Upload
others
View
30
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
METODE TAHFIDZ AL-QUR’AN DI PESANTREN TAHFIDZ
AD-DHUHAA KARANG TENGAH KOTA TANGERANG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd)
Oleh:
Muhammad Ikhsan Hamdani
NIM. 1113011000090
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
MOTTO
ركم من ت علم القرآن و علمه خي “Sebaik-baiknya kalian adalah
yang mempelajari Al-Qur’an dan Mengamalkannya”
{HR. Bukhori}
ه ن ي د و ه ن ط و و ح ن ه ب اج و اء د ل م ق ي م ل ن م
ش ي ع ي ن ل ل ه أ ب س ي ، ل ع و الج و أ ب ع الت ن م ار ذ ح
ت و م ت ل ة ف ي ر الش س ف ن ن لك ، و ه ن م د ب ل آت ت المو ن ل
“Barang siapa yang tidak mau bergerak untuk melaksanakan kewajibannya
terhadap Bangsa dan Agamanya, karena takut akan lelah dan lapar. Maka
tidaklah layak baginya untuk hidup, karena kematian itu pasti, tetapi Jiwa yang
Mulia akan hidup selamanya”
{Muhammad Ikhsan Hamdani}
i
ABSTRAK
Skripsi dengan judul “Metode Tahfidz Al-qur‟an di Pesantren
Tahfidz Ad-Dhuhaa, Karang Tengah Kota Tangerang” ini ditulis oleh Muh
Ikhsan Hamdani, NIM. 1113011000090, Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Universitas Islam
Negeri (UIN) Jakarta, dibimbing oleh Bapak Dr. Dimyati, M.Ag.
Kata Kunci : Al-qur‟an, Metode Tahfidz, Pondok Pesantren.
Salah satu cara untuk memelihara, menjaga dan melestarikan
kemurnian Al-Qur‟an adalah dengan cara Menghafalkannya. Menghafal
al-Qur‟an merupakan suatu proses, setelah hafalan Al-qur‟an tersebut
sempurna, maka selanjutnya ialah mengetahui isi kandung dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan kita. Pondok Pesantren Tahfidz Ad-
Dhuha merupakan suatu lembaga pendidikan Tahfidz Al-qur‟an yang
mengedepankan ilmu Tarbiyah, Dakwah dan Suluk (memperbaiki akhlak)
berusaha mencetak santri terbaik, baik dari segi afektif, kognitif maupun
psikomotoriknya dan membentuk generasi Khalifah Fil „Ard.
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana
pelaksanaan program tahfidz al-Qur‟an di Pondok Pesantren Tahfidz Adh-
Dhuha Karang Tengah, Tangerang. baik dari Metode, faktor pendukung
serta faktor penghambat dalam pelaksanaan program tahfidznya.
Jenis pendekatan penelitian kualitatif yang digunakan dalam
penelitian ini, menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif artinya data
yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan data tersebut
berupa naskah wawancara, catatan lapangan, gambar-gambar. Untuk
memperoleh data yang akurat, maka peneliti menggunakan metode
pengumpulan data yang berupa observasi, wawancara dan dokumentasi.
Analisis penelitian yang digunakan peneliti adalah reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan.
ii
ABSTRACT
Thesis with the title "Tahfidz Al-Qur'an method in Pesantren Tahfidz Ad-
Dhuhaa, Coral Tengah City Tangerang" was written by Muh Ikhsan
Hamdani, NIM. 1113011000090, majoring in Islamic Religious Education
(PAI), Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences (FTIK), state Islamic
University (UIN) Jakarta, guided by Mr. Dr. Dimyati, M.Ag.
Keywords: Qur'an, Tahfidz method, Pondok Pesantren.
One way to nurture, preserve and preserve the purity of the Qur'an is by
memorized it. Memorizing the Qur'an is a process, after the memorization of
the Qur'an is perfect, then the next is to know the content of the biological
and apply it in our lives. Pondok Pesantren Tahfidz Ad-Dhuha is an
educational institution Tahfidz Al-Qur'an that emphasizes the science of
Tarbiyah, Da'wah and Suluk (moral remedy) trying to print the best
students, both in terms of affective, cognitive as well as psychomotor and
Formed the generation of Caliph Fil ' Ard.
The problem discussed in this study is how the implementation of Tahfidz
al-Qur'an program in Pondok Pesantren Tahfidz Adh-Dhuha Karang
Tengah, Tangerang. Both of the methods, supporting factors and the
inhibitory factor in the implementation of the program Tahfidznya.
The type of qualitative research approach used in this study, using a
qualitative descriptive approach means that the data collected is not a
number but a manuscript of interviews, Field Records, Pictures. To obtain
accurate data, researchers use methods of collecting data in the form of
observations, interviews and documentation. Analysis of research used by
researchers is data reduction, data presentation and withdrawal of
conclusions.
iii
KATA PENGANTAR
الرحيم الرمحن اهلل بسم السالم عليكم و رمحة اهلل و بركاتو
اهلل يهده من أعمالنا سيئات من و أنفسنا شرور من باهلل نعوذ و نستغفره و نستعينو و حنمده هلل احلمد ان
اللهم رسولو و عبده حممدا أن أشهد و اهلل اال الو ال أن أشهد لو ىادي فال يضلل من و لو مضل فال
القيامة يوم اىل هبداه اىتدى من و أصحابو و آلو على و حممد سيدنا على بارك و سل و صل
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt., Tuhan
semesta alam yang telah melimpahkan nikmat serta taufik dan hidayah-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.
Shalawat teriringkan salam senantiasa tersampaikan kepada Nabi
Muhammad saw. Karenanya kita terbebas dari zaman yang keji tanpa adab dan
pendidikan yang membodohkan. Serta dengan shalawat teriringkan salamnya pula
kita akan mendapatkan curahan syafa‟at beliau di akhirat kelak.
Penulisan ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sangat mendalam kepada semua
pihak yang telah berpartisipasi sehingga proposal ini dapat terselesaikan. Semoga
bantuan dan dukungan tersebut menjadi amal ibadah disisi Allah swt. Khususnya
kepada:
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ibu Prof. Dr. Hj. Amany
Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A.
2. Dr. Sururin.M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN.
3. Drs. Abdul Haris, M.Ag ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK
UIN.
iv
4. Muhammad Zuhdi, M.Ed., Ph.D selaku Dosen Penasehat Akademik yang
dengan penuh perhatian telah memberikan bimbingan, Arahan dan
Motivasi serta ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.
5. Dr. Dimyati, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberi arahan dengan baik dan sabar.
6. Keluarga yang penulis Cintai dan Sayangi, yang telah banyak
memberikan segalanya terutama kepada kedua orang tua, Ayahanda
Hamdani Piabang dan Ibunda Muliani. Penulis hanya bisa berdo‟a kepada
Allah swt. untuk kehidupan mereka, karena hanya Allah lah yang mampu
membalas pengorbanan, perjuangan, dan pemberian mereka.
7. Bapak dan Ibu Dosen yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
namun tidak sedikitpun mengurangi rasa Hormat dan Takzim penulis.
Semoga ilmu yang telah diberikan mendapat keberkahan dari Allah SWT.
8. Seluruh teman-teman yang telah memberikan motivasi dan bantuannya,
yakni mahasiswa/i PAI angkatan 2013 terkhusus Kelas PAI C.
9. Tak lupa segenap pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu
namun turut membantu penulis dalam penulisan skripsi ini ataupun
memberikan pelajaran hidup bagi penulis. Penulis tidak dapat
membalasnya dengan apapun, semoga Allah SWT yang akan membalas
dengan balasan yang sebaik baiknya di dunia dan Akhirat.
Demikian skripsi ini dibuat, pepatah mengatakan “Tiada gading yang tak
retak” begitupun dengan penulisan skripsi ini. Kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan dalam menyempurnakan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi Bangsa, Negara dan Agama, terkhusus untuk
penulis sendiri, dan memberikan sumbangan untuk dunia Pendidikan Agama
Islam.
Jakarta, September 2019
Penulis,
M. Ikhsan Hamdani
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK ........................................................................................................ i
ABSTRAK .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN ........................................ v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 11
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 11
D. Rumusan Masalah .................................................................... 11
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 11
F. Manfaat Penelitian ................................................................... 12
BAB II KAJIAN TEORI
A. Metode Tahfidz Al-qur‟an ....................................................... 13
1. Pengertian Metode ............................................................. 13
2. Pengertian Tahfidz Al-qur‟an ............................................ 16
B. Metode-metode dalam Tahfidz Al-qur‟an ............................... 19
C. Hukum Menghafal Al-qur‟an ................................................... 26
D. Faktor Pendukung dan penghambat Al-qur‟an ........................ 27
E. Adab-adab bagi penghafal Al-Qur‟an ...................................... 29
F. Keutamaan-keutamaan bagi penghafal Al-qur‟an ................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 38
viii
B. Latar Penelitian ........................................................................ 38
C. Metode Penelitian ..................................................................... 39
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ......................... 41
E. Pemeriksaan / Pengecekan Keabsahan Data ............................ 45
F. Teknik Analisis Data ................................................................ 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................................... 48
1. Sejarah Berdirinya Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa ............. 48
2. Profil Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa .................................. 50
3. Visi dan Misi Pesantren ....................................................... 54
4. Motto ................................................................................... 55
5. Kurikulum Pendidikan ........................................................ 55
6. Jumlah Santri Pesantren ...................................................... 58
B. Pelaksanaan Program Tahfidz Al-qur‟an ................................. 59
1. Metode Tahfidz Al-qur‟an .................................................. 60
2. Target Hafalan Al-qur‟an Santri ......................................... 63
3. Strategi Tahfidz Al-qur‟an Santri ........................................ 64
4. Penilaian .............................................................................. 65
5. Jadwal Aktivitas Tahfidz Santri .......................................... 65
6. Program Murojaah ............................................................... 67
7. Output dan Keberhasilan Program ...................................... 68
8. Analisis Data Pelaksanaan Program & Metode Tahfidz ..... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 77
B. Implikasi ................................................................................... 78
C. Saran ......................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 80
LAMPIRAN – LAMPIRAN ........................................................................... 83
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Guru .......................................................... 42
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Santri ........................................................ 43
Tabel 3.3 Pedoman Dokumentasi ................................................................ 45
Tabel 4.1 Kurikulum Pesantren .................................................................... 56
Tabel 4.2 Data Santri Tahfidz ...................................................................... 58
Tabel 4.3 Target Hafalan Semester .............................................................. 63
Tabel 4.4 Target Hafalan Kelas ................................................................... 63
Tabel 4.5 Jadwal Tahfidz Santri Putra ......................................................... 65
Tabel 4.6 Jadwal Tahfidz Santri Putri .......................................................... 66
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Suasana Halaqoh Tahfidz Al-quran ......................................... 60
Gambar 4.2 Halaqoh Tahsin & Tahfidz Santri ............................................ 62
Gambar 4.3 Buku Setoran Tahfidz Santri .................................................... 65
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Dokumentasi Observasi dan Wawancara
Lampiran 1 : Hasil Wawancara
Lampiran 2 : Surat Observasi Penelitian
Lampiran 3 : Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 4 : Lembar Uji Refrensi
Lampiran 5 : Biodata Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an adalah mukjizat terbesar Rasulullah Shallallahu „Alaihi
wasallam dan yang terbesar di antara semua mukjizat para Nabi dan Rasul.
Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dari Allah SWT melalui perantara
Malaikat Jibril menggunakan bahasa Arab. Allah SWT berfirman:
*على ق لبك لتكون من المنذرين *مني ل به الروح ال ز ن *ل رب العالمني ي ز وإنه لت ن
*بلسان عرب مبني
“Dan sungguh, (Al-qur‟an) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan seluruh
alam192. yang dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril)193. Kedalam
hatimu (Muhammad) agar engkau termasuk orang yang memberi
peringatan194. Dengan bahasa Arab yang jelas195 {QS. Asy-Syu‟ara‟: 192-
195}1
Al-Qur‟an adalah nikmat yang tidak dapat diketahui kecuali oleh orang
yang merasakannya. Tiada bacaan seperti Al-Qur‟an yang dipelajari bukan
hanya susunan redaksi dan pemilihan kosa katanya, tetapi juga kandungannya
yang tersurat, tersirat bahkan sampai kepada kesan yang ditimbulkannya.
Semua dituangkan dalam jutaan jilid buku, generasi demi generasi. Kemudian
apa yang dituangkan dari sumber yang tak pernah kering itu, berbeda-beda
sesuai dengan perbedaan kemampuan dan kecenderungan. Al-Qur‟an
layaknya sebuah permata yang memancarkan cahaya yang berbeda-beda
sesuai dengan sudut pandang masing-masing.2
Al-Quran memiliki mukjizat berupa keindahan susunan kata dan sekaligus
memiliki kandungan yang luar biasa berupa hukum, Aqidah, Akhlak dan
kisah-kisah serta informasi masa lalu dan yang akan datang. Al-qur‟an juga
1 Kementrian Agama RI. Al-Qur‟an Transliterasi Al-Jadid. (Solo: PT Tiga Serangkai,
2018), h. 375. 2 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an. (Bandung: Mizan, 2003), h. 3
2
bisa menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman,
sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Isra ayat 82:
* ما هو شفآء ورحمة للمؤمنينوننزل من القرآن
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman” {QS. Al-Israa‟: 82}.3
Didalam Surat lain juga dijelaskan tentang kandungan Al-qur‟an yang
tidak ada keraguan serta kebatilan (rusak/palsu) di dalamnya. Allah SWT
berfirman dalam surat Al-baqarah ayat 1-5 dan Fussilat ayat 24:
الة ٢( ذلك الكتاب ل ريب فيه هدى للمتقني )١امل ) ( الذين ي ؤمنون بالغيب ويقيمون الص
( والذين ي ؤمنون با أنزل إليك وما أنزل من ق بلك وباآلخرة هم يوقنون ٣ا رزق ناهم ي نفقون )وم
م وأولئك هم المفلحون )٤) (٥( أولئك على هدى من رب
“Alif laam miim * Kitab (Al Qur‟an) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa * (yaitu) mereka yang beriman kepada
yang ghaib yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang
Kami anugerahkan kepada mereka. * dan mereka yang beriman kepada kitab
(Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah
diturunkan sebelummu serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
* Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan
merekalah orang-orang yang beruntung."{QS. Al-baqarah: 1-5}
يد ل يأتيه الباطل من ب ني يديه ول من خلفه * ت نزيل من حكيم ح
“Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun
dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi
Maha Terpuji” {Q.S Fussilat : 42}4
3 Kementrian Agama RI, op. cit., h. 290.
4 Ibid ., h. 481.
3
Al-Qur‟an menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama dari
seluruh ajaran Islam. Membaca Al-qur‟an merupakan suatu ibadah., juga
berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat manusia dalam mencapai
kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Pada masa Nabi Muhammad SAW
bangsa Arab sebagian besar buta huruf. Mereka belum banyak mengenal
kertas sebagai alat tulis seperti sekarang. Oleh karena itu setiap kali Nabi
menerima wahyu selalu dihafalnya, kemudian di sampaikan kepada para
sahabat dan diperintahkannya untuk menghafal dan menuliskannya di batu-
batu, pelepah kurma, kulit-kulit binatang dan apa saja yang bisa dipakai untuk
menulisnya.5
Keaslian dan ke autentikan Al-quran telah dijamin oleh Allah SWT sejak
pertama kali diturunkan hingga kiamat datang. Berbeda dengan kitab lainnya
yang telah berubah diakibatkan oleh ulah kaumnya sendiri. Allah SWT
menjelaskan bahwa dialah yang menurunkan Al-Qur‟an dan memeliharanya
dari penambahan, pengurangan, maupun pengurangan, Allah berfirman:
إنا نن ن زلنا الذكر وإنا له لافظون
“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Zikr (Al-Qur‟an), dan pasti kami
(pula) yang memeliharanya” {Q.S Al-Hijr: 9}6
Ayat-ayat Al-Qur‟an memiliki Redaksi dan kandungan yang bobotnya
sangat berkualitas dan penting bagi manusia. Ini tidak hanya diakui oleh para
ulama dan pakar islam saja, tetapi oleh para ilmuwan Non muslim. Hingga
kini dan sampai kapan pun tidak ada manusia dan makhluk apa pun yang akan
sanggup menandinginya. Sebab Al-Qur‟an merupakan kitab suci atau wahyu
Allah yang sempurna dalam segala seginya, termasuk dalam diksi,
terminologi, dan redaksi. Allah SWT memberi tantangan bagi siapapun yang
5 Muhaimin Zen, Tata Cara/Problematika Menghafal Al-Qur‟an dan Petunjuk-
Petunjuknya, (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1985), h. 5-6. 6 Kementrian Agama RI, op. cit., h. 262.
4
dapat menandingi atau membuat yang semisal Al-qur‟an, Allah SWT
berfirman:
ل لئن اجتمعت الإنس والجن على أن يأتوا بمثل هذا القرآن ق
لا يأتون بمثله ولو كان بعضهم لبعض ظهيرا
“Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat
yang serupa al-Qur‟ân ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang
serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi
sebagian yang lain”. {Al-Israa: 88}
Dalam ayat lain tantangan yang lebih ringan yaitu mendatangkan 10 surat
bahkan satu surat yang serupa. Tetapi, tidak satu makhluk pun yang dapat
memenuhinya. Allah SWT berfirman:
قل فأتوا بعشر سور مثله مفتريات وادعوا من استطعتم من دون الله إن كنتم يقولون افتراه مأ
فهل أنتم مسلمون فإلم يستجيبوا لكم فاعلموا أنما أنزل بعلم الله وأن لا إله إلا هو * صادقين
*
“Bahkan mereka mengatakan, Muhammad telah membuat-buat al-Qur‟ân
itu!” Katakanlah, “(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat yang
dibuat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup
(memanggilnya) selain Allâh, jika kamu memang orang-orang yang benar”.
Jika mereka (yang kamu seru itu) tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu,
maka ketahuilah, sesungguhnya al-Qur‟ân itu diturunkan dengan ilmu Allâh,
dan bahwasanya tidak ada Tuhan yang haq selain Dia, maka maukah kamu
berserah diri (kepada Allah)? {Hud:13-14}
وإن كنتم ف ريب ما ن زلنا على عبدنا فأتوا بسورة من مثله
* وادعوا شهداءكم من دون الله إن كنتم صادقني
5
“Dan jika kamu meragukan (Al-Qur‟an) yang kami turunkan kepada hamba
kami (Muhammad) maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah jika kamu orang-orang yang benar”
{Q.S Al-Baqarah : 23}7
Al-Qur‟an dapat dikaji secara ilmiah, cara membacanya pun
memerlukan kaidah dan aturan-aturan khusus yang terhimpun dalam satu
disiplin ilmu yang disebut dengan ilmu tajwid. Seorang pembaca dituntut
untuk membaca huruf demi huruf dengan fasih sesuai dengan haknya.
Bagaimana meng-ikhfak-kan suara, mendengungkan suara, meng-idgham-kan
huruf, melantunkan dan memerdukan suara serta aturan-aturan lain yang harus
ditaati oleh setiap pembacanya. Berbeda, ketika seseorang membaca buku,
artikel, surat kabar atau teks-teks lain yang sama berbahasa arab. Namun, si
pembaca tidak dihadapkan dengan kaidah-kaidah khusus. Maka, jelas bahwa
Al-Qur‟an benar-benar kalamullah. Adanya aturan-aturan tersebut, tidak akan
membuat siapapun menjadi kesulitan untuk menghafal memahami dan
mengaplikasikan kandungan Al-Qur‟an. Dan ini merupakan jaminan langsung
dari Allah, sebagaimana yang tertulis dalam firmannya :
رنا القرآن للذكر ف هل من مدكر * ولقد يس
“Dan sungguhh, telah kami mudahkan Al-Qur‟an untuk peringatan, maka
adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” {Q.S al-Qamar: 17 dan 40}8
Ayat ini merupakan garansi dari Allah SWT bahwa Dia akan menjaga
Al-Qur‟an. Salah satu bentuk realisasinya adalah Allah SWT mempersiapkan
manusia-manusia pilihan yang akan menjadi penghafal Al-Qur‟an dan penjaga
kemurnian kalimat serta bacaannya. Sehingga, jika ada musuh Islam yang
7 Kementrian Agama RI, op. cit., h. 4.
8 Kementrian Agama RI, op. cit., h.925 dan 530.
6
berusaha mengubah atau mengganti satu kalimat atau satu kata saja, pasti akan
diketahui, sebelum semua itu beredar secara luas ditengah masyarakat Islam.9
Betapa istimewa dan Mulianya para penghafal Al-Quran di sisi Allah
baik di Dunia dan di Akhirat. Sehingga, ummat muslim sebagai Khairu Umma
(sebaik-baiknya ummat) seharusnya sadar akan pentingnya dan berlomba-
lomba dalam mempelajari, memahami dan mengamalkan Al-Qur‟an didalam
kehidupan sehari-hari.
