128
METODE TAHFIDZ AL-QUR’AN DI PESANTREN TAHFIDZ AD-DHUHAA KARANG TENGAH KOTA TANGERANG Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Muhammad Ikhsan Hamdani NIM. 1113011000090 PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · -qur‟an, Metode Tahfidz, Pondok Pesantren. Salah satu cara untuk memelihara, menjaga dan melestarikan

  • Upload
    others

  • View
    30

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

METODE TAHFIDZ AL-QUR’AN DI PESANTREN TAHFIDZ

AD-DHUHAA KARANG TENGAH KOTA TANGERANG

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

(S.Pd)

Oleh:

Muhammad Ikhsan Hamdani

NIM. 1113011000090

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

MOTTO

ركم من ت علم القرآن و علمه خي “Sebaik-baiknya kalian adalah

yang mempelajari Al-Qur’an dan Mengamalkannya”

{HR. Bukhori}

ه ن ي د و ه ن ط و و ح ن ه ب اج و اء د ل م ق ي م ل ن م

ش ي ع ي ن ل ل ه أ ب س ي ، ل ع و الج و أ ب ع الت ن م ار ذ ح

ت و م ت ل ة ف ي ر الش س ف ن ن لك ، و ه ن م د ب ل آت ت المو ن ل

“Barang siapa yang tidak mau bergerak untuk melaksanakan kewajibannya

terhadap Bangsa dan Agamanya, karena takut akan lelah dan lapar. Maka

tidaklah layak baginya untuk hidup, karena kematian itu pasti, tetapi Jiwa yang

Mulia akan hidup selamanya”

{Muhammad Ikhsan Hamdani}

i

ABSTRAK

Skripsi dengan judul “Metode Tahfidz Al-qur‟an di Pesantren

Tahfidz Ad-Dhuhaa, Karang Tengah Kota Tangerang” ini ditulis oleh Muh

Ikhsan Hamdani, NIM. 1113011000090, Jurusan Pendidikan Agama Islam

(PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Universitas Islam

Negeri (UIN) Jakarta, dibimbing oleh Bapak Dr. Dimyati, M.Ag.

Kata Kunci : Al-qur‟an, Metode Tahfidz, Pondok Pesantren.

Salah satu cara untuk memelihara, menjaga dan melestarikan

kemurnian Al-Qur‟an adalah dengan cara Menghafalkannya. Menghafal

al-Qur‟an merupakan suatu proses, setelah hafalan Al-qur‟an tersebut

sempurna, maka selanjutnya ialah mengetahui isi kandung dan

mengaplikasikannya dalam kehidupan kita. Pondok Pesantren Tahfidz Ad-

Dhuha merupakan suatu lembaga pendidikan Tahfidz Al-qur‟an yang

mengedepankan ilmu Tarbiyah, Dakwah dan Suluk (memperbaiki akhlak)

berusaha mencetak santri terbaik, baik dari segi afektif, kognitif maupun

psikomotoriknya dan membentuk generasi Khalifah Fil „Ard.

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana

pelaksanaan program tahfidz al-Qur‟an di Pondok Pesantren Tahfidz Adh-

Dhuha Karang Tengah, Tangerang. baik dari Metode, faktor pendukung

serta faktor penghambat dalam pelaksanaan program tahfidznya.

Jenis pendekatan penelitian kualitatif yang digunakan dalam

penelitian ini, menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif artinya data

yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan data tersebut

berupa naskah wawancara, catatan lapangan, gambar-gambar. Untuk

memperoleh data yang akurat, maka peneliti menggunakan metode

pengumpulan data yang berupa observasi, wawancara dan dokumentasi.

Analisis penelitian yang digunakan peneliti adalah reduksi data, penyajian

data dan penarikan kesimpulan.

ii

ABSTRACT

Thesis with the title "Tahfidz Al-Qur'an method in Pesantren Tahfidz Ad-

Dhuhaa, Coral Tengah City Tangerang" was written by Muh Ikhsan

Hamdani, NIM. 1113011000090, majoring in Islamic Religious Education

(PAI), Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences (FTIK), state Islamic

University (UIN) Jakarta, guided by Mr. Dr. Dimyati, M.Ag.

Keywords: Qur'an, Tahfidz method, Pondok Pesantren.

One way to nurture, preserve and preserve the purity of the Qur'an is by

memorized it. Memorizing the Qur'an is a process, after the memorization of

the Qur'an is perfect, then the next is to know the content of the biological

and apply it in our lives. Pondok Pesantren Tahfidz Ad-Dhuha is an

educational institution Tahfidz Al-Qur'an that emphasizes the science of

Tarbiyah, Da'wah and Suluk (moral remedy) trying to print the best

students, both in terms of affective, cognitive as well as psychomotor and

Formed the generation of Caliph Fil ' Ard.

The problem discussed in this study is how the implementation of Tahfidz

al-Qur'an program in Pondok Pesantren Tahfidz Adh-Dhuha Karang

Tengah, Tangerang. Both of the methods, supporting factors and the

inhibitory factor in the implementation of the program Tahfidznya.

The type of qualitative research approach used in this study, using a

qualitative descriptive approach means that the data collected is not a

number but a manuscript of interviews, Field Records, Pictures. To obtain

accurate data, researchers use methods of collecting data in the form of

observations, interviews and documentation. Analysis of research used by

researchers is data reduction, data presentation and withdrawal of

conclusions.

iii

KATA PENGANTAR

الرحيم الرمحن اهلل بسم السالم عليكم و رمحة اهلل و بركاتو

اهلل يهده من أعمالنا سيئات من و أنفسنا شرور من باهلل نعوذ و نستغفره و نستعينو و حنمده هلل احلمد ان

اللهم رسولو و عبده حممدا أن أشهد و اهلل اال الو ال أن أشهد لو ىادي فال يضلل من و لو مضل فال

القيامة يوم اىل هبداه اىتدى من و أصحابو و آلو على و حممد سيدنا على بارك و سل و صل

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt., Tuhan

semesta alam yang telah melimpahkan nikmat serta taufik dan hidayah-Nya

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.

Shalawat teriringkan salam senantiasa tersampaikan kepada Nabi

Muhammad saw. Karenanya kita terbebas dari zaman yang keji tanpa adab dan

pendidikan yang membodohkan. Serta dengan shalawat teriringkan salamnya pula

kita akan mendapatkan curahan syafa‟at beliau di akhirat kelak.

Penulisan ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sangat mendalam kepada semua

pihak yang telah berpartisipasi sehingga proposal ini dapat terselesaikan. Semoga

bantuan dan dukungan tersebut menjadi amal ibadah disisi Allah swt. Khususnya

kepada:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ibu Prof. Dr. Hj. Amany

Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A.

2. Dr. Sururin.M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN.

3. Drs. Abdul Haris, M.Ag ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK

UIN.

iv

4. Muhammad Zuhdi, M.Ed., Ph.D selaku Dosen Penasehat Akademik yang

dengan penuh perhatian telah memberikan bimbingan, Arahan dan

Motivasi serta ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

5. Dr. Dimyati, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

memberi arahan dengan baik dan sabar.

6. Keluarga yang penulis Cintai dan Sayangi, yang telah banyak

memberikan segalanya terutama kepada kedua orang tua, Ayahanda

Hamdani Piabang dan Ibunda Muliani. Penulis hanya bisa berdo‟a kepada

Allah swt. untuk kehidupan mereka, karena hanya Allah lah yang mampu

membalas pengorbanan, perjuangan, dan pemberian mereka.

7. Bapak dan Ibu Dosen yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

namun tidak sedikitpun mengurangi rasa Hormat dan Takzim penulis.

Semoga ilmu yang telah diberikan mendapat keberkahan dari Allah SWT.

8. Seluruh teman-teman yang telah memberikan motivasi dan bantuannya,

yakni mahasiswa/i PAI angkatan 2013 terkhusus Kelas PAI C.

9. Tak lupa segenap pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu

namun turut membantu penulis dalam penulisan skripsi ini ataupun

memberikan pelajaran hidup bagi penulis. Penulis tidak dapat

membalasnya dengan apapun, semoga Allah SWT yang akan membalas

dengan balasan yang sebaik baiknya di dunia dan Akhirat.

Demikian skripsi ini dibuat, pepatah mengatakan “Tiada gading yang tak

retak” begitupun dengan penulisan skripsi ini. Kritik dan saran yang sifatnya

membangun sangat penulis harapkan dalam menyempurnakan skripsi ini. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi Bangsa, Negara dan Agama, terkhusus untuk

penulis sendiri, dan memberikan sumbangan untuk dunia Pendidikan Agama

Islam.

Jakarta, September 2019

Penulis,

M. Ikhsan Hamdani

v

vi

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ........................................................................................................ i

ABSTRAK .......................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN ........................................ v

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................. 11

C. Pembatasan Masalah ................................................................ 11

D. Rumusan Masalah .................................................................... 11

E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 11

F. Manfaat Penelitian ................................................................... 12

BAB II KAJIAN TEORI

A. Metode Tahfidz Al-qur‟an ....................................................... 13

1. Pengertian Metode ............................................................. 13

2. Pengertian Tahfidz Al-qur‟an ............................................ 16

B. Metode-metode dalam Tahfidz Al-qur‟an ............................... 19

C. Hukum Menghafal Al-qur‟an ................................................... 26

D. Faktor Pendukung dan penghambat Al-qur‟an ........................ 27

E. Adab-adab bagi penghafal Al-Qur‟an ...................................... 29

F. Keutamaan-keutamaan bagi penghafal Al-qur‟an ................... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 38

viii

B. Latar Penelitian ........................................................................ 38

C. Metode Penelitian ..................................................................... 39

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ......................... 41

E. Pemeriksaan / Pengecekan Keabsahan Data ............................ 45

F. Teknik Analisis Data ................................................................ 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................................... 48

1. Sejarah Berdirinya Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa ............. 48

2. Profil Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa .................................. 50

3. Visi dan Misi Pesantren ....................................................... 54

4. Motto ................................................................................... 55

5. Kurikulum Pendidikan ........................................................ 55

6. Jumlah Santri Pesantren ...................................................... 58

B. Pelaksanaan Program Tahfidz Al-qur‟an ................................. 59

1. Metode Tahfidz Al-qur‟an .................................................. 60

2. Target Hafalan Al-qur‟an Santri ......................................... 63

3. Strategi Tahfidz Al-qur‟an Santri ........................................ 64

4. Penilaian .............................................................................. 65

5. Jadwal Aktivitas Tahfidz Santri .......................................... 65

6. Program Murojaah ............................................................... 67

7. Output dan Keberhasilan Program ...................................... 68

8. Analisis Data Pelaksanaan Program & Metode Tahfidz ..... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................................. 77

B. Implikasi ................................................................................... 78

C. Saran ......................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 80

LAMPIRAN – LAMPIRAN ........................................................................... 83

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Guru .......................................................... 42

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Santri ........................................................ 43

Tabel 3.3 Pedoman Dokumentasi ................................................................ 45

Tabel 4.1 Kurikulum Pesantren .................................................................... 56

Tabel 4.2 Data Santri Tahfidz ...................................................................... 58

Tabel 4.3 Target Hafalan Semester .............................................................. 63

Tabel 4.4 Target Hafalan Kelas ................................................................... 63

Tabel 4.5 Jadwal Tahfidz Santri Putra ......................................................... 65

Tabel 4.6 Jadwal Tahfidz Santri Putri .......................................................... 66

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Suasana Halaqoh Tahfidz Al-quran ......................................... 60

Gambar 4.2 Halaqoh Tahsin & Tahfidz Santri ............................................ 62

Gambar 4.3 Buku Setoran Tahfidz Santri .................................................... 65

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Dokumentasi Observasi dan Wawancara

Lampiran 1 : Hasil Wawancara

Lampiran 2 : Surat Observasi Penelitian

Lampiran 3 : Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 4 : Lembar Uji Refrensi

Lampiran 5 : Biodata Penulis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an adalah mukjizat terbesar Rasulullah Shallallahu „Alaihi

wasallam dan yang terbesar di antara semua mukjizat para Nabi dan Rasul.

Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dari Allah SWT melalui perantara

Malaikat Jibril menggunakan bahasa Arab. Allah SWT berfirman:

*على ق لبك لتكون من المنذرين *مني ل به الروح ال ز ن *ل رب العالمني ي ز وإنه لت ن

*بلسان عرب مبني

“Dan sungguh, (Al-qur‟an) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan seluruh

alam192. yang dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril)193. Kedalam

hatimu (Muhammad) agar engkau termasuk orang yang memberi

peringatan194. Dengan bahasa Arab yang jelas195 {QS. Asy-Syu‟ara‟: 192-

195}1

Al-Qur‟an adalah nikmat yang tidak dapat diketahui kecuali oleh orang

yang merasakannya. Tiada bacaan seperti Al-Qur‟an yang dipelajari bukan

hanya susunan redaksi dan pemilihan kosa katanya, tetapi juga kandungannya

yang tersurat, tersirat bahkan sampai kepada kesan yang ditimbulkannya.

Semua dituangkan dalam jutaan jilid buku, generasi demi generasi. Kemudian

apa yang dituangkan dari sumber yang tak pernah kering itu, berbeda-beda

sesuai dengan perbedaan kemampuan dan kecenderungan. Al-Qur‟an

layaknya sebuah permata yang memancarkan cahaya yang berbeda-beda

sesuai dengan sudut pandang masing-masing.2

Al-Quran memiliki mukjizat berupa keindahan susunan kata dan sekaligus

memiliki kandungan yang luar biasa berupa hukum, Aqidah, Akhlak dan

kisah-kisah serta informasi masa lalu dan yang akan datang. Al-qur‟an juga

1 Kementrian Agama RI. Al-Qur‟an Transliterasi Al-Jadid. (Solo: PT Tiga Serangkai,

2018), h. 375. 2 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an. (Bandung: Mizan, 2003), h. 3

2

bisa menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman,

sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Isra ayat 82:

* ما هو شفآء ورحمة للمؤمنينوننزل من القرآن

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat

bagi orang-orang yang beriman” {QS. Al-Israa‟: 82}.3

Didalam Surat lain juga dijelaskan tentang kandungan Al-qur‟an yang

tidak ada keraguan serta kebatilan (rusak/palsu) di dalamnya. Allah SWT

berfirman dalam surat Al-baqarah ayat 1-5 dan Fussilat ayat 24:

الة ٢( ذلك الكتاب ل ريب فيه هدى للمتقني )١امل ) ( الذين ي ؤمنون بالغيب ويقيمون الص

( والذين ي ؤمنون با أنزل إليك وما أنزل من ق بلك وباآلخرة هم يوقنون ٣ا رزق ناهم ي نفقون )وم

م وأولئك هم المفلحون )٤) (٥( أولئك على هدى من رب

“Alif laam miim * Kitab (Al Qur‟an) ini tidak ada keraguan padanya;

petunjuk bagi mereka yang bertaqwa * (yaitu) mereka yang beriman kepada

yang ghaib yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang

Kami anugerahkan kepada mereka. * dan mereka yang beriman kepada kitab

(Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah

diturunkan sebelummu serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.

* Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan

merekalah orang-orang yang beruntung."{QS. Al-baqarah: 1-5}

يد ل يأتيه الباطل من ب ني يديه ول من خلفه * ت نزيل من حكيم ح

“Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun

dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi

Maha Terpuji” {Q.S Fussilat : 42}4

3 Kementrian Agama RI, op. cit., h. 290.

4 Ibid ., h. 481.

3

Al-Qur‟an menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama dari

seluruh ajaran Islam. Membaca Al-qur‟an merupakan suatu ibadah., juga

berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat manusia dalam mencapai

kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Pada masa Nabi Muhammad SAW

bangsa Arab sebagian besar buta huruf. Mereka belum banyak mengenal

kertas sebagai alat tulis seperti sekarang. Oleh karena itu setiap kali Nabi

menerima wahyu selalu dihafalnya, kemudian di sampaikan kepada para

sahabat dan diperintahkannya untuk menghafal dan menuliskannya di batu-

batu, pelepah kurma, kulit-kulit binatang dan apa saja yang bisa dipakai untuk

menulisnya.5

Keaslian dan ke autentikan Al-quran telah dijamin oleh Allah SWT sejak

pertama kali diturunkan hingga kiamat datang. Berbeda dengan kitab lainnya

yang telah berubah diakibatkan oleh ulah kaumnya sendiri. Allah SWT

menjelaskan bahwa dialah yang menurunkan Al-Qur‟an dan memeliharanya

dari penambahan, pengurangan, maupun pengurangan, Allah berfirman:

إنا نن ن زلنا الذكر وإنا له لافظون

“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Zikr (Al-Qur‟an), dan pasti kami

(pula) yang memeliharanya” {Q.S Al-Hijr: 9}6

Ayat-ayat Al-Qur‟an memiliki Redaksi dan kandungan yang bobotnya

sangat berkualitas dan penting bagi manusia. Ini tidak hanya diakui oleh para

ulama dan pakar islam saja, tetapi oleh para ilmuwan Non muslim. Hingga

kini dan sampai kapan pun tidak ada manusia dan makhluk apa pun yang akan

sanggup menandinginya. Sebab Al-Qur‟an merupakan kitab suci atau wahyu

Allah yang sempurna dalam segala seginya, termasuk dalam diksi,

terminologi, dan redaksi. Allah SWT memberi tantangan bagi siapapun yang

5 Muhaimin Zen, Tata Cara/Problematika Menghafal Al-Qur‟an dan Petunjuk-

Petunjuknya, (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1985), h. 5-6. 6 Kementrian Agama RI, op. cit., h. 262.

4

dapat menandingi atau membuat yang semisal Al-qur‟an, Allah SWT

berfirman:

ل لئن اجتمعت الإنس والجن على أن يأتوا بمثل هذا القرآن ق

لا يأتون بمثله ولو كان بعضهم لبعض ظهيرا

“Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat

yang serupa al-Qur‟ân ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang

serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi

sebagian yang lain”. {Al-Israa: 88}

Dalam ayat lain tantangan yang lebih ringan yaitu mendatangkan 10 surat

bahkan satu surat yang serupa. Tetapi, tidak satu makhluk pun yang dapat

memenuhinya. Allah SWT berfirman:

قل فأتوا بعشر سور مثله مفتريات وادعوا من استطعتم من دون الله إن كنتم يقولون افتراه مأ

فهل أنتم مسلمون فإلم يستجيبوا لكم فاعلموا أنما أنزل بعلم الله وأن لا إله إلا هو * صادقين

*

“Bahkan mereka mengatakan, Muhammad telah membuat-buat al-Qur‟ân

itu!” Katakanlah, “(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat yang

dibuat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup

(memanggilnya) selain Allâh, jika kamu memang orang-orang yang benar”.

Jika mereka (yang kamu seru itu) tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu,

maka ketahuilah, sesungguhnya al-Qur‟ân itu diturunkan dengan ilmu Allâh,

dan bahwasanya tidak ada Tuhan yang haq selain Dia, maka maukah kamu

berserah diri (kepada Allah)? {Hud:13-14}

وإن كنتم ف ريب ما ن زلنا على عبدنا فأتوا بسورة من مثله

* وادعوا شهداءكم من دون الله إن كنتم صادقني

5

“Dan jika kamu meragukan (Al-Qur‟an) yang kami turunkan kepada hamba

kami (Muhammad) maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah

penolong-penolongmu selain Allah jika kamu orang-orang yang benar”

{Q.S Al-Baqarah : 23}7

Al-Qur‟an dapat dikaji secara ilmiah, cara membacanya pun

memerlukan kaidah dan aturan-aturan khusus yang terhimpun dalam satu

disiplin ilmu yang disebut dengan ilmu tajwid. Seorang pembaca dituntut

untuk membaca huruf demi huruf dengan fasih sesuai dengan haknya.

Bagaimana meng-ikhfak-kan suara, mendengungkan suara, meng-idgham-kan

huruf, melantunkan dan memerdukan suara serta aturan-aturan lain yang harus

ditaati oleh setiap pembacanya. Berbeda, ketika seseorang membaca buku,

artikel, surat kabar atau teks-teks lain yang sama berbahasa arab. Namun, si

pembaca tidak dihadapkan dengan kaidah-kaidah khusus. Maka, jelas bahwa

Al-Qur‟an benar-benar kalamullah. Adanya aturan-aturan tersebut, tidak akan

membuat siapapun menjadi kesulitan untuk menghafal memahami dan

mengaplikasikan kandungan Al-Qur‟an. Dan ini merupakan jaminan langsung

dari Allah, sebagaimana yang tertulis dalam firmannya :

رنا القرآن للذكر ف هل من مدكر * ولقد يس

“Dan sungguhh, telah kami mudahkan Al-Qur‟an untuk peringatan, maka

adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” {Q.S al-Qamar: 17 dan 40}8

Ayat ini merupakan garansi dari Allah SWT bahwa Dia akan menjaga

Al-Qur‟an. Salah satu bentuk realisasinya adalah Allah SWT mempersiapkan

manusia-manusia pilihan yang akan menjadi penghafal Al-Qur‟an dan penjaga

kemurnian kalimat serta bacaannya. Sehingga, jika ada musuh Islam yang

7 Kementrian Agama RI, op. cit., h. 4.

8 Kementrian Agama RI, op. cit., h.925 dan 530.

6

berusaha mengubah atau mengganti satu kalimat atau satu kata saja, pasti akan

diketahui, sebelum semua itu beredar secara luas ditengah masyarakat Islam.9

Betapa istimewa dan Mulianya para penghafal Al-Quran di sisi Allah

baik di Dunia dan di Akhirat. Sehingga, ummat muslim sebagai Khairu Umma

(sebaik-baiknya ummat) seharusnya sadar akan pentingnya dan berlomba-

lomba dalam mempelajari, memahami dan mengamalkan Al-Qur‟an didalam

kehidupan sehari-hari.

