21
Skenario 1 Seorang perempuan, usia 50 tahun dating ke dokter gigi dan menceritakan bahwa sejak 1 tahun yang lalu mengeluhkan rasa sakit pada daerah rahang terutama saat membuka mulut lebar dan ada bunyi krek-krek. Dari anamnesa, penderita juga sering mengeluh kakinya sering linu, selain itu haid mulai tidak teratur sejak 1 thun yang lalu. Pemeriksaan klinis terdapat rasa sakit pada daerah depan telinga kanan dan kiri bila ditekan, ada krepitasi saat rahang digerakkan, sebagian besar giginya sudah hilang dengan alveolar ridge sudah flat. Dari radiografi proyeksi lateral didapatkan osteophyte (bony spur) formation pada aspek anterior dari articular surface of the condylar head. STEP 1 (Identifikasi Kata Sulit) 1. Osteophyte (bony spur) formation, merupakan Bentukan tulang baru, yang menonjol. Sebelum adanya osteofit ini terlebih dahulu terjadi osteoarthritis , karena terjadi penambahan tulang, pasti sebelum sebelumnya terjadi pengikisan tulang terlebih dahulu. 2. Articular surface of the condylar head, merupakan Tempat dari kepala condile atau permukaan sendi. 3. Alveolar ridge, merupakan Struktur yang menonjol atau tonjolan pada maxilla dan mandibula yang tersisa dari hilangnya gigi atau tanggalnya gigi. STEP 2 (Permasalahan) 1

1-15

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dentomaksilofasial

Citation preview

Skenario 1Seorang perempuan, usia 50 tahun dating ke dokter gigi dan menceritakan bahwa sejak 1 tahun yang lalu mengeluhkan rasa sakit pada daerah rahang terutama saat membuka mulut lebar dan ada bunyi krek-krek. Dari anamnesa, penderita juga sering mengeluh kakinya sering linu, selain itu haid mulai tidak teratur sejak 1 thun yang lalu. Pemeriksaan klinis terdapat rasa sakit pada daerah depan telinga kanan dan kiri bila ditekan, ada krepitasi saat rahang digerakkan, sebagian besar giginya sudah hilang dengan alveolar ridge sudah flat. Dari radiografi proyeksi lateral didapatkan osteophyte (bony spur) formation pada aspek anterior dari articular surface of the condylar head.

STEP 1 (Identifikasi Kata Sulit)1. Osteophyte (bony spur) formation, merupakan Bentukan tulang baru, yang menonjol. Sebelum adanya osteofit ini terlebih dahulu terjadi osteoarthritis , karena terjadi penambahan tulang, pasti sebelum sebelumnya terjadi pengikisan tulang terlebih dahulu. 2. Articular surface of the condylar head, merupakan Tempat dari kepala condile atau permukaan sendi.3. Alveolar ridge, merupakan Struktur yang menonjol atau tonjolan pada maxilla dan mandibula yang tersisa dari hilangnya gigi atau tanggalnya gigi.

STEP 2 (Permasalahan)1. Apa saja etiologi dari osteoarthritis, osteoarthrosis, dan ankilosis?2. Bagaimana mekanisme dari osteoarthritis, osteoarthrosis, dan ankilosis berdasarkan etiologinya?3. Bagaimana hubungan osteoarthritis, osteoarthrosis, dan ankilosis dengan gangguan TMJ dan sendi lainnya?4. Bagaimana gejala klinis, pemeriksaan radiografi, dan HPA dari osteoarthritis, osteoarthrosis, dan ankilosis?

STEP 4 (Mapping)

Kelainan sel dan jaringanStruktur tulangRadiografiGejala klinisHPAOedematusNyeriKrepitasiTrismusGambaran RadiologiMacam macam proyeksiEtiologiAutoimunUsia/penyakit degeneratifStress mekanisInfeksiHormonalBad habbitBruxismmTraumaTumor/ penyakit neoplastikOsteoarthritisAnkilosisOsteoarthrosisSendi lainnyaPada TMJ

STEP 5 (Tujuan Pembelajaran)1. Mampu memahami dan menjelaskan etiologi osteoarthritis, osteoarthrosis, dan ankylosis.2. Mampu memahami dan menjelaskan mekanisme osteoarthritis, osteoarthrosis, dan ankylosis berdasarkan etiologinya.3. Mampu memahami dan menjelaskan hubungan osteoarthritis, osteoarthrosis, dan ankylosis dengan gangguan TMJ dan sendi lainnya.4. Mampu memahami dan menjelaskan gejala klinis, radiografi serta HPA dari osteoarthritis, osteoarthrosis, dan ankylosis.