Dari Anas bin Mâlik Rodiallah „Anhu beliau berkata: Rasûlullâh
Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:
ته إن لله أهلني من الناس قالوا: يا رسول الله، من هم؟ قال: هم أهل القرآن، أهل الله وخاص
“Sesungguhnya di antara manusia ada yang menjadi „ahli‟ Allâh”. Para
Sahabat Radhiyallahu anhum bertanya, “Wahai Rasûlullâh! Siapakah
mereka?‟ Beliau Shallallahu „alaihi wa sallam menjawab, “Mereka adalah
ahli al-Qur‟an, (merekalah) ahli (orang-orang yang dekat dan dicintai) Allâh
dan di istimewakan di sisi-Nya10
{HR. Ibnu Majah dan Ahmad, Shahih al-
jami‟}
Dalam kitab shahihnya, imam Bukhari meriwayatkan hadis shahihnya
dari hajjaj bin Minhal dari syu‟bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa‟ad bin
Ubaidah dari Abu Abdirrahman As-Sulami dari Utsman bin Affan
Radhiyallahu „Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda,
ركم من ت علم القرآن وعلمه . خي
9 Nur Faizin Muhith, Semua Bisa Hafal Al-Qur‟an, (Banyuanyar Surakarta: al-Qudwah,
2013), h. 13-14 10
Aidh bin Abdullah Al-Qarni 391 Hadis pilihan: Mendasari kehidupan Sehari-hari,
Jakarta: Darul Haq, 2007. h. 179
7
“Sebaik-baiknya kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur`an dan
mengajarkannya”11
Dalam hadits di atas, terdapat dua amalan yang dapat membuat
seorang muslim menjadi yang terbaik di antara saudara-saudaranya sesama
muslim lainnya, yaitu belajar dan mengajarkan Al-Qur`an. Al-quran adalah
kalamullah, kitab yang berisikan ayat-ayat suci yang tidak ada keraguan
didalamnya dan menjadi sumber dan rujukan utama dalam ajaran islam.
Karena keutamaan yang tinggi inilah seseorang dikatakan lebih baik daripada
yang lainnya ketika dia mempelajari Al-qur‟an dan bisa mengajarkannya
kepada orang lain, apalagi sampai bisa menghafalkannya.
Sejak Al-Qur‟an diturunkan hingga kini banyak orang yang menghafal
Al-Qur‟an.12
Salah satu upaya untuk menjaga kelestarian Al-Qur‟an adalah
dengan menghafalkannya, karena memelihara kesucian dengan
menghafalkannya adalah pekerjaan yang terpuji dan amal yang mulia, yang
sangat dianjurkan Rasulullah. Dimana Rasulullah sendiri dan para sahabat
banyak yang hafal Al-Qur‟an. Hingga sekarang tradisi menghafal Al-Qur‟an
masih dilakukan oleh umat islam di dunia ini.
Yang terpenting dalam menghafal adalah bagaimana kita
meningkatkan kelancaran (menjaga) atau melestarikan hafalan tersebut
sehingga Al-Qur‟an tetap ada dalam ingatan dan dada kita. Untuk
melestarikan hafalan diperlukan kemauan yang kuat dan istiqamah yang
tinggi. Dia harus meluangkan waktunya setiap hari untuk mengulangi
hafalannya. Banyak cara untuk meningkatkan kelancaran hafalan Al-Qur‟an,
masing-masing tentunya memilih yang terbaik untuknya.
Penulis sangat bersemangat membahas Al-Qur‟an dari segi tahfidznya.
Karena penulis melihat dari kegiatan ini banyak melahirkan cendekiawan-
11
Imam Az-Zabidi. Ringkasan Hadis Shahih Al-Bukhari IV Cet.1. (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2007). h. 899. 12
Sahiron Syamsudin, Metodologi Living Qur‟an dan Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2001),
h. 23.
8
cendekiawan muslim intelektual di seluruh dunia. Kegiatan tahfidz ini banyak
dijumpai di pondok pesantren dan Madrasah yang ada di indonesia sehingga
dikenal dengan Pondok pesantren Tahfidzul Qur‟an, bahkan ada juga sekolah
umum yang mengadopsi dan mengkhususkan program tersebut di dalam
kurikulum sekolahnya. Dari pondok pesantren inilah banyak terlahir huffadz
intelektual. Di sanalah para santri dibina secara khusus dan profesional oleh
para asatidz mulai dari membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar hingga
hafal dan paham secara keseluruhan.
Pondok Pesantren adalah sistem pendidikan pertama dan tertua di
Indonesia. Keberadaan pondok pesantren menginspirasi sistem-sistem
pendidikan saat ini. Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama berakar di
negeri ini, pondok pesantren diakui dan memiliki andil yang sangat besar
terhadap perjalanan sejarah bangsa.13
Pesantren adalah tempat untuk membina manusia menjadi orang baik,
dengan sistem asrama. Artinya para santri, guru dan kyai hidup dalam
lingkungan yang ketat dan disiplin.14
Sebagai lembaga sosial, pesantren telah
menyelenggarakan pendidikan formal baik berupa sekolah umum maupun
sekolah agama. Pesantren juga mengembangkan fungsinya sebagai lembaga
solidaritas sosial dengan menampung anak-anak dari segala lapisan
masyarakat muslim dan memberikan pelayanan yang sama kepada mereka
tanpa membedakan tingkat ekonomi mereka.15
Selain pondok pesantren, program tahfidzul qur‟an juga banyak
ditemukan di sekolah-sekolah Islam, mulai dari tingkat dasar sampai
perguruan tinggi. Bahkan sebagian dari lembaga-lembaga tersebut
menjadikan Huffadzul Qur‟an sebagai syarat mutlak masuk atau penerimaan
buku raport dan tanda tamat belajar.
13
Amin Haedari, Transformasi Pesantren, (Jakarta: Media Nusantara, 2013), h. 3. 14
Taufik Abdullah, Agama dan Perubahan Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 329. 15
Mastuki, dkk, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2014), h. 04.
9
Tidak sedikit pondok pesantren mulai mengembangkan pendidikan
yang berkurikulum, serta mengkombinasikannya dengan Pelajaran klasik dan
memasukkan program Tahfidz Al-Qur‟an di dalamnya. Tercatat banyak
lembaga pendidikan baik yang formal maupun Nonformal di indonesia yang
memasukkan program tahfidz Al-quran di dalam kurikulumnya. Seperti salah
satu pesantren yang terletak di Karang Tengah, Tangerang. Pesantren yang
mengkombinasikan antara kurikulum pendidikan nasional, kurikulum
pesantren dan tahfidz Al-qur‟an dalam sistem pembelajarannya. Dimana`
murid/santri tidak hanya mempelajari pelajaran umum dan keislaman saja
tetapi diluar jam sekolah anak-anak menggunaan waktunya untuk
menghafalkan ayat suci Al-qur‟an dibimbing guru/ustadz dalam sistem
pesantren.16
Menghafal al-Qur‟an merupakan suatu proses, mengingat materi yang
dihafalkan harus sempurna, setelah hafalan al-Qur‟an tersebut sempurna,
maka selanjutnya ialah diwajibkan untuk mengetahui isi kandungan yang ada
di dalamnya.
Kegiatan menghafal al-Qur‟an juga merupakan sebuah proses,
mengingat seluruh ayat secara sempurna baik Makharijul Huruf, Tajwid
panjang dan pendek hurufnya. Sehingga, seluruh proses pengingatan terhadap
ayat dan bagian-bagiannya dimulai dari proses awal, hingga pengingatan
kembali (recalling) harus tepat. Apabila salah dalam memasukkan suatu
materi atau menyimpan materi, maka akan salah pula dalam mengingat
kembali materi tersebut. Bahkan, materi tersebut sulit untuk ditemukan
kembali dalam memori atau ingatan manusia.17
Menghafal al-Qur‟an bukan sesuatu yang sulit, namun membutuhkan
kesabaran ekstra. Pada dasarnya, menghafal al-Qur‟an tidak hanya sekadar
menghafal, melainkan juga harus menjaganya dan melewati berbagai
16
Hasil Observasi di pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa, Karang Tengah Tangerang. 17
Wiwi Alawiyah, Panduan Menghafal Al-Qur‟an Super Kilat, (Yogyakarta: Diva Press,
2015), h. 14-15.
10
rintangan atau cobaan selama menghafal. Menjaga al-Qur‟an tidak semudah
ketika menghafal al-Qur‟an. Bisa jadi, dalam proses menghafal, anda pernah
merasakan cepat menghafal ayat al-Qur‟an, namun juga cepat hilangnya. Hal
demikian sangat wajar dan pernah dirasakan oleh orang-orang yang
menghafalkan al-Qur‟an. Oleh karena itu, hafalan harus benar-benar dijaga
dengan cara sering memurojaah hafalan supaya tidak cepat hilang.18
Dalam perjalanan menghafal Al-Qur‟an para penghafal dihadapi
dengan berbagai hambatan dan rintangan baik dari proses menghafal dan
menjaga Hafalan itu agar tetap terjaga didalam ingatan dan hati para Huffadz.
Berbagai kiat dan cara serta metode-metode yang diterapkan di lembaga
pendidikan Umum atau Pesantren banyak yang telah di Teliti, kemudian
disesuaikan dengan kondisi yang ada di lingkungan tersebut.
Pada dasarnya pencapaian Hafalan itu kembali kepada cara atau
Metode yang digunakan dalam Menghafal Al-Qur‟an tersebut. Banyak
lembaga yang berhasil dalam pelaksanaan Program Tahfidz nya, namun
banyak juga lembaga yang masih dalam tahap perbaikan metode yang
digunakan. Karena menyesuaikan kondisi murid-murid dan lingkungan di
Sekitarnya.
Dengan kondisi santri yang seluruhnya adalah pelajar, tentunya perlu
perhatian khusus dalam menjaga kelancaran hafalannya Al-Qur‟an. Karena
berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan (Pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa),
santri harus pandai-pandai membagi waktu antara mengerjakan tugas sekolah,
Kegiatan Extrakulikuler Pesantren dan Muroja‟ah hafalan. Untuk bisa
menghafal Al-qur‟an 30 juz dan menjadi hafidz, langkah-langkah yang
ditempuh cukup berat dan melelahkan. Tetapi dibalik lelah itu ada anugerah
Allah SWT yang akan diberikan kepada hamba-hamba pilihannya.
18
Ibid., hlm. 125-126
11
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Metode Tahfidz Al-Qur’an di
Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa, Karang Tengah Kota Tangerang”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengidentifikasi beberapa
masalah yang akan dijadikan bahan penelitian, yaitu :
1. Perlunya sistem tahfidz Al-qur‟an yang baik dalam lembaga
pendidikan agar santri bisa fokus dan tenang dalam menghafal.
2. Pentingngnya metode yang tepat bagi tiap santri dalam tahfidz Al-
qur‟an, agar proses tahfidz Al-Qur‟an menjadi mudah.
3. Kurangnya kesadaran dan semangat dari santri dalam menghafal Al-
Qur‟an dan menjaga hafalan, karena faktor-faktor internal dan
external.
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, maka penulis perlu untuk
mengarahkan permasalahan yang akan di teliti dan akan dibatasi hanya pada
proses dan metode tahfidz al-qur‟an yang digunakan di Pesantren Tahfidz Ad-
dhuha Karang Tengah Kota Tangerang serta Faktor pendukung dan
penghambat santri dalam menghafal.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, rumusan masalah yang
akan penulis bahas yaitu :
12
1. Bagaimana proses tahfidz al-qur‟an yang dilaksanakan di pesantren
Tahfidz Ad-dhuhaa, karang tengah kota Tangerang?
2. Metode apakah yang digunakan dalam tahfizd al-qur‟an di pesantren
tahfidz Ad-dhuha Karang Tengah Kota Tangerang?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program tahfidz
Al-qur‟an di pesantren tahfidz Ad-dhuha Karang tengah kota
tangerang?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diketahui bahwa tujuan
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui proses Tahfidz Al-qur‟an yang dilaksanakan di
pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa, karang tengah kota Tangerang
2. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam tahfidz Al-qur‟an di
Pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa, Karang Tengah kota Tangerang.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan program tahfidz Al-qur‟an di Pesantren tahfidz Ad-dhuha
Karang Tengah Kota tangerang.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi banyak
orang berupa sumbangan pengetahuan, khususnya bagi pengembang ilmu
yang terkait dengan Tahfidz Al-Qur‟an yang penulis paparkan sebagai berikut:
1. Memberikan masukan dalam usaha peningkatan metode tahfidz Al-
Qur‟an di pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa, Karang Tengah Tangerang.
2. Secara teoritis penelitian ini diharap dapat memberikan konstribusi
ilmu pengetahuan dibidang Tahfidz Al-Qur‟an, dalam hal memperkaya
pemikiran dan pemahaman tentang metode yang baik dan benar untuk
tahfidz Al-qur‟an.
3. Secara praktis yaitu sebagai pedoman bagi yayasan, atau pimpinan
pesantren, untuk mengajarkan metode menghafal al-Qur‟an yang
13
efektif dan sebagai masukan bagi Asatidz dalam peningkatan
pelaksanaan proses tahfidz al-Qur‟an di pesantren.
4. Bagi siswa, hasil penelitian ini akan dapat menambah wawasan mereka
tentang metode-metode menghafal yang baik. serta mencari tahu
metode yang tepat bagi diri siswa/santri dalam menghafal Al-qur‟an.
5. Bagi peneliti, yaitu Memperoleh tambahan wawasan dan pengalaman
khususnya berkenaan dengan metode tahfidz Al-qur‟an
6. Dan sebagai bagian dari pengabdian yang dapat dijadikan refleksi
untuk terus mencari dan mengembangkan inovasi dalam hal metode
tahfidz yang lebih baik.
13
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Metode Tahfidz Al-Qur’an
1. Pengertian Metode
Metode secara etimologi, berasal dari bahasa Yunani “metodos”
kata ini berasal dari dua suku kata yaitu: “metha” yang berarti melalui
atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti
jalan yang di lalui untuk mencapai tujuan suatu.1
Dalam kamus Bahasa Indonesia. “metode” adalah cara yang teratur
dan terfikir secara baik untuk mencapai tujuan2. Sehingga dapat di
pahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk
menyajikan bahan pelajaran agar mencapai tujuan pelajaran. Metode
adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar
mengajar. Setiap kali mengajar guru pasti menggunakan metode.
Metode yang digunakan itu pasti tidak sembarangan, melainkan sesuai
dengan tujuan pembelajaran.3
Sedangkan dalam dunia penelitian metode memiliki arti tersendiri,
yang pada dasarnya juga merujuk pada suatu bentuk cara yang
ditempuh untuk menemui sesuatu yang dicari. Dalam hal ini metode
sering disebut sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Sugiono mengatakan bahwa metode
ilmiah itu harus memiliki kata kunci yang perlu diperhatikan. Kata
kuncinya yaitu cara ilmiah yang memiliki artian bahwa penelitian
1 Muhammad Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara1996), h. 61.
2 Tim Pandom Media, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pandom Media
Nusantara, 2014), h. 577. 3 Saipul Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.
178.
14
harus memiliki cara-cara keilmuan seperti rasional, empiris, dan
sistematis.4
Dalam kajian keilmuan metode sering disebut dengan metodologi.
Di sini memiliki tiga kata yang dipadukan, yaitu meta, hodos dan
logos. Meta memiliki makna melalui sedangkan hodos berarti cara atau
jalan, sedangkan logos memiliki makna ilmu.5
Kohar dalam Abdullah mengatakan metodologi disebut juga
sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang suatu jalan yang akan
ditempuh dalam sebuah penelitian. Kemudian metodologi menjadi
salah satu factor penting bagi terbentuknya suatu bangunan ilmu. Suatu
ilmu pengetahuan hanyalah dapat dipahami dalam kerangka
metodologi yang mendasarinya.6
Selain pengertian di atas, ada juga pengertian metode dari segi
pendidikan Islam. Menurut Ibnu Madhour dalam Abdullah, metode
pendidikan Islam sering diambil dari kata bahasa Arab yaitu الطريقة yang memiliki arti jalan yang terang.
7 Metode dalam bahasa Arab juga
dikenal dengan istilah Thoriqoh yang berarti langkah-langkah strategis
yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila
dihubungkan dengan pendidikan maka strategi tersebut harus
diwujudkan dalam proses pendidikan dalam rangka pengembangan
sikap mental dan kepribadian agar peserta didik menerima pelajaran
dengan mudah, efektif, dan dapat dicerna dengan baik.8
Dalam pandangan filosofis pendidikan metode merupakan alat
yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan alat itu mempunyai
fungsi ganda yakni yang bersifat polipagmatis dan monopagmatis.
4 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, Cet.22, (Bandung: Alfabeta,
2015), h. 2-3. 5 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), h. 99.
6 Mawardi Abdullah, Ulumul Qur‟an, Cet. 2, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 166.
7 1bid., hal. 166.
8 Ramayulis, Metode Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: Kalam Mulia, 2015) h. 2-3
15
Polipagmatis bilaman sebuah metode memiliki kegunaan yang serba
ganda (multipurpose) begitupula sebaliknya monopagmatis bilamana
suatu metode hanya memilki satu peran saja, satu macam tujuan
penggunaan mengandung implikasi yang bersifat konsisten, sistematis
dan keberagaman menurut kondisi sasarannya.9
Para ahli mendefinisikan metode sebagai berikut:10
a. Hassan Langgulung mendefiniskan bahwa metode adalah
cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan
pendidikan.
b. Abd Ar-rahman Ghunaimah berpendapat bahwa cara-cara
yang peraktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
c. Al-Ahrasy, berpendapat bahwa metode adalah jalan yang
kita ikuti untuk memberikan pengertian kepada peserta
didik tentang segala macam metode dalam berbagai
pelajaran
Didalam kitab Tarbiyah wa Ta‟lim dijelaskan tentang Metode
pembelajaran adalah:
وي لعري سييذال امظالنيىذي ملىالت لعوي قل اي مي فسردال
Yaitu peraturan yang dibuat dan dijalankan seorang guru kepada
muridnya agar materi pelajaran yang telah disiapkan mencapai hasil
yang baik.11
Dalam kegiatan belajar mengajar sebuah metode yang
tepat sangatlah dibutuhkan guna mendapatkan hasil yang baik dalam
pembelajaran.
Metode adalah sesuatu yang penting di perhatikan karena tingkat
pemahaman anak yang berbeda perlu adanya metode yang tepat dalam
pelajaran yang berbeda. Karena pentingnya sebuah metode
9 M. Arifin. Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) h. 97-98
10 Op.cit., h.3
116. ص.7002رفعت حسن المعافي. أصول التربية والتعلين، الجزء األول. دار السالم كونتور:
16
pembelajaran dalam dunia pendidikan, di Pesantren modern
darussalam Gontor dikenal istilah
نمم ىأةقي رالط ةاد ال
“Metode itu lebih penting daripada Materi yang akan
disampaikan”
Karena keberhasilan atau kesuksesan seorang guru dalam
menyampaikan Materi pelajaran bisa terlihat dari cara atau metode
yang di dunakannya dalam pembelajaran. Metode yang tepat akan
menghasilkan hasil yang baik.
2. Pengertian Tahfidz Al-Qur’an
Tahfidz Al-Qur‟an berasal dari dua kata Tahfidz dan Al-Qur‟an.
Pertama, kata tahfidz yang berarti Menghafal, menghafal dari kata
dasar Hafal, yang dari bahasa arab –حفظ yaitu lawan حف ظ -ي فظ
kata dari Lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa.12
Menghafal berasal dari akar kata “hafal” yang artinya telah masuk
dalam ingatan atau dapat mengucapkan sesuatu di luar kepala tanpa
melihat buku atau catatan lain. Jadi menghafal adalah berusaha
meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat tanpa melihat buku
ataupun catatan.13
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan materi di dalam
ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksi atau diingat kembali
secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Menghafal merupakan
12
Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, h. 105. 13
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta: Pt.
Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 473.
17
proses mental untuk menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu
waktu bila diperlukan dapat diingat kembali ke alam sadar.
Menurut Abdul Aziz „Abdul Rauf definisi menghafal adalah
“proses mengulang sesuatu baik dengan membaca atau mendengar”.
Pekerjaan apapun jika sering di ulang maka akan menjadi hafal.14
Kedua, Al-Qur‟an berasal dari kata ءرق ي –ءرق yang artinya Membaca,
Al-Qur‟an dari segi bahasa adalah bacaan atau yang dibaca.
para ulama berbeda pendapat mengenai pengertian atau definisi
tentang Al-Qur‟an. Hal ini terkait sekali dengan masing-masing fungsi
dari Al-Qur‟an itu sendiri. Nama Al-Qur‟an diambil dari Al-Quran itu
sendiri sebagaimana firman Allah SWT berikut :
كريإن و لقر آن
“Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia”.
{QS Al-Waqi'ah: 77}15
Dalam Al-Qur‟an surat Al-Qiyamah Allah SWT berfirman:
فات بع قر آنوفإذاق رأ ناه
“Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaannya itu”. {Q.S. Al-Qiyamah: 18}
Muhammad Fuad Abdul Baqi dalam Abdullah mengatakan
penggunaan kata Al-Qur‟an dalam kitab suci terdapat kurang lebih
14
Abdul Aziz „Abdul Rauf, Kiat sukses menjadi hafidh qur‟an da‟iyah. (Jakarta: As-
Syamil, 2000). h. 49. 15
Kementrian Agama RI. Al-Qur‟an Transliterasi Al-Jadid. (Solo: PT Tiga Serangkai,
2018), h. 537
18
sekitar 68 ayat, dari semua itu menunjukkan kepada kata khusus nama
Al-Qur‟an.16
Kemudian secara terminologis Al-Qur‟an berarti kalamullah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan bahasa Arab
melalui perantara malaikat Jibril, Hal ini dikuatkan dengan firman
Allah SWT:
ال عالمنيي زوإن ولت ن *علىق ل بكلتكونمنال من ذرين*منيالر وحال لبوزن *لرب
*بلسانعربمبني
“Dan sungguh, (Al-qur‟an) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan
seluruh alam192. yang dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril)193.
Kedalam hatimu (Muhammad) agar engkau termasuk orang yang
memberi peringatan194. Dengan bahasa Arab yang jelas195 {QS.
Asy-Syu‟ara‟: 192-195}17
Menghafal Al-Qur‟an adalah suatu proses mengingat di mana
seluruh materi ayat dan bagian-bagiannya harus diingat secara sempurna.
Karena itu, seluruh proses pengingatan terhadap ayat dan bagian-
bagiannya itu mulai dari proses awal hingga pengingatan kembali
(recolling) harus tepat. Keliru dalam memasukkan atau menyimpannya
akan keliru pula dalam mengingatnya kembali, atau bahkan sulit
ditemukan dalam memori.
