Upload
vodiep
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya manajemen sudah ada sejak manusia itu ada,
manajemen sebetulnya sama usianya dengan kehidupan manusia, mengapa
demikian, karena pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya
tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip manajemen, baik langsung maupun
tidak langsung, baik disadarai ataupun tidak disadari. Contohnya dalam
kehidupan sehari-hari kita seperti mengatur diri kita atau jadwal tugas-tugas
kita, kita sudah melakukan yang namanya manajemen.
Nabi Adam dan Siti Hawa sebagai manusia pertama menghuni dunia
dengan tekun telah menata sejarah kehidupan manusia tahap demi tahap
dengan tatanan yang perspektif. Tatanan kehidupan manusia melalui tata cara
yang selalu berkembang sesuai dengan situasi dan kondisinya. Tatanan
kehidupan yang tertata baik dan terarah merupakan sendi-sendi manajemen
yang tidak bisa terpisahkan dengan kehidupan manusia.
Tatanan kehidupan manusia dari berbagai bentuknya secara serta
merta tidak akan terlepas dengan yang namanya manajemen dari bentuk dan
keadaan yang multi dimensi. Tentunya manajemen menjadi keniscayaan bagi
kehidupan manusia untuk selalu di inovasi sesuai dengan perkembangan
zaman, sehingga manajemen bisa memberi manfaat yang lebih baik. Disini
penulis akan membahas manajemen dalam agama islam dan
perkembanganya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manajemen?
2. Apa fungsi dari manajemen?
3. Bagaimana manajemen dalam perpektif Islam?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami penggertian manajemen
2. Mengetahui dan memahami fungsi-fungsi manajemen
3. Mengetahui dan memahami manajemen dalam perpektif Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.
Pengaturan dilakukan melalui proses dan literature berdasarkan urutan dari
fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses
untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.
Para ilmuan bermacam-macam dalam mendefinisikan manajemen
walaupun esensinya bermuara para satu titik temu. Pengertian manajemen
yang paling sederhana “adalah seni memperoleh hasil melalui berbagai
kegiatan yang dilakukan oleh orang lain.
1. Menurut John D Millet, “manajemen ialah suatu proses pengarahan &
pemberian fasilitas kerja kepada orang-orang yang telah diorganisasi
dalam kelompok-kelompok formal yang mencapai tujuan yang
diharapkan.”
2. James F. Stoner, berpendapat bahwa “manajemen merupakan proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan para anggota
dan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.”
3. Menurut George R. Terry bahwa “manajemen adalah pencapaian tujuan
yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan orang lain.”
Dari beberapa definisi tersebut maka akan ditemukan bahwa istilah
manajemen mengandung tiga pengertian, yaitu: a) Manajemen sebagai suatu
proses, b) Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan
aktivitas manajemen, dan c) Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai
suatu ilmu pengetahuan (Science).
1. Manajemen sebagai suatu proses.
Pengertian manajemen sebagai suatu proses dapat dilihat dari
pengertian menurut :
a. Encylopedia of the social science, manajemen yaitu suatu proses
dimana pelaksanaan suatu tujuan tertentu dilaksanakan dan diawasi.
b. Haiman, manajemen yaitu fungsi untuk mencapai suatu tujuan melalui
kegiatan orang lain, mengawasi usaha-usaha yang dilakukan individu
untuk mencapai tujuan.
c. Georgy R. Terry, yaitu cara pencapaian tujuan yang telah ditentukan
terlebih dahulu dengan melalui kegiatan orang lain.
2. Manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia
Manajemen sebagai kolektivitas yaitu merupakan suatu kumpulan
dari orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Kolektivitas atau kumpulan orang-orang inilah yang disebut dengan
manajemen, sedang orang yang bertanggung jawab terhadap terlaksananya
suatu tujuan atau berjalannya aktivitas manajemen disebut Manajer.
3. Manajemen sebagai ilmu ( Science ) dan sebagai seni
Manajemen sebagai suatu ilmu dan seni. Mengapa disebut
demikian? sebab antara keduanya tidak bisa dipisahkan. Manajemen
sebagai suatu ilmu pengetahuan, karena telah dipelajari sejak lama, dan
telah diorganisasikan menjadi suatu teori. Hal ini dikarenakan di dalamnya
menjelaskan tentang gejala-gejala manajemen, gejala-gejala ini lalu diteliti
dengan menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan dalam bentuk
prinsip-prinsip yang diwujudkan dalam bentuk suatu teori.