STEP 71.Patogenesis

Faktor InfeksiFaktor UsiaFaktor NutrisiFaktor HormonalProses Degenerasi yang merupakan proses fisiologisGangguan HomeostasisMetabolisme Kartilago menurun, Degenerasi > RegenerasiSerpihan (jejas)Stress mekanisInflamasi (IL-1 dan TNF )Kerusakan Tulang RawanMemicu Self RepairOsteoarthrosisProstomelysinMembentuk stromelysin (MMP3) dan kolagenase meningkatplasminogenOsteofitPlasminProliferasi sel mesenkimSelf Repair pada tepian perikondrium (marginal)TerkalsifikasiAnkylosisMembran sinovial memberi respon inflamasiTerjadi OsteoarthritisReaksi AutoimmunCairan Sinovial(indikator)Osteoarthrosis awal terbentuknya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor hormonal, faktor usia dan nutrisi. Faktor usia yang semakin bertambah kemudian mengakibatkan hormon seks dalam tubuh mengalami penurunan dalam produktifitasnya, hormon tersebut yang berpengaruh adalah hormon estrogen pada wanita dan hormon testosteron pada laki-laki. Selain dari bertambahnya usia dan menjadikan produktifitas hormon berkurang juga ditambah dengan faktor nutrisi yang tidak dapat optimal diserap oleh tubuh. Ketiga faktor tersebut yang kemudian menyebabkan penurunan homeostasis tubuh. Dari semua proses tersebut merupakan fisiologis yang kemudian menyebabkan degenerasi. Proses degenerasi tersebut mengakibatkan penuaan pada sel, baik yang telah sempurna membentuk jaringan, maupun sel yang menjadi bakal pengganti saat sel mengalami apoptosis. Metabolisme kartilago mengalami penurunan, sehingga adanya kerusakan jaringan menjadi lebih besar daripada perbaikan pada jaringan tulang rawan. Faktor mekanis merupakan faktor predisposisi yang kemudian memperparah kondisi kartilago tulang diakibatkan karena "teori wear and tear" yang menjelaskan bahwa keausan dapat terjadi apabila sendi terus-menerus digunakan apalagi sendi tersebut yang merupakan tempat dari tumpuan beban yang berlebihan dari tubuh. Faktor mekanis ini seperti halnya beban kunyah yang terjadi pada satu sisi, semua ini diawali karena hilangnya gigi geligi, sehingga proses mengunyah menjadi terganggu dan akhirnya hanya salah satu sisi yang masih terdapat gigi-geligi yang menjadi tempat untuk pengunyahan makanan tersebut. Dari hal ini dapat diketahui bahwa beban kunyah tersebut yang akhirnya dapat mengakibatkan suatu kerusakan pada tulang kartilago pada condile. Pada sendi lain, contohnya pada lutut yang merupakan tempat tumpuan bagi beban tubuh, sendi tersebut sering kali digunakan dan dapat menyebabkan keausan. Selain dilutut dan pada condile, sendi lain juga dapat terjadi kerusakan kartilago seperti halnya pada sendi tangan dan pinggul.Terjadinya Osteoarthrosis yang berlanjut pada kerusakan articular surface sehingga pada permukaan sendi menyebabkan terlepasnya permukaan kartilago. Keausan sendi ini berawal dari rusaknya articular surface yang membuat daerah permukaan kartilago mengalami penipisan sehingga lama-kelamaan menyebabkan permukaannya menjadi tidak rata. Hal ini diakibatkan peran kondrosit sebagai sel produsen proteoglikan dan kolagen, tidak maksimal lagi. Karena kondrosit yang menjadi tidak produktif, regenerasi tidak dapat berjalan dengan baik, khususnya di daerah persendian, yang mengakibatkan adanya penipisan articular surface (proses awal kerusakan). Inilah yang dapat disebut sebagai osteoarthrosis. Pada osteoarthrosis yang terjadi kerusakan permukaan kartilago menjadi bentuk serpihan, kemudian terjadi proses inflamasi dikarenakan adanya jejas yang berasal dari serpihan tulang kartilago yang masuk pada cairan sinovial. Cairan sinovial yang pada awalnya bening kemudian menjadi keruh karena bercampur dengan serpihan tulang tersebut, jejas yang akhirnya mengiritasi pada daerah membran sinovial ini akan berkesinambungan pada proses inflamasi. Inflamasi pada sinovial disebut dengan sinovitis. Oleh karena yang mengalami gangguan adalah pada sinovialnya, maka sering sekali dokter menggunakan pemeriksaan pada cairan sinovial untuk mengetahui bahwa cairan tersebut terganggu akibat reaksi tubuh (autoimun, seperti halnya rheumatoid artritis) atau memang ada proses inflamasi pada cairan sinovial tersebut. Analisis cairan sendi terdiri dari serangkaian uji yang dilakukan untuk mendeteksi perubahan yang terjadi akibat dari penyakit tertentu. Ada beberapa karakteristik cairan sinovial yang patut dikaji. Dari proses tersebut dapat kita ketahui bahwa osteoarthritis berawal dari adanya inflamasi pada cairan sinovial. Serpihan yang berada pada cairan sinovial akan dianggap tubuh sebagai benda asing yang kemudian tubuh merespon dengan mengeluarkan sitokin sebagai agen pertahanan di daerah tersebut. Sitokin yang diproduksi oleh tubuh berupa TNF dan IL-1 yang merupakan sitokin jenis pro inflamasi dan bersifat destruktif. Untuk memunculkan sifat destruktif, IL-1 bekerjasama dengan plasminogen aktivator membentuk Plasminogen yang kemudian berubah menjadi Plasmin. Plasmin kemudian akan menjadi Protyomielisin, lalu membentuk enzim kolagenase dan stromielisin (MMP3). Inflamasi yang masih terus berlangsung menyebabkan jumlah MMP3 semakin meningkat, melebihi keadaan normal. Akibatnya, TIMPS sebagai inhibitor destruktif MMP3 tidak dapat mengimbanginya. Oleh karena itu, terjadilah ketidakseimbangan antara regenerasi dan degradasi. Walau proses degradasi terus menerus terjadi pada kartilago, namun tetap terdapat self repair di daerah perikondrium tulang tepatnya pada sisi marginal yang masih terdapat sel-sel mesenkim aktif. Hal tersebut menyebabkan terjadinya kalsifikasi pada daerah marginal tulang sehingga lama-kelamaan akan terbentuk penonjolan tulang yang disebut dengan osteophyte. Osteophyte seperti yang kita tahu merupakan penonjolan tulang akibat dari proses kalsifikasi yang terus menerus berlanjut akan mengakibatkan penyakit ankylosis. Ankylosis dapat terjadi pada sendi dan juga pada gigi. Ankylosis pada sendi biasanya berakibat pada kekakuan sendi yang berdampak pada ketidakbebasan dalam gerak tubuh khususnya untuk menggerakkan sendi sesuai arahnya, contohnya pada sendi engsel yang hanya dapat bergerak satu arah.

2.Gejala Klinis, Gambaran Radiografis, dan HPAA. OsteoarthritisGejala klinis :1. Nyeri sendi terutama apabila sendi dalam keadaan bergerak atau menanggung beban. Nyeri akan hilang apabila istirahat. Sumber nyeri tersebut dapat ditimbulkan dari adanya spasme otot maupun tekanan pada saraf di daerah sendi tersebut.2. Spasme otot atau tekanan syaraf di daerah sendi yang terganggu merupakan sumber nyeri.3. Keterbatasan dalam gerakan atau tidak dapat berekstensi penuh.4. Nyeri tekan lokal.5. Pembesaran tulang di sekitar sendi.6. Sedikit efusi sendi. Efusi merupakan cairan yang berada diantara dua jaringan yang berdekatan, jaringan tersebut merupakan sendi.7. Krepitasi.8. Perubahan khas pada tulang belakang, perubahan ini terjadi apabila Osteoarthritis telah dalam tahap yang begitu parah.9. Adanya gejala sakit kepala yang merupakan akibat langsung dari Osteoarthritis pada tulang belakang bagian leher.

Pemeriksaan radiografi :

Dari gambar radiograf tersebut terlihat sendi lutut yang normal dan tidak terdapat osteophyte ataupun penyempitan sendi.

Di panah terlihat adanya osteophyte ditandai dengan daerah tengah yang terdapat celah sempit.

Hampir sama dengan gambar kedua. Celah semakin sempit pada gambar tersebut dan membuat keterbatasan gerak.

Dengan menggunakan teknik DESS(dimensional dual-echo steady-state) pada pencitraan gambar dalam MRI dihasilkan gambar A. Menggunakan pemancaran yang rendah B. Menggunakan pemancaran yang tinggi. Kedua gambar menggunakan resolusi yang tinggi, sinyal tinggi untuk rasio kebisingan, dan kemampuan untuk menghitung koefisien difusi nyata. Kartilago (panah biasa) dan cairan sendi (panah putus-putus).

Gambar medial dan lateral sebelum operasi (A) dan pada dua titik waktu tindak lanjut (B, C). Gambar C setelah dilakukan tindakan operasi. Pencitraan gambar tersebut menggunakan MRI.

HPA :

(A) sampel kontrol, bewarna merah tulang rawan hialin , mencerminkan adanya proteoglikan, homogen dan permukaan tulang rawan yang halus. Struktur tulang teratur; (B) Osteoarthritis tahap awal. Sebuah celah vertikal kecil terdapat dalam tulang rawan (C) Osteoarthritis tahap awal. Beberapa celah vertikal pada 30 kemiringan di tulang rawan ; (D) Osteoarthritis tahap awal. Bagian ini menggambarkan contoh perpaduan dari celah-celah di tulang rawan yang terkalsifikasi . kalsifikasi tulang rawan hilang, atasnya tulang rawan hialin telah mengurangi proteoglikan (hilangnya pewarnaan), ketebalan berkurang (erosi). Tampaknya ada peningkatan jumlah dan ukuran kekosongan tulang di bawah lubang ; (E) Sebuah celah vertikal besar berjalan melalui tulang rawan hialin, kalsifikasi tulang rawan dan tulang subkondral terbentuk (sisi kanan gambar) ; (F) Diskontinuitas di zona rawan kalsifikasi dan tulang subkondral . Bagian atas tulang rawan hialin proteoglikan berkurang dibandingkan dengan tulang rawan normal yang berdekatan. Pit mengandung tulang rawan, baik sebagai upaya penyembuhan atau akibat dari runtuhnya ke dalam lubang. Permukaan artikular tulang rawan tidak teratur dan terdapat porositas tulang subkondral. G - Inti ini memiliki luas porositas mendasari daerah dengan pulau tulang rawan di dalam di cacat tulang subkondral. (G2) Bagian atas tulang rawan artikular telah mengalami pengurangan dalam ketajaman pewarnaan tetapi hanya retak tunggal atau celah tanpa kehilangan tulang rawan artikular (tidak ada erosi). Hilangnya kalsifikasi tulang rawan berpusat pada lesi tulang, dengan sekitar 30 sudut miring terdapat di dorsal dan aspek palmaris lesi (G 1 dan 3).B. OsteoarthrosisGejala Klinis :Gejala klinis dari penderita osteoarthrosis yaitu dapat asimtomatik. Tetapi, ada juga penderita yang merasakan rasa nyeri, dimana rasa nyeri ini biasanya bertambah pada waktu aktivitas dan menghilang dengan beristirahat, terjadi juga pembengkakan sendi, kekakuan, perbatasan gerakan, dan kerusakan otot. Krepitasi juga bisa dijumpai. Selain itu, deformitas karena kerusakan pada kartilago artikular dan remodeling tulang juga bisa didapatkan.

Pemeriksaan Radiografi :Terjadinya penyempitan ruang sendi, sklerosis (induras atau pengerasan) yang terjadi pada subkondral, osteofit, kista, erosi, kondrokalsinosis.

C. AnkylosisGejala Klinis :1. Keterbatasan pada gerak membuka mulut2. Tidak terasa sakit3. Berlangsung dalam waktu yang lama4. Malformasi mandibula5. Berkurangnya fungsi pengunyahan.6. Oral hygine buruk7. Asimetri pada wajah

Pemeriksaan Radiografi :Menggunakan CT-scan.Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan radigrafi menggunakan CT-Scan pada penderita ankilosis sendi temporo mandibula terlihat adanya penyatuan prosesus kondiloideus dan fosa glenoid.

Gambaran radiografis ankilosis pada sendi temporomandibula sebelah kanan.

Gambar 2A. dilihat dari potongan aksial, menunjukkan adanya radiopak bilateral pada daerah tulang temporal. Hal ini menunjukkan adanya penulangan jaringan, yg dapat menggambarkan adanya ankilosis kondilus.Gambar 2B dilihat dari potongan koronal, terdapat adanya pengurangan ruang sendi pada daerah medial, TMJ kanan. Sedangkan pada TMJ kiri, tidak terdapat ruang sendi sama sekali.

HPA :Ankilosis menunjukkan jumlah peningkatan jaringan ikat fibrosa padat yang avaskular atau antara permukaan yang berlawanan dari sendi tulang. TMJ juga menunjukkan kerusakan tulang rawan dan tulang sejati. Daerah jaringan menunjukkan sedikit infiltrat sel-sel inflamasi.

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W. A. Newman. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Ed.25. Jakarta : EGC

Casanova, Maria Spinelli, dkk. 2006. Computed Tomography of the TMJ in Diagnosis of Ankylosis : two case reports. Med Oral Patol Oral Cir Bucal, 11 : E413-6.

Chandrasoma, Parakrama. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi Ed.2. Jakarta : EGC

Hayes, C. Peter. 1997. Buku Saku Diagnosis dan Terapi. Jakarta : EGC

Imbawan, IGN Eka, dkk. 2011. Korelasi Kadar Marix Metalloproteinases 3 (MMP-3) Dengan Derajat Beratnya Osteoartritis Lutut. Jurnal Penyakit Dalam, 12 (3) : 181-192.

NA, Malik. 2008. Textbook of oral and maxillofacial surgery.2nd Ed.

Pedersen, Gordon W. 2012.. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta : EGC.

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Edisi 6. Jakarta :EGC p 1381-82

Saraf, Sanjay. 2006. Textbook of Oral Pathology. India : Jitendar P Vij

4