waktu 35 menit. Kemudian dilanjutkan dengan persiapan
pretest dengan tema cuaca ekstrim dimana soal tersebut sudah melewati tahap
validasi, reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan pengecoh.
2. Pertemuan kedua
fase 1 (memusatkan perhatian peserta didik) pendidik membuka pelajaran
(mengucapkan salam, berdo’a dan mengabsen peserta didik), pendidik
menyampaikan tujuan pembelajaran, fase 2 (merencanakan kerja sama) pendidik
memberikan sub topik/materi pokok untuk peserta didik selidiki mengenai cuaca dan
macam-macam awan, pendidik membagi peserta didik pada beberapa kelompok
dengan jumlah 5-6 peserta didik, pendidik meminta setiap ketua kelompok agar
84
menjelaskan tugas masing-masing dari kelompok, setiap kelompok membahas sub
topik yang berbeda-beda yang telah diberikan oleh pendidik, pada tahap ini
terdapataspek kompetensi sains dengan indikator mengidentifikasi permasalahan
secara ilmiah. Contohnya seperti apakah kalian mengetahui pengertian cuaca dan
macam-macam awan jelaskan secara lebih rinci, pada tahap orientasi peserta didik
memperoleh hasil dari permasalahan tersebut yang terdapat di dalam gambar dibawah
ini
Gambar 4.4. Hasil Jawaban Peserta didik Tentang Cuaca dan Macam-macam Awan Kelas Group Investigation
85
Gambar 4.4 tersebut peserta didik menjawab permasalah yang diberikan oleh
pendidik tentang cuaca dan macam-macam awna. Jadi kesimpulan dari kelompok dua
yang terdiri dari anggota (Riska prastika, Irfan fibrian, Teguh andrian, Fanisah, dan
Imam sudrajat), tersebut mengenai cuaca dan macam-macam awan, jadi pengertian
cuaca adalah seluruh fenomena yang terjadi di atmosfer bumi atau sebuah planet
lainnya. Cuaca biasanya merupakan sebuah aktifitas fenomena dalam waktu beberapa
hari. Adapun jenis-jenis cuaca: cuaca cerah, adalah matahari bersinar jernih dan udara
terasa segar atau tidak begitu terasa panas. Cuaca panas, udara terasa kering saat
cuaca kering. Cuaca berawan, ketika langit terlihat beberapa awan, kondisi hal seperti
ini dinamakan cuaca mendung. Cuaca sejuk, suatu daerah mengalami cuaca sejuk
apabila humiditas udara tinggi, angin tertiup cepat, dan suhu udara rendah. Cuaca
hujan, hujan bersumber dari udara yang mengandung uap air. Cuaca berangin, angin
bergerak kuat sehingga melarikan benda-benda ringan yang dilaluinya. Selanjutnya
kelompok enam yang terdiri dari (Abdullah Faris, Dika ferdiansyah, Icha asmara,
Kessa adelia, dan Muhammad arif) tersebut mengenai macam-macam awan, awan
adalah masa yang dapat dilihat dari tetesan air atau Kristal beku tergantung
diatmosfer di atas permukaan bumi atau permukaan planet lain. adapun macam-
macam awan: Awan Kumulonimbus (Cu-Ni), Awan Kumulus (Cu), Awan
Nimbostratus (Ni-St), Awan Stratus (St), Awan Stratokumulus (St-Cu), Awan
Altokumulus (A-St), Awan Altokumulus (A-Cu), Awan Sirokumulus (Ci-Cu).
Adapun jenis awan tinggi: Awan Cirrus, awan cirrus adalah awan terpisah yang
86
berwarna putih dengan serat atau filament halus dan kemilauan sutra. Awan
Cirrostratus, bentuk awan ini menyerupai kelambu putih halus yang mengental. Awan
Cirrocumulus, ciri khas sari awan ini adalah bentuk yang menyerupai ombak di pasir
pantau. Selanjutnya jenis awan sedang: Awan Altostratus, awan ini berwarna abu-abu
kebiruan dengan bentuk lembaran berserat menutup langit secara total atau sebagian
merupakan ciri dari awan ini. Awan Altocumulus, ciri dari awan ini cukup mudah
dilihat, yaitu berwarna putih atau abu-abu dengan lembaran berlapis dan berserat.
Awan Nimbostratus, awan ini merupakan awan yang dihasilkan dari penebalan
altostratus, warna abu-abu gelap. Awan ini juga dapat menghasilkan hujan deras yang
terus menerus. Selanjutnya ada jenis awan rendah: Awan Cumulus, ciri dari awan ini
adalah padat bergaris tajam yang umumnya berkembang secara vertical (ke atas)
dengan pertambahan jumlah gundukan melalui penggelembungan di bagian atasnya
yang menyerupai bentuk kembang kol. Awan Status, ciri awan ini berwarna abu-abu
dengan dasar yang sama. Awan Cumulonimbus, awan berat dan padat yang berbentuk
vertical adalah ciri dari awan ini.
Fase 3 (pelaksanaan dan membuat penyelidikan) pendidik memberikan sub topik
mengenai cuaca dan macam-macam awan, pendidik memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk melakukan diskusi kelompok, fase 4 (penyajian hasil akhir)
pendidik menunjuk kelompok yang akan mempresentasikan hasil diskusinya
mengenai cuaca dan macam-macam awan dan terjadilah Tanya jawab antara
kelompok presentasi dan kelompok lainnya pada tahap ini terdapat aspek
pengetahuan sains, pendidik menunjuk kelompok selanjutnya untuk
87
mempresentasikan hasil diskusi, pada tahap ini terdapat aspek pengetahuan sains,
fase 5 (evaluasi) pendidik dan peserta didik bersama-sama menyimpulkan materi
pembelajaran, pendidik memberikan tugas rumah kepada peserta didik untuk
merangkum serta membaca dan memahami materi yang telah dipelajari, dan yang
terakhir menutup pembelajaran dengan salam.