Dari Anas bin Mâlik Rodiallah „Anhu beliau berkata: Rasûlullâh

Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:

ته إن لله أهلني من الناس قالوا: يا رسول الله، من هم؟ قال: هم أهل القرآن، أهل الله وخاص

“Sesungguhnya di antara manusia ada yang menjadi „ahli‟ Allâh”. Para

Sahabat Radhiyallahu anhum bertanya, “Wahai Rasûlullâh! Siapakah

mereka?‟ Beliau Shallallahu „alaihi wa sallam menjawab, “Mereka adalah

ahli al-Qur‟an, (merekalah) ahli (orang-orang yang dekat dan dicintai) Allâh

dan di istimewakan di sisi-Nya10

{HR. Ibnu Majah dan Ahmad, Shahih al-

jami‟}

Dalam kitab shahihnya, imam Bukhari meriwayatkan hadis shahihnya

dari hajjaj bin Minhal dari syu‟bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa‟ad bin

Ubaidah dari Abu Abdirrahman As-Sulami dari Utsman bin Affan

Radhiyallahu „Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

bersabda,

ركم من ت علم القرآن وعلمه . خي

9 Nur Faizin Muhith, Semua Bisa Hafal Al-Qur‟an, (Banyuanyar Surakarta: al-Qudwah,

2013), h. 13-14 10

Aidh bin Abdullah Al-Qarni 391 Hadis pilihan: Mendasari kehidupan Sehari-hari,

Jakarta: Darul Haq, 2007. h. 179

7

“Sebaik-baiknya kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur`an dan

mengajarkannya”11

Dalam hadits di atas, terdapat dua amalan yang dapat membuat

seorang muslim menjadi yang terbaik di antara saudara-saudaranya sesama

muslim lainnya, yaitu belajar dan mengajarkan Al-Qur`an. Al-quran adalah

kalamullah, kitab yang berisikan ayat-ayat suci yang tidak ada keraguan

didalamnya dan menjadi sumber dan rujukan utama dalam ajaran islam.

Karena keutamaan yang tinggi inilah seseorang dikatakan lebih baik daripada

yang lainnya ketika dia mempelajari Al-qur‟an dan bisa mengajarkannya

kepada orang lain, apalagi sampai bisa menghafalkannya.

Sejak Al-Qur‟an diturunkan hingga kini banyak orang yang menghafal

Al-Qur‟an.12

Salah satu upaya untuk menjaga kelestarian Al-Qur‟an adalah

dengan menghafalkannya, karena memelihara kesucian dengan

menghafalkannya adalah pekerjaan yang terpuji dan amal yang mulia, yang

sangat dianjurkan Rasulullah. Dimana Rasulullah sendiri dan para sahabat

banyak yang hafal Al-Qur‟an. Hingga sekarang tradisi menghafal Al-Qur‟an

masih dilakukan oleh umat islam di dunia ini.

Yang terpenting dalam menghafal adalah bagaimana kita

meningkatkan kelancaran (menjaga) atau melestarikan hafalan tersebut

sehingga Al-Qur‟an tetap ada dalam ingatan dan dada kita. Untuk

melestarikan hafalan diperlukan kemauan yang kuat dan istiqamah yang

tinggi. Dia harus meluangkan waktunya setiap hari untuk mengulangi

hafalannya. Banyak cara untuk meningkatkan kelancaran hafalan Al-Qur‟an,

masing-masing tentunya memilih yang terbaik untuknya.

Penulis sangat bersemangat membahas Al-Qur‟an dari segi tahfidznya.

Karena penulis melihat dari kegiatan ini banyak melahirkan cendekiawan-

11

Imam Az-Zabidi. Ringkasan Hadis Shahih Al-Bukhari IV Cet.1. (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2007). h. 899. 12

Sahiron Syamsudin, Metodologi Living Qur‟an dan Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2001),

h. 23.

8

cendekiawan muslim intelektual di seluruh dunia. Kegiatan tahfidz ini banyak

dijumpai di pondok pesantren dan Madrasah yang ada di indonesia sehingga

dikenal dengan Pondok pesantren Tahfidzul Qur‟an, bahkan ada juga sekolah

umum yang mengadopsi dan mengkhususkan program tersebut di dalam

kurikulum sekolahnya. Dari pondok pesantren inilah banyak terlahir huffadz

intelektual. Di sanalah para santri dibina secara khusus dan profesional oleh

para asatidz mulai dari membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar hingga

hafal dan paham secara keseluruhan.

Pondok Pesantren adalah sistem pendidikan pertama dan tertua di

Indonesia. Keberadaan pondok pesantren menginspirasi sistem-sistem

pendidikan saat ini. Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama berakar di

negeri ini, pondok pesantren diakui dan memiliki andil yang sangat besar

terhadap perjalanan sejarah bangsa.13

Pesantren adalah tempat untuk membina manusia menjadi orang baik,

dengan sistem asrama. Artinya para santri, guru dan kyai hidup dalam

lingkungan yang ketat dan disiplin.14

Sebagai lembaga sosial, pesantren telah

menyelenggarakan pendidikan formal baik berupa sekolah umum maupun

sekolah agama. Pesantren juga mengembangkan fungsinya sebagai lembaga

solidaritas sosial dengan menampung anak-anak dari segala lapisan

masyarakat muslim dan memberikan pelayanan yang sama kepada mereka

tanpa membedakan tingkat ekonomi mereka.15

Selain pondok pesantren, program tahfidzul qur‟an juga banyak

ditemukan di sekolah-sekolah Islam, mulai dari tingkat dasar sampai

perguruan tinggi. Bahkan sebagian dari lembaga-lembaga tersebut

menjadikan Huffadzul Qur‟an sebagai syarat mutlak masuk atau penerimaan

buku raport dan tanda tamat belajar.

13

Amin Haedari, Transformasi Pesantren, (Jakarta: Media Nusantara, 2013), h. 3. 14

Taufik Abdullah, Agama dan Perubahan Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 329. 15

Mastuki, dkk, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2014), h. 04.

9

Tidak sedikit pondok pesantren mulai mengembangkan pendidikan

yang berkurikulum, serta mengkombinasikannya dengan Pelajaran klasik dan

memasukkan program Tahfidz Al-Qur‟an di dalamnya. Tercatat banyak

lembaga pendidikan baik yang formal maupun Nonformal di indonesia yang

memasukkan program tahfidz Al-quran di dalam kurikulumnya. Seperti salah

satu pesantren yang terletak di Karang Tengah, Tangerang. Pesantren yang

mengkombinasikan antara kurikulum pendidikan nasional, kurikulum

pesantren dan tahfidz Al-qur‟an dalam sistem pembelajarannya. Dimana`

murid/santri tidak hanya mempelajari pelajaran umum dan keislaman saja

tetapi diluar jam sekolah anak-anak menggunaan waktunya untuk

menghafalkan ayat suci Al-qur‟an dibimbing guru/ustadz dalam sistem

pesantren.16

Menghafal al-Qur‟an merupakan suatu proses, mengingat materi yang

dihafalkan harus sempurna, setelah hafalan al-Qur‟an tersebut sempurna,

maka selanjutnya ialah diwajibkan untuk mengetahui isi kandungan yang ada

di dalamnya.

Kegiatan menghafal al-Qur‟an juga merupakan sebuah proses,

mengingat seluruh ayat secara sempurna baik Makharijul Huruf, Tajwid

panjang dan pendek hurufnya. Sehingga, seluruh proses pengingatan terhadap

ayat dan bagian-bagiannya dimulai dari proses awal, hingga pengingatan

kembali (recalling) harus tepat. Apabila salah dalam memasukkan suatu

materi atau menyimpan materi, maka akan salah pula dalam mengingat

kembali materi tersebut. Bahkan, materi tersebut sulit untuk ditemukan

kembali dalam memori atau ingatan manusia.17

Menghafal al-Qur‟an bukan sesuatu yang sulit, namun membutuhkan

kesabaran ekstra. Pada dasarnya, menghafal al-Qur‟an tidak hanya sekadar

menghafal, melainkan juga harus menjaganya dan melewati berbagai

16

Hasil Observasi di pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa, Karang Tengah Tangerang. 17

Wiwi Alawiyah, Panduan Menghafal Al-Qur‟an Super Kilat, (Yogyakarta: Diva Press,

2015), h. 14-15.

10

rintangan atau cobaan selama menghafal. Menjaga al-Qur‟an tidak semudah

ketika menghafal al-Qur‟an. Bisa jadi, dalam proses menghafal, anda pernah

merasakan cepat menghafal ayat al-Qur‟an, namun juga cepat hilangnya. Hal

demikian sangat wajar dan pernah dirasakan oleh orang-orang yang

menghafalkan al-Qur‟an. Oleh karena itu, hafalan harus benar-benar dijaga

dengan cara sering memurojaah hafalan supaya tidak cepat hilang.18

Dalam perjalanan menghafal Al-Qur‟an para penghafal dihadapi

dengan berbagai hambatan dan rintangan baik dari proses menghafal dan

menjaga Hafalan itu agar tetap terjaga didalam ingatan dan hati para Huffadz.

Berbagai kiat dan cara serta metode-metode yang diterapkan di lembaga

pendidikan Umum atau Pesantren banyak yang telah di Teliti, kemudian

disesuaikan dengan kondisi yang ada di lingkungan tersebut.

Pada dasarnya pencapaian Hafalan itu kembali kepada cara atau

Metode yang digunakan dalam Menghafal Al-Qur‟an tersebut. Banyak

lembaga yang berhasil dalam pelaksanaan Program Tahfidz nya, namun

banyak juga lembaga yang masih dalam tahap perbaikan metode yang

digunakan. Karena menyesuaikan kondisi murid-murid dan lingkungan di

Sekitarnya.

Dengan kondisi santri yang seluruhnya adalah pelajar, tentunya perlu

perhatian khusus dalam menjaga kelancaran hafalannya Al-Qur‟an. Karena

berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan (Pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa),

santri harus pandai-pandai membagi waktu antara mengerjakan tugas sekolah,

Kegiatan Extrakulikuler Pesantren dan Muroja‟ah hafalan. Untuk bisa

menghafal Al-qur‟an 30 juz dan menjadi hafidz, langkah-langkah yang

ditempuh cukup berat dan melelahkan. Tetapi dibalik lelah itu ada anugerah

Allah SWT yang akan diberikan kepada hamba-hamba pilihannya.

18

Ibid., hlm. 125-126

11

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Metode Tahfidz Al-Qur’an di

Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa, Karang Tengah Kota Tangerang”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengidentifikasi beberapa

masalah yang akan dijadikan bahan penelitian, yaitu :

1. Perlunya sistem tahfidz Al-qur‟an yang baik dalam lembaga

pendidikan agar santri bisa fokus dan tenang dalam menghafal.

2. Pentingngnya metode yang tepat bagi tiap santri dalam tahfidz Al-

qur‟an, agar proses tahfidz Al-Qur‟an menjadi mudah.

3. Kurangnya kesadaran dan semangat dari santri dalam menghafal Al-

Qur‟an dan menjaga hafalan, karena faktor-faktor internal dan

external.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, maka penulis perlu untuk

mengarahkan permasalahan yang akan di teliti dan akan dibatasi hanya pada

proses dan metode tahfidz al-qur‟an yang digunakan di Pesantren Tahfidz Ad-

dhuha Karang Tengah Kota Tangerang serta Faktor pendukung dan

penghambat santri dalam menghafal.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, rumusan masalah yang

akan penulis bahas yaitu :

12

1. Bagaimana proses tahfidz al-qur‟an yang dilaksanakan di pesantren

Tahfidz Ad-dhuhaa, karang tengah kota Tangerang?

2. Metode apakah yang digunakan dalam tahfizd al-qur‟an di pesantren

tahfidz Ad-dhuha Karang Tengah Kota Tangerang?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program tahfidz

Al-qur‟an di pesantren tahfidz Ad-dhuha Karang tengah kota

tangerang?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diketahui bahwa tujuan

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui proses Tahfidz Al-qur‟an yang dilaksanakan di

pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa, karang tengah kota Tangerang

2. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam tahfidz Al-qur‟an di

Pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa, Karang Tengah kota Tangerang.

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam

pelaksanaan program tahfidz Al-qur‟an di Pesantren tahfidz Ad-dhuha

Karang Tengah Kota tangerang.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi banyak

orang berupa sumbangan pengetahuan, khususnya bagi pengembang ilmu

yang terkait dengan Tahfidz Al-Qur‟an yang penulis paparkan sebagai berikut:

1. Memberikan masukan dalam usaha peningkatan metode tahfidz Al-

Qur‟an di pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa, Karang Tengah Tangerang.

2. Secara teoritis penelitian ini diharap dapat memberikan konstribusi

ilmu pengetahuan dibidang Tahfidz Al-Qur‟an, dalam hal memperkaya

pemikiran dan pemahaman tentang metode yang baik dan benar untuk

tahfidz Al-qur‟an.

3. Secara praktis yaitu sebagai pedoman bagi yayasan, atau pimpinan

pesantren, untuk mengajarkan metode menghafal al-Qur‟an yang

13

efektif dan sebagai masukan bagi Asatidz dalam peningkatan

pelaksanaan proses tahfidz al-Qur‟an di pesantren.

4. Bagi siswa, hasil penelitian ini akan dapat menambah wawasan mereka

tentang metode-metode menghafal yang baik. serta mencari tahu

metode yang tepat bagi diri siswa/santri dalam menghafal Al-qur‟an.

5. Bagi peneliti, yaitu Memperoleh tambahan wawasan dan pengalaman

khususnya berkenaan dengan metode tahfidz Al-qur‟an

6. Dan sebagai bagian dari pengabdian yang dapat dijadikan refleksi

untuk terus mencari dan mengembangkan inovasi dalam hal metode

tahfidz yang lebih baik.

13

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Metode Tahfidz Al-Qur’an

1. Pengertian Metode

Metode secara etimologi, berasal dari bahasa Yunani “metodos”

kata ini berasal dari dua suku kata yaitu: “metha” yang berarti melalui

atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti

jalan yang di lalui untuk mencapai tujuan suatu.1

Dalam kamus Bahasa Indonesia. “metode” adalah cara yang teratur

dan terfikir secara baik untuk mencapai tujuan2. Sehingga dapat di

pahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk

menyajikan bahan pelajaran agar mencapai tujuan pelajaran. Metode

adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar

mengajar. Setiap kali mengajar guru pasti menggunakan metode.

Metode yang digunakan itu pasti tidak sembarangan, melainkan sesuai

dengan tujuan pembelajaran.3

Sedangkan dalam dunia penelitian metode memiliki arti tersendiri,

yang pada dasarnya juga merujuk pada suatu bentuk cara yang

ditempuh untuk menemui sesuatu yang dicari. Dalam hal ini metode

sering disebut sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu. Sugiono mengatakan bahwa metode

ilmiah itu harus memiliki kata kunci yang perlu diperhatikan. Kata

kuncinya yaitu cara ilmiah yang memiliki artian bahwa penelitian

1 Muhammad Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara1996), h. 61.

2 Tim Pandom Media, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pandom Media

Nusantara, 2014), h. 577. 3 Saipul Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.

178.

14

harus memiliki cara-cara keilmuan seperti rasional, empiris, dan

sistematis.4

Dalam kajian keilmuan metode sering disebut dengan metodologi.

Di sini memiliki tiga kata yang dipadukan, yaitu meta, hodos dan

logos. Meta memiliki makna melalui sedangkan hodos berarti cara atau

jalan, sedangkan logos memiliki makna ilmu.5

Kohar dalam Abdullah mengatakan metodologi disebut juga

sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang suatu jalan yang akan

ditempuh dalam sebuah penelitian. Kemudian metodologi menjadi

salah satu factor penting bagi terbentuknya suatu bangunan ilmu. Suatu

ilmu pengetahuan hanyalah dapat dipahami dalam kerangka

metodologi yang mendasarinya.6

Selain pengertian di atas, ada juga pengertian metode dari segi

pendidikan Islam. Menurut Ibnu Madhour dalam Abdullah, metode

pendidikan Islam sering diambil dari kata bahasa Arab yaitu الطريقة yang memiliki arti jalan yang terang.

7 Metode dalam bahasa Arab juga

dikenal dengan istilah Thoriqoh yang berarti langkah-langkah strategis

yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila

dihubungkan dengan pendidikan maka strategi tersebut harus

diwujudkan dalam proses pendidikan dalam rangka pengembangan

sikap mental dan kepribadian agar peserta didik menerima pelajaran

dengan mudah, efektif, dan dapat dicerna dengan baik.8

Dalam pandangan filosofis pendidikan metode merupakan alat

yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan alat itu mempunyai

fungsi ganda yakni yang bersifat polipagmatis dan monopagmatis.

4 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, Cet.22, (Bandung: Alfabeta,

2015), h. 2-3. 5 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), h. 99.

6 Mawardi Abdullah, Ulumul Qur‟an, Cet. 2, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 166.

7 1bid., hal. 166.

8 Ramayulis, Metode Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: Kalam Mulia, 2015) h. 2-3

15

Polipagmatis bilaman sebuah metode memiliki kegunaan yang serba

ganda (multipurpose) begitupula sebaliknya monopagmatis bilamana

suatu metode hanya memilki satu peran saja, satu macam tujuan

penggunaan mengandung implikasi yang bersifat konsisten, sistematis

dan keberagaman menurut kondisi sasarannya.9

Para ahli mendefinisikan metode sebagai berikut:10

a. Hassan Langgulung mendefiniskan bahwa metode adalah

cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan

pendidikan.

b. Abd Ar-rahman Ghunaimah berpendapat bahwa cara-cara

yang peraktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

c. Al-Ahrasy, berpendapat bahwa metode adalah jalan yang

kita ikuti untuk memberikan pengertian kepada peserta

didik tentang segala macam metode dalam berbagai

pelajaran

Didalam kitab Tarbiyah wa Ta‟lim dijelaskan tentang Metode

pembelajaran adalah:

وي لعري سييذال امظالنيىذي ملىالت لعوي قل اي مي فسردال

Yaitu peraturan yang dibuat dan dijalankan seorang guru kepada

muridnya agar materi pelajaran yang telah disiapkan mencapai hasil

yang baik.11

Dalam kegiatan belajar mengajar sebuah metode yang

tepat sangatlah dibutuhkan guna mendapatkan hasil yang baik dalam

pembelajaran.

Metode adalah sesuatu yang penting di perhatikan karena tingkat

pemahaman anak yang berbeda perlu adanya metode yang tepat dalam

pelajaran yang berbeda. Karena pentingnya sebuah metode

9 M. Arifin. Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) h. 97-98

10 Op.cit., h.3

116. ص.7002رفعت حسن المعافي. أصول التربية والتعلين، الجزء األول. دار السالم كونتور:

16

pembelajaran dalam dunia pendidikan, di Pesantren modern

darussalam Gontor dikenal istilah

نمم ىأةقي رالط ةاد ال

“Metode itu lebih penting daripada Materi yang akan

disampaikan”

Karena keberhasilan atau kesuksesan seorang guru dalam

menyampaikan Materi pelajaran bisa terlihat dari cara atau metode

yang di dunakannya dalam pembelajaran. Metode yang tepat akan

menghasilkan hasil yang baik.

2. Pengertian Tahfidz Al-Qur’an

Tahfidz Al-Qur‟an berasal dari dua kata Tahfidz dan Al-Qur‟an.

Pertama, kata tahfidz yang berarti Menghafal, menghafal dari kata

dasar Hafal, yang dari bahasa arab –حفظ yaitu lawan حف ظ -ي فظ

kata dari Lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa.12

Menghafal berasal dari akar kata “hafal” yang artinya telah masuk

dalam ingatan atau dapat mengucapkan sesuatu di luar kepala tanpa

melihat buku atau catatan lain. Jadi menghafal adalah berusaha

meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat tanpa melihat buku

ataupun catatan.13

Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan materi di dalam

ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksi atau diingat kembali

secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Menghafal merupakan

12

Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, h. 105. 13

Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta: Pt.

Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 473.

17

proses mental untuk menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu

waktu bila diperlukan dapat diingat kembali ke alam sadar.

Menurut Abdul Aziz „Abdul Rauf definisi menghafal adalah

“proses mengulang sesuatu baik dengan membaca atau mendengar”.

Pekerjaan apapun jika sering di ulang maka akan menjadi hafal.14

Kedua, Al-Qur‟an berasal dari kata ءرق ي –ءرق yang artinya Membaca,

Al-Qur‟an dari segi bahasa adalah bacaan atau yang dibaca.

para ulama berbeda pendapat mengenai pengertian atau definisi

tentang Al-Qur‟an. Hal ini terkait sekali dengan masing-masing fungsi

dari Al-Qur‟an itu sendiri. Nama Al-Qur‟an diambil dari Al-Quran itu

sendiri sebagaimana firman Allah SWT berikut :

كريإن و لقر آن

“Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia”.

{QS Al-Waqi'ah: 77}15

Dalam Al-Qur‟an surat Al-Qiyamah Allah SWT berfirman:

فات بع قر آنوفإذاق رأ ناه

“Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah

bacaannya itu”. {Q.S. Al-Qiyamah: 18}

Muhammad Fuad Abdul Baqi dalam Abdullah mengatakan

penggunaan kata Al-Qur‟an dalam kitab suci terdapat kurang lebih

14

Abdul Aziz „Abdul Rauf, Kiat sukses menjadi hafidh qur‟an da‟iyah. (Jakarta: As-

Syamil, 2000). h. 49. 15

Kementrian Agama RI. Al-Qur‟an Transliterasi Al-Jadid. (Solo: PT Tiga Serangkai,

2018), h. 537

18

sekitar 68 ayat, dari semua itu menunjukkan kepada kata khusus nama

Al-Qur‟an.16

Kemudian secara terminologis Al-Qur‟an berarti kalamullah yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan bahasa Arab

melalui perantara malaikat Jibril, Hal ini dikuatkan dengan firman

Allah SWT:

ال عالمنيي زوإن ولت ن *علىق ل بكلتكونمنال من ذرين*منيالر وحال لبوزن *لرب

*بلسانعربمبني

“Dan sungguh, (Al-qur‟an) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan

seluruh alam192. yang dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril)193.

