Upload
tiara-wahidah
View
303
Download
20
Embed Size (px)
DESCRIPTION
yess
Citation preview
PRAKATA PENULIS
E-book dengan judul Kiprah Kagama Mempertegas Jati Diri UGM ini merupakan
ringkasan dan penyempurnaan dari buku 7 Windu Sumbangsih Kagama bagi Bangsa dan
Negara yang pernah diterbitkan oleh Pengurus Pusat Kagama tahun 2014, bertepatan dengan
acara Munas XII Kagama.
Edisi e-book ini disusun sebagai bahan pembelajaran bagi calon mahasiswa baru UGM
agar mengenal apa dan bagaimana kiprah alumni Universitas Gadjah Mada dari masa ke masa.
Penulis menyadari bahwa tidak semua kiprah Kagama baik pusat dan daerah dapat terekam
dalam buku tipis ini, sekalipun demikian penulis berharap isi buku ini cukup memberi
gambaran sekilas tentang kiprah Kagama.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Pengurus
Pusat Kagama dan Direktorat Kemahasiswaan yang berkenan menerbitkan buku ini.
Terimakasih juga diucapkan pada segenap pihak yang telah membantu mewujudkan buku ini.
Selamat membaca, semoga menginspirasi dan bermanfaat.
Yogyakarta, Juli 2015
Tim Penulis
KIPRAH KAGAMA MEMPERTEGAS JATI DIRI UGM
KAGAMA dibentuk tanggal 18 Desember 1958, dan merupakan organisasi kekeluargaan,
bukan organisasi politik. Meski begitu KAGAMA tetap berkomitmen pada permasalahan-
permasalahan yang terjadi pada bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebut saja,
ketika terjadi pergolakan politik terkait dengan dasar negara setelah pemerintahan RIS kembali
menjadi NKRI dan konstituante macet dalam pembahasan dasar negara, KAGAMA berinisiatif
menyelenggarakan Seminar Pancasila. Seminar yang dilaksanakan tanggal 17-21 Februari 1959
tersebut berhasil menjelaskan secara ilmiah tempat dan kedudukan Pancasila di dalam
ketatanegaraan Indonesia. Pancasila sebagai dasar filsafat negara termasuk dalam hukum dasar
yang dengan jalan hukum tidak dapat diubah. Pancasila harus dijelmakan di dalam seluruh
kehidupan hukum dan kenegaraan.
Ketika menutup seminar Presiden Soekarno mengatakan akan menganjurkan Konstituante
untuk kembali kepada UUD 1945. Dewan Mahasiswa kala itu juga tidak mau ketinggalan dalam
mendukung kembali ke-UUD 1945. Maka pada tanggal 17 Februari 1959 Dewan Mahasiswa UGM
juga mengadakan Seminar Kembali ke-UUD 1945 dan Follow-upnya. Dua seminar inilah yang
diyakini telah mendorong terjadinya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, dan dunia politik yang saat itu
sempat bergolak dapat ditenteramkan kembali.
Suasana Seminar Pancasila yang dibuka dan ditutup secara resmi oleh Presiden RI, Ir. Soekarno di
Sasono Hinggil tanggal 17-21 Februari 1959. (dok ANRI)
Usai menutup seminar, Presiden menjenguk Ki Hadjar Dewantara yang menyambut baik hasil
seminar agar dasar negara kembali ke UUD 1945. (dok. ANRI)
Dalam rangka Munas IV KAGAMA, April 1981, KAGAMA kembali berhasil memberi
masukan kepada pemerintah tentang perlunya penambahan azas-azas baru dalam GBHN dan
penegasan pengertian beberapa azas yang sudah ada. Azas baru yang perlu ditambahkan adalah
azas kesederhanaan bertanggungjawab, dan kejujuran bertanggungjawab, serta azas hidup
sederhana, sedangkan azas yang sudah ada dalam GBHN yang perlu dipertegas pengertiannya
yaitu azas manfaat, azas usaha bersama dan kekeluargaan, azas demokrasi, azas adil dan merata,
dan azas perikehidupan. Kegiatan pembangunan tidak sekedar bermanfaat yang sebesar-besarnya
bagi kemanusiaan, tetapi penekanan dimensi waktu perlu dimantapkan, yaitu bahwa kegiatan
pembangunan harus bermanfaat baik untuk masa sekarang maupun untuk masa mendatang.
Selanjutnya, azas usaha bersama dan kekeluargaan perlu ditambah dan ditekankan adanya
semangat kejujuran. Sementara azas demokrasi harus ditambah tidak hanya berlaku pada bidang-
bidang politik, sosial, dan ekonomi, tetapi juga pada bidang kebudayaan. Naskah Sumbangan
Pemikiran KAGAMA untuk GBHN 1984-1989 diterima Presiden Soeharto di Bina Graha Jakarta
hari Sabtu, 18 April 1981.