Seorang ahli psikolog ternama, Atkinson, menyatakan bahwa
perbedaan dasar mengenai ingatan. Pertama mengenai tiga tahapan, yaitu:
1. Encoding (memasukkan informasi ke dalam ingatan),
2. Storage (penyimpanan),
3. Retrieval (pengungkapan kembali).
16
Mawardi Abdullah, Ulumul Qur‟an, Cet ke-2, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 2014, hal. 17
Op.cit., h. 375.
19
Kedua mengenai dua jenis ingatan yaitu :
1. Short term memory (ingatan jangka pendek)
2. Long term memory (ingat jangka panjang).18
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tahfidz Al-Qur‟an
adalah kegiatan menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an dengan cara pengulangan
bacaan-bacaan baik dengan melihat tulisan maupun dengan mendengar bacaan
Al-Qur‟an, sehingga bacaan tersebut dapat melekat pada ingatan dan dapat
diulang kembali tanpa melihat mushaf atau Al-Qur‟an.
B. Metode-metode dalam Tahfiddz Al-Qur’an
Metode merupakan faktor yang penting untuk mencapai suatu tujuan,
sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Sedangkan yang dimaksud dengan
Tahfidz Al-qur‟an adalah mengulang bacaan tanpa melihat Al-Qur‟an. Adapun
metode Tahfidz Al-Qur‟an disini adalah cara yang digunakan dalam
menghafal Al-Qur‟an sehingga dapat menghafal Al-Qur‟an dengan
sepenuhnya, mengingat metode tersebut merupakan salah satu factor yang tak
boleh diabaikan, karena ikut serta menentukkan keberhasilan menghafal Al-
Qur‟an.
Para pencinta Al-Qur‟an yang ingin menghafalkan Al-Qur‟an bisa
memilih metode mana yang paling cocok untuk dirinya, atau bisa juga
menggabung-gabungkan antara satu metode dengan lainnya sehingga akan
lebih memperkuat hafalan yang telah dicapai. Berikut ini uraian metode-
metode tersebut:
1. Metode Wahdah
Model wahdah adalah model menghafal al-Qur‟an dengan cara
menghafal satu persatu ayat-ayat yang akan dihafal, setelah lancar baru
dilanjutkan pada ayat berikutnya. Model ini dirasakan sangat cocok bagi
18
Sa'dulloh. 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur‟an (Jakarta: Gema Insani, 2008). h. 49.
20
pemula yang hendak menghafal al-Qur‟an. Ayat yang dibaca dengan cara
mengulang sebanyak 15 kali, atau 20 kali atau 25 kali atau bahkan lebih.19
Kemudian lanjut pada ayat berikutnya, jika ayat sebelumnya sudah
benar-benar dihafal. Cara tersebut diulang-ulang sehingga kualitas hafalan
akan lebih bagus dan mudah diingat.
2. Metode Kitabah
Metode kitabah adalah metode menghafal al-Qur‟an dengan cara
menulis ayat- ayat al-Qur‟an pada potongan kertas atau dalam catatan-
catatan tertentu yang akan mempermudah hafalan.
Cara ini sudah sering dilakukan para ulama zaman dahulu, setiap ilmu
yang mereka hafal mereka tulis. Hal ini dapat kita lihat dalam gubahan
sya‟ir mereka yang menganjurkan penulisan ilmu.20
3. Metode Sima’i
Metode Sima‟i adalah model Menghafal al-Qur‟an dengan cara
mendengar. Metode ini dilakukan dengan mendegar ayat-ayat al-Qur‟an
yang akan dihafal baik dari seseorang hafidz maupun mendengar melalui
media elektronik seperti handphone, laptop, netbook, dan sejenis lainnya.
Model sima‟i sangat efektif bagi orang-orang belum bisa membaca al-
Qur‟an, tunanetra, maupun individu yang sibuk dengan pekerjaanya
sehingga tidak sempat membaca al-Qur‟an. Selain itu jika telinga sudah
terbiasa serasi dan peka terhadap bahasa atau ucapan yang didengar maka
mudah mengerti.21
Maksudanya jika telinga sudah terbiasa mendengar
ayat-ayat al-Qur‟an maka akan mudah untuk menghafal dan memahami
ayat al-Qur‟an tersebut.
19
Umar al-Faruq, 10 Jurus Dahsyat Menghafal Al-Qur‟an (Surakarta: Ziyad, 2014), h.
86-90. 20
Abdul Azis Abdul Rauf Al Hafizh, Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur‟an Da‟iyah
(Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2004), hlm. 53. 21
Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997), hlm. 178.
21
4. Metode Jama’
Metode Jama‟ adalah metode menghafal Al-Qur‟an dengan cara
bersama-sama yang dipimpin oleh ketua atau instruktur dalam kelompok.
Dengan cara instruktur membaca satu ayat atau dua ayat atau tiga ayat atau
lebih kemudian ditiru oleh anggotanya atau pesertanya.
Setelah ayat-ayat yang dibimbing oleh instruktur tersebut dibaca
dengan baik, maka peserta diminta untuk perlahan melepas mushaf
kemudian menghafal secara perlahan-lahan.
Dengan model menghafal secara jama‟ seperti ini setidaknya dapat
membantu peserta untuk semangat dalam menghafal. Karena dengan
kelompok, teman dan secara bejama‟ah tentunya akan lebih mendorong
diri untuk lebih bersemangat.22
5. Metode Muraja’ah
Metode menghafal muraja‟ah adalah metode menghafal al-Qur‟an
dengan cara mengulang kembali hafalan yang pernah dihafal dengan
tujuan agar hafalan tetap terjaga. Mengulang hafalan dapat dilakukan
dengan cara meminta bantuan teman sejawat, mengulang ketika waktu
salat atau muraja‟ah dengan kepada guru ngaji.23
Sedangkan menurut Abdul Aziz bahwa sebelum mulai menghafal,
maka bacalah berulang-ulang ayat yang akan dihafal sebanyak 35 kali
pengulangan. Karena dengan cara ini akan merasakan kemudahan khusus
dalam merekam ayat-ayat tersebut. Namun cara ini membutuhkan waktu
yang cukup banyak.24
Senada dengan yang dikatakan oleh Abu Hurri beliau mengatakan
bahwa kuatnya seseorang atau lembaga dalam bidang tahfidzh adalah
muraja‟ah. Abu Hurri juga membagi tiga macam model muraja‟ah yang
22
Umar al Faruq, 10 Jurus Dahsyat Menghafal Al-Qur‟an (Surakarta: Ziyad, 2014), h. 97 23
Ibid,hlm. 135. 24
Abdul Azis Abdul Rauf Al Hafizh, Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur‟an Da‟iyah, hlm.51.
22
efektif dalam menghafal al-Qur‟an yaitu: muraja‟ah dengan diri pribadi,
muraja‟ah dengan teman, dan muraja‟ah dengan guru (pengajar).25
Selanjutnya, didalam bukunya Mukhlisoh Zawawie menjelaskan tentang
metode yang dapat dipakai dalam menghafal Al-qur‟an diantaranya :
1. Menghafal Sendiri26
Berikut ini beberapa tahapan yang harus dilalui dalam metode
menghafal sendiri.
a. Memilih mushaf Al-Qur‟an yang ukurannya sudah disesuaikan dengan
kesukaan. Meskipun demikian, sangat dianjurkan menggunakan
mushaf Huffazh, yaitu mushaf yang diawali dengan awal ayat dan
diakhiri pula dengan ayat. Dianjurkan pula agar tidak menggunakan
mushaf yang terlalu kecil karena akan sulit direkam oleh akal. Selain
itu diupayakan untuk tidak berganti-ganti mushaf saat menghafal agar
memudahkan calon Huffazh dalam mengingat posisi ayat yang sudah
dihafalkan.
b. Melakukan persiapan menghafal, meliputi persiapan diri (menata niat
dan menyiapkan semangat bahwa pahala amal yang akan dilakukannya
sangat besar), berwudhu dan bersuci dengan sempurna, serta memilih
tempat yang nyaman untuk berkonsentrasi, seperti di masjid dengan
menghadap kiblat.
c. Melakukan pemanasan dengan membaca beberapa ayat Al-Qur‟an
sebagai pancingan agar jiwa lebih tenang dan lebih siap mengahfal.
Akan tetapi, pemanasan ini jangan sampai terlalu lama karena malah
akan menguras waktu dan ketika mulai menghafal sudah dalam
keadaan lelah.
25
Abu Hurri, Cepat dan Kuat Hafal Juz‟amma (Sukoharjo:Al-Hurri Media Qur‟anuna, 2010), hlm.
52-53. 26
Mukhlisoh Zawawie, P-M3 Al-Qur‟an Pedoman Membaca, Mendengar, dan
Menghafal Al-Qur‟an, (Solo:Tinta Medina, 2011), h. 106-108.
23
d. Memulai langkah awal dalam hafalan, yaitu mengamati secara jeli dan
teliti ayat-ayat yang akan dihafalkan sehingga ayatayat tersebut
terekam dalam hati.
e. Memulai langkah kedua dalam hafalan, yaitu mulai membaca secara
binadhar (malihat) ayat-ayat yang akan dihafalkan dengan bacaan tartil
dan pelan. Bacaan ini diulang sebanyak lima sampai tujuh kali atau
lebih banyak, bahkan sebagian calon Huffazh ada yang mengulang
sampai 50 kali.
f. Memulai langkah ketiga dalam hafalan, yaitu memejamkan mata
sambil melafalkan ayat yang sedang dihafalkan. Langkah ini juga
diulang berkali-kali sampai benar-benar yakin sudah hafal dengan
sempurna.
g. Langkah terakhir adalah tarabbuth atau menyambung, yaitu
menyambung secara langsung ayat-ayat yang telah dilafalkan sambil
memejamkan mata.
2. Menghafal Berpasangan
Menghafal berpasangan dilakukan oleh dua orang Huffazh secara
bersama-sama. Hafalan dimulai setelah mereka menyepakati ayat-ayat
yang akan dihafalkan.
3. Menghafal Dengan Bantuan Al-Qur‟an Digital.
Menghafal Al-Qur‟an dapat kita lakukan dengan menggunakan pocket
Al-Qur‟an atau Al-Qur‟an digital yang telah dirancang secara khusus. Kita
bisa memilih ayat yang kita kehendaki dan mendengarkannya secara
berulang-ulang. Lalu, berusaha mengikutinya sampai benar-benar hafal
kemudian baru berpindah pada ayat seterusnya. Setelah benar-benar yakin
hafal, kita mencoba megulangnya sendiri tanpa bantuan Al-Qur‟an digital.
4. Menghafal Dengan Alat Perekam.
Metode ini diawali dengan merekam suara kita sendiri yang sedang
membaca beberapa ayat yang kita kehendaki. Selanjutnya, kita aktifkan
24
alat tersebut dan berusaha mengikuti bacaan-bacaan dalam rekaman
tersebut sampai benar-benar hafal. Setelah itu, kita mencoba mengulang
hafalan tanpa bantuan alat perekam.27
Sedangkan menurut Ahmad Baduwailan ada tiga belas metode dalam
menghafalkan Al-Qur‟an, yaitu:
1. Menggunakan Mushaf Hufazh. Seseorang harus memiliki mushaf khusus
untuk Menghafal Al-qur‟an agar mempermudahkan dalam menghafal.
2. Mushaf yang Terpisah-Pisah Tetap menggunakan mushaf hufazh, namun
yang memiliki pembagiaan per juz. Hal ini dimaksudkan agar fokus pada
juz yang dihafal dan tidak membuka juz yang lain.
3. Membaca Ayat Secara Perlahan-lahan Sebelum menghafal bacalah ayat
yang ingin dihafal secara perlahan-lahan. Setelah demikian jika sudah
memiliki gambaran umum dari ayat tersebut, mulailah untuk
menghafalnya.
4. Metode Mencari Pasangan Menghafal Sebaiknya seseorang mencari teman
yang turut ikut untuk menghafalkan Al-Qur‟an. Lebih baik lagi teman
yang dimaksud itu memiliki kesesuain dari segi kejiwaan, pendidikan, dan
juga usia. Maka jangan heran bagi sepasang suami-istri dapat
menghafalkan Al-Qur‟an ketika mereka telah menikah, hal ini dikarenakan
ada kesesuaian mereka dalam mewujudkan menghafal Al-Qur‟an.
5. Membagi-Bagi Ayat Beberapa Bagian Beberapa ayat dibagi menjadi
beberapa bagian. Ayat-ayat tersebut kemudian dipahami artinya, lalu
dijadikan bahan pembicaraan seperti ceramah atau tausiyah. Dengan
demikian satu halaman Al-Qur‟an akan mudah dihafalkan dan terasa
sedikit.
6. Membacakan Ayat yang Telah Dihafal dalam Shalat Sunnah Apabila telah
menghafal satu ayat atau satu halaman surat Al-Qur‟an, maka bacalah di
27
Ibid., hal. 109
25
dalam setiap waktu shalat sunnah. Yang paling utama itu ketika shalat
sunnah malam atau tahajjud. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT:
وم قيل إن ناشئةالل ي لىيأشد وط ئ اوأق
“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk
khusyu') dan bacaan di waktu itu lebih berkesan”. {Q.S. Al-Muzammil:
6}.
7. Menuliskan Hafalan. Seseorang dapat menghafalkan Al-Qur‟an dengan
cara menuliskan ayat yang ingin dihafalkannya terlebih dahulu, kemudia
dihafalkan.
8. Menandai Ayat yang Terasa Sulit untuk Dihafal Ketika merasa kesulitan
menyebut atau mengingat ayat yang dihafalkan, maka tulislah potongan
ayat tersebut pada kertas polos dengan menggunakan tinta yang jelas.
Ketikan sedang menghafal maka jangan buka mushaf namun buka saja
kertas yang telah dituliskan tersebut.
9. Komitmen dengan Jadwal Bagi seseorang yang ingin menghafalkan Al-
Qur‟an, maka sangat ditekankan untuk komitmen dengan jadwal yang ada.
Jika tidak komitmen dengan jadwal menghafal yang telah ditentukan,
maka sangat sulit untuk dapat istiqamah dalam menghafal.
10. Memahami Ayat Metode ini sama juga dengan metode sebelumnya, yaitu
berusaha memahami arti dari ayat-ayat yang dihafalkan ehingga dengan
mudah mengaitkan lafazh ayat dengan keadaan yang ada.
11. Bergabung dengan Lembaga Tahfizh Hal ini juga sama dengan pendapat
sebelumnya, seseorang yang ingin menghafalkan Al-Qur‟an sangat
ditekankan untuk dapat bergabung dengan lembaga tahfiz yang ada di
sekitarnya.
12. Menjadi Imam Masjid Bagi lelaki yang sudah baligh, menjadi iman shalat
di masjid merupakan suatu cara untuk meningkatkan ingatan hafalan.
Karena menjadi imam seseorang ditekankan untuk dapat membaca
suratsurat pilihan dari Al-Qur‟an. Biasanya seseorang akan lebih ingin
26
membacakan surat yang lebih asing daripada surat-surat pendek yang
terdapat dalam juz 30. Tetapi perlu diperhatikan dalam hal ini jangan
sampai menghafalkan Al-Qur‟an karena ingin didengarkan dan disebut
hafizh, hal ini akan terjatuh dalam perbuatan riya‟ dan sum‟ah.
13. Mengdengarkan Kaset Muratal Metode ini hampir sama dengan metode
sebelumnya, yaitu harus banyak mendengarkan muratal Al-Qur‟an sesuai
dengan selera ayat yang mana mau dihafalkan. Kekuatan mendengarkan
biasanya akan dapat menyimpan sesuatu dalam memori dengan skala yang
cukup baik.28
C. Hukum Menghafal Al-Qur’an
Menghafal al-Quran tentu sangat utama bagi kaum muslim. Menghafal
Al-Qur‟an membuktikan sebuah keteladanan kepada Nabi. Dalam sebuah
hadits pernah diceritakan kepada kita, bahwa Rasulullah SAW hampir
setiap malam di bulan Ramadhan belajar Al-Qur‟an sekaligus mengecek
hafalan beliau bersama malaikat Jibril. Selain dari bentuk keteladanan
kepada Nabi, dengan menghafal Al-Qur‟an akan memudahkan seseorang
dalam menguatkan argumentasi dalam menjalankan dakwahnya. Lebih
dari itu lagi adalah sebagai salah satu dasar cara menjaga keontentikan Al-
Qur‟an, hal ini dapat dilihat dari kisah-kisah sahabat dan para tabi‟in
terdahulu berlomba-lomba menghafalkan Al-Qur‟an.
Secara tekstual tidak didapatkan nash atau dalil yang tegas perintah
menghafalkan Al-Qur‟an. Para ulama sepakat bahwa hukum menghafal
Al-Qur‟an adalah fardhu kifayah. Apabila diantara anggota masyarakat
ada yang sudah melaksanakan nya maka bebaslah beban anggota
masyarakat yang lainnya. Tetapi jika tidak ada sama sekali, maka
berdosalah semuannya. Prinsip fardu kifayah ini dimaksud untuk menjaga
dari pemalsuan, perubahan dan pergantian seperti yang pernah terjadi pada
28
Ahmad Baduwailan, Menjadi Hafizh; Tips dan Motivasi Menghafal Al-Qur‟an, terj.
Cep
Mochamad Faqih, Solo: PT. Aqwam Media Profetika, 2016, hal. 130-134
27
kitab-kitab yang lainnya pada masa lalu. Imam As-Suyuti dalam kitabnya,
Al-Itqan mengatakan “ketahuilah, sesungguhnya menghafal Al-Qur‟an itu
adalah fardu kifayah bagi umat.”29
Memang pada saat ini sudah banyak CD yang mampu menyimpan teks
Al- Qur‟an, begitu juga banyak Al-Qur‟an yang sudah di tashih oleh
lembaga-lembaga yang kompeten, tetapi hal tersebut belumlah cukup
untuk menjaga kemurnian dan keaslian Al-Qur‟an. Karena tidak ada yang
menjamin ketika kerusakan pada alat-alat canggih tersebut. Jika tidak ada
para penghafal dan ahli Al-Qur‟an.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Menghafal Al-Qur’an
Agar proses menghafal dapat berjalan efektif dan efisien, seorang
penghafal Al-Qur‟an hendaknya mengetahui faktor-faktor pendukung dan
penghambat dalam menghafal Al-Qur‟an. Sehingga, pada saat menghafal ia
sudah mendapatkan solusi terbaik untuk pemecahannya.
1) Faktor Pendukung dalam Menghafal Al-Qur’an30
Menurut Wiwi Alawiyah Wahid menjabarkan faktor-faktor pendukung
untuk menghafal Al-Qur‟an sebagai berikut:
a) Faktor kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi
orang yang akan menghafalkan Al-Qur‟an. Jika tubuh sehat maka
proses menghafalkan akan menjadi lebih mudah dan cepat tanpa
adanya penghambat, dan batas waktu untk menghafal pun menjadi
relatif cepat.
b) Faktor psikologis
29
Sa‟dullah, Op.Cit, h.19 30
Wiwi Alawiyah, Panduan Menghafal Al-Qur‟an Super Kilat, (Yogyakarta: Diva Press,
2015) h.139-142.
28
Kesehatan yang diperlukan oleh orang yang menghafal Al-Qur‟an
tidak hanya dari segi kesehatan lahiriah, tetapi juga dari segi
psikologinya. Sebab, jika secara psikolgis anda terganggu, maka akan
sangat sulit dalam proses menghafal.
c) Faktor kecerdasan
Kecerdasan juga merupakan salah satu faktor pendukung dalam
menjalani proses menghafal Al-Qur‟an. Setiap individu mempunyai
kecerdasan yang berbeda-beda, sehingga cukup mempengaruhi
terhadap proses hafalan yang dijalani. Bukan berarti kurangnya
kecerdasan menjadi alasan untuk tidak bersemangat dalam proses
menghafal Al-Qur‟an. Hal yang paling penting ialah kerajinan dan
istiqomah dalam menjalani hafalan.
d) Faktor motivasi
Orang yang menghafal Al-Qur‟an, pasti sangatlah membutuhkan
motivasi dari orang-orang terdekat, kedua orang tua, keluarga, dan
sanak kerabat. Dengan adanya motivasi, ia akan lebih bersemangat
dalam menghafal Al-Qur‟an. Tentu hasilnya akan berbeda jika
motivasi yang didapatkan kurang.
e) Faktor usia
Jika hendak menghafalkan Al-Qur‟an sebaiknya pada usia-usia
yang masih produktif. Karena jika usia sang penghafal sudah
memasuki masa-masa dewasa atau berumur, maka akan banyak
kesulitan yang akan menjadi penghambat.
Kemudian menurut Ahmad Baduwailan, ada tiga perkara penting jadi
syarat menghafalkan Al-Qur‟an, yaitu:
a) Ikhlas
Ikhlas adalah kunci utama dari setiap amal perbuatan manusia.