Kedalam hatimu (Muhammad) agar engkau termasuk orang yang

memberi peringatan194. Dengan bahasa Arab yang jelas195 {QS.

Asy-Syu‟ara‟: 192-195}17

Menghafal Al-Qur‟an adalah suatu proses mengingat di mana

seluruh materi ayat dan bagian-bagiannya harus diingat secara sempurna.

Karena itu, seluruh proses pengingatan terhadap ayat dan bagian-

bagiannya itu mulai dari proses awal hingga pengingatan kembali

(recolling) harus tepat. Keliru dalam memasukkan atau menyimpannya

akan keliru pula dalam mengingatnya kembali, atau bahkan sulit

ditemukan dalam memori.

Seorang ahli psikolog ternama, Atkinson, menyatakan bahwa

perbedaan dasar mengenai ingatan. Pertama mengenai tiga tahapan, yaitu:

1. Encoding (memasukkan informasi ke dalam ingatan),

2. Storage (penyimpanan),

3. Retrieval (pengungkapan kembali).

16

Mawardi Abdullah, Ulumul Qur‟an, Cet ke-2, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 2014, hal. 17

Op.cit., h. 375.

19

Kedua mengenai dua jenis ingatan yaitu :

1. Short term memory (ingatan jangka pendek)

2. Long term memory (ingat jangka panjang).18

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tahfidz Al-Qur‟an

adalah kegiatan menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an dengan cara pengulangan

bacaan-bacaan baik dengan melihat tulisan maupun dengan mendengar bacaan

Al-Qur‟an, sehingga bacaan tersebut dapat melekat pada ingatan dan dapat

diulang kembali tanpa melihat mushaf atau Al-Qur‟an.

B. Metode-metode dalam Tahfiddz Al-Qur’an

Metode merupakan faktor yang penting untuk mencapai suatu tujuan,

sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Sedangkan yang dimaksud dengan

Tahfidz Al-qur‟an adalah mengulang bacaan tanpa melihat Al-Qur‟an. Adapun

metode Tahfidz Al-Qur‟an disini adalah cara yang digunakan dalam

menghafal Al-Qur‟an sehingga dapat menghafal Al-Qur‟an dengan

sepenuhnya, mengingat metode tersebut merupakan salah satu factor yang tak

boleh diabaikan, karena ikut serta menentukkan keberhasilan menghafal Al-

Qur‟an.

Para pencinta Al-Qur‟an yang ingin menghafalkan Al-Qur‟an bisa

memilih metode mana yang paling cocok untuk dirinya, atau bisa juga

menggabung-gabungkan antara satu metode dengan lainnya sehingga akan

lebih memperkuat hafalan yang telah dicapai. Berikut ini uraian metode-

metode tersebut:

1. Metode Wahdah

Model wahdah adalah model menghafal al-Qur‟an dengan cara

menghafal satu persatu ayat-ayat yang akan dihafal, setelah lancar baru

dilanjutkan pada ayat berikutnya. Model ini dirasakan sangat cocok bagi

18

Sa'dulloh. 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur‟an (Jakarta: Gema Insani, 2008). h. 49.

20

pemula yang hendak menghafal al-Qur‟an. Ayat yang dibaca dengan cara

mengulang sebanyak 15 kali, atau 20 kali atau 25 kali atau bahkan lebih.19

Kemudian lanjut pada ayat berikutnya, jika ayat sebelumnya sudah

benar-benar dihafal. Cara tersebut diulang-ulang sehingga kualitas hafalan

akan lebih bagus dan mudah diingat.

2. Metode Kitabah

Metode kitabah adalah metode menghafal al-Qur‟an dengan cara

menulis ayat- ayat al-Qur‟an pada potongan kertas atau dalam catatan-

catatan tertentu yang akan mempermudah hafalan.

Cara ini sudah sering dilakukan para ulama zaman dahulu, setiap ilmu

yang mereka hafal mereka tulis. Hal ini dapat kita lihat dalam gubahan

sya‟ir mereka yang menganjurkan penulisan ilmu.20

3. Metode Sima’i

Metode Sima‟i adalah model Menghafal al-Qur‟an dengan cara

mendengar. Metode ini dilakukan dengan mendegar ayat-ayat al-Qur‟an

yang akan dihafal baik dari seseorang hafidz maupun mendengar melalui

media elektronik seperti handphone, laptop, netbook, dan sejenis lainnya.

Model sima‟i sangat efektif bagi orang-orang belum bisa membaca al-

Qur‟an, tunanetra, maupun individu yang sibuk dengan pekerjaanya

sehingga tidak sempat membaca al-Qur‟an. Selain itu jika telinga sudah

terbiasa serasi dan peka terhadap bahasa atau ucapan yang didengar maka

mudah mengerti.21

Maksudanya jika telinga sudah terbiasa mendengar

ayat-ayat al-Qur‟an maka akan mudah untuk menghafal dan memahami

ayat al-Qur‟an tersebut.

19

Umar al-Faruq, 10 Jurus Dahsyat Menghafal Al-Qur‟an (Surakarta: Ziyad, 2014), h.

86-90. 20

Abdul Azis Abdul Rauf Al Hafizh, Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur‟an Da‟iyah

(Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2004), hlm. 53. 21

Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab

(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997), hlm. 178.

21

4. Metode Jama’

Metode Jama‟ adalah metode menghafal Al-Qur‟an dengan cara

bersama-sama yang dipimpin oleh ketua atau instruktur dalam kelompok.

Dengan cara instruktur membaca satu ayat atau dua ayat atau tiga ayat atau

lebih kemudian ditiru oleh anggotanya atau pesertanya.

Setelah ayat-ayat yang dibimbing oleh instruktur tersebut dibaca

dengan baik, maka peserta diminta untuk perlahan melepas mushaf

kemudian menghafal secara perlahan-lahan.

Dengan model menghafal secara jama‟ seperti ini setidaknya dapat

membantu peserta untuk semangat dalam menghafal. Karena dengan

kelompok, teman dan secara bejama‟ah tentunya akan lebih mendorong

diri untuk lebih bersemangat.22

5. Metode Muraja’ah

Metode menghafal muraja‟ah adalah metode menghafal al-Qur‟an

dengan cara mengulang kembali hafalan yang pernah dihafal dengan

tujuan agar hafalan tetap terjaga. Mengulang hafalan dapat dilakukan

dengan cara meminta bantuan teman sejawat, mengulang ketika waktu

salat atau muraja‟ah dengan kepada guru ngaji.23

Sedangkan menurut Abdul Aziz bahwa sebelum mulai menghafal,

maka bacalah berulang-ulang ayat yang akan dihafal sebanyak 35 kali

pengulangan. Karena dengan cara ini akan merasakan kemudahan khusus

dalam merekam ayat-ayat tersebut. Namun cara ini membutuhkan waktu

yang cukup banyak.24

Senada dengan yang dikatakan oleh Abu Hurri beliau mengatakan

bahwa kuatnya seseorang atau lembaga dalam bidang tahfidzh adalah

muraja‟ah. Abu Hurri juga membagi tiga macam model muraja‟ah yang

22

Umar al Faruq, 10 Jurus Dahsyat Menghafal Al-Qur‟an (Surakarta: Ziyad, 2014), h. 97 23

Ibid,hlm. 135. 24

Abdul Azis Abdul Rauf Al Hafizh, Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur‟an Da‟iyah, hlm.51.

22

efektif dalam menghafal al-Qur‟an yaitu: muraja‟ah dengan diri pribadi,

muraja‟ah dengan teman, dan muraja‟ah dengan guru (pengajar).25

Selanjutnya, didalam bukunya Mukhlisoh Zawawie menjelaskan tentang

metode yang dapat dipakai dalam menghafal Al-qur‟an diantaranya :

1. Menghafal Sendiri26

Berikut ini beberapa tahapan yang harus dilalui dalam metode

menghafal sendiri.

a. Memilih mushaf Al-Qur‟an yang ukurannya sudah disesuaikan dengan

kesukaan. Meskipun demikian, sangat dianjurkan menggunakan

mushaf Huffazh, yaitu mushaf yang diawali dengan awal ayat dan

diakhiri pula dengan ayat. Dianjurkan pula agar tidak menggunakan

mushaf yang terlalu kecil karena akan sulit direkam oleh akal. Selain

itu diupayakan untuk tidak berganti-ganti mushaf saat menghafal agar

memudahkan calon Huffazh dalam mengingat posisi ayat yang sudah

dihafalkan.

b. Melakukan persiapan menghafal, meliputi persiapan diri (menata niat

dan menyiapkan semangat bahwa pahala amal yang akan dilakukannya

sangat besar), berwudhu dan bersuci dengan sempurna, serta memilih

tempat yang nyaman untuk berkonsentrasi, seperti di masjid dengan

menghadap kiblat.

c. Melakukan pemanasan dengan membaca beberapa ayat Al-Qur‟an

sebagai pancingan agar jiwa lebih tenang dan lebih siap mengahfal.

Akan tetapi, pemanasan ini jangan sampai terlalu lama karena malah

akan menguras waktu dan ketika mulai menghafal sudah dalam

keadaan lelah.

25

Abu Hurri, Cepat dan Kuat Hafal Juz‟amma (Sukoharjo:Al-Hurri Media Qur‟anuna, 2010), hlm.

52-53. 26

Mukhlisoh Zawawie, P-M3 Al-Qur‟an Pedoman Membaca, Mendengar, dan

Menghafal Al-Qur‟an, (Solo:Tinta Medina, 2011), h. 106-108.

23

d. Memulai langkah awal dalam hafalan, yaitu mengamati secara jeli dan

teliti ayat-ayat yang akan dihafalkan sehingga ayatayat tersebut

terekam dalam hati.

e. Memulai langkah kedua dalam hafalan, yaitu mulai membaca secara

binadhar (malihat) ayat-ayat yang akan dihafalkan dengan bacaan tartil

dan pelan. Bacaan ini diulang sebanyak lima sampai tujuh kali atau

lebih banyak, bahkan sebagian calon Huffazh ada yang mengulang

sampai 50 kali.

f. Memulai langkah ketiga dalam hafalan, yaitu memejamkan mata

sambil melafalkan ayat yang sedang dihafalkan. Langkah ini juga

diulang berkali-kali sampai benar-benar yakin sudah hafal dengan

sempurna.

g. Langkah terakhir adalah tarabbuth atau menyambung, yaitu

menyambung secara langsung ayat-ayat yang telah dilafalkan sambil

memejamkan mata.

2. Menghafal Berpasangan

Menghafal berpasangan dilakukan oleh dua orang Huffazh secara

bersama-sama. Hafalan dimulai setelah mereka menyepakati ayat-ayat

yang akan dihafalkan.

3. Menghafal Dengan Bantuan Al-Qur‟an Digital.

Menghafal Al-Qur‟an dapat kita lakukan dengan menggunakan pocket

Al-Qur‟an atau Al-Qur‟an digital yang telah dirancang secara khusus. Kita

bisa memilih ayat yang kita kehendaki dan mendengarkannya secara

berulang-ulang. Lalu, berusaha mengikutinya sampai benar-benar hafal

kemudian baru berpindah pada ayat seterusnya. Setelah benar-benar yakin

hafal, kita mencoba megulangnya sendiri tanpa bantuan Al-Qur‟an digital.

4. Menghafal Dengan Alat Perekam.

Metode ini diawali dengan merekam suara kita sendiri yang sedang

membaca beberapa ayat yang kita kehendaki. Selanjutnya, kita aktifkan

24

alat tersebut dan berusaha mengikuti bacaan-bacaan dalam rekaman

tersebut sampai benar-benar hafal. Setelah itu, kita mencoba mengulang

hafalan tanpa bantuan alat perekam.27

Sedangkan menurut Ahmad Baduwailan ada tiga belas metode dalam

menghafalkan Al-Qur‟an, yaitu:

1. Menggunakan Mushaf Hufazh. Seseorang harus memiliki mushaf khusus

untuk Menghafal Al-qur‟an agar mempermudahkan dalam menghafal.

2. Mushaf yang Terpisah-Pisah Tetap menggunakan mushaf hufazh, namun

yang memiliki pembagiaan per juz. Hal ini dimaksudkan agar fokus pada

juz yang dihafal dan tidak membuka juz yang lain.

3. Membaca Ayat Secara Perlahan-lahan Sebelum menghafal bacalah ayat

yang ingin dihafal secara perlahan-lahan. Setelah demikian jika sudah

memiliki gambaran umum dari ayat tersebut, mulailah untuk

menghafalnya.

4. Metode Mencari Pasangan Menghafal Sebaiknya seseorang mencari teman

yang turut ikut untuk menghafalkan Al-Qur‟an. Lebih baik lagi teman

yang dimaksud itu memiliki kesesuain dari segi kejiwaan, pendidikan, dan

juga usia. Maka jangan heran bagi sepasang suami-istri dapat

menghafalkan Al-Qur‟an ketika mereka telah menikah, hal ini dikarenakan

ada kesesuaian mereka dalam mewujudkan menghafal Al-Qur‟an.

5. Membagi-Bagi Ayat Beberapa Bagian Beberapa ayat dibagi menjadi

beberapa bagian. Ayat-ayat tersebut kemudian dipahami artinya, lalu

dijadikan bahan pembicaraan seperti ceramah atau tausiyah. Dengan

demikian satu halaman Al-Qur‟an akan mudah dihafalkan dan terasa

sedikit.

6. Membacakan Ayat yang Telah Dihafal dalam Shalat Sunnah Apabila telah

menghafal satu ayat atau satu halaman surat Al-Qur‟an, maka bacalah di

27

Ibid., hal. 109

25

dalam setiap waktu shalat sunnah. Yang paling utama itu ketika shalat

sunnah malam atau tahajjud. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT:

وم قيل إن ناشئةالل ي لىيأشد وط ئ اوأق

“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk

khusyu') dan bacaan di waktu itu lebih berkesan”. {Q.S. Al-Muzammil:

6}.

7. Menuliskan Hafalan. Seseorang dapat menghafalkan Al-Qur‟an dengan

cara menuliskan ayat yang ingin dihafalkannya terlebih dahulu, kemudia

dihafalkan.

8. Menandai Ayat yang Terasa Sulit untuk Dihafal Ketika merasa kesulitan

menyebut atau mengingat ayat yang dihafalkan, maka tulislah potongan

ayat tersebut pada kertas polos dengan menggunakan tinta yang jelas.

Ketikan sedang menghafal maka jangan buka mushaf namun buka saja

kertas yang telah dituliskan tersebut.

9. Komitmen dengan Jadwal Bagi seseorang yang ingin menghafalkan Al-

Qur‟an, maka sangat ditekankan untuk komitmen dengan jadwal yang ada.

Jika tidak komitmen dengan jadwal menghafal yang telah ditentukan,

maka sangat sulit untuk dapat istiqamah dalam menghafal.

10. Memahami Ayat Metode ini sama juga dengan metode sebelumnya, yaitu

berusaha memahami arti dari ayat-ayat yang dihafalkan ehingga dengan

mudah mengaitkan lafazh ayat dengan keadaan yang ada.

11. Bergabung dengan Lembaga Tahfizh Hal ini juga sama dengan pendapat

sebelumnya, seseorang yang ingin menghafalkan Al-Qur‟an sangat

ditekankan untuk dapat bergabung dengan lembaga tahfiz yang ada di

sekitarnya.

12. Menjadi Imam Masjid Bagi lelaki yang sudah baligh, menjadi iman shalat

di masjid merupakan suatu cara untuk meningkatkan ingatan hafalan.

Karena menjadi imam seseorang ditekankan untuk dapat membaca

suratsurat pilihan dari Al-Qur‟an. Biasanya seseorang akan lebih ingin

26

membacakan surat yang lebih asing daripada surat-surat pendek yang

terdapat dalam juz 30. Tetapi perlu diperhatikan dalam hal ini jangan

sampai menghafalkan Al-Qur‟an karena ingin didengarkan dan disebut

hafizh, hal ini akan terjatuh dalam perbuatan riya‟ dan sum‟ah.

13. Mengdengarkan Kaset Muratal Metode ini hampir sama dengan metode

sebelumnya, yaitu harus banyak mendengarkan muratal Al-Qur‟an sesuai

dengan selera ayat yang mana mau dihafalkan. Kekuatan mendengarkan

biasanya akan dapat menyimpan sesuatu dalam memori dengan skala yang

cukup baik.28

C. Hukum Menghafal Al-Qur’an

Menghafal al-Quran tentu sangat utama bagi kaum muslim. Menghafal

Al-Qur‟an membuktikan sebuah keteladanan kepada Nabi. Dalam sebuah

hadits pernah diceritakan kepada kita, bahwa Rasulullah SAW hampir

setiap malam di bulan Ramadhan belajar Al-Qur‟an sekaligus mengecek

hafalan beliau bersama malaikat Jibril. Selain dari bentuk keteladanan

kepada Nabi, dengan menghafal Al-Qur‟an akan memudahkan seseorang

dalam menguatkan argumentasi dalam menjalankan dakwahnya. Lebih

dari itu lagi adalah sebagai salah satu dasar cara menjaga keontentikan Al-

Qur‟an, hal ini dapat dilihat dari kisah-kisah sahabat dan para tabi‟in

terdahulu berlomba-lomba menghafalkan Al-Qur‟an.

Secara tekstual tidak didapatkan nash atau dalil yang tegas perintah

menghafalkan Al-Qur‟an. Para ulama sepakat bahwa hukum menghafal

Al-Qur‟an adalah fardhu kifayah. Apabila diantara anggota masyarakat

ada yang sudah melaksanakan nya maka bebaslah beban anggota

masyarakat yang lainnya. Tetapi jika tidak ada sama sekali, maka

berdosalah semuannya. Prinsip fardu kifayah ini dimaksud untuk menjaga

dari pemalsuan, perubahan dan pergantian seperti yang pernah terjadi pada

28

Ahmad Baduwailan, Menjadi Hafizh; Tips dan Motivasi Menghafal Al-Qur‟an, terj.

Cep

Mochamad Faqih, Solo: PT. Aqwam Media Profetika, 2016, hal. 130-134

27

kitab-kitab yang lainnya pada masa lalu. Imam As-Suyuti dalam kitabnya,

Al-Itqan mengatakan “ketahuilah, sesungguhnya menghafal Al-Qur‟an itu

adalah fardu kifayah bagi umat.”29

Memang pada saat ini sudah banyak CD yang mampu menyimpan teks

Al- Qur‟an, begitu juga banyak Al-Qur‟an yang sudah di tashih oleh

lembaga-lembaga yang kompeten, tetapi hal tersebut belumlah cukup

untuk menjaga kemurnian dan keaslian Al-Qur‟an. Karena tidak ada yang

menjamin ketika kerusakan pada alat-alat canggih tersebut. Jika tidak ada

para penghafal dan ahli Al-Qur‟an.

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Menghafal Al-Qur’an

Agar proses menghafal dapat berjalan efektif dan efisien, seorang

penghafal Al-Qur‟an hendaknya mengetahui faktor-faktor pendukung dan

penghambat dalam menghafal Al-Qur‟an. Sehingga, pada saat menghafal ia

sudah mendapatkan solusi terbaik untuk pemecahannya.

1) Faktor Pendukung dalam Menghafal Al-Qur’an30

Menurut Wiwi Alawiyah Wahid menjabarkan faktor-faktor pendukung

untuk menghafal Al-Qur‟an sebagai berikut:

a) Faktor kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi

orang yang akan menghafalkan Al-Qur‟an. Jika tubuh sehat maka

proses menghafalkan akan menjadi lebih mudah dan cepat tanpa

adanya penghambat, dan batas waktu untk menghafal pun menjadi

relatif cepat.

b) Faktor psikologis

29

Sa‟dullah, Op.Cit, h.19 30

Wiwi Alawiyah, Panduan Menghafal Al-Qur‟an Super Kilat, (Yogyakarta: Diva Press,

2015) h.139-142.

28

Kesehatan yang diperlukan oleh orang yang menghafal Al-Qur‟an

tidak hanya dari segi kesehatan lahiriah, tetapi juga dari segi

psikologinya. Sebab, jika secara psikolgis anda terganggu, maka akan

sangat sulit dalam proses menghafal.

c) Faktor kecerdasan

Kecerdasan juga merupakan salah satu faktor pendukung dalam

menjalani proses menghafal Al-Qur‟an. Setiap individu mempunyai

kecerdasan yang berbeda-beda, sehingga cukup mempengaruhi

terhadap proses hafalan yang dijalani. Bukan berarti kurangnya

kecerdasan menjadi alasan untuk tidak bersemangat dalam proses

menghafal Al-Qur‟an. Hal yang paling penting ialah kerajinan dan

istiqomah dalam menjalani hafalan.

d) Faktor motivasi

Orang yang menghafal Al-Qur‟an, pasti sangatlah membutuhkan

motivasi dari orang-orang terdekat, kedua orang tua, keluarga, dan

sanak kerabat. Dengan adanya motivasi, ia akan lebih bersemangat

dalam menghafal Al-Qur‟an. Tentu hasilnya akan berbeda jika

motivasi yang didapatkan kurang.

e) Faktor usia

Jika hendak menghafalkan Al-Qur‟an sebaiknya pada usia-usia

yang masih produktif. Karena jika usia sang penghafal sudah

memasuki masa-masa dewasa atau berumur, maka akan banyak

kesulitan yang akan menjadi penghambat.

Kemudian menurut Ahmad Baduwailan, ada tiga perkara penting jadi

syarat menghafalkan Al-Qur‟an, yaitu:

a) Ikhlas

Ikhlas adalah kunci utama dari setiap amal perbuatan manusia.

