Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Lanjut usia atau lansia adalah keadaan yang ditandai dengan
kegagalan seseorang dalam mempertahankan keseimbangan terhadap
kondisi stres fisiologi. Dalam kegagalan ini berkaitan dengan penurunan
untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individu, dengan faktor
tertentu terkadang lansia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya baik
secara jasmani, rohani maupun sosial. Penuaan membuat manusia
mempunyai banyak penyakit degeneratif seperti, hipertensi, diabetes, asam
urat dan kanker yang akan menyebabkan berakhirnya hidup. Seiring
berjalannya waktu setiap orang pasti akan mengalami proses penuaan dan
dalam proses penuaan tersebut banyak orang yang akan mengalami gangguan
muskuloskeletal atau gangguan fungsi sendi yang dapat menyebabkan nyeri
salah satu contohnya gangguan penyakit muskuloskeletal adalah Arthritis
Gout ( Ratnawati, 2017 ).
Asam urat biasanya dikenal dengan Arthritis Gout, merupakan hasil
akhir dari katabolisme ( pemecahan ) suatu zat yang bernama purin, zat purin
merupakan zat alami salah satu kelompok dari struktur kimia pembentuk
DNA dan RNA. Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan
untuk tubuh manusia seperti perasaan nyeri di daerah persendian dan sering
disertai timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitannya.
Didalam tubuh manusia kadar asam urat ditentukan oleh keseimbangan
78
2
produksi dan ekskresi, terkadang produksi asam urat tergantung dari diet. Jika
asam urat dalam tubuh berlebihan maka akan berdampak menimbulkan batu
ginjal atau pembengkakan dipersendian. Rasa sakit pada pembengkakan
tersebut adanya endapan kristal monosodium yang menimbulkan rasa nyeri
pada daerah tersebut. Sebagian penderita asam urat biasanya mempunyai
penyakit lain seperti, ginjal, diabetes dan hipertensi. Rentang kadar asam urat
pada pria yaitu 3,5-8,0 mg/dL sedangkan wanita yaitu 2,8-6,8 mg/dL
(Fitriana, 2015 ).
World Health Organization (WHO, 2017) menyebutkan bahwa
prevalensi Arthritis Gout di dunia sebanyak 34,2%. Prevalensi Arthritis Gout
di Indonesia menduduki urutan kedua setelah penyakit Osteoarthritis.
Prevalensi Arthritis Gout di Indonesia semakin mengalami peningkatan.
Kejadian Arthritis Gout pada tahun 2013 sebesar 11,9%. Prevalensi di Riau
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 10,8% (Kemenkes RI, 2013).
Berdasarkan hasil dari Riskesdas 2018, di Indonesia tahun 2018
Prevalensi penyakit yang terjadi didaerah persendian berdasarkan diagnosis
nakes di Indonesia yang tertinggi yaitu berada di Aceh dengan 13,3%, dan
terendah yaitu di Sulbar 3,2%. Prevalensi yang mengalami asam urat
berdasarkan umur 15-24 tahun dengan diagnosis yaitu 1,2%, umur 25-34
tahun dengan diagnosis yaitu 3,1% dan umur 35-44 tahun dengan
berdasarkan diagnosis yaitu 6,3%, umur 45-54 tahun berdasarkan diagnosis
yaitu 11,1%, umur 55-64 tahun berdasarkan diagnosis yaitu 15,5%, umur 65-
74 tahun berdasarkan diagnosis yaitu 18,6% dan umur 75 tahun atau lebih
banyak yaitu mencapai 18,9%. Penyakit asam urat lebih banyak diderita oleh
3
perempuan yaitu berdasarkan diagnosis 8,5% dibandingkan dengan laki-laki
yaitu berdasarkan diagnosis 6,1%, disebabkan karena wanita yang usianya
memasuki masa menoupause hormon esterogen wanita mengalami penurunan
sehingga tidak dapat dengan optimal mengekresi asam urat dalam tubuh
(Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru (2017) melaporkan bahwa kejadian
Arthritis Gout termasuk sepuluh jenis penyakit terbesar di Puskesmas yaitu
sebanyak 8.339 kasus. Berdasarkan data dari Puskesmas Rumbai (2018),
prevalensi Arthritis Gout sebanyak 132 orang. Penderita Arthritis Gout
biasanya mengalami nyeri, bengkak yang tampak kemerahan hingga
keunguan, kencang, licin, dan hangat pada persendian. Pembengkakan yang
diakibatkan oleh Arthiritis Gout biasanya menyerang pada kaki, ibu jari
kaki, pergelangan kaki, lutut, tangan, pergelangan tangan, siku bahkan
jaringan lunak seperti telinga dan bisa menimbulkan benjolan. Apabila
benjolan tersebut pecah akan keluar suatu cairan massa berbentuk kapur.
Benjolan pada beberapa bagian sendi tubuh tersebut dapat mengakibatkan
rasa nyeri yang berlebihan sehingga mengalami gangguan pergerakan dalam
melakukan aktivitas ( Dewi & Asnita, 2016; Billota, 2012 ).
Kejadian Arthirits Gout disebabkan oleh berbagai faktor risiko
seperti genetik, usia, jenis kelamin, berat badan berlebih dan diet. Arthritis
Gout berhubungan dengan usia dan jenis kelamin, prevalensi meningkat di
usia >30 tahun pada pria dan di usia >50 tahun pada wanita. Prevalensi ini
akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya usia seseorang
(Lumunon, Bidjuni, & Hamel, 2015).
4
Berdasarkan data dan permasalah diatas, penulis tertarik untuk
melakukan “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. M dengan Arthritis
Gout di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbai Pekanbaru”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari
karya tulis ilmiah ini “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Gerontik
pada Ny. M dengan Arthritis Gout di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbai
Pekanbaru?”.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan gerontik
dengan masalah utama yaitu Arthritis Gout/ Asam Urat diwilayah Kerja
Puskesmas Rumbai Pekanbaru secara benar.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini supaya penulis mampu :
a) Melakukan Pengkajian pada lansia dengan Arthritis Gout secara
benar di wilayah Kerja Puskesmas Rumbai Pekanbaru.
b) Merumuskan Diagnosa Keperawatan pada lansia yang sesuai data
Pengkajian pada klien dengan Arthritis Gout diwilayah Kerja
Puskesmas Rumbai Pekanbaru.
5
c) Menentukan Rencana Keperawatan Pada Lansia yang sesuai
dengan kebutuhan klien dengan Arthritis Gout diwilayah Kerja
Puskesmas Rumbai Pekanbaru.
d) Melakukan Tindakan Keperawatan pada lansia dengan Arthritis
Gout sesuai dengan yang telah direncanakan secara tepat diwilayah
Kerja Puskesmas Rumbai Pekanbaru.
e) Melakukan Evaluasi terhadap Tindakan Keperawatan kepada klien
dengan Arthritis Gout diwilayah Kerja Puskesmas Rumbai
Pekanbaru.
f) Melakukan Pendokumentasian Keperawatan pada lansia dengan
Arthritis Gout diwilayah Kerja Puskesmas Rumbai Pekanbaru.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Teoritis
Sebagai acuan informasi mengenai asuhan keperawatan Gerontik pada
penderita Arthritis Gout diwilayah Kerja Puskesmas Rumbai Pekanbaru.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Untuk menambah pengalaman dan wawasan penulis dalam melakukan
penulisan tentang Asuhan Keperawatan Gerontik pada Klien dengan
Arthritis Gout, dan sebagai syarat penyelesaian D III Keperawatan di
Poltekkes Kemenkes Riau. Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan salah
satu contoh hasil dalam melakukan tindakan Keperawatan Gerontik pada
klien khusus nya dengan Arthritis Gout.
6
b. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk sebagai referensi dalam proses kegiatan belajar mengajar tentang
Asuhan Keperawatan Gerontik dengan masalah Arthritis Gout.
c. Bagi Institusi Penelitian
Dengan adanya penulisan karya tulis ilmiah ini, diharapkan dapat
menambah bacaan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik,
khususnya pada klien Arthritis Gout.
d. Klien dan Keluarga
Manfaat penulisan bagi klien dan keluarga adalah agar klien dan keluarga
mengetahui tentang penyakit Arthritis Gout dan perawatan yang benar
agar klien mendapatkan perawatan yang tepat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit (Arthritis Gout)
2.1.1 Pengertian Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas. Menua bukanlah penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan pada tubuh, proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Menua
atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan,
yaitu anak, dewasa, dan tua. Lansia ditandai dengan kegagalan seseorang
untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologi.
Kegagalan ini sangat berkait erat dengan penurunan daya kemampuan untuk
hidup serta peningkatan kepekaan secara individual, karena faktor tertentu.
Kelompok yang dikategorikan sebagai lansia akan menjadi suatu proses yang
disebut Aging Process atau proses penuaan. (Kholifah, 2016).