B. Sarana Manajemen
Untuk mencapai tujuan manajemen tidak hanya terfokus kepada
manusia sebagai manajer dan anggota pelaksana lain sebagaimana definisi
manajemen. Namun disamping itu juga memerlukan sarana-sarana yang lain
yang erat hubungannya dengan pencapaian tujuan. Sehingga sarana-sarana
manajemen menjadi kesatuan yang tidak terpisahkan antara satu sarana
dengan sarana lainnya.
Adapun sarana-sarana itu meliputi; “Men, Money, Material, Methods
dan Markets. Kesemuanya itu disebut sumber daya.” Dari lima sarana
tersebut atau disebut dengan 5 M saling terkait. Hal ini menunjukkan betapa
urgennya adanya 5 M tersebut bisa berjalan secara integral.
1. Men (manusia) sebagai sumber daya utama yang mengatur dan
menggerakkan segala aktifitas.
2. Money (uang) merupakan sarana yang selalu mengiringi segala aktifitas
seseorang.
3. Material (materi) atau bahan-bahan merupakan sarana manajemen yang
bisa merespons terhadap perkembangan zaman.
4. Methods, (metode) sebagai sarana manajemen dalam upaya efesiensi dan
tepat guna dalam pencapaian tujuan.
5. Markets (pasar) bagaiamana hasil dari organisasi tersebut benar-benar
bermanfaat dan dibutuhkan oleh masyarakat.
C. Fungsi Manajemen
Manajemen memiliki beberapa fungsi yang terkait dengan pencapaian
tujuan. Para ilmuan memiliki beragam pendapat tentang fungsi-fungsi
manajemen atau juga disebut dengan unsur-unsur manajemen.
1. Menurut Louis A. Allen dalam bukunya Management and Organization
mengemukakan tentang element of Management terdiri dari; Planning
(perencanaan), Organization (pengorganisasian), Coordination
(Koordinasi), Motivating (motivasi), Controling (pengawasan) atau
disingkat dengan POCMC.
2. Menurut George R. Terry Planning, Organizing, Actuating, Controling,
atau disingkat dengan POAC.
3. Menurut James A.F. Stoner bahwa fungsi manajemen meliputi, Planning,
Organizing, Leading, Controling” atau disingkat dengan POLC.
Dari beberapa unsur/fungsi manajemen akan mengantarkan kepada
tujuan yang diharapkan oleh suatu institusi/organisasi tertentu.
Dalam konteks Islam manajemen memiliki unsur-unsur yang tidak
jauh berbeda dengan konsep manajemen secara umum. Hal ini telah tertuang
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai falsafah hidup umat Islam. Unsur-
unsur tersebut diantaranya;
1. () atau Planning; yaitu perencanaan/gambaran dari sesuatu
kegiatan yang akan datang dengan waktu, metode tertentu.
Sebagaimana Nabi telah bersabda:
Artinya:
“Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu
pekerjaan, dilakukan secara itqan (tepat, terarah, jelas, tuntas)”.
(HR. Thabrani).
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman :
Artinya:
“Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanlah
hendaknya kamu berharap”. (Al-Insyirah; 7-8)
Setiap apa yang diperbuat oleh manusia maka ia harus
mempertanggung jawabkannya. Agama mengajarkan umatnya untuk
membuaat perencanaan yang matang dan itqan, karena setiap pekerjaan
akan menimbulkan sebab akibat. Adanya perencanaan yang baik akan
menimbulkan hasil yang baik juga sehingga akan disenangi oleh Allah.
Tentunya penilaian yang paling utama hanya penilaian yang datangnya
dari Allah SWT.
2. () atau Organization; merupakan wadah tentang fungsi setiap
orang, hubungan kerja baik secara vertikal atau horizontal.
Dalam surat Ali Imran Allah berfirman :
Artinya:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan…”. (Ali Imran;
103).
Ayat di atas menunjukkan bahwa organisasi merupakan kumpulan
orang-orang yang bisa diorganisir dengan baik. Maka hendaknya bersatu-
padulah dalam bekerja dan memegang komitmen untuk menggapai cita-
cita dalam satu payung organisasi dimaksud.
Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah : 286
Artinya:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya
dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya”. (Al-Baqarah;
286)
Kinerja bersama dalam organisasi disesuai dengan kemampuan yang
dimiliki oleh masing-masing individu. Menyatukan langkah yang berbeda-
beda tersebut perlu ketelatenan mengorganisir sehingga bisa berkompetitif
dalam berkarya. Disamping ayat di atas, Sayyidina Ali bin Abi
Thalibmembuat statemen yang terkenal yaitu;
Artinya:
Kebenaran yang tidak terorganisasi dengan rapi, dapat dikalahkan oleh
kebatilan yang diorganisasi dengan baik.
Statemen Sayyidina Ali merupakan pernyataan yang realistis untuk
dijadikan rujukan umat Islam. Hancurnya suatu institusi yang terjadi saat
ini karena belum berjalanannya ranah organisasi dengan menggunakan
manajemen yang benar secara maksimal.
3. () atau Coordination, upaya untuk mencapai hasil yang baik
dengan seimbang, termasuk diantara langkah-langkah bersama untuk
mengaplikasikan planning dengan mengharapkan tujuan yang diidamkan.
Allah berfirman;
Artinya;
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam
keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah setan, karena
setan itu musuhmu yang nyata”. (Al-Baqarah; 208).
Apabila manusia ingin mendapat predikat iman maka secara
totalitas harus melebur dengan peraturan Islam. Iman bila diumpamakan
dengan manusia yang ideal dan Islam sebagai planning dan aturan-aturan
yang mengikat bagi manusia, maka tercapainya tujuan yang mulia,
memerlukan adanya kordinasi yang baik dan efektif sehingga akan
mencapai kepada tujuan ideal. Cobaan dan kendala merupakan
keniscayaan, namun dengan manusia tenggelam dalam lautan Islam
(kedamaian, kerjasama dan hal-hal baik lainnya) akan terlepas dari
kendala-kendala yang siap mengancam.
4. () atau Controling , pengamatan dan penelitian terhadap jalannya
planning. Dalam pandangan Islam menjadi syarat mutlak bagi pimpinan
untuk lebih baik dari anggotanya, sehingga kontrol yang ia lakukan akan
efektif. Allah berfirman :
Artinya;
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu
yang tidak kamu kerjakan?”. (Q.S. Ash-Shoff; 2).
Dalam surat At-Tahrim Allah berfirman
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka”. (Q.S. At. Tahrim; 6).
Menjaga keselamatan dan kesuksesan institusi merupakan tugas
utama manajer, baik organisasi keluarga maupun organisasi secara
universal. Bagaimana manajer bisa mengontrol orang lain sementara
dirinya masih belum terkontrol. Dengan demikian seorang manajer orang
terbaik dan harus mengontrol seluruh anggotanya dengan baik.
Dalam ayat yang lain Allah menjelaskan bahwa kontrol yang utama ialah
dari Allah SWT.
Artinya:
“Tidaklah kamu perhatikan bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa
yang ada di langit dan apa yang ada di bumi…”. (Al-Mujadalah; 7)
Dalam konteks ayat ini sebenarnya sangat cukup sebagai konsep
kontrol yang sangat efektif untuk diaplikasikan. Memahami dan
membumikan konteks ayat ini menjadi hal yang sangat urgen. Para
pelaksana institusi akan melaksanakan tugasnya dengan konsisten sesuai
dengan sesuatu yang diembannya, bahkan lebih-lebih meningkatkan spirit
lagi karena mereka menganggap bahwa setiap tugas pertanggung jawaban
yang paling utama adalah kepada Sang Khaliq yang mengetahui segala
yang diperbuat oleh makhluk-Nya.
5. () atau Motivation, menggerakan kinerja semaksimal mungkin
dengan hati sukarela. Masalah yang berhubungan dengan motivasi Allah
telah berfirman;
Artinya:
“Dan bahwasanya mausia tiada memperoleh selain dari apa yang telah
diusahakannya”. (Q.S. An-Najm; 39).
Dalam ayat yang lain Allah berfirman:
Artinya:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengobah sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (Q.S. Ar-
Ra’du; 11)
Dari dua ayat tersebut di atas berimplikasi adanya motivasi untuk
selalu berusaha dan mengubah keadaan. Dengan adanya usaha dan adanya
upaya mengubah keadaan kearah yang lebih baik akan mengantarkan
kepada tujuan dan kesuksesan yang nyata.
Dari uraian di atas merupakan bentuk anjuran Islam bagi umat
manusia untuk memiliki motivasi dalam menjalani hidup. Dengan
tingginya semangat dan motivasi sebagai modal awal dalam meraih
kehidupan yang lebih cerah dan terarah. Dengan demikian bahwa planning
yang menjadi acuan utama akan dengan mudah untuk bisa direalisasikan,
karena dengan berdasarkan agama, motivasi manusia tidak sekedar hanya
tumenyelesaikan ntutan duniawi saja, tetapi juga terhadap pertanggung
jawaban ukhrawinya.