3. Pertemuan Ketiga
pendidik membuka fase 1 (memusatkan perhatian peserta didik) pelajaran
(mengucapkan salam, berdo’a dan mengecek kehadiran peserta didik), pendidik
melakukan apresiasi mengingat pembelajaran sebelumnya yaitu mengenai cuaca dan
macam-macam awan, pendidik bertanya “Apakah kalian masih mengingat apa yang
dimaksud dengan cuaca serta macam-macam awan?” pendidik menyampaikan tujuan
pembelajaran, pendidik menyampaikan motivasi kepada peserta didik agar
bersemangat untuk belajar seperti mengaitkan pembelajaran dalam kehidupan sehari-
hari seperti “Apakah kalian pernah melihat tornado didalam kehidupan sehari-hari,
apakah kalian tahu hal ini disebabkan karena apa dan dampak apa yang akan terjadi
jika hal itu terjadi di lingkungan tempat tinggal kita?” pendidik memberikan sub
topik/materi pokok untuk peserta didik selidiki, fase 2 (merencanakan kerja sama)
pendidik membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok dengan anggota 5-6
peserta didik, pendidik memanggil masing-masing ketua kelompok untuk
menjelaskan tugas masing-masing dari kelompok, masing-masing kelompok
membahas sub topik yang berbeda-beda mengenai kondisi cuaca dan iklim yang telah
diberikan oleh pendidik pada tahap ini terdapat aspek kompetensi sains dengan
88
indikator mengidentifikasi permasalahan secara ilmiahContohnya seperti apakah
kalian mengetahui pengertian kondisi cuaca dan iklim,pada tahap orientasi peserta
didik memperoleh hasil pada gambar dibawah ini:
Gambar 4.5. Hasil Jawaban Peserta Didik Tentang Kondisi Cuaca dan Iklim
Gambar 4.5 tersebut peserta didik menjawab permasalah yang diberikan oleh
pendidik tentang kondisi cuaca dan iklim. Jadi kesimpulan dari kelompok satu yang
terdiri dari anggota (Nazala, Riska, Abdullah, Ahmad Sofyan dan Arif), tersebut
89
mengenai kondisi cuaca dan iklim. Kondisi cuaca adalah cuca sama dengan cuaca dan
iklim yaitu gejala alam yang terjadi sebagai akibat adanya dinamika atmosfer. Cuaca
adalah keadaan udara yang berlangsung pada satu wilayah daerah atau lokasi tertentu
dan hanya terjadi dalam waktu singkat yakni hanya beberapa jam saja serta
dibuktikan dengan adanya perbedaan pada pagi hari dan siang hari. Ilmu yang
mempelajari cuaca adalah meterologi lembaga yang khusus mengamati cuaca secara
berkelanjutan adalah badan materologi dan geofisika lembaga ini berpusat di jakarta.
Adapuan faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi cuaca adalah: Suhu udara, suhu
atau temperatur udara merupakan kondisi yang dirasakan di permukaan bumi sebagai
panas, sejuk, atau dingin. Tekanan udara, factor kedua yang mempengaruhi dinamika
cuaca adalah tekanan udara. Angin, perbedaan tekanan udara di berbagai wilayah
dimuka bumi mengakibatkan terjadinya gerakan massa udara dari daerah bertekanan
tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. kelembapan udara dan awan, massa udara
terjadi atas berbagai macam gas dengan kandungan yang berbeda-beda. (Curah
Hujan), mengandung bintik-bintik air didalam awan semakin lama semakin
bertambah (tinggi). Selanjutnya kelompok lima yang beranggotakan (Muhammad
Dzakwan, Tya Amelia, Marsa Selvia, Asih Sintiawan, Farhanudin, Nazwa Diniah
Putri), tersebut mengenai iklim, iklim merupakan keadaan rata-rata cuaca pada suatu
daerah yang luas dan ditentukan berdasarkan perhitungan dalam waktu yang lama
kurang lebih 20 tahun. Iklim yang ada di Indonesia terdiri 3 macam iklim ialah iklim
musim (iklim muson) iklim tropika (iklim panas) serta iklim laut. Iklim tropis lebih
dikenal di Indonesia atau disebut dengan iklim panas. iklim musim terjadi sebab
90
angin musim yang bertiup bergantian arah setengah tahun sekali. Iklim tropika (iklim
panas), Indonesia yang terletak di sekitar garis katulistiwa menyebabkan Indonesia
mempunyai iklim tropika atau bisa disebut dengan iklim panas. Iklim laut, negara
Indonesia ialah negara yang kaya objek wisata alam terutama Indonesia merupakan
negara yang terdiri dari laut, sungai atau samudra, sungai terdapat kegunaan bagi
kehidupan manusia. Sehingga, Indonesia mempunyai iklim laut. Fase 3 (pelaksanaan
dan membuat penyelidikan) pendidik memberikan sub topik mengenai kondisi cuaca
dan iklim, pendidik memberikan waktu kepada peserta didik untuk diskusi kelompok,
fase 4 (penyajian hasil akhir) pendidik menunjuk kelompok yang akan
mempresentasikan hasil diskusinya mengenai kondisi cuaca dan iklim dan terjadilah
Tanya jawab antara kelompok presentasi dan kelompok lainnyapada tahap ini
terdapat aspek pengetahuan sains, pendidik menunjuk kelompok selanjutnya untuk
mempresentasikan hasil diskusi, pada tahap ini terdapat aspek pengetahuan sains,
fase 5 (evaluasi) peserta didik bersama peserta didik member kesimpulan materi
pembelajaran, pendidik memberikan tugas rumah kepada peserta didik untuk
merangkum serta membaca dan memahami materi yang telah dipelajari, dan yang
terakhir menutup pembelajaran dengan salam.
