10
 SUMBANGAN KOMPETENSI LINGUISTIK DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA SISWA SLTP B. Esti Pramuki ([email protected]) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Terbuka ABSTRACT This research is aimed at finding out the contribution of linguistic competence and home environment toward reading comprehension skills in Indonesian texts especially in Junior High Schools in Sleman, Yogyakarta. A number of 338 students from 9 schools are choosen as samples using multiple-stage stratified random sampling technique. The instruments were in the form of a test and questionnaire.. Data collected were analyzed using descriptive and regression analyst. Result of multiple-regression analysis shows that there was a significant combined effect of home environment and school environment on reading skills in Indonesian texts with a contribution of 22.80%. This research can be used to improve the quality of teachers as well as the parental involvement in facilitating and motivating the children to read. Keyword: home environment, linguistic competence, reading comprehension skills Dewasa ini ilmu dan teknologi berkembang makin pesat dan tak dapat dibendung lagi kehadirann ya. Seiring dengan hal itu, setiap orang dituntut untuk selalu cepat dan tepat dalam menafsirkan dan menyerap berbagai informasi tersebut bila tidak ingin ketinggalan. Informasi yang berkaitan dengan peristiwa dunia serta pertumbuhan dan perkembangan ilmu dan teknologi tidak cukup hanya diperoleh dari sumber lisan tetapi juga dari sumber tertulis. Kegiatan membaca merupakan satu-satunya cara untuk menyerap dan menafsirkan informasi tertulis. Itulah sebabnya setiap orang dituntut memiliki keterampilan membaca yang tinggi agar dapat mengikuti laju perkemban gan ilmu dan teknologi. Dengan memiliki keterampilan membaca, seseoran g dapat memaparkan kembali peristiwa masa lalu untuk diambil manfaatnya dalam usaha memperbaiki kehidup an masa kini dan masa yang akan datang. Hal tersebut berarti bahwa keterampilan membaca harus dikembangkan dan dikuasai sehingga akan menjadi modal utama dalam kehidupan. Dengan modal tersebut seseorang dapat membuka pintu gerbang ilmu pengetahuan. Dalam kehidupan sekolah, siswa sering kali mengalami kesulitan karena yang bersangkutan belum ataupun tidak memiliki keterampilan membaca yang memadai dan tidak jarang pula dalam kehidupan bermasyarakat siswa mengalami hambatan komunikasi. Hal tersebut dapat disebabkan oleh keterampilan membaca yang rendah. Apabila seseorang keterampilan membacanya rendah berakibat pula pada rendahnya minat atau keinginan untuk membaca. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap kemampuan dalam menyerap ilmu karena dengan membaca kita dapat membuka wawasan dan menambah pengetahuan. Membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis dan kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu dan penilaian terhadap

03-pramuki

Embed Size (px)

Citation preview

5/13/2018 03-pramuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/03-pramuki 1/10

 

SUMBANGAN KOMPETENSI LINGUISTIK DAN LINGKUNGAN KELUARGA

TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA SISWA SLTP

B. Esti Pramuki ([email protected])

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Terbuka

ABSTRACT

This research is aimed at finding out the contribution of linguistic competence and homeenvironment toward reading comprehension skills in Indonesian texts especially in Junior High Schools in Sleman, Yogyakarta. A number of 338 students from 9 schools are choosenas samples using multiple-stage stratified random sampling technique. The instrumentswere in the form of a test and questionnaire.. Data collected were analyzed using descriptiveand regression analyst. Result of multiple-regression analysis shows that there was asignificant combined effect of home environment and school environment on reading skills in

Indonesian texts with a contribution of 22.80%. This research can be used to improve thequality of teachers as well as the parental involvement in facilitating and motivating thechildren to read.

Keyword: home environment, linguistic competence, reading comprehension skills

Dewasa ini ilmu dan teknologi berkembang makin pesat dan tak dapat dibendung lagikehadirannya. Seiring dengan hal itu, setiap orang dituntut untuk selalu cepat dan tepat dalammenafsirkan dan menyerap berbagai informasi tersebut bila tidak ingin ketinggalan. Informasi yangberkaitan dengan peristiwa dunia serta pertumbuhan dan perkembangan ilmu dan teknologi tidak

cukup hanya diperoleh dari sumber lisan tetapi juga dari sumber tertulis.Kegiatan membaca merupakan satu-satunya cara untuk menyerap dan menafsirkan

informasi tertulis. Itulah sebabnya setiap orang dituntut memiliki keterampilan membaca yang tinggiagar dapat mengikuti laju perkembangan ilmu dan teknologi. Dengan memiliki keterampilanmembaca, seseorang dapat memaparkan kembali peristiwa masa lalu untuk diambil manfaatnyadalam usaha memperbaiki kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Hal tersebut berartibahwa keterampilan membaca harus dikembangkan dan dikuasai sehingga akan menjadi modalutama dalam kehidupan. Dengan modal tersebut seseorang dapat membuka pintu gerbang ilmupengetahuan.

