23
TUGAS MANAJEMEN LIMBAH LINGKUNGAN INDUSTRI BUDIDAYA TEBU DAN PABRIK GULA Nama : 1.M Ifdhol S (125100301111065) : 2. Syifa’ Robbani (125100301111002) JURUSAN TEKNOLOGI INDISTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

syifarobbani.files.wordpress.com · Web viewTUGAS MANAJEMEN LIMBAH LINGKUNGAN INDUSTRI BUDIDAYA TEBU DAN PABRIK GULA Nama : 1.M Ifdhol S (125100301111065) : 2. Syifa’ Robbani (125100301111002)

  • Upload
    ngothuy

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: syifarobbani.files.wordpress.com · Web viewTUGAS MANAJEMEN LIMBAH LINGKUNGAN INDUSTRI BUDIDAYA TEBU DAN PABRIK GULA Nama : 1.M Ifdhol S (125100301111065) : 2. Syifa’ Robbani (125100301111002)

TUGAS MANAJEMEN LIMBAH LINGKUNGAN INDUSTRI

BUDIDAYA TEBU DAN PABRIK GULA

Nama : 1.M Ifdhol S (125100301111065)

: 2. Syifa’ Robbani (125100301111002)

JURUSAN TEKNOLOGI INDISTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

Page 2: syifarobbani.files.wordpress.com · Web viewTUGAS MANAJEMEN LIMBAH LINGKUNGAN INDUSTRI BUDIDAYA TEBU DAN PABRIK GULA Nama : 1.M Ifdhol S (125100301111065) : 2. Syifa’ Robbani (125100301111002)

BAB 1

PENDAHULUAN

Tempat budidaya gula dan pabrik gula

Di daerah malang tempat desa kepanjen

Simulasi Budidaya tebu

Simulasi

Pabrik Gula

Page 3: syifarobbani.files.wordpress.com · Web viewTUGAS MANAJEMEN LIMBAH LINGKUNGAN INDUSTRI BUDIDAYA TEBU DAN PABRIK GULA Nama : 1.M Ifdhol S (125100301111065) : 2. Syifa’ Robbani (125100301111002)

Luas areal pertanaman tebu sekitar 900 ha dengan biaya 200 miliyar, areal pembangunan

pabrik tebu sedikit trategis karena dekat dengan wilayah kota dan sungai,dimana sungai

sebagai tempat sumber air bagi budidaya tebu,biaya alat dan bahan untuk budidaya tebu

sekitar 200 miliyar

1. Syarat Tumbuh Tebu (Saccarum officinarum)

Tebu termasuk jenis tanaman rumput yang kokoh dan kuat. Adapun syarat-syarat tumbuh

tanaman tebu adalah:• Tumbuh di daerah dataran rendah yang kering. Iklim panas yang

lembab dengan suhu antara 25ºC-28ºC• Curah hujan kurang dari 100 mm/tahun• Tanah tidak

terlalu masam, pH diatas 6,4. Ketinggian kurang dari 500 m dpl.

2. Persiapan Bibit

Bibit yang akan ditanam terdiri dari beberapa jenis, diantaranya bibit pucuk, bibit batang

muda, bibit rayungan dan bibit siwilan.Bibit pucuk Bibit diambil dari bagian pucuk tebu yang

akan digiling berumur 12 bulan. Jumlah mata (bakal tunas baru) yang diambil 2-3 sepanjang

20 cm. Daun kering yang membungkus batang tidak dibuang agar melindungi mata tebu.

Biaya bibit lebih murah karena tidak memerlukan pembibitan, bibit mudah diangkut karena

tidak mudah rusak, pertumbuhan bibit pucuk tidak memerlukan banyak air. Penggunaan bibit

pucuk hanya dapat dilakukan jika kebun telah berporduksi.Bibit rayungan (1 atau 2 tunas).

Bibit diambil dari tanaman tebu khusus untuk pembibitan berupa stek yang tumbuh tunasnya

tetapi akar belum keluar. Bibit ini dibuat dengan cara:

1. Melepas daun-daun agar pertumbuhan mata tunas tidak terhambat.

Page 4: syifarobbani.files.wordpress.com · Web viewTUGAS MANAJEMEN LIMBAH LINGKUNGAN INDUSTRI BUDIDAYA TEBU DAN PABRIK GULA Nama : 1.M Ifdhol S (125100301111065) : 2. Syifa’ Robbani (125100301111002)

2. Batang tanaman tebu dipangkas 1 bulan sebelum bibit rayungan dipakai.

3. Tanaman tebu dipupuk sebanyak 50 kg/ha Bibit ini memerlukan banyak air dan

pertumbuhannya lebih cepat daripada bibit bagal. 1 hektar tanaman kebun bibit

rayungan dapat menghasilkan bibit untuk 10 hektar areal tebu. Kelemahan bibit

rayungan adalah tunas sering rusak pada waktu pengangkutan dan tidak dapat

disimpan lama seperti halnya bibit bagal.

