25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesetaraan merupakan sendi utama proses demokrastisasi karena menjamin terbukanya akses dan peluang bagi seluruh elemen masyarakat. Tidak tercapainya cita-cita demokrasi seringkali dipicu oleh perlakuan yang diskriminatif dari mereka yang dominan baik secara struktural maupun secara kultural. Perlakuan diskriminatif ini merupakan konsekusensi logis dari suatu pandangan yang bias dan posisi asimetris dalam relasi sosial. Perlakuan diskriminatif dan ketidaksetaraan tersebut dapat menimbulkan kerugian dan menurunkan kesejahteraan hidup bagi pihak-pihak yang termarginalisasi dan tersubordinasi. Sampai saat ini diskriminasi berbasis pada gender masih terasakan hampir di seluruh dunia, termasuk di negara di mana demokrasi telah dianggap tercapai. Dalam konteks ini, kaum perempuan yang paling berpotensi mendapatkan perlakuan yang diskriminatif, meski tidak menutup kemungkinan lakilaki juga dapat mengalaminya. Pembakuan peran dalam suatu masyarakat merupakan kendala yang paling utama dalam proses perubahan sosial. Sejauh menyangkut persoalan gender di mana secara global kaum perempuan yang lebih berpotensi merasakan dampak negatifnya. Berbagai cara tengah dilakukan diupayakan untuk mengurangi ketidaksetaraan gender yang menyebabkan ketidakadilan sosial. Upaya tersebut dilakukan baik secara individu, kelompok bahkan oleh negara dan dalam lingkup lokal,

md101j.files.wordpress.com  · Web viewSejauh menyangkut persoalan gender di mana secara global kaum perempuan yang lebih berpotensi merasakan dampak negatifnya. ... Seks/kodrat

  • Upload
    vophuc

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: md101j.files.wordpress.com  · Web viewSejauh menyangkut persoalan gender di mana secara global kaum perempuan yang lebih berpotensi merasakan dampak negatifnya. ... Seks/kodrat

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesetaraan merupakan sendi utama proses demokrastisasi karena menjamin

terbukanya akses dan peluang bagi seluruh elemen masyarakat. Tidak tercapainya cita-cita

demokrasi seringkali dipicu oleh perlakuan yang diskriminatif dari mereka yang dominan

baik secara struktural maupun secara kultural. Perlakuan diskriminatif ini merupakan

konsekusensi logis dari suatu pandangan yang bias dan posisi asimetris dalam relasi sosial.

Perlakuan diskriminatif dan ketidaksetaraan tersebut dapat menimbulkan kerugian dan

menurunkan kesejahteraan hidup bagi pihak-pihak yang termarginalisasi dan tersubordinasi.

Sampai saat ini diskriminasi berbasis pada gender masih terasakan hampir di seluruh dunia,

termasuk di negara di mana demokrasi telah dianggap tercapai. Dalam konteks ini, kaum

perempuan yang paling berpotensi mendapatkan perlakuan yang diskriminatif, meski tidak

menutup kemungkinan lakilaki juga dapat mengalaminya. Pembakuan peran dalam suatu

masyarakat merupakan kendala yang paling utama dalam proses perubahan sosial. Sejauh

menyangkut persoalan gender di mana secara global kaum perempuan yang lebih berpotensi

merasakan dampak negatifnya.

Berbagai cara tengah dilakukan diupayakan untuk mengurangi ketidaksetaraan gender

yang menyebabkan ketidakadilan sosial. Upaya tersebut dilakukan baik secara individu,

kelompok bahkan oleh negara dan dalam lingkup lokal, nasioanal dan internasional. Upaya

upaya tersebut diarahkan untuk, Menjamin Kesetaraan Hak-Hak Azasi, Penyusun Kebijakan

Yang Pro Aktif Mengatasi Kesenjangan Gender, dan Peningkatan Partisipasi Politik.

B. Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan kesetaraan gender?

Apa wujud ketidaksetaraan gender didalam masyarakat?

Bagaimana pandangan etis agama terhadap kesetaraan laki-laki dan perempuan?

Page 2: md101j.files.wordpress.com  · Web viewSejauh menyangkut persoalan gender di mana secara global kaum perempuan yang lebih berpotensi merasakan dampak negatifnya. ... Seks/kodrat

C. Batasan Konseptual

Definisi operasional

Kesetaraan merupakan keadaan yang menunjukkan adanya tingkatan yang sama,

kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara satu sama lain.

Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai mahkluk Tuhan memiliki tingkat

atau kedudukan yang sama. Tingkatan atau kedudukan yang sama itu bersumber dari

pandangan bahwa semua manusia tanpa dibedakan adalah diciptakan dengan kedudukan

yang sama, yaitu sebagai makhluk mulia dan tinggi derajatnya dibanding makhluk lain.