4. Pertemuan Keempat
fase 1 (memusatkan perhatian peserta didik) pendidik membuka pelajaran
(mengucapkan salam, berdo’a dan mengecek kehadiran peserta didik), pendidik
melakukan apresiasi mengingat pembelajaran sebelumnya yaitu mengenai kondisi
awan dan iklim, pendidik bertanya “Apakah kalian masih mengingat apa yang
91
dimaksud dengan kondisi awan dan iklim?” pendidik menyampaikan tujuan
pembelajaran, pendidik menyampaikan motivasi kepada peserta didik agar selalu
aktif untuk belajar, seperti mengerjakan percobaan mengenai pembuatan tornado
sederhana, sehingga peserta didik tidak hanya memperoleh materi tetapi dapat
mengetahui secara ilmiah dengan melakukan percobaan?” fase 2 (merencanakan kerja
sama) pendidik memberikan sub topik/materi pokok untuk peserta didik selidiki,
pendidik membuat beberapa kelompok yang berjumlah 5-6 peserta didik dalam 1
kelompok, pendidik memanggil setiap ketua kelompok untuk menjelaskan tugas
masing-masing dari kelompok, setiap kelompok membahas sub topik yang berbeda-
beda yang telah diberikan oleh pendidik, pada tahap ini terdapat aspek kompetensi
sains dan konteks sains dengan indikator mengidentifikasi permasalahan secara
ilmiah dan memecahkan masalah Contohnya seperti apakah kalian mengetahui
pengertian sifat-sifat iklim dan unsur-unsur iklim,pada tahap orientasi peserta didik
memperoleh hasil dari permasalahan yang diberikan oleh pendidik, hasil tersebut
terdapat di dalam gambar dibawah ini
92
Gambar 4.6. Hasil Peserta Didik Tentang Sifat-sifat Iklim dan Unsur-unsur Iklim
Gambar 4.6 tersebut peserta didik menjawab permasalah yang diberikan oleh
pendidik tentang sifat-sifat iklim dan unsur-unsur iklim. Jadi kesimpulan dari
kelompok tiga yang terdiri dari anggota (Eka, Siti Nur Azizah, Ijal, irfan, dan farid),
tersebut mengenai sifat-sifat iklim dan unsur-unsur iklim. Iklim merupakan sesuatu
kondisi rata-rata pada cuaca disuatu daerah di periode tertentu. Cuaca adalah sesuatu
93
kondisi atmosfer dalam periode waktu yang sempit. Cuaca dapat berubah pada jam ke
jam, dari hari kehari bulan kebulan bahkan tahun ketahun. Adapun klasifikasi iklim:
iklim matahari, merupakan permukaan bumi yang menerima banyaknya suatu sinar
matahar. iklim fisis ialah suatu iklim dipengaruhi oleh lingkungannya. contohnya,
daratan, lautan, pegunungan, daratan rendah, daratan tinggi, angin laut, maupun letak
geografis. Iklim musim, letak geografis Indonesia yang diapit oleh benua Asia
disebelah utara dan Benua Australia disebelah selatan, yang mengakibatkan di
Indonesia ada iklim musim. Iklim Junghun, memberi klasifikasi iklim dari ketinggian
tenpat dan beragam tumbuhan yang cocok di daerah tertentu, penelitian dilaksanakan
di Indonesia ialah pulau jawa. Iklim koppen, koppen membagi daerah iklim yang dari
temperatur dan hujan. Sifat iklim, memliki kurun waktu amat lama, memiliki sifat
yang terdiri atas daerah yang luas, sifat iklim yang dihasilkan dari rata-rata cuaca,
tidak dari pencatatan baru. Selanjutnya kelompok satu dengan anggota (Tika Lestari,
Nazala, Rika, Ahmad Sopiyan, Arif, Abdullah). Tentang unsur-unsur iklim:
penyinaran matahari, matahari yaitusesuatu pengatur iklim di bumi yang amat vital
dan membuat sumber energi paling utama pada bumi. Suhu udara, yaitu sesuatu
kondisi panas atau dingin udara yang memliki sifat merata dan berbeda-beda pada
suatu daerah tertentudari daerah tertentu. Kelembapan udara, pada udara ada air
disebabkan terjadi penguapan. Semakin tinggi suhu udara, maka semakin banyak uap
air yang dikandung. Per-awanan, awan adalah suatu massa dari sebuah butir-butir
kecil air yang larut di lapisan atmosfer bagian bawah. Awan bisa menyatakankeadaan
cuaca. Curah hujan, ialah suatu jumlah hujan yang jatuh disuatu daerah pada kurun
94
waktu tertentu. Angin, yaitusesuatu udara yang bergerak pada suatu daerah yang
mempunyai tekanan tinggi (maksimum) kedaerah yang yang mempunyai tekanan
rendah (minimum). fase 3 (pelaksanaan dan membuat penyelidikan) pendidik
mempersiapkan alat dan bahan untuk melakukan percobaan sederhana yaitu
pembuatan tornado sederhana, pada tahap ini terdapat aspek kompetensi sains
dengan indikator menggunakan bukti ilmiah. Pada tahap orientasi peserta didik
memperoleh hasil dari permasalahan yang diberikan oleh pendidik yang terdapat di
dalam gambar dibawah ini mengenai pembuatan tornado sederhana.
Gambar 4.7. Hail Percobaan Pembuatan Tornado Sederhana
Pada gambar 4.7 diatas peserta didik melakukan percobaan sederhana yaitu
pembuatan tornado sederhana alat dan bahan yang digunakan yaitu: air, botol dengan
ukuran yang besar, gliter (pernak-pernik), sabun sunlight, dan corong. Tujuan dari
melakukan percobaan tersbut yaitu agar peserta didik lebih memahami pembelajaran
yang diberikan oleh pendidik, serta menambah pengalaman baru bagi peserta didik
untuk memahami pembelajaran tersebut mengenai cuaca ekstim. pendidik
memberikan sub topik mengenai sifat-sifat iklim dan unsur-unsur iklim, pendidik
95
memberikan waktu kepada peserta didik untuk diskusi kelompok, fase 4 (penyajian
hasil akhir) pendidik menunjuk kelompok yang akan mempresentasikan hasil
diskusinya dan terjadilah Tanya jawab antara kelompok presentasi dan kelompok
lainnya, pada tahap ini terdapat aspek pengetahuan sains dan kompetensi sains
dengan indikator menjelaskan fenomena sains secara ilmiah, pendidik menunjuk
kelompok selanjutnya untuk mempresentasikan hasil diskusi, pada tahap ini terdapat
aspek pengetahuan sains, fase 5 (evaluasi) peserta didik bersama pendidik member
kesimpulan materi pembelajaran, dan yang terakhir menutup pembelajaran dengan
salam.