4. Bibit siwilan. Bibit ini diambil dari tunas-tunas baru dari tanaman yang pucuknya

sudah mati. Perawatan bibit siwilan sama dengan bibit rayungan.

5. Penentuan Komposisi Bibit secara Umum dikaitkan dengan Tingkat Kemasakannya,

Masa Tanam, Iklim, Kondisi Lahan serta Lamanya Musim Giling. Bibit-bibit yang

ditanam diharapkan mempunyai kriteria :

Mempunyai Potensi Kwintal Tebu dan Rendemen tinggi.

Mempunyai Tingkat Kemurnian tinggi ( > 90 % ).

Bebas dari Hama dan Penyakit.

Mempunyai Daya Kecambah tinggi.

Tahan terhadap kekeringan dan tidak mudah roboh.

Pada kondisi fisik lingkungan yang ada, yaitu pada areal lahan kering atau tegalan, maka agar

dapat dicapai produksi yang tinggi diperlukan bibit tebu dengan varietas tebu yang sesuai

dengan kondisi lahan kering. Varietas untuk lahan kering harus memiliki sifat-sifat tertentu,

antara lain:

• Mempunyai daya tahan kekeringan

• Mudah berkecambah, cepat beranak dan bertunas banyak.

• Mempunyai daya tahan kepras yang baik.

• Rendemen tinggi

• Mudah diklentek

Page 5: syifarobbani.files.wordpress.com · Web viewTUGAS MANAJEMEN LIMBAH LINGKUNGAN INDUSTRI BUDIDAYA TEBU DAN PABRIK GULA Nama : 1.M Ifdhol S (125100301111065) : 2. Syifa’ Robbani (125100301111002)

• Tahan roboh

Adapun varietas-varietas unggul untuk tebu lahan kering atau tegalan berdasarkan hasil

penelitian yang dikeluarkan oleh P3GI (1990) diantaranya, adalah (PS 77-1381, PS 77-1553,

PS 78-561, PS 79-1497, PS 80-1070). Untuk mengetahui varietas yang paling cocok untuk

dikembangkan di suatu daerah, dapat dilakukan dengan mengadakan percobaan adaptasi

tanaman terlebih dahulu.Sedangkan untuk pengadaan bibit tebu dilakukan melalui tahapan

penjenjangan kebun pembibitan, mulai dari Kebun Bibit Pokok (KBP), Kebun Bibit Nenek

(KBN), Kebun Bibit Induk (KBI) hingga Kebun Bibit Datar (KBD) sebagai sumber bibit bagi

pertanaman atau Kebun Tebu Giling (KTG).

3. Persiapan Lahan

Persiapan lahan merupakan kegiatan untuk mempersiapkan tanah tempat tumbuh

tanaman tebu sehingga kondisi fisik dan kimia tanah sesuai dengan media perkembangan

perakaran tanaman tebu. Kegiatan tersebut terdiri atas beberapa jenis yang dilaksanakan

secara bertahap sesuai dengan kronologis.

Pada prinsipnya, persiapan lahan untuk tanaman baru (PC) dan tanaman bongkaran

baru (RPC) adalah sama tetapi untuk PC kegiatan persiapan lahan tidak dapat dilaksanakan

secara intensif. Hal tersebut disebabkan oleh tata letak petak kebun, topografi maupun

struktur tanah pada areal yang baru dibuka masih belum sempurna, sehingga kegiatan

mesin/peralatan di lapang sering terganggu. Pada areal tersebut masih terdapat sisa-sisa

batang/perakaran yang dapat mengganggu operasional mesin di lapang. Petak dibuat dengan

ukuran 200 m x 500 m (10 ha) yang dibatasi oleh jalan produksi dan jalan kebun.Lahan yang

bisa dikembangkan menjadi perkebunan tebu lahan kering berupa hutan primer dan sekunder,

padang rumput atau padang alang-alang, semak belukar, lahan tegalan, sawah tadah hujan

dan bekas perkebunan. Teknik pembukaan lahan maupun perlatan yang digunakan

disesuaikan untuk masing-masing jenis lahan. Karena kelangkaan tenaga kerja, sementara

waktu tanam optimal pertanaman tebu di lahan kering adalah sempit, maka tenaga penarik

untuk pengolahan tanah yang murah dan efektif adalah dengan menggunakan traktor.