Gender adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang

dibentuk secara sosial maupun budaya.Gender itu sendiri adalah kajian perilaku atau

pembagian peran antara laki-laki dan perempuan yang sudah dikonstruksikan atau

dibentuk di masyarakat tertentu dan pada masa waktu tertentu pula. Gender ditentukan

oleh sosial dan budaya setempat.

Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-

laki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda,

subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki.

 

Page 3: md101j.files.wordpress.com  · Web viewSejauh menyangkut persoalan gender di mana secara global kaum perempuan yang lebih berpotensi merasakan dampak negatifnya. ... Seks/kodrat

BAB II

DESKRIPSI DAN ANALISIS

a. Kesetaraan Gender

Pengertian Kesetaraan dan Keadilan gender

Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk

memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan

berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan

pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil

pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan

ketidak adilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan.

Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-

laki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda,

subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki.

Terwujudnya kesetaran dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya

diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki

akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh

manfaat yang setara dan adil dari pembangunan

Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk

menggunakan sumber daya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan

terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti

memiliki kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil

sumber daya. Sehingga memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan.

Pengertian gender dan seks

Gender adalah perbedaan dan fungsi peran sosial yang dikonstruksikan oleh

masyarakat, serta tanggung jawab laki-laki dan perempuan Sehingga gender belum tentu

sama di tempat yang berbeda, dan dapat berubah dari waktu ke waktu. Seks/kodrat adalah

jenis kelamin yang terdiri dari perempuan dan laki-laki yang telah ditentukan oleh Tuhan.

Oleh karena itu tidak dapat ditukar atau diubah. Ketentuan ini berlaku sejak dahulu kala,

sekarang dan berlaku selamanya.

Gender bukanlah kodrat ataupun ketentuan Tuhan. Oleh karena itu gender berkaitan

dengan proses keyakinan bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan berperan dan

bertindak sesuai dengan tata nilai yang terstruktur, ketentuan sosial dan budaya ditempat

Page 4: md101j.files.wordpress.com  · Web viewSejauh menyangkut persoalan gender di mana secara global kaum perempuan yang lebih berpotensi merasakan dampak negatifnya. ... Seks/kodrat

mereka berada. Dengan demikian gender dapat dikatakan pembedaan peran, fungsi,

tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki yang dibentuk/dikonstruksi oleh sosial

budaya dan dapat berubah sesuai perkembangan zaman.

Dengan demikian perbedaan gender dan jenis kelamin (seks) adalah Gender dapat

berubah, dapat dipertukarkan, tergantung waktu, budaya setempat, bukan merupakan

kodrat Tuhan, melainkan buatan manusia. Lain halnya dengan seks, seks tidak dapat

berubah, tidak dapat dipertukarkan, berlaku sepanjang masa, berlaku dimana saja, di

belahan dunia manapun, dan merupakan kodrat atau ciptaan Tuhan.

b. Ketidaksetaraan Gender didalam Masyarakat

Perbedaan gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak

melahirkan ketidakadilan gender (gender inequalities). Namun, yang menjadi persoalan,

ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan, bagi kaum laki-laki

dan terutama terhadap kaum perempuan. Ketidakadilan gender termanifestasi dalam

berbagai bentuk ketidakadilan, yakni :

Marginalisasi perempuan sebagai salah satu bentuk ketidakadilan gender

Proses marginalisasi (peminggiran/pemiskinan) yang mengakibatkan

kemiskinan, banyak terjadi dalam masyarakat terjadi dalam masyarakat di Negara

berkembang seperti penggusuran dari kampong halaman, eksploitasi. Namun

pemiskinan atas perempuan maupun laki-laki yang disebabkan jenis kelamin

merupakan salah satu bentuk ketidakadilan yang disebabkan gender. Sebagai contoh,

banyak pekerja perempuan tersingkir dan menjadi miskin akibat dari program

pembangunan seperti internsifikasi pertanian yang hanya memfokuskan petani laki-

laki. Perempuan dipinggirkan dari berbagai jenis kegiatan pertanian dan industri yang

lebih memerlukan keterampilan yang biasanya lebih banyak dimiliki laki-laki.

Selain itu perkembangan teknologi telah menyebabkan apa yang semula

dikerjakan secara manual oleh perempuan diambil alih oleh mesin yang umumnya

dikerjakan oleh tenaga laki-laki.

Beberapa studi dilakukan untuk membahas bagaimana program pembangunan

telah meminggirkan sekaligus memiskinkan perempuan (Shiva, 1997; Mosse, 1996).

Seperti Program revolusi hijau yang memiskinkan perempuan dari pekerjaan di sawah

yang menggunakan ani-ani. Di Jawa misalnya revolusi hijau memperkenalkan jenis

padi unggul yang panennya menggunakan sabit.

Contoh-contoh marginalisasi:

Page 5: md101j.files.wordpress.com  · Web viewSejauh menyangkut persoalan gender di mana secara global kaum perempuan yang lebih berpotensi merasakan dampak negatifnya. ... Seks/kodrat

Pemupukan dan pengendalian hama dengan teknologi baru laki-laki; yang dikerjakan

Pemotongan padi dengan peralatan sabit, mesin yang hanya membutuhkan tenaga

dan keterampilan diasumsikan laki-laki, menggantikan tangan perempuan dengan alat

panen ani-ani; tenaga perempuan; Usaha konveksi lebih suka menyerap tenaga

perempuan.

Peluang menjadi pembantu rumah tangga lebih banyak perempuan;

Banyak pekerjaan yang dianggap sebagai pekerjaan seperti “guru taman kanak-

kanak” atau perempuan “sekretaris” dan “perawat”.

Subordinasi

Subordinasi pada dasarnya adalah keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin

dianggap lebih penting atau lebih utama dibanding jenis kelamin lainnya. Sudah sejak

dahulu ada pandangan yang menempatkan kedudukan dan peran perempuan lebih

rendah dari laki-laki. Banyak kasus dalam tradisi, tafsiran ajaran agama maupun

dalam aturan birokrasi yang meletakan kaum perempuan sebagai subordinasi dari

kaum laki-laki. Kenyataan memperlihatkan bahwa masih ada nilai-nilai masyarakat

yang membatasi ruang gerak terutama perempuan dalam kehidupan. Sebagai contoh

apabila seorang isteri yang hendak mengikuti tugas belajar, atau hendak berpergian ke

luar negeri harus mendapat izin suami, tetapi kalau suami yang akan pergi tidak perlu

izin dari isteri.

Pandangan stereotype

Setereotipe dimaksud adalah citra baku tentang individu atau kelompok yang

tidak sesuai dengan kenyataan empiris yang ada. Pelabelan negatif secara umum

selalu melahirkan ketidakadilan. Salah satu stereotipe yang berkembang berdasarkan

pengertian gender, yakni terjadi terhadap salah satu jenis kelamin, (perempuan), Hal

ini mengakibatkan terjadinya diskriminasi dan berbagai ketidakadilan yang merugikan

kaum perempuan. Misalnya pandangan terhadap perempuan yang tugas dan fungsinya

hanya melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan domistik atau

kerumahtanggaan. Hal ini tidak hanya terjadi dalam lingkup rumah tangga tetapi juga

terjadi di tempat kerja dan masyaraklat, bahkan di tingkat pemerintah dan negara.

Apabila seorang laki-laki marah, ia dianggap tegas, tetapi bila perempuan

marah atau tersinggung dianggap emosional dan tidak dapat menahan diri. Standar

nilai terhadap perilaku perempuan dan laki-laki berbeda, namun standar nilai tersebut

banyak menghakimi dan merugikan perempuan. Label kaum perempuan sebagai “ibu

Page 6: md101j.files.wordpress.com  · Web viewSejauh menyangkut persoalan gender di mana secara global kaum perempuan yang lebih berpotensi merasakan dampak negatifnya. ... Seks/kodrat

rumah tangga” merugikan, jika hendak aktif dalam “kegiatan laki-laki” seperti

berpolitik, bisnis atau birokrat. Sementara label laki-laki sebagai pencari nafkah

utama, (breadwinner) mengakibatkan apa saja yang dihasilkan oleh perempuan

dianggap sebagai sambilan atau tambahan dan cenderung tidak diperhitungkan. 

Beban Ganda

Bentuk lain dari diskriminasi dan ketidak adilan gender adalah beban ganda

yang harus dilakukan oleh salah satu jenis kalamin tertentu secara berlebihan. Dalam

suatu rumah tangga pada umumnya beberapa jenis kegiatan dilakukan laki-laki, dan

beberapa dilakukan oleh perempuan. Berbagai observasi, menunjukkan perempuan

mengerjakan hampir 90% dari pekerjaan dalam rumah tangga. Sehingga bagi mereka

yang bekerja, selain bekerja di tempat kerja juga masih harus mengerjakan pekerjaan

rumah tangga. Dalam proses pembangunan, kenyataannya perempuan sebagai sumber

daya insani masih mendapat pembedan perlakuan, terutama bila bergerak dalam

bidang publik. Dirasakan banyak ketimpangan, meskipun ada juga ketimpangan yang

dialami kaum laki-laki di satu sisi.

c. Pandangan Etis Agama terhadap kesetaraan Laki-laki dan Perempuan

Kesetaraan gender dari sudut pandang agama khatolik

Permasalahan gender dalam Katolik tidak terlepas dari konteks tradisi dan

budaya, khususnya budaya agama Yahudi. Dalam agama Yahudi, laki-laki

mempunyai posisi yang lebih dominan dibandingkan dengan perempuan.

Dominasi ini menciptakan ketidakadilan gender. Ketika suatu perbuatan itu

dilakukan oleh laki-laki, maka dianggap sebagai suatu kebenaran. Begitu juga di

Indonesia, ajaran kristen tidak dapat terlepas dari budaya warga Indonesia. Dalam

Kejadian 2 disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia dari bumi. Manusia

yang pertama kali diciptakan adalah Adam. Kemudian dari tulang rusuk Adam

diciptakanlah Hawa. Kemudian disebutkan bahwa Adam jatuh ke dalam dosa

karena Hawa. Teks ini memunculkan pandangan bahwa perempuan adalah

manusia kedua. Perempuan juga dipandang sebagai sumber dosa. Gereja

mengambil teks ini sebagai dasar pandangan hubungan (relasi) antara laki-laki

dengan perempuan. Hubungan ini dipandang hanya berdasarkan jenis kelamin

saja. Posisi sub ordinat perempuan seperti inilah yang menjadi dasar pandangan

awal gereja mengenai perempuan.

Page 7: md101j.files.wordpress.com  · Web viewSejauh menyangkut persoalan gender di mana secara global kaum perempuan yang lebih berpotensi merasakan dampak negatifnya. ... Seks/kodrat

Namun dalam perkembangan selanjutnya, seiring dengan perkembangan

zaman, Gereja menolak ketidakadilan gender, baik dalam keluarga maupun dalam

masyarakat. Gereja memperhatikan dengan serius dasar-dasar ajaran agama, yaitu;

tradisi, teologi dan filsafat, kitab suci serta ajaran gereja dengan pastoral lainnya.

1. Aspek Tradisi

Salah satu sumber ajaran iman dan moral Katolik adalah tradisi.

Tradisi gereja masih dipengaruhi oleh budaya yang bersifat patriarkhis.

Suami merupakan penguasa dalam keluarga. Wanita diletakkan dalam posisi

sub ordinat. Hal ini merupakan suatu bentuk ketidakadilan gender yang

mendasar. Namun Perjanjian Baru memandang bahwa laki-laki dan

perempuan adalah sama, sehingga dengan jelas Perjanjian Baru menolak

segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga.

Berdasarkan hal tersebut maka perlu diadakan perubahan penafsiran kitab

suci, terutama Kitab Perjanjian Lama.

2. Aspek Teologi dan Filsafat

Dalam Kristen, baik itu Katolik maupun Protestan, pencitraan Allah adalah

sebagai Bapak, sehingga muncul pandangan bahwa Allah adalah laki-laki.

Hal ini mengontruksikan suatu pemikiran bahwa laki-laki adalah penguasa

dalam keluarga sehingga sangat berpotensi menimbulkan kekerasan dalam

rumah tangga. Sesungguhnya hubungan manusia dengan Allah adalah

bersifat personal sehingga Allah dapat mempersonifikasikan diri sebagai

Bapak maupun sebagai Ibu.

3. Aspek Kitab Suci

Untuk memahami Kitab Suci perlu dipahami latar belakang penulis. Dalam

Kejadian 2 pasal 2 ayat (5) disebutkan bahwa perempuan merupakan manusia

kedua, perempuan sebagai penggoda. Teks normatif ini sangat berpotensi

memunculkan kekerasan dalam rumahtangga jika ditafsirkan secara salah.

Padahal dalam Kejadian 1 ayat (26) disbutkan bahwa Allah menciptakan

laki-laki dan perempuan sama secitra dengan Allah, keduanya adalah baik.

Dalam Kitab Perjanjian Lama, banyak ketentuan-ketentuan yang

menempatkan perempuan sebagai mahkluk kedua, dan diposisikan pada

posisi yang sub ordinat. Hal ini sangat berpotensi memunculkan kekerasan

Page 8: md101j.files.wordpress.com  · Web viewSejauh menyangkut persoalan gender di mana secara global kaum perempuan yang lebih berpotensi merasakan dampak negatifnya. ... Seks/kodrat

psikologis dalam keluarga.Pencitraan perempuan yang cenderung terasa tidak

adil gender ini diperbaharui dan diformulasikan kembali dalam Kitab

Perjanjian Baru. Dalam Kitab Perjanjian Baru, perempuan mendapat posisi

yang sejajar dengan laki-laki. Yesus menempatkan  perempuan pada posisi

yang harus dihormati. Bahkan karena dianggap terlalu memuliakan

perempuan dan terlalu memperjuangkan perempuan inilah kemudian Yesus

ditangkap dan kemudian dihukum salib oleh penguasa pada waktu itu yang

memegang faham patriarkal.

4. Aspek Ajaran Gereja

Dalam pandangan Gereja Katolik, perempuan dianggap mempunyai martabat

yang sama dengan laki-laki. Mereka mempunyai hak untuk berperan dalam

masyarakat. Pengakuan kesejajaran antara laki-laki dan perempuan haruslah

dihormati. Gereja mengemukakan sikap keterbukaan dalam keluarga,

sehingga interaksi dalam keluarga muncul kesejajaran. Gereja Katolik dengan

jelas bersikap tidak toleran terhadap ketidakadilan, termasuk ketidakadilan

gender yang berpotensi memicu kekerasan dalam keluarga.

Dalam Katolik ada satu komisi yang melayani urusan keluarga yaitu pastoral

keluarga yang bertugas melakukan pendampingan keluarga, untuk

menanggulangi munculnya kekerasan dalam rumahtangga, termasuk

perceraian.

Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Gereja Katolik menolak

ketidakadilan gender. Tetapi untuk mewujudkan keadilan gender dalam

masyarakat masih terdapat hambatan yaitu faktor tradisi patriarkhis.

Kesetaraan gender dari sudut pandang agama Kristen

Alkitab mengatakan bahwa Allah menciptakan perempuan dan laki-laki

menurut gambar dan rupa Allah: “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut

gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan

diciptakan-Nya mereka” (Kej.1:27). Maksud dari ungkapan ‘menurut gambar

Allah’ dalam ayat ini tidak dalam arti bahwa manusia itu sama hakekat dengan

Sang Pencipta. Ungkapan itu lebih berarti bahwa Allah menciptakan manusia

sebagai makluk mulia, kudus, dan berakal budi, sehingga manusia bisa

berkomunikasi dengan Allah, serta layak menerima mandat dari Allah untuk

menjadi pemimpin bagi segala makluk (Kej.1:28-30). Status se-“gambar” dengan

Page 9: md101j.files.wordpress.com  · Web viewSejauh menyangkut persoalan gender di mana secara global kaum perempuan yang lebih berpotensi merasakan dampak negatifnya. ... Seks/kodrat

Allah dimiliki tidak hanya oleh laki-laki, tetapi juga oleh perempuan. Kedua

pihak punya status yang sama. Sebab itu tidak dibenarkan adanya diskriminasi

atau dominasi dalam bentuk apapun hanya karena perbedaan jenis kelamin.

Alkitab mencatat bahwa hubungan yang timpang antara laki-laki dan

perempaun itu terjadi setelah manusia memakan buah yang dilarang oleh Allah

(Kej. 3:12dst). Adam mempersalahkan Hawa sebagai pembawa dosa, sedangkan

Hawa mempersalahkan ular sebagai penggoda. Tetapi akhirnya Allah

menghukum Adam. Adam dihukum bukan hanya karena Adam ikut-ikutan

makan buah yang Allah larang, tetapi juga karena ketika Hawa berdialog dengan

ular sampai memetik buah, Adam ada bersama Hawa. Adam hadir di sana tetapi

ia bungkam. Dengan kata lain, perbuatan Hawa sebenarnya mendapat restu dari

Adam. Karena itu kesalahan ada pada kedua pihak. Itu berarti bahwa Adam dan

kaum laki-laki tidak bisa menghakimi Hawa dan kaumnya sebagai pembawa

dosa.

Dalam perkembangan selanjutnya peranan perempuan mulai dibatasi. Budaya

Yahudi tidak banyak memberikan peluang kepada perempuan untuk berkiprah.

Ada sejumlah tokoh perempuan yang muncul dalam sejarah Israel, tetapi peran

mereka sangat terbatas. Di antara mereka ada Miryam, saudara perempuan nabi

Musa. Miryam juga dipakai Allah sebagai nabiah. Ia dan Harun menegur Musa

saat Musa kawin lagi dengan perempuan Kush. Meskipun Miryam dan Harun

bersama-sama mengajukan protes namun Miryamlah yang mendapat hukuman.

Terjadi semacam diskriminasi hukum antara laki-laki dan perempuan (Bil. 12).

Diskriminasi itu juga terjadi ketika orang kawin. Dalam budaya Israel seorang

suami bisa mengambil istri lebih dari satu orang (polygamy). Tetapi seorang istri

tidak diperkenankan untuk mengambil suami lebih dari satu orang (poliyandry).

Pada saat seorang perempuan melahirkan anak juga terjadi diskriminasi. Jika

perempuan melahirkan anak laki-laki ia dianggap najis selama empat puluh hari.

Sedangkan jika yang lahir adalah anak perempuan, maka ibu anak itu dianggap

najis selama delapanpuluh hari (Imamat 12). Dua perempuan Israel yang

dianggap mujur yakni Deborah menjadi nabiah dan hakim di Israel dan Ester

sebagai permaisuri Raja Ahazweros (Hak. 4:4dst; Est 8).

Pada masa hidup Yesus, diskriminasi dan dominasi laki-laki atas perempuan

masih tetap berlangsung. Ketika Yesus mulai mengangkat tugas-Nya, Ia bersikap

Page 10: md101j.files.wordpress.com  · Web viewSejauh menyangkut persoalan gender di mana secara global kaum perempuan yang lebih berpotensi merasakan dampak negatifnya. ... Seks/kodrat

menentang disriminasi dan dominasi itu. Suatu ketika pemimpin-pemimpin

agama Yahudi menangkap seorang perempuan yang kedapatan berzinah lalu

dibawa kepada Yesus. Mereka minta supaya perempuan ini dihukum rajam

sesuai aturan Yahudi. Tetapi Yesus tidak peduli terhadap permintaan mereka.

Pasalnya, mereka menangkap perempuan itu tapi tidak menangkap laki-laki yang

tidur dengan dia. Yesus berkata kepada mereka: “Barangsiapa yang tidak berdosa

hendaknya ia yang pertama kali merajam perempuan ini”. Tidak ada yang berani

melakukannya. Akhirnya Yesus menyuruh perempuan itu pulang dengan nasihat

supaya tidak berbuat dosa lagi (Yoh 8:2-11).

Dalam pelayanan-Nya, Yesus banyak menaruh perhatian kepada orang-orang

yang dianggap sebagai ‘sampah’ masyarakat, termasuk di dalamnya beberapa

perempuan. Salah satu di antaranya adalah Maria dari Magdala. Yesus

menyembuhkan Maria dari ikatan roh jahat. Kemudian Maria dan beberapa

perempuan lain mengiring Yesus dalam pelayanan-Nya (Luk 24:10). Lagi-lagi

Yesus membela posisi perempuan ketika sejumlah orang Farisi datang kepada-

Nya dan bertanya:”Apakah seorang suami bisa menceraikan istrinya dengan

alasan apa saja?” Yesus menjawab mereka kata-Nya: sejak semula perkawinan

hanya terjadi antara seorang laki-laki dan seorang perempuan (Adam-Hawa).

Perceraian hanya bisa terjadi jika salah satu di antaranya berbuat zinah. Lalu

orang-orang itu bertanya lagi: “Kalau begitu mengapa Musa mengijinkan seorang

suami membuat surat cerai (talak)”? Lalu Yesus menjawab: karena ketegaran

hatimulah Musa melakukan hal itu. Tapi seharusnya tidak demikian (Mat 19:1-

12). Karena komitment-Nya terhadap kesetaraan perempuan dan laki-laki, maka

pada saat Yesus mati di salib, banyak perempuan ada bersama-sama dengan Dia

serta mengunjungi kubur-Nya.

Perjuangan menentang diskriminasi dan menegakkan hak-hak perempuan

tidak berakhir pada saat Yesus terangkat ke langit. Perjuangan itu terus

berlangsung dari abad ke abad. Umumnya orang mengakui bahwa perjuangan

yang cukup sengit dimulai pada abad ke-18, terutama sesudah berakhirnya

Revolusi Amerika (1775-1783) dan Revolusi Perancis (1789-1799). Kedua

revolusi itu berhasil menanamkan nilai-nilai: kemerdekaan, kesetaraan, dan

persaudaraan antara semua penduduk. Momentum ini dipakai oleh kaum

perempuan untuk menuntut kesamaan hak dengan kaum lelaki. Selanjutnya pada

Page 11: md101j.files.wordpress.com  · Web viewSejauh menyangkut persoalan gender di mana secara global kaum perempuan yang lebih berpotensi merasakan dampak negatifnya. ... Seks/kodrat

tahun 1960-an terjadi gelombang protes anti perang dan perjuangan hak-hak sipil

yang terjadi di Amerika Utara, berikut di Australia, dan di seluruh Eropah.

Kesempatan itu dianggap tepat untuk memperjuangkan kesamaan hak antara

laki-laki dan perempuan. Yang menarik perhatian kita sekarang, bahwa gerakan

memperjuangkan kesetaraan gender sudah menjadi gerakan yang mendunia. Ia

bukan hanya merupakan usaha dari kelompok agama tertentu, tetapi sudah

menjadi gerakan bangsa-bangsa atas alasan kemanusiaan dan keadilan gender.

Tentu kita mendukung semua perjuangan semacam itu.

Kesetaraan gender menurut agama muslim

Sejak 15 abad yang lalu Islam telah menghapuskan diskriminasi berdasarkan

jenis kelamin. Islam memberikan posisi yang tinggi kepada perempuan. Prinsip

kesetaraan dan keadilan gender dalam Islam tertuang dalam Kitab Suci Al-

Quran. Dalam ajaran Islam tidak dikenal adanya isu gender yang berdampak

merugikan perempuan. Islam bahkan menetapkan perempuan pada posisi yang

terhormat, mempunyai derajat, harkat, dan martabat yang sama dan setara dengan

laki – laki.

Islam memperkenalkan konsep relasi gender yang mengacu kepada ayat – ayat

Al-Qur an substantive yang sekaligus menjadi tujuan umum syariaiah. Adalah

suatu kenyataan, masih banyak masyarakat, tidak terkecuali beberapa guru

agama yang belum memahami makna qodrat, apabila berbicara soal jenis

kelamin perempuan, dikaitkan dengan upaya mewujudkan keadilan dan

kesetaraan gender. Salah satu akibat dari salah memahami alasan untuk

mempertahankan domestikasi, subordinasi, marginalisasi, dan diskriminasi

terhadap perempuan.

Al-Qur an sebagai “Hudan linnasi”, petunjuk bagi umat manusia, dan kehadiran

Nabi Muhammad Rasulullah SAW dengan sunnahnya, sebagai “Rahmatan lil

alamin”, tentu saja menolak anggapan di atas. Islam datang untuk membebaskan

manusia dari berbagai bentuk ketidak-adilan. Sejak awal dipromosikan, Islam

adalah agama pembebasan.

Islam adalah agama ketuhanan sekaligus agama kemanusiaan dan

kemasyarakatan. Dalam pandangan Islam, manusia mempunyai dua kapasitas,

yaitu sebagai hamba dan sebagai representasi Tuhan (khalifah) tanpa

membedakan jenis kelamin, etnik, dan warna kulit. Islam mengamanatkan

Page 12: md101j.files.wordpress.com  · Web viewSejauh menyangkut persoalan gender di mana secara global kaum perempuan yang lebih berpotensi merasakan dampak negatifnya. ... Seks/kodrat

manusia untuk memperhatikan konsep keseimbangan, keserasian, keselarasan,

dan keutuhan, baik sesama manusia maupun manusia dengan lingkungan

alamnya.

Kesetaraan gender dari sudut pandang agama Budha

Dalam kehidupan bermasyarakat, sang budha tidak membedakan peran laki-

laki maupun perempuan. Mereka memliki peran yang setara dan adil. Seperti

laki-laki, perempuan juga bisa menjadi majikan, atasan, guru(brahmana) sesuai

kotbah sang Budha.

Mengacu pada perkembangan budha Dharma bahwa pemberdayaan dan

kemitrasejajaran perempuan telah diperjuangkan dan ditumbhkembangkan oleh

sang Budha. Hal ini dapat dikaji dari kisah-kisah siswa Budha yang sebagian

adalah perempuan dan diterangkan pula bahwaperempuan membawa peran

penting dalam perkembangan agama Budha

Kesetaraan gender dalam agama Budha didasari kewajiban dan tanggungjawab

bersama dalam rumah tangga dan adanya kehendak bersama dalam menjalankan

kehidupan berumah tangga. Menurut agama Budha, manusia terdiri dari laki-laki

dan perempuan yang muncul bersama di muka bumi ini.dan dia dapat terlahir

sesuai dengan karmanya masing-masing, sehingga kedudukan antara laki-laki

maupun perempuan dalam agama budha tidak dipermasalahkan . agama budha

membimbing umatnya untuk menghargai gender.

Dalam Paninivana Sutta, sang Budha mengatakan seluruh umat manusia

tanpa tertinggal memiliki jiwa Budha. Laki-laki dan perempuan memiliki tugas

yang agung, karenanya agar terjadi keseimbangan dalam menjalanjan fungsi

kehidupannya, maka keduanya memiliki karakter yang berlawanan, padahal

justru dari sinilah muncul keseimbangan.

Kesetaraan gender dari sudut pandang agama Hindhu

Pengertian gender dalam agama Hindu merupakan hubungan sosial yang

membedakan perilaku antara perempuan secara proposional menyangkut moral,

etika, dan budaya, bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan diharapkan

untuk berperan dan bertindak sesuai ketentuan sosial, moral, etika, dan budaya di

mana mereka berada. Ada yang pantas dikerjakan oleh laki-laki ditinjau dari

sudut sosial, moral, dan budaya, tetapi tidak pantas dikerjakan oleh

perempuan,demikian pula sebaliknya.Sesuai ajaran agama hindu, gender bukan

Page 13: md101j.files.wordpress.com  · Web viewSejauh menyangkut persoalan gender di mana secara global kaum perempuan yang lebih berpotensi merasakan dampak negatifnya. ... Seks/kodrat

merupakan perbedaan sosial antara laki-laki dan perempuan. agama hindu

mengajarkan bahwa seluruh umat manusia di perlakukan sama di hadapan tuhan

sesuai dengan dharma baktinya.