Menurut WHO batasan lansia terbagi menjadi beberapa :
a) Usia Pertengahan ( Middle Age ), adalah usia diantara 45-59
b) Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun
c) Usia Lanjut Tua ( Old ), adalah usia antara 75-90
d) Usia Sangat Tua ( Very Old ), adalah usia 90 tahun keatas
Penurunan keadaan biologis, menunjukkan gejala-gejala kemunduran
fisik antara lain kulit mulai mengendur dan keriput, rambut mulai beruban
dan memutih, gerakan melamban dan kurang lincah. Penurunan kemampuan
78
8
kognitif antara lain suka lupa atau ingatan tidak dapat berfungsi dengan baik
(dalam Khushariyadi, 2012).
2.1.2 Ciri-ciri Lansia
Menurut Soejono 2000, dalam Ratnawati (2017) mengatakan bahwa
pada tahap lansia, individu mengalami banyak perubahan baik secara
fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan
kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan fisik yang dimaksud antara
lain rambut yang mulai memutih, muncul kerutan diwajah, ketajaman panca
indra menurun, serta terjadi kemunduran daya tahan tubuh. Di masa ini
lansia juga harus berhadapan dengan kehilangan peran diri, kedudukan
sosial, serta perpisahan dengan orang yang dicintai. Maka dari itu,
dibutuhkan kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat
menyikapi perubahan di usuia lanjut secara bijak (Soejono 2000, dalam
Ratnawati 2017).
2.1.3 Karakteristik Lansia
Menurut Kholifah tahun 2016, usia lanjut merupakan usia
yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia. Tahap ini
dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan. Lansia merupakan istilah
tahap akhir dan proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses
menjadi tua (tahap penuaan). Masa tua merupakan masa hidup yang
terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik,
mental, sosial sedikit demi sedikit sehinggan tidak dapat melakukan
9
tugasnya sehari-hari (tahap penuaan). Penuaan merupakan perubahan
kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang
mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan
dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung,
pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan
kemampuan regenaratif yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap
berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dengan orang lain (Kholifah,
2016).
2.1.4 Tipe-Tipe Lansia
a) Tipe Optimis : Lanjut usia santai dan periang, penyesuaian cukup baik,
mereka memandang masa lanjut usia dalam bentuk bebas dari
tanggung jawab dan sebagai kesempatan untuk menuruti kebutuhan
pasifnya.
b) Tipe Ketergantungan : Lanjut usia ini masih dapat diterima di
tengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri,
tidak mempunyai inisiatif dan bila bertindak yang tidak praktis.
c) Tipe Defensif : Lanjut usia biasanya sebelumnya mempunyai
riwayat pekerjaan/jabatan yang tidak stabil, bersifat selalu menolak
bantuan, emosi sering tidak terkontrol, memegang teguh kebiasaan,
bersifat konpultif aktif, dan menyenangi masa pensiun.
d) Tipe Mandiri : Tipe mandiri yaitu mengganti kegiatan yang hilang
dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan
teman dan memenuhi undangan.
10
e) Tipe Tidak Puas : Tipe tidak puas terjadi karena konflik lahir batin
menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar,
mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
f) Tipe Pemarah : Lanjut usia yang pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, selalu menyalahkan orang lain, menunjukan penyesuaian
yang buruk. Lanjut usia sering mengekspresikan kepahitan hidupnya.
g) Tipe Bermusuhan : Lanjut usia yang selalu menganggap orang lain
yang menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif, dan
curiga. Biasanya, pekerjaan saat ia muda tidak stabil. Menganggap
menjadi tua itu bukan hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang
muda, senang mengadu masalah pekerjaan, dan aktif menghindari masa
yang buruk.
h) Tipe Putus asa : Membenci dan menyalahkan diri sendiri, lanjut usia ini
bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak mempunyai ambisi,
mengalami penurunan sosial-ekonomi, tidak dapat menyesuaiakan
diri.
(Kholifah, 2016).
2.2 Konsep Dasar Penyakit Arthritis Gout
2.2.1 Pengertian
Arthritis Gout adalah penyakit sendi yang diakibatkan oleh tingginya
kadar asam urat dalam darah. Kadar Asam Urat yang tinggi dalam darah
melebihi batas normal yang menyebabkan penumpukan Asam Urat di
dalam persendian dan organ lainnya (Susanto, 2013).
11
Arthritis Gout merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang
paling sering ditemukan yang ditandai dengan penumpukan Kristal
Monosodium Urat di dalam ataupun di sekitar persendian. Monosodium Urat
ini berasal dari metabolisme Purin. Hal penting yang mempengaruhi
penumpukan Kristal Urat adalah Hiperurisemia dan supersaturasi jaringan
tubuh terhadap Asam Urat. Apabila kadar Asam Urat di dalam darah terus
meningkat dan melebihi batas ambang saturasi jaringan tubuh, penyakit
Arthritis Gout ini akan memiliki manifestasi berupa penumpukan Kristal
Monosodium Urat secara Mikroskopis maupun Makroskopis berupa Tofi
(Zahara, 2013).
Arthritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena
deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. Gout terjadi akibat
dari hiperurisemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat
disebabkan karena penumpukan purin dan eksresi asam urat kurang dari
ginjal. Serangan radang persendian yang berulang terjadi apabila produksinya
berlebihan. Atau bisa juga karena terjadinya gangguan pada proses
pembuangan gout akibat kondisi ginjal yang kurang baik, atau karena
peningkatan kadar gout didalam darah sudah berlebihan yang disebut sebagai
hiperurisemia. Penyakit ini dalam dunia medis disebut sebagai penyakit pirai
atau gout (arthritis gout) adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses
katabolisme (pemecahan) purin baik dari diet maupun dari asam nukleat
endogen (asam deoksiribonukleat DNA). Normal kadar gout darah rata-rata
adalah antara 3 sampai 7 mg/ml, dengan perbedaan untuk pria 3,5-8,0 mg/dl
sedangkan untuk wanita 2,8-6,8 mg/dl. Dan sedangkan untuk mereka yang
12
lanjut usia, kadar tersebut sedikit lebih tinggi. Gangguan gout bila kadar
tersebut sudah mencapai lebih dari 12 mg/dl (Sya’diyah, 2018).
2.2.2 Etiologi
Secara garis besar penyebab terjadinya Arthritis Gout disebabkan oleh
faktor primer dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum diketahui
(Idiopatik). Namun, diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan
faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat
mengakibatkan peningkatan produksi asam urat atau bisa juga disebabkan
oleh kurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh. Faktor sekunder,
meliputi peningkatan produksi asam urat, terganggunya proses pembuangan
asam urat dan kombinasi kedua penyebab tersebut. Umumnya yang terserang
Artritis Gout adalah pria, sedangkan perempuan persentasenya kecil dan baru
muncul setelah Menopause. Artritis Gout lebih umum terjadi pada laki-laki,
terutama yang berusia 40-50 tahun (Susanto, 2013).
2.2.3 Tanda dan Gejala Arthritis Gout
Arthritis Gout banyak ditemukan pada laki-laki setelah usia 30 tahun,
sedangkan pada perempuan terjadi setelah Menopaus. Hal ini disebabkan
kadar asam urat laki-laki akan meningkat setelah pubertas, sedangkan pada
perempuan terdapat hormon estrogen yang berkurang setelah Menopaus
(Asikin, 2016).
Menurut Nurarif dan kusuma (2016) ada empat stadium perjalanan klinis
gout yang tidak dapat diobati antara lain :
13
1) Stadium Pertama Hiperurisemia Asimtomatik. Pada stadium ini serum
asam urat pada laki-laki meningkat tanpa adanya gejala selain dari
peningkatan asam urat.
2) Stadium Kedua Arthritis Gout biasanya terjadi secara mendadak, biasanya
pembengkakan yang disertai nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu
jari kaki dan sendi metatarsofalengeal.
3) Stadium Ketiga tidak terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat
berlangsung dari beberapa bulan sampai tahun. Biasanya kebanyakan
orang mendapat serangan gout secara berulang dalam waktu kurang dari 1
tahun jika tidak diobati.
4) Stadium Empat tahap gout kronik yang timbunan asam uratnya terus
meluas selama beberapa tahun jika dimana tidak dimulai pengobatannya.
Peradangan yang kronik akibat kristal yang menyebakan asam urat
menjadi nyeri sakit dan kaku juga pembesaran dan benjolan sendi yang
bengkak.
Penyebab terjadinya penyakit Arthritis Gout yaitu :
a) Faktor keturunan dengan adanya riwayat penyakit gout.
b) Kadar gout yang meningkat karena diet terlalu tinggi protein dan makanan
kaya senyawa purin lainnya. Purin adalah senyawa yang dirombak
menjadi gout oleh tubuh. Beberapa jenis makanan ini yang kaya akan
purin seperti daging, baik sapi maupun kambing, makanan seafood,
kacang-kacangan dan lain-lain nya.
14
c) Akibat konsumsi alkohol berlebihan, karena alkohol merupakan salah satu
sumber purin melalui ginjal, sehingga tidak disarankan untuk
mengkonsumsi alkohol berlebihan.
d) Penggunaan obat tertentu yang dapat meningkatnya kadar gout terutama
diuretika ( furosemide dan hidroklorotiazisa).
e) Penggunaan antibiotik berlebihan yang menyebabkan berkembangnya
jamur, bakteri, dan virus lebih ganas.
f) Faktor lainnya adalah stress, diet ketat, cedera sendi, darah tinggi, dan
olahraga berlebihan.