Tahap pertama pengolahan tanah menggunakan bajak untuk memotong dan membalik

tanah, dan kemudian dilanjutkan dengan garu untuk menggemburkan tanah. Setelah tanah

selesai diolah kemudian dibuat kairan (alur tanaman). Untuk mendapatkan hasil olahan tanah

Page 6: syifarobbani.files.wordpress.com · Web viewTUGAS MANAJEMEN LIMBAH LINGKUNGAN INDUSTRI BUDIDAYA TEBU DAN PABRIK GULA Nama : 1.M Ifdhol S (125100301111065) : 2. Syifa’ Robbani (125100301111002)

yang baik yaitu cukup dalam dan gembur, tanah harus dalam keadaan cukup air (tidak basah

dan tidak terlalu kering). Berdasarkan hal ini maka saat yang tepat untuk mengolah tanah

adalah segera setelah musim hujan selesai atau awal musim kemarau.

Adapun tahapan kegiatan pengolahan tanah secara umum adalah sebagai berikut ;

a. Pembajakan

Bertujuan untuk membalik tanah serta memotong sisa – sisa kayu dan vegetasi awal yang

masih tertinggal. Awal kegiatan pembajakan dimulai dari sisi petak paling kiri, kedalaman

olah mencapai 25 – 30 cm dan kapasitas kerja mencapai 0,8 jam/ha sehingga untuk satu petak

kebun (±10ha) dibutuhkan waktu 8 jam kerja (mesin operasi). Pembajakan II

b. Penggaruan

Penggaruan bertujuan untuk menghancurkan bongkahan – bongkahan tanah dan meratakan

permukaan tanah. Penggaruan dilaksanakan merata pada seluruh areal dengan menggunakan

alat Baldan Harrow yang ditarik oleh traktor 140 HP.

c. Pengumpulan Akar

Pengumpulan akar merupakan kegiatan pengumpulan sisa – sisa kayu yang terangkat akibat

pembajakan I, II dan pembuatan alur tanam, dilaksanakan secara manual oleh tenaga kerja

borongan. Akar maupun sisa – sisa kayu dikumpulkan dan ditumpuk dengan jarak 10 – 15

meter kemudian dibersihkan dari areal tersebut.

d. Pembuatan Alur Tanam

Pembuatan alur tanam merupakan kegiatan untuk mempersiapkan tempat bibit tanaman tebu.

Alur tanam dibuat menggunakan Wing Ridger dengan kedalaman lebih dari 30 cm dan jarak

dari pusat ke pusat adalah 1,30 meter.

4. Penanaman

Pada saat penanaman tebu, kondisi tanah yang dikehendaki lembab tapi tidak terlalu

basah dan cuaca cerah. Untuk saat ini tanam tebu lahan kering yang paling tepat adalah masa

pancaroba yakni akhir musim kemarau sampai awal musim hujan atau sebaliknya. Untuk

Page 7: syifarobbani.files.wordpress.com · Web viewTUGAS MANAJEMEN LIMBAH LINGKUNGAN INDUSTRI BUDIDAYA TEBU DAN PABRIK GULA Nama : 1.M Ifdhol S (125100301111065) : 2. Syifa’ Robbani (125100301111002)

daerah kering (tipe iklim C dan D Schimdt-Fergusson) saat tanam adalah antara pertengahan

Oktober-Desember, sedang pada daerah basah (tipe iklim B) adalah awal musim

kemarau.Pada daerah dengan musim kemarau panjang (daerah kering) tebu ditanam sebagai

bibit stek mata tiga dengan jumlah 8-9 mata tunas per meter juringan (15.000-20.000 stek per

hektar) atau pada prinsipnya mengarah pada jumlah mata tumbuh 40.000-45.000 per hektar.

Stek tebu diletakkan pada dasar juringan dengan jarak tanam 1,25-1,35 m. Pada daerah

dengan musim kemarau pendek, digunakan stek 3 mata ditanam, bersentuh ujung (end to

end) atau tumpang tindih (overlapped 20 percent) pada dasar juringan yang dangkal. Pada

keadaan yang mendesak dan kekurangan tenaga dapat dipakai tebu lonjoran dengan 5-6 mata,

dipotong menjadi dua.

Untuk menghindari penyulaman yang membutuhkan biaya besar, kebutuhan bibit

yang akan ditanam adalah 11 mata tumbuh per meter juringan. Bibit ditanam dengan posisi

mata disamping dan disusun secara end to end (nguntu walang). Cara penanaman ini

bervariasi menurut kondisi lahan dan ketersediaan bibit, perlu diketahui, pada umumnya

kebutuhan air pada lahan kering tergantung pada turunnya hujan sehingga kemungkinan

tunas mati akan besar. Oleh karena itu, dengan over lapping atau double row, tunas yang

hidup disebelahnya diharapkan dapat menggantikannya.

