36
Makalah dan Analisa Jurnal TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL DALAM KELUARGA Dian Yunita Sari NRP: I251120071 Dosen Penanggungjawab: Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc Sekolah Pascasarjana Departemen Ilmu Keluarga Dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

1. Makalah S.fungsional

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah dan Analisa JurnalTEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL DALAM KELUARGADian Yunita Sari NRP: I251120071Dosen Penanggungjawab: Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.ScSekolah Pascasarjana Departemen Ilmu Keluarga Dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor 2012DAFTAR ISIDAFTAR ISI BAB I............................................................................................i 1 1 1 3 2 5 5 5 9 12 12 17 20 20PENDAHULUAN ............................................

Citation preview

Page 1: 1. Makalah S.fungsional

Makalah dan Analisa Jurnal

TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL

DALAM KELUARGA

Dian Yunita Sari

NRP: I251120071

Dosen Penanggungjawab:

Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc

Sekolah Pascasarjana

Departemen Ilmu Keluarga Dan Konsumen

Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor

2012

DAFTAR ISI

Page 2: 1. Makalah S.fungsional

DAFTAR ISI ............................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1

1. Pengertian........................................................................... 1

2. Konsep................................................................................ 1

3. Asumsi................................................................................ 3

4. Tokoh-tokoh Teori Struktural Fungsional......................... 2

BAB II PEMBAHASAN JURNAL.................................................... 5

1. Jurnal 1................................................................................ 5

1.1 Ringkasan Jurnal 1........................................................ 5

1.2 Analisis Jurnal............................................................... 9

2. Jurnal 2................................................................................ 12

2.1 Ringkasan Jurnal 2........................................................ 12

2.2 Analisis Jurnal............................................................... 17

BAB III PENUTUP............................................................................... 20

1. Kesimpulan ........................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

LAMPIRAN JURNAL................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

Page 3: 1. Makalah S.fungsional

1. Pengertian

Pendekatan struktural fungsional adalah pendekatan teori sosiologi yang

diterapkan dalam institusi keluarga. Keluarga sebagai sebuah institusi dalam

masyarakat mempunyai prinsip-prinsip serupa yang terdapat dalam kehidupan

sosial masyarakat. Pendekatan ini mempunyai warna yang jelas, yaitu mengakui

adanya segala keragaman dalam kehidupan sosial.1

Struktur fungsional berpegang pada sebuah struktur keluarga yang

membentuk kemampuannya untuk berfungsi secara efektif dan bahwa sebuah

keluarga inti tersusun dari seorang laki-laki (ayah atau suami) sebagai pencari

nafkah dan seorang wanita (ibu atau istri) berperan sebagai ibu rumah tangga dan

terdapat anak.2

2. Konsep

Ada beberapa konsep di dalam teori struktural fungsional, yaitu:

Adanya struktur dalam keluarga dan masyarakat.

Pembagian peran, tugas dan tanggung jawab, hak dan kewajiban.

Setiap orang menjalankan fungsinya.

Mempunyai aturan dan nilai/norma yang harus diikuti.

Mempunyai tujuan yang jelas.

Konsep homeostatis yaitu kemampuan memelihara stabilitas agar

kelangsungan suatu system tetap terjaga dengan baik.

Moving equilibrium/keseimbangan dinamis

Konsep AGIL (Tallcot Parsons)

Konsep Levy: alokasi solidaritas, power/politik dan lain-lain.3

3. Asumsi

Tiga asumsi dasardari teori struktur fungsional yaitu :

1 Megawangi, Ratna, 2005, Membiarkan Berbeda?: Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender, Bandung: Mizan Media Utama, h. 56.2 Puspitawati, Herien, 2009, Bahan Ajar ke-3: Teori Struktural Fungsional dan Aplikasinya dalam Kehidupan Keluarga, Bogor: Institut Pertanian Bogor, h. 24.3 Puspitawati, Herien, 2012, Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia, Bogor: PT Penerbit IPB Press, h. 95.

Page 4: 1. Makalah S.fungsional

a. Masyarakat terbentuk atas substruktur yang dalam fungsi masing-masingnya

saling bergantung, sehingga perubahan yang terjadi dalam fungsi satu

substruktur akan mempengaruhi substruktur lainnya,

b. Setiap substruktur yang telah mantap akan menopang aktivitas-aktivitas atau

substruktur lainnya.

c. Penyimpangan adalah tidak baik.4

Megawangi (2005) menyatakan secara garis besar, pendekatan struktural

fungsional dalam bentuk yang ekstrim mempunyai asumsi-asumsi:

a. Masyarakat adalah sistem tertutup yang bekerja dengan sendirinya dan

cenderung homeostatis dan mencapai titik keseimbangan (equilibrium).

b. Sebagai sebuah sistem yang memelihara dirinya, masyarakat memerlukan

kebutuhan dasar serta prasyarat yang harus dipenuhi agar kelangsungan

homeostatis dan titik keseimbangan dapat terus berlangsung.

c. Untuk memenuhi kebutuhan dan prasyarat dari sebuah sistem, maka perlu

diberikan perhatian pada fungsi-fungsi dari setiap bagian sistem tersebut.

d. Dalam sistem-sistem yang mempunyai kebutuhan dasar dapat berfungsi,

maka harus ada sebuah struktur tertentu untuk menjamin berlangsungnya

survival/homeostatis/titik keseimbangan.5

Asumsi dimana karakteristik diterapkan pada keluarga adalah:

a. Anggota keluarga membedakan peran yang memungkinkan mereka

meningkat fungsi keluarga, dan

b. System diorganisir, demikian pula dengan keluarga. Pola mengatur (struktur

orang tua/anak) diantara anggota menentukan hak dan kewajiban (peran),

nilai dan norma yang umum dianut (sosialisasi).6

4. Tokoh-tokoh teori struktural fungsional

a. Auguste Comte (1798 – 1857)

Perspektif fungsionalisme bermula dari hasil pemikiran Comte yang

mempunyai perhatian penuh pada ketertiban dan keharmonisan sosial

dalam masyarakat yang berantakan setelah Revolusi Perancis. Ia

4 Ibid., h. 96.5 Megawangi, op. cit. h. 60.6 Puspitawati, Bahan Ajar ke-3, op. cit. h. 20-21.

Page 5: 1. Makalah S.fungsional

menginginkan sebuah “konsesus sosial” yang dapat tercipta dalam

masyarakat. Inilah awal lahirnya ilmu baru yaitu sosiologi.

b. Herbert Spencer (1820 – 1903)

Spencer melanjutkan teori yang dikembangkan oleh Comte dengan

menggunakan dua analogi, yaitu:

1. Proses evolusi dari bentuk yang sederhana menuju bentuk yang

kompleks.