Dalam kehidupan sekolah, siswa sering kali mengalami kesulitan karena yang bersangkutanbelum ataupun tidak memiliki keterampilan membaca yang memadai dan tidak jarang pula dalam

kehidupan bermasyarakat siswa mengalami hambatan komunikasi. Hal tersebut dapat disebabkanoleh keterampilan membaca yang rendah. Apabila seseorang keterampilan membacanya rendahberakibat pula pada rendahnya minat atau keinginan untuk membaca. Hal tersebut dapatberpengaruh terhadap kemampuan dalam menyerap ilmu karena dengan membaca kita dapatmembuka wawasan dan menambah pengetahuan.

Membaca adalah proses pengolahan bacaan secara kritis dan kreatif yang dilakukan dengantujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu dan penilaian terhadap

5/13/2018 03-pramuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/03-pramuki 2/10

 

Jurnal Pendidikan, Voume. 7, Nomor 1, Maret 2006, 19 - 28 

20

keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu (Oka, 1983). Burns, Roe, & Ross (1984) berpendapatbahwa membaca dapat dilihat sebagai suatu proses dan hasil. Membaca sebagai suatu prosesmencakup semua kegiatan dan teknik yang ditempuh oleh pembaca yang mengarah padapencapaian tujuan melalui tahap-tahap tertentu. Hal tersebut berarti bahwa keterampilan membaca

mengandung unsur: (1) suatu proses kegiatan yang aktif-kreatif, (2) objek dan atau sasaran kegiatanmembaca yaitu lambang tertulis sebagai penuangan gagasan atau ide orang lain, dan (3) adanyapemahaman yang bersifat menyeluruh. Dalam pengertian tersebut, membaca dipandang sebagaisuatu kegiatan yang aktif karena pembaca tidak hanya menerima yang dibacanya saja, melainkanberproses untuk memahami, merespon, mengevaluasi, dan menghubungkan berbagai pengetahuandan pengalaman yang ada pada dirinya. Jadi dapat dikatakan bahwa keterampilan membaca adalahketerampilan yang dimiliki seseorang untuk memahami isi wacana tulis. Sejalan dengan hal tersebut,Harris & Sipay (1985), mengatakan bahwa:

“Reading is the meaningful interpretation of printed or written verbal symbols.Reading (comprehension) is a result of the interaction between the perception of graphic symbols that represent language and the reader’s language skills, cognitive

skills, and knowledge of the world. In this process the reader tries to re-create themeanings intended by the writer” (hal. 112).Lebih jauh, Murcia (2001) menyatakan bahwa dalam membaca:

“An individual constructs meaning through a transaction with written text that hasbeen created by symbols that represent language. The transaction involves thereader’s acting on or interpreting the text, and the interpretation is influenced by thereader’s past experiences, language background, and cultural framework, as well asthe reader’s purpose for reading”  (hal. 154).

Pendapat para pakar tersebut menunjukkan bahwa tujuan setiap pembaca adalahmemahami bacaan yang dibacanya. Dengan demikian, pemahaman merupakan faktor yang amatpenting dalam membaca.

Sementara itu, menurut Nuttal (1988), keterampilan membaca adalah suatu proses interaksiantara pembaca dengan teks dalam suatu peristiwa membaca. Dalam proses ini dituntutkemampuan mengolah informasi untuk menghasilkan pemahaman. Pada tahap ini pembacamelakukan interaksi antara makna yang terdapat dalam teks dengan makna yang telah dimilikisebelumnya. Jadi kegiatan membaca adalah proses menganalisis pesan penulis yang melibatkanproses mental dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sementara itu Pearson (1978) berpendapatbahwa kemampuan membaca seseorang dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan luar diri seseorang.Faktor dari dalam diri meliputi: kompetensi linguistik, minat, motivasi, dan kemampuan membaca.Sedangkan faktor dari luar diri siswa yaitu unsur dari bacaan itu sendiri yang berupa pesan yangtertulis dan faktor di lingkungan membaca. Pendapat tersebut sejalan dengan pernyataan dari Leu Jr & Kinzer (1987) yang mengatakan bahwa:

”Reading is a developmental, interactive, and global process involving learned skills.The process specifically incorporates an individual’s linguistic knowledge, and canbe both positively and negatively influenced by non-linguistic internal and external variables or factors” (hal. 9).

Sementara itu Slameto (1995) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar dapatdigolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dibagi menjadi

5/13/2018 03-pramuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/03-pramuki 3/10

 

Pramuki, Sumbangan Kompetensi Linguistik dan Lingkungan Keluarga 

21

tiga faktor, faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan. Adapun faktor eksternal dapatdikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Selanjutnya Schieffellein & Simmons (1981) membagi faktor yang mempengaruhikemampuan hasil belajar dalam tiga kategori, yaitu (1) sumber belajar dan proses belajar di sekolah,

(2) kemampuan dan kecakapan guru, dan (3) kemampuan siswa. Sudarsono (1985) menunjukkanbanyaknya variabel yang diduga mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu (1) latar belakang keluarga,seperti bahasa yang digunakan siswa di rumah, harapan orang tua, fasilitas belajar di rumah,kebiasaan belajar di rumah, jumlah saudara kandung, dan pendidikan orang tua, (2) karakteristikperseorangan siswa, seperti jenis kelamin, usia, urutan kelahiran, kemampuan dasar, intelegensi,sikap dan motivasi, (3) karakteristik guru, seperti pengalaman mengajar, pendidikan, penataran, dansikap, (4) latar belakang sekolah, seperti fasilitas fisik sekolah, besar sekolah, dan fasilitas alatpelajaran, termasuk kelengkapan buku-buku pelajaran, serta (5) kelompok teman sebaya.

