Upload
lytram
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGEMBANGAN KURIKULUMSebagai Tugas Take Home Exam Pada Mata Kuliah
Pengembangan KurikulumDosen Pembimbing Prof. Dr. H. Ismaun, M. Pd
Disusun Oleh:
Hadi Prana Abadi
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKAJAKARTA
2011
Soal dan Jawaban Tugas Take Home Exam Mata KUliah pengembangan Kurikulum
1. Apakah yang dimaksud dengan konsep (pengertian Komperhensip) Kurikulum itu?
Dari berbagai konsep dan defenisi kurikulum yang anda pelajari. Coba anda
simpulkan secara ringkas dan jelas!
Jawaban:
Berbicara tentang konsep dan teori kurikulum, maka ada empat dimensi
tentang pengertian kurikulum, yaitu:
1. Kurikulum sebagai ide, adalah cita-cita, keinginan, harapan atau tujuan yang
difikirkan mengenai apa yang terbaik untuk dicapai dalam suatu kegiatan
pendidikan (Hasan, 1991), kebijakan (Schubert, 1986), Teori (Bickman, 1987),
atau,
2. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis tentnag pembelajaran (dokumen
pendidikan)
3. Kurikulum sebagai proses kegiatan belajar mengajar (PBM)
4. Kurikulum sebagai hasil belajar (output, outcome, benefit, impact).
Menurut hasan (1991), pada dasarnya kurikulum sebagai ide ada pada
setiap orang. Seorang siswa memiliki satu ide kurikulum apabila ia berbicara tentang
apa yang sebenarnya menjadi tujuan suatu kegiatan pendidikan dan bagaimana
kegiatan tersebut dilaksanakan. Tentu saja apa yang difikirkannya itu sesuai dengan
tingkat pengetahuan dari wawasan yang dimilikinya. Untuk tingkat siswa, keinginan
atau harapan itu lebih berdasarkan kepentingan lingkungan yang sangat individual.
Guru harus memiliki kurikulum sebagai ide. Kurikulum ini yang kemudian
digunakannya untuk emmbaca dan menafsirkan apa yang tertera dalam dokumen
kurikulum. Sebagai guru sangat sukar, bahkan barangkali tidak mungkin, untuk
merealisasikan idenya tersebut untuk menjadi suatu kurikulum nasional ataupun
local. Kalaupun apa yang tertera dalam kurikulum nasional bersesuaian dengan apa
yang difikirkannya, hal tersebut adalah lebih banyak sebagai suatu kebetulan.
Meskipun demikian, guru bukanlah instansi terakhir yang paling berwenang
menentukan apa yang akan terjadi di kelas, oleh karena itu dalam merencanakan
kegiatan kelas ide guru adalah yang berlaku.
Berbeda dengan kurikulum sebagai ide, kurikulum sebagai suatu rencana
tertulis memiliku format tertentu. Di Indonesia kita mengenal format matriks yang
digunakan kurikulum 1975, kurikulum 1986, kurikulum 1994, dan seterusnya.
Pengertian kurikulum sebagai suatu kegiatan (proses) adalah dimensi
kurikulum yang langsung berhadapan dengan realita lapangan. Disinilah dimensi ide
diuji. Apakah ide nasional kurikulum dikenal dan diakui para pelaksana di lapangan
ataukah tidak. Kalau dikenal apakah ide tersebut diterima dan dikembangkan oleh
para pelakasana. Persoalan ini adalah persoalan kurikulum yang paling kritis dalam
keseluruhan proses pengembangan kurikulum. Oleh karena itu (Waring 1979)
mengingatkan bahwa apabila apa yang terjadi di lapangan berbeda secara prinsipal
dengan ide semula maka kurikulum yang diimplementasiaknnya bukan kurikulum
semula.
Dimensi kurikulum sebagai kegiatan (implementasi) terdiri atas dua aspek
utama. Pertama adalah aspek perencanaan guru. Disini guru mengembangkan
kurikulum sebagai rencana dan kegiatan tertulis yang dalam konteks pendidikan
Indonesia dikenal dengan nama satuan pelajaran (Satpel) atau sekarang disebut RPP.
Pada dasarnya, satpel ini adalah penafsiran tertulis guru mengenai mengenai apa
yang ada pada dokumen tertulis kurikulum nasional. Dengan demikian saypel dapat
diartikan sebagai kurikulum tertulis guru.
Dimensi kurikulum sebagai suatu kegiatan inilah yang menentukan apa yang
diperoleh siswa. Jadi, hasil belajar siswa ditentukan oleh kurikulum yang dialaminya
dan bukan oleh kurikulum dalam bentu sebagai suatu rencana tertulis. Artinya, apa
yang sesungguhnya dialami siswa tidak dapat dikenakan pada kurikulum
sebagaimana yang ditetapkan oleh menteri Pendidikan Nasional.
Defenisi Kurikulum
Para praktisi, dan peneliti biasa menggunakan istilah kurikulum dalam
berbagai cara, tetapi tidak ada defenisi yang diterima secara universal. Diantara
defenisi-defenisi yang sekarang digunakan ialah sebagai berikut:
- Suatu proses belajar (study) yang berasal dari bahasa latin currere yang berarti
mengikuti pelajaran
- Isi pelajaran, informasi dan pengetahuan yang harus dipelajari oleh siswa
- Pengalaman belajar yang harus direncanakan
- Hasil (outcomes) belajar yang dimaksudkan; hasil-hasil pembelajaran seperti
yang dibedakan dengan upaya (aktifitas, materi, dsb) pembelajaran.
- Semua pengalaman yang harus diperoleh siswa selama belajar di sekolah
(Parkay & Stanford, 2007, p. 351).
Pengertian kurikulum Secara Komprehensif
Kurikulum adalah segala pengalaman edukatif yang diperoleh pembelajar
dalam suatu program pendidikan yang tujuannya ialah untuk mencapai tujuan-
tujuan yang luas dan berkaitan dengan tujuan-tujuan spesifik yang telah
dikembangkan di dalam kerangka teori dan peneiitian, praktek profesional masa
lalu dan sekarang, serta kebutuhaan masyarakat yang senantisa berubah-ubah.
Menurut definisi ini istilah program pendidikan memiliki arti yang sangat
penting. Hal ini mengindikasikan bahwa kurikulum itu merupakan program yang
direncanakan dan dikembangkan oleh guru-guru dan tenaga profesional.
Dalam presfektif Undang-Undang No 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 1 ayat (19) yang berbunyi: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.1
Defenisi Kurikulum menurut penulis.
Dari berbagai pengertian kurikulum di atas baik dari segi dimensi, defenisi Kurikulum
secara teoritis, Komperhensif dan menurut undang-undang, sesungguhnya tidak
satupun dari defenisi ini “benar”. Kecuali, bagaimana kita mendefenisikan kurikulum
yang mereflesikan tujuan-tujuan kita dan seting kependidikan di dalamnya yang kita
kerjakan.
1 Prof. Dr. Ismaun, M. Pd, Hand Out; Pengembangan Kurikulum, Bandung, 2011, h. 4
Penulis mendefenisikan kurikulum menjadi dua macam, pertama dalam
sudut pandang formal dan kedua dalam sudut pandang ideal.
Sudut pandang formal
Kurriculum dalam bahasa Yunani kuno berasal dari kata Curir yang artinya
pelari; dan Curere yang artinya tempat berpacu. Curriculum di artikan jarak yang
harus di tempuh oleh pelari. Dari makna yang terkandung berdasarkan rumusan
masalah tersebut kurikulum dalam pendidikan di artikan sebagai sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh atau disekesaikan anak didik untuk memperoleh
ijasah.
Sudut pandang non formal
Kurikulum adalah niat dan rencana, proses belajar mengajar adalah
pelaksanaanya. Dalam proses tersebut ada dua subjek yang terlibat yakni guru dan
siswa. Siswa adalah subjek yang dibina dan guru adalah dubjek yang membina.
2. Apakah perbedaan antara teori kurikulum dan model kurikulum. Paparkanlah
secara sistematis!
Jawaban:
Sebelum penulis memaparkan secara sistematis mengenai perbedaan teori
kurikulum dan model kurikulm. Ada baiknya penulis mengutip terlebih dahulu
beberapa pendapat para ahli tentang maksud dan fungsi dari teori dan model
kurikulum.
Teori Kurikulum
a. Apakah teori itu
Teori merupakan suatu set atau system pernyataan (asset of statement) yang
menjelaskan serangkaian hal
b. Fungsi terori
Minimal ada tiga fungsi teori yang sudah disepakati para ilmuan yaitu; (1)
mendeskripsikan, (2) Menjelaskan, dan (3) Memprediksi. Untuk tiga fungsi
tersebut Brodbeck (1936, hlm. 70) menambahkan fungsi lain. “A theory nol only
explains and predict, it also unifies phenomena” 2
2 Makalah Teori Kurikulum, Mahasiswa UHAMKA MAP 23_2, Jakarta, 2011
c. Kegunaan teori
Teori dapat berperan untuk membantu:
1) Menjelaskan defenisi oprasional variebel penelitian kita
2) Menjelaskan pola hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya
3) Menentukan metodologi penelitian secara akurat
4) Menentukan metode analisis yang tepat, dan
5) Menentukan cara penafsiran temuan secara objektif
d. Teori kurikulum
Telah diungkapkan sebelumnya bahwa teori merupakan suatu
perangkat pernyataan yang bertalian satu sama lain, yang disusun sedemikian
rupa sehingga memberikan makna yang fungsional terhadap serangkaian
kejadian. Perangkat pernyataan tersebut dirumuskan dalam bentuk defenisi
deskriptif atau fungsional, suatu konstruksi fungsional, asumsi-asumsi, hipotesis,
generalisasi, hukum, atau teorem-teorem. Isi rumusan-rumusan tersebut
ditentukan oleh lingkup dari rentetan kejadian yang dicakup, jumlah
pengetahuan empiris yang ada, dan tingkat keluasan dan kedalaman teori dan
penelitian di sekitar kejadian-kejadian tersebut.
Seandainya konsep-konsep itu diterapkan dalam kurikulum, maka
dapatlah dirumuskan tentang teori kurikulum, yaitu sebagai suatu perangkat
pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna
tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsure-unsur
kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan dan evaluasi
kurikulum. Bahan kajian dari teori kurikulum adalah hal-hal yang berkaitan
dengan penentuan keputusan, penggunaan, pererncanaan, pengembangan,
evaluasi kurikulum, dan lain-lain.3
Model Kurikulum
Kegiatan pengembangan kurikulum sekolah memerlukan model yang
dijadikan lambang teoritis untuk melaksanakan suatu kegiatan. Model atau
3 Prof. Dr. Ismaun, M. Pd, Hand Out; Pengembangan Kurikulum, Bandung, 2011, h. 14
konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar. Dalam kegiatan
pengembangan kurikulum, model merupakan ulasan teoritis tentang proses
pengembangan kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula hanya mencakup
salah satu komponen kurikulum.
Ada suatu model yang memberikan ulasan tentang suatu proses kurikulum,
tetapi ada pula yang hanya menekannkan pada mekanisme pengembangannya saja,
dan itu pun hanya pada uraian pengembangan organisasinya saja. Diantara model
Kurikulum adalah:
a) The administrative model
Dinamakan demikian karena inisiatif dan gagasan dating dari para administrator
pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi.
Kelemahan-kelemahan:
- Tidak demokratis karana prakrasa, inisiatif dan arahan dilakukan melalui garis
staf hirarkis dari atas ke bawah, bukan berdasarkan kebutuhan dan aspirasi dari
bawah ke atas.
- Model ini bukan alat yang efektif dalam perubahan kurikulum secara signifikan,
karena perubahan kurikulum tidak mengacu pada perubahan masyarakat,
melainkan semata-mata melalui manipulasi organisasi dengan pembentukan
macam-macam kepanitiaan.
b) The grass roots model
Dalam konsep pengembangan kurikulum ini inisiatif dating dari guru-guru
sekolah. Model pengembangan yang pertama digunakan untuk pengelolalaan
yang bersifat sentralisasi sedangkan yang kedua untuk pengelolaan yang
desentralisasi.
c) Beauchamp’s system model
Dalam penyusunannya model ia mengemukakan 5 hal, yaitu:
- Menetapkan area atau lingkup dari kurikulum tersebut
- Menetapkan personalia
- Perumusan organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum
- Implementasi atau pelaksanaan kurikulum
- Evaluasi kurikulum yang meliputi evaluasi pelaksanaan , disain, hasil belajar,
dan keseluruhan sistem.
d) Model terbalik Hilda Taba (Taba’s Inverted Model)
Model pengembangan kurikulum yang berbeda karena dikemukakan dengan
caranya bersifat induktif. Ada lima langkah pengembangan kurikulum model
taba ini:
- Mengadakan unit-unit eksperimen kerjasama guru-guru
- Menguji unit eksperimen
- Mengadakan revisi dan konsolidasi terhadap unti hasil eksperimen
- Menyusun kerangka kerja teoritis
- Menyusun kurikulum
e) The systemic action research model
Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum
merupakan perubahan social.
f) Emerging Technical Models
Perkembangan bidang tekhnologi dan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai
efesiensi dan efektivitas dalam bisnis.
Perbedaan antara teori kurikulum dengan model kurikulum
1. Teori merupakan suatu set atau system pernyataan, sedangkan model
kurikulum merupakan Model atau konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang
suatu konsepsi dasar
2. Teori yang sudah disepakati para ilmuan memiliki fungsi yaitu; (1)
mendeskripsikan, (2) Menjelaskan, dan (3) Memprediksi. Sedangkan Model
Kurikulum berfungis melaksanakan apa yang sudah dideskripsikan, dijelaskan
dan diprediksi oleh teori
3. Teori sering menyangkut hal-hal yang sifatnya abstrak dan kompleks, maka
untuk memberikan gambaran yang lebih konkret dan lebih sederhana dibuat
model-model.
3. Apakah yang menjadi dasar-dasar perkembangan dalam kebijakan dalam
pengembangan kurikulum. Mengapa terjadi kasus-kasus kebijakan yang salah atau
tidak akuntabel ?
Analisis faktor-faktor penyebabnya!
Jawaban:
Pengembangan kurikulum (curriculum development) adalah: the planning of
learning opportunities intended to bring about certain desered in pupils, and
assesment of the extent to wich these changes have taken piece (Audrey Nicholls &
S. Howard Nichools).
Rumusan ini menunjukkan bahwa pengembangan kurikulum adalah
perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa
siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai hingga mana
perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa.
Pengembangan kurikulum adalah proses siklus, yang meliputi empat unsur,
yakni:
a) Tujuan: mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan dan
pertimbangan tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenaan dengan
mata pelajaran (subject course) maupun kurikulum secara menyeluruh.
b) Metode dan material: mengembangkan dan mencoba menggunakan metode-
metode dan material sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan tadi yang serasi
menurut pertimbangan guru.
c) Penilaian (assesment): menilai keberhasilan pekerjaan yang telah dikembangkan
itu dalam hubungan dengan tujuan, dan bila mengembangkan tujuan-tujuan
baru.
d) Balikan (feedback): umpan balik dari semua pengalaman yang telah diperoleh
yang pada gilirannya menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya.
Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan sebagai satu disiplin
ilmu perlu bahkan seharusnya mendapat perhatian secara khusus dan menempati
kedudukan dan fungsi sentral dalam sistem pendidikan, berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan secara multidimensional, sebagai berikut.
a) Kebijakan nasional dalam rangka pembangunan nasional berkenaan dengan
sistem pendidikan nasional.
b) Kurikulum menempati kedudukan sentral.
c) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang relevan dengan kebutuhan
pembangunan dan memenuhi keperluan sistem pendidikan.
d) Kebutuhan, tuntutan, aspirasi masyarakat yang terus berubah.
e) Tuntutan profesionalisasi dan fungsionalisasi ketenagaan.
f) Upaya pembinaan disiplin ilmu.
Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, meliputi:
a) Kurikulum disusun untuk mewujudkan sistem pendidikan nasional.
b) Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan dengan pendekatan
kemampuan.
c) Kurikulum harus sesuai dengan ciri khas satuan pendidikan pada masing-masing
jenjang pendidikan.
d) Kurikulum pendidikan dasar, menengah dan tinggi dikembangkan atas dasar
standar nasional pendidikan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan.
e) Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan secara
berdiversifikasi, sesuai dengan kebutuhan potensi, dan minat peserta didik dan
tuntutan pihak-pihak yang memerlukan dan berkepentingan.
f) Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan tuntutan pembangunan
daerah dan nasional, keanekaragaman potensi daerah dan lingkungan serta
kebutuhan pengembangan iptek dan seni.
g) Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangankan secara
berdiversifikasi, sesuai dengan tuntutan lingkungan dan budaya setempat.
h) Kurikulum pada semua jenjang pendidikan mencakup aspek spiritual
keagamaan, intelektualitas, watak konsep diri, keterampilan belajar,
kewirausahaan, keterampilan hidup yang berharkat dan bermartabat, pola
hidup sehat, estetika dan rasa kebangsaan.
Mengapa terjadi kasus-kasus kebijakan yang salah atau tidak akuntabel dalam
pengembangan kurikulum?
Fenomena kebijakan pemerintah tentang kurikulum pendidikan menjadi
problematika bagi guru. bukan hal yang mudah menentukan sikap ideal dalam
menghadapi kebijakan pemerintah mengenai sering berubahnya kurikulum
pendidikan. Tahun ajaran 2006/2007 ini muncul kurikulum baru yaitu KTSP
(kurikulum tingkat satuan pelajaran). Ada beberapa faktor yang menyebabkan tidak
akuntabel atau tidak tepatnya kebijakan yang di buat pemerintah dalam
pengembangan kurikulum:
- Pemerintah kurang memahami kebutuhan dan potensi masing-masing daerah
dalam menetapkan kurikulum sehingga banyak daerah yang tidak merasakan
hasil secara langsung dari pendidikan di wilayahnya
- Kurang berimbangnya antara target dari kurikulum dengan sarana pendukung di
sekolah masing-masing. Sehingga terkesan target tinggi tetapi fasilitas
pendukung rendah
- Keragaman yang dimiliki oleh setiap satuan pendidikan dan daerah memberikan
ruang yang sangat tipis dan hampir dapat dikatakan tidak mungkin meyusun
satu kurikulum nasional
- Selalu berubah-ubahnya kurikulum berdasarkan kebutuhan politik. Cepat
bergantinya masa pemerintahan sehingga mengakibatkan anggapan setiap
berganti menteri pendidikan maka akan berganti kebijakan dalam dunia
pendidikan
- Pelaksanaan UN yang terkesan hanya sebagai proyek besar pemerintah.
Sehingga banyak sekolah yang berlomba-lomba untuk menyelesaikan materi
hanya untuk memenuhi target lulus 100%
- Tujuan pendidikan dirumuskan tidak sesuai dengan nilai kehidupan bangsa yang
didasarkan pada Pancasila dan hanya pada program politik dan pemerintah
semata
4. Mengapa administrator/Manajer dan pemimpin institusi pendidikan perlu
memahami kurikulum?
Apa fungsi dan tujuan kurikulum? Bagaimana hubungan antara kurikulum dengan
pembelajaran?
Jawaban
Kurikulum sangat perlu difahami oleh siapapun yang berkecimpung dalam
dunia pendidikan, apalagi untuk seorang administrator/manajer dan pemimpin
institusi pendidikan. Karena dengan mengetahui kurikulum seorang
manajer/pemimpin institusi pendidikan akan mengerti kearah mana lembaga yang
akan dipimpinya itu mengarah. Pemimpin institusi pendidikan yang tidak mengerti
tentang kurikulum maka hanya akan menyebabkan arah yang tidak jelas dari tujuan
pendidikan yang sebenarnya, mau dibawa kemana lembaga pendidikan yang
dipimpinnya itu.
Kurikulum dalam pendidikan memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:4
a. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendididkan
Fungsi kurikulum dalam pendidikan tidak lain merupakan alat untuk mencapai
tujuan pendididkan.dalam hal ini, alat untuk menempa manusia yang
diharapkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Pendidikan suatu bangsa dengan bangsa lain tidak akan sama karena setiap
bangsa dan Negara mempunyai filsafat dan tujuan pendidikan tertentu yang
dipengaruhi oleh berbagai segi, baik segi agama, idiologi, kebudayaan, maupun
kebutuhan Negara itu sendiri. Dsdengan demikian, dinegara kita tidak sama
dengan Negara-negara lain, untuk itu, maka: 1) Kurikulum merupakan alat untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional, 2) Kuriulum merupakan program yang
harus dilaksanakan oleh guru dan murid dalam proses belajar mengajar, guna
mencapai tujuan-tujuan itu, 3) kurikulum merupakan pedoman guru dan siswa
agar terlaksana proses belajar mengajar dengan baik dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan.
b. Fungsi Kurikulum Bagi Sekolah yang Bersangkutan
Kurikulum Bagi Sekolah yang Bersangkutan mempunyai fungsi sebagai berikut:
Sebagai alat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan
Sebagai pedoman mengatur segala kegiatan sehari-hari di sekolah tersebut,
fungsi ini meliputi:
- Jenis program pendidikan yang harus dilaksanakan
- Cara menyelenggarakan setiap jenis program pendidikan
4 M. Asrori Ardiansyah, M. Pd, Universitas Negeri Malang
- Orang yang bertanggung jawab dan melaksanakan program pendidikan.
c. Fungsi kurikulum yang ada di atasnya
1) Fungsi Kesinambungan
Sekolah pada tingkat atasnya harus mengetahui kurikulum yang
dipergunakan pada tingkat bawahnya sehingga dapat menyesuaikan
kurikulm yang diselenggarakannya.
2) Fungsi Peniapan Tenaga
Bilamana sekolah tertentu diberi wewenang mempersiapkan tenaga guru
bagi sekolah yang memerlukan tenaga guru tadi, baik mengenai isi,
organisasi, maupun cara mengajar.
d. Fungsi Kurikulum Bagi Guru
Guru tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulum sesuai dengan
kurikulum yang berlaku, tetapi juga sebagai pengembanga kurikulum dalam
rangaka pelaksanaan kurikulum tersebut.
e. Fungsi Kurikulum Bagi Kepala Sekolah
Bagi kepala sekolah, kurikulum merupakan barometer atau alat pengukur
keberhasilanprogram pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah
dituntut untuk menguasai dan mengontrol, apakah kcegiatan proses pendidikan
yang dilaksanakan itu berpijak pada kurikulum yang berlaku.
f. Fungsi Kurikulum Bagi Pengawas (supervisor)
Bagi para pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai pedoman,
patokan, atau ukuran dan menetapkan bagaimana yang memerlukan
penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha pelaksanaan kurikulum dan
peningkatan mutu pendidikan.
g. Fungsi Kurikulum Bagi Masyarakat
Melalui kurikulum sekolah yang bersangkutan, masyarakat bisa mengetahui
apakah pengetahuan, sikap, dan nilaiserta keterampilan yang dibutuhkannya
relevan atau tidak dengan kuri-kulum suatu sekolah.
h. Fungsi Kurikulum Bagi Pemakai Lulusan
Instansi atau perusahaan yang memper-gunakan tenaga kerja yang baik
dalamarti kuantitas dan kualitas agar dapat meningkatkan produk-tivitas.
Hubungan antara kurikulum dengan pembelajaran?
Kurikulum merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran.
Pengembangan krikulum yang tepat akan membawa proses pembelajaran yang tepat
dan dapat tercapainya pendidikan yang terbaik bagi peserta didik. Selain itu, di dalam
kurikulum terdapat strategi kurikulum, hal tersebut berkaitan erat dengan proses
pembelajaran, yaitu bagaimana caranya (strategi), metode, atau kegiatan agar proses
pembelajaran berlangsung dengan efektif dan efesiaen sehingga peserta didik
memperoleh pengalaman belajar untuk mencapai tujuan.
Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi program
pengajaran dan perangkatnya merupakan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan
dan pengajaran di sekolah. Oleh karena itu, kurikulum sekolah dianggap sebagai
bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar di sekolah,
sehingga dalam pelaksanaan inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang
sama dengan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa
mengikuti program-program yang ada di dalamnya, maka inovasi pendidikan tidak
akan berjalan sesuai dengan inovasi itu sendiri. Oleh karena itu, dalam pembaharuan
pendidikan, perubahan itu hendaknya sesuai dengan perubahan kurikulum atau
perubahan kurikulum diikuti dengan pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil
perubahan dari kedua-duanya akan berjalan searah.