2. Membandingkan antara organisme masyarakat dan organisme

individu. Kedua organisme masyarakat dan individu tumbuh menjadi

besar yang artinya menjadi lebih kompleks dan terjadi diferensiasi.

c. Emile Durkheim (1858 – 1917)

Perhatiannya yang paling utama adalah bagaimana masyarakat dapat

mempertahankan integritas dan koherensinya di masa modern, ketika hal-

hal seperti latar belakang keagamaan dan etnik bersama tidak lagi ada.

Durkheim melahirkan teori tentang pembagian kerja dalam masyarakat

yang ia anggap adalah biasa dalam struktur ekonomi sebuah negara.

Oswald Spengler (1880 – 1936)

Menurut Sprengler, kehidupan manusia pada dasarnya merupakan suatu

rangkaian yang tidak pernah berakhir dengan pasang surut. Seperti halnya

kehidupan organisme yang mempunyai suatu siklus, mulai dari kelahiran,

masa kanak-kanak, dewasa, masa tua, dan kematian.

d. Bronislaw Malinowski (1884 – 1942)

Malinowski merintis functionalism di Inggris, yang menyatakan bahwa

praktek kultural mempunyai fungsi fisiologi dan psikologi.

Ada empat unsur functionalism menurut Malinowski, yaitu:

1. System norma yang memungkinkan kerjasama antara para anggota

masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya.

2. Organisasi ekonomi.

3. Alat-alat atau lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk

pendidikan.

4. Organisasi kekuatan (politik).

Page 6: 1. Makalah S.fungsional

e. Alfred Reginald Radcliffe-Brown (1881 – 1955)

Menurutnya, atropologi dapat membandingkan bentuk struktural dari suatu

masyarakat dengan masyarakat lainnya yang memungkinkan mereka

untuk kemudian menyimpulkan aturan umum tentang bagaimana cara

masyarakat tersebut bekerja.

f. Talcott Parsons (1902 – 1979)

Terdapat empat karakteristik terjadinya suatu tindakan, yakni Adaptation,

Goal Atainment, Integration, Latency (AGIL). Dalam karya berikutnya,

The Social System, Parsons melihat aktor sebagai orientasi pada situasi

dalam istilah motivasi dan lain-lain. Terdapat beberapa macam motivasi,

antara lain cognitive, chatectic, dan evaluative. Terdapat juga nilai-nilai

yang bertanggungjawab terhadap sistem sosial ini: kognisi, apresiasi, dan

moral (modes of orientation)

g. Robert Merton (1911 – 2003)

Pengembangan teori sosial taraf menengahnya yaitu teori yang terletak di

antara hipotesis kerja kecil yang berkembang semakin besar dari hari ke

hari, dan usaha yang mencakup semuanya untuk mengembangkan suatu

teori terpadu yang akan menjelaskan semua keseragaman yang diamati

dalam perilaku, organisasi,dan perubahan sosial.

h. Anthony Giddens (1938 – sekarang)

Giddens menjabarkan sebuah visi baru tentang apa sosiologi itu,

menyajikan pemahaman teoritis dan metodologis dari bidang itu,

berdasarkan reinterpretasi kritis terhadap klasik. Selain itu Giddens

mengembangkan teori strukturasi, analisis agen dan struktur, di mana

keutamaan diberikan kepada keduanya.7

BAB II PEMBAHASAN JURNAL

1. Jurnal 1

1.1 Ringkasan Jurnal

7 Disarikan dari tulisan Tokoh-tokoh Ahli Struktural Fungsional dalam Bahan Ajar ke-3: Teori Struktural Fungsional dan Aplikasinya dalam Kehidupan Keluarga, Bogor: Institut Pertanian Bogor, h. 7-18.

Page 7: 1. Makalah S.fungsional

The Role of Father Involvement in Children’s Later Mental Health

(Keterlibatan Peran Ayah pada Kesehatan Mental Anak Selanjutnya.)

Eirini Flouri*, Ann BuchananDepartment of Social Policy and Social Work, University of Oxford, Barnett

House, 32 Wellington Square, Oxford OX1 2ER, UK

Abstrak

8441 data anggota Studi Perkembangan Anak Nasional Cohort yang digunakan

untuk mengeksplorasi hubungan antara keterlibatan ayah pada anak usia 7 dan

masalah emosional dan perilaku pada anak usia 16, serta tekanan psikologis pada

usia 33. Kedekatan ayah terhadap anak usia 7 melindungi dari ketidakmampuan

psikologis menyesuaikan diri dari keluarga yang tidak utuh pada saat remaja, dan

kedekatan ayah pada usia 16 melindungi masalah kejiwaan yang berbahaya

terutama anak perempuan dimasa dewasa.

1. Pendahuluan

Selain faktor genetis, masalah mengenai keadaan internal yang terjadi

dalam keluarga sangat mempengaruhi hasil dari seorang anak, seperti pengasuhan

yang buruk, orang tua tunggal, stress dalam keluarga, buruknya hubungan antar

keluarga, keadaan mental keluarga yang buruk, keadaan sosial yang buruk, dan

keadaan ekonomi yang buruk.

Selama ini banyak penelitian yang hanya fokus pada perubahan dinamis

yang terjadi antara ibu dan anak. Ayah berada di batas luar pengasuhan dan

memiliki sedikit peran dalam perkembangan anak. Mengenai efek langsung dari

keterlibatan ayah yang memungkinan akan memiliki pengaruh seperti rasa

dukungan emosional, kedua yaitu mendorong anak untuk menjadi kompetitif dan

independen, dan menghabiskan waktu bersama yang dapat merangsang

perkembangan fisik mereka.

Baru-baru ini penelitian Amato menunjukkan kedekatan ayah selama

masa kanak-kanak memiliki hubungan yang positif terhadap mobilitas pendidikan

dan pekerjaan, penyesuaian psikologis dan kesejahteraan anak perempuan dan

laki-laki semasa dewasanya. Keterlibatan ayah dan pengasuhan memiliki kaitan

Page 8: 1. Makalah S.fungsional

yang positif dengan perkembangan intelektual anak-anak, kompetensi sosial,

perkembangan internal dan kemampuan untuk berempati. Studi secara konsisten

menunjukkan bahwa ketidakhadiran ayah menjadi faktor yang berkontribusi

terhadap rendahnya kesejahteraan dan pencapaian akademis anak-anak yang

hanya diasuh oleh ibu saja. Misalnya seorang anak yang hanya diasuh oleh orang

tua tunggal (ibu) kemampuan kognitifnya lebih rendah, beresiko tinggi terhadap

kenakalan dan penyimpangan perilaku, dan kasus melahirkan diluar pernikahan

serta putus sekolah.

Penelitian ini menggunakan data dari Studi Perkembangan Anak Nasional

untuk menunjukkan keterlibatan ibu dan ayah melindungi terhadap dua

masalah,yaitu masalah emosional dan perilaku pada masa remaja dan tekanan

psikologis dalam kehidupan dewasa. Variabel kontrol dari penelitian ini adalah

gender dan status sosial ekonomi.

2. Metode

Penelitian ini menggunakan data studi longitudinal NCDS dari 17.000

anak yang lahir antara tanggal 3 dan 9 Maret dari daerah England, Scotland dan

Wales. Data untuk anak usia 7 tahun yang diambil dari tahun 1965, usia 11 tahun

di tahun 1969, usia 16 di tahun 1974, usia 23 tahun di tahun 1981, usia 33 tahun di

tahun 1991, dan usia 42 di tahun 2000.

Karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi

keterlibatan peran ayah terhadap hasil kesehatan mental pada masa remaja (usia

16) dan dewasa (usia 33) sampel penelitiannya adalah orang-orang (N = 8441)

dengan data kesehatan mental lengkap usia 16 dan usia 33. 7563 dari 8441

anggota Cohort anak usia 7 tahun. Secara khusus, informan adalah figur ibu

sebesar 97,9% kasus, lainnya 1,5% kasus, ‘dari catatan’ 35 kasus (0,5%), dan

‘studi adopsi’ 7 kasus (0,1 %). Pada usia 16 ada informasi tentang hubungan

informan kepada anak 8362 kasus. Informan adalah figur ibu yang terdiri dari

90% dari kasus, figur ayah untuk 5,9% kasus, lainnya 1,8% kasus, dan kedua

orang tuanya 2,3% kasus.

Page 9: 1. Makalah S.fungsional

3. Pengukuran

3.1 Hasil kesehatan mental di usia 7, 16, dan 33 tahun

Rutter “A” untuk pengukuran kesehatan emosional dan kebiasaan serta

inventaris Malaise terhadap hasil kesehatan mental masa kanak-kanak

dikehidupan masa dewasa. Di NCDS rutter ini diisi oleh orang tua ataupun

pengasuh untuk anak usia 16 dan 7 tahun seperti anak tidak patuh di rumah,

berkelahi dengan anak-anak lain, dan mudah tersinggung dan sulit diatur. Disaat

responden berusia 33 tahun diberikan inventaris Malaise lengkap, yang terdiri dari

24 daftar dari indeks medis Cornell seperti memiliki sakit punggung, ketakutan

tanpa alasan, mudah marah, takut keluar sendiri, menderita sakit perut, dll. Nilai

tes berkisar antara 0-24 untuk Rutter 'A' 14-item pada usia 7, dari 0-39 untuk 31-

item Rutter 'A' pada usia 16, dan dari 0-22 untuk Inventarisasi Malaise pada usia

33 tahun.

3.2 Keterlibatan ayah dan ibu di usia 7 tahun

Pada data NCDS terdapat 4 point penting pengukuran kedekatan ayah

serta ibu terhadap anak usia 7 tahun, yaitu: membacakan untuk anak, bertamasya,

keterlibatan dalam pendidikan anak, dan mengelola anak. Skala jangkauan

pengukuran untuk keterlibatan ayah adalah 0-4 dan ibu 0-3.

3.3 Keterlibatan ayah dan ibu di usia 16 tahun

Pada usia 16 hanya terdapat satu item yang berkaitan dengan keterlibatan

ayah dan ibu yaitu ketertarikan pada pendidikan anak. Dari 5313 kasus ayah,

43,3% sangat tertarik, 34,9% cukup tertarik, 18,8% sedikit tertarik dan 3% tidak

peduli. Dari keterlibatan ibu yaitu berturut-turut 44,8%, 36,8%, 16%, dan 2,4%.

Dari 5313 kasus yang sah, 46,3% ayah sangat terlibat, 2854 (53,7%) keterlibatan

ayah sedang/rendah. Untuk ibu, 2778 (47,2%) sangat terlibat dan 3111 (52,8%)

sedang/rendah.