Munas IV KAGAMA dibuka residen Soeharto di Istana Negara 19 Februari 1981. (dok. KAGAMA)
Ketika bangsa ini dilanda krisis multidimensi pada tahun 1998, KAGAMA juga berperan
aktif menyumbangankan pemikiran untuk mengatasi krisis, disamping juga melakukan aksi
membantu masyarakat di sekitar kampus. Diawali dengan mengadakan diskusi ”Upaya Mengatasi
Krisis Nasional” tanggal 23 Februari 1998 yang melahirkan 9 butir sumbangan pemikiran dari
para pakar, anggota, dan pengurus KAGAMA. Kegiatan ini dilanjutkan dengan diskusi tanggal 29
April 1998 yang melahirkan ”Pokok-pokok Pikiran KAGAMA tentang Reformasi Politik dan
Ekonomi”. Pokok-pokok pikiran PPH KAGAMA tentang reformasi meliputi bidang politik dan
hukum yang terdiri atas 5 butir, bidang ekonomi 5 butir, dan 3 butir pemikiran dalam bidang
sosial budaya.
Jatuhnya korban akibat terjadinya ”bentrok dan kericuhan” antara mahasiswa yang
berunjukrasa dengan aparat keamanan, mendorong PPH KAGAMA membentuk ”Posko Pengaduan
dan Penanganan Akibat Krisis” (Crisis Service Centre), pada tanggal 18 Mei 1998. Adapun tujuan
krisis center, selain untuk mengoptimalkan peran serta sivitas akademika UGM, lebih-lebih
alumninya dalam memberikan pembelaan dan pelayanan hukum bagi masyarakat, juga
memberikan dukungan terhadap segala upaya dan perjuangan untuk tercapainya reformasi total
di Indonesia.
Hingga pertengahan Mei 1998, belum ada tanda-tanda krisis akan berakhir. Bahkan, situasi
menjadi semakin tidak menentu. Untuk itu, pada tanggal 20 Mei 1998, KAGAMA beserta Sivitas
Akademika UGM dan masyarakat Yogyakarta melakukan long-march dari halaman auditorium
Graha Sabha Pramana ke alun-alun utara Kraton Yogya untuk menyampaikan aspirasi kepada
Sultan HB X agar menuntut pemerintah melakukan reformasi total termasuk pergantian
kepemimpinan nasional.
Pernyataan sikap oleh Ketua PP KAGAMA, tanggal 20 Mei 1998 di Halaman GSP UGM. (dok. UGM)
Pada tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto menyerahkan jabatan kepada Wakil
Presiden, Prof. Dr. B.J. Habibie. Pergantian kepemimpinan nasional ternyata tidak serta merta
menyelesaikan permasalahan bangsa. Pada tanggal 8 Juli 1998, PPH KAGAMA mengadakan
”Seminar Refleksi Pancasila dan UUD 1945 Sebagai Dasar dan Arah Reformasi Nasional”. Pada
tanggal 12-13 Agustus 1998 PPH KAGAMA bekerjasama dengan BKS-IKAPTISI menyelenggarakan
Semiloka ”Mencari Platform Gerakan Reformasi Menuju Kesatuan dan Persatuan Bangsa” di Grha
Sabha Pramana. Kegiatan ini diakhiri dengan pembacaan ”Deklarasi Gerakan Reformasi Menuju
Persatuan dan Kesatuan Bangsa”. Tanggal 14 November 1998, PPH KAGAMA juga mengeluarkan 4
(empat) butir Pernyataan Keprihatinan dan Empati KAGAMA dan Dosen-Dosen di Yogyakarta
terkait keprihatinan atas gugurnya sejumlah mahasiswa, penyebab tragedi berdarah, penilaian
terhadap tragedi, dan tuntutan kepada pimpinan ABRI.
Pemikiran KAGAMA yang disampaikan kepada pemerintah tidak hanya terkait masalah
sosial-politik-ekonomi. Di bidang pendidikan dan ketenagakerjaan pemikiran KAGAMA tentang
pendidikan dasar sembilan tahun sudah dilontarkan jauh sebelum pemerintah mencanangkan
wajib belajar sembilan tahun. Pada tahun 1981 dalam lokakarya ketenagakerjaan yang
diselenggarakan PPH KAGAMA menyimpulkan perlunya pendidikan dasar selama sembilan tahun.