Begitu juga dalam menghafal Al-Qur‟an seseorang harus
29
mengikhlaskan niatnya semata-mata ingin mendapatkan taufik dan
ridha Allah SWT
b) Do‟a
Do‟a adalah senjata yang paling ampuh untuk mendatangkan
kemauan yang ingin dicapaikan. Dalam berdo‟a hendaknya dilakukan
dengan tulus untuk Allah supaya Dia melimpahkan pertolongan-Nya
kepada penghafal Al-Qur‟an.
c) Tobat
Hendaknya seseorang yang ingin menghafalkan Al-Qur‟an segera
bertobat kepada Allah dari segala bentuk perbuatan maksiat dan
dosa.31
2) Faktor Penghambat dalam Menghafal Al-Qur’an32
Adapun faktor penghambat yang dihadapi oleh para penghafal Al-
Qur‟an itu, secara garis besarnya dapat dirangkum sebagai berikut :
1. Menghafal itu susah
2. ayat-ayat yang sudah dihafal lupa lagi
3. Banyaknya ayat-ayat yang serupa tetapi tidak sama
4. Gangguan lingkungan
5. Banyak kesibukan
6. Melemahnya semangat
E. Adab-adab bagi penghafal Al-Qur’an
Imam Nawawi menyebutkan serangkaian adab yang harus dimiliki peserta
didik dalam belajar al-Qur‟an. Belajar Al-Qur‟an memiliki makna yang sangat
31
Ahmad Baduwailan 51 32
Wiwi Alawiyah, Panduan Menghafal Al-Qur‟an Super Kilat, Yogyakarta: Diva Press,
2015) h.139-142.
30
luas. Termasuk di dalamnya adalah individu yang sedang menghafal Al-
Qur‟an.
Di bawah ini penulis akan memaparkan etika peserta didik perspektif
Imam Nawawi dalam kitab At-Tibyan Fi Adabi Hamalatil Qur‟an antara lain:
1. Hendaklah peserta didik menjauhi hal-hal yang menyibukkan, kecuali
sebab-sebab yang harus dilakukannya karena merupakan kebutuhan.
2. Hendaklah membersihkan hati dari kotoran-kotoran dosa supaya hati
menjadi baik untuk menerima al-Qur‟an, melafaldkannya dan
menghafalkannya.
3. Hendaklah peserta didik bersikap tawadhu‟ terhadap pendidiknya
meskipun pendidiknya lebih muda darinya, kurang tersohor, lebih
rendah nasabnya dan buruk perilakunya, dan hendaklah peserta didik
bersikap tawadhu‟ terhadap ilmu, karena dengan sikap tersebut peserta
didik akan mendapatkan ilmu.
4. Hendaklah peserta didik patuh kepada pendidiknya dan membicarakan
segala urusannya. Dia terima perkataannya seperti orang sakit yang
berakal menerima nasihat dokter yang mempunyai kepandaian, maka
yang demikian itu lebih utama.
5. Janganlah dia belajar kecuali dari orang yang lengkap keahliannya,
menonjol keagamaannya, nyata pengetahuannya dan terkenal
kebersihan dirinya. Muhammad bin Sirin dan Malik bin Anas serta
para ulama salaf lainnya berkata: “Ilmu ini adalah agama, maka
lihatlah dari siapa kamu mengambil agamamu”.
6. Pelajar mesti memuliakan pendidiknya dan meyakini kesempurnaan
keahliannya dan keunggulan dia atas golongannya karena hal itu lebih
dekat untuk mendapat manfaat dari padanya.
7. Hendaklah peserta didik menolak umpatan terhadap pendidiknya jika
dia mampu. Jika tidak mampu menolaknya, hendaklah dia tinggalkan
majlis itu.
8. Janganlah belajar kepada pendidik dalam keadaan hati pendidik sedang
sibuk dan dilanda kejemuan, ketakutan, kesedihan, kegembiraan,
31
kehausan, mengantuk, kegelisahan dan hal-hal lain yang dapat
menghalangi pendidik untuk mengajar dengan baik dan
serius.hendaklah dia memanfaatkan waktu-waktu dimana
pendidikdalam keadaan sempurna.
9. Menahan ketegasan pendidik dan keburukan akhlaknya, janganlah hal
tersebut menghalanginya untuk menghormatinya dan meyakini
kesempurnaan keahliannya. Hendaklah dia menakwilkan perbuatan
dan perkataan dhohir pendidik yang kelihatan tidak mendapat sedikit
taufik atau tidak mendapatkannya. Jika pendidiknya berlaku kasar,
hendaklah dia yang lebih dahulu minta maaf dengan mengemukakan
alasan kepada pendidik dan menunjukkan bahwa dialah yang patut
dipersalahkan. Hal itu lebih bermanfaat baginya di dunia dan di akhirat
serta lebih membersihkan hati pendidik.
10. Hendaklah gemar dan tekun menuntut ilmu pada setiap waktu
menuntut ilmu pada setiap waktu yang dapat dimanfaatkannya dan
tidak puas dengan yang sedikit sedangkan dia bisa belajar lebih
banyak. Janganlah dia memaksa dirinya untuk yang diperolehnya. Ini
berbeda sesuai dengan perbedaan dan keadaan setiap manusia.
11. Hendaklah peserta didik berijtihad dalam menuntut ilmu ketika lapang,
dalam keadaan giat dan kuat, cerdas pikiran dan sedikit kesibukkan
sebelum nampak tanda-tanda ketidakmampuan dan sebelum mencapai
kedudukan yang tinggi.
12. Hendaklah berpagi-pagi mendatangi pendidik untuk belajar.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw. “Ya Allah berkahilah
umatku dipagi hari”.
13. Hendaklah dia memelihara bacaan hafalannya dan tidak
mengutamakan orang lain pada waktu gilirannya karena
mengutamakan orang lain dalam hal ibadah adalah makruh. Lain
halnya dengan kesenangan nafsu, maka hal itu disukai. Jika pendidik
melihat adanya maslahat dalam mengutamakan orang lain dalam
32
makna syar”i, kemudian menasihatinya untuk melakukan hal tersebut,
maka dia perlu mematuhi perintahnya.
14. Janganlah iri hati kepada seorang kawannya atau yang lainnya atas
suatu keutamaan yang dianugerahkan Allah swt kepadanya dan jangan
membanggakan dirinya atas sesuatu yang diistimewakan Allah swt
baginya. Cara menghilangkan kebanggaan adalah dengan
mengingatkan dirinya bahwa dia tidak mencapai hal itu dengan daya
dan kekuatannya, tetapi merupakan anugerah Allah swt. Tidaklah patut
membanggakan sesuatu yang tidak diciptakannya.” Dan cara untuk
menghilangkan iri hati adalah dengan mengetahui hikmah Allah
memberikan keutamaan tertentu kepada orang yang dikehendaki-Nya.
Maka patutlah dia tidak menyanggahnya dan tidak membenci hikmah
yang sudah ditetapkan Allah swt.
F. Keutamaan-keutamaan bagi Penghafal Al-Qur’an
Al-Qur'an adalah mukjizat sepanjang zaman, yang dijadikan Allah SWT
sebagai tantangan bagi jin dan manusia yang meragukan kebenarannya serta
bantahan bagi semua golongan yang menyimpang. Al-Qur'an ibarat musim
semi yang menyebarkan kebahagiaan dan menyuburkan hati orang-orang yang
memiliki keyakinan dan pengetahuan. Al-Qur'an tidak akan usang karena
sering diulang dan tidak akan pudar karena zaman berputar.
Allah SWT telah menjadikannya mudah sebagai pelajaran, sehingga balita
pun bisa hafal Al-Qur'an. Allah telah menjamin keasliannya, sehingga akan
senantiasa terjaga dari perubahan dan pembaharuan. la akan senantiasa
terpelihara selama malam dan siang datang dan pergi secara bergantian.
Allah SWT telah memilih orang-orang yang memiliki kecerdasan dan
ketekunan untuk dimudahkan memberikan perhatian kepadanya, sehingga
berhasil menghimpun berbagai bidang ilmu mengenainya yang melegakan
dada orang-orang beriman.
33
Al-Qur‟an memiliki banyak keutamaan sehingga apabila dituliskan secara
lengkap dengan dalil Al-Qur‟an dan hadits maka akan terlalu tebal
pembahasannya. Karena itu, penulis mengambil dari kitab At-Tibyan fi Adab
Hamalatil Qur’an karya Imam Nawawi berisi ayat Al-Qur‟an dan hadis Nabi
Muhammad Shallallahu „Alaihi Wasallam berupa ringkasan 13 Keutamaan
Menghafal Al-Qu‟ran sebagai berikut:
1. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur‟an yang intinya bahwa orang
yang senantiasa membaca Al-Qur‟an terlebih menghafal Al-Qur‟an
diibaratkan seperti perniagaan yang tidak pernah merugi;
كتابالل ووأقامواالص لةوأن فقوام ارزق ناىم سراوعلنية ي ر جو لون نتارة إن ال ذيني ت
ت بور لوإن وغفورشكور*لن فض ويزيدىم من *لي وف ي هم أجورىم
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan
mendirikan salat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,
mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,29 agar
Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah
kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Mensyukuri”. {Surah Fathir: 29-30}
2. Termasuk sebaik-baik manusia
Menjadi sebaik-baik manusia yaitu orang yang belajar Al-Qur‟an dan
mengajarkannya dari Utsman bin Affan dari sabda Rasulullah
Shallallahu „Alaihi Wasallam sebagaimana pada kitab Shahih Bukhari;
عث مان :قال,مل سووي لعالللى ص-عنالن ب-ون عاللىضر-عن
ت عل مال قر آنوعل مو» ركم من .رواهالبخاري«خي
34
Artinya: “Ustman bin Affan radhiyallahu „anhu berkata: “Bahwa
Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik
kalian adalah yang belajar al-Quran dan mengajarkannya.” (HR.
Bukhari)
3. Orang yang mahir membaca Al-Qur‟an terlebih sampai menghafalnya
kelak mendapatkan surga bersama para Rasul yang dimuliakan.
Sedangkan bagi yang tertegun-tegun membacanya akan
mendapatkan dua pahala, seperti diriwayatkan Bukhari Abul Husain
Muslim bin Al-Hujjaj bin Muslim Al-Quraisy An-Naisabury dalam
dua kitab mereka;
رأالقر آنوىوماىربومعالس فرةالكرامالب ررة، ال ذيي ق
ران لوأج رأال قر آنوي تت ع تعفيووىوعلي وشاق وال ذيي ق
“Orang yang mahir membaca Al-Qur‟an, dia berada bersama para
malaikat yang terhormat dan orang yang terbata-bata di dalam
membaca Al-Qur‟an serta mengalami kesulitan, maka baginya dua
pahala” Imam Muslim dari hadits Aisyah Radhiyallahu „anha no. 244-
(898), kitab Al-Musafirin wa Qashruha, bab. 38
4. Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur‟an seperti buah
utrujjah, yaitu baunya harum dan rasanya manis, sebagaimana
hadis yang diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy‟ari Radhiyallahu
„Anhu;
Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asyari ia berkata bahwa Rasulullah
bersabda: "Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Al-Quran
seperti buah utrujah, aromanya sedap dan rasanya lezat;
perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Al-Quran seperti
buah kurma tiada baunya tetapi rasanya manis; perumpamaan
seorang munafik yang membaca Al-Quran seperti raihanah, aromanya
35
sedap tetapi rasanya pahit; sedangkan perumpamaan seorang munafik
yang membaca Al-Quran seperti hanzhalah, tidak berbau dan rasanya
pahit" (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Allah akan mengangkat derajat orang-orang dengan Al-Qur’an
sebagaimana hadis yang diriwayatkan Umar bin Khattab dalam kitab
Bukhari Muslim;
Diriwayatkan dari Umar bin Khathab bahwasanya Nabi - Sholallahu
Alaihi Wassalam - bersabda: "Sungguh Allah meninggikan derajat
sebagian kaum dengan Al-Quran dan merendahkan derajat kaum yang
lain dengannya" (HR. Muslim)
6. Membaca Al-Qur‟an menjadi pertolongan pada hari kiamat
sebagaimana riwayat Abu Umamah dalam kitab riwayat Muslim;
Dari Abu Umamah Al-Bahili ia berkata, aku mendengar Rasulullah
bersabda: "Bacalah Al-Quran karena ia akan datang pada Hari
Kiamat sebagai pemberi syafaat bagi pembacanya" (HR. Muslim)
7. Orang lain boleh iri padanya
Karena berpahala besar maka iri yang diperbolehkan hanya kepada
orang yang mahir membaca Al-Qur‟an, hadis riwayat Ibnu Umar
dalam Kitab Bukhari Muslim;
“Tidak boleh seseorang berkeinginan kecuali dalam dua perkara,
menginginkan seseorang yang diajarkan oleh Allah kepadanya Al
Qur‟an kemudian ia membacanya sepanjang malam dan siang,
sehingga tetangganya mendengar bacaannya, kemudian ia berkata,
‟Andaikan aku diberi sebagaimana si fulan diberi, sehingga aku dapat
berbuat sebagaimana si fulan berbuat” (HR. Bukhari)
8. Membaca Al-Qur‟an satu huruf setara dengan sepuluh kebaikan
apalagi menghafalnya secara berulang-ulang.
36
Diriwayatkan dari Abdullah bin Masud - Rodliallahu Anhu - , ia
berkata, Rasulullah bersabda: "Barang siapa yang membaca satu huruf
saja dari Kitabullah maka ia mendapatkan satu kebaikan, dan satu
kebaikan itu akan dikalikan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan
alif lam mim itu dihitung satu huruf, akan tetapi alif dihitung satu
huruf lam satu huruf dan mim juga dihitung satu huruf” (HR. Tirmidzi
)
9. Orang yang sibuk mengkaji Al-Qur‟an akan diberikan anugerah
oleh Allah sesuatu yang lebih baik dibandingkan dengan orang lain
yang meminta/berdoa kepada-Nya.
Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri , dari Nabi bahwa beliau
bersabda: “Allah - Subhanahu Wa Ta'ala - berfirman: 'Siapa yang
sibuk membaca Al-Quran dan berdzikir kepada-Ku sehingga tidak
sempat meminta kepada-Ku maka akan Kuberikan sebaik-baik apa
yang Kuberikan kepada orang yang meminta! Sedangkan keutamaan
firman Allah di antara seluruh perkataan seperti keutamaan Allah atas
seluruh ciptaan-Nya" (HR. Tirmidzi, menurutnya hasan shahih)
10. Pembaca dan penghafal Al-Qur‟an tidak diumpakan sebagai rumah
yang roboh sebagaimana riwayat Ibnu Abbas dalam kitab At-
Tirmidzi;
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas - Rodliallahu Anhuma - ia berkata,
Rasulullah - Sholallahu Alaihi Wassalam - bersabda: "Orang yang
tidak memiliki hafalan Al-Quran sedikit pun, diibaratkan seperti
rumah yang roboh" (HR. Tirmidzi, ia katakan: hadits ini berderajat
hasan shahih)
11. Mendapat syafaat dari Alquran
Rasulullah Shallallahu‟alaihi Wasallam bersabda:
37
حابو ع الص مال قيامةشفي اق رأو اال قر آنفإن ويأ ت ي و
“Bacalah Al-Qur‟an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai
syafa‟at bagi shahibul Qur‟an.” (HR Muslim)
Dan orang yang menghafal Al-Qur‟an kedudukannya di surga
semakin naik kemuliaan dan kenikmatannya, yaitu pada akhir ayat
yang ia baca, riwayat Abdullah bin Amrin Ibnul Ash Radiyallahu
„Anhu:
“Penghafal Quran akan datang pada hari kiamat dan AlQuran
berkata: “Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia. Kemudian orang itu
dipakaikan mahkota karamah (kehormatan). Al-Quran kembali
meminta: Wahai Tuhanku, ridhailaih dia, maka Allah meridhainya.
Dan diperintahkan kepada orang itu, bacalah dan teruslah naiki
(derajat-derajat surga). Dan Allah menambahkan dari setiap ayat
yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan.” (HR Tirmidzi)
12. Orang yang hafal Al-Qur‟an maka Allah akan pakaikan mahkota
dan jubah kemuliaan pada orang tuanya.
Diriwayatkan dari Muadz bin Anas - Rodliallahu Anhu - ia berkata
bahwa Rosulullah - Sholallahu Alaihi Wassalam - bersabda:
"Siapa yang membaca Al-Quran dan mengamalkan isinya, ia akan
mengenakan mahkota kepada kedua orang tuanya pada Hari Kiamat,
yang cahayanya lebih baik daripada cahaya mentari yang menerpa
rumah-rumah dunia. Andaikata hal itu terjadi pada kalian, bagaimana
menurut kalian jika hal tersebut didapatkan oleh orang yang
mengamalkan Al-Quran?" (HR. Abu Daud)
13. Al-Qur‟an diibaratkan seperti jamuan dari Allah untuk mendapat
keamanan dan Allah tidak menyiksa hati orang yang menghayati
Al-Qur’an.
38
Imam Ad-Darimi - rahimahullah- meriwayatkan dengan sanadnya, dari
Abdullah bin Masud - Rodliallahu Anhu -, Rasulullah bersabda:
“Bacalah Al-Quran karena Allah benar-benar tidak akan mengadzab
hati orang yang menghafal Al-Quran dan Al-Quran benar-benar
merupakan jamuan Allah, maka barang siapa yang mendatanginya ia
akan aman, bergembiralah siapa saja yang sangat mencintai Al-
Quran.”
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa,
bertempat Jalan Sandong Raya RW 05 Bulak Santri Kelurahan Pondok
Pucung kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang.
Adapun waktu penelitian yang diadakan oleh penulis selama lima bulan
yaitu terhitung mulai dari 30 Agustus 2019 sampai 17 Desember 2019, dengan
mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, studi kasus di lokasi
penelitian dan mengumpulkan sumber-sumber tertulis yang diperoleh melalui
sumber buku dan kitab yang ada di perpustakaan, serta jurnal dan artikel yang
berhubungan dengan penelitian.
B. Latar Penelitian
Dipandang dari prosedur aktivitas penelitian yang penulis lakukan untuk
menyusun skripsi ini, menunjukkan bahwa penulis telah menggunakan
penelitian kualitatif. Menutut Bogdan dan Taylor seperti dikutip Moleong,
definisi kualitatif adalah “Prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan pelaku
yang diamati.”1
Pengertian yang serupa dikemukakan oleh Furchan. Menurutnya penelitian
kualitatif adalah “Prosedur penelitian yang menghasilkan deskriptif: ucapan
atau tulisan dan perilaku yang diamati dari orang-orang (subyek) itu sendiri.2
Penelitian ini penulis arahkan pada kenyataan yang berhubungan dengan
Proses tahfidz Qur’an di pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa, karang tengah
Tangerang supaya mendapatkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis yang
1 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009), h. 4. 2 Arief Furchan, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. (Surabaya: Usaha Nasional,
1992), h. 21.
39
disusun berdasarkan data lisan, perbuatan, dan dokumentasi yang diamati
secara holistik dan bisa diamati secara konteks.
Penulis menerapkan pendekatan kualitatif ini berdasarkan pertimbangan
pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan
dengan kenyataan ganda”.3
Di lapangan yang menuntut peneliti untuk
memilah-milahnya sesuai dengan fokus penelitian, kedua, metode ini
menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden.”
Dengan demikian peneliti ingin mengenal lebih dekat dan menjalin hubungan
yang baik dengan subyek dan dapat mempelajari sesuatu yang belum
diketahui sama sekali, serta dapat mempermudah dalam menyajikan data
deskriptif, ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri
dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai
yang dihadapi”. Dengan demikian peneliti berusaha memahami keadaan
subyek dan senantiasa berhati-hati dalam penggalian informasi subyek tidak
merasa terbebani.
Berarti penelitian kualitatif ini mengutamakan hubungan secara langsung
antara penulis selaku peneliti dengan subyek yang diteliti dan peneliti sendiri
merupakan alat pengumpul data utama.4
C. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, dimana ini merupakan
jenis penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya
dinyatakan dalam keadaan kewajaraan atau sebagaimana adanya (natural
setting) dengan tidak dirubah dalam bentuk symbol atau bilangan. “penelitian
kualitatif adalah penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
3 Lexy J. Moleong, Metodologi op. cit., h. 5.
4 Ibid., hal. 4.
40
lawannya adalah eksperimen) dimana penelitian adalah sebagai instrument
kunci”5.
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha mengungkap
fenomena dan mendeskripsikannya melalui bahan non numeric dalam konteks
dan paradigma alamiah. Penggunaan paradigma alamiah mengasumsikan
bahwa kenyataan-kenyataan empirik terjadi dalam konteks social kultural
yang saling terkaitan satu sama lain secara holistik.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, “Penelitian deskriptif yaitu
penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada
sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis
dan menginterpretasi’6 jadi dalam penelitian deskriptif, data-data
dikumpulkan, diteliti dan dianalisis serta diidentifikasikan dan diberikan
penafsiran. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan secara sistematis
fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Penelitian
lapangan adalah suatu tindakan penelitian yang dilakukan di tempat penelitian
yang dipilih untuk menyelidiki gejala objektif yang terjadi di lokasi penelitian.7
Sifat penelitian ini adalah penelitian deskripsi kualitatif yaitu dengan metode studi
kasus. Metode Studi kasus adalah penelitian yang mengungkap secara mendalam,
intensif, baik perseorangan, individu, kelompok maupun lembaga atau
masyarakat.8
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian kualitatif adalah penelitian
yang diungkapkan dan dijelaskan melalui bahasa atau kata-kata. Penulis akan
mengungkapkan fenomena atau kejadian dengan cara menjelaskan,
memaparkan/menggambarkan dengan kata-kata secara jelas dan terperinci
5 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.
Bandung: Alfabeta, 2013, h. 15 6 Cholid Narbuko, Abu Achmad, Metodologi Penenlitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007).
h. 28. 7 Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2006), h. 96. 8 Mahmud,Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 102.
41
melalui bahasa yang tidak berwujud nomor/ angka. Dengan jenis penelitian
deskriptif dan menggunakan pendekatan fenomenologi maka dapat
diasumsikan bahwa sifat dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
lapangan.
Jadi, yang dimaksud dengan deskriptif kualitatif adalah penelitian untuk
membahas gambaran yang lebih jelas mengenai situasi-situasi sosial/kejadian
dengan menganalisa dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat
dengan mudah dipahami dan disampaikan tanpa dilakukan perhitungan
statistik.