3.4 Motivasi akademik yang rendah di usia 16 tahun

Motivasi akademik rendah dengan skala 8-item (mulai dari 8-40)

mengukur motivasi akademik pada usia 16. Dengan jawaban: 'tidak benar sama

sekali' dan 'sangat benar' adalah sebagai berikut: "Saya merasa sekolah buang-

buang waktu ',' Saya tenang di kelas dan melanjutkan tugas saya ', 'saya pikir

Page 10: 1. Makalah S.fungsional

tugas itu membosankan ',' saya merasa sulit untuk konsentrasi pada pekerjaan saya

',' saya tidak suka sekolah, "saya pikir tidak ada gunanya perencanaan untuk masa

depan Anda-harus mendapatkan hal-hal sebagaimana mereka datang ', dan' saya

selalu bersedia untuk membantu.

4. Hasil

Tabel 3 menunjukkan regresi masalah emosional dan perilaku pada usia 16

tahun. Dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, anak perempuan dan anak dari

keluarga dengan masalah kesehatan mental memiliki Rutter'A' skor lebih tinggi

pada usia 16 tahun. Struktur keluarga dan status sosial-ekonomi orang tua tidak

berhubungan dengan kesehatan mental. Skor tes umum kemampuan dan motivasi

akademik yang negatif, dan masalah emosional dan perilaku pada usia 7 tahun

berkaitan dengan masalah emosi dan perilaku pada masa remaja. Baik keterlibatan

ibu maupun ayah disaat usia 7 tahun berpengaruh terhadap nilai Rutter pada usia

16.

Tabel 4 menunjukkan pola yang sama, keterlibatan ayah dan ibu pada usia

16 tidak terkait dengan tekanan psikologis pada usia 33. Tekanan psikologis

dewasa lebih tinggi bagi perempuan dan secara signifikan diprediksi dari masalah

emosional dan perilaku yang terjadi saat usia 16. Dibandingkan dengan rekan

lawan jenis mereka pada usia 33 memiliki resiko lebih rendah dan begitu juga

dengan anak mereka yang memiliki skor Malaise tinggi. Kemampuan umum dan

pencapaian pendidikan yang buruk terkait dengan tekanan psikologis dalam

kehidupan domestik keluarga orang tua ketika anggota kelompok tumbuh dewasa

dan status sosial-ekonomi memiliki pengaruh terkait dengan tekanan psikologis

pada usia 33. Struktur keluarga pada masa remaja atau buruknya kesehatan

mental orang tua pada masa kanak-kanak tidak berhubungan dengan tekanan

psikologis dewasa.

Kami juga melakukan analisis regresi untuk mengeksplorasi peran

keterlibatan ayah pada anak usia 7 terhadap tekanan psikologis pada usia 33.

Seperti dapat dilihat pada Tabel 5, hasilnya mirip dimana tekanan psikologis di

saat dewasa terjadi pada saat keterlibatan ayah dan ibu di usia 16. Perbedaannya

Page 11: 1. Makalah S.fungsional

adalah model ketegangan di dalam keluarga dan status orangtua yang tidak saling

berhubungan terhadap tekanan psikologis dalam kehidupan dewasa anak.

5. Diskusi

Meskipun pada awalnya keterlibatan ayah tidak dapat diprediksi secara

bebas terhadap hasil kesehatan mental remaja dan dalam kehidupannya dimasa

dewasa, namun memiliki peran protektif terhadap ketidakmampuan psikologis

pada remaja yang keluarganya tidak utuh, dan melawan tekanan psikologis

khususnya terhadap anak perempuan.

Keterlibatan ayah pada anak usia 7 tahun merupakan gabungan

pengukuran ketertarikan pendidikan pada anak, bertamasya, membaca untuk

anak, dan berperan aktif dalam mengelola anak. Pada usia 16 tahun, NCDS hanya

menyinggung hal yang berkaitan dengan ketertarikan ayah terhadap pendidikan

anak. Mengenai langkah pengukuran kesehatan mental, Rutter “A” merupakan

laporan penilaian orangtua, yang merupakan hasil tes Malaise yang dilaporkan

sendiri.Idealnya, masalah kesehatan mental harus dinilai dari berbagai sumber. 

Namun, dari laporan orangtua mengenai kesehatan mental anak umumnya sangat

stabil dari waktu ke waktu. Meskipun demikian, masih dicatat bahwa keterlibatan

dini ayah memiliki peran protektif penting terhadap ketidakmampuan psikologis

dan keadaan yang berbahaya di kemudian hari.

1.2 Analisis Jurnal

Berdasarkan aplikasi teori struktural dalam kehidupan keluarga dilihat dari

aspek struktural dimana terdapat tiga elemen utama dalan struktur internal

keluarga, yaitu:

1. Status sosial. Keluarga nuklir yang terdiri dari tiga struktur utama yaitu

bapak/suami, ibu/istri, dan anak-anak. Struktur ini dapat pula berupa figur

seperti “pencari nafkah”, ibu rumah tangga, anak balita, anak sekolah,

remaja, dan lain-lain.

2. Fungsi sosial. Parsons dan Bales (1955), Rice dan Tucker (1986) membagi

dua peran orang tua dalam keluarga, yaitu peran instrumental yang

Page 12: 1. Makalah S.fungsional

diharapkan dilakukan oleh suami atau bapak, dan peran emosional atau

ekspresif yang biasa dipegang oleh figur istri atau ibu.

3. Norma sosial, adalah sebuah peraturan yang menggambarkan bagaimana

sebaiknya seseorang bertingkah laku dalam kehidupan sosialnya.

Selain aspek struktural juga terdapat aspek fungsional yang sulit

dipisahkan dari aspek struktural karena keduanya saling berkaitan. Dalam aspek

ini fungsi sebuah sistem yang mengacu pada kegunaan sebuah sistem untuk

memelihara dirinya sendiri dan memberi kontribusi pada berfungsinya

subsistem-subsistem lain dari sistem tersebut. Levy mengatakan bahwa tanpa

ada pembagian tugas yang jelas maka fungsi dari keluarga akan terganggu dan

mempengaruhi sistem yang besar. Selanjutnya levy membuat daftar tentang

persyaratan struktural yang harus dipenuhi agar struktur keluarga sebagai

system yang dapat berfungsi:

1. Diferensiasi peran

2. Alokasi solidaritas

3. Alokasi ekonomi

4. Alokasi politik

5. Alokasi integrasi dan ekspresi8

Berdasarkan paparan aspek struktural dan aspek fungsional point status

sosial dan fungsi diferensiasi peran dimana figur ayah atau suami disini

merupakan sebagai pencari nafkah, hal ini yang memungkinkan seorang ayah

berada pada batas luar pengasuhan seperti yang disinggung dalam jurnal. Hal

tersebut membuat figur ayah memiliki lebih banyak waktu dipekerjaan dan sedikit

waktu untuk mengasuh anaknya, akan tetapi peran distatus sosial juga dapat

mempengaruhi perkembangan anak dari sisi status sosial ekonomi yang ia bangun

untuk keluarga sebagai kepala rumah tangga jika figur istri disini hanya sebagai

ibu rumah tangga saja. Dimana dengan bekerja dapat mensejahterakan kebutuhan

keluarga, menyokong sarana dan prasarana anak untuk belajar dan sekolah

seorang anak. Seperti yang dibahas dalam jurnal, status sosial ekonomi memiliki

pengaruh terkait dengan tekanan psikologis pada usia 33 tahun.

8 Megawangi, op. cit., h. 66-70.

Page 13: 1. Makalah S.fungsional

Namun yang perlu dipertimbangkan adalah seorang ayah juga harus dapat

menyeimbangkan perannya dari sisi fungsi sosial, yaitu peran instrumental oleh

ayah atau suami dan peran emosional atau ekspresif yang biasa dipegang istri atau

ibu dan juga menjalankan fungsi alokasi solidaritas. Menurut Winc (Bigner, 1979)

mengaitkan fungsi instrumental dengan fungsi kontrol yang diterapkan orang tua

untuk kesejahteraan anak. Fungsi kontrol merupakan mekanisme yang mendasari

proses sosialisasi anak dengan pola perilaku, nilai-nilai, norma sosial, dan sikap

yang dianggap baik bagi anak untuk beradaptasi dengan lingkungan eksternal.9

Dalam jurnal telah dibahas keterlibatan ayah terhadap perkembangan mental

anak di usia 7, 16, dan 33 tahun yang diteliti secara longitudinal. Keterlibatan

ayah memberi dampak yang cukup besar terhadap kesehatan mental seorang anak

terutama anak perempuan, seperti ayah yang selalu mendampingi anak dari usia 7

tahun maka memberikan efek positif pada masalah emosi dan perilaku anak usia

16. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan memiliki kaitan yang positif dengan

perkembangan intelektual anak-anak, kompetensi sosial, perkembangan internal

dan kemampuan untuk berempati. Maka berdasarkan paparan Winch dan juga

jurnal maka fungsi dan aktivitas instrumental-adaptif menjadi lebih luas, ayah

bukan saja dominan sebagai pencari nafkah tetapi juga sebagai agen utama

sosialisasi terhadap perilaku, sikap, dan norma sosial.

2. Jurnal 2

2.1 Ringkasan Jurnal

Japanese Fathers of Preschoolers and Their Involvement in Child Care

9 Puspitawati, op. cit., h. 25.

Page 14: 1. Makalah S.fungsional

(Ayah Jepang dari Anak Sebelum Masuk Sekolah dan Keterlibatan Mereka

dalam Menjaga Anak)

Masako Ishii-Kuntz University of California-Riverside; Katsuko Makino Ochanomizu University*; Kuniko Kato & Michiko Tsuchiya Family Education

Research Center**Journal of Mariage and Family; Aug 2004; ProQuest Sociology pg. 779

1. Pendahuluan

Walaupun keterlibatan pengasuhan anak dibatasi, terdapat tanda bahwa

generasi muda pria jepang menjadi lebih berminat terhadap kehidupan keluarga

mereka dibandingkan dengan generasi ayah mereka. Sebagai contoh, hanya

terdapat 23% dari pria Jepang di tahun 1998 dilaporkan bahwa keluarga

merupakan aspek yang paling penting dalam kehidupan mereka.

Penelitian ayah di Jepang

Berdasarkan dari 1994 survei pendidikan kehidupan keluarga

internasional, pria jepang bekerja rata-rata 9,9 jam per hari, rata-rata waktu yang

dihabiskan dengan anak mereka hanya 3,3 jam per hari, termasuk kegiatan

noninteraktif seperti menonton TV bersama anak. Survey internasional ini juga

melaporkan bahwa 18,8% dari ayah di jepang tidak pernah menghabiskan waktu

mereka dalam hari kerja, sedangkan jika dibandingkan dengan figure ayah di U.S.

yang hanya sekitar 0,9%.

Baru-baru ini studi di Jepang menguji pengaruh keterlibatan ayah pada

aspek perkembangan anak seperti kelekatan, kemandirian, kasih sayang,

keramahan, jaringan sosial, dan pengembangan orangtua. Kami menguji faktor-

faktor yang sering dipelajari dalam penelitian ayah di Amerika Serikat: sumber

daya relatif, ketersediaan waktu, dan ideologi gender.

Sumber Daya Relatif dan Pasti

Watanabe (1985) menemukan bahwa keterlibatan laki-laki dalam

pekerjaan rumah tangga sedikit lebih tinggi ketika istri mereka bekerja penuh atau

tingkat pendidikan yang tinggi. Demikian pula, Makino (1995) menemukan pria

dan wanita yang berbagi kegiatan perawatan anak ketika istri memiliki pekerjaan

full-time atau paruh waktu. Studi menunjukkan bahwa peningkatan sumber daya

Page 15: 1. Makalah S.fungsional

perempuan seperti pendapatan dapat mendorong orang untuk berbagi-kegiatan

perawatan anak dengan istri mereka.

Ketersediaan Waktu

Perspektif ketersediaan waktu memprediksi ketika orang-orang bekerja

lebih lama, mereka menitipkan anak, pria yang menikahi istrinya dan hanya

menjadi ibu rumah tangga memungkinkan untuk berpartisipasi dalam perawatan

anak. Atau pria yang istrinya lebih sedikit menghabiskan waktunya di rumah akan

cenderung terlibat dalam merawat anak-anak daripada orang lain yang istrinya

menghabiskan lebih banyak waktu di rumah.

Ideologi Gender

Ideology gender tradisional dan modern memiliki pandangan yang berbeda

dimana peran ayah telah berpusat pada peran penyedia ekonomi. Berbeda dengan

ideology modern,yang menyatakan sebaliknya sehingga kemungkinan ada

keterlibatan ayah dalam mengasuh anak.

Mengelola Tempat Tinggal dan Tuntutan Perawatan Anak. Menurut

Sensus tahun 1995 di Jepang, 13% rumah tangga di Jepang dengan ciri keluarga

besar, yang terdiri dari tiga generasi, dibandingkan dengan 3,3% Rumah Tangga

non-Hispanik di Amerika Serikat. Naoi (1989) menemukan 14,7% dan 30,5%

dari memasak dan membersihkan, masing-masing dilakukan oleh kakek-nenek

atau oleh kakek-nenek dan menantu perempuan bersama-sama. Hal ini

menunjukkan bahwa suami kurang berbagi pekerjaan rumah tangga dibandingkan

dengan bantuan yang diberikan oleh anggota keluarga yang lebih tua. Tidak

terkecuali jika dalam keluarga memiliki anak yang banyak, maka seorang ayah

akan lebih terlibat dalam pembagian pekerjaan rumah tangga, begitu pula

sebaliknya.

Sikap Terhadap Pekerjaan. Di Jepang, ada indikasi bahwa ketidakpuasan

pekerjaan dikaitkan dengan penekanan pada peningkatan kehidupan keluarga.

Dalam studi pada ayah yang memiliki anak 3 tahun, Tsuchiya (1992) juga

menemukan skor tinggi pada komitmen dan kepuasan pekerjaan cenderung

kurang berpengaruh dalam kehidupan anak-anak. Dengan demikian, Keterlibatan

Page 16: 1. Makalah S.fungsional

pengasuhan pria Jepang tidak berhubungan dengan tingkat kepuasan tempat kerja

mereka.

2. Metode

Sample. Data yang digunakan untuk penelitian ini dikumpulkan oleh Pusat

Penelitian Pendidikan keluarga pada tahun 1994. Responden diidentifikasi dengan

menggunakan beberapa langkah. Pertama, di dua pusat penitipan anak dan dua

TK di wilayah Tokyo dan Yokohama dipilih secara acak. Sampel Tokyo terdiri

dari dua keluarga yaitu wiraswasta dan karyawan.

Karakteristik Sampel. Mayoritas ayah (61,2%) dan ibu (74%) adalah

antara usia 30 dan 39. Usia anak fokus itu berkisar dari 0 sampai 6 (12,2 adalah

<3 tahun, 27,3% adalah 4 tahun, 33,4% adalah 5 tahun, dan 26,6% adalah 6

tahun). Appoximately 59% keluarga memiliki dua anak, 21,2% memiliki tiga

anak, 15,8% memiliki satu anak, dan 3,6% memiliki empat anak. Prestasi

pendidikan Ayah lebih tinggi dari ibu lakukan, dengan 42,7% dari laki-laki

setelah lulus dari sebuah universitas 4-tahun, dibandingkan dengan 14% dari

wanita.

Pengukuran. Ayah diminta untuk menunjukkan sejauh mana keterlibatan

dengan kegiatan-kegiatan berikut yang telah terutama dilakukan oleh ibu:

mengajak anak ke dan dari pusat penitipan anak (atau TK), mandi, makan malam,

bermain dengan anak-anak, dan merawat fisik lainnya dari anak-anak . Kategori

respon untuk item ini adalah (1) jarang, (2) sesekali (beberapa kali dalam

sebulan), (3) kadang-kadang (beberapa kali seminggu), dan (4) selalu (hampir

setiap hari).

Relatif sumber daya. Perbedaan suami dan istri 'penghasilan, tingkat

pendidikan, dan usia yang digunakan untuk menunjukkan sumber daya yang

relatif. Tingkat pencapaian pendidikan mencakup grduation dari (1) SMP (akhir

wajib belajar di Jepang), (2) SMA, (3) sekolah kejuruan, (4) junior college, (5)

kuliah 4-tahun, dan (6) lulusan sekolah.

Ketersediaan waktu ayah. Ketersediaan waktu ayah diukur dengan jumlah

jam kerja per hari. Ayah diminta untuk menunjukkan jumlah rata-rata jam mereka

Page 17: 1. Makalah S.fungsional

habiskan di tempat kerja, termasuk lembur. Ketersediaan waktu ibu. Ketersediaan

waktu diukur dengan menggunakan tiga kategori, yaitu: (1) penuh waktu, (2)

paruh waktu, dan (3) ibu rumah tangga (tidak bekerja).

Ideologi gender ayah. Ayah diberi pertanyaan dengan rentangan jawaban

1=sangat tidak setuju sampai 4=sangat setuju, dengan penyataan “Hal ini penting

untuk mensosialisasikan perbedaan laki-laki dan wanita” dan “ Saya merasa lebih

baik menjadi lebih maskulin daripada feminine” Ideologi gender ibu. Diukur

sama seperti skala pengukuran ideology gender ayah dengan perbedaan di poin

kedua yaitu “ Saya lebih merasa menjadi feminine daripada maskulin”. Skor

tertinggi dari skala inidiindikasi pada ideology gender tradisional ibu.

Mengelola rumah, diasumsikan bahwa pengasuhan anak akan berjalan

dengan baik jika terdapat beberapa orang dewasa di rumah. Tuntutan mengasuh

anak, diukur berdasarkan dua point: jumlah anak di rumah penitipan dan usia

anak. Perilaku ditempat kerja, diukur dari keinginan ayah dijenis pekerjaan yang

berbeda.

Analisis Statistik. Kami menganalisis data menggunakan AMOS, yang

dihasilkan dari perhitungan maksimum berdasarkan model parameter dari tingkat

data berpasangan. Penelitian ini menggunakan respon suami dan istri untuk

mengkonstruk variable sumber dari pendidikan dan umur: respon ayah tehadap

keterlibatan orang tua, pendidikan, rasio pendapatan, jam kerja, ideology gender,

dan perilaku dalam pekerjaan; sedangkan respon ibu terhadap status pekerjaan,

ideology gender, mengurus rumah, jumlah anak, dan usia anak balita.

3. Hasil

Rasio dari penghasilan suami sebesar 8,85, yang berarti rata-rata

penghasilan ayah adalah 88,5% dari pasangan mereka. Tingkat pendidikan ayah

sedikit tinggi dari istrinya, dan selisih usia sekitar 3 tahun dengan anak berusia 3

tahun, rata-rata jam bekerja 11/hari. Ayah yang menjadi sampel ini merasakan

puas dengan pekerjaanya, dan menghabiskan waktunya dengan makan bersama

anak dan sisanya ia menitipkan anak di tempat penitipan atau TK.Nilai yang

diperkirakan dari factor berjalan untuk kunstruksi laten dari keterlibatan ayah

Page 18: 1. Makalah S.fungsional

signifikan di p<0,001. Dengan alpha Cronbach 0,838. Kami menemukan

hubungan antara variable bebas dan 5 indikator keterlibatan ayah yang

proposional dan berkaitan dengan pengukuran laten dari keterlibatan pengasuhan.

Hasil chi-square model yang diusulkan dari 521,28 dengan 152 derajat

bebas. GFI dari 0,92 dan SRMR daro 0,06 menunjukan bahwa hipotesis model

sesuai dengan baik terhadap kelayakan data. Dihasil lain, seperti istri yang

bekerja, pengasuhan orang dewasa yang lebih sedikit, memiliki anak lebih, dan

memiliki anak yang lebih muda yang akan dikaitkan pada pengasuhan anak TK.

Walaupun tidak signifikan, ideology gender ayah dan perilaku bekerja

tidak diusulkan (p≤0,10). Ideologi gealiter gender ayah dan tingginya level

kepuasan pekerjaan berpengaruh dengan meningkatnya pola pengasuhan anak.

Kesimpulannya, sumber penghasilan relative dan tetap memiliki sedikit pengaruh

dengan partisipasi ayah dijepang.

4. Diskusi

Hasil penemuan ini menggambarkan kontrasnya tuntutan pengasuhan anak dan

waktu yang tersedia dikedua pasangan dan keputusan untuk mengalokasikan

pengasuhan anak. Kedua, walaupun pengaruhnya dapat diprediksi, factor ideology

atau perilaku suami dan ideology gender istri tidak berkaitan dengan pendekatan

ayah Jepang pada pengasuhan anak. Ketiga, ditemukan sumber daya relative tidak

signifikan berkaitan dengan keterlibatan pengasuhan ayah pada anak TK.

Sebagian studi menemukan sebagian besar wanita jepang memegang peran utama

dalam menguruh keluarga selain mengatur keuangan karena pria mengembalikan

tanda terima dan nota gaji pada istri mereka. Akhirnya ditemukan model

pengembangan di U.S. yang dapat sukses digunakan pada ayah dengan seting

budaya yang berbeda.

Terdapat beberapa kekurangan dari penelitian ini, sampel merupakan keluarga

urban yang tinggal di tengah kota Jepang dan memiliki anak yang menghadiri

penitipan anak serta TK. Sampel pada penelitian ini adalaha keluarga yang

memiliki dua anak atau lebih,sehingga pengukuran bagi keluarga yang hanya

memiliki anak tunggal berbeda. Kekurangannya adalah tidak terhitungnya factor

Page 19: 1. Makalah S.fungsional

orang tua pasangan yang ikut dalam pengasuhan anak. Akhirnya penelitian ini

menemukan meningkatnya kesadaran ayah jepang terhadap pengasuhan anak,

partisipasi, berbagi dalam mengasuh anak serta mengelola rumah. Dilain hal

berubahnya struktur dalam tempat kerja seperti, pemerintah juga turut peran

dalam mendukung keterlibatan ayah dalam mengasuh anak dengan memeberikan

waktu untuk pergi bersama anak maupun mengurangi jam kerja pria Jepang.

2.2 Analisis Jurnal

Fungsi sebuah sistem mengacu pada kegunaan sebuah sistem untuk memelihara

dirinya sendiri dan memberikan kontribusi pada berfungsinya subsistem-

subsistem lain dari sistem tersebut. Levy selanjutnya mengatakan bahwa tanpa

adanya pembagian tugas yang jelas pada masing-masing actor dengan status

sosialnya, maka fungsi keluarga akan terganggu dan mempengaruhi system yang

lebih besar. Oleh karena itu levy membuat daftar syarat struktural yang harus

dipenuhi keluarga sebagai sistem yang dapat berfungsi:

1. Diferensiasi peran. Dari serangkaian tugas dan aktivitas yang harus dilakukan

dalam keluarga, maka harus ada alokasi peran untuk setiap actor dalam

keluarga. Terminologidiferensiasi peran bisa mengacu pada umur,

gender,generasi, juga posisi status ekonomi dan politik dari masing-masing

actor.

2. Alokasi solidaritas. Distribusi relasi antaranggota keluarga menurut cinta,

kekuatan, dan intensitas hubungan. Cinta atau kepuasan menggambarkan

hubungan antaranggota. Kekuatan mengacu pada keutamaan sebuah relasi

relative terhadap relasi lainnya.

3. Alokasi ekonomi. Diferensiasi tugas juga ada dalam hal ini terutama dalam hal

produksi, distribusi dan konsumsi dari barang dan jasa dalam keluarga.

4. Alokasi politik. Distribusi kekuasaan dalam keluarga dan siapa yang

bertanggungjawab atas setiap tindakan anggota keluarga.

Page 20: 1. Makalah S.fungsional

5. Alokasi integrasi dan ekspresi. Distribusi teknik atau cara untuk sosialisasi,

internalisasi, dan pelestarian nilai-nilai perilaku yang memenuhi tuntutan

norma yang berlaku untuk setiap anggota keluarga.10

Setelah dilakukan penelitian, keterlibatan ayah jepang untuk mengasuh

anaknya itu dipengaruhi oleh jam kerja, ketersediaan waktu, tingkat pendidikan,

ideology gender, dan selisih usia pasangan. Karena bentuk keluarga di Jepang luas

dengan adanya orang tua dari pasangan yang ikut andil dalam rumah tangga,

sehingga untuk pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak dikerjakan oleh istri

dan orang tua dari pihak istri atau suami. Sedangkan seorang suami menurut

kebudayaan tradisional Jepang memiliki peran hanya sebagai pencari nafkah

(sumber daya relative maupun tetap) yang sudah termasuk menjalankan fungsi

alokasi ekonomi. Diferensiasi peran disini terlihat dari pembagian kerja dalam

keluarga, yang mungkin juga karena dipengaruhi oleh faktor budaya dan norma

terapkan disistem keluarga, namun diferensiasi peran dalam mengasuhan anak

belum sepenuhnya dilakukan oleh ayah atau suami.

Untuk suami yang memiliki jam kerja dan pendidikan tinggi serta usianya

lebih tua dari istri lebih cenderung kurang terlibat dalam pengasuhan anak,

sehingga alokasi solidaritas terhadap pengasuhan anak serta kerja sama dalam

mengelola keluarga bersama istri lebih kecil. Hal ini yang membuat pemerintah

Jepang mensosialisasikan pentingnya mengasuh anak bagi perkembangan anak

balita. Selain itu pemerintah juga memberikan kebijakan untuk mengurangi waktu

kerja agar seorang ayah dapat terlibat untuk mengasuh anak mereka dibandingkan

dengan hanya menitipkannya ditempat penitipan. Berbeda jika keadaan dari

pasangan yang sama-sama bekerja di Jepang, mereka mencoba menitipkan

anaknya di tempat pengasuhan anak maupun TK.

Selain itu jenjang pendidikan juga mempengaruhi dalam keterlibatan

ayah,jika pendidikan istri lebih tinggi maka toleransi ayah untuk mengasuh anak

lebih tinggi juga. Dengan kata lain semakin tinggi pendidikan seorang istri,

banyaknya jumlah anak, ideology gender yang dianut suami maupun istri serta

kesadaran pentingnya ayah terlibat dalam mengasuh anak terhadap perkembangan

10 Megawangi, op. cit.

Page 21: 1. Makalah S.fungsional

mental dan psikologi anak maka semakin berjalan pula fungsi alokasi solidaritas,

integrasi dan ekpresi. Karena seperti yang dinyatakan Rowatt dalam Supriyantini

yaitu Suami-istri yang ikut terlibat berperan dalam urusan rumah tangga akan

lebih mampu mengatasi konflik-konflik yang terjadi dalam urusan rumah tangga

tanpa merugikan salah satu pihak dan mengurangi adanya stress pada pasangan

karier ganda akibat menumpuknya tugas dalam rumah tangga.11 Jadi keterlibatan

ayah dalam urusan rumah tangga memiliki efek yang baik selain pada

perkembangan mental anak dari segi kelekatan, kemandirian, kasih sayang,

keramahan, jaringan sosial juga terhadap keadaan internal antara suami dan istri.

Dan sejak berkembangnya ideology gender suami dari tadisional menuju modern

semakin banyak pula ayah muda Jepang yang lebih yang sadar akan pentingnya

terlibat pengasuhan anak dan merasa bahwa keluarga adalah prioritas utama.

11 Puspitawati, op. cit., h. 27.

Page 22: 1. Makalah S.fungsional

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

Peran ayah dalam struktur keluarga tradisional selama ini hanya

menganggap bahwa ayah sebagai pencari nafkah utama untuk keluarga tanpa ikut

serta dalam mengasuh atau mendampingi tumbuh kembang anak. Hal tersebut

sangat disayangkan mengingat keterlibatan figure ayah memiliki peran penting

dalam perkembangan mental dan psikologi anak baik dimasa usia muda hingga

dewasa.

Dengan demikian penyemimbangan antara diferensiasi peran, alokasi

solidaritas, alokasi ekonomi, alokasi politik, serta alokasi integrasi dan ekspresi

guna mencapai keseimbangan dalam keluarga. Baik itu dari sisi keseimbangan

peran dalam mencari nafkah bagi keluarga, pembagian peran dalam rumah tangga

dan mengasuh anak. Sehingga selain keadaan keluarga dapat berjalan dengan

baik, perkembangan mental dan psikologi anak dapat mencapai titik yang

maksimal.

Page 23: 1. Makalah S.fungsional

DAFTAR PUSTAKA

Eirini Flouri, Journal of Adolesence: The Role of Father Involvement in Children’s Later Mental Health, diunduh dari www.sciencedirect.com, diakses pada tanggal 4 Oktober 2012, pukul 13.25 wib.

Kuntz Mi, et. al., Journal of Marriage and Family: Japanese Fathers of Preschoolers and Their Involvement in Child Care, di unduh dari www.search.proquest.com, diakses pada tanggal 4 Oktober 2012, pukul 15.10 wib.

Megawangi, Ratna, 2005, Membiarkan Berbeda: Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender Cet. III, Bandung: PT Mizan Pustaka.

Puspitawati, Herien, 2009, Bahan Ajar ke-3: Teori Struktural Fungsional dan Aplikasinya dalam Kehidupan Keluarga, Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Puspitawati, Herien, 2012, Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia, Bogor: PT Penerbit IPB Press.

Page 24: 1. Makalah S.fungsional

LAMPIRAN JURNAL