5. Pertemuan kelima
Pada pertemuan terakhir pembelajaran, pendidik melakukan kegiatan ulangan
(posttest) yaitu dengan tema cuaca ekstrim, terdiri dari 10 soal pilihan ganda yang
dilakukan selama 60 menit untuk mengerjakan soal tersebut. Tujuan dilakukannya
posttest tersebut yaitu dalam mengetahui kemampuan akhir literasi sains peserta
didik.
96
B. Hasil Data Peningkatan Literasi Sains
1. Nilai Rata-rata N-gain Kelas Talking Stick dan Kelas Kelas Group
Investigation
Analisis yang telah dilakukan memperoleh hasil kemampuan literasi sains
peserta didik pada kelas talking stickdan kelas group investigationsebagai
berikut:
Tabel 4.1. Nilai N-gain Kemampuan Literasi Sains Peserta didik Kelas talking stickdan Kelas group investigation.
Perolehan Pretest dan Posttest Pretest dan PosttestKelas Group Investigation
Kelas Group Investigation
Kelas Talking Stick
Kelas Talking Stick
Nilai Minimum
20 50 20 30
Nilai Maksimu
m
70 100 60 70
Rata-rata 50.35 72.85 37.33 47.40Rata-rata N-gain
0.487(Sedang) 0.161(Rendah)
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan rata-rata N-gain kemampuan literasi sains
peserta didik pada kelas group investigationmendapatkan hasil 0.487 dan masuk
kedalam kategori (sedang). Sedangkan rata-rata N-gain kemampuan literasi sains
peserta didik pada kelas talking stickmendapatkan hasil 0.161 dan masuk
kedalam kategori (rendah).
Nilai N-gain dapat diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut: nilai
Posttest dikurangi dengan nilai pretest dibagi dengan nilai tertinggi dan
97
dikurangi dengan nilai pretest. Namun rata-rata N-gain dapat diperoleh
berdasarkan seluruh jumlah nilai N-gain yang dibagi jumlah peserta didik.
2. Uji Normalitas
Pada setiap masing-masing kelas talking stickdan kelas group investigation
dilakukan uji normalitas, yang berfungsi untuk mengetahui apakah data
terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dihitung menggunakan uji
Lilliefors, dengan taraf signifikan sebesar 0.05% dengan ketentuan Lhitung<Ltabel.
Berikut tabel hasil uji normalitas pada Pretest dan Posttest kelas talking stick
serta kelas group investigation.
Tabel 4.2. Uji Normalitas Pretest dan Postest Kemampuan Literasi Sains Peserta Dididk Kelas talking stickdan Kelas group investigation.
Kelas Pretest Postest InterprestasiLhitung Ltabel Lhitung Ltabel
group investigation
0.1547 0.1671 0.1548 0.1671 Normal
talking stick 0.1636 0.1703 0.1573 0.1703 NormalDati tabel 4.3 diatas mengenai analisis uji normalitas dapat diketahui bahwa
pada kelas group investigation. dengan taraf signifikan uji sebesar 0.05% untuk
Pretest memperoleh Lhitung sebesar 0.1547 lebih kecil dari Ltabel yaitu sebesar
0.1671 sedangkan untuk Posttest kelas group investigation. meperoleh Lhitung
sebesar 0.1548 lebih kecil dari Ltabel yaitu sebesar 0.1671 dari hasil analisis uji
tersebut dapat diketahui bahwa H1 diterima dan data pada kelas group
investigation terdistribusi normal. Dan untuk kelas talking stick analisis uji
normalitas Pretest dengan taraf signifikan uji sebesar 0.05% memperoleh nilai
98
Lhitung sebesar 0.1636 lebih kecil dari Ltabel yaitu sebesar 0.1703 sedangkan untuk
Posttest kelas talking stick meperoleh Lhitung sebesar 0.1573 lebih kecil dari Ltabel
yaitu sebesar 0.1703 dari hasil analisis uji tersebut dapat diketahui bahwa H1
diterima dan data pada kelas talking stickterdistribusi normal. Dari data diatas
Pretest dan Posttest tersebut disimpulkan bahwa kelas group investigation dan
kelas talking stickdata tersebut terdistribusi normal.
3. Uji Homogenitas
Dalam melihat apakah data tersebut terdistribusi homogen atau tidak maka
dilakukannya uji homogenitas pada kelas talking stickdan kelas group
investigation tersebut untuk melihat varians dari kedua data tersebut. Uji
homegenitas yang digunakan dengan tariff sebesar 0.05% dengan kriteria
Fhitung<Ftabel maka H1 diterima dan data terdistribusi homogen. Berikut tabel hasil
uji homogenitas.
Tabel 4.3. Hasil Uji Homogenitas Kelas talking stickdan Kelas group investigation
Kelas Pretest Postest InterprestasiFhitung Ftabel Fhitung Ftabel
group investigation
0.8051 1.8975 1.0609 1.8975 Homogen
talking stick 0.8051 1.8975 1.0609 1.8975Dari tabel 4.4 diatas mengenai uji homogenitas Pretest dapat diketahui bahwa
pada kelas talking stickdan kelas group investigation dengan taraf signifikan uji
sebesar 0.05% memperoleh Fhitung sebesar 0.8051 lebih kecil dari Ftabel yaitu
1.8975, sehingga H1 diterima dan terdistribusi homogen, sedangkan hasil uji
99
homogenitas Posttest kemampuan literasi sains pesrta didik kelas talking stick
dan kelas group investigation memperoleh Fhitung sebesar 1.0609 lebih kecil dari
Ftabel yaitu 1.8975 sehingga H1 diterima dan terdistribusi homogen. Dari hasil uji
homogenitas yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Fhitung<Ftabel hal ini
menunjukkan bahwa data tersebut terdistribusi homogen. Secara lengkap data
perhitungan mengenai uji homogenitas bisa dilihat pada lampiran.
4. Uji Hipotesis
Ketika telah selesai melaksanakan uji prasyarat yaitu uji normalitas serta uji
homogenitas dan data tersebut terdistribusi normal dan homogen sehingga tahap
berikutnya yaitu uji hipotesis dengan uji-t berikut hasil uji-t kelas talking stick
dan kelas group investigation.
Tabel 4.4. Hasil Uji Hipotesis Kelas talking stick dan Kelas group investigation.