2.2.4 Patofisiologi
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan Arthritis Gout,
salah satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi Asam
Urat dalam darah. Mekanisme serangan Arthritis Gout Akut berlangsung
melalui beberapa fase secara berurutan yaitu, terjadinya Presipitasi Kristal
Monosodium Urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih
dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para-
artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal Urat yang
bermuatan negatif akan dibungkus oleh berbagai macam protein.
Pembungkusan akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap
pembentukan kristal. Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis
yang menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi
Fagositosis Kristal oleh leukosit (Nurarif, 2015).
15
Kristal difagositosis oleh leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya
membran vakuala disekeliling oleh kristal dan membran leukosit lisosom
yang dapat menyebabkan kerusakan lisosom, sesudah selaput protein dirusak,
terjadi ikatan hidrogen antara permukaan Kristal membran lisosom. Peristiwa
ini menyebabkan robekan membran dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase
radikal kedalam sitoplasma yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam
cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan
kerusakan jaringan (Nurarif, 2015).
Menurut Syadiyah (2018) ada beberapa faktor yang berperan dalam
serangan gout. Mekanisme serangan gout akut berlangsung beberapa fase
secara berurut :
a) Presipitasi Kristal Monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila
konsentrasi dalam plasma darah 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi
dirawan,Sonovium,jaringan Paraartikuler misalnya Bursa,Tendon dan
Selaputnya.
b) Respon Leukosit Polimorfonukuler ( PMN )
Pembentukan Kristal menghasilkan faktor kemotoksis yang dapat
menimbulkan respon Leukosit PMN selanjutnya akan terjadi fagositosis
Kristal oleh Leukosit.
c) Fagositosis Kristal Difagositosis oleh Leukosit membentuk Fagolisosom
dan akhirnya Membran Vakula disekeliling Kristal bersatu dan membran
Leukositik Lisosom.
16
d) Kerusakan Lisosom Terjadinya Kerusakan Lisosom,sesudah selaput
Protein dirusak,terjadinya ikatan Hidrogen antara permukaan Kristal
membran dan pelepasan enzim-enzim dan Oksidae Radikal kedalam
Sitoplasma.
e) Kerusakan Sel setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosoma
dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan
intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.
17
2.2.5 Pathway Asam Urat
(Nurarif, 2015).
Alkohol Makanan (kepiting, sefood, dll) Penyakit dan obat-obatan
Kadar laktat dalam darah Kadar proteinMenghambat ekresi asam
urat tubulus ginjal
Sekresi asam urat Gangguan metabolisme purin
Produksi asam urat
GOUT
Pelepasan kristal monosodium urat
Penimbunan kristal urat Didalam di sektar sendi
Pengedapan kristal urat
Lekosit menekan kristal urat
Mekanisme peradangan
Eritma , panas
Sirkulasi darah daerah radang
Vasodilatasi dari kapiler
NYERI
Penimbunana pada membran tulang rawan akticular
Erosi tulang rawan
Degenerasi tulang rawan sendi
Terbentuk topus, fibrasis pada tulang
Pembentukan tukak pada sendi
Perubahan bentuk tubuh pada tulng dan sendi
Kekakuan pada sendi
Gangguan konsep diri, citra diriGangguan pola
tidur Hambatan
18
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang
Arthritis Gout adalah penyakit yang disebabkan oleh tumpukan asam
atau kristal urat pada jaringan, terutama pada jaringan sendi. Arthritis Gout
berhubungan dengan gangguan metabolisme purin yang memicu
peningkatan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia), yaitu jika
kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dl. Catatan kadar normal
asam urat dalam darah untuk pria adalah <7mg/dl sedangkan wanita adalah
<6mg/dl (Junadi, 2012).
2.2.7 Penatalaksanaan
Menurut Nurarif (2015) Penanganan Arthritis Gout biasanya dibagi
menjadi penanganan serangan Akut dan penanganan serangan Kronis.
Ada 3 tahapan dalam terapi penyakit ini :
1) Mengatasi serangan Arthritis Gout.
2) Mengurangi kadar Asam Urat untuk mencegah penimbunan
kristal urat pada jaringan, terutama persendian.
3) Terapi mencegah menggunakan terapi
hipourisemik.
2.2.8 Komplikasi
Meskipun penyakit asam urat jarang menimbulkan komplikasi, namun
tetap patut di waspadai. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi
diantaranya sebagai berikut:
a. Munculnya benjolan keras (tofi) di sekitar area yang meradang.
19
b. Kerusakan sendi permanen akibat radang yang terus berlangsung
serta tofi di dalam sendi yang merusak tulang rawan dan tulang
sendi itu sendiri. Kerusakan permanen ini biasanya terjadi pada kasus
penyakit asam urat yang diabaikan selama bertahu-tahun (Nurarif, 2015).
2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Arthritis Gout
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan, kemudian
dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar dari klien, untuk informasi
yang diharapakan dari klien (Iqbal dkk, 2011).
1. Identitas Klien
Berisikan biodata klien seperti : nama, tempat tanggal lahir, agama,
alamat, pendidikan, pekerjaan, dll.
2 . Keluhan Utama
Biasanya klien penderita Arthritis Gout mengeluh nyeri pada persendian
yang mengakibatkan sulit/sakit untuk bergerak.
3. . Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit mulai dari timbulnya keluhan yang dirasakan
sampai saat dibawa ke layanan kesehatan, apakah pernah memeriksakan
diri ketempat lain serta pengobatan yang telah diberikan dan
bagaimana perubahannya.
P ( Provokatif ) : Kaji penyebab nyeri.
Q ( Quality/qualitas ) : Kaji seberapa sering nyeri yang dirasakan klien.
R ( Region ) : Kaji bagian persendian yang terasa nyeri.
20
( biasanya pada pangkal ibu jari )
S ( Saverity ) : Apakah mengganggu aktifitas motorik .
T ( Time ) : Kaji kapan keluhan nyeri dirasakan? .
4. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
1. Kebutuhan Nutrisi
a. Makanan : Kaji frekuensi, jenis, komposisi ( pantangan makanan kaya
protein ).
b. Minuman : Kaji frekuensi, jenis ( pantangan alkohol ).
2. Kebutuhan Eliminasi
a. BAK : Kaji frekuensi, jumlah, warna, bau.
b. BAB : Kaji frekuensi, jumlah, warna, bau.
3. Kebutuhan Aktivitas
Biasanya klien kurang/ tidak dapat melaksanakan aktivitasnya sehari-hari
secara mandiri akibat nyeri dan pembengkakan.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum :
Tingkat Kesadaran
GCS
TTV
b. Peningkatan Penginderaan
Sistem Intergumen : Kulit tampak merah atau keunguan, kencang,
licin, serta teraba hangat.
Sistem Penginderaan Mata : Kaji penglihatan, bentuk, visus, warna
sklera, gerakan bola mata.
21
Hidung : Kaji bentuk hidung, terdapat gangguan penciuman atau tidak.
Telinga : Kaji pendengaran, terdapat gangguan pendengaran atau tidak,
biasanya terdapat tofi pada telinga.
c. Sistem Kardiovaskular
Inspeksi : Apakah ada pembesaran Vena Jugularis.
Palpasi : Kaji frekuensi nadi ( Takhikardi ).
Auskultasi : Apakah suara jantung normal/ada suara tambahan.
d. Sistem Muskuloskeletal
Biasanya terjadi pembengkakan yang mendadak ( pada ibu jari ) dan
nyeri yang luar biasa serta juga dapat terbentuk kristal di sendi-sendi
perifer, deformitas (pembesaran persendian).
e. Sistem Perkemihan
Hampir 20% penderita gout memiliki batu ginjal.
f. Pemeriksaan Diagnostik
Asam urat meningkat dalam darah dan urin.
Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama fase akut).
Pada aspirasi cairan sendi ditemukan krital urat.
Pemeriksaan Radiologi.
5. Fungsional Klien
1. Indeks Barthel yang dimodifikasi
Penilaian didasarkan pada tingkat bantuan orang lain, dapat
meningkatkan aktivitas fungsional. Penilaian meliputi makan, berpindah
tempat, kebersihan diri, aktivitas di toilet, mandi, berjalan di jalan yang
22
datar, naik turun tangga, berpakaian, mengontrol defikasi dan berkemih,
cara penilaian :
Tabel 2.1 Indeks Barthel
NO Kriteria Bantuan Mandiri
1. Makan. 5 10
2. Minum. 5 10
3. Berpindah dari kursi roda, tempat tidur
atausebaliknya.
5-10 15
4. Personal toilet ( mencuci muka, menyisir
rambut, menggosok gigi.
0 5
5. Keluar masuk toilet ( mencuci pakaian,
menyikat tubuh ).
