47
Universitas Indonesia MIGRASI INTERNAL DAN SPATIAL FOCUSING STUDI KASUS KECENDERUNGAN MIGRASI KEPULAUAN RIAU Hermawan A, Zakiyatut T, Endaryani, dan Riza Fatma A I. PENDAHULUAN Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas politik/negara ataupun batas administratif/batas bagian dalam suatu negara, (Munir, 2010). Migrasi mempengaruhi jumlah penduduk jika salah satu dari jumlah penduduk yang masuk atau keluar dari wilayah tersebut lebih besar. Menurut Hasil Sensus Penduduk 2010, sekitar 12 % dari 237 juta jiwa penduduk Indonesia tinggal di provinsi yang berbeda dengan provinsi tempat lahirnya, dan lebih dari 47% penduduk Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) lahir di provinsi lain (BPS,2011). Berdasarkan data SUPAS 2005, perbandingan migrasi masuk terhadap migrasi keluar di Kepulauan Riau sebesar 18:1 dan 4:1 (hasil SP2010), hal ini menunjukan ketimpangan yang tinggi antara arus migran yang masuk dan keluar. Berdasarkan hasil SP 2010 dan SUPAS 2005 tersebut, Kep. Riau telah menjadi daerah tujuan para migran di Indonesia. Beberapa teori tentang migrasi menyebutkan bahwa, faktor ekonomi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi terjadinya migrasi, dimana fenomena perbedaan dalam kesempatan memperoleh 1

demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

MIGRASI INTERNAL DAN SPATIAL FOCUSING

STUDI KASUS KECENDERUNGAN MIGRASI KEPULAUAN RIAU

Hermawan A, Zakiyatut T, Endaryani, dan Riza Fatma A

I. PENDAHULUAN

Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan menetap dari suatu

tempat ke tempat lain melampaui batas politik/negara ataupun batas

administratif/batas bagian dalam suatu negara, (Munir, 2010). Migrasi

mempengaruhi jumlah penduduk jika salah satu dari jumlah penduduk yang

masuk atau keluar dari wilayah tersebut lebih besar. Menurut Hasil Sensus

Penduduk 2010, sekitar 12 % dari 237 juta jiwa penduduk Indonesia tinggal di

provinsi yang berbeda dengan provinsi tempat lahirnya, dan lebih dari 47%

penduduk Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) lahir di provinsi lain (BPS,2011).

Berdasarkan data SUPAS 2005, perbandingan migrasi masuk terhadap migrasi

keluar di Kepulauan Riau sebesar 18:1 dan 4:1 (hasil SP2010), hal ini

menunjukan ketimpangan yang tinggi antara arus migran yang masuk dan keluar.

Berdasarkan hasil SP 2010 dan SUPAS 2005 tersebut, Kep. Riau telah menjadi

daerah tujuan para migran di Indonesia. Beberapa teori tentang migrasi

menyebutkan bahwa, faktor ekonomi merupakan salah satu faktor penting yang

mempengaruhi terjadinya migrasi, dimana fenomena perbedaan dalam

kesempatan memperoleh pendapatan dan lingkungan kehidupan yang layak

merupakan kekuatan utama dalam memotivasi penduduk untuk bermigrasi.

Ketimpangan yang terjadi antara satu daerah dengan daerah lainnya

menyebabkan penduduk terdorong atau tertarik untuk melakukan migrasi dari satu

daerah ke daerah lainnya.

Menurut Lee dalam Munir, faktor jarak antara daerah asal dengan daerah

tujuan, yang disebut sebagai rintangan antara, juga sangat menentukan keputusan

seseorang untuk berpindah, (Munir, 2011). Banyak migran di Indonesia menuju

wilayah yang berjarak dekat, sedangkan migran yang jauh tertuju ke pusat-pusat

perdagangan dan industri, (Emalisa, 2003). Sehingga kajian tentang migrasi selalu

1

Page 2: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

memperhatikan keterkaitan secara spasial antar daerah. Data spasial merupakan

data yang observasinya merupakan suatu lokasi. Keterkaitan spasial antar daerah

ini cenderung sering terjadi karena pengaruh lokasi yang saling berdekatan.

Pola dan arus migrasi internal/antar provinsi dapat mempengaruhi

perubahan konsentrasi komposisi penduduk pada suatu daerah/regional.

Perubahan arus migrasi ini dari waktu ke waktu disebabkan oleh berbagai faktor

seperti adanya pembangunan disuatu wilayah, urbanisasi dan sebagainya sehingga

menyebabkan munculnya konsentrasi arus migrasi disuatu wilayah. Menurut

Plane dan Mulligan (1997), menyarankan untuk menggunakan metode indeks gini

untuk mengukur derajat spatial focusing pada sistem migrasi internal.

Negara Indonesia terdiri dari 33 provinsi dan memungkinkan penduduk

melakukan migrasi secara permanen ke provinsi yang lain. Dari hasil SUPAS

pada tahun 2005 tercatat sekitar 12,10 % adalah migran risen masuk ke Kepulauan

Riau. Persentase ini mengalami peningkatan menjadi 12,51 % di tahun 2010. Dan

hampir 23 % migran masuk risen adalah migran yang berasal dari Sumatera

Utara, sekitar 13 % berasal dari Jawa Tengah. Berdasarkan fenomena yang

tercatat pada hasil SP 2010, dimana Provinsi Kepulauan Riau menjadi populer

sebagai provinsi tujuan para migran dari provinsi yang lain, sehingga hal ini

menarik untuk dikaji tentang arus dan konsentrasi migrasi di Kepulauan Riau.

Letak geografis Provinsi Kepulauan Riau yang terletak di perairan selat malaka

dan berhadapan langsung dengan negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia,

selain itu ibu kota provinsi, Kota Batam, merupakan kota perdagangan dan

perindustrian yang mengalami laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Maka

tujuan dari tulisan ini adalah mengetahui arus konsentrasi dan kencenderungan

migrasi di Kep. Riau.

2

Page 3: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian tinjauan pustaka, pertama (sub bab 2.1) akan dibahas

mengenai definisi dan konsep migrasi. Kemudian, pada sub bab 2.2 akan

membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi, pada sub bab 2.3

akan membahas tentang migrasi internal dan teori migrasi, dan pada sub bab 2.4

membahas pola migasi internal dan spatial focusing. Kemudian pada sub bab 2.5

mereview penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan migrasi

internal di Indonesia dan spatial focusing. Selanjutanya pada sub bab 2.6 akan

menyajikan cara pengukuran spatial focusing. Dan terakhir pada sub bab 2.7,

merupakan ringkasan berupa kerangka konseptual teoritis.

II.1 Definisi Migrasi

Menurut Munir (2011), migrasi adalah perpindahan penduduk dengan

tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas

politik/negara ataupun batas administratif/batas bagian dalam suatu negara. Jadi

migrasi sering diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu

daerah ke daerah lain. Ada dua dimensi penting yang perlu ditinjau dalam

penelaahan migrasi, yaitu dimensi waktu dan dimensi tempat tinggal. Menurut

BPS (2011), migrasi dalam arti luas adalah perubahan tempat tinggal secara

permanen tidak ada pembatasan baik pada jarak perpindahan maupun sifatnya

yaitu apakah tindakan itu bersifat sukarela atau terpaksa, serta tidak ada perbedaan

antar perpindahan didalam negeri dan atau keluar negeri. Migrasi dalam SP 2010

adalah perpindahan penduduk dengan tujuan menetap dari suatu tempat ke tempat

lain melewati batas administratif provinsi (migrasi internal).

Batasan waktu migran ditetapkan enam bulan sejalan dengan konsep

tempat tinggal, artinya seorang dikatakan migran jika tinggal ditempat baru atau

berniat tinggal ditempat baru paling sedikit enam bulan lamanya. Keterangan

bahwa seseorang pernah pindah atau tidak bisa dilihat pada ada tidaknya

perubahan tempat tinggal. Perbedaan tempat tinggal inilah yang digunakan

sebagai proxy migrasi.

3

Page 4: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

Ada tiga pertanyaan pada SP 2010, yang dijadikan dasar perhitungan

migrasi yaitu keterangan tentang provinsi dan kabupaten/kota tempat tinggal

sekarang (waktu pencacahan), pertanyaan mengenai provinsi dan kabupaten/kota

tempat lahir dan pertanyaan mengenai provinsi dan kabupaten/kota tempat tinggal

lima tahun yang lalu. Seseorang diklasifikasikan sebagai migran seumur hidup,

jika provinsi tempat lahir berbeda dari provinsi tempat tinggal sekarang.

Sedangkan seseorang dikategorikan sebagai migran risen, jika provinsi atau

kabupaten/kota tempat tinggalnya lima tahun yang lalu berbeda dengan tempat

tinggalnya sekarang (saat pencacahan).

Munir (2011) menjelaskan tentang jenis migrasi sebagai berikut:

1. Migrasi masuk (In Migration), masuknya penduduk ke suatu daerah tujuan

(area of destination).

2. Migrasi keluar (Out Migration), perpindahan penduduk keluar dari suatu

daerah asal (area of migration).

3. Migrasi neto (Net Migration), merupakan selisih antara jumlah migrasi

masuk dan migrasi keluar.

4. Migrasi bruto (Gross Migration), jumlah migrasi masuk dan migrasi

keluar.

5. Migrasi total (Total Migration), adalah kesuluruhan kejadian migrasi,

mencakup migrasi semasa hidup dan migrasi pulang (semua orang yang

pernah berpindah).

II.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Migrasi

Faktor pendorong dan faktor penarik dalam migrasi, pertama kali

disampaikan oleh Ravenstein pada tahun 1889. Ravenstein menyimpulkan bahwa

ternyata faktor penarik lebih penting dibandingkan dengan faktor pendorong.

Dengan kata lain, peluang seseorang untuk melakukan migrasi secara sukarela

akan kecil apabila hanya merespon dampak dari faktor pendorong kecuali mereka

merasa bahwa terdapat alasan lain yang menarik yang kita sebut sebagai faktor

penarik. Ravenstein dalam studinya tahun 1885 di barat laut daratan Inggris

mendeskripsikan kaum migrant sebagai kelompok masyarakat yang memiliki

motivasi kuat untuk memperbaiki kehidupan ekonominya. Kaum migrant akan

4

Page 5: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

bergerak ke wilayah yang lebih maju. Fakta yang ditemukan dari Pola migrasi

Ravenstein adalah migrasi terjadi dalam jarak dekat, artinya terdapat keterbatasan

teknologi, transportasi, dan informasi. Penduduk lebih banyak mengenal

kesempatan-kesempatan di kota-kota besar yang jauh dari daerah asalnya.

Besarnya migrasi masuk untuk menetap pada suatu daerah dipengaruhi

besarnya faktor penarik (pull factor) daerah tersebut bagi pendatang. Semakin

maju kondisi sosial ekonomi suatu daerah akan menciptakan berbagai faktor

penarik, seperti perkembangan industri, perdagangan, pendidikan, perumahan, dan

transportasi. Kondisi ini diminati oleh penduduk daerah lain yang berharap dapat

memenuhi kebutuhan dan keinginannya.Misalnya perkembangan industri dan

perdagangan dimana lokasi industri yang menekankan pada biaya transportasi

yang rendah. Pada prinsipnya beberapa teori lokasi memberikan masukan bagi

penentuan lokasi optimum, yaitu lokasi yang terbaik dan menguntungkan secara

ekonomi. Alfed Weber (1909), teori lokasi industri yaitu menentukan suatu lokasi

industri dengan mempertimbangkan risiko biaya atau ongkos yang paling

minimum, dengan asumsi wilayah yang akan dijadikan lokasi indutri memiliki

topografi, iklim dan penduduk yang relatif homogen, sumberdaya atau bahan

mentah yang dibutuhkan cukup memadai, upah tenaga kerja didasarkan pada

ketentuan, hanya ada satu jenis alat transportasi, biaya angkut ditentukan

berdasarkan beban dan jarak angkut, terdapat persaingan antar kegiatan industri,

dan manusia yang ada didaerah tersebut masih berpikir rasional. Kemudian teori

tersebut disempurnakan oleh Lösch (1945), yang mengemukakan bahwa lokasi

industri didasarkan pada permintaan, sehingga dalam teori ini diasumsikan bahwa

lokasi optimal dari suatu pabrik atau industri yaitu apabila dapat menguasai

wilayah pemasaran yang luas, sehingga dapat dihasilkan pendapatan paling besar.

Pada sisi lain, setiap daerah mempunyai faktor pendorong (push factor)

yang menyebabkan sejumlah penduduk migrasi ke luar daerahnya. Faktor

pendorong itu antara lain kesempatan kerja yang terbatas jumlah dan jenisnya,

sarana dan prasarana pendidikan yang kurang memadai, fasilitas perumahan dan

kondisi lingkungan yang kurang baik.

Menurut Lee (1966) ada empat faktor yang menyebabkan orang

mengambil keputusan untuk melakukan migrasi, yaitu faktor yang terdapat

5

Page 6: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

didaerah asal, faktor yang terdapat ditempat tujuan, rintangan yang menghambat,

dan faktor pribadi. Disetiap tempat asal ataupun tujuan, ada sejumlah faktor

positif yang menahan orang untuk kerap tinggal di daerah itu dan bahkan menarik

orang keluar untuk pindah ke tempat tersebut. Sebaliknya, ada sejumlah faktor

negatif yang mendorong orang untuk pindah dari suatu tempat dan sejumlah

faktor netral yang tidak menjadi masalah dalam keputusan untuk migrasi. Selalu

terdapat sejumlah rintangan yang dalam keadaan-keadaan tertentu tidak seberapa

beratnya, tetapi dalam keadaan lain, tidak dapat diatasi. Rintangan-rintangan itu

antara lain berupa jarak antara daerah asal dan daerah tujuan. Penyebab migrasi

selama ini yang paling banyak diteliti adalah masalah jarak, mungkin transportasi

dan informasi tempat tujuan, serta pertimbangan-pertimbangan individu yang

mendorong membatalkan keputusan migrasi.

Jadi keputusan bermigrasi merupakan sesuatu yang digerakkan oleh

alasan/motif migrasi. Suatu keputusan migrasi dibuat dengan mempertimbangkan

faktor-faktor penghalang sebelum melakukan migrasi. Dalam Rashid 2013,

mengutip Rashid (2010), keputusan migrasi sebagian besar dilakukan karena

faktor pendorong dari daerah asal, dan pemilihan tujuan tempat migrasi

dipengaruhi oleh faktor penarik dari daerah tujuan. Gambaran keputusan

bermigrasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Sumber : Rashid (2013)Gambar 1. Proses Keputusan Bermigrasi

II.3 Migrasi Internal

6

Page 7: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

Migasi internal adalah perpindahan penduduk yang masih dalam lingkup

satu wilayah negara, dengan tujuan menetap dari suatu tempat ke tempat lain

melewati batas administratif provinsi. Jika migrasi dilihat secara spasial baik

secara geografi maupun batas administrasi, maka ada 2 tipe migrasi yaitu

pergerakan local dan migrasi internal. Pergerakan local, maksutnya adalah

perpindahan penduduk secara geografi tapi tidak melewati batas administrasi,

sedangkan migrasi internal melewati batas administrasi. Sebagai ilustrasi dapat

dilihat padagambar dibawah ini.

Gambar 2. Konsep Migrasi Internal

Migrasi ini dipengaruhi oleh banyak faktor dan komplek. Oleh karena itu,

migrasi sebenarnya merupakan suatu proses memilih yang mempengaruhi

individu dengan karakteristik-karakteristik ekonomi, sosial, pendidikan, dan

demografis tertentu. Karakteristik para migran bisa dibedakan menjadi 3 katagori

umum yaitu demografis, pendidikan, dan ekonomi.

1. Karakteristik demografis. Para migran di perkotaan negara-negara sedang

berkembang pada umumnya berusia antara 15 – 24 tahun. Proporsi wanita juga

tampaknya juga cenderung meningkat, karena semakin luasnya kesempatan-

kesempatan mereka untuk bersekolah.

7

Page 8: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

2. Karakteristik pendidikan. Tampaknya ada hubungan yang jelas antara tingkat

pendidikan yang dicapai dan keinginan untuk berimigrasi. Orang yang pendidikan

tinggi cenderung lebih banyak melakukan migrasi dari pada yang berpendidikan

rendah.

3. Karakteristik Ekonomi. Persentase migrasi yang terbanyak adalah kaum miskin,

tidak memiliki tanah, tidak mempunyai ketrampilan dan berasal dari daerah

perdesaan.

Todaro (1998), migrasi merupakan suatu proses yang sangat selektif

mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, sosial, pendidikan dan

demografi tertentu, maka pengaruhnya terhadap faktor-faktor ekonomi dan non

ekonomi dari masing-masing individu juga bervariasi. Variasi tersebut tidak

hanya terdapat pada arus migrasi antar wilayah pada negara yang sama, tetapi juga

pada migrasi antar negara. Beberapa faktor non ekonomis yang mempengaruhi

keinginan seseorang melakukan migrasi adalah:

1. Faktor-faktor sosial, termasuk keinginan para migran untuk melepaskan dari

kendala-kendala tradisional yang terkandung dalam organisasi-organisasi

sosial yang sebelumnya mengekang mereka.

2. Faktor-faktor fisik, termasuk pengaruh iklim dan bencana meteorologis,

seperti banjir dan kekeringan.

3. Faktor-faktor demografi, termasuk penurunan tingkat kematian yang

kemudian mempercepat laju pertumbuhan penduduk suatu tempat.

4. Faktor-faktor kultural, termasuk pembinaan kelestarian hubungan keluarga

besar yang berada pada tempat tujuan migrasi

5. Faktor-faktor komunikasi, termasuk kualitas seluruh sarana transportasi,

sistem pendidikan yang cenderung berorientasi pada kehidupan kota dan

dampak-dampak modernisasi yang ditimbulkan oleh media massa atau media

elektronik

Klasifikasi faktor determinan migrasi internal sangatlah kompleks. Adanya

perbedaan antara karakteristik individu atau rumah tangga yang menunjukkan

kecenderungan yang lebih tinggi atau lebih rendah dalam melakukan migrasi dan

faktor apa saja yang menentukan terjadinya migrasi dan pemilihan tempat tujuan.

8

Page 9: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

Maka faktor demografi dan determinan migrasi secara selektif sangatlah

berpengaruh. Faktor demografi meliputi usia dan jenis kelamin. Migrasi

cenderung lebih tinggi untuk anak-anak, menurun di usia sekolah sekolah, dan

naik lagi di ketika memasuki usia angkatan kerja.

Borjas (2000) dalam Bunea (2012), Di dalam ekonomi migrasi,

pertimbangan faktor umum penentu dalam migrasi internal antara lain yaitu :

Usia: orang muda bermigrasi lebih karena mereka memiliki waktu yang lebih

lama di mana mereka bisa mendapatkan keuntungan dari investasi melakukan

migrasi jika kembali kedaerahnya.

Pendidikan: orang berpendidikan tinggi sangat ingin untuk bermigrasi karena

mereka lebih efisien dalam mencari peluang kerja di berbagai pasar tenaga

kerja, sehingga mengurangi biaya migrasi.

Jarak : semakin lama jarak tempuh migrasi semakin rendah insentif untuk

bermigrasi karena biaya migrasi yang lebih besar.

Faktor-faktor lain: pengangguran-pengangguran lebih cenderung akan

bermigrasi, menderita masalah endogenitas, perbedaan upah -dampak positif

potensial sensitif terhadap masalah penyimpangan seleksi.

Secara umum faktor penenu migrasi internal cenderung konvergen pada

satu kesimpulan yang hampir sama yaitu, faktor ekonomi dan non ekonomi akibat

adanya faktor penarik ataupun pendorong terhadap individu atau institusi untuk

bermigrasi. Namun, banyak literature yang mengatakan perangsang terjadinya

migrasi disebabkan oleh faktor ekonomi. Berikut ini beberapa teori yang berkaitan

faktor yang mendorong migrasi.

II.3.1 Teori Lewis Fei Ranis

Lewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang

berkembang terdapat dualisme kegiatan perekonomian, yaitu di sector ekonomi

subsisten (pertanian) di pedesaan, dan sector ekonomi modern dengan tingkat

prodiktivitas yang tinggi diperkotaan. Pembangunan di Negara-negara

berkembang dimulai dari sektor subsisten dan dalam waktu yang hampir

bersamaan dilakukan pembangunan besar-besaran di sektor industri modern.

Produktivitas yang tinggi di sektor industri modern, telah menghasilkan sektor ini

9

Page 10: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

memberikan kontribusi yang besar dalam mendorong laju pembangunan ekonomi.

Sedangkan pada sektor pertanian dengan produktivitas yang relative rendah, telah

menyebabkan terjadinya kelebihan tenaga kerja di sector ini. Sering dengan

kondisi tersebut, pertambahan penduduk yang relative besardi pedesaan,

menyebabkan luas lahan di sektor pertanian semakin sempit. Akibatnya tenaga

kerja di sektor pertanian akan pindah ke sektor industri perkotaan. Di sisi dengan

perkembangan yang pesat yang terjadi di sektor industri/kapitalis yang sangat

terkonsentrasi di daerah perkotaan ini, mengakibatkan perdeaan upah antara sector

industri dan pertanian semakin besar. Kondidi ini pula yang menyebabkan

terjadinya migrasi penduduk dari pedesaan ke perkotaan.

Dengan adanya perbedaan upah antara sector industri dan pertanian, maka

tenaga kerja akan bermigrasi ke perkotaan dalam rangka memperoleh pekerjaan

pada sector induistri, karena sector pertanian mengalami pertumbuhan relative

lambat, baik di sector produksi, penyerapan tenaga kerja, demikian juga tingkat

upah.

Teori Lewis ini mendapat krikan. Model pembangunan teori ini

memperhatikan proses perpindahan tenaga kerja dari desa ke kota, perekomian

dibagi 2 sektor yaitu sector tradisional (pedesaan yang subsisten) yang ditandai

dengan produktivitas tenaga kerja yang sangat rendah dan sector modern (industri

perkotaan) dimana tenaga kerja dari sector subsisten berpindah secara perlahan.

Titik perhatian utama model ini adalah proses perpindahan tenaga kerja dan

pertumbuhan tingkat pengerjaan (employment) di sector modern (perkotaan)

menyebabkan pertumbuhan output di sector modern. Kecepatan dua hal

(perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan pengerjaan) tergantung pada tingkat

akumulasi modal industri di sector modern.

Walaupun model pembangunan dua sector dari lewis adalah sederhana dan

sesuai dengan pengalaman sejarah pertumbuhan ekonomi di Barat, model ini

mempunyai 3 asumsi pokok yang sangat berbeda dengan kenyataan-kenyataan

dari migrasi dan keterbelakangan yang terjadi di negara berkembang saat ini.

Pertama, model ini menganggap bahwa tingkat perpindahan tenaga kerja

dan tingkat perpindahan tenaga kerja dan tingkat penciptaan kesempatan kerja di

10

Page 11: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

sector perkotaan adalah proporsional dengan tingkat akumulasi modal di

perkotaan. Tetapi jika surplus laba para pemilik modal diinvestasikan kembali8

dalam bentuk peralatan yang lebih hemat tenaga kerja (labor-saving) daripada

sekedar menambah modal saja. Hal ini lebih memberikan gambaran apa yang

biasa disebut pertumbuhan ekonomi “anti pembangunan”.

Kedua, asumsi dari model ini yang berbeda dengan kenyataan adalah

asumsi bahwa “surplus” tenaga kerja terjadi di daerah pedesaan sedangkan di

daerah perkotaan ada banyak kesempatan kerja. Hampir semua penelitian

sekarang menunjukkan keadaan yang sebaliknya yang terjadi negara berkemabng

yaitu banyak pengangguran terbuka terjadi di daerah perkotaan tetapi hanya ada

sedikit surplus tenaga kerja di daerah perdesaan.

Ketiga, asumsi model lewis yang tidak realistis adalah anggapan bahwa

upah nyata di perkotaan akan selalu tetap sampai pada satu titik dimana

penawaran dari surplus tenaga kerja perdesaan habis. Salah satu gambaran yang

menarik dari pasar tenaga kerja perkotaan dan penentuan tingkat upah di hampir

semua negara berkembang adalah adanya kecenderungan  bahwa tingkat upah

untuk meningkat secara nyata sepanjang waktu, baik dalam nilai absolutnya

maupun jika dibandingkan dengan pendapatan rata-rata perdesaan, sekalipun ada

kenaikan tingkat pengangguran terbuka.

II.3.2 Teori Todaro - Hariss

Model todaro merumuskan bahwa migrasi berkembang karena perbedaan

antar pendapatan yang diharapkan dan yang terjadi di pedesaan dan di perkotaan.

Anggapan yang mendasar adalah bahwa para migran tersebut memperhatikan

berbagai kesempatan kerja yang tersedia bagi mereka dan memilih salah satu yang

bisa memaksimumkan manfaat yang mereka harapkan dari bermigrasi tersebut.

Manfaat-manfaat yang diharapakan ditentukan oleh perbedaan-perbedaan nyata

antara kerja di desa dan di kota serta kemungkinan migrasi tersebut untuk

mendapatkan kerja di kota.

Ada 4 point penting dalam teori todaro, yaitu:

11

Page 12: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

1. Migrasi dirangsang oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomis yang

rasional. Misalnya pertimbangan manfaat (benefits) dan biaya (costs),

kebanyakan secara financial tetapi juga secara psikologis.

2. Keputusan untuk bermigrasi lebih tergantung pada perbedaan upah riil “yang

diharapkan” daripada “yang terjadi” antara pedesaan dan perkotaan, di mana

perbedaan yang “diharakan” itu ditentukan oleh interkasi anta dua variable

yaitu perbedaan upah pedesaan-perkotaan yang terjadi kemungkinan untuk

memperoleh pekerjaan di sector perkotaan.

3. Kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan di perkotaan berhubungan

terbalik dengan tingkat pengangguran di perkotaan.

4. Tingkat migrasi yang melebihi tingkat pertumbuhan kesemptana kerja di

perkotaan sangat mungkin terjadi. Oleh karena itu, tingkat pengangguran

yang tinggi di perkotaan merupakan hal yang tidak terelakkan karena adanya 

ketidakseimbangan yang tinggi antara kesempatan-kesempatan ekonomi di

perkotaan dan di pedesaan di negara berkembang pada umumnya.

Kemudian teori ini berkembang menjadi Teori Harris Todaro, terjadinya

migrasi dari sector tradisional di pedesaan ke sector modern di perkotaan

ditentukan oleh dua factor, yaitu: Pertama, tingkat perbedaan upah nyata antara

sector pertanian (pedesaan) dan sector industri (perkotaan). Kedua, adanya

peluang untuk memperoleh pekerjaan di perkotaan. Migrasi akan terjadi apabila

ada perbedaan upah yang diharapkan (expected rate) antara sector pertanian di

pedesaan dan sector industri di perkotaan. Tetapi jika upah yang diharapkan

(expected rate) lebih tinggi di sector pertanian di pedesaan tidak akan terjadi

migrasi dari perkotaan ke perdesaan.

II.3.3 Teori Gravitasi Lowry

Interaksi migrasi biasanya berdasarkan pada migrasi masuk atau keluar.

Model gravitasi dianggap lebih tepat dalam mengambarkan hubungan kedua

daerah. Model ini mengambarkan interaksi spasial antara dua entitas. Wijoyo

(2011), mengutip bahwa hukum gravitasi ini pertama kali di perkenalkan dibidang

fisika oleh Isaac Newton. Dan pada tahun 1962, Tinbergen menggunakan teori

gravitasi untuk perdaganan barang dan jasa. Teori ini dapat digunakan untuk

memperkirakan daya tarik suatu daerah dibandingkan dengan daerah yang lain.

12

Page 13: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

Teori gravity migrasi, memandang bahwa migrasi terjadi menurut hukum

alam yaitu adanya gaya tarik menarik dan massa. Teori ini mempunyai

kelemahan, yaitu jika dikaitkan dengan proses migrasi maka tidak dapat

menjelaskan lebih jauh bagaimana perpindahan tersebut terjadi seperti

perpindahan individu, penduduk serta jarak sebagai proxi ekonomi. Perbedaan

upah menjadi penyebab utama migrasi. Teori Lowry mengatakan bahwa migrasi

dipengaruhi oleh tingkat pengangguran di daerah asal dan tujuan, tingkat upah di

daerah asal dan tujuan, angkatan kerja di daerah asal dan tujuan, serta jarak antara

daerah asal dan daerah tujuan.Teori ini pun terus berkembang dan kemudian Van

der Berg dan Lewer (2008) dalam Wijoyo (2011), menggunakan teori ini untuk

migrasi internasional, dimana faktor PDB dan jumlah penduduk pada kedua

negara tersebut menjadi faktor yang mempengaruhi daya tarik.

Kemungkinan proses terjadinya migrasi, baik migrasi masuk dan keluar,

adalah dipengaruhi oleh jarak yang bisa diukur dengan juga dengan biaya migrasi.

Biaya yang tinggi karena faktor jarak yang jauh dan mungkin sulit untuk

dijangkau, sehingga elastisitas jarak dianggap negatif yang negatif. Greenwood

(1997) dalam Bunea 2012, menganggap bahwa elastisitas jarak migrasi menurun

dari waktu ke waktu karena informasi modern, teknologi komunikasi dan

transportasi. 

II.3.4 Teori Don Bellane dan Mark Jackson

Bellante dan Jackson dengan kerangka konsep yang dikembangkan, telah

menghipotesisikan bahwa migrasi tenaga kerja ke suatu daerah dapat dilihat dari

dua sisi, yaitu sebagai penawaran dan juga permintaan terhadap tenaga kerja. Jika

penawaran tenaga kerja bertambah terus, maka pada daerah tersebut akan terjadi

kelebihan tenaga kerja, sedangkan di daerah asal akan menjadi kekurangan tenaga

kerja. Dalam kondisi demikian terjadi perubahan tingkat upah. Tingkat upah di

daerah tujuan cenderung menurun, dan daerah asal cenderung naik. Sebagai akibat

dari pergeseran dan pergerakan dalam penawaran tenaga kerja maka upah nyata

akan meningkat dan perbedaan upah ini akan menyebabkan kecenderungan tenaga

kerja untuk bermigrasi ke luar wilayah menuju wilayah yang upahnya lebih tinggi.

(dalam Dohar 1999)

13

Page 14: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

Determinan migrasi dapat diklasifikasikan dalam variabel gravitasi,

variabel ekonomi, variabel pasar tenaga kerja, variabel pemukiman, variabel

lingkungan dan variabel politik. Variabel gravitasi adalah besarnya jumlah

penduduk, dengan pengaruh positif, dan jarak , dengan pengaruh negatif. Variabel

ekonomi antara lain: produk domestik bruto per kapita, industri baru, upah, dan

sebagainya. Variabel pasar tenaga kerja meliputi: tingkat penganguran, perubahan

kondisi kerja,dan sebagainya. Variabel Pemukiman: tingginya harga rumah akan

menghalangi migrasi kecuali diantisipasi oleh calon migran, ukuran, struktur dan

kualitas ketersediaan perumahan mempengaruhi tingkat dan jenis migrasi, serta

konstruksi dan tingkat kerusakan. Variabel lingkungan adalah mereka yang

mempengaruhi kualitas hidup baik di jangka pendek dan panjang, di antara

kondisi daerah, kepadatan penduduk, tingkat urbanisasi, perilaku sosial penduduk

setempat, kondisi iklim, waktu luang dan hiburan kegiatan, dan lain-lain. Variabel

kebijakan mengacu pada subsidi pemerintah,seperti pajak daerah, anggaran

pertahanan, tawaran pendidikan, rencana daerah perkotaan, atau tindakan

langsung seperti insentif dan kebijakan migrasi.Van der Gaag dkk, 2003, dalam

Bunea, 2012.

II.4 Pola Migasi Internal Dan Spatial Focusing

Pola migrasi di suatu daerah dipengaruhi oleh faktor pendorong dan

penarik. Benyaknya arus migrasi yang masuk dan keluar dari suatu daerah

cenderung akan menunjukan adanya perbedaan tingkat arus masuk atau keluar

yang lebih besar atau lebih kecil. Sehingga mengakibatkan adanya kecenderungan

yang terfokus terhadap daerah tertentu (spatial tertentu).

Kepulauan Riau adalah

propinsi dari pemekaran wilayah

Riau. Kepulauan Riau memisahkan

diri secara administratif dari

Provinsi Riau pada tahun 2004.

Peresmian Kepulauan Riau sebagai

provinsi baru yang ke-32,

dilaksanakan tanggal 19 Agustus 2004 oleh Menteri Dalam Negeri.Undang-

14

Page 15: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

undang menetapkan bahwa Provinsi Kepulauan Riau beribukota di Tajung pinang.

Semula Provinsi Kepulauan Riau memiliki lima kabupaten dan dua kota yaitu:

Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga dan Kabupaten

Natuna, serta Kota Batam dan Kota Tajungpinang. Dalam perkembangannya

hingga Juni 2009, memasuki tahun keempat, Provinsi Kepulauan Riau menambah

satu lagi kabupaten yakni Kabupaten Anambas sebagai pemekaran dari Kabupaten

Natuna. Kedudukan kota Batam (P. Batam) sebagai pusat pengembangan industri,

perkembangannya cukup pesat di segala bidang terutama disektor industri. Secara

administratif provinsi ini meliputi 59 kecamatan dan 351 desa/ kelurahan. Luas

provinsinya sekitar 252.810.71 km2, yang 96 persen merupakan perairan, dan 4

persen berupa daratan dari 2.408 pulaudan jauh dari pusat pemerintahan

menyebabkan panjangnya rentangan kendali. Sekitar 40 persen pulau-pulau itu

tidak berpenghuni.

Menurut Setyohadi (2008), pergerakan penduduk antar wilayah cukup

besar baik yang menuju pusat kota maupun menuju ke pusat-pusat kegiatan

industri, perdagangan dan lain- lain yang tersebar di wilayah Kota Batam. Pola

Pergerakannya juga bervariasi berdasarkan tingkat sosial di masing-masing

daerah. Penduduk memilih tinggal di daerah pinggiran dikarenakan daerah

industri, yaitu untuk mendekatkan dengan tempat kerja dan faktor karena harga

rumah/tanah/sewa relatif lebih murah, sedang penduduk yang memilih tinggal di

pusat kota karena ingin meningkatkan taraf hidup dengan membuka

usaha/strategis untuk membuka usaha.

Tabel 1. merupakan tabel Migrasi Risen dari 33 Propinsi di Indonesia

tahun 2005 dan tahun 2010. Berdasarkan tabel terlihat bahwa pola migrasi dari

setiap propinsi sangat beragam dan penambahan migran yang masuk maupun

migran yang keluar sangat beragam pula. Bila dibandingkan dengan pola migrasi

antara periode sebelum otonomi dan sesudah otonomi, maka terlihat bahwa pola

migrasi di beberapa propinsi ada yang naik pesat dan ada pula yang turun dengan

tajam.

15

Page 16: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

Tabel 1. Migrasi Risen Tahun 2005  dan Tahun 2010

No Provinsi 2005 2010Masuk Keluar Ratio Masuk Keluar Ratio

1 Nanggroe Aceh Darussalam 0 0 62.142 38.802 1,602 Sumatera Utara 105.599 201.898 0,52 121.207 372.644 0,323 Sumatera Barat 105.322 128.758 0,82 127.720 150.709 0,854 Riau 212.761 98.794 2,15 293.617 125.814 2,335 Jambi 65.618 51.367 1,28 108.356 52.689 2,066 Sumatera Selatan 65.473 106.772 0,61 115.456 129.814 0,897 Bengkulu 32.495 29.982 1,08 47.032 269.10 1,758 Lampung 91.605 110.869 0,83 90.050 154.420 0,589 Bangka Belitung 19.466 17.791 1,09 60.439 17.054 3,5410 Kepulauan Riau 153.050 8.605 17,79 205.036 54.847 3,7311 DKI Jakarta 570.687 734.584 0,78 635.921 883.423 0,7212 Jawa Barat 714.587 443.039 1,61 1.030.003 595.877 1,7343 Jawa Tengah 307.082 662.193 0,46 283.676 979.860 0,2914 DI Yogyakarta 188.653 87.741 2,15 222.413 103.492 2,1515 Jawa Timur 227.695 344.266 0,66 213.770 528.370 0,4016 Banten 287.667 132.867 2,17 462.898 192.983 2,4017 B a l i 75.833 38.959 1,95 99.596 41.216 2,4218 Nusa Tenggara Barat 22.190 32.340 0,69 31.050 40.982 0,7619 Nusa Tenggara Timur 25.802 30.200 0,85 39.977 67.484 0,5920 Kalimantan Barat 15.870 32.955 0,48 41.121 42.144 0,9821 Kalimantan Tengah 30.970 47.273 0,66 122.617 34.506 3,5522 Kalimantan Selatan 61.041 41.888 1,46 102.323 55.292 1,8523 Kalimantan Timur 144.801 47.478 3,05 208.925 73.039 2,8624 Sulawesi Utara 28.592 31.813 0,90 47.138 45.473 1,0425 Sulawesi Tengah 51.862 27.464 1,89 61.142 39.174 1,5626 Sulawesi Selatan 90.869 139.342 0,65 105.294 208.570 0,5027 Sulawesi Tenggara 38.179 30.685 1,24 61.376 42.613 1,4428 Gorontalo 0 0 0 26.638 16.820 1,5829 Sulawesi Barat 11.082 15.616 0,71 35.623 20.053 1,7830 Maluku 9.615 30.417 0,32 29.122 30.179 0,9631 Maluku Utara 10.365 16.592 0,63 24.414 14.887 1,6432 Papua 51.449 33.869 1.52 66.010 38.803 1,7033 Papua Barat 53.676 16.835 3,19Sumber : Diolah dari data Badan Pusat Statistik (www.BPS.go.id).

Selain itu pada tahun 2005 dijumpai tambahan propinsi baru hasil

pemekaran wilayah, yaitu KepulauanRiau (KEPRI), Bangka Belitung (BABEL),

Banten, Gorontalo, dan Maluku Utara. Berdasarkan Jumlah perbandingan migrasi

masuk dan migrasi keluar diantara 5 propinsi baru tersebut, berurutan mulai dari

yang terbesar ke yang terkecil berdasarkan hasil SP 2010 adalah Kepulauan riau

4:1 (migrasi masuk 205,036 jiwa sedangkan migrasi keluar 54.847 jiwa), Babel

4:1(Migrasi masuk 60,439 jiwa, sedangkan migrasi keluar 17,054 jiwa), Banten

2:1 (migrasi masuk 462,898 jiwa sedangkan migrasi keluar 192,983 jiwa),

16

Page 17: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

Maluku utara 2: 1 (Migrasi masuk 24,414 jiwa, sedangkan migrasi keluar 14,887

jiwa), Gorontalo 2:1 (migrasi masuk 26,638 jiwa, sedangkan migrasi keluar

16,820 jiwa). Kesenjangan yang besar antara arus migrasi masuk dan migrasi

keluar di Kepulauan Riau membuatnya menarik untuk diteliti lebih lanjut

terutama mengenai pola migrasinya.

Seperti yang ditunjukkan pada grafik perbandingan rasio migrasi risen

berdasarkan supas 2005 dan SP 2010.

17

Page 18: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

MALUKU

JAWA TENGAH

KALIMANTAN BARAT

SUMATERA UTARA

SUMATERA SELATAN

MALUKU UTARA

SULAWESI SELATAN

KALIMANTAN TENGAH

JAWA TIMUR

NUSA TENGGARA BARAT

GORONTALO

DKI JAKARTA

SUMATERA BARAT

LAMPUNG

NUSA TENGGARA TIMUR

SULAWESI UTARA

BENGKULU

KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

SULAWESI TENGGARA

JAMBI

KALIMANTAN SELATAN

PAPUA

JAWA BARAT

SULAWESI TENGAH

BALI

D I YOGYAKARTA

RIAU

BANTEN

KALIMANTAN TIMUR

KEPULAUAN RIAU

0.002.00

4.006.00

8.0010.00

12.0014.00

16.0018.00

Rasio Migrasi Supas 2005

18

Page 19: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

JAWA TENGAHSUMATERA UTARA

JAWA TIMURSULAWESI SELATAN

LAMPUNGNUSA TENGGARA TIMUR

DKI JAKARTANUSA TENGGARA BARAT

SUMATERA BARATSUMATERA SELATAN

MALUKUKALIMANTAN BARAT

SULAWESI UTARASULAWESI TENGGARA

SULAWESI TENGAHGORONTALO

NANGGROE ACEH DARUSSALAMMALUKU UTARA

PAPUAJAWA BARAT

BENGKULUSULAWESI BARAT

KALIMANTAN SELATANJAMBI

D I YOGYAKARTARIAU

BANTENBALI

KALIMANTAN TIMURPAPUA BARAT

KEPULAUAN BANGKA BELITUNGKALIMANTAN TENGAH

KEPULAUAN RIAU

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00

Rasio Migrasi SP2010

Berdasarkan data SUPAS tahun 2005, perbandingan migrasi masuk dan

keluar di Kepri sekitar 18 : 1, yang artinya ada 18 migran dari provinsi lain

menuju ke Kepri dan ada penduduk kepri yang migrasi ke provinsi lain. Dan data

SP2010 perbandingan migrasi masuk dan keluar di Kepri menurun sekitar 4 : 1,

namun Kepulauan Riau masih menduduki peringkat teratas. Ketimpangan migrasi

ini terlihat tinggi, dimana kecenderungan migran masuk lebih banyak daripada

19

Page 20: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

migran keluar. Hal ini menarik untk dibahas lebih lanjut sehingga mengetahui

konsentrasi arus migrasi secara spatial.

Menurut Plane dan Mulligan (1997), yang dimaksud dengan spatial

focusing adalah adanya ketimpangan relatif volume sekelompok arus migrasi

tertentu dari daerah asal atau daerah tujuan. Derajat spatial focusing tinggi jika

banyak arus migran masuk yang selektif menuju beberapa daerah daerah tujuan

dan hanya sedikit yang migran keluar yang meninggalkan daerah tersebut.

Sedangkan spatial focusing rendah jika arus migrasi keluar dan masuk relatif

sama disemua daerah.

Semakin tinggi pola migrasi masuk dan keluar dari suatu daerah akan

mempengaruhi perubahan pertumbuhan penduduk dan stuktur penduduk daerah

tersebut dimasa yang akan datang. Dampak dari tingginya tingkat migrasi keluar

atau masuk dapat berpengaruh terhadap perekonomian dan kehidupan sosial

masyarakat pada daerah tersebut.

Dalam setiap sistem migrasi internal kemungkinan memiliki populasi yang

berbeda, dan jarak tempat tujuan-tujuan migrasi dari daerah asal berbeda-beda .

Karena faktor-faktor struktur tersebut, jumlah arus migrasi tidak akan pernah

sama. Maka untuk melihat konsentrasi kecenderungan arus migrasi yang tinggi

disuatu daerah dapat dilihat dari pergeseran pola arus migrasi geografi secara

keseluruhan. Dan pola migrasi secara geografis dapat berubah drastisdalam kurun

waktu yang pendek, ukuran populasi dan jarak populasi dengan pusat konsentrasi

penduduk yang lain akan aberubah secara perlahan-lahan dari waktu ke waktu.

Bahkan analisis spatial focusing ini akan lebih berguna, dan mungkin

menjadi alasan utama untuk memasukkannya ke dalam analis migrasi, spatial

focusing merupakan ukuran yang praktis untuk menggambarkan perbedaan

antara pola pergerakan migrasi keluar dan masuk dalam suatu wilayah. Net

migrasi merupakan perubahan arus migrasi masuk dengan migrasi keluar. Sebuah

wilayah yang menarik migran masuk dari daerah asal yang berbeda-beda,

kemungkinan akan menyebabkan net migrasi sama dengan nol (total gross

migration in = total gross migration out), tapi yang paling penting dalam analisis

migrasi adalah redistribusi penduduk dalam sistem migrasi. Arus migrasi tertentu

20

Page 21: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

dari suatu daerah mungkin berbeda-beda konsentrasi tingkat spasialnya. Aliran

migrasi yang terkonsentrasi secara spatial akan berhubungan denganperubahan

penduduk di sebuah daerah yang menggantikan daerah lain dari sistem migrasi.

II.5 Penelitian Terdahulu Migasi Internal Dan Spatial Focusing

Menurut Emalisa (2003), migrasi di Indonesia masih bersifat “centris”

dimana masih menuju kota-kota besar didaerah pulau Jawa. Selain itu, provinsi

Jawa Timur dan Jawa Tengah merupakan sumber/asal migran terbesar di

Indonesia pada tahun 1980, 1990, dan 1995. Tidak ada satu provinsi pun yang ada

di Indonesia yang tidak mengalami perpindahan penduduk, baik migrasi masuk

maupun keluar. Faktor ekonomi merupakan alasan yang mendominasi para

migran melakukan migrasi diseluruh daerah di Indonesia.

Migrasi sebenarnya merupakan suatu reaksi atas kesempatan ekonomi

pada suatu wilayah. Faktor ekonomi merupakan motif yang paling sering

dijadikan sebagai alasan utama keputusan seseorang untuk melakukan migrasi.

Migrasi internal di Indonesia kebanyakan dilakukan oleh mereka yang berumur

produktif. Hal tersebut memungkinkan tingginya angka pertumbuhan penduduk

serta tingkat laju pembangunan disuatu daerah. Namun, menurut Darmawan

(2007), menduga bahwa pola migrasi yang terjadi antar provinsi di Indonesia yang

dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi yaitu Domestik Regional Bruto (PDRB)

per Kapita Atas Dasar Harga Konstan, Upah Minimum Provinsi (UMP) dan

Pengangguran. Hasil analisis dengan menggunakan data SUPAS dan SP,

menyimpulkan bahwa ketiga indikator ekonomi tersebut secara bersama-sama

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap migrasi antar provinsi di

Indonesia. Tetapi, indikator pengangguran menunjukan pengaruh yang tidak

signifikan terhadap migrasi yang terjadi. Begitu juga dengan indikator UMP

menunjukkan hasil yang sama yaitu tidak sesuai dengan dugaan karena migran

justru cenderung menuju provinsi yang mempunyai UMP lebih rendah

dibandingkan provinsi asalnya.

Sedangkan Wajdi 2010, pola migrasi antar pulau di Indonesia dengan

menggunakan Schedule Migrasi dan Model Gravitasi yang dimodifikasi

menunjukkan bahwa semakin tinggi perbedaan upah, semakin tinggi

21

Page 22: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

kecenderungan bermigrasi dengan hubungan yang tidak linier. Tetapi semakin

besar struktur ekonomi antar daerah, maka migrasi akan cenderung tinggi

meskipun perbedaan upah antar daerah relatif rendah. Selain itu yang paling

mobile adalah migranyang berusia 23 sampai 54 tahun. Dan alasan migrasi adalah

ekonomi, keluarga dan pendidikan.

Spatial focusing merupakan hal yang menarik dalam study migrasi.

Banyak literature yang mengemukakan ukuran-ukuran yang dapat digunakan

untuk menggambarkan spatial focusing. Dalam Plane dan Mulligan (1997),

menyebutkan bahwa ukuran-ukuran statistik dapat mengambarkan konsentrasi

migrasi dengan melihat ketimpangan suatu nilai variasi dari suatu distribusi.

Misalnya Range/Jangkauan, Relatif Mean Deviasi Relatif , Varians, Koefisien

Variasi, Standar Deviasi Logaritma, Indeks Gini, Indeks Entropi Theil, dan Indeks

Atkinson (Atkinson1970 ; Duncan dan Duncan 1955; Griffith dan Amrhein 1991;

Isard 1960; Kendall 1958; Raja 1969, Sen 1970, Smith 1975). Ukuran-ukuran

tersebut dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian. Hal

didukung oleh hasil penelitian Rashid (2007) yang menyimpulkan bahwa Indeks

Gini merupakan metode yang sangat berguna untuk mengetahui sistem migrasi di

area urban.

II.6 Metode Pengukuran Spatial Focusing

Menurut Plane dan Mulligan (1997), menyarankan untuk menggunakan

metode indeks gini untuk mengukur derajat spatial focusing pada sistem migrasi

internal. Namun, Roger dan Sweeney (1998) menyarankan untuk menggunakan

koefisien variansi karena memiliki tingkat spatial focusing yang lebih tinggi

daripada Indeks Gini sehingga lebih sensitif terhadap arus konsentrasi migrasi

disuatu daerah.

a. Indeks Gini

Strukur migrasi yang spesifik digambarkan dengan sebuah matrik dimana pada

komponen kolom menunjukkan arus migrasi keluar dan komponen baris

menunjukkan arus migrasi masuk. Dari matrik tersebut didekomposisi menjadi 4

komponen yaitu baris, kolom, danpairwise/pasangan (ij dan ji) yang

22

Page 23: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

menggambarkan gross migrasi keluar dan net migrasi masuk, dan perubahan net

migrasi antar daerah. Indeks Gini merupakan suatu ukuran yang dapat

membandingkanarus migrasi terhadap arus migrasi yang lain dalam sistem, hal

inidikarenakan kelebihan Indeks Gini sebagai berikut:

Komprehensif untuk menangkap ukuran tunggal semua perubahanpairwise

(pasangan in-out)yang mungkin dalam sistem migrasi (misalnya, untuk

memasukkan semua kemungkinan arus migrasi internal dalam sistem )

Spesifik dalam membandingkan secara langsung perbedaan antara setiap

kemungkinan pasangan arus,

Berguna untuk menangkap perubahan antarwaktu dalam pola

perubahansistem yang luas (yaitu, dapat mengukur perubahan arus migrasi

dari satu periode ke periode yang lain),

Adaptif dalam menangkap perbedaan-perbedaan dalam arus pada skala

geografis yang beragam,

Fleksibel untuk menggambarkan tren di wilayah migrasi masuk yang khusus

dan perbedaan migrasi keluar, serta perbedaan perubahan yang langsung

antara daerah.

Dapat dimodifikasi untuk daerah-daerah yang tingkat kecenderungannya

bervariasi

Berikut adalah rumus umum dari Indeks Gini :

(1)

Dimana :

Ya dan Yb : 2 pengamatan (migrasi keluar dan migrasi masuk)

µ : rata-rata jumlah n pengamatan

n : jumlah pengamatan

Indeks Gini Migrasi Keluar dan Masuk Pada Suatu Daerah

23

Page 24: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

Indeks baris dan kolom dapat diuraikan lebih jauh untuk merepresentasikan

konstribusi tiap baris atau kolom. Namun tidak perlu untuk membandingkan

secara langsung masing-masing baris dan kolom karena terlalu banyak arus

migrasi dalam sistem. Sehingga perhitungan indeks untuk tiap daerah yang

spesifik di daerah k tertentu, daerah migrasi keluar dan daerah migrasi masuk

adalah sebagai berikut:

(2)

(3)

Dimana O menunjukkanmigrasi keluar, sedangkan I menunjukkan migrasi masuk.

Indeks Gini antar daerah dengan migrasi keluar dan migrasi masuk nilainya

bervariasi yaitu antara interval [0,1]. Jika nilai Indeks gini mendekati nol (0),

maka derajat spatial focusingnya rendah, sedangkan jika nilai indeks gini satu

maka derajat spatial focusingnya tinggi. seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 3.

Gambar 3. Diagram Interpretasi Indeks Gini untuk Analisa Migrasi

Interpretasi Indeks Gini bisa langsung dibandingkan. Namun, untuk memfasilitasi

interpretasi yang lebih baik, dapat dilakukan perhitungan dengan menggunakan z-

score (yaitu mengurangkan nilai rata-rata antar daerah dalam sistem dan

membaginya dengan standart deviasi masing-masing). Kemudian dari ukuran

matriks migrasi tersebut dapat diterapkan untuk menganalisi pola migrasi secara

geografi.

24

Page 25: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

b. Koefisien Variansi

Koefisien Gini biasa digunakan untuk mengukur ketimpangan pendapatan

pada literatur studi ekonomi. Ukuran variasi lain yang biasa digunakan dalam

mengukur ketimpangan adalah koefisien variasi. Menurut Reed,dkk (1996) dalam

Rogers dan Sweeney (1998) ; Koefisien Variasi ini dapat digunakan untuk

mengukur spatial focusing pada arus migrasi, dan lebih sederhana, alternatif

indikatornya lebih jelas untuk melihat konsentrasi secara geografi. Koefisien

Variasi didefinisikan sebagai standart deviasi dari rasio rata-rata dari sebuah

distribusi (menurut Allison, 1978 dalam Roger & Sweeney,1998). Standart

deviasi mengukur derajat variasi; karena dapat menunjukkan pergerakan indeks

secara proporsional terhadap mean.

Formula variansi dari migrasi keluar (komponen kolom) secara matematis kolom

adalah:

s. j2 =∑

j=1

n

¿¿¿¿ (4)

Dan formula Koefisien Variansinya secara matematis untuk komponen kolom

adalah:

CV . j=s . j

m. j (5)

Dengan formula yang sama dapat dilakukan pula untuk komponen baris. Perlu

diperhatikan dalam menghitung nilai koefisien variasi untuk migrasi masuk

maupun keluar pada setiap daerah untuk mempertimbangkan faktor pembobotan

secara agregat (weighted agregate).

Roger dan Sweeney (1998), menyarankan menggunakan ukuran Koefisien

Variasi daripada menggunakan ukuran Indeks Gini. Dengan menggunakan data

yang sama yaitu data Migrasi Interregional di Amerika Serikat, menunjukkan

25

Page 26: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Daerah Asal(Provinsi Selain

Kepri)

Migrasi Masuk

Migrasi Keluar

Daerah Tujuan(Provinsi Kepri)

Faktor Penarik/Pendorong :Ekonomi, Pasar tenaga kerja, Pemukiman, Lingkungan Karakteristik:DemografiPendidikanEkonomi

Pemerintah

Universitas Indonesia

bahwa ukuran Koefisien Variasi lebih sensitive terhadap respon arus migrasi

daripada Indeks Gini.

Manfaat Spatial Focusing adalah:

1) Dapat mengetahui pola konsentrasi migrasi dari periode waktu yang berbeda

2) Spatial focusing sebagai alternatif indikator untuk mengidentifikasi prilaku

stuktur migrasi, seperti respon penduduk terhadap primasi urutan distribusi

penduduk dari sistem arus migrasi penduduk.

3) Migrasi dapat mengubah distribusi dan struktur penduduk, dengan

mengetahui konsentrasi migrasi dengan ukuran spatial focusing, dapat

menjadikan masukan untuk pembangunan daerah, pengaturan pemukiman

dan lahan, perluaran industri, transportasi, penetapan UMP, dsb

II.7 Kerangka Konseptual

Berdasarkan kerangka teoritis, maka selanjutnya disusun kerangka

konseptual yang merupakan panduan konseptual dalam melakukan analisis

mengenai pola migrasi di Kepulauan Riau.

Gambar 3. Kerangka Konseptual

26

Page 27: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

GAMBARAN UMUM HASIL SPATIAL FOCUSING DI KEPULAUAN RIAU

Migrasi Masuk Supas 2005 Ke Kepulauan Riau

Keterangan:

1. Sumatra Utara 6. Riau2. Jawa Tengah 7. Jakarta3. Jawa Timur 8. Jawa Barat4. Sumatra Barat 9. Jambi 5. Yogyakarta 10. Bengkulu

Berdasarkan urutan migrasi risen yang masuk ke Kepulauan kepri menurut hasil SUPAS 2005, yang terbanyak pertama adalah sumatra utara, kemudian daerah terdekat lainnya sumatra barat berada diurutan keempat, hal ini kemungkinan karena faktor jarak yang sangat dekat, sama dengan teori ravenstein yaitu karena kedekatan jarak dan desa-desaa yang relatif dekat dengan kota-kota besar, dekat dengan jalan raya atau dekat dengan kota-kota kecil yang mempunyai kemudahan untuk mendapatkan informasi di daerah tersebut.

27

Page 28: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

Urutan kedua dan ketiga migrasi masuk menurut Supas 2005 adalah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal ini kemungkinan dikarenakan faktor pendorong dari daerah asal seperti, kondisi sosial rendah, pendapatan/upah rendah, kesempatan kerja terbatas yang menyebabkan orang-orang didaerah tersebut melakukan mobilitas. Sedangkan faktor penarik menuju ke Kepulauan Riau karena letaknya yang strategis, berdekatan dengan negara lain seperti singapura, malaysia, vietnam, kamboja dan merupakan daerah perdagangan dan perindustrian yang mengalami laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dimana tingkat pendapatan/upah tinggi, lapangan pekerjaan cukup tersedia. Sesuai dengan Teori Bellante dan Jackson (1983) dalam dohar (1999), semakin tinggi perbedaan upah, semakin besar kecenderungan penduduk untuk bermigrasi dari wilayah daerah yang mempunyai upah lebih rendah ke yang mempunyai upah lebih tinggi.

Migrasi Masuk SP2010 Ke Kepulauan Riau

Keterangan:

1. Sumatra Utara 6. Jawa Barat2. Jawa Tengah 7. Bengkulu3. Jawa Timur 8. Jakarta4. Sumatra Barat 9. Yogyakarta5. Riau 10. Lampung

28

Page 29: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

Berdasarkan urutan migrasi risen yang masuk SP2010 ke Kepulauan kepri, yang terbanyak pertama sampai keempat masih sama dengan hasil Supas 2005 yaitu sumatra utara, Jawa tengah, Jawa Timur dan Sumatra Barat. Baru pada peringkat 5 hingga sepuluh terjadi perubahan propinsi yang masuk. Secara berturut-turut yaitu Riau, Jawa barat, Bengkulu, Jakarta, Yogyakarta, dan lampung.

Migrasi Keluar Hasil Supas 2005 dari Kepulauan Riau

Keterangan:

1. Riau 6. Jambi2. Sumatra Barat 7. Bali3. Yogyakarta 8. Bangka Belitung4. Jawa Barat 9. Jawa Tengah5. Jawa Timur 10. Sumatra Selatan

Migrasi Keluar menurut hasil Supas 2005, daerah yang menjadi tujuan untuk keluar dari Kepulauan Riau adalah Riau. Hal ini kemungkinan karena Riau merupakan daerah asal dari orang-orang Kepri sebelum melakukan pemekaran dan juga karena kedekatan jarak sehingga memudahkan untuk melakukan

29

Page 30: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

mobilitas. Urutan kedua yaitu Sumatra barat, masih sama mengikuti teori Revenstein (1885) dalam Munir (2011), faktor kedekatan masih mendominasi migrasi jarak dekat.

Tujuan keluar selanjutnya adalah Yogyakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur. Pada umumnya untuk pekerjaan, mencari pekerjaan, atau sekolah. Selanjutnya diurutan ke enam sampai sepuluh adalah Jambi, Bali, Bangka belitung, Jawa tengah dan sumatra selatan.

Migrasi Keluar Hasil SP 2010 dari Kepulauan Riau

Keterangan:

1. Sumatra Barat 6. Jawa Timur2. Riau 7. Yogyakarta3. Sumatra Utara 8. Jakarta4. Jawa Barat 9. Nusa Tenggara Timur5. Jawa Tengah 10. Bengkulu

Pada hasil SP2010 daerah yang menjadi tujuan keluar untuk orang-orang di daerah Kepri peringkat tiga besar adalah sumatra barat, Riau dan sumatra utara, dimana disini masih sama, rata-rata tujuan keluar atau masuk masih didominasi oleh kedekatan jarak. Pada urutan selanjutnya baru tujuan migrasi adalah daerah yang jaraknya cukup jauh yaitu Jawa barat, Jawa tengah, jawa timur, yogyakarta, jakarta dan nusa tenggara timur. Dimana dalam hal ini kemungkinan alasan utamanya masih sama yaitu pekerjaan, mencari pekerjaan, atau sekolah.

30

Page 31: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

BPS, (2011). “Migrasi Internal Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010”. Jakarta : BPS. (http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/migrasi%20internal%20penduduk%20indonesia/index.html)

Bunea,Daniela, 2012, “Modern Gravity Models of Internal Migration.The Case of Romania” Theoretical and Applied EconomicsVolume XIX (2012), No. 4(569), pp. 127-144

Darmawan, Beni, (2007), “Pengaruh faktor-faktor ekonomi terhadap pola migrasi antar provinsi di Indonesia”, Tesis, Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan

Dohar, Ahmad, (1999), “Analisis Kecenderungan Migrasi Tenaga kerja ke propinsi Jawa Barat”, Tesis, Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan

Emalisa,(2003), “Pola dan Arus Migrasi di Indonesia” Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. © 2003 Digitized by USU digital library

Munir, Rozy, (2011), “Migrasi”,Ed. Sri Moertiningsih Adioetomo & Omas Bulan Samosir “Dasar-dasar Demografi” Hal. 133 – 153. Depok: Penerbit Salemba Empat dan Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Plane, David A& Gordon F. Mulligan, (1997), “Measuring Spatial Focusing in a Migration System”, Journal Demography, Vol 34. No. 2, May 1997: 251 – 262.

Rogers, Andrei & Stuart Sweeney, (1998), “Measuring the Spatial Focus of Migration Patterns”, Journal Demography, Vol 50, No. 2, May 1998: 232 – 242.

Rashid, Mohd Fadzil Abdul (2007), “Analysing Trend and Distribution of Migration in Klang Valley Region, Malaysia, By Using Gini Index” ICCS-IX, 12-14 December 2007, Concorde, Shah Alam Selangor

Rashid, Mohd Fadzil Abdul(2013), “Tingkah Laku Migrasi sebagai Satu Masalah Keputusan: Menilai Multi-Faktor Migrasi Berasaskan AHP”, Persidangan Kebangsaan Geografi dan Alam Sekitar Ke-4 Universiti Pendidikan Sultan Idris, 5-6 Mac 2013

31

Page 32: demografi.bps.go.iddemografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas... · Web viewLewis (1954) berpendapat bahwa di negara-negara yang sedang berkembang terdapat dualisme kegiatan

Universitas Indonesia

Setyohadi, Imam (2008), “Karakteristik dan Pola Pergerakan PendudukKota Batam dan Hubungannya denganPerkembangan Wilayah Hinterland”. Tesis, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang. Tidak dipublikasikan

Todaro, Michael P, Stephen C. Smith, (2006). “Pembangunan Ekonomi” Edisi Kesembilan, Ed. Devri Barnadi, SE, Suryadi Saat, Wibi Hardani, M.M. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Wajdi, M. Nasrul(2010), “Migrasi Antarpulau di Indonesia :Analisis Model Skedul Migrasidan Model Gravitasi Hybrida”, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan

Wijoyo, Wisnu Harto Adi, (2011). “Determinan Migrasi Internasional : Migrasi Netto Kasus Asean N+6 Dan Gravitasi Migrasi Keluar Indonesia”. Skripsi UI. Tidak dipublikasikan

(www.BPS.go.id).

32