Kompetensi linguistik merupakan salah satu komponen dari kompetensi komunikatif. Brown(2000) mendefinisikan kompetensi komunikatif sebagai “aspect of our competence that enables us toconvey and interpret messages and to negotiate meaning interpersonally within specific contexts” 

(hal. 246). Sementara itu Chomsky (1957) berpendapat bahwa kemampuan orang menggunakanbahasa berkaitan erat dengan pengetahuannya tentang kaidah yang ada di dalam bahasa tersebut.Pengetahuan tentang kaidah yang ada di dalam bahasa inilah yang disebut dengan kompetensi,sedangkan yang betul-betul muncul dalam ucapan atau tulisan seseorang disebut performansi.Seperti yang dikemukakan oleh Falk (1973), bahwa “Linguistic competence is the subconsciousknowledge about sounds, meanings, and syntax possessed by the speakers of a language.Linguistic performance is actual language behaviour – the use of language in daily life” (hal. 13). 

Kompetensi linguistik mencakup kompetensi kebahasaan, baik penguasaan struktur dalammaupun struktur luar. Kompetensi linguistik adalah penguasaan isyarat bahasa, penguasaan dankemampuan untuk mengenal dan menggunakan ciri-ciri semantik, morfologi, sintaksis, dan fonologi,bahasa ujaran untuk membentuk kata dan kalimat (Parera, 1997). Lebih lanjut, Brown (2000)mengatakan bahwa kompetensi linguistik seseorang berkaitan dengan pengetahuan tentang sistembahasa, struktur bahasa, kosakata atau seluruh aspek kebahasaan itu, dan bagaimana tiap aspektersebut saling berhubungan. Pengetahuan tentang kompetensi linguistik tersebut sangat pentingkarena hal itu akan mempengaruhi atau mungkin menentukan kemampuan dalam tindak berbahasa.Tanpa kompetensi linguistik tersebut, hampir tidak mungkin seseorang dapat melakukan tindakberbahasa, baik yang bersifat reseptif maupun yang produktif. Seseorang dikatakan mempunyaikompetensi linguistik jika ia mampu memilih kata yang tepat untuk mengungkapkan sesuatu denganaturan yang benar.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa kompetensi linguistik bacaan meliputi:(1) kemampuan memahami kata yang mempunyai makna khusus dan kemampuan memahami istilahatau ungkapan yang dipakai dalam bacaan, (2) kemampuan memahami bentuk kata dan pola kalimatserta kemampuan mengikuti bagian-bagian yang semakin panjang dan sulit, dan (3) kemampuanmenafsirkan dengan tepat lambang atau tanda yang dipakai dalam bahasa tulis.

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukanperkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja merupakan faktor pertama dalam menentukankeberhasilan belajar seseorang. Sikap, tingkah laku, dan watak seorang anak banyak ditentukan olehproses lingkungannya. Itulah sebabnya hal yang terpenting adalah proses awal atau dasar pembentukan anak tersebut, terutama dalam lingkungan yang terdekat, yaitu keluarga. Dalamkeluarga yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak pada umumnya adalah orang tua yang

5/13/2018 03-pramuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/03-pramuki 4/10

 

Jurnal Pendidikan, Voume. 7, Nomor 1, Maret 2006, 19 - 28 

22

terdiri ayah dan ibu. Segala kebutuhan anak yang berhubungan dengan pendidikan, orang tuanyalahyang memikirkan, memenuhi, dan mendukung sepenuhnya. Orang tua pun dapat membantuperkembangan anak, baik kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya. Hal ini sesuai denganpendapat Nawawi (1982) yang menyatakan: ”Orang tua sebagai contoh pendidik adalah contoh

nyata yang akan ditiru anak-anak dalam bentuk kebiasaan-kebiasaan hidup, yang secara langsungmewarnai kehidupannya” (hal.21).Pengaruh faktor lingkungan keluarga terhadap keterampilan membaca seseorang juga

dipercaya oleh Pearson (1978). Pengaruh terbesar dari lingkungan keluarga mengacu padapemahaman bacaan yang berasal dari dasar bahasa dan berbagai konsep yang dibawa anak kesekolah. Hal yang dilakukan oleh orang tua yang membantu anak-anak mereka menjadi mengertidan dapat berinteraksi dengan dunia mereka adalah menyiapkan anak-anak untuk menjadi pembacayang baik ketika mereka masuk ke sekolah. Demikian juga dengan penggunaan bahasa sehari-hariyang dipakai untuk berkomunikasi dalam keluarga tersebut.