Begitu juga dalam menghafal Al-Qur‟an seseorang harus

29

mengikhlaskan niatnya semata-mata ingin mendapatkan taufik dan

ridha Allah SWT

b) Do‟a

Do‟a adalah senjata yang paling ampuh untuk mendatangkan

kemauan yang ingin dicapaikan. Dalam berdo‟a hendaknya dilakukan

dengan tulus untuk Allah supaya Dia melimpahkan pertolongan-Nya

kepada penghafal Al-Qur‟an.

c) Tobat

Hendaknya seseorang yang ingin menghafalkan Al-Qur‟an segera

bertobat kepada Allah dari segala bentuk perbuatan maksiat dan

dosa.31

2) Faktor Penghambat dalam Menghafal Al-Qur’an32

Adapun faktor penghambat yang dihadapi oleh para penghafal Al-

Qur‟an itu, secara garis besarnya dapat dirangkum sebagai berikut :

1. Menghafal itu susah

2. ayat-ayat yang sudah dihafal lupa lagi

3. Banyaknya ayat-ayat yang serupa tetapi tidak sama

4. Gangguan lingkungan

5. Banyak kesibukan

6. Melemahnya semangat

E. Adab-adab bagi penghafal Al-Qur’an

Imam Nawawi menyebutkan serangkaian adab yang harus dimiliki peserta

didik dalam belajar al-Qur‟an. Belajar Al-Qur‟an memiliki makna yang sangat

31

Ahmad Baduwailan 51 32

Wiwi Alawiyah, Panduan Menghafal Al-Qur‟an Super Kilat, Yogyakarta: Diva Press,

2015) h.139-142.

30

luas. Termasuk di dalamnya adalah individu yang sedang menghafal Al-

Qur‟an.

Di bawah ini penulis akan memaparkan etika peserta didik perspektif

Imam Nawawi dalam kitab At-Tibyan Fi Adabi Hamalatil Qur‟an antara lain:

1. Hendaklah peserta didik menjauhi hal-hal yang menyibukkan, kecuali

sebab-sebab yang harus dilakukannya karena merupakan kebutuhan.

2. Hendaklah membersihkan hati dari kotoran-kotoran dosa supaya hati

menjadi baik untuk menerima al-Qur‟an, melafaldkannya dan

menghafalkannya.

3. Hendaklah peserta didik bersikap tawadhu‟ terhadap pendidiknya

meskipun pendidiknya lebih muda darinya, kurang tersohor, lebih

rendah nasabnya dan buruk perilakunya, dan hendaklah peserta didik

bersikap tawadhu‟ terhadap ilmu, karena dengan sikap tersebut peserta

didik akan mendapatkan ilmu.

4. Hendaklah peserta didik patuh kepada pendidiknya dan membicarakan

segala urusannya. Dia terima perkataannya seperti orang sakit yang

berakal menerima nasihat dokter yang mempunyai kepandaian, maka

yang demikian itu lebih utama.

5. Janganlah dia belajar kecuali dari orang yang lengkap keahliannya,

menonjol keagamaannya, nyata pengetahuannya dan terkenal

kebersihan dirinya. Muhammad bin Sirin dan Malik bin Anas serta

para ulama salaf lainnya berkata: “Ilmu ini adalah agama, maka

lihatlah dari siapa kamu mengambil agamamu”.

6. Pelajar mesti memuliakan pendidiknya dan meyakini kesempurnaan

keahliannya dan keunggulan dia atas golongannya karena hal itu lebih

dekat untuk mendapat manfaat dari padanya.

7. Hendaklah peserta didik menolak umpatan terhadap pendidiknya jika

dia mampu. Jika tidak mampu menolaknya, hendaklah dia tinggalkan

majlis itu.

8. Janganlah belajar kepada pendidik dalam keadaan hati pendidik sedang

sibuk dan dilanda kejemuan, ketakutan, kesedihan, kegembiraan,

31

kehausan, mengantuk, kegelisahan dan hal-hal lain yang dapat

menghalangi pendidik untuk mengajar dengan baik dan

serius.hendaklah dia memanfaatkan waktu-waktu dimana

pendidikdalam keadaan sempurna.

9. Menahan ketegasan pendidik dan keburukan akhlaknya, janganlah hal

tersebut menghalanginya untuk menghormatinya dan meyakini

kesempurnaan keahliannya. Hendaklah dia menakwilkan perbuatan

dan perkataan dhohir pendidik yang kelihatan tidak mendapat sedikit

taufik atau tidak mendapatkannya. Jika pendidiknya berlaku kasar,

hendaklah dia yang lebih dahulu minta maaf dengan mengemukakan

alasan kepada pendidik dan menunjukkan bahwa dialah yang patut

dipersalahkan. Hal itu lebih bermanfaat baginya di dunia dan di akhirat

serta lebih membersihkan hati pendidik.

10. Hendaklah gemar dan tekun menuntut ilmu pada setiap waktu

menuntut ilmu pada setiap waktu yang dapat dimanfaatkannya dan

tidak puas dengan yang sedikit sedangkan dia bisa belajar lebih

banyak. Janganlah dia memaksa dirinya untuk yang diperolehnya. Ini

berbeda sesuai dengan perbedaan dan keadaan setiap manusia.

11. Hendaklah peserta didik berijtihad dalam menuntut ilmu ketika lapang,

dalam keadaan giat dan kuat, cerdas pikiran dan sedikit kesibukkan

sebelum nampak tanda-tanda ketidakmampuan dan sebelum mencapai

kedudukan yang tinggi.

12. Hendaklah berpagi-pagi mendatangi pendidik untuk belajar.

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw. “Ya Allah berkahilah

umatku dipagi hari”.

13. Hendaklah dia memelihara bacaan hafalannya dan tidak

mengutamakan orang lain pada waktu gilirannya karena

mengutamakan orang lain dalam hal ibadah adalah makruh. Lain

halnya dengan kesenangan nafsu, maka hal itu disukai. Jika pendidik

melihat adanya maslahat dalam mengutamakan orang lain dalam

32

makna syar”i, kemudian menasihatinya untuk melakukan hal tersebut,

maka dia perlu mematuhi perintahnya.

14. Janganlah iri hati kepada seorang kawannya atau yang lainnya atas

suatu keutamaan yang dianugerahkan Allah swt kepadanya dan jangan

membanggakan dirinya atas sesuatu yang diistimewakan Allah swt

baginya. Cara menghilangkan kebanggaan adalah dengan

mengingatkan dirinya bahwa dia tidak mencapai hal itu dengan daya

dan kekuatannya, tetapi merupakan anugerah Allah swt. Tidaklah patut

membanggakan sesuatu yang tidak diciptakannya.” Dan cara untuk

menghilangkan iri hati adalah dengan mengetahui hikmah Allah

memberikan keutamaan tertentu kepada orang yang dikehendaki-Nya.

Maka patutlah dia tidak menyanggahnya dan tidak membenci hikmah

yang sudah ditetapkan Allah swt.

F. Keutamaan-keutamaan bagi Penghafal Al-Qur’an

Al-Qur'an adalah mukjizat sepanjang zaman, yang dijadikan Allah SWT

sebagai tantangan bagi jin dan manusia yang meragukan kebenarannya serta

bantahan bagi semua golongan yang menyimpang. Al-Qur'an ibarat musim

semi yang menyebarkan kebahagiaan dan menyuburkan hati orang-orang yang

memiliki keyakinan dan pengetahuan. Al-Qur'an tidak akan usang karena

sering diulang dan tidak akan pudar karena zaman berputar.

Allah SWT telah menjadikannya mudah sebagai pelajaran, sehingga balita

pun bisa hafal Al-Qur'an. Allah telah menjamin keasliannya, sehingga akan

senantiasa terjaga dari perubahan dan pembaharuan. la akan senantiasa

terpelihara selama malam dan siang datang dan pergi secara bergantian.

Allah SWT telah memilih orang-orang yang memiliki kecerdasan dan

ketekunan untuk dimudahkan memberikan perhatian kepadanya, sehingga

berhasil menghimpun berbagai bidang ilmu mengenainya yang melegakan

dada orang-orang beriman.

33

Al-Qur‟an memiliki banyak keutamaan sehingga apabila dituliskan secara

lengkap dengan dalil Al-Qur‟an dan hadits maka akan terlalu tebal

pembahasannya. Karena itu, penulis mengambil dari kitab At-Tibyan fi Adab

Hamalatil Qur’an karya Imam Nawawi berisi ayat Al-Qur‟an dan hadis Nabi

Muhammad Shallallahu „Alaihi Wasallam berupa ringkasan 13 Keutamaan

Menghafal Al-Qu‟ran sebagai berikut:

1. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur‟an yang intinya bahwa orang

yang senantiasa membaca Al-Qur‟an terlebih menghafal Al-Qur‟an

diibaratkan seperti perniagaan yang tidak pernah merugi;

كتابالل ووأقامواالص لةوأن فقوام ارزق ناىم سراوعلنية ي ر جو لون نتارة إن ال ذيني ت

ت بور لوإن وغفورشكور*لن فض ويزيدىم من *لي وف ي هم أجورىم

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan

mendirikan salat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami

anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,

mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,29 agar

Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah

kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Mensyukuri”. {Surah Fathir: 29-30}

2. Termasuk sebaik-baik manusia

Menjadi sebaik-baik manusia yaitu orang yang belajar Al-Qur‟an dan

mengajarkannya dari Utsman bin Affan dari sabda Rasulullah

Shallallahu „Alaihi Wasallam sebagaimana pada kitab Shahih Bukhari;

عث مان :قال,مل سووي لعالللى ص-عنالن ب-ون عاللىضر-عن

ت عل مال قر آنوعل مو» ركم من .رواهالبخاري«خي

34

Artinya: “Ustman bin Affan radhiyallahu „anhu berkata: “Bahwa

Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik

kalian adalah yang belajar al-Quran dan mengajarkannya.” (HR.

Bukhari)

3. Orang yang mahir membaca Al-Qur‟an terlebih sampai menghafalnya

kelak mendapatkan surga bersama para Rasul yang dimuliakan.

Sedangkan bagi yang tertegun-tegun membacanya akan

mendapatkan dua pahala, seperti diriwayatkan Bukhari Abul Husain

Muslim bin Al-Hujjaj bin Muslim Al-Quraisy An-Naisabury dalam

dua kitab mereka;

رأالقر آنوىوماىربومعالس فرةالكرامالب ررة، ال ذيي ق

ران لوأج رأال قر آنوي تت ع تعفيووىوعلي وشاق وال ذيي ق

“Orang yang mahir membaca Al-Qur‟an, dia berada bersama para

malaikat yang terhormat dan orang yang terbata-bata di dalam

membaca Al-Qur‟an serta mengalami kesulitan, maka baginya dua

pahala” Imam Muslim dari hadits Aisyah Radhiyallahu „anha no. 244-

(898), kitab Al-Musafirin wa Qashruha, bab. 38

4. Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur‟an seperti buah

utrujjah, yaitu baunya harum dan rasanya manis, sebagaimana

hadis yang diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy‟ari Radhiyallahu

„Anhu;

Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asyari ia berkata bahwa Rasulullah

bersabda: "Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Al-Quran

seperti buah utrujah, aromanya sedap dan rasanya lezat;

perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Al-Quran seperti

buah kurma tiada baunya tetapi rasanya manis; perumpamaan

seorang munafik yang membaca Al-Quran seperti raihanah, aromanya

35

sedap tetapi rasanya pahit; sedangkan perumpamaan seorang munafik

yang membaca Al-Quran seperti hanzhalah, tidak berbau dan rasanya

pahit" (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Allah akan mengangkat derajat orang-orang dengan Al-Qur’an

sebagaimana hadis yang diriwayatkan Umar bin Khattab dalam kitab

Bukhari Muslim;

Diriwayatkan dari Umar bin Khathab bahwasanya Nabi - Sholallahu

Alaihi Wassalam - bersabda: "Sungguh Allah meninggikan derajat

sebagian kaum dengan Al-Quran dan merendahkan derajat kaum yang

lain dengannya" (HR. Muslim)

6. Membaca Al-Qur‟an menjadi pertolongan pada hari kiamat

sebagaimana riwayat Abu Umamah dalam kitab riwayat Muslim;

Dari Abu Umamah Al-Bahili ia berkata, aku mendengar Rasulullah

bersabda: "Bacalah Al-Quran karena ia akan datang pada Hari

Kiamat sebagai pemberi syafaat bagi pembacanya" (HR. Muslim)

7. Orang lain boleh iri padanya

Karena berpahala besar maka iri yang diperbolehkan hanya kepada

orang yang mahir membaca Al-Qur‟an, hadis riwayat Ibnu Umar

dalam Kitab Bukhari Muslim;

“Tidak boleh seseorang berkeinginan kecuali dalam dua perkara,

menginginkan seseorang yang diajarkan oleh Allah kepadanya Al

Qur‟an kemudian ia membacanya sepanjang malam dan siang,

sehingga tetangganya mendengar bacaannya, kemudian ia berkata,

‟Andaikan aku diberi sebagaimana si fulan diberi, sehingga aku dapat

berbuat sebagaimana si fulan berbuat” (HR. Bukhari)

8. Membaca Al-Qur‟an satu huruf setara dengan sepuluh kebaikan

apalagi menghafalnya secara berulang-ulang.

36

Diriwayatkan dari Abdullah bin Masud - Rodliallahu Anhu - , ia

berkata, Rasulullah bersabda: "Barang siapa yang membaca satu huruf

saja dari Kitabullah maka ia mendapatkan satu kebaikan, dan satu

kebaikan itu akan dikalikan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan

alif lam mim itu dihitung satu huruf, akan tetapi alif dihitung satu

huruf lam satu huruf dan mim juga dihitung satu huruf” (HR. Tirmidzi

)

9. Orang yang sibuk mengkaji Al-Qur‟an akan diberikan anugerah

oleh Allah sesuatu yang lebih baik dibandingkan dengan orang lain

yang meminta/berdoa kepada-Nya.

Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri , dari Nabi bahwa beliau

bersabda: “Allah - Subhanahu Wa Ta'ala - berfirman: 'Siapa yang

sibuk membaca Al-Quran dan berdzikir kepada-Ku sehingga tidak

sempat meminta kepada-Ku maka akan Kuberikan sebaik-baik apa

yang Kuberikan kepada orang yang meminta! Sedangkan keutamaan

firman Allah di antara seluruh perkataan seperti keutamaan Allah atas

seluruh ciptaan-Nya" (HR. Tirmidzi, menurutnya hasan shahih)

10. Pembaca dan penghafal Al-Qur‟an tidak diumpakan sebagai rumah

yang roboh sebagaimana riwayat Ibnu Abbas dalam kitab At-

Tirmidzi;

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas - Rodliallahu Anhuma - ia berkata,

Rasulullah - Sholallahu Alaihi Wassalam - bersabda: "Orang yang

tidak memiliki hafalan Al-Quran sedikit pun, diibaratkan seperti

rumah yang roboh" (HR. Tirmidzi, ia katakan: hadits ini berderajat

hasan shahih)

11. Mendapat syafaat dari Alquran

Rasulullah Shallallahu‟alaihi Wasallam bersabda:

37

حابو ع الص مال قيامةشفي اق رأو اال قر آنفإن ويأ ت ي و

“Bacalah Al-Qur‟an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai

syafa‟at bagi shahibul Qur‟an.” (HR Muslim)

Dan orang yang menghafal Al-Qur‟an kedudukannya di surga

semakin naik kemuliaan dan kenikmatannya, yaitu pada akhir ayat

yang ia baca, riwayat Abdullah bin Amrin Ibnul Ash Radiyallahu

„Anhu:

“Penghafal Quran akan datang pada hari kiamat dan AlQuran

berkata: “Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia. Kemudian orang itu

dipakaikan mahkota karamah (kehormatan). Al-Quran kembali

meminta: Wahai Tuhanku, ridhailaih dia, maka Allah meridhainya.

Dan diperintahkan kepada orang itu, bacalah dan teruslah naiki

(derajat-derajat surga). Dan Allah menambahkan dari setiap ayat

yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan.” (HR Tirmidzi)

12. Orang yang hafal Al-Qur‟an maka Allah akan pakaikan mahkota

dan jubah kemuliaan pada orang tuanya.

Diriwayatkan dari Muadz bin Anas - Rodliallahu Anhu - ia berkata

bahwa Rosulullah - Sholallahu Alaihi Wassalam - bersabda:

"Siapa yang membaca Al-Quran dan mengamalkan isinya, ia akan

mengenakan mahkota kepada kedua orang tuanya pada Hari Kiamat,

yang cahayanya lebih baik daripada cahaya mentari yang menerpa

rumah-rumah dunia. Andaikata hal itu terjadi pada kalian, bagaimana

menurut kalian jika hal tersebut didapatkan oleh orang yang

mengamalkan Al-Quran?" (HR. Abu Daud)

13. Al-Qur‟an diibaratkan seperti jamuan dari Allah untuk mendapat

keamanan dan Allah tidak menyiksa hati orang yang menghayati

Al-Qur’an.

38

Imam Ad-Darimi - rahimahullah- meriwayatkan dengan sanadnya, dari

Abdullah bin Masud - Rodliallahu Anhu -, Rasulullah bersabda:

“Bacalah Al-Quran karena Allah benar-benar tidak akan mengadzab

hati orang yang menghafal Al-Quran dan Al-Quran benar-benar

merupakan jamuan Allah, maka barang siapa yang mendatanginya ia

akan aman, bergembiralah siapa saja yang sangat mencintai Al-

Quran.”

38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa,

bertempat Jalan Sandong Raya RW 05 Bulak Santri Kelurahan Pondok

Pucung kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang.

Adapun waktu penelitian yang diadakan oleh penulis selama lima bulan

yaitu terhitung mulai dari 30 Agustus 2019 sampai 17 Desember 2019, dengan

mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, studi kasus di lokasi

penelitian dan mengumpulkan sumber-sumber tertulis yang diperoleh melalui

sumber buku dan kitab yang ada di perpustakaan, serta jurnal dan artikel yang

berhubungan dengan penelitian.

B. Latar Penelitian

Dipandang dari prosedur aktivitas penelitian yang penulis lakukan untuk

menyusun skripsi ini, menunjukkan bahwa penulis telah menggunakan

penelitian kualitatif. Menutut Bogdan dan Taylor seperti dikutip Moleong,

definisi kualitatif adalah “Prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan pelaku

yang diamati.”1

Pengertian yang serupa dikemukakan oleh Furchan. Menurutnya penelitian

kualitatif adalah “Prosedur penelitian yang menghasilkan deskriptif: ucapan

atau tulisan dan perilaku yang diamati dari orang-orang (subyek) itu sendiri.2

Penelitian ini penulis arahkan pada kenyataan yang berhubungan dengan

Proses tahfidz Qur’an di pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa, karang tengah

Tangerang supaya mendapatkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis yang

1 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2009), h. 4. 2 Arief Furchan, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. (Surabaya: Usaha Nasional,

1992), h. 21.

39

disusun berdasarkan data lisan, perbuatan, dan dokumentasi yang diamati

secara holistik dan bisa diamati secara konteks.

Penulis menerapkan pendekatan kualitatif ini berdasarkan pertimbangan

pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan

dengan kenyataan ganda”.3

Di lapangan yang menuntut peneliti untuk

memilah-milahnya sesuai dengan fokus penelitian, kedua, metode ini

menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden.”

Dengan demikian peneliti ingin mengenal lebih dekat dan menjalin hubungan

yang baik dengan subyek dan dapat mempelajari sesuatu yang belum

diketahui sama sekali, serta dapat mempermudah dalam menyajikan data

deskriptif, ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri

dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai

yang dihadapi”. Dengan demikian peneliti berusaha memahami keadaan

subyek dan senantiasa berhati-hati dalam penggalian informasi subyek tidak

merasa terbebani.

Berarti penelitian kualitatif ini mengutamakan hubungan secara langsung

antara penulis selaku peneliti dengan subyek yang diteliti dan peneliti sendiri

merupakan alat pengumpul data utama.4

C. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, dimana ini merupakan

jenis penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya

dinyatakan dalam keadaan kewajaraan atau sebagaimana adanya (natural

setting) dengan tidak dirubah dalam bentuk symbol atau bilangan. “penelitian

kualitatif adalah penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme,

digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai

3 Lexy J. Moleong, Metodologi op. cit., h. 5.

4 Ibid., hal. 4.

40

lawannya adalah eksperimen) dimana penelitian adalah sebagai instrument

kunci”5.

Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha mengungkap

fenomena dan mendeskripsikannya melalui bahan non numeric dalam konteks

dan paradigma alamiah. Penggunaan paradigma alamiah mengasumsikan

bahwa kenyataan-kenyataan empirik terjadi dalam konteks social kultural

yang saling terkaitan satu sama lain secara holistik.

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, “Penelitian deskriptif yaitu

penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada

sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis

dan menginterpretasi’6 jadi dalam penelitian deskriptif, data-data

dikumpulkan, diteliti dan dianalisis serta diidentifikasikan dan diberikan

penafsiran. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan secara sistematis

fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Penelitian

lapangan adalah suatu tindakan penelitian yang dilakukan di tempat penelitian

yang dipilih untuk menyelidiki gejala objektif yang terjadi di lokasi penelitian.7

Sifat penelitian ini adalah penelitian deskripsi kualitatif yaitu dengan metode studi

kasus. Metode Studi kasus adalah penelitian yang mengungkap secara mendalam,

intensif, baik perseorangan, individu, kelompok maupun lembaga atau

masyarakat.8

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian kualitatif adalah penelitian

yang diungkapkan dan dijelaskan melalui bahasa atau kata-kata. Penulis akan

mengungkapkan fenomena atau kejadian dengan cara menjelaskan,

memaparkan/menggambarkan dengan kata-kata secara jelas dan terperinci

5 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.

Bandung: Alfabeta, 2013, h. 15 6 Cholid Narbuko, Abu Achmad, Metodologi Penenlitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007).

h. 28. 7 Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi (Jakarta:

PT Rineka Cipta, 2006), h. 96. 8 Mahmud,Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 102.

41

melalui bahasa yang tidak berwujud nomor/ angka. Dengan jenis penelitian

deskriptif dan menggunakan pendekatan fenomenologi maka dapat

diasumsikan bahwa sifat dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif

lapangan.