5 10
6. Mandi. 5 15
7. Berjalan di tempat datar. 0 5
8. Naik turun tangga. 5 10
9. Menggunakan Pakaian. 5 10
10. Kontrol bowel ( BAB ). 5 10
11. Kontrol bladder ( BAK ). 5 10
Total Skor
Cara Penilaian : <60 : Ketergantungan penuh/total.
65-105 : Ketergantungan sebagian.
110 : Mandiri.
2). Pengkajian index katz
23
Tabel 2.2 Index Katz.
Skor INTERPRETASI
A. Kemandirian dalam hal makan, minum, kontinen
(BAB/BAK), berpindah, kekamar kecil, berpakaian dan mandi.
B. Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu
dari fungsi tersebut.
C. Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi
dan satu fungsi tambahan.
D. Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan.
E. Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
mandi, berpakaian, kekamar kecil, dan satu fungsi tambahan.
F. Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G. Ketergantungan pada enam fungsi tersebut.
Lain-
Lain
Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak
dapat diklasifikasikan sebagai C, D dan E.
3). Pengkajian status kognitif
SPMSQ ( Short Portable Mental Status Questionaire ) adalah penilaian
fungsi intelektual lansia.
Tabel 2.3 Status Kognitif
No Pertanyaan Benar Salah
24
.
1. Tanggal berapa hari ini ?
2. Hari apa sekarang ?
3. Apa nama tempat ini ?
4. Dimana alamat anda ?
5. Berapa umur anda ?
6. Kapan anda lahir ? ( minimal tahun )
7. Siapa presiden indonesia sekarang?
8. Siapa nama presiden sebelumnya ?
9. Siapa nama ibu anda ?
10. Kurangi 3 dari 20 dan tetapkan pengurangan 3
dari setiap pengurangan angka baru, semua
secara menurun
Total Nilai
Analisis Hasil :
Skor salah 0-2: fungsi intelektual utuh.
Skor salah 3-4: kerusakan intelektual ringan.
Skor salah 5-7: kerusakan intelektual sedang.
Skor salah 8-10: kerusakan intelektual berat.
4) MMSE (Mini Mental State Exam)
25
Menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi, registrasi, perhatian
dan kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa.
Tabel 2.4 Mini Mental State Exam
No. Aspek
Kognitif
Nilai
Maks
Nilai
Klien
Kriteria
1. Orientasi 5 Dapat menyebutkan
dengan benar :
Tahun :
Musim :
Tanggal :
Hari :
Bulan :
Orientasi 5 Dapat menyebutkan
dimana kita sekarang
berada?
Negara :
Provinsi :
Kota :
2. Registrasi 3 Sebutkan nama 3
objek (oleh
pemeriksa) setelah 1
menit kemudian minta
klien untuk
menyubutkan ke tiga
26
objek tersebut.
3. Perhatian
Dan
Kalkulasi
5 Meminta klien
memulai dari angka
100 kemudian
dikurangi 7 sampai 5
kali/ tingkat.
4. Mengingat 3 Meminta klien untuk
mengulangi ketiga
objek pada no 2 tadi,
bila benar 1 point
untuk masing-masing
objek.
5. Bahasa 9 Tunjukkan Pada klien
suatu benda dan
tanyakan nama benda
tersebut pada klien.
(Misalnya Jam
dinding )
( misalnya pena )
Minta klien untuk
mengulang kata
berikut : “ tak ada
jika,dan, atau, tetapi”.
Bila benar nilai 1
27
point.
Pernyataan benar
2 buah ( contoh :
tak ada, tetapi ).
Minta klien untuk
mengikuti perintah
berikut yang terdiri
dari 3 langkah :
“ambil kertas di
tangan anda, lipat
dua dan taruh
dilantai”.
Ambil kertas
ditangan anda
Lipat dua
Taruh dilantai
Perintahkan pada
klien untuk hal
berikut
( bila aktivitas sesuai
perintah nilai 1
point).
“Tutup mata
28
anda”
Perintahkan pada
klien untuk menulis
satu kalimat atau
menyalin gambar.
Tulis satu kalimat
Menyalin gambar
TOTAL
NILAI
30
Interprestasi :
Nilai 0-17 : Kelainan kognitif berat.
Nilai 18-23 : Kelainan kognitif ringan.
Nilai 24-30 : Tidak ada kelainan kognitif.
(Kholifah, S.N, 2016).
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan
pasti tentang status dan masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan
tindakan keperawatan. Dengan demikian, diagnosa keperawatan ditetapkan
berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosa keperawatan akan
memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan, baik yang
nyata (aktual) maupun yang mungkin terjadi (potensial) (Iqbal dkk, 2011).
29
Menurut NANDA (2015 ) diagnosa yang dapat muncul pada klien
dengan Arthritis Gout yang telah disesuaikan dengan SDKI (2017 ) adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk
tubuh.
2.3.3 Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan klien (Iqbal dkk, 2011).
Tabel 2.3.3 Perencanaan pada Klien Gout Arhtritis
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
30
. Keperawatan
(SDKI)
Hasil (SLKI) (SIKI)
1. Nyeri akut
berhubungan dengan
agen cedera fisiologis.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan nyeri dapat
menurun dengan
kriteria hasil:
1. Keluhan nyeri
menurun.
2. Meringis tampak
menurun.
3. Sikap protektif
menurun.
4. Rasa gelisah
menurun.
Observasi :
1. Identifikasi lokas,
karakteristik,
frekuensi, intensitas
nyeri.
2. Identifikasi skala
nyeri.
3. Identifikasi factor
penyebab nyeri.
4. Identifikasi factor
memperberat atau
memperingan nyeri.
Terapeutik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri (mis. Tarik
napas dalam,
kompres hangat/
dingin.
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
31
nyeri.
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab
dan pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi
pereda nyeri.
3. Anjurkan monitor
nyeri secara
mandiri.
4. Anjurkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian analgetik
bila perlu.
2. Gangguan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan kekakuan
sendi.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
3x24 jam maka
mobilitas fisik
meningkat, dengan
Observasi :
1. Identifikasi
kesiapan dan
kemampuan
menerima
32
kriteria hasil :
1. Pergerakan
sendi
meningkat.
2. Status
neurologi
membaik.
3. Aktivitas tidak
dibantu lagi.
informasi.
2. Identifikasi
indikasi dan
kontra indikasi
mobilisasi.
3. Monitor kemajuan
pasien/keluarga
dalam melakukan
mobilisasi.
Terapeutik :
1. Persiapan materi,
media dan alat-alat
seperti bantal.
2. Jadwalkan waktu
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
dengan klien dan
keluarganya.
3. Berikan
kesempatan pada
klien dan keluarga
untuk bertanya.
Edukasi :
33
1. Jelaskan prosedur,
tujuan, indikasi, dan
kontra indikasi.
2. Ajarkan cara
mengidentifikasi
sarana dan prasarana
yang mendukung
untuk mobilisasi
dirumah.
3. Demontrasi cara
melatih rentang gerak
( misalkan gerakan
dilakukan dengan
perlahan, dimulai dari
kepala ke
ekstermitas, gerakan
semua persendian
sesuai dengan rentang
gerak normal, cara
melatih rentang gerak
pada sisi ekstermitas
yang menggunakan
ekstermitas normal.
Kolaborasi :
34
1. 1. Kolaborasi
dengan
fisioterapi
dalam
mengembangka
n dan
melaksanakan
program latihan.
3. Gangguan citra
tubuh
berhubungan
dengan
perubahan
struktur/bentuk
tubuh.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam
maka gangguan
citra tubuh dapat
menurun dengan
kriteria hasil :
1. harga diri
meningkat.
2. identitas diri
positif.
3. status koping
positif.
Observasi :
1. Identifikasi harapan
citra tubuh
berdasarkan tahap
perkembangan.
2. Identifikasi budaya,
agama, jenis kelamin
dan umur terkait citra
tubuh.
3. Identifikasi
perubahan citra
tubuh yang
mengakibatkan
isolasi sosial.
4. Monitor frekuensi
pernyataan kritik
35
terhadap diri
sendiri.
5. Monitor apakah
klien dapat melihat
bagian tubuh yang
berubah.
Terapeutik :
1. Diskusikan
perubahan tubuh
dan fungsinya.
2. Diskusikan
perbedaan
penampilan fisik
terhadap harga diri.
3. Diskusikan
perubahan akibat
pubertas dan
kehamilan.
4. Diskusikan
kondisi stress
yang
mempengaruhi
citra tubuh (luka,
penyakit,
36
pembedahan).
5. Diskusikan cara
mengembangkan
harapan citra tubuh
secara realistis.
6. Diskusikan persepsi
klien dan keluarga
tentang perubahan
citra tubuh.
Edukasi :
1. Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan citra
tubuh.
2. Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri
terhadap citra
tubuh.
3. Anjurkan
mengikuti
kelompok
pendukung
(misalnya
37
kelompok sebaya ).
4. Latih fungsi tubuh
yang dimiliki.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan
petugas kesehatan
terkait, jika perlu.
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah suatu perencanaan dimasukkan kedalam tindakan
selama fase implementasi ini merupakan fase kerja aktual dari proses
keperawatan. Rangkaian rencana yang telah disusun harus diwujudkan
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, pelaksanaan dapat dilakukan oleh
perawat yang bertugas merawat klien tersebut atau perawat lain dengan cara
didelegasikan pada saat pelaksanaan kegiatan maka perawat harus
menyesuaikan rencana yang telah dibuat sesuai dengan kondisi klien maka
validasi kembali tentang keadaan klien perlu dilakukan sebelumnya. (Amin
Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma 2015).
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk
mengukur keberhasilan dari rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan
klien, bila masalah tidak dapat dipecahkan atau timbul masalah baru
38
maka perawat harus bersama untuk mengurangi atau mengatasi beban
masalah yang ada (Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma 2015).
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Frisky Cecillia
Tempat Praktek : Puskesmas Rumbai Pekanbaru
Tanggal Pengkajian : 17 April 2021
3.1.1 Identitas Klien
Nama : Ny. M
Umur : 52 tahun
Alamat : Jl. Blok A
Pendidikan : SMA
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Pariaman
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Tanggal Pengkajian :17 April 2021
3.1.2 Status Kesehatan Saat Ini : Klien mengatakan nyeri hilang timbul, kebas
pada kaki kanan dan pinggang setelah bangun pagi pada saat hendak
melaksanakan sholat subuh.
78
40
3.1.3 Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat pengkajian klien mengatakan menderita penyakit asam urat di
ketahui kurang lebih beberapa tahun yang lalu. Sekarang klien mengeluh
sering mengalami kebas pada kaki kanan dengan skala nyeri 7 terasa sangat
berat dan kaku, datang secara mendadak, jika datang di malam hari klien
menjadi tidak bisa tidur, klien saat ini tidak minum obat, klien tidak
memeriksakan diri ke Puskesmas. Saat ini semua aktivitas harian klien
lakukan secara mandiri, klien mengatakan masih suka makan kacang-
kacangan, jeroan, santan dan minuman yang manis.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit : Klien mengatakan tidak pernah di rawat di rumah sakit.
Alergi : Klien mengatakan tidak ada alergi makanan.
Kebiasaan : Kebiasaan klien adalah suka makan kacang-kacangan, dan
tidak memperhatikan makanan yang dapat memicu
peninggkatan asam urat.
Gambar 3.1 Genogram
X
X
X
x X X
X
41
: Perempuan : Perempuan
: Laki- Laki : Pasien
: Laki-laki meninggal : Tinggal Serumah
Ny M memiliki seorang suami bernama Tn. A mereka memiliki 4 orang
anak, 3 laki-laki dan 1 perempuan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan anggota keluarga nya tidak ada yang mengalami sakit
yang sama atau pun penyakit lainnya.
3.1.4 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Compasmentis
2. TTV
a. TTD : 120/90 mmhg
b. Nadi : 82x/menit
c. RR : 20x/menit
d. Suhu : 36,4 oC
3. Sistem integument : Kulit terlihat keriput dan turgor jelek, warna kulit
sawo matang.
4. Kepala : Bentuk bulat, warna rambut merata,
warna rambut hitam keputihan.
5. Mata : Simetris, sklera berwarna putih,
X
X
42
konjungtiva tidak anemis, pupil isokor.
6. Telinga : Simetris, bersih, pendengaran masih baik,
tidak ada benjolan, dan tidak ada cairan
serumen yang keluar.
7. Mulut dan tenggorokan : Mulut bersih, gigi ada beberapa yang tanggal.
8. Leher : Tidak ada pembesaran tiroid dan vena
Jugularis.
9. Dada : Dada simetris, tidak ada benjolan.
10. Abdomen : Tidak ada hepatomegali, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada asites .
11. Sistem pernapasan : Pernafasan normal, tidak ada masalah.
12. Sistem kardiovaskular : Irama jantung teratur, CRT < 3 detik, TD
120/90 mmHg.
13. Sistem perkemihan : BAB 1 kali sehari.
BAK lancar 5-6 kali sehari.
14. Kekuatan otot : 4/5
15. Sistem Saraf Pusat
GCS: 15
N I : Penciuman masih baik, masih dapat membedakan bau
N II : Penglihatan sudah agak kabur, kurang jelas melihat yang
jauh
N III, IV, VI : Pupil isokor, relfeks terhadap cahaya baik,pergerakan mata
baik
43
N V : Dapat membuka mulut, menguyah, dan menggigit dengan
baik
N VII : Mampu mengerutkan dahi, tersenyum, mengangkat alis, dan
menutup mata dengan baik
N VIII : Masih mampu mendengar bunyi yang pelan, seperti bunyi
detik arloji dan suara bisikan
N IX, X, XII : Mampu menelan dan berbicara dengan baik, ada refleks
Muntah
N XI : Pergerakan bahu dan kepala baik.
3.1.5 Pengkajian Psikososial dan Spiritual Dan Sosial
a. Psikologis
Klien mampu memanajemen stress dengan cara melakukan aktivitas
kecil dengan melakukan pekerjaan rumah. Daya ingat klien masih baik,
klien mampu beradaptasi dengan orang baru disekitarnya.
b. Spiritual
Klien beragama islam, sholat 5 waktu dilaksanakan tepat waktu,
pengetahuan klien terhadap agama cukup baik.
c. Sosial
Klien mengatakan aktif di lingkungan msayarakat, klien sering ikut
Wirid dimusholla didekat tempat tinggalnya.
44
3.1.6 Pengkajian Fungsional Klien Dan Pengkajian Status Mental
a. Pengkajian Status Fungsional
Table 3.1 Indeks kemandirian (KATZ Indeks)
Skor Kriteria
AKemandirian dalam hal makan, minum, berpindah, ke
kamar kecil, berpakaian dan mandi.
BKemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut.
CKemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi
dan satu fungsi tambahan.
DKemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan.
EKemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan.
FKemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan
GKemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi
dan satu fungsi tambahan.
Lain-
lain
Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F.
Klien termasuk dalam kategori A, karena semuanya masih bisa dilakukan
secara mandiri tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan dari orang lain,
diantaranya yaitu: makan, kontinensia (BAK dan BAB), menggunakan
45
pakaian, pergi ke toilet, berpindah tempat dan mandi, serta pasien tidak
menggunakan alat bantu berjalan.
b. Modifikasi dari Barthel Indeks
Tabel 3.2 Barthel Indeks
No Kriteria Nilai Keterangan
1. Makan
1. Tidak mampu
2. Butuh bantuan
memotong, mengoles
mentega dll.
3. Mandiri
3
2. Mandi1. Tergantung orang lain
2. Mandiri2
3. Perawatan diri
1. Membutuhkan bantuan
orang lain
2. Mandiri dalam
perawatan muka,
rambut, gigi, dan
bercukur
2
4. Berpakaian
1. Tergantung orang lain
2. Sebagian dibantu (misal
mengancing baju)
3. Mandiri
3
5. Buang air kecil 1. Inkontinensia atau
pakai kateter dan tidak
3
46
terkontrol
2. Kadang Inkontinensia
(maks, 1x24 jam)
3. Kontinensia (teratur
untuk lebih dari 7
hari)
6. Buang air besar
1. Inkontinensia (tidak
teratur atau perlu
enema)
2. Kadang Inkontensia
(sekali seminggu)
3. Kontinensia (teratur)
3
7. Penggunaan toilet
1. Tergantung bantuan
orang lain
2. Membutuhkan bantuan,
tapi dapat melakukan
beberapa hal sendiri
3. Mandiri
3
8. Transfer
1. Tidak mampu
2. Butuh bantuan untuk
bisa duduk (2 orang)
3. Bantuan kecil (1 orang)
4. Mandiri
4
9. Mobilitas 1. Immobile (tidak 4
47
mampu)
2. Menggunakan kursi
roda
3. Berjalan dengan
bantuan satu orang
4. Mandiri (meskipun
menggunakan alat
bantu seperti,
tongkat)
10. Naik turun tangga
1. Tidak mampu
2. Membutuhkan bantuan
(alat bantu)
3. Mandiri
3
Score Total 30
Interpretasi hasil:
20-30 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total
Klien mendapat skor 30, dengan artian bahwa klien dikategorikan mandiri.
48
c. Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ)
Tabel 3.3 tablet SPMSQ
Benar Salah No Pertanyaan
√ 01 Tanggal berapa hari ini?
√ 02 Hari apa sekarang ini?
√ 03 Apa nama Tempat ini?
√ 04 Dimana alamat anada?
√ 05 Berapa umur anda?
√ 06 Kapan anda lahir? (minimal tahun lahir)
√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 09 Siapa nama ibu anda?
√ 10
Kurangi 3 dari 20 dan tetap
pengurangan 3 dari setiap angka baru,
semua secara menurun
10
0
Kesalahan = 0
Kesimpulan:
Kesalahan 0-2 : Tidak ada kerusakan intelektual
Kesalahan 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-10 : Kerusakan intelektual berat
49
Skor yang didapat dari hasil pengkajian adalah kesalahan = 0, sehingga dapat
disimpulkan bahwa klien memiliki fungsi intelektual yang utuh.
d. Mini Mental Status Exam (MMSE)
Tabel 3.4 tamble MMSE
NoAspek
Kognitif
Nilai
Maks.
Nilai
KlienKriteria
1.
Orientasi 5 5
Menyebutkan dengan
benar:
Tahun: 2021
Musim: Panas
Tanggal: 17
Hari: Sabtu
Bulan: Puasa, April
Orientasi 5 5
Dimana kita sekarang
berada?
Negara: Indonesia
Propinsi: Riau
Kota: Pekanbaru
Alamat: Jln Blok A
Di: Rumah
2. Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 obyek
(oleh pemeriksa) 1 detik
untuk mengatakan
masing-masing obyek.
50
Kemudian tanyakan
kepada klien ketiga
obyek tadi (untuk
disebutkan)
Obyek: Meja
Obyek: Pena
Obyek: TV
3.
Perhatian
dan
kalkulasi
5 5
Minta klien untuk
memulai dari angka 100
kemudian dikurangi 8
sampai 5 kali/tingkat
92
84
76
68
60
4. Mengingat 3 3
Minta klien untuk
mengulangi ketiga obyek
pada no.2 (registrasi)
tadi. Bila benar, 1 point
untuk masing-masing
obyek
5. Bahasa 9 9 Tunjukkan pada klien
suatu benda dan tanyakan
51
namanya pada klien
Kertas
Pena
Minta klien untuk
mengulang kata berikut:
”tak ada jika, dan, atau,
tetapi”. Bila benar, nilai 1
point.
Pernyataan benar 2 buah
(contoh: tak ada, tetapi).
Minta klien uuntuk
mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari 3
langkah:
”Ambil pena di tangan
anda, patahkan, dan taruh
di lantai”
Ambil pena di tangan
anda Patahkan
Taruh di lantai
Perintahkan pada klien
untuk hal berikut (bila
aktivitas sesuai perintah
nilai 1 point)
52
”Tutup mata anda”
Perintahkan pada klien
untuk menulis satu
kalimat atau menyalin
gambar
Tulis satu kalimat
Menyalin gambar
Total Nilai 30
Interpretasi:
Nilai 24-30 : Tidak ada kelainan kognitif.
Nilai 18-23 : Kelainan kognitif ringan.
Nilai 0-17 : Kelainan kognitif berat.
53
ANALISA DATA
Data Fokus Etiologi Problem
Ds :
- Klien mengatakan nyeri dan
kemerahan, kebas pada kaki
kanan dan pinggang setelah
bangun pagi hendak solat
subuh.
- Klien tanpak meringis dan
memegang kaki yang nyeri. .
Karakteristik Nyeri
P : Nyeri karena Asam urat
Q : terasa sangat berat dan
tertekan
R : kaki bagian kanan
S : Skala nyeri 6
T : Setelah bangun pagi hendak
sholat subuh, nyeri terasa
hilang timbul.
DO :
1. TTV
TD : 120/90mmHg
Nadi : 82x/menit
RR : 20x/menit
Penekanan Pada
sendi
Ganggguan Rasa
Nyaman Nyeri
54
Suhu : 36,4 oC
Asam urat : 7,6 mg/dl
Ds :
Klien mengatakan jarang
melakukan aktivitas di luar
rumah, merasa nyeri jika
banyak gerak.
Do :
1. Klien terlihat kesulitan
saat mengerakan kaki
nya
2. Nilai kekuatan otot 4/5
3. TTV :
TD : 120/90 mmHg
Nadi : 82x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36, 4 oC
Asam urat : 7, 6 mg/dl
Kekakuan pada
sendi
Gangguan
mobilitas fisik
Ds :
Klien mengatakan kurang
mengetahui tentang penyakit
yang dideritanya dan kurang
mengetahui tentang makanan
yang dihindari dan dianjurkan.
Kurang terpapar
infomasi tentang
asam urat
Kurang
pengetahuan
tentang penyakit
55
Do :
Klien tampak kebingungan dan
bertanya-tanya tentang
penyakitnya.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan pada sendi.
2. Ganguuan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakungan sendi.
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang
terpapar informasi tentang asam urat.
Pekanbaru, 17 April 2021
Frisky Cecillia NIM:P031814401012
56
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Rasa
Nyaman Nyeri
berhubungan
dengan
Penekanan pada
sendi.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
3x24 jam diharapkan pasien tidak
mengalami nyeri dengan kriteria hasil:
1. Mampu Mengontrol Nyeri ( tahu
penyebab nyeri )
2. Mampu menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri.
3. Melaporkan Bahwa Nyeri
Berkurang Dengan Mengguna Kan
Manajemen Nyeri.
4. Mampu Mengenali Nyeri (Skala,
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi dan kualitas nyeri.
2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3. Bantu klien dan keluaga untuk mencari dan menemukan
dukungan.
4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengauhi nyeri
5. Ajarkan teknik non farmakologi rileksasi napas dalam
kompres hangat dan dingin.
6. Tingkatkan istirahat dan tidur
7. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgetik pertama.
57
Intensitas, Frekuensi Dan Tanda
Nyeri).
5. Menyatakan Rasa Nyaman Setelah
Nyeri Berkurang
6. Tanda-tanda vital dalam rentan
normal
7. Tidak mengalami gangguan tidur
Ganguuan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan
kekakungan sendi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
3x24 jam diharapkan klien mampu
melakukan rentan gerak aktif dan
ambulasi secara perlahan dengan
kriteria hasil:
1. Klien meingkat dalam aktivitas
fisik.
1. Monitor vital sign sebelum dan sesudah latihan.
2. Kaji tingkat mobilisasi klien.
3. Bantu klien untuk melakukan rentan gerak aktif maupun
rentan pasif pada sendi.
4. Lakukan ambulasi dengan alat bantu (misalnya tongkat,
kursi roda, walker, kruk).
5. Latih klien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara
58
2. Mengerti tujuan dari peningkatan
mobilisasi.
3. Memperagakan penggunaan alat
bantu.
mandiri sesuai kemampuan
6. Motivasi klien untuk meningkatkan kembali aktivitas yang
normal, jika bengkak dan nyeri telah berkurang
Gangguan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan kekakuan
sendi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
diharapkan klien mampu melakukan
rentan gerak aktif dan ambulasi secara
perlahan dengan kriteria hasil:
4. klien meingkat dalam aktivitas fisik.
5. Mengerti tujuan dari peningkatan
mobilisasi.
6. Memperagakan penggunaan alat
bantu.
1. Monitor vital sign sebelum dan sesudah latihan.
2. Kaji tingkat mobilisasi klien.
3. Bantu klien untuk melakukan rentan gerak aktif maupun
rentan pasif pada sendi.
4. Lakukan ambulasi dengan alat bantu (misalnya tongkat,
kursi roda, walker, kruk).
5. Latih klien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara
mandiri sesuai kemampuan
6. Motivasi klien untuk meningkatkan kembali aktivitas
yang normal, jika bengkak dan nyeri telah berkurang.
59
Kurang
pengetahuan
tentang penyakit
berhubungan
dengan kurang
terpapar
informasi tentang
asam urat.
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan 3x24 jam diharapkan
klien mengetahui informasi tentang
asam urat.
Kriteria Hasil :
1. Klien mengungkapkan
pengetahuan tentang asam urat.
2. Klien mampu menjelaskan
prosedur yang dijelaskan secara
benar.
3. Klien mampu menjelaskan
kembali apa yang dijelaskan
mahasiswa perawat atau tim
kesehatan.
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan klien tentang
proses penyakit.
2. Jelaskan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit
asam urat.
3. Jelaskan penyebab asam urat.
4. Sediakan informasi pada klien tentang kondisi penderita
asam urat
5. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin di perlukan
untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang atau
proses pengontrolan penyakit.
6. Instruksikan klien mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberian perawatan kesehatan dengan cara
yang tepat.
60
3.4 Implementasi dan Evaluasi keperawatan
Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Minggu
18
April
2021
Pukul :
13.00
wib
Gangguan Rasa
Nyaman Nyeri
berhubungan
dengan
penekanan pada
sendi
1. Melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi dan kualitas nyeri.
2. Mengobservasi reaksi nonverbal
dari ketidak nyamanan klien.
3. Menghadirkan dukungan untuk
klien,yaitu dukungan dari
keluarga.
4. Mengatur lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri.
5. Mengajarkan teknik
S :
Klien mengatakan nyeri dan
kemerahan,kebas pada bagian kaki kanan
dan bagian pinggang setelah bangun mau
sholat subuh.
O :
1. Klien tampak meringis dan
memegangi bagian kaki kanan
yang nyeri.
2. Karakteristik nyeri
P : Nyeri karena asam uratnya
Q : terasa sangat berat dan
Frisky
61
farmakologi : napas
dalam,relaksasi, kompres hangat
dan dingin.
6. Meningkatkan istirahat tidur
7. Memonitoring vital sign sebelum
dan sesudah aktivitas
tertekan.
R : kaki bagian kanan
S : skala nyeri 7
T : Setelah bangun pagi hendak
sholat subuh, nyeri terasa hilang
timbul.
3. TTV
TD : 120/90 mmHg
Nadi : 82x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36, 4 oC
Asam urat : 7, 6 mg/dl
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
62
Minggu
18 April
2021
Gangguan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan
kekakuan sendi
1. Memonitor vital sign
sebelum dan sesudah latihan.
2. Mengkaji tingkat mobilisasi
klien.
3. Memantu klien untuk
melakukan rentan gerak aktif
maupun rentan pasif pada
sendi.
4. Melatih klien dalam
pemenuhan kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai
kemampuan
5. Memotivasi klien untuk
meningkatkan kembali
S:
Klien jarang melakukan aktivitas diluar
rumah,merasakan nyeri saat di gerakkan .
O :
1. Klien terlihat sulit menggerakan
kakinya
2. Nilai otot 4/5
3. TTV
TD : 120/90 mmHg
Nadi : 82x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36, 4 oC
Asam urat : 7, 6 mg/dl
A : Masalah belum teratasi
Frisky
63
aktivitas yang normal, jika
bengkak dan nyeri telah
berkurang.
P : Intervensi dilanjutkan
Minggu
18
April
2021
Kurang
pengetahuan
tentang penyakit
berhubungan
dengan kurang
terpapar
informasi
tentang asam
urat
1. Memberikan edukasi tentang
tingkat pengetahuan klien
tentang proses penyakit.
2. Menjelaskan pengertian
asam urat.
3. Menjelaskan tanda dan
gejala asam urat.
4. Menjelaskan penyebab asam
urat.
5. Mendiskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
S :
Klien kurang mengetahui tentang
penyakit yang dideritanya dan kurang
mengetahui tentang makanan yang
dihindari dan dianjurkan.
O :
Klien tampak kebingungan dan bertanya-
tanya tentang penyakitnya.
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan.
Frisky
64
diperlukan untuk mencegah
komplikasi dimasa yang
akan datang atau proses
pengontrolan penyakit.
Senin
19
April
2021
Pukul
16.00
wib
Gangguan Rasa
Nyaman Nyeri
berhubungan
dengan
penekanan pada
sendi
1. Mengobservasikan reaksi non verbal
dari ketidaknyamanan klien.
2. Mengajarkan teknik non
farmakologi : napas dalam, relaksasi,
kompres hangat dan dingin.
3. Meningkatkan istirahat/tidur.
4. Memonitoring Vital Sign sebelum
dan sesudah aktivitas.
S :
Klien masih mengatakan nyeri dan
kemerahan,kebas pada bagian kaki kanan
dan bagian pinggang setelah bangun pagi
mau solat subuh.
O :
1. klien tampak meringis.
2. klien tampak memegangi bagian kaki
kanan yang nyeri.
3. TTV
Frisky
65
TD : 120/90 mmHg
Nadi : 82x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36, 4 oC
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Senin
19 April
2021
Gangguan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan
kekakuan sendi.
1. Memonitoing vital sign
sebelum/sesudah latihan dan lihat
respon pasien saat latihan.
2. Membantu pasien berpegangan saat
berjalan dan terhadap cedera.
3. Membantu klien dalam memenuhi
kebutuhan aktivitas.
S :
Klien masih merasakan nyeri saat
digerakkan .
O :
1. Klien terlihat menyentuh meja makan
saat menggerakkan kakinya.
2. Nilai otot 4/5
3. TTV
Frisky
66
TD : 120/90 mmHg
Nadi : 82x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36, 4 oC
Asam urat 7 mg/dl
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Senin
19 April
2021
Kurang
Pengetahuan
tentang penyakit
berhubungan
dengan kurang
terpapar
1. Menganjurkan klien mengurangi
makanan tinggi purin, seperti kepiting,
seafood ,dan lainnya.
2. Mengobservasi tanda-tanda vital.
3. Menganjurkan klien istirahat yang
cukup minimal 8 jam sehari.
S:
Klien mengatakan masih kurang
mengetahui makanan yang dianjurkan
O:
Klien tampak kebingungan tentang
makanan yang dianjurkan
Frisky
67
informasi
tentang asam
urat.
A : Masalah belum teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Rabu
21
April
2021
Pukul
14.00
wib
Gangguan Rasa
nyaman nyeri
berhubungan
dengan
penekanan pada
sendi.
1. Memonitoring vital sign
sebelum/sesudah latihan dan lihat
respon pasien saat latihan.
2. Membantu klien berpegangan saat
berjalan dan terhadap cedera
3. Membantu klien dalam memenuhi
aktivitas
S :
Klien mengatakan nyeri mulai berkurang
dan mulai bisa digerakkan.
O :
1. Klien tampak rileks dan jarang
memegang kaki dan pinggang nya
2. Skala nyeri 4
3. . TTV
TD : 120/90 mmHg
Nadi : 82x/menit
RR : 20 x/menit
Frisky
68
Suhu : 36, 4 oC
Asam urat 5,5 mg/dl
A : Masalah nyeri teratasi
P : Intervensi dihentikan
Rabu
21 April
2021
Gangguan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan
kekakuan sendi
1. Monitoring tanda-tanda vital
sebelum/sesudah latihan dan lihat
respon pasien saat latihan
2. Memnbantu klien berpegangan saat
berjalan dan terhadap cedera
3. Membantu klien dalam memenuhi
kebutuhan aktivitas.
S:
Klien mengatakan nyeri berkurang saat
digerakkan dan mulai beraktivitas di luar
rumah
O :
1. Klien terlihat i bisa menggerakkan
kakinya
2. Nilai otot 4/5
3. TTV
TD : 120/90 mmHg
Frisky
69
Nadi : 82x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36, 4 oC
Asam urat 5,5 mg/dl
A : Masalah gangguan mobilitas fisik
teratasi
P : Intervensi dihentikan
Rabu
21 April
2021
Kurang
pengetahuan
tentang penyakit
berhubungan
dengan kurang
terpapar
informasi
1. Memantau keadaan klien
2. Menganjurkan klien istirahat yang
cukup minimal 8 jam/hari
S:
Klien mengatakan mengerti tentang
gejala dan tanda asam urat.
O :
1. Klien sudah mampu menjelaskan
kembali apa yang dijelaskan sebelumnya.
2. Klien tampak rileks dan melakukan
Frisky
70
tentang asam
urat
istirahat yang cukup
A: Masalah kurang pengetahuan teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan gerontik yang
dilakukan Ny. M dengan Arthritis Gout diwilayah kerja Puskesmas
Rumbai, maka dalam bab ini penulis akan membahasa kesenjangan antara
teori dan kenyataan yang diperoleh sebagai hasil pelaksanaan.
4.1 Pengkajian Keperawatan
Penulis melakukan pembahasan pada bab 4 ini tentang masalah-
masalah yang muncul pada kasus Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.
M Dengan Masalah Arthritis Gout dimulai Sabtu, 17 April 2021. Saat
dilakukan pengkajian dengan metode wawancara pada tanggal 17 April
2021 pukul 13.00 WIB didapatkan data subjektif dan data objektif dari
klien. Data subyektif yaitu klien mengatakan nyeri dan kemerahan,
kebas pada bagian kaki kanan dan bagian pinggang setelah bangun pagi
mau sholat subuh. Klien jarang melakukan aktivitas diluar rumah karna
berjualan, merasakan nyeri saat digerakkan dan klien kurang mengetahui
tentang penyakit yang dideritanya dan kurang mengetahui tentang
makanan yang dihindari dan dianjurkan. Data Objektif yaitu klien tampak
meringis dan memegangi bagian kaki yang nyeri, skala nyeri 7, tanda-
tanda vital yaitu Tekanan darah : 120/90 mmHg, Nadi: 82x/menit,
RR : 20x/menit, S : 36,4 oc, asam urat : 7,6 mg/dl. klien tampak
bertanya tentang penyakitnya.
72
Berdasarkan teori yang ada pada tinjauan, hasil pengkajian
menunjukkan bahwa memiliki kesenjangan pada diagnosa karena tidak
semua diagnosa yang ada pada teori ditemukan pada kenyataan, namun
hanya satu diagnosa saja yang sama dengan kenyataan yaitu diagnosa
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi, diagnosa
yang muncul pada kenyataan ada dua yaitu Gangguan rasa nyaman
berhubungan dengan penekanan pada sendi, dan kurang pengetahuan
tentang penyakit berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
tentang asam urat.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Dalam pembahasan akan dijelaskan antara teori dan hasil yang
didapatkan dari asuhan keperawatan yang dilakukan. Pada saat teori
didapatkan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien
dengan masalah Arthritis Gout yaitu, Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
berhubungan dengan penekanan pada sendi, gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan kekakuan pada sendi, Kurang pengetahuan tentang
penyakit berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang asam urat.
Setelah dilakukan pengkajian Ny. M ditemukan 3 diagnosa yaitu gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan pada sendi,
gangguan mobilitas fisik kekakuan pada sendi, dan kurang
pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang terpapar
informasi tentang asam urat.
73
4.3 Intervensi Keperawatan
Perencanaan merupakan semua rencana tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi masalah keperawatan yang diberikan kepada klien. Menurut
Nurarif, A.H dan Kusuma, 2015 perencanaan asuhan keperawatan gerontik
pada klien dengan masalah gout arthritis adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan yang disusun dalam diagnosa pertama yaitu lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi nyeri, observasi reaksi non
verbal dari ketidaknyamanan, bantu pasien dan keluarga untuk mencari
dan menemukan dukungan, kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri, ajarkan teknik non farmakologik: napas
dalam, relaksasi dan kompres hangat dingin, tingkatkan
istirahat/tidur, monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali. Berdasarkan perencanaan tersebut ada beberapa
perencanaan yang tidak dilakukan seperti monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemeberian analgesik pertama kali, karena peneliti tidak
ada kolaborasi dengan dokter.
2. Diagnosa kedua intervensi yang disusun yaitu konsultasikan dengan
terapi fisik tentang rencana teknik ambulasi, bantu klien unutuk
menggunakan tongkat saat berjalan dan terhadap cedera, ajarkan
pasien atau tenaga kesahatan lain tentang teknik ambulasi, kaji
kemampuan pasien dalam mobilisasi. latih Pasien dalam memenuhi
kebutuhan ADLS pasien, berikan alat bantu jika klien memerlukan.
Diagnosa kedua ini ada juga perencanaan yang tidak bisa peneliti
74
lakukan dilapangan seperti konsultasi dengan terapi fisik tentang
rencana teknik ambulasi dan ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
tentang teknik ambulasi karena tidak ada kolaborasi dengan terapi
fisik.
3. Perencanaan untuk diagnosa yang ketiga yaitu berikan penilaian
tentang tingkat pengetahuan klien tentang proses penyakit, jelaskan
tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit asam urat, jelaskan
penyebab asam urat, sediakan informasi pada klien tentang kondisi,
diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang akan datang atau proses
pengontrolan penyakit, instruksikan klien mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan dengan cara yang
tepat.
4.4 Implementasi keperawatan
Implementasi adalah suatu perencanaan dimasukkan kedalam
tindakan selama fase implementasi ini merupakan fase kerja aktual dari
proses keperawatan (Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma 2015).
Berdasarkan hal tersebut, penulis mengelola klien dalam implementasi
dengan masing- masing diagnosa. Diagnosa pertama yaitu gangguan rasa
nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan pada sendi. Selama 3 x 24
jam peneliti melakukan implementasi dengan tujuan diharapkan nyeri klien
berkurang dengan kriteria hasil klien mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri), mampu menggunakan teknik nonfarmakologik untuk
75
mengurangi nyeri, melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan manajement
nyeri, mampu mengenali skala nyeri (intensitas frekuensi dan gejala
nyeri), menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang, tanda vital
dalam rentang normal, tidak mengalami gangguan tidur.
Dalam pelaksanaan implementasi asuhan keperawatan yang
terdapat pada perencanaan asuhan keperawatan ada beberapa tindakan
keperawatan yang tidak dilakukan peneliti, diantaranya adalah monitor
vital sign sebelum dan sesudah pemeberian analgesik pertama kali,
karena peneliti tidak ada kolaborasi dengan dokter.
Diagnosa kedua yaitu gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
kekakuan pada sendi. Selama 3 x 24 jam peneliti melakukan implementasi
dengan tujuan meningkatkan aktivitas fisik berpindah dengan kriteria hasiil
mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas fisik, memverbalisasikan
perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah,
memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi seperti kursi roda
dan krek. Berdasarkan hal diatas peneliti tidak dilakukan karena tidak
adanya alat tersebut.
Sedangkan untuk diagnosa ketiga kurang pengetahuan tentang
penyakit berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang asam urat.
Selama 3 x 24 jam peneliti melakukan implementasi dengan tujuan
klien mengetahui tentang penyakitnya dengan kriteria hasil klien
mengungkapkan pengetahuan tentang asam urat, klien mampu menjelaskan
prosedur yang dijelaskan secara benar, klien mampu menjelaskan
kembali apa yang dijelaskan mahasiswa perawat.
76
4.5 Evaluasi Keperawatan
Penulis melakukan evaluasi keperawatan pada kasus ini antara lain :
a) Diagnosa pertama gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan penekanan pada sendi. Pada diagnosa ini penulis sudah
melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan tinjauan pustaka yang
ada dan dilakukan semaksimal mungkin dengan tujuan masalah nyeri
teratasi sebagian
b) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan pada sendi.
Pada diagnosa ini penulis sudah melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan tinjauan pustaka yang ada dan dilakukan semaksimal
mungkin dengan tujuan masalah mobilitas dapat teratasi.
c) Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan
kurang terpapar informasi tentang asam urat. Pada diagnosa ini
penulis sudah melakukan tindakan keperawatan yang tidak sesuai
dengan tinjauan pustaka yang ada dan dilakukan semaksimal mungkin
dengan tujuan masalah kurang pengetahuan dapat teratasi.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan tujuan asuhan keperawatan yang dilakukan penulis pada
pasien dengan arthtriti gout di wilayah kerja Puskesmas Rumbai, maka
penulis memberikan kesimpulan serta saran untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan dan asuhan keperawatan antara lain.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus Asuhan Keperawatan Gerontik
dengan masalah Arthritis Gout di Puskesmas Rumbai pada tanggal 17
April 2021 sampai dengan 22 April 2021, penulis mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
a. Hasil pengkajian pada Ny. M didapatkan klien mengatakan nyeri
dan kemerahan, kebas pada bagian kaki kanan dan bagian pinggang
setelah bangun pagi mau sholat subuh. Klien jarang melakukan
aktivitas diluar rumah karena berjualan, merasakan nyeri saat
digerakkan dan klien kurang mengetahui tentang penyakit yang
dideritanya dan kurang mengetahui tentang makanan yang dihindari
dan dianjurkan.
b. Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu gangguan rasa nyaman
nyeri berhubungan dengan penekanan pada sendi, gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan kekakuan pada sendi, kurang pengetahuan
77
tentang penyakit berhubungan dengan kurang terpapar informasi
tentang asam urat .
c. Rencana tindakan keperawatan disusun untuk mengatasi semua
masalah keperawatan Ny. M dengan masalah arthritis gout yaitu agar
klien tidak mengalami nyeri, gangguan mobilitas fisik, dan
klien mengetahui informasi tentang penyakit asam urat.
d. Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang diberikan
kepada Ny. M.
e. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh penulis selama 3 hari perawatan
pada Ny. M dengan masalah arthritis gout didapatkan beberapa
diagnosa teratasi yaitu, diagnosa teratasi adalah gangguan mobilitas
fisik dan kurang pengetahuan, diagnosa teratasi sebagian adalah
gangguan rasa nyaman nyeri.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang penulis bisa
berikan untuk perbaikan dan peningkatan mutu asuhan keperawatan adalah :
a. Bagi institusi
Lebih mengoptimalkan kurikulum belajar khususnya mata kuliah
keperawatan gerontik dan promosi kesehatan, sehingga dapat
menciptakan tenaga kesehatan khususnya perawat yang handal dalam
memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat khususnya pada
klien yang menderita arthritis gout.
78
b. Bagi Puskesmas Rumbai
Meningkatkan mutu dalam memberikan pelayanan keperawatan
khususnya pada klien dengan masalah arthritis gout.
Memberikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan tindakan yang
dibutuhkan klien.
c. Bagi mahasiswa
Dianjurkan untuk meningkatkan kemampaun dan pengetahuan dalam
memberikan asuhan keperawatan gerontik yang optimal dan
komprehensif serta bertanggung jawab kepada klien dengan masalah
arthritis gout.
79
DAFTAR PUSTAKA
Anies. 2018. Penyakit Degeneratif: Mencegah & Mengatasi Penyakit Degeneratif dengan Perilaku & Gaya Hidup Yang Sehat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Asikin M,dkk.(2016). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dewi,A.P.,&Asnita,L.(2016). Perawatan lansia penderita Nyeri Arthritis Gout dalam keluarga dan masyarakat.Pekanbaru:UR Press.
Fitriana, Rahmatul. (2015). Cara Cepat Usir Asam Urat. Yogyakarta: Medika.
Iqbal, dkk. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta: Buletin Jendela.
Kholifah, S. N. 2016. Keperawatan Gerontik. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Jakarta: Badan PPSDM Kesehatan.
Khushariyadi, 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika.
Lumunon,O.J.,Bidjuni,H,&Hamel,R.(2015).Hubungan Gizi dengan Arthritis Gout Pada lansia di Puskesmas Wawonasa Manado,Jurnal Keperawatan.
80
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan Nanda Nic Noc. Edisi Revisi Jilid 1. Jogyakarta: Mediaction.
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Edisi 1 Cetakan ke-3 (Revisi). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Edisi 1 Cetakan ke-2.Jakarta: DPP PPNI.
Ratnawati, Emmelia 2017. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Riset Keshatan Dasar, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2018.
Silviliyana, Mega. 2018. Statistik Penduduk Lanjut Usia. Badan Pusat Statistika. (https//www.bps.gp.id,diakses februari 2021 ).
Sya’diyah, Hidayatus. 2018 Keperawatan Lanjut Usia. Sidoarjo:
Indomedia Pustaka.