Manusia yang dilahirkan ke dunia merdeka dan mempunyai martabat serta

hak yang sama di hadapan Tuhan Yang Maha Esa, baik laki-laki maupun

perempuan.

Istilah dewa-dewi lingga yoni dalam ajaran hindu menggambarkan bahwa

dualism ini sesungguhnya ada dan saling membutuhkan karena tuhan yang maha

esa menciptakan semua mahluk hidup selalu berpasangan.di dalam kitab suci

hubungan suami dan istri dalam ikatan perkawinan disebut sebagai satu jiwa dari

dua badan yang berbeda .

Lebih jauh di dalam manapadharmasastra di uraikan bahwa tuhan yang maha

esa menciptakan alam semesta beserta segala isinya dalam wujud “ardha-nari-

isvari”,sebagai sebagian laki-laki dan sebagian lagi sebagai perempuan.

BAB III

KESIMPULAN

Page 14: md101j.files.wordpress.com  · Web viewSejauh menyangkut persoalan gender di mana secara global kaum perempuan yang lebih berpotensi merasakan dampak negatifnya. ... Seks/kodrat

Pada dasarnya semua agama di Indonesia memaparkan bagaimana Tuhan

mewujudkan kasihnya terhadap manusia tanpa memandang jenis kelamin, dari golongan

mana, berapa usianya, terang kasih Tuhan tidak ada yang mendominasi.

Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan dibentuk sedemikian rupa menurut rupa

dan gambarnya dan Tuhan melihat bahwa ciptaannya itu sungguh amat baik. Pada dasarnya

perbedaan kodrat laki-laki dan perempuan berkaitan dengan fungsi biologis dan perbedaan itu

adalah untuk saling melengkapi agar menjadi utuh.

Dalam agama mengajarkan bahwa laki-laki maupun perempuan memiliki kesamaan

kondisi untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu

berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya,

pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam

menikmati hasil pembangunan tersebut.

Dalam hal ini berarti agama menolak ketidakadilan gender. Tetapi untuk mewujudkan

keadilan gender dalam masyarakat masih terdapat hambatan yaitu faktor tradisi patriarkhis.

Munculnya diskriminasi terhadap perempuan biasanya dipengaruhi oleh keadaan dan adat

istiadat masyarakat setempat, baik sosial maupun ekonomi termasuk untuk tujuan politik.

Kultur patriarkhi ini secara nyata turut menghambat proses perjuangan kesetaraan gender di

tengah kehidupan bermasyarakat. Dalam kondisi tertentu perempuan seringkali dianggap

sebagai warga negara kelas dua. Dalam masyarakat jawa misalnya, perempuan seringkali

digambarkan sebagai “konco wingking”. Artinya, perempuan hanya ikut laki-laki, sehingga

tidak memiliki daya tawar yang kuat dalam suatu rumah tangga.

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: md101j.files.wordpress.com  · Web viewSejauh menyangkut persoalan gender di mana secara global kaum perempuan yang lebih berpotensi merasakan dampak negatifnya. ... Seks/kodrat

Sumber: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2164767-pengertian-dan-makna-kesetaraan-manusia/#ixzz0Sv1pqTkS

http://androsexo.wordpress.com/2009/06/11/pengertian-gender/

http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/gender/gender2.htm

http://anomalisemesta.blogspot.com/2008/04/pemikiran-keadilan.html

http://usupress.usu.ac.id/files/PEREMPUAN%20DALAM%20KEMELUT

%20GENDER_Final_normal_bab%201.pdf

http://ajhierikhapunya.wordpress.com/2011/04/23/marginalisasi-kaum-

perempuan/

HUBUNGAN AGAMA DENGAN GENDER

Page 16: md101j.files.wordpress.com  · Web viewSejauh menyangkut persoalan gender di mana secara global kaum perempuan yang lebih berpotensi merasakan dampak negatifnya. ... Seks/kodrat

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

SEMESTER I/2011-2012

Dosen Pengampu :

Tony Tampake, S.Th

Disusun Oleh :

1. Stefany Widya Ayu Wulandari 8020090372. Venny Fillicyano Panda 8020091063. Anjas Yanuar 2020080314. Imanuel Yosafat H.M. 2020080125. Tri Dewi Astuti 2920102376. Dennys Christovel Dese 8020100387.

UNIVESRSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2011