Jadi, yang dimaksud dengan deskriptif kualitatif adalah penelitian untuk

membahas gambaran yang lebih jelas mengenai situasi-situasi sosial/kejadian

dengan menganalisa dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat

dengan mudah dipahami dan disampaikan tanpa dilakukan perhitungan

statistik.

Dengan demikian, tujuan penelitian kualitatif ini untuk mengetahui dan

mengobservasi secara langsung bagaimana Proses Pembelajaran Tahfidz Al-

Qur’an dan Metode yang di gunakan di Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa Karang

Tengah, Tanggerang.

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.9

Prosedur penelitian yang dilakukan adalah:

1. Studi Pustaka: Mengumpulkan dan membaca literatur yang ada

kaitanya dengan penerapan metode tahfidz di Pesantren tahfidz Ad-

dhuhaa

2. Meneliti dan menganalisis literatur yang ada relevansinya dengan

penerapan metode tahfidz di Pesantren tahfidz Ad-dhuhaa

3. Penelitian lapangan, yaitu peneliti melihat secara langsung kondisi

yang terjadi di tempat penelitian. Dalam penelitian lapangan, peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data diantaranya Observasi,

9 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.

224.

42

Wawancara, dan Dokumentasi. Dengan lebih memfokuskan kepada

pendalaman wawancara (45%) dan observasi (30%), yang ditunjang

dengan dokumentasi (25%).

1. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan informasi melalui

komunikasi secara langsung dengan responden. Wawancara ini

dilakukan dengan menggunakan wawancara terbuka dalam bentuk

wawancara tidak terstruktur yakni suatu bentuk wawancara yang

dalam hal ini peneliti menyusun rencana wawancara, tetapi tidak

menggunakan format dan urutan yang baku.10

Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan terkait dengan metode tahfidz Al-qur’an yang

diterapkan di pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa Karang Tengah,

Tangerang.

Tabel 3.1

Pedoman Wawancara Guru

No Pertanyaan

1 Sejarah berdirinya pondok pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa?

2 Visi dan Misi Pesantren?

3 Bagaimanakah Sistem Pendidikan yang diterapkan?

4 Struktur Personalian pesantren?

5 Bagaimana Sistem dan kurikulum Tahfidz yang diterapkan di

pesantren?

6 Metode apa yang digunakan dalam proses menghafal dan

meningkatkan bacaan Al-quran santri di Pesantren Tahfidz Ad-

Dhuhaa?

10

Ibid., h. 377.

43

7 Apakah dengan metode yang diterapkan dapat membantu dalam

menjaga hafalan Al-Qur’an Santri?

8 Upaya apa saja yang dilakukan agar hafalan santri bisa tetap

terjaga dengan lancar, baik dan benar?

9 Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam proses

tahfidz di pesantren?

10 Bagaimana solusi dalam mengatasi hambatan-hambatan yang ada

dalam proses tahfidz?

11 Bagaimana hasil dari metode tahfidz yang di terapkan?

12 Bagaimana Evaluasi Keberhasilan studi?

13 Bagaimana keadaan santri pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa?

14 Bagaimana Keadaan guru?

15 Jadwal Kegiatan Harian Santri di pesantren?

16 Ekstrakulikuler pesantren?

17 Kalender Kegiatan Tahunan Santri?

Pedoman Wawancara Santri

No Pertanyaan

1 Bagaimana proses menghafal Al-Qur’an di Pesantren Tahfidz

Ad-Dhuhaa?

2 Metode apa yang digunakan untuk menghafalkan Al-qur’an?

3 Apakah dengan metode yang diterapkan dapat membantu dalam

menjaga hafalan Al-Qur’an?

4 Apa saja faktor yang mendukung dalam proses menghafal di

pesantren?

5 Adakah faktor-faktor dan penghambat dalam proses menghafal?

2. Observasi

Observasi merupakan suatu kegiatan yang diarahkan pada

kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang

44

muncul, dan mempertimbangkan hubungan antaraspek dalam

fenomena tersebut.11

Kunci keberhasilan observasi sebagai teknik

pengumpulan data sangat banyak ditentukan dari pengamat sendiri,

sebab pengamat melihat, mendengar, mencium atau mendengarkan

suatu objek penelitian dan kemudian ia menyimpulkan dari apa

yang diamati itu.12

Pada dasarnya observasi bertujuan untuk

mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang

berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna

kejadian dilihat dari perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang

diamati tersebut.

Agar lebih terarah, maka peneliti terlebih dahulu membuat kisi-

kisi untuk dijadikan acuan dalam melakukan observasi. Berikut

kisi-kisi observasi dalam penelitian ini:

3. Dokumentasi

Menurut Arikunto, Dokumentasi yaitu “mencari data mengenai

hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat

kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya”.13

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.14

Menurut

Bungin, “metode dokumen adalah metode yang digunakan untuk

menelusuri data hostoris.”15

Dokumentasi ini dilakukan dengan melihat data-data terkait

metode tahfidz Al-qur’an di pesantren tahfidz Ad-dhuhaa Karang

Tengah, Tangerang dari Sarana prasarana dll yang menunjang

Proses tahfidz Santri.

11

Imam Gumawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2013), h. 143. 12

Muri, Yusuf. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Penelitian Gabungan.

(Jakarta: Prenadamedia Group. 2016). h. 384. 13

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktik. (Jakarta: PT

Rineka Cipta). 2002.) h. 206. 14

S.Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 391. 15

Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Kencana. 2010). h. 121.

45

Tabel 3.2

Pedoman Dokumentasi

NO OBJEK PENGAMATAN

1 Denah Lokasi Pesantren

2 Profil Pesantren

3 Jumlah Santri dan Guru

4 Struktur Kepengurusan Pesantren

5 Sarana dan Prasarana Pendidikan

6 Data Kurikulum Pendidikan

7 Kalender Akademik Santri

8 Lingkungan Pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa, Karang

Tengah Tangerang.

E. Pemeriksaan / Pengecekan Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian ini digunakan untuk menjaga

keobjektifan, keakuratan, ketekunan, dan kepastian. Sehubungan dengan

pemeriksaan keabsahan untuk mendapatkan data yang valid perlu dilakukan

pengecekan data dengan berbagai sumber, teknik, dan waktu (trianggulasi

data).

Uji keabsahan data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,peningkatan

ketekunan dalam penelitian, dan trianggulasi. Dari berbagai uji keabsahan data

dalam penelitian ini.

Trianggulasi merupakan teknik pengecekan keabsahan data digunakan

untuk meningkatkan tingkat derajat kepercayaan, dan akurat data.”trianggulasi

dalam pengujian kreadibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian

terdapat trianggulasi sumber, trianggulasi teknik pengumpulan data dan

waktu.

46

1. Trinaggulasi sumber. Trianggulasi sumber digunakan untuk

menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data

yang telah diperoleh melalui berbagai sumber.

2. Trianggulasi teknik. Trianggulasi teknik untuk menguji kreabilitas

data dilakukan dengan cara mengecek data pada sumber yang sama

dengan Teknik yang berbeda.

3. Trianggulasi waktu. waktu juga sering mempengaruhi kreadibilitas

data-data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari

pada saat narasumber masih segar. Belum banyak masalah akan

memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.16

Teknik pengecekan keabsahan data yang peneliti gunakan adalah

menggunakan teknik keabsahan data dan trianggulasi sumber terkait kepada

Asatidz dan Santri pesantren tahfidz Ad-dhuhaa karang tengah, Tangerang.

F. Teknik Analisis Data

Yang dimaksud dengan analisis data, menurut Bogdan dan Biklen yang di

kutip oleh Moleong, “adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang

dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa

yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain”.17

1. Pengumpulan Data

Menurut Ahmad Tanzeh dalam bukunya, “Pengumpulan data adalah

prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang

diperlukan. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting

diperoleh dalam metode ilmiah, karena pada umumnya, data yang

dikumpulkan digunakan, kecuali untuk penelitian eksploratif, untuk

16

Sugiyono, op.cit, hal.174 17

Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif…, hal. 248

47

menguji hipotesa yang telah dirumuskan. Dengan demikian, data yang

dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan”.18

2. Reduksi Data

Reduksi data merupkan suatu proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan pengabstrakan dan transformasi data

mentah yang didapat dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi

dimulai pada awal kegiatan penelitian sampai dilanjutkan selama kegiatan

pengumpulan data dilaksanakan. Peneliti harus membuat ringkasan,

menelusuri tema, membuat gugus-gugus dan menulis memo.

3. Penyajian Data

Penyajian data merupakan proses penyusunan informasi secara

sistematis dalam rangka memperoleh kesimpulan sehingga temuan

penelitian di dalam penelitian ini data yang didapat berupa kalimat, kata-

kata yang berhubungan dengan fokus penelitian, sehingga sajian

merupakan sekumpulan informasi yang tersusun secara sistematis yang

memberikan kemungkinan untuk ditarik kesimpulan.

4. Verifikasi/ Penarikan Kesimpulan

Pada saat kegiatan analisis data yang berlangsung secara

terusmenerus selesai dikerjakan, baik yang berlangsung di lapangan

maupun setelah selesai di lapangan, langkah selanjutnya adalah melakukan

penarikan kesimpulan. Untuk mengarahkan pada hasil kesimpulan ini

tentunya berdasarkan dari hasil analisa data, baik yang berasal dari catatan

lapangan observasi, interview maupun dokumentasi. Jadi analisis data itu

melibatkan pengorganisasian data, pemilihan data menjadi satuan-satuan

tertentu.

18

Ahmad Tanzeh, Metode Penelitian Praktis, (Yogyakarta:Teras), hal. 83

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam pembahasan bab ini Penulis mendeskripsikan hasil-hasil temuan yang

telah didapatkan dari tempat penelitian diawali dengan proses mendeskripsikan

data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat disampaikan sesuai dengan kondisi yang terjadi di tempat

penelitian. Penjabaran maupun analisis yang dilakukan berdasarkan teknik yang

ada dan telah ditetapkan sebelum terjun ke tempat penelitian.

Penulis memfokuskan pada pendalaman wawancara terhadap pihak pesantren

ditambah dengan observasi, dan juga dokumentasi yang ada, sehingga dalam

pembahasan ini berisi analisis yang penulis dapatkan di tempat penelitian.

A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Pesantren Tahfidz Adh Dhuhaa merupakan sebuah pesantren sederhana

yang dibangun di atas lahan wakaf warga sekitar Kampung Bulak Santri

seluas lebih kurang 500 m2 dan tanah pribadi Ust. Rohimuddin seluas 200m2

mulai dibangun pada tahun 2005 melalui penggalangan dana sedekah

masyarakat melalui Ust Yusuf Mansur dan Ust. Rohimuddin Husien.1

1. Sejarah Berdirinya Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa

Dahulunya Gedung Pesantren Tahfidz Adh Dhuhaa merupakan

gedung Pesantren Daarul Qur‟an yang juga dirintis oleh Ust Yusuf

Mansur dan Ust. Rohimuddin Husien. Namun karena semakin

bertambahnya masyarakat yang ingin menitipkan anaknya di lembaga

Daarul Qur‟an, akhirnya Ust. Yusuf Mansur mencari lokasi lain untuk

Daarul Qur‟an yang lebih luas. Dan akhirnya dipilihlah lokasi di daerah

Ketapang. Maka pada tahun 2010 Seluruh santri Daarul Qur‟an

1 Profil (Sejarah Singkat) Pesantren Tahfidz Ad-dhuhzz Karang Tengah, Tangerang.

https://adh-dhuhaa.business.site diakses pada 11 Desember 2019

49

dipindahkan ke Ketapang, dan gedung di Bulak Santri digunakan untuk

Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIMIK) Antar Bangsa yang juga masih

dalam satu pimpinan, yaitu Ust. Yusuf Mansur.

Karena satu dan lain hal, akhirnya tahun awal 2011 STIMIK Antar

Bangsa pun tidak lagi beroperasi. Dan pada awal 2012, tepatnya saat

wafatnya ayahanda Ust. Rohimuddin Husien, yaitu KH. Muallim Husien,

ketika Ust. Yusuf Mansur menyampaikan sambutan belasungkawa di

depan jamaah Sholat Jenazah yang bertempat di Masjid Nurul Amin,

beliau mengamanahkan seluruh gedung dan lahan Daarul Qur‟an yang

berlokasi di Kampung Bulak Santri kepada Ust. Rohimuddin Husien

(salah satu pendiri Pesantren Daarul Qur‟an) untuk di aktifkan kembali

fungsinya sebagai Pusat Pendidikan Islam di lingkungan Kampung Bulak

Santri.

Maka dengan penuh tanggung jawab dan harapan besar bahwa suatu

saat Bulak Santri bisa menjadi “Kampung Pendidikan”, Ust. Rohimuddin

Husien pun mulai mengaktifkan kembali gedung ex Daarul Qur‟an dengan

daya dan upaya pribadi. Dengan semangat yang sama dengan Ust. Yusuf

Mansur, akhirnya Ust. Rohimuddin tetap mendirikan Pesantren Tahfidz,

namun dengan nama berbeda yaitu Pesantren Tahfidz Adh Dhuhaa (PTA)

dan tim managemant yang berdiri sendiri, dalam artian tidak menginduk

ke Daarul Qur‟an. Nama Adh Dhuhaa ini diambil berkaitan erat dengan

lembaga dakwah yang di pimpin Ust. Rohimuddin, yaitu Majelis Dhuhaa

Nasional (MDN), yang juga merupakan amanah Ust. Yusuf Mansur.2

Sebagai salah satu pesantren yang berada di lingkungan kecamatan

Karang Tengah, Pesantren Tahfidz Adh Dhuhaa menjadi sarana

pendidikan dan ibadah bagi masyarakat sekitar dan bahkan bagi warga

2 Wawancara Ustad Zaenal Arifin S.Ag. Kamis, 17 Oktober 2019, Pukul 16.10 WIB

50

yang tinggal jauh dari wilayah pesantren, seperti Jambi, Medan, Aceh,

Riau, Pontianak, Makasar, Jawa Tengah, Jabodetabek, dll.

Wali santri berasal dari beragam latar belakang pekerjaan. Sebagian

adalah PNS (aktif dan pensiunan) dari berbagai instansi pemerintah, guru

dan TNI. Sebagian lainnya adalah karyawan di berbagai sector swasta dan

wiraswasta. Mulai dari kalangan menengah sampai Dhuafa.3

Dari sisi kegiatan pendidikan keislaman, Pesantren Tahfidz Adh

Dhuhaa memiliki ciri khas, diantaranya yaitu:

a. Program Tahfidzul Qur‟an,

b. Sholat Sunnah Dhuhaa,

c. Puasa Sunnah Senin Kamis,

d. Sholat Sunnah Tahajud,

e. Pelajaran Kitab Kuning

f. Pendidikan mulai KB, TK, SD, SMP, sampai SMA

g. Pengajian Dhuhaa Bulanan untuk umum,

h. Peringatan hari besar Islam

i. Eksperinces Trip

2. Profile Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa

A. Identitas Pesantren

1. Nama : Pesantren Tahfidz Adh Dhuhaa

2. Status : Terdaftar

3. NSPP : 510036710055

4. Penyelenggaraan : 24 jam

5. Alamat : Jln. Sandong Raya Kampung Bulak Santri Rt.

003/05 Kelurahan Pondok Pucung Kecamatan Karang Tengah

Kota Tangerang Provinsi Banten

3 Wawancara bersama ustad Mahmudin (Pengasuhan Santri Pesantre Tahfidz Ad-Dhuhaa)

51

6. Telepon : 021-7345 6409

7. SK DEPAG : kd.28.05/5/PP.00.7/2898.b/2015

8. E-mail : [email protected]

9. web : http://www.adh-dhuhaa.sch.id

B. Identitas Pimpinan Umum

1. Nama : Rohimuddin Husien, S.Th.I.

2. Jenis Kelamin : Laki-laki

3. Tempat tanggal lahir : Tangerang, 15 Juli 1977

4. Alamat : Jln. Sandong Raya Kampung Bulak

Santri Rt. 003/05 No. 77 Kelurahan Pondok Pucung Kecamatan

Karang Tengah Kota Tangerang Provinsi Banten

5. Telepon / HP : 0812 829 6419

6. E-mail : [email protected]

7. Riwayat Pendidikan Formal

a. SDN Pondok Bahar 02 (1984 – 1990)

b. Pesantren Jamiyah Islamiyah (1990 – 1993)

c. Pondok Pesantren AT Taqwa Bekasi (1993 – 1997)

d. UIN Syarief Hidayatullaoh Jakarta (1997 -2001)

8. Riwayat Pendidikan Non Formal

a. Lembaga Bahasa dan Ilmu Al Qur‟an (1999 – 2001)

b. Pesantren Salaf An Nizhom Parung (2000)

c. Pendidikan Kader Mubaligh KODI Jakarta (2001)

d. Pendidikan Kader Ulama (2002 – 2004)

9. Riwayat Organisasi

a. Bagian Pendidikan dan Pengajaran PPA AT Taqwa (1996–

1997)

b. Ketua Ikatan Remaja Masjid Nurul Amin - Bulak Santri

(IKRIMNA) (1997–1998)

52

c. Pengurus Lembaga Dakwah Kampus UIN Jakarta (1998 –

1999)

d. Ketua Umum BKPRMI Kecamatan Karang Tengah (2001–

2004)

e. Dirda SDM BKPRMI Kota Tangerang (2004 – 2006)

f. Ketua DKM Masjid Nurul Amin (2005 – 2008)

g. Sekum BKPRMI Kota Tangerang (2008 – 2010)

h. Komisi Dakwah MUI Kecamatan Karang Tengah (2010 – 2015)

i. Komisi Dakwah MUI Kota Tangerang (2010 – 2015)

j. Komisi Wanita, Remaja dan Keluarga Sakinah (2016 –

sekarang)

k. Dewan Syuro Masjid Nurul Amin (2008 – sekarang)

l. Direktur MDN Pusat (2010 – sekarang)

m. Pengurus Forum Silaturrahmi Pondok Pesantren (FSPP) Kota

Tangerang (2017–sekarang)

C. Riwayat Pekerjaan

1. Guru Pengabdian di Pesantren At Taqwa Pusat (1996 – 1997)

2. Guru Bahasa Arab di Pesantren At Thoyibin (2005 – 2006)

3. Trainer Asatidz Wisatahati (2005 – 2007)

4. Pimpinan Harian Pesantren Tahfidz Daarul Qur‟an Bulak Santri

(2005–2007)

5. Direktur Pendidikan Sekolah Daarul Qur‟an Internasional (2007–

2009)

6. Ketua Yayasan Daarul Qur‟an Indonesia (2007 – 2012)

7. Pimpinan Umum Pesantren Tahfidz Adh Dhuhaa Bulak Santri

(2012 – sekarang)

53

D. Struktur Management Pesantren4

Pimpinan Pesantren : Ust. Rohimuddin Husien, S.Th.I.

Pembina Program : Ust. Zaenal Jaenudin S.Ag

Pembina Pengasuhan : Ust. Sodri SH

Kepala Pengasuhan & Program : Ust. Mahmudin S.Pd

Kor. Pengasuhan Putra : Ust. Bagas Mahadika

Kor. Pengasuhan Putri : Ustz. Putri. R

Kor. Program Putra : Ust. Imanul Arifin

Kor. Program Putri : Ustz. Rustalia

Kor. Tahfidz Putra : Ust. Abdul Halim

Kor. Tahfidz Putri : Ustz. Ningsih

Wali Kamar Putra

1. Wali Kamar Putra Lantai 2 (Santri Baru)

a. Ust. Abdul Halim

b. Ust. Mahmudin

c. Ust. Mahardika Bagas K

2. Wali Kamar Putra Lantai 3 (Santri Lama)

a. Ust. Sondi Silalahi

b. Ust. Zulfikar

3. Wali Kamar Putra Lantai 4 (Pengurus ASPA)

a. Ust. Rafiki Relandza

b. Ust. Rifki Haikal

4 Wawancara Ustad Zaenal (Pembina Pengasuhan Santri Pesantre Tahfidz Ad-Dhuhaa)

54

Wali Kamar Putri5

1. Kamar Putri Lantai 1 (Santri Lama)

Wali Kamarnya:

1) Ustz. DiniAprilia

2. Kamar Putri Lantai 2 (Santri Baru)

Wali Kamarnya:

1) Ustz. Putri Robiyatul Isl

3. Kamar Putri Lantai 3 (Santri Baru)

Wali Kamarnya:

1) Ustz. Poppy Sri Dinasti

4. Kamar Putri Lantai 4 (Santri Lama)

Wali Kamarnya:

1) Bunda Hikmah

5. Kamar Putri Sekitar Musholla

Wali Kamarnya:

1) Ustz. Rustalia

2) Ayu Rohmati

3) Ustz. Siti Mashriah

3. Visi Dan Misi Pesantren

a. Visi

“Membentuk Generasi Kholifah Fil „Ardh”6

b. Misi

1. Menanamkan keyakinan/ akidah melalui pengamalan ajaran

agama.

5 Wawancara ustazah Liyah (Pengasuhan Santriwati Pesantre Tahfidz Ad-Dhuhaa)

6 Wawancara Ustad Zaenal Arifin S.Ag. Kamis, 17 Oktober 2019, Pukul 16.10 WIB

55

2. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan dengan

menanamkan sikap sidiq, amanah, fathonah dan tabligh

3. Menggali Potensi Kreatif, kemandirian dan kepemimpinan siswa

4. Menumbuhkan kepekaan terhadap masyarakat dan lingkungan

sejak dini

5. Mengembangkan pengetahuan di bidang IPTEK, bahasa, olahraga

dan seni budaya sesuai dengan bakat, minat dan potensi siswa.

6. Membudayakan pendidikan akhlak mulia dalam aktivitas di

lingkungan sekolah dan menularkannya di lingkungan rumah

7. Menekankan pada pendidikan karakter yang islami

8. Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dan

lingkungan.

9. Meningkatkan mutu pendidikan dalam upaya mencerdaskan

kehidupan generasi yang bermoral, kreatif, maju dan mandiri.