Dengan demikian, tujuan penelitian kualitatif ini untuk mengetahui dan
mengobservasi secara langsung bagaimana Proses Pembelajaran Tahfidz Al-
Qur’an dan Metode yang di gunakan di Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa Karang
Tengah, Tanggerang.
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.9
Prosedur penelitian yang dilakukan adalah:
1. Studi Pustaka: Mengumpulkan dan membaca literatur yang ada
kaitanya dengan penerapan metode tahfidz di Pesantren tahfidz Ad-
dhuhaa
2. Meneliti dan menganalisis literatur yang ada relevansinya dengan
penerapan metode tahfidz di Pesantren tahfidz Ad-dhuhaa
3. Penelitian lapangan, yaitu peneliti melihat secara langsung kondisi
yang terjadi di tempat penelitian. Dalam penelitian lapangan, peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data diantaranya Observasi,
9 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.
224.
42
Wawancara, dan Dokumentasi. Dengan lebih memfokuskan kepada
pendalaman wawancara (45%) dan observasi (30%), yang ditunjang
dengan dokumentasi (25%).
1. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan informasi melalui
komunikasi secara langsung dengan responden. Wawancara ini
dilakukan dengan menggunakan wawancara terbuka dalam bentuk
wawancara tidak terstruktur yakni suatu bentuk wawancara yang
dalam hal ini peneliti menyusun rencana wawancara, tetapi tidak
menggunakan format dan urutan yang baku.10
Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan terkait dengan metode tahfidz Al-qur’an yang
diterapkan di pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa Karang Tengah,
Tangerang.
Tabel 3.1
Pedoman Wawancara Guru
No Pertanyaan
1 Sejarah berdirinya pondok pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa?
2 Visi dan Misi Pesantren?
3 Bagaimanakah Sistem Pendidikan yang diterapkan?
4 Struktur Personalian pesantren?
5 Bagaimana Sistem dan kurikulum Tahfidz yang diterapkan di
pesantren?
6 Metode apa yang digunakan dalam proses menghafal dan
meningkatkan bacaan Al-quran santri di Pesantren Tahfidz Ad-
Dhuhaa?
10
Ibid., h. 377.
43
7 Apakah dengan metode yang diterapkan dapat membantu dalam
menjaga hafalan Al-Qur’an Santri?
8 Upaya apa saja yang dilakukan agar hafalan santri bisa tetap
terjaga dengan lancar, baik dan benar?
9 Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam proses
tahfidz di pesantren?
10 Bagaimana solusi dalam mengatasi hambatan-hambatan yang ada
dalam proses tahfidz?
11 Bagaimana hasil dari metode tahfidz yang di terapkan?
12 Bagaimana Evaluasi Keberhasilan studi?
13 Bagaimana keadaan santri pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa?
14 Bagaimana Keadaan guru?
15 Jadwal Kegiatan Harian Santri di pesantren?
16 Ekstrakulikuler pesantren?
17 Kalender Kegiatan Tahunan Santri?
Pedoman Wawancara Santri
No Pertanyaan
1 Bagaimana proses menghafal Al-Qur’an di Pesantren Tahfidz
Ad-Dhuhaa?
2 Metode apa yang digunakan untuk menghafalkan Al-qur’an?
3 Apakah dengan metode yang diterapkan dapat membantu dalam
menjaga hafalan Al-Qur’an?
4 Apa saja faktor yang mendukung dalam proses menghafal di
pesantren?
5 Adakah faktor-faktor dan penghambat dalam proses menghafal?
2. Observasi
Observasi merupakan suatu kegiatan yang diarahkan pada
kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang
44
muncul, dan mempertimbangkan hubungan antaraspek dalam
fenomena tersebut.11
Kunci keberhasilan observasi sebagai teknik
pengumpulan data sangat banyak ditentukan dari pengamat sendiri,
sebab pengamat melihat, mendengar, mencium atau mendengarkan
suatu objek penelitian dan kemudian ia menyimpulkan dari apa
yang diamati itu.12
Pada dasarnya observasi bertujuan untuk
mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang
berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna
kejadian dilihat dari perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang
diamati tersebut.
Agar lebih terarah, maka peneliti terlebih dahulu membuat kisi-
kisi untuk dijadikan acuan dalam melakukan observasi. Berikut
kisi-kisi observasi dalam penelitian ini:
3. Dokumentasi
Menurut Arikunto, Dokumentasi yaitu “mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya”.13
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.14
Menurut
Bungin, “metode dokumen adalah metode yang digunakan untuk
menelusuri data hostoris.”15
Dokumentasi ini dilakukan dengan melihat data-data terkait
metode tahfidz Al-qur’an di pesantren tahfidz Ad-dhuhaa Karang
Tengah, Tangerang dari Sarana prasarana dll yang menunjang
Proses tahfidz Santri.
11
Imam Gumawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), h. 143. 12
Muri, Yusuf. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Penelitian Gabungan.
(Jakarta: Prenadamedia Group. 2016). h. 384. 13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktik. (Jakarta: PT
Rineka Cipta). 2002.) h. 206. 14
S.Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 391. 15
Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Kencana. 2010). h. 121.
45
Tabel 3.2
Pedoman Dokumentasi
NO OBJEK PENGAMATAN
1 Denah Lokasi Pesantren
2 Profil Pesantren
3 Jumlah Santri dan Guru
4 Struktur Kepengurusan Pesantren
5 Sarana dan Prasarana Pendidikan
6 Data Kurikulum Pendidikan
7 Kalender Akademik Santri
8 Lingkungan Pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa, Karang
Tengah Tangerang.
E. Pemeriksaan / Pengecekan Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian ini digunakan untuk menjaga
keobjektifan, keakuratan, ketekunan, dan kepastian. Sehubungan dengan
pemeriksaan keabsahan untuk mendapatkan data yang valid perlu dilakukan
pengecekan data dengan berbagai sumber, teknik, dan waktu (trianggulasi
data).
Uji keabsahan data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,peningkatan
ketekunan dalam penelitian, dan trianggulasi. Dari berbagai uji keabsahan data
dalam penelitian ini.
Trianggulasi merupakan teknik pengecekan keabsahan data digunakan
untuk meningkatkan tingkat derajat kepercayaan, dan akurat data.”trianggulasi
dalam pengujian kreadibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian
terdapat trianggulasi sumber, trianggulasi teknik pengumpulan data dan
waktu.
46
1. Trinaggulasi sumber. Trianggulasi sumber digunakan untuk
menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
yang telah diperoleh melalui berbagai sumber.
2. Trianggulasi teknik. Trianggulasi teknik untuk menguji kreabilitas
data dilakukan dengan cara mengecek data pada sumber yang sama
dengan Teknik yang berbeda.
3. Trianggulasi waktu. waktu juga sering mempengaruhi kreadibilitas
data-data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari
pada saat narasumber masih segar. Belum banyak masalah akan
memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.16
Teknik pengecekan keabsahan data yang peneliti gunakan adalah
menggunakan teknik keabsahan data dan trianggulasi sumber terkait kepada
Asatidz dan Santri pesantren tahfidz Ad-dhuhaa karang tengah, Tangerang.
F. Teknik Analisis Data
Yang dimaksud dengan analisis data, menurut Bogdan dan Biklen yang di
kutip oleh Moleong, “adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain”.17
1. Pengumpulan Data
Menurut Ahmad Tanzeh dalam bukunya, “Pengumpulan data adalah
prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang
diperlukan. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting
diperoleh dalam metode ilmiah, karena pada umumnya, data yang
dikumpulkan digunakan, kecuali untuk penelitian eksploratif, untuk
16
Sugiyono, op.cit, hal.174 17
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif…, hal. 248
47
menguji hipotesa yang telah dirumuskan. Dengan demikian, data yang
dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan”.18
2. Reduksi Data
Reduksi data merupkan suatu proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan pengabstrakan dan transformasi data
mentah yang didapat dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi
dimulai pada awal kegiatan penelitian sampai dilanjutkan selama kegiatan
pengumpulan data dilaksanakan. Peneliti harus membuat ringkasan,
menelusuri tema, membuat gugus-gugus dan menulis memo.
3. Penyajian Data
Penyajian data merupakan proses penyusunan informasi secara
sistematis dalam rangka memperoleh kesimpulan sehingga temuan
penelitian di dalam penelitian ini data yang didapat berupa kalimat, kata-
kata yang berhubungan dengan fokus penelitian, sehingga sajian
merupakan sekumpulan informasi yang tersusun secara sistematis yang
memberikan kemungkinan untuk ditarik kesimpulan.
4. Verifikasi/ Penarikan Kesimpulan
Pada saat kegiatan analisis data yang berlangsung secara
terusmenerus selesai dikerjakan, baik yang berlangsung di lapangan
maupun setelah selesai di lapangan, langkah selanjutnya adalah melakukan
penarikan kesimpulan. Untuk mengarahkan pada hasil kesimpulan ini
tentunya berdasarkan dari hasil analisa data, baik yang berasal dari catatan
lapangan observasi, interview maupun dokumentasi. Jadi analisis data itu
melibatkan pengorganisasian data, pemilihan data menjadi satuan-satuan
tertentu.
18
Ahmad Tanzeh, Metode Penelitian Praktis, (Yogyakarta:Teras), hal. 83
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam pembahasan bab ini Penulis mendeskripsikan hasil-hasil temuan yang
telah didapatkan dari tempat penelitian diawali dengan proses mendeskripsikan
data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat disampaikan sesuai dengan kondisi yang terjadi di tempat
penelitian. Penjabaran maupun analisis yang dilakukan berdasarkan teknik yang
ada dan telah ditetapkan sebelum terjun ke tempat penelitian.
Penulis memfokuskan pada pendalaman wawancara terhadap pihak pesantren
ditambah dengan observasi, dan juga dokumentasi yang ada, sehingga dalam
pembahasan ini berisi analisis yang penulis dapatkan di tempat penelitian.
A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Pesantren Tahfidz Adh Dhuhaa merupakan sebuah pesantren sederhana
yang dibangun di atas lahan wakaf warga sekitar Kampung Bulak Santri
seluas lebih kurang 500 m2 dan tanah pribadi Ust. Rohimuddin seluas 200m2
mulai dibangun pada tahun 2005 melalui penggalangan dana sedekah
masyarakat melalui Ust Yusuf Mansur dan Ust. Rohimuddin Husien.1
1. Sejarah Berdirinya Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa
Dahulunya Gedung Pesantren Tahfidz Adh Dhuhaa merupakan
gedung Pesantren Daarul Qur‟an yang juga dirintis oleh Ust Yusuf
Mansur dan Ust. Rohimuddin Husien. Namun karena semakin
bertambahnya masyarakat yang ingin menitipkan anaknya di lembaga
Daarul Qur‟an, akhirnya Ust. Yusuf Mansur mencari lokasi lain untuk
Daarul Qur‟an yang lebih luas. Dan akhirnya dipilihlah lokasi di daerah
Ketapang. Maka pada tahun 2010 Seluruh santri Daarul Qur‟an
1 Profil (Sejarah Singkat) Pesantren Tahfidz Ad-dhuhzz Karang Tengah, Tangerang.
https://adh-dhuhaa.business.site diakses pada 11 Desember 2019
49
dipindahkan ke Ketapang, dan gedung di Bulak Santri digunakan untuk
Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIMIK) Antar Bangsa yang juga masih
dalam satu pimpinan, yaitu Ust. Yusuf Mansur.
Karena satu dan lain hal, akhirnya tahun awal 2011 STIMIK Antar
Bangsa pun tidak lagi beroperasi. Dan pada awal 2012, tepatnya saat
wafatnya ayahanda Ust. Rohimuddin Husien, yaitu KH. Muallim Husien,
ketika Ust. Yusuf Mansur menyampaikan sambutan belasungkawa di
depan jamaah Sholat Jenazah yang bertempat di Masjid Nurul Amin,
beliau mengamanahkan seluruh gedung dan lahan Daarul Qur‟an yang
berlokasi di Kampung Bulak Santri kepada Ust. Rohimuddin Husien
(salah satu pendiri Pesantren Daarul Qur‟an) untuk di aktifkan kembali
fungsinya sebagai Pusat Pendidikan Islam di lingkungan Kampung Bulak
Santri.
Maka dengan penuh tanggung jawab dan harapan besar bahwa suatu
saat Bulak Santri bisa menjadi “Kampung Pendidikan”, Ust. Rohimuddin
Husien pun mulai mengaktifkan kembali gedung ex Daarul Qur‟an dengan
daya dan upaya pribadi. Dengan semangat yang sama dengan Ust. Yusuf
Mansur, akhirnya Ust. Rohimuddin tetap mendirikan Pesantren Tahfidz,
namun dengan nama berbeda yaitu Pesantren Tahfidz Adh Dhuhaa (PTA)
dan tim managemant yang berdiri sendiri, dalam artian tidak menginduk
ke Daarul Qur‟an. Nama Adh Dhuhaa ini diambil berkaitan erat dengan
lembaga dakwah yang di pimpin Ust. Rohimuddin, yaitu Majelis Dhuhaa
Nasional (MDN), yang juga merupakan amanah Ust. Yusuf Mansur.2
Sebagai salah satu pesantren yang berada di lingkungan kecamatan
Karang Tengah, Pesantren Tahfidz Adh Dhuhaa menjadi sarana
pendidikan dan ibadah bagi masyarakat sekitar dan bahkan bagi warga
2 Wawancara Ustad Zaenal Arifin S.Ag. Kamis, 17 Oktober 2019, Pukul 16.10 WIB
50
yang tinggal jauh dari wilayah pesantren, seperti Jambi, Medan, Aceh,
Riau, Pontianak, Makasar, Jawa Tengah, Jabodetabek, dll.
Wali santri berasal dari beragam latar belakang pekerjaan. Sebagian
adalah PNS (aktif dan pensiunan) dari berbagai instansi pemerintah, guru
dan TNI. Sebagian lainnya adalah karyawan di berbagai sector swasta dan
wiraswasta. Mulai dari kalangan menengah sampai Dhuafa.3
Dari sisi kegiatan pendidikan keislaman, Pesantren Tahfidz Adh
Dhuhaa memiliki ciri khas, diantaranya yaitu:
a. Program Tahfidzul Qur‟an,
b. Sholat Sunnah Dhuhaa,
c. Puasa Sunnah Senin Kamis,
d. Sholat Sunnah Tahajud,
e. Pelajaran Kitab Kuning
f. Pendidikan mulai KB, TK, SD, SMP, sampai SMA
g. Pengajian Dhuhaa Bulanan untuk umum,
h. Peringatan hari besar Islam
i. Eksperinces Trip
2. Profile Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa
A. Identitas Pesantren
1. Nama : Pesantren Tahfidz Adh Dhuhaa
2. Status : Terdaftar
3. NSPP : 510036710055
4. Penyelenggaraan : 24 jam
5. Alamat : Jln. Sandong Raya Kampung Bulak Santri Rt.
003/05 Kelurahan Pondok Pucung Kecamatan Karang Tengah
Kota Tangerang Provinsi Banten
3 Wawancara bersama ustad Mahmudin (Pengasuhan Santri Pesantre Tahfidz Ad-Dhuhaa)
51
6. Telepon : 021-7345 6409
7. SK DEPAG : kd.28.05/5/PP.00.7/2898.b/2015
8. E-mail : [email protected]
9. web : http://www.adh-dhuhaa.sch.id
B. Identitas Pimpinan Umum
1. Nama : Rohimuddin Husien, S.Th.I.
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Tempat tanggal lahir : Tangerang, 15 Juli 1977
4. Alamat : Jln. Sandong Raya Kampung Bulak
Santri Rt. 003/05 No. 77 Kelurahan Pondok Pucung Kecamatan
Karang Tengah Kota Tangerang Provinsi Banten
5. Telepon / HP : 0812 829 6419
6. E-mail : [email protected]
7. Riwayat Pendidikan Formal
a. SDN Pondok Bahar 02 (1984 – 1990)
b. Pesantren Jamiyah Islamiyah (1990 – 1993)
c. Pondok Pesantren AT Taqwa Bekasi (1993 – 1997)
d. UIN Syarief Hidayatullaoh Jakarta (1997 -2001)
8. Riwayat Pendidikan Non Formal
a. Lembaga Bahasa dan Ilmu Al Qur‟an (1999 – 2001)
b. Pesantren Salaf An Nizhom Parung (2000)
c. Pendidikan Kader Mubaligh KODI Jakarta (2001)
d. Pendidikan Kader Ulama (2002 – 2004)
9. Riwayat Organisasi
a. Bagian Pendidikan dan Pengajaran PPA AT Taqwa (1996–
1997)
b. Ketua Ikatan Remaja Masjid Nurul Amin - Bulak Santri
(IKRIMNA) (1997–1998)
52
c. Pengurus Lembaga Dakwah Kampus UIN Jakarta (1998 –
1999)
d. Ketua Umum BKPRMI Kecamatan Karang Tengah (2001–
2004)
e. Dirda SDM BKPRMI Kota Tangerang (2004 – 2006)
f. Ketua DKM Masjid Nurul Amin (2005 – 2008)
g. Sekum BKPRMI Kota Tangerang (2008 – 2010)
h. Komisi Dakwah MUI Kecamatan Karang Tengah (2010 – 2015)
i. Komisi Dakwah MUI Kota Tangerang (2010 – 2015)
j. Komisi Wanita, Remaja dan Keluarga Sakinah (2016 –
sekarang)
k. Dewan Syuro Masjid Nurul Amin (2008 – sekarang)
l. Direktur MDN Pusat (2010 – sekarang)
m. Pengurus Forum Silaturrahmi Pondok Pesantren (FSPP) Kota
Tangerang (2017–sekarang)
C. Riwayat Pekerjaan
1. Guru Pengabdian di Pesantren At Taqwa Pusat (1996 – 1997)
2. Guru Bahasa Arab di Pesantren At Thoyibin (2005 – 2006)
3. Trainer Asatidz Wisatahati (2005 – 2007)
4. Pimpinan Harian Pesantren Tahfidz Daarul Qur‟an Bulak Santri
(2005–2007)
5. Direktur Pendidikan Sekolah Daarul Qur‟an Internasional (2007–
2009)
6. Ketua Yayasan Daarul Qur‟an Indonesia (2007 – 2012)
7. Pimpinan Umum Pesantren Tahfidz Adh Dhuhaa Bulak Santri
(2012 – sekarang)
53
D. Struktur Management Pesantren4
Pimpinan Pesantren : Ust. Rohimuddin Husien, S.Th.I.
Pembina Program : Ust. Zaenal Jaenudin S.Ag
Pembina Pengasuhan : Ust. Sodri SH
Kepala Pengasuhan & Program : Ust. Mahmudin S.Pd
Kor. Pengasuhan Putra : Ust. Bagas Mahadika
Kor. Pengasuhan Putri : Ustz. Putri. R
Kor. Program Putra : Ust. Imanul Arifin
Kor. Program Putri : Ustz. Rustalia
Kor. Tahfidz Putra : Ust. Abdul Halim
Kor. Tahfidz Putri : Ustz. Ningsih
Wali Kamar Putra
1. Wali Kamar Putra Lantai 2 (Santri Baru)
a. Ust. Abdul Halim
b. Ust. Mahmudin
c. Ust. Mahardika Bagas K
2. Wali Kamar Putra Lantai 3 (Santri Lama)
a. Ust. Sondi Silalahi
b. Ust. Zulfikar
3. Wali Kamar Putra Lantai 4 (Pengurus ASPA)
a. Ust. Rafiki Relandza
b. Ust. Rifki Haikal
4 Wawancara Ustad Zaenal (Pembina Pengasuhan Santri Pesantre Tahfidz Ad-Dhuhaa)
54
Wali Kamar Putri5
1. Kamar Putri Lantai 1 (Santri Lama)
Wali Kamarnya:
1) Ustz. DiniAprilia
2. Kamar Putri Lantai 2 (Santri Baru)
Wali Kamarnya:
1) Ustz. Putri Robiyatul Isl
3. Kamar Putri Lantai 3 (Santri Baru)
Wali Kamarnya:
1) Ustz. Poppy Sri Dinasti
4. Kamar Putri Lantai 4 (Santri Lama)
Wali Kamarnya:
1) Bunda Hikmah
5. Kamar Putri Sekitar Musholla
Wali Kamarnya:
1) Ustz. Rustalia
2) Ayu Rohmati
3) Ustz. Siti Mashriah
3. Visi Dan Misi Pesantren
a. Visi
“Membentuk Generasi Kholifah Fil „Ardh”6
b. Misi
1. Menanamkan keyakinan/ akidah melalui pengamalan ajaran
agama.
5 Wawancara ustazah Liyah (Pengasuhan Santriwati Pesantre Tahfidz Ad-Dhuhaa)
6 Wawancara Ustad Zaenal Arifin S.Ag. Kamis, 17 Oktober 2019, Pukul 16.10 WIB
55
2. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan dengan
menanamkan sikap sidiq, amanah, fathonah dan tabligh
3. Menggali Potensi Kreatif, kemandirian dan kepemimpinan siswa
4. Menumbuhkan kepekaan terhadap masyarakat dan lingkungan
sejak dini
5. Mengembangkan pengetahuan di bidang IPTEK, bahasa, olahraga
dan seni budaya sesuai dengan bakat, minat dan potensi siswa.
6. Membudayakan pendidikan akhlak mulia dalam aktivitas di
lingkungan sekolah dan menularkannya di lingkungan rumah
7. Menekankan pada pendidikan karakter yang islami
8. Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dan
lingkungan.
9. Meningkatkan mutu pendidikan dalam upaya mencerdaskan
kehidupan generasi yang bermoral, kreatif, maju dan mandiri.
4. Motto
“Setiap Anak adalah Bintang” Maka Perlu pembinaan khusus dalam
Tarbiyah – Dakwah – Suluk agar sesuai Visi-Misi Pesantren menjadikan
Santri “Khalifah fil Ard”.7
5. Kurikulum Pendidikan di Pesantren
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.8
7 Wawancara ustad Zaenal Jaenudin S.Ag (Pembina & Kepala Sekolah SMA Pesantren
Tahfidz Ad-Dhuhaa) 8 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Bab Ketentuan Umum
56
Kurikulum yang di terapkan di pesantren tahfidz Ad-dhuhaa Karang
Tengah, Tangerang adalah perpaduan antara kurikulum pesantren dan
kurikulum Nasional, tingkat SMP kelas 7-8 dan SMA kelas 10-11
menggunakan kurikulum 2013 (K13), kelas 9 SMP dan 12 SMA
menggunakan KTSP 2006. sedangkan proses Tahfidz Al-qur‟an yaitu dengan
sistem halaqoh Tahfidz, di waktu-waktu yang telah di atur oleh pembina
Tahfidz Al-qur‟an pesantren.
Tabel 4.19
Kurikulum Pesantren
NO MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU GURU PENGAMPU
A. Mata Pelajaran Utama
1 Islamic Studies
a. Aqidah Islam 2 Ust kholilullah, MA.
b. Hadits 1 Ust. Rohimuddin
Husien, S.Th.I.
c. Akhlak 2 Ust. Ubaidillah, S.Pd.I.
d. Fiqih 2 Ust. Ahmad Rifa'i
e. Nahwu 2 Ust. Ubaidillah, S.Pd.I.
f. Tarikh 1 Ust. Sondi Silalahi
g. Arab Melayu 2 Ust. Mahmuddin
h. Shorof 2 Ust. Rohimuddin
Husien, S.Th.I.
i. Tajwid 2 Ust. Firmansyah, S.Ag.
j. Tahsin 2 Ust. Firmansyah, S.Ag.
k. Tafsir 2 Ust. Syahruddin, S.Ag.
9 Wawancara ustad Zaenal Jaenudin (Pembina & Kepala Sekolah SMA Pesantren Tahfidz
Ad-Dhuhaa)
57
2 Pendidikan Kewarganegaraan 0
3 Bahasa Indonesia 4 Sri Maryati, S.Pd.
4 Bahasa Inggris 4 Yudha Pradanata, S.Pd.
5 Matematika 4 Lia Quratul AIni, S.Pd.
6 Ilmu Pengetahuan Alam 4 Esty Yulistiawati, S.Pd.
7 Ilmu Pengetahuan Sosial 2 Nurhayati S.Pd.
8 Seni Budaya dan Keterampilan 0
9 Pendidikan Jasmani, Olahraga
dan Kesehatan
2 Aditya Dian Harjana,
S.Pd.
B. Muatan Lokal
1 Bahasa Arab 2 Nurul Wilda, S.Ag.
2 TIK 2 Luthfi Baihaqi
C. Pengembangan Diri
1 Ekstrakurikuler Pramuka Ust. Sondi Silalahi
2 Ekstrakurikuler Tapak Suci Luthfi Baihaki dan S
3 Ekstrakurikuler Kesenian Hikmatiyar Fahmi
4 Ekstrakurikuler Olahraga Fadhillah J. Akbar
5 Ekstrakurikuler Bahasa Arab Nurul Fatihah Hasibuan
6 Ekstrakurikuler Keagamaan Santi Novika Putri
D. DHIS Methode
1 Sholat Wajib Bagian Ibadah
2 Tahfidz Al Qur'an 24 Ust. Firmansyah, S.Ag.
Ust. Mahmuddin
Ust. Abdul Halim
Uszh. Rustalia
Ustzh. Qonita
Ustzh. Khoirunnisa
Nurmah Y.
58
3 Sholat Rawatib Bagian Ibadah
4 Sholat Dhuhaa Bagian Ibadah
5 Qiyamulail Bagian Ibadah
6 Puasa Senin Kamis Bagian Ibadah
JUMLAH 64
6. Jumlah Santri Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa 2018-2019
Tabel 4.2
Data Santri Tahfidz
NO KELAS JENIS KELAMIN JUMLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN
1 Ula 28 30 58
2 Wustho 20 16 36
3 „Ulya 15 13 8
JUMLAH 63 59 122
Pesantren tahfidz Ad-dhuhaa juga mempunyai santri jenjang SD yang
ikut ber asrama di pesantren dibimbing langsung oleh Musyrif yang
berpengalaman, santri SD ini di sebut Santri Golden.
Pesantren tahfidz Ad-dhuhaa mencetak generasi Qur‟ani sejak usia
dini. Usia dini lah proses pembelajaran Al-Qur‟an akan menjadi lebih efektif.
Hati dan pikiran anak-anak umumnya lebih jernih dan lebih mudah untuk
digunakan menghafal Al-Qur‟an. Sebab, belum banyak problematika hidup
yang mereka hadapi. Jika menghafal Al-Qur‟an dimulai sejak usia dini, maka
hafalan itu akan kuat melekat dalam ingatan. Hal ini sesuai dengan hadist
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari Muslim.
59
ن خ لطو الل و من ت علم القران وىو ف ت الس للمهو ومم
“Barangsiapa yang belajar Al-Qur‟an pada saat ia masih usia muda, maka
Allah SWT akan mencampur (ilmunya) dengan daging dan darahnya”
(HR. Bukhari Muslim).10
B. PELAKSANAAN PROGRAM TAHFIDZ QUR’AN
Program Tahfidz di Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa merupakan program
unggulan yang pelaksanaannya terintegrasi dengan pesantren, dengan kata
lain yang mengikuti program ini harus tinggal di pesantren. Program ini
dilaksanakan dalam waktu 6 tahun, yaitu 3 tahun di jenjang SMP dan 3 tahun
dijenjang SMA. Dalam pelaksanaannya program Tahfidzul Qur‟an dapat
ditempuh dalam waktu 6 tahun atau 12 semester.11
Dalam menghafal Al-Qur‟an sangat diperlukan persiapan yang matang
agar dapat berjalan dengan baik dan benar. Persiapan yang matang merupakan
syarat yang harus dipenuhi supaya hafalan yang dilakukan bisa memperoleh
hasil yang maksimal dan memuaskan.
Menurut Wiwi Alawiyah Wahid dalam bukunya Cara Cepat Bisa
Menghafal Al-Qur‟an yang dipersiapkan sebelum menghafal Al-Qur‟an yaitu:
“Niat yang ikhlas, meminta izin kepada orang tua atau suami, mempunyai
tekad yang besar dan kuat, istiqomah, harus berguru kepada yang ahli,
mempunyai akhlak terpuji, berdoa agar sukses menghafal Al-Qur‟an,
10
Mukhlisoh Zawawie, P-M3 Al-Qur‟an Pedoman Membaca, Mendengar, dan Menghafal
Al-Qur‟an, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,2011 ) hal. 97 11
Hasil Observasi dan Dokumentasi Proses Tahfidz Santri
60
memaksimalkan usia, cli dianjurkan menggunakan satu jenis Al-Qur‟an, dan
lancar membaca Al-Qur‟an”.12
1. Metode Tahfidz Al-quran di Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, menurut para santri
melancarkan hafalan atau menjaganya memang lebih sulit dari pada
menghafal dari nol, karena ayat yang sudah dihafalkan harus di ulang atau
murojaah lagi agar benar-benar tertanam dan tidak mudah hilang. Adapun
metode yang digunakan pesantren dalam meningkatkan kelancaran hafalan
santri, yaitu dengan Halaqoh Tartil, Tahsin dan Tahfidz,13
dengan
menggunakan Metode Tasalsuli dan Jam‟i.
Daftar Gambar 4.1
Suasana Halaqoh Tafidz Al-qur‟an
Kata halaqah berasal dari bahasa arab yaitu halaqah atau halqah yang
berarti lingkaran. Kalimat halqah min al-nas artinya kumpulan orang yang
duduk.14
Halaqah sendiri dikenal dalam berbagai istilah, ada yang menyebutnya
dengan usrah (keluarga), karena metode halaqah ini lebih bersifat
12
Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur‟an, (Jogjakarta: DIVA
Press, 2012), hal. 28-52 13
Wawacara Ustad Abdul halim 14
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab – Indonesia, hlm. 290.
61
kekeluargaan. Ada pula yang menyebutnya dengan liqa‟. Sedangkan
dalam bahasa Jawa, halaqah ini lebih dikenal dengan bandongan.
Halaqah adalah sebuah istilah yang ada hubungannya dengan dunia
pendidikan, khususnya pendidikan atau pengajaran Islam (tarbiyah
Islamiyah). Istilah halaqah (lingkaran) biasanya digunakan untuk
menggambarkan sekelompok kecil Muslim yang secara rutin mengkaji ajaran
Islam. Jumlah peserta mereka dalam kelompok kecil tersebut berkisar antara
3-12 orang. Mereka mengkaji Islam dengan kurikulum tertentu. Biasanya
kurikulum tersebut berasal dari murabbi yang mendapatkannya dari jamaah
yang menaungi halaqah tersebut. Di beberapa kalangan, halaqah disebut juga
mentoring, ta‟lim, pengajian kelompok, tarbiyah atau sebutan lainnya.15
1. Halaqoh Tartil
Halaqoh untuk santri yang punya hafalan kurang dari 4 juz.
a. Menggunakan metode Utsmani, yg disusun oleh Ust. Efendi
Anwar
b. Menggunakan metode Tartil, yang disusun oleh Ust. M Nur
2. Halaqoh Tahsin
Halaqoh untuk santri yang punya hafalan kurang dari 8 juz.
a. Menggunakan metode YANBU‟A, yang disusun oleh KH.
Muhammad Arwani Amin dari Quddus
3. Halaqoh Tahfidz
Khusus untuk santri yang punya hafalan lebih dari 12 juz
a. Metode tasalsuli (menghafal secara berantai),
Yaitu menghafal satu halaman Al-Qur‟an dengan cara menghafal
satu ayat sampai hafal dengan lancar, kemudian pindah ke ayat kedua
sampai benar-benar lancar dan mutqin (melekat sangat kuat), setelah
itu, gabungkan ayat 1 dengan ayat 2 tanpa melihat mushaf. Jangan
15
Satria Hadi Lubis, Menggairakan Perjalanan Halaqah: Kiat Agar Halaqah Lebih Dahsyat
Full Manfaat, Pro You, Yogyakarta, 2011, hlm. 16.
62
berpindah ke ayat selanjutnya kecuali ayat selanjutnya lancar, begitu
juga seterusnya ayat ketiga, hingga satu halaman jika memungkinkan,
kemudian gabungkan dari ayat pertama sampai terakhir.
b. Metode jam’i (menghafal secara menggabungkan),
Yaitu menghafal satu halaman Al-Qur‟an dengan cara menghafal
satu ayat sampai lancar, berpindah kemudian berpindah ke ayat kedua,
setelah ayat kedua lancar berpindah ke ayat ketiga, begitu juga
seterusnya sampai satu halaman. Kemudian setelah dapat menghafal
satu halaman, menggabungkan hafalan dari ayat yang pertama sampai
terakhir tanpa melihat mushaf. Ini juga kalau mampu digabungkan
satu halaman sekaligus, kalau dianggap sulit, maka dibagi dua menjadi
setengah halaman dengan melihat mushaf terlebih dahulu dan setelah
itu, membacanya tanpa melihat mushaf. Dan setengah yang kedua pun
demikian, setelah lancar, maka gabungkan setengah pertama dan
setengah kedua dengan cara dihafal.
Sedangkan untuk murojaah hafalan santri biasanya dengan cara
mengulang sendiri, mengulang dalam shalat, mengulang dengan alat bantu,
dan mengulang dengan setoran ke Ustadz Pembimbing.
Daftar Gambar 4.2
Halaqoh Tahsin & Tahfidz Al-qur‟an
63
2. Target Hafalan (Kurikulum Tahfidz) Santri
Tabel 4.3
Target Hafalan Semester
Jumlah
Hafalan/Hari
Waktu yang dibutuhkan untuk menghafal
Hari Minggu Bulan 1 semester (6 bulan)
½ Halaman 2 ½ Halaman 10 halaman 60 halaman (3 Juz)
a. Target dalam satu semester (6 Bulan) 3 Juz, satu bulan 10 halaman
b. Efektip 24 minggu (6 X 4 minggu) 24 minggu, perminggu 2 ½
Halaman
c. Satu MID semester 1 ½ Juz (3 bulan = 30 halaman)
d. Dalam satu minggu 5 hari waktu efektif belajar (5x24 minggu) 120
hari,
e. Satu hari ½ Halaman
Tabel 4.4
Target Hafalan Kelas
NO KELAS SEMESTER TARGET HAFALAN
1. 7 I Juz tartil
II Juz 28 - 30
2. 8 I Juz 1 - 3
II Juz 4 - 6
3. 9 I Juz 7 - 9
64
II Juz 10 - 12
4. 10 I Juz 13 - 15
II Juz 16 - 18
5. 11 I Juz 19 - 21
II Juz 23 - 26
6. 12 I Juz 27
II Muroja‟ah 30 juz
3. Strategi Tahfidz Al-qur’an Santri.
Berikut srategi yang biasa digunakan santri pesantren tahfidz Ad-dhuhaa
dalam menghafalkan ayat-ayat yang baru, dan menjadi acuan dari Musyrif
Tahfidz yang terus dikembangkan di Pesantren.16
a. Ayat atau surat yang akan dihafal dibaca secara berulang-ulang paling
tidak 10 kali.
b. Ayat atau surat yang akan dihafal terlebih dahulu dipelajari
terjemahnya layaknya sebuah narasi atau cerita berbahasa arab.
c. Mendengarkan bacaan murottal dari Musyrif Tahfidz.
d. Sebelum disetorkan ke pembimbing, ayat yang telah dihafal disetorkan
kepada partner atau teman.
e. Ayat yang telah dihafal disetorkan kepada musyrif atau musyrifah.
f. Khitobah atau Ceramah
Cara pencapaian informasi yang bersifat satu arah dari Musyrif kepada
santri, Strategi ini lebih berorientasi pada pemberian motivasi atau
dorongan bagi santri untuk tetap bersemangat dalam menghafal Al-
Qur‟an. Agar proses penyampaian informasi dapat berlangsung
16
Wawancara ustadz Abdul Halim
65
dengan menarik dan efektip pelaksanaan Khitobah dilengkapi dengan
alat bantu media secara kreatif berbentuk Audio Visual.
g. Metode Talaqqi
Strategi ini digunakan untuk mengevaluasi penugasan menghafal Al-
Qur‟an, dilakukan secara berkelompok dibimbing lansung oleh ustadz
atau ustzh.17
4. Penilaian
a. Penilaian dilakukan tiap hari, sudah terlampir dalam buku mutaba‟ah
tahfidz (progress report). Tiap musyrif/musyrifah melakukan penilaian
terhadap perkembangan santri/I 18
b. Penilaian tiga bulan dilakukan dalam Ujian Tengah Semester
Daftar Gambar 4.3
Buku Setoran Tahfidz Santri
5. Jadwal Aktivitas Tahfidz Santri
Tabel 4.5
Jadwal Tahfidz Santri Putra
NO JENIS KEGIATAN WAKTU PENGAJAR KLS LOKASI
17
Wawancara Ustadz Abdul Halim 18
Wawancara Ustad Abdul Halim (Ustadz Tahfidz pesantren Ad-Dhuhaa)
66
1 Tahsin
05.0s0 – 06.30
Ust. Raficky Tartil Asrama
Putra
2 Qiroah Bin Nazhor Ust. Mahmudin Tahsin Asrama
Putra
3 Setoran Hafalan Ustz. Halim Tahfidz Asrama
Putra
4 Qiro‟ah binnadzor Ust. Mahmuddin Tartil Asrama
Putra
5 Tilawah/Murojaah
20.00 - 21.00
Ustz. Raficky Tahsin Asrama
Putra
6 Qiro‟ah binnadzor Ustz. Mahmudin Tartil Asrama
Putra
7 Muroja'ah Talaqqi Ust. Halim Tahfidz Asrama
Putra
Tabel 4.6
Jadwal Tahfidz Santri Putri
NO JENIS KEGIATAN WAKTU PENGAJAR KLS LOKASI
1 Tahsin
05.00 – 06.30
Ustz. Poppy Tahsin Asrama Putri
2 Qiroah Bin Nazhor
Ustz. Khoirunnisa Tartil Asrama Putri
Ustz. Dini Aprilia Tartil Asrama Putri
Ustz. Masriyati Tartil Asrama Putri
3 Setoran Hafalan Ustz. Rustalia Tahfidz Asrama Putri
4 Qiro‟ah binnadzor/Santri Baru 13.00-14.00
Ustzh. Lia Tartil Asrama Putri
Ustz. Masriyati Tartil Asrama Putri
67
5 Tilawah/Murojaah
20.00 - 21.00
Ustz. Poppy Tahsin Asrama Putri
6 Qiro‟ah binnadzor/Santri Baru
Ustz. Masriyati Tartil Asrama Putri
Ustz. Dini Aprilia Tartil Asrama Putri
7 Muroja'ah Talaqqi Ustz. Rustalia Tahfidz Asrama Putri
6. Program Muroja’ah
a. Program Harian
Murojaah sama musyrif/musyrifah
Murojaah bersama musyrif/musyrifah dilaksanakan dari 20.00 sd 21.00
Murojaah ketika sholat, Membacakan ayat yang sudah dihafal atau yang
sudah disetorkan musyrif/musyrifah pada malam hari, sebelum beristirahat
b. Program Mingguan
Qiyamul Lail Dilaksanakan pada hari Senin dan Kamis (03.00 sd 04.00)
- Kajian Kitab At-Tibyan
Untuk semua santri untuk mempelajari adab/etika bagi penghafal Al-
qur‟an, adapun kitabnya Attibyan Fi adabi hamilul Qur‟an karya Syekh Al
imam Nawawi, yang dilaksanakan pada setiap hari Sabtu ba‟da asyar jam
16.30 sd selesai dipandu oleh Ust. Sodri. SH
Penanggung Jawab : Ust Halim
- Khataman di Asrama Masing-masing
Setiap hari senin jam 17.00 sd selesai (menjelang buka puasa)
Penanggung jawab
Santri PA : Ust Vikry dan Ust Ficky
Santri PI : Ust Dini dan Ustzh Riri
- Mudarosah
68
Membaca secara bergiliran yang akan dilaksanakan pada setiap hari
Minggu
Jam : 20. 00 sd 21.00 WIB
Penanggung Jawab : Semua guru Tahfidz
- Tasmi‟
Dilaksanakan pada hari Ahad Jam 16.00 sd Selesai,
(terjadwal)
Penanggung Jawab : santri PA Ust Halim
Santri PI : Ustzh Lia
c. Program Triwulan
Learning family
Belajar bersama orang tua di pekan kedua, hafalan yang sudah dihafal
dites dan disimak langsung sama orang tua. Untuk santri/i yang diluar kota
menggunakan media komunikasi untuk belajar bersama orang tua
7. OUTPUT & KEBERHASILAN PROGRAM
a. Dalam 3 tahun dapat meluluskan santri SMP dengan hafalan 15 Juz
b. Dalam 6 tahun dapat meluluskan santri dengan hafalan 30 Juz
c. Santri memahami dan mengamalkan nilai-nilai keislaman.
d. Terwujudnya kawasan religius berbasis
e. Adanya peningkatan hafalan Al Qur‟an
f. Munculnya kecintaan terhadap AlQur‟an pada santri
8. Analisis Data Pelaksanaa Program dan Metode Tahfidz
Untuk mengetahui dan menjawab rumusan masalah yang telah peneliti buat,
maka jawaban tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang diambil melalui
observasi dan wawancara.
1. Observasi
69
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di lapangan, ada beberapa
poin yang dapat menjawab rumusan masalah yang dibuat sebelum melakukan
penelitian. Poin-poin tersebut mengacu kepada metode Tahfizh Al-Qur‟an di
pesantren Ad-dhuhaa, yaitu:
a. Halaqoh Rutin Tahfidz Al-qur‟an
Ketika peneliti mengambil data di Pondok Tahfiz Al-Qur‟an, peneliti
melihat para santri antusias dan semangat mengikuti halaqah. Halaqah
tahfihz santri di bagi atas tiga kelompok, yaitu: Halaqoh Tartil untuk siswa
yang punya hafalan kurang dari 4 juz, Halaqoh Tahsin untuk siswa yang
punya hafalan kurang dari 8 juz, dan Halaqoh tahfidz untuk siswa yang
punya hafalan lebih dari 12 juz.19
b. Murajaah berkala
Peneliti mengamati kegiatan santri baik di teras asrama, di dalam
maupun teras masjid, mereka intensif mengulang atau memurajaah
hafalan. Di mana-mana terdengar lantunan ayat suci Al-Qur‟an. Rata-rata
yang diulang atau dimurajaah adalah juz yang telah dihafalkan dan yang
disetorkan dimalam hari setelah shalat isya. Lama kegiatan murajaah tiap
santri berbeda-beda ada yang setengah jam bahkan se-jam.
c. Mengulangi hafalan dalam shalat
Selum Azan berkumandang, terdengar suara bacaan Al-qur‟an dari
Toa masjid, menandakan waktu Sahalat akan masuk, santri bergegas
datang ke masjid dan membawa Al-Qur‟an masing-masing. Setiba di
masjid masing-masing mereka menghafal dan mengulang hafalannya,
ketika adzan berkumandang suara mereka diam dan sepi. Kemudian
setelah adzan selesai mereka melakukan sholat sunnah, dan waktu antara
19
Wawacara Ustad Abdul halim
70
azan dan iqomah itu dibuat berjedah biasanya santri menggunakana waktu
shalat sunnahnya untuk mengulang hafalan Al-qur‟annya di dalam shalat.
Untuk shalat Jahr (magrib, isya, subuh) yang memimpin shalat adalah
santri kelas Ulya yaitu santri yang memiliki hafalan banyak, biasanya
santri ini menggunakan ayat-ayat pilihan yang telah dihafalkannya untuk
dibacakan di dalam shalat setelah bacaan surat Al-fatihah.
d. Setoran dan sima‟an bersama teman
Peneliti terkadang melihat ada santri memegang Al-qur‟an yang duduk
berdua saling berhadapan di masjid, mereka sedang melakukan setoran
hafalan ke temannya. Dalam waktu-waktu luang sering dimanfaatkan
santri untuk simaan khususnya di sore hari bagi santri yang tidak
mengikuti kegiatan ekskul pesantren biasanya mengajak teman lainnya
untuk menetap di masjid memurajaah Hafalan atau melakukan simaan
kepada temannya.
e. Mushaf standar dan Mushaf Tahfidz
Peneliti melihat dan mengecek Al-Qur‟an yang mereka gunakan,
ternyata semuanya memakai Al-Qur‟an standar madinah. Alqur‟an standar
madinah ini adalah Al-Qur‟an yang memiliki 604 halaman, setiap awal
ayat selalu berada di sudut atas setiap halaman Al-Qur‟an, dan akhir ayat
selalu berada di sudut bawah setiap halaman. Namun ada juga yang
memakai mushafz khusus Tahfidz yang memiliki jumlah ayat yang sama
dalam setiap halamannya.
f. Reward dan Punishment
Reward merupakan hadiah yang diberikan dari pihak yayasan beupa
beasiswa bagi santri yang mampu mencapai target hafalan yang telah
ditentukan pihak yayasan. Sebagai bentuk motivasi bagi santri yang tekun
dalam menghafal Al-quran.
71
Adapun Punishment ini adalah bentuk hukuman yang diberikan oleh
ustadz kepada santri yang apabila melakukan kesalahan dalam halaqoh,
seperti ngantuk, main-main, dan juga tidak memiliki setoran ayat baru,
agar tidak mengganggu santri lainnya yang sedang fokus menghafalkan
Al-qur‟an. Punismen yang diberikan berupa berdiri sambil menghafal
sampai halaqah itu selesai.
2. Wawancara
Untuk menguatkan hasil observasi yang peneliti lakukan, maka
dapat dilihat dari hasil wawancara yang mengarah kepada metode Tahfizh
Al-Qur‟an di pesantren Ad-dhuhaa, sebagai berikut:
Ustad Mahmudin S.pd
a. Bagaimana kondisi dan antusias santri dalam mengikuti
pelaksanaan menghafal al-Qur‟an di Pesantren Tahfidz Ad-
dhuhaa?
“Alhamdulillah santri sangat antusias dalam mengikuti kegiatan
pesantren dengan sistem yang telah dibuat pesantren, terutama
program tahfidz Al-qur‟annya. namun disisi lain ada beberapa
anak yang memang harus diberikan perhatian khusus karena
motivasi nya dalam menghafal Al-qur‟an kurang.
b. Metode apakah yang digunakan dalam program Tahfidz Al-qur‟an
di pesantren tahfidz Ad-Dhuhaa?
“Dalam proses tahfidz Al-qur‟an, metode yang digunakan santri
bermacam-macam, tergantung cara belajar atau menghafal masing-
masing santri, di pesantren Tahfidz Ad-dhuha menggunakan 3
model halaqoh, yaitu Halaqoh tartil, tahsin dan Tahfidz untuk
kelas yang berbeda sesuai dengan pencapaian hafalan santri.
72
Metode yang digunakan untuk kelas Tahfidz adalah Metode
tasalsuli dan Jama‟”
c. Bagaimana proses menghafal Al-Qur‟an di Pesantren Tahfidz Ad-
Dhuhaa?
“Melalui beberapa tahapan-tahapan diantaranya para santri
diwajibkan sudah lancar saat membaca ayat-ayat yang akan di
hafalkannya,
Pada saat malam hari, santri di talaqi oleh musyrif halaqohnya
ayat-ayat yang akan ia hafalkan
Santri diarahkan untuk membaca terlebih dahulu ayat-ayat yang
akan dihafal minimal 7 kali dengan melihat Al-Qur'an
d. Apakah ada hambatan-hambatan tertentu bagi santri dalam proses
Tahfidz Santri?
Hambatan yang selalu terjadi yaitu, santri terlalu terburu buru
dalam proses menghafal sehingga daya ingat yang mereka gunakan
membuatnya terlalu pusing mengingat apa yang sebelumnya
dihafal pada saat maju setoran hafalannya. Mereka baru membaca
2 atau 3 kali langsung mulai menghafalkannya, yang terjadi adalah
hafalannya tersebut menjadi cepat lupa dan bacaannyapun tidak
lancar
e. Bagaimana solusi dalam mengatasi hambatan-hambatan yang ada
dalam proses tahfidz?
“bagi santri kita berikan pengajaran tentang bagaimana seharusnya
cara menghafal yang baik, yaitu dengan membacanya dengan Tartil,
bukan dengan terburu-buru. Dan untuk sering memurojaah ayat yang
73
telah dihafalkannya, karena dengan banyak mengulang makan akan
tertanam dengan kuat di ingatan dan mudah mengingatnya kembali”
f. Bagaimana hasil dari metode tahfidz yang di terapkan?
“Metode yang diterapkan sudah menyesuaikan metode-metode
umumnya, namun untuk hafalah dan murojaah hafalan santri kembali
kepada motivasi dan semangat santri itu sendiri dalam menambah dan
mengulang hafalannya, dari kami sudah membimbing dengan
maksimal tapi kalau santrinya sendiri yang bermalas-malasan maka
hasil yang di dapatkan sesuai dengan usaha santri itu sendiri”
g. Upaya apa saja yang harus dilakukan agar hafalan santri bisa tetap
terjaga dengan lancar, baik dan benar?
“Upaya yang harus dilakukan santri penghafal Al-Qur'an biar tetap
terjaga adalah dengan cara memorajaah atau mengulangi bacaan yg
sudah dihafal secara rutin dan bersambungan dan dihadapkan langsung
dengan Mushrif yang bersabar yg ahli dan menguasai Qir'oah secara
mahir”
h. Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam proses
tahfidz di pesantren?
Faktor Pendukung
1. Sarana Prasarana yang memadai,
2. Lingkungan dan Suasana Menghafal yang mendukung
3. Sebagian Guru tahfidz bersanad
4. Adanya Musabaqoh Hifzul Qur‟an yang memotivasi santri,
bagi santri yang mutqin 15 Juz akan mendapatkan beasiswa
dari sekolah
74
Faktor Penghambat
1. Pengaruh dari individu santri yang Malas dalam menghafal,
2. Kurangnya management waktu yang kurang baik dari santri
3. Kurangnya Komitmen dari yayasan dalam pengadaan guru
yang profesional20
4. Kurangnya Alokasi Waktu tahfidz (diluar jam halaqah)
Dari hasil pengamatan selama observasi dipesantren, peneliti mencoba
membaca situasi dan kondisi yang ada di pesantren tahfidz Ad-dhuhaa selama
dari sisi lingkungan, sarana prasarana, Asatidz dan Santri-santrinya.
Dari lingkungan, sarana dan prasarana yang peneliti liat sudah dapat
memfasilitsi santri-santri di pesantren dari ruang kelas belajar disekolah,
gedung asrama, masjid yang terpusat di tengah pesantren, perpustakaan dll.
Lingkunngan dan aktifitas yang dibuatpun sudah bisa mengkondisikan santri
dalam proses belajar dan menghafalkan Al-qur‟an, mulai dari awal bangun
pagi sampai santri istirahat di malam hari bisa dilihat dari jadwal aktifitas
keseharian santri. Namun, ada beberapa hal yang peneliti nilia menjadi
penyebab atau faktor yang menghambat proses menghafal santri: yaitu Ruhul
Mudarris (Jiwa seorang guru)
Yang perlu kita ketahui Al-Qur‟an bukanlah sekedar bacaan
dan hafalannya saja yang membuat kita mendapat pahala. tetapi lebih dari itu
adalah bagaimana seorang muslim dapat mengaplikasikan Al-Qur‟an
terkhusus hafalan yang sudah di hafalnya kedalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana Nabi Muhammad telah memberikan kita Suri Tauladan yang
baik dengan Al-Qur‟an.
20
Wawancara utadz Sondi (Ustadz Pembimbing Santri Golden)
75
Pada masa permulaan dakwah Islam, Nabi Muhammad SAW tidak
hanya membangun sisi tauhid, tetapi juga membangun pilar akhlak mulia.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda,
"Sungguh, aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia." (HR. Baihaqi
dan Al-Hakim).
Allâh SWT berfirman :
لقد كان لكم ف رسول اللو أسوة حسنة لهن كان ي رجو اللو والي وم الخر
وذكر اللو كثريا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allâh {al-Ahzâb: 21}
Al-Qur‟an adalah akhlak Rasulullah SAW, Hisyam bin Amir pernah
bertanya kepada Aisyah RA tentang akhlak Rasulullah SAW. Aisyah
menjawab, "Akhlak Nabi SAW adalah Al-Quran." (HR Muslim).21
Dari penjelasan di atas penulis mengambil pelajaran bahwa untuk
menjadikan Al-qur‟an sebagai Ilmu dan Akhlak kita haruslah dengan cara
meneladani Rasul dan mengaplikasikan ayat-ayat Al-qur‟an yang kita hafal
dalam kehidupan sehari-hari. Dan metode yang terbaik yang di ajarkan
Rasulullah adalah dengan Uswatun Hasanah. Bagi seorang guru haruslah
memberikan contoh yang baik terlebih dahulu sebelum mengajarkan
muridnya sebuah ilmu.
Di dalam buku Tarbiyah wa ta‟lim dijelaskan tentang sebaik-baiknya
pengertian Pendidikan, yang juga menjelaskan tentang metode apa yang
21
Terjemah Shahih Muslim. Hadits riwayat Aisyah Radliyallahu 'anhu:155.
76
terbaik untuk digunkana bagi seorang Guru dalam mengajarkan Ilmu kepada
muridnya baik itu ilmu pengetahuan atau akhlak adalah dengan Uswatun
Hasanah.
رلية اخللقية و العقلية ل يكفي بجرم ك لل للد أن يكون , لمان ت نفيذ الت
عة فكل ما ي راه التلميذ وما يسهعونو من حركات و , لالقدوة الصاحلة و اجيام البي
رلية اخللقية و العقلية, أصوات 22يكون عامل من عوامل الت
Penanaman pendidikan Akhlah dan Ilmu pengetahuan tidak cukup
hanya dengan ucapan saja. Tetapi, lebih dari itu seorang guru haruslah dapat
menjadi Uswatun Hasanah (Contoh yang baik) karena setiap yang dilihat
murid, dideangar dari gerakan dan suara dari gurunya, maka akan ditiru oleh
muridnya.
Oleh karena itu, patutlah seorang pengajar (Asatidz) sebagai Role
Model di pesantren tahfidz Ad-dhuhaa disamping bisa menggunakan metode
yang tepat bagi santrinya dalam menghafal Al-Qur‟an, juga harus memiliki
jiwa Al-qur‟an terlebih dulu, sebelum mengajarkan Tahfidz Al-qur‟an kepada
santrinya.
Hal ini sebagai mana yang dikatan pimpinan Pesantren Darusaalam
Gontor, “Metode lebih penting daripada Materi, dan guru lebih penting
daripada Metode, sedangkan Ruh (jiwa) seorang guru itulah yang lebih
penting dari segalanya”. Karena kesuksesan seorang murid dalam
pembelajaran juga tergantung dari sosok gurunnya.
22
. ص.7002رفعت حسن المعافي. أصول التربية والتعلين، الجزء األول. دار السالم كونتور:
77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis pada skripsi ini dengan judul “Metode
Tahfidz Al-qur‟an di pesantren tahfidz Ad-dhuhaa, karang tengah kota
tangerang” maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses tahfidz Al-qur‟an dipesantren tahfidz Ad-Dhuhaa adalah
dengan sistem halaqoh, dimana santri dibagi sesuai dengan kelas atau
tingkatan hafalannya. Metode yang digunakan adalah metode Tasalsuli
dan metode jama‟. Yaitu metode yang mengharuskan santri
mengulang hafalannya beberapa kali sampai hafal, kemudian
disetorkan ke Ustad pembimbingnya.
2. Pelaksanaan program Tahfidz al-Qur‟an di Pesantren Tahfidz Ad-
dhuhaa Karang tengah, telah berjalan dengan baik, bisa dilihat dari
proses, materi hafalan pada tiap kelas dan metode yang digunakan
serta fasilitas yang ada, Namun ada beberapa santri yang belum bisa mencapai
target pesantren dikarenakan beberapa faktor.
3. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program tahfidz al-
Qur‟an di Pondok Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa Karang tengah:
a. Faktor pendukung meliputi: Fisik dan Psikis yang baik, dukungan
penuh dari Pesantren, reward atau piagam, beasiswa bagi santri
yang hafalannya mencapai target. Serta adanya guru tahfidz yang
bersanad.
b. Faktor penghambat meliputi: santri yang merasa malas serta waktu
yang sedikit atau kurang bisa mengelola waktu dikarenakan
adanya kegiatan lain santri di sekolah, dan kegiatan Ektrakurikuler
yang ada di asrama Pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa.
78
4. Diperlukannya jiwa pendidik yang lebih tulus lagi dalam mendidik
anak-anak santri di pesantren tahfidz Ad-dhuhaa, karena metode yang
baik saja tidak cukup untuk menanamkan Ilmu Al-qur‟an bagi santri di
pesantren.
5. Masih diperlukannya komitment dari pihak yayasan dalam pengadaan
guru yang profesional. agar fokus Tahfidz dan Tahsih bacaan qur‟an
santri bisa lebih baik lagi ddiperlukan penambahan guru/Ustadz yang
Profesional.
B. Implikasi
Terdapat beberapa Implikasi berdasarkan hasil penelitian ini antara lain:
1. Implikasi terhadap Santri, yaitu disamping metode yang baik dan
tepat, Santri juga harus sering diberi motivasi dalam menghafal dan
menjaga Al-qur‟an yang telah di hafalkannya, karena motivasi dari
luar dapat mendorong santri dalam menumbuhkan rasa semangat
dalam menghafal dan menjaga hafalan Al-qur‟annya
2. Implikasi terhadap Guru (Asatidz pembimbing Tahfidz), bahwa
seorang guru dituntut untuk kreatif dalam memilihkan metode yang
baik untuk santri dalam menghafal Al-qur‟an sesuai dengan kondisi
dan situasi yang ada, karena metode yang tepat akan memudahkan
santri dalam menghafal Al-qur'an, dan diharapkan mempunyai jiwa
pendidik yang lebih tulus lagi.
79
C. Saran
Tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada pihak manapun terutama
Pimpinan Pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa Karang Tengah, Tangerang. Penulis
memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Pondok Pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa diharapkan untuk
memberikan tambahan waktu khusus bagi santri tahfidz untuk
menghafal dan mengulang hafalan
2. Bagi Pondok Pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa diharapkan untuk
mengurangi kegiatan Ektrakurukuler yang dapat mengganggu
konsentrasi santri dalam menghafalkan Al-qur‟an
3. Bagi pembimbing tahfidz diharapkan lebih kreatif dan inovatif dalam
mengajar dan membimbing santri guna mengurangi rasa malas dan
jenuh atau bosan santri dalam mengulang, menghafal dan mengikuti
kegiatan tahfidz di Pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa.
4. Bagi semua pihak yang terkait dengan pogram tahfidz Al-Qur‟an
Pesantren Ad-dhuhaa, untuk lebih berkoordinasi dan berkomunikasi
antara pihak Pesantren dan pembimbing tahfidz serta orang tua santri
demi maksimalnya pelaksanaan dan tujuan program tahfidz di Pondok
Pesantren Ad-dhuhaa.
80
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Al-Qarni, Aidh. 391 Hadis pilihan: Mendasari kehidupan Sehari-hari,
Jakarta: Darul Haq, 2007.
Abdullah, Mawardi. Ulumul Qur’an, Cet. 2, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.
Abdullah, Taufik. Agama dan Perubahan Sosial, Jakarta: Rajawali Pers, 2015
Al Faruq, Umar. 10 Jurus Dahsyat Menghafal Al-Qur’an. Surakarta: Ziyad, 2014.
Alawiyah, Wiwi. Panduan Menghafal Al-Qur’an Super Kilat, Yogyakarta: Diva
Press, 2015.
Alawiyah, Wiwi. Panduan Menghafal Al-Qur’an Super Kilat, Yogyakarta: Diva
Press, 2015.
Al-qur’an Transliterasi Al-Jadid. Kementrian Agama RI. Solo : PT. Tiga Serangkai.
2018.
Arifin, M. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Arifin, Muhammad. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara 1996
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian : Suatu pendekatan Praktik. PT Rineka
Cipta. 2002.
Az-Zabidi, Imam. Ringkasan Hadis Shahih Al-Bukhari IV Cet.1. Jakarta: Pustaka
Azzam, 2007
Baduwailan, Ahmad. Menjadi Hafizh; Tips dan Motivasi Menghafal Al-Qur’an, terj.
Cep Mochamad Faqih, Solo: PT. Aqwam Media Profetika, 2016.
Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana. 2010.
Djamarah, Saipul Bahri. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pt. Rineka Cipta, 2002
Fathoni, Abdurrahman. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi
Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006
Furchan, Arief. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional,
1992,
Gumawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
81
Haedari, Amin. Transformasi Pesantren, Jakarta: Media Nusantara, 2013.
Hurri, Abu. Cepat dan Kuat Hafal Juz’amma. Sukoharjo: Al-Hurri Media Qur‟anuna,
2010
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009.
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia, 2011,
Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Mastuki, dkk, Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta: Diva Pustaka, 2014,
Muhith, Nur Faizin. Semua Bisa Hafal Al-Qur’an. Banyuanyar Surakarta: al-
Qudwah, 2013
Muri, Yusuf. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Penelitian Gabungan.
Jakarta: Prenadamedia Group. 2016
Narbuko, Cholid. Abu Achmad. Metodologi Penenlitian, Jakarta: Bumi Aksara,
2007.
Profil (Sejarah Singkat) Pesantren Tahfidz Ad-dhuhzz Karang Tengah, Tangerang.
https://adh-dhuhaa.business.site
Ramayulis, Metode Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2015.
Rauf, Abdul Aziz „Abdul. Kiat sukses menjadi hafidh qur’an da’iyah. Jakarta: As
Syamil, 2000.
Sa'dulloh. 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur'an. Jakarta : Gema Insani, 2008.
Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 2003
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, Cet. 22, Bandung: Alfabeta,
2015.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan
R&D. Bandung: Alfabeta, 2013.
Syamsudin, Sahiron. Metodologi Living Qur’an dan Hadis.Yogyakarta: Teras, 2001
Tanzeh, Ahmad. Metode Penelitian Praktis, Yogyakarta: Teras 2011.
Tim Pandom Media, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pandom Media
Nusantara, 2014.
82
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Jakarta: Pt.
Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam II, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Yusuf, Tayar dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997.
Zawawie, Mukhlisoh. P-M3 Al-Qur’an Pedoman Membaca, Mendengar, dan
Menghafal Al-Qur’an, Solo:Tinta Medina, 2011.
Zawawie, Mukhlisoh. P-M3 Al-Qur’an Pedoman Membaca, Mendengar, dan
Menghafal Al-Qur’an, Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2011.
Zen, Muhaimin. Tata Cara/ Problematika Menghafal Al-Qur’an dan Petunjuk-
Petunjuknya. Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1985.
.7002اجلزء األول. دار السالم كونتور: أصول الرتبية والتعليم،رفعت حسن املعايف.
Lampiran 1
Hasil Wawancara 1
Informan : Ustadz Mahmudin S.Pd
Jabatan : Kepala Pengasuhan dan Program Pesantren
Waktu Wawancara : Sabtu, 5 Oktober 2019, Pukul 20.45 WIB
Tempat Wawancara : Ruang belajar santri Tahfidz Ad-dhuhaa
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Bagaimana keadaan santri pesantren
Tahfidz Ad-dhuhaa?
Alhamdulillah keadaan santri sangat baik,
baik dari segi disiplin, kebersihan dan
kenyamanan santri
2 Bagaimana Keadaan Ustad/zah yang ada di
Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa?
Guru/ustadz pembimbing santri berasal
dari Fresh Graduate yang ikut tinggal di
asrama pesantren bersama santri.
ada juga yang sedang menjalani kuliah di
luar pesantren (UIN) namun tidak
menggangu karena kuliahnya bisa
menyesuaikan dengan jam sekolah santri.
3 Berapa jumlah guru yang mengampu
tahfidz Al-Qur’an? Siapa saja?
3 orang.
Ustad Abdul Halim
Ustad Mahmudin
Ustad Imamul Arifin
4 Jadwal Kegiatan Harian Santri di
pesantren?
Santri beraktifitas 24 jam di pesantren.
Pada jam sekolahpun santri masih di
pantau oleh asatidz.
Untuk jadwal Tahfidz yaitu ba’da shubuh
dan ba’da isya
5 Ekstrakulikuler pesantren? Pramuka, Silat, Qasidah-Marawis, Hadroh,
Badminton, Fiutsal dan Basket
6 Apa saja agenda santri Pondok Pesantren Pospe Dhuhaa
tahfidz Ad-Dhuhaa? Perayaan Hari Raya 'Idul Adha
Kegiatan Peringatan Kemerdekaan RI dan
PORSENI
Gebyar Muharram ( Pawai,Pusi dan
Nasyid)
Kegiatan PTS ganjil
Kegiatan Kokurikuler ( Field Trip Mesium
Zoologi)
Kegiatan English Encouragment
Persami di Solear
Dst.
7 Kalender Kegiatan Tahunan Santri? Kapan
pelaksanaan Wisuda Tahfidz Al-Qur’an
Santri?
Terlampir.
Pellaksanaan wisuda tahfidz dilaksanakan
setiap setahun sekali, bagi santri yang telah
hafal dan Mutqin akan diberikan Sertifikat
Tahfidz, jika mutqin nya 30 juz akan di
berikan Ijazah dan mendpatkan reward
berupa beasiswa.
8 Apakah faktor-faktor pendukung dan
penghambat dalam proses tahfidz di
pesantren?
Niat dari diri sendiri dan dukungan
keluaga, Malas dan faktor pertemanan dan
lingkungan.
Mengetahui,
_______________________
Hasil Wawancara 2
Informan : Ustadz Zaenal Jaenudin S.Ag
Jabatan : Pembina Pesantren Bidang Program Santri
Kepala Sekolah SMA Pesantren Ad-dhuhaa
Waktu Wawancara : Kamis, 17 Oktober 2019, Pukul 16.10 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Kepala Sekolah SMA Pesantren Ad-dhuhaa
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Bagaimanakah Sejarah berdirinya pondok
pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa?
Dahulunya Gedung Pesantren Tahfidz Adh
Dhuhaa merupakan gedung Pesantren
Daarul Qur’an yang juga dirintis oleh Ust
Yusuf Mansur dan Ust. Rohimuddin
Husien. Namun karena semakin
bertambahnya masyarakat yang ingin
menitipkan anaknya di lembaga Daarul
Qur’an, akhirnya Ust. Yusuf Mansur
mencari lokasi lain untuk Daarul Qur’an
yang lebih luas. Dan akhirnya dipilihlah
lokasi di daerah Ketapang. Maka pada
tahun 2010 Seluruh santri Daarul Qur’an
dipindahkan ke Ketapang, dan gedung di
Bulak Santri digunakan untuk Sekolah
Tinggi Ilmu Komputer (STIMIK) Antar
Bangsa yang juga masih dalam satu
pimpinan, yaitu Ust. Yusuf Mansur.
Dan pada awal 2012, tepatnya saat
wafatnya ayahanda Ust. Rohimuddin
Husien, yaitu KH. Muallim Husien, ketika
Ust. Yusuf Mansur menyampaikan
sambutan belasungkawa di depan jamaah
Sholat Jenazah yang bertempat di Masjid
Nurul Amin, beliau mengamanahkan
seluruh gedung dan lahan Daarul Qur’an
yang berlokasi di Kampung Bulak Santri
kepada Ust. Rohimuddin Husien.
Kemudian mendirikan Pesantren Tahfidz,
namun dengan nama berbeda yaitu
Pesantren Tahfidz Adh Dhuhaa
Sedangkan nama Ad-dhuhaa sendiri
diambil dari nama yayasan binaan Ustad
Husien pondok.
2 Apa Sistem Pendidikan dan Misi Pesantren
Tahfidz Ad-dhuhaa?
Visi :
Membentuk Generasi Kholifah Fil ‘Ardh
Misi :
1. Menanamkan keyakinan/ akidah melalui
pengamalan ajaran agama.
2. Mengoptimalkan proses pembelajaran
dan bimbingan dengan menanamkan sikap
sidiq, amanah, fathonah dan tabligh
3. Menggali Potensi Kreatif, kemandirian
dan kepemimpinan siswa
4. Menumbuhkan kepekaan terhadap
masyarakat dan lingkungan sejak dini
5. Mengembangkan pengetahuan di bidang
IPTEK, bahasa, olahraga dan seni budaya
sesuai dengan bakat, minat dan potensi
siswa.
6. Membudayakan pendidikan akhlak
mulia dalam aktivitas di lingkungan
sekolah dan menularkannya di lingkungan
rumah
7. Menekankan pada pendidikan karakter
yang islami
8. Menjalin kerjasama yang harmonis
antara warga sekolah dan lingkungan.
9. Meningkatkan mutu pendidikan dalam
upaya mencerdaskan kehidupan generasi
yang bermoral, kreatif, maju dan mandiri.
3 Program apa yang terdapat di Pondok
Pesantren Tahfidz Adh-Dhuhaa, Karang
Tengah, Tangerang?
Kita mempunyai 5 Program unggulan
pesantren :
1. Program Tahfidz
2. Program Kitab
3. Program Bahasa
4. Program Dakwah dan
5. Ekskun
Namun diantara program tersebut, hanya 3
yang kita fokuskan yaitu, Bahasa, Kitab
dan Tahfidz.
4 Bagaimana struktur organisasi di Pondok
Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa?
Pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa dipimpin
oleh ustad Rohimudin, kemudian saya
(ustadz Zaenal) sebagai Pembina
Pengasuhan dan dibawahnya ada kepala
Program dan kepala pengasuhan, kemudian
untuk Program tahfidz berada dibawah
binaan ustad Mahmudin sebagai Kepala
Pengasuhan Santri Puta.
5 Bagaimana keadaan tenaga pendidik/
Ustadz Pondok Pesantren Tahfidz Ad-
Dhuhaa dalam hal mendidik Santri di
Asrama?
Ustad dan ustzah dalam membimbing
Alhamdulillah dengan tekun dan dengan
dorongan semangat menghasilkan yang
selalu diberikan kepada santri.
Namun bimbingan yang ada Belum terlalu
maksimum akan tetapi setiap bulan ada
evaluasi untuk memaksimalkan program.
6 Bagaimanakah Sistem Pendidikan
(Kurikulum) yang diterapkan di pesantren?
Kurikulum yang digunakan adalah
perpaduan Kurikulum Pendidikan Nasional
(DIKNAS) dan kurikulum kepesantrenan,
yang didalam Pesantren santri di bina
untuk bisa Hafal 30 juz Al Qur'an dalam 6
tahun (target hafalan 6 juz pertahun), Dapat
membaca kitab kuning, melalui metode
amsilati dan Berbahasa arab dan inggris
aktif & pasif serta Percaya diri tampil di
depan umum (melalui pembiasaan
muhadhoroh)
7 Bagaimana sarana dan prasarana yang ada
di Pondok Pesantren Tahfidz Adh-
Dhuhaa?
Alhamdulillah, dari sarana dan prasarana
kita sudah memadai bisa diliat dari gedung
Asrama puta-putri, Gedung sekolah, sarana
olahraga: Futsal, Basket, Badminton dll.,
juga Kelas belajar AC Asrama dengan
toilet di dalam. Makan 3x sehari.
8 Bagaimana gambaran umum Proses
Tahfidz Al-qur’an di Pesantren Tahfidz
Ad-Dhuhaa?
Jika dilihat dari keseluruhan proses
program yang berjalan pihak pesantren
sudah berupaya untuk
Mengetahui,
_______________________
Hasil Wawancara 3
Informan : Ustad Muh Abdul Halim S.TH
Jabatan : Guru Tahfidz Putra Pesantren Tahfidz Ad-dhuhaa
Waktu Wawancara : Sabtu, 9 November 2019, Pukul 18.30 WIB
Tempat Wawancara : Ruangan Pengasuhan Santri
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Kapan saja waktu-waktu untuk Tahfidz Al-
Qur’an di pesantren?
Waktu untuk halaqoh Al-qur’an dibagi
menjadi dua waktu, yaitu Setelah shalat
Subuh dan setelah shalat Isya.
2 Ada berapa kelompok dalam pelaksanaan
pembelajaran menghafal Al-Qur’an?
Untuk halaqoh Tahfidz dibagi 3 kelompok
sesuai dengan kelas masing-masing santri
yang telah ditentukan,
3 Bagaimana proses menghafal Al-Qur’an di
Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa?
Melalui beberapa tahapan-tahapan
diantaranya para santri diwajibkan sudah
lancar saat membaca ayat-ayat yang akan
di hafalkannya.
Pada saat malam hari, santri di talaqi oleh
musyrif halaqohnya ayat-ayat yang akan ia
hafalkan. Santri diarahkan untuk membaca
terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafal
minimal 7 kali dengan melihat Al-Qur'an.
4 Apakah ada hambatan-hambatan tertentu
dalam proses Tahfidz Santri?
Hambatan yang selalu terjadi yaitu, santri
terlalu terburu buru dalam proses
menghafal sehingga daya ingat yang
mereka gunakan membuatnya terlalu
pusing mengingat apa yang sebelumnya
dihafal pada saat maju setoran hafalannya.
Mereka baru membaca 2 atau 3 kali
langsung mulai menghafalkannya, yang
terjadi adalah hafalannya tersebut menjadi
cepat lupa dan bacaannyapun tidak lancar
5 Bagaimana solusi dalam mengatasi
hambatan-hambatan yang ada dalam
proses tahfidz?
Memberikan Memotivasi kepada santri ,
reward.
Punishment (hukuman) juga kita terapkan
bagi santri yang bermain atau bermalas
malasan dalam menghafal
6 Bagaimana kondisi dan antusias santri
dalam mengikuti pelaksanaan menghafal
al-Qur’an di Pesantren Tahfidz Ad-
dhuhaa?
Alhamdulillah santri sangat antusias dalam
mengikuti kegiatan pesantren dengan
sistem yang telah dibuat pesantren,
terutama program tahfidz Al-qur’annya.
namun disisi lain ada beberapa anak yang
memang harus diberikan perhatian khusus
karena motivasi nya dalam menghafal Al-
qur’an kurang, dan bagi santri yang belum
lancar membaca Qur'an agak sedikit berat
sekali karena terlalu sulit mereka untuk
menghafal.
7 Bagaimana upaya agar hafalan santri bisa
terjaga?
Kordinator Tahfidz merancang setiap
sebelum dan sesuah waktu sholat santri
menunggu nya dengan membaca Alqur'an
8 Bagaimana Sistem dan kurikulum Tahfidz
yang diterapkan di pesantren?
Sistem setoran yaitu murajaah sama
ziadah, Murojaah untuk mengulang hafalan
agar tidak hilang, Ziadah menambah
hafalan baru.
9 Metode apa yang digunakan dalam proses
menghafal dan meningkatkan bacaan Al-
quran santri di Pesantren Tahfidz Ad-
Dhuhaa?
Tidak ada metode yg paten , talaqqi.
Dalam proses tahfidz Al-qur’an, metode
yang digunakan santri bermacam-macam,
tergantung cara belajar atau menghafal
masing-masing santri, di pesantren Tahfidz
Ad-dhuha menggunakan 3 model halaqoh,
yaitu Halaqoh tartil, tahsin dan Tahfidz
untuk kelas yang berbeda sesuai dengan
pencapaian hafalan santri. Metode yang
digunakan untuk kelas Tahfidz adalah
Metode tasalsuli dan Jama
Apa saja media yang digunakan? Al-qur’an, sebelum shalat wajib diputarkan
Tilawah ayat atau Surat-surat pilihan
melalui speaker.
Apakah dengan metode yang diterapkan
dapat membantu dalam menjaga hafalan
Al-Qur’an Santri?
Sangat membantu.
Upaya apa saja yang dilakukan agar
hafalan santri bisa tetap terjaga dengan
lancar, baik dan benar?
Upaya yang harus dilakukan santri
penghafal Al-Qur'an biar tetap terjaga
adalah dengan cara memorajaah atau
mengulangi bacaan yg sudah dihafal secara
rutin dan bersambungan dan dihadapkan
langsung dengan Mushrif yang bersabar yg
ahli dan menguasai Qir'oah secara mahir.
(Murajaah dan karantina), ada karantina
kejar target ada karantina mutqin 5 juz
untuk anak yg hafalannya sudah lebih dari
5 juz
Bagaimana cara menentukan kelas Al-
Qur’an?
Dari segi bacaan ,tajwid dan jumlah
hafalan
Bagaimana hasil dari metode tahfidz
yang di terapkan?
Belum mendapat hasil yg maksimal.
Tetapi, Metode yang diterapkan sudah
menyesuaikan metode-metode umumnya,
namun untuk hafalah dan murojaah hafalan
santri kembali kepada motivasi dan
semangat santri itu sendiri dalam
menambah dan mengulang hafalannya, dari
kami sudah membimbing dengan maksimal
tapi kalau santrinya sendiri yang bermalas-
malasan maka hasil yang di dapatkan
sesuai dengan usaha santri itu sendiri
Bagaimana gambaran umum Proses
Tahfidz Al-qur’an di Pesantren Tahfidz
Ad-Dhuhaa?
Berjlan sebgaimana pesantren tahfidz
umumnya
Bagaimana sistem penilaian dan evaluasi
yang digunakan?
Penilaian menggunakan buku mutabaah,
dan ujian pas juga uas
Apakah faktor-faktor pendukung dan
penghambat dalam proses tahfidz di
pesantren?
Pengaruh dari individu santri yang Malas
dalam menghafal.
Kurangnya management waktu yang baik
dari santri.
Kurangnya Komitmen dari yayasan dalam
pengadaan guru yang profesional.
Kurangnya Alokasi Waktu tahfidz (diluar
jam halaqah)
Mengetahui,
_______________________
Hasil Wawancara
Santri 1
Informan : Andika Anria Husaadat
Jabatan : Santri Pesanten Tahfidz Ad-dhuha
Waktu Wawancara : Sabtu, 5 Oktober 2019, Pukul 06.00 WIB
Tempat Wawancara : Gedung Sekolah Pesantren (Ruang Kelas)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Apakah kalian senang dengan Program
Tahfidz Al-Qur’an di pesantren ini?
Mengapa?
Awalnya saya kurang suka tapi
bertambahnya smester saya suka, karena
ada yang memotivasi dari ibu.
2 Bagaimana proses menghafal Al-Qur’an di
Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa?
Saya baca berulang-ulang sampai lancar
minimal 5 kali dan saya muroja’ah saat
malam hari setelah isya.
3 Metode apa yang kamu gunakan untuk
menghafalkan Al-qur’an?
Metode BINADZOR.
4 Apakah dengan metode yang diterapkan
dapat membantu dalam menjaga hafalan
Al-Qur’an?
Iya sangat membantu saya.
5 Adakah media yang diguakan selama
menghafal Al-qur’an?
Tidak ada selain kitab Al-Qur’an.
6 Apa saja faktor yang mendukung dalam
proses menghafal di pesantren?
Pembimbingnya, tempatnya dan waktunya.
7 Adakah faktor-faktor dan penghambat
dalam proses menghafal?
Tidak ada.
Mengetahui,
_______________________
Hasil Wawancara
Santri 2
Informan : Rafi’ alya saputra
Jabatan : Santri Pesanten Tahfidz Ad-dhuha
Waktu Wawancara : Sabtu, 5 Oktober 2019, Pukul 06.10 WIB
Tempat Wawancara : Gedung Sekolah Pesantren (Ruang Kelas)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Apakah kalian senang dengan Program
Tahfidz Al-Qur’an di pesantren ini?
Mengapa?
Waktu saya kelas 2 tsanawiyah saya tidak
menyukainya kemudian di kls 3
tsanawiyah baru saya mulai menyukainya.
Karena mendapat motivasi dari orang tua.
2 Bagaimana proses menghafal Al-Qur’an di
Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa?
Dibaca berulang-ulang sampai hafal.
3 Metode apa yang digunakan untuk
menghafalkan Al-qur’an?
Metode BINADZOR.
4 Apakah dengan metode yang diterapkan
dapat membantu dalam menjaga hafalan
Al-Qur’an?
Sangat membantu dan selalu diingat.
5 Adakah media yang diguakan selama
menghafal Al-qur’an?
Tidak ada, hanya memakai kitab Al-
Qur’an.
6 Apa saja faktor yang mendukung dalam
proses menghafal di pesantren?
Keinginan, cocok dengan pengujinya dan
adanya niat/pikiran untuk bekal masa
depan dunia akhirat.
7 Adakah faktor-faktor dan penghambat
dalam proses menghafal?
Ada, ngantuk dan malas terkadang suka
datang tiba-tiba.
Mengetahui,
_______________________
Hasil Wawancara
Santri 3
Informan : Fakhruddin ridho saputra
Jabatan : Santri Pesanten Tahfidz Ad-dhuha
Waktu Wawancara : Sabtu, 5 Oktober 2019, Pukul 06.30 WIB
Tempat Wawancara : Gedung Sekolah Pesantren (Ruang Kelas)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Apakah kalian senang dengan Program
Tahfidz Al-Qur’an di pesantren ini?
Mengapa?
Senang, karena mengisi waktu subuh
dibanding tidur jadi lebih baik saya
menghafal.
2 Bagaimana proses menghafal Al-Qur’an di
Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa?
Dibaca berulang-ulang sampai ingat.
3 Metode apa yang digunakan untuk
menghafalkan Al-qur’an?
Metode BINADZOR.
4 Apakah dengan metode yang diterapkan
dapat membantu dalam menjaga hafalan
Al-Qur’an?
Ya, sangat membantu sekali.
5 Adakah media yang diguakan selama
menghafal Al-qur’an?
Tidak, hanya menggunakan kitab Al-
Qur’an.
6 Apa saja faktor yang mendukung dalam
proses menghafal di pesantren?
Pembimbingnya, dan suanan tenang.
7 Adakah faktor-faktor dan penghambat
dalam proses menghafal?
Ngantuk dan terkadang suka datang rasa
malas.
Mengetahui,
_______________________
Hasil Wawancara
Santri 4
Informan : Faqih abisiam
Jabatan : Santri Pesanten Tahfidz Ad-dhuha
Waktu Wawancara : Kamis, 21 November 2019, Pukul 16.20 WIB
Tempat Wawancara : Gedung Sekolah Pesantren (Depan Kelas)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Apakah kalian senang dengan Program
Tahfidz Al-Qur’an di pesantren ini?
Mengapa?
Saya prbadi senangnya 70% karena disini
baca belum lncar dan tajwid belum benar
tapi udah disuruh menghafal.
2 Bagaimana proses menghafal Al-Qur’an di
Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa?
Prosesnya cuman muroja’ahnya yang susah
karena nyari waktunya susah faktor
megang kepengurusan asram.
3 Metode apa yang digunakan untuk
menghafalkan Al-qur’an?
Ada 2 metode:
1. Metode menghatamkan (Cuma
menghafal biasa)
2. Mutqin (perlima juz dituntaskan
dulu sampai benar-benar hafal dari
segi halaman, ayat dan pojok).
4 Apakah dengan metode yang diterapkan
dapat membantu dalam menjaga hafalan
Al-Qur’an?
Kalau yang pertama untuk mengambi
waktunya susah.
Dan kalau yang mutqin sangat membantu
karena emang benar-benar dituntaskan
smapai hafal.
5 Adakah media yang diguakan selama
menghafal Al-qur’an?
Tidak ada selain menggunakan kitab Al-
Qur’an.
6 Apa saja faktor yang mendukung dalam
proses menghafal di pesantren?
Banyak, ada teman ada yang buat motivasi
untuk menghafal dan saling berlomba-
lomba untuk banyaknya yang dihafalkan,
atau gak mau kalah.
7 Adakah faktor-faktor dan penghambat
dalam proses menghafal?
Kadang ada rasa malas, kayak kadang rasa
malas datang dan kadang mood suka jelek.
Mengetahui,
______________________
Hasil Wawancara
Santri 5
Informan : Muhammad Rayhan Anwar
Kelas : 11 IPA
Jabatan : Santri Pesanten Tahfidz Ad-dhuha
Waktu Wawancara : Kamis, 21 November 2019, Pukul 16.45 WIB
Tempat Wawancara : Gedung Sekolah Pesantren (Depan Kelas)
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Apakah kamu senang dengan Program
Tahfidz Al-Qur’an di pesantren ini?
Mengapa?
Senang, karena dibuat target yang jelas,
contohnya ketika ikut ulangan harus
mencapai target, kalau tidak, harus tahfidz
dlu sampai targetnya kecpai,
2 Bagaimana proses menghafal Al-Qur’an di
Pesantren Tahfidz Ad-Dhuhaa?
Bertahap mulaii tahsin, tartil, Tahfidz,
berjalan dengan baik.
3 Metode apa yang digunakan untuk
menghafalkan Al-qur’an?
1. Melihat
2. Dibaca berulang
3. Kemudian dihafal tanpa melihat
mushaf
4 Apakah dengan metode yang diterapkan
dapat membantu dalam menjaga hafalan
Al-Qur’an?
Iya, metode yang sy gunakan membantu
5 Adakah media yang diguakan selama
menghafal Al-qur’an?
Ada, suara dari speaker dl
6 Apa saja faktor yang mendukung dalam
proses menghafal di pesantren?
Karena ingin memberikan mahkota orang
tua di surga.
7 Adakah faktor-faktor dan penghambat
dalam proses menghafal?
Banyaknya kegiatan menyebabkan mood
hilang, dan waktu berkurang. Ketika ingin
menghafal rasa lelah mengalahkan
semangat menghafal.
Mengetahui,
________________
Lampiran 5
BIODATA PENULIS
Muhammad Ikhsan Hmdani, Lahir di Kendari pada 10
Agustus 1993 anak ke-2 dari 4 bersaudara, yang merupakan
hasil pernikahan antara Bapak Hamdani Piabang SE dan
Ibu Muliani.
Pendidikan penulis dimulai dari asuhan seorang ibu yang
sangat kucinta sampai saat ini, ketika berumur 7 tahun
penulis dimasukkan ke SDN 11 Mandonga dan
Alhamdulillah lulus pada tahun 2006. Kemudian
melanjutkan ke Pondok Pesantren Darussalam Gontor, dan
Alhamdulillah kembali lulus pada tahun 2011.
Ketika berada di Pesantren Gontor saya aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan
dan Alhamdulillah saya pernah dipercaya menjadi Ketua Asrama dan staff
Penerimaan Tamu Pesantren. Pendidikan terakhir penulis ditempuh di strata 1
(S1) Mulai tahun 2013 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam.