Upload
dokhanh
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Analisis Cender
dalam
Pembangunan Kesehatan
Aplikasi Gender Analysis Pathway (GAP)
dan
Berbagi Pengalaman
DOKUMENTASI & ARSIP
BAPPENASAcc. No. .c.t!=.{!/ ;..?.{Craqs : ......../.J/.€.{.....
checked,'. : i . i : . | i : . .W
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAppENAS)
bekerjasama dengan
Development Planning Assistance (DPA) project ll -
Canadian International Development Agency (CIDA)
Jakarta, November 2002
KATA PENGANTAR
Penyusunan laporan ini merupakan dokumentasi pengalaman empat sektorpembangunan yaitu kesehatan, kesejahteraan sosial, keluarga berencana, danlingkungan hidup ketika menerapkan analisis gender dengan teknik Gender AnalysisPathway (GAP) dalam merancang kegiatan program pembangunan yang sensitifgender. Pelaksanaan kegiatan diselenggarakan melalui serangkaian diskusi danworkshop yang penyelenggaraannya merupakan kerjasama antara Bappenas(Direktorat Kependudukan, Kesejahteraan Sosial, dan Pemberdayaan Perempuan) danCIDA (melalui Proyek Development Planning Assistance ll-DPA ll).
Perlu diketahui bahwa kegiatan ini rnerupakan kelanjutan dari kegiatan yangtelah dilaksanakan di 5 (lima) sektor pembangunan lainnya pada tahun anggaran2001, yaitu koperasi dan usaha kecil menengah, ketenagakerjaan, hukum, pendidikan,dan pertanian. Pada tahun 2001, kegiatan semacam ini merupakan kerjasama antaraBappenas (melalui Direktorat Kependudukan, Kemasyarakatan, dan PemberdayaanPerempuan) dengan CIDA (melalui Women's Support Project Phase II-WSP ID.Dengan demikian sampai saat ini, paling tidak, ada 9 (sernbilan) sektor pembangunanyang telah berupaya untuk melaksanakan pengarusutamaan gender dalamperencanaan kegiatan pembangunan mereka.
Berbagai upaya pembangunan nasional yang diarahkan untuk meningkatkankualitas manusia, baik perempuan maupun laki-laki, temyata belum memberikanmanfaat yang setara bagi perempuan dan laki-laki. Hal ini tidak saja berarti bahwahak-hak perempuan untuk memperoleh manfaat secara optimal dari pembangunanbelum terpenuhi, tetapi juga karena masih belum temanfaatkannya kapasitasperempuan, sebagai sumber daya manusia, secara optimal. Disamping itu, r.endahnyakualitas perempuan juga dapat mempengaruhi kualitas generasi penerusnya,mengingat bahwa mereka mempunyai fungsi reproduksi dan sangat berperan dalammengembangkan sumber daya manusia masa depan.
Sementafa itu, kesetaraan dan keadilan gender belum sepenuhnya dapatdiwujudkan di segala bidang karena masih kuatnya pengaruh nilai sosial budya yangpatriarki, yang menempatkan lakilaki dan perempuan pada kedudukan dan peranyang berbeda dan tidak setara. Di lain pihak, pada saat ini masih banyak kebijakan,program, proyek, dan kegiatan pembangunan, baik di tingkat nasional maupun ditingkat daerah (plopinsi dan kabupaten/kota) yang belum peka gender, yaitu belummempertimbangkan perbedaan pengalaman, aspirasi, dan kepentingan antaraperempuan dan laki-laki, serta belum menelapkan kesetaraan dan keadilan gendersebagai sasaran akhir dari pembangunan.
Halapan kami, kiranya upaya pengarusutamaan gender melalui aplikasi GAPdapat berkesinambungan secara pasti, sehingga upaya di 9 (sembilan) sektorpembangunan akan bermanfaat bagi perencanaan di lingkungan sektor yangbersanskutan.
Aplikasi GAP dalam perencanaan pembangunan di 4 (empat) sektor tersebuttidak mungkin dapat terlaksana tanpa kerjasama yang baik dengan berbagai pihakseperti Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Kementerian Lingkungan Hidup,Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Badan Koordinasi Keluarga BerencanaNasional, Badan Pusat Statistik (BPS), Direktorat Pengendalian Sumber Daya Alamdan Lingkungan Hidup - Bappenas, Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat -
Bappenas, Direktorat Kependudukan, Kesejahteraan Sosial, dan PemberdayaanPerempuan - Bappenas, serta peran aktif para fasilitator yaitu, DR. Yttlfita Rahardjodan Dr. Nardho Gunawan, MPH. Untuk itu, atas dukungan semua pihak terkait, kamrucapkan terima kasih.
Disadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan ini. Oleh karena itu,saran, kritik, koreksi, dan masukan dari semua pihak guna penyempurnaan laporan iniakan senantiasa kami harapkan.
Jakarta. NovemberZ0l?r Ddya Manusia danBappenas
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Pemurah dan Maha Penyayang, atasperkenan Nya telah tersusun buku "Analisis Gender Pembangunan Kesehatan: AplikasiGender Analysis Pathways (GAP) dan Berbagi Pengalaman".
Tujuan penyusunan buku ini untuk mendokumentasikan proses melakukan analisis genderdalam program pembangunan kesehatan. Dalam buku ini juga tersusun rencana tindak danusulan kegiatan yang lesponsif gender dalam Repeta 2003 bagi program kesehatan prioritas.Diharapkan buku ini dapat digunakan sebagai pedoman Lrntuk melaksanakan kegiatanprogram kesehatan tersebut pada tahun 2003.
Buku ini dapat menjadi salah satu langkah ke depan untuk menuju kesetaraan dan keadilangender, serta lebih meningkatkan peran aktif perempuan sebagai mitra sejajar dengan laki-laki dalam berbagai bidang dan program, khususnya dalam pembangunan kesehatan.
Kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan danperhatian yang telah diberikan dalam penyusunan analisis gender pembangunan kesehatan.Secara khusus penghargaan dan terima kasih tersebut kami sampaikan kepada Bappenas -
melalui Direktorat Kependudukan, Kesejahteraan Sosial, dan Pemberdayaan Perempuan -
yang telah memilih Departemen Kesehatan sebagai salah satu institusi yang melakukananalisis gender, dan kepada CIDA melalui Proyek Development Planning Assistance (DPA)
II, serta fasilitator Dr. Nardho Gunawan, MPH. Demikian pula, kepada KementerianPemberdayaan Perempuan yang telah memberikan dukungan sepenuhnya atas kegiatan ini.
Kami sadari, masih banyak kekurangan dalam penulisan buku ini. Oleh karena itu, saran,kritik, dan masukan untuk penyempumaan buku ini sangat diharapkan, sehingga mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi kita semua. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasamemberikan kekuatan, perlindungan dan petunjuk Nya kepada kita semua. Amien
Jakarta, Nopember 2002
IS JENDERAL
Dr. Dadi S. Argadiredja, MPHNIP 140057678
TIM TEKNIS PENYUSUN
ANALISIS GENDERDALAM PEMBANGUNAN KESEHATAN
Penanggung jawab:1. Dr. H. Setiawan Soeparan, MPH, Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran, Departemen
2.3 .
KesehatanDr. Sri Hemiyanti, MSc, Direktur Kesehatan Keluarga, Departemen KesehatanDR. Yohandarwati, MA, Direktur Kependudukan, Kesejahteraan Sosial, dan
Pemberdayaan Perempuan, B appenasDrs. Arum Atmawikarta, SKM, MPH, Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat,Bappenas
Anggota:1. Dr. Loesje Maria SomPie, MSc2. Dr. Lukman Hendt'o Laksmono, MBA3. Dr. Yudhi Prayudha ID, MPH4. Ir. Herwanli Bahar, MSc5. Dr. Asjikin Iman Ilidayat D, MI-IA6. Dr. Lukas C.Hermawan, M.Kes'7. Dr. Atmarita, MPH, Ph.D8. Ria Sukarno, SKM, MCN9. Dr. Trisnawati10. Mariyani, SKM11. Drs. Makmunarrasyid, SKM, M.Kes12. Munziarti, SKM13. Th. Ispyatin, B.Sc14. Dr. F.Jeanne Ukloseja15. Linawaty, SKM, MM16. Nurul Aini, SKM, MM17. Dra. Lesmana18. Yety Intarti19. Victoria Indrawati, SKM20. Dasmi Nurdin, SKM21. Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS22. Dr. Prastowo, MPH23. Ferynawati, SKM, MDR24. Endang Sri Widyaningsih, SKM, M'Kes25. Mahyati, SKM, M.Kes26. Risyanto, SKM27. Rini H
Fasilitator:Dr. Nardho Gunawan, MPH
TIM TEKNIS PENYUSUNANALISlS GENDER DAI}\M PEMBANGUNAN KESEHATAN
Koordinator:Lenny N. Rosalin, SE, MSc. - Bappenas
Narasumber:1. Dra. Nina Sardjunani, MA - Bappenas2. Prof. Linda Miranda, PhD3. Staf Direktorat Kependudukan, Kesejahteraan Sosial, dan Pemberdayaan Perempuan -
Bappenas4. Staf Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat - Bappenas5. Staf Kantor Deputi Menteri Bidang Kesetaraan Gender (Deputi II) - Kementerian
Pemberdayaan Perempuan6. Staf Direktorat Statistik Keseiahteraan Rakvat - Badan Pusat Statistik
. . . . . . . . . . . . . I
C. Ruang Lingkup Penulisan .. . . . . . . . . . .2
A. Umum
I. PROGRAM LTNGKUNGAN SE}IAT, PERILAKU SEHAT DANPEMBERDAYAAN MASYARAKAT ... . . . . . . . . . .a. Sub Program Lingkungan Sehat, Penyehatan Air dan Sanitasi.........
2. PROGRAM UPAYA KESEHATAN ... . , . . . . , . 18a. Sub Program Penurunan Angka Kematian lbr"r melalui Making Pregnant:y
Sa ler (MPS) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18b. SLrb Program Pemberantasan Tubettulosis Paru... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .22c. Strb Program Pemberantasan Malaria . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .24d. Sub Program Penanggulangan HIV/AIDS dan Penyakit Menular Seksual
( P M S ) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 7
3 . PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT, , . . . . . . . . . . . . . . . . . . . , . . . , . , . . , , , . . . .29
4. PROGRAM KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PEMBANGUNANKESEHATANa. Sub Program Sistem Informasi Kesehatanb. Sub Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Rencana Tindak Program Kesehatan yang Responsif Gender dalam REPETA
PROGRAM LINGKUNGAN SEIIAT, PERILAKU SEHAT DANPEMBERDAYAAN MASYARAKAT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .42a. Snb Program Lingkungan Sehat, Penyehatan Air dan Sanitasi . . . . . . . . . . . . . . . .42
PROGRAM UPAYA KESEHATAN ... . . , . . . . .43a. Sub Program Penurunan Angka Kematian Ibu melalui Moking Pregnancy
Sa/er (MPS) . . . . - . . . . . . . . . .43b. Sub Program Pemberantasan Tubel 'kulosis Paru... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .44c. Sub Program Pemberantasan Malaria . . . . . . . . .- . . . . . . . . . . . . . . . . . . .44
40404 1
DAFTAR Ist
d. Sub Program Penanggulangan HIV/AIDS dan Penyakit Menular Seksual( P M S ) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 4
3 . PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT. . . . . . . , . . . . . . . . . . . . . . . . , , . . . . . . . . . . . .45
4. PROGRAM KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN KESEHATAN ,,. . . , . , . . . . . . . .45a. Sub Program Sistem Informasi Kesehatan .. .^.. . . . . . . . . . . . . . . . .45b. Sub Program Peneli t ian dan Pengembangan Kesehatan .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46
BAts V PENUTUP..... ,,,.....47
DAFTAR SINGKATAN
LAMPIRAN
Lampiran ILampiran 2
Lampiran 3
Matriks Analisis Gender Pembangunan KesehatanMatriks Rencana Aksi Program Kesehatan yang Responsif Gender dalarnREPETA 2003 dan Usulan KegiatanSurat Keprilusan Menteri Kesehatan RI tentang Tim Pengalusutamaan Gender(PUG) Departemen Kesehatan
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 menetapkan bahwa kesehatanadalah keadaan sejahtera dari badan,jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidupproduktif secara sosial dan ekonomi. Sejalan dengan pengertian tersebut dan sebagai bagianintegral dari pembangunan nasional, maka tujuan pembangunan kesehatan menuju IndonesiaSehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagiseiiap orang agar dapat terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Dalam rangka mencapai tujuan dimaksud, maka penyelenggaraan pembangunan kesehatanmempunyai 6 (enam) program pokok UU Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas 2000 -2004, yaitu: (1) program Lingkungan Sehat, Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat,(2) program Upaya Kesehatari, (3) program Perbaikan Gizi Masyarakat, (4) program SumberDaya Kesehatan, (5) program Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya, (6) prograrn Kebijakandan Manajemen Pembangunan Kesehatan.
Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan selama ini telah berhasil meningkatkanderajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagaimasalah dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Salahsatu keberhasilan pelaksanaan pembangunan nasional yang dapat dirasakan adalah semakinmeningkatnya umur harapan hidup waktu lahir.
Masalah utama yang dihadapi dalam bidang kesehatan adalah keterbatasan mutu danjangkauan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama bagi penduduk miskin. Untuk inrpembangunan di bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu dan jangkauanpelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama bagi penduduk miskin. Upaya pelayanankesehalan dasar antara lain meliputi pencegahan dan pemberantasan penyakit menular,perbaikan gizi, pelayanan kesehatan ibu dan anak, penyediaan obat generik esensial, promosikesehatan serta peningkatan higiene dan sanitasi dasar. Masih tingginya angka kematian ibumatemal mengharuskan kita untuk memberikan perhatian khusus .terhadap pelayanankesehatan ibu dan anak dan hal ini berkaitan dengan keberadaan bidan di setiap pelosokIndonesia.
Masih besarnya berbagai masalah kesehatan antara lain tingginya angka kematian ibu (AKI),juga disebabkan karena adanya kesenjangan gender dalam pembangunan kesehatan. Untukmengetahui besarnya kesenjangan dalam kebijakan, program, kegiatan dan dampak programkesehatan untuk penduduk laki-laki dan perempuan, perlu dilakukan analisis gender.
B. Tujuan Penulisan
Penr"rlisan ini bertujuan untuk mendokumentasikan proses melakukan analisis gender dalamprogram pembangunan kesehatan dan berbagi pengalaman dalam proses analisis tersebut.
PENDAHULUAN
Anal.isis gender mencakup kegiatan identifikasi dan analisis berbagai kesenjangan gender
dalam program kesehatan, serta identifikasi langkah-langkah yang direkomendasikan untuk
mengurangi/menghilangkan kesenjangan gender, sehingga pembangunan kesehatan dapat
dilaksanakan secara lebih berdayaguna dan berhasilguna. Selain itu pengalaman dalam
analisis gender untuk program terpilih ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk
program dan unit lain yang akan mengerjakan hal yang serupa'
C. Ruang Lingkup Penulisan
Analisis gender dalam pembangunan kesehatan dalam penulisan ini mencakup 4 (empat)
program yang responsif gender dari 6 (enam) program pokok Propenas 2000-2004 (UU
2512000), yaitu:
1. Proglam Lingkungan Sehat, Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakata. Sub Program Lingkungan Sehat, Penyehatan Air dan Sanitasi
2. Program Upaya Kesehatana. Sub Program Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) melalui Making
Pregnancy SaJbr (MPS)b. Sub Program Pemberantasan Tuberkulosis Parttc. Sub Program Pemberantasan Malariad. Sub Program Penanggulangan HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virusl
Acquirecl Immunodeficiency Syndromes) dan Penyakit Menular Seksual (PMS)
3. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
4. Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatana. Sub Program Sistem Informasi Kesehatanb. Sub Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
I .
Isu Pokok
Upaya mengatasi kesenjangan antara penduduk laki-laki dan perempuan sejak awat
Pelita III telah dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan dengan program P2W - PK(Peningkatan Peranan Wanita dalam Pembangunan kesehatan).
Dengan telah dikeluarkannya Inpres No. 9/2000 tentang Pengarusutamaan Gender
dalam Pembangunan Nasional, maka dalam pembangunan kesehatan perlu
dimasukkan perspektif gender untuk mengurangi atau menghilangkan kesenjangan
yang ada. Inpres ini selain memberikan pendekatan baru dalam mengatasi
kesenlangan, juga akan mendorong pengembangan pendekatan sebelumnya
(pendlkatan 'V,|ID - "Women in Development" menladi GAD - "Gender and
Development").
D.
3 .
6.
5 .
Bab IBab IIBab IIIBab IVBab VLampiran
E.
PENDAHULUAN
Analisis gender, sebagai bagian dari upaya pengarusutamaan gender adalah hal yangbaru, sehingga sering masih menimbulkan pemahaman dan persepsi yang berbedaantar para penentu kebijakan dan pelaksana program kesehatan.
Secara formal, di lingkungan Departemen Kesehatan belum ada pengaturan lebihlanjut tentang pengarusutamaan gender. Focal point yang ditetapkan adalahDirektorat Bina Peran Serta Masyarakat (PSM) untuk menangani proyek P2W-PK(sejak pertengahan tahun delapan puluhan sampai akhir tahun sembilan puluhan).Kemudian setelah reorganisasifocal poinl dilimpahkan ke Direktorat Bina KesehatanKeluarga (Kesga), yang mempunyai program kesehatan khusus untuk ibu/perempuan.
Mulai Repeta 2003 beberapa program kesehatan telah ditetapkan oleh Bappenas untukdikembangkan menjadi responsif gender. Ketetapan ini kemudian telah disepakatioleh Depafiemen Kesehatan, dengan focal point Biro Perencanaan dan Anggaran,dibantu oleh para penanggungjawab program yang terpilih.
Kelancaran pelaksanaan otonomi daerah dan kebijakan desentralisasi perlu didukungdengan komunikasi dan mekanisme hubungan kelja Pusat - Daerah yang salingmendukung pelaksanaan tugas, terrnasuk yang berkaitan dengan isu gender dankesehatan.
Sistematika
Penyajian tulisan ini dibuat dengan sistematika sebagai berikut:
PendahuluanKonteksProsesAnalisis GenderPenutup
BAB IIKONTEKS
Untuk memadukan konsep gender dengan program pembangunan kesehatan, ada baiknyauntuk melihat kembali beberapa konsensus global dalam bidang kesehatan yang secaralangsung maupun tidak Iangsung terkait dengan konsep pengarusutamaan gender. Paria tahr.rn1948, organisasi Kesehatan Sedunia (world Health orgunisationlwHo) menyepakari anraralain bahwa derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah suatu hak yang fundamental bagisetiap orang tanpa membedakan ras, agama, jenis kelamin, politik yang dianut dan tingkatsosial ekonominya. Kemudian pada tahun 1980, wHo juga mendeklarasikan llealth for AII2000 yang isinya menghimbau kepada semua anggora WHO, supaya melakukan langkahdalam pembangunan kesehatan sehingga derajat kesehatan setiap or-ang meningkat. DiIndonesia, pengembangan komihen global ini dilaksanakan melalui misalnya dengan sistemKesehatan Nasional (SKN) tahun 1982 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidangKesehatan (RPJPK). Selanjutnya saat memasuki abad XXI Indonesia telah menetapkan"lndonesia Sehat 2010" sebagai visi pembangunan kesehatan.
Secara khusus untuk mengatasi ketertinggalan kaum perempuan telah disepakati berbagaimacam komitmen antara lain Konperensi Sedunia tentang Hak Asasi Manusia di Viennatahun 1993 yarig mengemukakan bahwa hak perempuan merupakan bagian dari hak asasimanusia yang bersifat universal. Karena kesehatan merupakan salah satu hak asasi bagi setiapinsan manusia, maka perempuan pun berhak untuk memperoleh derajat kesehatan yangsetinggi-tingginya sebagai hak asasinya. Hal ini dimantapkan lagi pada KonperensiIntemasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) tahun 1994 di Kairo yangmeletakkan dasar bagi rekomendasi yang belkaitan dengan kesehatan reproduksi dan hakreproduksi perempuan dan laki-laki. Komitmen global lain yang mengaitkan kesehatandengan isu gender adalah Konperensi Perempuan Sedunia IV tahun 1995 di Beijing, yangmenyebutkan bahwa "Perempuan dan Kesehatan" sebagai satu dari l2 bidang kritis yangdikemukakan dalam rencana aksi ini. Sebagai negara yang ikut menjadi pesefta danmenandatangani deklalasi, maka sudah seharusnya Indonesia melaksanakan komitmen-komitmen ini dengan sebaik-baiknya. Komitmen penting lain yang disepakati Indonesiadalam bidang kesehatan adalah upaya global pemberantasan AIDS, tuberkulosis dan malaria(Global ATM) dan untuk melaksanakan upaya tersebut Indonesia merupakan salah satunegara yang mendapat bantuan dana global.
Masalah gendef dalam bidang kesehatan tidak semata-mata hanya menjadi tanggung jawabsektor kesehatan, karena masalah ini terkait dengan sektor-sektor lainnya, seperti sosial-ekonomi, budaya, politik, pendidikan, peftanian dan sebagainya. Sehingga masalah gender,yang berupa ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender, dalam sektor kesehatan terkait puladengan masalah-masalah di luar sektor kesehatan. Menurut WHO, masalah ketidakadilandan ketidaksetaraan gender dalam sektor kesehatan dapat dijumpai pada banyak kebijakandan program pembangunan kesehatan. Namun, hal ini oleh banyak penentu kebijakan,perencana program dan penyedia pelayanan (health provider) tidak dianggap/dikenali sebagaimasalah yang serius. Ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender ini dijumpai dalam beberapabentttk gender inequality, yaitu perbedaan akses pada pelayanan kesehatan antara pendudllklaki-laki dan perempuan, perbedaan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepadapenduduk laki-laki dan perempuan, dan bias gender dalam riset medis.
KONTEKS
Dalam perspektif gender, beberapa masalah pokok kesehatan yang mendapat prioritas dalampenanganannya, seperti Angka Kematian Ibu (AKI) yang tinggi, pemberantasan tuberkulosisparu, malaria, HIV/AIDS, masalah gizi masyarakat dan masalah lingkungan yang tidak sehatsangat terkait dengan isu gender. Hal penting inilah yang belum mendapat perhatian danpemahaman yang mendalam dan konsisten dari para pembuat kebijakan kesehatan.Rendahnya status kesehatan perempuan dibandingkan dengan laki-laki, sebagai akibat faktorsosial budaya, misalnya, telah berdampak pada tingginya angka kematian ibu dan besarnyaberbagai masalah kesehatan perempuan lainnya. Untuk mengatasi permasalahan inidiperlukan berbagai upaya yang memperhatikan isu gender dan dilaksanakan bersama olehberbagai sektor terkait, misalnya sektor yang menangani budaya, ekonomi, dan pendidikan.
Selama ini kebijakan dan program pembangunan kesehatan pada umumnya sudahdilaksanakan untuk seluruh penduduk, dengan tidak membedakan sasaran lakilaki danperempuan, kecuali program yang dirancang khusus untuk laki-laki atau perempuan.Ternyata dengan kebijakan dan program yang bersifat "netral gender atau buta gender" ini,sering dijumpai adanya kesenjangan dalam pelaksanaan serta dampak yang terjadi padapenduduk laki-laki dan perempuan.
Beberapa contoh. antara lain:
2 .
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)Selama ini urusan kehamilan dan melahirkan dianggap hanya urusan perempuan,sementara kedudukan perempuan pada r"rmumnya masih rendah dibandingkan laki-laki, sehingga perempuan sulit memutuskan apa yang menjadi kebutuhan dan haknya.
Plogram Lingkungan Sehat, Penyehatan Air dan SanitasiPerempuan lebih banyak menerima beban keda untuk kesehatan lingkungan dansanitasi di rumah tangga, sementara sosialisasi program lingkungan sehat, perryehatanair dan sanitasi lebih banyak ditujukan pada laki-laki.
Program Pemberantasan Penyakit MalariaKejadian penyakit malaria lebih banyak pada laki-laki, tetapi dampaknya jauh lebihberbahaya pada perempuan, khususnya saat hamil, karena dapat berakibat buruk padajanin/bayi (dapat mengakibatkan keguguran, lahir mati, lahir prematur dan lahirdengan berat badan lahir rendalVBBLR), maupun pada ibu (malaria serebral, anemia),sefta resiko kematian pada perempuan meningkat 2-10 kali dibandingkan laki-laki.
Program Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis ParuPenderita tuberkulosis pada laki-laki lebih banyak daripada perempuan karena lebihbanyak berobat dan tercatat di tempat pelayanan kesehatan, sedangkan penderitaperempuan jarang/tidak pergi berobat ke tetnpat pelayanan kesehatan, sehinggakurang/tidak terekam; sementara potensi penularan oleh penderita pelempuan padaanggota keluarga yang lain jauh lebih besar dan tentunya berdampak lebih besarterhadao kesembuhannva.
b.
5 .
KONTEKS
Program Penanggulangan HIV/AIDSLaki-laki pada umumnya tidak dianggap sebagai sumber penularan HIV/AIDS,sedangkan perempuan baik-baik sering dianggap tidak akan rertlrlar HIV/AIDS.
Program Perbaikan Gizi MasyarakatPenyediaan makanan yang bergizi lebih diutamakan kepada bapak dan anak laki-lakrdalipada ibu dan anak perempuan.
Berdasarkan berbagai komitmen internasional dan nasional, tentang keadilan dan kesetaraangender, serta eliminasi kesenjangan gender, maka kini saat yang tepat untuk memulai dalammemecahkan dan mengambil keputusan untuk peningkatan status/derajat kesehatan laki-lakidan perempuan, dengan memadukan pendekatan gender. Hal ini berlaku juga tidak hanyadalam pembangunan kesehatan, tapi juga di semua bidang pembangunan, sehingga dapatdilaksanakan apa yang disebut dengan pembangunan yang berkeadilan dan kesetaraangender.
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBIIN) tahun 1999 - 2004 mengamanarkan bahwa untukmeningkatkan peran dan kedudukan perempuan perlu dikembangkan suatu kebijakannasional yang diemban oleh suatu lembaga yang mampu mewujudkan dan meningkatkankesetaraan dan keadilan gender, serta meningkatkan kemandirian dan kemampuan organisasiperempuan. Untuk itu dikembangkan kebijakan dan strategi nasional yang menjadi salah satuprioritas pembangunan, sebagaimana tersusun dalam propenas 2000-2004. setiap penentukebijakan dan pelaksana program pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,pemanlauan dan evaluasi diharapkan dapat menerapkan pengarusutamaan gender (pUG)dengan memasukkan wawasan gender sesuai bidang tugas dan fungsi kewenangan masing-masing. Untuk dapat menerapkan pengarusutamaan gender di sektor kesehatan dengan baik,maka para penentu kebijakan dan pelaksana program perlu meningkatkan kapasitasnya agarmampu mengembangkan program/proyek/kegiatan yang telah tercantum dalam uU 2512000(Pr-openas 2000-2004), Renstra 2001-2004 dan Repeta 2003 menjadi responsif gender.
Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2000 tentang pengarusutamaan Gender dalamPembangunan Nasional menyatakan bahwa seluruli departemen maupun lembaga pemerintahnon-departemen di pemerintah pusat, propinsi, maupun kabupaten/kota harus melakukanpengarusutamaan gender dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi padakebijakan dan program pembangunan. Pengarusutamaan gender merupakan strategi unrukmencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui kebijakan dan program yangmemperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-lakike dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari keseluruhan kebijakan danprogram di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Dengan melaksanakan pUGdiharapkan kesenjangan gender dan permasalahan gender yang ada dapat diatasi ataupundi persempit j urang perbedaannya.
Tujuan utama pengarusutamaan gender adalah tercapainya kesetaraan dan keadilan genderyang dapat dilaksanakan antara lain melalui pemberdayaan perempuan dalam seluruh b.idangpembangunan dengan melibatkan institusi pemerintah dan organisasi masyarakat, danmenumbuhkan kesadaran kesetaraan bagi kaum laki-laki. Harus diakui bahwa sampai saat ini
KONTEKS
situasi dan kondisi di Indonesia masih menempatkan perempuan pada posisi "warga kelas
dua". Ha1 ini dapat diketahui baik melalui data yang kuantitatifdan data kr"ralitatif, serta fakta
kehidupan sehari-hali, sehingga ketidakadilan dan kesetalaan gender akan sangat mudah
dijumpai dalam semua aspek kehidupan sehari-hari. Namun untuk memastikan bahwa hal
tersebut adalah benar-benar merupakan suatu isu gender, maka diperlukan suatu analisis
terhadap situasi tersebut berdasarkan ukuran-ukuran yang sesuai dengan kaidah gender.
Dalam mengatasi ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender diperlukan upaya khusus untuk
mengetahui adanya ketimpangan gender. Hal ini dapat diketahui antara lain dengan
melakukan analisis gender sebagai langkah awal untuk mengidentifikasi adanya
ketimpangan/kesenjangan gender. Analisis gender ini dilakukan pada awal setiap kegiatanyang akan dilakukan dan hal ini merupakan rangkaian dari upaya pengarusutamaan gender.
Di Depaltemen Kesehatan upaya dalam peningkatan kesehatan pefempuall diawali oleh
Proyek Peningkatan Peranan Wanita dalam Pembangunan Kesehatan (Proyek P2WPK) pada
pertengahan tahun 80an. Pada akhif tahun 1999, dari kegiatan proyek tersebLrt telah
dihasilkan buku Pengarusutamaan Gender dalam Bidang Kesehatan. Dalam buku
pedoman ini baru disebutkan bahwa upaya PUG harus mengikutsertakan analisis gender pada
setiap langkah awal suatu program. Selain itu disebutkan pula bahwa untuk dapat melakukan
analisis gender diperlukan pengetahuan dan ketefampilan yang spesifik yang dapat dipelajari
sendili atau didapat dalam suatu pelatihan khusr.rs tentang PUG.
Dalam melakukan analisis gender ini, Pemerintah RI rnelalui Bappenas (Direklorat
Kependudukan, Kesejahteraan Sosial, dan Pemberdayaan Perempr"ran) dan KementerianPemberdayaan Perempuan, serta dengan bantuan CIDA telah mengembangkan metode
analisis yang diseb'.st Gender AncLlysis Pathwcry (GAP). Metode ini menelaah apakah suatu
kebijakan, program, atau kegiatan sudah responsif gender dilihat dari data pembuka wawasanyang ada, apakah terdapat kesenjangan gender dilihat dari aspek akses, paftisipasi, kontrol
dan manfaat suatu program, dan akhirnya menentukan rencana aksi untuk mengurangi atau
menghilangkan kesenjangan gende| serta menetapkan indikator untuk mengukurkeberhasilannya. Gender Analysis Pathway (GAP) juga telah diperkenalkan di dalam buku
tersebut di atas. Metode analisis gender lain yang mulai dikembangkan oleh WHO, dengandaerah uji coba untuk penerapannya di Propinsi Riau di Indonesier (tidak dibahas dalam
tulisan ini)
BAB IIIPROSES
Sesuai dengan Inpres No. 9 tahun 2000 tentang Pengaruslltamaan Gender dalamPembangunan Nasional, maka penanggungiawab pengarusutamaan gender dalampembangunan kesehatan adalah Menteri Kesehatan, namun dalam pelaksanaannya dilakukanoleh masing-masing program/sub program dari masing-masing direktorat. Sehubungandengan program kesehatan dalam Repeta 2003 yang responsif gender, maka kegiatan tersebutdikoordinasikan oleh Biro Perencanaan dan Anggaran Departemen Kesehatan.
Secara historis, komitmen Departemen Kesehatan RI tentang peningkatan peranan wanitadalam program pembangunan kesehatan sebenarnya sudah lama dirintis melalui ProyekPeningkatan Peranan Wanita dalam Pembangunan Kesehatan (Proyek P2WPK). Proyek inipada awalnya dilaksanakan oleh Direktorat Peran Serta Masyarakat (PSM) pada DirektoratJenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat sejak tahun 1988 sampai 1998. Kemudiandengan adanya reorganisasi Departemen Kesehatan pada tahun 1999, focttl point tersebutdilimpahkan kepada Direktorat Kesehatan Keluarga. Namun, kegiatan proyek tersebut barumemasuki tahap persiapan (tahun I) Pengarusutamaan Gender bidang Kesehatan (PUG-BK)yaitu berupa sosialisasi PUG-BK, pemilihan progfam prioritas dan uji coba melakukananalisis pada program prioritas.
Secara organisasi, di lingkungan Departemen Kesehatan belum ada struktur khusus yangmenangani pengarusutamaan gender. Selama ini kegiatan dilaksanakan dan dikoordinir olehSub-direktorat Kesehatan Usia Subur pada Direktorat Kesehatan Keluarga. Selanjutnyadengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang ProgramPembangunan Nasional 2000 - 2004, dan terbitnya Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentangPengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, serta dikeluarkannya kebijakanBappenas tentang Repeta 2003 yang responsifgender, maka beberapa program pembangunankesehatan prioritas diarahkan untuk menjadi responsif gender. Pengaturan pelaksanaanpengarusutamaan gender bidang kesehatan tersebut sedang dimantapkan dalam bentuk suatuTim Pengarusutamaan Gender Program Pembangunan Kesehatan, termasuk mekanismekerjanya melalui suatu Surat Keputusan Menteri Kesehatan.
Dengan telah diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Kesehatan NomorHK.00.SJ.SK.1.1712, tanggal 13 September 2002 tentang Tim Pengarusutamaan GenderDepartemen Kesehatan, maka kegiatan pengarusutamaan gender di sektor kesehatan dapatdilaksanakan dengan lebih baik yang dikaitkan dengan Rencana Pembangunan Tahunan(Repeta) 2003 sesuai dengan arahan dan kebijakan Badan Perencanaan PembangunanNasionai (Bappenas). Kegiatan ini telah dirintis sejak awal tahun 2002 bersama-sama denganBappenas dan didukung oteh CIDA. Dalam perkembangannya, Biro Perencanaan danAnggaran Departemen Kesehatan diberi mandat untuk melakukan koordinasipengarusutamaan gender di lingkungan Depaftemen Kesehatan.
Kegiatan pengarusutamaan gender bidang kesehatan (PUC-BK) ini dilaksanakan mulai tahun
2003 dengan beberapa program kesehatan prioritas terpilih yang dijadikan responsif gender.
PRo.t6s
Seperti telah diketahui, pengetahuan dan pemahaman tentang pengarLlsutamaan gender dilingkungan Departemen Kesehatan masih terbatas kepada individu-individu yang telahberkecimpung dan mengikuti kegiatan ataupun pelatihan tentang pengar.usutamaan genoer,baik yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan maupun dari instanii di luar DepartemenKesehatan, seperti Kementerian Pemberdayaan perempuan. pada awal fahun 2002, Bappenasdengan dukungan GIDA menerapkan analisis gender di 4 (empat) sektor pembangunan, yaituLingkungan Hidup, Kesejahteraan ,sosial, Kesehatan dan Keluarga Berencana. Dari ke-4(empat) sektor pembangunan ini dipilih beberapa program prioritas masing-masing sektoruntuk dijadikan program yang responsif gender.
Dasar pemilihan program/subprograni kesehatan yang dijadikan responsif gender tersebirtantara lain adalah karena merupakan program unggulan, baik program pembangunan jangkapanjang atau jangka menengah serta karena program/subprogram tersebut mempunyaikomitmen internasional (global commitment), seperti misalnya Commitment Globat FunrtforAIDS, Tuberculosa dan Malaria (Global Fund ATM), Making pregruutcy safer (Mps) untukpenurunan angka kematian ibu. Program/Sub program yang telah dirancang responsifgendersejak awal, mulai dari penjajagan kebutuhan (neetls assesntar4 talilitaior lapangan(Community Fasilitcttor Team), pelaksanaan mzrupun pemeliharaan pasca proyek(sustainability) adalah sub program Lingkungan Sehat melalui Proyek Penyediaan Air Bersihbagi masyarakat miskin (Water Supply Jbr Low Incctme Comntuni4t _ 1ryggg 11) bantuanpinjaman Bank Dunia/CIDA di Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular. danPenyehatan Lingkungan.
Kegiatan yang telah dilakukan untuk penyusunan Repeta 2003 yang responsif gender melaluiproses Gender Analysis Pathway (GAp) di lingkungan Departemen kesehatan, sekaligusmerupakan pengembangan dari berbagai kegiatan yang sudah dilaksanakan sebelumnya(antara lain Proyek P2WPK dan rintisan PUG bidang kesehatan) dapat dikemukakan sebagaiberikut:
Seminar tentang Pengarusutamaan cender bidang Kesehatan di Depkes denganpembicara utama Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
Audiensi dengan Sekletaris Jenderal dan Direktur Jenderal Bina Kesmas DepartemenKesehatan tentang rencana pelaksanaan analisis gendel program kesehatan,khususnya untuk Repeta 2003, sesuai kebijakan Bappenas.
Pembentukan Tim Teknis Penyusun Analisis Gender/Repeta 2003 dengan melibatkansemua unlt penanggung jawab program terpilih, Bappenas, KementerianPemberdayaan Perempuan dan Badan Pusat Statistik.
Pelatihan singkat untuk staf perencana tentang ..Analisis Gender dan Repeta 2003,'oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan bekerjasama dengan pusar Fendidikandan Pelatihan (Pusdiklat) Departemen Kesehatan dengan tujuan memberikan dasar-dasar pengetahuan tentang gender dan analisis gender, menyamakan persepsi danmenggunakan bahan Repeta 2003 sebagai bahan latihan (exercise).
2.
4.
1 0
5 .
6.
8.
9.
PRoSES
Lokakarya I tentang Penerapan Gender Analysis Pathway (GAP) dalam ProgramPembangunan Repeta 2003 yang dikoordinasikan oleh Bappenas dan diikuti olehsemua anggota Tim Gender dari 4 sektor, serta para fasilitator dan nara sumber.
Pertemuan-pertemuan teknis program yang di-"gender"-kan dalam pembangunankesehatan, dihadiri anggota Tim Cender.
Lokakarya II (kelanjutan lokakarya I) tentang hasil analisis gender dengan metodeGAP, khusus untuk program pembangunan kesehatan terpilih
Diseminasi hasil analisis di lingkungan Departemen Kesehatan dipimpin olehSekretaris Jenderal untuk memantapkan komitmen.
Dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: HK.00.SJ.SK.I.1712tentang Tim Pengarusutamaan Gender (PUG) Depkes pada bulan September 2002yang memperkuat komitmen Departemen Kesehatan dalam pengarusutamaan gender.
Dalam pertemuan-pertemuan teknis pada awalnya sesuai kebijakan Bappenas hanyamembahas dan menganalisis 3 (tiga) program kesehatan dalam Propenas, yaitu: 1) ProgramLingkungan Sehat, Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat, 2) Program UpayaKesehatan, dan 3) Program Perbaikan Gizi Masyarakat. Namun kemudian, dari hasilpembahasan muncul pendapat bahwa data dan penelitian tentang gender sangat diperlukanuntuk mendukung pelaksanaan pengarusutamaan gender di sektor kesehatan. Clleh karena ituakhirnya disepakati untuk mengembangkan analisis gender pada Program Kebijakan danManajemen Pembangunan Kesehatan, sehingga menjadi 4 (empat) program kesehatan yangresponsif gender.
Unit kerja di lingkungan Departemen Kesehatan yang telah dilibatkan dalam penyusunanprogram pembangunan kesehatan yang responsif gender (Repeta 2003) antara lain:
1. Eselon I program terkait (Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal PPM & PL, DirekturJenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Kepala Badan Penelitian dan PengembanganKesehatan).
2. Eselon II program terkait (Seketariat Jenderal, Ditjen PPM & PL, Ditjen BinaKesehatan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan) tetmasukBiro Perencanaan dan Anggaran serta Biro Hukmas.
3. Pusat-pusat di lingkungan Departemen Kesehatan (Pusat Data danInformasi/Pusdatin, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan/Pusdiknakes, PusatPendidikan dan Latihan Kesehatan/Pusdiklatkes, Pusat Kajian PembangunanKesehatan, Pusat Kesehatan Kerja).
4. Para Kepala Sub DirektoraVKepala Bagian pemegang program/sub program terpilih(Ditjen Bina Kesmas, Ditjen PPM & PL).
5. Para Kepala Bagian Program dan Informasi masing-masing Unit Utama terpilih.
6. Para Kepala Bagian Tata Usaha masing-masing PusaVUnit Pelaksana Teknis programterDilih.
Para Kepala Sub Bagian/Kepala Seksi dan Petugas yang ditunjuk oleh Unit teknis/SubP r n o r a m t e r n i l i h
Pengalaman yang mendukung dalam proses Pengarusutamaan gender (PUC) di DepartemenKesehatan antara lain:
1. Antusiasme yang positifpara petugas pelaksana yang ditunjuk di tingkat program/subprogram.
2. Program dan sub program yang tertuang dalam Repeta 2003 telah mulai responsifgender.
3. Sumber Daya Manusia./petugas pelaksana yang dilibatkan, telah diikutsertakan dalampelatihan dan workshop tentang pengarusutamaan gender.
4. Strategi yang telah dilakukan adalah melalui mekanisme yang disesuaikan dengantupoksi (tugas pokok dan fungsi) masing,masing unit, dan telah dikoordinasikan olehBiro Perencanaan dan Anggaran Departemen Kesehatan.
Yang dirasakan masih menjadi hambatan dalam proses PUG antara lain:
1. Data yang tersedia belum terpilah menurut jenis kelamin sehingga menyulitkandalam proses analisis gender program kesehatan.
2. Akurasi data yang kurang lengkap.
3. Kompetensi individu belum sepenuhnya didukung oleh lingkungan manajemenDepaftemen Kesehatan.
4. Pengarusutamaan gender belum terintegrasi pada sistem yang ada.
5. Mekanisme dan pelaksanaan sangat tergantung kepada kesiapan daerah.
Kesulitan dalam melembagakan analisis gender antara lain karena banyak pengambilkeputusan masih menganggap bahwa pengarusutamaan gender tidak ada kaitannya denganvisi dan misi sektor kesehatan. Padahal sebenarnya dengan pengarusutamaan gender, visidan misi sektor kesehatan sangat mungkin dapat dilaksanakan serta dicapai secara lebihefektif dan efisien.
12
BAB IVANALISIS GENDER
A. Umum
Pembangunan kesehatan nasional yang akan dilaksanakan selama periode 2001 - 2004adalah mencapai sebagian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan untuk mengisi visilndonesia Sehat 2010. Arah kebijakan pembangunan kesehatan sesuai dengan Garis-garisBesar Haluan Negara (GBHN) 1999 - 2004 dan Undang-undang Nomor 25 tahun 2000tentang PROPENAS 2000 - 2004 yairu:
t . Meningkatkan mutu sumber daya manusia, lingkungan yang saling mendukungdengan pendekatan paradigma sehat yang memberikan prioritas pada upayapeningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, rehabilitasi sejakpembuahan dalam kandungan sampai usia lanjut.
Meningkatkan, memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan mela'luipemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan, sarana prasarana dalambidang medis termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat.
Komitmen Indonesia tentang kesetaraan dan keadilan gender dalam Garis-garis Besar HaluanNegara (GBHN) 1999 telah dijabarkan dalam Plogram Pembangunan Nasional lima tahun(Propenas 2000-2004) dan ditetapkan sebagai Undang-undang No. 25 tahun 2000. Undang-undang No. 25/2000 tentang Propenas 2000 - 2004 tersebut mengamanatkan tentangpentingnya pelaksanaan strategi pengarusutamaan gender dijabarkan dalarn pembangunan.Amanat tersebut selanjutnya dituangkan ke dalam Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional.
Pada tahun 2000 teldapat 19 (sembilan belas) proglam pembangunan yang responsifgender,dan pada tahun 2002 terdapat 32 (Iiga puluh dua) program pembangunan yang responsifgender yang tercakup dalam 9 (sembilan) bidang pembangunan tennasuk bidang sosialbudaya. Dalam bidang sosial budaya 9 (sembilan) pl'ogram yang responsif gender termasuksektor kesehatan yaitu 4 (empat) program. Untuk tahr"rn 2003 Departemen Kesehatan telahmencoba menyusun/mengkaji 4 (empat) program dan 7 (tujuh) sub program pembangunankesehatan yang responsif gender.
Proses kerja masing-masing unit terkait di lingkungan Departemen Kesehatan sesuai dengantugas pokok dan fungsinya. Usulan matriks analisis gender dikutip secara bervalisasiberdasarkan kebijakan dan tujuan sebagaimana tercantum dalam program/sub program yangtercantum dalam Propenas 2000 - 2004, atau berdasarkan rencana strategis (renstra) masing-masing program/sub program, mengacu kepada komitmen Internasional (WHO), bahkan adapula yang disesuaikan dengan tujuan jangka pendek (proyekJbagian proyek yangbersangkutan).
Data pembuka wawasan diambil dari berbagai ref'erensi yang telah tersedia (data sekunder),baik secara empiris kualitatif, ataupun kuantitatif baik lokal maupun intemasional. Analisiskesenjangan gender dikembangkan melalui akses, paltisipasi, kontrol dan manfaat.
ANALISIS GENDER
Sedangkan isu gender dipilih menurut peran baku (stereotip), sub ordinasi, marjinalisasi,pembebanan, bahkan sampai kepada kekerasan terhadap perempuan. Kemudian untukkepentingan Repeta 2003 hasil analisis tersebut dikembangkan menjadi rencana aksi sertaindikator-indikator Repeta 2003.
Hasil analisis gender program pembangunan kesehatan untuk program dan sub programpriolitas terpilih adalah sebagai berikut.
1. PROGRAM LINGKUNGAN SEHAT, PERILAKUPEMBERDAYAAN MASYARAKAT
a. Sub Program Lingkungan Sehat, Penyehatan Air dan Sanitasi
SEHAT DAN
T)
2)
Kebijakan ProgramMewujudkan mutu lingkungan hidup yang sehat yang mendukung tumbuh kembtrnganak dan remaja, memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup sehat, dan memungkinkaninteraksi sosial, serta melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal danlingkungan sehingga tercapai derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakatyang optimal.
Data Pembuka Wawasana) Jumlah penduduk perempuan yang tidak/belum pernah sekolah 2 kali lipat
dibanding penduduk laki-laki (13,32o/o berbanding 5,96Vo), sehinggaberpengaruh dalam pemeliharaan perumahan dan lingkungannya.Jumlah keluarga dengan pendapatan < Rp 100.000 sekitar 60,287o, sehinggaberpengaruh pada daya beli untuk pemenuhan/perbaikan rumah danlingkungan yang sehat.Jumlah perempuan yang bekerja mengurus rumah langga (39,557o) lebihbanyak dibanding lakiJaki (0,97Vo), menyebabkan perempuan mempunyairesiko lebih tinggi terkena dampak rumah yang tidak sehat, antara lain dapur.Rumah tangga yang menggunakan bahan bakar minyak tanah memberikanresiko 3,8 kali lebih besar pada anak bawal'r lima tahun (balita) untukmendapatkan ISPA karena ibunya menggendong anaknya saat memasak,dibandingkan dengan pemakai gas elpiji (penelitian di Jakarta tahun 1993).Jumlah angkatan kerja perempuan di sektor peftanian (44,47ok), industri(I4,}IVo), dan perdagangan (22,90Vo) dibandingkan dengan laki-laki di sektorpertanian (41,69Vo), industri (1I,27o/o) dan perdagangan (15,37To), mempunyairesiko lebih besar pada kondisi kesehatan dan kesehatan reproduksi.Jumlah perempuan yang bekerja di sektor informal (69,9 ok) lebih tinggidibandingkan dengan laki-laki (60,4 7o).Jumlah tenaga kesehatan laki-laki di bidang kesehatan lingkungan di semuajenjang administlasi (60-80o/o) lebih banyak dibandingkan dengan perempuan,namun diperkirakan kurang memahatni permasalahan perempuan dalamkaitannya dengan lingkungan (beban kerja yang cukup banyak, cukup lamadan cukup berat).Jumlah keluarga yang menggunakan air bersih di perkotaan dan perdesaan'78Vo (2002).
b)
c)
d)
f)
h)
J)k)r)
m)
i )
ANALISIS GENDER
Jumlah keluarga yang menggunakanjamban yang memenuhi syarat kesehatan65Vo (2002).Jumlah sekolah yang memenuhi syarat sehat 54,5Vo (2002).Jumlah air bersih yang memenuhi syarat kualitas bakteriologis 66Va (2002).Profil kegiatan perempuan di desa yang sulit sumber air menunjukkan bebankerja sangat berat.Perempuan perdesaan bekerja lebih lama dan lebih banyak (studi olehPujiwati).
Kesenjangan Gendera) Akses:
(1) Akses lakilaki pada penyuluhan/infomasi tentang penyehatanlingkungan dan air bersih serta untuk mendapatkan perlindungankesehatan, lebih banyak daripada perempuan, karena laki-laki hampirselalu dapat rnenghadiri pertemuan dan menyaksikan mediaelektronika di tempat umum.
(2) Pendidikan formal pelempuan yang rendah mengakibatkan akses yangkurang terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalammewujudkan kondisi nrmah serta lingkungan yang sehat.
(3) Perempuan dan laki-laki kurang mendapat akses pada fasilitaskesehatan l ingkungan yang memadai.
(4) Tenaga kesehatan perempuan dan laki-laki di semua jenjangadministrasi kurang mendapat akses terhadap program penyehatanlingkungan
b) Partisipasi:(1) Peran domestik dan peran ekonomi perempuan cenderung semakin
tinggi dalam penyehatan rumah serta lingkungannya, namun upayaperlindungan kesehatan secara umum dan kesehamn reproduksi masihkurang.
(2) Perempuan masih kurang dilibatkan dalam menentukan kebijakan baikdalam peran domestik maupun ekonomi, antara lain dalammusyawarah desa untuk perencanaan air bersih.
(3) Partisipasi laki-laki dalam penyuluhan kesehatan lingkungan masihkurang.
c) Konfol:(1) Pengambilan keputusan di tingkat keluarga dalam urusan mernperbaiki
rumah dan lingkungannya, termasuk air bersih masih didominasi lakj-laki.
(2) Posisi perempuan untuk mendapatkan hak perlindungan kesehatansecara umum maupun kesehatan reploduksi masih lemah.
(3) Perempuan kurang dilibatkan dalam pengambilan keputusan r"tntukperencanaan program kesehatan lingkungan di semua jenjangadministrasi.
(4) Petugas kesehatan lingkungan 60-80Vo laki-laki, yang kurangmemahami jumlah dan beban kerja perempuan
t )
? I
ANALISIS GENDER
d) Manfaat:(1) Perempuan kurang mendapatkan manfaat dari penyuluhan/informasi
tentang penyehatan lingkungan dan air bersih.(2) Tersedianya air bersih sangat memberikan manfaat pada keh.rarga,
khususnya perempuan, karena beban kelja perempuan menjadi sangatberkurang.
(3) Perempuan belum merasakan manfaat perlindungan kesehatan dankesehatan reproduksi untuk meningkatkan produktivitas kerja.
4) Isu Gendera) Stereotip: Urusan air, sanitasi dan kebersihan rr"rmah di rumah tangga adalah
pekerjaan domestik identik pekerjaan peretnpuan. Perempuan lebih lamaberada/berperan di rumah, sehingga lebih mudah mendapatkan resiko olehdampak Iingkungan rumah yang kurang sehat.
b) Subordinasi: Perempuan kurang diikutsertakan dalam musyawarah desa untukmerencanakan pembangunan lingkungan sehat termasuk air bersih dansanitasi.
c) Marjinalisasi: Rendahnya pendidikan perempuan di desa dan kurangnya aksesterhadap penyuluhan lingkungan sehat termasuk air bersih serta sanitasi
d) Pembebanan:(l) Beban kerja perempuan dalam rnengangkut air dari sumbernya ke
rumah di daerah sulit air sangat berat maupun pemeliharaan rumah danlingkungannya, akibatnya akan mengganggu kesehatan, gizi, istirahatserta reproduksi perempuan. Maka dengan adanya air bersih di dekatmmah sangat mengurangi beban perempuan.
(2) Peran perempuan dalam meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehatsangat besar di keluarga serta masyarakat, namun tidak diimbangidengan tingkat pendidikan yang mernadai dan akses pada penyuluhankesehatan lingkungan yang cukup.
(3) Peran perempuan di sektor produksi peftanian, industri danperdagangan cenderung meningkat, namun belum ada perlindungandan hak cuti yang memadai untuk kesehatan serta kesehatanreproduksi.
(4) Peran perempuan di sektor infbrmal lebih besar daripada laki-laki,namun tidak mendapat kemudahan untuk mendapatkan fasilitasperlindungan, keamanan, keselamatan dan kesehatan (K3) sehinggaberakibat menjadi kelompok resiko tinggi.
(5) Pandangan stereotip di kalangan tenaga kesehatan laki-laki padaumumnya kurang menyadari kemampuan perempuan atau kegiatanperempuan dalam peran domestik dan peran prodr"rksi.
Rencana Aksia) Penyuluhan langsung yang dihadiri oleh perempuan dan laki-laki tentang:
(l) Perlindungan perempuan dari resiko penularan penyakit yang berbasislingkungan.
(2) Peraturanperundang-undangantentanglingkungalsehat.(3) Ilasit kajian yang berkaitan dengan lingkungan sehat.
5 )
l 6
ANALIS$ GENDER
Pengamanan limbah rumah tangga.Pengolahan makanan minuman yang higienis.Lisol isrsi, kaporisasi. dan abatisrsi.Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di masyarakat termasuk disekolah serta daerah pengungsi
Kajian/survei tentang:(1) Pengetahuan, Sikap, Perilaku (PSP) perempuan dan laki-laki tenrang
PHBS terhadap lingkungan sehat termasuk air bersih serta sanitasi.Mutu lingkungan sehat yang responsif gender di perumahandan permukiman, tempat-tempat umum (hotel, pasar, terminal, saranatransportasi, sekolah, indnstri logam berat terhadap pekerjalaki-laki), industri pestisida.
(3) Mutu udara terhadap petugas perempuan dan laki-laki di jalan raya.(4) Peran perempuan dalam proteksi diri dari gangguan vektor penyakit.(5) Dampak ladiasi pada pekerja perempuan di industri elektronikAdvokasi kepada para pengambil keputusan di semua jenjang administrasidalam perencanaan program lingkungan sehat yang responsif gender.Peningkatan kerjasama,/kemitraan/pemberdayaan dan pengembangan denganberbagai pihak termasuk lintas program, lintas sektor, perguruan tinggi,asosiasi, tokoh masyarakat, LSM, organisasi keagamaan, organisasiperempuan dalam bidang penyehatan perumahan serta lingkungan yangresponsif gender.Peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan peralatan yang digunakanuntuk menunjang kegiatan lingkungan sehat termasuk penyehatan air sertasanitasi yang responsif gender.Fasilitasi aliansi profesi dalam meningkatkan mutu anggotanya untukpelayanan masyarakat yang responsif gender di bidang lingkungan sehattemasuk penyehatan air dan sanitasi.Pengembangan stimulan dan percontohan lingkungan sehat di daerah kumuh,sekolah, serta tempat-tempat umum termasuk rumah di pengungsian.Lokakarya/Workshop tentang perlindungan perempuan lerhadap resikopenularan penyakit berbasis lingkungan.Pengembangan media dan materi penluluhan lingkungan sehat denganmempertimbangkan perempuan.Pembinaan penyelenggaraan Klinikperempuan.
dengan mempertimbangkan
Pengembangan jejaring surveilans kesehatan lingkungan denganmemperhatikan data perempuan maupun Iaki-laki di seluruh kabupaten/kota.Pengembangan dan pembinaan tenaga kesehatan lingkungan melalui berbagaipendidikan serta pelatihan di setiap jenjang administrasi.
Indikatora) Jumlah keluarga yang menghuni rumah sehat yang responsif gender
menin gkat menladi 60Vo.b) Jumlah tempat-tempat umum dan pengelolaan makanan yang memenuhi
persyaratan kesehatan yang responsif gender mencapai 74Vo.
(4)(s)(6)(1)
b)
(2)
c)
d)
o )
h)
t)
i )
k)
r)
6)
ANALISIS GENDER
c) Jumlah Kabupaten/Kota sehat (kawasan) yang responsif gender mencapai387o.
d) Jumlah sekolah yang memenuhi persyaratan kesehatan yang responsif gendermencapai 56Vo.
e) Tersusunnya paket informasi kesehatan lingkungan yang responsif gender.f) Terlaksananya penyuluhan kesehatan lingkungan di perumahan dan
permukiman, tempat-tempat umum, sekolah serta lingkungan kerja.g) Tersusunnya jaringan kerja yang melibatkan stakeholder, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) dan Asosiasi dalam program kesehatan lingkungan sertaair bersih.
h) Tersusunnya pedoman manajemen pengelolaan program penyehatanlingkungan yang responsif gender.
i) Jumlah pelatih perempuan dan laki-laki bidang lingkungan sehat yangresponsif gender meningkat, di tingkat pusat serta propinsi.
j) Tersusunnya pedoman yang responsif gender tentang perlindungan pekerjaperempuan dan laki-laki dari dampak lingkungan.
k) Tersusunnya pedoman yang responsif gender tentang peran murid dan guru disekolah.
1) Tersusunnya pedoman yang responsif gender untuk individu, keluarga,masyarakat tentang kualitas air bersih, makanan minuman, pengolahansampah, dan kebersihan di sekolah serta daerah pengungsian.
m) Tersedianya data PHBS tentang lingkungan sehat yang responsif gender.n) Jumlah LSM dalam bidang kesehatan lingkungan, penyehatan air dan sanitasi
yang responsif gender, meningkat.o) Jumlah SDM yang responsif gendel dan peralatan yang digunakan untuk
rnenunjang kegiatan, meningkat.p) Jumlah tenaga pada profesi lain yang memahami lingkungan sehat yang
responsif gender termasuk penyehatan air dan sanitasi, meningkat.
2, PROGRAMUPAYAKESEHATAN
a, Sub Program Penurunan Angka Kematian Ibu melalui Making Pregnancy Safer(MPS)
1) Kebijakan Sub ProgramMenurunkan angka kematian ibu (AKI) dengan mendekatkan pelayanan kesehatanmaternal yang berkualitas dan cost-effective kepada sasaran, sehingga pada akhirtahun 2004 diharapkan:a) Cakupan pelayanan antenatal, meningkat (907o)b) Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, meningkat(75Vo)c) Cakupanpelayananpostnatalmeningkat(90Va)d) Cakupan penanganan komplikasi pada ibu dan bayi baru lahir meningkat
(80Vo)e) Akses wanita usia subur (WUS) pada pencegahan kehamilan yang tidak
diinginkan mencapai 1 0070f) Akses WUS pada penanganan komplikasi aborsi mencapai 1007o
t 8
) \
ANALISIS GENDER
g) Pelayanan keluargaberencana (KB) pasca ibu bersalin untuk pasangan suamiisteri mencapai 100%
Data Pembuka WawasanAngka kematian ibu sangat tinggi, yaitu 334 per 100.000 kelahiran hiclup,menun-iukkan bahwa dalam satu tahun terjadi kematian ibu sebanyak r8.000 orang(sama dengan jumlah korban pesawat jumbo jet jatuh setiap minggu dengan seluruhpenumpangnya ibu hamil meninggal). Tingginya angka kematian ibu
-disebabkan
antara lain karena:a) Jumlah persarinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan terlatih, masih
rendah (hanya 66Vo), dengan perincian (n = 67.947):(1) Umur<20tahun sebanyak42Vo(2) Umur > 35 tahun sebanyak 54 o/o(3) Umur 20-35 tahun sebanyak 62Zo(4) Ibu hamil yang miskin sebanyak 50Zo
b) Jumlah persalinan yang ditangani di rumah, masih tinggi (sekitar 60-70Ea).c) Jumlah kasus komplikasi obstetri dan neonaral yang rlitangani, masih rendah
lkcrrang dari 30Zo).d) Jumlah kunjungan antenatal yang berkr-ralitas, masih rendah (75Vo).e) Jumlah pasangan yang tidak ingin punya anak dan tidak menggunakan.- alat/obatkontrasepsimasiht inggi (unmetneed g%o,SDKI l9g7).f) Jumlah kehamilan pada ibu-ibu dengan kondisi "4 Terralu,'(terlaiu tua, terlalu
m_uda, ierlalu banyak anak, terlalu dekat jarak kehamilan) masih tinggi yaitu6570 (SDKI 1997).
g) Partisipasi laki-laki dalam ber KB rendah, masih kurans lolo.h) Jumlah WUS yang menderira TB cukup banyak (sekitai50%;.i) Jumlah perempuan menderita malar.ia cukup banyak (sekitar 52,2 Vo)
Kesenjangan Gendera) Akses
(1) Pasangan Usia Subur (pUS) rerutama perempuan yang tidakmenginginkan anak, tidak mendapatkan pelayanan KB yang memadai(unmet need9Va, SDKI 97).
(2) Jumlah ibu hamil yang berum memanfaatkan tenaga kesehatan untukmenolong persalinannya masih besar (akses persalinan oleh tenagakesehatan rendah).
(3) Akses informasi yang akurat untuk keh.rarga, terutama laki-raki, masihkurang, antara lain tentang:(a) metode kontrasepsi(b) penyakit yang mengancam ibu hamil(c) tanda bahaya saat kehamilan, persalinan dan nifas(d) hak perempuan untuk mengendalikan kesehatan reproduksinva.
Partisipasi(1) Suami, keluarga dan masyarakat masih banyak yang kurang peduli
pada kesehatan ibu (stereotip).(2) Suami menganggap bahwa urusan KB adalah urusan istri.
J )
b)
ANAI/S/S GENDER
(3)
(4)
Kurang mampunya isteri meneruskan infbrmasi kesehatan kepada
suami (marginal).Di tingkat keluarga, laki-laki banyak yang belum mempunyar wawasan
yang benar tentang kebutuhan perempuan sesuai dengan-tahapan siklus
i"p-dut ri termasuk pencegahan IMS, HIV/AIDS dan Hepatitis C'
d)
c ) Kontrol1tj-P.ngu-bil keputusan di tingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kota
*utih belum mempertimbangkan isu gender dalam penyusunan
kebijakan serta Program.(2\ Lemahnya wewenang perempuan dalam pengambilan keputusan yang
terkait dengan kesehatannya (marginal)'(3) Rendahnyikesadaran/kepedulian tentang kesehatan dan keselamatan
ibu serta baYi baru lahir.
Manfaat[; P"."*puan kurang mendapatkan manfaat dari pelayanan kesehatan
yang telah tersedia.(2) F".J-puun tidak dapat memanfaatkan hak-hak reproduksinya'
lsu Gendera) Para penanggungjawab program di lapangan belum terpapar rencana strategls
MPS Yang sensitif gender.b) Masih terdapat ketidaksetaraan gender di tingkat individu dan keluarga:
(1) Kehamilan merupakan urusan perempuan(2)Rendahnyaperansuamida la rnmendukung is te r iun tukmendapatkan
PelaYanan kesehatan ibu.(3) ilendahnya pengetahuan ibu rentang tanda bahaya saat kehamilan,
persalinan dan nifas.(4) ilendahnya peran ibu dalam mengambil keputusan bagi kesehatan dan
keselamatandirinya(pemilihanmetodekontrasepsi,jumlahpersalinanoleh dukun masih tinggi).
(5) Masalah kesehatan perempuan masih dianggap kurang penting'
c) Pesefta KB sebagian besar adalah perempuan'
d) Laki.laki menganggap KB urusan perempuan'
Rencana Aksia) Advokasi dan sosialisasi strategi MPS yang responsif gender di tingkat pusat
sampai dengan daerah dan pemberdayaan penanggung jawab program' untuk
membangun dan memautapkan komitmen pelaksanaan MPS yang responsif
gender di Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota'b) Fenyuluhan di berbagai tingkatan tentang peran ibu, keluarga dan suami dalam
menunjang kesehatan ibu:( 1 ) P e m b e r i a n i n f o r m a s i / K l P & o n s e l i n g t e n t a n g t a n d a b a h a y a o b s t e t r i
d i b e r i k a n k e p a d a i b u h a m i l , i b u b e r s a l i n , i b u n i f a s , P U S / P a s u t r i /keluarga di tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Desa, Kecamatan'
KabuPaten/Kota).
4)
20
ANALISIS GENDER
(2) Pendataan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan perempuanyang responsif gender (dari sisi supply dan demand) di berbagai tingkatadm in i s t r as i .
(3) Penyempurnaan protokol pelayanan yang berkaitan dengan kehamilan,persalinan dan nifas dalam memenuhi hak reproduksi perempuantermasuk melibatkan keluarga./suami dan masyarakat yang belummempunyai wawasan yang benar tentang kesehatan perempuantermasuk pencegahan Hepatitis C, pencegahan dan pengobatanIMS/HIV-AIDS, TB, Malaria pada sasaran kesehatan ibu yangterintegrasi dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA).
(4) Pemberian informasi tentang hak-hak ibu untuk ber-KB, hamil,bersalin, nifas dalam pengambilan keputusan bagi kesehatan dankeselamatan diri di tingkat pelayanan dasar dan rujukan (Desa,Kecamatan, Kabupaten/Kota).
c) Pemberian informasi yang tepat pada keluarga terutama laki-laki melaluiflatefl tentang:(1) Seluruh metoda kontrasepsi baik untuk laki-laki maupun perempllan
sesuai dengan kondisi kesehatan dan usia.(2) Kehamilan dan persalinan yang aman dan tidak arnan.
6) Indikatora) Terlaksananya sosialisasi rencana strategis MPS yang responsif gender bagi
pengelola dan penanggung jawab program KIA di Pusat serta Daerah.b) Tersedianya alokasi dana untuk pelaksanaan MPS yang responsif gender di
c)
propinsi dan kabupaten/kotaJumlah ibu, keluarga./suami yang peduli terhadap kesehatan ibu (K1,Kn yang didampingi suami), meningkat.Tersedianya data kesehatan perempuan yang teeilah menurut jenis
disamping usia, Iokasi, suku dan agama.e) Tersedianya data tenaga pelayanan kesehatan yang terpilah menurut jenis
kelamin.f) Data peran serta masyarakat melalui lintas sektor (partisipasi laki-laki dalam
mobilisasi masyarakat, ambulan desa, tabulin, donor darah melalui GerakanSayang Ibu/GSI atau penelitian):(1) Tersusunnya protokol ANC dan PNC yang disempurnakan.(2) Semua ibu hamil yang sakit malaria dan datang ke sarana pelayanan
mendapat pengobatan.(3) Semua ibu hamil di daerah endemis malaria mendapat pengobatan
plophi laksis.(4) Semua ibu hamil/melahirkan/nifas penderita TB yang datang ke
saranan pelayanan mendapat pengobatan paket OAT (oleh P2M).(5) Terinformasikannya hak-hak ibu untuk ber-KB, menentukan kapan
hamil, bersalin dan nifas oleh tenaga kesehatan, melalui peningkatan:(a) cakupan peserta KB aktifmenjadi 650lo.(b) cakupan dntenatal menjadi 85Vo dan postnatal menjadi 65Vo.(c) cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatihmenjadiT2Vo.
d)
K4, PN,
kelamin,
b.
1)
ANALISIS GENDER
g) Telsedianya materi dan KIE pelayanan medis KB pada keluarga terutama laki-laki.
Sub Program Pemberantasan Tuberkulosis Paru
Kebijakan Sub ProgramMenurunkan angka kesakitan dan kernatian penyakit tuberkolusis terutama denganstrategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse), yang terdiri darrkomponen:a) Komitmen politis.b) Diagnosis dengan pemeriksaan dahak langsung (mikroskopis).c) Penyediaan OAT (Obat Anti Tuberkolusis) bagi setiap penderita TB.d) Pengawas minum obat.e) Pencatatan dan pelaporan untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi
program.
2) Data Pembuka Wawasana) Jumlah kasus TB di lndonesia adalah terbanyak ketiga di dunia, setelah India
dan Cina. Hampir separoh penduduk Indonesia terint'eksi dengan kuman TB.Setiap tahun mr"rncul 583.000 kasus baru TB dengan 262.000 kasus tnenular(BTA positif). Perkiraan Prevalensi TB pertahun 715.000 dan jumlahkematian akibat TB per tahun sekitar i 40.000 orang (WFIO- 1999).
b) Jumlah penemuan kasus baru TB (CDR) masih sekitar 254/o dengan propolsilaki-laki 57 dan perempuan 43.
c) Perempuan usia reproduksi lebih rentan terhadap TB dan lebihmemungkinkan terjangkit oleh penyakit TB dibandingkan dengan laki-lakidari kelompok usia yang sama (WHO).
d) Jumlah kematian per empuan akibat TB lebih banyak daripada kematian akibatgangguan maternal (WHO). Hal ini disebabkan antara lain karena TB
' menyebabkan gangguan pada persalinan, khususnya partus lama sehinggameningkatkan probabilitas kematian ibu.
e) Probabilitas penularan TB oleh Ibu yang sakit TB kepada anaknya sangatbesar.
f) Jumlah ibu hamil, ibu menyusui yang penderita TB dan tidak mendapatkanpengobatan (misopportunity) masih cukup besar, antara lain karena petugas,terutama bidan, tidak mau memberi OAT pada ibu hamil dan ibu menyusttikarena efek samping OAT. Padahal sernLra jenis OAT aman kecualistieptomisin yang tidak boleh diberikan pada ibu hamil. Streptomisin bersilatpermanen autotoxic dan dapat menembus barier placenta. Dari sisi penggunajasa, ibu hamil dan ibu menyusui cenderung hanya datang ke klinik KIA sertatidak ke unit pengobatan apabila ada keluhan.
22
ANALISIS GENDER
3) Kosenjangan Gondera) Akses
( 1 )
(2)
Akses perempuan terhadap pelayanan kesehatan kurang karenakeputusan untuk memanfaatkan pelayanan ada di tangansuami/keluarga.Misopportunity ibu hamil dan ibu menyusui yang menderita TB untukmendapat pengobatan TB di unit KIA, karena kurangnya aksesterhadap infbrmasi, khususnya mengenai kesehatan.
b)
c)
d)
b)
Partisipasi(1) Suami/keluarga/masyarakat kurang peduli terhadap kesehatan ibu/
perempuan.Partisipasi perempuan kurang karena kurang mampu dalam menyerapdan meneruskan informasi kesehatan kepada suami.
KonftolIbr.r,/perempuan tidlk mempunyai cukup wewenang untuk memilih pelayananatau menggunakan uang bagi kesehatannya sendiri, dan sangat tergantungpada suami/ laki- laki.
ManfaatPelayanan untuk penderila TB kurang/tidak climanlaatkan secara optimal olehperempuan, termasuk ibu hamil dan ibu menyusui.
Isu Gendera) Penderita TB biasanya dikucilkan dalam masyarakat. Di beberapa daerah
penderita laki-laki biasanya akan dirawat oleh keluarga atau sanak saudara,tetapi penderita perempuan dikucilkan oleh keluarga.
c )
Rendahnya kedudukan perempuan dalarn keluarga mengakibatkan kurangnyagizi, beban yang lebih berat da'lam mengulus n-lmah tangga dan istirahat yangkurang menyebabkan lemahnya kondisi tubuh serta bertambah beratnvapenyakit TB yang diderita.Ibu yang menderita TB akan meningkatkan resiko penularan yang lebih besarterhadap anggota keluarga yang lain terutama anak.
Rencana Aksia) Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap penderita TB:
(1) Penyusunan KIE untuk paket penyuluhan pada ibu hamil/menyusuiuntuk ibu, bapak dan keluarga serta masyarakat umum denganperhatian khusus pada ibu hamil/menyusui.Pengkajian untuk mendapatkan data alasan perempuan penderita TBtidak segera mencari pertolongan pengobatan.
Peningkatan peran bidan sebagai petugas kesehatan dengan car-a:(i) Penyusunan pedoman pengobatan TB bagi bidan.(2) Penyusunan Modul pelatihan TB bagi Bidan.(3) Pelatihan program TB bagi bidan.(4) Penyusunan materi program TB untuk kurikr.rlum sekolah bidan.
(2)
4)
s)
(2)
b)
ANALISIS GENDER
Penggalangan kemitraan dengan sektor lain:(1) Advokasi dan diseminasi dengan pihak penjar4 sektor swasta yang
mempekerjakan buruh perempuan serta laki-laki.Penguatan jejaring kemitraan dengan stakeholderPelaksanaan skrining di penjara dan tempat yang padat kerja tenagawanita (garmen, pabrik dan sebagainya) bekerjasama dengan pihak
terkait.d) Peningkatan manajemen sistem pelayanan kesehatan dalam mendukung
penanggulangan TB:(l) Penyediaan buku-buku pedoman dan modul pelatihan serta paket
penyuluhan.(2) Peningkatan perencanaan berdasarkan data yang akurat.(3) Supervisi, monitoring dan evaluasi.
c.
Indikatora) Telsedianya paket penyuluhan yang responsif gender untuk ibu, suami dan
keluarga serta masyarakat.b) Tersedianyajumlah (Vo) dan alasan perempuan penderita TB yang tidak segera
mencari peltolongan serta pengobatan.c) Tersusunnya buku pedoman pengobatan TB untuk bidan di klinik KIA.d) Tersedianya buku modul pelatihan TB untuk bidan.e) Jumlah bidan praktek yang terlatih TB, meningkat.f) Masuknya materi program TB ke dalam kurikulum sekolah kebidanang) Tersusunnya PIan ofAction (POA) terpadu.h) Tersedianya pelayanan pengobatan TB bagi tahanan, dan pekerja pabrik serta
tidak terdapatnya stigma penderita TB di kalangan pabrik.i) Tersedianya buku pedoman dan modul pelatihan serta paket penyuluhan.j) Jumlah (7o) laporan data program dan kinerja program meningkat.k) Tersusunnya evidence base plan.1) CDR meningkat menjadi 50Vo.m) Angka penemuan kasus TB baru pada perempuan meningkat secara
proporsional.
Sub Program Pemberantasan Malaria
Kebijakan Sub ProgramMenurunkan angka kesakitan malaria dari 60 menjadi 37,5 per 1000 penduduk,dengan strategi Gebrak Malaria yang diselenggarakan melalui:a) Advokasi.b) Pengembangan dukungan sosial (lintas program, lintas sektor, LSM dan swasta).c) Pemberdayaaninsti tusi.d) Pemberdayaanmasyarakat
Data Pembuka Wawasana) Jumlah penduduk yang tinggal di daerah endernis malaria cukup besar (sekitar
35Vo).
c)
(2)(3)
6)
r)
t \
b)
c)d)
0
ANALISIS GENDER
Akibat penyakit malaria pada ibu dirasakan lebih berat dibandingkan padakelompok penduduk lainnyaIbu hamil rentan terhadap malaria.Resiko terjadinya komplikasi/malaria berat pada ibu hamil lebih tinggidibandingkan dengan perempuan tidak hamil (10 kali lebih berat).Jumlah kematian karena malaria berat lebih banyak terjadi pada ibu hamil(sekitar 507o), dibandingkan pada perempuan tidak hamil (hanya20o/o).Proporsi angka kesakitan penyakit malaria pada perempuan lebih besar(52,2Vo) dibandingkan pada laki-laki (hasil Mrzss Fever Survey di 8 desa di 6Puskesmas di Kabupaten Banyumas pada bulan Nopember - Desember 200I).
Kesenjangan Gendera) Akses
Akses perempuan terhadap pelayanan kesehatan masih rendah dibandingkandengan laki-laki.
Partisipasi(l) Penyuluhan masih didominasi oleh laki-laki.(2) Perawatan kesehatan di keluarga dan masyarakat menjadi tanggung
jawab perempuan.(3) Kepedulian laki-laki/masyarakat terhadap kesehatan perempuan/ibu
hamil sangat kurang.
Kontrol(l) Keputusan penggunaan keuangan ada di tangan laki-laki.(2) Keputusan untuk mendapat pelayanan kesehatan ada di tangan laki-
laki.
ManfaatManfaat pelayanan kesehatan dan informasi sangat kurang dirasakan olehpefempuan.
Isu Gendera) Kesadaran tentang peran/dampak penyakit malaria antara perempuan dan laki-
laki masih rendah.b) Daerah endemis malalia pada umumnya berada di daerah terpencil dengan
keadaan sosial ekonomi yang rendah sehingga akses terhadap pelayanankesehatan sangat sulit, terutama untuk perempuan.
c) Pembakuan peran laki-laki di luar rumah dan pendidikan laki-laki yang lebihtinggi daripada perempuan membuat perempuan tidak mempunyai kesempatanuntuk mendapatkan informasi tentang malaria dalam kaitannya denganlingkungan di luar rumah; peran perempuan adalah mengurus rumah tangga(gizi, kesehatan, kebersihan, dan lain-lain).
d) Akibat masalah ekonomi kesehatan perempuan dikesampingkan.e) Hak dalam keputusan penggunaan uang untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan ada di tangan laki-laki sehingga perempuan sukar/tidakmendapatkan pelayanan kesehatan.
J )
b)
d)
4)
s)
ANALISIS GENDER
Pembakuan peran perempuan di rumah dan laki-laki sebagai pencari nafkahmenempatkan laki-laki lebih diutamakan dalam pelayanan kesehatan
Rencana Aksia) Pengumpulan data yang dipilah menurut jenis kelamin dan golongan umur
melalui laporan rutin serta menganalisanya.Survei cepaVstudi/penelitian untuk mengetahui perilaku masyarakat(perbedaan antara perempuan dan laki-laki) terhadap program malaria dandampaknya.Advokasi kepada pengambil keputusan/stakeholders di semua jenjang dalamupaya penanggulangan malaria, tentang adanya kesenjangan antara perempuan
dan lakilaki dalam pelayanan kesehatan serta peran/dampak terhadap programmalaria.Sosialisasi kepada providarlpelaksana program tentang adanya perbedaanperan antara perempuan dan laki-laki dalam program malaria'Pembentukan Pos Obat Desa (POD) guna mendekatkan jangkauan pelayananpada masyarakat, khususnya perempuan.Penggunaan repellent atau baju lengan panjang pada laki-laki yang bekerja diluar rumah pada malam hariPeningkatan gizi ibu hamil.(1) Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE): Penyuluhan kesehatan
kepada perempuan dan laki-laki tentang dasar-dasar pengetahuanmalaria, pengobatan, bahayanya, rujukan, serta pencegahannya.
(2) Pemberdhyaan masyarakat guna menumbuhkembangkan seluruhpotensi, baik laki-laki maupun perempuan guna mendukung programmalaria, dengan sasaran: Tokoh Masyakat (TOMA), TOGA, kaderdasa wisma.
(3) Pembentukan forum komunikasi termasuk organisasi peremptlan(PKK, Fatayat NU dan lain-lain).
(4) Pemberian penghargaan untuk perempuan dan lakilaki, kader, TOMA,TOCA.
(5) Penyediaan kit/media penyuluhan (Ieaflet,postef, buku kader' TV spot'radio spot).
Pemberian prophilaksis kepada ibu hamil, pekerja musiman dan kelompokmenetap (tentara dan lain-lain).Pencegahan individu dengan menggunakan kelambu terutama perempuan/ibuhamil dan balita, pemakaian obat nyamuk , repellent dan lain-lain.Pencegahan massal dengan manajemen lingkungan dimana laki-laki lebihberperan daripada perempuan.
Indikatora) Tersedianya data dasar/sektoral yang terpilah menurut jenis kelamin dan
golongan umur.Tersedianya data kesenjangan antara perempuan dan laki-laki terhadapdampak serta perilaku masyarakat dalam program malaria.Tercapainya komitmen pimpinan sebagai pengambil keputusan di semuajenjang administrasi dalam mencapai kesetaraan gender pada program malaria.
b)
d)
e)
0p )
6)
h)
i)
j )
b)
c)
fl
ANALISIS GENDER
d) Tersusunnya pedoman yang responsifgender tentang:(l) Peran providerlpelaksana program kesehatan dalam program malaria.(2) Dasar-dasarpenangananmalaria.(3) Peranserta masyarakat dalam program malaria.(4) Peran laki-laki dalam pencegahan masalah,/pengelolaan lingkungan
yang berwawasan kesehatan dan gender.Jumlah POD yang dibentuk.Jumlah penggunaan repellent atau baju lengan panjang padabekerja di luar rumah pada malam hariPersentase ibu/perempuan dengan status gizi yang meningkat.Terbentuknya forum komunikasi pembelantasan malaria yang responsifgender.Tersedianya sistem penghargaan.Tersedianya kit/media penyuluhan.Jumlah ibu hamil, pekerja musiman perempuan dan laki-laki yang mendapatprophilaksis meningkat.Jumlah penggunaan kelambu meningkat.
Sub Program Penanggulangan HIV/AIDS dan Penyakit Menular Seksual (PMS)
Kebijakan Sub ProgramMenanggulangi penyakit HIV/AIDS melalui upaya pencegahan dan pelayanansehingga tidak menjadi masalah kesehatan, dengan kebijakan:a) Meningkatkan kerjasama lintas program, lintas sektor, internasional, dan peran
serta masyarakat.Meningkatkan desentralisasi dengan pendekatan pelayanan kesehatan dasar.Pencegahan sebagai fokus utama, diintegrasikan dengan perawatan, dukungandan pengobatan.Memperkuat aspek manajemen dan aspek hukum serta perundangan yangberkaitan dengan upaya penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS),HIV/AIDS termasuk aspek perlindungan kerahasiaan dan aspek pencegahandiskriminasi/sti gmatisasi penderita IMS, HIV/AIDS.
e) Mengintegrasikan kegiatan penanggulangan IMS, HIV/AIDS denganlainnya, antara lain Tuberkulosis.
Data Pembuka Wawasana) Prakiraan ahli epidemiologi, jumlah penduduk Indonesia saat ini (tahun 2001)
yang hidup dengan HIV/AIDS diperkirakan sekitar 80.000 - 120.000 orangIni berarti bahwa dalam waktu 10 tahun mendatang (2010) kemungkinan akanditemukan sekitar i00.000 orang penduduk sakit dan meninggal karena AIDSserta sekitar satu juta orang penduduk mengidap HIV, apabila tidak dilakukanaksi penanggulangan yang intensif.
b) Jumlah kasus HIV terus meningkat menjadi 1904 orang dan kasus AIDSmenjadi 670 orang (kumulatif sampai dengan Desember 2001). Jumlah kasusI aki-laki j auh lebih banyak daripada perempuan (7 0,9 Va berb anding 29, I Vo).
yang
o)h)
i)j )k)
r)
d.
1)
b)c)
d)
2)
ANALISIS GENDER
c) Epidemi HIV/AIDS telah bergerak dari tingkat rendah (< 1Zo) ke arah tingkattinggi, terkonsentrasi pada kelompok Wanita Penjaja Seks (WpS) lebih dari57o (Sorong, Riau, Merauke), dimana prevalensi HIV pada WpS ber.varias.iantar wilayah, antara lain: Papua 0 - 26,5Va; Riau 0 - 8o/o; IawaBarat0 - 5,5Vo,juga kelompok pengguna Napza suntik (Jakarta, Jawa Barat dan Bali).
d) Jumlah penggunaan kondom sangat rendah (107o) meskipun pengerahuantentang pencegahan IMS-HIV ringgi (survei per-ilaku beresiko tinggi padaburuh pelabuhan, sopir truk dan WPS).
e) Jumlah ibu hamil terinfeksi HIV di DKI 2,86Vo (studi); di Riau 0,352o danPapua 0,25Vo (survei ibu hamil).
f) Prevalensi HIV di Jakarta adalah 39 kasus dari 247 pengguna Napza sunrik(hasil sero survei pada pasien); di RSKO 4'7,95o/o remaja yang datang berobatsudah terinfeksi HIV; resiko penularan I{lV pada pengguna Napza suntik laki-laki j auh lebih besar daripada perempuan ( 13 I berbanding 9 kasus HIV +).
g) Jumlah kasus akibat penularan melalui jar.um suntik tidak steril danpenggunaan secara bergantian meningkat tajam, pada tahun 1996 (2.5a/o)kemudian pada tahun 2001 (I9.7Eo), kenaikan rersebur menjadi 9 - l0 kaliIipat:2,5Vo pada tahun 1999 dan 19,7Vo pada tahun 2001.
3) Kesenjangan Gendera) Akses
(l) Para pelaksana program di lapangan belum peka gender.(2) Survei dan surveilans umumnya dilakukan pada kelompok berperilaku
. resiko tinggi pada perempuan serta laki-laki.(3) Kurangnya akses informasi pada masyarakat, terutama laki-laki
tentang pentingnya pencegahan HIV/AIDS dengan penggunaankondom.
(4) Perempuan tidak dapat menolak arau mengambil keputusan untukmelindungi diri atau orans lain.
b) Partisipasi(1) Kurangnya partisipasi laki-laki dalam penggunaan kondom untuk
pencegahan HIV karena kurangnya wawasan yang benar tentang HIVdan pencegahannya.
(2) Peran laki-laki masih kurang dalam upaya pencegahan HIV, sehinggaada kemungkinan berakibat penularan kepada pasangannya danselanjutnya kepada anak yang akan dilahirkan.
(3) Ada anggapan atau kecenderungan bahwa perempuan adalah penyebabpenularan HIV/AIDS (resiko tinggi), melalui WPS.
c) Kontrol(1) Perempuan tidak mempunyai kemampuan/hak untuk mencegah
penularan IMS - HIV.(2) Perempuan tidak ikut dalam
pencegahan IMS - HIV.(3) Dampak dari penggunaan napza
teman kelompok napza suntik.
pengambilan keputusan tentang
te{adi pada pasangan seksual atau
ANALISIS CENDER
d) ManfaatPenyediaan kondom ada, tetapi jarang atau tidak bermanfaaUdigunakan.
4) Isu Gendera) Laki-laki tidak dianggap dapat menularkan IMS - HIV.b) Perempuan baik-baik sering dianggap tidak akan teftular IMS - IIIV
(diskriminasi).c) Ibu rumah tangga belum terdeteksi HIV.d) Lakilaki dan perempuan yang belperilaku resiko tinggi sangat rendah
kemauan dan tanggung jawabnya untuk mencegah penyebaran IMS-HIV.
5) Rencana Aksia) Survei/surveilans: Surveilans di masing-masing daerah pada laki-laki dan
perempuan untuk mencarijalan keluar pencegahan serta penularan HIVIAIDS.b) Pencegahan penularan melalui:
(1) Pelatihan universal precaution untuk tenaga kesehatan, laki-laki danperempuan.KIE (pendidikan) untuk masyarakat, laki-laki dan perempuan, terutamausia produktif.Pelatihan pendekatan sindrom IMS untuk tenaga kesehatanr l q n n o r a h n l c n
Indikatora) Persentase peran serta perempuan dan laki-laki untuk menggunakan kondom
dalam upaya pencegahan penularan HIV/AIDS (907o).Tersusunnya pedoman bagi petugas kesehatan laki-laki dan perempuantentang perlindungan diri sendiri maupun terhadap pasien laki-laki sertaperempuan.Persentase pengguna Napza laki-laki dan perempuan yang memahami tentangpencegahan penularan HIV melalui jarum suntik (807o).
d) Persentase (sekitar 65Vo) laki-laki dan perempuan yang berperilaku resikotinggi, yang memahami untuk datang serta konseling pre- dan post-test HIV(VCT = voluntary counseling and testing).Persentase perempuan dan laki-laki yang memahami HIV termasuk carapencegahannyaTersedianya materi KIE tentang HIV/AIDS
t)
PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
Kebijakan ProgramPenyusunan kebijakan program kesehatan yang telah dilakukan pada umumnyabersifat netral gender dengan asumsi penanggulangan masalah kesehatan harusberdampak sama baik untuk perempuan maupun laki-laki. Program kesehatan perludilakukan secara adekuat sesuai dengan permasalahan yang dihadapi berdasarkanspesifik gender. Dengan demikian data yang dikumpulkan harus dipisahkan antaralaki-laki dan perempuan, menurut kelompok umur, dan tingkat sosial ekonomi.
(2)
(3)
6)
b)
c )
e)
f\
ANALISIS GENDER
Dukungan yang bersifat peningkatan kualitas dan kuantitas kesehatan harusdidokumentasikan untuk memantau kemungkinan terjadinya ketidakseimbanganeender.
Program Perbaikan Cizi Masyarakat bertujuan untr-rk meningkatkan intelektualitas danproduktivitas SDM melalui:a) Peningkatan kemandirian keluarga dalam upaya pelbaikan status gizi.b) Peningkatan pelayanan gizi untuk mencapai keadaan gizi yang baik dengan
menurunkan prevalensi gizi kurang dan gizi lebih.c) Peningkatan penganekaragaman konsumsi pangan bermutu untuk
memantapkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga.
Data Pembuka WawasanMengingat timbulnya masalah kesehatan disebabkan karena berbagai macam faktor,model berikut ini bisa digunakan untuk menentukan data pembuka wawasan sebagailandasan penentuan kebijakan program kesehatan (lihat Cambar I). Pada modeltersebut dijelaskan bahwa status kesehatan penduduk berkaitan dengan seimbang atautidaknya asupan gizi sehari-hari. Jika asupan gizi tidak seimbang, secara kumulatifdapat berpengaruh pada keadaan kesehatan. Selanjutnya asupan gizi berkaitan jugadengan cukup tidaknya ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga serta merata atautidaknya distribusi makanan di dalam rumah tangga yang bersangklltan. Asupanmakanan yang secara kumulatif tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari dapatmenurunkan daya tahan tubuh dan rentan terhadap penyakit. Faktor yang eratkaitannya dengan perubahan status kesehatan dan gizi penduduk adalah kuantitas dankualitas pelayanan kesehatan, perilaku, tingkat pendidikan, pendapatan, sosial,budaya. ekonomi dan pol i t ik.
GAMBAR 1Model Determinan Status Kesehatan Penduduk
A K S E S
kesehatan, kecukupan hidup, pri laku
30
ANALISIS GENDER
Selanjutnya dari determinan status kesehatan tersebut dikaji setiap faktornyaberdasarkan gender, sehingga terlihat faktor penyebab yang mana yang berdampakpada ketidakseimbangan gender. Berikut ini beberapa informasi berkaitan dengandeterminan status kesehatan dengan mengkaji antara laki-laki dan perempuan.
a) Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat borpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidupsehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang ataumasyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilakudan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan. Selain itu sudah banyakpenelitian yang mengemukakan tentang pentingnya kelompok perempuan untukmencapai jenjang pendidikan yang tinggi. Hal ini merupakan kunci sukses untukmengatasi masalah kurang gizi mulai dari janin. Tercapainya jenjang tertinggrpendidikan untuk pe|empuan ini pada akhirnya juga akan berpengaruh padapengurangan kemiskinan.
Tingkat pendidikan di indonesia jika dilihat dari proporsi masuk sekolah perkelompok umur dan jenis kelamin terlihat proporsi anak usia sekolah menunjukkanpeningkatan dari tahun ke tahun. Penduduk usia 7 - 12 tahun yang masuk sekolahadalah 83,5Vo pada tahun 1978 meningkat menjadi 9l,5Vo pada tahun 1987 danmenjadi 93,9Vo pada tahun 1997. Untuk tingkat SLTP, penduduk usia l3 - 15 tahunyang masuk sekolah pada tahun yang sama telah mencapai 72,47o. Kesenjanganproporsr masuk sekolah laki-laki di atas 10 tahun adalah 6Vo danperempuan L4Vo.
b) Status gizi
Rendahnya tingkat pendidikan penduduk, terutama lebih rendahnya pendidikanperempuan dibanding laki-laki, terlihat dari status gizi pendudnk yang masih tinggi.
Pada Cambar 2 ditunjukkan masalah gizi kurang mulai meningkat dua kali lipatsetelah anak mencapai usia 4 bulan, dan semakin parah atau meningkat tiga kali lipatpada anak berusia di atas 6 bulan. Hal ini elat kaitannya dengan pemberian ASi yangtidak diberikan secara eksklusif sampai dengan usia 6 bulan, pemberian MakananPendamping ASI yang juga tidak memadai semenjak anak minimal berusia 4 bulan.Pola makan yang tidak momenuhi gizi seimbang pada anak ini terus berpengaruh padausia berikutnya sampai dengan 5 tahun. Pada umumnya anak laki-laki kondisinyalebih buruk dari pada anak perempuan. Jika ibu mempunyai tingkat pendidikan yanglebih memadai, asumsinya ibu akan mengetahui bahwa kecukupan makan untuk anaklakilaki akan lebih besar dari anak perempuan. Meningkatnya prevalensi gizi kurangsetelah usia 6 bulan, juga berhubungan erat dengan tingkat pengetahuan ibu tentangpentingnya ASI dan Makanan Pendamping ASI yang memadai.
ANALTSIS CENDER
GAMBAR2Prevalensi Gizi Kurang Menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, dan Kota - Desa
(Pemantauan Status Gizi 1999)
0-3 4-6 7-11 n-r7 18-23 24-35 36-47 48-59
Kelompok Umur (bllan)
FL-K"I" trto"r. Ept "t"
trEG;]
Sumber: Direktorat Gizi Masvarakcu. 2000.
Keadaan gizi yang tidak baik pada usia balita berdampak pada gangguanpeftumbuhan, anak akan cenderung lebih pendek jika dibandingkan dengan rujr-rkan.Pada Gambar 3 ditunjukkan prevalensi anak pendek menurutjenis keiamin anak usia6 - 9 tahun perubahannya dari tahun 1994 ke tahun 1999. Sulvei d.ilakukan padaseluruh wilayah Indonesia dengan mengukur tinggi badan anak baru masuk sekolah.Masih sekitar 40Vo anak dikategorikan pendek, laki-laki lebih parah dari anakperempuan. Selain itu di antalanya masih dijumpai sekitar 9 - l07o anak yangdikategori kan sangat pendek.
Masalah gizi kurang atau lebih akan berkelanjutan pada usia produktif, hal ini sangarerat kaitannya dengan ketidakseimbangan konsumsi gizi mulai dali lahir sampri usiaberikutnya. Pada Susenas dikumpulkan data status gizi pada Wanita Usia Subur.(WUS) yang pada pr insipnya untuk melihat faktor resiko perempuan melahirkan bayrdengan berat badan lahir rendah.
30.0
- . 25.0l;'v ? n n
. - 15 .U
'6
5.0
Ada dua sisi yang dapat dilihat dari data yang dikumpr-rlkan, yaitu WUS dengar.ukuran Lingkar Lengan Atas/LILA < 23.5 cm dengan asumsi kurus (kurang energ.klonis) dan gizi kronis, dan LILA > 2J cm yang menunjukkan resiko kegemukanGambar 4 dan 5 ini menunjukkan kedua resiko tersebut.
ANALISIS GENDER
GAMBAR 3Prevalensi Anak Pendek Usia 6 - 9 Tahun 1994 dan 1999
GAMBAR4Persen LILA <23.5 cm Wanita Usia Subur: 1999-2AAl
- ' - - l
II
- tII
l' l
50o/o
454/o
4$olo
54 30%
V zsozo
a 20okS 150/o
10%
5o/o
0o/o
20-24 ) \ - )9 ?n-?4 t ( -10
Kelompok Umur
Sumber: Susenas 1999, 2000, 200 1
33
ANALIS/s GENDER
GAMBAR 5Persen LILA>27 cm Wanita Usia Subur: 1999-2000
N
35.00%
30.00%
25.04i"
20.04y"
1 5.00%
1 0.00%
5.AO%
0.00%30 34
Umur (tahun)
Sumber: Susenas 1999, 2000
WUS dengan resiko Kurang Energi Kronis (KEK) terlihat sangat tinggi pada usiamuda 15 - i9 tahun, dan prevalensinya menurun pada usia 20 - 24 tahun danseterusnya sampai dengan usia 30 - 34 tahun. Dan prevalensinya hampir sama untukkelompok usia berikutnya (> 34 tahun). Prevalensi LILA < 23.5 cm sampai mencapai> 35Vo pada WUS usia 15 - 19 tahun perlu ditingkatkan status gizinya, agar tidakterjadi kelahiran bayi dengan BBLR.
Informasi lain dari status gizi penduduk pada usia dewasa adalah berdasarkan padaIndex Masa Tubuh/IMT (Body Mass Index/BMI). Kriterianya adalah jika BMI < 18.5diklasifikasikan kurus, dan BMI > 25 diklasifikasikan gemuk. Gambar 6 merupakanhasil dari kajian keadaan gizi penduduk usia dewasa di seluruh ibu kota provinsi diIndonesia. Survei dilakukan pada tahun 199611997. Jumiah sampel yang dikumpulkanadalah 40.000 usia l8 tahun ke atas pada laki-laki dan perempuan. Dari hasil kajianini menunjukkan dua masalah gizi pada usia dewasa. Prevalensi kurus (BMI < 18.5)pada umumnya tinggi pada usia muda, yait:u 25Eo baik pada laki-laki maupunperempuan usia 18 - 24 tahun, dan prevalensi gemuk (BMI > 25) ringgi samparmencapai 30Vo pada perempuan > 35 tahun, dan mencapai > 20Vo pada laki-laki > 40tahun.
ANALISIS GENDER
GAMBAR 6Prevalensi Kurus dan Gemuk Menurut Jenis Kelamin, Penduduk Perkotaan Indonesia
1996/1997
25.0
1 5 . 0
18-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49Umur (tahun)
Sumber: Direktorat Gizi Masyarakat, 1998
Informasi tersebut di atas berkaitan erat dengan asupan gizi yang seimbang.Rendahnya pengetahuan wanita terhadap pentingnya gizi seimbang berdampak padadua isu: gizi kurang dan gizi lebih baik pada laki-laki maupun perempuan.
Data gender sebagai data pembuka wawasan yang terkait dengan gizi antara lain:
(1) Jumlah penduduk yang tidak tamat SD, terutama perempuan, masihcukup banyak, berpengaruh pada kemandirian untuk sadar gizi; hal inikarena pendidikan masih diprioritaskan pada laki-laki, sementaratanggung jawab perbaikan gizi di keluarga tertumpu pada perempuan.
(2) Jumlah keluarga dengan tingkat pendapatan rendah masih banyak,sangat berpengaruh pada daya beli untuk mencukupi kebutuhan gizikeluarga:(a) Sebagian besar pendapatan diperoleh oleh laki-laki.(b) Pekerjaan perempuan tidak dikategorikan sebagai pekerjaan
yang mempunyai nilai ekonomi.(3) Peran pengasuhan anak masih didominasi oleh perempuan: Pola
pengasuhan anak oleh kedua orang tua (ibu dan bapak) mempunyaldampak positif terhadap keadaan gizi keluarga, walaupun
o
5 20.0o&
,O.*BMl <18.5 Laki laki
.".liPBMl < 1 8.5 Perempuan
-"'4" BMI >25 Laki-laki
*$@BMl >25 Perempuan
ANALIS$ GENDER
(4)
r5)
perempuan/ibu mempunyai peran yang lebih besar daripada laki-laki/suam.i.Sosial budaya nilai kelualga menganggap laki-laki sebagai kepalakeluarga adalah orang yang perlu didahulukan dalam pembagianmakanan di keluarga, sementara perempuan dan anak merupakanprioritas belikutnya (penelitian/survey).Data masalah gizi di masyarakat masih menunjukkan angka yangrelatiflebih tinggi (baik untuk laki-laki maupun perempuan), seperti:(a) 354 kecamatan merupakan daerah gondok endemik berat (TGR
> 30Vo).(b) 50Vo dafi total balita mengalami masalah kurang vitamin A
(serum retinol < 20 mcg/l00 ml).(c) Prevalensi zat gizi mikro lainnya (zinc pada bayi 6 - 39o/o dan
Ibu hamil 70olo).(d) Kecenderungan meningkatnya gizi lebih pada pendudr"rk
perkotaan, pelempuan oenderung lebih tinggi.
Walaupun angka prevalensi:(a) Gizi kurang dan buruk pada laki-laki lebih tinggi daripada
pelempuan untuk semua kelompok umur (balita sampai 'lansia),
dan(b) Anemia usia 15 tahun ke atas menunjukkan bahwa laki-laki
lebih tinggi daripada perempuan, tetapi karena secala fisiologispefempuan masih tergolong lebih rentan, baik terhadappenyakit maupun lingkungan, maka prioritas penangananmasalah gizi masih tetap pada perempuan.
Tenaga pelayanan gizi masyarakat sebagian besar adalah perempuan,berupa: tenaga pelaksana gizi, kader gizi masyarakat, Tim penggerakPKK (sebagian besar perempuan).Pemanfaatan/kunjungan posyandu oleh masyarakat sebagian besaradalah oleh perempuan.Konsumsi gizi di rumah tangga rnasih menga'lami defisit:(a) Jumlah rumah tangga dengan defisit energi sebanyak 45 - 52Vo.(b) Jumlah rurnah tangga dengan defisit protein sebanyak 25 -
35Vo.(c) Jumlah rumah tangga yang mengkonsumsi garam ber yodium
sebanyak 60 - 65Vo.(d) Rata-rata intake vitan'in Bl per kapita hanya 50Vo dai'
kecukupan.(e) Rata-rata intakekaTsiumperkapitahanya30Vodari kecukupan.(f) Rata-rata intLlke zat besi per kapita hanya 70 % dari kecukupan.(g) Rata-rata intake vttamin C per kapita hanya 60 Vo dari
kecukupan.
(6)
(7)
(8)
36
ANALISIS GENDER
Keadaan tersebut disebabkan antara lain karena:(a) Kemiskinan yang menyebabkan makanan hanya sebagai
bertahan untuk hidup dan tidak memprioritaskan kualitas.Peran perempuan/isteri dituntut sangat tinggi dalammenentukan asupan gizi keluarga, sementala keputusan
cara
cara(b)
(b)
dalamrumah tangga sangat tergantung pada kepala rumah tangga(laki-laki/ suami).
Pengetahuan yang rendah:(a) Bagi kaum perempuan karena rendahnya akses terhadap
pendidikan.Bagi kaum laki-laki karena rendahnya akses terhadappenyuluhan gizi di masyarakat.
(10) Perencanaan dan penyediaan makanan di rumah tangga sepenuhnyadilakukan oleh perempuan.
Kesenjangan GenderDari penjelasan di atas dapat disimpulkan pendidikan merupakan akar masalahterjadinya kesenjangan gender. Rendahnya pendidikan akan berdampak pada berbagaimasalah kesehatan dan gizi. Lebih rendahnya pendidikan per€mpuan dari laki-lakrakan mengurangi kesempatan perempuan dalam mendapat penghasilan, berpengaruhpada pola asuh, dan tingginya ketergantungan pada laki-laki atau rendahnyakemandirian perempuan untuk rnengambil keputusan.
(e)
J J
a) Akses(i) Pendidikan masih
infonnasi tentangperempuan.
diprioritaskan pada laki-laki, sementata aksesgizilpenyuluhan gizi masih diprioriraskan pada
(2)
(3)
Informasi tentang gizi dan pola pengasuhan anak tidak mudahdiperoleh untuk laki-laki, sehingga pengetahuan serta tanggung jawabgizi keluarga tidak seimbang antara perempuan dan laki-laki.Kesempatan kerja laki-laki lebih tinggi daripada perempuan, sehinggapendapatan keluarga sangat tergantung pada laki-laki.Akses dan pelayanan gizi masih memprioritaskan perempuan.Laki-laki kurang memperoleh akses terhadap informasi perencanaanmakanan di rumah tangga.
(4)/5 )
b) Partisipasi(t) Laki-laki kurang peduli/kurang berperan aktifdalam:
(a) Ketersediaan/pengadaan pangan di rumah tangga.(b) Pola pengasuhan anak dalam keluarga.
(2) Partisipasi perempuan masih lebih dominan daripacia laki-laki, baikdalam hal tenaga (tenaga gizi, kader, PKK), maupun pemanfaatanpelayanan gizi (misalnya Posyandu).
ANALIS$ GENDER
Kontrol(l) Keputusan ketetsediaan/pengadaan pangan di rumah tangga sangat
tergantung pada laki-laki, sementara peran domestik rumah tanggadidominasi oleh perempuan, sehingga sering terjadiketidakseimbangan dalam mencapai kemandirian perbaikan gizi
keluarga.(2) Pelayanan/intervensi gizi lebih dikondisikan pada perempuan/ ibu dan
balitanya.(3) Perencanaan dan penyediaan makanan di rumah tangga sebagian besar
oleh perempuan, yang seharusnya dilakukan bersama-sama (laki-lakidan perempuan) agar ada keseimbangan tentang pentingnyapenganekaragaman konsumsi di rumah tangga.
Manfaat(i) Kemandirian perbaikan gizi keluarga sulit tercapai, jika:
(a) Tingkat pendidikan perempuan masih rendah.(b) Pola pengasuhan anak sepenuhnya dilakukan oleh perempuan.(c) Laki-laki masih kurang merasakan manfaat program perbaikan
gizi keluarga.(2) Laki-laki kurang terpapar dengan manfaat dari kegiatan pelayanan gizi.(3) Beban pelempuan dalam penganekaragaman makanan di keluarga
menjadi ringan jika ada partisipasi laki-laki (kepala rumah tangga).
Isu GenderSelain dampak dari rendahnya tingkat pendidikan, banyak hal lain yang belum
terungkap (belurn memiliki data/info|masi) tentang kesenjangan gender. Antara lain
tekanin budaya yang menyebabkln terjadinya ketidakseimbangan gender, mengingat
budaya dan variasi di Indonesia sangat lebar antar kabupaten. Masalah kekerasan
kaum perempuan yang berakibat pada tingginya angka kesakitan dan kematian. Masih
belum diketahui apakah tingginya angka kematian ibu ada pengaruhnya dari tidak
bisanya ibu menolak untuk tidak menambah jumlah anak yang dilahirkan.
Masalah lain tentang tidak seimbangnya perlakuan atau akses perempuan
pelayanan kesehatan:a) Peran laki-laki dalam kemandirian perbaikan gizi keluarga lebih
dibanding perempuan.b) Rendahnya tingkat pendidikan perempuan.c) Kurangnya kesempatan perempuan dalam mendapatkan penghasilan'
d) Laki-laki belum secara serius menjadi target intervensi gizi.
e) Akses pelayanan gizi selalu lebih memprioritaskan perempuan daripada laki-
laki.fl Laki-laki tidak/kurang berkontribusi dalam perencanaan dan penyediaan
makanan dalam keluarga.
5) RencanaAksia) Peningkatan penyr-rluhan gizi masyarakat, baik pada laki-laki maupun
perelnpuan.
d)
4)
tentang
rendah
q )
h)r )
ANALISIS GENDER
b) Penanggulangan gizi kurang:(1) penanggulangan gizi kurang dan pengurangan kejadian gizi buruk,
terutama balita dan usia sekolah anak perempuan dan laki-laki.(2) penanggulangan KEK pada WUS termasuk ibu hamil dan ibu nifas.
c) Penanggulangan GAKY melalui penyediaan dan pemberian kapsul yodiumbagi WUS dan anak SD di seluruh kecamatan endemik.
d) Penanggulangan AGB melalui penyediaan dan pemberian sirup, tablet besiuntuk seluruh kelompok umur perempuan serta laki-laki, dengan perhatiankhusus pada ibu hamil.
e) Penanggulangan KVA melalui penyediaan dan pemberian vitarnin A bagi ibunifas, bayi (6 - I 1 bulan) serta balita.
f) Penanggulangan kurang gizi mikro lainnya (calcium, zink dan sebagainya)antara lain melalui kegiatan uji coba pengembangan fortifikasi dan keamananpanganPeningkatan penggunaan ASi eksklusif, antara lain melalui program RSSayang Bayi dan Jaringan Peduli ASI.Peningkatan kualitas MP-ASI lokal.Pengembangan dan penyebarluasan pedoman umum gizi seimbang (PUGS)melalui belbagai penyuluhan serta pengembangan PUGS
j) Penanggulangan gizi lebih pada orang dewasa dan anak perempuan serta laki-laki.
k) Pemantapan pelaksanaan SKPG di seluruh wilayah Kabupaten/Kota.l) Pemantapan UPGK melalui cakupan peserta laki-laki dan perempuan di pojok
Gizi (POZI) serta Posyandu.m) Pengembangan dan pembinaan tenaga gizi melalui berbagai pendidikan serta
pelatihan.n) Penelitian dan pengembangan gizi dengan data terpilah menurutjenis kelamino) Perbaikan gizi di institusi (sekolah, RS, perusahaan dan sebagainya).p) Pelbaikan gizi darurat.
Indikatora) Jumlah ke'luarga mandiri sadar gizi meningkat.b) Membaiknya keadaan gizi:
(1) Prevalensi gizi kurang pada balita menurun menjadi22Va.(2) Prevalensi BBLR menurun menjadi lIVo.(3) Prevalensi BB terhadap TB kurang dari normal pada anak sekolah
menurun menjadi 307o.(4) Prevalensi KEK pada WUS menurun menjadi 20Vo.
c) Prevalensi TGR pada anak sekolah menurun menjadi 6,5Vo dan jumlah rumahtangga yang mengkonsumsi garam yodium secara adekuat (> 30 ppm)meningkat menjadi 7 \Vo.
d) Cakupan pemberian sirup dan tablet besi meningkat serta prevalensi AGBpada ibu hamil menurun menjadi 45Vo.
e) Cakupan kapsul Vitamin A pada balita perempuan dan laki-laki meningkatsefia prevalensi KVA pada balita dan ibu hamil menllrun.
6)
39
ANALISIS GENDER
Terlaksananya uji coba pengembangan fbrtiflkasi dalam rangkapenanggulangan gizi mikro.Cakupan pemberian ASI eksklusif (0 - 4 bulan) meningkat.Cakupan pemberian MP-ASI pada bayi mulai usia 4 bulan, meningkat.Terlaksananya penyebarluasan PUGS.Telsedianya data gizi lebih pada orang dewasa dengan pengukuran IMTmenjadi maksimum l1Va dan tingkat prevalensi gizi lebih pada balita menjadi3Vo.Semua Kabupaten/Kota telah melakukan dan memanfaatkan SKPG.Terlaksananya Pondok Gizi (POZI) di seluruh Puskesmas.Meningkatnya jumlah tenaga gizi yang terlatih.Tersedianya data gizi yang terpilah menurut jenis kelamin.Meningkatnya jumlah institusi yang menyelenggarakan pelayanan gizi sesuaistandar dan regulasi.Terlaksananya perbaikan gizi darurat
PROGRAM KEBIJAKAN DANKESEHATAN
MANAJEMEN PEMBANGUNAN
Sub Program Sistem Informasi Kesehatan
Kebijakan Sub ProgramSistem Informasi Kesehatan (SIK) dikembangkan terutama untuk mendukungmanajemen kesehatan. Dalam rangka desentralisasi, upaya pencapaian visi IndonesiaSehat ditentukan oleh upaya pencapaian Kecamatan Sehat, Kabupaten/Kota Sehat danPropinsi Sehat. Dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasiupaya-upaya pencapaian kecamatan sehat dan kabupaten sehat perlu dikembangkanSistem Informasi Kesehatan Daerah sebaeai baeian dat'i Sistem Informasi KesehatanNasional (SIKN.
Data Pembuka Wawasana) Data yang bersumber dari data rutin program kesehatan yang meliputi data
lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu untukmencapai Indonesia Sehat 2010, tidak terpilah berdasarkan jenis kelamin,sehingga tidak memungkinkan untuk dianalisa dari aspek gender.
b) Data yang bersumber dari Profil Kesehatan Propinsi, Profil KesehatanKabupaten/Kota dan pengembangan data dasar indikator kesehatan terpilihtidak terpilah berdasarkan jenis kelamin, sehingga tidak dapat menunjukkanada tidaknya kesenjangan antara laki-laki serta perempuan.
3) Kesenjangan Gend.erPada umumnya laki-laki mendapat akses lebih baik tentang kebijakan informasidaripada perempuan. Data yang dikumpulkan pada umumnya belum terpilah menurutjenis kelamin. Data yang sudah terpilah laki-laki dan perempuan untukjangka pendekdidapat dari pokja-pokja seperti Pokja Gerdunas TB, Gebrak Malaria atau HIV/AIDS.
s)h)r)j )
k)r)m)n )
o)
n )
r)
2)
4)
ANALIS/S GENDER
Isu Gendera) Para penanggungjawab program belum terpapar dengan isu gender sehingga
menjadi halangan dalam pengelolaan data dan informasi dalam semua tingkatadministrasi.
b) Pada tingkat Puskesmas yang merupakan ujung tombak pengumpulan datasebenarnya data yang dikumpulkan sudah berdasarkan jenis kelamin. Namunpada saat dikompilasi di tingkat kabupaten data tersebut disatukan dan tidakterpilah menurut jenis kelamin, sehingga pada waktu dikirim ke propinsi datasudah tidak terpilah antara laki-laki dan perempuan.
Rencana Aksia) Sosialisasi pengarusutamaan gender pada semua tingkat administrast
pengelola data, sehingga datayang dikumpulkan sudah merupakan data yangterpilah menurut jenis kelamin.
b) Revisi pedoman penyusunan profil kesehatan propinsi dan kabupaten yangtelah ada. Pemilahan data pada tabel-tabel tertentu berdasarkan jenis kelamin,indikator perilaku sehat, lingkungan sehat dan pelayanan kesehatan yangbermutu serta teljangkau.
Indikatora) Tersusunnya pedoman pengelolaan data yang terpilah berdasarkan jenis
kelamin sebagai acuan bagi para pengelola data di semua tingkat administrasi.b) Tersusunnya revisi pedoman penyusunan profil kesehatan propinsi dan
kabupaten/kota menj adi terpilah berdasarkan jenis kelamin.(1) Indikator Derajat Kesehatan
o Umur Harapan Hidupo Angka Kematian ibur Angka Kematian Bayi.
(2) Indikator Lingkungan Sehat. Persentase Jumlah Rumah Sehat. Persentase Cakupan Air Bersih
(3) Indikator Perilaku Sehato Persentase Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(4) Indikator Pelayanan Kesehatan yang Bermutu dan Terjangkaur Rasio RSo Rasio Puskesmas
Sub Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kebijakan Sub ProgrumPenelitian dan Pengembangan Kesehatan dilakukan, dan dikoordinasi oleh BadanPenelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) yang terkait denganprogram termasuk yang terkait dengan gender, walaupun pada pelaksanaannya dapatdilakukan oleh instansi lain. Pelaksanaan penelitian tersebut sebaiknya mengacu pada
5)
6)
b.
1)
2)
ANALIS]S GENDER
Prioritas dan Agenda Nasional Penelitian Kesehatan, bukan merupakan Prioritas danAgenda Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan semata.
Data Pembuka WawasanPenelitian dan pengembangan kesehatan yang dilakukan secara umum sudah terkaitdengan gender, namun belum secara spesifik gender, untuk itu perlu dilakukananalisis lebih dalam agar isu gender lebihjelas.
Kesenjangan GenderPenelitian dan pengembangan kesehatan yang terkait dengan program dan gendertelah banyak dilakukan antara lingkungan sehat serta upaya kesehatan.
Isu GenderPara pelaksana penelitian dan pengembangan kesehatan belum secara jelas terpapardengan isu gender, namuri selama ini gender sudah merupakan subyek dan obyekpenelitian.
Rencana AksiPeningkatan jumlah penelitian dan pengembangan kesehatan, kajian tentang genderserta memperluas area penelitian
Indikatora) Jumlah tenaga peneliti tentang program-program yang responsif gender
meningkat.b) Jumlah penelitian tentang program-program yang responsifgender meningkat.
Rencana kegiatan program pembangunan kesehatan yang rrsponsif gender untuk tahun 2003mengacu pada rencana tindak dalam Repeta 2003 bidang kesehatan.
B. Rencana Tindak Program Kesehatan yang Responsif Gender dalam REPETA2003 dan Usulan Kegiatan
1.. PROGRAM LINGKUNGAN SEHAT, PERILAKU SEHAT DANPEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Sub Program Lingkungan Sehat, Penyehatan Air dan Sanitasi
Rencana Tindak. Meningkatkan pengetahuan para provider dalam analisis gender dalam
penanganan masalah kekerasan terhadap perempuan dengan melibatkanperanserta masyarakat.
o Meningkatkan promosi hygiene dan sanitasi di tingkat individu, keluarga danmasyarakat.
UsuIan Kegiatana) Penyusunan fotmat data yang terpilah menurut jenis kelamin.
J)
4)
s)
6)
r)
2)
b)
c)d)
e)
ANALISIS GENDER
Pertemuan/lokakarya perlindungan perempuan terhadap penyakit berbasislingkungan.Pelatihan/peningkatan penggunaan peralatan kesehatan lingkungan.Pertemuan/lokakarya pemberdayaan perempuan dalam penyediaan danpemeliharaan sumber air bersih.Sosial isasi dan bimbinsan teknis.
Penanggungiawaba) Kepaia Bagian Program dan Informasi Ditjen PPM&pL.b) Kepala Sub Direktorat Hygiene Sarana dan Bangunan Umum.c) Kepala Sub Direktorat Penyehatan Hygiene dan Sanitasi Ditjen ppM dan pL.d) Kepala Sub Direktorat Surveilans Ditjen PPM & PL.e) Direktur Penyehatan Lingkungan Ditjen PPM & PL.I Direktur Penyehatan Air dan Sanitasi Diden PPM & PL.g) Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan Kesehatan.h) Kepala Pusat Promosi Kesehatan
PROGRAM UPAYA KESEHATAN
Sub Program Penurunan Angka Kematian Ibu melalui Making pregnancy Safer(MPS)
J )
).
1) RencanaTindakMeningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatankegiatan:a) Pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas,
dasar, dengan pdoritas
b) Pelayanan Kesehatan Keluarga termasuk peran suami dan isteri dalampemeliharaan kesehatan keluarga.
Usulan Kegiatana) Lokakarya untuk menyusun format data yang terpilah menurut jenis kelamin,
disamping umur, lokasi, suku dan agama.b) Pertemuan/lokakarya untuk menyempurnakan protokol pelayanan KIA yang
responsif gender.Pelatihan/keterampilan teknis medis dan manajemen termasuk KIp Konselimgserta pelatihan analisis gender dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA).Supervisi dan bimbingan teknis termasuk pemberian informasi perencanaan,pelaksanaan monitoring pelayanan KIA yang responsif gender.
Penanggungjawaba) Kepala Bagian Program dan Informasi Ditjen Bina Kesmasb) Kepala Sub Direktorat Maternal dan Perinatal Ditjen Bina Kesmasc) Kasubdit Usia Subur Ditjen Bina Kesrnasd) Kepala Bagian Program dan Informasi Ditjen PPM & PLe) Direktur Kesehatan Keluarga Ditjen Bina Kesmas1; Kepala Pusat Data dan Informasi
')\
c)
d)
J)
b.
J )
ANALISIS GENDER
r)
Sub Program Pemberantasan Tuberkulosis Paru
Rencana TindakMeningkatkan kualitas dan akses informasi kesehatan antara lain yang terpilahberdasarkan jenis kelamin.
Usulan Kegiatana) Penyusunan format data penyakit yang terpilah menurutjenis kelaminb) Pertemuan/Lokakarya untuk penyempumaan petunjuk teknis pemberantasan
Tuberkulosis Paru.c) Sosialisasi dan bimbingan teknis
Penanggungjawaba) Kepala Bagian Program dan Informasi Ditjen PPM & PLb) Kepala Sub Direktorat Pemberantasan Penyakit (P2) Tuberkulosis Diden PPM
& P Lc) Kepala Sub Direktorat Surveilans Ditjen PPM & PLd) Direktur Pemberantasan Penyakit Menular Langsung Ditjen PPM&PL
Sub Program Pemberantasan Malaria
Rencana Tind.akMeningkatkan kualitas dan akses intbrmasi kesehatan antara lain yang terpilahberdasarkan jenis kelamin.
Usulan kegiatana) Studi pengetahuan, sikap dan perilaku (KAP) berdasarkan gender terhadap
program maiaria.b) Pembentukan POD-PKK.c) Penyediaan Kit PenYuluhan.d) Penyuluhan terhadaP sasaran.e) Pencegahan individu dan massal terhadap gigitan nyamuk.
Penanggungiawaba) Kepala Bagian Program dan Informasi Diden PPM & PLb) Kepala Sub Direktorat Pemberantasan Penyakit Malaria Ditjen PPM & PLc) Direktur Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang Ditjen PPM & PL
Sub Program Penanggulangan HMAIDS dan Penyakit Menular Seksual (PMS)
Rencana TindakMeningkatkan kualitas dan akses informasi kesehatan antara lain yang terpilah
berdasarkan jenis kelamin.
c.
r)
J )
d.
t)
))
ANALlSlS GENDER
2) Usulan Kegiatana) Penyusunan fonnat data penyakit yang terpilah dari data yang ada mcnurul
jenis kelaminb) Pelatihan TOT universal precaution bagi petugas kesehatan.c) Tor konseling HIV/AIDS yang responsif gender bagi pefugas keseharan.d) TOT surveilans HMAIDS bagi petugas kesehatan.e) Pelatihan PMS berdasarkan pendekatan sindrome.
Penanggungiawaba) Kepala Bagian Program dan Informasi Ditjen ppM & pLb) Kepala Sub Direktorat AIDS dan pMS, Ditjen ppM & pLc) Direktur Pemberantasan Penyakit Menular Langsung, Ditjen ppM & pL
PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
Rencana TindakMeningkatkan penyuluhan Cizi Masyarakat melalui kampanye di media massa.
Usulan KegiatanPeningkatan penyuluhan gizi masyarakat baik pada laki-laki maupun perempuan:a) Isi penyuluhan hendaknya tidak ditujukan pada perempuan saja akan tetapi
juga pada laki-laki, contoh pesan: perbandingan kebutuhan makan sesuaigolongan umur, jenis kelamin dan lain-lain. penjelasan akibat kurang gizisecara spesifik baik pada laki-laki maupun perempuan.
perlu
Waktu penyuluhan sebaiknya disesuaikan dengan jam isrirahat danbekeria
Penanggungiawaba) Kepala Bagian Program dan Informasi Ditjen Bina Kesmasb) Kepala Sub Direktorat Gizi Ditjen Bina Kesmas.c) Direktur Gizi Masyarakat Diden Bina Kesmas
PROGRAM KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN KESEHATAN
Sub Program Sistem Informasi Kesehatan
Rencana TindakMengembangkan sistem Informasi Kesehatan (sIK) antala lain mengintegr.asikanSIK yang ada, pengumpulan data./informasi terkoordinasi, fasilitasi pengembanganSIK daerah, pengembangan pelayanan data dan informasi yang terpilah menurut i&iskelamin, pengembangan teknologi dan sumberdaya informasi serta sistem kesehatannasional (SKN).
3.
t)
b)
c)
Tempat penynluhan tidak selalu di tempat perempuan berkumpuldi lakukankhususberkumpr. t lsepert i rapatdesadan1ain- la in.
))
1)
ANALISIS GENDER
2) Usulan Kegiatana) Identifikasi kebutuhan informasi dan penetapan indikator yang merupakan
data terpilah pada setiap tingkat administrasi.b) Penetapan kebutuhan data dan pencatatan serta pelaporan berupa data terpilah
pada setiap tingkat administrasi'Sosialisasi isu gender pada setiap tingkat administmsi terutama pada tingkat
pengeiola data dan pengembangannya pada setiap pencatatan serta pelaporan'
Pembuatan database berdasarkan data terpilah menurut jenis kelamin pada
tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota dan pelayanan kesehatan seperti
Rumah Sakit sefia Puskesmas.
Penanggungjawaha) Kepala Bagian Tata Usaha Pusat Data dan Informastb) Kepala Pusat Data dan Informasic) Pengelola program terkait di masing-masing Direktorat Jenderal
Sub Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
RencanaTindakMengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan antara lain mencakupkegiatan penelitian diantaranya penelitian tentang gender dan kesehatan.
Usulan KegiatanPelaksanaan dan koordinasi penelitian dan pengembangan kesehatan yang responsifgender sesuai kemampuan yang tersedia.
Penanggungjawaba) Kepala Bagian Jaringan Informasi Iptek dan Promosi Penelitian Badan
Litbangkes.b) Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan
Litbangkes).c) Para Kepala Pusat di lingkungan Badan Penelitian
Kesehatan (Badan Litbangkes).d) Pengelola program terkait di masing-masing Direktorat Jenderal
d)
J )
b.
1)
t l
J )
Kesehatan (Badan
dan Pengembangan
BAB VPENUTUP
Sebagai isu baru pemahaman yang benar tentang analisis maupun pengarusutamaan gender
masih perlu dimantapkan. Persepsi para stakeholder tentang gender tersebut masih beragamdari sifatnya yang hanya terbatas kepada upaya pemberdayaan perempuan, maupun persepsigender yang mengarah pada kesetaraan gender. Demikian pula halnya masukan isu genderdalam program pembangunan kesehatan masih merupakan hal yang baru. Padahal, apabiladicermati, analisis dan pengarusutamaan gender akan memberikan daya ungkit yang besaruntuk mencapai keberhasilan program pembangunan kesehatan. Hal ini sangat dimungkinkankarena setiap rencana aksi maupun kegiatan operasional akan lebih difokuskan kepadakelompok sasaran yang tepat, secara epidemiologis hasilnya akan lebih bermakna.
Oleh sebab itu, di lingkungan intemal Departemen Kesehatan perlu terus dilakukan upaya-
upaya untuk memperluas advokasi dan asistensi secara berjenjang kepada setiap provider
kesehatan, sehingga secara bertahap dapat direplikasikan lebih luas ke dalam program dansub program lain. Untuk keperluan tersebut, perlu diupayakan peningkatan kemampuan para
provider kesehatan untuk dapat lebih meyakinkan sotiap stakeholder tentang perlunya
pengarusutamaan gender dalam pembangunan kesehatan.
Upaya tersebut akan lebih mudah dikerjakan dengan mengeksplorasi data yang terkait dengangender, antara lain dengan meningkatkan akurasi data yang terpilah menurut jenis kelamin,serta dengan meningkatkan akses data melalui jalur pelaporan yang telah ada. Akurasi data
sangat diperlukan dalam melakukan analisis kesenjangan gender, dan menetapkan isu gender,
sehingga rencana aksi dapat dilakukan secara tepat.
Untuk keberhasilan upaya pengarusutamaan gender diperlukan pula pemantapan komitmenyang terkait dengan kebijakan program kesehatan, sehingga kepedulian gender akan
senantiasa terintegrasikan dengan rencana aksi program pembangunan dalam rencanapembangunan tahunan (Repeta), dan mereplikasikan keberhasilan yang dicapai pada unitkerja serta program kesehatan yang lain.
Mengingat keterbatasan sumberdaya manusia yang mempunyai pengetahuan dalam analisis
dan pengarusutamaan gender, maka perlu dilakukan upaya yang lebih menyeluruh baik
secara kuantitas maupun secala kualitas dalam pelatihan gender, baik yang dilakukan melaluipelbaikan kurikulum pendidikan formal, maupun melalui ott-the-job training'
Disamping itu, penyebarluasan pengarusutamaan gender harus pula didukung denganpenyebarluasan informasi maupun dokumentasi tentang gender melalui media cetak,
elektronik dan lain sebagainYa.
47
DAFTAR SINGKATAN
AiDS Acquired Immunodeficiency Syndrome
AGB Anemia Gizi Besi
AKI Angka Kematian Ibu
ANC Antenatal Care (Perawatan Pra-kelahiran)
ASI Air Susu Ibu
BAPPENAS BadanPerencanaanPembangunanNasional
BMI Body Mass Index (lndeks Massa Tubuh)
BBLR Berat Badan Lahir Rendah
CIDA Canadictn International Development Agency (Badan PembangunanInternasional Kanada)
Ditjen Bina Kesmas Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Diden PPM-PL Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular penyehatanLingkungan
DPA Develctpment Planning Assi,stance project (Proyek BantuanPerencanaan Pembangunan)
DOTS Directly Observed Treatment Shortcourse
GAD Gender and Development (Gender dan Pembangunan)
CAP Gender Analysis Pathway (Alur Kerja Analisis Gender)
GAKY Cangguan Akibat Kurang Yodium
GBHN Garis-garis Besar Haluan Negara
GSI Gerakan Sayang Ibu
HIV Human Immunodeficiency Virus
IMS Infeksi Menular Seksual
IMT Indeks Massa Tubuh
KB Keluarga Berencana
KIA Kesehatan Ibu dan Anak
KEK Kurang Energi Kronis
Kesga Direktorat Bina Kesehatan Keluarga
KIE Komunikasi, Informasi dan Edukasi
KIP Komunikasi Informasi dan Pengetahuan
K3 Keamanan Keselamatan dan Keseharan
KVA Kekurangan Vitamin A
DAFTAR SINGKATAN
LILA
LINSEK
LSM
MPS
MP.ASI
NAPZA
OAT
Pasutri
PELITA
PHBS
PKK
PMS
PNC
POD
POZT
PROPENAS
PSM
PSP
PUG
PUG-BK
PUGS
PUS
PUSKESMAS
P2WPK
RENSTRA
REPETA
RPJPK
RSKO
SD
SDM
SIK
SIKN
SKN
ii
Lingkar Lengan Atas
Lintas Sektor
Lembaga Swadaya Masyarakat
M aking P regnancy Saler (Menjadikan
Makanan Pendamping Air Susu Ibu
Narkotika, Psiktropika dan Zat Adiktif
Obat Anti Tuberkulosis
Pasangan Suami Isteri
Pembangunan Lima Tahun
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
kehamilan lebih selamat)
Penyakit Menular Seksual
Postnatal Care (Perawaran Pasca Kelahiran)
Pos Obat Desa
Pondok Gizi
Program Pembangunan Nasional
Peran serta Masyarakat
Pengetahuan, Sikap, Perilaku
Pengarusutamaan Gender
Pengarusutamaan Gender Bidang Kesehatan
Pedoman Umum Gizi Seimbang
Pasangan Usia Subur
Pusat Kesehatan Masyarakat
Peningkatan Peranan Wanita dalam Pembangunan Kesehatan
Rencana Strategis
Rencana Pembangunan Tahunan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan
Rumah Sakit Ketergantungan Obat
Sekolah Dasar
Sumber Daya Manusia
Sistem Informasi Kesehatan
Sistem Informasi Kesehatan Nasional
Sistem Kesehatan Nasional
SKPG
TGR
TOGA
TOMA
UPGK
VCT
WID
wHoWSLIC
WSP
WUS
DAFTAR SINGK^TAN
Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
Total Gt-titer Rate (Angka Kesakitan Condok Total)
Tokoh Agama
Tokoh Masyarakat
Perbaikan Gizi Keluarga
Voluntary Counseling and Testittg (Penyuluhan dan pengujianSukarela)
Women in Development (Wanita dalam pembangunan)
World Heahh Organiption (Organisasi Kesehatan Dunia)Water Supplyfor Low Income Contmunity (proyek penyediaan airbersih bagi masyarakat miskin)
Women Support Project
Wanita Usia Subur
LAMPIRAN 1MATRIKS ANALISIS GENDERPEMBANGUNAN KESEHATAN
L
Z|
F
)
z
z
F
j
!-l
zdz
zj
j
€
I
gigu ggigg gsB, Eggg FgB 3gar*, gigEgifzr<z
'.::j;
Fg,isg,EgaegEt';ef,sie E fgiE *iE,€Eff etatEr;EFsgiltFSEFEeEf EE Eftig; fr; If,FFeFEii E ! d J d d d L b i ) Y d - d
zbl
' 'aE ; =c? u==EE u!;iE -$;iEE$g€gE;!- 'i'F€c i*;-i *g;;FEBi*;ts5FErE#sss H*Ei'$f flfESi!; gli,;€sEujt
2
2*2 V sea€p*gisu=g uEEi,rE$ ia*i gsffi ;i
,Itgi;ifIEEEE FIEeEg?f FE;$ F=egFg .$;ii l r c . i o . J l ,
) Z
z 9F r t; 3F . F< iii?g;Ee gggiii, gEBi$iiii sEiiiEegssElil
..q Z .
z va <
EH, : i i i
:e€;Ee;ieggrEF€ €; EI AeEc; E
z-
h
zz
z
z
av)
FI
zq
Fr
z
arq
:z::ts:
: { e :
=E.a a-.H. lg= i:"- 1; ;- F:cfuE*Ea; I isii: aia* e sig ai *?;ii* s Hs €e:g
:F$g- i=iEia ;F€EF ;Fi; ja;EiF;;i gF? iii$Ed a : = : i :
',,3::<.:z::<::o:12 g e$gFu$ i$g gigigB igiiii3siFEi Fi€ggii Ei
g
: z
: ! E
::::::
E'eE;:-=E ;E-= _*E# =€ u i€ aE seltB-€si -
i;ga FF',:;EiE Fig?5;;E FiiiEiE5i, iF;tEgiu2,: .< i( r !z b
z t
:
E a : : E
! ! ! F t " ; :- i e : . 5 E g
s c . = i c q I
+=r-E rE J ?"E : : , = ? E g3 = 8 . 5 E s 3
.gE1=E; EEi€ =r i*g E;E.:= : ;*iEEE;EE :I;A:tI E:1 igEEii rEEE3;;;e;i€" i€iE*iA FEi E|FEE;E€ i;ii;c
; i l-: . i
= 2
F r t
F ;o , giiggiigsggs iiege gEi?iii€igig, gEsu gii"1 i1.
g q: : : : e
z-E
a
zzp
z
z
!zq
a
Fl
zq
h
ak,:H
A l
' a - ^ ; ; I Ac = d o f ao ; F : 9 , =g iE* : ;E"F l3 5 ' * * E € l i " E
; iE E $E;E=?€$; : *9::EEESE EEEaaE
v,sai'{t z
:2: :
:&.::.:i:'l'l
igie= ffigE, igi*, i;,E, 9g',Eig;?E EfliFE€iv :E= H'E€sEE iFi t i € i$ ip €;ui i r=*r , r€E;?HFe6;i 3g;;Ei l i i rae $EsEi i fEE E;sEE; ErrEEq
t s q i " i : : 3
:l:j::::rl
.rl:ll':iid
td
zFiu
eU qZ R{fE
?,8I
, E - - s - - E38. i a z i EE r -E$EE -€E=t tsc;E i$ f r -E=.IHE EEE+ : :E3gqH :E : E !;;i ' i*=ai i l i; i i ;a;,i;gi;F -Fr*?rE tEFFS;^ Fe*; i :u . ; ? s ; l v i ; F q s F : i i P H E H E : :. = ' 6 ; E = t e E 3 6 . E e E 9 8 . _ 9 s d E _ 9 E : E
s) z6 3f r <F >
< sF . t
a.ll
r E -. - ^ = 6 -
= .EF iFF 4 , is t HE U E E : x ' € ;s . ; ; ; s & ;€ € EE_ c h : E E G s E n i - E o
. = \ d o > , : " c o - =g ; ;3 ; ;q $H* I s tc* EEg Ee; E:eB ;gF
d J o i n
A ,< . r= z l
z g
i'i:rl:
:tIs:i:l:jti
zfF
F
0
zzD
z
E
E
z
q
to
F1
za
H
Fr
z
z
D
d
-
I
aatui= i;ea Ee;' SiCg iii it;iies i;Eca€r 3EFE EE€5E sE€i'a;E r;ar;Es? r
zC)7 g?sg€*AEAi, 3g3E Egii:iFEissFig$i€iFE
z
f gais cgi- iggEgBig€aiga€€gaaiFF f,g €Fz9 sz 9< c? z
gaEai :Eg+€= BE i s -; ri ii - * E; q E,;,giist E:;€gE €gEE !iFEE,FgA a;Eff EEg i i 1 : ? - s E 7 ! ! ! i i = ! E
F , _
= 2e <
F r >
flE ;Aff€€eee E iEEi: tBlBiE€r a€; iEi g*FE5EEEEEE F isiEe :;.c:a.€ =gF E:SH =i
q 2
z uQ <
v 4
E*r a*=f :g rE€'suae i;q *E" F9u 6;E rgE g:E^
! s E . {
Ei E t s€e E E e a iP E i s ; *
:ffEiE*Srgf*5€
zF
a
zzD
z
7E
q
oj
z
a
F
F
g
ziri;ce=fe=E+€ge€Egff -?EEgE iEE i?t;g;;5E;5g;Egi E?5 iE;ggi= e aau riE 3ai=
zL)
7. aEa;gsiacgiei; EEEEFE; agEEii, E*,;iEfuEE,4
. - ?
i E i $:'*?E Eg€e€g irig. gE€u s:*, iE,g'ie i$gEe?,3 =,FEgsii €f,EiE EE;; *,8,i+ E EEr i + glJ . i d i >lr . i
3= 2€ i= <E }3 ;3
: P EE * F - a = $ - - ?
* g s 9 ;HEssE EiE f; i 's 5i$gEEE! EIg- E€ 5E flEgE:EC€s E:5E E:- E;S :iF
h 2< : <Z Y
r =r F
zF
a
zzD
z
zaa
z,iD
3
-
F
z
F
c€* €*.r €€ ;E ig g;= S, *€r=a= €s rig€ig ggFEE gt= sE EE ini 35 gEgEtI gEg iij 6 i - i + - i o r d i o i g
zOz
;siEsa:€f€=isee ;; ra :Fa i:i €,resa; ae.ee?ia=:AeaFEiis 96FFF*;=;a;a€ F6ie;EiF;i
z
.*r€€E .qei.eIE; ls"r.5f ;E; ! EE E€j Hs" i€E e . ; r EEi i "
g=FtgcgEg giri€FSFE5 5E€gEz
9 oZ 9
2Z ffegt €a;eiis, ggg *gEic =;i*€E gEi;qlltEe Ftcc:l;€ HE;t reEE€ ',*eE,g, '15gg;E
a 2
F r r
F,r t iiiiigSs*iFE?e EFgau 3Egiii, SEggIi€E$a EP 34 E i kE e z , : i
, . 2 i 5 ;EE8;a{-E;ecE*€*. : iEE' E
A 9 r : ; ' E ! n ! E
, tA [€E E&& s
i -E+S ti - rE iE€; IgFS;Ee€a:;;sEs;sE5
z3
q
zz
z
z
aaF]
z
U'
3
:
Fg
z
3 F
U i 7 e= I i :
n _ t - A -' ; ; r E E
d . : H 3 ; EE A E f E E !E .s ! _xs ecEa,C F \ U
J . i - i
E
E
= E - E> ! z - E - 5t E , : i E !
; e i . E s : t ; E :E : " i j S E r F i = 9 ;5 {q : r a ;€EE F lE = = A . g E : g = F 6 EE l = 3 E I F ! * e 3 :. ; ; P E . 6 3 b ; b g , 6 . !j d d
zUz
- q i ^ E - ! E
t$Eei' s;;? :;g-t*E€iii3: EtEg AE€€sq;g;E'E5-iu Fg*H f€aA&EB:
? - . 9 r . l
r !E i I - ! . (5E E,E =&.8* ! E"*: i f .ar Ee'a i i5s: : :E qE! 4€:i o : E = P . e ; h : ; - Eo : € - ; E E 6 = E e ! Ej . i
Z
f
E : s . 9 ! c = =i : E - E € S E U = F; E : , E Y N 5 * F ; HE . = E n . - l ! . 1 * - - : d2 : , = P ; S a : ! - ! 9 , & !c > . 0 ; e f i ; : ; " i E 9; ! g ; E E F q E & : 5: * - & t 9 E e ; ; * g Pt ! d ; t ' E : € . 6 ! :
Z T N ; E € ! ; : € q Er i ; ! a d i i I I i Ij . i
z
2 A
F f I " t = E €
ECI =EE*A E: E g E l E E E *^ 5 T : ; . : J E P , :
E;E - r,a;:Eieiss * ,8= : : iE :E ! E [e< l < 6 - 9 5 d l j . i d i
3 z
* <
t E, : 'E*E.;33'=*Eg;i=c;t
ggEi*a€ElEltllzlaEcz1llle6
E=1 P. : u : -: 5 ! FE ! d 6
: * ! i : sa;F= ; i: F E € ' E ; :
5 3 € E € : F jg t E = 8 . E E & ,
6 i r i s
€ P tF - =
: d !
a Zz t
z lF F
E a es 6 . H s . i : . !n i z ; 5 i 3 i i9 - ; ' n s : = a - t ' - e
g P € s E s L € i i; : i . ! E ! p e s ; ; ; ;: E € S * d . E . E q g S*€€S ! " r E= ;Est d 9 + a Z = \ a C F
: E = * S * i d H T & &€ F 5 , ! . 9
z.H
!4
zz!)
z
E
z
q
q
,l
zv2
F
F
z n 6 - E
Hs H..EEE:i '*H,*^gBFu=€ E E
*ugr EiEtEE,EEiEiEE 3 FeiE ig= iEE;€gg j3i**sEitssec; E ggi:= ieE i,€c
zdz teseFFgs gigFg EEF;, iEg: F Eu gsscgie,u€;Faeg;gsE ftEiir iSgai c;*E F s; d eis EE && E H
a
l
itf,;a,ceEtg€ €a e;ag+;, [=uiEfE=etr;€E;"[*i: t,' 1BEisEc EEeEEs
a
J o
AE
< E E i i € E F "d E 0 6 E 9 Q ; ! 5 5: ^ ' E = = : E ' J ' Q
E H S $ ; : € ; ! - E , E; t - d d E i t ! E o- 9 : d i 5 9 - ! e qe a i i o - = : X . : =I E F g F 9 E ; * E *k E : = E 3 F c E F :h E E ; r i E . : i 3 & E t H " E sE i - E : E ! ! # - B - E f l € : E
.91 sl€ F .s
3 z>yF r t
a 3
r $ = * " i EE a -E l F -
EEs€,;E:iE. i;;gs;g€EeaEfl€ iEEEEB FEasii:39,
q 2
z v
> FF F
z3
a
zzpZ
z
q
aj
zq
Fr
F
z
' n ^
E :
: : E 5 E! E F C 4
e ! i 3 ; F ;€ E F = P * P
: E ! i E : EJ . i
zQ
3,
i i - iBEEei; E:E d >
g3E€iE:i FF, gf,:"EE: E €i:iE ECFgi iFi8,EEII1E EE ??Eii1zl=t1,i i=,;1, g B i; fu E A; e 1
f
z3 a< Ez7a
3) Z
F :
r r B
h Z
z t
"- 4.
zFi
q
zzD
z
z
oa,l
za
3
F
z
t ! *
l 1I E
l -
l 6
,=€*H:l*rc,:1rE'iPuig, I €; eEEgfl3 iEE€$F FEtiE e:€;;e;i Fa;a E3;etge ;EeiiI gEFEi ${i;€Eiis giiE EE
zz
* 7 $ : 4 E 9 - +
;gg;-? c r i+ ZEi= F:EH;EE=!F = := ; * iq EEEg
;J?iEgE E=;iieFEi?EEEFA . r E .
z
)
A E :
$* jEE ; i : sB ;t s . = E E - B E E € a q +€ s : * I s " E : : ? 5 I: j 5 j i - = = - - - = z -: F F : . + = . : E ; : 6 E: E - F E E ! * E g A - R
IC= EE"* E! !Hg€EA
zO qz d
2Z
E^3-?:E EFg'€ =S tE-EE*g F
E€ EEEE EEffiF SEEE *ESEEE iru;iE$. aE*sc !agct sEEgc F€;E Eg€€*9; ig*EaasE irE
J> z
- *. B iigggEgsEaBigiE EE?Egi?g3 iiig?i?Eiig$sa 2z x
a :
T g gaeag iiE, g*s iE?, EsslEiiEEA i?FE'
zF
a
zzD
z
z
oq
tl
zo
Er
a
Fi
z
3
N
z
. t F
; ;
zUz
E i E . r> ; 0 :
r * E d x. g i E F
d E i o :
a
f
t r e 6 -
z
2 7i; g=* #e *$;. EEee *cec= cEs= FF;F ngEe
* ' ; i. i ! i
: ' : g q
.!.: E i. E I E E
< t J
) Z
E ?i 3I $
€,:tii€ €€*= lt;*$si-i€f, ,EaEt:=*?eBes= EgsE iia:EEEiif?r ;Ega+Er€gigfiig =;EE lt AgEri€gs[r =eEiei:
: s g 9 0 ;. ? F d =
E s c f F
F? i ;E: E 8._8 _9J
D 2
a l4 <
'=k E E
- E < A i i :
228 z i? i < - * . i i
i E . F I - E
z
3
zzP
z
z
q
U)Fl
za
F
3
z
i= =i=i=i'E EEE*ZeE CffE i2z2= ,3 i
si?:EiFEE:;, !igsau* sE;E, gii?i gEcE
zOz eag€€:Fa€ggagEegiEEg?FEiEFgEgEig
z
p
. i : 6
E E o T t f s ,E : E c ! : E : H - . !
! *g F= i " : i 3 ;E i .E iEg i iE i ;A 6s€ t i : ;FE aa=* €5 €ei ;€E;EE. ElE !i* ,*i[= !! i t
Z
9 c
= ?
,
E BffEigt iccg= H€ a*E =54't EEsg e
ea gcEggEF= cgaifl I*a i*[€,isiEi- u,i'EE'6 i d + v i A l r
g
- z
i t
< :3 i e€iEiE EEiiEsi*r$Eir F€*iEi?rEii, iEi€EEs;a Z
Z X
F t rC€*ctEata.F:EEBF$E€€
z
a
zzD
z
zEa b
aq
Fl
z
U)
F
F
z
5 i . " E 6 l i = + i
! € f : = 8 e p N i i : e of g i i € s ; x = - d , e : s E : " s i!E=E: i ! 4 .q ; a t t : r EE Ei i E e i 5 * i i E ? s E i E 1i E ; ? E E v g I i d 9 E F E . S
?!E i< : : ! ; ET =E EEE E. d ; ; ! g ? d E 9F o d s L 6 h t s t s z a 9 ! g J :
t h
< J
: - d o @
- a i : E - 3s ! E . E . E_ - E : - : 3: * L . : i F i r= + ^ g b r . - k a ^3 € i i n S - ! * i ?
ZF :€E ;TEFF a = =
zUz
c 9 ,= aE 3 iE n e SEEP :3 0 s -+ o E g E. g : *
t o *
?EF? E?
4
J-
Z
7 ?
-E-' 3*r- irccE- r i ;r;: i . ;cS pgtiF;EEe€*; 'E' €ftC;g;eef g;Esp'FjEE_ s€=eB${€Ff,E€E 5;Es ;EFgEiEgFE *,fc:g:$i-Eu€ ieZl: . i Fi i l ,
= z
E }s Ja*€ Eg€gg€gEsgsEEEiEgiEtsg giaggtuiEE€ eg{jD 2
Z 3
t i
zF
Q
zzr \z
q
a!l
z
6
3
F
z
'6 t ro G
4 6 9E:E i 9 ,9 d ; =E " E s E
i i * E r9 6 6 d E
q
2Oz
-- ' . n" e A ; o; , i " Ez ; ;
s € d6
f
zJ c
. - ?
F * S . i :
6 E . : i ei : a d i :
i q + f g t
F r E _ : € {4 A M O * X
I . H 9 = * i
> za <
E ?E 3flE
c N 5 5 u E
g,*g .E **rX aEt EE $*"* $Es $E.sEB €H €F EE€E$ gSiEAEs, g:i iq i#iEilE€B;ii5ii,iF,rE,ssg Fg€Fg$si gE$i €E*iEFieEiFgEE5t EtiEiiEii
4 2
Z Y! <
i FI t s
zFr
a
zzpz
z
zE
q
oj
z
a
F
F
z
zF
dg
zz
z
z
z
z
z
d,
a
I
- * E' = - 9= s o . g E =
9 a t - ;H : 5 i , :: E i 3 7
c : 9 9 :
; € € . : E3 5 ! E E ;
f l 8 . e -9 Ej
z
4
2 = ! - ^ t
€ ) & H . ig 0 E ! x :
1 ; ; € ji d ; : - " ;
E € = g !; ; o X 3 tj
€ 5 . q E; g € ;
. 9 e 3 c
E ; ; . E
; i b E i i
z
Z 9
2 7
' 6 ̂ z
S = , O H F' : ! t ; t r :
! : E : ig ; + E as ' i : + I s
: : ! F +g + d t j E
d : E 9 . U E
33 za <
I t. Fd
f -*=i* Eers;*E$" €Ft*rt$ gg;€ee;FEF F*gigEiEE iF€iE;at gEE;t5 iE; EiEEiilE*EZ AF;;s;E: ;E;iJ F '
o
r q o E F ^5 - " > E
s . s E *s o E <
a Zz t
E € E . TE E F i " !E 9 E E iI E E i sEESE !E i E e . :
3 6 E E }
zFr
o
zzF
z
=aq
Ft
za
F
F
z
EE<E =';F= : E=E E. E ? E € - : E . E a ' : i a 4 : = F
t ;eai 8.,'5E i i;i tii 5Es,E iE€gE E;EF? E;'sgE E:s ;€9E- d
z a * F . ! : Y | | | . q I i I i Y E I
g
, = S ; E EE ! " e x: - 6d E u . ! ;
E X 3 E q +: ; f J * : E
E H ; ' E *: g L E € b .
Zsz
E . : 4 _ . - - P i. g 3 . i E : s s - E x . 9
f le eaEEgE;€EH:E €€iEi;E:}EAE; ;i€i;AEE€E
i E : ;S & s o: E E 9
; s , E jE q s ' K
1
l
- $' = -€EgE; . , E = e ' - E t E = 7 1 = iZg i q ; iE* es:E€! 3=; = ; 1 i i ; 3 i ; €E?€ iE ,; € ! " i 4 b = + e : ; ; i 7 . 2 a =Ei E.+EE9€;EF;FgAF.F= € E E E ; = E E E = E E t - v ! E
3 9 E =
K j F 9 q =
E 4 9 ; € E -
6 . i I i i *
E E g s is i€
z9 cZ E
z r
9€ Eg ts; 6 F i F :: . : ; ego.{* i r ; "+P?f : s ( 3 8 >: . _ : * . - E E :
, : , ! EE i ; ;
& i l . : F
F * b E €
E e s = n€ s € i :E E ; - E " E; - E e ' 6 - - e: i 3 a F 9
a zr l
I F
3 - 3
a - i i i . - . - E - i z e
E€cE :t IF5*E,E-*t EalEi;iEl cggEEiEE?cF gg,! ;#E.EE€ XFFs.g?E€E!€ i EE
$ s s e [ € ,E F s g . : : *d d , = = = : . :
R ! i R a 6 :
E i ; :TE iE E E i h E ; o: : H : i # + aE 9 ; i S E , t "d -: = ;1; .€ xi
a Z
Z J
J 1i I
: E; ,s ; -
reigEF$iiiE! 1E*; !E $"+? $E' 6 n ; 6 = + s F 4 i 3 9' i 6 v v a E _ 6 E i : 6 3 ;
s"cac€i iE € d E : P + :
i"s r fi!-;i iE€;E iET EE E€,E E E gE; n I 6 6 H ; +
8 J = 3 9 E € e
zFT
3
zzp
z
E
z
ooj
zq
Fi
3u
zO
z
p
zO az 9
z a
Y> 7 -
E *a F
4 zz xQ <
J 4
E e . . " 6 . !9 : ! : : i i - f i 6= 5 S ! e d Ed g ' E ^ U E E E }
. : . : * : E ! q
! t r E + € E ;l ! E E : s ? gE:EE iEe f i "€ aEFSf Ei" ;
zFr
o
zzF
z
zq
q
r.l
2q
F
LAMPIRAN 2MATRIKS RENCANA TINDAK
PROGRAM KESEHATAN YANG RESPONSIF GENDERDALAM REPETA 2OO3 DAN USULAN KEGIATAN
= , nC E H D
6 - a E A Fc f l - 9 P @ " a
€ : : = E 5J q F . * t - 4 ! 3 3+ F , H X . E \ - vE . f , E * 7 i : 9 ah ! - . i * 5 s o - 6 E E
al f in !€ +,ES. : ; : t r i l ! - ' a & * -O E . . : : E ; F F ' E E
g ' : 5 :€ * l * .E .EEgg5ESde6SEJ. l ^ i d i + r i \ d t s d i
P c
g E a : gE . E c r n en ^ o , : E z- : ic ! : r ^ {
i f i = : - E ;e E , 5 8 k
. 9 , 9 d 4 O
6 S F i g EF r 6 ; - i
a € E o : x r
n ' - E ' , e d a
V V d M A \ l \ z
> , E+ E >d F 4:sil x
- o r - b4 3 . ! s *> = : u >f tE .EE f t.E.E s E.E.E . ! . i ! : !^ i , x x d ?
I K € . = F
c , a
:iiP;;ii
aiii:i:;i;l:r:rjijillI
ii]i:l::!
d 9= - x ^g $E E, S€=H €x *PEEHe. *=F E t , EE;€ E e i E - s . F EEi *€ r"E *€Fl z ! E * . s f l ! € =:? EiE,E; EEE> ; 9 ; * , t s G g d E
A E # E . g E E . E E . E .
9 C \ / t r : :_ + ! G
i F E r c " - AE E S E z EE = E i i = s 5 tE+$ =9 ! r : ZE r ; ; 9 , . . v € *
i?E Fl* E?F. €> E ; t i 3 e E : i ; 5*aa €qE s :E: i Eb: ! 5F6. EHEg 9* : i t + ; E s ' E + bz " t I E E - r E i i :j s = d E X d E i . V qJ ^ i ; +
x . 6 d
- = t o
Q F * e i: a = - 1 zE X = . ! a
s = \ . t o
F . q 9 - s :F : - ! - F
E 5 * S Ft i < b 6= E ! AE2 2 F F di n Ex€eg &EEJ ^ i
:.:iiiijtiitl': l;:::::,'
: : : j j : j : l
=:......
-{:: l : : l :
: l (
]ll
. c * E. U = E F . E
i F ga Io : 9 o
F g - ;E F s "l - s 4 . i f
i €E F S :E E s 6 . ; . *o ; c E I i
s ' ' 9 ,98 EEo . ? i x a =
E € € ! E : IF l c : t s t 9 E - s
EF; E" CFXJ ^ i
c 9 : a ,
> q + t r Ii xF o - J A
= . ! ! e l E
t r ; ; = 6
; t r : : F
: S " s 3 Y e
3€" E EEEE i - v ! ; - v; € E E ! Ev ( > > c r
: o ! _ : + - . i i
c 6^ o 9
E
B P
e 6 EE ^ A
: : 1
^ o 9 q
{ : i. g F' - =6 ;F 4 2 : i
E Z 64 q q
@ ; i ec > $& ! =
. = ^ o c . I
p F Foc;e ! I cs d - !
.F
E A
+ ES, v F-?
* e Eaq a ^ QD 3 t >E ? I Y !i : . € : sd q a q
i
r
a
z
H
il
z
az
* z= 4( , <z ^< x> u2 z< . 1= a
t r )zv <
z3
z(-)z
v)
Lk
3
. q
J r- a d
c . f ; * i
i : q d b
i 8 4 0 t 6+ q a s E aA ; : e E E! 4 . ! 1 4 ^ o Li i a i : ' 9
J J > J b dj . i d i +
F , E
6 > * -i 5 * e
; e .9& =.s t u a i : it c s i *
e , i ? ! : c.gx ; -3 .9r
o < 6 ^ b oa . : . : ! ;
t * g . ! Fv v v o J
g ; ; i :
a . = 2c O i ;
: Y O
- i n ;
= : q
9 9 E; E i V
! : i x I ; t sF ! Y = 2 .; & r ; o i5 i = 3 - : ' ;; i - E X - 4 = .€ E . E ; V g . E EE,-iS E a E F i; 5 t r E i E G c
='9F" € x a uEE V : o O o @ . 5
a = c a a q L 4
F . q . B E- 7 . : Y O
1 7 : e z> P i i E L3 . ; \ r E 3d : = ! d E
€ : , ! S 9 E- a i ) a !
E } i d E q " T. E E h E P i eU O = ^ AE : t - 8 e A L5 : , . . : F - 3 2 E3 t F = i i ^ i z h = beE_E !3 kE _E !3 E t & 3 . E 3 i f f . ;J . i r i +
5 i E :
1 7 ? r 9 : E; " :AE Eg EE :*
3 E : ! = , ' Z - :F ; : . } i . c= : d ; l i €a . : = 1 4
ei EeEH: ;c . - = E ; i = o 2
5 i E . E , t F f @Z d c 6 - * = : t r c
t " E 3 - g i o : 8 0 a &c * ' ; d ' Y' = & * c u .i =
l.i..lt.jiil!)
!q
I
E
5 F E
E
: 9 , E- c S
€ E Es ; i
t :
5
rt $A:,:::::|::::::
g
E
I
< => 2
: E :
? " Lf f s
E >
!
a
g
N
s
E
!l
7,
q
z
2 zi <o ?z i< x> u= za<< iE -= a
g zt i <
zF
2(Jzq
kk
d
!
il
::s: i l
E ' , A ' 6
F - s 9
9 X i !
r = 9 +
i"! ts.iI T i F f t
! ; =
'6 .t, .t, .tr : c
= = = n : ;
F"€ €: i , E. : m m s . - a g; t r o ! i i d x
i h : = E V P ; q 4< ' ? g : 6 ; ! . :t E T E : E ij o i d i +
:
p
c E = . 9= e F 5 9
+ ; 5E : ! y 5 ;
: 6 i o t r o
! ; 5 E . + 7: E ; * : € q* - + 9 7E a E ! c c Ia E 1 9 6 q ;
* : 4 i ' 2 2 1 :c - !
e
= E c i E i E . sf g E 3 = - = EF t s F F * i ! F
s 3.= E >'€6i o
.EE tE iE;i::iEE ;E '3IA EE€EE3e :?.: EEil; E;!geEn = :€ e=5E €?E ;p?E ! F; t ;E 3 ! i s! .
EgE sF; iEEri €?EE:. i 6 i . ; +
E 6 d
; ! rq l J ,
d 8.9"
t6
{
, H
.::::.]ilrlr
q i - - E " ti : q t r > := i l = € - t
CI iE+E ig :; e d U € E E F( a e € s E a EE E EX: i .5?E : i ; E . q A " gE - E E l b E ; t F; E : F * : - E ;' ; ' ; t ? i 6 9 i ;
F":i: s! F" 5 F" EF 'E :aF '=H lZ = 7 ' a Z F Z eo ^ t J o * o t r 7u v & = a { u ! -; x ; 9 d E ; . : ;
i a ! . Y !
. tri::
I
:g$
a :
_v,9 .4
s 5 ! ;
; r € €
; *t s 3
: 6
N
H
z,l
A
az
3 z- <
z ^< x> u42E j << t= 6
9 Zt 4 <
zFr
zOzq
L
z
LAMPIRAN 3SURAT KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI
TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG)DEPARTEMEN KESEHATAN
DEPARTEMEN KESEHATANREPUBLIK INDONESIA
r l r
..ttt>7I N D O N E S t A
SEHAT2 0 1 0
Tetp. 5201590 ftIunilns)Jalan H.R. Rasuna Sald Blok X5 Kapling No. 4-9
Jakarta 12950
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR :HK.00.SJ.SK.t.1 71 2
TENTANG
TIM PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DEPKES
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : a bahwa sesuai dengan GBHN '1999, Program Pembangunan
Nasional (Propenas) dan Repeta 2003, dalam rangka
mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender (KKG) perlu
dikembangkan kebijakan nasional yang responsif gender,
bahwa untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender,
seluruh lembaga di pemerintah pusat, propinsi maupun
Kabupaten/Kota harus melakukan pengarusutamaan gender
dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
pada kebijakan dan program pembangunan,
bahwa untul( dapat melaksanakan pengarusutamaan gender
di lingkungan Departemen Kesehtan perlu dibentuk Tim
yang melibatkan pejabat dari berbagai unit terkait yang
tergabung daiam satu Tim Kerja,
bahwa sehubungan huruf a, b dan c oi atas perlu ditetapkan
susunan keanggotaan Tim melalui Keputusan Menteri
Kesehatan,
Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah,
Undang-undang Nomor 25 tahun 2000 tentang Program
Pembangunan Nasional (PROPENAS),
lnstruksi Presiden (lnpres) Nomor 9 tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender {PUG) dalam Pembangunan
Nasional,
Keputusan Presiden Republik lndonesia Nomor 102 tahun
2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan,
susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen,
Mengingal
d .
e.
Menetapkan
Pertama
Kedua
Ketiga
Keempat
Kelima
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1277lMenkes/SK.2001 tentang Susunan Organisasi
Departemen Kesehatan,
M E M U T U S K A N
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang
Tim Pengarusutamaan Gender (PUG) Depkes,
Susunan keanggotaan Tim PUG sebagaimana dimaksud
dalam diktum pertama tercantum dalam lampiran Keputusan
ini,
Tugas Tim adalah :
a. Menyusun Program Kesehatan yang responsif gender
b. Melakukan Analisis Gender
c. Menyusun Policy Outlook and Plan (POP)
Pembiayaan kegiatan dibebankan pada Anggaran Belanja
Negara Departemer, Kesehatan dan bantuan yang tidak
mengikat,
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan
catatan akan ditinjau kembali dan disesuaikan seperlunya
apabila terdapat kekeliruan.
: Jakarta1)zSeptember 2002
TEMBUSAN, disampaikan kepada Yth.1. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan2. DireKur Kependudukan, Kesejahteraan Sosial dan Pemberdayaan Perempuan Bappenas.
I Argadiredja, MPH
TIMPENGARAH:
Penanggung JawabKetuaSekretarisAnggota
TIMPELAKSANA
KetuaWakil KetuaSekretaris
Lampiran Keputusan Menteri KesehatanNomor :HK.oO.SJ.SK.1 .1712Tanggal : 13 SEPTEMBER 2002
SUSIJNAN KEANGGOTAANTIM PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DEPKES
Dr. Achmad SujudiProf. DR. Dr. Azrul Azwar, MPHDr. Sri Hermiyanti, MSc
1. Dr. Dadi S. Argadiredja, MPH2. Drg. Kuswartini M. Suhel3. Prof. DR. Dr. Umar Fahmi, MPH4. Prof. DR. Dr. H.M. Ahmad Djojosugito, MHA. Fics5. Drs. Holid Djahari, Apt., MM6. Dr. Sri Astuti Soedarso Suparmanto, MSc.PH7. Dr. lrhamsyah Ratu Bagus, SKM8. DR. Dr. Anhari Achadi, MPH9. Drs. Richard Panjaitan, Apt. SKM
10. Dr. l . Nyoman Kandun, MPH1'1. Dr. Dini Koeswandewi Sriwrespati Laiief, MSc12. Dr. Muharso. SKM
Dr. Sri Hermiyanti, MScDr. H. Setiawan Soeparan, MPHDr. Loesje Maria Sompie, MSc
1. Dr. Rachmi Untoro. MPH2. Dr, Erna Tresnaningsih, MOH, Ph.D3. Dr. Yusmansyah ldris, Sp.KJ4. Bambang Hartono, SKM, MSc5. Dr. Deddy Ruswendi, MPH6. Drs. Dachroni, MPH7. Dr. H. Haikin Rachmat. MSc8. Dr. Thonras Suroso, MPH9. Dr. H. Wan Alkadri, MSc10. DR. R. Hening Darpito, SKM, Dipl.SE11 . Dr. Agus Suwandono, MPH, Dr.PH, APU12.Dr.H, Yusharmen, D Com H, MSc13. Dr. Yudhi Prayudha lD, MPH14. lr. Herwanti Bahar. MSc'15. Dr. Asjikin lman Hidayat, MHA16. Dr. Lukman Hendro Laksmono, MBA17. Dr. Edi Suranto. MPH',|8. lr. Sunarko, MSc19. Dr. Atmarita, MPH, Ph.D19. Ria Sukarno, SKM, MCN20. Dr. Rusmini Dai. MPH
Sekretariat
Nara Sumber
21. Dr. Syaiful Yazan, MSc22. Dr. Ferdinan Laihat, MPHM23. lr . Budi24. Sucipto, MSc25. Endang Sri Widyaningsih, SKM, MKes26. Dasmi Nurdin, SKM27. DyahYuniar S, SKM, MPS28. Dr. Lukas C.Hermawan, M.Kes29. Ferynawati, SKM30. Dr. Trisnawati31. Mariyani, SKM32. Drs. Makmunarrasyid33. Dr. Jeane Uktolseja34. Munziarti, SKM35. Th. lspriyatin, B.Sc36. Linawaty, SKM, MM37. Nurul Aini, SKM, MM
1. Kuning Seiiadi, SKM, MKes2. Risyanto, SKM '
3. Widiakustanto, S.Kom4. lr. Dody lzwardi
Dr. Nardho Gunawan, MPH