Pada prinsipnya persiapan bibit yang ditanam di areal lahan kering sama dengan yang

ditanam di sawah. Namun karena kondisi yang terlalu kering kadang dipakai pula bagal mata

empat. Waktu tanam tebu di lahan kering terdiri dari dua periode, yaitu.

Periode I

Menjelang musim kemarau (Mei – Agustus) pada daerah – daerah basah dengan 7 bulan

basah dan daerah sedang yaitu 5 – 6 bulan basah, atau pada daerah yang memiliki tanah

lembab. Namun dapat juga diberikan tambahan air untuk periode ini.

Periode II

Menjelang musim hujan (Oktober – November) pada daerah sedang dan kering yaitu 3 – 4

bulan basah.

5. Pemeliharaan

Page 8: syifarobbani.files.wordpress.com · Web viewTUGAS MANAJEMEN LIMBAH LINGKUNGAN INDUSTRI BUDIDAYA TEBU DAN PABRIK GULA Nama : 1.M Ifdhol S (125100301111065) : 2. Syifa’ Robbani (125100301111002)

Pemeliharaan tanaman tebu dilahan kering hampir sama macamnya dengan tebu lahan sawah

yaitu terdiri dari penyulaman, pemberian tanah, klentek, pemupukan, pemeliharaan saluran

drainase dan penyiangan gulma. Pemeliharaan saluran drainase terutama perlu dilakukan

selama musim hujan untuk menjaga kelancaran pengeluaran air yang berlebih.

6. Penyulaman

Penyulaman merupakan kegiatan penanaman untuk menggantikan bibit tebu yang tidak

tumbuh, baik pada tanaman baru ataupun tanaman keprasan agar diperoleh populasi tebu

yang optimal. Pelaksanaan penyulaman untuk bibit bagal dilakukan 2 minggu dan 4 minggu

setelah tanam, sedangkan untuk bibit rayungan dilakukan 2 minggu setelah tanam..

7. Pengendalian Gulma

Pada lahan kering gulma lebih beragam dan lebih berbahaya. Gulma – gulma

dominan yang menjadi pesaing kuat yang berakibat merugikan terdiri atas gulma daun lebar

dan merambat, gulma daun sempit dan teki-tekian. Gulma daun lebar dan merambat terdiri

atas Cleome ginandra, Emilia sonchifolia, Boreria alata, Amaranthus dubius, Spigelia

anthelmia, Commelina elegans, Mikania micrantha dan Momordica charantia. Gulma daun

sempit tediri atas Digitaria ciliaris, Echinochloa colonum, Eleusine indica, Dactylocta

aegyptium dan Brachiaria distachya sedangkan gulma golongan teki adalah Cyperus

rotundus.Dalam pelaksanaannya, pengendalian gulma dibagi menjadi pengendalian secara

kimia, mekanis dan manual..

8. Pembumbunan dan penggemburan

Pembumbunan bertujuan untuk menutup tanaman dan menguatkan batang sehingga

pertumbuhan anakan dan pertumbuhan batang lebih kokoh. Di lahan sawah pembumbunan

dilakukan tiga kali selama umur tanaman. Pelaksanaan pembumbunan dilakukan secara

manual atau dengan semi mekanis.

Di lahan kering pembumbunan sekaligus dilakukan dengan penggemburan yang merupakan

kegiatan yang bertujuan untuk mengendalikan gulma, menggemburkan dan meratakan tanah,

memutuskan perakaran tebu khususnya tanaman tebu ratoon dan membantu aerasi pada

daerah perakaran. Apabila drainase tanahnya jelek pemberian tanah untuk tebu lahan kering

Page 9: syifarobbani.files.wordpress.com · Web viewTUGAS MANAJEMEN LIMBAH LINGKUNGAN INDUSTRI BUDIDAYA TEBU DAN PABRIK GULA Nama : 1.M Ifdhol S (125100301111065) : 2. Syifa’ Robbani (125100301111002)

hanya dilakukan dua kali yaitu sebelum pemupukan kedua pada umur 1-1,5 bulan dan pada

umur 2,5-3 bulan, atau dapat dilakukan sekali pada umur 2-3 bulan.

Penggemburan pada tanaman diperlukan peralatan terutama untuk mengendalikan

gulma. Alat yang digunakan adalah Tyne Cultivator. Penggemburan dilaksanakan pada

tanaman berumur 45 hari setelah tanam (sebelum pemupukan II) dengan kedalaman 20 cm

dan hanya dilakukan satu kali dalam satu musim tanam.Untuk tanaman ratoon diperlukan alat

yang bisa membantu menggemburkan tanah dan mengendalikan gulma. Aplikasi

dilaksanakan dua kali dalam satu musim tanam. Alat yang digunakan untuk aplikasi pertama

adalah Terra Tyne dan yang kedua adalah Sub Tiller yang dilaksanakan setelah pemupukan

II. Dengan Terra Tyne, kedalaman olah minimal 20 cm sedangkan dengan Sub Tiller

kedalaman minimal 40 cm.

9. Klentek

Klentek adalah suatu kegiatan membuang daun tua pada tanaman tebu yangdilakukan

secara manual. Tujuan klentek adalah untuk merangsang pertumbuhan batang, memperkeras

kulit batang, mencegah tebu roboh, dan mencegah kebakaran. Kegiatan ini umum dilakukan

pada sistem reynoso di Jawa. Untuk tebu lahan kering tidak dilakukan klentek. Untuk itu

dalam salah satu seleksi varietas dicari yang daun keringnya lepas jika terkena angin. Sebagai

konsekuensinya tebu lahan kering harus dibakar jika akan ditebang. Hal ini juga menjadi

kriteria varietas tebu lahan kering, yaitu tahan bakar.Klentek hanya dilakukan satu kali pada

akhir musim hujan atau sekitar (2-3) bulan sebelum tebang.

Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit pada budidaya tanaman tebu bertujuan untuk

mencegah semakin meluasnya serangan hama /penyakit pada areal perkebunan tebu. Hal ini

sangat berkaitan erat dengan salah satu upaya peningkatan produktivitas tebu. Beberapa hama

yang umum menyerang antara lain: hama penggerek pucuk tebu (Triporyza vinella F),

penggerek batang tebu (Chilo oirocilius dan Chilo sachariphagus), dan uret (Lepidieta stigma

F).

10. Pemupukan

Page 10: syifarobbani.files.wordpress.com · Web viewTUGAS MANAJEMEN LIMBAH LINGKUNGAN INDUSTRI BUDIDAYA TEBU DAN PABRIK GULA Nama : 1.M Ifdhol S (125100301111065) : 2. Syifa’ Robbani (125100301111002)

Sebagaimana pada lahan sawah, pemupukan bagi tanaman tebu di lahan kering tidak

diberikan sekaligus tetapi bertahap disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan untuk

mencegah kehilangan pupuk. Dosis umum disesuaikan dengan kondisi tanah setempat.

Pedoman umum dari P3GI (1988): untuk tanaman pertama, pupuk pertama yang terdiri dari

ZA dan TSP (untuk daerah dengan musim kemarau panjang) atau ZA+TSP+KCl (untuk

daerah dengan musim kemarau pendek), diberikan sesaat sebelum tanam, ditaburkan pada

dasar juringan. Sedangkan pupuk yang kedua terdiri dari ZA dan KCl diberikan pada umur

1,5-2 bulan dengan cara ditaburkan dalam larikan kemudian ditutup dengan pemberian tanah

pertama. Pada tanaman keprasan, pupuk pertama dan kedua diberikan dalam paliran yang

letaknya saling berlawanan, sedalam 5-10 cm dan berjarak ± 10 cm dari barisan tanaman

yang kemudian ditutup dengan tanah.

Aplikasi pupuk dilakukan dengan mengalurkan ditepi tanaman kemudian ditutup

dengan tanah. Pengaplikasian pupuk dengan bantuan traktor tangan sudah dikembangkan

terutama untuk pembukaan dan penutupan alur sekaligus pembumbunan. Alat yang dipakai

adalah chissel plow ditarik dengan traktor tangan

11. Pemanenan

Pelaksanaan panen pada tanaman tebu meliputi beberapa kegiatan utama, yaitu taksasi

hasil perencanaan tebang berdasarkan analisis pendahuluan kemasakan tebu dan tebang

angkut.

12. Taksasi Hasil

Taksasi hasil dilakukan untuk menaksir hasil tebu yang akan diperoleh nantainya,

sehingga dapat direncanakan berapa lama hari giling, berapa tenaga kerja yang harus

disiapkan dan berapa banyak bahan pembantu di pabrik yang harus disediakan. Umumnya

taksasi dilakukan 2 kali yaitu pada bulan Desember dan Februari. Taksasi dilakukan dengan

menghitung tebu dengan sistim sampling dan digunakan rumus

Y = jmlbt/m juring x jmljuring/ha x tinggibt x bobotbt/m

Dimana.,

• Y = hasiltaksasitebu per hektar

Page 11: syifarobbani.files.wordpress.com · Web viewTUGAS MANAJEMEN LIMBAH LINGKUNGAN INDUSTRI BUDIDAYA TEBU DAN PABRIK GULA Nama : 1.M Ifdhol S (125100301111065) : 2. Syifa’ Robbani (125100301111002)

• Jmlbt/m juring = hasilperhitunganjumlahbatangtebu per m juring

• Jmljuring/ha = banyaknyajuringan per ha (yang ada di lapangan)

• Tinggibt = diukursampaititikpatah (± 30 cm daripucuk)

• Bobotbt = bobotbatang per m yang diperolehdari data tahunsebelumnya

Panen dilaksanakan pada musim kering yaitu sekitar bulan April sampai Oktober. Hal

tersebut berkaitan dengan masalah kemudahan transportasi tebu dari areal ke pabrik serta

tingkat kemasakan tebu akan mencapai optimum pada musim kering.Kegiatan pemanenan

diawali dengan tahap persiapan yang dilaksanakan sekurang-kurangnya tiga bulan sebelum

panen dimulai. Tahap persiapan meliputi kegiatan estimasi produksi tebu, pembuatan

program tebang, penentuan kemasakan tebu, rekrutmen kontraktor dan tenaga tebang,

persiapan peralatan tebang dan pengangkutan, serta persiapan sarana dan prasarana tebang.

Pascapanen

a. Pengumpulan hasil panen dilakukan dengan cara diikat untuk dibawa ke

pengolahan.

b. Penyortiran dan penggolongan syarat batang tebu siap giling supaya rendeman baik

:

Tidak mengandung pucuk tebu

Bersih dari daduk-daduk (pelepah daun yang mengering)

Berumur maksimum 36 jam setelah tebang.

Kemudian hasil panen tersebut diangkut dengan menggunakan truk yang ada baknya

(truk box), hal tersebut berkaitan dengan hasil tebangan Cane Harvester berbentuk potongan

dengan panjang 20 – 30 cm. Pada saat pembongkaran muatan, tebu dengan tebangan

Chopped Cane harus diprioritaskan, tebu langsung ditampung di meja tebu (feeding table).

Stuktur rancangan pabrik gula

Page 12: syifarobbani.files.wordpress.com · Web viewTUGAS MANAJEMEN LIMBAH LINGKUNGAN INDUSTRI BUDIDAYA TEBU DAN PABRIK GULA Nama : 1.M Ifdhol S (125100301111065) : 2. Syifa’ Robbani (125100301111002)

Simulasi pembuatan pabrik gula

Luas areal pembangunan pabrik gula sekitar 250 ha,dengan menelan biaya sekitar 500

miliyar,areal pembangunan pabrik tebu sedikit trategis karena dekat dengan wilayah kota dan

sungai,dimana sungai sebagai tempat pembuangan limbah dari pengolahan tebu menjadi gula.

PENGIRIMAN DAN PENIMBANGAN TEBU

Tebu dari kebun dikirim ke pabrik menggunakan beberapa model angkutan : trailer

(tebu urai), truk bak dan truk loss bak (tebu ikat), melewati jembatan timbang dengan sistem

komputerisasi untuk pengambilan data berat kotor, nomor petak, lokasi, jenis tebang, nama

pelaksana tebang dan jam ditebang (kesegaran). Selanjutnya, truk dan trailer yang telah

dibongkar, meninggalkan pabrik melewati jembatan timbang keluar untuk pengambilan data

berat kendaraan kosong

PENGENDALIAN OPERASIONAL PERALATAN PABRIK

Pengendalian peralatan pabrik pada masing-masing stasiun melalui ruang pusat

kendali yang ditempatkan pada posisi paling leluasa bagi operator untuk memonitor aktivitas

dan berhubungan dengan petugas jaga peralatan di lapangan. Pada bagian tertentu yang tidak

memungkinkan bagi operator melihat langsung secara visual, dilengkapi dengan kamera

CCTV dari pusat ruang kendali. Sistem pengendalian menggunakan programmable logic

Page 13: syifarobbani.files.wordpress.com · Web viewTUGAS MANAJEMEN LIMBAH LINGKUNGAN INDUSTRI BUDIDAYA TEBU DAN PABRIK GULA Nama : 1.M Ifdhol S (125100301111065) : 2. Syifa’ Robbani (125100301111002)

control (PLC) dipadukan dengan supervisory system sebagai piranti kendali dan informasi

data trending

PENANGANAN TEBU

Berbagai peralatan bongkar (unloading) tebu dipasang menyesuaikan dengan model

angkutan yang ada, tebu yang diangkut menggunakan trailer dibongkar menggunakan side

unloader yang terpasang pada 2 unit gantry crane, selanjutnya Hydraulic cane grab pada

gantry crane bekerja menumpuk dan mengumpan pada cross cane carrier.

Wheel loader disamping digunakan untuk membongkar dan menumpuk tebu loss bak di

pelataran juga dipergunakan sebagai sarana pengumpan dan perata pada main cane carrier.

Untuk meningkatkan kapasitas umpan langsung pada main cane carrier , tahun 2001

dipasang 1 unit cane feeder table yang dilengkapi dengan hydraulic cane lifter yang dapat

melayani tebu yang diangkut dengan trailer dan hydraulic truck tippler untuk melayani truk

bak ataupun truk loss bak.

PREPARASI TEBU

Sebelum tebu diperah pada unit gilingan, terlebih dahulu dilakukan preparasi untuk

membuka sel-sel tebu, tebu diumpankan kedalam 1st. main cane carrier dari cross carrier

#1, cross carrier #2 dan Feeder table diangkut menuju unit mesin pemotong pertama (1st.

cane cutter), kemudian dengan 2nd. elevating cane carrier menuju unit pemotong tebu kedua

(2nd. cane cutter), dan selanjutnya menggunakan unit heavy duty shredder hammer tebu

dihancurkan. Tingkat open cell yang dicapai pada unit preparasi ini 90.92%.

EKSTRAKSI NIRA

Enam unit gilingan jenis 4-roller disusun secara seri digunakan sebagai unit ekstraksi

nira, masing-masing unit gilingan digerakkan dengan tenaga turbin uap. Tingkat ekstraksi

sukrosa dari unit gilingan ini pada kisaran 95 - 96%. Nira mentah dari gilingan dipompa

menuju stasiun pemurnian setelah terlebih dahulu melewati sebuah magnetic flow meter

untuk memonitor dan merekam laju alirannya dalam satuan m3/jam, kemudian ampas tebu

yang disebut bagasse menuju stasiun pembangkit uap untuk digunakan sebagai bahan bakar

pada ketel uap (Boiler).

PEMURNIAN

Page 14: syifarobbani.files.wordpress.com · Web viewTUGAS MANAJEMEN LIMBAH LINGKUNGAN INDUSTRI BUDIDAYA TEBU DAN PABRIK GULA Nama : 1.M Ifdhol S (125100301111065) : 2. Syifa’ Robbani (125100301111002)

Pemisahan kotoran dilakukan dalam bejana pengendap single tray SRI clarifier ( yang

telah dimodifikasi menjadi perforated clarifier ) yang merupakan rangkaian tahapan

pengaturan suhu, pH, waktu dan penambahan bahan pembantu (susu kapur, gas belerang dan

flokulan). Tingkat kekeruhan (turbidity) nira yang dicapai pada level 70 - 100 derajat NTU.

Endapan kotoran dari clarifier dicampur dengan bagacillo kemudian ditapis menggunakan 6

buah vacuum filter menghasilkan limbah padat berupa blotong (filter cake) yang kemudian

dikirim kembali ke kebun sebagai pupuk organik.

PENGUAPAN (EVAPORATION)

Proses pengentalan nira jernih dilaksanakan dengan bejana penguap (evaporator).

Guna meminimalisasikan kebutuhan uap, stasiun evaporator dirancang dengan konsep

maximum vapour bleed. Bejana (evaporator) disusun dengan sistem quintuple effect yang

terdiri dari sembilan buah bejana jenis Roberts

KRISTALISASI

Kristal gula dibuat dalam Vacuum Pans melalui proses pembesaran kristal hingga

mencapai ukuran yang dikehendaki dengan cara memasukkan nira kental (syrup), gula

leburan, molasses kedalam pans pada kondisi temperatus dan vacuum yang terkendali. Hasil

resultan dari kristalisasi adalah berupa massecuite (campuran kristal gula dengan molasses).

PEMISAHAN KRISTAL GULA DAN MOLASSES

Bila satu siklus proses masak pembesaran kristal telah selesai, massecuite dari

vacuum pans kristalisasi dituangkan kedalam strike receiver sambil melanjutkan

pertumbuhannya. Kristal gula dipisahkan dari molasses menggunakan sebuah basket

berlubang yang diputar sampai pada kecepatan tertentu sehingga molasses terlepas dari

kristal gula akibat gaya sentrifugal (centrifugals machine).

PENANGANAN DAN PENGEMASAN PRODUK

Setelah proses pemisahan kristal gula produk (SHS) dikondisikan melalui sebuah unit

fluidized bed vibrating cooler dengan maksud untuk menurunkan tingkat kelembaban serta

meningkatkan kualitas penyimpanan, kemudian dilakukan pemilahan ukuran butiran

menggunakan vibrating screen. Kristal gula kemudian ditampung dalam sugar bin untuk

Page 15: syifarobbani.files.wordpress.com · Web viewTUGAS MANAJEMEN LIMBAH LINGKUNGAN INDUSTRI BUDIDAYA TEBU DAN PABRIK GULA Nama : 1.M Ifdhol S (125100301111065) : 2. Syifa’ Robbani (125100301111002)

selanjutnya dilakukan penimbangan dan pengemasan. Sensor pengirim sinyal bobot pada

timbangan digunakan jenis load cell. Untuk menjamin keakuratan berat kristal dalam

kemasan, mekanisme kerja mesin timbangan dan pengemasan bekerja secara integral yang

dikendalikan secara otomatis. Setiap informasi penyimpangan terekam dan secara otomatis

sistem memberi peringatan.

Keperluan budidaya tebu dan pabrik gula

1. Pabrik akan membutuhkan tanaman tebu seluas 900 ha

2. Jika kepemilikan lahan petani rata-rata setengah ha berarti akan melibatkan petani

tebu 10.00 - 12.00 orang.

3. Melibatkan tenaga kerja lebih dari 2000 orang untuk memelihara dan menanam tebu

dikebun.

4. Membutuhkan tenaga penebang tebu 1500 - 2000 orang.

5. Membutuhkan armada truck untuk angkut tebu + 250 truck tiap hari.

6. Melibatkan 4 - 6 KUD sebagai penyalur pupuk, kredit garapan, tenaga tebang dan lain -lain.

7. Melibatkan sekitar 10 – 15 truck pengangkut gula dan sekitar 5 - 10 Truck

pengangkut tetes tiap hari.

8. Beridirinya pabrik gula meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat disekitar

pabrik

ISU-ISU POKOK

Fase Komponen LH Jenis Dampak

Prakontruksi Status lahan Kerasahan sosial akibat pembebasan lahan

Kontruksi Kualitas udara Debu,bising dan gas pencemaran

Operasi Kualitas air Pencemaran air sungai dari zat kimia

pengolahan gula

Pasca Operasi Betang alam Lubang dalam bekas galian dsb

Page 16: syifarobbani.files.wordpress.com · Web viewTUGAS MANAJEMEN LIMBAH LINGKUNGAN INDUSTRI BUDIDAYA TEBU DAN PABRIK GULA Nama : 1.M Ifdhol S (125100301111065) : 2. Syifa’ Robbani (125100301111002)

Anonimos. 2008. Standart Kualitas Bibit Tebu. http://www.disbunjatim.co.id Diakses tanggal 3 Mei 2013.

Anonimos. 2007. Teknis Budidaya Tebu. http://teknis budidaya-tebu.html. Diakses tanggal 6 Mei 2013.

Adisewojo, R.S. 1991. Bercocok Tanam Tebu (Saccharum Officinarum). Bale

Bandung. Bandung.

Burham, D. 2009. Cara Penanaman Tebu. http://cerianet-agricultur blogspot.co.id/

/2010/06/penanaman tebu.html. Diakses tanggal 6 Mei 2013.

Muljana, W. 1983. Teori dan Praktek Cocok Tanam Tebu dengan Segala

Permasalahannya. Aneka Ilmu. Semarang.

Page 17: syifarobbani.files.wordpress.com · Web viewTUGAS MANAJEMEN LIMBAH LINGKUNGAN INDUSTRI BUDIDAYA TEBU DAN PABRIK GULA Nama : 1.M Ifdhol S (125100301111065) : 2. Syifa’ Robbani (125100301111002)

Sutardjo, R.M. 1994. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara. Jakarta.

Indraningsih, K,C., dan H. Malian. 2004. Perspektif Pengembangan Industri Gula di

Indonesia. Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor

Herianto. 2001. Sumber Pendapatan Petani Tebu di Desa Sukopuro KecamatanJabung Kabupaten Malang. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.

Subiyono, dan Rudi Wibowo. 2005. Agribisnis Tebu: Membuka Ruang Masa DepanIndustri Berbasis Tebu Jawa Timur. PERHEPI. Jakarta.

Soerjadi.1983. Pabrikasi Gula. Yogyakarta: LPP Yogyakarta.

Soemarno.1991. Dasar-dasar Teknologi Gula. Yogyakarta: LPP Yogyakarta.

Tjokroadikoesoemo.1984. Ekstraksi Nira Tebu. Surabaya: Yayasan Pembangunan Indonesia Sekolah Tinggi Teknologi Industri.

Moerdokusumo. 1993. Pengawasan Kualitas Dan Teknologi pembuatan Gula Di Indonesia. Bandung: Penerbit ITB.