Kelompok Hail Uji-t Hasil Keputusan Ujithitung ttabel
talking stick7.0512 1.67303 Thitung>Ttabel H1 Diterimagroup
investigation
Dari tabel 4.5 diatas mengenai uji-t hasil menunjukkan bahwa thitung>ttabel
7.0512>1.67303. yang mana hal ini sama dengan keriteria uji hipotesis yaitu jika
thitung>ttabel maka H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
pengaruh antara masing-masing kategori model pembelajaran kooperatif tipe
talking stick dan group investigation untuk meningkatkan kemampuan literasi
sains peserta didik di MTs Hasanuddin Kupang Tebak Teluk Betung Bandar
100
Lampung pada tema (cuaca ekstrim). Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
dilampiran.
5. Kemampuan Literasi Sains Aspek Pengetahuan Sains
Analisis dari aspek tersebut ialah dari cuaca dan macam-macam awan, kondisi
cuaca dan iklim, dan sifat-sifat iklim dan unsur-unsur iklim.Berikut tabel hasil
kemampuan literasi sains aspek pengetahuan sains peserta didik yaitu :
Tabel 4.5. Data Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik Aspek Pengetahuan Sains
No Aspek Pengetahuan Kelas Talking Stick
Pretest Posttest N-gain Keterangan
1 Cuaca dan Macam-macam Awan
1200 1650 44.44 Sedang
2 Kondisi Cuaca dan Iklim
32.59 43.70 0.164 Sedang
3 Sifat-sifat Iklim dan Unsur-unsur Iklim
1165.5 1232.1 0.04334 Sangat Rendah
No Aspek Pengetahuan Kelas Group Investigation
Pretest Posttest N-gain Keterangan
1 Cuaca dan Macam-macam Awan
55.35 73.21 0.4 Sedang
2 Kondisi Cuaca dan Iklim
49.28 73.57 0.478 Sedang
101
3 Sifat-sifat Iklim dan Unsur-unsur Iklim
50 73.73 0.4747 Sdengan
Berdasarkan tabel 4.5 tersebut diketahu bahwa pada kelas talking stick pada
aspek cuaca dan macam-macam awan memperoleh hasil 44.44 % berada pada
kategoti sedang, selanjutnya pada aspek kondisi cuaca dan iklim memperoleh
hasil 0.164 % berada pada kategori sedang, dan yang terakhir yaitu aspek sifat-
sifat iklim dan unsur-unsur iklim memperoleh hasil 0.04334 % masuk kedalam
kategori sangat rendah. Pada kelas group investigation pada aspek cuaca dan
macam-macam awan memperoleh hasil 0.4 % masuk kedalam kategori sedang,
selanjutnya pada aspek kondisi cuaca dan iklim memperoleh hasil 0.478 %
masuk kedalam kategori sedang, dan yang terakhir yaitu aspek sifat-sifat iklim
dan unsur-unsur iklim memperoleh hasil 0.4747 % masuk kedalam kategori
sedang.
0400800
12001600 1200
32.59
1165.51650
43.7
1232.1
Pretest Postest
Gambar 4.8. Gafik Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik Aspek Pengetahuan Kelas Talking Stick
102
020406080
55.35 49.28 5073.21 73.57 73.73
pretest postest
Gambar 4.9. Grafik Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik Aspek Pengetahuan Kelas Group Investigation
6. Kemampuan Literasi Sains Aspek Kompetensi Sains
Literasi sains aspek kompetensi memiliki 3 indikator diantaranya,
mengidentifikasi permasalahan secara ilmiah, menyatakan kejadian sains secara
ilmiah, serta penggunaan bukti ilmiah. Hasil literasi sains peserta didik aspek
kompetensi yaitu:
Tabel 4.6. Data Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik Aspek Kompetensi sains
No Aspek Kompetensi Sains Kelas Talking Stick
Pretest Posttest N-gain Keterangan
1 Mengidentifikasi permasalahan secara ilmiah
44.44 61.11 0.3 Sedang
2 Menjelaskan fenomena sains secara ilmiah
32.59 43.70 0.164 Sedang
3 Menggunakan bukti ilmiah
43.16 45.63 0.043 Sangat rendah
No Aspek Kompetensi Sains
Pretest Posttest N-gain Keterangan
103
Kelas Group Investigation
1 Mengidentifikasi permasalahan secara ilmiah
51.78 73.21 0.444 Sedang
2 Menjelaskan fenomena sains secara ilmiah
53.57 75 0.461 Sedang
3 Menggunakan bukti ilmiah
44.64 69.64 0.451 Sedang
Berdasarkan tabel 4.6 peningkatan kemampuan literasi sains peserta didik
pada setiap indkator pada kelas talking stick aspek kompetensi sains pada
indikator mengidentifikasi permasalahan secara ilmiah memperoleh hasil 0.3 %
dalam kategori sedang, selanjutnya indikator kedua yaitu menjelaskan fenomena
sains secara ilmiah memperoleh hasil 0.164 % masuk kedalam kategori sedang
dan yang terakhir indikator ketiga yaitu menggunakan bukti ilmiah memperoleh
hasil 0.043 % masuk kedalam kategori sangat rendah. Selanjutnya kelas group
investigation aspek kompetensi sains dengan indikator mengidentifikasi
permasalahan secara ilmiah memperoleh hasil 0.444 % masuk kedalam kategori
sedang, selanjutnya indikator kedua yaitu menjelaskan fenomena sains secara
ilmiah memperoleh hasil 0.461 % masuk kedalam kategori sedang, dan yang
terakhir indikator katiga yaitu menggunakan bukti ilmiah mempeeroleh hasil
0.451 % masuk kedalam kategori sedang. Peningkatan kemampuan literasi sains
aspek kompetensi mempunya tiga indikator yang pertama mengidentifikasi
permasalahan secara ilmiah simbolnya “A” yang kedua menyatakan fenomena
104
sains secara secara ilmiah simbolnya “B” serta menggunakan bukti ilmiah
simbolnya“C”.