Menurut KAGAMA, pendidikan dasar umum sampai tingkat SLTP, selain untuk menjamin agar
kualitas pengetahuan warga negara bertambah kuat, juga sekaligus sekolah dapat menjadi sumber
tenaga terampil jika lulusannya tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Usulan yang dilontarkan KAGAMA terkait dengan masalah spiritual digulirkan dalam
seminar yang diselenggarakan dalam rangka menyambut Dies Natalis ke-37 UGM bertajuk
”Keseimbangan Spiritual dan Material dalam Peningkatan Pembangunan Nasional”. Kesimpulan
dari seminar ini antara lain bahwa harapan terhadap masa depan masyarakat Indonesia dapat
dicapai dengan membentuk keseimbangan antara rasionalitas dan emosionalitas antara
materialistis dan spiritualistis, keselarasan antara faktor intristik manusia dan faktor ekatrinsik
manusia, sehingga dalam proses pembangunan dapat dihindarkan proses dehumanisasi dan
dipihak lain dapat mempertahankan identitas tanpa mengingkiari nilai-nilai humanitas dan
universalitas. Semua nilai tersebut telah dirangkum dalam Pancasila sebagai etos Kebudayaan
Nasional Indonesia.
Terkait dengan globalisasi, KAGAMA berpendapat bahwa dalam era global disamping
memberikan dampak positif, juga menimbulkan masalah negatif yang mempengaruhi sendi-sendi
kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Globalisasi melemahkan nilai-
nilai agama, nilai sosial, dan nilai budaya. Berubahnya orientasi kehidupan keorientasi
materialistik telah merubah masyarakat dari suatu ikatan kolektif kearah individualistik.
Orientasi kehidupan yang materialistik dan individualistik ini membuat manusia semakin permisif
pada perilaku yang melanggar norma kehidupan berbangsa dan bernegara. Perubahan yang
demikian pesat ini mendorong KAGAMA sebagai suatu organisasi alumni yang terkait erat dengan
nilai dan etika almamaternya (Universitas Gadjah Mada), menyelenggarakan seminar nasional
sebagai bagian dari Munas VIII KAGAMA di Palembang tanggal 23-26 Juli 1997 dengan tema
:”Pengabdian dan Profesionalisme dalam Menyongsong abad XXI,” dengan sub bahasan
Peningkatan Profesionalisme, Cinta Tanah Air, serta Iman dan Takwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
Terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah, KAGAMA beberapa kali melakukan
pembahasan dalam format seminar nasional. Diawali dengan mengadakan Seminar Nasional
”Pelaksanaan Reformasi dalam Konteks Otonomi Daerah” tanggal 18 Desember 1998, di Wisma
KAGAMA. Dalam rangka MUNAS IX, tanggal 6-7 Juli 2001 KAGAMA kembali menyelenggarakan
seminar “Otonomi Daerah dalam Rangka Integrasi Bangsa”. Kegiatan yang dilaksanakan di
Balikpapan tersebut menghasilkan pokok-pokok pikiran dalam rangka integrasi bangsa dengan
pendekatan (1) otonomi daerah, (2) komunikasi politik, dan (3) budaya, sebagai sumbangan
KAGAMA kepada bangsa dan negara.Pada sidang pleno nasional KAGAMA tanggal 20 Desember
2002, PP KAGAMA juga mengadakan seminar nasional ”Peran Lembaga Keuangan Mikro dalam
Otonomi Daerah”. Seminar dihadiri PP KAGAMA, Pengda, dan Pengcab dari seluruh Indonesia.
Dalam rangka Sidang Pleno Nasional tanggal 17 Desember 2005, PP KAGAMA
menyelenggarakan seminar nasional ”Mengkaji Pelaksanaan Otonomi Daerah”. Selanjutnya, pada
tanggal20 Desember 2008, PP KAGAMA juga menggelar seminar nasional ”Refleksi Otonomi
Daerah sebagai Pondasi Kesatuan dan Kemajuan Indonesia”. Adapun pembicara dalam seminar ini
antara lain Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang dan Dirjen Otonomi Depdagri
Sodjuangan Situmorang,
Terkait dengan amademen UUD 1945, PP KAGAMA menggelar Semiloka Evaluasi Kritis
atas Proses dan Hasil Amandemen UUD 1945. Seminar yang dilaksanakan tanggal 8-10 Juli 2002
ini menghasilkan tiga rekomendasi yang diterima oleh Presiden RI, Megawati Soekarnoputri
ketika menutup acara seminar di Balai Senat UGM. Adapun nara sumber dalam seminar ini antara
lain, Jendral Endriartono Sutarto, Dr. Adnan Buyung Nasution, Dr. J. Kristadi, Bambang Wijoyanto,
SH, Dr. Mochtar Pabotinggi, Dr. Indria Samego, dan Dr. Denny Indrayana, SH, LLM.
Seminar Amandemen UUD 1945 yang hasilnya diserahkan kepada Presiden Megawati saat menutup
seminar di Balai Senat UGM. (dok. UGM)
Pada Munas KAGAMA X yang berlangsung di Jakarta, Presiden RI, Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY), membuka acara secara resmi di Istana Negara. Dalam rangkaian Munas
KAGAMA X juga diselenggarakan seminar nasional bertema Strategi Kebudayaan, Upaya
Membangun Bangsa.Kegiatan berlangsung di Hotel Borobudur di Jakarta tanggal 22-24 Juli 2005.
Menyinggung seminar nasional yang diadakan KAGAMA dalam rangkaian acara Munas, SBY
menyambut positif dan mendukung diadakannya seminar. Bahkan, SBY meminta secara khusus
agar seminar tersebut membahas bagaimana memadukan hard power dan soft power dalam
pembangunan bangsa dan negara. Strategi kebudayaan hendaknya disusun dengan kontemplasi
dan refleksi tentang arah dan tujuan pembangunan bangsa dan negara. Menurut presiden, hasil
seminar bisa menjadi rujukan pemerintah untuk mengelola kehidupan pemerintah.
Munas X KAGAMA dibuka oleh Presiden Susulo Bambang Yudhojono di Istana Negara. (dok.
KAGAMA)
Dalam rangka memperingati Dies Natalis ke 62 Universitas Gadjah Mada, Pengurus Pusat
KAGAMA mengadakan seminar nasional bertajuk Mengukuhkan Strategi Kebudayaan Nusantara
Untuk Kedaulatan Bangsa. Seminar yang diselenggarakan di Auditorium UGM Grha Sabha
Pramana, tanggal 16-17 Desember 2011 ini menampilkan nara sumber, untuk sesi I Drs.
Hajriyanto Y. Thohari, M.A. dan Ir. Bondan Gunawan dengan materi berjudul “Jalan menuju
Peradaban Nusantara untuk Kedaulatan BangsaBermartabat”. Pada sesi II, Prof. Dr. Windu Nuryati
dan Anies Baswedan, Ph.D. membahas masalah “Pendidikan Karakter Bangsa Berlandaskan
Peradaban Nusantara yangMencerdaskan dan Mencerahkan Bangsa”.
Selanjutnya, di sesi III, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec.danIr. Airlangga Hartarto,
MBA.,MMT., menyampaikan materi tentang ‘Ekonomi Kerakyatan Bersumber dari Peradaban
Nusantara yangBerkeadilan dan Mensejahterakan Bangsa’, sedangkan dalam sesi IV,Prof. Dr. Moh.
Mahfud MD dan Ir. Joko Widodo menyampaikan makalah berjudul‘Politik, Hukum, dan Sosial
Berasaskan Nilai-nilai Luhur Peradaban Nusantara sebagai Jati Diri Bangsa’. Adapun pidato kunci
oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dengan judul ‘Membangun Peradaban Nusantara sebagai
Perekat KebhinekaanIndonesia’.
Seminar “Mengukuhkan Strategi Kebudayaan Nusantara Untuk Kedaulatan Bangsa” di Grha Sabha
Pramana. (dok. KAGAMA)
Dalam acara Temu Kangen Alumni UGM di Balai Kartini Jakarta, 12 September 2014,
KAGAMA DKI menyampaikan 20 butir rekomendasi pemikiran tentang artikulasi kejayaan
Indonesia Raya yang diharapkan untuk bisa dipergunakan pemerintahan baru mendatang. Pokok-
pokok pemikiran dari hasil Focus Group Discussion tersebut diserahkan oleh Dr. Bambang
Kesowo kepada Presiden terpilih Ir. H. Joko Widodo yang diwakili oleh Dr. Anies Baswedan selaku
Deputi Tim Transisi, disaksikan oleh Ketua KAGAMA DKI, Ir. Budi Karya Sumadi dan Rektor UGM,
Prof. Dr. Pratikno, M.Soc, Sc. Reuni Kagama yang bertemakan “Guyub Rukun Mbangun Bangsa”
dihadiri ribuan alumni. Tampak hadir diantaranya Wamenkes Ali Ghufron Mukti, Menpora Roy
Suryo, dan Kepala Bulog Sutarto Alimoeso.
Temu Kangen Alumni UGM di Balai Kartini, 12 September 2014, KAGAMA DKI menyampaikan 20
butir rekomendasi pemikiran tentang artikulasi kejayaan Indonesia Raya. (dok. UGM)
Dalam rangkaian Munas XII KAGAMA yang dibuka oleh Presiden RI Ir. Joko Widodo di
Kendari, 6-8 November 2014 juga diselenggarakan seminar bertema Revitalisasi Negara Maritim
yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian. Presiden RI Ir. Joko Widodo dalam sambutannya
mengatakan kebanggaannya sebagai anggota KAGAMA dan bisa membawa harum almamater
dengan menjadi Presiden. Alumni UGM menurut Jokowi memiliki potensi yang handal terbukti
dari banyaknya usulan ketika menyusun Kabinet Kerja lebih dari lima puluh persen usulan calon
menteri berasal dari alumni UGM. Presiden juga sempat menyinggung potensi maritim yang
dimiliki Indonesia. Keseriusan Indonesia dalam membangun tol laut serta poros maritim dunia
ternyata menjadi daya tarik negara lain. Terbukti dari kunjungan maupun pertemuan dengan
beberapa pemimpin dunia mereka selalu menyinggung hal tersebut.
Munas KAGAMA di Kendari selain oleh PP KAGAMA, PENGDA, dan PENCAB dari seluruh
Indonesia juga dihadiri oleh tokoh-tokoh nasional antara lain, Mensesneg Prof. Pratikno, Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimulyono, Menteri Pertanian dan Kedaulatan
Pangan Andi Amran Sulaiman, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo serta Wagub Kepulauan
Riau Suryo Respationo.
Munas XII KAGAMA di Kendari dibuka oleh Presden Ir. Joko Widodo (dok. UGM)
Kiprah KAGAMA selain dalam bentuk kajian ilmiah yang menjadi bahan masukan bagi
pengambil kebijakan, KAGAMA juga melaksanakan pengabdian yang langsung menyentuh
masyarakat. Berbagai kegiatan telah dilakukan baik dalam bentuk bakti sosial berupa pengobatan
gratis, pembagian sembako, peralatan sekolah, seragam, dan khitanan masal juga membentuk Tim
Peduli Bencana. Ketika terjadi gempa dan tsunami serta bencana lain di berbagai wilayah di
Indonesia KAGAMA memberi/menyalurkan bantuan dalam bentuk uang dan barang serta
menerjunkan pakar untuk pendampingan pasca bencana. Kegiatan tersebut antara lain
dilaksanakan di Aceh, Padang, Bantul, Klaten, dan Lereng Merapi. Beberapa teknologi tepat guna
juga disumbangkan untuk masyarakat antara lain, karya Prof. Ir. Hardjoso tentang Tripokon-S
(Tripikon Septictank) telah disumbangkan untuk masyarakat di wilayah padat penduduk dan
daerah rawa. Untuk wilayah padat penduduk, Tripikon-S disumbangkan untuk masyarakat Code,
Yogyakarta, sadangkan untuk daerah rawa disumbangkan untuk masyarakat Kalimantan. Untuk
melengkapi Tripikon-S untuk pengolah limbah rumah tangga, KAGAMA juga menyumbangkan
sumur Tripikon karya Prof. Hardjoso untuk menghasilkan air bersih di daerah rawa Kalimantan.
Salah satu bentuk pengabdian KAGAMA menyumbangkan teknologi tepat guna karya Prof. Hardjoso
untuk masyarakat Kalimantan. (dok. KAGAMA)
Pengabdian kepada masyarakat juga diwujudkan dalam bentuk warung makan murah
selama krisis ekonomi tahun 1998-2002. Ketika krisis terjadi banyak mahasiswa pendatang yang
kesulitan makan karena makin sulit dan lambatnya kiriman orang tua. Pada waktu itu harga-harga
menjadi tidak menentu, bahan pangan kadang juga sulit didapat. Harga dolar yang awalnya tidak
mencapai Rp 2.000,-/dolar melambung, bahkan pernah menembus keangkaRp 15.000,-/dolar.
Mahasiswa hampir tiap hari turun ke jalan, menuntut pemerintah mengambil sikap menurunkan
harga kebutuhan pokok. Aksi turun kejalan akhirnya tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa,
tetapi juga para dosen, dan para ibu Anggota Dharma Wanita. Di bunderan UGM, depan Kantor
PPH KAGAMA, hampir setiap hari terlihat ratusan dan bahkan ribuan mahasiswa melakukan aksi.
Orasi yang disampaikan oleh para mahasiswa menyentuh hati para ibu (istri) PPH KAGAMA yang
kemudian mengusulkan ke Seksi Pengabdian Masyarakat PPH KAGAMA untuk
diselenggarakannya Bhakti Kasih dalam bentuk Warung Makan Murah KAGAMA (WMMK). WMMK
tidak hanya diperuntukkan bagi mahasiswa, tetapi juga masyarakat sekitar kampus. Kegitan ini
berjalan selama 4 tahun yakni sejak awal April 1998 sampai dengan tahun 2002. Awalnya WMMK
hanya menyediakan 300 porsi setiap hari kemudian sejak bulan Juli 1998 meningkat menjadi 400
porsi, sedangkan pada bulan puasa disediakan 700 bungkus pada sore hari.
Warung makan murah KAGAMA di Wisma KAGAMA, April 1998 s/d Mei 2002. (dok. KAGAMA)
Selain Pengurus Pusat KAGAMA, Pengurus KAGAMA Daerah danPengurus KAGAMA
Cabang juga aktif memberikan masukkan untuk Pemerintah Daerah dan melaksanakan
pengabdian pada masyarakat di daerahnya. Kepedulian kepada masyarakat tidak hanya dilakukan
oleh Pengurus KAGAMA, tetapi juga oleh alumnus UGM, baik yang mengabdi di daerah-daerah
terpencil, di perkampungan, maupun di kota-kota besar. Sebut saja sebagai contoh, dokter
Sudanto, pria kelahiran Kebumen yang kini berusia 72 tahun, selama 35 tahun ini mengabdi
sebagai dokter di Papua. Dimulai dari pedalaman Asmat, kemudian membuka praktik di Abepura
sejak tahun 1982.Tarip untuk periksa dan pengobatan pasien saat itu25 rupiah dan sekarang 2
ribu rupiah. Bagi pasien yang tidak memiliki uang dokter Sudanto memberi pelayanan gratis.
Hanya kadang, pasien mengganti biayanya dengan membawakan rempah-rempah. Tiap hari
tempat praktiknya dikunjungi ratusan pasien yang datang dari penjuru pelosok Papua.
Ada lagi contoh dokter muda yang bersedia mengabdi di daerah terpencil. Dokter Hj. Nuke
Hartinah Setiati, Kepala Puskesmas di pedalaman Dumai, Riau. Dokter Nuke adalah dokter wanita
pertama di Puskesman Panipahan, daerah terpencil, daerah nelayan yang rumahnya dibangun
diatas plantar (papan yang disusun), dengan kehidupan malam yang sangat keras. Selain
mengobati pasien ia juga memberi pelajaran sadar gender pada masyarakat kolot bahwa wanita
juga bisa menjadi dokter yang baik dan tangguh. Ia juga melayani kesehatan masyarakat selama
24 jam. Selain menjadi Kepala Puskesmas, ia juga satu-satunya dokter di daerah tersebut. Karena
dokter satu-satunya, ia menjadi sering menangani kasus-kasus spesialis dan emergency:
pneumotrorax, gigitan ular berbisa, manual eksplorasi, overdosis, putus sendon dan arteri, visum
forensik. Semua itu dilakukannya dengan hasil yang baik, hanya berbekal improvisasi/kreativitas,
baik dalam penggunaan peralatatan maupun fasilitas yang amat minim. Pukul 04.30 dini hari
sudah berangkat ke Posyandu bersama tim menggunakan PUSKEL (Puskesmas Keliling) yang
terbuat dari kapal kayu dengan mesin disel. Pengabdiannya itu ia kerjakan dengan sungguh-
sungguh dan ikhlas. “Insya Allah yang kuasa akan menolong dan menunjukkan jalan” akunya.
Bukan hanya alumnus Fakultas Kedokteran yang mengabdi di daerah terpencil. Masih
banyak lagi yang lain. Eko Prabowo, SS., alumnus Jurusan Sastra Jawa FIB tahun 1998 ini
menikmati profesinya sebagai guru di SMPN 1 Muting, 360 kilometer dari Merauke dan
berbatasan dengan Papua Nugini. Ia mengajar siswa suku asli pedalaman Papua, Marin Biand yang
mayoritas belum bisa membaca dan menulis. Tidak hanya itu, siswa yang diajarpun berusia rata-
rata 17 hingga 20 tahun. Kondisi geografis Muting yang terdiri dari sungai dan hutan membuat
masyarakat suku asli Muting mengandalkan mata pencaharian hidup sebagai pencari ikan,
berburu, dan mencari sagu di hutan. Semua itu dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan
makan sehari-hari.Mereka belum terfikirkan untuk mengandalkan mata pencaharian hidup itu
sebagai tempat mencari uang.
Saat ini jumlah alumnus UGM sudah mencapai 250.000 orang yang tersebar di berbagai
daerah di Indonesia, bahkan di beberapa belahan dunia. Sebagian diantaranya menduduki jabatan
penting seperti: Duta Besar, Menteri, Direktur BUMN, BUMD, Wapres, Direktur ASEAN
Foundation, Pejabat di UNO, WHO, dan beberapa lembaga internasional lainnya, bahkan Presiden
RI saat ini juga alumnus UGM. Banyak juga alumni UGM memegang posisi penting di perusahaan-
perusahaan swasta, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, atau menjadi pengusaha sukses.
Namun, juga tidak sedikit alumnus UGM yang bersedia dan sanggup mengabdikan dirinya di
daerah terpencil, pedalaman, dan masih terbelakang di seluruh pelosok negeri dengan fasilitas
kerja yang sangat minim. Kiprah KAGAMA dan para alumnus UGM ini tentu saja lebih
mempertegas jati diri UGM sebagai universitas nasional, universitas perjuangan, universitas
pancasila, universitas kerakyatan, dan universitas pusat kebudayaan.
Presiden RI, Ir. Djoko Widodo ketika menjadi Wali Kota Surakarta pernah diwawancara
Kabare KAGAMA tentang kebijakannya yang selalu ”merakyat”. Beliau mengatakan ”Antara lain
saya peroleh dari UGM. Dulu, UGM menunjukkan pada saya bagaimana berpihak pada rakyat.
Kesederhanaan UGM juga tampak pada mahasiswanya yang memilih berjalan kaki atau bersepeda
saat ke kampus”. Keberpihakan pada rakyat, menurutnya juga tampak ketika UGM merelokasi
PKL ke beberapa tempat strategis UGM seperti di kawasan kampus Humaniora (kini dikenal
dengan nama ”Bonbin”). ”Seharusnya seperti itu, kita merapikan, tapi tetap memperhatikan
keuntungan mereka di tempat baru”. kata Wali Kota Surakarta ini saat diwawancara Kabare
KAGAMA awal tahun 2009, sebagaimana yang termuat dalam Kabare KAGAMA edisi
170/XXXVIII/Februari 2009.
KETUA KAGAMA DARI MASA KE MASA
Prof. Ir. H. Johannes Prof. Drs. Sumpono D Ir. Soewarno Prof. Dr. Sukadji R
1958-1961 1961-1966 Plt 1966-1973 1981-1985
1973-1981
Prof. Dr. Koesnadi H Prof. Dr. Kunto Wibisono Prof. Dr. Ichlasul Amal, MA
1985-1997 1997-2001 2001-2005
Dr.Ir. Djoko Kirmanto Sri Sultan HB X Ganjar Pranowo, SH
2005-2009 2009-2014 2014-2019
KEPUSTAKAAN
Buku/Makalah
Anonim, Buklet Profil Penerima Penghargaan Alumni, UGM (2009)
Hardjasoemantri, Koesnadi, Prof. Dr. Memorandum Akhir Jabatan Rektor Masa Bakti Tahun 1986-1990,
Gadjah Mada University Press, 1990.
KAGAMA, Evaluasi Kritis atas Proses dan Hasil Amandemen UUD 1945, 2002
KAGAMA, Risalah Seminar Ilmiah, 1989
KAGAMA, KAGAMA dan Almamater, Memperkokoh Imtegrasi Bangsa”, Balikpapan, 2001.
Notonagoro, Prof. Drs. SH, Pantjasila Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia (Kumpulan tiga uraian
pokok-pokok persoalan tentang Pantjasila), 1962.
Sardjito, Prof. Dr., Pidato Dies Natalis Jang Ke VII Universitas Gadjah Mada Jogjakarta, 1956
Sardjito, Prof. Dr., Pidato Pembukaan Rapat Senat Terbuka Pada Dies Natalis Universitas Gadjah Mada
Jang ke X, 1959
Sardjito, Prof. Dr. Laporan Tahunan Universitas Gadjah Mada Tahun Peladjaran 1958-1959, 1959
Soekarno, Dr. Ir, Pidato pada Seminar Pantjasila, Jogjakarta, 1959
Soekarnoputri, Megawati, Sambutan pada Munas IX KAGAMA, Balikpapan, 2001
Suwarni dan Santoso, Heri, 60 Tahun Sumbangsih UGM Bagi Bangsa, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, 2009
Penerbitan Berkala
Berita KAGAMA, Nomor 1 Tahun 1977 – Nomor 150 Tahun 2003
Gadjah Mada, Majalah, 1959-1960
Gelora Mahasiswa, Nomor 1 Tahun II, 1974 – Nomor 4 Tahun VII, 1979
Kabare KAGAMA, Nomor 151 Tahun 2003- Nomor 193 Tahun 2014
Pantjaran Universitas Gadjah Mada, Nomor 16 Tahun 1968-Nomor 3 Tahun 1973
Kedaulatan Rakyat, 19 Februari 1981 dan 20 April 1981
Kompas, Kamis, 19 Februari 1981, 20 Februari 1981, 21 Februari 1981, dan 20 April 1981
PENULIS
Dra. Suwarni Darsohardjono
Alumnus Komunikasi Fisipol UGM ini pernah menjabat Kepala Sub-Unit Humas
UGM dan Kepala Bidang Data Base Arsip UGM, Redaktur Berita KAGAMA (1990-2002)
ini juga menulis beberapa buku antara lain, bersama Heri Santoso, menulis: 60 Tahun
Sumbangsih UGM Bagi Bangsa (2009); dengan Agustina Merdekawati: Kilas Balik
65Tahun Fakultas Hukum UGM (2011); bersama Supriyanto, dkk, menulis: 65Tahun
Fakultas Pertanian UGM (2011); sedangkan buku: Fakultas Peternakan UGM Dulu dan Kini (2012)
ditulis bersama Subur Priyono SB, dkk; dan 10Tahun Majelis Guru Besar UGM diterbitkan MGB (2012).
Ia juga salah satu penyunting buku: Jihad Menegakkan Kedaulatan Pangan, Suara dari Bulak Sumur,
yang diterbitkan Gama Press (2013); Buku 7Windu Sumbangsih KAGAMA bagi Bangsa dan Negara
ditulis bersama Heri Santoso dan Ahmad Agus Setiawan (2014); dan 50 Tahun Fakultas Psikologi UGM
: SETENGAH ABAD SEPENUH HATI (2015).Selain berinovasi di bidang kearsipan, dalam rangka turut
mensosialisasikan Jati Diri dan Nilai-nilai ke-UGM-an, pemenang AdProGrand Due-Like 2007 ini, telah
menghasilkan 7 (tujuh) film dokumenter terkait UGM. Film-film tersebut diunggah di media.ugm.ac.id,
dan di arsip.ugm.ac.id, dan juga diunggah ke YouTube antara lain tentang Program Pengerahan Tenaga
Mahasiswa (PTM) UGM. Saat ini, selain membantu kegiatan di lingkungan UGM juga menjadi
narasumber pada pelatihan terkait pengelolaan dan pemanfaatan dokumen yang diselenggarakan oleh
PTN, PTS, maupun PTAI.
Dr. Heri Santoso, S.S, M.Hum
Kepala Pusat Studi Pancasila UGM ini memiliki hobby meneliti dan menulis
tentang nilai-nilai Ke-UGM-an. Berbagai karya yang telah dihasilkan antara lain : Filosofi
UGM (2008); DVD ke-UGM-an (anggota Tim) (2008); Filosofi, Humor dan Kisah Unik
Guru Besar UGM (2009); Gadjah Mada Bercanda: Humor, Hikmah, dan Kisah Unik Dosen
UGM (2009); 60 Tahun Sumbangsih UGM bagi Bangsa (penulis II bersama Suwarni)
(2009); Filosofi Tanaman dan Pepohonan di UGM (2012); Makna Filosofis Identitas dan
Jati Diri UGM (2012), Buku 7Windu Sumbangsih KAGAMA bagi Bangsa dan Negara (penulis II bersama
Suwarni dan Ahmad Agus Setiawan) (2014), dan beberapa buku lain seputar filsafat dan Pancasila.
Adapun pengalaman organisasi dan pekerjaannya, antara lain menjadi anggota Senat Fakultas
Filsafat UGM, Senat Akademik UGM, Sekretaris Pusat Studi Pancasila UGM, Tim Penyusun Statuta UGM
(2012-2013), Anggota Panitia Persiapan dan Rintisan Museum UGM, dan berbagai aktivitas ke-UGM-an
lainnya. Doktor bidang Ilmu Filsafat UGM ini menganut paham “lebih baik menulis jadi sampah, dari
pada tidak menulis, karena akan jadi sampah di pikiran. Lebih baik jadi dosen menulis jelek, dari pada
jadi dosen jelek karena tidak menulis”.
Ahmad Agus Setiawan, S.T., M.Sc., Ph.D
Dosen Fakultas Teknik UGM ini memiliki kecintaan penelitian pada bidang
Energi Terbarukan. Penyandang gelar PhD dari Curtin University, Australia (2009) serta
peraih Mondialogo Engineering Award 2007 dari UNESCO & Daimler, ADHICIPTA
PRATAMA - PII Engineering Award 2010 dari Persatuan Insinyur Indonesia (PII),
Australian Alumni Award 2011 for Sustainable Economic and Social Development dari
Kedutaan Besar Australia di Indonesia; dan Energy Globe Award 2012 dari sebuah
Yayasan Austria sekaligus bertindak sebagai Energy Globe Ambassador 2013. Tahun 2014 menerima
anugerah Habibie Award pada bidang Ilmu Rekayasa. Saat ini menjabat sebagai Kepala Sub Direktorat
Kreativitas Mahasiswa, Direktorat Kemahasiswaan UGM dan di PP KAGAMA periode 2014 – 2019
sebagai Sekretaris Bidang Pengabdian Masyarakat & Budaya.