6. () atau disebut Leading, mengatur, memimpin segala aktifitas
kepada tujuan. Dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits banyak membahas tentang
kepemimpinan. s
Diantaranya firman Allah SWT., dalam surat Al-An’am sebagai berikut
Artinya;
“Dialah yang menetapkan kamu menjadi penguasa di muka bumi, dan
ditinggikan-Nya sebagaian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat,
sebagai cobaan bagimu tentang semua yang diberikannya kepadamu”. (Al-
An’am; 165)
Selain dalam Al-Qur’an, Al-Hadits juga banyak yan membahas
tentang kepemimpinan, diantaranya
Terjemahannya:
“Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan diminta
pertanggungjawaban mengenai orang yang kamu pimpin”. (HR. Muslim)
Dalam konsepi ajaran Islam bahwa pemimpin tidak hanya terfokus
kepada seseorang yang yang memimpin institusi formal dan non formal.
Tuntutan Islam lebih uiversal bahwa kepemimpinan itu lebih spesifik lagi
kepada setiap manusia yang hidup ia sebagai pemimpin, baik memimpin
dirinya maupun kelompoknya.
Dengan demikian kepemimpinan dalam ajaran Islam dimulai dari
setiap individu. Setiap orang harus bisa memimpin dirinya dari taqarrub
kepada Allah dan menjahui larangan-Nya. Apabila manusia sudah bisa
memeimpin dirinya, maka tidak mustahil bila ia akan lebih mudah untuk
memimpin orang lain. Disamping itu pertanggungjawaban pemimpin
dalam konteks Islam tidak serta merta hanya kepada sesama manusia,
tetapi yang paling utama adalah pertanggungjawaban kepada Khaliknya.
D. Manajemen dalam Perpektif Islam
Kalau kita telusuri sejarah, perjuangan Nabi Muhammad SAW
sungguh merupakan suatu fenomena yang spektakuler. Dirinya mampu
membentuk suatu peradaban terbesar hanya dalam kurun waktu 23 tahun.
Waktu yang sangat singkat untuk membentuk peradaban yang begitu kokoh
dan tersebar luas hingga kini. Dapat kita renungkan bahwa kesuksesan
tersebut tentu tidak mungkin terjadi tanpa adanya manajemen yang baik.
Walaupun pada waktu itu belum muncul yang namanya istilah manajemen.
Sekarang ini, manajemen merupakan istilah yang sudah dipahami dan
dimengerti oleh manusia secara luas. Dalam sebuah hadits disebutkan:
“Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu
pekerjaan, dilakukan secara itqan (tepat, terarah, jelas, dan tuntas).”
(HR.Thbrani).
Pembahasan pertama dalam manajemen syari’ah adalah perilaku
yang terkait dengan nilai-nilai keimanan dan ketauhidan. Jika setiap perilaku
orang yang terlibat dalam sebuah kegiatan dilandasi dengan nilai tauhid,
maka diharapkan perilakunya akan terkendali dan tidak terjadi perilaku KKN
(korupsi, kolusi, nepotisme) karena menyadari adanya pengawasan dari Allah
SWT.
Hal ini berbeda dengan perilaku dalam manajemen konvensional yang
sama sekali tidak terkait bahkan terlepas dari nilai-nilai tauhid. Orang-orang
yang menerapkan manajemen konvensional tidak merasa adanya pengawasan
melekat, kecuali semata mata pengawasan dari pemimpin atau atasan. Setiap
kegiatan dalam manajemen syari’ah di upayakan menjadi amal soleh yang
bernilai abadi.
Manajemen menurut pandangan Islam merupakan manajemen yang
adil. Batasan adil adalah pimpinan tidak ''menganiaya'' bawahan dan bawahan
tidak merugikan pimpinan maupun perusahaan yang di tempati. Bentuk
penganiayaan yang dimaksudkan adalah mengurangi atau tidak memberikan
hak bawahan dan memaksa bawahan untuk bekerja melebihi ketentuan.
Seyogyanya kesepakatan kerja dibuat untuk kepentingan bersama antara
pimpinan dan bawahan. Jika seorang manajer mengharuskan bawahannya
bekerja melampaui waktu kerja yang ditentukan, maka sebenarnya manajer
itu telah mendzalimi bawahannya. Dan ini sangat bertentangan dengan ajaran
agama Islam.
Manajemen islam harus didasari nilai-nilai dan etika islam. Islam
yang ditawarkan berlaku universal tanpa mengenal ras dan agama. Boleh saja
berbisnis dengan label islam dengan segala labelnya, namun bila nilai-nilai
dan akhlak islam dalam melakukan bisnis tersebut ditinggalkan, maka
tidaklah lagi pantas dianggap sebagai islam.
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya
Dia akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan
sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.” (az-
Zalzalah:7-8).
Agama islam sebagai agama yang sempurna (kaffah) telah
memberikan ketentuan-ketentuan bagi umat manusia dalam melakukan
aktivitasnya di dunia, termasuk dalam bidang perekonomian. Semua
ketentuan diarahkan agar setiap individu dalam melakukan aktivitasnya dapat
selaras dengan nilai-nilai yang terdapat dalam Al-qur’an dan al-Hadis.
Dengan berpegang pada aturan-aturan islam, manusia dapat mencapai tujuan
yang tidak semata-mata bersifat materi melainkan juga yang bersifat rohani,
yang didasarkan pada falah (kesejahteraan).
Muhammad Hidayat, seorang konsultan bisnis syari’ah, menekankan
pentingnya unsur kejujuran dan kepercayaan dalam manajemen Islam. Nabi
Muhammad SAW adalah seorang yang sangat terpercaya dalam menjalankan
manajemen bisnisnya. Manajemen yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW,
adalah menempatkan manusia bukan sebagai faktor produksi yang semata
diperas tenaganya untuk mengejar target produksi.
Nabi Muhammad SAW mengelola (manage) dan mempertahankan
(mantain) kerjasama dengan stafnya dalam waktu yang lama dan bukan hanya
hubungan sesaat. Salah satu kebiasaan Nabi adalah memberikan reward atas
kreativitas dan prestasi yang ditunjukkan stafnya.
Menurut Hidayat, manajemen Islam pun tidak mengenal perbedaan
perlakuan (diskriminasi) berdasarkan suku, agama, atau pun ras. Nabi
Muhammad SAW bahkan pernah bertransaksi bisnis dengan kaum Yahudi.
Ini menunjukkan bahwa Islam menganjurkan pluralitas dalam bisnis maupun
manajemen.
Menurut Abu Sin untuk dapat dikategorikan manajemen islam ada
empat hal yang harus dipenuhi.
Pertama, manajemen isami harus didasari nilai-nilai dan akhlak
islami. Etika bisnis yang ditawarkan salafy dan salam berlaku universal tanpa
mengenal ras dan agama. Boleh saja berbisnis dengan label islam dengan
segala atributnya, namun bila nilai-nilai dan akhlak berbisnis ditinggalkan,
cepat atau lambat bisnisnya akan hancur.
Kedua, kompensasi ekonomis dan penekanan terpenuhinya kebutuhan
dasar pekerja. Cukuplah menjadi suatu kezaliman bila perusahaan
memanipulasi semangat jihad seorang pekerja dengan menahan haknya,
kemudian menghiburnya dengan mengiming-iming pahala yang besar.
Urusan pahala, Allah yang mengatur. Urusan kompensasi ekonomis,
kewajiban perusahaan membayarnya.
Ketiga, faktor kemanusiaan dan spiritual sama pentingnya dengan
kompensasi ekonomis. Pekerja di perlakukan dengan hormat dan
diikutsertakan dalam pengambilan keputusan. Tingkat partisipaif pekerja
tergantung pada intelektual dan kematangan psikologisnya. Bila hak-hak
ekonomisnya tidak ditahan, pekerja dengan semangat jihad akan mau dan
mampu melaksanakan tugasnya jauh melebihi kewajiban.
Keempat, system dan struktur organisasi sama pentingnya, kedekatan
atasan dan bawahan dalam ukhuwah islamiyah, tidak berarti menghilangkan
otoritas formal dan ketaatan pada atasan selama tidak bersangkut dosa.
E. Perkembangan Manajemen dalam Islam
Perhatian umat islam terhadap ilmu manajemen khususnya sebenarnya
dapat dilacak dari beberapa aktivitas yang ditemukan pada masa
kekhalifahan islam. Menurut langgulung (1988), terhadap beberapa penulis
yang menyatakan bahwa pengembangan ilmu-ilmu yang ada saat itu tidaklah
dipisahkan sebagai sistem ilmu yang berdiri sendiri, namun sebagai system
ilmu lain. Salah satunya adalah Nizam al-idari atau sistem tatalaksana yang
merupakan padanan bagi istilah manajemen yang digunakan kala itu.
Sebenarnya terdapat perbedaan mendasar antara manajemen syariah
(islam) dengan manajemen modern. Keduanya berbeda dalam hal tujuan,
bentuk aturan teknis, penyebarluasan dan disiplin keilmuannya. Disamping
itu, pengembangan pemikiran modern oleh Negara barat telah berlangsung
sangat dinamis. Di satu sisi, masyarakat muslim belum optimal dalam
mengembangkam kristalisasi pemikiran manajemen syariah dari penggalan
sejarah yang otentik, baik dari segi teori maupun praktik. Padahal Rasulallah
telah bersabda bahwa: “Telah aku tinggalkan atas kalian semua satu perkara,
jika kalian berpegang teguh atasnya, maka kalian tidak akan tersesat
selamanya setelah ku, yaitu kitab Allah (Al-Qur’an) dan sunnah ku (Hadis).
Sesungguhnya rasulallah dalam kapasitasnya adalah sebagai
pemimpin dan imam yang berusaha memberikan metode, tata cara atau solusi
bagi kemaslahatan hidup umatnya, dan yang dipandangnya relevan dengan
kondisi zaman yang ada. Bahkan terkadang Rasulallah bermusyawarah dan
meminta pendapat dari para sahabat atas persoalan yang tidak ada ketentuan
wahyunya. Rasulallah mengambil pendapat mereka walaupun mungkin
bertentangan dengan pendapat pribadinya.
Proses dan sistem manajemen yang diterapkan Rasulallah bersifat
tidak mengikat bagi para pemimpin dan umat setelahnya. Persoalan hidup
terus berkembang dan berubah searah dengan putaran waktu dan perbedaan
tempat. Yang dituntut oleh syariat adalah para pemimpin dan umatnya harus
berpegang teguh pada asas manfaat dan maslahah, serta tidak menyia-
nyiakan ketentuan nash syari’. Namun, mereka tidak terikat untuk mengikuti
sistem manajemen Rasul dalam pemilihan pegawai, misalnya, kecuali, jika
metode itu memberikan asas maslahah yang lebih, maka ia harus
mengikutinya. Jika ia menolaknya, ini merupakan bentuk pengkhianatan
terhadap amanah. Dan hal ini diharamkan oleh allah dan Rasul-Nya.
Standar asas manfaat dan masalah tidaklah bersifat tetap. Ia bisa
berubah dari waktu ke waktu. Dan dari satu tempat ke tempat lainnya. Untuk
itu, manajemen dalam islam bersandar pada hasil ijtihad pemimpim dan
umatnya. Dengan catatan, ia tidak boleh bertentangan dengan konsep dasar
dan prinsip hukum utama yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Sunnah,
serta tidak bertolak belakang dengan rincian hukum syara’ yang telah
dimaklumi. Umat muslim masih memiliki ruang untuk melakukan inovasi
atas persoalan detail yang belum terdapat ketentuan syari’nya .
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian manajemen yang paling sederhana “adalah seni
memperoleh hasil melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh orang lain.
Adapun sarana-sarana manajemen adalah “Men, Money, Material, Methods
dan Markets. Kesemuanya itu disebut sumber daya.” Dari lima sarana
tersebut atau disebut dengan 5 M saling terkait.
Manajemen memiliki beberapa fungsi yang terkait dengan pencapaian
tujuan. Planning (perencanaan), Organization (pengorganisasian),
Coordination (Koordinasi), Motivating (motivasi), Controling (pengawasan).
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Abdul. 2010. Manajemen Investasi Syari’ah. Bandung: Alvabeta.
Aminudin, Fatkhul Aziz. 2012. Manajemen Dalam Perspektif Islam. Majenang:
Pustaka El-Bayan.
Ibrahim, Ahmad Abu Sinn. 2001. Manajemen Syari,ah. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Karim, Adhiwarman. 2001. Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer. Jakarta:
Gema Insani.
Hafidhuddin, Didin-Hendri Tanjung. 2003. Manajemen Syari’ah Dalam Praktik.
Jakarta: Gema Insani.
Hasibuan, Malayu. 2005. Manajemen, dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Kuat, Ismanto. 2009. Manajemen Syari’ah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.