4. Motto

“Setiap Anak adalah Bintang” Maka Perlu pembinaan khusus dalam

Tarbiyah – Dakwah – Suluk agar sesuai Visi-Misi Pesantren menjadikan

Santri “Khalifah fil Ard”.7

5. Kurikulum Pendidikan di Pesantren

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu.8

7 Wawancara ustad Zaenal Jaenudin S.Ag (Pembina & Kepala Sekolah SMA Pesantren

Tahfidz Ad-Dhuhaa) 8 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Bab Ketentuan Umum

56

Kurikulum yang di terapkan di pesantren tahfidz Ad-dhuhaa Karang

Tengah, Tangerang adalah perpaduan antara kurikulum pesantren dan

kurikulum Nasional, tingkat SMP kelas 7-8 dan SMA kelas 10-11

menggunakan kurikulum 2013 (K13), kelas 9 SMP dan 12 SMA

menggunakan KTSP 2006. sedangkan proses Tahfidz Al-qur‟an yaitu dengan

sistem halaqoh Tahfidz, di waktu-waktu yang telah di atur oleh pembina

Tahfidz Al-qur‟an pesantren.

Tabel 4.19

Kurikulum Pesantren

NO MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU GURU PENGAMPU

A. Mata Pelajaran Utama

1 Islamic Studies

a. Aqidah Islam 2 Ust kholilullah, MA.

b. Hadits 1 Ust. Rohimuddin

Husien, S.Th.I.

c. Akhlak 2 Ust. Ubaidillah, S.Pd.I.

d. Fiqih 2 Ust. Ahmad Rifa'i

e. Nahwu 2 Ust. Ubaidillah, S.Pd.I.

f. Tarikh 1 Ust. Sondi Silalahi

g. Arab Melayu 2 Ust. Mahmuddin

h. Shorof 2 Ust. Rohimuddin

Husien, S.Th.I.

i. Tajwid 2 Ust. Firmansyah, S.Ag.

j. Tahsin 2 Ust. Firmansyah, S.Ag.

k. Tafsir 2 Ust. Syahruddin, S.Ag.

9 Wawancara ustad Zaenal Jaenudin (Pembina & Kepala Sekolah SMA Pesantren Tahfidz

Ad-Dhuhaa)

57

2 Pendidikan Kewarganegaraan 0

3 Bahasa Indonesia 4 Sri Maryati, S.Pd.

4 Bahasa Inggris 4 Yudha Pradanata, S.Pd.

5 Matematika 4 Lia Quratul AIni, S.Pd.

6 Ilmu Pengetahuan Alam 4 Esty Yulistiawati, S.Pd.

7 Ilmu Pengetahuan Sosial 2 Nurhayati S.Pd.

8 Seni Budaya dan Keterampilan 0

9 Pendidikan Jasmani, Olahraga

dan Kesehatan

2 Aditya Dian Harjana,

S.Pd.

B. Muatan Lokal

1 Bahasa Arab 2 Nurul Wilda, S.Ag.

2 TIK 2 Luthfi Baihaqi

C. Pengembangan Diri

1 Ekstrakurikuler Pramuka Ust. Sondi Silalahi

2 Ekstrakurikuler Tapak Suci Luthfi Baihaki dan S

3 Ekstrakurikuler Kesenian Hikmatiyar Fahmi

4 Ekstrakurikuler Olahraga Fadhillah J. Akbar

5 Ekstrakurikuler Bahasa Arab Nurul Fatihah Hasibuan

6 Ekstrakurikuler Keagamaan Santi Novika Putri

D. DHIS Methode

1 Sholat Wajib Bagian Ibadah

2 Tahfidz Al Qur'an 24 Ust. Firmansyah, S.Ag.

Ust. Mahmuddin

Ust. Abdul Halim

Uszh. Rustalia

Ustzh. Qonita

Ustzh. Khoirunnisa

Nurmah Y.

58

3 Sholat Rawatib Bagian Ibadah

4 Sholat Dhuhaa Bagian Ibadah

5 Qiyamulail Bagian Ibadah

6 Puasa Senin Kamis Bagian Ibadah

JUMLAH 64

6. Jumlah Santri Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa 2018-2019

Tabel 4.2

Data Santri Tahfidz

NO KELAS JENIS KELAMIN JUMLAH

LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 Ula 28 30 58

2 Wustho 20 16 36

3 „Ulya 15 13 8

JUMLAH 63 59 122

Pesantren tahfidz Ad-dhuhaa juga mempunyai santri jenjang SD yang

ikut ber asrama di pesantren dibimbing langsung oleh Musyrif yang

berpengalaman, santri SD ini di sebut Santri Golden.

Pesantren tahfidz Ad-dhuhaa mencetak generasi Qur‟ani sejak usia

dini. Usia dini lah proses pembelajaran Al-Qur‟an akan menjadi lebih efektif.

Hati dan pikiran anak-anak umumnya lebih jernih dan lebih mudah untuk

digunakan menghafal Al-Qur‟an. Sebab, belum banyak problematika hidup

yang mereka hadapi. Jika menghafal Al-Qur‟an dimulai sejak usia dini, maka

hafalan itu akan kuat melekat dalam ingatan. Hal ini sesuai dengan hadist

yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari Muslim.

59

ن خ لطو الل و من ت علم القران وىو ف ت الس للمهو ومم

“Barangsiapa yang belajar Al-Qur‟an pada saat ia masih usia muda, maka

Allah SWT akan mencampur (ilmunya) dengan daging dan darahnya”

(HR. Bukhari Muslim).10

B. PELAKSANAAN PROGRAM TAHFIDZ QUR’AN

Program Tahfidz di Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa merupakan program

unggulan yang pelaksanaannya terintegrasi dengan pesantren, dengan kata

lain yang mengikuti program ini harus tinggal di pesantren. Program ini

dilaksanakan dalam waktu 6 tahun, yaitu 3 tahun di jenjang SMP dan 3 tahun

dijenjang SMA. Dalam pelaksanaannya program Tahfidzul Qur‟an dapat

ditempuh dalam waktu 6 tahun atau 12 semester.11

Dalam menghafal Al-Qur‟an sangat diperlukan persiapan yang matang

agar dapat berjalan dengan baik dan benar. Persiapan yang matang merupakan

syarat yang harus dipenuhi supaya hafalan yang dilakukan bisa memperoleh

hasil yang maksimal dan memuaskan.

Menurut Wiwi Alawiyah Wahid dalam bukunya Cara Cepat Bisa

Menghafal Al-Qur‟an yang dipersiapkan sebelum menghafal Al-Qur‟an yaitu:

“Niat yang ikhlas, meminta izin kepada orang tua atau suami, mempunyai

tekad yang besar dan kuat, istiqomah, harus berguru kepada yang ahli,

mempunyai akhlak terpuji, berdoa agar sukses menghafal Al-Qur‟an,

10

Mukhlisoh Zawawie, P-M3 Al-Qur‟an Pedoman Membaca, Mendengar, dan Menghafal

Al-Qur‟an, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,2011 ) hal. 97 11

Hasil Observasi dan Dokumentasi Proses Tahfidz Santri

60

memaksimalkan usia, cli dianjurkan menggunakan satu jenis Al-Qur‟an, dan

lancar membaca Al-Qur‟an”.12

1. Metode Tahfidz Al-quran di Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, menurut para santri

melancarkan hafalan atau menjaganya memang lebih sulit dari pada

menghafal dari nol, karena ayat yang sudah dihafalkan harus di ulang atau

murojaah lagi agar benar-benar tertanam dan tidak mudah hilang. Adapun

metode yang digunakan pesantren dalam meningkatkan kelancaran hafalan

santri, yaitu dengan Halaqoh Tartil, Tahsin dan Tahfidz,13

dengan

menggunakan Metode Tasalsuli dan Jam‟i.

Daftar Gambar 4.1

Suasana Halaqoh Tafidz Al-qur‟an

Kata halaqah berasal dari bahasa arab yaitu halaqah atau halqah yang

berarti lingkaran. Kalimat halqah min al-nas artinya kumpulan orang yang

duduk.14

Halaqah sendiri dikenal dalam berbagai istilah, ada yang menyebutnya

dengan usrah (keluarga), karena metode halaqah ini lebih bersifat

12

Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur‟an, (Jogjakarta: DIVA

Press, 2012), hal. 28-52 13

Wawacara Ustad Abdul halim 14

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab – Indonesia, hlm. 290.

61

kekeluargaan. Ada pula yang menyebutnya dengan liqa‟. Sedangkan

dalam bahasa Jawa, halaqah ini lebih dikenal dengan bandongan.

Halaqah adalah sebuah istilah yang ada hubungannya dengan dunia

pendidikan, khususnya pendidikan atau pengajaran Islam (tarbiyah

Islamiyah). Istilah halaqah (lingkaran) biasanya digunakan untuk

menggambarkan sekelompok kecil Muslim yang secara rutin mengkaji ajaran

Islam. Jumlah peserta mereka dalam kelompok kecil tersebut berkisar antara

3-12 orang. Mereka mengkaji Islam dengan kurikulum tertentu. Biasanya

kurikulum tersebut berasal dari murabbi yang mendapatkannya dari jamaah

yang menaungi halaqah tersebut. Di beberapa kalangan, halaqah disebut juga

mentoring, ta‟lim, pengajian kelompok, tarbiyah atau sebutan lainnya.15

1. Halaqoh Tartil

Halaqoh untuk santri yang punya hafalan kurang dari 4 juz.

a. Menggunakan metode Utsmani, yg disusun oleh Ust. Efendi

Anwar

b. Menggunakan metode Tartil, yang disusun oleh Ust. M Nur

2. Halaqoh Tahsin

Halaqoh untuk santri yang punya hafalan kurang dari 8 juz.

a. Menggunakan metode YANBU‟A, yang disusun oleh KH.

Muhammad Arwani Amin dari Quddus

3. Halaqoh Tahfidz

Khusus untuk santri yang punya hafalan lebih dari 12 juz

a. Metode tasalsuli (menghafal secara berantai),

Yaitu menghafal satu halaman Al-Qur‟an dengan cara menghafal

satu ayat sampai hafal dengan lancar, kemudian pindah ke ayat kedua

sampai benar-benar lancar dan mutqin (melekat sangat kuat), setelah

itu, gabungkan ayat 1 dengan ayat 2 tanpa melihat mushaf. Jangan

15

Satria Hadi Lubis, Menggairakan Perjalanan Halaqah: Kiat Agar Halaqah Lebih Dahsyat

Full Manfaat, Pro You, Yogyakarta, 2011, hlm. 16.

62

berpindah ke ayat selanjutnya kecuali ayat selanjutnya lancar, begitu

juga seterusnya ayat ketiga, hingga satu halaman jika memungkinkan,

kemudian gabungkan dari ayat pertama sampai terakhir.

b. Metode jam’i (menghafal secara menggabungkan),

Yaitu menghafal satu halaman Al-Qur‟an dengan cara menghafal

satu ayat sampai lancar, berpindah kemudian berpindah ke ayat kedua,

setelah ayat kedua lancar berpindah ke ayat ketiga, begitu juga

seterusnya sampai satu halaman. Kemudian setelah dapat menghafal

satu halaman, menggabungkan hafalan dari ayat yang pertama sampai

terakhir tanpa melihat mushaf. Ini juga kalau mampu digabungkan

satu halaman sekaligus, kalau dianggap sulit, maka dibagi dua menjadi

setengah halaman dengan melihat mushaf terlebih dahulu dan setelah

itu, membacanya tanpa melihat mushaf. Dan setengah yang kedua pun

demikian, setelah lancar, maka gabungkan setengah pertama dan

setengah kedua dengan cara dihafal.

Sedangkan untuk murojaah hafalan santri biasanya dengan cara

mengulang sendiri, mengulang dalam shalat, mengulang dengan alat bantu,

dan mengulang dengan setoran ke Ustadz Pembimbing.

Daftar Gambar 4.2

Halaqoh Tahsin & Tahfidz Al-qur‟an

63

2. Target Hafalan (Kurikulum Tahfidz) Santri

Tabel 4.3

Target Hafalan Semester

Jumlah

Hafalan/Hari

Waktu yang dibutuhkan untuk menghafal

Hari Minggu Bulan 1 semester (6 bulan)

½ Halaman 2 ½ Halaman 10 halaman 60 halaman (3 Juz)

a. Target dalam satu semester (6 Bulan) 3 Juz, satu bulan 10 halaman

b. Efektip 24 minggu (6 X 4 minggu) 24 minggu, perminggu 2 ½

Halaman

c. Satu MID semester 1 ½ Juz (3 bulan = 30 halaman)

d. Dalam satu minggu 5 hari waktu efektif belajar (5x24 minggu) 120

hari,

e. Satu hari ½ Halaman

Tabel 4.4

Target Hafalan Kelas

NO KELAS SEMESTER TARGET HAFALAN

1. 7 I Juz tartil

II Juz 28 - 30

2. 8 I Juz 1 - 3

II Juz 4 - 6

3. 9 I Juz 7 - 9

64

II Juz 10 - 12

4. 10 I Juz 13 - 15

II Juz 16 - 18

5. 11 I Juz 19 - 21

II Juz 23 - 26

6. 12 I Juz 27

II Muroja‟ah 30 juz

3. Strategi Tahfidz Al-qur’an Santri.

Berikut srategi yang biasa digunakan santri pesantren tahfidz Ad-dhuhaa

dalam menghafalkan ayat-ayat yang baru, dan menjadi acuan dari Musyrif

Tahfidz yang terus dikembangkan di Pesantren.16

a. Ayat atau surat yang akan dihafal dibaca secara berulang-ulang paling

tidak 10 kali.

b. Ayat atau surat yang akan dihafal terlebih dahulu dipelajari

terjemahnya layaknya sebuah narasi atau cerita berbahasa arab.

c. Mendengarkan bacaan murottal dari Musyrif Tahfidz.

d. Sebelum disetorkan ke pembimbing, ayat yang telah dihafal disetorkan

kepada partner atau teman.

e. Ayat yang telah dihafal disetorkan kepada musyrif atau musyrifah.

f. Khitobah atau Ceramah

Cara pencapaian informasi yang bersifat satu arah dari Musyrif kepada

santri, Strategi ini lebih berorientasi pada pemberian motivasi atau

dorongan bagi santri untuk tetap bersemangat dalam menghafal Al-

Qur‟an. Agar proses penyampaian informasi dapat berlangsung

16

Wawancara ustadz Abdul Halim

65

dengan menarik dan efektip pelaksanaan Khitobah dilengkapi dengan

alat bantu media secara kreatif berbentuk Audio Visual.

g. Metode Talaqqi

Strategi ini digunakan untuk mengevaluasi penugasan menghafal Al-

Qur‟an, dilakukan secara berkelompok dibimbing lansung oleh ustadz

atau ustzh.17

4. Penilaian

a. Penilaian dilakukan tiap hari, sudah terlampir dalam buku mutaba‟ah

tahfidz (progress report). Tiap musyrif/musyrifah melakukan penilaian

terhadap perkembangan santri/I 18

b. Penilaian tiga bulan dilakukan dalam Ujian Tengah Semester

Daftar Gambar 4.3

Buku Setoran Tahfidz Santri

5. Jadwal Aktivitas Tahfidz Santri

Tabel 4.5

Jadwal Tahfidz Santri Putra

NO JENIS KEGIATAN WAKTU PENGAJAR KLS LOKASI

17

Wawancara Ustadz Abdul Halim 18

Wawancara Ustad Abdul Halim (Ustadz Tahfidz pesantren Ad-Dhuhaa)

66

1 Tahsin

05.0s0 – 06.30

Ust. Raficky Tartil Asrama

Putra

2 Qiroah Bin Nazhor Ust. Mahmudin Tahsin Asrama

Putra

3 Setoran Hafalan Ustz. Halim Tahfidz Asrama

Putra

4 Qiro‟ah binnadzor Ust. Mahmuddin Tartil Asrama

Putra

5 Tilawah/Murojaah

20.00 - 21.00

Ustz. Raficky Tahsin Asrama

Putra

6 Qiro‟ah binnadzor Ustz. Mahmudin Tartil Asrama

Putra

7 Muroja'ah Talaqqi Ust. Halim Tahfidz Asrama

Putra

Tabel 4.6

Jadwal Tahfidz Santri Putri

NO JENIS KEGIATAN WAKTU PENGAJAR KLS LOKASI

1 Tahsin

05.00 – 06.30

Ustz. Poppy Tahsin Asrama Putri

2 Qiroah Bin Nazhor

Ustz. Khoirunnisa Tartil Asrama Putri

Ustz. Dini Aprilia Tartil Asrama Putri

Ustz. Masriyati Tartil Asrama Putri

3 Setoran Hafalan Ustz. Rustalia Tahfidz Asrama Putri

4 Qiro‟ah binnadzor/Santri Baru 13.00-14.00

Ustzh. Lia Tartil Asrama Putri

Ustz. Masriyati Tartil Asrama Putri

67

5 Tilawah/Murojaah

20.00 - 21.00

Ustz. Poppy Tahsin Asrama Putri

6 Qiro‟ah binnadzor/Santri Baru

Ustz. Masriyati Tartil Asrama Putri

Ustz. Dini Aprilia Tartil Asrama Putri

7 Muroja'ah Talaqqi Ustz. Rustalia Tahfidz Asrama Putri

6. Program Muroja’ah

a. Program Harian

Murojaah sama musyrif/musyrifah

Murojaah bersama musyrif/musyrifah dilaksanakan dari 20.00 sd 21.00

Murojaah ketika sholat, Membacakan ayat yang sudah dihafal atau yang

sudah disetorkan musyrif/musyrifah pada malam hari, sebelum beristirahat

b. Program Mingguan

Qiyamul Lail Dilaksanakan pada hari Senin dan Kamis (03.00 sd 04.00)

- Kajian Kitab At-Tibyan

Untuk semua santri untuk mempelajari adab/etika bagi penghafal Al-

qur‟an, adapun kitabnya Attibyan Fi adabi hamilul Qur‟an karya Syekh Al

imam Nawawi, yang dilaksanakan pada setiap hari Sabtu ba‟da asyar jam

16.30 sd selesai dipandu oleh Ust. Sodri. SH

Penanggung Jawab : Ust Halim

- Khataman di Asrama Masing-masing

Setiap hari senin jam 17.00 sd selesai (menjelang buka puasa)

Penanggung jawab

Santri PA : Ust Vikry dan Ust Ficky

Santri PI : Ust Dini dan Ustzh Riri

- Mudarosah

68

Membaca secara bergiliran yang akan dilaksanakan pada setiap hari

Minggu

Jam : 20. 00 sd 21.00 WIB

Penanggung Jawab : Semua guru Tahfidz

- Tasmi‟

Dilaksanakan pada hari Ahad Jam 16.00 sd Selesai,

(terjadwal)

Penanggung Jawab : santri PA Ust Halim

Santri PI : Ustzh Lia

c. Program Triwulan

Learning family

Belajar bersama orang tua di pekan kedua, hafalan yang sudah dihafal

dites dan disimak langsung sama orang tua. Untuk santri/i yang diluar kota

menggunakan media komunikasi untuk belajar bersama orang tua

7. OUTPUT & KEBERHASILAN PROGRAM

a. Dalam 3 tahun dapat meluluskan santri SMP dengan hafalan 15 Juz

b. Dalam 6 tahun dapat meluluskan santri dengan hafalan 30 Juz

c. Santri memahami dan mengamalkan nilai-nilai keislaman.

d. Terwujudnya kawasan religius berbasis

e. Adanya peningkatan hafalan Al Qur‟an

f. Munculnya kecintaan terhadap AlQur‟an pada santri

8. Analisis Data Pelaksanaa Program dan Metode Tahfidz

Untuk mengetahui dan menjawab rumusan masalah yang telah peneliti buat,

maka jawaban tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang diambil melalui

observasi dan wawancara.

1. Observasi

69

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di lapangan, ada beberapa

poin yang dapat menjawab rumusan masalah yang dibuat sebelum melakukan

penelitian. Poin-poin tersebut mengacu kepada metode Tahfizh Al-Qur‟an di

pesantren Ad-dhuhaa, yaitu:

a. Halaqoh Rutin Tahfidz Al-qur‟an

Ketika peneliti mengambil data di Pondok Tahfiz Al-Qur‟an, peneliti

melihat para santri antusias dan semangat mengikuti halaqah. Halaqah

tahfihz santri di bagi atas tiga kelompok, yaitu: Halaqoh Tartil untuk siswa

yang punya hafalan kurang dari 4 juz, Halaqoh Tahsin untuk siswa yang

punya hafalan kurang dari 8 juz, dan Halaqoh tahfidz untuk siswa yang

punya hafalan lebih dari 12 juz.19

b. Murajaah berkala

Peneliti mengamati kegiatan santri baik di teras asrama, di dalam

maupun teras masjid, mereka intensif mengulang atau memurajaah

hafalan. Di mana-mana terdengar lantunan ayat suci Al-Qur‟an. Rata-rata

yang diulang atau dimurajaah adalah juz yang telah dihafalkan dan yang

disetorkan dimalam hari setelah shalat isya. Lama kegiatan murajaah tiap

santri berbeda-beda ada yang setengah jam bahkan se-jam.

c. Mengulangi hafalan dalam shalat

Selum Azan berkumandang, terdengar suara bacaan Al-qur‟an dari

Toa masjid, menandakan waktu Sahalat akan masuk, santri bergegas

datang ke masjid dan membawa Al-Qur‟an masing-masing. Setiba di

masjid masing-masing mereka menghafal dan mengulang hafalannya,

ketika adzan berkumandang suara mereka diam dan sepi. Kemudian

setelah adzan selesai mereka melakukan sholat sunnah, dan waktu antara

19

Wawacara Ustad Abdul halim

70

azan dan iqomah itu dibuat berjedah biasanya santri menggunakana waktu

shalat sunnahnya untuk mengulang hafalan Al-qur‟annya di dalam shalat.

Untuk shalat Jahr (magrib, isya, subuh) yang memimpin shalat adalah

santri kelas Ulya yaitu santri yang memiliki hafalan banyak, biasanya

santri ini menggunakan ayat-ayat pilihan yang telah dihafalkannya untuk

dibacakan di dalam shalat setelah bacaan surat Al-fatihah.

d. Setoran dan sima‟an bersama teman

Peneliti terkadang melihat ada santri memegang Al-qur‟an yang duduk

berdua saling berhadapan di masjid, mereka sedang melakukan setoran

hafalan ke temannya. Dalam waktu-waktu luang sering dimanfaatkan

santri untuk simaan khususnya di sore hari bagi santri yang tidak

mengikuti kegiatan ekskul pesantren biasanya mengajak teman lainnya

untuk menetap di masjid memurajaah Hafalan atau melakukan simaan

kepada temannya.

e. Mushaf standar dan Mushaf Tahfidz

Peneliti melihat dan mengecek Al-Qur‟an yang mereka gunakan,

ternyata semuanya memakai Al-Qur‟an standar madinah. Alqur‟an standar

madinah ini adalah Al-Qur‟an yang memiliki 604 halaman, setiap awal

ayat selalu berada di sudut atas setiap halaman Al-Qur‟an, dan akhir ayat

selalu berada di sudut bawah setiap halaman. Namun ada juga yang

memakai mushafz khusus Tahfidz yang memiliki jumlah ayat yang sama

dalam setiap halamannya.

f. Reward dan Punishment

Reward merupakan hadiah yang diberikan dari pihak yayasan beupa

beasiswa bagi santri yang mampu mencapai target hafalan yang telah

ditentukan pihak yayasan. Sebagai bentuk motivasi bagi santri yang tekun

dalam menghafal Al-quran.

71

Adapun Punishment ini adalah bentuk hukuman yang diberikan oleh

ustadz kepada santri yang apabila melakukan kesalahan dalam halaqoh,

seperti ngantuk, main-main, dan juga tidak memiliki setoran ayat baru,

agar tidak mengganggu santri lainnya yang sedang fokus menghafalkan

Al-qur‟an. Punismen yang diberikan berupa berdiri sambil menghafal

sampai halaqah itu selesai.

2. Wawancara

Untuk menguatkan hasil observasi yang peneliti lakukan, maka

dapat dilihat dari hasil wawancara yang mengarah kepada metode Tahfizh

Al-Qur‟an di pesantren Ad-dhuhaa, sebagai berikut:

Ustad Mahmudin S.pd

a. Bagaimana kondisi dan antusias santri dalam mengikuti

pelaksanaan menghafal al-Qur‟an di Pesantren Tahfidz Ad-

dhuhaa?

“Alhamdulillah santri sangat antusias dalam mengikuti kegiatan

pesantren dengan sistem yang telah dibuat pesantren, terutama

program tahfidz Al-qur‟annya. namun disisi lain ada beberapa

anak yang memang harus diberikan perhatian khusus karena

motivasi nya dalam menghafal Al-qur‟an kurang.

b. Metode apakah yang digunakan dalam program Tahfidz Al-qur‟an

di pesantren tahfidz Ad-Dhuhaa?

“Dalam proses tahfidz Al-qur‟an, metode yang digunakan santri

bermacam-macam, tergantung cara belajar atau menghafal masing-

masing santri, di pesantren Tahfidz Ad-dhuha menggunakan 3

model halaqoh, yaitu Halaqoh tartil, tahsin dan Tahfidz untuk

kelas yang berbeda sesuai dengan pencapaian hafalan santri.

72

Metode yang digunakan untuk kelas Tahfidz adalah Metode

tasalsuli dan Jama‟”

c. Bagaimana proses menghafal Al-Qur‟an di Pesantren Tahfidz Ad-

Dhuhaa?

“Melalui beberapa tahapan-tahapan diantaranya para santri

diwajibkan sudah lancar saat membaca ayat-ayat yang akan di

hafalkannya,

Pada saat malam hari, santri di talaqi oleh musyrif halaqohnya

ayat-ayat yang akan ia hafalkan

Santri diarahkan untuk membaca terlebih dahulu ayat-ayat yang

akan dihafal minimal 7 kali dengan melihat Al-Qur'an

d. Apakah ada hambatan-hambatan tertentu bagi santri dalam proses

Tahfidz Santri?

Hambatan yang selalu terjadi yaitu, santri terlalu terburu buru

dalam proses menghafal sehingga daya ingat yang mereka gunakan

membuatnya terlalu pusing mengingat apa yang sebelumnya

dihafal pada saat maju setoran hafalannya. Mereka baru membaca

2 atau 3 kali langsung mulai menghafalkannya, yang terjadi adalah

hafalannya tersebut menjadi cepat lupa dan bacaannyapun tidak

lancar

e. Bagaimana solusi dalam mengatasi hambatan-hambatan yang ada

dalam proses tahfidz?

“bagi santri kita berikan pengajaran tentang bagaimana seharusnya

cara menghafal yang baik, yaitu dengan membacanya dengan Tartil,

bukan dengan terburu-buru. Dan untuk sering memurojaah ayat yang

73

telah dihafalkannya, karena dengan banyak mengulang makan akan

tertanam dengan kuat di ingatan dan mudah mengingatnya kembali”

f. Bagaimana hasil dari metode tahfidz yang di terapkan?

“Metode yang diterapkan sudah menyesuaikan metode-metode

umumnya, namun untuk hafalah dan murojaah hafalan santri kembali

kepada motivasi dan semangat santri itu sendiri dalam menambah dan

mengulang hafalannya, dari kami sudah membimbing dengan

maksimal tapi kalau santrinya sendiri yang bermalas-malasan maka

hasil yang di dapatkan sesuai dengan usaha santri itu sendiri”

g. Upaya apa saja yang harus dilakukan agar hafalan santri bisa tetap

terjaga dengan lancar, baik dan benar?

“Upaya yang harus dilakukan santri penghafal Al-Qur'an biar tetap

terjaga adalah dengan cara memorajaah atau mengulangi bacaan yg

sudah dihafal secara rutin dan bersambungan dan dihadapkan langsung

dengan Mushrif yang bersabar yg ahli dan menguasai Qir'oah secara

mahir”

h. Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam proses

tahfidz di pesantren?

Faktor Pendukung

1. Sarana Prasarana yang memadai,

2. Lingkungan dan Suasana Menghafal yang mendukung

3. Sebagian Guru tahfidz bersanad

4. Adanya Musabaqoh Hifzul Qur‟an yang memotivasi santri,

bagi santri yang mutqin 15 Juz akan mendapatkan beasiswa

dari sekolah

74

Faktor Penghambat

1. Pengaruh dari individu santri yang Malas dalam menghafal,

2. Kurangnya management waktu yang kurang baik dari santri

3. Kurangnya Komitmen dari yayasan dalam pengadaan guru

yang profesional20

4. Kurangnya Alokasi Waktu tahfidz (diluar jam halaqah)

Dari hasil pengamatan selama observasi dipesantren, peneliti mencoba

membaca situasi dan kondisi yang ada di pesantren tahfidz Ad-dhuhaa selama

dari sisi lingkungan, sarana prasarana, Asatidz dan Santri-santrinya.

Dari lingkungan, sarana dan prasarana yang peneliti liat sudah dapat

memfasilitsi santri-santri di pesantren dari ruang kelas belajar disekolah,

gedung asrama, masjid yang terpusat di tengah pesantren, perpustakaan dll.

Lingkunngan dan aktifitas yang dibuatpun sudah bisa mengkondisikan santri

dalam proses belajar dan menghafalkan Al-qur‟an, mulai dari awal bangun

pagi sampai santri istirahat di malam hari bisa dilihat dari jadwal aktifitas

keseharian santri. Namun, ada beberapa hal yang peneliti nilia menjadi

penyebab atau faktor yang menghambat proses menghafal santri: yaitu Ruhul

Mudarris (Jiwa seorang guru)

Yang perlu kita ketahui Al-Qur‟an bukanlah sekedar bacaan

dan hafalannya saja yang membuat kita mendapat pahala. tetapi lebih dari itu

adalah bagaimana seorang muslim dapat mengaplikasikan Al-Qur‟an

terkhusus hafalan yang sudah di hafalnya kedalam kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana Nabi Muhammad telah memberikan kita Suri Tauladan yang

baik dengan Al-Qur‟an.

20

Wawancara utadz Sondi (Ustadz Pembimbing Santri Golden)

75

Pada masa permulaan dakwah Islam, Nabi Muhammad SAW tidak

hanya membangun sisi tauhid, tetapi juga membangun pilar akhlak mulia.

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda,

"Sungguh, aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia." (HR. Baihaqi

dan Al-Hakim).

Allâh SWT berfirman :

لقد كان لكم ف رسول اللو أسوة حسنة لهن كان ي رجو اللو والي وم الخر

وذكر اللو كثريا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan)

hari kiamat dan dia banyak menyebut Allâh {al-Ahzâb: 21}

Al-Qur‟an adalah akhlak Rasulullah SAW, Hisyam bin Amir pernah

bertanya kepada Aisyah RA tentang akhlak Rasulullah SAW. Aisyah

menjawab, "Akhlak Nabi SAW adalah Al-Quran." (HR Muslim).21

Dari penjelasan di atas penulis mengambil pelajaran bahwa untuk

menjadikan Al-qur‟an sebagai Ilmu dan Akhlak kita haruslah dengan cara

meneladani Rasul dan mengaplikasikan ayat-ayat Al-qur‟an yang kita hafal

dalam kehidupan sehari-hari. Dan metode yang terbaik yang di ajarkan

Rasulullah adalah dengan Uswatun Hasanah. Bagi seorang guru haruslah

memberikan contoh yang baik terlebih dahulu sebelum mengajarkan

muridnya sebuah ilmu.

Di dalam buku Tarbiyah wa ta‟lim dijelaskan tentang sebaik-baiknya

pengertian Pendidikan, yang juga menjelaskan tentang metode apa yang

21

Terjemah Shahih Muslim. Hadits riwayat Aisyah Radliyallahu 'anhu:155.

76

terbaik untuk digunkana bagi seorang Guru dalam mengajarkan Ilmu kepada

muridnya baik itu ilmu pengetahuan atau akhlak adalah dengan Uswatun

Hasanah.

رلية اخللقية و العقلية ل يكفي بجرم ك لل للد أن يكون , لمان ت نفيذ الت

عة فكل ما ي راه التلميذ وما يسهعونو من حركات و , لالقدوة الصاحلة و اجيام البي

رلية اخللقية و العقلية, أصوات 22يكون عامل من عوامل الت

Penanaman pendidikan Akhlah dan Ilmu pengetahuan tidak cukup

hanya dengan ucapan saja. Tetapi, lebih dari itu seorang guru haruslah dapat

menjadi Uswatun Hasanah (Contoh yang baik) karena setiap yang dilihat

murid, dideangar dari gerakan dan suara dari gurunya, maka akan ditiru oleh

muridnya.

Oleh karena itu, patutlah seorang pengajar (Asatidz) sebagai Role

Model di pesantren tahfidz Ad-dhuhaa disamping bisa menggunakan metode

yang tepat bagi santrinya dalam menghafal Al-Qur‟an, juga harus memiliki

jiwa Al-qur‟an terlebih dulu, sebelum mengajarkan Tahfidz Al-qur‟an kepada

santrinya.

Hal ini sebagai mana yang dikatan pimpinan Pesantren Darusaalam

Gontor, “Metode lebih penting daripada Materi, dan guru lebih penting

daripada Metode, sedangkan Ruh (jiwa) seorang guru itulah yang lebih

penting dari segalanya”. Karena kesuksesan seorang murid dalam

pembelajaran juga tergantung dari sosok gurunnya.

22

. ص.7002رفعت حسن المعافي. أصول التربية والتعلين، الجزء األول. دار السالم كونتور:

77

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan analisis pada skripsi ini dengan judul “Metode

Tahfidz Al-qur‟an di pesantren tahfidz Ad-dhuhaa, karang tengah kota

tangerang” maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses tahfidz Al-qur‟an dipesantren tahfidz Ad-Dhuhaa adalah

dengan sistem halaqoh, dimana santri dibagi sesuai dengan kelas atau

tingkatan hafalannya. Metode yang digunakan adalah metode Tasalsuli

dan metode jama‟. Yaitu metode yang mengharuskan santri

mengulang hafalannya beberapa kali sampai hafal, kemudian

disetorkan ke Ustad pembimbingnya.

2. Pelaksanaan program Tahfidz al-Qur‟an di Pesantren Tahfidz Ad-

dhuhaa Karang tengah, telah berjalan dengan baik, bisa dilihat dari

proses, materi hafalan pada tiap kelas dan metode yang digunakan

serta fasilitas yang ada, Namun ada beberapa santri yang belum bisa mencapai

target pesantren dikarenakan beberapa faktor.

3. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program tahfidz al-

Qur‟an di Pondok Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa Karang tengah:

a. Faktor pendukung meliputi: Fisik dan Psikis yang baik, dukungan

penuh dari Pesantren, reward atau piagam, beasiswa bagi santri

yang hafalannya mencapai target. Serta adanya guru tahfidz yang

bersanad.

b. Faktor penghambat meliputi: santri yang merasa malas serta waktu

yang sedikit atau kurang bisa mengelola waktu dikarenakan

adanya kegiatan lain santri di sekolah, dan kegiatan Ektrakurikuler

yang ada di asrama Pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa.

78

4. Diperlukannya jiwa pendidik yang lebih tulus lagi dalam mendidik

anak-anak santri di pesantren tahfidz Ad-dhuhaa, karena metode yang

baik saja tidak cukup untuk menanamkan Ilmu Al-qur‟an bagi santri di

pesantren.

5. Masih diperlukannya komitment dari pihak yayasan dalam pengadaan

guru yang profesional. agar fokus Tahfidz dan Tahsih bacaan qur‟an

santri bisa lebih baik lagi ddiperlukan penambahan guru/Ustadz yang

Profesional.

B. Implikasi

Terdapat beberapa Implikasi berdasarkan hasil penelitian ini antara lain:

1. Implikasi terhadap Santri, yaitu disamping metode yang baik dan

tepat, Santri juga harus sering diberi motivasi dalam menghafal dan

menjaga Al-qur‟an yang telah di hafalkannya, karena motivasi dari

luar dapat mendorong santri dalam menumbuhkan rasa semangat

dalam menghafal dan menjaga hafalan Al-qur‟annya

2. Implikasi terhadap Guru (Asatidz pembimbing Tahfidz), bahwa

seorang guru dituntut untuk kreatif dalam memilihkan metode yang

baik untuk santri dalam menghafal Al-qur‟an sesuai dengan kondisi

dan situasi yang ada, karena metode yang tepat akan memudahkan

santri dalam menghafal Al-qur'an, dan diharapkan mempunyai jiwa

pendidik yang lebih tulus lagi.

79

C. Saran

Tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada pihak manapun terutama

Pimpinan Pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa Karang Tengah, Tangerang. Penulis

memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Pondok Pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa diharapkan untuk

memberikan tambahan waktu khusus bagi santri tahfidz untuk

menghafal dan mengulang hafalan

2. Bagi Pondok Pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa diharapkan untuk

mengurangi kegiatan Ektrakurukuler yang dapat mengganggu

konsentrasi santri dalam menghafalkan Al-qur‟an

3. Bagi pembimbing tahfidz diharapkan lebih kreatif dan inovatif dalam

mengajar dan membimbing santri guna mengurangi rasa malas dan

jenuh atau bosan santri dalam mengulang, menghafal dan mengikuti

kegiatan tahfidz di Pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa.

4. Bagi semua pihak yang terkait dengan pogram tahfidz Al-Qur‟an

Pesantren Ad-dhuhaa, untuk lebih berkoordinasi dan berkomunikasi

antara pihak Pesantren dan pembimbing tahfidz serta orang tua santri

demi maksimalnya pelaksanaan dan tujuan program tahfidz di Pondok

Pesantren Ad-dhuhaa.

80

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Al-Qarni, Aidh. 391 Hadis pilihan: Mendasari kehidupan Sehari-hari,

Jakarta: Darul Haq, 2007.

Abdullah, Mawardi. Ulumul Qur’an, Cet. 2, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.

Abdullah, Taufik. Agama dan Perubahan Sosial, Jakarta: Rajawali Pers, 2015

Al Faruq, Umar. 10 Jurus Dahsyat Menghafal Al-Qur’an. Surakarta: Ziyad, 2014.

Alawiyah, Wiwi. Panduan Menghafal Al-Qur’an Super Kilat, Yogyakarta: Diva

Press, 2015.

Alawiyah, Wiwi. Panduan Menghafal Al-Qur’an Super Kilat, Yogyakarta: Diva

Press, 2015.

Al-qur’an Transliterasi Al-Jadid. Kementrian Agama RI. Solo : PT. Tiga Serangkai.

2018.

Arifin, M. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Arifin, Muhammad. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara 1996

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian : Suatu pendekatan Praktik. PT Rineka

Cipta. 2002.

Az-Zabidi, Imam. Ringkasan Hadis Shahih Al-Bukhari IV Cet.1. Jakarta: Pustaka

Azzam, 2007

Baduwailan, Ahmad. Menjadi Hafizh; Tips dan Motivasi Menghafal Al-Qur’an, terj.

Cep Mochamad Faqih, Solo: PT. Aqwam Media Profetika, 2016.

Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana. 2010.

Djamarah, Saipul Bahri. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pt. Rineka Cipta, 2002

Fathoni, Abdurrahman. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi

Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006

Furchan, Arief. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional,

1992,

Gumawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi

Aksara, 2013.

81

Haedari, Amin. Transformasi Pesantren, Jakarta: Media Nusantara, 2013.

Hurri, Abu. Cepat dan Kuat Hafal Juz’amma. Sukoharjo: Al-Hurri Media Qur‟anuna,

2010

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,

2009.

Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia, 2011,

Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Mastuki, dkk, Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta: Diva Pustaka, 2014,

Muhith, Nur Faizin. Semua Bisa Hafal Al-Qur’an. Banyuanyar Surakarta: al-

Qudwah, 2013

Muri, Yusuf. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Penelitian Gabungan.

Jakarta: Prenadamedia Group. 2016

Narbuko, Cholid. Abu Achmad. Metodologi Penenlitian, Jakarta: Bumi Aksara,

2007.

Profil (Sejarah Singkat) Pesantren Tahfidz Ad-dhuhzz Karang Tengah, Tangerang.

https://adh-dhuhaa.business.site

Ramayulis, Metode Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2015.

Rauf, Abdul Aziz „Abdul. Kiat sukses menjadi hafidh qur’an da’iyah. Jakarta: As

Syamil, 2000.

Sa'dulloh. 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur'an. Jakarta : Gema Insani, 2008.

Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 2003

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, Cet. 22, Bandung: Alfabeta,

2015.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan

R&D. Bandung: Alfabeta, 2013.

Syamsudin, Sahiron. Metodologi Living Qur’an dan Hadis.Yogyakarta: Teras, 2001

Tanzeh, Ahmad. Metode Penelitian Praktis, Yogyakarta: Teras 2011.

Tim Pandom Media, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pandom Media

Nusantara, 2014.

82

Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Jakarta: Pt.

Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam II, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. tentang Sistem Pendidikan

Nasional

Yusuf, Tayar dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab.

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997.

Zawawie, Mukhlisoh. P-M3 Al-Qur’an Pedoman Membaca, Mendengar, dan

Menghafal Al-Qur’an, Solo:Tinta Medina, 2011.

Zawawie, Mukhlisoh. P-M3 Al-Qur’an Pedoman Membaca, Mendengar, dan

Menghafal Al-Qur’an, Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2011.

Zen, Muhaimin. Tata Cara/ Problematika Menghafal Al-Qur’an dan Petunjuk-

Petunjuknya. Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1985.

.7002اجلزء األول. دار السالم كونتور: أصول الرتبية والتعليم،رفعت حسن املعايف.

Lampiran 1

Hasil Wawancara 1

Informan : Ustadz Mahmudin S.Pd

Jabatan : Kepala Pengasuhan dan Program Pesantren

Waktu Wawancara : Sabtu, 5 Oktober 2019, Pukul 20.45 WIB

Tempat Wawancara : Ruang belajar santri Tahfidz Ad-dhuhaa

NO PERTANYAAN JAWABAN

1 Bagaimana keadaan santri pesantren

Tahfidz Ad-dhuhaa?

Alhamdulillah keadaan santri sangat baik,

baik dari segi disiplin, kebersihan dan

kenyamanan santri

2 Bagaimana Keadaan Ustad/zah yang ada di

Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa?

Guru/ustadz pembimbing santri berasal

dari Fresh Graduate yang ikut tinggal di

asrama pesantren bersama santri.

ada juga yang sedang menjalani kuliah di

luar pesantren (UIN) namun tidak

menggangu karena kuliahnya bisa

menyesuaikan dengan jam sekolah santri.

3 Berapa jumlah guru yang mengampu

tahfidz Al-Qur’an? Siapa saja?

3 orang.

Ustad Abdul Halim

Ustad Mahmudin

Ustad Imamul Arifin

4 Jadwal Kegiatan Harian Santri di

pesantren?

Santri beraktifitas 24 jam di pesantren.

Pada jam sekolahpun santri masih di

pantau oleh asatidz.

Untuk jadwal Tahfidz yaitu ba’da shubuh

dan ba’da isya

5 Ekstrakulikuler pesantren? Pramuka, Silat, Qasidah-Marawis, Hadroh,

Badminton, Fiutsal dan Basket

6 Apa saja agenda santri Pondok Pesantren Pospe Dhuhaa

tahfidz Ad-Dhuhaa? Perayaan Hari Raya 'Idul Adha

Kegiatan Peringatan Kemerdekaan RI dan

PORSENI

Gebyar Muharram ( Pawai,Pusi dan

Nasyid)

Kegiatan PTS ganjil

Kegiatan Kokurikuler ( Field Trip Mesium

Zoologi)

Kegiatan English Encouragment

Persami di Solear

Dst.

7 Kalender Kegiatan Tahunan Santri? Kapan

pelaksanaan Wisuda Tahfidz Al-Qur’an

Santri?

Terlampir.

Pellaksanaan wisuda tahfidz dilaksanakan

setiap setahun sekali, bagi santri yang telah

hafal dan Mutqin akan diberikan Sertifikat

Tahfidz, jika mutqin nya 30 juz akan di

berikan Ijazah dan mendpatkan reward

berupa beasiswa.

8 Apakah faktor-faktor pendukung dan

penghambat dalam proses tahfidz di

pesantren?

Niat dari diri sendiri dan dukungan

keluaga, Malas dan faktor pertemanan dan

lingkungan.

Mengetahui,

_______________________

Hasil Wawancara 2

Informan : Ustadz Zaenal Jaenudin S.Ag

Jabatan : Pembina Pesantren Bidang Program Santri

Kepala Sekolah SMA Pesantren Ad-dhuhaa

Waktu Wawancara : Kamis, 17 Oktober 2019, Pukul 16.10 WIB

Tempat Wawancara : Ruang Kepala Sekolah SMA Pesantren Ad-dhuhaa

NO PERTANYAAN JAWABAN

1 Bagaimanakah Sejarah berdirinya pondok

pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa?

Dahulunya Gedung Pesantren Tahfidz Adh

Dhuhaa merupakan gedung Pesantren

Daarul Qur’an yang juga dirintis oleh Ust

Yusuf Mansur dan Ust. Rohimuddin

Husien. Namun karena semakin

bertambahnya masyarakat yang ingin

menitipkan anaknya di lembaga Daarul

Qur’an, akhirnya Ust. Yusuf Mansur

mencari lokasi lain untuk Daarul Qur’an

yang lebih luas. Dan akhirnya dipilihlah

lokasi di daerah Ketapang. Maka pada

tahun 2010 Seluruh santri Daarul Qur’an

dipindahkan ke Ketapang, dan gedung di

Bulak Santri digunakan untuk Sekolah

Tinggi Ilmu Komputer (STIMIK) Antar

Bangsa yang juga masih dalam satu

pimpinan, yaitu Ust. Yusuf Mansur.

Dan pada awal 2012, tepatnya saat

wafatnya ayahanda Ust. Rohimuddin

Husien, yaitu KH. Muallim Husien, ketika

Ust. Yusuf Mansur menyampaikan

sambutan belasungkawa di depan jamaah

Sholat Jenazah yang bertempat di Masjid

Nurul Amin, beliau mengamanahkan

seluruh gedung dan lahan Daarul Qur’an

yang berlokasi di Kampung Bulak Santri

kepada Ust. Rohimuddin Husien.

Kemudian mendirikan Pesantren Tahfidz,

namun dengan nama berbeda yaitu

Pesantren Tahfidz Adh Dhuhaa

Sedangkan nama Ad-dhuhaa sendiri

diambil dari nama yayasan binaan Ustad

Husien pondok.

2 Apa Sistem Pendidikan dan Misi Pesantren

Tahfidz Ad-dhuhaa?

Visi :

Membentuk Generasi Kholifah Fil ‘Ardh

Misi :

1. Menanamkan keyakinan/ akidah melalui

pengamalan ajaran agama.

2. Mengoptimalkan proses pembelajaran

dan bimbingan dengan menanamkan sikap

sidiq, amanah, fathonah dan tabligh

3. Menggali Potensi Kreatif, kemandirian

dan kepemimpinan siswa

4. Menumbuhkan kepekaan terhadap

masyarakat dan lingkungan sejak dini

5. Mengembangkan pengetahuan di bidang

IPTEK, bahasa, olahraga dan seni budaya

sesuai dengan bakat, minat dan potensi

siswa.

6. Membudayakan pendidikan akhlak

mulia dalam aktivitas di lingkungan

sekolah dan menularkannya di lingkungan

rumah

7. Menekankan pada pendidikan karakter

yang islami

8. Menjalin kerjasama yang harmonis

antara warga sekolah dan lingkungan.

9. Meningkatkan mutu pendidikan dalam

upaya mencerdaskan kehidupan generasi

yang bermoral, kreatif, maju dan mandiri.

3 Program apa yang terdapat di Pondok

Pesantren Tahfidz Adh-Dhuhaa, Karang

Tengah, Tangerang?

Kita mempunyai 5 Program unggulan

pesantren :

1. Program Tahfidz

2. Program Kitab

3. Program Bahasa

4. Program Dakwah dan

5. Ekskun

Namun diantara program tersebut, hanya 3

yang kita fokuskan yaitu, Bahasa, Kitab

dan Tahfidz.

4 Bagaimana struktur organisasi di Pondok

Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa?

Pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa dipimpin

oleh ustad Rohimudin, kemudian saya

(ustadz Zaenal) sebagai Pembina

Pengasuhan dan dibawahnya ada kepala

Program dan kepala pengasuhan, kemudian

untuk Program tahfidz berada dibawah

binaan ustad Mahmudin sebagai Kepala

Pengasuhan Santri Puta.

5 Bagaimana keadaan tenaga pendidik/

Ustadz Pondok Pesantren Tahfidz Ad-

Dhuhaa dalam hal mendidik Santri di

Asrama?

Ustad dan ustzah dalam membimbing

Alhamdulillah dengan tekun dan dengan

dorongan semangat menghasilkan yang

selalu diberikan kepada santri.

Namun bimbingan yang ada Belum terlalu

maksimum akan tetapi setiap bulan ada

evaluasi untuk memaksimalkan program.

6 Bagaimanakah Sistem Pendidikan

(Kurikulum) yang diterapkan di pesantren?

Kurikulum yang digunakan adalah

perpaduan Kurikulum Pendidikan Nasional

(DIKNAS) dan kurikulum kepesantrenan,

yang didalam Pesantren santri di bina

untuk bisa Hafal 30 juz Al Qur'an dalam 6

tahun (target hafalan 6 juz pertahun), Dapat

membaca kitab kuning, melalui metode

amsilati dan Berbahasa arab dan inggris

aktif & pasif serta Percaya diri tampil di

depan umum (melalui pembiasaan

muhadhoroh)

7 Bagaimana sarana dan prasarana yang ada

di Pondok Pesantren Tahfidz Adh-

Dhuhaa?

Alhamdulillah, dari sarana dan prasarana

kita sudah memadai bisa diliat dari gedung

Asrama puta-putri, Gedung sekolah, sarana

olahraga: Futsal, Basket, Badminton dll.,

juga Kelas belajar AC Asrama dengan

toilet di dalam. Makan 3x sehari.

8 Bagaimana gambaran umum Proses

Tahfidz Al-qur’an di Pesantren Tahfidz

Ad-Dhuhaa?

Jika dilihat dari keseluruhan proses

program yang berjalan pihak pesantren

sudah berupaya untuk

Mengetahui,

_______________________

Hasil Wawancara 3

Informan : Ustad Muh Abdul Halim S.TH

Jabatan : Guru Tahfidz Putra Pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa

Waktu Wawancara : Sabtu, 9 November 2019, Pukul 18.30 WIB

Tempat Wawancara : Ruangan Pengasuhan Santri

NO PERTANYAAN JAWABAN

1 Kapan saja waktu-waktu untuk Tahfidz Al-

Qur’an di pesantren?

Waktu untuk halaqoh Al-qur’an dibagi

menjadi dua waktu, yaitu Setelah shalat

Subuh dan setelah shalat Isya.

2 Ada berapa kelompok dalam pelaksanaan

pembelajaran menghafal Al-Qur’an?

Untuk halaqoh Tahfidz dibagi 3 kelompok

sesuai dengan kelas masing-masing santri

yang telah ditentukan,

3 Bagaimana proses menghafal Al-Qur’an di

Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa?

Melalui beberapa tahapan-tahapan

diantaranya para santri diwajibkan sudah

lancar saat membaca ayat-ayat yang akan

di hafalkannya.

Pada saat malam hari, santri di talaqi oleh

musyrif halaqohnya ayat-ayat yang akan ia

hafalkan. Santri diarahkan untuk membaca

terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafal

minimal 7 kali dengan melihat Al-Qur'an.

4 Apakah ada hambatan-hambatan tertentu

dalam proses Tahfidz Santri?

Hambatan yang selalu terjadi yaitu, santri

terlalu terburu buru dalam proses

menghafal sehingga daya ingat yang

mereka gunakan membuatnya terlalu

pusing mengingat apa yang sebelumnya

dihafal pada saat maju setoran hafalannya.

Mereka baru membaca 2 atau 3 kali

langsung mulai menghafalkannya, yang

terjadi adalah hafalannya tersebut menjadi

cepat lupa dan bacaannyapun tidak lancar

5 Bagaimana solusi dalam mengatasi

hambatan-hambatan yang ada dalam

proses tahfidz?

Memberikan Memotivasi kepada santri ,

reward.

Punishment (hukuman) juga kita terapkan

bagi santri yang bermain atau bermalas

malasan dalam menghafal

6 Bagaimana kondisi dan antusias santri

dalam mengikuti pelaksanaan menghafal

al-Qur’an di Pesantren Tahfidz Ad-

dhuhaa?

Alhamdulillah santri sangat antusias dalam

mengikuti kegiatan pesantren dengan

sistem yang telah dibuat pesantren,

terutama program tahfidz Al-qur’annya.

namun disisi lain ada beberapa anak yang

memang harus diberikan perhatian khusus

karena motivasi nya dalam menghafal Al-

qur’an kurang, dan bagi santri yang belum

lancar membaca Qur'an agak sedikit berat

sekali karena terlalu sulit mereka untuk

menghafal.

7 Bagaimana upaya agar hafalan santri bisa

terjaga?

Kordinator Tahfidz merancang setiap

sebelum dan sesuah waktu sholat santri

menunggu nya dengan membaca Alqur'an

8 Bagaimana Sistem dan kurikulum Tahfidz

yang diterapkan di pesantren?

Sistem setoran yaitu murajaah sama

ziadah, Murojaah untuk mengulang hafalan

agar tidak hilang, Ziadah menambah

hafalan baru.

9 Metode apa yang digunakan dalam proses

menghafal dan meningkatkan bacaan Al-

quran santri di Pesantren Tahfidz Ad-

Dhuhaa?

Tidak ada metode yg paten , talaqqi.

Dalam proses tahfidz Al-qur’an, metode

yang digunakan santri bermacam-macam,

tergantung cara belajar atau menghafal

masing-masing santri, di pesantren Tahfidz

Ad-dhuha menggunakan 3 model halaqoh,

yaitu Halaqoh tartil, tahsin dan Tahfidz

untuk kelas yang berbeda sesuai dengan

pencapaian hafalan santri. Metode yang

digunakan untuk kelas Tahfidz adalah

Metode tasalsuli dan Jama

Apa saja media yang digunakan? Al-qur’an, sebelum shalat wajib diputarkan

Tilawah ayat atau Surat-surat pilihan

melalui speaker.

Apakah dengan metode yang diterapkan

dapat membantu dalam menjaga hafalan

Al-Qur’an Santri?

Sangat membantu.

Upaya apa saja yang dilakukan agar

hafalan santri bisa tetap terjaga dengan

lancar, baik dan benar?

Upaya yang harus dilakukan santri

penghafal Al-Qur'an biar tetap terjaga

adalah dengan cara memorajaah atau

mengulangi bacaan yg sudah dihafal secara

rutin dan bersambungan dan dihadapkan

langsung dengan Mushrif yang bersabar yg

ahli dan menguasai Qir'oah secara mahir.

(Murajaah dan karantina), ada karantina

kejar target ada karantina mutqin 5 juz

untuk anak yg hafalannya sudah lebih dari

5 juz

Bagaimana cara menentukan kelas Al-

Qur’an?

Dari segi bacaan ,tajwid dan jumlah

hafalan

Bagaimana hasil dari metode tahfidz

yang di terapkan?

Belum mendapat hasil yg maksimal.

Tetapi, Metode yang diterapkan sudah

menyesuaikan metode-metode umumnya,

namun untuk hafalah dan murojaah hafalan

santri kembali kepada motivasi dan

semangat santri itu sendiri dalam

menambah dan mengulang hafalannya, dari

kami sudah membimbing dengan maksimal

tapi kalau santrinya sendiri yang bermalas-

malasan maka hasil yang di dapatkan

sesuai dengan usaha santri itu sendiri

Bagaimana gambaran umum Proses

Tahfidz Al-qur’an di Pesantren Tahfidz

Ad-Dhuhaa?

Berjlan sebgaimana pesantren tahfidz

umumnya

Bagaimana sistem penilaian dan evaluasi

yang digunakan?

Penilaian menggunakan buku mutabaah,

dan ujian pas juga uas

Apakah faktor-faktor pendukung dan

penghambat dalam proses tahfidz di

pesantren?

Pengaruh dari individu santri yang Malas

dalam menghafal.

Kurangnya management waktu yang baik

dari santri.

Kurangnya Komitmen dari yayasan dalam

pengadaan guru yang profesional.

Kurangnya Alokasi Waktu tahfidz (diluar

jam halaqah)

Mengetahui,

_______________________

Hasil Wawancara

Santri 1

Informan : Andika Anria Husaadat

Jabatan : Santri Pesanten Tahfidz Ad-dhuha

Waktu Wawancara : Sabtu, 5 Oktober 2019, Pukul 06.00 WIB

Tempat Wawancara : Gedung Sekolah Pesantren (Ruang Kelas)

NO PERTANYAAN JAWABAN

1 Apakah kalian senang dengan Program

Tahfidz Al-Qur’an di pesantren ini?

Mengapa?

Awalnya saya kurang suka tapi

bertambahnya smester saya suka, karena

ada yang memotivasi dari ibu.

2 Bagaimana proses menghafal Al-Qur’an di

Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa?

Saya baca berulang-ulang sampai lancar

minimal 5 kali dan saya muroja’ah saat

malam hari setelah isya.

3 Metode apa yang kamu gunakan untuk

menghafalkan Al-qur’an?

Metode BINADZOR.

4 Apakah dengan metode yang diterapkan

dapat membantu dalam menjaga hafalan

Al-Qur’an?

Iya sangat membantu saya.

5 Adakah media yang diguakan selama

menghafal Al-qur’an?

Tidak ada selain kitab Al-Qur’an.

6 Apa saja faktor yang mendukung dalam

proses menghafal di pesantren?

Pembimbingnya, tempatnya dan waktunya.

7 Adakah faktor-faktor dan penghambat

dalam proses menghafal?

Tidak ada.

Mengetahui,

_______________________

Hasil Wawancara

Santri 2

Informan : Rafi’ alya saputra

Jabatan : Santri Pesanten Tahfidz Ad-dhuha

Waktu Wawancara : Sabtu, 5 Oktober 2019, Pukul 06.10 WIB

Tempat Wawancara : Gedung Sekolah Pesantren (Ruang Kelas)

NO PERTANYAAN JAWABAN

1 Apakah kalian senang dengan Program

Tahfidz Al-Qur’an di pesantren ini?

Mengapa?

Waktu saya kelas 2 tsanawiyah saya tidak

menyukainya kemudian di kls 3

tsanawiyah baru saya mulai menyukainya.

Karena mendapat motivasi dari orang tua.

2 Bagaimana proses menghafal Al-Qur’an di

Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa?

Dibaca berulang-ulang sampai hafal.

3 Metode apa yang digunakan untuk

menghafalkan Al-qur’an?

Metode BINADZOR.

4 Apakah dengan metode yang diterapkan

dapat membantu dalam menjaga hafalan

Al-Qur’an?

Sangat membantu dan selalu diingat.

5 Adakah media yang diguakan selama

menghafal Al-qur’an?

Tidak ada, hanya memakai kitab Al-

Qur’an.

6 Apa saja faktor yang mendukung dalam

proses menghafal di pesantren?

Keinginan, cocok dengan pengujinya dan

adanya niat/pikiran untuk bekal masa

depan dunia akhirat.

7 Adakah faktor-faktor dan penghambat

dalam proses menghafal?

Ada, ngantuk dan malas terkadang suka

datang tiba-tiba.

Mengetahui,

_______________________

Hasil Wawancara

Santri 3

Informan : Fakhruddin ridho saputra

Jabatan : Santri Pesanten Tahfidz Ad-dhuha

Waktu Wawancara : Sabtu, 5 Oktober 2019, Pukul 06.30 WIB

Tempat Wawancara : Gedung Sekolah Pesantren (Ruang Kelas)

NO PERTANYAAN JAWABAN

1 Apakah kalian senang dengan Program

Tahfidz Al-Qur’an di pesantren ini?

Mengapa?

Senang, karena mengisi waktu subuh

dibanding tidur jadi lebih baik saya

menghafal.

2 Bagaimana proses menghafal Al-Qur’an di

Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa?

Dibaca berulang-ulang sampai ingat.

3 Metode apa yang digunakan untuk

menghafalkan Al-qur’an?

Metode BINADZOR.

4 Apakah dengan metode yang diterapkan

dapat membantu dalam menjaga hafalan

Al-Qur’an?

Ya, sangat membantu sekali.

5 Adakah media yang diguakan selama

menghafal Al-qur’an?

Tidak, hanya menggunakan kitab Al-

Qur’an.

6 Apa saja faktor yang mendukung dalam

proses menghafal di pesantren?

Pembimbingnya, dan suanan tenang.

7 Adakah faktor-faktor dan penghambat

dalam proses menghafal?

Ngantuk dan terkadang suka datang rasa

malas.

Mengetahui,

_______________________

Hasil Wawancara

Santri 4

Informan : Faqih abisiam

Jabatan : Santri Pesanten Tahfidz Ad-dhuha

Waktu Wawancara : Kamis, 21 November 2019, Pukul 16.20 WIB

Tempat Wawancara : Gedung Sekolah Pesantren (Depan Kelas)

NO PERTANYAAN JAWABAN

1 Apakah kalian senang dengan Program

Tahfidz Al-Qur’an di pesantren ini?

Mengapa?

Saya prbadi senangnya 70% karena disini

baca belum lncar dan tajwid belum benar

tapi udah disuruh menghafal.

2 Bagaimana proses menghafal Al-Qur’an di

Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa?

Prosesnya cuman muroja’ahnya yang susah

karena nyari waktunya susah faktor

megang kepengurusan asram.

3 Metode apa yang digunakan untuk

menghafalkan Al-qur’an?

Ada 2 metode:

1. Metode menghatamkan (Cuma

menghafal biasa)

2. Mutqin (perlima juz dituntaskan

dulu sampai benar-benar hafal dari

segi halaman, ayat dan pojok).

4 Apakah dengan metode yang diterapkan

dapat membantu dalam menjaga hafalan

Al-Qur’an?

Kalau yang pertama untuk mengambi

waktunya susah.

Dan kalau yang mutqin sangat membantu

karena emang benar-benar dituntaskan

smapai hafal.

5 Adakah media yang diguakan selama

menghafal Al-qur’an?

Tidak ada selain menggunakan kitab Al-

Qur’an.

6 Apa saja faktor yang mendukung dalam

proses menghafal di pesantren?

Banyak, ada teman ada yang buat motivasi

untuk menghafal dan saling berlomba-

lomba untuk banyaknya yang dihafalkan,

atau gak mau kalah.

7 Adakah faktor-faktor dan penghambat

dalam proses menghafal?

Kadang ada rasa malas, kayak kadang rasa

malas datang dan kadang mood suka jelek.

Mengetahui,

______________________

Hasil Wawancara

Santri 5

Informan : Muhammad Rayhan Anwar

Kelas : 11 IPA

Jabatan : Santri Pesanten Tahfidz Ad-dhuha

Waktu Wawancara : Kamis, 21 November 2019, Pukul 16.45 WIB

Tempat Wawancara : Gedung Sekolah Pesantren (Depan Kelas)

NO PERTANYAAN JAWABAN

1 Apakah kamu senang dengan Program

Tahfidz Al-Qur’an di pesantren ini?

Mengapa?

Senang, karena dibuat target yang jelas,

contohnya ketika ikut ulangan harus

mencapai target, kalau tidak, harus tahfidz

dlu sampai targetnya kecpai,

2 Bagaimana proses menghafal Al-Qur’an di

Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa?

Bertahap mulaii tahsin, tartil, Tahfidz,

berjalan dengan baik.

3 Metode apa yang digunakan untuk

menghafalkan Al-qur’an?

1. Melihat

2. Dibaca berulang

3. Kemudian dihafal tanpa melihat

mushaf

4 Apakah dengan metode yang diterapkan

dapat membantu dalam menjaga hafalan

Al-Qur’an?

Iya, metode yang sy gunakan membantu

5 Adakah media yang diguakan selama

menghafal Al-qur’an?

Ada, suara dari speaker dl

6 Apa saja faktor yang mendukung dalam

proses menghafal di pesantren?

Karena ingin memberikan mahkota orang

tua di surga.

7 Adakah faktor-faktor dan penghambat

dalam proses menghafal?

Banyaknya kegiatan menyebabkan mood

hilang, dan waktu berkurang. Ketika ingin

menghafal rasa lelah mengalahkan

semangat menghafal.

Mengetahui,

________________

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Lampiran 5

BIODATA PENULIS

Muhammad Ikhsan Hmdani, Lahir di Kendari pada 10

Agustus 1993 anak ke-2 dari 4 bersaudara, yang merupakan

hasil pernikahan antara Bapak Hamdani Piabang SE dan

Ibu Muliani.

Pendidikan penulis dimulai dari asuhan seorang ibu yang

sangat kucinta sampai saat ini, ketika berumur 7 tahun

penulis dimasukkan ke SDN 11 Mandonga dan

Alhamdulillah lulus pada tahun 2006. Kemudian

melanjutkan ke Pondok Pesantren Darussalam Gontor, dan

Alhamdulillah kembali lulus pada tahun 2011.

Ketika berada di Pesantren Gontor saya aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan

dan Alhamdulillah saya pernah dipercaya menjadi Ketua Asrama dan staff

Penerimaan Tamu Pesantren. Pendidikan terakhir penulis ditempuh di strata 1

(S1) Mulai tahun 2013 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam.