98
PERTANIAN DAN PENGAIRAN

 · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

  • Upload
    buidung

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

PERTANIAN DAN PENGAIRAN

Page 2:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada
Page 3:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

BAB VI

PERTANIAN DAN PENGAIRAN

A. PENDAHULUAN

Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada pembangunan bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian untuk memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan produksi hasil pertanian lainnya, dalam rangka mewujudkan struktur ekonomi yang seimbang antara industri dan pertanian baik dari segi nilai tambah maupun dari segi penyerapan tenaga kerja.

Sesuai dengan arah dan kebijaksanaan pembangunan na-sional, pembangunan pertanian dalam arti luas perlu terus dikembangkan dengan tujuan meningkatkan produksi dan mem-perluas penganekaragaman hasil pertanian guna memenuhi kebu-tuhan pangan dan industri dalam negeri serta memperbesar ekspor, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, pe-ternak dan nelayan, mendorong perluasan dan pemerataan kesem-patan berusaha dan lapangan kerja serta mendukung pembangunan daerah dan mengintensifkan kegiatan transmigrasi.

Sejalan dengan arah pembangunan di atas, pembangunan pertanian yang mencakup pertanian tanaman pangan dan tanaman perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh. Untuk itu perlu dilanjutkan dan ditingkatkan usaha-usaha di-versifikasi, intensifikasi dan ekstensifikasi serta rehabili-tasi yang dilaksanakan secara terpadu, serasi dan merata di-sesuaikan dengan kondisi tanah, air dan iklim, dengan tetap

255

Page 4:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

memelihara kelestarian kemampuan sumber alam dan lingkungan hidup serta memperhatikan pola kehidupan masyarakat setempat. Di samping itu terus ditingkatkan kemampuan pengusahaan dan pengelolaan serta penerapan teknologi yang tepat pada usaha-usaha pertanian.

Sejak Repelita I sampai dengan Repelita V, pembangunan sektor pertanian dilaksanakan melalui usaha rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi. Selama kurun waktu tersebut salah satu tujuan utama pembangunan per- tanian adalah meningkatkan produksi padi untuk mencapai dan memantapkan swasembada pangan. Dalam Repelita I peningkatan produksi padi ditekankan pada usaha intensifikasi, yang di-laksanakan melalui program Bimbingan Masal (Bimas). Program ini didukung dengan upaya-upaya rehabilitasi jaringan peng-airan, penerapan kebijaksanaan -harga padi dan sarana pro-duksi, pemanfaatan teknologi bibit unggul dan pemberantasan hama. Selama Repelita II, Repelita III dan Repelita IV, pe-ningkatan produksi pangan, khususnya padi dilaksanakan ter-utama melalui perluasan intensifikasi di daerah-daerah yang terjamin pengairannya. Perluasan usaha intensifikasi ini di-dukung selain oleh upaya-upaya yang dilakukan dalam Repe- lita I juga oleh penyempurnaan dan perluasan penyediaan kredit, penyempurnaan pelaksanaan kebijaksanaan harga serta penyempurnaan kelembagaan pemberantasan hama dan penyakit. Selain itu, usaha ekstensifikasi ditingkatkan melalui pembukaan lahan pertanian baru, yang didukung oleh program pembangunan jaringan irigasi baru, transmigrasi serta pencetakan sawah.

Dalam kurun waktu yang sama, produksi palawija dan hor-tikultura semakin ditingkatkan. Usaha peningkatan produksi ini dilaksanakan dengan cara meningkatkan kemampuan petani unt mengatur pola tanam dan pemanfaatan air irigasi secara optimal. Usaha peningkatan produksi palawija didukung pula oleh kebijaksanaan harga dan pemasaran hasil-hasil sertapemanfaatan teknologi seperti pupuk dan bibit unggul. Di samping itu untuk meningkatkan pendapatan petani, nelayan dan peternak, terutama yang hidup di daerah yang tidak mempunyai persawahan beririgasi, pembangunan pertanian ditekankan pada peningkatan produksi usaha tani milik rakyat. Di bidang pe-ternakan dan perikanan, usaha peningkatan produksi terutamaditekankan melalui usaha intensifikasi. Sedangkan peningkatan produksi perkebunan, selain melalui intensifikasi perkebunan rakyat, juga dilaksanakan melalui usaha ekstensifikasi dengan menggunakan pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR).

256

Page 5:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

Usaha meningkatkan produksi perkebunan rakyat dan swasta diupayakan antara lain berdasarkan kebijaksanaan yang di-tuangkan dalam Inpres No. 1 Tahun 1986, tentang pengembangan perkebunan dengan pola Perusahaan Inti Rakyat yang dikaitkan dengan program transmigrasi. Pengembangan perkebunan dengan pola PIR ini dilaksanakan secara terpadu dalam rangka mening-katkan pendapatan petani, membantu pengembangan wilayah serta menunjang keberhasilan program transmigrasi. Sementara itu peningkatan produksi perikanan diupayakan berdasarkan Paket Kebijaksanaan 6 Mei 1986, tentang pengusahaan budi daya udang melalui pola PIR. Kebijaksanaan tersebut telah mendorong investasi swasta dalam pengembangan budi daya tambak udang. Selanjutnya, untuk mengurangi impor hasil-hasil ternak, pe-ningkatan produksi peternakan diusahakan dengan mendorong pengembangan investasi swasta, di samping tetap melanjutkan pembinaan peternakan rakyat.

Dalam Repelita V, pembangunan sektor pertanian diarahkan untuk mengembangkan sektor ini menjadi sektor yang maju, efisien dan tangguh, sehingga makin mampu memantapkan swasem-bada pangan dan mendukung tercapainya sasaran-sasaran pem-bangunan lainnya. Dalam rangka mempertahankan swasembada beras, usaha-usaha intensifikasi akan ditingkatkan baik mutu maupun kuantitasnya agar hasil per ha lebih meningkat. Di samping itu usaha ekstensifikasi tanaman padi akan dilanjut-kan dengan semakin memperluas lahan beririgasi dan pencetakan sawah. Demikian pula usaha penganekaragaman produksi dan kon-sumsi pangan akan semakin ditingkatkan.

Dalam tahun pertama Repelita V upaya peningkatan produk-si terutama ditekankan pada usaha mempertahankan swasembada beras. Untuk mendukung perbaikan gizi masyarakat dan usaha diversifikasi makanan, produksi palawija ditingkatkan dengan mengembangkan pola tanam dan pemanfaatan bibit unggul. Semen-tara itu produksi sayuran ditingkatkan dengan usaha intensi-fikasi di lahan sawah dan buah-buahan di lahan kering.

Peningkatan produksi perkebunan diupayakan terutama melalui peningkatan produktivitas tanaman dan perbaikan efisiensi pengolahan. Di samping itu peningkatan produksi perikanan antara lain diusahakan dengan jalan peningkatan jumlah sarana penangkap ikan, pembangunan prasarana pelabuhan dan pengembangan irigasi tambak perikanan rakyat. Usaha ekstensifikasi dilaksanakan melalui pengembangan investasi swasta dan industri perikanan yang memadukan proses produksi, pengolahan dan pemasaran hasil-hasil perikanan rakyat.

257

Page 6:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

Usaha meningkatkan produksi peternakan dilaksanakan dengan meningkatkan produktivitas peternakan rakyat, terutama melalui pemberantasan penyakit dan pelaksanaan inseminasi buatan. Selain itu, usaha swasta di bidang peternakan dan industri pengolahan hasil-hasil ternak rakyat semakin dido-rong antara lain melalui penyediaan fasilitas kredit jangka panjang.

Sebagai hasil dari langkah-langkah kebijaksanaan yang ditempuh sejak Repelita I sampai tahun pertama Repelita V, berbagai hasil produksi pertanian telah meningkat dengan pesat (Tabel VI-1), kecuali ubi jalar. Demikian juga volume ekspor hasil-hasil pertanian terpenting telah menunjukkan perkembangan yang menggembirakan (Tabel VI-2). Tetapi pada tahun awal Repelita V, ekspor karet, tembakau dan kacang tanah mengalami penurunan. Penurunan ekspor karet dan kacang tanah disebabkan oleh meningkatnya permintaan di dalam ne-geri. Sedangkan penurunan ekspor tembakau merupakan akibat dari fluktuasi harga di pasaran internasional.

Hutan sebagai sumber kekayaan alam yang penting perlu dikelola dengan sebaik-baiknya agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi rakyat dengan tetap menjaga kelangsung-an fungsi dan kemampuannya dalam melestarikan lingkungan hidup. Untuk itu hutan alam yang ada perlu dipertahankan dan ditingkatkan mutunya melalui kegiatan pemeliharaan, perkayaan jenis dan pengelolaan yang didasarkan pada kelestarian man-faat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Dalam hubungan ini, sistem pengelolaan HPH perlu disesuaikan dengan kebutuhan melestarikan produksi hasil hutan, pening-katan keanekaragaman jenis hasil, peningkatan mutu dan pro-duktivitas hutan serta pengembangan manfaat hutan bagi masya-rakat sekitar hutan. Produksi hasil hutan dan ekspor hasil hutan berupa barang jadi akan lebih ditingkatkan baik dalam jumlah jenis hasil, mutu maupun nilai hasil yang diperoleh.

B. PERTANIAN PANGAN

1. Padi/Beras

Selama Repelita I dan Repelita II usaha mencapai swa-sembada beras dilaksanakan melalui rehabilitasi saluran iri-gasi, pembangunan jaringan irigasi baru, penyediaan fasilitas kredit, penerapan kebijaksanaan harga, pemanfaatan teknologi dan penyuluhan. Selain itu, usaha untuk meningkatkan produksi

258

Page 7:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI – 1PERKEMBANGAN PRODUKSI BEBERAPA HASIL PERTANIAN TERPENTING

1968 – 1989(ribu ton)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Dalam gabah kering giling4) Dalam juta liter5) Dalam ton6) Dalam ribu m3

259

Page 8:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI – 2PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR HASIL PERTANIAN TERPENTING

1968 – 1989(ribu ton)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Dalam ribu m3

260

Page 9:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

beras didukung pula oleh penyempurnaan sistem penyaluran pupuk, benih, obat-obatan dan peningkatan usaha-usaha per-lindungan tanaman pangan.

Dalam Repelita III usaha meningkatkan produksi beras ditekankan pada usaha intensifikasi dengan diperkenalkannya program Intensifikasi Khusus (Insus) pada tahun 1979. Usaha ini dilaksanakan dengan jalan memperluas penggunaan benih varietas unggul, penggunaan pupuk secara optimal dan mening-katkan usaha-usaha pengendalian hama dan penyakit serta pe-ngelolaan air irigasi. Berkat usaha-usaha yang dilakukan sejak Repelita I, impor beras tidak dilaksanakan lagi sejak tahun 1984 dan berhasillah dicapai swasembada beras.

Dalam Repelita IV usaha untuk mempertahankan swasembada beras dilaksanakan melalui peningkatan mutu intensifikasi khusus. Pada tahun 1987 dimulai pelaksanaan Supra Insus. Sis-tem ini lebih mengutamakan partisipasi petani secara berke-lompok. Dalam rangka mendukung usaha ini, dalam Repelita IV ditingkatkan pula kegiatan-kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi, pembangunan jaringan irigasi baru, pencetakan sawah dan pengendalian hama terpadu, di samping menyesuaikan kebi-jaksanaan harga pangan dengan tetap memperhatikan hubungan yang wajar antara harga dasar padi dan pupuk. Dengan demikian petani tetap didorong untuk meningkatkan produksi, yang akhirnya meningkatkan pendapatan petani. Dalam tahun pertama Repelita V, peningkatan produksi padi dilaksanakan dengan meningkatkan luas areal Supra Insus dan pencetakan sawah.

Sebagai hasil usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan tersebut di atas, produksi padi terus mengalami kenaikan, yaitu dari 17,2 juta ton pada tahun 1968 menjadi 41,7 juta ton pada akhir Repelita IV, atau meningkat lebih dua kali. lipat. Ke-naikan tersebut bahkan di atas pertumbuhan penduduk, yaitu rata-rata 4,5% per tahun. Peningkatan produksi padi yang begitu pesat telah menghasilkan tercapainya swasembada beras pada tahun 1984.

Peningkatan produksi padi yang begitu cepat, antara lain disebabkan oleh meningkatnya hasil rata-rata padi per ha. Sejak awal Repelita I sampai dengan akhir Repelita IV, hasil rata-rata per ha meningkat 3,4% per tahun, yaitu dari 2,13 ton per ha pada tahun 1968 ke 4,11 ton per ha pada tahun 1988 (Tabel VI-4 dan Grafik VI-2). Peningkatan hasil rata-rata tersebut terutama disebabkan karena meningkatnya mutu usaha intensifikasi, yang telah berhasil meningkatkan hasil rata-rata intensifikasi dari 2,21 ton per ha pada awal Repelita I

261

Page 10:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

menjadi 4,54 ton per ha pada tahun akhir Repelita IV (Tabel VI-3) dan Grafik VI-1. Peningkatan mutu usaha intensifikasi tersebut terjadi karena semakin membaiknya pengelolaan air irigasi, meningkatnya kegiatan penyuluhan dan penyediaan fasilitas kredit, makin serasinya hubungan antara harga pupuk dan padi, semakin baiknya prasarana dan distribusi pupuk serta semakin efisiennya penggunaan pupuk. Penggunaan pupuk yang terdiri dari N, P205 dan K20 telah naik dari 120 ribu ton dalam tahun 1968 menjadi 1.880 ribu ton dalam tahun akhir Repelita IV (Tabel VI-8), yang berarti meningkat menjadi lima belas kali lebih besar dibandingkan penggunaannya dalam tahun 1968.

Faktor lain yang menyebabkan kenaikan produksi padi adalah makin luasnya areal panen, terutama luas panen inten-sifikasi. Luas panen intensifikasi meningkat dari 1.597 ribu ha pada tahun awal Repelita I menjadi 8.283 ribu ha pada akhir Repelita IV (Tabel VI-5). Ini berarti meningkat menjadi lima kali lebih besar dibanding dengan pada awal Repelita I. Peningkatan luas panen intensifikasi ini lebih cepat diban-dingkan dengan peningkatan luas panen padi secara keseluruh-an. Sejak Repelita I sampai dengan Repelita IV, luas panen padi secara keseluruhan meningkat rata-rata 1,2% per tahun, yaitu dari 8.020 ribu ha pada tahun 1968 menjadi 10.138 ribu ha pada tahun akhir Repelita IV (Tabel VI-6). Peningkatan luas panen ini merupakan hasil dari usaha pencetakan sawah di daerah-daerah jaringan irigasi baru yang telah selesai di-bangun. Selama Repelita III dan Repelita IV telah berhasil dicetak sawah baru masing-masing seluas 170.286 ha dan 200.756 ha.

Dalam tahun pertama Repelita V swasembada beras berhasil dipertahankan, di mana produksi padi bahkan meningkat di atas rata-rata peningkatan selama Repelita-repelita sebelumnya, yaitu sebesar 7,3%. Peningkatan produksi tersebut dapat di-capai karena hasil rata-rata per ha dan luas panen secara keseluruhan telah meningkat masing-masing sebesar 3,3% (Tabel VI-5) dan 3,9% (Tabel VI-6) dibandingkan tahun sebelumnya. Luas panen yang meningkat telah menyebabkan penggunaan pupuk naik sebesar 4,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan luas panen ini antara lain merupakan hasil penyelesaian ja-ringan irigasi baru dan usaha-usaha pencetakan sawah sebelum-nya. Selanjutnya total areal irigasi yang berhasil dicetak menjadi sawah pada tahun itu mencapai 90.000 ha.

Perkembangan produksi padi tersebut di atas telah me-ningkatkan taraf hidup serta pendapatan petani yang merupakan

Page 11:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

262

Page 12:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI – 3PERKEMBANGAN HASIL RATA-RATA PADI PROGRAM INTENSIFIKASI, 1)

1968- 1989(ton per ha)

1) Dalam gabah kering giling2) Angka diperbaiki3) Angka sementara4) Tahun 1973 dan 1978 adalah program Inmas5) Tahun 1973 dan 1978 adalah program Bimas

GRAFIK VI – 1PERKEMBANGAN HASIL RATA-RATA PADI PROGRAM INTENSIFIKASI,

1968 – 1989

263

Page 13:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI – 4PERKEMBANGAN HASIL RATA-RATA PADI PER HA, 1)

1968 – 1989(ton per ha)

1) Dalam gabah kering giling2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

GRAFIK VI - 2PERKEMBANGAN HASIL RATA-RATA PADI PER HA

1968 - 1989

264

Page 14:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI - 5

PERKEMBANGAN LUAS PANEN INTENSIFIKASI PADI,1968 - 1989

(ribu ha)

UTaian 1968 1973 1978 1983 1988 1) 1989 2)

Intensifikasi 1.597 3.988 4.848 6.695 8.283 8.713

- Intensifikasi 834 2.156 2.888 3.218 2.446 2.300

- Intensifkasi 763 Khusus 4)

1.832 1.960 3.477 5.837 6.413

Non Intensifikasi

6.423

4.415 4.081 2.467 1.855 1.818

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

3) Tahun 1968, 1973 dan 1978 adalah program Inmas 4) Tahun 1968, 1973 dan 1978 adalah program Bimas

TABEL VI - 6

PERKEMBANGAN LUAS PANEN PADI,1968 - 1989(ribu ha)

Daerah 1968 1973 1978 1983 1988 1) 1989 2)

Jawa 4.264 4.567 4.750 4.779 5.208 5.448

Luar Jawa 3.756 3.836 4.179 4.383 4.930 5.083

Indonesia 8.020 8.403 8.929 9.162 10.138 10.531

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

Umum 4)

Page 15:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

265

Page 16:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada
Page 17:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI - 7

PERKFMBANGAN PRODUKSI PADI 1),1968 - 1989

(ribu ton)

Daerah 1968 1973 1978 19831988 2)

1989 3)

Jawa 10.357 13.035 15.598 21.628 25.088 27.011

Luar Jawa 6.798 8.445 10.174 13.674 16.S88 17.715

Indonesia 17.155 21.480 25.772 35.302 41.676 44.726

1) Dalam gabah kering giling 2) Angka diperbaiki 3) Angka sementara

GRAFIK VI – 3PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI

1968 – 1989

266

Page 18:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada
Page 19:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI - 8

PERKEMBANGAN PENGUNAAN PUPUK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN,1968 - 1989

(Ton zat hara)

Jenis Pupuk 1968 1973 1978 1983 1988 1) 2)1989

N 95.000 312.038 478.905 986.230 1.252.166 1.301.353

P205 24.400 65.292 126.905 322.889 500.699 525.771

K20 400 1.875 11.769 60.130 127.108 133.322

Jumlah 119.800 379.205 617.579 1.369.249 1.879.973 1.960.446

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

GRAFIK VI - 4PERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUK

PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN,1988 - 1989

Page 20:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

267

Page 21:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

sebagian besar dari penduduk Indonesia. Di samping itu telah terbuka lapangan kerja yang cukup luas di daerah pedesaan sehingga sebagian besar dari tenaga kerja baru dapat terserap dalam kegiatan produktif seperti di sektor pengolahan, per-dagangan, pengangkutan dan sebagainya. Di samping itu pening-katan produksi padi yang begitu pesat menunjukkan tidak saja Pemerintah telah berhasil menjalankan kebijaksanaan dengan tepat, tetapi bahkan juga berhasil mengatasi masa-masa yang kurang menggembirakan. Sebagai contoh, dalam tahun 1976, 1977 dan 1986 berbagai jenis musibah telah terjadi, antara lain mengganasnya hama wereng dan berlangsungnya musim kemarau yang cukup panjang. Dalam hubungan ini pengembangan dan pe-nyebaran benih varietas yang tahan serangan hama dan penyakit merupakan usaha penting. Demikian pula pada saat-saat ter-sebut telah diambil kebijaksanaan untuk membebaskan petani peserta Bimas dan Insus yang terkena puso dari pembayaran kembali kredit, sedangkan untuk para petani yang hanya meng-alami kerusakan panen dilakukan rescheduling terhadap kredit-nya. Kebijaksanaan ini ditujukan untuk meringankan beban kredit para petani dan meningkatkan partisipasi para petani dalam program intensifikasi.

2. Palawija dan Hortikultura

Usaha intensifikasi dan diversifikasi tanaman palawija dan sayuran dilakukan di lahan sawah beririgasi dan sawah tadah hujan. Usaha intensifikasi dan diversifikasi ini ter-utama di daerah yang sudah berpengairan telah memberikan ber-bagai manfaat. Pertama, meningkatkan daya guna air. Kedua, menekan perkembangan hama/penyakit secara biologis. Dan ketiga, dapat membantu petani dalam memantapkan penghasilan-nya sepanjang tahun. Di samping itu dalam rangka memperluas areal tanaman usaha ekstensifikasi umumnya dilaksanakan di daerah-daerah transmigrasi.

Di daerah-daerah yang tidak berpengairan, pengembangan tanaman palawija dan hortikultura ditujukan untuk lebih me-ningkatkan pendapatan petani. Dalam hubungan ini usaha pe-ngembangan tersebut ditunjang melalui peningkatan penelitian dan pengembangan teknologi lahan kering, seperti penelitian varietas unggul dan pengembangan teknik konservasi berupa terasering, pembuatan cek dam dan tanaman lorong. Pemanfaatan hasil-hasil penelitian tersebut telah memungkinkan pelaksanaan intensifikasi kedua jenis tanaman tersebut di daerah lahan kering. Dengan demikian usaha intensifikasi ini dapat selalu dikaitkan dengan usaha konservasi tanah dan air serta peng-hijauan kembali.

Page 22:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

268

Page 23:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI – 9PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN HASIL RATA-RATA BEBERAPA JENIS PALAWIJA,

1968 – 1989

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

269

Page 24:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

Perkembangan produksi palawija sejak awal Repelita I sampai dengan tahun akhir Repelita IV pada umumnya mengalami peningkatan, kecuali ubi jalar. Hasil rata-rata produksi per ha ubi jalar mengalami peningkatan, tetapi luas panennya mengalami penurunan (Tabel VI-10). Produksi jagung dan kedele dalam tahun akhir Repelita IV masing-masing mencapai 6,6 juta ton dan 1,3 juta ton. Ini berarti meningkat lebih dua kali dibandingkan dengan produksi pada tahun 1968 (Tabel VI-9). Produksi jagung sangat meningkat terutama disebabkan mening-katnya hasil rata-rata per ha, yaitu rata-rata 3,8% per tahun. Sedangkan meningkatnya produksi kedele karena hasil rata-rata per ha dan luas panen meningkat sebesar masing-masing 3,7% dan 3% per tahun.

Dalam tahun pertama Repelita V hasil rata-rata dan pro-duksi palawija juga meningkat dibanding tahun 1988, kecuali produksi jagung dan ubi jalar. Penurunan produksi kedua komo-diti ini disebabkan oleh menurunnya luas panen (Tabel VI-9), meskipun hasil rata-rata per ha meningkat masing-masing se-besar 9,3% dan 6,6%.

TABEL VI - 10

PERKEMBANGAN LUAS PANEN PALAWIJA,1968 - 1989

(ribu ha)

Jenis Palawija 1968 1973 1978 19831)

19882)

1989

Jagung 3.220 3.433 3.025 3.002 3.406 2.910

Ubi kayu 1.503 1.429 1.383 1.221 1.303 1.402

Ubi jalar 404 379 301 280 248 229

Kacang tanah 395 .416 506 481 608 612

Kedele 677 743 733 640 1.177 1.187

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

Page 25:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

270

Page 26:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

Selama Repelita I sampai dengan Repelita IV produksi hortikultura yang terdiri dari sayuran dan buah-buahan (Tabel VI-11) cenderung meningkat meskipun sedikit berfluktuasi. Dalam rangka mempercepat peningkatan produksi sayur-sayuran, sejak Mf 1975/76 telah dilaksanakan program Inmas sayur-sayuran. Sejak saat itu bagi petani sayuran yang turut serta, juga tersedia pupuk dan pestisida bersubsidi serta tenaga penyuluh. Selain itu mulai MT 1982/83 diselenggarakan proyek perintis Bimas Sayuran untuk lombok merah, bawang merah dan bawang putih yang ditanam di luar musim. Dengan langkah-langkah tersebut produksi hortikultura terus mengalami peningkatan sejak tahun 1983. Meningkatnya produksi buah-buahan karena meningkatnya luas panen dan hasil rata- rata per ha, yaitu masing-masing 2% dan 2,5% per tahun. Se-dang produksi sayuran sangat meningkat terutama disebabkan meningkatnya luas panen 3,5% per tahun sejak Repelita I sampai dengan tahuh akhir Repelita IV.

Dalam tahun pertama Repelita V usaha untuk meningkatkan produksi sayuran ditekankan pada pemanfaatan bibit unggul dan teknologi budi daya. Sebagai hasilnya produksi sayuran me-ningkat sebesar 16,6% dan hasil rata-rata meningkat sebesar 72,7%, meskipun luas panen sayuran menurun. Sebaliknya akibat pengaruh iklim dan peremajaan tanaman buah-buahan, luas panen maupun hasil rata-rata per ha menurun. Oleh karena itu produksi buah-buahan menurun sebesar 0,9%.

C. PETERNAKAN

Selama Repelita I sampai dengan Repelita IV pembangunan peternakan diarahkan pada usaha intensifikasi untuk mening-katkan produktivitas peternakan rakyat. Dalam rangka memper-baiki gizi masyarakat, peningkatan produksi peternakan unggas rakyat telah mendapat prioritas utama, yang dilaksanakan dengan jalan mengembangkan perusahaan-perusahaan pembibitan ayam, meningkatkan kegiatan penyuluhan dan pemberantasan penyakit. Prioritas ini diberikan karena peternakan ayam umum-nya dimiliki oleh sebagian besar petani kecil. Sementara itu, usaha peningkatan populasi ternak potong dan produktivitasnya dilaksanakan melalui perbaikan mutu ternak, yaitu antara lain dengan cara perkawinan silang dan seleksi bibit, pengembangan bibit hijauan makanan ternak, pengendalian pemotongan ternak betina produktif dan impor bibit ternak. Selain itu usaha meningkatkan populasi sapi perah dan produksi susu dilakukan dengan inseminasi buatan dan impor bibit ternak. Usaha inten-

271

Page 27:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI - 11PERKEMBANGAN LUAS PANEN DAN PRODUKSI HORTICULTURA,

1968 - 1989Uraian Satuan 1968 1973 1978 1983 1988 1) 1989 2)

Luas panen:.Sayuran ribu ha 660 660 676 738 1.290 871

Buah-buahan ribu ha 488 696 436 542 699 697

Produksi:Sayuran

ribu ton 1.791 2.295 1.927 2.473 4.276 4.987

Buah-buahan ribu ton 2.272 4.249 2.709 3.867 5.267 5.222

Hasil rata-rata:Sayuran

kuintal/ha 29,85 33,94 30,00 33,51 33,15 57,26

Buah-buahan kuintal/ha 46,56 61,03 62,13 71,35 75,35 74,92

Page 28:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

272

Page 29:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

sifikasi ini didukung pula dengan penyediaan paket kredit untuk pembelian bibit, makanan ternak, obat-obatan dan vak-sin. Sedangkan usaha ekstensifikasi ternak dilaksanakan dengan mendorong investasi swasta di daerah-daerah yang masih jarang penduduk.

Dalam,Repelita V di samping melanjutkan usaha intensifi-kasi peternakan rakyat, usaha ekstensifikasi akan diupayakan melalui pengembangan investasi swasta dan peningkatan penye-diaan fasilitas kredit jangka panjang. Sedangkan usaha diver-sifikasi akan dilaksanakan melalui pemaduan berbagai usaha peternakan dengan usaha tani lainnya.

Sebagai hasil dari serangkaian kebijaksanaan yang di-tempuh dalam Repelita-repelita yang lalu, populasi ternak telah mengalami peningkatan yang berarti, terutama populasi ayam buras, ayam petelur, itik, sapi perah dan babi. Kebijak-sanaan intensifikasi ayam buras dan pengembangan perusahaan peternakan ayam ras telah berhasil meningkatkan populasi ternak unggas dengan pesat. Usaha intensifikasi ini didukung pula oleh kebijaksanaan, yang didasarkan atas Keppres No. 50 Tahun 1981 tentang Penetapan Batas Jumlah Ternak Dalam Satu Usaha Perusahaan Peternakan. Dalam tahun akhir Repelita IV populasi ayam buras meningkat menjadi tiga kali lebih besar dibanding dengan populasi tahun 1968. Populasi ayam petelur bahkan berkembang sangat cepat yaitu dari 250 ribu ekor dalam tahun 1968 menjadi 38 juta ekor pada akhir tahun Repelita IV (Tabel VI-12). Ini berarti meningkat menjadi seratus lima puluh dua kali lebih besar dibanding populasi tahun 1968. De-mikian pula berkat ditempuhnya kebijaksanaan impor bibit sapi perah dan pelaksanaan inseminasi buatan sejak akhir Repe- lita II, populasi sapi perah telah meningkat dengan pesat. Dalam tahun 1968 populasi sapi perah hanya 45 ribu ekor dan dalam tahun akhir Repelita IV meningkat menjadi 263 ribu ekor. Ini berarti meningkat menjadi hampir enam kali lebih besar dibanding populasi tahun 1968.

Sementara itu, perbaikan mutu ternak terus diusahakan dengan meningkatkan penyebaran bibit ternak terutama di daerah transmigrasi. Penyebaran bibit ternak tersebut dilak-sanakan dengan sistem gaduhan kepada para petani, di mana petani membayar kembali ternak gaduhan berupa anak ternak bersangkutan. Perkembangan penyebaran bibit ternak selama 1968 - 1989 dapat dilihat dalam Tabel VI-13.

Produksi daging, telur dan susu sejak awal Repelita I sampai dengan awal Repelita V terus meningkat. Peningkatan

273

Page 30:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI - 12PERKEMBANGAN POPULASI TERNAK DAN UNGGAS, 1968 - 1989

(ribu ekor)

1) 2)Jenis Ternak 1968 1973 1978 1983 1988 1989

Sapi potong 6.576 6.637 6.330 8.895 9.776 10.040

Sapi perah 45 78 93 198 263 277

Kerbau 2.870 2.489 2.312 2.398 3.194 3.242

Kambing 7.282 6.793 8.051 10.970 10.606 10.943

Domba 3.556 3.547 3.611 4.789 5.825 5.866

Babi 2.727 2.768 2.902. 4.211 6.484 7.052,

Kuda 612 64S 61S S27 675 684

Ayam buras 61.119 82.207 108.916 159.462 182.879 187.433

Ayam petelur 250 2.173 6.071 28.102 38.413 41.163

Ayaa pedaging/broiler 3)

87.591 227.044 285.409

I t i k 7.269 11.124 17.541 23.781 25.080 25.386

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara 3) Mu1ai tahun 1980

274

Page 31:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada
Page 32:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI - 13PERKEMBANGAN PENYEBARAN BIBIT TERNAK,

1973 - 1989(ekor)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

produksi telur dan daging merupakan hasil dari kebijaksanaan yang ditempuh dalam pengembangan perusahaan-perusahaan peter-nakan ayam ras dan pembinaan peternakan ayam buras. Produksi susu yang sangat meningkat merupakan hasil kebijaksanaan impor bibit sapi perah dan pembinaan peternakan rakyat yang dikaitkan dengan pengembangan perusahaan-perusahaan pengolah-an susu. Produksi daging pada tahun akhir Repelita IV naik lebih dari tiga kali jika dibandingkan dengan produksi tahun 1968. Begitu pula, pada tahun yang sama produksi telur dan susu masing-masing mencapai 443 ribu ton dan 265 juta liter, yang berarti meningkat menjadi delapan kali lebih besar di-bandingkan dengan produksi masing-masing pada tahun 1968 (Tabel. VI-14).

Dengan meningkatnya produksi hasil-hasil ternak terse-but, konsumsi hasil-hasil ternak telah meningkat pula, yang berarti gizi masyarakat semakin membaik. Konsumsi daging

2 7 5

Page 33:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI - 14

PERKEMBANGAN PRODUKSI DAGING, TELUR DAN SUSU,1968 - 1989

(ribu ton)

Jenis Produksi 1968 1973 1978 1983 19881 19892)

Daging 305 379,4 475 650 937 1.008

Telur 51 81,4 151 319 443 464

Susu 3) 29 35,0 62 143 265 326

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

meningkat dari 2,8 kg per kapita per tahun pada tahun 1968 menjadi 5,7 kg pada tahun.pertama Repelita V. Demikian pula dalam periode yang sama, konsumsi telur meningkat dari 0,2 kg menjadi 2,2 kg per kapita per tahun. Konsumsi susu mengalami kenaikan dari 1,0 kg per kapita per tahun dalam tahun 1968 menjadi 3,7 kg pada tahun pertama Repelita V. Ini berarti konsumsi protein hewani meningkat dengan pesat, yang akhirnya memperbaiki kesehatan masyarakat dan meningkatkan produk-tivitas kerj-a.

Selama Repelita I sampai dengan akhir Repelita IV, volume ekspor kulit ternak mengalami penurunan (Tabel VI-15), ke-cuali kulit ternak sapi. Dalam tahun pertama Repelita V volume ekspor kulit ternak tersebut bahkan mengalami penurunan se-mua, karena semakin meningkatnya kebutuhan kulit ternak di dalam negeri. Pada tahun itu ekspor tulang dan tanduk mening-kat sebesar 69,2%. Sedangkan ekspor ternak hidup sejak tahun 1979 tidak dilaksanakan lagi, karena membaiknya harga pasaran di dalam negeri. Dalam tahun 1987 mulai ada ekspor bibit ayam dan ternak babi.

276

Page 34:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI - 15

PERKEMBANGAN VOLUME BEBERAPA HASIL-HASIL TERNAK,1968 - 1989

(ton)

Jenis Hasil Ternak 1968 1973 1978 19831)

19882)

1989

Ku 1 i t: 5.355,6 4.928,7 4.832,6 5.387,4 3.170,6 2.300,2

Sapi 1.462.0 2.634,1 1.410,3 1.180,7 1.840,9 1.624,3

Kerbau 696,7 503,4 120,6 9,7 12,0 7,5

Kambing 2.037,1 1.080,4 2.294.1 3.374,0 893,8 340,2

Dosba 1.159,8 710,8 1.007,6 823,0 423,9 328,2

Tulang dan tanduk 8.351,0 5.585,2 7.879,0 - 2.672,0 4.522,3

1) Angka diperbaiki2) Angka sementera

TABEL VI - 16

PERKEMBANGAN JUMLAH TENAGA INSEMINATOR DAN VAKSINATOR,1973 - 1989

(orang)

Jenis Tenaga 1973

1978 1983 1988 1) 1989 2)

Kader peternak 782 2.694 2.754 4.966 4.985

Inseminator 26 295 595 2.695 2.749

Laboratori/diagnos 14 205 313 534 534

Vaksinator - 1.130 5.436 5.652 5.652

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

Page 35:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

277

Page 36:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

D. PERIKANAN

Selama Repelita-repelita yang lalu sampai dengan awal Repelita V, usaha intensifikasi dan rehabilitasi dalam bidang perikanan dilaksanakan terutama untuk meningkatkan produk-tivitas perikanan rakyat.

Dalam kurun waktu tersebut, usaha untuk meningkatkan produksi perikanan darat dilaksanakan dengan cara Imemperbaiki teknologi produksi dan pengelolaan, merehabilitasi saluran tambak dan membangun balai-balai benih serta Unit-unit Pela-yanan Pengembangan (UPP). Sedangkan untuk meningkatkan produksi perikanan laut, langkah-langkah utama adalah meningkatkan kegiatan penyuluhan, penyediaan fasilitas kredit, pem-bangunan/rehabilitasi pelabuhan perikanan dan pangkalan pen-daratan ikan. Di samping itu melalui investasi swasta, di-usahakan pula peningkatan penyediaan sarana pemasaran antar pulau seperti fasilitas cold storage, freezer dan truk-truk pendingin.

Selanjutnya untuk melindungi kegiatan para nelayan tra-disional terhadap saingan yang tidak seimbang dari pengusaha kapal trawl, maka selain dilakukan pembagian wilayah penang-kapan juga telah dikeluarkan Keppres No. 39 Tahun 1980. Kep-pres tersebut melarang penggunaan kapal trawl di perairan laut yang mengelilingi pulau Jawa, Bali dan Sumatera.

Dalam rangka memanfaatkan potensi sumber daya laut se-hingga dapat meningkatkan produktivitas optimal dan memper-tahankan sumber daya, maka bagi daerah-daerah perairan pantai yang padat tangkap seperti pantai utara Jawa, selat Bali dan selat Malaka, pengembangannya diarahkan ke perairan lepas pantai atau ke bidang usaha lain seperti budi daya tambak dan budi daya laut. Sedangkan untuk pemanfaatan sumber daya per-ikanan di perairan ZEE, langkah yang ditempuh adalah mendo-rong usaha penangkapan bagi perusahaan patungan dengan per-usahaan asing. Untuk mendukung kebijaksanaan tersebut diatas, pembangunan/rehabilitasi pelabuhan perikanan dan pang-kalan pendaratan ikan terus ditingkatkan.

Usaha intensifikasi dan ekstensifikasi ditingkatkan dengan berdasarkan Paket Kebijaksanaan 6 Mei 1986, yaitu ten-tang Pola Perusahaan Budi daya Udang dengan pola Perusahaan Inti Rakyat. Dalam hal ini perusahaan perikanan negara dan swasta nasional bertindak sebagai perusahaan inti. Mereka membina petani tambak udang dengan memberikan bimbingan dalam

278

Page 37:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI – 17PERKEMBANGAN JUMLAH PERAHU/KAPAL

PERIKANAN LAUT,1968 – 1989

(buah)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

TABEL VI – 18PERKEMBANGAN PRODUKSI PERIKANAN

1968 – 1989(ribu ton)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

279

Page 38:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

penerapan teknologi maju dan menyediakan fasilitas pengolahan serta pemasaran hasil. Kebijaksanaan tersebut didukung pula dengan rehabilitasi dan pembangunan saluran tambak rakyat.

Sebagai hasil serangkaian kebijaksanaan yang ditempuh selama Repelita I sampai dengan Repelita IV produksi perikan-an darat dan laut rata-rata meningkat 4,7o.per tahun. Dalam tahun akhir Repelita IV produksi perikanan laut dan perikanan darat masing-masing mencapai 2,2 juta ton dan 0,7 juta ton dibanding produksi tahun 1968 sebesar 0,7 juta ton dan 0,4 juta ton (Tabel VI-18). Peningkatan produksi perikanan laut tersebut, antara lain disebabkan oleh semakin meningkatnya investasi swasta dan berhasilnya pelaksanaan program motori-sasi perikanan rakyat (Tabel VI-17). Jumlah perahu/kapal motor pada tahun akhir Repelita IV mencapai sekitar 114 ribu buah (Tabel VI-17), yang berarti meningkat menjadi dua puluh kali lebih besar dibandingkan dengan jumlah pada tahun 1968. Sementara itu, produksi perikanan darat meningkat dari 437 ribu ton pada tahun 1968 menjadi 711 ribu ton pada akhir Re-pelita IV.

Dalam tahun pertama Repelita V produksi perikanan secara menyeluruh meningkat 5,0% bila dibandingkan dengan tahun se-belumnya (Tabel VI-18); di antaranya produksi perikanan darat meningkat sebesar 6,0%. Peningkatan itu disebabkan oleh me-ningkatnya produksi usaha budi daya perikanan tambak, kolam dan sawah, yang sangat tinggi, yaitu sebesar 8,9%. Sedangkan ( roduksi perikanan dari perairan umum meningkat sebesar 1,8% Tabel VI-19). Pada tahun.itu produksi perikanan laut mening-kat sebesar 4,7%. Jumlah perahu dan kapal motor meningkat se-besar 2,0%. Produktivitas perahu dan kapal motor mencapai 6,36 ton per perahu atau per kapal, atau meningkat 4,4%.

Produksi perikanan yang sangat meningkat, telah mening-katkan rata-rata konsumsi ikan segar dan ekspor. Konsumsi ikan segar per kapita per tahun telah meningkat dari 9,96 kg dalam tahun 1968 menjadi 15,40 kg pada tahun 1989. Tingkat konsumsi ikan yang tinggi ini, juga telah memperbaiki gizi masyarakat dan meningkatkan produktivitas kerja. Bahkan untuk memperbaiki gizi masyarakat berpenghasilan. rendah, sejak tahun 1982 program pengembangan aneka ikan mulai dilaksanakan dengan menyebarkan bibit ikan mujair dalam kolam pekarangan dan waduk-waduk.