A B C0
10203040506070
44.44
32.5943.16
61.11
43.7 45.63
Pretest Posttest
Gambar 4.10. Grafik Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Tiap Indikator Kompetensi Kelas Talking Stick
020406080
51.78 53.57 44.6473.21 75 69.64
Pretest Posttest
Gambar 4.11. Grafik Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Tiap Indikator Kompetensi Kelas Group Investigation
7. Kemampuan Literasi Sains Aspek Konteks Sains
Kemampuan literasi sains peserta didik aspek konteks sains terdiri dari
indikator memecahkan masalah. Berikut Tabel hasil literasi sains aspek konteks
sains peserta didik yaitu :
Tabel 4.7. Data Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik Aspek Konteks Sains
No Aspek Kompetensi Sains
Pretest Posttest N-gain Keterangan
105
Kelas Talking StickMemecahkan Masalah
43.16 44.4 0.021 Sangat rendah
No Aspek Kompetensi Sains Kelas Group Investigation
Pretest Posttest N-gain Keterangan
Memecahkan Masalah
49.95 73.73 0.475 Sedang
Berdasarkan tabel 4.7 diatas mengenai kemampuan literasi sains peserta didik
aspek konteks sains dengan indikator memecahkan masalah pada kelas talking
stick memperoleh hasil 0.021 masuk kedalam kategori sangat rendah. Dan pada
kelas group investigation dengan indikator memecahkan masalah memperoleh
hasil 0.475 hasil tersebut masuk kedalam kategori sedang.
8. Effect Size
Effect Size dalam menggunakan aplikasi Microsoft Excel guna untuk
mengukur besarnya skala keefektifan sebuah penelitian. Yang diukur pada
penelitian yaitu keefektitifannya model pembelajaran kooperatif tipe talking stick
dan group investigation. Berikut tabel hasil hasil analisis Effect Sizeyaitu :
Tabel 4.8. Hasil Analisis Uji Effect Size
Kelas Niali Standar Deviasi Effect Size
KetPretest Posttest Pretest Posttes
Talking Stick 37.77 47.40 13.39 13.39 0.362 SedangGroup
Investigation50.35 72.85 12.01 13.56 0.879 Tinggi
Tabel 4. Diatas menunjukkan bahawa perolehan Effect Size kelas talking stick
menperoleh hasil 0.362 dan masuk kedalam kategori sedang. Sedangkan untuk
kelas group investigation memperoleh hasil 0.879 dan masuk kedalam kategori
106
tinggi. Hal ini menyatakan ada perbedaan pengaruh pada setiap kategori model
pembelajaran kooperatif tipe talking stick dan group investigation(Gi) terhadap
kemampuan literasi sains.
9. Uji Hasil Observasi
Dari hasil uji observasi yang dilaksanakanoleh guru mata pelajaran IPA
terhadap peneliti mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
talking stick dan group investigation (GI) diperoleh hasil 90.9 hasil ini
menunjukkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dan group
investigation (GI) sangat layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran IPA.
Perhitungan data lengkapnya bisa dilihat di lampiran.
C. Pembahsan
1. Keterlaksanaan Pembelajaran
Penelitian ini dilakukan di MTs Hasanuddin Kupang Tebak Teluk Betung
Bandar Lampung kurang lebih satu bulan lamanya. Setelah melakukan uji
hipoteses dapat diketahui bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan mengenai
kemampuan literasi sains peserta didik antara kelompok yang diberikan
perlakuan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick
serta kelompok yang diberikan perlakuan dengan model pembelajaran group
investigation (GI).
Model pembelajaran kooperatif tipe talking stick diterapkan dikelas talking
stick yaitu kelas VIII B talking stick merupakan model pembelajaran kelompok
107
dengan bantuan tongkat. Model pembelajaran kooperatif tipe talking stick
termasuk kedalam model pembelajaran aktif yang dapat membuat peserta didik
mengingat apa yang sudah dipelajari serta menguji kemampuan yang sudah
mereka terima ketika pendidik menjelaskan materi pembelajaran1. Model
pembelajaran ini dilaksanakan dengan bantuan tongkat, siapa pun yang telah
memegang tongkat harus menjawab pertanyaan dari pendidik setelah peserta
didik mengerti tentang materi pokok yang sudah dijelaskan oleh pendidik.
Pembelajaran talking stick sangat cocok diterapkan bagi peserta didik SD, SMP,
dan SMA/SMK2.
Berdasarkan sintak model pembelajaran kooperatif tipe talking stick tahap 1,
memusatkan perhatian peserta didik dan menyiapkan tongkat tahap 2,
merencanakan diskusi pada langkah ini peneliti memberikan peserta didik
menjadi berapa kelompok dan membagi masalah yang akan di diskusikan tahap
3, pelaksanaan pada tahap ini pendidik meminta kepada peserta didk untuk
memahami hasil catatan serta diskusi tersebut, selanjutnya setelah selesai peserta
didik memahami materi atau hasil diskusi tersebut pendidik menyuruh kepada
peserta didik untuk menutup buku catatan tersebut, kemudian pendidik
mengembil sebuah tongkat dan memberikannya kepada peserta didik, apabila
peserta didik memegang tongkat tersebut maka peserta didik harus menjawab
1 Wahyudiantari, Parmiti, and Wayan Romi Sudhita, ‘Pengeruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Berbantuan Multimedia Pembelajaran Interaktif Dalam Meningkatkan Hasil Belajar’, Universitas Pendidikan Ganesha, Jurusan Teknologi, 3.1 (2015). h, 2
2 Cici Idrus, ‘Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Talking Stick Dengan Pembelajaran Konvesional Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X SMAN 1 Bonjol Kabupaten Pasaman’, Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumbar, 2.1 (2013). h, 5
108
pertanyaan dari pendidik tersebut, kemudian tongkat tersebut secara bergantian
menghampiri peserta didik secara satu persatu untuk menjawab pertanyaan dari
guru, tahap 4 evaluasi, pada tahap ini peserta didik dan pendidik bersama-sama
membuat kesimpulan, setelah selesai membuat kesimpulan pendidik mengakhiri
pembelajaran dengan mengucapkan salam. Dengan menggunakan model
pembelajaran ini dapat melihat kesiapan peserta didik dalam belajar. Melatih
keterampilan peserta didik ketika membaca dan memahami isi materi dan
membuat peserta didik siap pada situasi apapun.
Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) model ini
diterapkan di kelas group investigation. Model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation (GI) yaitu model pembelajaran yang secara mandiri
membuat peserta didik membangun kemampuan berfikir serta kritis dan
membuat peserta didik untuk memecahkan sesuatu masalh dalam kelompok3.
Pada pembelajaran GI, belajar bisa dilaksanakan sambil bermain. Penggunaan
model ini bisa membuat kondisi pembelajaran yang menarik untuk peserta didik
serta bisa meningkatkan keterampilan proses semua peserta didik yang ada di
kelas maka peserta didik menjadi termotivasi dan mempunyai minat dalam
belajar. Selaras dengan kondisi ini, peserta didik selain bisa menguji kemampuan
kognitifnya, juga bisa memperoleh pengalaman langsung, maka pembelajaran
akan lebih bermakna bagi peserta didik. Berdasarkan sintak model pembelajaran
3 Wahyu Wijayanti, Sudarno Herlambang, and Marhadi K Slamet, ‘Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Mejayan Kabupaten Madiun’. h, 2
109
kooperatif tipe group investigation tahap 1 memusatkan perhatian peserta didik,
pada tahap ini pendidik membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,
berdo’a, dan mengabsen peserta didik, kemudian pendidik menyampaikan tujuan
pembelajaran serta mendorong peserta didik agar lebih aktif untuk belajar
dengan mengerjakan percobaan mengenai pembuatan tornado sederhana
jadi,tidak hanya memperoleh materi peserta didik dapat mengetahui secara
ilmiah dengan melakukan percobaan. Tahap 2 merencanakan kerja sama, pada
tahap ini pendidik membentuk beberapa kelompok yang berjumlah 5-6 peserta
didik dalam satu kelompok, selanjutnya pendidik membagi permasalah pada tiap-
tiap kelompok yang berkaitan dengan cuaca ekstrim. Kemudian pendidik
memanggil ketua kelompok untuk menjelaskan tugas masing-masing kelompok,
masing-masing kelompok membahas sub topik yang berbeda tentang cuaca
ekstrim.
Tahap 3 pelaksanaan dan membuat penyelidikan, pada tahap ini pendidik
menyiapkan alat dan bahan untuk melakukan percobaan sederhana yaitu
pembuatan tornado sederhana dan peserta didik melakukan percobaan sederhana
yang diarahkan oleh pendidik, setelah itu pendidik memberikan kesempatan
kepada peserta didik dalam melaksanakan diskusi atau memecahkan masalah.
Tahap 4 penyajian hasil akhir, pada tahap ini peserta didik apabila telah selesai
memecahkan permasalah yang diberikan oleh pendidik, maka selanjutnya
pendidik menunjuk satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di
depan kelas setelah mempresentasikan hasil diskusi maka terjadilah Tanya jawab
110
antara kelompok presentasi dan kelompok peserta didik lainnya, kemudian
peserta didik lainnya akan melakukan persentasi didepan kelas. Tahap 5 evaluasi,
pendidik dan peserta didik bersama-sama menyimpulkan hasil pembelajaran
tersebut dan di iringi Tanya tanyab kepada peserta didik, agar memicu peserta
didik untuk lebih memahami, dan yang terakhir pendidik menutup pembelajaran
dengan mengucapkan salam.
2. Peningkatan Kemampuan Litesai Sains Peserta Didik
Literasi sains ialah kemampuan untuk memakai pengetahuan sains, proses
identifikasi dari pertanyaan-pertanyaan, memberi kesimpulan yang berasal dari
bukti-bukti dalam menguasai dan memberikan kepastian tentang perubahan alam
yang dilaksanakan atas alam dari manusia. Kemampuan literasi sains dinyatakan
seperti keahlian dari seseorang dalam mengidentifikasi fakta sains berdasarkan
oleh beragam informasi, mempelajari dan menganalisis kemampuan dalam
mengorganisasi, menginterprestasikan serta informasi sains4.
Dalam penelitian ini adapun Kemampuan literasi sains yang diukur iyalah
aspek pengetahuan, aspek kompetensi sains, dan aspek konteks sains. Tes
literasi sains dengan jumlah 10 soal pilihan ganda serta empat pilihan jawaban,
untuk mengetahui kemampuan literasi sains peserta didik. Pada kemampuan awal
4 Lutfi Rizkita, Hadi Suwono, and Herawati Susilo, ‘Analisis Kemampuan Awal Literasi Sains Siswa SMA Kota Malang’, 2016. h, 772
111
literasi sains pretest peserta didik kelas talking stick mendapatkan hasil 37.77
dalam kategoti kurang baik, untuk itu dilakukan penelitian dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe talking stick. Dan kemampuan awan literasi
sains pretest peserta didik kelas group investigation memperoleh hasil 50.35
dalam kategori kurang baik, untuk itu dilakukan penelitian dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI). Setelah diberi
perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada kelas
talking stick dan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI)
pada kelas group investigation, kemampuan literasi sains peserta didik
meningkat pada kelas group investigation, keadaan ini dapat diamati dari nilai
rata-rata posttest peserta didik untuk kelas talking stick memperoleh nilai 47.40
dan untuk kelas group investigation memperoleh nilai 72.85.
Peningkatan literasi sains juga dapat ditunjukkan dari hasil rata-rata N-gain
pada kelas talking stick hasil rata-rata N-gain memperoleh 0.161 dalam kategoti
rendah, sedangkan pada kelas group investigation hasil rata-rata N-gain
memperoleh nilai sebesar 0.487 dalam kategoti sedang.
Hal ini terjadi dikarenakan sudah diberikannya perlakuan berupa penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe talking stickpada kelas talking stick dimana
model pembelajaran kooperatif tipe talking stickmampu menguji kesiapan
peserta didik dalam belajar. Melatih keterampilan peserta didik dalam membaca
dan memahami isi materi dan mengajak peserta didik siap dalam situasi apapun.
Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) bisa
112
membuat kondisi pembelajaran yang menarik bagi peserta didik serta bisa
meningkatkan keterampilan proses semua peserta didik yang ada didalam kelas
maka peserta didik bisa termotivasi dan mempunyai minat dalam belajar. Selaras
kondisi ini, peserta didik selain bisa membuat kemampuan kognitifnya, juga bisa
memperoleh pengalaman langsung, maka pembelajaran akan lebih bermakna
bagi peserta didik.
3. Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Per Indikator
Pada aspek pengetahuanliterasi sainsanalisis kemampuanpengetahuan
mengenai cuaca dan macam-macam awan, kondisi cuaca dan iklim, serta sifat-sifat
iklim dan unsur-unsur iklim. Materi tentang pengetahuan sains “sistem hidup”
masuk kedalam kerangka PISA 2012 cakupan materi pengetahuan sains, yaitu
berhubungan dengan kesehatan manusia dan ekosistem, sertamateri cuaca ekstrim
ini hampir keseluruhan konteksnya tertuang didalamnya, mengenai konteks
kesehatan, sumber daya alam (SDM) serta lingkungan. Hampir diseluruh setiap
konteks terdapat aspek personal, sosial, dan gelobal di setiap kehidupan manusia
itu sendiri5.
Literasi sains pada aspek kompetensi sains mempunyai tiga indikator yang
terdiri dari, mengidentifikasi permasalahan secara ilmiah, menyatakan
5 Ardian Asyhari and Risa Hartati, ‘Profil Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Siswa Melalui Pembelajaran Saintifik’, 4.2 (2015), 179–91. h. 11.
113
fenomena sains secara ilmiah, menggunakan bukti ilmiah, penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada kelas talking stick. Pada tahap
pembelajaran yaitu dimulai dari memusatkan perhatian peserta didik dan
menyiapkan tongkat pada tahap ini pendidik membuka pelajaran dengan salam,
berdo’a, mengabsen, dan memotivasi peserta didik. Tahap selanjutnya pendidik
membentuk beberapa kelompok yang berjumlah 5-6 peserta didik dalam satu
kelompok, kemudian pendidik membagi permasalahan pada tiap-tiap kelompok,
adapun masalah yang dikaji yaitu masalah yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari peserta didik seperti cuaca dan macam-macam awan, kondisi cuaca dan
iklim, dan sifat-sifat iklim dan unsur-unsur iklim dari permasalah inilah peserta
didik bisa mengembangkan kompetensi literasi sains berupa mengidentifikasi
permasalahan secara ilmiah, tahap selanjutnya berupa pelaksanaan peserta didik
berusaha memecahkan masalah yang diberikan oleh pendidik kemuadian pendidik
memberikan waktu kepada peserta didik untuk memahami hasil diskusi peserta
didik, setelah peserta didik memecahkan permasalah tersebut maka peserta didik
memperolehhasil dari diskusi tersebut serta dapat mengembangkan kompetensi
literasi sains berupa menggunakan bukti ilmiah. Sesudah peserta didik
menperoleh jawaban dari permasalahan yang diberikan pendidik, pendidik
menyiapkan tongkat serta diberikan kepada peserta didik tersebut, apabila peserta
didik tersebut memegang tongkat maka peserta didik harus menjawab pertanyaan
dari pendidik. Melalui Tanya jawab tersebut, pada tahap ini terdapat
aspekkompetensi literasi sains berupa menjelaskan fenomena ilmiah. pada
114
langkah pembelajaran ini pendidik hanya sebagai fasilitator, kemudian peserta
didik dapat menyampaikan hasil diskusinya.
Kemampuan literasi sains pada aspek kompetensi sains mempunyai tiga
indikator yang terdiri dari, mengidentifikasi permasalahan secara ilmiah,
menjelaskan fenomena sains secara ilmiah, menggunakan bukti ilmiah dan
konteks sains mempunyai satu indikator yaitu memecahkan masalah,
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) pada kelas
group investigation.. Pada tahap ini memusatkan perhatian peserta didik
pada,selanjutnya pendidik membuka pelajaran dengan salam, berdo’a, mengabsen,
dan memotivasi peserta didik. Tahap selanjutnya pendidik membentuk beberapa
kelompok yang berjumlah 5-6 peserta didik dalam satu kelompok, kemudian
pendidik memberikan sub-sub permasalah yang berbeda-beda pada tiap kelompok
adapun masalah yang dikaji merupakan masalahan yang ada didalam kehidupan
sehari-hari peserta didik seperti cuaca dan macam-macam awan, kondisi cuaca dan
iklim, dan sifat-sifat iklim dan unsur-unsur iklim dari permasalah inilah peserta
didik bisa mengembangkan kompetensi literasi sains berupa mengidentifikasi
permasalahan secara ilmiah dan konteks sains berupa memecahkan masalah,
tahap selanjutnya pendidik menyiapkan alat dan bahan sederhana untuk
melakukan percobaan yaitu pembuatan tornado sederhana, tahap selanjutnya
berupa pelaksanaan peserta didik berusaha memecahkan masalah yang diberikan
oleh pendidik kemuadian pendidik memberikan waktu kepada peserta didik untuk
memahami hasil diskusi peserta didik, setelah peserta didik memecahkan
115
permasalah tersebut maka peserta didik mendapatkan hasil dari menemukan
informasi maka peswerta didik dalam kegiatan ini terdapat dalam aspek
kompetensi literasi sains berupa menggunakan bukti ilmiah. Selanjutnya
pendidik menunjuk kekelompok untuk menyampaikan hasil diskusi tersebut di
depan kelas dan setelah peserta didik tersebut selesai dengan mempresentasikan
hasil diskusinya di depan kelas maka terjadilah Tanya jawab antara kelompok
presentasi dan kelompok peserta didik lainnya. Selanjutnya oendidik bersama
peserta didik membuat kesimpulan mengenai pelajaran tersebut. Dan yang terakhir
pendidik menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
D. Temuan Penelitian Mengenai Kemampuan Literasi Sains Peserta didik
Ketika penelitian diperoleh hasil peserta didik mengenai kemampuan literasi
sains mengalami peningkatan pada kelas group investigation yaitu kelas VIII A
dengan menerapkan model pembelajaran group investigation (GI). Ini bisa
ditunjukkan dengan peningkatan nilai pretest dan posttest yang dianalisis dengan N-
Gain serta serta uji effect size yang membuktikan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) berpengaruh untuk
meningkatkan kemampuan literasi saisn peserta didik dalam tema cuaca ekstrim. Jadi
kesimpulannya yaitu ada perbedan pengaruh antara model pembelajaran kategori
model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dan group investigation terhadap
kemampuan literasi sains peserta didik.