Di dalam keluarga pertama kali anak mengalami kehidupan sosial. Dalam interaksi ini orangtua banyak memberikan contoh keteladan kepada anaknya, seperti misalnya kebiasaan membaca

yang dilakukan orang tua atau kebiasaan lebih banyak membeli buku bacaan dibandingkan dengan jajan di luar. Menurut Kristiningsih (1992), bentuk hubungan yang terjadi dalam keluarga sangatbesar pengaruhnya bagi perkembangan anak selanjutnya. Kristiningsih pun mengemukakan bahwasegi lain dalam keluarga yang dapat mempengaruhi prestasi belajar anak adalah tingkat pendidikanorang tua. Sebagai suatu proses, pendidikan akan menentukan perkembangan pribadi seseorang.Orang yang berpendidikan tinggi berbeda dengan orang yang berpendidikan rendah dalam halkepribadian, cara berpikir, bertindak, dan bersikap. Dengan demikian orang tua yang mempunyaipendidikan tinggi cenderung mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk memperhatikanpendidikan anak-anaknya. Artinya orang tua dengan pendidikan tinggi mampu menjadi tempatbertanya bagi anaknya sekaligus sebagai motivator bagi keberhasilan pendidikan anak-anaknya.

Berkaitan dengan kepentingan membaca, sarana yang dapat dimanfaatkan untukmendorong kebiasaan membaca adalah buku bacaan, majalah, dan bahan bacaan lainnya. Saranamembaca tersebut dapat menunjang siswa dalam meningkatkan kemampuan membacanya.Sehubungan dengan hal tersebut, menurut Rasyad (1989) bahan bacaan yang tersedia di lingkungankeluarga dan di sekolah mempengaruhi kemampuan membaca seseorang. Bahan bacaan tersebutdapat menumbuhkan dan membina minat baca siswa. Pendapat tadi didukung oleh Harjasujana &Misdan (dalam Zuchdi, 1998) yang menyatakan bahwa ketersediaan buku merupakan faktor utamadalam upaya menciptakan suasana kondusif untuk membaca.

Dari beberapa pendapat tersebut jelaslah bahwa perhatian keluarga meliputi keterlibatanorang tua dalam kegiatan belajar anak di rumah ataupun di sekolah, dan keterlibatan orang tuadalam menyediakan fasilitas serta dorongan untuk lebih menggiatkan anak untuk belajar.

Hasil penelitian Tim Program of International Student Assessment (PISA) Indonesia yangdilakukan pada tahun 2003 menunjukkan kemampuan membaca rata-rata siswa usia 15 tahun (SLTPdan SLTA) Indonesia masih sangat rendah. Penelitian tersebut membuktikan bahwa sekitar 37,6%anak usia 15 tahun hanya bisa membaca tanpa mampu menangkap maknanya. Selain itu, 28,4%hanya bisa mengaitkan teks yang dibacanya dengan satu informasi pengetahuan. Dibanding siswadari negara lain yang mengikuti program PISA, kemampuan membaca siswa Indonesia mendudukiurutan ke-39 dari 41 negara maju dan berkembang yang diteliti. Memperhatikan hasil penelitiantersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk melihat kontribusi kompetensi linguistik dan

5/13/2018 03-pramuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/03-pramuki 5/10

 

Pramuki, Sumbangan Kompetensi Linguistik dan Lingkungan Keluarga 

23

lingkungan keluarga, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama terhadap keterampilan membacasiswa kelas II Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas II SLTP Negeri di Kabupaten Sleman, DaerahIstimewa Yogyakarta pada tahun ajaran 2003/2004. Alasan pemilihan kelas II karena di kelas I materi

yang diajarkan masih pada tahap peralihan dari sekolah dasar ke sekolah lanjutan pertama,sedangkan kelas III tidak diperkenankan sebagai responden penelitian karena persiapan untuk ujian. Alasan pemilihan tempat di Kabupaten Sleman karena ada dua sekolah (SLTP 1 Sleman dan SLTP4 Pakem) yang menjadi SLTP unggulan tingkat nasional.

Penelitian ini dilaksanakan selama tujuh bulan mulai bulan Maret sampai dengan Septemberi2004. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif. Hal tersebut dilakukan karena ingin melihatsecara statistik besarnya sumbangan kompetensi linguistik dan lingkungan keluarga terhadapkemampuan membaca siswa SLTP. Dengan demikian semua informasi dan data diwujudkan dalambentuk angka dan berdasarkan angka tersebut dilakukan analisis dengan menggunakan statistik.

Penentuan ukuran sampel siswa ditentukan 338 siswa untuk memenuhi jumlah sampelminimum untuk uji hipotesis dengan analisis regresi ganda berdasarkan Cohen (1977). Pengambilan

sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik multiple-stage stratified randomsampling. Prosedur pengambilan sampel dilakukan dengan tiga tahap. Tahap pertama, berdasarkannilai Ujian Akhir Negara (UAN), 57 SLTP Negeri yang ada di Kabupaten Sleman dibagi menjadi tigakategori, yaitu kategori tinggi, sedang, dan kurang. Tahap kedua pengambilan sampel dilakukandengan cara mengambil secara acak beberapa sekolah dari tiap kategori untuk dijadikan sampelsekolah. Tahap ketiga untuk memenuhi sampel minimum diperlukan sembilan kelas dengan asumsibahwa rata-rata setiap kelas terdiri atas 35 orang siswa. Untuk menjamin keterwakilan sampelsekolah, paling tidak dibutuhkan sembilan sekolah. Selanjutnya, dari tiap kategori dipilih tiga sekolahyang dilakukan secara acak. Kemudian, dari tiap sekolah yang terpilih sebagai sampel sekolahditentukan kelas mana yang akan ditetapkan sebagai sampel penelitian. Dasar pemilihan satu kelasdari tiap-tiap sekolah yang menjadi sampel penelitian tersebut dilakukan secara acak. Seluruh siswayang ada pada kelas yang terpilih tersebut kemudian ditetapkan sebagai sampel individu atau unitanalisis.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan membaca siswa kelas II SLTPNegeri di Kabupaten Sleman, yang untuk selanjutnya disingkat menjadi keterampilan membaca (Y). Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah kompetensi linguistik bahasa Indonesia (X1) danlingkungan keluarga siswa (X2). Variabel yang ada dalam penelitian ini diuraikan menjadi beberapafaktor yang menjadi pengukur variabel tersebut. Dari tiap-tiap variabel tersebut dikembangkan butir instrumen penelitian.

Dalam penelitian ini digunakan dua cara pengumpulan data. Pertama digunakan tesberbentuk objektif yang digunakan untuk mengumpulkan data keterampilan membaca dankompetensi linguistik bahasa Indonesia. Penggunaan tes berbentuk objektif didasarkan padabeberapa pertimbangan, yaitu: (1) penelitian difokuskan pada kemampuan kognitif siswa yaitupengetahuan tentang kebahasaannya, tidak pada kemampuan berbahasanya, (2) tes objektif memungkinkan untuk mengambil bahan yang akan diteskan secara lebih menyeluruh daripada tesesai, (3) tes objektif hanya memungkinkan adanya satu jawaban yang benar, (4) korektor akanmengoreksi pekerjaan siswa secara lebih mudah karena tinggal mencocokkan jawaban siswadengan kunci jawaban, dan (5) hasil pekerjaan siswa dapat dikoreksi secara cepat dengan hasil yangdapat dipercaya. Ke dua angket digunakan untuk mengumpulkan data lingkungan keluarga.

5/13/2018 03-pramuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/03-pramuki 6/10

 

Jurnal Pendidikan, Voume. 7, Nomor 1, Maret 2006, 19 - 28 

24

Tes keterampilan membaca pemahaman teks bahasa Indonesia siswa dikembangkanberdasarkan landasan teori yang sudah dikemukakan sebelumnya. Instrumen tersebut mengacupada indikator kosakata, pemahaman literal, pemahaman inferensial, membaca kritis, dan membacakreatif. Tes kompetensi linguistik bahasa Indonesia siswa dikembangkan berdasarkan landasan teori

yang juga sudah dikemukakan sebelumnya yang terdiri atas indikator morfologi, semantik, dansintaksis.Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang lingkungan keluarga siswa

adalah angket yang dikembangkan sesuai dengan deskripsi teoretik. Angket yang digunakan adalahangket tertutup model Skala Likert yang sudah dimodifikasi sehingga menjadi empat (4) pilihan.Pernyataan pilihan tersebut diberi nilai sebagai berikut: selalu (SL) = 4, sering (SR) = 3, jarang (JR) =2, dan tidak pernah (TR) = 1. Kisi-kisi intrumen lingkungan keluarga siswa terdiri atas indikator:(1) perhatian orang tua, (2) kebiasaan membaca, (3) sarana membaca, dan (4) bahasa pengantar 

Uji validitas dalam penelitian ini meliputi validitas isi dan validitas konstruk. Untukmengetahui validitas isi pengembangan instrumen dalam penelitian ini dilakukan rational judgment ,yaitu apakah butir instrumen tersebut telah menggambarkan indikator yang dimaksud. Selanjutnya,

untuk mengetahui validitas konstruk instrumen maka dilakukan analisis faktor . Selain pengukuran validitas dilakukan juga pengukuran reliabilitas instrumen (angket dantes). Untuk mengukur reliabilitas instrumen yang berupa angket, digunakan formula koefisien Alphadari Cronbach. Adapun instrumen yang berbentuk tes menggunakan KR-20.

Uji coba dilakukan terhadap 80 orang siswa yang diambil dari populasi di luar sampel. Hasilujicoba instrumen yang dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas tersebut adalah sebagaiberikut: (1) Jumlah butir soal tes keterampilan membaca yang dapat diterima dari ujicoba adalah 24butir soal dari 30 butir. Harga reliabilitasnya sebesar 0,858 yang berarti reliabilitas tes soal tersebuttinggi; (2) Jumlah butir soal tes kompetensi linguistik yang dapat diterima dari ujicoba adalah 35 butir soal dari 45 butir. Harga reliabilitasnya sebesar 0,933 yang berarti reliabilitas tes soal tersebut tinggi;dan (3) Semua butir pertanyaan (14 butir) yang ada di dalam angket diterima. Harga reliabilitasnyayang diukur dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach adalah sebesar 0,875.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk mendapatkan karakteristik distribusi skor setiap variabel, perlu dicari skor tertinggi,skor terendah, harga rerata, simpangan baku, median, dan modus dari tiap variabel yang diteliti.Variabel dalam penelitian ini adalah. Variabel keterampilan membaca sebagai variabel terikat (Y),sedangkan variabel bebasnya yaitu kompetensi linguistic (X1) dan lingkungan keluarga (X2).

Berdasarkan pada rerata skor yang dicapai siswa terhadap tes kompetensi linguistik,perolehan skor hasil tes yang diujikan menunjukkan bahwa 26,92% (91) siswa berada pada nilai rata-rata ke bawah dan 73,08% (247) siswa berada di atas rata-rata.

Untuk mengetahui kecenderungan variabel kompetensi linguistik digunakan penilaian acuanpatokan (PAP) sebagai kriteria bandingan yaitu dengan cara membandingkan skor tes dan kriteriaberdasarkan PAP, untuk selanjutnya dapat diketahui secara umum kecenderungan kompetensilinguistik. Dari hasil penghitungan tersebut, nilai rata-rata harapan adalah sebesar 17,5. Harga rata-rata observasi sebesar 21,96. Harga tersebut tergolong dalam kualifikasi cukup walaupun harga itudi atas sedikit dari harga rata-rata harapan.

5/13/2018 03-pramuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/03-pramuki 7/10

 

Pramuki, Sumbangan Kompetensi Linguistik dan Lingkungan Keluarga 

25

Tabel 1. Rangkuman Koefisien Regresi Ganda

Koefisien Tidak baku Koefisien Baku KorelasiModel

Beta Galat Baku Betat Sig

Korelasi Lugas Parsial

Konstanta 6,133 1,467 4,181Kompetensi Linguistik 0,289 0,034 0,415 8,402 0,000 0,452 0,417Lingkungan Keluarga 0,092 0,029 0,159 3,217 0,001 0,255 0,173

Dari hasil analisis regresi diketahui kompetensi linguistik siswa memberikan sumbanganyang positif pada keterampilan membaca. Hal tersebut ditunjukkan dari harga r = 0,452, t = 8,402,p = 0,000, dan R2 = 0,204 seperti yang terlihat pada Tabel 1. Artinya variansi kompetensi linguistikmampu menjelaskan 20,40% variansi keterampilan membaca.

Temuan ini dapat diperkuat dari hasil analisis korelasi parsial yang menjelaskan bahwakompetensi linguistik memberikan sumbangan sebesar 19,60%. Ini berarti kompetensi linguistikmemberikan sumbangan yang bermakna terhadap keterampilan membaca. Artinya ada hubungankompetensi linguistik dengan keterampilan membaca. Hal tersebut sesuai dengan hasil pernyataanyang dikemukakan oleh Falk (1973), yang menyatakan bahwa keterampilan membaca seseorangberkaitan erat dengan kemampuan linguistiknya, sedangkan Chomsky (1957) mengatakan bahwakemampuan orang menggunakan bahasa, dalam hal ini pemahaman terhadap teks yang dibaca,berkaitan erat dengan pengetahuan tentang kompetensi linguistik yang ada di dalam bahasatersebut. Selanjutnya, Brown (2000) menyatakan tanpa kompetensi linguistik hampir tidak mungkinseseorang melakukan tindak berbahasa. Artinya tanpa kompetensi linguistik tidak mungkinseseorang dapat memahami teks bacaan yang dibacanya. Dengan demikian, makin tinggikompetensi linguistik makin tinggi pula keterampilan membacanya.

Secara umum dalam penelitian ini lingkungan keluarga siswa tergolong cukup. Harga skor rata-rata observasi sebesar 33,35 lebih kecil daripada rata-rata ideal yang mungkin dicapai, yaitu 35,dan hanya masuk dalam kategori cukup. Deskripsi selanjutnya menunjukkan bahwa dari 338 orangresponden, terdapat 13,31% (45 orang) memiliki lingkungan keluarga tergolong tinggi, 61,25% (207

orang) cukup, dan 25,44% (86 orang) kurang mendukung keterampilan membaca.Hasil penelitian menunjukkan bahwa korelasi antara lingkungan keluarga siswa dengan

keterampilan membaca adalah signifikan (r 2y = 0,173, p < 0,005, dan n = 338). Hal tersebut berartilingkungan keluarga siswa memberikan sumbangan yang bermakna kepada keterampilan membacase-Kabupaten Sleman. Artinya ada hubungan lingkungan keluarga siswa dengan keterampilanmembaca. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Pearson (1978), yangmenyatakan bahwa keterampilan membaca seseorang dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga.Pengaruh terbesar di lingkungan keluarga mengacu pada pemahaman bacaan yang berasal daridasar bahasa dan berbagai konsep yang dibawa anak ke sekolah. Kemudian, menurut Hastuti(1979) bahwa sarana yang tersedia di dalam lingkungan merupakan hal yang penting danmenunjang keberhasilan seseorang dalam belajar. Adapun Sudarsono (1985) mengemukakan

bahwa tersedianya buku, waktu yang diberikan, dorongan, dan perhatian orang tua mempunyaikorelasi yang sangat berarti bagi pemahaman bacaan. Sedangkan Rasyad (1989) mengemukakanbahwa bahan bacaan yang tersedia di lingkungan keluarga mempengaruhi kemampuan membacaseseorang. Selanjutnya, Zuchdi (1998) mengatakan bahwa ketersediaan buku merupakan faktor utama dalam upaya menciptakan suasana kondusif untuk membaca. Dengan demikian, makin tinggidukungan lingkungan keluarga yang diberikan kepada anak akan makin tinggi pula keterampilanmembacanya.

5/13/2018 03-pramuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/03-pramuki 8/10

 

Jurnal Pendidikan, Voume. 7, Nomor 1, Maret 2006, 19 - 28 

26

Berkaitan dengan keterampilan membaca, keluarga dapat membantu memotivasi anak agar gemar membaca sehingga timbul kesadaran akan pentingnya membaca. Untuk menunjang agar anak gemar membaca diperlukan sarana membaca yang berupa buku-buku bacaan, koran, majalah,dan buku-buku penunjang lainnya. Dapat juga mengajak anak untuk pergi ke toko buku. Alangkah

baiknya kalau di lingkungan keluarga pun tersedia fasilitas perpustakaan keluarga atau tamanbacaan.Pada umumnya anak usia SLTP hanya membaca teks tetapi tidak memahami makna yang

ada dalam bacaan tersebut. Tanpa bimbingan orang tua dan saudara, pemahaman terhadap teksyang dibaca kurang dapat diserap. Oleh sebab itu, peranan lingkungan keluarga sangat pentingdalam membantu anak memahami isi bacaan.

Dalam penelitian ini ditemukan tingkat keterampilan membaca siswa kelas II SLTP Negeri diKabupaten Sleman tergolong cukup. Hal tersebut dapat dilihat dari kualifikasi keterampilanmembaca yang telah ditentukan, yaitu ada 14% (47) siswa termasuk pada kualifikasi tinggi sekalidibandingkan dengan siswa yang memiliki keterampilan membaca yang rendah sekali, yaitu hanya0,6% (2) siswa. Adapun yang memiliki keterampilan membaca tinggi sebanyak 31,6% (107) siswa,

dan yang memiliki keterampilan membaca rendah sebanyak 19,5% (66) siswa. Akan tetapi, secaraumum siswa yang dijadikan sampel penelitian ini memiliki keterampilan membaca yang cukup yaitu34,3% (116) siswa.

Jika dikaitkan dengan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa rendahnya keterampilanmembaca dipengaruhi oleh kompetensi linguistik siswa serta lingkungan keluarga siswa yang belummemadai dan belum mendukung secara maksimal.

Dari hasil analisis regresi ganda didapatkan bahwa variabel kompetensi linguistik (X1) danlingkungan keluarga (X2) secara bersama-sama memberikan sumbangan terhadap keterampilanmembaca (Y). Hubungan tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan regresi ganda Ŷ = 6,133 +0,289 X1 + 0,092 X2. Model regresi dapat diartikan bahwa kedua variabel bebas dapat memprediksiperubahan tingkat keterampilan membaca. Dengan kata lain, bahwa dukungan kompetensi linguistikdan lingkungan keluarga yang tinggi akan meningkatkan keterampilan membaca.

Berdasarkan hasil analisis regresi ganda dapat disusun persamaan garis regresi sebagaiberikut.

Ŷ = 6,133 + 0,289 X1 + 0,092 X2 

Sumbangan bersama-sama antara kompetensi linguistik dan lingkungan keluarga terhadapketerampilan membaca teramati dari besarnya koefisien diterminan (R2) = 0,228. Jika diasumsikanbahwa keterampilan membaca merupakan variabel yang banyak sekali dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, sumbangan sebesar 22,80% diberikan oleh variabel bebas X1 dan X2,sedangkan sebesar 77,20% ditentukan oleh faktor lain.

Meskipun penelitian ini telah dilakukan dengan sebaik-baiknya, tentu masih ada kelemahandan keterbatasan yang tidak dapat dihindari, di antaranya:1.  Pengumpulan data variabel lingkungan keluarga dilakukan dengan angket. Pada saat mengisi

angket tidak menutup kemungkinan ada ketidakjujuran atau tidak mencerminkan keadaan yangsebenarnya sehingga terjadi ketidakakuratan data, walaupun peneliti telah mengantisipasi haltersebut dengan melakukan telaah dan uji terhadap instrumen yang ada. Untuk mengetahuisecara terperinci gambaran tentang lingkungan keluarga siswa, dilakukan observasi danpengamatan yang intensif dengan melibatkan semua pihak yang terkait.

5/13/2018 03-pramuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/03-pramuki 9/10

 

Pramuki, Sumbangan Kompetensi Linguistik dan Lingkungan Keluarga 

27

2.  Penelitian ini akan menghasilkan temuan yang lebih komprehensif jika didesain sebagaipenelitian kuantitatif yang dipadukan dengan penelitian kualitatif. Data kualitatif yangmengungkap fenomena vaiabel independen hasil olahan data kuantitatif akan lebih akurat biladikumpulkan melalui pendekatan kualitatif. Namun karena keterbatasan waktu, penelitian

tersebut sulit untuk dilaksanakan peneliti.3.  Penelitian ini hanya terbatas menguji sumbangan variabel bebas yaitu kompetensi linguistiksiswa dan lingkungan keluarga siswa terhadap keterampilan membaca. Hasil penelitian inihanya mengungkap 22,80% sumbangan ke dua variabel bebas tersebut. Dari hasil analisisdiketahui bahwa masih ada 77,20% pengaruh faktor lain yang belum terungkap dalam penelitianini yang memberikan sumbangan terhadap keterampilan membaca sehingga diharapkan akanmemacu peneliti lain untuk dapat menjelaskan secara lebih luas lagi variabel bebas yang laintersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian ini dapat disimpulkan tiga hal berikut. Pertama, terdapat sumbangan yang

positif dan signifikan dari kompetensi linguistik siswa terhadap keterampilan membaca (r 1y.2 = 0,417;p = 0,000). Ke dua, terdapat sumbangan yang positif dan signifikan dari lingkungan keluarga siswaterhadap keterampilan membaca (r 2y.1 = 0,173; p = 0,000). Ke tiga, secara bersama-sama, terdapatsumbangan yang positif dan signifikan dari variabel kompetensi linguistik siswa dan lingkungankeluarga siswa terhadap keterampilan membaca (F = 49,395; p=0,000). Berdasarkan koefisienregresi, dapat dijelaskan bahwa variabel kompetensi linguistik terhadap keterampilan membaca, yaitudengan β = 0,415; p < 0,05, diikuti oleh variabel lingkungan keluarga siswa dengan β = 0,159; p <0,05.

Berdasarkan kesimpulan, penulis menyarankan tiga hal berikut. Pertama, guru matapelajaran bahasa Indonesia agar lebih meningkatkan pengetahuan yang sudah didapat di bangkukuliah dengan banyak membaca buku-buku, mengikuti seminar, dan penataran yang berhubungandengan peningkatan kualitas pengetahuan guna membantu meningkatkan keterampilan membacapemahaman teks bahasa Indonesia siswa. Ke dua, guru mata pelajaran bahasa Indonesia agar lebihbanyak memberikan tugas membaca, baik itu tugas di sekolah maupun di rumah. Hal tersebutbertujuan untuk membiasakan siswa untuk membaca sehingga dapat meningkatkan keterampilanmembaca pemahaman teks bahasa Indonesia dan menumbuhkan kesenangan akan membaca. Ketiga, keluarga agar lebih memperhatikan, membantu, dan membimbing anak- anaknya dalammembaca, sehingga lingkungan keluarga lebih kondusif untuk meningkatkan keterampilan membacapemahaman teks bahasa Indonesia mereka.

REFERENSI

Brown, H. D. (2000). Principles of language learning and teaching. Fourth Edition. New Jersey:Prentice-Hall, Inc.

Burns, P. C., Roe, B. D., & Ross, E. P. (1984). Teaching reading in today’s elementary school. Boston: Houghton Mifllin Company.

Chomsky, N. (1957). Syntactic structure. Netherlands: Mouton & Co.Cohen, J. (1977). Statistical power analysis for the behavioural sciences (Rev. ed.). New York:

 Academic Press.Falk, S. Y. (1973 ). Linguistics and language. A survey of basic concepts and applications. USA:

Xerox Co.

5/13/2018 03-pramuki - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/03-pramuki 10/10

 

Jurnal Pendidikan, Voume. 7, Nomor 1, Maret 2006, 19 - 28 

28

Harris, J. A. & Sipay, R. E. (1985). How to increase reading ability.  A guide to developmental and remedial methods. New Yersey: Longman Inc.

Hastuti, S. P. H., dkk. (1994). Buku pegangan kuliah pendidikan Bahasa Indonesia. Yogyakarta:UPP IKIP Yogyakarta.

Kristaningsih. (1992). Pengaruh pola hubungan orang tua dan anak dan tingkat pendidikan orangtua terhadap keterampilan berbahasa Indonesia produktif kelas VI SD Klegung, DesaLembungrejo, Kecamatan Tempel, Sleman, Yogyakarta. Skripsi . Yogyakarta: FPBS IKIPYogyakarta.

Leu, Jr., D. J. & Kinzer, C. K. (1987). Effective reading instruction in the elementary grades. Columbus: Merrill Publishing Company and A Bell & Howell Company.

Murcia, C. M. (2001). Teaching English as a second or foreign language. USA: Heinle & Heinle.Nawawi, H. (1982). Organisasi sekolah dan pengelolaan kelas. Jakarta: Gunung Agung.Nuttal, C. (1988). Teaching reading skills in a foreign language. London: Heinemann International

Publishing.Oka, I G. N. (1983). Pengantar membaca dan pengajarannya. Surabaya: Usaha Nasional.

Parera, J. D. (1997). Linguistik edukasional . Jakarta: Erlangga.Pearson, P. D. & Johnson, D. D. (1978). Teaching reading comprehension. USA: Holt, Rinehart, &Winston.

Rasyad. (1989). Kemampuan berbahasa Indonesia murid kelas III SMP Sumatera Barat: Membacadan menulis. Jakarta: Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa Depdikbud.

Schiefelbein, E. & Simmon, J. (1981). The determinants of school achievement: A review of theresearch for developing countries. Ottawa: IDRC.

Slameto. (1995). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Ed. Rev.). Jakarta: Rineka Cipta.Sudarsono, F. X. (1985). Faktor-faktor penentu keberhasilan belajar, tinjauan pengaruh keluarga,

kelompok sebaya, guru dan sekolah terhadap hasil belajar. Pidato ilmiah pada Dies NatalisIKIP Yogyakarta ke-21 tanggal 12 Oktober . Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

Zuchdi, D. (1998). Peningkatan kualitas layanan perpustakaan untuk mengembangkan minat bacaliteratur mahasiswa. IKIP Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.