Selanjutnya dengan semakin meningkatnya produksi ikan, ekspor hasil perikanan terus meningkat, terutama komoditi

280

Page 39:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI - 19

PERKEMBANGAN PRODUKSI PERIKANAN DARAT,1968 - 1989(ribu ton)

Jenis Usaha 1968 1973 1978 1983 1988 1) 1989 2)

Usaha Budi daya

Tambak

Kolam

Sawah

Perairan Umum

426

-233

104

89

285

117

45

53

19

320

139 171

60 88

52 58

27 25

250 249

267

134

80

53

266

464

258

113

93

290

Jumlah 437 389 420 533 711 754

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

Jenis Kanoditi 1968 1973 1978 1983 1988 1) 1989 2)

Udang segar/ 2.902 28.787 32.620 26.166 56.552 76.628awetan

Ikan segar 3.416 5.868 13.907 33.903 65.899 81.689

K a t a k 2.867 2.325 3.296 5.091 4.570

Ikan hias 23 286 359 197 95S 1.624

Ubur-ubur 1.935 1.935 1.860 4.108 7.220 5.668

Lainnya 13.376 12.435 12.414 20.695 45.501 58.479

Jumlah 21.652 52.178 63.485 88.365 181.218 228.658

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

281

TABEL VI - 20

PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR HASIL-HASIL PERIKANAN ,1968 - 1989

(ribu ton)

Page 40:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

udang dan ikan segar. Ekspor udang telah meningkat dari 2,9 ribu ton pada tahun 1968 menjadi 56,6 ribu ton pada tahun 1988. Demikian pula ikan segar meningkat dari 3,4 ribu ton menjadi 65,9 ribu ton pada tahun 1988. Ini berarti masing-masing meningkat menjadi lebih dari sembilan belas kali lebih besar dibanding ekspor pada tahun 1968.

Dalam tahun pertama Repelita V ekspor hasil-hasil per-ikanan juga meningkat sebesar 26,2% atau naik dari 181,2 ribu ton pada tahun 1988 menjadi 228,7 ribu ton pada tahun 1989. Yang terbesar adalah ekspor udang dan ikan segar (Tabel VI-20).

E. PERKEBUNAN

Sejak awal Repelita I sampai dengan awal Repelita V, pembangunan perkebunan ditekankan pada usaha meningkatkan produksi perkebunan rakyat. Hal ini mengingat produksi per ha dan mutu hasilnya masih rendah dan sebagian besar hasil per-kebunan berasal dari perkebunan rakyat.

Dalam kurun waktu tersebut peningkatan produksi perke-bunan rakyat dilaksanakan terutama melalui usaha rehabilitasi dan intensifikasi. Untuk mendukung usaha tersebut, telah di-bangun beberapa Unit Pelayanan Pengembangan (UPP). Unit-unit ini melaksanakan pembinaan secara menyeluruh, baik dari segi teknis agronomis maupun dari segi pembiayaan dan pemasaran hasil serta pengembangan fasilitas pengolahan. Selain itu pembangunan perkebunan rakyat dilaksanakan juga di daerah-daerah aliran sungai dan terpencil serta di daerah sekitar waduk.

Usaha ekstensifikasi dilaksanakan melalui pola PIR. Da- lam pola ini perusahaan inti bertugas membina teknis agrono-mis, pengolahan dan pemasaran hasil. Untuk menunjang usaha ini peranan perbankan sangat besar, yaitu meningkatkan penye-diaan fasilitas kredit jangka panjang. Sementara itu, per-usahaan perkebunan besar negara dibina untuk meningkatkan efisiensi sistem produksi dan pengelolaan usaha, termasuk peningkatan kapasitas pengolahan hasil. Selanjutnya pembinaan perkebunan rakyat antara lain didasarkan pada Inpres No.1 Tahun 1986, di mana perkebunan besar swasta nasional bertin-dak sebagai perusahaan inti yang bertujuan memberikan bim-bingan serta fasilitas pengolahan dan pemasaran. Untuk mendu-kung kebijaksanaan Inpres tersebut, perkebunan swasta na-

282

Page 41:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

sional dibina dengan meningkatkan kemampuan pengelolaan mela-lui kerja sama antar perusahaan perkebunan dan penyediaan fasilitas kredit jangka panjang.

Sejak tahun 1987 usaha pengembangan perkebunan rakyat lebih ditekankan pada peningkatan efisiensi proses pengolahan dan pemasaran. Di samping itu masalah terlambatnya konversi kebun kepada petani peserta telah diatasi dengan usaha pema-cuan konversi kebun, antara lain dengan cara mempercepat identifikasi petani peserta dan sertifikasi tanah. Dengan demikian kebun yang telah dibangun oleh perusahaan inti dapat dimiliki segera oleh para petani.

Sebagai hasil serangkaian kebijaksanaan sejak permulaan Repelita I, pada tahun 1989 luas areal tanaman tahunan untuk perkebunan rakyat mencapai sekitar 8,7 juta ha dan perkebunan besar negara, seluas 1,5 juta ha. Luas areal perkebunan ter-sebut sangat meningkat bila dibandingkan dengan luas areal pada awal Repelita I. Dalam tahun 1968 luas areal perkebunan rakyat dan perkebunan besar negara masing-masing hanya 4 juta ha dan 0,7 juta ha. Sementara itu dari-Tabel VI-22 terlihat bahwa produksi hasil-hasil perkebunan terpenting sejak 1968 terus meningkat. Perluasan areal perkebunan dan peningkatan produksi telah banyak membantu meningkatkan pendapatan petani produsen, menyerap tenaga kerja baru, mengembangkan wilayah bersangkutan serta menghasilkan devisa.

Peningkatan produksi yang tertinggi dihasilkan oleh per-kebunan kapas, kelapa sawit, cengkeh, kopi, gula dan karet. Kecuali karet, produksi hasil-hasil perkebunan pada tahun akhir Repelita IV umumnya telah meningkat menjadi dua kali lebih besar dibandingkan dengan produksi tahun 1968. Bahkan produksi minyak sawit dan inti sawit meningkat sepuluh kali lebih besar dari produksi tahun 1968. Meningkatnya produksi kelapa sawit yang begitu pesat merupakan hasil dari usaha intensifikasi dan ekstensifikasi, yang menekankan penggunaan bibit unggul dan perbaikan struktur pemasaran, termasuk per-baikan fasilitas pengolahah.

Dalam tahun pertama Repelita V produksi hasil-hasil per-kebunan juga meningkat, kecuali kelapa dan tembakau. Penurunan produksi kelapa terutama disebabkan oleh dilaksanakannya peremajaan kembali tanaman tua. Sedangkan produksi tembakau menurun karena terjadinya pergeseran dari tanaman tembakau ke tanaman lainnya, misalnya ke tanaman sayuran.

283

Page 42:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI – 21PERKEMBANGAN AREAL TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI

1978 – 1989(Ha)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Mulai tahun 19754) Mulai tahun 19855) Mulai tahun 19866) Mulai tahun 1988

TABEL VI – 22PERKEMBANGAN PRODUKSI HASIL PERKEBUNAN TERPENTING

1968 – 1989(ribu ton)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Dalam ton

284

Page 43:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

Produk-produk perkebunan terpenting pada umumnya merupa- kan hasil produksi perkebunan rakyat. Pertumbuhan produksi perkebunan rakyat yang tinggi selama Repelita-repelita yang lalu diraih dalam perkebunan kapas,tebu, cengkeh, kopi, tem-bakau dan kelapa. Bila dibandingkan dengan produksi tahun 1968, produksi perkebunan rakyat pada tahun akhir Repelita IV umumnya meningkat lebih kurang dua kali lebih besar. Di anta-ranya untuk memenuhi kebutuhan gula dalam negeri, perkembang-an produksi tebu rakyat memegang peranan sangat penting. Pro-duksi gula pada tahun 1968 hanya sekitar 203 ribu ton dan meningkat menjadi 1,5 juta ton pada akhir Repelita IV. Me-ningkatnya produksi gula yang begitu besar merupakan hasil dari usaha intensifikasi, penggunaan bibit unggul, perbaikan sarana produksi dan rehabilitasi pabrik-pabrik gula.

Dalam tahun pertama Repelita V produksi perkebunan rakyat pada umumnya juga meningkat, kecuali kelapa, kapas dan tembakau (Tabel VI-23). Produksi teh rakyat pada tahun itu mengalami peningkatan sangat tinggi dibandingkan tahun sebe-lumnya, yaitu sekitar 69,2%. Produksi teh yang sangat mening-kat disebabkan terutama oleh meningkatnya luas tanaman meng-hasilkan (TM) dari 44.658 ha menjadi 47.351 ha.

TABEL VI - 23

PERKEMBANGAN PRODUKSI PERKEBUNAN RAKYAT,1968 - 1989

(ribu ton)

Jenis Komoditi 1968 1973 1978 1983 1988 1) 1989 2)

Karet 531 599 612 673 839 901

Kelapa/kopra 1.131 1.233 1.554 1.593 2.117 2.058

T e h 33 14 17 23 26 44

K o p i 144 140 206 287 362 394

Cengkeh 17 22 21 40 59 70

Gula/tebu 203 199 485 1.249 1.499 1.625

Lada 47 29 46 46 56 60

Tembakau 54 69 68 100 113 103

Kapas3) - 1.162 504 14.165 39.731 38.374

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Dalam ton

285

Page 44:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

Dalam perkebunan rakyat tanaman semusim, usaha yang sangat penting adalah pelaksanaan program intensifikasi tebu dan kapas. Pada tahun awal Repelita V intensifikasi tebu men-capai 190 ribu ha (Tabel VI-21). Sedangkan intensifikasi ka-pas mencapai sekitar 19 ribu ha. Hasil rata-rata intensifi-kasi tebu pada tahun itu adalah 6,92 ton per ha, sedangkan hasil rata-rata intensifikasi kapas 593 kg per ha. Ini ber-arti hasil rata-rata per ha tebu dan kapas meningkat masing-masing sebesar 9,3% dan 7,4% dibanding tahun 1988.

Produksi perkebunan swasta selama Repelita-repelita yang lalu juga mengalami perkembangan yang sangat berarti. Pening-katan produksi kelapa, tebu, cengkeh dan minyak sawit cukup tinggi. Pada tahun akhir Repelita IV produksi minyak sawit perkebunan besar swasta bahkan meningkat menjadi 435 ribu ton. Ini berarti naik tujuh kali lebih besar dibandingkan produksi tahun 1968 (Tabel VI-24). Pada tahun awal Repelita V produksi perkebunan besar swasta juga meningkat, kecuali pro-duksi gula tebu dan cengkeh. Produksi kelapa dan kopi meng-alami peningkatan yang tertinggi (Tabel VI-24).

Produksi perkebunan besar negara juga terus meningkat sejak awal Repelita I. Peningkatan rata-rata tertinggi ter-jadi dalam produksi minyak sawit dan teh. Pada tahun akhir Repelita IV produksi minyak sawit perkebunan besar negara mencapai sekitar 1,4 juta ton. Ini berarti suatu kenaikan sebelas kali lebih besar dibandingkan dengan produksi tahun 1968. Dalam tahun yang sama produksi teh mencapai 88 ribu ton, yang berarti meningkat tiga kali lebih besar dibanding-kan dengan produksi, pada tahun 1968 (Tabel VI-25).

Pada tahun pertama Repelita V produksi perkebunan besar negara juga meningkat, kecuali produksi teh. 'Turunnya pro-duksi teh terutama disebabkan karena adanya peremajaan dalam perkebunan teh (Tabel VI-25).

Sejak akhir Repelita I volume ekspor komoditi hasil per-kebunan terus meningkat (Tabel VI-26). Peningkatan rata-rata tertinggi terjadi dalam ekspor minyak sawit, kemudian diikuti teh, tembakau dan kopi. Ekspor minyak sawit meningkat dari 152,4 ribu ton pada tahun 1968 menjadi 879,0 ribu ton pada tahun akhir Repelita IV. bemikian pula ekspor teh mening~at dari 20,2 ribu ton menjadi 116,5 ribu ton pada tahun akhir Repelita IV. Kenaikan ekspor ini hampir mancapai enam kali lebih besar dibanding ekspor pada tahun 1968.

286

Page 45:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI - 24

PERKEMBANGAN PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR SWASTA,

1968 - 1989 (ribu ton)

Jenis Komoditi 1968 1973 1978 1983 1988 1) 1989 2)

Karet 102,0 109,0 110 133 143 149

T e h 12,0 10,0 15 17 23 25

K o p i 6,0 4,0 7 8 10 12

Minyak sawit 59,0 82,0 16S 269 435 471

Int i saw it 11,0 18,0 22 68 87 94

Gula telu 23,0 118,0 71 88 103 102

Kelapa/kopra 2,0 4,0 21 14 22 27

Cengkeh - 0,1 0,2 0,6 2 ,0 2,0

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

TABEL VI – 25PERKEMBANGAN PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR NEGARA,

1968 - 1989 (ribu ton)

Jenis Komoditi 1968 1973 1978 1983 19881) 1989 2))

Karet 103 137 162 201 194 206

Minyak sawit 122 207 367 713 1.365 1.408

Inti sawit 24 46 72 98 273 282

Teh 28 43 59 70 88 84

Gula tebu 523 693 960 291 316 320

Kopi 7 6 10 10 14 17

Tembakau 11 13 9 3 3

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

287

Page 46:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

Dalam tahun awal Repelita V volume ekspor perkebunan juga meningkat, kecuali ekspor karet dan tembakau. Ekspor karet menurun akibat meningkatnya permintaan di dalam negeri. Penurunan ekspor tembakau disebabkan fluktuasi harga di pa-saran internasional. Dalam tahun tersebut peningkatan ekspor kopi dan lada lebih tinggi dari produk-produk yang lainnya.

TABEL VI - 26

PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR KOMODITI PEERKEBUNAN,1968 - 1989

(ribu ton)

Jenis Komoditi 1968 1973 1978 1983

1)1988

2)1989.

Karet 770,9 890,0 918,2 941,3 1.230,3 1.197,0

Minyak sawit 152,4 262,7 412,3 348,7 834,0 879,0

K o p i 84,7 100,8 222,8 245,4 307,0 419,0

T e h 20,2 39,6 61,6 75,1 108,0 116,5

L a d a 24,6 25,6 38,0 45,4 45,0 52,6

Tembakau 8,2 33,2 27,3 25,7 30,2 29,9

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

288

Page 47:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

F. KEHUTANAN

Pembangunan kehutanan yang mengarah kepada pemenuhan ke-butuhan hasil hutan dalam negeri dan ekspor serta pelestarian hutan alam telah dilaksanakan sejak Repelita I. Kebijaksanaan ini terus dilanjutkan dalam Repelita V.

Selama Repelita I kebijaksanaan pembangunan kehutanan diarahkan kepada upaya untuk memberi iklim yang merangsang bagi penanaman modal. Kebijaksanaan tersebut menjadi landasan bagi pengembangan sistem Hak Pengusahaan Hutan yang amat be-sar peranannya dalam peningkatan produksi dan ekspor log ser-ta meningkatkan pemanfaatan hutan secara lestari. Dalam Repe-lita II upaya peningkatan produksi hasil hutan dilanjutkan dan dikaitkan dengan proses pengembangan industri kehutanan. Upaya pelestarian hutan alam lebih dikembangkan pula. Selama Repelita III, dalam upaya meningkatkan pelestarian hutan alam, industri dalam negeri dan meningkatkan ekspor hasil kayu olahan, seperti kayu gergajian dan kayu lapis, maka ekspor log mulai dibatasi dan dikurangi. Untuk meningkatkan upaya pelestarian hutan alam tropika maka dalam Repelita IV ekspor kayu bulat dihentikan sama sekali (tahun 1985), se-dangkan aneka jenis produksi dikembangkan dan pembangunan hutan tanaman industri mulai dikembangkan untuk mendukung industri perkayuan di dalam negeri. Dalam Repelita V mulai dikembangkan hutan rakyat dan hutan kemasyarakatan secara sistematis untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengusahaan hutan dan mengurangi tekanan terhadap kelestarian alam. Untuk meningkatkan kelestarian hutan alam dilakukan upaya pembatasan produksi kayu bulat dari hutan alam sesuai dengan prinsip produksi lestari dengan meningkatkan efisiensi pengolahan hasil hutan dan kayu. Selain itu upaya peningkatan ekspor hasil hutan berupa bahan jadi ditingkatkan pula.

Produksi kayu bulat antara tahun 1973/74 dan tahun 1988/89 telah meningkat sebesar 7,6%. Untuk menjaga keles-tarian hutan alam, maka produksi kayu bulat dalam Repelita V diturunkan, sehingga pada tahun 1989/90 jumlah produksi kayu bulat hanya mencapai sekitar 19 juta m3 atau menurun sebesar 31% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tetapi efisiensi teknis dalam pengolahan hasil ditingkatkan (Tabel VI-27).

Di samping produksi kayu bulat yang dihasilkan dari areal HPH di luar Jawa dihasilkan pula kayu jati di Jawa. Antara tahun 1973/74 dan tahun 1988/89 produksi kayu bulat jati meningkat lebih dari 7% tetapi pada tahun 1989/90 tidak

289

Page 48:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

mengalami perubahan, dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Tabel VI-27).

Produksi kayu olahan antara tahun 1973/74 dan tahun 1988/89 meningkat sebesar 10,5 juta m3. Tetapi pada tahun 1989/90 produksi kayu olahan menurun sebesar 9,6% dibanding-kan tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena adanya penurunan ekspor kayu gergajian (Tabel VI-28).

Produksi kayu gergajian antara tahun 1973/74 dan tahun 1988/89 meningkat sebesar 213,3%. Tetapi pada tahun 1989/90 produksi kayu gergajian menurun sebesar 591 dibandingkan de-ngan tahun 1988/89 karena pengaruh kebijaksanaan peningkatan pajak ekspor kayu gergajian yang juga merupakan sebagian dari upaya meningkatkan kelestarian hutan alam (Tabel VI-28).

Selama Repelita II sampai dengan tahun pertama Repe-

lita V jumlah industri kayu gergaj'ian terus meningkat. Antara tahun 1978/79 dan tahun 1988/89 jumlah unit pengolah kayu gergajian bertambah sebesar 194 unit dengan pertambahan kapa-sitas terpasang sekitar 190%. Pada tahun 1989/90 kapasitas terpasang kayu gergajian mencapai 8,8 juta m3/tahun, sama dengan tahun sebelumnya (Tabel VI-33).

Volume ekspor kayu gergajian antara tahun 1973/74 dan tahun 1988/89 meningkat sekitar 2,8 juta m3. Tetapi pada tahun 1989/90 volume ekspor kayu gergajian menjadi 1,6 juta atau menurun 50%. Penurunan volume ekspor kayu gergajian ter- jadi karena kenaikan pajak ekspor kayu gergajian sesuai dengan SK Menteri Keuangan No. 1134 (Tabel VI-29). Pada tahun 1989/90 volume ekspor kayu gergajian ke Jepang dan negara-ne-gara Eropa lainnya mengalami kenaikan, sedangkan ke Hongkong, Korea Selatan, Taiwan, Singapura, negara-negara Asia lainnya, Belanda, Italia, Amerika Serikat dan Kanada serta Australia mengalami penurunan (Tabel VI-30).

Produksi kayu lapis mulai dilaksanakan pada tahun ter-akhir Repelita II. Produksi kayu lapis antara tahun 1978/79 dan tahun 1988/89 meningkat sekitar 7 juta m3. Dalam tahun 1989/90 produksi kayu lapis meningkat sebesar 18,6% diban-dingkan tahun sebelumnya (Tabel VI-28). Sejalan dengan itu, jumlah industri kayu lapis terus meningkat, antara tahun 1978/79 dan tahun 1988/89 peningkatan jumlah industri kayu lapis mencapai 98 unit dengan pertambahan kapasitas sebesar 7,5 juta m3/tahun. Dalam tahun 1989/90 kapasitas terpasang industri kayu lapis meningkat 2,5% dibandingkan tahun sebe-lumnya (Tabel VI-33).

290

Page 49:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

Volume ekspor kayu lapis antara tahun 1973/74 dan 1988/89 telah meningkat sekitar 59% (Tabel VI-29). Ekspor kayu lapis tersebut ditujukan ke 12 negara tujuan (Tabel VI-31).

Pemasaran dalam negeri untuk kayu gergajian dan kayu lapis anta.ra tahun 1973/74 dan tahun 1988/89 meningkat seki-tar 41%. Tetapi pada tahun 1989/90 pemasaran dalam negeri untuk kayu gergajian dan kayu lapis menurun sekitar 15,7% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Perkembangan ekspor kaYy jati olahan sejak tahun 1969/70 sampai dengan tahun 1988/89 menurun rata-rata sekitar 0,7% per tahun. Tetapi pada tahun 1989/90 ekspor kayu jati olahan meningkat sekitar 7% dibandingkan dengan tahun 1988/89. Nilai devisa menurun sedikit dibandingkan tahun sebelumnya (Tabel VI-29).

Realisasi ekspor hasil hutan bukan kayu mulai tahun 1969/70 sampai dengan tahun 1988/89 meningkat rata-rata sekitar 7% per tahun. Sedangkan pada tahun 1989/90 ekspor tersebut sebesar 54% (Tabel VI-32),,

Sejak diterbitkannya Surat Keputusan HPH yang pertama pada tahun 1967 sampai dengan tahun 1989/90 jumlah HPH telah mencapai 574 unit yang meliputi investasi modal nasional se-banyak 557 unit dengan luas areal sekitar 56 juta ha dan per-usahaan patungan sebanyak 17 unit dengan luas areal 2,5 juta ha (Tabel VI-34).

Selanjutnya untuk merehabilitasi kawasan hutan yang rusak, maka mulai 1984/85 dikembangkan hutan tanaman indus-tri. Pada tahun 1989/90 pembangunan hutan tanaman industri mencakup areal sekitar 120 ribu ha (Tabel VI-35). Dengan demikian sampai dengan tahun 1989/90 telah dibangun hutan tanaman industri hampir seluas 204 ribu ha yang tersebar di 16 propinsi (Tabel VI-36).

Untuk meningkatkan jumlah dan mutu tenaga kerja kehutan-an telah didirikan sekolah kejuruan (SKMA) di Kadipaten (Jawa Barat), Samarinda (Kalimantan Timur), Pekanbaru (Riau) dan Ujung Pandang (Sulawesi Selatan) serta Balai Latihan Kehutan-an (BLK) di Pematang Si2ntar (Sumatera Utara), Pekanbaru, Bogor, Kadipaten, Samarinda, Ujung Pandang, Kupang (NTT) dan Manokwari (Irian Jaya). Dalam tahun 1989/90 pendidikan SKMA yang ada telah menghasilkan lulusan sebanyak 103 orang (Tabel

291

Page 50:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

VI-37). Dengan demikian sejak tahun 1969/70 sampai dengan tahun 1989/90 telah dihasilkan lulusan sebanyak 804 orang tenaga menengah bidang kehutanan.

Di samping itu dilaksanakan pula kegiatan Pendidikan dan Latihan Kehutanan yang meliputi bidang pengusahaan hutan, reboisasi dan rehabilitasi lahan, inventarisasi dan tata guna hutan, perlindungan hutan dan pelestarian alam serta adminis-trasi-administrasi pembangunan kehutanan. Sejak tahun pertama Repelita I sampai dengan akhir Repelita IV telah berhasil di-latih sebanyak 49.917 orang. Selan]jutnya dalam tahun 1989/90 telah dilatih sebanyak 6.500 orang (Tabel VI-37).

G. PENGAIRAN

Sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah untuk meningkat-kan produksi pertanian dan pemanfaatan sumber daya alam, ke-giatan pembangunan pengairan semakin diperluas. Pembangunan pengairan diwujudkan dalam berbagai program; yang meliputi kegiatan-kegiatan pemeliharaan dan perbaikan jaringan irigasi yang sudah ada, pembangunan irigasi baru, reklamasi daerah rawa pasang surut dan non pasang surut serta penyelamatan hutan, tanah dan air. Kegiatan-kegiatan tersebut didukung pula dengan usaha penelitian dan perencanaan pengembangan sumber air.

Sesuai dengan usaha mencapai swasembada pangan, selama Repelita I pembangunan pengairan ditekankan terutama pada usaha rehabilitasi jaringan irigasi dan pengamanan daerah-daerah produksi pangan. Rehabilitasi jaringan irigasi di-utamakan di daerah-daerah irigasi yang telah mengalami degra-dasi dan tidak berfungsi. Hal ini disebabkan dalam masa-masa sebelum Orde Baru, prasarana pengairan banyak yang tidak ber-fungsi dengan baik.

Dalam Repelita II dan Repelita-repelita selanjutnya, pembangunan pengairan lebih ditekankan untuk mengembangkan sumber-sumber air irigasi baru terutama di daerah-daerah yang dapat dikembangkan menjadi pusat produksi pangan. Di samping itu pembangunan pengairan diarahkan pula untuk mengamankan areal produksi dari kerusakan akibat banjir, meningkatkan pe-nyediaan air baku untuk air minum; menunjang pembukaan dan pemanfaatan areal pertanian baru, menjaga kelestarian air, menunjang pembangunan industri dan kelistrikan. Selanjutnya untuk mendukung peningkatan produksi tanaman pangan, per-

292

Page 51:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI - 27

PRODUKSI KAYU BULAT RIMBA DAN JATI,1968 - 1989/90

Uraian satuan 1968 1973/74 (Akhir RepelitaI)

1978/79(Akhir

Repel ita I I)

1983/84(Akhir

Repel i ta I I I )

1988/89 1)

(AkhirRepelita IV)

1989/90 2)

(Tahun Pertama Repelita V)

Produksi

a. Kayu Bulat Rimba

ribu 0 s.b 3) 5.251 25.800 26.256 23.462 27.760 19.064

b. Kayu Bulat Jati

ribu m3 s.b 468 676 475 718 725 725

Jumlah ribu m3 s.b 5.719 26.476 26.731 24.180 28.485 19.789

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) s.b. - setara kayu bulat (log)

293

Page 52:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI – 28PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU GERGAJIAN & KAYU LAPIS,

1968/69 – 1989/90

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Tidak termasuk hasil industri kecil

294

Page 53:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI – 29REALISASI EKSPOR HASIL HUTAN BERUPA KAYU,

1968/69 – 1989/90

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

295

Page 54:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI – 30EKSPOR KAYU GERGAJIAN KE BEBERAPA NEGARA TUJUAN

1969/70 – 1989/90

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

296

Page 55:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI – 31EKSPOR KAYU LAPIS KE BEBERAPA NEGARA TUJUAN,

1978/79 – 1989/90

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

297

Page 56:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI – 32EKSPOR HASIL HUTAN BUKAN KAYU,

1969/70 – 1989/90

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

298

Page 57:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI – 33PERKEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN

BAHAN BAKU DARI AREAL HPH,1978/79 – 1989/90

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

299

Page 58:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI – 34PERKEMBANGAN PENGUSAHAAN HUTAN

1973/74 – 1989/90

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

300

Page 59:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI – 35HASIL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI,

1988/89 – 1989/90(ha)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

TABEL VI – 36PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI

1988/89 – 1989/90 1)(ha)

1) Angka Kumulatif2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

301

Page 60:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI - 37

HASIL PENDIDIKAN DAN LATIHAN KEHUTANAN,1969/70 -.1989/90

(orang)

Kegiatan 1969/701973/74

(AkhirRepelita I)

1978/79(Akhir

Repelita II)

1983/84(Akhir

Repelita III)

1) 1988/89

(AkhirRepelita IV)

1989/90(TahunRepelita

2)

Pertaaa V)

3) 3)1. Pendidikan kehutanan

(SIMA)100 92 98 103

2. Latihan Kehutanan 521 115 1.744 3.717 3.944 6.500

Jumlah 621 115 1.744 3.809 4.042 6.603

1) Angka diperbaiki2) Angka senentara3) Pendidikan SEMA dihentikan s/d akhir Repelita II

302

Page 61:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

kebunan dan perikanan tambak, pembangunan pengairan di daerah rawa semakin ditingkatkan. Langkah-langkah lainnya yang sangat penting adalah meningkatkan penanganan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Dalam hubungan ini, partisi-pasi masyarakat dalam pemeliharaan saluran dan bangunan iri-asi terus dikembangkan dan organisasi petani pemakai air (P3A) semakin ditingkatkan.

1. Program Perbaikan dan Pemeliharaan Jaringan Peng-airan

Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi sejak Repelita I sampai dengan akhir Repelita IV telah mencapai se-kitar 2,6 juta ha. Selama Repelita I, rehabilitasi pengairan mencapai sekitar 936 ribu ha. Rehabilitasi itu umumnya dilak-sanakan di daerah-daerah irigasi Way Seputih, Glapan Sedadi, Ciujung, Cisadane, Rentang, Pemali Comal, Pekalen Sampean, Jatiluhur, Gambarsari, Delta Brantas, Semarang Kudus, Mbay dan Karang Anyar. Dalam Repelita II rehabilitasi mencapai 527 ribu ha yang meliputi kelanjutan kegiatan di daerah irigasi tersebut di atas, kecuali irigasi Mbay dan Karang Anyar yang telah selesai. Selanjutnya, dalam Repelita III kegiatan reha-bilitasi mencapai 395 ribu ha yang meliputi daerah irigasi Gambarsari, Pemali Comal, Pekalen Sampean, Cisadane, Ciujung, Sedeku dan Jatiluhur. Sedangkan pekerjaan rehabilitasi selama Repelita IV mencapai 712 ribu ha yang meliputi daerah irigasi Cisadane, Ciujung, Sedeku, Pemali Comal, Way Seputih, Serayu, Simalungun dan Sadang.

Dalam tahun pertama Repelita V pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi meliputi areal seluas 193 ribu ha, yang ber-arti meningkat sebesar 7,5% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan peng-airan dimulai pada tahun 1974 dengan luas areal 3,6 juta ha dan pada tahun akhir Repelita IV telah mencapai areal seluas 5,4 juta ha, termasuk pemeliharaan yang efisien sekitar 636 ribu ha (Tabel VI-38). Rehabilitasi jaringan irigasi telah berhasil meningkatkan intensitas tanam yang menunjang pening-katan produksi pangan serta usaha-usaha peningkatan pendapat-an petani.

2. Program Pembangunan Jaringan Irigasi

Pelaksanaan program pembangunan jaringan irigasi sejak permulaan Repelita I terus meningkat (Tabel VI-38). Dalam tahun pertama Repelita I pembangunan jaringan irigasi hanya

303

Page 62:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

TABEL VI - 38PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROG RAM –PROGRAM PEMBANGUNAN PENGAIRAN,

1969/70 - 1989/90(luas areal dalam ha) 1)

Uraian1969/70

(Tahun AwalRepelita I)

1973/74(Tahun akhirRepelita I)

1978/79(Tahun akhirRepelita II)

1983/94(Tahun akhirRepelita III)

1988/89 2)

(Tahun akhirRepelita V)

1989/90 3)

(Tahim AwalRepelita V)

Perbaikan & pemeliharanjaringan irigasi - - - - -- Efisien Operasi dan 635.864 979.994

Pemeliharaan- Rehabilitasi 210.330 936.073 1.463.913 1.858.564 2.570.907 2.763.553

Pembangunan jaringan irigasi 64.212 310.043 635.985 1.073.256 1.311.764 1.365.575

Pengembaggan daerah rawa 179.202 635.391 838.931 905.848

Penyelamatan hutan, tanah 73.259 289.068 723.591 1.183.147 1.547.451 1.614.901dan air

Program pembinaan daerah _ _ _ _ _ 2,5

pantai 4)

1) Angka kumulatif2) Angka diperbaiki3) Angka sementara4) Dalam kilometer

304

Page 63:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

sekitar 64 ribu ha dan telah mencapai 1,3 juta ha pada tahun akhir Repelita IV. Pelaksanaan program ini meliputi perluasan atas jaringan irigasi yang ada dan pembangunan jaringan iri-gasi baru di Jawa dan luar Jawa. Jaringan-jaringan baru ter-sebut antara lain irigasi Krueng Djreu, Punggur Utara, Tajum, Sempor, Jambu Aye, Sungai Dareh Sitiung, Way Rarem, Namu Sira-Sira, Wawotobi, Dumoga, Luwu, Riam Kanan, Sanrego, Brantas dan Kedung Ombo. Di samping itu, pembangunan jaringan irigasi baru juga dilaksanakan dalam bentuk irigasi air tanah, yaitu yang dilaksanakan di daerah-daerah pertanian kering dan rawan seperti di Yogyakarta, Rembang, Purwodadi, Lombok dan Madura. Dalam tahun pertama Repelita V pembangunan jaringan irigasi mencapai sekitar 54 ribu ha, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 4,1% dibanding tahun sebelumnya.

3. Program Pengembangan Daerah Rawa

Pelaksanaan program pengembangan daerah rawa sejak per-mulaan Repelita II mengalami peningkatan yang berarti (Tabel VI-38). Sampai dengan tahun akhir Repelita IV pembangunan daerah rawa mencapai 839 ribu ha. Usaha pemanfaatan daerah rawa untuk perluasan areal tanaman pangan, perkebunan dan tambak dilaksanakan melalui pembangunan tata saluran rekla-masi lahan pasang surut. Usaha tersebut dilaksanakan di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Reklamasi rawa bukan pasang surut di-laksanakan di Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bengkulu dan Lampung.

Dalam tahun pertama Repelita V pengembangan daerah rawa bertambah seluas 67 ribu ha, yang berarti meningkat sebesar 8,O% dibandingkan tahun sebelumnya.

4. Program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air

Pelaksanaan program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air dimaksudkan untuk mendukung rehabilitasi sumber daya alam seperti tanah dan air, mengamankan daerah-daerah produksi dan pemukiman dan untuk meningkatkan efisiensi sistem pengangkut-an melalui sungai. Usaha yang dilaksanakan berupa pengaturan dan perbaikan sungai melalui pengerukan, pembuatan sudetan dan pembuatan tanggul. Sejak awal Repelita I sampai dengan tahun akhir Repelita IV, pelaksanaan program ini meliputi areal seluas 1,5 juta ha. Program ini umumnya dilaksanakan di lokasi-lokasi sepanjang sungai-sungai besar seperti Bengawan Solo, Cimanuk, Citanduy, Brantas dan sungai Ciliwung. Untuk

305

Page 64:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

menanggulangi bencana banjir lahar, dalam rangka program ini dilakukan pembangunan kantong-kantong pasir serta dam pengen-dali di gunung Galunggung, Merapi, Kelud dan Semeru.

Dalam Repelita V program ini diperluas dengan menangani daerah pantai yang kritis akibat gerusan air laut. Dalam tahun pertama Repelita V program penyelamatan hutan,. tanah dan air meliputi sekitar 67 ribu ha, meningkat sebesar 4,4% dibandingkan tahun sebelumnya.

H. PENDIDIKAN, PENYULUHAN, DAN PENELITIAN PERTANIAN DAN PENGAIRAN

1. Pendidikan dan Penyuluhan Pertanian

Pengembangan sumber daya manusia di sektor pertanian diperlukan untuk mengembangkan pertanian yang maju, efisien dan tangguh. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan pertanian merupakan kegiatan utama dalam rangka meningkatkan kemampuan petani dan para petugas pertanian. Melalui program ini para petani dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam menerapkan berbagai penemuan teknologi dan kesempatan ekonomi, sehingga produktivitas dan efisiensi kegiatan mereka semakin meningkat.

Selama Repelita II sampai dengan awal Repelita V, pendi-dikan pertanian yang dilaksanakan melalui pendidikan formal, seperti Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP) dan Pendidikan dan Latihan Ahli Usaha Perikanan (Diklat AUP), terus diting-katkan. Pada akhir Repelita II jumlah SPP mencapai 95 buah. Pada akhir Repelita III meningkat menjadi 152 buah. Selanjut-nya pada akhir Repelita IV berjumlah 222 buah dan pada awal Repelita V telah mencapai 251 buah.

Pada tahun pertama Repelita V jumlah guru dan lulusan siswa SPP masing-masing telah mencapai 1.920 orang dan 38.891 orang. Sedangkan jumlah instruktur dan lulusan Diklat AUP masing-masing mencapai 121 orang dan 1.669 orang.

Sampai dengan tahun pertama Repelita V jumlah pegawai yang telah dilatih mencapai 179.950 orang. Pelatihan-pelatih-an tersebut dilaksanakan di 32 buah Balai Latihan Pegawai Pertanian (BLPP). Jumlah peserta tugas belajar baik di dalam maupun di luar negeri mencapai 7.918 orang yang terdiri dari 917 program gelar dan 7.001 program non gelar.

306

Page 65:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

Kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian merupakan perang-kat terpadu dari Bimbingan Masal (Bimas), yang disertai dengan penyediaan fasilitas kredit. Kebijaksanaan perkreditan telah berhasil membantu pengembangan intensifikasi tanaman padi, palawija, hortikultura, perikanan, perkebunan dan peternakan. Kegiatan penyuluhan ini dilakukan melalui kursus tani, demons-trasi aneka usaha tani dan pembinaan kelompok tani. Pada awal Repelita V kegiatan tersebut' didukung oleh 28 buah Balai Informasi Pertanian (BIP), 2.255 Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), 32.159 orang Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan 1.996 orang Penyuluh Pertanian Spesialis (PPS).

2. Penelitian Pertanian dan Pengairan

Sejak permulaan Repelita I sampai dengan awal Repe- lita V, usaha peningkatan produksi pertanian didukung oleh kegiatan penelitian. Kegiatan ini dilaksanakan secara menye-luruh, mulai dari pemanfaatan sumber daya alam, penemuan tek-nologi komoditas, pengujian teknologi di lapangan sampai dengan' peningkatan penggunaan komoditas. Khusus mulai akhir Repelita IV keterkaitan antara penelitian dan penyuluhan se-makin ditingkatkan.

Sampai dengan awal Repelita V dalam rangka penelitian sumber daya alam telah berhasil dilaksanakan survai lahan seluas 16.381 ribu ha, tersebar di 11 propinsi. Hasil survai tersebut dapat digunakan sebagai landasan perencanaan pem-bangunan pertanian pada tingkat regional. Pemetaan tanah men-capai 345 ribu ha dilaksanakan di 14 propinsi. Pemetaan ini sangat penting bagi perencanaan proyek-proyek pembangunan sektor pertanian. Hasil-hasil penelitian mengenai kesuburan. tanah telah dapat memberikan gambaran mengenai berbagai hal. Misalnya bagaimana berbagai bahan organik dapat berperan mengurangi keracunan pada tanah masam, bagaimana efisiensi penggunaan urea pada padi sawah dapat ditingkatkan dan betapa Kalium dibutuhkan pada tanah masam.

Penelitian tanaman pangan yang diselenggarakan sejak permulaan Repelita I telah menghasilkan 23 varietas unggul padi, yang meliputi 14 padi sawah, 2 padi gogo rancah, 4 padi gogo dan 3 padi rawa. Di samping itu telah dihasilkan 2 va-rietas unggul padi yang berumur sangat pendek, yaitu Dodokan dan Jongkok. Dalam rangka pengembangan palawija telah ber-hasil dilepas 2 varietas jagung, yaitu Kalingga dan Wiyasa, 2 varietas unggul kedele, yaitu Orba dan Wilis, 6 varietas unggul kacang tanah, antara lain Tupai, Tapir, Pelanduk dan

3 0 7

Page 66:  · Web viewPERTANIAN DAN PENGAIRAN BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN A. PENDAHULUAN Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada

Kelinci. Penelitian hortikultura telah menghasilkan benih kubis Hibrida 85 - 11 melalui penyilangan galur, dan varietas unggul kentang, yaitu DTO-33, Cosima, Aquilla dan Cipanas.

Dalam rangka mendukung usaha peningkatan produksi per-kebunan dan diversifikasi produknya, kegiatan penelitian telah menghasilkan 4 varietas kelapa, 2 galur harapan temba-kau, 6 pohon induk jambu mete, 14 calon klon teh dan 2 va-rietas kelapa sawit. Di samping itu telah dihasilkan pula cara pengolahan minyak biji teh saponin. Selanjutnya telah dilaksanakan pula pelestarian plasma nutfah karet sebanyak 6.000 klon dan 7 spesies Hevea.

Penelitian di bidang peternakan telah menghasilkan pakan ternak yang bernilai gizi tinggi dengan menggunakan daun lam-toro, vaksin untuk pencegahan penyakit mulut pada kambing dan domba (penyakit Orf dan Pof), serta obat ivermectin dan asun-tol untuk penyakit kudis (skabies) pada kambing, domba, sapi dan kerbau.

Penelitian di bidang perikanan telah menghasilkan metode pemeliharaan ikan di waduk atau danau dengan menggunakan ke-ramba apung. Di samping itu telah dihasilkan pula cara budi daya lele, udang galah, kepiting dan kerapu. Selanjutnya juga telah dihasilkan teknologi pengendalian penyakit virus pada udang dan ikan. Dalam rangka penanganan hasil produksi per-ikanan telah dihasilkan teknologi pengeringan dan pengepakan.

Pada awal Repelita V, jumlah tenaga peneliti di bidang pertanian telah mencapai 1.130 orang, yang terdiri dari ahli peneliti 69 orang, peneliti 179. orang, ajun peneliti 413 orang dan asisten peneliti 469 orang. Jumlah balai penelitian berjumlah 22 buah, sub balai penelitian 27 buah serta kebun dan kolam percobaan sebanyak 17 buah.

Dalam penelitian di bidang pengairan telah dikembangkan kegiatan-kegiatan perencanaan untuk pengembangan sumber daya air, termasuk strategi pengembangan wilayah sungai, pengem-bangan irigasi, reklamasi rawa dan pantai. Kegiatan peneliti-an tentang pengelolaan sumber daya air juga ditingkatkan. Da-lam usaha menunjang diversifikasi pertanian, juga telah di-lakukan penelitian tentang alokasi dan distribusi air di daerah irigasi.

308